011234567859 3
2320023 20101 3 03 10310213
3
3 3233 !"#3 !"37473
$ %&30'"3 ()*+,-).)+/+0+123,)4536+07+4)3-8683+)9:;<=>?@ABCD9EFG8HH)3F IJ)K+,L8HK86++0M+J,NIO3)J+4)E).K+1P+)HL+KH)J-83+O+(+Q), R!"3 I0+3)4)4-8K)W+J+0L8HNK+1+0/+H)*LN4J84.+46)-+KNO+,80/+0WN0X Y+KN0XZ+H+,LH5O)04)Y+.K) $["32\R"!&3 ()*+,-).)+6+0_)4)J+-8HNONJ`O+J680X+0L80+.K+1+0a+X)0XbJ+0 c+KN49def>g=@efC;hiAijk>CjhiF l \31&m\"3"!m31["&33R!3n3 o"'mo b680,)*)J+4)Y80)46+0L8HK+0r+J+0s065.)J5H)t+E5J+36)7N,+0 -+.ON420)u8H4),+4Y+.K) "v3'w"&'"3 "!32'!&"3R!3xmR" L8.NONJ+0-83+O+(+Q),Z8H6+4+HJ+0L5,804)LH56NJ4)N0,NJ G80)0XJ+,J+07+4)3/+06+0ZN+1(8X+H9/Z(FO+6+E+1+0G+HX)0+3 -N.O81 'mR33l"3 !R"3R!3z%"&3{ !" L80X+HN1L80+.K+1+0c83+,)0,8H1+6+OL8.KN+,+0L8H.80Y833r6+H) ZN0X+|54833+9}>~>i=hiAiC~Ck>CE)00F 1""3"3 o"3{"&m3 %"3R!31"3!"!" E+.+L8H)568L+H+4),c35
1)6)+-)W)0X/+)Q+09?gg?jCAgg>C?CE8+F O+6+Z8HK+X+)Y80)4bJ+048K+X+)b0+0X %!"3l "R o3 s*8JL80XXN0++0It533+G)
H5O1r33+_8H.80,+4)48K+X+)L80XX+0,) ZN0XJ)3-868386+3+.|+04N.,8H1+6+OZ5K5,`HX+0L80
8H0++0 Ir+.ZH5)38H 2%R" ! s*8J,)u),+4E+,8J4L8O+r+9Ck>=CAeCeC
=fhA=Cei>=>O+6+ZN+1P+K+)9Ce=>=hAC??hhEF "!31"&"3l %'o3R!3 o o 3 3 R !3!"'!
STUSV3 S]UT^3 TpUqq qyUqV q]Uy^ ypU UV3 ]U^ pU^q
Volume 14, Nomor 1, Hal. 01-08 Januari –Juni 2012
ISSN 0852-8349
SIFAT KIMIA TANAH ULTISOL DAN HASIL KEDELAI (GLYCINE MAX (L) MERRIL) AKIBAT PERBEDAAN WAKTU APLIKASI LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT .
Ermadani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361
Abstract The study was aimed to evaluate the effect of application time of palm oil mill effluent (POME) on several soil chemical properties of Ultisol and soybean yield. The field experiment was carried out in Tebing Tinggi, Sub-District Tungkal Ulu, West Tanjung Jabung from April to July 2009. The treatments consisted of 5 ton ha-1 chicken manure+2 ton ha-1 dolomite+150 kg ha-1 SP-36+100 kg ha-1 KCl and application of 150.000 L ha-1 POME with 3 different times of application consisting of one week, two weeks and three weeks before planting. The treatments were arranged in a randomized block design with four replications. The results of study showed that different time of application could reduce exchangeable Al, increase exchangeable K and soybean yield. The highest dry weight of soybean seed was 2.9 ton ha-1 which was achieved with application time of two weeks before planting. Key words: Ultisol, soybean and POME
PENDAHULUAN Kesuburan tanah khususnya tanah mineral masam seperti Ultisol pada umumnya tergolong rendah. Tanah Ultisol dicirikan dengan reaksi tanah yang masam, kandungan, N, P dan K yang rendah (Nursyamsi, 2006). Tanah Ultisol juga mempunyai basa-basa dapat ditukar yang tergolong rendah hingga sedang dengan kompleks adsorpsi yang didominasi oleh Al, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) pada lapisan atas yang umumnya tergolong rendah hingga sedang (Subagyo et al., 2000). Salah satu cara untuk memperbaiki defisiensi unsur hara pada tanah-tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah dapat dilakukan dengan penggunaan pupuk anorganik. Namun demikian penggunaan pupuk anorganik akan menambah biaya produksi bagi petani dan kadang-kadang ketersediaan pupuk anorganik juga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan petani akibat berbagai masalah dalam distribusi.
