1
FASHION AND LUNCHEON DAN CITRA THE SUNAN HOTEL SOLO (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon)
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
Disusun oleh : YURISTA NINDYA KUSUMA D0207112
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing
Drs. Surisno Satrijo Utomo, M. Si NIP. 19500926 198503 1001
3
MOTTO
……….Bismillahirrahmanirrahim
……..you are creating your own future…….
make it happen………….
4
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini dipersembahkan untuk : 1. Bapak dan Mama yang telah memberikan segala dukungan selama ini, hingga saya berada di titik ini. 2. Mas Gani, Adek, dan Rangga, best family I ever have. 3. Astario Prakoso, light that guide me home. 4. Sahabat-sahabat paling hebat 5. Kompi 2007, atas semua pengalaman tak terlupakan
5
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim, Dengan mengucap rasa puji syukur kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Fashion and Luncheon dan Citra The Sunan Hotel Solo (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon). “ Skripsi ini disusun dan diajukan untuk melengkapi syarat-syarat guna memperoleh gelar S-1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada segenap pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan selama proses penyelesaian skripsi, antara lain kepada : 1. Allah S. W. T yang telah menunjukan jalan yang terbaik atas segala doa yang telah dipanjatkan. 2. Bapak dan Mama yang tak pernah lelah untuk mengingatkan saya dan selalu memanjatkan doa yang terbaik untuk saya. 3. Mas Gani, Adek, dan jagoan kecil saya, Rangga, untuk semua canda dan tawa, tri mas ketir yang selalu mewarnai hidup saya. 4. Prof. Drs. Pawito, Ph. D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
6
5. Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, UNS, Dra. Prahastiwi Utari, Ph. D. 6. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M. Si, dosen pembimbing yang telah memberi banyak masukan dan bimbingan skripsi serta nasehat tentang hidup yang merupakan ujian lebih yang besar dari ujian skripsi. 7. Dra. Sri Urip Haryati, M. Si selaku pembimbing akademis saya. 8. Seluruh dosen Ilmu Komunikasi, FISIP, UNS, yang telah memberikan banyak ilmu selama lebih dari 4 tahun. 9. Mbak Retno Wulandari, PR The Sunan Hotel Solo yang telah banyak membantu dalam penelitian skripsi. 10. Mas Rory Wardhana, Suci Utami Hapsari, Dea Ardyanda, narasumber saya yang telah meluangkan waktunya. 11. Sahabat-sahabat saya Ema, Ajeng, Kenyo, Tya, Sinta, Ilek, Monik, Santi, Gegen, Oki, Tomi, Herka, Mamed, Ninda, Atun, terimakasih atas kebersamaannya selama 5 tahun ini. 12. Para penasehat terbaik saya Aditya Wisnu, Mbak Yanik, Mas Akbar, Ade Pethonk, Agung Rahmadi, dan Mbak Yati yang telah banyak memberi masukan. 13. Okta, Dika, dan Riza, terimakasih atas persahabatan yang selalu dibawa dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam Tim Hapsari Communications and Public Relations.
7
14. Ibu Febri Hapsari Dipokusumo yang telah memberi banyak pelajaran kepada Tim Hapsari Communications and PR, serta rekan-rekan tim Hapsari, Atria, Gedong, Dewi, Tya, Wahyu, Pak Latif, Pak Wayan. 15. KOMPI 2007!!! Hal paling indah adalah menjadi bagian dari kalian. 16. Teman-teman Rotaract yang selalu berbagi kebahagiaan bersama. 17. UP Organizer, Segitiga, Summer Production, dan Putra Putri Solo terimakasih atas pelajaran yang paling berkesan selama ini. 18. Astario Prakoso, terimakasih atas segala arahannya sehingga saya berada di titik ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat berterimakasih dan mengharapkan berbagai masukan dari semua pihak, baik saran maupun kritikan yang membangun. Semoga skrpsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Alhamdulillahirabbil‟alamin,
Surakarta, Agustus 2012
Yurista Nindya Kusuma
8
DAFTAR ISI
JUDUL.…………………………………………………………………………...i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………….…….....ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….……iii MOTTO………………………………………………………………………....iv PERSEMBAHAN…………………………………………………………….…v KATA PENGANTAR ……………………………………………………...….vi DAFTAR ISI……………………………………………………………………ix DAFTAR BAGAN ….…………………………………………………………xii DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………….xiii ABSTRAK….……………………………………………………………........xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………………………………………...1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………..9 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………9 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………10 E. Kajian Teori………………………………………………………………10 1. Pengertian Komunikasi………………………………………………11 2. Public Relations………………………………………………………14 3. Teori Komunikasi terkait Public Relations………………………..…17 4. Citra Perusahaan……………………………………………………...21 F. Definisi Konseptual………………………………………………………31
9
G. Implementasi Konsep…………………………………………………….32 H. Kerangka Pikir……………………………………………………………34 I. Metofologi Penelitian…………………………………………………….35 1. Metode Penelitian……………………………………………………35 2. Jenis Penelitian……………………………………………………….37 3. Lokasi Penelitian……………………………………………………..37 4. Sumber Data………………………………………………………….38 5. Teknik Pemgumpulan Data…………………………………………..38 6. Validitas Data………………………………………………………...39 7. Analisis Data…………………………………………………………40 BAB II DESKRIPSI LOKASI THE SUNAN HOTEL SOLO A. Sejarah The Sunan Hotel Solo…………………………………………..42 B. Identitas Perusahaan…………………………………………………….44 C. Visi dan Misi Perusahaan ...……………..………………………………45 D. Personal Branding The Sunan Hotel Solo………………………………46 E. Struktur Bangunan The Sunan Hotel Solo………………………………48 F. Fasilitas The Sunan Hotel Solo………………………………………….50 G. Department Public Relations The Sunan Hotel Solo…………………….60 H. Program Unggulan The Sunan Hotel Solo dalam Rangka Membangun Citra Entertainment Hotel………………………………………………..63 I. Struktur Organisasi……………………………………………………….64 J. Tamu VIP The Sunan Hotel Solo………………………………………...69 BAB III PENYAJIAN DATA
10
A. Data Informan ..…………………………………………………………70 B. Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon……………………………………………….………….……72 C. Proses Pelaksanaan Program Fashion and Luncheon …………………..81 BAB IV ANALISIS DATA A. Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon……………………………………………….……………...…93 B. Proses Pelaksanaan Program Fashion and Luncheon…………………..103 1. Riset…………………………………………………………..…….104 2. Perancangan Strategi……………………………………………......107 3. Pelaksanaan...…………………………………………………...…..110 4. Evaluasi………………………………………………………..........114 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………….…..…………119 B. Saran……………………………………………………...……………..123 Saran bagi Perusahaan……………………………………………...…...123 Saran bagi Peneliti………………………………………………………124 DAFTAR PUSTAKA ...………..………………………………………………125 LAMPIRAN ..………………………………...………………………………...127
11
DAFTAR BAGAN
Bagan 1
: Elemen-elemen Komunikasi………………………………….11
Bagan 2
: Interes dan Kepentingan Masing-Masing Stakeholder……….28
Bagan 3
: Proses Public Relations……………………………………….29
Bagan 4
: Kerangka Pikir………………………………………………..34
Bagan 5
: Triangulasi Sumber…………………………………………...39
Bagan 6
: Teknis Analisis Data………………………………………….40
Bagan 7
: Formula Laswell……………………………………………..100
12
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1
: Entire Building The Sunan Hotel Solo…………………………48
Gambar 2. 2
: Deluxe Room…………………………………………………...50
Gambar 2. 3
: President Suites Room………………………………………….51
Gambar 2.4
: Soemaryo Grand Ballroom……………………………………..53
Gambar 2. 5
: Narendra Restaurant……………………………………………56
Gambar 2. 6
: Music Room (Musro)…………………………………………..56
Gambar 2. 7
: Royal Expresso and Tea Lounge……………………………….57
Gambar 2. 8
: E,bassy Wine Lounge…………………………………………..58
Gambar 2. 9
: Swimming Pool…………………………………………………58
Gambar 2. 10 : Apsara Fitness and Spa…………………………………………59
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Public Relations Manager The Sunan Hotel
Solo Lampiran 3
Pedoman Wawancara dengan Rekanan Fashion and Luncheon
Lampiran 4
Pedoman Wawancara untuk Perancang Busana Fashion and
Luncheon Lampiran 5
Pedoman Wawancara Tamu Fashion and Luncheon
Lampiran 6
Transkrip wawancara Public Relations Manager The Sunan Hotel
Solo Lampiran 7
Transkrip Wawancara Rory Wardhana
Lampiran 8
Transkrip Wawancara Perancang Busana Fashion and Luncheon 1. Suci Utami Hapsari 2. Dea Ardyanda
Lampiran 9
Transkrip Wawancara Tamu Fashion and Luncheon 1. Rahadyan Deny Hapsari 2. Tommy Putra Setyawan 3. Febri Hapsari D.
Lampiran 10 Contoh Press Release Fashion and Luncheon Lampiran 11 Publikasi Media Fashion and Luncheon Lampiran 12 Foto-Foto Pelaksanaan Fashion and Luncheon
14
ABSTRAK
Yurista Nindya Kusuma, D0207112 , FASHION AND LUNCHEON DAN CITRA THE SUNAN HOTEL SOLO (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon). The Sunan Hotel Solo memiliki Public Relations Department yang bertugas sebagai komunikator perusahaan, menjaga hubungan yang baik dengan pihak internal perusahaan, dan juga menciptakan citra yang baik di mata stakeholder (communicator, back up management, image maker). Terkait dengan citra perusahaan, The Sunan Hotel Solo selama ini memiliki citra sebagai Convention and Entertainment Hotel yang terlihat dari program dan produkproduk perusahaan. Pada April 2011 The Sunan Hotel Solo meluncurkan sebuah program baru yang diberi nama Fashion and Luncheon. Program ini merupakan program hiburan sebagai bentuk respon perusahaan atas kebutuhan masyarakat Solo. Selain itu program ini juga merupakan bentuk kepedulian The Sunan Hotel Solo kepada Desainer lokal Solo yang selama ini kurang mendapatkan ruang untuk mengekspresikan karya mereka. Dari segi penjualan, program ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mendekatkan produk The Sunan Hotel Solo berupa Restoran Narendra kepada masyarakat yang selama ini dianggap kaku dan mahal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam membangun citra perusahaan melalui program Fashion and Luncheon serta untuk mengetahui implementasi proses Public Relations yang sistematis dalam program ini. Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan, memaparkan, dan menganalisa data yang ada secara mendalam. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode analisa data yang digunakan analisa data kualitatif dan untuk menguji validitas data dilakukan dengan triangulasi sumber data. Dari hasil penelitian diketahui bahwa Public Relations The Sunan Hotel Solo memiliki peran yang sangat penting dalam menguatkan citranya sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon. Secara lebih detail juga diketahui bagaimana proses Public Relations yang sistematis dalam melaksanakan program tersebut sehingga maksud dan tujuan perusahaan dapat tersampaikan dengan baik. Penyampaian pesan perusahaan melalui program Fashion and Luncheon menempatkan Public Relations sebagai komunikator perusahaan yang diharapkan mampu menyampaikan pesan tersebut dengan sebaik mungkin sehingga citra yang ada di masyarakat dapat selaras dengan citra yang diharapkan oleh perusahaan.
15
ABSTRACT
Yurista Nindya Kusuma, D0207112 , FASHION AND LUNCHEON DAN CITRA THE SUNAN HOTEL SOLO (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon). The Sunan Hotel Solo has a Public Relations Department who served as corporate communicators, maintain good relations with internal parties, and creating a good image on the stakeholder. Related with the corporate image, The Sunan Hotel Solo has an image as Convention and Entertainment Hotel are visible from the program and the company‟s products. In April 2011, The Sunan Hotel Solo launched a new program as a form of corporate responses to the needs of public. Further more, this program is The Sunan Hotel Solo‟s concern to local designer who have been less space to express their work. From marketing side, the program‟s aim is introducing and bringing the products of The Sunan Hotel Solo, Narendra Restaurant, which is known as an expensive and luxurious places. This Study aims to determine the role of Public Relations in building corporate image through Fashion and Luncheon program and also to know the implementation of systematic process of Public Relations on it. This form of qualitative descriptive study aimed to describe, explain, tells, and analyzed existing data in depth. Techniques f data collection is done by observation, interview, and documentation. While the withdrawal of samples used data analysis and test the validity of the data is done by with triangulation of data sources. Based on survey result revealed that Public Relations Department The Sunan Hotel Solo has an important role to strengthen the corporate image as Entertainment Hotel through Fashion and Luncheon program. Further more, the survey result are shown the systematic process of Public Relations, so that the message of this program can be delivered well. Delivery of messages of Fashion and Luncheon program is placing Public Relations as a corporate communicator which is expected to delivered the message well, so that the corporate image from public can be aligned with corporate‟s expectation.
16
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Seiring dengan laju perkembangan ekonomi saat ini, banyak perusahaan yang saat ini mulai memperhatikan arti penting Public Relations sebagai suatu kegiatan yang memberikan kontribusi bagi penciptaan citra yang positif. Globalisasi yang terjadi di setiap negara memaksa para pelakunya untuk berkompetisi dan munculah pulic relations sebagai solusi menghadapi era tersebut. Mengapa public relations dianggap sebagai solusi? Perusahaan yang semakin berkembang, persaingan yang semakin ketat, perkembangan teknologi yang semakin pesat, dan masyarakat yang semakin kritis dalam memilih informasi yang dibutuhkannya mendorong suatu perusahaan untuk menciptakan inovasi-inovasi baru. Perusahaan-perusahaan besar sudah mulai giat mengoptimalisasikan peran public relations untuk menguatkan citra perusahaan dan mendongkrak penjualan. Saat ini telah disadari bahwa memaksimalkan iklan hanya akan memperbanyak biaya produksi namun belum tentu memberikan feedback yang diinginkan. Maka dengan adanya public relations ini diharapkan dapat memberikan unit selling point yang lebih. Kebijakan public relations harus dibuat sesuai dengan kebutuhan publiknya. Kinerja public relations akan membentuk persepsi yang kemudian akan menimbulkan opini publik. Opini publik yang negatif akan berdampak
17
buruk bagi keberlangsungan perusahaan namun sebaliknya opini publik yang positif mampu meningkatkan citra suatu perusahaan. Bila citra perusahaan sudah baik, maka akan timbul loyalitas terhadap perusahaan meskipun kompetisi antar perusahaan terus berlangsung. Public relations sendiri merupakan suatu kegiatan untuk menanamkan dan memperoleh pengertian, kepercayaan, dan pernghargaan dari masyarakat. Dunia usaha yang semakin kompleks harus dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Para pimpinan perusahaan harus mampu menjalin relasi dengan publik dan menyeimbangkan respon mereka terhadap tuntutan yang beragam. Public relations dalam suatu perusahaan merupakan bagian dari manajemen yang menjadi sarana yang dianggap paling tepat untuk meningkatkan kemajuan usaha perusahaan. Public relations perusahaan yang efektif mampu meningkatkan citra suatu perusahaan dan juga menaikkan penjualan. Dan Lattimore dalam bukunya „Public Relations, Profesi dan Praktik‟ menjelaskan beberapa kegiatan public relations suatu perusahaan, antara lain : 1. Media Relations, digunakan untuk mendapatkan dukungan dan simpati dari media cetak dan elektronik, memperoleh publisitas yang positif, serta menyampaikan satu berita dari sudut pandang perusahaan, 2. Employee relations, berkomunikasi pada penciptaan employee relations
yang
harmonis
serta
membantu
menarik
dan
18
mempertahankan karyawan yang baik. Komunikasi karyawan yang baik akan menstimulus input dan kreativitas para pekerja. 3. Community relations, mendukung penjualan, mnarik hati para karyawan, meningkatkan kualitas layanan masyarakat, memberikan dukungan atas prakarsa bisnis serta meningkatkan taraf hidup karyawan dan pimpinan perusahaan. 4. Consumer relations, membangun hunbungan yang positif dengan konsumen, menanggapi keluhan dan masalah konsumen secara positif serta mendukung kegiatan penjualan dan pemasaran. 5. Financial relations, berhubungan dengan investor, mempertahankan penanaman sham, serta menjalin hubungan yang baik terhadap para pemberi sumber dana. 6. Marketing Communications, membantu aktivitas penjualan produk dan jasa. Hal yang perlu ditekankan dalam tugas public relations yaitu mencari cara bagaimana publik dapat mengetahui peran perusahaan untuk mereka. The Sunan Hotel merupakan salah satu hotel berbintang 4 yang berada di Solo yang telah dipercaya sebagai tempat diadakannya beberapa Meeting, Insentive, Conference, and Exhibition (MICE) dan berbagai event hiburan. Sebelumnya, The Sunan memiliki merek dagang Quality Hotel dan berada di bawah naungan International Choice Hotel. Sejak mengalami rebranding pada November 2007, The Sunan telah dipercaya menjadi tempat perhelatan beberapa event besar dari skala lokal hingga internasonal. Sebut saja World
19
Heritage Cities Conference (2008), Asian European Meeting, dan Asia Pasific Ministry Conference of Housing and Urban Development (APMCHUD) pada tahun 2010 . Pada tahun 2007 Choice Hotel mencabut seluruh jaringan yang ada di Indonesia sehingga Quality Hotel Solo mempersiapkan diri untuk mengganti nama dan citranya. Pergantian nama ini pun dianggap sebagai suatu keharusan oleh pihak manajemen. Nama The Sunan Hotel Solo pun menjadi menjadi pilihan. Rebranding ini pun menjadi langkah awal The Sunan untuk mendewasakan diri melalui positioning yang baru sebagai convention and entertainment hotel. The Sunan Hotel Solo juga memiliki tagline “Feel The Sunan Experience” yang menggambarkan bahwa The Sunan Hotel Solo memberikan pengalaman yang tidak terlupakan bagi tamu. Selain mengalami rebranding, The Sunan Hotel juga mengubah sistem manajemennya karena terdapat kemandirian manajerial setelah lepas dari jaringan Choice Hotel dan juga pergantian nama di beberapa fasilitas utamanya. Daud Sirait dalam buku Webster‟s New International Dictionary of the English Language melalui bukunya tentang hubungan masyarakat dan periklanan media menyatakan bahwa Public Relations (PR) merupakan aktivitas suatu perusahaan atau organisasi kepada publiknya untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang baik. Inti dari kegiatan PR adalah komunikasi. Komunikasi ini mencakup penyampaian informasi, pembentukan pendapat umum, dan sikap publik.
20
Begitu pula dengan The Sunan Hotel Solo yang memiliki PR Department yang berada langsung di bawah koordinasi General Manager (GM). Departemen ini memiliki fungsi yang vital ketika terjadi rebranding di tubuh The Sunan Hotel dan membangun citra yang baru melalui positioning yang baru pula. Hal ini dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan PR Department The Sunan secara terstruktur melalui strategi komunikasi yang dijalankan. Setelah berganti nama menjadi The Sunan, pihak manajemen memutuskan untuk mengganti positioning hotel agar hotel ini tidak hanya sekedar berganti nama saja. Positioning baru The Sunan Hotel Solo dinilai sebagai sebuah usaha pendewasaan diri yakni sebagai Meeting, Insentive, Conference, Exhibition (MICE) and Entertainment hotel. Hal ini ditunjang dengan The Sunan Hotel Solo yang merupakan satu-satunya hotel yang memiliki ballroom terbesar di kota Solo yang dapat menampung lebih dari 1500 orang. Selain itu The Sunan Hotel Solo menyediakan tempat hiburan dan menyelenggarakan event bagi kalangan muda. Dahulu ketika masih bernama Quality Hotel, perusahaan mengambil positioning sebagai Entertainment Hotel sehingga hanya dikenal sebagai hotelnya anak muda. Namun ketika melakukan rebranding
menjadi
The
Sunan
Hotel
Solo,
perusahaan
mengubah
positioningnya sebagai Convention and Entertainment Hotel diamana membidik pasar berusia 30-50 an tahun. Membidik pasar eksekutif muda hingga businessman yang fresh, elegan, namun tetap membutuhkan hiburan di sela-sela kesibukannya.
21
Selain dengan adanya ballroom terbesar, The Sunan juga ditunjang dengan adanya fasilitas yang lengkap, lokasinya yang strategis, serta sumber daya manusia yang capable pada bidangnya masing-masing sehingga hotel ini banyak dipercaya sebagai tempat penyelenggaraan event-event berskala lokal hingga internasional. Akan tetapi fasilitas yang dimiliki The Sunan Hotel Solo tidak cukup, diperlukan suatu aktivitas komunikasi untuk menyampaikan pesan perusahaan kepada publiknya. Aktivitas komunikasi ini dibagi menjadi dua yaitu komunikasi secara internal dan komunikasi secara eksternal. Untuk menjual dan mendistribusikan produk perusahan perlu dilakukan fungsi komunikasi sehingga dapat tepat sasaran. Public Relations merupakan salah satu cakupan dalam aktivitas komunikasi sejajar dengan personal selling, iklan, dan sales promotion. Dalam pelaksanaannya, Public Relations maemilik beberapa alat yang disebut tools of PR guna membantu perusahaan dalam berkomunikasi dengan stakeholder. Tools of PR ini terdiri dari company profile, website, corporate advertising, sponsorship, merchandise, riset, press release, newslatter, dan event. Pada April 2011, Departmen PR bekerjasama dengan Departemen Marketing dan Departemen Food and Beverage The Sunan Hotel Solo meluncurkan program barunya bertajuk Fashion and Luncheon. Program ini merupakan respon The Sunan Hotel Solo atas kebutuhan publik Kota Solo atas informasi mengenai fashion atau tata busana. Dalam kaitannya dengan fungsi
22
komunikasi, program Fashion and Luncheon ini merupakan salah satu tools of PR berupa event. Peran Departmen PR cukup besar, Departemen PR bersama dengan rekanannya merancang program Fashion and Luncheon mulai dari tahap riset, perancangan strategi, pelaksanaan, hingga evaluasi. Selain itu peran Departemen PR secara keseluruhan dalam program ini antara lain sebagai communicator (penyampai pesan perusahaan terhadap publik), back up management (bersama dengan Departemen Marketing dan Departemen F&B melaksanakan program sesuai dengan tujuan perusahaan) dan Image maker (menciptakan citra yang positif di hadapan publiknya). Selain itu tugas Departemen Public Relations dalam program ini adalah merancang pesan dengan melakukan riset terlebih dahulu dan disampaikan dengan media yang sesuai dengan segmentasi, sehingga apa yang ingin disampaikan oleh perusahaan dapat tepat sasaran. Dalam progam ini Departemen Public Relations The Sunan Hotel Solo menggandeng perancang busana lokal Solo yang selama ini kurang mendapat ruang dalam berkarya, sehingga mereka mendapatkan ruang berkreasi dan berekspresi. Yang berbeda dari fashionshow kebanyakan, The Sunan Hotel memilih tempat di Restoran Narendara dan memilih waktu makan siang untuk perhelatannya tersebut. Pemilihan tempat restoran dikarenakan The Sunan Hotel Solo ingin mengganti citra restoran yang selama ini dianggap kaku dan mahal menjadi sesuatu hal yang menarik dan menjadi tempat kumpul yang oleh berbagai kalangan.
23
Selain itu, pemilihan waktu makan siang juga disesuaikan dengan segemtasi dari pecinta fashion sendiri, yakni wanita eksekutif muda, ibu muda, karyawan, dan lain sebagainya yang pada jam tersebut merupakan waktu untuk istirahat siang ataupun waktu sebelum maupun sesudah menjemput anak sekolah. Acara Fashion and Luncheon ini telah diadakan semenjak April 2011. Pagelaran perdana menampilkan karya Diyan Sastro Soemardjo yang menampilkan 20 karya terbaiknya dengan tema Metamorfosis. Dengan hanya membayar Rp 80.000,- pengunjung tidak hanya akan disuguhi dengan makanan restoran yang menyajikan hidangan-hidangan pilihan namun juga dapat menikmati peragaan busana yang lain daripada yang lain. Program Fashion and Luncheon ini merupakan satu-satunya program peragaan busana di Solo yang dinikmati tanpa ada panggung yang megah dan tata cahaya yang spektakuler. Peragaan busana ini dilakukan di sela-sela meja Restoran Narendra The Sunan Hotel Solo untuk menghibur para pengunjung Restoran yang sedang makan siang dan dilaksanakan secara konsisten sekali dalam satu bulan. Selain itu program Fashion and Luncheon merupakan jawaban atas kebutuhan dari para desainer lokal Solo yang selama ini kurang memiliki ruang untuk mengapresiasikan karya-karya mereka. The Sunan Hotel Solo memfasilitasi para desainer dengan memberikan fasilitas secara gratis sehingga para desainer dapat dengan leluasa menampilkan karya-karyanya namun sesuai dengan konsep Fashion and Luncheon itu sendiri.
24
B. Rumusan Masalah Dalam upaya
memposisikan The Sunan
Hotel
Solo
sebagai
Entertainment Hotel. Berbagai event dilaksanakan, salah satunya adalah Program Fashion and Luncheon yang ditangani oleh 3 Departemen yaitu Food and Beverage, Marketing, dan Public Relations. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui
peran
Departemen
Public
Relations
di
dalam
penyelenggaraan Fashion and Luncheon guna mewujudkan The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel.
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian dirumuskan, yaitu untuk mengetahui : 1. Peran Departemen Public Relations dalam penyelenggaraan program Fashion and Luncheon guna mewujudkan The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel. 2. Proses pelaksanaan Program Fashion and Luncheon yang dilaksanakan oleh Departemen Public Relations dimulai dari riset, perancangan strategi, pelaksanaan, hingga evaluasi yang memiliki tujuan akhir menciptakan citra positif di mata publiknya.
25
D. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan atau wawasan di bidang kajian pencitraan perusahaan dalam ilmu public relations. b. Secara Praktis 1. Dapat menambah pengetahuan peneliti di bidang public relations sehingga kelak dapat diaplikasikan. 2. Selain itu bagi perusahaan yang menjadi obyek, dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai bahan evaluasi dari programnya dan bahan pertimbangan dalam memajukan bisnis perusahaannya.
E. Kajian Teori 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi merupakan dasar interaksi manusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi tersebut dapat berjalan dengan baik. Komunikasi berasal dari bahasa latin, communicatus yang berarti berbagi atau menjadi milik bersama. (Marhaeni Fajar, 2009:31). Terdapat berbagai sudut pandang mengenai definisi komunikasi, “Komunikasi adalah suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai macam saluran” (Sarah Trenholm dan Arthur Jensen 1996:4) ”Komunikasi adalah suatu proses melalui seseorang (komunikator), menyampaikan stimulus (dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya” (Hoveland 1948:371, Janis & Kelly 1953)
26
Menurut Harold D, Laswell (1960), cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan who says what in which chanel to whom with what effect?? Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari pihak satu ke pihak yang lain dengan tujuan mencapai kesamaan pandangan. Elemenelemen komunikasi antara lain : Bagan 1. Elemen – Elemen Komunikasi komunikator
pesan
media
komunikan
Umpan balik
Komunikator : orang yang menyampaiakan pesan Pesan
: Ide atau informasi yang akan disampaikan
Media
: Sarana komunikasi
Komunikan
: pihak yang menerima pesan
27
Umpan balik : respon dari komunikan tentang pesan yang telah disampaiakan
”Salah satu karakteristik yang paling mendasar dari komunikasi adalah hubungannya dengan perilaku (behavior)” (Marhaeni Fajar, 2009 : 37 ) Behavior dikaitkan dengan hubungan antara dua manusia atau lebih. Dengan adanya komunikasi, akan terjadi perubahan perilaku untuk menghubungkan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Marhaeni Fajar dalam bukunya Ilmu Komunikasi dan Teori menyebutkan bahwa tujuan dari komunikasi antara lain : 1. Mengubah sikap 2. Mengubah pendapat / pandangan 3. Mengubah perilaku 4. Maengubah masyarakat Sehingga
fungsi
komunikasi
dapat
diartikan
untuk
menginformasikan, membidik, menghibur, dan mempengaruhi. Secara umum, hasil komunikasi mencakup 3 aspek, yakni : 1.
Kognitif, dimana menyangkut kesadaran dan pengetahuan.
2.
Afektif, menyangkut sikap dan emosi
3.
Psikomotor, menyangkut perilaku dan tindakan. Dapat diartikan bahwa adanya komunikasi tersebut awalnya akan
membuat seseorang menjadi tahu akan sesuatu (kognitif) kemudian akan berfikir akankah memberi respon yang positif ataupun negatif atas
28
pengetahuan baru tersebut (afektif) dan diakhiri dengan tindakan atau perilaku atas keputusan yang diambil (psikomotor). Untuk mencapai kunci sukses suatu komunikasi, dalam hal ini komunikasi sangat bergantung pada prinsip pelaksanaan komunikasi yang efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyampaikan komunikasi yang efektif yaitu : 1. Jenis publik (khalayak) yang menjadi sasaran 2. Susunan pesan bagaimana yang paling tepat dan mudah dipahami 3. Saluran apa yang paling sesuai dengan sifat publik yang dituju Oleh karena itu, karakteristik khalayak masih dibagi lagi menjadi 2 yaitu khalayak/publik internal dan khalayak/publik internal. Menurut Ummi Abdurrachman yang dikutip Marhaeni Fajar, publik adalah sekelompok individu yang mempunyai kepentingan dan minat yang sama pada hal yang sama, publik tersebut tersebar dimanamana, tidak saling mengenal, bisa kecil, dan bisa besar. Publik internal bisa berupa karyawan, keluarga karyawan, pemegang saham. Sedangkan publik eksternal berupa pemerintah, costumer atau pelanggan, masyarakat di sekitar, dan media atau pers. Untuk
mencapai
sasaran
yang
dimaksud,
maka
dalam
menyampaikan pesan atau informasi, seorang komunikator harus mengenali latar belakang komunikan baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, budaya, kepercayaan, dsb sehingga maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dapat dimengerti dengan jelas.
