SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
HASIL PENELITIAN TERNAK RUMINANSIA BESAR
TAHUN ANGGARAN 1993/1994 SAMPAI DENGAN 1997/1998 ABDuL RAHMAN SIREGAR
Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Program penelitian Ruminansia Besar pada Balai Penelitian Ternak adalah untuk melaksanakan penelitian ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau) sebagai penghasil daging, susu dan tenaga kerja. Aspek penelitian meliputi breeding, nutrisi, reproduksi, bioteknologi, pasaa panen dan manajenlen usaha. Penelitian diharapkan menghasilkan teknologi, informasi maupun analisis usaha dan pengembangan usaha yang dapat digunakan oleh petani, pengusaha dan pengendali kebijakan dalam menaikan pendapatan, menaikan produksi dan pembukaan lapangan kerja barn . Kegiatan penelitian dilaksanakan baik di instalasi Balai Penelitian Ternak, maupun langsung di lapangan . Luasnya bidang penelitian dan terbatasnya fasilitas yang dimiliki, terutama station breeding yang belum ada dan terbatasnya anggaran, serta tenaga peneliti yang cukup banyak menyebabkan program penelitian yang difokukan sulit difokuskan secara sistimatika yang baik . Hasil penelitian selama 5 tahun dalain periode 1993/1994 s/d 1997/1998 diusahakan disusun secara sistematis untuk dapat lebih bermakna pada tujuannya. Di lain pillak, diharapkan tulisan ini merupakan feed back untuk perbaikan program Ruminansia Besar pada periode berikutnya . HASIL PENELITIAN YANG DICAPAI Permasalahan ternak nuninansia besar ditinjau dari segi peryediaan gizi masyarakat dan ekonomi negara, sama sulitnya . Dilihat dari segi gizi, masalah konsumsi susu darl daging masih rendah dan sumbangan daging sapi dan kerbau persentasenya terns menurun. Begitu juga konsumsi susu dan olahannya ternlasuk rendah . Dari segi perekonomian negara, baik susu nlaupun daging masih mengalami defisit sehingga lnenjadi penguras devisa . Hal yang tambah meresahkan adalah bahwa impor daging pada tahuntallun terakhir ini nleningkat secara drastis. Pada tahun 1996 telah ada 35 penisahaan penggemukan sapi yang kebanyakan berlokasi di Indonesia Barat (Lampung, Jabar, Jateng dan Jatinl) . Jumlah sapi bakalan yang dialokasikan pada feedlot diperkirakan 285 .000 ekor dan keselunih innya akan diinlpor (PETRUS, 1996). Selanjutnya dikatakan bahwa Brahman Cross (B X) dan Australia Commercial Cross (ACC) menlpakan breed utanla pada feedlot dengan bobot antara 326-350 kg unlur 1,6-2,5 tahun dengan kondisi sedang . Pengamatan pada 13 pasar hewan di Jawa Tengah nlenlberi ganlbaran bahwa persentase sapi bakalan setiap hari pasar hanya 20% (139 _+ 38) ekor . Dikaitkan dengan kebutuhan feedlot pada saat penelitian harga sapi ex inlpor masih lebill murah. Sebanyak 66% perusahaan penggemukan sapi justru 66% berada pada lokasi yang populasi sapinya tidak mendukung persediaan sapi bakalan. Ketergantungan kebutuhan sapi bakalan inlpor akan senlakin tinggi .
Seminar Nosional Peternakan don Deteriner 1998
Sementara itu, program IB nasional yang lcbilt banyak clitujukan untuk pcninbkatan mutu genetik melalui perkawinan silang telah mengltasilkan berbagai sapi silangan. Di Kabupatcn Blitar perbandlngan hasil silangan adalah Limousin x PO (47,22`Y.), Brahman x PO (25,00%), Brangus x PO (22,22%) clan Simental x PO (5,56%.). Sedangkan di Lombok Barat Limousin x Bali (47,22%), Simental x Bali (30,16%), Brahman x Bali (20,63%" ), Hereford x Bali (7,94%,) clan Brangus x Bali (6,35%) . Di Kabupaten Blitar sapi silangan betina tidak digunakan sebagai bibit, tctapi di Lombok Barat 78,05% dari populasi sapi betina persilangan digunakan sebagai bibit . Bahkan induk sapi persilangan yang dipeliltara (6,25%.) mentpakan sapi turunan kedita (F=) . Dari hasil penimbangan bobot badan sementara persilangan dengan sapi Simental baik induk PO maupun induk sapi Bali menunjukkan superioritas, di Blitar sapi Simental x PO (337 kg), Brahman x PO (331,8 ± 98,7 kg) ; Limousin x PO (326,0 + 58,7 kg), Brangus x PO (241,9 _+ 55,2 kg), sedangkan di Lombok Barat Simental x Bali (327,7 _+ 58,8 kg), Hereford x Bali (324,8 _+ 28-,9 kg) Limousin x Bali (296,7 _+ 78,3 kg), Brangus x Bali (289,3 _+ 40,3 kg) Brahman x Bali (279,5 _+ 126,8 kg) clan terendah sapi Bali (229,5 + 45,3 kg) . Penelitian membandingkan antara breed dalam penggemukan yang dilakukan antara Shorthorn, Brahman Cross, Ongole (SO) clan FH menunjukkan bahwa pada level konscntrat tinggi (8 kg/ekor/hari) sapi FH memiliki feed eftsiensi tertinggi (12,22%) clan terendah SO (8,10%), sedangkan ransom level rendah (5 kg/ekor/hari) feed eftsiensi tertinggi adalah Brahman Cross (12,61%) clan Shorthorn terendah (6,86-8,33%i) . Sapi SO memiliki persentase karkas tertinggi (52,8%) clan FH terendah (50,0 °/,) . Analisis ekonomis menumjukkan baliwa sapi Brahman Cross memberikan effected margin tertinggi (Rp 1 .381,-/ekor/hari) kemudian FH (Rp 1 .172,-/ckor/hari) . Disimpulkan baltwa sapi Brahman Cross sebagai sapi bakalan yang terbaik untuk penggemukan . Sapi FH juga potensial untuk dijadikan sapi bakalan untuk feedlot . Sapi potong mentpakan somber penghasil daging kedua terbanyak setclah unggas di Indonesia, clan kontribusi terbanyak dart sapi Bali clan