Penggunaan pupuk anorganik sangat efektif dalam meningkatkan produksi tanaman tetapi pupuk anorganik dengan penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan polusi perairan (Savci, 2012). Untuk mengatasi hal tersebut diatas maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan pupuk organik. Beberapa penelitian telah menunjukkan hasil yang signifikan dari aplikasi pupuk organik dalam memperbaiki kesuburan tanah serta meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Pupuk-pupuk organik yang diaplikasikan meliputi pupuk kandang, pupuk kompos dan pupuk hijau. Namun demikian kendala yang dihadapi dalam pemakaian pupuk organik adalah jumlahnya yang terbatas sehingga diperlukan sumber-sumber lain. Salah satu sumber bahan organik yang mempunyai potensi besar untuk digunakan sebagai pupuk organik alternatif adalah limbah cair pabrik kelapa sawit. Limbah cair ini dihasilkan dari proses pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), dimana setiap ton TBS yang diolah
1
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
dihasilkan sebanyak 0,5-0,75 ton limbah cair (Yakob et al., 2005). Limbah cair mengandung unsur-unsur hara seperti N (450-590 mg L-1), P (92-104 mg L-1), K (1,246-1,262 mg L-1) dan Mg (249- 271 mg L1 ) (Ideriah et al., 2007). Kandungan unsur hara dalam limbah cair dan jumlahnya yang besar yang dihasilkan dari suatu pabrik kelapa sawit menunjukkan potensi limbah cair sebagai pupuk organik. Hasil penelitian Manik (2000) menunjukkan bahwa limbah cair dengan nilai BOD 4000 mg L-1 yang diaplikasi ke lahan perkebunan kelapa sawit pada rorak-rorak diantara tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan berat tandan buah segar dan memperbaiki sifat kmia tanah dengan meningkatnya pH, C-organik dan kandungan unsur hara tanah. Sebagai salah tanaman pangan utama, kedelai tidak dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada tanah mineral masam seperti Ultisol yang mempunyai pH 4,5-5,5, kandungan unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan bahan organik yang rendah serta kandungan Al yang tinggi (Subardja et al., 2001). Dengan demikian diperlukan sumber unsur hara dan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan kimia tanah Ultisol untuk produksi kedelai. Pupuk organik menyumbangkan unsur hara kedalam tanah melaui proses dekomposisi atau mineralisasi. Dekomposisi unsur-unsur hara dari bahan organik tergantung faktor biotik (Rowell et al., 2001) dan abiotik (Nakhone & Tabatabai, 2008). Selain itu proses dekomposisi dari bahan organik tergantung pada metode dan waktu aplikasi. Hasil penelitian Danga and Wakindiki, (2009) menunjukkan bahwa proses dekomposisi pupuk organik yang dimasukkan kedalam tanah lebih cepat dibandingkan dengan yang hanya disebarkan ke permukaan tanah. Selanjutnya VillegasPangga et al (2000) menemukan bahwa 50 hari setelah aplikasi, pupuk organik melepaskan 50% kandungan C-nya dan semakin lama jumlah C yang dilepaskan semakin banyak. Hasil penelitian Wakindiki dan Yegon (2011) yang menunjukkan bahwa dekomposisi yang cepat terjadi pada pupuk organik setelah 7 hari diaplikasikan ke tanah. Sedangkan hasil penelitian Amanullah (2007)
2
