PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: EVA MAFTUHAH 107025102665
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H/ 2011 M
PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: EVA MAFTUHAH NIM. 1070250102665
Di Bawah Bimbingan
Siti Maryam, S.Ag M.Hum NIP: 197007051998032002
JURUSAN ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2011 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul “Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 Oktober 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan.
Jakarta, 25 Oktober 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang
Sekretaris
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA NIP. 19530319 198303 1 008
Pungki Purnomo, MLIS NIP. 19641215 199903 1 005
Pembimbing
Siti Maryam, S.Ag M.Hum NIP. 19700705 199803 2 002 Penguji I
Ida Farida, MLIS NIP. 19700407 200003 2 003
Penguji II
Drs. Rizal Saiful-Haq, MA NIP. 19530319 198303 1 008
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Oktober 2011
Eva Maftuhah 1070250102665
ABSTRAK
Eva Maftuhah Pelestarian Koleksi Buku langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Topik dari skripsi ini adalah mengenai pelestarian koleksi buku langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan PNRI dalam kegiatan pelestarian koleksi buku langka, mengetahui usaha-usaha pencegahan yang dilakukan pihak PNRI agar buku langka tidak cepat rusak, mengetahui usaha perbaikan yang dilakukan PNRI pada buku langka yang telah mengalami kerusakan, dan kendala-kendala yang dihadapi pihak perpustakaan dalam melestarikan koleksi buku langka. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan metode yang digunakan metode kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah lima orang yang terdiri atas kepala bidang konservasi, kepala sub bidang perawatan dan perbaikan bahan pustaka, satu orang pustakawan dan dua orang yang bekerja langsung merawat dan memperbaiki buku langka yang rusak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dan observasi. Hasil atau data-data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan tiga tahapan yaitu data direduksi, selanjutnya data disajikan dalam bentuk teks yang bersifat naratif dan menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan. Hasil observasi dan wawancara peneliti menunjukkan bahwa kegiatan pelestarian koleksi buku langka seperti usaha pencegahan dan perbaikan terhadap buku langka yang rusak di PNRI telah berjalan. Usaha yang dilakukan seperti melaksanakan fumigasi setiap satu tahun sekali, pemasangan AC, memasang alat dehumidifier, memasang saringan ultraviolet berupa kaca film, melakukan kegiatan desaidifikasi kertas, laminasi, menambal dan menyambung, penjilidan serta alih media ke dalam bentuk CD maupun mikrofilm. Namun PNRI belum memiliki kebijakan tertulis tentang kegiatan pelestarian bahan pustaka. Kendala yang dihadapi yaitu kurangnya dana atau anggaran, kurangnya sumber daya manusia yang bekerja langsung merawat dan memperbaiki buku langka yang rusak, kurangnya komunikasi antara bidang konservasi dengan bagian penyimpanan buku langka, serta peralatan yang mudah mengalami kerusakan dan sistem komputer yang terkena virus.
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
ini,
dengan
judul
“PELESTARIAN KOLEKSI BUKU LANGKA DI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA” ini dengan baik dan lancar. Topik skripsi ini penulis pilih atas pertimbangan pentingnya melestarikan koleksi buku langka guna menjaga kandungan informasinya dan menjaga bentuk fisiknya agar dapat secara terus-menerus dimanfaatkan oleh pemustaka. Disadari benar penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, karena adanya keterbatasan referensi yang digunakan. Dan tanpa bantuan, bimbingan, serta dorongan dari beberapa pihak, penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya penulisan skripsi ini, diantaranya yaitu kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang tidak terhenti sampai kapanpun. 2. Bapak Drs. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Rizal Saiful Haq. MA, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
4. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Siti Maryam, M. Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya ditengah-tengah kesibukannya dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. 6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Adab dan Humaniora, khususnya Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis. 7. Ibu Ana Suraya, AE selaku Kepala Bidang Konservasi Bahan Pustaka yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI. 8.
Ibu Made Ayu Wirayati dan segenap staff Perpustakaan Nasional RI, yang telah banyak memberikan bimbingan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kedua orangtuaku Ayahanda Hasanuddin dan Ibunda tercinta Sumiati, serta adik-adikku tersayang Fitri Afrianti dan Robiatul Adawiyah terima kasih untuk setiap untaian doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tanpa dorongan dari kalian skripsi ini tidak akan pernah ada. 10. Ahmad Fulki yang tidak pernah bosan untuk selalu memberikan doa, semangat, dan motivasi kepada penulis. 11. Keluarga besar H. Ahmad tercinta yang selalu membuat penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
12. Teman-teman seperjuanganku pada Jurusan Ilmu Perpustakaan angkatan 2007 khususnya Fauzah Novantri, Mahdiah, Erma Yunita, Fadhlan Abdul Wadud Imron yang telah memberikan motivasi dan semangat yang tiada henti kepada penulis. 13. Seluruh teman-teman Jurusan Ilmu Perpustakaan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala kenangan yang telah menjadi bagian dalam perjuangan hidup kita, saat ini dan yang akan datang. Tetap jaga rasa kekeluargaan di Jurusan Ilmu Perpustakaan. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan, semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, Aamiin.
Jakarta, Oktober 2011
Eva Maftuhah
iv
DAFTAR ISI ABSTRAK ......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .......................................................................................
ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................
v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... BAB I
x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................
4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
E. Metode Penelitian........................................................................
6
1. Jenis Penelitian ......................................................................
6
2. Informan Penelitian ...............................................................
7
3. Sumber Data ..........................................................................
7
4. Teknik Pengumpulan Data ....................................................
8
5. Teknik Analisa Data..............................................................
9
F. Definisi Istilah ............................................................................. 10 G. Sistematika Penulisan ................................................................. 11 BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Nasional ................................................................ 13 1. Definisi Perpustakaan Nasional ............................................ 13
v
2. Fungsi Perpustakaan Nasional ..............................................
2
3. Tugas Perpustakaan Nasional ............................................... 14 B. Pelestarian Bahan Pustaka ........................................................... 15 1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka .................................. 15 2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka......................................... 18 3. Unsur-Unsur Pelestarian Bahan Pustaka ............................... 20 C. Pelestarian Koleksi Buku Langka ............................................... 21 1. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Buku Langka ................ 22 a. Faktor Biologi ................................................................... 22 b. Faktor Fisika ..................................................................... 23 c. Faktor Kimia...................................................................... 26 d. Faktor Manusia dan Lainnya ............................................. 27 2. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku Langka .......................... 27 a. Cara Pencegahan Yang Disebabkan Oleh Faktor Biologi. 28 b. Cara Pencegahan Yang Disebabkan Oleh Faktor Fisika... 29 c. Cara Pencegahan Yang Disebabkan Oleh Faktor Kimia... 30 d. Cara Pencegahan Yang Disebabkan Oleh Faktor Manusia dan Lainnya ...................................................................... 31 3. Usaha Perbaikan Koleksi Buku Langka .................................. 34 a. Fumigasi ............................................................................ 34 b. Laminasi ............................................................................ 35 c. Enkapsulasi ........................................................................ 36 d. Deasidifikasi Kertas .......................................................... 36
vi
e. Alih Media/ Bentuk ........................................................... 38 f. Penjilidan ........................................................................... 39 4. Kendala-Kendala Dalam Pelestarian Bahan Pustaka .............. 40 BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN NASIONAL RI A. Sejarah Perpustakaan Nasional RI............................................... 42 B. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional RI ................................... 44 C. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Nasional RI .............................. 45 D. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI .......................... 46 E. Koleksi Perpustakaan Nasional RI .............................................. 47 F. Koleksi Buku Langka Perpustakaan Nasional RI ....................... 49 G. Sistem dan Layanan Perpustakaan Nasional RI .......................... 50 H. Peraturan Perpustakaan Nasional RI ........................................... 51 I. Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan Nasional RI ..................... 51 J. Lokasi Perpustakaan Nasional RI................................................ 53 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kebijakan Pelestarian Perpustakaan Nasional RI........................ 57 B. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku Langka .............................. 59 C. Usaha Memperbaiki Buku Langka dari Kerusakan..................... 68 D. Kendala-Kendala yang Dihadapi Perpustakaan Nasional RI ...... 78 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 80 B. Saran ........................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 84 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 88
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Data Koleksi Buku Langka di PNRI ................................................ 49
Tabel 2
Hasil Observasi Terhadap Kondisi Suhu dan Kelembaban di Ruang Penyimpanan Koleksi Buku Langka ................................................. 60
Tabel 3
Hasil Observasi Terhadap Pencegahan yang Disebabkan oleh Cahaya ............................................................................................... 62
Tabel 4
Hasil Observasi Terhadap Pencegahan Yang Disebabkan Oleh Debu .................................................................................................. 63
Tabel 5
Hasil Observasi Terhadap Keberadaan Serangga dan Binatang Lainnya .............................................................................................. 65
Tabel 6
Hasil Observasi Terhadap Tindakan Manusia dalam Mencegah Kerusakan Buku Langka ................................................................... 67
Tabel 7
Data Buku Langka yang Telah Dilestarikan Dari Seluruh Kegiatan Preservasi Bahan Pustaka………………………………….............. 69
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gedung Perpustakaan Nasional RI ................................................... 53 Gambar 2 Tissue Jepang ................................................................................... 71 Gambar 3 Scanner A0 ........................................................................................ 76 Gambar 4 Scanner Book Drive .......................................................................... 76 Gambar 5 Scanner A3 ........................................................................................ 77
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi Lampiran 2 Skema Proses Digitalisasi Lampiran 3 Hasil Wawancara Lampiran 4 Lembar Observasi Kondisi Lingkungan Ruangan Penyimpanan Koleksi Buku Langka Lampiran 5 Lembar Observasi Faktor Penyebab dan Usaha Pencegahan Kerusakan Buku Langka Lampiran 6 Daftar Pengembalian Buku Langka Kegiatan Konservasi Lampiran 7 Lembar Pengajuan Proposal Skripsi Lampiran 8 Lembar Dosen Pembimbing Lampiran 9
Lembar Izin Penelitian
Lampiran 10 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 11 Lembar Dosen Penguji
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan
sebagai
salah
satu
pusat
informasi,
bertugas
mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan pustaka untuk dapat dimanfaatkan oleh pemustaka secara efektif dan efisien. Agar bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, perlu suatu penanganan agar bahan pustaka terhindar dari kerusakan, atau setidaknya diperlambat proses kerusakannya, dan mempertahankan kandungan informasi itu, maka diperlukan penanganannya yaitu pelestarian (preservasi) bahan pustaka, karena hakikat perpustakaan sebagai salah satu sarana pelestarian bahan pustaka.1 Bahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam perpustakaan, selain ruangan atau gedung, peralatan atau perabot, sehingga perlu dilakukan suatu pelestarian agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Dua hal penting dalam pelestarian, yaitu pelestarian bentuk fisik dokumen dan pelestarian nilai informasi dokumen dengan alih bentuk. Pada umumnya perpustakaan memiliki koleksi yang terbuat dari kertas baik dalam bentuk buku, surat kabar, serial, naskah, peta gambar, dokumen dan bahan cetak lainnya. Menyimpan dan memelihara bahan pustaka harus dilakukan dalam
1
Ahmad Yunus. “Meningkatkan Peran Pemustaka Dalam Pelestarian Bahan Pustaka”, http://penayunus.wordpress.com/2010/09/16/meningkatkan-peran-pengguna-dalam-pelestarianbahan-pustaka/ (diakses tanggal 11 April 2011 jam 15.06 WIB).
1
2
kondisi yang baik, yang merupakan syarat terpenting untuk mencegah kerusakannya.2 Kelestarian bahan pustaka tergantung pada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakannya, diantaranya mutu bahan dasar, lingkungan penyimpanan, serta faktor-faktor lain seperti hewan, insekta, jamur serta manusia. Kerusakan bahan pustaka dapat terjadi dalam skala besar bila terjadi bencana alam (misalnya banjir, kebakaran, dan lain-lain).3 Faktor-faktor kerusakan bahan pustaka yang berbeda-beda tersebut, menyebabkan pelestarian koleksi perpustakaan harus dimulai dengan perencanan yang baik dengan memperhitungkan nilai, kegunaan, dan resiko kerusakan pada bahan pustaka. Usaha-usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kerusakan dan bahkan dari kehancuran meliputi tiga kegiatan, yaitu pelestarian, pengawetan, dan perbaikan.4 Adapun tujuan utama dari pelestarian bahan pustaka adalah untuk
melestarikan,
baik
pelestarian
dalam
bentuk
fisik
dengan
mempertahankan bentuk asli maupun pelestarian informasi dengan alih media dalam bentuk mikro dan digital yang merupakan hasil budaya cipta manusia. Bahan pustaka yang mahal, sulit didapat atau langka diusahakan agar awet untuk bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan, koleksi yang dirawat dimaksudkan bisa menimbulkan daya
2
Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Yayasan Ford oleh Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 1. 3 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 2. 4 Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja (Jakarta: Grasindo, 2007), h.71
3
tarik, sehingga orang yang tadinya segan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin mempergunakan jasa perpustakaan. Tugas pemeliharaan, perawatan, dan pelestarian koleksi bukanlah tugas yang sangat mudah karena diperlukan keahlian dan keterampilan khusus untuk melestarikan bahan pustaka. Salah satu jenis bahan pustaka yang harus dilestarikan dan dirawat adalah buku-buku langka. Buku langka merupakan sebuah buku yang dilihat dari segi usia yaitu buku yang diterbitkan pada puluhan atau bahkan ratusan tahun silam sehingga menjadi buku yang langka karena sulit untuk dijumpai dan jarang sekali beredar di pasaran sehingga memiliki nilai historis yang tinggi dan tidak semua perpustakaan memiliki buku langka. Salah satu jenis perpustakaan yang ada adalah Perpustakaan Nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara. Untuk memenuhi kebutuhan informasinya, maka Perpustakaan Nasional harus mampu memilih, mengolah, mengoleksi, merawat, melayankan koleksi atau bahan pustaka yang dimilikinya kepada para pemustaka yang membutuhkannya. Selain mengumpulkan dan mengorganisir segala informasi yang tersimpan dalam buku dan bahan pustaka lainnya yang merupakan
4
pelestarian ilmu pengetahuan, dapat pula dilakukan dengan cara merawat fisik maupun mengalihmediakan ke dalam bentuk digital bahan pustaka tersebut. Mengingat bahan pustaka beraneka ragam jenis dan bentuknya, yang tercetak maupun terekam, dan merupakan khazanah kebudayaan bangsa, maka salah satu lembaga atau instansi yang menyimpan berbagai karya cipta hasil manusia termasuk didalamnya koleksi buku langka adalah Perpustakaan Nasional. Sehingga pelestarian bahan pustaka khususnya koleksi buku langka menjadi sangat penting mengingat tujuan dilakukannya pelestarian bahan pustaka adalah untuk menjaga dan melestarikan buku atau berbagai bahan pustaka yang merupakan warisan kebudayaan dan sumber informasi utama untuk jangka panjang. Dengan demikian dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas maka penulis memilih judul: PELESTARIAN KOLEKSI
BUKU
LANGKA
DI
PERPUSTAKAAN
NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA.
B. Pembatasan dan Perumusan masalah 1. Pembatasan Masalah Untuk memperjelas sasaran yang akan dicapai melalui penelitian sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis memberikan batasan yang jelas dan sesuai dengan topik yang ingin diteliti yaitu sebagai berikut: a. Penelitian ini dilakukan pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI).
5
b. Masalah yang akan diteliti terbatas pada “bagaimana pelestarian koleksi buku langka di PNRI”. 2. Perumusan Masalah Agar penulisan proposal ini lebih terarah dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti, maka perlu dirumuskan suatu masalah. Masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana kebijakan pelestarian buku langka di PNRI? b. Bagaimana usaha pencegahan kerusakan buku langka di PNRI? c. Bagaimana usaha perbaikan yang dilakukan pihak PNRI terhadap koleksi buku langka yang rusak? d. Kendala apa saja yang dihadapi PNRI dalam melestarikan koleksi buku langka?
C. Tujuan Penelitian Penelitian mengenai pelestarian koleksi buku langka ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui kebijakan PNRI dalam hal pelestarian koleksi buku langka. 2. Untuk mengetahui usaha-usaha pencegahan yang dilakukan PNRI agar buku langka tidak cepat mengalami kerusakan. 3. Untuk mengetahui usaha-usaha perbaikan yang dilakukan PNRI terhadap buku langka yang telah mengalami kerusakan. 4. Untuk mengetahui kendala-kendala apa saja yang dihadapi PNRI dalam melestarikan koleksi buku langka.
6
D. Manfaat Penelitian Dengan adanya tujuan penelitian ini semoga memberikan manfaat antara lain: 1. Memperluas dan memperdalam pengetahuan penulis dalam menganalisa seberapa jauh kegiatan pelestarian koleksi buku langka yang dilakukan oleh PNRI. 2. Memberikan kontribusi pemikiran kepada PNRI dalam melestarikan koleksi-koleksinya agar tidak cepat mengalami kerusakan baik dari segi bentuk fisik dokumen maupun dari segi informasi yang terkandung agar dapat dimanfaatkan oleh para pemustaka dan usaha-usaha yang dilakukan dalam menanggulangi berbagai kerusakan pada buku langka. 3. Memperkaya literatur Jurusan Ilmu Perpustakaan tentang pelestarian bahan pustaka khususnya koleksi buku langka bagi pengembangan informasi.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Metode merupakan upaya yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam mengumpulkan data-data dan mencari kebenaran masalah yang diteliti, adapun untuk mencari kebenaran yang dipandang ilmiah adalah dengan melalui metode penelitian. Penggunaan metode penelitian dimaksudkan untuk menemukan data yang valid, akurat, signifikan dengan permasalahan, sehingga dapat digunakan untuk mengungkapkan masalah yang diteliti. Metode yang ingin digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sedangkan jenis atau desain penelitiannya menggunakan
7
penelitian
deskriptif.
