ISSN 1882-9848
0 Bahasa dan Budaya : Jurnal Himpunan Peneliti Indonesia Seluruh Jepang 3
7
12 Himpunan Peneliti Indonesia Seluruh Jepang
Bahasa dan Budaya: Jurnal Himpunan Peneliti Indonesia Seluruh Jepang
Peran APPBIPA dalam Upaya Standardisasi Pengajar BIPA 71
APPBIPA 7
7 Liliana Muliastuti
7
71
1
7
7
(Suatu Deskripsi Tata Bahasa Dasar Bahasa Indonesia: Laporan dari Penelitian Bersama untuk Menyusun Bahan Pengajaran) (HARA Mayuko)
0
(MORIYAMA Mikihiro)
(FURIHATA Masashi)
–
7
7
7
3 (Kurikulum yang Berkesinambungan antara Perguruan Tinggi di Jepang dan di Luar Negeri: Studi Kasus Kurikulum di Universitas Dr. Soetomo bagi Mahasiswa Universitas Setsunan) (URANO Takao)
(Cicilia Tantri Suryawati)
31
(Ideophones/expressives in Indonesian) (INAGAKI Kazuya)
2
43
3
(Kalimat Predikatif dan Kalimat Spesifik dalam Bahasa Indonesia) (Tiwuk Ikhtiari) 65
7
(The notion of Intersectionality in an Islamic-writing group of Indonesian domestic workers in Hong Kong) (SAWAI Shiho)
83
–
3
(Ahli Bahasa Indonesia Seido Miyatake dan Penelitiannya tentang Bahasa Indonesia: Studi yang difokuskan pada Kartu Pos Militer) (KUDO Naoko)
101
119
121
Peran APPBIPA dalam Upaya Standardisasi Pengajaran BIPA APPBIPA Liliana Muliastuti (Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA periode 2015-2019) 2015-2019
BIPA
2009 44
24
1 BIPA
BIPA
2015 2016
BIPA
APPBIPA APPBIPA
1.
Sejarah Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Afiliasi Pengajar dan Pegiat Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APPBIPA) yang semula bernama
Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APBIPA) Indonesia adalah organisasi profesi yang beranggotakan pengajar BIPA dan pegiat BIPA baik di Indonesia maupun luar negeri. Misi utama APPBIPA adalah memartabatkan bahasa Indonesia dan memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia kepada orang asing. APBIPA didirikan pada 1999 setelah penyelenggaraan Konferensi Internasional Pengajaran BIPA (KIPBIPA) yang ke-3 di IKIP Bandung (sekarang Universitas Pendidikan Indonesia). Kegiatan utama APBIPA pada awalnya adalah menyelenggarakan KIPBIPA setiap dua tahun. Nama APBIPA pertama kali digunakan oleh APBIPA Bali yang didirikan pada 1998 setelah pelaksanaan Lokakarya Metodologi Pengajaran BIPA yang pertama pada Oktober 1997. Sejumlah pegiat BIPA dari berbagai lembaga di Denpasar bersepakat untuk mendirikan APBIPA Bali. Selanjutnya, nama APBIPA ini diusulkan dalam Rapat Peserta KIPBIPA III di Bandung. APBIPA berubah menjadi APPBIPA pada rapat pengurusan APPBIPA periode 2015-2019 yang diselenggarakan pada tanggal 12-14 Desember 2015 di Media Hotel dan Towers, Jakarta. Rapat APPBIPA saat itu membahas anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja organisasi. Rapat dihadiri oleh dewan penasihat dan pengurus APPBIPA. Pengurus APPBIPA terdiri atas akademisi dan praktisi yang memiliki kecintaan kepada BIPA. Pada tahun 2015-2016, berbagai program telah dilakukan bersinergi dengan Pusat Pengembangan strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK) dan lembaga lain yang relevan. Makalah ini akan
!
1
membahas berbagai program yang telah dilakukan sepanjang tahun 2015-2016 dan dampaknya bagi pengajaran BIPA di dalam dan luar negeri. 2.
Internasionalisasi Bahasa Indonesia Undang-Undang No. 24/2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
mengamanatkan pemerintah Indonesia
untuk meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional (pasal 44 ayat (1)). Pasal 44 ayat (2) menegaskan peningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional dikoordinasi oleh lembaga kebahasaan (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemdikbud). Program internasionalisasi bahasa Indonesia menjadi hal penting yang juga dibicarakan dalam Rembuk Nasional Pendidikan pada 21-23 Februari 2016. Rembuk Nasional adalah diskusi yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan pendidikan di lingkungan Kemendikbud. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun. Pada acara tersebut diputuskan tiga hal besar yang perlu dilakukan untuk internasionalisasi bahasa Indonesia: (1) penyebarluasan bahasa Indonesia melalui pengajaran BIPA; (2) pengayaan kosakata baru bahasa Indonesia, dan; (3) penumbuhan budaya literasi. Amanah ini berdampak pada berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para pengambil kebijakan. Pada Selasa (16/2-2016), Mendikbud Anies Baswedan membuat tradisi baru dengan melepas langsung dan memberikan pembekalan kepada 80 pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA). Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud (biasa disingkat Badan Bahasa) mempersiapkan para pengajar BIPA untuk ditempatkan di luar negeri. Selama empat bulan mereka akan tinggal tersebar di 16 negara—antara lain Jerman, Perancis, Australia, Amerika Serikat, Maroko, Tunisia, Vietnam, dan Thailand— untuk mengajar dan mempromosikan bahasa Indonesia. Sebelumnya, pada Kamis, 28 Januari 2016, Badan Bahasa juga mengundang sejumlah pihak untuk mendiskusikan peluang pengembangan profesi pengajar BIPA. Forum diskusi ini dihadiri perwakilan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) dari UI, Universitas Padjadjaran dan Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung), Universitas Airlangga (Surabaya), Universitas Hasanuddin (Makassar), perwakilan dari Kemristek Dikti, dan perwakilan Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) Kemdikbud. Pada kesempatan itu, Kepala Badan Bahasa Dadang Sunendar menegaskan dukungannya kepada pengembangan pengajaran BIPA sebagai pintu menuju internasionalisasi bahasa Indonesia. Forum diskusi itu memunculkan gagasan menggembirakan, berupa usulan pendirian program studi (prodi) BIPA, baik untuk Pendidikan Profesi Guru (PPG) BIPA maupun program magister Pendidikan BIPA di Sekolah Pascasarjana. Ini langkah terobosan mengingat di lapangan saat ini masih sangat beragam latar belakang pendidikan pengajar BIPA. Sementara baru sedikit perguruan tinggi yang memiliki mata kuliah pengajaran BIPA untuk mahasiswa S1. Di samping itu, pemerintah Indonesia terus menyelenggarakan program Darmasiswa yang dikelola Biro Perencanaan Kerja Sama Luar Negeri (BPKLN) Kemendikbud. Darmasiswa adalah program beasiswa yang ditawarkan kepada semua mahasiswa asing dari negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia, seni, musik, dan kerajinan. Peserta dapat memilih salah satu dari 45 universitas di berbagai kota di Indonesia. Program ini diselenggarakan oleh Kemendikbud bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu). Program tersebut dimulai tahun 1974 sebagai bagian dari inisiatif ASEAN (Asosiasi Negara Asia Tenggara) dan hanya berlaku untuk para siswa dari ASEAN. Pada
!
2
tahun 1976 program ini diperluas mencakup siswa dari negara lain seperti Australia, Jepang, Kanada, Perancis, Jerman, Hungaria, Meksiko, Belanda, Norwegia, Polandia, Swedia, dan Amerika Serikat. Pada awal 1990-an, tawaran program ini kemudian diperluas mencakup semua negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Indonesia. Tujuan utama dari program Darmasiswa adalah untuk mempromosikan dan meningkatkan minat terhadap bahasa dan budaya Indonesia di kalangan pemuda dari negara lain. Hal ini juga diharapkan dapat membentuk jejaring budaya yang kuat untuk membina pengertian antara negara peserta.1 Data pada situs darmasiswa.kemdiknas.go.id mengungkapkan minat mahasiswa asing yang mengikuti program tersebut semakin meningkat. Jumlah alumni pada tahun 2008 sudah mencapai 2.037 dari 85 negara. 2 Peningkatan peminat terus terjadi. Data BPKLN Kemendikbud saat pembukaan program Darmasiswa tahun 2012 mengungkapkan sekitar 2.400 mahasiswa asing dari berbagai negara telah mendaftar untuk menjadi peserta program. Namun, hanya 750 mahasiswa yang berhasil lolos seleksi untuk mengikuti program selama satu atau dua semester. Peserta Darmasiswa yang berasal dari 77 negara tersebut akan disebar ke-59 perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Hingga tahun 2012, total mahasiswa asing yang mengikuti Darmasiswa sejak 1974 berjumlah 3.986 orang yang berasal dari 97 negara.3 Paparan di atas menggambarkan bahwa minat orang asing belajar bahasa Indonesia terus meningkat. Kepala PPSDK, Badan Bahasa mengungkapkan pada tahun 2015 pihaknya menerima permintaan pengiriman pengajar BIPA dari 181 lembaga di dunia. Termasuk, dari negara-negara seperti Australia (38 lembaga dan empat balai bahasa), Jepang (37 lembaga), Thailand (16 lembaga), Italia (10 lembaga), Perancis (5 lembaga), dan Filipina (10 lembaga). Ini belum termasuk permintaan untuk sekolah-sekolah menengah, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan di negara-negara ASEAN yang serius menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Perkembangan menggembirakan ini menjadi indikator bahwa internasionalisasi bahasa Indonesia menjadi satu hal yang sedang diperjuangkan oleh kami, bangsa Indonesia. Untuk itu, pemerintah juga mulai memikirkan kepentingan standardisasi pengajaran BIPA. Berbagai kegiatan yang mengarah pada penstandaran mulai dilakukan pada kurun waktu 2015-2016. Mereka yang terlibat dalam perkembangan pengajaran BIPA memang berlomba dengan waktu, mengingat pengajaran BIPA di berbagai negara memperlihatkan perkembangan menggembirakan. Jejak ini bisa dilihat pada paper Ovy Soviaty Rivay, dkk (2010), Pemetaan Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing di Asia. Banyak orang asing ingin mempelajari bahasa Indonesia dengan berbagai tujuan, seperti tujuan politik, ekonomi, perdagangan, seni-budaya, wisata, maupun pendidikan. Sampai sekitar lima tahun lalu, penyelenggaraan pengajaran BIPA di luar Indonesia sudah meliputi 36 negara—termasuk di Amerika Serikat, Jerman, Italia, Jepang, Korea, Cina, dan Australia. Di negara-negara tersebut, bahasa Indonesia diajarkan di KBRI, lembaga-lembaga kursus, dan universitas-universitas. Di dalam negeri sendiri ada 104 institusi yang menyelenggarakan pengajaran BIPA. Meskipun terkesan cukup banyak pilihan buat orang asing yang ingin belajar BIPA langsung di Indonesia, perlu dicatat masukan dari Indonesianis Profesor David T. Hill. David Hill adalah pendiri dan
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 1
www.darmasiswa.kemdiknas.go.id (diakses pada 12 September 2015).
2
ibid.
3
Ibid.
!
3
Direktur Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS). Ia telah berpengalaman menempatkan hampir 2.000 mahasiswa asing di berbagai universitas terkemuka di Indonesia selama 20 tahun terakhir. Menurut Hill, kualitas pengajaran BIPA di berbagai perguruan tinggi di Indonesia sangat bervariasi. Meskipun terkesan banyak pilihan, namun sangat sedikit yang kualitasnya baik dalam mengajarkan BIPA. Bahkan, pengajaran BIPA di universitas yang terkemuka pun sering kali rendah kualitasnya. Hill percaya, dengan kualitas seperti itu, sulit mengharapkan ketertarikan siswa Australia untuk belajar bahasa Indonesia. Ke depan, dia mengharapkan pengajaran BIPA dikelola dengan lebih baik, antara lain dengan mengembangkan gaya mengajar yang lebih interaktif. Hanya dengan begitu pengajaran BIPA bisa berkembang dan menarik pasar yang lebih luas di Australia. Berdasarkan masukan dari berbagai pihak, maka Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA turut serta dalam upaya internasionalisasi bahasa Indonesia dan peningkatan mutu pengajaran BIPA. Usaha-usaha apa yang telah dilakukan akan dibahas berikut ini. 3.
Peranan Afiliasi Pengajar BIPA dalam Upaya Standardisasi BIPA Afiliasi pengajar dan pegiat BIPA memiliki misi sebagai berikut:
1) Membantu pemerintah dalam meningkatkan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional. 2) Mengembangkan dan meningkatkan profesionalisme pengajar dan pegiat BIPA. 3) Meningkatkan citra Indonesia melalui pengajaran BIPA. Mengingat misi APPBIPA yang sangat relevan dengan cita-cita pemerintah, sudah sewajarnya APPBIPA bersinergi dengan pemerintah untuk mewujudkan internasionalisasi bahasa Indonesia. Dalam kurun waktu 20152016 pemerintah bersama APPBIPA merumuskan berbagai hal untuk pengajaran BIPA. Tema ini pun menjadi tema penting yang dibicarakan dalam Rembuk Nasional Pendidikan. Rembuk Nasional Pendidikan adalah acara yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan secara rutin setiap tahun. Pada tahun 2016, acara tersebut dilakukan pada 21-23 Februari 2016. Pada saat itu, secara khusus internasionalisasi bahasa Indonesia dibicarakan oleh komisi V yang terdiri dari para pejabat di Kemendikbud yang menangani masalah kebahasaan. Dalam Rembuk Nasional tersebut diputuskan bahwa untuk mencapai internasionalisasi bahasa Indonesia ada tiga hal besar yang perlu dilakukan: (1) penyebarluasan bahasa Indonesia melalui pengajaran BIPA, (2) pengayaan kosakata baru bahasa Indonesia, dan (3) penumbuhan budaya literasi. Khusus untuk pengajaran BIPA, kegiatan yang dianggap perlu dilakukan adalah (a) pengembangan kurikulum, (b) pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan perkembangan metodologi pengajaran BIPA, (c) pengembangan tenaga kependidikan kebahasaan yang profesional, dan (d) pengembangan sarana pendidikan bahasa yang memadai, terutama sarana uji kemahiran bahasa. Oleh karena itu, pada tahun 2015-2016, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bekerja sama dengan APPBIPA menyelenggarakan kegiatan berikut: 1) Pengembangan draf standar kompetensi minimal pemelajar BIPA Draf standar kompetensi minimal pemelajar BIPA berisi standar capaian kompetensi yang harus dicapai oleh siswa BIPA di lembaga kursus BIPA (pendidikan nonformal). Standar kompetensi untuk siswa BIPA terdiri atas tujuh jenjang (BIPA1-BIPA7).
Standar tersebut mengadopsi dari Common European
Framework of Reference (CEFR). CEFR adalah sebuah kerangka acuan untuk pengajaran bahasa yang
!
4
diberlakukan saat ini di Eropa dan sudah merambah ke Asia. Penyusunan draf dilakukan atas inisiatif PPSDK bekerja sama dengan Direktorat PAUDNI dan Pendidikan Masyarakat. 2) Pengembangan draf kurikulum Pendidikan Profesi Guru BIPA (PPG-BIPA) Draf kurikulum PPG-BIPA adalah jawaban dari belum adanya sertifikasi bagi pengajar BIPA. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bersama APPBIPA telah menyusun draf kurikulum untuk PPGBIPA. Namun, hingga saat ini draf tersebut belum ditindaklanjuti karena harus bersinergi dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 3) Pengembangan draf kurikulum Prodi Pendidikan Magister BIPA (S2) Sama halnya dengan kegiatan (2), pengembangan draf kurikulum Prodi Pendidikan Magister BIPA (S2) juga dipersiapkan untuk menjawab tantangan sertifikasi pengajar BIPA. Draf ini pun masih belum ditindaklanjuti karena harus bersinergi dengan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi. 4) Pengembangan materi ajar BIPA (untuk siswa dewasa dan siswa anak-anak) Pada tahun 2015 dan 2016 PPSDK menerbitkan buku BIPA untuk siswa dewasa. APPBIPA turut menilai dan memberi saran perbaikan untuk buku-buku tersebut. 5) Seleksi dan pembekalan pengajar BIPA Sejak 2015, pemerintah melalui PPSDK melakukan seleksi pengajar BIPA yang akan dikirim ke luar negeri. Para calon pengajar tersebut kemudian diberi pelatihan metodologi pengajaran BIPA selama kurang lebih dua minggu. Mereka ditugaskan mengajar BIPA selama empat bulan di berbagai negara. 6) Review Uji Kemahiran Bahasa Indonesia edisi baru (2016) APPBIPA juga turut serta memberi masukan untuk UKBI versi 2016. Di samping kegiatan di atas, saat ini, APPBIPA bekerja sama dengan direktorat Pendidikan Masyarakat sedang merintis Lembaga Sertifikasi Kompetensi BIPA. Lembaga ini akan memberikan sertifikat kompetensi setelah siswa BIPA selesai kursus. Sertifikat tersebut menjadi resmi dari organisasi dan diakui pemerintah. Lembaga berikutnya yang akan dikembangkan adalah Lembaga Sertifikasi Profesi. Lembaga ini berfungsi untuk memberikan sertifikat kepada para pengajar BIPA di lembaga kursus (pendidikan nonformal). Di samping bekerja sama dengan pemerintah, APPBIPA yang saat ini memiliki juga cabang Thailand dan Jerman secara rutin melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan yang rutin dilakukan APPBIPA adalah konferensi internasional pengajaran BIPA yang dilakukan dua tahun sekali. Setiap cabang APPBIPA juga memiliki berbagai agenda kerja yang semua bertujuan sama, memartabatkan bahasa Indonesia. Semua kegiatan yang dilakukan oleh APPBIPA tentunya diharapkan akan berdampak pada peningkatan mutu dan standardisasi pengajaran BIPA. 4.
