V. PERAN SEKTOR AGROINDUSTRI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
5.1. Peran Sektor Agroindustri Dalam Meningkatkan Output, Nilai Tambah,Tenaga Kerja dan Modal Dari analisis pengganda SNSE dapat diketahui peran sektor agroindustri dalam perekonomian nasional. Angka pengganda yang dibahas difokuskan pada pengganda output, nilai tambah, tenaga kerja, modal, peran terhadap sektor.dan pendapatan rumah tangga. Makna dari nilai pengganda sektor agroindustri adalah sebagai berikut. Apabila diberikan stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah ke sektor agroindustri, akan meningkatkan total output, nilai tambah, tenaga kerja, penerimaan sektor lain secara nasional
dan pendapatan rumah tangga sebesar masing-masing nilai
penggandanya
dengan satuan yang sama. Tabel 6 menyajikan nilai pengganda output, nilai tambah, dan tenaga kerja agroindustri dibandingkan dengan sektor pertanian primer dan industri ringan dan industri berat serta rata-rata sektor lainnya. Sedangkan nilai pengganda masing-masing sektor secara rinci disajikan pada Lampiran 5. Hasil analisis menunjukkan rata-rata pengganda output dan
nilai tambah sektor agroindustri non makanan tahun 2003 lebih tinggi
dibandingkan rata-rata pengganda sektor-sektor lain
maupun sektor pertanian primer,
namun sedikit lebih rendah bila dibandingkan dengan industri ringan. Sedangkan dalam hal penyerapan tenaga kerja, agroindustri makanan memiliki peran yang paling besar. Apabila upah tenaga diasumsikan merupakan suatu konstanta yang bersifat konstan dalam satu titik waktu, maka nilai tambah tenaga kerja dapat dijadikan sebagai proxy penyerapan tenaga kerja nasional. Dengan demikian dapat diartikan
sektor agroindustri makanan
memiliki peran yang lebih besar dalam penyerapan tenaga kerja sedangkan agroindustri non makanan lebih berperan dalam peningkatan output dan PDB nasional. Besaran pengganda nilai tambah agroindustri non makanan rata-rata 2.57, yang berarti setiap
Tabel 6. Pengganda Output, Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal Menurut Sektor, Tahun 1998 dan 2003
1998
2003
PENGGANDA NILAI TAMBAH TENAGA KERJA 1998 2003 1998 2003
6.07 6.38 7.19 5.57 6.31
6.05 6.74 1.63 4.98 6.34
1.86 1.99 2.01 2.13 2.10
2.86 2.67 0.33 2.11 2.79
0.60 0.54 0.43 0.28 0.39
2.06 1.72 0.19 1.23 1.87
0.90 1.03 1.13 1.32 1.22
0.80 0.95 0.14 0.88 0.92
4.16 4.80 5.05 4.01 4.96 5.60
6.09 6.24 6.34 5.96 6.22 6.34
1.49 1.64 1.84 1.43 1.95 1.42
2.31 2.41 2.39 2.24 2.47 2.64
0.22 0.25 0.27 0.20 0.26 0.30
1.53 1.58 1.55 1.46 1.67 1.85
0.90 1.00 1.12 0.88 1.21 0.80
0.79 0.82 0.84 0.79 0.80 0.79
3.47 3.27
6.57 6.66
0.91 0.62
2.38 2.50
0.15 0.16
1.44 1.42
0.54 0.33
0.94 1.08
4.60 3.56 2.79 2.39 2.35
7.02 6.78 6.67 6.82 6.54
0.94 0.69 0.42 0.36 0.36
2.69 2.47 2.83 2.61 2.45
0.24 0.17 0.10 0.08 0.08
1.56 1.41 1.85 1.53 1.40
0.50 0.37 0.23 0.20 0.20
1.13 1.06 0.98 1.09 1.04
4.76 3.54 6.30 6.05
6.20 6.74 5.15 5.51
1.63 0.72 2.02 1.54
2.41 2.57 2.15 2.51
0.25 0.17 0.45 0.44
1.61 1.53 1.41 1.13
0.99 0.39 1.12 0.87
0.81 1.04 0.74 0.94
SEKTOR Pertanian Primer Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan & perburuan Pertanian tan. Lainnya Agroindustri Makanan Ind mak sekt. Peternakan Ind mak sekt. tan pangan Ind mak sekt. Perikanan Ind mak sekt. perkebunan Industri minuman Industri rokok Agroindustri Non Makanan Industri kapuk Ind kulit samakan, olahan Ind kayu lapis, brng dr kayu, bambu dan rotan Ind bubur kertas Ind karet remah & asap Industri ringan & lainnya Industri berat Agroindustri makanan Agroindustri non makanan Sektor Primer Sektor Lainnya
OUTPUT
MODAL 1998
2003
Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar) Pengganda sektor-sektor lainnya secara rinci disajikan pada Lampiran 5.
132
133
diberikan stimulus ekonomi ke sektor agroindustri sebesar satu milyar rupiah, akan meningkatkan pendapatan (PDB) nasional sebesar 2.57 milyar rupiah. Mengingat dasar perhitungan nilai tambah berasal dari faktor produksi tenaga kerja dan modal, maka apabila dirinci lebih lanjut terlihat bahwa peran sektor agroindustri makanan maupun non makanan dalam meningkatkan PDB nasional lebih banyak berasal dari nilai tambah tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa sektor agroindustri lebih bersifat padat tenaga kerja. Namun apabila dibandingkan antara keduanya, agroindustri makanan menghasilkan nilai tambah tenaga kerja lebih besar dibanding agroindustri non makanan, sementara agroindustri non makanan menghasilkan nilai tambah modal yang lebih tinggi dibandingkan dengan agroindustri makanan. Hal ini sesuai dengan fenomena, dimana industri-industri yang tergolong ke dalam agroindustri non makanan, terutama industri kayu lapis dan industri bubur kertas adalah industri yang memerlukan modal tinggi dalam proses produksi. Industri ringan dan industri berat sebagai pembanding, memiliki kesamaan pola dengan agroindustri non makanan, yaitu peran dalam penyerapan tenaga kerja lebih kecil dibandingkan sektor agroindustri makanan. Hal yang sama untuk nilai tambah terhadap modal dimana pengganda modal untuk industri ringan dan industri berat lebih besar dibandingkan sektor agroindustri makanan. Artinya industri ringan dan industri berat pada umumnya lebih padat modal dibandingkan agroindustri makanan. Sedangkan untuk sektor pertanian primer, dimana sektor ini merupakan sektor penyedia bahan baku bagi proses produksi agroindustri, peran dalam meningkatkan pertumbuhan output maupun PDB dilihat dari indikator pengganda output dan nilai tambah tenaga kerja dan modal, lebih rendah dibandingkan dengan sektor agroindustri. Perkembangan tahun 1998 ke tahun 2003 menunjukkan terjadinya peningkatan peran sektor agroindustri dalam perekonomian, pengganda output agroindustri makanan meningkat dari 4.77 pada tahun 1998 menjadi 6.20. Agroindustri non makanan meningkat lebih besar, yaitu dari 3.54 menjadi 6.74. Demikian pula yang terjadi untuk industri ringan
134
dan industri berat, pada saat terjadi krisisi ekonomi tahun 1998 industri-industri tersebut hanya mampu menghasilkan nilai pengganda sebesar 2.39 untuk industri ringan, namun pada kondisi normal yaitu kondisi tahun 2003 nilai pengganda output meningkat menjadi 6.82. Sebaliknya sektor pertanian primer pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 memiliki peran yang paling besar dalam meningkatkan pertumbuhan output dibanding sektor-sektor lainnya sementara untuk tahun 2003 peran tersebut lebih rendah dari sektor agroindustri maupun sektor-sektor lainnya Hasil analisis ini mendukung fenomena kejatuhan sektor industri pada saat terjadi krisis ekonomi. Hampir seluruh industri pada saat krisis ekonomi mengalami pertumbuhan output yang negatif. Industri yang paling terpukul pada saat terjadi krisis ekonomi adalah industri ringan dan industri berat yang ditunjukkan melalui nilai pengganda hanya sebesar 2.39 dan 2.35. Sedangkan sektor agroindustri, terutama agroindustri makanan relatif lebih tahan terhadap goncangan sehingga mampu menghasilkan nilai pengganda yang lebih besar. Sedangkan sektor pertanian primer merupakan sektor yang paling tangguh terhadap goncangan sehingga pada saat krisis ekonomi terjadi masih mampu menghasilkan pengganda output sebesar 6.30, paling tinggi dibanding pengganda output agroindustri secara keseluruhan maupun industri berat dan industri ringan. Hasil di atas berimplikasi bahwa dalam kondisi perekonomian normal (pasca atau masa pemulihan krisis ekonomi) sektor agroindustri memiliki peran yang lebih besar dalam memacu pertumbuhan ekonomi nasional dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, meskipun perbedaannya tidak terlampau besar. Namun dalam kondisi tidak normal (kondisi krisis ekonomi) sektor pertanian primer
memiliki peran jauh lebih besar dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Hal ini memperkuat alasan perlunya mengembangkan industri yang didukung oleh sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku yang tahan terhadap goncangan. Untuk pengganda nilai tambah, besaran pengganda nilai tambah agroindustri makanan sebesar 2.41, relatif lebih kecil dibandingkan pengganda nilai tambah
135
agroindustri non makanan sebesar 2.57. Artinya apabila permintaan akhir agroindustri makanan meningkat 1 milyar rupiah, maka PDB nasional secara agregat diperkirakan akan meningkat sebesar 2.41 milyar. Nilai tersebut berasal dari penerimaan tenaga kerja 1.61 milyar selebihnya dari penerimaan modal. Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa strategi ADLI, melalui pengembangan sektor agroindustri, mampu menghasilkan output, penyerapan tenaga kerja serta nilai tambah modal yang lebih besar dibandingkan dengan
strategi pengembangan sektor
pertanian primer dan industri berat. Pada kondisi krisis ekonomi tahun 1998 pengembangan sektor pertanian primer memiliki peran paling besar dalam meningkatkan perekonomian nasional. Hasil tersebut konsisten dengan kajian yang dilakukan oleh Bautista et al. (1999) yang menganalisis alternatif
jalur pembangunan industri di Indonesia. Dengan
menggunakan kerangka SAM Indonesia tahun 1995 dan CGE, Bautista menyimpulkan bahwa pembangunan sektor pertanian primer menghasilkan peningkatan PDB yang lebih besar dibandingkan strategi pembangunan industri pengolahan dan industri ringan. Apabila dibuat ranking atau urutan tertinggi berdasarkan besaran nilai pengganda output maupun nilai tambah pada dua titik waktu tersebut (Tabel 7), terlihat bahwa untuk tahun 2003 empat dari 11 agroindustri, yang kesemuanya industri non makanan, yaitu industri kulit, kayu, bubur kertas dan karet berada pada ranking sepuluh teratas pengganda output. Padahal pada saat terjadi krisis ekonomi tahun 1998 pengganda output industriindustri tersebut berada pada ranking terbawah. Demikian pula untuk industri ringan dan industri berat. Sebaliknya untuk sektor pertanian primer hampir seluruh subsektor berada pada urutan sepuluh teratas pada saat krisis ekonomi, namun pada kondisi normal tahun 2003 sektor perikanan satu-satunya sektor yang berada pada urutan sepuluh teratas. Untuk pengganda nilai tambah, ada tiga industri yang pada tahun 2003 berada pada ranking sepuluh teratas yaitu industri rokok, industri kayu lapis, bambu dan rotan dan industri karet
Tabel 7. Ranking Pengganda Output, Nilai Tambah, Tenaga Kerja dan Modal Menurut Sektor Tahun 1998 dan 2003 Ranking Pengganda
SEKTOR Pertanian Primer Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan & perburuan Pertanian tan. Lainnya Agroindustri Makanan Ind mak sekt. Peternakan Ind mak sekt. tan pangan Ind mak sekt. Perikanan Ind mak sekt. perkebunan Industri minuman Industri rokok Agroindustri Non Makanan Industri kapuk Ind kulit samakan, olahan Ind kayu lapis, brng dr kayu, bambu dan rotan Ind bubur kertas Ind karet remah & asap Industri ringan & lainnya Industri berat
Output
Nilai Tambah
Tenaga Kerja
Modal
1998
2003
1998
2003
1998
2003
1998
2003
10 7 3 14 8
22 7 28 26 17
7 5 4 1 3
3 9 28 26 6
3 4 9 14 10
1 7 28 26 3
14 7 4 1 2
23 12 28 17 15
21 19 17 22 18 13
21 19 18 24 20 16
17 14 8 19 6 20
24 20 22 25 17 10
21 19 16 22 18 13
19 12 16 20 11 4
13 8 5 15 3 18
25 21 19 26 22 24
24 25
11 10
23 25
23 15
25 24
18 21
22 25
14 5
20 23 26 27 28
2 6 9 4 12
22 24 26 28 27
8 18 4 11 19
20 23 26 27 28
22 15 23 5 24
23 24 26 28 27
3 6 11 4 8
Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar) Ranking sektor lainnya disajikan pada Lampiran 5
136
137
remah dan asap sementara pada kondisi krisis ekonomi tahun 1998, industri-industri tersebut berada pada ranking terbawah. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dengan mengelompokkan sektor-sektor ekonomi berdasarkan kelompok industri (industri ringan dan berat yang tergolong padat dalam penggunaan input impor dan agroindustri yang relatif sedikit menggunakan input impor), sektor pertanian primer dan sektor lainnya, dapat menjelaskan fenomena kejatuhan sektor industri pada masa krisis ekonomi. Perubahan ranking sektor yang termasuk ke dalam urutan sepuluh teratas selama dua titik waktu tersebut menunjukkan pola yang sama dimana pada kondisi krisis ekonomi tahun 1998, sektor pertanian primer dominan berada pada urutan sepuluh teratas dan sektor agroindustri maupun industri ringan dan berat berada pada urutan terbawah. Sebaliknya pada kondisi paska krisis, yaitu tahun 2003, sektor agroindustri agroindustri pada umumnya dan industri ringan berada pada urutan teratas. Rincian ranking untuk sektorsektor lainnya disajikan pada Lampiran 5. Oleh karena itu apabila dilihat korelasi ranking pengganda output sektor secara keseluruhan antara tahun 1998 dan 2003, menunjukkan koefisien korelasi yang bertanda negatif sebesar –0.2671. Demikian pula untuk sektor agroindustri sebesar -0.5883. Ranking pengganda nilai tambah juga berkorelasi negatif antar dua titik waktu. Namun untuk ranking pengganda tenaga kerja menunjukkan korelasi positif, yaitu 0.4280 untuk seluruh sektor dan 0.7777 untuk sektor agroindustri. Keterkaitan struktur output dan PDB pada dua titik waktu tahun 1998 dan 2003 mengalami perubahan sedangkan struktur tenaga kerja relatif stabil. Perubahan keterkaitan struktur output antar dua periode tersebut, menurut Daryanto (1992) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
karena: (1) perubahan komposisi produk, (2) perubahan
agregasi input-output dalam industri, dan (3) perubahan harga relatif input-output, yaitu biaya input sektor industri menjadi sangat mahal saat krisis karena kandungan input impor yang tinggi.
138
5.2. Keterkaitan Sektor Agroindustri dengan Sektor Lainnya Dalam konsep Analisis Input-Output, keterkaitan antar sektor ekonomi dapat dilihat melalui keterkaitan produk. Keterkaitan produk merupakan keterkaitan yang terjadi melalui penggunaan produk berbagai industri sebagai bahan baku bagi suatu industri, dan penggunaan produk industri tersebut sebagai bahan baku industri-industri lainnya. Kaitan yang tercipta karena suatu industri mempergunakan produk industri-industri lain untuk bahan bakunya disebut kaitan ke belakang. Sedangkan keterkaitan yang tercipta karena produk suatu industri dipergunakan sebagai bahan baku bagi industri-industri lain disebut kaitan ke depan. Kaitan ke belakang merupakan penciptaan permintaan bagi industri lain. Adanya tarikan permintaan merupakan perangsang peningkatan produksi dan investasi sehingga kaitan ke belakang menciptakan artikulasi antar industri yang efektif dan bersifat kausal. Sedangkan kaitan ke depan merupakan media penyedia input bagi sektor lain. Adanya kepastian untuk memperoleh pasokan input yang cukup akan mendorong investasi sehingga kapasitas produksi akan meningkat. Dengan demikian kaitan ke depan dapat dipandang juga sebagai media pencipta artikulasi antar sektor. Namun dampak kaitan ke depan dipandang bersifat pasif sehingga kurang efektif dibanding dampak kaitan ke belakang (Simatupang, et al., 2000) Dalam konteks analisis SNSE pada kajian ini, peran terhadap sektor lebih dilihat dari keterkaitan ke belakang, dalam arti keterkaitan antara sektor agroindustri dengan industri hulunya dan sektor lain penyedia input, terutama sektor pertanian primer. Tabel 8 menunjukkan sebagian besar agroindustri non makanan yaitu industri kayu, bubur kertas, kulit, karet remah dan asap serta industri kapuk berada pada posisi 10 urutan teratas sehingga memiliki peran yang tinggi dalam menggerakkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Untuk agroindustri makanan hanya untuk industri rokok. Namun secara umum dapat dikatakan agroindustri memiliki peran atau keterkaitan sektor yang lebih besar jika
139
Tabel 8. Nilai dan Ranking Pengganda Keterkaitan Antar Sektor, Tahun 1998 dan Tahun 2003 PENGGANDA SEKTOR
Pertanian Primer Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan & perburuan Pertanian tanaman lainnya Agroindustri Makanan Industri mak sektor peternakan Industri mak sektor tan pangan Industri mak sektor perikanan Industri mak sektor perkebunan Industri minuman Industri rokok Agroindustri Non Makanan Industri kapuk Industri kulit samakan & olahan Industri kayu lapis, barang dr kayu, bambu dan rotan Industri bubur kertas Industri karet remah & asap Industri ringan dan lainnya Industri berat Sektor Lain Pertambangan Listrik, gas & Air minum Konstruksi & Real Estate Perdagangan besar, eceran, & pergudangan Restoran dan perhotelan Angkutan & komunikasi Bank dan asuransi Real estate & jasa perusahaan. Pemerintahan, pertahan, pend, kesehatan, Jasa lainnya Agroindustri makanan Agroindustri non makanan Sektor Primer Sektor Lain
Tahun 1998
Tahun 2003
Nilai
Rank
Nilai
Rank
3.87
12 7 2 17 8
4.65
24 10 28 26 16
5.05 5.10
4.57
21 13 9 22 10 4
5.32
19 18 11 25 13 9
2.41 2.26
24 25
5.57 5.65
7 5
3.60
18 23 26 27 28
5.89
2 4 6 20 22
14 11 20
5.25
4.91
3.71
3 1 6 16
1.75
21 15 14 27
3.54
19
4.68
23
4.50
5 15
5.12
17 8
4.32 4.70 3.61 4.16 3.16 3.75 4.01 2.97 3.92
2.56 1.71 1.26 0.88 3.74 3.88 3.44 4.68 5.23 4.48
3.73
5.29 0.58 3.95 5.12
5.25 4.36 5.19
5.72 5.60 5.02 4.75
6.49 5.76
5.15 5.16
5.52 4.92
3.73
5.05
2.51
5.69
4.13
3.92
4.09
4.98
12 1 3
Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar)
dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Dengan demikian apabila diberikan stimulus ekonomi ke industri-industri tersebut akan menggerakkan perekonomian sektor-sektor lain, khususnya sektor penyedia input bagi industri-industri yang bersangkutan.
