PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BERBASIS MASJID STUDI KASUS DI MASJID AL-IKHLASH JATIPADANG PASAR MINGGU, JAKARTA SELATAN
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
Oleh Ahmad Rifa‟i NIM : 1110054000003
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/2014 M
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Pasar Minggu, Jakarta Selatan
Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Sos.I)
Oleh
Ahmad Rifa‟i NIM : 1110054000003
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil karya saya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain (plagiat), maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, November 2014
Ahmad Rifa’i
ABSTRAK
Oleh : AHMAD RIFA’I Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi Kasus di Masjid AlIkhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan memberdayakan masyarakat tentunya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, maka salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah masjid. Masjid adalah jantung umat Islam. Bagi umat Islam, Masjid adalah salah satu pilar meretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Berdasarkan hal itu pula, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk membangun ataupun mempertahankan citra positifnya dimata publik (dalam hal ini Jamaah Masjid dan masyarakat sekitar) dengan melakukan kegiatan sosial melalui program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Masjid Al-Ikhlash jatipadang mempunyai program pemberdayaan ekonomi, pendidikan, program pemberdayaan perempuan dan juga program bantuan sosial. Dalam penelitian studi kasus ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dimana penelitian dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Dalam penelitian ini pula, peneliti menggunakan beberapa teori. Diantaranya, teori pemberdayaan masyarakat islam, teori tentang pengertian masjid serta teori pemberdayaan berbasis masjid. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa dengan adanya program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid AlIkhlash Jatipadang, jamaah masjid, masyarakat sekitar masjid dan juga umat Islam pada umumnya, dapat merasakan dampak positif dari kegiatan tersebut. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dilakukan dalam hampir semua aspek, terutama aspek yang mampu memandirikan, memberdayakan, serta dapat merubah jama‟ah dan atau masyarakat di sekitar masjid pada umumnya menuju kearah yang lebih baik.
i
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji, puja serta syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dan kita semua dapat merasakan nikmat hidup ang penuh Barokah ini. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita selaku umatnya dari zaman kegelapan ke zaman yang terang-benderang seperti sekarang ini. Skripsi penulis yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan” diajukan untuk melengkapi salah satu persyaratan dalam rangka penyelesaian program studi Strata 1 (S1) di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan kali ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesei baik secara langsung maupun tidak langsung kepada : 1.
Bapak Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta para pembantu dekan dan juga jajarannya.
2. Ibu Wati Nilamsari, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Juga kepada Bapak M. Hudri, MA. Selaku sekretaris Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang selama ini telah membimbing, memberikan banyak ilmu dan juga nasihat kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan bapak dan ibu dengan limpahan pahala. Amin
ii
3. Bapak Dr. Tantan Hermansah M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak arahan, bimbingan, masukan dan telah banyak meluangkan waktu bagi penulis dari awal penulisan skripsi hingga selesei. Penulis berdo‟a semoga Allah SWT senantiasa memberikan limpahan barokah dan membalas semua kebaikan bapak dengan limpahan pahala. Amin 4.
Bapak dan ibu dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang selama masa studi telah banyak membekali ilmu, membimbing, menasihati dan memberikan banyak contoh yang baik kepada penulis. Semoga bapak dan ibu sekalian senantiasa diberikan limpahan barokah dan dibalas semua kebaikan bapak dan ibu dengan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin
5. Segenap jajaran sekretariat/pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang telah mengijinkan dan membantu penulis melakukan penelitian dari awal hingga akhir. Semoga kebaikan saudara/i sekalian dibalas dengan limpahan barokah dan dengan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin 6. Kedua Orangtua tercinta, Bapak H. Zainal Abidin dan Ibu Ustadzah Marsih yang selama ini telah mendukung dan mendo‟akan penulis dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang. Semoga ayah dan ibu tercinta senantiasa dalam Lindungan Allah SWT dan semua kebaikan serta kasih sayang kalian dibalas dengan limpahan barokah dan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin 7. Keluarga besar penulis. Paman, bibi, sepupu, kakak, keponakan dan juga kekasih yang selama ini telah men-support dan memotivasi penulis. Semoga kalian semua senantiasa dalam Lindungan dan Barokah Allah SWT. Amin 8. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa islam (HMI) Komisariat Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 9. Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Bekasi (PERMASI). 10. Keluarga Besar Ikatan Alumni Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Bekasi. 11. Keluarga Besar Honda Vario Club Bekasi.
iii
12. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam khususnya mahasiswa angkatan 2009, kakak-kakak kelas serta adik-adik kelas yang selama ini telah banyak membantu dan memotivasi penulis. Semoga kita semua bisa menjadi orang-orang sukses dikemudian hari. Amin 13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam rangka menyeleseikan penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hanya kepada-Nya jua-lah penulis berdo‟a semoga senantiasa mereka mendapatkan kebaikan dan limpahan pahala dari Allah SWT. Amin
Akhir kata, dengan segala kekurangan, kelebihan, kelemahan dan kekuatan yang ada, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan Ridho dan Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin Yaa Rabbal aalamiin.
Jakarta, November 2014 Penulis,
Ahmad Rifa’i
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB I
PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B.
Batasan dan Rumusan Masalah ............................................ 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8 D. Metodologi Penelitian ........................................................... 10 E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 16 F. Sistematika Penulisan .......................................................... 21 BAB II
TINJAUAN TEORITIS ............................................................. 23 A. Pemberdayaan Masyarakat Islam .......................................... 25 B. Pengertian Masjid .................................................................. 29 C. Pemberdayaan Berbasis Masjid ............................................. 34
BAB III
PROFIL DAN GAMBARAN UMUM ....................................... 38 A. Sejarah Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang .................................. 38 B. Visi dan Misi Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang ........................ 42 C. Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang ............... 42 D. Program-program Pemberdayaan Berbasis Masjid ............... 43
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PENGAMATAN ..... 47 A. Konsep pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ............... 47 B. Analisis program pemberdayaan berbasis Masjid dan pelaksanaan program pemberdayaan berbasis Masjid serta Output program pemberdayaan berbasis masjid ..................... 52
BAB V PENUTUP ........................................................................................ 72 A. Kesimpulan ............................................................................. 72 B. Saran ........................................................................................ 74 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 76 LAMPIRAN PROFIL PENULIS
v
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang sempurna yang diturunkan oleh Allah SWT ke
muka bumi untuk menjadi Agama yang “Rahmatan Lil Alamiin” (Rahmat bagi seluruh alam). Islam adalah satu-satunya agama Allah yang memberikan panduan yang lugas dan dinamis terhadap semua aspek kehidupan kapan saja dan berbagai situasi. Selain itu, mampu menghadapi situasi dan menjawab semua tantangan pada setiap zaman.1 Islam mengatur tatanan hidup secara sempurna, tidak hanya mengatur masalah ibadan seorang hamba kepada Tuhannya, tapi juga mengatur tentang tatanan Muammalat yaitu hubungan manusia dengan sesamanya, hubungan mnusia dengan makhluk lainnya, serta hubungan manusia dengan alam sekitarnya seperti kehidupan sosial-budaya, tekhnologi, dan tak terkecuali tentang kehidupan dalam hal ekonomi. Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan ekonomi merupakan bagian terpenting dari kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan, namun bukan pula tujuan akhir dari kehidupan ini melainkan suatu jalan untuk menjadi kekeadaan yang lebih baik. Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kebutuhan pokok seperti kebutuhan sandang, dan pangan. Semua kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh secara gratis, tapi harus melalui proses, usaha dan bekerja yang benar dan sah.
1
Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”, (Jakarta, Gema Insani Press, 2003), h.4
1
2
Karena sudah merupakan fitrah manusia untuk berusaha dan bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, agar dapat menuju ke keadaan yang lebih baik. Dengan fitrahnya manusia sebagai makhluk yang dituntut untuk senantiasa bekerja dan berusaha agar dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya, maka secara tidak langsung manusia dituntut untuk dapat Mandiri. Kemandirian manusia dapat membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam, Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa,2 dari jumlah tersebut sekitar 90% penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Akan tetapi, hingga saat ini, Indonesia juga merupakan negara dengan penduduk miskin terbanyak ketiga di dunia. Kemiskinan di Indonesia bukan lagi karena faktor struktur dan budaya masyarakat, tetapi lebih kepada akses dan faktor permodalan(faktor produksi)3, yang membuat masyarakat di Indonesia khususnya umat Islam tidak dapat hidup mandiri agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Gambaran ini mengisyarakatkan bahwa masyarakat perlu mendapatkan akses dan permodalan yang memadai demi tercapainya perataan, kemandirian, kemakmuran dan keadilan di seluruh Indonesia. Salah satu tren di era global adalah kemandirian. Bangsa yang mandiri adalah bangsa yang mampu memenangkan persaingan. Bangsa yang mandiri terbentuk oleh masyarakat mandiri. Tentu dalam mewujudkan kemandirian itu dibutuhkan proses yang panjang. Sebuah proses yang menunjuk pada serangkaian tindakan atau langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sistematis yang
2
“Data sensus penduduk Indonesia, tahun 2010,” . Artikel diakses pada 23 mei 2014 pukul 13.38 dari www.bps.go.id/tab_sub/view. 3 Muhammad Syafi‟i Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”, (Jakarta, Gema Insani Press, 2003),h.5
3
mencerminkan pentahapan upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan yang memandirikan. Dengan memandirikan masyarakat, berarti kita juga telah memberdayakan masyarakat. Dengan mandirinya masyarakat secara tidak langsung kita telah dapat memberikan akses agar masyarakat dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya dan dapat menuju ke kehidupan yang lebih baik. Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan memberdayakan masyarakat tentunya. Kegiatan tersebut dapat dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Pada dasarnya kegiatan pemberdayaan masyarakat ditijukkan untuk kalangan masyarakat yang kurang mampu, agar dapat memandirikan mereka, guna membuat mereka dapat menolong dirinya sndiri. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, maka salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat adalah masjid. Masjid adalah jantung umat Islam. Masjid adalah salah satu pilar meretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mustahil untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan berbasis masjid pada saat ini. Masjid diharapkan pula menjadi mitra lembaga pendidikan formal (sekolah) yang memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan datang.4
4
Ali Nurdin. Qur‟anic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam Al-Qur’an.
(Jakarta: Erlangga, 2006). h.128
4
Jumlah masjid di Indonesia mencapai 800 ribu lebih5 dan merupakan jumlah terbesar di dunia. Namun bila dicermati, kondisi kaum muslimin saat ini dimana masjid belum difungsikan secara optimal. Alangkah indahnya jika sekitar 800 ribu masjid di Indonesia dapat memberikan jawaban riil atas berbagai permasalahan umat. Setiap kumandang adzan mengalirkan kerinduan umat untuk datang mendekat seperti layaknya fungsi jantung bagi darah. Masjid seharusnya dapat dioptimalkan fungsinya sebagai ruang publik dan pusat peradaban umat. Masjid menjadi tempat berkumpulnya orang-orang untuk menjalankan ibadah ritual. Orang-orang shaleh adalah energi spiritual yang menjadi modal membangun perubahan. Manusia yang datang ke masjid dengan niat yang ikhlas pastilah menginginkan perubahan dalam dirinya, minimal untuk meningkatkan spiritualitas dirinya menuju cita-cita menjadi shaleh. Tantangannya adalah bagaimana
membangun
energi
ini
menjadi
akumulatif-sinergis-eksplosif.
Keluaran dari proses ini jelas akan menghasilkan keshalehan sosial yang mampu mendobrak kebekuan umat. Menengok kesejarahan baik zaman Rasulullah dan sahabat maupun masa perjuangan melawan penjajahan fisik di Indonesia, masjid memiliki peran yang strategis. Aspek perannya baik dalam dimensi ruhiyah(spiritualitas) maupun siyasiyah(pengaturan urusan umat). Masjid memiliki semangat membangun kedekatan dan rasa takut kepada-Nya. Masjid sebagai tempat dan simbol perlawanan terhadap kemungkaran. Masjid bergerak memberi semangat kaum lemah untuk terus memupuk asa. Masjid penuh musyawarah dan kepemimpinan untuk memecahkan problem ummat. Jadi kesejarahan juga menunjukkan masjid
5
Artikel diakses dari www.kemenag.go.id pada 24 mei 2014 pukul 13:45
5
adalah mutiara penuh cahaya. Rasanya kurang pas apabila saat ini ada ketidakpercayaan diri bahwa masjid mampu berkontribusi menuju ummat yang berdaya. ‟Fitrah‟ keberadaan masjid adalah kontributif dalam aspek ruhiyah maupun siyasiyah.6 Oleh karena itu perlu dikaji dan direnungkan kembali hadits Nabi Muhammad SAW :
Artinya : “Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mukmin yang lemah”. (HR. Muslim) Hadits ini memberikan pentunjuk dan peringatan kepada kita, bahwa Islam lebih menghargai kualitas daripada kuantitas. Dan yang dimaksud dengan orang mukmin yang kuat di sini ialah orang mukmin yang mempunyai kekuatan mental maupun fisik, moril maupun materiil, sehingga dapat benar-benar mencerminkan kekuatan Islam sendiri. Berbagai macam upaya peningkatan kemandirian, kapasitas dan kualitas sumber daya manusia tentulah seringkali dikerahkan baik oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga tertentu, ada yang bersifat komersial maupun non komersial. Hal ini dianggap memiliki dampak positif terhadap masyarakat, selain untuk memberikan ilmu pengetahuan juga adanya upaya agar masyarakat menjadi lebih terampil, dan lebih mandiri dalam berbagai hal. 6
Achmad Subianto dkk, fokkus babinrohis pusat, ICMI Orsat Cempaka Putih, Yayasan Kado Anak Muslim Pedoman Manajemen Masjid, (Jakarta, Cetakan I, 1 Muharram 1425 H/ 22 Februari 2004).h.83
6
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini telah terjadi berbagai perubahan terhadap masyarakat di dunia yang semakin hari semakain cepat berjalan kearah yang tak terduga. Perubahan tersebut meliputi banyak hal termasuk perubahan ekspektasi masyarakat terhadap organisasi swasta, organisasi keagamaan ataupun perusahaan.
Salah
satu
memberdayakan/memandirikan
yang masyarakat
dilakukan
dalam
antara
dengan
lain
rangka kegiatan
Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang bersifat kepedulian terhadap social masyarakat khususnya yang beragama Islam serta membantu pemerintah dalam rangka menanggulangi permasalahan-permasalahan social di Indonesia. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid berhubungan erat dengan "pembangunan yang memandirikan", di mana terdapat banyak program pemberdayaan yang sifatnya memandirikan masyarakat. Program-program tersebut terdiri dari berbagai aspek, mulai dari aspek yang bersifat rohani(keagamaan), ekonomi, sosial-budaya, hingga seni dan lain-lain yang sifatnya memandirikan masyarakat.7 Berdasarkan hal itu pula, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid AlIkhlash Jatipadang, Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk membangun ataupun mempertahankan citra positifnya dimata publik (dalam hal ini Jamaah Masjid dan masyarakat sekitar) dengan melakukan kegiatan sosial melalui program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid. Masjid Al-Ikhlash jatipadang mempunyai program pemberdayaan Ekonomi, Pendidikan, program pemberdayaa perempuan dan juga program bantuan sosial. Program tersebut merupakan wujud dedikasi dan kepedulian Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta 7
Supardi & Teuku Amiruddin Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat, Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid, (UII Press Yogyakarta, cetakan pertama, Mei 2001).h.54
7
Selatan kepada Jama‟ah, Masyarakat, Agama serta bangsa Indonesia terhadap keadaan sosial-budaya hingga keadaan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid tersebut, Jamaah masjid, masyarakat sekitar masjid dan juga umat Islam pada umumnya, dapat merasakan dampak positif dari kegiatan tersebut. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dilakukan dalam hampir semua aspek, terutama aspek yang mampu memandirikan jama‟ah dan atau umat Islam pada umumnya. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian program Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. Penulis yakin adanya relevansi antara bahan penelitian dengan konstentrasi studi penulis selama ini. Alasan konseptual inilah yang kemudian penulis ingin ulas pada sebuah skripsi yang berjudul, “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid – Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan”
8
B.
Batasan dan Rumusan Masalah Dalam penulisan kripsi ini, penulis membatasi permasalahan pada
program Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. Kemudian agar dalam penulisan Skripsi ini menjadi lebih fokus dan terarah serta pembahasan tidak melebar maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana konsep Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan? 2. Program apa yang terkait dalam Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid dan bagaimana pelaksanaan program-program tersebut, serta bagaimanakah hasil (Output) peserta dari Program Pemberdayaan Masyarakat berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang tersebut? C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian dan penulisan skripsi ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai
berikut : 1.
Tujuan a. Untuk mengetahui dasar serta alasan mengapa program ini dibuat. b. Untuk mengetahui program-program apa saja yang terkait dengan program pemberdayaan berbasis
masjid tersebut dan juga
mengetahui proses pelaksanaan programnya, serta mengetahui hasil (Output) dari program pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid
9
yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. 2. Manfaat a. Manfaat akademis, yakni diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi sebagai bahan studi atau penelitian selanjutnya yang berkaitan dan lebih komprehensif serta menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai
program
Pemberdayaan
Masyarakat
berbasis Masjid. b. Manfaat khusus, yakni : 1) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang agar lebih optimal dan lebih baik lagi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis Masjid dan sebagai upaya menanggulangi jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial di Indonesia. 2) Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi penulis dalam melakukan proses penelitian yang baik, memperluas jaringan, dan menjadi peneliti yang kredibel. c. Manfaat Umum, yakni diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi masyarakat luas bahwa program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid yang dialakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan merupakan salah satu wujud nyata akan kepedulian DKM Masjid dalam rangka bertanggung jawab terhadap pemberdayaan umat sekitar Masjid
10
serta dalam rangka membantu program pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan kesejahteraan di Indonesia. D.
Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan atas dasar konsep metodologi penelitian yang
terdiri dari 6 kategori, yakni sebagai berikut: 1. Pendekatan Penelitian Penelitian studi kasus ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen.8 Penelitian yang dengan prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dijelaskan dalam Zuriah (2007) bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memerlukan ketajaman analisis, objektifitas, sistematis dan sistemik sehingga diperoleh ketepatan dalam interpretasi, sebab hakikat dari suatu fenomena atau gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah totalitas atau Gestalt. 9 Untuk metode pendekatan penelitiannya, penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan pada penggunaan metode studi kasus. Penelitian yang mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan subyek penelitian, dimana penelitian dilakukan secara detail dan mendalam mengenai program kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid tersebut
8
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008). Cet. Ke-25, h. 9-10. 9 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007). Cetakan kedua, h. 92.
11
2. Jenis dan Sumber Data a. Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data dari responden atau objek penelitian. Data primer ini dapat diperoleh melalui wawancara dan observasi terhadap orang-orang yang bersentuhan langsung dengan program pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang seperti, kepada pihak pengurus dan atau pimpinan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan, serta kepada pemanfaat program dan kepada orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program. Untuk mendapatkan data, peneliti melakukan wawancara kepada 15 orang yang terkait langsung dengan program, wawancara dilakukan selama kurang lebih 30 menit, dan wawancara dilakukan 1 sampai 2 kali banyaknya. b. Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti. Data sekunder bisa juga disebut sebagai data tambahan. Data sekunder yang penulis dapatkan berasal dari buku, majalah, tinjauan pustaka, internet dan mading serta arsip-arsip yang berhubungan dengan program pemberdayaan masyarakat berbasis masjid. Adapun data sekundernya adalah berupa berita ataupun liputanliputan mengenai kegiatan serta profil umum dari Masjid Al-Ikhlash Jatipadang yang peneliti dapat dari Internet dan brosur, serta selebaran-
12
selebaran yang peneliti dapati di Mading Masjid Al-Ikhlas Jatipadang. Selain itu juga beberapa buku yang terkait langsung dengan penelitian ini. seperti, buku-buku teori pemberdayaan, arsip-arsip, skripsi-skripsi, serta outline hasil seminar yang terkait dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat. 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini proses pengumpulan data akan dilakukan dengan 4 cara, yakni diantaranya : a. Observasi, yaitu pengamatan langsung dengan menggunakan seluruh panca indera (melihat, mendengar, dan merasakan)10 dan pencatatan secara sistematis gejala-gejala yang terjadi di lapangan penelitian, yaitu dengan mengadakan pengamatan langsung di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. Adapun gejala-gejala yang terjadi pada saat penelitian seperti aktifitas masyarakat dan Jama‟ah Masjid AlIkhlash Jatipadang selama berada di Masjid, kegiatan belajar mengajar di TPA/TK/PAUD Masjid Al-Ikhlas, serta kegiatan transaksi jual-beli yang terdapat di Toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, ketika adanya kegiatan klinik kesehatan gratis dan lain-lain b. Wawancara. Merupakan suatu alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis data.11 Dalam penelitian ini penulis
akan
mewawancarai 15 orang yang penulis anggap kompeten, kredibel serta berhubungan langsung dengan penelitian yang penulis ambil. Nantinya penulis akan langsung mewawancarai Ketua Masjid Al-Ikhlash 10
Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001), h. 16. 11 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h. 49.