Kesimpulan Standardisasi pengajaran BIPA menjadi upaya yang wajib dilakukan untuk mencapai amanah yang
tercantum pada Undang-Undang Nomor 24 tahun 2009 pasal 44. Melalui berbagai program yang dilakukan bersama pemerintah, APPBIPA telah turut serta mendukung pencapaian amanah tersebut. Namun demikian, masih banyak pekerjaan yang harus segera dilakukan oleh
pemerintah bersinergi dengan APPBIPA dan
lembaga lain. Pekerjaan utama yang harus dilakukan segera adalah: (1) sertifikasi pengajar BIPA, (2) sertifikasi penyelenggara BIPA dengan menyiapkan standar penyelenggara program BIPA, dan
!
5
(3) peningkatan koordinasi dan kerja sama antara Badan Bahasa dengan seluruh pemangku kepentingan BIPA. Hal-hal tersebut harus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Upaya ini pun harus dilakukan bersinergi dengan pengajar dan pegiat BIPA di dalam dan luar negeri. Pustaka Rujukan Pusat Bahasa. Undang-Undang No. 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Jakarta: Kemendiknas, 2010. ____. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Depdiknas, 2003. www.darmasiswa.kemdiknas.go.id (diakses pada 12 September 2015).
!
6
1
Suatu Diskripsi Tata Bahasa Dasar Bahasa Indonesia: Laporan dari Penelitian Bersama untuk Menyusun Bahan Pengajaran
HARA Mayuko, MORIYAMA Mikihiro, FURIHATA Masashi Sinopsis Makalah ini merupakan suatu laporan dari penelitian bersama selama 3 tahun terakhir ini. Tujuan utama penelitian tersebut adalah menyusun buku referensi Tata Bahasa Dasar Bahasa Indonesia yang dapat digunakan dalam pengajaran untuk penutur bahasa Jepang. Pada bulan Maret tahun 2017 tata bahasa dasar yang masih dalam tahap percobaan kami telah diunduh di web-site (http://www.tufs.ac.jp/ts/personal/furihata/ind_kyozai_bank/) sebagai salah satu hasil kerja sama yang dilakukan oleh 3 peneliti sejak tahun 2013. Tata Bahasa Dasar Bahasa Indonesia ini terdiri dari 31 bab dan setiap bab terdiri dari 4 pasal, yaitu definisi, pembentukan/morfologi, fungsi (gramatikal dan semantis) dan catatan tambahan. Secara keseluruhan sebagian besar didiskripsikan dari segi morfologi karena salah satu ciri khas yang menonjol dalam bahasa Indonesia adalah afiksasi. Namun demikian sebagai contoh diskripsi tidak hanya prefiks ter- saja diambil, tetapi struktur informasi juga diterangkan karena segi sintaksis juga cukup penting dalam pendiskripsian tata bahasa Bahasa Indonesia. Dalam pendiskripsian tata bahasa dasar ini terdapat beberapa kesulitan. Yang pertama adalah suatu dilema antara pendiskripsian ilmiah dan pendiskripsian edukatif. Kami mencoba mendiskripsikan tata bahasa Bahasa Indonesia dengan harapan bahwa buku referensi ini akan dipakai sebagai buku rujukan dalam pengajaran Bahasa Indonesia yang dilakukan di Jepang. Oleh karena itu pendiskripsian yang rumit dan terlalu ilmiah dihindarkan sedapat mungkin. Yang kedua adalah konsistensi istilah dan uraian dalam pendiskripsian. Makalah ini ditulis berdasarkan presentasi bersama pada pertemuan tahunan akademis dari Himpunan Pengkaji Indonesia Seluruh Jepang (HPISJ) pada bulan November tahun 2016. 1. 2011 2
2000 3
1
2016
11
19
47 C
2016 2020 I-A-2
2017
2
(2012) 18
pp. 2-10.
7
2013 2013
11
9
44
2016
11
19
47 2013
3
3 E-learning 3
2. 2.1
James Neil Sneddon
3
Indonesian: A Comprehensive Grammar, 2010
C
2013 2015
25 4
(2014)
20
8
pp. 1-11.
1996
5
Sneddon
3
2.2 31
4.
3
Sneddon
2.3
3
5
Sneddon, James Neil et al. (2010) Indonesian: A Comprehensive Grammar 2nd Edition, Routledge.
9
3
47
berter3.
3.
4.
terter-
3.1 ter-
terterter3 ter-
3.2 terr
-kan, -i
3.3 3.3.1 terter-
10
ter-
ter-
3 ter-
3.3.2 terterterterditerter-
3
ter-
terterdi-
tidak sengaja diter-
telah
/ sudah di-
ter-
diterter-
dapat
/ bisa di-
ter-kan, -i
ter-
terlihat, terdengar ter-
11
di-
3.4 terter-
ter3 ter-
teringat 3.5
terterter-
3
4.
3 (information structure)
2.3
3
4.1
4.2 (topic) “Mereka datang kemarin.”
12
(comment)
mereka
datang
4.3 -lah -kah 4.3.1
6
-nya -nya
“Siapa namanya?”
3
X
4.3.2
-nya
Y
“Saya ada uang.” “Mereka banyak yang meninggalkan
3 tempat itu.”
banyak
4.3.3 -lah
-kah
-lah
-kah
3 3
3 -lah
-lah
-kah
-kah -lah
6
“sopir yang namanya Pak Ali”
13
yang
-kah
4.4
4.5 -nya -lah
“Siapa namanya?” 3
3 3 3
5. 3
3
3
14
Anak itu sudah besar.
3
(Hari) sudah malam. “sudah”
3
3
3
3
31
3
4 3 6. 7
7
http://www.tufs.ac.jp/ts/personal/furihata/ind_kyozai_bank/
15
3
7. 2016
11
3 2013
3
ter3 3 3 3 3
3 3
0. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
16
13.
yang
14.
-nya
15.
ber-
16.
ber-an
17.
ber-kan
18.
meN-
19.
-kan
20.
-i
21.
memper-
22.
ter-
23.
ke-an
24.
pe-
25.
per-an
26.
-an
27.
se-
28.
ke-
peNpeN-an
29. 30. 31.
ter22.
ter-
22.1 terterter-
11.
22.2 ter-
r
1
r ter- + rasa > terasa ter- + percik > tepercik
17
er [!r]
ter- + cermin > tercermin, tecermin ter-
-kan, -i
terselesaikan terpenuhi 22.3 22.3.1 terter22.3.2 ter22.3.2.1 ter-
3 tertertidur
tidur
terbangun
bagun
terjatuh
jatuh
teringat
ingat
Latif tertidur di kelas.
(Sneddon)
cf. Latif tidur di kelas. Piring terjatuh.
(Sneddon)
cf. Piring jatuh.
18
terterkejut
kejut
tersenyum
senyum
tertawa
tawa ter-
ter-
tidak sengaja diter-
terterbawa
dibawa
bawa
terpakai
dipakai
pakai
termakan
dimakan
makan
terinjak
diinjak
injak
terlupa
dilupakan
lupa
ditinggalkan
tinggal
tertinggal
3
Tasnya tertinggal di perpustakaan.
3
(Sneddon)
(=Tasnya tidak sengaja ditinggalkan di perpustakaan.) cf. Tasnya ditinggalkan(nya) di perpustakaan.
(Sneddon)
cf. Dia meninggalkan tasnya di perpustakaan. ter-
oleh
Kaki saya terinjak di dalam bis. Maaf, buku Saudara terbawa oleh saya. (Sneddon) Obat itu terminum anak saya.
(Sneddon)
22.3.2.2 terter-
telah/sudah di-
19
ter-
terterjual
dijual
jual
terkunci
dikunci
kunci
terputus
diputuskan
putus
terbuka
dibuka
buka
terpaksa
dipaksa
paksa
termasuk
dimasukkan
masuk
terletak
diletakkan
letak
tertarik
ditarik
tarik
Surat itu tertulis dalam bahasa Inggris. (Sneddon) cf. Surat itu (sudah) ditulisnya dalam bahasa Inggris. (Sneddon) cf. Dia menulis surat itu dalam bahasa Inggris.
terterkenal
dikenal
kenal
terbatas
dibatasi
batas
tertentu
ditentukan
tentu
tertutup
ditutup
tutup
terhormat
dihormati
hormat
tersebut
disebut
sebut
Pengetahuannya sangat terbatas.
(Sneddon)
Rapat ini tertutup. rapat tertutup dewan tersebut 22.3.2.3 terter-
dapat/bisa di3
20
tertercapai terhitung
3
terduga terbeli
3
dicapai
capai
dihitung
hitung
diduga
duga
dibeli
beli
Tujuannya tidak tercapai.
3
(=Tujuannya tidak bisa dicapai.) Mobil semahal itu pun terbeli.
3
ter-
oleh
Mobil semahal itu tidak terbeli.
3
Mobil semahal itu tidak terbeli olehnya. (Sneddon)
3 cf. Mobil semahal itu tidak dapat dibeli olehnya. cf. Dia tidak dapat membeli mobil semahal itu.
3
-kan, -i
ter-
terterselesaikan
3
diselesaikan
selesai
terselamatkan
3
diselamatkan
selamat
terpenuhi
3
dipenuhi
penuh
terpikirkan
3
dipikirkan
pikir
Soal kemacetan lalu lintas belum terpecahkan. (Sneddon) cf. Soal kemacetan lalu lintas belum bisa dipecahkan oleh gubernur baru itu. cf. Gubernur baru itu belum bisa memecahkan soal kemacetan lalu lintas. 22.3.2.4 terlihat, terdengar terlihat terdengar
21
Rumahnya terlihat dari sini. Suara dosen tidak terdengar dari sini.
(Sneddon)
terDia terlihat sakit. Bunyi televisi terdengar keras. terlihat, terdengar
3 kelihatan, kedengaran
22.4 22.4.1
ter-
ter(yang ter-
)
terterdakwa tergugat tersangka terhukum
terterhadap terutama terlalu
4
termasuk terpaksa 22.4.2
terteringat
Saya teringat akan alamatnya. Alamatnya teringat (oleh saya).
22
22.4.3
terter-
terterbaca
3
tercuci
3
terbuka
3
Pintunya terbuka karena angin keras. Kesempatannya selalu terbuka untuk siapa saja. Pintu itu tak terbuka karena kuncinya rusak. 3
31. 31.1
topic
comment
3
31.2 31.2.1
…
3 3 “Mereka sudah datang.”
mereka 3
23
sudah datang
31.2.2
meN“Mereka datang kemarin.”
mereka
datang
kemarin Mereka
datang
kemarin.
/
(1)
(1)
Mereka
/
datang
/
kemarin.
mereka kemarin
(2)
(2)
Mereka
/
datang kemarin.
mereka (1)
(3)
(3)
Mereka datang
/
kemarin.
mereka datang
“Kapan mereka datang?”
24
(3)
31.3 31.3.1 31.3.1.1
A 3
A
-nya
Sopir itu namanya Pak Ali. Jakarta wajahnya sudah mulai berubah. Para pegawai gajinya tidak akan naik. Teman saya, anaknya tiga. Mereka adiknya dipanggil polisi. Pak Ali matanya dioperasi.
Pak Ali dioperasi matanya. 31.3.1.2
-nya 3 A
B
C
C
B -nya
3
Siapa namanya? Tinggalnya di mana?
25
3
Asalnya dari mana? “Berapa harganya?” harganya
31.3.3
-nya
(1), (2) banyak
(3)
(1) Saya ada uang. (2) Anda ada waktu? (3) Mereka banyak yang meninggalkan tempat itu. 31.4 -lah
-kah
31.4.1
-lah
-lah
-kah
-lah
-kah
-kah
3 -lah 3 3
31.4.2 -lah
-kah -lah
-kah
-lah
31.4.2.1
26
-kah
-lah
-kah
3 -lah
-lah
-kah
-kah
-lah -lah
3
-kah
-kah
Dialah ayah saya. Lalu, datanglah seorang saudagar. Orang itulah yang mencuri dompet saya. Inikah mobil Anda? Datangkah dia? -lah Hubungan antara Indonesia dan Amerika sangatlah dekat. Sangatlah dekat hubungan antara Indonesia dan Amerika. 31.4.2.2 -lah
-kah
3 -lah
-kah
Dapatlah disimpulkan bahwa serangan itu direncanakan lama sebelumnya. Tidaklah pantas kalau pemburuan kanguru masih tetap diizinkan. Tidakkah mengherankan kalau dia akan dipilih sebagai pemain Olimpiade? Dapatkah kita katakan hukuman mati betul-betul boleh dilaksanakan? -lah
-kah
Sudah berangkatlah dia. Bukan sayalah yang bermimpi. Sudah datangkah dia?
27
-lah
-kah
sudah berangkat
3 sudah, boleh
sudah
boleh
boleh bertanya mereka berangkat
bertanya Sudahlah mereka berangkat. Bolehkah saya bertanya? 31.4.2.3 3 -lah
3
-lah
-lah -lah 3
3
Berangkatlah sekarang! -lah Janganlah ditutup! Tolonglah tinggalkan aku sendiri! Cobalah kaupikirkan dulu! Marilah kita mencintai Tanah Air! -lah Tolong bawalah mobil saya ke bengkel! 31.4.2.4 -lah -lah -lah
-kah -kah
sejak tahun itulah
Sejak tahun itulah Indonesia secara resmi menjadi jajahan Belanda. Di desalah terdapat masa depan bangsa kita. Demikianlah surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
28
-lah
-kah
saya
Karena itukah kau datang? Seperti inikah layanan Star Air? 31.4.2.5 -kah
-kah
3
Kapankah kita bersama lagi? Di manakah kita dapat membeli barang ini? Siapakah teman akrab Anda? 31.5 31.5.1
3
(1) Saya membeli majalah Tempo di Gramedia. (1) … saya meNmeN(2) Buku itu saya beli di Gramedia. (3) Buku itu tidak dijual di Gramedia. (2)
(3)
buku itu 3 3
29
…
(2)
3
(1)
buku itu …
buku itu (2) (3)
di12.
3
30
di-
1
Kurikulum yang Berkesinambungan antara Perguruan Tinggi di Jepang dan di Luar Negeri : Studi Kasus Kurikulum di Universitas Dr.Soetomo bagi Mahasiswa Universitas Setsunan
URANO Takao (Universitas Setsunan) Cicilia Tantri Suryawati (Universitas Dr.Soetomo)
Abstrak Beberapa tahun belakangan ini universitas-universitas di seluruh dunia menjalin kerjasama antar perguruan tinggi dengan ditandai oleh Penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU). Berdasar pada MOU, perguruan tinggi tersebut akan saling mengirim dan menerima mahasiswa. Dengan adanya kerjasama, kurikulum pendidikan yang digunakan oleh kedua belah pihak seyogyanya terintegrasi. Tetapi pada kenyataannya perguruan tinggi pengirim dan penerima mahasiswa hampir tidak menggunakan kurikulum dengan pola dwiarah melainkan hanya sepihak saja, maka melalui makalah ini kami akan melakukan penelitian mengenai kemungkinan integrasi kurikulum kedua belah pihak dengan diberlakukannya kurikulum yang berkesinambungan antara Universitas Setsunan, Osaka dengan Universitas Dr. Soetomo, Surabaya- Indonesia.
1
2016
11
19
47
JSPS JP26370644 Penelitian ini mendapat hibah dari Grants-in-Aid for Scientific Research (C) JP26370644 yang di keluarkan oleh JSPS KAKENHI (Pemerintah Jepang).
