DIMENSI RELIGIUSITAS DAN MAKNA HIDUP RECOVERING ADDICT DI UPT T&R BNN
Disusunoleh : LARASTIKA PRIMASARI 107070003688
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2011 M i
DIMENSI RELIGIUSITAS DAN MAKNA HIDUP RECOVERING ADDICT DI UPT T&R BNN Skripsi DiajukankepadaFakultasPsikologiuntukmemenuhisyaratsyaratmemperolehgelarSarjanaPsikologi
Oleh
LarastikaPrimasari NIM : 107070003688
DibawahBimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Gazi, M.Si.
NiaTresniasari, M.Si.
NIP: 19711214 200701 1 014
NIP: 19841026 200912 2 004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2011 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul DimensiReligiusitasdanMaknaHidupRecovering Addict di UPT T&R BNNtelah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 6Desember 2011 Sidang Munaqasyah Dekan/Ketua
Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP.19561223 198303 2 001 Anggota :
Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi NIP. 19730328 200003 2 003
NiaTresniasariM.Si. NIP: 19841026 200912 2 004
Gazi, M. Si. NIP: 19711214 200701 1 014
iii
PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama : LarastikaPrimasari NIM : 107070003688 Denganinimenyatakanbahwaskripsi yang berjudul “Dimensi Religiusitas dan MaknaHidup Recovering Addict di UPT T&R BNN” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 28 November 2011
LarastikaPrimasari NIM : 107070003688
[email protected]
iv
MOTTO
Hidupbukanlahuntukmengurangiataumenghindari ‘ketegangan’, melainkanuntukmengarahkandiri menujutujuan yang sebaik-baiknya. Sehinggadapatmenemukanmaknadarihidup yang sedangdijalaniini. (terinspirasidari V.E. Frankl)
Karyasederhanainikupersembahkanuntuk keluargaku, sahabat-sahabatku, rekan recovering addict serta orang-orang tersayang. Semogabermanfaat. v
ABSTRAK A) B) C) D) E)
FakultasPsikologi November 2011 LarastikaPrimasari DimensiReligiusitasdanMaknaHidupRecovering Addict di UPT T&R BNN XIII + 97Halaman + 35Lampiran
F) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dimensi religiusitas dan status pernikahan mempengaruhi makna hidup recovering addict. Sampel yang digunakan adalah 156 recovering addict yang sedang menjalankan pemulihan di fase akhir (Primary dan Re-Entry) serta staff addict, yang diambil dengan menggunakan teknik non probability sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, serta pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner berbentuk skala model Likert. Adapun skala yang digunakan: (1) Purpose in Life test (PIL) yang berjumlah 23 aitem untuk mengukur makna hidup; (2) skala religiusitas khusus pecandu NAZA yang terdiri dari tujuh dimensi, berjumlah 41 aitem untuk mengukur religiusitas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari ketujuh dimensi religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, dan thankfulness) yang digunakan, hanya dimensi thankfulness yang berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN. Thankfulness (atau yang biasa disebut dengan gratitude) menggambarkan harapan dan sikap optimis yang merupakan komponen penting dalam psikologi positif. Sehingga bisa disimpulkan saat seseorang (recovering addict) memiliki harapan dan pikiran yang optimis tentang hidupnya, secara tidak langsung akan membantu individu tersebut menyusun kerangka masa depan untuk menemukan makna hidupnya. Dimensi general religiosity, involve God, forgiveness, thankfulness hanya memberikan sumbangan namun tidak berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dalam mengukur makna hidup hendaknya menggunakan beberapa alat ukur, akan lebih baik lagi jika menggabungkan dua metode penelitian (kualitatif dan kuantitatif). Dan menambahkan variabel lain sebagai independen variabel untuk penelitian makna hidup. G) Bahanbacaan : 7 buku + 33artikel/jurnal internet
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahiim Syukur Alhamdullilahpenulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. 2. Gazi Shalom, M. Si.dan Nia Tresniasari M.Si., yang telah membimbing, mengarahkan dengan sabar dan sangat baik dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih banyak atas pelajaran yang telah diberikan. 3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 4. Mama yang kuat dan berhati lembut, serta papa yang berwatak keras namun sangat perhatian mengingatkan penulis jika melakukan kesalahan. Akbar Gani, adik lelaki sekaligus asisten penulis yang telah sangat banyak membantu dan rela direpotkan oleh kakaknya yang bawel ini. Serta Nayla, adik perempuan penulis dan guru kehidupan penulis. Terima kasih banyak yang tak terhingga atas segala bentuk dukungannya. 5. Keluarga Pamulang yang penulis sayangi (bude, pakde, mba Dhita & abang, mas Fahmi & mba Delta), pakde No & bude Titik. Kepada keluarga besar Bani Masyhud dan HS, rasa syukur yang tidak kalah besarnya karena Allah mengirimkan mereka dikehidupan penulis. Terima kasih banyak atas segala bentuk dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
vii
6. Bu Evangelineyang telah memberikan banyak inspirasi serta motivasinya. Terima kasih juga kepada ibu-ibu dosen ceria (Bu Echi, Bu Yufi, Bu Zulfa, Bu Mulya) atas perhatian dan motivasinya. 7. Kepada tim psikologi BNN yang udah banyak direpotkan selama turun lapangan untuk ambil data, terutama kepada Pak Fierza, Mas Rizal, Bro Dian. Terima kasih banyak atas segala arahan dan bantuannya. 8. Mister Adiyo yang tak kalah banyak direpotkan dalam mengajarkan Lisrel dan analisis hasil penelitian, terima kasih banyak mister. 9. Kepada Tita, Lia, Nun, Devi, Indah, SO-ers nun jauh disana dan sahabatsahabat penulis lainnya dari jaman pesantren hingga sekarang yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bentuk kasih sayang dan perhatiannya. Terima kasih juga untuk Danil dan Finsa teman seperjuangan. 10. Terima kasih yang sebanyak-banyak juga kepada Bibiers (Epi, Uty, Lala, Nuran, Rara, Winda, Anya, Farah) yang selalu ceria dimana aja, “kalian adalah tawaku! maaf kalau banyak merepotkan yaa,hihih..” terima kasih juga kepada perkap’s team(Kak Kiki, Seruni, Yono, Kholid) dan geng KKL-BNN (Soraya, Afit, Nung, Kiki, Anne, Imas) atas motivasi dan canda tawanya. 11. Special thanks to trio kwek-kwek jaket ijo atas bantuan dan kerjasamanya selama ini, kalian selalu membantu dan menghibur penulis. 12. Untuk „AMHP‟ yang telah menambah warna dalam hidup penulis. Karenanya penulis belajar banyak hal tentang kasih sayang dan ketulusan. 13. Terima
kasih
yang
sebanyak-banyaknya
kepada
rekan
bimbingan
seperjuangan (Obet, Mala, Shiro, Uthe, Imas, Safitri, Naya) yang sudah jadi alarm bagi penulis. Sukses dan semangat selalu buat kita semua! 14. Untuk teman-teman angkatan 2007, khususnya kelas C terima kasih atas kekompakan dan sikap baik hati kalian. 15. Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan semua satu persatu, terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya. Semogakemudahan serta keberkahan selalu menyertai mereka dan semuakebaikandibalasdengansebaik-baiknyapemberian Allah SWT.
viii
DAFTAR ISI
Cover LembarPengesahanPembimbing ......................................................................... LembarPengesahanPanitiaUjian ......................................................................... LembarPernyataan Orisinalitas ........................................................................... Motto .................................................................................................................. Abstrak ................................................................................................................ Kata Pengantar .................................................................................................... Daftar Isi.............................................................................................................. DaftarTabel ......................................................................................................... DaftarGambar...................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1.1. LatarBelakang ....................................................................... 1.2. Pembatasan& Perumusan Masalah ....................................... 1.2.1 Pembatasan Masalah .................................................... 1.2.2 Perumusan Masalah ..................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4. ManfaatPenelitian ................................................................. 1.5. SistematikaPenulisan............................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1. MaknaHidup ........................................................................ 2.1.1. PengertianMaknaHidup .............................................. 2.1.2. Logoterapi .................................................................. 2.1.3 KarakteristikMaknaHidup .......................................... 2.1.4 Metode-metodeMaknaHidup...................................... 2.1.5 AlatUkurKonsepMaknaHidup.................................... 2.1.6 Faktor yang mempengaruhiMaknaHidup ................... 2.2. Religiusitas ........................................................................... 2.2.1. PengertianReligiusitas ................................................. 2.2.2. DimensiReligiusitas .................................................... 2.3 Recovering Addict ................................................................. 2.3.1. Adiksi (Addiction) ....................................................... 2.3.2. Pemulihan (Recovery) ................................................ 2.4. KerangkaBerfikir................................................................... 2.3. HipotesisPenelitian................................................................ BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 3.1. JenisPenelitian ...................................................................... 3.1.1. PendekatanPenelitian ................................................. 3.1.2. PopulasiPenelitian ..................................................... 3.1.3. Sampel Penelitian ..................................................... 3.1.4. TeknikPengambilanSampel ....................................... 3.2. Variabel&DefinisiVariabel .................................................. 3.2.1.VariabelPenelitian ...................................................... 3.2.2. DefinisiOperasional ...................................................
ix
ii iii iv v vi vii ix xi xii 1 1 10 10 12 13 14 15 17 17 18 19 22 24 25 27 29 29 31 42 42 43 45 47 50 50 50 51 52 52 52 52 53
3.3. Pengumpulan Data ............................................................... 3.4. InstrumenPenelitian ............................................................. 3.5.ProsedurPengambila Data ........................................................ 3.6. TeknikAnalisis Data ............................................................. 3.7. PengujianValiditasKonstruk ................................................ 3.7.1. UjiValiditasKonstrukMaknaHidup ........................... 3.7.2. UjiValiditasKonstrukDimensiReligiusitas ................ BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 4.1. AnalisisDeskriptif ................................................................. 4.2. UjiHipotesisPenelitian........................................................... 4.1.1. AnalisisRegresiVariabelPenelitian ............................ 4.1.2. PengujianSumbanganmasing-masing IV .................. BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .................................... 5.1. Kesimpulan ........................................................................... 5.2. Diskusi................................................................................... 5.3. Saran...................................................................................... 5.3.1. Saran Praktis.............................................................. 5.3.2. Saran Teoritis ............................................................ DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... LAMPIRAN
x
54 55 57 58 60 61 64 74 74 75 75 80 85 85 86 91 92 92 94
DAFTAR TABEL
Tabel3.1.Skor AitemSkala .................................................................................. Tabel3.2.Blue print Skala Makna Hidup.............................................................. Tabel3.3.Blue print Skala Dimensi Religiusitas ................................................... Tabel3.4.Muatan Faktor Aitem Makna Hidup ...................................................... Tabel3.5.Muatan Faktor Aitem General Religiosity ............................................. Tabel3.6.Matriks Korelasi kesalahan pengukuran aitem General Religiosity ...... Tabel3.7.Muatan Faktor Aitem General Religiosity ............................................. Tabel3.8.Matriks Korelasi kesalahan pengukuran aitem General Religiosity ...... Tabel 4.1.Gambaran umum sampel berdasarkan Status Pernikahan .................... Tabel 4.2.R square „ Dimensi Religiusitas dan status nikah Terhadap Makna Hidup‟ ...................................................................... Tabel 4.3.Anova ................................................................................................ Tabel 4.4.Koefisien Regresi .................................................................................. Tabel 4.5.Sumbangan dari masing-masing Variabel Independen......................... Tabel 4.6.Analisis Hasil Keseluruhan .................................................................
xi
56 57 58 63 66 67 68 69 75 76 76 77 83 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses Terjadinya Ketergantungan (adiksi) NAZA ......................... 44 Gambar 2.2.Kerangka Berpikir ............................................................................. 48
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan akan kebermaknaan sangat mendesak bagi masyarakat modern, tetapi nampaknya kurang mendapat respon dari teori normatif (Metz, 2002). Debats (1995) berpendapat bahwa makna hidup merupakan persoalan penting dalam eksistensi manusia terlebih lagi dalam masyarakat modern. Namun karena masih sedikitnya
penelitian
di
bidang
tersebut,
sehingga
masih
diperlukan
melakukanprediksi-prediksisecara teoritis (Harries dalam Sumanto, 2006).
Seligman
(1998)
mengatakan
bahwa
psikologi
dapat
membantu
merumuskan jalan keluar bagi umat manusia untuk dapat memiliki kehidupan yang bermakna meski hidup dalam ketidakpastian dan persaingan, bisa dilakukan dengan cara memaksimalkan aspek positif dalam diri individu. Namun pada kenyataannya, banyak psikolog yang lebih memberikan perhatian terhadap aspek negatif dibanding terhadap kesehatan mental. Penelusuran Csikszentmihalyi (dalam Sumanto, 2006) pada abstrak psikologi, sejak tahun 1887 hingga tahun 1997 membuktikan bahwa artikel-artikel aspek positif dan negatif kehidupan manusia berada dalam perbandingan yang tidak seimbang; terdapat 8.072 artikel kemarahan, 57.800 artikel kecemasan, dan 70.856 artikel depresi dan hanya 851 artikel tentang kegembiraan, 2.958 artikel kesejahteraan subyektif, dan 5.701 artikel kepuasan hidup. Perbandingannya sangat jauh yaitu 7:1.Penemuan artikel1
2
artikel tersebut merupakan bukti nyata bahwa masih sedikitnya perhatian psikolog terhadap pentingnya memaksimalkan aspek positif pada diri individu.Oleh sebab itu penulis tertarik membahas makna hidup yang merupakan aspek positif untuk menuju kebahagiaan hidup manusia.
Keinginan untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan komponen dasar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.Hasrat inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja dan berkarya untuk bertahan hidup agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Individu akan menemukan makna bagi dirinya sendiri ketika ia menanamkan perasaan dan energi dalam aktifitas yang dapat mengekspresikan keinginan dan prioritas yang istimewa bagi individu tersebut. Menurut Fabry (1980) salah satu dasar makna hidup adalah mengembangkan potensi individu. Sehingga usaha tersebut menunjukan adanya keingingan individu untuk memiliki kebermaknaan dalam hidupnya. Potensi individu disini diartikan sebagai kapasitas dan kualitas individu yang meningkatkan kehidupannya sendiri maupun orang lain, baik dalam hal kualitas maupun materiil.
MenurutKierkegaard(1813-1855),
hidup
tidak
sekedar
sesuatu
sebagaimana yang kita pikirkan melainkan sebagaimana kita hayati (Sumanto, 2006: 117). Semakin mendalam penghayatan seseorang terhadap perihal kehidupan, makin bermaknalah kehidupannya. Penghayatan eksistensial adalah kedekatan dengan Tuhan; makin seseorang mendekati kesempurnaan, makin ia membutuhkan Tuhan. Hal tersebut sejalan dengan hasil studi Steger & Frazier
3
(2005) mengatakan bahwa makna hidupdiidentifikasi sebagai penghubung antara religiusitas dan kesehatan psikologis,karena salah satu fungsi agama (religion) adalah memberikan individu cara-cara yang jika dijalani mereka akan mendapatkan tujuan (purpose) dalam hidupnya (Emmons & Paloutzian, 2003).
Makna hidup merupakan elemen penting dalam kesejahteraan/kesehatan mental (well-being) dan fungsi hidup manusia (Steger & Frazier, 2005). Tanpa makna hidup, tujuan, nilai, atau idealisme dalam diri individu maka akan timbul keputusasaan. Bahkan menurut Frankl, jika seseorang tidak berjuang untuk makna hidupnya maka akan mengalami eksistensi-hampa atau “meaninglessness”. Kondisi tersebut apabila berkepanjangan dapat menyebabkan “noogenic neurosis”, suatu kondisi yang ditandai dengan gejala kebosanan dan apatisme(Sumanto, 2006).Dari pendapat-pendapat diatas menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana cara kita memperoleh makna hidup di tengah permasalahan hidup yang kian menekan.
Setiap diri kita pasti akan berhadapan dengan masalah atau yang dalam Islam disebut dengan cobaan, bisa berupa kegagalan, kesedihan dan sebagainya. Dan apapun masalah yang telah terjadi dimasa lalu maupun yang sekarang sedang dihadapi, kehidupan ini haruslah terus berjalan sebagaimana mestinya.Oleh sebab itu alangkah sayangnya jika kehidupan ini kita jalani dengan kesia-siaan atau keputusasaan apalagi hingga merasa bahwa kehidupan ini tidaklah ada gunanya.Debat (1995) berpendapat rendahnya makna hidup individu berhubungan dengan psikopatologis (Yalom, 1980), rendahnya kesehatan mental (Reker,
4
Peacock &Wong, 1987; Zika & Chamberlain, 1992), terjerumus kepenggunaan NAZA dan keinginan untuk bunuh diri (Harlow, Newcomb & Bentler, 1986).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup yang pernah diteliti oleh Debats, Van der Lubbe, dan Wezeman (dalam Debats dkk, 1995)mengenai hubungan antara Life Regard Index (LRI) dengan demografis (seks, usia, pendidikan) dan karakteristik kepribadian menemukan bahwa faktor demografis tidak berpengaruh, namun ditemukan pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah dibandingkan dengan yang belum atau tidak menikah, individu yang memiliki hubungan baik dalam pernikahan dengan individu yang telah bercerai dalam pernikahan, individu yang memiliki pasangan (partner) dengan yang tidak memiliki pasangan, yang menghasilkan kesimpulan bahwa memiliki hubungan intim (intimate relationship) menghasilkan tingginya skor positive life regard. Individu yang memiliki hubungan intim biasanya memiliki pengalaman makna hidup dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan tersebut (dalam Leath ,1999).
Pendapat lain dalam Sumanto (2006) mengatakan bahwa salah satu unsur penting dalam makna hidup ialah saat individu mampu menemukan orientasi intrinsik dan membuat keputusan pribadi dalam mengatasi krisis yang akan mendatangkan pengalaman-pengalaman emosi positif (Leath, 1999). Sebaliknya, kegagalan manusia dalam menemukan orientasi intrinsik ditengah berbagai kemungkinan yang tak terhitung banyaknya berpotensi menimbulkan kecemasan yang menjadi salah satu ancaman terhadap kebermaknaan hidup manusia
5
(Sumanto, 2006). Misal, terjadinya kehilangan “basic spiritual need” pada pecandu NAZA yang disampaikan oleh Kendler et.al (1997), sehingga untuk mengisi kebutuhan yang „hilang‟ itu digantikan dengan mengkonsumsi NAZA (dalam Hawari, 2002).
Clinebell (dalam Hawari, 2002: 18) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual needs).Bagi mereka yang beragama kebutuhan spiritual ini dapat diperoleh melalui pengalaman agama. Namun bagi mereka yang sekuler mengatasinya dengan jalan penyalahgunaan NAZA sebagai bentuk pelarian (escape reaction) karena ketidakmampuannya menghadapi kenyataan (Hawari, 2002: 17). Dapat dikatakan bahwa individu yang mengalami kecanduan NAZA tidak berhasil menemukan
orientasi
intrinsik
yang
dapat
membantunya
menghadapi
permasalahan hidup sehinga ia melarikan diri ke penggunaan NAZA.
Hal tersebut sama yang penulis ketahui selama tiga minggu Kuliah Kerja Lapangan di Unit Terapi & Rehabilitasi BNN, ketika masih mengkonsumsi NAZA subjek menyatakan ketidakberdayaannya terhadap benda tersebut, segala cara hingga tindak kriminal akan mereka lakukan hanya demi mendapatkan NAZA, hidup mereka
hanya
terfokus untuk memenuhi
kebutuhannya
mengkonsumsi NAZA, mereka menjadi lupa akan tujuan hidupnya sehingga terjadilah meaningless dalam menjalani hidup. Adapun gambaran tentang makna hidup pada recovering addict yang telah menjalani program recovery, dimana mereka mulai belajar kembali tugas-tugas kehidupan yang seharusnya dilakukan,
6
tentang apa
tujuan
hidup
ini,
mereka
disadarkan
tentang bahayanya
penyalahgunaan NAZA yang telah mereka alami.Recovering addict merasa lebih bersyukur karena Tuhan masih memberi mereka kesempatan untuk berubah jadi lebih baik lagi, dan merasa lebih berguna karena selama di tempat rehabilitasi mereka bisa saling membantu sesama untuk keberhasilan proses pemulihan (recovery).Banyak dari mereka yang juga berusaha untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari keluarga dan masyarakat disekitarnya.
Program-programdi BNN membuat mereka belajar kembali fungsi kehidupan seperti pada recovering addict yang masih menjadi residen baik di fase Primary maupun Re-Entry, mereka mendapat banyak informasi baru dari yang berbentuk sosial hingga spiritual. Mereka juga sudah dituntut untuk bertanggung jawab atas kelangsungan kegiatan sehari-hari dari mulai merapikan tempat tidur, saling mengingatkan dan menegur jika sesama mereka melakukan kesalahan, menyiapkan makan, sampai membersihkan tempat tinggal. Bahkan pada fase akhir (Re-Entry) telah diberi tanggung jawab mengawasi dan memimpin jalannya kegiatan di fase pertama (detox). Sedangkan pada staff addict mereka yang mengawasi dan memimpin jalannya seluruh kegiatan pemulihan di BNN. Dari kegiatan bermanfaat yang dilakukan selama di tempat rehabilitasi, dapat menimbulkan perasaan bermakna pada diri recovering addict. Mereka merasa lebih bermakna dalam menjalani hidup selama di tempat rehabilitasi, karena lebih terarah dalam menjalani keseharian.
Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian kualitatif yang pernah
7
dilakukan di Indonesia, recovering addict yang telah berhasil pulih dari perilaku addict-nya merasa lebih dekat dengan Tuhan (religious), dan juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang bermakna tanpa menggunakan NAZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang (Junaiedi, 2009).
Contoh lain tentang makna hidup yang disaksikan sendiri oleh Frankl ketika terpenjara di „kamp maut‟ NAZI dimana ia dihadapkan pada keadaan penuh siksaan, teror, dan pembunuhan kejam oleh tentara NAZI terhadap warga Yahudi. Namun ternyata ditengah penderitaan tersebut Frankl menemukan sebagian tahanan yang tetap menunjukkan sikap tabah, berusaha bertahan, dan bahkan tetap berusaha membantu sesama tanpa mengalami putus asa, apatis dan kehilangan semangat hidup, mereka pun tidak melakukan bunuh diri guna membebaskan diri dari penderitaan. Para tahanan tersebut adalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri mereka harapan-harapan baik akan hari esok dan masa depan, serta meyakini datangnya pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan mereka „meaning in suffering‟ (Teori Frankl ebook).
Kasus Frankl hampir sama dengan latar belakang permasalahan yang dihadapi para mantan pecandu NAZA yang berusaha untuk tetap bertahan agar tidak terjerumus lagi pada penyalahgunaan NAZA serta untuk bertahan menghadapi stigma negatif masyarakat terhadap dirinya. Memori masa lalu dan permasalahan yang dihadapi mantan pecandu tidak akan menjadi penghalang
8
untuk tetap menciptakan makna hidup selama mereka mampu menemukan orientasi intrinsik dan membuat keputusan pribadi disetiap mengatasi masalah (Sumanto, 2006: 115).
Dapat dikatakan bahwa makna hidup dapat muncul tanpa adanya kesejahteraan (Debats, 1990; King & Napa, 1998 dalam Sumanto, 2006). Frankl pun berpendapat bahwa hidup dalam penderitaan tidak menghalangi individu untuk tetap memiliki kehidupan yang bermakna (Earnshaw, 2004) selama mereka dapat menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan yang dialami „meaning in suffering‟. Seperti merasa bersyukur karena telah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk selamat (tidak meninggal karena over dosis), diijinkan untuk berubah menjadi lebih baik serta bermakna bagi rekan sesama pecandu. Sehingga bisa dikatakan, menemukan makna hidup adalah saat kita memiliki kekuatan intrinsik yang dapat membantu kita menghayati sebuah penderitaan, sampai kita berhasil mendatangkan pengalaman emosi positif dari penderitaan tersebut.
William James berpendapat kekuatan intrinsik tersebut bisa didapat dari agama yang dapat memberikan energi spiritual, dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. James juga mengatakan bahwa agama adalah sumber kebahagiaan (Rakhmat, 2003).Dalam Adler (1997) menyatakan bahwa makna hidup individu berhubungan dengan kuatnya kepercayaan terhadap suatu agama (religious belief), keanggotaan pada
9
sebuah kelompok, pengabdian pada sebuah sebab, nilai hidup, dan tujuan hidup yang jelas (Yalom, 1980; in Zika & Chamberlain, 1992).
Pendapat yang hampir serupa dinyatakan juga oleh Steger (2005: 574), dimana inti manfaat dari pengalaman religius dapat menjadi luas, ketika agama telah memberikan individu sebuah perasaan bermakna (sense of meaning) dan hubungan mengenai dasar kebenaran (Exline, 2002; Simpson, 2002). Penemuan lain juga mendukung bahwa agama (religion) dapat menjadi sebuah sumber kesehatan mental (well-being) dalam kehidupan individu, dan dengan religiusitas individu dapat memperoleh makna dari agama mereka dengan membantu mereka merasa lebih baik (Steger & Frazier, 2005: 580). Peran agama dapat memberikan dukungan sosial (sosial support) atau sebagai sumber penanganan masalah (coping resources), atau dengan perasaan bahwa dirinya berharga (self-esteem) sehingga agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup (meaning in life) yang pada gilirannya menuju kesehatan mental (Steger & Frazier, 2005: 580).
Dari penelitian-penelitian diatas yang menjelaskan mengenai kuatnya pengaruh agama terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan individu ditengah penderitaan atau masalah yang dialami individu. Sehingga penulis tertarik melakukan replika penelitian dari penelitian tersebut. Namun disini penulis akan menggunakan alat ukur religiusitas yang lebih baru dan bersifat multidimensional sehingga diharapkan dapat mengukur religiusitas secara komprehensif, baik dari segi ekstrinsik yang berupa ritual/kegiatan keagamaan serta segi intrinsiknya,
10
yang tergabung dalam dimensi religiusitas milik Kendler dkk (2003) seperti General Religiosity (coping religious); Sosial Support; Forgiveness; Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge); Rasa Berterima Kasih (thankfulness); Perasaan Tidak Dendam (unvengefulness); Keterlibatan Tuhan dalam Aktifitas keseharian (Involve God); dsb (Kendler et al., 2003)serta ingin melihat apakah terdapat perbedaan pengaruh antara individu yang berstatus tidak menikah (single atau cerai) dengan yang telah menikah terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. Dengan penelitian yang hanya melihat pengaruh dimensi religiusitas dan latar belakang status pernikahan terhadap makna hidup individu, diharapkan dapat lebih baik dan fokus dalam memperoleh temuan-temuan pada penelitian ini. Sehingga
penulis
RELIGIUSITAS
akan
melakukan
DAN
penelitian
MAKNA
mengenai
“DIMENSI
HIDUPRECOVERING
ADDICTDI UPT T&R BNN”. 1.2
Pembatasan & Perumusan Masalah
1.2.1
Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tetap dalam jalurnya dan terarah maka penulismembuat pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Religiusitas Disini terdiri dari tujuh dimensi:
Dimensi awaldisebut general religiosity. Dimensi yang pertama ini (1) merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal
11
yang berkaitan dengan spiritual, termasuk perasaan (sense) tempat mereka selama didunia; (2) dan keterlibatan aktif dengan Tuhan sehari-hari dan saat mengalami keadaan bermasalah (krisis).
Dimensi yang kedua disebut dimensi sosial religiosity, merefleksikan tingkat interaksi dengan individu religious lainnya, frekuensi kehadiran di tempat beribadah, dan sikap menggunakan obat-obatan terlarang (NAZA).
Dimensi ketiga, Keterlibatan Tuhan (involve God) merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia.
Dimensi keempat, sikap memaafkan (forgiveness) merefleksikan sikap perhatian, kasih sayang (love), dan pendekatan memaafkan kepada dunia. Pada dimensi ini tidak menampakkan istilah Tuhan.
Dimensi kelima, persepsi Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge), mengandung kata „Tuhan‟ tapi berbeda dengan aitem dimensi ketiga, pada dimensi ini menegaskan tentang takdir dan hukum alam dari Tuhan.
Dimensi keenam, Rasa Tidak Dendam (unvengefulness) merefleksikan sebuah perilaku tidak menaruh rasa dendam terhadap dunia.
Dimensi ketujuh, Bersyukur(thankfulness) merefleksikan perasaan terima kasih kepada Tuhan (bersyukur).
2. Meaning in life
Makna hidup (meaning of life) yang akan diukur pada penelitian ini dapat dilihat ketika: (a) Individu memiliki „makna/tujuan hidup‟; (b) Memiliki
12
„kepuasan hidup‟ (Life Satisfaction); (c) „Kebebasan‟, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab; (d) Tidak merasa cemas terhadap kematian, yaitu orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya; (e) tidak berpikiran tentang bunuh diri; (f) „Kepantasan hidup‟.
a. Status Pernikahan
Status nikahsampel penelitian, apakah berstatus menikah atau tidak menikah (cerai atau single).
b. Sampel
Sampel adalah recovering addict. Mereka yang telah bebas dari ketergantungan NAZA, yang telah mengikuti program rehabilitasi maupun yang sedang mengikuti program pada tahap akhir di Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor.
1.2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Adakah pengaruh yang signifikan dari general religiosity terhadap makna hidup recovering addict di BNN ?
2.
Adakah pengaruh yang signifikan dari sosial religiosity terhadap makna
13
hidup recovering addictdi BNN ? 3.
Adakah pengaruh yang signifikan dari keterlibatan Tuhan (involve God) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
4.
Adakah pengaruh yang signifikan dari sikat memaafkan (forgiveness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
5.
Adakah pengaruh yang signifikan dari persepsi Tuhan sebagai penetap takdir (God as judge) terhadap makna hidup recovering addict di BNN ?
6.
Adakah pengaruh yang signifikan dari rasa tidak dendam (unvengefulness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
7.
Adakah pengaruh yang signifikan dari bersyukur(thankfulness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
8.
Adakah perbedaan yang signifikanantara recovering addictdi BNN yang berstatus menikah dan yang tidak menikah padamakna hidupnya?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah :
1.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari general religiosity terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
2.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari sosial religiosity terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
3.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari keterlibatan Tuhan (involve God) terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
4.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari sifat memaafkan
14
(forgiveness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. 5.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari persepsi Tuhan sebagai penetap takdir (God as judge) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
6.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari rasa tidak dendam (unvengefulness) terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
7.
Untuk
mengetahui
adanya
pengaruh
yang
signifikan
dari
bersyukur(thankfulness) terhadap makna hidup recovering addict di BNN. 8.
Untuk mengetahui adanyaperbedaan yang signifikanantara recovering addictdi BNN yang berstatus menikah dan yang tidak menikah pada makna hidupnya.
1.4
Manfaat Penelitian
Segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang psikologi klinis mengenai meaning in life, sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi dalam pengembangan teori Psikologi positif serta mengembangkan banyak penelitian agar menemukan teori Psikologi baru dalam hal ini.
Segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan:
1.
Dapat membantu memberikan informasi dan referensi bagi mereka yang ingin meneliti mengenai dimensi religiusitas dan meaning in life dan hubungan keduanya, dan meningkatkan keperdulian terhadap para rekan recovering
15
addict. 2.
Dapat membantu memberikan informasi dan referensi mengenai seberapa besar dimensi religiusitas berkontribusi terhadap terbentuknya makna kehidupan (meaning in life) para recovering addict, sehingga dapat berguna dalam membantu proses pemulihan recovering addict.
1.5
Sistematika Penulisan
Laporan Penelitian (Skripsi) ini terdiri dari lima bab. Perincian setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian mengenai pengaruh dimensi religiusitas, usia, latar belakang pendidikan, status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN., identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujaun dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2 Kajian Pustaka, menguraikan sejumlah konsep yang berkaitan dengan makna hidup yang terdiri dari pengertian,landasan Logoterapi, karakteristik, metode, dimensi, jenis dan aspek-aspek makna hidup. Selain itu juga dijelaskan mengenai religiusitas, yang terdiri dari pengertian dan dimensi-dimensi dari religiusitas tersebut.
BAB 3 Metodologi Penelitian, Bab ini berisi penguraian mengenai variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisa data
16
yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan mengenai pengolahan semua data yang terkumpul dari penelitian ini.Data yang terkumpul meliputi gambaran umum subjek penelitian dan pengaruh dari dimensi religiusitas, usia, latar belakang pendidikan, status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN yang dijadikan subjek pada penelitian ini.
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian kesimpulan berisi jawaban terhadap permasalahan penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bagian diskusi, akan dibahas hasil penelitian. Selain itu, juga akan diberikan pembahasan mengapa suatu hipotesis penelitian ditolak atau diterima,serta keterbatasanketerbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran teoritis untuk keperluan penelitian selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan hasil penelitian.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Makna hidup
Menurut Frankl, manusia dalam menjalani hidup tidaklah untuk mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan, melainkan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya yaitu memiliki makna hidup. Frankl (Koeswara, 1987) berpendapat bahwa manusia secara hakiki mampu menemukan makna hidup melalui transendensi-diri. Pendapat tersebut sejalan dengan Paloutzian yang mengemukakan bahwa perasaan keagamaan yang matang akan membantu individu memuaskan “keinginan akan makna” dengan mengambil ajaran agama yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan(dalam Sumanto, 2006: 121).
Dalam kehidupan ini, mungkin saja kita tidak berhasil memenuhi atau mengetahui makna hidup yang sedang dijalani. Hal tersebut antara lain karena kurang disadari bahwa dalam kehidupan itu dan dalam pengalaman masingmasing terkandung makna hidup potensial yang dapat ditemukan dan dikembangkan.
Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup dapat menimbulkan semacam frustrasi atau kehampaan yang disebut existensial frustration/existensial vacuum. Gejala utamanya berupa penghayatan hidup tak bermakna (meaninglessness), hampa, merasa tidak memiliki tujuan hidup, merasa
17
18
hidup tidak berarti, bosan (boredom)- ketidakmampuan membangkitkan minat, dan apatis (apathy)- ketidakmampuan mengambil prakarsa. Menurut Frankl (1973) gejala tersebut mungkin tidak terungkap secara nyata, tetapi terselubung (masked) dibalik berbagai upaya kompensasi dari kehendak yang berlebihan untuk berkuasa (the will power), bersenang-senang mencari kesenangan (the will to pleasure) termasuk mencari kenikmatan seksual (the will to sex), bekerja (the will to work), dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya (the will to money). Dengan kata lain perilaku dan kehendak yang berlebihan itu biasanya menutupi penghayatan-penghayatan hidup tanpa makna. Penghayatan tanpa makna tersebut menurut Frankl (1977) bersumber dari insting/naluri yang hampir tak berfungsi dan memudarnya nilai-nilai tradisi (dan agama) pada orang modern (Bastaman 1996).
2.1.1 Pengertian Makna hidup
Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga (Bastaman, 1996).
Pengertian mengenai makna hidup menunjukan bahwa didalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.Seperti yang diungkapkan Yalom (dalam Bastaman, 1996) pengertian makna hidup (meaning in life) sama artinya dengan tujuan hidup (purpose in life) yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai dan dipenuhi.
19
Makna hidup ini benar-benar terdapat dalam kehidupan itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya tidak mudah ditemukan, karena sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya.Namun bila makna hidup ini berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakna dan berharga yang pada giliranya akan menimbulkan perasaan bahagia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah ganjaran atau akibat samping dari keberhasilan seseorang memenuhi makna hidup.
Frankl (1985) menyebutkan bahwa makna hidup sebagai sesuatu hal yang bersifat personal, dan bisa berubah seiring berjalannya waktu maupun perubahan situasi dalam kehidupannya. Individu seolah-olah ditanya apa makna hidupnya pada setiap waktu maupun situasi dan kemudian harus mempertanggungjawabkannya. Oleh karena itu makna hidup yang dimaksud bukanlah makna hidup dalam arti umum melainkan makna khusus dari hidup individu.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan hidup.Teori mengenai makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama Logoterapi.
2.1.2 Logoterapi
Sekilas mengenai Logoterapi, menurut Frankl (dalam Bastaman, 1996) logoterapi berasal dari kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti makna. Logoterapi
20
percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Perlu dikemukakan juga menurut Frankl, bahwa sebutan „kerohanian‟ (sprituality) dalam Logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan. Tetapi lebih dimaksudkan sebagai aspirasi manusia untuk hidup secara bermakna. Namun, sekalipun Victor Frankl berkalikali menyatakan bahwa dimensi spiritual yang dimaksud dalam teori logoterapi tidak dalam artian agama, ia mengakui adanya the divine world dan the ultimate meaning yang sulit dipahami dengan intelektualitas semata tetapi harus diterima dengan keimanan yang berarti percaya dengan the ultimate being (bahasa sekuler untuk akhirat, agama dan Tuhan) (dalam Bastaman, 2007: 251).
Frankl (dalam Schulenberg SE, MeltonAMA, 2008) mengembangkan sebuah teori dan teknik yang disebut Logoterapi, menemukan prinsip bahwa memiliki alasan untuk menjalani (tujuan atau makna) dibutuhkan untuk membimbing kita menuju kehidupan yang berharga (van Deurzen-Smith, 1997; Frankl, 1959/1985). Logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga konsep filosofis yang memiliki hubungan erat dan saling mempengaruhi, yaitu:
1. Kebebasan Berkehendak (Freedom to Will)
Kemampuan individu untuk memilih bagaimana merespon situasi eksternal (Auhagen, 2000; Crumbaugh, 1971; Lukas & Hirsh, 2002; Starck, 2003). Walaupun individu tersebut tidak selalu bisa mempengaruhi kondisi biologis, sosial, atau psikologis yang mereka hadapi, mereka tetap bebas untuk
21
memilih untuk bertindak (van Deurzen-Smith, 1997). Manusia dalam batasbatas tertentu memiliki kemampuan dan kebebasan untuk mengubah kondisi hidupnya guna meraih kehidupan yang lebih berkualitas. Dan yang sangat penting, kebebasan ini harus disertai rasa tanggung jawab (responsibility) agar tidak berkembang menjadi kesewenang-wenangan.
2. Keinginan akan Makna (Will to Meaning)
Setiap individu menginginkan dirinya menjadi orang yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar dan berharga di mata Tuhan.Keinginan untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada manusia (Frankl dalam Schulenberg SE.& MeltonAMA 2008).Hasrat inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja dan berkarya agar hidupnya dapat berarti dan berharga.
3. Makna hidup (Meaning in Life)
Makna hiduptermasuk fokus penting dalam Logoterapi. Kehidupan yang kita jalani ini memiliki makna dibalik segala keadaan sekitar, dari keadaan yang sehari-hari kita temui hingga masalah yang tidak dapat dihindari (Frankl, 1990; Lukas & Hirsch, 2002). Crumbaugh (dalam Melton, 2008) menyimpulkan bahwa motivasi mendasar dalam hidup ini adalah mencari tujuan agar individu tersebut memiliki eksistensi (personal existence), seperti dengan mempunyai atau menciptakan sesuatu hal yang berbeda (unik) dari
22
kebanyakan orang lainnya. Tujuan (keunikan) tersebut memungkinkan individu mampu menghadapi kesulitan, meskipun dalam keadaan kekurangan, kehampaan (emptiness), dan frustasi. Oleh sebab itu dari persepsi tersebut, aktualisasi diri dan pencapaian kebahagiaan bukanlah menjadi tujuan dari hidup (Baumeister & Vohs, 2002; Frankl1959/1985, 1990; Lukas & Hirsch, 2002; Tosi, Leclair, Peters, & Murphy, 1987). Makna hidup apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga. Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, keadaan bahagia ataupun menderita.Menurut Yalom (1980), pengertian mengenai makna hidup menunjukan bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan (Bastaman, 1996:14).
2.1.3 Karakteristik Makna Hidup
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik makna hidup sebagaimana dikonsepkan oleh Frankl (dalam Bastaman, 1996 hal.14), yaitu:
1.
Makna hidup sifatnya unik danpersonal Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Demikian pula hal-hal yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu.
23
2.
