ANALISA PORTOFOLIO SAHAM SYARIAH YANG KONSISTEN PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX DAN SAHAM KONVENSIONAL PADA LQ45, PERIODE 2008-2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)
Oleh: ATIKA 108046100100
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
ANALISA PORTOFOLIO SAHAM SYARIAH YANG KONSISTEN PADA JAKARTA ISLAMIC INDEX DAN SAHAM KONVENSIONAL YANG KONSISTEN PADA LQ45, PERIODE 2008-2010
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE,Sy)
Oleh: ATIKA NIM. 108046100100
Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. HASANUDDIN, M.Ag NIP. 196103041955031001
Dr. Ir. IWAN PONTJOWINOTO, MM
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Analisa Portofolio Saham Syariah yang Konsisten Pada Jakarta Islamic Index dan Saham Konvensional Pada LQ45, Periode 2008-2010, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 09 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 09 Juni 2011 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
(......................................)
Sekretaris
: Mu’min Rauf, MA NIP. 150281979
(......................................)
Pembimbing I : DR. Hasanuddin, M.Ag NIP. 196103041955031001
(......................................)
Pembimbing II: Dr. Ir. Iwan Pontjowinoto MM
(......................................)
Penguji I
: Prof. Dr. H. Atho’Mudzhar, MSPD
(......................................)
NIP. 150077256 Penguji II
: Dwi Nur’aini Ichsan, SE, MM
(......................................)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 09 April 2011
Atika
i
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja portofolio saham syariah yang dibandingkan dengan kinerja portofolio saham konvensional berdasarkan return, risiko, nilai indeks risk adjusted performance, dan indeks MSquared pada tahun 2008-2010. Selain membandingkan kedua kinerja portofolio tersebut juga dilakukan analisa perbandingan kinerja portofolio saham dengan benchmark-nya masing-masing. Sementara itu untuk mengetahui pengaruh faktor makroekonomi yang diwakili oleh nilai harapan imbal hasil dan inflasi terhadap return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII, dan return Indeks LQ45 digunakan alat uji statistik regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan return portofolio saham syariah pada tahun 2008 dan 2009 lebih baik dibandingkan portofolio saham konvensional. Demikian pula jika dibandingkan benchmark-nya. Return portofolio saham syariah cenderung konsisten jika dibandingkan portofolio saham konvensional. Kinerja portofolio saham syariah yang baik juga didukung dengan nilai risiko total yang lebih rendah jika dibandingkan portofolio saham konvensional. Demikian pula dengan risiko total JII yang lebih rendah dibandingkan risiko total LQ45. Hasil penelitian regresi berganda melalui uji f menunjukkan bahwa harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, dan return LQ45 dengan nilai signifikasi masing-masing sebesar 0,009, 0,027, dan 0,009 yang signifikan pada alpha 5% . Sementara itu melalui uji t pada variabel inflasi baik return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional maupun return LQ45 tidak signifikan pada alpha 5% dengan angka signifikan masing-masing sebesar 0.246, 0.285, dan 0.246. Pada hasil uji korelasi antaravariabel harapan imbal hasil dengan return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII dan return LQ45 masing-masing memiliki pengaruh negative sebesar -0.457, -0.410, -0.361, dan -0.467. Hubungan antarvariabel tersebut signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0.003, 0.007, 0.015, dan 0.002. Sedangkan hasil uji korelasi antaravariabel inflasi dengan return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII dan return LQ45 memiliki pengaruh sangat rendah dengan nilai masing-masing 0.008, 0.019, 0.032, dan 0.007. Hubungan antarvariabel tersebut tidak signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0.481, 0.457, 0.427, dan 0.484. Kata Kunci: Portofolio Saham Syariah, Portofolio Saham Konvensional, Jakarta Islamic Index,Indeks LQ45,Risk Adjusted Performance,M-Squared
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah, taufiq, serta nikmat-Nya, sehingga Alhmudulillah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Analisa Portofolio Saham Syariah yang Konsisten pada Jakarta Islamic Index (Studi Perbandingan dengan Saham Konvensional yang Konsisten pada LQ45, periode 2008-2010)”. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, kepada keluarganya, sahabat serta umatnya hingga akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan serta kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat kesungguhan hati dan kerja keras serta dorongan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung, sehingga membuat penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis berterima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Mu’min Roup, S.Ag., M.A. sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang tanpa henti memberikan dorongan dan semangat kepada penulis, serta dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian tugas akhir.
iii
3.
Bapak DR. Hasanuddin, M.Ag dan Bapak Ir. Iwan Pontjowinoto selaku dosen pembimbing skripsi penulis, yang dengan sabar telah memberikan banyak masukan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga apa yang telah Bapak ajarkan dan arahkan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
4.
Kepada seluruh dosen dan civitas akademik Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mentransfer ilmunya dengan ikhlas kepada penulis, serta para pengurus perpustakaan yang telah meminjamkan buku-buku yang diperlukan oleh penulis.
5.
Kepada ibundaku tercinta, Endang Sunarti yang tidak pernah mengenal kata lelah untuk melihatku menjadi pribadi yang lebih baik. Terimakasih untuk semua waktu dan tiap doa yang selalu kau panjatkan. Terimakasih untuk selalu menjadi yang pertama membangkitkanku saat mulai lelah. Nyaris selalu kehabisan kata untuk berkata terimakasih ma, seiring berjalannya waktu semoga putrimu ini dapat menjadi yang terbaik untukmu ma. Hanya ingin membuat mama selalu tersenyum, amiiin. Tika sayang mama.
6.
Kepada Ayahku, Sarmat P. yang sudah bersedia menjadi pendamping hidup ibundaku tersayang. Terimakasih atas segala waktu yang kau sempatkan untuk mengantar-jemputku ke kampus. Meski tidak selalu tapi itu adalah melelahkan bukan? Akhir-akhir ini kau kesulitan menghadapi kedewasaanku, maaf dan terimakasih untuk segalanya.
7.
Kepada Ibu Rita Rufaida dan suami Bapak Amin, sungguh tidak ada kata yang dapat Tika ucapkan selain kata terimakasih. Dapat bertemu Ibu sekeluarga
iv
adalah nikmat luar biasa yang tika dapat, karena kebaikan Ibu sekeluarga tika dapat melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Semoga kebaikan Ibu dan keluarga mendapatkan balasan yang super luar biasa dari Allah SWT. Semoga hasilnya tidak mengecewakan Ibu dan Bapak. Semoga kemudahan dan kebaikan selalu menyertai perjalanan kehidupan Ibu dan Bapak. Aamiin Ya Rabb. 8.
Kepada keluarga besar Ibu Wasripah dan Bapak Sarkum di Tegal, uwa dan semua kakak sepupuku yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih untuk doa dan setiap suntikan semangatnya terutama buat Mba Rini, mas Selamet, Mba Dian, Mba Iroh, Mas Frengky, Mas Pendi, Mas Nur, Mas Doni, Mas Anto, Mas Domo, dan Mas Maryo… Terimakasih atas setiap suntikan semangat Kalian, I love u all.
9.
Terimakasih luar biasa kepada Uwa Kasban untuk dukungan morilnya yang senantiasa menjadi kakak yang baik buat mama dan Uwa yang baik dengan mendengar setiap perkataanku… Semoga menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
10. Ya Rabb, sampaikan ucapan terimakasih ku kepada orang-orang terkasih yang saat ini lebih dekat dengan-Mu dan semoga berada dalam perlindunganMu…Terimakasih kepada kedua nenekku tersayang dan Kakekku tersayang. Semoga aku tetap dapat menjadi cucu kebanggaan kalian. Serta sampaikan ucapan terimakasihku kepada Uwa-ku tersayang yang belum sempat melihatku meraih gelar sarjanaku ini, Siti Khadijah. Uwa…harusnya Anda ada disini sekarang karena anda salah satu orang yang ingin melihatku di wisuda dan maaf
v
karena tidak memberimu kesempatan untuk melihatku mendapatkan teman hidup. Semoga amal ibadah kalian diterima di sisi Allah SWT. 11. Terimakasih pula kepada Mas Deni, makasi mas’e yang udah bantuin Tika belajar sejak masih berseragam merah-putih kelas 5 SD sampai hari ini. 12. Terimakasih kepada teman-teman muamalat 07, Nana, Buwyul, Uz, Nety, Fika, Tia, Yana, Disfa, Buddy, Aziz, Opik, OT, Lyali dan semua yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Terimakasih telah menjadi teman share saya, semoga kebaikan dan kesuksesan selalu ada dalam langkah kita bersama. Semoga selalu berada dalam Ridha-Nya. Amiiiin… semoga persahabatan kita tidak mengenal masa. 13. Terimakasih pula untuk semua teman-teman Gelas Bamboo, Semoga kita dapat berkumpul kembali dengan cerita yang lebih baik… “Kaum Bamboo For Keranggan”. Akhirnya, penulis menghaturkan banyak terima kasih atas semua pihak yang turut berperan dalam proses penyelesaian tugas akhir penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan masyarakat dan para akademisi.
Jakarta, 09 April 2011
Atika
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................
i
ABSTRAK ...........................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................
iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................
x
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Pembatasan Masalah.......................................................................
6
C. Perumusan Masalah ........................................................................
7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................
8
E. Metode Penelitian ..........................................................................
9
F. Hipotesis Penelitian .......................................................................
15
G. Review Studi Terdahulu .................................................................
18
H. Sistematika Penulisan .....................................................................
22
LANDASAN TEORI A. Investasi ..........................................................................................
24
1. Pengertian dan Tujuan Investasi ..............................................
24
vii
2. Dasar Keputusan Investasi .......................................................
26
3. Proses Keputusan Investasi ......................................................
30
B. Teori Portofolio ..............................................................................
32
1. Pengertian Portofolio ................................................................
32
2. Faktor Penting dalam Evaluasi Kinerja Portofolio ...................
33
3. Portofolio Pasar ........................................................................
35
4. Menghitung Return dan Risiko Portofolio ...............................
36
5. Beta Portofolio ..........................................................................
39
C. Pengukuran Kinerja Portofolio ......................................................
40
1. Risk Adjusted Performance ......................................................
40
2. Modigliani Measure (M-Squared) ...........................................
43
BAB III PASAR MODAL DI INDONESIA A. Pasar Modal Indonesia ...................................................................
45
1. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia .................................
45
2. Struktur Pasar Modal Indonesia ...............................................
47
3. Instrumen Pasar Modal .............................................................
49
B. Pasar Saham Indonesia ...................................................................
58
1. Jumlah Emiten Saham ..............................................................
58
2. Jumlah Kapitalisasi Pasar .........................................................
61
3. Nilai Transaksi Rata-rata Harian ..............................................
62
4. Investor .....................................................................................
64
viii
C. Mekanisme Perdagangan Pada Bursa Efek ....................................
65
D. Indeks Pasar Saham ........................................................................
74
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ..................................
75
2. Indeks LQ45 .............................................................................
75
3. Jakarta Islamic Index ................................................................
77
4. Indeks Saham Lainnya..............................................................
79
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis dan Pembahasan Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008,2009, dan 2010 .......
82
1. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah Dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008 ...........................................
82
2. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah Dan Portofolio5Saham Konvensional Tahun 2009 .........................
85
3. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah Dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2010 ............................................
87
4. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah, Portofolio Saham Konvensional, Jakarta Islamic Index, dan Indeks LQ45 Tahun 2008 ...............................................................................
89
5. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah, Portofolio Saham Konvensional, Jakarta Islamic Index, dan Indeks LQ45 Tahun 2009 ............................................................................... ix
92
6. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah, Portofolio Saham Konvensional, Jakarta Islamic Index, dan Indeks LQ45 Tahun 2010 ...............................................................................
94
B. Hasil Uji Asumsi klasik Model Regresi Linier Berganda ..............
96
C. Hasil dan Pembahasan Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................................................ 107 1. Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Kinerja Portofolio Saham Syariah ........................................................ 107 2. Pengaruh Perubahan LQ45, Suku Bunga Acuan BI, dan Inflasi Terhadap Kinerja Portofolio Saham Konvensional ...... 111 3. Pengaruh Perubahan LQ45, Suku Bunga Acuan BI, dan Inflasi Terhadap Kinerja Jakarta Islamic Index ........................ 114 4. Pengaruh Perubahan LQ45, Suku Bunga Acuan BI, dan Inflasi Terhadap Kinerja Indeks LQ45 .................................... 117
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... 121 B. Saran .......................................................................................................... 126
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 128 LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1.1 Perbandingan Studi Terdahulu dengan Rencana Skripsi
18
2. Tabel 3.1 Jumlah Emisi Menurut Jenis Emisi Pasar Saham Indonesia
60
3. Tabel 3.2 Jumlah Emisi dan Jenis Emisi Pasar Saham Indonesia
60
4. Tabel 3.3 Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ45, dan JII
62
5. Tabel 3.4 Nilai Transaksi Rata-rata Harian dan Volume Perdagangan Saham
63
6. Tabel 3.5 Nilai Kepemilikan Menurut Jenis Investor Per 30 November 2010
65
7. Tabel 3.6 Daftar Emiten yang Konsisten pada LQ45 Periode 2008-2010
76
8. Tabel 3.7 Daftar Emiten Saham yang Konsisten pada JII Periode 2008-2010
79
9. Tabel 4.1 Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008
82
10. Tabel 4.2 Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2009
85
11. Tabel 4.3 Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2010
87
12. Tabel 4.4 Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional, dan Indeks LQ45 Tahun 2008
89
13. Tabel 4.5 Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional, dan Indeks LQ45 Tahun 2009
92
14. Tabel 4.6 Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional, dan Indeks LQ45 Tahun 2010 15. Tabel 4.7 Nilai Durbin-Watson Menurut Masing-masing Variabel Dependen
xi
94 97
16. Tabel 4.8 Interpretasi Tingkat Hubungan Terhadap Nilai Koefisien Korelasi 107 17. Tabel 4.9 Nilai Determinasi Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Syariah
108
18. Tabel 4.10 Hasil Uji F Regresi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Syariah
108
19. Tabel 4.11 Hasil Uji t dan Persamaan Regresi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Syariah Secara Parsial
109
20. Tabel 4.12 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Syariah
110
21. Tabel 4.13 Nilai Determinasi Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Konvensional
111
22. Tabel 4.14 Hasil Uji F dan Regresi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Konvensional
112
23. Tabel 4.15 Hasil Uji T dan persamaan Regresi Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Konvensional
112
24. Tabel 4.16 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Syariah
113
25. Tabel 4.17 Nilai Determinasi Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Jakarta Islamic Index
115
26. Tabel 4.18 Hasil Uji F Regresi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Jakarta Islamic Index
xii
115
27. Tabel 4.19 Hasil Uji T dan Persamaan Regresi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Jakarta Islamic Index
115
28. Tabel 4.20 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return JII
117
29. Tabel 4.21 Nilai Determinasi Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Indeks LQ45
118
30. Tabel 4.22 Hasil Uji F Regresi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Indeks LQ45
118
31. Tabel 4.23 Hasil Uji T dan Regresi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Indeks LQ45
119
32. Tabel 4.24 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return LQ45
119
xiii
DAFTAR DIAGRAM
1. Diagram 4.1 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008
83
2. Diagram 4.2 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2009
86
3. Diagram 4.3 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2010
88
4. Diagram 4.4 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2008
90
5. Diagram 4.5 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2009
93
6. Diagram 4.6 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2010
95
7. Diagram 4.7 Uji Normalitas Variabel Dependen Return Portofolio Saham Syariah
98
8. Diagram 4.8 Uji Normalitas Variabel Dependen Return Portofolio Saham Konvensional
99
9. Diagram 4.9 Uji Normalitas Variabel Dependen Return Jakarta Islamic Index
101
10. Diagram 4.10 Uji Normalitas Variabel Dependen Return LQ45
xiv
102
DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 1.1 Performa IHSG, LQ45, dan JII
3
2. Grafik 1.2 Performa Indeks JII 2007-2009
4
3. Grafik 2.1 Hubungan Risiko dan Return Harapan
24
4. Grafik 3.1 Struktur Pasar Modal Indonesia
43
5. Grafik 3.2 Perkembangan Jumlah Emiten Saham dan Nilai Emisi Saham Tahun 2005-2009
59
6. Grafik 4.1 Uji Distribusi Normal variable Dependen return Portofolio Saham Syariah
99
7. Grafik 4.2 Uji Distribusi Normal Variabel Dependen return Saham Konvensional
100
8. Grafik 4.3 Uji Distribusi Normal Variabel Dependen return JII
101
9. Grafik 4.4 Uji Distribusi Normal Variabel Dependen return LQ45
103
xv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 4.1 Sebaran Data Uji heteroskedastisitas variable Dependen return Syariah
104
2. Gambar 4.2 Sebaran Data Uji heteroskedastisitas variable Dependen return Portofolio saham Konvensional
105
3. Gambar 4.3 Sebaran Data Uji heteroskedastisitas variable Dependen return JII
105
4. Gambar 4.4 Sebaran Data Uji heteroskedastisitas variable Dependen return LQ45
106
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah sebuah sistem yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang kekurangan dana (defisit). UndangUndang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 mendefinisikan Pasar Modal dengan “kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek”. Sedangkan yang dimaksud dengan penawaran umum adalah kegiatan penawaran Efek kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang. Manfaat keberadaan pasar modal yaitu sebagai sarana untuk menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal, dapat memberikan wahana investasi bagi investor sekaligus memungkinkan upaya diversifikasi, juga sebagai sarana penyebaran kepemilikan perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. Menurut Muhammad Touriq, wakil dari regulator pasar modal, pasar modal dapat dianalogikan secara sederhana sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya pihak yang membutuhkan barang dan pihak yang menyediakan barang. Jika dilihat dari sudut pandang sederhana, pasar
1
2
modaldapat dibagi dua yaitu pasar perdana dan pasar sekunder.Setelah selesai kegiatan di pasar perdana, maka saham yang telah dimiliki oleh investor dapat diperjualbelikan atau diperdagangkan diantara investor.1Pada perdagangan sekunder inilah terjadi transaksi perdagangan antar investor.Apabila prospek perusahaan baik, sekuritasnya akan diminati investor, ditandai dengan permintaan yang meningkat sehingga harga sekuritas perusahaan cenderung naik. Namun, jika prospek perusahaan buruk, investor tidak akan meminatinya, atau bahkan melepas sekuritas yang dimilikinya.2 Untuk transaksi saham syariah sebelumnya sudah diatur dalam fatwa DSN-MUI No. 20/2001 tentang Pedoman Umum Reksadana Syariah. Saat ini telah dikeluarkan fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/II/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek pada bulan Maret 2011. Saat ini Bapepam-LK bekerjasama dengan DSN-MUI dan Bursa Efek telah secara reguler menerbitkan Daftar Efek Syariah (DES) yang di dalamnyaterdaftar saham yang telah diseleksi berdasarkan prinsip syariah. Pada laporan statistik Bapepam-LK per 23 Desember pangsa pasar JII mencapai 46,45% dari kapitalisasi pasar. Sedangkan hingga Maret 2011 market sharesudah
1
Muhammad Touriq, “Akan Memberi Efek Positif untuk Pasar Modal,” Sharing, edisi 51 (Maret 2011), h. 17. 2
h. 188.
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta),
3
mencapai 46% berdasarkan kapitalisasi pasar dan 50% dari seluruh saham yang tercatat pada bursa dengan jumlah 214 saham berbasis syariah dari total 414 saham yang listing pada bursa.3 Dengan demikian, sarana investasi di pasar modal yang sesuai dengan prinsip syariah melalui saham dapat menjadi alternatif bagi investor muslim maupun investor pada umumnya. Perkembangan indeks bursa regional hingga akhir 2007 masih tetap positif. Bahkan IHSG, LQ45, dan JII memiliki trend meningkat hingga tahun 2007 dan ketiga indeks tersebut turun drastis pada tahun 2008. Turunnya ketiga indeks tersebut merupakan imbas dari sentimen negatif terjadinya krisis keuangandi Amerika Serikat pada September 2008. Jatuhnya Indeks Dow Jones pada 15 September 2008, sebagai parameter pergerakan bursa internasional berimbas pada bergugurannya bursa-bursa eropa hingga asia pasifik. Berikut ini adalah grafik pertumbuhan IHSG, LQ45, dan JII.
3
Irwan Abdalloh, “Kinerja Pasar Saham Syariah Indonesia.” Dalam workshop Sekolah Pasar Modal Syariah Tahun 2011 Bursa Efek Indonesia.
4
Grafik 1.1 Performa IHSG, LQ45 dan JII
Sumber: www.bapepamlk.depkeu.go.id
Alasan penulis memilih periode 2008 hingga 2010 dalam penelitian ini adalah karenatelah terjadi krisis ekonomi global pada tahun 2008, Indeks JII sempat terseret turun dan sempat jatuh ke level terendahnya saat itu di level 166,917 di bulan Oktober 2008. Setelah tumbang, saat ini indeks JII berangsur– angsur kembali menanjak menuju level tertingginya sepanjang sejarah di level 521,433. Sampai pada tanggal 30 Oktober 2009, indeks JII bertengger di posisi 383,665. Sementara itu dalam kuarter kedua tahun 2010 indeks JII mencapai level tertinggi pada posisi 475,307 di bulan April dan ditutup dengan level 460,260 pada Juni 2010. Berikut ini adalah grafik performa indeks JII periode 2007-2009.