140
Kondisi krisis ekonomi tahun 1998 mengakibatkan peran sektor agroindustri terutama agroindustri non makanan menjadi inferior terhadap sektor pertanian dalam menggerakkan perekonomian sektor-sektor lainnya. Dalam kondisi krisis ekonomi itulah sektor pertanian primer merupakan sektor yang paling dapat bertahan sehingga apabila diberikan stimulus ekonomi ke sektor pertanian akan memberikan dampak yang lebih besar dalam menghasilkan penerimaan sektor-sektor lain. Hal ini terlihat 3 dari 5 subsektor pada sektor pertanian primer berada di posisi 10 urutan teratas. Sedangkan untuk sektor agroindustri, industri yang masih bisa bertahan pada 10 urutan teratas pada kondisi krisis ekonomi adalah agroindustri makanan sektor perikanan, industri minuman dan industri rokok. 5.3. Peran Sektor Agroindustri dalam Pendapatan Rumah Tangga Berbeda dengan nilai pengganda output, nilai tambah maupun tenaga kerja yang selalu lebih besar dari satu, pengganda pendapatan rumah tangga menghasilkan nilai lebih kecil dari satu.
Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan produksi sektor
agroindustri akan menghasilkan dampak peningkatan pendapatan sektor produksi maupun tenaga kerja lebih besar dibandingkan pengaruh yang ditransmisikan ke rumah tangga. Dengan
mengelompokkan rumah tangga ke dalam 6 golongan rumah tangga nilai
pengganda pendapatan rumah tangga berkisar 0.1 sampai 0.9 (Tabel 9). Nilai pengganda rumah tangga untuk masing-masing sektor sektor secara rinci ditampilkan pada Lampiran 6. Sektor agroindustri, baik agroindustri makanan maupun non makanan menghasilkan pengganda lebih besar dibandingkan sektor lain secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan sektor agroindustri akan memberikan pendapatan rumah tangga lebih besar dibandingkan pengembangan yang dilakukan ke sektor lain. Namun untuk kelompok buruhtani dan petani, nilai pengganda terbesar adalah untuk sektor pertanian primer.
Tabel 9. Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Menurut Sektor dan Golongan Rumah Tangga, Tahun 1998 dan 2003 Nilai Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Buruh Tani
Petani Kecil
Petani Luas
NP Rendah Desa
NP Atas Desa
NP Rendah Kota
1998
2003
1998
2003
1998
2003
1998
2003
1998
2003
1998
2003
1998
2003
Pertanian Tanaman angan
0.06
0.26
0.14
0.38
0.15
0.33
0.19
0.61
0.18
0.26
0.19
0.74
0.19
0.29
Peternakan dan Hasil-hasiln ya
0.05 0.04
0.22 0.03
0.13 0.10
0.28 0.03
0.14 0.12
0.25 0.03
0.19 0.17
0.55 0.06
0.19 0.17
0.22 0.02
0.21 0.22
0.80 0.10
0.21 0.23
0.31 0.04
0.03 0.04
0.16 0.23
0.08 0.10
0.18 0.32
0.10 0.12
0.17 0.28
0.15 0.16
0.43 0.59
0.17 0.17
0.16 0.24
0.23 0.23
0.67 0.79
0.26 0.24
0.26 0.31
SEKTOR
NP Atas Kota
Pertanian Primer
Perikanan Kehutanan dan Perburuan Pertanian Tanaman Lainnya
Agroindustri Makanan Ind mak sektor peternakan
0.02
0.18
0.06
0.22
0.07
0.20
0.11
0.48
0.12
0.18
0.16
0.74
0.18
0.28
Ind mak sektor tan pangan
0.03
0.18
0.06
0.22
0.08
0.21
0.12
0.50
0.13
0.19
0.18
0.77
0.20
0.29
Ind mak sektor perikanan
0.03
0.18
0.07
0.23
0.09
0.21
0.14
0.50
0.15
0.19
0.20
0.75
0.22
0.29
Ind mak sektor perkebunan
0.02
0.17
0.05
0.21
0.07
0.20
0.11
0.47
0.12
0.18
0.16
0.71
0.17
0.27
Industri minuman
0.03
0.18
0.07
0.22
0.09
0.20
0.14
0.52
0.16
0.19
0.21
0.82
0.23
0.31
Industri rokok
0.02
0.18
0.06
0.20
0.07
0.19
0.12
0.56
0.12
0.19
0.17
0.94
0.18
0.35
Industri Kapuk
0.01
0.16
0.03
0.17
0.04
0.17
0.07
0.48
0.07
0.17
0.10
0.84
0.11
0.31
Industri kulit samakan dan olahan
0.01
0.16
0.03
0.18
0.03
0.18
0.05
0.49
0.05
0.17
0.08
0.86
0.08
0.32
Industri kayu lapis, bambu & rotan
0.02
0.18
0.04
0.19
0.05
0.19
0.08
0.53
0.08
0.19
0.12
0.94
0.1 3
0.35
Industri bubur kertas
0.01
0.16
0.03
0.18
0.04
0.18
0.06
0.49
0.06
0.17
0.09
0.86
0.09
0.32
Industri karet remah ,karet asap
0.01 0.01 0.01
0.18 0.17 0.16
0.02 0.01 0.01
0.20 0.19 0.18
0.02 0.02 0.02
0.19 0.19 0.18
0.04 0.03 0.03
0.57 0.52 0.48
0.04 0.03 0.03
0.19 0.18 0.17
0.06 0.05 0.05
1.05 0.92 0.85
0.06 0.05 0.05
0.39 0.34 0.32
Agroindustri Makanan
0.03
0.18
0.06
0.22
0.08
0.20
0.12
0.50
0.13
0.19
0.18
0.79
0.20
0.30
Agroindustri non Makanan
0.01
0.17
0.03
0.19
0.04
0.18
0.06
0.51
0.06
0.18
0.09
0.91
0.09
0.34
Sektor Primer
0.05
0.18
0.11
0.24
0.13
0.21
0.17
0.45
0.18
0.18
0.22
0.62
0.23
0.24
Sektor Lain
0.03
0.20
0.07
0.20
0.08
0.23
0.14
0.41
0.14
0.14
0.23
0.80
0.23
0.30
Agroindustri Non Makanan
Industri ringan dan lainnya Industri berat
141
Catatan: pengganda pendapatan untuk sektor lain secara rinci disajikan pada Lampiran 6 . NP Rendah Desa = Non Pertanian golongan rendah di desa; NP Atas Desa = Non Pertanian golongan atas di desa; NP Rendah Kota = Non Pertanian golongan rendah di kota; NP Atas Kota = Non Pertanian golongan atas di kota.
142
Artinya bagi buruh tani dan petani pengembangan sektor pertanian primer yang akan menghasilkan pendapatan bagi buruh tani dan petani lebih besar dibandingkan pengembangan sektor lain. Jika diperhatikan lebih lanjut, bagi rumah tangga buruh tani, petani kecil dan petani luas, stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri makanan akan memberikan peningkatan pendapatan bagi mereka lebih besar dibandingkan jika pengembangan dilakukan ke agroindustri non makanan. Sebaliknya bagi golongan rumah tangga non pertanian stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri non makanan akan menghasilkan peningkatan pendapatan lebih besar meskipun perbedaaannya tidak terlampau besar. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri makanan lebih banyak berorientasi di sektor pertanian dan perdesaan sehingga memberikan manfaat yang lebih besar kepada petani dan buruh tani, sementara agroindustri non makanan lebih banyak berorientasi di sektor non pertanian dan di kota sehingga manfaat yang dihasilkan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga non pertanian. Dilihat perkembangan dua titik waktu, peran sektor agroindustri terhadap pendapatan rumah tangga mengalami peningkatan. Nilai pengganda pendapatan rumah tangga untuk agroindustri non makanan meningkat sangat nyata antar dua titik waktu tersebut. Hal ini disebabkan pada masa krisis peran agroindustri non makanan sangat menurun sehingga pada kondisi ekonomi normal dewasa ini peran agroindustri terlihat meningkat sangat nyata relatif terhadap kondisi masa krisis ekonomi. Hasil analisis juga menunjukkan jika diberikan stimulus ekonomi di sektor agroindustri, terutama agroindustri non makanan, maka pendapatan terbesar diterima oleh rumah tangga non pertanian golongan rendah baik di kota dan di desa, misalnya para pedagang, buruh angkut serta rumah tangga pekerja jasa golongan rendah lain. Sebaliknya rumah tangga buruh tani dan petani adalah golongan yang memperoleh pengganda pendapatan terkecil. Hal ini berimplikasi bahwa pengembangan sektor agroindustri lebih
143
banyak melibatkan sektor non pertanian khususnya sektor jasa dengan pelaku rumah tangga non pertanian golongan rendah yang terlibat dalam proses industri. Sedangkan buruh tani maupun petani yang berperan dalam penyediaan bahan baku tidak banyak terlibat. Kondisi ini bisa terjadi dengan adanya pengembangan agroindustri yang bersifat vertikal atau penggunaan bahan baku sebagian besar dari impor. Alasan perusahaan melakukan pengembangan vertikal adalah terkait dengan jaminan kualitas dan kontinyuitas pasokan yang tidak terpenuhi pleh usahatani petani sekitar. Dengan demikian manfaat pengembangan agroindustri tidak mengalir ke rumah tangga petani dan buruh tani. Dengan hasil di atas dapat dikatakan bahwa strategi ADLI di Indonesia belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Strategi ADLI yang bertujuan meningkatkan pendapatan rumah tangga petani, terutama buruh tani dan petani kecil, belum mencapai sasaran. Manfaat pengembangan sektor pertanian primer dan agroindustri belum sampai secara maksimal ke rumah tangga pertanian. Buruh tani menerima manfaat paling kecil dibandingkan kelompok rumah tangga lain, bahkan rumah tangga golongan atas di kota menerima pendapatan lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga buruh tani. Kajian yang dilakukan oleh Bautista et al. (1999) dengan menggunakan SAM Indonesia 1995 menghasilkan kesimpulan yang sama. Pengembangan sektor pertanian menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga petani yang lebih rendah dibandingkan dengan golongan rumah tangga lain. Namun strategi ADLI yang diterapkan di beberapa negara (Vietnam, Mozambique, Srilanka, Kenya, China, India) disamping berhasil meningkatkan output dan pendapatan, juga mampu menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga pertanian yang lebih besar dibanding golongan rumah tangga lain (Bautista, 1999; Jensen dan Trap, 2004, Adelman et al., 1989). Kurang berhasilnya strategi ADLI di Indonesia dalam menghasilkan pendapatan rumah tangga petani dan buruh tani yang lebih baik juga dapat disebabkan oleh keterbatasan rumah tangga buruh tani dan petani itu sendiri dalam mengambil manfaat
144
pengembangan sektor pertanian dan agroindustri. Modal yang terbatas, informasi pasar yang terbatas, ketrampilan dan pendidikan (sumberdaya manusia) yang terbatas menjadi salah satu sebab rumah tangga petani dan buruh tani sebagai kelompok yang tertinggal dalam mengambil manfaat kemajuan teknologi dan pengembangan sektor pertanian dan agroindustri. Hal ini berimplikasi bahwa pembangunan agroindustri tidak bisa dilakukan sepihak melalui pengembangan dari sisi industrinya saja melainkan harus dilakukan simultan melalui pembangunan sektor pertanian primer, baik pembangunan fisik, pembangunan sumberdaya manusia, maupun kelembagaan sehingga sektor pertanian primer dapat menjamin tuntutan kualitas dan kontinuitas pasokan yang dibutuhkan bagi pengembangan sektor agroindustri dan manfaat pengembangan sektor agroindustri dapat mengalir lebih banyak ke rumah tangga buruh tani dan petani. Pembangunan agroindustri tidak akan menghasilkan dampak optimal tanpa didukung oleh sektor pertanian yang berkualitas. 5.4. Industri Prioritas pada Sektor Agroindustri Suatu sektor yang paling efektif berperan sebagai mesin penggerak pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional disebut sebagai sektor kunci (key sector) atau sering pula disebut sebagai sektor unggulan, sektor andalan atau sektor prioritas. Dalam konteks penelitian ini sektor yang dimaksud diistilahkan sebagai sektor prioritas. Untuk menentukan sektor kunci atau sektor prioritas, masing-masing kajian bisa menggunakan metoda atau kriteria berbeda tergantung dari tujuan penelitian.
Dalam
kerangka Input-Output, metoda Rasmussen digunakan untuk menentukan sektor kunci dengan menggunakan kriteria ganda (dual criterion), yaitu dari sisi permintaan input (demand side) yaitu melalui keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan sisi output (supply side) melalui keterkaitan ke depan (forward linkage). Metoda Rasmussen
145
digunakan oleh Cochrane (1990) dan Daryanto (1992) untuk menentukan sektor kunci pada sektor pertanian dan oleh Ginting (2006)
untuk menentukan sektor unggulan dalam
perekonomian di Sumatera Utara. Namun metode Rasmussen terbatas digunakan untuk menentukan sektor kunci dari sisi produksi. Oleh karena itu selain menggunakan metoda Rasmussen, Cochrane dan Daryanto juga mengkombinasikan kriteria pengganda output, tenaga kerja dan pendapatan untuk meranking sektor-sektor yang berada pada urutan sepuluh terbesar. Simatupang (2000) menggunakan lima kriteria untuk menguji sektor pertanian sebagai sektor andalan dalam perekonomian, yaitu: (1) kontributif, (2) artikulatif, (3) progresif, (4) tangguh, dan (5) fasilitatif. Kontributif dilihat dari kontribusi yang cukup besar dalam keragaan ekonomi makro seperti PDB yang secara operasional diukur dari pangsa kontribusi atau koefisien pengganda. Sifat artikulatif dilihat dari kemampuan besar sebagai dinamisator bagi pertumbuhan sektor-sektor lain dalam perekonomian dengan spektrum yang luas yang secara operasional diukur melalui koefisien pengganda dan indeks penyebaran (dispersion index). Progresif berarti dapat tumbuh secara berkelanjutan dengan laju yang cukup cepat yang secara operasional diukur dari laju pertumbuhannya. Sifat tangguh berarti unggul dalam persaingan dan tahan menghadapi gejolak ekonomi. Terakhir, sifat fasilitatif berarti mampu menciptakan tatanan lingkungan yang baik bagi perekonomian yang secara operasional dilihat dari kemampuannya mengendalikan inflasi, stabilitas nilai rupiah dan kontribusi dalam ketahanan pangan. Dalam kajian ini, kerangka strategi Agricultural-Demand-Led Industrialization (ADLI) digunakan sebagai kerangka kerja dalam menentukan agroindustri yang dapat disebut sebagai agroindustri prioritas. Sesuai dengan penjabaran strategi ADLI, sektor pertanian primer dan sektor agroindustri merupakan sektor andalan strategi ADLI. Strategi ADLI merupakan strategi yang mengutamakan peningkatan produktivitas sektor pertanian sebagai sarana mencapai industrialisasi.
146
Penekanan strategi ADLI adalah peningkatan produktivitas sektor pertanian primer, terutama pertanian skala kecil dan menengah, sebagai sarana mencapai industrialisasi. Adelman juga menyatakan bahwa kunci sukses
keberhasilan strategi ADLI adalah
keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian primer. Dengan memfokuskan pada keterkaitan produksi, pendapatan dan konsumsi secara bersama-sama, strategi ADLI bertujuan untuk meningkatkan ekonomi berpendapatan rendah menuju jalur pertumbuhan yang lebih merata dan berkelanjutan. Dengan demikian kriteria agroindustri prioritas dalam penelitian ini bukan hanya dilihat dari kemampuannya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan output dan penyerapan tenaga kerja namun juga kemampuannya dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga golongan rendah serta memiliki keterkaitan dengan sektor pertanian primer yang kuat. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi yang terjadi diharapkan akan lebih banyak dinikmati oleh rumah tangga golongan rendah dan pada akhirnya akan memperkecil kesenjangan pendapatan masyarakat dan lebih lanjut mengurangi kemiskinan, sesuai dengan triple track strategy: pro growth, pro employment and pro poor7 Berdasarkan beberapa kriteria di atas, maka agroindustri prioritas adalah agroindustri yang memiliki peran tinggi dalam meningkatkan output nasional, penyerapan tenaga kerja, meningkatkan pendapatan sektor lainnya, khususnya sektor pertanian primer sebagai penyedia input serta perannya dalam menciptakan peningkatan pendapatan rumah tangga golongan rendah. Dengan demikian indikator yang digunakan untuk menentukan agroindustri prioritas adalah berdasarkan pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan sektor khususnya kaitan ke belakang dan pengganda pendapatan rumah tangga golongan rendah. Dengan menggabungkan empat
indikator pengganda tersebut dan melakukan
ranking akhir, dapat ditentukan agroindustri yang berada pada ranking 7
www.presidenri.go.id
teratas. Cara
147
penggabungan ranking secara sederhana untuk menentukan
sektor prioritas dalam
penelitian ini mengadopsi cara yang dilakukan oleh Cochrane (1990) dan Daryanto (1992) yang mengkombinasikan
beberapa pengganda untuk menentukan sektor kunci dalam
kebijakan pembangunan yang mencakup tiga tujuan bersama-sama, disebut ‘output, income and employment maximization’ . Nilai dan ranking pengganda output, tenaga kerja dan keterkaitan sektor pada sektor agroindustri disajikan pada Tabel 10. Hasil ranking pengganda output menunjukkan industri yang berada di urutan lima teratas berturut-turut adalah industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri kertas, karet, kulit dan kapuk.
