FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MELAHIRKAN DI LUAR RUMAH BERSALIN PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN JAKARTA SELATAN TAHUN 2013 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh : M. Syamsul Misbahul Hidayat 107101001771
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2014 M i
ii
FAKULTAS KEDOKERAN DAN ILMU KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN GIZI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, Desember 2013 M. Syamsul Misbahul Hidayat, NIM : 107101001771 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Pesanggrahan Tahun 2013 ABSTRAK ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim serta obat-obatan dan vitamin. ASI diberikan kepada bayi secara eksklusif karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan antara lain menurunkan resiko penyakit infeksi misalnya: diare, infeksi saluran nafas dan infeksi telinga. Tetapi, cakupan ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Pesanggrahan tahun 2011 masih rendah yaitu 42,5%. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Anggraeni (2012) pada ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas Pesanggrahan menunjukan bahwa prevalensi perilaku pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 8,9%. Penelitian ini dilakukan untuk melihat cakupan pemberian ASI eksklusif dan melihat faktorfaktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2013 di di wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain crosssectional dengan sampel 45 responden yang memiliki bayi 6-16 bulan dan melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Pesanggrahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif hanya 2 orang dari 45 responden atau hanya sebesar 4,4%, dan tidak ditemukan hubungan antara faktor-faktor yang diteliti (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap, tempat bersalin, tenaga yang melayani IMD, fasilitas rawat gabung, kebijakan tempat kerja, penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian ini ditemukan sebesar 46,7% responden memberikan obat, 77,8% memberikan air putih, dan 66,7% memberikan susu formula. Pada analisis variable pengetahuan dan sikap ditemukan 60% responden berpendapat susu formula melengkapi gizi ASI, 84,4% berpendapat boleh memberikan susu formula ketika ASI tidak keluar, 60% responden berpendapat boleh memberikan susu formula ketika ibu beraktivitas di luar rumah, 51,1% setuju memberikan obat ketika bayi sakit, dan 62,2% setuju memberikan susu formula ketika ibu beraktivitas di luar rumah. Oleh karena itu, pada penelitian selajutnya perlu penambahan sampel agar lebih representatif dengan keadaan populasi, memperbaiki instrumen penelitian agar lebih menggambarkan variable yang diteliti. Dan perlu dilakukan penelitian kualitatif tentang persepsi pemberan MP-ASI dini. Bahan bacaan: 86 (1989-2012) Kata Kunci: ASI Eksklusif, Perilaku
iii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH MAJOR OF PUBLIC NUTRITION Under graduated Thesis, December 2013 M. Syamsul Hidayat Misbahul H, NIM: 107101001771 Factors Associated With Exclusive Breastfeeding Behavior on Mother Who Gave Birth Outside Maternity Hospital Public Health Center District Pesanggrahan In 2013 ABSTRACT Exclusive breastfeeding is giving only breast milk (ASI) to infants from birth to age 6 months without additional other liquids , such as formula milk, orange juice, honey, water, tea, water, and without solid foods such as bananas, papaya, milk porridge, biscuits, rice porridge, and rice team as well as medicines and vitamins. Breastfeeding exclusively given to infants because it contains a lot of benefits and advantages such as lowering the risk of infectious diseases such as diarrhea, respiratory infections, and ear infections. However, coverage of exclusive breastfeeding in the area of public health centers pesanggrahan district in 2011 is remained low that amounted 42.5%. Furthermore, research conducted by Anggraeni (2012) having practice women who gave birth at the Maternity Hospital of Health Center found that exclusive breastfeeding is only 8.9%. This study was conducted to find the prevalence of exclusive breastfeeding and to look the factors associated with the behavior of exclusive breastfeeding in mothers who gave birth outside maternity hospital of health center. This study was conducted in July-August 2013 in the in South Jakarta and south Tangerang. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional design with a sample of 45 respondents who had babies 6-16 months and give birth outside maternity hospital of health center. These results indicate that exclusive breastfeeding proportion is only 2 people out of 45 respondents or only 4.4%. And found no relationship between the factors studied (age, education, occupation, parity, knowledge, culture/beliefs , attitudes, place of birth, personnel who serve IMD, rooming facilities, workplace policies, birth attendants, family support, encouragement cadres and health personnel, and the influence of advertising formula milk) with exclusive breastfeeding behavior. This study finds 46.7% of respondents gave the drug, 77.8% gave water, and 66.7% gave formula milk. In the analysis of knowledge and attitude variables finds 60% of respondents believe that formula milk completes nutrition of breast milk, 84.4% thought that formula milk may be gave when breast milk is not out, 60% of respondents thought that formula milk may be gave when mothers has activity outside the home, 51.1% agreed to provide the drugs when the baby is sick, and 62.2% agreed to give formula milk when mothers has activity outside the home. Therefore, in any subsequent research should be more samples that can more representatives to the population, improving research instruments to better describe the variables studied. And qualitative research needed to be done about the perception of giving an early complementary feeding. Reading list: 86 (189-2012) Keywords: breastfeeding, behavior iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama TTL Agama No Telp Email Alamat
: M. Syamsul Misbahul H : Bogor, 13 Maret 1990 : Islam : 085724693562 :
[email protected] : Kp. Baturaden RT 01/01 Ds. Sukajadi Kec. Cariu Kab. Bogor.
Riwayat Pendidikan Tahun 1995−2001 2001−2004 2004−2007 2007−Sekarang
Riwayat Pendidikan MI Al-Khoeriyah Babakan Raden SMP Plus Al-Ittihad Cianjur SMA Al-Ittihad Cianjur S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pengalaman Organisasi Tahun 2007−Sekarang 2009−2010 2006−2007 2005−2006 2004−2005
Pengalaman Organisasi CSS MORA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dep Renstra BEMF FKIK UIN Jakarta Wakil Ketua I IP3A PonPes Al-Ittihad Cianjur Bag. Penerangan IP3A Ponpes Al-Ittihad Cianjur Bag. Bahasa IP3A Ponpes Al-Ittihad Cianjur
vii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah, Tuhan semesta alam, Yang mengajar (manusia) dengan perantara Qalam. Atas limpahan rahmat, nikmat, taufiq serta hidayah-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan. Shalawat dan salam senantiasa penulis haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Dialah Nabi akhir zaman, suri tauladan bagi umatnya di setiap ihwal kehidupan. Beliaulah kotanya ilmu, dengan penuh kasih sayang beliau mengajarkan bagaimana berjuang mencari ilmu. Skripsi Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2013 ini disusun dan disajikan sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak terlepas atas kebaikan semua pihak yang telah membantu dan memberi masukan dalam proses penyusunan skripsi ini, Penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada: 1. Ibu tercinta Siti Masithoh (Almh) senantiasa memberikan kasih sayangnya sampai akhir hayatnya. Ghafaallah dzunubaha wa kaffir ‘anha khatayaha. 2. Ayah Agus Sutanto PS, adik Achmad Rijal Faaz, Tsaltsa Zuhratunnisa dan M. Fathur Rizky Nuril Muntaha yang selalu mendukung dan mendoakan penulis. 3. Ibu Febrianti, SP, Msi selaku pembimbing skripsi I. Terima kasih atas ilmu, nasihat, saran, arahan, masukan dan kemurahan hati yang diberikan dalam menuntun penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dengan sebaik baiknya. 4. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM, MKM selaku pembimbing skripsi II. Terima kasih atas ilmu, nasihat, saran, arahan, masukan dan kemurahan hati yang diberikan dalam menuntun penulis untuk menyelesaikan
viii
penulisan skripsi ini. Semoga Allah membalas kebaikan beliau dengan sebaik baiknya. 5. Ibu Raihana N. Alkaff, M.MA, Ibu Narila M. Nasir, MKM, Ph.D dan Ibu Ratri Ciptaningtyas S.Sn.Kes selaku penguji skripsi ini. Semoga ilmu yang diberikan menjadi kebaikan dan bekal yang bermanfaat untuk penulis. 6. Ibu Febrianti, SP, MSi selaku Kepala Prodi Kesehatan Masyarakat beseta dosen-dosen lainnya. 7. Departemen Agama Republik Indonesia, yang telah memberikan kesempatan bagi para santri-santri berprestasi untuk menuntut ilmu seluasluasnya melalui program beasiswa S1. Semoga ilmu yang didapat para santri dapat berguna bagi Masyarakat, Bangsa, Negara, dan Agama. 8. Bapak Gozali dan bapak Azib yang selalu membantu dalam hal persuratandan perizinan pada penulis. Semoga atas keikhlasannya beliau mendapat balasan dari Allah SWT. 9. Ns. Enih S.Kep yang selalu membantu dan mensupport baik materi ataupun immateri juga sahabat Irda Septiani dan Annisa Anggraeni terima kasih atas bahan dan data sekundernya. 10. Sahabat M. Nurmilal, Nurli Faiz, Zahro Abdani, Muhammad Yogi, serta seluruh teman CSS MORA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kesmas angkatan 2007 dan seluruh teman Himabo Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Banyak kekurangan dan kesalahan di dalamnya. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pribadi juga semua pembaca. Semoga Allah SWT selalu memberikan kebaikan dalam hidup kita. Amiin. Ciputat, Januari 2014
M. Syamsul M.H
ix
DAFTAR ISI Lembar Pernyataan .................................................................................... Absrak .......................................................................................................... Lembar Persetujuan ................................................................................... Lembar Pengesahan Panitia Ujian ……………………………………... Daftar Riwayat Hidup …………………………………………………… Kata Pengantar …………………………………………………………... Daftar Isi ………………………………………………………………….. Daftar Tabel ……………………………………………………………… Daftar Bagan ……………………………………………………………... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………………...... B. Rumusan Masalah …………………………………………………. C. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………... D. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. E. Manfaat Penelitian ………………………………………………… F. Ruang Lingkup Penelitian ………………………………………… BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) ………………………………………………… B. ASI Ekslusif ……………………………………………………….. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …………………………………………………………... D. Teori Perilku Kesehatan …………………………………………... E. Kerangka Teori ……………………………………………………. BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep …………………………………………………. B. Definisi Operasional ………………………………………………. C. Hipotesis …………………………………………………………... BAB IV METODOLOGI A. Desain Penelitian ………………………………………………….. B. Identifikasi Variabel ………………………………………………. C. Tempat dan waktu penelitian ……………………………………… D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ………………………….. E. Alat Pengumpulan Data …………………………………………… F. Teknik pengumpulan data ………………………………………… G. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………………… H. Pengolahan Data …………………………………………………... I. Teknik Analisis Data ……………………………………………… BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat …………………………………………………. 1. Gambaran Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …………………
x
Hal ii iii v vi vii viii x xii xvi 1 5 6 7 9 10 11 15 19 42 44
45 47 52 53 53 54 54 57 57 58 60 61 62 62
2. 3. 4. 5.
Gambaran Umur Ibu …………………………………………... Gambaran Paritas Ibu …………………………………………. Gambaran Pendidikan Ibu …………………………………….. Gambaran Pekerjaan Ibu dan Ketersedian Ruang Menyusui bagi Ibu ………………………………………………………... 6. Gambaran Pengetahuan Ibu …………………………………… 7. Gambaran Sikap Ibu …………………………………………... 8. Gambaran Kepercayaan ibu …………………………………… 9. Gambaran Tempat Ibu Bersalin dan Rawat Gabung ………….. 10. Gambaran Tenaga yang membantu Persalinan ……………….. 11. Gambaran Tenaga yang Melayani IMD ………………………. 12. Gambaran Dukungan Keluarga ……………………………….. 13. Gambaran Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan …………... 14. Gambaran Pengaruh Iklan Susu Formula ……………………... B. Analisis Bivariat ………………………………………………....... 1. Analisis Hubungan antara Umur Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………………… 2. Analisis Hubungan antara Paritas Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………………… 3. Analisis Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………………… 4. Analisis Hubungan antara pekerjaan Ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………. 5. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………. 6. Analisis Hubungan district antara Sikap Ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …………………………… 7. Analisis Hubungan antara Kepercayaan ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………. 8. Analisis Hubungan antara Tempat Ibu Bersalin dan Rawat Gabung dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …..………. 9. Analisis Hubungan antara Tenaga yang membantu Persalinan bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ………….. 10. Analisis Hubungan antara Tenaga yang Melayani IMD bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………….. 11. Analisis Hubungan antara Dukungan Keluarga bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………. 12. Analisis Hubungan antara Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. 13. Analisis Hubungan antara Pengaruh Iklan Susu Formula bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………….. BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN A. Keterbatasan Penelitian …………………………………………… B. Gambaran Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ……………... xi
65 66 66 67 69 71 73 74 76 78 80 81 85 86 86 87 88 89 90 91 92 93 95 96 97 98 99 101 102
C. D. E. F. G. H. I. J.
Hubungan Umur Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif ……………… Hubungan Paritas dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ………... Hubungan pendidikan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …… Hubungan Pekerjaan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …….. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …. Hubungan Sikap dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …………. Hubungan Kepercayaan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …. Hubungan Tempat Ibu Bersalin, Rawat Gabung, dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ………………………………………….. K. Hubungan Tenaga yang Membantu Persalinan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ………………………………………….. L. Hubungan Tenaga yang Melayani IMD dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………………………………… M. Hubungan Dukungan Keluarga dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif …………………………………………………………... N. Hubungan Dukungan Kader dan Tenaga Kesehatan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ………………………………………….. O. Hubungan Pengaruh Iklan Susu Formula dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif ……………………………………………………… BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………... B. Saran ………………………………………………………………. DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...
104 106 107 109 110 112 113 115 117 118 120 122 124 126 128 129
DAFTAR TABEL No. Tabel Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Hal Kandungan Zat Gizi dalam ASI ………………………… 11 Definisi Operasional ……………………………………. 47 Jumlah Sampel Minimal Berdasarkan Hasil Hitung Setiap Faktor ……………………………………………. 56 Distribusi Responden Menurut Pola Perilaku ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... 62 Distribusi Responden Menurut Pola Pemberian Kolostrum Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... 63 Distribusi Responden Menurut Pola Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... 64 Distribusi Responden Menurut Pola alasan/waktu xii
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 5.12
Tabel 5.13
Tabel 5.14
Tabel 5.15
Tabel 5.16
Tabel 5.17
Pemberian susu formula Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………… 65 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ………………..... 65 Distribusi Responden Menurut Paritas Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 66 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 67 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 68 Distribusi Responden Menurut Ketersediaan Ruang Menyusui Di Tempat Kerja Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………… 68 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 69 Distribusi Responden Menurut Hasil Pernyataan Tentang Pengetahuan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... 70 Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 72 Distribusi Responden Menurut Hasil Pernyataan Tentang Sikap Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……... 72 Distribusi Responden Menurut Kepercayaan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 73 Distribusi Responden Menurut Hasil Pernyataan Tentang Kepercayaan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... 74 Distribusi Responden Menurut Tempat Bersalin Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 75 Distribusi Responden Menurut Rawat Gabung Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. 75 xiii
Tabel 5.18
Tabel 5.19
Tabel 5.20
Tabel 5.21
Tabel 5.22
Tabel 5.23
Tabel 5.24
Tabel 5.25
Tabel 5.26
Tabel 5.27
Tabel 5.28
Tabel 5.29
Distribusi Responden Menurut Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Tenaga Yang Membantu Persalinan Berdasarkan Tempat Bersalin Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………… Distribusi Responden Menurut Tenaga yang Melayani IMD pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……... Gambaran Tenaga Yang Melayani IMD Berdasarkan Tempat Bersalin Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Tenaga Yang Melayani IMD Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……... Distribusi Responden Menurut Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………… Gambaran Dorongan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. Gambaran Dorongan Tenaga Kesehatan Saat Kunjungan Kehamilan Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Dorongan Tenaga Kesehatan Setelah Persalinan Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Distribusi Responden Menurut Pengaruh Iklan Susu Formula Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………………………………………… Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Umur Ibu xiv
76
77
78
79
80
81
82
82
83
84
85
Tabel 5.30
Tabel 5.31
Tabel 5.32
Tabel 5.33
Tabel 5.34
Tabel 5.35
Tabel 5.36
Tabel 5.37
Tabel 5.38
Tabel 5.39
Tabel 5.40
Tabel 5.41
yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 …………………. Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Paritas pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Pendidikan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan pekerjaan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Pengetahuan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Sikap pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Kepercayaan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Tempat Ibu Bersalin pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Rawat Gabung pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………………... Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Tenaga yang membantu Persalinan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………… Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Tenaga yang Melayani IMD pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………… Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………… Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan pada Ibu yang xv
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
Tabel 5.42
Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ………………… 98 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Pengaruh Iklan Susu Formula pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 ……………………………………………… 99 DAFTAR BAGAN
No. Bagan Bagan 2.1 Bagan 3.1
Hal Kerangka Teori ………………………………………….. 44 Kerangka Konsep ……………………………………….. 46
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan yang sangat penting dan ideal untuk bayi yang hidupnya masih sangat tergantung pada air susu, karena ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi (Moehji, 1988). ASI mengandung cukup zat gizi, juga mengandung zat imunologik seperti IgA, IgM, IgG, dan IgE, Laktoferin, Lisozim yang melindungi bayi dari infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan jamur (Roesli, 2004). ASI bermanfaat bagi ibu, bayi, keluarga dan negara secara ekonomi. Bagi ibu yaitu menjalin kasih sayang, mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mempercepat pemulihan kesehatan ibu, menunda kehamilan, mengurangi risiko terkena kanker payudara, dan merupakan kebahagian tersendiri bagi ibu (Depkes, 2002). Bagi bayi yaitu sebagai nutrisi, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan, meningkatkan jalinan kasih sayang, melindungi bayi dari alergi (Depkes, 2007). Sedangkan ASI Eksklusif adalah Pemberian hanya ASI saja pada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim serta obat-obatan dan vitamin (Depkes, 2008). Lebih lanjut Roesli (2009) menjelaskan bahwa ASI Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa tambahan cairan seperti susu formula, 1
2
jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Sedangkan Budiasih (2008) menambahkan bahwa setelah 6 bulan, bayi mulai diperkenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun. ASI diberikan kepada bayi secara eksklusif karena mengandung banyak manfaat dan kelebihan antara lain menurunkan resiko penyakit infeksi misalnya : diare, infeksi saluran nafas dan infeksi telinga (Lestari, 2009). Menyusui secara eksklusif juga bermanfaat bagi ibu, dengan menyusui secara eksklusif ibu tidak perlu mengeluarkan biaya dan makanan bayi sampai sedikitnya umur 6 bulan (Sopian, 2011). Oleh karena berbagai keuntungan tersebut, WHO/UNICEF (2002) Dalam global strategy for infant and young child feeding merekomendasikan pemberian ASI secara Ekslusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan sebagai salah satu dari empat hal penting dalam pemberian makanan bayi dan anak untuk mencapai tumbuh kembang bayi yang optimal. Walaupun manfaat pemberian ASI secara eksklusif sangat besar tetapi persentase pemberian ASI eksklusif di dunia masih di bawah 50%. Berdasarkan satu penelitian di Ethiopia menunjukan bahwa hanya 50,3 % ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya selama 6 bulan (Musa seid et al. 2012). Sedangkan satu studi di Turki (2004) menunjukan 50,6% ibu memberikan ASI eksklusif (Karacam, 2006). Studi pada ibu di Kiimanjaro, Tanzania (2011) menunjukan prevalensi ibu yang memberikan ASI eksklusif hanya sebesar 20,7% (Mgongo et al. 2013). Sedangkan studi yang dilakukan
3
oleh Kuzma (2012) pada wanita di Papua Nugini menunjukan hanya 17 % ibu yang memberikan ASI eksklusif pada 6 bulan pasca melahirkan. Sedangkan di Timor Leste (2003) hanya 30,7% ibu yang memberi ASI eksklusif (Senarath et al. 2007). Dan sebuah studi di Malaysia (2006) menunjukan 43,1% ibu memberikan ASI eksklusif (Kek Leong Tan, 2006) Sama halnya dengan persentse pemberian ASI Eksklusif di dunia yang masih rendah, persentase pemberian ASI Eksklusif di Indonesia juga masih rendah. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 mencatat bahwa data pemberian ASI Ekslusif sebesar 38% menurun dari kondisi tahun 2002-2003 yaitu 39,5% dari keseluruhan jumlah bayi. Sementara jumlah bayi dibawah 6 bulan yang diberi susu formula meningkat dari 16,7% menjadi 27,9% (Depkes, 2009). Begitupun Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2007-2008) cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0–6 bulan di Indonesia menunjukkan penurunan dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% (2008) (Depkes, 2009). Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010) cakupan pemberian ASI ekslusif di Indonesia secara keseluruhan pada umur 0-1 bulan, 2-3 bulan, dan 4-5 bulan berturut-turut adalah 45,4 %, 38,3 %, dan 31,0 %. Banyak faktor telah ditemukan berkaitan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Fika dan Syafiq (2009) dalam penelitiannya menjelaskan berdasar pada teori Green bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemberian ASI Eksklusif adalah faktor predisposisi yang mempermudah atau memicu seorang ibu untuk melakukan ASI ekskusif yaitu pendidikan dan
4
paritas. Sehingga dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, yang ternasuk faktor predisposisi ini berupa umur, pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, pendidikan dan paritas. Sedangkan yang termasuk dalam faktor pendukung dalam melakukan ASI eksklusif adalah fasilitas rawat gabung (rooming-in). Dan ada faktor pemungkin lainnya seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, dokter, atau bidan praktik termasuk juga fasilitas-fasilitas lain yang pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan. Akses ke fasilitas kesehatan serta peraturan dan komitmen pemerintah juga termasuk dalam faktor pemungkin ini. Sehingga dalam perilaku pemberian ASI eksklusif yang termasuk faktor pemungkin adalah fasilitas rawat gabung, kebijakan puskesmas tentang IMD dan rawat gabung dan tenaga kesehatan yang melayani IMD. Dalam perilaku pemberian ASI eksklusif, Fika dan Syafiq (2009) menyatakan yang termasuk dalam faktor penguat adalah dukungan keluarga dan dorongan tenaga kesehatan untuk memberikan ASI eksklusif. Sehingga dalam perilaku pemberian ASI eksklusif yang termasuk dalam faktor penguat adalah dukungan keluarga dan dorongan tenaga kesehatan untuk memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Kota Jakarta Selatan. Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2009, diketahui bahwa jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Provinsi DKI Jakarta sebesar 34%, hal ini belum sesuai dengan target ASI eksklusif nasional yaitu sebesar 80%. Sedangkan berdasarkan
5
laporan tahunan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan diketahui cakupan ASI eksklusif di Jakarta Selatan pun masih rendah 43,7%. Sedangkan kecamatan pesanggrahan dipilih karena berdasarkan laporan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan diketahui cakupan ASI eksklusif 42,5%. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan Anggraeni (2012) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas Pesanggrahan menunjukan bahwa prefalensi perilaku pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 8,9 %. Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan memiliki pelayanan Rumah Bersalin (RB), sehingga ibu yang melakukan kunjungan ANC pada masa kehamilan dapat melahirkan di RB. Hanya pada penelitian ini, dilakukan pada ibu yang melahirkan di luar Rumah Bersalin Puskesmas Pesanggrahan untuk melihat variasi dari faktor fasilitas rawat gabung dan pelaksanaan IMD oleh pembantu persalinan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif
pada ibu yang melahirkan di luar Rumah Bersalin Puskesmas
Pesanggrahan Jakarta Selatan. B. Rumusan Masalah Pemberian ASI secara eksklusif akan memastikan kelengkapan kebutuhan bayi akan tercukupi juga akan mencegah bayi dari berbagai kemungkinan terkena penyakit. Puskesmas Pesanggrahan memiliki program Antenatal Care (ANC) sehingga telah ada langkah pemberian informasi tentang pemberian ASI eksklusif. tetapi cakupan ASI eksklusif di Puskesmas
6
Pesanggrahan masih rendah yaitu 43,7%. Terlebih hasil penelitian Anggraeni (2012) tentang perilaku pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas Pesanggrahan menunjukan prevalensi sebesar 8,9%. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan ASI Eksklusif diantaranya adalah umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap, tempat bersalin, tenaga yang melayani IMD, fasilitas rawat gabung, kebijakan tempat kerja, penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula. Berdasarkan
hal
tersebut,
perlu
diketahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas pesanggrahan Jakarta Selatan. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. 2. Bagaimana gambaran faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap) pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. 3. Bagaimana gambaran faktor pemungkin (tempat bersalin, rawat gabung, tenaga yang melayani IMD, dan kebijakan tempat kerja) pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013
7
4. Bagaimana gambaran faktor penguat (penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula) pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 5. Apakah ada hubungan antara faktor predisposisi ibu menyusui (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap) dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 6. Apakah ada hubungan antara faktor pemungkin ibu menyusui (tempat bersalin, rawat gabung, tenaga yang melayani IMD, dan kebijakan tempat kerja) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 7. Apakah ada hubungan antara faktor penguat ibu menyusui (penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013
8
2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 b. Mengetahui gambaran faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap) pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 c. Mengetahui gambaran faktor pemungkin (tempat bersalin, rawat gabung, tenaga yang melayani IMD, dan kebijakan tempat kerja) pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 d. Mengetahui gambaran faktor penguat (penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula) pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 e. Mengetahui hubungan antara faktor predisposisi ibu menyusui (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 f. Mengetahui hubungan antara faktor pemungkin ibu menyusui (tempat bersalin, rawat gabung, tenaga yang melayani IMD, dan kebijakan
9
tempat kerja) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 g. Mengetahui hubungan antara faktor penguat ibu menyusui (penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam masalah pemberian ASI eksklusif kepada bayi oleh ibu. 2. Bagi Puskesmas Pesanggrahan Dapat menambah pengetahuan atau wawasan terhadap pihak Puskesmas sehingga dapat meningkatkan promosi kesehatan tentang pemberian
ASI
ekklusif. 3. Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syaraif Hidayatullah Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa di perpustakaan dan dapat menjadi bahan bagi penelitian yang akan datang. 4. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Sebagai sumber pengetahuan atau wawasan tentang faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan.