menunjukkan bahwa pupuk kandang yang diaplikasikan selama 2 minggu menghasilkan kandungan N tersedia sebesar 139,8 mg kg-1 dan semakin rendah dengan berjalannya waktu. Penurunan N anorganik juga terjadi pada 1 – 2 minggu setelah aplikasi karena adanya proses immobilisasi (Gale and Gilmour, 1986). Beberapa peneliti yang lain menunjukkan bahwa pupuk kandang yang ditambahkan kedalam tanah selama beberapa minggu dapat menunjukkan nilai mineralisasi N yang negatif (Eneji et al., 2002), sedangkan waktu yang lebih lama dapat menghasilkan nilai yang positif (Hadas dan Portnoy, 1994). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi waktu pemberian limbah cair pabrik kelapa sawit terhadap beberapa sifat kimia tanah dan hasil kedelai pada tanah Ultisol. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan dari bulan April hingga bulan Juli 2009 pada tanah Ultisol dan lokasi penelitian adalah Tebing Tinggi Kecamatan Tungkal Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, limbah cair dari pabrik kelapa sawit PT. Agro Mitra Madani, Urea (45 % N), SP-36 (36 % P2O5), KCl (50% K2O), pupuk kandang ayam, dolomit, fungisida Dithane M-45 dan insektisida Bassa. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi dan analisa limbah cair dilakukan di laboratorium Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Provinsi Jambi. Percobaan terdiri dari 4 perlakuan yaitu : tanpa pemberian limbah cair, tetapi diberi 5 ton ha-1 pupuk kandang ayam + 2 ton ha-1 dolomit + 50 kg ha-1 Urea+ 150 kg ha- 1 SP-36 + 100 kg ha-1 KCl (W0) dan pemberian 150.000 L ha-1 dengan waktu aplikasi yang berbeda yaitu 1 minggu sebelum tanam (W1), 2 minggu sebelum tanam (W2) dan 3 minggu sebelum tanam (W3). Perlakuan disusun dalam rancangan acak kelompok dengan 4 kali ulangan dan petak percobaan berukuran 4 x 4 m dengan jarak tanam 40 x 25 cm .
Ermadani :Sifat kimia tanah ultisol dan hasil kedelai (glycine max (l) merril) akibat perbedaan waktu aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit .
Pemberian kapur dan pupuk kandang dilakukan satu minggu sebelum tanam dan urea, SP-36 dan KCl diberikan pada waktu tanam. Limbah cair diberikan pada baris tanam yang digali dengan cangkul dan kemudian ditimbun kembali. Pada setiap lubang tanam ditanam 2 benih kedelai dengan jarak tanam 40 x 25 cm. Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah tanam dengan meninggalkan satu tanaman yang mempunyai pertumbuhan yang baik. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan Bassa dan Dithane M-45. Sifat kimia tanah yang dianalisa setelah panen adalah pH (H2O), C-organik (Walkley dan Black), N total (Kjeldhal), P-tersedia (Bray 1), K-dd (NH4OAc pH 7) dan Al-dd ( KCl 1 N), sedangkan parameter tanaman adalah berat kering biji kedelai. Data sifat kimia tanah dan berat kering biji kedelai dianalisis secara statistik dengan sidik ragam pada α 5% dan untuk menguji perbedaan antar perlakuan digunakan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada α 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Tanah Sebelum Perlakuan
Tanah Ultisol sebelum diberi perlakuan limbah cair mempunyai reaksi masam (pH