5
Grafik 1.2 Performa Indeks JII 2007-2009
Sumber: www.duniainvestasi.com
Berdasarkan data statistik yang dipublikasikan oleh BEI dalam IDX Statistik, kinerja Indeks LQ45 pada tahun 2008 mencapai level tertinggi pada bulan Januari di posisi 615,996 dan mencapai level terendah pada posisi 206,675 di Bulan Oktober 2008. Hingga Desember 2008, indeks LQ45 ditutup pada posisi 270,232. Sepanjang tahun 2009, indeks LQ45 mencapai level tertinggi pada posisi 499,236 di bulan Desember dan stabil pada posisi 498,288 di akhir perdagangan tahun 2009. Sementara itu pergerakan indeks LQ45 selanjutnya pada tahun 2010 kuartal kedua, mencapai level tertinggi pada bulan Juni dengan posisi 575,827 dan stabil di posisi 566,100 pada penutupan perdagangan indeks di bulan Juni 2010. Ketika terjadi krisis global pada September 2008 lalu, suku bunga Bank Indonesia naik 0,25% menjadi 9,25% dan angka inflasinya menyentuh angka 12,14% atau naik 0,29% dibandingkan dengan bulan
6
sebelumnya. Keadaan demikian membuat pergerakan harga saham pada IHSG turun dan memaksa indeks regional lainnya juga ikut turun. Melalui latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya maka penulis menentukan ”Analisa Portofolio Saham Syariah yang Konsisten pada Jakarta Islamic Index dan Saham Konvensional pada LQ45, periode 20082010” sebagai judul penulisan skripsi ini.
B. Pembatasan Masalah Pada penelitian ini, peneliti membatasi permasalahan menjadi beberapa hal sebagai berikut: 1. Periode penelitian, peneliti membatasi waktu penelitian dari Januari tahun 2008 hingga Desember tahun 2010. 2. Saham syariah yang menjadi bahan penelitian hanyalah saham syariah yang konsisten pada Jakarta Islamic Index (JII) selama periode penelitian dari tahun 2008 hingga tahun 2010. 3. Saham konvensional yang menjadi pembanding adalah saham konvensional yang konsisten pada LQ45 selama periode penelitian dari tahun 2008-2010 dan tidak masuk daftar JII selama periode penelitian. 4. Saham konsisten dalam saham syariah maupun saham konvensional yang dimaksud adalah saham yang tidak pernah keluar dari kedua indeks tersebut selama periode penelitian 2008-2010.
7
5. Analisis kinerja portofolio saham menggunakan metode risk adjusted performance dengan alat ukur indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen serta menggunakan metode M-Squared.
C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka penulis menyimpulkan permasalahan yang perlu digali adalah: 1. Apakah kinerja portofolio saham syariah yang konsisten pada JII 2008-2010 berdasarkan return dan risiko lebih baik dari kinerja portofolio saham konvensional yang konsisten pada LQ45? 2. Apakah Pengukuran kinerja portofolio saham syariah melalui Risk Adjusted Performance dan M-Squared pada tahun 2008-2010 lebih baik dari portofolio saham konvensional? 3. Apakah terdapat pengaruh antara suku bunga acuan (BI rate, selanjutnya dalam penelitian ini akan disebut dengan istilah harapan imbal hasil), dan inflasi terhadap return portofolio saham syariah maupunreturn portofolio saham konvensional? 4. Apakah terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi terhadap return JII dan return indeks LQ45?
8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat dibuat tujuan dan manfaat penelitian sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui kinerja portofolio saham syariah dan kinerja portofolio saham konvensional melalui return, risiko, risk adjusted performancedan M-Squared. b. Untuk menganalisis pengaruh faktor makro ekonomi yang diwakili oleh harapan imbal hasil dan inflasi terhadap return portofolio saham syariah dan portofolio saham konvensional. c. Untuk menganalisis pengaruh faktor makro ekonomi yang diwakili oleh harapan imbal hasil dan inflasi terhadap return JII dan return indeks LQ45. 2.
Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Dapat menjawab kebenaran asumsi bahwa sistem keuangan berbasis syariah lebih baik dari konvensional. Dalam hal ini diwakili dengan asumsi bahwa portofolio saham syariah lebih baik dari portofolio saham konvensional. b. Dapat memberikan informasi kepada investor tentang ekspektasi investasi pada saham syariah yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
9
c. Peneliti dapat menerapkan ilmu ekonomi islam khususnya dalam bidang pasar modal dengan prinsip syariah serta menjadi studi perbandingan dan acuan bagi peneliti berikutnya.
E. Metode Penelitian dan Teknik Penulisan 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan dan mengolahdata dariharga penutupan saham syariah yang terdaftar secara konsisten pada Jakarta Islamic Indeks (JII) dan harga penutupan saham konvensional yang konsisten pada LQ45 dan tidak terdaftar pada JII. Data yang diperoleh lalu diolah untuk mendapatkan nilai return dan risiko. Dalam membandingkan antara kinerja portofolio saham syariah dengan portofolio saham konvensional, peneliti tidak menggunakan uji statistik.Melainkan menggunakan pengukuran kinerja portofolio saham berdasarkan risk adjusted performance yang mengacu pada nilai return, risiko, dan beta portofolio dan juga menggunakan metode pengukuran kinerja portofolio berdasarkan M-Squared yang memperhatikan nilai risiko portofolio dan risiko pasar. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor makroekonomi yang diwakili harapan imbal hasil dan inflasi terhadap variabel dependen (return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII,
10
dan return LQ45 digunakan alat uji statistik model regresi linier Berganda. 2. Sumber data a. Data Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut merupakan data yang diperoleh melalui studi dokumentasi baik berupa laporan yang diterbitkan oleh lembaga terkait maupun file yang diterbitkan oleh media online terkait. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Daftar saham yang listing pada Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2008-2010. 2) Daftar saham yang listing pada LQ45 tahun 2008-2010. 3) Data penutupan harga indeks IHSG tahun 2008-2010. 4) Data penutupan harga indeks LQ45 tahun 2008-2010. 5) Data penutupan harga Jakarta Islamic Index tahun 2008-2010. 6) Kupon SBSN yang terbit pada tahun 2008-2010. 7) Kupon Obligasi Negara yang terbit pada tahun 2008-2010. 8) Suku bunga acuan (BI Rate) bulanan tahun 2008-2010. 9) Data inflasi bulanan tahun 2008-2010. b. Teknik Pengumpulan Data Berikut adalah data yang dibutuhkan dengan sumber data : 1) Daftar saham JII dan LQ45 dapat diperoleh melalui PRPM (Pusat Referensi Pasar Modal) sebagai bank data BEI (Bursa Efek
11
Indonesia) atau melalui www.idx.co.id 2) Daftar harga penutupan perdagangan saham bulanan diperoleh dari PRPM BEI. 3) Tingkat kupon bagi hasil SBSN diperoleh dari PRPM BEI. 4) Tingkat kupon bunga obligasi pemerintah diperoleh dari PRPM BEI. 5) Tingkat suku bunga acuan (BI rate) bulanan diperoleh dari www.bi.go.id 6) Tingkat inflasi bulanan diperoleh dari www.bi.go.id 3. Metode analisis Data-data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan Microsoft excel untuk memperoleh dan menganalisis return portofolio saham syariah dan portofolio saham konvensional. Setelah mendapatkan nilai indeks Risk Adjusted Performance dan M-Squared portofolio saham konvensional dan portofolio saham syariah maka nilai keduanya dibandingkan. Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis regresi linier berganda untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara variabel independen (harapan imbal hasil dan inflasi) terhadap masing-masing variabel dependen (return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII, dan return LQ45). a.
Uji Asumsi Klasik Model Linier Berganda
1) Persyaratan Uji Asumsi Klasik Model Linier Berganda Berbeda dengan alat analisis lainnya, regresi linier berganda
12
memerlukan uji persyaratan yang sangat ketat. Uji asumsi klasik diperlukan agar memenuhi model regresi, oleh sebab itu perlu dilakukan beberapa uji asumsi klasik, yaitu: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas. a) Uji Normalitas Untuk melakukan uji normalitas data dapat dilihat melalui histogram dan sebaran plot garis diagonal gambar normal probability plot. Jika plot menyebar di sekitar garis diagonal dan garis pada diagram histogram membentuk seperti bel maka model regresi memiliki data yang berdistribusi normal.4 b) Uji Multikolinieritas Pada regresi linier berganda, terdapat lebih dari satu variabel bebas yang diuji pengaruhnya terhadap satu variabel terikat. Terkadang ditemukan kondisi dimana antara variabel bebas yang satu memiliki hubungan linier dengan variabel bebas yang lain. Keadaan inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Akibat
adanya
multikolinearitas
ini
di
antaranya
akan
menyebabkan terjadinya varian koefisien korelasi regresi menjadi lebih besar sehingga akan sulit menentukan estimasi yang tepat. Akibat lain yang mungkin terjadi adalah banyaknya variabel yang tidak signifikan
4
Singgih Santoso, Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17 ( Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), 357.
13
tetapi koefisien determinasi (r2/r square) tetap tinggi.5 Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinieritas, jika:6 a) Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 b) Mempunyai angka Tolerance mendekati 1 c) Uji Autokorelasi Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota seri observasi yang disusun menurut urutan waktu atau urutan tempat, atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri.7 Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi akan digunakan uji Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut:8 (Sunyoto hal 105, 2007). a) Terjadi autokorelasi positif, jika nila DW di bawah -2 (DW < -2) b) Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada di antara -2 dan +2 atau -2 < DW < 2 c) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas 2 (DW > 2) Untuk menghitung nilai Durbin-Watson dapat menggunakan program SPSS dan dilihat melalui table model summary pada kolom paling kanan. Untuk mengatasi terjadinya autokorelasi maka langkah 5
Iim Qoimuddin, Suplemen 3: Materi Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II (Jakarta: TP, 2008), h.1. 6
Singgih Santoso, Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17 ( Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2009), 344. 7
Iim Qoimuddin, Suplemen 3: Materi Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II (Jakarta: TP,
2008), h.4. 8
Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat dalam Iim Qoimuddin, Suplemen 3: Materi Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II (Jakarta: TP, 2008), h.8.
14
selanjutnya adalah menguji model regresi dengan uji heteroskedastisitas.9 d) Uji Heteroskedastisitas Dalam persamaan regresi berganda juga perlu diuji mengenai sama atau tidaknya varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Analisis uji asumsi heteroskedastisitas akan dilihat melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X=Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y= Y prediksi – Y riil). 10 Jika varian tidak konstan atau berubah-ubah maka disebut heteroskedastis, jika sama maka disebut homoskedastis. Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin pada sumbu Y. Sedangkan heteroskedastis terjadi jika pada scatterplot yang mempunyai pola teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang). b. Kriteria Pengujian Hipotesis Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah ditetapkan dapat diterima atau ditolak secara statistik. Untuk menguji rumusan hipotesis dilakukan beberapa langkah berikut ini:11 9
Iim Qoimuddin, Suplemen 3: Materi Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II (Jakarta: TP,
2008), h.8. 10
Danang Sunyoto, Analisis Regresi dan Korelasi Bivariat dalam Iim Qoimuddin, Suplemen 3: Materi Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II (Jakarta: TP, 2008), h.10. 11
2008),h.3.
Iim Qoimuddin, Suplemen 1: Materi Pembelajaran Mata Kuliah Statistika II (Jakarta: TP,
15
1) Uji F Uji F digunakan untuk menguji hipotesis utama atau menguji secara keseluruhan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel variabel harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh terhadap return portofolio saham syariah secara simultan. Apabila F hitung > F tabel maka Ho ditolak. Sedangkan apabila F hitung < F tabel maka Ho diterima. Atau dengan melihat nilai siginifikansi level (sig) . Jika nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak 2) Uji T Uji t digunakan untuk menguji hipotesis parsial. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh terhadap return portofolio saham syariah secara parsial. Apabila t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Akan tetapi apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima . Atau dengan melihat nilai siginifikansi level (sig). Jika nilai sig < 0,05 maka Ho ditolak.
F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis pada portofolio saham syariah. a. Hipotesis secara simultan (Uji F) H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi
16
secara simultan terhadap return portofolio saham syariah. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return portofolio saham syariah. b. Hipotesis secara parsial (Uji T) H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return portofolio saham syariah. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return portofolio saham syariah. 2. Hipotesis pada kinerja portofolio saham konvensional a. Hipotesis secara simultan (Uji F) H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return portofolio saham konvensional. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return portofolio saham konvensional. b. Hipotesis secara parsial (Uji T) H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return portofolio saham konvensional. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return portofolio saham konvensional. 3. Hipotesis pada kinerja JII. a. Hipotesis secara simultan (Uji F)
17
H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return JII. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return JII. b. Hipotesis secara parsial (Uji T) H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return JII. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return JII. 4. Hipotesis pada kinerja indeks LQ45 a. Hipotesis secara simultan (Uji F) H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return LQ45. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return LQ45. b. Hipotesis secara parsial (Uji T) H0 = 0,05 Tidak terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return LQ45. Ha ≠ 0,05 Terdapat pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi secara parsial terhadap return LQ45..
18
G. Review Studi Terdahulu Tabel 1.1 Perbandingan Studi Terdahulu dengan Rencana Skripsi No .
Nama dan Judul Penelitian
Periode Penelitian dan Data yang Digunakan
Tujuan Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian
1.
T Farida Rachmayanti , Tesis S2, Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah pada BEJ Tahun 2001-2002.
2001-2002, Data yang digunakan data harga penutupan saham harian selama periode penelitian.
Untuk mengetahui kinerja portofolio saham syariah, melihat pengaruh screening sharia terhadap kinerja portofolio saham syariah dan sektor industri yang dominan pada portofolio saham syariah.
Menggunakan evaluasi pengukuran kinerja portofolio berdasarkan nilai return dan risiko portofolio serta menganalisa kinerja porotfolio menggunakan pendekatan single serta multiple benchmark.
Melalui pendekatan multiple benchmarking dan single benchmarking portofolio saham syariah lebih unggul. Tahapan screening sharia portofolio saham syariah memiliki kinerja yang lebih baik. Sektor infrastruktur lebih lebih memberikan return yang baik.
2.
Syarifuddin, Skripsi S1, Analisis Perbandinga n Portofolio Saham Syariah dengan Saham
2005-2006, Data harga penutupan saham harian selama periode penelitian.
Untuk mengetahui kinerja portofolio saham syariah, melihat pengaruh screening sharia terhadap kinerja portofolio saham syariah.
Menggunakan evaluasi pengukuran kinerja portofolio berdasarkan nilai return dan risiko portofolio serta
Kinerja return dan risiko portofolio saham syariah mengungguli portofolio saham konvensional dan unggul
19
Konvensiona l yang Terdapat di BEJ (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdapat di BEJ 20052006).
Menggunakan pada indeks metode Jensen. pengukuran portofolio risk adjusted return.
3.
Diana Intan Sari, Skripsi S1, Analisa Kinerja Portofolio (Studi Kasus pada Indeks Syariah dari tahun 20022006)
2002-2006, Menggunakan data harga penutupan saham bulanan.
Untuk mengetahui perbandingan kinerja portofolio saham syariah tiap tahun selama periode penelitian.
Menggunakan risk adjusted return dan analisa statistic uji sample ttest.
Melalui uji independent sample t-test 2002,2004, dan 2005 kinerja saham syariah positif tetapi tidak signifikan secara statistik. Kinerja portofolio saham syaria selama penelitian tidak stabil.
4.
Musta’inah, Skripsi S1, Analisa Portofolio Berbasis Syariah dengan Metode Risk Adjusted Return dan M-Squared.
2005-2007, Menggunakan data harga penutupan saham bulanan.
Untuk mengetahui kinerja portofolio saham syariah. Untuk mengetahui pengaruh perubahan JII, BI rate, dan inflasi terhadap risk adjusted performance dan M-Squared tertinggi.
Menggunakan metode risk adjusted return dan MSquared serta alat uji statistik regresi linier berganda.
Portofolio saham syariah lebih unggul dibandingkan portofolio saham konvensional, terdapat pengaruh signifikan terhadap kinerja portofolio saham syariah
20
dengan indeks Sharpe dan MSquared. Tidak terdapat pengaruh dan tidak signifikan variabel independen terhadap kinerja portfolio saham syariah dengan indeks Treynor dan indeks Jensen. 5.
Rancangan Skripsi
2008-2010, Menggunakan data harga penutupan saham bulanan.
Untuk mengetahui kinerja portofolio saham syariah, dan untuk mengetahui pengaruh harapan imbal hasil dan inflasi terhadap masing-masing variabel dependen (portofolio saham syariah, portofolio saham konvensional, return JII, dan return indeks LQ45.
Menggunakan metode risk adjusted return dan MSquared serta alat uji statistik regresi linier berganda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini adalah lanjutan dari tiga penelitian sebelumnya dan merupakan lanjutan dari penelitian terakhir. Letak perbedaan penelitian dalam penelitian ini diantaranya adalah peneliti akan
21
menganalisa pengaruh variabel harapan imbal hasil dan inflasi terhadap variabel dependen
(return
portofolio
saham
syariah,
return
portofolio
saham
konvensional, return JII, dan return indeks LQ45. Sedangkan aset bebas risiko yang menjadi acuan sebagai risk free dari risiko sistematis dalam penelitian ini adalah obligasi yang diterbitkan Pemerintah baik Obligasi Negara Konvensional maupun Syariah. Selain itu, kondisi dan situasi penelitian kali ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya, dalam kondisi normal menunjukkan performa portofolio saham syariah lebih baik jika dibandingkan dengan saham konvensional. Akan tetapi, pada awal periode penelitian ini yaitu tahun 2008 tepatnya pada bulan September terjadi krisis ekonomi di Amerika Serikat yang berimbas pada negara lainnya termasuk Indonesia sehingga terjadi krisis ekonomi global. Hal tersebut mendorong peneliti mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui performa saham syariah pada saat terjadinya krisis global dan masa pemulihan. Mengingat performa Perbankan Syariah di Indonesia juga tetap kokoh saat terjadi krisis ekonomi 1998 maka peneliti mengadakan peneltian ini untuk meninjau apakah saham syariah juga memiliki performa yang lebih baik dari performa saham konvensional. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang berbeda dari penelitian ini dengan penelitian terakhir yaitu: 1. Periode penelitian kali ini dilakukan sejak tahun 2008-2010, sementara itu periode penelitian oleh penelitian terakhir adalah tahun 2005-2007.
22
2. Instrumen penelitian yang digunakan dalam menentukan risk free adalah SBSN sedangkan pada penelitian terakhir adalah SBI. 3. Penentuan variabel dependen pada penelitian ini adalah return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII, dan return LQ45. Sedangkan pada penelitian terakhir adalah hasil dari perhitungan indeks risk adjusted return yaitu indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen.
H. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini, penulis membagi menjadi lima bab, yaitu terurut sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini meliputi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
BABII
: LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan membahas tentang investasi, teori portofolio, dan pengukuran kinerja portofolio.
BAB III: PASAR MODAL DI INDONESIA Pada bab ini dibahas tentang perkembangan pasar modal di Indonesia,
23
struktur pasar modal Indonesia, mekanisme perdagangan pada bursa efek, indeks pasar saham, dan instrumen pasar modal. BAB IV: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada Bab ini penulis akan membahas dan menganalisis data yang sudah diperoleh serta diolah. Bab ini merupakan pembahasan utama yang meliputi analisis pengukuran kinerja portofolio saham melalui metode Risk Adjusted Performance dan M-Squared. Selain itu akan diinterpretasikan pula hasil analisis regresi linier berganda untuk mengetahui
pengaruh
variabel
independen
terhadap
dependen. BAB V: PENUTUP Berisi tentang penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
variabel
BAB II LANDASAN TEORI
A. Investasi 1. Pengertian dan Tujuan Investasi Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire (memakai), sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan investment.1 Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.2 Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah sebagai berikut:3 a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Hal ini sesuai dengan al Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 10, yaitu:4
“…Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka 1
Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h.183. 2
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 2. 3
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 8. 4
Q.S al-Jumu’ah ayat 10.
24
25
bumi dan carilah karunia Allah…” (Q.S. al-Jumu’ah:10) b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi. c. Dorongan untuk menghemat pajak. Bebarapa Negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial asset dan investasi pada real asset.Investasi pada financial asset dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya.Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan yang lainnya.Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan yang lainnya.5 Islam memandang semua perbuatan manusia dalam kehidupan sehariharinya, termasuk aktivitas ekonominya sebagai investasi yang akan mendapatkan hasil (return). Investasi yang melanggar syariah akan 5
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal syariah (Jakarta: Kencana, 2008), h. 8.
26
mendapatkan balasan yang setimpal, begitu pula investasi yang sesuai dengan syariah. Return investasi dalam Islam sesuai dengan besarnya sumber daya yang dikorbankan. Jadi, investasi yang islami adalah pengorbanan sumber daya pada masa sekarang untuk mendapatkan hasil yang pasti, dengan harapan memperoleh hasil yang lebih besar di masa yang akan datang, baik langsung maupun tidak langsung seraya tetap berpijak pada prinsip-prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah).6 2. Dasar Keputusan Investasi7 Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas masing-masing dasar keputusan investasi tersebut. a. Return, alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut return. Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return harapan (expected return) dan return aktual atau yang terjadi (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh pada
6
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2009), h. 69. 7
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 9.
27
masa lalu. Perbedaan antara return harapan dengan return yang benarbenar diterima (return aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi di samping
memperhatikan
tingkat
return,
investor
harus
selalu
mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya, maka
besarnya
yield
ditunjukkan
dari
bunga
obligasi
yang
dibayarkan.Demikian pula halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat utang jangka panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain, capital gain (loss) bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. b. Risiko, bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return harapan. Secara spesifik, mengacu pada kemungkinan realisasi return aktual lebih rendah dari return minimum yang diharapkan. Dalam dunia ekonomi, terdapat faktor-faktor penyebab dari
28
sesuatu kejadian yang membawa kerugian, seperti pendapatan yang lebih kecil dari pengeluaran, terlambat atau bahkan tidak diterimanya pembayaran, tidak ada uang tunai pada saat harus melakukan pembayaran, dan sebagainya. Dalam teori portofolio modern telah diperkenalkan bahwa risiko investasi total dapat dipisahkan menjadi dua jenis risiko, atas dasar apakah suatu jenis risiko tertentu dapat dihilangkan dengan diversifikasi, atau tidak. Kedua jenis risiko tersebut adalah risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar merupakan risiko yang terjadi di pasar secara keseluruhan.Sedangkan risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (risiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.8 Risiko sistematis terkait kondisi makro sehingga tidak dapat dihindarkan dan disebut pula dengan sovereign risk. Risiko ini melekat pada risk free assetyang merupakan efek dengan risiko yang sama dengan risiko sistemik atau efek dengan sovereign risk. Efek yang dimaksud adalah efek yang diterbitkan oleh pemerintah yaitu obligasi pemerintah misalnya; SUN, ORI, SBSN, dan SRI.Sebelum ada obligasi pemerintah digunakan SBI atau Sertifikat Bank Indonesia yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.9 Sedangkan obligasi Pemerintah diterbitkan oleh Kementerian Keuangan 8
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 104. 9
Iwan Pontjowinoto, “Modul: Materi Perkuliahan Pasar Modal Syariah,” (Jakarta:TP, 2010), h. 5.
