11. PERANAN SEKTOR TERSIER DALAM PEREKONOMIAN
2.1. Peranan Sektor Tersier dalam Perekonomian Indonesia Pembangunan perekonomian yang tangguh sangat erat kaitannya dengan petnbangunan sektor tersier yang andal. Sektor tersier terdiri atas empat sektor, yaihl sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan kotnunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa penlsahaan dan sektor jasa lainnya. Keempat sektor ini memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Sektor perdagangan merupakan jembatan penghubttng antara prodnsen dan konsumen. Sedangkan pendistribusian hasil produksi tidak lepas dari peranan sektor penganykutan. Sektor keuangan sangat dibutuhkan dala~npemodalan dunia usaha. Sementara sektor jasa lainnya juga tidak dapat diabaikan peranannya dalam menciptakan perekonomian yang sellat. Peranan sektor tersier terhadap Produk Domestik Bmto pada tahun 1999 sebesar 37.73 persen. ini berarti lebih tinggi dari tahun 1998 yang hanya sebesar 37.07 persen. Namun bila dibanhngkan dengan tahun 1996 dan 1997, peranan sektor tersier pada tahon 1999 terlihat menurun. Pada tahun 1996 kontribusi sektor tersier mencapai 39.87 persen, sedangkan pada tahun 1997 konhibusinya sebesar 39.58 persen. Selatna periode 1996-1999, diantara sektor-sektor lain yang tercaki~pdalam sektor tersier, kontribusi sektor perdagangan mendolninasi nilai tambah sektor tersier terhadap Produk Domestik Bruto, yaitn sekitar 16 persen. Sektor yang berperan sebagai pentmjang kegiatan ekonomi untuk menghasilkan produk barang dan jasa ini
kontribusinya pada tahun 1999 sebesar 16.51 persen , tnrun dari 16.67 persen pada tahun 1998. Namun dibandingkan dengan tahi~n1996 dan 1997, kontribusi sektor perdagangan meningkat. Sektor jasa-jasa merupakan penqumbang kedua terbesar setelah sektor perdagangan dengan konhibusi sebesar 8.89 persen pada tahun 1999. Bila dibandingkan dengan tallun sebelumnya sumbangan ini menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun 1998 sektor ini hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 8.23 persen. kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagai sektor finansial pada tahun 1998 dan 1999 turun jika dibandingkan dengan kontribusi pada tahun 1996 dan 1997. sementara sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai sektor yang mendukung aktivitas sektor riil, sampai dengan tahun 1998 kontribusinya turun dari 6.56 persen pada tahun 1996 menjadi 5.1 8 persen pada tahun 1998. Namun, pada tahun 1999 kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat menjadi 5.97 persen. Badai krisis moneter yang kemudian berkembang menjadi krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, masih terlihat dampaknya hingga saat ini. Hampir semtua sesekt ekonomi masih beltnn dapat berjalan seperti sedia kala, ter~nasuksektor tersier. Hal ini terlihat dari pertumbuhan sektor tersier pada tahun 1998 menunji~kkanperhumbuhan negatif yaitu sebesar -16.52 persen. Penurunan tertinggi pada tahun 1998 terjadi pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini mengalami penunman sebesar 26.67 persen. Penumnan yang ci~kup besar ini lebih dikarenakan terjadinya penunman dari sub sektor perbankan sebesar 37.90 persen. Sektor perbankan memang merupakan sektor yang bersentuhan langsung dengan krisis moneter yang terjadi sejak beberapa waktu yang
lalu. Walaupun telah banyak usaha yang dilakukan oleh pemerintah untt~kmelakt~kan restrukturisasi perbankan, tetapi ternyata masih belum mampu mengembalikan agar sektor ini kembali berjalan dengan normal. Sektor perdagangan pada tahun 1998 menurun drastis, dengan pertumbuhan -1 8.05 persen . Penurunan ini disebabkan mentuimnya sub sektor perdagangan besar
dan eceran sebesar -18.48 persen demikian juga dengan sub sektor hotel yang turut berperan dalam penurunan nilai tambah sektor perdagangan, pertumbuhan sub sek~or ini sebesar -1 8.02 persen. Penumnan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia diduga berpenganih terhadap penurunan nilai tambah sub sektor hotel. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 1998 mengalami penurunan 15.13 persen. penurunan ini hanya terjadi pada subsektor pengangkutan, sedangkan subsektor kornimikasi justru mengalami peningkatan. Penurunan sebesar 1.10 persen dialami oleh sektor perdagangan. Satit-sahmya sektor tersier yang mengalami peniuilnan terendah adalah sektor jasa-jasa. Pada tahun 1998 sektor jasa - jasa mengalami perti~mbuhan-3.15 persen, dimana sub sektor pemerintahan umum tumbuh sebesar -7.32 persen dan sub sektor swasta tumbuh sebesar -9.19 persen. Walaupun perekonomian Indonesia pada tahun 1999 belum pulih seperti sedia kala, tetapi tanda-tanda ke arah perbaikan sudah mulai nampak. Hal ini dapat dilihat dari membaiknya laju pertumbuhan seluruh sektor termasuk sektor tersier. Sektor jasa berhasil mencatat pertumbuhan 2.82 persen. sektor-sektor lainnya walaupun masih menunjukkan pertumbuhan negatif, namun telal~menunjukkan kemajuan.
