PROSIDING KONFERENSI AKUAKULTUR INDONESIA 2013 “Implementasi Blue Economy Menuju Industrialisasi Akuakultur Indonesia yang Berkelanjutan dan Berdaya saing Tinggi di Era Globalisasi”
3 - 4 September 2013 Sunan Hotel Solo
EDITOR : Agung Sudaryono Danta Paramartha Abdul Mufid
Dipublikasikan oleh : Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Sekretariat : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) - UNDIP Gedung Widya Puraya Kampus UNDIP Tembalang Semarang 50275 Post: PO Box 8023 SMEL Semarang – INDONESIA Telp: (024) 70194598; HP. 0857 4031 3146 ; Fax: (024) 8318908 E-mail:
[email protected]; Website: www.aquaculture-mai.org
Diterbitkan oleh : Badan Penerbit Masyarakat Akuakultur Indonesia Semarang, Jawa Tengah
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang dengan rahmat, hidayah dan karuniaNya sehingga penyusunan Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia (KAI) 2013 ini dapat diselesaikan dengan baik. Prosiding ini merupakan kumpulan materi presentasi dan fullpaper para pemakalah yang disampaikan pada KAI 2013 pada tanggal 3-4 September 2013 di Sunan Hotel Solo dengan tema “Implementasi Blue Economy Menuju Industrialisasi Akuakultur Indonesia yang Berkelanjutan dan Berdaya saing Tinggi di Era Globalisasi”. Tema yang diangkat sejalan dengan semangat untuk mengangkat potensi
produksi akuakultur Indonesia nasional yang berorientasi pada pengembangan bisnis industri akuakultur yang berkelanjutan secara ekologi, sosial dan ekonomi. Konferensi tahun 2013 ini lebih mengeksplorasi potensi muatan lokal/nasional dengan mempererat silaturahmi para asosiasi dan komunitas masyarakat akuakultur lain. Penyelenggaraan event akbar tahunan ini diharapkan mampu membantu upaya Pemerintah Indonesia mewujudkan Indonesia sebagai Center of Trade bagi komoditi akuakultur dunia (ikan dan udang) dan sebagai Center of Sustainable Aquaculture Development di Kawasan Asia Pasifik. Oleh karena itu, penyusunan Prosiding Konferensi Akuakultur Indonesia (KAI) 2013 ini sangat penting sebagai media publikasi ilmiah hasil riset/kajian teknologi budidaya guna mengembangkan Industri Akuakultur Nasional sebagai sumber pangan dan kemakmuran bagi masyarakat. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu suksesnya penyelenggaraan Konferensi Akuakultur Indonesia (KAI) 2013. Kami menyadari bahwa dalam penyelenggaraan KAI dan penyusunan Prosiding ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik membangun dari semua pihak agar acara-acara yang kami selenggarakan di masa mendatang lebih baik dari sebelumnya. Harapan kami, Prosiding ini bermanfaat bagi seluruh masyarakat dalam memajukan akuakultur di Indonesia.
Semarang, Desember 2013
Prof. Rokhmin Dahuri Ketua Umum MAI
i
SUSUNAN ACARA KAI 2013 THE SUNAN HOTEL - SOLO, 3-4 SEPTEMBER 2013 SENIN, 2 SEPTEMBER 2013 13:00 – 20:00
Pendaftaran Baru/Daftar Ulang Peserta dan Persiapan Set-Up Pameran, Penyerahan Softcopy Materi Presentasi/Pemasangan Poster; Check In Hotel
18:30 – 21:30
Silaturahmi Nasional Tahunan Member dan Pengurus MAI
SELASA, 3 SEPTEMBER 2013 07:00 – 08:00
Pendaftaran Baru/Daftar Ulang Peserta
08:00 – 08:10
Salam Selamat Datang: Ketua Umum MAI (Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS)
08:10 – 08:40
Dr. Aris Wijayanto, M.Sc., MBA (Praktisi/Profesional): “Peningkatan Daya Saing Aqaculture Indonesia di Pasar Global: Tinjauan Aspek Kesiapan Human Capital”
08:40 – 09:10
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S (Presiden MAI): “Membangun Industri Akuakultur Modern dan Ramah Lingkungan: Belajar dari Negeri China”
09:10 – 09:30
Sambutan dan Pembukaan KAI 2013 oleh Gubernur Jawa Tengah, Bp. Ganjar Pranowo, SH
09:30 – 09:45
Rehat Kopi Pagi
09:45 – 11:45
Sesi Pleno I (Moderator: Agung Sudaryono, Ph.D) Dr. Ir. Slamet Soebijakto, M.Si (Dirjen PB KKP): “Evaluasi dan Progress Revitalisasi Tambak Udang di Pulau Jawa” Dr. Aji Sularso (Praktisi/MAI): “Keberpihakan Fiskal Pemerintah dalam Mendorong Pembangunan Akuakultur di Indonesia” Dr. Ir. Hasanuddin Atjo, MP (Praktisi/MAI): “Peran Technopreneurship dalam Industrialisasi Akuakultur dengan Pendekatan Blue Economy” Ir. Denny D. Indradjaja, M.Sc. (Ketua GPMT-Akuakultur/MAI): “Review Kebutuhan dan Pasar Pakan Akuakultur Indonesia Terkini: Mahalkah Pakan Pabrikan? (Problem- Solving)”