Kongkrit dan spesifik Yakni makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak usah selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak filosofis dan idealis atau kreativitas dan prestasi akademis yang serba menakjubkan.
3.
Memberi pedoman dan arah Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.
Dalam kehidupan ini tidak selalu menawarkan kesenangan dan ketenangan.Tetapi sebagai keseimbangan, kehidupan ini juga menyediakan ketegangan dan penderitaan. Oleh karena itu, makna hidup harus dicari dan dipenuhi, serta tantangan atau permasalahan hidup yang ada harus dihadapi dan dijawab. Hal ini terjadi karena setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang berguna dan berharga bagi keluarga, lingkungan masyarakat, serta bagi dirinya sendiri. Sehingga Bastaman (1996: 15) menjelaskan makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri. Orang lain hanya dapat menunjukkan segala sesuatu yang secara potensial bermakna, namun untuk mencantumkan apa yang dianggap bermakna pada akhirnya terpulang pada orang yang diberi petunjuk itu sendiri.
24
2.1.4 Metode-metode Makna Hidup
Metode-metode untuk menemukan makna hidup berdasarkan Logoterapi (Bastaman, 1996), sebagai berikut :
1.
Pemahaman Pribadi (Self Evaluation) Mengenali secara objektif kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan lingkungan, baik yang masih merupakan potensi maupun yang telah teraktualisasi untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan kelemahan-kelemahan diperbaiki dan dikurangi.
2.
Bertindak Positif (Acting as if) Mencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan tindakantindakan nyata sehari-hari yang dianggap baik dan bermanfaat.Bertindak positif merupakan kelanjutan dari berfikir positif.
3.
Pengakraban Hubungan (Personal encounter) Secara sengaja meningkatkan hubungan yang baik dengan pribadi-pribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan kerja, tetangga), sehingga masing-masing merasa saling menyayangi, saling membutuhkan dan bersedia bantu-membantu.
4.
Pengalaman Tri-Nilai (Exploring human values) Berupaya untuk memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang dianggap sebagai sumber makna hidup yaitu nilai-nilai kreatif (kerja, karya), nilai-nilai penghayatan (kebebasan, keindahan, kasih, iman), dan nilai-nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat atas derita yang tidak dapat
25
dihindari lagi). 5.
Ibadah (Spiritual encounter) Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri pada Sang Pencipta yang pada akhirnya memberikan perasan damai, tentram, dan tabah.Ibadah yang dilakukan secara terus-menerus dan khusuk memberikan perasan seolah-olah dibimbing dan mendapat arahan ketika melakukan suatu perbuatan.
2.1.5 Alat ukur Konsep Makna Hidup
Frankl menemukan sejenis gangguan neurosis baru yang terjadi karena keadaan penghayatan hidup tanpa makna (existential frustation) yang berlangsung intensif dan berlarut-larut tanpa penyelesaian tuntas. Gangguan tersebut dinamakan oleh Frankl dengan neurosis noogenik (noogenic neurosis) (Bastaman, 1996). Namun Frankl hanya melakukan pengukuran informal dan tidak melakukan pengukuran kuantitatif atas kondisi tersebut (Koeswara, 1992).
Berangkat dari konsep neurosis noogenik yang menarik minat para peneliti, James Crumbaugh dan Leonard Maholick mempeloporinya dengan melakukan penelitian-penelitian yang cukup panjang yang membawa pemahaman yang lebih baik tentang Logoterapi (Koeswara, 1992). Kemudian mereka menghasilkan beberapa alat tes sehingga untuk mengetahui penghayatan hidup yang bermakna atau tidak, dapat dilakukan dengan pendekatan psikometrik, salah satunya yang paling relevan sebagai usaha untuk mengukur makna hidup adalah dengan Purpose in Lifetest (PIL) (Melton & Schulenberg, 2008).
26
PIL dirancang Crumbaugh dan Maholick untuk mengkuantifikasi konsep makna hidup, terutama mengukur kondisi yang oleh Frankl disebut existensial frustation (Koeswara, 1992: 147). PIL test ini berupa skala sikap (attitude) yang dirancang untuk mengungkap respon-respon yang diyakini berkaitan dengan atau merupakan petunjuk bagi seberapa tinggi individu mengalami hidupnya bermakna. Pada PIL seseorang yang dianggap menghayati hidup bermakna dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini:
a.
Tujuan hidup (purpose in life), yaitu memiliki sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan dalam hidupnya.
b.
Kepuasan hidup (life satisfaction), yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya.
c.
Kebebasan (freedom) , yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.
d.
Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya.
e.
Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya
f.
Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia
27
merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.
2.1.6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Makna hidup
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup yang pernah diteliti oleh Debats, Van der Lubbe, dan Wezeman (1993) mengenai hubungan antara Life Regard Index (LRI) dengan demografis (seks, usia, pendidikan) dan karakteristik kepribadian menemukan bahwa faktor demografis tidak berpengaruh, namun ditemukan pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah dibandingkan dengan yang belum atau tidak menikah, individu yang memiliki hubungan baik dalam pernikahan dengan yang telah bercerai, serta individu yang memiliki pasangan (partner) dengan yang tidak memiliki pasangan. Kesemuanya menghasilkan kesimpulan bahwa memiliki hubungan intim (intimate relationship) menghasilkan tingginya skor positive life regard. Individu yang memiliki hubungan intim biasanya memiliki pengalaman makna hidup dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan tersebut (Colin Leath, 1999). Sedangkan menurut Baumeister (1991) (dalam King, L.A. dkk, 2006) berpendapat bahwa makna hidup seseorang tergantung pada pemenuhan „empat kebutuhan psikologis‟: tujuan (purpose), nilai (value), efikasi diri (self-efficacy), dan selfworth.
Di sisi lain penelitian Dunn, Marianne G. dkk (2009: 221) menemukan bahwa dengan menilai kekuatan Tuhan (reappraisal God‟s power) dapat membantu memprediksi pencarian makna hidup seseorang. Penilaian kekuatan Tuhan merupakan bentuk negatif dari religious coping dimana seseorang tersebut
28
berpikir ulang tentang kekuatan Tuhan yang menolong hambanya dalam proses coping.
Sedangkan dalam rangkuman artikel dari Adler (1997), Yalom menemukan bahwa kurangnya makna hidup (meaning in life) berhubungan dengan psikopatologi, dimana makna hidup yang positif berhubungan dengan kuatnya kepercayaan terhadap suatu agama (religious belief), keanggotaan pada sebuah kelompok, pengabdian pada sebuah sebab, nilai hidup, dan tujuan hidup yang jelas (Yalom, 1980; in Zika & Chamberlain, 1992). Menurut James, agama dapat memberikan energi spiritual, dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang yang beragama akan mencapai perasaan tenteram dan damai. James juga mengatakan bahwa agama adalah sumber kebahagiaan (Rakhmat, 2003). Salah satu fungsi agama (religion) adalah memberikan individu cara-cara yang jika dijalani mereka akan mendapatkan tujuan (purpose) dalam hidupnya (Emmons & Paloutzian dalam Steger & Frazier, 2005).
Peran agama dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan (well-being) dengan memberikan dukungan sosial (sosial support) atau sebagai sumber penanganan masalah (coping resources), atau dengan sense dari harga diri (selfesteem). Agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup (meaning in life).Dan makna hidup merupakan elemen penting dalam kesejahteraan (well-being) dan fungsi hidup manusia (Steger & Frazier, 2005:
29
580).
2.2 Religiusitas
2.2.1 Pengertian Religiusitas
Pengertian atau definisi adalah merupakan batasan; dan agama sangat sulit dibatasi karena bersifat kompleks. Namun disini penulis akan berusaha mencari definisi agama yang sesuai dengan penelitian ini.
Harun Nasution (dalam Jalaludin, 2000: 12) merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi (relegare, religere), dan agama.Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum.Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Adapun kata agama tediri dari a= tidak; gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.
Definisi menurut James menekankan pada perasaan dan pengalaman beragama.Menurutnya, agama memberikan energi spiritual, dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang yang beragama akan mencapai perasaan tenteram dan damai. James juga mengatakan bahwa agama adalah sumber kebahagiaan (dalam Rakhmat, 2003).
Dalam sebuah survey yang mengambil 2.509 orang mahasiswa dan orang
30
dewasa Amerika, pada tahun 1947Braden (dalam Rakhmat, 2003) menemukan bahwa alasan yang paling sering disebut untuk mengikuti agama adalah bahwa “agama memberikan makna pada kehidupan”.
Dari istilah agama dan religi muncul istilah keberagamaan dan religiusitas (religiosity) yang berarti seberapa jauh pengetahuan, kokohnya keyakinan, pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta penghayatan atas agama yang dianutnya (Nashori, 2002: 71). Religiusitas dapat mempengaruhi manusia dalam bertindak dan bertingkah laku, semakin kuat religiusitas seseorang, semakin kuat pula seseorang tersebut dalam mengontrol setiap tindakan dan tingkah lakunya (Thouless, 1995).
Sedangkan
religiusitas
menurut
Kendler
dkk
(2003)
dijelaskan
berdasarkan tujuh dimensi, yaitu (1) Individu penganut agama, yang menyerta-kan Tuhan dalam keseharian/masa krisis (general religiosity); (2) Membina hubungandengan individu sesama penganut agamanya (sosial religiosity); (3) Percaya pada keterlibatan Tuhan yg positif dalam urusan manusia sehari-hari (involved God); (4) Memiliki kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling memaafkan terhadap sekitar (forgiveness); (5) Merasa Tuhan memiliki kuasa memberi ganjaran atas apa yang telah kita lakukan (God as judge); (6) Tidak menyimpan rasa dendam (unvengefulness); (7) Bersyukur (thankfulness).
Karena sifatnya yang kompleks, perlu digunakan alat ukur yang bersifat multi dimensional. Dan pada penelitian ini penulis akan menggunakan alat ukur religiusitas milik Kendler dkk (2003) yang terdiri dari tujuh dimensi yaitu,
31
dimensi religiusitas general religiosity, dimensi religiusitas social religiosity, dimensi religiusitas involved God, dimensi religiusitas forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas unvengefulness, dan dimensi religiusitas thankfulness, sebagai alat ukur religiusitas.
2.2.2
Dimensi Religiusitas
Kendler dkk mencoba mengukur religiusitas maupun spiritualitas secara luas, dan menurutnya religiusitas dan spiritualitas adalah hal yang tidak bisa dipisahkan karena mereka saling berhubungan satu sama lain (Kendler dkk, 2003: 499). Kendler dkk mencoba mengembangkan teknik analisis keberagamaan menjadi lebih mudah dengan menguraikannya menjadi beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif (Kendler dkk, 2003).
Dimensi religiusitas tersebut terdiri dari tujuh dimensi : 1. General Religiosity ‘coping religious’
Merefleksikan tentang (1) perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka selama di alam semesta; (2) serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupunketika sedang bertemu masalah (krisis).
Dimensi awal ini tidak bisa dipisahkan dengan apa yang selama ini kita istilahkan dengan coping religious (Kendler dkk, 2003: 499). Dimensi ini terdiri dari 12 aitem (Daily Spiritual Experiences & Religious Coping) milik Pargament
32
dalam ebook Fetzer Institute(1999), lima aitem dari penelitian Kendler sebelumnya mengenai Personal Devotion & Conservatism (1997), 12 aitem mengenai Religious Attitudes & Practice Inventory (D‟Onofrio dkk, 1997), satu aitem yang dikembangkan sendiri oleh Kendler dkk mengenai Love and caring.
Kendler menggunakan tujuh aitem religious coping dari dimensi religiusitas Pargament (dalam Fetzer, 1999: 43), dimana religiouscopingdapat dijadikan sebagai metode penghubung antara variabel global (seperti, sifat intrinsik keagamaan, frekuensi beribadah, dan frekuensi kehadiran pada tempat peribadatan) dengan peristiwa penyebab stress. Karena saat individu sedang dalam masa krisis (berhadapan dengan masalah), mereka akan menjadikan agama sebagai cara untuk membantunya menyelesaikan masalah. Metode ini disebut dengan religious/spiritual coping, dan metode ini dapat berfungsi lebih cepat dan proksimal dalam memberikan implikasi terhadap kesehatan.Menurut Pargament (1998) dalam Fetzer Institute (1999: 45) menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping religius dalam proses penyelesaian masalah, yaitu:
1.
Berserah diri(Deferring Style), yaitu meminta penyelesaian masalah kepada Tuhan saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong hamba-Nya dan menyerahkan semua keputusan kepada Tuhan.
2.
Kolaborasi(Colaborative Style), yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan hambanya senantiasa berusaha untuk melakukan coping.
3.
Mengandalkan Kemampuan Sendiri(Self-directing Style), yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam menjalankan coping.
33
Kemudian, lima aitem Daily Spiritual Experiences (Pargament dalam ebookFetzer Institute, 1999) yang bertujuan untuk mengukur persepsi spiritual individu dalam segala aspek kegiatan sehari-hari yang merepresentasikan pengalaman spiritual. Aitem-aitemnya lebih mengukur pengalaman individu dibanding kognitifnya. Dimensi ini menjadikan spiritual sebagai pusat fokus dan dapat digunakan secara efektif untuk segala jenis agama. Aitem yang digunakan pada dimensi Daily Spiritual Experiences berasal dari:
-
Hubungan dengan transenden (Connection with the Transcendent),tertuju kepada individu yang mengalami hubungan dengan transenden sebagai keintiman personal, dan individu yang menggambarkan perasaan kesatuan sebagai penghubung mereka dengan transenden.
-
Perasaan mendapat dukungan dari transenden (Sense of Support from the Transcendent „Strength and Comfort, Perceived Love‟), perasaan ini diekspresikan melalui tiga cara, namun yang diambil pada dimensi ini hanya dua. a.
Kekuatan dan kenyamanan (Strength and Comfort), menggambarkan dukungan sosial dari Tuhan. Aitem ini bermaksud untuk mengukur rasa mendapat dukungan dan kenyamanan yang didapat dari transenden.
b.
Menerima kasih sayang (Perceived Love), individu dapat percaya bahwa Tuhan mencintainya. Dukungan emosional akan rasa dicintai merupakan hal yang penting dalam hubungan religiusitas/spiritualitas terhadap kesehatan individu. Kualitas rasa cinta terhadap Tuhan memiliki potensi yang berbeda dengan rasa cinta antar sesama manusia. Cinta Tuhan dapat
34
menjadi penguat dan berkontribusi terhadap rasa percaya diri seseorang, serta merasa layak untuk bersikap. -
Perasaan kagum (Sense of Awe), aitem ini berusaha menangkap cara dimana individu mengalami pengalaman transenden. Rasa kagum ini dapat timbul dari keindahan alam, manusia, atau langit dimalam hari, dan memiliki kemampuan untuk merasakan pengalaman spiritual yang melintasi batasbatas agama maupun individu yang tidak beragama (van Kaam, 1986 dalam Fetzer 2003).
-
Perasaan keutuhan (Sense of Wholeness „internal integration), aitem ini berusaha untuk mengetahui kesejahteraan psikologis individu. Rasa keutuhan ini akan lebih sulit dialami jika individu dalam keadaan yang tidak sesuai, seperti sedang merasa kesulitan, stres atau depresi. Kemudian, Kendler dkk juga menggunakan 12 aitem tentang „Religiusitas
pada Dewasa dan Pengaruhnya terhadap Penggunaan Obat-Obatan‟(D‟Onofrio, 1999). Subskala yang digunakan :
-
Spirituality (lima aitem), aitem ini terpisah dengan kepercayaan pada Tuhan (h. 164).
-
Theism (tujuh aitem), merepresentasikan kepercayaan pada Tuhan (h. 159).
Kemudian lima aitem dari penelitian Kendler sebelumnya (1997: 324) digunakan untuk mengetahui tingkat religiusitas seseorang berdasarkan perilaku dan kepercayaannya (religious behavior and belief). Dari penelitian Kendler tersebut dapat mengukur dua faktor religiusitas:
35
1.
Komitmen dan ketaatan individu (Personal Commitment and Devotion), menggambarkan: a.
Pentingnya kepercayaan sebuah agama (religous belief),
b.
Frekuensi kehadiran di tempat peribadatan,
c.
Kesadaran akan tujuan agama (religious purpose),
d.
Frekuensi pencarian kenyamanan kegiatan spiritualitas (spiritual comfort),
e. 2.
Frekuensi beribadah dengan khusu‟ (private prayer).
Kekonservatifan individu (Personal Conservatism), yang merefleksikan ketradisionalan, fundamental, kepercayaan konservatif (h. 324). a.
Percaya bahwa Tuhan akan memberi ganjaran sesuai dengan apa yang kita lakukan (memberi pahala atau hukuman),
b.
Percaya bahwa kita akan dilahirkan kembali,
c.
Percaya pada kitab suci.
Dari kedua faktor religiusitas tersebut, ditemukan Kendler dkk bahwa personal conservatism sangat penting membantu seseorang dalam memutuskan untuk menggunakan obat-obatan atau tidak. Sedangkan personal devotiondapat mempengaruhi kemampuan seseorang jika ingin berhenti atau mengurangi level penggunaan obat-obatan terlarang (Kendler dkk, 1997: 327). 2. Sosial Religiosity (Religious ‘sosial support’)
Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi dengan individu religius lainnya, seperti frekuensi kehadiran di tempat beribadah, dan perilaku tentang obat-obatan
36
terlarang (NAZA) dalam sudut pandang agama. Sehingga dimensi ini disebut sosial religiosity.Sosial religiosity dianggap sama dengan apa yang kita istilahkan denganreligioussosial support (Kendler et.al dkk, 2003: 499).
Jika menurut Pargament (dalam Fetzer, 2003: 45) Religious Support adalah usaha untuk mendapatkan pertolongan dari pemuka agama atau anggota sesama agama..
Dasar dari dimensi ini adalah satu aitem dari skala penelitian Kendler sebelumnya (1997) mengenai perilaku religius dalam hal ketaatan hadir di kegiatan peribatan (religious behavior/personal devotion) dan skala Religious Attitudes & Practice Inventorytentang perilaku keberagamaan (D‟Onofrio B. Murelle L; Eaves LJ; McCullough ME; Landis JL; Maes H; 1999). Skala penelitian ini telah dilakukan pada dewasa awal dan dewasa penyalahguna obatobatan, alkohol, dan perokok (D‟Onofrio, 1999: 158). Subskala Religious Attitudes & Practice Inventory yang digunakan pada dimensi ini adalah:
-
Social Support (tujuh aitem), dukungan sosial pada penelitian ini didapat dari rekan sebaya dalam keagaaman (peer religiousness), yang menghubungkan antara kepercayan teistik dan kegiatan religius/spiritual pada penyalahguna obat-obatan.
-
Spirituality (satu aitem), terpisah dari orientasi ilmu teologi yang peryataannya berpusat pada kepercayaan terhadap Tuhan.
-
Religious views on Drug Use (tiga aitem), item ini berfokus pada masalah perilaku orang dewasa yang menyalahgunakan obat-obatan, alkohol, dan
37
mengkonsumsi cerutu. Burkett dkk (1987) (dalam D‟Onofrio dkk, 1999: 158) menemukan bahwa religiusitas mempengaruhi seseorang untuk tidak menggunakan obat-obatan dan mengkonsumsi alkohol melalui keyakinannya akan perbuatan dosa (content-specific belief).
3. Keterlibatan Tuhan (Involve God)
Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia (sehari-hari). Pada dimensi ini Kendler menggunakan :
-
Satu aitem Religious Attitudes and Practices Inventory (theism) (D‟Onofrio B. Murelle L; Eaves LJ; McCullough ME; Landis JL; Maes H; 1999)yang mengukur kepercayaan pada Tuhan.
-
Satu aitem God as love (Hertel BR; Donahue MJ; 1995) yang merefleksikan bahwa Tuhan mencintai makhluknya apa adanya. Dan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa gambaran Tuhan dalam sudut pandang orang tua (khususnya ibu) mempengaruhi gambaran Tuhan bagi anak. Dalam penelitian Hertel dkk juga menemukan bahwa peran ibu lebih berpengaruh terhadap sudut pandang tentang Tuhan (God images) pada anaknya dibandingkan dengan peran ayah. Dan intinya ibu lah yang memiliki peran terbesar dalam sosialisasi (memberikan pengetahuan) keagamaan terhadap anak-anaknya (h.190-191).
-
Dua aitem yang dikembangkan sendiri oleh Kendler, karena Kendler tidak menemukan aitem yang memuaskan untuk melengkapi pengukuran dimensi
38
ini, sehingga akhirnya Kendler dkk mengembangkan aitem sendiri yang berasal dari skala „Nature of God‟ yang merefleksikan tingkat penerimaan keterlibatan Tuhan terhadap ciptaannya (manusia dan alam semesta) (2003: 497). -
Satu aitem dari penelitian Kendler sebelumnya (1997) yang merefleksikan sebuah kepercayaan akan adanya Tuhan maupun alam semesta (personal conservatism).
-
Satu aitem Religious/Spiritual Coping (Religious Doubt) dalam Fetzer Institude (1999: 49), yang menggambarkankepercayaan akan adanya Tuhan.
4. Forgiveness (sikap memaafkan)
Pada penelitian ini konsep forgivenesstermasuk pada dimensi religiusitas dari Kendler dkk, dimana Kendler dkk menggambarkan forgiveneess sebagai sikap perhatian, cinta kasih, dan memaafkan kepada sesama (dunia), sehingga dimensi ini tidak memunculkan istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu (Kendler dkk, 2003: 498). Kenneth S. Kendler dan Michael E.McCullough (Kendler dkk, 2003: 497) mencoba mengembangkan sendiri aitem yang akan digunakan untuk mengukur dimensi ini yang sebagian berdasarkan pada skala The Measurement of Forgiveness milikMauger P.A 1992. Pada dimensi ini semua aitemnya merupakan buatan Kendler dkk sendiri yang terdiri dari dua jenis subskala yaitu:
-
Aitem positif yang berasal dari skala cinta kasih dan perhatian (love and caring), merefleksikan kasih sayang maupun kepedulian terhadap sesama
39
individu dan kepercayaan bahwa saat individu berlaku baik terhadap sesama maka ia juga akan diperlakukan baik oleh individu lainnya. -
Aitem sikap memaafkan lawan rasa dendam (forgiveness vs revenge), merefleksikan usaha untuk memaafkan seseorang/ sesuatu hal yang telah sangat melukai perasaan kita.
5.
Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge).
Pada dimensi ini menegaskan tentang takdir dan hukum alam ketuhanan.Enam aitem pada dimensi ini mengandung kata „Tuhan‟ tapi berbeda dengan dimensi ketiga.Sedangkan sisanya terdiri dari tiga aitem sub-skala mengenai „Tuhan sebagai Maha Penguasa‟ dari skala „Gambaran Tuhan(God Images)‟. Dimensi ini bisa dibilang hampir sama dengan salah satu faktor pada penelitian Kendler (1997: 324) sebelumnya yaitu „personal conservatism‟ karena Kendler menggunakan dua aitem dari penelitian tersebut sebagai dasar pengukuran dimensi (Kendler dkk, 2003: 499). Personal conservatism menggambarkan ketradisionalan, fundamental, dan kekolotan (konservatif) terhadap suatu kepercayaan. Selain itu, Kendler juga menggunakan satu aitem tentang „Negative Religious/Spiritual Coping Subscale‟ dari Pargament (1999: 48) untuk mengetahui bagaimana kita memahami dan menghadapi permasalahan yang besar dalam kehidupan serta menilai kembali tentang ganjaran yang diberikan Tuhan (Punishing God Reappraisal). Kendler juga menggunakan tiga aitem Parental influences on God images “Gos as authority” (Hertel dkk, 1995: 192), dimana
40
aitem tersebut merefleksikan pemahaman bahwa Tuhan adalah sebagai pemegang kewenangan atas kehidupan manusia seperti adanya peraturan hidup manusia, ganjaran atas apa yang telah manusia perbuat.
Secara keseluruhan, item dalam dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan memberi ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal baik maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan Tuhan akan memberikan hukuman.
6.
Rasa Tidak Dendam (Unvengefulness)
Merefleksikan sikapindividu yang lebih memilih untuk melakukan pembalasan pribadi (balas dendam) dibanding memaafkan terhadap dunia. Dengan rincian, aitem-aitem ini diambil dari skala memaafkan lawan rasa dendam (forgiveness vs revenge)yang merefleksikan sikap sakit hati/dendam terhadap apa yang menimpa individu tersebut. Tiga aitem bersyukur lawan rasa tidak bersyukur (gratitude vs ingratitude)yang merefleksikan rasa tidak syukur dan egois atas apa yang telah terjadi pada diri individu tersebut. Aitem lainnya adalah dari Parental influences on God images “Gos as love” (Hertel dkk, 1995) yang merefleksikan keyakinan individu ketika ia melakukan kesalahan maka Tuhan akan berhenti mencintainya.Sebagai tambahan informasi,
yang
paling
berperan
dalam
membentuk
keyakinan
akan
positif/negatifnya sikap Tuhan terhadap kita adalah orang tua (khususnya ibu),
41
sejauh mana ibu dapat memberikan info terhadap anaknya tentang agamanya termasuk sifat-sifat Tuhan (Hertel dkk, 1995: 197).
Pada dimensi ini hampir semua aitemnya dikembangkan sendiri oleh Kenneth S. Kendler dan Michael E.McCullough dan juga dibuat dalam bentuk negatif. Untuk kekonsistenan, dimensi ini akan di skoring dengan cara aitem positif sehingga diberi nama dimensi Rasa Tidak Dendam (unvengefulness).
7. Bersyukur (Thankfulness)
Dimensi ini terdiri dari empat aitem bersyukur lawan tidak bersyukur (gratitude vs ingratitide)yang McCullough kembangkan sendiri untuk mengukur dimensi ini, aitem tersebut merefleksikan perasaan terima kasih berlawanan dengan marah (thankfulness vs anger) terhadap kehidupan dan Tuhan. Dimensi ini juga berasal dari aitem Religius Copingpada pengukuran multidimensional dari Fetzer Institute (1999: 13), dimana dimensi ini sebagai aspek spiritual yang sangat berhubungan dengan cara pandang kehidupan dari psikologi positif. Karena hubungan antara bersyukur „gratitude‟ dan keadaan kehidupan, stressor eksternal dapat mengubah perasaan bersyukur seseorang.Dan yang menjadi hal penting adalah, saat seseorang dapat tetap merasa bersyukur dalam situasi yang tidak baik bagi dirinya. Aitem yang digunakan adalah NegativeReligius Coping, sehingga bentuk pernyataannya pun negatif yaitu tentang sikap marah terhadap tuhan (anger at God) karena membiarkan hal buruk terjadi pada seseorang, serta ketidakpuasan dalam hal spiritual (Spiritual Discontent) (Fetzer Institude, 1999: 48-49).
42
David Steindal-Rast (1984) menjelaskan bahwa rasa syukur (gratefulness) dapat memberikan rasa tenang pada spiritualitas kehidupan seseorang. Sikap bersyukur menunjukkan bahwa hidup adalah karunia (pemberian), bukan hak (dalam Fetzer Institute, 1999:12).
2.3Recovering addict 2.3.1 Adiksi (Addiction) MacAndrew (dalam Hewit, 2007: 23) menyatakan bahwa addiction atau adiksi berasal dari bahasa Latin addictus, yang berarti memberikan perintah, sebab pengekangan atau pengendalian. APA (1994) memberikan pula definisi addiction sebagai perilaku berlebih dimana individu memiliki kontrol yang merusak dengan konsekuensi yang berbahaya. BNN (2009: 147) menyatakan bahwa adiksi adalah suatu penyakit bio-psiko-sosial, artinya melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial. Gejala-gejala yang diberikan adiksi khas serta bersifat kronik (lama) dan progresif (makin memburuk jika tidak ditolong). Gejala utamanya antara lain: 1.
Rasa rindu dan keinginan kuat untuk memakai sehingga bersifat kompulsif terhadap narkoba atau pengubah suasana hati lain,
2.
Hilangnya kendali diri terhadap pemakaiannya,
3.
Tetap memakai walaupun mengetahui akibat buruknya,
4.
Menyangkal adanya masalah (BNN, 2009: 147). Adiksi bukan terjadi akibat kelemahan moral, walaupun ada hubungannya
dengan masalah moral atau kurangnya kemauan dan walaupun ia harus memutuskan untuk berhenti memakai agar pulih. Adiksi mempengaruhi keadaan
43
jasmani, perilaku dan kehidupan sosialnya. Pengaruh tersebut harus dilihat sebagai bagian dari penyakit. Penyakit adiksi berlangsung kronis. Namun, penyakit itu dapat dihentikan asalkan pecandu mau berhenti memakai narkoba dan semua jenis pengubah suasana hati lain. Karena adiksi adalah suatu penyakit, maka sekali seseorang menjadi kecanduan terhadap narkoba, ia tidak akan pernah dapat kembali pada pemakaian kembali tanpa resiko menjadi ketergantungan sehingga ia harus menghentikan sama sekali pemakaiannya (abstinensia total) (BNN, 2009: 147-148). Proses terjadinya ketergantungan (adiksi) NAZA:
Pemakaian
Penyalahgunaan n
T E M B O K
Ketergantungan
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Ketergantungan (Adiksi) NAZA Proses seseorang menjadi ketergantungan dapat digambarkan seperti seorang yang menembus tembok. Pada tahap pemakaian ia masih dapat mengehentikannya. Jika telah terjadi ketergantungan, ia sulit kembali ke pemakaian sosial, berapa pun ia berusaha, kecuali jika menghentikan sama sekali pemakaiannya (abstinensia) (BNN, 2009: 37). 2.2 Pemulihan (Recovery) Pengertian recovery atau pemulihan dalam konteks 12 step model of addiction adalah kondisi berhenti sepenuhnya (abstinensia) dari perubahan mood yang
44
diakibatkan oleh zat (kafein dan beberapa obat lainnya). Selain itu Granfield & Cloud (dalam Hewit, 2007: 24) mendefinisikan recovery sebagai penghentian perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan atau penggunaan yang merusak dari penyalahgunaan zat. Selanjutnya recovery dapat berarti “bersih” dari adiksi, “pantang” dari penggunaan obat-obatan, atau “pengampunan” dari tahapan ketergantungan obat-obatan. Teori tentang recovery juga menjelaskan bahwa recovery adalah sebuah proses untuk mencapai dan memelihara kondisi berhenti sepenuhnya dari penggunaan obat-obatan yang tidak berhubungan dengan treatment tertentu (Wesson dkk, 1986: 14). Pemulihan adalah upaya yang dilakukan secara bertahan, untuk mempelajari keterampilan baru dan tugas-tugas yang mempersiapkannya menghadapi tantangan hidup bebas tanpa narkoba. Jika gagal, ia beresiko untuk relaps (kambuh). Pemulihan dimulai dengan berhenti menggunakan narkoba (abstinensia). Akan tetapi, tidak cukup hanya berhenti memakai, gaya hidup juga harus berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi keadaan tubuh, jiwa dan rohaninya, mengubah gaya hidupnya dengan hidup sehat dan memuaskan. Proses ini disebut “pemulihan seluruh pribadinya”. Hal yang harus dipulihkan dari para pecandu antara lain fisik, psikologis, sosial, rohani, okupasional (pekerjaan) dan pendidikan (BNN, 2009: 152).
Dikatakan recovery atau pemulihan karena seseorang yang mengalami gangguan dari penggunaan obat-obatan tidak akan kembali sepenuhnya pada kondisi “normal” seperti sebelum mengalami gangguan (Maddux & Desmond,
45
1986: 61).Jadi yang dimaksud dengan recovering addictadalah individu yang menjalani proses pemulihan dan berhenti sama sekali dari penggunaan NAZA (abstinensia).
2.4 Kerangka Berpikir
Kebutuhan akan kebermaknaan sangat dibutuhkan bagi masyarakat modern, tetapi kurang mendapat respon dari teori normatif (Metz, 2002). Padahal Victor Frankl mengatakan bahwa inti dari pengalaman manusia adalah mencari makna maupun tujuan hidup bukanlah mencari kebahagiaan, karena kebahagiaan merupakan buah dari kebermaknaan hidup. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa makna hidup merupakan elemen penting dalam kesejahteraan (well-being) dan fungsi hidup individu (Steger & Frazier, 2005: 580). Tanpa makna hidup, tujuan, nilai, idealisme dalam diri individu akan timbul „meaninglessness‟seperti putus asa, bosan (bordem), dan apatis.
Ditemukan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa rendahnya makna hidup seseorang berhubungan dengan psikopatologis (Yalom, 1980), rendahnya kesehatan mental (Reker, Peacock & Wong, 1987; Zika & Chamberlain, 1992), terjerumus kepenggunaan NAZAdan keinginan untuk bunuh diri (Harlow, Newcomb & Bentler, 1986). Kondisi hingga terjerumus kepenggunaan NAZA ternyata disebabkan karena pada mereka terjadi hilangnya “basic spiritual need” (Kendler dkk, 1997). Clinebell (dalam Hawari, 2002: 18) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual needs).Bagi mereka yang beragama,
46
kebutuhan spiritual ini dapat diperoleh melalui pengalaman agama. Namun bagi mereka yang sekuler mengatasinya dengan jalan penyalahgunaan NAZA sebagai bentuk pelarian (escape reaction) karena ketidakmampuannya menghadapi kenyataan (Hawari, 2002: 17).
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian kualitatif di Indonesia yang menyatakan bahwa pecandu yang telah berhasil pulih dari perilaku addict-nya (recovering addict)merasa lebih dekat dengan Tuhan (religious), dan juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang bermakna tanpa menggunakan NAZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang (Junaiedi, 2009). Jika mereka beragama, cara mendekatkan diri kepada Tuhan bisa membantu menemukan makna hidupnya.
Dalam Steger &
Frazier(2005: 580),
dinyatakan bahwa agama
dapatmemberikan dukungan sosial (sosial support) atau sebagai sumber penanganan masalah (coping resources), atau dengan perasaan bahwa dirinya berharga (self-esteem) sehingga agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup (meaning in life) yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap well-being.
Selain itu, untuk menemukan makna hidup ditemukan adanya pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah dibandingkan dengan yang belum atau tidak menikah. Jadi dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa individu yang memiliki hubungan intim (intimate relationship) lebih memiliki
47
pengalaman kebermaknaan hidup dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan tersebut (Leath, 1999).
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 1. General Religiosity (religious coping)
2. Social Religiosity (social support) ( 3. Involve Good
Dimensi Religiusitas
4. Forgiveness
Makna hidup 5. God as Judge
6. Unvengefulness
7. Thankfulness
8. Status Pernikahan
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih
48
harus diujikan, selanjutnya penulis akan mengumpulkan data sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :
Hipotesis mayor “ Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, dan thankfulness) dan status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. ”
Hipotesis minor
a.
Ada pengaruh yang signifikan dari general religiosity terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
b.
Ada pengaruh yang signifikan dari sosial religiosity terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
c.
Ada pengaruh yang signifikan dari keterlibatan Tuhan (involve God) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
d.
Ada pengaruh yang signifikan dari sifat memaafkan (forgiveness) terhadap makna hidup mantan recovering addict di BNN.
e.
Ada pengaruh yang signifikan dari persepsi Tuhan sebagai penetap takdir (God as judge terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
f.
Ada pengaruh yang signifikan dari rasa tidak dendam (unvengefulness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
g.
Ada pengaruh yang signifikan dari bersyukur(thankfulness) terhadap makna
49
hiduprecovering addict di BNN. h.
Adaperbedaan pengaruh yang signifikanantara recovering addictdi BNN yang berstatus menikah dan yang tidak menikah padamakna hidupnya.
Tetapi, pada penelitian ini hipotesis yang diuji adalah hipotesis nihil, yaitu : “ Tidak ada pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas dan status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. “
50
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan data, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ini mengkuantifikasikan skor dimensidimensi religiusitas dengan makna hidup (meaning in life) dari subjek recovering addict yang berada di Unit Pelatihan Teknis Terapi & Rehabilitasi (UPT T&R) Badan Narkotika Nasional (BNN). Penelitian ini bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi).Jenis penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah multiple regresi,dimana penulis ingin melihat besar sumbangan masing-masing variabel independen yang terdiri dimensi-dimensi religiusitas dan latar belakang status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict(meaning in life).
50
51
3.1.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah recovering addict yang berada pada fase akhir (Primary, Re-Entry) dan Staff addict di Unit Pelatihan Teknis Terapi & Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor. Populasi ini dipilih karena menurut penelitian McMillen pada tahun 2001di tempat rehabilitasi (dalam Hewit, 2007) belum terlihat adanya perubahanperubahan positif padarecovering addict di fase awal. Sehingga bisa dikatakan recovering addict pada fase ini masih dalam keadaan labil. Jika mereka diikutsertakan
pada
penelitian,
dikhawatirkan
menghasilkan
ukuran
kebermaknaan hidup yang bias. Adapun keterangan dari fase akhir adalah sebagai berikut: 1.
Fase Primary (Green& Hope)merupakan tahapan program rehabilitasi sosial dimana recovering addict berhenti dari penggunaan NAPZA sekitar 3-4 minggu. Fase ini dilaksanakan sekitar 6 bulan.Fase ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu Green dan Hope. Perbedaannya recovering addict pada fase Green adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti program rehabilitasi, sedangkan pada fase Hope adalah bagi recovering addict yang sudah pernah menjalani program rehabilitasi sebelumnya (lebih dari satu kali).
2.
Fase Re-Entry merupakan tahapan program rehabilitasi sosial selanjutnya dimana recovering addict sudah berhenti dari penggunaan NAPZA dalam jangka waktu di atas 6 bulan.
52
3.
Staff addict merupakan recovering addict yang sudah selesai menjalani program rehabilitasi dimana jangka waktu berhenti dari penggunan NAPZA dalam jangka waktu di atas 1 tahun.
3.1.3 Sampel Penelitian
Tidak seluruh populasi yang ada di BNN dijadikan sampel penelitian, hanya 156 orang dari ± 270 recovering addict di BNN.
3.1.4 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini,pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki ciri-ciri spesifik yang peneliti tentukan. Teknik ini tergolong dalam non-probabilitysampling yang berarti tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek.
3.2 Variabel dan Definisi Variabel
3.2.1 Variabel Penelitian
Adapun variable penelitian yang akan diteliti adalah: Variabel Dependen Makna hidup (meaning in life) Variabel Independen Dimensi-dimensi Religiusitas : Variabel Independen Satu (x1)
: General Religiosity (GR)
53
Variabel Independen Dua (x2)
: Sosial Religiosity (SR)
Variabel Independen Tiga (x3)
: Involved God (IG)
Variabel Independen Empat (x4)
: Forgiveness
Variabel Independen Lima (x5)
: God as A Judge (GAJ)
Variabel Independen Enam (x6)
: Unvengefulness
Variabel Independen Tujuh (x7)
: Thankfulness
Demografis : Variabel Independen Delapan (x8)
: Status pernikahan
3.2.2 Definisi Operasional
1. Makna hidup (meaning in life)
Definisi operasional dari makna hidup adalah tingginya skor dari hasil pengukuran makna hidup dengan menggunakan skala bakudari Crumbaugh & Maholick (dalam Koeswara, 1992).
2. Dimensi Religiusitas
Definisi operasional dari dimensi religiusitas adalah tingginya skor dari hasil pengukuran ketujuh dimensi religiusitas dengan menggunakan skala bakudari Kendler et.al (2003). Dimensi-dimensinya antara lain:
1.
General Religiosity,
2.
Sosial Religiosity,
3.
Involved God,
54
4.
Forgiveness,
5.
God As Judge,
6.
Unvengefulness,
7.
Thankfulness.
