1
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH Zakat merupakan ajaran yang melandasi bertumbuh kembangnya sebuah kekuatan social ekonomi umat Islam. Ajaran zakat menyimpan beberapa dimensi yang kompleks meliputi nilai privat-publik, verticalhorizontal serta ukhrawi-duniawi. Untuk mengilustrasikan betapa pentingnya kedudukan zakat, al-Qur’an menyebutkan kata zakat (al-zakat) yang dirangkaikan dengan kata shalat (al-shalat) sebanyak 72 kali. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa penunaian zakat memeiliki urgensi yang sebanding dengan pendirian shalat1. Ada beberapa macam zakat, yaitu zakat fitrah, zakat maal, zakat pertanian, zakat perdagangan, zakat emas, dan lain-lain. Dari beberapa jenis zakat yang ada zakat profesi, merupakan zakat yang belum terlalu dikenal. Zakat oleh masyarakat profesiadalah zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian profesi tertentu, baik yang dilakukansendirian maupun yang dilakukan bersama orang lain atau lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan atau uang yang memenuhi nisab (batas minimum untuk bisa berzakat)2. Zakat profesi dapat dianalogikan pada dua hal secara sekaligus yaitu pada zakat pertanian dan zakat emas dan perak. Oleh karena itu zakat profesi tidak ada ketentuan haul (satu tahun) dan batas nisabnya seperti pada nisab zakat emas dan perak yaitu 2,5%. Lain dengan zakat, Infak dan Shadaqah tidak ada ketentuan atau nisab untuk mengeluarkannya. Infak dan shadaqah adalah mengeluarkan dari sebagian
harta
atau
pendapatannya
untuk
suatu
kepetingan
yang
diperintahkan ajaran Islam baik untuk yang berpenghasilan tinggi maupun yang berpenghasilan rendah.
1
Sudirman “ Zakat Dalam Arus Pusaran Moderintas” (Malang : UIN Malang Press, 2007), hlm 1 Didin Hafidhuddin. “Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq dan Shodaqoh”.(Jakarta : Gema Insani, 1998), hlm 103
2
2
Berdasarkan hasil survey penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 tercatat sebanyak 207.176.126 penduduk Indonesia yang beragama Islam3, maka potensi zakat, infaq dan shodaqoh di Indonesia harusnya bisa mencapai 300 (tiga ratus) triliun pertahun, namu kenyataanya zakat di Indonesia baru mencapai 1,8 (satu koma delapan) Triliun pertahun4. Hal ini disebabkan karena rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang zakat. Sebagian besar masyarakat hanya mengenal zakat fitrah yang wajib mereka keluarkan. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang beragama Islam sebesar 207.176.126 penduduk dan jika separuh saja dari jumlah penduduk Beragama Islam di Indonesia berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang gaji tiap bulannya bisa mencapai jutaan rupiah dan sudah mencapai nisab atau sebesar 85gr emas maka mereka wajib mengeluarkan zakat profesi, dan bukan hanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) tapi juga para pegawai dan karyawan perusahaan swasta yang menerima gaji lebih dari
Rp.
1.000.000,000 (satu juta) perbulan maka juga wajib untuk mengeluarkan zakat profesi. Berdasarkan urian diatas, terlihat bahwa potensi zakat, infak dan shadaqah yang sangat besar belum mampu terrealisasi dengan optimal, karena masih banyak permasalahan-permasalahan yang harus dituntaskan. Diantara permasalahan itu adalaha dalam hal pengumpulan dan pendistribusian dana zakat. Dari sisi pengumpulan zakat, permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah belum adanya kesadaran masyarakat dalam membayar zakat, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang zakat maal dan zakat profesi, belum adanya regulasi di tingkat kabupaten / kota yang berwibawa mengikat misalnya peraturan daerah tentang zakat dan belum meratanya sosialisasi
3
www.bps.go.id www.voaindonesia.com
4
3
mengenai fiqih zakat, Undang-undang zakat dan kebijakan pemerintah tentang zakat5. Dari sisi penyaluran atau pendistribusian dana zakat, permasalah yang dihadapi dalam hal ini diantaranya adalah, yang pertama jumlah dana zakat yang disalurkan masih relatif kecil, yang ke dua adalah penentuan mastahiq atau orang yang berhak menerima zakat. Walaupun dalam al-qur’an surat attaubah ayat 9 sudah dijelaskan siapa saja yang berhak menerima zakat, yaitu untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Namun penentuan siapa yang berhak menerima zakat dewasa ini masih menjadi permasalahan dalam pendistribusian zakat, seperti adanya kasus muzakki yang bisa menjadi mustahiq dalam pembagian zakat fitrah. Permasalahan berikutnya adalah kurang percayanya masyarakat terhadap transparansi dan akuntabilitas Badan Amil Zakat maupun Lembaga Amil Zakat serta egoisme dan kencenderungan muzakki yang lebih puas menyerahkan sendiri zakatnya ke mustahiq dengan alasan lebih afdal, tepat sasaran dan langsung memberi6. Dengan demikian religiusitas, pendapatan, kepercayaan, layanan, dan tekhnik pengumpulan, merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku masyarakat pada umumnya dan karyawan Rumah Sakit Islam (RSI) PKU Muhammadiyah Pekajangan pada khususnya untuk menunaikan zakat, infak dan shadaqahnya di Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS). Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mutu manajemen lembaga pengelola zakat, maka Badan Amil Zakat (BAZ) maupun LAZ (Lembaga Amil Zakat) harus menetapkan langkah-langkah serta upaya yang
5
M. Sularno. “Pengelolaan Zakat Oleh Badan Amil Zakat Daerah Kabupaten / Kota Se Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Terhadap Implementasi Undang-undang No 38 Tahun 1999Tentang Pengelolaan Zakat). Jurnal Ekonomi La_Riba. 2010 ” 6 www.imz.co.id(Membangun Kepercayaan Publik dan Kapasitas Pengelolaa Zakat di Indonesia oleh : Nana Mintarti)
4
