LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1.1.1 Kondisi Pusat Studi Kebudayaan Jepang dan Pusat Studi Bahasa Jepang di Bandung saat ini Pada masa sekarang ini, Pusat Studi Bahasa Jepang di Bandung masih terpisah dengan Pusat Studi Kebudayaan Jepang yang ada. Bahkan boleh dibilang belum ada tempat yang memenuhi syarat untuk dijadikan Pusat Studi Kebudayaan Jepang. Selama ini, acara-acara kebudayaan Jepang diadakan tidak pada tempat yang tetap. Ada yang diselenggarakan di mall seperti Costplay (Costume Play) di Cihampelas Walk, ada pula yang diselenggarakan di Pusat Studi Bahasa Jepang UNPAD, Jatinangor atau Gasibu, seperti acara festival Bon Odori yang diadakan setahun sekali. Masih banyak kegiatan kebudayaan Jepang lainnya yang sebenarnya masih bisa dilakukan di Bandung, namun belum ada tempat yang memadai untuk mewadahi kegiatan tersebut. Padahal, peminat yang ingin ikut serta dalam kegiatan-kegiatan tersebut cukup banyak, seperti komunitas ekspatriat Jepang yang tinggal di Bandung, Warga Negara Indonesia yang tertarik untuk mempelajari kebudayaan dan bahasa Jepang dengan berbagai motivasi yang mereka miliki. Oleh karena itu dibutuhkan suatu tempat yang dapat mewadahi kegiatan studi bahasa dan budaya Jepang secara terpadu, yaitu Pusat Studi Bahasa dan Budaya Jepang. 1.1.2 Keterbatasan kelompok masyarakat yang terlibat dalam kegiatan kebudayaan dan studi bahasa Jepang Sampai saat ini, peserta yang mengikuti kegiatan-kegiatan kebudayaan Jepang dan yang ikut belajar bahasa Jepang masih terbatas pada kalangan mahasiswa, pelajar SMA, dan sebagian kecil pekerja dengan motivasi melanjutkan studi ke Jepang atau untuk mencari pekerjaan dan memajukan usaha perdagangan.
Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
1
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
Sedangkan untuk anak-anak (6-15 tahun) dan orang tua (40 – 60 tahun) belum banyak terlibat. Sebenarnya pelajaran bahasa Jepang tidaklah terlalu sulit untuk diajarkan kepada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD). Penulis pun merasa perlu pengenalan bahasa Jepang sejak dini, mengingat sejak tahun 2005, di Indonesia sudah berlaku pasar bebas. Sekarang saja kita lihat, ada cukup banyak orang asing yang tinggal dan bekerja di Indonesia, termasuk orang Jepang yang tidak sedikit jumlahnya. Walaupun bisa berbahasa Inggris, namun orang Jepang sangatlah sulit berbicara dalam bahasa Inggris, dikarenakan pengucapan lafadz yang berbeda. Dengan pemikiran di atas, Penulis melengkapi lagi Pusat Studi Bahasa dan Budaya Jepang yang akan dibuat harus memiliki kegiatan yang dapat mengikutsertakan anak-anak dan orang tua. Belajar bahasa Jepang untuk anak-anak usia SD bisa saja dilakukan. Untuk orang tua, Penulis merencanakan kegiatan workshop keterampilan yang berguna, misalnya workshop boneka Washi(和紙), workshop Cha No Yu (茶の湯), Chadou (茶道), belajar tarian, ikebana(活け 花), dan beberapa kegiatan lain yang perlu dikaji lagi. 1.1.3 Justifikasi pengadaan Pusat Kebudayaan dan Bahasa Jepang yang terpadu dan berkualitas Merujuk dari dua latar belakang di atas, keberadaan Pusat Studi Bahasa dan Budaya Jepang yang bersifat terpadu dan lebih berkualitas sangatlah dibutuhkan. Dengan terpadunya kegiatan kebudayaan dan bahasa, diharapkan dapat mewadahi kebutuhan masyarakat akan berbagai informasi mengenai kebudayaan dan bahasa Jepang serta informasi beasiswa pendidikan dan kesempatan bekerja di Jepang. Pusat Studi Bahasa dan Budaya Jepang mencerminkan keterpaduan dua fungsi tersebut. Kualitas yang harus dipenuhi antara lain tersedianya tempat untuk kegiatan kebudayaan seperti pameran pendidikan, pameran seni dan budaya, perlombaan komik dan bahasa, festival-festival kebudayaan (festival film-animasi-komik, festival bon odori
盆 踊 , festival makanan), pelatihan keterampilan/workshop (origami,
ikebana 生け花, Cha No Yu 茶の湯, pembuatan komik, membuat boneka washi
Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
2
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
和紙,
dan seni tari); dan tersedianya tempat untuk kegiatan studi bahasa Jepang
untuk anak-anak (6-12 tahun) dan dewasa (14-30 tahun). Selain itu, tersedia perpustakaan yang akan menunjang kedua fungsi tersebut.