10
F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta selama bulan Juli-Agustus 2013 di wilayah Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
tahun 2013.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi usia 6-18 bulan yang melahirkan di luar Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dengan riwayat kunjungan ANC (Antenatal Care) di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner untuk melihat gambaran
umur, pendidikan, pekerjaan,
paritas, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tempat bersalin, rawat gabung, tenaga yang melayani IMD, kebijakan tempat kerja, penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan dan pengaruh iklan susu formula terhadap pemberian ASI eksklusif.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi (Soetjiningsih, 1997). ASI sangat penting dan ideal untuk bayi yang hidupnya masih sangat tergantung pada air susu karena ASI memiliki keuntungan nutrisi, antiviral, antibakteri, antialergi dan psikososial bagi bayi (Potter & Perry 2005). Disamping zat-zat yang terkandung didalamnya, pemberian ASI juga mempunyai beberapa keuntungan yaitu (Soetjiningsih, 1997) 1.
Steril, aman dari pencemaran kuman
2.
Selalu tersedia dengan suhu yang optimal
3.
Produksi disesuaikan dengan kebutuhan bayi
4.
Mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman atau virus
5.
Bahaya alergi tidak ada Tabel 2.1 Kandungan Zat Gizi dalam ASI Zat Gizi Jumlah Energi (kalori) 65 Protein (g)
1,1
Lemak (g)
3,5
Karbohidrat (g)
7,7
Kalsium (mg)
35,3
11
12
Zat Gizi Phosfor (mg) Zat besi (mg) Vitamin A (RE) Vitamin B1 (mg) Vitamin C (mg) Sumber : Hayati, 2004
Jumlah 12,3 0 70 0,2 2,7
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI esklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh bayi (Roesli, 2004). 1. ASI sebagai nutrisi ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. 2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia 9-12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. 3. ASI meningkatkan kecerdasan
13
Nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain : a. Taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI b. Laktosa, merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi. c. Asam lemak ikatan panjang, (DHA, AA, omega-3, omega-6) merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi. 4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik. Depkes RI (2007), mengelompokan manfaat ASI untuk pihak bayi, ibu dan keluarga yaitu: a. Manfaat untuk bayi 1) Merupakan makanan alami yang sempurna 2) Tersedia setiap saat dengan suhu yang sesuai 3) Mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sempurna 4) Mengandung Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang diperlukan untuk
14
pembentukan sel-sel otak yang optimal yang bermanfaat untuk kecerdasan bayi 5) Mengandung zat kekebalan untuk bayi terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, batuk pilek, radang tenggorokan dan gangguan pernapasan) 6) Melindungi bayi dari alergi 7) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan dalam keadaan segar 8) Tidak pernah basi, dapat diberikan kapan saja dan dimana saja 9) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan bayi. b. Manfaat untuk ibu 1) Menjalin kasih sayang antara ibu dengan bayi 2) Mengurangi perdarahan setelah persalinan 3) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu 4) Menunda kehamilan berikutnya 5) Mengurangi risiko terkena kanker payudara 6) Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan setiap saat bayi membutuhkan 7) Menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui c. Manfaat untuk keluarga 1) Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya 2) Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol, misalnya merebus air dan mencuci peralatan
15
3) Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati anak yang sering sakit karena pemberian susu botol B. ASI Ekslusif ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan pada bayi, karena didalamnya terkandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang tidak ada terdapat pada susu sapi, dan ASI diberikan selama enam bulan pertama kehidupan (Depkes RI, 2006). ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang diperas. ASI ekslusif adalah pemberian ASI sepenuhnya tanpa disertai tambahan atau selingan apapun sejak bayi lahir sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun (Budiasih, 2008). ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif artinya bayi hanya diberi ASI saja ,tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan (Roesli, 2004). 1. Kerugian tidak Memberikan ASI Ekslusif Risiko tidak memberikan ASI Ekslusif pada bayi yaitu infeksi saluran pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernapasan, meningkatkan resiko alergi, meningkatkan resiko serangan asma, menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko kegemukan (obesitas), meningkatkan
16
resiko kencing manis (diabetes), meningkatkan risiko infeksi telinga tengah, meningkatkan kurang gizi, meningkatkan resiko kematian (Roesli, 2008). a.
Infeksi saluran pencernaan (muntah, diare) Di Amerika, 400 bayi meninggal pertahun akibat muntah-diare. 300 diantaranya adalah bayi yang tidak diberikan ASI. Kemungkinan diare 17 kali lebih banyak pada bayi susu formula (Roesli, 2008; Perinasia, 2007 dalam Nurjanah 2009). Pemberian makanan tambahan dini membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman apalagi tidak disajikan higienis dapat menyebabkan diare (Murniningsih dan Sulastri, 2008).
b.
Infeksi saluran pernapasan Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa bayi yang diberi susu formula mengalami penyakit saluran pernapasan dan memerlukan rawat inap di rumah sakit di bandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara ekslusif selama empat bulan.
c.
Meningkatkan risiko alergi Berdasarkan penelitian pada anak-anak di Finlandia, semakin lama diberi ASI, semakin rendah kemungkinan bayi yang menderita penyakit alergi, penyakit kulit (eksim), alergi makanan dan alergi saluran napas (Roesli, 2008; Perinasia, 2007 dalam Nurjanah 2009). Alergi disebabkan karena sel-sel disekitar usus belum siap untuk menerima kandungan dari makanan sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. Reaksi alergi pada makanan bisa tampak seperti kesulitan
17
pencernaan, tetapi mungkin juga meliputi pilek, ronki kering (wheezing), rewel dan reaksi pada kulit yang beragam (Murniningsih dan Sulastri, 2008). d.
Meningkatkan resiko serangan asma Sebuah penelitian yang melibatkan 2.184 anak yang dilakukan oleh Rumah Sakit anak di Toronto menemukan bahwa risiko asma dan kesulitan bernapas 50% lebih tinggi terjadi pada bayi yang diberi susu formula dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI selama sembilan bulan atau lebih (DellS, 2000 dalam Roesli 2008).
e. Menurunkan perkembangan kecerdasan kognitif Sebanyak 1736 anak di uji. Ditemukan bahwa anak ASI secara bermakna menunjukan hasil pendidikan yang lebih baik (Richards et al, 2002 dalam Roesli). Berdasarkan penelitian terhadap 3.235 orang di Denmark, didapatkan hubungan antara lama pemberian ASI dan peningkatan IQ. Orang yang disusui kurang dari satu bulan mempunyai IQ 5 pon lebih rendah daripada yang disusui 7-9 bulan. Terdapat korelasi antara lama pemberian ASI dengan tingkat IQ (Smith et al, 2003 dalam Roesli 2008). f. Meningkatkan resiko kegemukan (obesitas) Penelitian besar di Skotlandia meneliti indeks massa tubuh pada 32.200 anak usia 39-42 bulan. Hasilnya kejadian kegemukan jauh lebih tinggi diantara anak-anak yang diberi susu formula. Obesitas disebabkan karena proses pemecahan sari-sari makanan yang belum sempurna (Murniningsih dan Sulastri, 2008; Roesli, 2008). g. Meningkatkan resiko kencing manis (diabetes)
18
Terlalu awal mengenalkan susu formula, makanan padat, dan susu sapi terbukti meningkatkan kejadian kencing manis (diabetes) tipe 1 di masa depannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian ASI secara eksklusif lebih dari lima bulan dan total waktu pemberian ASI selama lebih dari tujuh atau sembilan bulan dapat melindungi bayi dari kencing manis. h. Meningkatkan risiko infeksi telinga tengah Jumlah kejadian otitis media akut (infeksi saluran telinga tengah) meningkat secara signifikan dengan menurunnya durasi dan eksklusivitas pemberian ASI. Bayi Amerika Serikat yang diberi ASI eksklusif selama empat bulan atau lebih mengalami 50% lebih sedikit kejadian infeksi telinga tengah dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. Penurunan kejadian sebesar 40% dilaporkan pada bayi yang mendapatkan ASI dan mendapatkan makanan tambahan sebelum usia empat bulan. i. Meningkatkan kurang gizi Pemberian susu formula yang encer untuk menghemat pengeluaran dapat mengakibatkan kekurangan gizi karena asupan yang kurang pada bayi. Secara tidak langsung, kurang gizi juga akan terjadi jika anak sering sakit, terutama diare dan radang saluran pernapasan. j. Meningkatkan resiko kematian Bayi yang diberi ASI secara parsial memiliki risiko meninggal akibat diare 4,2 kali lebih tinggi. Tidak adanya pemberian ASI dihubungkan dengan peningkatan risiko kematian akibat diare sampai 14,2 kali pada anak-anak.
19
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif 1. Karakteristik individu a. Umur Ibu Umur adalah faktor yang menentukan dalam pemberian ASI. Menurut Huclock (1998) dalam Nursalam (2001:134) dalam Handayani, dkk (2009) mengatakan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Dari segi produksi ASI, ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan ASI yang cukup dibandingkan ibu yang berusia lebih tua. Ibu yang berusia lebih dari 35 tahun biasanya tidak akan dapat menyusi bayinya dengan ASI yang cukup. (Pudjiadi, 2005. Lestari 2009). Penelitian yang dilakukan Kusnadi (2007), menyatakan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada umur kurang dari 35 tahun lebih besar (18,9%) dibandingkan umur lebih dari atau sama dengan 35 tahun (16,8%). Sedangkan
penelitian
yang
dilakukan
Juliani
(2009),
menunjukkan bahwa ada hubungan secara bermakna antara umur ibu terhadap pemberian ASI eksklusif. Pada ibu yang berumur 20-35 tahun 40,3% memberikan ASI eksklusif dan 59,7% tidak memberikan ASI eksklusif. Sedangkan pada ibu yang berumur > 35 tahun 100% ibu tidak memberikan ASI eksklusif.
20
Berbeda halnya dengan hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) yang menyatakan bahwa umumnya informan ASI eksklusif enam bulan lebih tua daripada informan yang tidak ASI eksklusif dengan perbedaan rata-rata umur empat tahun. Rata-rata informan ASI eksklusif berusia 30 tahun dan rata-rata informan ASI tidak eksklusif berusia 26 tahun. b. Pendidikan Ibu Soerjono
Soekanto
dalam
Kasnodihardjo,
mengemukakan bahwa pendidikan akan memberikan
dkk
(1996)
kesempatan
kepada orang untuk membuka jalan fikiran dalam menerima ide-ide atau nilai-nilai baru. Menurut Kusmiati pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan makin mudah seseorang menerima dan mendapatkan informasi melalui berbagai media. Pada ibu yang berpendidikan tinggi ia lebih sadar akan keunggulan ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI secara dini dan menimbulkan motivasi yang kuat pada diri ibu (Suradi, 2004). Pada penlitian Alam (2003) menyatakan bahwa ibu yang berpendidikan tinggi biasanya banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung sering meninggalkan bayinya. Sedangkan ibu yang berpendidikan rendah lebih banyak di rumah dan cenderung lebih mempunyai kesempatan untuk menyusui bayinya.
21
Sedangkan pada penelitian Marzuki (2004), menunjukan hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dan pemberian ASI Eksklusif. begitupun penelitian Nurjanah (2007) menunjukan proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang berpendidikan rendah lebih besar (7,9%) dibanding ibu berpendidikan lebih tinggi (4,6%). Berbeda dengan penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa pendidikan informan yang melakukan ASI eksklusif enam bulan hampir tidak berbeda dengan yang ASI tidak eksklusif. Masing-masing kelompok adalah lulusan SMP dan lulusan SMA. Hanya satu orang dari kelompok informan ASI eksklusif yang berpendidikan Akademi (D3). c. Status Pekerjaan Ibu Kenyataan saat ini bahwa dengan berbagai kemajuan yang telah dicapai oleh kaum perempuan dan seiring dengan kemajuan zaman, dewasa ini banyak perempuan terlibat di sektor publik. Perempuan yang tadinya hanya sebagai ibu rumah tangga, kini berubah peran akibat bertambahnya jumlah kesempatan kerja, meningkatnya pendidikan, dan perubahan sosial ekonomi (Depkes, 2008). Sama halnya yang disampaikan oleh siregar (2004) meningkat jumlah partisipasi wanita dalam ikatan kerja dan adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan kebutuhan masyarakat menyebabkan turunya kesedian menyusui dan lamanya menyusui.
22
Tenaga kerja perempuan yang memiliki bayi mengalami kesulitan untuk memberikan ASI karena tidak ada sarana dan kesempatan yang diperlukan untuk memberikan ASI kepada bayinya di lingkungan kerja, selain faktor dari ibunya sendiri yang tidak atau kurang memiliki pengetahuan yang cukup mengenai manajemen laktasi. (Depkes, 2008). Pawenrusi (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa keseluruhan ibu yang bekerja tidak memberikan ASI eksklusif dan memilih susu formula kepada bayinya
dengan alasan mempunyai
kesibukan bekerja di luar rumah, ibu yang bekerja di luar rumah bekerja sebagai buruh harian (tukang cuci), wiraswasta (pedagang), PNS, dan kerja toko. Hal ini memungkinkan ibu susah untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya
karena kesibukan ibu
bekerja diluar rumah. Ibu yang bekerja memilihsusu formula dikarenakan lebih cepat dan praktis serta
anak mudah dibawa
kemana-mana dengan susu botol dan anak bisa ditinggal kapan saja. Sementara sewaktu bekerja sebagian besar responden menitipkan anaknya kepada orang tuanya (nenek) si bayi. Pada ibu yang bekerja sebagai PNS rata-rata mendapat cuti bersalin namun rata-rata ibu yang memperoleh cuti bersalin hanya memberikan ASI selama dua bulan dan selanjutnya dialihkan ke susu formula dikarenakan ibu harus kembali bekerja dan pada umumnya responden tidak memiliki tempat penitipan anak dan fasilitas tempat
23
penyimpanan ASI ditempat kerja, rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja sangat erat kaitannya
dengan kebijakan-
kebijakan yang ada ditempat kerja (Pawenrusi, 2011). Ibu Rumah Tangga (IRT) memiliki waktu yang cukup/lebih banyak untuk mendapatkan informasi tentang pentingnya pemberian ASI dan bahaya yang akan terjadi bila bayi diberikan makanan pendamping ASI sebelum waktunya dibandingkan mereka yang bekerja di luar rumah. ibu rumah tangga akan mempunyai motivasi yang kuat karena waktunya lebih banyak dirumah untuk memberikan ASI dibandingkan ibu bekerja yang waktu di rumah lebih sedikit untuk memberikan ASI (Handayani, dkk. 2009). Hasil penelitian Anggrita (2009) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif. Namun, berbeda dengan penelitian Rohani (2007) yang menyatakan bahwa faktor pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif (p = 0,012 ; B = -1,477), hal ini menunjukkan bahwa akan terjadi penurunan pemberian ASI eksklusif jika disertai dengan peningkatan pekerjaan. Hasil penelitian yang sama oleh Juliani (2009), menyatakan bahwa ada hubungan secara bermakna antara pekerjaan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dengan p Value = 0,000 < α = 0,05. Namun hasil penelitian di atas berbeda dengan penelitian Anggrita (2010)
24
yang menyatakan bahwa tidak adahubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif dengan p ≥ 0,05 (p= 0,955). d. Paritas Paritas berasal dari kata para yang artinya jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim 28 minggu atau lebih. Pengelompokkan paritas menurut jumlahnya kelahirannya terdapat 3 kelompok yaitu nullipara, primipara dan multipara. Yang dimaksud dengan nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan dengan usia kehamilan lebih dari 28 minggu. Dalam hal ini seorang dikatakan nullipara apabila wanita tersebut belum pernah melahirkan janin yang mampu hidup di luar rahim. Sedangkan yang dimaksud dengan primipara adalah seorang wanita yang baru pertama kali melahirkan dengan janin mencapai umur kehamilan 28 minggu atau lebih., multipara adalah seorang wanita yang sudah mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilannya dua kali atau lebih. (Resmaniasih, 2007) Suradi (2007) dalam Handayani, dkk (2009), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI meliputi karakteristik ibu yaitu pengalaman ibu menyusui. Perbedaan jumlah anak akan berpengaruh terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui. Seorang ibu yang telah sukses menyusui pada kelahiran sebelumnya akan lebih mudah serta yakin akan dapat menyusui pada kelahiran berikutnya.
25
Seorang ibu muda dengan anak pertama akan merasa sulit untuk dapat menyusui (Solihah, dkk. 2010). Berdasarkan penelitian Juliani (2009) menunjukkan bahwa ibu yang lebih tua dan memiliki paritas lebih tinggi tampak lebih banyak yang melakukan ASI eksklusif enam bulan. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan secara bermakna antara paritas terhadap pemberian ASI eksklusif dengan pValue = 0,001 < α = 0,05. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa informan ASI eksklusif mempunyai paritas rata-rata lebih tinggi (3 anak)
daripada
informan
ASI
tidak
eksklusif
(2
anak).
Perbedaanjumlah anak akan mempengaruhi terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui. 2. Pengetahuan Hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam menyusui (Roesli, 2000). Pengetahuan diperoleh manusia melalui panca indra, mata melihat, telinga mendengar, hidung membaui, lidah mengecap serta kulit merasakan halus kasarnya sesuatu. Pengetahuan tersebut dikatakan bersumber dari panca indra. Disamping itu ada pula pengetahuan yang bersumber dari perasaan, yang sering ada dan kelihatan nyata jika manusia berprasangka terhadap sesuatu. Prasangka ini umumnya berasal dari
26
sumber perasaan seseorang yang mengemukakan suatu pernyataan (Notoatmodjo, 2003). Seorang wanita dengan bayi pertamanya mungkin tidak tahu cara menaruh bayi pada payudaranya. Dan bayi, walaupun dapat menghisap, mungkin tidak tahu cara membawa puting susu ke mulutnya. Meletakkan bayi ke payudara sangat sederhana bila tahu caranya. Karena itu, cara ini harus diketahui. Bila bayi tidak mengambil puting susu dengan benar, akan menimbulkan banyak persoalan (Soetjiningsih, 1997). Wanita juga butuh nasihat menangani berapa kali sehari mereka harus menyusui, pemberian minuman dan makanan lainnya untuk bayi, masalah umum mengenai puting susu yang nyeri, payudara yang nyeri, ASI yang tidak mencukupi, ASI yang terlalu banyak dan sebagainya. Ibu-ibu baru membutuhkan seseorang yang mengetahui tentang apa yang harus dilakukan (Soetjiningsih, 1997). Penelitian Ludin (2008) menyatakan bahwa variabel pengetahuan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif (p = 0,000 <
0,05) dan nilai koefisien (β)
sebesar 0,241. Hasil penelitian yang sama juga dinyatakan oleh Juliani (2009) yang menunjukkan bahwa ada hubungan secara bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dengan pValue = 0,004 < α = 0,05. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa lima dari tujuh informan yang memberikan ASI eksklusif mengetahui dengan tepat
27
bahwa ASI harus diberikan selama enam bulan tanpa boleh diberikan makanan-minuman
apapun. Namun, dua informan lainnya
yang
berpendidikan rendah tidak satupun memahami isitilah ASI eksklusif. Sedangkan satu informan sebenarnya tidak tahu sama sekali tentang ASI eksklusif. Iinforman ini memberikan ASI eksklusif karena bayinya tidak mau diberikan susu botol. Sedangkan informan yang tidak ASI eksklusif tidak ada yang satupun yang mengetahui definisi ASI eksklusif dengan benar. Namun berbeda dengan penelitian Candriasih (2010) di Kabupaten Donggala
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menemukan ada ibu dengan
pengetahuan baik namun tidak memberikan ASI
eksklusif. Ibu mengatakan ASInya tidak lancar sehingga bayi tidak puas/ cukup mendapat ASI, sehingga ibu memberikan
makanan tambahan
selain ASI sebelum berumur enam tahun. Selain itu juga karena faktor lingkungan yaitu melihat anaknya tetangga atau kerabatnya yang tidak memberikan ASI eksklusif juga 3. Budaya/ Kepercayaan/ Mitos Menurut Khasanah (2011) Salah satu kendala ibu menyusui adalah kepercayaan
pada
mitos,
padahal
mitos
kebenarannya. Contoh diantaranya antara lain:
tidak
dapat
dipercaya
28
1) ASI hari pertama harus dibuang, 2) ASI belum banyak pada hari pertama sehingga perlu ditambah cairan atau makanan lain, 3) Setiap kali hendak menyusui saat pagi (setelah bangun tidur), semburan pertama ASI harus dibuang karena dianggap basi, 4) ASI membuat bayi obesitas, 5) ASI bisa merusak kulit bayi. Aspek keyakinan atau kepercayaan dalam kehidupan manusia mengarahkan budaya hidup, perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber daya di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan pola hidup yang disebut kebudayaan dan selanjutnya kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku (Ludin, 2008). Prasetyono (2009) mengatakan turunnya angka menyusui secara eksklusif
adalah
pengaruh
sosial
budaya
dimasyarakat,
yang
menganjurkan supaya bayi diberi makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan. Oleh karena itu, faktor sosial budaya ditengarai menjadi faktor utama pada pemberian ASI eksklusif (Swasono, 2005) Kolostrum terdapat pada ASI dengan jumlah yang tidak banyak tetapi kaya akan zat-zat yang bergizi dan sangat baik untukikonsumsi bayi. Tetapi karena faktor kepercayaan yang salah, banyak ibu yang baru melahirkan
tidak
memberikan
kolostrum
pada
bayinya.