sapi Peranakan Ongole (PO) yang merupakan dua breed sapi potong lokal Indonesia, di samping sapi Madura . Sapi Bali tersebar luas di Indonesia, sementara NTT merupakan sumber utama sapi potong di Indonesia . Sapi ini mempunyai fertilitas yang cukup tinggi (80%.) . Masalah yang sering timbul di NTT adalah waktu beranak yang biasanya terjadi pada awal musim kcring (Mei-Juli), sedangkan NTT mempunyai musim kering yang panjang (8-9 bulan/talitin) . Pacla musim ini produksi hijauan sangat kurang sehingga sering terjadi kematian anak (50°/.). Untuk inengatasi lial ini perlu dilakukan pengaturan perkawinan agar ternak beranak pada saat mulai tersedia pakan cukup banyak . Kurangnya ketersediaan pakan pada musim kering mentpakan kcndala ulania produksi sapi potong di NTT. Hal tersebut berhubungan dengan rendahnya produktivitas ternak yang ditandai dengan bobot lahir rendah (12 kg), pertuntbulian lambat (200 g/bari) clan angka kematian anak tinggi (20-50%) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi mineral blok, daun leguminosa pohon atau putak pada sapi Bali di NTT dapat meningkatkan kincrja sapi tersebut . Bobot lahir meningkat dari 12 kg menjadi 13 kg clan tingkat kematian anak dapat ditekan hingga menjadi sekitar 9%. Bobot lahir sapi Bali di NTT (12 kg) masih lcbilt rendah dengan bobot lahir sapi Bali di Bali (17 kg), demikian juga bobot pada utnur 12 bulan (89kg clan 124 kg) . Hal ini menunjukkan adanya penuntnan mutu genetik ternak . Secara biologis, pada clacrah kering di mana sering mengalami kekurangan pakan seperti di NTT, ternak akan menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat hidup, tumbuli clan berkembang biak, dalam lial ini ukuran tubuli ternak menjadi kecil sehingga pakan yang clibutulikan lcbilt seclikit.
Seminar Nasional Peiernahan clan 1-eieriner 1998
Untuk mengatasi lial tersebut di ams, langkah yang Itanls ditempuh adalah mengusaliakan agar persediaan pakan cukup sepanjang taluln dcngan mengintroduksikan jenis taimlnan pakan yang taltan kcring serta diikuti nicnajemcn penggenibalaan yang baik agar tidak nicnisak lingkungan . PengaNvetan pakan ternak (pengeringan atau silase) mcrupakan cara menianfaaatkan pakan ternak yang berlebilian di musim luljan . Sapi Peranakan Ongole (PO) scbagai aset nasional tnetnptutyai peran yang sangat besar dalam perekonomian petani di pedesaan . Hasil penclitian menunjukkan adanya pcnuninan intitu genetik sapi PO di Indonesia . Pengamatan di daerah Bojonegoro clan Magetan menunjukkan baltwa lianya sekitar 13% sapi PO yang dipelihara petani yang sesuai dcngan standar bibit yang dikeluarkan oleh Ditjennak . Variasi bobot badan sapi PO cukup tinggi . Sapi PO menipunyd pcrtumbulian yang cukup tinggi (0,8 kg/Itari) dibandingkan dcngan sapi Madura (0,6 kg/hari) pacla kondisi pakan yang sama. Pemanfaatan limbah hertanian/perkebunan Limbali ltasil perkebunan seperti kulit kakao clan kulit pisang sangat potensial sebagai pakan ternak . Areal tanaman kakao dan pisang sangat luas di Indonesia . Hasil penclitian menunjukkan kulit kakao dapat diberikan pada sapi sebanyak 2 kg/ekor/hari yang mengakibatkan peningkatan pertuntbulian 0,4 kg/ltari lebili tinggi dari kontrol (0,2 kg/hari) . Setiap I ton buali kakao dapat menghasilkan 750 kg kulit kakao yang dapat dipakai scbagai pakan suplemen untuk scekor sapi selama 1 taluin . Kulit buah pisang dapat diberikan hingga 36% dari total ransom . Pemberian di atas 36% mengakibatkan tingginya kadar ransunt clan rendalutya kadar serat kasar (lebili rendah dari batas toleransi minintal 13%). Percobaan lain dcngan pemberian jeranti padi clan konsentrat menunjukkan baltwa sapi PO tumbult dcngan kecepatan 0,902 kg/hari . Pemberian daun glirisidia 4 kg/hari pada sapi PO yang diberi rumput lapangan mengakibatkan pertumbuhan 0,4 kg/ekor/hari . Sedangkan penambaltan latntoro pada ntmput lapang (40 : 60%) dapat nteningkat pertumbuhan hingga 0,6 kg/ekor/hari . Pemberian lanitoro di atas 60% mengakibatkan penunlnan laju pertumbulian . Ampas sagtt juga dapat diberikan pada sapi hingga 30% dari total konsunisi . Pemberian pakan yang cukup sangat diperlukan agar sapi dapat menunjukkan aktivitas reproduksi secara normal . Siklus birahi secara normal terjadi pada sapi PO yang inentpunyai bobot di atas 250 kg. Pemanfaatan mikroba rumen Untuk nteningkatkan efisiensi, penggtlnaan pakan yang berntutu rendah seperti jeranti padi dapat dilakukan dcngan proses silase dan diinokulasi dcngan cairan rumen . Hasil penclitian menunjukkan baltwa sapi PO yang diberi silase jerami padi yang diinokulasi cairan nmten tunibult dcngan kecepatan yang ltampir sama dengan yang niendapat ntmput Gajah masing-masing 0,569 dan 0,603 kg/ekor/hari) . Teknologi ini dapat mengatasi kckurangan pakan di musim kentarau dcngan ntentanfaatkan jerami padi. Suatu penclitian penggeniukan sapi PO dcngan menggimakan balmn lokal icrdiri dari canipuran dedak padi, jagung, onggok clan bungkil kelapa dengan clan tanpa pemberian mikroba mass disimpulkan bahwa pemberian mikroba mass dapat nteningkatkan pcrtambalian bobot badan liarian (PBBH) sapi PO yang digemukan 973 gr clengan pemberian mikroba clan 974 gr tanpa pemberian mikroba ..