strategis untuk menumbuhkan minat muzakki dan memperkuat lembaga dalam mengelola dana zakat maupun danalainnyauntuk melaksanakan kemaslahatan ummat. Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan merupakan salah satu contoh perusahaan yang memiliki Lembaga Amil Zakat (LAZ) sendiri yang menjadi satu dengan perusahaan tersebut. Dengan adanya Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang tergabung atau menjadi satu dengan perusahaan akan memudahkan karyawan untuk menyalurkan zakatnya langsung ke Lembaga Amil Zakat. Tidak hanya adanya Lembaga Amil Zakat tetapi Rumah Sakit Islam Muhammadiyah Pekajangan juga melakukan penarikan zakat, infak dan shodaqoh dari para karyawan setiap bulan. Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS) selain melakukan penarikan tapi juga mengelola serta menyalurkan langsung kepada mustahik. Hal ini tentu lebih memudahkan karyawan dalam menyelesaikan kewajiban zakat, infak, dan Shodaqohnya. Dana zakat, infak dan shadaqah yang terkumpul dari para karyawan Rumah Sakit Islam Pekajangan yang tiap tahun mengalami peningkatan jumlah karyawan akan memperbanyak pula jumlah, Zakat, Infak dan Shadaqahnya (ZIS). Dana yang terkumpul digunakan untuk membebaskan biaya pengobatan bagi pasien yang tidak mampu dan warga sekitar. Walaupun muzaki hanya berasal dari karyawan Rumah Sakit Islam (RSI) PKU Muhammadiyah Pekajangan. Namun jumlah zakat, infak dan shadaqahnya mampu untuk membebaskan biaya pengobatan bagi para pasien yang tidak mampu. Berikut ini adalah jumlah pemasukan zakat, infak dan shadaqah LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan yang terus meningkat dari tahun-ketahun :
5
Tabel 1.1 Jumlah Dana Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) Di Lembaga Amil Zakat, Infak dan Shadaqah (LAZIS) RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Jumlah Dana Terhimpun Tahun Zakat Profesi Infak dan Shadaqah 2012
18.237.600,00
4.996.000,00
2013
30.291.900,00
12.081.000,00
2014
34.068.000,00
12.744.000,000
Sumber : Laporan Keuangan LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Besarnya zakat profesi adalah 2,5% dari penghasilan atau gaji yang diterima karyawan setiap bulannya. Yang mengeluarkan zakat profesi adalah karyawan atau dokter yang sudah memiliki penghasilan diatas satu juta rupiah perbulannya. Selain jumlah dana yang terhimpun terus meningkat dari tahun ketahuan,jumlah muzakinyapun juga mengalami peningkatan dari tahunketahun, namun untuk jumlah donatur infak dan shadaqah
mengalami
penurunan pada tahun 2014 : Tabel 1.2Jumlah Muzaki LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Jumlah Muzaki Tahun Zakat Infak dan Shadaqah 2012
48 Orang
125 Orang
2013
51 Orang
142 Orang
2014
54 Orang
124 Orang
Sumber : Laporan Keuangan LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Data pada tabel di atas menunjukan jumlah muzaki (karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan, yang menyalurkan zakat profesinya yang terus meningkat dari tahun ketahun, yaitu pada tahun 2012 hanya 48 orang, tahun 2013 menjadi 51 orang, dan pada tahun 2014 menjadi 52 orang. Jumlah ini masih sangat jauh dengan jumlah donatur atau pemberi zakat infak dan shadaqah yang jumlahnya dua kali lipat dari muzaki.
6
Sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS) yang berada di bawah naungan Rumah Sakit, LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan sudah cukup berhasil menghimpun zakat, infak dan shadaqah dari para karyawan. Jumlah dana maupun jumlah muzaki akan bisa terus meningkat jika, pihak Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan menjadikan ini sebagai kewajiban bagi karyawannya. LAZIS
RSI
PKU
Muhammadiyah
Pekajangan
juga
harus
memperhatikan kegiatan operasional pengelolaannya dengan baik agar karyawan (muzaki) akan terpanggil untuk menyalurkan zakat, infak dan shadaqahnya. Menurut penulis faktor-faktor yang mendorong kesadaran muzaki ataupun donatur untuk menyalurkan zakat, infak dan shadaqahnya antara lain, religiusitas dari muzaki itu sendiri, pendapatan muzaki, pelayanan Lembaga Amil Zakat (LAZ), kepercayaan muzaki terhadap Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan tekhnik pengumpulan (fundraising). Melihat kondisi dan fakta tersebut, seharusnya semua karyawan memiliki kesadaran yang sama untuk membayarkan zakat profesi, infak dan shadaqahnya, dan harusnya pihak Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan mewajibkan setiap karyawannya untuk zakat profesi, infak atau shadaqah tergantung kemampuan mereka setiap bulan. Dengan dilatar belakangi oleh keadaan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul
“ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
MEMPENGARUHI MINAT MEMBAYAR
YANG
ZAKAT, INFAK DAN
SHADAQAH DI LAZIS RSI PKU MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN (STUDI
KASUS
KARYAWAN
RSI
PKU
MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN)
B. RUMUSAN MASALAH 1.
Apakah religiuitas berpengaruh terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan membayar zakat profesi, Infaq dan shodaqoh (ZIS) di LAZIS Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan?
7
2.
Apakah pendapatan berpengaruh terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammdiyah Pekajangan membayar zakat profesi, infaq dan shodaqoh (ZIS) di LAZIS Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan?
3.
Apakah kepercayaan bepengaruh terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammdiyah Pekajangan membayar zakat profesi, Infaq dan shodaqoh (ZIS) di LAZIS Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan?
4.
Apakah layanan bepengaruh terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammdiyah Pekajangan membayar zakat profesi, Infaq dan shodaqoh (ZIS) di LAZIS Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan?
5.
Apakah tekhnik pengumpulan bepengaruh terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammdiyah Pekajangan membayar zakat profesi, Infaq dan shodaqoh (ZIS) di LAZIS Rumah Sakit Islam PKU Muhammadiyah Pekajangan?
C. TUJUAN PENELITIAN 1.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh relegiusitas terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan membayar zakat profesi, infaq dan shodaqoh di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan membayar zakat profesi, infaq dan shodaqoh di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan.