31
1. (MOU) 2
123 2000
123 3
4
54 5
2
2015
782 148
83.1
123
[URANO(2015):3-4] [
3
[
4 5
2008
5
(2010):50-96] (2014)] [ (2015)] 54
32
2015
Nama universitas di Jepang
Jumlah universitas mitra
Kanda University of International Studies
4
Kyoto Sangyo University
4
Sophia University
4
Asia University
3
Soka University
3
Takushoku University
3
Ritsumeikan Asia Pacific University
3
Kwansei Gakuin University
2
Keio University
2
Nanzan University
2
Hiroshima University of Economics
2
St.Andrew's University
2
J.F.Oberlin University
1
Kyushu International University
1
Setsunan University
1
Daito Bunka University
1
Tenri University
1
Tokyo University of Agriculture
1
Rikkyo University
1
5
2. 6
26
Universitas Dr.Soetomo
6
UNITOMO
http://www.setsunan.ac.jp/kokusai/schools.html
33
1975
2016
8,000
12
7
13
1984 2016
12
8
17
5,000 1982 1992
1997
3
2009
15 14
29
Priode
Jumlah mahasiswa
(bulan & tahun)
(jenis kelamin)
Jangka waktu
September 2009 – Agustus 2010
2 orang (L1,P1)
1 tahun
September 2010 – Maret 2011
3 orang (P3)
6 bulan
September 2010 – Agustus 2011
2 orang (L2)
1 tahun
Maret 2011 – September 2011
1 orang (L1)
6 bulan
Maret 2011 – Januari 2012
1 orang (L1)
1 tahun
Maret 2012 – Agustus 2012
1 orang (P1)
6 bulan
Maret 2012 - Februari 2013
1 orang (P1)
1 tahun
Maret 2013 – Agustus 2013
2 orang (P2)
6 bulan
Agustus 2013 – Feburari 2014
1 orang (L1)
6 bulan
Agustus 2013 – Agustus 2014
1 orang (P1)
1 tahun
Februari 2014 - Agustus 2014
3 orang (P3)
6 bulan
Februari 2014 - Februari 2015
4 orang (L3, P1)
1 tahun
September 2014 - Februari 2015
1 orang (L1)
6 bulan
September 2014 - Agustus 2015
2 orang (L1, P1)
1 tahun
Agustus 2015 - Agustus 2016
1 orang (L1)
1 tahun
Februari 2016 - Agustus 2016
1 orang (L1)
6 bulan
Februari 2016 - Februari 2017
2 orang (L1, P1)
1 tahun
29 orang (L14, P15)
6 bulan: 13 orang
Jumlah
1 tahun: 16 orang
34
3.
(semester 1) a(1)
Dasar Bahasa Indonesia a(1)
:
a(2)
Dasar Bahasa Indonesia a(2)
:
Ia
Komunikasi Bahasa Indonesia Ia
Wacana Bahasa Indonesia a
:
:
Kosa Kata Bahasa Indonesia a
:
(semester 2) b(1)
Dasar Bahasa Indonesia b(1)
:
b(2)
Dasar Bahasa Indonesia b(2)
:
Ib
Komunikasi Bahasa Indonesia Ib
:
b
:
Kosa kata Bahasa Indonesia b
Tingkat dasar Ujian Kemampuan berbahasa Indonesia
:
(semester 3) a(1)
Komprehensif Bahasa Indonesia a(1)
:
a(2)
Komprehensif Bahasa Indonesia a(2)
:
a
Komunikasi Bahasa Indonesia a
Bahasa Indonesia untuk Perjalanan a
Dasar Bahasa Melayu a
:
:
:
(semester 4) b(1)
Komprehensif Bahasa Indonesia b(1)
:
b(2)
Komprehensif Bahasa Indonesia b(2)
:
b b
Komunikasi Bahasa Indonesia b
Dasar Bahasa Melayu b
:
:
Tingkat Madya Ujian Kemampuan berbahasa Indonesia
:
(semester 5) a
Praktis Bahasa Indonesia-Melayu a
a
Komunikasi Bahasa Indonesia
a
Media Bahasa Indonesia-Melayu
:
: :
Tingkat Atas Ujian Kemampuan berbahasa Indonesia
:
(semester 6) b
Praktis Bahasa Indonesia b
b
Komunikasi Bahasa Indonesia
Bisnis Bahasa Indonesia
: b
:
:
Presentasi Bahasa Indonesia-Melayu (semester 7) Spesialis Bahasa Indonesia-Melayu
35
:
:
(semester 8) Penelitian Ilmu Bahasa Indonesia-Melayu
:
7
a/b(1)(2) [
/
(2015)] ber-
ber-
ber-
bera
b a
b a
20 b
a
b
50
90
a/b 2000
[
(2012a)]
/ 12
100
a/b(1)(2) a/b(1)(2)
16
7
36
30
[
/
(2012b)] SMS
a/b
12
8
8
a/b
37
4.
(Semester pertama) Bahasa Indonesia 1: 6 SKS Percakapan 1: 4 SKS Wacana 1: 6 SKS Media Indonesia 1: 4 SKS Perkantoran 1: 4 SKS Ejaan yang Disempurnakan: 2 SKS Pengantar Kebudayaan Indonesia 1: 4 SKS Penulisan Karya Ilmiah 1: 4 SKS Studi Lapangan 1: 2 SKS (Semester kedua) Bahasa Indonesia 2 : 6 SKS Percakapan 2: 4 SKS Wacana 2: 6 SKS Media Indonesia 2: 2 SKS Perkantoran 2: 2 SKS Pengantar Kebudayaan Indonesia 2: 2 SKS Penulisan Karya Ilmiah 2: 4 SKS Studi Lapangan 2: 4 SKS Bahasa Indonesia 1/2 Percakapan 1/2 Wacana1/2 Media Indonesia 1/2 Perkantoran 1/2 Ejaan yang Disempurnakan 1972 Pengantar Kebudayaan Indonesia 1/2 Penulisan Karya Ilmiah 1/2 Studi Lapangan 1/2
38
5.
Kelompok tata bahasa wacana
Kelompok percakapan
Kelompok
Kelompok menulis
Kelompok studi
lapangan Kelompok tata bahasa 9
"Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan"
Bahasa Indonesia Baku
Wacana
10
Percakapan
[
9
(2014)] [
10
39
/
/
/
/
(2014)]
Penulisan Karya Ilmiah
11
6.
11
[ [
(2016)][
(2015)][
/
40
(2016)]
/
(2016):i]
12
Daftar Pustaka (2014) (2015)
JASSO 47
(2016) /
/
/
/
(2014)
20 /
(2016)
/
(2015) (2010) (2014) (2013)
IDE
549
IDE
URANO, Takao (2014) "Kemungkinan Integrasi Kurikulum antara Universitas Dr.Soetomo dan Universitas Setsunan", Enrichment of Career by Knowledge of Language and literature II (What Should I Know about Foreign Language Acquisition?), Surabaya: Faculty of Letters Dr.Soetomo University in cooperation with Balai Bahasa provinsi Jawa Timur, KEMDIKBUD. URANO, Takao (2015) "Hasil dari Penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi di Jepang", Enrichment of Career by Knowledge of Language and literature III (the Role of Language and Literature on the Basis of Various Cultures in Building National Character), Surabaya: Faculty of Letters Dr.Soetomo University in
12
(Universiti Kebangsaan Malaysia)
41
cooperation with Balai Bahasa provinsi Jawa Timur, KEMDIKBUD. URANO, Takao & Cicilia Tantri Surayawati (2016) "Implementasi Kurikulum Bahasa Indonesia bagi Mahasiswa Setsunan di Universitas Setsunan dan di Universitas Dr.Soetomo, Enrichment of Career by Knowledge of Language and literature IV (Communicating Across Cultures: the Role of Learning and Teaching of Language and Literature in the Era of ASEAN Economic Community (AEC)), Surabaya: Faculty of Letters Dr.Soetomo University in cooperation with Balai Bahasa provinsi Jawa Timur, KEMDIKBUD. /
(2012a)
/
(2012b)
/
(2015)
2000 3 4
42
2
1
Ideophones/expressives in Indonesian
INAGAKI Kazuya (Kyoto University) Abstrak Semua bahasa di dunia memiliki cara untuk mengungkapkan apa yang dirasakan/dibayangkan oleh pancaindra. “Onomatope” (atau “ideophones”/“expressives”) dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan tersebut supaya pendengar secara langsung ikut serta merasakan/membayangkannya. Makalah ini mengkaji tentang onomatope dalam bahasa Indonesia semaksimal mungkin berdasarkan data-data baik bahasa tulisan maupun bahasa lisan dari dalam kamus, buku, dan penutur Bahasa Indonesia. Secara linguistik deskriptif, dari sudut pandang fonologis dan morfologis, makalah ini berusaha merumuskan kriteria-kriteria untuk mendefinisikan onomatope bahasa Indonesia, dan mengajukan beberapa perincian dan contoh lambang bunyi yang bermakna dalam bahasa Indonesia. Selanjutnya, supaya memahami mengenai onomatope bahasa Indonesia secara menyeluruh, makalah ini juga menganalisis struktur kata onomatope melalui kasus metatesis, reduplikasi bunyi, dan infiks (<el>, <em>, <er>). 1. 1.1 ( )
1.2 /
(onomatopoeia/expressives/ideophones)
symbolism)
(sound Zaunu’l-Abidin bin
Ahmad (1927), Maxwell (1936), Wilkinson (1936), Carr (1966), Collins (1976, 1979), Nor Ein Mohd 1
(ideophones/expressives)
16H03416
JSPS Expressives
15K16746 Badenoch Nathan
47
2016
11
20
Tiwuk Ikhtiari Mutiara Rachmadini Effendi
43
Noor (1977), McCune (1985) Brandstetter (1916), Alisjahbana (1949–50),
(1990) Klamer (1999, 2001, 2002)
1.3
Stevens & Schmidgall-Tellings (2004)
― Departemen Pendidikan Nasional (2008) English Dictionary)
CIED (A Comprehensive Indonesian-
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
§2 §3
§4 §5
2. 2.1
onomatopoeia “mimetics” “ideophones” Diffloth (1972) ―
Doke (1935)
“expressives” (cf. Carr 1966)
“ideophones”
Dingemanse (2011, 2012) (1)
“marked words that depict sensory images” (Dingemanse 2011: 25; Dingemanse 2012: 655)
(Evans 2000; Schachter 1985) (cf. Newman 1968) (e.g. 2013)
44
:
(sign) (symbol)
[ʔ] (cf. Sapir 1927) (Dingemanse 2012: 656)
2.2 “ideophones”
“expressives” (2)
(2)
Mungkin raungan klawet (semacam lutung […]) dan gemeretak kayu-kayu yang dicabik kuku beruang saja yang sesekali, memecahkan kesenyapan malam di Kasongan. (Laksono, P. M. et. Al. 2006: 6) klawet ([…]
(2)
)
gemeretak CIED (3)
(
)
gemeresak and gemeretak (onom) crackling of dry leaves. – daun yang bergésékan the crackling of leaves rubbing against e.o. [...] gemeretak (onom) chattering sound. menggemeretak to make s.t. chatter.
Stevens & Schmidgall-Tellings (2004: 312)
“onom” gemeretak 2
2
“onomatopoeia” gemer..
11
“onom”
“onom” gemelentam gemeletap gemercak gemerencik gemerencung gemeresik gemertak gemerutuk
gemerlap gemer/gemel.. / / ( ( ) ( ) / ( / ( / ) ( ) ( ( ) (
gemel.. (
)
KBBI gemeletak
) /
3
gemerlapan
(
(
)
)
) gemerencang gemerencing gemeresak gemeretak gemerusuk
) )
45
/
( (
( ( (
) )
)
( )
( )
) )
16
gemer.. (
gemel..
)
2.2.1 2.1
(4) a.
/py/, /by/
b.
/Cl/, /Cr/
(4a)
(4b) /py/ /by/ (5)
/py/ /by/ a. kerepyak
(
/
b. byar/gebyar/gebyur
(
)
gerobyak
)
kerompyangan byur/gebyur
(
/py/ /by/
( (
)
/
)
)
(5)
hopyes Hopje
kebyar
/py/ /by/
3
/Cl/ /Cr/ ClVC
CrVC
(6)
C
/Cl/ /Cr/ a. plok/plak/pluk (
kopyor gebyah-uyah
)
)
plung
(
(
prit
(
blam
)
prang
(
prok
3
(
)
prét
/ClVC/ /CrVC/
(
)
)
prot
pruk
(
)
( 4
blar
(
)
/py/ /by/
geropyok
) (
grambyang Uhlenbeck (1971)
46
prak
( )
)
prék
(
)
)
ambyar gombyok
prat
( (
brak
)
bluk )
grapyak gambyong
(
)
blur
brék
(
)
kopyok ombyok
brek
( )
)
bruk
b. tret
(
)
( ( )
)
clep ) )
)
) )
clup
( )
(
/
jréng
(
)
cret/crit
crét/crat/crut
(
)
(
)
jrot
(
)
jrut
)
klik
)
d. klap
(
)
(
klék
)
krét/krat
( (
/
glek
( (
)
krék )
kruk
)
)
klip
(
)
)
(
)
(
)
(
)
(
/
)
krek
krak
(
/
)
)
(
kres
kret/krit
) (
(
)
)
krot
)
gluk
grék/gruk/grek
sret
klek (
(
(
e. slam
)
kring
(
sruk
(
)
(
)
(
brum
(
cring
(
krik
(
brok
(
( jleb
) )
tring
creb/crep
crot
(
(
)
c. clek
(
brét/bret
( (
srék
grok
(
srok
srup
)
)
(
( )
(
)
greb/grep )
srét/srut srot
(
(
)
(
)
)
(6) ClVC/CrVC 5
4
5
blam/slam (
(6)
6
7
( brak )
) (
)
klék
ClVC/CrVC blék blok / blus draf drat dril ( ) drip drum flat flis flop grad ( ) gram gros (=12 ) grup klas klém klép klik klip klop klor krah ( ) kram kran krém krol krom kruk plan plang plat plug plus prah prés pris prop slah slang slof tras ( ) trék ( ) trém trés tros truf ClVC/CrVC draf dram dril drop drum flat flop graf gram grup klén klir klub krim slip trén trik trip truk ClVC/CrVC blong ( ) brem – grés plong sreg drip bros
6
7
47
2.2.2 ― (2014: 57, 104) )
(
(
)
(
)
(
)
engkét-engkét
(
)
(1990: 147–149)
(7)
( a. oa-ai
mondar-mandir (
b. ua-ai
kucar-kacir (
c. ea-ei
gerak-gerik (
d. ea-eu
desas-desus (
)
e. uu-aa
huru-hara (
)
) ) )
compang-camping (
kupat-kapit (
) )
selang-seling (
)
gunung-ganang ( KBBI
(8)
1990: 147–148)
)
CIED
(9)
(8)
(
)
a. ǝa-ǝi dencang-dencing
(
derak-derik /
(
)
)
)
decap-decup dentam-dentum
) (
)
kerdam-kerdum
)
kertak-kertik (
/
)
)
(
)
lekap-lekup
)
(
gerbas-gerbus (
) (
48
)
kercap-kercup
(
(
derak-deruk
getak-getuk /
(
degap-degup
desas-desus (
kencrang-kencring
debak-debuk
(
kerung )
)
(
) (
(
)
detak-detik
ketak-ketik
(
)
(
(
)
b. ǝa-ǝu cebar-cebur )
) (
/
serak-serik
/
/
kercap-kercip
(
/
dentang-denting
gersak-gersik (
)
)
/
)
kerang(
)
kernyat-kernyut
(
lentam-lentum
(
)
lentang-lentung
(
/
)
serak-seruk
(
) c. ǝu-ǝa celung-celang
(
derup-derap
(
lebuk-lebak
(
lekup-lekap
(
) )
(
ketup-ketap )
)
( (1990: 147–149)
degum-degam
/
)
(
)
legum-legam
(
letum-letam
(
)
)
seruh-serah
)
oa-ai, ua-ai, ea-ei, ea-eu, uu-aa
eu-ea
i)
ii) (8)
ea-ei, ea-eu, eu-ea
(9) (8) (9)
(
)
a. ai-au dambin-dambun
(
b. au-aa lantung-lantang
(
c. ǝa-ǝe cetar-cetér
(
) )
( (
kesuh-kesih
( (
)
(11)
crat-crit
kesuk-kesik
(
( (
/
(
(
)
) )
dag-dig-dug
ning-néng
(
)
ning-nong
(
)
tum-tam (
(
ting-tong
) (
)
gedebar-gedebur
(
kecipang-kecipung keriat-keriut
(
)
a. ǝǝa-ǝǝu gedebak-gedebuk b. ǝia-ǝiu
kesu-kesi
)
a-i-u/o ba-bi-bu
c. u-a
)
)
(
b. i-e/o
/
(9)
(10) a. a-i
)
)
e. ǝu-ǝi cengkung-cengking lekuh-lekih
(
)
d. ǝo-ǝa kerong-kerang
(8)
lapuk-lapak
) (
(
49
/
)
)
)
) )
(12) a. /ǝ/ b.