1.2. Pemahaman Judul dan Tema 1.2.1 Pemahaman Judul Pengertian Pusat Studi Bahasa dan Kebudayaan Jepang (Japanese Language and Cultural Centre) Pusat atau centre (english UK) berarti bagian atau titik tengah dari sesuatu; tempat atau bangunan untuk kegiatan tertentu (Oxford Learners Pocket Dictionary New Ed.,2003). Pusat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka tahun 1996 diartikan sebagai tempat yang didominasi oleh aktivitas tertentu. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1959) adalah keseluruhan dari pikiran, karya, dari hasil karya manusia yang tidak berakar pada naluri tetapi dicetuskan oleh manusia setelah melalui proses pembelajaran. Menurut ilmu antropologi,kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka hidup bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dalam rangka belajar (Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,1990,hlm.180).Kebudayaan atau ’culture’ adalah keseluruhan hasil budhi cipta, karya, dan karsa manusia yang digunakan untuk memahami lingkungan serta pengalamannya agar dijadikan pedoman bagi tingkah lakunya sesuai dengan unsurunsur universal di dalamnya (Drs. Ariyono Suyono, Kamus Antropologi, hlm.180). Sedangkan kebudayaan itu sendiri oleh Koentjaraningrat (1959) dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu : a. Sistem religi dan kepercayaan b. Sistem organisasi dan kemasyarakatan c. Sistem pengetahuan d. Sistem mata pencaharian hidup/ekonomi e. Sistem teknologi dan kemasyarakatan f.
Sistem bahasa dan sastra
g. Kesenian
Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
3
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
Jelas sekali terlihat bahasa adalah salah satu dari hasil budaya, jadi kegiatan bahasa tidak dapat terpisahkan dari kegiatan kebudayaan. Berdasarkan penjelasan di atas, Pusat Studi Bahasa dan Budaya Jepang adalah bangunan sebagai tempat yang secara khusus mewadahi aktivitas–aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaan (hasil cipta, rasa, dan karya) bangsa Jepang, serta berfungsi sebagai pusat informasi dalam pengenalan budaya Jepang kepada masyarakat umum. Pusat Studi Bahasa dan Budaya Jepang yang akan menjadi desain ulang dari Pusat Studi Bahasa Jepang UNPAD adalah pusat kebudayaan yang kegiatannya berdasarkan pada pengenalan budaya Jepang, baik yang tradisional maupun modern. 1.2.2 Pemahaman Tema Wabi-sabi merupakan dua kata kunci dari konsep tradisi masyarakat Jepang tentang estetika. Wabi (侘び) berarti kesederhanaan atau ketenangan (the elegant simplicity). Sabi (錆) berarti karat dari kata kerja sabiru (錆びる) yang berarti berkarat, maksudnya adalah semakin lama semakin indah (Patina of Age), dapat pula berasal dari kata sifat I sabishii (寂しい) yang artinya sepi, sunyi, senyap. Dalam bukunya yang berjudul Wabisabi for Artists, Designer, Poets, and Philosophers, Leonard Koren mengartikan Wabisabi sebagai berikut : •
Wabi-sabi is a beauty of things imperfect, impermanent, and incomplete.
•
Wabi-sabi is a beauty of things modest and humble.