29
Negara. Hubungan antara risiko dan return harapan merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return harapan atas aset tersebut, demikian sebaliknya. Gambar berikut ini menunjukkan hubungan antara return harapan dan risiko pada berbagai jenis aset yang mungkin bisa dijadikan alternatif investasi.
Grafik 2.1 Hubungan risiko dan return harapan
spekulasi
investasi
RF
Risiko sedang
Risiko rendah
Risiko tinggi
judi
Risiko sangat tinggi
Melihat risiko yang timbul bisa berbagai macam, baik yang timbul oleh faktor internal maupun faktor eksternal dari produk investasi.Setiap tindakan investasi mempunyai tingkat risiko dan keuntungan
yang
berbeda-beda.Ada
karakter
investor
yang
30
menginginkan tingkat keuntungan cukup tinggi di atas rata-rata keuntungan normal, sehingga harus siap mendapatkan potensi tingkat risiko yang tinggi pula.10Sehubungan dengan hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwa ada tiga tipe investor dalam menghadapi risiko dalam berinvestasi, yaitu investor yang tergolong menyukai risiko (risk seeker), investor yang tergolong kurang suka terhadap risiko (risk overter), dan investor yang tidak mempedulikan risiko (risk indiferrent).11 3. Proses Keputusan Investasi12 Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (going process). Proses keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu: a. Penentuan tujuan investasi, tujuan investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut. Misalnya, lembaga dana pensiun yang bertujuan untuk memperoleh dana untuk membayar dana
10
Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 200. 11
Abdul Mannan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 201. 12
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 12.
31
pensiun nasabahnya di masa depan mungkin akan memilih investasi pada portofolio reksa dana. b. Penentuan kebijakan investasi, keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar negeri). Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan investasi seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung. c. Pemilihan strategi portofolio, ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham. d. Pemilihan aset, tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuan tahap ini adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return diharapkan yang tertinggi dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return diharapkan tertentu dengan tingkat risiko terendah.
32
e. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio, tahapan ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses brenchmarking. Proses brenchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah ditentukan dibandingkan dengan kinerja portofolio lainnya (portofolio pasar). Oleh karena penelitian bersifat terus-menerus maka apabila pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama, demikian seterusnya hingga mencapai keputusan investasi yang paling optimal.
B. Teori Portofolio 1. Pengertian Portofolio Portofolio merupakan susunan aset finansial dalam investasi yang dilakukan oleh seorang investor melalui pasar modal.Penyusunan keputusan investasi ke dalam berbagai instrumen investasi melahirkan portofolio investasi. Sedangkan yang dimaksud dengan divesifikasi instrumen dalam
33
portofolio adalah instrumen tidak berasal dari industri yang sama.13Portofolio adalah sekelompok instrumen investasi yang dipilih sebagai objek investasi dari seorang investor atau sebuah perusahaan investasi.14Diversifikasi portofolio
dilakukan
untuk
mengurangi
risiko
fundamental.Risiko
fundamental adalah risiko yang terkait dengan kesehatan keuangan dan kemampuan perusahaan publik. Sedangkan risiko pasar adalah risiko yang terjadi di pasar yang besarnya akan sama terhadap semua sekuritas yang diperdagangkan di bursa meliputi risiko nilai tukar rupiah terhadap valas, tingkat inflasi, tingkat bunga umum yang berlaku, kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan moneter dan faktor makroekonomi lainnya. Risiko pasar ini tidak dapat diperkecil melalui diversifikasi.15 Dalam pembentukan portofolio, investor menganut teori Pareto dimana 80% hasil investasi yang diperoleh berasal dari 20% emiten yang ditransaksikan. 20% emiten yang dimaksud adalah emiten
saham yang
berasal dari indeks yang likuid yaitu Jakarta Islamic Index dan LQ45. 2. Faktor Penting dalam Evaluasi Kinerja Portofolio Seperti layaknya evaluasi terhadap kinerja perusahaan, portofolio
13
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan Bisnis(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.376. 14
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan Bisnis(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 377. 15
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan Bisnis(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 376.
34
yang telah dibentuk juga perlu dievaluasi kinerjanya. Evaluasi kinerja portofolio akan terkait dengan dua isu utama, yaitu: (1) mengevaluasi apakah return yang telah dibentuk mampu memberikan return yang melebihi (di atas) return portofolio lainnya yang dijadikan patok duga (benchmark), dan (2) mengevaluasi apakah return yang diperoleh sudah sesuai dengan tingkat risiko yang harus ditanggung.16 Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang perlu di perhatikan, sebagai berikut:17 a. Tingkat risiko, dalam mengevaluasi kinerja portofolio kita juga harus memperhatikan apakah tingkat return portofolio yang diperoleh sudah cukup memadai untuk menutup risiko yang harus ditanggung. Dengan kata lain, evaluasi kinerja portofolio harus didasarkan pada ukuran yang bersifat risk-adjusted. Ukuran kinerja portofolio yang bersifat riskadjusted berarti bahwa pengukuran kinerja portofolio tidak hanya dilihat dari besarnya return portofolio saja, tetapi juga harus memperhatikan besarnya risiko yang harus ditanggung untuk memperoleh besarnya return tersebut. b. Periode waktu. c. Penggunaan patok duga (benchmark) yang sesuai, dalam melakukan
16
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 488. 17
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h.489.
35
evaluasi kinerja suatu portofolio, kita perlu membandingkan return portofolio tersebut dengan return yang bisa dihasilkan oleh alternatif portofolio lain yang sebanding. d. Tujuan investasi. 3. Portofolio Pasar Portofolio pasar yaitu portofolio yang terdiri dari semua aset berisiko dan juga merupakan portofolio optimal.Oleh karena portofolio pasar terdiri dari semua aset berisiko, maka portofolio tersebut merupakan portofolio yang sudah terdiversifikasi dengan baik. Dengan demikian, risiko portofolio pasar hanya akan terdiri dari risiko sistematis saja, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan oleh diversifikasi. Risiko sistematis ini terkait dengan faktorfaktor ekonomi makro yang bisa mempengaruhi semua sekuritas yang ada. Portofolio pasar seharusnnya meliputi semua aset berisiko yang ada, baik itu aset finansial (obligasi, opsi, future, dan sebagainya) maupun aset riil (emas, real estate).Tetapi dalam kenyataannya hal itu sulit dilakukan karena jumlahnya yang banyak sekali dan tidak mungkin diamati satu per satu.Untuk itu, diperlukan suatu proksi portofolio pasar yang bisa diwakili oleh portofolio yang terdiri dari semua saham yang ada di pasar.Proksi ini bisa diwakili oleh nilai indeks pasar, seperti Indeks Pasar Gabungan (IHSG), ataupun LQ45, untuk kasus di Indonesia.untuk selanjutnya indeks pasar inilah yang digunakan sebagai portofolio pasar. Portofolio tersebut merupakan
36
portofolio yang terdiri dari aset berisiko, dan risiko portofolio itu dapat diukur dengan menggunakan nilai deviasi standar dari rata-rata return pasar (σm).18Oleh karena JII juga merupakan tolok ukur saham syariah maka indeks ini digunakan pula sebagai portofolio pasar dalam mengukur kinerja suatu investasi pada saham berbasis syariah. Untuk
memperoleh
nilai
return
pasar
(Rm)
digunakan
formulasiberikut ini:19 Rm
= IHSGt – IHSG t-1/IHSG t-1 (1)
Rm
= IHSGt – IHSGt-1 (2)
atau
Dimana: Rm
= Return Pasar
IHSGt
= Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu t
IHSGt-1
= Indeks Harga Saham Gabungan pada waktu sebelumnya
Persamaan (1) menyatakan Rm dalam persen, sedangkan persamaan (2) menyatakan Rm menurut nilai absolutnya. 4. Menghitung Return dan Risiko Portofolio Pergerakan
harga
saham
merupakan
sesuatu
yang
dinamis,
perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal maupun eksternal.
18
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 190. 19
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: Proyek dan Bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 392.
37
Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan yang menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga saham saat ini rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada waktu yang akan datang.20 Untuk itu perhitungan tingkat keuntungan (return) yang diharapkan dari suatu portofolio merupakan nilai rata-rata tertimbang dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masing-masing sekuritas pembentuk portofolio tersebut. Dalam sebuah literatur untuk menghitung return aktual digunakan rumus: Ri,t
= Ln (Pi.t+1/Pt-1)21 Dimana Ri,t adalah return aktual, Pi.t+1adalah harga saham hari ini, dan
Pt-1adalah harga saham hari kemarin. Untuk menghitung rata-rata return atau return yang diharapkan adalah dengan menjumlahkan seluruh return dibagi banyaknya periode. Rumus untuk menghitung rata-rata return adalah:22 X
= ΣX/n Dimana X adalah rata-rata return atau return yang diharapkan, ΣX
20
21
Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah (Jakarta: Lemlit UIN Jakarta, 2009), h.5.
Suad Husnan, Teori Portofolio dan analisis sekuritas, cet ke-2 (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2001),h. 54. 22 Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 107.
38
adalah jumlah nilai return selama satu periode dan n adalah jumlah observasi. Risiko sering diasosiasikan dengan variabilitas atau disperse. Jika return suatu aset tidak mempunyai variabilitas, maka aset tersebut dikatakan tidak mempunyai risiko.23 Pengukur variabilitas return yang paling umum digunakan adalah varians (variance) dan deviasi standar (standar deviation). Keduanya mengukur seberapa jauh return aktual berbeda dengan rata-rata return. Varians mengukur rata-rata selisih kuadrat antara return-return aktual dan rata-rata return. Varian (σ2) dihitung dengan rumus sebagai berikut24: σ2 j
= Σ (Rjt –R j )2/(n-1) Dimana σ2j adalah varians portofolio, Rjtadalah return aktual, R j
adalah return rata-rata portofolio atau return yang diharapkan dan n-1 adalah jumlah observasi -1. Akar pangkat dua dari varians adalah deviasi standar, σ. Deviasi standar lebih dapat diinterpretasikan dibanding dengan varians karena varians diukur dalam persentase kuadrat. Deviasi standar, σ, dihitung dengan rumus sebagai berikut25: σ
= 𝜎2 Dimana σ adalah standar deviasi dan σ2adalah varians portofolio.
23
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 54. 24
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h.55. 25
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 56.
39
5. Beta Portofolio T Farida Rachmayanti dalam penelitiannya menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan beta investasi adalah kepekaan tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar dan merupakan alat ukur risiko pasar pada portofolio yang tidak dapat didiversifikasi.Beta portofolio merupakan ratarata tertimbang dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut.26Risiko yang tidak dapat dihilangkan kalau kita membentuk portofolio yang terdiri dari sekuritas yang makin banyak, merupakan risiko yang berkaitan dengan βp.27 Rumus beta portofolio adalah: βi
= (σim/σ2m) Dimana βi adalah beta portofolio, σim adalah kovarian sekuritas, dan
σ2m adalah varians pasar. Beta merupakan ukuran risiko sistematis suatu sistematis suatu sekuritas yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Beta menunjukkan sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar. Semakin tinggi beta suatu sekuritas maka semakin sensitif sekuritas tersebut terhadap perubahan pasar. Sebagai ukuran sensitivitas return saham, beta juga dapat digunakan untuk membandingkan risiko sistematis antara satu saham dengan saham yang lain.28
26
Suad Husnan, Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, cet ke-2 (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 2001), h.106. 27
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 195. 28
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 196.
40
C. Pengukuran Kinerja Portofolio 1. Risk Ajusted Performance29 Untuk melihat kinerja sebuah portofolio kita tidak bisa hanya melihat tingkat return yang dihasilkan portofolio tersebut, tetapi kita juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat risiko portofolio tersebut. Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa ukuran kinerja portofolio sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya. Beberapa ukuran kinerja portofolio yang sudah memasukkan faktor risiko adalah indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen. a. Indeks Sharpe Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan reward-to-variability ratio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Dengan demikian, Indeks Sharpeakan bisa dipakai untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Untuk menghitung Indeks Sharpe, kita bisa menggunakan persamaan berikut ini: Ŝp=
29
Rp − RF σTR
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 493.
41
Dimana: Ŝp= indeks Sharpe portofolio Rp= rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan RF = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan σTR = standar deviasi return portofolio P selama periode pengamatan Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya.Semakin tinggi Indeks Sharpe suatu portofolio dibanding portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. b. Indeks Treynor Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack treynor, dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Seperti halnya pada Indeks Sharpe, kinerja
portofolio
pada
Indeks
Treynor
dilihat
dengan
cara
menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaannya dengan Indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga, dan bukan garis pasar modal seperti pada Indeks Sharpe.Asumsi yang
digunakan
oleh
Treynor
adalah
bahwa
portofolio
sudah
terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta). Cara mengukur Indeks Treynor
42
pada dasarnya sama dengan cara menghitung Indeks Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar deviasi pada Indeks Sharpe diganti dengan beta portofolio. Dengan demikian, Indeks Treynor suatu portofolio dalam periode tertentu dapat dihitung dengan menggunakan persamaan seperti berikut ini: Ťp=
Rp − RF βp
Dimana: Ťp= indeks Treynor portofolio Rp = rata-rata return portofolio pselama periode pengamatan RF= rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan βp= beta portofolio p c. Indeks Jensen Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal. Persamaan untuk Indeks Jensen ini adalah: Ĵp = Rp - [ RF + (RM – RF) βp] Dimana: Ĵp = indeks Jensen portofolio Rp= rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan RF = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan
43
βp = beta portofolio p Indeks Jensen adalah kelebihan return di atas atau di bawah garis pasar sekuritas (security market line). Indeks Jensen secara mudahnya dapat diinterpretasikan sebagai pengukur berapa banyak portofolio “mengalahkan pasar”. Indeks yang bernilai positif berarti portofolio memberikan return lebih besar dari return harapannya (berada di atas garis pasar ekuitas) sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistematisnya. Demikian juga sebaliknya, indeks yang bernilai negatif menunjukkan bahwa portofolio mempunyai return yang relatif rendah untuk tingkat risiko sistematisnya. 2. Modigliani Measure30 Menurut Ira Maharani (2007:52) tentang Metode Modigliani, metode Modigliani sering disebut sebagai M-Squared atau M2.Diperkenalkan oleh Franco Modigliani dan Leah Modigliani pada tahun 1977.Metode ini muncul karena metode penghitungan kinerja portofolio dengan risk-adjusted return atau Risk Adjusted Performance sebelumnya, seperti Sharpe, Treynor, dan Jensen dianggap sulit dimengerti oleh sebagian investor karena informasi yang dihasilkan merupakan rasio dan analisis regresi.Informasi yang
30
Musta’inah, Analisa Portofolio Berbasis Syariah dengan Metode Risk Adjusted Return (Januari 2005-Desember 2007) (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah tahun 2009), h. 61.
44
dihasilkan oleh metode modigilani diberikan dalam bentuk persentase yang dianggap lebih mudah oleh investor. Pengukuran risiko pada indeks ini sama dengan indeks Sharpe yaitu menggunakan deviasi standar, dan jika dilihat dari cara penghitungan indeks Modigliani Measure dengan indeks Sharpe hanya terdapat sedikit perbedaan. Selain menggunakan deviasi standar portofolio, indeks ini juga perlu mengetahui atau menghitung deviasi standar pasar terlebih dahulu. Seperti Sharpe, M-Squared juga menggunakan standar deviasi sebagai pengukur risiko sehingga metode ini lebih tepat digunakan jika seorang investor meletakkan seluruh dana yang dimilikinya pada satu portofolio. Rumus MSquared yaitu: Modigliani Measure = [Rpi-RF/σpi] x σm Dimana Rpi
= Return Portofolio
RF
= Risk Free Rate
σpi
= Standar deviasi portofolio
σpi
= Standar deviasi pasar
BAB III PASAR MODAL DI INDONESIA
A. Pasar Modal Indonesia 1. Perkembangan Pasar Modal Indonesia Secara umum, alasan pembentukan pasar modal adalah karena lembaga ini mampu menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender (pemilik dana) ke borrower (penerima dana) dengan menginvestasikam kelebihan dana yang dimiliki pemberi dana (lenders) dengan mengharapkan akan mendapatkan imbalan dari penyertaan dana tersebut. Sedangkan dari sisi borrowers, dengan tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan perusahaan tersebut melakukan pengembangan kegiatan bisnis tanpa harus menunggu dana dari hasil produksi perusahaan. Dari proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi barang atau jasa, sehingga, pada akhirnya, secara keseluruhan akan berdampak pada peningkatan kemakmuran.1 Pasar modal Indonesia pada sepuluh tahun terakhir mengalami fluktuasi yang signifikan di tengah gejolak perkembangan ekonomi dan politik Indonesia. Pasar ekuitas mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi 1
M. Irsan Nasarudin, et al, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet 5 ( Jakarta: Kencana, 2008), h.13.
45
46
tahun 1997 yang lalu, namun mulai kembali bergairah sejak tahun 1999. Hal ini terlihat pada saat pasar modal menjadi sarana perusahaan dalam melakukan restrukrisasi. Pada tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesar 172,2%, yaitu dari Rp. 75,9 triliun pada tahun 1998 menjadi Rp. 206,7 triliun pada tahun 1999. Setelah mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 1999, selanjutnya memasuki tahun 2000 hingga pertengahan 2005 jumlah emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5% per tahun, dengan nilai emisi mengalami pertumbuhan rata-rata 3,4% pada periode yang sama. Nilai kapitalisasi pasar pada tahun 2000 hingga 2002 sempat mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi makro yang tidak stabil. Namun demikian, dengan membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003 memberikan pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp. 1.982,7 triliun pada akhir Desember 2007.2 Pasar derivatif mulai berkembang sejak diperkenalkannya instrumen baru berupa LQ45 index futures atau Kontrak Berjangka Indeks Ffek (KBIE) oleh BES pada tanggal 27 April 2004 BES meluncurkan kontrak berjangka atas Dow Jones Industrial Average (DJLA) dan Dow Jones Japan Titans 100. Pada saat ini BES juga tengah mengembangkan single stock futures (SSF) atau disebut kontrak berjangka saham individual.3
2
Eduardus Tendelilin, Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:Kanisius, 2010), h. 94. 3
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 95.
47
Langkah awal perkembangan pasar modal syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya reksadana syariah pada 25 Juni 1997, lalu diikuti dengan diterbitkannya obligasi syariah pada akhir tahun 2002. Pada tanggal 3 Juli 2000, telah hadir Jakarta Islamic Index (JII) di mana sahamsaham yang tercantum di dalam indeks ini sudah ditentukan oleh dewan syariah.4 Pada tanggal 12 September 2007 dan 30 November 2007 BAPEPAM telah merilis Daftar Efek Syariah (DES). Daftar tersebut akan menjadi panduan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di portofolio syariah.5 2. Struktur Pasar Modal Indonesia Setiap Negara mempunyai aturan yang mengatur organisasi serta sistem dan prosedur perdagangan di bursa domestiknya. Di Indonesia dikenal Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.6 Susunan struktur pasar modal Indonesia disajikan dalam grafik berikut ini.
4
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:Zikrul Hakim, 2008), h.125. 5
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer (Surakarta: Muhammadiyah Uninversity Press, 2008), h. 269. 6
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 355.
48
Grafik 3.1 Struktur Pasar Modal Indonesia Menteri RI
Keuangan
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal)
Bursa Efek
LKP
Lembaga Penunjang
Perusahaan Efek
Penjamin emisi Perantara Pedagang Efek Manajer Investasi
Biro Adm Efek Kustodian Wali amanat Pemeringkat efek
LPP
Profesi Penunjang
Akuntan Konsultan Hukum Penilai Notaris
Pemodal
Emiten Perusahaan Publik
Domestik Asing
Reksa dana
Bursa efek terdiri dari tiga institusi atau lembaga, yaitu Badan Usaha Pengelola Bursa Efek, dalam hal ini PT Bursa Efek Indonesia, Tbk, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Lembaga Kliring dan Penjaminan adalah pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa (Pasal 1 ayat 9). Lembaga
Penyimpanan
dan
Penyelesaian
adalah
pihak
yang
49
menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain (Pasal 1 ayat 10). Lembaga Kliring dan Penjaminan serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian adalah perbankan atau badan usaha yang diangkat oleh BAPEPAM untuk menjalankan fungsi itu berdasarkan usul dan rekomendasi dari PT Bursa Efek.7 Untuk menjamin terselenggaranya perdagangan efek dengan baik dan tertib di bursa, maka di bursa diperansertakan berbagai lembaga penunjang daan profesi penunjang. Lembaga dan profesi penunjang tersebut meliputi perusahaan efek, lembaga penunjang, profesi penunjang, pemodal, dan emiten.8 3. Instrumen Pasar Modal Instrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial asset) yang menyatakan klaim keuangan. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 mendefinisikan efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari
7
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 357. 8
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 357.