Tabel 10. Nilai dan Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja dan Keterkaitan Sektor Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003 Pengganda AGROINDUSTRI Agroindustri Makanan Sektor peternakan Sektor tanaman pangan Sektor perikanan Sektor perkebunan Minuman Rokok Agroindustri Non Makanan Kapuk Kulit samakan, olahan Kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan Bubur kertas Karet remah dan karet asap
Output
Tenaga Kerja
Keterkaitan Sektor
Nilai
Rank
Nilai
Rank
Nilai
Rank
6.09
10
1.53
7
5.05
10
6.24 6.34
8 7
1.58 1.55
4 6
5.10 5.25
9 7
5.96 6.22 6.34
11 9 6
1.46 1.67 1.85
8 3 1
4.36 5.19 5.32
11 8 6
6.57 6.66
5 4
1.44 1.42
9 10
5.57 5.65
5 3
7.02 6.78 6.67
1 2 3
1.56 1.41 1.85
5 11 2
5.89 5.72 5.60
1 2 4
Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar)
Artinya apabila tujuan pembangunan difokuskan
untuk meningkatkan output
nasional, maka simulus ekonomi yang diberikan ke industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri kertas, industri karet, industri kulit dan industri kapuk akan meningkatkan output nasional lebih besar dibanding agroindustri lainnya. Industri-industri tersebut sekaligus juga berada di urutan teratas berdasarkan pengganda keterkaitan antar sektor. Sedangkan
148
industri yang berada di lima urutan teratas berdasarkan nilai pengganda tenaga kerja adalah industri rokok, karet, minuman, industri makanan sektor tanaman pangan dan industri kayu. Hal ini berarti peran industri tersebut dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lebih banyak melalui penyerapan tenaga kerja. Dilihat dari kriteria pengganda pendapatan rumah tangga golongan rendah (Tabel 11), industri yang berada di urutan lima teratas berturut-turut adalah industri karet, industri kayu, industri rokok, industri makanan dari sektor perikanan, dan industri minuman. besar dalam meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumah tangga golongan rendah. Tabel 11. Nilai dan Ranking Pengganda Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003 Pengganda Pendapatan Rumah Tangga AGROINDUSTRI Agroindustri Makanan Sektor peternakan Sektor tanaman pangan Sektor perikanan Sektor perkebunan Minuman Rokok Agroindustri Non Makanan Kapuk Kulit samakan, olahan Kayu lapis, barang dr kayu, bambu dan rotan Bubur kertas Karet remah, karet asap
Buruh tani
Petani kecil
Non pert gol rendah desa
Non pert gol rendah kota
Nilai
Rank
Nilai
Rank
Nilai
Rank
Nilai
Rank
0.18
7 5 1 8 4 3
0.22
4 2 1 5 3 6
0.48
9 5 6 11 4 2
0.74
10 8 9 11 7 3
11 9
0.17
11 9
0.48
10 7
0.84
0.18 0.18 0.17 0.18 0.18 0.16 0.16
0.22 0.23 0.21 0.22 0.20
0.18
0.50 0.50 0.47 0.52 0.56
0.49
6 0.19 8 0.53 3 0.16 10 0.18 10 0.49 8 2 7 1 0.18 0.20 0.57 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar). 0.18
0.77 0.75 0.71 0.82 0.94
0.86 0.94 0.86 1.05
6 4 2 5 1
Pengembangan industri-industri tersebut akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi rumah tangga golongan rendah.
Industri pengolahan makanan dari sektor
perikanan memberikan kontribusi lebih besar terutama untuk peningkatan pendapatan rumah tangga buruh tani dan petani kecil. Sedangkan industri karet lebih banyak berperan meningkatkan pendapatan rumah tangga pertanian golongan rendah di desa maupun di
149
kota. Artinya bila terjadi peningkatan permintaan akhir pada industri makanan sektor perikanan, golongan rumah tangga yang memperoleh pendapatan paling besar adalah rumah tangga buruh tani dan petani kecil. Sedangkan industri karet lebih banyak berperan dalam meningkatkan pendapatan rumah tangga non pertanian golongan rendah baik di desa maupun di kota. Dengan menggabungkan empat indikator di atas secara sederhana dan melakukan ranking akhir dapat diketahui agroindustri yang berada pada lima urutan teratas adalah industri karet, kayu lapis bambu dan rotan, rokok, industri pengolahan makanan dari sektor perikanan dan industri minuman, seperti disajikan pada Tabel 12. Berdasarkan kriteria pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan sektor dan pendapatan rumah tangga golongan rendah, lima dari 11 agroindustri tersebut berada pada ranking teratas dan memiliki potensi Tabel 12. Ranking Pengganda Output, Tenaga Kerja, Keterkaitan Sektor dan Pendapatan Rumah Tangga Golongan Rendah Agroindustri Makanan dan Non Makanan, Tahun 2003
AGROINDUSTRI Agroindustri Makanan Makanan sektor peternakan Makanan sektor tan pangan Makanan sektor perikanan Makanan sektor perkebunan Minuman Rokok Agroindustri Non Makanan Kapuk Kulit samakan dan olahan Kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan Bubur kertas Karet remah dan karet asap
Output
RANKING PENGGANDA Pendap Keterkaitan TK RT Gol Sektor Rendah
10
7
10
8
4
9
7
6
7
11
8
11
9
3
8
6
1
6
5
9
5
4
10
3
8 6 3 10 4 2
35 27 23 40 24 15
10 8 4 11 5 3
11 7
30 24
9 6
12 24 10
2 7 1
5 2 11 2 9 3 2 4 1 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar) 1
5
1
Total Nilai Rank
Industri-industri yang berada pada ranking teratas pada dasarnya hanya memiliki potensi untuk menjadi industri prioritas. Hirschman (1958), Bulmer-Thomas (1982) dan Panchamukti (1975) yang dikutip oleh Daryanto (1992) menyebutkan bahwa tidak ada
150
jaminan stimulus yang diukur melalui nilai-nilai pengganda tersebut akan terwujud ke dalam pertumbuhan aktual kecuali memenuhi kondisi tertentu. Kondisi tersebut terkait dengan pertimbangan politik dan kelembagaan (political and institutional consideration). Realisasi stimulus akan tergantung pada sarana input pelengkap seperti lingkungan yang mendukung dan kelembagaan yang ada serta kebijakan pemerintah yang konsisten dengan ranking sektor tersebut. Faktor terpenting lainnya adalah bahwa pemerintah memainkan peran yang sangat strategis dalam mengalokasikan sumberdaya melalui kebijakan fiskal, moneter maupun kebijakan investasi. Sebagai contoh pemerintah bisa melakukan proteksi untuk menghambat perusahaan dalam merespon stimulus tertentu. Terkait dengan ranking agroindustri yang dihasilkan pada Tabel 12, industriindustri yang berada pada ranking teratas, yaitu industri karet, industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri rokok, industri minuman dan industri makanan sektor perikanan pada dasarnya memiliki potensi dalam meningkatkan output, penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Namun kepentingan melakukan
ranking
agroindustri dalam kajian ini adalah untuk menentukan agroindustri apa yang layak untuk dijadikan prioritas pengembangan melalui berbagai kebijakan yang akan dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu apa yang dinyatakan oleh Hirschman, Bulmer-Thomas dan Panchamukti tentang perlunya pertimbangan politik maupun kelembagaan serta pertimbangan non ekonomi lain perlu disertakan dalam menetapkan agroindustri prioritas dan bukan semata-mata berdasarkan angka-angka pengganda saja agar tidak menimbulkan misleading. Agroindustri makanan sektor perkebunan tidak termasuk dalam ranking teratas pada struktur agroindustri makanan. Padahal sektor perkebunan primer memiliki peran yang besar dalam menyumbang PDB nasional. Jika sektor primernya memiliki potensi yang besar dalam menyumbang pendapatan nasional, diharapkan industri hilirnya pun berada pada posisi yang kuat. Apabila diperhatikan,
kontribusi agroindustri makanan
151
sektor perkebunan dalam pembentukan output, PDB (diproxy dari nilai tambah tenaga kerja dan modal atas dasar biaya faktor), dan penyerapan tenaga kerja (diproxy dari nilai tambah tenaga kerja) di sektor agroindustri, memiliki pangsa output sebesar 40.3 persen, PDB sebesar 33 persen dan pangsa tenaga kerja sebesar 31 persen terhadap total output, PDB dan penyerapan tenaga kerja di sektor agroindustri (Lampiran 7). Selain itu dilihat perkembangan output tahun 1998 ke tahun 2003 sektor agroindustri perkebunan menunjukkan peningkatan lima kali lipat (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan besarnya peran sektor agroindustri perkebunan dalam memperkuat sektor agroindustri di Indonesia. Namun dilihat dari nilai pengganda, agroindustri makanan sektor perkebunan memiliki pengganda yang lebih kecil dibandingkan dengan agroindustri lainnya. Hal ini bisa terjadi karena dengan nilai awal yang sudah demikian besar, maka pengembangan agroindustri makanan sektor perkebunan tidak akan menghasilkan incremental growth sebesar pengembangan pada sektor lain yang masih berada pada tahap pertumbuhan. Dengan demikian agroindustri makanan sektor perkebunan sesungguhnya memiliki peran yang penting dalam memperkokoh struktur agroindustri di Indonesia sehingga perlu memperoleh prioritas pengembangan.
Dari sisi kebijakan pemerintah, agroindustri
perkebunan (kelapa sawit) saat ini merupakan salah satu fokus pengembangan agroindustri melalui strategi Klaster (Cluster) Industri Prioritas (Departemen Perindustrian, 2005). Industri rokok berada pada urutan ketiga menurut ranking sektor agroindustri dan perannnya terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja serta pendapatan rumah tangga golongan rendah melalui lapangan kerja yang disediakan untuk buruh-buruh pabrik. Industri rokok juga penghasil pajak terbesar bagi pemerintah. Namun pengembangan industri rokok akan menghasilkan biaya imbangan yang besar melalui pencemaran lingkungan (asap rokok) dan bahaya kesehatan (penyakit kanker paru-paru dan penyakit lainnya). Dewasa ini pun perkembangan preferensi konsumen terhadap barang-barang yang dikonsumsi sudah
lebih
mengarah pada komoditi yang berkualitas dan dapat
152
meningkatkan kesehatan. Pemerintah pun menerapkan aturan yang ketat bagi masyarakat untuk tidak merokok di area publik. Dengan demikian kebijakan mengembangkan industri rokok akan paradoks dengan norma yang berkembang di masyarakat secara umum. Dilihat dari sisi bisnis, industri rokok juga tergolong sebagai sunset industry yang perspektif ke depan demand masyarakat terhadap rokok maupun investasi industri rokok cenderung menurun. Industri minuman berada pada posisi ranking kelima dari 11 agroindustri dan perannya terutama dalam penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan rumah tangga golongan bawah. Namun apabila diperhatikan industri-industri yang tergabung ke dalam industri minuman (Lampiran 4) adalah industri minuman keras, anggur dan sejenisnya, malt dan minuman yang mengandung malt, sirop serta minuman ringan. Komoditas-komoditas tersebut dapat dikatakan kurang
berperan dalam mendukung
ketahanan pangan dan bahkan minuman keras merupakan komoditas yang peredarannnya di masyarakat dilarang oleh pemerintah dan berlawanan dengan norma mayarakat dan agama. Industri minuman juga kurang berperan dalam mendorong peningkatan produksi sektor pertanian primer sebagai penyedia bahan baku kecuali untuk industri tertentu yang termasuk dalam minuman ringan. Oleh karena itu meskipun industri minuman memiliki potensi yang cukup tinggi dalam meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga golongan rendah, namun dari berbagai pertimbangan seperti diuraikan kurang memiliki prospek yang baik untuk dijadikan prioritas pengembangan agroindustri. Agroindustri non makanan pada dasarnya
memiliki
karakteristik yang berbeda
dengan agroindustri makanan. Agroindustri non makanan pada umumnya adalah industri berskala menengah ke atas, padat kapital dan menggunakan komponen input impor yang lebih tinggi dibanding agroindustri makanan. Dengan karakteristik tersebut maka agroindustri yang lebih sesuai dengan strategi industrialisasi pertanian yang berorientasi
153
pada pertanian skala kecil dan menengah, teknologi padat karya dan mendukung program ketahanan pangan seperti pada konsep strategi ADLI adalah agroindustri makanan. Berdasarkan beberapa pertimbangan
di atas, dilakukan beberapa penyesuaian
dalam menentukan agroindustri prioritas sebagai berikut.
Agroindustri rokok dan
minuman dikeluarkan dari kelompok agroindustri makanan dan selanjutnya dengan menggunakan
empat indikator sama dengan yang digunakan sebelumnya dilakukan
ranking ulang. Dari empat indikator tersebut diambil dua agroindustri yang berada pada urutan teratas. Demikian pula pada pada kelompok agroindustri non makanan secara terpisah dilakukan ranking ulang dan diambil dua agroindustri yang berada pada urutan teratas. Selanjutnya empat industri dari kelompok agroindustri makanan dan non makanan yang berada pada ranking teratas berdasarkan pengganda output, tenaga kerja, keterkaitan sektor dan pendapatan rumah tangga golongan rendah ditambah dengan agroindustri makanan sektor perkebunan, ditetapkan sebagai agroindustri prioritas (Tabel 13). Dengan demikian agroindustri prioritas adalah industri makanan sektor tanaman pangan, industri makanan sektor perikanan, industri makanan sektor perkebunan dan industri kayu lapis, bambu dan rotan serta industri karet remah dan karet asap. Kebijakan pemerintah untuk mengembangkan lima agroindustri tersebut diharapkan akan menghasilkan peningkatan pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, memperkuat sektor pertanian primer dan mampu menghasilkan pendapatan yang lebih baik bagi rumah tangga golongan rendah yang pada akhirnya akan dapat mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Kelima agroindustri prioritas tersebut juga sesuai dengan fokus pengembangan agroindustri yang dilakukan oleh pemerintah melalui Klaster Industri Prioritas, yaitu: (1) industri makanan secara umum, (2) industri pengolahan hasil laut, (3) industri kelapa sawit, (4) industri barang kayu (termasuk bambu dan rotan), (5) industri karet dan barang dari karet, dan (6) industri pulp dan kertas.
154
Tabel 13. Penentuan Agroindustri Prioritas pada Sektor Agroindustri, Tahun 2003
AGROINDUSTRI Agroindustri Makanan Sektor peternakan Sektor tanaman pangan Sektor perikanan Sektor perkebunan Agroindustri Non Makanan Kapuk Kulit samakan dan olahan Kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan Bubur kertas Karet remah dan karet asap
Output
RANKING PENGGANDA Pendap Total Keterkaitan TK RT Gol Nilai Rank Sektor Rendah
4
4
4
3
2
3
1
3
2
5
5
5
5
3
5
4
4
3
4 3 2 5
16 11 8 20
3 2 1 4
4 3
17 14
5 4
6 12 9
1 3 2
2 3 1 3 1 4 Catatan: Nilai ranking terkecil menunjukkan ranking teratas (nilai pengganda terbesar) 1
2
1
2
5
2
5.5. Tahapan Transmisi Pengaruh dari Sektor Agroindustri 5.5.1. Agroindustri Makanan Nilai-nilai pengganda yang telah diuraikan pada dasarnya mencerminkan pengaruh total akibat perubahan neraca eksogen terhadap neraca endogen. Pengaruh tersebut sebetulnya melalui beberapa tahapan sehingga nilai pengganda dapat didekomposisi menjadi beberapa komponen. Dekomposisi dilakukan untuk melihat proses perubahan neraca endogen akibat dari perubahan neraca eksogen. Terdapat tiga komponen hasil dekomposisi pengganda neraca, yaitu: (1) pengganda transfer, (2) pengganda open loop, dan (3) pengganda cloose loop. Pengganda transfer menunjukkan dampak yang terjadi di dalam
neraca dimana stimulus ekonomi awal
diberikan. Misalnya stimulus ekonomi awal diberikan terhadap neraca sektor produksi, maka pengganda transfer akan bekerja pada neraca sektor produksi atau menimbulkan
akan
dampak bagi dirinya sendiri (own effect). Pengganda open loop
menunjukkan dampak yang terjadi terhadap neraca lain sebagai akibat adanya stimulus ekonomi awal yang diberikan pada neraca tertentu atau akan menimbulkan dampak silang (cross effect).
Misalnya stimulus ekonomi awal yang diberikan kepada neraca sektor
155
produksi menyebabkan kenaikan output sektor produksi yang selanjutnya kenaikan output tersebut akan berakibat pada kenaikan tenagakerja dan pendapatan rumah tangga. Hal ini berarti dengan adanya stimulus ekonomi terhadap neraca sektor produksi akan memberikan dampak bagi tenaga kerja dan institusi. Sedangkan pengganda close loop menunjukkan pengaruh dari suatu neraca yang memperoleh stimulus ekonomi ke neraca lain kemudian kembali pada neraca semula sehingga pengaruh terhadap neraca semula tersebut menjadi kecil. Dekomposisi pengganda agroindustri makanan sebagai berikut. (1) Agroindustri Makanan Sektor Peternakan dan Tanaman Pangan Dekomposisi pengganda industri makanan sektor peternakan dan tanaman pangan ditampilkan pada Tabel 14. Stimulus ekonomi yang diberikan ke industri makanan sektor peternakan sebesar 1 milyar rupiah (melalui peningkatan pengeluaran pemerintah, investasi maupun ekspor) akan menghasilkan peningkatan output industri makanan sektor peternakan itu sendiri sebesar 1. 01 milyar rupiah. Selain menghasilkan peningkatan output pada industri itu sendiri, juga secara langsung akan menghasilkan peningkatan output bagi sektor-sektor lain
dengan total
peningkatan sebesar 2.13 milyar rupiah. Dalam hal ini sektor pertanian tanaman pangan memperoleh peningkatan output sebesar 0.26 milyar rupiah. Angka tersebut merupakan angka terbesar diantara sektor pertanian primer lainnya. Sedangkan sektor peternakan dan hasilnya, sebagai sektor pemasok bahan baku industri pengolahan makanan sektor peternakan memperoleh efek penerimaan output secara langsung sebesar 0.04 milyar rupiah.
Dengan memperhitungkan pengganda close loop (pengaruh setelah stimulus
ekonomi melalui neraca lain dan kembali ke neraca semula), stimulus ekonomi ke neraca industri makanan peternakan sebesar 1 milyar akan menghasilkan pengaruh total peningkatan pendapatan sektor pertanian tanaman pangan sebesar 0.52 milyar rupiah, sebesar 0.26 milyar merupakan pengaruh dari pengganda close loop.