Metode
deskriptif
ini
dirancang
untuk
mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan yang nyata sekarang (sementara berlangsung) seperti apa adanya. 2. Informan Penelitian Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.5 Informan yang digunakan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian yaitu berjumlah lima orang yang terdiri atas kepala bidang konservasi, kepala sub bidang perawatan dan perbaikan bahan pustaka, satu orang pustakawan di bagian penyimpanan koleksi buku langka, dan dua orang teknisi yang bertindak langsung menangani kegiatan preservasi buku langka. Penulis melakukan wawancara secara satu persatu terhadap informan yang diwawancarai. 3. Sumber Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara atau langsung dari sumbernya.6 Data ini diperoleh langsung dari lokasi penelitian yaitu wawancara dengan para pustakawan yang bekerja di bagian pelestarian bahan pustaka dan melakukan observasi dengan
melakukan
penelitian
langsung
di
lapangan
untuk
memperoleh data-data yang diperlukan. 5
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.132. 6 Prasetya Irawan. Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h.86.
8
b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data ini bersumber dari kepustakaan, yang terdiri dari literatur-literatur dan artikel-artikel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
4. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis. Oleh karena itu, pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan dengan cara sebagai berikut: a. Kajian Kepustakaan Kajian kepustakaan adalah penelitian yang datanya diambil terutama atau seluruhnya dari kepustakaan (buku, dokumen, artikel, laporan
dan
sebagainya).7
Penelitian
ini
dilakukan
dengan
mempelajari literatur-literatur atau dokumen-dokumen dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini. b. Penelitian Lapangan Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data secara langsung dari objek penelitian dengan cara: 1) Wawancara (Interview) Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Wawancara ini akan dilakukan dengan para 7
Ibid, h.63.
9
pustakawan dan teknisi yang bertindak langsung dalam kegiatan melestarikan koleksi buku langka dengan mengajukan berbagai pertanyaan guna mendapatkan informasi. Metode ini digunakan untuk
melengkapi
data
yang
dianggap
perlu,
sehingga
meyakinkan data yang diperoleh. 2) Observasi Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di perpustakaan.
5. Teknik Analisa Data Data-data yang telah diperoleh akan dianalisa melalui tiga tahapan yaitu: a. Reduksi Data Data yang diperoleh penulis melalui observasi, wawancara, dan kajian pustaka dicatat secara rinci, mengelompokkan atau memilahmilah dan memfokuskan pada hal penting, maka data yang didapat bisa memberikan gambaran yang jelas. b. Penyajian Data Setelah data direduksi maka penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks yang bersifat naratif. c. Penarikan Kesimpulan Data-data yang telah dijabarkan dalam bentuk naratif maka penulis membuat kesimpulan. Kesimpulan digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya.
10
F. Definisi Istilah 1. Perpustakaan Nasional Dalam UU No.43 tahun 2007 Bab VII Pasal 21 ayat 1 menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen (LPND)
yang
melaksanakan
tugas
pemerintahan
dalam
bidang
perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta
berkedudukan di
ibukota negara. 2. Pelestarian bahan pustaka Pelestarian (preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip, termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, sumber daya manusia, metode, dan teknik penyimpanannya. Tujuan pelestarian bahan pustaka dan arsip adalah melestarikan kandungan informasi bahan pustaka dengan menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin untuk dapat digunakan secara optimal.8 3. Koleksi buku langka Buku langka adalah buku yang sudah tua, sulit untuk dijumpai, dan jarang beredar di pasaran.9 Bila dilihat dari segi usia maka buku langka merupakan buku yang diterbitkan pada puluhan atau bahkan ratusan tahun
8
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h.271. 9 Ishvari Corea. Encyclopedia of Information and Library Science, Vol.8 (New Delhi: Akashdeep Publishing House, 1993), h. 2638.
11
silam sehingga menjadi buku yang langka karena sulit untuk dijumpai dan jarang sekali beredar di pasaran dan merupakan warisan kebudayaan. Buku langka yang dimaksud dalam penelitian ini berusia dari tahun 15561985 dari koleksi Perpustakaan Nasional RI yang merupakan peninggalan dari hasil budaya manusia. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN LITERATUR Dalam bab ini penulis menguraikan tentang definisi Perpustakaan Nasional, fungsi dan tugas perpustakaan nasional. Mengenai pengertian pelestarian bahan pustaka, fungsi pelestarian bahan pustaka, unsur-unsur pelestarian bahan pustaka. Dan menguraikan tentang pelestarian koleksi buku langka yang meliputi faktor-faktor penyebab kerusakan buku langka, usaha pencegahan kerusakan buku langka, usaha perbaikan buku langka, dan kendala-kendala dalam pelestarian bahan pustaka. BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN NASIONAL RI Pada bab ini penulis menguraikan tentang sejarah berdirinya PNRI, tugas dan fungsi PNRI, struktur organisasi, visi dan misi, koleksi PNRI, koleksi buku langka di PNRI, sistem dan layanan, peraturan PNRI, fasilitas dan pelayanan PNRI dan lokasi PNRI.
12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA Pada bab ini penulis menguraikan hasil penelitian tentang pelestarian koleksi buku langka di PNRI. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Nasional 1. Definisi Perpustakaan Nasional Dalam UU No.43 tahun 2007 Bab VII Pasal 21 ayat 1 menjelaskan bahwa Perpustakaan Nasional adalah lembaga pemerintah non departemen (LPND)
yang
melaksanakan
tugas
pemerintahan
dalam
bidang
perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta
berkedudukan di
ibukota negara. Pada tahun 1970, dalam konferensi umumnya yang ke 16, UNESCO mengeluarkan Recommendations Concerning the International Standarization of Library Statistics yang memuat definisi perpustakaan nasional adalah sebagai berikut:1 Perpustakaan nasional adalah perpustakaan yang bertanggung jawab atas akuisisi dan pelestarian kopi semua terbitan yang signifikan, yang diterbitkan di sebuah negara dan berfungsi sebagai "deposit", baik berdasarkan undang-undang maupun kesepakatan lain, dengan tidak memandang nama perpustakaan. Perpustakaan nasional juga umumnya menjalankan fungsi sebagai berikut: menyusun bibliografi nasional, menyimpan dan memutakhirkan koleksi asing yang bernilai tinggi dan representatif termasuk buku mengenai negara yang bersangkutan, bertindak sebagai pusat bibliografi nasional, menyusun katalog 1
Sulistyo-Basuki. “Sejarah Perpustakaan Nasional RI: sebuah kajian”. http://digilib.usu.ac.id/download/fs/perpus-zurni3.pdf/ (Diakses pada tanggal 30 Juni 2011 jam 13.18 WIB).
13
14
induk, menerbitkan bibliografi nasional retrospektif. perpustakaan yang menyebut dirinya sebagai perpustakaan "nasional" namun fungsinya tidak sesuai dengan definisi diatas tidak dapat dimasukkan ke kategori "perpustakaan nasional". 2. Fungsi Perpustakaan Nasional Fungsi utama perpustakaan nasional adalah menyimpan semua bahan pustaka yang tercetak dan terekam yang diterbitkan di suatu negara. ”Adapun fungsi Perpustakaan Nasional ialah: a. Menyimpan setiap bahan pustaka yang diterbitkan di sebuah negara. b. Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan negara lain mengenai negara yang bersangkutan. c. Menyusun bibliografi nasional artinya daftar buku yang diterbitkan di sebuah negara. d. Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan. Biasanya jasa ini diberikan atas jasa permintaan. e. Berfungsi sebagai pusat antarpinjam perpustakaan di negara yang bersangkutan serta antara negara yang bersangkutan dengan negara lain. Umumnya perpustakaan nasional tidak meminjamkan buku langsung ke pembaca melainkan harus melalui perpustakaan. f. Sebagai tugas tambahan biasanya perpustakaan nasional memberikan jasa penerjemahan, latihan kerja bagi pustakawan, mencatat hak cipta atas buku, dan sebagainya.”2 3. Tugas Perpustakaan Nasional Berdasarkan Undang-Undang No. 43 tahun 2007 pada Bab VII Pasal 21 ayat 2 menyebutkan bahwa Perpustakaan Nasional bertugas:3 a. Menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan teknis pengelolaan perpustakaan; b. Melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan; c. Membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan; dan d. Mengembangkan standar nasional perpustakaan.
2
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan Utama,1993) hal.44-45. 3 Undang-Undang Perpustakaan No.43 tahun 2007.
(Jakarta:
Gramedia
Pustaka
15
“Dan dalam ayat 3 Perpustakaan Nasional bertanggung jawab: a. Mengembangkan koleksi nasional yang memfasilitasi terwujudnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat; b. Mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya bangsa; c. Melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat; dan d. Mengidentifikasi dan mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada di luar negeri”.4 B. Pelestarian Bahan Pustaka 1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka Sutarno NS dalam bukunya yaitu Tanggung Jawab Perpustakaan menyatakan bahwa: ”Lestari dapat diartikan selamat, panjang umur, tetap-permanen dan abadi dan terus berguna bagi kehidupan manusia. Sebuah perpustakaan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai kewajiban untuk melakukan pelestarian atas sumber informasi yang dikelolanya, disamping memberdayakan kepada masyarakat luas. Hal itu berkaitan dengan penyediaan sumber penelitian, rujukan, dan dasar pengembangan ilmu pengetahuan menurut metode ilmiah yang sudah diakui kalangan ilmuwan.”5 Pelestarian
menurut
International
Federation
of
Library
Association (IFLA), adalah mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip. Termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, ketenagaan, metode dan teknik serta penyimpanannya.6 Menurut M.J.S. Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia,
4
Ibid, Sutarno NS. Tanggung Jawab Perpustakaan (Jakarta: Panta Rei, 2005), h. 109 6 Blasius Sudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), 5
h. 314.
16
”pelestarian adalah menjadikan (membiarkan) tetap tak berubah.”7 Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Sedangkan tujuan pelestarian ini adalah untuk melestarikan hasil budaya cipta manusia, baik berupa informasi maupun fisik dari bahan pustaka tersebut. Jenis-jenis informasi tertentu yang mempunyai nilai dokumentatif, arsip sejarah, filosofis, dan edukatif yang berkaitan dengan kehidupan manusia, seperti penemuan ilmiah, pemerintahan, kenegaraan, peristiwa penting yang tinggi, strategis dan langka, serta perlu diabadikan maka perpustakaan bertanggung jawab untuk menyimpan dan melestarikan agar tidak punah, hilang, rusak atau disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, karena merupakan bukti-bukti otentik dan sumber penelitian. Perpustakaan merupakan himpunan khasanah budaya bangsa yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu setiap buku dan semua sumber informasi harus disimpan dengan baik, dan dilestarikan. Di perpustakaan ada koleksi langka, yang tidak dapat diperbarui. Proses pelestarian dilakukan dengan membuat bentuk mikro, film, bentuk digital, dan sebagainya. Pekerjaan ini memerlukan ketelitian, ketekunan, dan kesabaran. Perpustakaan yang baik juga bisa diukur dari kemampuan menjaga, dan melestarikan dokumen dan rekaman atas kehidupan umat
7
M.J.S. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), h. 698.
17
manusia yang terdahulu, dan bagaimana mempersiapkan generasi sekarang untuk kehidupan yang akan dan yang lebih baik dan sejahtera. 8 Pelestarian
bahan
pustaka
menjadi
salah
satu
tujuan
penyelenggaraan perpustakaan, karena tugas pokok perpustakaan adalah mengumpulkan dokumen tertulis dari masa lalu hingga masa sekarang, serta menyimpannya untuk keperluan pemustaka kini dan masa datang. Sangat sukar untuk memperkirakan kebutuhan pemustaka pada masa yang akan datang, sehingga akan sukar pula menyusun kebijakan yang diperlukan untuk melestarikan bahan-bahan tersebut. Memang setiap perpustakaan dengan sifat kekhususan masing-masing akan berbeda tanggapan
dan
kebutuhannya
dalam
masalah
ini.
Namun
bagi
perpustakaan deposit, pelestarian merupakan salah satu tugas utama. Di Indonesia, usaha perawatan dokumen tertulis masih kurang mendapat perhatian. Padahal usaha ini seharusnya dilaksanakan lebih cermat mengingat iklim tropis yang tidak menguntungkan pada kelestarian koleksi
buku.
Lembaga
kearsipan
dan
museum
dengan
segala
keterbatasannya telah memulai melaksanakan hal ini. Perpustakaan belum begitu
terarah
perhatiannya,
karena
berbagai
kegiatan
baru
dikonsentrasikan pada pembinaan infrastruktur dan teknik pengelolaan informasi. Namun cepat atau lambat masalah kelestarian bahan pustaka akan muncul pada perpustakaan-perpustakaan di Indonesia.9
8
Blasius Sudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006),
h.110. 9
Ibid, h. 313-314.
18
2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka Fungsi pelestarian ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga yang iseng, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab. Maka pelestarian memiliki beberapa fungsi antara lain: a. Fungsi melindungi. Bahan pustaka dilindungi dari serangan serangga, manusia, jamur, panas matahari, air, dan sebagainya. Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh,dan sinar matahari serta kelembaban udara di perpustakaan akan mudah terkontrol. b. Fungsi pengawetan. Bahan pustaka menjadi lebih awet bila dirawat dengan baik-baik, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut. c. Fungsi kesehatan. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan memakai perpustakaan. d. Fungsi pendidikan. Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka juga harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan,
tidak
mengotori
bahan
pustaka
maupun
ruangan
19
perpustakaan. Mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan. e. Fungsi kesabaran. Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dan tahi kutu buku dengan baik kalau kita tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi. f. Fungsi sosial. Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikutsertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan. g. Fungsi ekonomi. Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka. h. Fungsi keindahan. Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapih, perpustakaan tampak menjadi indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya.10
3. Unsur-Unsur Pelestarian Bahan Pustaka Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah sebagai berikut: a. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja 10
Karmidi Martoatmojo. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta:Universitas Terbuka, 1999),h. 6-7
20
kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya. b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlian/ keterampilan dalam bidang ini. c. Laboraturium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboraturium sebagai ”bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki. d. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari lembaga tempat perpustakaan bernaung.11 C. Pelestarian Koleksi Buku Langka Buku adalah salah satu bahan pustaka yang merupakan sumber ilmu pengetahuan dan informasi. Salah satu buku yang perlu dilakukan pelestarian guna mencegah kerusakan dan memperbaiki kerusakannya adalah buku-buku langka. Buku langka adalah buku yang sudah tua, sulit untuk dijumpai, dan jarang beredar di pasaran.12 Definisi buku langka menurut kamus Perpustakaan dan Informasi ”merupakan buku-buku yang sudah tua, tidak
11
Ibid, h. 7. Ishvari Corea. Encyclopedia of Information and Library Science, Vol.8 (New Delhi: Akashdeep Publishing House, 1993), h. 2638. 12
21
diterbitkan lagi dan jumlahnya sangat terbatas.”13 Bila dilihat dari segi usia maka buku langka merupakan buku yang diterbitkan pada puluhan atau bahkan ratusan tahun silam sehingga menjadi buku yang langka karena sulit untuk dijumpai dan jarang sekali beredar di pasaran dan merupakan warisan kebudayaan. Buku langka salah satunya terdapat di PNRI yang merupakan salah satu lembaga yang menyimpan berbagai koleksi termasuk buku langka. Seiring dengan berjalannya waktu, buku-buku tersebut mengalami kerusakan bahkan ada yang mengalami kehancuran, sehingga buku tersebut tidak layak digunakan. Oleh sebab itu diperlukan penanganan khusus guna mencegah kerusakannya dan perlu dilestarikan keberadaannya.
Agar tetap bisa
digunakan oleh pemustaka untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. 1. Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Buku Langka Kerusakan bahan pustaka terutama buku langka secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Faktor Biologi Bahan pustaka yang sudah menderita penyakit jamuran biasanya warna kertasnya berubah menjadi kuning karena memang jamur bisa menyebabkan berubahnya warna kertas, di samping itu jamur bisa menyebabkan kertas lengket satu dengan yang lain sehingga halaman bahan pustaka tersebut tidak bisa dibuka dan kalau hal ini dipaksa, 13
Sutarno NS. Kamus Perpustakaan dan Informasi (Jakarta: Jala Permata, 2008), h. 21.
