Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
2. Gambaran Umum Kota 2.1
Kondisi Geografis, Topografis dan Geohidrologi
2.1.1 Letak Geografis. Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi, dahulu disebut Ujung Pandang, yang terletak antara antara 119:18'38” sampai 119:32'31”Bujur Timur dan antara 5:30'30” sampai 5:14'49” Lintang Selatan, yang berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Maros, sebelah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah barat adalah Selat Makassar. Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km2. Luas laut dihitung dari 12 mil dari daratan sebesar 29,9 Km2, dengan ketinggian topografi dengan kemiringan 0: sampai 9:. Terdapat 12 pulau-pulau kecil, 11 diantaranya telah diberi nama dan 1 pulau yang belum diberi nama. Kota Makassar memiliki garis pantai kurang lebih 100 km yang dilewati oleh dua sungai yaitu Sungai Tallo dan Sungai Jeneberang.
2.1.2 Topografi Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2: (datar) dan kemiringan lahan 3-15: (bergelombang) dengan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut. Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang. Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu : Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan Antang Kecamatan Panakukang. Perkembangan fisik Kota Makassar cenderung mengarah ke bagian Timur Kota. Hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, Panakkukang, dan Rappocini.
2.1.3 Geologi Jenis-jenis tanah yang ada di wilayah kota Makassar terdiri dari : Tanah Inceptisol, Jenis tanah incepsitol terdapat hampir diseluruh wilayah kota Makassar, merupakan tanah yang tergolong sebagai tanah muda dengan tingkat perkembangan lemah yang dicirikan oleh horizon penciri kambik. Tanah ini terbentuk dari berbagai macam bahan induk, yaitu aluvium (fluviatil dan marin), batu pasir, batu liat, dan batu gamping. Penyebaran tanah ini terutama didaerah dataran struktural berelief datar, landform structural/tektonik, dan dataran/perbukitan volkan. Kadang-kadang berada pada kondisi tergenang untuk selang waktu yang cukup lama pada kedalaman 40 sampai 50 cm. Tanah Inceptisol memiliki horizon cambic pada horizon B yang
Bab 2 - Halaman 1
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
dicirikan dengan adanya kandungan liat yang belum terbentuk dengan baik akibat proses basah kering dan proses penghayutan pada lapisan tanah. Sedangkan Tanah Ultisol merupakan tanah berwarna kemerahan yang banyak mengandung lapisan tanah liat dan bersifat asam. Warna tersebut terjadi akibat kandungan logam – terutama besi dan aluminium – yang teroksidasi (weathered soil). Umum terdapat di wilayah tropis pada hutan hujan, secara alamiah cocok untuk kultivasi atau penanaman hutan. Selain itu juga merupakan material yang stabil digunakan dalam konstruksi bangunan. Tanah ultisol berkembang dari bantuan sedimen masam (batupasir dan batuliat) dan sedikit dari bantuan volkan tua. Penyebaran utama terdapat pada landform tektonik/struktural dengan relief datar hingga berbukit dan bergunung. Tanah yang mempunyai horizon argilik atau kandik dan memiliki kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 persen pada kedalaman 125 cm atau lebih di bawah batas atas horizon argilik atau kandik. Tanah ini telah mengalami pelapukan lanjut dan terjadi translokasi liat pada bahan induk yang umumnya terdiri dari bahan kaya aluminiumsilika dengan iklim basah, sifatsifat utamanya mencerminkan kondisi telah mengalami pencucian intensif, diantaranya : miskin unsure hara N, P, dan K, sangat masam sampai masam, miskin bahan bahan organik, lapisan bawah kaya aluminium (AI), dan peka terhadap erosi. Parameter yang menentukan persebaran jenis tanah di wilayah kota Makassar adalah jenis tanah batuan, iklim, dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan pada kawasan tersebut. Kualitas tanah mempunyai pengaruh yang besar terhadap intensitas penggunaan lahannya. Tanah-tanah yang sudah berkembang horisonnya akan semakin intensif di pergunakan, terutama untuk kegiatan budidaya. Sedangkan kawasan-kawasan yang mempunyai perkembangan lapisan tanahnya masih tipis biasa di manfaatkan untuk kegiatan budi daya. Penentuan kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat berarti dalam pengembangan wilayah di Makassar, karena wilayah Makassar terdiri dari laut, dataran rendah dan dataran tinggi, sehingga perlu dibuatkan prioritas-prioritas penggunaan lahan yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan intensitas pemanfaatnya.
2.1.4 Hidrologi Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada dekat dengan pantai, membentang sepanjang koridor Barat dan Utara, lazim dikenal sebagai kota dengan ciri “Waterfront City”, di dalamnya mengalir beberapa sungai yamg kesemuanya bermuara ke dalam kota (Sungai Tallo, Jeneberang, Pampang ). Sunga Jeneberang misalnya, yang mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara ke bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit air 1-2 m/detik). Sedangkan sungai Tallo dan Pampang yang bermuara di bagian utara Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m/detik di musim kemarau. Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah dataran rendah, yang membentang dari tepi pantai sebelah barat dan melebar hingga kearah Timur sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah selatan ke utara merupakan koridor utama kota yang termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, pertokoan, perkantoran, pendidikan dan pusat kegiatan industri di Makassar. Dari dua sungai besar yang mengalir di dalam kota secara umum kondisinya belum banyak di manfaatkan, sudah banyak hasil penelitian yang dilakukan terhadap sungai-sungai ini dimulai dari rencana bagaimana menjadikan sungai-sungai ini, sebagai daerah objek wisata hingga pada rencana bagaimana menjadikannya sebagai jalur alternatif baru bagi transportasi kota.
Bab 2 - Halaman 2
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Hanya saja, sejalan dengan perkembangannya saat ini dinamika pengembangan wilayah dengan konsentrasi pembangunan seakan terus berlomba di atas lahan kota yang sudah semakin sempit dan terbatas. Sebagai imbasnya tidak sedikit lahan yang terpakai saat ini menjadi lain dalam peruntukannya, hanya karena lahan yang dibutuhkan selain sudah terbatas, juga karena secara rata-rata konsentrasi kegiatan pembangunan cenderung hanya pada satu ruang tertentu saja.
2.1.5 Klimatologi. Berdasarkan keadaan cuaca serta curah hujan, Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang sehingga tropis. Sepanjang 5 tahun terakhir suhu udara rata-rata Kota Makassar berkisar antara 25º C sampai 33º C. curah hujan terbesar terjadi pada bulan Desember, Januari, Februari dan Maret dengan rata-rata curah hujan 227 mm dan jumlah hari hujan bekisar 144 hari per tahun. Untuk daerah-daerah yang mendekati pegunungan, yaitu daerah sebelah timur, hujan basah cenderung sampai pada bulan Mei, sedangkan pada daerah pantai, umumnya sampai bulan April.
2.2
Administratif
Berdasarkan data Tahun 2010 (BPS Kota Makassar, 2011) wilayah administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 kecamatan, 143 kelurahan, dengan 971 RW, dan 4789 RT, dengan total Luas wilayah administrasi Kota Makassar adalah 175,77 km2. Prosentase luas wilayah kecamatan yang tergolong cukup luas adalah Kecamatan Biringkanaya (27,43%), Tamalanrea (18,11%), Manggala (13,73%) dan Tamalate (11,50%) dari luas total luas wilayah Kota Makassar. Luas wilayah per kecamatan di kota Makassar dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan Per Kecamatan di Kota Makassar No
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Presentase Luas (%)
Jumlah Kelurahan
Jumlah RW
Jumlah RT
1
Mariso
1,82
1,04
9
50
230
2
Mamajang
2,25
1,28
13
57
292
3
Tamalate
20,21
11,50
10
71
308
4
Rappocini
9,23
5,25
10
37
140
5
Makassar
2,52
1,43
14
45
159
6
Ujung Pandang
2,63
1,50
10
58
262
7
Wajo
1,99
1,13
8
82
504
8
Bontoala
2,10
1,19
12
51
201
9
Ujung Tanah
5,94
3,38
12
91
445
10
Tallo
5,83
3,32
15
101
553
11
Pannakukkang
17,05
9,70
11
91
420
12
Manggala
24,14
13,73
6
66
368
13
Biringkanaya
48,22
27,43
7
89
480
14
Tamalanrea
31,84
18,11
6
82
427
143
971
4789
Total
Sumber : Makassar dalam angka, Tahun 2011
Bab 2 - Halaman 3
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Gambar 2.1 Peta Administratif Kota Makassar
Bab 2 - Halaman 4
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
2.3
POKJA AMPL
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Sesuai hasil pendataan penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar, Jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2010 tercatat sebanyak 1.339.374 jiwa yang terdiri dari 661.379 laki-laki dan 667.995 perempuan, rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan di Kota Makassar sebesar 97,55% dan yang terbesar terdapat di Kecamatan Ujung Tanah (100,31%) dan Kecamatan Tallo (100,30%). Tabel 2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Per Kecamatan Tahun 2011
1. 2. 3.
Penduduk Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
Rasio Jenis Kelamin (%)
Mariso
27.836
28.039
55.875
99,28
Mamajang
28.811
30.187
58.998
95,44
86.404
170.878
97,77
NO
Kecamatan
Tamalate
84.474
4.