156
Tabel 14. Dekomposisi Pengganda Industri Makanan Sektor Peternakan dan Tanaman Pangan, Tahun 2003 Stimulus awal
Industri makanan sektor peternakan
Industri makanan sektor tanaman pangan
Koefisien pengganda Dampak thd neraca lain TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Ind mak sektor peternakan Industri ringan & lainnya Industri berat Restoran dan perhotelan Total sektor produksi TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Ind mak sektor tan pangan Industri ringan & lainnya Industri berat Restoran dan perhotelan Total sektor produksi
Stimulus awal
1
1
Transfer 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.26 0.04 0.16 0.00 0.12 1.01 0.04 0.05 0.00 2.13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.26 0.04 0.16 0.00 0.12 1.01 0.04 0.05 0.004 2.12
Open loop 0.24 0.03 0.10 0.17 0.22 0.07 0.09 0.08 0.17 0.07 0.20 0.08 0.10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.24 0.03 0.11 0.18 0.23 0.07 0.09 0.08 0.18 0.07 0.21 0.08 0.11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Close loop 0.25 0.04 0.20 0.49 0.57 0.11 0.13 0.12 0.31 0.11 0.54 0.20 0.26 0.26 0.15 0.23 0.02 0.10 0.03 0.45 0.42 0.20 3.96 0.26 0.04 0.21 0.51 0.59 0.11 0.13 0.13 0.32 0.12 0.56 0.21 0.27 0.27 0.16 0.23 0.02 0.10 0.12 0.47 0.44 0.21 4.12
Total 0.49 0.07 0.30 0.66 0.79 0.18 0.22 0.20 0.48 0.18 0.74 0.28 0.36 0.52 0.19 0.38 0.03 0.22 2.04 0.49 0.47 0.21 6.09 0.50 0.08 0.32 0.69 0.82 0.18 0.22 0.21 0.50 0.19 0.77 0.29 0.38 0.53 0.20 0.39 0.03 0.22 2.14 0.51 0.49 0.22 6.24
157
Sedangkan sektor peternakan dan hasilnya menerima pendapatan total sebesar 0.20 milyar rupiah. Pembahasan
terhadap sektor-sektor lain yang juga memperoleh pendapatan
difokuskan kepada industri ringan dan industri berat serta industri restoran dan perhotelan karena ketiga sektor tersebut dipandang memiliki kaitan yang erat dengan agroindustri. Stimulus ekonomi ke industri makanan sektor peternakan sebesar 1 milyar rupiah secara langsung (melalui pengganda transfer) akan menghasilkan output sektor industri ringan dan berat masing-masing sebesar 0.04 milyar rupiah dan 0.05 milyar rupiah. Sedangkan sektor restoran dan perhotelan yang diharapkan banyak terkait dengan penggunaan output industri makanan, hanya menerima output sebesar 0.004 milyar rupiah.
Namun kontribusi
pengganda close loop dalam meningkatkan output ketiga sektor tersebut jauh lebih besar sehingga total pengaruh yang diterima ketiga sektor tersebut yang ditunjukkan melalui pengganda total masing-masing sebesar 0.49 milyar rupiah dan 0.47 milyar rupiah untuk industri ringan dan industri berat serta 0.21 milyar rupiah untuk sektor restoran dan perhotelan. Stimulus ekonomi ke industri makanan sektor peternakan juga menghasilkan pengaruh silang atau peningkatan pendapatan bagi neraca lain yaitu neraca tenaga kerja dan rumah tangga yang dicerminkan melalui nilai pengganda open loop. Stimulus ekonomi 1 milyar rupiah ke industri makanan sektor peternakan akan menghasilkan pendapatan tenaga kerja pertanian di desa paling besar dibandingkan tenaga kerja lain, yaitu sebesar 0.24 milyar rupiah. Nilai tersebut merupakan angka terbesar untuk pengganda open loop neraca tenaga kerja. Hal ini berarti bahwa dampak secara langsung peningkatan output industri makanan sektor peternakan terhadap tenaga kerja betul-betul dinikmati oleh tenaga kerja pertanian. Namun dengan memperhitungkan pengganda close loop, pengaruh total pendapatan tenaga kerja terbesar bukan lagi untuk tenaga kerja pertanian di desa melainkan untuk tenaga kerja non pertanian di kota dengan total nilai pengganda sebesar 0.69. Hal ini
158
dimungkinkan mengingat lokasi industri sebagian besar berada di perkotaan dan dalam proses produksi melibatkan banyak tenaga kerja non pertanian. Konsekuensi lebih lanjut adalah pendapatan yang diperoleh rumah tangga golongan rendah di kota juga menunjukkan angka tertinggi dengan total pendapatan sebesar 0.77 milyar rupiah.
Angka tersebut ditunjukkan melalui besaran pengganda total dimana
kontribusi pengganda open loop sebesar 0.21 dan pengganda close loop sebesar 0.56. Selain menghasilkan pendapatan bagi neraca tenaga kerja, stimulus ekonomi 1 milyar ke industri makanan sektor peternakan juga akan berpengaruh terhadap penerimaan modal sebesar 0.0.82 dimana pengganda open loop memberikan kontribusi sebesar 0.23 dan pengganda close loop memberikan kontribusi sebesar 0.59. Tabel 14 juga menyajikan dekomposisi pengganda sektor tanaman pangan dengan own effect (yang dicerminkan melalui pengganda tranfer) sebesar 1.01 dan pengganda close loop sebesar 0.12. Seperti halnya pada industri makanan sektor peternakan, sektor pertanian primer akan memancarkan ke sektor pertanian tanaman pangan sebagai sektor pemasok bahan baku bagi industri makanan sektor tanaman pangan. Sedangkan industri ringan dan industri berat serta sektor restoran dan perhotelan memperoleh penerimaan output terutama melalui kontribusi pengganda close loop. Stimulus ekonomi ke industri tanaman pangan sebesar 1 milyar rupiah tersebut juga akan menghasilkan pendapatan tenaga kerja pertanian di desa yang dicerminkan melalui pengganda open loop sebesar 0.24 dan pengganda close loop sebesar 0.26 sehingga total pengganda bagi tenaga kerja pertanian di desa sebesar 0.5. Seperti halnya pada industri makanan sektor peternakan, pengaruh silang dari stimulus ekonomi di industri makanan sektor tanaman pangan terhadap penerimaan tenaga kerja pertanian di desa adalah yang terbesar. Namun total peningkatan pendapatan tenaga kerja yang terbesar (setelah memperhitungkan pengganda close loop)
dinikmati oleh tenaga kerja non pertanian
golongan rendah di kota. Oleh karena itu industri makanan sektor peternakan maupun
159
sektor tanaman pangan memiliki peran yang besar dalam meningkatkan pendapatan tenaga kerja pertanian di desa maupun tenaga kerja non pertanian golongan rendah di kota. Stimulus ekonomi di industri makanan sektor tanaman pangan selain menghasilkan pendapatan bagi faktor produksi tenaga kerja, juga bagi faktor produksi modal dengan koefisien pengganda total sebesar 0.82 dengan kontribusi pengganda open loop sebesar 0.23 dan pengganda close loop sebesar 0.59. Peningkatan permintaan faktor produksi tenaga kerja seperti diuraikan di atas dipenuhi oleh rumah tangga sehingga lebih lanjut hal ini akan berpengaruh
pada
penerimaan rumah tangga. Konsisten dengan pengaruh pada tenaga kerja, rumah tangga yang paling besar memperoleh pendapatan adalah rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota dengan koefisien pengganda sebesar 0.77. Kontribusi pengganda open loop sebesar 0.21 dan pengganda close loop sebesar 0.56. Baik pengganda open loop maupun close loop, nilai tersebut adalah terbesar dibandingkan pengganda pendapatan pada rumah tangga lain. Artinya pengaruh stimulus ekonomi di industri makanan sektor tanaman pangan akan menghasilkan pengaruh langsung (melalui pengganda open loop) maupun pengaruh tidak langsung (melalui pengganda close loop) yang terbesar pada rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. Selain menghasilkan peningkatan pendapatan terhadap institusi rumah tangga, stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah di industri makanan sektor tanaman pangan akan menyebabkan meningkatnya pendapatan perusahaan dengan total peningkatan pendapatan sebesar 0.38 milyar rupiah. Pengaruh langsung melalui pengganda open loop sebesar 0.11 dan pengganda close loop sebesar 0.27. (2) Agroindustri Makanan Sektor Perikanan dan Perkebunan Tabel 15 menyajikan dekomposisi pengganda industri makanan sektor perikanan dan sektor perkebunan. Stimulus ekonomi sebesar 1 milyar rupiah ke industri makanan
160
sektor perikanan, melalui pengganda transfer
akan berpengaruh meningkatkan output
secara langsung sebesar 1.03 milyar rupiah. Peningkatan output industri makanan sektor perikanan tersebut akan menghasilkan output sektor-sektor lain serta pendapatan tenaga kerja dan rumah tangga dan kesemuanya itu berdampak meningkatkan lagi output industri makanan sektor perikanan yang dicerminkan melalui pengganda close loop sebesar 0.05 milyar rupiah. Sektor perikanan sebagai pemasok bahan baku industri makanan sektor perikanan memperoleh penerimaan output yang dicerminkan melalui pengganda total sebesar 0.41, dimana pengganda transfer memiliki kontribusi sebesar 0.17 dan pengganda close loop sebesar 0.23. Seperti halnya pada industri makanan sektor peternakan dan tanaman pangan, pengaruh terbesar terhadap sektor pertanian primer justru pada sektor tanaman pangan sedangkan sektor perikanan memperoleh pengaruh terbesar kedua setelah sektor tanaman pangan. Dalam hal ini pengganda close loop memiliki kontribusi yang lebih besar dalam menciptakan peningkatan output tersebut. Pengaruh silang terhadap faktor produksi tenaga kerja dicerminkan melalui pengganda open loop dimana, seperti halnya yang terjadi pada industri makanan sebelumnya, pengaruh terbesar ada pada tenaga kerja pertanian di desa. Namun kotribusi pengganda close loop terbesar pada tenaga kerja non pertanian di kota sehingga pengaruh total terbesar terjadi pada tenaga kerja non pertanian di kota. Peningkatan pendapatan tenaga kerja non pertanian di kota tersebut lebih lanjut akan berpengaruh pada penerimaan pendapatan rumah tangga
non pertanian golongan rendah di kota yang menerima
peningkatan paling besar diantara rumah tangga yang lain. Faktor produksi modal dalam hal ini memperoleh penerimaan sebesar 0.85 milyar rupiah, dimana kontribusi pengganda open loop sebesar 0.26 milyar rupiah dan pengganda close loop sebesar 0.59 milyar rupiah.
161
Tabel 15. Dekomposisi Pengganda Industri Makanan Sektor Perikanan dan Perkebunan, Tahun 2003 Stimulus awal
Industri makanan sektor perikanan
Industri makanan sektor perkebunan
Koefisien pengganda Dampak thd neraca lain TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Ind mak sektor perikanan Industri ringan & lainnya Industri berat Restoran dan perhotelan Total sektor produksi TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Ind mak sektor perkebunan Industri ringan & lainnya Industri berat Restoran dan perhotelan Total sektor produksi
Stimulus awal
1
1
Transfer
Open loop
Close loop
Total
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.26 0.04 0.08 0.14 0.26 0.07 0.10 0.09 0.17 0.07 0.20 0.08 0.12
0.29 0.05 0.17 0.00 0.13 1.03 0.05 0.05 0.00 2.25
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.26 0.04 0.21 0.51 0.59 0.11 0.13 0.12 0.32 0.12 0.55 0.21 0.27 0.27 0.16 0.23 0.02 0.10 0.05 0.46 0.44 0.21 4.09
0.52 0.08 0.29 0.65 0.84 0.18 0.23 0.21 0.50 0.19 0.75 0.29 0.39 0.56 0.20 0.41 0.03 0.23 2.08 0.51 0.49 0.21 6.34
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.26 0.04 0.16 0.00 0.12 1.27 0.04 0.05 0.00 2.12
0.24 0.03 0.09 0.14 0.23 0.07 0.09 0.08 0.16 0.07 0.19 0.08 0.11 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.25 0.04 0.20 0.48 0.55 0.11 0.12 0.12 0.30 0.11 0.52 0.20 0.26 0.25 0.15 0.22 0.02 0.10 0.33 0.43 0.41 0.20 3.84
0.48 0.07 0.28 0.62 0.79 0.17 0.21 0.20 0.47 0.18 0.71 0.27 0.36 0.52 0.19 0.38 0.02 0.21 2.60 0.48 0.46 0.20 5.96
162
Sedangkan institusi perusahaan memperoleh peningkatan pendapatan total sebesar 0.39 milyar rupiah dimana kontribusi pengganda open loop sebesar 0.12 milyar rupiah dan pengganda close loop sebesar 0.27 milyar rupiah. (3) Industri Minuman dan Rokok Stimulus ekonomi pada industri minuman sebesar 1 milyar rupiah menghasilkan peningkatan output secara langsung pada industri pengganda transfer sebesar 1.00 (Tabel 16).
tersebut yang dicerminkan melalui
Kotribusi pengganda close loop sebesar
0.0.0188 sehingga menghasilkan pengganda total sebesar 2.0239. Sektor pertanian primer yang memperoleh peningkatan output paling besar secara langsung adalah subsektor pertanian tanaman pangan. Pengaruh secaratidak langsung yang dicerminkan melalui pengganda close loop pun menunjukkan angka terbesar sehingga pengaruh total terhadap sub sektor tanaman pangan adalah yang terbesar. Pengaruh terbesar yang diperoleh subsektor tanaman pangan dengan adanya stimulus ekonomi di industri minuman tersebut sesuai dengan
yang diharapkan, mengingat industri minuman pada umumnya
menggunakan bahan baku dari produk tanaman pangan, seperti misalnya minuman jus buah yang dikemas dalam kaleng, susu kedelai dan sebagainya. Peningkatan output industri minuman akan mendorong peningkatan permintaan tenaga kerja yang dampak lebih lanjut akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja. Stimulus ekonomi pada industri minuman sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan pengaruh penerimaan pendapatan faktor produksi tenaga kerja non pertanian di kota melalui pengganda open loop sebesar 0.25 dan kontribusi pengganda close loop sebesar 0.52 sehingga menghasilkan total pengganda sebesar 0.77. Baik pengganda open loop maupun close loop, nilai tersebut terbesar dibandingkan pengganda pada tenaga kerja yang lain. Sebaliknya
pengaruh
terhadap tenaga kerja pertanian di kota, seperti halnya pada industri makanan yang lain, adalah yang terkecil.