22
halaman itu bisa robek. Jamur bisa tumbuh subur karena kelembaban udara yang tinggi jamur akan berhenti berkembang biak kalau kelembaban udara tidak sesuai. Hal ini ditandai dengan adanya bintikbintik coklat pada bahan pustaka tersebut. Serangga sangat berbahaya bagi bahan pustaka. Rayap misalnya akan memakan buku jika kayu di sekitarnya sudah habis dimakannya. Untunglah sekarang ini banyak rak yang terbuat dari logam sehingga rayap tidak bisa memakannya. Kecoa sangat merusak buku dengan cara meningggalkan noda pada kertas. Di samping itu, kotorannya yang berupa cairan dapat merusak keutuhan buku. Hal yang bisa mengundang hadirnya kecoa adalah sisa-sisa makanan yang tercecer. Itulah sebabnya mengapa di ruang baca perpustakaan dilarang makan atau membawa makanan. Tangan yang akan memegang bahan makanan juga harus bersih bebas dari noda minyak karena kalau buku itu ternoda minyak akan mengundang bahaya serangan serangga. Serangga yang cukup berbahaya adalah ngengat. Binatang ini memiliki tubuh tipis berwarna coklat dan sangat gemar hidup dan berkembang biak di tempat yang gelap seperti misalnya didalam buku, rak, almari dan tempat-tempat lain yang sejenis. Sasaran dari ngengat adalah perekat buku yang terletak di punggung dan sampul buku. Serangga lain yang cukup berbahaya adalah apa yang disebut dengan kutu buku. Sebetulnya binatang ini adalah sangat kecil berwarna abu-abu dan putih, badannya lemah sedangkan kepalanya relatif lebih
23
besar dengan gigi yang kuat. Binatang ini menyerang permukaan kertas sehingga mengakibatkan huruf-huruf banyak yang hilang dan akibatnya buku tersebut sulit dibaca.14 b. Faktor Fisika 1) Debu Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela, atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Disamping itu, keadan ruangan yang lembab, debu yang bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan memiliki daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. 2) Cahaya Cahaya
yang
digunakan
untuk
menerangi
ruangan
perpustakaan dan arsip adalah bentuk energi elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Sinar-sinar yang terdapat dalam cahaya dapat dibagi menjadi tiga kelompok
14
Sokhibul Ansor. “Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah”. http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Jurnal-Perpustakaan-Sekolah-ISSN/perawatan-bahanpustaka-perpustakaan-sekolah.html/ (diakses pada tanggal 18 mei 2011 jam 09.18 WIB).
24
menurut panjang gelombangnya, yaitu sinar ultraviolet dengan panjang gelombang antara 300-400 milimikron, sinar-sinar dalam cahaya tampak (merah, hijau, kuning) dengan panjang gelombang antara 400-760 miliikron dan sinar inframerah dengan panjang gelombang lebih besar dari 760 milimikron. Makin kecil gelombang suatu sinar, makin besar energi yang dihasilkan. Sinar yang panjang gelombangnya kecil seperti ultraviolet inilah yang berperan dalam merusak kertas. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar ultraviolet adalah memudarnya tulisan, sampul buku, warna bahan cetakan, dan peta, juga mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan kehilangan kekuatan. Kerusakan ini disebabkan karena aksi dari energi, adanya bahan tambahan dan residu bahan pemutih pada saat proses pembuatan kertas, adanya partikel-partikel logam dalam kertas serta adanya uap air dan oksigen di sekitar kertas. 3) Suhu dan Kelembaban Udara Faktor iklim seperti suhu dan kelembaban udara juga merupakan salah satu penyebab kerusakan bahan pustaka. Semakin rendah suhu penyimpanan dan kelembaban udara, makin lama bahan kertas dapat mempertahankan kekuatan fisiknya. Sebaliknya apabila suhu udara tinggi dapat mengakibatkan kertas menjadi rapuh dan warna kertas menajdi kuning. Apabila kelembaban juga tinggi, maka dapat mengakibatkan buku menjadi lembab.
25
Udara yang lembab dibarengi dengan suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan asam yang ada pada kertas terhidrolisa, bereaksi dengan partikel logam dan memutuskan rantai ikatan kimia pada
polimer
selulosa.
Perubahan
suhu
pada
saat
kertas
mengandung banyak air ini menyebabkan perubahan struktur kertas menjadi lemah. Jika suhu udara naik, kelembaban udara akan turun dan air yang ada dalam kertas dilepas, sehingga kertas menjadi kering dan volumenya meyusut.15 Hal ini dapat menyebabkan buku menjadi busuk, berbau apek, dan mudah diserang jamur, kecoa, rayap, kutu buku dan ikan perak sehingga mengakibatkan buku menjadi rapuh dan mudah robek. Kelembaban dan suhu udara yang ideal bagi perpustakaan dan arsip adalah 45-60% RH dan 20-400 C. Jadi suhu dan kelembaban merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap bahan pustaka. c. Faktor Kimia Kertas tersusun dari senyawa-senyawa kimia, yang lambat laun akan terurai, dan akhirnya kertas menjadi rusak. Peruraian tersebut disebabkan oleh reaksi-reaksi oksidasi dan hidrolisis, yang dipengaruhi pula oleh suhu dan cahaya.16 Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonal dan
15
Kris Adri Styarto, “Kerusakan Pada bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”, Media Pustakawan, no.1 (2001), h. 24. 16 Muhammadin Razak, Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17.
26
korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan mencampur asam tanat dan garam besi serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Oleh karena itu asam merupakan zat berbahaya bagi kertas yang harus dihilangkan. d. Faktor Manusia dan Faktor Lainnya Manusia memegang peranan penting dalam penggunaan dan penanganan bahan pustaka. Apabila manusia melakukan kesalahan dalam melakukan peran, maka manusia dapat tergolong sebagai perusak bahan pustaka. Bahan pustaka dapat rusak karena pemakaian yang berlebihan dalam memegangnya. Menurut Dureau dan Clements, bahan pustaka di ruang baca dapat rusak karena kecerobohan pembaca. Bencana alam seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, pencurian dapat mengakibatkan
27
kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat.17 2. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku Langka Usaha melakukan pencegahan kerusakan pada buku langka
yang
dilakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih dapat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Dengan melakukan kegiatan pencegahan kerusakan koleksi buku langka sejak dini, biaya pelestarian koleksi buku langka dapat ditekan. Koleksi buku langka yang belum rusak agar tidak terkontaminasi perusak koleksi tersebut dapat dicegah dengan melakukan kegiatan-kegiatan pencegahan. Sedangkan unuk bahan pustaka yang sudah mengalami kerusakan perlu dilakukan perbaikan agar kerusakan tidak menjadi parah, sehingga proses kerusakan terhenti. Kegiatan-kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan mengingat pentingnya koleksi ini bagi perpustakaan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka. Jadi ketersediaan koleksi buku langka harus dalam keadaan yang memenuhi, baik kondisi fisiknya maupun kandungan informasinya. ”Kegiatan pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan untuk: a. Menghindarkan dan menyelamatkan koleksi agar tidak dimakan oleh serangga atau dirusak binatang pengerat. b. Memperbaiki kerusakan dan mengobati koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur. c. Menghindarkan koleksi dari penyakit maupun kerusakan lainnya. d. Menjaga kelestarian fisik bahan pustaka. e. Menjaga kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka. 17
Asmawati, “Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan”, Majalah Berita Perpustakaan Universitas Sriwijaya, Vol.XII, no. 2 (Juli-Desember 1996): 42-43.
28
f. Menyadarkan pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan. g. Mendidik para pemustaka untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya. h. Menghimbau semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemustaka untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.” 18
Usaha-usaha untuk melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: a. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Biologi Unsur-unsur biologis seperti jamur, serangga, binatang pengerat dan sebagainya dapat menyebabkan kerusakan yang parah pada bahan pustaka dan pada perlengkapan perpustakaan. Untuk mengatasi masalah ini perlu dilakukan usaha pencegahan serta pembasmian unsur-unsur biologis tadi dengan berbagai bahan kimia. Penggunaan bahan kimia tersebut perlu dijaga dengan benar agar bahan kimia tersebut tidak menyebabkan kerusakan pada buku itu sendiri dan cukup aman untuk digunakan serta tidak membahayakan manusia. Lingkungan
yang lembab,
gelap,
sirkulasi
udara
kurang,
merupakan lingkungan yang ideal bagi serangga. Untuk itu maka suhu dan kelembaban udara harus benar-benar dimonitor. Usaha-usaha lain untuk mengatasi masalah ini adalah dengan cara memilih rak-rak penyimpanan yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak disukai oleh serangga seperti kayu jati atau logam. Sedangkan untuk mencegah jamur perlu menjaga 18
Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 68.
29
kebersihan tempat penyimpanan dan menjaga temperatur, menyusun koleksi tidak terlalu rapat satu sama lainnya dan fumigasi secara berkala perlu dilakukan. b. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Fisika Suhu udara yang tinggi dapat mempercepat proses perusakan kertas karena kertas menjadi kering, pecah-pecah dan rapuh. Kelembaban yang tinggi dapat menyuburkan tumbuhnya jamur dan sebaiknya kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kertas menjadi kering dan cepat hancur. Selain itu sinar matahari yang langsung mengenai buku akan merusak buku. Debu juga bisa menjadi musuh buku karena selain mengganggu
kesehatan,
debu
dapat
menimbulkan
noda-noda,
mengaburkan tulisan dalam buku, menularkan jamur. 19 Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha pencegahan agar bahan pustaka tidak terlalu mengalami kerusakan dengan cara penggunaan AC harus dilakukan dalam 24 jam yang ruangannya harus selalu tertutup.20 Menggunakan metode penyekatan untuk mengurangi panas dan tirai untuk mencegah cahaya langsung matahari, karena cahaya matahari yang mengeluarkan cahaya ultraviolet dengan gelombang tinggi bersifat merusak, sehingga harus dijaga serendah mungkin tingkat cahaya yang masuk dalam ruangan. Pemeliharaan dengan menjaga kestabilan suhu
19
Ajick. ”Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka dan Latar Belakang Sejarahnya”. http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=9#/ diakses pada tanggal 21 April 2011 jam 11.34 WIB. 20 Perpustakaan Nasional. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Nasional, 2002), h. 28-29.
30
udara dan kelembaban ruangan koleksi dilakukan dengan menggunakan alat dehumidifier yaitu alat untuk menyerap kelembaban. Cara lain yang perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut bagi bahan pustaka yang sudah terkena debu bisa diadakan dengan membersihkan buku dari debu. Cara pembersihannya bisa dengan kuas, vacuum cleaner, karet busa (spon), atau bulu ayam. Serta merawat gedung dan seluruh ruangannya dengan baik untuk mencegah uap air selama musim hujan. Dan untuk bangunan gedung perpustakaan seharusnya dirancang sedemikian rupa sehingga memenuhi persyaratan pengawetan.21 c. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Kimia Sumber keasaman yang berasal dari dalam kertas antara lain residu dari bahan-bahan kimia yang digunakan pda waktu pembuatan kertas serta tinta sebagai alat tulis ternyata juga mengandung asam, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada kertas.22 Oleh karena itu diperlukan upaya pencegahan dan perbaikan yang telah mengalami kerusakan, seperti menetralkan asam yang terkandung dalam kertas dengan deasidifikasi atau memberi bahan penahan (buffer). Cara lainnya yaitu menyimpan dan menata kertas dan buku dalam lemari kaca atau untuk kertas lembaran disimpan dalam kotak-kotak karton bebas asam, dan dengan memilih
21
Halim Sobri dan M.Syafe’i., “Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas: Tinjuan Penyimpanan Sebagai Bagian dari Pelestarian”, Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol.22, no. 2 (Juli-Desember 2006): 39. 22 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 17.
31
bahan pustaka yang baik dengan teliti perlu dilihat jelas jenis kertas dan tulisan. 23 d. Cara Pencegahan yang Disebabkan oleh Faktor Manusia dan Faktor Lainnya 1) Manusia Ternyata manusia, baik petugas perpustakaan maupun pembaca dapat merupakan faktor perusak yang hebat. Banyak kerusakan yang bisa dihindari, jika kita mengetahui cara pencegahannya, misalnya janganlah menyusun buku di rak dengan padat. Waktu mengambil sebuah
buku di rak, haruslah dibuatkan jalan dengan cara
mendesakkan ke kanan dan kekiri, sehingga longgar. Cara memegang buku harus benar yaitu ditengah punggung buku. Cara lain yang menjadi kewajiban petugas adalah menjaga agar bahan pustaka termasuk buku langka dapat dipergunakan sedemikian rupa sehingga tidak rusak, dan membatasi pemakaian bahan-bahan yang langka dan berharga, untuk mereka yang betul-betul memerlukan saja yang diperbolehkan menggunakan bahan-bahan asli. Dengan demikian pemakaian bahan pustaka yang terlalu sering dan pemegangan yang berulang-ulang yang merupakan bahaya potensial akan kerusakan.24
23
Daryono. “Pemeliharaan Bahan Pustaka di Perpustakaan”. http://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan. (Diakses pada tanggal 9 Juni 2011 jam 14.03 WIB). 24 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 25.
32
2) Bencana Alam a) Api Selama ini sudah banyak kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh api (kebakaran). Begitu pula di perpustakaan, api dapat merusak bahan pustaka bahkan memusnahkannya. Untuk mencegah kerusakan-kerusakan yang lebih parah lagi perlu adanya suatu tindakan preventif seperti: 1. Kabel listrik harus diperiksa secara berkala. 2. Bahan yang mudah terbakar seperti varnish dan bahan-bahan kimia yang mudah menguap harus diletakkan di luar bangunan utama. 3. Larangan keras merokok di dalam atau di luar bangunan gedung. 4. Alarm seperti smoke detector harus dipasang di tempat yang strategis untuk mengetahui dengan cepat adanya kebakaran, fungsi alat ini harus diperiksa secara berkala. 5. Alat-alat pemadam api harus diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau. Pemadam api yang baik untuk ruangan yang didalamnya terdapat benda-benda organik seperti kertas adalah tipe pemadam api kering seperti CO2 (karbondioksida). Alat deteksi api dan tanda bahaya harus dipasang dan secara teratur diperiksa. Bunyi alat-alat tersebut harus terdengar oleh semua anggota staf dan pembaca. Mereka harus mengenal
33
tanda-tanda bahaya dari alat tersebut. Selain itu perpustakaan menyediakan tenaga listrik utama dari PLN. Petugas perpustakaan harus dilatih secara teratur mengenai cara penggunaannya dan berbagai aspek pencegahan api. Seyogyanya organisasi pemadam kebakaran yang professional perlu diusahakan member saran mengenai sifat alat-alat tadi.25 b) Air Kerusakan yang disebabkan oleh air mungkin lebih berbahaya bagi perpustakaan dibandingkan oleh api. Untuk buku yang rusak terkena banjir, langkah-langkah yang dapat diambil sebagai tindakan pencegahannya antara lain: 1) Ikatan buku jangan dilepas, dengan demikian lumpur yang ada di bagian luar dapat dibersihkan untuk menghilangkan kotoran, lumpur dan lain-lain digunakan kapas yang sudah dibasahi. 2) Air yang terdapat dalam ikatan buku harus dikeluarkan dengan cara menekannya perlahan-lahan. 3) Buku yang masih basah dianginkan sampai kering. 4) Buku diusahakan agar tetap utuh dan lampirannya jangan sampai terpisah. 5) Buku jangan dikeringkan di bawah pancaran sinar matahari. 6) Kesabaran adalah modal utama dalam usaha melakukan tindakan pencegahan terhadap kerusakan bahan pustaka.26
25
Durea J.M dan D.W.G. Clement. Dasar-Dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka, h. 14. 26 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka, h. 78.
34
3. Usaha Perbaikan Koleksi Buku Langka Banyak bahan pustaka khususnya buku oleh karena usia, pemakaian, salah urus, pengaruh lingkungan, dimakan serangga, dan lain sebagainya memerlukan
tindakan-tindakan
perbaikan
seperti
laminasi,
fotografi,
reproduksi, pelestarian dalam alih bentuk seperti mikrofilm, mikrofish, dan lain-lainnya. Pemeliharaan dan perawatan koleksi perpustakaan adalah kegiatan menjaga atau mengusahakan agar bahan pustaka yang dimiliki oleh perpustakaan awet dan terawat dengan baik. Tugas ini meliputi: a. Fumigasi Fumigasi menurut Sutarno NS dalam Kamus Perpustakaan dan Informasi menyatakan bahwa: “Fumigasi adalah suatu upaya melakukan tindakan untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari serangga yang dilakukan dengan beberapa cara, seperti memberikan obat dengan menyuntikkannya ke dalam tanah dibawah gedung, atau menaruh di ruang perpustakaan yang tertutup rapat selama beberapa hari agar serangga tersebut mati.”27 Fumigasi
merupakan
tindakan
pengasapan
yang
bertujuan
mencegah, mengobati, dan mensterilkan bahan pustaka. Mencegah dimaksudkan tindakan yang dilakukan supaya kerusakan lebih lanjut dapat dihindari. Mengobati artinya mematikan atau membunuh serangga, kuman dan sejenisnya yang telah menyerang dan merusak bahan pustaka, dan mensterilkan diartikan menentralisasi keadaan seperti menghilangkan bau
27
Sutarno NS. Kamus Perpustakan dan Informasi (Jakarta: Jala Permata, 2008), h. 50.
35
busuk yang timbul dari bahan pustaka, menyegarkan udara ataupun bisa menimbulkan gangguan ataupun penyakit.28 b. Laminasi Laminasi berarti menutup satu lembar kertas atau dokumen di antara dua lembar bahan penguat. Cara tersebut cocok dan tepat apabila dipergunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara-cara lain seperti menambal, menyambung, penjilidan, dan sebagainya, dengan demikian kertas menjadi bertambah kuat. 29 Laminasi adalah melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasaman yang terjadi pada kertas, atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas cromton, atau kertas pelapis lainnya. Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel di bahan pustaka sehingga kertas-kertas yang sudah tidak beroksidasi dengan polutant. Proses laminasi biasanya digunakan untuk menambal, menjilid, menyambung, dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua, dan berwarna kuning coklat. c. Enkapsulasi Menurut Muhamaddin razak dalam bukunya Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip member pengertian tentang enkapsulasi bahwa:
28
Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 39. 29 Ibid, h. 54.