29
2. Public Relations Public Relations sebagai sebuah bagian dari ranah bidang komunikasi yang dipahami sebagai suatu lembaga. Public relaions dalam suatu
perusahaan
mrupakan
satu
pihak
yang
bertugas
untuk
memperebutkan perhatian khalayak/publik. ”Tugas dari public relations yang pertama adalah mendapatkan perhatian dari khalayak sasaran. Yang kedua menarik minat (ketertarikan) khalayak terhadap isi pesan. Yang ketiga adalah membangun suatu keinginan dan niat khalayak untuk bertindak sesuai dengan pesan. Dan yang keempat adalah mengarahkan tindakan khalayak agar tetap sesuai dengan pesan yang disampaikan” (Morissan, M. A, 2008 : 41)
Adapun definisi dari public relations menurut Denny Griswold adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi publik, mengenalkan berbagai lebijakan dan prosedur dari suatu individu atau organisasi berdasarkan kepentingan publik dalam upaya memperolah pengertian dan pengakuan publik. (Sholeh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2003: 241) Adapula menurut Howard Bonham, Vice Chairman American National Red Cross menyatakan Public Relation adalah suatu seni utuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu organisasi atau badan. (Yosal Iriantara:2005:15). Sehingga seorang Public Relation Officer sendiri harus kreatif, menciptakan karya yang indah, yang unik tanpa merusak citra organisasi itu sendiri. Keberhasilan public relation sangat bergantung pada keefektifan dari proses komunikasi, serangkaian kegiatan dalam proses komunikasi
30
yang dimiliki oleh Harold D Laswell, yang mencakup pengiriman (who), yang menyampaikan pesan (says what) melalui saluran media massa (in which channel) kepada penerima atau khalayak (to whom) yang akan memberikan tanggapan sebagai efek dari pesan yang diterimanya (with what effect). Peran komunikasi dua arah yang timbal balik akan melakukan fungsi manajemen perusahaan secara garis besar aktivitas utamanya berperan sebagai: 1. Comunicator Kemampuan sebagai komunikator baik secara langsung maupun tidak langsung melalui media cetak atau elektronik dan lisan (spoken person). 2. Back Up Management Melaksanakan dukungan atau menunjang kegiatan lain seperti bagian personalia, manajemen promosi, operasional dan sebagainya dengan tujuan mencapai tujuan bersama dalam suatu kerangka tujuan pokok pereusahan atau organisasi. 3. Image Maker Tujuan utama bagi aktivitas public relation di dalam melaksanakan manajemen kehumasan suatu lembaga atau organisasi dan produk yang diwakilinya adalah menciptakan suatu citra atau publikasi yang positif daik dari segi prestasi dan reputasi. Sedangkan menurut Prof Drs. Onong Uchjana Effendy, fungsi Public Relations adalah:
31
1. Menunjang kegiatan manajemen dalam tujuan organisasi 2. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini kepada publik organisasi. 3. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. 4. Operasionalisasi dan organisasi Public Relations adalah bagaimana untuk
mencegah
terjadinya
rintangan
psikologis,
baik
yang
ditimbulkan dari pihak publiknya. Dengan demikian secara tersirat kita bisa menyimpulkan bahwa tujuan aktivitas public relation yang dijalankan organisasi adalah membangun pemahaman publik terhadap organisasi sehingga dapat terbangun hubungan yang baik antara organisasi dengan publiknya baik internal maupun eksternal serta terpelihara pula citra organisasi tersebut. 3. Teori Komunikasi terkait Public Relations a. Teori Tanda Pesan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam komunikasi. Dalam kasus public relations, public relations merupakan penyampai pesan yang menurut Powers (1995) memiliki tiga unsur yakni tanda dan simbol, bahasa, dan wacana (Morisson MA, 54, 2008). Tanda merupakan dasar dari semua komunikasi. Tanda mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sedangkan makna atau arti adalah hubungan antara objek dan ide dengan tanda.
32
Public Relations dalam menyampaikan pesan pun dapat berupa tanda. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara public relations menyampaikan tanda tersebut kepada khalayak sehingga pesan yang ingin disampaikan memiliki interpretasi yang sama dengan apa yang ingin disampaikan. Hal tersebut memerlukan penelitian pemahaman khalayak, apa latar belakang khalayak berpengaruh terhadap bagaimana cara public relations menyampaikan tanda tersebut. b. Teori Hubungan Dalam penyampaian pesan terhadap khalayak sasaran, public relations perlu memahami komunikasi interpersonal. Berkomunikasi face-to-face
merupakan
suatu
pendekatan
yang
baik
dalam
mempengaruhi perilaku khalayak. Teori hubungan mengacu pada beberapa asumsi yakni : 1. hubungan selalu terkait dengan komunikasi, hubungan tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 2. Sifat-sifat hubungan ditentukan oleh komunikasi di antara anggotanya 3. Suatu hubungan biasanya ditentukan secara tersirat. 4. Hubungan berkembang sepanjang waktu melalui suatu proses negosiasi, sehingga hubungan tersebut memiliki sifat yang dinamis. (Barbara M. Montgomery,1992 : 87 ) c. Teori Perubahan Sikap
33
Teori perubahan sikap mengacu pada bagaimana sikap seseorang terbentuk dan bagaimana sikap itu dapoat berubah melalui proses komunikasi dan bagaimana sikap itu dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku seseorang. Public relations disini sangat erat kaitannya dengan kegiatan mengubah sikap khalayak terhadap perusahaannya ke arah yang positif. Morrison, M. A. dalam bukunya Manajemen Public Relations (64,
2008)
menyatakan
bahwa
seseorang
akan
mengalami
ketidaknyamanan dalam dirinya bila dihadapkan pada informasi baru atau informasi yang bertentangan dengan keyakinannya. Untuk mengurangi ketidaknyamanan ini, ada 3 proses selektif yang akan dilakukan: a.
Penerimaan informasi selektif, dalam hal ini khalayak akan memilih informasi-informasi apa saja yang dia anggap sesuai dengan keyakinannya. Selain itu dalam pemilihan media massa, khalayak akan cenderung memilih artikel atau iklan yang memuat segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang disukai ataupun diyakininya.
b. Ingatan selektif, Orang akan mengingat informasi-informasi yang sesuai dengan sikap dan kepercayaan yang sudah dimilikinya. c. Persepsi selektif,
34
Orang akan memberikan interpretasinya terhadap pesan yang diterimanya sesuai dengan sikap dan kepercayaannya. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya orang membatasi efek komunikasi massa dengan cara menyaring isi media yang diterimanya sehingga tidak mengakibatkan perubahan sikap yang signifikan. 4. Uses and Gratification Public relations kerap menggunakan media massa untuk menyebarkan pesan, sehingga perlu memahami bagaimana khalayak menggunakan media massa. Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat memilih media yang seperti apa yang akan digunakan untuk menyebarkan informasi secara efektif dan tepat sasaran. Khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan informasinya. Sehingga munculah pendekatan uses and gratifications (penggunaan dan pemuasan). Karena penggunaan media adalah salah satu cara untuk memperolah pemenuhan kebutuhan, maka efek media didefinisikan sebagai situasi ketika pemuasan kebutuhan tercapai (Morissa, M A , 2008 ; 68 ) 5. Opini Publik Salah satu pekerjaan utama divisi public relations adalah menangani pendapat umum atau opini publik terhadap organisasi atau perusahaan. Public relations bertugas untuk mempengaruhi publik agar
35
memberikan opini yang positif bagi perusahaan dan di sisi lain berupaya mengumpulkan informasi dari khalayak, menerjemahkannya kemudian melaporkan informasi tersebut kepada perusahaan apabila berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. “Opini publik adalah sikap yang ditunjukan seseorang kepada khalayak tanpa harus membahayakan dirinya sendiri yaitu berupa pengucilan”(Noelle-Neuman 1984) 4. Citra Perusahaan Terkait dengan opini publik dan media massa, public relations memiliki kewajiban untuk membuat suatu citra positif dari perusahaannya. Menurut Rosady Ruslan S.H. dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), pada dasarnya aktivitas Public Relations meliputi kegiatan pembenahan suatu organisasi hingga kegiatan yang bersifat membangun atau menciptakan citra perusahaan (image branding and creativity) yang positif di mata publiknya. Citra adalah tujun utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia Public Relations. Jika diterapkan dalam formula Laswell, maka yang akan muncul sebagai indikatornya sebagai berikut : Sumber ---------------------> Perusahaan Komunikator ---------------> bidang / divisi public relations Pesan ------------------------> kegiatan-kegiatan Komunikator ---------------> publik public relations Efek -------------------------> citra publik terhadap perusahaan
36
Seperti yang dikutip dalam jurnal “The effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention In The Context of Color Cosmetic” yang dipublikasikan oleh Asian Academy of Management Journal, Vol. 12 no . 1 83-107, Januari 2010 menyatakan bahwa, According to H. Sieh, Pan, and Setioni (2004), “a successful brand image enables consumers to identify the needs that the brand satisfies and to differentiate the brand from its competitors, and consequently increases the likelihood that consumers will purchase the brand” (p.252). A company or its product / services which constantly holds a favorable image by the public, would definitely gain a better position in the market share or performance (Park, Jaworski & Macinnis, 1986). In addition, several empirical findings have confirmed that a favorable image (i.e. brand, store/retail) will lead to loyalty (e.g. Koo, 2003; Kandampully & Suhartanto, 2000; Biel, 1992; A aker, 1991; Keller, 1993), purchase behavior (H sieh et al, 2004) and brand performance (Roth, 1995). Reynolds (1965) noted that “an image is the mental construct developed by the consumer on the basis of a few selected impressions among the flood of the total impressions; it comes into being through a creative process in which these selected impressions are elaborated, embellished, and ordered” (p.69). K olter (2001) defined image as “the set of beliefs, ideas, and imressiion that a person holds regarding an object” (p.273). On the other hand, Keller (1993) considered brand image as “a set of perceptions about a brand as reflected by brand associations, usually organized in some meaningfull way” (p.109). Overall, image can generate value in terms of helping customer to process information, differentiating the brand, generating reason to buy, give positive feelings, and providing a basis for extensions (A aker, 1991). Creating and maintaining image of the brand is an important part of a firm‟s marketing program (Roth, 1995) and branding strategy (Keller, 1993; A aker, 1991). Therefore, it is very important to understand the development of image formations and its consequences such as satisfactions and loyalty. Menurut H. Sieh, Pan, and Setioni (2004) citra merk yang sukses memungkinkan konsumen untuk mengidentifikasi kebutuhan yang dapat memuaskan, membedakan merk dari pesaingnya, dan pada
37
akhirnya akan meningkatkan pembelian produk. Sebuah perusahaan barang maupun jasa yang konsisten dalam memegang citra baik di masyarakat akan dengan mudah mendapatkan posisi yang baik pula di hadapan masyarakat terutama pada target pasar mereka. Selain itu temuan empiris menyatakan bahwa citra yang positif akan membangun keloyalitasan pelanggan, mempengaruhi perilaku pembelian, dan kinerja dari merk itu sendiri. Menurut Reynolds (1965) Citra adalah pembangunan metal yang dikembangkan sendiri oleh konsumen berdasarkan beberapa kesan yang ditimbulkan dari sekian banyak kesan yang ada yang berasal dari proses yang kreatif, dimana kesan yang dipilih akan diuraikan, diolah, dan direncanakan. K. Otler mendefinisikan citra sebagai seperangkat keyakinan dan kesan bahwa seseorang telah berpegang pada satu objek saja. Di sisi lain, Keller (1993) menganggap bahwa citra merk adalah seperangkat persepsi tentang merk yang dilakukan dengan cara yang bermakna. Secara keseluruhan, citra dapat ,menghasilkan suatu nilai dalam hal membantu konsumen untuk memproses suatu informasi, membedakan dengan merk yang lain, menghasilkan alasan untuk membeli, memberikan perasaan positif, dan menjadikan dasar untuk tetap menaruh kepercayaan lebih lama kepada merk tersebut. Menciptakan dan memelihara citra merk merupakan bagian penting dalam program pemasaran perusahaan dan strategi branding. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami perkembangan citra dan konsekuensinya berupa kepuasan dan keloyalan terhadap merk tersebut.
Citra sendiri merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Menurut Frank Jefkins (1995 : 362) citra diartikan sebagai kesan, tanggapan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) oleh publik atas sosok keberadaan, berbagai kebijakan, personil, produk atau jasa-jasa dari suatu organiasasi atau perusahaan. Penilaian atau tanggapan masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa hormat, kesan-kesan yang baik dan menguntungkan terhadap suatu citra lembaga/organisasi yang diwakili oleh public
38
relations. Biasanya landasan citra itu berakar dari nilai-nilai kepercayaan yang kongretnya diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi dari kepercayaan yang diberikan oleh individu tersebut mengalami suatu proses dan membentuk suatu opini publik yang lebih luas yang sering disebut sebagai citra. Frank Jefkins menambahkan bahwa terdapat 5 jenis citra yang dikenal dalam dunia public relations antara lain : 1. Citra Bayangan (mirror image) Citra ini melekat pada orang-orang yng menjadi anggota dari organisasi tersebut. Citra yang melekat tersebut merupakan citra yang menjadi anggapan khalayak terhadap organisasi. 2. Citra yang berlaku (current image) Citra yang berlaku merupakan pandangan yang melekat pada pihak-pihak luar organisasi. 3. Citra yang diharapkan (wish image) Suatu citra yang diinginkan oleh suatu organisasi. Sehingga setiap organisasi atau perusahaan menginginkan citranya seperti yang diharapkan. 4. Citra Perusahaan (corporate image) Citra perusahaan adalah citra dari perusahan secara keseluruhan, namun bukan citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal antara lain riwayat hidup,
39
keberhasilan eksport, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta kerja dalam jumlah yang besar. 5. Citra Majemuk (multiple image) Setiap perusahaan pasti memiliki banyak unit dan pegawai. Dari setiap pegawai memiliki perilaku tersendiri sehingga memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra perusahaan yang sebenarnya. 6. Citra Penampilan (performance image) Citra ini ditunjukan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri (performance image) para professional pada perusahaan yang bersangkutan. Yaitu dalam bentuk kualitas pelayanannya, menyambut telepon, tamu, pelanggan, serta publik dimana selalu memberikan kesan yang positif danmenyenangkan. Pemahaman yang berasal dari suatu informasi yang tidak lengkap juga akan menghasilkan citra yang tidak sempurna. Dan tantangan dari seorang public relations adalah bagaimana memberikan informasi yang lengkap kepada publiknya. Citra yang baik dimaksudkan agar organisasi dapat tetap hidup dan orang-orang di dalamnya dapat mengembangkan kreativitasnya dan bahkan dapat memberi manfaat yang lebih kepada orang lain. Tugas public relations terhadap penegakan citra berkaitan erat dengan persepsi, sikap, dan opini perseorangan di dalam kelompokkelompok stakeholders. Dari hal tersebut munculah opini publik yang
40
akan berpengaruh terhadap pencintraan perusahaan atau organisasi tersebut. Opini publik tidak dapat terbentuk dengan instan melainkan membutuhkan proses yang panjang sehingga didapatkan opini publik yang positif. Dalam pelaksanaannya public relations mengadakan kegiatankegiatan yang nantinya bertujuan agar mendapatkan dukungan dari publik, karena konsep dari public relations adalah two way communications. Hasil yang ingin dicapai adalah citra baik (good image), itikad baik (good will), saling pengertian (mutual understanding), saling mempercayai (mutual confidance), saling menghargai (muttual appreciayion) serta toleransi (tolerance) yang menghantarkan perusahaan pada hubungan yang baik. Citra harus dikembangkan berdasarkan pada perkembangan bisnis yang dimiliki
perusahaan. Perusahaan
yang
baru tumbuh akan
membutuhkan pencitraan yang berbeda dari perusahaan yang sudah masuk dalam tingkat matang. Dikutip dari Jim Macnamara, Srtategi Public Relations (hal : 56 , 2010), citra yang harus dibentuk pada tiap tahapan saling berbeda satu sama lain : 1. Question Marks Dalam tahap ini perusahaan merupakan pendatang baru, sehingga tingkat produktivitasnya tinggi namun masih rendah pangsa pasarnya. Sehingga perusahaan perlu memberikan edukasi kepada publik mengenai visi perusahaan serta manfaatnya bagi publik.
41
2. Stars Dalam tahap ini perusahaan mulai mengalami pertumbuhan pasar yang baik dan juga penguasaan pasar yg lebih besar dibanding tahap sebelumnya. Pada tahap ini citra harus dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada publik bahwa perusahaan mempunyai tanggungjawab yang kuat. Citra produk juga diarahkan pada aspek-aspek yang menyangkut keamanan dan kenyamanan
konsumen
dalam
menggunakan
produk
dan
fungsinya sesuai dengan kebutuhan pasar. Pencitraan disini akan semakin memperkuat brand awareness dan ekuitas merk dari produk perusahaan tersebut. 3. Cash Cow Perusahaan mulai memasuki masa jenuh dimana telah memiliki market share yang tinggi namun pasar yang dikuasai sulit untuk dikembangkan. Dalam tahap ini merek produk seringkali disebut oleh konsumen hanya untuk mengasosiasikan dengan produk sejenis. Sehingga citra perlu disegarkan lagi dengan tetap membangun loyalitas konsumen terhadap merek produk tersebut. Publik perlu disadarkan bahwa merek produk tersebut memiliki keunggulan yang lebih dari merek produk yang lain. 4. Dog Dalam tahap ini perusahaan akan menemukan kesulitan dalam membentuk citra karena dalam posisi ini baik pangsa pasar
42
maupun pertumbuhan pasarnya berada pada titik terendah. Perusahaan perlu mempertahankan citra sebelumnya sehingga mengawal perusahaan dalam melakukan revitalisasi usaha. Merek harus dilahirkan kembali sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini. Suatu perusahaan yang tumbuh dan berkembang di dalam suatu masyarakat akan selalu menghadapi tekanan, baik yang berasal dari luar perusahaan maupun dari dalam. Namun demikian, unsur-unsur tersebut tidak selalu menekan perusahaan. Adakalanya unsur-unsur itu malah memberi oeluang yang akan membesarkan perusahaan. Tugas public relations dalam hal ini adalah membina hubungan baik dengan pihak-piha tersebut melalui suatu proses komunikasi. Pihakpihak tersebut adalah khalayak sasaran kegiatan PR, dan disebut sebagai stakeholders. Stakeholders adalah kelompok-kelompok yang berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peranan dalam menentukan keberhasilan perusahaan. Terdapat dua macam stakeholders antara lain stakeholders internal dan eksternal. Yang termasuk dalam stakeholders internal adalah pemegang saham, manajer/top eksekutif, karyaawan beserta keluarganya. Sedangkan yang masuk dalam stakeholder ektersnal adalah konsumen, pemasok, penyalur, pesaing, konsumen, bank, pemerintah, pers, dan lembaga swadaya masyarakat. (Rhenald Kasali, 81 : 2000)
43
Bagan
2.
Interes
dan
Kepentingan
Masing-Masing
Stakeholders STAKEHOLDERS
KRITERIA KEPUASAN
1. Pemegang Sahan
Prestasi keuangan
2. Karyawan
Kepuasan kerja, gaji, supervisi
3. Konsumen
Kualitas, pelayanan, lokasi, harga.
4. Kreditor
Creditworhtness
5. Komunitas
Kontribusi terhadap komunitas
6. Pemasok
Transaksi yang memuaskan
7. Pemerintah
Kepatuhan terhadap hukum
Dalam
melaksanakan
programnya,
public
relations
perlu
melakukan 4 langkah antara lain : 1. Menentukan masalah (defining the problem) Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengumpulkan informasi yang menjadi dasar berpijak sehingga dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk ke depannya. 2. Perencanaan
dan
penyusunan
program
(planning
and
programming) Masalah yang telah ditentukan pada langkah pertama digunakan untuk
menyusun
komunikasi.
program,
Langkah
ini
tujuan,
tindakan,
merupakan
dan
langkah
strategi dimana
merencanakan hal-hal yang perlu dilakukan untuk ke depan berdasarkan
data-data
yang
telah
ditemukan
sebelumnya
44
(merencanakan pemecahan masalah). Menntukan target-target apa saja yang ingin dicapai dan bagaimana caranya. 3. Aksi dan Komunikasi (taking action and communicating) Langkah ini mencakup pelaksanaan segala sesuatu yang telah direncanakan. Selain melakukan tindakan, dalam langkah ini akan mengkomunikasikan program-program yang sejak awal telah dirancang sehingga tujuan awal dapat tercapai. 4. Evaluasi program (evaluating the program) Hal ini mencakup penilaian atau evaluasi atas program-program yang telah dilaksanakan. Dalam tahap ini diharapkan mendapat umpan balik dari khalayak sehingga mampu membenahi hal-hal; yang kurang pas. Bagan 3. Proses Public Relations (Morissan, M. A. 109 : 2008)
4. Evaluasi program Bagaimana kita melakukannya?
Penilaian Pelaksanaan
Bagaimana dan kapan bertindak/ berkomunikasi? 3.Bertindak/ berkomunikasi
Apa yang terjadi?
1. Menentukan Masalah humas
Analisis situasi Strategi
Apa yang harus diperbuat dan katakan?
2. Perencanaan
45
Indikator keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari keberhasilan kerja public relations eksternal. Pentingnya public relations eksternal menurut M. Linggar Anggoro (2000 : 71) terdapat beberapa tujuan pokok public relations eksternal, yaitu : 1. Menciptakan identitas perusahaan atau citra lembaga yang baru, yang tentunya lebih baik daripada sebelumnya, atau yang lebih sesuai dengan kenyataan yang ada. 2. Memperkenalkan perusahaan kepada masyarakat luas serta membuka pasar-pasar baru. 3. Menyebarluaskan suatu cerita sukse yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka menciptakan pengakuan. 4. Menyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah dilakukan perusahaan agar masyarakat luas mengetahui betapa perusahaan mengutamakan kualitas dalam berbagai hal. Seperti yang dikutip dalam jurnal berjudul “Conceptualizing a theoretical model for the practice of Public Relations in the Small Business Environment” oleh Nell C. Huang-Horowitz, Ph. D. The characteristics of excellent public relations programs were evaluated on three levels: the program level, the department level, and evaluating public relations departments.” (Grunig, Grunig and Dazier, 2006, p.20). The issues with excellent theory here is that it inherently a model for large business because it requires several characteristics that are absent in small business : a public relations department or division, a clear hierarchical structure, a dominant coalition, and more than one communicator or public relations practitioner.
46
Karakter program Public Relations yang dilakukan Public Relations dievaluasikan dalam 3 hal antara lain evaluasi program itu sendiri , evaluasi perusahaan secara keseluruhan, dan evaluasi dari Public Relations Department. Beberapa karakter suatu perusahaan yang besar antara lain memiliki Public Relations Department yang berdiri sendiri, struktur organisasinya jelas, koalisi dominan dan terdapat lebih dari satu komunikator atau praktisi Public Relations nya.
F. Definisi Konsepsional Definisi konsepsional merupakan usaha untuk mengadakan suatu abstraksi yang dibentuk dari generalisasi hal-hal yang bersifat khusus. Tujuan dari definisi ini adalah untuk membatasi masalah penelitian dan menghindari perbedaaan pengertian. Definisi konsepsional dari penilitian ini adalah : 1. Public Relations Kegiatan public relations adalah menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik serta merencanakan dan melakukan suatu program untuk mendapatkan pengertian dan dukungan publik. Public relations merupakan salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati dan kepentingan bersama. (Soleh Soemirat : 2003) 2. Citra Perusahaan Citra adalah tujun utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia Public Relations. Citra sendiri merupakan kesan yang timbul karena pemahaman akan
47
suatu kenyataan. Menurut Frank Jefkins (1995 : 362) citra diartikan sebagai kesan, tanggapan, gambaran, atau impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) oleh publik atas sosok keberadaan, berbagai kebijakan, personil, produk atau jasa-jasa dari suatu organiasasi atau perusahaan.
G. Implementasi Konsep Program Fashion and Luncheon merupakan salah satu program Public Relations The Sunan Hotel Solo untuk memperkuat citranya sebagai entertainment hotel. Konsep dari program ini adalah suatu peragaan busana yang dilaksanakan pada saat makan siang di restoran hotel
dengan
membidik
para
eksekutif
muda,
ibu
muda,
dan
karyawan/karyawati yang hendak beristirahat siang di sela-sela kesibukan beraktivitas. Pemilihan tempat di Restoran Narendra dikarenakan The Sunan Hotel ingin menciptakan suasana yang baru di restoran yang selama ini dianggap kaku dan mahal menjadi sesuatu hal yang menarik dan menjadi tempat kumpul oleh berbagai kalangan. Dengan adanya program ini, citra sebagai entertainment hotel The Sunan Hotel Solo tidak hanya dikenal di kalangan muda dengan Musronya namun benar-benar di kenal sebagai entertainment hotel dengan beberapa segmentasi. Adapun sasaran public relations The Sunan Hotel Solo dalam melaksanakan program tersebut antara lain :
48
1. Stakeholder eksternal, para perancang busana asli Solo yang sebagai pihak yang digandeng The Sunan Hotel Solo dalam acara Fashion and Luncheon. 2. Konsumen, yaitu penikmat fashion di Kota Solo yang terdiri dari wanita eksekutif muda dan ibu muda yang merupakan pengunjung dari program Fashion and Luncheon. 3. Tamu hotel di luar penikmat Fashion (konsumen dengan imbas secara tidak langsung). 4. Media, yaitu media lokal Kota Solo baik cetak, online, maupun eletronik yang memuat rubrik fashion. Disini media menjadi penjembatan
antara
perusahaan
pendistribusian informasi perusahaan.
dan
masyarakarat
atas
49
H. Kerangka Pikir Bagan 4. Kerangka Pikir The Sunan Hotel Solo
Departement Pubic Relations
Program Fashion and Luncheon
ENTERTAINMENT HOTEL
The Sunan Hotel Solo merupakan salah satu hotel bintang 4 yang menjadi pionir dalam menciptakan program-progamnya untuk mengusung positioning sebagai Convention and Entertainment Hotel. Departement Public Relations yang berada langsung di bawah General Manager mempunyai posisi yang strategis dalam pengambilan keputusan
terkait
perusahaan
dan
dengan menjaga
tangungjawabnya kekonsistenan
citra
terhadap
pencitraan
tersebut
dihadapan
stakeholder dan masyarakat. Departement Public Relations berperan dan bertanggungjawab merumuskan beberapa program terkait dengan pencitraan perusahaan. Salah satu program yang dirumuskan untuk menjaga kekonsistenan citra sebagai Entertainment Hotel adalah program Fashion and Luncheon.
50
Program fashion and Luncheon merupakan agenda bulanan The Sunan Hotel Solo yang diluncurkan sejak April 2011. Konsep dari program ini adalah fashion show yang dilakukan di dalam restoran hotel pada saat makan siang. Dalam pelaksanaannya, program ini melakukan proses public relations berupa riset, perancangan strategi, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil akhir yang ingin dicapai perusahaan melalui program ini adalah citra Entertainment Hotel yang semakin kuat di mata masyarakat, sehingga terciptalah saling pengertian antara perusahaan dan publik.
I. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode penelitian kualitatif yang mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena dan fakta yang ada kemudian mengkaji permasalahan dan menggambarkan peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon. Sifat dari penelitian ini adalah menggali, menelusuri, berdasarkan fakta-fakta yang kemudian menganalisanya. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang tepat bagi permasalahan ini adalah jenis deskriptif kualitatif dimana data akan lebih berbentuk kata-kata. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan realitas sosial yang kompleks
51
dengan menerapkan konsep-konsep yang telah dikembangkan. Menurut Masri Singarimbun (1994:4) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendiskripsikan secara terperinci fenomena soisal tertentu tanpa menggunakan hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat. 3. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di The Sunan Hotel Solo, Jalan Ahmad Yani No.40 Solo. 4. Sumber Data a. Data Primer Data yang diambil langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini terdiri dari data yang diperoleh secara langsung dari informan dengan melakukan wawancara dan observasi. Dengan memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data dan mengetahui masalah yang diteliti diharapkan peneliti mendapat informasi-informasi yang sesuai. b. Data Sekunder Merupakan data penunjang yang diperoleh dari penelitian-penelitian, studi kepustakaan, dan referensi-referensi yang menunjang studi seperti dokumen yang berupa catatan-catatan, arsip laporan, data statistik, dan lainnya. 5. Teknik Pengumpulan Data Strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dikelompokan menjadi dua cara yaitu bersifat interaktif dan noninteraktif.