50
efek.9 Jenis sekuritas di pasar modal Indonesia dikelompokkan dalam: (1) sekuritas di pasar ekuitas, (2) sekuritas di pasar obligasi, (3) sekuritas di pasar derivative, dan (4) reksa dana. Pada bagian ini hanya akan di bahas sekuritas pada pasar ekuitas. Sekuritas yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas Indonesia adalah saham baik saham biasa maupun saham preferen serta bukti right dan waran. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas sebuah perusahaan yang melakukan penawaran umum (go public) dalam nominal ataupun persentase tertentu. Para pemegang andil merupakan pemilik perusahaan yang bisa menikmati keuntungan perusahaan sebanding dengan modal yang disetorkannya. Selain dari dividen yang dapat diperoleh para pemegang saham, nilai keuntungan yang merupakan selisih positif harga beli dan harga jual saham juga merupakan benefit selanjutnya yang dapat dinikmati oleh para pemegang saham. Selain manfaat yang bersifat finansial, para pemegang saham (stock holder) juga memiliki benefit yang bersifat nonfinansial, yaitu hak suara dalam aktivitas perusahaan.10 Jenis saham yang beredar pada pasar modal Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Saham biasa (common stock) menyatakan kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
9
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 30. 10
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal syariah (Jakarta: Kencana, 2008), h. 60.
51
perusahaan. Apabila seorang investor memiliki 1 juta lembar saham biasa suatu perusahaan dari total saham biasa yang berjumlah 100 juta lembar, maka ia memiliki 1% perusahaan tersebut. 11 2. Saham preferen (preferred stock) merupakan satu jenis sekuritas ekuitas yang berbeda dalam beberapa hal dengan saham biasa. Dividen pada saham preferen biasanya dibayarkan dalam jumlah tetap dan tidak pernah berubah dari waktu ke waktu. Seperti yang disebut dengan istilah preferred (diutamakan12), pembagian dividen kepada pemegang saham preferen lebih didahulukan sebelum diberikan kepada pemegang saham biasa.13 3. Bukti right atau disebut right saja merupakan sekuritas yang memberikan hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru perusahaan pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Dari pengertian itu, bukti right juga dikenal dengan sebutan Hak Memesan Efek Terdahulu (HMETD). Bukti right diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issue). Keputusan penawaran umum terbatas ditetapkan dalam RUPS. Dalam penawaran umum terbatas, perusahaan tidak menjual saham barunya kepada masyarakat umum melainkan menawarkannya kepada para pemegang 11
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 32. 12
Arti kata preffered dalam buku Nurul Huda dan Mustafa Edwin, Investasi Pasar Modal Syariah, h. 60 adalah dilebihkan, namun arti yang sebenarnya atau lebih tepat digunakan adalah diutamakan. 13
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 36.
52
sahamnya dengan maksud untuk menjaga proporsi kepemilikan.14 4. Seperti bukti right, waran (warrant) adalah hak untuk membeli saham pada waktu dan harga yang sudah ditentukan sebelumnya. Keputusan perusahaan menjual waran ditetapkan pada waktu RUPS. Seperti bukti right, perusahaan yang menerbitkan waran harus telah mencatatkan sahamnya di bursa efek karena nantinya mungkin dikonversi oleh pemegang waran. Tetapi berbeda dengan right issue, waran biasanya dijual bersamaan dengan sekuritas lain misalnya obligasi atau saham. Tidak juga seperti bukti right yang memiliki periode perdagangan yang singkat hanya beberapa minggu, periode perdagangan waran adalah jangka panjang, umumnya antara 3 sampai dengan 5 tahun. BEI mengatur bahwa waran yang diperdagangkan di bursa adalah waran yang pada saat mulai diperdagangkan memiliki masa berlaku sekurang-kurangnya 3 tahun dan pelaksanaan haknya tidak dapat dilakukan lebih cepat dari 6 bulan terhitung sejak waran diterbitkan.15 Sedangkan efek yang diperdagangkan dalam pasar modal syariah hanya yang memenuhi kriteria syariah seperti saham syariah, obligasi syariah, dan reksa dana syariah. Jenis efek syariah juga mencakup Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah, dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. 14
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 37. 15
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 39.
53
Prinsip-prinsip syariah di pasar modal berdasarkan fatwa No. 40/DSN-MUI/X/2003 adalah prinsip-prinsip yang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa ini maupun dalam fatwa terkait lainnya. Sedangkan efek syariah adalah sebagaimana dimaksud Undang-undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya yang akad, cara, dan kegiatan usaha yang menjadi landasan penerbitannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di pasar modal.16 Menurut Pontjowinoto,17 ada beberapa prinsip dasar transaksi menurut syariah dalam melaksanakan investasi keuangan, yakni: 1. Transaksi dilakukan hendaknya atas harta yang memberikan nilai manfaat dan menghindari setiap transaksi yang zalim. Setiap transaksi yang memberikan manfaat akan dilakukan bagi hasil atas usaha. 2. Uang sebagai alat pertukaran, bukan komoditas perdagangan di mana fungsinya adalah sebagai alat pertukaran nilai yang menggambarkan daya beli suatu barang atau harta. Sedangkan manfaat atau keuntungan yang ditimbulkannya berdasarkan atas pemakaian barang atau harta yang dibeli dengan uang tersebut.
16
17
Peraturan Bapepam-LK No. IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
Iwan Pontjowinoto, Investasi Keuangan Secara Syariah, makalah Seminar Investasi Pasar Modal Menurut Syariah, dalam Abdul Mannan, Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah (Jakarta: Kencana, 2009), h.221.
54
3. Setiap transaksi harus transparan, tidak menimbulkan kerugian atau unsur penipuan di salah satu pihak, baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja. Diharamkan praktik insider trading. 4. Risiko yang mungkin timbul harus dikelola secara hati-hati, sehingga tidak menimbulkan risiko yang lebih besar atau melebihi kemampuan menanggung risiko (maysir). 5. Transaksi dalam syariah Islam yang mengharapkan hasil, setiap pelaku harus bersedia menanggung risiko. 6. Manajemen yang diharapkan adalah manajemen islami yang tidak mengandung unsur spekulatif dan menghormati hak asasi manusia serta menjaga lestarinya lingkungan hidup. Tindakan dalam transaksi efek yang tidak sesuai prinsip syariah adalah sebagai berikut:18 1. Tadlis, yaitu tindakan menyembunyikan informasi oleh pihak penjual dengan tujuan untuk mengelabui pihak pembeli. Bai’ ini diharamkan berdasarkan sabda Nabi.19
18
Iggi Achsien, “Pengantar Landasan Fikih Pasar Modal”, Dalam handbook Sekolah Pasar Modal Syariah Tahun 2011 PT Bursa Efek Indonesia, h. 47. 19
Yusuf Al Subaily, “Fiqh Perbankan Syariah: Pengantar Fiqh Muamalat dan Aplikasinya Dalam Ekonomi Modern” dalam marhamahsaleh.files.wordpress.com/2010/.../fiqh-muamalahkontemporer.pdf
55
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi melewati setumpuk tepung gandum yang dijual, lalu Beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan tersebut ternyata bagian dalamnya basah, Beliau bertanya, "Apa ini hai penjual tepung?", ia menjawab, "Terkena hujan wahai Rasulullah", lalu Beliau bersabda, "Mengapa engkau tidak meletakkannya di bagian atas sehingga orang dapat melihatnya. Sesungguhnya orang yang menipu tidak termasuk golonganku". HR. Muslim. 2. Taghrir, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan maupun tindakan yang mengandung kebohongan agar orang lain terdorong untuk melakukan transaksi. Hal ini sesuai dengan hadis nabi riwayat Muslim dari Abu Hurairah di bawah ini.20
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah s.a.w melarang jual beli hashah dan jual beli yang mengandung gharar” (HR. Muslim).
20
Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, h. 2.
56
3. Najsy, yaitu upaya menawar barang dengan harga yang lebih tinggi oleh pihak yang tidak bermaksud membelinya, untuk menimbulkan kesan banyak pihak yang berminat membelinya (penawaran palsu). Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, yaitu:21
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah s.a.w. melarang (untuk) melakukan najsy (penawaran palsu).” (H.R Bukhari). 4. Ikhtikar, yaitu upaya membeli suatu barang yang sangat diperlukan masyarakat pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan tujuan untuk menjual kembali pada saat harga lebih mahal. Hal ini didukung oleh hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, yaitu:22
21
Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, h. 3.
22
Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, h. 3.
57
5. Ghisy, merupakan salah satu bentuk tadlis yaitu penjual menjelaskan atau memaparkan keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual tetapi menyembunyikan kecacatannya. 6. Ghabn Fahisy, yaitu ghabn (ketidakseimbangan antara dua barang dipertukarkan dalam suatu akad) tingkat berat, seperti jual beli atas barang dengan harga jauh di bawah pasar. 7. Bai‟ Al Ma‟dum, yaitu jual beli yang objeknya tidak ada pada saat akad. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, alTirmidzi, dan al-Nasa’I, yaitu:23
“Nabi
SAW
melarang
pembelian
ganda
pada
satu
transaksi
pembelian” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa‟i). 8. Bai‟ al Maksyuf, yaitu jual beli secara tunai atas efek padahal penjual tidak memiliki efeknya. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Hukaim bin Hizam, yaitu:24
23
Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, h. 3.
24
Fatwa DSN No. 40/DSN-MUI/X/2003, h. 3.
58
“Tidak boleh menjual sesuatu hingga kamu memilikinya” (HR Baihaqi dari Hukaim bin Hizam).
B. Pasar Saham Indonesia Sekuritas yang diperdagangkan di pasar bersifat ekuitas Indonesia adalah saham baik saham biasa maupun saham preferen serta bukti right dan waran. Dari keempat sekuritas ekuitas ini, saham biasa merupakan sekuritas yang terpenting dan paling dikenal oleh masyarakat Indonesia.25 Ada empat faktor penting yang mendukung pasar saham, yaitu: 1. Jumlah Emiten Saham Emiten merupakan sebutan bagi perusahaan yang menerbitkan saham atau obligasi (bond) dan pembelinya adalah masyarakat umum. Emiten saham menjual saham melalui penawaran umum baik penawaran umum perdana (initial public offering, IPO) kepada investor publik, penawaran kepada pemegang saham yang ada (right issue), maupun penawaran saham berikutnya (seasoned equity offering). Selanjutnya, saham atau obligasi baru tersebut dapat dicatatkan di bursa efek untuk diperdagangkan antar-investor.26
25
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h.31. 26 Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 64.
59
Grafik 3.2 Perkembangan Jumlah Emiten Saham dan Nilai Emisi Saham Tahun 20052009
Sumber: Master Plan Bapepam-LK 2010-2011
Grafik 3.2 menunjukkan bahwa secara kumulatif, jumlah emiten yang melakukan emisi saham meningkat dari 425 emiten pada tahun 2005 menjadi 490 emiten pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 15,29%. Demikian juga nilai emisi saham mengalami peningkatan dari Rp265,73 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp419,54 triliun pada tahun 2009 atau naik sebesar 57,88%. Menurut data statistik pasar modal yang dikeluarkan oleh BAPEPAM-LK pada 23 Desember 2010 jumlah emiten saham di pasar modal Indonesia adalah 520 emiten dengan nilai emisi sebesar Rp. 409.014 triliun. Jumlah perusahaan dengan klasifikasi industri yang memperoleh pernyataan efektif untuk menawarkan saham kepada masyarakat umum sampai dengan tanggal 23 Desember 2010 adalah sebagai berikut:
60
Tabel 3.1 Jumlah Emiten Menurut Klasifikasi Industri Pasar Modal Indonesia
Sumber: Laporan Statistik BAPEPAM-LK
Sektor industri keuangan adalah sektor tertinggi yang melakukan emisi saham hingga 43,75% dengan nilai total emisi sebesar Rp. 214,40 triliun. Jumlah emiten saham yang melakukan IPO adalah 513 emiten dengan nilai total emisi sebesar Rp. 122,294 triliun. Berikut ini adalah tabel emisi saham dengan jenis emisi saham. Tabel 3.2 Jumlah Emisi Menurut Jenis Emisi Pasar Saham Indonesia
Sumber: Laporan Statistik BAPEPAM-LK
61
2. Jumlah Kapitalisasi Pasar Indeks-indeks harga saham bursa efek merupakan indeks yang menggunakan rata-rata tertimbang dari nilai pasar (market value weighted average index). Nilai pasar atau kapitalisasi pasar untuk suatu saham dihitung sebagai perkalian antara jumlah lembar saham dengnan harga penutupan saham.27 Nilai kapitalisasi pasar di BEI pada akhir perdagangan 2009 meningkat 87,59% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dari Rp1.076,50 triliun pada akhir perdagangan tahun 2008 menjadi Rp2.019,38 triliun pada akhir perdagangan tahun 2009. Sejalan dengan hal itu, kontribusi pasar modal Indonesia terhadap GDP naik dari 21,72 % di tahun 2008 menjadi 35,97 % di tahun 2009.28 Nilai kapitalisasi JII dan LQ45 hingga 23 Desember 2010 dapat dilihat dari tabel berikut ini.
27
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 89. 28 Annual Report BAPEPAM-LK 2009, h. 36.
62
Tabel 3.3 Kapitalisasi Pasar IHSG, LQ45, dan JII
Sumber: Laporan Statistik BAPEPAM-LK
3. Nilai Transaksi Rata-rata harian Pada tahun 2007 nilai rata-rata perdagangan saham naik menjadi Rp. 4.268,9 M dari Rp. 1.841,8 M pada tahun 2006 dengan volume transaksi yang juga ikut naik menjadi 4.225.778.264 lembar saham dari 1.805.618.955 lembar saham pada tahun 2007. Meski terjadi krisis ekonomi global pada Oktober 2008 masih memiliki trend meningkat menjadi Rp. 4.435,5 M tetapi volume transaksi saham yang diperdagangkan turun menjadi 3.282.399.360 lembar saham. Pada tabel 3.4 hingga tahun 2007 nilai rata-rata transaksi harian saham terus meningkat diiringi dengan meningkatnya volume rata-rata transaksi
63
harian saham. Pada tahun 2008 meski nilai rata-rata transaksi harian saham naik tetapi volume rata-rata transaksi harian saham mengalami penurunan. Seiring dengan pemulihan krisis global, pada tahun 2009 volume rata-rata transaksi harian saham naik meskipun nilai rata-rata transaksi harian saham masih turun. Hingga 23 Desember 2010, nilai rata-rata transaksi harian saham baru mencapai Rp. 2.739,04 M dengan volume rata-rata transaksi harian saham sebesar 3.830.769,180 lembar saham. Berikut ini adalah tabel nilai dan volume rata-rata transaksi harian saham. Tabel 3.4 Nilai Transaksi Rata-rata harian dan Volume Perdagangan Saham
64
4. Investor Investor
sering
juga
disebut
pemodal
adalah
pihak
yang
menginvestasikan dana pada sekuritas. Investor dapat dibedakan ke dalam investor perorangan (individual investor) atau investor institusional (institutional Investor). Investor perorangan mewakili dirinya sendiri dan dari berbagai profesi seperti karyawan, pengusaha, ibu rumah tangga, dan sebagainya. Sedangkan contoh investor institusional adalah asuransi, reksa dana, dana pensiun, dan sebagainya. Investor biasanya juga dibedakan berdasarkan asal negaranya, yaitu investor Indonesia (domestik/lokal) atau investor asing. Di pasar modal Indonesia, hampir seluruh investor asing adalah investor institusional. Sedangkan investor domestik terdiri dari keduanya baik investor perseorangan maupun investor institusional. Namun dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, jumlah investor domestik adalah relatif masih kecil.29
29
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 72.
65
Tabel 3.5 Nilai Kepemilikan Efek Menurut Jenis Investor per 30 November 2010
Sumber: Laporan Statistik BAPEPAM-LK
C. Mekanisme Perdagangan pada Bursa Efek Sistem perdagangan saham menggunakan continuous auction system (sistem lelang berkelanjutan) yang didasarkan kepada order-driven market. Pihak yang boleh melakukan transaksi atau memasukkan order hanya Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi anggota kliring (AB kliring). Investor melakukan transaksi saham melalui perantara AB yang memiliki izin sebagai perantara Pedagang Efek dan Penjamin Emisi.30 30
Irwan Abdalloh, “Pengantar Investasi di Pasar Modal Indonesia,” Dalam handbook Sekolah Pasar Modal Syariah Tahun 2011-PT Bursa Efek Indonesia, h. 21.
66
Perdagangan di bursa efek dapat berbentuk penawaran perdana dan perdagangan sekunder. Penawaran perdana (Initial Public Offering, IPO) adalah penjualan sekuritas dari sebuah perusahaan publik untuk pertama kalinya kepada publik. Penawaran perdana ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:31 1. Penempatan secara langsung kepada beberapa investor (individu atau perorangan). Cara ini lazim disebut private placement. Cara ini dipakai jika perusahaan publik mampu menemukan investor pribadi bermodal besar yang mampu membeli saham yang ditawarkannya melalui penjualan perdana. 2. Penawaran kepada publik melalui jasa pihak penjamin emisi (underwriter). Penawaran perdana sejenis ini lazin disebut Initial Public Offering, IPO. Penjamin emisi dapat melakukan perjanjian dalam bentuk full commitment, maka penjamin emisi harus membeli semua sisa saham yang tidak terjual. Akan tetapi, kalau dipakai syarat best effort, maka penjamin emisi hanya berkewajiban untuk menjalankan segala bentuk upaya yang terbaik yang memungkinkan saham yang ditawarkan dalam penawaran perdana terbeli seluruhnya oleh publik. Setelah diperdagangkan di pasar perdana, sekuritas kemudian didaftarkan di bursa dan di perdagangkan di pasar sekunder. Di pasar perdana, proses perdagangannya hanya terjadi ketika emiten mengeluarkan emisi baru dan harga hanya ditentukan oleh subjektivitas penjamin emisi dan emiten. Pada pasar sekunder terjadi transaksi setiap saat pada hari perdagangan dan harga sangat 31
Murdifin Haming dan Salim Basalamah, Studi Kelayakan Investasi: proyek dan bisnis (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 365.
67
ditentukan oleh mekanisme pasar.32 Mekanisme perdagangan efek syariah bersifat ekuitas diatur dalam fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/II/2011 tentang Penerapan Prinsip-prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Dalam praktik perdagangan di bursa efek yang dengan sistem countinous auction, harga dapat naik dan dapat turun. Kalau dilihat dari berbagai peraturan dari Bapepam LK dan UU Pasar Modal, selalu disebut tujuannya untuk membentuk harga pasar yang wajar. Dalam terminologI fiqih, pembentukan harga yang wajar ini disebut Bai al-Musawamah. Harga dapat naik, dapat turun, tergantung dari supply-demand, kondisi fundamental perusahaan penerbit efek, dan banyak hal. Acuan hadis yang menjadi landasannya merupakan hadis riwayat Tirmidzi, dari Anas bin Malik, yaitu:33
32
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2009), 188. 33
Fatwa DSN N0. 80/DSN-MUI/III/2011, h. 4.
68
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a, bahwa Rasulullah s.a.w. menjual sehelai hils (alas yang biasanya digelarkan di rumah) dan sebuah qadah (gelas). Beliau menawarkan: “Siapakah yang mau membeli hils dan qadah ini?” Seseorang berkata: “Saya siap membeli keduanya dengan harga 1 (satu) dirham, “Nabi menawarkan lagi, hingga dua kali: “Man yazid „ala dirhamin (Siapakah yang mau menambahkan satu dirham?”Lalu seseorang menyerahkan dua dirham kepada Rasulullah.” Beliau pun menjual kedua benda itu kepadanya. (H.R Tirmidzi). Adapun mekanisme perdagangannya adalah sebagai berikut: 1. Bursa efek boleh menetapkan aturan bahwa: a) Perdagangan Efek hanya boleh dilakukan oleh Anggota Bursa Efek; b) Penjual dan Pembeli Efek yang bukan Anggota Bursa Efek dalam melaksanakan Perdagangan Efek harus melalui Anggota Bursa Efek; 2. Akad antara penjual atau pembeli efek yang bukan Anggota Bursa Efek dengan Anggota Bursa menggunakan akad ju‟alah; 3. Bursa Efek wajib membuat aturan yang melarang terjadinya dharar dan tindakan yang diindikasikan tidak sesuai dengan prinsip syariah dalam Perdagangan Efek yang berdasarkan prinsip syariah di Bursa Efek; 4. Bursa Efek menyediakan system dan/atau sarana perdagangan Efek, termasuk namun tidak terbatas pada peraturan bursa dan system dalam rangka melakukan pengawasan perdagangan efek, antara lain untuk mendetekdi dan
69
mencegah kegiatan atau tindakan yang diindikasikan tidak sesuai dengan prinsip syariah; 5. Bursa Efek dapat mengenakan biaya (ujrah/rusum) Perdagangan Efek berdasarkan prinsip ijarah atas penyediaan system dan/atau sarana perdagangan kepada Anggota Bursa Efek; 6. LKP dapat melakukan novasi atas Perdagangan Efek yang dilakukan Anggota Bursa, berdasarkan prinsip hawalah bil ujrah; 7. LKP dapat mengenakan biaya (ujrah/rusum) kliring dan penjaminan dari Anggota Bursa/Kliring atas jasa yang dilakukan; 8. Penyimpanan dan penyelesaian atas Perdagangan Efek dilakukan melalui LPP; 9. LPP dapat mengenakan biaya (ujrah/rusum) penyimpanan dan penyelesaian dari Anggota Bursa Efek selaku Perusahaan Efek. Pelaksanaan Perdagangan Efek harus dilakukan menurut prinsip kehatihatian serta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi, manipulasi, dan tindakan lain yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezhaliman, taghrir, ghissy, tanajusy/najsy, ikhtikar, bai‟ alma‟dum, talaqqi al-ruqban, ghabn, dan tadlis. Tindakan-tindakan tersebut antara lain meliputi:34 1. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori Tadlis antara lain: 34
Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek, h. 14.