11:45 – 12:30
Diskusi
12:30 – 13:20
ISHOMA (Sesi Poster)
13:20 – 14:50
Sesi Pleno 2 (Moderator: Dr. Ir. Rita Rostika, M.Si) Prof. Dr. Ir. S. Budi Prayitno (UNDIP/MAI): “Status Perkembangan Penyakit Ikan/Udang Terkini di Indonesia: Problem-Solving” Ir. Syaiful Hanif (Praktisi/CV. Humamoa): “Status Perkembangan Bisnis, Pasar dan Industri Akuakultur Sidat Terkini di Indonesia: Problem Solving” Dr. Azam B. Zaidy (KCI/MAI): “Status Perkembangan Terkini Bisnis Budidaya Lele/Patin di Indonesia: Problem-Solving”
14:50 – 15:30
Diskusi
15:30 – 15:45
Rehat Kopi Sore (Paralel dengan Sesi Pleno 3)
15:30 – 16:45
Sesi Pleno 3 (Moderator: Ir. Dedy Yaniharto, M.Sc) •
Ir. Yanuar T.R (Praktisi/Tim Teknis SCI Banyuwangi): “Mengungkap Kontroversi
ii
Fakta dan Fenomena Baru Peran N/P Rasio Dalam Menunjang Keberhasilan Budidaya Udang Intensif di Tambak“
16:45 – 17:15
•
Ir. Johan Suryadarma (AP5I Jawa Timur): ”Status dan Prospek Pasar Industri Hilir Akuakultur (Domestik dan Ekspor): Kendala dan Solusi”
•
Dr. Tb. Haeru Rahayu, M.Sc (PUSDIK-KP): “Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (BUSMETIK): Sebuah Karya Nyata untuk Mendukung Program Industrialisasi Kelautan dan Perikanan”
Diskusi
RABU, 4 SEPTEMBER 2013 07:00 – 08:00
Daftar Ulang Peserta
08:00 – 10:00
Kelas Paralel Sessi 1 Reproduksi dan Teknologi Akuakultur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pakan dan Nutrisi Forum Sidat (Praktisi dan Peneliti)
10:00 – 10:20
Rehat Kopi Pagi
10:20 – 12:20
Kelas Paralel Sessi 2 Reproduksi dan Teknologi Akuakultur Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pakan dan Nutrisi Forum Sidat (Praktisi dan Peneliti)
12:20 – 13:20
ISHOMA
13:20 – 15:20
Kelas Paralel Sessi 3
Reproduksi dan Teknologi Akuakultur
Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Forum Sidat (Praktisi dan Peneliti)
Manajemen, Sosial, Bisnis dan Hukum Akuakultur
15:20 – 15:40
Rehat Kopi Sore
15:40 – 16:00
Closing Remark oleh Ketua MAI (Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, M.S) & Foto Bersama
iii
KELAS PARALEL SESSI 1 (RABU, 4 SEPTEMBER 2013) BIDANG: REPRODUKSI & TEKNOLOGI AKUAKULTUR Moderator: Dr. Ir. Eddy Supriyono
Ruang: Ballroom 2
08:00 – 08:20
Prama Hartami (Universitas Malikussaleh): ”Lama Waktu Perendaman Larva Ikan Cupang (Betta splendens) yang Berumur 5 Hari dengan Hormon 17α-Metiltestosteron terhadap Keberhasilan Monosex Jantan”
08:20 – 08:40
Samliok Ndobe (Universitas Tadulako): “Sex Ratio dan Pemangsaan terhadap Rekrut pada Ikan Hias Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni)”
08:40 – 09:00
Rustadi Tirtawijaya (Universitas Gadjah Mada): “Nila Merah “Nilasa” Hasil Pemuliaan dari UKBAT Cangkringan Daerah Istimewa Yogyakarta”
09:00 – 09:20
Muhammad Zairin Jr (Institut Pertanian Bogor): “Stimulasi Ikan Mas Jantan pada Pemijahan Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus B.) dengan Metode Cangkringan”
09:20 – 09:40
Susanto Bambang (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Metoda Transportasi Yuwana Abalon (Haliotis squamata) Hasil Pembenihan”
09:40 – 10:00
Gunarto (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Pemeliharaan Megalopa Kepiting Bakau, Scylla olivacea dengan Wadah Berbeda”
BIDANG: KESEHATAN IKAN & LINGKUNGAN Moderator: Dr. Ir. Sarjito, M.App.Sc
Ruang: Ballroom 1
08:00 – 08:20
Livia Rossila Tanjung (Pusat Penelitian Limnologi – LIPI): “Ikan Gurami Strain Padang Terbukti Memiliki Ketahanan Alami terhadap Infeksi Aeromonas”
08:20 – 08:40
Ibnu Dwi Buwono (Universitas Padjadjaran): “Karakterisasi Molekuler Gen Penyandi Kitinase Bakteri Asal Limbah Udang dan Kepiting sebagai Anti Saprolegnia”
08:40 – 09:00
Asfie Maidie (Universitas Mulawarman): “The Evaluation of Some Agar Media Used in Enumeration of Bacteria in Fisheries Studies”
09:20 – 09:40
Gina Saptiani (Universitas Mulawarman): “Anti-Inflamatory of Acanthus ilicifolius Leaf Extract on the Tiger Prawn (Panaeus monodon F.)”