Seminar Nosionall'eternakan dan Veteriner 1998
Embrio transfer Aplikasi teknologi etnbrio transfer akan menipcrcepat peningkatan populasi clan produksi ternak serta perbaikan nititu genetis. Penelitian entbrio pacla sapi telah dapat dilakukan dengan baik. Pemakaian hornton FSH (36 ing) mttuk superowlasi inemberikan respon lebilt baik dari penggttnaan 2500 iu PMSG . Rataan juntlali entbrio tcrkolcksi pacla sapi yang dibcri 36 tttg FSH adalah 8,3 sedangkan pada ternak yang dibcri hornton PMSG ltanya 0,5 . Pengginman PMSG hares diikuti dengan pcmberian 1500 iii HCG . Kondisi pemeliliaraait tradisional sapi potong di Indonesia bagian Tiniur dengan niusim kentarau panjang ntenyebabkan sapi lantbat dewasa, jarak ntelahirkan panjang dan keniatian pedet tinggi . Diperlukan teknologi sederhana yang muclah diadopsi pctani. Scrangkaian pcnclitian tclalt dilakukan . Penelitian dinutlai dengan pentbuatan bioplus dilanjutkan dengan pentbuatan sediaan mikroba terpililt . Stiatu penelitian kentudian dilakukan di BPT pada 16 ekor sapi PO dan dilakukan pula peneliti di NTB pada 100 ekor induk sapi Bali. Penelitian di BPT menggimakan 4 perlakuan yaitu kontrol (K) sediaan mikroba (SM), Bioplus (B) clan SM + B . Pcnganiatan dilakukan terhadap PBBH, konsuntsi dan daya cerna . Di NTB dibuat 3 perlakuan yailu K, SM dan B. Pcngamatan terhadap BB induk, BB anak, jarak beranak clan latna bunting . Hasil pcnclitian menunjukkan baltwa kerbau dari NTT menpakan suntber sediaan mikroba yang ntampu berinteraksi positif pada ternak target . Mikroba yatag terpilih untuk sumber sediaan mikroba adalah Ruminococcus sp., Silenomonas sp., Streptococcus sp. (kelompok bakteri) . Isotricha sp, Da.sviricha sp., Entodinium sp., Endiplodinium sp., Orpinonwces sp ., Piromvces sp (kelompok fungi) . Hasil pengtijian di lapangan menunjukkan baltwa PBB sapi PO nteningkat dari 152,5 kg (K) menjadi 176,6 kg (SM) (P>0,05) clan menjadi 243,3 kg (B) ; 227,9 kg (SM + B) (P<0,0;) daya cerna tidak menunjukkan perbedaan nyata antara K clan SM, nanutn berbeda nyata dengan kelompok B dan SM + B. Pemberian Bioplus pada induk sapi Bali dapat memperpendek jarak beranak dari I') bulan 14 hari menjadi I 1 bulan 22 hari, meningkatkan BB induk dari 239,8 kg menjadi 275 .2 kg. Hal lain yang dilakukan adalah pcmberian suplenien pakan pada sapi Sumba Ongole dilakukan di Desa Kawangu P. Sumba selania 4 bulan . Perlakuan yang diberikan adalah R,, (Kontrol), R, (koutrol + mineral blok), R, (koutrol + dcdak padi), dan R, (kontrol + mineral blok + dedak padi). Hasil penelitian menunjukkan balm,atiR, clan K, sangat nyata ntcningkatkan konsuntsi bahan kering, daya cerna balian kering clan pertainbalian bobot badan. Perlakuan terbaik adalah penambalian mineral blok dan dedak padi dengan konstunsi balian kering 3,92 kg/ekor/hari, daya cerna 72% clan pertambahan bobot badan 67 gr/ekor/hari . Suatu studi (dalant 5 scri) mengenai lokasi altcrnatif bagi pcngetnbangan sapi Sumba Ongolc dalant usalta mendukung penibangunan dacrah transinigrasi menvinipulkan bahaa pcrforman reproduksi relatif lebilt baik di dataran renclah diperlihatkan dari distribusi estrus dan kualitas semen yang lebilt baik daripada di dataran tinggi maupun seclang. Sulm lingkungan antara 2234°C ntenipakan dacrah perbibitan sedangkan sulnt yang berfluktuasi di bawali 22°C mcmpakan daeralt penggeniukan . Perbaikan daya cerna pakan bcrserat tinggi dapat dilakukan dengan transfcr isi rumen kerbau dan suplententasi buah lerak. Daya cerna jeranti padi dapat ditingkalkan scbesar 7-8%. Dari penelitian ini dapat disinipulkan balttva perbaikan efisiensi reproduksi clan produksi dapat dilakukan ntelalui pendekatan zona produksi tepat dan perbaikan daya cerna olch mikroba nimen .