13
Jatipadang, serta 6 orang narasumber yang termasuk dalam jajaran DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang sebagai orang yang bertanggung jawab langsung terhadap program. Lalu penulis akan mewawancarai 9 (sembilan) orang peserta/pemanfaat yang mengikuti program tersebut. Dalam penelitian kualitatif, karena tidak menggunakan instrument penelitian yang terstruktur dan baku, maka peneliti sendiri dan dengan bantuan dari orang lain merupakan intrumen pengumpul data yang paling utama. Oleh karena itu, pada saat pengumpulan data, peneliti melakukan kegiatan observasi langsung ke lapangan untuk mengetahui kegiatan dari subjek penelitian. Pada penelitian ini, alat bantu yang digunakan oleh peneliti berupa, alat tulis, recorder(perekam suara), kamera, serta alat dokumentasi lain yang menunjang keberhasilan penelitian, yaitu berupa buku, catatancatatan,
arsip-arsip,
jurnal,
foto-foto,
dan
sebagainya
yang
berhubungan dengan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Berikut merupakan data narasumber yang peneliti wawancarai untuk mendapatkan data-data yang peneliti butuhkan. Nama
Status / Jabatan
Waktu Wawancara
Bapak Abbas Supriadi
Koordinator bidang 22 Maret 2014 pelayanan umat.
Bapak Ir. Agung Priyadi
Koordinator bidang 22 Maret 2014 pendidikan Sekretaris Umum 22 Maret 2014
Bapak Ir. Rahadi Mulyanto Bapak Ir. Rio Gajahmada
Koordinator bidang 22 Maret 2014 pengembangan minat dan
14
keterampilan Ibu Susanto Kasdi.
Koordinator bidang 24 Maret 2014 pemberdayaan perempuan
Muhammad Fikriza Dzikrullah. Technical Support 28 Maret 2014 (Marbot)
c.
Bapak Nur Ali
Pedagang Travel di Masjid
tiket 28 Maret 2014 toko
Bapak Tri Haryanto
Pedagang Refill 28 Maret 2014 Parfum di Toko Masjid
Ibu Evi
Pedagang peralatan 28 Maret 2014 sekolah di toko Masjid
Ibu Hayati
Pedagang busana 28 Maret 2014 muslim di Toko Masjid
Ibu Dewi Sartika
Peserta kusus baca 13 April 2014 dan tulis (LPLQ)
Bapak Abdul Rohman
Peserta bantuan 13 April 2014 kesehatan
Ibu Iis Sumiati
Peserta kusus baca 13 April 2014 dan tulis (LPLQ)
Ibu Mulyanah
Peserta pemberdayaan perempuan
Bapak Trijoko
Peserta bantuan 14 April 2014 sosial (beasiswa)
13 April 2014
Studi dokumentasi. Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan
15
bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini. Beberapa data dari hasil studi dokumentasi ini sendiri ada yang berupa foto-foto, arsiparsip Masjid serta buletin-buletin mingguan yang diterbitkan oleh pihak Masjid Al-Ikhlash Jatipadang yang biasanya ditempelkan di mading Masjid. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yakni menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh melalui pengamatan peneliti di lapangan. Adapun analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat menentukan tema dan dapat merumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisis data bermaksud mengorganisasikan data, di antaranya mengatur, mengurutkan, mengkelompokan, memberi kode dan mengkategorikanya.12 5. Lokasi & Waktu Penelitian Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan di Jl. Raya Ragunan No.11 Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540- Indonesia. Telepon; 0217802776. Adapun waktu penelitian terhitung mulai Februari-Juni 2014. 6. Pedoman Penulisan Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan disertasi UIN Jakarta yang
12
Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: CV.Tumaritis, 2003), edisi 3, h. 55
16
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. E.
Tinjauan Pustaka Ada empat Karya Ilmiah (Skripsi) yang penulis jadikan sebagai bahan
peninjauan pustaka, dimana ketiga skripsi tersebut penulis anggap sebagai bahan referensi dan juga berhubungan dengan permasalahan yang akan penulis angkat. Yakni diantaranya : Pertama, Skripsi Tahun 2008 yang berjudul “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kelompok Swadaya Masyarakat – Studi Implementasi di Lembaga Pengelola Zakat, Infaq dan Shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah” disusun oleh saudaraSunardi, mahasiswi Jurusan PMI. Dalam pembahasannya, ia menjelaskan bagaimana konsep pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh lembaga pengelola zakat, Infaq dan shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah. Skripsi ini adalah yang paling mirip dengan judul yang penulis angkat. Tetapi ada beberapa perbedaan yang perlu penulis tekankan yakni : 1.
Dimensi yang diulas oleh Saudara Sunardi adalah tentang Pemberdayaan Masyarakat berbasis kelompok swadaya masyarakat, yang titik beratnya terdapat pada sumber daya yang digunakan yang berasal dari sumbangan swadaya masyarakat. sedangkan Penulis lebih pada pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid, yang tentunya kegiatan tersebut dilaksanakan oleh anggota DKM Masjid yang sumber dananya berasal dari donatur-donatur masjid yang juga ikut terlibat langsung dalam kegiatan pemberdayaan tersebut.
17
2.
Lokasi yang dipilih oleh Saudara Sunardi adalah di lembaga pengelola zakat, Infaq dan shadaqah (LP-ZIS) Ash-Shinaiyyah yang dikelola oleh Karyawan PT. Bukaka Tehnik Utama Tbk. Sedangkan penulis memilih lokasi di MasjidAl-Ikhlash Jatipadang Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
3.
Objek yang diteliti oleh Saudara Sunardi lebih bertumpu pada bagaimana partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemberdayaan tersebut,
sedangkan
penulis
lebih
concern
kepada
Konsep
pemberdayaan, Tahapan-tahapan pelaksanaan program, serta Output dari program pemberdayaan berbasis Masjid. Kedua, Skripsi tahun 2007 yang disusun oleh Maryanah, Mahasiswi Pengembangan Masyarakat Islam yang berjudul “Program Pemberdayaan Komunitas(Prospek) di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Jakarta”. Dalam pembahasannya, ia menjelaskan tentang “Program pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas yang dilakukan oleh Lembaga Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Jakarta”. Saudari Maryanah mendeskripsikan tentang pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas yang secara umumm dan khusus lebih concern kepada sistem dan strategi-strategi pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Jakarta. Program Pemberdayaan Komunitas yang dilakukan oleh Lembaga Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Jakarta Lebih concern pada pemberdayaan dalam bidang ekonomi. PKPU berusaha membantu masyarakat dan paling tidak, memberikan harapan kepada kelompok masyarakat dengan membentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Anggota KSM
18
tersebut terdiri dari: Nelayan, Petani, peternak, pengrajin, tukang ojek, pemilik warung, pedagang, penjahit, petugas kebersihan, janda miskin satpam, dan pengusaha ekonomi mikro. ada beberapa perbedaan yang perlu penulis tekankan yakni : 1. Pemberdayaan yang dilakukan Masjid Al-Ikhlash menycakup berbagai aspek, sedangkan penelitian yang dilakukan saudari Maryanah hanya concern pada aspek ekonomi saja. 2.
Saudari Maryanah mendeskripsikan tentang pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas yang secara umumm dan khusus lebih concern kepada sistem dan strategi-strategi pemberdayaan, sedangkan saya lebih condong melakukan penelitian mengenai program-program serta output dari program pemberdayaan berbasis Masjid tersebut.
3. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh PKPU hanya dikhususkan bagi anggota KSM saja, sedangkan kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid oleh DKM Masjid Al-Ikhlash ditujukan bagi jama‟ah Masjid, masyarakat sekitar Masjid serta masyarakat lain pada umumnya. Ketiga, Skripsi tahun 2009 yang disusun oleh Iip Apriaji. Mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Dana Bergulir Baitul Mal Wattamwil (BMT) Ar-Ridho, Pisangan, Ciputat”. Dalam pembahasannya, ia menjelaskan tentang pemanfaatan dana bergulir dari BMT Ar-Ridho untuk pedagang kecil disekitar kampung Pisangan, Ciputat. Saudara Iip membahas tentang Dampak dari program dana bergulir tersebut terhadap kualitas perekonomian pedagang-pedagang kecil di Kampung Pisangan,
19
Ciputat. Melalui BMT, warga didorong untuk rajin menabung dan dana tersebut akan digulirkan ke setiap anggota BMT, yang nantinya akan ada sistem bagi hasil pada setiap akhir bulannya. Dengan kegiatan tersebut, masyarakat dapat menggunakan dana bergulir sebagai modal usaha dalam rangka mengembangkan usaha kecil mereka. Kegiatan dana bergulir dari BMT tersebut dapat menopang kegiatan usaha yang dilaksanakan oleh setiap anggota BMT. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pinjaman yang menggunakan dana tersebut dan peningkatan penghasilan yang didapatkan oleh para pedagang yang sekaligus sebagai anggota BMT tersebut sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Berdasarkan skripsi diatas, ada beberapa perbedaan yang ingin peneliti kemukakan: 1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Iip Apriaji hanya fokus pada lembaga BMT Masjid saja, sedangkan saya melakukan penelitian pada 4 (empat) Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. 2. Saudara Iip Apriaji hanya memfokuskan penelitian kepada para pedagang kecil di sekitar kampung Pisangan dimana mereka merupakan pemanfaat dana BMT tersebut. Sedangkan saya memfokuskan penelitian pada jama‟ah masjid, masyarakat sekitar masjid serta masyarakat umum sebagai pemanfaat program pemberdayaan berbasis Masjid oleh DKM Masjid Al-ikhlash Jatipadang. 3. Saudara Iif Apriaji hanya fokus kepada dampak dari program dana bergulir tersebut terhadap kualitas perekonomian pedagang-pedagang kecil di Kampung Pisangan. Sedangkan penelitian yang saya lakukan mempunyai fokus pada output dari semua program pemberdayaan berbasis Masjid yang ada di Masjid Al-ikhlash Jatipadang.
20
Keempat, skripsi tahun 2003 yang disusun oleh saudara Komhadi Yusuf. Mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang berjudul “Upaya Lembaga Pendidikan Islam As-Salam dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Desa Rimbo Bujang, Jambi”. Dalam skripsinya, saudara Komhadi Yusuf membahas tentang upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan islam dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat islam akan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Lembaga pendidikan Islam tersebut juga mampu memberikan motivasi kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, terutama dalam bidang keagamaan. Lembaga pendidikan Islam mampu membentuk suatu masyarakat yang didalamnya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran islam. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa Pendidikan Agama Islam mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pemberdayaan masyarakat di desa Rumbo Bujang, Jambi terutama dalam bidang Keagamaan. Dengan adanya Pendidikan Islam
As-Salam,
masyarakat
mampu
menjadi
suatu
komunitas
yang
religius/agamis serta mampu menerapkan nilai-nilai islam yang Kaffah. Berdasarkan skripsi diatas, ada beberapa perbedaan yang ingin peneliti kemukakan: 1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara Komhadi Yusuf hanya fokus pada bidang pendidikan saja, sedangkan saya melakukan penelitian pada 4 (empat) Program pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. 2. Dampak dari program penelitian yang dilakukan oleh saudara Komhadi Yusuf hanya fokus pada pengaruh program terhadap nilai religius/agamis saja. Sedangkan penelitian yang saya lakukan, Output-nya pada berbagai aspek yaitu aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek keagamaan juga.
21
Dengan berakar pada judul & pembahasan yang hampir sama, akan tetapi memiliki turunan lembaga dan program yang berbeda, serta konsep yang diangkat mengenai pengembangan kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan masyarakat. setidaknya penulis anggap bahwa skripsi-skripsi tersebut bisa penulis jadikan sebagai bahan penelitian yang cukup relevan.
F.
Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pembahasan, penulis membuat kerangka penulisan
dengan sistematis yang mana terdiri dari 5 Bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, yakni sebagai berikut : BAB I
Bab ini merupakan Pendahuluan, yang meliputi Latar Belakang Masalah; Pembatasan dan Perumusan Masalah; Tujuan dan Manfaat Penelitian; Metodologi Penelitian yang digunakan; Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II Bab ini merupakan penjelasan tentang tinjauan teori, yang meliputi Pembahasan
tentang
Pemberdayaan
Masyarakat;
konsep
pemberdayaan (Model & Tahapan Pemberdayaan); Pengertian Masjid; dan Pemberdayaan berbasis Masjid.
BAB III
Bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran umum dan profil lembaga (Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan) yang meliputi gambaran umum dari Masjid Al-Ikhlash Jatipadang; Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang; serta Program-
22
program Pemberdayaan Masyarakat yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.
BAB IV
Bab ini merupakan pembahasan tentang Analisis Data dan Temuan lapangan, yang meliputi konsep pemberdayaan berbasis Masjid; Program yang terkait dalam Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan; Pelaksanaan program pemberdayaan berbasis Masjid; serta output Program Pemberdayaan Berbasis Masjid yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan.
BAB V
Bab ini merupakan penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Islam adalah agama rahmat bagi seluruh alam. Dalam pengertian yang sederhana, rahmat berarti memiliki subtansi kasih-sayang dan penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu, Islam itu agama yang diorientasikan, dimaujudkan, dan ditampilkan sebagai bentuk kongkret dari sikapsikap kasih sayang bagi semesta alam. Maka tidak mungkin juga dalam prosesnya ditempuh melalui cara-cara atau tehnik-tehnik yang dapat nerusak ke-rahmat‟an Islam itu sendiri. Dengan kata lain, Islam sebagai rahmat berlaku dari hulu sampai hilir; dari teori hingga praktik; dari cita-cita sampai gerakan; dari individu sampai komunitas; dari pagi hingga malam, dan seterusnya.13 Dalam konteks demikianlah maka Islam disebut juga sebagai agama dakwah. Dakwah dalam bahasa yang sederhana adalah upaya-upaya persuasif yang ditampilkan oleh masyarakat muslim dalam rangka menampilkan Islam yang bisa menjadi penumbuh kasih sayang diseluruh ruang dimensi alam ini. Dakwah sebagai suatu upaya perubahan memang dihadapkan pada persoalan-persoalan keummatan sehari-hari. Dengan demikian, sejatinya para pelaku dakwah adalah subyek yang memahami benar bagaimana seharusnya ia menyikapi fakta dan realitas
sosial
masa
kini.
Dalam
konteks
demikian,
maka
seorang
pendakwah(da‟i) seharusnya membekali diri dengan berbagai disiplin keilmuan agama dan juga non-agama, seperti: sosiologi, politik, ekonomi, ekologi, budaya, 13
Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009) hal. 1 dan 2
23
24
dan sebagainya. Hal ini tidak lain agar seorang da‟i bisa memahami dengan baik kondisi sasaran dakwahnya serta bisa menyelami peroblematika masyarakat yang ada.14 Dakwah yang ditampilkan dengan metode-metode seperti itu bisa juga disebut dengan Dakwah Pemberdayaan. Dakwah Pemberdayaan ini sebenarnya tetap merupakan model dakwah seperti biasanya, namun hanya memberikan penekanan kepada mekanisme „pembebasan‟ masyarakat dari berbagai belenggu persoalan, seperti: kemiskinan, kebodohan, ketidak-adilan, dan sebagainya. Dakwah pemberdayaan inilah yang saat ini sedang menemukan momentum terbaiknya. Dalam konteks „pembebasan‟ masyarakat dari berbagai persoalan, dakwah dapat dijadikan sebagai sarana dalam upaya perbaikan dan perubahan sosial. Oleh karenanya, agar dakwah dapat lebih kontekstual dan bermakna bagi individu atau masyarakat, maka dakwah harus memberikan kontribusi dalam hal perbaikan tersebut. Materi dakwah di mimbar-pun harus berisi tentang ajakan dan seruan
memelihara
dan
menjaga
lingkungan,
pemberantasan
korupsi,
pemberantasan kemiskinan, memperbaiki birokrasi, peningkatan kualitas hidup, pemberian akses yang sama terhadap pendidikan, penguatan hak-hak ekonomi, sosial, budaya, dan lainnya. Dengan demikian, dakwah tidak hanya berakhir di mimbar atau majelis ta‟lim saja. Tetapi dakwah menjadi kebutuhan rill seluruh masyarakat.15
14 15
Ibid. Hal 3 Ibid., hal. 5-6
25
1. Pemberdayaan Masyarakat Islam Islam adalah agama yang membebaskan. Agama yang membebaskan dari ketidak-adilan, kemiskinan, dan kebodohan ditengah-tengah masyarakat. Agama yang akan selalu memberikan jawaban bagi setiap problematika yang dihadapi oleh umatnya. Pada konteks inilah, pemberdayaan masyarakat Islam diletakkan, yakni memfasilitasi, memberdayakan umat Islam agar terbebas dari ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan dan lainnya yang menyebabkan mereka menjadi terpuruk.16 Berbagai definisi Pemberdayaan menurut beberapa ahli dapat kita jadikan rujukan dalam menganalisa konsep pemberdayaan masyarakat Islam. Menurut Edi Suharto17 Pemberdayaan atau pemberkuasaan (Empowerment), berasal dari kata “Power”(kekuasaan atau keberdayaan). Konsep utama pemberdayaan bersentuhan langsung dengan kekuasaan. Oleh karenanya, pemberdayaan bertujusn untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang lemah atau tidak beruntung. Dalam hal ini bagaimana orang-orang yang kurang berdaya dan kurang beruntung tadi agar dapay berdaya dan berkuasa untuk menolong dirinya sendiri. Menurut Jim Ife:18 “Pemberdayaan berarti menyiapkan kepada masyarakat sumberdaya, kesempatan, pengetahuan, dan keahlian untuk meningkatkan keahlian diri masyarakat dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri”. Sedangkan menurut Manuwoto:19”pemberdayaan
16
Ibid., hal. 34 Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1 (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 57 18 Jim Ife, “Community Development: Creating community alternative-vision, analysis and practice,” dalam Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009), h. 29. 19 Manuwoto, “Peningkatan peran serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam menuju masyarakat madani,” dalam Tantan Hermansah, dkk, Dasar-dasar pengembangan 17
26
masyarakat adalah suatu upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang kondisinya pada suatu waktu tidak atau belum mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan atau keterbelakangan. Dengan kata lain, pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membuat mampu dan mandiri suatu kelompok masyarakat”. Berdasarkan
definisi-definisi
tersebut,
dapat
disimpulkan
bahwa
Pemberdayaan adalah suatu usaha atau upaya yang dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian individu atau masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Masyarakat dapat tahu potensi dan permasalahan yang dihadapinya serta mampu menyelesaikannya.20 Dari kesimpulan definisi tersebut, Islam mencoba membuat konsep tentang Pemberdayaan Masyarakat Islam. Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat Islam adalah upaya yang sistematis dan terencana untuk melakukan perubahan sosial terhadap tatanan sosial yang lebih baik yang dilandaskan pada ajaran
agama
islam.
Pemberdayaan
masyarakat
islam
ini
merupakan
operasionalisasi dalam sifat normatif Islam sebagai agama pembebasan. Pemberdayaan masyarakat Islam merupakan bagian dari Dakwah. Tetapi kegiatan dakwah yang sudah mengalami perubahan paradigma. Paradigma dakwah konvensional yang masih terfokus kepada ibadah vertikal(hubungan Allah dengan hambanya). Paradigma dakwahnya lebih kepada perubahan sosial secara nyata, yakni hubungan vertikal(hubungan Allah dengan hambanya) sekaligus hubungan Horizontal (hubungan sesama hamba).21
Masyarakat Islam (Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal. 30. 20 Tantan, Dkk, Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam, h. 31. 21 Ibid., h. 35.
