13
3. BAHAN DAN METODE 3.1
Waktu dan Lokasi Penelitian Data diperoleh dari survei yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Survei
dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL) pada tanggal 15 Januari sampai 15 Februari tahun 2005 dengan menggunakan kapal HMS Scott melalui proyek north46 bagian barat Sumatera. Area survei ini berada pada koordinat 920 12’BB – 950 24’ BB dan 20 6’ LU sampai 30 48’LU. Survei ini dimaksudkan untuk memperoleh data batimetri yang digunakan dalam penetuan kaki lereng (Foot of Slope).
Gambar 6. Peta Lokasi penelitian Garis survei dirancang pada rentang 1,8 mil laut sampai 7,5 mil laut bergantung pada kedalaman air. Awalnya garis dikerjakan di sepanjang batas lempeng yang ditetapkan dengan menggunakan data yang ada di daerah tersebut. Dalam rangka untuk mendapatkan sebuah blok data yang bisa dianalisa
13
14
lebih lanjut, 6 garis dikerjakan sejajar dengan tepi barat laut sebelum bergerak lebih jauh ke selatan di sepanjang punggungan. Blok data kedua diperoleh dari sepanjang dasar lereng di tengah area survei dan yang ketiganya di wilayah selatan melintasi ujung yang diyakini sebagai zona fraktur. 3.2
Survei Batimetri Survei batimetri dilakukan dengan menggunakan High Resolution Multi-
Beam Sonar System (HRMBSS) sebagai sonar utama dan Narrow Beam Sonar System (NBSS) dengan masing-masing menggunakan frekuensi sebesar 18KHz dan 12 KHz. Sistem sonar tersebut mengeluarkan gelombang suara (echo) yang dapat merekam data batimetri dan nilai hambur baliknya . Akan tetapi penulis tidak melakukan pengolahan lanjutan terhadap nilai hambur baliknya . Resolusi beam dari sistem sonar tersebut terdiri dari dua bentuk yaitu dengan 361 x 1/30 (361 data) beam dan 121 x 10 (121 data) beam. Akan tetapi yang digunakan hanya 361 data. High Resolution Multi-Beam Sonar System (HRMBSS) sebagai sonar utama memancarkan frekuensi 12 KHz dengan pulsa 3 atau 7 milidetik tergantung kedalaman. Rata-rata transmisi per periode yaitu diantara 3 dan 12 detik berdasarkan waktu proses komputer. Sistem penerima (receiver) terdiri dari 144 hidropon yang ditempatkan didepan kapal dan melintangi kapal dari sistem transmisi. Sedangkan Narrow Beam Sonar System (NBSS) memancarkan gelombang suara dengan frekuensi 18 KHz dengan lebar beam 90. Narrow Beam Sonar System (NBSS) digunakan untuk mengecek dan mengontrol sonar utama (HRMBSS). Tidak ada masalah teknis ketika pengoperasian HRMBSS dimana selama survei tidak ada data yang hilang.
15
3.3
Metode Penentuan Kaki Lereng Proses penentuan keberadaan kaki lereng kontinen berdasarkan UNCLOS
pada pasal 76 ayat 4 untuk penentuan lereng kontinen pada penetapan landas
Gambar 7. Diagram Penentuan Foot of Slope (FOS) (CLCS, 1999) Kontinen lebih dari 200 mil laut. Aturan umum untuk menghitung perubahan gradien maksimum pada dasar lereng kontinen dan menggunakan pendekatan model matematika. Pendekatan model matematika ini menggunakan data batimetri dengan asumsi bahwa tegak lurus dengan lereng kontinen (Khafid,
16
2009). Data yang diperoleh sudah dalam bentuk spasial (a,b,h). Data tersebut dikelompokan sesuai dengan wilayah pengambilannya yang meliputi Utara (North Boundary), Barat Laut (Northwest Boundary), dan Barat (West Boundary). Hal dimaksudkan untuk mempermudah dalam menganalisis perubahan gradien secara maksimum. Semakin banyak dalam pengelompokan maka akan semakin banyak jumlah kaki lereng kontinen. Data batimetri kemudian ditampilkan secara dua dan tiga dimensi, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui topografi dasar laut daerah tersebut. Topografi sangat berpengaruh terhadap penentuan kaki lereng kontinen. Data spasial yang diperoleh dari survei kemudian diproses dengan menggunakan Visual Basic for Application (VBA). Perubahan gradien yang maksimum maka data tersebut terlebih dahulu diperhalus (smoothing). Proses smoothing ini menggunakan aplikasi moving average dalam software surfer 9. Apabila ada data spasial (χ,γ,h) dimana χ; merupakan jarak 2 titik lintang, γ; adalah jarak 2 titik bujur dan h; merupakan kedalaman; maka untuk memperoleh turunan pertama atau gradien diperlukan perhitungan jarak (dx) antara kedua koordinat (χ,γ) terlihat pada Lampiran 1. Perhitungan jarak tersebut menggunakan rumus: .............................................................. (1) Pada garis khatulistiwa, satu derajat lintang memilki nilai konversi dalam meter sebesar 110.067 (68,392 mil), sedangkan untuk bujur nilai konversi dalam meter sebesar 110.321 (68,550 mil) (Anam, et al. 2010). Nilai jarak tersebut terlebih dahulu dikonversi menjadi satuan meter. Setelah mendapatkan nilai jarak kemudian nilai kedalaman diturunkan terhadap nilai jarak tersebut sehingga
17
diperoleh nilai gradient (Lampiran 2). Secara matematis perubahan gradien dapat dirumuskan (CLCS, 1999): ................................................ (2)
Dimana jika fungsi dari profil batimetri pada tepian kontinen adalah y = f(x) yang secara kontinyu dapat diturunkan dua kali. Sedangkan fungsi perubahan gradien adalah fungsi turunan keduanya (Lampiran 3) .......................................................... (3) Foot of Slope (FOS) atau kaki lereng kontinen merupakan perubahan maksimum gradien. Perubahan maksimum gradien diperoleh dari turunan ketiganya (Lampiran 4) ....................................................... (4) Hasil yang diperoleh dari pengolahan menggunakan Visual Basic for Application (VBA) terutama untuk turunan ketiga akan bernilai nol apabila tidak diperhatikan berapa nilai angka dibelakang koma. Hal ini diperlukan agar perubahan gradien yang maksimum Foot of Slope (FOS) dapat terlihat. Perubahan gradien maksimum yang diperoleh dari hasil turunan ketiga kemudian dipilih satu titik berdasarkan kelompok wilayah (Boundary) untuk menentukan kaki lereng kontinen. Kemudian untuk visulasasi menggunakan software matlab 8 (Lampiran 5), surfer dan Arc Gis dimana hal digunakan untuk mempermudah dalam penentuan landas kontinen Indonesia.