52
(H.B. Sutopo, 2001:58) Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang bersifat interaktif antara lain : a. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
berdasarkan
tujuan
tertentu. (Deddy Mulyana, 2004 : 180). Wawancara pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, taknik wawacara yang dipilih merupakan teknik wawancara yang tidak terstruktur atau biasa disebut wawancara mendalam. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat „open-ended‟ dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak terstruktur secara formal sehingga penggalian informasinya lebih apat mendalam. (H. B. Sutopo, 2002 : 59) Wawancara tidak terstruktur bersifat luwes, susunan pertanyaannya dapat diubah pada saat wwancara. b. Observasi Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda, dan rekaman gambar. H. B Sutopo
menuliskan dalam bukunya MPK Dasar Teori dan
Penerapannya dalam Penelitian (2002:65) bahwa pelaksanaan teknik dalam observasi terdapat observasi tak berperan dan observasi
53
berperan. Sedangkan observasi berperan masih dibagi lagi menjadi observasi yang berperan secara pasif, observasi berperan aktif, dan observasi berperan penuh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi pasif. Yakni observasi dimana subjek penelitian mengetahui bahwa dirinya sedang diamati. Peneliti meeminta ijin terlebih dahulu untuk dapat mengamati hal-hal yang terjadi di sekitar lingkungan subjek penelitian. Walau pada knyataannya peneliti hanya mengamati dan menganalisis situasi yang sedang terjadi. Sedangkan teknik penelitian noninteraktif yang digunakan peneliti anatara lain : a. Dokumentasi Data penelitian ini diperoleh melalui penggalian dokumen yang pernah ada maupun pernah diterbitkan. Data-data tersebut bisa berupa company profile,data tentang jumlah karyawan, data-data tertulis menegnai peraturan-peraturan yang wajib ditaati, kliping yang didokumentasikan oleh perusahaan. serta data lainnya yang menunjang penelitian. b. Tinjauan Pustaka Pengumpulan data juga diperoleh dari studi pustaka, baik melalui surat kabar, majalah, jurnal, internet, dan lain-lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. 6. Validitas Data
54
Data yang teklah berhasil digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian, harus diusahakan kebenarannya. Teknik memeriksa validitas data ini harus memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik validitas data berupa trianggulasi data atau sumber. Teknik ini menggunakan beragam sumber data yang tersedia, karena suatu informasi apabila digali dari sumber yang berbeda akan lebih teruji kebenarannya. Trianggulasi sumber yang memanfaatkan jenis sumber data yang berbedabeda untuk mendapatkan data yang sejenis. (HB Sutopo, 2002 : 79). Dalam hal ini peneliti akan membandingkan informasi dari narasumber satu dengan narasumber yang lain. Bagan 5. Trianggulasi Sumber Informan 1
Data < ======== wawancara
Informan 2 Informan 3
7. Teknik Analisis data Analisis merupakan proses pencarian dan perencanaan secara sistematik semua data dan bahan yang telah terkumpul agar peneliti mengerti benar makna yang telah dikemukakannya, dan dapat menyajikan kepada orang lain secara jelas (H. B. Sutopo 2002 : 37). Secara sederhana, Miles dan Huberman (1974) menyatakan bahwa terdapat 2 model pokok dalam melaksanakan analisis penelitian kualitatif yaitu analisis jalinan atau mengalir dan amalisis interaktif.
55
Untuk menganalisis data yang terkumpul, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan model analisis interaktif (Interactive model of analysis). Berikut bagannya : Bagan 6. Teknis Analisis Data Pengumpulan data
Reduksi data
Sajian data
Penarikan kesimpulan/ verifikasi a. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan para informan yang telah ditentukan, juga dengan observasi, dokumentasi, serta didukung oleh adanya data sekunder seperti yang telah dikemukakan diatas. b. Reduksi Data Adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang dilaksanakan selama berlangsungnya proses penelitian. Dalam bukunya Penelitian Komunikasi Kualitatif, Pawito Ph. D (2008 : 104) menyebutkan bahwa dalam reduksi data terdapat beberapa tahap : 1. Melibatkan langkah-langkah editing, pengelompokan, dan meringkas data.
56
2. peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai macam hal, termasuk aktivitas serta proses peneliti dapat menemukan tema, kelompok, dan pola data. 3. Menyusun rancangan konsep-konsep serta panjelasan mengenai tema, pola, dan kelompok data yang bersangkutan. c. Penyajian Data Penyajian data merupakan hasil dari kegiatan mereduksi data yang telah dilakukan sehingga dengan adanya data yang disajikan dengan terstruktur, dapat membantu peneliti dalam membuat kesimpulan akhir. d. Penarikan kesimpulan Dari data yang telah tersusun, langkah terakhir adalah melakukan penarikan kesimpulan. Peneliti bergerak diantara ketiga komponen tersebut yang berwujud interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai pegangan utama proses siklus.
57
BAB II DESKRIPSI LOKASI THE SUNAN HOTEL SOLO
A.
Sejarah The Sunan Hotel Solo The Sunan Hotel Solo dahulu bernama Quality Hotel Solo merupakan hotel berbintang empat di surakarta yang dibangun sejak tahun 1995 dan diresmikan pada 5 januari 1998 oleh H. Wisnu Suhardono, SE pemilik Graha Mulya Wirastama yang merupakan suatu badan usaha perseorangn terbatas yang bergerak di bidang property terkemuka di solo, dimana PT. Graha Mulya Wirastama juga merupakan owning company the sunan hotel solo. Hotel ini didirikan oleh H. Wisnu Suhardono, SE untuk mengembangkan usaha orang tua beliau yang dahulu juga pengusaha hotel di Keprabon Solo. Pada awalnya The Sunan Hotel Solo hanya menawarkan jasa penginapan berupa kamar-kamar. Namun demi memenuhi tuntutan pasar dan agar lebih bias memberikan fasilitas dan sarana penunjang bagi tamu-tamu hotel, maka mulai tahun 1999 disediakan fasilitas-fasilitas penunjang lain seperti coffee shop metting room, music room, dan fitness center. Untuk lebih mengembangkan hotel dan dengan tujuan agar cepat dikenal di kalangan perhotelan, baik domestik maupun mancanegara, owning company memutuskan untuk menggunakan manajemen Quality - Choice International, suatu jaringan manajemen hotel internasional yang berpusat di Amerika Serikat, sebagai trademark hotel. Di Indonesia, Choice Hotel Indonesia
58
adalah pemegang franchise dari Choice Hotel International. Pada bulan oktober 1990, Tn. Ron Muller dan Ny. Karl Waelti para veteran yang telah 40 tahun berkecimpung di bisnis perhotelan, mendirikan perusahaan ini. Namun seiring perkembangan bisnis perhotelan, Quality hotel solo melepaskan diri dari manajemen Quality – Choice International dan merubah namanya menjadi ”The Sunan Hotel” Solo. Mulai tanggal 23 November 2007 Quality hotel solo resmi berubah namanya menjadi The Sunan Hotel Solo. The Sunan Hotel Solo tidak merubah struktural manajemennnya, namun hanya mengganti namanya dan mencoba untuk mandiri dengan brandnya yang baru. Diharapkan The Sunan Hotel Solo mampu lebih meningkatkan occupancynya di dunia perhotelan. Selain untuk melestarikan usaha orang tuanya, pemilik The Sunan Hotel Solo memilih kota Solo sebagai lokasi hotel karena kota Solo terkenal dengan kekayaan seni budaya dan tempat-tempat wisata yang cukup beragam dan tentunya hal tersebut akan menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Sejak awal berdirinya The Sunan Hotel Solo mengalami banyak peningkatan tidak hanya dari tingkat hunian kamar namun juga dari tingginya minat masyarakat dalam menggunakan jasa yang ditawarkan The Sunan Hotel Solo seperti : coffee shop, metting room, swimming pool, restaurant, music room, convention center, lounge, banquet dan fitness center & SPA. The Sunan Hotel Solo, selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas, baik dari segi fasilitas maupun tenaga professional untuk menjamin
59
kepuasan pelanggan. Sebagaimana motto yang diterapkan oleh hotel yaitu “Feel The Sunan Experience”. Diharapkan dengan terjaminnya kepuasan pelanggan akan meningkatkan laba perusahaan dan kemajuan hotel. Sampai saat ini The Sunan Hotel Solo telah mengalami beberapa pergantian pimpinan / General Manager, mulai dari yang pertama yaitu Mr. Eric Aebersoled yang berasal dari Swiss. Setelah menjabat kurang lebih satu tahun, beliau digantikan oleh Mr. Victor H. Sitompul. Kemudian selanjutnya berturut-turut Mr Leopold Tambingon (incharge), Mr. Gunawan Budiraharjo, SE, MBA. Selain menjabat menjadi GM, Mr. Gunawan Budiraharjo, SE, MBA adalah salah satu direktur PT. Graha Mulya Wirastama. Kemudian beliau digantikan oleh Mr. Dicky Soemarsono yang sebelumnya menjabat sebagai executive assistant manager di The Sunan Hotel Solo.
B.
Identitas Perusahaan a. Nama perusahaan
: The Sunan Hotel Solo
b.Alamat perusahaan
: Jalan Ahmad Yani No.40 Solo
c. Tagline
: “Feel The Sunan Experience”
d.Positioning
: Convention and Entertainment Hotel
e. Website
: www.thesunanhotelsolo.com
f. Logo perusahaan
:
60
g. Konsep logo Bentuk Logo “The Sunan Hotel Solo” terinspirasi dari bentuk Kuluk Keprabon.
Menggabungkan
makna
keagungan
dengan
mengombinasikan kemegahan mahkota Kasunanan dan kemagahan sebuah hotel. Bentuk mahkota Kasunanan yang menjulang tinggi menyimbolkan suatu tingkatan tinggi yang kemudian diaplikasikan pada bentuk arsitektur bangunan sebagai identitas hotel kelas atas. Warna Untuk memberikan eksklusifitas dan kesan premium, maka warna yang digunakan adalah warna gold yang secara psikologis memberikan “energizing” dan inspirasi. Tipografi Menggunakan font Sylfaen dari jenis huruf Egyptian, suatu jenis huruf yang memiliki ciri kaki/sirip/serif yang berbentuk persegi seperti papan dengan ketebalan yang sama atau hampir sama. Kesan yang ditimbulkan adalah kekokohan dan kestabilan.
C.
Visi dan Misi Perusahaan VISI Menjadi salah satu perusahaan terbaik di industri perhotelan dan food & beverage di Indonesia dalam aspek kepuasan pelanggan, peningkatan
61
penjualan, kesejahteraan karyawan, dan profitabilitas melalui karya yang kreatif dan inovatif dari seluruh karyawan yang kompeten. MISI 1. Meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dengan menjalankan etika bisnis dan pengelolaan perusahaan yang baik. 2. Menciptakan manfaat jangka panjang yang bersinambungan dan saling menguntungkan antara perusahaan dengan seluruh mitra usaha. 3. Selalu memberikan pelayanan yang terbaik dan kualitas produk terbaik kepada semua tamu tanpa kompromi. 4. Saling menghormati dan selalu meningkatkan kerjasama yang baik antara sesama karyawan demi kebaikan semua.
D. Personal Branding The Sunan Hotel Solo Quality Hotel Solo memiliki citra sebagai hotel yang modern dan berjiwa muda. Setelah rebranding, pelayanan The Sunan Hotel Solo lebih menunjukkan keramahtamahan dan kedewasaan. Sebelumnya, pelayanan lebih banyak
menggunakan
alat-alat
mekanis
secara
otomatis.
Kini,
keramahtamahan ditunjukkan dengan menempatkan greeter dan elevator greeter. Sehingga tamu dapat merasakan pelayanan secara langsung di The Sunan Hotel Solo. Pelayanan yang diberikan menunjukkan citra hotel yang tradisional namun tetap modern. Tradisional dalam kesantunan pelayanan dan modern dalam fasilitas yang disediakan seperti fasilitas hotspot area yang
62
semakin kuat, Embassy Wine Lounge bagi penikmat anggur dan Music Room Pub and Bar yang sangat dikenal dengan nama MUSRO. The Sunan Hotel Solo menggunakan tiga bentuk personal branding dalam mencitrakan perusahaan, yakni : a. Grooming Seragam dengan nuansa heritage namun tetap kekinia b. Courtesy Ramah terhadap tamu dengan memberikan senyum, sapa, dan salam. c. Greeting Greeter
: “Selamat pagi/siang/sore/malam Bapak/Ibu!”
Elevator Greeter : “Mau kemana Bapak/Ibu? Lantai berapa?” Telepon greeting : “Good morning/afternoon, The Sunan Hotel Solo may help you?” (pada front office) “Good morning/afternoon, Public Relation May help you?” (setiap departemen memiliki sapaan dengan format seperti di atas) The Sunan Hotel Solo memiliki tagline “Feel The Sunan Experience” yang menggambarkan bahwa The Sunan Hotel Solo memberikan pengalaman yang tidak terlupakan bagi tamu. The Sunan Hotel Solo merupakan satu-satunya hotel yang mengambil positioning sebagai hotel convention dan entertainment di kota Solo karena memiliki ballroom terbesar di kota Solo yang dapat menampung 1500 orang. Selain itu The Sunan Hotel Solo menyediakan tempat hiburan dan menyelenggarakan event bagi kalangan muda.
63
E. Struktur Bangunan The Sunan Hotel Solo
Gb. 2.1 Entire Building The Sunan Hotel Solo
The Sunan Hotel Solo menempati tanah seluas 22.603,14 m² dengan luas bangunan 16.145 m² dengan pelaksanaan pembangunan oleh PT. Pembangunan Perumahan, sedangkan manajemen konstruksi ditangani oleh PT. Paramaloka Konsultan. Design interior hotel merupakan perpaduan antara tradisional Jawa dengan design modern yang dirancang oleh arsitek Jaya Kencana dengan arsitektur pelaksana PT. Talenta Indah. Struktur bangunan The Sunan Hotel Solo sebagai berikut : a. Basement, terdapat : 1.Ruang perkantoran dan pengendalian 2.Music Room 3.Fitness centre dan spa gallery 4.Florist
64
5.Mushola Qolbun Salim 6.Locker karyawan 7.Area parker 8.Klinik b.Grand Floor 1.Receptionist 2.Lobby 3.Business centre 4.Narendra Indo Asia Dining 5.Royal Expresso Coffee and Tea Lounge 6.Royal Delicatessen 7.Swimming pool 8.Soemarjo Grand Ballroom 9.Kono Room 10. Privat dining room 11. Salon c. Lantai 1 1.Kamar penginapan 2.Triwindu I & II meeting room 3.Embassy Wine Lounge and Shop d.Lantai 2, 3, 4, 5, dan 6 Kamar penginapan e. Halaman depan
65
Parkir dan pos keamanan hotel
F. Fasilitas The Sunan Hotel Solo The Sunan Hotel Solo memiliki beberapa fasilitas yang ditawarkan sebagai berikut: 1. Kamar. Kamar yang dimiliki The Sunan Hotel Solo berjumlah 128 kamar dengan spesifikasi: a. Deluxe Rooms
Gb. 2.2 Deluxe Room 1) Sebanyak 103 kamar yang terletak di lantai 2 – 5. 2) Fasilitas single / double bed, TV Cable, kamar mandi hot & cold, dan perlengkapan kamar standar. b. Executive Business Room 1) Sebanyak 14 kamar dan terletak dilantai 6. 2) Fasilitas single / double bed, terdapat dua bantal dan dua guling, TV Cable, kamar mandi hot & cold, telephone, perlengkapan
66
kamar standar, ditambah dengan fasilitas hot spot atau internet gratis yang bisa langsung diakses didalam kamar. c. Junior Suites Rooms 1) sebanyak 8 kamar dan terletak di lantai 6. 2) fasilitas single / double bed, dua televisi, dua kamar mandi, perlengakapan kamar standar ditambah dengan adanya ruang keluarga lengkap dengan mini bar. d. Suites Room 1) Sebanyak 2 kamar dan terletak di lantai 6. 2) Fasilitas single / double bed, TV Cable, dua kamar mandi, perlengkapan kamar standar, ruang keluarga, ruang makan, bar counter, televisi dengan layar lebar yang terdapat di kamar tidur dan di ruang keluarga. e. President Suites Room
Gb. 2. 3. President Suites Room 1) Hanya terdapat satu kamar yang terletak di lantai 6.
67
2) Fasilitas ruang besar, dua kamar tidur dengan kasur yang berukuran twin bed dan King Size bed, dua kamar mandi dengan perlengkapan mandi yang lebih istimewa, satu kamar mandi untuk di ruang utama, dapur pribadi, ruang makan, bar counter, tiga televisi dengan tv cable, dan tiga telephone yang bisa dipakai untuk luar area hotel.
Fasilitas –fasilitas yang dimiliki tiap kamar adalah : telephone SLI / SLJJ, televise (satellite & in house movies) dengan remote control dan parabola 19 channel, hair dryer, VCD, radio / piped music, mini bar and refrigerator, kamar mandi dengan bath tub, shower air panas & dingin, central AC with individual control, dan kunci kamar magnetik.
Sedangkan failitas-fasilitas yang didapatkan para tamu adalah: welcome drink, Koran, buah-buahan segar dikamar, sarapan pagi, transportasi dari dan ke bandara atau stasiun KA, bebas menggunakan fasilitas olahraga, (fitness dan renang), bebas masuk Music Room, layanan laundry, dan layanan room service 24 jam.
2. Ruang Banquet dan fasilitas Konferensi (meeting room). The Sunan Hotel Solo mempunyai 9 (sembilan) buah ruang konferensi dengan berbagai ukuran yang disediakan untuk berbagai acara seperti rapat, pertemuan, seminar, konferensi, pameran, pesta maupun acara-acara lainnya. Ruang konferensi tersebut adalah sebagai berikut: a. Ballroom I:
68
Ruangan ini menempati area seluas 288m2 dengan ukuran 12 x 24 m2 dan kapasitas yang dimiliki adalah: 1) Untuk Coctail Style berkapasitas 250 kursi 2) Untuk Theater Style berkapasitas 250 kursi 3) Untuk Banquet Style berkapasitas 120 kursi 4) Untuk Classroom Style berkapasitas 100 kursi b. Ballroom II: Ukuran luas area dan kapasitas sama dengan Ballroom I. c. Ballroom III: Ruangan ini menempati area seluas 648 m2 dengan ukuran 27 x 24 m2 dan kapasitas yang dimiliki adalah: 1) Untuk Coctail style berkapasitas 900 kursi 2) Untuk Theater Style berkapasitas 900 kursi 3) Untuk Banquet Style berkapasitas 400 kursi 4) Untuk Classroom Style berkapasitas 280 kursi 5) Untuk U – Shape berkapasitas 250 kursi d. Grand Ballroom:
Gb. 2.4. Soemaryo Grand Ballroom
69
Ruangan ini menempati area seluas 1296 m2 dengan ukuran 54 x 24 m2 dan kapasitas yang dimiliki adalah : 1) Untuk Coctail Style berkapasitas 2800 kursi 2) Untuk Theater Style berkapasitas 2200 kursi 3) Untuk Banquet Style berkapasitas 900 kursi 4) Untuk Classroom Style berkapasitas 700 kursi 5) Untuk U – Shape berkapasitas 500 kursi e. Kono Meeting Room Ruangan ini menempati area seluas 64,8 m2 dengan ukuran 5,4 x 12 m2 dan kapasitas yang dimiliki adalah: 1) Untuk Coctail Style berkapasitas 50 kursi 2) Untuk Theater Style berkapasitas 50 kursi 3) Untuk Banquet style berkapaitas 30 kursi 4) Untuk Classroom style berkapasitas 30 kursi 5) Untuk U – Shape berkapasitas 25 kursi f. Executive Meeting Room Ruangan ini menempati area seluas 35 m2 dengan ukuran 4,5 x 7,8 m2 dan kapasitas yang dimiliki adalah: 1) Untuk Coctail Style berkapasitas 30 kursi 2) Untuk Theater Style berkapasitas 30 kursi 3) Untuk Banquet Style berkapasitas 20 kursi 4) Untuk Classroom Style berkapasitas 20 kursi 5) Untuk U – Shape berkapasitas 20 kursi
70
g. Nurhadi Private Dining Room Ruangan ini menempati area seluas 27 m2 dengan ukuran 5,4 x 5 m2 dan kapasitas yang dimiliki adalah: 1) Untuk Cocktail Style berkapasitas 10 kursi 2) Untuk Theater Style berkapasitas 10 kursi 3) Untuk Banquet Style berkapasitas 10 kursi 4) Untuk Classroom Style berkapasitas 10 kursi 5) Untuk U – Shape berkapasitas 20 kursi h. Triwindu Meeting Room I Ruangan ini menempati area seluas 82,5 m2 dengan ukuran 15 x 5,5 m2 dan kapasitas yang dimiliki adalah: 1) Untuk Cocktail Style berkapasitas 75 kursi 2) Untuk Theater Style berkapasitas 80 kursi 3) Untuk Banquet Style berkapasitas 50 kursi 4) Untuk Classroom Style berkapasitas 50 kursi 5) Untuk U – Shape berkapasitas 30 kursi i. Triwindu Meeting Room II Ukuran luas area dan kapasitas sama dengan Triwindu Meeting Room I 3. Restautant dan bar. a. Restoran Narendra
71
Gb. 2.5. Restoran Narendra Terletak diantara loby dan kolam renang dibuka untuk umum mulai pukul 06.00 – 24.00 WIB dengan kapasitas 120 kursi dan diiringi alunan live music. Di restoran ini, baru saja di launching menu baru yaitu Mi ramen yang diberi nama Ohsyu Ramen pada September 2011 lalu. Terdapat 9 menu pilihan antara lain Tori Shoyu Ramen, Tori Miso Ramen, Kaisen Miso Ramen, Chan Pon Men, Tori Kimuchi Ramen, Kaisen Kimuchi Ramen, Tori Curry Ramen, Gyuni ku Curry Ramen, Miso Chilli Ramen. b. Music Room
Gb. 2.6. Music Room ( Musro ) Terletak di basement, menyajikan hiburan malam yang menyajikan live music dengan full band. Dibuka untuk umum dari pukul 18.30 – 01.30 WIB dini hari dengan kapasias 150 kursi dan 350 pengunjung.
72
c. Mezzanine lounge / terrace. Terletak di lantai 1, dibuka untuk umum mulai pukul 11.00 – 21.00 WIB dengan kapasitas 160 kursi. d. Pool Bar Terletak di samping kolam renang, menyajikan makanan dan minuman ringan, dibuka untuk umum mulai pukul 07.00 – 22.00 WIB. Dengan kapasitas 30 kursi. e. Royal Espresso & Tea Lounge.
Gb. 2.7. Royal Espresso and Tea Lounge Terletak di lobby bagian depan. Menyajikan aneka kopi istimewa. Dibuka untuk umum mulai pukul 10.00 – 23.00 WIB dengan kapasitas 20 kursi.
73
f. Embassy Wine Lounge
Gb.
2.8. Embassy Wine Lounge
Terletak di lantai 1, menyediakan anggur-anggur kelas dunia yang diimpor langsung dari Autralia, Italia, Amerika, dan Inggris. Embassy menawarkan harga yang terjangkau untuk beberapa jenis anggur, selain itu juga menyediakan anggur manis yang dapat dikonsumsi oleh para wanita. 4. Fasilitas Olah Raga. a. Out Heated Semi Olympic pool
Gb. 2.9. Swimming pool
74
Terletak di serambi belakang hotel. Tersedia juga kolam ukuran baby pool dan medium pool untuk balita dan anak – anak. Dibuka untuk umum dengan waktu operasional 06.00 – 21.00 WIB. b. Apsara Fitness and spa
Gb. 2.10. Apsara Fitness and spa Terletak berdekatan dengan music room dilengkapi dengan sauna, namun managementnya terpisah dengan management The Sunan Hotel Solo. Selain sebagai fasilitas untuk tamu juga dibuka untuk umum. c. Fasilitas pendukung lain : 1) Bussiness centre 2) Shopping arcade 3) Drug store 4) Laundry and dry cleaning 5) Recepsionist 24 hours 6) Klinik 7) Banqueting facilities 8) Hot spots 9) 24 hours security
75
10) 24 hours room service 11) Free parking 12) Salon & hair beauty treatment
G.
Department Public Relations The Sunan Hotel Solo Humas atau public relations The Sunan Hotel Solo bertugas menyelenggarakan dan mengkoordinasi lalu lintas arus komunikasi ke dalam dan keluar, ia juga harus berfungsi sebagai penyaring atau filter dari komunikasi timbal balik dengan tujuan untuk menciptakan dan membina stabilitas sosial. Secara umum humas atau public relation mempunyai tujuan yang sama yaitu menciptakan iklim pendapat umum yang menguntungkan. Pendapat umum yang menguntungkan dapat dicapai antara lain dengan cara lobbying diadakan terutama untuk mendapatkan input bagi instansi terhadap kebijakan yang dikeluarkan. Public relations mempunyai peranan yang sangat besar dalam kampanye public relation dan suatu bidang yang sangat luas yang menyangkut hubungan dengan berbagai pihak. Public relations juga bukan sekedar
menjual
senyum,
propaganda dengan tujuan
memperoleh suatu pemberitaan, maka dari itu public relation mempunyai peranan yakni agar perusahaan disukai dan dipercaya oleh pihak-pihak yang berhubungan yaitu: 1.
Memposisikan perusahaan sebagai “leader” atau “expert”.
2.
Membangun kepercayaan (confidence and trust) konsumen.
76
3.
Menekan pasar yang lemah.
4.
Mengetes konsep pemasaran.
5.
Mendorong motivasi tenaga-tenaga penjual (sales force)
6.
Menjangkau “secondary markets”.
Tugas dari seorang public relations sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi yang lisan, tertulis, atau visual kepada public, supaya public mempunyai pengertian yang benar tentang perusahaan, tujuan, dan kegiatan yang dilakukan. 2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat masyarakat, serta menjalankan dan bertanggung jawab kehidupan dengan lingkungannya. 3. Memperbaiki citra perusahaan, yang mencerminkan organisasi yang bias dipercaya,
memiliki
kekuatan,
mengadakan
perkembangan
secara
berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi. 4. Bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut. 5. Mempunyai bentuk komunikasi timbal balik yang khusus, sehingga pengetahuan komunikasi menjadi modal utama. 6. Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi kecenderungan public. 7. Mempertemukan kepentingan organisasi dengan kepentingan public.
77
8. Mengevaluasi program-program organisasi atau lembaga, khususnya yang berkaitan dengan public. Tools of Public Relations a. Company Profile The Sunan Hotel Solo membuat company profile dalam bentuk cetak maupun compact disc (CD) yang berisi: introduction dan foto-foto fasilitas The Sunan Hotel Solo, portofolio event-event skala nasional dan internasional yang pernah diselenggarakan di The Sunan Hotel Solo, dan introduction pariwisata di Kota Solo. b. Website Website www.thesunanhotelsolo.com menyajikan profil, fasilitas, kontak, dan informasi seputar The Sunan Hotel Solo. c. Corporate Advertising Iklan cetak : majalah dan surat kabar berskala lokal dan nasional. Iklan audiovisual : melalui 114 titik TV plasma promo di terminal kedatangan Bandara Soekarno Hatta dan Halim Perdanakusuma dengan frekuensi 8 kali tayang per hari. d. Sponsorship The Sunan Hotel Solo mendukung beberapa event lokal di bidang budaya dan sosial di kota Solo e. Merchandise The Sunan Hotel Solo memiliki beberapa merchandise seperti mug, blocknote, topi, t-shirt, dan mouse pad yang diberikan pada saat konferensi pers maupun corporate visit.
78
f. Riset PR Department The Sunan Hotel Solo belum melakukan riset secara tertulis namun melakukan monitoring langsung perkembangan image The Sunan Hotel Solo di media massa dan guest comment. g. Press Release dan Press Conference Segala bentuk kegiatan dan produk di The Sunan Hotel Solo dipublikasikan melalui press release di media cetak lokal kota Solo. Press conference diadakan untuk meluncurkan produk baru dan acaraacara yang akan diselenggarakan di The Sunan Hotel Solo. h. Newsletter PR The Sunan Hotel Solo membuat newsletter bulanan sebagai media promosi program-program baru. i. Event The Sunan Hotel Solo memiliki event rutin seperti “Sparkling Wednesday Party” dan “Rave Republic Party” di MUSRO, “Wednesday Refresh” di lobby utama, dan Fashion and Luncheon di Narendra Indo-Asia Dining Restaurant.
H. Program Unggulan The Sunan Hotel Solo dalam Rangka Membangun Citra Entertainment Hotel 1. Sparkling Wednesday Sparkling Wednesday Party ditujukan untuk tamu hotel, profesional muda dan masyarakat yang ingin membangun kesegaran pada pertengahan
79
pekan. Untuk acara ini seluruh pengunjung yang hadir tidak dikenai tiket masuk atau gratis. Pengunjung hanya dikenakan first drink charge untuk dapat menikmati seluruh rangkaian pesta di Musro. 2. Special Event Musro Di setiap akhit pecan, Musro menggelar special event untuk para clubber yang ingin menghilangkan penat. Salah satu event yang dihelat yaitu Rave Republic yang diselenggarakan dua kali dalam sebulan di akhir pekan dengan menghadirkan DJ-DJ berbakat Indonesia maupun mancanegara. Para Musro lovers dapat mengikuti event tersebut dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp50.000. Sedangkan bagi pengunjung perempuan, bebas tiket masuk sebelum tengah malam. 3. Fashion and Luncheon Event tersebut menggabungkan antara peragaan busana dan jamuan makan siang, yang khusus ditujukan untuk memberikan apresiasi pada pecinta fashion. Pengunjung dapat menikmati fashion show dan suguhan menu internasional alahotel bintang empat, yang bertempat di Narendra Indo Asia Dining, dengan membayar tiket masuk sebesar Rp80.000.