163
Tabel 16. Dekomposisi Pengganda Industri Minuman dan Industri Rokok Tahun 2003 Stimulus awal
Industri minuman
Industri rokok
Koefisien pengganda Dampak thd neraca lain TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Industri minuman Industri ringan & lainnya Industri berat Restoran dan perhotelan Total sektor produksi TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Industri rokok Industri ringan & lainnya Industri berat Restoran dan perhotelan Total sektor produksi
Stimulus awal
1
1
Transfer 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.22 0.04 0.13 0.00 0.10 1.01 0.04 0.05 0.00 1.99 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.10 0.03 0.07 0.01 0.05 1.00 0.05 0.06 0.01 1.81
Open loop 0.20 0.03 0.14 0.25 0.19 0.07 0.08 0.07 0.19 0.07 0.25 0.09 0.09 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.10 0.01 0.22 0.39 0.13 0.06 0.06 0.05 0.21 0.07 0.33 0.12 0.06 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Close loop 0.27 0.04 0.22 0.52 0.61 0.12 0.14 0.13 0.33 0.12 0.57 0.21 0.28 0.28 0.16 0.24 0.02 0.11 0.02 0.48 0.45 0.22 4.23 0.29 0.05 0.23 0.56 0.65 0.12 0.15 0.14 0.36 0.13 0.61 0.23 0.30 0.30 0.17 0.26 0.03 0.11 0.02 0.51 0.48 0.24 4.54
Total 0.47 0.07 0.36 0.77 0.80 0.18 0.22 0.20 0.52 0.19 0.82 0.31 0.37 0.50 0.20 0.37 0.03 0.21 2.02 0.52 0.50 0.22 6.22 0.39 0.06 0.45 0.94 0.79 0.18 0.20 0.19 0.56 0.19 0.94 0.35 0.36 0.40 0.20 0.33 0.04 0.17 2.02 0.56 0.54 0.25 6.34
164
Sedangkan pengaruh terhadap faktor produksi dicerminkan melalui pengganda total sebesar 0.80, pengganda open loop mempunyai kontribusi sebesar 0.19 dan pengganda close loop sebesar 0.61. Peningkatan permintaan tenaga kerja selanjutnya akan berdampak pada pendapatan rumah tangga. Konsisten dengan pengaruh terhadap tenaga kerja non pertanian di kota, rumah tangga yang paling besar memperoleh pendapatan adalah rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota dengan total pengganda sebesar 0.75 dengan kontribusi pengganda open loop sebesar 0.20 dan pengganda close loop sebesar 0.55. Sedangkan rumah tangga
buruh tani dan rumah tangga non pertanian golongan atas di desa
memperoleh pendapatan terkecil. Stimulus ekonomi ke industri minuman tersebut juga menghasilkan pendapatan institusi perusahaan dengan pengganda total sebesar 0.39, kontribusi pengganda open loop sebesar 0.12 dan pengganda close loop sebesar 0.27. Tabel 16 juga menyajikan dekomposisi pengganda untuk industri rokok dimana pengaruh stimulus ekonomi ke industri tersebut akan meningkatkan ouput industri rokok melalui pengganda transfer sebesar sebesar 1.00 dan pengganda open loop sebesar 0.02. Peningkatan output industri rokok akan berpengaruh terhadap peningkatan output sektor pertanian tanaman pangan. Pengaruh peningkatan pada sektor tanaman pangan tersebut adalah yang terbesar dibandingkan sektor primer lainnya maupun sektor industri ringan, industri berat dan sektor restoran dan perhotelan. Pengaruh terhadap faktor produksi tenaga kerja ditunjukkan melalui pengganda open loop dimana tenaga kerja non pertanian di kota memperoleh pengaruh terbesar. Demikian pula untuk pengganda close loop sehingga menghasilkan total pengganda yang paling besar diantara tenaga kerja lainnya. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan meningkatkan pendapatan rumah tangga, dimana rumah tangga yang paling besar menerima pengaruh peningkatan pendapatan adalah rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota, baik untuk pengganda open loop maupun close loop. Sedangkan rumah
165
tangga buruh tani, petani luas dan rumah tangga non pertanian golongan atas di desa memperoleh pengaruh yang kecil. Hasil analisis dekomposisi industri makanan seperti disajikan pada Tabel 14 sampai dengan Tabel 16 tersebut menunjukkan pola yang sama dimana sektor tanaman pangan menerima pengaruh langsung (ditunjukkan melalui pengganda open loop) yang terbesar dibandingkan sektor pertanian primer lainnya akibat adanya stimulus ekonomi ke industri makanan sektor manapun. Hal ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan yang erat antara industri makanan dengan sektor pertanian tanaman pangan. Sebagai konsekuensi lebih lanjut dari hal tersebut, tenaga kerja pertanian di desa akan menerima pengaruh langsung paling besar dengan adanya peningkatan output sektor tanaman pangan. Namun karena industri makanan sebagian besar berada di perkotaan dan melibatkan banyak aktivitas non pertanian, seperti pengangkutan, pengemasan dan sebagainya maka pengaruh secara tidak langsung (ditunjukkan melalui pengganda close loop) pendapatan tenaga kerja non pertanian di kota justru lebih besar sehingga pengaruh total (ditunjukkan melalui koefisien pengganda total) terbesar pada tenaga kerja non pertanian. Dampak lebih lanjut dari peningkatan pendapatan tenaga kerja non pertanian di kota tersebut adalah peningkatan pendapatan rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. Khusus untuk industri minuman dan industri rokok, peningkatan output akan memberikan pengaruh terbesar secara langsung kepada tenaga kerja non pertanian di kota. 5.5.2. Agroindustri Non Makanan Tahapan transmisi pengaruh yang dipancarkan dari agroindustri non makanan diuraikan sebagai berikut. (1) Industri Kapuk dan Kulit Samakan Tabel 17 menyajikan dekomposisi pengganda industri kapuk dan industri kulit samakan dan olahan. Pada industri kapuk, stimulus ekonomi ke industri kapuk akan
166
menghasilkan pengaruh langsung kepada industri kapuk yang dicerminkan
melalui
pengganda trnsfer sebesar 1.00 dan pengganda close loop sebesar 0.0007. Besaran pengganda close loop tersebut lebih kecil dibandingkan dengan pengganda yang sama pada sektor lain. Hal ini berarti pengaruh tidak langsung yang diterima industri kapuk sangat kecil. Stimulus ekonomi pada industri kapuk tersebut juga akan menghasilkan peningkatan output pada sektor-sektor lain secara langsung melalui pengganda transfer. Industri berat memiliki pengganda transfer paling besar dibandingkan sektor lain, kemudian diikuti oleh industri ringan. Sedangkan sektor pertanian primer mempunyai pengganda transfer yang lebih kecil. Hal ini berarti peningkatan output pada industri kapuk menghasilkan dampak peningkatan output yang lebih besar bagi industri berat dan industri ringan dibandingkan dengan dampak terhadap sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku. Dampak yang lebih besar bagi industri berat menunjukkan industri kapuk bersifat padat modal yang dicerminkan melalui penggunaan mesin-mesin yang termasuk dalam industri berat. Hal yang sama bagi industri ringan yang menunjukkan bahwa industri kapuk erat kaitannya dengan industri ringan yang menggunakan kapuk sebagai bahan baku industri. Stimulus ekonomi pada industri kapuk tersebut juga akan menghasilkan dampak silang yang ditunjukkan melalui pengganda open loop
terhadap faktor produksi tenaga kerja non
pertanian di kota yang paling besar. Artinya peningkatan produksi industri kapuk akan banyak melibatkan tenaga kerja non pertanian di kota. Hal yang sama untuk pengganda close loop. Dengan hasil tersebut maka rumah tangga yang paling banyak menerima peningkatan pendapatan adalah rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota yang ditunjukkan melalui pengganda open loop sebesar 0.24 dan pengganda close loop sebesar 0.51. Sedangkan rumah tangga buruh tani dan petani merupakan golongan rumah tangga yang memperoleh dampak peningkatan pendapatan yang paling kecil. Faktor produksi modal memperoleh dampak total yang ditunjukkan melalui pengganda total sebesar 0.94, kontribusi pengganda open loop sebesar 0.35 dan pengganda close loop sebesar 0.59.
167
Tabel 17. Dekomposisi Pengganda Industri Kapuk dan Industri Kulit Samakan dan Olahan Tahun 2003 Stimulus awal
Industri kapuk
Industri kulit samakan dan olahan
Dampak thd neraca lain TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Industri kapuk Industri ringan & lainnya Industri berat Perdagangan, pergudangan Total sektor produksi TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Industri kulit samakan & olahan Industri ringan & lainnya Industri berat Perdagangan, pergudangan Total sektor produksi
Koefisien pengganda Stimulus awal
1
1
Transfer 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.02 0.01 0.07 0.04 0.06 1.00 0.19 0.21 0.12 2.35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.27 0.15 0.23 0.02 0.10 1.00 0.27 0.32 0.04 2.35
Open loop 0.04 0.01 0.12 0.24 0.35 0.05 0.04 0.05 0.16 0.05 0.28 0.10 0.16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.04 0.01 0.09 0.20 0.46 0.05 0.05 0.05 0.16 0.05 0.28 0.10 0.21 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Close loop
Total
0.26 0.04 0.21 0.51 0.59 0.11 0.13 0.12 0.32 0.12 0.56 0.21 0.27 0.27 0.15 0.23 0.02 0.10 0.00 0.46 0.44
0.30 0.05 0.34 0.76 0.94 0.16 0.17 0.17 0.48 0.17 0.84 0.31 0.43 0.28 0.16 0.30 0.07 0.16 2.00 0.65 0.65
0.10 4.11 0.27 0.04 0.22 0.54 0.62 0.12 0.14 0.13 0.34 0.12 0.59 0.22 0.29 0.28 0.16 0.24 0.02 0.11 0.00 0.48 0.46 0.10 4.31
0.22 6.57 0.31 0.05 0.32 0.74 1.08 0.16 0.18 0.18 0.49 0.17 0.86 0.32 0.50 0.54 0.31 0.47 0.05 0.21 2.01 0.75 0.77 0.15 6.66
168
Dibandingkan dengan stimulus ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan, pengaruh langsung maupun pengaruh total terhadap faktor produksi modal lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa industri kapuk bersifat padat modal. Dekomposisi pengganda industri kulit samakan dan olahan disajikan pula pada Tabel 17 dimana stimulus ekonomi pada industri kulit samakan dan olahan akan menghasilkan pengganda open loop 1.00 dan pengganda close loop 0.002. Seperti halnya pada industri kapuk, sektor lain yang secara langsung menerima pengaruh paling besar (dicerminkan melalui pengganda transfer) adalah industri berat dengan besaran pengganda 0.32 sedangkan industri ringan menerima pengaruh terbesar kedua. Dibandingkan dengan industri kapuk, pengaruh secara langsung terhadap sektor pertanian primer pada industri kulit samakan dan olahan lebih besar. Demikian pula pengaruh tidak langsung yang dicerminkan melalui pengganda close loop. Hal ini berdampak pada pengganda total yang lebih besar pula. Artinya industri kulit samakan dan olahan lebih dapat mengakselerasi pertumbuhan output sektor pertanian primer secara umum. Namun sektor pertanian primer yang menerima pengaruh paling besar adalah subsektor tanaman pangan. Sedangkan subsektor perburuan dan kehutanan serta subsektor peternakan sebagai pemasok bahan baku justru menerima pengaruh paling kecil. Hal ini terjadi karena sebagian besar bahan baku atau bahan baku antara (intermediate input ) merupakan bahan impor. Fenomena ini ditunjukkan melalui tingginya persentase impor bahan baku antara pada industri ringan diantaranya agroindustri non makanan. Pengaruh silang yang ditunjukkan melalui pengganda open loop
pada faktor
produksi tenaga kerja menunjukkan tenaga kerja non pertanian di kota menerima pengaruh paling besar. Demikian pula untuk pengganda close loop sehingga berdampak pada koefisien pengganda total yang lebih besar pula. Pengaruh terhadap faktor produksi modal lebih besar dibandingkan dengan stimulasi ekonomi pada industri kapuk baik yang ditunjukkan melalui pengganda open loop maupun close loop. Hal ini berarti idustri kulit
169
samakan dan olahan lebih bersifat padat modal. Sedangkan pengaruh terhadap institusi rumah tangga terbesar pada rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. Seperti halnya pada industri kapuk, rumah tangga buruh tani dan petani menerima pengaruh paling kecil baik untuk pengganda open loop maupun close loop. (2) Industri Kayu lapis, Barang dari Kayu, Bambu dan Rotan Tabel 18 menyajikan dekomposisi pengganda industri kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan serta industri bubur kertas. Stimulus ekonomi pada industri kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan akan menghasilkan pengaruh langsung pada industri itu sendiri dengan nilai pengganda sebesar 1.06 dan pengaruh tidak langsung melalui pengganda close loop sebesar 0.06. Sektor lain yang menerima pengaruh terbesar adalah industri berat dan industri ringan sedangkan sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku menerima pengaruh yang lebih kecil.
Diantara sektor pertanian primer,
subsektor kehutanan dan perburuan dan subsektor pertanian tanaman lain sebagai sumber bahan baku utama menerima pengaruh yang lebih besar. Nilai pengganda yang lebih besar ini menunjukkan bahwa keterkaitan antara industri kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan terhadap sektor pertanian primer yang memasok bahan baku relatif kuat. Pengaruh terhadap faktor produksi tenaga kerja menunjukkan bahwa tenaga kerja non pertanian di kota menerima pengaruh paling besar yang ditunjukkan melalui pengganda open loop maupun close loop.
Sedangkan pengaruh terhadap faktor produksi modal
ditunjukkan melalui koefisien pengganda open loop sebesar 0.47 dan pengganda close loop sebesar 0.67. Rumah tangga yang menerima pengaruh terbesar adalah rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota dengan koefisien pengganda total sebesar 0.94 dimana kontribusi pengganda open loop 0.31 dan pengganda close loop 0.63. Seperti halnya pada agroindustri non makanan lainnya, pengaruh langsung terhadap rumah tangga buruh tani dan petani menunjukkan nilai yang lebih kecil.
170
Tabel 18. Dekomposisi Pengganda Industri Kayu Lapis, Barang dari Kayu, Bambu dan Rotan dan Industri Bubur Kertas Tahun 2003 Stimulus awal
Industri kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan
Industri bubur kertas
Koefisien pengganda Dampak thd neraca lain TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Ind kayu lapis, barang dari kayu, bambu dan rotan Industri ringan & lainnya Industri berat Perdagangan dan pergudangan Total sektor produksi TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Industri bubur kertas Industri ringan & lainnya Industri berat Perdagangan dan pergudangan Total sektor produksi
Stimulus awal
Transfer 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.03 0.06
1
1
1.06 0.30 0.35 0.04 2.37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.01 0.01 0.01 0.04 0.06 1.03 0.33 0.39 0.04 2.52
Open loop 0.04 0.01 0.11 0.24 0.47 0.05 0.05 0.05 0.17 0.05 0.31 0.12 0.22 0 0 0 0 0
Close loop 0.29 0.05 0.24 0.59 0.67 0.13 0.15 0.14 0.36 0.13 0.63 0.24 0.31 0.30 0.17 0.26 0.03 0.11
Total
0 0 0 0
0.06 0.52 0.49 0.11 4.65 0.27 0.04 0.22 0.54 0.61 0.12 0.14 0.13 0.33 0.12 0.58 0.22 0.28 0.27 0.16 0.23 0.02 0.11 0.02 0.48 0.45 0.10 4.26
2.13 0.82 0.84 0.14 7.02 0.31 0.05 0.31 0.74 1.06 0.16 0.18 0.18 0.49 0.17 0.86 0.32 0.49 0.29 0.17 0.24 0.06 0.17 2.05 0.81 0.84 0.14 6.78
0.04 0.01 0.09 0.20 0.45 0.05 0.04 0.05 0.15 0.05 0.27 0.10 0.21 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0.33 0.05 0.35 0.83 1.13 0.18 0.19 0.19 0.53 0.19 0.94 0.35 0.52 0.31 0.18 0.26 0.06 0.17
171
Tabel 18 menyajikan pula dekomposisi pengganda industri
bubur kertas.
Pengaruh langsung stimulus ekonomi terhadap peningkatan output industri bubur kertas yang ditunjukkan melalui pengganda open loop sebesar 1.03 dan pengganda close loop sebesar 0.02. Stimulus ekonomi terhadap industri bubur kertas tersebut juga menghasilkan pengaruh penerimaan output sektor-sektor lain, dimana sektor yang paling besar menerima pengaruh adalah industri berat dan industri ringan. Sedangkan sektor pertanian primer menerima pengaruh yang relatif kecil. Dalam hal ini subsektor kehutanan dan perburuan sebagai pemasok bahan baku bagi industri bubur kertas menerima pengaruh terbesar dibandingkan dengan subsektor lainnya dengan pengganda open loop sebesar 0.04 dan pengganda close loop sebesar 0.02. Pengaruh terbesar terhadap faktor produksi tenaga kerja diterima oleh tenaga kerja non pertanian di kota dengan koefisien pengganda total sebesar 0.74 dimana pengganda open loop mempunyai kontribusi sebesar 0.20 dan pengganda close loop sebesar 0.54. Pengaruh terhadap
pendapatan tenaga kerja non pertanian di kota tersebut lebih lanjut
akan menghasilkan penerimaan pendapatan bagi rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota.
Pengaruh langsung yang ditunjukkan melalui pengganda
open loop
sebesar 0.27 dan pengganda close loop dengan nilai yang lebih besar yaitu 0.58. Sedangkan institusi perusahaan menerima pengaruh langsung melalui pengganda open loop sebesar 0.21 dan pengganda close loop sebesar 0.28. (3) Industri Karet Remah dan Karet Asap Tabel 19 menyajikan dekomposisi pengganda industri karet remah dan karet asap dimana stimulus ekonomi pada industri tersebut akan menimbulkan pengaruh langsung bagi industri yang bersangkutan melalui pengganda transfer sebesar 1.03,
sedangkan
pengaruh tidak langsung yang ditunjukkan melalui pengganda close loop sebesar 0.04. Stimulus tersebut juga akan menimbulkan pengaruh peningkatan output sektor lain terutama industri berat dan industri ringan. Kedua industri tersebut menerima pengaruh
172
terbesar dibandingkan sektor lainnya.