120
Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1995
Kerbau Ternak kerbau di Indonesia tenitama di P. Jawa sangat menurun populasinya . Hal ini diperkirakan karena produktivitas kerbau lebilt renclah dari sapi Ongole, sehingga scjak adanya program Ongolisasi di P. Jawa populasi kerbau terus menurun . Program pcnclitian kerbau sccara bertahap diarahkan untuk mencnlukan karakleristik kerbau lumpur Indonesia sccara regional karena lelah terbentuknya kerbau-kerbau yang spesifik seperti kerbau Toraja, kerbau Kalang, kerbau Moa, kerbau Binanga . Pcrmasalalian peningkatan produktivitas kerbau perlu diantisipasi sccara regional . Penelitian kerbau di Tapanuli Utara pada kerbau yang mengliasilkan dali sebagai olahan susu kerbau nienyinipulkan bahwa performan kerbau di Tapanuli Utara mcnunjukkan variasi yang cukup untuk clapat melakukan seleksi sccara efektif Disarankan untuk menggunakan clasar stanclar awal untuk seleksi sapi incluk timur 3 talutn dengan ukuran bobot badan 226,8 kg, tinggi pundak 114,2 cm, panjang badan 115,5 cm clan lingkar dada 159,4 cm. Anak bctina bobot labir 26,0 kg, jantan 33,8 kg, tinggi pundak 67,5 cm clan 70.5 cm panjang badan 52,8 clan 54,9 cm. iingkar clacla 71,8 clan 72,5 cm. Untuk unuir setalmn berunitan untuk kerbau jantan dan bctina adalah bobot badan 121,1 kg clan 118,1 kg, tinggi pundak 97,5 clan 93,6 cm, panjang baclan 87,9 clan 86,7 cm clan iingkar dada 132,8 clan 131,0 ctu clan iingkar testes 9.9 cm fngkat kclahiran vang rendah salah satu penyebabnya adalah berahi yang kurang teratur clan pcjantan yang ticlak scimbang di lapangan . Hal ini clapat diatasi dengan penverentakan berahi clan penggunaan teknik perkawinan denganIB. Hasil pcnclitian di lapangan teknik tcrbaik adalah pcmberian pakan tambalmn saat mcnjelang perkawinan, menyerentakan berahi ntetiggimakan hormon PGF,cx ditambah 51)0 IU HCG sccara intramuskulcr pada sant 24 jam setclah penyuntikan estnintet . Ini ntcniberikan berahi 100%, . Untuk mempersingkat pencapaian bobot baclan yang baik seat perkawinan pertania maupun untuk dipotong, pembcrian pakan tambalian pacla kerbau muda dapal dipcrcepat 229'x, pada kerbau jantan clan 213% pada kerbau bctina dengan ransum eampuran clan ampas talm, cleclak padi, ransum broiler, bungkil kelapa clan ransum mineral clan garam dengan protein kasar 23,89°/, clan MP 74,42 . Karakter morfologi kerbau di dacrah Serang clan Bimyuwangi ternyata ticlak berbeda jauh . Ukuran tubuh kerbau di dacrah Banyuwangi ternyata lebilt besar clari di dacrah Serang . Pada kerbau unutr di atas 5 talmn ukuran kerbau di dacrah Banyuwangi dibandingkan dacrah Serang bobot badan rataan kerbau bctina 432,6 _+ 40,0 vs 330,9 _+ 46,3 kg, panjang badan 127,6 _+ 30,3 vs 123,6 _+ 8,9 cm, tinggi pundak 129,9 + 5,1 vs 123,8 _+ 6,7 cm, dalam dacla 793 _+ 5,2 vs 81,1 + 4,3 cm, iingkar dacla 188,1 _+ 7,6 vs 163,7 _+ 9.4 cm, lebar pinggid 38,3 _+ 5,5 vs 42,6 + 4,4 cnl, panjang telinga 24,4 + 1,9 vs 24,5 + 3,2 cm clan panjang tanduk 43.3 _+ 5,6 vs 40,7 + 8,1 c,n . Kelihatannya kerbau Serang Icbih bulat telapi lebilt penclek. Daya pcncernaan rumen kerbau untuk jcrami padi clan nimput Gajah clari kerbau Banyuwangi clan Serang adalah untuk niniput Gajali 52,14 vs 50 .69 _+ 1 .55%, dan untuk jerand pacli 93,90 vs 42,64 _+ 2,28%,. Ekosistem nimen kerbau di dacrah Serang adalah pH 6.64 + 0.20, bakteri 4,34 _+ 1,32 (109), protozoa 6,18 (1U 5 /ntl), NH3 = 243,81 _+ 43,24 mg/I. Scclangkan untuk dacrah Banyuwangi kondisinya untuk parameter yang sama adalah 6,61 ; 9: 12 ; 1,63 ; clan 238,0 . Kelihatannya bahwa junfah bakteri pada rumen kerbau di Ban_vuwangi lebilt tinggi daripada kerbau di Serang .