3.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepercayaan terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan membayar zakat profesi, infaq dan shodaqoh di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan.
4.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh layanan terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan membayar zakat profesi, infaq dan shodaqoh di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan.
8
5.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tekhnik pengumpulan (fundraising)
terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammadiyah
Pekajangan membayar zakat profesi, infaq dan shodaqoh di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan.
D. KEGUNAAN PENELITIAN 1.
Kegunaan Teoritis a. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang seberapa besar pengaruh religiusitas, tingkat penghasilan dan potongan
penghasilan
Muhammadiyah
terhadap
Pekajangan
minat
membayar
karyawan
RSI
PKU
zakat
RSI
PKU
faktor
yang
di
Muhammadiyah Pekajangan. b. Bagi
peneliti,
menambah
pengetahuan
tentang
mempengaruhi minat muzaki untuk membayar zakat. c. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai informasi dan referensi tentang faktor yang mempengaruhi minat muzakki untuk membayar zakat. 2.
Kegunaan praktis Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Lembaga Amil Zakat (LAZIS) Rumah Sakit Islam (RSI) PKU Muhammadiyah Pekajangan untuk bisa lebih meningkatkan minat muzakki khususnya karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan.
E. BATASAN MASALAH Agar pembahasan tidak meluas dan menyimpang dan permasalahan yang ada, maka pada penyusunan skripsi dibatasi : 1. Religiusitas, pendapatan, kepercayaan, layanan dan tekhnik pengumpulan (fundraising) berpengaruh atau tidak terhadap minat karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan dalam membayarkan zakat profesi, infaq dan shadaqah. 2. Bagaimana dana zakat profesi, infaq dan shodaqoh karyawan RSI PKU Muhammadiyah dikelola
9
F. TINJAUAN PUSTAKA 1.
Kerangka Teori a. Zakat Profesi Zakat profesi ialah termasuk dalam kategori zakat mal. Menurut Yusuf Qardhawi, merupakan al Mal al-Mustafad ialah kekayaan yang diperoleh seorang muslim melalui bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat’ agama. Selain itu Yusuf Qardhawi berpendapat harta hasil usaha, yaitu gaji pegawai negeri atau swasta, upah karyawan, pendapatan dokter, insinyur, advokat, desiner, bidan, pendakwah dan lain-lain yang mengerjakan profesi tertentu dan juga pendapatan yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan di luar sector perdagangan seperti mobil, kapal, kapal terbang, percetakan dan lain-lain wajib terkena zakat persyaratan satu tahun dan sudah cukup nisabnya. Hasil profesi yang berupa harta di kategorikan berdasarkan qiyas atas kemiripan (syabbah), terdapat karasteristik harta zakat yang telah ada ialah bentuk harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang yang nishabnya senilai 520kg beras dikiaskan dengan zakat pertanian, sedangkan nishabnya 85 gram emas maka diqiyaskan dengan zakat emas sebesar 2.5%7. Landasan Hukum : a)
Ayat-ayat Al qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya.
b) Berbagai pendapat para ulama terdahulu maupun sekarang, meskipun dengan istilah yang berbeda. c)
Dari sudut keadilan, yang merupakan cirri utama ajaran Islam, penetapan kewajiban zakat setiap harta yang dimiliki akan terasa sangat jelas, dibandingkan dengan hanya menetapkan kewajiban zakat pada komoditas-komoditas tertentu saja yang konvensional
d) Sejalan
dengan
perkembangan
kehidupan
umat
manusia,
khususnya dalam bidang ekonomi, kegiatan penghasilan melalui 7
Elisa Kartika Sari. “Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf”. (Jakarta : PT Grasoindo, 2007), hlm 34
10
keahlian dan profesi ini akan semakin berkembang dari waktu ke waktu8. b. Infak Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk
kepentingan sesuatu. Termasuk dalam
pengertian ini, infaq yang dikeluarkan orang-orang kafir untuk kepentingan agamanya. Sedangkan
menurut
terminology
syariat,
infaq
berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infaq tidak mengenal nisab. Infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah. Jika zakat harus diberikan kepada mustahik tertentu (8 anaf) maka infaq boleh diberikan kepada siapa pun juga, misal untuk kedua orang tua, anak yatim dan sebagainya.
Artinya : Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Q.S Al Baqoroh : 215)9
8
Didin Khafidhudin, “Agar Harta Berkah dan Bertambah”. (Jakarta : Gema Insani, 2007), hlm 125 9 Didin Khafidhudin, Op.cit,”Panduan Praktis Zakat, Infaq dan Sedekah”. hlm. 14
11
Pengertian infak lebih dikenal oleh masyarakat dari pada zakat, karena setiap orang beriman sangat dianjurkan untuk berinfak, baik mampu maupun tidak mampu. Sedangkan pendayagunaan infak untuk seseorang atau suatu lembaga dengan tidak ada ketentuan jumlah yang harus dikeluarkan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.10 c. Shadaqah Kata “sedekah” berasal dari kata ash –shidq yang berarti “benar”, karena sedekah menunjukkan kebenaran iman kepada Allah. Artinya orang yang benar imannya pasti akan gemar bersedekah karena ia yakin dengan balasan Allah. Menurut Al-Jurjani sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk mengharapkan pahala Allah. Sementara Al-Raghib Al-Asfahani mengatakan sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti zakat. Bedanya, sedekah untuk kategori sunah dan zakat untuk wajib. Banyak nash, dari Al Qur’an maupun hadist, yang menunjukan bahwa barang siapa membelanjakan harta di jalan Allah, atau barang siapa gemar bersedekah, sesungguhnya Allah akan mengganti harta yang disedekahkannya itu berlipat-lipat, tidak hanya kelak di akhirat tetapi juga ketika masih hidup di dunia11. Macam-macam Sedekah 1) Sedekah dengan harta Sedekah yang peling utama adalah dengan harta, baik dengan harta yang telah ada maupun dengan bekerja mencarinya terlebih dahulu. 2) Sedekah dengan tenaga dan pikiran Jika orang kaya mendekatkan diri kepada Allah dengan menyedekahkan hartanya, orang miskin bisa bersedekah dengan cara yang lain, yaitu melalui tenaga dan pikirannya. 3) Sedekah dengan ilmu 10
Al Furqon Hasbi. “125 Masalah Zakat”. (Solo : Tiga Serangkai,2008), hlm 18 Amrullah Syarbini. “Sedekah Maha Bisnis Dengan Allah”. (Jakarta : AgroMedia Pustaka, 2013), hlm 13
11
12
Ditengah kondisi bangsa kita yang masih dililit dengan kebodohan, kita juga bisa memanfaatkan ilmu yang kita miliki sebagai sedekah. Mengajarkan satu ilmu kepada orang lain, berarti kita sedang bersedekah dengan ilmu. 4) Sedekah dengan perbuatan baik Jika kita tidak memiliki harta dan ilmu, kita juga masih bisa bersedekah. Yang paling mudah adalah dengan berbuat baik sebanyak mungkin12. d.