/ǝ/
c.
/a/
/a/ /u/ /i/
d. /a/
/u/
/a/
e.
/e/ /o/ /i/
/u/
/i/
CV.CVC
CVC.CVC
f.
CVC (
CVC
kencrang-kencring, kesu-kesi
/a/ (dambin-dambun
(13)
) (cf. keriat-keriut, crat-crit, ba-bi-bu)
(9a), (9b)
)
/ǝ/
( a
<
a.
/
b.
CV.CVC
(13a)
<
u
<
<
i
<
eo
CVC.CVC
/a /
< <
ǝ
)
/
{CVC.CCVC / CV.CV} /ǝ/
/a u/ /u/
/a/
/i/
/u/ ) /a/ /i/
/a/
/i/
/u/
/a/
(ǝi-ǝa /a/
ǝi-ǝu
/e o/
/u/
/u/
/e o/
/a/
/i/
/ǝ/ (13b)
CV.CVC
CVC.CCVC
CV.CV
CV.CVC ǝu-ǝa
CVC.CVC
CV.CV
(dambin-dambun
/ǝ/
)
(13b)
CVC.CCVC CVC.CVC
CV.CVC
(
CVC.CVC ǝa-ǝi
(12b)
) /ǝ/ (12b)
/ǝ/ (14)
KBBI
50
CIED
/a/
(14)
KBBI/CIED a. /ǝ/ belat-belit
(
bengkong/bengkung cenal-cenil (
)
gembor
) )
) )
)
celengkak-celengkok
(
)
/
gembar-
kecuh-kecah
)
k(e)lemak-k(e)lemék
)
mercak-mercik
peras-perus
(
/
legak-legok/lekak-lekuk (
(
)
serembah-serembih
(
)
( )
(
)
langak-languk
c. /u/ jungkat-jungkit/unggat-unggit )
) )
)
)
)
)
kelak-kelik/kelap-kelip/kesap-kesip
(
(
b. /a/ laguh-lagah
(
(
kemak-kemik
)
cengar-cengir/sengar-sengir (
kelak-keluk
) (
)
jelur-jelir
lenggak-lenggok ( serbah-serbih
bengkang-
ceplas-ceplos
( (
bengkal-bengkil
(
(
(
) (
(
(
)8
(
runtang-runtung
)
(
d. /i/ inggang-inggung
kutat-kutet
(
)
sulat-sulit (
)
(
)
plintat-plintut
(
)
slintat-slintut e. /e/ mégal-mégol f. /o/ comat-comot
(
)
(
)
(
)
longak-longok
plonga-plongo (13) (1990: 148)
huru-hara (
9
kerut-merut (
10
)
8
9
)
celam-celum/celas-celus/celum-celam méncla-ménclé rondah-rondih selak-seluk selang-seling selentang-selenting serba-serbi warna-warni wira-wiri huru-hara ViVi-VjVj gana-gini gapah-gopoh gedana-gedini gono-gini kasak-kisik kasak-kusuk kelusuh-kelasah ketakar-keteker langak-longok maja-muju petantang-petenteng petatang-peteteng puruk-parak raba-rubu randa-rondo runggu-rangga wara-wiri
Va-aV bolak-balik bolang-baling bongkar-bangkir bulang-baling cobak-cabik cobar-cabir cola-cala colang-caling compang-camping conggah-canggih congkah-cangkih copak-capik dolak-dalik golak-galik gondasgandes gonta-ganti hubar-habir jongkar-jangkir jongkat-jangkit kelontang-kelantung keropas-kerapis kluntangklantung kocah-kacih kocar-kacir kolang-kaling komat-kamit kontal-kantil kontang-kanting kopat-kapit kosak-kasik kucar-kacir kupat-kapit lontang-lanting lontang-lantung luntang-lantung mondar-mandir morat-marit murat-marit obrak-abrik ogah-agih ogak-agik olak-alik olang-aling ombang-ambing onyah-anyih onyak-anyik opak-apik orak-arik orang-aring otak-atik pontang-panting porak-parik robak-rabik robat-rabit rombang-rambing ropak-rapik ubrak-abrik ulang-aling umbang-ambing ungah-angih untang-anting utak-atik wora-wari 10 agak-agih bengkang-bengkok bincang-bincut celedang-celedok genjang-genjot incang-incut jungkang-jungkit kelang-kelok kerang-keroh keriang-keriut kiang-
51
2.2.3 degum
(
)
dengkung
(
)
(
)
CV(C) degum (
)
dengkung
CVC
CV
/dǝŋ/
/dǝ/
gum
kung
(
/
)
CV(C) de(N)
le(N)
ke/ker/keN, ge(r), ce(N), (peN, reN) N
(
) (15)
CUP a.
cup
(
b. decup c. kecup
( (
d. kercup e. lecup
) ) ) (
(
) )
(
(15)
)
cup cup
c
u de, ke, ker, le
p cup
(16) a. /dǝ/ 39
/dǝN/
11
9
kiut kibang-kibut kicang-kecoh kicang-kicu kolang-kalik lalu-lalang lentang-lentok selang-seli sorak-sorai takangtakik tumpang-tindih ulang-alik uncang-uncit unggang-anggit ungkang-ungkit 11 /dǝ/: bak ( ) debak ( ) bap ( ) debap ( ) buk ( ) debuk ( / ) bum debum ( ) bung ( ) debung ( ) bur ( ) debur ( ) bus ( ) debus ( ) but ( ) debut ( ) cak ( ) decak ( / ) cing ( ) decing ( ) cap ( ) decap ( ) cup ( ) decup ( ) cur ( ) decur ( ) das ( ) dedas ( ) gam ( ) degam ( ) gap ( ) ( ) degap ( ) ( ) gar ( ) degar ( / / ) gum ( ) degum ( ) gung ( ) degung ( ) gup ( ) degup ( / ) kung ( / ) dekung ( ) ngih ( ) dengih ( ) nging denging ( / ) ngung ( / ) ( ) dengung ( / ) ( ) pak ( ) depak ( ) ( ) rak ( ) ( ) derak ( / ) ram ( ) deram ( / / ) rang
52
b. /lǝ/
20
/lǝN/
6
c. /kǝ/
9
/kǝN/
4
d. /ɡǝ/
3
e. /cǝ/
3
12
/kǝr/
4
13
/ɡǝr/
1
14
/cǝN/
1
15
f.
/pǝN/
1
16
g.
/rǝN/
1
17
(
)
derang ( ) rap ( ) ( ) derap ( ) ras ) deras ( / ) rau ( ) derau ( ) ring ( ) dering ( ) sar ( ) desar / ( / ) sing ( ) desing ( ) sir ( / ) desir ( / ) sis ( ) desis ( ) ( ) sit ( ) desit ( ) tas ( ) ( ) detas ( ) tik ( ) ( ) detik ( ) tus ( detus ( /dǝN/: bam ( ) dembam ( ) cing ( ) dencing ( ) kang ( ) dengkang ( ) kung ( / ) dengkung ( ) ( ) kur ( ) dengkur ( ) pung ( ) dempung ( ) tang ( ) dentang ( ) ting ( / ) denting ( ) tum ( ) dentum ( ) /lǝ/: bak ( ) lebak ( ) bam ( ) lebam ( ) buk ( ) lebuk ( ) bum lebum ( ) cap ( ) lecap ( ) cup ( ) lecup ( ) ( ) gam ( ) legam ( ) gap ( ) ( ) legap ( ) ( ) gum ( ) legum ( ) gung ( ) legung ( ) gup ( ) legup ( / ) ning ( ) lening ( ) nung ( ) lenung ( ) ( ) ram ( ) leram ( / / ) rap ( ) ( ) lerap ( ) sing ( ) lesing ( ) tuk ( ) letuk ( ) tum ( ) letum ( ) tung ( ) letung ( ) tus ( ) letus ( /lǝN/: kung ( / ) lengkung ( ) kur ( ) lengkur ( ) tang ( ) lentang ( ) ting ( / ) lenting ( ) tum ( ) lentum ( ) tung ( ) lentung ( ) ( ) /kǝ/: cap ( ) kecap ( ) cup ( ) kecup ( ) nung ( ) kenung ( ) rak ( ) ( ) kerak ( ) rik ( ) kerik ( ) ring ( ) kering ( ) rit ( / ) kerit ( ) tik ( ) ( ) ketik ( ) tuk ( ) ketuk ( ) /kǝN/: cang ( / ) kencang cung kencung tong ( ) kentong ( ) tung ( ) kentung ( ) /kǝr/: cap ( ) kercap ( ) cup ( ) kercup ( ) dam kerdam ( ) tang ( ) kertang ( ) /ɡǝ/: jos ( ) gejos ( ) ram ( ) geram ( ) rit ( / ) gerit / ( ) /ɡǝr/: dam gerdam ( ) /cǝ/: bur ( ) cebur ( ) rau ( ) cerau ( ) tar ( ) cetar ( ) /cǝN/: kung ( / ) cengkung ( ) /pǝN/: ting ( / ) penting ( / ) /rǝN/: cang ( / ) rencang ( / / ) (
12
13
14
15
16 17
53
Brandstetter (1916)
Alisjahbana (1949 50)
Nor Ein Mohd Noor (1977)
Collins
(1979) 4.2
―
2.2.4 (Doke 1935: 118) (Childs 1994: 188) (cf.
byar
(
2013)
)
plung (
(
)
)
mencerlangi
melemparkan ke air
(17) a. Mak byar lampunya bernyala lagi. mak b. ... sinar lampu mencerlangi tubuhnya. (Anggia Murni p.93, 1956)
(17a)
byar
mak mak (17a)
54
(mak) byar
(17b)
mencerlangi (17a) (17b)
2.2.5
(18)
(
)
( a.
/py/
b. /gemel../
/gemer../
c.
)
/by/ /Cl/
/Cr/
(19)
(
(20)
)
(
)
de(N), le(N), ke/ker/keN, ge(r), ce(N), peN, reN
cup (
)
CIED
(
)
ssst
“onom”
3. Hamano (1986) (1994)
― (2014)
Carr (1966)
Hinton et al.
/
McCune (1985) (
(21)
/
a
u
55
i
)
/
CIED/KBBI (22) a.
cengkung
(
kersuk
b.
(
cengking
)
kersik
uak
(
debap
(
)
derak
(
/
deham
)
(
dekah
uik
(
desas
(
kerpas
)
) )
( (
gemerencang kerpak
dehim
(
dekih
(
)
(
/
)
(
)
(
)
(
) (
)
(
) (
kerpuk
19
)
gemerencung
)
)
)
(
lepik
(
18
/
kertip
)
)
(
kerpis
)
)
)
(
desis )
( )
klip
(
lepak
(
deruk
)
kertap
(
debup
) (
klap c.
)
(
) )
(21) (23)
/ /
o
e
a
u
ǝ
crVt
i
/
crot
crat
/
crut
cret
crét
crit
/
(23) (24) a. srok
(
)
srék
(
)
b. brét
(
)
bret
(
)
krit
(
c. kret
(
d. krék
(
e. prak f. bruk 18
19
) )
( (
krak
) )
) (
pruk (
)
brek
)
( (
) )
debap debup KBBI debap “tiruan bunyi barang jatuh dsb” debup “tiruan bunyi barang besar jatuh, hampir sama dng debap” ( ) derak deruk KBBI derak “tiruan bunyi dahan patah (bambu dibelah dsb); bunyi kertak” deruk “tiruan bunyi derak, tetapi lebih besar”
56
/i/ (
Diffloth (1994)
)
[i]
(
)
/i/ (25)
/i/ a.
cicip/ciak/ciap kicau
(
(
)
kerik
uik
b.
kesik/resik
c.
risik(/gerisik/kerisik)
(2.2.3
)
(
(
)
(
krik
(
)
)
desih (
)
( )
)
(
)
desik/kersik
(
)
)
/s/ /s/ (26)
/i/
[s]
/s/ a.
risik(/gerisik/kerisik) (
)
lesak
ras
desak/desuk
c.
sit(/desit)
d.
desar/desur
(27)
)
)
)
(
kersuk
(
)
)
(
)
)
(
) /
)
desau/rasau
sir/desir/selir (
(
keciut
(
(
/
)
(
)
)
/s/ a.
bus(/debus)
(
)
sir/desir/dersik /
(
( /
b.
debas/dekus
c.
desih
siur
) (
(
(
d.
siul (
(
depus
sis(/desis)
(
)
/
siut
(
/
)
(
dengkus/dengus
(
(
(
)
sis(/desis) (
/
)
desut/sar
) ) )
(
)
desus
)
/
/
(
/
/
/
)
suit
/
)
e.
sing(desing/lesing)
/h/
/
/s/
)
)
)
)
/
kesik/kesu-kesi
/i/
desik/kersik
(
(
b.
(
(
)
siung
(
)
( /h/
/
[h]
57
)
(28)
/h/
/
a. (
hacih/hacing/haciu/hacu
b.
deham
( (
c.
)
kesuh-kesih
)
dekih
)
) (
)
lekuh-lekih
)
dekah
( (
d.
(
(
)
ha
(
)
kikih
)
dengih
(
) (cf. Kilian-Hatz 2001: 158) /m/
/ŋ/
(29)
/m/ a. aum
(
b. lebum
/
)
aung
(
)
c. ram(/deram)
/
/
(
d. gum(/degum/legum) dentam
(
(
lebung /
(
/
(
)
)
)
)
rang(/derang)
(
gung(/degung/legung)
)
dentang
tum(/letum/lentum/dentum)
/
/ŋ/
(
(
(
)
talun
)
dembun (
)
)
tung(/letung/lentung/kentung) /n/
)
/
(
(
) /
) /n/
(30)
/n/ a.
kelenung
(
)
b.
kelénéng
(
c.
kelening
(
/
)
kelonéng )
ningnong
Carr (1966)
kenong/nung(/kenung/lenung)
(
(
ning(/lening)
(
) (
)
)
McCune (1985)
Carr (1966)
/ lécVC
lecVC 20
20
Carr (1966) ( ) lécét
lécéh
lécak lecek ( /
)
lecap lécék lecit
58
(
)
( ) lecat lécér (=lécét) ( / ) lécok
)
McCune (1985)
Brandstetter (1916)
Maxwell (1936)
Alisjahbana (1949 50)
(submorpheme) )
RS (
LS (
) 21
4.
4.1
(31) a. desar
/
(
/
)
deras
(
/
desur
/
(
/
)
derus
(
)
/
(
b. siut
/
/
c. kecap (31a)
(
/
/
/
)
suit
)
desar–deras (
(
cepak
desur–derus
/s/
)
(
)
)
sar
(
de deras
/
/r/
desar ras
/
)
)
deras
(2.2.3)
derus
desar
desur
deras–derus desar–desur
desar
desur
(2.2.2)
desur
desar
derus /s/
derus
/r/
(31b)
siut–suit
/i/
/u/
(i) /iu/
(ciut, kiuk, kiut, siul, siung, siur) (ii) siut )
(
siut
lecup ( ) McCune (1985)
/ui/
(kuing, uik) /
suit
lecuh 21
desur
(lécun
lecur ‘Righthand Submorpheme’ -ir ‘fluid’ -us ‘thin’ desir ‘swish (e.g. desik ‘rustle (paper)’ desus ‘rustle (wind)’ wind-blown sand)’ (McCune (1985: 2) )
-ik ‘sharp, thin,small’ des- ‘white sound’
59
(31c)
/k/ /c/ /p/
kecap–cepak
kecap
cepak
cap
(
)
kecap
cepak
Nor Ein Mohd Noor (1977: 255)
(32) a. cicip
(
)
b. cicit
(
c. kukur
(
d. titit (32a)
cip
/
) )
( CIED
)
p
(cip-cip)
cip
t
(cit-cit)
cit
r
(kur-kur)
kur
t
(tit-tit)
tit
“cip (onom) cheep, cheep.”
(32b)
“twitter, chirping (of birds, etc.).” (32c)
kur
(
)
CIED
cit
cit-cit
CIED
KBBI
(32d)
tit
“(onom) beep (sound of a car horn).”