I. Struktur Organisasi a. Owner b. Board of Director
Managing Director
Director
80
c. General Manager i. Secretary GM d. Head of Department : 1. Public Relations (PR) Department PR Manager PR Secretary Chief of Art Secretary Art Supervisor House Artist 2. HRD HRD Manager HRD Secretary EDR (Eat and Dining Room) Attendant Chief Security Shift Leader Security Guard 3. Sales and Marketing Department Sales and Marketing Manager Assistant Sales and Marketing Manager Sales Executive Banquet Sales Manager Banquet Sales
81
4. Chief Engineering Department Chief Engineering Head Civil/PLB/MECH/ELEC Civil/PLB/MECH/ELEC Supervisor 5. Front Office Department Front Office Manager Assistant Front Office Manager Senior Supervisor Front Office Supervisor Reception Reservation Bell boy, Operator, Driver 6. Housekeeper Department Housekeeper Manager Assistant Housekeeper Housekeeper Supervisor Room boy PA Attendant, Gardener, Pool Attendant Chief Laundry Laundry Supervisor Laundry Attendant 7. Accounting Departement Accounting Manager Assistant Chief Accountant
82
o General Cashier o Income Auditor o Assistant Purchasing Manager Buyer Purchasing Staff o Secretary o Headstore Store Keeper Receiving Account Receivable Collector Account Payable EDP Manager 8. Director of Food and Beverage F&B Manager Assistant F&B Manager Beverage Manager o Music Room Spv. o Captain o Waiter & Waitress
Restaurant Manager o Restaurant Spv. o Captain
83
o Waiter & Waitress
Baquet Manager o Baquet Head Waiter o Captain o Waiter & Waitress
Room Service Spv. o Captain o Waiter & Waitress
Executive Chef European Sous Chef o European Chef De Partie o European Cook I o Cook II o Cook Helper Chinese Sous Chef o Chinese Chef De Partie o Chinese Cook I o Cook II o Cook Helper Chief Steward o Steward Spv. o Steward Chef Pastry
84
o Demi Chef Pastry o Pastry Cook 9. Night Manager
J. Tamu VIP The Sunan Hotel Solo 1. Anang dan Ashanty 2. Andri Wongso 3. Becky Tumewu 4. Bibit Waluyo 5. Joko Widodo 6. DJ Riri 7. Duta besar Brunei Darussalam 8. Duta besar Palestina 9. Hidayat Nur Wahid 10. Jusuf Kalla 11. Linda Gumelar 12. MarzukiAli 13. Endang Rahayu (Menteri Kesehatan) 14. Salim Segar Al-Jufrie (Menteri Sosial) 15. Priyo Budi
85
BAB III PENYAJIAN DATA
A. Data Informan 1. Retno Wulandari, S. H, M. Si. (Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo) Retno Wulandari, 43 tahun, merupakan Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo yang telah mendedikasikan dirinya selama hampir 10 tahun di hotel ini. Wanita lulusan S2 Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Sebelas Maret Solo ini sangat cerdas sehingga programprogram Public Relations yang dia ciptakan selalu menjadi suatu trend tersendiri di industri jasa hospitality khususnya hotel. 2. Rory Wardhana (Fashion Designer, rekanan The Sunan Hotel Solo) Rory Wardhana, 33 tahun, merupakan seorang fashion designer yang sudah dikenal namanya di Kota Solo. Siapa tak kenal desainer muda ini, dengan karyanya yang selalu menjadi langganan Putri Indonesia ketika kunjungan di Solo, dia menjadi salah satu desainer yang diperhitungkan di Kota Solo. Rory Wardhana merupakan rekanan dari The Sunan Hotel Solo untuk melaksanakan program Fashion and Luncheon. Rory dan The Sunan Hotel Solo mencreate program Fashion and Luncheon, diaman program tersebut belum pernah ada sebelumnya di kota Solo. 3. Suci Utami Hapsari, S. Ked (Fashion Designer)
86
Suci Utami Hapsari, 23 tahun, merupakan fashion designer yang mengecam pendidikan S1 di Kedokteran Universitas Sebelas Maret Solo. Merupakan salah satu desainer yang tergabung dalam Solo Young Designer yang dilaunching pada Mei 2012 dan pada saat itu dilaksanakan di Suna Hotel Solo yang disandingkan dengan program Fashion and Luncheon. 4. Dea Ardyanda (Fashion Designer) Dea Ardyanda, 21 tahun, fashion designer muda berbakat lulusan sekolah desain di Pramcis ini merupakan salah satu fashion designer muda yang berani untuk melakukan show tunggal di acara Fashiom and Luncheon pada April 2012. Idealis yang diterapkan dalam racangana-rancangannya membuat dia menjadi salah satu desainer muda Kota Solo yang bisa diperhitungkan. 5. Rahadyan Deny Hapsari (tamu The Sunan Hotel Solo) Rahadyan Deny Hapsari, 25 tahun, merupakan kontraktor muda asal Karanganyar yang merupakan tamu Sunan Hotel yang sering melepakan penat di Sunan Hotel Solo. Dia juga bukan orang yang asing dengan fashion. Wanita hitam manis yang pernah menjadi finalis Putri Indonesia Jawa tengah ini sering menjadi model untuk beberapa pergaan busana, sehingga dia sangat mengikuti perkembagan fashion di Kota Solo 6. Ray. Febri Hapsari Dipokusumo (tamu The Sunan Hotel Solo) Febri Hapsari Dipokusumo, 39 tahun, merupakan dosen, trainer FHD Motivation, pemilik Hapsari PR Comsultant, yang sering menggunakan
87
fasilitas ruang meeting di The Sunan Hotel Solo. Selain itu, beliau juga pecinta fashion sehingga mengikuti perkembangan fashion di Kota Solo ini. 7. Tommy Putra Setyawan (tamu The Sunan Hotel Solo) Tommy Putra Setyawan, 24 tahun, merupakan desainer sepatu yang baru saja memualai kariernya. Awalnya dia berkecimpung di bidang entertainment sebagai model dan MC, kemudian dia banting setir menjadi seorang desainer sapatu yang karyanya fresh dan unik. Kecintaannya terhadap fashion membuat dia selalu mengikuti perkembangan fashion di Kota Solo dan menjadi langganan Sunan Hotel dalam program Fashion and Luncheon.
B. Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon Saat ini telah banyak perusahaan yang memiliki Department Public Relations ataupun divisi humas di dalam perusahaannya. Dahulu fungsi Public Relations dianggap hanya sebagai juru bicara perusahaan atau sebagai penyambut tamu, klien , atau rekanaan yang berkunjung di perusahaan. Namun setelah perusahaan tersandung masalah, maka perusahaan tersebut merasa membutuhkan Public Relations untuk menangani krisis tersebut dan maju sebagai juru bicara perusahaan untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh media massa. Kemudian unit Public Relations pada suatu
88
organisasi atau perusahaan sering kali ditentukan oleh kebutuhan yang muncul sewaktu-waktu. Di Sunan Hotel sendiri, divisi Public Relations sudah ada sejak berdirinya Sunan Hotel yang pada saat itu masih bernama Qualituy Hotel, dimana hanya ada Public Relations Manager yang berdiri sendiri tanpa memiliki staf. Hal tersebut diungkapakan Retno Wulandari, Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo. “Pada tahun 2002 muncullah asisten Public Relations Manager yang bertugas membantu semua kebutuhan divisi Public Relations. Pada tahun 2005 ada perombakan struktur organisasi. Dalam divisi Public Relations sendiri masuklah divisi art yang awalnya masih menjadi satu dengan divisi marketing. Hingga pada akhirnya divisi Public Relations memiliki komposisi 1 Public Relations Manager, 1 Sekretaris PR Manager, Chief of Art, Art supervisor, dan staff art. “ Di Kota Solo sendiri pada saat itu masih jarang ada perusahaan yang memiliki Divisi Public Relations yang berdiri sendiri. Retno Wulandari menambahkan, biasanya Divisi Public Relations sering disamakan dengan Divisi Marketing sehingga fungsi Public Relations terkesan tidak maksimal karena public Relations sering dianggap sebagai bagian dari tim sales marketing yang memiliki target jangka pendek berupa penjualan produk. Beberapa perusahaan menjadikan Divisi Marketing dan Divisi Public Relations sebagai salah satu bagian dari banyak hubungan organisasi dengan khalayak lainnya, dalam hal ini pemasaran menjadi bagian dari fungsi Public Relations secara lebih luas. Namun perusahaan lain memandang bahwa Divisi Marketing dianggap lebih penting karena penjualan menjadi hal yang utama
89
bagi perusahaan. Dalam hal ini, pada akhirnya Public Relations menjadi bawahan (subordinasi) dan bertanggungjawab kepada bagian pemasaran . Namun ada beberapa perusahaan yang menjadikan Public Relations kemudian bertanggungjawab terhadap hal-hal yang berada di luar pemasaran. Di The Sunan Hotel Solo, divisi Public Relation dan divisi Marketing sudah memiliki jalur masing-masing sejak awal berdirinya perusahaan. “Public Relations tidak bertanggung jawab secara reporting kepada marketing, namun langsung bertanggungjawab kepada General Manager. Bisa dilihat dari peran sentral dari divisi Public Relations yaitu difungsikan sebagai Corporate Public Relations (CPR) dan Marketing Public Relations (MPR). Ada beberapa hotel yang berkonsentrasi terhadap MPR saja dimana PR didorong untuk memprekondisikan sebelum penjualan terjadi, dimana PR mendorong penjualan dalan konsep ke-PR-an. Sedangkan dalam CPR lebih kepada bagaimana kita mengambil hati costumer. Kalau mindshare-nya sudah dikuasai maka handshare akan dapat dikuasai sehingga menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Di divisi Public Relations Sunan Hotel ada penggabungan antara MPR dan CPR dengan pertanggungjawaban langsung kepada General Manager. Komposisinya harus diatur, kapan harus menjalankan strategi PR untuk mendorong penjualan, kapan harus menjalankan strategi PR untuk mendekatkan diri dengan costumer. Sebagai contoh, ketika Sunan Hotel melaunching Fashion and Luncheon, I Love Monday, dan lain sebagainya. PR difungsikan sebagai pendorong marketing di dalam menjual sebuah package. Tetapi ketika kita melakukan aksi-aksi Corporate Social Responsibility (CSR), melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah, mengontrol hubungan baik dengan pemerintah dan komunitas, dll itu kita sedang mengambil hati costumer dengan menggunakan konsep CPR,” ujar Retno Wulandari.
Di Sunan Hotel, Public Relations Department merupakan divisi yang memiliki fungsi strategis di perusahaan, Public Relations Manager dapat mempengaruhi pengambilan keputusan General Manager. Retno Wulandari kembali menegaskan,
90
“ PR itu mengumpulkan seluruh masukan-masukan dari luar tentang perusahaan kita, kemudian memfilternya dan memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk mengambil suatu kebijakan yang tepat. Contohnya seperti ini, ada pemahaman bahwa makan di hotel itu belum terlalu terbiasa, mereka juga berpikir bahwa makan di hotel itu mahal, masih „tanda kutip‟, dsb. Nah PR meresume input dari masyarakat kemudian disampaikan kepada manajemen. Kemudian apa langkah yang diambil perusahaan untuk menyikapi hal tersebut? Kita sebagai divisi PR akan melakukan edukasi kepada pasar, kemudian juga dipikirkan edukasi itu melalui cara yang bagaimana. Mungkin kita harus beriklan, kita harus bertemu secara langsung dengan komunitas-komunitas arisan yang sering makan di hotel atau menyelenggarakn acara di restoran hotel. Atau kita menggelar sebuah event dimana bisa menarik orang untuk datang ke tempat kita, sehingga tidak hanya beriklan saja. Karena kalau kita hanya beriklan, orang akan tahu tentang restoran dari cerita atau paparan yang ada dalam iklan tersebut, beda ceritanya ketika mereka langsung datang ke acara kita. Orang akan tahu restoran kita seperti apa, bentuk dan modelnya seperti apa, harganya seperti apa, dsb. Dengan datangnya mereka ke tempat kita, orang akan tahu secara langsung dan mengkonfirmasi langsung apa yang sedang terjadi. Sehingga tempat yang sebelumnya belum dikenal bisa dilihat secara langsung.”
Pada
dasarnya
aktivitas
Public
Relations
meliputi
kegiatan
pembenahan suatu organisasi hingga kegiatan yang bersifat membangun atau menciptakan citra perusahaan (image branding and creativity) yang positif di mata publiknya. Citra adalah tujun utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia Public Relations. Peran divisi Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam menciptakan Citra diungkapkan oleh Retno Wulandari, “ Citra sendiri dibagi menjadi 2 yaitu citra yang diinginkan dan citra yang ada di realita. Yang pertama kita harus tahu dahulu sebelum kita mengkonsep, kita ingin dicitrakan seperti apa. Kita harus tahu siapa diri kita, goalnya itu apa. Sunan Hotel berangkat dari 1 positioning yang sudah ada berdasarkan riset yang sudah ada dan telah disepakati, Sunan merupakan Convention and Entertainment Hotel. Nah, sebagai divisi PR
91
bertanggungjawab untuk merumuskan strategi ke-PR an yang mendorong bagaiamana pencitraan perusahaan sebagai convention and entertainment hotel semakin tegas dan jelas. Yang tentu saja melalui perumusan program-program yang menunjang baik program ke-PR an, dalam program penjualan, atau pola hubungan hotel ini dengan pihak lain. Divisi PR akan berkorelasi secara langsung dengan event organizer, pengambil keputusan dalam pemerintah tentang event, dsb. Kalau Sunan merupakan hotel entertainment, dia pasti akan mengarah kepada bagaimana dia mengelola event, berelasi dengan perngorganize event jika tentang event entertainment, dengan desainer jika tentang event fashion, dengan gaya hidup yang mana merupakan sebuah terjemahan dari positioning entertainment.”
The Sunan Hotel Solo merupakan satu-satunya perusahaan jasa perhotelan yang mengusung positioning sebagai convention and entertainment hotel. Sebagai convention hotel secara otomatis terbentuk karena Sunan Hotel menyediakan berbagai macam jenis ruang pertemuan dan memiliki ballroom terbesar di Kota Solo. Kota Solo sendiri beberapa tahun terakhir ini memang menfokuskan diri sebagai tempat tujuan MICE (Meeting, Intensive, Convention, and Exhibition) setelah pada tahun 2008 menjadi tuan rumah World Heritage Cities Conference (WHCC) yang saat itu dihelat di The Sunan Hotel Solo. Semenjak saat itu event-event MICE berskala internasional sering diadakan di Solo sebut saja AP AMCHUD , Asean Parlementary Meeting, Asean Paragames, dan lain sebagainya. Sehingga hotel-hotel di Kota Solo berlombalomba untuk memperbaiki fasilitas MICE nya dengan tujuan dapat dijadikan salah satu lokasi MICE tersebut. Dengan banyaknya persaingan pasar, Sunan Hotel memilih untuk mengkombinasikan positioningnya, yakni Convention and Entertainment
92
Hotel, dimana kedua hal tersebut merupakan hal yang bertolak belakang namun terdapat benang merah yang menghubungksn keduanya. “ Sebenarnya ada benang merahnya. Jadi begini, dalam penyelenggaraan convention itu ada meeting, intensive, convention, exhibition, dimana ada bauran seperti ini, orang kalau mau meeting, hari ke-3 hari ke-4 akan membutuhkan hiburan. Nah dari situ kita bisa kaitkan antara convention dan entertainment. Pertama, yang jelas hotel ini harus diposisikan sebagai hotel yang tidak dapat menafikan keberadaan music room yang menjadi barometer hiburan di Kota Solo. Yang kedua, event yang diselenggarakan di ballroom itu harus diatur komposisinya, kapan kita harus berevent dengan konsep entertainment misalnya dengan mendatangkan artis. Kita membidik pasar entertainment bukan tanpa alas an. Kita harus melihat daya beli masyarakat, kita melihat penetrasi hotel ini ke anak muda, dsb. Kemudian kita juga mengakomodir lifestyle hiburan orang-orang Solo dan hal yang paling kontras, disini kita memiliki ballroom paling besar yang hamper semua event internasional 90% digelar di Sunan. Nah, halhal yang seperti inilah yang coba kita baurkan, kita kombinasikan. Sehingga kita juga memiliki paket Meeting In Style, dimana disitu ada meeting yang digabung dengan entertainment di saat coffeebreak.”
Konsep sebagai entertainment hotel sebenarnya sudah ada sejak The Sunan Hotel Solo masih berlabel sebagai Quality Hotel dengan beberapa icon programnya seperti Sparkling Wednesday dan Rave Republik. Setelah pada tahun 2007 Quality Hotel berebranding menjadi The Sunan Hotel Solo, positioning tetap dipertahankan namun Sunan Hotel berusaha merubah pola komunikasi yang dilakukan seiring dengan berubahnya image yang ingin diciptakan di depan khalayak. Dahulu Quality Hotel yang dikenal sebagai hotel yang „anak muda banget‟ berubah menjadi hotel papan atas yang fresh, entertaining tetapi tetap elegan. Retno Wulandari menjelaskan,
93
“Kita mengkonsep ulang pola komunikasinya dari pasar anak muda ke pasar yang lebih elegan. Usia dan target yang berbeda akan berbeda pula cara berkomunikasinya. Misalnya kita berbicara dengan anak muda yang mengkonsumsi Musro dengan orang yang mengkonsumsi ruang meeting akan lain cara berkomunikasinya. Saat ini jati diri kita adalah orang yang berusia 40-60 tahun yang elegan, yang lifestylenya bagus, papan atas, program-program yang kita create pun akan mengikuti. Sehingga ingin seperti apa pencitraan yang ingin kita ciptakan harus sesuai dengan jati diri tersebut. Di Sunan, orang-orang melihat sebagai hotel yang papan atas, harganya pun juga seperti itu. Disini harga tidak dapat sembarangan, paket kamar paling murah kita patok harga Rp 630.000,00. Kenapa? Karena kita meamang membidik level high end, bukan low end, supaya ekuitas merk kita juga semakin lekat.”
The Sunan Hotel kemudian memproduksi event-event yang sesuai dengan pribadi perusahaan. Selama ini produk Sunan Hotel yang menunjang positioning sebagai Entertainment Hotel salah satunya adalah Sparkling Wednesday yang telah berjalan hampir 10 tahun, I Love Monday, Wednesday Refresh, dan beberapa acara musik yang mendatangkan artis atau penyanyi papan atas. Dan untuk menciptakan citra yang elegan beberapa produk dan program baru diluncurkan seperti Meeting In Style, Fashion and Luncheon, produk Red Velvet dan Rainbow Cake, produk Mi Ramen, yang saat ini telah menjadi trend setter dan menjadi gaya hidup di Kota Solo. Retno Wulandari mengungkapkan, untuk menciptakan sebuah citra perusahaan tidak dapat instan dengan satu atau dua program saja tetapi semuanya harus berkesinambungan dan konsisten mencakup semua lini perusahaan. “Program-program kita banyak. Kita harus mengambil pola dasar perusahaan kita. Buat IMC, dimana hotel harus menempatkan strategi
94
komunikasi di seluruh lini. Mulai dari below the line hingga above the line. Kemudian social media yang sekarang sedang menjadi trend di masyarakat. Sekarang bagaimana kita menempatkan semua medium untuk menyampaiakan pesan. Strategi tersebut memiliki terjemahan yang berbeda-beda. Disitulah kita menempatkan program yang berbeda-beda sesuai dengan medium yang digunakan. Jika dijabarkan akan sangat panjang, tetapi intinya di setiap media penyampaian pesan kita memiliki program yang berbeda-beda. Misalnya kita memiliki program a, b, c, d untuk special event, kemudian di bidang CSR kita memiliki program a, b, c, d, dan di bidang government relations kita memiliki program a, b, c, d. Belum lagi kalau dijabarkan secara internal dan eksternal perusahaan. Sehingga kita memiliki program yang dilaksanakan secara merata 360 derajat di semua lini.”
Saat ini citra The Sunan Hotel Solo sebagai satu-satunya hotel dengan konsep convention dan entertainment memang diakui oleh masyarakat di Kota Solo, sebut saja Rahadyan Deni, 25 tahun, seorang kontraktor muda yang menjadi tamu langganan Sunan Hotel, mengakui dirinya sering menghabiskan waktu untuk melepas penat di Sunan Hotel. “Sunan Hotel yang saya kenal memang sebagai convention dan entertainment hotel. Dimana produk-produk yang dimiliki sudah sangat melekat dengan nama Sunan. Sebut saja Musro, orang pasti akan selalu menyebut bahwa Musro ya Sunan, begitu pula sebaliknya. Saya sering menggunakan fasilitas Musro untuk sekedar menghilangkan penat ketika sudah pusing dengan pekerjaan saya. Disana juga menjadi salah saltu tempat favorit untuk berkumpul dengan teman-teman.” “Selama ini saya lebih melihat Sunan Hotel sebagai convention hotel. Karena beberapa tahun belakangan ini banyak event MICE yang diselenggarakan disana sebut saja WHCC, AP AMCHUD, ASEM, Kongres PSSI, Bengawan Solo Travel Mart, dan lain sebagainya. Namun tidak menutup mata juga, bahwa Sunan Hotel yang saya lihat juga merupakan tempat nongkrong anak muda high end dengan adanya Musro” Ujar, Febri Hapsari D, 39 tahun, salah seorang tamu Sunan Hotel.
95
Beberapa desainer muda yang merupakan rekanan Sunan Hotel dalam melaksanakan program Fashion and Luncheon pun juga angkat bicara tentang positioning Sunan Hotel sebelum mereka bekerjasama secara langsung dengan Sunan Hotel. Suci Utami Hapsari, 23 tahun, sebelum memutuskan untuk bekerjasama dengan Sunan Hotel pun memiliki pandangan yang positif, hingga pada akhirnya dia tertarik untuk menjadi salah satu rekanan Sunan Hotel dalam menghelat program fashion show, “Sunan Hotel itu merupakan hotel yang bergengsi dan papan atas di Solo. Dia memfasilitasi event-event internasional baik event formal seperti meeting sampai event informal seperti event di Musro yang menghadirkan DJ-DJ papan atas. Selain itu sering diadakan juga event gathering disini dan event fashion juga.”
Dea Ardyanda, 21 tahun, yang juga merupakan salah satu desainer yang tampil di fashion and Luncheon pun mengungkapkan hal yang sama. “Pada saat SMA saya sering datang di acara-acara sweet 17, acaraacara party, dsb. Saya dulu juga sempat ikut orchestra dan pada saat itu pernah bermain di Sunan Hotel. Sehingga kalau ditarik benang merahnya, Sunan Hotel merupakan hotel yang mengakomodir kebutuhan entertainment, tidak hanya anak muda tetapi juga eksekutif muda, pembisnis, dsb. Program-programnya memang sudah mengarah sebagai entertainment hotel. Tetapi selain itu Sunan Hotel juga dikenal sebagai convention hotel dimana banyak event internasional yang diadakan disini. Sehingga sisi entertainment disini sebagai penyeimbang sisi convention nya.”
Saat ini, Sunan Hotel telah berkembang menjadi sebuah hotel yang membidik orang-orang yang elegan, ,mapan, papan atas, dan eksklusif. Hal ini
96
disesuaikan dengan logo Sunan saat ini, sehingga Sunan berkewajiban untuk menyesuaikan pola komunikasi dan produksi event sesuai dengan target audience.
C. Proses Pelaksanaan Program Fashion and Luncheon Sebagai hotel yang memiliki positioning sebagai entertainment hotel, The Sunan Hotel Solo memiliki tugas untuk selalu membuat program-program yang dapat menunjang positioning tersebut. Fashion and Lucheon merupakan salah satu program unggulan Sunan Hotel yang telah berjalan secara konsisten selama 1 tahun ini. Fashion and Lunceon merupakan pagelaran fashion show yang dilaksanakan di siang hari, yaitu pada saat makan siang, yang mengambil tempat di Restoran Narendara. Dalam pelaksanaannya, konsep kerja Public Relations diterapkan disini agar program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tercapai tujuannya. Dalam hal ini adaa beberapa tahapan yang dilaksanakan Public Relations Department dalam melaksanakan program Fashion and Luncheon yaitu : 1. Riset 2. Perencanaan program (perancangan strategi) 3. Pelaksanaan 4. Evaluasi Dalam membuat suatu program haruslah sesuai dengan apa yang sedang terjadi dengan pasar dan bagaimana pasar memandang perusahaan
97
tersebut. Sunan Hotel sebelum menciptakan program baru, terlebih dahulu mencari fakta yang ada di masyarakat. “Di lapangan kita menemukan fakta bahwa untuk datang ke hotel itu ada beban. Kedua, tidak ada satupun hotel, tempat ataupun komunitas yang membidik dan memberi ruang untuk pagelaran fashion secara konsisten. Ketiga, banyak desainer senior ataupun desainer muda yang berbakat dimana mereka membutuhkan ruang untuk menjual dan memperkenalkan produk mereka. Keempat, kita sebagai hotel harus memiliki kontribusi kepada lingkungan, kontribusi sosial dimana kalau hotel kita sebagai hotel entertainment dan fashion itu sebagai salah satu bagian dari entertainment dan ini related dengan program dan positioning kita, maka kita harus kontribusikan apa yang kita bisa berikan untuk mereka, semacam CSR. Semuanya dapat, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui. Itulah fakta yang ditemukan oleh Public Relations Sunan Hotel melalui riset kepada beberapa khalayak. Dari temuan-temuan tersebut, kamu mencoba untuk menggandeng partner dimana partner tersebut telah kita filter sesuai dengan konsep kita.” Ujar Retno Wulandari.
Setelah riset dilaksanakan, selanjutnya The Sunan Hotel Solo menggandeng Rory Wardhana untuk membuat suatu rancangan program yang dirasa
dapat
menjawab
permasalahan
yang
ada.
Retno
Wulandari
menjelaskan, “Fashion and Luncheon awalnya digunakan untuk menjual Restoran Narendra, dimana selama ini restoran di dalam hotel dianggap mahal dan mewah. Dengan adanya program ini, diharapkan para desainer akan mengajak komunitasnya untuk menikmati peragaan busana mereka. Sedangkan setiap bulannya, desainer pun akan berganti sehingga komunitas yang dibawa pun akan selalu berganti. Disini lah para komunitas yang awalnya belum begitu mengenal Restoran Narendra akan mulai mengenal produk-produknya. Yang mungkin awalnya mereka menganggap mahal menjadi paham apa saja yang ada di restoran Narendra. Sehingga di lain kesempatan mereka dapat membawa komunitas mereka untuk menikmati produk-produk Sunan Hotel. Secara lebih jauh, program ini juga memiliki tujuan CSR yaitu ingin
98
memberikan wadah untuk memngapresiasikan karya desainer-desainer lokal Solo yang selama ini kurang memiliki ruang gerak.” Sepaham dengan Retno Wuladari, Rory Wardhana menambahkan, “Konsep awalnya, kita ingin memberikan pandangan bahwa fashion show tidak hanya di catwalk tetapi fashion show bisa diadakan dimana saja. Selain fashion dapat dinikmati pada saat makan siang dan juga sambil nongkrong. Di Suna sendiri saya melihat bahwa restorannya luas dan representative sekali untuk diadakan Fashion and Luncheon. Kemudian saya berpikir bahwa fashion ini bisa berkembang di Kota Solo dengan di back up oleh The Sunan Hotel, dijadikan agenda bulanan sehingga masyarakat yang menikmatinya pun akan mendapatkan warna baru dalam gaya hidup mereka.” Selain mereka merencanakan konsep dari acara tersebut, target audience pun juga dipilih sesuai dengan konsep acara. Retno menjelaskan bahwa target utama mereka adalah Ibu-ibu muda yang sedang menunggu putra-putra mereka. “Setelah menjemput putra mereka akan mencari tempat untuk makan siang bersama. Dengan adanya program Fashion and Luncheon ini, ibuibu muda tersebut memilih Sunan sebagai tempat untuk makan siang sembari menikmati pagelaran fashion. Itulah target market yang tidak dibidik oleh tempat lain. Yang kedua adalah para karyawan baik karyawan bank maupun karyawan swasta yang menginginkan konsep makan siang yang berbeda. Yang ketiga adalah komunitas dari perancang busana itu sendiri yang sebelumnya tidak mengenal makan siang di hotel mulai mengenal produk hotel berupa restoran yang tidak semewah dan semahal yang mereka bayangkan.”
Rory lebih memandang target audience mereka dari segi fashion, “Siapa saja yang menyukai fashion, dan mengerucut pada ibu-ibu muda, eksekutif muda, dan karyawan bank dan swasta yang selalu bingung untuk mencari alternatif tempat makan siang di sela-sela kesibukannya. Disini kita menyediakan makan siang yang tidak biasa, makan siang yang menyajikan fashion show yang tidak ada di tempat lain.”