3.3 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa angket, yang dilakukan dengan memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.Sedangkan instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert, dimana variabel penelitian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan aitem-aitem instrumen.Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable)dan negatif (unfavorable).Jawaban setiap instrument ini memiliki tingkat dari tertinggi (sangat positif) dan sangat rendah (sangat negatif) dan diukur melalui satu aitem dengan empat kategori jawaban, sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skor Aitem Skala Aitem Positif (favorable)
Skor
Aitem Negatif (unfavorable)
Skor
SS (sangat sesuai)
4
SS (sangat sesuai)
1
S (sesuai)
3
S (sesuai)
2
TS (tidak sesuai)
2
TS (tidak sesuai)
3
STS (sangat tidak sesuai)
1
STS (sangat tidak sesuai)
4
55
3.4. Instrumen Penelitian
Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu, skala Makna hidup dan skala Dimensi Religiusitas. Adapun data yang dibutuhkan dan kemudian disertakan dalam angket adalah mengenai data diri subjek. Berisi karakteristik diri subjek yang ditulis pada angket. Berupa nama dengan menggunakan inisial dan latar belakang status pernikahan.
1.
Skala Makna Hidup Untuk mengukur Makna hidup digunakan sebuah skala baku yang diadaptasi dari Purpose in Life Scale (PIL) yang dikembangkan oleh Crumbaugh & Maholick (1964). Landasan aitem-aitem dari PIL test adalah aspek-aspek Makna hidup yang ada pada teori Logoterapi Frankl. Alat ukur baku ini terdiri dari 20 aitem, dan ditambah tiga aitem untuk mengukur aspek „sikap terhadap kematian‟ yang dibuat sendiri, sehingga jumlahnya menjadi 23 aitem. Tabel 3.2 Blue printSkala Makna hidup (meaning in life) Pernyataan
No.
Aspek
Jumlah Favorable
Unfavorable
1
Tujuan hidup
6,8*,11,16,20
4
6
2
Kepuasan hidup
1, 2
5, 18
4
3
Kebebasan (freedom)
14*,17
12
3
4
Sikap terhadap kematian
23*
7,19*,13
4
56
5
Pikiran tentang bunuh diri
22
3, 15
3
6
Kepantasan hidup
21
9,10
3
Jumlah :
23
Ket: * = item yang tidak valid 2. Skala Dimensi Religiusitas Untuk mengukur Dimensi Religiusitas dalam penelitian ini adalah dengan skala baku dari Kendler dkk (2003). Skala baku tersebut aslinya terdiri dari 74 aitem, namun setelah atem-aitemnya diadaptasi agar sesuaidengan kebutuhan penelitian ini jumlah berubah menjadi 41 aitem. Adapun Dimensi Religiusitas disini terdiri dari tujuh dimensi: 1. General Religiosity terdiri dari 14 aitem 2. Sosial Religiosity terdiri dari 6 aitem 3. Keterlibatan Tuhan (involve God) terdiri dari 4 aitem 4. Sikap Memaafkan (forgiveness) terdiri dari 6 aitem 5. Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge) terdiri dari 4 aitem 6. Rasa Tidak Dendam (unvengefulness) terdiri dari 4 aitem 7. Bersyukur(thankfulness) terdiri dari 3 aitem
Tabel 3.3 Blue print Skala Dimensi Religiusitas No
Dimensi
Aitem Fav
1
General Religiosity
Jumlah Unfav
4, 7, 1, 11, 6, 5*, 10, 13, 35*
14
57
(GR) 2
Social Religiosity (SR)
3, 2, 8, 12*, 9 14,15,16,17,19*,18
-
6
3
Involve God (IG)
22*, 21, 20
36
4
4
Forgiveness (Love)
26, 23, 37, 24, 25
27
6
29, 28, 31, 30
-
4
5
God as Judge (GAJ)
6
Unvengefulness
-
7
Thankfulness
33
32, 41, 38,
4
39 40, 34 Jumlah
3 :
41
Ket: * = item yang tidak valid 3.5 Prosedur Pengambilan Data
1. Mengadaptasi skala agar sesuai dengan karakteristik sampel, dengan menyortir atau membuang aitem disetiap dimensi atau aspek agar tidak terlalu banyak sehingga memudahkan sampel dalam mengisi kuisioner. 2. Mengatur tampilan skala agar tampak menarik (tidak membuat jenuh) untuk memaksimalkan kevalid-an jawaban. 3. Membuat target sebanyak 200 sampel penelitian. 4. Calon sampel didapat dengan cara mendatangi ke tempat rehabilitasi BNN, Lido. 5. Konsultasi kepada tim psikologi BNN, kemudian setelah mendapat ijin langsung turun lapangan didampingi perwakilan pihak BNN.
58
6. Pada residen, dilakukan secara klasikal di dinning hall tempat mereka tinggal, kemudian menunggu responden saat mengisi angket untuk memastikan bahwa responden mengisi semua aitem. Pada staff addict, skala dibagikan langsung kepada sampel.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari Dimensi Religiusitas dan data demografis sebagai IV terhadap Makna hiduprecovering addict(meaning in life) sebagai DV, dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing IV terhadap DV, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Penelitian ini memiliki variabel independen sebanyak delapan variabel dimana tujuh variabel adalah variabel turunan dari Dimensi Religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God,
forgiveness, God as judge,
unvengefulness, thankfulness) dan variabel demografis „status pernikahan‟. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur penulis menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis berganda untuk mengetahui besar dan arah pengaruh antara variable X1 hingga X8terhadap variabel Y yang pada penelitian ini adalah makna hidup. Adapun persamaan umum analisis regresi bergandanya adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4 +b5X5+ b6X6 +b7X7 +b8X8
59
Keterangan : Y
: Dependent variable (DV) „Makna hidup‟
X1
:General Religiosity
X2
:Sosial Religiosity,
X3
:Involved God,
X4
:Forgiveness,
X5
:God As Judge,
X6
:Unvengefulness,
X7
:Thankfulness.
X8
: Status pernikahan
a
: Intercept / konstan
b1, b2, ......, b8 : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
Dalam analisi multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, diantaranya : 1. R² yang menunjukkan proporsi varian (persentase varian) dari dependent variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variabel (IV). Fungsi R2ini adalah melihat proporsi varian dari Makna Hidup (meaning in life) yang dipengaruhi IV yang digunakan. 2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent variable (IV) yang bersangkutan.
60
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
3.7 PengujianValiditas Konstruk
Untuk mengetahui validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.70. Adapun kriteria aitem yang baik pada CFA adalah sebagai berikut (Umar dalam Nuran, 2011) :
1.
Melihat signifikan tidaknya aitem tersebut mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisian muatan faktor aitem. Perbandingannya adalah jika t > 1.96 maka aitem tersebut signifikan dan begitu pula sebaliknya. Adapun aitem tersebut signifikan maka aitem tidak akan di drop dan sebaliknya.
2.
Melihat koefisien muatan faktor dari aitem. Jika aitem tersebut sudah di skoring dengan favorable (pda skala Likert 1 – 4), maka nilai koefisien muatan faktor pada aitem harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila aitem tersebut favorable, namun koefisien muatan faktor aitem bernilai negatif maka aitem tersebut di drop dan sebaliknya.
3.
Terakhir, apabila kesalahan pengukuran aitem terlalu banyak berkorelasi, maka aitem tersebut akan di drop. Sebab, aitem yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
61
3.7.1 Uji Validitas Konstruk Makna Hidup
Penulis menguji apakah 23 aitem yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur Makna hidup. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit dan terdapat kesalahan pengukuran aitem yang terlalu banyak berkorelasi dengan kesalahan pengukuran aitem lainnya, dengan Chi – Square = 1485.23 , df = 230 , P-value = 0.00000, RMSEA = 0.188. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima (gambar dilampirkan).
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya aitem tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya aitem tersebut signifikan dan sebaliknya, seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.4 Muatan Faktor Aitem Makna hidup No
Koefisien
Standar Eror
Nilai t
Sig
1
0.60
0.07
8.32
V
2
0.60
0.07
8.46
V
3
0.60
0.07
8.64
V
4
0.95
0.06
15.64
V
62
5
0.65
0.07
9.26
V
6
0.42
0.08
5.56
V
7
0.74
0.08
9.38
V
8
0.69
0.08
0.62
X
9
0.66
0.07
9.96
V
10
0.66
0.07
9.54
V
11
0.50
0.08
6.41
V
12
0.52
0.07
7.26
V
13
0.15
0.07
1.98
V
14
0.12
0.07
1.63
X
15
0.43
0.07
5.96
V
16
0.42
0.08
5.32
V
17
0.40
0.09
4.69
V
18
0.51
0.08
6.47
V
19
0.08
0.07
1.05
X
20
0.28
0.08
3.52
V
21
0.43
0.08
5.49
V
22
0.45
0.08
5.45
V
23
0.10
0.08
1.36
X
Ket : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, pada nilai t bagi koefisien muatan faktor dari aitem nomor 8, 14, 19, dan 23 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor
63
aitem lainnya signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel diatas, pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif. Dengan demikian aitem yang di drop pada variabel ini adalah aitem nomor 8, 14, 19, dan 23.
Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran aitem yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing, korelasi kesalahan pengukuran aitem ditampilkan pada tabel yang dilampirkan. Namun melihat aitem-aitem tersebut memiliki nilai t yang bagus (t > 1,96) serta tidak ada yang bermuatan negatif. Dengan demikian selain aitem 8, 14, 19, dan 23 yang tadi sudah dijelaskan diatas, sisa aitem yang berjumlah 19 bisa diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.
Langkah selanjutya yaitu aitem-aitem makna hidup yang valid dihitung skor faktornya. Skor faktornya dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan aitem-aitem variabel seperti pada umumnya.
Setelah didapatkan skor faktor, nilai tersebutlah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu dicatat, bahwa hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini.
64
3.7.2 Uji Validitas KonstrukDimensi Religiusitas 3.7.2.1
Dimensi General Religiosity
Penulis menguji apakah 14 aitem yang ada pada dimensi ini bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur General Religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi - Square = 32.78 , df = 23 , P-value = 0.08493 , RMSEA = 0.052 (gambar dilampirkan). Dari gambar tersebut, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh aitem mengukur satu faktor saja yaitu General Religiosity.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya aitem tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya aitem tersebut signifikan dan sebaliknya. Penyajiannya pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Muatan Faktor aitem General Religiosity No
No.aitem
Koefisien
Standar error
Nilai t
Signifikan
1
1
0.67
0.07
9.40
V
65
2
2
0.84
0.07
12.46
V
3
3
0.56
0.07
7.52
V
4
4
0.78
0.07
11.67
V
5
5
0.76
0.07
10.45
V
6
6
0.75
0.07
10.75
V
7
7
0.76
0.07
11.23
V
8
8
0.79
0.07
10.72
V
9
9
0.69
0.07
9.51
V
10
10
0.57
0.07
7.74
V
11
11
0.55
0.08
7.19
V
12
12
0.57
0.11
5.01
V
13
13
0.91
0.07
13.50
V
14
35
-0.10
0.08
-1.22
X
Ket : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, hanya nilai t bagi koefisien muatan faktor dari aitem 14 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor aitem lainnya signifikan. Dengan demikian aitem no 14 (aitem 35) akan di drop, artinya aitem tersebut tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel 3.2, pada kolom koefisien terdapat aitem yang muatan negatif yaitu no 14 (aitem 35). Dengan demikian no 14 akan tidak akan diikutsertakan dalam penghitungan faktor skor.
Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran aitem yang
66
saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Korelasi kesalahan pengukuran aitem ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.6
Matriks Koorelasi antar kesalahan Pengukuran dari aitem General Religiosity 1
2
3
4
V
V
V
V
5
6
7
8
9
10
11
12
V
V
V
V
13
14
1 2
V
3
V
4
V
V
5 6
V
7
V
V
V
8
V V
9
V
10
V
V
12 13 14
V
V V
V V
V V
V
11
V
V V V
V
V V
V V
V
V V
V V
V
V
V
V
V
V
V
V V
V
V
tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran aitem
Dari tabel diatas dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada aitem. Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang
67
berkorelasipada semua aitem, sehingga dilakukan modifikasi dengan mendrop aitem yang paling banyak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi yaitu no 12 dan 14 (aitem 12 dan 35) (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dibawah ini dapat terlihat pada kolom koefisien tidak ada aitem yang muatan negatif. Dengan demikian tidak ada aitem yang di drop pada penghitungan ini.
Tabel 3.7
Muatan Faktor aitem General Religiosity No
No.aitem
Koefisien
Standar error
Nilai t
Signifikan
1
1
0.85
0.07
12.40
V
2
2
0.87
0.06
13.62
V
3
3
0.61
0.07
8.76
V
4
4
0.80
0.07
11.81
V
5
5
0.67
0.07
9.59
V
6
6
0.86
0.07
13.23
V
7
7
0.71
0.07
10.19
V
8
8
0.77
0.07
11.02
V
9
9
0.77
0.07
11.24
V
10
10
0.63
0.07
8.85
V
11
11
0.52
0.08
6.72
V
12
13
0.75
0.07
10.92
V
Ket : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
68
Selanjutnya akan melihat korelasi kesalahan dari dimensi pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8
Matriks Koorelasi antar kesalahan Pengukuran dari aitem General Religiosity 1
2
3
4
V
V
V
5
6
7
8
9
10
11
12
1 2 3 4
V
5 6
V
7 8
V V
9
V
10 11 12
V V
V
V
V
V V
V
tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran aitem
Pada tabel diatas dapat dilihat korelasi kesalahan pengukuran pada aitem.Didapatlah aitem yang tidak bagus yaitu hanya aitem 5 karena terdapat terlalu banyak tanda V yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran aitem lainnya, selain mengukur apa yang hendak diukur ia juga mengukur hal lain. Dengan demikian aitem 5 akan di drop, dan secara keseluruhan terdapat tiga aitem yang akan didrop yaitu aitem 5, 12, 35. Sehingga dari 14 aitem hanya 11 aitem yang akan ikut dianalisis dalam penghitungan faktor
69
skor.
3.7.2.2
Uji Validitas alat ukur Social Religiosity
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 10.76 , df = 6 , P-value = 0.09624 , RMSEA = 0.072 (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif, namun terdapat satu aitem yang nilai t nya > 1.96 yaitu no 6 (aitem 19). Dengan demikian no 6 dimana no aitemnya 19 akan di drop, sehingga tidak ikut dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi pada no 1 (aitem 14), 2 (aitem 15) , 3 (aitem 16) , 5 (aitem 18) , 6 (aitem 19). Namun karena kelima aitem tersebut hanya berkorelasi satu hingga dua saja, oleh sebab itu akan tetap diikut sertakan sehingga jumlah aitem pada dimensi ini yang akan diikutkan pada penghitungan uji hipotesis terdapat 5 aitem.
3.7.2.3
Uji Validitas alat ukur Involve God
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan
70
modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 4.35 , df = 2 , P-value = 0.11375 , RMSEA = 0.087 (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien terdapat aitem yang muatan negatif yaitu no 3. Dengan demikian no 3 dimana no aitemnya 22 akan di drop, sehingga tidak ikut dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini tidak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi, namun karena terdapat aitem yang nilai t nya > 1.96 yaitu no 3 (aitem 22) sehingga pada aspek ini yang akan diikut sertakan pada penghitungan uji hipotesis hanya 3 aitem.
3.7.2.4
Uji Validitas alat ukur Forgiveness
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 6.23 , df = 4 , P-value = 0.18255 , RMSEA =
0.060 (gambar
dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif (tabel
71
dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi pada no 1 (aitem 23) , 2 (aitem 24) , 3 (aitem 25) , 5 (aitem 27) , dan 6 (aitem 37). Namun karena kelima aitem tersebut hanya berkorelasi sedikit saja (tidak lebih dari tiga), oleh sebab itu akan tetap diikut sertakan sehingga jumlah aitem pada dimensi ini yang akan diikutkan pada penghitungan uji hipotesis terdapat 6 aitem.
3.7.2.5
Uji Validitas alat ukur God as Judge
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 1.46 , df = 2 , P-value = 0.48088 , RMSEA = 0.000 (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif. Dengan demikian semua aitem akan diikutsertakan dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini tidak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi, oleh sebab itu semua aitem dimana yang berjumlah 4 aitem pada aspek ini akan tetap diikut sertakan pada penghitungan uji hipotesis.
72
3.7.2.6
Uji Validitas alat ukur Unvengefulness
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 1.14 , df = 1 , P-value = 0.28566 , RMSEA =
0.030 (gambar
dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi pada no 2 (aitem 38) , 3 (aitem 39) . Namun karena kedua aitem tersebut hanya berkorelasi satu saja, oleh sebab itu akan tetap diikut sertakan sehingga jumlah aitem pada dimensi ini yang akan dikutkan pada penghitungan uji hipotesis terdapat 4 aitem.
3.7.2.7
Uji Validitas alat ukur Thankfulness
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 0.00 , df = 0 , P-value = 1.00000 , RMSEA = 0.000 (gambar dilampirkan).
73
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif. Dengan demikian semua aitem akan diikutsertakan dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini tidak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi, oleh sebab itu semua aitem dimana yang berjumlah 3 aitem pada aspek ini akan tetap diikut sertakan pada penghitungan uji hipotesis.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan meliputi dua bagian yaitu analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
4.1 Analisis Deskriptif
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai sampel yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang berada dalam Unit Pelatihan Teknis Terapi & Rehabilitasi yang digunakan sebagai sampel penelitian, dikarenakan karakteristik sampel yang dibutuhkan hanya individu yang telah pulih dari adiksi saja dan berada pada fase akhir program rehabilitasi (Staff addict, Primary dan Re Entry).Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 September 2011. Akan dipaparkan gambaran umum sampel yang dilihat dari latar belakang status pernikahan. Status sampel yang tidak menikah (single dan cerai) ternyata menunjukan persentase yang lebih banyak dibandingkan yang sudah menikah, yaitu 114 orang dari 156 sampel yang digunakan, sedangkan yang sudah menikah 42 orang. Gambaran dapat dilihat pada tabel 4.1
74
75
Tabel 4.1 Gambaran umum sampel berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan
N
Persentase
Tidak Menikah
114orang
73,1 %
Menikah
42 orang
26,9 %
4.2
Uji Hipotesis Penelitian
4.2.1
Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini akan menguji hipotesis penelitian dengan teknis analisis regresi berganda yang perhitungannya dibantu oleh software SPSS 17. Dalam regresi ada 4 hal yang dilihat yaitu : (1) melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan IV terhadap DV; (2) melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV; (3) melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV; (4) kemudian terakhir melakukan pengujian sumbangan dari masing-masing IV terhadap DV. Langkah pertama melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan oleh IV. Adapun hasilnya sebagai berikut :
76
Tabel 4.2 Tabel Rsquare „Dimensi Religiusitas dan status nikah terhadap Makna Hidup‟ Model Summary Std. Error of the Model
2
R
R a
1
0,522
Adjusted R Square 0,273
Estimate
0,233
0,81886274
a. Predictors: (Constant), statusnikah, unvengeful, social, Godjudge, thankful, forgive, general, involve
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa perolehan R2sebesar 0,273 atau 27,3%. Artinya, semua independen variabel memberikan sumbangan terhadap makna hidup sebesar 27,3% , sedangkan 72,7% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Langkah kedua penulis menganalisis pengaruh dari seluruh independen variabel terhadap makna hidup.Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 TABEL ANOVA Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
36,984
8
4,623
Residual
98,569
147
0,671
135,552
155
Total
F
Sig. 6,894
a. Predictors: (Constant), statusnikah, unvengeful, social, Godjudge, thankful, forgive, general, involve b. Dependent Variable: meaning
a
0,000
77
Dengan melihat kolom yang paling kanan yaitu kolom sig. pada tabel diatas dapat diketahui bahwa (p< 0,05), maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan dari seluruh independen variabel terhadap makna hidup diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari kedelapan IV yaitu general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, thankfulness, dan latar belakang status pernikahan terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
Langkah ketiga adalah melihat signifikannya koefisien regresi dari masing-masing independen variabel. Adapun penyajian tabelnya sebagai berikut :
Tabel 4.4 Tabel Koefisien Regresi
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Error
(Constant)
0,179
0,127
general
0,120
0,104
social
-0,021
involve
Beta
T
Sig. 1,410
0,161
0,121
1,148
0,253
0,094
-0,018
-0,227
0,821
0,056
0,118
0,057
0,472
0,638
forgive
0,148
0,106
0,133
1,396
0,165
Godjudge
0,017
0,124
0,017
0,140
0,889
unvengeful
0,074
0,091
0,076
0,820
0,414
thankful*
0,238
0,088
0,254
2,694
0,008
-0,244
0,148
-0,116
-1,648
0,102
statusnikah a.
B
Coefficients
Dependent Variable: meaning Ket : * = variabel yang berpengaruh signifikan
78
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6 untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6), jika p< 0,05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap DV. Dari hasil diatas terdapat koefisien regresi yang signifikan. Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada makna hidup, yaitu :
Makna Hidup=
0,179 + 0,120general– 0,021social + 0,056involve + 0,148forgiveness + 0,017Godjudge + 0,074unvengefulness + 0,238thankfulness– 0,244statusnikah
Untuk penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masingmasing IV adalah sebagai berikut : 1. Variabel general religiosity: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,120 dengan signifikansi 0,253 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel general religiosity secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi general religiositymaka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 2. Variabel social religiosity: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,021 dengan signifikansi 0,821 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel social religiosity secara negatif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi socialreligiositymaka semakin rendah makna hidupnya atau sebaliknya, walaupun secara statistik tidak signifikan. 3. Variabel involve God: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,056
79
dengan signifikansi 0,638 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel involve God secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi involve God maka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 4. Variabel forgiveness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,148 dengan signifikansi 0,165 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel forgiveness secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi forgiveness maka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 5. Variabel God as judge: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,017 dengan signifikansi 0,889 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel God as judge secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi God as judge maka semakin tinggi makna hidupnya, walaupun secara statistik tidak signifikan. 6. Variabel unvengefulness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,074 dengan signifikansi 0,414 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel unvengefulness secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi unvengefulness maka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 7. Variabel thankfulness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,238 dengan signifikansi 0,008 (p< 0,05), yang berarti bahwa variabel thankfulness secara positif mempengaruhi makna hidup signifikan secara statistik. Jadi, semakin tinggi thankfulness maka semakin tinggi makna
80
hidupnya. 8. Variabel demografis (latar belakang status pernikahan): Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,244 dengan signifikansi 0,102 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel demografis (latar belakang status pernikahan) secara negatif mempengaruhi makna hidup tetapi tidak signifikan secara statistik. Pada tabel 4.6 koefisien regresi diatas, dari kedelapan IV hanya terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan secara statistik terhadap DV, yaitu variabel thankfulness dengan beta 0,238; signifikansi 0,008 (p< 0,05). Untuk melihat perbandingan besar kecilnya pengaruh antara tiap IV terhadap DV dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan melihat nilai signifikansinya (p) dan melihat Standardized coefficients (beta) (Umar, 2011).
4.2.2 Pengujian Sumbanganmasing-masing Independent Variable
Kemudian pengujian pada tahapan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penambahan sumbangan masing-masing IV terhadap makna hidup. Pada tabel 4.7 kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom kedua merupakan penambahan (incremented) varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai IV pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan
81
sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang akan dituliskan signifikan atau sebaliknya. Besarnya sumbangan IV pada makna hidup dapat dilihat pada tabel 4.5. Selanjutnya, juga akan dilihat besarnya proporsi varians DV yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan sumbangan setiap kali IV baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2change) ini dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.5 Sumbangandari masing-masing Variabel Independen Model Summary Change Statistics 2
2
Model
R
R Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
0,146
0,146
26,267
1
154
0,000
*General
2
0,146
0,001
0,121
1
153
0,728
Social
3
0,176
0,030
5,480
1
152
0,021
*Involve God
4
0,203
0,027
5,128
1
151
0,025
*Forgiveness
5
0,204
0,001
0,205
1
150
0,651
God as judge
6
0,223
0,019
3,598
1
149
0,060 Unvengefulness
7
0,259
0,036
7,274
1
148
0,008
*Thankfulness
8
0,273
0,013
2,716
1
147
0,102
Status nikah
Ket :*= variabel yang signifikan memberikan sumbangan terhadap DV
Keterangan : X1
: General Religiosity (GR)
Predictor
82
X2
: Sosial Religiosity (SR)
X3
: Involved God (IG)
X4
: Forgiveness
X5
: God as Judge (GAJ)
X6
: Unvengefulness
X7
: Thankfulness
X8
: Status pernikahan
Dari tabel diatas dapat disampaikan informasi sebagai berikut : 1.
Variabel General Religiosity memberikan sumbangan sebesar 14,6% dengan signifikansi0,000 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 26,267 dan df = 1;154.
2.
Variabel Social Religiosity memberikan sumbangan sebesar 0,1% dengan signifikansi 0,728 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,121 dan df = 1;153.
3.
Variabel Involve God memberikan sumbangan sebesar 3% dengan signifikansi0,021 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 5,480 dan df = 1;152.
4.
Variabel Forgiveness memberikan sumbangan sebesar 2,7% dengan signifikansi 0,025 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 5,128 dan df = 1;151.
5.
Variabel God as judge memberikan sumbangan sebesar 0,1% dengan signifikansi 0,651 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,205 dan df = 1;150.
83
6.
Variabel Unvengefulness memberikan sumbangan sebesar 1,9 % dengan signifikansi0,060 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 3,598 dan df = 1;149.
7.
Variabel Thankfulness memberikan sumbangan sebesar 3,6% dengan signifikansi0,008 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 7,274 dan df = 1;148.
8.
Variabel status pernikahan memberikan sumbangan sebesar 1,3% dengan signifikansi 0,102 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,949 dan df = 2;146. Berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada makna hidup antara yang berstatus menikah dan tidak menikah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat empat variabel dari
kedelapan variabel independen, yaitu general religiosity, involve God, forgiveness, dan thankfulness yang signifikan secara statistik memberikan sumbangan terhadapmakna hidup recovering addictdi BNN. Jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang diberikan).Dari keempat IV tersebut dapat dilihat mana yang paling besar memberikan sumbangan terhadap DV.Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai R2change-nya, semakin besar maka semakin banyak sumbangan yang diberikan terhadap DV (Umar, 2011). Dari tabel 4.7 diatas diketahui urutan IV yang signifikan memberikan sumbangan terhadap DV dari yang nilai R2change terbesar hingga yang terkecil, sebagai berikut : 1. General religiosity dengan R2change = 0,146
84
2. Thankfulness dengan R2change = 0,036 3. Involve God dengan R2change = 0,030 4. Forgivenessdengan R2change = 0,027
Kemudian dibawah ini dipaparkan hasil analisis keseluruhan dalam bentuk tabel untuk mempermudah melihatnya.
Tabel 4.6 Hasil Keseluruhan Variabel Independen
Pengaruh
Arah pengaruh
1
General religiosity
Tidak signifikan
Positif
2
Social religiosity
Tidak signifikan
Negatif
3
Involve God
Tidak signifikan
Positif
3% Signifikan
4
Forgiveness
Tidak signifikan
Positif
2,7% Signifikan
5
God as judge
Tidak signifikan
Positif
0,1% Tidak signifikan
6
Unvengefulness
Tidak signifikan
Positif
1,9% Tidak signifikan
7
Thankfulness
Signifikan
Positif
3,6% Signifikan
8
Status nikah
Tidak terdapat
Negatif
1,3% Tidak terdapat
No
Besar sumbangan
Sumbangan
14,6% Signifikan 0,1% Tidak signifikan
perbedaan
perbedaan Jumlah
27,3%
85
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima akan dipaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dan mendapatkan hasil serta menganalisis hasil-hasil yang didapat, maka pada bab ini akan disimpulkan hasil dari penelitian. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini (dimensi religiusitas dan latar belakang status pernikahan) memberikan sumbangan terhadap makna hidup sebesar 27.3%, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Sehingga kesimpulannya dapat dikatakan sebagai berikut : 1.
Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, dan thankfulness) dan status pernikahan terhadap makna hidup recovering addictdi BNN (hipotesis nihil ditolak).
2.
Namun jika dilihat satu persatu pengaruh dari dimensi religius terhadap makna hidup, hanya thankfulness yang berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
85
86
5.2
Diskusi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara keseluruhan menggambarkan bahwa religiusitas berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict. Ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup seseorang (Steger & Frazier, 2005: 580), begitu juga dengan pendapat Polutzian (dalam Sumanto, 2006) yang mengemukakan bahwa perasaan keagamaan yang matang akan membantu individu memuaskan “keinginan akan makna” dengan mengambil ajaran agama yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Namun sebagai IV (dimensi religiusitas) yang diprediksi memiliki pengaruh yang besar terhadap makna hidup seseorang, hasil tersebut termasuk kecil (R 2=27,3%), mungkin untuk penelitian selanjutnya perlu memperhatikan orientasi tempat yang akan digunakan sebagai tempat penelitian yang kemungkinan mempengaruhi religiusitas pada komunitas tersebut.
Variabel thankfulness adalah satu-satunya IV yang menunjukkan hasil berpengaruh dan juga memberikan sumbangan signifikan terhadap makna hidup recovering
addictdi
BNN.Variabel
Thankfulness
pada
penelitian
ini
menggambarkan perasaan terima kasih kepada Tuhan atas kehidupan yang dijalaninya. Dengan rasa bersyukur atau berterima kasih kepada Tuhan, dapat mengurangi efek stress dan depresi pada kesehatan tubuh (Wood dkk, 2007: 868). Dengan bersyukur juga dapat menyebabkan ketenangan pikiran, kebahagiaan, kesehatan fisik, dan menciptakan kualitas hubungan yang baik dengan orang lain
87
(Emmons & McCullough, 2003: 377). David N. Miller (2009: 14) menyatakan bahwa thankfulness (atau yang biasa disebut dengan gratitude) menggambarkan harapan dan sikap optimis yang merupakan komponen penting dalam psikologi positif. Sehingga bisa disimpulkan saat seseorang (recovering addict) memiliki harapan dan pikiran yang optimis tentang hidupnya, secara tidak langsung akan membantu individu tersebut menyusun kerangka masa depan untuk menemukan makna hidupnya.
Penulis tidak menemukan penelitian sebelumnya yang secara jelas dan berdiri sendiri membahas hubungan antara thankfulnessdengan makna hidup, karena variabel thankfulness padapenelitian ini merupakan IV turunan dari dimensi religiusitas.Namun pada penelitian ini ternyata ditemukan bahwa thankfulnesssecara signifikan mempengaruhimakna hidup recovering addict.Jika dihubungkan dengan sudut pandang islam, thankfulness menggambarkan rasa bersyukur recovering addict karena Allah masih melindunginya dari bahaya narkoba dengan memberi kesempatan hidup untuk berubah jadi lebih baik lagi, tidak seperti rekannya yang telah meninggal meninggal karena OD (overdoses). Bagi mereka yang bersyukur, keberadaan mereka saat ini dianggap sebagai bentuk pertolongan Allah SWT melalui campur tangan manusia, seperti keluarga atau kerabat yang peduli akan keadaan recovering addict. Recovering addict yang mampu mengingat Allah dan tetap bersyukur meskipun dalam keadaan sesulit apapun, adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dan hal tersebut merupakan tujuan hidup dari penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT (QS.Adz-Dzariyat: 56).
88
Kemudian walaupun tidak berpengaruh signifikan, general religiosity memberikan sumbangan yang terbesar diantara IV lainnya terhadap makna hidup recovering addict di BNN.Sedikit gambaran, variabel ini merefleksikan perhatian dan keterlibatan aktif individu dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah (krisis) (Kendler dkk, 2003).Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Steger & Frazier bahwa peran agama dapat berkontribusi sebagai sumber penanganan masalah (coping resources) sehingga
agama
dapat
menciptakan sebuah perasaan bermakna
dalam
hidup(Steger & Frazier, 2005: 580).
Sehingga bisa dikatakan bahwa ketika individu mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan menggunakan pendekatan religius seperti meminta pertolongan Tuhan dalam membuat keputusan serta berusaha untuk kembali kepada Tuhan dalam segala situasi termasuk dalam kondisi sesulit apapun, hal tersebut dapat membantu recovering addict menemukan dan meningkatkan makna hidupnya. Sebagai informasi tambahan, dalam Steger & Frazier (2005: 580) beberapa bukti menunjukan bahwa terapi yang berfokus pada religius menunjukkan dampak yang lebih efektif pada penyelesaian masalah klien (McCullough, 1999) dibandingkan dengan pendekatan yang biasa, walaupun masih sedikit terapis yang memandang agama bisa dijadikan sebagai terapi yang sesuai (Bergin & Jensen, 1990).
Begitu juga dengan variabel involve God yang jugamemberikan sumbangan yang signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
89
Sejalan dengan tulisan Metz (2008) bahwa teori supernaturalis memandang makna hidup (meaning in life) harus didasari oleh hubungan tertentu dengan dunia spritual.Jika bagi individu tersebut Tuhan tidak ada atau individu tersebut gagal memiliki hubungan dengan-Nya, supernaturalisme menganggap bahwa kehidupan individu tersebut tidaklah bermakna (meaningless).Karena supernaturalisme percaya bahwa memiliki hubungan dekat dengan Tuhan merupakan hal yang dibutuhkan bagi eksistensi (keberadaan) seseorang. Dapat dikatakan bahwa ketika individu atau recovering addict selalu melibatkan Tuhan dalam kesehariannya dan memiliki
persepsi
bahwa
Tuhan
mencintainya
dan
selalu
mengawasi
kehidupannya sehari-hari, akan membantunya menemukan makna hidup.
Variabel lainnya yang memberikan sumbangan namun ia tidak berpengaruh terhadap makna hidup recovering addict di BNN adalah Forgiveness. Konsep Forgiveness dalam penelitian ini tidak memunculkan istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu (Kendler dkk, 2003).Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa forgiveness berhubungan dengan makna hidup individu (Hantman & Cohen, 2010: 613).Sikap memaafkan akan mempengaruhi sepanjang kehidupan individu, memaafkan dapat membantu individu mengenali arti dan tujuan hidupnya (Emmons dalam Cohen, 2006: 2). Pada gambaran proses memaafkan pun berlandaskan bahwa ketika seseorang memaafkan maka akan membantunya memahami dan menemukan makna hidup ketika ia dalam pengalaman yang menyakitkan „meaning in suffering‟ (Frankl, 1959; dalam Cohen, 2006: 27).
90
Selanjutnya, variabel demografis „latar belakang status pernikahan‟ pada penelitian ini ternyata menunjukan hasil tidak terdapat perbedaan makna hidup recovering addictyang berstatus menikah dengan yang tidak menikah (single/ cerai).Bisa dikatakan bahwa terlepas apakah status mereka telah menikah atau tidak (single atau cerai), tidak berpengaruh terhadap kebermaknaan hidup recovering addict.Ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah terhadap makna hidupnya (Debats dkk dalam Leath, 1999). Penelitian sebelumnya tersebut dilakukan pada orang biasa (non addict), berbeda dengan keadaan addict, mungkin hal ini terjadi karena pada substance user terjadi co-dependency (kondisi emosi dan perilaku seseorang yang biasa disebut dengan hubungan kecanduan) yang disebabkan karena sikap adiksi terhadap NAZA, sehingga kebanyakan dari mereka mengalami masalah kesehatan dan sosial yang mengakibatkan ketidakberhasilan membangun kepuasan hubungan secara mutualisme dengan orang lain (alcoholrehab.com).
Dalam kasus recovering addict, pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa makna hidup bisa membantu keberhasilan proses pemulihan seseorang (Klinger, 1987 dalam Steger: 9), sehingga menemukanmakna hidup bisa dijadikan pertimbangan sebagai cara membantu recovering addict memaksimalkan proses pemulihan.
Menurut Frankl (1997) masalah adiksi, seperti mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang secara berlebih, serta seks bebas didasari sebagai tindakan
91
individu mencari kesenangan sebagai jalan menghilangkan kesedihan (Marsh dkk, 2003 : 860). Itulah mengapa menurut Steger rendahnya makna hidup seseorang berhubungan dengan penggunaan NAZA, bahkan yang lebih parah lagi bisa mengakibatkan patologi atau bunuh diri.Kesenangan yang mereka dapat dari mengkonsumsi NAZA atau seks bebas hanyalah kesenangan semu sebagai bentuk pelarian dari masalah yang tak mampu dihadapi.Tanpa disadari mereka telah menutupi dan melupakan pentingnya menghayati makna hidupnya dengan perilaku tersebut (the will to pleasure/ sex) (Frankl, 1973 dalam Bastaman, 1996).
5.3 Saran
Tentunya penulis menyadari adanya banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu penulis akan membagi saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya dengan dependen variabel (DV) yang sama, yaitu mengenai makna hidup (meaning in life). Saran dibagi menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran metodologis
1.
Karena dependen variabel (DV) dalam penelitian ini adalah „makna hidup‟ yang merupakan kualitas penghayatan hidup individu, hal tersebut bersifat luas.
Sehingga
kemungkinan
akan
lebih
komprehensif
dalam
menggambarkan hasil jika menggunakan alat ukur kuantitatif tambahan seperti the Seeking of Noetic Goals test (SONG), the Meaning in Suffering Test (MIST), the Life Purpose Questionnaire (LPQ), dan the Life Attitude
92
Profile Revised (LAP-R) (Melton & Schulenberg, 2008), the Life Regard Index (LRI), Sense of Coherence (SOC), Perceive Opportunities for Rewarding Experience (POREE) (Leath, 1999). Dan akan lebih baik lagi jika dikombinasi dengan metode kualitatif dalam pengukurannya (Debats dkk, 1995). 2.
Dalam penelitian ini masih banyak IV yang diperkirakan mempengaruhi makna hidup namun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini, sehingga disarankan untuk mempertimbangkan purpose, value, efficacy, self-worth (Baumeister, 1991 dalam
King,
LA, 2006),
self-improvement
&
understanding (Ebersole, 1998 dalam King, LA, 2006), possitive affect (King, LA, 2006), life satisfaction & self esteem (Steger, 2nd editon of The Human Quest for Meaning) sebagai IV pada penelitian makna hidup selanjutnya. 3.
Untuk penelitian selanjutnya mengenai religiusitas perlu memperhatikan orientasi tempat rehabilitasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian, karena kemungkinan hal tersebut mempengaruhi tingkat religiusitassampel.
5.3.2
1.
Saran praktis
Agar lebih terarah serta lebih maksimal dalam proses pemulihan, hendaknya recovering addict mengetahui pentingnya memiliki tujuan dan menemukan makna dari hidup yang dijalaninya. Serta bagi individu lain (non addict) penting untuk menghayati kehidupan yang sedang dijalani, agar dapat mengetahui makna hidupnya.
93
2.
Bagi para konselor, akan sangat terbantu dalam memberikan pemahaman yang lebih baik jika klien mengetahui makna hidupnya (Steger & Frazier, 2005: 580). Konselor diharapkan merancang intervensi yang dapat membantu klien menemukanmakna dalam hidupnya. Terutama jika kliennya non-religius atau sedang mengalami krisis keraguan dengan religiusitasnya, makna hidup dapat digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi.
3.
Bagi para orang tua khususnya ibu dari recovering addict, sudut pandang ibu tentang Tuhan atau religiusitas berpengaruh terhadap sudut pandang anak terhadap hal tersebut (Hertel dkk, 1995). Hal ini bisa membantu anak menjadi pribadi yang lebih religius melalui pendekatan dari ibu.