4.2 <el>, <em>, <er> Sneddon (1996: 25) <em>
g<em>etar ‘tremble’
getar ‘vibrate’
kilau ‘shine’
kilau-k<em>ilau ‘shine brightly’ <er> 22
(33)
keriang-keriut
(
)
k<er>iang-k<er>iut kementam (
/
( /
/
<er>
kiang-kiut
)
(
dentam
)
(
tam
) )
lentam
kemen-
ke-
kemen-
keN
men<em>
k<em>en22
keriut
( ke
)
CIED
riut (
(
) ) riang-riut
ke
60
(34)
kementam a.
(
/
)
k<em>en-tam
<em>
b.
ken-tam
keN
c.
tam
(= den-tam
len-tam
)
2.2
gemel../
gemer.. (35)
gemel../gemerC.. a. g<em>e-len-tam
(
b. g<em>er-cak
/
(
/
)
)
g<em><el>e-tak
g<em>er-tak
ge/ger
(
)
(
(
<em>
)
g<em>e-
g<em>er-
(35a) g<em><el>e-tak *le-tak (
getak(-getuk) )
)
(
<el> /
)
detak
(
)
ge-tak gemerV..
(36)
gemerencung a. b.
/
(
/
)
gemerV..
g<em>erencung ge-rencung?
c.
<em> g<er>encung?
ren-cung?
ge
gen-cung?
cung
<er>
reN
KBBI
geN
kencung tiruan bunyi "cung, cung"
reN geN
ren-cung
ge-rencung
gen-cung
ren-cang g<em>e-ren-cang
/
cang
rencik/recik/percik
g<em>e-rencik
(
)
geN
genc..
gencar, gencat, géncél, gencét gen-cung
g<er>encung
gen-cing (g<em>erencing
(36c)
)
<er> 5. (onomatopoeia/expressives/ideophones) i) ii)
iii)
61
/n/ (
)
/n/
. 2013.
― 101 115.
:
.
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949–50. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Djakarta: Dian Rakjat. Brandstetter, Renward. 1916. An Introduction to Indonesian Linguistics [translated by C. O. Blagden], vol. 15 Asiatic Society Monograph. London: The Royal Asiatic Society. Carr, Denzel. 1966. Homorganicity in Malay/Indonesian in expressives and quasi expressives. Language 42(2). 370– 377. Childs, George Tucker. 1994. African ideophone. In Leanne Hinton, Johanna Nichols & John J. Ohala (eds.), Sound Symbolism, 178–204. Cambridge: Cambridge University Press. Collins, James T. 1976. Vokal sengau di dalam bahasa Melayu Kedah (Langkawi). Dewan Bahasa 20. 19–31. ─. 1979. Expressives in Kedah Malay. South-East Asian Linguistic Studies 4. 379–406. Pacific Linguistics, the Australian National University. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Gramedia Pustaka Utama 4th edn. Diffloth, Gérard. 1972. Notes on expressive meaning. In Paul M. Peranteau, Judith N. Levi & Gloria C. Phares (eds.), Papers from the Eighth Regional Meeting, 440–447. Chicago: The Chicago Linguistic Society. ─. 1994. i: big, a: small, In Leanne Hinton, Johanna Nichols & John J. Ohala (eds.). Sound Symbolism, chapter 8, 107–114. Cambridge: Cambridge University Press. Dingemanse, Mark. 2011. The meaning and use of ideophones in Siwu. Nijmegen: Radboud University Ph.D. dissertation. http://thesis.ideophone.org/. ─. 2012. Advances in the cross-linguistic study of ideophones. Language and Linguistics Compass 6(10). 654–672. Doke, Clement Martyn. 1935. Bantu Linguistic Terminology. London: Longmans, Green, and Co. Evans, Nicholas. 2000. Word classes in the world’s languages. In Geert Booij, Christian Lehmann & Joachim Mugdan (eds.), Morphologie/Morphology: Ein internationales Handbuch zur Flexion und Wortbildung/An International Handbook on Inflection and Word-Formation, chapter 72, 708–732. Berlin: Walter de Gruyter. Hamano, Shoko. 1986. The sound-symbolic system of Japanese. Gainsville: University of Florida Ph.D. dissertation. ―
. 2014.
.
:
.
Hinton, Leanne, Johanna Nichols & John J. Ohala (eds.). 1994. Sound Symbolism. Cambridge: Cambridge University Press. Kilian-Hatz, Christa. 2001. Universality and diversity: Ideophones from Baka and Kxoe. In Erhard Friedrich Karl Voeltz & Christa Kilian-Hatz (eds.), Ideophones, vol. 44 Typological Studies in Language, 155–163. Amsterdam: John Benjamins.
62
Klamer, Marian. 1999. Austronesian expressives and the lexicon. Toronto Working Papers in Linguistics 16(2). 201– 219. ─. 2001. Expressives and iconicity in the lexicon. In Erhard Friedrich Karl Voeltz & Christa Kilian-Hatz (eds.), Ideophones, vol. 44 Typological Studies in Language, 165–181. Amsterdam: John Benjamins. ─. 2002. Semantically motivated lexical patterns: A study of Dutch and Kambera expressives. Language 78(2). 258–286. Laksono, P. M., Jajang Agus Sonjaya, Ons Untoro, Y. Tri Subagya, Almira Rianty, and Aprilia Budi Hendrijani. 2006. Pergulatan Identitas Dayak dan Indonesia: Belajar dari Tjilik Riwut. Yogyakarta: Pusat Studi Asia Pasifik, Universitas Gadjah Mada. . 1990.
.
:
.
Maxwell, Charleton Neville. 1936. Light in the Malay language. Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society 14(3). 89–154. McCune, Keith Michael. 1985. The Internal Structure of Indonesian Roots, Part I/II, vol. 21/22/23 of NUSA: Linguistic Studies of Indonesian and Other Languages in Indonesia. Jakarta: Badan Penyelenggara Seri NUSA. Newman, Paul. 1968. Ideophones from a syntactic point of view. Journal of West African Languages 5(2). 107–117. Nor Ein Mohd Noor. 1977. Onomatopia dalam bahasa Melayu. Dewan Bahasa 21(4). 253–261. Sapir, Edward. 1927. Language as a form of human behavior. English Journal 16(6). 421–33. Schachter, Paul. 1985. Parts-of-speech systems. In Timothy Shopen (ed.), Language Typology and Syntactic Description (volume 1: Clause structure), chapter 1, 3–61. Cambridge: Cambridge University Press. Sneddon, James N. 1996. Indonesian: A Comprehensive Grammar. London: Routledge. Stevens, Alan M. and A. Ed. Schmidgall-Tellings. 2004. A Comprehensive Indonesian-English Dictionary. Ohio: Ohio University Press. Uhlenbeck, Eugenius Marius. 1971. Peripheral verb categories with emotive-expressive or onomatopoeic value in modern Javanese. Travaux Linguistiques de Prague 4. 145–156. Wilkinson, Richard James. 1936. Onomatopoeia in Malay. Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society 14(3). 72–88. Zaunu’l-Abidin bin Ahmad. 1927. Pair-words in Malay. Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society 5(2). 324–338.
63
1
Kalimat Predikatif dan Kalimat Spesifik dalam Bahasa Indonesia
Tiwuk Ikhtiari (Mahasiswa S-3 Universitas Kyoto) Sinopsis Istilah kalimat predikatif dan kalimat spesifik masih asing dalam penelitian Bahasa Indonesia. Daripada kedua istilah tersebut, istilah kalimat adjektival dan kalimat nominal mungkin lebih banyak digunakan. Makalah ini (i) membahas perbedaan antara kalimat predikatif dan kalimat spesifik serta bagaimana contoh kalimatnya dalam Bahasa Indonesia, (ii) menjelaskan tentang kalimat terbelah (cleft sentence) dalam Bahasa Indonesia yang termasuk ke dalam jenis kalimat spesifik, dan (iii) menganalisis dan membandingkan kalimat predikatif dan kalimat spesifik antara Bahasa Indonesia dengan Bahasa Jepang. Sebagai kesimpulan, (a) Bahasa Indonesia juga mempunyai kalimat yang susunan maknanya sesuai dengan ciri-ciri kalimat predikatif dan kalimat spesifik, (b) kecuali kalimat yang memaparkan informasi umum, subyek kalimat dalam Bahasa Indonesia merupakan frasa nomina tertentu (c) dalam kalimat spesifik Bahasa Indonesia kata yang mengalami pemfokusan menempati posisi predikat. 1.
(1) (1)
(2)
“x yang menolong saya”
(1) [Dia]SBJ [SEORANG GURU]PRED. 3SG
INDEF
teacher
(2) [Lukisan-nya]SBJ [INDAH]PRED. painting –DEF
beautiful
1 )
(3) 1
(3)
1
(2)
2016
11
19
20
47
65
“Ali”
[ALI]PRED. 2)
(3) [Ø Yang me-nolong saya]SBJ Ø LINK
meN- help
1SG
Ali
― (3)
(1)
1
(2) (Kalimat Nominal)
(Kalimat Ajektival)
1
1 1
1
2.
1 Akmajian (1979: 162)
(4) [Ø Yang meng-ajar kami Bahasa Indonesia]SBJ [BAPAK BUDI]PRED. Ø
meN-teach 1PL language Indonesia
LINK
Mr.
Budi
1
(5) [Ø Yang meng-ajar kami Bahasa Indonesia]SBJ Ø LINK
meN-teach
1PL language Indonesia
[LUCU]PRED. funny
1
1
(4)
(5) (4)
1 1 1
Akmajian
1
(5) 1 1
1
1
1
1
1
1
2
(5)
1 1
1
1
1
) LINK
1
yang
66
1 1
Yang
1 (8)
1
1
(6) [Ø Yang meng-ajar kami Bahasa Indonesia]SBJ Ø LINK
meN-teach
1PL
(6)
1
(7)
1
1
[LUCU SEKALI]PRED.
language Indonesia
funny
very
1
1
(7) [Ø Yang meng-ajar kami Bahasa Indonesia]SBJ [AGAK LUCU]PRED. Ø LINK
meN-teach
1PL
language Indonesia
little
funny
1
1
(8) [Ø Yang meng-ajar kami Bahasa Indonesia]SBJ [LEBIH LUCU DARIPADA PELAWAK]PRED. Ø LINK
meN-teach
1PL
language Indonesia
more
funny
1
than
comedian
1
(9) “Yang menjalani operasi kemarin ADALAH JONI.”
(10)
(11) 1
(9)
[Ø Yang
men-jalani
Ø LINK
(10)
meN- undergo
kemarin]SBJ
NEG
much
meN-undergo operation
* [Ø Yang lebih banyak men-jalani Ø LINK more
much
kemarin]SBJ [ADALAH JONI]PRED. yesterday
operasi kemarin]SBJ
1
4
)
1
[ADALAH JONI]PRED.
meN-undergo operation yesterday
(12)
1
Joni
Joni
―
4
)
)
Joni
1
3
3
[ADALAH JONI]PRED.
operation yesterday
* [Ø Yang tidak banyak men-jalani operasi Ø LINK
(11)
operasi
1
(13)
(14)
) Akmajian makan ‘eat’
1 1
(14)
1 1
1
67
1 1
1
(12)
[Anak Bapak Ali]SBJ [SEORANG PELAJAR]PRED. → [SEORANG PELAJAR]PRED [anak Bapak Ali]SBJ. child
(13)
Mr.
Ali
student
INDEF
[Lukisan-nya]SBJ
[BAGUS]PRED.
painting- DEF
→ [BAGUS]PRED
good
student
INDEF
child
Mr.
Ali
[lukisan-nya]SBJ.
good
paiting - DEF
1
(14)
[Api-nya]SBJ flame- DEF
[PADAM]PRED.
→ [PADAM]PRED [api-nya]SBJ.
extinguish
extinguish
flame- DEF
―
(15)
[Ø Yang me-nolong saya]SBJ [ALI]PRED. Ø LINK
meN- help
1SG
→
Ali
[ALI]PRED [Ø yang me-nolong saya]SBJ. Ali
Ø LINK
meN-help
1SG
1
1 Akmajian (1979)
3. 3.1
)
)
1 ) 5
)
A.
1 -
dia ‘he/she’,
mereka ‘they’
-
buku itu ‘that book’, anak ini ‘this child’
B.
(generic sentence) (16)
bayi ‘baby’
[Bayi]SBJ [MUDAH MENJADI SAKIT]PRED. baby
easy
become
sick
1
5)
)
)
(1985)
68
C. Donellan (1966)
attributive use
“Orang yang memukul Amir
TINGGI DAN BESAR”
(17)
1
[Orang yang me-mukul Amir]SBJ person
LINK
meN-beat
“orang yang memukul Amir”
[TINGGI DAN BESAR]PRED.
Amir
tall
and
big
1
) (12)
1
seorang mahasiswa ‘a student’ Seorang mahasiswa ‘a student’(12), bagus ‘good’ (13), padam ‘extinguish’ (14)
1 1
) 1
1 keren
padam
1 1
1
)
)
3.2
-nya
1
)
ini, itu
-nya
1 -nya
109-114)
6
1
(18) Midori Midori
me-nyobek meN-
)
buku catatan-nya
tear
book
note
Badudu (1993:
-NYA
lalu mem-buat then
peta jalan menuju rumah-nya
meN-make
map road
toward
house -NYA
dengan rinci. (p.122) by
detail
(p.135)
1
(19)
Dari terang-nya sinar bulan aku Ø-perkirakan waktu sudah from bright
-NYA
light
moon 1SG
Ø- predict
time
already
pukul dua atau tiga. (p.249) o’clock
two or
three
(p.268) 6
)
69
Agent voice(meN(20)
-nya)
1
Langit begitu tinggi sampai-sampai sky
so
high
mata
to such an extent that
terasa sakit bila terus me-mandang-nya. (p.3)
eye
feel
hurt
if
Tetapi, sekali-kali aku tak but
not at all
1SG
NEG
meN- view -NYA
(p.9)
1
(21)
keep
akan mem-buka will
meN- open
hati
untuk-nya, ... (p.60)
heart
for -NYA
…
Patient voice(di(22)
Ia 3SG
-nya)
ber-maksud
1
me-ngatakan
BER-intend
meN- say
1
(23)
Tetapi urutan-nya but
sesuatu
tetapi
something
but
di-batalkan-nya, ... (p.133) DI- cancel -NYA
…
1
kebalikan
order -NYA
(p.69)
contrary
dari from
upacara
(p.145)
pagi. (p.21)
ceremony morning
(p.29)
(24)
... seperti-nya sinar mentari belum like -NYA
light
sun
men-capai
not yet
meN-reach
…
Tapi, yang but
surround
1
Badudu (1993) (25)
sekeliling
LINK
di-sebut
3PL
…
1
verwijzing
penyembuhan itu
DI-call
1
mereka, ... (p.31)
treatment
1
(p.39)
1
konkrit-nya seperti apa? (p.182)
that
concrete-NYA
like
what
(p.198)
1
se(26)
Aku segera kembali ke kamar dan minum 1SG
soon
back
to
room
and
drink
air water
garam
se-banyak-banyak-nya ... (p.60)
salt
se- much
(p.71)
anda/-mu
(27)
Lahir-nya birth –NYA
bulan month
1
apa? (p.81) what
…
(p.90)
70
RED
–NYA
(19), (28) -nya
(28)
(29)
a. [Jepang]SBJ
[DINGIN]PRED.
Japan
cold
1
a’. [Dingin-nya
Jepang]SBJ
cold –NOM
(29) a.
A .
rule
a’.
Japan
NEG
already NEG
peraturan itu]SBJ
BER-valid-NOM
rule
a’.
NEG
b.
1
[KEMBALI KE BUMI]VP.
that
[Sungai itu]SBJ that
plane
back
[Jembatan itu]SBJ bridge
that
earth
itu
ke bumi]SBJ
that
to earth
[MENJADI BERITA BESAR]VP. become
news
big
meN-overflow
[Me-limpah-nya
C .
outer space
to
[ME-LIMPAH]VP.
meN-overflow-NOM
a.
itu]SBJ
[Kembali-nya pesawat antariksa
river
b’.
outer space
-NOM
DI- socialize
meN-
[Pesawat antariksa
back
[BELUM DI-SOSIALISASIKAN]VP.
that
B .
plane
Ø-feel
BER- valid
1
a.
3SG
)
tidak ber-laku-nya
already
Ø-RASAKAN]VP.
[SUDAH TIDAK BER-LAKU]VP.
that
[Sudah
ever
NEG
(BER-
[Peraturan itu]SBJ
[BELUM PERNAH IA
sungai itu]SBJ river
[MENG-GENANGI SAWAH SEKITAR-NYA]VP.
that
(DI-
meN- flood
)
[DI-PERBAIKI]VP. DI- repair
71
rice-field
around-3SG
a’.