Mereka
berpendapat dan percaya bahwa kolostrum akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan anak (Winarmo, 1992 dalam Rahayuningsih, 2005
29
dalam Pawenrusi, 2011). Kepercayaan dari orang tua serta lingkungannya bahwa ASI yang pertama keluar hendaknya dibuang setelah bersih lalu menyusui bayi, mereka beranggapan bahwa kolostrum adalah basi dan tidak baik untuk bayi,
para orang tua ada yang memberikan madu
sebelum usia bayi enam bulan mereka beranggapan bahwa anak yang diberi madu akan baik bagi kesehatannya (Pawenrusi, 2011). Kepercayaan sangat dipengaruhi oleh tradisi dalam lingkungan maupun keluarga. Pemberian madu menurut penelitian Wulandari (2011) terhadap makanan prelakteal menjelaskan bahwa pemberian madu merupakan kebiasaan yang dilakukan kepada bayi baru lahir sejak dulu dan dilakukan secara turun temurun oleh keluarga. Alasan pemilihan madu sebagai makanan prelakteal berdasarkan kepercayaan tertentu, diantaranya dapat mengobati demam, panas, dan dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga bayi tidak mudah terkena influenza jika memakanmakanan yang manis karena sejak kecil sudah terbiasa memakan yang manis seperti madu, selain itu pemberian madu dapat memerahkan bibir bayi jika pemberiannya dioleskan pada bibir bayi. Dari hasil penelitian Ludin (2008) menunjukkan variabel keyakinan/ kepercayaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tindakan pemberian ASI eksklusif (p = 0,028 < 0,05) dan nilai koefisien (β) sebesar 0,241. Penelitian Fika dan Syafiq (2009) menyatakan sebagian
30
besar ibu mempercayai bahwa memberikan hanya ASI saja bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan. 4. Sikap Mucchielli mendeskripsikan sikap sebagai kecenderungan pikiran atau perasaan yang relatif konstan terhadap kategori tertentu benda, orang, atau situasi. Sedangkan, Kirscht menunjukkan bahwa sikap merupakan kumpulan keyakinan yang selalu mencakup aspek evaluatif, yaitu, sikap selalu dapat dinilai dari segi baik dan buruk atau positif yang negatif. (Green, 2005). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap yang baik dipengaruhi oleh pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat teori yang mengemukakan bahwa sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap dari objek (Candriasih, 2010). Pemberian ASI jarang membawa hasil yang memuaskan jika ibu bersikap antagonis terhadap gagasan ini. Sebagian ibu mempunyai sikap defensif karena mereka telah ceramahi dan bukan didorong serta dibiarkan untuk menggali perasaan mereka mengenai pemberian ASI kepada bayi mereka (Farrer, 1999).
31
Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa hampir seluruh ibu bersikap setuju terhadap pemberian ASI eksklusif enam bulan. Bahkan informan yang tidak ASI eksklusif juga setuju terhadap pemberian ASI eksklusif. Berbeda dengan penelitian Candriasih (2010)
yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini
menemukan
ibu yang mempunyai sikap baik pada
pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan lebih banyak dibandingkan yang tidak baik. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemberian ASI eksklusif.Hal ini disebabkan karena masih ada ibu dan keluarganya yang percaya bahwa pemberian makanan tambahan selain ASI dapat diberikan sedini mungkin sehingga bayi cepat besar tanpa mengetahui efek dari pemberian makanan selain ASI pada bayi usia di bawah enam bulan. 5. Tempat Persalinan Hubungan antara kesuksesan menyusui dengan tempat persalinan ditemukan erat karena tidak jarang rumah sakit memberikan susu formula kepada ibu yang baru melahirkan. Untuk itu, pemerintah sejak tahun 1985 telah mengembangkan rumah sakit sayang bayi serta ada kesepakatan produsen dan importer makanan produk makanan bayi untuk memasarkan produknya secara langsung maupun tidak langsung ke pelayanan kesehatan (soetjiningsih, 1997).
32
Irianto (1998) mengemukakan bahwa tempat persalinan merupakan lingkungan yang paling dekat dengan Ibu ketika melangsungkan persalinan. Kebijakan yang diambil di tempat persalinan mempunyai dorongan kuat terhadap pelaksanaan menyusui selanjutnya (Marzuki, 2004). Berdasarkan penelitian Kusnadi (2007) diketahui bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada persalinan yang menggunakan fasilitas kesehatan (20,3%) lebih besar bila dibandingkan ibu yang tidak menggunakan fasilitas kesehatan (5,7%) dan menunjukan tidak ada hubungan bermakna antra tempat persalinan dengan prilaku pemberian ASI eksklusif. berbeda dengan penelitian Nurjanah (2007) yang memperlihatkan ada hubungan bermakna antara tempat persalinan dengan nilai OR 1,57 yang berarti ibu yang melahirkan bukan pada fasilitas kesehatan memiliki peluang 1,57 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan. 6. Fasilitas Rawat Gabung Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Maryuni, 2009; Rukiyah, 2010). Tujuan rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu
33
mempunyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan ibu memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah pulang dari rumah sakit. Rawat gabung juga memungkinkan suami dan keluarga dapat terlibat
secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu mendapatkan kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya (Maas, 2004; Mappiwali, 2008). Penelitian
Soetjiningsih di RS.Sanglah Denpasar, menyimpulkan
bahwa dengan adanya rawat gabung sangat menguntungkan. Karena terdapat penurunan angka morbiditas dan mortalitas bayi, serta penghematan bagi keluarga dan rumah sakit akibat berkurangnya lama perawatan bayi baru lahir, pembelian susu formula dan pembelian cairan infus (Soetjiningsih, 1997). Meskipun rawat gabung dan pemberian ASI Eksklusif merupakan alat untuk menjalin kasih sayang antara ibu dan bayi tapi pada kenyataannya banyak rumah sakit, puskesmas klinik dan rumah bersalin yang belum melaksanakan rawat gabung sehingga dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan ASI (Arasta, 2010).
34
7. Tenaga yang Melayani Inisiasi Menyusui Dini (IMD) IMD adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri menyusu dalam 1 jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit (skin to skin contact) antara kulit ibu dengan kulit bayinya (Nurtjahjo dan Paramitia, 2008 dalam Sunansari, 2008). Menurut Roesli (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapat dengan melakukan IMD adalah : 1) Menurunkan resiko kedinginan ( hypothermia). Bayi yang diletakkan segera di dada ibunya setelah melahirkan akan mendapatkan kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko hypothermia sehingga angka kematian karena hypothermia dapat ditekan. 2) Membuat pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Ketika berada di dada ibunya bayi merasa dilindungi dan kuat secara psikis sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres sehingga pernafasan dan detak jantungnya akan lebih stabil . 3) Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri. IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dahulu dengan bakteri ibu yang tidak berbahaya atau ada antinya di ASI ibu, sehingga bakteri tersebut membuat koloni di usus dan kulit bayi yang akan dapat menyaingi bakteri yang lebih ganas di lingkungan luar.
35
4) Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin paling tinggi. IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran ASI dapat terjadi pada hari pertama kelahiran. ASI yang keluar pada hari pertama kelahiran mengandung kolostrum yang memiliki protein dan immunoglobulin dengan konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya . 5) Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif Bayi yang diberikan kesempatan menyusui dini akan mempunyai kesempatan lebih berhasil menyusui Eksklusif dan mempertahankan menyusu dari pada yang menunda menyusu dini. 6) Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah pendarahan Sentuhan, dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang sekresi hormon oksitosin yang penting untuk menyebabkan rahim kontraksi yang membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi pendarahan sehingga mencegah anemia, merangsang hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai bayinya serta merangsang pengaliran ASI dari payudara.
36
7) Membantu bayi agar memiliki keahlian makan di waktu selanjutnya 8) Ibu dan ayah akan sangat bahagia bertemu dengan bayinya pertama kali di dada ibunya Menyusui segera (IMD) dalam waktu ≤ 30 menit setelah persalinan merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah diberikannya makanan/ minuman prelakteal. Pemberian makanan/ minuman prelakteal adalah pemberian makanan atau minuman kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (mendahului pemberian ASI). Namun masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang hal tersebut (Fikawati dan Syafiq, 2003). Dalam penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menemukan masih ada ibu yang memberikan makanan prelakteal dengan alasan ASInya belum keluar, bayinya menangis, dan persepsi ibu bahwa hanya ASI saja tidak mencukupi kebutuhan bayi. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI segera (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif. Nilai Odds Ratio (OR) berkisar antara 2,1- 8,1, artinya ibu yang memberikan ASI di bawah atau sama dengan 30 menit setelah kelahiran kemungkinannya 2,1 sampai 8,1 lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan kepada bayinya dibanding ibu yang tidak memberikan ASI segera.
37
8. Kebijakan Tempat Kerja Menurut penelitian Dodik Briawan (2004) pada saat ini banyak ibuibu yang memperoleh nafkah dengan bekerja di luar rumah. Wanita di perkotaan kebanyakan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Pada kondisi tersebut, bagi ibu yang sedang menyusui sulit untuk tetap dapat menyusui anaknya, apalagi kalau tempat tinggal berjauhan dengan tempat bekerja. Demikian pula jika perusahaaan tempat bekerja menetapkan aturan yang ketat terhadap jam kerja karyawannya. Pada Penelitian Pawenrusi (2011) ditemukan bahwa keseluruhan ibu yang bekerja tidak memberikan ASI Eksklusif ini dikarenakan ibu yang bekerja memilih susu formula kepada bayinya karena mempunyai kesibukan bekerja diluar rumah. Pada ibu yang bekerja sebagai PNS ratarata mendapat cuti bersalin namun rata-rata ibu yang memperoleh cuti bersalin hanya memberikan ASI selama 2 bulan dan selanjutnya dialihkan ke susu formula dikarenakan ibu harus kembali bekerja dan pada umumnya responden tidak memiliki tempat penitipan anak dan fasilitas tempat penyimpanan ASI ditempat kerja, rendahnya pemberian ASI eksklusif pada ibu yang bekerja sangat erat kaitannya dengan dengan kebijakan-kebijakan yang ada ditempat kerja. Ada tidaknya kelonggaran ditempat kerja, disediakannya tempat penitipan anak, serta disediakannya tempat penyimpanan ASI ditempat kerja.
Ibu
yang
bekerja
ternyata
sudah
mengetahui
tentang
mempertahankan produksi ASI yaitu dengan memompa pada saat bekerja
38
namun pada kenyataanya ibu mengatakan lebih repot dan ibu hanya menyusui pada malam hari saja (Pawenrusi, 2011). 9. Penolong Persalinan Kunci keberhasilan menyusui terletak pada penolong persalinan karena 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong persalinan masih sangat dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segaera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi akan segera terjadi. Dengan pemberian ASI segera, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI, sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi dapat nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir (Fikawati, 2003 dalam Lestari, 2009). Penelitian yang dilakukan Nurjanah (2007) memperlihatkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan dalam proses persalinan (8,6%) lebih besar dibandingkan ibu yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan (6,1%) dan menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara penolong persalinan dan pemberian ASI eksklusif.
39
10. Dukungan Keluarga dan Suami Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan social kelurga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal. Dorongan keluarga untuk melakukan ASI eksklusif umumnya adalah suami dan orang tua. Suami dan orang tua adalah orang terdekat yang dapat mempengaruhi seorang ibu untuk tetap menyusui secara eksklusif atau malah memberikan makanan/ minuman tambahan kepada bayi (Fikawati dan Syafiq, 2009) Adiningsih (2004) menjelaskan bahwa pada saat reflex oksitosin inilah peran ayah sungguh besar dalam mempengaruhi keadaan emosi dan perasaan ibu. Pengaruh emosional dapat mencapai 75% dalam menghambat pengeluaran ASI. Peran ayah di sini dapat berupa memberikan rasa aman, meyakinkan ibu bahwa ia mampu menyusui dan pentingnya
memberikan
ASI.
Oleh
karenanya
Swasono
(2005)
40
menyatakan bahwa dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif menjadi factor kunci kesadaran ibu untuk memberikan gizi terbaik bagi bayinya. Hasil penelitian kualitatif Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya mendapatkan dukungan dari suaminya. Sedangkan pada orang tua perannya kurang terlihat. Namun, pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sangat terlihat bagaimana peran orang tua untuk mempengaruhi pemberian makanan tambahan. Penelitian Lestari (2010) di Tangerang menyatakan bahwa dari 62 responden yang memperoleh dukungan keluarga, responden sebanyak 44 orang (71%) memberikan ASI eksklusif sedangkan dari 201 responden yang tidak mendapat dukungan keluarga, responden sebanyak 124 orang (61,7%) tidak memberikan ASI eksklusif. Hasil uji statistik didapatkan nilai p= 0,000, sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. 11. Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan Peranan tenaga kesehatan dimana ibu melahirkan sangat menentukan tentang cara memberi ASI yang baik. Penerangan mengenai pemberian ASI yang pertama keluar (kolostrum) sangat diperlukan oleh ibu, karena pengalaman selama ini kolostrum biasanya dibuang. Sejumlah peneliti memperlihatkan bahwa para petugas kesehatan dapat sangat mempengaruhi cara-cara pemberian makan bayi, khususnya
41
dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap menyusui. Pengaruh negatif ini dapat melalui cara pasif, yaitu dengan bersikap acuh atau netral. Pengaruh ini dapat juga secara aktif, seperti yang timbul pada saat adanya kesukaran, misalnya ASI keluar terlambat atau jumlahnya tidak mencukupi (PERDHAKI, 1981). Kader
kesehatan
merupakan
salah
satu
tenaga
yang
turut
mensukseskan kegiatan-kegiatan kesehatan dan yang paling dekat dengan masyarakat yang ada wilayahnya. Peran dari kader kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan dorongan kepada para ibu untuk memberikan ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan oleh Mudjianto (1987) menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang lahir di rumah sakit/ rumah bersalin mendapat makanan pertama berupa susu botol, yaitu sebanyak 254 bayi (53,5%). Pemberian susu botol sebagai makanan pertama bayi biasanya dilakukan oleh perawat dan tanpa sepengetahuan dan ijin dari ibu. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa dari seluruh 14 informan, hanya enam informan yang mendapat nasihat dan informasi mengenai ASI eksklusif atau persiapan menyusui dari tenaga kesehatan. Penjelasan berupa cara membersihkan payudara, cara menyusui yang baik dan ASI eksklusif. Sedangkan sembilan informan lainnya tidak pernah mendapat informasi atau penjelasan tentang pentingnya ASI eksklusif. Tenaga kesehatan umumnya hanya menasehati informan untuk merawat kehamilannya dengan baik seperti makan makanan bergizi,
42
banyak minum air putih, olahraga ringan, dan mengurangi aktifitas berat (Fikawati dan Syafiq, 2009) 12. Promosi/Iklan Susu Formula Beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah pekotaan dan perdesaan di Indonesia dan negara berkembang lainnya, menunjukkan bahwa faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap ASI, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI. (Santosa, 2004). D. Teori Perilaku Kesehatan Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti keinginan, minat, kehendak, pengetahuan, emosi, berpikir, sikap, motivasi, reaksi, dan sebagainya, begitupun perilaku pemberian ASI eksklusif. Perilaku manusia di dalam proses pembentukan dan perubahan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari diri sendiri dan hasil intraksi dengan lingkungan (Notoatmodjo, 2003. Linggasari, 2008). Lebih lanjut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan organisme dan dapat diamati secara langsung ataupun tidak langsung. Perilaku faktor kedua terbesar setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok masyarakat. Sedangkan Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan luar) (Notoatmodjo, 2003). Dalam teori Green (2005), perilaku kesehatan ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :
43
1. Faktor pemudah (Predisposing Factors), adalah preferensi pribadi seseorang yang dapat mendukung maupun yang dapat menghambat suatu perilaku kesehatan. Faktor ini diantaranya adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai, dan demografi (sosial ekonomi, umur, jenis kelamin). 2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors), adalah suatu kemampuan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk terbentuknya perilaku kesehatan yaitu dalam hal ini adalah perilaku pemberian ASI eksklusif. Yang termasuk dalam faktor pemungkin ini adalah ketersediaan, eksesibilitas dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan sumber daya masyarakat. 3. Faktor Penguat (Renforcing Factors) adalah faktor penyerta (yang datang setelahnya) perilaku yang dapat memberikan penghargaan, insentif, atau hukuman atas perilaku dan berperan bagi menetapnya atau lenyapnya perilaku tersebut. Yang termasuk dalam
faktor penguat ini adalah
keluarga, teman sebaya, guru, atasan (majikan), penyedia layanan kesehatan, tokoh masyarakat, dan pembuat keputusan.
44
E. Kerangka teori Berdasarkan teori perubahan perilaku Lawrence Green (2005), maka peneliti menyusun kerangka teori sebagai berikut: Bagan 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Teori Lawrence Green (2005: 152-168)
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang berasal dari beberapa sumber mengenai faktor-faktor yang berhubungam dengan perilaku pemberian ASI eksklusif. Dalam penelitian ini, variabel yang dieliti adalah variabel independen yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif baik variabel faktor pemudah (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, dan sikap), variable faktor pendukung (tempat bersalin, tenaga yang melayani IMD, fasilitas rawat gabung, kebijakan tempat kerja), dan variabel faktor pendorong (penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, iklan susu formula) sedangkan variabel dependennya adalah perilaku pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang melahirkan diluar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta. Pada penelitian ini tidak semua variable dioprasionalkan. Target penelitian ini adalah ibu menyusui sehingga variable jenis kelamin tidak dapat dioperasionalkan karena hasilnya akan homogen. Variable dukungan keluarga dan kader dipilang karena merupakan lingkungan terdekat dengan reponden. Berdasarkan
kerangka teori yang ada dengan segala keterbatasan yang
dimiliki oleh peneliti, maka kerangka konsep yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada bagan 3.1 sebagai berikut.
45
46
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Faktor pemungkin
Faktor Pemudah
•Tempat Bersalin •Rawat Gabung •Tenaga yang melayani IMD (Inisiasi Menyusui Dini) •Kebijakan tempat kerja
•Karakteristik individu (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas) •Pengetahuan •Budaya/kepercayaan •Sikap
Faktor penguat •Penolong Persalinan •Dukungan keluarga •Dorongan kader dan Tenaga Kesehatan •Iklan Susu formula
Prilaku pemberian ASI Eksklusif
47
B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional No
Variabel
1.
Prilaku pemberian ASI Eksklusif
2.
Umur
3
Pendidikan
Definisi operasional
Cara ukur Ibu memberikan hanya ASI saja pada bayi Angket sejak lahir sampai berusia 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim serta obatobatan dan vitamin (Depkes, 2008).
Alat ukur Kuesioner
Skala ukur Ordinal
Hasil ukur
Lama waktu hidup ibu sejak dilahirkan Angket hingga saat penelitian berlangsung (Kamus Bahasa Indonesia, 2010)
Kuesioner
Interval
Umur ibu ketika diteliti
Adalah jenjang pendidikan formal terakhir Angket ibu dan mempunyai ijazah.
Kuesioner
Ordinal
0. Tinggi, jika tamat SMP, tamat SMA, Perguruan Tinggi. 1. Rendah, jika pendidikan tidak sekolah, tamat SD. (Kasnodihardjo, 1996).
0. Jika bayi diberi ASI eksklusif. 1. Jika bayi tidak diberi ASI eksklusif.
48
No
Variabel
Kuesioner
Skala ukur Ordinal
jumlah kehamilan ibu yang menghasilkan Angket janin yang mampu hidup di luar rahim 28 minggu atau lebih. (Resmaniasih, 2007)
Kuesioner
Ordinal
0. Jika jumlah anak >1 orang. 1. Jika jumlah anak 1orang. (Pawenrusi, 2011).
Segala sesuatu yang diketahui oleh ibu Angket tentang ASI eksklusif, Makanan prelakteal, IMD, pemberian MP ASI, perawatan payudara dan permasalahan menyusui.
Kuesioner
Ordinal
0. Baik, jika skor >75% poin. 1. Sedang, jika skor 40-75% poin. 2. Buruk, jika skor <40% poin.
Budaya/kep Kondisi spiritualitas atau hubungan dengan Angket ercayaan kekuatan yang lebih tinggi yang menciptakan pedoman kehidupan yang menjadi pegangan ibu yang mempunyai bayi umur > 6 bulan terkait dengan pemberian ASI eksklusif (Ludin,2008)
Kuesioner
Ordinal
0. Baik, jika skor >75% poin.. 1. Sedang, jika skor 40-75% poin.. 2. Buruk, , jika skor <40% poin
4
Pekerjaan
5
Paritas
6
Pengetahua n
7
Definisi operasional
Cara ukur Segala Kegiatan yang ibu lakukan secara Angket rutin yang menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Pekerjaan ibu dapat dilihat dari jenis pekerjaan.
Alat ukur
Hasil ukur 0. Tidak bekerja. 1. Bekerja.
49
No
Variabel
8
Sikap
9
Tempat Bersalin
10
Rawat Gabung
11
Tenaga yang melayani IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Definisi operasional
Cara ukur Tanggapan ibu terhadap ASI eksklusif, Angket makanan prelakteal, dan MP ASI
Alat ukur Kuesioner
Skala ukur Ordinal
Hasil ukur
Tempat dimana ibu mendapatkan bantuan Angket persalinan dan perwatan paska bersalin.
Kuesioner
Ordinal
0. Rumah Sakit 1. RB/Klinik 2. Rumah
cara perawatan dimana ibu dan bayi yang Angket baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya. Persepsi ibu mengenai ada/ tidaknya bidan Angket atau dokter yang membantu ibu untuk memberikan IMD kepada bayinya
Kuesioner
Ordinal
0. Disatukan antara Ibu dan bayi 1. Dipisah antara ibu dan bayi
Kuesioner
Ordinal
0. Jika ibu mendapatkan bantuan untuk memberikan IMD kepada bayinya. 1. Jika ibu tidak mendapatkan bantuan untuk memberikan IMD kepada bayinya.
0. Baik, jika skor >75% poin.. 1. Sedang, jika skor 40-75% poin.. 2. Buruk, jika skor <40% poin.
50
No
Variabel
12
Kebijakan tempat kerja
13
Definisi operasional
Cara ukur Peraturan tempat kerja yang memberikan Angket waktu dan fasilitas kepada ibu untuk menyusui bayinya
Alat ukur Kuesioner
Skala ukur Ordinal
Penolong Persalinan
Tenaga yang membantu ibu ketika bersalin
Angket
Kuesioner
Ordinal
14
Dukungan keluarga
Bentuk perhatian, nasihat, dan Angket dorongan,yang dirasa didapatkan ibu dari suami atau orang tua atau keluarga dekat (kakak, bibi/paman, dll) untuk menyusui bayi secara eksklusif
Kuesioner
Ordinal
15
Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan
Persepsi ibu mengenai ada/tidaknya Angket dorongan atau motivasi dari dokter atau bidan atau kader pada saat kunjungan ANC dan/ atau yang membantu persalinan untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayinya
Kuesioner
Ordinal
Hasil ukur 0. Jika tersedia fasilitas menyusui. 1. Jika tidak tersedia fasilitas menyusui. 0. Dokter 1. Bidan/Perawat 2. Dukun Beranak 0. Jika ibu mendapatkan dukungan keluarga. 1. Jika ibu tidak mendapatkan dukungan keluarga 0. Jika ibu mendapatkan dorongan untuk menyusui eksklusif. 1. Jika ibu tidak mendapatkan dorongan untuk menyusui eksklusif.