Rappocini
73.377
77.714
151.091
94,42
5.
Makassar
40.233
41.467
81.700
97,02
6.
Ujung Pandang
12.684
14.220
26.904
89,20
7.
Wajo
14.279
15.080
29.359
94,69
8.
Bontoala
26.432
27.765
54.197
95,20
9.
Ujung Tanah
23.380
23.308
46.688
100,31
Tallo
67.247
67.047
134.294
100,30
71.386
141.382
98,05
10. 11.
Panakkukang
69.996
12.
Manggala
58.451
58.624
117.075
99,70
13.
Biringkanaya
83.203
84.538
167.741
98,42
14.
Tamalanrea Jumlah
50.976
52.216
103.192
661.379
677.995
1.339.374
97,63 97,55
Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011
Sementara jumlah penduduk Kota Makassar Tahun 2010 tercatat sebanyak 1.235.239 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Kota Makassar dari Tahun 2009 ke Tahun 2010 sebesar 1,65%. Pertumbuhan penduduk yang besar terjadi di Kecamatan Biringkanaya (5,45%), Manggala (3,9%), Tamalate (2,55%), dan Tamalanrea (2,02%), hal ini terlihat dengan giatnya pembangunan perumahan (rumah tumbuh baru) dan perkembangan kota mengarah pada wilayah-wilayah kecamatan tersebut. Laju pertumbuhan penduduk per Kecamatan di Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 2.3.
Bab 2 - Halaman 5
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.3 Jumlah dan Laju pertumbuhan Penduduk Tahun 2010 Kota Makassar No.
Penduduk
Kecamatan
2009
2010
Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
1
Mariso
55.431
55.875
0,56
2
Mamajang
61.294
58.998
-0,32
3
Tamalate
154.464
170.878
2,55
4
Rappocini
145.090
151.091
1,52
5
Makassar
84.143
81.700
-1,5
6
Ujung Pandang
29.064
26.904
-0,66
7
Wajo
35.533
29.359
-1,83
8
Bontoala
62.731
54.197
-0,83
9
Ujung Tanah
49.103
46.688
0,23
10
Tallo
137.333
134.294
1,16
11
Panakkukang
136.555
141.382
0,98
12
Manggala
100.484
117.075
3,9
13
Biringkanaya
130.651
167.741
5,45
14
Tamalanrea
90.473
103.192
2,02
1.272.349
1.339.374
1,65
Jumlah
Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011
Jumlah rumah tangga yang ada di Kota Makassar Tahun 2010 tercatat sebanyak 30.6067 Rumah Tangga, dengan rata-rata penghuni empat jiwa per rumah tangga. Sedangkan kepadatan penduduk di kota Makassar sebesar 7.620 jiwa/km2, dengan wilayah kecamatan tergolong padat tersebar di Kecamatan Makassar (32.421 jiwa/km2), Kecamatan Mariso (30.701 jiwa/km2), Kecamatan Mamajang (26.221 jiwa/km2), Kecamatan Bontoala (25.808 jiwa/km2), dan kecamatan Tallo (23.035 Jiwa/km2). Wilayah Kecamatan yang berpenduduk terbesar adalah Kecamatan Tamalate sebesar 170.878 jiwa atau 12,76% dan Kecamatan Biringkanaya sebesar 167.741 jiwa atau 12,52%. Sedangkan wilayah kecamatan yang berpenduduk terkecil adalah Kecamatan Ujung Pandang sebesar 26.904 jiwa atau 2,01% dan Kecamatan Wajo sebesar 29.359 Jiwa atau 2,19%. Luas wilayah, Jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk Kota makassar dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Bab 2 - Halaman 6
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.4 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk Kota Makassar
No.
Kecamatan
Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Rumah Tangga
Rata2 jiwa
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan penduduk (jiwa/Km2)
Prosentase Penduduk (%)
1
Mariso
1,82
12.026
5
55.875
30.701
4,17
2
Mamajang
2,25
13.015
5
58.998
26.221
4,40
3
Tamalate
20,21
41.298
4
170.878
8.455
12,76
4
Rappocini
9,23
33.926
4
151.091
16.370
11,28
5
Makassar
2,52
17.087
5
81.700
32.421
6,10
6
UjungPandang
2,63
5.594
5
26.904
10.230
2,01
7
Wajo
1,99
5.923
5
29.359
14.753
2,19
8
Bontoala
2,1
11.074
5
54.197
25.808
4,05
9
Ujung Tanah
5,94
9.359
5
46.688
7.860
3,49
10
Tallo
5,83
27.493
5
134.294
23.035
10,03
11
Panakkukang
17,05
33.758
4
141.382
8.292
10,56
12
Manggala
24,14
25.363
5
117.075
4.850
8,74
13
Biringkanaya
48,22
39.272
4
167.741
3.479
12,52
14
Tamalanrea
31,84
30.879
3
103.192
3.241
7,70
175,77
306.067
4
1.339.374
7.620
100,00
Jumlah
Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011
Struktur Usia
2.3.1
Penduduk Kota Makassar bila dilihat dari kelompok umur dan kelamin, kelompok terbesar adalah usia 20-24 Tahun sebesar 169.068 jiwa, yang didominasi oleh kaum laki-laki sebesar 82.580 jiwa, seperti yang terlihat pada tabel 2.5 Tabel 2.5 Jumlah Penduduk Menurut Struktur Usia Tahun 2010 NO
Kelompok Umur (Thn)
Laki-laki
Perempuan
Jumlah (Jiwa)
1
0–4
66.461
62.009
128.470
2
5–9
66.096
61.864
127.960
3
10 – 14
61.244
57.787
119.031
4
15 – 19
68.302
73.282
141.584
5
20 – 24
82.580
86.488
169.068
6
25 – 29
64.916
65.678
130.594
7
30 – 34
54.031
55.979
110.010
8
35 – 39
47.835
49.552
97.387
Bab 2 - Halaman 7
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
Sambungan tabel 2.5 Kelompok Umur NO (Thn) 9 40 – 44
POKJA AMPL
Laki-laki
Perempuan
Jumlah (Jiwa)
41.573
44.981
86.554
10
45 – 49
32.906
34.849
67.755
11
50 – 54
25.517
25.246
50.763
12
55 – 59
18.404
18.695
37.099
13
60 – 64
12.877
15.277
28.154
14
65 +
18.637
26.308
44.945
Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011
2.3.2 Angkatan Kerja Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2010, penduduk Kota tercatat sebanyak 61,04% angkatan kerja terdiri dari yang bekerja sebanyak 53,61% dan pengangguran sebanyak 7,43%. Sedangkan bukan angkatan kerja pada Tahun 2010 sebesar 38,96% yang terdiri dari yang masih duduk dibangku sekolah sebesar 14,57%, mengurus rumah tangga 19,36%, lainnya sebesar 5,03%. Sedangkan pengangguran terbuka pada tahun 2010 sebesar 12,17% menurun bila dibandingkan pada tahun 2009 sebesar 12,86%, sedangkan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 61,04%. Untuk lebih rincinya diuraikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Presentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan. Tahun (%)
Kegiatan Utama (1) 1. Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Jumlah Angkatan Kerja % Bekerja Terhadap Angkatan Kerja 2. Bukan Angkatan Kerja Sekolah Mengurus RT Lainnya Jumlah Bukan Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011
Bab 2 - Halaman 8
2009 (3)
2010 (4)
52,97 7,82 60,79 87,14
53,61 7,43 61,04 87,83
14,26 19,77 5,18 39,21 12,86 60,79
14,57 19,36 5,03 38,96 12,17 61,04
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
2.3.3 Tingkat Kesejahteraan Jumlah Kepala Keluarga di Kota Makassar berjumlah rincian tingkat kesejahteraan sebagai berikut : Keluarga Miskin (berdasarkan penerima RASKIN) Keluarga Pra Sejahtera I Keluarga Sejahtera I Keluarga Sejatera II Keluarga Sejahtera III Keluarga Sejahtera III Plus
262.422 KK (Kepala Keluarga), dengan : 62.192 KK atau (23,70%) : 61.001 KK atau (23,25%) : 54.432 KK atau (20,74%) : 73.430 KK atau (27,98%) : 52.387 KK atau (19,96%) : 21.172 KK atau (8,07%)
Berdasarkan prosentase penduduk miskin yang ada di Kota Makassar, konsentrasi terbesar berada di wilayah Kecamatan Tamalate sebesar 9.315 KK atau 14,98%, dan Kecamatan Tallo sebesar 8.158 KK atau 13,12%. Jumlah kepala keluarga per kecamatan menurut tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.7.
Bab 2 - Halaman 9
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.7 Jumlah Kepala Keluarga Per Kecamatan Menurut Tingkat Kesejahteraan
No.