99
Setelah merancang siapa target audience yang ingin dibidik, mereka mengkonsep pesan dan tujuan yang ingin dicapai dengan program ini, Retno Wulandari menjelaskan pesan yang ingin disampaikan dari sudut pandang hotel, “Pertama sebagai entertainment hotel, Sunan ingin menyuguhkan sajian hiburan yang lain daripada yang lain secara konsisten setiap bulannya, yaitu peragaan busana di siang hari dan bertempat di antara meja-meja makan siang. Yang kedua Sunan Hotel juga ingin menyampaikan bahwa restoran hotel bukan merupakan tempat yang mewah sebagai salah satu pilihan tempat untuk berkumpul bersama teman maupun kerabat pada saat makan siang. Yang ketiga, banyak desainer Solo berbakat yang selama ini kurang dikenal karyanya karena kurangnya wadah dalam mengapresiasi karya mereka.” Dan Rory pun menambahkan dari sudut pandang fashion “Saya ingin memfashionkan kota Solo, bahwa kota Solo itu kota budaya yang tidak hanya budaya wayang, keraton, batik, dsb. Namun lebih dari itu Solo harus memiliki gagasan bahwa batik bisa menjadi suatu karya budaya yang indah ketika diwujudkan dalam suatu bentuk busana yang diperagakan. Ketika kebudayaan itu dapat ditampilkan secara konsisten akan lebih dapat diterima oleh masyarakat.” Untuk menunjang promo dari program tersebut, Public Relations Department membidik beberapa media yang ddirasa tepat sebagai media promo untuk acara Fashion and Luncheon. “Media promo itu pasti ada. Yang pertama melalui sosial media, yang kedua masing-masing desainer pasti punya komunitas sehingga mereka dapat berpromo sendiri, yang ketiga tentu saja media konvensional seperti media cetak dan media elektronik. Media cetak lokal semua kami pakai, karena produk Fashion and Luncheon jangkauannya masih lokal yaitu Solo dan sekitarnya. Radio juga kami pakai untuk iklan dan adlibs. Untuk media televisi kita pakai tv lokal untuk peliputannya. “
100
Setelah semuanya telah dirancang dengan baik, mulailah The Sunan Hotel Solo bersama Rory Wardhana menggandeng beberapa desainer berbakat kota Solo yang selama ini belum mendapatkan ruang yang cukup untuk mengekspresikan karya-karyanya. Beberapa desainer muda memberikan tanggapan yang positif atas adanya program fashion and Luncheon ini. Suci Utami Hapsari, salah satu fashion designer yang menjadi tamu dalam Fashion and Luncheon menjelaskan konsep awal kerjasama yang ditawarkan kepadanya, “Fashion and Luncheon merupakan agenda bulanan Sunan Hotel Solo yang menampilkan 1 desainer untuk show tunggal setiap bulannya. Kemudian pada saat itu Mas Rory Wardhana mempunyai gagasan untuk membetuk show gabungan desainer muda Solo yang diberi nama Solo Young Designer. Saya menjadi salah satu desainer yang tergabung dalam Solo Young Designer. Ada sekitar 11 desainer yang tampil dalam acara tersebut. Dan setiap desainer berhak mengeluarkan 3 koleksi.” Selain itu desainer muda yang lain, Dea Arifadianda ,menjelaskan, “Sunan memberikan fasilitas untuk pelaksanaan event. Kemudian saya diajak oleh mas rory Wardhana untuk show tunggal di acar Fashion and Luncheon untuk bulan April. Sunan hotel menyediakan tempat dan tetek bengek event, model dan make up. Saya menyediakan baju-baju rancangan saya untuk dipamerkan, saya juga berhak untuk membeli tiket masuk untuk komunitas saya.” Mereka menjelaskan mengapa mereka tertarik dengan konsep fashion yang ditawarkan The Sunan Hotel Solo, “Yang mereka tawarkan itu menarik, ada manfaatnya untuk kita. Istilahnya program ini merupakan salah satu jalan agar karier kita semakin maju dan untuk masa depan kita juga. Jadi menurut saya
101
pribadi, Sunan Hotel sudah sangat baik untuk memberikan fasilitas itu, kita sebagai desainer muda yang notabene belum ada apa-apanya di dunia desain ini. “, ujar Uci, sapaan akrab Suci Utami Hapsari. “Sunan merupakan hotel yang sudah ternama di Kota Solo, jadi saya pikir kalau saya bekerjasama dengan Sunan Hotel, akan dapat membantu saya dalam mengawali karier. Karena di Solo sendiri tidak banyak tempat yang mengakomodir kebutuhan para desainer muda ataupun desainer lokal untuk menampilkan karya-karya mereka. Jadi ketika saya mendapatkan tawaran untuk fashion show tunggal saya langsung iyakan karena ini kesempatan yang diberikan kepada saya. Selain itu Sunan Hotel juga sudah biasa menghandle acara-acara seperti ini sehingga tidak akan ada kendala yang berarti.” Tambah Dea. Uci menambahkan bahwa program Fashion and Luncheon ini sangat memberikan kesempatan para desainer untuk menunjukan karya mereka kepada masyarakat umum yang mengerti maupun tidak mengerti desain. Mereka pun jadi terbuka matanya, ternyata ada desainer-desainer muda yang memiliki karya yang luar biasa. Tidak jauh beda dengan Uci, Dea berpendapat bahwa dengan adanya Fashion and Luncheon ini sangat bagus karena sangat membantu desainerdesainer muda untuk
dapat menunjukan karya mereka, ada yang
mengakomodir kebutuhan para desainer. Karena untuk membuat suatu pagelaran fashion itu tidak mudah. Mulai dari sewa tempat yang mahal, sewa model, belum lagi sajian atau hidangan makanan untuk penonton, hiburannya, belum repot-repotnya. Dengan adanya Fashion and Luncheon ini sudah satu paket dan sangat memudahkan bagi para desainer untuk melakukan pagelaran fashion show yang lain daripada yang lain.
102
Dalam pelaksaannya Sunan Hotel dan Rory Wardhana memberikan kebebasan para desainer untuk mengekspresikan karyanya sesuai dengan ciri khas mereka namun tetap sesuai dengan konsep yang diberikan Sunan Hotel. Retno Wulandari menjelaskan, ada beberapa tahapan acara sebelum fashion show digelar. Acara awal biasanya digunakan untuk promo hotel dan program-programnya. “ Pada saat kita akan melakukan fashion show itu ada makan siang terlebih dahulu, disitu kita akan memperkenalkan menu-menu yang ada di restoran Narendara. Kita akan menyampaikan program apa saja yang ada di bulan ini. Misalnya di bulan ini kita akan meluncurkan produk Red Velvet dan Rainbow Cake. Selain itu kita juga menyampaikan package baru seperti paket pernikahan dengan hadiah bulan madu di Singapura. Sehingga dapat tepat sasaran. Yang dimaksud tepat sasaran disini, mereka jadi mengenal hotel kita, mereka juga jadi mengenal produk restoran, dan tidak lupa kita juga menyampaikan rate nya. Pada saat menyantap sajian makan siang yang kita sediakan, mereka akan trial langsung produk restoran yang telah kita sampaikan sebelumnya.” Retno Wulandari menambahkan, untuk ambience nya sendiri kita menciptakan ambience fashion yang dilengkapi dengan live piano, live music, pernah pada saat itu ada tarian di sela-sela show, tergantung konsep fashion show yang dibawa oleh desainer yang tampil pada saat itu. Dekorasi kita bikin sedemikian rupa sehingga rasa fashion yang berbeda dapat dirasakan. Rory wardhana menambahkan, dalam program ini dia dan Sunan Hotel ingin memberikan kebebasan untuk para desainer muda untuk bias tampil disitu. Intinya tidak harus „wah‟, tidak harus dengan tata lampu dan dekorasi yang meriah pula. Yang terpenting program ini dapat menjadi wadah untuk para desainer muda untuk berkarya secara konsisten. Karena dalam ajang ini
103
para desainer mendapatkan tantangan untuk mendesain baju dengan konsep simple tapi tetap elegan. Dalam pelaksanaan Uci dan Dea pun bercerita tentang tema, konsep dan pesan dari ranangan mereka. Uci mengungkapkan, “Saya mengusung Spring Summer Collection 2012, konsepnya kasual dan simple, ready to wear, tetapi ada keunikan per itemnya sendiri. Walaupun dapat ditemukan di tempat-tempat lain tetapi ada beberapa poin di baju itu yang tidak sembarangan orang bisa. Lebih detail dan cuttingnya itu ada prosesnya. Saya membawa tema maskulin dengan warna soft pastel kea rah feminine dan girly. Disini saya ingin menunjukan bahwa kesan sweet, feminine, dan girly bisa dibawa ke sisi boys-nya, ke sisi maskulinnya. Bisa dipakai dengan celana, agak tomboy tapi masih ada sentuhan femininnya.” Berbeda dengan Dea yang mengusung tema yang tidak biasa, “Ada 2 tema yang saya usung yaitu Halusination untuk koleksi wanita yang terinspirasi dari orang gila yang penuh akan imajinasi dengan mengangkat warna-warna yang dreamy, pastel, dan grey. Untuk koleksi pria nya saya mengusung tema I did it My Way terinspirasi dari lagu dan saya ekspresikan dalam rancangan busana batik pria yang bisa digunakan kapan saja dengan gaya ala mafia rock and roll. Untuk koleksi wanita saya ingin mewujudkan idealis saya sebagai fashion designer, dimana dengan apa yang saya imajinasikan dapat diwujudkan dalam suatu karya busana. Sedangkan untuk koleksi pria saya ingin menyampaikan bahwa batik itu bisa dimodifikasi dengan cara saya sendiri. Tidak melulu saklek dengan old style tetapi bisa dibikin sesuai dengan kepribadian dan keinginan kita.”
Setelah acara ini berjalan selama satu tahun banyak hal yang dievaluasi oleh Sunan Hotel dan Rory Wardhana. Mulai dari pelaksanaan acara, hambatan selama ini, pemberian solusi untuk ke depan, dan juga evaluasi yang
104
berasal dari khalayak yang manjadi tamu dalam program Fashion and Luncheon ini. Retno Wulandari menjelaskan, “Hambatannya adalah terkadang kita sulit untuk menentukan siapa yang selanjutnya mengisi pagelaran tersebut. Dalam artian, jumlah desainer di kota Solo ini terbatas dan terkadang kita juga tidak menemukan desainer yang sesuai dengan konsep dan keinginan kita. Taruhlah di Solo ini ada sekitar 15 desainer yang telah memiliki nama namun tidak semua desainer tersebut berani untuk show tunggal. Nah disinilah kita mencoba untuk mensiasatinya. Apakah akan kita modifikasi programnya, bagaimana kita bersosialisasi dengan desainerdesainer baru. Disini banyak desainer baru, namun mereka kurang percaya diri untuk melakukan show. Dan tidak menutup kemungkinan kita akan melebarkan pasar sampai Jogjakarta dan Semarang. Kemudian kita juga akan mengevaluasi teknik-teknik penyelenggaraan dan kerapiannya sehingga bisa tepat sasaran dan tidak mengecewakan.” Rory Wardhana menambahkan “Banyak desainer yang masih menganggap program ini tidak penting untuk mereka ikuti. Mind set mereka, fashion show itu tidak di restoran tetapi di ballroom. Berbeda dengan orang barat, fashion itu bisa dilakukan dimana saja. Namun sayang, orang Solo masih beranggapan bahwa fashion itu ya harus di panggung dan di setting sedemikian rupa. Di sisi lain banyak desainer juga yang masih kurang percaya diri untuk menampilkan karya mereka dalam show tunggal. “ Respon audience yang ditangkap oleh Retno Wulandari dan Rory Wardhana pun beragam, tetapi secara keseluruhan bisa dikatakan para audience menyukai program ini karena dirasa menciptakan suasana fashion yang baru di Kota Solo Retno Wulanadari menjelaskan, “Responnya baik, tetapi respon audience juga tergantung dengan kemampuan desainer dalam menyajikan karya-karyanya. Ada yang memang bagus sehingga mengapresiasi dengan bagus pula, tetapi ada juga yang sebaliknya. Ketika tidak bagus, maka audience akan bersikap.
105
Disinilah ada perubahan perilaku, dari tidak tahu menjadi tahu, menjadi suka, ketika suka mereka akan membeli. Terjadilah proses AIDA disini attention-interest-desire-action.” “Mereka banyak yang suka, mereka dimanjakan dengan pagelaran fashion yang rutin diadakan setiap bulannya dengan desainer yang berganti-ganti. Dan orang-orang yang datang pun berganti-ganti. Mulai dari kalangan menengah ke atas, remaja, orang-orang dari suatu komunitas semuanya hadir. Tapi sayang, masih ada beberapa pengunjung yang hanya sekedar makan saja disini, fashion show nya hanya dilihat sekilas,” tambah Rory Wardhana
Beberapa tamu undangan pun mengkonfirmasi tentang program Fashion and Luncheon, “Saya sudah mengikuti program Fashion and Luncheon sejak awal dilaksanakan. Hingga saat ini saya sudah mengikuti 3 show yang diadakan. Konsepnya sangat bagus. Sangat entertaining bagi saya pribadi yang saat ini memang orang baru dalam dunia Fashion. Pagelaran yang paling saya sukai adalah pada saat Solo Young Desainer menyajikan karya mereka. Dengan adanya program tersebut terbuka lebar kesempatan desainer muda untuk mengekspresikan karya mereka,” Ujar Tommy Putra Setyawan, 24 tahun, seorang desainer sepatu yang masih terbilang baru di bidangnya. Rahadyan Deny menambhakan, selama ini dia telah 2 kali mengikuti show tersebut. Dan konsep yang dihadirkan pun sangat menarik. “Saya mengetahui program ini dari teman saya yang juga merupakan seorang desainer,dan beberapa teman saya yang juga sering mengikuti acara-acara fashion. Selain itu saya juga sering melihat di newslatter di Sunan yang saya dapatkan pada saat saya meeting di restoran bersama beberapa klien disana. Menurut saya ini sangat menarik, Fashion and Luncheon merupakan bentuk kepedulian The Sunan Hotel Solo untuk
106
merangkul generasi muda untuk mengembangkan kreasi mereka. Yang selama ini belum pernah ada pagelaran fashion show yang rutin diadakan di Kota Solo dan diadakan pada saat Lunch, dengan adanya Fashion and Luncheon ini bisa menjadi salah satu alternatif hiburan pada saat istirahat siang.”
Febri Hapsari Dipokusumo yang biasanya hadir untuk acara meeting pun menjadi tertarik ketika dia diundang oleh salah satu desainer yang tampil disitu. “Saya mendapat informasi dari salah satu anggota Rotaract yang merupakan organisasi sosial kepemudaan, anak dari organisasi Rotary yang saya ikuti, merupakan seorang desiner muda. Dia mengundang saya untuk hadir dalam pagelaran show nya. Dia juga memaparkan seperti apa show tersebut, karena saya rasa konsepnya menarik, saya mengajak beberapa ibu-ibu Rotary untuk ikut hadir menyaksikan acara tersebut. Kemudian saya datang dan ternyata konsepnya sangat menarik. Sebelum acara fashion dimulai, kita dihidangkan menu makan siang yang sebelumnya malah belum pernah saya tahu.” Dengan respon positif tersebut, timbulah harapan yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengevaluasi program ke depannya.Sebagian besar audience dan para desainer berharap bahwa program ini terus ada dan berjalan karena selain membantu mempromosikan desainer-desainer muda yang ada di Solo. Harapan-harapan inilah yang membuat The Sunan Hotel Solo untuk mempertahankan program Fashion and Luncheon. Lebih dari itu beberapa rencana ke depan akan ada perluasan pasar bidikan sehingga, program Fashion and Luncheon ini bisa lebih dikenal serta mengukuhkan The Sunan Hotel Solo
107
sebagai satu-satunya hotel yang mengusung positioning Entertainment hotel yang melakukan Fashion show di siang hari di tengah restoran. Retno Wulandari menegaskan, “Kita berharap setelah adanya program ini, kita bisa dikenal sebagai hotel fashion dimana fashion merupakan salah satu untur entertainment. Yang namanya membangun citra itu tidak dapat secara langsung dengan satu event saja, namun dengan beberapa event dan program-program yang mendukung. Kita akan mengkoreksi semuanya hingga mendekati sempurna. Nah itu mengapa dari awal saya jelaskan bahwa bahwa kontrak program ini harus minimal satu tahun karena kita harus mendapatkan bentuk yang sesuai untuk program ini. Program ini harus konsisten. Bikin bagus sekali lalu hilang akan terasa berbeda dengan yang diselenggarakan secara rutin dari waktu ke waktu yang konsisten walaupun kurang sempurna pada awalnya. Itulah syarat untuk membangun merk. Maka dari itu kenapa acara-acara di Sunan hotel selalu menjadi icon, karena kita selalu konsisten.” Rory Wardhana menambahkan, “Sunan semakin mengukuhkan citranya sebagai satu-satunya entertainment hotel yang ada di Solo, apalagi dengan adanya program Fashion and Luncheon, dia menjadi satu-satunya hotel yang menggelar fashion show yang rutin setiap bulannya. Hotel yang me,beri warna baru bagi perkembangan dunia fashion di Kota Solo.”
108
BAB IV ANALISA DATA
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, sehingga dalam proses analisa datanya sudah dilakukan sejak awal yaitu bersamaan dengan saat pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif hal yang harus diperhatikan ketika membuat analisa adalah dimulai dari reduksi data, sajian atau tampilan data, sampai pada penarikan kesimpulan. Data yang direduksi sudah disampaikan dan dijabarkan peneliti pada bab III, tentang penyajian data. Pada bab IV inilah peneliti melakukan kroscek data yang sudah diperoleh dengan teori-teori tentang public relations, utamanya yang berkaitan dengan implementasi konsep kerja public relations dalam pelaksanaan program terkait dengan penguatan citra pada hasil akhirnya. Jelasnya adalah bahwa pada bab IV ini membahas tentang analisa implementasi konsep kerja public relations The Sunan Hotel Solo dalam menguatkan citra sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon.
A. Peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam Pencitraan sebagai Entertainment Hotel melalui Program Fashion and Luncheon Pada dasarnya public relations merupakan seluruh rangkaian kegiatan komunikasi guna mencapai tujuan suatu organisasi. Kegiatan-kegiatan diarahkan untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi dan
109
publik, karena organisasi sangat membutuhkan kepercayaan dari publik guna memperoleh rasa hormat yang nantinya akan berpengaruh dalam pembentukan opini dan citra. Publik sendiri dibagi menjadi dua yaitu publik internal dan publik eksternal. Publik internal terdiri dari karyawan dan jajaran manajerial perusahaan. Sedangkan publik eksternal terdiri dari community relations (komunitas yang berhubungan dengan perusahaan), customer relations (pelanggan), government relations (jajaran pemerintahan daerah), media relations, dan investor relations. Dilihat dari definisi public relations menurut Denny Grisworld peran public relations yaitu mengevaluasi publik, mengenalkan berbagai kebijakan dan prosedur dari perusahaan berdasarkan kepentingan publik dalam upaya memperoleh pengertian dan pengakuan publik ( Sholeh Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2003 : 241). Fungsi humas di suatu perusahaan atau organisasi menunjang seberapa jauh wewenang dan tanggung jawab yang harus dipikul dalam melaksanakan suatu kegiatan. Untuk itu sebenarnya semua tergantung pada kebijakan perusahaan sebagai pemberi andil kepada humas untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang keberadaan perusahaan di mata masyarakat. Public relations memiliki posisi yang sangat strategis selama public relations dipandang memiliki peran kunci dimana dalam struktur perusahaan diletakkan sedekat mungkin dengan level tertinggi manajemen. (Jim Macnamara, 2010:133).
110
Departmen Public Relations The Sunan Hotel Solo menjadi perantara antara publik dan perusahaan dalam mengenalkan program-program perusahaan diamana tujuan akhirnya adalah timbulnya citra yang positif sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan. Departmen Public Relations bertugas mengumpulkan masukan dari publik luar perusahaan kemudian mengolah dan menganalisisnya hingga dapat memberikan rekomendasi kepada perusahaan untuk mengambil suatu keputusan. Setelah itu perusahaan bersama dengan Departmen Public Relations mengatur strategi untuk menjawab masukan-masukan dari publik tersebut. Public relations akan kembali memberikan informasi dari perusahaan kepada publik dengan strategi yang telah dirancang sehingga publik dapat menerimanya dengan baik. Seperti yang telah dijabarkan dalam BAB III, Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo mengungkapkan bahwa public relations mengumpulkan seluruh masukan dari luar tentang perusahaan. Sebagai contohnya adalah adanya pemahaman dari masyarakat bahwa makan di hotel itu mahal dan tidak biasa yang kemudian dikumpulkan oleh divisi public relations yang kemudian disampaikan pada pihak manajemen. Setelah itu perusahaan mengambil langkah untuk membuat suatu program guna menarik minat masyarakat untuk tidak segan untuk makan di hotel. Kemudian perusahaan melalui Department Public Relations melaunching program Fashion and Luncheon dimana dalam program tersebut The Sunan Hotel Solo memberikan kesempatan bagi masyarakat umum untuk menikmati hidangan
111
hotel dengan cara yang berbeda, yang dapat mengubah mind set masyarakat bahwa menikamati sajian hotel bukan lah sesuatu yang mahal. Dalam hal ini public relations dituntut untuk dapat mengintegrasi usaha-usaha, sikap, dan perbuatan perusahaan sehingga mampu mempersuasi masyarakat. Hal ini bertujuan untuk menciptakan situasi dan kodisi yang kondusif sehingga keberadaan perusahaan dapat diterima dan menumbuhkan kepercayaan dari stakeholder terutama masyarakat. Sesuai dengan pendapat Scott M. Cutlip dan Allen H. Centre dalam bukunya Effective Public Relations menyebutkan Public relations is the management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or organization with the public interest, and plans adnd executes a program of action to earn public understanding and acceptance. (1999:4)
(public relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijaksanaan dan tata cara perusahaan demi kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan komunikasi untuk memperoleh pengertian dan dukungan publiknya.) Di beberapa perusahaan terutama yang bergerak di bidang jasa dan pelayanan posisi public relations sering disalahartikan. Biasanya public relations sering disamakan dengan marketing sehingga fungsinya tidak maksimal, public relations sering dianggap bagian dari tim sales marketing yang memiliki target jangka pendek berupa penjualan. Namun ada beberapa perusahaan yang sadar akan pentingnya peran divisi public relations di luar
112
fungsi pemasaran, dimana public relations memiiki target jangka panjang dengan membangun kredibilitas perusahaan. Public relations memiliki tanggung jawab secara langsung kepada top management dalam hal ini adalah General Manager. Dilihat dari peran sentral dari Department Public Relations yang difungsikan sebagai Corporate Public relations (CPR) dan Marketing Public relations (MPR). Ada beberapa perusahaan yang berkonsentrasi terhadap MPR saja dimana divisi public relations didorong untuk memprekondisikan sebelum penjualan terjadi, dimana public relations mendorong penjualan dalam konsep ke-pr-an. (Retno Wulandari, Public relations Manager The Sunan Hotel Solo)
Rosady Ruslan menyebutkan dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi) menyebutkan bahwa MPR diartikan sebagai proses perencanaan dan pengevaluasian program-program yang mendorong pembelian dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi berisi informasi yang dapat dipercaya dan kesan yang menggambarkan perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan pelanggan (2009:241). Sedangkan pengertian CPR menurut Elvi Juliansyah yakni kegiatan dari program-program yang menimbulkan citra baik perusahaan kepada publiknya melalui komunikasi informatif, edukatif, dan persuasive sehingga menimbilkan kepercayaan, simpati, dan empati dengan memberikan kesan yang dapat diterima publiknya (2000:2). Di dalam Divisi Public Relations The Sunan Hotel Solo ada penggabungan antara MPR dan CPR yang dipertanggungjawabkan langsung
113
kepada General Manager. Komposisi untuk menjalan kan strategi MPR maupun CPR diatur sedemikian rupa sehingga tercipta kesinambungan antara program satu dengan program yang lain dimana tujuan akhirnya adalah penjualan secara jangka pendek dan citra positif secara jangka panjang. Sebagai contohnya program Fashion and Luncheon, The Sunan Hotel Solo menjalankan fungsi MPR dan CPR secara bersamaan. Dilihat dari segi MPR, program Fashion and Luncheon ini diluncurkan untuk dapat menjual paket Food and Beverage di Restoran Narendra dengan mengubah mind set masyarakat bahwa makan di restoran itu tidak lagi mahal dan wah. Sehingga akan ada tujuan pemasaran disitu. Namun di sisi lain fungsi CPR dijalankan disini dengan memberikan kesempatan bagi desainer-desainer muda asal Solo yang selama ini belum memiliki ruang untuk berekspresi. Dengan kata lain The Sunan Hotel Solo menjalankan Corporate Social Responsibilty (CSR), dimana The Sunan Hotel Solo berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan stakeholder perusahaan. Menurut Rosady Ruslan S.H. dalam bukunya Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), pada dasarnya aktivitas Public relations meliputi kegiatan pembenahan suatu organisasi hingga kegiatan yang bersifat membangun atau menciptakan citra perusahaan (image branding and creativity) yang positif di mata publiknya. Citra adalah tujun utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia Public relations.
114
The Sunan Hotel Solo merupakan satu-satunya hotel di kota Solo yang mengambil positioning sebagai Convention and Entertainment Hotel, dimana positioning tersebut telah diterima oleh masyarakat. Dengan berbagai program dan produk yang sesuai dengan positioningnya, maka di dalam benak publik telah tercipta suatu mind set bahwa Convention and Entertainment Hotel itu The Sunan Hotel Solo. Positioning sendiri menurut Kartajaya (2005:57) adalah bagaimana perusahaan membangun kepercayaan, keyakinan, dan trust kepada pelanggan. The Sunan Hotel Solo berusaha mengkombinasikan convention dan entertainment dengan mengambil benang merah di antara keduanya sebagai positioning yang ingin dibangun kepada masyarakat. Public Relations Manager The Sunan Solo menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan convention itu ada meeting, intensive, convention, exhibition. Apabila mengadakan event MICE seperti itu maka pada hari ke-3 atau hari ke4 akan membutuhkan hiburan. Disitulah The Sunan Hotel Solo mencoba untuk menggabungkan keduanya. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa event MICE berskala nasional maupun internasional telah dihelat di The Sunan Hotel Solo seperti Travel Mart, World Heritage Cities Conference (WHCC) Asia Pasific Ministerial Conference on Housing and Urban Development (APMCHUD) , Asean Parlementary Meeting, Chief Demolition Meeting of ASEAN Paragames, dan lain sebagainya. Di sisi lain The Sunan Hotel Solo memiliki produk berupa Music Room (Musro) yang menjadi barometer hiburan di Kota Solo, selain itu
115
event entertainment yang menjadi ikon di Kota Solo seperti Sparkling Wednesday, Rave Republic, hingga Fashion and Luncheon tak lepas dari nama The Sunan Hotel Solo. Dan terbukti hingga saat ini masyarakat Solo pada khususnya telah mencitrakan The Sunan Hotel Solo sebagai Convention and Entertainment Hotel. Citra sebagai Entertainment Hotel telah ada sejak The Sunan Hotel Solo masih berada dibawah naungan Choice Hotel, dimana perusahaan masih menggunakan brand Quality Hotel. Setelah pada tahun 2007 melakukan rebranding dengan nama The Sunan Hotel Solo dan mengubah beberapa objective dan identitas perusahaan, citra The Sunan Hotel Solo menjadi Convention and Entertainment Hotel. Namun agar citra sebagai Entertainment Hotel tidak kalah dengan Convention Hotel, maka diciptakanlah programprogram baru yang dapat menguatkan citra tersebut, salah satunya adalah Program Fashion and Luncheon. Retno Wulandari, Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo, menambahakan bahwa untuk menciptakan sebuah citra perusahaan hingga di posisi seperti saat ini tidak dapat instan dengan hanya membuat satu atau dua program tetapi semuanya harus berkesinambungan dan konsisten mencakup semua lini. Hal ini apabila diterapkan dalam bagan formula Lawell dengan orientasi public relations dalam hal membangun citra perusahaan adalah sebagai berikut : Bagan 7. Formula Laswell
116
Sumber
The Sunan Hotel Solo
Komunikato r Divisi Public relations
Pesan
Program Fashion and Luncheon
Komunikan
Stakeholder dan masyarakat
Dalam bagan di atas, The Sunan Hotel Solo berkedudukan sebagai sumber yang kemudian divisi public relations sebagai perantara ataupun perwakilan perusahaan untuk menyampaikan informasi atau pesan kepada publiknya yang disebut sebagai komunikator. Program Fashion and Luncheon merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh The Sunan Hotel Solo sebagai program hiburan unggulan. Komunikan atau penerima pesan disini adalah masyarakat secara umum dan juga stakeholder internal maupun eksternal perusahaan secara khusus. Hal ini terkait dengan target market dari The Sunan Hotel Sendiri yaitu eksekutif muda usia 30-60 tahun dengan gaya hidup yang papan atas, elegan, dinamis, dan fresh. Sehingga hasil akhir yang diinginkan adalah semakin kuatnya pencitraan The Sunan Hotel Solo Entertainment Hotel. Keberhasilan public relation sangat bergantung pada keefektifan dari proses komunikasi, serangkaian kegiatan dalam proses komunikasi yang dimiliki oleh Harold D Laswell, yang mencakup pengiriman (who), yang menyampaikan pesan (says what) melalui saluran media massa (in which
Efek
Citra entertainme nt hotel
117
channel) kepada penerima atau khalayak (to whom) yang akan memberikan tanggapan sebagai efek dari pesan yang diterimanya (with what effect). Sehingga dalam hal ini peran divisi public relations The Sunan Hotel sesuai dengan Peran komunikasi dua arah yang timbal balik akan melakukan fungsi manajemen perusahaan secara garis besar aktivitas utamanya berperan sebagai: a. Comunicator Department Public Relations bertugas sebagai ujung tombak perusahaan dalam menyampaikan informasi dari masyarakat kepada perusahaan dan sebaliknya. Dalam pelaksanaan program Fashion and Luncheon ini Department Public Relations The Sunan Hotel Solo berperan sebagai perantara antara publik dan perusahaan, mengumpulkan masukan dari publik mengenai kebutuhan akan hiburan dan kebutuhan para desainer yang kemudian dianalisis dan dikomunikasikan kepada Manajemen sehingga terciptalah suatu program yang dapat menjawab kebutuhan publik. b. Back Up Management Department Public Relations bersama dengan Depatment Sales and Marketing dan Department Food and Bevarage bekerjasama dalam pelaksanaan program Fashion and Luncheon guna mewujudkan visi misi dan tujuan perusahaan. c. Image Maker
118
Department
Public
Relations
bertanggungjawab
untuk
merumuskan strategi ke-PR an yang mendorong bagaiamana pencitraan perusahaan sebagai Entertainment Hotel semakin tegas dan jelas. Yang tentu saja melalui perumusan program-program yang menunjang baik program ke-PR an, dalam program penjualan, atau pola hubungan hotel ini dengan pihak lain. Salah satu usaha yang dilakukan Department Public Relations terkait dengan pencitraannya sebagai Entertainment Hotel yaitu dengan mengemas program Fashion and Luncheon sedemikian rupa sehingga pesan yang ingin disampaikan perusahaan dapat tersalurkan dengan baik.