09:40 – 10:00
Indah Mastuti (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Studi Histopatologi: Pembentukan Sel-Sel Membesar pada Organ Ikan Kerapu Setelah Terinfeksi Megalocytivirus”
10:00 – 10:20
Ernes Hamel (UPT Balai Budidaya Ikan Pantai Tablolong): “Pertumbuhan dan Kelulushidupan Juvenil Kima Sisik (Tridacna Squamosa) yang dipelihara dalam Kurungan yang diletakkan pada Habitat Terumbu Karang Hidup dan Terumbu Karang Mati di Perairan Teluk Kupang-Nusa Tenggara Timur”
BIDANG: PAKAN & NUTRISI Moderator: Dr. Ir. Rita Rostika, M.Si
Ruang: Foyer Syailendra
08:00 – 08:20
Muliani (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Pemanfaatan Serasah Daun Mangrove Rhizophora Mucronata pada Pemeliharaan Udang Windu (Penaeus monodon) di Laboratorium”
08:20 – 08:40
Agus Priyono (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Pembesaran Kakap Putih (Seabass) di Tambak dengan Pemberian Pakan Pelet
iv
Kandungan Protein Berbeda untuk Calon Induk Melalui Seleksi Pertumbuhan” 08:40 – 09:00
Edison Saade (Universitas Hasanuddin): “Studi tentang Kualitas Fisik dan Kimiawi Pellet Produk Industri Pakan Ikan Skala Rumah Tangga di Sulawesi Selatan dan Upaya Pengembangannya”
09:00 – 09:20
Jacob Uktolseja (Universitas Kristen Satya Wacana): “Campuran Tepung Hidrila (Hydrilla verticillata, (L.f) Royle) Terfermentasi Mikroba Biofad dan Tepung Udang Rebon Air Tawar (Caridina laevis, Heller) sebagai Pengganti Tepung Ikan untuk Pakan Katak Lembu (Rana catesbeina, Shaw)”
09:20 – 09:40
Neltje N. Palinggi (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Sumber Lemak Nabati dalam Pakan Pembesaran Ikan Beronang, Siganus guttatus”
09:40 – 10:00
S. Melatunan (Universitas Pattimura): “Evaluasi Penggunaan Minyak Ikan Dalam Proses Pembesaran Clown Fish Amphiprion percula”
FORUM SIDAT Moderator: Abdul Malik Serang, S.Pi, M.Si
Ruang: Syailendra Room
08:00 – 08:20
Dedy Yaniharto (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi): ”Substitusi Tepung Ikan Impor dengan Tepung Ikan Lokal dan Tepung Bungkil Kedelai dalam Pakan untuk Pemeliharaan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) di Kolam (Hapa)”
08:20 – 08:40
Agung Sudaryono (Universitas Diponegoro/MAI): ” Tinjauan Potensi Pengembangan dan Aplikasi Teknologi Budidaya Sidat
08:40 – 09:00
Mivida Febriani (Universitas Hang Tuah): “The Characters of Growth Performance Eels (Anguilla bicolor) from Segara Anakan, Cilacap, Central Java”
09:00 – 09:30
Syaiful Hanif (Praktisi/CV. Humamoa): “Sharing Pengalaman dari Pemula menjadi Pengusaha Olahan Unagi (Kabayaki)”
09:30 – 10:00
Diskusi
KELAS PARALEL SESSI 2 (RABU, 4 SEPTEMBER 2013) BIDANG: REPRODUKSI & TEKNOLOGI AKUAKULTUR Moderator: Sapto Putro, Ph.D
Ruang: Ballroom 2
10:20 – 10.40
Eddy Supriyono (Institut Pertanian Bogor): “Telaah Kualitas Air dan Produksi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan Ikan Nilem (Osteochillus hasselti) yang Dipelihara pada Sistem IMTA (Integrated Multi Trophic Aquaculture) dengan Teknologi Resirkulai Outdoor”
10:40 – 11:00
Agil Setya Utomo (Universitas Diponegoro): “Optimalisasi Pembesaran Bibit Lele (Clarias sp.) dengan Metode Green Water Melalui Pemberian Chlorella sp. sebagai Biodegradator Amoniak (NH3)”
11:00 – 11:20
Alimuddin (Institut Pertanian Bogor): “Perkembangan Riset Aplikasi Hormon Pertumbuhan Rekombinan dalam Memacu Pertumbuhan Ikan Budidaya”
11:20 – 11:40
Novi Mayasari (Pusat Penelitian Limnologi-LIPI): “Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Udang Sintang (Macrobrachium sintangense De Man) pada Kepadatan dan Shelter yang Berbeda”
v
11:40 – 12:00
Kukuh Nirmala (Institut Pertanian Bogor): “Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Ikan Gurame Osphronemus gouramy Lac. dengan Medan Listrik pada Media Pemeliharaan Bersalinitas 3 ppt”
12:00 – 12:20
Ricky Gimin (Universitas Nusa Cendana): “Optimal Ratios of Abalone Haliotis Squamata and Macroalgae Ulva spp. for an Integrated Multi-Trophic Aquaculture”
BIDANG: KESEHATAN IKAN & LINGKUNGAN Moderator: Asfie Maidie, Ph.D
Ruang: Ballroom 1
10:20 – 10.40
Sarjito (Universitas Diponegoro): “Causative Agent Motile Aeromonas pada Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Sentral Produksi Jawa Tengah”
10:40 – 11:00
Esti Handayani (Universitas Mulawarman): “Histopatologi Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) yang diinjeksi Produk Ekstraselular (ECP) dan Produk Intraselular (ICP) Pseudomonas sp.”
11:00 – 11:20
Alim Isnansetyo (Universitas Gadjah Mada): “Imunogenisitas Antigen H dan O Isolat Aeromonas Hydrophila dari Jawa Timur untuk Pengembangan Vaksin”
11:20 – 11:40
Sri Nuryati (Institut Pertanian Bogor): “Aplikasi Vaksin DNA Anti-KHV terhadap Benih Ikan Mas Cyprinus carpio Melalui Metode Perendaman dan Perlakuan Hiperosmotik”
11:40 – 12:00
Munti Yuhana (Institut Pertanian Bogor): “Selection, In-vitro Assays of Proteolytic and Amylolytic Bacteria and their Application as Biocontrol Agents Againts Pathogenic Nonhaemolytic Streptococcosis”
12:00 – 12:20
Sukenda (Institut Pertanian Bogor): “Efficacy of Vaccine with Hyperosmotic Infiltration Method for Preventing Streptococcocus in Nile Tilapia”
BIDANG: PAKAN & NUTRISI Moderator: Jacob Uktolseja, Ph.D
Ruang: Foyer Syailendra
10:20 – 10.40
Hany Handajani (Universitas Muhammadiyah Malang): “Pengujian Berbagai Asam Organik dan Bakteri Asam Laktat terhadap Peningkatan Nilai Nutrisi Limbah Ikan”
10:40 – 11:00