94
DAFTAR PUSTAKA Adler, N. 1997. Purpose of Life. Research Network on SES & Health. http://www.macses.ucsf.edu/research/psychosocial/purpose.php Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia. (2009). Pencegahan Penyalahgunaan narkoba sejak usia dini. Jakarta: __________ Bastaman, H. D. (1996). Meraih hidup bermakna: kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Jakarta: Paramadina. Cohen, H.L. (2006). Narratives of forgiveness among older holocaust survivors: a pilot study. Research proposal. Texas: Hartford Faculty Scholars Program in Geriatric Social Work. Crumbaugh, J.C., Maholick, L.T. (1964). An experimental study in existentialism: the psychometric approach to Frankl‟s concept of noogenic neurosis. Columbus: Georgia. D‟Onofrio, B.M., Murrelle, Lenn, Eaves, L.J., McCullough, M.E., Landis, J.L., Maes, H.H., (1999). Adolescent religiousness and its influence on substance use: preliminary findings from the mid-atlantic school age twin study. Twin Research, 2 156-168. dari www.stockton-press.co.uk/tr Debats, L.D., Drost & Hansen, P. (1995). Experiences of meaning in life: a combined qualitative and quantitative approach. British Journal of psychology, vol. 86. Dunn, M.G., O‟Brien, Karen M. (2009). Psychological health and meaning in life: stress, social support and religious coping in latina/latino immigrants. Hispanic Journal of Behavioral Sciences. dari http://hjb.sagepub.com Emmons, R.A., McCullough, M.E., (2003).Counting blessings versus burdens: an experimental investigation of gratitude and subjective well-being in daily life. Journal of Personality and Social Psychology, 84, No. 2, 377-389. Earnshaw, E.L. (2004). Religious orientation and meaning in life: an exploratory study. MWSC Dept of Psychology Central Methodist College. Fabry, J. (1980). The pursuit of meaning. New York: Harper & Row. Hantman, S., Cohen, O. (2010).Forgiveness in late life. Journal Gerontol Social Work. Oct;53 (7): 613-30. dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20865623
95
Hawari, D. 2002. Dimensi religi dalam praktek psikiatri dan psikologi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Hertel, B.R., Donahue, M.J. (1995).Parental influences on God images among children: testing Durkheim‟s metaphoric parallelism. Journalfor the Scientific Study of Religion, 34, 186–199. Hewit, A. J. (2007). After the fire: post traumatic growth in recovery from addictions. Tesis. Inggris: University of Bath. Junaiedi. (2009). Makna hidup pada mantan pecandu napza. Skripsi. Depok: Universitas Gunadarma, Fakultas Psikologi. Kendler, K.S., Gardner, C.O., Prescott, C.A. (1997). Religion, psychopathology, and substance use and abuse: a multimeasure, geneticepidemiologic study. Am J Psychiatry, 154, 322–329. Kendler, K.S., Gardner, C.O., Qing Liu, McCullough, M.E., Larson, D., Prescott, C.A. (2003). Dimensions of religiosity and their relationship to lifetime psychiatric and substance use disorders. Am J Psychiatry, 160, 496-503. King, L.A., Hicks, J.A., Krull, J.L., Del Gaiso, A.K. (2008). Possitive affect and the experience of meaning in life. Journal of Personality and Social Psychology. Columbia: University of Missouri. Koeswara. (1992). Logoterapi psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta: Kanisius. Leath, C. (1999).The experience of meaning in life from a psychological perspective.Junior Paper Psychology Honors Program. dari www.e-a.freehostia.com/cleath/docs/meaning.htm Maddux, J.F., & Desmond, D.P. (1986). Relapse and recovery in substance abuse careers. Dalam Tims, F.M., & Leukefeld, C.G. Research Analysis and Utilization System: Relapse and Recovery in Drug Abuse. Maryland: NIDA Research Monograph Series. Marsh, A., Smith, L., Piek, J., Saunderss, B. (2003). The purpose in life scale: Psychometric properties for social drinkers and drinkers in alcohol treatment. Educational and Psychological Measurement, vol. 63, no. 5, 859-871. Melton, A.M.A., Schulenberg, S.E. (2008).On the measurement of meaning logotherapys empirical contributions to humanistic psychology. The Humanistic Psychologist, 36, 31-44.
96
Metz T. (2002).Recent work on the meaning of life. Ethics, vol. 112, No. 4 (Juli 2002): 781-814. Metz, T. (2008). The meaning of life. The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Fall 2008 ed.), Edward N. Zalta (ed.) dari www.plato.stanford.edu/entries/life-meaning Miller, D.N. (2009). Fostering gratitude. Student service „Principal Leadership‟. dari www.nasponline.org/resources/principals Nashori, F., Diana, R. (2002). Mengembangkan kreatifitas dalam perspektif psikologi islami. Jogjakarta: Menara Kudus. Pargament, K. (1999). Multidimensional measurement of religiousness/ spirituality for use in health research. Fetzer Institute/National Institute on Aging Work Group (ebook). Jalaludin. (2000). Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Seligman, M.E.P. (1998). Building human strength: Psychology‟s forgotten mission. APA Monitor, 29, (1) Januari. Steger, M.F. _______ Experience Meaning in Life: Optimal Function at The Nexus of Well-Being, Psychopathology, and Spirituality (The Human Quest for Meaning 2nd edition). Colorado State University. Steger, M.F., Frazier, Patricia. (2005). Meaning in life: One link in the chain from religiousness to well-being. Journal of Counceling Psychology, vol. 52, No. 4, 574-582. Substance Use and Marriage. Diambil tanggal 8 November 2011. dari www.alcoholrehab.com/alcohol-rehab/substance-abuse-and-marriage/ Sumanto. (Desember 2006). Kajian Psikologis Kebermaknaan Hidup. Buletin Psikologi vol.14, no.2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Teori Vicktor Emil Frankl ebook (hal. 1 – 4) Thouless, R. (1995). Pengantar psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wood, A.M., Maltby, J., Gillett, R., Linley, P.A., Joseph, S. (2007). The role of gratitude in the development of social support, stress, and depression: Two longitudinal studies. Journal of Research in Personality, 42 (2008), 854871.
97
Wesson, D.R., Havassy, B.E., & Smith, D.E. (1986). Theories of relapse and recovery and their implications for drug abuse treatment. Dalam Tims, F.M., & Leukefeld, C.G., Research Analysis and Utilization System: Relapse and Recovery in Drug Abuse. Maryland: NIDA Research Monograph Series.
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA
Assalam mu’alaikum Wr,Wb. Saya adalah Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Jakarta, yang sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi kuisioner. Dalam kuisioner ini terdiri atas beberapa pernyataan, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Informasi yang anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian saya dan akan dijamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan banyak Terima Kasih.
Wassalam mu’alaikum Wr,Wb. Hormat saya,
Larastika NIM. 107070003688
DATA DIRI (wajib diisi) Nama (inisial)
: ___________________________
Usia
: ________ tahun
Pendidikan terakhir * : 1. SD 2. SMP Status Pernikahan *
3. SMA 4. Perguruan tinggi
: 1. Single 2. Menikah 3. Cerai
Fase saat ini
: ___________________________
(*) lingkari salah satu nomor yang mewakili status anda
Petunjuk Pengerjaan ! 1
Bacalah dengan seksama setiap pernyataan, lalu berilah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang paling mewakili keadaan anda saat ini.. SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh: No. 1.
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Saya menyukai olahraga
Pernyataan
SS
1
Saya berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan
2
Saya memohon petunjuk kepada Tuhan dalam membuat setiap keputusan
3
Saya menemukan kekuatan dan kenyamanan dalam agama yang saya yakini
4
Tanpa Tuhan, hidup saya tanpa tujuan
5
Setiap hari saya berdoa kepada Tuhan
6
Keyakinan kepada Tuhan membentuk bagaimana saya berpikir dan bertindak setiap hari
7
Keyakinan pada Tuhan membantu saya melalui kesulitan
8
Dalam menjalani masa sulit, saya menemukan pembelajaran dari Tuhan
9
Saat menghadapi situasi sulit, agama membantu saya memahami situasi tersebut
10
Keyakinan saya pada agama berpengaruh terhadap kehidupan seharihari
11
Saya berusaha untuk menjadi seseorang yang taat beragama
12
Saya berusaha mengakui kesalahan dan meminta ampun pada Tuhan atas apa yang telah saya lakukan
13
Saya percaya bahwa agama dapat memberikan arahan hidup
14
Kebanyakan teman saya adalah orang yang religius
15
Bertukar pikiran tentang agama merupakan hal yang penting bagi saya
16
Beribadah dan berdoa bersama merupakan hal yang menyenangkan bagi saya.
17
Saya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di tempat ibadah
18
Saya percaya bahwa merokok adalah suatu perbuatan berdosa
19
Saya percaya bahwa meminum alkohol dan menggunakan Napza/Narkoba adalah suatu perbuatan berdosa
20
Saya percaya Tuhan akan mengabulkan doa-doa hambanya
21
Saya meyakini Tuhan mencintai diri saya apa adanya 2
S
TS
STS
22
Saya yakin setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
23
Saya memaafkan orang lain
24
Meskipun sulit, saya akan berusaha untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti perasaan saya.
25
Saya memaafkan diri sendiri
26
Saya berusaha hidup dengan berpedoman “menyayangi dan mencintai orang lain sebagaimana saya menyayangi dan mencintai diri sendiri”
27
Agama mengajarkan saya untuk saling tolong-menolong, saling mengasihi, dan mencintai, serta saling memaafkan
28
Saya percaya bahwa Tuhan sangat tegas dan adil.
29
Saya percaya Tuhan mempunyai banyak peraturan yang dapat membantu kelangsungan hidup hambanya.
30
Saya percaya bahwa kitab suci adalah kalimat dari Tuhan.
31
Saya percaya Tuhan akan memberikan balasan yang adil
32
Jika saya melakukan banyak kesalahan Tuhan akan berhenti mencintai saya
33
Saya bersyukur atas apa yang telah saya terima dalam hidup ini
34
Tuhan meninggalkan saya dalam masa-masa sulit yang saya hadapi
35
Saat bertemu masalah saya merasa mampu menyelesaikannya sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan
36
Saya ragu apakah Tuhan benar-benar ada
37
Saya merasa di dunia ini semua nya palsu (tidak ada rasa kepedulian, perhatian, rasa kasih sayang, dan saling memaafkan)
38
Ketika seseorang menyakiti perasaan saya, saya akan membalasnya dengan cara apapun
39
Saya tidak melihat banyak hal yang bisa saya syukuri dalam kehidupan ini.
40
Saya marah pada Tuhan karena membiarkan hal buruk terjadi pada diri saya
41
Saya adalah satu-satunya orang yang pantas mendapatkan ucapan terima kasih atas apa yang telah saya capai
No
Pernyataan
SS
1
Saya menjalani hidup ini dengan bersemangat.
2
Bagi saya hidup ini tampak sangat menarik.
3
Saat masalah yang saya hadapi tidak kunjung selesai, ingin rasanya segera mengakhiri hidup ini.
4
Kehidupan saya tidak bermakna dan tidak memiliki tujuan.
5
Keseharian saya hanya melakukan hal yang itu-itu saja.
6
Jika saya pensiun, saya akan tetap mengerjakan berbagai hal menarik sesuai keinginan saya. 3
S
TS
STS
7
Masih terdapat banyak hal yang ingin saya lakukan untuk memperbaiki hidup, sehingga saya berharap diberi umur panjang.
8
Dalam mencapai tujuan-tujuan hidup, perlahan-lahan saya mampu memenuhi tanggung jawab dan memiliki kemajuan.
9
Kesalahan di masa lalu membuat saya merasa tidak pantas menjalani kehidupan ini.
10
Saya merasa menyesal telah dilahirkan.
11
Jika dunia dikaitkan dengan hidup, dunia ini bermakna bagi hidup saya.
12
Saya termasuk orang yang tidak bertanggung jawab.
13
Saya percaya bahwa manusia bebas untuk membuat semua pilihan hidupnya sendiri.
14
Saya merasa tidak siap jika harus meninggal hari ini.
15
Saya pernah terpikir untuk melakukan bunuh diri.
16
Saya mampu menemukan makna, tujuan dari kehidupan ini.
17
Hidup saya dikendalikan oleh faktor luar (orang lain/peraturan).
18
Saya menghadapi cobaan hidup sebagai pengalaman yang menyakitkan dan membosankan.
19
Saya takut jika mati sekarang karena masih banyak kesalahan yang belum saya perbaiki
20
Saya telah menemukan tujuan dan maksud hidup yang pasti.
21
Kehadiran saya pantas diterima kembali ditengah-tengah keluarga (lingkungan) saya setelah saya melakukan salah yang besar terhadap mereka.
22
Sebesar apapun masalah yang menimpa hidup, saya tidak ingin mengakhiri hidup ini dengan cara bunuh diri.
23
Dibalik semua kesalahan di masa lalu, saat ini saya sudah berusaha sebaik mungkin menjadi lebih baik sehingga saya siap jika kapanpun Tuhan akan memanggil saya.
Terima Kasih
4
DATE: 11/25/2011 TIME: 4:13 L I S R E L
8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)6752140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file D:\PROPOSAL-SKRIPSI\Hasil SPSS\MH\MH bismillah jadi satu\SYNTAX MHbismillah.LS8: UJI VALIDITAS CFA MH DA NI=23 NO=156 MA=KM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 KM SY FI=MHbismillah.cor MO NX=23 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY,FI LK MH FR LX 1 - LX 23 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 FR TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 TD 17 17 TD 18 18 TD 19 19 TD 20 20 TD 21 21 TD 22 22 TD 23 23 fr td 19 14 td 23 8 td 2 1 td 15 3 td 21 4 td 22 18 td 20 16 td 20 13 td 20 1 td 13 5 fr td 22 10 td 17 4 td 11 4 td 18 4 td 15 5 td 19 5 td 21 1 td 14 1 td 22 4 td 21 17 td 18 14 fr td 12 9 td 17 6 td 21 20 td 23 9 td 15 12 td 10 3 td 16 3 td 7 3 td 8 3 td 17 5 td 17 9 fr td 16 4 td 16 2 td 16 10 td 16 13 td 16 11 td 7 6 td 21 16 td 20 6 td 20 8 td 17 1 td 22 4 fr td 22 14 td 13 11 td 11 5 td 20 10 td 20 15 td 10 8 td 13 10 td 17 8 td 17 11 td 19 1 fr td 20 4 td 23 6 td 8 4 td 9 8 td 21 8 td 13 6 td 14 8 td 19 8 td 23 14 td 3 2 td 17 15
fr td 19 10 td 23 19 td 22 13 td 6 2 td 23 17 td 18 17 td 18 5 td 22 7 td 22 15 td 15 10 fr td 22 20 td 5 1 td 16 6 td 19 7 td 18 7 td 19 6 td 18 6 td 12 10 td 16 12 td 7 4 td 7 5 fr td 17 7 td 9 7 td 10 7 PD OU ad=off TV SS MI UJI VALIDITAS CFA MH Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 23 Y - Variables 0 X - Variables 23 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 156
UJI VALIDITAS CFA MH Correlation Matrix X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
1.00 0.70 0.26 0.52 0.34 0.29
1.00 0.36 0.51 0.42 0.39
1.00 0.59 0.43 0.17
1.00 0.64 0.36
1.00 0.27
0.54
0.51
0.16
0.46
0.23
0.04
-0.08
0.14
-0.02
0.05
0.38
0.34
0.45
0.69
0.46
0.33
0.40
0.58
0.64
0.42
0.33
0.37
0.31
0.24
0.11
0.36
0.25
0.31
0.52
0.37
0.02
0.07
0.14
0.10
-0.16
0.17
-0.04
0.14
0.15
0.13
0.34
0.25
0.61
0.43
0.21
0.26
0.16
0.33
0.13
0.29
0.30
0.20
0.27
0.26
0.42
0.35
0.35
0.32
0.44
0.51
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5 X6 1.00 X7 0.41 X8 -0.08 X9 0.30 X10 0.24 X11 0.26 X12 0.17 X13 0.21 X14 -0.07 X15 0.06 X16 0.11 X17 -0.01 X18 0.10
X19
0.07
-0.05
0.08
0.10
-0.02
X20
0.41
0.22
0.13
0.11
0.14
X21
0.45
0.27
0.20
0.11
0.19
X22
0.28
0.35
0.33
0.31
0.20
X23
0.04
-0.07
0.10
0.09
0.10
0.01 0.20 0.26 0.21 0.07 Correlation Matrix X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
1.00 -0.05 0.38 0.36 0.41 0.33
1.00 0.14 -0.12 0.07 0.18
1.00 0.52 0.36 0.54
1.00 0.26 0.46
1.00 0.19
0.14
-0.10
0.12
0.03
0.37
-0.01
0.77
0.15
0.00
0.01
0.21
0.11
0.29
0.47
0.30
0.29
0.03
0.27
0.08
0.39
0.11
0.15
0.46
0.24
0.07
0.13
0.07
0.34
0.36
0.14
0.05
0.76
0.10
-0.06
0.02
0.20
0.11
0.10
0.00
0.29
0.41
0.06
0.19
0.29
0.35
0.43
-0.03
0.30
0.53
0.30
-0.02
0.73
0.04
-0.06
0.06
X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
1.00 -0.22 0.07
1.00 0.25
1.00
X12 -------X7 X8 X9 X10 X11 X12 1.00 X13 0.06 X14 0.34 X15 0.36 X16 0.13 X17 0.32 X18 0.36 X19 0.24 X20 0.09 X21 0.16 X22 0.18 X23 0.27
Correlation Matrix X18 -------X13 X14 X15
X16 X17 X18
-0.01 -0.01 -0.11
0.02 0.23 0.34
0.16 0.33 0.32
1.00 0.19 0.21
1.00 0.44
X19
-0.11
0.84
0.13
-0.01
0.17
X20
0.34
-0.02
0.25
0.42
0.09
X21
0.20
-0.10
0.18
0.31
-0.02
X22
0.29
-0.15
0.34
0.27
0.05
X23
-0.09
0.75
0.17
0.08
0.08
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
1.00 0.40 0.27 0.04
1.00 0.34 0.01
1.00 -0.05
1.00
1.00 0.15 0.17 0.09 -0.07 0.11 Correlation Matrix
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------1.00 -0.02 -0.07 -0.09 0.77
UJI VALIDITAS CFA MH Parameter Specifications LAMBDA-X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22
MH -------1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
X23
23 THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
24 25 0 0 30 0
26 27 0 0 32
28 0 0 0
29 0 0
31 0
0
0
34
35
36
0
0
39
40
0
0
0
0
0
0
0
0
45
0
0
0
0
0
49
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
55
60
0
0
0
0
0
0
63
0
64
0
68
69
70
0
77
0
0
78
79
0
0
0
87
88
94
0
0
0
95
102
0
0
103
0
111
0
0
112
0
0
0
0
118
0
0
0
0
0
0
X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5 X6 33 X7 37 X8 0 X9 0 X10 0 X11 0 X12 0 X13 56 X14 0 X15 0 X16 71 X17 80 X18 89 X19 96 X20 104 X21 0 X22 0 X23 127
THETA-DELTA X12 --------
X7 X8 X9 X10 X11 X12
38 0 42 46 0 0
41 43 47 0 0
44 0 0 52
48 0 53
51 0
X13
0
0
0
57
58
X14
0
61
0
0
0
X15
0
0
0
65
0
X16
0
0
0
72
73
X17
81
82
83
0
84
X18
90
0
0
0
0
X19
97
98
0
99
0
X20
0
105
0
106
0
X21
0
113
0
0
0
X22
119
0
0
120
0
X23
0
128
129
0
0
X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
59 0 0 75 0 0
62 0 0 0 91
67 0 85 0
76 0 0
86 92
0
100
0
0
0
107
0
108
109
0
0
0
0
114
115
121
122
123
0
0
0
130
0
0
131
54 0 0 66 74 0 0 0 0 0 0 0 THETA-DELTA X18 -------X13 X14 X15 X16 X17 X18 93 X19 0 X20 0 X21 0 X22 124 X23 0
THETA-DELTA
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------101 0 0 0 132
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
110 116 125 0
117 0 0
126 0
133
UJI VALIDITAS CFA MH Number of Iterations = 42 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
X1
MH -------0.60 (0.07) 8.32
X2
0.60 (0.07) 8.46
X3
0.60 (0.07) 8.64
X4
0.95 (0.06) 15.67
X5
0.65 (0.07) 9.26
X6
0.42 (0.08) 5.56
X7
0.74 (0.08) 9.38
X8
0.05 (0.08) 0.62
X9
0.69 (0.07)
9.96 X10
0.66 (0.07) 9.54
X11
0.50 (0.08) 6.41
X12
0.52 (0.07) 7.26
X13
0.15 (0.07) 1.98
X14
0.12 (0.07) 1.63
X15
0.43 (0.07) 5.96
X16
0.42 (0.08) 5.32
X17
0.40 (0.09) 4.69
X18
0.51 (0.08) 6.47
X19
0.08 (0.07) 1.05
X20
0.28 (0.08) 3.52
X21
0.43 (0.08) 5.49
X22
0.45 (0.08) 5.45
X23
0.10 (0.07) 1.36
PHI MH -------1.00
THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
X6 -------X1
0.68 (0.06) 10.71
X2
0.37 (0.04) 8.46
0.66 (0.07) 9.66
X3
- -
0.09 (0.03) 2.80
0.63 (0.06) 9.81
X4
- -
- -
- -
0.08 (0.04) 2.20
X5
-0.05 (0.03) -1.71
- -
- -
- -
0.58 (0.06) 9.58
X6
- -
0.13
- -
- -
- -
-0.23
-0.21
-0.24
(0.04)
(0.05)
(0.05)
-5.25
-3.93
-4.48
0.83 (0.04) (0.09) 2.97 8.98 X7
- -
- -
0.08 (0.05) 1.56
X8
- -
- -
0.07
-0.07
(0.03) 2.46
(0.03) -2.74
- -
- -
X9
- -
- -
- -
- -
- -
X10
- -
- -
0.13
- -
- -
-0.20
-0.21
(0.04) -5.19
(0.05) -4.11
- -
- (0.04) 3.45 X11
- -
- -
- -
- -
X12
- -
- -
- -
- -
- -
X13
- -
- -
- -
- -
-0.21
- -
0.09 (0.05) (0.06) -4.54 1.53 X14
0.12
- -
- -
- -
- -
- -
0.32
- -
-0.08
- (0.02) 4.80 X15
- -
- (0.05) 6.97 X16
- -
(0.04) -2.18
-0.13
0.11
-0.25
- -
(0.04)
(0.05)
(0.04)
-3.27
2.21
-6.56
- -
- -
-0.15
0.13
(0.04)
(0.05)
(0.06)
1.51
-3.16
2.24
-0.10
0.11
-0.08 (0.05) -1.49 X17
0.06
-0.15 (0.05) -2.85 X18 -0.10
- -
- -
- -
(0.04)
(0.05)
-2.67
2.31
- -
-0.12
(0.05) -1.88 X19
0.03
- -
- -
0.08 (0.03)
(0.03)
1.22
-4.43
(0.03) 2.42 X20
0.19
- -
- -
-0.09
- -
0.07 (0.04)
(0.04)
4.37
-2.57
(0.05) 1.20 X21
0.21
- -
- -
-0.24
- -
- (0.05) 4.28 X22
- -
(0.04) -6.04 - -
- -
-0.06
- -
- (0.03) -1.89 X23
- -
- -
- -
- -
- -
X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
0.15 (0.04) 3.54
THETA-DELTA X12 -------X7
0.44 (0.08) 5.54
X8
- -
0.96 (0.10) 9.87
X9
-0.10 (0.04) -2.30
0.09 (0.03) 3.04
0.53 (0.06) 9.30
X10
-0.11 (0.05) -2.31
-0.11 (0.03) -3.61
- -
0.57 (0.06) 9.60
X11
- -
- -
- -
- -
0.76 (0.09) 8.64
X12
- -
- -
0.18
0.08
- -
(0.04)
(0.04)
4.32
2.16
- -
-0.05
0.26
(0.05) -1.03
(0.07) 3.99
- -
- -
- -
- -
0.13
- -
0.73 (0.08) 9.20 X13
- -
- -
- -
X14
- -
0.70
- (0.09) 8.10 X15
- -
- -
0.13 (0.05) (0.04) 2.84 2.82 X16
- -
- -
- -
-0.20
0.13
(0.05)
(0.05)
-4.00
2.33
- -
-0.12
-0.07 (0.05) -1.46 X17
-0.15
0.02
0.15
(0.06) -2.71
(0.04) 0.62
(0.05) 3.04
-0.26
- -
- -
- -
- -
0.10
0.72
- -
-0.02
- -
(0.03) 3.69
(0.09) 8.03
- -
X18
(0.05) -2.34
- (0.05) -4.90 X19 - (0.02) -1.05
X20
- -
0.14
- -
-0.17
- -
- (0.04) 3.70 X21
- -
0.13
(0.05) -3.25 - -
- -
- -
- -
0.27
- -
- (0.04) 3.40 X22
0.09
- -
- (0.06) 1.69 X23
- -
(0.05) 4.98 0.69
-0.10
- -
- -
(0.09) 7.51
(0.03) -3.07
X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
- -
THETA-DELTA X18 -------X13
0.95 (0.10) 9.19
X14
- -
0.92 (0.10) 9.57
X15
- -
- -
0.81 (0.08) 9.74
X16
-0.16 (0.06) -2.72
- -
- -
0.84 (0.09) 9.23
X17
- -
- -
0.15 (0.05) 3.14
- -
0.81 (0.09) 8.77
X18
- -
0.18
- -
- -
0.14
0.70 (0.03)
(0.05)
5.57
2.67
(0.08) 8.31
X19
- -
0.78
- -
- -
- -
0.17
0.28
- -
(0.05) 3.54
(0.06) 4.55
- -
0.14
-0.10
(0.05) 2.81
(0.05) -1.92
- -
- -
- -
-0.08
- (0.09) 8.39 X20
0.25
- -
- (0.06) 3.98 X21
- -
- -
- -
X22
0.16
-0.06
0.19
(0.06)
(0.03)
(0.05)
2.73
-2.30
3.61
- -
0.73
- -
-0.27 (0.05) -5.11 X23 - (0.09) 7.93
(0.04) -2.19
THETA-DELTA X20 --------
X19
X19 -------0.98 (0.11) 9.32
X21 --------
X22 --------
X20
- -
0.90 (0.10) 9.48
X21
- -
0.25 (0.06) 4.00
0.81 (0.09) 8.95
X22
- -
0.12 (0.06) 2.18
- -
0.82 (0.09) 8.85
X23
0.77 (0.10) 7.95
- -
- -
- -
X23 --------
1.01 (0.11) 9.12
Squared Multiple Correlations for X - Variables X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
0.35
0.35
0.37
0.92
0.42
X6 -------0.17 Squared Multiple Correlations for X - Variables X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
0.56
0.00
0.47
0.44
0.24
X12 -------0.27 Squared Multiple Correlations for X - Variables X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
0.02
0.01
0.19
0.18
0.17
X18 -------0.27 Squared Multiple Correlations for X - Variables X19 -------0.01
X20 -------0.08
X21 -------0.18
X22 -------0.20
X23 -------0.01
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 143 Minimum Fit Function Chi-Square = 176.67 (P = 0.029) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 171.82 (P = 0.050) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 28.82 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 65.93) Minimum Fit Function Value = 1.14 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.19 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.43) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.036 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.055) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.88 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.82
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.64 ; 3.06) ECVI for Saturated Model = 3.56 ECVI for Independence Model = 22.67 Chi-Square for Independence Model with 253 Degrees of Freedom = 3468.18 Independence AIC = 3514.18 Model AIC = 437.82 Saturated AIC = 552.00 Independence CAIC = 3607.32 Model CAIC = 976.46 Saturated CAIC = 1669.76 Normed Fit Index (NFI) = 0.95 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.54 Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99 Relative Fit Index (RFI) = 0.91 Critical N (CN) = 163.53
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.070 Standardized RMR = 0.071 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.83 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47 UJI VALIDITAS CFA MH Modification Indices and Expected Change No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X No Non-Zero Modification Indices for PHI Modification Indices for THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
- - 2.57 0.17 - 0.41
- - 1.09 1.17 - -
- 0.19 0.20 0.27
- 0.04 0.00
- 0.02
0.53
0.12
- -
- -
- -
2.00
0.48
- -
- -
0.08
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5 X6 - X7 - X8 0.05
X9
0.05
0.76
0.27
0.00
0.40
X10
1.04
0.59
- -
0.13
0.13
X11
0.41
2.32
0.45
- -
- -
X12
0.69
1.32
0.01
0.03
0.00
X13
0.97
0.02
1.24
0.00
- -
X14
- -
0.77
0.62
0.05
0.07
X15
1.56
0.16
- -
0.18
- -
X16
0.08
- -
- -
- -
0.10
X17
- -
1.41
0.13
- -
- -
X18
0.33
1.61
0.38
- -
- -
X19
- -
0.31
0.00
0.23
- -
X20
- -
0.56
0.15
- -
0.06
X21
- -
0.57
0.14
- -
0.28
X22
0.24
1.94
0.07
- -
2.35
X23
0.27
0.53
0.01
0.26
0.04
0.35 0.17 0.00 0.02 - 0.00 0.82 - - - - - 0.38 0.24 - Modification Indices for THETA-DELTA X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
- 0.00 - - 0.13 0.03
- - - 0.01 0.19
- 0.91 0.26 - -
- 1.12 - -
- 1.57
0.01
0.81
0.86
- -
- -
0.15
- -
0.01
0.59
0.48
2.69
0.63
0.08
- -
3.77
0.16
0.02
0.07
- -
- -
- -
- -
- -
0.23
- -
- -
0.00
1.43
0.64
1.53
X12 -------X7 X8 X9 X10 X11 X12 - X13 0.03 X14 2.67 X15 - X16 - X17 1.79 X18 0.15
X19
- -
- -
0.09
- -
0.06
X20
0.45
- -
1.08
- -
1.34
X21
0.58
- -
1.67
0.14
2.07
X22
- -
0.80
0.39
- -
0.21
X23
0.17
- -
- -
1.81
0.13
0.19 0.04 0.23 0.02 1.02 Modification Indices for THETA-DELTA X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
- 1.82 0.92 - 0.05 2.25
- 1.30 0.43 0.80 - -
- 0.94 - 0.10
- 0.18 0.13
- - -
0.07
- -
0.59
0.68
0.06
- -
0.11
- -
- -
0.08
1.12
0.75
0.01
- -
- -
- -
- -
- -
2.39
0.44
0.26
- -
0.15
0.45
- -
X18 -------X13 X14 X15 X16 X17 X18 - X19 1.94 X20 1.88 X21 0.92 X22 - X23 0.45
Modification Indices for THETA-DELTA
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------- 0.26 0.40 0.29 - -
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
- - - 0.06
- 0.87 1.60
- 0.10
- -
Expected Change for THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
- - -0.05 0.01 - -
- - -0.03 0.04
- 0.01 0.02
- -0.01
- -
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5
X6
0.03
- -
-0.02
0.00
-0.01
X7
0.03
0.01
- -
- -
- -
X8
0.04
-0.02
- -
- -
-0.01
X9
0.01
-0.03
0.02
0.00
0.02
X10
-0.03
0.02
- -
0.01
-0.01
X11
-0.02
0.06
-0.03
- -
- -
X12
0.03
-0.04
0.01
-0.01
0.00
X13
-0.04
-0.01
0.05
0.00
- -
X14
- -
-0.02
0.02
0.00
-0.01
X15
0.04
-0.02
- -
0.02
- -
X16
-0.01
- -
- -
- -
-0.02
X17
- -
-0.06
0.02
- -
- -
X18
0.02
0.05
-0.02
- -
- -
X19
- -
0.02
0.00
0.01
- -
X20
- -
0.04
-0.02
- -
-0.01
X21
- -
-0.04
0.02
- -
-0.03
X22
-0.02
0.05
0.01
- -
-0.07
X23
-0.02
-0.02
0.00
0.01
0.01
- - -0.01 0.03 -0.02 0.00 -0.01 - 0.00 -0.05 - - - - - 0.03 0.03 - Expected Change for THETA-DELTA X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
- 0.00 - - -0.02 0.01
- - - 0.00 -0.02
- 0.03 0.02 - -
- -0.05 - -
- -0.07
0.01
-0.03
0.03
- -
- -
-0.01
- -
0.00
-0.02
0.02
-0.09
-0.03
-0.01
- -
0.09
X12 -------X7 X8 X9 X10 X11 X12 - X13 0.01 X14 0.04 X15 - -
X16
-0.02
0.01
0.01
- -
- -
X17
- -
- -
- -
-0.02
- -
X18
- -
0.00
-0.05
0.03
-0.06
X19
- -
- -
-0.01
- -
-0.01
X20
-0.03
- -
-0.04
- -
0.06
X21
0.04
- -
-0.06
0.02
0.08
X22
- -
0.03
-0.02
- -
-0.02
X23
-0.01
- -
- -
-0.04
0.01
- 0.07 0.02 -0.01 -0.01 -0.02 -0.01 0.04 Expected Change for THETA-DELTA X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
- -0.03 -0.05 - 0.01 -0.07
- 0.03 -0.02 0.03 - -
- -0.05 - -0.01
- 0.02 0.02
- - -
0.01
- -
-0.02
-0.02
0.01
- -
-0.01
- -
- -
0.02
0.05
-0.03
0.00
- -
- -
- -
- -
- -
0.09
-0.03
0.02
- -
0.01
0.02
- -
X18 -------X13 X14 X15 X16 X17 X18 - X19 0.05 X20 0.06 X21 -0.04 X22 - X23 -0.02
Expected Change for THETA-DELTA
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------- 0.01 -0.02 -0.02 - -
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
- - - -0.01
- 0.04 0.05
- 0.01
- -
Maximum Modification Index is THETA-DELTA UJI VALIDITAS CFA MH
3.77 for Element (15,11) of
Standardized Solution LAMBDA-X MH -------0.60 0.60 0.60 0.95 0.65 0.42 0.74 0.05 0.69 0.66 0.50 0.52 0.15 0.12 0.43 0.42 0.40 0.51 0.08 0.28 0.43 0.45 0.10
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 PHI
MH -------1.00 Time used:
0.296 Seconds
DIMENSI RELIGIUSITAS DAN MAKNA HIDUP RECOVERING ADDICT DI UPT T&R BNN
Disusunoleh : LARASTIKA PRIMASARI 107070003688
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2011 M i
DIMENSI RELIGIUSITAS DAN MAKNA HIDUP RECOVERING ADDICT DI UPT T&R BNN Skripsi DiajukankepadaFakultasPsikologiuntukmemenuhisyaratsyaratmemperolehgelarSarjanaPsikologi
Oleh
LarastikaPrimasari NIM : 107070003688
DibawahBimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Gazi, M.Si.
NiaTresniasari, M.Si.
NIP: 19711214 200701 1 014
NIP: 19841026 200912 2 004
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/2011 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul DimensiReligiusitasdanMaknaHidupRecovering Addict di UPT T&R BNNtelah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi. Jakarta, 6Desember 2011 Sidang Munaqasyah Dekan/Ketua
Pembantu Dekan/Sekretaris
Jahja Umar, Ph.D NIP. 130 885 522
Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP.19561223 198303 2 001 Anggota :
Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psi NIP. 19730328 200003 2 003
NiaTresniasariM.Si. NIP: 19841026 200912 2 004
Gazi, M. Si. NIP: 19711214 200701 1 014
iii
PERNYATAAN Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama : LarastikaPrimasari NIM : 107070003688 Denganinimenyatakanbahwaskripsi yang berjudul “Dimensi Religiusitas dan MaknaHidup Recovering Addict di UPT T&R BNN” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 28 November 2011
LarastikaPrimasari NIM : 107070003688
[email protected]
iv
MOTTO
Hidupbukanlahuntukmengurangiataumenghindari ‘ketegangan’, melainkanuntukmengarahkandiri menujutujuan yang sebaik-baiknya. Sehinggadapatmenemukanmaknadarihidup yang sedangdijalaniini. (terinspirasidari V.E. Frankl)
Karyasederhanainikupersembahkanuntuk keluargaku, sahabat-sahabatku, rekan recovering addict serta orang-orang tersayang. Semogabermanfaat. v
ABSTRAK A) B) C) D) E)
FakultasPsikologi November 2011 LarastikaPrimasari DimensiReligiusitasdanMaknaHidupRecovering Addict di UPT T&R BNN XIII + 97Halaman + 35Lampiran
F) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dimensi religiusitas dan status pernikahan mempengaruhi makna hidup recovering addict. Sampel yang digunakan adalah 156 recovering addict yang sedang menjalankan pemulihan di fase akhir (Primary dan Re-Entry) serta staff addict, yang diambil dengan menggunakan teknik non probability sampling. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, serta pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner berbentuk skala model Likert. Adapun skala yang digunakan: (1) Purpose in Life test (PIL) yang berjumlah 23 aitem untuk mengukur makna hidup; (2) skala religiusitas khusus pecandu NAZA yang terdiri dari tujuh dimensi, berjumlah 41 aitem untuk mengukur religiusitas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari ketujuh dimensi religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, dan thankfulness) yang digunakan, hanya dimensi thankfulness yang berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN. Thankfulness (atau yang biasa disebut dengan gratitude) menggambarkan harapan dan sikap optimis yang merupakan komponen penting dalam psikologi positif. Sehingga bisa disimpulkan saat seseorang (recovering addict) memiliki harapan dan pikiran yang optimis tentang hidupnya, secara tidak langsung akan membantu individu tersebut menyusun kerangka masa depan untuk menemukan makna hidupnya. Dimensi general religiosity, involve God, forgiveness, thankfulness hanya memberikan sumbangan namun tidak berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dalam mengukur makna hidup hendaknya menggunakan beberapa alat ukur, akan lebih baik lagi jika menggabungkan dua metode penelitian (kualitatif dan kuantitatif). Dan menambahkan variabel lain sebagai independen variabel untuk penelitian makna hidup. G) Bahanbacaan : 7 buku + 33artikel/jurnal internet
vi
KATA PENGANTAR Bismillahirahmanirrahiim Syukur Alhamdullilahpenulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta pengikutnya sampai akhir zaman. Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya. 2. Gazi Shalom, M. Si.dan Nia Tresniasari M.Si., yang telah membimbing, mengarahkan dengan sabar dan sangat baik dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih banyak atas pelajaran yang telah diberikan. 3. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya dengan kesabaran dan keikhlasan. 4. Mama yang kuat dan berhati lembut, serta papa yang berwatak keras namun sangat perhatian mengingatkan penulis jika melakukan kesalahan. Akbar Gani, adik lelaki sekaligus asisten penulis yang telah sangat banyak membantu dan rela direpotkan oleh kakaknya yang bawel ini. Serta Nayla, adik perempuan penulis dan guru kehidupan penulis. Terima kasih banyak yang tak terhingga atas segala bentuk dukungannya. 5. Keluarga Pamulang yang penulis sayangi (bude, pakde, mba Dhita & abang, mas Fahmi & mba Delta), pakde No & bude Titik. Kepada keluarga besar Bani Masyhud dan HS, rasa syukur yang tidak kalah besarnya karena Allah mengirimkan mereka dikehidupan penulis. Terima kasih banyak atas segala bentuk dukungan yang telah diberikan kepada penulis.
vii
6. Bu Evangelineyang telah memberikan banyak inspirasi serta motivasinya. Terima kasih juga kepada ibu-ibu dosen ceria (Bu Echi, Bu Yufi, Bu Zulfa, Bu Mulya) atas perhatian dan motivasinya. 7. Kepada tim psikologi BNN yang udah banyak direpotkan selama turun lapangan untuk ambil data, terutama kepada Pak Fierza, Mas Rizal, Bro Dian. Terima kasih banyak atas segala arahan dan bantuannya. 8. Mister Adiyo yang tak kalah banyak direpotkan dalam mengajarkan Lisrel dan analisis hasil penelitian, terima kasih banyak mister. 9. Kepada Tita, Lia, Nun, Devi, Indah, SO-ers nun jauh disana dan sahabatsahabat penulis lainnya dari jaman pesantren hingga sekarang yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bentuk kasih sayang dan perhatiannya. Terima kasih juga untuk Danil dan Finsa teman seperjuangan. 10. Terima kasih yang sebanyak-banyak juga kepada Bibiers (Epi, Uty, Lala, Nuran, Rara, Winda, Anya, Farah) yang selalu ceria dimana aja, “kalian adalah tawaku! maaf kalau banyak merepotkan yaa,hihih..” terima kasih juga kepada perkap’s team(Kak Kiki, Seruni, Yono, Kholid) dan geng KKL-BNN (Soraya, Afit, Nung, Kiki, Anne, Imas) atas motivasi dan canda tawanya. 11. Special thanks to trio kwek-kwek jaket ijo atas bantuan dan kerjasamanya selama ini, kalian selalu membantu dan menghibur penulis. 12. Untuk „AMHP‟ yang telah menambah warna dalam hidup penulis. Karenanya penulis belajar banyak hal tentang kasih sayang dan ketulusan. 13. Terima
kasih
yang
sebanyak-banyaknya
kepada
rekan
bimbingan
seperjuangan (Obet, Mala, Shiro, Uthe, Imas, Safitri, Naya) yang sudah jadi alarm bagi penulis. Sukses dan semangat selalu buat kita semua! 14. Untuk teman-teman angkatan 2007, khususnya kelas C terima kasih atas kekompakan dan sikap baik hati kalian. 15. Dan kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan semua satu persatu, terima kasih banyak atas dukungan dan bantuannya. Semogakemudahan serta keberkahan selalu menyertai mereka dan semuakebaikandibalasdengansebaik-baiknyapemberian Allah SWT.
viii
DAFTAR ISI
Cover LembarPengesahanPembimbing ......................................................................... LembarPengesahanPanitiaUjian ......................................................................... LembarPernyataan Orisinalitas ........................................................................... Motto .................................................................................................................. Abstrak ................................................................................................................ Kata Pengantar .................................................................................................... Daftar Isi.............................................................................................................. DaftarTabel ......................................................................................................... DaftarGambar...................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1.1. LatarBelakang ....................................................................... 1.2. Pembatasan& Perumusan Masalah ....................................... 1.2.1 Pembatasan Masalah .................................................... 1.2.2 Perumusan Masalah ..................................................... 1.3. Tujuan Penelitian .................................................................. 1.4. ManfaatPenelitian ................................................................. 1.5. SistematikaPenulisan............................................................. BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 2.1. MaknaHidup ........................................................................ 2.1.1. PengertianMaknaHidup .............................................. 2.1.2. Logoterapi .................................................................. 2.1.3 KarakteristikMaknaHidup .......................................... 2.1.4 Metode-metodeMaknaHidup...................................... 2.1.5 AlatUkurKonsepMaknaHidup.................................... 2.1.6 Faktor yang mempengaruhiMaknaHidup ................... 2.2. Religiusitas ........................................................................... 2.2.1. PengertianReligiusitas ................................................. 2.2.2. DimensiReligiusitas .................................................... 2.3 Recovering Addict ................................................................. 2.3.1. Adiksi (Addiction) ....................................................... 2.3.2. Pemulihan (Recovery) ................................................ 2.4. KerangkaBerfikir................................................................... 2.3. HipotesisPenelitian................................................................ BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 3.1. JenisPenelitian ...................................................................... 3.1.1. PendekatanPenelitian ................................................. 3.1.2. PopulasiPenelitian ..................................................... 3.1.3. Sampel Penelitian ..................................................... 3.1.4. TeknikPengambilanSampel ....................................... 3.2. Variabel&DefinisiVariabel .................................................. 3.2.1.VariabelPenelitian ...................................................... 3.2.2. DefinisiOperasional ...................................................
ix
ii iii iv v vi vii ix xi xii 1 1 10 10 12 13 14 15 17 17 18 19 22 24 25 27 29 29 31 42 42 43 45 47 50 50 50 51 52 52 52 52 53
3.3. Pengumpulan Data ............................................................... 3.4. InstrumenPenelitian ............................................................. 3.5.ProsedurPengambila Data ........................................................ 3.6. TeknikAnalisis Data ............................................................. 3.7. PengujianValiditasKonstruk ................................................ 3.7.1. UjiValiditasKonstrukMaknaHidup ........................... 3.7.2. UjiValiditasKonstrukDimensiReligiusitas ................ BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................... 4.1. AnalisisDeskriptif ................................................................. 4.2. UjiHipotesisPenelitian........................................................... 4.1.1. AnalisisRegresiVariabelPenelitian ............................ 4.1.2. PengujianSumbanganmasing-masing IV .................. BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN .................................... 5.1. Kesimpulan ........................................................................... 5.2. Diskusi................................................................................... 5.3. Saran...................................................................................... 5.3.1. Saran Praktis.............................................................. 5.3.2. Saran Teoritis ............................................................ DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... LAMPIRAN
x
54 55 57 58 60 61 64 74 74 75 75 80 85 85 86 91 92 92 94
DAFTAR TABEL
Tabel3.1.Skor AitemSkala .................................................................................. Tabel3.2.Blue print Skala Makna Hidup.............................................................. Tabel3.3.Blue print Skala Dimensi Religiusitas ................................................... Tabel3.4.Muatan Faktor Aitem Makna Hidup ...................................................... Tabel3.5.Muatan Faktor Aitem General Religiosity ............................................. Tabel3.6.Matriks Korelasi kesalahan pengukuran aitem General Religiosity ...... Tabel3.7.Muatan Faktor Aitem General Religiosity ............................................. Tabel3.8.Matriks Korelasi kesalahan pengukuran aitem General Religiosity ...... Tabel 4.1.Gambaran umum sampel berdasarkan Status Pernikahan .................... Tabel 4.2.R square „ Dimensi Religiusitas dan status nikah Terhadap Makna Hidup‟ ...................................................................... Tabel 4.3.Anova ................................................................................................ Tabel 4.4.Koefisien Regresi .................................................................................. Tabel 4.5.Sumbangan dari masing-masing Variabel Independen......................... Tabel 4.6.Analisis Hasil Keseluruhan .................................................................
xi
56 57 58 63 66 67 68 69 75 76 76 77 83 86
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses Terjadinya Ketergantungan (adiksi) NAZA ......................... 44 Gambar 2.2.Kerangka Berpikir ............................................................................. 48
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kebutuhan akan kebermaknaan sangat mendesak bagi masyarakat modern, tetapi nampaknya kurang mendapat respon dari teori normatif (Metz, 2002). Debats (1995) berpendapat bahwa makna hidup merupakan persoalan penting dalam eksistensi manusia terlebih lagi dalam masyarakat modern. Namun karena masih sedikitnya
penelitian
di
bidang
tersebut,
sehingga
masih
diperlukan
melakukanprediksi-prediksisecara teoritis (Harries dalam Sumanto, 2006).