Kecamatan
Jumlah Kepala keluarga
Keluarga Miskin *)
Pra Keluarga Sejahtera
Keluarga Sejahtera I
Keluarga Sejahtera II
Keluarga Sejahtera III
Keluarga Sejahtera III Plus
Prosentase Keluarga Miskin (%)
% Penyebaran KK Miskin
1
Mariso
11.644
3.219
4.096
2.534
2.888
1.769
357
27,65
5,18
2
Mamajang
12.179
3.779
2.917
3.206
3.019
2.362
675
31,03
6,08
3
Tamalate
32.499
9.315
9.826
4.290
8.214
6.533
3.636
28,66
14,98
4
Rappocini
28.870
6.409
5.472
5.264
8.340
7.084
2.710
22,20
10,31
5
Makassar
17.638
6.355
5.333
4.169
5.092
1.961
1.083
36,03
10,22
6
Ujung Pandang
5.804
644
787
1.097
1.989
1.598
333
11,10
1,04
7
Wajo
8.151
859
859
1.715
2.468
2.426
683
10,54
1,38
8
Bontoala
10.912
2.658
2.783
2.849
3.224
1.465
591
24,36
4,27
9
Ujung Tanah
10.544
4.842
3.287
3.260
3.038
812
147
45,92
7,79
10
Tallo
27.697
8.158
8.719
8.630
6.656
3.086
606
29,45
13,12
11
Panakkukang
27.138
5.873
6.480
4.236
6.447
7.206
2.769
21,64
9,44
12
Manggala
21.109
4.258
3.900
4.131
4.513
3.849
4.716
20,17
6,85
13
Biringkanaya
31.157
4.060
5.218
5.547
11.165
7.579
1.648
13,03
6,53
14
Tamalanrea
17.080
1.763
1.324
3.504
6.377
4.657
1.218
10,32
2,83
262.422
62.192
61.001
54.432
73.430
52.387
21.172
23,70
100
Prosentase 100,00 23,70 Sumber : Makassar Dalam Angka, Tahun 2011
23,25
20,74
27,98
19,96
8,07
Jumlah
Bab 2 - Halaman 10
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Sedangkan Proyeksi kondisi dan Jumlah penduduk Kota Makassar tahun 2008-2014 dapat di lihat pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Kondisi & Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Makassar Tahun 2008 – 2014 Proyeksi Jumlah Penduduk (Jiwa) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kecamatan 2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Mariso
54.616
55.149
56.233
57.060
57.898
58.749
59.612
Mamajang
60.394
61.268
62.154
63.053
63.964
64.890
65.828
Tamalate
152.197
154.412
156.659
158.939
161.251
163.598
165.979
Rappocini
142.958
145.126
147.328
149.562
151.831
154.134
156.472
Makassar
82.907
84.189
85.490
86.811
88.153
89.516
90.900
Ujung Pandang
28.637
29.075
29.519
29.970
30.428
30.893
31.365
W ajo
35.011
35.525
36.048
36.577
37.115
37.660
38.214
Bontoala
61.809
62.783
63.773
64.778
65.799
66.836
67.88
Ujung Tanah
48.382
49.050
49.728
50.414
51.110
51.816
52.532
Tallo
135.315
137.231
139.174
141.144
143.142
145.169
147.224
Panakkukang
134.548
136.649
138.784
140.951
143.152
145.388
147.659
Manggala
99.008
100.482
101.977
103.495
105.035
106.599
108.185
Biringkanaya
128.731
130.651
132.600
134.578
136.586
138.623
140.691
Tamalanrea
89.143
90.489
91.855
93.242
94.650
96.080
97.530
Jumlah Penduduk Pertumbuhan
1.253.65
1.272.349 1.291.320
1.310.574
-
1.330.116
1.349.950 1.370.080 1,55
Sumber : BPS Kota Makassar (data diolah)
2.4
Pendidikan
Kualitas sumber daya manusia tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) dimana pada Tahun 2009 sebesar 78,20% dan pada Tahun 2010 telah mencapai 78,59% yang didorong dengan semakin membaiknya pelaksanaan sistem pendidikan di kota Makassar. Demikian pula Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kota pada Tahun 2009 penduduk usia SD (7-12 Tahun ) sebesar 96,89%, usia SLTP (13-15 Tahun ) sebesar 85,62% dan usia SLTA (16-18 Tahun ) sebesar 55,64%. Pada Tahun 2010 angka partisipasi sekolah meningkat dimana penduduk usia SD (7-12 Tahun ) sebesar 97,47%, usia SLTP (13-15 Tahun ) sebesar 86,06% dan usia SLTA (16-18 Tahun ) sebesar 57,47%.
Bab 2 - Halaman 11
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Untuk melaksanakan komitmen terhadap kepedulian dibidang pendidikan maka Pemerintah kota Makassar pada Tahun 2007 telah mencanangkan Sekolah Gratis untuk 18 Satuan Pendidikan, yaitu 15 SD & 3 SMP. Sebanyak 4.382 siswa miskin terbantu program ini untuk menikmati pendidikan dasar 9 Tahun, khusus anak-anak pulau bebas pungutan untuk bersekolah. Program ini dilanjutkan di Tahun 2008 dengan fokus pada 48 Satuan Pendidikan, yaitu 43 SD dan 5 SMP yang menolong 11.470 siswa miskin & dilanjutkan 152 sekolah untuk 138 SD & 12 SMP dan 2 SLTA akan mengangkat 21.153 siswa. Dan pada Tahun 2010 seluruh murid SD dan SMP yang berjumlah 158.480 murid dari 541 SD/MI dan 64.771 siswa dari 225 SMP/MTs menjadi target sekolah gratis. Sekolah bersubsidi penuh yang dilaksanakan Pemerintah Kota Makassar sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan bagi keluarga miskin di kawasan kumuh dan di kepulauan/pesisir dengan cara memenuhi seluruh kebutuhan biaya pendidikan bersubsidi penuh yang dialokasikan dalam APBD kota Makassar dan pada Tahun 2010 dilaksanakan pula pendidikan gratis atas bantuan pembiayaan dari Pemerintah Provinsi dan APBD Kota dengan sasaran sekolah dasar dan sekolah menengah dengan realisasi anggaran sebesar Rp. 54.693.407.000,Beberapa sekolah tidak berminat ikut dalam Program Pendidikan Gratis (10 SD dan 12 SMP) dengan alasan bahwa bila ikut program pendidikan gratis tidak bisa memungut sumbangan sedangkan biaya operasional sekolah tersebut jauh lebih besar dibandingkan dengan bantuan Pendidikan Gratis. Disamping itu pula telah dilakukan berbagai perbaikan dan renovasi terhadap 322 sekolah untuk mendukung aktivitas proses belajar mengajar secara layak dan berkualitas. Seiring dengan semakin membaiknya sistem pendidikan di kota Makassar masih terdapat beberapa kekurangan dan kelemahan yang dihimpun menjadi permasalahan pokok dalam peningkatan kualitas pendidikan adalah prasarana dan sarana sekolah baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Kondisi fisik gedung sekolah beberapa yang tidak memadai lagi, ruang belajar relatif kurang dan masih kurang perpustakaan, laboratorium, meubelair dan buku-buku paket pelajaran sekolah. Alat peraga pendidikan juga masih kurang serta masih banyaknya murid yang tidak mampu secara finansial. Disamping itu, taman baca dan kendaraan perpustakaan keliling masih terbatas. Demikian juga ketersediaan tenaga pengajar, upaya dilakukan penambahan sesuai kebijakan Pemerintah Pusat dan redistribusi sesuai kewenangan pemerintah kota Makassar untuk mendekati keseimbangan rasio murid guru. Sehingga pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dapat terwujud. Oleh karena itu pemerintah kota Makassar berupaya secara terus menerus untuk menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan yang representatif sebagai konsekuensi dari meningkatnya jumlah penduduk dan penuntasan program wajib belajar 9 Tahun . Sedangkan kemampuan membaca dan menulis penduduk Kota cukup meningkat ditandai dengan meningkatnya prosentase penduduk yang dapat membaca dan menulis baik huruf latin dan yang buta huruf semakin berkurang. Sekitar 97,45 % penduduk usia 10 Tahun ke atas mampu membaca dan menulis huruf latin.