Irwan Setyadi (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Pengaruh Pemberian Minyak Nabati dan Minyak Ikan dalam Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Calon Induk Ikan Bandeng di Tambak”
11:00 – 11:20
Asda Laining (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Pertumbuhan dan Kandungan Asam Lemak Udang Windu Asal Tambak Fase Prematurasi yang Diberi Kombinasi Pakan yang Berbeda”
11:20 – 11:40
Sutia Budi (Universitas Hasanuddin): “Pengaruh Ekstrak Cabe Merah Capasicum annum terhadap Pigmentasi, Kadar Leukosit dan Pertumbuhan Ikan Cupang Betta spelendes pada Dosis yang Berbeda”
11:40 – 12:00
Agus Kurnia (Universitas Haluoleo): “Penggantian Total dan Sebagian Tepung Ikan dengan Tepung Cangkang Kepiting dalam Pakan terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Udang Windu, Penaeus monodon”
12:00 – 12:20
Herlinah Jompa (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Murbei (Morus spp.): Prospek dan Pengembangannya untuk Produksi Kepiting Cangkang Lunak (Soft Shell Crab) di Sulawesi Selatan”
vi
FORUM SIDAT Moderator: Agung Sudaryono, Ph.D
Ruang: Syailendra Room
10:20 – 11:00
I Made Suitha: Potensi Sidat Nasional: Prospek dan Strategi Pemanfaatannya Bagi Pengembangan Industri Budidaya Sidat” (Berbagi Pengalaman)
11:00 – 11:30
Prof. Martani Husaini (Ketua SIBUSIDO): ”Peran SIBUSIDO dalam Membangun Bisnis Budidaya Sidat yang Lestari Bagi Kemakmuran Bangsa” (Berbagi Pengalaman)
11:30 – 12:20
Diskusi
KELAS PARALEL SESSI 3 (RABU, 4 SEPTEMBER 2013) BIDANG: REPRODUKSI & TEKNOLOGI AKUAKULTUR Moderator: Alimuddin, Ph.D
Ruang: Ballroom 2
13:20 – 13:40
Djamhuriyah S.Said (Pusat Penelitian Limnologi-LIPI): “Pertumbuhan dan Penampilan Warna Ikan Pelangi Mungil Melanotaenia praecox pada pH Perairan yang Berbeda”
13:40 – 14:00
Usman Bulanin (Universitas Bung Hatta): “Analisis Isi Lambung Ikan Kerapu, Epinephelus coeruleopunctus”
14:00 – 14:20
Irman Irawan (Universitas Mulawarman): “Pengaruh Komposisi Ekstender terhadap Persentase Motility Sperma Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)”
14:20 – 14:40
Sapto Putro (Universitas Diponegoro): “Evaluasi Praktek Budidaya Sistem Keramba Jaring Apung Bertingkat dan Sistem Tambak Berdasarkan Taksa Dominan Makrobenthos”
14:40 – 15:00
Gusti Ngurah Permana (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Monitoring Variasi Genetik Ikan Bandeng dengan Analisis Allozyme”
15:00 – 15:20
Tatam Sutarmat (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Budidaya Ikan Kerapu dengan Jaring Ganda Berbasis Trophic Level”
BIDANG: KESEHATAN IKAN & LINGKUNGAN Moderator: Ir. Dedy Yaniharto, M.Sc
Ruang: Ballroom 1
13:20 – 13:40
Widanarni (Institut Pertanian Bogor): “Sinbiotik untuk Pencegahan Infeksi IMNV (Infectious Myonecrosis Virus) pada Udang Vaname Litopenaeus vannamei”
13:40– 14:00
Julie Ekasari (Institut Pertanian Bogor): “Stimulasi Pembentukan Agregat Bakteri pada Budidaya Udang Vaname Litopenaeus Vannamei dengan Sistem Bioflok Melalui Peningkatan Kekuatan Ion”
14:00 – 14:20
Lideman (Balai Budidaya Air Payau Takalar): “Performa Fotosintesis Kappaphycus sp. (Sumba strain) pada Beberapa Tingkat Suhu dan Cahaya”
14:20 – 14:40
Endang Jamal (Universitas Pattimura): “Suhu dan Salinitas yang Baik Bagi Sintasan Larva Zoea Kepiting Bakau Scylla spp. Lokal pada Sistem Pemeliharaan Terkontrol”
14:40 – 15:00
Yuni Puji Hastuti (Institut Pertanian Bogor): “Kalsium Karbonat (CaCO3) pada Media Bersalinitas untuk Pertumbuhan Benih Ikan Patin (Pangasius sp.)”
15:00 – 15:20
M. Fadjar (Universitas Brawijaya, Malang): “Perbandingan Dua Macam Hasil Ekstraksi Tinta Cumi (Loligo sp.) sebagai Inhibitor Vibrio algynoliticus”
vii
BIDANG: MANAJEMEN, SOSIAL, BISNIS & HUKUM AKUAKULTUR Moderator: Dr. Ir. Rita Rostika, M.Si
Ruang: Foyer Syailendra
13:20 – 13:40
Bonafisius S. Notohatmodjo (Politeknik Sawunggalih Aji): “Perbandingan Analisa Usaha Pembesaran Ikan Lele Konsumsi Dengan Metode Konvensional dan Metode Regulator Ekosistem Pada Skala Rumah Tangga di Dusun Banjaran Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang”
13:40– 14:00
Sri Susyanti (Universitas Hasanuddin): “Socio-juridical Aspect of Seaweed Cultivation Site As a Marriage Dowry in Bantaeng Regency, South Sulawesi”
14:00 – 14:20
Monika Meliana Taurisianti (Universitas Kristen Satya Wacana): “Penerapan Blue Economy pada Industri Budidaya Udang dengan Pemanfaat Limbah Kepala dan Kulit Udang untuk Produksi Kitosan”
14:20 – 14:40
Komsanah Sukarti (Universitas Mulawarman): “Hubungan Vegetasi Sempadan terhadap Kelimpahan Ikan di Sungai Separi”
14:40 – 15:00
Fitriyana (Universitas Mulawarman): “Perilaku Sosial Budaya Masyarakat di Daerah Obyek Wisata Danau Dua Rasa Kampung Pesisir Kecamatan Biduk-Biduk Kabupaten Berau”
15:00 – 15:20
Maftuch: “Pengaruh Pemberian Imunostimulan Ekstrak Kasar Gracilaria verrucossa Terhadap Respon Seluler Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pasca diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila”
FORUM SIDAT Moderator & Pembahas: Prof. Rokhmin Dahuri
Ruang: Syailendra Room
13:20 – 14:00
Dr. Djumbuh Rukmono, M.P (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya): “Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Benih Sidat Bagi Pengembangan Industri Budidaya Sidat di Indonesia”
14:00– 14:30
Dr. Ir. Hasanuddin Atjo, MP (Praktisi/MAI): “Potensi Sumberdaya dan Prospek Pengembangan Bisnis Budidaya Sidat di Sulawesi Tengah”
14:30 – 15:20
Diskusi