Religiusitas Religiusitas berasal dari bahasa latin religio, yang berakardari kata religare yang berarti mengikat13.Secara subtansial religious menunjuk pada sesuatu yang dirasakan sangat dalam yangbersentuhan dengan keinginan seseorang yang butuh ketaatan danmemberikan imbalan sehingga mengikat seseorang dalam suatumasyarakat. Agama (religion) berasal dari bahasa latin religio yangberarti ikatan bersama. Agama dibentuk oleh serangkaian tindakandan konsep. Istilah agama sering disamakan dengan istilah yang lain seperti religi (religion: bahasa Inggris) dan (ad-diin: bahasa Arab), pada dasarnya semua istilah inisama maknanya dalam terminologi dan teknis14.
e.
Pendapatan Pendapatan (income) menurut PSAK 23 didefinisikan sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang menyebabkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari konstribusi penanaman modal15. Pengertian lain tentang pendapatan tertuang dalam Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 4
12
Ibid. hlm 21- 24 Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009, hlm. 15-16 14 Ibid. 13 15 Gunadi. “Akuntansi Pajak (Sesuai Dengan Undang-undang Pajak Baru”.(Jakarta : Grasindo, 2009), hlm 147 13
13
tahun 1984, pendapatan atau penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh16. Tinggi rendahnya penghasilan dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) Ketetapan Pemerintah Dalam hal ini perusahaan berpegang pada ketentuan pemerintah tentang Upah Minimum Regional (UMR) atau Upah Minimum Sektoral Regional (UMSR) sebagai pegangan untuk menetapkan tingkat upah patokan bagi perusahaannya. Tentu saja ini hanya berlaku untuk jabatan tingkat rendah. 2) Tingkat Upah atau Gaji di Pasaran Perusahaan akan mengacu pada besranya upah atau gaji yang dibayar
oleh
perusahaan-perusahaan
lain
terutama
yang
beroperasi pada sektor yang sama. Perusahaan bisa memutuskan atau melebihi sedikit, tergantung pada strategi dan kemampuan. Tingkat upah atau gaji yang berlaku dipasaran diperoleh melalui kegiatan benchmarking atau survey imbalan, tetapi tingkat upah ini tidak boleh lebih rendah dari Upah Minimum Regional (UMR). 3) Kemampuan Perusahaan Istilah “buku” untuk kemampuan perusahaan ini adalah company’s ability to pay17. Dalam hal ini yang menjadi acuan utama adalah kemampuan financial perusahaan untuk membayar. 4) Kualifakasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang Digunakan Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang digunakan sebuah perusahaan sangat ditentukan terutama oleh tingkat tekhnologi yang digunakan olehnya dan segmen pasar di mana perusahaan tersebut bersaing.
16
Yusdianto Prabowo. “Akuntansi Perpajakan Terapan (Edisi Revisi)”. (Jakarta : Grasindo, 2004), hlm 260 17 Kemampuan perusahaan untuk membayar, diperlukan untuk membayarkan gaji pegawai sesuai kemampuan perusahaan tanpa mengikuti perusahaan lain (sesuai standar perusahaan dan kinerja pegawai).
14
5) Kemauan Perusahaan Dalam hal ini perusahaan tidak memperdulikan harga pasar ataupun faktor-faktor lain, tetapi hanya berpegang pada apa yang menurut mereka wajar. 6) Tuntutan Pekerjaan Tuntutan pekerjaan akan menentukan pula tingkatan imbalan yang dibayarkan perusahaan. Tuntutan pekerjaan dan kemauan biasanya akan dipertemukan dalam meja perundingan dengan cara musyawarah atau tawar-menawar. Musyawarah dan tawar menawar dapat dilakukan oleh organisasi pekerja dan pengusaha secara sendiri-sendiri atau antara gabungan OP dan gabungan perusahaan18. f.
Kepercayaan Kepercayaan (trust atau belief) merupakan keyakinanbahwa tindakan
orang
lain
atau
suatu
kelompok
konsisten
dengankepercayaan mereka. Kepercayaan lahir dari suatu proses secara perlahan kemudian terakumulasi menjadi suatu bentuk kepercayaan, dengan kata lain kepercayaan adalah keyakinan kita bahwa di satu produk ada atribut tertentu. Keyakinan ini muncul dari persepsi yang berulang adanya pembelajaran dan pengalaman. 19 Untuk membangun sebuah kepercayaan diperlukan tujuh core values, yaitu sebagai berikut: 1) Keterbukaan Kerahasiaan dan kurangnya transparansi dalammenjalankan sesuatu akan mengganggu trust building. 2) Kompeten
18
Achamad. S Rucky. “Manjemen Penggajian dan Pengupahan untuk Karyawan Perusahaan”. (Jakarta : Gramedia, 2006), hlm 110-113 19 M. Taufiq Amir, Dinamika Pemasaran, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, hlm. 62
15
Adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atauperan dalam
membangun
pengetahuan
dan
keterampilan
yangdidasarkan pada pengalaman dan pembelajaran. 3) Kejujuran Kejujuran merupakan elemen terpenting dalammendapatkan sebuah kepercayaan, 4) Integritas Integritas adalah keselarasan antara niat, pikiran,perkataan dan perbuatan. 5) Akuntabilitas Akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk mempertanggungjawabkan sesuatu yang telah dikerjakan kepada lingkungannya atau orang lain. 6) Sharing Sharing
adalah
sebuah
pengakuan
atau
pengungkapan
diriterhadap orang lain yang berfungsi untuk berbagi sesuatu untukmeringankan sebuah masalah. 7) Penghargaan Untuk mendorong sebuah kepercayaan maka harusterdapat respek saling menghargai antara satu sama lain. 20 g.