36
“Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti menggulung atau melipat atau rusak karena terlalu sering mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik dienkapsulasi, karena untuk menambal kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang terlalu lama.”30
Jenis-jenis kertas yang akan dienkapsulasi ini adalah kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut ditempeli lem dari double sided tape 3M, sehingga kertas tidak terlepas. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi bahwa dokumen kertas harus bersih, kering dan bebas asam (sudah dideasidifikasi), dan perekat pada callotape 3M tidak boleh menyentuh dokumen, serta dokumen yang dienkapsulasi harus dapat dibuka kembali jika diperlukan.31 d. Deasidifikasi Kertas Deasidifikasi adalah cara untuk menetralkan asam yang sedang merusak kertas dan memberi bahan penahan (buffer) untuk melindungi kertas dari pengaruh asam yang berasal dari luar. Asam pada kertas dapat dinetralkan dengan basa, kedua zat ini dapat bereaksi menghasilkan garam netral. Garam ini nanti yang akan bertindak sebagai buffer untuk
30
Ibid, h. 56 Ahmad Nawawi. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. h. 47. 31
37
melindungi kertas dari kerusakan lebih lanjut. Deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh oleh pengaruh asam, cara ini hanya dapat menghiangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai sumber. Proses deasidifikasi ini merupakan cara yang hanya dapat menghilangkan asam yang sudah
ada dan melindungi kertas dari
kontaminasi asam dari berbagai sumber, deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh. Alat-alat yang disebutkan diatas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu bahan, dengan memakai ukuran derajat keasaman ynag disingkat pH. Asam mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH 7 adalah normal atau netral. Kalau pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kondisi kertas itu sudah parah. Untuk mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik pada kertas dibasahi dengan air suling. Kemudian pHnya diukur dengan pH meter atau kertas pH.32 Sedangkan cara lain dengan menggunakan spidol pH adalah dengan menggoreskan spidol tersebut pada kertas di buku, kemudian kita lihat perubahan warnanya. Selanjutnya kita ukur dengan
menggunakan
ukuran
warna
yang
menunjukkan
tingkat
keasamannya, namun cara ini tentunya kurang baik, karena akan meninggalkan bekas warna goresan pada buku.33
32
Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992),h. 43. 33 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka , h. 105.
38
e. Alih Media/ Bentuk Dalam mengatasi kekurangan tempat atau ruangan di perpustakaan dan juga melestarikan informasi dari buku-buku yang sudah lapuk, maka diperlukan alih bentuk dokumen. Cara perawatan dengan alih bentuk yaitu pada buku-buku yang telah rapuh. Dan buku itu amat berharga, buku itu hanya ada satu kopi, sedangkan di pasaran sudah tidak mungkin didapat seperti buku-buku langka, Undang-Undang Dasar Naskah asli, dan lainlain yang bernilai sejarah. Maka dengan menyelamatkannya dengan cara alih bentuk.34 Pelestarian koleksi perpustakaan melalui pengalihan ke dalam bentuk mikrofilm ataupun CD bertujuan selain untuk penyelamatan, pengamatan, juga ternyata dapat menghemat tempat, waktu dan tenaga, menghemat biaya pemeliharaan dan penyebaran, serta mempermudah pencarian kembali.35 Alih bentuk yang terkenal adalah bentuk mikro atau lazim disebuit mikrofilm. Mikrofilm ini merupakan bentuk lain dari bahan tercetak seperti buku, majalah, atau surat kabar.
Bentuk mikro dapat
berupa gulungan mikrofilm, mikrofis, aperture card, ultrafis, dan mikroopaque. f. Penjilidan Penjilidan adalah menghimpun atau menggabungkan lembaranlembaran lepas menjadi satu, yang dilindungi dengan ban atau sampul.36 Buku bukan merupakan tumpukan kertas yang berdiri sendiri, tapi 34
Muhamad Djuhro. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h. 16. 35 Tjetjep S. Surialaga,dkk, “ Pelestarian Koleksi Perpustakaan”, Jurnal Perpustakaan Pertanian,Vol. II no. 2 (2002): 56. 36 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h. 58.
39
merupakan struktur yang satu sama lain saling terikat. Struktur buku terdiri atas: segi, foredge, kertas hujungan, badan buku, papan jilidan, ikatan timbul, groove, tulang pita kapital dan sebagainya. Agar struktur itu tidak lepas satu sama lainnya, maka buku perlu dijilid.37 Adapun perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan penjilidan meliputi pisau, palu, pelubang, gunting, tulang pelipat, penggaris besi, kuas, gergaji, jarum, benang, pengepres, pemidang jahit, mesin potong dan sebagainya. Sedangkan untuk bahan jilidannya yaitu kertas, kain linen, perekat, benang dan kawat jahit. Sebelum dijilid, buku perlu dipersiapkan secara baik. Kekeliruan atau
kekurangan
dalam
persiapan,
dapat
berakibat
fatal
dan
mengecewakan. Juga merupakan pemborosan jika harus dijilid ulang. “Persiapan penjilidan meliputi dua hal yaitu: (1) Penghimpunan kertas-kertas atau bahan pustaka, Penghimpunan harus dikerjakan secara teliti, jangan salah mengurutkan nomor halaman. Kalau majalah, jangan salah mengurutkan nomor penerbitannya. Panjang-pendek, serta lebar kertas harus disamakan. Rapihkan sisi sebelah kiri agar pemotongan dan perapihan dapat dikerjakan untuk ketiga sisi yang lain. Petunjuk penjilidan harus disertakan, agar hasilnya sesuai dengan yang kita kehendaki (2) Penggabungan. Dalam melakukan penggabungan kita harus melihat jilidan macam apa yang dikendaki sesuai dengan slip petunjuk penjilidan.”38
37
Sholiatalhanin. “Pelestarian (Preservation) Bahan Pustaka di Perpustakaan”. http://testiani170885.wordpress.com/2009/05/11/pelestarian-preservation-bahan-pustaka-diperpustakaan. (Diakses pada tanggal 14 Juni 2011 jam 14.36 WIB). 38 Daryono. “Pemeliharaan Bahan Pustaka di Perpustakaan”. http://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-di-perpustakaan. (Diakses pada tanggal 9 Juni 2011 jam 14.03 WIB).
40
4. Kendala-Kendala Dalam Pelestarian Bahan Pustaka Dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka khususnya di Indonesia ternyata juga mengalami banyak kendala, antara lain: a. Kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia. Hingga kini belum ada lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri pada pelestarian serta belum jelas apakah untuk tenaga pelestarian diperlukan pada tingkat teknisi atau tingkat profesional. b. Banyak pimpinan serta pemegang kebijakan belum memahami pentingnya pelestarian sehingga mengakibatkan kurangnya dana, perhatian, dan fasilitas yang tersedia. c. Praktek pelestarian yang dilakukan selama ini di Indonesia masih banyak yang salah. d. Berbagai bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan Indonesia tercetak dalam kertas yang beraneka ragam mutunya. Justru banyak bahan pustaka dari periode perang kemerdekaan dicetak dalam kertas sejenis kertas merang yang kurang baik mutunya, namun tinggi nilai historisnya. e. Berbagai ruang perpustakaan tidak dirancang bangun sesuai dengan keperluan pelestarian dan pengawetan. Masih banyak ruang perpustakaan menerima sinar matahari secara langsung sehingga mempercepat proses kerusakan bahan pustaka. f. Pada tingkat nasional belum terdapat kebijakan pelestarian nasional. Kebijakan ini merupakan hasil kerja bersama antara berbagai instansi terkait.39 39
Sulistyo- Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), h. 279.
41
Berdasarkan hasil pemantauan dan survei yang telah dilakukan oleh tim International Review Team pada bulan Juni dan Juli tahun 1989 menyatakan bahwa masalah-masalah yang dihadapi perpustakaan di Indonesia antara lain:40 a. Masih kurangnya tenaga pelestarian di Indonesia. b. Administrator belum memahami konsepsi pelestarian. c. Praktek pelestarian yang sering salah. d. Mutu kertas yang masih seadanya. e. Dana yang terbatas untuk pelestarian. f. Masih sedikitnya referensi untuk kegiatan ini. g. Kondisi ruang koleksi pada umumnya kurang memadai. h. Belum adanya kebijakan dalam pelestarian.
40
h. 320.
Blasius Sudarsono. Antologi Kepustakawanan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006),
BAB III GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (PNRI)
A. Sejarah Perpustakaan Nasional RI Perpustakaan
nasional adalah perpustakaan
yang
dikelola
oleh
pemerintah pada tingkat nasional yang berfungsi sebagai perpustakaan nasional. Penambahan penjelasan “yang berfungsi sebagai perpustakaan nasional” sengaja dilakukan, karena ada perpustakaan yang tidak dinyatakan secara resmi sebagai perpustakaan nasional, namun berfungsi sebagai perpustakaan nasional. Contohnya, Library of Congres di Amerika Serikat dan Koninklijk Bibliotheek di Belanda. Di Indonesia, PNRI baru didirikan pada tanggal 17 Mei 1980, melalui Keputusan Menteri P dan K No. 0164/0/1980, dengan status sebagai salah satu UPT dari Ditjen Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Pendirian
Perpustakaan
Nasional
merupakan
gabungan
dari
empat
perpustakaan yang telah ada sebelumnya. Yaitu Perpustakaan Museum Nasional (semula Bataviaasch Genootschap van Kunsten Wetenschapen) pada tanggal 24 April 1778, Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial, (semula perpustakaan Sticusa), Kantor Bibliografi Nasional; dan Perpustakaan Wilayah (Negara) Jakarta.
42
43
Walaupun secara resmi Perpustakaan Nasional berdiri di pertengahan tahun 1980, namun integrasi keseluruhan secara fisik baru dapat dilakukan pada Januari 1981 sampai dengan tahun 1987. Perpustakaan Nasional RI masih berlokasi di tiga tempat terpisah, yaitu Jl. Merdeka Barat 12 (Museum Nasional), Jl. Merdeka Selatan No. 11 (Perpustakaan PSP), dan Jl.Imam Bonjol No.1 (Museum Naskah Proklamasi). Kepala Perpustakaan Nasional pada saat itu adalah Mastini Hardjoprakoso, MLS. Dengan selesainya pembangunan dan renovasi sebagian gedung di Jl. Salemba Raya No. 28 A, pada awal 1987 pimpinan dan staf dari tiga bidang (kecuali Bidang Koleksi) pindah ke lokasi tersebut. Gedung baru ini menyatakan semua kegiatan dibawah satu atap yang sebelumnya terpencar di beberapa tempat di Jakarta. Pada tahun 1989, status Perpustakaan Nasional berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), melalui Keputusan Presiden RI No. 11 Tahun 1989. Dengan Keputusan Presiden ini, Perpustakaan Nasional menjadi lembaga yang berdiri sendiri dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Implikasi dari perubahan status ini, antara lain adalah Perpustakaan Wilayah yang semula di bawah Pusat Pembinaan Perpustakaan, berubah menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional. Sejak saat itu, pembinaan dan pengembangan kegiatan perpustakaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan bagian dari tugas dan kewenangannya di bidang perpustakaan.
44
Selanjutnya, pada tahun 2007 Undang-Undang (UU) No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan ditetapkan, yang lebih memperkuat status dan kedudukan Perpustakaan Nasional secara hukum. Keberadaan Kepres nomor 11 Tahun 1989 dinilai kurang efektif lagi, terutama bila dikaitkan dengan telah diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kebijakan otonomi daerah dianggap telah mengakibatkan ketidakjelasan kewenangan pusat dan daerah dalam bidang perpustakaan. UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan memberi definisi perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka (pengguna perpustakaan). Sementara itu, masih menurut
UU
Perpustakaan menyebut Perpustakaan Nasional sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang
perpustakaan
yang
berfungsi
sebagai
perpustakaan
rujukan,
perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.
B. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional RI Visi: Pemberdayaan potensi perpustakaan dalam meningkatkan kualitas kehidupan bangsa.
45
Misi: 1) Membina, mengembangkan dan mendayagunakan semua jenis perpustakaan. 2) Membina, mengembangkan dan meningkatkan kebiasaan membaca masyarakat. 3) Melestarikan bahan pustaka (karya cetak dan karya rekam) sebagai hasil budaya bangsa. 4) Menyelenggarakan layanan perpustakaan.
C. Tugas dan Fungsi Perpustakaan Nasional RI PNRI mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugasnya, PNRI menyelenggarakan fungsi: 1. Mengkaji dan menyusun kebijakan nasional di bidang perpustakaan; 2. Mengkoordinasikan kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas PNRI; 3. Melancarkan dan membina terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang perpustakaan; 4. Menyelenggarakan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang perencanaan
umum,
ketatausahaan,
organisasi
dan
tata
laksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Dalam menyelenggarakan fungsinya PNRI mempunyai kewenangan, antara lain:
46
1. Menyusun rencana nasional secara makro di bidang perpustakaan. 2. Merumuskan
kebijakan
dibidang
perpustakaan
untuk
mendukung
pembangunan secara makro. 3. Menetapkan sistem informasi di bidang perpustakaan. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu: 1. Merumuskan dan pelaksanaan di bidang perpustakaan. 2. Merumuskan pelaksanaan kebijakan pelestarian pustaka budaya bangsa dalam mewujudkan koleksi deposit nasional dan pemanfaatannya. Sedangkan untuk tugas dan fungsi Pusat Preservasi Bahan Pustaka mempunyai tugas melaksanakan pelestarian informasi dan fisik bahan pustaka, dan menjalankan fungsi: 1. Pelaksanaan pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui alih media mikrografi dan fotografi oleh Bidang Reprografi. 2. Pelaksanaan pelestarian fisik melalui pemeliharaan, perawatan, restorasi, dan penjilidan bahan pustaka oleh Bidang Konservasi. 3. Pelaksanaan pelestarian kandungan informasi bahan pustaka melalui alih media digital ke media baru oleh Bidang Transformasi Digital. D. Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI Berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga Non Departemen, dan SK Kepala Perpusnas No.3 Tahun 2001 Tentang Organisasi
47
dan Tata Kerja PNRI yang berlaku mulai 01 Januari 2001 terdapat dalam Lampiran 1.1
E. Koleksi Perpustakaan Nasional RI Terdapat jenis koleksi bahan pustaka yang dilayankan oleh PNRI yaitu antara lain: 1. Koleksi Buku Koleksi buku mempunyai pelayanan bahan pustaka dan referensi (rujukan) kepada pemustaka, baik untuk anggota maupun pengunjung perpustakaan biasa (non anggota). Koleksi buku atau monograf mencakup terbitan tahun 1556 sampai yang paling mutakhir, yang terdiri atas bukubuku teks, laporan penelitian, skripsi, tesis dan buku rujukan. 2. Koleksi Surat Kabar Koleksi surat kabar terjilid PNRI terdiri atas terbitan masa kolonial Belanda, zaman pendudukan Jepang, masa awal kemerdekaan, periode 1950an sampai dengan terbitan tiga tahun lalu. Tersedia lebih dari 1.000 judul koleksi surat kabar terjilid, terbitan dalam dan luar negeri dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, bahasa asing seperti Bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Arab, Cina, dan Jepang. Selain terbitan LKBN antara, PNRI memiliki surat kabar tua terbitan tahun 1812 yang merupakan koleksi unggulan PNRI.
1
Perpustakaan Nasional RI. “Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI” diakses pada tanggal 08 Juli 2011 dari http://www.pnri.go.id.
48
3. Koleksi Majalah Meliputi terbitan sebelum perang Dunia II, zaman pendudukan Jepang, periode kemerdekaan sampai yang diterbitkan tiga tahun terakhir. Majalah tertua Perpustakaan Nasional terbit tahun 1731, majalah luar negeri tahun 1779, dan majalah dalam negeri berbahasa Indonesia tahun 1903. 4. Koleksi Kliping Koleksi kliping ini mencakup kumpulan gunting berita dan artikel berbagai surat kabar khususnya terbitan tiga tahun terakhir tentang berbagai subyek. 5. Koleksi Peta Koleksi peta yang tersedia terbitan dari tahun 1609 sampai dengan sekarang. Peta Batavia merupakan koleksi tertua yang diterbitkan tahun 1669. Jenis koleksi peta yang tersedia meliputi peta topografi, geologi, kemampuan tanah, pertambangan, pertanian, dan sejarah. Media yang digunakan berupa kain, kertas, dan plastik. 6. Koleksi Lukisan Untuk koleksi lukisan sebagian besar merupakan reproduksi lukisan arkeologi Indonesia seperti candi, patung, keris, dan sebagainya. Reproduksi lukisan tersebut merupakan hadiah dari The British Library kepada Perpustakaan Nasional pada tahun 1995 yang aslinya masih disimpan disana. Koleksi lukisan unggulan lainnya adalah karya pelukis berkebangsaan Belanda di masa colonial yang bernama Johannes Rach.
49
7. Koleksi Audio Visual Koleksi audio visual disebut juga koleksi pandang dengar. Terdiri atas mikrofilm, mikrofis, foto, video, dan kaset yang berisi tentang film dokumenter seni dan berbagai koleksi PNRI dalam format mikrofilm, mikrofis, maupun digital. 8. Koleksi Manuskrip / Naskah Nusantara Koleksi-koleksi yang tersedia sebagian besar diantaranya hasil pengumpulan kolektor seperti Pigeaud, Brandes, Coben Stuart, Von de Wall, Van der Tuuk dan Artati Soedirjo, serta Gusdur. Jumlah koleksi naskah sekitar ± 10.000 judul dan koleksi ini berusia ± 100 tahun, dan yang sudah dialih media ke bentuk mikrofilm sekitar ± 80 % dari jumlah koleksi. Dan yang dialih media dalam bentuk layanan digital baru sekitar 300-an judul naskah.
F. Koleksi Buku Langka Perpustakaan Nasional RI Tabel 1. Data koleksi buku langka di PNRI No.
Koleksi
Jumlah
1.
Buku Langka / Monograf
80.000 judul / 120.000 eksemplar
2.