Seligman
(1998)
mengatakan
bahwa
psikologi
dapat
membantu
merumuskan jalan keluar bagi umat manusia untuk dapat memiliki kehidupan yang bermakna meski hidup dalam ketidakpastian dan persaingan, bisa dilakukan dengan cara memaksimalkan aspek positif dalam diri individu. Namun pada kenyataannya, banyak psikolog yang lebih memberikan perhatian terhadap aspek negatif dibanding terhadap kesehatan mental. Penelusuran Csikszentmihalyi (dalam Sumanto, 2006) pada abstrak psikologi, sejak tahun 1887 hingga tahun 1997 membuktikan bahwa artikel-artikel aspek positif dan negatif kehidupan manusia berada dalam perbandingan yang tidak seimbang; terdapat 8.072 artikel kemarahan, 57.800 artikel kecemasan, dan 70.856 artikel depresi dan hanya 851 artikel tentang kegembiraan, 2.958 artikel kesejahteraan subyektif, dan 5.701 artikel kepuasan hidup. Perbandingannya sangat jauh yaitu 7:1.Penemuan artikel1
2
artikel tersebut merupakan bukti nyata bahwa masih sedikitnya perhatian psikolog terhadap pentingnya memaksimalkan aspek positif pada diri individu.Oleh sebab itu penulis tertarik membahas makna hidup yang merupakan aspek positif untuk menuju kebahagiaan hidup manusia.
Keinginan untuk hidup bermakna (the will to meaning) merupakan komponen dasar untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.Hasrat inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja dan berkarya untuk bertahan hidup agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga. Individu akan menemukan makna bagi dirinya sendiri ketika ia menanamkan perasaan dan energi dalam aktifitas yang dapat mengekspresikan keinginan dan prioritas yang istimewa bagi individu tersebut. Menurut Fabry (1980) salah satu dasar makna hidup adalah mengembangkan potensi individu. Sehingga usaha tersebut menunjukan adanya keingingan individu untuk memiliki kebermaknaan dalam hidupnya. Potensi individu disini diartikan sebagai kapasitas dan kualitas individu yang meningkatkan kehidupannya sendiri maupun orang lain, baik dalam hal kualitas maupun materiil.
MenurutKierkegaard(1813-1855),
hidup
tidak
sekedar
sesuatu
sebagaimana yang kita pikirkan melainkan sebagaimana kita hayati (Sumanto, 2006: 117). Semakin mendalam penghayatan seseorang terhadap perihal kehidupan, makin bermaknalah kehidupannya. Penghayatan eksistensial adalah kedekatan dengan Tuhan; makin seseorang mendekati kesempurnaan, makin ia membutuhkan Tuhan. Hal tersebut sejalan dengan hasil studi Steger & Frazier
3
(2005) mengatakan bahwa makna hidupdiidentifikasi sebagai penghubung antara religiusitas dan kesehatan psikologis,karena salah satu fungsi agama (religion) adalah memberikan individu cara-cara yang jika dijalani mereka akan mendapatkan tujuan (purpose) dalam hidupnya (Emmons & Paloutzian, 2003).
Makna hidup merupakan elemen penting dalam kesejahteraan/kesehatan mental (well-being) dan fungsi hidup manusia (Steger & Frazier, 2005). Tanpa makna hidup, tujuan, nilai, atau idealisme dalam diri individu maka akan timbul keputusasaan. Bahkan menurut Frankl, jika seseorang tidak berjuang untuk makna hidupnya maka akan mengalami eksistensi-hampa atau “meaninglessness”. Kondisi tersebut apabila berkepanjangan dapat menyebabkan “noogenic neurosis”, suatu kondisi yang ditandai dengan gejala kebosanan dan apatisme(Sumanto, 2006).Dari pendapat-pendapat diatas menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana cara kita memperoleh makna hidup di tengah permasalahan hidup yang kian menekan.
Setiap diri kita pasti akan berhadapan dengan masalah atau yang dalam Islam disebut dengan cobaan, bisa berupa kegagalan, kesedihan dan sebagainya. Dan apapun masalah yang telah terjadi dimasa lalu maupun yang sekarang sedang dihadapi, kehidupan ini haruslah terus berjalan sebagaimana mestinya.Oleh sebab itu alangkah sayangnya jika kehidupan ini kita jalani dengan kesia-siaan atau keputusasaan apalagi hingga merasa bahwa kehidupan ini tidaklah ada gunanya.Debat (1995) berpendapat rendahnya makna hidup individu berhubungan dengan psikopatologis (Yalom, 1980), rendahnya kesehatan mental (Reker,
4
Peacock &Wong, 1987; Zika & Chamberlain, 1992), terjerumus kepenggunaan NAZA dan keinginan untuk bunuh diri (Harlow, Newcomb & Bentler, 1986).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup yang pernah diteliti oleh Debats, Van der Lubbe, dan Wezeman (dalam Debats dkk, 1995)mengenai hubungan antara Life Regard Index (LRI) dengan demografis (seks, usia, pendidikan) dan karakteristik kepribadian menemukan bahwa faktor demografis tidak berpengaruh, namun ditemukan pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah dibandingkan dengan yang belum atau tidak menikah, individu yang memiliki hubungan baik dalam pernikahan dengan individu yang telah bercerai dalam pernikahan, individu yang memiliki pasangan (partner) dengan yang tidak memiliki pasangan, yang menghasilkan kesimpulan bahwa memiliki hubungan intim (intimate relationship) menghasilkan tingginya skor positive life regard. Individu yang memiliki hubungan intim biasanya memiliki pengalaman makna hidup dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan tersebut (dalam Leath ,1999).
Pendapat lain dalam Sumanto (2006) mengatakan bahwa salah satu unsur penting dalam makna hidup ialah saat individu mampu menemukan orientasi intrinsik dan membuat keputusan pribadi dalam mengatasi krisis yang akan mendatangkan pengalaman-pengalaman emosi positif (Leath, 1999). Sebaliknya, kegagalan manusia dalam menemukan orientasi intrinsik ditengah berbagai kemungkinan yang tak terhitung banyaknya berpotensi menimbulkan kecemasan yang menjadi salah satu ancaman terhadap kebermaknaan hidup manusia
5
(Sumanto, 2006). Misal, terjadinya kehilangan “basic spiritual need” pada pecandu NAZA yang disampaikan oleh Kendler et.al (1997), sehingga untuk mengisi kebutuhan yang „hilang‟ itu digantikan dengan mengkonsumsi NAZA (dalam Hawari, 2002).
Clinebell (dalam Hawari, 2002: 18) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual needs).Bagi mereka yang beragama kebutuhan spiritual ini dapat diperoleh melalui pengalaman agama. Namun bagi mereka yang sekuler mengatasinya dengan jalan penyalahgunaan NAZA sebagai bentuk pelarian (escape reaction) karena ketidakmampuannya menghadapi kenyataan (Hawari, 2002: 17). Dapat dikatakan bahwa individu yang mengalami kecanduan NAZA tidak berhasil menemukan
orientasi
intrinsik
yang
dapat
membantunya
menghadapi
permasalahan hidup sehinga ia melarikan diri ke penggunaan NAZA.
Hal tersebut sama yang penulis ketahui selama tiga minggu Kuliah Kerja Lapangan di Unit Terapi & Rehabilitasi BNN, ketika masih mengkonsumsi NAZA subjek menyatakan ketidakberdayaannya terhadap benda tersebut, segala cara hingga tindak kriminal akan mereka lakukan hanya demi mendapatkan NAZA, hidup mereka
hanya
terfokus untuk memenuhi
kebutuhannya
mengkonsumsi NAZA, mereka menjadi lupa akan tujuan hidupnya sehingga terjadilah meaningless dalam menjalani hidup. Adapun gambaran tentang makna hidup pada recovering addict yang telah menjalani program recovery, dimana mereka mulai belajar kembali tugas-tugas kehidupan yang seharusnya dilakukan,
6
tentang apa
tujuan
hidup
ini,
mereka
disadarkan
tentang bahayanya
penyalahgunaan NAZA yang telah mereka alami.Recovering addict merasa lebih bersyukur karena Tuhan masih memberi mereka kesempatan untuk berubah jadi lebih baik lagi, dan merasa lebih berguna karena selama di tempat rehabilitasi mereka bisa saling membantu sesama untuk keberhasilan proses pemulihan (recovery).Banyak dari mereka yang juga berusaha untuk mendapatkan kepercayaan kembali dari keluarga dan masyarakat disekitarnya.
Program-programdi BNN membuat mereka belajar kembali fungsi kehidupan seperti pada recovering addict yang masih menjadi residen baik di fase Primary maupun Re-Entry, mereka mendapat banyak informasi baru dari yang berbentuk sosial hingga spiritual. Mereka juga sudah dituntut untuk bertanggung jawab atas kelangsungan kegiatan sehari-hari dari mulai merapikan tempat tidur, saling mengingatkan dan menegur jika sesama mereka melakukan kesalahan, menyiapkan makan, sampai membersihkan tempat tinggal. Bahkan pada fase akhir (Re-Entry) telah diberi tanggung jawab mengawasi dan memimpin jalannya kegiatan di fase pertama (detox). Sedangkan pada staff addict mereka yang mengawasi dan memimpin jalannya seluruh kegiatan pemulihan di BNN. Dari kegiatan bermanfaat yang dilakukan selama di tempat rehabilitasi, dapat menimbulkan perasaan bermakna pada diri recovering addict. Mereka merasa lebih bermakna dalam menjalani hidup selama di tempat rehabilitasi, karena lebih terarah dalam menjalani keseharian.
Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian kualitatif yang pernah
7
dilakukan di Indonesia, recovering addict yang telah berhasil pulih dari perilaku addict-nya merasa lebih dekat dengan Tuhan (religious), dan juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang bermakna tanpa menggunakan NAZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang (Junaiedi, 2009).
Contoh lain tentang makna hidup yang disaksikan sendiri oleh Frankl ketika terpenjara di „kamp maut‟ NAZI dimana ia dihadapkan pada keadaan penuh siksaan, teror, dan pembunuhan kejam oleh tentara NAZI terhadap warga Yahudi. Namun ternyata ditengah penderitaan tersebut Frankl menemukan sebagian tahanan yang tetap menunjukkan sikap tabah, berusaha bertahan, dan bahkan tetap berusaha membantu sesama tanpa mengalami putus asa, apatis dan kehilangan semangat hidup, mereka pun tidak melakukan bunuh diri guna membebaskan diri dari penderitaan. Para tahanan tersebut adalah mereka yang berhasil mengembangkan dalam diri mereka harapan-harapan baik akan hari esok dan masa depan, serta meyakini datangnya pertolongan Tuhan dengan berbuat kebajikan, berhasil menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan mereka „meaning in suffering‟ (Teori Frankl ebook).
Kasus Frankl hampir sama dengan latar belakang permasalahan yang dihadapi para mantan pecandu NAZA yang berusaha untuk tetap bertahan agar tidak terjerumus lagi pada penyalahgunaan NAZA serta untuk bertahan menghadapi stigma negatif masyarakat terhadap dirinya. Memori masa lalu dan permasalahan yang dihadapi mantan pecandu tidak akan menjadi penghalang
8
untuk tetap menciptakan makna hidup selama mereka mampu menemukan orientasi intrinsik dan membuat keputusan pribadi disetiap mengatasi masalah (Sumanto, 2006: 115).
Dapat dikatakan bahwa makna hidup dapat muncul tanpa adanya kesejahteraan (Debats, 1990; King & Napa, 1998 dalam Sumanto, 2006). Frankl pun berpendapat bahwa hidup dalam penderitaan tidak menghalangi individu untuk tetap memiliki kehidupan yang bermakna (Earnshaw, 2004) selama mereka dapat menemukan dan mengembangkan makna dari penderitaan yang dialami „meaning in suffering‟. Seperti merasa bersyukur karena telah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk selamat (tidak meninggal karena over dosis), diijinkan untuk berubah menjadi lebih baik serta bermakna bagi rekan sesama pecandu. Sehingga bisa dikatakan, menemukan makna hidup adalah saat kita memiliki kekuatan intrinsik yang dapat membantu kita menghayati sebuah penderitaan, sampai kita berhasil mendatangkan pengalaman emosi positif dari penderitaan tersebut.
William James berpendapat kekuatan intrinsik tersebut bisa didapat dari agama yang dapat memberikan energi spiritual, dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. James juga mengatakan bahwa agama adalah sumber kebahagiaan (Rakhmat, 2003).Dalam Adler (1997) menyatakan bahwa makna hidup individu berhubungan dengan kuatnya kepercayaan terhadap suatu agama (religious belief), keanggotaan pada
9
sebuah kelompok, pengabdian pada sebuah sebab, nilai hidup, dan tujuan hidup yang jelas (Yalom, 1980; in Zika & Chamberlain, 1992).
Pendapat yang hampir serupa dinyatakan juga oleh Steger (2005: 574), dimana inti manfaat dari pengalaman religius dapat menjadi luas, ketika agama telah memberikan individu sebuah perasaan bermakna (sense of meaning) dan hubungan mengenai dasar kebenaran (Exline, 2002; Simpson, 2002). Penemuan lain juga mendukung bahwa agama (religion) dapat menjadi sebuah sumber kesehatan mental (well-being) dalam kehidupan individu, dan dengan religiusitas individu dapat memperoleh makna dari agama mereka dengan membantu mereka merasa lebih baik (Steger & Frazier, 2005: 580). Peran agama dapat memberikan dukungan sosial (sosial support) atau sebagai sumber penanganan masalah (coping resources), atau dengan perasaan bahwa dirinya berharga (self-esteem) sehingga agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup (meaning in life) yang pada gilirannya menuju kesehatan mental (Steger & Frazier, 2005: 580).
Dari penelitian-penelitian diatas yang menjelaskan mengenai kuatnya pengaruh agama terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan individu ditengah penderitaan atau masalah yang dialami individu. Sehingga penulis tertarik melakukan replika penelitian dari penelitian tersebut. Namun disini penulis akan menggunakan alat ukur religiusitas yang lebih baru dan bersifat multidimensional sehingga diharapkan dapat mengukur religiusitas secara komprehensif, baik dari segi ekstrinsik yang berupa ritual/kegiatan keagamaan serta segi intrinsiknya,
10
yang tergabung dalam dimensi religiusitas milik Kendler dkk (2003) seperti General Religiosity (coping religious); Sosial Support; Forgiveness; Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge); Rasa Berterima Kasih (thankfulness); Perasaan Tidak Dendam (unvengefulness); Keterlibatan Tuhan dalam Aktifitas keseharian (Involve God); dsb (Kendler et al., 2003)serta ingin melihat apakah terdapat perbedaan pengaruh antara individu yang berstatus tidak menikah (single atau cerai) dengan yang telah menikah terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. Dengan penelitian yang hanya melihat pengaruh dimensi religiusitas dan latar belakang status pernikahan terhadap makna hidup individu, diharapkan dapat lebih baik dan fokus dalam memperoleh temuan-temuan pada penelitian ini. Sehingga
penulis
RELIGIUSITAS
akan
melakukan
DAN
penelitian
MAKNA
mengenai
“DIMENSI
HIDUPRECOVERING
ADDICTDI UPT T&R BNN”. 1.2
Pembatasan & Perumusan Masalah
1.2.1
Pembatasan Masalah
Agar masalah yang diteliti tetap dalam jalurnya dan terarah maka penulismembuat pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Religiusitas Disini terdiri dari tujuh dimensi:
Dimensi awaldisebut general religiosity. Dimensi yang pertama ini (1) merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal
11
yang berkaitan dengan spiritual, termasuk perasaan (sense) tempat mereka selama didunia; (2) dan keterlibatan aktif dengan Tuhan sehari-hari dan saat mengalami keadaan bermasalah (krisis).
Dimensi yang kedua disebut dimensi sosial religiosity, merefleksikan tingkat interaksi dengan individu religious lainnya, frekuensi kehadiran di tempat beribadah, dan sikap menggunakan obat-obatan terlarang (NAZA).
Dimensi ketiga, Keterlibatan Tuhan (involve God) merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia.
Dimensi keempat, sikap memaafkan (forgiveness) merefleksikan sikap perhatian, kasih sayang (love), dan pendekatan memaafkan kepada dunia. Pada dimensi ini tidak menampakkan istilah Tuhan.
Dimensi kelima, persepsi Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge), mengandung kata „Tuhan‟ tapi berbeda dengan aitem dimensi ketiga, pada dimensi ini menegaskan tentang takdir dan hukum alam dari Tuhan.
Dimensi keenam, Rasa Tidak Dendam (unvengefulness) merefleksikan sebuah perilaku tidak menaruh rasa dendam terhadap dunia.
Dimensi ketujuh, Bersyukur(thankfulness) merefleksikan perasaan terima kasih kepada Tuhan (bersyukur).
2. Meaning in life
Makna hidup (meaning of life) yang akan diukur pada penelitian ini dapat dilihat ketika: (a) Individu memiliki „makna/tujuan hidup‟; (b) Memiliki
12
„kepuasan hidup‟ (Life Satisfaction); (c) „Kebebasan‟, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab; (d) Tidak merasa cemas terhadap kematian, yaitu orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya; (e) tidak berpikiran tentang bunuh diri; (f) „Kepantasan hidup‟.
a. Status Pernikahan
Status nikahsampel penelitian, apakah berstatus menikah atau tidak menikah (cerai atau single).
b. Sampel
Sampel adalah recovering addict. Mereka yang telah bebas dari ketergantungan NAZA, yang telah mengikuti program rehabilitasi maupun yang sedang mengikuti program pada tahap akhir di Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor.
1.2.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1.
Adakah pengaruh yang signifikan dari general religiosity terhadap makna hidup recovering addict di BNN ?
2.
Adakah pengaruh yang signifikan dari sosial religiosity terhadap makna
13
hidup recovering addictdi BNN ? 3.
Adakah pengaruh yang signifikan dari keterlibatan Tuhan (involve God) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
4.
Adakah pengaruh yang signifikan dari sikat memaafkan (forgiveness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
5.
Adakah pengaruh yang signifikan dari persepsi Tuhan sebagai penetap takdir (God as judge) terhadap makna hidup recovering addict di BNN ?
6.
Adakah pengaruh yang signifikan dari rasa tidak dendam (unvengefulness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
7.
Adakah pengaruh yang signifikan dari bersyukur(thankfulness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN ?
8.
Adakah perbedaan yang signifikanantara recovering addictdi BNN yang berstatus menikah dan yang tidak menikah padamakna hidupnya?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah :
1.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari general religiosity terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
2.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari sosial religiosity terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
3.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari keterlibatan Tuhan (involve God) terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
4.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari sifat memaafkan
14
(forgiveness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. 5.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari persepsi Tuhan sebagai penetap takdir (God as judge) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
6.
Untuk mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari rasa tidak dendam (unvengefulness) terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
7.
Untuk
mengetahui
adanya
pengaruh
yang
signifikan
dari
bersyukur(thankfulness) terhadap makna hidup recovering addict di BNN. 8.
Untuk mengetahui adanyaperbedaan yang signifikanantara recovering addictdi BNN yang berstatus menikah dan yang tidak menikah pada makna hidupnya.
1.4
Manfaat Penelitian
Segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dalam bidang psikologi klinis mengenai meaning in life, sehingga dapat meningkatkan rasa ingin tahu khususnya mahasiswa Fakultas Psikologi dalam pengembangan teori Psikologi positif serta mengembangkan banyak penelitian agar menemukan teori Psikologi baru dalam hal ini.
Segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan:
1.
Dapat membantu memberikan informasi dan referensi bagi mereka yang ingin meneliti mengenai dimensi religiusitas dan meaning in life dan hubungan keduanya, dan meningkatkan keperdulian terhadap para rekan recovering
15
addict. 2.
Dapat membantu memberikan informasi dan referensi mengenai seberapa besar dimensi religiusitas berkontribusi terhadap terbentuknya makna kehidupan (meaning in life) para recovering addict, sehingga dapat berguna dalam membantu proses pemulihan recovering addict.
1.5
Sistematika Penulisan
Laporan Penelitian (Skripsi) ini terdiri dari lima bab. Perincian setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang dilakukannya penelitian mengenai pengaruh dimensi religiusitas, usia, latar belakang pendidikan, status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN., identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujaun dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB 2 Kajian Pustaka, menguraikan sejumlah konsep yang berkaitan dengan makna hidup yang terdiri dari pengertian,landasan Logoterapi, karakteristik, metode, dimensi, jenis dan aspek-aspek makna hidup. Selain itu juga dijelaskan mengenai religiusitas, yang terdiri dari pengertian dan dimensi-dimensi dari religiusitas tersebut.
BAB 3 Metodologi Penelitian, Bab ini berisi penguraian mengenai variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengambilan data dan teknik analisa data
16
yang digunakan dalam penelitian ini.
BAB 4 Presentasi dan Analisa Data, menguraikan mengenai pengolahan semua data yang terkumpul dari penelitian ini.Data yang terkumpul meliputi gambaran umum subjek penelitian dan pengaruh dari dimensi religiusitas, usia, latar belakang pendidikan, status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN yang dijadikan subjek pada penelitian ini.
BAB 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran, pada bagian kesimpulan berisi jawaban terhadap permasalahan penelitian. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis dan interpretasi data yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya. Pada bagian diskusi, akan dibahas hasil penelitian. Selain itu, juga akan diberikan pembahasan mengapa suatu hipotesis penelitian ditolak atau diterima,serta keterbatasanketerbatasan penelitian. Bagian saran berisi saran-saran teoritis untuk keperluan penelitian selanjutnya serta saran-saran praktis sesuai dengan permasalahan dan hasil penelitian.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Makna hidup
Menurut Frankl, manusia dalam menjalani hidup tidaklah untuk mengurangi ketegangan agar memperoleh keseimbangan, melainkan mengarahkan dirinya sendiri menuju tujuan tertentu yang layak bagi dirinya yaitu memiliki makna hidup. Frankl (Koeswara, 1987) berpendapat bahwa manusia secara hakiki mampu menemukan makna hidup melalui transendensi-diri. Pendapat tersebut sejalan dengan Paloutzian yang mengemukakan bahwa perasaan keagamaan yang matang akan membantu individu memuaskan “keinginan akan makna” dengan mengambil ajaran agama yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan(dalam Sumanto, 2006: 121).
Dalam kehidupan ini, mungkin saja kita tidak berhasil memenuhi atau mengetahui makna hidup yang sedang dijalani. Hal tersebut antara lain karena kurang disadari bahwa dalam kehidupan itu dan dalam pengalaman masingmasing terkandung makna hidup potensial yang dapat ditemukan dan dikembangkan.
Ketidakberhasilan menemukan dan memenuhi makna hidup dapat menimbulkan semacam frustrasi atau kehampaan yang disebut existensial frustration/existensial vacuum. Gejala utamanya berupa penghayatan hidup tak bermakna (meaninglessness), hampa, merasa tidak memiliki tujuan hidup, merasa
17
18
hidup tidak berarti, bosan (boredom)- ketidakmampuan membangkitkan minat, dan apatis (apathy)- ketidakmampuan mengambil prakarsa. Menurut Frankl (1973) gejala tersebut mungkin tidak terungkap secara nyata, tetapi terselubung (masked) dibalik berbagai upaya kompensasi dari kehendak yang berlebihan untuk berkuasa (the will power), bersenang-senang mencari kesenangan (the will to pleasure) termasuk mencari kenikmatan seksual (the will to sex), bekerja (the will to work), dan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya (the will to money). Dengan kata lain perilaku dan kehendak yang berlebihan itu biasanya menutupi penghayatan-penghayatan hidup tanpa makna. Penghayatan tanpa makna tersebut menurut Frankl (1977) bersumber dari insting/naluri yang hampir tak berfungsi dan memudarnya nilai-nilai tradisi (dan agama) pada orang modern (Bastaman 1996).
2.1.1 Pengertian Makna hidup
Makna hidup merupakan sesuatu yang dianggap penting dan berharga, serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga (Bastaman, 1996).
Pengertian mengenai makna hidup menunjukan bahwa didalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi.Seperti yang diungkapkan Yalom (dalam Bastaman, 1996) pengertian makna hidup (meaning in life) sama artinya dengan tujuan hidup (purpose in life) yaitu segala sesuatu yang ingin dicapai dan dipenuhi.
19
Makna hidup ini benar-benar terdapat dalam kehidupan itu sendiri, walaupun dalam kenyataannya tidak mudah ditemukan, karena sering tersirat dan tersembunyi di dalamnya.Namun bila makna hidup ini berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan dirasakan bermakna dan berharga yang pada giliranya akan menimbulkan perasaan bahagia. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah ganjaran atau akibat samping dari keberhasilan seseorang memenuhi makna hidup.
Frankl (1985) menyebutkan bahwa makna hidup sebagai sesuatu hal yang bersifat personal, dan bisa berubah seiring berjalannya waktu maupun perubahan situasi dalam kehidupannya. Individu seolah-olah ditanya apa makna hidupnya pada setiap waktu maupun situasi dan kemudian harus mempertanggungjawabkannya. Oleh karena itu makna hidup yang dimaksud bukanlah makna hidup dalam arti umum melainkan makna khusus dari hidup individu.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan hidup.Teori mengenai makna hidup dikembangkan oleh Victor Frankl, dimana teori ini dituangkan ke dalam suatu terapi yang dikenal dengan nama Logoterapi.
2.1.2 Logoterapi
Sekilas mengenai Logoterapi, menurut Frankl (dalam Bastaman, 1996) logoterapi berasal dari kata logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti makna. Logoterapi
20
percaya bahwa perjuangan untuk menemukan makna hidup dalam hidup seseorang merupakan motivator utama orang tersebut. Perlu dikemukakan juga menurut Frankl, bahwa sebutan „kerohanian‟ (sprituality) dalam Logoterapi tidak mengandung konotasi keagamaan. Tetapi lebih dimaksudkan sebagai aspirasi manusia untuk hidup secara bermakna. Namun, sekalipun Victor Frankl berkalikali menyatakan bahwa dimensi spiritual yang dimaksud dalam teori logoterapi tidak dalam artian agama, ia mengakui adanya the divine world dan the ultimate meaning yang sulit dipahami dengan intelektualitas semata tetapi harus diterima dengan keimanan yang berarti percaya dengan the ultimate being (bahasa sekuler untuk akhirat, agama dan Tuhan) (dalam Bastaman, 2007: 251).
Frankl (dalam Schulenberg SE, MeltonAMA, 2008) mengembangkan sebuah teori dan teknik yang disebut Logoterapi, menemukan prinsip bahwa memiliki alasan untuk menjalani (tujuan atau makna) dibutuhkan untuk membimbing kita menuju kehidupan yang berharga (van Deurzen-Smith, 1997; Frankl, 1959/1985). Logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga konsep filosofis yang memiliki hubungan erat dan saling mempengaruhi, yaitu:
1. Kebebasan Berkehendak (Freedom to Will)
Kemampuan individu untuk memilih bagaimana merespon situasi eksternal (Auhagen, 2000; Crumbaugh, 1971; Lukas & Hirsh, 2002; Starck, 2003). Walaupun individu tersebut tidak selalu bisa mempengaruhi kondisi biologis, sosial, atau psikologis yang mereka hadapi, mereka tetap bebas untuk
21
memilih untuk bertindak (van Deurzen-Smith, 1997). Manusia dalam batasbatas tertentu memiliki kemampuan dan kebebasan untuk mengubah kondisi hidupnya guna meraih kehidupan yang lebih berkualitas. Dan yang sangat penting, kebebasan ini harus disertai rasa tanggung jawab (responsibility) agar tidak berkembang menjadi kesewenang-wenangan.
2. Keinginan akan Makna (Will to Meaning)
Setiap individu menginginkan dirinya menjadi orang yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, keluarga, lingkungan kerja, masyarakat sekitar dan berharga di mata Tuhan.Keinginan untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama pada manusia (Frankl dalam Schulenberg SE.& MeltonAMA 2008).Hasrat inilah yang mendorong setiap individu untuk melakukan berbagai kegiatan seperti kegiatan bekerja dan berkarya agar hidupnya dapat berarti dan berharga.
3. Makna hidup (Meaning in Life)
Makna hiduptermasuk fokus penting dalam Logoterapi. Kehidupan yang kita jalani ini memiliki makna dibalik segala keadaan sekitar, dari keadaan yang sehari-hari kita temui hingga masalah yang tidak dapat dihindari (Frankl, 1990; Lukas & Hirsch, 2002). Crumbaugh (dalam Melton, 2008) menyimpulkan bahwa motivasi mendasar dalam hidup ini adalah mencari tujuan agar individu tersebut memiliki eksistensi (personal existence), seperti dengan mempunyai atau menciptakan sesuatu hal yang berbeda (unik) dari
22
kebanyakan orang lainnya. Tujuan (keunikan) tersebut memungkinkan individu mampu menghadapi kesulitan, meskipun dalam keadaan kekurangan, kehampaan (emptiness), dan frustasi. Oleh sebab itu dari persepsi tersebut, aktualisasi diri dan pencapaian kebahagiaan bukanlah menjadi tujuan dari hidup (Baumeister & Vohs, 2002; Frankl1959/1985, 1990; Lukas & Hirsch, 2002; Tosi, Leclair, Peters, & Murphy, 1987). Makna hidup apabila berhasil ditemukan dan dipenuhi akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga. Dan makna hidup ternyata ada dalam kehidupan itu sendiri, dan dapat ditemukan dalam setiap keadaan yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, keadaan bahagia ataupun menderita.Menurut Yalom (1980), pengertian mengenai makna hidup menunjukan bahwa dalam makna hidup terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan (Bastaman, 1996:14).
2.1.3 Karakteristik Makna Hidup
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik makna hidup sebagaimana dikonsepkan oleh Frankl (dalam Bastaman, 1996 hal.14), yaitu:
1.
Makna hidup sifatnya unik danpersonal Artinya apa yang dianggap berarti bagi seseorang belum tentu berarti pula bagi orang lain. Demikian pula hal-hal yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu.
23
2.
Kongkrit dan spesifik Yakni makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan sehari-hari, serta tidak usah selalu dikaitkan dengan hal-hal yang serba abstrak filosofis dan idealis atau kreativitas dan prestasi akademis yang serba menakjubkan.
3.
Memberi pedoman dan arah Artinya makna hidup yang ditemukan oleh seseorang akan memberikan pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sehingga makna hidup seakan-akan menantang (challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk memenuhinya.
Dalam kehidupan ini tidak selalu menawarkan kesenangan dan ketenangan.Tetapi sebagai keseimbangan, kehidupan ini juga menyediakan ketegangan dan penderitaan. Oleh karena itu, makna hidup harus dicari dan dipenuhi, serta tantangan atau permasalahan hidup yang ada harus dihadapi dan dijawab. Hal ini terjadi karena setiap orang menginginkan dirinya menjadi orang yang berguna dan berharga bagi keluarga, lingkungan masyarakat, serta bagi dirinya sendiri. Sehingga Bastaman (1996: 15) menjelaskan makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun melainkan harus dicari dan ditemukan sendiri. Orang lain hanya dapat menunjukkan segala sesuatu yang secara potensial bermakna, namun untuk mencantumkan apa yang dianggap bermakna pada akhirnya terpulang pada orang yang diberi petunjuk itu sendiri.
24
2.1.4 Metode-metode Makna Hidup
Metode-metode untuk menemukan makna hidup berdasarkan Logoterapi (Bastaman, 1996), sebagai berikut :
1.
Pemahaman Pribadi (Self Evaluation) Mengenali secara objektif kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan lingkungan, baik yang masih merupakan potensi maupun yang telah teraktualisasi untuk kemudian kekuatan-kekuatan itu dikembangkan dan kelemahan-kelemahan diperbaiki dan dikurangi.
2.
Bertindak Positif (Acting as if) Mencoba menerapkan dan melaksanakan dalam perilaku dan tindakantindakan nyata sehari-hari yang dianggap baik dan bermanfaat.Bertindak positif merupakan kelanjutan dari berfikir positif.
3.
Pengakraban Hubungan (Personal encounter) Secara sengaja meningkatkan hubungan yang baik dengan pribadi-pribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan kerja, tetangga), sehingga masing-masing merasa saling menyayangi, saling membutuhkan dan bersedia bantu-membantu.
4.
Pengalaman Tri-Nilai (Exploring human values) Berupaya untuk memahami dan memenuhi tiga ragam nilai yang dianggap sebagai sumber makna hidup yaitu nilai-nilai kreatif (kerja, karya), nilai-nilai penghayatan (kebebasan, keindahan, kasih, iman), dan nilai-nilai bersikap (menerima dan mengambil sikap yang tepat atas derita yang tidak dapat
25
dihindari lagi). 5.
Ibadah (Spiritual encounter) Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri pada Sang Pencipta yang pada akhirnya memberikan perasan damai, tentram, dan tabah.Ibadah yang dilakukan secara terus-menerus dan khusuk memberikan perasan seolah-olah dibimbing dan mendapat arahan ketika melakukan suatu perbuatan.
2.1.5 Alat ukur Konsep Makna Hidup
Frankl menemukan sejenis gangguan neurosis baru yang terjadi karena keadaan penghayatan hidup tanpa makna (existential frustation) yang berlangsung intensif dan berlarut-larut tanpa penyelesaian tuntas. Gangguan tersebut dinamakan oleh Frankl dengan neurosis noogenik (noogenic neurosis) (Bastaman, 1996). Namun Frankl hanya melakukan pengukuran informal dan tidak melakukan pengukuran kuantitatif atas kondisi tersebut (Koeswara, 1992).
Berangkat dari konsep neurosis noogenik yang menarik minat para peneliti, James Crumbaugh dan Leonard Maholick mempeloporinya dengan melakukan penelitian-penelitian yang cukup panjang yang membawa pemahaman yang lebih baik tentang Logoterapi (Koeswara, 1992). Kemudian mereka menghasilkan beberapa alat tes sehingga untuk mengetahui penghayatan hidup yang bermakna atau tidak, dapat dilakukan dengan pendekatan psikometrik, salah satunya yang paling relevan sebagai usaha untuk mengukur makna hidup adalah dengan Purpose in Lifetest (PIL) (Melton & Schulenberg, 2008).
26
PIL dirancang Crumbaugh dan Maholick untuk mengkuantifikasi konsep makna hidup, terutama mengukur kondisi yang oleh Frankl disebut existensial frustation (Koeswara, 1992: 147). PIL test ini berupa skala sikap (attitude) yang dirancang untuk mengungkap respon-respon yang diyakini berkaitan dengan atau merupakan petunjuk bagi seberapa tinggi individu mengalami hidupnya bermakna. Pada PIL seseorang yang dianggap menghayati hidup bermakna dapat dilihat dari aspek-aspek berikut ini:
a.