27
Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat Islam adalah kerja kebudayaan atau kerja perubahan sosial. Pemberdayaan Masyarakat Islam memfokuskan diri pada misalnya peningkatan kualitas lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan pengembangan ekonomi mikro. Bentuk-bentuknya adalah pengembangan masyarakat, aksi komunitas, pengorganisasian masyarakat, dan juga advokasi. Berdasarkan strategi pemberdayaan, dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra pemberdayaan, yaitu; Mikro, mezzo, dan Makro.22
a) Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervasion. Tujuan utamanya adalah untuk membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang bersifat pada tugas. b) Aras Mezzo Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok/komunitas sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan dalam strategi dalam peningkatan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 22
Edi Suharto, Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat, Cetakan 1 (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), h. 66.
28
c) Aras Makro Pendekatan ini biasa disebut juga sebagai strategi sistem besar, karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. strategi sistem besar ini memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. Pemberdayaan masyarakat Islam mempunyai Concern pada pemberdayaan yang bersifat “Aras Mezzo”. Pasalnya, kegiatan pemberdayaan masyarakat Islam biasanya dilakukan kepada kelompok/komunitas tertentu. Kegiatan tersebut dilakukan dengan harapan klien dapat memiliki kesadaran, meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Ada beberapa prinsip umum tentang pemberdayaan dengan Komunitas sebagai media intervensi. Prinsip-prinsip tersebut adalah: (1) fokus perhatian ditujukan pada komunitas sebagai kebutuhan. (2) berorientasi pada kebutuhan dan permasalahan komunitas. (3) mengutamakan prakarsa, partisipasi dan juga swadaya masyarakat.23 Ditempatkannya komunitas sebagai fokus perhatian dan dilihat sebagai suatu kebetulan lebih dimungkinkan mengingat berbagai ciri dan karakteristik yang terkandung dalam konsep komunitas tersebut. Berbagai karakteristik yang melekat pada konsep komunitas tersebut memungkinkan dalam kehidupan yang 23
h. 82.
Soetomo, Strategi-strategi pembangunan masyarakat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006).,
29
berada pada suatu lokalitas tertentu terkandung adanya kesadaran kolektif dan kesadaran sosial diantara para warganya. Kesadaran kolektif dan solidaritas sosial tersebut merupakan modal sosial dan energi sosial yang cukup besar dalam mendasari tindakan bersama bagi peningkatan kehidupan bersama, baik kehidupan sosial, ekonomi maupun kultural. Ukuran komunitas sebagai satuan kehidupan bersama yang tidak terlalu besar mengakibatkan antar anggota saling mengenal secara pribadi, sehingga mudah menumbuhkan rasa saling percaya. Tetapi juga tidak terlalu kecil sehingga dapat dilakukan usaha dan aktifitas bersama secara evisien. Selanjutnya, agar tindakan tersebut lebih bersandar pada prakarsa dan partisipasi masyarakat sendiri, dibutuhkan adanya kompetensi masyarakat terhadap proses pembangunan di lingkungan kehidupannya. Kompetensi yang diharapkan meliputi kompetensi pada setiap warga masyarakat secara individual maupun kompetensi komunitas sebagai keseluruhan dan kebulatan kehidupan bersama.24
4. Pengertian Masjid Masjid bagi umat islam memiliki makna yang besar dalam kehidupan, baik makna fisik maupun makna spiritual. Kata masjid itu sendiri berasal dari kata sajada-yasjudu-sujudan-masjidan (tempat sujud).25 Dilihat dari segi harfiah masjid memanglah tempat sembahyang. Perkataan masjid mesjid berasal berasal dari bahasa Arab. Kata pokoknya “Sujudan”, fi‟il madinya sajada (iya sudah sujud) fki‟il sajada diberi awalan ma, sehingga terjadilah Isim makan. Isim makan ini
24 25
Ibid., hal. 83 Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), h.26.
30
menyebebkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu, masjida.26 Masjida jadi ejaan aslinya adalah masjid (dengan a). Pengambilan alih kata masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a menjadi e, sehingga terjadilah bunyi mesjid. Perubahan bunyi dari ma menjadi me, disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah, sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam indonesianisasi kata-kata asing sudah bisa. Dalam ilmu bahasa sudah menjadi kaidah kalau suatu penyimpangan dan kesalahan dilakukan secara umum ia anggap benar. Menjadilah ia kekecualian.27 Pengelolaan
masjid
secara
profesional
berarti
berupaya
untuk
memakmurkan masjid. Allah SWT. Berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 18;
Artinya; “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orangorang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”. Setiap muslim sebenarnya boleh melakukan shalat diwilayah manapun dibumi ini; terkecuali diatas kuburan, ditempat yang bernajis, dan ditempat-
26
Saidi Gazalba, Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam, cet.6(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994), h. 118 27 Ibid., h. 118
31
tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya : “Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid)“ (HR Msulim). Pada hadis yang lain rasulullah bersabda pula yang artinya : “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan bersih“. (HR Muslim) Masjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi SAW diatas, setiap orang bisa melakukan shalat dimana saja; dirumah, dikebun, dijalan, dikendaraan, dan ditempat lainnya. Selain itu masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah,dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi dikalangan kaum muslimin.28 Dimasa Nabi Muhammad SAW ataupun dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat atau sentral kegiatan kaum muslimin. Masjid memegang peranan yang sangat vital dalam rangka pemberdayaan umat. Segala aspek kehidupan, dari mulai kegiatan keagamaan hingga kegiatan kenegaraan dilakukan di Masjid. Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan yang mencakup, ideologi, politik, ekonomi, sosial, peradilan,dan kemitraan dibahas dan dipecahkan dilembaga
masjid.
Masjid
juga
dijadikan
sebagai
tempat
melakukan
pertemuan(rapat) untuk menentukan strategi perang, tempat penyimpanan harta rampasan perang, sebagai tempat tahanan bagi para tawanan perang serta sebagai tempat perawatan bagi tentara-tentara yang terluka karena perang.
28
Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus, penyunting, Doddy Mardanus, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 1.
32
Secara teoritas, dan koseptual; masjid adalah pusat kebudayaan Islam. Dari tempat inilah, syiar ke Islaman yang meliputi aspek duniawi dan ukhrowi, serta material-spiritual dimulai. Berbagai catatan sejarah telah menorehkan dengan baik mengenai kegemilangan peradaban Islam yang secara langsung tempaan jasmani, ruhani, dan intelektual dipusat peradaban yaitu masjid.29 Quraish shihab menjelaskan, masjid adalah tempat ibadah kaum muslimin yang memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah telah membuktikan multi fungsi peranan masjid tersebut. Masjid bukan saja tempat shalat tetapi juga pusat pendidikan, pengajian, keagamaan, pendidikan militer, dan fungsi-fungsi sosial ekonomi lainnya. Rasulullah SAW pun telah mencontohkan multifungsi masjid dalam membina dan mengurusi seluruh kepentingan umat, baik pusat ibadah, pusat pendidikan, dan pengajaran, pusat penyelasain problematika umat dalam aspek hukum (peradilan), pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal (ZIWAF), pusat informasi Islam, bahkan pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintah Rasulullah SAW, masjid dijadikan sebagai pusat peradaban Islam.30 Fungsi Masjid Fungsi utama Masjid adalah tempat sujud kepada Allah SWT, tempat shalat, dan tempat beribadah kepada-Nya.31 Lima kali sehari semalam umat Islam dianjurkan mengunjungi masjid guna melaksanakan shalat berjamaah, Masjid
29
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizzan, 1998), h. 462. Ibid. 31 Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus, penyunting, Doddy Mardanus, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.7. 30
33
juga merupakan tempat yang paling banyakan dikumandangkan nama Allah melalui azan,qamat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar dan ucapan lain yang dianjurkan dibaca dimasjid sebagai bagian dari lafaz yang berkaitan dengan pengagungan asma Allah. Selain itu fungsi masjid adalah: a. Masjid merupakan tempat kaum muslimin beribadat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, b. Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihakn diri, menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan pengalaman
batin
atau
keagamaan
sehingga
selalu
terpelihara
keseimbangan jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian, c. Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna memecahkan persoalan-persoalan yang timbul dalam masyarakat. d. Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan kesulitankesulitan, meminta bantuan dan pertolongan, e. Masjid adalah tempat membina keutuhan ikatan jamaah dan kegotongroyongan didalam mewujudkan kesejahteraan bersama, f. Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslim, g. Masjid adalah pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat. h. Masjid tempat mengumpulkan dana menyimpan dan membagikannya dan, i. Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervise sosial. Fungsi-fungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam deklade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang, baik dari segi
34
jumlahnya maupun keindahan arsiteknya. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya kehidupan beragama.32 3. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid Pemberdayaan menjadikan
masyarakat
masyarakat
berbasis
menjadi
masjid
mandiri
adalah
dengan
proses
berbagai
untuk
program
pemberdayaan dan dengan mengambil pusat kegiatan melalui Masjid. Agar masjid dapat secara maksimal berfungsi baik sebagai tempat beribadah maupun sebagai medium pemberdayaan maka diperlukan para pengurus masjid yang memiliki syarat-syarat berikut:33 1. Mempunyai watak yang positif yaitu memiliki syarat-syarat yang harus dimiliki oleh pemimpin pada umumnya, terutama memiliki kewibawaan, kecakapan, dan keberanian. 2.
Mempunyai Iman (Percaya pada Allah, percaya pada hari akhir, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat serta tidak merasa takut kecuali pada Allah).
3. Memiliki dan memahami pengetahuan tentang fungsi masjid menurut ajaran Islam serta hatinya cinta kepada masjid. Jika mengacu pada konsep managemen masjid dari Kementerian Agama RI bahwa terdapat tiga aspek dalam mengelola masjid secara baik. Yakni aspek idarah(administrasi dan organisasi), aspek imarah(kemakmuran), dan aspek ri‟ayah(pemeliharaan sarana dan prasarana).34
32
Ibid., h.8. Ibid., h.34 34 Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), h.83 33
35
Dengan ketiga aspek tersebut diharapkan masjid dapat menjadi tempat yang kondusif bagi upaya-upaya penguatan masyarakat baik secara sosialekonomi, politik maupun sosial-budaya. Memang untuk mewujudkan sebuah masjid dengan fungsinya yang maksimal dibutuhkan sumberdaya manusia yang kompeten dan rela untuk berkhidmat dalam pelayanan kepada umat melalui masjid, aliran dan dana yang lancar, dan dukungan semua pihak untuk merealisasikan usaha mulia tersebut. Dalam setiap kegiatan yang dilakukan secara bersama tentu melibatkan banyak pelaku. Demikian pula dalam pemberdayaan masyarakat desa berbasis masjid. Para pelaku didalamnya antara lain adalah masyarakat (jamaah masjid), dunia usaha, dan pemerintah setempat(Kelurahan/Kecamatan). Memang tidak dipungkiri bahwa sementara ini sebagian anggota masyarakat dan elitnya yang notabene mayoritas beragama Islam masih berpikir sekular. Dibuktikan dengan menjadikan masjid hanya sebagai tempat ibadah semata. Padahal fungsi masjid yang seharusnya lebih dari itu. Yakni masjid juga harus berfungsi sosial. Jadi secara real dinamika masjid bukan hanya diisi oleh pelaksanaan shalat dan bentuk-bentuk upacara keagamaan yang lain tetapi masjid juga sebagai tempat untuk meningkatkan kualitas umat baik secara ekonomi, politik maupun sosial budaya. Di sinilah dapat dipahami bahwa pemberdayaan masyarakat berbasis masjid merupakan sebuah keniscyaan. Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid merupakan sebuah kerja besar. Sehingga harus mendapat dukungan semua pihak untuk dapat berjalan secara baik. Pelaku yang pertama adalah masyarakat itu sendiri(dalam hal ini jama‟ah dan masyarakat sekitar Masjid). Karena merekalah
36
yang menjadi subyek sekaligus obyek dari kegiatan tersebut. Dari masyarakatlah akan tampil kader-kader umat yang dapat berkhidmat untuk melayani umat melalui masjid. Dan dukungan mereka akan menghasilkan perubahan yang signifikan di tengah masyarakat seiring dengan proses pemberdayaan yang sedang berlangsung.35 Disamping masyarakat itu sendiri maka unsur yang lain adalah pemerintah setempat. Mereka ini adalah birokrasi yang paling rendah dan langsung berhadapan dengan dinamika masyarakat. Dukungan dari Pemerintah dalam bentuk regulasi dan juga aliran dana. Sehingga akan dapat melahirkan kader-kader umat yang dapat membuka selebar-lebarnya praktek budaya masyarakat yang baik dan menutup rapat-rapat praktek budaya masyarakat yang buruk. Pihak yang tidak bisa ditinggalkan dalam pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah dunia usaha. Karena dari merekalah baik dukungan SDM yang berkualitas maupun aliran dana yang lancar dapat diharapkan. Mereka dapat dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan ekonomi umat. Sehingga masyarakat minimal dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan baik. Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid pada dasarnya masuk dalam kategori Pemberdayaan Fungsi Masjid. Dimana, pemberdayaan masyarakat berbasis masjid termasuk kedalam aspek pemberdayaan management Masjid. Aspek pemberdayaan manajemen masjid identik dengan kegiatan fungsional atau biasa disebut juga Idharah Binaal Ruhiyyi yang meliputi pengaturan tentang pelaksanaan fungsi masjid sebagai wadah pembinaan umat. Sebagai pusat pembangunan umat melalui pendidikan dan pengajaran. Termasuk dalam 35
Ayub, Mohammad E, Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para penguru. penyunting, Doddy Mardanus, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h.36
37
pemberdayaan masjid yaitu menggerakan anggota masyarakat yang mampu untuk membangun masjid dengan semangat dakwah, terutama dengan mempriorotaskan bantuan kepada umat yang kurang mampu dalam membantu membantu permasalahan mereka.36
36
“Memberdayakan peran & fungsi Masjid,”. Artikel diakses pada 28 mei pukul 21.33dari www.kemenag.go.id
BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM MASJID AL-IKHLASH JATIPADANG
A. Sejarah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Sejarah berdirinya Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bermula pada tahun 1965. Saat itu, P.T Taruna Bangun sedang melaksanakan pembangunan kompleks perumahan karangpola. Kompleks ini ditujukan bagi para pegawai Departemen Pertanian yang tinggal didaerah Jatipadang, jakarta Selatan. Untuk mengakomodasi kebutuhan para karyawan muslim salam menunaikan kewajibannya, perusahaan membangun sebuah Mushalla kecil. Masyarakat sekitar juga dapat menggunakan Mushalla tersebut untuk beribadah. Pada Tahun 1967, pembangunan kompleks perumahan Karangpola pun selesai, P.T Taruna Bangun menyerahkan kantor kegiatan pembangunan serta Mushalla tersebut kepada pihak Kelurahan Jatipadang. Sejak saat itulah Mushalla tersebut dipugar menjadi lebih besar dan diberi nama Masjid Panca Sakti. Sedangkan bekas garasi kantor, direnovasi menjadi Madrasah Ibtidaiyyah. Pada tahun 1969, pihak Kelurahan Jatipadang menyerahkan pengelolaan Masjid dan Madrasah tersebut kepada masyarakat kelurahan Jatipadang. Pengelola baru kemudian mengubah nama Masjid Panca Sakti menjadi Masjid AlIkhlash. Dengan nama ini, diharapkan semua kegiatan masjid tersebut dilakukan dengan ikhlas dan senantiasa mendapatkan Ridha dari Allah SWT.
38
39
Tanah tempat Masjid Al-Ikhlash dan Madrasah tersebut berdiri merupakan tanah milik Departemen Pertanian. Oleh karena itu, beberapa tokoh dari Departemen Pertanian ingin bangunan dan tanah tersebut dikembalikan. Pihak Kelurahan Jatipadang-pun setuju, akhirnya pada tahun 1976 pengelolaan Masjid dan Madrasah diserahkan kepada pihak Yayasan Mujahidin. Sejak dikelola oleh Yayasan Mujahidin, Masjid Al-Ikhlash mengalami banyak renovasi. Salah satu renovasi besar dilakukan pada tahun 1981. Dana renovasi tersebut berasal dari bantuan dana oleh Pemerintah DKI saat itu. Renovasi tersebut selesai satu tahun kemudian, dan diresmikan pada tanggal 4 April 1982. Renovasi besar selanjutnya dilakukan pada tahun 1998. Renovasi meliputi perbaikan secara menyeluruh, melibatkan perencanaan terintegrasi antara masjid dan madrasah. Inilah renovasi besar terakhir yang dilakukan dengan bantuan dana dari Pemerintah. Selanjutnya, sejak tahun 2000, renovasi masjid dijalankan dengan dana swasembada masyarakat. Beberapa bantuan juga diperoleh dari Instansi pemeritah dan Swasta. Renovasi swasembada ini ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Pertanian saat itu, DR Muhammad Prakosa. Momen ini juga bertepatan dengan tanggal 10 Dzulhijjah 1421 H. Karena banyaknya masjid yang menggunakan nama Al-Ikhlash, maka pada tahun 2006 nama masjid ini diubah menjadi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Pada tanggal 20 Desember 2007 renovasi Masjid Al-Ikhlash dinyatakan selesei dan diresmikan langsung oleh Menteri Pertanian, DR. Ir. H. Anton Aprianto, MS. Dimana tanggal bersejarah tersebut juga bertepatan dengan Hari
40
Raya Idul Adha 1428 H.37 Sejak saat itulah pengelolaan Masjid dan Madrasah AlIkhlash Jatipadang-pun berjalan dengan baik, transfaran, akuntabel dan dapat dipertanggungjawabkan. Kabar baik tentang pengelolaan masjid yang profesional, akuntabel, dan transparan. Sehingga pengelolaan masjid tersebut mendapat pengakuan dari lembaga sertifikasi internasional, International Standard Certification (ISC) yang berkedudukan di Sydney, Australia dengan memberikan sertifikat manajemen mutu ISO 9001:2008. Pada tahun 2011 Masjid Al-Ikhlas Jati Padang, Jakarta Selatan, mendapat sertifikat ISO 9001:2008 sebagai Masjid dengan pengelolaan manajemen Masjid terbaik se-Indonesia. Melalui sertifikat ISO 9001:2008 ini masjid jami‟ tersebut dinilai telah menerapkan manajemen pengelolaan masjid dengan standar mutu yang berkualitas. Melihat bentuknya, Masjid Al Ihlash Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan memang biasa-biasa saja. Masjid beton ber-arsitektur kontemporer dengan menara tunggal menjulang tinggi. Tapi istimewanya masjid ini adalah masjid sekaligus lembaga keagamaan pertama yang meraih sertifikat ISO 9001:2008 tidak saja di Indonesia tapi juga Asia Tenggara dan bahkan juga mungkin di dunia. Bagi lembaga sertifikasi ISC sendiri, penyerahan sertifikat tersebut adalah suatu kehormatan dan prestasi yang menggembirakan karena Masjid Al-Ikhlash Jatipadang merupakan Masjid dan lembaga pertama di dunia yang telah diaudit dalam proses sertifikasi ISO. Ini berarti diseluruh dunia, Masjid Al-Ikhlash
37
“Menuju Pusat Dakwah dan Syiar Syariah” Jatipadang., h.3
Sejarah dan Profil Masjid Al-Ikhlash
41
Jatipadang adalah tempat ibadah yang pertama menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2008 Upaya ini dilakukan secara berkelanjutan terutama sejak Dewan Masjid Indonesia wilayan DKI Jakarta pada tahun 2009 juga telah menetapkan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang sebagai Masjid Unggulan Pertama tingkat wilayah DKI Jakarta. Manajemen Masjid yang professional, modern dan berstandard International akan mendukung pengelolaan organisasi dan unit-unit kerja di Masjid Al-Ikhlash yang semakin berkembang sesuai kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Sejak berdiri hingga kini, Masjid Al-Ikhlash telah memiliki kegiatan dan perangkat organisasi yang ideal sehingga selain berfungsi sebagai tempat ibadah, Masjid Al-Ikhlash juga mengelola unit pelayanan klinik kesehatan lengkap dengan tenaga dokternya, Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (KB-TKIT), Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA), Lembaga Pendidikan dan Latihan Al-Qur‟an (LPLQ), Media Center, Unit Pemberdayaan Perempuan, Pengembangan Ekonomi Islam melalui penyewaan ruang Toko, Perpustakaan, Pelayanan Zakat dan sebagainya. Keseluruhan proses dan audit guna memperoleh sertifikasi ISO 9001 : 2008 terhadap
Masjid Al-Ikhlash
Jatipadang
harus
memenuhi standar
internasional. Antara lain, Masjid Al-Ikhlash Jatipadang harus memenuhi standar internasional di bidang Pengendalian Dokumen Mutu dan Catatan Mutu, Pengendalian Produk yang tidak Sesuai, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan, Audit Internal, Tinjauan Evaluasi Manajemen, Penanganan Keluhan Jamaah,
42
Pengukuran Kepuasan Jamaah, Pemeliharaan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana, Pengembangan SDM serta pengadaan Barang dan Jasa. B. Visi dan Misi Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Visi : Masjid Sebagai Pusat Dakwah Berbasis Ilmu Madani.38 Misi : 1. Ibadah yang memancarkan ruh Dakwah. 2. Pusat kajian ilmu-ilmu Madani. Pusat pelatihan dan pendidikan Pusat pelayanan Masyarakat/umat. 3. Pusat informasi tentang jamaah/umat di Pasar Minggu, DKI Jakarta. C. Struktur Organisasi Masjid Al-Ikhlas Jatipadang DEWAN PENASIHAT KETUA UMUM DEWAN SYARIAH
MAJELIS PPERTIMBANGAN PENGURUS
WAKIL KETUA UMUM
INTERNAL AUDIT
38
Ibid., h.4
SEKRETARIS UMUM
KETUA BIDANG I
KETUA BIDANG II
KETUA BIDANG III
PENDIDIKAN
IBADAH
KEUANGAN
43
LATIHAN & PENGEMBANGAN
DAKWAH
EKONOMI
PELAYANAN UMMAT
UNIT PELAYANAN KESEHATAN
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN LATIHAN AL-QUR’AN
UNIT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
UNIT PENGELOLAAN ZAKAT
MEDIA CENTER
D. Program-program Pemberdayaan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Dalam hal kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, Sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang mempunyai 4(empat) program utama, yaitu; 1. Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Pengembangan Bidang ini dibentuk dalam rangka meningkatkan profesionalisme pengajaran serta profesionalisme kegiatan belajar mengajar yang bertujuan dalam rangka mengemban amanah dari jama‟ah/umat untuk menyelenggarakan serangkaian program pendidikan, dan pelatihan serta beberapa kegiatan pengembangan sistem pendidikan dan dakwah terpadu. Selain itu, bidang ini juga menyelenggarakan berbagai program pengembangan organisasi dan manajemen hingga program pendidikan formal, non-formal maupun informal. Ada beberapa kegiatan yang terkait dengan program bidang pendidikan tersebut, ada yang bersifat profit dan non profit. Adapun kegiatan-kegiatan pendidikan yang bersifat profit antara lain;
HIPPMASH
44
a) Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Al-Ikhlash, berakreditasi A dari Departemen Pendidikan Republik Indonesia. b) Kelompok Bermain Islam Terpadu (KBIT) Al-Ikhlash, yang untuk sementara ini masih dikelola oleh Manajemen TKIT Al-Ikhlash. c) Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) Al-Ikhlash, dengan Nomor Keanggotaan 022 dari BKPRMI. Adapun kegiatan-kegiatan yang bersifat non-profit antara lain; a) Sekolah TPA program CSR dari kampus LPIA (Lembaga Pendidikan dan Ilmu Al-qur‟an) pasar minggu, Jakarta Selatan. b) Unit kursus/pelatihan Takhfidz dan Takhsin Al-Qur‟an(LPLQ) bagi anakanak, remaja dan dewasa. c) Unit kursus/pelatihan manajemen organisasi dan penyelenggaraan kegiatan(Event Organizer) Al-Ikhlash. d) Studi Islam Ramadhan(SIR). Kegiatan ini merupakan kegiatan kajian ilmu dan agama yang disajikan secara serius tapi santai atau biasa juga disebut dengan “Pesantren Kilat Ramadhan”. Kegiatan ini ditujukkan sebagai wadah pembinaan dan pengkaderan remaja Masjid usia SLTP dan SLTA. Metode pengajaran ini dilakukan dengan pemberian materi, permainan, serta monitoring. e) Pendidikan-pendidikan Non-formal dan Informal, seperti; Pengajian rutin, pengajian Harian, pengajian mingguan, pengajian bulanan, ceramah umum, diskusi-diskusi, seminar-seminar umum dan keagamaan serta kursus-kursus reguler.