[Di-perbaiki-nya jembatan itu]SBJ DI- repair- NOM
bridge
[MEM-PERLANCAR TRANSPORTASI DARAT]VP.
that
meN-expedite
D . Agent defocusing
a.
[Puluhan ikan paus]SBJ dozens
land
TER-
[TER-DAMPAR]VP.
whale
TER- strand
a’. [Ter-dampar-nya puluhan ikan paus]SBJ TER-strand-NOM
transportation
dozens
whale
[ME-NIMBULKAN SPEKULASI MENGENAI PENYEBAB-NYA]VP. meN- rise
speculation
about
cause-3SG.poss
)
1
1
-nya 7
)
A) Unique 1 langit
1 (30)
[Langit-nya]SBJ
1 bulan
[BIRU]PRED.
sky –DEF
blue
1
(31)
[Bulan-nya]SBJ
[TER-TUTUP AWAN]PRED.
moon-DEF
TER- cover
cloud
1
B) 1
1
1 (32)
[Jendela-nya]SBJ window-DEF
1 [BESAR]PRED. big
1
(33)
[Jendela-nya]SBJ window-DEF
7
) )
DI- close Chafe(1976)
1 8
[DI-TUTUP!]VP 8)
the
-nya
1 (33)
patient voice di1
72
Keenan (1976)
1
C) (34)
“anjing-nya” 1
(34)
[Anjing-nya]SBJ dog –DEF
1
[SUDAH DI-BERI MAKAN?]VP already
DI- give
food
D) 1
1
1 (35)
[Seorang
pelayan]SBJ[MEM-BAWAKAN SECANGKIR KOPI]VP.
[Kopi-nya]SBJ
[KENTAL DAN
PAHIT]PRED.
A
E)
waiter/ress
meN-bring
a cup
coffee
coffee-DEF
thick
―
(36)
[Saya]SBJ
[MEM-BELI RUMAH BARU]VP.
1SG
meN- buy
house
new
1
[Dapur-nya]SBJ
[LUAS]PRED.
kitchen-DEF
large
1
-nya
1
-nya
1
-nya
(30)
(36)
-nya 1
1
1 1
3.3
1 1 1
(37) [Bapak Tanaka]SBJ Mr.
Tanaka
[SEORANG DIREKTUR]PRED. INDEF
president
73
and
bitter
(38) [Wanita itu]SBJ
[MENARIK]PRED.
woman that
attractive
1 9
)
)
(1973)
(1997)
(39), (40) (39)
1 [Langit-nya]SBJ sky –DEF
(40)
[BIRU]PRED, ya. blue
excl
1 [Laut-nya]SBJ sea –DEF
[INDAH]PRED, ya. beautiful
excl
(1997)
)
1
)
1
1 -nya )
)
“
1
” )
1
)
1
(16) 4. (4)
(4)
(42)
(15)
1
1 1 A
B
1
9)
(37) (37), (38)
1 1
(38) (37)
1 (38)
1 1
74
4.1 Tri Iryani Hastuti, Utjen Djusen Ranabrata, Muh Abdul Khak (1995) yang
―
1 (41)
―
1
(42)
(43)
menara itu
(44)
Pak Budi
(41)
[M ENARA ITU]PRED tower
that
[Ø yang paling tinggi di kota ini]SBJ. Ø LINK
most
tall
PREP
city this
1
(42)
[PAK BUDI]PRED Mr
Budi
[Ø yang me-ngajar kami Bahasa Indonesia]SBJ. Ø LINK meN-teach
1PL
language Indonesia
1 (43)
[Menara itu]SBJ [PALING TINGGI DI KOTA INI]PRED. tower
that
most
tall
PREP
city
this
1
(44)
[Pak Budi]SBJ Mr
Budi
[MENGAJAR KAMI BAHASA INDONESIA]VP. meN-teach
1PL
language Indonesia
1
Menara itu ‘that tower’, Pak Budi ‘Mr. Budi’
1
(41), (42)
Cole, Hermon, and Tjung (2005: 561)
1
1 1
― 1
1 (Verhaar 1989: 94
1 A
B
10
1
1
adalah ) “A adalah B”
1
10 )
“In Standard Indonesian, the subject must be the topic and cannot be the focus of the sentence. That is, Standard Indonesian requires a strict parallelism between topic and subject, a parallelism not required in such languages as English.”
75
)
(45)
adalah
(46)
adalah
(45)
1
[(ADALAH) NURLIATI]PRED [Ø yang Nurliati
(46)
11
[Ø Yang Ø
Ø LINK
meN-pull
LINK
me-mulai cerita ini]SBJ. (Tri Iryani Hastuti et al. 1995: 8) meN-start
me-narik perhatian]SBJ
)
story this
[ADALAH BISNIS KONSTRUKSI DUNIA]PRED.
attention
business construction
(ibid. 9)
world
-lah
1 1 (47)
(47)
1
(47)
It was just about 50 years ago that Henry Ford gave us the weekend… 50
1 …
1990: 87
Sekitar 50 tahun lalu-lah Henry Ford mem-berikan kami akhir pekan … About
50
year
ago –FOC
Henry Ford
meN- give
1PL
end
week
1 yang
yang 12
1
(48)
1
11
(48)
[(ADALAH)
(49)
[
x
) (45)
yang
]PRED
[x
yang
]SBJ
[ADALAH
]PRED
adalah -lah
12
(FOC)
1 1
Ø LINK meN-start
) Tiwuk Ikhtiari (2016b: 66)
(49)
]SBJ
Hastuti et al. 1995: 9) (-lah) [NURLIATI(-LAH)]PRED [Ø yang me-mulai cerita ini]SBJ. Nurliati
)
story this
1
76
1
(Tri Iryani
(48)
x
Yang (48)
(49)
adalah adalah
(48) -lah
(49)
1 1 -lah
(42) (50)
Pak Budi
[PAK BUDI]PRED Mr
Budi
(51)
)
[Ø yang me-ngajar kami Bahasa Indonesia]SBJ. Ø LINK meN-teach
1PL
language Indonesia
1 (51)
[Pak Budi]SBJ Mr
Budi
[Ø YANG ME-NGAJAR KAMI BAHASA INDONESIA]PRED. Ø
LINK
meN-teach
1PL
language Indonesia
1 1 Harlow (2007: 91)
1
(52)
[KO REWI]PRED FOC Rewi
[e
whāngai ana
TAM
feed
i
te
kūao
kau]SBJ
TAM OBJ DET young
= focal reading
cow
‘It is Rewi who is feeding the calf.’
(53)
[Ko Rewi]SBJ/TOP TOP Rewi
[E WHĀNGAI ANA I TE KŪAO KAU]PRED TAM
feed
TAM OBJ DET young
= topic reading
cow
‘As for Rewi, he is feeding the calf.’
“One, in which the expression ko Rewi is strongly stressed, serves to focus this constituent. ‘It is Rewi who...’ In the other, the sentence stress falls on the predicate, and the expression ko Rewi is topic.
Only in the second case can one speak of the order SPred; the focal reading, as can
be seen, is interpreted as an instance of PredS, and is essentially a cleft in which the “subject” consists of a headless relative clause.” 1
77
(50)
(51)
(54)
[SIAPA]PRED [Ø yang me-ngajar kalian Bahasa Indonesia]SBJ ? who
Ø LINK
meN-teach
2PL
language Indonesia
1
(55)
[Pak Budi (itu)13 ) ]SBJ
[SIAPA]PRED?
Mr. Budi (TOP)
4.2
A
who
B A
B
B
A
A
(56)
(56)
(
(57)
(57)
1996a: 266) (loc.cit.)
1
B A
A
1
A
1
B
1
1 (57)
1
1 1
1 (1973)
(1987)
1 A
A
B
1
(58) [INI]PRED this
[Ø yang terakhir]SBJ, ya.
Mengerti?
Ø
understand
(59)
LINK
end
EXCL
1 [ORANG INI]PRED [Ø yang ber-bicara dengan bahasa standar yang baik]SBJ. person
this
Ø LINK
BER-speak
with
language standar
(60) [BAPAK TANAKA]PRED Mr.
(58)
13
) (55)
(59)
Tanaka
[direktur-nya]SBJ. chairman-DEF
(60)
A
itu
1
78
LINK
good
B
1 1 -nya
(60)
B
1
direktur (61
1
direktur
)
1
-nya
2.)
(62)
1
(62)
direktur
-nya
) (61)
. [SIAPA]PRED who
[direktur perusahaan ini]SBJ ? chairman
company
1. [BAPAK TANAKA(-LAH)]PRED Mr.
Tanaka
[direktur perusahaan ini]SBJ.
(-FOC)
chairman
2. [BAPAK TANAKA(-LAH)]PRED Mr.
(62)
Tanaka
A
this
chairman-DEF
[DIREKTUR]PRED.
Tanaka
B
company
[direktur-nya]SBJ.
(-FOC)
[Bapak Tanaka]SBJ Mr.
this
chairman
B
(1995)
A
A
B
B A
B
1 (1996)
A
B
A
(63)
1
1
1 (63)
1 (
1996b: 65)
(64)
28 1
B
A
B
1
(65)
(loc.cit)
1
(66)
(65) [Ø Yang terakhir Ø LINK
the last
keluar]SBJ
[ADALAH SEEKOR BERUANG BESAR]PRED.
come out
INDEF
79
bear
big
(64)
(66) [Ø Yang paling terkenal]SBJ Ø LINK
A 1:
most
[ADALAH MITOLOGI YUNANI “SIREN”]PRED.
famous
myth
Greek
Siren
B A
B
A
B
(-lah)
A
Ø yang
(Adalah)
B
adalah
Ø Yang
-nya
-nya
A A
B
― yang, -nya
1
(-lah) adalah 5. 1 -nya
)
yang
1 ) 1
) 1
1SG: 1
2SG: 2 SBJ:
POSS: TAM:
3SG: 3
PRED: PREP:
1PL: 1
VP: NEG:
1
DEF:
*:
NOM:
(Tense Aspect Modality)
80
OBJ:
1
2PL: 2
INDEF:
LINK: FOC: DET:
3PL: 3 (ligature) TOP: EXCL:
Akmajian, Adrian. (1979) Aspects of the Grammar of Focus in English. Garland Publishing, New York. (1995)
A
B
89, pp.1-24.
Badudu, J. S. (1993) Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Penerbit Pustaka Prima, Bandung. Chafe, Wallace L. (1976) “Giveness, Contrastiveness, Definiteness, Subjects, Topics, and Point of View”. In Charles N. Li (ed.) Subject and Topic, pp.25-55. Academic Press, New York. Cole, Peter, Gabriella Hermon and Yassir Nasanius Tjung. (2005) “How irregular is WH in situ in Indonesian?” In Bernard Comrie and Michael Noonan (eds.) Studies in Language. Vol.29 Num.3, pp.553-581. John Benjamins Publishing Company. Donellan, K. (1966) “Reference and Definite Descriptions” Philosophic Review LXXV No.3, pp.281-304. (2004)
.
1
Harlow, Ray. (2007) “On the subject of subjects in Māori” In J. Siegel, J. Lynch, D. Eades (eds.) Language Description, History and Development, pp.89-100. John Benjamins Publishing Company. (1990)
.
(1996)
―
pp.101-123. (1997)
―
pp.101-123 Keenan, Edward L. (1976) “Towards a Universal Definition of “Subject””. In Li, Charles N. (ed.) Subject and Topic, pp.303-334. Academic Press, New York. (1973)
. (2003)
.
(1985) 17
pp.135-165.
(2003)
―
. Prince, Ellen F. (1978) “A comparison of WH-clefts and IT-clefts in discourse”. Language, 54 (4), pp.883-906. (2014)
Grup sanggar.
(1995) pp.353-388. (1996a)
―
81
―
pp.261-273. (1996b)
A 30
B
A
B
pp.53-71.
Tri Iryani Hastuti, Utjen Dusen Ranabrata & Muh Abdul Khak. (1995) Kalimat Terbelah (Cleft Sentence) dalam Bahasa Indonesia. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Tiwuk Ikhtiari. (2016a)
“Gajah Belalainya Panjang”
1 45
1
pp.79-88.
Tiwuk Ikhtiari. (2016b) 22
“yang” pp.63-76.
82
1
G The notion of Intersectionality in an Islamic-writing group of Indonesian domestic workers in Hong Kong
Shiho Sawai (Tenri University) Abstract Intersectionality delineates the scope of analysis that focuses on the inseparability and interconnectedness of multiple social indexes, such as class and gender, in the discussion of social issues. Intersectionality is useful to understand the complexity of religious agency as appeared in the world-sweeping “Islamic revival”, which embraces Indonesia. Hence this paper examines the activities of an Islamic-writing group named Forum Lingkar Pena Hong Kong, which was formed by Indonesian female domestic workers, by the lens of intersectionality, to investigate how the members’ religious agency manifests itself at the intersection of class, occupation and gender. By scrutinizing the establishment processes of the group, as well as the texts of monthly bulletins produced by the members, this paper attempts to illustrate how the members’ senses of religious selves are interwoven with the issues that originate from their occupation and gender. In so doing, it portrays how the members try to uphold their religious ideals by negotiating with their reality of transnational migrant domestic work. 1.
P 1
7 2011,
2015,
Z
2014, Brenner 1999, Brenner 2011, Jones 2010, Rinaldo 2013,
Rinaldo 2014 8
7 7
7 G
9
Z
O7
O7
7
8 G O O
O7
Z
7
7
7
7
O
7
7
O
7
Z
7
7
O
8 7
O
8 2014
7
7 2015
P7
7 P7
1
7 7
7 Islamic revival, Islamic resurgence, (re)Islamization O 7
83
7 7 8
Z
O
8
7 O
7 G
7
O 7
P
8
7
O
O
7
G7
7
5
7 ―
P
P
8
O
P
7
8 Heryanto 2014
7
o
O
8
Z O7
O 7
O
7
7
O
8
7 O
O 7
7 8
7
G
O ―
7
7
O 7
O
G8
7
7
O
7
O
7
7
7
N
7 7
8 2015
7
7
7
7
G 7
7
7
O
O
7 O
O
Z
7
F
8
7
O7 o
7
O
O
7
N
8 Rinaldo 2013, Rinaldo 2014
7 8
7
2
7 7
7
7
O
O
O
7
7
8 7
O 7
1992, Mahmood 2011 8
G
7
Frisk 2009, Ahmed
Z 7
7
7
8
84
7
Z
7
O 7
7
8
o
7
―
7
8 7
7
5
7 7
O
7 O
8
7
7
7
7
9
7
7 O
O
7 8
7
7
Z
O7 7
Z
o7
7
7
7
G
7 8
O
7 7
7 8
7
7 o
8 7 8
7
7
7
7
7 7
7
7
7
Crenshaw 1991, Collins 2016 8
7
7
o
7
7
7 Z
O
G
5
8O
7
Z
7
9
7 8 O
Z
7
7 O
O
7
G Forum
7 Lingkar Pena Hong Kong
7FLP
7
7
O
7
8 7100
O
G
7
Amnesty International 2013 8
O
7
7
7 5
16
85
7 (BNP2TKI 2015)8
9
G
3%
7
(The Hong Kong SAR Government 2009)7 7
o o
G
o
8
o
G
7
GG7 (Chin 2005, Constable 2007,
7 Perrẽnas 2000, Perrẽnas 2001, Sawai 2009)8 G
7
7 7
O
(Ho 2015)8 7
7
7
O
7
O
8
7
O
8 FLP
71997
Z
7
7 30
8FLP 11
7
7
5
O
FLP
Z
7
7
O
o
7
O
O
15
7
8
Forum Lingkar Pena
7 2015 8
7
Z
7FLP
7
Z
8
8
7
7FLP
G
8 7 8
FLP
O
7FLP
G
7
7
7 7
O
Z
7
7FLP
8 G
7
O
7
7 8O FLP
G7
G
7 8
O7 Z
7 O
7FLP
G
7
7
O
7 O
7 7
8
7FLP
O
O
7 O7
G8
86
7
2
FLP FLP
7 O
7
7(1)
(2)
7 (4)
o
Z
Forum Lingkar Pena 2015 8O 7
Z
7
7 Z
7
O
FLP
8 O
7
O BMI
7
7
O
7(1)
Z
G (2)
Z (3)
BMI
(3)
O
(4)
G
(5)
7
2004)8
7FLP O
7FLP
O
7
Z
7 7FLP
7
O
8
7
8
7 2008
Z
8 7
7
89
7 O
O O7
30
7FLP 5
FLP
Z 7
7
8
716
52009
O
7
O 72004
7
O7
O
FLP
7
29
8
P
7 O
2
7
7
779%
FLP
Z
70%
7
o
(FLP
7
Z
BMI
8
7
8
2000
7
SNS
7 O
7
O Z
8
FLP
7
7
7 7
O
FLP
2004
7
G
7
G
O 8
(2)
Z
FLP
Z 8 7(3)
87
8
8
7 7 G
7
BMI Z
P7
Z
O
7
7
7 FLP
8O
7
O 7(1) O
7
Z
8 7 O O
G
(1)
8
7 FLP
7
7
O
O
8 7 8(2)
O
7
O
G
7
7 7 8 G
O
(3)
O
7
7
7
O
7
7 8
FLP
7
7
O O O
Z
7
O
7
8 O
NGO
7
7
Z O
Z
O
NGO
O
8
7
N
Z
82004
7
LG
8
O
Z
7
O
7
G
7
7
O
7
Z
7 Z
8
7
7
O
G
7
Z
7
7 O
O Z
8
FLP
7FLP 8
G7
7 7
7
O
7
7 O
O
7
7 O
Z
7
FLP
Z
7
9
G
7 7
7 Z
7
O
O7
8
O 8
O7
8
7
88
8
7
FLP
7
Z
FLP
7
7
O7 7
7
Z
8
L o7
7
Z
7
8
7
7FLP 7
Z
7
7
7
8
3. FLP
7
2004
2010
o
A4
L
7 7
7
7 8
O
7
G 7
7
Go
2
G
2
7
15 O
BMI
8 8
o 7 2004
7
7
7
O
7
7 o
2004
O
7
7
8
B5
7
7
Z
8
7 FLP
7
8
O
7
7 FLP FLP
O O
8
G
7
7
Z Z
8 O
7
7
L
G 7
82
O
7 Z O
7
7 7
7
7
O
2
O
o
DENGAN MEMANJATKAN PUJI SYUKUR KEHADIRAT ALLAH SWT. ATAS RAHMAT DAN TAUFIKNYA, ALHANDULILLAH TELAH BERDIRI FORUM LINGKAR PENA HONG KONG (FLPH) PADA HARI MINGGU, 15 FEBRUARY 2004; YANG MERUPAKAN CABANG DARI FORUM LINGKAR PENA PUSAT DI JAKARTA. PADA SAAT YANG SAMA TELAH DAPAT KAMI SUSUN SEBUAH BULETIN FLPH EDISI PERDANA, YANG MERUPAKAN HASIL KARYA PENA ANGGOTA FLPH. SEMOGA BULETIN YANG SANGAT SEDERHANA INI, DAPAT DIJADIKAN WADAH BEROLAH PENA DISELA WAKTU YANG LUANG DI RUMAH MAJIKAN BAGI KITA SEMUA YANG MAYORITAS HELPER. KAMI MENYADARI BULETIN INI MASIH JAUH DARI SEMPURNA, UNTUK ITU SARAN DAN KRITIK SENANTIASA KAMI NANTIKAN DEMI KESEMPURNAAN EDISI BERIKUTNYA.