•
Wabi-sabi is a beauty of things unconventional. Kalimat yang pertama artinya wabi-sabi adalah keindahan dari sesuatu yang tidak
sempurna, misalnya saja cawan teh buatan tangan yang bentuknya tak bulat sempurna, warnanya masih warna tanah liat, dengan finishing yang natural. Kalimat yang kedua mengartikan wabi-sabi sebagai keindahan dari sebuah kerendahan dan kemurahan hati, tak menonjolkan diri dan tak sombong, dengan kata lain indah dalam kesederhanaan. Kalimat yang ketiga mengartikan wabi-sabi sebagai keindahan yang tak biasa, misalnya saja retakan cawan yang membuat cawan tersebut semakin indah. Dari semua pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa wabi-sabi berarti keindahan dari sesuatu
Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
4
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
yang memang secara alami atau natural tetap indah, walaupun dimakan usia dan tak sempurna. Konsep keindahan yang tak hanya melihat dari sisi bentuk, tapi juga dari sisi waktu dan autentisitas sebuah objek. Dalam desain, wabi-sabi menurunkan beberapa prinsip sebagai berikut : •
TYPE/MACAM Material bersifat organik, dengan sesedikit mungkin proses pengolahan atau intervensi untuk bisa tampil seperti baru (dibiarkan melalui proses alam). Contoh material yang digunakan adalah logam, tekstil, kayu, batu, dan tanah liat. Misalnya saja untuk mencegah kayu dirayapi, kayu tidak dipernis, melainkan dibakar sedikit, agar lapisan arang tipis pada permukan kayu menjadi lapisan pelindung dari rayap.
•
FORM/BENTUK Bentuk yang natural, organik, irregular, dan asimetris yang disengaja. Sifat alami dari bentuk merupakan karakteristik utama yang mempengaruhi benda.
•
TEXTURE/TEKSTUR Tekstur material dipertahankan seperti aslinya, meskipun kasar, tak rata, dan acak, yang menunjukkan proses alamiah yang terjadi pada benda tersebut.
•
BEAUTY/KEINDAHAN Keindahan merupakan pengalaman secara keseluruhan, di mana keindahan biasa yang telah mengalami proses alam dalam kurun waktu yang ada menciptakan keindahan nyata yang ada sekarang. Kemampuan alamiah dalam menyerap keindahan melalui proses visual dan rasa sangat ditekankan.
•
COLOUR/WARNA Warna yang digunakan adalah warna asli material, tak homogen, dan berkesan tak keras. Cahaya dihamburkan untuk menimbulkan kesan yang lebih lembut.
•
SIMPLICITY/KESEDERHANAAN Kesederhanaan artinya karakter alami material dijaga. Tak banyak intervensi untuk mengolah lebih lanjut. Bahan diperlakukan sesuai sifat tektoniknya. Misalnya kayu yang dipotong lurus, akan dikonstruksikan sesuai dengan bentuknya yang lurus, tak akan dipaksakan untuk melangkung. Energi yang digunakan dalam proses konstruksi pun lebih sedikit.
Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
5
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
•
SPACE/RUANG Sabi adalah perwujudan Wabi dalam ruang, di mana ruang diterjemahkan kedalam proporsi dan perspektif. Skala menjadi pertimbangan utama dalam ruang. Tak ada ruang yang tak direncanakan.
•
BALANCE/KESEIMBANGAN Karya seni haruslah mencerminkan keseimbangan yang ada di dunia, dengan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi di alam semesta.
•
SOBRIETY/KEBIJAKSANAAN Seni terkadang lebih baik diterjemahkan dengan apa yang terpancar dari sebuah benda ketimbang diterjemahkan dengan apa yang bisa ditambahkan pada sebuah benda. Keindahan tidak bersifat dekoratif, melainkan asli dari karakter alami sebuah benda. Wabi-Sabi
dalam budaya Jepang diterjemahkan kedalam bentuk taman batu
(karesansui 枯れ山水) 道) , ikebana
atau sekitei’en(石庭園), bonsai (盆栽), chadou (茶
(生け花) , Haiku (俳句), keramik, dan hankyoku
Dari uraian diatas, Wabi-Sabi
(反擧句).
pada karakteristik penggunaan material dalam
desain adalah proses alam, tak beraturan, intim, bersahaja, membumi, dan sederhana yang akan diterapkan pada desain Pusat Studi Bahasa dan Budaya Jepang.