B. Proses Pelaksanaan Program Fashion and Luncheon Sebagai hotel yang memiliki positioning sebagai entertainment hotel, The Sunan Hotel Solo memiliki tugas untuk selalu membuat program-program yang dapat menunjang positioning tersebut. Fashion and Lucheon merupakan salah satu program unggulan Sunan Hotel yang telah berjalan secara konsisten selama 1 tahun ini. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa program-program yang telah diciptakan oleh The Sunan Hotel Solo merupakan suatu pesan yang ingin disampaikan kepada publik sehingga dapat tercipta pengertian publik bahwa The Sunan Hotel Solo konsisten terhadap citranya sebagai Convention and Entertainment Hotel.
119
Fashion and Lunceon merupakan pagelaran fashion show yang dilaksanakan di siang hari, yaitu pada saat makan siang, yang mengambil tempat di Restoran Narendara. Dalam pelaksanaannya, konsep kerja public relations diterapkan disini agar program yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tercapai tujuannya. Program Fashion and Luncheon disini dibuat oleh divisi Public Relations The Sunan Hotel Solo bersama dengan desainer muda asal Kota Solo, Rory Wardhana untuk menyampaikan sebuah pesan bahwa fashion show bisa dilakukan dimana saja, dalam hal ini dilakukan di restoran. Dari segi perusahaan, program ini dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk food and beverage hotel sebagai tujuan jangka pendek dan untuk semakin mengukuhkan citra The Sunan Hotel Solo sebagai satu-satunya Entertainment Hotel di Kota Solo yang memiliki sajian hiburan yang beraneka ragam sebagai tujuan jangka panjang. Program Fashion and Luncheon diciptakan bukan secara instan dan tanpa pertimbangan. Untuk mewujudkan program ini menjadi salah satu program unggulan perusahaan, diperlukan tahapan-tahapan kerja yang sistematis dan terstruktur sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat sesuai dengan target yang diinginkan. Tahapan-tahapan kerja public relations yang dilaksanakan divisi Publis Relations The Sunan Hotel Solo sesuai dengan Langkah Public relations dalam buku Morissan, M. A., Manajemen Public relations yakni : Riset
Perencanaan Strategi
Pelaksanaan
Evaluasi
120
(2008:109) 1. Riset Dalam menciptakan suatu program, The Sunan Hotel Solo hendaklah melakukan riset terdahulu. Apa yang sedang terjadi dengan pasar harus diketahui agar program yang dibuat tepat sasaran. Penilaian atas suatu masalah dapat diungkapkan dalam bentuk pernyataan masalah yang dirumuskan secara tertulis maupun lisan. Pernyataan
masalah
berfungsi
untuk
menjelaskan
masalah
yang
bersangkutan. Pernyataan masalah harus menjawab sebagian atau seluruh pertanyaan sebagai berikut : -
Apa yang menjadi sumber masalah?
-
Dimanakah masalah itu berada?
-
Kapan masalah itu timbul?
-
Siapa yang terlibat?
-
Bagaiamana mereka terlibat?
-
Mengapa masalah itu penting bagi perusahaan dan khalayaknya?
(Morissan, 111 : 2008) Ketika pertanyaan tersebut sudah mendapat jawaban, public relations bertugas untuk menganalisa situasi yang sedang terjadi. Bahwa fakta yang ditemukan dilapangan akan disesuaikan dengan internal perusahaan. Scoot M. Cutlip dan Allen H. Centre dalam bukunya Effective Public relations menyebutkan, A complete analysis of an organization‟s communications both internal either external designed to „take a picture‟ of
121
communication needs, policies, practices, and capabilities, and to uncover necessary data to allow top management to make informed, economical decisions about future objectives of the organization‟s communication. (1999:347) Temuan yang didapat dilapangan akan dianalisis oleh public relations untuk diserahkan kepada top management dalam hal ini adalah General Manager berikut dengan rekomendasi-rekomendasi yang sesuai dengan pemecahan masalah tersebut. The Sunan Hotel pada saat melaksanakan riset pasar menemukan beberapa hal sebagai berikut : 1. Datang ke hotel hanya untuk makan atau nongkrong itu ada beban. 2. Tidak ada satupun hotel, tempat ataupun komunitas yang membidik dan memberi ruang untuk pagelaran fashion secara konsisten. 3. Banyak desainer senior ataupun desainer muda yang berbakat dimana mereka
membutuhkan ruang untuk menjual dan memperkenalkan
produk mereka. 4. The Sunan Hotel Solo harus memiliki kontribusi kepada lingkungan, kontribusi sosial dimana The Sunan Hotel Solo merupakan entertainment hotel dan fashion itu sebagai salah satu bagian dari entertainment, maka The Sunan Hotel Solo harus mengkontribusikan apa yang bisa diberikan untuk para desainer muda tersebut. Dari temuan tersebut, divisi public relations memberikan suatu rekomendasi kepada perusahaan untuk membuat suatu program fashion dengan menggandeng Rory Wardhana seorang desainer muda terkemuka
122
di Kota Solo untuk mengkonsep acara yang berbeda daripada yang lain. Kemudian tercetuslah program Fashion and Luncheon, program yang menjawab temuan-temuan yang ada di lapangan. Fashion and Luncheon awalnya digunakan untuk menjual Restoran Narendra, dimana selama ini restoran di dalam hotel dianggap mahal dan mewah. Dengan adanya program ini, diharapkan para desainer akan mengajak komunitasnya untuk menikmati peragaan busana mereka. Sedangkan setiap bulannya, desainer pun akan berganti sehingga komunitas yang dibawa pun akan selalu berganti. Disini lah para komunitas yang awalnya belum begitu mengenal Restoran Narendra akan mulai mengenal produk-produknya. Yang mungkin awalnya mereka menganggap mahal menjadi paham apa saja yang ada di restoran Narendra. Sehingga di lain kesempatan mereka dapat membawa komunitas mereka untuk menikmati produk-produk The Sunan Hotel Solo. Secara lebih jauh, program ini juga memiliki tujuan CSR yaitu ingin memberikan wadah untuk memngapresiasikan karya desainer-desainer lokal Solo yang selama ini kurang memiliki ruang gerak. Di Kota Solo belum ada pagelaran fashion show yang dilaksanakan secara rutin dan diadakan di saat makan siang.Program Fashion and Luncheon menawarkan hal yang berbeda, bahwa fashion bisa dilakukan di restoran hotel, dengan konsep model berjalan di antara meja makan para pengunjung. Hal ini lah yang membuat program ini fresh dan diharapkan menjadi trendsetter di masyarakat Kota Solo.
123
2. Perancangan Strategi Penetapan strategi program Fashion and Luncheon ini dilaksanakan Divisi Public relations The Sunan Hotel Solo bersama dengan Rory Wardhana. Rencana ini lah yang akan menjadi acuan The Sunan Hotel Solo untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan termasuk pesan apa yang ingin disampaikan kepada masyarakat melalui program ini. Rencana strategi inilah yang pada akhirnya akan menjadi landasan agar kegiatan terarah dengan baik dan hasilnya dapat diukur, seberapa besar pengaruh program Fashion and Luncheon ini dalam menguatkan citra The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel. Dalam perancangan strategi ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pesan apa yang ingin disampaikan, siapa saja target audience nya, siapa saja desainer-desainer yang akan diikutsertakan dalam program ini, bagaimana batasan-batasan untuk para desainer, seperti apa kerjasama yang akan dilakukan, media apa saja yang digunakan untuk menginformasikan program ini, dan apa efek yang ingin ditimbulkan setelah adanya program ini. Menurut Cutlip-Centre-Broom yang dikutip Morissan, M. A, perencanaan strategis public relations meliputi kegiatan : 1. Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program 2. Melakukan identifikasi khalayak penentu
124
3.
Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang akan dipilih
4. Memutuskan strategi yang akan digunakan (2008:153) Dalam Program Fashion and Luncheon, the Sunan Hotel Solo membidik pasar ibu-ibu muda yang memerlukan tempat untuk berkumpul sembari menunggu anak-anaknya pulang sekolah, karyawan-karyawan bank dan swasta yang embutuhkan suasana baru untuk makan siang bersama, dan komunitas dari para desainer yang sebelumnya tidak mengenal makan siang di hotel. Disini public relations bertugas untuk mengedukasi pasar bahwa untuk makan siang di hotel itu bukan lah sesuatu yang wah dan bisa dinikmati dengan cara yang berbeda. Yang utama dengan adanya program ini adalah penyampaian pesan kepada target audience yang tepat yakni : 1.
The Sunan Hotel Solo merupakan satu-satunya hotel di Kota Solo yang mengusung positioning Entertainment Hotel, dengan konsisten memberikan sajian entertainment yang lain daripada yang lain dan selalu menjadi trendsetter di Kota Solo.
2.
The Sunan Hotel Solo ingin mengubah pandangan masyarakat bahwa untuk makan siang di hotel itu bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan
dan
disini
The
Sunan
Hotel
Solo
juga
ingin
memperkenalkan produk food and beverage yang tidak kalah menarik dibanding beberapa tempat makan yang lain.
125
3.
The Sunan Hotel Solo ingin memberikan wadah untuk para desainer muda untuk berkarya secara konsisten
4.
The Sunan Hotel Solo ingin membuktikan bahwa fashion show bisa diadakan dimana saja dengan konsep yang seunik mungkin. Setelah dirancang siapa target audience dan pesan yang ingin
disampaikan, The Sunan Hotel Solo mengajak desainer asal Kota Solo untuk menjadi bintang tamu dalam program ini. Sebut saja Hanif Nan Jaya, Owen Joe, Diyan Sastro Soemardjo, Gunawan Setiawan, Mia-RuthIin-Ida, Marisa Indah, Dea Arifaadianda, Solo Young Designer, dan lain sebagainya. Para desainer pun mengaku bahwa tawaran yang dilakukan The Sunan Hotel Solo memang menarik dan saling menguntungkan. Seperti pengakuan Dea Arifadianda dan Suci Utami Hapsari yang menjadi dua dari sekian banyak desainer yang mengikuti program ini merasa sangat tersupport karya mereka. Sehingga untuk menerima tawaran tersebut tanpa berpikir panjang. Selain itu kepercayaan mereka kepada The Sunan Hotel Solo sebagai satu-satunya Entertainment Hotel di Kota Solo yang sudah ahli dalam menyelenggarakan event hiburan yang berkualitas menjadikan alasan utama mereka untuk bergabung dengan program ini. Untuk menunjang promo program tersebut, The Sunan Hotel Solo membuat strategi membidik beberapa media konvensional lokal dan juga melakukan blast di sosial media. Selain itu penyebaran press release, iklan di koran dan radio, newslatter, dan brosur menjadi media yang digunakan
126
sebagai penyebaran informasi karena dirasa efektif dan merupakan bagian dari tools of PR. 3. Pelaksanaan Setelah mengumpulkan fakta dan menetapkan rencana, pada tahap ini dilakukanlah pelaksanaan dari seluruh rencana tersebut. Morissan, M. A mengutip Nager-Allen (1984), mendefinisikan tindakan public relations merupakan tindakan yang memiliki tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh divisi public relations dengan persetujuan manajemen. (2008:188). Perubahan dirancang untuk mencapai tujuan program dan tujuan perusahaan,namun disaat yang sama menjawab kebutuhan khalayak organisasi. Pelaksanaan program didasarkan pada kebijakan perusahaan, prosedur, tindakan dan efek yang memberikan kontribusi terhadap masalah yang sedang terjadi. Pelaksanaan program Fashion and Luncheon pun disesuakan dengan strategi perencanaan awal dengan pembidikan target audience yang diinginkan, pesan yang ingin disampaikan, kemasan acara yang seperti apa yang akan menunjang penyampaian pesan tersebut, hingga media apa saja yang digunakan untuk menyebarkan informasi sebelum acara berlangsung dan media mana saja akan diundang pada saat acara berlangsung. Program Fashion and Luncheon dilaksanakan secara konsisten satu bulan sekali agar citra yang terbentuk di kalangan masyarakat bisa terus terjaga. Dengan membidik ibu-ibu muda, karyawan swasta, dan komunitas
127
desainer, program Fashion and Luncheon dilaksanakan pada siang hari mulai pukul 11.00 wib hingga pukul 14.00 wib tepatnya pada saat makan siang. Acara pun diadakan di Restoran Narendra dengan setting restoran yang tidak diubah, sehingga para model akan berjalan di antara meja makan para tamu. Untuk desainer yang akan tampil pun akan diberi kebebasan untuk mengambil tema dari karya mereka namun masih sesuai dengan konsep yang diberikan The Sunan Hotel Solo. Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahapan, mulai dari press conference mengenai tema rancangan bulan ini oleh desainer, Public relations Manager, dan Rory Wardhana selaku rekanan The Sunan Hotel Solo. Seperti yang diungkapkan oleh Retno Wulandari, Public relations Manager The Sunan Hotel Solo berikut ini, “Disitu kita akan memperkenalkan menu-menu yang ada di restoran Narendara. Kita akan menyampaikan program apa saja yang ada di bulan ini. Misalnya di bulan ini kita akan meluncurkan produk Red Velvet dan Rainbow Cake. Selain itu kita juga menyampaikan package baru seperti paket pernikahan dengan hadiah bulan madu di Singapura. Sehingga dapat tepat sasaran. Yang dimaksud tepat sasaran disini, mereka jadi mengenal hotel kita, mereka juga jadi mengenal produk restoran, dan tidak lupa kita juga menyampaikan rate nya. Pada saat menyantap sajian makan siang yang kita sediakan, mereka akan trial langsung produk restoran yang telah kita sampaikan sebelumnya.”
Untuk kemasannya, The Sunan Hotel Solo menciptakan suatu atmosfer fashion yang dilengkapi dengan live piano, live music, tarian pembuka, dan lain sebagainya sesuai dengan konsep yang dibawakan oleh
128
para desainer. Dekorasinya pun dibuat sedemikian rupa sehingga rasa fashion yang berbeda dapat dirasakan. Program Fashion and Luncheon The Sunan Hotel Solo juga menitikberatkan pada pesan dimana perusahaan memberikan kebebasan untuk para desainer muda untukdapat tampil disitu sehingga program ini dapat menjadi wadah untuk para desainer muda untuk berkarya secara konsisten. Karena dalam ajang ini para desainer mendapatkan tantangan untuk mendesain baju dengan konsep simple tapi tetap elegan. Dalam pelaksanaannya pun mendapat respon yang beragam dari para tamu yang datang. Hampir sebagian besar tamu yang datang merasa sangat tertarik dengan program Fashion and Luncheon karena dirasa member warna baru bagi dunia fashion di Kota Solo. Hampir disetiap pelaksaannya, Restoran Narendra selalu full dengan didatangi para komunitas desainer, karyawan swasta yang suka dengan fashion, hingga ibu-ibu muda yang mulai melirik Restoran Narendra untuk tempat berkumpul. Karya yang ditampilkan pun beragam, salah satu desainer muda lulusan universitas fashion di Prancis, Dea Arifadianda, mengambil tema yang tidak biasa. Hallusination, sebuah tema peragaan busana yang menjunjung idealis dia sebagai desainer lulusan Prancis. Mengambil warna dasar abu-abu pada karyanya yang terinspirasi dari film-film alien luar angkasa, dan make up yang serba pucat membuat rancangan gadis berusia 21 tahun ini terlihat sangat unik. Pada saat pelaksanaan,18 April 2012,
129
kursi tamu Restoran Narendra yang dijual seharga Rp 80.000,- / nett habis terjual. Selain itu pada bulan Mei, The Sunan Hotel Solo menggandeng Solo Young Designer untuk menampilkan karya mereka pada gelaran Fashion and Luncheon. Solo Young Desainer merupakan perkumpulan desainer muda asal Solo yang memiliki rancangan yang fresh, muda, unik, dan dinamis, sesuai dengan nama mereka. Dalam gelaran tersebut, 13 desainer muda Solo menampilkan masing-masing 3 karya mereka untuk diapresiasi oleh para tamu. Salah satu desainer Solo Young Designer, Suci Utami Hapsari, mengungkapkan dia mendapat tawaran yang menarik untuk melakukan fashion show di The Sunan Hotel Solo dimana semua fasilitas sudah disediakan oleh hotel. Baginya, adanya program ini sangat membantu para desainer muda untuk berekspresi dan menunjukan karya mereka sehingga dapat dikenal oleh masyarakat yang lebih luas. Suci Utami Hapsari membawakan tema Spring Summer Collection, dimana pesan yang ingin dia sampaikan dengan koleksinya adalah batik dapat digunakan setiap saat, dengan casual dan garis potongan yang unik sehingga bisa diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari. Puncak perayaan setahun keberhasilan program Fashion and Luncheon ini adalah dengan diadakannya program Solo Fashion Fiesta 2012 yang diadakan pada 10 Juli 2012. Dalam program ini, 11 desainer terkemuka asal Solo menampilkan karya terbaik mereka. Program ini
130
merupakan program lanjutan dari The Sunan Hotel Solo, sehingga semakin mengukuhkan The Sunan Hotel Solo sebagai satu-satunya Entertainment Hotel yang mengusung fashion sebagai entertainment programnya. 4. Evaluasi Perencanaan yang baik akan menentukan keberhasilan sebuah program. Untuk memastikan perencanaan yang telah ditentukan dapat berjalan sesuai dengan semestinya, manajemen melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur dan berkala pada program Fashion and Luncheon. Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan divisi public relations benar-benar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan upaya untuk mengukur sejauh mana kegiatan public relations telah berlangsung. Evaluasi dilakukan dengan mengkroscek apa yang telah menjadi kesimpulan perusahaan dengan apa yang menjadi pendapat masyarakat setelah dilaksanakannya program tersebut. Awalnya The Sunan Hotel Solo mengevaluasi apa yang menjadi hambatan dalam program Fashion and Luncheon ini. Retno Wulandari dan Rory Wardhana mengungkapkan hambatan terbesar selama satu tahun ini yaitu pemilihan desainer. Karena di Solo sendiri belum banyak desainer yang percaya diri untuk mlakukan show tunggal. Selain itu masih banyaknya desainer yang beranggapan bahwa fashion show itu harus dilakukan di suatu pagelaran yang mewah dengan dekorasi dan lighting
131
yang memadai. Sehingga ketika The Sunan Hotel Solo menawarkan konsep Fashion and Luncheon ini masih dianggap tidak biasa. Untuk mengatasi hal ini, beberapa strategi kedepan telah disiapkan yaitu The Sunan Hotel Solo berencana untuk memperluas pasar ke beberapa kota di luar Solo seperti Yogyakarta dan juga Semarang. Kedua kota tersebut dirasa masih dapat dijangkau dan juga memiliki desainerdesainer handal pula. Dilihat dari segi respon masyarakat dan pemberitaan media, The Sunan Hotel Solo mengaku puas dan sesuai dengan target. Respond an pemberitaan positif terlihat dengan banyaknya pujian dari beberapa kalangan pengamat fashion di Kota Solo dan juga dari beberapa tamu yang datang baik tamu restoran, tamu hotel, maupun tamu yang sengaja datang untuk pagelaran Fashion and Luncheon ini. Selain itu desainer yang tampil di acara Fashion and Luncheon merasa sangat terbantu dengan adanya program ini, mereka merasa bahwa dengan adanya program Fashion and Luncheon
ini
telah
membuka
kesempatan
bagi
mereka
untuk
mengekspresikan karya-karya mereka di depan masyarakat. Selain itu para tamu yang datang merasa puas dengan program Fashion and Luncheon ini karena dirasa menjadi suatu program fashion yang dapat dinikmati secara rutin setiap bulannya dengan beaneka ragam tema yang disuguhkan. Beberapa pengunjung yang sebelumnya mengaku tidak pernah ke The Sunan Hotel Solo untuk sekedar berkumpul menjadi tahu beberapa
132
produk The Sunan Hotel Solo yang disini adalah Restoran Narendra. Mereka menemukan fakta bahwa hotel bisa dijadikan salah satu tempat untuk berkumpul untuk sekedar nongkrong, arisan, atau meeting di saat makan siang. Selain karena tempatnya yang nyaman dan tidak terlalu formal, hidangan yang disajikan pun sesuai dengan harga yang ditawarkan. Dalam hal ini fungsi public relations sebagai marketing public relations dapat terlihat dan berjalan dengan baik. Terlepas dari fungsi MPR yang dapat dijalankan dengan baik dan tepat sasaran, fungsi CPR pun juga terlaksana dengan baik. Program Fashion and Luncheon yang merupakan salah satu bentuk kepedulian The Sunan Hotel Solo kepada para desainer muda yang kurang memiliki wadah untuk berekspresi secara rutin. Program ini diberikan secara gratis kepada para desainer sehingga mereka merasa sangat terbantu dengan adanya program Fashion and Luncheon. Selain itu tujuan utama The Sunan Hotel Solo untuk menguatkan citranya sebagai Entertainment Hotel melalui program Fashion and Luncheon dapat tercapai, terlihat dari beberapa pendapat para desainer, tamu hotel, tamu restoran, dan juga tamu acara Fashion and Luncheon yang mengemukakan bahwa sebelum adanya program ini The Sunan Hotel Solo telah dikenal sebagai Entertainment Hotel. Beberapa programnya sebelumnya seperti Sparkling Wednesday dan Rave Repubik telah sukses menjadi icon program The Sunan Hotel Solo. Program-program tersebut yang membuat The Sunan Hotel Solo dikenal sebagai Entertainment
133
Hotel. Dan setelah diluncurkan program Fashion and Luncheon ini semakin mengukuhkan citra The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel di bidang fashion dan menjadi satu-satunya hotel yang memiliki program hiburan berupa Fashion Show yang dilaksanakan secara rutin. Jika dilihat dari tahapan citra menurut Jim Macmanara dalam bukunya Strategi Public Relations, citra The Sunan Hotel Solo sebagai Convention and Entertainment Hotel saat ini berada pada tahapan Stars dimana dalam tahap ini perusahaan mulai mengalami pertumbuhan pasar yang baik dan juga penguasaan pasar yg lebih besar dibanding tahap sebelumnya. Pada tahap ini citra dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada publik bahwa perusahaan mempunyai tanggungjawab yang kuat. Citra produk juga diarahkan pada aspek-aspek yang menyangkut keamanan dan kenyamanan konsumen dalam menggunakan produk dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan pasar. Pencitraan disini akan semakin memperkuat brand awareness dan ekuitas merk dari produk perusahaan tersebut.
134
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari serangkaian
data yang diperoleh di lapangan, baik melalui
wawancara dengan responden maupun hasil pengamatan selama penelitian, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dari implementasi Public Relations dalam program Fashion and Luncheon The Sunan Hotel Solo untuk menguatkan citra sebagai Entertainment Hotel sebagai berikut : 1. Departmen Public Relations The Sunan Hotel Solo memiliki peran sebagai perantara perusahaan dan publik dalam hal ini adalah public external yang terdiri dari community relations, customer relations, government relations, media relations, dan investor relations untuk memperkenalkan program perusahaan. Beberapa program perusahaan diciptakan sesuai dengan masukan dari publik dan disesuaikan dengan kepribadian perusahaan sehingga timbul saling pengertian antara perusahaan dan publik yang berujung pada citra positif perusahaan. Program Fashion and Luncheon merupakan program yang diciptakan sebagai jawaban atas permasalahan yang terjadi di sekitar perusahaan. Dalam pelaksanaan program ini, dapat terlihat bahwa peran Department Public Relations The Sunan Hotel Solo antara lain : a.
Comunicator
135
Department Public Relations bertugas sebagai ujung tombak perusahaan dalam menyampaikan informasi dari masyarakat kepada perusahaan dan sebaliknya. Dalam pelaksanaan program Fashion and Luncheon ini Department Public Relations The Sunan Hotel Solo berperan
sebagai
perantara
antara
publik
dan
perusahaan,
mengumpulkan masukan dari publik mengenai kebutuhan akan hiburan dan kebutuhan para desainer yang kemudian dianalisis dan dikomunikasikan kepada Manajemen sehingga terciptalah suatu program yang dapat menjawab kebutuhan publik. b. Back Up Management Departmen Public Relations bersama dengan Depatmen Marketing dan Departmen Food and Bevarage bekerjasama dalam pelaksanaan program Fashion and Luncheon guna mewujudkan visi misi dan tujuan perusahaan. c. Image Maker Department Public Relations bertanggungjawab untuk merumuskan strategi ke-PR an yang mendorong bagaiamana pencitraan perusahaan sebagai Entertainment Hotel semakin tegas dan jelas. Yang tentu saja melalui perumusan program-program yang menunjang baik program ke-PR an, dalam program penjualan, atau pola hubungan hotel ini dengan pihak lain. Salah satu usaha yang dilakukan Department Public Relations terkait dengan pencitraannya sebagai Entertainment Hotel yaitu dengan
136
mengemas program Fashion and Luncheon sedemikian rupa sehingga pesan yang ingin disampaikan perusahaan dapat tersalurkan dengan baik. 2. Program Fashion and Lucheon sebagai program unggulan The Sunan Hotel Solo diwujudkan melalui tahapan-tahapan kerja yang sistematis dan terstruktur sehingga pesan yang ingin disampaikan sesuai dengan target yang diinginkan. a.
Riset Sebelum merancang program Fashion and Luncheon, Public Relations The Sunan Hotel Solo bertugas melakukan riset tentang apa yang sedang menjadi permasalahan dalam masyarakat. Kemudian fakta yang ditemukan di lapangan akan disesuaikan dengan internal perusahaan. Public Relations memberikan laporan tentang temuan di lapangan kepada perusahaan beserta rekomendasi yang sesuai dengan permasalahan
tersebut.
Beberapa
fakta
mengenai
keenganan
masyarakat untuk makan di hotel, terbatasnya hiburan yang ada di Kota Solo, dan kurangnya wadah bagi desainer muda Solo untuk berkarya menjadi temuan awal yang kemudian dianalisa sehingga munculah program Fashion and Luncheon sebagai rekomendasi yang diberikan kepada perusahaan. b.
Perancangan Strategi Perancangan strategi digunakan sebagai acuan perusahaan untuk melaksanakan
program-programnya.,
sehingga
program
yang
137
diciptakan dapat terarah dengan baik dan hasilnya dapat diukur. Hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan strategi program Fashion and Luncheon antara lain tujuan program, pesan yang ingin disampaikan, siapa saja target audience nya, apa saja batasan-batasan yang diberikan kepada desainer, kerjasama yang seperti apa yang ingin dilakukan, dan media apa saja yang bisa digunakan sebagai penyalur informasi. c. Pelaksanaan Pelaksanaan program Fashion and Luncheon disesuaikan dengan perncangan strategi. Program ini dilaksanakan secara konsisten satu bulan sekali sebagai bentuk penyampaian pesan perusahaan, dimana The Sunan Hotel Solo ingin memberikan jawaban kepada masyarakat bahwa restoran hotel bukanlah hal yang mesti ditakutkan apalagi dengan adanya sajian Fashion and Luncheon akan member nuansa hiburan yang berbeda di acara makan siang para pengunjungnya. Selain itu, pelaksanaan program ini juga menunjukan kepedulian The Sunan Hotel Solo kepada desainer-desainer muda Solo untuk selalu berkarya secara konsisten. Sehingga seluruh pihak dapat diuntungkan dengan pelaksanaan program Fashion and Luncheon. d. Evaluasi Untuk memastikan perencanaan yang telah ditentukan sesuai dengan pelaksanaannya, Public Relations melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan teratur yang kemudian dilaporkan kepada pihak manajemen perusahaan. Dalam evaluasi ini dapat dilihat seberapa
138
berhasilkah program Fashion and Luncheon berjalan dan hambatan apa saja yang ditemukan di lapangan. Selain itu dalam tahap evaluasi juga diketahui seberapa besar efek yang ditimbulkan oleh program ini dalam memperkuat citra The Sunan Hotel Solo. Sehingga dengan adanya tahapan evaluasi dapat diketahui langkah apa yang harus dilakukan agar program Fashion and Luncheon terus berjalan semakin baik dan konsisten.