89
8 7 2004
O
7
2006
O
G
7FLP
8
3.1 7FLP
O
O
O
7
7
G 5
※
7
7
7 8
O
O
7
7
8
2004
8 7FLP
3
7
8 G 8
7
8 G
7
8 siraman
7 O
7
8
8
8
Z
7
L
12 7
7
7
7
o
8
7 G
O Z
7
7
8 O
rohani O7
O
2005
G
7
7 8
G
7 O
7
7
7
O P , 1
3
8
T
Z
7
7 7 7
9
Marilah kita selalu ingat tujuan kita berkarya di FKHPHK[sic]! Selain mesyalurkan hobi menulis, kita punya tugas berda’wah fisabilillah lewat tulisan, yaitu mengajak berbuat kebaikan yang diridhoi oleh Allah SWT. Mari kita mulai berda’wah pada diri kita sendiri dulu, sebelum kepada yang lain. 4 Segala puji bagi Allah S.w.t.[sic], Tuhan semesta alam. Yang telah menitahkan kepada hamba-hambanya agar senantiasa beriman, bertasbih memuji kebesarannya. Menulis merupakan sarana dakwah yang paling efisien dan tepat sasaran. Orang berangkali punya banyak kesibukan dan tak sempat hadir dalam suatu pengajian atau siraman rokhani, tapi sebuah tulisan yang dapat memberikan pencerahan dapat menemani siapapun, kemanapun mereka pergi. Di gerbong kereta api mereka dapat membaca, di halte bis mereka dapat membaca, di toilet pun mereka juga dapat menikmati tulisan. Sambil nongkrong di café, di taman, di kamar, semua dapat membaca. Nah, betapa dahsyatnya sebuah tulisan, buku.
90
7 8
7
O
O
Z
o 7
7
O
8 1
7 The Hong Kong SAR Government 2011 7
G
7
6
7
7
G
8
7 o
7
7 Z
7
9
G7 O
7
L
8
8
G
7
7 O
O
8 3.2 7 O
7
8 8 9
7
9 O
O7
(
O
2 8
O
8
7 7
7
7
7
0
7
7
solidaritas
P
7
O
G7
7
O
7 8
8
8
7 O
F
7
7
7
kebersamaan
N
8
7
2006
O
7
O G7
7
8O
O
7
F 7
7
7
N
Z 7FLP
5
7 7 BMI G G Z 8 6 Di komunitas ini kita saling belajar, sharing, bebas berpendapat dan berbagi ilmu terhadap sesama anggota. …Di forum ini, rasa kebersamaan itu diperlukan dengan sangat. Bahkah[sic] boleh dibilang itu salah satu hal membangun fondasi. Ingat pepatah kuno, bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Di dalam sebuah komunitas, kita saling duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Sama-sama belajar untuk menerima orang lain, belajar menghargai orang lain, belajar memahami dan mengerti orang lain […].
91
o
8 kebersamaan
7 7
FLP
7 8
2004
7 FLP
7
2-3 O
7
8 7
P G7
5
O
FLP
7
7
G
7
O
O
※
8 7 7
G
G7
7 kebersamaan
7
O
7 )
O
7
8
3.3 O O7
G
O
7
O 8 2004
7 T
8
2005
7
o
7
Z
3
7
Z keterbukaan
o
7 8
Z
1
8
7
7
G
8
7 2004
8 O
8
7
O T
7
6 O
7
7 O
8
8
O
3
72005
1
7
7 O
7
P 7
7
7
O O
Jadi bukan sekedar merealisasikan program, lebih dari itu kita bangun bersama ikatan hati yang di satukan dalam satu akidah, yang insya Allah akan berbuah kebersamaan yang menanggalkan status sosial, […]. 8 Buktikan bahwa kita bisa, deklarasikan bahwa minder itu adalah penyakit yang harus kita obati dan usir jauh-jauh. Katakan pada dunia, bahwa kungyan pun bisa jadi ilmuwan dan sastrawan. Ok?! Bismillah! 9 Rublik ini dimuat bertujuan untuk menambah wacana kita tentang kepenulisan. Karena, kita semua sadari bahwa proses belajar outodidak[sic] seperti yang kita jalani saat ini, membutuhkan keterbukaan diantara kita semua. Keterbukaan yang membuat kita bisa saling berbagi ilmu dan pengalaman, sekecil apapun tanpa ada rasa minder tak beralasan. Karena rasa minder yang kita biarkan mengendap dalam hati, tak akan menghasilkan apapun selain kesia-siaan.
92
o
8
Z
7
7
8 7
N
7
7 Z
7 OG
8
Z
7
7 o
O
G
8
3.4 ikut orang
O
7 8
O
G
O
8
O
7
G
7
G
7
8 7
ikut orang
7
8
7
7
O
O
G7
8
O
7
7
7
Trisna W 2004: 19 8
7ikut orang
7 O
8
72006
2
7 stupid helper 7
8
7
O
Z
O
Z 7
O 7
O O
O 7
7
O O
7
o
O
8 O
O
7
8
O 72005
3 2005 7
8
3 7
7
G
10
O
Z
Ya namanya ikut orang. Keadaan apa saja mesti di terima, demi…apalagi kalo tidak dolar. … Yang namanya ikut orang lain, sebagai pembantu dan bukan pegawai yang ditentukan work time-nya 8 jam sehari. … Hanya yang kutahu, kehidupanku sebagai manusia telah terbeli hanya demi dolar, titik.
93
Z 7
8
7
O 7
7 Z
G
7
G
o
Z
8 O
8 Z
8
O
7
T
7
O
O
7 Z
8
o
O
7
8
7
7 8
7
8
7
8O
O
O
7
O
8 O
8
7
7
O
7
Aisyah Z 2005: 29 8
7
7 O
7
8 ※
Z
O O7
7 7
G8 7
7
O
O
O
8 7
7
FLP
8 FLP O
G TKW
7
7 O
8 O
3 3
7FLP 7
7
72004
7
G 8
7
8
7 Z
11
Apalah [sic] arti kita pulang membawa dollar[sic], tapi harga diri selama bekerja diinjak dan koyak. … Karena kita hanya bisa berkata yes dan sorry atas segala ucapan dan perintah majikan. Kita sering berkata yes atas sesuatu yang seharusnya kita jawab dengan kata no. Ironis emang, tapi itulah kenyataannya. Kita senantiasa berusaha mempersilahkan[sic] majikan untuk menginjak dan menindas diri-diri kita. …Tanggung jawab itu sepenuhnya ada pada kita, bukan pada fihak lain. …Memaafkan adalah hal mulia yang diajarkan dalam Islam. Tapi tidak berarti memaafkan semua kesalahan yang diperbuat orang lain kepada kita. Ada batasan dimana kita harus menuntut hak kita. Posisi apapun diri kita saat ini, cobalah untuk berbicara lantang menyuarakan kebenaran akan hak-hak kita. 12 Tenaga Kerja Wanita, 7 8 7 7BMI Buruh Migran Indonesia 8 13 Ikut menyuarakan kebenaran dalam pelaksanaan kewajiban dan hak yang dimiliki para TKW Hong Kong, melalui tulisan.
94
8
7
G o
7
O
7 8
7
7
7
GG7 O
8 O
O7
7FLP
o
7
7
O O
3
7FLP
7 8
O
O
O7 8
3.5 7
O
O
G※
7
G 7
7
8
O
7
7
8 O
8
O 72005
8
5
72004
O
8
7 G
10
Z
7
O
2
8
7 8 FO
8
7
Z 8
G
8
7
7 O
G
7
G
O
O
G
7
O
8O
O7
7 O
7
O Z
100
8
8
LO
8
14
Padahal agama islam[sic] mengajarkan bahwa menikah adalah salah satu jalan menuju Syurga. Menikah itu adalah ibadah. 15 Keberadaanku di negeri orang, di perantauan tepatnya sering membuatku menjadi minder. Selain usia yang meski menurutku masih agak muda untuk dikejar deadline pernikahan, tetap saja diuber-uber rasa nggak enak. Nggak enak ngejomblo, njaga perasaan ortu dimata keluarga dan lingkungan yang masih agak berbau ancient. …Lingkungan agamis yang sangat pro dengan pernikahan dini dan perjodohan. Meski tidak 100 persen setuju aku sangat menghormati kedua hal itu, sebagaimana ajaran Islam juga menyetujui bahkan menganjurkan hal itu. Tapi, keadaan yang sering memaksaku untuk realistis. Realistis menerima kenyataan bahwa aku menghabiskan masa senja remajaku di Hong Kong dan sebagai pekerja migrant[sic].
95
10
7 P
7
O o
O
7 8
O
7
7 O
7
G
8
7
G
8
O 7
7
G
O
7
7
8 (1)
20
7
O
540
7
7
7 Sim 2007
Constable 2000
(2)
7
O
O O7
O
7
O Sim 2007
O FLP F
Z
7
G
Sim 2010 8
o O
O 8O
7
G
Z Z
G
O
8
7
7
G7LG
O7
O O
7 7
L
8 7 Z
7
7 8 2004
Z
5
7
7
O
G
Z
8
7
7
7
Z
2
7
8
O
8
O
9 Z
8
o 8
O
7 (
7 7 7
7
8
7T 8
Z
7
7
O
G
16
7
7
“salma[sic] sayang, kembalilah kepada kodrat sucimu, tinggalkan rokok, celana baggy, kaos oblong, pil yang kadang kau lahap demi arti kejantanan yang palsu”. Salma mencari sumber suara itu, namun sia-sia. Dia pegangi kepalanya yang berat, serasa hendak meledak. “jangan[sic] hiraukan gunjingan teman, jadilah dirimu sendiri, dirimu yang dulu, salma[sic] kecil anak bunda”.
96
T 7 O
O
7
7
O 7
7
O
O
8
O
8
7 G7 G
Z
7
G7
O O
O
O
G
8
7
7 7
8
6
72004 7
P
G
7
7
8
O
Z
7
7
7
7 Z
7
8 L
7
P
7
O
O O
O
G
8
o
7
7 7
7
Z
7 8 Z
7
―O
Z
8 O
O
O
8
7
Z
7
7 G
8 7
O
8 )
7
Z
8
O
Z
8 o
O
7
7
8
7 7
8 7
O
7
7 o
P7
17
O
7
…ma’af ya Ika, bukan aku ingin menyakitimu, tapi bukankah hal itu dilarang oleh agama kita. Meski kamu tidak mengerjakan sholat, tapi kurasa kaupun tahu hal-hal apa saja yang sekiranya dilarang dalam Islam. Cobalah kau buka pintu hatimu Ik, kita sama-sama wanita, … aku tahu kau baik, … Cobalah kembali pada jalan Allah, … . Kudengar tangisnya tersedu-sedu, sebenarnya aku iba sekali padanya, pasti hatinya tengah bertempur. Ingin rasanya aku peluk dia, tapi segera kuurungkan niatku, aku kuatir dia menyalahartikan pelukanku lagi, jadi hanya kutepuk-tepuk bahunya. “… cobalah lagi kerjakan sholat, supaya hatimu tenang. Kamu bisa pakai mukenaku, …” kataku sambal menasehati.
97
7
O7
O
O O
P
8
7
7
Z
o
Z
8
7
7
O
8
P
7
Z
G7 7
O
O
O
8
G7
7
7
O
7
O
8
4. 7
Z O
G
Z
8
O
G
7
7
7
7
FLP
7
O
O7 8
7FLP
8
7
7
o
7
8
O
7
7
O
7
7
7
7
8
7FLP
O7
7
7
7 7
G7 O
※
Z
7FLP 7
7
8 7
7
4
7
O
8 7
7 Z
G
7
O7
7
o
7
O
L O 7 O
7
8 7
O
7 8O
O
7
O
7
Z
7FLP
O
O
8
7
8
7
O
8 7
O
O
7
O
7 O
7
Z
8
7
O
98
7
8
O
8
7FLP
O O
O 7
O
O
7
8
8
O
O
O
7
G
7
G
7
O
O
O
8
7
7FLP
7 Z
7FLP O7
7 Z
7 8
O
7 o
7
O
7 o Z
O
8
7
7
O
Z
7
8
2015
T
Z 2012 pp.287-309 NTT
2014
Ahmed, Leila (1992). Women in Islam: Historical Roots of a Modern Debate. Yale University Press. Amnesty International (2013). Exploited for profit, failed by governments: Indonesian migrant domestic workers trafficked to Hong Kong. London, UK: Amnesty International. Ariel, Heryanto (2014). Identity and Pleasure: the politics of Indonesian screen culture. Kyoto University Press. Arnez, Monika (2009). Dakwah by the Pen. Indonesia and the Malay World, Vol.37, No.107, pp.45-64. Badan
Nasional
Penempatan
dan
Perlindungan
Tenaga
Kerja
Indonesia
(BNP2TKI)
(2015). ”Penempatan Per Tahun Per Negara 2006-2012.” Accessed on February 20, 2015. http://www.bnp2tki.go.id/read/9081/Penempatan-Per-Tahun-Per-Negara-2006-2012.html Brenner, Suzanne (1996). “Reconstructing Self and Society: Javanese Muslim women and ‘veil’”. American Ethnologist. Vol.23, No.4, pp. 673-697. Brenner, Suzanne (2011). “Private Moralities in the Public Sphere: democratization, Islam and gender in Indonesia”. American Ethnologist. Vol.113, No.3, pp. 478-490. Chin, Christine, B., N. (2005). “Neither at Work nor at Home: Asian Transnational Domestic workers in Malaysia”. in Asian Women as Transnational Domestic Workers, Huang et al. Marshall Cavendish Academic, pp. 262-287. Collins, Patricia, Hill, (2016). Intersectionality. Polity Press.