45
2. Bidang Ekonomi Mikro (Optimalisasi Potensi Masjid dan Jama’ah Masjid) Bidang Ekonomi mikro (optimalisasi potensi Masjid dan jama‟ah masjid) merupakan salah satu bidang strategis. Keberhasilan kinerja bidang ini menjadi salah satu indikasi keberhasilan masjid untuk berkembang mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan secara swasembada. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang Ekonomi mikro (optimalisasi potensi Masjid dan jama‟ah Masjid) antara lain; a) Pengelolaan Ruang Ekonomi (Toko Masjid). b) Optimalisasi Aset-aset/ruangan/lahan. c) Pengoptimalisasian Even Organizer Al-Ikhlash. d) Pengoptimalisasian potensi-potensi yang dimiliki oleh jama‟ah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. 3. Bidang Pemberdayaan Perempuan Bidang ini dibentuk sebagai badan otonom yang mewadahi kepentingan perempuan untuk berperan aktif dalam kegiatan memakmurkan Masjid. Kegiatan bidang ini difokuskan pada kegiatan dakwah dan sosial. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang pemberdayaan perempuan antara lain; a) Penyuluhan-penyuluhan kepada jama‟ah muslimah tentang pendidikan agama dan pendidikan umum, kesehatan dan lain-lain. b) Ceramah dan pengajian khusus jama‟ah muslimah. c) Pengajaran Al-Qur‟an bagi anak-anak tidak Mampu. d) Posyandu.
46
4. Bidang Bantuan Sosial (optimalisasi dana zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf) Bidang ini mengemban amanah untuk menghimpun bantuan dana sosial masyarakat yang kemudian disalurkan dan didistribusikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Untuk menyalurkan bantuan dana yang terhimpun, sub bidang ini mempunyai panitia khusus yang nantinya akan mendistribusikan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dan juga dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sosial. Kegiatan-kegiatan yang terkait dengan program bidang bantuan sosial antara lain; a) Unit pelayanan kesehatan gratis. b) Penyuluhan kesehatan. c) Khitanan massal gratis. d) Beasiswa pendidikan. e) Pemberian bantuan bagi masyarakat/jama‟ah yang tertimpa musibah. f) Pengurusan Jenazah gratis dan santunan kematian. g) Penyaluran dana zakat dan pemberian daging hewan Qurban
BAB IV ANALISA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Konsep Pemberdayaan Berbasis Masjid Masjid merupakan poros vital bagi umat Islam, oleh karena itu konsep pemberdayaan masyarakat berbasis masjid adalah salah satu langkah jitu dalam upaya memberdayakan mayarakat yang banyak mengalami permasalahan sosial, khususnya umat islam. Pemberdayaan Berbasis Masjid merupakan salah satu konsep pemberdayaan masyarakat yang dapat kita lakukan dalam rangka mengembalikan kemandirian masyarakat dan membuat hidup mereka lebih baik dari sebelumnya. Masjid, yang oleh umat Islam sangat dikultuskan ternyata dapat juga menjadi sarana bagi kita sebagai umat Islam untuk saling tolong-menolong dengan sesama. Banyak langkah yang bisa kita lakukan untuk melakukan hal tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, seperti yang dilakukan oleh pengurus dan sekretariat Masjid AlIkhlash Jatipadang, Jakarta Selatan ini contohnya. Dengan tetap mengusung nilai-nilai Islam, pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang melakukan kegiatan pemberdayaan, dengan “Masjid” sebagai sarana Utamanya. Masjid yang Pernah mendapatkan predikat sebagai “Masjid dengan Manajemen
Terbaik
se-Indonesia”
ini
mempunyai
beberapa
program
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan Ekonomi mikro, Pemberdayaan
47
48
Pendidikan, Pemberdayaan Perempuan, serta Bantuan sosial.39 Sebagaimana konsep pemberdayaan masyarakat Islam adalah kerja kebudayaan atau kerja perubahan sosial, dimana Pemberdayaan Masyarakat Islam memfokuskan diri pada misalnya peningkatan kualitas lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan pengembangan ekonomi mikro. Masjid yang juga mendapatkan Standarisasi ISO pada Tahun 2010 dalam Hal Manajemen Masjid ini, juga merupakan salah satu masjid yang memang aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam kegiatan Pemberdayaan Masyarakat di sekitar lingkungan masjid dan juga bagi jama‟ah Masjid tersebut. Kegiatan pemberdayaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2006 silam. Banyak masyarakat yang terlibat dalam kegiatan tersebut, khususnya masyarakat sekitar dan jama‟ah Masjid pastinya.40 Berbagai manfaat positif dirasakan oleh para pemanfaat kegiatan tersebut. Pasalnya, kegiatan tersebut dapat membantu mereka untuk lebih hidup mandiri untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dan pastinya dapat membantu keberlangsungan hidup mereka dan membantu mereka dalam hal meningkatkan keterampilan, meningkatkan kesadaran, meningkatkan pengetahuan dan memiliki kemampuan memecahkan masalah mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid merupakan pemberdayaan yang masuk dalam kategori aras Mezzo. Kegiatan pemberdayaan ini terfokus kepada kelompok(yang dalam hal ini yaitu Jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid) sebagai media intervensinya. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, keterampilan dan diharapkan agar para pemanfaat program dapat
39
Wawancara Pribadi dengan Bapak Ir. Rahadi Mulyanto (Sekretaris Umum Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, 22 Maret 2014. 40 Ibid
49
memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
Selain juga dapat membantu
masyarakat yang memang membutuhkannya. Pemberdayaan Berbasis Masjid juga dapat membantu memaksimalkan fungsi Masjid, dimana Masjid tidak lagi dipandang hanya untuk kegiatan yang bersifat keagamaan saja, tetapi masjid juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas umat Islam, baik dalam hal ekonomi, politik, sosial dan juga budaya. Dari kegiatan pemberdayaan inilah akan tampil kader-kader umat yang dapat berkhidmat untuk melayani umat melalui Masjid. Dan dukungan mereka akan menghasilkan perubahan yang signifikan di tengah masyarakat seiring dengan proses pemberdayaan yang sedang berlangsung. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid juga merupakan cara yang ideal untuk menjadikan masyarakat yang ideal berdasarkan Al-Qur‟an. Karena dalam pemberdayaan berbasis masjid terdapat 3 point penting yang menjadi landasan, yaitu;41 1. Adanya kepemimpinan yang Islami. 2. Adanya peraturan/perundang-undangan yang Islami. 3. Adanya praktik budaya masyarakat yang Islami. Selain manfaat-manfaat tersebut diatas, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid juga dapat mengembalikan fungsi Masjid seperti sedia kala, seperti tatkala zaman Rasulullah S.A.W. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid terbukti dapat mengoptimalkan fungsi masjid, masjid kembali kepada hakikat fungsinya dimana masjid sebagai salah satu tempat strategis dalam upaya pemberdayaan masyarakat. 41
Sofyan Safri Harahap, Manajemen Masjid, (Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996), h. 42
50
Sesuai dengan definisi dari “Pemberdayaan Masyarakat” itu sendiri, kegiatan pemberdayaan berbasis masjid ini juga dilakukan dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian jama‟ah/masyarakat sekitar masjid yang memanfaatkan program ini. Selain itu juga agar jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid yang memanfaatkan program ini dapat memenuhi kebutuhannya, tahu akan potensi dirinya, serta mampu mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Masjid adalah jantung umat Islam. Masjid adalah salah satu pilar peretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus. Keberadaan masjid merupakan poros aktivitas keagamaan di masyarakat. Seperti pada zaman Rasulullah, masjid memegang peranan yang sangat vital dalam rangka pemberdayaan umat. Segala aspek kehidupan, dari mulai kegiatan keagamaan hingga kegiatan kenegaraan dilakukan di Masjid. Dengan kata lain, masjid merupakan poros paling vital bagi umat Islam pada saat itu. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mustahil untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan berbasis masjid pada saat ini. Masjid diharapkan pula menjadi mitra lembaga pendidikan formal (sekolah) yang memiliki kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan datang. Besarnya apresiasi dan animo masyarakat dalam kegiatan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang ini tercermin dengan semakin banyaknya masyarakat/jama‟ah yang ingin ikut berperan dalam kegiatan tersebut. Terbukti, kegiatan tersebut semakin berkembang dari tahun ke-tahun. Besarnya apresiasi dari masyarakat juga merupakan cerminan bahwa masyarakat/umat sudah lama memimpikan kegiatan-kegiatan seperti ini. Pemberdayaan Berbasis Masjid bagaikan
Oase
ditengah
padang
pasir.
Dimana
masyarakat
sangat
51
membutuhkannya, terutama umat Islam. apalagi permasalahan sosial semakin tahun semakin bertambah. Ditengah gencar-gencarnya kegiatan sosial yang dilakukan oleh lembagalembaga
pemerintah,
swasta,
ataupun
perusahaan
melalui
CSR-nya.
Pemberdayaan masyarakat berbasis masjid bisa dijadikan sebagai pilihan utama bagi kegiatan pemberdayaan yang dapat dilakukan oleh kita selaku umat Islam. Selain sebagai wujud “Hablu Minn Annas”, kegiatan tersebut juga sebagai langkah yang optimal dan dapat dijadikan sebagai sarana memakmurkan Masjid serta sebagai sarana untuk semakin mendekatan diri dengan Allah S.W.T. Karena pada dasarnya Pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ini merupakan bagian dari Dakwah. Tetapi kegiatan dakwah yang sudah mengalami perubahan paradigma. Paradigma dakwahnya lebih kepada perubahan sosial secara nyata, yakni hubungan vertikal(hubungan Allah dengan hambanya) sekaligus hubungan Horizontal(hubungan sesama hamba). Berkaca pada zaman Rasulullah, kita-pun dapat melakukan hal yang sama pada saat ini, dimana kita dapat menjadikan Masjid sebagai poros terdepan dalam rangka memberdayakan masyarakat, memandirikan masyarakat, dan menolong mereka dari permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapinya. Pemberdayaan berbasis masjid juga dapat mengoptimalkan fungsi masjid, mengembalikan kejayaan Masjid, dan pastinya dapat memberdayakan umat agar dapat menolong dirinya sendiri.
52
B. Program-program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid dan Hasil Program (Output) Pemberdayaan yang Dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
1) Analisis Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid dan Proses Pelaksanaannya Berdasarkan hasil analisis peneliti melalui pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen terkait, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada 4 Program Pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus/sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, yaitu; a) Pemberdayaan Pendidikan b) Pemberdayaan Ekonomi mikro (optimalisasi potensi Masjid dan Jama‟ah Masjid) c) Pemberdayaan Perempuan d) Bantuan sosial (optimalisasi dana zakat, infaq, shodaqoh dan wakaf).
a) Pemberdayaan Pendidikan Sebagaimana prinsip pemberdayaan dengan aras Mezzo, yang salah satu kegiatan pemberdayaannya difokuskan pada pendidikan dan pelatihan, maka salah satu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang ini yaitu Pendidikan dan Pelatihan-pelatihan. Kegiatan pemberdayaan pendidikan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlas Jatipadang dilakukan dalam 2 jenis kegiatan, yaitu: Pendidikan Formal dan
53
Pendidikan Non Formal/Informal. Baik yang berorientasi langsung secara ekonomis maupun bersifat layanan yang berorientasi sosial dan non-profit. Kegiatan pendidikan formal dilaksanakan dalam fokus pada pendidikan untuk anak usia dini, seperti TK/PAUD/TPA. Sedangkan kegiatan pendidikan non formal dilaksanakan dalam pendidikan yang sifatnya lebih khusus, seperti kursus bahasa arab, kursus Tahifdz Al-qur‟an, seminar-seminar, pengajian mingguan & bulanan,
diskusi-diskusi,
kursus/pelatihan
organisasi
penyelenggaraan
kegiatan(Event Organizer) serta seminar-seminar umum dan seminar keislaman lainnya.42 Kegiatan pendidikan formal yang bersifat profit sama seperti kegiatan pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya. Dimana Yayasan Al-Ikhlash membuka sarana pendidikan dengan waktu, periode sekolah & kegiatan belajar mengajar seperti pada sekolah umumnya, dan juga biaya pendidikan yang standart sama seperti sekolah-sekolah lain. Hanya saja yang membedakannya yaitu lokasi sekolah yang dimiliki Yayasan Al-Ikhlas berada di area Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, mayoritas murid yang bersekolah adalah anak dari jama‟ah Masjid AlIkhlas Jatipadang, selain itu juga Yayasan Al-Ikhlas memberikan dispensasi khusus bagi murid anak dari jama‟ah Masjid Al-Ikhlas yang memang tidak mampu secara ekonomi. Bahkan, bagi siswa yang berprestasi, Yayasan Al-Ikhlash memberikan beasiswa penuh(pendidikan gratis) selama bersekolah. Kegiatan pendidikan formal yang bersifat profit dilaksanakan setiap hari, dari hari senin sampai dengan hari jum‟at. Seperti tingkat TK dan PAUD itu dilaksanakan setiap hari mulai pukul 08.00 pagi sampai pukul 11.00 siang. 42
Wawancara langsung dengan Bapak Ir. Agung Priyadi (Koordinator Bidang Pendidikan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada 22 Maret 2014
54
Sedangkan tingkat TPA dilaksanakan mulai pukul 15.30 sampai pukul 17.00 sore. Jumlah murid di kedua tingkat sekolah tersebut ada 102 orang siswa. 57 orang siswa di TK, dan 45 orang siswa di PAUD. Sedangkan untuk tingkat TPA ada 30 orang siswa. Untuk tenaga pengajarnya, Yayasan Al-Ikhlas bekerjasama dengan masyarakat sekitar Masjid Al-Ikhlash yang memang mempunyai kapabilitas untuk mengajar dan pastinya berijazah sarjana dari berbagai perguruan tinggi. Sedangkan untuk kegiatan pendidikan formal dan non formal yang bersifat non profit (bantuan sosial) dilaksanakan dalam beberapa macam kegiatan pendidikan. Ada TPA dari program CSR LPIA Pasar minggu, kursus Takhfidz dan Takhsin Al-Qur‟an, serta pelatihan/kursus lainnya. Untuk kegiatan TPA Program CSR LPIA Pasar minggu, biasanya dilaksanakan malam hari dalam kurun waktu dua kali dalam satu minggu. Dilaksanakan pada senin malam selasa dan kamis malam jum‟at dari pukul 18.30 sampai pukul 20.00 malam. Jumlah siswanya-pun lumayan banyak ada sekitar 60 orang siswa. Mayoritas mereka merupakan warga sekitar Masjid Al-Ikhlas dan juga anak dari jama‟ah Masjid Al-Ikhlash yang memang tidak mampu dalam hal ekonomi. Untuk tenaga pengajarnya, Yayasan Al-Ikhlas bekerja sama dengan LPIA pasar minggu, Jakarta Selatan. Mereka adalah mahasiswa- mahasiswa LPIA pasar minggu yang memang dikirim langsung oleh pihak kampus untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang. Untuk kegiatan pendidikan non formal yang bersifat non profit(bantuan sosial), Yayasan Al-Ikhlash membuka kursus/pelatihan membaca (Takhsin) dan
55
menghafal (Takhfidz) Al-Qur‟an bagi anak-anak, remaja dan dewasa. Kegiatan ini banyak diikuti oleh jama‟ah Masjid, warga sekitar Masjid dan juga masyarakat lainnya yang memang sengaja datang untuk belajar. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari sabtu & minggu mulai pukul 15.30 sampai pukul 17.30 sore. Tenaga pengajar pada kegiatan kursus takhfidz dan takhsin Al-Qur‟an tersebut biasanya dilakukan oleh ibu-ibu(jama‟ah perempuan Masjid Al-Ikhlash) yang bekerjasama dengan mahasiswa dari LPIA Pasar Minggu. Selain itu, sekretariat Masjid Al-Ikhlash jatipadang juga melaksanakan kegiatan non-formal lainnya yang bersifat non-profit, seperti: penyuluhan kesehatan, pesantren unggul(pesantren kilat), fundrising, seminar Enterpreneur bagi pelajar SMA/SMK tingkat kecamatan pasar minggu, bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Jakarta Selatan, serta seminar dan penyuluhan lainnya yang dapat meningkatkan Life Skill bagi pesertanya. Untuk kegiatan non-formal yang bersifat non-profit lainnya seperti pengajian & seminar-seminar biasanya dilaksanakan dalam kurun waktu 2 minggu sekali atau 1 bulan sekali. Dengan mendatangkan pembicara atau tenaga pengajar yang memang kompeten dibidangnya. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program, kegiatan pemberdayaan pendidikan ini dirasakan sekali manfaatnya oleh para peserta/siswa. Bagi para siswa yang kurang mampu, dengan adanya program pemberdayaan pendidikan tersebut, mereka dapat mengenyam pendidikan dengan gratis. Bagi para siswa kursus membaca dan menghafal Al-qur‟an, program LPLQ (lembaga pendidikan dan latih Qur‟an) sangatlah membantu mereka dalam keterampilan membaca dan menghafal Al-qur‟an. Begitu juga bagi para siswa
56
kursus bahasa arab, mereka bisa lebih terampil lagi dalam memahami kosakata bahasa arab dan mengerti pelajaran berbahasa arab. Bagi para peserta pelatihan Event Organizer adanya program tersebut sangatlah bermanfaat bagi mereka, pasalnya mereka bisa mendapatkan ilmu dan pemahaman tentang dunia E.O dimana ilmu dan pengalaman tersebut dapat mereka jadikan bekal dalam mencari pekerjaan, khusunya pekerjaan yang berhubungan dengan dunia event organizer. Dan bagi para peserta Pesantren Islam Ramadhan yang mayoritas mereka adalah remaja Masjid Al-Ikhlash, kegiatan tersebut dapat mereka jadikan sebagai wadah pembinaan dan pengkaderan remaja-remaja Masjid, selain itu kegiatan tersebut juga daapat dijadikan sebagai sarana mengisi waktu luang dengan kegiatan yang positif, dimana dalam Pesantren Islam Ramadhan kegiatannya banyak diisi dengan pemberian materi-materi Islami, permainan intelegensi serta monitoring. Sedangkan bagi para peserta pendidikan non formal yang berupa pengajianpengajian, diskusi-diskusi, serta seminar-seminar, kegiatan tersebut sangatlah bermanfaat. Mereka bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru dalam hal keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan sebagainya dimana mungkin pengalaman serta keilmuan tersebut belum pernah mereka dapatkan sebelumnya. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat dijadikan sebagai ajang sillaturrahmi bagi sesama jama‟ah Masjid Al-Ikhlash dan masyarakat pada umumnya.