B. SARAN Berkaitan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Saran bagi perusahaan a. Program Fashion and Luncheon sebaiknya selalu diperbarui konsepnya sehingga setiap bulannya terlihat fresh dan tidak membuat jenuh para pengunjungnya. Sebagai contoh pada saat fashion show berlangsung, musik yang mengiringi merupakan music Live sehingga pengunjung akan terhibur dengan berganti-gantinya musik pengiring fashion show. b. Untuk hidangan yang disajikan, beberapa bulan sekali The Sunan menyuguhkan hidangan andalan The Sunan Hotel Solo seperti Mi Ramen, Red Velvet, Rainbow Cake, dan lain sebagainya yang menjadi icon The Sunan Hotel Solo sehingga pengunjung benar-benar melakukan trial terhadap produk unggulan The Sunan Hotel Solo c. Semakin diperlebar jangkauan program Fashion and Luncheon sehingga desainer-desainer yang didatangkan pun semakin beragam.
139
d. The Sunan Hotel Solo perlu menjaga kekonsistenan program Fashion and Luncheon ini sehingga kepercayaan masyarakat terhadap ke „Entertainment‟ an hotel ini semakin kuat. 2. Saran bagi peneliti lainnya : a. Masih banyak sudut pandang lain yang bisa ditelaah dari program Fashion and Luncheon dan juga program-program yang memperkuat citra The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel, sehingga semakin memperkaya penelitian yang ada. b. Dalam melaksanakan sesi wawancara, sebaiknya peneliti aktif dalam menggali informasi sehingga dapat memperoleh data yang detail dan sesuai dengan kebutuhan.
140
DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, M. Linggar (2000), Teori dan Profesi Kehumasan, Jakarta : Bumi Aksara Barnard,
Malcolm
(2009),
Fashion
sebagai
Komunikasi,
Cara
Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender, Yogyakarta : Jalasutra Cornelisson, Jeep (2008), Corporate Communications, A Guide to Theory and Practice Cutlip, Scoot Center, Allen Broom, Glen (2000), Effective Public Relations, United States of America Fajar, Marhaeni (2009), Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, Yogyakarta : Graha Ilmu Juliansyah, Elvi (2000), Promosi Public Relations, Bandung : CV Mandar Maju Kasali, Rhenald (2000), Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Jakarta : Pustaka Utama Grafiti Iriantara, Yosal (2005), Media Relations, Konsep, Pendekatan, dan Praktek, Bandung : Simbiosa Rekatama Media Macnamara, Jim (2010) , Membangun Pencitraan Berbiaya Minimal dengan Hasil Maksimal, Strategi Public Relations, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Montgomery, Barbara M. (1992) , Communication as the interface between couples and Culture , Sage
141
Morissan, M. A. (2008), Manajemen Public Relations, Strategi Menjadi Humas Profesional, Jakarta : Kencana Mulyana, DR. Deddy, M. A. (2004), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya Oliver, Sandra (2001) , Strategi Public Relations, Jakarta : Erlangga Pawito, Ph. D. (2008), Penelitianm Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LKIS Yogyakarta Rumanti, Sr. Maria Assumpta OSF. (2005), Dasar-Dasar Public Relations, Teori dan Praktik, Jakarta : Grasindo Ruslan, Rosady (2009), Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsep dan Aplikasi), Jakarta : Grafindo Persada Sutopo, H. B (2001), Metodologi Penelitian Kualitatif, Vivian, John (2008) , Teori Komunikasi Massa, Jakarta : Prenada Media www.thesunanhotelsolo.com Jurnal Internasional : Stephen L. Sondoh J r, Maznah Wan O mar, Nabsiah Abdul Wahid, Ishak Ismail, Amran Harun (2010) The effect of Brand Image on Overall Satisfaction and Loyalty Intention In The Context of Color Cosmetic, Malaysia, Asian Academy of Management Journal, Vol. 12 no . 1 83-107, Januari 2010 Nell C. Huang-Horowitz, Ph. D. (2012), Conceptualizing a theoretical model for the practice of Public Relations in the Small Business Environment, PR Journal vol. 6 no 3 ; ISSN 1942-4604; 2012 Public Relations Society of America
142
LAMPIRAN
143
Pedoman Wawancara Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo
1. Data informan : a.
Nama :
b.
Usia :
c.
Posisi :
d.
Alamat:
2. Jelaskan bagaimana positioning dan image The Sunan Hotel Solo saat di ini dijajaran kompetitornya? 3. Dari pengamatan yang dilakukan The Sunan Hotel, bagaimana penilaian masyarakat terhadap image The Sunan Hotel Solo? Apa tolak ukurnya? 4. Selama ini The Sunan Hotel dicitrakan sebagai convention and entertainment hotel oleh masyarakat, bagaimana The Sunan Hotel „ngeblend‟ kedua image tersebut yang notabene merupakan 2 hal yang berbeda? 5. Bagaimana posisi PR Department di The Sunan Hotel Solo terkait dengan penciptaan image baik internal maupun di eksternal perusahaan? 6. Program-program apa saja yang dibuat oleh PR Department dalam menciptakan / mempertahankan image perusahaan?
Terkait dengan implementasi konsep kerja public relations dalam program Fashion and Luncheon Analisis situasi – Perancangan Strategi – Pelaksanaan – Evaluasi Analisis Situasi
144
1. Terkait dengan image sebagai Entertainment Hotel, salah satu program baru dan mungkin saat ini menjadi program unggulan The Sunan Hotel yaitu Fashion and Luncheon, bagaimana konsep awal dari program tersebut? 2. Bagaimana The Sunan Hotel melakukan riset sebelum melaksanakan program tersebut? Apa yang ditemukan The SUnan Hotel di lapangan?
Perancangan Strategi 1. Apa tujuan dari program Fashion and Luncheon? 2. Siapa saja pihak yang „digandeng‟ dalam program ini? Mengapa? 3. Siapa saja yang menjadi target / sasaran program ini? 4. Pesan apa yang ingin disampaikan kepada khalayak dengan adanya program ini? 5. Media
mana
saja
yang
dibidik
sebagai
„chanell‟
penyampaian
informasi/pesan? Mengapa?
Pelaksanaan 1. Bagaimana acara fashion and Luncheon dikemas sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tepat sasaran dan informatif ? (lebih ke rundown dan ambience) 2. Siapa saja yang menjadi audience? 3. Tema apa saja yang „diusung‟ setiap bulannya? Adakah ketentuan dalam menentukan tema?
145
4. Apa tema yang mendapat apresiasi paling mengesankan dari audience? Mengapa? Bagaimana konsepnya? 5. Bagaiamana pemberitaan media selama ini? (media coverage)
Evaluasi 1. Setelah dilaksanakan selama hamper 1 tahun, apa saja hambatan / kesulitan yang ditemui? Dan bagaimana solusinya? 2. Bagaimana respon audience terhadap program ini? 3. Apakah pesan yang ingin disampaikan melalui program ini tersampaikan? 4. Bagaiamana pencitraan The Sunan Hotel setelah adanya program ini? 5. Seberapa besar pengaruh pemberitaan media mengenai program Fashion and Luncheon ini? Apakah berpengaruh terhadap pencitraan The Sunan Hotel Solo? 6. Bagaimana rating pemberitaan media disbanding dengan competitor? 7. Apa saja yang perlu dibenahi lagi dari program ini? 8. Bagaimana strategi The Sunan Hotel ke depan?
146
Pedoman Wawancara dengan Rekanan Fashion and Luncheon
1. Data Informan : a. Nama
:
b. Usia
:
c. Pekerjaan : d. Alamat
:
2. Sebelum anda memutuskan untuk bekerjasama dengan The Sunan Hotel Solo, bagaimana pandangan anda terhadap hotel tersebut? 3. Apa yang membuat anda tertarik untuk bekerjasama dalam program Fashion and Luncheon ini? 4. Bagaimana konsep Fashion and Luncheon yang anda rancang bersama The Sunan Hotel Solo? 5. Siapa saja sasaran dari program ini (target audience)? 6. Apa pesan yang ingin anda dan The Sunan Hotel Solo sampaikan kepada target audience? 7. Apa image yang ingin anda bentuk secara pribadi dengan program ini dan image secara keseluruhan acara? 8. Setelah berjalan selama satu tahun, bagaimana pendapat anda mengenai program ini? 9. Apa yang menjadi hambtan atau kesulitan selama ini? 10. Menurut anda, bagaimana respon dari audience selama ini?
147
11. Perubahan apa yang anda rasakan setelah menjadi bagian dari program ini? 12. Bagaimana pandangan anda terhadap The Sunan Hotel Solo sebelum dan sesudah melaksanakan kerjasama ini? 13. Apa harapan anda ke depan dengan program ini?
148
Pedoman Wawancara Untuk Perancang Busana Fashion and Luncheon
1. Data Informan : a. Nama
:
b. Usia
:
c. Pekerjaan : d. Alamat
:
2. Bagaimana bentuk kerjasama uyang anda lakukan dengan The Sunan Hotel Solo dalam program fashion and Luncheon? 3. Apa yang membuat anda tertarik untuk menjalin kerjasama dengan The Sunan Hotel Solo dalam program Fashion and Luncheon? 4. Sebagai salah satu perancang busana program Fashion and Luncheon, bagaimana pendapat anda tentang program ini sendiri? 5. Pada saat Fashion and Luncheon, apa tema yang anda usung dan bagaimana konsepnya? 6. Apa yang ingin anda sampaikan kepada audiens mengenai busana-busana rancangan anda? 7. Apa harapan anda mengenai program Fashion and Luncheon ini ke depan? 8. Bagaimana pandangan anda mengenai The Sunan Hotel Solo sebelum dan sesudah adanya program Fashion and Luncheon?
149
Pedoman wawancara Tamu Fashion and Luncheon The Sunan Hotel Solo
1. Data informan a. Nama
:
b. Usia
:
c. Pekerjaan : d. Alamat
:
2. Apa hal yang pertama kali terlintas di benak ketika disebut brand The Sunan Hotel Solo? 3. Apa yang anda ketahui tentang The Sunan Hotel Solo? 4. Sudah berapa kali anda datang dalam acara Fashion and Luncheon? 5. Tema apa yang anda paling suka? 6. Darimana anda mengetahui program Fashion and Luncheon? 7. Bagaimana pendapat anda mengenai program Fashion and Luncheon? 8. Bagaimana pandangan anda tentang The Sunan Hotel Solo sebelum dan sesudah adanya program Fashion and Luncheon? 9. Adakah masukan mengenai program Fashion and Luncheon? 10. Sunan hotel sebagai Entertainment Hotel : a. Selama ini The Sunan Hotel Solo dikenal sebagai Entertainment Hotel, bagaimana menurut pandangan anda?apakah program-programnya sudah mencerminkan citra tersebut? b. Program Entertaint apa saja yang anda ketahui di The Sunan Hotel Solo?
150
c. Menurut anda, apakah program Fashion and Luncheon semakin dapat menguatkan citra The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel?
151
TRANSKRIP WAWANCARA PR MANAGER
1. Data informan : a. Nama
: Retno Wulandari, S, H, M. Si
b. Usia
: 43 tahun
c. Pekerjaan
: Public Relations Manager The Sunan Hotel Solo
d. Alamat
: Blulukan, Karanganyar
2. Bagaimana perkembangan Divisi Public Relations di The Sunan hotel Solo? Sejak awal berdirinya The Sunan Hotel Solo, yang pada saat itu masih bernama Quality Hotel, Sunan Hotel sudah memiliki divisi Public Relations namun hanya terdiri dari Public Relations Manager tanpa memiliki staf. Kemudia pada tahun 2002 muncullah asisten Public Relations Manager yang bertugas membantu semua kebutuhan divisi Public Relations. Pada tahun 2005 ada perombakan struktur organisasi. Dalam divisi Public Relations sendiri masuklah divisi art yang awalnya masih menjadi satu dengan divisi marketing. Hingga pada akhirnya divisi Public Relations memiliki komposisi 1 Public Relations Manager, 1 Sekretaris PR Manager, Chief of Art, Art supervisor, dan staff art. 3. Bagaimana pemisahan fungsi divisi Marketing dan divisi Public Relations di The Sunan Hotel Solo? Karena banyak perusahaan di Solo yang masih menjadikan satu dua divisi tersebut? Public Relations tidak bertanggung jawab secara reporting kepada marketing, namun langsung bertanggungjawab kepada General Manager. Bisa dilihat dari
152
peran sentral dari divisi Public Relations yaitu difungsikan sebagai Corporate PR dan Marketing PR (CPR dan MPR). Ada beberapa hotel yang berkonsentrasi
terhadap
MPR
saja
dimana
PR
didorong
untuk
memprekondisikan sebelum penjualan terjadi, dimana PR mendorong penjualan dalan konsep ke-PR-an. Sedangkan dalam CPR lebih kepada bagaimana kita mengambil hati costumer. Kalau mindshare-nya sudah dikuasai maka handshare akan dapat dikuasai sehingga menjadi keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Di divisi Public Relations Sunan Hotel ada penggabungan antara MPR dan CPR dengan pertanggungjawaban langsung kepada General Manager. Komposisinya harus diatur, kapan harus menjalankan strategi PR untuk mendorong penjualan, kapan harus menjalankan strategi PR untuk mendekatkan diri dengan costumer. Sebagai contoh, ketika Sunan Hotel melaunching Fashion and Luncheon, I Love Monday, dsb PR difungsikan sebagai pendorong marketing di dalam menjual sebuah package. Tetapi ketika kita melakukan aksi-aksi Corporate Social Responsibility
(CSR),
melaksanakan
kebijakan-kebijakan
pemerintah,
mengontrol hubungan baik dengan pemerintah dan komunitas, dll itu kita sedang mengambil hati costumer dengan menggunakan konsep CPR. 4. PR sering disebut sebagai divisi yang memiliki fungsi strategis di perusahaan, PR
dapat
mempengaruhi
pengambilan keputusan General
Manager.
Bagaimanakah penerapan hal tersebut di The Sunan Hotel Solo? PR itu mengumpulkan seluruh masukan-masukan dari luar tentang perusahaan kita,
kemudian
memfilternya
dan
memberikan
rekomendasi
kepada
153
manajemen untuk mengambil suatu kebijakan yang tepat. Contohnya seperti ini, ada pemahaman bahwa makan di hotel itu belum terlalu terbiasa, mereka juga berpikir bahwa makan di hotel itu mahal, masih „tanda kutip‟, dsb. Nah PR meresume input dari masyarakat kemudian disampaikan kepada manajemen. Kemudian apa langkah yang diambil perusahaan untuk menyikapi hal tersebut? Kita sebagai divisi PR akan melakukan edukasi kepada pasar, kemudian juga dipikirkan edukasi itu melalui cara yang bagaimana. Mungkin kita harus beriklan, kita harus bertemu secara langsung dengan komunitaskomunitas arisan yang sering makan di hotel atau menyelenggarakn acara di restoran hotel. Atau kita menggelar sebuah event dimana bisa menarik orang untuk datang ke tempat kita, sehingga tidak hanya beriklan saja. Karena kalau kita hanya beriklan, orang akan tahu tentang restoran dari cerita atau paparan yang ada dalam iklan tersebut, beda ceritanya ketika mereka langsung datang ke acara kita. Orang akan tahu restoran kita seperti apa, bentuk dan modelnya seperti apa, harganya sperti apa, dsb. Dengan datangnya mereka ke tempat kita, orang akan tahu secara langsung dan mengkonfirmasi langsung apa yang sedang terjadi. Sehingga tempat yang sebelumnya belum dikenal bisa dilihat secara langsung. 5. Bagaimana peran divisi Public Relations The Sunan Hotel Solo dalam menciptakan Citra? Citra sendiri dibagi menjadi 2 yaitu citra yang diinginkan dan citra yang ada di realita. Yang pertama kita harus tahu dahulu sebelum kita mengkonsep, kita ingin dicitrakan seperti apa. Kita harus tahu siapa diri kita, goalnya itu apa.
154
Sunan Hotel berangkat dari 1 positioning yang sudah ada berdasarkan riset yang sudah ada dan telah disepakati, Sunan merupakan Convention and Entertainment Hotel. Nah, sebagai divisi PR bertanggungjawab untuk merumuskan strategi ke-PR an yang mendorong bagaiamana pencitraan perusahaan sebagai convention and entertainment hotel semakin tegas dan jelas. Yang tentu saja melalui perumusan program-program yang menunjang baik program ke-PR an, dalam program penjualan, atau pola hubungan hotel ini dengan pihak lain. Divisi PR akan berkorelasi secara langsung dengan event organizer, pengambil keputusan dalam pemerintah tentang event, dsb. Kalau Sunan merupakan hotel entertainment, dia pasti akan mengarah kepada bagaimana dia mengelola event, berelasi dengan perngorganize event jika tentang event entertainment, dengan desainer jika tentang event fashion, dengan gaya hidup yang mana merupakan sebuah terjemahan dari positioning entertainment. 6.
Selama ini Suanan Hotel disebut sebagai hotel yang „jualan event‟, bagaimana menurut anda? Sebenarnya sama saja, karena pada dasarnya salah satu produk hotel adalah food and beverage dan juga kamar. Anda boleh menjual apa saja yang ada di outlet itu. Hal tersebut sah-sah saja untuk sebuah hotel. Bahwa Sunan itu jualan kamar ya tidak masalah ataupun jualan event juga tidak apa-apa. Di Sunan ada 10-12 ruang meeting yang harus diisi, dan juga 127 kamar. Sehingga kita sendiri pun akhirnya kekurangan kamar. Sekarang logikanya adalah, saya menjual kamar tetapi ballroom kosong ya percuma. Semuanya
155
harus dijual, tidak hanya event saja atau jualan kamar saja. Tetapi event dan kamar itulah yang harus dijual, semua jengkal yang ada di hotel harus bisa dijual. 7. Bagaimana
mencampurkan
positioning
sebagai
convention
dan
entertainmenthotel? Karena kita tahu bahwa kedua hal tersebut sangat berkebalikan? Sebenarnya ada benang merahnya. Jadi begini, dalam penyelenggaraan convention itu ada meeting, intensive, convention, exhibition, dimana ada bauran seperti ini, orang kalau mau meeting, hari ke-3 hari ke-4 akan membutuhkan hiburan. Nah dari situ kita bisa kaitkan antara convention dan entertainment. Pertama, yang jelas hotel ini harus diposisikan sebagai hotel yang tidak dapat menafikan keberadaan music room yang menjadi barometer hiburan di Kota Solo. Yang kedua, event yang diselenggarakan di ballroom itu harus diatur komposisinya, kapan kita harus berevent dengan konsep entertainment misalnya dengan mendatangkan artis. Kita membidik pasar entertainment bukan tanpa alas an. Kita harus melihat daya beli masyarakat, kita melihat penetrasi hotel ini ke anak muda, dsb. Kemudian kita juga mengakomodir lifestyle hiburan orang-orang Solo dan hal yang paling kontras, disini kita memiliki ballroom paling besar yang hamper semua event internasional 90% digelar di Sunan. Nah, hal-hal yang seperti inilah yang coba kita baurkan, kita kombinasikan. Sehingga kita juga memiliki paket Meeting In Style, dimana disitu ada meeting yang digabung dengan entertainment di saat coffeebreak.
156
8. Program-program apa saja yang dirancang oleh The Sunan Hotel Solo untuk memperoleh citra entertainment seperti yang diinginkan? Program-program kita banyak. Kita harus mengambil pola dasar perusahaan kita. Buat IMC, dimana hotel harus menempatkan strategi komunikasi di seluruh lini. Mulai dari below the line hingga above the line. Kemudian social media yang sekarang sedang menjadi trend di masyarakat. Sekarang bagaimana kita menempatkan semua medium untuk menyampaiakan pesan. Strategi tersebut memiliki terjemahan yang berbeda-beda. Disitulah kita menempatkan program yang berbeda-beda sesuai dengan medium yang digunakan. Jika dijabarkan akan sangat panjang, tetapi intinya di setiap media penyampaian pesan kita memiliki program yang berbeda-beda. Misalnya kita memiliki program a, b, c, d untuk special event, kemudian di bidang CSR kita memiliki program a, b, c, d, dan di bidang government relations kita memiliki program a, b, c, d. Belum lagi kalau dijabarkan secara internal dan eksternal perusahaan. Sehingga kita memiliki program yang dilaksanakan secara merata 360 derajat di semua lini. 9. Bagaimana perubahan objective yang dilakukan The Sunan Hotel Solo yang sebelumnya Quality Hotel yang dikenal sebagai hotel entertainment yang „anak muda banget‟ menjadi hotel entertainment yang lebih dewasa dan elegan? Kita mengkonsep ulang pola komunikasinya dari pasar anak muda ke pasar yang lebih elegan. Usia dan target yang berbeda akan berbeda pula cara berkomunikasinya. Misalnya kita berbicara dengan anak muda yang
157
mengkonsumsi Musro dengan orang yang mengkonsumsi ruang meeting akan lain cara berkomunikasinya. Saat ini jati diri kita adalah orang yang berusia 40-60 tahun yang elegan, yang lifestylenya bagus, papan atas, programprogram yang kita create pun akan mengikuti. Sehingga ingin seperti apa pencitraan yang ingin kita ciptakan harus sesuai dengan jati diri tersebut. Di Sunan, orang-orang melihat sebagai hotel yang papan atas, harganya pun juga seperti itu. Disini harga tidak dapat sembarangan, paket kamar paling murah kita patok harga Rp 630.000,00. Kenapa? Karena kita meamang membidik level high end, bukan low end, supaya ekuitas merk kita juga semakin lekat.
IMPLEMENTASI KONSEP KERJA PUBLIC RELATIONS DALAM PROGRAM FASHION AND LUNCHEON 1. Bagaimana riset awal dari program Fashion and Luncheon? Di lapangan kita menemukan fakta bahwa untuk datang ke hotel itu ada beban. Kedua, tidak ada satupun hotel, tempat ataupun komunitas yang membidik dan memberi ruang untuk pagelaran fashion secara konsisten. Ketiga, banyak desainer senior ataupun desainer muda yang berbakat dimana mereka membutuhkan ruang untuk menjual dan memperkenalkan produk mereka. Keempat, kita sebagai hotel harus memiliki kontribusi kepada lingkungan, kontribusi sosial dimana kalau hotel kita sebagai hotel entertainment dan fashion itu sebagai salah satu bagian dari entertainment dan ini related dengan program dan positioning kita, maka kita harus kontribusikan apa yang kita bisa berikan untuk mereka, semacam CSR. Semuanya dapat, sekali dayung
158
dua tiga pulau terlampaui. Itulah fakta yang ditemukan oleh Public Relations Sunan Hotel melalui riset kepada beberapa khalayak. Dari temuan-temuan tersebut, kamu mencoba untuk menggandeng partner dimana partner tersebut telah kita filter sesuai dengan konsep kita. 2. Bagaimana konsep awal program Fashion and Luncheon setelah mendapatkan temuan-temuan tersebut? Fashion and Luncheon awalnya digunakan untuk menjual Restoran Narendra, dimana selama ini restoran di dalam hotel dianggap mahal dan mewah. Dengan adanya program ini, diharapkan para desainer akan mengajak komunitasnya untuk menikmati peragaan busana mereka. Sedangkan setiap bulannya, desainer pun akan berganti sehingga komunitas yang dibawa pun akan selalu berganti. Disini lah para komunitas yang awalnya belum begitu mengenal Restoran Narendra akan mulai mengenal produk-produknya. Yang mungkin awalnya mereka menganggap mahal menjadi paham apa saja yang ada di restoran Narendra. Sehingga di lain kesempatan mereka dapat membawa komunitas mereka untuk menikmati produk-produk Sunan Hotel. Secara lebih jauh, program ini juga memiliki tujuan CSR yaitu ingin memberikan wadah untuk memngapresiasikan karya desainer-desainer lokal Solo yang selama ini kurang memiliki ruang gerak. 3. Siapa saja yang menjadi sasaran dari program ini? Ibu-ibu muda yang sedang menunggu putra-putra mereka. Setelah menjemput putra mereka akan mencari tempat untuk makan siang bersama. Dengan adanya program Fashion and Luncheon ini, ibu-ibu muda tersebut memilih
159
Sunan sebagai tempat untuk makan siang sembari menikmati pagelaran fashion. Itulah target market yang tidak dibidik oleh tempat lain. Yang kedua adalah para karyawan baik karyawan bank maupun karyawan swasta yang menginginkan konsep makan siang yang berbeda. Yang ketiga adalah komunitas dari perancang busana itu sendiri yang sebelumnya tidak mengenal makan siang di hotel mulai mengenal produk hotel berupa restoran yang tidak semewah dan semahal yang mereka bayangkan. 4. Pesan apa yang ingin disampaikan Sunan Hotel melalui program ini? Pertama sebagai entertainment hotel, Sunan ingin menyuguhkan sajian hiburan yang lain daripada yang lain secara konsisten setiap bulannya, yaitu peragaan busana di siang hari dan bertempat di antara meja-meja makan siang. Yang kedua Sunan Hotel juga ingin menyampaikan bahwa restoran hotel bukan merupakan tempat yang mewah sebagai salah satu pilihan tempat untuk berkumpul bersama teman maupun kerabat pada saat makan siang. Yang ketiga, banyak desainer Solo berbakat yang selama ini kurang dikenal karyanya karena kurangnya wadah dalam mengapresiasi karya mereka. 5. Media apa saja yang dipilih untuk menyampaikan informasi program Fashion and Luncheon kepada masyarakat umum? Media promo itu pasti ada. Yang pertama melalui sosial media, yang kedua masing-masing desainer pasti punya komunitas sehingga mereka dapat berpromo sendiri, yang ketiga tentu saja media konvensional seperti media cetak dan media elektronik. Media cetak lokal semua kami pakai, karena produk Fashion and Luncheon jangkauannya masih lokal yaitu Solo dan
160
sekitarnya. Radio juga kami pakai untuk iklan dan adlibs. Untuk media televisi kita pakai tv lokal untuk peliputannya. 6. Bagaimana kemasan acara Fashion and Luncheon sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik? 1. Pada saat kita akan melakukan fashion show itu ada makan siang terlebih dahulu, disitu kita akan memperkenalkan menu-menu yang ada di restoran Narendara. 2. Kita akan menyampaikan program apa saja yang ada di bulan ini. Misalnya di bulan ini kita akan meluncurkan produk Red Velvet dan Rainbow Cake. Selain itu kita juga menyampaikan package baru seperti paket pernikahan dengan hadiah bulan madu di Singapura. Sehingga dapat tepat sasaran. Yang dimaksud tepat sasaran disini, mereka jadi mengenal hotel kita, mereka juga jadi mengenal produk restoran, dan tidak lupa kita juga menyampaikan rate nya. 3. Pada saat menyantap sajian makan siang yang kita sediakan, mereka akan trial langsung produk restoran yang telah kita sampaikan sebelumnya. Untuk ambience nya sendiri kita menciptakan ambience fashion yang dilengkapi dengan live piano, live music, pernah pada saat itu ada tarian di sela-sela show, tergantung konsep fashion show yang dibawa oleh desainer yang tampil pada saat itu. Dekorasi kita bikin sedemikian rupa sehingga rasa fashion yang berbeda dapat dirasakan. 7. Mana tema yang paling mengesankan bagi para audience, mengapa?