SESSI POSTER SELASA & RABU, 3 – 4 SEPTEMBER 2013 PUKUL 08:00 – 16:00 REPRODUKSI & TEKNOLOGI AKUAKULTUR Edison Saade (Universitas Hasanuddin): “A Feasibility Study of Sidenreng Lake Waters in Sidenreng Rappang Regency - South Sulawesi for Aquaculture” Sutia Budi (Universitas 45 Makassar): “Tingkat dan Organ Target Serangan Ektoparasit Argulus sp. pada Ikan Mas Koi Cyprinus sp. di Kabupaten Gowa dan Maros, Sulawesi Selatan” KESEHATAN IKAN & LINGKUNGAN Samliok Ndobe (Universitas Tadulako): “Upaya Domestikasi Melalui Pembesaran Ikan Gabus (Channa striata) di Dalam Wadah Terkontrol” Titiek Aslianti (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Inovasi Teknologi Produksi Benih Bandeng Berkualitas Baik Melalui Aplikasi Iodine dan Tetes Tebu Dalam Manajemen Pemeliharaan Larva”
viii
Suko Ismi (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Pemberian Nannochloropsis sp. dengan Kepadatan yang Berbeda pada Pemeliharaan Larva Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis)” – Halaman 87 Daniar Kusumawati (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Variasi Morfologi Berdasarkan Penciri Morfometrik dan Meristik Kerapu Hybrid Cantik (Epinephelus Fuscoguttatus X Epinephelus Polyphekadion) dengan Populasi Asal” Tony Setia Dharma (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Peningkatan Kepadatan Telur Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) terhadap Daya Tetas dan Sintasan Prolarva pada Transportasi Sistem Tertutup” Emma Suryanti (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Pemanfaatan Tanaman (Sesuvium Pertulacastrum) untuk Menginduksi Molting pada Induk dari Udang Windu (Penaeus monodon. Fab) di Hatchery” Fitriyah Husnul Khotimah (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol, Bali): “Histologi Gonad Abalon Hasil Persilangan Antara Haliotis squamata dan Haliotis asinine” Sularto (Balai Penelitian Pemuliaan Ikan, Sukamandi): “Penggunaan Kuning Telur Bebek sebagai Ekstendxer pada Proses Kriopreservasi Sperma Ikan Patin Jambal” Andi Tenriulo (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Uji Tantang Udang Windu Penaeus monodon Transgenik Menggunakan Bakteri Patogen Vibrio harveyi” PAKAN & NUTRISI Neltje N. Palinggi (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau Maros, Sulawesi Selatan): “Perubahan Kandungan Protein Bahan Baku Lokal Melalui Fermentasi Substrat Padat Menggunakan Aspergillus Niger”
ix
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Penerapan Blue Economy pada Industri Budidaya Udang dengan Pemanfaat Limbah Kepala dan Kulit Udang untuk Produksi Kitosan Monika Meliana Taurisianti1 dan Jacob L.A. Uktolseja2 1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Fakultas Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Telp (0298) 321212 (hunting), Fax (0298) 321433 email:
[email protected]
Abstract Monika Meliana Taurisianti and Jacob L.A. Uktolseja. Application of the Blue Economy to Shrimp Aquaculture Industry by Utilization of Head and Shell of Shrimp Waste for Chitosan Production. Konferensi Akuakultur Indonesia 2013. Application of blue economy to shrimp aquaculture industry may result in both increasing economic revenue and reducing environmental destruction. The study objective was to calculate revenue from chitosan production derived from head and shell of shrimp waste to pay CO2 emission (carbon footprint) produced by shrimp aquaculture industry. Primary data of shrimp aquaculture industry were gathered from shrimp aquaculture production of Dompu Regency, Province of South West Sunda Lesser (Nusa Tenggara Barat) of one period of cultivation database in 2005 that produced 142,193.53 kg. It was calculated about 68,835.40 kg of head and shell waste were produced that can be converted to 3,166.43 kg chitosan. In one period of cultivation, selling of chitosan brought about profit of Rp 119,849,300.15 with cost of carbon emission of Rp 85,919,585.23. There was remaining profit of Rp 33,979,714.92. In conclusion, utilization of head and shell of shrimp waste to produce chitosan can pay the cost of CO2 emission derived from shrimp aquaculture industry itself to conserve the environment of shrimp pond and to gain more profit. Keywords: Blue economy; Chitosan; CO2 emission; Shrimp aquaculture industry; Shrimp head and shell waste
Abstrak Penerapan blue economy pada industri budidaya udang di tambak berpeluang menghasilkan baik peningkatan pendapatan ekonomi dan pengurang kerusakan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung pendapatan yang diperoleh dari limbah industri budidaya udang berupa produksi kitosan dari kulit dan kepala udang untuk membayar harga emisi CO2 (carbon footprint) yang diakibatkan oleh industri budidaya udang. Data utama industri budidaya udang diperoleh dari data industri budidaya udang Kabupaten Dompu NTB pada satu musim tanam 2005 yang menghasilkan produksi udang sebanyak 142.193,53 kg. Perkiraan produksi limbah kulit dan kepala udang sebanyak 68.835,40 kg dengan kitosan yang dihasilkan sebanyak 3.166,43 kg. Dalam satu musim tanam, diperkirakan keuntungan penjualan kitosan sebanyak Rp 119.849.300,15 dan biaya emisi karbon sebanyak Rp 85.919.585,23. Jadi masih tersisa keuntungan sebanyak Rp 33.979.714,92. Dengan demikian pemanfaatan limbah kepala dan kulit udang untuk produksi kitosan dapat membayar emisi CO2 yang diakibatkan oleh kegiatan industri udang itu sendiri untuk melestarikan lingkungan tambak serta mendapatkan tambahan laba. Kata kunci: Blue economy; Kitosan; Emisi CO2; Industri budidaya udang; Limbah kepala dan kulit udang