70
a) Front Running, yaitu tindakan Anggota Bursa yang melakukan transaksi lebih dahulu atas suatu efek tertentu, atas dasar adanya informasi bahwa nasabahnya akan melakukan transaksi dalam volume besar atas efek tersebut yang diperkirakan mempengaruhi harga pasar. tujuan untuk meraih keuntungan atau mengurangi kerugian. b) Misleading information (informasi menyesatkan), yaitu membuat pernyataan atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek. 2. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori Taghrir antara lain: a) Wash Sale (Perdagangan semu yang tidak mengubah kepemilikan), yaitu transaksi yang terjadi antara pihak pembeli dan penjual yang tidak menimbulkan perubahan kepemilikan dan/atau menjual manfaatnya (beneficiary of ownership) atas transaksi saham tersebut. Tujuannya untuk membentuk harga naik, turun atau tetap dengan memberi kesan seolaholah harga terbentuk melalui transaksi yang berkesan wajar. Selain itu juga untuk memberi kesan bahwa efek tersebut aktif diperdagangkan. b) Pre-Arrange Trade, yaitu transaksi yang terjadi melalui pemasangan order beli dan jual pada rentang waktu yang hamper bersamaan yang terjadi karena adanya perjanjian pembeli dan penjual sebelumnya. Tujuannya untuk membentuk harga (naik, turun atau tetap) atau
71
kepentingan lainnya baik di dalam maupun diluar bursa. 3. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori najsy antara lain: a) Pump and Dump, yaitu aktivitas transaksi suatu efek diawali oleh pergerakan harga uptrend, yang disebabkan oleh serangkaian transaksi inisiator beli yang membentuk harga naik hingga mencapai level harga tertinggi, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kenaikan harga yang telah terjadi, melakukan serangkaian transaksi inisiator jual dengan volume yang signifikan dan dapat mendorong penurunan harga. Tujuannya adalah menciptakan kesempatan untuk menjual dengan harga tinggi agar memperoleh keuntungan. b) Hype and Dump, yaitu aktivitas transaksi suatu efek yang diawali oleh pergerakan harga uptrend, yang disertai dengan adanya informasi positif yang tidak benar, dilebih-lebihkan, misleading, dan juga disebabkan oleh serangkaian transaksi inisiator beli yang membentuk harga naik hingga mencapai level tertinggi, pihak-pihak yang berkepentingan terhadap kenaikan harga yang telah terjadi, melakukan serangkaian transaksi inisiator jual dengan volume yang signifikan dan dapat mendorong penurunan harga. Pola transaksi yang terjadi mirip dengan pola transaksi pump and dump. Tujuannya adalah menciptakan kesempatan untuk menjual dengan harga tinggi agar memperoleh keuntungan.
72
c) Creating fake Demand/Supply, yaitu adanya 1 (satu) atau lebih pihak tertentu melakukan pemasangan order beli/jual pada level harga terbaik, tetapi jika order beli/jual yang dipasang sudah mencapai best price maka order tersebut di-delete (baik dalam jumlahnya dan/atau diturunkan level harganya) secara berulang kali. Tujuannya untuk membeir kesan kepada pasar seolah-olah terdapat demand/supply yang tinggi sehingga pasar terpengaruh untuk membeli/menjual. 4. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori Ikhtikar antara lain: a) Polling Interest, yaitu aktivitas atas suatu efek yang terkesan likuid, baik disertai dengan pergerakan harga maupun tidak, pada suatu periode tertentu dan hanya diramaikan sekelompok Anggota Bursa tertentu (dalam pembelian maupun penjualan). Selain itu volume transaksi setiap harinya dalam periode tersebut salalu dalam jumlah yang hamper sama dan/atau dalam kurun periode tertentu aktivitas transaksinya tiba-tiba melonjak secara drastic. Tujuannya menciptakan kesempatan untuk dapat menjual atau mengumpulkan saham atau menjadikan aktivitas saham tertentu dapat dijadikan benchmark. b) Cornering, yaitu pola transaksi ini pada saham dengan kepemilikan public yang sangat terbatas. Terdapat upaya dari pemegang saham mayoritas untuk menciptakan supply semu yang menyebabkan harga meningkat pada sesi sore hari yang menyebabkan pelaku short sell
73
mengalami gagal serah atau mengalami gagal serah atau mengalami kerugian karena harus melakukan pembelian di harga yang lebih mahal. 5. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam kategori Ghisysy antara lain: a) Marking At The Close, yaitu penempatan order jual atau beli yang dilakukan di akhir hari perdagangan yang bertujuan menciptakan harga penutupan sesuai dengan yang diinginkan, baik menyebabkan harga ditutup meningkat, menurun, ataupun tetap dibandingkan harga penetapan sebelumnya. Transaksi ini haram karena termasuk ghisy (menipu). b) Alternate Trade, yaitu transaksi dari sekelompok Anggota Bursa tertentu dengan peran sebagai pembeli dan penjual secara bergantian serta dilakukan dengan volume yang berkesan wajar. Adapun harga yang diakibatkannya dapat tetap, naik atau turun. Tujuannya untuk member kesan bahwa suatu efek aktif diperdagangkan. Transaksi ini haram karena termasuk ghisy (menipu). 6. Tindakan yang termasuk dalam kategori Ghabn Fahisy, antara lain: Insider Trading, yaitu kegiatan illegal di lingkungan pasar financial untuk mencari keuntungan yang biasanya dilakukan dengan cara memanfaatkan informasi internal, misalnya renana-rencana atau keputusan-keputusan perusahaan yang belum dipublikasikan. 7. Tindakan yang termasuk dalam kategori Bai’ al-ma’dum, antara lain: Short
74
Selling (Bai‟ al-Maksyuf/jual kosong), yaitu suatu cara yang digunakan dalam penjualan saham yang belum dimiliki dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali pada saat harga turun. 8. Tindakan yang termasuk dalam kategori riba, antara lain: Margin Trading, yaitu melakukan transaksi atas efek dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek. Transaksi ini haram karena mengandung riba.
D. Indeks Pasar Saham Informasi mengenai kinerja pasar saham seringkali diringkas dalam suatu indeks yang disebut indeks pasar saham (stock market indexes). Indeks pasar saham merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham-saham di pasar.35 Indeks diharapkan memiliki lima fungsi di pasar modal, yaitu:36 1. Sebagai indikator trend saham, 2. Sebagai indikator tingkat keuntungan, 3. Sebagai tolok ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, 5. Memfasilitasi berkembangnya produk derivatif. 35
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 86. 36
2008), 140.
Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:Zikrul Hakim,
75
Jenis indeks pasar saham di Indonesia adalah sebagai berikut:37 1.
Indeks Harga Saham Gabungan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau composite stock price index menggunakan seluruh saham tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga.
2.
Indeks LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham di BEI dengan likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar serta lolos seleksi menurut beberapa kriteria pemilihan. Kriteria-kriteria berikut digunakan untuk memilih ke-45 saham yang masuk dalam indeks LQ45 sebagai berikut:38 a. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular (rata-rata nilai bertransaksi selama 12 bulan terakhir), b. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir), c. Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan, d. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi dan
37
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 86. 38
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 87
76
jumlah hari transaksi di pasar reguler. Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997. Hari dasar untuk penghitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. Selanjutnya bursa efek secara rutin memantau perkembangan kinerja masing-masing ke-45 saham yang masuk dalam penghitungan Indeks LQ45. Penggantian saham dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi, maka saham tersebut dikeluarkan dari penghitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria. Adapun emiten saham yang tetap konsisten pada LQ45 periode 2008 hingga 2010 adalah sebagai berikut. Tabel 3.6 Daftar Emiten yang Konsisten pada LQ45 periode 2008-2010 No.
Kode Emiten
Nama Emiten
1.
ASII
Astra Internasional Tbk
2.
BBCA
Bank Central Asia Tbk
3.
BBRI
Bank Rakyat Indonesia Tbk
4.
BDMN
Bank Danamon Indonesia Tbk
5.
BMRI
Bank Mandiri (Persero) Tbk
6.
BNBR
Bakrie & Brothers Tbk
7.
BTEL
Bakrie Telecom Tbk
8.
BUMI
Bumi Resources Tbk
9.
ENRG
Energi Mega Persada Tbk
10.
INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk
11.
ISAT
Indosat Tbk
77
12.
MEDC
Medco Energi Internasional Tbk
13.
PGAS
Perusahaan Gas Negara Tbk
14.
SMCB
Holcim IndonesiaTbk
15.
UNTR
United Tractors Tbk
Sumber: BEI
3. Jakarta Islamic Index (JII) Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan Syariah Islam dan termasuk saham yang likuid.39 Saham dalam JII terdiri atas 30 saham yang keanggotaannya akan terus ditinjau secara berkala berdasarkan kinerja transaksi di perdagangan bursa, rasio-rasio keuangannya, dan ketaatannya pada prinsip-prinsip syariah sebagaimana termaktub dalam fatwa Dewan Syariah Nasional no. 05/DSNMUI/IV/2000 tentang jual beli saham dan fatwa no. 40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal, serta Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang pasar Modal. Saham yang dapat masuk ke dalam saham syariah harus memenuhi syarat yang disebutkan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah, terutama pasal 8 dan pasal 10.40
39
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 89. 40
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: Serambi, 2009), h. 260.
78
Kriteria yang digunakan untuk menentukan saham-saham yang masuk dalam perhitungan JII adalah:41 a. Kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar), b. Saham yang berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%, c. 60 saham dari susunan saham berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir, d. 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir. Saham-saham syariah yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) terus dievaluasi dari sisi ketaatannya terhadap prinsip-prinsip syariah sebagaimana tertuang dalam fatwa DSN. Keluar masuknya saham dalam perhitungan JII pada kenyataannya banyak disebabkan oleh terlampauinya batas maksimum rasio kewajibannya terhadap aktivanya, ratarata kapitalisasi pasarnya, dan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan regulernya.42 Adapun emiten saham yang konsisten pada daftar JII periode 2008-2010 adalah sebagai berikut. 41
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: Serambi, 2009), h.261.
42
Muhammad Nafik, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Jakarta: Serambi, 2009), h. 61.
79
Tabel 3.7 Daftar emiten saham yang konsisten pada JII periode 2008-2010 No.
Kode Emiten
Nama Emiten
1.
AALI
Astra Agro Lestari Tbk
2.
ANTM
Aneka Tambang (Persero) Tbk
3.
BMTR
Global Mediacom Tbk
5.
INCO
International Nickel Indonesia Tbk
6.
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
7.
KLBF
Kalbe Farma Tbk
8.
PTBA
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
9.
SMGR
Semen Gresik (Persero) Tbk
10.
TINS
Timah Tbk
11.
TLKM
Telekomunikasi Indonesia Tbk
12.
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
Sumber: BEI 4. Indeks Saham Lainnya43 Selain IHSG, JII, dan LQ45, BEI juga mengeluarkan beberapa indeks harga saham lainnya yang meliputi: Indeks Kompas 100, Indeks Sektoral, dan Indeks Papan Utama dan Indeks Papan Pengembang. a. Indeks Kompas 100 pada prinsipnya sama dengan LQ45, yakni terkait dengan isu likuiditas saham. Dalam hal ini yang dipakai sebagai dasar perhitungan indeks adalah 100 saham teraktif. Secara lebih spesifik proses pemilihan saham mempertimbangkan frekuensi transaksi, nilai transaksi dana kapitalisasi pasar serta kinerja fundemantal dari saham43
Eduardus Tandelilin, Portofolio dan Investasi: Praktik dan Aplikasi (Yogyakarta: Kanisius, 2010), h. 88.
80
saham tersebut. b. Indeks Sektoral, indeks ini merupakan sub-indeks dari IHSG. Indeks sekoral menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks sektoral di BEI adalah sebagai berikut. 1) Pertanian (agri), 2) Pertambangan (mining), 3) Industri dasar dan kimia (basic-ind), 4) Aneka industri (miss-ind), 5) Industri barang konsumsi (consumer), 6) Properti dan real estate (property), 7) Transportasi dan infrastruktur (infrastructure), 8) Keuangan (finance), 9) Perdagangan, jasa dan investasi (trade), dan 10) Manufaktur (manufactur). c. Indeks Papan Utama (MBX) dan Indeks Papan Pengembangan (DBX), kedua indeks ini dikeluarkan BEJ untuk menyediakan indikator dalam memantau perkembangan saham-saham yang masuk dalam masingmasing papan pencatatan. Terdapat beberapa karakteristik saham yang diperdagangkan di BEI. Emiten yang sahamnya tercatat dan diperdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Ada saham
81
yang masuk dalam kategori saham unggulan, sehingga tergabung 45 saham terlikuid (indeks LQ-45) dan ada emiten yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII).
Oleh karena Jakarta Islamic Index (JII)
merupakan benchmark bagi investor dalam berinvestasi sesuai ketentuan syariah dan Indeks LQ45 sebagai tolok ukur dalam sarana investasi yang tidak sesuai dengan ketentuan syariah. Kedua indeks ini merupakan indikator yang mencerminkan kinerja saham terlikuid di pasar, sehingga kinerja portofolio yang dibentuk melalui kedua indeks ini dapat dibandingkan.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Analisis dan Pembahasan Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008,2009, dan 2010 1. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008 Tabel 4.1 Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008 Portofolio Saham Portofolio Saham Syariah Konvensional Return -1,186 -1,570 Standar Deviasi 4,249 4,564 Beta 8,344 12,866 Risk Free SBSN 0,119 SBN 0,114 Indeks Sharpe -0,307 -0,369 Indeks Treynor -0,156 0,062 Indeks Jensen 6,565 10,046 Indeks M-Squared -0,041 -0,021 Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
82
83
Diagram 4.1 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2008
12
Return Pssy
10
Return PSknv Risiko Pssy
8
Risiko PSknv 6 Indeks Sharpe Pssy 4
Indeks Sharpe PSknv Indeks Treynor Pssy
2 0 2008
-2
Indeks Treynor PSknv Indeks Jensen PSSy Indeks Jensen PSknv
-4
Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
Pada Tahun 2008 saat terjadi krisis global kinerja kedua portofolio berdasarkan return-nya memiliki nilai negatif. Akan tetapi nilai return portofolio saham syariah masih lebih baik dengan nilai -1,186 jika dibandingkan return portofolio saham konvensional dengan nilai -1,570. Sedangkan total risiko yang harus ditanggung portofolio saham syariah adalah 4,249 terbilang lebih kecil jika dibandingkan dengan total risiko portofolio saham konvensional yang mencapai angka 4,564. Sementara itu beta portofolio saham syariah adalah 8,344. Sedangkan beta portofolio saham
84
konvensional jauh lebih besar mencapai 12,866. Hal ini menunjukkan bahwa portofolio saham konvensional lebih peka terhadap perubahan pasar. Lebih tingginya nilai negatif return portofolio saham syariah tentunya dikarenakan dalam pemilihan efek pada portofolio ini tidak terdapat beberapa efek yang berasal dari sektor industri keuangan yang berbasis bunga seperti efek yang terdaftar pada portofolio saham konvensional. Tingginya bunga pada bulan Agustus tahun 2008 hingga mencapai 9,25% dengan nilai inflasi yang mencapai 11,85% menyebabkan efek negatif dalam dunia investasi, khususnya dalam pergerakan harga saham pada Bursa Efek. Selain itu juga dikarenakan imbas dari krisis keuangan global, dimana permintaan terhadap ekspor luar negeri turun, sehingga pendapatan dari beberapa sektor industri pertambangan menjadi turun. Berdasarkan evaluasi kinerja portofolio melalui risk adjusted performance kinerja portofolio saham syariah di tahun 2008 unggul pada Indeks Sharpe dengan nilai -0,307. Nilai indeks Sharpe lebih tinggi karena nilai Indeks memiliki premi risiko portofolio saham syariah lebih tinggi dibandingkan portofolio saham konvensional dengan nilai masing-masing sebesar -1,304 dan -1,685. Sedangkan pada portofolio saham konvensional unggul pada indeks Treynor, indeks Jensen, dan indeks M-Squared dengan nilai masing-masing 0,062, 10,046, dan -0,021.
85
2. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2009 Pada tahun 2009, nilai acuan bunga Bank Indonesia mulai turun menjadi 6,5% sejak bulan Agustus hingga akhir tahun. Hal ini memicu nilai return portofolio saham konvensional menjadi lebih baik dibandingkan portofolio saham syariah. Akan tetapi pada November 2009, krisis utang Dubai mengguncang pasar keuangan dunia terutama pada investasi yang berbasis syariah. Oleh karena pengaruh pesrepsi negative inilah maka return portofolio saham syariah tertahan dan nilainya lebih rendah dari return portofolio saham konvensional.
Tabel 4.2 Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2009 Portofolio Saham Portofolio Saham Syariah Konvensional Return 0,616 0,920 Standar Deviasi 2,650 2,816 Beta 3,507 -1,502 Risk Free SBSN 0,091 SBN 0,109 Indeks Sharpe 0,198 0,288 Indeks Treynor -0,364 -0,540 Indeks Jensen -1,460 1,567 Indeks M-Squared 0,026 0,024 Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2009
86
Diagram 4.2 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2009 4
Return PSSy Return PSKnv
3
Risiko PSSy Risiko PSknv
2
Beta PSSy Beta PSknv
1
Indeks Sharpe PSSy Indeks Sharpe PSKnv
0
Indeks Treynor PSSy 2009
-1
Indeks Treynor PSknv Indeks Jensen PSSy Indeks Jensen PSKnv
-2
Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2009
Berdasarkan tabel 4.2 return kedua portofolio naik dan bernilai positif. Kenaikan return portofolio saham konvensional jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan portofolio saham syariah yang hanya mencapai angka 0,616. Sedangkan kenaikan return portofolio saham konvensional mencapai angka 0,929. Total risiko portofolio saham syariah dengan nilai 2,650 tidak jauh berbeda dengan nilai portofolio saham konvensional yang berada pada nilai 2,816. Beta portofolio saham syariah dengan nilai 3,507 lebih tinggi jika dibandingkan beta portofolio saham konvensional yang bernilai negatif 1,502.
87
Pada tahun 2009 kinerja portofolio saham konvensional berdasarkan nilai return-nya lebih baik dibandingkan portofolio saham syariah. Sedangkan berdasarkan nilai risiko total yang harus ditanggung, portofolio saham syariah lebih unggul karena memiliki risiko lebih kecil dibandingkan portofolio saham konvensional. Pada pengukuran kinerja portofolio melalui risk adjusted performance, portofolio saham syariah unggul melalui indeks Treynor dengan nilai negatif 0,156 dan indeks M-Squared dengan nilai 0,026. Sedangkan nilai indeks Treynor pada portofolio saham konvensional adalah sebesar -0,369 dan nilai indeks M-Squared sebesar -0,021. Sementara itu portofolio saham konvensional unggul melalui indeks Sharpe dengan nilai 0,288 dan indeks Jensen dengan nilai 1,567. Sedangkan nilai indeks Sharpe dan indeks Jensen portofolio saham syariah masing-masing adalah -0,307 dan 6,564.
3. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2010 Tabel 4.3 Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2010
Return Standar Deviasi Beta Risk Free
Portofolio Saham Syariah 0,733 1,098 9,996
Portofolio Saham Konvensional 0,273 1,985 -2,489
88
SBSN SBN Indeks Sharpe Indeks Treynor Indeks Jensen Indeks M-Squared Sumber: Data diolah dari Daftar Tahun2010
0,096 0,084 0,580 0,095 0,064 -0,076 -0,853 0,686 0,031 0,005 Harga Saham Bursa Efek Indonesia
Diagram 4.3 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah dan Portofolio Saham Konvensional Tahun 2010
12
Return PSSy Return PSKnv
10
Risiko PSSy 8
Risiko PSknv
6
Beta PSSy Beta PSknv
4
Indeks Sharpe PSSy Indeks Sharpe PSKnv
2
Indeks Treynor PSSy 0
Indeks Treynor PSknv 2010
-2
Indeks Jensen PSSy Indeks Jensen PSKnv
-4
Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2010
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kinerja portofolio saham syariah pada tahun 2010 lebih baik jika dibandingkan portofolio saham konvensional.
89
Return portofolio saham syariah naik menjadi 0,733 dengan risiko total 1,098. Sedangkan return portofolio saham konvensional turun drastis menjadi 0,273 dengan risiko total 1,985. Sementara itu beta portofolio saham konvensional hanya mencapai angka -2,489. Sedangkan beta portofolio saham syariah mencapai angka 9,996. Pada evaluasi pengukuran kinerja portofolio melalui risk adjusted performance portofolio saham syariah konsisten unggul pada indeks Treynor dan indeks M-Squared. Sementara itu nilai indeks Sharpe portofolio saham syariah pada tahun 2010 lebih unggul dibanding
portofolio saham
konvensional dengan angka 0,580.