Sedangkan sektor pertanian primer menerima
pengaruh yang lebih kecil. Seperti yang diharapkan, subsektor pertanian tanaman lain (termasuk tanaman karet dan beberapa
tanaman subsektor perkebunan lain) yang
merupakan pemasok bahan baku bagi industri karet remah dan karet asap menerima pengaruh terbesar. Tabel 19. Dekomposisi Pengganda Industri Karet Remah dan Industri Karet Asap, Tahun 2003 Stimulus awal
Industri karet remah dan karet asap
Koefisien pengganda Dampak thd neraca lain TK pertanian di desa TK pertanian di kota TK nonpertanian di desa TK nonpertanian di kota Modal RT buruh tani RT petani kecil RT petani luas RT non pert. gol rendah di desa RT non pert. gol atas di desa RT non pert. gol rendah di kota RT non pert. gol atas di kota Perusahaan Pertanian tan pangan Peternakan dan hasilnya Perikanan Kehutanan dan perburuan Pertanian tanaman lain Industri karet remah dan karet asap Industri ringan & lainnya Industri berat Perdagangan dan pergudangan Total sektor produksi
Faktor produksi
Stimulus awal
1
Transfer 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.01 0.01 0.00 0.02 0.03 1.03 0.17 0.20 0.02 1.79
Open loop 0.02 0.00 0.18 0.42 0.28 0.05 0.04 0.04 0.18 0.05 0.39 0.14 0.13 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Close loop 0.31 0.05 0.25 0.60 0.70 0.13 0.16 0.15 0.38 0.14 0.66 0.25 0.32 0.32 0.18 0.27 0.03 0.12 0.04 0.55 0.52 0.11 4.88
Total 0.33 0.05 0.43 1.03 0.98 0.18 0.20 0.19 0.57 0.19 1.05 0.39 0.45 0.33 0.19 0.28 0.05 0.15 2.07 0.72 0.72 0.13 6.67
tenaga kerja yang menerima pengaruh terbesar dari stimulus
ekonomi pada industri karet remah dan karet asap adalah tenaga kerja non pertanian di kota yang ditunjukkan melalui koefisien pengganda total sebesar 1.03. Pengganda open loop mempunyai kontribusi sebesar 0.42 dan pengganda close loop sebesar 0.60. Sedangkan faktor produksi modal secara langsung menerima pengaruh melalui pengganda open loop sebesar 0.28 dan pengganda close loop sebesar 0.61. Penerimaan pendapatan pada tenaga kerja non pertanian di kota tersebut akan menghasilkan pendapatan bagi
173
rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. Golongan ini menerima pengaruh paling besar dibandingkan golongan rumah tangga lain. Pengaruh total ditunjukkan melalui koefisien pengganda total sebesar 1.03, merupakan nilai terbesar kedua setelah pengaruh yang ditimbulkan melalui stimulus ekonomi pada industri kulit samakan dan olahan. Sedangkan institusi perusahaan menerima pengaruh total sebesar 0.45 dengan kontribusi pengganda open loop sebesar 0.13 dan pengganda close loop sebesar 0.32. Hasil analisis dekomposisi pengganda agroindustri non makanan yang disajikan pada Tabel 17 sampai dengan Tabel 19 menghasilkan pola yang hampir sama, yaitu stimulus ekonomi yang ditujukan ke agroindustri non makanan, selain akan menghasilkan pengaruh langsung (melalui pengganda transfer) ke industri itu sendiri juga menghasilkan pengaruh ke sektor lain. Sektor yang menerima pengaruh paling besar adalah industri berat dan industri ringan lainnya. Sedangkan untuk sektor pertanian primer, meskipun pengaruh secara langsung yang diterima relatif kecil, namun menunjukkan pola sesuai dengan yang diharapkan, yaitu pengaruh terbesar diterima oleh subsektor kehutanan dan perburuan serta subsektor pertanian tanaman lainnya sebagai pemasok bahan baku bagi agroindustri non makanan. Pola seperti ini terkecuali untuk agroindustri kulit samakan dan olahan, karena subsektor peternakan dan subsektor kehutanan dan perburuan justru menerima pengaruh langsung terkecil. Hal ini diduga karena penggunaan bahan baku dan bahan antara bagi industri kulit banyak berasal dari impor sehingga pengaruh langsung terhadap sektor pertanian primer sebagai pemasok bahan baku relatif kecil. Meskipun secara umum stimulus ekonomi ke agroindustri non makanan tersebut mengasilkan pengaruh langsung terbesar kepada subsektor terkait yang memasok bahan baku, namun bukan berarti pengaruh total yang diterima oleh subsektor tersebut juga menunjukkan angka terbesar. Hal ini disebabkan pengaruh tidak langsung (melalui pengganda close loop) terbesar justru diterima oleh subsektor tanaman pangan sehingga pengaruh secara total yang diterima oleh subsektor tanaman pangan dengan adanya
174
stimulus ekonomi pada agroindustri non makanan juga menunjukkan nilai terbesar. Hal ini terjadi karena pengaruh tidak langsung yang melibatkan aktivitas tenaga kerja (sebagai faktor produksi) maupun institusi rumah tangga banyak terkait dengan subsektor tanaman pangan. Dilihat dari pengaruh total (yang ditunjukkan melalui koefisien pengganda total) stimulus ekonomi ke agroindustri baik makanan maupun non makanan, pengaruh terbesar diterima oleh tenaga kerja non pertanian di kota, namun pengaruh langsung terbesar melalui pengganda open loop yang ditimbulkan oleh stimulus ekonomi ke agroindustri makanan akan diterima oleh tenaga kerja pertanian di desa, sementara untuk agroindustri non makanan, pengaruh langsung terbesar mengarah ke tenaga kerja non pertanian di kota. Hal ini disebabkan tingginya pengaruh tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja non pertanian di kota. Dengan koefisien pengganda total pada tenaga kerja non pertanian di kota menunjukkan nilai terbesar, menyebabkan pengganda total rumah tangga non pertnian golongan rendah di kota juga terbesar, atau dengan kata lain rumah tangga yang paling banyak menerima peningkatan pendapatan dengan adanya srimulus ekonomi ke agroindustri baik makanan maupun non makanan adalah rumah tangga non pertanian golongan rendah di kota. 5.6. Penelusuran Jalur Transmisi Pengaruh dari Sektor Agroindustri ke Rumah Tangga Analisis Jalur Struktural atau SPA digunakan untuk mengidentifikasi seluruh jaringan atau arah jalur pengaruh stimulus ekonomi ditransmisikan dari satu sektor ke sektor lainnya dalam suatu sistem sosial ekonomi (Defourny and Thorbecke, 1984; Isard et al., 1998). Untuk mengukur keeratan hubungan antara dua sektor atau dua kutub, yang dalam analisis SPA diistilahkan sebagai pengaruh dari sektor asal ke sektor tujuan, menggunakan konsep pengeluaran rata-rata. Dengan demikian jalur pengaruh dalam SPA menunjukkan perubahan pengeluaran (proxy dari pendapatan) pada jalur tujuan yang
175
disebabkan adanya perubahan pada jalur asal. Jalur pengaruh tersebut juga dapat menggambarkan perubahan output jalur tujuan yang disebabkan perubahan pada jalur asal. Ada beberapa macam pengaruh dalam analisis SPA yaitu : (1) pengaruh langsung, (2) pengaruh total, dan ( 3) pengaruh global. Pengaruh langsung menunjukkan pengaruh stimulus ekonomi dari sektor awal menuju ke sektor tujuan melalui jalur dasar baik yang berisi satu panah atau lebih. Dalam penelitian ini stimulus ekonomi awal difokuskan pada industri makanan maupun non makanan sebagai awal dipancarkannya pengaruh sedangkan sektor tujuan adalah institusi rumah tangga (RT). Pengaruh total mengukur pengaruh langsung (dari agroindustri ke rumah tangga) sepanjang jalur dasar dan pengaruh tidak langsung dari jalur sirkuit yang berhubungan dengan jalur dasar. Pengaruh langsung maupun tidak langsung tersebut dapat dirangkai dalam beberapa jalur sehingga membentuk beberapa pengaruh total. Pengaruh global mengukur keseluruhan pengaruh total
dari
sektor agroindustri sebagai sektor asal ke rumah tangga sebagai sektor tujuan, yang pada dasarnya merupakan besaran pengganda masing-masing agroindustri ke rumah tangga. Dalam analisis SPA skema jalur yang dibahas adalah jalur dasar yang menghubungkan jalur asal (sektor agroindustri) menuju institusi rumah tangga sebagai jalur tujuan secara langsung maupun melalui sektor lain terlebih dahulu. Jalur yang dilewati dinyatakan melalui besaran koefisien pengaruh yang menunjukkan besaran keluaran, dimana nilai koefisien pengaruh tersebut tidak lain berasal dari matrik koefisien pengeluaran rata-rata (Lampiran 9). Permasalahan yang muncul dalam melakukan analisis SPA adalah banyaknya jalur yang harus diidentifikasi, mengingat dalam satu sistem sosial ekonomi terjadi keterkaitan antara satu sektor dengan sektor-sektor lainnya maupun dengan faktor produksi dan institusi yang kesemuanya akan membentuk jaringan atau jalur masing-masing. Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini nilai pengaruh (langsung, total dan global) dipilih untuk nilai-nilai terbesar dengan batasan angka 0.01
176
5.6.1. Agroindustri Makanan Pengaruh langsung dari masing-masing agroindustri makanan ke rumah tangga yang membentuk jalur dasar secara umum menunjukkan pola sama.
Gambar 11
merangkum jalur dasar pengaruh stimulus ekonomi dari industri-industri dalam kelompok agroindustri makanan, minuman dan rokok yang dipancarkan menuju institusi rumah tangga. Pengaruh yang ditimbulkan olah stimulus ekonomi yang ditujukan ke agroindustri makanan, minuman dan tembakau menuju rumah tangga akan melewati tiga jalur dasar. Jalur pertama, pengaruh stimulus ekonomi akan menuju sektor pertanian primer terlebih dahulu kemudian diteruskan ke tenaga kerja (TK) pertanian di desa kemudian menuju ke rumah tangga (RT) buruh tani, petani kecil, petani luas, RT non pertanian golongan rendah dan golongan atas di desa. Stimulus ekonomi ke agroindustri makanan, minuman dan tembakau yang ditransmisikan ke sektor pertanian primer terlebih dahulu tersebut menunjukkan adanya keeratan hubungan antara
agroindustri makanan, minuman dan
tembakau dengan sektor primer sebagai sumber bahan baku. Terkait dengan sektor pertanian primer dan TK pertanian di desa sebagai perantara pengaruh stimulus ekonomi dari agroindustri makanan, minuman dan rokok, rumah tangga yang menerima pengaruh adalah RT buruh tani, petani kecil dan petani luas. Selain itu RT non pertanian golongan rendah dan atas di desa juga menerima pengaruh stimulus mengingat proses industri makanan banyak melibatkan TK non pertanian untuk aktivitas pengangkutan, pengepakan dan lain sebagainya. Jalur kedua, stimulus ekonomi dari agroindustri makanan, minuman dan rokok langsung menuju TK non pertanian di desa maupun di kota kemudian diteruskan ke RT non pertanian golongan rendah dan atas di desa dan di kota. Hal ini berimplikasi bahwa pengaruh yang ditransmisikan ke TK non pertanian tanpa melewati sektor pertanian primer terlebih dahulu. Jalur ketiga adalah stimulus ekonomi dari agroindustri makanan, minuman dan rokok dipancarkan melalui
177
faktor produksi modal kemudian menuju RT non pertanian di desa dan di kota. Jalur ini berimplikasi bahwa faktor produksi modal juga akan menerima peningkatan penerimaan secara langsung dengan adanya stimulus ekonomi yang dipancarkan dari agroindustri makanan, minuman dan rokok.
Sektor pertanian primer Industri Makanan, Minuman, Rokok
TK pertanian desa
Buruh tani, petani kcl, petani luas, RT non pert gol rendah & atas di desa
TK non pert desa & kota
RT non pert gol rendah & atas di desa dan kota
Modal
RT non pert gol rendah di desa dan kota
Gambar 11. Jalur Dasar Agroindustri Makanan, Minuman dan Rokok Rumah Tangga
Jalur struktural agroindustri yang merangkum pengaruh global, pengaruh langsung dan pengaruh total pada jalur dasar masing-masing agroindustri makanan, minuman dan rokok secara rinci disajikan sebagai berikut. (1) Agroindustri Makanan Sektor Peternakan Tabel 20 dan Gambar 12 menyajikan jalur struktural untuk agroindustri makanan sektor peternakan, dimana stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri makanan sektor peternakan akan dipancarkan ke RT buruh tani dengan besaran pengaruh global sebesar 0.175. Nilai ini tidak lain adalah besaran pengganda dari agroindustri makanan sektor peternakan menuju RT buruh tani, sehingga dapat diartikan jika agroindustri makanan sektor peternakan menerima peningkatan output sebesar 1 milyar rupiah akan meningkatkan penerimaan pendapatan RT buruh tani sebesar 0.175 milyar rupiah dimana sekitar 10.3 persen tambahan pendapatan tersebut mengikuti jalur dasar dari agroindustri
178
Tabel 20. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Peternakan ke Rumah Tangga, Tahun 2003 Jalur Tujuan (RT)
Jalur Asal
Agroindustri Makanan Sektor Peternakan
Pengaruh Global
Buruh tani
0.175
Petani kecil
0.218
Petani luas Non pert rendah ds
0.2
Non pert atas desa
Non pert rendah kota
Non pert atas kota
0.482
0.181
0.739
0.281
Jalur Dasar Agroind ternak-tan pangnTK pert ds-brh tani Agroind ternak-tan pangnTK pert ds-tani kecil Agroind ternak-tan pangnTK pert ds-tani luas Agroind ternak-TK NP dsRT NP rendah ds Agroind ternak-Modal-RT NP rendah ds Agroind ternak-tan pangnTK pert ds-RT NP rendah ds Agroind ternak-TK NP dsRT NP atas ds Agroind ternak-tan pangnTK pert ds-RT NP atas ds Agroind ternak-TK NP kota-RT NP rendah kota Agroind ternak-Modal-RT NP rendah kota Agroind ternak-TK NP kota-RT NP atas kota
Pengaruh Langsung
Pengganda Jalur
Pengaruh Total
Persentase Pengaruh Global (%)
0.011
1.656
0.018
10.6
0.033
1.618
0.054
24.8
0.027
1.619
0.044
21.8
0.043
1.551
0.067
13.9
0.012
2.116
0.025
5.2
0.031
1.883
0.058
12.1
0.011
1.402
0.015
8.5
0.017
1.641
0.028
15.8
0.078
1.95
0.153
20.7
0.018
2.331
0.043
5.8
1.784
0.046
16.3
0.026
makanan sektor peternakan menuju sektor tanaman pangan terlebih dahulu kemudian ke faktor produksi tenaga kerja dan berakhir ke RT buruh tani. Dalam jalur tersebut RT buruh tani menerima pengaruh langsung sebesar 0.011 milyar rupiah dan sektor tanaman pangan menerima peningkatan output sebesar 0.178 melewati milyar rupiah. Seperti halnya pada RT buruh tani, pengaruh yang menuju RT petani kecil (luas lahan < 0.5 ha) terlebih dahulu juga melewati sektor tanaman pangan dan TK pertanian di desa kemudian menuju RT petani kecil.
Pengaruh global yang
dipancarkan ke RT petani kecil sebesar 0.218, sekitar 24.8 persen tambahan pendapatan RT petani kecil melewati jalur dasar tersebut. Dalam jalur tersebut pengaruh langsung petani kecil sebesar 0.033.
179
0.093
Buruh Tani
0.011
Petani Kecil
0.033
Petani Luas
0.027
NP Rendah Desa
0.017
NP Atas Desa
0.031
0.671
NP Rendah Desa
0.043
0.17
NP Atas Desa
0.011
0.131
NP Rendah Desa
0.012
0.204
NP Atas Desa
0.018
0.719
NP Rendah Kota
0.078
0.235
NP Atas Kota
0.026
0.279
0.178
Tanaman Pangan
TK Pertanian Desa
0.225
0.671 0.258 0.145
Agroin dustri Ternak
0.064
0.09
0.109
TK NP Desa
Modal
TK NP Kota
Gambar 12. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Peternakan ke Rumah Tangga Kemudian dari sektor tanaman pangan, pengaruh stimulus menuju faktor produksi tenaga kerja dan menghasilkan pengaruh langsung terhadap pendapatan tenaga kerja sebesar 0.178 milyar rupiah.. Dalam jalur ini setiap diberikan stimulus 1 milyar rupiah ke agroindustri makanan sektor peternakan, pengaruh langsung yang diterima oleh RT petani luas sebesar 0.027 milyar rupiah. Nilai tersebut lebih kecil daripada pengaruh langsung
180
terhadap petani kecil. Dampak stimulus juga melewati sektor-sektor lain yang membentuk jalur sirkuit sehingga menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.169. Hal itu akan berdampak kembali pada peningkatan pendapatan RT petani luas sehingga menghasilkan pengaruh total sebesar 0.044 milyar rupiah atau sekitar 21 persen dari pengaruh global. Stimulus ekonomi juga akan menuju RT non pertanian golongan rendah di desa dengan melewati tiga jalur. Jalur pertama melewati TK non pertanian di desa, jalur kedua melewati faktor produksi modal dan jalur ketiga terlebih dahulu melewati sektor tanaman pangan dan TK pertanian di desa kemudian baru menuju RT non pertanian golongan rendah di desa. Pengaruh global yang diterima oleh RT tersebut sebesar 0.482. Artinya setiap peningkatan output agroindustri makanan sektor peternakan sebesar 1 milyar rupiah akan meningkatkan pendapatan RT non pertanian golongan rendah di desa sebesar 0.482 milyar rupiah.
Jalur pertama akan menghasilkan pengaruh langsung terhadap rumah
tangga sebesar 0.043 milyar rupiah dan pengaruh total sebesar 0.067 milyar rupiah atau sekitar 13.9 persen dari pengaruh global.