Pendahuluan Indonesia memiliki sumberdaya laut dan pantai yang besar, namun kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) tanpa minyak dan gas hanya 3,36% (Kementerian Kelautan dan Perikanan-Republik Indonesia, 2013). Salah satu penyumbang terbesar kontribusi ini adalah industri budidaya udang. Peningkatan kapasitas industri budidaya udang diharapkan dapat meningkatkan kontribusinya terhadap PDB. Namun peningkatan kapasitas industri budidaya udang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yang pada akhirnya menghancurkan industri udang itu sendiri (Kautsky et al., 2000). Industri budidaya harus memperhatikan prinsip-prinsip
350
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
ekologis agar dapat sinambung (Kautsky et al., 2000) seperti yang diusulkan dalam konsep Green Economy (Pendleton et al., 2012). Lebih lanjut konsep Green Economy dikembangkan menjadi konsep Blue Economy (Pauli, 2010) dengan salah satu perbedaanya adalah biaya lingkungan akibat proses industri budidaya udang yang menggunakan sumberdaya laut dan pantai tidak dibebankan kepada konsumen seperti yang diusulkan oleh konsep Green Economy (Allison et al., 2012), tetapi melakukan inovasi untuk menggunakan seluruh komponen proses produksi terutama yang dianggap limbah (waste) menjadi barang berguna yang mempunyai nilai ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan baru (Pauli, 2010). Nilai ekonomi yang tercipta dapat dipakai untuk membayar biaya lingkungan (environmental capital) itu sendiri, serta dapat memberikan tambahan keuntungan bagi industri budidaya udang (economic capital) dan menambah penghasilan bagi tenaga kerja baru (social capital). Salah satu limbah produksi industri budidaya udang adalah kepala dan kulit udang yang dapat dikonversi menjadi kitosan (Beany et al., 2005). Kitosan ini mempunyai banyak kegunaan dengan nilai ekonomi yang tinggi. Khusus untuk Indonesia diperkirakan dari 500.000 ton/tahun produksi udang dihasilkan limbah kepala dan kulit udang sebanyak 300.000 ton/tahun (Handayani et al., 2008). Biaya lingkungan yang diakibatkan dari industri budidaya udang dihitung dari tingkat emisi karbon dioksida (Pelletier dan Tyedmers, 2010; Mungkung et al., 2012). Jadi penelitian ini bertujuan untuk menghitung pendapatan yang diperoleh dari limbah industri budidaya udang berupa produksi kitosan dari kulit dan kepala udang untuk membayar harga emisi CO2 (carbon footprint) yang diakibatkan oleh industri budidaya udang.
Bahan dan Metode Produksi udang dan kitosan Data produksi udang diperoleh dari hasil produksi tambak udang Kabupaten Dompu, Nusa Tengara Barat (Abubakar, 2009). Konversi jumlah produksi udang di tambak ke jumlah produksi kepala dan kulit udang dilakukan dengan menghitung rasio kepala dan kulit terhadap total berat udang di pasar Kota Semarang secara sampling acak, yaitu sebesar 48,41% dari total berat udang. Kemudian, dari data jumlah produksi kepala dan kulit udang diperoleh data produksi kitosan dengan menggunakan nilai konversi 4,6% menurut Istqomah (2011). Lama produksi kitosan diperoleh dengan total jumlah kepala dan kulit udang dibagi dengan kapasistas pengolahan pabrik kitosan. Emisi karbon Emisi karbon yang dihasilkan dari produksi udang di tambak diperoleh dengan menggunakan angka konversi 5,88 kg CO2 e/kg (Mungkung et al., 2012). Emisi karbon yang dihasilkan dari produksi kitosan dihitung dengan Blue Carbon Offset Calculator menurut The Ocean’s Foundation Seagrass Grow (2013). Emisi karbon dihitung berdasarkan komponen proses produksi kitosan seperti jumlah pegawai, luasan pabrik, jumlah energi listrik yang digunakan, jenis kendaraan transportasi, panjang perjalanan kendaraan transportasi. Perhitungan ekonomi Biaya emisi karbon untuk produksi udang di tambak dan produksi kitosan adalah 10 USD per ton CO2 (Siikamäki et al., 2012) yang dikonversi ke satuan rupiah Indonesia pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) per 19 Juli 2013 sebesar Rp 10.070. Perhitungan ekonomi yang lain dari produksi kitosan adalah biaya produksi dan investasi, laba atau rugi, waktu pengembalian investasi. Data komponen biaya produksi dan invertasi diperoleh dari Susanto dan Mukhsi (2010) yang dimodifikasi berdasarkan hasil penelitian Beaney et al. (2005) dan menyesuaikan dengan kondisi ekonomi Indonesia sekarang. Harga pasaran kitosan sebesar 20 USD diperoleh dari Antara (2011) untuk kualitas kitosan farmasi.
351
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Hasil dan Pembahasan Hasil produksi udang dan kitosan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel ini menunjukkan bahwa kira-kira 2,3% kitosan dapat diproduksi dari total produksi udang. Produksi kitosan ini menghasilkan emisi karbon sekitar 0,002% dari emisi karbon yang dihasilkan dari produksi udang itu sendiri (Tabel 2). Hasil perhitungan ini (5,17 ton CO2 e/ton kitosan) relatif sangat lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil perhitungan emisi karbon produksi kitosan menurut Roberts (2006), yaitu setiap ton produksi kitosan dihasilkan 0,8 ton CO2 .Perbedaan ini mungkin karena perhitungan oleh Roberts (2006) hanya menganalisis CO2 yang keluar dari bahan kepala dan kulit udang yang mengandung CaCO3. Tabel 1. Produksi udang di tambak Kabupaten Dompu NTB dan perkiraan produksi kitosan. Pembulatan kapasitas Produksi udang Produksi kepala dan kulit udang Produksi kitosan pabrik kitosan (kg) (kg) (kg/bulan) (kg/bulan) 142.192,53 68.835,4 14.400 662,4 Tabel 2. Perkiraan emisi karbon produksi udang dan kitosan dan biaya karbonnya. Produksi udang Produksi kitosan Emisi karbon Biaya karbon Emisi karbon Biaya karbon (kg C) (Rp) (kg C) (Rp) 836.092,08 84.194.263 17,136 1.725.595,20 Tabel 3. Penghitungan biaya produksi kitosan per bulan. No. Jenis kebutuhan Jumlah 1 Bahan baku kepala dan 14.400 kg kulit udang 2 Bahan penolong (HCl, 14.400 kg NaOH, air) 3 Kemasan 265 plastik 4 Listrik 24 hari 5 Gaji karyawan 24 hari x 3 orang Total biaya produksi Jumlah kitosan yang diproduksi (kg) HPP kitosan (Rp/kg)