4. Analisis Kinerja Portofolio Saham Syariah , Portofolio Saham Konvensional, Jakarta Islamic Index, dan Indeks LQ45 Tahun 2008
Tabel 4.4 Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2008 Portofolio Jakarta Portofolio Indeks Saham Syariah Islamic Index Saham LQ45 Konvensional -0,797 -0,824 Return -1,186 -1,570 0,160 0,134 Standar Deviasi 4,249 4,564 1,232 1,061 Beta 8,343 12,866 Risk Free SBSN/SBN 0,118 0,119 0,114 0,114 Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
90
Diagram 4.4 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2008
14
Return PSSy
Return PSKnv
12
Return JII
10
Return LQ45 8
Risiko PSSy
6
Risiko PSKnv Risiko JII
4
Risiko LQ45
2
Beta PSSy
0
Beta PSKnv
-2
2008
Beta JII Beta LQ45
-4
Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2008
Pada tahun 2008 return portofolio saham syariah lebih tinggi dari return portofolio saham konvensional dengan nilai sebesar -1,186. Portofolio saham konvensional menunjukkan angka -1,570 dan merupakan return terkecil jika dibandingkan dengan return yang lainnya. Sementara itu, kedua benchmark menunjukkan kondisi serupa sebagaimana return masing-masing portofolio sahamnya menunjukkan negative return yaitu -0,824 pada JII dan 0,797 pada indeks LQ45. Dengan demikian return indeks LQ45 merupakan
91
return tertinggi jika dibandingkan dengan return yang lainnya. Untuk standar deviasi atau total risiko, kinerja portofolio saham syariah menunjukkan nilai yang lebih baik jika dibandingkan dengan portofolio saham konvensional. Baiknya kinerja portofolio saham syariah didukung dengan nilai standar deviasi yang ditunjukkan oleh benchmark masing-masing portofolio. Nilai standar deviasi JII adalah sebesar 0,134 dan 0,160 pada LQ45. Dengan demikian risiko total pada JII merupakan risiko total terendah dan kinerja portofolio saham syariah berdasarkan nilai return dan risiko lebbih unggul dibandingkan dengan portofolio saham konvensional. Selain itu kinerja JII sebagai indikator dari emiten saham syariah lebih unggul dibandingkan indeks LQ45. Dari kriteria risiko pasar, kinerja portofolio saham konvensional lebih peka terhadap terjadinya perubahan pasar dibandingkan portofolio saham syariah. Sehingga pada periode ini baik portofolio saham konvensional maupun indeks LQ45 yang menjadi indikatornya lebih peka terhadap kondisi pasar. Sehingga ketika terjadi krisis keuangan yang mengguncang bursa global, indeks bursa regional terkena imbas sentimen negatif krisis keuangan global. Dalam hal ini, dampaknya lebih terlihat pada indeks LQ45 dan portofolio saham konvensional karena di dalamnya terdapat beberapa emiten industri keuangan seperti Bank Mandiri, BRI, BCA, dan Bank Danamon.
92
5. Analisis
Kinerja
Portofolio
Saham
Syariah,
Portofolio
Saham
Konvensional, Jakarta Islamic Index, dan Indeks LQ45 Tahun 2009 Pada tabel 4.5 return portofolio saham syariah lebih rendah jika dibandingkan dengan portofolio saham konvensional. Namun demikian return benchmark JII sebesar 0,657 lebih tinggi dibandingkan dengan indeks LQ45 yang hanya sebesar 0,611. Selain itu kinerja portofolio saham syariah jauh lebih baik dengan melihat risiko total portofolio saham syariah yang lebih rendah dari portofolio saham konvensional. Hal ini sejalan dengan nilai total risiko pada benchmark portofolio saham syariah yaitu JII sebesar 0,070 lebih rendah jika dibandingkan dengan risiko pada benchmark portofolio saham konvensional yaitu LQ45 sebesar 0,073. Tabel 4.5 Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2009 Portofolio Jakarta Portofolio Indeks Saham Syariah Islamic Index Saham LQ45 Konvensional 0,612 0,657 Return 0,616 0,920 0,073 0,070 Standar Deviasi 2,650 2,816 0,997 0,963 Beta 3,507 -1,502 Risk Free SBSN/SBN 0,091 0,091 0,109 0,109 Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2009
93
Diagram 4.5 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2009 4 Return PSSy
Return PSKnv
3
Return JII Return LQ45
2
Risiko PSSy Risiko PSKnv
1
Risiko JII Risiko LQ45
0
Beta PSSy 2009
Beta PSKnv Beta JII
-1
Beta LQ45 -2
Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 Berdasarkan nilai beta, portofolio saham syariah lebih peka terhadap kondisi pasar. Pada periode ini merupakan fase pemulihan dari imbas krisis keuangan global yang ditandai dengan membaiknya kondisi perekonomian Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya yang merangsang pertumbuhan industri dalam negeri. Akan tetapi return portofolio saham konvensional lebih tinggi dibandingkan portofolio saham syariah. Hal ini dikarenakan membaiknya kinerja industri keuangan yang terdapat pada portofolio saham konvensional. Sementara itu, pada JII maupun portofolio saham syariah tidak terdapat industri keuangan seperti perbankan.
94
6. Analisis
Kinerja
Portofolio
Saham
Syariah,
Portofolio
Saham
Konvensional, Jakarta Islamic Index, dan Indeks LQ45 Tahun 2010 Pada tabel 4.6 return portofolio saham syariah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan return portofolio saham konvensional dan return indeks JII dan indeks LQ45. Baiknya kinerja portofolio saham syariah ini didukung dengan nilai risiko total portofolio saham syariah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan portofolio saham konvensional. Meski demikian risiko total indeks LQ45 sedikit lebih rendah jika dibandingkan benchmark portofolio saham syariah yaitu JII. Tabel 4.6 Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2010 Portofolio Jakarta Portofolio Indeks Saham Syariah Islamic Index Saham LQ45 Konvensional 0,283 0,245 Return 0,732 0,273 0,052 0,054 Standar Deviasi 1,098 1,986 0,988 0,954 Beta 9,996 -2,489 Risk Free 0,084 0,084 SBSN/SBN 0,096 0,096 Sumber: Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2010
95
Diagram 4.6 Diagram Batang Kinerja Portofolio Saham Syariah, JII, Portofolio Saham Konvensional dan Indeks LQ45 Tahun 2010
4
Return PSSy
Return PSKnv 3
Return JII Return LQ45
2
Risiko PSSy Risiko PSKnv
1
Risiko JII Risiko LQ45
0
Beta PSSy 2009
-1
Beta PSKnv Beta JII Beta LQ45
-2
Sumber: Data diolah dari Daftar Harga Saham Bursa Efek Indonesia Tahun 2010
Tingginya nilai return portofolio saham syariah dibandingkan portofolio saham konvensional dikarenakan pengaruh sentimen positif industri keuangan global yang mulai stabil. Membaiknya perekonomian Amerika dan Negara Eropa lainnya tidak memungkiri atas imbas positif terhadap jumlah permintaan terhadap produksi bahan dasar atau permintaan atas komoditas ekspor semakin meningkat. Hal ini memicu produksi dalam negeri, sehingga memicu pendapatan emiten yang terdaftar pada portofolio saham syariah yang
96
didominasi atas emiten yang berasal dari sektor pertambangan. Rendahnya portofolio saham konvensional karena jumlah kredit yang turun. Meskipun nilai bunga atau harapan imbal hasil stabil pada angka 6,5% tetapi pada tahun ini banyak nasabah yang mengembalikan sejumlah pinjaman. Beta portofolio saham syariah maupun JII lebih tinggi dibanding portofolio saham konvensional dan indeks LQ45. Hal ini mengindikasikan bahwa baik JII maupun portofolio saham syariah lebih peka terhadap perubahan pasar dan tumbuh secara konsisten dibandingkan dengan indeks LQ45 maupun portofolio saham konvensional.
B. Hasil Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linier Berganda 1. Hasil Uji Multikolinieritas dan Autokorelasi antara variabel independen (Harapan imbal hasil dan inflasi) terhadap variabel dependen (return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII, dan return LQ45). a. Hasil Uji Multikolinieritas Berdasarkan masing-masing nilai VIF variabel independen terhadap variabel dependen pada output coefficient dari SPSS 16 yaitu dengan angka 1.133 maka model regresi ini dapat dikatakan bebas dari multikolinieritas. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antarvariabel
97
independen
(harapan
imbal
hasil
dengan
inflasi)
terbebas
dari
multikolinieritas. b. Hasil Uji Autokorelasi Tabel 4.7 Nilai Durbin-Watson Menurut Masing-masing Variabel Dependen Indikator Nilai Keterangan DW Variabel independen terhadap return 1,802 Tidak terjadi portofolio saham syariah autokorelasi Variabel independen terhadap return portofolio saham konvensional
1,964
Tidak terjadi autokorelasi
Variabel independen terhadap return JII
1,989
Tidak terjadi autokorelasi
Variabel independen terhadap return LQ45
1,700
Tidak terjadi autokorelasi
Sumber: Output SPSS dari Data Sekunder yang Sudah Diolah. Oleh karena hasil dari nilai Durbin-Watson berdasarkan variabel dependen berada di antara -2 dan 2 atau -2 < DW < 2 berarti tidak terdapat autokorelasi antara variabel independen (harapan imbal hasil dan inflasi) terhadap masing-masing variabel dependen (return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII, dan return LQ45). 2. Hasil Uji Normalitas a) Hasil Uji Normalitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Portofolio Saham Syariah
98
Diagram 4.7 Uji Normalitas Variabel Dependen Return Portofolio Saham Syariah
Pada histogram, data distribusi nilai residu (error) dengan variabel dependennya adalah return portofolio saham syariah menunjukkan distribusi normal (lihat gambar yang berbentuk bel). Demikian pula pada normal probability plot dengan variabel dependennya adalah return portofolio saham syariah, terlihat sebaran error (berupa dot atau titik) masih berada pada sekitar garis lurus. Kedua hal ini menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas, atau residu dari model dapat dianggap berdistribusi secara normal.
99
Grafik 4.1 Uji Distribusi Normal Variabel Dependen Return Portofolio Saham Syariah
b) Hasil Uji Normalitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Portofolio Saham Konvensional Diagram 4.8 Uji Normalitas Variabel Dependen Return Portofolio Saham Konvensional
100
Grafik 4.2 Uji Distribusi Normal Variabel Dependen Return Portofolio Saham Konvensional
Pada histogram, data distribusi nilai residu (error) dengan variabel dependennya adalah return portofolio saham konvensional menunjukkan distribusi normal (lihat gambar yang berbentuk bel). Demikian pula pada normal probability plot dengan variabel dependennya adalah return portofolio saham konvensional, terlihat sebaran error (berupa dot atau titik) masih berada pada sekitar garis lurus. Kedua hal ini menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas, atau residu dari model dapat dianggap berdistribusi secara normal.
101
c) Hasil Uji Normalitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Jakarta Islamic Index (JII) Diagram 4.9 Uji Normalitas Variabel Dependen Return Jakarta Islamic Index
Grafik 4.3 Uji Distribusi Normal Variabel Dependen Return JII
102
Pada histogram, data distribusi nilai residu (error) dengan variabel dependennya adalah return Jakarta Islamic Index (JII) menunjukkan distribusi tidak normal (lihat gambar yang tidak berbentuk bel). Demikian pula pada normal probability plot dengan variabel dependennya adalah return portofolio saham konvensional, terlihat sebaran error (berupa dot atau titik) tidak berada pada sekitar garis lurus. Kedua hal ini menunjukkan model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas, atau residu dari model dapat dianggap tidak berdistribusi secara normal.
d) Hasil Uji Normalitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Indeks LQ45 Diagram 4.10 Uji Normalitas Variabel Dependen Return LQ45
103
Grafik 4.3 Uji Distribusi Normal Variabel Dependen Return LQ45
Pada histogram, data distribusi nilai residu (error) dengan variabel dependennya adalah return indeks LQ45 menunjukkan distribusi normal (lihat gambar yang berbentuk bel). Demikian pula pada normal probability plot dengan variabel dependennya adalah return indeks LQ45, terlihat sebaran error (berupa dot atau titik) masih berada pada sekitar garis lurus. Kedua hal ini menunjukkan model regresi memenuhi asumsi normalitas, atau residu dari model dapat dianggap berdistribusi secara normal. 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas a) Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Portofolio Saham Syariah
104
Gambar 4.1 Sebaran Data Uji Heteroskedastisitas Variabel Dependen Return Portofolio Saham Syariah
Scatterplot atau pencaran titik pada gambar di atas secara dominan tidak memperlihatkan sebuah pola tertentu, misalnya pola cenderung naik ke kanan atas, atau menurun ke kiri atas, atau pola tertentu lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi bebas dari heteroskedastisitas. b) Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Portofolio Saham Konvensional Scatterplot atau pencaran titik pada gambar di bawah ini secara dominan tidak memperlihatkan sebuah pola tertentu, misalnya pola cenderung naik ke kanan atas, atau menurun ke kiri atas, atau pola tertentu lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi bebas dari heteroskedastisitas.
105
Gambar 4.2 Sebaran Data Uji Heteroskedastisitas Variabel Dependen Return Portofolio Saham Konvensional
c) Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Jakarta Islamic Index (JII) Gambar 4.3 Sebaran Data Uji Heteroskedastisitas Variabel Dependen Return Jakarta Islamic Index
106
Scatterplot atau pencaran titik pada gambar di atas secara dominan tidak memperlihatkan sebuah pola tertentu, misalnya pola cenderung naik ke kanan atas, atau menurun ke kiri atas, atau pola tertentu lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi bebas dari heteroskedastisitas. d) Hasil Uji Heteroskedastisitas Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Indeks LQ45 Gambar 4.4 Sebaran Data Uji Heteroskedastisitas Variabel Dependen Return LQ45
Scatterplot atau pencaran titik pada gambar di atas secara dominan tidak memperlihatkan sebuah pola tertentu, misalnya pola cenderung naik ke kanan atas, atau menurun ke kiri atas, atau pola tertentu lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi bebas dari heteroskedastisitas.
107
C. Hasil dan Pembahasan Pengujian Analisis Regresi Linier Berganda 1. Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Syariah Nilai R menunjukan korelasi (hubungan) antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hubungan tersebut dapat dikatakan kuat karena korelasi mendekati 100% (jauh di atas 50% ). Berikut pedoman intrepretasi koefisien korelasi: Tabel 4.8 Interpretasi Tingkat Hubungan Terhadap Nilai Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, h. 183 dalam Suplemen 1 Statistika 2 Oleh Iim Qoimuddin.
Berdasarkan tabel 4.9 nilai determinasi atau R Square sebesar 0,239 atau 23,9%. Dengan demikian hal ini dapat berarti 23,9% dari variasi return portofolio saham syariah dapat dijelaskan oleh variabel harapan imbal hasil dan inflasi. Sedangkan sisanya 76,1% dijelaskan oleh sebab yang lain. Dalam hal ini adalah faktor makroekonomi yang lain atau kondisi internal emiten saham.
108
Tabel 4.9 Nilai Determinasi Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio saham Syariah Model Summaryb
Change Statistics Mo del 1
R .489a
Std. Error F R Adjusted of the R Square Chang Square R Square Estimate Change e .239
.193 .0936606
.239 5.186
df1
df2 2
Sig. F Change
33
.011
DurbinWatson 1.802
Sumber: Output SPSS, Data Diolah
Tabel 4.10 Hasil Uji F Regresi Linier Berganda Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return portofolio Saham Syariah ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
41.738
2
20.869
125.329
33
3.798
Total 167.067 Sumber: Output SPSS, Data Diolah
35
Residual
F 5.495
Sig. .009a
Berdasarkan tabel anova di atas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas 0,009 jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi ini menjelaskan bahwa variabel harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh terhadap return portofolio saham syariah secara statistik. Oleh karena nilai probabilitas lebih kecil dari nilai signifikansi maka Ho ditolak. Dengan
109
demikian variabel harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap variabel return portofolio saham syariah. Tabel 4.11 Hasil Uji T dan Persamaan Regresi Linier Berganda Antara Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return portofolio Saham Syariah Coefficientsa Model
Unstandardized Standard Coefficients ized Coeffici ents B
1
(Constant)
7.674
Std. Error
Sig.
Beta
2.386
harapan_imb - 32.633 al_hasil 108.170
t
Correlations
Collinearity Statistics
Zero- Partia Part Tolera VIF order l nce 3.216 .003
-.532
- .002 3.315
-.467 -.500 -.500
.882 1.133
Inflasi 2.221 1.882 .189 1.180 .246 Sumber: Output SPSS, Data Diolah
.007 .201 .178
.882 1.133
Berdasarkan tabel 4.9 dapat menggambarkan persamaan regresi yaitu: Y = 7,674−1,08,170X1+2,221X2 Di mana: Y = Return Portofolio Saham Syariah X1 = Harapan Imbal Hasil X2 = Inflasi Konstanta sebesar 7,674 menyatakan bahwa jika tidak ada harapan imbal hasil dan inflasi maka return portofolio saham syariah adalah 7,674 poin. Koefisien regresi X1 sebesar -108,170 menyatakan bahwa setiap
110
penambahan 1% harapan imbal hasil akan menurunkan return portofolio saham syariah sebesar 108,170 poin. Nilai probabilitas harapan imbal hasil sebesar 0,002 berarti signifikan pada alpha 5%. Sementara nilai probabilitas pada inflasi mencapai 0,246 berarti tidak signifikan pada alpha 5%. Tabel 4.12 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Syariah Correlations harapan_imbal _hasil
return_PSsy Pearson Correlation
return_PSsy
1.000
-.457
.008
harapan_imbal_hasil
-.457
1.000
.343
.008
.343
1.000
.
.003
.481
harapan_imbal_hasil
.003
.
.020
inflasi
.481
.020
.
return_PSsy
36
36
36
harapan_imbal_hasil
36
36
36
inflasi
36
36
36
inflasi Sig. (1-tailed)
N
inflasi
return_PSsy
Sumber: Output SPSS 16 dari Data Sekunder yang telah Diolah Besar hubungan antaravariabel return portofolio saham syariah dengan harapan imbal hasil dengan koefisien korelasi adalah -0,457 dan signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikan 0,003, Sedangkan variabel return
111
portofolio saham syariah dengan inflasi adalah 0,08 dan tidak signifikan pada alpha 5% dengan angka 0,481. Dengan demikian harapan imbal hasil berpengaruh negatif terhadap return portofolio saham syariah. Sementara itu terdapat pengaruh yang sangat rendah antara variabel inflasi terhadap return portofolio saham syariah. 2. Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Konvensional Berdasarkan tabel 4.10 nilai R Square 0,250 atau 25% berarti dari variasi return portofolio saham konvensional dapat dijelaskan oleh variabel harapan imbal hasil dan inflasi. Sementara sisanya sebesar 75% dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tabel 4.13 Nilai Determinasi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Variabel Return Portofolio Saham Konvensional Model Summaryb Mo R R Adjusted Std. Change Statistics Durbindel Squar R Error of Watson R F df1 df2 Sig. F e Square the Change Estimate Square Chang Change e 1 .500a .250 .204 1.94880 .250 5.495 2 33 .009 1.700 34 Sumber: Output SPSS, Data Diolah Menurut output anova pada tabel 4.14 menyatakan bahwa model regresi memiliki nilai probabilitas 0,027 yang berarti signifikan pada alpha 5%. Oleh karena itu H0 ditolak maka harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap return portofolio saham konvensional.
112
Tabel 4.14 Hasil Uji F Regresi Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Konvensional ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.091
2
.046
Residual
.374
33
.011
Total .465 Sumber: Output SPSS, Data Diolah
F 4.037
Sig. .027a
35
Tabel 4.15 Hasil Uji T dan Persamaan Regresi Pengaruh Variabel Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Konvensional Coefficientsa Model
Unstandardized Standar Coefficients dized Coeffici ents B
1
(Constant) harapan_im bal_hasil Inflasi
Std. Error
.367
.130
-5.058
1.782
.112
.103
t
Sig.
Beta
Correlations
Collinearity Statistics
Zero- Partia Part Tolera VIF order l nce 2.814 .008
-.472
- .008 -.410 -.443 -.443 2.839
.181 1.087 .285
.019 .186 .170
.882 1.133 .882 1.133
Sumber: Output SPSS, Data Diolah Berdasarkan tabel 4.15 dapat diperoleh persamaan regresi berikut ini: Y = 0,367−5,058X1+0,112X2 Di mana: Y = Return Portofolio Saham Konvensional X1 = Harapan Imbal Hasil X2 = Inflasi
113
Konstanta 0,367 menyatakan bahwa jika tidak ada harapan imbal hasil dan inflasi maka return portofolio saham konvensional adalah 0,367 poin. Koefisien regresi X1 sebesar -5,058 menyatakan bahwa setiap penambahan 1%
harapan imbal hasil akan menurunkan return portofolio saham
konvensional sebesar -5,058 poin. Nilai probabilitas harapan imbal hasil sebesar 0,008 berarti signifikan pada alpha 5%. Dengan demikian variabel harapan imbal hasil berpengaruh secara parsial terhadap return portofolio saham konvensional. Sementara itu inflasi berpengaruh positif terhadap return portofolio saham konvensional dengan angka 0,112 dengan nilai probabilitas 0,285 berarti tidak signifikan pada alpha 5%. Tabel 4.16 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Portofolio Saham Konvensional Correlations
Pearson Correlation return_PKnv harapan_imbal_hasil
return_PKnv
harapan_imbal _hasil
1.000
-.410
.019
-.410
1.000
.343
.343 .007 . .020 36 36 36
1.000 .457 .020 . 36 36 36
inflasi .019 Sig. (1-tailed) return_PKnv . harapan_imbal_hasil .007 inflasi .457 N return_PKnv 36 harapan_imbal_hasil 36 inflasi 36 Sumber: Output SPSS 16 dari Data Sekunder yang telah Diolah
inflasi
114
Besar hubungan antaravariabel return portofolio saham konvensional dengan harapan imbal hasil dengan koefisien korelasi adalah -0,410 dan signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikan 0,007, Sedangkan variabel return portofolio saham konvemsional dengan inflasi adalah 0,19 dan tidak signifikan pada alpha 5% dengan angka 0,457. Dengan demikian harapan imbal
hasil
berpengaruh negatif
terhadap
return
portofolio
saham
konvensional. Sementara itu terdapat pengaruh yang sangat rendah antara variabel inflasi terhadap return portofolio saham konvensional. 3. Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Jakarta Islamic Index Melalui output model summary pada tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai determinasi atau R Square adalah sebesar 0,158 atau 15,8%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variasi return Jakarta Islamic Index 15,8% dapat dijelaskan oleh variabel harapan imbal hasil dan inflasi. Sedangkan sisanya dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya seperti faktor makroekonomi lainnya ataupun internal emiten saham.