Tabel 3.
Pertumbuhan Sektor Tersier Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku 19961999 (%)
SektorISub sektor
1999
11
I
I . Perdagangan
15.86
16.36
1
1
16.67
1.2.Hotel
0.61
0.62
1 i
1.3. ilestoran
2.72
2.89
i
6.56
6.14
2.1. Pengangkutan 2.2. Komunikasi
1.I .Perdagangan besar dan eceran
Pe-buhan
13.03
12.35
~
16.51
1998 ( 1999 I
-18.05
-1.10
13.24 1 12.68 / -18.48 ~~
1
-1.81
--
~
--
0.54
o 56
-8.91
2.90
3.26
-18.02
518
5.97
-15.13
4.72-
5.49
5.02) 4.17
4.68
-19.94
-3.43
1.07
1 . 1 2 ; 1.01
4.83
7.88
8.26
8.66
1
129
6.98
6.36
-26.63
-8.67
3.1. Bank
3.33
3.23 1
2.58
2.15
-37.90
3.2. Lembaga Keuangan tanpa Bank
0.72
0.72
/
0.55
0.55
-17.21
3.3. Iasa Penunjang Keuangan
006
0.06
0.05
0.05
-26.65
3.42
3.4. Sewa Bangunan
2.56
2.82
2.31
2.19
-19.87
-6.01
3.5. Jasa Pe~sahaan
1.59
1.82
1.50
1.42
-16.73
-2.72
8.23
8.89
-3.15
2.82
2. Angkutan dan Komunikasi
3.Keuangan3Penewaandan JasaPerusahaan
i
,
i
-
3.17
/
1.31
-17.34
0.25
I
8.92 /
8.69
4. Jasa-Jasa
1 1
4.2. Swasta
4.26
1
3.11
3.66
/
1.45
1.33
4.1.2. Jasa Pemerintahan lain
,
I
I
4.1.1.Adm.Pemerintahan dan pertahanan
1
3.80
\
2.84 1.22
/
4.17
3.48
1
3.76
0.66
1
0.61
0.61
4.4. Hiburan dan Rekreasi
0.20
0.22
1
0.19
0.17
I
4.5. Perorangan dan Rumah tangga
2.91
2.27
1
1
2.98
I
I
I
0.89
I
3.73
3.92
1
4.54
-9.19
5.21
-12.58
-1.92
~
8.24
39.87 39.58 137.07 37.73
Jumlah Tersier
1
-3.75
.