161
Hampir semua mengesankan karena hampir semua tiket habis terjual. Apalagi pada saat launching Solo Young Desainer, peragaan busana dengan tema Batik Bekonang oleh Owen Joe, 9 tahun karya Rory Wardhana, dan tema Halusination and I did it My Way karya Dea Arifadiandha. Karena desainerdesainer tersebut telah memiliki masa yangtidak sedikit pula. 8. Setelah dilaksanakan selama 1 tahun ini, apa hambatan yang dihadapi dan bagaimana menyikapinya? Hambatannya adalah terkadang kita sulit untuk menentukan siapa yang selanjutnya mengisi pagelaran tersebut. Dalam artian, jumlah desainer di kota Solo ini terbatas dan terkadang kita juga tidak menemukan desainer yang sesuai dengan konsep dan keinginan kita. Taruhlah di Solo ini ada sekitar 15 desainer yang telah memiliki nama namun tidak semua desainer tersebut berani untuk show tunggal. Nah disinilah kita mencoba untuk mensiasatinya. Apakah akan kita modifikasi programnya, bagaimana kita bersosialisasi dengan desainer-desainer baru. Disini banyak desainer baru, namun mereka kurang percaya diri untuk melakukan show. Dan tidak menutup kemungkinan kita akan melebarkan pasar sampai Jogjakarta dan Semarang. Kemudian kita juga akan mengevaluasi teknik-teknik penyelenggaraan dan kerapiannya sehingga bisa tepat sasaran dan tidak mengecewakan. 9. Bagaimana respon audience yang ditangkap Sunan Hotel setelah berjalan selama 1 tahun ini? Responnya baik, tetapi respon audience juga tergantung dengan kemampuan desainer dalam menyajikan karya-karyanya. Ada yang memang bagus
162
sehingga mengapresiasi dengan bagus pula, tetapi ada juga yang sebaliknya. Ketika tidak bagus, maka audience akan bersikap. Disinilah ada perubahan perilaku, dari tidak tahu menjadi tahu, menjadi suka, ketika suka mereka akan membeli. Terjadilah proses AIDA disini attention-interest-desire-action. 10. Bagaimana Citra Suna Hotel sebagai entertainment hotel setelah adanya program ini? Tentu saja. Kita berharap setelah adanya program ini, kita bisa dikenal sebagai hotel fashion dimana fashion merupakan salah satu untur entertainment. Yang namanya membangun citra itu tidak dapat secara langsung dengan satu event saja, namun dengan beberapa event dan program-program yang mendukung. Kita akan mengkoreksi semuanya hingga mendekati sempurna. Nah itu mengapa dari awal saya jelaskan bahwa bahwa kontrak program ini harus minimal satu tahun karena kita harus mendapatkan bentuk yang sesuai untuk program ini. Program ini harus konsisten. Bikin bagus sekali lalu hilang akan terasa berbeda dengan yang diselenggarakan secara rutin dari waktu ke waktu yang konsisten walaupun kurang sempurna pada awalnya. Itulah syarat untuk membangun merk. Maka dari itu kenapa acara-acara di Sunan hotel selalu menjadi icon, karena kita selalu konsisten. 11. Bagaimana strategi Sunan hotel ke depannya tentu saja untuk memperkuat dan mengembangkan citranya? Ke depan kita akan memberdayakan seluruh outlet sehingga seluruh outlet yang ada di Sunan ada iconnya. Sehingga Sunan bisa dikenal tidak hanya dengan kamar nya saja tetapi dengan berbagai macam outlet Sunan yang dapat
163
dikunjungi. Kita juga akan melaunching produk-produk baru yang sebelumnya belum menjadi trend di kalangan masyarakat, seperti red vetvet dan rainbow cake yang saat ini telah menjadi gaya hidup masyarakat papan atas Solo.
164
TRANSKRIP WAWANCARA REKANAN
1. Data informan Nama
: Rory Wardhana
Usia
: 33 tahun
Pekerjaan : Fashion Designer Alamat
: Jl. Pierre Tendean no 1 Solo
2. Bagaimana pandangan anda pada The Sunan Hotel Solo sebelum bekerjasama dalam program Fashion and Luncheon? Sunan merupakan salah satu hotel terkemuka di Solo dan memiliki berbagai macam fasilitas, restorannya luas, ballroomnya paling besar di Kota Solo, lahan parkirnya pun juga menunjang. Di satu sisi event-event internasional bermunculan, dan Sunan Hotel lah yang menjadi tempat penyelenggaraannya, sebagai tempat menginap para delegasi, dan Presiden juga pernah menginap di Sunan Hotel. 3. Apa yang membuat anda tertarik untuk bekerjasama dengan Sunan Hotel dalam program Fashion and Luncheon? Sebenarnya saya sudah pernah bekerjasama dengan Sunan Hotel pada tahun 2003. Fashion show sendiri juga pernah diadakan disitu tapi atas inisiatif Sunan hotel, yang pada saat itu namanya masih Quality hotel. Namun program itu tidak berlangsung lama. Kemudian di tahun 2011 saya memberanikan diri untuk bersama-sama Sunan Hotel mengcreate sebuah program fashion show yang beda dari yang lainnya, yaitu fashion show di kala makan siang dan dilaksanakan di restoran hotel. 4. Bagaimana konsep awal dari program ini?
165
Konsep awalnya, kita ingin memberikan pandangan bahwa fashion show tidak hanya di catwalk tetapi fashion show bisa diadakan dimana saja. Selain fashion dapat dinikmati pada saat makan siang dan juga sambil nongkrong. Di Suna sendiri saya melihat bahwa restorannya luas dan representative sekali untuk diadakan Fashion and Luncheon. Kemudian saya berpikir bahwa fashion ini bisa berkembang di Kota Solo dengan di back up oleh The Sunan Hotel, dijadikan agenda bulanan sehingga masyarakat yang menikmatinya pun akan mendapatkan warna baru dalam gaya hidup mereka. 5. Siapa saja target audience dari program ini? Siapa saja yang menyukai fashion, dan mengerucut pada ibu-ibu muda, eksekutif muda, dan karyawan bank dan swasta yang selalu bingung untuk mencari alternatif tempat makan siang di sela-sela kesibukannya. Disini kita menyediakan makan siang yang tidak biasa, makan siang yang menyajikan fashion show yang tidak ada di tempat lain. 6. Pesan apa yang ingin disampaikan dari acara ini? Saya ingin memfashionkan kota Solo, bahwa kota Solo itu kota budaya yang tidak hanya budaya wayang, keraton, batik, dsb. Namun lebih dari itu Solo harus memiliki gagasan bahwa batik bisa menjadi suatu karya budaya yang indah ketika diwujudkan dalam suatu bentuk busana yang diperagakan. Ketika kebudayaan itu dapat ditampilkan secara konsisten akan lebih dapat diterima oleh masyarakat. 7. Bagaimana pendapat anda setelah program ini dapat berjalan selama satu tahun ini? Dalam program ini saya tidak ingin ngoyo. Saya ingin memberikan kebebasan untuk para desainer muda untuk bias tampil disitu. Intinya tidak harus „wah‟, tidak harus dengan tata lampu dan dekorasi yang meriah pula. Yang terpenting program ini dapat menjadi wadah untuk para desainer muda untuk berkarya secara konsisten. Karena
166
dalam ajang ini para desainer mendapatkan tantangan untuk mendesain baju dengan konsep simple tapi tetap elegan. 8. Selama perjalanan satu tahun ini apa hambatan yang ditemui? Banyak desainer yang masih menganggap program ini tidak penting untuk mereka ikuti. Mind set mereka, fashion show itu tidak di restoran tetapi di ballroom. Berbeda dengan orang barat, fashion itu bisa dilakukan dimana saja. Namun sayang, orang Solo masih beranggapan bahwa fashion itu ya harus di panggung dan di setting sedemikian rupa. Di sisi lain banyak desainer juga yang masih kurang percaya diri untuk menampilkan karya mereka dalam show tunggal. 9. BAgaiamana pandangan anda mengenai respon audience selama ini? Mereka banyak yang suka, mereka dimanjakan dengan pagelaran fashion yang rutin diadakan setiap bulannya dengan desainer yang berganti-ganti. Dan orang-orang yang datang pun berganti-ganti. Mulai dari kalangan menengah ke atas, remaja, orangorang dari suatu komunitas semuanya hadir. Tapi sayang, masih ada beberapa pengunjung yang hanya sekedar makan saja disini, fashion show nya hanya dilihat sekilas. 10. Bagaimana pandangan anda mengenai Sunan Hotel setelah menjadi bagian dari programnya?
Sunan semakin mengukuhkan citranya sebagai satu-satunya entertainment hotel yang ada di Solo, apalagi dengan adanya program Fashion and Luncheon, dia menjadi satu-satunya hotel yang menggelar fashion show yang rutin setiap bulannya. Hotel yang me,beri warna baru bagi perkembangan dunia fashion di Kota Solo. 11. Apa harapan anda ke depan?
167
Program ini akan selalu ada dan dapat melahirkan desainer-desainer muda berbakat kota Solo. Selain itu kita juga ada rencana untuk memperluas cakupan wilayah kita ke Jogjakarta dan Semarang agar lebih beragam karya-karya yang ditampilkan.
TRANSKRIP WAWANCARA FASHION DESIGNER
1. Data Informan Nama
: Suci Utami Hapsari, S. Ked.
Usia
: 23 tahun
Pekerjaan : fashion designer Alamat
: Jalan Raya Solo – Purwodadi, Solo
2. Bagaiamana bentuk kerjasama yang dilakukan antara anda dan Sunan Hotel? Fashion and Luncheon merupakan agenda bulanan Sunan Hotel Solo yang menampilkan 1 desainer untuk show tunggal setiap bulannya. Kemudian pada saat itu Mas Rory Wardhana mempunyai gagasan untuk membetuk show gabungan desainer muda Solo yang diberi nama Solo Young Designer. Saya menjadi salah satu desainer yang tergabung dalam Solo Young Designer. Ada sekitar 11 desainer yang tampil dalam acara tersebut. Dan setiap desainer berhak mengeluarkan 3 koleksi. 3. Apa yang membuat anda tertarik untuk bekerjasama dengan Sunan Hotel? Yang mereka tawarkan itu menarik, ada manfaatnya untuk kita. Istilahnya program ini merupakan salah satu jalan agar karier kita semakin maju dan untuk masa depan kita juga. Jadi menurut saya pribadi, Sunan Hotel sudah
168
sangat baik untuk memberikan fasilitas itu, kita sebagai desainer muda yang notabene belum ada apa-apanya di dunia desain ini. 4. Bagaimana menurut anda sebagai fashion designer dengan adanya program Fashion and Luncheon? Sangat memberikan kesempatan para desainer untuk menunjukan karya mereka kepada masyarakat umum yang mengerti maupun tidak mengerti desain. Mereka pun jadi terbuka matanya, ternyata ada desainer-desainer muda yang memiliki karya yang luar biasa. 5. Sebelum adanya Fashion and Luncheon, apakah anda pernah mendengar tentang Sunan Hotel? Pernah, Sunan Hotel itu merupakan hotel yang bergengsi dan papan atas di Solo. Dia memfasilitasi event-event internasional baik event formal seperti meeting sampai event informal seperti event di Musro yang menghadirkan DJDJ papan atas. Selain itu sering diadakan juga event gathering disini dan event fashion juga. 6. Apa tema yang anda usung pada saat Fashion and Luncheon? Saya mengusung Spring Summer Collection 2012, konsepnya kasual dan simple, ready to wear, tetapi ada keunikan per itemnya sendiri. Walaupun dapat ditemukan di tempat-tempat lain tetapi ada beberapa poin di baju itu yang tidak sembarangan orang bisa. Lebih detail dan cuttingnya itu ada prosesnya. 7. Apa pesan yang ingin anda sampaikan kepada audience melalui koleksi anda?
169
Saya membawa tema maskulin dengan warna soft pastel kea rah feminine dan girly. Disini saya ingin menunjukan bahwa kesan sweet, feminine, dan girly bisa dibawa ke sisi boys-nya, ke sisi maskulinnya. Bisa dipakai dengan celana, agak tomboy tapi masih ada sentuhan femininnya. 8. Apa harapan untuk program ini ke depan? Semoga lebih baik, lebih banyak lagi kesempatan yang diberi oleh Sunan Hotel
kepada
desainer-desainer
yang
membutuhkan
wadah
untuk
bereksistensi. Dan semoga dengan adanya program ini bisa membuat Sunan Hotel lebih mendukung fashion di Solo agar lebih maju lagi. 9. Apa pendapat anda sebelum dan sesudah mengenal Sunan melalui program Fashion and Luncheon ini? Saya pribadi sebelum menjadi bagian dari program ini sudah sering menggunakan fasilitas Sunan Hotel seperti berenang, symposium acara kedokteran, dan beberapa event lainnya. Jadi sebelumnya pun saya sudah cukup dekat dengan brand The Sunan Hotel Solo. Setelah menjadi bagian dari program Sunan Hotel sendiri, brand Sunan Hotel semakin dekat dan dapat mewakili image kita sebagai desainer muda yang fresh, entertaining, dan tetap elegan.
170
TRANSKRIP WAWANCARA FASHION DESIGNER
1. Data Informan Nama
: Dea Ardyanda
Usia
: 21 tahun
Pekerjaan : Fashion designer Alamat
: Jalan Fajar Indah 9 nomer 90 Solo
2. Bagaiamana bentuk kerjasama yang dilakukan antara anda dan Sunan Hotel? Sunan memberikan fasilitas untuk pelaksanaan event. Kemudian saya diajak oleh mas rory Wardhana untuk show tunggal di acar Fashion and Luncheon untuk bulan April. Sunan hotel menyediakan tempat dan tetek bengek event, model dan make up. Saya menyediakan baju-baju rancangan saya untuk dipamerkan, saya juga berhak untuk membeli tiket masuk untuk komunitas saya. 3. Apa yang membuat anda tertarik untuk bekerjasama dengan Sunan Hotel? Sunan merupakan hotel yang sudah ternama di Kota Solo, jadi saya pikir kalau saya bekerjasama dengan Sunan Hotel, akan dapat membantu saya dalam
171
mengawali karier. Karena di Solo sendiri tidak banyak tempat yang mengakomodir kebutuhan para desainer muda ataupun desainer lokal untuk menampilkan karya-karya mereka. Jadi ketika saya mendapatkan tawaran untuk fashion show tunggal saya langsung iyakan karena ini kesempatan yang diberikan kepada saya. Selain itu Sunan Hotel juga sudah biasa menghandle acara-acara seperti ini sehingga tidak akan ada kendala yang berarti. 4. Bagaimana menurut anda sebagai fashion designer dengan adanya program Fashion and Luncheon? Sangat bagus karena sangat membantu desainer-desainer muda untuk dapat menunjukan karya mereka, ada yang mengakomodir kebutuhan para desainer. Karena untuk membuat suatu pagelaran fashion itu tidak mudah. Mulai dari sewa tempat yang mahal, sewa model, belum lagi sajian atau hidangan makanan untuk penonton, hiburannya, belum repot-repotnya. Nah dengan adanya Fashion and Luncheon ini sudah satu paket dan sangat memudahkan bagi para desainer untuk melakukan pagelaran fashion show yang lain daripada yang lain. 5. Sebelum adanya Fashion and Luncheon, apakah anda pernah mendengar tentang Sunan Hotel? Pernah, pada saat SMA saya sering datang di acara-acara sweet 17, acaraacara party, dsb. Saya dulu juga sempat ikut orchestra dan pada saat itu pernah bermain di Sunan Hotel. Sehingga kalau ditarik benang merahnya, Sunan Hotel merupakan hotel yang mengakomodir kebutuhan entertainment, tidak hanya anak muda tetapi juga eksekutif muda, pembisnis, dsb. Program-
172
programnya memang sudah mengarah sebagai entertainment hotel. Tetapi selain itu Sunan Hotel juga dikenal sebagai convention hotel dimana banyak event internasional yang diadakan disini. Sehingga sisi entertainment disini sebagai penyeimbang sisi convention nya. 6. Apa tema yang anda usung pada saat Fashion and Luncheon? Ada 2 tema yang saya usung yaitu Halusination untuk koleksi wanita yang terinspirasi dari orang gila yang penuh akan imajinasi dengan mengangkat warna-warna yang dreamy, pastel, dan grey. Untuk koleksi pria nya saya mengusung tema I did it My Way terinspirasi dari lagu dan saya ekspresikan dalam rancangan busana batik pria yang bisa digunakan kapan saja dengan gaya ala mafia rock and roll. 7. Apa pesan yang ingin anda sampaikan kepada audience melalui koleksi anda? Untuk koleksi wanita saya ingin mewujudkan idealis saya sebagai fashion designer, dimana dengan apa yang saya imajinasikan dapat diwujudkan dalam suatu karya busana. Sedangkan untuk koleksi pria saya ingin menyampaikan bahwa batik itu bisa dimodifikasi dengan cara saya sendiri. Tidak melulu saklek dengan old style tetapi bisa dibikin sesuai dengan kepribadian dan keinginan kita. 8. Apa harapan untuk program ini ke depan? Program ini terus berlanjut sehingga desainer-desainer yang lain memiliki kesempatan untuk menunjukan karya mereka. 9. Apa pendapat anda sesudah mengenal Sunan melalui program Fashion and Luncheon ini?
173
Brand Sunan semakin dekat dengan masyarakat yang sebelumnya belum mengenal produk-produk Sunan. Para pengunjung Fashion and Luncheon yang sebelumnya datang karena program ini kemudian datang kembali untuk menikmati produk Sunan Hotel yang lain.
TRANSKRIP WAWANCARA TAMU FASHION AND LUNCHEON
1. Data informan a. Nama : Rahadyan Deny Hapsari b. Usia
: 25 tahun
c. Pekerjaan
: Kontraktor
d. Alamat : Jayengan Kidul, Serengan, Surakarta 2. Apa hal yang pertama kali terlintas di benak ketika disebut brand The Sunan Hotel Solo? Salah satu hotel bintang 4 di Kota Solo yang terbilang papan atas. 3. Apa yang anda ketahui tentang The Sunan Hotel Solo? Sunan Hotel yang saya kenal memang sebagai convention dan entertainment hotel. Dimana produk-produk yang dimiliki sudah sangat melekat dengan nama Sunan. Sebut saja Musro, orang pasti akan selalu menyebut bahwa Musro ya Sunan, begitu pula sebaliknya. Saya sering menggunakan fasilitas Musro untuk sekedar menghilangkan penat ketika sudah pusing dengan pekerjaan saya. Disana juga menjadi salah saltu tempat favorit untuk berkumpul dengan teman-teman
174
4. Sudah berapa kali anda datang dalam acara Fashion and Luncheon? Saya sudah 2 kali ke acara Fashion and Luncheon, konsepnya sangat menarik. Saya datang pada saat shownya Dea Ardianda dan Solo Young Designer. 5. Tema apa yang anda paling suka? Solo Young Designer paling menarik karena perpaduan dari desainer muda di kota Solo, sangat fresh dan anak muda sekali. 6. Darimana anda mengetahui program Fashion and Luncheon? Dari teman saya yang juga merupakan seorang desainer,dan beberapa teman saya yang juga sering mengikuti acara-acara fashion. Selain itu saya juga sering melihat di newslatter di Sunan yang saya dapatkan pada saat saya meeting di restoran bersama beberapa klien disana. 7. Bagaimana pendapat anda mengenai program Fashion and Luncheon? Ini merupakan bentuk kepedulian The Sunan Hotel Solo untuk merangkul generasi muda untuk mengembangkan kreasi mereka. Yang selama ini belum pernah ada pagelaran fashion show yang rutin diadakan di Kota Solo dan diadakan pada saat Lunch, dengan adanya Fashion and Luncheon ini bisa menjadi salah satu alternatif hiburan pada saat istirahat siang. 8. Bagaimana pandangan anda tentang The Sunan Hotel Solo sebelum dan sesudah adanya program Fashion and Luncheon? Saya lebih mengenal Sunan Hotel tidak hanya dengan event convention dan Musro nya, tetapi saya menjadi lebih mengenal Sunan yang ternyata juga memiliki Restoran yang cozy, Sunan yang juga menjadi satu-satunya hotel
175
yang mengadakan pagelaran Fashion Show secara rutin di Solon sehingga bisa dijadikan salah satu icon program hotel. 9. Adakah masukan mengenai program Fashion and Luncheon? Isian acara dibuat beragam sehingga dari pageran satu ke pagelaran yang lain tidak membosankan, mungkin bisa dilebarkan lagi jangkauannya ke Jogja karena di sana juga banyak desainer berbakat yang kurang mendapat ruang untuk berkreasi. 10. Sunan hotel sebagai Entertainment Hotel : a. Selama ini The Sunan Hotel Solo dikenal sebagai Entertainment Hotel, bagaimana menurut pandangan anda?apakah program-programnya sudah mencerminkan citra tersebut? Tentu saja, saya banyak menggunakan fasilitas Musro di Sunan. Musro sangat dikenal di kalangan anak muda dan eksekutif muda sebagai temoat hang out mereka. Banyak acara-acara yang terlahir dari Musro seperti Rave Republik dan Sparkling Wednesday. b. Program Entertainment apa saja yang anda ketahui di The Sunan Hotel Solo? Rave Republik, Sparkling Wednesday, konser-konser artis dari Jakarta seperti dulu saya pernah nonton Nidji, Daniel Sahuleka, dan Geisha. c. Menurut anda, apakah program Fashion and Luncheon semakin dapat menguatkan citra The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel? Tentu saja, karena fashion jug amerupakan salah satu produk hiburan yang masih jarang digelar di Kota Solo. Bisa jadi dengan program ini, Sunan
176
akan dikenal sebagai Hotel Fashion karena merupakan hotel yang menjadi trendsetter di bidang fashion
TRANSKRIP WAWANCARA TAMU FASHION AND LUNCHEON
1. Data informan a. Nama : Tommy Putra Setiawan b. Usia
: 24 tahun
c. Pekerjaan
: MC, model, Pemilik Online Shop Sepatu
d. Alamat : Jalan Madyotaman 2 nomor 17 b Solo 2. Apa hal yang pertama kali terlintas di benak ketika disebut brand The Sunan Hotel Solo? The Sunan Hotel Solo merupakan hotel bintang 4 yang bergengsi di Kota Solo dimana sering diadakan event-event internasional dan satu lagi, Sunan itu satu-satunya hotel di Kota Solo yang tempat hiburannya, Musro, menjadi tempat nongkrong anak mudanya Solo. 3. Apa yang anda ketahui tentang The Sunan Hotel Solo? Dahulu Sunan bernama Quality Hotel, kemudian dia mengubah namanya menjadi The Sunan Hotel Solo. Salah satu hotel yang mahal, fasilitasnya komplit dan mungkin tidak ditemukan di hotel yang lain. 4. Sudah berapa kali anda datang dalam acara Fashion and Luncheon?
177
Saya sudah 3 kali datang di pagelaran Fashion and Luncheon yaitu pada saat pagelaran Hanif Nan Jaya, Rory Wardhana, dan Solo Young Designer. Saya sangat menyukai fashion dan saya mengikuti perkembangannya. 5. Tema apa yang anda paling suka? Saya paling suka dengan pagelaran pada saat Solo Young Designer, sangat inspiratif. Karena dalam show itu para desainer muda menunjukan kebolehannya untuk dalam hal mendesain baju. 6. Darimana anda mengetahui program Fashion and Luncheon? Saya mengetahuinya dari teman-teman saya, karena saya juga dekat dengan dunia fashion. Beberapa desainer juga kebetulan saya kenal. 7. Bagaimana pendapat anda mengenai program Fashion and Luncheon? Sangat bagus dan menarik. Karena Fashion and Luncheon dapat menjadi wadah bagi para desainer muda untuk mengapresiasikan karya mereka kepada khalayak umum sehingga masyarakat tahu ternyata banyak bakal baru di dunia fashion and bisa dijadikan inspirasi. 8. Bagaimana pandangan anda tentang The Sunan Hotel Solo sebelum dan sesudah adanya program Fashion and Luncheon? Sebelumnya The Sunan Hotel Solo memang sudah dikenal sebagai Convention and Entertainment Hotel. Namun kalau saya pribadi melihat lebih menonjol sisi conventionnya. Karena Entertainment Sunan dikenal hanya melalui Musro. Namun setelah adanya program Fashion and Luncheon ini, citranya sebagai entertainment hotel bisa lebih baik, mungkin dia nanti bisa dikenal sebagai hotel fashion juga jika dia terus membuat event-event fashion.
178
9. Adakah masukan mengenai program Fashion and Luncheon? Terus diadakan, mungkin ada suatu saat dimana semua desainer itu kumpul menjadi satu dan memperagakan rancangannya dalam satu panggung. 10. Sunan hotel sebagai Entertainment Hotel : a. Selama ini The Sunan Hotel Solo dikenal sebagai Entertainment Hotel, bagaimana menurut pandangan anda?apakah program-programnya sudah mencerminkan citra tersebut? Tentu saja sudah, hampir semua event hiburan dilaksanakan disini seperti Fashion Show melalui program Fashion and Luncheon ini, acara-acara Musro yang menghadirkan DJ-DJ ternama, beberapa konser penyanyi top juga diadakan disini , beberapa produk makanannya pun seperti red velvet dan rainbow cake menjadi most wanted product. b. Program Entertaint apa saja yang anda ketahui di The Sunan Hotel Solo? Rave Republik, saya beberapa ikut acara Rave Republik pada saat menghadirkan DJ Winky, DJ Riri, dan DJ Milinka-Devina. c. Menurut anda, apakah program Fashion and Luncheon semakin dapat menguatkan citra The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel? T entu saja menguatkan karena jelas fashion itu juga merupakan program entertainment dan belum pernah dikonsep sedemikian rupa secara rutin oleh hotel-hotel di Solo.
179
TRANSKRIP WAWANCARA TAMU FASHION AND LUNCHEON
1. Data informan a. Nama : Febri Hapsari Dipokusumo b. Usia
: 37 tahun
c. Pekerjaan
: Trainer Motivator, PR Consultant
d. Alamat : Lojen Sasono Mulyo Solo 2. Apa hal yang pertama kali terlintas di benak ketika disebut brand The Sunan Hotel Solo? Convention Hotel, tempat diadakannya MICE baik tingkat nasional maupun internasional. Termasuk jajaran Hotel yang rate nya tinggi. Selain itu Musro, tempat hiburannya juga dikenal dikalangan anak-anak muda. 3. Apa yang anda ketahui tentang The Sunan Hotel Solo? The Sunan Hotel Solo merupakan hotel berbintang 4 di Kota Solo yang selama ini dikenal sebagai hotel yang menyelenggarakan event MICE dengan taraf nasional maupun internasional, sebut saja WHCC, APMCHUD, ASEM, Kongres PSSI, Bengawan Solo Travel Mart yang baru saja diselenggarakan, dan lain sebagainya. Namun tidak menutup mata juga, bahwa Sunan Hotel
180
yang saya lihat juga merupakan tempat nongkrong anak muda high end dengan adanya Musro disana. 4. Sudah berapa kali anda datang dalam acara Fashion and Luncheon? Saya baru 1 kali datang ke acara ini, 5. Tema apa yang anda paling suka? Tema pada saat itu adalah Solo Young Designer 6. Darimana anda mengetahui program Fashion and Luncheon? Saya mendapat informasi dari salah satu anggota Rotaract yang merupakan organisasi sosial kepemudaan, anak dari organisasi Rotary yang saya ikuti, merupakan seorang desiner muda. Dia mengundang saya untuk hadir dalam pagelaran show nya. Dia juga memaparkan seperti apa show tersebut, karena saya rasa konsepnya menarik, saya mengajak beberapa ibu-ibu Rotary untuk ikut hadir menyaksikan acara tersebut. Sebelum acara fashion dimulai, kita dihidangkan menu makan siang yang sebelumnya malah belum pernah saya tahu. 7. Bagaimana pendapat anda mengenai program Fashion and Luncheon? Program ini sangat menarik, konsepnya fresh dan berbeda. Dan yang lebih menarik lagi, ini merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap bulannya. Sehingga sangat membantu para desainer Solo untuk mengapresiasikan karyakarya mereka di hadapan publik. 8. Bagaimana pandangan anda tentang The Sunan Hotel Solo sebelum dan sesudah adanya program Fashion and Luncheon?
181
The Sunan Hotel Solo semakin menegaskan posisinya sebagai Entertainment Hotel dimana Sunan menjadi hotel yang meluncurkan program-program hiburan secara beragam, konsisten dan selalu menjadi icon di kota Solo. 9. Adakah masukan mengenai program Fashion and Luncheon? Terus dilaksanakan secara konsisten sehingga para desainer di Kota Solo ini memiliki ruang untuk berkreasi. 10. Sunan hotel sebagai Entertainment Hotel : a. Selama ini The Sunan Hotel Solo dikenal sebagai Entertainment Hotel, bagaimana menurut pandangan anda?apakah program-programnya sudah mencerminkan citra tersebut? Satu-satunya Entertainment di Kota Solo memang The Sunan Hotel Solo. Dulu pada saat namanya masih Quality Hotel, dia memang dikenal sebagai hotelnya anak muda, program-programnya memang ditujukan untk hiburan anak muda dan eksekutif muda. Namun setelah rebranding menjadi The Sunan Hotel Solo, konsepnya semakin dewasa. Ketika menempatkan beberapa pogram hiburan pun juga dikonsep tetap hiburan namun terdapat sisi eleegan nya sperti acara Fashion and Luncheon ini. b. Program Entertainment apa saja yang anda ketahui di The Sunan Hotel Solo? Fashion and Luncheon, acara-acara di Musro, dan beberapa konser penyanyi papan atas seperti Daniel Sahuleka, dan lain-lain. c. Menurut anda, apakah program Fashion and Luncheon semakin dapat menguatkan citra The Sunan Hotel Solo sebagai Entertainment Hotel?
182
Tentu saja, program ini merupakan satu-satunya program Fashion Show yang diadakan secara rutin setiap bulan di Kota Solo ini, dan menurut saya Fashion juga merupakan program hiburan. Sehingga dengan adanya program ini, para ibu-ibu dan sosialita di Solo memiliki alternatif tempat yang baru untuk mendapatkan sajian hiburan yang menarik.
183
FOTO – FOTO PAGELARAN FA SHION AND LUNCHEON
184
185