Varia
2.854 entri
3.
Ster
1.000 entri
4.
Braile
300 entri
5.
Deposit (dibawah th. 1990)
68.940 eksemplar
50
1. Koleksi Buku Langka berjumlah 80.000 judul atau 120.000 eksemplar. Pada awalnya merupakan koleksi perpustakaan Museum Nasional. Bukubuku ini mencakup terbitan zaman kolonial sejak tahun 1556-1985. 2. Koleksi varia (lembaran) berjumlah 2.854 entri, berupa ilustrasi yang terdapat pada lembaran-lembaran lepas yang terkumpul dalam portopel dan kotak karton, terdiri dari surat kabar, gambar, peta, piagam, lukisan asli dan naskah. 3. Koleksi ster yang berjumlah 1.000 entri, koleksi ini berupa majalah yang memuat tentang sejarah Indonesia. 4. Koleksi braile berjumlah 300 entri. 5. Koleksi Deposit tahun 1924-1989 yang berjumlah 68.9`40 eksemplar, terdiri atas terbitan Indonesia pada masa itu
G. Sistem dan Layanan Perpustakaan Nasional RI Sistem layanan yang diterapkan di PNRI menggunakan sistem tertutup, yaitu pemustaka tidak diperbolehkan mengambil koleksi sendiri, tetapi melalui petugas perpustakaan, sehingga petugas sangat berperan aktif dalam melayani pemustaka. Untuk mengetahui judul-judul buku, pengarang atau subyek dari buku yang diinginkan dapat ditelusur melalui sarana system temu kembali informasi baik secara manual yaitu menggunakan katalog kartu maupun secara elektronik menggunakan OPAC (Online Public Access Cataloguing). Jika pemustaka ingin memiliki informasi yang dikehendaki disediakan layanan fotokopi.
51
H. Peraturan Perpustakaan Nasional RI 1. Jam Buka Layanan Perpustakaan Layanan perpustakaan dibuka pada setiap hari, kecuali pada hari libur dan minggu, dengan rincian jam buka sebagai berikut: Senin-Jumat
: 09.00 WIB - 18.00 WIB
Sabtu
: 09.00 WIB - 16.00 WIB
Istirahat
: 12.00 WIB – 13.00 WIB
2. Keanggotaan Perpustakaan Untuk dapat memanfaatkan layanan dan fasilitas yang disediakan PNRI maka pemustaka diwajibkankan untuk memiliki kartu anggota terlebih dahulu dengan cara mendaftarkan diri pada bagian keanggotaan. Kartu anggota PNRI berlaku selama 1 tahun dan seumur hidup untuk yang berusia 60 tahun. Setiap anggota berhak mendapatkan dan memanfaatkan fasilitas layanan jasa perpustakaan. Selain mempunyai hak setiap anggota mempunyai kewajiban yang harus ditaati dan dipatuhi sesuai dengan ketentuan, tata tertib dan peraturan yang berlaku.
I. Fasilitas dan Pelayanan Perpustakaan Nasional RI Perpustakaan Nasional menyediakan fasilitas untuk para pemustaka yaitu antara lain: 1. Layanan internet gratis dengan WIFI dan hotspot. 2. Perpustakaan Nasional menerima hibah bahan pustaka. 3. Layanan
Perpustakaan
Elektronik
keliling
(PUSTELING),
PUSTELING mengunjungi SMP dan SMA di wilayah jabodetabek.
mobil
52
4. Bantuan bahan pustaka: bantuan bahan pustaka ini diberikan kepada perpustakaan-perpustakaan yang membutuhkan. 5. Membina dan mengembangkan berbagai jenis perpustakaan. Selain menyediakan fasilitas-fasilitas diatas, PNRI juga melayani : 1. Permintaan informasi tentang berbagai subjek. 2. Bimbingan penelusuran literatur dan penelitian ilmiah. 3. Menyalurkan permintaan informasi yang tidak tersedia di PNRI ke lembaga lain di dalam dan luar negeri. 4. Pembuatan kliping berita,artikel dari surat kabar serta majalah koleksi sendiri. 5. Permintaan alih media dan reproduksi bahan pustaka tercetak ke dalam format digital, fotokopi, mikrofilm,dan mikrofis dengan pertimbangan utama kondisi fisik bahan pustaka dan hak cipta. 6. Pembuatan indeks beranotasi dari artikel surat kabar dan majalah terbitan sebelum Perang Dunia II sampai terbitan terbaru dengan topik-topik yang diinginkan pengguna jasa. 7. Permintaan alih aksara naskah nusantara dan koleksi langka dari aksara daerah ke aksara latin dan alih bahasa dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia.
53
J. Lokasi Perpustakaan Nasional RI
Gambar 1. Perpustakaan Nasional Jln. Salemba Raya No.28 A
PNRI memiliki dua gedung yang berlainan lokasi. Gedung pertama yang merupakan gedung pusat terletak di Jalan Salemba Raya 28A Jakarta Pusat. Gedung ini digunakan selain untuk menyimpan berbagai bahan pustaka, juga digunakan sebagai tempat Sekertariat Utama dan Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi. Di PNRI yang terletak di Jalan Salemba Raya 28A, menggunakan sistem layanan tertutup (close acces). Informasi-informasi yang dibutuhkan mengenai PNRI dapat ditanyakan melalui telepon di nomor 021-3922669, 3922749, 3922855, 3923116 (operator) atau faksimili 021-3103554, 3101472. Gedung kedua terletak di Jalan Merdeka Selatan 11 Jakarta Pusat. Gedung ini merupakan tempat Deputi Bidang Sumber Daya Perpustakaan dan tempat layanan terbuka PNRI. Perpustakaan ini mengadopsi sistem layanan terbuka (open access). Informasi-informasi yang dibutuhkan mengenai Perpustakaan Nasional Republik Indonesia khususnya yang berada di Jalan
54
Merdeka Selatan 11 Jakarta Pusat atau pemustaka yang ingin memperpanjang masa peminjaman bahan pustaka, dapat melalui pesawat telepon di nomor 021-3448813, 3448812, 3455611, atau faksimili 3448812, 34833314 ext. 236.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan memaparkan tentang hasil observasi dan wawancara terhadap kegiatan pelestarian buku langka di PNRI yang mencakup berbagai faktor penyebab kerusakan pada buku langka, usaha pencegahan agar buku tidak mengalami kerusakan dan cara-cara memperbaiki buku langka yang sudah rusak serta kendala-kendala yang dihadapi dalam melestarikan buku langka. Pelestarian pada bahan pustaka khususnya koleksi buku langka merupakan kegiatan dalam menjaga informasi agar tidak hilang. Usaha pelestarian koleksi buku langka mencakup dua aspek yaitu usaha pencegahan yang disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat menyebabkan kerusakan dan usaha perbaikan terhadap buku langka yang sudah rusak. Dalam kegiatan pelestarian dilakukan dua kegiatan yaitu penyelamatan dalam bentuk fisik dan penyelamatan informasinya. Secara teknis kegiatan pelestarian bahan pustaka yang termasuk didalamnya buku langka pada PNRI dilakukan oleh tiga bagian, untuk penyelamatan fisik dilaksanakan oleh bidang konservasi, sedangkan untuk penyelamatan informasi dilaksanakan oleh bidang transformasi digital dalam bentuk digital dan bidang reprografi dalam bentuk mikrofilm dan foto. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dan observasi di PNRI selama kurang lebih satu bulan, wawancara dilakukan menggunakan lima
55
56
orang informan yang dapat memberikan informasi mengenai kegiatan pelestarian buku langka di Perpustakaan Nasional. Informan yang diteliti antara lain: 1) Nama
: Ana Suraya AE
NIP
: 19620818 198812 2 001
Pendidikan
: S1 Kimia Universitas Indonesia S2 Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia
Jabatan 2) Nama
: Kepala Bidang Konservasi Bahan Pustaka PNRI. : Made Ayu Wirayati
NIP
: 19670610 199303 2 001
Pendidikan
: S1 Biologi Universitas Indonesia
Jabatan
: Kepala Sub Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka PNRI
3) Nama
: Tuty Hendrawaty
Pendidikan
: S1 Ilmu Perpustakaan Universitas Padjajaran
Jabatan:
: Staff Bidang Transformasi Digital Pusat Preservasi Bahan Pustaka PNRI
4) Nama
: Yeri Nurita
NIP
: 19660905 199403 2 001
Pendidikan
: S1 Sastra Indonesia Universitas Indonesia
Jabatan
: Pustakawan Muda dan Ketua Kelompok Bahan Pustaka untuk Buku Langka di ruangan penyimpanan koleksi buku langka PNRI
5) Nama
: Tatik Wiharti
57
Jabatan
: Staff pada Sub Bidang Mikrofilm dan Reprografi Pusat Preservasi Bahan Pustaka PNRI
A. Kebijakan Pelestarian Perpustakaan Nasional RI Dalam
hal
pelestarian,
Undang-Undang
No.
4
tahun
1990
menyebutkan dengan jelas bahwa PNRI merupakan badan yang ditunjuk untuk melaksanakan pelestarian semua karya cetak dan karya rekam yang diterbitkan di Indonesia atau yang diterbitkan di luar negeri tentang Indonesia. Dari hasil wawancara disebutkan bahwa belum adanya kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan pustaka khususnya buku langka di PNRI, tetapi pihak PNRI menggunakan acuan sebagai kebijakan pelestarian yaitu UU No. 43 tahun 2007 yang tercantum pada Bab VII pasal 21 ayat 3 tentang tanggung jawab PNRI yaitu mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya bangsa, selain itu secara tertulis memang PNRI telah menyatakan mengadopsi Prinsip-Prinsip Pelestarian Bahan Pustaka yang dikeluarkan oleh IFLA sebagai pedoman pelestarian bahan pustaka di Indonesia. Tujuan utama pelestarian adalah menciptakan koleksi bahan pustaka tersedia dalam keadaan baik dan siap pakai. Kegiatan-kegiatan pelestarian bahan pustaka di PNRI mencakup: 1. Tindakan preventif. Bagaimana menata dan menyimpan bahan pustaka yang benar, termasuk memilih sarana yang memenuhi syarat dan mengendalikan kondisi lingkungan seperti temperatur, kelembaban udara, cahaya dan pencemaran udara.
58
2. Pengamanan koleksi. Implementasi perencanaan kesiapan menghadapi bencana
dengan
mengaktifkan
fungsi
anggota
tim
yang
akan
melaksanakan kegiatan pencegahan terjadinya bencana, termasuk di dalamnya melindungi koleksi dari kerusakan dan pencurian. 3. Penanganan konservasi. Bahan pustaka yang mempunyai nilai sejarah, informasi, dan nilai estetika harus disimpan dalam bentuk aslinya, untuk itu perlu ditetapkan penanganan yang benar, termasuk bagaimana memelihara, merawat, memperbaiki, dan menjilid ulang bahan pustaka yang rusak. 4. Pelestarian kandungan
informasi.
Merupakan alternatif lain dari
pelestarian. Alih media ke bentuk mikro (mikrofilm dan foto reproduksi) merupakan pelestarian informasi yang dapat bertahan sampai dengan 500 tahun jika disimpan pada kondisi yang memenuhi standar. 5. Alih media bahan pustaka ke bentuk digital merupakan bentuk lain pelestarian kandungan informasi. Informasi dalam bentuk digital disimpan dalam CD maupun media digital lainnya. 6. Perpustakaan Nasional RI menetapkan standar internasional IFLA menngenai prinsip-prinsip pelestarian bahan pustaka dalam kegiatan pelestarian bahan pustaka, mencakup bibliografi kontrol, pembuatan dan penyimpanan mikrofilm serta pelaksanaan konservasi. 7. Penggunaan kertas bebas asam (permanent paper) sebagai conservation materials dalam pelaksanaan pelestarian, seperti contohnya pembuatan kotak pelindung untuk menyimpan buku dan mikrofilm, kertas bebas asam untuk lembar pelindung pada penjilidan.
59
8. Pelatihan. Staf pusat Preservasi Bahan Pustaka harus memilki kesadaran untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang konservasi, memberikan penyuluhan kepada staf untuk melestarikan koleksi yang menjadi tanggung jawab serta menerbitkan brosur yang berisi informasi tentang pelestarian serta pembuatan peraturan di ruang baca untuk user education. 9. Pusat kajian naskah. Pengorganisasian koleksi naskah di seluruh Indonesia yang mampu mewujudkan koleksi khasanah budaya bangsa yang lestari melalui kegiatan pelestarian, yang pada gilirannya menjadi Pusat Kajian Naskah. B. Usaha Pencegahan Kerusakan Buku Langka Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis kepada informan tentang penyebab kerusakan pada buku langka dijelaskan bahwa penyebab-penyebabnya antara lain karena pencahayaan yang terlalu tinggi di ruang penyimpanan koleksi buku langka, kualitas kertas yang kurang baik, faktor usia yang menyebabkan buku menjadi rapuh, serta kurangnya pemeliharaan dari pihak perpustakaan. Namun hal ini dapat dicegah dengan berbagai upaya, pencegahan-pencegahan tersebut telah dilakukan oleh PNRI agar buku langka tidak cepat mengalami kerusakan, mendapatkan perawatan dan perbaikan
pada koleksi buku langka ini. Berikut adalah uraian dari
berbagai usaha pencegahan buku langka dari kerusakan.
60
1. Suhu dan Kelembaban Berdasarkan observasi dan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui keadaan suhu dan kelembaban pada tempat penyimpanan koleksi buku langka di PNRI dapat dilihat
pada tabel
berikut ini: Tabel 2. Kondisi Suhu dan Kelembaban di Ruang Penyimpanan Koleksi Buku Langka Hal Keadaan Teori Keterangan Suhu
Suhu yang terdapat di ruang penyimpanan buku langka adalah 200C
Suhu udara yang ideal bagi perpustakaan dan arsip adalah 20-400C. 1
Memenuhi
Sirkulasi Udara
Perpustakaan menggunakan AC (Air Conditioner) tidak dipasang selama 24 jam sehari
Menggunakan kipas angin atau AC yang hidup selama 24 jam sehari. 2
Tidak Memenuhi
Kelembaban
Tidak diketahui berapa kelembaban di ruang penyimpanan koleksi buku langka
Kelembaban yang sesuai berkisar antara 45-60% RH.3
Tidak Memenuhi
Mengurangi kelembaban udara di ruaangan
PNRI menggunakan dehumidifier didalam ruangan untuk mengurangi kelembaban udara
Untuk mengurangi kelembaban ruangan menggunakan alat dehumidifier.4
Memenuhi
1
Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan pustaka dan Arsip (Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992), h.33. 2 Ibid, h. 34. 3 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka ( Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h. 72. 4 Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h. 34.
61
PNRI telah melakukan berbagai upaya agar ruangan di tempat penyimpanan buku langka tetap berada pada kondisi suhu dan kelembaban yang sesuai. Upaya-upaya yang telah dilakukan pihak perpustakaan diantaranya adalah telah menggunakan AC yang dipasang 200C guna mendapatkan suhu yang sesuai dengan kondisi buku langka, namun pemasangan AC ini tidak dipasang selama 24 jam sehari. Pemasangan AC ini hanya dilakukan pada jam kerja saja yaitu dari pukul 08.00-16.00 WIB, menurut informan hal ini dikarenakan apabila pemasangan AC dilakukan selama 24 jam sehari akan membutuhkan biaya yang cukup besar. Upaya lain yang telah dilakukan adalah untuk mengurangi kelembaban udara di dalam ruangan dengan menggunakan alat dehumidifier yang dipasang di dalam ruangan tempat penyimpanan koleksi buku langka, alat ini berfungsi untuk menurunkan suhu dan kelembaban udara. Sementara untuk mengurangi panas dan tirai pada jendela dipasangkan penyekat guna mencegah masuknya cahaya matahari langsung. Sedangkan untuk kelembaban tidak diketahui berapa kelembabannya. 2. Cahaya Berdasarkan hasil pengamatan penulis di ruangan penyimpanan koleksi buku langka terhadap pencahayaan di ruangan, PNRI telah menutup jendela ruangan dengan tirai untuk mengurangi cahaya matahari yang masuk secara langsung ke dalam ruangan perpustakaan. Sedangkan untuk memperoleh hasil yang optimal dalam menurunkan tingkat pencahayaan dan
62
perolehan cahaya sebaiknya perpustakaan menggunakan saringan ultraviolet, namun kenyataannya dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan di PNRI telah menggunakan saringan ultraviolet yaitu berupa kaca film. Untuk cahaya di dalam ruangannya sendiri perpustakaan menggunakan lampu neon, penggunaan lampu neon sangat baik untuk bahan pustaka karena cahaya dari lampu neon menyebar rata ke seluruh ruangan penyimpanan. Sedangkan untuk mencegah kerusakan buku langka yang lebih parah lagi, PNRI telah memperkecil intensitas cahaya dan buku-buku tidak diletakkan terlalu dekat dengan jendela. Tabel 3. Hasil Observasi Terhadap Pencegahan Kerusakan yang Disebabkan oleh Cahaya Hal Keadaan Teori Keterangan Penggunaan Saringan Untuk mencegah Memenuhi Saringan ultraviolet yang kerusakan uang ultraviolet digunakan berupa diakibatkan oleh kaca film yang sinar matahari dipasang di yang masuk secara ruangan langsung salah penyimpanan satunya dengan koleksi buku menutup jendela langka dengan saringan ultraviolet. 5 Penerangan di PNRI Untuk cahaya Memenuhi ruangan menggunakan buatan ruangan penyimpanan lampu neon yang perpustakaan dapat menyebar dapat digunakan rata ke seluruh lampu pijar atau ruangan lampu neon agar merata ke seluruh ruangan.6 Pencegahan PNRI menutup Agar cahaya Memenuhi cahaya matahari jendela ruangan matahari tidak langsung ruangan dengan tirai untuk masuk secara 5 6
Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h 32. Ibid, h 15.