3.34
-4.48
I
0.64
~~~
1
1.65
4.3. Sosial Kemasyarakatan -
1
I
1,
4.77
-16.25 8
I
-1.49
Sumber: BPS (1999)
Catatan : Pertu~nbuhan dihitung berdasarkan harga konstan 1993, dihitung berdasarkan rumus pertumbuhan Pn - 1'0 yaitu: ~100% Po di~nanaPn = tahun 1998 & 1999 Po = tahun 1993
I
2.2. Peranan Sektor Tersier Dalam Perekonomian Jawa Barat Dalam mendukung terwujudnya s h k t u r ekonomi yang semakin seimbang dan kokoh antara sektor industi maju dan sektor pertanian tangguh, peran serta sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa pentsahaan, serta sektor jasa-jasa. Hal tersebut diperlukan sebagai penunjang sektor primer dan sekunder. Keteriibatan sektor perdagangan dalam dinamika perekonomian secara langsung erat kaitannya dengan beberapa sektor. Untuk pendistribusian dan pemasaran hasil produksi sektor primer dan sekunder dibutuhkan peranan sektor angkutan dan komunikasi guna memperlancar terjadinya transaksi. Disisi lain, peranan sektor keuangan juga sangat diharapkan mengingat kebutuhan uang sebagai dana dalam proses prodt~ksi sektor primer dan sekunder. Tentunya subsektor pemerintahan dan pertahanan, yang tergabung dalam sektor jasa-jasa, juga tidak dapat diabaikan sebagai penunjang dalam mewujudkan struktur ekonomi yang kokoh, misalnya unti~kmenciptakan lingkungan perdagangan yang sehat. Karena itu peran sektor tersier sangat diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bruto dari sektor-sektor lain. Sehingga sumbangannya dapat meningkatkan pendapatan nasional lnaupun regional, dan sekaligus diharapkan dapat menambah penerimaan masyarakat yang bergerak dalam proses prodi~ksipada masing-masing sektor. Peranan sektor perdagangan sedikit berfluktuasi, namun masih cukup tinggi dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun 1998, sebanyak 59.04 persen distribusi Produk Dornestik Regional Bruto berasal dari sektor tersier. Sektor perdagangan
masih menjadi motor penggerak dari sektor tersier ini dalam andilnya terhadap Produk Domestik Regional Bruto. Dari 59.04 persen peranan sektor tersier dalam Produk Domestik Regional Bruto tersebut 18.79 persen berasal dari sektor perdagangan. Hal ini dapat disebabkan karena sektor perdagangan memiliki investasi yang cukup besar sehingga lebih mudah umtuk dikembangkan. Sebagian besar sumbangan sektor perdagangan ini diberikan oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yaitu 14.69 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi memberikan andil 3.88 persen, sektor bank dan lembaga keuangan dan sewa bangunan masing-masing sebesar 1.88 persen dan 1.92 persen. Sedangkan sektor pemerintahan dan keamanan seita jasa-jasa mempunyai peran 4.39 persen dan 7.81 persen. Tahun 1999, sumbangan sektor tersier secara total terhadap Produk Domestik Regional Bruto meningkat menjadi 67.41 persen. Penumnan nampak pada sektor hotel dan restoran yaitu menjadi 0.11 persen. Meskip~mdi daerah Jawa Barat banyak memiliki tempat pariwisata. yang cukup banyak (termasuk didalamnya hotel dan restoran), namun krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tah~m1997 tidak hanya dirasakan di Indonesia tetapi juga dinegara-negara lain, sehingga turis lokal maupun domestk yang datang menurun jumlahnya. Sektor perdagangan meningkat menjadi 16.19 persen. sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami kenaikan menjadi 5.62 persen . Sektor Bank dan Lembaga keuangan menurun menjadi 0.08 persen, sedangkan untuk sewa bangunan meningkat sebesar 0.63 persen sehingga menjadi 2.55 persen.
Tabel 4.
Sumbangan Sektor Tersier di Jawa Barat Terhadap Produk Domestik Rruto atas dasar harga berlaku 1993
Sumber: BPS (2000)
Dari Tabel 4 di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2000, sumbangan sektor tersier terhadap Produk Domestik Regional Bn~tomeningkat sebesar 1.57 persen sehingga menjadi 68.98 persen. Sumbang* sektor tersier ini masih didominasi oleh sektor perdagangan yang meliputi perdagmgan besar dan eceran, serta hotel d m restoran. Sumbangan dari sektor perdagangan besar dan eceran mengalami penurunan sebesar 0.67 persen, tetapi sumbangan sektor hotel dan restoran meningkat cukup signifikan yaih~sebesar 3.8 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa yang memberikan sumbangan sebesar 9.05 persen.