Tujuan hidup (purpose in life), yaitu memiliki sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan dalam hidupnya.
b.
Kepuasan hidup (life satisfaction), yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya.
c.
Kebebasan (freedom) , yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.
d.
Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya.
e.
Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya
f.
Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia
27
merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.
2.1.6
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Makna hidup
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi makna hidup yang pernah diteliti oleh Debats, Van der Lubbe, dan Wezeman (1993) mengenai hubungan antara Life Regard Index (LRI) dengan demografis (seks, usia, pendidikan) dan karakteristik kepribadian menemukan bahwa faktor demografis tidak berpengaruh, namun ditemukan pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah dibandingkan dengan yang belum atau tidak menikah, individu yang memiliki hubungan baik dalam pernikahan dengan yang telah bercerai, serta individu yang memiliki pasangan (partner) dengan yang tidak memiliki pasangan. Kesemuanya menghasilkan kesimpulan bahwa memiliki hubungan intim (intimate relationship) menghasilkan tingginya skor positive life regard. Individu yang memiliki hubungan intim biasanya memiliki pengalaman makna hidup dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan tersebut (Colin Leath, 1999). Sedangkan menurut Baumeister (1991) (dalam King, L.A. dkk, 2006) berpendapat bahwa makna hidup seseorang tergantung pada pemenuhan „empat kebutuhan psikologis‟: tujuan (purpose), nilai (value), efikasi diri (self-efficacy), dan selfworth.
Di sisi lain penelitian Dunn, Marianne G. dkk (2009: 221) menemukan bahwa dengan menilai kekuatan Tuhan (reappraisal God‟s power) dapat membantu memprediksi pencarian makna hidup seseorang. Penilaian kekuatan Tuhan merupakan bentuk negatif dari religious coping dimana seseorang tersebut
28
berpikir ulang tentang kekuatan Tuhan yang menolong hambanya dalam proses coping.
Sedangkan dalam rangkuman artikel dari Adler (1997), Yalom menemukan bahwa kurangnya makna hidup (meaning in life) berhubungan dengan psikopatologi, dimana makna hidup yang positif berhubungan dengan kuatnya kepercayaan terhadap suatu agama (religious belief), keanggotaan pada sebuah kelompok, pengabdian pada sebuah sebab, nilai hidup, dan tujuan hidup yang jelas (Yalom, 1980; in Zika & Chamberlain, 1992). Menurut James, agama dapat memberikan energi spiritual, dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang yang beragama akan mencapai perasaan tenteram dan damai. James juga mengatakan bahwa agama adalah sumber kebahagiaan (Rakhmat, 2003). Salah satu fungsi agama (religion) adalah memberikan individu cara-cara yang jika dijalani mereka akan mendapatkan tujuan (purpose) dalam hidupnya (Emmons & Paloutzian dalam Steger & Frazier, 2005).
Peran agama dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan (well-being) dengan memberikan dukungan sosial (sosial support) atau sebagai sumber penanganan masalah (coping resources), atau dengan sense dari harga diri (selfesteem). Agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup (meaning in life).Dan makna hidup merupakan elemen penting dalam kesejahteraan (well-being) dan fungsi hidup manusia (Steger & Frazier, 2005:
29
580).
2.2 Religiusitas
2.2.1 Pengertian Religiusitas
Pengertian atau definisi adalah merupakan batasan; dan agama sangat sulit dibatasi karena bersifat kompleks. Namun disini penulis akan berusaha mencari definisi agama yang sesuai dengan penelitian ini.
Harun Nasution (dalam Jalaludin, 2000: 12) merunut pengertian agama berdasarkan asal kata, yaitu al-Din, religi (relegare, religere), dan agama.Al-din (semit) berarti undang-undang atau hukum.Kemudian dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Adapun kata agama tediri dari a= tidak; gam= pergi mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat atau diwarisi turun temurun.
Definisi menurut James menekankan pada perasaan dan pengalaman beragama.Menurutnya, agama memberikan energi spiritual, dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan. Orang yang beragama akan mencapai perasaan tenteram dan damai. James juga mengatakan bahwa agama adalah sumber kebahagiaan (dalam Rakhmat, 2003).
Dalam sebuah survey yang mengambil 2.509 orang mahasiswa dan orang
30
dewasa Amerika, pada tahun 1947Braden (dalam Rakhmat, 2003) menemukan bahwa alasan yang paling sering disebut untuk mengikuti agama adalah bahwa “agama memberikan makna pada kehidupan”.
Dari istilah agama dan religi muncul istilah keberagamaan dan religiusitas (religiosity) yang berarti seberapa jauh pengetahuan, kokohnya keyakinan, pelaksanaan ibadah dan kaidah, serta penghayatan atas agama yang dianutnya (Nashori, 2002: 71). Religiusitas dapat mempengaruhi manusia dalam bertindak dan bertingkah laku, semakin kuat religiusitas seseorang, semakin kuat pula seseorang tersebut dalam mengontrol setiap tindakan dan tingkah lakunya (Thouless, 1995).
Sedangkan
religiusitas
menurut
Kendler
dkk
(2003)
dijelaskan
berdasarkan tujuh dimensi, yaitu (1) Individu penganut agama, yang menyerta-kan Tuhan dalam keseharian/masa krisis (general religiosity); (2) Membina hubungandengan individu sesama penganut agamanya (sosial religiosity); (3) Percaya pada keterlibatan Tuhan yg positif dalam urusan manusia sehari-hari (involved God); (4) Memiliki kepedulian, rasa kasih sayang, dan saling memaafkan terhadap sekitar (forgiveness); (5) Merasa Tuhan memiliki kuasa memberi ganjaran atas apa yang telah kita lakukan (God as judge); (6) Tidak menyimpan rasa dendam (unvengefulness); (7) Bersyukur (thankfulness).
Karena sifatnya yang kompleks, perlu digunakan alat ukur yang bersifat multi dimensional. Dan pada penelitian ini penulis akan menggunakan alat ukur religiusitas milik Kendler dkk (2003) yang terdiri dari tujuh dimensi yaitu,
31
dimensi religiusitas general religiosity, dimensi religiusitas social religiosity, dimensi religiusitas involved God, dimensi religiusitas forgiveness, dimensi religiusitas God as judge, dimensi religiusitas unvengefulness, dan dimensi religiusitas thankfulness, sebagai alat ukur religiusitas.
2.2.2
Dimensi Religiusitas
Kendler dkk mencoba mengukur religiusitas maupun spiritualitas secara luas, dan menurutnya religiusitas dan spiritualitas adalah hal yang tidak bisa dipisahkan karena mereka saling berhubungan satu sama lain (Kendler dkk, 2003: 499). Kendler dkk mencoba mengembangkan teknik analisis keberagamaan menjadi lebih mudah dengan menguraikannya menjadi beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif (Kendler dkk, 2003).
Dimensi religiusitas tersebut terdiri dari tujuh dimensi : 1. General Religiosity ‘coping religious’
Merefleksikan tentang (1) perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka selama di alam semesta; (2) serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupunketika sedang bertemu masalah (krisis).
Dimensi awal ini tidak bisa dipisahkan dengan apa yang selama ini kita istilahkan dengan coping religious (Kendler dkk, 2003: 499). Dimensi ini terdiri dari 12 aitem (Daily Spiritual Experiences & Religious Coping) milik Pargament
32
dalam ebook Fetzer Institute(1999), lima aitem dari penelitian Kendler sebelumnya mengenai Personal Devotion & Conservatism (1997), 12 aitem mengenai Religious Attitudes & Practice Inventory (D‟Onofrio dkk, 1997), satu aitem yang dikembangkan sendiri oleh Kendler dkk mengenai Love and caring.
Kendler menggunakan tujuh aitem religious coping dari dimensi religiusitas Pargament (dalam Fetzer, 1999: 43), dimana religiouscopingdapat dijadikan sebagai metode penghubung antara variabel global (seperti, sifat intrinsik keagamaan, frekuensi beribadah, dan frekuensi kehadiran pada tempat peribadatan) dengan peristiwa penyebab stress. Karena saat individu sedang dalam masa krisis (berhadapan dengan masalah), mereka akan menjadikan agama sebagai cara untuk membantunya menyelesaikan masalah. Metode ini disebut dengan religious/spiritual coping, dan metode ini dapat berfungsi lebih cepat dan proksimal dalam memberikan implikasi terhadap kesehatan.Menurut Pargament (1998) dalam Fetzer Institute (1999: 45) menjelaskan bahwa ada tiga jenis coping religius dalam proses penyelesaian masalah, yaitu:
1.
Berserah diri(Deferring Style), yaitu meminta penyelesaian masalah kepada Tuhan saja. Yaitu dengan cara berdoa dan meyakini bahwa Tuhan akan menolong hamba-Nya dan menyerahkan semua keputusan kepada Tuhan.
2.
Kolaborasi(Colaborative Style), yaitu hamba meminta solusi kepada Tuhan dan hambanya senantiasa berusaha untuk melakukan coping.
3.
Mengandalkan Kemampuan Sendiri(Self-directing Style), yaitu individu bertanggung jawab sendiri dalam menjalankan coping.
33
Kemudian, lima aitem Daily Spiritual Experiences (Pargament dalam ebookFetzer Institute, 1999) yang bertujuan untuk mengukur persepsi spiritual individu dalam segala aspek kegiatan sehari-hari yang merepresentasikan pengalaman spiritual. Aitem-aitemnya lebih mengukur pengalaman individu dibanding kognitifnya. Dimensi ini menjadikan spiritual sebagai pusat fokus dan dapat digunakan secara efektif untuk segala jenis agama. Aitem yang digunakan pada dimensi Daily Spiritual Experiences berasal dari:
-
Hubungan dengan transenden (Connection with the Transcendent),tertuju kepada individu yang mengalami hubungan dengan transenden sebagai keintiman personal, dan individu yang menggambarkan perasaan kesatuan sebagai penghubung mereka dengan transenden.
-
Perasaan mendapat dukungan dari transenden (Sense of Support from the Transcendent „Strength and Comfort, Perceived Love‟), perasaan ini diekspresikan melalui tiga cara, namun yang diambil pada dimensi ini hanya dua. a.
Kekuatan dan kenyamanan (Strength and Comfort), menggambarkan dukungan sosial dari Tuhan. Aitem ini bermaksud untuk mengukur rasa mendapat dukungan dan kenyamanan yang didapat dari transenden.
b.
Menerima kasih sayang (Perceived Love), individu dapat percaya bahwa Tuhan mencintainya. Dukungan emosional akan rasa dicintai merupakan hal yang penting dalam hubungan religiusitas/spiritualitas terhadap kesehatan individu. Kualitas rasa cinta terhadap Tuhan memiliki potensi yang berbeda dengan rasa cinta antar sesama manusia. Cinta Tuhan dapat
34
menjadi penguat dan berkontribusi terhadap rasa percaya diri seseorang, serta merasa layak untuk bersikap. -
Perasaan kagum (Sense of Awe), aitem ini berusaha menangkap cara dimana individu mengalami pengalaman transenden. Rasa kagum ini dapat timbul dari keindahan alam, manusia, atau langit dimalam hari, dan memiliki kemampuan untuk merasakan pengalaman spiritual yang melintasi batasbatas agama maupun individu yang tidak beragama (van Kaam, 1986 dalam Fetzer 2003).
-
Perasaan keutuhan (Sense of Wholeness „internal integration), aitem ini berusaha untuk mengetahui kesejahteraan psikologis individu. Rasa keutuhan ini akan lebih sulit dialami jika individu dalam keadaan yang tidak sesuai, seperti sedang merasa kesulitan, stres atau depresi. Kemudian, Kendler dkk juga menggunakan 12 aitem tentang „Religiusitas
pada Dewasa dan Pengaruhnya terhadap Penggunaan Obat-Obatan‟(D‟Onofrio, 1999). Subskala yang digunakan :
-
Spirituality (lima aitem), aitem ini terpisah dengan kepercayaan pada Tuhan (h. 164).
-
Theism (tujuh aitem), merepresentasikan kepercayaan pada Tuhan (h. 159).
Kemudian lima aitem dari penelitian Kendler sebelumnya (1997: 324) digunakan untuk mengetahui tingkat religiusitas seseorang berdasarkan perilaku dan kepercayaannya (religious behavior and belief). Dari penelitian Kendler tersebut dapat mengukur dua faktor religiusitas:
35
1.
Komitmen dan ketaatan individu (Personal Commitment and Devotion), menggambarkan: a.
Pentingnya kepercayaan sebuah agama (religous belief),
b.
Frekuensi kehadiran di tempat peribadatan,
c.
Kesadaran akan tujuan agama (religious purpose),
d.
Frekuensi pencarian kenyamanan kegiatan spiritualitas (spiritual comfort),
e. 2.
Frekuensi beribadah dengan khusu‟ (private prayer).
Kekonservatifan individu (Personal Conservatism), yang merefleksikan ketradisionalan, fundamental, kepercayaan konservatif (h. 324). a.
Percaya bahwa Tuhan akan memberi ganjaran sesuai dengan apa yang kita lakukan (memberi pahala atau hukuman),
b.
Percaya bahwa kita akan dilahirkan kembali,
c.
Percaya pada kitab suci.
Dari kedua faktor religiusitas tersebut, ditemukan Kendler dkk bahwa personal conservatism sangat penting membantu seseorang dalam memutuskan untuk menggunakan obat-obatan atau tidak. Sedangkan personal devotiondapat mempengaruhi kemampuan seseorang jika ingin berhenti atau mengurangi level penggunaan obat-obatan terlarang (Kendler dkk, 1997: 327). 2. Sosial Religiosity (Religious ‘sosial support’)
Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi dengan individu religius lainnya, seperti frekuensi kehadiran di tempat beribadah, dan perilaku tentang obat-obatan
36
terlarang (NAZA) dalam sudut pandang agama. Sehingga dimensi ini disebut sosial religiosity.Sosial religiosity dianggap sama dengan apa yang kita istilahkan denganreligioussosial support (Kendler et.al dkk, 2003: 499).
Jika menurut Pargament (dalam Fetzer, 2003: 45) Religious Support adalah usaha untuk mendapatkan pertolongan dari pemuka agama atau anggota sesama agama..
Dasar dari dimensi ini adalah satu aitem dari skala penelitian Kendler sebelumnya (1997) mengenai perilaku religius dalam hal ketaatan hadir di kegiatan peribatan (religious behavior/personal devotion) dan skala Religious Attitudes & Practice Inventorytentang perilaku keberagamaan (D‟Onofrio B. Murelle L; Eaves LJ; McCullough ME; Landis JL; Maes H; 1999). Skala penelitian ini telah dilakukan pada dewasa awal dan dewasa penyalahguna obatobatan, alkohol, dan perokok (D‟Onofrio, 1999: 158). Subskala Religious Attitudes & Practice Inventory yang digunakan pada dimensi ini adalah:
-
Social Support (tujuh aitem), dukungan sosial pada penelitian ini didapat dari rekan sebaya dalam keagaaman (peer religiousness), yang menghubungkan antara kepercayan teistik dan kegiatan religius/spiritual pada penyalahguna obat-obatan.
-
Spirituality (satu aitem), terpisah dari orientasi ilmu teologi yang peryataannya berpusat pada kepercayaan terhadap Tuhan.
-
Religious views on Drug Use (tiga aitem), item ini berfokus pada masalah perilaku orang dewasa yang menyalahgunakan obat-obatan, alkohol, dan
37
mengkonsumsi cerutu. Burkett dkk (1987) (dalam D‟Onofrio dkk, 1999: 158) menemukan bahwa religiusitas mempengaruhi seseorang untuk tidak menggunakan obat-obatan dan mengkonsumsi alkohol melalui keyakinannya akan perbuatan dosa (content-specific belief).
3. Keterlibatan Tuhan (Involve God)
Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara aktif dan positif dalam urusan manusia (sehari-hari). Pada dimensi ini Kendler menggunakan :
-
Satu aitem Religious Attitudes and Practices Inventory (theism) (D‟Onofrio B. Murelle L; Eaves LJ; McCullough ME; Landis JL; Maes H; 1999)yang mengukur kepercayaan pada Tuhan.
-
Satu aitem God as love (Hertel BR; Donahue MJ; 1995) yang merefleksikan bahwa Tuhan mencintai makhluknya apa adanya. Dan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa gambaran Tuhan dalam sudut pandang orang tua (khususnya ibu) mempengaruhi gambaran Tuhan bagi anak. Dalam penelitian Hertel dkk juga menemukan bahwa peran ibu lebih berpengaruh terhadap sudut pandang tentang Tuhan (God images) pada anaknya dibandingkan dengan peran ayah. Dan intinya ibu lah yang memiliki peran terbesar dalam sosialisasi (memberikan pengetahuan) keagamaan terhadap anak-anaknya (h.190-191).
-
Dua aitem yang dikembangkan sendiri oleh Kendler, karena Kendler tidak menemukan aitem yang memuaskan untuk melengkapi pengukuran dimensi
38
ini, sehingga akhirnya Kendler dkk mengembangkan aitem sendiri yang berasal dari skala „Nature of God‟ yang merefleksikan tingkat penerimaan keterlibatan Tuhan terhadap ciptaannya (manusia dan alam semesta) (2003: 497). -
Satu aitem dari penelitian Kendler sebelumnya (1997) yang merefleksikan sebuah kepercayaan akan adanya Tuhan maupun alam semesta (personal conservatism).
-
Satu aitem Religious/Spiritual Coping (Religious Doubt) dalam Fetzer Institude (1999: 49), yang menggambarkankepercayaan akan adanya Tuhan.
4. Forgiveness (sikap memaafkan)
Pada penelitian ini konsep forgivenesstermasuk pada dimensi religiusitas dari Kendler dkk, dimana Kendler dkk menggambarkan forgiveneess sebagai sikap perhatian, cinta kasih, dan memaafkan kepada sesama (dunia), sehingga dimensi ini tidak memunculkan istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu (Kendler dkk, 2003: 498). Kenneth S. Kendler dan Michael E.McCullough (Kendler dkk, 2003: 497) mencoba mengembangkan sendiri aitem yang akan digunakan untuk mengukur dimensi ini yang sebagian berdasarkan pada skala The Measurement of Forgiveness milikMauger P.A 1992. Pada dimensi ini semua aitemnya merupakan buatan Kendler dkk sendiri yang terdiri dari dua jenis subskala yaitu:
-
Aitem positif yang berasal dari skala cinta kasih dan perhatian (love and caring), merefleksikan kasih sayang maupun kepedulian terhadap sesama
39
individu dan kepercayaan bahwa saat individu berlaku baik terhadap sesama maka ia juga akan diperlakukan baik oleh individu lainnya. -
Aitem sikap memaafkan lawan rasa dendam (forgiveness vs revenge), merefleksikan usaha untuk memaafkan seseorang/ sesuatu hal yang telah sangat melukai perasaan kita.
5.
Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge).
Pada dimensi ini menegaskan tentang takdir dan hukum alam ketuhanan.Enam aitem pada dimensi ini mengandung kata „Tuhan‟ tapi berbeda dengan dimensi ketiga.Sedangkan sisanya terdiri dari tiga aitem sub-skala mengenai „Tuhan sebagai Maha Penguasa‟ dari skala „Gambaran Tuhan(God Images)‟. Dimensi ini bisa dibilang hampir sama dengan salah satu faktor pada penelitian Kendler (1997: 324) sebelumnya yaitu „personal conservatism‟ karena Kendler menggunakan dua aitem dari penelitian tersebut sebagai dasar pengukuran dimensi (Kendler dkk, 2003: 499). Personal conservatism menggambarkan ketradisionalan, fundamental, dan kekolotan (konservatif) terhadap suatu kepercayaan. Selain itu, Kendler juga menggunakan satu aitem tentang „Negative Religious/Spiritual Coping Subscale‟ dari Pargament (1999: 48) untuk mengetahui bagaimana kita memahami dan menghadapi permasalahan yang besar dalam kehidupan serta menilai kembali tentang ganjaran yang diberikan Tuhan (Punishing God Reappraisal). Kendler juga menggunakan tiga aitem Parental influences on God images “Gos as authority” (Hertel dkk, 1995: 192), dimana
40
aitem tersebut merefleksikan pemahaman bahwa Tuhan adalah sebagai pemegang kewenangan atas kehidupan manusia seperti adanya peraturan hidup manusia, ganjaran atas apa yang telah manusia perbuat.
Secara keseluruhan, item dalam dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan memberi ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal baik maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan kesalahan Tuhan akan memberikan hukuman.
6.
Rasa Tidak Dendam (Unvengefulness)
Merefleksikan sikapindividu yang lebih memilih untuk melakukan pembalasan pribadi (balas dendam) dibanding memaafkan terhadap dunia. Dengan rincian, aitem-aitem ini diambil dari skala memaafkan lawan rasa dendam (forgiveness vs revenge)yang merefleksikan sikap sakit hati/dendam terhadap apa yang menimpa individu tersebut. Tiga aitem bersyukur lawan rasa tidak bersyukur (gratitude vs ingratitude)yang merefleksikan rasa tidak syukur dan egois atas apa yang telah terjadi pada diri individu tersebut. Aitem lainnya adalah dari Parental influences on God images “Gos as love” (Hertel dkk, 1995) yang merefleksikan keyakinan individu ketika ia melakukan kesalahan maka Tuhan akan berhenti mencintainya.Sebagai tambahan informasi,
yang
paling
berperan
dalam
membentuk
keyakinan
akan
positif/negatifnya sikap Tuhan terhadap kita adalah orang tua (khususnya ibu),
41
sejauh mana ibu dapat memberikan info terhadap anaknya tentang agamanya termasuk sifat-sifat Tuhan (Hertel dkk, 1995: 197).
Pada dimensi ini hampir semua aitemnya dikembangkan sendiri oleh Kenneth S. Kendler dan Michael E.McCullough dan juga dibuat dalam bentuk negatif. Untuk kekonsistenan, dimensi ini akan di skoring dengan cara aitem positif sehingga diberi nama dimensi Rasa Tidak Dendam (unvengefulness).
7. Bersyukur (Thankfulness)
Dimensi ini terdiri dari empat aitem bersyukur lawan tidak bersyukur (gratitude vs ingratitide)yang McCullough kembangkan sendiri untuk mengukur dimensi ini, aitem tersebut merefleksikan perasaan terima kasih berlawanan dengan marah (thankfulness vs anger) terhadap kehidupan dan Tuhan. Dimensi ini juga berasal dari aitem Religius Copingpada pengukuran multidimensional dari Fetzer Institute (1999: 13), dimana dimensi ini sebagai aspek spiritual yang sangat berhubungan dengan cara pandang kehidupan dari psikologi positif. Karena hubungan antara bersyukur „gratitude‟ dan keadaan kehidupan, stressor eksternal dapat mengubah perasaan bersyukur seseorang.Dan yang menjadi hal penting adalah, saat seseorang dapat tetap merasa bersyukur dalam situasi yang tidak baik bagi dirinya. Aitem yang digunakan adalah NegativeReligius Coping, sehingga bentuk pernyataannya pun negatif yaitu tentang sikap marah terhadap tuhan (anger at God) karena membiarkan hal buruk terjadi pada seseorang, serta ketidakpuasan dalam hal spiritual (Spiritual Discontent) (Fetzer Institude, 1999: 48-49).
42
David Steindal-Rast (1984) menjelaskan bahwa rasa syukur (gratefulness) dapat memberikan rasa tenang pada spiritualitas kehidupan seseorang. Sikap bersyukur menunjukkan bahwa hidup adalah karunia (pemberian), bukan hak (dalam Fetzer Institute, 1999:12).
2.3Recovering addict 2.3.1 Adiksi (Addiction) MacAndrew (dalam Hewit, 2007: 23) menyatakan bahwa addiction atau adiksi berasal dari bahasa Latin addictus, yang berarti memberikan perintah, sebab pengekangan atau pengendalian. APA (1994) memberikan pula definisi addiction sebagai perilaku berlebih dimana individu memiliki kontrol yang merusak dengan konsekuensi yang berbahaya. BNN (2009: 147) menyatakan bahwa adiksi adalah suatu penyakit bio-psiko-sosial, artinya melibatkan faktor biologis, psikologis dan sosial. Gejala-gejala yang diberikan adiksi khas serta bersifat kronik (lama) dan progresif (makin memburuk jika tidak ditolong). Gejala utamanya antara lain: 1.
Rasa rindu dan keinginan kuat untuk memakai sehingga bersifat kompulsif terhadap narkoba atau pengubah suasana hati lain,
2.
Hilangnya kendali diri terhadap pemakaiannya,
3.
Tetap memakai walaupun mengetahui akibat buruknya,
4.
Menyangkal adanya masalah (BNN, 2009: 147). Adiksi bukan terjadi akibat kelemahan moral, walaupun ada hubungannya
dengan masalah moral atau kurangnya kemauan dan walaupun ia harus memutuskan untuk berhenti memakai agar pulih. Adiksi mempengaruhi keadaan
43
jasmani, perilaku dan kehidupan sosialnya. Pengaruh tersebut harus dilihat sebagai bagian dari penyakit. Penyakit adiksi berlangsung kronis. Namun, penyakit itu dapat dihentikan asalkan pecandu mau berhenti memakai narkoba dan semua jenis pengubah suasana hati lain. Karena adiksi adalah suatu penyakit, maka sekali seseorang menjadi kecanduan terhadap narkoba, ia tidak akan pernah dapat kembali pada pemakaian kembali tanpa resiko menjadi ketergantungan sehingga ia harus menghentikan sama sekali pemakaiannya (abstinensia total) (BNN, 2009: 147-148). Proses terjadinya ketergantungan (adiksi) NAZA:
Pemakaian
Penyalahgunaan n
T E M B O K
Ketergantungan
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Ketergantungan (Adiksi) NAZA Proses seseorang menjadi ketergantungan dapat digambarkan seperti seorang yang menembus tembok. Pada tahap pemakaian ia masih dapat mengehentikannya. Jika telah terjadi ketergantungan, ia sulit kembali ke pemakaian sosial, berapa pun ia berusaha, kecuali jika menghentikan sama sekali pemakaiannya (abstinensia) (BNN, 2009: 37). 2.2 Pemulihan (Recovery) Pengertian recovery atau pemulihan dalam konteks 12 step model of addiction adalah kondisi berhenti sepenuhnya (abstinensia) dari perubahan mood yang
44
diakibatkan oleh zat (kafein dan beberapa obat lainnya). Selain itu Granfield & Cloud (dalam Hewit, 2007: 24) mendefinisikan recovery sebagai penghentian perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan atau penggunaan yang merusak dari penyalahgunaan zat. Selanjutnya recovery dapat berarti “bersih” dari adiksi, “pantang” dari penggunaan obat-obatan, atau “pengampunan” dari tahapan ketergantungan obat-obatan. Teori tentang recovery juga menjelaskan bahwa recovery adalah sebuah proses untuk mencapai dan memelihara kondisi berhenti sepenuhnya dari penggunaan obat-obatan yang tidak berhubungan dengan treatment tertentu (Wesson dkk, 1986: 14). Pemulihan adalah upaya yang dilakukan secara bertahan, untuk mempelajari keterampilan baru dan tugas-tugas yang mempersiapkannya menghadapi tantangan hidup bebas tanpa narkoba. Jika gagal, ia beresiko untuk relaps (kambuh). Pemulihan dimulai dengan berhenti menggunakan narkoba (abstinensia). Akan tetapi, tidak cukup hanya berhenti memakai, gaya hidup juga harus berubah. Perubahan-perubahan yang terjadi mempengaruhi keadaan tubuh, jiwa dan rohaninya, mengubah gaya hidupnya dengan hidup sehat dan memuaskan. Proses ini disebut “pemulihan seluruh pribadinya”. Hal yang harus dipulihkan dari para pecandu antara lain fisik, psikologis, sosial, rohani, okupasional (pekerjaan) dan pendidikan (BNN, 2009: 152).
Dikatakan recovery atau pemulihan karena seseorang yang mengalami gangguan dari penggunaan obat-obatan tidak akan kembali sepenuhnya pada kondisi “normal” seperti sebelum mengalami gangguan (Maddux & Desmond,
45
1986: 61).Jadi yang dimaksud dengan recovering addictadalah individu yang menjalani proses pemulihan dan berhenti sama sekali dari penggunaan NAZA (abstinensia).
2.4 Kerangka Berpikir
Kebutuhan akan kebermaknaan sangat dibutuhkan bagi masyarakat modern, tetapi kurang mendapat respon dari teori normatif (Metz, 2002). Padahal Victor Frankl mengatakan bahwa inti dari pengalaman manusia adalah mencari makna maupun tujuan hidup bukanlah mencari kebahagiaan, karena kebahagiaan merupakan buah dari kebermaknaan hidup. Hal ini diperkuat dengan pernyataan bahwa makna hidup merupakan elemen penting dalam kesejahteraan (well-being) dan fungsi hidup individu (Steger & Frazier, 2005: 580). Tanpa makna hidup, tujuan, nilai, idealisme dalam diri individu akan timbul „meaninglessness‟seperti putus asa, bosan (bordem), dan apatis.
Ditemukan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa rendahnya makna hidup seseorang berhubungan dengan psikopatologis (Yalom, 1980), rendahnya kesehatan mental (Reker, Peacock & Wong, 1987; Zika & Chamberlain, 1992), terjerumus kepenggunaan NAZAdan keinginan untuk bunuh diri (Harlow, Newcomb & Bentler, 1986). Kondisi hingga terjerumus kepenggunaan NAZA ternyata disebabkan karena pada mereka terjadi hilangnya “basic spiritual need” (Kendler dkk, 1997). Clinebell (dalam Hawari, 2002: 18) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pada setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual needs).Bagi mereka yang beragama,
46
kebutuhan spiritual ini dapat diperoleh melalui pengalaman agama. Namun bagi mereka yang sekuler mengatasinya dengan jalan penyalahgunaan NAZA sebagai bentuk pelarian (escape reaction) karena ketidakmampuannya menghadapi kenyataan (Hawari, 2002: 17).
Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian kualitatif di Indonesia yang menyatakan bahwa pecandu yang telah berhasil pulih dari perilaku addict-nya (recovering addict)merasa lebih dekat dengan Tuhan (religious), dan juga merasa Tuhan telah mengabulkan semua doa dan keinginannya. Mereka mencoba mencari apa arti kehidupan yang bermakna tanpa menggunakan NAZA dan berusaha menemukan kembali makna hidup yang hilang (Junaiedi, 2009). Jika mereka beragama, cara mendekatkan diri kepada Tuhan bisa membantu menemukan makna hidupnya.
Dalam Steger &
Frazier(2005: 580),
dinyatakan bahwa agama
dapatmemberikan dukungan sosial (sosial support) atau sebagai sumber penanganan masalah (coping resources), atau dengan perasaan bahwa dirinya berharga (self-esteem) sehingga agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup (meaning in life) yang pada akhirnya akan berkontribusi terhadap well-being.
Selain itu, untuk menemukan makna hidup ditemukan adanya pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah dibandingkan dengan yang belum atau tidak menikah. Jadi dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa individu yang memiliki hubungan intim (intimate relationship) lebih memiliki
47
pengalaman kebermaknaan hidup dibandingkan dengan yang tidak memiliki hubungan tersebut (Leath, 1999).
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 1. General Religiosity (religious coping)
2. Social Religiosity (social support) ( 3. Involve Good
Dimensi Religiusitas
4. Forgiveness
Makna hidup 5. God as Judge
6. Unvengefulness
7. Thankfulness
8. Status Pernikahan
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan asumsi penelitian terhadap suatu permasalahan yang masih
48
harus diujikan, selanjutnya penulis akan mengumpulkan data sesuai dengan hipotesis yang dirumuskan sebagai berikut :
Hipotesis mayor “ Ada pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, dan thankfulness) dan status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. ”
Hipotesis minor
a.
Ada pengaruh yang signifikan dari general religiosity terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
b.
Ada pengaruh yang signifikan dari sosial religiosity terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
c.
Ada pengaruh yang signifikan dari keterlibatan Tuhan (involve God) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
d.
Ada pengaruh yang signifikan dari sifat memaafkan (forgiveness) terhadap makna hidup mantan recovering addict di BNN.
e.
Ada pengaruh yang signifikan dari persepsi Tuhan sebagai penetap takdir (God as judge terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
f.
Ada pengaruh yang signifikan dari rasa tidak dendam (unvengefulness) terhadap makna hiduprecovering addict di BNN.
g.
Ada pengaruh yang signifikan dari bersyukur(thankfulness) terhadap makna
49
hiduprecovering addict di BNN. h.
Adaperbedaan pengaruh yang signifikanantara recovering addictdi BNN yang berstatus menikah dan yang tidak menikah padamakna hidupnya.
Tetapi, pada penelitian ini hipotesis yang diuji adalah hipotesis nihil, yaitu : “ Tidak ada pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas dan status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict di BNN. “
50
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan tentang Jenis Penelitian, Populasi dan Sampel Penelitian, Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Pengumpulan data, Prosedur Pengumpulan Data, dan Metode Analisis Data.
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ini mengkuantifikasikan skor dimensidimensi religiusitas dengan makna hidup (meaning in life) dari subjek recovering addict yang berada di Unit Pelatihan Teknis Terapi & Rehabilitasi (UPT T&R) Badan Narkotika Nasional (BNN). Penelitian ini bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat, atau frekuensi).Jenis penelitian yang digunakan dalam penelititan ini adalah multiple regresi,dimana penulis ingin melihat besar sumbangan masing-masing variabel independen yang terdiri dimensi-dimensi religiusitas dan latar belakang status pernikahan terhadap makna hiduprecovering addict(meaning in life).
50
51
3.1.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah recovering addict yang berada pada fase akhir (Primary, Re-Entry) dan Staff addict di Unit Pelatihan Teknis Terapi & Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido, Bogor. Populasi ini dipilih karena menurut penelitian McMillen pada tahun 2001di tempat rehabilitasi (dalam Hewit, 2007) belum terlihat adanya perubahanperubahan positif padarecovering addict di fase awal. Sehingga bisa dikatakan recovering addict pada fase ini masih dalam keadaan labil. Jika mereka diikutsertakan
pada
penelitian,
dikhawatirkan
menghasilkan
ukuran
kebermaknaan hidup yang bias. Adapun keterangan dari fase akhir adalah sebagai berikut: 1.
Fase Primary (Green& Hope)merupakan tahapan program rehabilitasi sosial dimana recovering addict berhenti dari penggunaan NAPZA sekitar 3-4 minggu. Fase ini dilaksanakan sekitar 6 bulan.Fase ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu Green dan Hope. Perbedaannya recovering addict pada fase Green adalah mereka yang baru pertama kali mengikuti program rehabilitasi, sedangkan pada fase Hope adalah bagi recovering addict yang sudah pernah menjalani program rehabilitasi sebelumnya (lebih dari satu kali).
2.
Fase Re-Entry merupakan tahapan program rehabilitasi sosial selanjutnya dimana recovering addict sudah berhenti dari penggunaan NAPZA dalam jangka waktu di atas 6 bulan.
52
3.
Staff addict merupakan recovering addict yang sudah selesai menjalani program rehabilitasi dimana jangka waktu berhenti dari penggunan NAPZA dalam jangka waktu di atas 1 tahun.
3.1.3 Sampel Penelitian
Tidak seluruh populasi yang ada di BNN dijadikan sampel penelitian, hanya 156 orang dari ± 270 recovering addict di BNN.
3.1.4 Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini,pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling, dimana sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki ciri-ciri spesifik yang peneliti tentukan. Teknik ini tergolong dalam non-probabilitysampling yang berarti tidak semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek.
3.2 Variabel dan Definisi Variabel
3.2.1 Variabel Penelitian
Adapun variable penelitian yang akan diteliti adalah: Variabel Dependen Makna hidup (meaning in life) Variabel Independen Dimensi-dimensi Religiusitas : Variabel Independen Satu (x1)
: General Religiosity (GR)
53
Variabel Independen Dua (x2)
: Sosial Religiosity (SR)
Variabel Independen Tiga (x3)
: Involved God (IG)
Variabel Independen Empat (x4)
: Forgiveness
Variabel Independen Lima (x5)
: God as A Judge (GAJ)
Variabel Independen Enam (x6)
: Unvengefulness
Variabel Independen Tujuh (x7)
: Thankfulness
Demografis : Variabel Independen Delapan (x8)
: Status pernikahan
3.2.2 Definisi Operasional
1. Makna hidup (meaning in life)
Definisi operasional dari makna hidup adalah tingginya skor dari hasil pengukuran makna hidup dengan menggunakan skala bakudari Crumbaugh & Maholick (dalam Koeswara, 1992).
2. Dimensi Religiusitas
Definisi operasional dari dimensi religiusitas adalah tingginya skor dari hasil pengukuran ketujuh dimensi religiusitas dengan menggunakan skala bakudari Kendler et.al (2003). Dimensi-dimensinya antara lain:
1.
General Religiosity,
2.
Sosial Religiosity,
3.
Involved God,
54
4.
Forgiveness,
5.
God As Judge,
6.
Unvengefulness,
7.
Thankfulness.
3.3 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah berupa angket, yang dilakukan dengan memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.Sedangkan instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model skala Likert, dimana variabel penelitian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan aitem-aitem instrumen.Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable)dan negatif (unfavorable).Jawaban setiap instrument ini memiliki tingkat dari tertinggi (sangat positif) dan sangat rendah (sangat negatif) dan diukur melalui satu aitem dengan empat kategori jawaban, sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skor Aitem Skala Aitem Positif (favorable)
Skor
Aitem Negatif (unfavorable)
Skor
SS (sangat sesuai)
4
SS (sangat sesuai)
1
S (sesuai)
3
S (sesuai)
2
TS (tidak sesuai)
2
TS (tidak sesuai)
3
STS (sangat tidak sesuai)
1
STS (sangat tidak sesuai)
4
55
3.4. Instrumen Penelitian
Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu, skala Makna hidup dan skala Dimensi Religiusitas. Adapun data yang dibutuhkan dan kemudian disertakan dalam angket adalah mengenai data diri subjek. Berisi karakteristik diri subjek yang ditulis pada angket. Berupa nama dengan menggunakan inisial dan latar belakang status pernikahan.
1.
Skala Makna Hidup Untuk mengukur Makna hidup digunakan sebuah skala baku yang diadaptasi dari Purpose in Life Scale (PIL) yang dikembangkan oleh Crumbaugh & Maholick (1964). Landasan aitem-aitem dari PIL test adalah aspek-aspek Makna hidup yang ada pada teori Logoterapi Frankl. Alat ukur baku ini terdiri dari 20 aitem, dan ditambah tiga aitem untuk mengukur aspek „sikap terhadap kematian‟ yang dibuat sendiri, sehingga jumlahnya menjadi 23 aitem. Tabel 3.2 Blue printSkala Makna hidup (meaning in life) Pernyataan
No.