51
No
Variabel
16
Iklan Susu Formula
Definisi operasional
Cara ukur Persepsi ibu mengenai ada/tidaknya Angket dorongan Berita atau pesan yang menarik minat ibu pada susu formula.(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010)
Alat ukur Kuesioner
Skala ukur Ordinal
Hasil ukur 0. Jika ibu tidak terdorong untuk memberi susu formula. 1. Jika ibu terdorong untuk memberi susu formula..
52
C. Hipotesis Berdasarkan kerangka konsep dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ada hubungan antara faktor predisposisi ibu menyusui (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 b. Ada hubungan antara faktor pemungkin ibu menyusui (tempat bersalin, rawat gabung, tenaga yang melayani IMD, dan kebijakan tempat kerja) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 c. Ada hubungan antara faktor penguat ibu menyusui (penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013
BAB IV METODOLOGI A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross- sectional. Dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit (Hidayat, 2008). B. Identifikasi Variabel 1. Variabel Dependen Variabel dependen ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas (Hidayat, 2008). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan. 2. Variabel independen Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Hidayat, 2008). Variabel independen penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, sikap, kepercayaan, tempat bersalin, rawat gabung (rooming-in), tenaga yang melayani IMD, kebijakan tempat ibu bekerja, penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula.
53
54
C. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pesanggarahan Kota Jakarta Selatan. Kecamatan Pesanggrahan adalah salah satu dari 10 kecamatan di wilayah Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas wilayah seperti yang ditetapkan dengan SK Gubernur DKI Jakarta No. 1227 tahun 1989 yaitu seluas 13,46 terbagi menjadi 5 kelurahan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2013. D. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2008). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi berusia 6-18 bulan dengan riwayat ANC (Antenatal Care) di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dan melahirkan tidak di rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Jumlah seluruh populasi sebanyak 93 orang dan sampel sebanyak 45 orang. 2. Sampel Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008). a. kriteria sampel 1) Ibu-ibu yang mempunyai bayi lebih dari 6 bulan di kecamatan pesanggarahan Jakarta Selatan.
55
2) Mengikuti program ANC di puskesmas pesanggrahan 3) Melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas pesanggrahan 4) Bisa berkomunikasi dengan baik 5) Mampu membaca dan menulis 6) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
b. Tahapan pengambilan sampel 1) Menentukan populasi penelitian 2) Menentukan kriteria sampel
3) Mencari data sekunder tentang populasi 4) Menentukan jumlah sampel minimal 5) Menentukan tekhnik pengambilan sampel c. Jumlah sampel
Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus perhitungan sampel pada uji hipotesis.
Keterangan: n
= Jumlah sampel yang dibutuhkan = 1,96 (Derajat kemaknaan 95% CI/ CI/Confidence Confidence Interval
dengan (α α sebesar 5%) = 0,84 (Kekuatan uji sebesar 80%)
56
P₁
= Proporsi pada penelitian yang yang telah dilakukan
P2
= P 1 - 30%
P̅
= (P₁+P₂)/2
Berdasarkan rumus perhitungan sampel diatas, maka sampel yang dibutuhkan berdasarkan setiap faktor dapat digambarkan seperti pada tabel 4.1 dibawah ini Tabel 4.1 Jumlah Sampel Minimal Berdasarkan Hasil Hitung Setiap Faktor No. Variabel
α (%)
β(%) P1(%) P2(%)
P
1.
Sikap (Juliani, 2009)
5
80
58,5
28,5
43,5 41 82
2.
Pekerjaan ( Pawenrusi, 5
80
44
14
29
(Juliani, 5
80
41,1
11,1
26,1 32 64
keluarga 5
80
71
41
56
5
80
44,2
14,2
29,2 34 68
(Lestari, 5
80
35,9
5,9
20,9 27 54
N
2n
34 68
2011) 3.
Pengetahuan 2009)
4.
Dukungan
41 82
(Lestari, 2010) 5.
Umur (Lestari, 2010)
6.
Pendidikan 2010)
Dari tabel di atas didapati bahwa didapati responden minimal 82 orang. Namun, mengingat keterbatasan data sampel sehingga sampel yang digunakan adalah sampel yang ditemukan pada saat di lapangan. Akhirnya didapatkan sampel sebanyak 45 responden. Sehingga pada analisis datanya menggunakan metode statistic non parametrik. dan hasil penelitian ini tidak
57
dapat digeneralisasikan pada pada α 5%, tetapi penelitian ini masih dapat digeneralisasikan pada α 11,12%. 3. Teknik pengambilan sampel Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang dibutuhkan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2008). Dalam penelitian ini, sampel diambil secara probability sampling dengan teknik simple random sampling dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini tidak menggunakan teknik sampling karena semua populasi diteliti dan pada akhirnya hanya didapati sampel sebanyak 45 responden. E. Alat Pengumpulan Data Pengumpulan data pada skripsi ini dilakukan dengan menggunakan angket (kuesioner) yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu pada kerangka konsep dan teori yang telah dibuat. F. Teknik pengumpulan data Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer diperoleh melalui pengisian angket menggunakan kuesioner. 2. Data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumen serta catatan berupa daftar nama ibu dan bayi di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan serta data profil dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Sudin Jakarta Selatan.
58
1.
Pengumpulan data Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.
2.
Tahap pengumpulan data Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2008). Pengumpulan data dilakukan setelah adanya persetujuan dari Puskesmas Pesanggrahan. Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti. Peneliti akan mendata ibu-ibu yang mempunyai bayi lebih dari 6 bulan di kecamatan Pesanggarahan Jakarta Selatan.
Kemudian peneliti menjelaskan tentang
penelitiannya dan memberikan surat pernyataan kesediaan menjadi responden untuk diisi oleh ibu-ibu yang terpilih. Setelah mengisi surat pernyataan menjadi responden dalam penelitian, maka peneliti memberikan pertanyaan kepada responden berupa kuisioner. Pengisian kuesioner maksimal 10 menit. G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari
59
setiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih apabila korelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2008). 2. Uji Reliabilitas Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas data, apakah alat ukur dapat digunakan atau tidak. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan software computer dengan rumus Alpha Cronbach, dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliable. Sebaliknya bila r alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliable (Hidayat, 2008). Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena instrument yang digunakan telah diuji dan dipakai pada penelitian Anggraeni (2012).
60
H. Pengolahan Data Proses pengolahan data penelitian menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Pada penelitian ini editing dilakukan baik pada tahap pengumpulan dan sebelum entry. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) dengan data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Coding dilakukan sebelum entry data. 3. Entry Data Entry data dalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat tabel kontingensi. Kegiatan ini dilakukan menggunakan software statistik. 4. Cleaning Data Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang sudah dientri, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin terjadi pada saat mengentry data ke komputer.
61
5. Melakukan Teknik Analisa Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis. I.
Teknik Analisis Data Analisa data yang digunakan adalah teknik univariat dan bivariat. Analisa univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi variabel dependen dan independen. Variabel independen diantaranya Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel yaitu variabel dependen : prilaku pemberian ASI Ekslusif dengan variabel independen: karakteristik individu (umur, pendidikan, status pekerjaan, paritas dan sosial ekonomi), pengetahuan, budaya/kepercayaan/mitos, sikap, fasilitas rawat gabung, inisiasi menyusui dini, kebijakan tempat kerja, dukungan suami dan keluarga, penolong persalinan, promosi/iklan susu formula. Teknik analisis yang dilakukan yaitu dengan analisis non-parametrik dengan menggunakan derajat kepercayaan 88,88% dengan α 11,12%, sehingga jika nilai P (p value)< 0,11,12 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p value≥ 0,11,12 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan
antara
variabel
dependen
dengan
variabel
independen.
BAB V HASIL PENELITIAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Perilaku pemberian ASI eksklusif didapatkan dari hasil jawaban responden tentang perilaku ASI eksklusif bayi usia 6-11 bulan. Klasifikasinya dibagi menjadi dua kategori yaitu ya dan tidak. Distribusi responden menurut perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 disajikan pada tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Distribusi Responden Menurut Pola Perilaku ASI Eksklusif Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No.
Perilaku ASI Eksklusif
Frekuensi
1. 2.
ASI Eksklusif Tidak ASI Eksklusif Total
2 43 45
Persentase (%) 4.4 95.6 100.0
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 45 orang responden sebanyak 43 orang tidak memberikan ASI eksklusif atau sebesar 95,6 %. Sedangkan responden yang memberikan ASI Eksklusif hanya 2 orang responden atau 4,4 %. Lebih lanjut, hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 45 responden sebanyak 41 orang memberikan kolostrum. Hasil ini didapat dari jawaban responden tenatng memberikan kolostrum pada bayi. Distribusi responden
62
63
menurut pemberian kolostrum pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini. Tabel 5.2 Distribusi Responden Menurut Pola Pemberian Kolostrum Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No.
Pemberian Kolostrum
Frekuensi
1. 2.
Memberikan Tidak Memberikan Total
41 4 45
Persentase (%) 91.1 8.9 100.0
Dari tabel 5.2 diketahui bahwa sebanyak 41 orang responden memberikan kolostrum pada bayinya atau sebesar 91,1%. Sedangkan sebanyak 4 orang atau 8,9% responden tidak memberikan kolostrum pada bayinya. Kemudian hasil penelitian ini pula menunjukan bahwa masih banyak responden yang memberikan makanan tambahan pada bayinya. Hasil ini didapat dari jawaban responden tentang memberikan beberapa jenis makanan tambahan. Distribusi responden menurut pola pemberian makanan tambahan pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.
64
Tabel 5.3 Distribusi Responden Menurut Pola Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Memberi Makanan Tambahan Memberi Tidak
N % N %
Obat 21 46.7 24 53.3
Jenis Makanan Tambahan Air Susu Madu Pisang Putih Formula 14 35 10 30 31.1 77.8 22.2 66.7 31 10 35 15 68.9 22.2 77.8 33.3
Makanan Lain 10 22.2 35 77.8
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa dari 45 responden, 21 orang memberikan obat atau sebesar 46,7%. Sebanyak 14 orang memberikan madu atau sebesar 31,1%. Sebanyak 35 orang memberikan air putih atau sebesar 77,8% sebanyak 10 orang memberikan pisang atau sebesar 22,2%, sebanyak 30 orang memberikan susu formula atau sebesar 66,7%, dan sebanyak 10 orang memberikan makanan lain ata sebesar 22,2%. Kemudian hasil penelitian ini juga menunukan tentang alasan/ waktu ibu memberikan susu formula. Hasil ini didapat dari jawaban responden tentang pertanyaan terkait pemberian susu formula. Distribusi responden menurut pola alasan/waktu pemberian susu formula pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat diketahui dari atabel 5.4 dibawah ini.
65
Tabel 5.4 Distribusi Responden Menurut Pola alasan/waktu Pemberian susu formula Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Waktu Memberi Susu Formula Beraktivitas di Luar Rumah Ibu Sakit Tidak Tentu
Memberi Susu Formula Memberi Tidak Memberi N % N % 19 42.2 26 57.8 16 35.6 29 64.4 25 55.6 20 44.4
Dari table 5.4 diketahui bahwa dari 45 responden, 19 orang memberi susu formula ketika beraktivitas di luar rumah atau sebesar 42,2%. Sebanyak 16 orang member susu formula ketika responden sakit atau sebesar 35,6%. Sedangkan sebanyak 25 responden memberikan susu formula tanpa alasan yang jelas atau sebesar 55,6%. 2. Gambaran Umur Ibu Umur ibu diketahui dari hasil jawaban responden tentang umur ibu pada kuesioner. Variabel umur tidak dikategorikan, namun hanya ingin mengetahui distribusi umur ibu yang melahirkan dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Distribusi responden menurut umur ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini. Tabel 5.5 Distribusi Responden Menurut Umur Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 N 45
Rata-rata Umur Ibu 28.62
Standar Deviasi 4.754
Umur Tertua 38
Umur Termuda 22
66
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 45 orang responden rata rata ibu berumur 29 tahun dengan standar deviasi 4,75. Sedangkan umur terendah ibu yaitu 22 tahun dan umur tertinggi ibu yaitu 38 tahun. 3. Gambaran Paritas Ibu Paritas ibu didapatkan dari hasil jawaban responden tentang paritas pada kuesioner. Klasifikasinya dibagi menjadi dua kategori yaitu >1 dan 1. Distribusi responden menurut paritas ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2012 disajikan pada tabel 5.6 berikut ini. Tabel 5.6 Distribusi Responden Menurut Paritas Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2.
Paritas Ibu >1 1 Total
Frekuensi 30 15 45
Persentase (%) 66.7 33.3 100.0
Berdasarkan tabel 5.6, dapat diketahui bahwa dari 45 orang responden sebanyak 30 responden memiliki paritas lebih dari 1 atau sebesar 66,7%. Sedangkan responden yang memiliki paritas 1 sebanyak 15 orang atau sebesar 33,3%. 4. Gambaran Pendidikan Ibu Pendidikan ibu didapatkan dari hasil jawaban responden tentang pendidikan pada kuesioner. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu tinggi dan rendah. Distribusi responden menurut pendidikan ibu yang
67
melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 disajikan pada tabel 5.7 berikut ini. Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2.
Pendidikan Ibu Tinggi (tamat SMA, Perguruan Tinggi / akademi) Rendah (Tamat SD, tamat SMP) Total
Frekuensi
Persentase (%)
20
44.4
25 45
55.6 100.0
Berdasarkan tabel 5.7, dapat diketahui bahwa dari 45 orang responden sebanyak 25 orang responden berpendidikan rendah atau sebesar 55,6%. Sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 20 orang atau sebesar 44,4%. 5. Gambaran Pekerjaan Ibu dan Ketersedian Ruang Menyusui bagi Ibu Pekerjaan ibu dapat diketahui dengan menggunakan hasil jawaban responden tentang pekerjaan ibu pada kuesioner. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu tidak bekerja dan bekerja. Distribusi responden menurut pekerjaan ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini.
68
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No
Pekerjaan Ibu Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga) Bekerja (Pegawai Swasta/ wiraswasta) Total
1. 2.
Frekuensi
Persentase (%)
39
86.7
6
13.3
45
100.0
Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebanyak 39 orang reponde tidak bekerja atau sebesar 86,7%. Sedangkan resonden yang bekerja sebanayak 6 orang atau sebesar 13,3%. Sedangkan ruang menyusui bagi ibu yang bekerja dapat diketahui dengan menggunakan hasil jawaban responden tentang ruang menyusui di tempat kerja ibu. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu tidak tersedia dan tersedia. Distribusi responden menurut ketersediaan ruang menyusui di tempat kerja ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut ini. Tabel 5.9 Distribusi Responden Menurut Ketersediaan Ruang Menyusui Di Tempat Kerja Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No
Ruang Menyusui
Frekuensi
1. 2.
Tersedia Tidak tersedia Total
1 5 6
Persentase (%) 16.7 83.3 100.0
69
Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 6 responden yang bekerja sebanyak 4 orang responden tidak disediakan ruang menyusui atau sebesar 83,3% sedangkan hanya satu responden yang disediakan ruang menyusui. 6. Gambaran Pengetahuan Ibu Pengetahuan tentang ASI eksklusif diukur melalui 22 pernyataan, yang berisi tentang pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif, kolostrum, IMD, rawat gabung, perawatan payudara, kesulitan menyusui, dan pengetahuan mengenai susu formula. klasifikaksinya dibagi 3 kategori yaitu baik apabila memiliki skor >75% poin, sedang apabila memiliki skor antara 40-75% poin, dan buruk apabila memiliki skor <40% poin (Ludin, 2008). Distribusi responden menurut pengetahuan ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut ini. Tabel 5.10 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2. 3.
Pengetahuan Ibu Baik Sedang Buruk Total
Frekuensi 10 35 0 45
Persentase (%) 22.2 77.8 0.0 100.0
Berdasarkan tabel 5.10, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar memiliki pengetahuan sedang yaitu sebesar 77,8% dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan buruk. Sedangkan
70
distribusi responden menurut hasil pernyataan tentang pengetahuan ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.11 di bawah ini. Tabel 5.11 Distribusi Responden Menurut Hasil Pernyataan Tentang Pengetahuan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Pernyataan tentang Pengetahuan Devinisi ASI eksklusif Asi cukup sebagai obat Makanan padat boleh sejak usia 3 bulan Asi diberikan kapan saja Asi memenuhi kebutuhan gizi bayi Asi eksklu ibu jadi gemuk Asi eksklusif mencegah kehamilan Menyusui rubah bentuk payudara Devinisi kolostrum Kolostrum harus dibuang Kolostrum mengandung zat imun Devinisi IMD Cara menyusui Cara membersihkan payudara Membersihkan payudara dengan sabun & alcohol Susu formula melengkapi gizi asi Memberikan susu formula ketika ASI tidak keluar Rawat gabung Menghentikan ASI ketika payudara sakit
Jawaban Benar
Salah
N 42 25
% 93.3 55.6
N 3 20
% 6.7 44.4
34
75.6
11
24.4
43
95.6
2
4.4
36
80
9
20
35
77.8
10
22.2
21
46.7
24
53.3
36
80
9
20
28 31
62.2 68.9
17 14
37.8 31.1
43
95.6
2
4.4
43 39
95.6 86.7
2 6
4.4 13.3
43
95.6
2
4.4
39
86.7
6
13.3
18
40
27
60
7
15.6
38
84.4
35
77.8
10
22.2
27
60
18
40
71
No 20 21 22
Pernyataan tentang Pengetahuan Memberi susu formula ketika bekerja Dot membuat bayi tidak mau menyusu Areola masuk mulut bayi
Jawaban Benar
Salah
N
%
N
%
18
40
27
60
35
77.8
10
22.2
40
88.9
5
11.1
Dari tabel 5.11 dapat diketahu bahwa rata-rata lebih dari 50 % responden menjawab pernyataan terkait pengetahuan tentang ASI Eksklusif dengan benar. Tetapi, pada pernyataan tentang ASI ekslusif dapat mencegah kehamilan sebesar 53,3% responden menjawab dengan salah. Sebesar 60% responden menjawab pernyataan tentang susu formula melengkap ASI dengan salah. Sebesar 84.4% responden menjawab penyataan tentang memberikan susu formula ketika ASI tidak keluar dengan salah. Dan sebanyak 60% responden menjawab pernyataaan tentang memberikan susu formula ketika bekerja dengan salah. 7. Gambaran Sikap Ibu Sikap tentang ASI eksklusif diukur melalui enam pertanyaan, yang berisi tentang kolostrum, pemberian MP-ASI dini, dan susu formula, dll. klasifikaksinya dibagi 3 kategori yaitu baik apabila memiliki skor >75% poin, sedang apabila memiliki skor antara 40- 75% poin, dan buruk apabila memiliki skor <40% poin (Ludin, 2008). Distribusi responden menurut sikap ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas
72
Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.12 berikut ini. Tabel 5.12 Distribusi Responden Menurut Sikap Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2. 3.
Sikap Ibu
Frekuensi
Baik Sedang Buruk Total
14 20 11 45
Persentase (%) 31.1 44.4 24.4 100.0
Berdasarkan tabel 5.12, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar memiliki sikap sedang yaitu sebesar 44,4% dan proporsi yang paling sedikit yaitu responden yang memiliki sikap buruk sebesar 24,4%. Sedangkan distribusi responden menurut hasil pernyataan tentang sikap ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.13 di bawah ini. Tabel 5.13 Distribusi Responden Menurut Hasil Pernyataan Tentang Sikap Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Jawaban No 1. 2 3 4 5 6
Pernyataan tentang Sikap Memberi makanan lain Memberi kolostrum Memberikan susu botol Memberi obat bila bayi sakit Tetap memberi ASI walau bengkak/nyeri payudara Memberi susu formula ketika beraktifitas di luar
Benar
Salah
N 32 36 35
% 71.1 80 77.8
N 13 9 10
% 28.9 20 22.2
22
48.9
23
51.1
32
71.1
13
28.9
17
37.8
28
62.2
73
Berdasarkan tabel 5.13, diketahui bahwa rata-rata lebih dari 50% responden memliki sikap yang benar terkait ASI eksklusif hanya terkait memberi obat kepada bayi sakit sebesar 51,1% responden menjawab dengan salah, dan sebesar 62,2% responden menjawab pernyataan terkait memberi susu formula ketika beraktivitas di luar rumah dengan salah. 8. Gambaran Kepercayaan ibu Kepercayaan tentang ASI eksklusif diukur melalui 10 pernyataan. klasifikaksinya dibagi 3 kategori yaitu baik apabila memiliki skor >75% poin, sedang apabila memiliki skor antara 40-75% poin, dan buruk apabila memiliki skor <40% poin (Ludin, 2008). Distribusi responden menurut kepercayaan ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada table 5.14 berikut ini. Table 5.14 Distribusi Responden Menurut Kepercayaan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2. 3.
Kepercayaan Ibu Baik Sedang Buruk Total
Frekuensi 42 3 0 45
Persentase (%) 93.3 6.7 0.0 100.0
Berdasarkan tabel 5.14, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar memiliki kepercayaan baik yaitu sebesar 93,3% dan tidak ada responden yang memiliki kepercayaan buruk. Sedangkan distribusi responden menurut hasil pernyataan tentang kepercayaan ibu yang
74
melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.15 di bawah ini.
Tabel 5.15 Distribusi Responden Menurut Hasil Pernyataan Tentang Kepercayaan Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
No
1.
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan tentang Kepercayaan Jika ASI eksklusif, Bayi tumbuh dan berkembang dengan sehat ASI eksklusif tidak bertentangan dengan ajaran agama ASI makanan terbaik bayi Kesehatan bayi terjamin dengan ASI Tidak menyusui, berdosa Kolostrum meningkatkan kekebalan tubuh Tugas ibu memberi ASI Memberi ASI berpahala Anak diberi ASI berakhlak Tidak ada gangguan pencernaan bila diberi ASI
Jawaban Benar
Salah
N
%
N
%
43
95.6
2
4.4
43
95.6
2
4.4
44
97.8
1
2.2
45
100
0
0
42
93.3
3
6.7
44
97.8
1
2.2
45 45 43
100 100 95.6
0 0 2
0 0 4.4
44
97.8
1
2.2
Berdasarkan tabel 5.15, diketahui bahwa rata-rata lebih dari 50% responden menjawab pernyataan terkait kepercayaan dengan benar. 9. Gambaran Tempat Ibu Bersalin dan Rawat Gabung Tempat Ibu Bersalin dapat diketahui dengan menggunakan kuesioner tentang tempat ibu bersalin. Klasifikasinya diabagi 3 kategori yaitu Rumah Sakit, Rumah Bersali atau Klinik Dokter/Bidan, dan Rumah. Distribusi responden menurut tempat bersalin pada ibu yang melahirkan di
75
luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut ini. Tabel 5.16 Distribusi Responden Menurut Tempat Bersalin Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No.
Tempat Bersalin
Frekuensi
1.
Rumah Sakit Rumah Bersalin/ Klinik Dokter/Bidan Rumah Total
13
Persentase (%) 28.9
29
64.4
3 45
6.7 100.0
2. 3.