b) Pemberdayaan Ekonomi Mikro Sesuai dengan konsep Pemberdayaan Masyarakat Islam yang salah satunya memfokuskan diri pada peningkatan kualitas ekonomi mikro. Maka salah
57
satu kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlas Jatipadang adalah Pemberdayaan dalam hal ekonomi mikro. Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Mikro yang dilakukan oleh Sekretariat Masjid Al-Ikhlas Jatipadang pada dasarnya ditekankan pada optimalisasi aset Masjid dan optimalisasi potensi jama‟ah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. kegiatan yang dilakukan terfokus dalam beberapa
metode,
yaitu:
Pengelolaan Ruang
Ekonomi (Toko
Masjid),
Optimalisasi Aset-aset/ruangan/lahan, Pengoptimalisasian Even Organizer AlIkhlash, Pengoptimalisasian potensi jama‟ah Masjid dan lain-lain. Konsep pemberdayaan ekonomi mikro yang ditekankan pada optimalisasi aset Masjid dan optimalisasi potensi jama‟ah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, merupakan langkah utama yang dilakukan oleh jajaran sekretariat Masjid AlIkhlash Jatipadang dalam rangka pengembangan & pemberdayaan berdasarkan potensi yang dimiliki. Hal tersebut didasari pada keinginan mereka untuk mengoptimalkan aset dan potensi yang dimiliki, baik dari segi bangunannya serta dari segi para jama‟ahnya. Dalam prakteknya, pengurus masjid memberikan peluang usaha bagi jama‟ahnya yang ingin berwirausaha, dimana Masjid AlIkhlash merupakan mediator bagi para jama‟ah yang mau berwirausaha tersebut. Salah satu kegiatan pemberdayaan ekonomi mikro dalam rangka optimalisasi aset/potensi Masjid adalah pengelolaan ruang ekonomi (Toko Masjid). Di lantai bawah Masjid al-Ikhlah terdapat 4 buah toko yang sengaja dibuat untuk kegiatan wirausaha para jama‟ah. Posisinya berdekatan dengan ruang aula Masjid dan ruang sekolah Masjid. Akan tetapi untuk masalah penyewaannya, pihak pengurus Masjid hanya mengkhususkan bagi Jama‟ah masjid saja dan untuk
58
menjaga kebersihan masjid, pihak pengurus hanya membolehkan membuka usaha yang sifatnya non-kuliner. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mekanisme menyewakan tokotoko kepada jama‟ah/masyarakat sekitar yang ingin ber-wirausaha, terutama bagi masyarakat/jama‟ah yang kapasitas ekonominya rendah. Dengan biaya sewa yang relatif rendah setiap bulannya, dan lokasi yang berada dipinggir jalan utama Jatipadang, maka tidak-lah mengherankan jika banyak jama‟ah/masyarakat sekitar masjid yang tertarik untuk memanfaatkan toko tersebut sebagai tempat usaha. Terdapat 4 toko yang disediakan oleh sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Biaya sewanya-pun terbilang murah, penyewa hanya membayar uang sewa sebesar 1 juta sampai 1,5 juta rupiah perbulannya. Hingga
saat
ini
semua
toko
tersebut
sudah
disewa
oleh
jama‟ah/masyarakat sekitar untuk ber-wirausaha. Ada yang berjualan baju muslim, refill(isi ulang) parfum, jasa travel haji dan umroh, serta ada pula yang berjualan kebutuhan sekolah. Biaya sewa selama satu tahun tersebut akan dikumpulkan oleh pengurus masjid yang nantinya dana tersebut akan dijadikan dana abadi Masjid dan ada sebagian dana yang dijadikan sebagai dana sosial yang akan dialokasikan bagi jama‟ah/masyarakat yang kurang mampu di sekitar Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Dengan demikian, terlihat jelas-lah manfaat positif dari kegiatan tersebut. Dimana masyarakat dapat ber-wirausaha untuk membantu mereka agar lebih mandiri dan dapat memberdayakan mereka dengan biaya sewa yang ralatif murah. Kemudian dana sewa toko-toko mereka-pun sebagian akan dialokasikan kembali sebagai
59
dana sosial bagi jama‟ah/masyarakat di sekitar masjid yang memang membutuhkan.43 Selain kegiatan tersebut, ada kegiatan lainnya berupa pemanfaatan aset masjid lainnya, berupa ruangan serbaguna. Agar dapat berfungsi optimal sekaligus menjadi sumber pemasukan untuk kegiatan operasional masjid dan juga untuk dana bantuan sosial. Masjid Al-Ikhlash Jatipadang menyewakan ruangan serbaguna yang dapat digunakan untuk berbagai acara, seperti: acara resepsi pernikahan, akad nikah, seminar dan sebagainya. Penyewaan aset Masjid tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik yang tinggal disekitar Masjid ataupun yang tinggal jauh dari Masjid. Hampir setiap minggunya, ruangan aula Masjid tersebut pasti sudah disewa oleh jama‟ah/masyarakat sekitar. Ada yang melaksanakan resepsi pernikahan, khitanan, seminar-seminar dan bahkan dijadikan sebagai tampat pertemuan. Bila dibandingkan dengan biaya sewa gedung serbaguna yang ada di Jakarta pada umumnya, biaya sewa yang dikenakan oleh pihak pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang terbilang relatif murah, hanya sekitar Rp.1.500.000,- saja penyewa bisa menggunakan ruangan tersebut 1 hari full. Biaya hasil sewa ruangan serbaguna tersebut nantinya dijadikan sebagai dana abadi Masjid yang nantinya dijadikan sebagai dana operasional Masjid, seperti untuk upah guru di sekolah Yayasan Al-Ikhlash serta upah bagi para karyawan Masjid.
43
Wawancara langsung dengan Bapak Ir. Rio Gajahmada (Koordinator bidang pengembangan minat dan keterampilan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada tanggal 22 Maret 2014
60
Masih terkait dengan lahan serbaguna milik Masjid Al-Ikhlash, dimana pada bagian depan Masjid terdapat lahan luas yang biasa dijadikan lehan parkir kendaraan. Lahan tersebut berada tepat dipinggir jalan raya Jatipadang. Setiap memasuki bulan Ramadhan, biasanya lahan tersebut disewakan oleh pihak Masjid untuk dijadikan tempat berjualan makanan berbuka (Tak‟jil) bagi jama‟ah Masjid. Terhitung, setiap bulan ramadhan terdapat 30 pedagang makanan yang memanfaatkan lahan parkir Masjid tersebut. Mayoritas mereka yang berjualan adalah jama‟ah Masjid serta masyarakat sekitar Masjid. Selama 1 bulan penuh mereka berjualan disana. Tidak ada besaran biaya khusus yang dikenakan bagi para pedagang. Pengurus Masjid hanya meminta iuran untuk petugas kebersihan yang nominalnya tergantung keikhlasan dari para pedagang. Biaya yang didapat dari iuran tersebut nantinya akan diberikan kepada petugas kebersihan sebagai THR(tunjangan hari raya) dan sisanya akan dimasukkan dalam dana ZISWAF (zakat, infaq, shodaqoh dan waqaf) dan nantinya akan dikeluarkan sebagai dana zakat di akhir Ramadhan bagi para Mustahiq Zakat. Kegiatan lain yang dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash dalam rangka optimalisasi potensi jam‟ah Masjid yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan dalam
pembuatan
acara(Event
Organizer)
bagi
remaja
masjid
dan
jama‟ah/masyarakat sekitar yang nantinya setelah mengikuti pelatihan tersebut, disediakan wadah bagi para peserta berupa lembaga usaha otonom terkait event organizer, yang dinamakan dengan “Event Organizer Al-Ikhlash”. Kegiatan lain yang terkait dengan pemberdayaan dalam bidang ekonomi mikro melalui pengoptimalisasian potensi Jama‟ah Masjid adalah melalui
61
kegiatan pembinaan, inventarisasi serta pemberian edukasi dan advokasi bagi jam‟ah yang mempunyai bidang usaha. Biasanya pengurus Majid Al-Ikhlash Jatipadang memberikan pembinaan kelimuan melalui pengetahuan-pengetahuan mengenai wirausaha. Selain itu juga men-data dan menginventarisasi usaha-usaha yang dimiliki oleh jama‟ah Masjid Al-Ikhlash. Terhitung ada sekitar 80 jumlah usaha(potensi ekonomi) yang dimiliki oleh jama‟ah-jama‟ah Masjid Al-ikhlash, mulai dari usaha makanan, kerajinan tangan, konveksi, jasa, DLL. Selain itu juga pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang memberikan advokasi bagi jama‟ah yang mau membuat izin usaha, biasanya pengurus ikut membantu dalam pengurusan birokrasi dan administrasi hingga akhirnya jama‟ah mempunyai surat izin untuk membuat/membuka usaha. Terakhir, yang biasa dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dalam rangka pengoptimalisasian aset dan potensi Jama‟ah Masjid adalah dengan memberikan sarana kepada Jama‟ah untuk membuka usaha. Sebagai contoh: dimanapun ada pameran UKM dan pengurus bisa membantu untuk mengikutsertakan jama‟ah didalamnya, maka pengurus Masjid Al-Ikhlash akan membantu jama‟ah tersebut untuk ikut serta dalam pameran tersebut.selain itu juga biasanya pengurus membantu mencarikan lahan usaha dengan biaya sewa yang murah, agar jama‟ah yang mempunyai bidang usaha tatapi terhambat keterbatasan ekonomi, bisa membuka usahanya dengan biaya yang ia miliki. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program, dari semua kegiatan pemberdayaan ekonomi mikro melalui pengoptimalisasian aset Masjid dan potensi jama‟ah Masjid tersebut, terlihatlah banyak manfaat positif yang dirasakan, baik oleh jama‟ah masjid dan atau bagi masyarakat sekitar Masjid
62
yang bersentuhan langsung dengan dampak program. Bagi jama‟ah yang memanfaatkan ruang ekonomi/toko Masjid, adanya pemberdayaan ekonomi dengan menyediakan lahan toko tersebut sanatlah bermanfaat. Pasalnya, mereka yang ingin berwirausaha tetapi memiliki keterbatasan untuk sewa lahan, bisa menyewa toko Masjid tersebut dengan biaya yang sangat terjangkau, dimana mungkin saat ini di Jakarta sudah tidak ada lagi sewa toko dengan harga semurah di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Dengan begitu mereka bisa berwirausaha, bisa mandiri dan pastinya bisa menopang kebutuhan ekonomi untuk memenuhi kelangsungan hidupnya. Bagi para jama‟ah yang mendapatkan bantuan dalam hal advokasi dan perizinan usaha, kegiatan tersebut sangatlah bermanfaat. Pasalnya banyak dari mereka yang memang benar-benar tidak memahami proses dan prosedur dalam hal membuat perizinan usaha. Selain itu, adanya pendampingan yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash dalam hal perizinan, mitra usaha, serta mitra pemasaran bagi para jama‟ah yang mau berwirausaha, menjadikan para jam‟ah tersebut semakin bersemangat untuk membangun usahanya, mereka jadi tahu dimana tempat untuk memasarkan hasil usaha mereka, selain itu juga mereka bisa lebih mandiri, bisa tahu potensi yang ada pada diri mereka serta mempunyai keterampilan dalam membangun usahanya agar lebih maju dan dapat menjadi sarana penopang kebutuhan ekonomi mereka.
63
c) Pemberdayaan Perempuan Dalam pelaksanaannya, kegiatan pemberdayaan perempuan mewadahi kepentingan perempuan untuk berperan aktif dalam kegiatan memakmurkan Masjid. Kegiatan bidang ini difokuskan pada kegiatan dakwah dan sosial. Kegiatan pemberdayaan perempuan tertumpu pada pemberian pelatihan dan penguatan keahlian bagi para jama‟ah muslimah Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Biasanya kegiatan pemberdayaan tersebut diaplikasikan dalam bentuk penyuluhan-penyuluhan, pemberian ceramah, pengajian, pengajaran Al-Qur‟an kepada anak tidak mampu, serta pelatihan pelayanan posyandu bagi jama‟ah dan masyarakat disekitar Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program, kegiatan pemberdayaan perempuan tersebut sangatlah bermanfaat, baik bagi peserta
pemberdayaan/jama‟ah
muslimah
Masjid
Al-Ikhlash,
juga
bagi
masyarakat lingkungan sekitar Masjid. Pasalnya, kader-kader pemberdayaan perempuan memang dilatih dengan keahlian pendidikan mengajar dan pendidikan kesehatan yang dapat diaplikasikan bagi masyarakat yang memang membutuhkan. Kegiatan pemberdayaan ini ditujukkan bagi para jama‟ah muslimah/ibu-ibu disekitar masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
Nantinya, diharapkan para peserta
pemberdayaan perempuan tersebut dapat menjadi kader-kader umat islam yang mampu
memberdayakan
masyarakat
disekitarnya.
Selain
dapat
mengaplikasikannya dalam sarana-sarana yang telah disediakan oleh Masjid Al-
64
Ikhlash Jatipadang, Kader-kader muslimah juga dapat mengaplikasikannya dilingkungan sekitar rumah mereka masing-masing.44
d) Bantuan Sosial Dalam program kegiatan ini, pengoptimalisasian dana zakat, infaq, shodaqoh dan waqaf (ZISWAF) dari para Muzakki Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, memegang peranan penting. Pasalnya, dari sana-lah dana untuk berbagai kegiatan sosial yang dilaksanakan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang didapat. Kegiatan yang dilakukan oleh bidang Bantuan Sosial ini juga berkaitan erat dengan kegiatan pelayanan ummat/jama‟ah. Sesuai dengan prinsip pemberdayaan komunitas yang mengutamakan prakarsa, partisipasi dan juga swadaya masyarakat. Maka, Biasanya Masjid AlIkhlash Jatipadang pun memperoleh dana melalui infak donatur umum dan donatur tetap dan juga melalui dana swadaya masyarakat. Selain dengan cara tersebut, tengah diupayakan penggalangan dana melalui penyebaran permohonan infak kepada instansi pemerintah dan swasta-swasta melalui proposal bagi dana CSR perusahaan. Melalui pengoptimalisasian dana ZISWAF, berbagai kegiatan bantuan sosial telah dilaksanakan oleh masjid Al-Ikhlash Jatipadang setiap tahunnya. Kegiatan yang sering dilaksanakan biasanya yaitu; Pemberian layanan kesehatan gratis (pengobatan umum gratis, pemeriksaan mata gratis, dan imunisasi) bagi masyarakat sekitar setiap 2 minggu sekali, penyuluhan kesehatan, khitanan massal gratis, pemberian bantuan bagi jama‟ah yang tertimpa musibah, pemberian 44
Wawancara langsung dengan Ibu Susanto Kasdi (koordinator bidang pemberdayaan perempuan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada tanggal 24 maret 2014
65
ambulan gratis, pengurusan jenazah gratis, pemberiaan daging hewan Qurban, pemberian bantuan pokok serta pemberian beasiswa pendidikan bagi jama‟ah dan atau masyarakat sekitar Masjid yang memang membutuhkan. Untuk kegiatan pemberian layanan kesehatan gratis (pengobatan umum gratis, pemeriksaan mata gratis, dan imunisasi) biasanya dilaksanakan dalam kurun waktu 2 minggu sekali, tepatnya di minggu terakhir setiap bulannya. Dengan dipandu oleh dokter dan perawat kesehatan yang berpengalaman. Untuk kegiatan tersebut biasanya pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bekerja sama dengan Lembaga Bulan Sabit Merah (BSM) Indonesia, cabang Jakarta Selatan. Dimana BSM mengirimkan dokter dan perawatnya untuk ditempatkan di Klinik Masjid tempat diadakannya pelayanan kesehatan gratis. Untuk obat, biasanya pihak Masjid Al-Ikhlash yang membelinya dengan menggunakan dana ZISWAF tersebut. Sehingga jama‟ah/masyarakat tidak perlu mengeluarkan uang untuk menikmati layanan kesehatant tersebut. Selain itu juga, dilaksanakan Khitanan Massal bagi
anak-anak
jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid yang kurang mampu. Biasanya Khitanan massal diadakan dalam kurun waktu 1 kali 1 tahun, yang biasanya dilaksanakan bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram. Dalam pelaksanaannya, Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bekerja sama dengan Lembaga Bulan Sabit Merah (BSM) Indonesia, cabang Jakarta Selatan. Selain kedua kegiatan tersebut, biasanya Masjid Al-Ikhlash Jatipadang juga memberikan dana bantuan bagi jama‟ah/masyarakat yang tertimpa musibah banjir, kebakaran serta bencana alam. Bantuan yang diberikan biasanya berupa uang, kebutuhan pokok serta pakaian.
66
Masjid Al-Ikhlash juga memberikan bantuan berupa sarana mobil Ambulance gratis bagi jama‟ah/masyarakat yang membutuhkan. Dimana dalam hal ini Masjid Al-Ikhlash bekerjasama dengan Partai Keadilan Peduli Umat (PKPU) serta Rumah Zakat. Disamping itu, Masjid Al-Ikhlash juga memberikan bantuan kematian bagi jama‟ah/masyarakat sekitar masjid, berupa pelayanan pengurusan Jenazah secara gratis. Masih banyak lagi kegiatan bantuan dana sosial yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, seperti: penyaluran dana zakat dan penyaluran dana pemberian daging hewan Qurban setiap hari raya Idul Adha. Kegiatan lain yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dalam rangka pemberian bantuan sosial dan pengoptimalisasian dana ZISWAF, yaitu pemberian beasiswa bagi anak-anak jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid yang tidak mampu, serta beasiswa bagi pengurus masjid yang masih ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hingga saat ini sudah 2 orang pengurus Masjid yang mendapat beasiswa pendidikan dengan Kuliah di BSI(bina sarana informatika) pasar minggu.45 Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pemanfaat program, kegiatan bantuan dana sosial ini merupakan salah satu program yang sangat dirasakan sekali manfaatnya oleh para penerima dana sosial tersebut. Terhitung hingga saat ini sudah 1.700 orang yang mendapat bantuan sosial.Dana yang dikeluarkan untuk kegiatan ini 80% dari dana ZISWAF dan 20% dari donatur Masjid Al-Ikhlash Jatipadang.