Aspek
Jumlah Favorable
Unfavorable
1
Tujuan hidup
6,8*,11,16,20
4
6
2
Kepuasan hidup
1, 2
5, 18
4
3
Kebebasan (freedom)
14*,17
12
3
4
Sikap terhadap kematian
23*
7,19*,13
4
56
5
Pikiran tentang bunuh diri
22
3, 15
3
6
Kepantasan hidup
21
9,10
3
Jumlah :
23
Ket: * = item yang tidak valid 2. Skala Dimensi Religiusitas Untuk mengukur Dimensi Religiusitas dalam penelitian ini adalah dengan skala baku dari Kendler dkk (2003). Skala baku tersebut aslinya terdiri dari 74 aitem, namun setelah atem-aitemnya diadaptasi agar sesuaidengan kebutuhan penelitian ini jumlah berubah menjadi 41 aitem. Adapun Dimensi Religiusitas disini terdiri dari tujuh dimensi: 1. General Religiosity terdiri dari 14 aitem 2. Sosial Religiosity terdiri dari 6 aitem 3. Keterlibatan Tuhan (involve God) terdiri dari 4 aitem 4. Sikap Memaafkan (forgiveness) terdiri dari 6 aitem 5. Tuhan sebagai Penetap Takdir (God as judge) terdiri dari 4 aitem 6. Rasa Tidak Dendam (unvengefulness) terdiri dari 4 aitem 7. Bersyukur(thankfulness) terdiri dari 3 aitem
Tabel 3.3 Blue print Skala Dimensi Religiusitas No
Dimensi
Aitem Fav
1
General Religiosity
Jumlah Unfav
4, 7, 1, 11, 6, 5*, 10, 13, 35*
14
57
(GR) 2
Social Religiosity (SR)
3, 2, 8, 12*, 9 14,15,16,17,19*,18
-
6
3
Involve God (IG)
22*, 21, 20
36
4
4
Forgiveness (Love)
26, 23, 37, 24, 25
27
6
29, 28, 31, 30
-
4
5
God as Judge (GAJ)
6
Unvengefulness
-
7
Thankfulness
33
32, 41, 38,
4
39 40, 34 Jumlah
3 :
41
Ket: * = item yang tidak valid 3.5 Prosedur Pengambilan Data
1. Mengadaptasi skala agar sesuai dengan karakteristik sampel, dengan menyortir atau membuang aitem disetiap dimensi atau aspek agar tidak terlalu banyak sehingga memudahkan sampel dalam mengisi kuisioner. 2. Mengatur tampilan skala agar tampak menarik (tidak membuat jenuh) untuk memaksimalkan kevalid-an jawaban. 3. Membuat target sebanyak 200 sampel penelitian. 4. Calon sampel didapat dengan cara mendatangi ke tempat rehabilitasi BNN, Lido. 5. Konsultasi kepada tim psikologi BNN, kemudian setelah mendapat ijin langsung turun lapangan didampingi perwakilan pihak BNN.
58
6. Pada residen, dilakukan secara klasikal di dinning hall tempat mereka tinggal, kemudian menunggu responden saat mengisi angket untuk memastikan bahwa responden mengisi semua aitem. Pada staff addict, skala dibagikan langsung kepada sampel.
3.6 Teknik Analisis Data
Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari Dimensi Religiusitas dan data demografis sebagai IV terhadap Makna hiduprecovering addict(meaning in life) sebagai DV, dan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing IV terhadap DV, penulis menggunakan metode statistika karena datanya berupa angka-angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Penelitian ini memiliki variabel independen sebanyak delapan variabel dimana tujuh variabel adalah variabel turunan dari Dimensi Religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God,
forgiveness, God as judge,
unvengefulness, thankfulness) dan variabel demografis „status pernikahan‟. Dalam hal ini berdasarkan hipotesis yang akan diukur penulis menggunakan teknik analisis multiple regression atau analisis berganda untuk mengetahui besar dan arah pengaruh antara variable X1 hingga X8terhadap variabel Y yang pada penelitian ini adalah makna hidup. Adapun persamaan umum analisis regresi bergandanya adalah sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 +b3X3 +b4X4 +b5X5+ b6X6 +b7X7 +b8X8
59
Keterangan : Y
: Dependent variable (DV) „Makna hidup‟
X1
:General Religiosity
X2
:Sosial Religiosity,
X3
:Involved God,
X4
:Forgiveness,
X5
:God As Judge,
X6
:Unvengefulness,
X7
:Thankfulness.
X8
: Status pernikahan
a
: Intercept / konstan
b1, b2, ......, b8 : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
Dalam analisi multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, diantaranya : 1. R² yang menunjukkan proporsi varian (persentase varian) dari dependent variabel (DV) yang bisa diterangkan oleh independent variabel (IV). Fungsi R2ini adalah melihat proporsi varian dari Makna Hidup (meaning in life) yang dipengaruhi IV yang digunakan. 2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi. Koefisien yang signifikan menunjukkan dampak yang signifikan dari independent variable (IV) yang bersangkutan.
60
3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi tentang berapa harga Y jika nilai setiap independent variable (IV) diketahui.
3.7 PengujianValiditas Konstruk
Untuk mengetahui validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan software Lisrel 8.70. Adapun kriteria aitem yang baik pada CFA adalah sebagai berikut (Umar dalam Nuran, 2011) :
1.
Melihat signifikan tidaknya aitem tersebut mengukur faktornya dengan melihat nilai t bagi koefisian muatan faktor aitem. Perbandingannya adalah jika t > 1.96 maka aitem tersebut signifikan dan begitu pula sebaliknya. Adapun aitem tersebut signifikan maka aitem tidak akan di drop dan sebaliknya.
2.
Melihat koefisien muatan faktor dari aitem. Jika aitem tersebut sudah di skoring dengan favorable (pda skala Likert 1 – 4), maka nilai koefisien muatan faktor pada aitem harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila aitem tersebut favorable, namun koefisien muatan faktor aitem bernilai negatif maka aitem tersebut di drop dan sebaliknya.
3.
Terakhir, apabila kesalahan pengukuran aitem terlalu banyak berkorelasi, maka aitem tersebut akan di drop. Sebab, aitem yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.
61
3.7.1 Uji Validitas Konstruk Makna Hidup
Penulis menguji apakah 23 aitem yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur Makna hidup. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit dan terdapat kesalahan pengukuran aitem yang terlalu banyak berkorelasi dengan kesalahan pengukuran aitem lainnya, dengan Chi – Square = 1485.23 , df = 230 , P-value = 0.00000, RMSEA = 0.188. Namun setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0,05 yang artinya model dengan satu faktor dapat diterima (gambar dilampirkan).
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya aitem tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya aitem tersebut signifikan dan sebaliknya, seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.4 Muatan Faktor Aitem Makna hidup No
Koefisien
Standar Eror
Nilai t
Sig
1
0.60
0.07
8.32
V
2
0.60
0.07
8.46
V
3
0.60
0.07
8.64
V
4
0.95
0.06
15.64
V
62
5
0.65
0.07
9.26
V
6
0.42
0.08
5.56
V
7
0.74
0.08
9.38
V
8
0.69
0.08
0.62
X
9
0.66
0.07
9.96
V
10
0.66
0.07
9.54
V
11
0.50
0.08
6.41
V
12
0.52
0.07
7.26
V
13
0.15
0.07
1.98
V
14
0.12
0.07
1.63
X
15
0.43
0.07
5.96
V
16
0.42
0.08
5.32
V
17
0.40
0.09
4.69
V
18
0.51
0.08
6.47
V
19
0.08
0.07
1.05
X
20
0.28
0.08
3.52
V
21
0.43
0.08
5.49
V
22
0.45
0.08
5.45
V
23
0.10
0.08
1.36
X
Ket : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, pada nilai t bagi koefisien muatan faktor dari aitem nomor 8, 14, 19, dan 23 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor
63
aitem lainnya signifikan. Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel diatas, pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif. Dengan demikian aitem yang di drop pada variabel ini adalah aitem nomor 8, 14, 19, dan 23.
Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran aitem yang saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing, korelasi kesalahan pengukuran aitem ditampilkan pada tabel yang dilampirkan. Namun melihat aitem-aitem tersebut memiliki nilai t yang bagus (t > 1,96) serta tidak ada yang bermuatan negatif. Dengan demikian selain aitem 8, 14, 19, dan 23 yang tadi sudah dijelaskan diatas, sisa aitem yang berjumlah 19 bisa diikutsertakan dalam analisis uji hipotesis.
Langkah selanjutya yaitu aitem-aitem makna hidup yang valid dihitung skor faktornya. Skor faktornya dihitung untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Jadi penghitungan skor faktor ini tidak menjumlahkan aitem-aitem variabel seperti pada umumnya.
Setelah didapatkan skor faktor, nilai tersebutlah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu dicatat, bahwa hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini.
64
3.7.2 Uji Validitas KonstrukDimensi Religiusitas 3.7.2.1
Dimensi General Religiosity
Penulis menguji apakah 14 aitem yang ada pada dimensi ini bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur General Religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi - Square = 32.78 , df = 23 , P-value = 0.08493 , RMSEA = 0.052 (gambar dilampirkan). Dari gambar tersebut, nilai Chi – Square menghasilkan P-value > 0.05, yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa seluruh aitem mengukur satu faktor saja yaitu General Religiosity.
Langkah selanjutnya melihat apakah signifikan tidaknya aitem tersebut mengukur faktor yang hendak diukur. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya aitem tersebut signifikan dan sebaliknya. Penyajiannya pada tabel berikut.
Tabel 3.5
Muatan Faktor aitem General Religiosity No
No.aitem
Koefisien
Standar error
Nilai t
Signifikan
1
1
0.67
0.07
9.40
V
65
2
2
0.84
0.07
12.46
V
3
3
0.56
0.07
7.52
V
4
4
0.78
0.07
11.67
V
5
5
0.76
0.07
10.45
V
6
6
0.75
0.07
10.75
V
7
7
0.76
0.07
11.23
V
8
8
0.79
0.07
10.72
V
9
9
0.69
0.07
9.51
V
10
10
0.57
0.07
7.74
V
11
11
0.55
0.08
7.19
V
12
12
0.57
0.11
5.01
V
13
13
0.91
0.07
13.50
V
14
35
-0.10
0.08
-1.22
X
Ket : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
Pada tabel diatas, hanya nilai t bagi koefisien muatan faktor dari aitem 14 yang tidak signifikan, sedangkan koefisien muatan faktor aitem lainnya signifikan. Dengan demikian aitem no 14 (aitem 35) akan di drop, artinya aitem tersebut tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor. Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel 3.2, pada kolom koefisien terdapat aitem yang muatan negatif yaitu no 14 (aitem 35). Dengan demikian no 14 akan tidak akan diikutsertakan dalam penghitungan faktor skor.
Pada model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran aitem yang
66
saling berkorelasi. Artinya dapat disimpulkan bahwa aitem-aitem tersebut bersifat multidimensional pada dirinya masing-masing. Korelasi kesalahan pengukuran aitem ditampilkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.6
Matriks Koorelasi antar kesalahan Pengukuran dari aitem General Religiosity 1
2
3
4
V
V
V
V
5
6
7
8
9
10
11
12
V
V
V
V
13
14
1 2
V
3
V
4
V
V
5 6
V
7
V
V
V
8
V V
9
V
10
V
V
12 13 14
V
V V
V V
V V
V
11
V
V V V
V
V V
V V
V
V V
V V
V
V
V
V
V
V
V
V V
V
V
tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran aitem
Dari tabel diatas dapat dilihat korelasi antar kesalahan pengukuran pada aitem. Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang
67
berkorelasipada semua aitem, sehingga dilakukan modifikasi dengan mendrop aitem yang paling banyak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi yaitu no 12 dan 14 (aitem 12 dan 35) (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dibawah ini dapat terlihat pada kolom koefisien tidak ada aitem yang muatan negatif. Dengan demikian tidak ada aitem yang di drop pada penghitungan ini.
Tabel 3.7
Muatan Faktor aitem General Religiosity No
No.aitem
Koefisien
Standar error
Nilai t
Signifikan
1
1
0.85
0.07
12.40
V
2
2
0.87
0.06
13.62
V
3
3
0.61
0.07
8.76
V
4
4
0.80
0.07
11.81
V
5
5
0.67
0.07
9.59
V
6
6
0.86
0.07
13.23
V
7
7
0.71
0.07
10.19
V
8
8
0.77
0.07
11.02
V
9
9
0.77
0.07
11.24
V
10
10
0.63
0.07
8.85
V
11
11
0.52
0.08
6.72
V
12
13
0.75
0.07
10.92
V
Ket : tanda V = signifikan (t > 1.96) ; X = tidak signifikan
68
Selanjutnya akan melihat korelasi kesalahan dari dimensi pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8
Matriks Koorelasi antar kesalahan Pengukuran dari aitem General Religiosity 1
2
3
4
V
V
V
5
6
7
8
9
10
11
12
1 2 3 4
V
5 6
V
7 8
V V
9
V
10 11 12
V V
V
V
V
V V
V
tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran aitem
Pada tabel diatas dapat dilihat korelasi kesalahan pengukuran pada aitem.Didapatlah aitem yang tidak bagus yaitu hanya aitem 5 karena terdapat terlalu banyak tanda V yang artinya kesalahan pengukurannya berkorelasi dengan kesalahan pengukuran aitem lainnya, selain mengukur apa yang hendak diukur ia juga mengukur hal lain. Dengan demikian aitem 5 akan di drop, dan secara keseluruhan terdapat tiga aitem yang akan didrop yaitu aitem 5, 12, 35. Sehingga dari 14 aitem hanya 11 aitem yang akan ikut dianalisis dalam penghitungan faktor
69
skor.
3.7.2.2
Uji Validitas alat ukur Social Religiosity
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 10.76 , df = 6 , P-value = 0.09624 , RMSEA = 0.072 (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif, namun terdapat satu aitem yang nilai t nya > 1.96 yaitu no 6 (aitem 19). Dengan demikian no 6 dimana no aitemnya 19 akan di drop, sehingga tidak ikut dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi pada no 1 (aitem 14), 2 (aitem 15) , 3 (aitem 16) , 5 (aitem 18) , 6 (aitem 19). Namun karena kelima aitem tersebut hanya berkorelasi satu hingga dua saja, oleh sebab itu akan tetap diikut sertakan sehingga jumlah aitem pada dimensi ini yang akan diikutkan pada penghitungan uji hipotesis terdapat 5 aitem.
3.7.2.3
Uji Validitas alat ukur Involve God
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan
70
modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 4.35 , df = 2 , P-value = 0.11375 , RMSEA = 0.087 (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien terdapat aitem yang muatan negatif yaitu no 3. Dengan demikian no 3 dimana no aitemnya 22 akan di drop, sehingga tidak ikut dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini tidak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi, namun karena terdapat aitem yang nilai t nya > 1.96 yaitu no 3 (aitem 22) sehingga pada aspek ini yang akan diikut sertakan pada penghitungan uji hipotesis hanya 3 aitem.
3.7.2.4
Uji Validitas alat ukur Forgiveness
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 6.23 , df = 4 , P-value = 0.18255 , RMSEA =
0.060 (gambar
dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif (tabel
71
dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi pada no 1 (aitem 23) , 2 (aitem 24) , 3 (aitem 25) , 5 (aitem 27) , dan 6 (aitem 37). Namun karena kelima aitem tersebut hanya berkorelasi sedikit saja (tidak lebih dari tiga), oleh sebab itu akan tetap diikut sertakan sehingga jumlah aitem pada dimensi ini yang akan diikutkan pada penghitungan uji hipotesis terdapat 6 aitem.
3.7.2.5
Uji Validitas alat ukur God as Judge
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 1.46 , df = 2 , P-value = 0.48088 , RMSEA = 0.000 (gambar dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif. Dengan demikian semua aitem akan diikutsertakan dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini tidak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi, oleh sebab itu semua aitem dimana yang berjumlah 4 aitem pada aspek ini akan tetap diikut sertakan pada penghitungan uji hipotesis.
72
3.7.2.6
Uji Validitas alat ukur Unvengefulness
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 1.14 , df = 1 , P-value = 0.28566 , RMSEA =
0.030 (gambar
dilampirkan).
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Namun pada model ini terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi pada no 2 (aitem 38) , 3 (aitem 39) . Namun karena kedua aitem tersebut hanya berkorelasi satu saja, oleh sebab itu akan tetap diikut sertakan sehingga jumlah aitem pada dimensi ini yang akan dikutkan pada penghitungan uji hipotesis terdapat 4 aitem.
3.7.2.7
Uji Validitas alat ukur Thankfulness
Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model faktor tidak fit, dilakukan modifikasi terhadap model dimana kesalahan pengukuran pada beberapa aitem dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi Square = 0.00 , df = 0 , P-value = 1.00000 , RMSEA = 0.000 (gambar dilampirkan).
73
Selanjutnya melihat muatan faktor dari aitem yang negatif. Dari tabel dapat terlihat pada kolom koefisien tidak terdapat aitem yang muatan negatif. Dengan demikian semua aitem akan diikutsertakan dalam penghitungan faktor skor (tabel dilampirkan).
Aitem yang baik adalah kesalahan pengukurannya tidak berkorelasi satu sama lain. Pada model ini tidak terdapat kesalahan pengukuran yang berkorelasi, oleh sebab itu semua aitem dimana yang berjumlah 3 aitem pada aspek ini akan tetap diikut sertakan pada penghitungan uji hipotesis.
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Pembahasan meliputi dua bagian yaitu analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian.
4.1 Analisis Deskriptif
Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai sampel yang digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini tidak semua populasi yang berada dalam Unit Pelatihan Teknis Terapi & Rehabilitasi yang digunakan sebagai sampel penelitian, dikarenakan karakteristik sampel yang dibutuhkan hanya individu yang telah pulih dari adiksi saja dan berada pada fase akhir program rehabilitasi (Staff addict, Primary dan Re Entry).Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 s/d 23 September 2011. Akan dipaparkan gambaran umum sampel yang dilihat dari latar belakang status pernikahan. Status sampel yang tidak menikah (single dan cerai) ternyata menunjukan persentase yang lebih banyak dibandingkan yang sudah menikah, yaitu 114 orang dari 156 sampel yang digunakan, sedangkan yang sudah menikah 42 orang. Gambaran dapat dilihat pada tabel 4.1
74
75
Tabel 4.1 Gambaran umum sampel berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan
N
Persentase
Tidak Menikah
114orang
73,1 %
Menikah
42 orang
26,9 %
4.2
Uji Hipotesis Penelitian
4.2.1
Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini akan menguji hipotesis penelitian dengan teknis analisis regresi berganda yang perhitungannya dibantu oleh software SPSS 17. Dalam regresi ada 4 hal yang dilihat yaitu : (1) melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan IV terhadap DV; (2) melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV; (3) melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV; (4) kemudian terakhir melakukan pengujian sumbangan dari masing-masing IV terhadap DV. Langkah pertama melihat besaran R square untuk mengetahui berapa persen varians DV yang dijelaskan oleh IV. Adapun hasilnya sebagai berikut :
76
Tabel 4.2 Tabel Rsquare „Dimensi Religiusitas dan status nikah terhadap Makna Hidup‟ Model Summary Std. Error of the Model
2
R
R a
1
0,522
Adjusted R Square 0,273
Estimate
0,233
0,81886274
a. Predictors: (Constant), statusnikah, unvengeful, social, Godjudge, thankful, forgive, general, involve
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa perolehan R2sebesar 0,273 atau 27,3%. Artinya, semua independen variabel memberikan sumbangan terhadap makna hidup sebesar 27,3% , sedangkan 72,7% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Langkah kedua penulis menganalisis pengaruh dari seluruh independen variabel terhadap makna hidup.Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 TABEL ANOVA Model
Sum of Squares
Df
Mean Square
1 Regression
36,984
8
4,623
Residual
98,569
147
0,671
135,552
155
Total
F
Sig. 6,894
a. Predictors: (Constant), statusnikah, unvengeful, social, Godjudge, thankful, forgive, general, involve b. Dependent Variable: meaning
a
0,000
77
Dengan melihat kolom yang paling kanan yaitu kolom sig. pada tabel diatas dapat diketahui bahwa (p< 0,05), maka hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan dari seluruh independen variabel terhadap makna hidup diterima. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari kedelapan IV yaitu general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, thankfulness, dan latar belakang status pernikahan terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
Langkah ketiga adalah melihat signifikannya koefisien regresi dari masing-masing independen variabel. Adapun penyajian tabelnya sebagai berikut :
Tabel 4.4 Tabel Koefisien Regresi
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
Std. Error
(Constant)
0,179
0,127
general
0,120
0,104
social
-0,021
involve
Beta
T
Sig. 1,410
0,161
0,121
1,148
0,253
0,094
-0,018
-0,227
0,821
0,056
0,118
0,057
0,472
0,638
forgive
0,148
0,106
0,133
1,396
0,165
Godjudge
0,017
0,124
0,017
0,140
0,889
unvengeful
0,074
0,091
0,076
0,820
0,414
thankful*
0,238
0,088
0,254
2,694
0,008
-0,244
0,148
-0,116
-1,648
0,102
statusnikah a.
B
Coefficients
Dependent Variable: meaning Ket : * = variabel yang berpengaruh signifikan
78
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6 untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai sig pada kolom yang paling kanan (kolom ke-6), jika p< 0,05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap DV. Dari hasil diatas terdapat koefisien regresi yang signifikan. Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada makna hidup, yaitu :
Makna Hidup=
0,179 + 0,120general– 0,021social + 0,056involve + 0,148forgiveness + 0,017Godjudge + 0,074unvengefulness + 0,238thankfulness– 0,244statusnikah
Untuk penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masingmasing IV adalah sebagai berikut : 1. Variabel general religiosity: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,120 dengan signifikansi 0,253 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel general religiosity secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi general religiositymaka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 2. Variabel social religiosity: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,021 dengan signifikansi 0,821 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel social religiosity secara negatif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi socialreligiositymaka semakin rendah makna hidupnya atau sebaliknya, walaupun secara statistik tidak signifikan. 3. Variabel involve God: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,056
79
dengan signifikansi 0,638 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel involve God secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi involve God maka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 4. Variabel forgiveness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,148 dengan signifikansi 0,165 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel forgiveness secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi forgiveness maka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 5. Variabel God as judge: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,017 dengan signifikansi 0,889 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel God as judge secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi God as judge maka semakin tinggi makna hidupnya, walaupun secara statistik tidak signifikan. 6. Variabel unvengefulness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,074 dengan signifikansi 0,414 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel unvengefulness secara positif mempengaruhi makna hidup. Jadi, semakin tinggi unvengefulness maka semakin tinggi makna hidup, walaupun secara statistik tidak signifikan. 7. Variabel thankfulness: Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,238 dengan signifikansi 0,008 (p< 0,05), yang berarti bahwa variabel thankfulness secara positif mempengaruhi makna hidup signifikan secara statistik. Jadi, semakin tinggi thankfulness maka semakin tinggi makna
80
hidupnya. 8. Variabel demografis (latar belakang status pernikahan): Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,244 dengan signifikansi 0,102 (p> 0,05), yang berarti bahwa variabel demografis (latar belakang status pernikahan) secara negatif mempengaruhi makna hidup tetapi tidak signifikan secara statistik. Pada tabel 4.6 koefisien regresi diatas, dari kedelapan IV hanya terdapat satu variabel yang berpengaruh signifikan secara statistik terhadap DV, yaitu variabel thankfulness dengan beta 0,238; signifikansi 0,008 (p< 0,05). Untuk melihat perbandingan besar kecilnya pengaruh antara tiap IV terhadap DV dapat diketahui dengan dua cara, yaitu dengan melihat nilai signifikansinya (p) dan melihat Standardized coefficients (beta) (Umar, 2011).
4.2.2 Pengujian Sumbanganmasing-masing Independent Variable
Kemudian pengujian pada tahapan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penambahan sumbangan masing-masing IV terhadap makna hidup. Pada tabel 4.7 kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per satu, kolom kedua merupakan penambahan (incremented) varians DV dari tiap IV yang dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung bagi IV yang bersangkutan, kolom DF adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom F tabel adalah kolom mengenai nilai IV pada tabel F dengan DF yang telah ditentukan
81
sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan dibandingkan dengan kolom nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikansi yang akan dituliskan signifikan atau sebaliknya. Besarnya sumbangan IV pada makna hidup dapat dilihat pada tabel 4.5. Selanjutnya, juga akan dilihat besarnya proporsi varians DV yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing IV, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan sumbangan setiap kali IV baru dimasukkan dalam persamaan. Bertambahnya R2 (R2change) ini dapat dilihat pada tabel 4.7 dibawah ini :
Tabel 4.5 Sumbangandari masing-masing Variabel Independen Model Summary Change Statistics 2
2
Model
R
R Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change
1
0,146
0,146
26,267
1
154
0,000
*General
2
0,146
0,001
0,121
1
153
0,728
Social
3
0,176
0,030
5,480
1
152
0,021
*Involve God
4
0,203
0,027
5,128
1
151
0,025
*Forgiveness
5
0,204
0,001
0,205
1
150
0,651
God as judge
6
0,223
0,019
3,598
1
149
0,060 Unvengefulness
7
0,259
0,036
7,274
1
148
0,008
*Thankfulness
8
0,273
0,013
2,716
1
147
0,102
Status nikah
Ket :*= variabel yang signifikan memberikan sumbangan terhadap DV
Keterangan : X1
: General Religiosity (GR)
Predictor
82
X2
: Sosial Religiosity (SR)
X3
: Involved God (IG)
X4
: Forgiveness
X5
: God as Judge (GAJ)
X6
: Unvengefulness
X7
: Thankfulness
X8
: Status pernikahan
Dari tabel diatas dapat disampaikan informasi sebagai berikut : 1.
Variabel General Religiosity memberikan sumbangan sebesar 14,6% dengan signifikansi0,000 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 26,267 dan df = 1;154.
2.
Variabel Social Religiosity memberikan sumbangan sebesar 0,1% dengan signifikansi 0,728 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,121 dan df = 1;153.
3.
Variabel Involve God memberikan sumbangan sebesar 3% dengan signifikansi0,021 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 5,480 dan df = 1;152.
4.
Variabel Forgiveness memberikan sumbangan sebesar 2,7% dengan signifikansi 0,025 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 5,128 dan df = 1;151.
5.
Variabel God as judge memberikan sumbangan sebesar 0,1% dengan signifikansi 0,651 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,205 dan df = 1;150.
83
6.
Variabel Unvengefulness memberikan sumbangan sebesar 1,9 % dengan signifikansi0,060 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 3,598 dan df = 1;149.
7.
Variabel Thankfulness memberikan sumbangan sebesar 3,6% dengan signifikansi0,008 (p< 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F = 7,274 dan df = 1;148.
8.
Variabel status pernikahan memberikan sumbangan sebesar 1,3% dengan signifikansi 0,102 (p> 0,05) dalam varian makna hidup. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F = 0,949 dan df = 2;146. Berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada makna hidup antara yang berstatus menikah dan tidak menikah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat empat variabel dari
kedelapan variabel independen, yaitu general religiosity, involve God, forgiveness, dan thankfulness yang signifikan secara statistik memberikan sumbangan terhadapmakna hidup recovering addictdi BNN. Jika dilihat dari besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV (sumbangan proporsi varian yang diberikan).Dari keempat IV tersebut dapat dilihat mana yang paling besar memberikan sumbangan terhadap DV.Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat nilai R2change-nya, semakin besar maka semakin banyak sumbangan yang diberikan terhadap DV (Umar, 2011). Dari tabel 4.7 diatas diketahui urutan IV yang signifikan memberikan sumbangan terhadap DV dari yang nilai R2change terbesar hingga yang terkecil, sebagai berikut : 1. General religiosity dengan R2change = 0,146
84
2. Thankfulness dengan R2change = 0,036 3. Involve God dengan R2change = 0,030 4. Forgivenessdengan R2change = 0,027
Kemudian dibawah ini dipaparkan hasil analisis keseluruhan dalam bentuk tabel untuk mempermudah melihatnya.
Tabel 4.6 Hasil Keseluruhan Variabel Independen
Pengaruh
Arah pengaruh
1
General religiosity
Tidak signifikan
Positif
2
Social religiosity
Tidak signifikan
Negatif
3
Involve God
Tidak signifikan
Positif
3% Signifikan
4
Forgiveness
Tidak signifikan
Positif
2,7% Signifikan
5
God as judge
Tidak signifikan
Positif
0,1% Tidak signifikan
6
Unvengefulness
Tidak signifikan
Positif
1,9% Tidak signifikan
7
Thankfulness
Signifikan
Positif
3,6% Signifikan
8
Status nikah
Tidak terdapat
Negatif
1,3% Tidak terdapat
No
Besar sumbangan
Sumbangan
14,6% Signifikan 0,1% Tidak signifikan
perbedaan
perbedaan Jumlah
27,3%
85
BAB V
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab lima akan dipaparkan lebih lanjut hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Bab ini terdiri dari tiga bagian yaitu kesimpulan, diskusi dan saran.
5.1
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian dan mendapatkan hasil serta menganalisis hasil-hasil yang didapat, maka pada bab ini akan disimpulkan hasil dari penelitian. Kesimpulan ini merupakan jawaban dari permasalahan penelitian. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini (dimensi religiusitas dan latar belakang status pernikahan) memberikan sumbangan terhadap makna hidup sebesar 27.3%, dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Sehingga kesimpulannya dapat dikatakan sebagai berikut : 1.
Terdapat pengaruh yang signifikan dari dimensi religiusitas (general religiosity, social religiosity, involve God, forgiveness, God as judge, unvengefulness, dan thankfulness) dan status pernikahan terhadap makna hidup recovering addictdi BNN (hipotesis nihil ditolak).
2.
Namun jika dilihat satu persatu pengaruh dari dimensi religius terhadap makna hidup, hanya thankfulness yang berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
85
86
5.2
Diskusi
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, secara keseluruhan menggambarkan bahwa religiusitas berpengaruh signifikan terhadap makna hidup recovering addict. Ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa agama dapat menciptakan sebuah perasaan bermakna dalam hidup seseorang (Steger & Frazier, 2005: 580), begitu juga dengan pendapat Polutzian (dalam Sumanto, 2006) yang mengemukakan bahwa perasaan keagamaan yang matang akan membantu individu memuaskan “keinginan akan makna” dengan mengambil ajaran agama yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Namun sebagai IV (dimensi religiusitas) yang diprediksi memiliki pengaruh yang besar terhadap makna hidup seseorang, hasil tersebut termasuk kecil (R 2=27,3%), mungkin untuk penelitian selanjutnya perlu memperhatikan orientasi tempat yang akan digunakan sebagai tempat penelitian yang kemungkinan mempengaruhi religiusitas pada komunitas tersebut.
Variabel thankfulness adalah satu-satunya IV yang menunjukkan hasil berpengaruh dan juga memberikan sumbangan signifikan terhadap makna hidup recovering
addictdi
BNN.Variabel
Thankfulness
pada
penelitian
ini
menggambarkan perasaan terima kasih kepada Tuhan atas kehidupan yang dijalaninya. Dengan rasa bersyukur atau berterima kasih kepada Tuhan, dapat mengurangi efek stress dan depresi pada kesehatan tubuh (Wood dkk, 2007: 868). Dengan bersyukur juga dapat menyebabkan ketenangan pikiran, kebahagiaan, kesehatan fisik, dan menciptakan kualitas hubungan yang baik dengan orang lain
87
(Emmons & McCullough, 2003: 377). David N. Miller (2009: 14) menyatakan bahwa thankfulness (atau yang biasa disebut dengan gratitude) menggambarkan harapan dan sikap optimis yang merupakan komponen penting dalam psikologi positif. Sehingga bisa disimpulkan saat seseorang (recovering addict) memiliki harapan dan pikiran yang optimis tentang hidupnya, secara tidak langsung akan membantu individu tersebut menyusun kerangka masa depan untuk menemukan makna hidupnya.
Penulis tidak menemukan penelitian sebelumnya yang secara jelas dan berdiri sendiri membahas hubungan antara thankfulnessdengan makna hidup, karena variabel thankfulness padapenelitian ini merupakan IV turunan dari dimensi religiusitas.Namun pada penelitian ini ternyata ditemukan bahwa thankfulnesssecara signifikan mempengaruhimakna hidup recovering addict.Jika dihubungkan dengan sudut pandang islam, thankfulness menggambarkan rasa bersyukur recovering addict karena Allah masih melindunginya dari bahaya narkoba dengan memberi kesempatan hidup untuk berubah jadi lebih baik lagi, tidak seperti rekannya yang telah meninggal meninggal karena OD (overdoses). Bagi mereka yang bersyukur, keberadaan mereka saat ini dianggap sebagai bentuk pertolongan Allah SWT melalui campur tangan manusia, seperti keluarga atau kerabat yang peduli akan keadaan recovering addict. Recovering addict yang mampu mengingat Allah dan tetap bersyukur meskipun dalam keadaan sesulit apapun, adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dan hal tersebut merupakan tujuan hidup dari penciptaan manusia, yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT (QS.Adz-Dzariyat: 56).
88
Kemudian walaupun tidak berpengaruh signifikan, general religiosity memberikan sumbangan yang terbesar diantara IV lainnya terhadap makna hidup recovering addict di BNN.Sedikit gambaran, variabel ini merefleksikan perhatian dan keterlibatan aktif individu dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah (krisis) (Kendler dkk, 2003).Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya dari Steger & Frazier bahwa peran agama dapat berkontribusi sebagai sumber penanganan masalah (coping resources) sehingga
agama
dapat
menciptakan sebuah perasaan bermakna
dalam
hidup(Steger & Frazier, 2005: 580).
Sehingga bisa dikatakan bahwa ketika individu mampu menyelesaikan permasalahan hidupnya dengan menggunakan pendekatan religius seperti meminta pertolongan Tuhan dalam membuat keputusan serta berusaha untuk kembali kepada Tuhan dalam segala situasi termasuk dalam kondisi sesulit apapun, hal tersebut dapat membantu recovering addict menemukan dan meningkatkan makna hidupnya. Sebagai informasi tambahan, dalam Steger & Frazier (2005: 580) beberapa bukti menunjukan bahwa terapi yang berfokus pada religius menunjukkan dampak yang lebih efektif pada penyelesaian masalah klien (McCullough, 1999) dibandingkan dengan pendekatan yang biasa, walaupun masih sedikit terapis yang memandang agama bisa dijadikan sebagai terapi yang sesuai (Bergin & Jensen, 1990).
Begitu juga dengan variabel involve God yang jugamemberikan sumbangan yang signifikan terhadap makna hidup recovering addict di BNN.
89
Sejalan dengan tulisan Metz (2008) bahwa teori supernaturalis memandang makna hidup (meaning in life) harus didasari oleh hubungan tertentu dengan dunia spritual.Jika bagi individu tersebut Tuhan tidak ada atau individu tersebut gagal memiliki hubungan dengan-Nya, supernaturalisme menganggap bahwa kehidupan individu tersebut tidaklah bermakna (meaningless).Karena supernaturalisme percaya bahwa memiliki hubungan dekat dengan Tuhan merupakan hal yang dibutuhkan bagi eksistensi (keberadaan) seseorang. Dapat dikatakan bahwa ketika individu atau recovering addict selalu melibatkan Tuhan dalam kesehariannya dan memiliki
persepsi
bahwa
Tuhan
mencintainya
dan
selalu
mengawasi
kehidupannya sehari-hari, akan membantunya menemukan makna hidup.
Variabel lainnya yang memberikan sumbangan namun ia tidak berpengaruh terhadap makna hidup recovering addict di BNN adalah Forgiveness. Konsep Forgiveness dalam penelitian ini tidak memunculkan istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap sesama individu (Kendler dkk, 2003).Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa forgiveness berhubungan dengan makna hidup individu (Hantman & Cohen, 2010: 613).Sikap memaafkan akan mempengaruhi sepanjang kehidupan individu, memaafkan dapat membantu individu mengenali arti dan tujuan hidupnya (Emmons dalam Cohen, 2006: 2). Pada gambaran proses memaafkan pun berlandaskan bahwa ketika seseorang memaafkan maka akan membantunya memahami dan menemukan makna hidup ketika ia dalam pengalaman yang menyakitkan „meaning in suffering‟ (Frankl, 1959; dalam Cohen, 2006: 27).
90
Selanjutnya, variabel demografis „latar belakang status pernikahan‟ pada penelitian ini ternyata menunjukan hasil tidak terdapat perbedaan makna hidup recovering addictyang berstatus menikah dengan yang tidak menikah (single/ cerai).Bisa dikatakan bahwa terlepas apakah status mereka telah menikah atau tidak (single atau cerai), tidak berpengaruh terhadap kebermaknaan hidup recovering addict.Ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada individu yang berstatus menikah terhadap makna hidupnya (Debats dkk dalam Leath, 1999). Penelitian sebelumnya tersebut dilakukan pada orang biasa (non addict), berbeda dengan keadaan addict, mungkin hal ini terjadi karena pada substance user terjadi co-dependency (kondisi emosi dan perilaku seseorang yang biasa disebut dengan hubungan kecanduan) yang disebabkan karena sikap adiksi terhadap NAZA, sehingga kebanyakan dari mereka mengalami masalah kesehatan dan sosial yang mengakibatkan ketidakberhasilan membangun kepuasan hubungan secara mutualisme dengan orang lain (alcoholrehab.com).
Dalam kasus recovering addict, pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa makna hidup bisa membantu keberhasilan proses pemulihan seseorang (Klinger, 1987 dalam Steger: 9), sehingga menemukanmakna hidup bisa dijadikan pertimbangan sebagai cara membantu recovering addict memaksimalkan proses pemulihan.
Menurut Frankl (1997) masalah adiksi, seperti mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang secara berlebih, serta seks bebas didasari sebagai tindakan
91
individu mencari kesenangan sebagai jalan menghilangkan kesedihan (Marsh dkk, 2003 : 860). Itulah mengapa menurut Steger rendahnya makna hidup seseorang berhubungan dengan penggunaan NAZA, bahkan yang lebih parah lagi bisa mengakibatkan patologi atau bunuh diri.Kesenangan yang mereka dapat dari mengkonsumsi NAZA atau seks bebas hanyalah kesenangan semu sebagai bentuk pelarian dari masalah yang tak mampu dihadapi.Tanpa disadari mereka telah menutupi dan melupakan pentingnya menghayati makna hidupnya dengan perilaku tersebut (the will to pleasure/ sex) (Frankl, 1973 dalam Bastaman, 1996).
5.3 Saran
Tentunya penulis menyadari adanya banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu penulis akan membagi saran yang dapat dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya dengan dependen variabel (DV) yang sama, yaitu mengenai makna hidup (meaning in life). Saran dibagi menjadi 2, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran metodologis
1.
Karena dependen variabel (DV) dalam penelitian ini adalah „makna hidup‟ yang merupakan kualitas penghayatan hidup individu, hal tersebut bersifat luas.
Sehingga
kemungkinan
akan
lebih
komprehensif
dalam
menggambarkan hasil jika menggunakan alat ukur kuantitatif tambahan seperti the Seeking of Noetic Goals test (SONG), the Meaning in Suffering Test (MIST), the Life Purpose Questionnaire (LPQ), dan the Life Attitude
92
Profile Revised (LAP-R) (Melton & Schulenberg, 2008), the Life Regard Index (LRI), Sense of Coherence (SOC), Perceive Opportunities for Rewarding Experience (POREE) (Leath, 1999). Dan akan lebih baik lagi jika dikombinasi dengan metode kualitatif dalam pengukurannya (Debats dkk, 1995). 2.
Dalam penelitian ini masih banyak IV yang diperkirakan mempengaruhi makna hidup namun tidak diikutsertakan dalam penelitian ini, sehingga disarankan untuk mempertimbangkan purpose, value, efficacy, self-worth (Baumeister, 1991 dalam
King,
LA, 2006),
self-improvement
&
understanding (Ebersole, 1998 dalam King, LA, 2006), possitive affect (King, LA, 2006), life satisfaction & self esteem (Steger, 2nd editon of The Human Quest for Meaning) sebagai IV pada penelitian makna hidup selanjutnya. 3.
Untuk penelitian selanjutnya mengenai religiusitas perlu memperhatikan orientasi tempat rehabilitasi yang akan digunakan sebagai tempat penelitian, karena kemungkinan hal tersebut mempengaruhi tingkat religiusitassampel.
5.3.2
1.
Saran praktis
Agar lebih terarah serta lebih maksimal dalam proses pemulihan, hendaknya recovering addict mengetahui pentingnya memiliki tujuan dan menemukan makna dari hidup yang dijalaninya. Serta bagi individu lain (non addict) penting untuk menghayati kehidupan yang sedang dijalani, agar dapat mengetahui makna hidupnya.
93
2.
Bagi para konselor, akan sangat terbantu dalam memberikan pemahaman yang lebih baik jika klien mengetahui makna hidupnya (Steger & Frazier, 2005: 580). Konselor diharapkan merancang intervensi yang dapat membantu klien menemukanmakna dalam hidupnya. Terutama jika kliennya non-religius atau sedang mengalami krisis keraguan dengan religiusitasnya, makna hidup dapat digunakan sebagai salah satu bentuk intervensi.
3.
Bagi para orang tua khususnya ibu dari recovering addict, sudut pandang ibu tentang Tuhan atau religiusitas berpengaruh terhadap sudut pandang anak terhadap hal tersebut (Hertel dkk, 1995). Hal ini bisa membantu anak menjadi pribadi yang lebih religius melalui pendekatan dari ibu.