Jalur kedua akan menghasilkan pengaruh
langsung terhadap RT non pertanian di desa sebesar 0.012 milyar rupiah dan pengaruh total sebesar 0.025 milyar rupiah atau sekitar 5.2 persen dari pengaruh global. Jalur ketiga akan menghasilkan pengaruh langsung sebesar 0.031 milyar rupiah dan pengaruh total sebesar 0.058 milyar rupiah atau sekitar 12.1 persen. Dari ketiga jalur tersebut jalur yang melewati modal terlebih dulu akan menghasilkan peningkatan pendapatan secara langsung kepada RT non pertanian golongan rendah paling kecil. Pada jalur pertama TK non pertanian di desa akan menerima peningkatan pendapatan secara langsung sebesar 0.167 milyar rupiah dan peningkatan pendapatan modal sebesar 0.09 milyar rupiah melalui jalur ketiga. Stimulus ekonomi ke agroindustri peternakan juga akan menghasilkan peningkatan pendapatan bagi RT non pertanian lainnya, yaitu RT non pertanian golongan atas di desa, RT non pertanian golongan rendah dan golongan atas di kota. Dari empat kelompok RT
181
non pertanian tersebut, RT non pertanian golongan rendah di kota menerima pengaruh global terbesar yaitu sebesar 0.739 atau dengan kata lain stimulus ekonomi pada agroindustri makanan sektor peternakan akan menghasilkan angka pengganda pendapatan RT non pertanian golongan rendah sebesar 0.739 dimana sekitar 20.7 persen mengikuti jalur dasar yang melewati TK non pertanian di kota. Artinya setiap stimulus ekonomi ke agroindustri makanan sektor peternakan sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan peningkatan pendapatan RT non pertanian golongan rendah sebesar 0.739 milyar rupiah. Dalam jalur tersebut RT non pertanian golongan rendah di kota menerima pengaruh langsung sebesar 0.078 milyar rupiah dan pengaruh total sebesar 0.153 milyar rupiah. Sedangkan TK non pertanian di kota menerima pengaruh langsung sebesar 0.109 milyar. Selain melewati jalur TK non pertanian di kota, stimulus ekonomi yang menuju ke RT non pertanian golongan rendah di kota juga melewati faktor produksi modal. Dalam jalur tersebut, rumah tangga menerima pengaruh langsung sebesar 0.018 milyar rupiah dan pengaruh total 0.043 milyar rupiah atau sekitar 5.8 persen dari pengaruh global. Sedangkan modal menerima pengaruh langsung sebesar 0.09 milyar rupiah. (2) Agroindustri Makanan Sektor Tanaman Pangan Jalur dasar agroindustri makanan sektor tanaman pangan disajikan pada Tabel 21 dan Gambar 13. Seperti halnya pada agroindustri makanan sektor peternakan, jalur dasar pada agroindustri makanan sektor tanaman pangan yang menuju RT buruh tani, petani kecil dan petani luas terlebih dahulu juga melewati sektor tanaman pangan sebagai pemasok bahan baku kemudian melewati TK pertanian di desa. Dari tiga golongan rumah tangga tersebut, yang menerima pengaruh stimulus terbesar adalah RT petani kecil, baik untuk pengaruh global, pengaruh langsung maupun pengaruh total. Sedangkan buruh tani menerima pengaruh terkecil. Pada jalur dasar agroindustri makanan sektor tanaman pangan menuju petani kecil tersebut, pengaruh langsung yang diterima RT petani kecil sebesar
182
Tabel 21. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Tanaman Pangan ke Rumah Tangga Tahun 2003 Jalur Asal
Jalur Tujuan Pengaruh (RT) Global Buruh tani Petani kecil
Agroindustri Makanan Sektor Tanaman Pangan
Non pert atas ds
Non pert rendah kota
Non pert atas kota
Pengganda Pengaruh Jalur Total
Persentase Pengaruh Global (%)
0.181
Agroind tan pangan-tan pangan-TK pert ds-brh tani
0.011
1.724
0.019
10.7
0.225
Agroind tan pangan-tan pangn-TK pert ds-tani luas
0.034
1.687
0.057
25.4
0.206
Agroind tan pangan-tan pangan-TK pert ds-tani sempit
0.027
1.687
0.046
22.3
0.501
Agroind tan pangan-TK NP ds-RT NP rendah ds
0.048
1.622
0.078
15.5
Agroind tan pangan-ModalRT NP rendah ds
0.014
2.174
0.03
5.9
Agroind tan pangan-tan pangn-TK pert ds-RT NP rendah ds
0.031
1.94
0.061
12.1
Agroind tan pangan-TK NP ds-RT NP atas ds
0.012
1.478
0.018
9.6
Agroind tan pangan-tan pangn-TK pert ds-RT NP atas ds
0.018
1.708
0.03
16
Agroind tan pangan-TK NP kota-RT NP rendah kota
0.087
2.005
0.175
22.7
Agroind tan pangan-ModalRT NP rendah kota
0.021
2.382
0.05
6.5
Agroind tan pangan-agroind perkeb-TK NP kota-RT NP rendah kota
0.012
2.726
0.032
4.1
Agroind tan pangan-TK NP kota-RT NP atas kota
0.029
1.846
0.053
18
Petani luas Non pert rendah ds
Jalur Dasar
Pengaruh Langsung
0.187
0.771
0.293
0.034 dan dampak dari jalur sirkuit akan menghasilkan pengganda jalur sebesar 1.687 sehingga pengaruh total yang diterima RT petani kecil menjadi sebesar 0.057. Pengaruh global bagi RT petani kecil sebesar 0.225 yang tak lain merupakan pengganda pendapatan RT petani kecil dengan adanya stimulus ekonomi ke agroindustri makanan sektor tanaman pangan. Pada jalur tersebut subsektor tanaman pangan menerima pengaruh langsung sebesar 0.181 (Gambar 13). Sedangkan pada kelompok RT non pertanian, pengaruh terbesar dipancarkan ke RT non pertanian golongan rendah di kota. Kelompok tersebut menerima pengaruh global sekitar empat kali lipat dibanding pengaruh yang diterima RT buruh tani. Hal ini berimplikasi bahwa
manfaat pengembangan
agroindustri makanan sektor tanaman pangan, meskipun sebagian besar diterima oleh
183
Buruh Tani
0.011
Petani Kecil
0.034
Petani Luas
0.027
NP Rendah Desa
0.031
NP Atas Desa
0.018
0.671
NP Rendah Desa
0.048
0.17
NP Atas Desa
0.018
0.131
NP Renda h Desa
0.087
0.204
NP Rendah Kota
0.021
0.719
NP Rendah Kota
0.087
0.235
NP Atas Kota
0.029
NP Rendah Kota
0.012
0.719
0.093
0.279
0.181
Tanaman Pangan
TK Pertanian Desa
0.225
0.671 0.258 0.145
TK NP Desa Agro Tanaman Pangan
0.072
0.104
Modal
0.121
0.190
TK NP Kota
Agroindustri Perkebunan
TK NP Kota 0.086
Gambar 13. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Tanaman Pangan ke Rumah Tangga
rumah tangga golongan rendah, namun belum mengarah pada kelompok rumah tangga golongan rendah di sektor pertanian (buruh tani dan petani kecil). Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya keeratan hubungan antara agroindustri dengan tenaga kerja di sektor pertanian. Atau dengan kata lain keterlibatan tenaga kerja di sektor pertanian dalam
184
aktivitas produksi agroindustri lebih rendah dibandingkan keterlibatan tenaga kerja non pertanian. Pengaruh global yang diterima RT non pertanian golongan rendah di kota sebesar 0.771 yang terdiri dari tiga jalur. Jalur pertama dari agroindustri makanan sektor tanaman pangan dengan melewati faktor produksi TK non pertanian di kota. Jalur kedua melewati faktor produksi modal dan jalur ketiga melewati agroindustri makanan sektor perkebunan. Keterlibatan agroindustri makanan sektor perkebunan dalam jalur struktural tersebut diduga karena bahan pengolahan agroindustri makanan sektor tanaman pangan selain berasal dari sektor pertanian primer juga banyak menggunakan hasil produksi agroindustri makanan sektor perkebunan, seperti misalnya gula, minyak goreng, coklat bubuk dan hasil pengolahan industri sektor perkebunan lainnya.Dari ketiga jalur tersebut, jalur yang melewati TK non pertanian di kota akan menghasilkan pengaruh langsung terbesar bagi RT non pertanian golongan rendah di kota, yaitu sebesar 0.054 sedangkan pengaruh langsung yang diterima TK non pertanian di kota dalam jalur tersebut sebesar 0.121. Jalur yang melewati modal sebagai perantara pada kenyataannya memberikan pengaruh langsung kepada RT non pertanian golongan rendah di kota yang lebih besar dibandingkan jalur yang melewati agroindustri makanan sektor perkebunan sebagai perantara. Pada jalur tersebut faktor produksi modal menerima pengaruh sebesar 0.104. (3) Agroindustri Makanan Sektor Perikanan Jalur dasar agroindustri makanan sektor perikanan disajikan pada Tabel 22 dan Gambar 14. Seperti halnya pada agroindustri makanan sektor peternakan dan tanaman pangan, RT buruh tani menerima pengaruh global maupun pengaruh langsung terkecil sedangkan RT petani kecil memperoleh pengaruh terbesar. Namun meskipun RT petani kecil memperoleh pengaruh terbesar, pengaruh global maupun pengaruh langsung yang diterima oleh RT non pertanian tetap menunjukkan nilai yang lebih tinggi, terutama untuk RT non pertanian golongan rendah di kota. Untuk kelompok rumah tangga ini, pengaruh
185
global yang diterima sebesar 0.749 atau dengan kata lain setiap stimulus ekonomi ke agroindustri makanan sektor perikanan sebesar 1 milyar rupiah akan menghasilkan tambahan pendapatan bagi RT non pertanian golongan rendah di kota sebanyak 0.749 milyar rupiah. Seperti halnya agroindustri makanan sektor tanaman pangan, peningkatan pendapatan tersebut diperoleh melalui tiga jalur dasar. Jalur pertama dari agroindustri makanan sektor perikanan, melalui TK non pertanian di kota kemudian menuju RT non pertanian golongan rendah di kota. Jalur kedua melalui modal sebagai perantara dan jalur ketiga melalui agroindustri perkebunan terlebih dahulu baru menuju TK non pertanian di kota baru menuju RT non pertanian golongan rendah di kota. Tabel 22. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Perikanan ke Rumah Tangga Tahun 2003 Jalur Asal
Agroindustri Makanan Sektor Perikanan
Jalur Tujuan (RT)
Pengaruh Global
Buruh tani
0.183
Petani kecil
0.231
Petani luas Non pert gol rendah desa
0.212
Non pert gol atas desa Non pert gol rendah kota
Non pert gol atas kota
0.496
0.188 0.749
0.286
Jalur Dasar Agroind perikanan-tan pangnTK pert ds-brh tani Agroind perikanan-tan pangnTK pert ds-tani kecil Agroind perikanan-tan pangnTK pert ds-tani luas Agroind perikanan-TK NP ds-RT NP rendah ds Agroind perikanan-Modal-RT NP rendah ds Agroind perikanan-tan pangnTK pert ds-RT NP rendah ds agroind perikanan-tan pangnTK pert ds-RT NP atas ds Agroind perikanan-TK NP kota-RT NP rendah kota Agroind perikanan-Modal-RT NP rendah kota Agroind perikanan-agroind perkeb-TK NP kota-RT NP rendah kota Agroind perikanan-TK NP kota-RT NP atas kota
Pengaruh Pengganda Pengaruh Langsung Jalur Total
Persentase Pengaruh Global (%)
0.013
1.703
0.021
11.7
0.038
1.665
0.063
27.1
0.03
1.666
0.05
23.8
0.03
1.6
0.048
9.7
0.015
2.171
0.033
6.7
0.035
1.933
0.067
13.6
0.02
1.688
0.033
17.5
0.054
2.007
0.109
14.6
0.024
2.391
0.057
7.6
0.013
2.727
0.036
4.7
0.018
1.839
0.033
11.5
Dari ketiga jalur tersebut pengaruh langsung maupun pengaruh total terbesar diperoleh melalui jalur dengan TK non pertanian di kota sebagai perantara awal. Pada jalur tersebut TK non pertanian di kota menerima pengaruh langsung sebesar 0.076 milyar.
186
Buruh Tani
0.013
Petani Kecil
0.038
Petani Luas
0.03
NP Rendah Desa
0.035
NP Atas Desa
0.02
NP Rendah Desa
0.03
0.131
NP Rendah Desa
0.015
0.204
NP Rendah Kota
0.024
0.719
NP Rendah Kota
0.054
0.235
NP Atas Kota
0.018
NP Rendah Kota
0.018
0.093 0.279
0.178
Tanaman Pangan
TK Pertanian Desa
0.225
0.671 0.258 0.145
0.671 0.064
Agroindustri Perikanan
TK NP Desa
0.09
Modal
0.109
0.178
Agroindustri Perkebunan
TK NP Kota
0.719
0.086 TK NP Kota
Gambar 14. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Perikanan ke Rumah Tangga (4) Agroindustri Makanan Sektor Perkebunan Pola yang sama untuk agroindustri sektor perkebunan, dimana RT petani kecil dan RT non pertanian golongan rendah di kota masing-masing mewakili rumah tangga pertanian dan non pertanian yang menerima pengaruh terbesar baik untuk pengaruh global, pengaruh langsung dan pengaruh total (Tabel 23). Jalur yang ditempuh agroindustri perkebunan adalah dengan melewati sektor pertanian primer tanaman pangan terlebih
187
dahulu baru menuju TK pertanian di desa. Sedangkan pada RT non pertanian, jalur yang ditempuh adalah dengan melewati TK non pertanian di kota, modal atau melewati sektor tanaman pangan terlebih dahulu kemudian baru menuju TK non pertanian (Gambar 15). Pada agroindustri makanan sektor perkebunan, pengganda jalur yang dihasilkan lebih besar dari pengganda jalur pada agroindustri makanan sektor peternakan, tanaman pangan, perikanan maupun perkebunan. Tabel 23. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Makanan Sektor Perkebunan ke Rumah Tangga, Tahun 2003 Jalur Asal
Jalur Tujuan (RT)
Pengaruh Global
Buruh tani
0.171
Petani kecil
0.214
Petani luas Non pert gol rendah desa
0.197 0.466
Agroindustri Makanan Sektor Perkebunan Non pert gol atas desa Non pert gol rendah kota
Non pert gol atas kota
0.176 0.708
0.27
Jalur Dasar Agroind perkeb-tan pangnTK pert ds-brh tani Agroind perkeb-tan pangnTK pert ds-tani kecil Agroind perkeb-tan pangnTK pert ds-tani luas Agroind perkeb-TK NP dsRT NP rendah ds Agroind perkeb-Modal-RT NP rendah ds Agroind perkeb-tan pangnTK pert ds-RT NP rendah ds Agroind perkeb-tan pangnTK pert ds-RT NP atas ds Agroind perkeb-Modal-RT NP rendah kota Agroind perkeb-Modal-RT NP rendah kota Agroind perkeb-TK NP kota-RT NP atas kota
Pengaruh Pengganda Pengaruh Langsung Jalur Total 0.011
Persentase Pengaruh Global (%)
2.265
0.026
15.1
2.223
0.076
35.4
2.221
0.061
31
2.163
0.073
15.8
2.807
0.04
8.6
2.516
0.079
17
2.244
0.04
22.6
0.062
2.633
0.163
23
0.022
3.071
0.068
9.6
0.02
2.444
0.049
18.3
0.034 0.028 0.034 0.014 0.032 0.018
Hal ini berarti bahwa selain jalur dasar, pengaruh yang dipancarkan dari agroindustri perkebunan ke rumah tangga yang melewati jalur sirkuit lebih banyak dibanding stimulus yang berasal dari agroindustri makanan lainnya. Atau dengan kata lain keterkaitan antar sektor dengan institusi maupun faktor produksi dengan adanya stimulus ekonomi pada agroindustri makanan sektor perkebunan tersebut lebih besar dibandingkan pada agroindustri makanan lainnya. Jalur yang menuju ke RT petani kecil, sebagai rumah tangga penerima pengaruh terbesar untuk kelompok rumah tangga di sektor pertanian, menerima pengaruh langsung sebesar 0.034 dan pengganda total sebesar 0.076 atau
188
Buruh Tani
0.011
Petani Kecil
0.034
Petani Luas
0.028
NP Rendah Desa
0.032
NP Atas Desa
0.018
NP Rendah Desa
0.034
0.131
NP Rendah Desa
0.014
0.204
NP Rendah Kota
0.022
0.719
NP Rendah Kota
0.022
0.235
NP Atas Kota
0.020
0.093
0.279
0.182
Tanaman Pangan
TK Pertanian Desa
0.225
0.671 0.258 0.145
0.671 Agroindustri Perkebun an
0.045
0.117
TK NP Desa
Modal
0.086 TK NP Kota
Gambar 15. Jalur Dasar Agroindustri Makanan Sektor Perkebunan ke Rumah Tangga
sekitar 35.4 persen dari pengaruh global.
Pada jalur tersebut sektor tanaman pangan
sebagai sektor perantara menerima pengaruh sebesar 0.11 atau dengan kata lain setiap stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri makanan sektor perkebunan sebesar satu milyar rupiah, akan menimbulkan pengaruh langsung selain menuju ke rumah tangga petani kecil, juga akan menghasilkan peningkatkan output pada sektor pertanian primer yaitu pada sub sektor tanaman pangan sebesar 0.011 milyar rupiah. Sedangkan pengaruh stimulus yang menuju ke RT non pertanian golongan rendah di kota selain terlebih dulu
189
melewati TK non pertanian golongan rendah di kota juga melewati faktor produksi modal. Pada jalur tersebut TK non pertanian di kota memperoleh peningkatan pendapatan sebesar 0.076 milyar rupiah
dan pada modal sebesar 0.117 milyar rupiah. Sedangkan RT non
pertanian golongan rendah pada jalur yang melewati TK non pertanian di kota menerima pengaruh langsung sebesar 0.062 milyar rupiah, jauh lebih besar dibandingkan pengaruh yang diterima pada jalur yang melewati faktor produksi modal sebesar 0.022 milyar rupiah. (5) Agroindustri Minuman Pada agroindustri minuman, pengaruh langsung yang menuju ke RT buruh tani tidak tercantum dalam jalur struktural. Hal ini disebabkan pada analisis SPA hanya ditampilkan pengaruh langsung terbesar.Namun stimulus ekonomi
pada agroindustri
minuman tersebut tetap menghasilkan peningkatan bagi RT buruh tani yang sebagian besar melalui pengaruh tidak langsung yang berasal dari jalur sirkuit, bukan melalui jalur dasar seperti disajikan pada Tabel 24 dan Gambar 16. Peningkatan pendapatan RT buruh tani tersebut tercermin melalui pengaruh global yang tidak lain merupakan angka pengganda pendapatan RT buruh tani seperti pada Tabel 9. Tabel 24. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Minuman ke Rumah Tangga Tahun 2003 Jalur Asal
Jalur Tujuan (RT) Petani kecil Petani luas Non pert gol rendah ds
Industri Minuman
Non pert gol atas desa
Non pert gol rendah kota
Non pert gol atas kota
Pengaruh Global
Jalur Dasar
Pengaruh Pengganda Pengaruh Langsung Jalur Total
0.219
Agroind minuman-tan pangnTK pert ds-tani kecil
0.028
0.201
Agroind minuman-tan pangnTK pert ds-tani luas
0.023
0.519
Agroind minuman-TK NP dsRT NP rendah ds
0.075 0.01 0.026
0.189
Agroind minuman-Modal-RT NP rendah ds Agroind minuman-tan pangnTK pert ds-RT NP rendah ds Agroind minuman-TK NP dsRT NP atas ds Agroind minuman-tan pangnTK pert ds-RT NP atas ds
0.819
0.308
Persentase Pengaruh Global (%)
1.603
0.045
20.5
1.604
0.036
18
1.534
0.115
22.1
2.099
0.022
4.1
1.868
0.048
9.3
1.384
0.026
13.8
0.015
1.626
0.024
12.5
Agroind minuman-TK NP kota-RT NP rendah kota
0.135
1.932
0.261
31.9
Agroind minuman-Modal-RT NP rendah kota
0.016
2.312
0.037
4.5
Agroind minuman-TK NP kota-RT NP atas kota
0.044
1.766
0.078
25.3
0.019
190
Pengaruh langsung yang diterima RT petani kecil pada agroindustri minuman sebesar 0.028. Jalur dasar yang dilewati adalah dari agroindustri minuman menuju sektor tanaman pangan dan TK pertanian di desa sebagai perantara. Sedangkan petani luas menerima pengaruh langsung lebih kecil dari petani kecil. Pada rumah tangga non pertanian, pengaruh global terbesar dengan adanya stimulus ekonomi pada agroindustri minuman tersebut kembali mengarah pada golongan RT non pertanian golongan rendah baik di kota maupun di desa. Pengaruh global yang diterima RT non pertanian golongan rendah di kota sebesar 0.819 dengan melalui dua jalur dasar, yaitu menggunakan TK non pertanian di kota dan modal Petani Kecil
0.028
Petani Luas
0.023
NP Rendah Desa
0.026
NP Atas Desa
0.015
0.671
NP Rendah Desa
0.075
0.17
NP Atas Desa
0.019
0.131
NP Rendah Desa
0.010
0.204
NP Rendah Kota
0.016
0.279
0.149
Tanaman Pangan
TK Pertanian Desa
0.225
0.671 0.258
0.145
Agroindustri Minuman
0.111
0.078
0.109
TK NP Desa
Modal
0.719
NP Rendah Kota Kota
0.135
0.235
NP Atas Kota
0.044
TK NP Kota
Gambar 16. Jalur Dasar Agroindustri Minuman ke Rumah Tangga
191
. Pada jalur yang menggunakan TK non pertanian sebagai perantara, RT non pertanian di kota menerima pengaruh langsung sebesar 0.135, jauh lebih besar dibandingkan pengaruh yang diterima melalui modal sebagai perantara, yaitu sebesar 0.016. Sedangkan RT non pertanian golongan rendah di desa menerima pengaruh global sebesar 0.519. Ada tiga jalur dasar yang dilalui, pertama melalui TK pertanian didesa sebagai perantara.