45
wawancara langsung dengan Bapak Abbas Supriadi (koordinator bidang pelayanan ummat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang)., Jakarta, Pada tanggal 22 maret 2014
67
Program ini dirasakan sangat bermanfaat oleh para jama‟ah/masyarakat ataupun para Mustahhiq, selain dapat membantu permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat, program bantuan sosial ini juga dapat menjadi sarana memakmurkan masjid dan mengajak masyarakat agar senantiasa tolongmenolong serta berbuat baik kepada sesama. Bagi para pemanfaat program bantuan sosial, program tersebut sangatlah bermanfaat. Bagi pemanfaat program bantuan kesehatan, mereka dapat menikmati sarana kesehatan dengan gratis tanpa dipungut biaya sedikitpun, mereka juga bisa mendapatkan penyuluhan kesehatan serta bisa juga mendapatkan fasilitas khitanan gratis tiap kurun waktu 1 tahun sekali. Bagi para jama‟ah yang mendapatkan bantuan pengurusan jenazah gratis dan bantuan bagi yang tertimpa musibah, bantuan-bantuan tersebut secara langsung dapat meringankan beban mereka, dapat mengurangi kesedihan mereka, selain itu, pemberian tersebut juga dapat dijadikan sebagai sarana menjaga tali sillaturrahmi antara pengurus Masjid dengan Jama‟ah dan atau Masyarakat umum. Sedangkan bagi penerima dana beasiswa pendidikan, program bantuan tersebut sangatlah bermanfaat. Mereka bisa mengenyam pendidikan tanpa harus dipusingkan dengan biaya pendidikan yang mahal seperti sekarang ini. Dengan mendapatkan beasiswa pendidikan tersebut, nantinya diharapkan agar anak-anak jama‟ah yang kurang mampu dapat menyelesaikan studinya hingga ke jenjang SMA, setelah itu mereka juga diharapkan mampu membantu orang tua mereka agar kehidupan mereka menjadi lebih baik lagi, baik dalam hal pendidikan, ekonomi, sosial dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.
68
2) Analisis Output (Hasil) Program Pemberdayaan Berbasis Masjid yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Peneliti terhadap kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, melalui pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Hasil analisa Peneliti dari observasi kegiatan tersebut adalah, bahwa kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh Masjid Al-ikhlas Jatipadang sangatlah bermanfaat dan memberikan dampak yang sangat positif bagi jama‟ah/masyarakat sekitar Masjid umumnya, dan bagi pemanfaat program khususnya. Kegiatan pemberdayaan berbasis masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang merupakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian jama‟ah Masjid dan Masyarakat sekitar Masjid sebagai pemanfaat program. Selain itu juga sebagai sarana meningkatkan keterampilan dan pengalian potensi serta pencarian solusi agar para jama‟ah (pemanfaat program) dapat tahu permasalahan yang mereka hadapi dan mampu menyelesaikannya. Kegiatan tersebut juga sebagai upaya yang sistematis dan terencana dari DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang dalam rangka melakukan perubahan tatanan sosial yang lebih baik lagi yang dilandasi oleh ajaran agama Islam kepada para Jama‟ah dan masyarakat sekitar Masjid sebagai pemanfaat program. Kegiatan tersebut juga sebagai wadah pembinaan umat/jam‟ah melalui kegiatan pendidikan dan pengajarannya. Kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid
Al-Ikhlash
Jatipadang
juga
dapat
dikategotikan
dalam
rangka
69
memakmurkan peran dan fungsi Masjid, dimana kegiatannya merupakan langkah mereka untuk membina keutuhan, sillaturrahmi serta kegotong-royongan antara DKM dengan jama‟ahnya. Terakhir, kegiatan pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang juga merupakan kegiatan dakwah, khususnya dakwah bil Hal dimana dengan kegiatan tersebut dapat menggerakkan anggota masyarakat yang mampu untuk membangun Masjid dengan semangat dakwah, terutama dakwah yang berhubungan antar sesama manusia. Dakwah dengan memprioritaskan bantuan kepada umat yang kurang mampu dan membantu mereka menyelesaikan permasalahnnya. Kagiatan ini juga dapat dijadikan sebagai wadah dalam merubah paradigma tentang dakwah itu tadi, pemahaman dakwahnya bukan lagi dakwah yang dipahami secara konvensional yang masih terfokus kepada ibadah vertikal yang hubungannya antara Allah dengan hambanya. Akan tetapi paradigma dakwahnya lebih kepada dakwah tentang perubahan sosial secara nyata yaitu hubungan ibadah yang fleksibel vertikal dan horizontal. Artinya, kegiatan pemberdayaan berbasis masjid dapat menjadi sarana dakwah yang dapat menambah keimanan seseorang, dimana kegiatan tersebut merupakan sarana hubungan manusia dengan Allah, serta hubungan manusia dengan manusia. Berikut merupakan analisis Output dari program pemberdayaan berbasis Masjid yang peneliti gambarkan melalui diagram matriks: Nama Program
Analisis Hasil/Output
Indikator Perubahan
Kegiatan Pemberdayaan Pendidikan
Para Pemanfaat program dapat mengenyam
Para siswa dapat bersekolah dengan
70
pendidikan dengan gratis. Bagi para siswa kursus membaca dan menghafal Al-qur‟an, program LPLQ (lembaga pendidikan dan latih Qur‟an) sangatlah membantu mereka dalam keterampilan membaca dan menghafal Alqur‟an. Bagi para peserta pendidikan non formal yang berupa pengajianpengajian, diskusidiskusi, serta seminarseminar, kegiatan tersebut sangatlah bermanfaat. Mereka bisa mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru dalam hal keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan sebagainya. Selain itu, kegiatan tersebut juga dapat dijadikan sebagai ajang sillaturrahmi bagi sesama jama‟ah Masjid Al-Ikhlash dan masyarakat pada umumnya. Pemberdayaan Ekonomi Mikro
Bagi para pemanfaat toko Masjid, mereka bisa berwirausaha dengan biaya sewa lahan yang murah. Mereka bisa lebih mandiri, agar bisa membantu perekonomian mereka. Mereka bisa lebih terampil dalam mencari penghasilan.
gratis. Orang tua mereka bisa bersekolah tanpa harus dipusingkan dengan biaya. Setelah lulus, mereka bisa bekerja dan mambantu perekonomian keluarga menuju kehidupan yang lebih baik. Peserta kusus LPLQ semakin terampil dalam membaca dan menghafal Al-qur‟an dan bahasa arab. Para peserta seminar, diskusi dan pengajian-pengajian, mereka mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman baru dalam hal keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya dan sebagainya yang berguna bagi hal keilmuan mereka.
Dengan berwirausaha, mereka bisa mendapatkan penghasilan untuk kelangsungan hdup mereka. Mereka bisa tau potensi yang ada di diri mereka. Munculnya industriindustri kecil dikalangan jama‟ah. Mereka bisa memiliki
71
izin usaha. Mereka mendapatkan pengetahuan dalam Mereka jadi tahu hal perizinan usaha. kemana harus memasarkan produk usahanya. Para jama‟ah Semakin banyak perempuan masjid jama‟ah yang Pemberdayaan Perempuan Al-Ikhlash bisa menjadi kader-kader mempunyai pemberdayaan, pengetahuan tentang terutama bagi pendidikan, keluarganya. kesehatan, sosial, Semakin banyak budaya dan jama‟ah perempuan keagamaan. yang bisa menjadi tenaga pengajar untuk Bisa menjadi kaderkader posyandu. kursus dan sekolah gratis di Masjid Al Bisa menerapkan Ikhlash. ilmunya bagi keluarga dan Semakin tingginya masyarakat tingkat kesadaran dan sekitarnya. kepedulian kepada sesama. Bantuan Sosial Membantu jama‟ah Meningkatkan yang tertimpa hubungan musibah. sillaturrahmi antar pengurus dan jama‟ah Meringankan beban masjid. jama‟ah yang tertimpa musibah. Meningkatkan kesadaran untuk Anak-anak jama‟ah saling menolong yang kurang mampu sesama. bisa bersekolah hingga jenjang yang Semakin banyak lebih tinggi. jama‟ah masjid yang mampu, ikut serta Sebagai sarana untuk dalam memberikan tolong-menolong bantuan. antar sesama. Sebagai sarana dakwah dan sarana memakmurkan masjid
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid bagaikan Oase ditengah padang pasir, pasalnya kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid sangatlah jarang dilakukan. Padahal Indonesia sebagai negara Islam terbesar di dunia mempunyai banyak Masjid, dan jumlah tersebut sangatlah potensial jika kita semua sebagai umat Islam dapat memanfaatkannya untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan dan sebagai poros terdepan peretas kebangkitan umat Islam. Di Indonesia, biasanya kegiatan pemberdayaan dilakukan oleh element pemerintah melalui dinas-dinas terkait, LSM, NGO, lembaga Philantrhophy, dan juga perusahaan-perusahaan swasta melalui CSRnya. 2. Masjid, yang oleh umat Islam sangat dikultuskan ternyata dapat juga menjadi sarana bagi kita sebagai umat Islam untuk saling tolong-menolong dengan sesama, khususnya untuk melaksanakan kegiatan pemberdayaan. Salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, seperti yang dilakukan oleh pengurus dan sekretariat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Jakarta Selatan. 3. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dimana peneliti mendapatkan data melalui pengamatan, wawancara dan penelaahan dokumen.
72
73
4. Sebagai bahan analisis, dalam penelitian ini peneliti menggunakan 4 (empat) teori. Yaitu, teori pemberdyaan masyarakat, teori peran dan fungsi Masjid dan juga teori pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid. 5. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang
mempunyai
4
program
Kegiatan
Pemberdayaan,
yaitu:
Pemberdayaan Pendidikan, Pemberdayaan Ekonomi Mikro, Pemberdayaan Perempuan dan Kegiatan Bantuan sosial. 6.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat berbasis Masjid ini ditujukan khusus untuk jama‟ah Masjid Al-ikhlash dan masyarakat sekitar Masjid serta masyarakat luas pada umumnya.
7. Hasil analisis peneliti dari kegiatan Pemberdayaan Berbasis Masjid tersebut menyatakan bahwa, kegiatan pemberdayaan tersebut sebagai upaya dalam rangka mengembangkan kemampuan dan kemandirian jama‟ah Masjid dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan tersebut juga dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang membina keutuhan ikatan jama‟ah, sebagai wahana untuk meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan umat muslim, serta sebagai sarana pembinaan dan pengembangan kader-kader umat Islam melalui pendidikan dan pengajaran. Artinya, teori yang peneliti gunakan sebagai pisau analisis sudah sesuai dengan analisis yang peneliti kemukakan, dan semua itu berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, serta penelaahan dokumen yang peneliti lakukan terkait dengan program pemberdayaan berbasis Masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, Pasar Minggu. 8. Dalam hal Output, bagi para pemanfaat program, kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut sangatlah dirasakan sekali manfaatnya. Dalam hal
74
pendidikan, para jama‟ah yang tidak mampu dapat mengenyam pendidikan dengan gratis, mereka juga dapat belajar membaca dan menghafal Al-qur‟an. Dalam hal ekonomi mikro, para jama‟ah yang mempunyai bakat wirausaha dapat memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh DKM Masjid Al-Ikhlash untuk berwirausaha, agar memudahkan mereka dalam menopang kebutuhan ekonominya dengan berwirausaha tersebut. Dalam hal pemberdayaan perempuan, para jama‟ah wanita dan kaum ibu diberikan keahlian untuk menjadi kader-kader pemberdayaan. Kemudian dalam hal bantuan sosial, jama‟ah Masjid dan masyarakat pada umumnya mendapatkan berbagai bantuan dari Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Diantaranya, bantuan kematian, bantuan bagi jama‟ah yang terkena musibah, bantuan beasiswa pendidikan dan juga bantuan-bantuan lainnya yang sifatnya bantuan sosial.
B. Saran Semoga Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bisa lebih optimal dan lebih baik lagi dalam menjalankan program pemberdayaan masyarakat yang berbasis Masjid dan dalam rangka pemecahan permasalah-permasalahan sosial yang banyak terjadi lingkungan Masjid khususnya dan di masyarakat pada umumnya. Semoga jam‟ah Masjid dan masyarakat sekitar sebagai pemanfaat program, dapat memanfaatkan kegiatan pemberdayaan tersebut sebaik-baiknya, agar kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai sarana dalam memandirikan dan mensejahterakan mereka. Bagi para Stekholder, pemerintah khususnya berserta dinas-dinas terkait, semoga penelitian ini dapat dijadikan bahan rekomendasi dalam melaksanakan
75
kegiatan pemberdayaan. Dimana kita dapat melakukan kegiatan pemberdayaan dengan Masjid sebagai poros utamanya, karena sudah saatnya Masjid menjadi bagian dari solusi masyarakat untuk ikut serta dalam menyelesaikan dan meringankan problematika kehidupan. Masjid perlu diberdayakan melalui pembinaan pengurus dan jama‟ahnya, dan melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu juga, semoga kita semua (peneliti khususnya), bisa mengambil pelajaran dan hikmah yang terkandung dalam kegiatan pemberdayaan tersebut, dengan lebih peka lagi terhadap permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi disekeliling kita, dan dapat „membuka mata‟ selebar-lebarnya dengan mencari solusi yang tepat untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Terakhir, semoga kagiatan pemberdayaan masyarakat berbasis masjid yang dilakukan oleh Masjid Al-Ikhlash Jatipadang, dapat ditiru oleh masjidmasjid lain yang ada di Indonesia, agar dapat membantu pemerintah dalam memecahkan permasalahan-permasalahan sosial, budaya serta permasalahan lainnya yang saat ini sedang melanda negeri kita Indonesia. Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi‟i. Bank Syariah, dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Press, 2003. Ayub, Mohammad E. Manajemen masjid: Petunjuk Praktis bagi para pengurus. Penyunting, Doddy Mardanus. Jakarta: Gema Insani Press, 1996. Gazalba, Sayidi. Masjid pusat ibadah dan kebudayaan Islam. Cet ke-6. Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1994. Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1983. Harahap, Sofyan Safri. Manajemen Masjid. Yogyakarta: Bhakti Prima Rasa, 1996. Hermansah, Tantan, dkk. Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009. Ife, Jim. Community Development: Creating community alternative-vision, analysis and practice. Dalam Tantan Hermansah, dkk. Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009. Manuwoto. Peningkatan peran serta dalam upaya pemberdayaan masyarakat dalam menuju masyarakat madani. Dalam Tantan Hermansah, dkk. Dasar-dasar pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, 2009. Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cet. Ke-25. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008. Menuju Pusat Dakwah dan Syiar Syariah. Sejarah dan Profil Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Jakarta, 2010. Nurdin, Ali. Qur‟anic Society. Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal Dalam AlQur’an. Jakarta: Erlangga, 2006. Rukhiyat, Adang, dkk. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Edisi ke-3. Jakarta: CV.Tumaritis, 2003. Shihab, Quraish. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizzan, 1998. Soetomo, Strategi-strategi pembangunan masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
76
77
Subianto Achmad dkk, fokkus babinrohis pusat, ICMI Orsat Cempaka Putih, Yayasan Kado Anak Muslim. Pedoman Manajemen Masjid. Jakarta: Cetakan I, 1 Muharram 1425 H/ 22 Februari 2004. Suharto, Edi. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Masyarakat. Cetakan 1. Bandung: PT. Refika Aditama, 2005. Supardi & Teuku Amiruddin. Manajemen Masjid dalam Pembangunan Masyarakat, Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid. UII Press Yogyakarta: cetakan pertama, Mei 2001. Yulistiani, Indrianti. Ragam Penelitian Kualitatif: Penelitian Lapangan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: UI, 2001. Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Cetakan kedua. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Wawancara Pribadi dengan Narasumber Terkait.
Wawancara pribadi dengan Bapak Abbas Supriadi. Jakarta, Pada tanggal 22 maret 2014. Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Rohman. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Agung Priyadi. Jakarta, Pada 22 Maret 2014. Wawancara Pribadi dengan Bapak Ir. Rahadi Mulyanto. Jakarta, 22 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Rio Gajahmada. Jakarta, Pada tanggal 22 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Bapak Nur Ali. Jakarta, 28 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Bapak Tri Haryanto. Jakarta, 28 Maret 2014. Wawancara Pribadi dengan Bapak Trijoko. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Dewi Sartika. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara pribadi dengan Ibu Evi. Jakarta, 28 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Ibu Hayati. Jakarta, 28 Maret 2014. Wawancara pribadi dengan Ibu Iis Sumiati. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara Pribadi dengan Ibu Mulyanah. Jakarta, 13 April 2014. Wawancara pribadi dengan Ibu Susanto Kasdi. Jakarta, Pada tanggal 24 maret 2014. Wawancara pribadi dengan Muhammad Fikriza Dzikrullah. Jakarta, 28 Maret 2014.
Sumber dari internet:
“Data sensus penduduk Indonesia, tahun 2010,”. Artikel diakses pada 23 mei 2014 pukul 13.38 dari www.bps.go.id/tab_sub/view “Memberdayakan peran & fungsi Masjid,”. Artikel diakses pada 28 mei 2014 pukul 21.33 dari www.kemenag.go.id
Petikan Wawancara dengan Narasumber
1. Nama : Bapak Ir.Rahadi Mulyanto Alamat: Jl.Raya Ragunan No.11 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 48 Tahun Jabatan: Sekretaris Umum Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 10.30 – 11.20 WIB Saya
Sejak tahun berapa Masjid Al-Ikhlash Jatipadang mempunyai program pemberdayaan masyarakat?
Bapak Rahadi Saya Bapak Rahadi
Program tersebut sudah ada sejak tahun 2006 hingga saat ini Apa tujuan dari diadakannya program tersebut? Program tersebut dibuat dengan maksud agar dapat membantu jama’ah masjid khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Meningkatkan
kesejahteraan mereka, keterampilan mereka, serta pastinya meningkatkan
kemandirian
mereka
terutama
dalam
hal
perekonominnya. Saya Bapak Rahadi
Program apa saja yang terkait dengan pemberdayaan tersebut? Dalam pelaksanaannya, kami mempunyai 4 program, yaitu: pemberdayaan ekonomi mikro, pemberdayaan pendidikan, pemberdayaan perempuan dan program bantuan sosial.
Saya Bapak Rahadi
Siapa saya pemanfaat program pemberdayaan tersebut? Dalam pelaksanaannya, banyak orang yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Tetapi dalam hal pemanfaat program tersebut biasanya kami memprioritaskan jama’ah masjid kami serta masyarakat sekitar masjid yang memang membutuhkan dan kami anggap pantas menerima program tersebut.
Saya
Bagaimana cara untuk mengetahui orang-orang yang dianggap pantas menerima program tersebut?
Bapak Rahadi
Biasanya, sebelum kami melaksanakan suatu program, kami mendata/menginventarisir jama’ah dan masyarakat sekitar
masjid. Darisana-lah kami bisa menentukan siapa-siapa saja yang berhak dan pantas menerima program pemberdayaan tersebut. Saya Bapak Rahadi
Bagaimana respons para pemanfaat program tersebut? Pada awal diadakannya program tersebut, respons jama’ah dan masyarakat sangat anusias dan menyambut baik program kami. Bahkan tidak hanya jam’ah dan masyarakat sekitar masjid saja uang datang mendaftarkan diri. Dari luar daerah kelurahan pun banyak yang mendaftarkan diri.
Saya
Jika kejadiannya demikian, lantas apa yang dilakukan oleh pihak masjid Al-Ikhlash Jatipadang?