SeminarNasional Peternakan Jan leternner 1998
Pengamatan terhadap keragaman genetik kerbau di Banyuwangi dan Serang dilihat dari uji keragaman genetik pada analisis darah menunjukkan baliwa nilai lieterogenitas untuk kerbau Serang sebesar 0,5677 _+ 0,0483 dan untuk Banyuwangi 0,5813 _+ 0,0534 dengan nilai jarak D (Distance) sebesar 0,02747 adalah cukup dekat . Penambahan molasses blok yang diberikan 200 g/ekor/hari pada kerbau muda selama 132 hari di Sercng memberikan penambahan bobot badan yang lebih baik yaitu 164,3 vs 131,9 g di Desa Pulo dan 184,9 + 14,8 vs 199,3 + 26,2 g untuk Desa Sidamukti . Kerbau Rawa merupakan jenis kerbau yang paling banyak terdapat di Indonesia . Masalah utania yang diltadapi pada ternak kerbau adalah rendalinya reproduktivitas . Pakan sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi (berahi, ovulasi dan konsepsi) pada kerbau . Dililiat dari level progesteron darah, kerbau yang diberi pakan rendah yang mengakibatkan pertunibuhannya hanya 0,25 kg/liari setengalinya (50%) tidak meninjiukkan adanya aktivitas ovari . Sedangkan yang diberi pakan tinggi (tumbuh 0,55 kg/hari) senmanya (100"/o) menunjukkan aktivitas ovari . Hasil penelitian pada kerbau Kalang di Kalimantan menunjukkan persentase kelahiran yang sangat rendalt (23-32%) dan kematian anak yang cukup tinggi (18-21`Y.) . Selama ini kerbau ditujukan sebagai pengliasil daging dan ternak kerja . Produksi lain dari kerbau yang belum dimanfaatkan adalah susu. Stisu kerbau dapat diolah menjadi produk olaltan yang disebut dadilt (Sumatera Barat), dali (Sumatera Utara) atau dangke (Sulawesi Selatan) . Prinsip proses pembuatan dadilt/dali/dangke adalah fermentasi di mana hasilnya mirip yogliurt, kefir atau yakult . Pengolahan susu kerbau menjadi dadih dapat memberikan rataan pengliasilan tambaltan sebesar Rp 106 .000,-/bulan . Tambahan pengliasilan ini akan lebili besar lagi apabila proses pengolaltan dadih ini dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menerapkan proses pastetirisasi, pengepakan yang baik. Di samping itu pembuatan/pengolahan dadih menggtmakan bahan baku susu sapi yang ketersediaannya lebili kontinu dan mudalt diperoleh . Hasil penelitian menunjukkan dadilt masilt tahan dan layak dikonsunisi hingga hari ke-8 penyinipanan, dengan kadar air 77,3%; protein 6,9% dcn lemak 5,2%. Sapi perch Peningkatan konsunisi susu Nasional, belum dapat diintbangi dengan peningkalan produksi domestik dan bani dapat memenuhi _+ 31,7'o dari kebutuhan . Peningkatan produktivitas secara individu sipi perah sangat penting karena gap produksi susu sapi FH di Indonesia dengan FH di negara yang maju cukup besar . Impor sapi perah FH dari luar mempunyai masalah adaptasi yang cukup nunit . Penelitian dilakukan untuk mengetalmi potensi sumber daya genetik sapi perali lokal menggtmakan 3 .176 ekor sapi di KUD Sanva Mukti dan 1995 ekor di KUD Pasir Jambu, Ciwidei . Seleksi pertania dengan menggtmakan catatan produksi 12-14%, tahap kedua dengan pengukuran langsung sebanyak 135 ekor di KUD Sarna Mukti dan 86 ekor di KUD Pasir Jambu . dileniskan dengan uji kualitas susu dan konformasi tubuh . Hasil penelitian menunjukkan baliwa rata-rata produksi susu di kedua lokasi yaitu 13,60 _+ 4,57 liter di KUD Sanva Mukti dan 13,671 _+ 4,88 liter/ekor/hari di KUD Pasir Jambu dengan variasi 2-35 liter di Sama Mukti dan 4-28 liter di KUD Pasir Jambu. Variasi tersebut diduga menipakan refeksi variasi genetik . Stuktur populasi menunjukkan bahwa masing-masing sebanyak 8% KUD Pasir Jambu dan 5,51% Sanva Mukti dari populasi mengliasilkan produksi > 20 1/ekor/hari . Selama pengamatan 12 nihiggu terjadi penunman produksi masing-masing sebesar 6,9'% di Sanva Mukti dan 2,6% KUD Pasir Jambu. Ukuran tubuli sapi-sapi terseleksi adalah lingkar dada 191 + 8,4 cm (KUD Sarwa MAO) dan 176 122
Seminar Nasional Peternakon don Veteriner /993
+_ 10,3 cin (KUD Pcsir Jambu), tinggi gumba 129 + 4,8 cm (KUD Sanva Mukti) dan 128 +_ 5,5 cm (KUD Pasir Jambu) . Rata-rata BJ air susu dari sapi yang terseleksi : 1,021 + 0,03 (KUD Pasir Jambu) dan 1,024 _+ 0,016 (KUD Scnva Mukti) . Penlutkuran BJ pada pagi dan sore tidak berbeda nyata . Kadar lemak masing-masing adalah 3,298 +_ 0,52% (KUD Pasir Jambu, Pagi) ; 3,43 + 0,51% (KUD Pcsir Jambu Sore) dan 3,227 _+ 0,05% (KUD Sanva Mukti, pagi) . Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa populasi sapi perah yang tersedia di lokasi mempunyai potensi yang cukup besar sebagai breeding stock-, akan tetapi disarankan agar intensitas seleksi tinggi (seleksi berkisar antara 5-8%. Sebanyak masing-masing 3,5% (KUD Pasir Jantbu) 12,9% (KUD Sanva Mukti) menunjukkan produksi yang sangat rendah disarankan untuk di coll. Selanjutnya penelitian pada 4 lokasi yaitu KUD Scnva Mukti, KUD Pcsir Jambu, KPS Warga Mulya dan BPT-HMT Bcturaden menggmakan pengukuran individu 4 bulan dan dianalisis dengan Program Cow-.Search, Dairy Herd Management Svsteln menunjukkan baliNva intensitas seleksi 5% dari populasi masing-masing mengliasilkan rata-rata produksi sebesar 4.591 + 1 .629 liter/ekor/laktasi (KUD Pcsir Jambu) dan 5 .250 _+ 913 liter/ekor/laktasi (KUD Scnva Mukti) . Rataan produksi di kedua lokasi tersebut jauh di bawah rataan produksi sapi perah dari 33,3% populasi terbaik di BPT-HMT Baturaden (5674 _+ 529 liter/ekor/laktasi) . Pelaksanaan out breeding dengan menggimakan semen dari USA hasil sementara menunjukkan C/R setiap lokasi 50-60% . Seleksi 5% dari populasi untuk breeding stock di KUD Pasir Jambu dan KUD Sanva Mukti akan memperoleh breeding stock dengan produksi 15 liter dan > 17 liter . Analisa produksi per laktasi dengan menggimakan Program Cow Search dengan 4 kali pengukuran (setiap bulan sekali) memberikan