94
DAFTAR PUSTAKA Adler, N. 1997. Purpose of Life. Research Network on SES & Health. http://www.macses.ucsf.edu/research/psychosocial/purpose.php Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia. (2009). Pencegahan Penyalahgunaan narkoba sejak usia dini. Jakarta: __________ Bastaman, H. D. (1996). Meraih hidup bermakna: kisah pribadi dengan pengalaman tragis. Jakarta: Paramadina. Cohen, H.L. (2006). Narratives of forgiveness among older holocaust survivors: a pilot study. Research proposal. Texas: Hartford Faculty Scholars Program in Geriatric Social Work. Crumbaugh, J.C., Maholick, L.T. (1964). An experimental study in existentialism: the psychometric approach to Frankl‟s concept of noogenic neurosis. Columbus: Georgia. D‟Onofrio, B.M., Murrelle, Lenn, Eaves, L.J., McCullough, M.E., Landis, J.L., Maes, H.H., (1999). Adolescent religiousness and its influence on substance use: preliminary findings from the mid-atlantic school age twin study. Twin Research, 2 156-168. dari www.stockton-press.co.uk/tr Debats, L.D., Drost & Hansen, P. (1995). Experiences of meaning in life: a combined qualitative and quantitative approach. British Journal of psychology, vol. 86. Dunn, M.G., O‟Brien, Karen M. (2009). Psychological health and meaning in life: stress, social support and religious coping in latina/latino immigrants. Hispanic Journal of Behavioral Sciences. dari http://hjb.sagepub.com Emmons, R.A., McCullough, M.E., (2003).Counting blessings versus burdens: an experimental investigation of gratitude and subjective well-being in daily life. Journal of Personality and Social Psychology, 84, No. 2, 377-389. Earnshaw, E.L. (2004). Religious orientation and meaning in life: an exploratory study. MWSC Dept of Psychology Central Methodist College. Fabry, J. (1980). The pursuit of meaning. New York: Harper & Row. Hantman, S., Cohen, O. (2010).Forgiveness in late life. Journal Gerontol Social Work. Oct;53 (7): 613-30. dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20865623
95
Hawari, D. 2002. Dimensi religi dalam praktek psikiatri dan psikologi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI. Hertel, B.R., Donahue, M.J. (1995).Parental influences on God images among children: testing Durkheim‟s metaphoric parallelism. Journalfor the Scientific Study of Religion, 34, 186–199. Hewit, A. J. (2007). After the fire: post traumatic growth in recovery from addictions. Tesis. Inggris: University of Bath. Junaiedi. (2009). Makna hidup pada mantan pecandu napza. Skripsi. Depok: Universitas Gunadarma, Fakultas Psikologi. Kendler, K.S., Gardner, C.O., Prescott, C.A. (1997). Religion, psychopathology, and substance use and abuse: a multimeasure, geneticepidemiologic study. Am J Psychiatry, 154, 322–329. Kendler, K.S., Gardner, C.O., Qing Liu, McCullough, M.E., Larson, D., Prescott, C.A. (2003). Dimensions of religiosity and their relationship to lifetime psychiatric and substance use disorders. Am J Psychiatry, 160, 496-503. King, L.A., Hicks, J.A., Krull, J.L., Del Gaiso, A.K. (2008). Possitive affect and the experience of meaning in life. Journal of Personality and Social Psychology. Columbia: University of Missouri. Koeswara. (1992). Logoterapi psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta: Kanisius. Leath, C. (1999).The experience of meaning in life from a psychological perspective.Junior Paper Psychology Honors Program. dari www.e-a.freehostia.com/cleath/docs/meaning.htm Maddux, J.F., & Desmond, D.P. (1986). Relapse and recovery in substance abuse careers. Dalam Tims, F.M., & Leukefeld, C.G. Research Analysis and Utilization System: Relapse and Recovery in Drug Abuse. Maryland: NIDA Research Monograph Series. Marsh, A., Smith, L., Piek, J., Saunderss, B. (2003). The purpose in life scale: Psychometric properties for social drinkers and drinkers in alcohol treatment. Educational and Psychological Measurement, vol. 63, no. 5, 859-871. Melton, A.M.A., Schulenberg, S.E. (2008).On the measurement of meaning logotherapys empirical contributions to humanistic psychology. The Humanistic Psychologist, 36, 31-44.
96
Metz T. (2002).Recent work on the meaning of life. Ethics, vol. 112, No. 4 (Juli 2002): 781-814. Metz, T. (2008). The meaning of life. The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Fall 2008 ed.), Edward N. Zalta (ed.) dari www.plato.stanford.edu/entries/life-meaning Miller, D.N. (2009). Fostering gratitude. Student service „Principal Leadership‟. dari www.nasponline.org/resources/principals Nashori, F., Diana, R. (2002). Mengembangkan kreatifitas dalam perspektif psikologi islami. Jogjakarta: Menara Kudus. Pargament, K. (1999). Multidimensional measurement of religiousness/ spirituality for use in health research. Fetzer Institute/National Institute on Aging Work Group (ebook). Jalaludin. (2000). Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Seligman, M.E.P. (1998). Building human strength: Psychology‟s forgotten mission. APA Monitor, 29, (1) Januari. Steger, M.F. _______ Experience Meaning in Life: Optimal Function at The Nexus of Well-Being, Psychopathology, and Spirituality (The Human Quest for Meaning 2nd edition). Colorado State University. Steger, M.F., Frazier, Patricia. (2005). Meaning in life: One link in the chain from religiousness to well-being. Journal of Counceling Psychology, vol. 52, No. 4, 574-582. Substance Use and Marriage. Diambil tanggal 8 November 2011. dari www.alcoholrehab.com/alcohol-rehab/substance-abuse-and-marriage/ Sumanto. (Desember 2006). Kajian Psikologis Kebermaknaan Hidup. Buletin Psikologi vol.14, no.2. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Teori Vicktor Emil Frankl ebook (hal. 1 – 4) Thouless, R. (1995). Pengantar psikologi agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Wood, A.M., Maltby, J., Gillett, R., Linley, P.A., Joseph, S. (2007). The role of gratitude in the development of social support, stress, and depression: Two longitudinal studies. Journal of Research in Personality, 42 (2008), 854871.
97
Wesson, D.R., Havassy, B.E., & Smith, D.E. (1986). Theories of relapse and recovery and their implications for drug abuse treatment. Dalam Tims, F.M., & Leukefeld, C.G., Research Analysis and Utilization System: Relapse and Recovery in Drug Abuse. Maryland: NIDA Research Monograph Series.
FAKULTAS PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDYATULLAH JAKARTA
Assalam mu’alaikum Wr,Wb. Saya adalah Mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Jakarta, yang sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir. Oleh karena itu, saya mengharapkan kesediaan anda menjadi responden dalam penelitian ini dengan mengisi kuisioner. Dalam kuisioner ini terdiri atas beberapa pernyataan, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Informasi yang anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian saya dan akan dijamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan bantuannya, saya ucapkan banyak Terima Kasih.
Wassalam mu’alaikum Wr,Wb. Hormat saya,
Larastika NIM. 107070003688
DATA DIRI (wajib diisi) Nama (inisial)
: ___________________________
Usia
: ________ tahun
Pendidikan terakhir * : 1. SD 2. SMP Status Pernikahan *
3. SMA 4. Perguruan tinggi
: 1. Single 2. Menikah 3. Cerai
Fase saat ini
: ___________________________
(*) lingkari salah satu nomor yang mewakili status anda
Petunjuk Pengerjaan ! 1
Bacalah dengan seksama setiap pernyataan, lalu berilah tanda checklist ( √ ) pada jawaban yang paling mewakili keadaan anda saat ini.. SS : Sangat Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh: No. 1.
No.
Pernyataan
SS
S
TS
STS
Saya menyukai olahraga
Pernyataan
SS
1
Saya berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan perintahkan
2
Saya memohon petunjuk kepada Tuhan dalam membuat setiap keputusan
3
Saya menemukan kekuatan dan kenyamanan dalam agama yang saya yakini
4
Tanpa Tuhan, hidup saya tanpa tujuan
5
Setiap hari saya berdoa kepada Tuhan
6
Keyakinan kepada Tuhan membentuk bagaimana saya berpikir dan bertindak setiap hari
7
Keyakinan pada Tuhan membantu saya melalui kesulitan
8
Dalam menjalani masa sulit, saya menemukan pembelajaran dari Tuhan
9
Saat menghadapi situasi sulit, agama membantu saya memahami situasi tersebut
10
Keyakinan saya pada agama berpengaruh terhadap kehidupan seharihari
11
Saya berusaha untuk menjadi seseorang yang taat beragama
12
Saya berusaha mengakui kesalahan dan meminta ampun pada Tuhan atas apa yang telah saya lakukan
13
Saya percaya bahwa agama dapat memberikan arahan hidup
14
Kebanyakan teman saya adalah orang yang religius
15
Bertukar pikiran tentang agama merupakan hal yang penting bagi saya
16
Beribadah dan berdoa bersama merupakan hal yang menyenangkan bagi saya.
17
Saya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di tempat ibadah
18
Saya percaya bahwa merokok adalah suatu perbuatan berdosa
19
Saya percaya bahwa meminum alkohol dan menggunakan Napza/Narkoba adalah suatu perbuatan berdosa
20
Saya percaya Tuhan akan mengabulkan doa-doa hambanya
21
Saya meyakini Tuhan mencintai diri saya apa adanya 2
S
TS
STS
22
Saya yakin setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
23
Saya memaafkan orang lain
24
Meskipun sulit, saya akan berusaha untuk memaafkan orang lain yang telah menyakiti perasaan saya.
25
Saya memaafkan diri sendiri
26
Saya berusaha hidup dengan berpedoman “menyayangi dan mencintai orang lain sebagaimana saya menyayangi dan mencintai diri sendiri”
27
Agama mengajarkan saya untuk saling tolong-menolong, saling mengasihi, dan mencintai, serta saling memaafkan
28
Saya percaya bahwa Tuhan sangat tegas dan adil.
29
Saya percaya Tuhan mempunyai banyak peraturan yang dapat membantu kelangsungan hidup hambanya.
30
Saya percaya bahwa kitab suci adalah kalimat dari Tuhan.
31
Saya percaya Tuhan akan memberikan balasan yang adil
32
Jika saya melakukan banyak kesalahan Tuhan akan berhenti mencintai saya
33
Saya bersyukur atas apa yang telah saya terima dalam hidup ini
34
Tuhan meninggalkan saya dalam masa-masa sulit yang saya hadapi
35
Saat bertemu masalah saya merasa mampu menyelesaikannya sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan
36
Saya ragu apakah Tuhan benar-benar ada
37
Saya merasa di dunia ini semua nya palsu (tidak ada rasa kepedulian, perhatian, rasa kasih sayang, dan saling memaafkan)
38
Ketika seseorang menyakiti perasaan saya, saya akan membalasnya dengan cara apapun
39
Saya tidak melihat banyak hal yang bisa saya syukuri dalam kehidupan ini.
40
Saya marah pada Tuhan karena membiarkan hal buruk terjadi pada diri saya
41
Saya adalah satu-satunya orang yang pantas mendapatkan ucapan terima kasih atas apa yang telah saya capai
No
Pernyataan
SS
1
Saya menjalani hidup ini dengan bersemangat.
2
Bagi saya hidup ini tampak sangat menarik.
3
Saat masalah yang saya hadapi tidak kunjung selesai, ingin rasanya segera mengakhiri hidup ini.
4
Kehidupan saya tidak bermakna dan tidak memiliki tujuan.
5
Keseharian saya hanya melakukan hal yang itu-itu saja.
6
Jika saya pensiun, saya akan tetap mengerjakan berbagai hal menarik sesuai keinginan saya. 3
S
TS
STS
7
Masih terdapat banyak hal yang ingin saya lakukan untuk memperbaiki hidup, sehingga saya berharap diberi umur panjang.
8
Dalam mencapai tujuan-tujuan hidup, perlahan-lahan saya mampu memenuhi tanggung jawab dan memiliki kemajuan.
9
Kesalahan di masa lalu membuat saya merasa tidak pantas menjalani kehidupan ini.
10
Saya merasa menyesal telah dilahirkan.
11
Jika dunia dikaitkan dengan hidup, dunia ini bermakna bagi hidup saya.
12
Saya termasuk orang yang tidak bertanggung jawab.
13
Saya percaya bahwa manusia bebas untuk membuat semua pilihan hidupnya sendiri.
14
Saya merasa tidak siap jika harus meninggal hari ini.
15
Saya pernah terpikir untuk melakukan bunuh diri.
16
Saya mampu menemukan makna, tujuan dari kehidupan ini.
17
Hidup saya dikendalikan oleh faktor luar (orang lain/peraturan).
18
Saya menghadapi cobaan hidup sebagai pengalaman yang menyakitkan dan membosankan.
19
Saya takut jika mati sekarang karena masih banyak kesalahan yang belum saya perbaiki
20
Saya telah menemukan tujuan dan maksud hidup yang pasti.
21
Kehadiran saya pantas diterima kembali ditengah-tengah keluarga (lingkungan) saya setelah saya melakukan salah yang besar terhadap mereka.
22
Sebesar apapun masalah yang menimpa hidup, saya tidak ingin mengakhiri hidup ini dengan cara bunuh diri.
23
Dibalik semua kesalahan di masa lalu, saat ini saya sudah berusaha sebaik mungkin menjadi lebih baik sehingga saya siap jika kapanpun Tuhan akan memanggil saya.
Terima Kasih
4
DATE: 11/25/2011 TIME: 4:13 L I S R E L
8.70
BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)6752140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com The following lines were read from file D:\PROPOSAL-SKRIPSI\Hasil SPSS\MH\MH bismillah jadi satu\SYNTAX MHbismillah.LS8: UJI VALIDITAS CFA MH DA NI=23 NO=156 MA=KM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 KM SY FI=MHbismillah.cor MO NX=23 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY,FI LK MH FR LX 1 - LX 23 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 TD 10 10 FR TD 11 11 TD 12 12 TD 13 13 TD 14 14 TD 15 15 TD 16 16 TD 17 17 TD 18 18 TD 19 19 TD 20 20 TD 21 21 TD 22 22 TD 23 23 fr td 19 14 td 23 8 td 2 1 td 15 3 td 21 4 td 22 18 td 20 16 td 20 13 td 20 1 td 13 5 fr td 22 10 td 17 4 td 11 4 td 18 4 td 15 5 td 19 5 td 21 1 td 14 1 td 22 4 td 21 17 td 18 14 fr td 12 9 td 17 6 td 21 20 td 23 9 td 15 12 td 10 3 td 16 3 td 7 3 td 8 3 td 17 5 td 17 9 fr td 16 4 td 16 2 td 16 10 td 16 13 td 16 11 td 7 6 td 21 16 td 20 6 td 20 8 td 17 1 td 22 4 fr td 22 14 td 13 11 td 11 5 td 20 10 td 20 15 td 10 8 td 13 10 td 17 8 td 17 11 td 19 1 fr td 20 4 td 23 6 td 8 4 td 9 8 td 21 8 td 13 6 td 14 8 td 19 8 td 23 14 td 3 2 td 17 15
fr td 19 10 td 23 19 td 22 13 td 6 2 td 23 17 td 18 17 td 18 5 td 22 7 td 22 15 td 15 10 fr td 22 20 td 5 1 td 16 6 td 19 7 td 18 7 td 19 6 td 18 6 td 12 10 td 16 12 td 7 4 td 7 5 fr td 17 7 td 9 7 td 10 7 PD OU ad=off TV SS MI UJI VALIDITAS CFA MH Number Number Number Number Number Number
of of of of of of
Input Variables 23 Y - Variables 0 X - Variables 23 ETA - Variables 0 KSI - Variables 1 Observations 156
UJI VALIDITAS CFA MH Correlation Matrix X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
1.00 0.70 0.26 0.52 0.34 0.29
1.00 0.36 0.51 0.42 0.39
1.00 0.59 0.43 0.17
1.00 0.64 0.36
1.00 0.27
0.54
0.51
0.16
0.46
0.23
0.04
-0.08
0.14
-0.02
0.05
0.38
0.34
0.45
0.69
0.46
0.33
0.40
0.58
0.64
0.42
0.33
0.37
0.31
0.24
0.11
0.36
0.25
0.31
0.52
0.37
0.02
0.07
0.14
0.10
-0.16
0.17
-0.04
0.14
0.15
0.13
0.34
0.25
0.61
0.43
0.21
0.26
0.16
0.33
0.13
0.29
0.30
0.20
0.27
0.26
0.42
0.35
0.35
0.32
0.44
0.51
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5 X6 1.00 X7 0.41 X8 -0.08 X9 0.30 X10 0.24 X11 0.26 X12 0.17 X13 0.21 X14 -0.07 X15 0.06 X16 0.11 X17 -0.01 X18 0.10
X19
0.07
-0.05
0.08
0.10
-0.02
X20
0.41
0.22
0.13
0.11
0.14
X21
0.45
0.27
0.20
0.11
0.19
X22
0.28
0.35
0.33
0.31
0.20
X23
0.04
-0.07
0.10
0.09
0.10
0.01 0.20 0.26 0.21 0.07 Correlation Matrix X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
1.00 -0.05 0.38 0.36 0.41 0.33
1.00 0.14 -0.12 0.07 0.18
1.00 0.52 0.36 0.54
1.00 0.26 0.46
1.00 0.19
0.14
-0.10
0.12
0.03
0.37
-0.01
0.77
0.15
0.00
0.01
0.21
0.11
0.29
0.47
0.30
0.29
0.03
0.27
0.08
0.39
0.11
0.15
0.46
0.24
0.07
0.13
0.07
0.34
0.36
0.14
0.05
0.76
0.10
-0.06
0.02
0.20
0.11
0.10
0.00
0.29
0.41
0.06
0.19
0.29
0.35
0.43
-0.03
0.30
0.53
0.30
-0.02
0.73
0.04
-0.06
0.06
X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
1.00 -0.22 0.07
1.00 0.25
1.00
X12 -------X7 X8 X9 X10 X11 X12 1.00 X13 0.06 X14 0.34 X15 0.36 X16 0.13 X17 0.32 X18 0.36 X19 0.24 X20 0.09 X21 0.16 X22 0.18 X23 0.27
Correlation Matrix X18 -------X13 X14 X15
X16 X17 X18
-0.01 -0.01 -0.11
0.02 0.23 0.34
0.16 0.33 0.32
1.00 0.19 0.21
1.00 0.44
X19
-0.11
0.84
0.13
-0.01
0.17
X20
0.34
-0.02
0.25
0.42
0.09
X21
0.20
-0.10
0.18
0.31
-0.02
X22
0.29
-0.15
0.34
0.27
0.05
X23
-0.09
0.75
0.17
0.08
0.08
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
1.00 0.40 0.27 0.04
1.00 0.34 0.01
1.00 -0.05
1.00
1.00 0.15 0.17 0.09 -0.07 0.11 Correlation Matrix
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------1.00 -0.02 -0.07 -0.09 0.77
UJI VALIDITAS CFA MH Parameter Specifications LAMBDA-X
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22
MH -------1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
X23
23 THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
24 25 0 0 30 0
26 27 0 0 32
28 0 0 0
29 0 0
31 0
0
0
34
35
36
0
0
39
40
0
0
0
0
0
0
0
0
45
0
0
0
0
0
49
50
0
0
0
0
0
0
0
0
0
55
60
0
0
0
0
0
0
63
0
64
0
68
69
70
0
77
0
0
78
79
0
0
0
87
88
94
0
0
0
95
102
0
0
103
0
111
0
0
112
0
0
0
0
118
0
0
0
0
0
0
X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5 X6 33 X7 37 X8 0 X9 0 X10 0 X11 0 X12 0 X13 56 X14 0 X15 0 X16 71 X17 80 X18 89 X19 96 X20 104 X21 0 X22 0 X23 127
THETA-DELTA X12 --------
X7 X8 X9 X10 X11 X12
38 0 42 46 0 0
41 43 47 0 0
44 0 0 52
48 0 53
51 0
X13
0
0
0
57
58
X14
0
61
0
0
0
X15
0
0
0
65
0
X16
0
0
0
72
73
X17
81
82
83
0
84
X18
90
0
0
0
0
X19
97
98
0
99
0
X20
0
105
0
106
0
X21
0
113
0
0
0
X22
119
0
0
120
0
X23
0
128
129
0
0
X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
59 0 0 75 0 0
62 0 0 0 91
67 0 85 0
76 0 0
86 92
0
100
0
0
0
107
0
108
109
0
0
0
0
114
115
121
122
123
0
0
0
130
0
0
131
54 0 0 66 74 0 0 0 0 0 0 0 THETA-DELTA X18 -------X13 X14 X15 X16 X17 X18 93 X19 0 X20 0 X21 0 X22 124 X23 0
THETA-DELTA
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------101 0 0 0 132
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
110 116 125 0
117 0 0
126 0
133
UJI VALIDITAS CFA MH Number of Iterations = 42 LISREL Estimates (Maximum Likelihood) LAMBDA-X
X1
MH -------0.60 (0.07) 8.32
X2
0.60 (0.07) 8.46
X3
0.60 (0.07) 8.64
X4
0.95 (0.06) 15.67
X5
0.65 (0.07) 9.26
X6
0.42 (0.08) 5.56
X7
0.74 (0.08) 9.38
X8
0.05 (0.08) 0.62
X9
0.69 (0.07)
9.96 X10
0.66 (0.07) 9.54
X11
0.50 (0.08) 6.41
X12
0.52 (0.07) 7.26
X13
0.15 (0.07) 1.98
X14
0.12 (0.07) 1.63
X15
0.43 (0.07) 5.96
X16
0.42 (0.08) 5.32
X17
0.40 (0.09) 4.69
X18
0.51 (0.08) 6.47
X19
0.08 (0.07) 1.05
X20
0.28 (0.08) 3.52
X21
0.43 (0.08) 5.49
X22
0.45 (0.08) 5.45
X23
0.10 (0.07) 1.36
PHI MH -------1.00
THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
X6 -------X1
0.68 (0.06) 10.71
X2
0.37 (0.04) 8.46
0.66 (0.07) 9.66
X3
- -
0.09 (0.03) 2.80
0.63 (0.06) 9.81
X4
- -
- -
- -
0.08 (0.04) 2.20
X5
-0.05 (0.03) -1.71
- -
- -
- -
0.58 (0.06) 9.58
X6
- -
0.13
- -
- -
- -
-0.23
-0.21
-0.24
(0.04)
(0.05)
(0.05)
-5.25
-3.93
-4.48
0.83 (0.04) (0.09) 2.97 8.98 X7
- -
- -
0.08 (0.05) 1.56
X8
- -
- -
0.07
-0.07
(0.03) 2.46
(0.03) -2.74
- -
- -
X9
- -
- -
- -
- -
- -
X10
- -
- -
0.13
- -
- -
-0.20
-0.21
(0.04) -5.19
(0.05) -4.11
- -
- (0.04) 3.45 X11
- -
- -
- -
- -
X12
- -
- -
- -
- -
- -
X13
- -
- -
- -
- -
-0.21
- -
0.09 (0.05) (0.06) -4.54 1.53 X14
0.12
- -
- -
- -
- -
- -
0.32
- -
-0.08
- (0.02) 4.80 X15
- -
- (0.05) 6.97 X16
- -
(0.04) -2.18
-0.13
0.11
-0.25
- -
(0.04)
(0.05)
(0.04)
-3.27
2.21
-6.56
- -
- -
-0.15
0.13
(0.04)
(0.05)
(0.06)
1.51
-3.16
2.24
-0.10
0.11
-0.08 (0.05) -1.49 X17
0.06
-0.15 (0.05) -2.85 X18 -0.10
- -
- -
- -
(0.04)
(0.05)
-2.67
2.31
- -
-0.12
(0.05) -1.88 X19
0.03
- -
- -
0.08 (0.03)
(0.03)
1.22
-4.43
(0.03) 2.42 X20
0.19
- -
- -
-0.09
- -
0.07 (0.04)
(0.04)
4.37
-2.57
(0.05) 1.20 X21
0.21
- -
- -
-0.24
- -
- (0.05) 4.28 X22
- -
(0.04) -6.04 - -
- -
-0.06
- -
- (0.03) -1.89 X23
- -
- -
- -
- -
- -
X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
0.15 (0.04) 3.54
THETA-DELTA X12 -------X7
0.44 (0.08) 5.54
X8
- -
0.96 (0.10) 9.87
X9
-0.10 (0.04) -2.30
0.09 (0.03) 3.04
0.53 (0.06) 9.30
X10
-0.11 (0.05) -2.31
-0.11 (0.03) -3.61
- -
0.57 (0.06) 9.60
X11
- -
- -
- -
- -
0.76 (0.09) 8.64
X12
- -
- -
0.18
0.08
- -
(0.04)
(0.04)
4.32
2.16
- -
-0.05
0.26
(0.05) -1.03
(0.07) 3.99
- -
- -
- -
- -
0.13
- -
0.73 (0.08) 9.20 X13
- -
- -
- -
X14
- -
0.70
- (0.09) 8.10 X15
- -
- -
0.13 (0.05) (0.04) 2.84 2.82 X16
- -
- -
- -
-0.20
0.13
(0.05)
(0.05)
-4.00
2.33
- -
-0.12
-0.07 (0.05) -1.46 X17
-0.15
0.02
0.15
(0.06) -2.71
(0.04) 0.62
(0.05) 3.04
-0.26
- -
- -
- -
- -
0.10
0.72
- -
-0.02
- -
(0.03) 3.69
(0.09) 8.03
- -
X18
(0.05) -2.34
- (0.05) -4.90 X19 - (0.02) -1.05
X20
- -
0.14
- -
-0.17
- -
- (0.04) 3.70 X21
- -
0.13
(0.05) -3.25 - -
- -
- -
- -
0.27
- -
- (0.04) 3.40 X22
0.09
- -
- (0.06) 1.69 X23
- -
(0.05) 4.98 0.69
-0.10
- -
- -
(0.09) 7.51
(0.03) -3.07
X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
- -
THETA-DELTA X18 -------X13
0.95 (0.10) 9.19
X14
- -
0.92 (0.10) 9.57
X15
- -
- -
0.81 (0.08) 9.74
X16
-0.16 (0.06) -2.72
- -
- -
0.84 (0.09) 9.23
X17
- -
- -
0.15 (0.05) 3.14
- -
0.81 (0.09) 8.77
X18
- -
0.18
- -
- -
0.14
0.70 (0.03)
(0.05)
5.57
2.67
(0.08) 8.31
X19
- -
0.78
- -
- -
- -
0.17
0.28
- -
(0.05) 3.54
(0.06) 4.55
- -
0.14
-0.10
(0.05) 2.81
(0.05) -1.92
- -
- -
- -
-0.08
- (0.09) 8.39 X20
0.25
- -
- (0.06) 3.98 X21
- -
- -
- -
X22
0.16
-0.06
0.19
(0.06)
(0.03)
(0.05)
2.73
-2.30
3.61
- -
0.73
- -
-0.27 (0.05) -5.11 X23 - (0.09) 7.93
(0.04) -2.19
THETA-DELTA X20 --------
X19
X19 -------0.98 (0.11) 9.32
X21 --------
X22 --------
X20
- -
0.90 (0.10) 9.48
X21
- -
0.25 (0.06) 4.00
0.81 (0.09) 8.95
X22
- -
0.12 (0.06) 2.18
- -
0.82 (0.09) 8.85
X23
0.77 (0.10) 7.95
- -
- -
- -
X23 --------
1.01 (0.11) 9.12
Squared Multiple Correlations for X - Variables X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
0.35
0.35
0.37
0.92
0.42
X6 -------0.17 Squared Multiple Correlations for X - Variables X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
0.56
0.00
0.47
0.44
0.24
X12 -------0.27 Squared Multiple Correlations for X - Variables X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
0.02
0.01
0.19
0.18
0.17
X18 -------0.27 Squared Multiple Correlations for X - Variables X19 -------0.01
X20 -------0.08
X21 -------0.18
X22 -------0.20
X23 -------0.01
Goodness of Fit Statistics Degrees of Freedom = 143 Minimum Fit Function Chi-Square = 176.67 (P = 0.029) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 171.82 (P = 0.050) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 28.82 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 65.93) Minimum Fit Function Value = 1.14 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.19 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.43) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.036 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.055) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.88 Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 2.82
90 Percent Confidence Interval for ECVI = (2.64 ; 3.06) ECVI for Saturated Model = 3.56 ECVI for Independence Model = 22.67 Chi-Square for Independence Model with 253 Degrees of Freedom = 3468.18 Independence AIC = 3514.18 Model AIC = 437.82 Saturated AIC = 552.00 Independence CAIC = 3607.32 Model CAIC = 976.46 Saturated CAIC = 1669.76 Normed Fit Index (NFI) = 0.95 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.98 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.54 Comparative Fit Index (CFI) = 0.99 Incremental Fit Index (IFI) = 0.99 Relative Fit Index (RFI) = 0.91 Critical N (CN) = 163.53
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.070 Standardized RMR = 0.071 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.91 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.83 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47 UJI VALIDITAS CFA MH Modification Indices and Expected Change No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X No Non-Zero Modification Indices for PHI Modification Indices for THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
- - 2.57 0.17 - 0.41
- - 1.09 1.17 - -
- 0.19 0.20 0.27
- 0.04 0.00
- 0.02
0.53
0.12
- -
- -
- -
2.00
0.48
- -
- -
0.08
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5 X6 - X7 - X8 0.05
X9
0.05
0.76
0.27
0.00
0.40
X10
1.04
0.59
- -
0.13
0.13
X11
0.41
2.32
0.45
- -
- -
X12
0.69
1.32
0.01
0.03
0.00
X13
0.97
0.02
1.24
0.00
- -
X14
- -
0.77
0.62
0.05
0.07
X15
1.56
0.16
- -
0.18
- -
X16
0.08
- -
- -
- -
0.10
X17
- -
1.41
0.13
- -
- -
X18
0.33
1.61
0.38
- -
- -
X19
- -
0.31
0.00
0.23
- -
X20
- -
0.56
0.15
- -
0.06
X21
- -
0.57
0.14
- -
0.28
X22
0.24
1.94
0.07
- -
2.35
X23
0.27
0.53
0.01
0.26
0.04
0.35 0.17 0.00 0.02 - 0.00 0.82 - - - - - 0.38 0.24 - Modification Indices for THETA-DELTA X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
- 0.00 - - 0.13 0.03
- - - 0.01 0.19
- 0.91 0.26 - -
- 1.12 - -
- 1.57
0.01
0.81
0.86
- -
- -
0.15
- -
0.01
0.59
0.48
2.69
0.63
0.08
- -
3.77
0.16
0.02
0.07
- -
- -
- -
- -
- -
0.23
- -
- -
0.00
1.43
0.64
1.53
X12 -------X7 X8 X9 X10 X11 X12 - X13 0.03 X14 2.67 X15 - X16 - X17 1.79 X18 0.15
X19
- -
- -
0.09
- -
0.06
X20
0.45
- -
1.08
- -
1.34
X21
0.58
- -
1.67
0.14
2.07
X22
- -
0.80
0.39
- -
0.21
X23
0.17
- -
- -
1.81
0.13
0.19 0.04 0.23 0.02 1.02 Modification Indices for THETA-DELTA X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
- 1.82 0.92 - 0.05 2.25
- 1.30 0.43 0.80 - -
- 0.94 - 0.10
- 0.18 0.13
- - -
0.07
- -
0.59
0.68
0.06
- -
0.11
- -
- -
0.08
1.12
0.75
0.01
- -
- -
- -
- -
- -
2.39
0.44
0.26
- -
0.15
0.45
- -
X18 -------X13 X14 X15 X16 X17 X18 - X19 1.94 X20 1.88 X21 0.92 X22 - X23 0.45
Modification Indices for THETA-DELTA
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------- 0.26 0.40 0.29 - -
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
- - - 0.06
- 0.87 1.60
- 0.10
- -
Expected Change for THETA-DELTA X1
X2
X3
X4
X5
--------
--------
--------
--------
--------
- - -0.05 0.01 - -
- - -0.03 0.04
- 0.01 0.02
- -0.01
- -
X6 -------X1 X2 X3 X4 X5
X6
0.03
- -
-0.02
0.00
-0.01
X7
0.03
0.01
- -
- -
- -
X8
0.04
-0.02
- -
- -
-0.01
X9
0.01
-0.03
0.02
0.00
0.02
X10
-0.03
0.02
- -
0.01
-0.01
X11
-0.02
0.06
-0.03
- -
- -
X12
0.03
-0.04
0.01
-0.01
0.00
X13
-0.04
-0.01
0.05
0.00
- -
X14
- -
-0.02
0.02
0.00
-0.01
X15
0.04
-0.02
- -
0.02
- -
X16
-0.01
- -
- -
- -
-0.02
X17
- -
-0.06
0.02
- -
- -
X18
0.02
0.05
-0.02
- -
- -
X19
- -
0.02
0.00
0.01
- -
X20
- -
0.04
-0.02
- -
-0.01
X21
- -
-0.04
0.02
- -
-0.03
X22
-0.02
0.05
0.01
- -
-0.07
X23
-0.02
-0.02
0.00
0.01
0.01
- - -0.01 0.03 -0.02 0.00 -0.01 - 0.00 -0.05 - - - - - 0.03 0.03 - Expected Change for THETA-DELTA X7
X8
X9
X10
X11
--------
--------
--------
--------
--------
- 0.00 - - -0.02 0.01
- - - 0.00 -0.02
- 0.03 0.02 - -
- -0.05 - -
- -0.07
0.01
-0.03
0.03
- -
- -
-0.01
- -
0.00
-0.02
0.02
-0.09
-0.03
-0.01
- -
0.09
X12 -------X7 X8 X9 X10 X11 X12 - X13 0.01 X14 0.04 X15 - -
X16
-0.02
0.01
0.01
- -
- -
X17
- -
- -
- -
-0.02
- -
X18
- -
0.00
-0.05
0.03
-0.06
X19
- -
- -
-0.01
- -
-0.01
X20
-0.03
- -
-0.04
- -
0.06
X21
0.04
- -
-0.06
0.02
0.08
X22
- -
0.03
-0.02
- -
-0.02
X23
-0.01
- -
- -
-0.04
0.01
- 0.07 0.02 -0.01 -0.01 -0.02 -0.01 0.04 Expected Change for THETA-DELTA X13
X14
X15
X16
X17
--------
--------
--------
--------
--------
- -0.03 -0.05 - 0.01 -0.07
- 0.03 -0.02 0.03 - -
- -0.05 - -0.01
- 0.02 0.02
- - -
0.01
- -
-0.02
-0.02
0.01
- -
-0.01
- -
- -
0.02
0.05
-0.03
0.00
- -
- -
- -
- -
- -
0.09
-0.03
0.02
- -
0.01
0.02
- -
X18 -------X13 X14 X15 X16 X17 X18 - X19 0.05 X20 0.06 X21 -0.04 X22 - X23 -0.02
Expected Change for THETA-DELTA
X19 X20 X21 X22 X23
X19 -------- 0.01 -0.02 -0.02 - -
X20 --------
X21 --------
X22 --------
X23 --------
- - - -0.01
- 0.04 0.05
- 0.01
- -
Maximum Modification Index is THETA-DELTA UJI VALIDITAS CFA MH
3.77 for Element (15,11) of
Standardized Solution LAMBDA-X MH -------0.60 0.60 0.60 0.95 0.65 0.42 0.74 0.05 0.69 0.66 0.50 0.52 0.15 0.12 0.43 0.42 0.40 0.51 0.08 0.28 0.43 0.45 0.10
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19 X20 X21 X22 X23 PHI
MH -------1.00 Time used:
0.296 Seconds
Dimensi Religiusitas 1. Analisis Konfirmatorik dari faktor General Religiosity
No
1
Koef
Eror
T
Sig
1
1
0.67
0.07
9.40
V
2
2
0.84
0.07
12.46
V
3
3
0.56
0.07
7.52
V
4
4
0.78
0.07
11.67
V
5
5
0.76
0.07
10.45
V
6
6
0.75
0.07
10.75
V
7
7
0.76
0.07
11.23
V
8
8
0.79
0.07
10.72
V
9
9
0.69
0.07
9.51
V
10
10
0.57
0.07
7.74
V
11
11
0.55
0.08
7.19
V
12
35
0.57
0.11
5.01
V
13
13
0.91
0.07
13.50
V
14
35
-0.10
0.08
-1.22
X
2
3
4
V
V
V
V
5
6
7
8
9
10
11
12
V
V
13
14
1 2
V
3
V
4
V
V
5 6
V
7
V
V
V
8
V
9
V
10
V
V
V V
V
13
V V V
9
V
V V
V V
V
6
V V
V
V
14 5
V V
V
8
V
V V
11 12
V
V
V
V
8
9
7
V
V
V
V
V
7
V
V
V
V
V
9
8
7
10
7
8
Analisis Konfirmatorik dari faktor General Religiosity (setelah aitem 12 dan 35 di drop)
2. Analisis Konfirmatorik dari faktor Social Religiosity
No
Koef
Eror
T
Sig
1
1
14
0.71
0.08
8.66
V
2
15
0.39
0.08
4.77
V
3
16
0.39
0.08
4.84
V
4
17
0.87
0.08
11.31
V
4
5
18
0.69
0.08
8.36
V
5
6
19
0.13
0.08
1.55
X
6
2
1 2 3
V
V
3. Analisis Konfirmatorik dari faktor Involve God
V
3
4
5
6
No
Koef
Eror
T
Sig
1
1
20
0.84
0.09
9.59
V
1
2
21
0.96
0.09
10.74
V
2
3
22
-0.16
0.08
-1.95
X
3
4
36
0.35
0.08
4.29
V
4
2
3
4
4. Analisis Konfirmatorik dari faktor Forgiveness
No
Koef
Eror
T
Sig
1
2
V
V
1
23
0.34
0.08
4.04
V
1
2
24
0.95
0.09
10.20
V
2
3
25
0.88
0.08
11.39
V
3
4
26
0.72
0.07
9.56
V
4
5
27
0.31
0.07
4.20
V
5
V
6
37
0.65
0.08
8.23
V
6
V
V
3
4
5
6
5. Analisis Konfirmatorik dari faktor God as Judge
1
No
Koef
Eror
T
Sig
1
0.64
0.08
8.05
V
1
2
0.89
0.08
11.68
V
2
3
0.56
0.08
6.90
V
3
4
0.63
0.08
7.97
V
4
2
6. Analisis Konfirmatorik dari faktor Unvengefulness
3
4
No
Koef
Eror
T
Sig
1
1
32
0.94
0.12
8.12
V
1
2
38
0.49
0.09
5.36
V
2
3
39
0.48
0.09
5.22
V
3
4
41
0.53
0.09
5.68
V
4
2
3
4
V
7. Analisis Konfirmatorik dari faktor Thankfulness
No
Koef
Eror
T
Sig
1
0.80
0.09
8.96
V
1
2
0.87
0.09
9.65
V
2
3
0.47
0.08
5.61
V
1
3
2
3
Makna Hidup (meaning in life) Analisis Konfirmatorik dari Makna Hidup (meaning in life)
Muatan faktor aitem Makna Hidup No
Koefisien
Standar Eror
Nilai t
Sig
1
0.60
0.07
8.32
V
2
0.60
0.07
8.46
V
3
0.60
0.07
8.64
V
4
0.95
0.06
15.64
V
5
0.65
0.07
9.26
V
6
0.42
0.08
5.56
V
7
0.74
0.08
9.38
V
8
0.69
0.08
0.62
X
9
0.66
0.07
9.96
V
10
0.66
0.07
9.54
V
11
0.50
0.08
6.41
V
12
0.52
0.07
7.26
V
13
0.15
0.07
1.98
V
14
0.12
0.07
1.63
X
15
0.43
0.07
5.96
V
16
0.42
0.08
5.32
V
17
0.40
0.09
4.69
V
18
0.51
0.08
6.47
V
19
0.08
0.07
1.05
X
20
0.28
0.08
3.52
V
21
0.43
0.08
5.49
V
22
0.45
0.08
5.45
V
23
0.10
0.08
1.36
X