Bapak Rahadi
Untuk dapat mengakomodir masyarakat yang antusias dengan program kami dan agar mereka tidak kecewa dengan manajemen
Masjid
kami,
akhirnya
kami
melakukan
inventarisasi pula bagi masyarakat yang datang dari luar kelurahan Jatipadang agar kami bisa menyeleksi siapa saja yang memang pantas mendapatkan program dari kami. Hingga pada akhirnya, manajemen masjid Al-Ikhlash memutuskan untuk membagi wilayah program melalui 2 Ring. Ring 1 bagi jama’ah dan Masyarakat sekitar masjid, dan Ring 2 bagi masyarakat umum atau yang datang dari luar Kelurahan Jatipadang. Saya Bapak Rahadi
Apa perbedaan antara Ring 1 dan Ring 2? Perbedaan mendasarnya yaitu dari segi Jumlah pemanfaat atau penerima program. Hingga saat ini, pada Ring 1 terdapat hampir 800 orang pemanfaat program kami. Sedangkan dari ring 2, kami hanya membatasi sekitar 200 orang saja.
Saya Bapak Rahadi
Bagaimana output dari program prmberdayaan tersebut? Banyak sekali manfaat yang didapat dari pelaksanaan program pemberdayaan tersebut. Masyarakat bisa lebih mandiri, lebih terampil,
dapat
mengembangkan
sumberdayanya,
dapat
memunculkan kader-kader pemberdaya umat serta pastinya dapat menambah sisi religiusitas jama’ah dan masyarakat. Selain itu juga kegiatan tersebut kami lakukan dalam rangka
memakmurkan Masjid ini. 2. Nama : Bapak Ir.Agung Priyadi Alamat: Jl.Raya Jatipadang – Komplek Departemen Pertanian Blok A nomor.3 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 51 Tahun Jabatan: Koordinator bidang pendidikan Masjid Al-Ikhlash, Jatipadang. Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 13.10 – 13.43 WIB Saya
Sejak
kapan
program
pemberdayaan
pendidikan
ini
dilaksanakan? Bapak Agung Priyadi
Program pendidikan yang ada di Yayasan Al-Ikhlash Jatipadang sudah ada sejak tahun 2006.
Saya
Program pendidikan seperti apa saja yang terdapat didalamnya?
Bapak Agung
Untuk bidang pendidikan sendiri, kami mempunyai beberapa
Priyadi
program, ada program yang sifatnya formal dan informal. Kemudian dibagi lagi menjadi ada yang sifatnya Profit dan ada juga yang Non Profit.
Saya
Apa bedanya antara yang formal dengan informal
Bapak Agung
Yang formal itu terdiri dari pendidikan seperti pada sekolah
Priyadi
biasa atau seperti sekolah pada umumnya. Dan waktunya-pun sama seperti sekolah pada umumnya. Sedangkan yang non-formal/informal biasanya hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu saja, dan juga kegiatannya lebih banyak, seperti pelatihan-pelatihan, seminar-seminar, kursus privat, dan sebagainya.
Saya Bapak Agung Priyadi
Terus, apa bedanya antara yang profit dengan yang non-profit? Perbedaan yang mendasar antara yang profit dengan yang nonprofit terletak pada pembiayaan dan dananya. Pendidikan yang formal biasanya bersifat profit, biaya yang dipatok
sama
seperti
sekolah-sekolah
pada
umumnya.
Sedangkan pendidikan informal yang non-profit biasanya gratis karna kami mempunyai donatur tetap, mempunyai dana sendiri
dan ada juga yang sumberdananya dari bantuan CSR. Seperti contohnya, ada sekolah CSR dari LPIA (Lembaga Pendidikan Ilmu Al-Qur’an) pasar minggu. Itu semua biaya operasionalnya ditanggung/ bantuan dari mereka. Termasuk dari tenaga pengajarnya pun demikian. Saya
Program pendidikan apa saja yang terdapat pada yang formal dan Informal?
Bapak Agung
Untuk pendidikan formal, kami memiliki TK/PAUD/TPA.
Priyadi
Sedangkan untuk yang non-formal, kami memiliki sekolah CSR, LPLQ(Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Al-Qur’an), ada kursus/privat bahasa arab, pesantren ramadhan, ada seminarseminar, ada pengajian mingguan dan bulanan, serta ada pelatihan organisasi dan event organizer.
Saya
Siapa saja pemanfaat program tersebut?
Bapak Agung
Untuk pemanfaat program pendidikan biasanya mayoritas itu
Riyadi
anak-anak dari jama’ah masjid kami dan juga anak-anak dari masyarakat sekitar. Sedangkan untuk yang pendidikan formal itu pemanfaatnya dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, mahasiswa, serta para jama’ah kami pastinya.
Saya
Bagaimana hasil dari adanya program tersebut?
Bapak Agung
Untuk masalah output pastinya sangat bermanfaat sekali. Selain
Riyadi
dapat membantu pendidikan anak-anak dan jama’ah kami, program tersebut pastinya bisa membuat anak-anak dan jama’ah kami lebih terampil, tidak buta akan pendidikan, meningkatkan pengetahuan, meningkatkan religiusitas, serta dapat membuat mereka lebih baik nantinya, Insyaallah.
3. Nama : Bapak Ir.Rio Gajahmada Alamat: Jl.Raya Ragunan – Komplek Departemen Pertanian Blok A nomor.9 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 39 Tahun Jabatan: Koordinator bidang pengembangan minat dan keterampilan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 13.55 – 14.20 WIB Saya Bapak Rio
Sejak kapan program ini dilaksanakan? Program ini sudah ada sejak tahun 2006 silam hingga sekarang
Gajahmada Saya
Tujuan diadakannya program tersebut untuk apa?
Bapak Rio
Program ini diadakan untuk mengakomodir kebutuhan jama’ah
Gajahmada
yang mempunyai minat dan bakat untuk berwirausaha dan ingin membuka usaha tapi mempynyai keterbatasan. Naah, melalui program ini-lah kami mencoba mengakomodir mereka dengan menjadi fasilitator bagi jama’ah dan masyarakat sekitar yang ingin mengembangkan usahanya.
Saya
Apa saja program yang termasuk didalamnya?
Bapak Rio
Untuk masalah program, kami memiliki toko masjid yang
Gajahmada
diperuntukkan bagi jama’ah yang ingin membuka usaha tapi tidak mempunyai lahan dan hanya mempunyai biaya yang terbatas, kemudian kami juga menyediakan lahan berupa aula serbaguna yang bisa digunakan masyarakat untuk melaksanakan resepsi pernikahan, seminar dan lain-lain, terus ada juga lahan parkir kami yang lumayan luas itu biasanya di bulan Ramadhan kami sediakan bagi jama’ah/masyarakat yang ingin berdagang untuk makanan tak’jil selama 1 bulan penuh, kemudian juga kami melakukan advokasi bagi jama’ah yang ingin membuat perizinzn usaha, mencari lokasi usaha serta mencarikan pameran-pameran UKM bagi para jama’ah yang mempunyai bidang usaha supaya usaha mereka bisa dipamerkan disana.
Saya Bapak Rio
Siapa saja pemanfaat program tersebut? Kami memprioritaskan jama’ah kami dulu, setelah itu baru
Gajahmada Saya
masyarakat lain. Bagaimana outputnya?
Bapak Rio
Alhamdulillah hingga saat ini kami bisa menyediakan lahan
Gajahmada
bagi 4 orang jama’ah kami yang sekarang menempati ruang toko masjid seperti yang bisa dilihat dibawah. Selain itu kami juga dapat mengakomodir kebutuhan jama’ah kami dalam hal wirausaha. Baik dalam hal perizinan, pencarian lahan, dan juga sarana untuk pemasaran produk mereka. Secara garis besar, program ini dapat memandirikan mereka, mereka dapat memperbaiki perekonomiannya dan pastinya dapat mempererat tali sillaturahmi.
4. Nama : Bapak Abbas Supriadi Alamat: Jl.Jatipadang, RT 002/11 no.23 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 61 Tahun Jabatan: Koordinator bidang peelayanan umat Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 22 Maret 2014, mulai Pukul 15.10 – 15.36 WIB. Saya Bapak Abbas Supriadi Saya
Sudah berapa lama program ini dilaksanakan? Sama seperti pada program yang lain, program ini sudah ada sejak tahun 2006 lalu dan masih ada sampai sekarang. Program apa saja yang ada didalamnya?
Bapak Abbas
Untuk program pelayanan umat ini sendiri biasanya fokusnya
Supriadi
pada bantuan-bantuan sosial. Seperti sunatan massal, klinik gratis, posyandu, pemberian beasiswa, pemberian sembakok, penyaluran zakat dan daging hewan Qurban, serta ada pelayanan ambulance gratis, pengurusan jenazah gratis dan juga ada pemberian bantuan bagi yang terkena musibah.
Saya
Seperti apa programnya?
Bapak Abbas
Untuk pelaksanaan programnya, sunatan massal biasanya
Supriadi?
dilakukan 1 tahun sekali dan bertepatan dengan lebaran anak yatim, biasanya kerjasama dengan BSMI (bulan sabit merah Indonesia) mereka yang menyediakan Dokter dan obat-
obatannya, kami hanya mendata peserta dan menyediakan tempatnya saja. Terus untuk klinik dan poyandu gratis biasanya ada 2 minggu sekali, kerjasama juga dengan BSMI (bulan sabit merah Indonesia) mereka yang menyediakan Dokter dan obatobatannya, kami cuma menyediakan tempatnya saja. Untuk bantuan sembakok biasanya kami adakan menjelang idul fitri & di tahun baru Islam 1 muharram. Begitu juga bagi pembagian daging hewan Qur’ban itu hanya dilakukan pada saat hari raya Idul Adha saja. Untuk bantuan bagi korban bencana alam, biasanya kami lakukan saat ada daerah di jakarta yang banjir, kebakaran dan penggusuran. Selain itu juga kami mengirimkan bantuan ke daerah-daerah yang terkena musibah seperti pada saat gunung meletus di jogja dan sinabung kemarin, kami mengiirimkan masker, obat-obatan dan kebutuhan pokok lainnya. Sedangkan untuk beasiswa pendidikan, kami berikan bagi murid TK/TPA anak dari jama’ah kami yang kurang mampu. Dan juga hingga saat ini kami telah memberikan beasiswa Kuliah gratis bagi 2 orang Technical Support (marbot masjid) yang saat ini sedang kuliah di BSI Pasar minggu, bahkan yang 1 lagi sebentar lagi lulus. Terus untuk bantuan ambulance gratis dan pengurusan jenazah gratis biasanya kami kerjasama dengan PKPU dan Rumah Zakat dalam menyediakan Ambulanc’nya. Saya Bapak Abbas Supriadi Saya Bapak Abbas Supriyadi
Siapa saja pemanfaat programnya? Pemanfaat programnya banyak sekali. Mulai dari jama’ah, masyarakat sekitar masjid dan masyarakat umum pastinya. Bagaimana outputnya? Hasilnya pasti sangat bermanfaat. Banyak masyarakat yang merasa terbantu dengan program itu, ada juga yang bisa melanjutkan pendidikannya karna adanya beasiswa, dan masih banyak lagi pokoknya.
5. Nama : Ibu Susanto Kasdi Alamat: Jl. Raya Jatipadang – Komplek Departemen Pertanian Blok E nomor.11 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 54 Tahun Jabatan: Koordinator bidang pemberdayaan perempuan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 24 Maret 2014, mulai Pukul 10.10 – 10.46 WIB. Saya
Sejak kapan program tersebut diadakan?
Ibu Susanto Kasdi Program tersebut sudah ada sejak tahun 2006 dan masih ada hingga sekarang. Saya
Apa saja yang termasuk dalam kegiatan pemberdayaan perempuan tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Program pemberdayaan perempuan terfokus pada pendidikan dan peran perempuan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada di Masjid Al-Ikhlash. Saya
Seperti apa kegiatan pemberdayaan perempuan tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Seperti yang tadi saya jelaskan, bahwa fokus pemberdayaan perempuan itu ada pada pendidikan dan peran perempuan. Untuk masalah pendidikan, biasanya kami dalam bidang pemberdayaan perempuan diaplikasikan dalam bentuk pengajianpengajian, seminar-seminar, penyuluhan-penyuluhan, mengajarkan Al-Qur’an bagi jama’ah dan masyarakat yang belum bisa membaca Al-Qur’an (khususnya kaum ibu). Terus juga biasanya kami membuka pelayanan posyandu dan bantu-bantu di klinik kesehatan yang ada setiap 2 minggu sekali. Saya
Siapa saja pemanfaat program tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Mayoritas dari kader pemberdayaan perempuan tidak lain dan tidak bukan adalah jama’ah kaum ibu Masjid Al-Ikhlash dan juga masyarakt sekitar. Dan biasanya juga pada kegiatan-kegiatan tertentu juga datang jama’ah kaum ibu dari majelis ta’lim lain. Saya
Bagaimana dengan output program tersebut?
Ibu Susanto Kasdi Alhamdulillah, dengan adanya program ini, sesuai dengan harapan
kami semua dimana dengan adanya program ini jama’ah kaum perempuan
kami
dapat
dijadikan
sebagai
kader-kader
pemberdayaan. Dimana mereka dapat mengaplikasikan ilmunya bagi keluarga mereka masing-masing dan juga bagi masyarakat lain, khusunya bagi jama’ah/masyarakat di Masjid Al-Ikhlash. Karena mereka telah dilatih agar memiliki keahlian dalam pendidikan mengajar, pendidikan kesehatan dan pendidikan bagi keluarga mereka masing-masing.
6. Nama : Muhammad Fikriza Dzikrullah Alamat: Komplek Angkatan Laut. Jl. Jatipadang Baru No. 30 (gedung DPP PKS) Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 23 Tahun Pekerjaan : Technical Support (Marbot) Masjid Al-Ikhlash Jatipadang bidang kesekretariatan Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 09.13 – 10.00 WIB. Saya Mas Diki Saya Mas Diki Saya Mas Diki Saya Mas Diki
Sudah berapa lama bekerja disini? Baru 6 bulan Sebelumnya bekerja dimana? Sebelumnya saya bantu-bantu di DPP PKS pasar minggu Bekerja sebagai apa di Masjid Al-Ikhlash ini? Saya bekerja sebagai Marbot bagian kesekretrariatan Jobdescnya apa saja? Biasanya mengurusi keluar-masuknya surat, absensi karyawan, laporan jum’at dan pekerjaan T.U pada umumnya.
Saya Mas Diki Saya Mas Diki
Berapa penghasilan mas bekerja disini? Saya dikasih gaji sebesar 2jt perbulan dengan jam kerja 8 jam. Selain itu, apa yang mas dapati selama bekerja disini? Banyak mas, selain pengalaman dalam hal pekerjaan, berkah, dan saya sekarang dapat beasiswa kuliah di BSI. Sekarang saya kuliah smester 2 jurusan tehnik informatika. Sebelumnya juga sudah ada yang dapat beasiswa kuliah di BSI, namanya Jamil. Sekarang dia sudah lulus dan sudah bekerja.
Saya Mas Diki
Menurut mas, gimana manfaat beasiswa tersebut? Kalau menurut saya sih bermanfaat banget. Apalagi saya orang gak punya, yaa mana mungkin bisa kuliah kalau nggak dibiayain dari masjid ini. kan jadinya saya bisa lanjutin pendidikan saya. Supaya saya bisa lebih baik lagi dan bisa bekerja dikantoran dan bisa bantuin perekonomian keluarga saya.
7. Nama : Ibu Hayati Alamat: Jl. Pegangsaan 2 – nomor 43. Pasar Minggu. Jakarta Selatan. Umur : 34 Tahun Pekerjaan : Pedagang Baju Muslim di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 13.15 – 13.36 WIB. Saya Ibu Hayati Saya Ibu Hayati Saya Ibu Hayati Saya Ibu Hayati
Sudah berapa lama ibu berdagang baju muslim disini? Saya berjualan sudah hampir 6 tahun mas Biasanya berjualan dari jam berapa sampai jam berapa? Saya biasanya jualan dari jam 8 pagi sampai jam 9 malam mas. Berapa biaya sewa toko ini? Biaya sewanya cuma 1 juta perbulan mas Omzet perbulannya berapa? Untuk omzet, kisarannya bisa 4 juta sampai 5 juta perbulan mas, tergantung sepi atau ramainya aja.
Saya Ibu Hayati
Laba bersihnya berapa perbulannya? Laba bersihnya mah antara 2,5 juta sampai 3 juta mas.
Saya
Ibu tinggal disekitar sini atau gimana?
Ibu Hayati
Saya Jama’ah pengajian mingguan mas
Saya Ibu Hayati
Kira-kira menurut ibu, toko masjid ini manfaatnya seperti apa? Yaa bermanfaat sekali mas, soalnya biayanya lebih murah dibanding tempat-tempat lain, apalagi semacam dijakarta kaya gini pasti biaya sewa perbulannya gak ada yang 1 jutaan kaya gini. Saya juga bisa membantu perekonomian keluarga, bantuin suami & bisa buat biaya menyekolahkan anak saya.
8. Nama : Bapak Tri Haryanto Alamat: Jl. Raya Pasar Minggu RT 009/12 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. Umur : 43 Tahun Pekerjaan : Pedagang Refill Parfum di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 13.40 – 14.00 WIB. Saya Bapak Tri Saya Bapak Tri Saya Bapak Tri
Sudah berapa lama berjualan disini? Sudah 3 tahun Bapak tinggal didaerah sini atau gimana? Iyaa, dan saya juga jama’ah masjid Al-Ikhlash Berapa biaya sewa kios disini? Biaya sewa kios disini bervariasi, kalau tempat yang saya tempati ini biaya sewanya 1,1 juta perbulannya.
Saya Bapak Tri
Berapa penghasilan bapak tiap bulannya? Untuk penghasilan gak tentu mas, tergantung ramai dan sepinya. Apalagi parfum kan bukan kebutuhan pokok. Tapi kalau di ratarata sih perbulan itu saya bisa punya penghasilan 2 sampai 2,5 juta.
Saya Bapak Tri
Menurut bapak, bagaimana manfaat dari toko masjid ini? Pasti sangat bermanfaat mas, apalagi bagi orang-orang yang taraf ekonominya rendah, kalau mau usaha tapi cuma punya modal sedikit kan harus punya pertimbangan matang-matang. Naah kalau di toko masjid ini kan biaya sewanya murah, jadi kita gak perlu pusing-pusing buat cari biaya buat sewa kios. Penghasilannya juga lumayan buat memenuhi kebutuhan rumah tangga.
9. Nama : Bapak Nur Ali Alamat: jalan raya pasar minggu – depan Komplek Angkatan Laut RT 01/07 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. Umur : 30 Tahun Pekerjaan : Pedagang tiket/Travel di Toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 14.10 – 14.36 WIB. Saya Bapak Nur Ali Saya Bapak Nur Ali
Sudah berapa lama bapak berdagang disini? Saya berjualan sudah 6 tahun. Bapak tinggal didaerah sini atau gimana? Saya mah tinggal didekat pasar minggu, kakak saya yang jama’ah masjid sini. Saya usaha ini join sama beliau.
Saya Bapak Nur Ali Saya Bapak Nur Ali
Berapa biaya sewa perbulannya? Biaya sewa di kios saya ini 1,3 juta perbulannya Omzet perbulannya berapa? Untuk omzet, bisa sampai 5 juta perbulannya. Tergantung sepi dan ramainya aja. Kalau lagi musim liburan pasti ramai, soalnya banyak yang pesen tiket buat liburan.
Saya Bapak Nur Ali
Menurut bapak, adanya toko masjid ini bermanfaat atau tidak? Pastinya bermanfaat sekali mas, saya bisa berwirausaha dengan biaya sewa kios yang murah. Soalnya udah jarang juga harga sewa kios yang murah seperti disini. Pastinya bisa buat menafkahi keluarga saya, bisa membantu perekonomian keluarga & intinya bermanfaat banget mas.
10. Nama : Ibu Evi Alamat: Jl.Raya Jatipadang RT 11/11 nomor.128 (seberang Masjid Al-Ikhlash) Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 32 Tahun pekerjaan: Pedagang Peralatan Sekolah di Toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang Waktu Wawancara : 28 Maret 2014, mulai Pukul 14.34 – 14.55 WIB. Saya
Sudah berapa lama ibu berjualan ditoko ini?
Ibu Evi Saya Ibu Evi Saya Ibu Evi
Saya berjualan disini baru 2 tahun Ibu jama’ah masjid ini atau gimana? Iyaa, saya jama’ah pengajian masjid Al-Ikhlash Berapa biaya sewa kios disini? Biya sewa kios saya paling besar dibanding toko-toko yang lain disini. Saya bayar 1,5 juta perbulan karena toko saya lebih luas dari yang lainnya.