99
Constable, Nicole (2000). “Dolls, T-Birds, and Ideal Workers: the negotiation of Filipino Identity in Hong Kong”. In Home and Hegemony: Domestic service and Identity Politics in South and Southeast Asia. Adams, Kathleen, M., and Dicky, Sara (eds) The University of Michigan Press, pp. 221-249. Constable, Nicole (2007). Maid to Order in Hong Kong, Stories of Migrant Workers, Second Edition. Cornell University Press. Crenshaw, Kimberle, (1991). Mapping the Margins: Intersectionality, Identity Politics, and Violence against Women. Stanford Law Review, Vol.43(6), pp. 1241-99. Forum Lingkar Pena (2015). Organisasi. Accessed on 22 February 2015. http://flp.or.id/ Frisk, Sylva. 2009. Submitting to God: Women and Islam in Urban Malaysia. University of Washington Press. Habiburrahman, El Shirazy (2004). Ayat-Ayat Cinta. Republika-Bamala. Ho, W. Y. (2015). The Emerging Visibility of Islam through the Powerless: Indonesian Muslim Domestic Helpers in Hong Kong. Asian Anthropology Vol.14, No.1, pp.57-66. Jones, Carla (2010). “Materializing Piety: Gendered anxieties about faithful consumption in contemporary urban Indonesia”. American Ethnologist.Vol.37(4), pp.617-637. Mahmood, Saba, (2011). Politics of Piety: The Islamic Revival and the Feminist Subject. Princeton University Press. Perrẽnas, Rhachel, Salazar (2001). (ed) Servants of Globalization: Women, Migration, and Domestic Work. Stanford University Press. Parreñas, Rhacel, Salazar (2000). “Migrant Filipina Domestic Workers and the International Division of Reproduction”. Gender & Society.Vol.14(4), pp.560-580. Rinaldo, Rachel, (2013). Mobilizing Piety: Islam and Feminism in Indonesia. Oxford University Press. Rinaldo, Rachel, (2015). “Pious and critical: Muslim Women Activitst and the Question of Agency”, Gender & Society Vol.28(6), pp. 824-846. Sawai, Shiho (2009). Ambivalent Marginality: Literary Activities of Indonesian Muslim Female Domestic Workers in Hong Kong. In the Proceedings of CAAS International Inauguration Conference. Tokyo University of Foreign Studies, pp. 11-22. Sim, Amy (2007). Women in Transition: Indonesian Domestic Workers in Hong Kong. An unpublished PhD thesis submitted to The University of Hong Kong. Sim, Amy (2010). “Lesbianism Among Indonesian Women Migrants in Hong Kong”. In As Normal As Possible: negotiating sexuality and Gender in Mainland China and Hong Kong. Ching, Yau (ed). Hong Kong University Press, pp. 37-50. The Hong Kong Special Administrative Region Government. (2009). Hong Kong Yearbook 2009. Accessed on 19 January 2011.
http://www.yearbook.gov.hk/2009/en/index.html.
100
Ahli Bahasa Indonesia Seido Miyatake dan Penelitiannya tentang Bahasa Indonesia : Studi yang difokuskan pada Kartu Pos Militer
KUDO Naoko
Kanda University of International Studies
Abstrak Seido Miyatake (1912-1944) ialah seorang perintis dalam pendidikan dan penelitian ilmu bahasa Indonesia di Jepang. Di tengah situasi ketika kamus dan buku pelajaran di Jepang masih kurang mencukupi, Miyatake melakukan penelitian tentang bahasa Indonesia melalui surat kabar dan majalah yang dia minta kirimkan dari Indonesia. Miyatake tidak hanya menerbitkan kamus bahasa JepangIndonesia pertama kali di Jepang, tetapi juga diajak untuk menyusun kamus besar bahasa IndonesiaJepang yang memuat kata-kata yang jumlahnya paling banyak di seluruh dunia pada waktu itu. Selain itu, dia berkecimpung dalam penelitian dan pendidikan bahasa Indonesia dan menerbitkan berbagai buku yang berkaitan dengan bahasa Indonesia seperti penerjemahan cerita rakyat, sastra, buku tentang kebudayaan, dan lain sebagainya. Namun demikian, dia tetap memposisikan dirinya sendiri sebagai kuli tinta. Sejak dia diangkat menjadi koresponden di Jepang untuk surat kabar Bintang Timoer, Miyatake juga menulis artikel dengan tujuan memperkenalkan Jepang ke Indonesia untuk beberapa surat kabar di Indonesia. Miyatake bertujuan untuk meneliti bahasa yang hidup, yaitu bahasa yang benar-benar dipakai dalam masyarakat. Pada kenyataannya, dia mendapat informasi tentang bahasa Indonesia dari prajurit Jepang yang menjadi narasumbernya. Prajurit tersebut itu dikirim ke Indonesia pada zaman penjajahan Jepang dan mengirim informasi tentang bahasa Indonesia kepada Miyatake dalam bentuk kartu pos militer. Melalui kartu pos militer itu, Miyatake dapat mengetahui kata-kata baru yang diserap ke dalam bahasa Indonesia, bahasa lisan, dan cara pelafalan setempat. Di lain pihak, sebagai bentuk imbalan atas pengiriman informasi, prajurit narasumber tersebut meminta Miyatake untuk memperbanyak kata-kata yang dimuat di kamus dan memperbarui kamus bahasa Jepang-Indonesia itu. Namun, keinginan itu tidak terkabul karena Miyatake meninggal dunia sebelum keinginannya tercapai. Pembahasan makalah penulis kali ini terdiri dari tiga pokok utama. Pertama, beberapa garis besar tentang riwayat hidup Miyatake, kedua, tentang ciri khas Miyatake dalam penelitian bahasa Indonesia, berupa kata-kata baru dan kata-kata dialek, dan yang ketiga, menjabarkan beberapa kartu pos militer yang belum pernah dipublikasikan yang merupakan salah satu sumber penelitian bahasa Indonesia yang hidup bagi Miyatake. 1
47
× 2016
11
20
× e
n
° n
n
101
1.
e e N n
N
” ”
n
n [
n - ,
N
N
-
― n
n
n
° [
n
°
”
m n n
[
° e ×
,
[
2. -
-
×
°
° )
2
-()
,
°
-()
n
102
° n
m n
―
[
°
n °
]
[
° n °
°
°
[
° m
[
n
°
× (
°
[
n a )
n e° -
[ ×
p
n
―
”
°
×
n
×
3
1993
N
e
4 5
6
1942 ° N
<
>
6
10 1932
103
×
e n
n
nm m
e
n
m
e
n
n
n
e
[
n
n
e
[
e
n n
° n
n × N ,
° n
n n n n
n
n
n [ Bintang Timoer
° Sinar
Sumatra
n Dagblad
Radio
Soeara
Oemoem
Pemandangan
Sinar Selatan
-
n
×
n
m n
[
n
language exchange n [―[×
e
n
n
7
< 29
N 8
2017
1944
N
9 10
pp.85-112 °
p.1
104
p.2
n
[ N
n 2
3
n
n
n
nm
N
n n m
n
N
m e N -(
(
°
,,
-(
-( n
n [
n
n
-(
n e n
n
3.
” ” [
i
a ”
° °
-( Wilkinson
N A Malay English Dictionary °
―
- ,
<
[
-
N
N -(
N
N
° × N
-
Ⅸ (
11 12 13
Wilkinson, R.J., A Malay English Dictionary N
p.8 Romanised , 1932. 1942 p.19 °
14
N
n N
1936
105
9
― N
” N n A Malay English Dictionary
Wilkinson
-
° )
n n
[
° ” N
-(
-( [
-((
,
n ”
°
n
n N “Military Mail for a Linguist: Soldiers Who Support and Profit from the Language Studies of Masamichi Miyatake” 18 ( [ °
m -()
,
-(
― °
”
n
n
°
° n
°
n[° e 15
1941
11
25
1941
16
11
29 N
66(1)
2014
pp. 103-122 17
N N 94(1) 2011 pp.125-153 Yasuhiro Kuroiwa, “Military Mail for a Linguist : Soldiers Who Support and Profit from the Language Studies of Masamichi Miyatake” ZINBUN 43, 2012, pp.35-50.
18
106
-
n °
°
[m ° . ° n n °
n
p
[
[[ [ × n
[
n
n
n
°
[
°
[ n
3.1
N
3.1.1
19 20 21
2014
p.103 ° °
2014 2014
107
p.117 p.121
° °
°
n
Pekerdjaan-pekerdjaan Perhitoengan dan Keoeangan Pemeriksaan Perhitoengan dan Keoeangan Pendjabat Keoeangan
Keirikan
barang pakaian Kantor Pengisian Barang-Barang
Hokyuusyoo
tindakan tindakan bagai sampah Boekoe Pengeloearan dan Penerimaan Kas
Boekoe-Kas B
moeka-kiri moeka-kanan dibajar terbilang
f
.
dibeli dijoeal 1 0 oentoek
diingat>
oeang-masoek × oeang masoek ditjatat di moeka-kiri oeang-keloear faktoer Boekoe Pembelian Boekoe-Giro °
108
barang makanan pembikinan dan pembetoelan bangoen-bangoenan Tempat pendjoealan Barang2 pengawasan barang-barang persediaan barang-barang jang sedang dipakai dengan leloeasanja tagih Barang2 pengisian soedah ditagih
[ 3.1.2
perban dingan <
perbandingan
berat
× p.b.
p.b. timah hitam Sjarat
Archimedes
Soeatoe benda, jang dibenamkan kedalam soeatoe barang tjair, sebagai hilang beratnja, seberat barang tjair, jang dipindahkan. [ boelatan
djari Loeas
B boelatan
cirkel
3.14×djari ×djari 3.14×straal×straal ( keliling (
boelatan
garis menengahnja
109
( berhitoeng loear kepala
°
poesat
°
boelatan
boesoer Soedoet jang koerang dari pada soedoet sikoe-sikoe, dinamai orang soedoet ketjil soedoet toempoel soedoet
bertolak
jang
belakang
soedoet jang sehadap empat persegi pandjang Djadjaran géndjang
[
[
segi tiga segi tiga toempoel segi tiga lantjip segi-tiga jang sama kakinja segi tiga jang sama sisinja ° ° ° ° 22
°
2014
110
p.122
°
[
°
n °
[
° n
[ n
n
[ ° a
n n
°
n
n
n
°
°
[
-(
°
n n (
°
° <
<
n 3.2 n
[
… 23 24
N
1(11)
1943
p.1046
111
p.1037
° 48
68
75
°
[
n e
[
[
3.2.1
an
. besar
besaran
[
paling besar
°
[
[
ketjil ketjilan
°
m
48
paling ketjil n
°
48 baroesan
baroe ini
[
n
sebentaran
sebentar
belakangan
lebih belakang
tau
° °
n djalan bahasa
°
An Djalannja kemana? djalan(
)
°
[ djalanan
112
sekolah
sekolahan
m djalan
sekolah
an
n
[
48 ° -
N
-(
(
N )
N an
an
×× N
48
N
an
> °
e lebih
N
(,
daripada
° 28
°
°
n -an
9
barusan
[
baroesan
29
sebentar
belakangan
baru saja, belum lama, baru 1 akhirnya, kemudian, 2 baru-baru ini,
belum lama (ini), 3 menyusul kemudian, 4 lebih belakang , kemudian
°
30
10
an
[ an [
32
an
25 26 27
1936 1942 1942
31
jalan
n
pp.10 11 p.113 p.46
28
p.82 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan keempat, Balai Pustaka, 1995, p.95. barusan Dialek Melayu m Melayu Jakarta 30 p.108 belakangan 4 Melayu Jakarta 31 Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan , Balai Pustaka, 2014, p.122 p 32 p.236 m -an p Kamus Besar Bahasa Indonesia, p.397 jalanan 1 jalan, lorong, 2 sepanjang jalan (tanpa tempat yg tentu); bermutu rendah Sekolahan p.893 gedung sekolah 29
113
3.2.2
in
° - betoelin - membetoelkan - bikin betoel
e
- toeroen-in
[
- toeroenkan - kasi toeroen menoeroenin
membetoelin
in
B
nama pekerdjaan bisa diboeboehi “in”
.
boeboehi boeboehin toeliskan toelisin gambarkan gambarin loekisin in
a
-kan
é
<
-in
>
N 33
-kan 33
-in 1936
sediakan
sediain
p.10
114
hampirkan
hampirin
-in a
-kan
,
×
é
N 34
° lamè
keroemahnja
a
keroemènjè
è
apa
apè
lama
N 35
e
3.2.3
ah bikin
kasi
n
me-
naroeh
Makoe sadja.
[
p
[
B me-
N 36
me-
me
mem,meng,men,menj
b memakan>makan( mengadji
ngadji
menoelis
noelis
menjolong
)
×
beli
mengarti
ngarti
mengoetang menjoerat
mem-
kadji toelis tjolong
mantjing
membeli
pantjing beli arti
ngoetang
oetang
njoerat
soerat me-
N 37
me 34 35
p.9 1942
36 37
m,ng,n,nj
makan
njolong
memantjing
me
p.111 1936
1942
p.10 p.112
115
3.3
[
[ dékat
dekat
déngan
dengan
téngah
tengah
e
é(
)
e
[ e
[° é
“ perhatian( abis
)
hendak
×
n[°
°
n
e
° ° é(
)
perhatian
hendak
4.
abis
° n
-
-(( -(
n
-()
,
n n
n
116
n
n[ ×
n
° n n n
n n [ e [
n
n
”
e
m
°
[ ° n
n
n
[ °
―
n n[° [
n
,
× N
--
N
N
N
-
-
117
N― N
-( N N
-(
99
N
-(
) (
99
)
-( N
-((
N
-(
N
-(
”N
-(
Wilkinson, R.J., A Malay English Dictionary
Romanised
, 1932. N 99 ,( <
N
-
99 ,)
N
-
99
(-
)
N (
99 N
N
-(
99
)
)
Yasuhiro Kuroiwa, “Military Mail for a Linguist : Soldiers Who Support and Profit from the Language Studies of Masamichi Miyatake”, ZINBUN 43 , 2012, pp.35-50. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan keempat, Balai Pustaka, 1995. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Cetakan -(
, Balai Pustaka, 2014.
)
-( °
118
-
-(
n 17 4 9J
14 4 .
5 4
n
c
n
H I
4 27 7 8 A 0 6 7 4 3 6 7
0 6 7 4 37 A
J
up
J
l
m csl m m mcsm m m m up
m
m
S
m m n m lnJ) m J m
l
h
n
J m
l
m
m
l J i fc l c J
m m m
sctm lu J s tml
l h a J
nJ rcJ
up m
l hnJ
s m
ctm
m
J
m
J
J
l
h
m
m
S
l m
J m
( )
n up up
n nJ
m
J
J rc
nJ m m J
n
n mcsm
m
lu J
l
, ,) (
n n nJ
l
h
J m
m
nJ
l
h S t m
tfh
h m
up m s
S
m
m
o
m
S
119
J
n
m
tf
m
nJ m
J nJ
p m m l r l J m
nJ m
n --,
(
tfh h l o
u ( )
J ,
J -
J ,
,
(
J
-
J J
l m
m ,
nJ ( m nJ n --,
,
m
(
mSeJ
m
u J
J
120
lg h s
J
J
Bahasa dan Budaya: Jurnal Himpunan Peneliti Indonesia Seluruh Jepang 23
r nJ2016
11
19
20
e
l
t l sh 47 0
h
m
l 47
cJ
h cd c
nJ
m
i
ctmi i
r c
e )
11:50P12:00 12:00P12:05 12:05P12:55
c
47
13:00P14:00 Alinda F.M.Zain (
)
“Sahabatku Indonesia” 14:05P14:45 Liliana Muliastuti (Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA) “Peran APPBIPA dalam upaya standardisasi pengajar BIPA” 14:45P15:00 15:00P15:30 J
J m
mcsm
m
15:30P16:00 Edy Priyono “Penggunaan ponsel cerdas dalam pembelajaran percakapan” 16:00P16:10 16:10P16:40 J l
m
im
−
lu
h−
16:40P17:10 l
m
m
17:10P17:40 Hijabers Community
m m
−
m
121
h c
cem −
1
e )
09:00P09:10 09:10P09:40 –
h−
09:40P10:20
10:20P10:50 l
p
lg h
10:50P11:00 11:00P11:30 i
m
m
11:30P12:00 l
m
12:00
122
l
Bahasa dan Budaya: Jurnal Himpunan Peneliti Indonesia Seluruh Jepang
ISSN:
Himpunan Peneliti Indonesia Seluruh Jepang http://nihon-indonesia-gakkai.org
[email protected] 183-8534 3-11-1 Prof. Toru Aoyama c/o Indonesian Studies Program, Graduate School of Global Studies, Tokyo University of Foreign Studies 3-11-1 Asahi-cho, Fuchu-shi, Tokyo 183-8534, Japan 2017 6 7 1882-9848