hasil 6-7% lebih rendali dibandingkan perhitungan konvensional menggunakan pengukuran sebanyak 16 kcli (sekali seminggu) . Hasil dari beberapa pedet yang lahir lerlihat bobot lahir anak sapi dari strasv USA lebili besar dari straw lokal. Suatu penelitian penganili pemberian FSH dan flushing scbclum superovulasi terhadap jumlah embrio dilakukan dalam rangka pemanfiatan teknologi ET pada sapi perah . Penelitian ini menyimpalkan bahwa tingkat ovulasi dari sapi perah laktasi dapat ditingkalkan dengan pemberian 36 mg FSH akan tetapi respon individu bervariasi sangat tinggi . Pemberian FSH pada hari ke-1 dari siklus berahi dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas embrio vang tertampung akan tetapi perlu penelitian lebih lanjut untuk meliliat apakah penganih pemberian FSH terjadi melalui pencegalian terjadinya artresi atau melalui pencegaltan terbentuknya folikel dominan dengan menggunakan teknik ultrasonograft . Perlu juga diteliti interaksi dosis FSH yang optimal pada pemberian pada hari pertama siklus berahi dengan dosis FSH untuk super ovulasi dalam menghindarkan stinullasi yang berlebih. Perlakuan flushing pada waktu berahi nyata meningkatkan respon terliadap perlakuan superovulasi, akan tetapi mekanisme pengarulinya masilt belum jelas . Sun,ai di daerah Cisania Kabupaten Bogor menunjukkan hanya 24%, dari populasi sapi perah menghasilkan susu di atas 15 1/ekor/hari . Suatu feeding trial dilakukan unluk meningkatkan produksi susu dengan menggimakan ransom BPT terdiri dari 50%, tcpung skip. 25%, bungkil kelapa, 15% bungkil kedelai, 8%, tepung ikan, dan 2'Yo campuran mineral, di perhitungkan ransom mengandung 20% CP dan 13 ME/kg. Hasil penelitian ransom BPT clapat menaikkan produksi . Akan tetapi pcnerapan ransom ini sulit karena tepung skip tidak stabil di pasar . Penelitian sapi peralt di Tanjungsari, Kabupaten Sumedang menunjukkan baliNva kadar lemak susu peternakan rakyat pada pagi hari = 2,55 _+ 0,92% sebanyak 77% berada di bawah standar nultu Sll . Uji BJ liasil sore = 3,17 _+ 1,28%, sebanyak 46"N, di bawah standar Sll . Hasil uji BJ pagi dan sore hanya 7,6%, dari contoli yang tidak memenuhi standar S11 . Keadaan derajat asam, kadar l23
1
Seminar Nastonal Peternokan dan I eteriner 199. ?
protem, bahan kering clan juntlah bakteri masih mentcnuhi standar S11 . Penclitian perbaikan pakan dengan hanya menaikkan level protein ransum dengan menambah 5"/ tepung ikan pada ransum yang telah ada dilakukan . Pcniberian konscntrat 8 kg/ekor/hari . Produksi susu sapi yang mendapat perlakuan adalah 13,98 _+ 0,93 kg/ekor/hari yang lcbih tinggi dari produksi kelompok tanpa perlakuan yaitu 11,85 + 0,96 kg/ekor/liari . Produksi susu ini tidak menunjukkan pcrbedaan yang nyata. Akan tetapi kualitas susu menjadi mentcnuhi standar S11 vaitu kadar protein susu 3,2 +_ 0,43% dan lemak 3,9 + 1,4'%. tJntttk perbaikan ransum sapi pcrah dilakukan pula penclitian untuk menggimakan tepung ikan, urea dan molasses (R2) dibandingkan dengan (RI) yaitu ransum yang digunakan sebelumnya. Hasil penclitian menunjukkan kenaikan produksi sebanyak 25% (6,9 kg vs 8,6 kg) dan mengurangi penuninan bobot bahan (l51,8 vs 7,4 g/ekor/hari). Penclitian untuk mencari alternatif pakan dilakukan dengan penggunaan kulit biji coklat dilakukan pada sapi pcrah laktasi (FH) . Penggunaan kulit biji coklat sebanyak TY,-17'Y, clan 27°/r memberikan kenaikan produksi, lemak dan protein dengan naiknya pcmberian . Tetapi hal ini tidak nyata secara statistik . Percobaan dengan teknik nilon bag menunjukkan balnva senyawa theobromine yang dicluga menunlnkan efisiensi pencernaan, ternyata hampir scluruli senya%va theobromine selunthnya hilang dalam nimen . Akan tetapi kecepatan tercerna semakin lambat pada level > 27%. Dapat disimpulkan baliwa sampai level 27% dalam ransum kulit biji coklat clapat digunakan dalam ransum sapi perah. Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi KUD vaitu KUD Sanva Mukti clan KUD Pasir Jambu. Sejunfah 200 ckor sapi peralt laktasi yangy telah diselcksi pada tahun sebelumnya digunakan dalam penclitian ini . Masing-masing 100 ckor di tiap lokasi . Produksi rata-rata sapi yang diselcksi yaitu 16,7 liter/liari di Pcsir Jambu dan di lokasi Sanva Mukti 17 liter/hari. Sedangkan sapi kontrol produksinya 14,7 liter/hari di lokasi Pasir Jambu dan 14,3 liter/hari di Sarwa Mukti, Lembang . Kondisi reproduksi sapi peralt di Pcsir Jambu rata-rata bcranak 2,91 kali, persentase sapi bunting 41% clan sapi dengan unutr kebuntingan 5,56 bulan sejunfah 37 ckor. Sedangkan di Sanva Mukti frekuensi beranak sapi pcrah adalah 2,3 kali, persentasi sapi bunting 30% clan sapi bunting rata-rata 3,1 bulan beriunfah 30 ckor. Pembcrian pakan konscntrat di dua lokasi penclitian, di Pcsir Jambu bcrkisar antara 7,1-9,8 kg/ckor/hari dan pada lokasi Sanva Mukti bcrkisar antara 5,3-10 kg/ckor/hari . Pcniakaian rumput Gajah untuk pakan ternak di Pcsir Jambu berkisar antara 11-23 g/ekor/hari dan di lokasi Sanva Mukti 18-23 g/ekor/hari . Dari hasil penclitian ini dapat disimpulkan baltwa ternak hasil seleksi yang digunakan kondisi reproduksi clan produksi susunya lebili baik jika dibandingkan dengan kontrol . KESIMPULAN DAN SARAN 1. Hasil penclitian selama 5 talutn program nuninansia besar terlihat masih kurang Icrfokus clan benang meralinya kurang jclas, akan tetapi dari hasil-hasil tersebut clapat dirakit bcrbagai teknologi tepat guna yang dapat dilakukan tlji lapang di BPTP scbclum cliterapkan pada peternak . 2. Hal mendasar yang inembuat kurang terfokusnya penclitian scbagai suatu alat untuk pemecalian masalah di lapangan adalah tidak mcniadainva fasilitas tcrutama hreetlilW station dan uniuk ke depan laboratorium ET yang memadai .