Pelayanan Pelayanan adalah menolong apa yang dibutuhkan orang lain seperti tamu atau pembeli. Dari kacamata bisnis pelayanan baru bisa dikatanakan pelayanan apabila ada unsur-unsur atau syarat-syarat yang dipenuhi, yaitu ada kesadran kita untuk melayani, empati kepada pelanggan dan selalu memperbaiki pelayanan berpandangan ke masa depan, penuh inisiatif menunjukkan perhatian dan selalu melakukan evaluasi.
20
Dikutip dari “M. Mus’ab. “Pengaruh Religiusitas, Tingkat Penghasilan Dan Layanan Terhadap Minat Muzakki Untuk Membayar Zakat Maal di LAZIS NU”. (Universitas Islam Negeri Suanan Kalijaga Yogyakarta : 2011)
16
Pelayanan yang baik akan tergambar pada kepuasan yang dirasakan seseorang pelanggan. Demikian pula sebaliknya. Umumnya pelanggan
atau
konsumen
lebih
sering
mengucapkan
ketidakpuasannya ketimbang kepuasannya.21 Dengan pelayanan yang baik maka pelanggan akan lebih nyaman dan akan mendorong mereka untuk menggunakan jasa dari kita. Begitu juga halnya dengan Lembaga Amil Zakat. Jika pelayanannya memuaskan akan lebih mendorong muzaki ataupun donatur untuk membayarkan zakat, infak dan shadaqahnya. h.
Pengumpulan (Fundraising) Fundraising adalah proses mempengaruhi masyarakat atau muzakki agar mau melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang bernilai untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan.22
Terdapat dua cara metode fundraising, yaitu sebagai berikut : 1) Metode fundraising langsung adalah metode yang menggunakan cara-cara yang melibatkan partisipasi muzakki secara langsung, yaitu dalam bentuk dimana proses interaksi menghasilkan respons langsung oleh muzakki untuk menyalurkan dananya setelah mendapatkan promosi dari fundraiser lembaga zakat. 2) Metode fundraising tidak langsung adalah metode yang menggunakan cara-cara yang tidak melibatkan partisipasi muzkki secara langsung, yaitu bentuk dimana dilakukan dengan langsung mengharapkan respon donatur seketika, tetapi dilakukan dengan promosi yang mengarah kapada pembentukan citra terhadap lembaga zakat yang kuat.
21
Muhammad Iqbal, “Mendongkrak Kinerja Bisnis Bengkel Roda 4 & Roda 2”. (Jakarta : Gramedia,2004), hlm 32 22 Dikuti dari “Andy Riswan Ritonga. “Analisis Faktor-faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”. (Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan : 2012)
17
2.
Penelitian Terdahulu Berdasarkan
penelusuran,
peneliti
mendapatkan
beberapa
penelitian terdahulu, baik yang membahas pengaruh religiusitas, tingkat penghasilan
maupun
faktor-faktor
pendorong
minat
masyarakat
membayar zakat. Hal itu dilakukan agar penelitian yang sedang diteliti tidak memeiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya. Kalaupun ada bukan kesamaan yang bersifat mutlak. Hasil dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan M. Abdul Rouf “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Membayar Zakat di Rumah Zakat Cabang Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel (kepercayaan, religiusitas dan pendapatan) berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat membayar zakat di Rumah Zakat Cabang Semarang.23 Penelitian yang dilakukan Ahmad Mus’ab “Pengaruh Religiusitas, Tingkat Penghasialan dan Layanan Terhadap Minat Muzaki Membayar Zakat Maal di LAZIS NU”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas, tingkat penghasialan dan layanan berpengaruh secara signifikan terhadap minat masayarakat membayar zakat di LAZIS NU. 24 Penelitian yang dilakukan Andi Riswan Ritonga, “Analisis Faktorfaktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infak dan Shadaqah (ZIS) di BAZDA Sumatera Utara”. Hasil penelitian menunjukkan bahawa faktor-faktor yang ditinjau dari segi jumlah muzakki, penerimaan dan penyaluran berpengaruh signifikan terhadap minat masyarakat membayar zakat infak dan shadaqah di BAZDA Sumatera Utara.25
23
Ibid M. Mus’ab. “Pengaruh Religiusitas, Tingkat Penghasilan Dan Layanan Terhadap Minat Muzakki Untuk Membayar Zakat Maal di LAZIS NU”. (Universitas Islam Negeri Suanan Kalijaga Yogyakarta : 2011) 25 Andy Riswan Ritonga. “Analisis Faktor-faktor Pendorong Masyarakat Membayar Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) Melalui BAZDA Sumatera Utara”. (Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan : 2012) 24
18
Berdasarkan telaah pustaka diatas, maka posisi penelitian ini diantara serangkaian penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah : a) Menindaklanjuti
penelitian
sebelumnya
mengenai
pengaruh
religiusitas, tingkat penghasialan dan faktor-faktor lain baik dari muzaki maupun dari Lembaga Amil Zakat ataupun Badan Amil Zakat terhadap minat muzaki membayar zakat. b) Penelitian ini memeiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini hanya membahas pengaruh religiusitas, tingkat penghasilan dan potongan penghasilan, tidak membahas faktor-faktor yang lain dari Lembaga Amil Zakat ataupun Badan Amil Zakat, serta muzakki hanya diambil dari karyawan bukan masyarakat pada umumnya.