4,73), C-organik rendah, P-tersedia, Ca-dd, Mg-dd, KB dan KTK rendah dan tekstur lempung liat berpasir (Tabel 1). Rendahnya kandungan unsur hara, KB dan KTK menunjukkan kesuburan tanah Ultisol tergolong rendah sehingga memerlukan masukan untuk memperbaiki kesuburan tanah Ultisol. Limbah cair
Limbah cair yang diperoleh dari pabrik kelapa sawit PT. Agro Mitra Madani mempunyai reaksi agak alkalis (pH 7,6), BOD 4000 mg L-1, COD 8037 mg L-1, 934 mg L-1 N total, 260 mg L-1 P, 266 mg L-1 K, 59 mg L Ca, 36 mg mg L-1 (Tabel 2). Sedangkan logam-logam berat seperti Pb dan Cd, yang terdapat dalam limbah cair tergolong sangat kecil dan masih berada dibawah baku mutu pupuk organik cair yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009 Tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah (Departemen Pertanian, 2009). Sifat Kimia Tanah Akibat Perbedaan Waktu Aplikasi Limbah Cair Reaksi Tanah (pH), C-organik dan Al-dd Tanah
Perbedaan waktu aplikasi limbah cair tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pH dan C-organik tanah, tetapi menunjukkan
Tabel 1. Hasil Analisa Tanah Sebelum Perlakuan Limbah Cair No Parameter Satuan Hasil Uji 1 pH 4.73 2 C-organik % 0.29 3 N-total % 0.085 4 P-total mg 100-1 19.21 5 P-Bray 1 ppm 11.67 6 Na-dd me 100 g-1 0.19 7 K-dd me 100 g-1 0.16 8 Ca-dd me 100 g-1 1.25 9 Mg-dd me 100 g-1 1.18 10 KTK me 100 g-1 9.14 -1 11 Al-dd me 100 g 1.51 12 H-dd me 100 g-1 0.19 13 Kejenuhan Basa % 30.42 14 Kejenuhan Al % 33.71 15 Pasir % 53.27 16 Debu % 15.32 17 Liat % 31.41
Kriteria (Staf PPT 1983) Masam Sangat Rendah Sangat Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sangat Rendah Sedang Rendah
Rendah Tinggi Lempung liat berpasir
3
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
Tabel 2. Hasil Analisis Limbah Cair Parameter pH BOD5 COD TSS N- Total Minyak dan Lemak Fospor (P) Kalium (K) Kalsium (Ca) Magnesium (Mg) Kadmium (Cd) Tembaga (Cu) Timbal (Pb) Seng (Zn)
Satuan mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1 mg L-1
perbedaan yang nyata terhadap Al-dd tanah (Tabel 3). Perlakuan kapur + pupuk kandang + N + P + K (W0) menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan aplikasi limbah cair (W1, W2 dan W3) terhadap pH dan Al-dd, tetapi tidak berbeda nyata terhadap C-organik tanah. Namun demikian kandungan C-organik tanah setelah perlakuan menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan C-organik tanah sebelum pemberian perlakuan yaitu 02,9% (Tabel 1). Hal ini terjadi karena adanya penambahan bahan organik yang berasal dari pupuk kandang (W0) dan limbah cair (W1, W2 dan W3). Nilai pH yang tinggi pada W0 (kapur + pupuk kandang + N + P + K) disebabkan adanya pengaruh kapur, dimana pemberian kapur ke dalam tanah dapat merubah kation Al menjadi senyawa yang sukar larut dan membentuk endapan sebagai Al(OH)3 (Vizcayno et al., 2001). Konsentrasi Al-dd terendah juga diperoleh pada perlakuan kapur + pupuk kandang + N + P + K (W0). Aplikasi limbah cair 3 minggu sebelum tanam (W3) menunjukkan konsentrasi Aldd yang lebih rendah dibandingkan dengan aplikasi limbah cair 1 dan 2 minggu sebelum tanam. Hal ini menunjukkan bahwa limbah cair yang diaplikasikan 3 minggu sebelum tanam mempunyai waktu dekomposisi yang lebih lama sehingga selama proses dekomposisi berlangsung menghasilkan asam-asam organik. Asam-asam organik berperan dalam
4