Berdasarkan tabel 5.16, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar bersalin di Rumah bersali atau klinik doker/bidan yaitu sebesar 64.4 % dan proporsi yang paling sedikit yaitu yang bersalin di rumah sebesar 6.7 %. Sedangkan rawat gabung dapat diketahui dari jawaban responden tentang rawat gabung. Distribusi rawat gabung berdasar tempat bersalin dapat dilihat pada tabel 5.17 beriku ini. Tabel 5.17 Distribusi Responden Menurut Rawat Gabung Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Rawat Gabung Ya Tidak Total
Rumah Sakit N 5 8 13
% 38,5 61,5 100
Tempat Bersalin Rumah Bersalin/ Klinik Dokter/Bidan N % 27 93,1 2 6,9 29 100
Rumah N 3 0 3
% 100 0 100
76
Berdasarkan tabel 5.17, dapat diketahui bahwa dari 13 orang responden yang melahirkan di Rumah Sakit sebanyak 5 orang dirawat gabung dengan bayi ataub38,5% dan sebanyak 8 orang tidak dirawat gabung 61,5%. Sedangkan dari 29 responden yang melahirkan di klinik sebanyak 27 orang dirawat gabung atau 93,1% dengan bayi dan hanya 2 orang yang tidak dirawat gabung atau 6,9%. Dan dari 3 orang yang melahirkan di rumah semuanya dirawat gabung dengan bayinya. 10. Gambaran Tenaga yang membantu Persalinan Tenaga
yang
menggunakan
membantu
Persalinan
dapat
diketahui
dengan
kuesioner tentang tenaga yang membantu Persalinan.
Klasifikasinya dibagi menjadi 3 kategori yaitu Dukun Beranak, Bidan/perawat, dan dokter. Distribusi responden menurut Tenaga yang membantu Persalinan pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini. Tabel 5.18 Distribusi Responden Menurut Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2. 3.
Tenaga yang membantu Persalinan Dokter Bidan/perawat Dukun Beranak Total
Frekuensi 12 33 0 45
Persentase (%) 26.7 73.3 0.0 100.0
77
Berdasarkan tabel 5.18, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar ibu bersalin dibantu oleh bidan/perawat yaiu sebesar 73.3 % dan tidak ada responden yang bersalin dibantu dukun beranak.Lebih lanjut gambaran tenaga yang membantu persalinan berdasarkan tempat bersalin ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.19 di bawah ini. Tabel 5.19 Gambaran Tenaga Yang Membantu Persalinan Berdasarkan Tempat Bersalin Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Tenaga yang Membantu Persalinan Dokter Bidan/perawat Dukun Beranak Total
Rumah Sakit N % 12 92.3 1 7.7 0 0 13 100
Tempat Bersalin Rumah Bersalin/ Klinik Dokter/Bidan N % 0 0 29 100 0 0 29 100
Rumah N 0 3 0 3
% 0 100 0 100
Dari tabel 5.19 dapat diketahui bahwa dari 13 responden yang melahirkan di rumah sakit, sebanyak 12 orang dibantu dokter ketika bersalin atau sebesar 92,3%, dan 1 orang dibantu bidan atau perawat atau sebesar 7,7%. Sedangkan dari 29 responden yang melahirkan di klinik semuanya dibantu bidan/perawat ketika melahirkan dan dari 3 responden yang melahirkan di rumah semuanya melahirkan dibantu bidan/perawat.
78
11. Gambaran Tenaga yang Melayani IMD Tenaga yang melayani IMD dapat diketahui dengan menggunakan kuesioner tentang tenaga yang melayani IMD. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu ibu yang mendapatkan bantuan IMD dan ibu yang tidak mendapatkan bantuan IMD. Distribusi responden menurut tenaga yang melayani IMD pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini. Tabel 5.20 Distribusi Responden Menurut Tenaga yang Melayani IMD pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2.
Tenaga yang Melayani IMD
Frekuensi
Persentase (%)
33
73.3
12
26.7
45
100.0
Ibu yang mendapatkan bantuan IMD Ibu yang tidak mendapatkan bantuan IMD Total
Berdasarkan tabel 5.20, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar ibu mendapatkan bantuan dari tenaga kesehatan untuk memberikan IMD yaitu sebesar 73,3%. Sedangkan sebesar 26,7% responden tidak mendapat bantuan melakukan IMD. Lebih lanjut gambaran tenaga yang melayani IMD berdasarkan tempat bersalin ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.21 di bawah ini.
79
Tabel 5.21 Gambaran Tenaga Yang Melayani IMD Berdasarkan Tempat Bersalin Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Tenaga yang Melayani IMD Melayani IMD Tidak Melayani IMD Total
Rumah Sakit N % 12 92.3
Tempat Bersalin Rumah Bersalin/ Klinik Dokter/Bidan N % 21 72.4
Rumah N 0
% 0
1
7.7
8
27.6
3
100
13
100
29
100
3
100
Dari tabel 5.21 diketahui bahwa dari 13 responden yang melahirkan di rumah sakit sebanyak 12 responden dibantu melakukan IMD atau sebesar 92,3% dan hanya 1 responden yang tidak dibantu melakukan IMD. Sedangkan dari 29 responden yang melahirkan di klinik sebanyak 21 orang responden dibantu melakukan IMD atau sebesar 72,4% dan sebanyak 8 orang tidak dibantu melakukan IMD atau sebesar 27,6%. Dan dari 3 responden yang melahirkan di rumah tidak ada yang dibantu melakukan IMD. Sedangkan gambaran tenaga yang melayani IMD berdasarkan tenaga yang membantu persalinan pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.22 di bawah ini.
80
Tabel 5.22 Gambaran Tenaga Yang Melayani IMD Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Tenaga yang Melayani IMD Melayani IMD Tidak Melayani IMD Total
Tenaga yang membantu Persalinan Dokter Bidan/perawat Dukun Beranak N % N % N % 11 91.7 22 66.7 0 0 1 8.3 11 33.3 0 0 12
100
33
100
0
0
Dari tabel 5.22 diketahui bahwa dari 12 responden yang melahirkan dibantu dokter sebanyak 11 orang dibantu melakukan IMD atau sebesar 91,7% dan sebanyak 1 orang responden tidak dibantu melakukan IMD. Sedangkan dari 33 responden yang melahirkan dibantu bidan/perawat sebanyak
22 orang dibantu melakukan IMD atau sebesar 66,7% dan
sebanyak 11 orang tidak dibantu melakukan IMD atau sebesar 33,3%. 12. Gambaran Dukungan Keluarga Dukungan keluarga dapat diketahui dengan menggunakan kuesioner tentang dukungan keluarga. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu ibu yang mendapatkan dukungan dari keluarga dan ibu yang tidak mendapatkan dukungan dari keluarga. Distribusi responden
menurut
dukungan keluarga pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini.
81
Tabel 5.23 Distribusi Responden Menurut Dukungan Keluarga pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2.
Dukungan Keluarga Ibu yang mendapatkan Dukungan Keluarga Ibu yang tidak mendapatkan Dukungan Keluarga Total
Frekuensi
Persentase (%)
42
93.3
3
6.7
45
100.0
Berdasarkan tabel 5.23, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar ibu mendapatkan dukungan dari keluarga yaitu sebesar 93,3%. Sedangkan responden yang tidak mendapat dukungan keluarga hanya 3 orang atau sebesar 6,7%. 13. Gambaran Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan Dorongan kader dan tenaga kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif dapat diketahui dengan menggunakan kuesioner tentang dorongan kader dan tenaga kesehatan. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu ibu yang mendapatkan dorongan dari kader dan tenaga kesehatan dan ibu yang tidak mendapatkan dorongan dari kader dan tenaga kesehatan. Distribusi responden menurut dorongan kader dan tenaga kesehatan pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut ini.
82
Tabel 5.24 Distribusi Responden Menurut Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2.
Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan Kader Tenaga kesehatan
Ya N 38 26
% 84.4 57.8
Tidak N % 7 15.6 19 42.2
N 45 45
Total % 100.0 100.0
Berdasarkan tabel 5.24, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebanyak 38 responden mendapatkan dorongan dari kader atau sebesar 84,4% sedangkan 7 orang responden tidak mendapatkan dorongan dari kader atau sebesar 15,6%. Dan sebanyak 26 orang mendapat dorongan dari tenaga kesehaan atau sebesar 57,8% sedangkan 19 orang responden tidak mendapatkan dorongan dari tenaga kesehaan atau sebesar 42,2%. Sedangkan gambaran dorongan tenaga kesehatan berdasarkan tenaga yang membantu persalinan pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.25 di bawah ini. Tabel 5.25 Gambaran Dorongan Tenaga Kesehatan Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Dorongan Tenaga Kesehatan Ya Tidak Total
Tenaga yang membantu Persalinan Dukun Dokter Bidan/perawat Beranak N % N % N % 8 66.7 18 54.6 0 0 4 33.3 15 45.4 0 0 12 100 33 100 0 0
83
Dari tabel 5.25 diketahui bahwa dari 12 responden yang dibantu bersalin oleh dokter sebanyak 8 orang didorong untuk memberikan ASI eksklusif atau sebesar 66,7% dan 4 orang tidak mendapat dorongan untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari 33 responden yang melahirkan dibantu bidan/perawat sebanyak 18 orang mendapat dorongan untuk memberikan ASI eksklusif atau sebesar 54,6% dan sebesar 15 orang tidak mendapat dorongan untuk memberikan ASI eksklusif atau sebesar 45,4%. Sedangkan gambaran dorongan tenaga kesehatan saat kunjungan kehamilan berdasarkan tenaga yang membantu persalinan pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.26 di bawah ini. Tabel 5.26 Gambaran Dorongan Tenaga Kesehatan Saat Kunjungan Kehamilan Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Dorongan Menyusui Eksklusif Saat Kunjungan Kehamilan Ya Tidak Total
Tenaga yang membantu Persalinan Dukun Dokter Bidan/perawat Beranak N % N % N % 11 91.7 32 97 0 0 1 8.3 1 3 0 0 12 100 33 100 0 0
Dari tabel 5.26 diketahui bahwa dari 12 responden yang melahirkan dibantu dokter sebanyak 11 orang mendapat dorongan menyusui eksklusif saat kunjungan kehamilan atau sebesar 91,7% dan 1 orang tidak mendapatkan dorongan untuk menyusui eksklusif saat kunjungan
84
kehamilan atau sebesar 8,3%. Sedangkan dari 33 responden yang melahirkan dibantu oleh bidan/perawat sebanyak 32 orang mendapat dorongan agar menyusui secara eksklusif saat kunjungan kehamilan atau sebesar 97% dan hanya 1 orang yang tidak didorong untuk memberikan ASI secara eksklusif saat kunjungan kehamilan. Sedangkan gambaran dorongan tenaga kesehatan setelah persalinan berdasarkan tenaga yang membantu persalinan pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat terlihat pada tabel 5.27 dibawah ini. Tabel 5.27 Gambaran Dorongan Tenaga Kesehatan Setelah Persalinan Berdasarkan Tenaga Yang Membantu Persalinan Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Dorongan Menyusui Eksklusif Setelah Persalinan Ya Tidak Total
Tenaga yang membantu Persalinan Dukun Dokter Bidan/perawat Beranak N % N % N % 11 91.7 25 75.8 0 0 1 8.3 8 24.2 0 0 12 100 33 100 0 0
Dari tabel 5.27 diketahui bahwa dari 12 responden yang melahirkan dibantu dokter sebanyak 11 orang mendapat dorongan menyusui eksklusif setelah persalinan atau sebesar 91,7% dan 1 orang tidak mendapatkan dorongan untuk menyusui eksklusif setelah persalinan atau sebesar 8,3%. Sedangkan dari 33 responden yang melahirkan dibantu oleh bidan/perawat sebanyak 25 orang mendapat dorongan agar menyusui secara eksklusif
85
setelah persalinan atau sebesar 75,8% dan hanya 8 orang yang tidak didorong untuk memberikan ASI secara eksklusif setelah persalinan atau sebesar 24,2%. 14. Gambaran Pengaruh Iklan Susu Formula Pengaruh iklan susu formula terhadap pemberian ASI eksklusif dapat diketahui dengan menggunakan kuesioner tentang Pengaruh iklan susu formula. Klasifikasinya dibagi menjadi 2 kategori yaitu ibu yang terpengaruh iklan susu formula dan ibu yang tidak terpengaruh iklan susu formula. Distribusi responden menurut Pengaruh Iklan Susu Formula pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 5.28 berikut ini. Tabel 5.28 Distribusi Responden Menurut Pengaruh Iklan Susu Formula Pada Ibu Yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 No. 1. 2.
Pengaruh iklan susu formula Tidak terpengaruh iklan susu formula Terpengaruh iklan susu formula Total
Frekuensi
Persentase (%)
37
82.2
8
17.8
45
100.0
Berdasarkan tabel 5.28, dapat diketahui bahwa dari 45 responden sebagian besar ibu tidak terpengaruh oleh iklan susu formula dengan proporsi sebesar 82,2%. Dan hanya sebanyak 8 responden yang merasa terpengaruh oleh iklan susu formula atau sebesar 17,8%.
86
B. Analisis Bivariat 1. Analisis Hubungan antara Umur Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan umur dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji t-test Independen Hasil analisis uji t-test Independen dapat dilihat pada tabel 5.29 berikut ini. Tabel 5.29 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Umur Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak
Mean
SD
P value
31.00 28.51
4.243 4.793
0.476
Berdasarkan tabel 5.29, dapat diketahui bahwa dari 45 responden, yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya mempunyai rata-rata umur sebesar 31.00 atau 31 tahun. Sedangkan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan rata-rata umur 28.51 atau 29 tahun. Dari hasil uji statistik didapatkan nilai P value sebesar 0,476 yang artinya pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
87
2. Analisis Hubungan antara Paritas Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan paritas dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji fisher. Hasil analisis uji fisher dapat dilihat pada tabel 5.30 berikut ini. Tabel 5.30 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Paritas pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Paritas >1 1
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 2 6.7 28 93.3 0 0.0 15 100.0
Total N
%
30 15
100.0 100.0
P Value 0.545
Berdasarkan tabel 5.30 dapat diketahui bahwa dari 30 responden dengan paritas lebih dari 1, sebesar 6.7 % memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 15 orang responden dengan paritas 1, tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 0.545 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang
melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan
Pesanggrahan.
88
3. Analisis Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan pendidikan ibu dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji fisher. Hasil analisis uji fisher dapat dilihat pada tabel 5.31 berikut ini. Tabel 5.31 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Pendidikan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Pendidikan Tinggi Rendah
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 1 4.0 24 96.0 1 5.0 19 95.0
Total N
%
25 20
100.0 100.0
P Value 1.00
Berdasarkan tabel 5.31 dapat diketahui bahwa dari 25 responden dengan pendidikan tinggi, sebesar 4 % memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 20 orang responden dengan pendidikan rendah, sebesar 5 % memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1.00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
89
4. Analisis Hubungan antara pekerjaan Ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan pekerjaan ibu dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji fisher. Hasil analisis uji fisher dapat dilihat pada tabel 5.32 berikut ini. Tabel 5.32 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan pekerjaan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Pekerjaan Bekerja Tidak
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 0 0.0 6 100.0 2 5.1 37 94.9
Total N
%
6 39
100.0 100.0
P Value 1.00
Berdasarkan tabel 5.32 dapat diketahui bahwa dari 6 responden yang bekerja, tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 39 orang responden yang tidak bekerja, sebesar 5.1 % memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1,00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
90
5. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan pengetahuan ibu dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
tahun
2013
diketahui
dengan
menggunakan
uji
kolmogorov-smirnov. Hasil analisis uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 5.33 berikut ini. Tabel 5.33 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Pengetahuan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Pengetahuan Baik Sedang Buruk
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 1 10.0 9 90.0 1 2.9 34 97.1 0 0.0 0 0.0
Total N
%
10 35 0
100.0 100.0 0.0
P Value
0.997
Berdasarkan tabel 5.33 dapat diketahui bahwa dari 10 responden dengan pengetahuan baik, sebesar 10 % memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 35 orang responden dengan pengetahuan sedang, sebesar 2.9 % memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 0.997 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
91
6. Analisis Hubungan antara Sikap Ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan sikap ibu dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Hasil analisis kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 5.34 berikut ini. Tabel 5.34 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Sikap pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Sikap Baik Sedang Buruk
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 2 14.3 12 85.7 0 0.0 20 100.0 0 0.0 11 100.0
Total N
%
14 20 11
100.0 100.0 100.0
P Value
0.274
Berdasarkan tabel 5.34 dapat diketahui bahwa dari 14 reponden dengan sikap yang baik sebesar 14.3 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 20 responden dengan sikap sedang dan 11 responden dengan sikap buruk tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 0.274 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
92
7. Analisis Hubungan antara Kepercayaan ibu bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan sikap ibu dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Hasil analisis uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 5.35 berikut ini. Tabel 5.35 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Kepercayaan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013
Kepercayaan Baik Sedang Buruk
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 2 4.8 40 95.2 0 0.0 3 100.0 0 0.0 0 0.0
Total N
%
42 3 0
100.0 100.0 0.0
P Value
1.00
Berdasarkan tabel 5.35 dapat diketahui bahwa dari 42 reponden dengan kepercayaan yang baik sebesar 4.8 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 3 responden dengan kepercayaan sedang tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1,00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kepercayaan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
93
8. Analisis Hubungan antara Tempat Ibu Bersalin Ibu dan Rawat Gabung dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan tempat ibu bersalin dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
tahun
2013
diketahui
dengan
menggunakan
uji
kolmogorov-smirnov. Hasil analisis uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 5.36 berikut ini. Tabel 5.36 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Tempat Ibu Bersalin pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Tempat Ibu Bersalin Rumah Sakit Klinik Rumah
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 1 7.7 12 92.3 1 3.4 28 96.6 0 0.0 3 100.0
Total N
%
13 29 3
100.0 100.0 100.0
P Value
1.00
Berdasarkan tabel 5.36 dapat diketahui bahwa dari 13 reponden yang bersalin di Rumah Sakit sebesar 7.7 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 29 responden yang bersalin di klinik sebesar 3.4% memberikan ASI eksklusif dan dari 3 responden yang bersalin di rumah tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1,00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tempat ibu bersalin dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
94
Sedangkan hubungan rawat gabung dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji fisher. Hasil analisis uji fisher dapat dilihat pada tabel 5.37 berikut ini. Tabel 5.37 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Rawat Gabung pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Rawat Gabung Ya Tidak
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 2 5,7 33 94,3 0 0 10 100
Total N
%
35 10
100 100
P Value 1.00
Berdasarkan tabel 5.37 dapat diketahui bahwa dari 35 responden yang dirawat gabung dengan bayi, sebanyak 2 orang memberikan ASI eksklusif atau sebesar 5,7%. sedangkan dari 10 orang responden yang tidak dirawat gabung dengan bayi, tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1,00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara rawat gabung dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
95
9. Analisis Hubungan antara Tenaga yang membantu Persalinan bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan tenaga yang membantu persalinan dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Hasil analisis uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 5.38 berikut ini. Tabel 5.38 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Tenaga yang membantu Persalinan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Tenaga yang membantu Persalinan Dokter Bidan/ perawat Dukun beranak
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 1 8.3 11 91.7
Total N
%
12
100.0
1
3.0
32
97.0
33
100.0
0
0.0
0
0.0
0
0.0
P Value
1.00
Berdasarkan tabel 5.38 dapat diketahui bahwa dari 12 reponden yang bersalin dibantu oleh dokter sebesar 8.3 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 32 responden yang bersalin dibantu bidan/perawat sebesar 3 % memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1.00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tenaga yang membantu persalinan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
96
10. Analisis Hubungan antara Tenaga yang Melayani IMD bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan tenaga yang melayani IMD dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji fisher. Hasil analisis uji fisher dapat dilihat pada tabel 5.39 berikut ini. Tabel 5.39 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Tenaga yang Melayani IMD pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Tenaga yang Melayani IMD Ya Tidak
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 2 6.1 31 93.9 0 0.0 12 100.0
Total N
%
33 12
100.0 100.0
P Value 1.00
Berdasarkan tabel 5.39 dapat diketahui bahwa dari 33 reponden yang dibantu memberikan IMD kepada bayinya sebesar 6.1% memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 12 responden yang tidak dibantu memberikan IMD kepada bayinya tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1.00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara tenaga yang
melayani IMD dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
97
11. Analisis Hubungan antara Dukungan Keluarga bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan dukungan keluarga dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji fisher. Hasil analisis uji fisher dapat dilihat pada tabel 5.40 berikut ini. Tabel 5.40 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Dukungan Keluarga pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Dukungan Keluarga Ya Tidak
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 2 4.8 40 95.2 0 0.0 3 100.0
Total N
%
42 3
100.0 100.0
P Value 1.00
Berdasarkan tabel 5.40 dapat diketahui bahwa dari 42 reponden yang mendapat dukungan keluarga sebesar 4.8% memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 3 responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1.00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
98
12. Analisis Hubungan antara Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan dorongan kader dan tenaga kesehatan dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji fisher. Hasil analisis uji fisher dapat dilihat pada tabel 5.41 berikut ini. Tabel 5.41 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Dorongan Kader dan Tenaga Kesehatan Ya Tenaga Kesehatan Tidak Ya Kader Tidak
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 2 7.7 24 92.3 0 0.0 19 100.0 2 5.3 36 94.7 0 0.0 7 100.0
Total N
%
26 19 38 7
100.0 100.0 100.0 100.0
P Value 0.504 1.00
Berdasarkan tabel 5.41 dapat diketahui bahwa dari 26 reponden yang mendapat dorongan dari tenaga kesehatan sebesar 7.7% memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 19 responden yang tidak mendapatkan dorongan dari tenaga kesehatan tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 0.504 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dorongan tenaga kesehatan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. Dan dapat diketahui bahwa dari 38 reponden yang mendapat dorongan dari kader kesehatan sebesar 5.3% memberikan ASI Eksklusif. sedangkan
99
dari 7 responden yang tidak mendapatkan dorongan dari kader kesehatan tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1.00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hubungan antara dorongan tenaga kesehatan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan. 13. Analisis Hubungan antara Pengaruh Iklan Susu Formula bagi Ibu dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan pengaruh iklan susu formula dengan perilaku ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013 diketahui dengan menggunakan uji chi-square. Hasil analisis uji chi-square dapat dilihat pada tabel 5.42 berikut ini. Tabel 5.42 Gambaran Perilaku ASI Eksklusif Berdasarkan Pengaruh Iklan Susu Formula pada Ibu yang Melahirkan Di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2013 Pengaruh Iklan Susu Formula Ya Tidak
Perilaku ASI Eksklusif Ya Tidak N % N % 0 0.0 8 100.0 2 5.4 35 94.6
Total N
%
8 37
100.0 100.0
P Value 1.00
Berdasarkan tabel 5.42 dapat diketahui bahwa dari 8 reponden yang terpengaruh iklan susu formula tidak ada yang memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 37 responden yang tidak terpengaruh iklan susu formula sebesar 5.4% memberikan ASI eksklusif. dari uji statistik didapatkan P value sebesar 1.00 yang berarti pada α = 11,12% dapat kita simpulkan
100
bahwa tidak ada hubungan antara pengaruh iklan susu formula dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
BAB VI PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dimana variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan. Metode ini hanya melihat ada tidaknya hubungan antara dua variabel tanpa melihat adanya hubungan kausalitas antar variabel yang diteliti. Sehingga desain ini hanya bisa mempelajari prevalensi maupun hubungan antar variabel pada individu-individu dari suatu populasi pada satu waktu. Kesulitan peneliti dalam pengumpulan data primer melalui penyebaran kuesioner langsung pada responden yang dituju menjadi keterbatasan penelitian. Sehingga peneliti membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari responden yang memenuhi kriteria penelitian dan pada akhirnya dari 93 jumlah populasi, hanya ada 45 responden yang bisa ditemui. Hal ini dikarenakan data responden (ibu yang memiliki bayi usia 6-16 bulan dan melahirkan di luar puskesmas Kecamatan Pesanggrahan) dari Puskesmas Pesanggrahan tidak lengkap. Karena tidak tercapainya sampel minimal dalam penelitian ini, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada satu populasi pada α 5%, tetapi penelitian ini masih dapat digeneralisasikan pada α 11,12%.