115
Tabel 4.17 Nilai Determinasi Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return JII Model Summaryb Mo del
R
R Adjuste Std. Change Statistics DurbinSquar d R Error of R F df1 df2 Sig. F Watson e Square the Square Chan Change Estimat Change ge e
.397a .158
1
.107 1.42278 .158 3.094 24 Sumber: Output SPSS, Data Diolah
2
33
.059
1.989
Tabel 4.18 Hasil Uji F Regresi Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Jakarta Islamic Index ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
12.525
2
6.263
Residual
66.802
33
2.024
Total 79.328 Sumber: Output SPSS, Data Diolah
F 3.094
Sig. .059a
35
Melalui tabel 4.18 diatas dapat diketahui bahwa nilai probabilitas model regresi sebesar 0,059 > 0,05. Dengan demikian hipotesis H0 diterima yang berarti bahwa tidak ada pengaruh antara variabel harapan imbal hasil dan inflasi secara simultan terhadap return Jakarta Islamic Index. Sedangkan melalui uji t pada tabel 4.19 dinyatakan bahwa nilai probabilitas variabel harapan imbal hasil adalah 0,018 signifikan pada alpha 5% sedangkan pada variabel inflasi tidak signifikan pada alpha 5%.
116
Tabel. 4.19 Hasil Uji T dan Persamaan Regresi Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi terhadap Return Jakarta Islamic Index Coefficientsa Standardi zed Unstandardized Coefficie Coefficients nts Std. Error
Model
B
1
4.055
1.742
2.328
.026
-59.070
23.824
-.422 -2.479
.018
1.427
1.374
.177 1.039
.307
(Constant) harapan_imb al_hasil Inflasi
Beta
Collinearity Statistics
Correlations t
Sig.
Zero- Partia Tolera order l Part nce VIF
-.361 -.396 -.396 .032
.178
.166
.882 1.133 .882 1.133
Sumber: Output SPSS. Data Diolah
Melalui Tabel 4.20 dapat diketahui bahwa besar hubungan antaravariabel return JII dengan harapan imbal hasil dengan koefisien korelasi adalah -0,361 dan signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikan 0,015, Sedangkan variabel return JII dengan inflasi adalah 0,032 dan tidak signifikan pada alpha 5% dengan angka 0,427. Dengan demikian harapan imbal hasil berpengaruh negatif terhadap return JII. Sementara itu terdapat pengaruh yang sangat rendah antara variabel inflasi terhadap return JII.
117
Tabel 4.20 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return JII Correlations return_JII Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
harapan_imbal_ hasil
inflasi
return_JII
1.000
-.361
.032
harapan_imbal_hasil
-.361
1.000
.343
inflasi
.032
.343
1.000
return_JII harapan_imbal_hasil
. .015
.015 .
.427 .020
inflasi
.427
.020
.
return_JII
36
36
36
harapan_imbal_hasil
36
36
36
inflasi
36
36
36
Sumber: Output SPSS. Data Diolah
4. Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Indeks LQ45 Berdasarkan Tabel 4.21 menyatakan bahwa nilai determinasi atau R Square adalah sebesar 0,250 atau 25%. Dengan demikian variabel return indeks LQ45 dapat dijelaskan oleh variabel harapan imbal hasil dan inflasi sebesar 25%. Sedangkan sisanya 75% dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
118
Tabel 4.21 Nilai Determinasi Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Indeks LQ45 Model Summaryb Mo del
1
R
R Adjuste Std. Change Statistics DurbinSquar d R Error of R F df1 df2 Sig. F Watson e Square the Square Chan Change Estimat Change ge e
.500a .250
.204 1.94880 34 Sumber: Output SPSS, Data Diolah
.250 5.495
2
33
.009
1.700
Sementara itu pada output anova tabel 4.17 diketahui nilai probabilitas adalah sebesar 0,009 dan signifikan pada alpha 5%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variabel harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap return indeks LQ45.
Tabel 4.22 Hasil Uji F Regresi Pengaruh Variabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Indeks LQ45 Secara Simultan ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression Residual
df
Mean Square
41.738
2
20.869
125.329
33
3.798
Total 167.067 Sumber: Output SPSS, Data Diolah
35
F 5.495
Sig. .009a
119
Tabel 4.23 Hasil Uji T dan Persamaan Regresi Pengaruh Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return Indeks LQ45 Coefficientsa Model
Unstandardized Standar Coefficients dized Coeffici ents B
1
(Constant) harapan_im bal_hasil inflasi
Std. Error
7.674
Sig.
Beta
2.386
- 32.633 108.17 0 2.221
T
1.882
Correlations
Collinearity Statistics
Zero- Parti Part Tolera VIF order al nce 3.216 .003
-.532
- .002 -.467 -.500 -.500 3.315
.189 1.180 .246
.007 .201 .178
.882 1.133
.882 1.133
Sumber: Output SPSS, Data Diolah Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa variabel harapan imbal hasil berpengaruh negatif dan memiliki nilai probabilitas sebesar 0,002 signifikan pada 5%. Sementara itu inflasi berpengaruh positif tetapi memiliki nilai probabilitas sebesar 0,246 > 0,05. Tabel 4.24 Uji Korelasi Antarvariabel Harapan Imbal Hasil dan Inflasi Terhadap Return LQ45 Correlations harapan_imbal return_LQ45 _hasil Pearson Correlation return_LQ45
Sig. (1-tailed)
Inflasi
1.000
-.467
.007
harapan_imbal_hasil
-.467
1.000
.343
inflasi return_LQ45 harapan_imbal_hasil inflasi
.007 . .002 .484
.343 .002 . .020
1.000 .484 .020 .
120
N
return_LQ45 harapan_imbal_hasil inflasi Sumber: Output SPSS. Data Diolah
36 36 36
36 36 36
36 36 36
Besar hubungan antaravariabel return LQ45 dengan harapan imbal hasil dengan koefisien korelasi adalah -0,467 dan signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikan 0,002, Sedangkan variabel return LQ45 dengan inflasi adalah 0,07 dan tidak signifikan pada alpha 5% dengan angka 0,484. Dengan demikian harapan imbal hasil berpengaruh negatif terhadap return LQ45. Sementara itu terdapat pengaruh yang sangat rendah antara variabel inflasi terhadap return LQ45.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Pada tahun 2010, return portofolio saham syariah yang mencapai 0,732 lebih baik dari return Jakarta Islamic Index yang hanya sebesar 0,245 dan portofolio saham konvensional dengan nilai 0,273. Return ini merupakan return tertinggi dibandingkan ketiga return lainnya. Hal ini didukung pula dengan tingkat risiko total yang ditanggung masih lebih kecil yaitu 1,098 jika dibandingkan tingkat risiko total yang harus ditanggung oleh portofolio saham konvensional yaitu 0,1,986. Meskipun demikian, risiko total yang harus ditanggung portofolio saham syariah masih lebih tinggi jika dibandingkan risiko total yang harus ditanggung oleh Jakarta Islamic Index dengan nilai 0,054 sebagai benchmark-nya. Pasca krisis global pada tahun 2009, return portofolio saham konvensional naik drastis dan jauh lebih tinggi dibandingkan ketiga return lainnya dengan nilai return 0,920. Sedangkan return portofolio saham syariah, return JII, dan return LQ45 masing-masing sebesar 0,616, 0,657, dan 0,612. Kinerja portofolio saham syariah lebih baik karena memiliki risiko total lebih rendah dibandingkan portofolio saham konvensional yaitu 2,650 sedangkan risiko portofolio saham konvensional mencapai 2,816. Hal ini didukung pula
121
122
dengan risiko Jakarta Islamic Index yang lebih rendah yaitu dengan nilai 0,070 dibandingkan risiko indeks LQ45 yang mencapai 0,073. Pada tahun 2008 saat terjadi krisis global baik kinerja portofolio saham syariah, portofolio saham konvensional, JII, dan indeks LQ45 berdasarkan return-nya menunjukkan nilai negative return dengan nilai return masingmasing sebesar -1,186, -0,1570, -0,824, dan -0,797. Return portofolio saham syariah lebih baik dibandingkan return portofolio saham konvensional dan return JII. Oleh karena korelasi return JII dengan kondisi ekonomi melalui industri keuangan lebih rendah dibandingkan korelasi return Indeks LQ45 maka kinerja return Indeks LQ45 lebih baik jika dibandingkan return JII. Namun demikian kinerja portofolio saham syariah dapat dikatakan lebih baik karena memiliki tingkat risiko lebih kecil dari portofolio saham konvensional meskipun masih lebih tinggi dari risiko JII sebagai benchmark-nya. 2. Melihat dari nilai return portofolio saham syariah dapat dikatakan bahwa kinerja portofolio saham syariah tergolong konsisten dengan memiliki trend return yang naik sesuai kondisi pasar dan dapat beradaptasi dengan perubahan pasar. Walaupun pada akhir periode penelitian return JII sebagai benchmark-nya mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan pada Jakarta Islamic Index masih terdaftar beberapa emiten saham yang juga termasuk dalam indeks LQ45. Sementara itu dari nilai return portofolio saham konvensional dapat diketahui bergerak secara fluktuatif. Hal ini dapat dilihat
123
pasca krisis global return portofolio saham konvensional naik drastis. Namun demikian pada masa pemulihan tepatnya pada tahun 2010 return portofolio saham konvensional turun drastis. Hal ini juga diikuti oleh turunnya return indeks LQ45 sebagai benchmark-nya. 3. Berdasarkan risiko total yang harus ditanggung, portofolio saham syariah lebih baik jika dibandingkan portofolio saham konvensional. Walaupun rsisiko total yang harus ditanggung masih belum baik dibandingkan risiko total yang harus ditanggung oleh JII sebagai benchmark-nya. Akan tetapi risiko total yang ditanggung JII lebih baik jika dibandingkan risiko total yang ditanggung oleh indeks LQ45. Dengan demikian, baik portofolio saham syariah maupun Jakarta Islamic Index memiliki kinerja yang lebih baik dan lebih tahan terhadap perubahan gejolak pasar. Saham-saham yang konsisten dan terdaftar pada JII terbukti memiliki return yang lebih baik dengan risiko rendah pada saat menghadapi krisis global dibandingkan portofolio saham konvensional dan indeks LQ45. 4. Berdasarkan pengukuran kinerja portofolio saham dengan risk adjusted performance dan M-Squared pada tahun 2008 portofolio saham syariah unggul pada indeks Sharpe dengan nilai indeks -0,307. Sedangkan portofolio saham konvensional unggul pada indeks Treynor, indeks Jensen, dan indeks M-Squared dengan nilai indeks masing-masing sebesar 0,062, 10,046, dan 0,021 jika dibandingkan dengan portofolio saham syariah yang hanya
124
mencapai nilai msing-masing indeks sebesar -0,156, 6,565, dan -0,041.. Perbedaan nilai indeks dipengaruhi oleh besar atau kecilnya nilai risiko total dan beta portofolio yang harus ditanggung. Pada tahun 2009, portofolio saham syariah unggul pada indeks Treynor dan indeks M-Squared dengan nilai indeks -0,364 dan 0,026 dibandingkan dengan nilai indeks portofolio saham konvensional yang hanya mencapai -0,540 dan 0,024. Sementara itu portofolio saham konvensional unggul pada indeks Sharpe dengan nilai 0,288 dan indeks Jensen dengan nilai indeks 1,567 sedangkan nilai indeks portofolio saham syariah hanya mencapai 0,198 dan 1,460. Pada tahun 2010 portofolio saham syariah kembali unggul pada indeks Sharpe dengan nilai indeks 0,580 sedangkan portofolio saham konvensional hanya mencapai 0,095, serta konsisten unggul melalui indeks Treynor dengan nilai indeks 0,064, dan indeks M-Squared dengan nilai indeks 0,031. Sedangkan nilai indeks Treynor dan indeks M-Squared portofolio saham konvensional sebesar -0,076 dan 10,005. Hal ini dikarenakan pengaruh beta dan risiko total yang ditanggung portofolio saham syariah lebih baik dibandingkan portofolio saham konvensional. Dengan demikian dapat diketahui bahwa risiko pada portofolio saham syariah yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index lebih kecil jika dibandingkan portofolio saham konvensional. Selain itu perbedaan nilai indeks juga dipengaruhi besarnya risk free, dapat diketahui bahwa risk free portofolio saham syariah pada tahun
125
2008 dan 2009 lebih besar jika dibandingkan portofolio saham konvensional. Akan tetapi pada tahun 2010 risk free portofolio saham konvensional lebih besar jika dibandingkan portofolio saham syariah. 5. Melalui uji f pada hasil statistik regresi linier berganda dapat diketahui bahwa harapan imbal hasil dan inflasi berpengaruh secara simultan terhadap return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, dan return LQ45 dengan nilai signifikasi masing-masing sebesar 0,009, 0,027, dan 0,009 yang signifikan pada alpha 5% . Dengan demikian H0 ditolak maka terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil dan inflasi terhadap return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, dan return LQ45. Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik linier berganda secara simultan tidak signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikan sebesar 0,059. Sedangkan melalui uji t pada hasil statistik regresi linier berganda dapat diketahui bahwa harapan imbal hasil pada return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, dan return LQ45 signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikan masing-masingnya adalah sebesar 0.002, 0.008, dan 0.002. Dengan demikian H0 ditolak maka terdapat pengaruh antara harapan imbal hasil secara parsial terhadap return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, dan return LQ45. Sementara itu melalui uji t pada variabel inflasi baik return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional maupun return LQ45 tidak signifikan pada alpha 5% dengan
126
angka signifikan masing-masing sebesar 0.246, 0.285, dan 0.246. Dengan demikian H0 diterima atau tidak terdapat pengaruh antara inflasi secara parsial terhadap return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, dan return LQ45. 6. Pada hasil uji korelasi antaravariabel harapan imbal hasil dengan return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII dan return LQ45 masing-masing memiliki pengaruh negative sebesar -0.457, -0.410, -0.361, dan -0.467. Hubungan antarvariabel tersebut signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikansi masing-masing sebesar 0.003, 0.007, 0.015, dan 0.002. Sedangkan hasil uji korelasi antaravariabel inflasi dengan return portofolio saham syariah, return portofolio saham konvensional, return JII dan return LQ45 memiliki pengaruh sangat rendah dengan nilai masing-masing 0.008, 0.019, 0.032, dan 0.007. Hubungan antarvariabel tersebut tidak signifikan pada alpha 5% dengan nilai signifikansi masingmasing sebesar 0.481, 0.457, 0.427, dan 0.484.
B. Saran 1. Oleh karena penelitian ini dilakukan karena telah terjadi krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008, hendaknya penelitian seperti ini dilakukan kembali dengan memperhatikan kondisi sebelum dan sesudah terjadinya krisis keuangan global dan dalam rentang waktu penelitian yang
127
lebih panjang. Apabila hasilnya tetap konsisten maka dapat dikatakan bahwa portofolio yang terdiri atas saham syariah layak dijadikan sebagai pilihan utama untuk berinvestasi di pasar modal. 2. Dengan penelitian ini diharapkan para pengusaha atau pun para investor akan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya pada efek yang berbasis syariah. 3. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya menggunakan sample penelitian yang lebih besar, misalnya menggunakan data harga penutupan saham harian atau mingguan. Pada penelitian selanjutnya juga perlu diperhatikan berbagai sektor selain industri non-financial. 4. Mengingat dengan terbitnya Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) yang memuat seluruh saham syariah yang tercatat di bursa, hendaknya menjadikan indeks ini sebagai alternatif analisa kinerja saham ataupun portofolio saham yang berbasis syariah dalam menentukan sebuah proxy pasar yang lebih luas. Sehingga ISSI ini dapat dijadikan studi perbandingan kinerja saham ataupun portofolio saham dengan IHSG pada penelitian selanjutnya.
128
DAFTAR PUSTAKA
Abdalloh, Irwan. “Produknya Sudah Syariah, Transaksinya?.” Sharing, edisi 51, Maret 2011. Divisi Pengembangan Usaha Bursa Efek Indonesia. Handbook Sekolah Pasar Modal Syariah Tahun 2011. Jakarta: Bursa Efek Indonesia, 2011. Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi, ed. Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Fatwa DSN-MUI No. 80/DSN-MUI/III/2011 tentang Penerapan Prinsip Syariah dalam Mekanisme Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas di Pasar Reguler Bursa Efek. Hamid, Abdul. Pasar Modal Syariah. Jakarta: Lembaga Penenlitian UIN Jakarta, 2009. Haming, Murdifin dan Salim Basalamah. Studi Kelayakan Investasi Proyek & Bisnis. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. Investasi Pada Pasar Modal Syariah. Jakarta: Kencana, 2008. Mannan, Abdul. Aspek Hukum dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009. Musta’inah. Analisa Portofolio Berbasis Syariah dengan Metode RAR (Januari 2005-Desember 2007. Skripsi S1 FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Nafik, Muhammad. Bursa Efek dan Investasi Syariah. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2009. Nasarudin, Irsan, et al. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana, 2008.
128
129
Pontjowinoto, Iwan P. Kaya dan Bahagia Cara Syariah. Bandung: Mizan, 2010. Qo’imuddin, Iim. Suplemen 1: Materi Pembelajaran Statistika 2 Semester IV. Jakarta: TP, 2008. _________, Suplemen 2 : Materi Pembelajaran Statistika 2 Semester IV. Jakarta: TP, 2008. _________, Suplemen 3: Materi Pembelajaran Stastika 2 Semester IV. Jakarta: TP, 2008. Rachmayanti, T Farida. Ananlisis Kinerja Portofolio Saham Syariah pada Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2002. Tesis S2 Pascasarjana UI, 2003. Rochyati, Eti, dkk. Metodologi Penelitian Bisnis: dengan Aplikasi SPSS, edisi revisi. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2009. Rodoni, Ahmad. Investasi Syariah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2008. Santosa, Singgih. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17. Jakarta: PT Elexmedia Komputindo, 2009. Sari, Diana Intan. Analisa Kinerja Portofolio (Studi Kasus pada Indeks Syariah dari Tahun 2002-2006). Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Sholahuddin, Muhammad dan Lukman Hakim. Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008 Sidiarta, Wahyu. “Indeks JII: Saham-saham Berbasis Syariah Memberikan Keuntungan yang Cukup Atraktif. “ Artikel diakses pada tanggal 21 Oktober 2010 dalam www.vibiznews.com Soeratno dan Arsyad Lincoln. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, edisi revisi. Yogyakarta: UUP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2003. Syarifudin. Analisa Perbandingan Kinerja Portofolio Saham Syariah dengan Saham
130
Konvensional yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdapat di Bursa Efek Jakarta 2005-2006). Skripsi S1 FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Tandelilin, Eduardus. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, ed pertama. Yogyakarta: Kanisius, 2010. Touriq, Muhammad. “Akan Memberi Efek Positif untuk Pasar Modal.” Sharing, edisi 51, Maret 2011. Yasni, M. Gunawan. “ Bursa Efek yang Halal dan Wajar.” Sharing, edisi 51, Maret 2011. Sumber data inflasi dan Suku Bunga Bank Indonesia diperoleh dari website terkait.