19
No 1
Permasalahan
Gap Research
Penulis (tahun)
Judul
Metode
Bagaimana pengelolaan
Semua variable
M. Abdul Rouf
Analisis Faktor-faktor
Jenis penelitian ini adalah penelitian
dana di Rumah Zakat
berpengaruh terhadap
(2011)
yang mempengaruhi minat
kuantitatif
cabang Semarang
minat masyarakat
masyarakat membayar
Bagaimana pengaruh
membayar zakat di
zakat di Rumah Zakat
kepercayaan, relegiuitas dan
Rumah Zakat Cabang
Cabang Semarang
pendapatan terhadap minat
Semarang
masyarakat membayar zakat di Rumah Zakat Cabang Semarang 2
Apakah ada pengaruh
Semua variable
A.Mus’ab
Pengaruh Religiuitas,
Jenis penelitian ini adalah penelitian
religiuitas terhadap minat
berpengaruh terhadap
(2011)
Tingkat Penghasilan dan
kuantitatif
membayar zakat maal di
minat masyarakat
Layanan Terhadap Minat
LAZIS NU
membayar zakat
Muzzaki untuk Membayar
Apakah ada pengaruh tingkat penghasilan trhadap minat membayar zakat maal di LAZIS NU Apakah ada pengaruh
Zakat Maal di LAZIS NU
20
layanan terhadap minat membayar zakat maal di LAZIS NU 3
Factor-faktor apakah yang
Ada empat factor yang
Andi Riswan
Analisis Faktor-faktor
Jenis penelitian ini adalah penelitian
mendorong masyarakat
berpengaruh terhadap
Ritonga (2012)
Pendorong Masyarakat
kuantitatif
membayar zakat, infaq dan
minat masyarakat
Membayar Zakat, Infaq
shodaqoh (ZIS) melalui
membayar zakat, infaq
dan Shodaqoh (ZIS)
BAZDASU
dan shodaqoh di
Melalui BAZDA Sumatera
Bagaimana perkembangan
BAZDA SU
Utara
pengumpulan zakat, infaq
Perkembangan
dan shodaqoh (ZIS) ditinjau
pengumpulan zakat,
dari jumlah muzakki jumlah
infaq dan shodaqoh
penerima dan dan jumlah
ditinjau dari jumlah
penyaluran dana ZIS pada
pemeri, penerima dan
BAZDA SU
penyaluran mengalami
Kendala apasajakah yang
pasang surut
dihadapi BAZDA SU dalam
Peningkatan maupun
menghimpun dana zakat
penurunan
Infaq dan shodaqoh (ZIS)
21
22
G.
KERANGKA PEMIKIRAN Zakat merupakan salah satu kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT. Semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka akan keluar dari dalam dirinya kesadaran untuk melakukan kewajiban yang diperintahkan oleh agamanya. Maka semakin tinggi religiusitas seseorang tersebut maka dengan sendirinya akan muncul kesedaran atas kewajibannya membayar zakat, infak dan shadaqah. Pendapatan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jabatan, keuletan serta kerja kerasnya dalam melakukan suatu pekerjaan. Semakin tinggi jabatannya semakin besar pendapatan. Zakat profesi adalah zakat yang harus dikeluarkan oleh muzakki dari penghasalinnya setiap bulan dengan nisab yang telah ditentukan. Maka semakin tinggi penghasialannya akan terkena kewajiban membayar zakat profesi, namun jika penghasilan yang didapat tidak mencapai nisab zakat, maka bisa diganti dengan membayar infak ataupun shadaqah. Kepercayaan masyarakat (muzakki) kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) akan mendorong masyarakat untuk menyalurkan dana zakat, infak dan shadaqahnya melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ). Jika masyrakat tidak percaya kepada masyarakat atau merasa ragu apakah zakat, infak dan shadaqahnya tidak akan sampai kepada yang membutuhkan, maka masyarakat akan cenderung enggan membayarkan kewajibannya itu. Pelayanan, saat kita berbelanja, atau menggunakan fasilitas jasa kita pasti menginginkan pelayanan yang baik, ramah dari para coustemer servise atau staf-staf yang lain. Begitu juga sangat diperlukan pelayanan yang baik di Lembaga Amil Zakat karena dengan pelayanan yang baik akan membuat muzakki ataupun donatur merasa nyaman dalam menyalurkan zakat, infak dan shadaqahnya. Pengumpulan dana (fundraising), metode fundraising yang dilakukan Badan Amil Zakat (BAZ) ataupun Lembaga Amil Zakat (LAZ), biasa dilakukan dengan promosi yang mengarahkan masyarakat (muzakki) untuk membayrkan zakat, infak dan shadaqahnya. Jika fundraising berhasil menarik
23
minat masyarakat (muzakki) maka akan semakin banyak masyarakat (muzakki) yang mau membayarkan zakat, infak dan shadaqahnya di Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ). Model konseptual yang dijelaskan pada tinjauan pustaka, kerangka pemikiran teoritis pemikiran dijelaskan pada gambar 1.1 Religiusitas
Pendapatan
Kesadaran Membayar Zakat, Infak dan Shadaqah di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Kepercayaan
Layanan
Tekhnik Pengumpulan dana (fundraising)
Gambar 1.1Kerangka Pemikiran
G. HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu penjelasan tentang perilaku fenomena atau keadaan yang telah terjadi dan akan terjadi26. Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah : 26
Mudrajat Kuncoro, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm. 48.
24
a) Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X1) Religiusitas terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X1) Religiusitasterhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. . b) Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X2) Pendapatanterhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X2) Pendapatanterhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzaki Membayar Zakat. c) Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X3) Kepercayaan terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X3) Kepercayaan terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. d) Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X3) Pelayanan terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X3) Pelayanan terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat e) Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X3) Tekhnik Pengumpulan (fundraising) terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh signifikan dari variabel independent (X3) Tekhnik Pengumpulam (fundraising) terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat
25
f)
Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan secara simultan dari variabel
independent
Kepercayaan,Layanandan
Religiusitas,
Tekhnik
Pendapat,
Pengumpulan
(fundraising)
terhadap variabel dependent (Y) Kesadaran Muzakki Membayar Zakat. Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh signifikan dari variabel independent Religiusitas, Pendapatan, Kepercayaan,Pelayanan dan Tekhnik Pengumpulan
(fundraising)
terhadap
Kesadaran Muzakki Membayar Zakat.
variabel
dependent
(Y)
26
H. METOLOGI PENELITIAN 1.
Objek Penelitian Peneliti melakukan penelitian pada Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (LAZIS) RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan yang beralamat di Jl. Raya Ambokembang 42-44 Kedungwuni – Pekalongan 51173.