101
102
B. Gambaran Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan ASI Eksklusif enam bulan adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai berumur enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Peraturan Pemerintah RI No.33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif, bahwa ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Septiani, 2012). ASI eksklusif bukanlah hal yang baru di kalangan masyarakat, sebagian masyarakat sudah mengetahui manfaat dan keunggulan dari ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, memiliki manfaat bagi daya tahan hidup bayi, pertumhan, dan perkembangannya, serta dapat memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama enam bulan pertama kehidupannya tanpa perlu tambahan makanan atau minuman lain selain ASI (Septiani, 2012). Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui bahwa dari 45 orang responden, sebanyak 2 responden memberikan ASI eksklusif atau sebesar 4,4% dan sebanyak 43 responden tidak memberikan ASI eksklusif atau sebanyak 95,6%. Lebih lanjut diketahui dari 45 responden, ibu yang tidak memberikan kolostrum sebanyak 4 orang atau 8,95%, ibu yang memberikan obat sebanyak 21 orang atau sebesar 46,7%. Ibu yang memberikan madu
103
sebanyak 14 orang atau sebesar 31,1%. Ibu yang memberikan air putih sebanyak 35 orang atau sebesar 77,8%. Ibu yang memberikan pisang sebanyak 10 orang atau sebesar 22,2%. Ibu yang memberikan susu formula sebanyak 30 orang atau sebesar 66,7%, dan ibu yang memberikan makanan lain sebanyak 10 orang atau sebesar 22,2%. Pada ibu yang memberikan obat pada bayinya mengatakan bahwa ibu tidak mengetahui jika ketika bayi sakit, seharusnya tidak diberikan obat. Mereka juga mengatakan bahwa ketika bayinya sakit dan pergi puskesmas atau rumah sakit, dokter memberikannya obat dan tidak menganjurkan untuk memberikan ASI saja kepada bayinya yang sedang sakit. Dari 30 responden yang memberikan susu formula ketika responden sakit sebesar 35,6%, sedangkan responden yang memberikan susu formula ketika beraktiftas di luar rumah sebesar 42,2%, dan responden yang memberikan susu formula tanpa alasan sebesar 55,6 %. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Anggraeni (2012) pada ibu yang melahirkan di puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2012, ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sebesar 91,1%. Sedangkan 8,9% ibu memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Candriasih (2010) di wilayah kerja puskesmas Tambu Kabupaten Donggala yang menyatakan bahwa 93,7% ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
104
Dari hasil analisis mengenai variable pengetahuan, sikap, dan kepercayaan didapatkan bahwa reponden rata-rata memiliki pengetahuan, sikap, dan kepercayaan sedang dan baik. Tetapi, jika melihat perilaku pemberian ASI eksklusif maka hampir seluruh ibu (95,6%) tidak memberikan ASI eksklusif. Hal ini dimungkinkan karena persepsi responden tentang ASI eksklusif yang salah dan pengetahuan tentang jenis makanan tambahan yang salah. Hal ini terlihat dari banyaknya ibu yang memberikan beberapa jenis makanan tambahan, seperti banyak responden yang beranggapan bahwa memberikan air putih masih termasuk ASI eksklusif. sedangkan menurut Syahdrajat (2009), memberikan cairan sebelum 6 bulan meningkatkan risiko kekurangan gizi. Dan konsumsi air puth atau cairan lain meskipun sedikit akan membuat bayi merasa kenyang sehingga tidak mau menyusu. Faktor kebudayaan dan pengalaman menyusui terdahulu juga diduga menjadi faktor utama gagalnya perilaku pemberian ASI eksklusif. C. Hubungan Umur Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif Menurut Huclock (1998) dalam Nursalam (2001:134) dalam Handayani, dkk (2009) mengatakan semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Sehingga semakin dewasa umur ibu maka ibu akan sadar dan tahu akan manfaat pentingnya ASI eksklusif, maka ibu dengan sendirinya akan termotivasi untuk memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari
105
segi produksi ASI, ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan ASI yang cukup dibandingkan ibu yang berusia lebih tua. Ibu yang berusia lebih dari 35 tahun biasanya tidak akan dapat menyusi bayinya dengan ASI yang cukup. (Lestari 2009). Hasil analisis umur menunjukkan p-value = 0.476 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata umur ibu dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Pada responden yang ASI eksklusif memiliki rata-rata umur 31 tahun, sedangkan responden yang tidak ASI eksklusif memliki rata-rata umur 29 tahun. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Anggrani (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan antara umur dengan praktik pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Berbeda dengan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan Fika dan Syafiq (2009) yang menyatakan bahwa umumnya informan ASI eksklusif selama 6 bulan lebih tua daripada informan yang tidak ASI eksklusif dengan perbedaan rata-rata umur 4 tahun. Rata-rata informan ASI eksklusif berusia 30 tahun dan rata-rata informan ASI tidak eksklusif berusia 26 tahun. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan tentang ASI eksklusif, dan pengalaman lama yang salah tentang pemberian ASI eksklusif. Kurangnya informasi terbaru terkait ASI eksklusif menjadi faktor yang mungkin menyebakan hal tersebut terjadi. Pekerjaan ibu yang rata-rata
106
sebagai ibu rumah tangga biasanya kurang mendapat informasi yang terbaru khususnya tentang kesehatan kerena ibu tersebut hanya berinteraksi dengan orang di lingkungan rumahnya saja. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Notoadmodjo (2007), seorang yang memiliki pekerjaan dengan informasi yang lebih luas terdapat kecenderungan mempunyai pengetahuan yang lebih baik dan dengan berkerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh berbagai pengalaman yang lebih luas sehingga informasi yang di peroleh lebih banyak. D. Hubungan Paritas dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Suradi (2007) dalam Handayani, dkk (2009), bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI meliputi karakteristik ibu yaitu pengalaman ibu menyusui. Perbedaan jumlah anak akan berpengaruh terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui. Seorang ibu yang telah sukses menyusui pada kelahiran sebelumnya akan
lebih mudah
serta yakin akan dapat
menyusui pada kelahiran berikutnya. Seorang ibu muda dengan anak pertama akan merasa sulit untuk dapat menyusui (Solihah, dkk. 2010). Hasil analisis paritas menunjukkan p-value = 0.545 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata paritas dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui dari 30 responden dengan paritas lebih dari 1, sebesar 6.7% memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 15 orang responden dengan paritas 1, tidak ada yang memberikan ASI eksklusif.
107
Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Anggrani (2012) dan yang menyatakan tidak ada hubungan antara umur dengan praktik pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Berbeda dengan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan Fika dan Syafiq (2009) yang menyatakan bahwa umumnya informan ASI eksklusif mempunyai paritas rata-rata lebih tinggi (3 anak) daripada informan ASI tidak eksklusif (2 anak). Perbedaan jumlah anak akan mempengaruhi terhadap pengalaman ibu dalam hal menyusui. Hal ini dimungkinkan karena ibu yang memilki paritas lebih dari satu mengikuti pola menyusui anak sebelumnya dan sudah terbiasa memberikan makanan dan minuman tersebut kepada anak sebelumnya. Hal ini terlihat dari banyak ibu yang memberikan makanan dan minuman tambahan seperti air putih, madu, dan pisang. Sehingga ibu tidak merasa takut atau khawatir memberikan makanan dan minuman lain karena yakin tidak akan berdampak negatif terhadap bayinya. E. Hubungan pendidikan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Menurut Kusmiati pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan makin mudah seseorang menerima dan mendapatkan informasi melalui berbagai media. Pada ibu yang berpendidikan tinggi ia lebih sadar akan keunggulan ASI dan dampak dari pemberian MP-ASI secara dini dan menimbulkan motivasi yang kuat pada diri ibu (Suradi,1989). Hasil analisis pendidikan menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata pendidikan dengan perilaku memberikan ASI
108
eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 25 responden dengan pendidikan tinggi, sebesar 4% memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 20 orang responden dengan pendidikan rendah, sebesar 5 % memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Anggrani (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan praktik pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Begitu juga dengan penelitian kualitatif yang dilakukan Fika dan Syafiq (2009) yang menyatakan bahwa pendidikan informan yang melakukan ASI eksklusif 6 bulan hampir tidak berbeda dengan yang ASI tidak eksklusif. Hal ini dimungkinkan karena ibu yang berpendidkan rendah kurang mendapat informasi terbaru terkait ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang berpendidikan lebih tinggi biasanya banyak kesibukan di luar rumah, sehingga cenderung sering meninggalkan bayinya. Hal ini terlihat dari banyaknya ibu yang memberikan susu formula ketika berkegiatan di luar rumah. Faktor lain yang diduga ibu tidak memberikas ASI eksklusif sekalipun berpendidikan tinggi adalah tidak tergali informasi yang baik tentang ASI eksklusif dan MPASI juga adanya pengalaman memberikan MP-ASI dini sebelumnya dan tradisi keluarga.
109
F. Hubungan Pekerjaan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Meningkat jumlah partisipasi wanita dalam ikatan kerja dan adanya emansipasi
dalam
segala
bidang
kerja
dan
kebutuhan
masyarakat
menyebabkan turunya kesedian menyusui dan lamanya menyusui (siregar, 2004). Ibu Rumah Tangga (IRT) memiliki waktu yang cukup/ lebih banyak untuk memberikan ASI dibanding ibu bekerja yang waktu di rumah lebih sedikit untuk memberikan ASI (Handayani, dkk. 2009). Hasil analisis pekerjaan menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata pekerjaan dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 6 responden yang bekerja, tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Sedangkan dari 39 orang responden yang tidak bekerja, sebesar 5.1 % memberikan ASI eksklusif. Lebih lanjut dari 6 responden yang bekerja, hanya 1 orang yang disediakan tempat menyusui di tempat kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan tenang ASI eksklusif dan makanan tambahan. Sehingga banyak dari responden yang menganggap memberikan beberapa makanan/minuman sebagai ASI eksklusif, terutama air putih. Hal ini terlihat dari hasil analisa perilaku pemberian ASI
110
eksklusif, dari 39 responden yang memberikan makanan tambahan sebanyak 35 orang atau 89,7% responden memberikan air putih. Hal ini juga terlihat dari banyaknya responden yang salah dalam pernyataan mengenai susu formula. G. Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hambatan utama tercapainya ASI eksklusif yang benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI eksklusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui (Roesli, 2000). Seorang wanita dengan bayi pertamanya mungkin tidak tahu cara menaruh bayi pada payudaranya. Karena itu, cara ini harus diketahui. Bila bayi tidak mengambil puting susu dengan benar, akan menimbulkan banyak persoalan (Soetjiningsih, 1997). Hasil analisis pengetahuan menunjukkan p-value = 0.997 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata pengetahuan dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 10 responden dengan pengetahuan baik, sebesar 10% memberikan ASI eksklusif. sedangkan dari 35 orang responden dengan pengetahuan sedang, sebesar 2.9 % memberikan ASI eksklusif. Lebih lanjut dari analisa hasil kuesioner didapati bahwa 20 ibu salah pada pernyataan terkait pemberian obat pada bayi yang sakit. Dan 27 ibu salah dalam pernyataan terkait pemberian susu formula saat beraktivitas di luar rumah.
111
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni (2012) yang menyatakan tida ada hubungan signifikan antara pengetahuan dan perilaku pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Hal ini dimungkinkan karena responden tidak mengetahui informasi terbaru terkait ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI (MP-ASI), kurang jelasnya informasi, dan kurangnya kemampuan responden dalam menangkap informasi. Sehingga banyak responden yang mempercayai walau memberikan beberapa jenis MP-ASI tetap dikatakan ASI eksklusif, seperi memberikan air putih dan obat ketika sakit. Hal ini terlihat pada penelitian ini, dari 43 responden yang tidak memberikan ASI eksklusif terdapat 35 resonden memberikan air putih. Dan dari 43 responen yang tidak memeberikan Asi eksklusif terdapat 21 responden memberikan obat pada bayi keika sakit. Lebih lanjut, dari data univariat terlihat rata-rata pengetahuan ibu adalah sedang sekalipun telah mendapat informasi pada kunjungan ANC ke Puskesmas. Hal ini dikarenakan kurang efektifnya materi tentang ASI Eksklusif dan waktu yang dimiliki bidan di puskesmas. Hal ini terlihat dari banyaknya ibu yang masih keliru tentang pernyataan mengenai pemberian obat, kecukupan zat gizi ASI, dan pemberian susu formula.
112
H. Hubungan Sikap dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007). Hasil analisis sikap menunjukkan p-value = 0.274 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata sikap dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 14 reponden dengan sikap yang baik sebesar 14.3 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 20 responden dengan sikap sedang dan 11 responden dengan sikap buruk tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Responden umumnya memiliki kemauan untuk memberikan ASI eksklusif. Terbukti dari 45 responden sebesar 71,1 % setuju untuk tidak memberikan makanan lain selain ASI selama 6 bulan dan sebesar 77,8 % setuju untuk tidak memberikan susu formula pada bayi usia 0-6 bulan. Tetapi sebesar 51,1 % responden tidak setuju untuk tidak member obat pada bayi 0-6 bulan ketika sakit, dan sebesar 62,2% setuju memberikan susu formula ketika beraktivitas di luar rumah.
113
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni (2012) yang menyatakn tida ada hubungan signifikan antara sikap dan perilaku pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya informasi terbaru terkait ASI Eksklusif. Hal ini terlihat dari banyaknya ibu yang keliru tentang pengetahuan pemberian obat ketika bayi sakit dan pemberian susu fomula ketika ibu beraktivitas di luar rumah. Hal lain yang diduga mempengaruhi sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif adalah persepsi ibu yang salah tentang ASI eksklusif dan MP-ASI sehingga ibu tidak takut untuk memberikan susu formula ketika beraktivitas di luar rumah karena menganggap pemberian susu formula tidak berbahaya. I. Hubungan Kepercayaan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Menurut Khasanah (2011) Salah satu kendala ibu menyusui adalah kepercayaan pada mitos, padahal mitos tidak dapat dipercaya kebenarannya. Prasetyono (2009) mengatakan turunnya angka menyusui secara eksklusif adalah pengaruh sosial budaya dimasyarakat, yang menganjurkan supaya bayi diberi makanan tambahan sebelum berusia 6 bulan. Penelitian Yulianah dkk. (2013) menuturkan bahwa Pengetahun teoritis dan praktis yang rendah tersebut didukung oleh pengetahuan budaya lokal berupa ideologi makanan untuk bayi, antara lain pemberian madu kepada bayi. Hasil analisis kepercayaan menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata kepercayaan dengan perilaku memberikan ASI
114
eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 42 reponden dengan kepercayaan yang baik sebesar 4.8 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 3 responden dengan kepercayaan sedang tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Umumnya responden meyakini bahwa sangat baik memberikan ASI eksklusif kepada bayi 0-6 bulan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan signifikan antara kepercayaan dan perilaku pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Berbeda dengan hasil penelitian Fika dan Syafiq (2009) yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu mempercayai bahwa memberikan hanya ASI saja bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Hal ini diduga karena responden tidak memiliki pengetahuan yang benar terkait ASI eksklusif karena masih melekatnya budaya lokal tentang pemberian makanan pada bayi. sehingga masih banyak responden yang memberikan makanan tambahan seperti air putih, madu dan obat pada bayi umur 0-6 bulan.
115
J. Hubungan Tempat Ibu Bersalin, Rawat Gabung, dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Hubungan antara kesuksesan menyusui dengan tempat persalinan ditemukan erat karena tidak jarang rumah sakit memberikan susu formula kepada ibu yang baru melahirkan. Untuk itu, pemerintah sejak tahun 1985 telah mengembangkan rumah sakit sayang bayi serta ada kesepakatan produsen dan importer makanan produk makanan bayi untuk memasarkan produknya secara langsung maupun tidak langsung ke pelayanan kesehatan (soetjiningsih, 1997). Sedangkan Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Maryuni, 2009; Rukiyah, 2010). Hasil analisis tempat ibu bersalin menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata tempat ibu bersalin dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 13 reponden yang bersalin di rumah sakit sebesar 7.7 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 29 responden yang bersalin di klinik sebesar 3.4% memberikan ASI eksklusif dan dari 3 responden yang bersalin di rumah tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Diketahui dari 13 responden yang bersalin di Rumah Sakit sebesar 38,5 % dirawat gabung satu ruangan dengan bayi. Sedangkan dari 29 responden yang bersalin di klinik sebesar 93,1 % dirawat gabung satu ruangan dengan bayi. Dari hasil analisis rawat gabung
116
menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata rawat gabung dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Josefa dkk (2011) menyatakn tidak ada hubungan signifikan antara tempat ibu bersalin dan perilaku pemberian ASI eksklusif. Namun berbeda dengan penelitian Nurjanah (2007) yang memperlihatkan ada hubungan bermakna antara tempat persalinan dengan nilai OR 1,57 yang berarti ibu yang melahirkan bukan pada fasilitas kesehatan memiliki peluang 1,57 kali untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan ibu yang bersalin di fasilitas kesehatan. Faktor kurangnya informasi terbaru tentang ASI eksklusif, kurang jelasnya informasi yang diterima responden dan masih melekatnya budaya lokal tentang pemberian makanan bayi diduga menjadi alasan banyak responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sekalipun bersalin di fasilitas kesehatan dan dirawat gabung bersama bayi. Sehingga pengalaman yang didapat ketika dirawat menjadi sia-sia. Hal ini terbukti dari masih banyak responden yang salah mengenai pemberian obat dan pemberian susu formula ketika beraktivitas di luar rumah.
117
K. Hubungan Tenaga yang Membantu Persalinan dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Kunci keberhasilan menyusui terletak pada penolong persalinan karena 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong persalinan masih sangat dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segaera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi akan segera terjadi. Dengan pemberian ASI segera, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI, sehingga tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman apapun kepada bayi karena bayi dapat nyaman menempel pada payudara ibu atau tenang dalam pelukan ibu segera setelah lahir (Fikawati, 2003 dalam Lestari, 2009). Hasil analisis tenaga yang membantu persalinan menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata tenaga yang membantu persalinan dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 12 reponden yang bersalin dibantu oleh dokter sebesar 8.3 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 32 responden yang bersalin dibantu bidan/perawat sebesar 3 % memberikan ASI eksklusif. Dari hasil analisa silang antara tempat bersalin dan penolong persalinan didapat ibu yang melahirkan di rumah sakit 12 orang dibantu dokter dan 1 orang dibantu bidan /perawat. Sedangkan ibu yang melahirkan di klinik dan rumah semuanya dibantu oleh bidan/perawat.
118
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nurjanah (2007) yang memperlihatkan bahwa proporsi pemberian ASI eksklusif pada ibu yang ditolong oleh tenaga kesehatan dalam proses persalinan (8,6%) lebih besar dibandingkan ibu yang tidak ditolong oleh tenaga kesehatan (6,1%) dan menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara penolong persalinan dan pemberian ASI eksklusif. Faktor kurangnya informasi terbaru tentang ASI eksklusif, kurang jelasnya informasi yang diterima responden dan masih melekatnya budaya local tentang pemberian makanan bayi diduga menjadi alasan banyak responden yang tidak memberikan ASI eksklusif sekalipun bersalin dibantu oleh tenaga kesehatan. Selain itu, bila data dikategorikan menjadi persalinan dibantu tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan maka status dokter dan bidan/perawat sebagai tenaga kesehatan menjadikan data homogen sehingga tidak dapat dilakukan uji statistik. L. Hubungan Tenaga yang Melayani IMD dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif. Menyusui segera (IMD) dalam waktu ≤ 30 menit setelah persalinan merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mencegah diberikannya makanan/minuman prelakteal. Pemberian makanan/ minuman prelakteal adalah pemberian makanan atau minuman kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (mendahului pemberian ASI). Kunci utama keberhasilan immediate breastfeeding terletak pada penolong persalinan karena dalam 30 menit pertama setelah bayi lahir umumnya peran penolong persalinan masih
119
sangat dominan. Bila ibu difasilitasi oleh penolong persalinan untuk segera memeluk bayinya diharapkan interaksi ibu dan bayi ini akan segera terjadi. Dengan immediate breastfeeding ibu tidak merasa perlu untuk memberikan makanan/minuman apapun kepada bayi (Fikawati dan Syafiq, 2003). Hasil analisis tenaga yang melayani IMD menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata tenaga yang melayani IMD dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 33 reponden yang dibantu memberikan IMD kepada bayinya sebesar 6.1 % memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 12 responden yang tidak dibantu memberikan IMD kepada bayinya tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Lebih lanjut dari hasil analisis silang antara tempat bersalin dan tenaga yang melayani IMD terlihat bahwa dari 13 ibu yang melahirkan di rumah sakit satu orang tidak dibantu melakukan IMD, dari 29 ibu yang melahirkan di klinik 21 orang dibantu melakukan IMD dan tidak ada ibu yang dibantu IMD pada ibu yang melahirkan di rumah. Hal ini menunjukan ibu yang melahirkan di fasilitas kesehatan cenderung dibantu melakukan IMD. dan dari hasil analisa silang antara pembantu persalinan dan melayani IMD didapati bahwa dari 12 ibu yang bersalin dibantu dokter satu orang tidak dibantu melakukan IMD. Dan dari 33 ibu yang bersalin dibantu perawat sebanyak 11 orang tidak dibantu untuk melakukan IMD.
120
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni (2012) yang menyatakn tidak ada hubungan signifikan antara Tenaga yang Melayani IMD dan perilaku pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Namun berbeda dengan penelitian Fika dan Syafiq (2003) di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI segera (IMD) dengan pemberian ASI eksklusif. Faktor kurang jelasnya dan tidak detil informasi tentang ASI eksklusif dan persepsi yang salah tentang ASI eksklusif dan makanan pendamping ASI diduga menjadi alasan mengapa responden tidak memberikan ASI Eksklusif sekalipun
responden
dibantu
melakukan
IMD
setelah
melahirkan.
Pengetahuan lokal yang salah tentang makanan bayi dan kurang motivasi dari responden untuk memberikan ASI pula mendukung perilaku tersebut. M. Hubungan Dukungan Keluarga dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Dorongan keluarga untuk melakukan ASI eksklusif umumnya adalah suami dan orang tua. Suami dan orang tua adalah orang terdekat yang dapat mempengaruhi seorang ibu untuk tetap menyusui secara eksklusif atau malah memberikan makanan/ minuman tambahan kepada bayi. Bentuk dukungan suami berupa nasihat untuk memberikan hanya ASI eksklusif saja kepada bayinya, membantu ibu bila lelah, dan membantu melakukan pekerjaan rumah. Sedangkan dukungan orang tua lebih terlihat untuk mempengaruhi ibu memberikan makanan atau minuman tambahan sebelum bayi mereka berusia 6 bulan (Fikawati dan Syafiq, 2009).
121
Hasil analisis dukungan keluarga menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata Dukungan Keluarga dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 42 reponden yang mendapat dukungan keluarga sebesar 4.8% memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 3 responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni (2012) yang menyatakn tidak ada hubungan signifikan antara Dukungan Keluarga dan perilaku pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Berbeda dengan hasil penelitian kualitatif Fika dan Syafiq (2009) menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya mendapatkan dukungan dari suaminya. Sedangkan pada orang tua perannya kurang terlihat. Namun, pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif sangat terlihat bagaimana peran orang tua untuk mempengaruhi pemberian makanan tambahan. Sedangkan peran suami ada yang mendapat dukungan, tapi sebagian lainnya menyerahkan keputusan menyusui kepada ibu, artinya suami tidak memberikan dorongan kepada ibu untuk menyusui. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya pengetahuan dari pihak keluarga sehingga dukungan yang diberikan hanya berupa dukungan menyusui, mengurusi anak bila ibu sedang bekerja. Rata-rata pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tangga menjadikan ayah jarang di rumah sehingga
122
dukungan
yang
diberikan
pun
sedikit.