131
2
Lampiran 2: RM JII dan LQ45 periode 2008-2010
Bulan
Tahu n
hargapenutupanind eks
Desember
2007
493,0140
Rm JII
hargapenutupanind eks
Rm LQ45
599,821
476,9690
-0,0331
564,318
Februari
508,9450
0,0649
590,772
-0,06101335 0,04581223 4
Maret
448,4240
-0,1266
525,413
-0,11724554
April
428,0930
-0,0464
428,093
Mei
441,6640
0,0312
518,357
-0,20484416 0,19132373 2
430,2910
-0,0261
495,169
-0,04576508
387,8060
-0,1040
481,304
-0,02840003
Agustus
356,0950
-0,0853
449,661
-0,06800512
September
286,3910
-0,2178
369,14
-0,19731799
Oktober
193,6830
-0,3911
241,352
November
195,6910
0,0103
241,497
Desember Return Pasar SD
216,1890
0,0996
270,232
-0,42491953 0,00060060 2 0,11242379 9
Juni Juli
2008
Januari
Beta
-0,8244 0,133846
-0,79735043 0,16091
0,888
0,71373
213,6340
-0,0119
262,564
-0,02878599
Februari
214,1210
0,0023
249,008
Maret
236,7860
0,1006
283,078
April
279,6690
0,1664
341,725
-0,05300984 0,12823745 4 0,18828384 2
Mei
307,1380
0,0937
373,07
321,4570
0,0456
392,123
Juli
385,2160
0,1809
454,415
Agustus
380,6550
-0,0119
456,2660
September
401,5280
0,0534
463,955
0,08775975 0,04980949 6 0,14743531 1 0,00406509 5 0,01671159 2
Oktober
383,6650
-0,0455
464,199
0,00052577
Juni
2009
Januari
3
5 November
397,8930
0,0364
476,257
Desember Return Pasar SD
417,1820
0,0473
498,288
0,6574 0,65737
Beta
0,963 427,6800
0,0249
510,447
Februari
413,7330
-0,0332
496,027
Maret
443,6670
0,0699
539,801
April
474,7960
0,0678
573,365
Mei
444,5980
-0,0657
543,587
460,2600
0,0346
566,1
Juli
483,3220
0,0489
589,925
Agustus
473,7870
-0,0199
581,314
September
526,5190
0,1055
651,929
Oktober
540,2910
0,0258
673,416
November
508,7820
-0,0601
638,076
Desember Return Pasar
532,9010
0,0463
661,378
2010
Januari
Juni
SD Beta
0,02564428 5 0,04522059 9 0,61189737 4 0,07339 0,92636 0,02410858 9 -0,02865645 0,08457019 2 0,06032195 9 -0,05333274 0,04058097 4 0,04122466 9 -0,01470435 0,11464460 2 0,03242760 6
0,240
-0,05390587 0,03586813 9 0,28314731 4
0,05399
0,05249
0,954
0,98545
4
Lampiran 3: PersentaseKupon/Bonus SBSN Fixed Rate Nama Kode SBSN RI seri IFR-0001 IFR0001 SBSN RI seri IFR-0002 IFR0002 RF 2008 SBSN RI seri IFR-0003 IFR0003 SBSN RI seri IFR-0004 IFR0004 SBSN RI seri IFR-0005 IFR0005 RF 2009 SBSN RI seri IFR-0006 IFR0006 SBSN RI seri IFR-0007 IFR0007 SBSN RI Seri IFR-0008 IFR0008 RF 2010 RF 2008-2010
Listing Kupon (%) 2008 11,8 2008 11,95 0,11875 2009 9,25 2009 9 2010 9 0,09125 2010 10,25 2010 10,25 2010 8,8 0,09575 0,100375
5
Lampiran 4: PersentaseKupon SBN Fixed Rate kuponObligasi Negara RI Nama ObligasiPemerintahTh 2002 Seri FR0015 ObligasipemerintahTh 2002 Seri FR0016 ObligasiPemerintahTh 2002 Seri FR0017 ObligasiPemerintahTh 2002 Seri FR0018 ObligasiPemerintahTh 2002 Seri FR0019 ObligasiPemerintahTh 2002 Seri FR0020 Obligasi Negara RI Seri FR0022 Obligasi Negara RI Seri FR0023 Obligasi Negara RI Seri FR0025 Obligasi Negara RI Seri FR0026 Obligasi Negara RI Seri FR0027 Obligasi Negara RI Seri FR0028 Obligasi Negara RI Seri FR0030 Obligasi Negara RI Seri FR0031 Obligasi Negara RI Seri FR0032 Obligasi Negara RI Seri FR0033 Obligasi Negara RI Seri FR0034 Obligasi Negara RI Seri FR0035 Obligasi Negara RI Seri FR0036 Obligasi Negara RI Seri FR0037 Obligasi Negara RI Seri FR0038 Obligasi Negara RI Seri FR0039 Obligasi Negara RI Seri FR0040 Obligasi Negara RI Seri FR0042 Obligasi Negara RI Seri FR0043 Obligasi Negara RI Seri FR0044 Obligasi Negara RI Seri FR0045 Obligasi Negara RI Seri FR0046 Obligasi Negara RI Seri FR0047
Kode FR0015 FR0016 FR0017 FR0018 FR0019 FR0020 FR0022 FR0023 FR0025 FR0026 FR0027 FR0028 FR0030 FR0031 FR0032 FR0033 FR0034 FR0035 FR0036 FR0037 FR0038 FR0039 FR0040 FR0042 FR0043 FR0044 FR0045 FR0046 FR0047
Kupon (%) 13,4 13,45 13,15 13,18 14,25 14,28 12 11 10 11 9,5 10 10,75 11 15 12,5 12,8 12,9 11,5 12 11,6 11,75 11 10,25 10,25 10 9,75 9,5 10
6
Obligasi Negara RI Seri FR0048 Obligasi Negara RI Seri FR0049 Obligasi Negara RI Seri FR0050 RF 2008 Obligasi Negara RI Seri FR0051 Obligasi Negara RI Seri FR0052 RF 2009 Obligasi Negara RI Seri FR0053 Obligasi Negara RI Seri FR0054 Obligasi Negara RI Seri FR0055 Obligasi Negara RI Seri FR0056 RF 2010
FR0048 FR0049 FR0050 FR0051 FR0052 FR0053 FR0054 FR0055 FR0056
9 9 10,5 0,11446 11,25 10,5 0,10875 8,25 9,5 7,37 8,37 0,08373
Lampiran 5: Return, Rata-rata Return, StandarDeviasi, dan Beta Portofolio SahamKonvensionalTahun 2008, 2009, dan 2010
Januari Februari Maret April Mei
2 0 0 8
ASII Ri -0,001833181
BBCA Ri -0,7209
BBRI Ri -0,0556
BDMN Ri -0,1054
BMRI Ri -0,0513
BNBR Ri 0,05043
BTEL Ri -0,140357358
BUMI Ri 0,064538521
ENRG Ri -0,084
INDF Ri 0,09266
ISAT Ri -0,1975
MEDC Ri -0,2403
PGAS Ri -0,1359
SMCB
UNTR
rpi
-0,1149
0,199
-1,4412
0,021779445
0,00702
0,02817
0,06062
-0,0152
0,12323
0,027028672
0,184922338
-0,0073
0,03479
-0,0358
0,01835
0,02941
-0,1226
-0,0038
0,35063
-0,138416349
-0,0953
-0,1335
-0,1032
-0,0389
0,39087
-0,097980408
-0,216671037
-0,1853
-0,2296
0,03585
-0,2156
0,02505
-0,1398
-0,0543
-1,1967
-0,192684344
-0,08
-0,0572
-0,1911
-0,0913
0
-0,176456437
0,070067563
-0,0927
-0,0217
-0,16
0,1659
-0,1565
-0,2766
-0,0407
-1,301
0,048790164
-0,078
-0,0255
0
0,00866
0,03847
-0,054067221
0,191055237
0,0748
0,20764
-0,0509
0,25202
0,14585
0,19867
0,18163
1,13916
Juni
-0,087011377
-0,1144
-0,1286
-0,1929
-0,1092
0
-0,018692133
0,018462063
-0,1044
-0,1542
0,16034
-0,0665
-0,0741
0,00897
-0,1734
-1,0356
Juli
0,158224005
0,20067
0,17905
0,16624
0,13473
-0,2814
-0,078471615
-0,194591649
1,52606
-0,0535
-0,0377
-0,0268
-0,0635
0,03509
-0,0637
1,60031
Agustus
-0,080782079
0,0484
-0,0418
-0,0274
-0,0517
-0,1479
0,185717146
-0,204794413
-1,8685
-0,011
-0,0554
0,06318
-1,5653
-0,0087
-0,0966
-3,8628
September
-0,195874523
-0,0079
-0,08
-0,0972
-0,0639
-0,3423
-0,165514438
-0,541597282
-0,3114
-0,138
-0,0082
-0,3014
-0,1591
-0,3023
-0,091
-2,8056
Oktober
-0,60370212
-0,1542
-0,448
-0,6337
-0,5299
0,20252
-1,331806176
-0,386122145
-0,3959
-0,5868
-0,1406
-0,5459
-0,4406
-0,6472
-1,0986
-7,7404
November
0,087011377
0
-0,0146
0,00957
-0,0459
-1,6262
-0,238411023
-0,767078334
-0,8881
-0,1166
-0,0385
-0,1268
0,27329
-0,0227
0,23262
-3,2824
Desember
0,03373814
0,1854
0,29683
0,16632
0,30679
-0,1655
-0,019418086
-0,10426101
-0,539
-0,0421
0,11996
0,01075
0,01081
0,37037
0,10158
0,73226
Rata-rata return
-0,07923007
-0,0674
-0,0401
-0,079
-0,0456
-0,1465
-0,175702423
-0,157172512
-0,2396
-0,0849
-0,034
-0,0844
-0,1759
-0,0851
-0,0756
-1,5703
Standardeviasi (σ)
0,198741394
0,23368
0,17893
0,21136
0,19109
0,50863
0,380544178
0,294205552
0,77052
0,19659
0,10521
0,21831
0,4718
0,25692
0,34795
4,56448
Beta (β)
0,706525498
0,14541
0,67691
0,63199
0,66703
-0,0607
0,30992292
0,214447215
0,01926
0,65969
0,61127
0,53369
0,10539
0,57849
0,36756
6,16687
Januari
0,208823498
-0,1671
-0,0055
-0,3094
-0,1067
0
-0,019802627
-0,579033874
-0,2113
0,05237
-0,0175
-0,0953
0,16788
-0,0827
0,13778
-1,0275
Februari
-0,140146632
-0,1572
-0,2001
0,1431
-0,045
0
0,039220713
0,411979789
0,05716
-0,1076
-0,2966
0,19208
-0,1466
-0,0531
0,05771
-0,245
Maret
0,231954181
0,27699
0,12002
0,17435
0,22314
0
-0,019418086
0,062913825
-0,0426
0,8933
0,11778
0,06575
0,12361
0
0,23245
2,46029
0,233614851
0,07756
0,32277
0
0,24362
0,53063
0,75952225
0,590493026
1,15952
-0,5186
0,1699
0,17662
0,19004
0,24116
0,28768
4,46454
0,144581229
0,00743
0,07472
0,18232
0,06959
0,03469
0,213926896
0,280902385
0,74841
0,32975
-0,0551
0,22884
0,10054
0,35667
0,12025
2,83758
0,134732594
0,04349
0,00797
0,25205
0,06506
0,02247
-0,037740328
-0,052367986
-0,2285
0,05996
-0,0633
-0,0788
0,09135
0,09531
-0,0199
0,29179
0,207901935
0,06852
0,14732
0
0,27381
0,15415
0,059719235
0,409042929
0,02667
0,1854
0,09119
0,08633
0,10536
0,27625
0,26352
2,35519
0,028597407
0,11852
0,04027
-0,0262
-0,0181
0,22884
0,063178902
0,03509132
0,01307
0,09431
-0,0374
-0,1282
-0,0072
-0,1405
0,04159
0,30592
September
0,100872849
0,08456
-0,0132
0,05183
0,13658
-0,0076
-0,041672696
0,106222213
0
0,19062
0,03739
-0,0086
0,04913
0,05407
0,14458
0,88474
Oktober
-0,063439675
-0,2575
-0,0548
-0,0843
-0,0053
-0,2902
-0,221372072
-0,305935513
-0,3185
0,01639
-0,0566
-0,0622
-0,0069
0,19725
-0,0392
-1,5527
November
0,032995923
0,29465
0,04139
-0,0279
-0,0493
-0,0963
0,170451981
-0,010582109
-0,3118
0
-0,06
-0,0862
0,00687
-0,077
-0,0548
-0,2275
Desember
0,070125666
0,01036
0,03323
0,02786
0,05466
-0,046
0,092592787
0,031416196
-0,0603
0,14364
-0,0261
-0,0202
0,06625
0,03279
0,0876
0,4979
Rata-rata return
0,099217819
0,03336
0,04284
0,03198
0,07017
0,04422
0,088217246
0,081678517
0,06932
0,11163
-0,0164
0,02251
0,0617
0,07502
0,10494
0,92044
0,11939269
0,16599
0,12489
0,14868
0,12503
0,19809
0,239110216
0,321044588
0,44231
0,32257
0,1181
0,12419
0,0914
0,15996
0,11525
2,81601
April Mei Juni Juli Agustus
Standardeviasi (σ)
2 0 0 9
7
Beta (β)
0,448182378
0,2163
Januari
0,035389397
Februari
0,008310297
Maret
0,144846446
April
0,118048182
Mei
-0,088651592
Juni
0,112749143
Juli
0,53539
0,13954
0,52418
0,22205
0,188783578
0,131733996
0,10264
0,01934
0,03046
0
0,06385
-0,0053
-0,0253
-0,0676
0,02545
-0,0437
0,12063
0,1431
0,04423
0,17859
-0,0533
0
0
-0,0091
0,08144
0,1092
0,08076
-0,042
-0,014285957
0,054067221
0,01818
-0,0399
-0,1189
-0,0808
-0,1376
0,055958654
-0,159427737
0,06959
0,07825
0,0474
0,11466
-0,0678
0,14536585
-0,074297924
0,49871
0,26843
0,5407
0,28929
0,45356
4,57883
-0,0118
0
0,020408872
-0,1036
0,01399
-0,087
-0,041672696
-0,09531018
-0,0839
0,05407
0,1699
-0,0206
-0,0326
0,05033
0,08351
0,29383
-0,0935
0,03077
-0,0405
0
0,01765
-0,4423
-0,0847
-0,0066
0,00678
0,03258
0,07551
0,04927
0,15906
0,24138
0,06763
1,07957
0,00905
0,12629
-0,0359
0,12445
0,06078
0,70214
-0,1297
-0,0662
-0,0748
-0,0345
-0,05
-0,1125
-0,0608
-1,0796
-0,0155
0,12838
-0,0396
0,03449
-0,0064
0,03509
0,02156
0,58388 -0,1352
0,04849435
0
0,06252
-0,0093
0
-0,131
-0,098845835
-0,088947486
-0,2271
0,10837
-0,0204
0,01681
0,04417
0,08797
0,07201
Agustus
-0,063093149
-0,0255
-0,0625
0
-0,0168
0
0,056797598
-0,035506688
-0,1252
-0,0163
-0,0974
0,02469
-0,0124
-0,0321
-0,0909
-0,4962
September
0,174941449
0,14425
0,07257
0,08076
0,19913
0,07696
0,365835313
0,2469542
0,23639
0,18049
0,22314
0,07816
-0,0382
0,05292
0,10563
2,19992
Oktober November Desember
2 0 1 0
0,005277057
0,0438
0,13103
0,14425
-0,0282
0
0,021053409
1,779925012
0,03449
-0,047
0,08701
0,2034
0,05064
-0,0421
0,08211
2,46575
-0,093732478
-0,1459
-0,0822
-0,0303
-0,0896
0,24512
-0,021053409
-1,559137174
0,0415
-0,1281
-0,1054
-0,1959
0,0599
-0,0108
0,0354
-2,0801
0,049798922
0,05624
0
-0,1313
0,0155
-0,0597
0
0,132351451
0,0081
0,06351
0
0,00743
0,02866
-0,022
0,03419
0,18275
Rata-rata return
0,037698169
0,02311
0,02639
0,01878
0,02702
-0,0224
0,039096077
0,018423297
-0,0369
0,02643
0,01113
0,02669
0,01052
0,03106
0,03574
0,27286
Standardeviasi (σ)
0,089435351
0,07555
0,07866
0,0833
0,09547
0,10296
0,118926906
0,721488715
0,11748
0,08735
0,10763
0,09553
0,06109
0,09172
0,05889
1,98549
Beta (β)
0,552455209
0,55165
0,54783
0,32174
0,49826
-0,0502
0,199420258
0,031162323
0,18854
0,41118
0,37362
0,32674
0,19854
0,3929
0,6104
5,15427
8
Lampiran 6: Return, Rata-rata Return, StandarDeviasi, dan Beta Portofolio SahamSyariahTahun 2008, 2009, dan 2010 Tahun
Bulan
AALI
ANTM
BMTR
INCO
INTP
KLBF
PTBA
SMGR
TINS
TLKM
UNVR
Ri
Ri
Ri
Ri
Ri
Ri
Ri
Ri
Ri
Ri
Ri
Rpi
0,075637
-0,22454
-0,03884
-2,49378
-0,05644
-0,04879
-0,05129
-0,00897
0,003478
-0,09285
0,021979
-2,91441
Februari
0,045315
0,137022
-0,12648
0,172843
-0,03279
-0,13353
0,004376
-0,04609
0,122402
0,057759
-0,0146
0,186222
Maret
-0,20085
-0,20203
-0,18457
-0,3001
-0,06188
-0,06899
-0,13042
-0,05827
-0,11721
-0,01542
0,014599
-1,32514
April
-0,08684
0,043803
-0,12968
-0,05129
-0,23026
-0,07411
0,053281
-0,16842
0,104842
-0,08654
-0,0146
-0,63981
Mei
0,109781
-0,07411
-0,22314
-0,08633
0,093685
-0,03352
0,320168
0,040585
0,054476
-0,08855
-0,00738
0,10566
Juni
0,110828
0,465184
-0,1226
-0,00823
-0,12084
-0,03469
0,11626
-0,09531
0,098118
-0,10399
0
0,304735
-0,2996
-0,7376
-0,19106
-0,274
0,120836
-0,06062
-0,18354
0,024693
-0,15883
0,053346
0,021979
-1,6844
-0,1989
-0,26966
0,013072
-0,21099
0,039846
-0,06454
0,060409
-0,01227
-2,51832
0,038221
0,04948
-3,07365
September
-0,32649
-0,25814
0,156004
-0,19176
-0,06454
-0,1431
-0,43877
-0,16762
-0,43903
-1,30241
0,033902
-3,14196
Oktober
-0,76104
-0,33922
-0,40547
-0,59858
-0,539
-0,57708
-0,53518
-0,13249
-0,3584
0,90937
-0,00669
-3,34376
November
0,334108
-0,01942
-0,51083
0,153305
0
0,11626
2,503007
0,080043
-0,09963
0,080043
0,033006
2,669898
Desember
0,148216
0,066375
0
-0,02051
0,273293
-0,02469
-2,27168
0,250459
0,028171
0,16508
0,012903
-1,37239
2008
Januari
Juli Agustus
-0,08749
-0,11769
-0,14697
-0,32579
-0,04817
-0,09562
-0,04612
-0,02447
-0,27333
-0,03216
0,012048
-1,18575
SD pi
0,291834
0,297084
0,181003
0,714395
0,2005
0,164742
1,04685
0,117958
0,729565
0,484967
0,020925
4,249822
Beta
0,419948
0,230105
0,098853
0,032947
0,499237
0,648461
0,008571
0,70998
0,044502
-0,02987
-0,5797
2,083033
Januari
0,10638
0,018182
-0,05716
0,24872
-0,02198
0,150573
0,069959
-0,18352
0,009217
-0,09097
0,012739
0,262141
Februari
0,164581
0,077962
-0,15906
-0,12921
-0,08097
0,334935
-0,0274
0,007168
-0,02791
0
0,018809
0,178902
Maret
0,092831
-0,09614
0,280762
0,022728
0,23512
-0,04725
-0,06454
0,062304
0
0,180998
-0,0125
0,654307
April
0,113835
0,271497
-0,03175
0,431345
0,108214
0,372675
0,341749
0,09592
0,292388
0,038966
-0,02548
2,009361
Mei
0,119189
0,325422
0,026527
0,049832
0,128175
-0,02247
0,169076
0,131242
0,327377
-0,0523
0,012821
1,214889
Juni
-0,05485
0,022473
0,484299
0,142174
0,153076
0,137784
0,030637
0,047006
0,027536
0,006689
0,16411
1,160936
0,135754
0,082888
0,121361
0,035507
0,182322
0,260077
0,159065
0,194156
0,036368
0,176751
0,226382
1,610628
Agustus
0,107948
0,033523
-0,05884
-0,0176
0,077558
-0,03101
-0,04512
0
-0,01198
-0,06342
-0,13847
-0,14741
September
-0,02115
0,074108
-0,06252
-0,01791
0,053281
0,046162
0,081225
0,057158
0,035507
-3,29941
0,057708
-2,99585
Oktober
0,028105
-0,07411
-0,34294
-0,02439
0,041576
-0,08633
0,075121
0,083699
-0,09764
3,299415
-0,05771
2,844797
November
0,029581
-0,03352
0
-0,16034
0,004515
0,024293
0,07903
0,063626
-0,03125
0,068993
0,089895
0,134814
Desember
0,019978
0
-0,04652
0,056353
0,210451
0,039221
0,047487
0,033673
0,05657
0,04879
0
0,466003
rata-rata return
0,070182
0,058523
0,012846
0,053101
0,090945
0,098221
0,076358
0,049369
0,051349
0,026208
0,029026
0,616127
SD pi
0,067878
0,126048
0,209664
0,161066
0,09666
0,153743
0,110471
0,090529
0,127595
1,409441
0,096987
2,650082
Beta
0,253006
0,281664
0,149142
0,177634
0,429003
0,201598
0,386619
0,495846
0,342119
-0,01303
0,343883
3,047482
2009
rata-rata return
Juli
9
0,047219
-0,03469
0,174353
-0,02076
-0,01471
0,169418
-0,0029
0,057894
0,10661
-0,01064
0,022372
0,044925
Februari
0,014568
-0,02381
0,182322
0,054435
0,014706
0,012903
-0,09764
-0,05129
-0,03429
-0,11912
0,017544
-0,0027
Maret
0,016394
0,145508
0,275103
0,224467
0,039361
0,181253
0,109199
-0,04027
0,09953
-0,03058
0,054982
0,097722
April
-0,10265
0,020619
0,037271
0,05657
0,103253
0,104023
0,066691
0,11626
0,128254
-0,02516
0,130956
0,057826
Mei
-0,11189
-0,19052
-0,11626
-0,23572
-0,05196
-0,09869
-0,06382
0,030032
-0,19349
-0,01282
0,118986
-0,0842
Juni
-0,02551
-0,04288
-0,1008
-0,05196
0,05196
0,110666
-0,01153
0,034887
-0,03429
-0,00647
0,085942
0,00091
0,007722
0,079249
-0,06252
0,09531
0,067304
0,154151
-0,0324
0,05557
0,140773
0,092946
-0,00295
0,054105
2010
Januari
Juli Agustus
0,007663
-0,01198
0,016
0,035718
0,043422
-0,05237
0,046792
-0,0613
-0,04124
0,023393
-0,05145
-0,00412
September
0,052056
0,135036
0,200671
0,131336
0,041615
0,092373
0,105646
0,129212
0,282405
0,061644
0,045531
0,116139
Oktober
0,184734
0,071096
0,251314
-0,02598
-0,00545
0,047856
0,01023
-0,01015
-0,10008
-0,01093
0,034989
0,040694
November
-0,03058
0,272867
-0,03077
-0,05964
-0,0975
0,268814
-0,04955
-0,06318
-0,08224
-0,1351
-0,15129
-0,01438
Desember
0,081475
-0,31287
0,303186
0,085614
-0,03994
-0,07411
0,204794
0,026811
0,04652
0
0,09531
0,03789
rata-rata return
0,011766
0,008969
0,094155
0,024116
0,012672
0,076358
0,023792
0,018706
0,026538
-0,0144
0,033411
0,732866
SD pi
0,079364
0,154507
0,153287
0,115772
0,056724
0,112672
0,08646
0,065641
0,131175
0,063922
0,078076
1,097601
Beta
0,21019
0,036716
0,159842
0,336885
0,612931
0,108133
0,421323
0,531997
0,351264
0,498518
0,294786
3,562584
10
11