Hasil Uji 7.6 4000 8037 4120 934 264 260 266 59 36 < 0,005 2,63 < 0,02 1,61
memfiksasi Al-dd menjadi bentuk ikatan Alorganik. Penurunan Al-dd karena pemberian bahan organik terjadi karena adanya pengikatan Al oleh senyawa organik melalui proses kelasi (chelate) oleh gugus fungsional seperti karboksilat (Winarso et al., 2009). Tabel 3. pH, C-organik dan Al-dd Akibat Perbedaan Waktu Aplikasi Limbah Cair C-Organik Al-dd Perlakuan pH (%) (me 100 g-1) W0
5.82a
1.69a
0.16c
W1
5.02b
1.47a
0.60a
W2
5.07b
1.36a
0.56ab
W3 5.02b 1.50a 0.50b Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α 5 %. N-total, P-tersedia dan K-dd
Perbedaan waktu aplikasi limbah cair tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kandungan N-total, P-tersedia dan K-dd (Tabel 4.). Perbedaan yang nyata terjadi antara perlakuan kapur + pupuk kandang + N + P + K (W0) dengan aplikasi limbah cair 2 dan 3 minggu sebelum tanam terhadap K-dd. Meningkatnya kandungan K-dd tanah ini terjadi karena dekomposisi bahan organik seperti limbah cair yang membebaskan unsur K (Khademi dan Naderizadeh, 2010). Limbah cair yang diaplikasikan mengandung N, P, K, Ca dan Mg (Tabel 1). Pembebasan bentuk-
Ermadani :Sifat kimia tanah ultisol dan hasil kedelai (glycine max (l) merril) akibat perbedaan waktu aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit .
Tabel 4. N-total, P-tersedia dan K-dd Akibat Perbedaan Waktu Aplikasi Limbah Cair K-dd N-Total P-Tersedia Perlakuan (me 100 (%) (ppm) g-1) W0
0.09a
9.03a
0.11b
W1
0.09a
7.31b
0.13ab
W2
0.10a
8.12ab
0.14a
W3 0.09a 7.75ab 0.15a Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α 5 %.
bentuk anorganik dari N, P dan unsur-unsur hara lainnya yang terikat secara organik dalam tanah berkaitan erat dengan mineralisasi C organik (Mapongoya et al., 2000). Unsurunsur hara hasil dekomposisi dapat diserap tanaman dan mengalami volatilisasi serta pencucian. Hasil Kedelai
Perbedaan waktu aplikasi limbah cair menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap hasil kedelai yaitu berat kering biji kedelai (Tabel 5). Limbah cair yang diaplikasikan dengan waktu yang berbeda juga menunjukkan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan perlakuan kapur + pupuk kandang + N + P + K (W0). Berat kering biji kedelai tertinggi (2,9 ton ha-1) diperoleh dengan perlakuan limbah cair 2 minggu sebelum tanam (W2) dan berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa limbah cair (W0) dan aplikasi limbah cair 1 minggu sebelum tanam, namun tidak berbeda nyata dibandingkan dengan aplikasi limbah cair 3 minggu sebelum tanam. Hasil kedelai yang tinggi pada aplikasi limbah cair 2 minggu sebelum tanam menunjukkan bahwa limbah cair yang diapkasikan memberikan dampak positif terhadap sifat-sifat kimia tanah. Proses dekomposisi limbah cair setelah dua minggu diberikan ke tanah melepaskan senyawasenyawa organik. Senyawa-senyawa organik ini berperan dalam mengikat kation-kation Al dan membentuk senyawa Al-organik yang bersifat tidak toksik bagi tanaman (Winarso et
Tabel 5. Berat Kering Biji Kedelai Akibat Perbedaan Waktu Aplikasi Limbah Cair Berat kering biji Perlakuan (ton ha-1) W0
1.6 c
W1
2.1 bc
W2
2.9 a
W3 2.5 ab Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada α 5 %.