Sedangkan
ibu/ibu
mertua
dimungkinkan masih memiliki pemahaman yang kurang mengenai ASI Eksklusif dan makanan bayi. N. Hubungan Dukungan Kader dan Tenaga Kesehatan dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Dalam rangka peningkatan dan pembinaan perilaku khususnya pemberian ASI Eksklusif tampaknya pendekatan pemberian informasi akan lebih tepat karena hal tersebut adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, rujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan lain sebagainya melalui kegiatan pendidikan atau penyuluhan kesehatan. Memang dengan cara ini
dampak
terhadap
perubahan
perilaku
akan
berlangsung
lama
(Notoatmodjo, 2000). Oleh karenanya dukungan kader dan tenaga kesehatan sangat penting untuk melaksanakan peran tersebut. Hasil analisis dukungan kader dan tenaga kesehatan menunjukkan pvalue = 1.00 dan 0.504 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata dukungan kader dan tenaga kesehatan dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 26 reponden yang mendapat dorongan dari tenaga kesehatan sebesar 7.7% memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 19 responden yang tidak mendapatkan dorongan dari tenaga kesehatan tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Dan dapat diketahui bahwa dari 38 reponden yang mendapat dorongan dari kader kesehatan
123
sebesar 5.3% memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 7 responden yang tidak mendapatkan dorongan dari kader kesehatan tidak ada yang memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Anggraeni (2012) yang menyatakn tidak ada hubungan signifikan antara Dukungan Kader dan Tenaga Kesehatan dan perilaku pemberian ASI eksklusif hal ini dimungkinkan karena teknik dan keadaan sampel yang dimiliki relatif sama. Hal yang diduga menyebabkan hal ini adalah tidak intensif dan ketatnya dorongan yang diberikan tenaga kesehatan dan kader. Hal ini terlihat dari menurunnya dukungan tenaga kesehatan dari ketika kunjungan kehamilan yang menunjukan bahwa 43 ibu didorong memberikan ASI eksklusif dan setelah persalinan yang menunjukan sebanyak 36 ibu didorong memberikan ASI eksklusif. Tidak efektifnya dukungan yang diberikan juga berdampak pada perilaku responden. Diduga kader dan tenaga kesehatan hanya memberikan informasi saja kepada para responden tetapi tidak melakuakan ajakan ataupun control secara berkala. Sebagaimana penelitian (Fika dan Syafiq, 2009) yang meyatakan bahwa Tenaga kesehatan seharusnya tidak hanya memberikan pengetahuan tentang kesehatan, aspek gizi, dan fisiologi menyusui, tetapi mereka juga harus menguasai dengan baik mekanisme menyusui yang dipengaruhi oleh keadaan psikososial dan cara mengatasinya. Sehingga hal ini dapat memberikan kesadaran dan pemahaman yang baik tentang ASI eksklusif.
124
O. Hubungan Pengaruh Iklan Susu Formula dan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah pekotaan dan perdesaan di Indonesia dan negara berkembang lainnya, menunjukkan bahwa faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap ASI, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pemberian ASI. (Santosa, 2004). Hasil analisis pengaruh iklan susu formula menunjukkan p-value = 1.00 artinya tidak ada hubungan antara rata-rata pengaruh iklan susu formula dengan perilaku memberikan ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin puskesmas Kecamatan Pesanggrahan tahun 2013. Diketahui bahwa dari 8 reponden yang terpengaruh iklan susu formula tidak ada yang memberikan ASI Eksklusif. sedangkan dari 37 responden yang tidak terpengaruh iklan susu formula sebesar 5.4% memberikan ASI eksklusif. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya motivasi ibu untuk memberikan asi eksklusif dan pengaruh budaya local terhadap pemberian makanan bayi. Ha ini terlihat Dari 37 reponden yang tidak merasa terpengaru iklan susu formula sebesar 54,1% pernah memberikan, sebesar 37,8 % memberikan susu formula ketika resonden sakit, dan sebesar 29,7% memberikan susu formula ketika sakit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan dalam hasil dan pembahasan, variabel yang diduga merupakan faktor yang mempengaruhi ASI eksklusif yaitu umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap,
125
kepercayaan, temapt bersalindan rawat gabung, tenaga yang membantu persalinan, tenaga yang melayani IMD, dukungan keluarga, dan dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan penagruh susu formula ternyata tidak memiliki hubungan terhadap perilaku ASI eksklusif. Hal ini disebabkan ada faktor lain yang diduga mempengaruhi responden dalam memberikan ASI eksklusif terhadap bayinya juga dikarenakan banyanya keterbatasan dalam penelitian ini. Faktor kurangnya informasi terbaru mengenai ASI eksklusif, kurang jelasnya informasi yang didapat, masih melekatnya budaya lokal tentang makanan bayi, serta kuarang efektifnya dukungan kader dan tenaga kesehatan diduga berdampak pada perilaku pemberian ASI eksklusif. Berdasarkan pada hal-hal diatas. Maka, pada penelitian selanjutnya perlu memakai metode dan kuesioner yang lebih baik, dan jumlah sampel yang lebih menggambarkan kondisi sebenarnya di populasi tersebut. Juga perlu dilakukan penelitian kualitatif tentang perilaku pemberian ASI eksklusif di kecamatan pesanggrahan kota Jakarta selatan agar dapat menggali informasi yang belum tergali.
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di Luar Rumah Bersalin Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Tahun 2012” maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Distribusi responden terhadap perilaku ASI eksklusif diketahui bahwa dari 45 orang responden sebanyak 43 orang tidak memberikan ASI eksklusif atau sebesar 95,6 %. Sedangkan responden yang memberikan ASI Eksklusif hanya 2 orang responden atau 4,4 %. 2. Dari 45 orang responden, rata rata umur responden adalah 29 tahun dengan standar deviasi 4,75. sebanyak 30 responden memiliki paritas lebih dari 1 atau sebesar 66,7%, sebanyak 25 orang responden berpendidikan rendah atau sebesar 55,6%, sebanyak 39 orang reponde tidak bekerja atau sebesar 86,7%, sebanyak 35 orang menjawab 9-17 pernyataan dengan benar sehungga memiliki pengetahuan sedang atau sebesar 77,8%, sebanyak 20 orang reponden menjawab 3-4 pernyataan dengan benar sehingga memiliki
sikap sedang atau sebesar 44,4%,
sebanyak 42 orang responden menjawab > 8 pernyataan dengan benar sehingga memiliki kepercayaan baik atau sebesar 93,3%, sebanyak 29 orang responden bersalin di Rumah bersali atau klinik doker/bidan atau 126
127
sebesar 64.4 %, sebanyak 33 orang responden bersalin di bantu oleh bidan/perawat atau sebesar 73.3 %, sebanyak 33 responden mendapatkan bantuan dari tenaga kesehatan untuk meberikan IMD atau sebesar 73,3%. sebanyak 42 orang responden mendapatkan dukungan dari keluarga atau sebesar 93,3%, sebanyak 38 responden mendapatkan dorongan dari kader atau sebesar 84,4% sebanyak 37 orang responden merasa tidak terpengaruh oleh iklan susu formula atau sebesar 82,2%. 3. Tidak ada hubungan antara faktor predisposisi ibu menyusui (umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, budaya/kepercayaan, sikap) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 4. Tidak ada hubungan antara faktor pemungkin ibu menyusui (tempat bersalin, rawat gabung, tenaga yang melayani IMD, dan kebijakan tempat kerja) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013 5. Tidak ada hubungan antara faktor penguat ibu menyusui (penolong persalinan, dukungan keluarga, dorongan kader dan tenaga kesehatan, dan pengaruh iklan susu formula) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif pada ibu yang melahirkan di luar rumah bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2013.
128
B. Saran 1. Disarankan pada pihak Puskesmas Pesanggrahan agar memperbaiki materi dan cara penyuluhun pada pelayanan ANC (Antenatal Care) ataupun program lainnya terutama berkaitan tentang manfaat ASI eksklusif dan akibat pemberian MP-ASI dini seperti memberikan air putih, susu formula, obat, madu, dan pisang. Hal ini terlihat pada penelitiaan ini yang menemukan 46,7% responden memberikan obat, 77,8% memberikan air putih, dan 66,7% memberikan susu formula. 2. Disarankan pada pihak Puskesmas Pesanggrahan agar memberikan penyuluhan bukan hanya pada ibu hamil dan menyusui, tetapi juga kepada keluarga utama ibu seperti suami dan ibu/ibu mertua hal ini terkait lingkunag keluarga sebagai salah satu sasaran primer promosi kesehatan. 3. Pada penelitian selanjunya agar memilih metode dan desain penelitian yang lebih baik agar mengurangi kemungkinan kesalahan seperti menggunakan desain case control ataupun kohort dan menambah sampel penelitian agar lebih menggambarkan kondisi sesunggunhnya di populasi.
DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, NU. 2004. Wacana Peringatan 13 Tahun Ratifikasi Konvensi Hak Anak 25 Agustus tentang ASI : Hak Anak Terabaikan. http://www.surya.co.id/25082003/12cp.html diakses pada juni 2012 Afifah. (2009). Inisiasi Menyusui Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2009. Diakses dari http://www.repository.usu.ac.id pada tanggal 28 juni 2012 Afifah, Diana nur. (2007). Fakor-Fakor yang Berperan dalam Kegagalan Prakik Pemberian ASI Eksklusif (Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Tahun 2007). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro semarang diakses melalui http://www.eprints.undip.ac.id/17024/Diana_Nur_Afifah.pdf pada juli 2013 Alam, T.N. 2003. Analisa Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 5-12 Bulan di Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Tesis FKM UI Amiruddin, R. (2006). Susu Formula Menghambat Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan. Di ambil Tanggal 5 Oktober 2010. http://www.artikeilmiah.com Anggraeni, Anissa. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Melahirkan di Rumah Bersalin Puskesmas Pesanggrahan Jkarta Selatan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Anggrita, Kiki. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Amplas Tahun 2009. Karya Tulis Ilmiah. FK USU. Ariawan, Iwan.1998. Besar dan Kesehatan.Depok:FKM UI.
Metode
Sampel
Pada
Penelitian
Arifin, M Siregar. (2004). Pemberian ASI Eksklusif dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Diambil tanggal 27 april 2011 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/32726/1/fkm-arifin4.pdf Badan Pusat Statistik. 2008. Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007. Jakarta. Budiasih, Kun. 2008. Pentingnya ASI Esklusif untuk Bayi Usia 0-6 Bulan. Jakarta : Harapan.
Briawan, Dodik. 2004. Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap Pergeseran penggunaan ASI. Bandung. Diakses Melalui http://www.scribd.com pada juni 2012 Departemen Kesehatan. 2002. Strategi Nasional Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Sampai Tahun 2005. Jakarta : Depkes RI -------------------------. 2005. Rencana Strategi departemen Kesehatan 2005-2009. Jakarta : Depkes RI --------------------------. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta : Depkes RI --------------------------. 2007. Manajemen Laktasi, Panduan bagi Bidan dan Petugas Kesehatan di Puskesmas, Dit.Gizi Masyarakat . Jakarta : Depkes RI ---------------------------. 2008. Paket Modul kegiatan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Jakarta : Depkes RI ---------------------------. 2010. Surat Edaran Penguatan Pelaksanaan Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (10 LMKM). Jakarta : Depkes RI Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Profil DinasKesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2009. Jakarta : Dinkes Provinsi DKI. 2009 Enih. 2010. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Kelurahan Cipayung Kecamatan Ciputat 2010. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Farrer, Helen. (1999). Perawatan Maternitas. Jakarta :EGC Fikawati, Sandra dan Ahmad Syafiq. “ Penyebab Keberhasilan dan Kegaalan PraktikPemberian ASI Eksklusif.” Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Volume IV No. 2 Edisi Mei-Agustus 2003, h. 47-53 ----------------------------------------------------. “ Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate Breastfeeding) Dan Pemberian ASI Eksklusif Sampai Dengan Empat Bulan.” Jurnal Kedokteran Trisakti Volume 22 No. 3 Edisi Desember 2009, h. 121 Gibney, MJ. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat (Hartono Ardy dan Widyasui Palupi, Pen.). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Green, Lawrence W & Kreuter, Marshall W.2005.Health Program Planning An Educational and Ecological Approach.4th edition.New York:McGraw-Hill.
Handayani, TN, Suparji dan YH Rendra. 2009. “Hubungan Motivasi Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif padaBayi Umur 6 Bulan sampai dengan 2 Tahun.” Jurnal Peneliian Politeknik Kesehaan Volume VII no. 4 Edisi Desember 2009 h. 29. Hasrimayana. 2011. Hubungan antara Sikap Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Kedawung II Sragen Tahun 2011. Skripsi. FIK UMS Hayati, Aslis winda .2004. Buku Saku Gizi Bayi . Jakarta : EGC Hayati, Nur Rahmah. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, dan Motivasi terhadap Minat Bidan Mengikuti Uji Kompetensi di Kota Semarang Tahun 2007. Tesis. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Kebijkan Kesehatan. Diakses Melalui http://www.eprints.undip.ac.id/18812/RAHMA_NUR_HAYAT.pdf pada Juli 2013 Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, EB. 1995. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi 5 (Isiwidayanti dan Sujarwo, Penj.). Jakarta : Penerbit Airlangga. Ida. 2012. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kemiri Muka Kota Depok Tahun 2011. Tesis. FKM UI Irianto, K, dan K Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Cetakan I. Bandung : Yrama Widya Josefa, Gabriela krist. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu (Sudi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran, Kecamatan Semarang barat). Program Pendidikan Sarjana Kedokteran FK Undip. Diakses Melalui http://www.eprints.undip.ac.id/33391/Krist_Gafriela.pdf pada Juli 2013 Juliani, S. 2009. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate Tahun 2009. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. Diakses Melalui http://www.repository.usu.ac.id pada Juni 2012 Karacam, Zekiye. 2007. Factors Affecting Exclusive Breastfeeding of Healthy Babies Aged Zero to Four Months: a Community-based Study of Turkish Women. Journal of Clinical Nursing Volume 17, Issue 3, p. 341-349
Kasnodihardjo dkk. 1996. Faktor Determinan Pemberian ASI Tidak Eksklusif. Jakarta : Buletin Penelitian Kesehatan UI Khasanah Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya?. Yogyakarta : FlashBook Kusnadi. 2007. Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tangerang Tahun 2006. [Tesis] Depok : FKM UI Kuzma, Jerzy. 2013. Knowledge, Attitude, and Practice Related to Infant Feeding among Woman in Rural Papua New Guinea : a Descriptive Mixed Method Study. International Breastfeeding Journal 2013, 8:16. Diakses Melalui http://www.internationalbreastfeedingjournal.com pada Desember 2013 Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 Lestari, Dian. 2009. Faktor – Faktor yang Mempangaruhi Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif. Fakultas Kesehatan Masyrakat Universitas Indanesia Lestari, LU. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan denagn Pemberian ASI Eksklusif di Rumah Bersalin Rajeg Kabupaten tangerang Tahun 2010. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maju. Diakses Melalui http://www.scribd.com pada juni 2012 Lestari, Sri. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu yang Memiliki Bayi Usia 012 Bulan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009. Skripsi. FKM USU. Diakses Melalui http://www.repository.usu.ac.id pada juni 2012 Linggasari. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terhadap penggunaan alat pelindung diri di Departemen Engineering PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Tangerang tahun 2008. FKM UI Lubis, NU. 2000. Manfaat Pemakaian ASI eksklusif. cermin Dunia Kedokteran (online) no. 126 Ludin, HB. 2009. Pengaruh Sosial Budaya masyarakat terahadap Tindakan Pemberian ASI Eksklusif di wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekan Baru. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana universitas Sumatra Utara. Diakses Melalui http://www.repository.usu.ac.id pada juni 2012 Marzuki, Faiz. 2004. Praktek Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi di Propinsi Banten dan Beberapa Faktor yang Berhubungan. Skripsi FKM UI Mgongo, Melina et al. 2011. Prevalence and Predictors of Exclusive Breastfeeding among Women in Kilimanjaro Region, Northern Tanzania: a population Based Cross-Sectional Study. International Breastfeeding journal 20013, 8:12. Diakses Melalui http://www.internationalbreastfeedingjournal.com pada Desember 2013
Moehji, S. 1998. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : PT. Bhatara Karya Aksara Murningsih dan Sulastri. 2008. Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan pada Usia Dini dengan Tingkat Kunjungan ke Pelayanan Kesehatan di Kelurahan Sine Sragen. Berita ilmu Keperawatan Vol I/No. 3 112-118 Musa Seid, A, ME Yesuf, and DN Koye. 2012. Prevalence of Exclusive Breastfeeding Practice and Associated Factors among Mothers in Bahir Dar City Northwest Ethiopia: a Community Based Cross-Sectional Study. International Breastfeeding Journal 2013, 8:14. Diakses Melalui http://www.internationalbreastfeedingjournal.com pada Desember 2013 Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. ------------------------------. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho dkk. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui tentang ASI Eksklusif dengan Pemberian MP-ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Nursalam. 2001. Metodologi Riset keperawatan. Jakarta : CV. Infomedika ------------. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan ed 2 Pedoman Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Salemba Medika. Nurjanah, Lia. 2009. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Pabuaran Kabupaten Serang. Skripsi FKIK UIN. Nurjanah. 2007. Hubungan Faktor Ibu, Faktor Pelayanan Kesehatan dan Pemberian ASI Segera terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Tangerang tahun 2006. Skripsi FKM UI Pawenrusi, EP. Faktor yang Berhubungan dengan Pemberias ASI Eksklusif di Kelurahan Tamamaung Kota Makassar. Media Gizi Pangan Vol. XI Edisi Januari-Juni 2011, h. 43-44 Perinasia. 2003. Bahan Bacaan Manajment Laktasi. Jakarta : Program Manajment Laktasi Perkumpulan Perinaologi Indonesia -----------. 2004. Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir Sehat 2nd,ed. Jakarta. Poerwanti S.,H.,2007. Perry, Potter. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik vol.1. Jakarta: EGC.2005.
Prasetyono, DS. 2009. ASI Eksklusif, Pengenalan, Praktik, dan Kemanfaatankemanfaatannya. Yogyakarta : Diva Press. Pudjiadi, S. 2005. Ilmu Gizi klinis pada Anak. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. Remaniasih, Ketut. 2007. Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui dengan Pengetahuan Tentang ASI di Puskesmas Pahandut Palangkaraya. Laporan Tugas Akhir. FK UNPAD. Roesli, Utami. 2004. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC ----------------. 2008. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda ----------------. 2009. Mengenal ASI Eksklusif Cetakan ke-IV. Jakarta : PT. Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara Rohani. 2007. News & Feature/Hot Topic tenatang Pengaruh Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap pemberian ASI Eksklusif. Diakses Melalui http://www.asioke.multyply.com pada November 2013 Saputri, Kiki Chairani. 2012. Alasan Ibu Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Dini dengan Pendekata eori Health Believe Model di Wilayah Kerja Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas kedokteran dan ILmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. SDKI. 2007. Survey Dinas kesehatan Indonesia Senarath U, Dibley MJ, and Agho KE. 2006. Breastfeeding Practices and Associated Factors among Children Under 24 Months of Age in Timor-Leste. European Journal of Clinical Nutrition 2007;61(3):387-97 Sepiani, Irda. 2012. Gambaran Standar Pelayanan Anenatl “4t” pada Ibu Hamil di Poli Kesehatan Ibu Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2012. Laporan Magang. Fakultas kedokteran dan ILmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. ---------------. 2012. Gambaran Kebutuhan Pengetahuan Ibu Hamil Terkait ASI Eksklusif di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jkarta Selatan Tahun 2012. Skripsi. Fakultas kedokteran dan ILmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Siswono. (2002). ASI Sehat Untuk Ibu Dan Bayi. Maret 2012. Diakses 5 Maret 2012. http://www.kesrepro.info.id
Sholihah dkk. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI dalam Satu Jam Pertama Setelah Lahir di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Media Litbang Kesehatan Volume XX no. 2 Soetjiningsih.1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC Sudin Jakarta Selatan. Laporan Tahunan Sudin Jakarta Selatan Tahun 2011. Jakarta : Sudin Jakarta Selatan. 2011 Suradi, R. 1989. Perawatan Bergabung di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo. Air Susu Ibu dalam Tinjauan dari Beberapa Aspek. Jakarta :FK UI Suryaningtyas dkk. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif dengan Perilaku Pemberian ASI di Puskesmas Nguter. Jurnal FK UMS. Swasono. (2005). Pojok ASI Perlu Dikembangkan di Setiap Perusahaan. Diakses Melalui www.menegpp.go.id/menegpp.php pada Agustus 20013. Tan Leong Kok. 2011. Factors Associated with Exclusive Breast Feeding among Infants Under Six Month of Age in Peninsular Malaysia. International Breast Feeding Journal. UNICEF. 2002. UNICEF and The Global Strategy on Infant and Young Child Feeding. UNICEF. Diakses Melalui http://www.unicef.org/nutrition/files/FinalReport.pdf pada juni 2012 Wulandari dan Handayani. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Penerbit Gosyen Publishing. Yulianah dkk. 2013. Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Kepercayaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bonto Cani Kabupaten Bone Tahun 2013. Penelitian. FKM Unhas. Yuniar, VW. 2011. Hubungan Frekuensi Paparan Iklan Susu Formula terhadap Ibu dengan Praktik Pemberian ASI Eksklusif di RW 02 Kelurahan Waru Kecamatan Parung Kota Bogor. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Diakses Melalui http://www.library.upnvj.ac.id pada November 2012
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Assalamu’alaykum Wr. Wb Perkenalkan nama saya M.Syamsul Misbahul Hidayat mahasiswa peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya Ingin melakukan penelitian yang berjudul Faktor Faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pesanggrahan Jakarta Selatan tahun 2012 2012.. Penelitian ini sebagai tahap akhir dari penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penelitian ini tidak ada paksaan dari pihak manapun dan merupakan kerelaan anda untuk menjadi responden. Demikianlah penjelasan tertulis yang disampaikan oleh peneliti. Atas kesediaan Ibu menjadi responden penelitian ini, saya mohon Ibu menandatangani Lembar Persetujuan setelah penjelasan mengikuti penelitian (Informed Consent) berikut ini. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
:
Tanda Tangan :
Teri Terima ma kasih telah berpartisipasi dalam penelitian ini.
KUESIONER PENELITIAN No. FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU YANG MELAHIRKAN DI RUMAH BERSALIN PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN TAHUN 2012 A.
Karakteristik Responden
1. Nama Ibu
:
2. Tanggal Lahir / Umur ibu
:
3. Nomor Telepon/Hp
:
4. Jumlah Anak
:
5. Usia Bayi
:
bulan
Berilah tanda cheklist (√ √) pada salah satu kotak
untuk pilihan jawaban yang tepat!
Contoh : Jenis kelamin :
Perempuan
Laki laki
Berdasarkan contoh di atas, jika ada hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada peneliti. 6. Pendidikan terakhir ibu [
]
c. PNS/ ABRI
a. Tamat SD
d. Mahasiswa
b. Tamat SMP/ Sederajat
e. Pegawai Swasta
c. Tamat SMA/ Sederajat
f. Pensiunan
d. Tamat Akademik/ Perguruan Tinggi
g. Dll (...............................)