1.3. Tujuan Perancangan 1.3.1 Mewadahi aktivitas seni, budaya, dan bahasa yang berkaitan dengan Jepang. 1.3.2 Merancang pusat studi kebudayaan dan bahasa Jepang yang terpadu dan berkualitas. 1.3.3 Mengenalkan kebudayaan Jepang lebih luas lagi. 1.3.4 Merancang kelas yang memicu timbulnya proses belajar-mengajar yang interaktif. 1.3.5 Menyediakan fasilitas pelatihan yang berkaitan dengan kebudayaan Jepang. 1.3.6 Merancang ruang luar yang dapat menampung kegiatan outdoor dari festival kebudayaan jepang seperti bon odori. 1.3.7 Menyediakan pusat informasi tentang kebudayaan Jepang, beasiswa pendidikan, dan kesempatan kerja di Jepang. Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
6
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
1.3.8 Menyediakan tempat persiapan pelatihan bahasa untuk tenaga kerja yang akan bekerja di Jepang. Tujuan dari proses perancangan fasilitas ini adalah mendapatkan rancangan JLCC yang memiliki kesatuan antara fungsi kebudayaan dengan fungsi bahasa, memiliki kekhasan dalam desain tapak dan organisasi fungsi, dan dapat dikunjungi oleh masyarakat luas.
1.4. Permasalahan Perancangan 1.4.1 Merancang fasilitas pusat kebudayaan dan bahasa dalam konteks kawasan pendidikan dengan luas lahan terbatas Fasilitas Pusat Kebudayaan dan Bahasa Jepang ini sebenarnya ditujukan kepada masyarakat umum. Namun, dengan letak lokasinya yang berada di dalam kompleks kampus, maka secara bentuk fisik pun harus mengikuti aturan master plan Kampus UNPAD yang sudah ada dan kontekstual terhadap lingkungan fisik di sekitarnya. 1.4.2 Merancang Pusat Kebudayaan dan Bahasa Jepang di Indonesia dengan latar belakang kawasan masyarakat Sunda Ada perbedaan kultur antara Pusat Kebudayaan dan Bahasa yang dirancang dengan kondisi masyarakat di sekitarnya. Bagaimana membuat sebuah perwakilan jiwa Jepang di tatar Sunda menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam desain. Desain bentuk bangunan sebisa mungkin memiliki unsur kebudayaan Jepang, namun masih kontekstual terhadap kondisi bangunan sekitarnya. 1.4.3 Kondisi keamanan yang kurang baik. Keamanan menjadi masalah utama pada bangunan eksisting. Penulis mengetahui hal ini dari hasil wawancara pihak pengelola dan pengguna PSBJ UNPAD. Dari hasil survey lapangan bersama pihak pengelola, saya mendapati ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya, antara lain dengan dibuatnya aksis utama kampus yang baru, yang berada di belakang tapak PSBJ UNPAD yang membuat jalan servis menjadi lebih
Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
7
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 PUSAT STUDI BAHASA DAN BUDAYA JEPANG TEMA: WABI-SABI
terbuka dan tak terawasi. Selain itu, tidak tersedianya ruangan untuk petugas keamanan berjaga, sehingga sering kali bangunan tersebut tidak dijaga.
1.5. Pendekatan Perancangan 1.5.1 Pendekatan perancangan bangunan pendidikan Pendekatan ini digunakan pada perancangan fasilitas Language Centre yang memiliki fungsi pendidikan bahasa Jepang. 1.5.2 Pendekatan perancangan cultural centre Pendekatan ini digunakan pada perancangan fasilitas Cultural Centre yang memiliki kemiripan fungsi kebudayaan.
1.6. Sistematika Laporan Pada proposal AR40Z0 Tugas Akhir Perancangan dengan judul Japan Language and Cultural Centre ini, proposal dibagi menjadi : Bab I Pendahuluan, berisi tentang Latar Belakang; Pemahaman Judul dan Tema; Tujuan Perancangan; Permasalahan Perancangan; Pendekatan Perancangan; dan Sistematika Penyajian. Bab II Data Awal Proyek, berisi tentang Lokasi; Peraturan dan Standar; Pemahaman Tipologi Bangunan; dan Kriteria Perancangan yang merupakan aspek yang harus dipenuhi dan nantinya akan dijadikan tolok ukur keberhasilan rancangan. Bab III Analisa, berisi tentang Analisa Tapak; Analisa Kegiatan/fungsional; Analisa Pemakai; Analisa Ruang dan Bentuk; Analisa Struktur dan Utilitas Bangunan; dan Analisa Kebutuhan Ruang. Bab IV Konsep, berisi tentang ide awal perancangan, konsep tapak, konsep bangunan, konsep struktur, dan konsep utilitas.
Yunita Dwi Adisaputri/ 152 02 077
8