Bab 2 - Halaman 12
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.9 Kemampuan Baca dan Tulis Penduduk Usia 10 Tahun Ke atas Kota Makassar Tahun 2010 Membaca dan Menulis
Jenis Kelamin
Tidak dapat %
Laki-laki
99.10
0.90
Perempuan
97.11
2.89
Laki-laki + Perempuan
97.45
2.55
Sumber: BPS Kota Makassar, 2011
Sebagai tindak lanjut dari program Pemerintah Kota dalam rangka meningkatkan kecerdasan dan minat baca masyarakat dengan “Gerakan Makassar Gemar Membaca” (GMGM) yang bertujuan (1). Membaca dapat membudaya di masyarakat; (2). Buku sebagai pusat pengetahuan dan informasi; (3) Perpustakaan dan tempat baca lainnya mudah diakses. Melalui program tersebut Pemerintah Kota telah mencanangkan penggunaan Taman Baca pada 14 Kecamatan, pelibatan swadaya masyarakat telah dibangun 150 Taman Baca Masyarakat dan telah beroperasinya 2 (dua) unit Mobil Perpustakaan, penyediaan 2 (dua) unit kendaraan motor pintar ke berbagai sekolah dan tempat keramaian umum lainnya serta telah dibangun 8 (delapan) buah Taman Baca Masyarakat termasuk Taman Baca didaerah Kepulauan (Lakkang, Barrang Caddi dan Barrang Lompo). Sebagai keberlanjutan pelaksanaan Program GMGM maka pada Tahun 2008 telah dialokasikan anggaran di 14 Kecamatan untuk program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan dengan berbagai kegiatan seperti pengelolaan taman baca, lomba membaca dan menulis serta beberapa kegiatan yang dilaksanakan di Kantor Arsip, Perpustakaan dan PDE dengan kegiatan sebagai berikut : Lomba membaca koran bagi tukang becak, lomba desain perpustakaan impian, karnaval gemar membaca, gelar minat baca, peduli minat baca anjal, pengelolaan perpustakaan umum, wajib kunjungan perpustakaan publikasi gemar membaca melalui media elektronik serta beberapa kegiatan lainnya yang mendukung pelaksanaan Program “Gerakan Makassar Gemar Membaca” (GMGM) Hingga Tahun pelajaran 2010/2011 jumlah sekolah, siswa dan guru yang mengajar merupakan faktor pendukung keberhasilan pelaksanaan pendidikan di Kota Makassar. Adapun rincian jumlah sekolah, siswa dan guru adalah sebagai berikut: jenjang pendidikan TK dengan jumlah sekolah sebanyak 341 unit dengan jumlah siswa 14.586 orang dan jumlah guru yang mengajar sebanyak 1.867 orang. Jenjang pendidikan SD sebanyak 452 unit sekolah negeri dan sekolah swasta, dengan jumlah siswa 144.499 orang siswa dan 6.033 guru. Jenjang pendidikan SMP 179 unit sekolah negeri dan sekolah swasta, dengan jumlah siswa 61.107 orang siswa dan 4.268 guru. Jenjang pendidikan SMA/MA terdapat 116 unit sekolah negeri dan sekolah swasta, 35.567 siswa dan 5.595 guru sedangkan jenjang pendidikan SMK terdapat 8 unit sekolah negeri, 73 unit sekolah swasta, 21.563 siswa dan 701 guru. Berdasarkan data tersebut diatas bahwa pada tahun 2010, untuk tingkat SD rasio murid terhadap sekolah adalah 270 orang per sekolah dengan rasio murid terhadap guru adalah 24 orang murid per guru dan rasio guru per sekolah yakni 11 orang per sekolah. Kemudian tingkat SLTP, rasio murid terhadap sekolah yakni 339 orang per sekolah dan rasio guru terhadap murid yakni 14 orang murid per guru dan rasio guru terhadap sekolah yakni 24 orang guru per sekolah. Selanjutnya untuk tingkat SLTA, rasio murid terhadap sekolah adalah 337 orang per
Bab 2 - Halaman 13
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
sekolah dengan rasio murid terhadap guru yakni 23 murid per guru dan rasio guru terhadap sekolah yakni 14 guru per sekolah. Sesuai data Badan Pusat Statistik Kota Makassar untuk tahun 2010, distribusi sekolah dapat dilihat pada tabel 2.10. Untuk tingkat SD, jumlah terbesar berada di Kecamatan Rappocini yakni 48 sekolah atau 10,62%, menyusul di Kecamatan Panakukang yakni 46 sekolah atau 10,18% dan Kecamatan Tallo yakni 44 sekolah atau 9,73% dan dan Kecamatan Tamalate yakni 43 sekolah atau 9,29%. Sedang yang terkecil, berada di Kecamatan Wajo yakni 14 sekolah atau 3,10%, menyusul Kecamatan Mariso yakni 19 sekolah atau 4,20% dan Kecamatan Bontoala dan Kecamatan Ujung Tanah Masing 21 sekolah atau 4,65%. Tabel 2.10 Jumlah dan Distribusi SD, SLTP dan SLTA di Kota Makassar Tahun 2010. No.
Kecamatan
SD
SLTP
SLTA
1
Mariso
19
7
6
2
Mamajang
24
11
11
3
Tamalate
42
14
13
4
Rappocini
48
16
10
5
Makassar
38
16
10
6
Ujung Pandang
29
18
10
7
Wajo
14
8
5
8
Bontoala
21
10
6
9
Ujung Tanah
21
9
5
10
Tallo
44
13
3
11
Panakkukang
46
16
13
12
Manggala
33
14
9
13
Biringkanaya
43
19
7
14
Tamalanrea
30
8
8
452
179
116
Jumlah Sumber : BPS Kota Makassar.
Selanjutnya untuk tingkat SLTP, jumlah terbesar terdapat di Kecamatan Biringkanaya yakni 19 sekolah atau 10,61%, menyusul di Kecamatan Ujung Pandang sebanyak 18 sekolah atau 10,06% dan Kecamatan Rappocini, Kecamatan Makassar dan Kecamatan Panakukang masingmasing sebanyak 16 sekolah atau 8,94%. Kemudian untuk tingkat SLTA, jumlah terbesar terdapat di Kecamatan Panakkukang dan Kecamatan Tamalate masing-masing yakni 13 sekolah atau 11,21%, menyusul di Kecamatan Mamajang sebanyak 11 sekolah atau 9,48% dan Jumlah terkecil terdapat di Kecamatan Tallo sebanyak 3 sekolah atau 2,59%.
Bab 2 - Halaman 14
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
2.5
POKJA AMPL
Kesehatan
Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan kesehatan, pemerintah kota Makassar sejak Tahun 2007 telah melakukan pelayanan kesehatan gratis pada seluruh Puskesmas yang ada di kota Makassar. Pelayanan yang diberikan secara gratis kepada seluruh warganya dengan tidak membedakan latar belakang ekonomi kaya atau miskin, semuanya memperoleh pengobatan dan pemeriksaan ke Puskesmas secara gratis. Hal ini mendorong kesadaran warga akan arti pentingnya kesehatan terbukti dari lonjakan kunjungan ke Puskesmas Tahun 2010 menjadi 2.032.409 orang terdiri dari kunjungan sakit 1.561.199 orang dan kunjungan sehat 471.210 orang. Berkaitan dengan kesehatan gratis disediakan 6.034 sarana pelayanan kesehatan bagi warga kota berupa 1 Rumah Sakit Umum Daerah Daya, 8 Puskesmas Rawat Inap, 29 Puskesmas, 41 Puskesmas Pembantu, 955 Posyandu yang didukung oleh 1.193 Tenaga Medis. Sedangkan masyarakat pulau disediakan Puskesmas Keliling yang siap memberikan mengatasi berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat pulau serta disediakan pula 2 Puskesmas Percontohan Metadon dari 24 pelayanan yang ada di Indonesia siap memberikan pelayanan dan rujukan bagi penderita HIV/AIDS & penyalahgunaan narkoba (NAPZA); Tabel 2.11 Jumlah Prasarana dan Sarana Kesehatan Kota Makassar 2010 No
Sarana dan Prasarana Kesehatan
Jumlah
1
Puskesmas
37
2
Puskesmas Pembantu
42
3
Puskesmas keliling
37
4
Rumah Sakit
16
5
Rumah Sakit Bersalin
10
6
Rumah Bersalin
24
7
Bidan Praktek swasta
117
8
Balai Pengobatan Gigi
22
9
Praktek Dokter Perorangan
2.176
10 Praktek Dokter Bersama Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar, Tahun 2011
62
Dalam mengantisipasi terjadinya penyakit deman berdarah maka hinga Tahun 2010 telah terbentuk 1.854 Juru Pemantau Jentik (Jumantik) di seluruh pelosok kota Makassar untuk memantau, melaporkan dan memberantas sarang nyamuk deman berdarah melalui gerakan menguras, menutup dan mengubur serta abatesasi, penyemprotan atau fogging baik massal maupun khusus. Setiap Kecamatan disediakan 2 petugas fogging untuk mengantisipasi munculnya wabah demam berdarah.
Bab 2 - Halaman 15
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.12 10 (Sepuluh) Diagnosa Penyakit Terbanyak di Puskesmas se Kota Makassar 2010 No.
Jenis Penyakit
Kasus
%
1
Infeksi akut pada Saluran Pernafasan Bagian Atas
114.253
25,98%
2
Penyakit lain pada Saluran Pernafasan Bagian Atas
72.572
16,50%
3
Batuk
43.448
9,88%
4
Diare dan Gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu
36.766
8,36%
5
Dermatitis dan Eksim
35.855
8,15%
6
Penyakit Tekanan Darah Tinggi
35.813
8,14%
7
Demam yang tidak diketahui penyebabnya
26.467
6,02%
8
Infeksi Kulit dan jaringan sub kutan ( Ploderma )
26.221
5,96%
9
Artrosis lainnya
25.619
5,83%
10
Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal
22.706
5,16%
439.720
100,00%
JUMLAH Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011
Tabel 2.13 Jumlah Penderita Diare menurut kecamatan di Kota Makassar Tahun 2006-2010 No.