7. Pekerjaan ibu
8. Apakah di tempat kerja ibu disediakan waktu atau ruangan untuk menyusui [ ]
[
]
a. Ibu Rumah Tangga a.Tersedia b. Tidak b. Wiraswasta/Pedagang B. PENGETAHUAN Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu kolom Benar atau Salah sesuai jawaban yang ibu anggap benar! Contoh : Merokok dapat menyebabkan seseorang menderita kanker paru-paru. Benar Salah Berdasarkan contoh di atas, jawablah pertanyaan/ pernyataan dengan sejujur-jujurnya! a. Benar b. Salah [ ] 3. Makanan padat (bubur, tim) boleh 1. ASI eksklusif adalah pemberian hanya diberikan kepada bayi sejak usia tiga ASI saja sejak lahir hingga bayi berusia bulan. enam bulan. a. Benar b. Salah [ ] a. Benar b. Salah [ ] 4. ASI diberikan kapan saja kepada bayi 2. Jika bayi usia 0-6 bulan sakit, ibu cukup usia 0-6 bulan tanpa perlu dijadwalkan. memberi ASI untuk mengobatinya.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
a. Benar b. Salah [ ] Kebutuhan gizi anak sejak lahir hingga 6 bulan dapat dipenuhi hanya dengan ASI saja, tanpa perlu tambahan makanan/minuman lain. a. Benar b. Salah [ ] Memberikan ASI saja saat lahir hingga berusia 6 bulan dapat menyebabkan ibu menjadi gemuk. a. Benar b. Salah [ ] Memberi ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan dapat mencegah ibu hamil kembali sampai enam bulan setelah melahirkan. a. Benar b. Salah [ ] Menyusui dapat merubah bentuk payudara ibu. a. Benar b. Salah [ ] Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari keempat setelah bayi lahir. a. Benar b. Salah [ ] Kolostrum berwarna kuning sehingga harus dibuang. a. Benar b. Salah [ ] Kolostrum mengandung zat kekebalan tubuh sehingga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. a. Benar b. Salah [ ] Setelah lahir, sebaiknya bayi langsung diberikan kepada ibunya dengan posisi bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu untuk merangsang keluarnya ASI. a. Benar b. Salah [ ] Saat hendak menyusui, ibu tidak langsung memasukkan puting susu melainkan menyentuhkan pada bibir atau pipi bayi. a. Benar b. Salah [ ]
14. Membersihkan payudara dapat dilakukan dengan menggunakan air hangat kemudian mengeringkannya. a. Benar b. Salah [ ] 15. Sabun dan alkohol juga dapat digunakan untuk membersihkan payudara. a. Benar b. Salah [ ] 16. Susu formula dapat melengkapi zat gizi bayi usia 0-6 bulan yang hanya diberikan ASI saja. a. Benar b. Salah [ ] 17. Jika ASI belum keluar maka ibu boleh memberikan susu botol/ susu bubuk kepada bayi saat berusia 0-6 bulan. a. Benar b. Salah [ ] 18. Setelah lahir, sebaiknya bayi ditempatkan dalam ruangan yang berbeda dengan ibu agar memudahkan ibu dalam menyusui. a. Benar b. Salah [ ] 19. Jika terjadi radang payudara atau puting lecet, pemberian ASI sebaiknya dihentikan karena akan membuat payudara semakin sakit. a. Benar b. Salah [ ] 20. Ibu yang bekerja di luar rumah tidak bisa menghindari untuk memberikan susu formula kepada bayi saat usia 0-6 bulan. a. Benar b. Salah [ ] 21. Memberi susu dengan dot setelah lahir akan menyebabkan bayi tidak mau menyusu. a. Benar b. Salah [ ] 22. Puting susu dan sebagian besar areola (bagian hitam yang melingkari puting susu) yang ada di bagian bawah sebaiknya harus masuk dalam mulut bayi yang sedang menyusu. a. Benar b. Salah [ ]
C. SIKAP Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban Setuju atau Tidak Setuju sesuai jawaban yang ibu anggap sesuai! Contoh : Apakah ibu setuju jika anak ibu merokok? 1. Setuju Tidak setuju 1.
2.
Apakah ibu setuju untuk memberikan makanan lain selain ASI saja kepada bayi berusia 0-6 bulan? a. Setuju b. Tidak setuju [ ] Apakah ibu setuju untuk memberikan ASI yang pertama kali keluar, yang berwarna kekuningan kepada bayi? a. Setuju b. Tidak setuju [ ]
3.
4.
Apakah ibu setuju untuk memberikan susu botol/ susu bubuk kepada bayi berusia 0-6 bulan? a. Setuju b. Tidak setuju [ ] Apakah ibu setuju untuk tidak memberikan obat, pada saat bayi usia 0-6 bulan sakit? a. Setuju b. Tidak setuju [ ]
5.
Apakah ibu akan tetap menyusui bayi 6. Apakah ibu memberikan susu botol/ susu usia 0-6 bulan jika terjadi bengkak atau bubuk kepada bayi usia 0-6 bulan jika nyeri pada payudara? ibu bekerja/ beraktivitas di luar rumah? a. Setuju b. Tidak setuju [ ] a. Setuju b. Tidak setuju [ ] D. KEPERCAYAAN Berilah tanda silang (√) pada salah satu jawaban Benar atau Salah sesuai jawaban yang ibu anggap benar! 1.
Saya yakin bayi yang berumur 0-6 bulan mengandung antibodi untuk akan tumbuh dan berkembang dengan meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehat bila hanya diberikan ASI saja sejak terhadap penyakit. a. Benar b. Salah [ ] lahir hingga berusia 6 bulan. 7. Kodrat seorang wanita yang mempunyai a. Benar b. Salah [ ] 2. Pemberian ASI saja sejak lahir hingga bayi harus memberikan air susunya sejak berusia 6 bulan kepada bayi tidak lahir hingga berusia 6 bulan kepada bayi yang dilahirkannya. bertentangan dengan ajaran agama. a. Benar b. Salah [ ] a. Benar b. Salah [ ] 8. Ibu yang memberikan ASI saja sejak 3. Saya percaya ASI saja sejak lahir hingga berusia 6 bulan adalah makanan yang lahir hingga berusia 6 bulan dengan tulus dan ikhlas kepada bayinya akan terbaik untuk bayi yang diciptakan oleh memperoleh pahala dari Tuhan. Tuhan. a. Benar b. Salah [ ] a. Benar b. Salah [ ] 4. Kesehatan bayi akan tetap terjamin 9. Bayi umur 0-6 bulan yang hanya diberikan ASI saja sejak lahir hingga walaupun hanya diberikan ASI saja sejak berusia 6 bulan akan memiliki lahir hingga berusia 6 bulan. akhlak/moralitas yang lebih baik. a. Benar b. Salah [ ] a. Benar b. Salah [ ] 5. Saya merasa bersalah/berdosa apabila 10. Pemberian ASI saja sejak lahir hingga saya tidak memberikan ASI saja sejak berusia 6 bulan kepada bayi diyakini lahir hingga berusia 6 bulan kepada bayi tidak akan menimbulkan gangguan pada saya. sistem pencernaan bayi umur 0-6 bulan a. Benar b. Salah [ ] (Ludin, 2008). 6. ASI yang keluar pertama kali a. Benar b. Salah [ ] (kolostrum) diciptakan Tuhan E. TENAGA YANG MELAYANI IMD, RAWAT GABUNG, DAN KEBIJAKAN TEMPAT KERJA Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang menurut ibu Benar! 1.
F.
1.
dada atau perut ibu untuk merangsang Apakah yang dimaksud dengan Inisiasi keluarnya ASI. Menyusui Dini (IMD)? [ ] 2. Apakah bidan/ dokter membantu ibu a. Segera setelah persalinan, bayi untuk melakukan IMD kepada bayi yang langsung diberikan kepada ibunya baru ibu lahirkan? [ ] dengan posisi bayi ditengkurapkan di a. Ya b. Tidak dada atau perut ibu untuk merangsang 3. Apakah ibu dirawat satu ruangan dengan keluarnya ASI. bayi setelah melahirkan? [ ] b. Sehari setelah persalinan, bayi a. Ya b. Tidak langsung diberikan kepada ibunya dengan posisi bayi ditengkurapkan di DUKUNGAN KELUARGA Berilah tanda silang (√) pada salah satu jawaban yang menurut ibu Benar! Apakah keluarga ibu mengetahui tentang ASI eksklusif (ASI saja sejak lahir
hingga berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan/ minuman lain)? [ ] a. Ya b. Tidak
2.
G.
Apakah ada keluarga ibu yang minuman lain)? (jawaban boleh dari satu mendukung ibu untuk memberikan ASI dengan memberi tanda cheklist pada eksklusif (ASI saja sejak lahir hingga jawaban yang sesuai) [ ] berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan/ a. Suami/ Orang Tua b. Tidak Ada DORONGAN TENAGA DAN KADER KESEHATAN Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang ibu anggap sesuai!
1.
Pada saat kunjungan pemeriksaan a. Ya b. Tidak kehamilan, apakah bidan /dokter 3. Saat akan kembali kerumah setelah menyuruh ibu untuk memberikan ASI persalinan, apakah bidan/dokter eksklusif (ASI saja kepada bayi sejak memberikan ibu susu formula/ susu lahir hingga berusia enam bulan tanpa bubuk, untuk diberikan kepada bayi? [ ] makanan/ minuman apapun)? [ ] a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak 4. Pada saat kunjungan ke posyandu, 2. Setelah persalinan, apakah bidan/dokter apakah kader menyuruh ibu untuk juga menyuruh ibu untuk memberikan memberikan ASI eksklusif (ASI saja ASIeksklusif (ASI saja kepada bayi sejak kepada bayi sejak lahir hingga berusia lahir hingga berusia enam bulan tanpa enam bulan tanpa makanan/ minuman makanan/ minuman apapun) dan apapun) dan menyarankan ibu untuk menyarankan ibu untuk tidak tidak memberikan susu botol/susu bubuk memberikan susu botol/susu bubuk kepada bayi? [ ] kepada bayi? [ ] a. Ya b. Tidak H. PENGARUH IKLAN SUSU FORMULA I. Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang ibu anggap sesuai! c. Radio [ ] Apakah ibu pernah melihat iklan susu 3. Apakah iklan tersebut mendorong ibu formula? [ ] untuk memberikan susu formula a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak [ ] 2. Di mana ibu melihat iklan susu formula? a. Televisi b. Majalah/Koran J. PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSLUSIF Berilah tanda cheklist (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pengalaman/ tindakan yang pernah ibu berikan kepada bayi ibu dan jawablah dengan sejujur-jujurnya! 1.
1.
2.
3.
4.
Apakah ibu memberikan ASI yang pertama kali keluar dan berwarna kekuningan pada saat bayi baru dilahirkan? a. Ya b. Tidak [ ] Apakah ibu memberikan makanan/ minuman lain selain ASI saja saat bayi berusia 0-6 bulan? a. Ya b. Tidak [ ] Saat bayi berusia 0-6 bulan sakit, apakah ibu selalu memberikan obat? a. Ya b. Tidak [ ] Apakah ketika ibu sakit, bayi yang berusia 0-6 bulan pernah diberikan susu botol/ susu bubuk? a. Pernah b. Tidak pernah [ ]
5.
6.
7.
8.
9.
Jika ibu sedang beraktivitas/ bekerja di luar rumah, apakah ibu memberikan susu botol/ susu bubuk kepada bayi berusia 06 bulan? a. Pernah b. Tidak pernah [ ] Apakah ibu pernah memberikan susu formula pada bayi berusia 0-6 bulan? a. Pernah b. Tidak pernah [ ] Apakah ibu pernah memberikan madu pada bayi berusia 0-6 bulan? a. Pernah b. Tidak pernah [ ] Apakah ibu pernah memberikan air putih pada bayi berusia 0-6 bulan? a. Pernah b. Tidak pernah [ ] Apakah ibu pernah memberikan pisang pada bayi berusia 0-6 bulan? a. Pernah b. Tidak pernah [ ]
Lampiran 2 A. Univariat 1. Umur
UmurIbu Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
22
4
8.9
8.9
8.9
23
3
6.7
6.7
15.6
24
4
8.9
8.9
24.4
25
4
8.9
8.9
33.3
26
2
4.4
4.4
37.8
27
3
6.7
6.7
44.4
28
6
13.3
13.3
57.8
29
2
4.4
4.4
62.2
30
1
2.2
2.2
64.4
31
3
6.7
6.7
71.1
33
3
6.7
6.7
77.8
34
5
11.1
11.1
88.9
35
1
2.2
2.2
91.1
36
1
2.2
2.2
93.3
37
1
2.2
2.2
95.6
38
2
4.4
4.4
100.0
45
100.0
100.0
Total
2. Paritas
paritas Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
15
33.3
33.3
33.3
>1
30
66.7
66.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
3. Pendidikan
Didik Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SD
10
22.2
22.2
22.2
SMP
15
33.3
33.3
55.6
SMA
17
37.8
37.8
93.3
3
6.7
6.7
100.0
45
100.0
100.0
PT Total
pendidikan Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SD
10
22.2
22.2
22.2
SMP/A.PT
35
77.8
77.8
100.0
Total
45
100.0
100.0
4. Pekerjaan
PEKERJAAN Frequency Valid
YA
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
6
13.3
13.3
13.3
TIDAK
39
86.7
86.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
5. Pengetahuan
tahu Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
SEDANG
35
77.8
77.8
77.8
BAIK
10
22.2
22.2
100.0
Total
45
100.0
100.0
6. Sikap sikap Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
BURUK
11
24.4
24.4
24.4
SEDANG
20
44.4
44.4
68.9
BAIK
14
31.1
31.1
100.0
Total
45
100.0
100.0
7. Kepercayaan percaya Frequency Valid
Percent
SEDANG
Valid Percent
Cumulative Percent
3
6.7
6.7
6.7
BAIK
42
93.3
93.3
100.0
Total
45
100.0
100.0
8. Tempat Bersalin TMPLAHIR Frequency Valid
Percent
RUMAH
Valid Percent
Cumulative Percent
3
6.7
6.7
6.7
RS
13
28.9
28.9
35.6
KLINIK
29
64.4
64.4
100.0
Total
45
100.0
100.0
9. Rawat gabung RAWATGBG Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TIDAK
10
22.2
22.2
22.2
YA
35
77.8
77.8
100.0
Total
45
100.0
100.0
10. Pembantu Persalinan
BNTULAHIR Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
BIDAN/PERAWAT
33
73.3
73.3
73.3
Dr.
12
26.7
26.7
100.0
Total
45
100.0
100.0
11. Tenaga yang Melayani IMD
IMD Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TIDAK
12
26.7
26.7
26.7
IMD
33
73.3
73.3
100.0
Total
45
100.0
100.0
12. Rawat Gabung
RAWATGBG Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TIDAK
10
22.2
22.2
22.2
YA
35
77.8
77.8
100.0
Total
45
100.0
100.0
13. Dukungan Keluarga
F2 Frequency Valid
TIDAK ADA
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
6.7
6.7
6.7
SUAMI
42
93.3
93.3
100.0
Total
45
100.0
100.0
14. Dorongan Tenaga kesehatan
TENAGA Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
TIDAK
19
42.2
42.2
42.2
DORONG
26
57.8
57.8
100.0
Total
45
100.0
100.0
15. Dorongan kader
G4 Frequency Valid
TIDAK
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
15.6
15.6
15.6
YA
38
84.4
84.4
100.0
Total
45
100.0
100.0
16. Pengaruh Iklan Susu Formula H3 Frequency Valid
YA
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
17.8
17.8
17.8
TIDAK
37
82.2
82.2
100.0
Total
45
100.0
100.0
17. Perilaku ASI Eksklusif
PRILAKU Frequency Valid
TIDAK EKSKLU Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
43
95.6
95.6
95.6
2
4.4
4.4
100.0
45
100.0
100.0
B. Bivariat 1. Umur dengan Perilaku ASi Eksklusif Group Statistics PRILAKU UmurIbu
N
Mean
TIDAK
Std. Deviation
Std. Error Mean
43
28.51
4.793
.731
2
31.00
4.243
3.000
EKSKLU
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval
F
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference
Difference
of the Difference Lower
Upper
Umu Equal variances .335 rIbu
.566
-.720
43
.476
-2.488
3.458
-9.462
4.486
-.806
1.122
.556
-2.488
3.088
-32.940
27.963
assumed Equal variances not assumed
2. Paritas dengan Perilaku ASI Eksklusif paritas * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK paritas
1
Count Expected Count
>1
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
EKSKLU
Total
15
0
15
14.3
.7
15.0
28
2
30
28.7
1.3
30.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square b
Continuity Correction Likelihood Ratio
Df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
1.047a
1
.306
.065
1
.798
1.668
1
.197
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
.545
Linear-by-Linear Association
1.023
b
N of Valid Cases
1
.439
.312
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,67. b. Computed only for a 2x2 table
3. Pendidikan dengan Perilaku ASI Eksklusif pendidikan * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK pendidikan
SD
SMP/A.PT
Total
Count
10
0
10
Expected Count
9.6
.4
10.0
Count
33
2
35
33.4
1.6
35.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Expected Count Total
EKSKLU
Count Expected Count Chi-Square Tests Value
Asymp. Sig. (2-sided)
.598a
1
.439
.000
1
1.000
1.032
1
.310
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
df
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
1.000 .585
1
.444
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44. b. Computed only for a 2x2 table
.601
4. Pekerjaan dengan ASI Eksklusif PEKERJAAN * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK PEKERJAAN
YA
TIDAK
Count
Total
6
0
6
Expected Count
5.7
.3
6.0
Count
37
2
39
37.3
1.7
39.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Expected Count Total
EKSKLU
Count Expected Count
Chi-Square Tests Value
Df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
.322a
1
.570
Continuity Correctionb
.000
1
1.000
Likelihood Ratio
.587
1
.444
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.315
N of Valid Casesb
1
.575
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,27. b. Computed only for a 2x2 table
5. Pengetahuan dengan Perilaku ASI Eksklusif Frequencies PRILAKU tahu
TIDAK EKSKLU Total
N 43 2 45
Exact Sig. (1-sided)
.748
a
Test Statistics
tahu Most Extreme Differences
Absolute
.291
Positive
.291
Negative
.000
Kolmogorov-Smirnov Z
.402
Asymp. Sig. (2-tailed)
.997
a. Grouping Variable: PRILAKU
6. Sikap dengan Perilaku ASi Eksklusif Frequencies PRILAKU sikap
N
TIDAK
43
EKSKLU
2
Total
45 Test Statisticsa sikap
Most Extreme Differences
Absolute
.721
Positive
.721
Negative
.000
Kolmogorov-Smirnov Z
.997
Asymp. Sig. (2-tailed)
.274
a. Grouping Variable: PRILAKU
7. Kepercayaan dengan Perilaku ASI Eksklusif Frequencies PRILAKU percaya
TIDAK EKSKLU Total
N 43 2 45
a
Test Statistics
percaya Most Extreme Differences
Absolute
.070
Positive
.070
Negative
.000
Kolmogorov-Smirnov Z
.096
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
8. Tempat Melahirkan dengan Perilaku ASI Eksklusif Frequencies PRILAKU TMPLAHIR
TIDAK
N 43
EKSKLU
2
Total
45
Test Statisticsa TMPLAHIR Most Extreme Differences
Absolute
.151
Positive
.070
Negative
-.151
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: PRILAKU
.209 1.000
9. Rawat Gabung dengan Perilaku ASI Eksklusif RAWATGBG * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK RAWATGBG
TIDAK
Count
0
10
100.0%
.0%
100.0%
23.3%
.0%
22.2%
33
2
35
% within RAWATGBG
94.3%
5.7%
100.0%
% within PRILAKU
76.7%
100.0%
77.8%
43
2
45
95.6%
4.4%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within PRILAKU
Total
Total
10
% within RAWATGBG
YA
EKSKLU
Count
Count % within RAWATGBG % within PRILAKU Chi-Square Tests Value
Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-sided)
.598a
1
.439
.000
1
1.000
1.032
1
.310
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
1.000
.601
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.585
1
.444
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,44. b. Computed only for a 2x2 table
10. Petugas yang Melayani IMD denagn Perilaku ASI Eksklusif IMD * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK IMD
TIDAK
Count Expected Count
IMD
Count Expected Count
Total
Count Expected Count
EKSKLU
Total
12
0
12
11.5
.5
12.0
31
2
33
31.5
1.5
33.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
.761a
1
.383
.003
1
.957
1.274
1
.259
Fisher's Exact Test
Exact Sig. (1-sided)
1.000
Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
.744
1
.388
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,53. b. Computed only for a 2x2 table
11. Pembantu Persalinan dengan Perilaku ASI Eksklusif
Frequencies PRILAKU BNTULAHIR
TIDAK EKSKLU Total
N 43 2 45
.533
a
Test Statistics
BNTULAHIR Most Extreme Differences
Absolute
.244
Positive
.244
Negative
.000
Kolmogorov-Smirnov Z
.338
Asymp. Sig. (2-tailed)
1.000
a. Grouping Variable: PRILAKU
12. Dukungan Keluarga dengan Perilaku ASI Eksklusif F2 * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK F2
TIDAK ADA
SUAMI
Count
Total
3
0
3
Expected Count
2.9
.1
3.0
Count
40
2
42
40.1
1.9
42.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Expected Count Total
EKSKLU
Count Expected Count
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
.150a
1
.699
Continuity Correction
.000
1
1.000
Likelihood Ratio
.283
1
.595
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association b
N of Valid Cases
1.000 .146
1
.702
45
a. 3 cells (75,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,13. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1-sided)
.870
13. Dorongan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku ASI Eksklusif TENAGA * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK TENAGA
TIDAK
Count Expected Count
DORONG
Total
0
19
18.2
.8
19.0
24
2
26
24.8
1.2
26.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Count Expected Count
Total
19
Count Expected Count
EKSKLU
Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correctionb Likelihood Ratio
df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
1.530a
1
.216
.254
1
.614
2.262
1
.133
Fisher's Exact Test
.501
Linear-by-Linear Association
1.496
N of Valid Casesb
1
.221
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,84. b. Computed only for a 2x2 table
14. Dorongan Kader dengan Perilku ASI Eksklusif G4 * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK G4
TIDAK
YA
Count
Total
7
0
7
Expected Count
6.7
.3
7.0
Count
36
2
38
36.3
1.7
38.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Expected Count Total
EKSKLU
Count Expected Count
Exact Sig. (1-sided)
.328
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
.386a
1
.535
Continuity Correction
.000
1
1.000
Likelihood Ratio
.693
1
.405
Pearson Chi-Square b
Fisher's Exact Test
1.000
Linear-by-Linear Association
.377
b
N of Valid Cases
1
Exact Sig. (1-sided)
.710
.539
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,31. b. Computed only for a 2x2 table
15. Pengaruh Iklan Susu Formula dengan Perilaku ASI Eksklusif H3 * PRILAKU Crosstabulation PRILAKU TIDAK H3
YA
TIDAK
Count
Total
8
0
8
Expected Count
7.6
.4
8.0
Count
35
2
37
35.4
1.6
37.0
43
2
45
43.0
2.0
45.0
Expected Count Total
EKSKLU
Count Expected Count
Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided)
.453a
1
.501
Continuity Correctionb
.000
1
1.000
Likelihood Ratio
.803
1
.370
Pearson Chi-Square
Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Casesb
1.000 .442
1
.506
45
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,36. b. Computed only for a 2x2 table
Exact Sig. (1-sided)
.673