Harga satuan 2.500/kg
Total (Rp) 36.000.000,00
4.500/kg
64.800.000,00
500/plastik 50.000/hari 50.000/org/hari
132.500,00 1.200.000,00 3.600.000,00 105.732.500,00 662,40 159.620,32
Tabel 3 memuat hasil perhitungan kitosan setiap bulan. Jika dalam satu kemasan plastik kitosan memuat 2,5 kg kitosan maka diperlukan sekitar 265 plastik kemasan dengan harga pokok produksi (HPP) setiap kemasan sebesar Rp 399.050,80. Hasil perhitungan biaya produksi kitosan per kilogram ini lebih tinggi 6,67% dari pehitungan biaya produksi kitosan menurut Savitri et al. (2010) sebesar Rp 149.700/kg kitosan. Perbedaan ini terjadi karena Savitri et al. (2010) hanya memperhitungkan biaya dari bahan kimia saja dan konversi kulit udang ke kitosan lebih rendah yaitu 2,5%. Tabel 4. Perhitungan biaya investasi dan depresiasi produksi kitosan. Perkiraan usia No. Jenis investasi Jumlah ekonomi (UE) (tahun) 1 Tempat pengering 2 alat 5 2 Timbangan 2 alat 5 3 Oven 2 alat 5 4 Gelas ukur 5 alat 5 5 Tangki pencampur 3 alat 3 6 Alat pengaduk 5 alat 3 7 Termometer 5 alat 3 8 Tangki pembuat larutan 3 alat 3 9 Alat penghancur 1 alat 5 10 Tangki pemanas 5 alat 5
352
Harga (Rp) 200.000,00 1.000.000,00 6.000.000,00 6.000.000,00 6.000.000,00 100.000,00 500.000,00 6.000.000,00 5.000.000,00 1.500.000,00
Biaya depresiasi (Rp/bulan) 3.333,33 16.666,67 100.000,00 100.000,00 166.666,67 2.777,78 13.888,89 166.666,67 83.333,33 25.000,00
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
11 12 13
Screener 2 alat Sewa rumah produksi 1 tahun Pemasaran dan 1 tahun transportasi Total biaya investasi
5 1 1
Tabel 5. Perhitungan harga pokok penjualan. No Komponen biaya 1 2
HPP total kitosan (Rp.159.620,32/kg x 662,4 kg) Total biaya depresiasi Total harga pokok penjualan
6.000.000,00 30.000.000,00 5.000.000,00
100.000,00 2.500.000,00 416.666,67
73.300.000,00
3.695.000,00
Biaya (Rp) 105.732.499,97 3.695.000,00 109.427.499,97
Tabel 6. Perhitungan laba. No Komponen perhitungan 1 Penjualan kitosan (662,40 kg x Rp.201.400) 2 Harga pokok penjualan Laba
Jumlah (Rp) 133.407.360,00 109.427.499,97 23.979.860,03
Tabel 7. Perhitungan laba setelah dikurangi biaya karbon. No Komponen perhitungan 1 Total laba 5 bulan (5 x Rp.23.979.860,03) 2 Total biaya karbon Sisa laba
Jumlah (Rp) 119.899.300,15 85.919.585,23 33.979.714,92
Tabel 4 menyajikan hasil perhitungan biaya investasi dan depresiasi produksi kitosan. Sekitar 40,59% dari total biaya dalam satu bulan merupakan biaya investasi. Biaya investasi produksi kitosan dengan luasan fasilitas pabrik sekitar 929 m2 sebesar lebih dari 5 juta USD untuk memproses limbah produksi udang sebanyak 5,9 juta kg (Quinlan 2009; Stewart dan Noyes-Hull, 2010). Berdasarkan perbandingan jumlah limbah udang yang dapat diolah, dengan melakukan esktrapolasi, maka biaya investasi produksi kitosan pada penelitian ini lebih murah 40,35%. Omzet penjualan kitosan selama satu bulan sebesar Rp 133.407.360 (Tabel 5) atau selama 5 bulan sebanyak Rp 119.899.300,15 (Tabel 6). Dengan dikurangi biaya produksi dan biaya karbon masih menyisakan keuntungan selama 5 bulan operasi sebanyak Rp 33.979.714,92 (Tabel 7). Jika dikurangi dengan biaya CO2 yang keluar dari CaCO3 kepala dan kulit udang, maka keuntungan hanya berkurang Rp 266.814,72 menjadi Rp 33.712.900,20. Berdasarkan nilai keuntungan Rp 33.979.714,92 dapat dihitung berapa Payback Periode. Keuntungan selama satu bulan dari 5 bulan operasi sebesar Rp 6.795.942,98. Biaya investasi dibagi keuntungan per bulan ini diperoleh hasil 10,78 bulan atau 10 bulan 24 hari. Jadi jika produkasi kitosan dapat berjalan dan semua kitosan dapat dijual, maka sekitar 11 bulan biaya investasi sudah dapat kembali. Keuntungan yang diperoleh dengan setelah dikurangi biaya lingkungan secara tentatif membuktikan bahwa konsep blue econony dari Pauli (2010) dapat diterapkan dalam industri budidaya udang. Tiga capital yaitu economic capital (keuntungan), environmental capital (emisi CO2), social capital (penambahan lapangan pekerjaan dan penghasilan tenaga kerja baru) dalam konsep green economy (Pendleton et al., 2012) dapat dipenuhi dengan tanpa konsumen udang membayar biaya lingkungan. Penerapan prinsip ekologi untuk kesinambungan industri udang (Kautsky et al., 2000) ternyata juga harus dibarengi dengan tambahan aplikasi teknologi (Costa Pierce, 2002; Ayer dan Tyedmers, 2009) seperti pada konversi limbah kepala dan kulit udang menjadi kitosan. Tambahan aplikasi teknologi, termasuk bioteknologi, terutama dibutuhkan untuk limbah yang non nutrisi. Dampak lingkungan limbah nutrisi kebanyakan diatasi dengan menerapkan akuakultur multi spesies (Bunting dan Shpiegel, 2009; Troell et al., 2009). Aplikasi bioteknologi pada limbah kepala dan kulit udang tidak hanya mengkonversi menjadi kitosan, tetapi
353
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
juga dapat menjadi karotenoid, lemak, protein dan mineral (Sachindra et al., 2005; Bhaskar et al., 2007). Jadi bioteknologi berpotensi diterapkan untuk limbah non nutrisi.