2.
Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hasil penelitian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan.27
3.
Populasi Dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh muzakki LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan yang berjumlah 174 orang.28Sampel dalam penelitian ini menggunakan probability sampling yaitu dengan metode sampel stratifikasi atau stratifed sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah 64 orang muzakki atau karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan dengan tingkatan atau jabatan yang berbeda-beda.
4.
Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dapat dihitung dan diukur secara langsung berupa angka dan nilai.29Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber-sumber asli untuk tujuan tertentu.30 Dalam penelitian ini yang menjadi data primer adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
kesadaran
karyawan
RSI
PKU
Muhammadiyah
Pekajangan membayar zakat di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau
27
Ibid. hlm, 192 Laporan pemasukan zakat, infak dan shadaqah tahun 2014 29 Ibid, hlm, 119 30 Ibid, hlm, 148 28
27
oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagramdiagram.31 5.
Teknik Pengumpulan Data Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Metode angket (kuesioner) Metode kuesioner adalah suatu pengumpulan data dengan menberikan atau menyebarkan daftar pernyataan atau pertanyaan kepada responden dengan harapan responden merespon pertanyaan atau pernyataan tersebut.32Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah model tertutup karena jawaban telah disediakan, dan pengukurannya menggunakan skala likert, yaitu skala yang berisi lima preferensi jawaban dengan pilihan jawaban dengan tabel sebagai berikut : Tabel 1.4 Alternatif jawaban dengan skala likert Alternatif Simbol Nilai jawaban SS
Sangat Setuju
5
S
Setuju
4
N
Netral
3
TS
Tidak Setuju
2
STS
Sangat Tidak
1
Setuju
Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada muzakki (karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan) terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran membayar Zakat Profesi, Infak dan Shadaqah di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan.
31
Husen Umar, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, (Jakarta : PT Grafindo,2009), hlm 42 32 Husen Umar, “Metode Riset Bisnis”. (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,2013), hlm 49
28
b) Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, buku harian, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya yang berkaitan dengan obyek penelitian. 33 Dalam hal ini peneliti ingin mendapatkan data tentang profil dan pendayagunaan zakat di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan. c) Wawancara Wawancara disini ditujukan kepada pengelola LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan untuk mendapatkan data jumlah muzakki LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan. 6.
Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik penelitian.Obyek penelitian yang dimaksud adalah minat karyawam RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan membayarkan zakat profesi, infak dan shadaqah di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan. Dalam penelitian ini operasional variabel dan pengukuran variabel dapat dilihat tabel di bawah ini Tabel 1.5 Deskripsi Operasional variabel
Variabel
Definisi Operasional
Indikator
Skala
Religiusitas
Berakardari kata
Ada lima dimensi untuk
Diukur melalui
(X1)
religare yang berarti
megukur religiusitas :
angket
mengikat.Secara
Dimensi ideologis,
(kuesioner)
subtansial religious
dimensi ritualis, dimensi
dengan skala
menunjuk pada
eksperiensial, dimensi
likert
sesuatu yang
intelektual, dimensi
dirasakan sangat
konsekuensial
dalam yang
33
Ibid, hlm 231
29
bersentuhan dengan keinginan seseorang yang butuh ketaatan dan memberikan imbalan sehingga mengikat seseorang dalam suatu masyarakat. Namun dalam kehidupan sehari-hari religiusitas sering dikaitkan dengan agama Pendapatan
Pendapatan adalah
Gaji atau upah,
Diukur melalui
(X2)
setiap tambahan
keuntungan
angket
kemampuan
(kuesioner)
ekonomis yang
dengan skala
diterima atau
likert
diperoleh. Sedangkan tingkat penghasilan adalah jenjang penghasilan antara karyawan satu dengan karyawan yang lain berdasarkan tingkat kesulitan kerja, jabatan dan juga pendididkan. Kepercayaan
Kepercayaan (trust
Kejujuran
Diukur melalui
30
(X3)
atau belief)
Kompeten
angket
merupakan
Keterbukaan
(kuesioner)
keyakinanbahwa
Integritas
dengan skala
tindakan orang lain
Akuntabiliitas
likert
atau suatu kelompok
Sharing dan
konsisten
penghargaan
dengankepercayaan mereka. Pelayanan
Pelayanan adalah
(X4)
-
Tindakan dan
Diukur melalui
menolong apa yang
kondisi fasilitas
angket
dibutuhkan orang
yang diterima
(kuesioner)
lain sperti tamu atau
dengan skala
pembeli. Dari
likert
kacamata bisnis pelayanan baru bisa dikatanakan pelayanan apabila ada unsur-unsur atau syarat-syarat yang dipenuhi. Tekhnik
Fundraising adalah
Kegiatan-kegiatan
Diukur melalui
Pengumpulan proses
menarik minat
angket
(Fundraising) mempengaruhi
masyarakat untuk
(kuesioner)
(X5)
masyarakat atau
membayar Zakat, Infak
dengan skala
muzakki agar mau
dan Shadaqah
likert
melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya yang
31
bernilai untuk disampaikan kepada masyarakat yang membutuhkan. Kesadaran
Kesadaran adalah
-
masyarakat
suatu keinginan yang
membayar
timbul dari dalam
ZIS (Y)
diri seseorang untuk
Dorongan dari
Diukur melalui
dalam diri individu
angket
-
Motif sosial
(kuesioner)
-
Faktor emosional
dengan skala
melakukan atau tidak
likert
melakukan sesuatu
7.