63
mengurangi cahaya matahari yang masuk secara langsung ke dalam ruangan perpustakaan
langsung perlu menutup jendela dengan tirai atau pelindung lainnya.7
3. Debu Dalam mengantisipasi kehadiran debu pada koleksi buku langka, langkah yang dilakukan PNRI di ruang penyimpanan buku langka ini antara lain dengan melakukan kegiatan kebersihan yang dilaksanakan oleh petugas kebersihan atau cleaning service secara rutin yaitu setiap hari, namun kegiatan kebersihan ini tidak dilakukan pada buku langka yang dibersihkan secara satu persatu, tetapi hanya di dalam ruangan penyimpanannya saja yang dibersihkan. Langkah lain yang dilakukan perpustakaan agar debu tidak menempel pada buku adalah menutup rapat pintu dan jendela dan mentup berbagai celah yang memungkinkan debu masuk ke dalam ruangan. Jendela yang digunakan di PNRI adalah jendela yang berengsel yang terbuat dari besi, jendela ini efektif guna mencegah masuknya debu ke dalam ruangan terutama ke koleksikoleksi buku langka. Tabel 4. Hasil Observasi Terhadap Pencegahan Kerusakan yang Disebabkan Oleh Debu Hal Keadaan Teori Keterangan Penggunaan AC
7
Ibid, h.16
AC digunakan di dalam ruangan penyimpanan koleksi buku
Pemasangan AC didalam ruangan dengan konstruksi AC harus tertutup
Memenuhi
64
Penggunaan Alat Pembersih
langka agar debu tidak masuk kedalam ruangan
rapat agar debu tak mungkin masuk ke ruangan perpustakaan.8
Perpustakaan menggunakan alat vacuum cleaner, lap, sikat halus, dan kemoceng untuk membersihkan ruangan dari segala debu agar buku langka tetap terawat dan terjaga dengan baik
Untuk mencegah kerusakan buku yang sudah terkena debu perlu diadakan pencegahan dengan membersihkan buku dengan kuas, vacuum cleaner, spon, bulu ayam.9
Memenuhi
4. Faktor Serangga dan Binatang lainnya Dari hasil observasi yang telah dilakukan penulis terhadap usaha-usaha pencegahan kerusakan buku langka yang dilakukan oleh PNRI terhadap keberadaan serangga, jamur dan binatang lainnya yang dapat merusak buku di dalam penyimpanan koleksi buku langka seperti rusaknya fisik buku dan memudarnya tulisan-tulisan pada buku. PNRI juga melakukan fumigasi terhadap ruangan penyimpanan koleksi untuk mencegah kehadiran berbagai serangga. Berdasarkan hasil wawancara bahwa fumigasi dilaksanakan setiap satu tahun sekali yang dilakukan pada pertengahan tahun, untuk tahun 2011 fumigasi telah dilaksanakan pada bulan Juli. Bahan yang digunakan untuk fumigasi adalah phosphin atau potoksin. Dalam proses kegiatan fumigasi ini dilakukan pada ruangan langsung penyimpanan buku langka. Selama kegiatan fumigasi berlangsung 1 sampai 2
8 9
Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka, h. 84. Ibid, h 86.
65
hari maka layanan di ruangan penyimpanan koleksi buku langka ditutup dan tidak dapat digunakan untuk melayani para pemustaka. Kegiatan fumigasi sendiri dilakukan oleh tenaga dari PNRI sendiri yang tidak mengadakan kerjasama dengan pihak manapun. Selain melakukan fumigasi, pihak perpustakaan juga mengobati bukubuku yang terkena penyakit akibat kehadiran serangga dan binatang lainnya serta memasang kamfer di dalam ruangan penyimpanan buku langka. Antisipasi lain yang dilakukan PNRI adalah dengan melakukan program kebersihan yang dilakukan oleh petugas cleaning service didalam ruangan penyimpanan dengan menggunakan alat vacuum cleaner, menyimpan dan menata koleksi dalam ruangan kaca dan menggunakan rak-rak yang terbuat dari besi dengan susunan buku tidak terlalu rapat. Selain itu pihak perpustakaan juga melakukan pembubuhan obat anti rayap pada buku, menggunakan berbagai perangkap tikus agar tidak ada tikus yang menggerogoti buku langka. Petugas perpustakaan juga melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi di ruangan penyimpanan buku langka di PNRI. Tabel 5. Hasil Observasi Terhadap Keberadaan Serangga dan Binatang Lainnya Upaya
Keadaan
Teori
Melakukan fumigasi
Melaksanakan fumigasi setiap satu tahun sekali
Melakukan fumigasi merupakan salah satu tindakan pencegahan kerusakan pada bahan pustaka.10
10
Razak, Pelestaran Bahan Pustaka dan Arsip, h 39.
Keterangan Memenuhi
66
Penempatan koleksi di rak
Koleksi disusun tidak terlalu rapat atau renggang
Menyusun koleksi tidak terlalu rapat satu sama lainnya.11
Memenuhi
Rak penyimpanan koleksi
Menyimpan dan menata koleksi dalam ruangan kaca dan menggunakan rak-rak yang terbuat dari besi
Memilih rak-rak penyimpanan yang terbuat dari bahanbahan yang tidak disukai oleh serangga seperti kayu jati atau logam.12
Memenuhi
Kebersihan
Melakukan program kebersihan yang dilakukan oleh petugas cleaning service didalam ruangan penyimpanan dengan menggunakan alat vacuum cleaner
Untuk mencegah jamur tumbuh perlu menjaga kebersihan di tempat penyimpanan koleksi.13
Memenuhi
5. Manusia Manusia merupakan salah satu penyebab kerusakan pada bahan pustaka baik pustakawan, petugas perpustakaan maupun pemustaka itu sendiri. Oleh karena itu, untuk mencegah kerusakan pada buku langka karena faktor usia dan kondisi yang sudah rapuh. Berhubung PNRI
menerapkan layanan
tertutup, maka petugas perpustakaan mengambilkan koleksi yang dibutuhkan oleh pemustaka yang membutuhkan bahan pustaka yang diinginkan. Begitu pula di ruangan penyimpanan buku langka, sehingga pemustaka tidak sembarangan mengambil buku langka yang dibutuhkannya.
11
Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka, h. 92 Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, h 37. 13 Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka, h. 85. 12
67
Berdasarkan hasil wawancara kepada informan bahawa tindakan pencegahan yang dilakukan PNRI terhadap petugas atau staf perpustakaan baik di bagian penyimpanan koleksi buku langka maupun staf di bagian preservasi
bahan
pustaka
adalah
memberikan
kesadaran
untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang konservasi, memberikan penyuluhan kepada staf untuk melestarikan koleksi yang menjadi tanggung jawab serta menerbitkan brosur yang berisi informasi tentang pelestarian serta pembuatan peraturan di ruang baca untuk user education. Selain itu, langkah antisipasi yang dilakukan oleh perpustakaan adalah dengan memberikan larangan merokok di dalam ruangan perpustakaan baik untuk petugas perpustakaan dan pemustaka untuk mencegah kerusakan yang mungkin timbul dari faktor manusia itu sendiri. PNRI juga memasang alat smoke detector pada atap ruangan perpustakaan untuk mendeteksi keberadaan api ataupun asap rokok dari pemustaka maupun petugas perpustakaan. Dan larangan untuk makan, minum dan hal lainnya yang dapat menyebabkan koleksi mengalami kerusakan yang lebih parah lagi. Tabel 6. Hasil Observasi Tindakan Manusia Pencegahan Terhadap Kerusakan Buku Langka Subyek Pustakawan
Keadaan Memberikan kepada staf pusat Preservasi Bahan Pustaka untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang konservasi,
Teori Memberikan pemahaman kepada para pustakawan mengenai pentingnya melestarikan bahan
Keterangan Memenuhi
68
Pengguna
memberikan penyuluhan kepada staf untuk melestarikan koleksi yang menjadi tanggung jawab serta menerbitkan brosur yang berisi informasi tentang pelestarian serta pembuatan peraturan di ruang baca untuk user education. Memberikan kesadaran kepada pengguna untuk ikut menjaga buku langka agar terhindar dari kerusakan, memberikan larangan merokok, membawa makanan dan minuman ke ruangan penyimpanan koleksi buku langka
pustaka terutama buku langka.14
Dengan memberikan rambu-rambu petunjuk tentang bagaimana menggunakan bahan pustaka dengan baik dan benar.15
Memenuhi
C. Usaha Memperbaiki Buku Langka dari Kerusakan Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara yang telah dilakukan penulis terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan PNRI seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa perbaikan bahan pustaka termasuk buku langka dibagian preservasi dibagi menjadi tiga bidang yaitu bidang konservasi, bidang transformasi digital dan bidang reprografi. Kegiatan yang dilakukan bidang konservasi meliputi kegiatan perbaikan buku seperti proses deasidifikasi kertas, kegiatan menambal dan menyambung buku, laminasi, dan penjilidan. Buku langka yang telah diperbaiki di bagian konservasi dikembalikan ke bagian penyimpanan PNRI untuk dilayankan kembali agar dapat digunakan oleh para pemustaka, dan 14
Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka, h. 101. Ibid, h. 102.
15
69
daftar buku langka yang telah dikembalikan oleh bidang konservasi terdapat pada lampiran 6. Sedangkan bidang transformasi digital melakukan kegiatan alih media dalam bentuk CD, dan bidang reprografi melakukan pelestarian buku langka dalam bentuk mikro dan foto. Berikut adalah data dari jumlah koleksi buku langka yang telah dilestarikan dari tahun 1990-2011. Tabel 7. Data Buku Langka yang sudah dilestarikan dari seluruh kegiatan preservasi bahan pustaka
No. 1. 2.
Tahun (Setiap 10 tahun) 1990-2000 2001-2011 Jumlah
Jumlah (Buku) 11.000 10.000 21.000
Persentase 13,75% 12,5% 26,25%
Setiap satu tahun kegiatan pelestarian buku langka dilakukan sebanyak 500-1000 buku, ini berarti dari keseluruhan koleksi yaitu 80.000 buku. Dari tabel diatas dapat dilihat setiap sepuluh tahun yaitu dari tahun 1990-2000 buku yang telah dilestarikan sebanyak 11.000 atau 13,75% buku dan selanjutnya dari tahun 2001-2011 sebanyak 10.000 atau 47,6 % buku. Apabila telah dilaksanakan kegiatan preservasi bahan pustaka dari tahun 1990-2011 maka buku yang telah dilestarikan hanya sebnyak 21.000 atau 26, 25% buku dari koleksi buku langka yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI untuk seluruh kegiatan pelestarian yang ada di PNRI. Hal ini menunjukkan bahwa PNRI memiliki prioritas-prioritas lain dalam melaksanakan kegiatan pelestarian tidak hanya buku langka saja tetapi berbagai macam koleksi diantaranya naskah nusantara, peta kuno, surat kabar, foto bersejarah, majalah, dan koleksi buku.
70
Kegiatan yang dilakukan oleh bidang konservasi antara lain deasidifikasi, laminasi, menambal dan menyambung, serta penjilidan. Untuk bidang transformasi mengerjakan kegiatan alih media bentuk dan bidang reprografi mengerjakan kegiatan dalam bentuk mikro. Dan untuk masingmasing kegiatan bidang konservasi, transformasi digital dan reprografi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Deasidifikasi Deasidifikasi adalah proses menetralkan asam pada kertas. Sebelum dilakukan tahap deasidifikasi, maka langkah yang dilakukan oleh bagian konservasi PNRI dalam melestarikan buku langka yaitu proses bleaching. Langkah yang pertama pada buku langka yang akan di bleaching yaitu buku langka di paginasi atau diberi penomoran ulang setelah itu jilidan buku dibongkar secara hati-hati. Kemudian buku diberi kasa nyamuk berguna sebagai pegangan buku bila dimasukkan kedalam air larutan. Lalu buku direndam selama ± 5 menit di dalam air kran. Sambil menunggu buku yang direndam, buat larutan PK 25 gram dalam dua setengah liter air. Dari rendaman air kran tadi, buku diangkat dan direndam lagi ke dalam larutan PK yang telah dibuat selama kurang lebih tiga puluh menit. Langkah selanjutnya adalah membuat larutan asam oksalat 50 gram ke dalam dua setengah liter air, buku yang telah direndam tadi diangkat lalu dibilas dengan air bersih agar larutan PK hilang, kemudian
71
proses selanjutnya buku tersebut dimasukkan ke dalam larutan asam oksalat, proses ini dilakukan untuk menghilangkan noda dan sisa PK yang belum hilang. Selanjutnya buku diletakkan ke dalam air yang mengalir agar asam oksalat tadi berkurang. Setelah proses ini selesai, barulah ke tahap proses deasidifikasi cara yang dilakukan yang pertama adalah dengan menimbang Magnesium Hidro Karbonat yang dicampur dengan CO2 kemudian dilarutkan ke dalam satu galon air agar larut. Larutan ini bersifat basa dan kertas bersifat basa, maka apabila buku dilarutkan ke dalam larutan tersebut maka kertas menjadi netral dan pH menjadi 7. 2. Laminasi Laminasi adalah melapisi dua sisi dokumen yang rapuh dengan tissue jepang. Proses laminasi yang dilakukan terhadap buku langka di PNRI caranya sama dengan laminasi pada umumnya.
Gambar 2. Tissue Jepang
72
3. Menambal dan Menyambung Langkah-langkah perbaikan lain yang dilakukan oleh pihak perpustakaan bagian Preservasi Bahan Pustaka bidang konservasi adalah menambal dan menyambung. Kegiatan menambal yang dilakukan bidang konservasi adalah dengan cara menutup bagian bahan pustaka yang berlubang dengan menggunakan tissue jepang. Menambal dilakukan untuk merekatkan bagian yang robek atau patah karena lipatan pada kertas. Sedangkan untuk kegiatan menyambung buku langka yang telah rusak dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan mesin dan manual. Dengan cara mesin menggunakan bubur kertas (palp) sedangkan dengan cara manual menggunakan tissue jepang. Hasil yang diperoleh dengan cara mesin ini lebih banyak dibandingkan dengan cara manual yang lebih sedikit, karena dengan cara manual diperlukan ketelitian konservator yang mengerjakannya. 4. Penjilidan Untuk koleksi buku langka yang jilidannya rusak, dilakukan tahap penjilidan ulang terhadap buku yang telah rusak tersebut. Setiap tahunnya PNRI memperbaiki buku langka dengan menjilid kurang lebih lima ratus buku per tahun. Biasanya dalam kegiatan penjilidan di PNRI disesuaikan dengan anggaran yang ada. Berdasarkan hasil wawancara yang telah penulis lakukan terhadap informan, adapun tahapan-tahapan atau prosedur yang dilakukan dalam kegiatan penjilidan buku langka ini adalah sebagai berikut:
73
a. Identifikasi buku, apakah buku langka tersebut masih bisa dijilid atau tidak, kalau tidak bisa dijilid maka dibuatkan portopel. b. Untuk buku yang masih bisa dijilid ulang, maka dilakukan tahap pembersihan debu, dan pemisahan cover buku dan isi buku dengan cara dicabut atau melepas jilidan yang telah rusak. c. Jika pinggiran buku rusak, maka terlebih dahulu buku ditambal atau disambung dengan kertas minyak atau tissue jepang. d. Kemudian buku dijahit dengan menggunakan pita rimpis atau kain keras. e. Buku yang sudah dijahit diberi lem perekat agar buku tidak mudah lepas atau rusak lagi. f. Langkah selanjutnya yaitu membuat hard cover dari buku yang rusak tersebut dengan menggunakan sampul linen. g. Lalu melakukan penggabungan dengan menggunakan lem perekat anatar cover dengan buku yang telah diperbaiki tersebut. h. Kemudian buku di press selama ± 5 menit. i. Langkah terakhir adalah menggabungkan cover asli yang telah dipisah tadi dengan hard cover dengan dijahit. 5. Alih Media Alih media bentuk merupakan salah satu kegiatan pelestarian bahan pustaka. Alih media bentuk yang dilakukan oleh PNRI meliputi dua metode yaitu dalam bentuk digital dan bentuk mikro. a. Digitalisasi
74
Program alih media bahan perpustakaan ke dalam bentuk digital di PNRI sudah dilakukan sejak tahun 1990an, dimana koleksikoleksi yang dialih mediakan hanya terbatas untuk bahan perpustakaan yang sifatnya butuh penanganan segera, khususnya dari akibat kerusakan secara fisik. Dalam hal ini Bidang Transformasi Digital melakukan kegiatan alih media digital sebagai upaya penyelamatan kandungan isi informasi yang terdapat bahan perpustakaan, sehingga isinya dapat dimanfaatkan untuk selama-lamanya. Adapun prioritas utama bahan perpustakaan yang akan dialihmediakan, meliputi kriteria sebagai berikut: 1) Prioritas. Koleksi naskah Nusantara, buku langka, peta kuno, gambar, foto bersejarah, majalah, surat kabar lama, karena dengan pertimbangan koleksi yang butuh penanganan dari segi kondisi fisiknya yang sudah lama dan banyak mengalami kerusakan. 2) Koleksi dengan permintaan yang tinggi atau sedang. 3) Koleksi yang relatif tidak dikenal, karena diakses lewat digital diharapkan meningkatkan permintaan. 4) Kriteria. Tema yang menjadi prioritas adalah sejarah terbentuknya zaman kolonial, kemerdekaan dan lain-lain. Untuk proses pendigitalisasian pada koleksi buku langka sasaran dan target program alih media yang telah dicapai oleh PNRI pada tahun 2008 kegiatan alih media digital sebanyak 50 judul 3000 halaman, pada tahun 2009 kegiatan alih media digital buku langka sebanyak 130 judul, dan pada tahun 2010 kegiatan alih media digital
75
koleksi buku langka sebanyak 120 judul, sedangkan untuk tahun 2011 kegiatan alih media masih dalam tahap pengerjaan sehingga data jumlah buku langka belum direkapitulisasikan berapa jumlah koleksi seluruhnya yang telah dialih mediakan ke dalam bentuk digital. 1) Prosedur Digitalisasi Dalam melaksanakan kegiatannya Bidang Transformasi Digital menetapkan prosedur ataupun alur kerja alih media digital. Hal ini bertujuan supaya kegiatan alih media digital bekerja secara sistematik dan terkontrol. Dimulai dengan pengumpulan koleksi yang masih dalam bentuk cetakan sampai akhirnya dikemas ke dalam
bentuk
multimedia
interaktif.