124
Seminar Nasional Peternakan dan 1 "eteriner 1998
3. Kerjasama secara langsung di lapangan antara peternak sebagai pcnggunaan tcknologi dan Dinas Peternakan sebagai pelaksana kebijakan sangat diperlukan, terutama mengatasi fungsi breeding station. BPTP sebagai ujung tombak penelitian di lapangan masih perlu ditingkatkan fungsinya dalam kaitan kerjasama dengan BPT. Optimalisasi fimgsi UPT, breeding Village dan pembukaan areal peternakan baru di daerali transmigrasi perlu dijadikan ajang penelitian secara langsung dalam pemecahan masalah peternakan. 4. Sistem administrasi yang mengarah pada swakelola bersubsidi adalah hal yang sangat didambakan oleh para peneliti untuk dapat berkrcasi lebili aktip . 5. Disarankan untuk melakukan suatu reformasi pada pola administrasi dan sistem pendanaan penelitian .
Sennnor Nasional Peternakan don Veteriner 1998
Lampiran 1 .
Judul penelitian dan kegiatan pada Program Ruminansia Besar talnin anggaran 1993/1994 s/d 1997/1998
Disiplirt/Talitin Breeding 1993/94
* ss
1994/95
ss
1995/96
* ** *
ss ss
1996/97
* ss ss
Reproduksi 1993/94
Optimasi Stimber Genetik Sapi Peralt Lokal sebagai Stock untuk Mengurangi Ketergantungan hnpor. Seleksi hiduk Sapi Peralt yang berkualitas sangat baik unttik Foundation Stock Kegiatan yang sama
Dr. P. Sitepu
Evaluasi Laju Pertumbulian dan Estnis Pertama Anak Sapi PO yang Dipeliliara pada Temperatur 2333 °C .
Perbandingan Keunggulan Feed stock ex-impor dan Lokal pada Kondisi Feedlot
Dr. P. Sitepu
Studi Kebutultan Feeder stock wtttik Feedlot dan Ketersediaan Bakalan Lokal
Evaluasi Ekonomis dan Produktivitas Sapi Perah yang Terseleksi Optimalisasi Sumber Genetik Sapi Perah Lokal Melalui Program Silang Luar (Out Breeding)
Seleksi Sapi hiduk dan Pelaksaaaan Out Bmeding denganIB .
Karakteristik dan Konservasi Keunggulan Genetik Sapi Potong dn Kerbau
Peningkatan Fertilitas dan Reproduksi Temak Kerbau
ss ss
Dr . P. Sitepu
Dr . Winuoroho Dr . A.R . Siregar
ss
*
Dr. P. Sitepu
Peningkatan Produktivitas Kerbau ke Arah Dwim ~una (Daging dan Susti) Penentuan Standar Seleksi Kerbau Dwigtma
Analisis Sumberdaya Genetik dan Fettotipik Sapi Persilangan antara Sapi Impor dan Sapi Lokal (FlasII IB)
ss
12 6
Penanggung Jawab
ss
ss
1994/95
Judul Penelitian x / Kegiatan xx
Penganih Metoda Penamballan dan Konsentrasi Kuning Telur Terhadap Daya Flidup Spennatozoa setelah Dibekukan
Peningkatan Produksi Kerbau Mclalui Peningkatan Reproduksi Evaluasi Pertbnnan Reproduksi Kerbau di Daerah Pengliasil Dali sebagai Olaltan Susu Kerbau Pengaruli Seminal Plasma Terhadap Daya I-Iidup Spenna Kerbau Fertilisasi /n 6'ilro pada Kerbau
Dr . A.R . Siregar Dr. P. Sitepu
Dr . A. Lubis Dr . 1' . Sitepu Dr. P. Sitepu Dr . A.R . Siregar Dr . P. Sitonis
Dr . 1) . Situmorang Dr . 1' . Situmorang Dr . A.R . Siregar Dr . A.R . Siregar Dr . P. Situmorang It . Endang T., MS
Seminar Naslonal Peternakan don t eteriner 1998
Disiplin/Taliun 1995/96
* ss ss
ss
1997/99 Embryo Transfer 1993/94
*
* **
**
ss
1995/96
* ** ** ss
1997/98
* ss ss
1998/99
* ss
ss
Judul Penclitian x / Kcgiatan xx
Peningkatan Produktivitas Kerbau ke Arah wi auna (Daging dan Susu) Penggunaan Ilonnon untuk I'enim ,,katan Elisicnsi Reproduksi Studi Reproduksi Sapi Lokal dan Potensinya sebagai Brcaeding Slock Pengandi 1-lonnon FICG sctclah Pcnyvntikan Estntmet Tcrhadap Kinerja Reproduksi Kerbau Lumpur Optimalisasi Pcrfonnans Reproduksi Sapi Induk dengan Pemberian Flushing, Mineral Block dan Sinkromsasi den-an PG F,(x Lt Vitro Fertilisasi Sapi Pengandi Medium Tcrhadap Kualitas Embrvo Pembekuan Embryo Iiasil Fertilisasi Itt I itro Evaluasi Senyawa-senyawa Pemicu untuk Meningkatkan Aktivitas Mikroha Rumen
Optimalisasi Sumbcr Gcnctik Sapi 1'erah Lokal Melalui Teknologi dan Seleksi