Kecamatan
Tahun 2006
2007
2008
2009
2010
1
Mariso
2.863
2.877
2.444
2.157
1.936
2
Mamajang
4.676
4.407
2.862
3.223
2.106
3
Tamalate
3.914
4.444
3.389
3.936
3.339
4
Rappocini
3.694
3.857
3.602
2.633
920
5
Makassar
4.416
3.377
4.231
3.458
1.028
6
Ujung Pandang
1.045
2.116
1.054
1.268
2.060
7
Wajo
1.705
1.985
2.221
1.982
4.357
8
Bontoala
1.300
2.412
3.515
3.972
2.749
9
Ujung Tanah
4.477
4.947
2.988
2.370
5.359
10
Tallo
5.344
5.358
4.307
5.014
3.491
11
Panakkukang
7.023
5.382
5.073
4.476
3.426
12
Manggala
4.752
4.451
3.371
3.293
2.795
13
Biringkanaya
3.079
2.394
2.572
2.959
3.374
14
Tamalanrea
3.821
4.271
5.172
4.273
Kota Makassar 52.109 52.278 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011
46.801
45.014
3.800 39.740
Bab 2 - Halaman 16
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan penyakit diare adalah perilaku/kebiasaan hidup bersih dan sehat masyarakat pada umumnya dan khususnya higiene perorangan, serta penggunaan sarana SAMIJAGA yang memenuhi syarat kesehatan. Program kesehatan gratis yang dilakukan oleh pemerintah kota Makassar menyiapkan layanan gratis khusus secara berkala, seperti pengobatan gratis, perbaikan gizi masyarakat khususnya kepada masyarakat miskin kurang gizi, pelayanan operasi katarak, operasi bibir sumbing, sunatan massal, dan lain-lain. Untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan gratis di tengah-tengah masyarakat maka pemerintah kota Makassar memfasilitasi pembentukan kelompok kerja (Pokja) Kelurahan Sehat yang saat ini mencapai 63 Pokja, yang bertujuan untuk mengaktifkan kader-kader posyandu untuk mendukung keluarga yang sehat melalui Kelurahan Siaga, Gerakan Sayang Ibu, Revitalisasi Posyandu, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan ASI eksklusif, dan lain-lain. Kesehatan Gratis akan ditingkatkan kualitasnya melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota Makassar dengan target perluasan dari 160.103 ASKES, 336.004 JAMKESMAS/ASKESKIN, 88.654 JAMSOSTEK & 644.760 tanggungan pemerintah kota Makassar. Realisasi penyaluran bantuan kesehatan dari APBD Provinsi Tahun Anggaran 2010 sebesar Rp. 3.952.276.089,00 atau 93,90% dari total anggaran sebanyak Rp. 4.208.993.280,- yang diperuntukkan bagi rawat inap di 37 Puskesmas dan 1 Rumah Sakit Umum Daya Kelas III dengan anggaran sebesar Rp. 1.980.702.720,00 Tempat-tempat dan fasilitas/area publik secara bertahap disediakan Bilik Air Susu Ibu terutama di Mall, Plaza, Pusat Perbelanjaan, Hotel, Restoran dan lain-lain. Derajat kesehatan masyarakat Kota di Tahun 2010 cukup mengalami peningkatan tercermin dari Angka Harapan Hidup. Pada Tahun 2009 Angka Harapan Hidup sebesar 73,43 Tahun sedangkan pada Tahun 2010 Angka Harapan Hidup menjadi 73,58 Tahun. Angka kematian bayi Tahun 2009 sebesar 11,34/1000 KH (Kelahiran Hidup) dan pada tahun 2010 menurun menjadi 10/1000 KH (kelahiran Hidup). Angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2009 sebesar 16 /100.000 LH (Kelahiran Hidup) dan pada tahun 2010 menurun menjadi 11,8/100.000 LH (Kelahiran Hidup). Prevalensi gizi kurang anak balita tahun 2009 sebesar 15,35 % dan tahun 2010 prevalensi gizi kurang anak balita sebesar 15,22%. Pada tahun 2010, sarana kesehatan yang tersedia di kota Makassar terdiri atas 40 unit Rumah Sakit termasuk Rumah Sakit Bersalin dan Rumah Bersalin, 73 unit Puskesmas termasuk Puskesmas Pembantu serta 2 unit BKIA. Kemudian pada tahun 2010 jumlah Puskesmas, yakni 112 unit yang terdiri dari 36 unit Puskesmas, 40 unit Pustu dan 36 Puskesmas Keliling. Selain itu, terdapat juga tempat pelayanan kesehatan berupa dokter dan bidang praktek. Pada tahun 2009, jumlah dokter praktek tersebut adalah 1.008 unit dan bidan praktek sebanyak 124 unit. Kemudian pada tahun 2010, jumlah dokter praktek tersebut menjadi 2.012 unit dan bidan praktek sebanyak 168 unit.
Bab 2 - Halaman 17
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.14 Jumlah penderita penyakit menular yang dapat mewabah pada masyarakat menurut jenis penyakit di Kota Makassar tahun 2010
No.
Jenis Penyakit
Penderita
Meninggal
Prosentase yang Meninggal
1
Diare
39.740
0
0
2
Typoid
3.404
0
0
3
Dipteri
3
0
0
4
Pertusis
0
0
0
5
Campak
309
0
0
6
DHF
182
0
0
7
Varicella
1.041
0
0
8
Tyetanus Neonatorum
0
0
0
Jumlah Total
2010
44.679
0
0
2009
49554
10
0,02
2008
49758
13
0,03
55713
15
0,03
2007 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011
Tabel 2.15 Jumlah Penderita Yang meninggal akibat penyakit diare dirinci menurut golongan umur di Kota Makassar tahun 2010
No.
Golongan Umur (Tahun)
Penderita
Meninggal
Prosentase yang Meninggal
1
Dibawah 1 tahun
6.505
4
0,06
2
1–4
14.633
2
0,01
3
5 ke Atas
18.602
0
0
2010
39.740
6
0,02
2009
45014
8
0,02
2008
46801
9
0,02
52278
10
0,02
Jumlah Total
2007 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2011
Berdasarkan data pada tabel 2.13 tersebut diatas, maka anak-anak usia dibawah 5 tahun sangat rentan sekali terhadap penyakit diare yaitu ada 21.138 kasus atau 53,19%, dan anak penderita diare yang sampai meninggal dunia ada 6 kasus atau 0.028% dari jumlah anak penderita diare.
Bab 2 - Halaman 18
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.16: Jumlah Penderita Yang meninggal akibat penyakit diare dirinci menurut Kecamatan di Kota Makassar tahun 2010
No.
Kecamatan
Penderita
Meninggal
Prosentase yang Meninggal
1
Mariso
1.936
0
0
2
Mamajang
2.106
0
0
3
Tamalate
2.795
0
0
4
Rappocini
3.426
0
0
5
Makassar
3.339
0
0
6
Ujung Pandang
920
0
0
7
Wajo
1.028
0
0
8
Bontoala
2.060
0
0
9
Ujung Tanah
2.749
0
0
10
Tallo
4.357
0
0
11
Panakkukang
4.359
0
0
12
Manggala
3.491
0
0
13
Biringkanaya
3.800
0
0
14
Tamalanrea
3.374
0
0 0
2009
39.740 45.014
0 8
0,02
2008
46.801
9
0,02
2007
52.278
10
0,02
2010 Jumlah Total
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Makassar 2010
Pemerintah Kota telah melaksanakan berbagai upaya preventif dan promotif secara terpadu dan berkesinambungan dengan melibatkan masyarakat dan berbagai sektor terkait, termasuk dalam penanggulangan penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS serta penyalahgunaan NAPZA.
2.6
Sosial Kemasyarakatan
Kota Makassar memiliki posisi yang sangat strategis karena terletak di tengah-tengah kepulauan Indonesia, dan secara ekonomis daerah ini memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif, dimana Selat Makassar merupakan salah satu jalur pelayaran internasional. Disamping sebagai titik simpul transportasi laut dan udara, kota Makassar bukan hanya sebagai pusat pelayanan dan pengembangan distribusi jasa dan perdagangan Kawasan Timur Indonesia (KTI) tetapi merupakan ruang keluarga (“Living Room”) yaitu sebagai tempat yang aman tenteram,damai sangat kondusif sebagai tempat tinggal dan berinvestasi serta melakukan berbagai aktivitas. Disamping memiliki keunggulan tersebut, Kota Makassar dihuni oleh penduduk dari berbagai etnis, budaya, memiliki nilai-nilai luhur yang diangkat dari nilai tradisional dan budaya lokal, dan secara universal dapat dipadukan dengan cara pandang global. Nilai-nilai tersebut
Bab 2 - Halaman 19
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
berfungsi sebagai rambu-rambu/koridor dalam pelaksanaan semua aktivitas pembangunan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Ada empat etnis besar yang mewarnai nilai-nilai luhur tersebut, yaitu etnis Bugis, Makassar, Toraja dan Mandar, disamping etnis-etnis lainnya; Cina, India, Arab dan Melayu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam mewujudkan pembangunan, seluruh kemampuan dipadukan secara bijak antara potensi sumber daya alam yang strategi dengan potensi sumber daya manusia yang terbekali dengan nilai-nilai luhur. Pengembangan potensi harus direncanakan sebaik mungkin dan dilaksanakan seefektif dan seefisien mungkin melalui aspek yang saling terkait, saling mempengaruhi dan secara keseluruhan dikelola seoptimal mungkin yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan latar belakang agama dan keyakinan penduduk kota Makassar, terdapat empat jenis tempat peribadatan yang ada di kota ini, yakni Masjid/Mushallah bagi umat Islam, gereja bagi yang beragama kristen/protestan serta peribatan bagi pemeluk agama Budha dan Hindu. Pada tahun 2010, terdapat 613 buah masjid dan 98 buah mushallah. Kemudian, 70 buah gereja protestan dan 16 buah gereja Katholik. Berikut yakni tempat peribadatan umat Budha 3 buah dan umat Hindu 1 buah. Angka-angka tersebut pada tahun 2008 menjadi : a) Masjid sebanyak 864 buah dan Mushallah sebanyak 112 buah, b) Gereja Protestan sebanyak 90 buah dan Gereja Katholik sebanyak 57 buah, c) Tempat peribadatan umat Budha sebanyak 23 buah dan d) Tempat peribadatan umat Hindu tetap 1 buah.
2.7 2.7.1
Perekonomian Pertumbuhan Ekonomi
Dalam analisis ekonomi wilayah, indikator yang lazim digunakan adalah pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, pendapatan per kapita, tenaga kerja, perkembangan investasi dan distribusi Pendapatan. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2009 sebesar Rp.31,26 trilyun lebih dan pada tahun 2010 naik menjadi Rp.36,73 trilyun lebih. Pertumbuhan ekonomi yang baik ditandai dengan semakin tertekannya laju inflasi, dimana pada Tahun 2009 laju inflasi mencapai rata-rata sebesar 3,24%, pada tahun 2010 naik menjadi 6,82% sedangkan inflasi secara nasional sebesar 11,64%, dengan kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar pada Tahun 2009 sebesar 9,28% naik menjadi 9,31% pada tahun 2010. Ini menunjukkan bahwa terjadi perbaikan atau peningkatan beberapa indikator–indikator makro ekonomi dan juga disebabkan oleh investasi Pemerintah Kota melalui APBD disamping peran swasta dalam sektor riil yang memacu peningkatan perekonomian.
Bab 2 - Halaman 20
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tabel 2.17 Perkembangan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2008-2009
No.
Indikator Ekonomi Lokal
2009 31,26
1 Jumlah PDRB Harga Berlaku (Triliyun Rp)
2010 36,73
Prosentase (%) 17,50
14,798
2 Jumlah PDRB Harga konstran (Triliyun Rp) 3 Jumlah penduduk (Jiwa)
1.272.349
1.339.374
5,27
4 PDRB harga berlaku perkapita ( Rp/Bulan)
2.004.167
2.285.833
14,05
5 PDRB harga konstan perkapita (Rp/Bulan)
2.063.177 3,24%
6,82%
110,50
7 Kebutuhan Hidup Minimum (Rp/Bulan)
900.000
1.000.000
11,11
8 Upah Minimum Kota (Rp/Bulan) Prosentase (%) UMK terhadap PDRB harga 9 berlaku perkapita
905.000
1.000.000
10,50
45,16
43,74
-3,12
6 Tingkat inflasi (%)
Sumber : Berbagai Sumber dan data di olah. Investasi dan instrumen moneter dengan tingkat bunga yang responsif terhadap iklim investasi, pada tahun 2009 menghasilkan persetujuan investasi PMDN Rp. 195,45 milyar dan PMA $ US 13,8 Juta dan pada tahun 2010 menghasilkan persetujuan investasi PMDN Rp. 1.265,79 milyar lebih dan PMA $ US 1.029.330 juta. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar juga dipengaruhi oleh dunia perbankan dimana jumlah pinjaman pada tahun 2009 jumlah pinjaman sebesar Rp.16,06 trilyun lebih, terdiri dari pinjaman modal kerja Rp. 6,57 trilyun lebih, pinjaman investasi sebesar Rp. 4,50 trilyun lebih dan pinjaman konsumsi sebesar Rp. 4,98 trilyun lebih. Sedangkan pada tahun 2010 jumlah pinjaman meningkat menjadi Rp. 19,17 trilyun lebih, terdiri dari pinjaman modal kerja Rp. 7,99 trilyun lebih, pinjaman investasi sebesar Rp. 4,69 trilyun lebih dan pinjaman konsumsi sebesar Rp 6,47 trilyun lebih. 2.7.2
Pendapatan perkapita
Pada tahun 2010 indikator perekonomian lainnya, yaitu pendapatan perkapita, memperlihatkan perkembangan PDRB perkapita yang cukup berarti, yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp. 16,87 Juta lebih dan pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 20,79 juta lebih. Struktur ekonomi Kota Makassar masih didominasi oleh sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel. Struktur ekonomi pada Tahun 2010 dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Bab 2 - Halaman 21
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Grafik 2.1 Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2010.
Jasa-jasa
11,11 10,96
Angkutan&Komunikasi
15,49
Bangunan
30,16
8,79 1,95
Industri Pengolahan
20,46 0,01 0,58
Pertanian 0
5
10
15
20
25
30
35
Grafik 2.2 PDRB Perkapita Kota Makassar Berdasarkan Harga Berlaku (Rupiah) Tahun 2005-2009.
31,26Trilyun 26,07 Trilyun 20,79 Trilyun 18,17 15,74
2005
2.7.3
Trilyun
Trilyun
2006
2007
2008
2009
TAHUN
Keuangan Daerah.
Kebijakan keuangan daerah khususnya pada kelompok Pendapatan Daerah tetap memperhatikan kondisi obyektif masyarakat dan peraturan perundang – undangan yang berlaku, Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 1.451.537.120.408,- bila dibandingkan dengan Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 1.215.460.818.850,- berarti mengalami kenaikan sebesar Rp. 236.076.301.558,- atau naik 19,42%. Rincian Pendapatan Daerah
Bab 2 - Halaman 22
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Tahun Anggaran 2010 dan perbandingannya dengan Tahun Anggaran 2009 perubahan digambarkan dalam berikut ini :
setelah
Tabel 2.18 Kondisi Pendapatan Daerah Kota Makassar Tahun 2009-2010 No 1.1 1.1.1 1.1.2
2009 (Rp.)
Uraian
2010 (Rp.)
169.889.013.769 115.223.338.976 39.177.482.270 5.665.752.809
210.068.212.208 133.508.755.341 59.727.754.725 5.917.813.866
1.1.4
Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
9.822.439.713
10.913.888.275
1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3
Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus ( DAK)
833.834.215.606 142.662.186.490 647.299.704.000 43.151.000.000
861.280.547.227 171.260.420.227 644.266.427.000 45.753.700.000
1.3
Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
211.737.589.475
380.458.360.973
1.3.1 1.3.2
Hibah Dana Darurat Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya
2.111.828.800 115.012.318.875
2.593.035.300 100.000.000 155.704.122.541
68.965.037.000 25.648.404.800
190.426.514.332 31.364.688.800
1.1.3
1.3.3 1.3.4 1.3.5
Jumlah 1.215.460.818.850 Pertumbuhan % Sumber : Dinas Pendapatan & Bag. Keuangan. ( Data diolah)
2.7.4
1.451.537.120.408 19,42%
Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 210.068.212.208,bila dibandingkan dengan target Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 169.889.013.769,- mengalami kenaikan sebesar Rp. 40.179.198.439,- atau naik sekitar 23,65%. Adapun penerimaan pendapatan asli daerah terdiri dari : Pendapatan yang bersumber dari Pajak Daerah Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 133.508.755.341,- bila dibandingkan dengan rencana Pendapatan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 115.223.338.976,- berarti mengalami kenaikan sebesar Rp. 18.285.416.365,- atau 15,87%. Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Daerah Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 59.727.754.725,- bila dibandingkan dengan pendapatan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 39.177.482.270,- berarti mengalami penurunan sebesar Rp. 20.550.272.455,- atau 52,45%.
Bab 2 - Halaman 23
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Rencana Pendapatan dan Perbandingan untuk masing-masing Jenis Retribusi adalah sebagai berikut : Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Jasa Umum Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp.13.489.353.000,00 bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 13.489.353.000,00 mengalami penurunan sebesar Rp.2.661.160.400,- atau 16,50%. Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Jasa Usaha Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 8.415.520.000,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 209 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 6.450.605.000,- mengalami peningkatan sebesar Rp. 1.964.915.000 atau 30,46%. Pendapatan yang bersumber dari Retribusi Jasa Perizinan Tertentu Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 18.816.715.000,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 17.882.010.000,- mengalami peningkatan sebesar Rp. 934.705.000,- atau 5,23%. Pendapatan yang bersumber dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 5.917.813.866,- bila dibandingkan dengan pendapatan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 5.665.752.809,- mengalami peningkatan sebesar Rp. 252.061.057,- atau 4,45%. Pendapatan yang bersumber dari Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 456.776.000,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp.326.278.000,- mengalami peningkatan sebesar Rp.130.498.000,- atau 40,00%. Pendapatan yang bersumber dari Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 3.868.579.000,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan tidak mengalami peningkatan. Pendapatan yang bersumber dari Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp.118.800.000,- tidak mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan. Pendapatan yang bersumber dari Lain – lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp.8.772.084.000,- bila dibandingkan dengan pendapatan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp.8.235.894.000,- berarti mengalami penurunan sebesar Rp.536.190.000,- atau 6,51% 2.7.5
Dana Perimbangan.
Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 861.280.547.227,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan sebesar Rp. 833.834.215.606,berarti mengalami peningkatan sebesar Rp. 27.446.331.621,- atau 3,29%. Adapun jenis penerimaan dari dana perimbangan berasal dari Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 171.260.420.227,- bila dibandingkan dengan Tahun
Bab 2 - Halaman 24
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 142.662.186.490,- terdapat peningkatan sebesar Rp. 28.598.233.737,- atau 20,05%. Penerimaan yang bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 644.266.427.000,- dibandingkan dengan rencana penerimaan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 647.299.704.000,- berarti mengalami penurunan sebesar Rp. -3.033.277.000,- atau -0,47%. Dana Alokasi Umum (DAU) tersebut seluruhnya berasal dari Pemerintah Pusat, oleh karena itu seluruh target/rencana penerimaan yang dianggarkan pada Pos ini didasarkan pada penetapan alokasi dari Pemerintah Pusat. Penerimaan yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) dalam Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 45.753.700.000,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan sebesar Rp. 43.151.000.000,- mengalami peningkatan sebesar Rp. 2.602.700.000,- atau naik 6,03%. Dana Alokasi Khusus (DAK) tersebut seluruhnya berasal dari Pemerintah Pusat.
2.7.6
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Penerimaan yang berasal dari Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah dalam Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 380.458.360.973. Bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 211.737.589.475,- berarti mengalami kenaikan Rp. 168.720.771.498,- atau turun 79,68%. Adapun penerimaan yang berasal dari lain-lain pendapatan daerah yang sah terdiri dari : Penerimaan yang berasal dari Pendapatan Hibah dalam Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 2.593.035.300,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 2.111.828.800,- berarti mengalami penurunan sebesar Rp. 481.206.500,- atau 22,79% Penerimaan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak Dari Pemerintah Provinsi Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 155.704.122.541,- Bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 115.012.318.875,- berarti mengalami peningkatan sebesar Rp. 40.691.803.666,- atau 35,38%.. Penerimaan yang berasal dari Dana Penyesuaian dalam Tahun Anggaran 2010 direncanakan sebesar Rp. 190.426.514.332,- bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 68.965.037.000,- berarti mengalami kenaikan sebesar Rp. 121.461.477.332, atau 176,12 %. Penerimaan yang berasal dari Bantuan Keuangan dari Provinsi dalam Tahun Anggaran 2010 dianggarkan sebesar Rp. 31.364.688.800, bila dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2009 setelah perubahan yang direncanakan sebesar Rp. 25.648.404.800,- mengalami penurunan sebesar Rp. 5.716.284.000,- atau 22,29%, keseluruhan penerimaan tersebut untuk program pendidikan dan kesehatan gratis
Bab 2 - Halaman 25
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
2.7.7
POKJA AMPL
Pinjaman Daerah
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.05/2008 tanggal 22 Oktober 2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah pada Pemerintah Daerah, kondisi jumlah pinjaman Pemerintah Kota sampai dengan cut off date 22 Oktober 2008 adalah sebagai berikut tunggakan pokok Rp. 30.320.689.320,04., tunggakan non pokok sebesar Rp. 81.942.086.810,65., total tunggakan Rp. 112.262.776.130,69., sedangkan pinjaman yang belum jatuh tempo sebesar Rp. 7.211.640.147,17. Dari gambaran pinjaman tersebut pemerintah kota Makassar telah melakukan upaya restrukturisasi pinjaman berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tersebut di atas dengan cara membayar kembali tunggakan pokok sesuai dengan kemampuan Pemerintah kota Makassar paling lama delapan tahun anggaran, sementara tunggakan non pokok akan diselesaikan dengan menganggarkan kembali pada APBD dengan tenggang waktu yang sama dengan pembayaran utang pokok yang diperuntukkkan untuk pembangunan prasarana dan sarana pelayanan publik pada jenis belanja modal yang akan menambah aset daerah. Tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Makassar pada tahun 2010 mengalami pertumbuhan yang positif yakni sebesar 4,29%. Struktur perekonomian Kota Makassar didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 19,11%, disusul sektor jasa-jasa sebesar 18,39%. Tingkat inflasi mencapai 6,93%. Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Makassar (PAD) yang berasal dari pajak daerah, dan pendapatan lain-lain pada tahun 2010 sebesar 96,83% atau Rp. 210.080.685.636,64 dari rencana Rp. 216.928.890.000,-. Sedangkan Pendapatan perkapita memperlihatkan perkembangan PDRB perkapita mengalami peningkatan dari tahun 2009 sebesar Rp. 24,05 juta lebih menjadi Rp. 27,43 lebih pada tahun 2010.
2.8 2.8.1
Visi Dan Misi Kota Visi Kota
Rumusan visi Makassar 2014 sebagai bagian dari pencapaian visi jangka panjang sebagaimana yang telah dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Makassar Tahun 2005 – 2025, yakni ”Makassar sebagai kota Maritim, Niaga, Pendidikan, Budaya dan Jasa yang Berorientasi Global, Berwawasan Lingkungan dan Paling Bersahabat” adalah bagian tidak terpisahkan/kelanjutan dari Visi Pemerintah Kota Makassar 2009 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 14 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Kota Makassar Tahun 2004-2009 yang disempurnakan dengan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 9 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Makassar Tahun 2005-2010 yakni ”Makassar Kota Maritim, Niaga dan Pendidikan yang Bermartabat dan Manusiawi” sehingga untuk menjamin konsistensi pembangunan jangka menengah dan jangka panjang dan agar dapat dipelihara kesinambungan arah pembangunan daerah dari waktu ke waktu, maka disusun Visi 2014 : Visi kota Makassar yang telah disepakati oleh Stakeholder kota adalah: ”Makassar Menuju Kota Dunia Berlandas Kearifan Lokal”. Visi tersebut di atas terinspirasi dari dua hal mendasar :
Bab 2 - Halaman 26
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Pertama : yakni jiwa dan semangat untuk memacu perkembangan kota Makassar agar lebih maju, terkemuka dan dapat menjadi kota yang diperhitungkan dalam pergaulan regional, nasional dan global. Kedua : yakni jiwa dan semangat untuk tetap memelihara kekayaan kultural dan kejayaan Makassar yang telah dibangun sebelumnya, ditandai dengan keterbukaan untuk menerima perubahan dan perkembangan, sembari tidak meninggalkan nilai-nilai yang menjadi warisan sejarah masa lalu. Pembangunan berkarakter yaitu pembangunan mesti bisa dipahami, memiliki bahasa publik, dapat dibaca, dapat dilakukan dan adalah sesuatu yang berbeda antara satu dengan yang ada pada umumnya yang sekaligus menggambarkan pelaku pembangunan itu sendiri, watak, perilaku individu yang merancang dan menangani pembangunan itu. Kriteria pembangunan berkarakter yaitu perlakuan pembangunan sesuai kebutuhan, mengakselerasi potensi lokal, fokus dan menyelesaikan masalah, integratif dan bersifat holistik, memiliki nilai pragmatis dan filosofis.
2.8.2
Misi Kota
Penjabaran dari visi tersebut, dilakukan melalui 5 (lima) misi sebagai berikut : Mewujudkan warga kota yang sehat, cerdas, produktif, berdaya saing dan bermartabat; Mewujudkan ruang kota yang ramah lingkungan; Mewujudkan peran strategis kota Makassar dalam perekonomian domestik dan internasional; Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik dan berkualitas; Mewujudkan kehidupan warga kota yang harmonis, dinamis, demokratis, dan taat hukum.
2.8.3
Nilai-Nila Dasar
Agar pembangunan kota Makassar memiliki daya dan tepat guna bagi peningkatan kesejahteraan rakyat maupun kualitas lingkungan secara berkelanjutan, maka diperlukan kekuatan kultural, moral dan religiusitas berupa nilai-nilai yang ditumbuh kembangkan bersama. Nilai-nilai tersebut adalah: Kemerdekaan Kemerdekaan bagi individu dan kelompok masyarakat untuk melakukan kreativitas pembangunan. Kemerdekaan tersebut harus dipertanggung jawabkan kepada kepentingan kolektif yang menjelma dalam bentuk peraturan yang bersifat legal formal, serta kepada norma-norma kesusilaan baik menurut pandangan budaya, maupun menurut tuntunan agama.
Kebersamaan. Menjadikan perbedaan-perbedaan latar belakang sebagai mozaik yang mendesain kekayaan keberagaman warga kota Makassar. Pada banyak simpul-simpul kehidupan, dalam kedudukan bersama sebagai warga kota, terdapat persentuhan atau persinggungan maupun intergrasi. Simpul-simpul tersebut menjadi wilayah dimana kebersamaan tetap terpelihara dan ditumbuh kembangkan
Bab 2 - Halaman 27
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Saling Memanusiakan – Sipakatau Kota Makassar adalah kota dimana hidup orang-orang yang secara individu dan sosial menghormati harkat dan martabat antara satu dengan yang lain, karena sadar sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki harkat dan martabat.
Saling Menghargai – Sipakalebbi Setiap orang dapat berbeda profesi dan kedudukan di dalam masyarakat, perbedaan tersebut tidak mengurangi rasa hormat dan saling menghargai antara satu dengan lainnya tanpa memandang latar belakang profesi dan kedudukan dalam masyarakat masingmasing
Saling Mengingatkan – Sipakainge Sadar akan kodrat kemanusiaan sebagai warga kota yang dapat saja khilaf, lupa dan lalai, maka diperlukan sikap untuk saling mengingatkan dengan cara-cara yang elegan, dapat diterima sesuai batas batas nilai masyarakat beradat dan martabat.
Keterbukaan Agar proses pembangunan dapat menyertakan peran serta masyarakat secara luas, maka diperlukan keterbukaan dari tahap perencanaan hingga pengendalian pembangunan. Keterbukaan tersebut dikemas dalam kultur yang beradab dan dijiwai oleh semangat penegakan hukum.
Semangat Kejuangan Tantangan masa depan hendaknya dihadapi dengan semangat kejuangan yang teguh dan pantang menyerah, seperti yang tertera pada logo Kota Makassar yang bertuliskan ”Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut ke Pantai”.
2.9
Institusi dan Organisasi Pemerintah Daerah
Kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di tingkat Pemerintah Kota Makassar adalah terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN KELUARGA BERENCANA BADAN LINGKUNGAN HIDUP BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DINAS KELAUTAN, PERIKANAN, PERTANIAN DAN PETERNAKAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DINAS KESEHATAN DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DINAS PEKERJAAN UMUM DINAS PEMADAM KEBAKARAN & PENANGGULANGAN BENCANA (DIPKPB) DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA
Bab 2 - Halaman 28
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
POKJA AMPL
DINAS PENDAPATAN DAERAH DINAS PENDIDIKAN DINAS PERHUBUNGAN DINAS PERTAMANAN DAN KEBERSIHAN DINAS SOSIAL DINAS TENAGA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DINAS PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN PENANAMAN MODAL DINAS TATA RUANG DAN BANGUNAN INSPEKTORAT KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN DAN PENGOLAHAN DATA KANTOR KESATUAN BANGSA KANTOR KETAHANAN PANGAN KANTOR PEMBERDAYAAN PEREMPUAN KANTOR PELAYANAN ADMINISTRASI PERIZINAN KANTOR KECAMATAN KANTOR KELURAHAN PELAKSANA HARIAN (LAKHAR) BADAN NARKOTIKA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEKRETARIAT DAERAH SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
Berdasarkan Kelembagaan di tingkat pemerintah kota Makassar yang saat ini menangani dan mengelola bidang sanitasi di Kota Makassar adalah: Badan Lingkungan Hidup Daerah (kualitas air limbah), Dinas Pekerjaan Umum (drainase, Sanitasi, dan penyehatan lingkungan), Dinas Kesehatan (penyuluhan dan pemeriksaan kualitas air sumur), Perusahaan daerah Air Minum (air bersih). Dalam pelaksanaannya masing-masing Dinas bekerja sesuai TUPOKSI-nya dan koordinasi dilakukan bila melibatkan Dinas/Instansi terkait lainnya. Belum ada institusi khusus yang dibentuk atau ditunjuk sebagai Leading Intitution dalam bidang sanitasi di tingkat kota. Terdapat beberapa Peraturan Daerah yang diterapkan dan masih berlaku sampai saat ini. Namun, dalam perkembangannya, terdapat beberapa kelemahan di dalam penerapannya. Sebagai contoh dalam ketentuan IMB, terdapat pasal yang mengatur jarak septik tank dan sumur untuk satu unit rumah. Namun, tidak mengatur jarak antara septik tank dan sumur rumah di sebelahnya. Untuk kebutuhan ke depan, diperlukan Perda khusus yang mengatur tentang air limbah domestik, drainase lingkungan dan kemungkinan sampah. Termasuk di dalamnya adalah ketentuan sistem komunal bagi perumahan. Tentang Perda yang mengatur tentang retribusi sampah dan air limbah, perlu ditinjau kembali. Adapun bagan organisasi masing-masing SKPD terkait sebagaimana tergambar pada bagan dibawah ini.
Bab 2 - Halaman 29
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Bagan 1. Struktur Organisasi Dinas Pertamanan dan Kebersihan
Bagan 1. Struktur Organisasi Badan Lingkungan Hidup Daerah
Bab 2 - Halaman 30
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Bagan 3. Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum
Bab 2 - Halaman 31
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
2.10 Tata Ruang Wilayah Dalam kondisi nyata dinamika perkembangan Kota Makassar saat ini, hubungan antar matra dalam wilayah perencanaannya memperlihatkan gerak pembangunan yang semakin dinamis sejalan dengan semakin besarnya tuntutan ruang yang ada. Secara struktur ruang Sistem Perkotaan RTRW Kota Makassar disusun berdasarkan klasifikasi menurut hirarkinya sebagai berikut : a. Pusat Pelayanan Kota, untuk melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional dalam aglomerasi fasilitas pelayanan tingkat kota dan/atau regional. b. Sub Pusat Pelayanan Kota, untuk melayani sub wilayah kota dalam pelayanan internal wilayah. c. Pusat Lingkungan, untuk melayani bagian wilayah kota dalam skala lingkungan.
2.10.1 Pusat Pelayanan Kota Adapun sistem perkotaan dalam pusat pelayanan kota (PPK) Kota Makassar sebagaimana dimaksud diatas terdiri atas 3 (tiga) PPK, meliputi: a. PPK I : Pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa di Kawasan Pusat Kota (Kawasan Karebosi, Balaikota, Benteng Fort Rotterdam, Pasar Sentral, Pecinan dan sekitarnya) dengan skala pelayanan kota dan regional; b. PPK II : Pusat kegiatan bisnis dengan standar internasional di Kawasan Bisnis Global Terpadu (Kawasan Centerpoint Of Indonesia) dengan skala pelayanan bisnis tingkat nasional dan Internasional; c. PPK III: Pusat kegiatan maritim berstandar nasional dan internasional di Kawasan Maritim Terpadu (Kawasan Pantai Utara, Untia, Pelabuhan Perikanan Nusantara, Kampus PIP dan sekitarnya) dengan skala pelayanan tingkat global.
2.10.2 Sub Pusat Pelayanan Kota Sub pusat pelayanan kota merupakan zona yang menjadi pengumpul pelayananan bank/jasa, pengumpul dan pengolahan barang untuk satu provinsi dan fungsional lainnya. Terkait dengan sub pusat pelayanan kota Makassar sebagaimana diuraikaan sebelumnya, maka meliputi kawasan dengan fungsi yang beragam mengikuti nilai-nilai atmosfir wilayah kawasan terpadu Kota Makassar. Sub PPK ini juga dimaksudkan untuk bagaimana mampu meningkatkan pelayanan internal dalam kawasan terpadu. Terdapat 9 (sembilan) sub pusat pelayanan kota dalam Kota Makassar, diantaranya: a. Sub PPK I : Pusat kegiatan permukiman yang berkepadatan sedang dan tinggi di Kawasan Permukiman Terpadu dengan skala pelayanan tingkat kota; b. Sub PPK II : Pusat kegiatan penelitian dan pendidikan di Kawasan Riset Dan Pendidikan Tinggi Terpadu dengan skala pelayanan tingkat regional; c. Sub PPK III : Pusat kegiatan kebandaraan dengan standar pelayanan tingkat internasional di Kawasan Bandara Terpadu, dengan skala pelayanan tingkat Nasional dan Internasional; d. Sub PPK IV : Pusat kegiatan industri di Kawasan Industri Terpadu dengan skala pelayanan tingkat regional; e. Sub PPK V : Pusat kegiatan pergudangan di Kawasan Pergudangan Terpadu dengan skala pelayanan regional;
Bab 2 - Halaman 32
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
f.
Sub PPK VI : Pusat kegiatan pelabuhan di Kawasan Pelabuhan Terpadu dengan standar Internasional dengan skala pelayanan tingkat nasional dan internasional; g. Sub PPK VII : Pusat kegiatan bisnis dan pariwisata di Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu dengan skala pelayanan tingkat kota; h. Sub PPK VIII : Pusat kegiatan Budaya di Kawasan Budaya Terpadu dengan skala pelayanan tingkat kota; i. Sub PPK IX : Pusat kegiatan olahraga di Kawasan Olahraga Terpadu dengan skala pelayanan tingkat kota.
2.10.3 Pusat Lingkungan Pusat kegiatan lingkungan merupakan penghubung dari pusat kegiatan lokal. Zona ini menjadi nodes yang berperan dalam kawasan lokal sprawl di sekitarnya yang didasarkan pada radius pelayanan efektif dan efisiennya. Sementara sistem perkotaan untuk pusat lingkungan sebagaimana dimaksudkan diatas meliputi kawasan-kawasan fungsional yang berperan penting terhadap kerangka struktur ruang kota. Terdapat 3 (tiga) pusat lingkungan dalam struktur ruang Kota Makassar yaitu: a. Pusat Lingkungan I : Pusat lingkungan kawasan permukiman Bumi Tamalanrea Permai dan sekitarnya; b. Pusat Lingkungan II : Pusat lingkungan kawasan Antang dan sekitarnya; c. Pusat Lingkungan III : Pusat lingkungan kawasan Gunung Sari dan sekitarnya. Selanjutnya sistem struktur ruang Kota Makassar disusun terutama berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, sistem transportasi nasional, sistem struktur Pulau Sulawesi, RTRWP Provinsi Sulawesi Selatan, dan sistem perkotaan Kota Makassar. Untuk lebih jelasnya, lihat gambar berikut ini:
Bab 2 - Halaman 33
Buku Putih Sanitasi Kota Makassar - 2011
POKJA AMPL
Gambar 3-1 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kota Makassar 2010-2030
Bab 2 - Halaman 34