al., 2009). Keracunan alumnium dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar dan translokasi unsur-unsur hara tanaman (Pontillas, 2009). Hasil penelitian Kumari et al., (2008) menunjukkan bahwa konsentrasi asam-asam organik lebih tinggi pada dekomposisi selama 15 hari (2 minggu) dibandingkan dengan waktu interval lainnya. Selain itu proses dekomposisi dengan berjalannya waktu dapat membebaskan unsurunsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman seperti N, P, K, Ca dan Mg. Limbah cair yang diaplikasikan mengandung unsur-unsur hara N, P, K, Ca dan Mg (Tabel 2). Dalam proses dekomposisi C organik mengalami penurunan dan kandungan N total meningkat dengan berjalannya waktu sehingga rasio C:N menurun (Kumari et al., 2008). Kandungan N tersedia meningkat setelah 2 minggu aplikasi dan semakin menurun dengan berjalannya waktu (Amanullah, 2007). Ketersediaan N tanah yang cukup sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal. Pelarutan P juga terjadi dengan adanya asam-asam organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik (Rashid et al., 2004). Peningkatan P juga dapat terjadi karena mineralisasi P organik (Duffera et al., 1999). Meningkatnya kelarutan P dan mineralisasi P organik dapat meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman. Adanya penambahan pupuk organik ke dalam tanah juga menciptakan media tumbuh yang kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan terbentuknya stabilitas agregat dan pergerakan air yang baik dalam tanah
5
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
(Wakindiki dan Yegon, 2011). Bahan organik dari pupuk organik juga berperan meningkatkan kapasitas menahan air tanah, memperbaiki struktur tanah serta kapasitas menahan unsur-unsur hara tanah (NdubuisiNnaji et al., 2011). KESIMPULAN Perlakuan kapur + pupuk kandang + N + P + K dapat menurunkan Al-dd dan meningkatkan pH tanah. Demikian juga aplikasi limbah cair dengan waktu yang berbeda dapat menurunkan kandungan Al-dd tanah dan meningkatkan kandungan K-dd tanah dan hasil kedelai. Peningkatan hasil kedelai tertinggi diperoleh dengan aplikasi limbah cair 2 minggu sebelum tanam yaitu 2,9 ton ha-1. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan bagian penelitian yang di laksanakan dengan Dana Penelitian Hibah Bersaing DIPA DP2M Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Tahun Anggaran 2009. DAFTAR PUSTAKA Amanullah, M.M. 2007. ‘N’ Release Pattern in Poultry Manured Soil. Journal of Applied Sciences Research, 3(10): 1094-1096. Danga BO dan Wakindiki. (2009). Effect of placement of straw mulch on soil conservation, nutrient accumulation, and wheat yield in a humid Kenyan highland. J. Trop. Agric., 47: 30-36. Departemen Pertanian. 2009. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 28/Permentan/SR.130/5/2009, tentang Pupuk Organik, Pupuk Hayati dan Pembenah Tanah. Berita Negara Republik Indonesia. Duffeera, M., W.P. Robarge dan R.L. Mikkelsen. 1999. Estimating the availability of nutrients from processed swine lagoon solids through incubation studies. Bioresource Technology 70 :261-268.
6
Eneji, A.E., T. Honna, S. Yamamoto, T. Saitr dan T. Masuda, 2002. Nitrogen transformation in four Japanese soils following manure+urea amendment. Comm. Soil Sci. Plant Anal., 33: 53– 66. Gale, P.M. and J.T. Gilmour., 1986. Carbon and nitrogen mineralization kinetics for poultry litter. J. Environ. Qual., 15: 423-426. Hadas, A. dan R. Portnoy, 1994. Nitrogen and carbon mineralization rates of composted manures incubated in soil. J. Environ. Qual., 23: 1184–1189. Ideriah, T.J.K., P.U Adiukwu, H.O. Stainley dan A.O. Briggs. 2007. Impact of palm oil (Elaeis guineensis Jacq; Banga) mill effluent on water quality of receiving Oloya Lake in Niger Delta, Nigeria. Res. J. Appl. Sci. 2:842-845. Khademi, H., dan Z. Naderizadeh. 2010. Mineralogical changes of clay sized phlogopite and muscovite as affected by organic matter amendment in rhizosphere. Anadolu. J. Agric. Sci. 25:74-79. Kumari, A., K.K. Kapoor, B.S. Kundu, dan R.K. Mehta. 2008. Identification of organic acids produced during rice straw decomposition and their rolein rock phosphate solubilization. Plant Soil Environ., 54 (2): 72–77. Mafongoya, P.L., P. Barak dan J.D. Reed. 2000. Carbon, nitrogen and phosphorus mineralization of tree leaves and manure. Biology and Fertility of Soils, 30(4):298-305. Manik, K.E.S. 2000. Pemanfaatan Limbah Cair Pengolahan Minyak Sawit Pada Areal Tanaman Kelapa Sawit. J. Tanah Trop. 10:147-152. Nakhone, L.N. dan M.A. Tabatabai, 2008. Nitrogen mineralization of leguminous crops in soils. J. Plant Nutr. Soil Sci., 171: 231–241. Ndubuisi-Nnaji, U.U., A.A. Adegoke, H.I. Ogbu,., N.O. Ezenobi,., dan A.I. Okoh. .2011. Effect Of Long-Term Organic Fertilizer Application On Soil Microbial Dynamics. African
Ermadani :Sifat kimia tanah ultisol dan hasil kedelai (glycine max (l) merril) akibat perbedaan waktu aplikasi limbah cair pabrik kelapa sawit .