Pengaruh penambahan Ilonnon Tcrhadap Produksi Embryo Sccara lit Vilt-o (IVF) Mempersiapkan Embrvo l lasil FIV untuk Splitting. 'rransfer Embrvo FIV Optimalisasi Teknologi Maturasi, Fertilisasi dan Kultur Media Meningkatkan Persentase Blastosit (F,) Pengandi Pemberian WIX Terhadap Persentase Blastosit
Pengandi Penambahan Glucosa pada Media Pembiakan 120jam selclah Ferlilisasi "rerhadap Persentase Bloslosit Pernbentukan Jenis Sapi yang Adapted pada Lingkungan Melalui Bioteknolooi Reproduksi Fertilisasi secara fit Vitro Pengaruli Pemberian Iionnon TICG Terhadap Persentase Kebuntinoan Resipicn vano Mendapatkan Transfer Embn ,o I Iasil Pemhuahan Secara lit Vitro (IVF) Penganth Pemberian FIonnon Gonadotrophin pada Sapi Betina Muda Terhadap Aunlali Sel Telur yang Tertampung dan Jwnlah Embryo yang Dillasilkan dengan Pernbualian Secara lit Vilro.
Penan-min g Jawab Or . A.R . Sircgar
Dr . 1' . Situnuorang Drh. Luhis 1)r. 1' . Situmorang Dr . Rini Darsana
I'lidall" T., MS Ir . Endam, T., MS Ir . Endang T., MS If- .
1)r. A. Thalib
Ir . Fndang T., MS Ir. lindang "T ., MS Ir . I?n~lang T., MS Jr . hndang T., MS
Dr. i' . Silunu>rang
Ir . Fndang T., MS
12 7
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1995
Disiplin/Taliun
Nutrisi 1993/94
**
Penambahan Sukrosa dan Dextrosa dalam Media Ceryoprotectant Terhadap Daya Hidup Embryo Hasil IVF Setelah Dibekukan.
*
Peningkatan Sumber Daya Pakan Sapi Potong Pemanfaatan Limbah Nenas Sebagai Hijauan Sumber Energi Dalam Ransum Penggemukan Sapi Potong Potensi dan Penggunaan Limbali Kulit Pisang dan Nenas mittik Temak di Daerah Agroindustri
** ss
* ss
ss
1994/95
* ss ss ss
ss ss s ss
* ss
ss
12 8
- Judul Penelitian x / Kegiatan xx
Penelitian Pola Usaha Sapi Perah Melalui Peningkatan Sumber Daya Pakan di Daerah Jabar Susu P. Jawa
Penggunaan Bahan Konsentrat yang Berkualitas Tinggi dan Manajemen Pemberian untuk Meningkatkan Produksi Snsu Adaptasi Temak Sapi Perah Terhadap Pola Pakan dan Sumber Daya Daerah pada IJsaha Temak RakyatdiPedesaan Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Temak Ruminansi Besar
Penanggting Jawab Drh. A. Lubis
Dr . Bachtar B. Dr . Bachtar B. In A. Rais. A.K ., MS Dr . P. Maliyudin Dr . P. Mahytidin Ir. T. Sttgiarf, MS Dr . Baktar B.
Potensi dan Pemanftatan Pakan Temak di Daerah Sulit Pakan Potensi dan Penggunaan Daun Singkong Sebagai Bahan Pakan untuk Temak Ruminansia
In M. Zulbardi, MS
Pemanfaatan Kulit Biji Coklat dalam Ransum Sapi Perah Menaikkan Produksi Susu pada Petemakan Rakvat Melalui Peningkatan Konsentrat
Dr . Prapti M.
Pemanfaatan Daun Singkong yang Telah Difertasi Sebagai Pakan Sumber Protein dalam Ransum Sapi Potong
Teknologi Pemeliharaan sapi Ongole Teknologi Pemeliharaan Sapi Peranakan Ongole Perbaikan Manajemen Pakan untuk Meningkatkan Status Reproduksi Sapi P(). Evaluasi Nilai Mutrisi Silase Jerami I'adi vang di Inokulasi Den.-an Mikroba Rumen pada Tenlak Ruminansia .
Studi Pola Pemberian Populasi Mikroba dan Kecenman Silase Jerami Padi yang diinokulasi den-an Cairan Rumen Selama Penvitnpanan . Penganih Pemberian Silase Jerami Padi yang Diinokulasi Cairan Rumen Terhadap Pertum I3ullan Bobot Badan Sapi
In A. Rais A.K . MS Dr . Baktar B.
Ir . T. Sugiarti, MS Dr . Winugroho Dr. Winugroho Dr . A. Thalih Dr . A. "flmlib
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1998
Disiplin/Taluui 1995/96
* ss
* s*
Judul Penelitian x / Kegiatan xx Peningkatan Produktivitas Kerbau ke Arah Dxvigtma (Daging dan Susu) Penentuan Ransum Ekonomi pada Pembesaran Kerbau Muda Peningkatan Produksi Sapi Ongole di DaeraliPotensial Pakan di Lampung Pengkajian Sistem Pemberian Pakan melaluipemanfaatan bahan lokal pada penggemttkansapi Potong (PO)
Penanggung Jawab Dr. A .R . Siregar
In M. Zulbardi, MS Dr. M. Sitonts Dr . M. Sitonts