Kesimpulan Penerapan blue economy pada industri udang secara tentatif dapat memaksimalkan pendapatan yang diperoleh oleh pengusaha industri udang. Pendapatan tambahan ini pada akhirnya dapat digunakan untuk perbaikan lingkungan dan sosial sebagaimana terdapat dalam konsep green economy, bahkan masih menyisakan laba bagi perusahaan. Potensi penerapan blue economy pada industri udang masih sangatlah besar, karena pada penelitian ini belum dihitung potensi atas industri karotenoid, lemak, protein, dan mineral dengan aplikasi bioteknologi pada limbah kepala dan kulit udang. Tambahan potensi ini menjadi masukan bagi penelitian berikutnya.
Daftar Pustaka Abubakar. 2009. Trade-off pengembangan pengelolaan kawasan tambak udang berkelanjutan di Kabupaten Dompu, NTB. Agroteksos, 19: 48−55. Allison, E., N. Franz., C. Fuentevilla, L. Westlund and R. Willmann. 2012. Greening Small-scale Fisheries and Aquaculture. In, J. Alder and A.P. Capella (Project Team United Nations Environmental Programme), Green Economy in a Blue World. United Nations Environmental Programme, Nairobi, pp. 18−37. Ayer, N.W. and P.H. Tyedmers. 2009. Assessing alternative aquaculture technologies: life cycle assessment of salmonid culture systems in Canada. Journal of Cleaner Production, 17: 362–373. Antara. 2001. BPPT, PT Katama to Produce Indonesia’s First Kitosan. Jakarta, Antara -The Indonesian National News Agency, July 16, 2001. Beaney, P., J.L. Mendoza and M. Healy. 2005. Comparison of chitins produced by chemical and bioprocessing methods. Journal of Chemical Technology and Biotechnology, 80:145–150. Bhaskar, N., P.V. Suresh, P.Z. Sakhare and N.M. Sachindra. 2007. Shrimp biowaste fermentation with Pediococcus acidolactici CFR2182: Optimization of fermentation conditions by response surface methodology and effect of optimized conditions on deproteination/demineralization and carotenoid recovery. Enzyme and Microbial Technology, 40: 1427–1434. Bunting, S.W. and M. Shpigel. 2009. Evaluating the economic potential of horizontally integrated landbased marine aquaculture. Aquaculture, 294: 43–51. Costa-Pierce, B. 2002. The 'blue revolution' - aquaculture must go green. World Aquaculture, 33:4−5. Handayani, A.D, Sutrisno, N. Indraswati and S. Ismadji. 2008. Extraction of astaxanthin from giant tiger (Panaeus monodon) shrimp waste using palm oil: Studies of extraction kinetics and thermodynamic. Bioresource Technology, 99: 4414–4419. Istiqomah. 2011. Pra perancangan unit pengolahan kitosan dari cangkang udang windu di Sidoarjo. Skripsi., Universitas Brawijaya, Malang. Kautsky N., P. Rönnbäck, M. Tedengren and M. Troell. 2000. Ecosystem perspectives on management of disease in shrimp pond farming Aquaculture, 191: 145–161 Mungkung, R., S.H. Gheewala and A. Tomnantong. 2012. Carbon footprint of IQF peeled tail-on breaded shrimp (Litopenaeusvannamei): How big is it compared to other aquatic products. Environment and Natural Resources Journal, 10: 31-36 Pelletier, N. and P. Tyedmers. 2010. Life cycle assessment of frozen tilapia fillets from Indonesian lake-based and pond-based intensive aquaculture systems. Journal of Industrial Ecology, 14: 467−481 Pendleton, L., A. Solgaard and P. Siegel. 2012. Introduction. In, J. Alder and A.P. Capella (Project Team United Nations Environmental Programme), Green Economy in a Blue World. United Nations Environmental Programme, Nairobi, Kenya, pp. 8−17. Pauli, G.A. 2010. The Blue Economy. 10 Years, 100 Innovations, 100 Million Jobs. Paradigm Publication, Iaos, New Mexico, 278 pp. Quinlan, R. 2009. Environmental Assessment Information Feed Shellfish Chitin Processing Plant Old Perlican, NL. Water St., St. John’s, NL, Quinlan Brothers Limited. 43pp. Roberts, G.A.F. 2006. Truth or Myth In: G.A.F. Robets (Ed.) European Chitin Society Newsletter July 2006 No.21. Bioengineering Research Group, School of M3E, Nottingham University, Nottingham, UK.
354
Konferensi Akuakultur Indonesia 2013
Savitri, E., N. Soeseno and T. Adiarto. 2010. Sintesis kitosan, poli(2-amino-2-deoksi-D-Glukosa), skala pilot project dari limbah kulit udang sebagai bahan baku alternatif pembuatan biopolimer. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia ―Kejuangan‖Pengembangan teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yoyakarta, 26 Januari 2010. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN‖Veteran‖ Yogyakarta, pp H01-1−10. Sachindra, N.M., N. Bhaskar and N.S. Mahendrakar. 2005. Carotenoids in different body components of Indian shrimps. Journal of the Science of Food and Agriculture, 85: 167–172. Stewart, G. and G.N. Hull. 2010. Feasibility of Producing Value Added Products from Snow Crab Processing Waste in Cape Breton, Nova Scotia. Nova Scotia, The Gulf Aquarium and Marine Station Cooperative. 38 pp. Siikamäki, J., J, N. Sanchirico and S.L. Jardinec, 2012. Global economic potential for reducing carbon dioxide emissions from mangrove loss. Proceedings of the National Academy of Sciences, 109: 14369–14374 Susanto, H.R. and A.A. Mukhsi. 2010. Pemanfaatan kitosan limbah cangkang udang pada proses adsorpsi lemak sapi. Institut Tesknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. The Ocean Foundation’s SeaGrass Grow. 2013. Blue carbon offset calculator mrthodology. https://seagrassgrow.org/blue-carbon-offset-calculator/ diakses 19 Juli 2013. Troell, M., A. Joyce, T. Chopin, A. Neori, A.H. Buschmann and J.G. Fang. 2009. Ecological engineering in aquaculture — Potential for integrated multi-trophic aquaculture (IMTA) in marine offshore systems. Aquaculture, 297: 1–9
355