Teknik Analisis Data a) Uji Reliabilitas Reliabilitas ataukeakuratan
adalah yang
derajat ditunjukkan
ketepatan,
ketelitian
oleh
instrument
pengukuran.Suatukuesioner dapat dikatakan realiabel atau handal jika jawabanseseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dariwaktu ke waktu.Untuk mencari reabilitas menggunakan rumus Alpha. 34 (𝑘) (1 − ∑𝛼 𝑏 2 ) 𝑟11 = (𝑘 − 1) 𝛼2𝑡 Dimana
:
r11
:
reliabilitas instrumen
:
Banyaknya butir pertanyaan
∑𝛼 𝑏 2
:
jumlah varian butir
𝛼2𝑡
:
varian total
k
34
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 55
32
b) Uji Validitas Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Skala pengukuran disebut valid apabila apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Semakin besar skala item dalam mewakili semesta konsep yang diukur, maka semakin besar validitasnya. Untuk menghitung validitas tiap item dalam instrumen penelitian ini digunakan korelasi product moment. Yaitu dengan menggunakan rumus : 𝑟=
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − ∑ 𝑋 ∑ 𝑌 𝑛 ∑ 𝑋2 − ∑ 𝑋
2
∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2
Data dapat dikatakan valid, apa bila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas untuk mengetahui seberapa cermat suatu tes atau pengujian melakukan fungsi ukurannya. Untuk menguji kevalidan suatu data maka dilakukan uji validitas terhadap butir-butir kuesioner. Tinggi rendah validitas suatu angket atau kuesioner dihitung dengan menggunakan metode Person’s Product Moment, yaitu dengan menghitung dengan korelasi antara skor item pertanyaan dengan skor total. Hasil perhitungan akan dibandingkan dengan critical value pada tabel ini nilai r dengan taraf signifikan 5% dan jumlah sampel yang ada. Apabila hasil perhitungan korelasi perhitungan korelasi product moment dari pada critical value maka instrumen ini dinyatakan valid. Sebaliknya apabila skor item kurang dari critical value maka instrumen ini dinyatakan tidak valid.
c) Uji Asumsi Klasik Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Peneliti
33
melakukan asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian asumsi klasik dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas. 1) Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variable
terikat
dan
variabel
bebas,
keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Terdapat
dua
cara
untuk
mendeteksi
apakah
residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik:35 i.
Analisis Grafik Dilakukan dengan cara melihat probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal, distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,
dan
plotting data
residual
akan
dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. ii.
Analisis Statistik Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji ini dilakukan dengan membuat hipotesis:36 H0 : Data residual berdistribusi normal.
35
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Edisi V, (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 160 36 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, hlm. 90
34
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal. 2) Uji multikolinearitas Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Gejala multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance influance factor (VIF). Dasar pengambilan keputusannya adalah nilai VIF ≥ 10, maka model regresi memiliki gejala multikolinearitas. Apabila nilai tolerance ≤ 0,1, maka model regresi memiliki gejala multikolinearitas.37 3) Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian ada tidaknya gejala heteroskedastisitas memakai metode grafik dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada scatterplot dari variabel dependen, dimana jika tidak terdapat pola tertentu maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan begitu juga sebaliknya.38 Selain metode tersebut, untuk menguji heteroskedastisitas juga dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi rank spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat heteroskedastisitas.39 d) Analisis Regresi Untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan, maka salah satu teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linear 37
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, hlm.105-106 Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19,, hlm. 139 39 Singgih Santoso, Metode Penelitian Kuantitatif: Plus Aplikasi Program SPSS (Ponorogo: Pusat Penerbitan Fakultas Ekonomi (P2-FE) Universitas Muhammadiyah Ponorogo, 2010), hlm. 139. 38
35
berganda. Model persamaan regresi yang disusun untuk penelitian ini adalah sebagai berikut: 𝑌 ∶ 𝛽𝑜 + 𝛽1 . 𝑥1 + 𝛽2 . 𝑥2 + 𝛽3 . 𝑥3 + 𝛽4 . 𝑥4 + 𝛽5 . 𝑥5 𝑒 Keterangan: Y
: Variabel terikat (Minat Muzakki Membyar Zakat, Infak dan shadaqah)
X1
: Variabel bebas (Religiusitas)
X2
: Variabel bebas (Tingkat Penghasilan)
X3
: Variabel bebas (Potongan Penghasilan)
βo
: Konstanta
β 1, 2, 3, 4,5
: Koefisien regresi
e
: eror
Uji analisis regresi linear berganda ini antara lain: a) Uji t Uji t untuk menunjukkan tingkat pengaruh satu variabel penjelas dalam persamaan regresi.40Uji t ini pada dasarnya Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. H0: β = 0, berarti variabel X tidak berpengaruh terhadap variabel Y. H1: β ≠ 0, berarti variabel X serta parsial berpengaruh positif atau negative terhadap variabel Y. b) Uji F Uji F dilakukan untuk melihat secara bersama-sama apakah slope (koefisien parameter) secara simultan berbeda atau sama dengan nol. Uji ini dilakukan untuk melihat secara persamaan.41 Uji F digunakan untuk mengetahui seberapa kuat semua variabel bebas
40
Said Kelana Asnawi, dan Chandra wijaya, Riset Keuangan (Pengujian-pengujian Empiris),. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), hlm. 260. 41 Ibid. hlm. 261.
36
(X) dapat mempengaruhi variabel tidak bebas (Y). Kriterianya adalah: Ho ditolak apabila f hitung < f tabel Ha ditolak apabila f hitung > f tabel c) Koefisien deterninasi (R2) Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase perubahan variabel tidak bebas (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berati variabel-variabel independen
memberikan
hampir
semua
informasi
yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.42 I.
SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I
: PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang uraian latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II
: LANDASAN TEORI Bab ini memuat uraian teoritis tentang variabel yang diteliti.
BAB III
: GAMBARAN
UMUM
LAZIS
RSI
PKU
MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN Bab ini merupakan bab gambaran umum Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS). Dalam bab ini berisi mengenai kondisi umumdi Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS) RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan. BAB IV
42
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Progran SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2001, hlm 87
37
Bab ini merupakan bagian analisis dan pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang data pemberi zakat (muzakki). Muzakki disini adalah para karyawan Rumah Sakit Islam (RSI) PKU Muhammadiyah Pekajangan. Serta hasil dari analisis data tentang pengaruh religiusitas, tingkat penghasilan dan potongan penghasilan, dan pengujian yang dilakukan terhadap para muzakki Lembaga Amil Zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS) RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan. BAB V
: PENUTUP Bab ini merupakan bagian penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran.