Press Release Katam Terpadu MT I 2013/2014 untuk Pencapaian Swasembada Padi, Jagung dan Kedelai Jakarta, 26 September 2013
(1)
Berdasarkan prakiraan BMKG dan beberapa lembaga penelitian lain mengindikasikan bahwa awal Musim Hujan (MH) 2013/2014 di berbagai wilayah sentra produksi pangan terjadi pada Oktober dan November 2013, sebagian terjadi pada September (Sumatera bagian utara dan Jawa bagian selatan, Kalimantan bagian barat), atau Desember 2013 (pada umumnya Bali/Nusa Tenggara dan Maluku).
(2)
Sifat hujan pada umumnya Normal dengan luas sawah sekitar 5,22 juta Ha, mencakup sebagian besar Sumatera, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Luas sawah yang mengalami sifat hujan Atas Normal sekitar 2,46 juta Ha, yang mencakup sebagian besar Jawa, Bali-Nusa Tenggara, dan Papua. Sedangkan luas sawah yang akan mengalami sifat hujan Bawah Normal adalah 0,56 juta Ha, mencakup sebagian kecil Sumatera, Jawa, dan Bali-Nusa Tenggara.
(3)
Namun demikian ancaman kekeringan tetap harus diwaspadai, karena di beberapa wilayah produksi pangan di Aceh bagian utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, Bali, NTB dan NTT sudah lebih dari 60 hari tanpa hujan dan jika dikaitkan dengan prakiraan awal musim maka diprediksi wilayah-wilayah tersebut tidak akan memperoleh hujan lebih dari 90 hari. Suatu peringatan atau warning bagi pertanaman MK-2 (MT3) yang terlanjur ditanam pada 1-2 bulan terakhir.
(4)
Implikasi prakiraan iklim pada MH 2013/2014 terhadap kalender tanam padi, jagung dan kedelai disajikan pada situs Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu versi 1.6 (www.katam.litbang.deptan.go.id).
(5)
Hasil analisis kalender tanam menggambarkan bahwa potensi awal tanam yang dominan pada MT I (MH) 2013/2014 di Sumatera dan Jawa adalah Oktober II-III, di Bali-Nusa Tenggara dan Papua adalah November III-Desember I, di Kalimantan dan Sulawesi adalah Januari I-II, sedangkan di Maluku adalah November I-II. Potensi luas tanam padi di lahan sawah secara nasional pada MT I (MH) 2013/2014 sekitar 7.715.882 Ha atau sekitar 93,45% dari luas baku sawah 8.243.329 Ha. Potensi luas tanam jagung di lahan sawah adalah seluas 245.208 Ha, sedangkan kedelai seluas 602 Ha.
(6)
Berdasarkan data historis dan prediksi iklim pada MT I, Sistem Informasi Katam Terpadu juga mengindikasikan bahwa beberapa Kabupaten di Indonesia merupakan wilayah Rawan dan Sangat Rawan terhadap banjir di lahan sawah pada MT I, terutama di sebagian Jawa, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. Beberapa Kabupaten lainnya juga merupakan wilayah Rawan dan Sangat Rawan terhadap kekeringan di lahan sawah pada MT I, terutama di sebagian Propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Aceh, dan Jawa Barat.
(7)
Kebutuhan benih secara nasional adalah 151.679 Ton dan secara umum varietas yang dibutuhkan sesuai sebaran umum varietas dan kondsi agroekologi dan preferensi petani. Khusus untuk wilayah yang diprediksi akan mengalami sifat hujan di Atas i
Normal dan rawan banjir, direkomendasikan varietas yang tahan genangan, seperti Inpara 3, Inpara 4, Inpara 5, dan Ciherang-Sub 1. (8)
Pada wilayah yang akan mengalami sifat hujan di Bawah Normal, direkomendasikan padi berumur sangat genjah dan ultra genjah dan/atau varietas yang lebih tahan kekeringan, seperti Inpari 1, Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Situbagendit, Silugonggo, dan Situpatenggang dan Dodokan. Selain itu perlu diantisipasi dengan memanfaatkan sumber air alternatif seperti air permukaan, embung, pompanisasi, dan lain-lain. Rekomendasi varietas jagung untuk mengantisipasi pengurangan produksi karena kerawanan banjir, kekeringan dan OPT, pada umumnya antara lain Bisi-6, Bisi9, Pioneer-18, R-01, C-4, dan Rama.
(9)
Tiga OPT dominan yang harus diwaspadai untuk tanaman padi MT I adalah penggerek batang padi, tikus, dan kresek. Penggerek batang dan tikus hampir ada di seluruh Propinsi, sedangkan untuk kresek terutama di sentra produksi padi. Tiga OPT dominan untuk tanaman jagung adalah bulai, lalat bibit dan tikus, terutama terjadi di sebagian Jawa, NTB, NTT, dan Sulawesi. Rekomendasi varietas jagung untuk mengantisipasi pengurangan produksi karena kerawanan banjir, kekeringan dan OPT, pada umumnya antara lain Bisi-6, Bisi-9, Pioneer-18, R-01, C-4, dan Rama
(10) Pupuk yang dianjurkan untuk padi dan jagung adalah pupuk majemuk NPK + pupuk susulan urea dikombinasikan dengan pupuk organik dari berbagai sumber atau mengembalikan tanaman sisa panen ke lahan. Untuk pertanaman kedelai, dianjurkan untuk menggunakan pupuk hayati penambat N2 udara (Rhizobium) yang dapat menggantikan 50-75% kebutuhan N tanaman kedelai. Kebutuhan hara tanaman jagung (11) Hal baru dalam Katam Terpadu ver 1.6 untuk MT I 2013/2014 adalah: (a) Penyesuaian terhadap pemekaran wilayah Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan. (b) Informasi Katam sudah dapat diakses melalui SMS. (c) Informasi Katam dapat pula diakses melalui Smartphone berbasis Android. (d) Penambahan informasi alat mesin pertanian hingga level Kecamatan. (12) Pengembangan Katam Terpadu ke depan: (a) Launching MT II 2014 direncanakan pada Januari 2014 dan MT III 2014 pada Mei 2014. (b) Pemantapan dan peningkatan sistem monitoring Katam melalui perluasan titik pemasangan CCTV di sekitar lahan sawah utama. (c) Peluang perluasan akses informasi dan interaktif Katam Terpadu melalui situs sosial. (13) Implikasi Kebijakan: (a)
Pelaksanaan tanam MT I 2013/2014 perlu mempertimbangkan waktu panen MT III 2013 yang disebagian wilayah mengalami kemarau basah dan terdapat potensi penambahan potensi luas tanam pada Juli 2013 sebanyak 1,2 juta Ha..
(b)
Prediksi penurunan curah hujan di beberapa wilayah pada September 2013, khususnya pada areal penambahan tanam pada Juli 2013 di wilayah Lampung, Jawa bagian timur, Bali dan Nusa Tenggara, perlu diwaspadai dan antisiapasi terhadap ancaman kekeringan
ii
(c)
Untuk memanfaatan awal tanam yang tepat dan potensi luas areal tanam, harus didukung oleh penyediaan benih, pupuk, alat mesin pertanian yang tepat waktu, tepat lokasi dan tepat jumlah.
(d)
Penguatan Kelembagaan: Implementasi Permentan No.45/2011, melalui SK Kepala Badan Litbang Pertanian No. 178.1/Kpts/OT.160/I/7/2012 tentang pembentukan Gugus Tugas Katam dan Perubahan Iklim di Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) perlu diberdayakan dan dimanfaatkan sebaikbaiknya dalam pemantauan lapang, baik tetrakit dengan iklim dan ancaman banjir/kekeringan maupun terhadap kondisi pertanaman di lapang
Kepala Badan, Haryono
iii
Lampiran Press Release
Gambar 1. Sebaran prakiraan awal musim hujan 2013/2014 menurut BMKG (2013)
Gambar 2. Sebaran prakiraan sifat hujan pada MH 2013/2014 menurut BMKG (2013)
iv
Tabel 1. Rekapitulasi potensi luas tanam padi, jagung, kedelai pada MT I 2013/2014 (ha)
Tabel 2. Rincian potensi luas tanam padi sawah (ha) menurut waktu tanam MT I 2013/2014
v