Journal Of Biotechnology : 10 (4), Pp. 556-559. Nursyamsi, D. 2006. Kebutuhan hara kalium tanaman kedelai di tanah Ultisol. Jurnal Ilmu tanah dan Lingkungan. 6(2):71-81 Pontillas, L.A. 2009. Soil Chemical Properties and Dry Matter Yield Of Corn As Influenced By Organic Matter Amendment. The Threshold 4:58-65. Rashid, M., S. Khalil, N. Ayub, S. Alam dan F. Latif. 2004. Organic acids Production and Phosphate Solubilization by Phosphate Solubilizing Microorganism (PSM) Under in vitro Conditions.Pakistan Journal of Biological Sciences 7 (2):187-196. Rowell, D.M., C.E. Prescott dan C.M. Preston, 2001. Decomposition and nitrogen mineralization from biosolids and other organic materials: Relationship with initial chemistry. J. Environ. Qual., 30: 1401–1410. Savci, S. 2012. An Agricultural Pollutant: Chemical Fertilizer. International Journal of Environmental Science and Development, 3(1), 77-80. Subagyo, H., N. Suharta, dan A.B. Siswanto. 2000. Tanah-tanah pertanian di Indonesia. Hal. 21-66 dalam Sumber Daya Lahan Indonesia dan Pengelolaannya. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor. Subardja, D. Widagdo,dan A. Priyono. 2001. Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan Provinsi Jambi untuk mendukung pertanian berkelanjutan.
hal. 59- 74. Dalam Suwarto, S.E. Aprillani, A. Saleh (Eds.) Prosiding Seminar Pengelolaan Lahan Kering Berlereng dan Terdgradasi. Bogor, 910 Agustus 2001. Villegas-Pangga G, Blair GJ dan Lefroy RDB. 2000. Measurement of decomposition and associated nutrient release form barrel medic (Medicago trunculata) hay and Chickpea (Cicer arietinum) straw using an in vitro perfusion system. Aust. J. Agric. Res., 51: 563568. Vizcayno, C, M. T. Garcia-Gonzalez, Y. Fernandez-Marcote, dan J. Santano. 2001. Extractable Forms Of Aluminum As Affected ByGypsum And Lime Amendments To An Acid Soil. Commun. Soil Sci. Plant Anal., 32(13&14), 2279–2292 Wakindiki, I.I.C. dan R.Yegon. 2011. Effect of decomposition intensity of incorporated chickpea manure on stability and saturated hydraulic conductivity of a clay loam and clay soil. African Journal of Agricultural Research. 6(5): 1120-1127 Winarso S, E Handayanto, Syekhfani, dan D Sulistyanto. 2009. Pengaruh Kombinasi Senyawa Humik dan CaCO3 terhadap Alumunium dan Fosfat Typic Paleudult Kentrong Banten. J Tanah Trop 14 (2): 89- 95. Yacob, S., M.A. Hassan, Y. Shirai, M. Wakisaka dan S. Subash. 2005. Baseline study of methane emission from open digesting tanks of palm oil mill effluent treatment. Chemosphere 59:1575-1581.
7
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
8