Alur
kerja
Bidang
Transformasi Digital terdapat dalam Lampiran 2. Untuk koleksi buku langka sendiri prosesnya dilakukan apabila
kondisi
buku
langka
tidak
memungkinkan
untuk
didigitalisasikan maka buku langka diperbaiki terlebih dahulu sampai kondisinya siap untuk melakukan proses digitalisasi. setelah buku langka di digitalisasikan, maka buku langka dikembalikan ke bagian penyimpanan dan koleksi dapat diakses pada website PNRI. 2) Peralatan Digitalisasi Bahan Pustaka Selain sumber daya manusia yang mendukung kegiatan alih media digital di Perpustakaan Nasional RI ini adalah alat ataupun mesin-mesin pendukung dalam proses alih media digital antara lain:
76
a) Perangkat komputer dengan kualifikasi tingkatan multimedia. b) Scanner A0 yang berfungsi untuk menscan yang sifatnya lembaran seperti peta dan surat kabar. c) Scanner A4 digunakan untuk buku yang sifatnya tebal maupun tipis. d) Flatbath atau A3 yang berfungsi untuk menscan tabloid-tabloid mingguan. e) Scanner book drive yang berfungsi untuk menscan buku-buku tebal seperti buku-buku langka, serta mesin konversi mikrofilm ke dalam format digital. f) Kamera digital. g) Handycam dan video recorder. h) Tape recorder i) Serta software pendukung proses alih media digital.
Gambar 3. Scanner A0
Gambar 4. Scanner Book Drive
77
Gambar 5. Scanner A3
b. Bentuk Mikro Pelestarian isi intelektual (informasi) buku langka juga dilakukan dengan alih media kedalam bentuk mikro, CD-ROM, foto dan fotokopi. Dari metode ini teknik alih media dalam bentuk mikro dan mikrofilm memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan bentuk yang lain. Kelebihan tersebut dilihat dari faktor ketahanan, tempat penyimpanan yang sangat ringkas, biaya yang relatif murah, dan mudah digandakan. Kegiatan pengalihmediaan dalam bentuk mikro khusus untuk koleksi buku langka yang dilakukan PNRI pada tahun ini tidak dilaksanakan, hanya dari tahun 1990-2010 buku langka telah dimikrofilmkan. Menurut informan bahwa pada tahun ini Bidang Reprografi PNRI dalam kegiatan pengalih media bentuk mikro hanya fokus pada surat kabar saja, hal ini karena kebijakan dari kepala bagian konservasi yang mengharuskan dalam tahun ini fokus pada pekerjaan mengalihmediakan surat kabar ke dalam mikrofilm.
78
D. Kendala-Kendala yang Dihadapi Perpustakaan Nasional RI Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis adapun kendala-kendala yang dihadapi PNRI dalam usahanya melestarikan koleksi khususnya buku langka adalah sebagai berikut: 1. Belum adanya kebijakan yang digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan pelestarian. 2. Anggaran untuk pelestarian sangat minim sekali, sedangkan biaya untuk pelestarian ini sangat mahal, yang menyebabkan pihak perpustakaan harus mampu menyeimbangkan anggaran dengan sebaik-baiknya untuk kegiatan ini. 3. Belum tercukupinya sumber daya manusia baik secara kuantitas maupun kualitas menyebabkan kurangnya tenaga yang bertugas mengerjakan kegiatan pelestarian baik di bidang konservasi maupun di bidang transformasi digital serta bidang reprografi. 4. Kurangnya komunikasi antara bagian di pusat jasa yang menyimpan dan melayankan buku langka dengan pihak bagian preservasi bahan pustaka yang menyebabkan sulitnya pengambilan file atau koleksi yang ingin diperbaiki dari kerusakan. 5. Kendala yang dihadapi bidang tranformasi digital yaitu apabila koleksi yang sudah rapuh dan ukuran buku yang sangat besar kemungkinan koleksi akan menjadi hancur oleh karena itu petugas harus hati-hati dalam mengerjakan pendigitalisasian ini, dan hal ini menyebabkan proses pengalihmedia dalam bentuk digital menjadi lebih lama.
79
6. Peralatan yang mudah mengalami kerusakan dan sistem komputer yang mudah terkena virus, sehingga teknisi harus sering melakukan pengontrolan terhadap semua alat atau mesin yang ada. Namun di PNRI belum memiliki suatu manajemen untuk melakukan pengontrolan terhadap alat-alat secara rutin.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan tentang pelestarian koleksi buku langka di PNRI diantaranya: 1. PNRI belum memiliki kebijakan tertulis yang mengatur pelaksanaan kegiatan pelestarian bahan pustaka terutama buku langka, PNRI mengacu pada Undang-Undang No.43 tahun 2007 yang di dalamnya mengandung tentang tanggung jawab PNRI dalam hal pelestarian bahan pustaka, dan mengadopsi prinsip-prinsip pelestarian bahan pustaka yang dikeluarkan oleh IFLA. Pelestarian bahan pustaka di PNRI dilaksanakan di bagian Preservasi Bahan Pustaka yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu bidang konservasi, bidang transformasi digital dan bidang reprografi. 2. Dalam melaksanakan kegiatan pelestarian buku langka PNRI telah melakukan usaha-usaha pencegahan agar buku langka tidak mengalami kerusakan diantaranya suhu yang dipasang di ruang penyimpanan buku langka yaitu 200C, dan untuk penggunaan AC tidak dipasang selama 24 jam sehari, menggunaan alat dehumidifier juga dipakai untuk mengurangi suhu dan kelembaban di dalam ruangan. 3. Usaha pencegahan lain yang telah dilakukan adalah mencegah kerusakan dari cahaya seperti memasang jendela dengan tirai penyekat, dalam
80
81
pencahayaan menggunakan lampu neon yang menyebar rata ke seluruh ruangan. Sedangkan untuk mencegah kerusakan buku langka dari debu diantaranya dengan mengadakan kegiatan kebersihan di seluruh ruangan, dan cara pencegahan kerusakan buku langka dari faktor serangga antara lain dengan melakukan fumigasi yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Selain itu, menyimpan dan menata koleksi dalam ruangan kaca dan menggunakan rak-rak yang terbuat dari besi dengan susunan buku tidak terlalu rapat. Selain itu pihak perpustakaan juga melakukan pembubuhan obat anti rayap pada buku, menggunakan berbagai perangkap tikus agar tidak ada tikus yang menggerogoti buku langka. Dan untuk pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh manusia yang telah dilakukan oleh PNRI dengan memberikan larangan merokok di dalam ruangan, memberikan kesadaran baik kepada para petugas perpustakaan maupun pemustaka tentang pentingnya menjaga dan melestarikan buku langka serta mencegahnya dari kerusakan. Perpustakaan juga memasang alat smoke detector pada atap ruangan perpustakaan untuk mendeteksi keberadaan api atau asap rokok. Serta memberikan larangan untuk makan dan minum selama berada di dalam ruangan penyimpanan buku langka. 4. Usaha-usaha perbaikan ditempuh agar buku dapat digunakan kembali oleh para pemustaka. Usaha perbaikan tersebut antara lain dengan melakukan deasidifikasi kertas dengan menggunakan berbagai larutan agar kertas menjadi netral kembali dan noda-noda pada kertas menjadi hilang. Cara lain yaitu laminasi, menambal buku langka yang sudah rusak dan
82
menyambung kertas yang telah lepas dengan cara mesin dan manual. Usaha perbaikan lain juga ditempuh dengan cara penjilidan ulang terhadap buku langka yang jilidannya rusak atau sudah tidak memiliki cover buku. Pelestarian lain yaitu dengan mengalih mediakan buku langka ke dalam bentuk CD dan mikrofilm. 5. Kendala-kendala yang dihadapi PNRI dalam usahanya melestarikan buku langka yaitu kurangnya anggaran dan tenaga atau Sumber Daya Manusia yang bekerja di bagian preservasi baik untuk memperbaiki berbagai kerusakan maupun melestarikan buku langka. Selain itu kurangnya komunikasi antara petugas di ruang penyimpanan buku langka dengan staf di bagian preservasi yang menyebabkan terhambatnya pendataan buku langka yang harus diperbaiki. Kendala lain adalah peralatan yang mudah mengalami kerusakan dan sistem komputer yang terkadang terkena virus yang adapat menghambat kegiatan pelestarian buku langka.
B. Saran Saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk PNRI di bagian Preservasi Bahan Pustaka dalam usahanya melestarikan baik fisik maupun kandungan informasi dari suatu bahan pustaka terutama buku adalah sebagai berikut: 1. Perpustakaan Nasional perlu membuat SOP (Standard Operasional Prosedur) dalam hal pelaksanaan seluruh kegiatan di bagian preservasi bahan pustaka untuk tiga bagian yang ada baik di bidang konservasi,
83
bidang transformasi digital dan bidang reprografi, agar pelaksanaan semua kegiatan dapat teratur, terarah, terkontrol, dan berjalan dengan baik. 2. Perlu adanya peningkatan sumber daya manusia baik di bagian layanan koleksi buku langka terutama peningkatan di bagian preservasi bahan pustaka, supaya penanganan kerusakan dapat lebih terkendali. 3.
Untuk kegiatan pelestarian buku langka sebaiknya diperlukan koordinasi yang lebih matang atau kerjasama antara petugas di layanan buku langka dengan bagian preservasi baik di bidang konservasi, bidang transformasi digital, dan bidang reprografi agar tidak ada kesalahpahaman atau kurangnya komunikasi antara pustakawan dengan staf di bagian preservasi dalam melakukan transaksi buku langka yang akan diperbaiki atau yang sudah dilakukan perbaikan.
4. Perlu adanya prioritas dalam melaksanakan kegiatan pelestarian pada buku langka dan penambahan jumlah buku langka yang akan dilestarikan pada tiap tahunnya, supaya koleksi buku langka mendapat prioritas dalam usahanya baik memperbaiki buku-buku yang telah rusak maupun melestarikan buku langka dengan mengalihmediakan kedalam benttuk CD dan digital agar dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA Ajick. ”Pelestarian, Macam Sifat Bahan Pustaka dan Latar Belakang Sejarahnya”. diakses pada 21 April 2011 jam 11.34 WIB dari http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=9#/. Ansor, Sokhibul. “Perawatan Bahan Pustaka Perpustakaan Sekolah”. Jurnal Perpustakaan Sekolah. Artikel diakses pada 18 Mei 2011 jam 09.18 WIB dari http://library.um.ac.id/index.php/Artikel-Jurnal-Perpustakaan-SekolahISSN/perawatan-bahan-pustaka-perpustakaan-sekolah.html/. Asmawati, “Perawatan Bahan Pustaka di Perpustakaan”, Majalah Berita Perpustakaan Universitas Sriwijaya, vol. XII, no. 2 (Juli-Desember 1996): h.41-48.
Corea, Ishvari. Encyclopedia of Information and Library Science, Vol.8. New Delhi: Akashdeep Publishing House, 1993. Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007.
Daryono. Pemeliharaan Bahan Pustaka di Perpustakaan. Diakses pada 9 Juni 2011 jam 14.03 WIB dari http://daryono.staff.uns.ac.id/2009/03/23/pemeliharaan-bahan-pustaka-diperpustakaan..
Djuhro, Muhamad. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2002. Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian. Jakarta: STIA-LAN, 1999.
Martoatmodjo, Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007.
84
85
Morrow, Carolyn Clacrk and Carole Dyal. Conservation Treatment Procedures: a Manual of Step by Step Procedures for the Maintenance and Repair of Library Materials. America: Library Unlimited, 1986.
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi). Jakarta: Ceqda, 2007. Nawawi, Ahmad. ”Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Perpustakaan Nasional RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2010.
. Brosur Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2010.
. Brosur Pusat Preservasi Bahan Pustaka: Bidang Reprografi Bidang Konservasi Bidang Transformasi Digital Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2010. . “Struktur Organisasi Perpustakaan Nasional RI” diakses pada tanggal 08 Juli 2011 dari http://www.pnri.go.id. Poerwadarminta, M.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
Razak, Muhammadin. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip. Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.
Saleh, Abdurahman dan Janti S.Sujana. Pengantar Kepustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009.
86
Sholiatalhanin. Pelestarian (Preservation) Bahan Pustaka di Perpustakaan. Diakses pada 14 Juni 2011 jam 14.36 WIB dari http://testiani170885.wordpress.com/2009/05/11/pelestarian-preservationbahan-pustaka-di-perpustakaan. Sigit. Konsep Perpustakaan Dalam Masyarakat. Diakses pada 12 Mei 2011 jam 11.57 WIB dari http://sigitsinau.wordpress.com/. Sobri, Halim dan M.Syafe’i., “Peranan Pelestarian Koleksi Bahan Pustaka Berbasis Kertas: Tinjuan Penyimpanan Sebagai Bagian dari Pelestarian”, Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat Membaca, vol.22, no. 2 (JuliDesember 2006): h.35-40.
Soeatminah. Perpustakaan, Kepustakakawanan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius, 1992. Styarto, Kris Adri. “Kerusakan Pada Bahan Pustaka dan Cara Pencegahannya”, Media Pustakawan, No. 1 (2001): h.19-28.
Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993.
. Sejarah Perpustakaan Nasional RI: sebuah kajian. Diakses pada 30 Juni 2011 jam 13.18 WIB dari http://digilib.usu.ac.id/download/fs/perpuszurni3.pdf/. Surialaga, Tjetjep, dkk. “Pelestarian Koleksi Perpustakaan”. Jurnal Perpustakaan Pertanian, Vol.11, no. 2 (2002): h.55-57. Sutarno, NS. Kamus Perpustakaan dan Informasi. Jakarta: Jala Permata, 2008.
. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
87
.
.Tanggung Jawab Perpustakaan. Jakarta: Panta Rei, 2005.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2010/2011. Jakarta: Biro Administrasi dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Yunus, Ahmad. Meningkatkan Peran Pemustaka Dalam Pelestarian Bahan Pustaka. Diakses pada 11 April 2011 jam 15.06 WIB dari http://penayunus.wordpress.com/2010/09/16/meningkatkan-peran-penggunadalam-pelestarian-bahan-pustaka/.