Saya Ibu Evi
Berapa pendapatan ibu perbulannya? Pendapatan saya gak tentu, tapi biasanya saya bisa dapat penghasilan 3-4jt perbulan.
Saya Ibu Evi
Menurut ibu, adanya toko masjid ini bermanfaat atau nggak? Pastinya bermanfaat. Karna bisa saya manfaatkan sebagai tempat usaha. Biaya sewanya juga murah. Saya bisa membantu perekonomian
keluarga,
bantu
suami
dan
buat
nambah
penghasilan.
11. Nama : Ibu Iis Sumiati Alamat: Jl. Jatipadang utara RT 012/09 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 29 Tahun (peserta kursus baca tulis Al-Qur’an di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang) Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 15.44 – 16.05 WIB. Saya Ibu Iis Saya Ibu Iis
Sudah berapa lama bu ikut kursus ini? Sampai bulan ini udah masuk 6 bulan mas Ibu ikut kursus baca Al-qur’an atau hafal Al-qur’an? Saya mah ikut kursus baca Al-qur’an doang mas, soalnya saya belum terlalu lancar baca Al-qur’an, apalagi masalah tajwidnya. Mungkin nanti kalau udah lancar bacanya, baru deh saya ikut kursus hafalannya.
Saya Ibu Iis
Selama mengikuti kursus ini, bagaimana perkembangannya bu? Alhamdulillah mas, sebelum ikut kursus tadinya mah bacanya masih gagap mas, semenjak ikut kursus baca ini saya jadi sedikit lancar bacanya, tapi tajwidnya masih acak-acakan. Yaa pasti masih
butuh proses mas, tapi alhamdulillah banget udah bisa segini juga mas. Saya Ibu Iis
Menurut ibu, adanya program seperti ini bagaimana manfaatnya? Pastinya bagus sekali mas dan manfaatnya juga udah keliatan kok khususnya bagi saya pribadi. Kawan-kawan saya juga kaya gitu, yang kursus hafalan Al-qur’an juga gitu mas. Pokoknya bermanfaat banget deh, saya jadi bisa lancar baca Al-qur’an, udah gitu gratis, pengajarnya juga bagus-bagus dan yang penting sih bisa sillaturrahmi.
12. Nama : Ibu Dewi Sartika Alamat: Jatipadang utara RT 012/09 No.11 Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 33 Tahun (peserta kursus baca tulis Al-Qur’an di Masjid Al-Ikhlash Jatipadang) Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 16.15 – 16.35 WIB. Saya Ibu Dewi Saya Ibu Dewi
Sudah berapa lama ikut kursus ini bu? Saya sama kok kaya temen saya itu, baru sekitar 5-6 bulanan. Ibu ikut kursus baca Al-qur’an atau hafal Al-qur’an? Saya ikut dua-duanya mas, yang kursus baca juga, yang hafalan juga tapi waktunya satu minggu satu minggu.
Saya Ibu Dewi
Perkembangannya gimana bu? Alhamdulillah mas, kan kalau hafalan itu harus bisa tajwidnya juga yah, makanya saya ikut kursus baca juga. Naah kan di kursus baca itu saya fokus di tajwidnya, naah kata pengajarnya mah alhamdulillah bacaannya udah lumayan bagus. Untuk hafalan juga begitu, sebelum ikut kursus mah saya susah banget hafalin al-qur’an, naah sekarang mah
alhamdulillah
Yasin
aja
udah
hafal
mas.
Pokoknya
perkembangannya alhamdulillah deh. Saya Ibu Dewi
Menurut ibu, kegiatan ini manfaatnya gimana? Bagus mas kegiatannya, apalagi gratis. Kan kami sebagai jama’ah jadi bisa ikut kursus tanpa harus ngeluarin duit. Apalagi saya mah orang gak punya mas. Yang pastin mah bermanfaat banget, saya jadi bisa
baca dan hafal Al-qur’an. Bisa ada perubahan dalam hal baca alqur’an. Pokoknya bermanfaat dan bagus mas.
13. Nama : Ibu Mulyanah Alamat: Kp.Pulo – Jatipadang, Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 53 Tahun (peserta pemberdayaan perempuan Masjid Al-Ikhlash Jatipadang) Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 09.13 – 09.37 WIB. Saya Ibu Mulyanah
Sudah berapa kali ibu mengikuti kegiatan seperti ini? Udah sering mas, setiap ada undangan acara seminar kaya gini alhamdulillah saya dateng terus. Kan saya jama’ah majelis ta’lim masjid ini, jadi setiap ada kegiatan yang ada kaitannya sama majelis ta’lim pasti insyaallah saya ikut.
Saya Ibu Mulyanah
Memang kegiatannya apa aja bu? Yaa pokoknya kaya gini aja, seminar-seminar islam, seminar kesehatan, seminar pendidikan sama jadi kader posyandu sama ngajarin ngaji anak-anak yatim setiap sabtu sore atau engga minggu sore.
Saya
Sudah berapa lama ibu menjadi anggota kagiatan pemberdayaan perempuan ini?
Ibu Mulyanah
Sampai tahun ini mah itungannya saya udah hampir 3 tahun mas, pokoknya semenjak saya ikut ngaji disini aja.
Saya
Bagaimana menurut ibu tentang adanya kegiatan-kegiatan seperti ini?
Ibu Mulyanah
Yaa bagus laah mas, kan bisa dapet ilmu yang belum saya dapetin sebelumnya, ilmu kesehatan, pendidikan anak-anak, ilmu agama apalagi. Kan bisa saya terapin dirumah juga.
Saya Ibu Mulyanah
Bagaimana dampak dari kegiatan itu bu? Alhamdulillah, saya jadi tau ilmu kesehatan, ilmu pendidikan, jadi bisa ngajarin anak-anak dirumah, ngajarin anak-anak yatim, sama bisa ikut jadi kader posyandu. Yaa intinya mah bisa mengabdi ke keluarga sama ke masyarakat mas.
14. Nama : Bapak Abdul Rohman Alamat: Jatipadang Selatan RT 011/11, Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 48 Tahun (peserta bantuan kesehatan di klinik Masjid Al-Ikhlash Jatipadang) Waktu Wawancara : 13 April 2014, mulai Pukul 11.02 – 11.25 WIB. Saya Bapak Abdul Rohman
Sudah sering pak ikut pengobatan gratis di sini? Sering banget de, pokoknya setiap ada acara kaya gini pasti saya dateng. Soalnya lumayan bisa berobat gratis kan tau sendiri sekarang mah berobat gak ada yang murah.
Saya Bapak Abdul Rohman
Biasanya bapak berobat penyakit apa pak? Yaa saya kan punya penyakit asma, jadi setiap kesini pasti berobat buat asma saya de. Tapi pernah juga sih berobat darah tinggi, periksa tekanan darah, malah tetangga saya anaknya sakit radang aja berobatnya kesini de.
Saya Bapak Abdul Rohman
Kwalitas pengobatannya sendiri bagaimana pak? Alhamdulillah sejauh ini bagus-bagus aja kok, dokternya juga bagus, obatnya juga obat generik de. Saya sendiri sih sampe sekarang cocok-cocok aja berobat disini. Pokoknya bagus de.
Saya
Bagimana menurut bapak dengan adanya kegiatan seperti ini?
Bapak Abdul Rohman
Pastinya bagus, banyak manfaatnya de, kan bisa berobat gratis, jarang-jarang ada masjid yang bikin pengobatan gratis. Lagipula setau saya mah bukan pengobatan gratis doang de, kadang-kadang juga ada bantuan buat orang meninggal, bantuan buat yang rumahnya banjir, sama kebakaran. Pokoknya kegiatannya positif, bagus bisa ngebantu orang-orang yang gak mampu.
15 Nama : Bapak Trijoko Alamat: Kp. Jatipadang Baru, Kelurahan Jatipadang, Kecamatan Pasar Minggu. Jakarta Selatan. 12540 Umur : 60 Tahun (peserta bantuan sosial Masjid Al-Ikhlash Jatipadang) Waktu Wawancara : 14 April 2014, mulai Pukul 13.10 – 14.25 WIB. Saya Bapak Trijoko
Sudah sering pak dapat bantuan dari Masjid Al-Ikhlash? Sering de, kan bantuannya bukan beasiswa doang, tetangga saya anaknya ikut sunatan massal gratis tuuh di Al-ikhlash, waktu itu juga tetangga saya yang belakang masjid dapet santunan kematian tuuh waktu suaminya meninggal terus dikasih bantuan ambulance gratis juga buat bawa ke pemakanan, terus waktu itu juga setau saya mah pernah ngirim bantuan ke merapi de.
Saya Bapak Trijoko
Terus bagaimana dengan beasiswa yang didapat anak bapak? Yaa alhamdulillah sampe sekarang masih berjalan de, kan sampai kelas 3, sekarang dia baru kelas 2, masih ada 1 tahun lagi de.
Saya Bapak Trijoko
Itu beasiswanya seperti apa pak? Kalau anak saya itu dapet beasiswa pendidikan gratis de, pokoknya biaya sekolah sama buku-bukunya dibayarin sama Al-Ikhlash, anak saya mah taunya tinggal sekolah aja.
Saya Bapak Trijoko
Bagaimana dampak dari adanya bantuan tersebut? Yaa alhamdulillah bagus de, bisa bantu-bantu saya nyekolahin anak saya, kalau saya mah mungkin belum tentu bisa nyekolahin sampe kelas 3 kaya gitu. Tau sendiri kan sekarang mah biaya sekolah mahal banget, belom bayarannya, belom bayar bukunya, belom bayar ujian sama biaya apalagi dah tau itu, pokoknya kalo saya sendiri mah belom tentu bisa biayain. Anak saya juga jadi semangat sekolahnya, biarin deh biar dia pinter, biar dia bisa bikin bangga keluarga, biar nanti kerjanya enak bisa bantu-bantu orang tuanya.
Saya
Menurut bapak, bagaimana dengan adanya kegiatan bantuan sosial seperti ini?
Bapak Trijoko
Pokoknya bagus de, kan pasti kalau kaya orang kaya saya mah emang butuh banget bantuan kaya gitu, apalagi semacem beasiswa kaya gitu, pokoknya bagus deh. Anak saya jadi bisa sekolah, saya sebagai orang tua juga jadi tenang, semoga aja cita-cita anak saya bisa kecapai. Kaya bantuan kematian juga bagus itu, yang kena musibah juga bisa seneng, ngerasa kebantu, ngeringanin bebannya, bisa saling sillaturrahmi juga pastinya mah de.
Catatan Observasi
28 maret 2014, pukul 15.08 WIB Pada jum’at sore ini saya melakukan pengamatan terkait aktivitas jual-beli para pedagang di toko Masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Terlihat banyak aktivitas terjadi di toko-toko tersebut. Di toko peralatan sekolah, terlihat beberapa anak TPA/TK hilir mudik bergantian membeli sesuatu dari sana. Ada yang membeli pinsil, buku tulis, buku mewarnai dan ada juga yang hanya sekedar beli jajanan permen atau chiki. Ibuibu orang tua si murid pun terlihat akrab dan bercengkerama dengan si penjual. Toko tersebut rupanya lumayan ramai oleh transaksi jual-beli murid-murid TPA Alikhlash. Di toko pedagang baju busana muslim pun demikian, terlihat beberapa orang tua murid TPA sedang berada disana, mereka terlihat sedang bercengkerama sambil sesekali tertawa. Ibu-ibu tersebut juga terlihat sedang memilah-milih pakaian busana muslim. Walaupun tidak seramai toko peralatan sekolah, tapi terlihat barang dagangannya lumayan banyak dan pada hari ini mayoritas pengunjungnya pun dari orang tua murid TPA. Di toko refill parfum terlihat dua orang anak muda sedang membeli parfum. Keduanya sibuk memilah-milih parfum sambil sesekali mencium aromanya. Si pedagang juga dengan senang hati melayani mereka. Terlihat persediaan refill parfumnya lumayan banyak, dan juga botol-botol refillnya demikian. Pada hari ini terlihat konsumen di toko refill parfum tersebut tidak terlalu ramai, sama halnya dengan toko pedagang busana muslim yang di sebelahnya. Sedangkan di toko travel tiket perjalana terlihat ada 4 orang dengan mengendarai 2 sepeda motor baru saja masuk ke toko tersebut. Karna tokonya memakai kaca yang lumayan gelap, saya hanya bisa melihat tidak terlalu jelas. Yang pastinya terlihat orang-orang tersebut sedang melihat dan membaca brosur yang diberikan oleh penjaga toko tersebut. Karna memasuki waktu sholat ashar, saya berniat menghentikan pengamatan saya untuk hari ini, Hasil dari pengamatan saya hari ini mengenai aktivitas dari toko-toko masjid AlIkhlash bahwa aktivitas jual-beli yang ada disini lumayan ramai. Untuk konsumen sendiri sejauh pengamatan hari ini mayoritas konsumen adalah murid-murid dan
orang tua murid TPA/TK Al-Ikhlash. Ada juga beberapa orang dari luar yang melakukan aktivitas jual-beli di toko refill parfum dan di toko travel perjalanan.
13 April 2014, pukul 10.00
Pada hari ini saya melakukan pengamatan didepan klinik masjid Al-Ikhlash Jatipadang. Pada hari ini sedang diadakan kegiatan bantuan sosial berupa pengobatan gratis yang dilaksanakan setipa dua minggu sekali. Berdsarkan informasi dari pihak masjid, hari ini juga akan ada kegiatan seminar bagi jama’ah kaum ibu, seminar tentang pendidikan. Dan sore harinya seperti biasanya setiap sabtu dan minggu sore akan ada kursus baca dan hafal Al-qur’an.
Di klinik masjid terlihat sibuk dengan kegiatan pengobatan gratis, semakin siang, semakin banyak pasien yang datang. Ada yang datang dengan mengendarai sepeda motor, ada juga yang naik angkot bahkan ada juga yang naik sepeda. Terlihat mereka membawa selembar kartu berwarna kuning sebesar buku tulis, semacam kartu anggota klinik atau kartu untuk chek-up. Pasiennya mulai dari bayi, abak kecil, dewasa, orang tua hingga kakek-nenek. Ada ibu yang sedang menggendong bayinya yang sedang nangis, ada juga orang tua yang terlihat sedang batuk-batuk. Mereka bergantian masuk ke ruang klinik tersebut. Terlihat pula 2 orang ibu-ibu yang bertugas mencatat kartu pasien dan memanggil giliran dari pasien-pasien tersebut. Para pasien pun terlihat bergantian masuk ke ruangan klinik tersebut dan seterusnya. Pada siang harinya setelah sholat Dzuhur terlihat panitia seminar mulai sibuk dengan persiapan kegiatan seminar yang akan diadakan siang ini. mayoritas mereka merupakan jama’ah kaum perempuan dan kaum ibu. Terlihat juga ada beberapa lakilaki yang membantu merapikan bangku dan ruangan seminar tersebut dan kemudian memasang banner seminar. Terlihat juga 2 orang wanita yang bertugas di meja tamu undangan dengan 2 buah buku besar diatas mejanya. Seiring berjalannya waktu, makan semakin banyak pula ibu-ibu yang berdatangan dan masuk ke ruangan seminar. Sejauh pengamatan, peserta seminar tersebut semuanya adalah ibu-ibu dan jama’ah wanita. Terlihat mereka ada yang datang dengan
mengendarai sepeda motor, ada yang naik angkot dan bahkan ada juga yang datang dengan mengendarai mobil. Seminar tersebut membahas tentang kegiatan pendidikan dan peran wanita dalam kegiatan pendidikan. Pesertanya terlihat lumayan banyak dan mereka terlihat antusias. Terlihat banyak dari mereka ingin mengajukan pertanyaan saat moderator membuka termin tanya jawab. Pembicaranya pun terlihat komunikatif dengan langsung bisa menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Secara garis besar seminar tersebut memberikan edukasi kepada pesertanya tentang pendidikan dan begaimana mereka semua bisa berperan di dunia pendidikan, khususnya pendidikan bagi anak-anak mereka dan keluarga mereka. Setelah sholat Ashar, saya memutusan untuk melakukan pengamatan terkait kegiatan kursus baca dan hafal Al-qur’an (LPLQ) yang ada di lantai 3 masjid Al-Ikhlash. Saat itu terlihat baru ada 3 orang yang sedang bercengkerama dan ada 2 orang ibu-ibu yang sedang melaksanakan sholat. Setelah hampir 10 menit menunggu, ternyata 2 orang ibu yang tadi sedang sholat langsung datang menghampiri 3 orang yang sedang bercengkrama tadi. Ternyata ibu tersebut merupakan murid/peserta kursus. Setelah beberapa menit pun berdatangan murid/peserta lain, dan mayoritas mereka anak-anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah (SMP). Ternyata 3 orang yang sedang bercengkrama tadi mrupakan tenaga pengajar kursus tersebut. Mereka masih muda kisaran umur 20-22 tahun, berdasarkan informasi yang saya dapat dari pihak masjid, mereka merupakan mahasiswi dari LPIA pasar minggu yang memang menjadi tenaga pengajar pada kursus LPLQ. Saat kursus berlangsung, terlihat murid/peserta kursus bergantian melakukan hafalan dan belajar membaca didepan tanaga pengajar. Di sela-sela aktifitas, sambil menunggu giliran, terlihat ada yang menghafal sambil memejamkan mata, ada yang belajar membaca sambil dibantu sesama rekannya, ada anak kecil yang bercanda sambil berlarian dengan temannya dan ada juga yang hanya sekedar mengobrol dengan temannya. Kegiatan tersebut berlangsung sekitar satu setengah jam, berlangsung dengan cukup baik, khidmat, dan peserta/muridnya pun terlihat senang dengan kursus tersebut. Pengajarnya pun terlihat interaktif dan sabar, sambil sesekali tersenyum kepada peserta/muridnya.
Saat waktu sudah memasuki waktu sholat maghrib, maka kegiatan kursus tersebut pun dihentikan, kegiatan mereka diakhiri dengan berdoa bersama. Setelah itu mereka mengikuti sholat maghrib berjam’ah.
14 April 2014, pukul 09.16 WIB.
Hari ini saya akan melakukan pengamatan pada aktivitas yang ada di Masjid AlIkhlash Jatipadang. Seperti biasa, setiap paginya banyak aktivitas murid TPA Al-Ikhlash dan juga orang tua murid yang sedang menunggu ananya bersekolah. Ada juga kegiatan transaksi jual-beli di toko masjid. Terlihat anak-anak TPA yang hilir-mudik keluar-masuk kelas dan ada juga yang bermain di sarana bermain TPA. Mereka tampak riang beraktivitas. Orang tua murid terlihat ada yang sedang bercengkrama, ada yang sedang bermain handphone, ada yang menjaga anaknya yang sedang bermain di sarana bermain TPA, ada juga yang sedang melakukan jual-beli di toko masjid. Didepan masjid, jalan raya terlihat ramai dan cenderung macet karena depan masjid ini berhadapan langsung dengan jalan raya dan Traffic Light (Lampu lalu-lintas) perempatan jalan raya Jatipadang. Ramai dan bisingnya jalan raya terlihat tidak mempengaruhi kegiatan belajar-mengajar di sekolah tersebut. Aktvitas di toko masjid pun demikian, terlihat pembeli bergantian datang ke toko-toko masjid. Dan banyak juga masyarakat yang memasuki masjid untuk melaksanakan sholat Dhuha. Parkiran yang disediakan pun tampak ramai oleh sepeda motor pengunjung masjid dan orang tua murid TPA. Di dalam Masjid terlihat beberapa orang sedang beraktivitas. Ada yang sedang melaksanakan sholat, ada yang sedang membaca Al-qur’an, ada yang sedang beristirahat sambil bermain handphone, ada yang tidur-tiduran, dan ada juga petugas kebersihan masjid yang sedang membersihkan lantai masjid. Suasana di dalam masjid terasa cukup hening dan khidmat sambil sesekali terdengar suara klakson dan bising knalpot kendaraan yang ada di jalan raya depan masjid. Memasuki waktu sholat dzuhur, semakin banyak jama’ah/masyarakat yang berdatangan ke masjid. Terlihat parkiran kendaraan pun semakin penuh. Satu-persatu jama’ah/masyarakat memasuki masjid untuk melaksanakan shalat dzuhur. Pada hari ini terlihat bahwa aktivitas di masjid ini sangat ramai oleh kegiatan jama’ah masjid dan masyarakat sekitar.