88
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
HASIL WAWANCARA Nama
: EVA MAFTUHAH
Tema
: Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI
Mahasiswa/i : Jurusan Ilmu Perpustakaan
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta A. Pertanyaan Umum: 1. Berapa jumlah koleksi buku langka secara keseluruhan yang dimiliki oleh Perpustakaan Nasional RI? Jawab: Dari data yang kami miliki koleksi buku langka yang dimilki oleh Perpustakaan Nasional RI sekitar 80.000 judul atau 120.000 eksemplar. 2. Apa saja jenis atau macam-macam koleksi buku langka yang dimiliki tersebut? Jawab: Koleksi buku langka yang dimiliki Perpustakaan Nasional RI mencakup buku-buku terbitan zaman colonial Belanda kira-kira sejak tahun 1556 sampai dengan tahun 1985. B. Pertanyaan Seputar Kebijakan Pelestarian : 3. Apakah Perpustakaan Nasional RI mempunyai kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan pustaka dan buku langka? Jawab:
Untuk
kebijakan
pelestarian
belum
ada,
tetapi
PNRI
menggunakan beberapa pedoman sepert imengadopsi tentang prinsip-
prinsip pelestarian bahan pustaka oleh IFLA, dan yang termuat dalam UU no.4 tahun 1990, dan untuk tanggung jawabnya yaitu UU no. 43 dan Undang-undang tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam. 4. Sejauh ini apakah kebijakan tersebut sudah diterapkan di Perpustakaan ini? Jawab: Karena Perpustakaan belum memiliki kebijakan mengenai pelestarian
bahan
pustaka
maka
perpustakaan
hanya
berusaha
menerapkan isi dari prinsip-prinsip pelestarian terutama UU No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. C. Pertanyaan Seputar Kegiatan Teknis Pelestarian : 5. Siapa yang melaksanakan kegiatan secara teknis dalam pelestarian buku langka? Jawab: Dalam usaha melestarikan bahan pustaka khususnya buku langka dilakukan dua kegiatan yaitu menyelamatkan bentuk fisiknya dan informasinya.
pelestarian
bahan
pustaka
termasuk
buku
langka
dilaksanakan oleh Pusat Preservasi Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional RI. Untuk bentuk fisik dilaksanakan di bagian konservasi, sedangkan untuk informasi dilaksanakan oleh bidang digital dalam bentuk digital dan CD, dan bidang reprografi dalam bentuk film. 6. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pelestarian buku langka di Perpustakaan Nasional RI? Jawab: Pelestarian dilakukan dengan cara memperbaiki buku-buku yang sudah rusak, menyelamatkan fisik maupun informasinya, yaitu dengan
melakukan berbagai cara seperti fumigasi, laminasi, penjilidan, mengalih media koleksi, deasidifikasi dan enkapsulasi. D. Pertanyaan Seputar Penyebab Kerusakan Buku Langka : 7. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kerusakan pada buku langka? Jawab: Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan misalnya saja seperti pencahayaan yang terlalu tinggi, kurangnya pemeliharaan terhadap bahan pustaka, kualitas kertas yang kurang baik, usia buku yang sudah tua atau terlalu lama menyebabkan buku menjadi rapuh dan rusak, karena faktor binatang-binatang atau serangga yang memakan kertas sehingga buku menjadi rusak, pemustaka yang kurang memperhatikan tata cara penggunaan buku dengan benar. 8. Jenis-jenis kerusakan apa saja yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut? Jawab: Jenis kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut misalnya buku menjadi rapuh, terdapat noda pada kertas, terdapat lipatan-lipatan karena penggunaan yang ceroboh, jilidan dan punggung buku rusak, dan lain-lain. E. Pertanyaan Seputar Tindakan Pencegahan : 9. Usaha-usaha pencegahan apa saja yang telah dilakukan guna mencegah kerusakan buku langka? Jawab: Usaha-usaha yang dilakukan diantaranya memasanng kamfer agar binatang atau serangga agar buku awet, sirkulasi udara harus
bagus, melakukan fumigasi, pemasangan AC selama 24 jam, dan lain sebagainya. 10. Bagaimana cara membersihkan buku langka dari kotoran debu? Jawab: Caranya dengan membersihkan ruangan penyimpanan yang dilakukan oleh petugas cleaning service. ruangan dibersihkan dengan menggunakan vacuum cleaner, lap dan perlatan pembersih lainnya. 11. Apakah fumigasi pernah dilakukan? Berapa jangka waktu fumigasi yang telah dilakukan selama ini? Jawab: Ya pasti fumigasi sering dilakukan, fumigasi dilaksanakan setiap setahun sekali. Namun untuk kegiatan fumigasi ini dilaksanakan tergantung anggaran mengingat mahalnya biaya dan bahan-bahan yang digunakan. 12. Selain buku langka, jenis bahan pustaka apa saja yang di fumigasikan? Jawab: Selain buku langka yang difumigasikan yaitu majalah langka, surat kabar, peta, naskah nusantara. 13. Bahan-bahan apa saja yang diperlukan dalam tahap fumigasi ini? Jawab: Bahan yang diperlukan untuk fumigasi adalah phospin atau photoksin. 14. Apakah ada kerjasama dalam melakukan fumigasi dengan pihak lain? Jawab: Tidak ada kerjasama dalam melaksanakan kegiatan ini, fumigasi dilakukan dengan mengerjakan sendiri, dengan menggunakan tenaga atau teknisi di Perpustakaan Nasional RI.
F. Pertanyaan Seputar Suhu dan Kelembaban Ruangan : 15. Apakah penggunaan AC di ruang penyimpanan koleksi buku langka dilakukan dalam 24 jam sehari? Jawab: Ya, pemakaian AC dilakukan selama 24 jam, karena untuk menjaga buku langka agar tetap berada tetap pada suhu dan kelembaban yang seharusnya untuk menghindari buku dari kerusakan. 16. Apakah ada pemeriksaan rutin yang dilakukan terhadap AC di perpustakaan? Jawab: Ya, pemerikasaan terhadap AC ruangan dilakukan secara rutin yang dilakukan oleh pihak yang bertugas memeriksa seluruh AC di Perpustakaan Nasional RI. 17. Berapa suhu dan kelembaban udara yang dipasang di dalam ruangan penyimpanan koleksi buku langka? Jawab: suhu yang dipasang di ruang penyimpanan koleksi buku langka adalah 210C, sedangkan untuk kelembaban udara tidak diketahui berapa kelembaban di ruangan ini. 18. Apakah ruangan dilengkapi dengan alat dehumidifier yaitu alat untuk menyerap kelembaban udara? Jawab: Ya, ruangan perpustakaan di tempat penyimpanan koleksi buku langka dilengkapi dengan alat dehumidifier. 19. Apakah perpustakaan menggunakan saringan ultraviolet guna mencegah kerusakan bahan pustaka khususnya buku langka?
Jawab: Di dalam ruangan tempat penyimpanan koleksi buku langka tidak menggunakan saringan ultraviolet, hanya untuk mencegah kerusakan dipasang tirai penyekat dan jendela yang tertutup rapat dan cahaya yang tidak terlalu terang. 20. Apakah pihak perpustakaan memiliki genset atau tenaga listrik cadangan? Jawab: Ya, perpustakaan memiliki genset, karena genset kini sangat diperlukan apabila listrik dalam keadaan padam, sehingga buku langka dapat tetap terjaga penyimpanannya didalam ruangan. G. Pertanyaan Seputar Ancaman Kerusakan Bahan Pustaka dan Buku Langka : 21. Apakah terdapat ancaman yang dapat merusak bahan pustaka seperti dari serangga, jamur, kutu buku dan binatang pengerat? Jawab: Ya, di dalam penyimpanan bahan pustaka terutama buku langka pasti terdapat ancaman-ancaman tersebut, karena bagaimanapun kita tidak bisa menghindari kehadiran dari serangga-serangga tersebut. 22. Lalu bagaimana tindakan yang dilakukan untuk mengatasi ancaman tersebut? Jawab: Tindakan yang dilakukan adalah dengan melakukan fumigasi setiap satu tahun sekali, menyimpan buku langka dilemari kaca, menggunakan perangkap tikus, memasang kamfer, dan menyimpan buku langka diruangan yang ber AC selama 24 jam sehari. 23. Upaya apa saja yang dilakukan agar terhindar dari ancaman-ancaman tersebut?
Jawab: Upaya yang dilakukan seperti melakukan pemeriksaan secara rutin di dalam ruangan penyimpanan, mengadakan program kebersihan, memasang perangkap tikus, membubuhkan obat atau kamfer. 24. Apakah pernah terjadi kebakaran, kebanjiran serta kebocoran di ruangan penyimpanan buku langka? Jawab: Sejauh ini Perpustakaan Nasional RI belum pernah mengalami kebakaran, kebanjiran dan kebocoran, karena perpustakaan memiliki cukup pengamanan yang terjaga dari itu semua, seperti memilki alat pemadam api dan lain sebagainya guna mencegah hal-hal tersebut agar tidak terjadi di Perpustakaan Nasional RI ini. H. Pertanyaan Seputar Tindakan Perbaikan Buku Rusak : 25. Apa saja cara yang dilakukan untuk memperbaiki buku-buku yang sudah rusak? Jawab: Langkah yang pertama yaitu survei kondisi kerusakan pada buku, langkah yang
kedua
mendokumentasikan
buku yang
mengalami
kerusakan, selanjutnya yang ketiga yaitu memperbaiki buku-buku yang rusak dengan cara menghilangkan noda, menetralkan keasaman, laminasi, dan penjilidan. 26. Siapa yang bertugas untuk memperbaiki buku yang telah rusak tersebut? Jawab: Yang bertugas untuk memperbaiki buku yang rusak adalah bagian konservasi di Perpustakaan Nasional RI yang dilaksanakan oleh teknisi berjumlah 11 orang. 27. Bagaimana tahapan-tahapan dalam penjilidan?
Jawab: Langkah pertama yaitu identifikasi buku, apakah buku langka tersebut masih bisa dijilid atau tidak, kalau tidak bisa dijilid maka dibuatkan portopel.
Untuk buku yang masih bisa dijilid ulang, maka
dilakukan tahap pembersihan debu, dan pemisahan cover buku dan isi buku dengan cara dicabut atau melepas jilidan yang telah rusak. Jika pinggiran buku rusak, maka terlebih dahulu buku ditambal atau disambung dengan kertas minyak atau tissue jepang. Kemudian buku dijahit dengan menggunakan pita rimpis atau kain keras. Buku yang sudah dijahit diberi lem perekat agar buku tidak mudah lepas atau rusak lagi. Langkah selanjutnya yaitu membuat hard cover dari buku yang rusak tersebut
dengan
menggunakan
sampul
linen.
Lalu
melakukan
penggabungan dengan menggunakan lem perekat anatar cover dengan buku yang telah diperbaiki tersebut. Kemudian buku di press selama ± 5 menit. Langkah terakhir adalah menggabungkan cover asli yang telah dipisah tadi dengan hard cover dengan dijahit. 28. Alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam tahap penjilidan ini? Jawab: Alat-alat yang diperlukan dalam proses penjilidan ini seperti mesin potong, alat pres, jarum, benang, gunting, kain linen, .lem, dan cutter. 29. Bagaimana cara menambal atau menyambung buku-buku yang sudah mengalami kerusakan? Jawab: Kalau untuk menambal caranya adalah dengan cara menutup bagian bahan pustaka yang berlubang dengan menggunakan tissue
jepang. sedangkan untuk kegiatan menyambung ada dua cara yaitu dengan cara manual dan mesin.
30. Alat-alat apa saja yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini? Jawab: Alat-alatnya seperti kuas kecil, pensil, lem, table like (alas tebal), scelfelt, dan gunting. 31. Apakah pihak perpustakaan pernah melakukan kegiatan laminasi dan enkapsulasi? Jawab: Kegiatan laminasi dan enkapsulasi merupakan kegiatan pelestarian yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI, tetapi untuk buku langka sendiri tidak dilakukan kegiatan enkapsulasi. karena kegiatan enkapsulasi dilakukan hanya pada lembaran-lembaran seperti peta dan tidak termasuk buku langka. Sedangkan laminasi merupakan kegiatan untuk memperbaiki buku langka yang sudah rusak. 32. Apakah pernah dilakukan kegiatan deasidifikasi kertas guna mengurangi kandungan asam kertas terhadap buku langka? Jawab: Ya, kegiatan deasidifikasi atau penetralan kandungan asam pada kandungan kertas buku langka memang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan kapan saja ketika buku langka datang ke bagian konservasi untuk diperbaiki, sebelum melakukan proses deasidifikasi dilakukan langkah bleaching atau proses pembersihan kertas dari noda-noda terlebih dahulu.
33. Dalam usaha pelestarian buku langka, apakah buku langka juga di alih mediakan? Jawab: Ya, buku langka juga dialihmediakan, karena buku langka adalah koleksi yang sudah diterbitkan lagi maka perlu dialih media ke berbagai bentuk salah satunya ke dalam bentuk digital guna menjaga informasinya agar dapat digunakan oleh para pengguna. 34. Apa saja macam-macam alih media/bentuk yang telah dilakukan? Jawab: Selain buku langka, yang telah dialihmediakan seperti buku langka, peta kuno, naskah kuno, majalah terjilid, surat kabar, dan koleksikoleksi lain yang dianggap perlu dialihmediakan guna menjaga kelestarian kandungan informasinya dan fisiknya. 35. Berapa jumlah koleksi buku langka yang telah di alih mediakan? Jawab: Untuk buku langka sendiri kami sudah mengalih mediakan berjumlah sekitar ratusan atau ribuan judul, namun dari data sejak tahun 2008 sampai tahun 2010 sekitar 400 judul. 36. Siapa yang bertugas melakukan kegiatan alih media/bentuk ini? Jawab: Yang bertugas mengalihmediakan ke dalam bentuk digital dan CD adalah bidang transformasi digital, yang staffnya terdiri atas 12 orang, 6 orang perempuan dan 6 orang laki-laki. 37. Apakah pihak perpustakaan memiliki pedoman penggunaan koleksi buku langka bagi para pengguna? Jawab: Ada, yaitu menggunakan UU No.43 tentanng Perpustakaan yang didalamnya membahas tentang Perpustakaan Nasional
38. Pernahkah terjadi pencurian atau kehilangan terhadap koleksi buku langka? Jawab: Selama ini belum pernah terjadi pencurian atau kehilangan pada buku langka, karena pelayanan koleksi buku langka yang tidak memperbolehkan pengguna mengambil sendiri buku langka yang dibutuhkan. I. Pertanyaan Seputar Kendala dan Solusi : 39. Kendala-kendala apa saja yang ditemukan dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka khususnya buku langka? Jawab: Secara umum kendala yang dihadapi pada bagian preservasi bahan pustaka ini seperti anggaran yang dirasa kurang mencukupi karena mahalnya biaya pelestarian, kurangnya sumber daya manusia, kurangnya komunikasi antara petugas dilayanan buku langka dengan bagian pusat preservasi sendiri, sistem komputer untuk menyimpan data yang kadang terkena virus, dan lain sebagainya. 40. Solusi apa saja yang tepat untuk menangani kendala-kendala tersebut? Jawab: Solusinya dengan melakukan semua perbaikan terhadap apa yang kurang atau masalah-masalah yang dihadapi bagian perservasi bahan pustaka khususnya untuk buku langka itu sendiri.
Lampiran 4 Nama
: Eva Maftuhah
NIM
: 107025102665
Judul
: Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Lembar Observasi Kondisi Lingkungan Koleksi Buku Langka No.
1.
Kondisi Lingkungan
Ada
Tidak Ada
√
Penggunaan AC
Keterangan
Dari pukul 08.00-16.00 WIB (jam kerja)
2.
Monitor Kelembaban Udara
√
3.
Kontrol Kelembaban Udara
√
4.
Alat pemadam api
√
Hydrant
5.
Tipe dan Lokasi Alarm
√
Smoke detector
6.
Pengamanan Koleksi
Dehumidifier
a. Kebakaran - Penyebab Rokok
√
- Penyebab Listrik
√
b. Kebanjiran/ bocor - Rembesan dari langitlangit
ruangan
√
atau
dari tembok
7.
Pencahayaan:
√
a. Cahaya alami b. Cahaya buatan c. Kontrol UV
√ √
Lampiran 5
Lembar Observasi Faktor Penyebab dan Usaha Pencegahan terhadap Kerusakan Buku Langka No.
Faktor Penyebab
Usaha Pencegahan
Kerusakan
Pelestarian Buku
Ada
Tidak
Keterangan
Langka 1.
Faktor Biologi a. Serangga b. Jamur c. Binatang Pengerat d. Kutu Buku
√
a. Menyemprotkan racun anti jamur b. Mengatur
suhu
√
pemeriksaan secara
√
dengan AC c. Melakukan
berkala
terhadap
kondisi ruangan di penyimpanan
buku
langka d. Melakukan fumigasi e. Pembubuhan
Satu tahun
√
sekali
obat
anti rayap pada buku
√
f. Menggunakan berbagai
√
jenis
perangkap tikus g. Penggunaan
gas
√
beracun h. Menggunakan campuran choloform (CCN)
√
No.
Faktor Penyebab
Usaha Pencegahan
Kerusakan
Pelestarian Buku
Ada
Tidak
Keterangan
Langka 2.
Faktor Fisika a. Debu
a. Menggunakan
b. Cahaya c. Suhu
√
vacuum cleaner dan b. Memperkecil
Kelembaban udara
alat
√
intensitas cahaya c. Pemasangan
√
AC
selama 24 jam sehari d. Menyimpan menata
dan
Menyimpan di
koleksi
dalam ruangan
dalam lemari kaca
√
√
e. Menyediakan thermohygrogaf
√
f. Memperpendek waktu cahaya 3.
Faktor Kimia
a. Menetralkan dengan
asam
melakukan
√
deasidifikasi kertas b. Menyimpan buku
ke
buku-
√
dalam
lemari kaca 4.
Faktor lain a. Faktor manusia
a) Menyediakan mesin
√
fotokopi b) Perbaikan
dengan
√
alih media bentuk c) Perbaikan
dengan
√
penjilidan d) Perbaikan laminasi
dengan
√
berkaca
No.
Faktor Penyebab
Usaha Pencegahan
Kerusakan
Pelestarian Buku
Ada
Tidak
Langka alat
√
alat
√
kaca
√
e) Menggunakan CCTV f) Menggunakan detector g) Meletakkan spion
b. Pengaruh Kebakaran
a. Pemeriksaan Listrik
√
b. Melarang
√
merokok
di dalam ruangan c. Alat pemadam api
√
a. Menghilangkan c. Pengaruh air/ banjir
lumpur
dengan
√
kuas/kain halus yang dibasahi dan diusap secara teliti b. Jika
terdapat
didalam harus dengan buku
air
ruangan dikeluarkan menekan
√
Keterangan
Lampiran 6
Kepada Yth. Jakarta, 19 April 2011 Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bpk. Drs. Rizal-Saiful, Haq, MA Di Jakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini saya: Nama NIM Tempat/Tgl Lahir Semester No. Telp.
: Eva Maftuhah : 107025102665 : Jakarta/ 27 Mei 1989 : VIII : 08561095381
bermaksud mengajukan permohonan ujian proposal skripsi yang berjudul ”Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI”. Demikian permohonan ini saya sampaikan untuk kiranya dapat dimaklumi. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Mengetahui, Dosen Pembimbing Akademik
Hormat Saya,
Alfida, MLIS NIP. 1971 0215 199903 2001
Eva Maftuhah NIM. 107025102665
Kepada Yth. Jakarta, 4 Mei 2011 Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bpk. Drs. Rizal-Saiful, Haq, MA Di Jakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dengan ini saya: Nama NIM Tempat/Tgl Lahir Semester No. Telp. bermaksud
: Eva Maftuhah : 107025102665 : Jakarta, 27 Mei 1989 : VIII : 08561095381
mengajukan
permohonan
dosen
pembimbing
dengan
judul
”Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Nasional RI”. Demikian permohonan ini saya sampaikan untuk kiranya dapat dimaklumi. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Hormat Saya,
Eva Maftuhah NIM. 107025102665