Kedua melalui modal dan ketiga melalui sektor tanaman pangan
terlebih dahulu baru menuju RT non pertanian golongan rendah di desa. Dari ketiga jalur tersebut, pengaruh langsung maupun pengaruh total terbesar diterima melalui jalur TK non pertanian di desa sebagai perantara sedangkan jalur yang melalui modal menghasilkan pengaruh yang paling kecil. Artinya peningkatan pendapatan yang diperoleh RT non pertanian di desa akan lebih besar apabila pengaruh tersebut ditransmisikan melalui TK non pertanian di desa dibandingkan melalui modal. Jalur yang melewati TK non pertanian di desa, pengaruh langsung yang diterima TK kerja non pertanian di desa sebesar 0.111 sedangkan modal menerima pengaruh sebesar 0.078. Untuk jalur ketiga pengaruh yang dipancarkan menuju sektor tanaman pangan sebesar 0.149. (6) Agroindustri Rokok Pada agroindustri rokok jalur yang menuju RT buruh tani akan melewati TK pertanian di desa sebagai perantara dengan pengaruh global sebesar 0.181 (Tabel 25). Jalur yang menuju RT petani kecil memperoleh pengaruh global sebesar 0.204 memiliki dua jalur. Jalur pertama melewati TK pertanian di desa dan jalur kedua melewati sektor pertanian tanaman terlebih dahulu kemudian melewati TK pertanian di desa (Gambar 17). Sedangkan pengaruh yang dipancarkan ke RT non pertanian golongan rendah di desa juga memiliki dua jalur, jalur pertama melewati TK non pertanian di desa dan jalur kedua melewati sektor tanaman pangan terlebih dahulu kemudian melewati TK non pertanian di desa. Pada jalur yang melewati TK non pertanian di desa, rumah tangga memperoleh pengaruh langsung sebesar 0.126, jauh lebih besar dibandingkan pengaruh
192
Tabel 25. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global dari Agroindustri Rokok ke Rumah Tangga Tahun 2003 Jalur Asal
Agroindustri Rokok
Jalur Tujuan (RT)
Pengaruh Global
Buruh tani
0.181
Petani kecil
0.204
Non pert gol rendah desa Non pert gol atas desa Non pert gol rendah kota Non pert gol atas kota
0.561
0.194 0.941 0.348
Jalur Dasar Agroind rokok-TK NP ds-brh tani Agroind rokok-TK pert dspetani kcl Agroind rokok-tan pangn-TK pert ds-tani kecil Agroind rokok-TK NP ds-RT NP rendah ds Agroind rokok-tan pangn-TK pert ds-RT NP rendah ds Agroind rokok-TK NP ds-RT NP atas ds Agroind rokok-TK NP kotaRT NP rendah kota Agroind rokok-TK NP kotaRT NP atas kota
Pengaruh Pengganda Langsung Jalur
Tanaman Pangan
Persentase Pengaruh Global (%)
0.014
1.429
0.02
10.8
0.01
1.434
0.015
7.2
0.012
1.602
0.019
9.1
0.126
1.529
0.192
34.3
0.011
1.864
0.02
3.6
0.032
1.379
0.044
22.7
0.225
1.922
0.433
46
0.074
1.756
0.129
37.2
0.279
0.062
Pengaruh Total
Petani Kecil
0.012
NP Rendah Desa
0.011
Buruh Tani
0.014
Petani Kecil
0.01
TK Pertanian Desa 0.671 0.258
0.073 0.055 Agroindustri Rokok
0.188 TK NP Desa
0.671 NP Rendah Desa
0.126
NP Atas Desa
0.032
0.17
0.109 0.719
NP Rendah Kota Kota
1.225
TK NP Kota 0.235
NP Atas Kota
Gambar 17. Jalur Dasar Agroindustri Rokok ke Rumah Tangga
0.074
193
langsung yang diterima melalui jalur kedua sebesar 0.011. Artinya stimulus ekonomi ke agroindustri rokok yang melewati
tenaga kerja sebagai perantara akan menghasilkan
peningkatan pendapatan bagi rumah tangga dibandingkan yang melewati sektor tanaman terlebih dahulu. Pada jalur tersebut TK non pertanian di desa memperoleh pengaruh langsung sebesar 0.188 sedangkan sektor tanaman pangan memperoleh pengaruh langsung sebesar 0.062. Rumah tangga yang memperoleh pengaruh global terbesar adalah RT non pertanian golongan rendah di kota dengan nilai sebesar 0.941 Pada jalur dasar yang melewati TK non pertanian di kota tersebut, rumah tangga memperoleh pengaruh langsung sebesar 0.225 dan pengaruh total sebesar 0.433 atau sekitar 46 persen dari pengaruh global. Sedangkan TK non pertanian di kota memperoleh pengaruh sebesar 0.313. 5.6.2. Agroindustri Non Makanan Jalur dasar agroindustri non makanan, meliputi
industri kapuk, industri kulit
samakan dan olahan, industri kayu lapis, barang dari kayu dan bambu, industri bubur kertas dan industri karet asap, memiliki pola yang hampir sama dimana kontribusi agroindustri non makanan dalam memberikan tambahan pendapatan bagi RT buruh tani, petani kecil dan petani luas melalui pengaruh langsung yang dipancarkan
relatif kecil (kurang dari
0.01) sehingga tidak tertangkap oleh analisis SPA sebagai jalur tujuan. Namun demikian pengaruh langsung dan tidak langsung yang dipancarkan oleh agroindustri non makanan kepada rumah tangga buruh tani, petani kecil dan petani luas secara akumulasi tercermin dalam nilai pengganda pendapatan rumah tangga. Gambar 18 merangkum alur dipancarkannya pengaruh stimulus ekonomi pada agroindustri non makanan menuju institusi rumah tangga. Pengaruh langsung terbesar agroindustri non makanan secara umum dipancarkan ke RT non pertanian, baik golongan rendah dan golongan atas di desa dan di kota. Pada industri kapuk, pengaruh terbesar. dipancarkan ke RT non pertanian golongan rendah di kota melalui sektor perdagangan, TK
194
non pertanian di kota dan modal sebagai perantara. Pada industri bubur kertas pengaruh dipancarkan melalui industri ringan dan berat dan melalui faktor produksi modal sebagai perantara. Industri Kapuk
Sektor Perdagangan
TK non pert kota
TK non pertanian desa & kota
Industri Bubur kertas
Ind berat & ind ringan
TK non pert kota
Modal
Ind ringan Industri Kayu, Kulit, Karet
RT non pert gol rendah di kota
RT non pert gol rendah & atas di desa dan kota
RT non pert gol rendah di kota
RT non pert gol rendah di desa & kota dan gol atas kota
TK non pert desa & kota
RT non pert gol rendah di desa & kota dan gol atas kota di kota
Modal TK non pert desa & kota
Petani luas, RT non pert gol rendah & atas di desa & kota
Buruh tani
Gambar 18. Jalur Dasar Agroindustri Non Makanan ke Rumah Tangga Keterkaitan antara indutri bubur kertas dan industri ringan mempunyai makna bahwa output industri bubur kertas banyak digunakan oleh industri-industri ringan yang menggunakan bubur kertas sebagai bahan baku (misalnya industri buku tulis, karton dan sebagainya) sehingga menghasilkan peningkatan output bagi industri ringan. Dengan kata lain industri bubur kertas memiliki forward linkage yang kuat dengan industri ringan.
195
Sedangkan pengaruh yang dipancarkan melalui industri berat berimplikasi industri bubur kertas memiliki backward linkage terhadap industri berat ( mesin-mesin produksi yang termasuk dalam alat berat, peralatan logam dan sebagainya) yang digunakan untuk alat berproduksi. Keterkaitan dengan faktor produksi modal sebagai perantara berimplikasi bahwa industri bubur kertas bersifat padat modal. Pada industri kayu lapis, bambu dan rotan, industri kulit dan industri karet remah dan karet asap pengaruh terbesar dipancarkan ke RT non pertanian di kota dan di desa dan petani luas melalui industri ringan dan TK non pertanian sebagai perantara. Namun untuk industri karet remah dan karet asap selain ke RT non pertanian, pengaruh terbesar juga dipancarkan ke RT buruh tani. Keterkaitan industri-industri tersebut dengan industri ringan berimplikasi adanya forward linkage yang kuat dengan industri-industri ringan yang menggunakan output industri- industri tersebut sebagai bahan baku, seperti industri furniture, industri sepatu, industri ban mobil dan sebaginya. (1) Industri Kapuk Jalur dasar dan nilai pengaruh pada masing-masing jalur serta pengaruh global, pengaruh total dan pengaruh langsung agroindustri kapuk secara rinci disajikan pada Tabel 26 dan Gambar 19. Pengaruh langsung terbesar yang dipancarkan oleh industri kapuk mengarah pada RT non pertanian golongan rendah di kota dengan nilai sebesar 0.045 dan pengaruh total sebesar 0.087 atau sekitar 10.3 persen dari pengaruh global.Sedangkan pengganda global sebesar 0.836 yang tak lain adalah nilai pengganda pendapatan RT non pertanian golongan rendah di kota dengan adanya stimulus ekonomi pada agroindustri kapuk. Berdasarkan nilai pengaruh langsung terbesar ada tiga jalur dasar yang dilalui, pertama melalui TK non pertanian di kota sebagai perantara, melalui faktor produksi modal dan melalui sektor perdagangan kemudian menuju TK non pertanian di kota. Pada jalur yang melewati TK non pertanian sebagai perantara awal, jalur tersebut menghasilkan pengaruh total terbesar. Sedangkan pada jalur yang melewati modal sebagai perantara
196
Tabel 26. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Kapuk ke Rumah Tangga Tahun 2003 Jalur Asal
Jalur Tujuan (RT)
Pengaruh Global
Non pert gol rendah desa
0.48
Non pert gol Agrorendah kota industri Kapuk
Non pert gol atas kota
0.836
0.313
Pengaruh Pengganda Pengaruh Langsung Jalur Total
Jalur Dasar Agroind kapuk-TK NP dsRT NP rendah ds Agroind kapuk-ModalRT NP rendah ds Agroind kapuk-TK NP kotaRT NP rendah kota Agroind kapuk-ModalRT NP rendah kota Agroind kapuk-PerdaganganTK NP kota-RT NP rendah kota Agroind kapuk-TK NP kotaRT NP atas kota
0.029
1.513
0.044
9.1
0.01
2.077
0.022
4.5
0.045
1.913
0.087
10.3
0.016
2.292
0.037
4.4
0.023
1.982
0.02
2.4
0.015
2.026
0.047
5.7
0.023
Perdagangan
Persentase Pengaruh Global (%)
NP Rendah Kota
0.023
NP Rendah Kota
0.045
0.100 0.719 TK NP Kota 0.063
Agro Kapuk
0.235
0.043
0.015
0.671 NP Rendah Desa
TK NP Desa
0.131 0.079
NP Atas Kota
NP Rendah Desa
0.029
0.010
Modal 0.204
NP Rendah Kota
0.016
Gambar 19. Jalur Dasar Agroindustri Kapuk ke Rumah Tangga
hanya menerima pengaruh langsung sebesar 0.016 namun menghasilkan pengganda jalur terbesar. Hal ini berimplikasi bahwa jalur yang melewati modal sebagai perantara awal,
197
menghasilkan keterkaitan dengan
sektor lain yang lebih luas sehingga menghasilkan
pengaruh tidak langsung yang lebih besar yang tercermin melalui pengganda jalur yang lebih besar pula. Gambar 19 menunjukkan pula jalur yang menuju ke RT non pertanian di desa, non pertanian golongan rendah di kota dan non pertanian golongan atas di kota.
TK non
pertanian di kota menerima pengaruh langsung sebesar 0.063, faktor produksi modal menerima pengaruh sebesar 0.079 dan sektor perdagangan menerima pengaruh sebesar 0.100. Terlihat bahwa stimulus ekonomi ke agroindustri kapuk yang menuju ke RT non pertanian golongan rendah di kota, pengaruh langsung yang dipancarkan justru mengarah pada sektor perdagangan. (2) Industri Kulit Samakan dan Olahan Jalur struktural pada agroindustri kulit samakan dan olahan disajikan pada Tabel 27 dan Gambar 20. Berdasarkan nilai pengaruh terbesar, stimulus ekonomi pada agroindustri kulit samakan dan olahan dipancarkan terutama ke RT petani luas, non pertanian golongan rendah di desa dan di kota serta RT non pertanian golongan atas di kota. Seperti halnya pada agroindustri lainnya, pengaruh global terbesar dipancarkan ke RT non pertanian golongan rendah di kota dengan nilai sebesar 0.864. Pengaruh yang dipancarkan ke rumah tangga tersebut melewati tiga jalur dasar. Jalur pertama melewati TK non pertanian di kota, jalur kedua melewati modal dan jalur ketiga melewati industri ringan terlebih dahulu baru kemudian baru menuju TK non pertanian di kota. Dari ketiga jalur tersebut pengaruh total terbesar terdapat pada jalur yang melewati TK non pertanian di kota, namun pengganda jalur yang mencerminkan keterkaitan dengan sektor-sektor lain melalui pengaruh tidak langsung justru terdapat pada jalur yang melibatkan industri ringan sebagai perantara. Berdasarkan nilai pengaruh terbesar, stimulus ekonomi hanya dipancarkan ke petani luas dengan nilai pengaruh global sebesar 0.181.
198
Tabel 27. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Kulit Samakan dan Olahan ke Rumah Tangga Tahun 2003 Jalur Asal
Agroindustri Kulit Samakan dan Olahan
Jalur Tujuan (RT)
Pengaruh Global
Petani Luas
0.181
Non pert gol rendah desa
0.494
Non pert gol rendah di kota
Non pert gol atas di kota
0.142
0.864
0.325
Jalur Dasar Agroind kulit-Modal-RT tani luas Agroind kulit-TK NP ds-RT NP rendah ds Agroind kulit-Modal-RT NP rendah ds Agroind kulit-TK NP kota-RT NP rendah kota Agroind kulit-Modal-RT NP rendah kota Agroind kulit-Ind ringan-TK NP kota-RT NP rendah kota Agroind kulit-TK NP kota-RT NP atas kota Agroind kulit-Modal-RT NP atas kota
Industri Ringan
Pengaruh Langsung
Pengganda Jalur
Pengaruh Total
Persentase Pengaruh Global (%)
0.011
1.893
0.02
11.3
0.017
1.521
0.026
5.2
0.025
2.087
0.052
10.6
0.039
1.923
0.076
8.7
0.039
2.303
0.09
10.4
0.011
2.746
0.03
3.5
0.013
1.756
0.023
7
0.015
1.958
0.029
9.1
0.719
NP Rendah Kota
0.011
0.108
0.719
NP Rendah Kota
0.039
0.235
NP Atas Kota
0.013
TK NP Kota 0.055
Agroindustri Kulit Samakan / Olahan
0.025 TK NP Desa
0.671
0.131
0.191 0.204
NP Rendah Desa
NP Rendah Desa
NP Rendah Kota
0.017
0.025
0.016
Modal 0.079
NP Atas Kota 0.015
0.056 Petani Luas
0.011
Gambar 20. Jalur Dasar Agroindustri Kulit Samakan dan Olahan ke Rumah Tangga
199
Artinya manfaat secara langsung pengembangan agroindustri kulit samakan dan olahan lebih banyak mengarah ke golongan RT petani luas, bukan ke buruh tani maupun petani kecil. Konsisten dengan jalur tujuan yang mengarah pada RT petani luas, jalur tersebut melewati modal sebagai perantara. Dengan demikian pengembangan agroindustri kulit samakan dan olahan akan memberikan nilai tambah kepada faktor produksi modal yang dampak akhinya akan dinikmati terutama oleh RT petani luas sebagai penyedia modal. Jalur dasar pada Gambar 20 tersebut juga menunjukkan bahwa faktor produksi modal sebagai perantara menerima pengaruh langsung sebesar 0.191, TK non pertanian di desa menerima 0.025, TK non pertanian di kota menerima 0.055 dan industri ringan menerima 0.142.
Dari nilai-nilai pengaruh langsung tersebut, faktor produksi modal
menerima pengaruh terbesar. (3) Agroindustri Kayu Lapis, Barang dari Kayu dan Bambu Jalur struktural pada agroindustri kayu lapis, barang dari kayu dan bambu disajikan pada Tabel 28. Seperti halnya pada jalur struktural pada agroindustri kulit samakan dan olahan, jalur dasar dengan pengaruh terbesar mengarah pada RT petani luas, non pertanian golongan rendah di desa, non pertanian golongan rendah di kota dan non pertanian golongan atas di kota.
RT non pertanian golongan rendah di desa menerima pengaruh
global terbesar di susul oleh RT non pertanian golongan rendah di desa. Pada jalur yang mengarah ke RT non pertanian golongan rendah di kota dan melewati TK non pertanian di kota, pengaruh langsung yang dipancarkan ke rumah tangga tersebut sebesar 0.069 dengan pengaruh total sebesar 0.143 atau sekitar 15.2 persen dari pengganda global. Nilai tersebut paling besar diantara pengaruh langsung yang diterima rumah tangga pada jalur yang lain. Namun pengganda jalur terbesar justru terdapat pada jalur yang menuju RT non pertanian golongan rendah di kota dengan melewati industri ringan sebagai perantara, sama seprti
200
yang terjadi pada agroindustri kulit samakan dan olahan. Selain jalur yang melewati TK non pertanian di kota, pengaruh yang dipancarkan ke RT non pertanian golongan rendah di kota juga melewati modal sebagai perantara dan industri ringan. Pada jalur yang melewati modal, pengaruh langsung yang diterima RT non pertanian golongan rendah di kota sebesar 0.038. Sedangkan pada jalur yang melewati industri ringan, meskipun pengganda jalur menghasilkan nilai tertinggi namun pengaruh langsung yang diterima rumah tangga menunjukkan nilai relatif kecil. Tabel 28. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Kayu Lapis, Barang dari Kayu, Bambu dan Rotan ke Rumah Tangga Tahun 2003 Jalur Asal
Agroindustri Kayu lapis, barang dr kayu, bambo dan rotan
Jalur Tujuan (RT)
Pengaruh Global
Petani luas Non pert gol rendah di desa
0.192
Non pert gol rendah di kota
Non pert gol atas di kota
0.532
0.943
0.353
Jalur Dasar Agroind kayu-ModalRT tani luas Agroind kayu-TK NP dsRT NP rendah ds Agroind kayu-ModalRT NP rendah ds Agroind kayu-TK NP kotaRT NP rendah kota Agroind kayu-ModalRT NP rendah kota Agroind kayu-Ind ringanTK NP kota -RT NP rendah kota Agroind kayu-TK NP kotaRT NP atas kota Agroind kayu-Modal-RT NP atas kota
Pengaruh Langsung
Pengganda Jalur
Pengaruh Total
Persentase Pengaruh Global (%)
0.011
2.026
0.021
11.1
0.028
1.655
0.046
8.6
0.025
2.227
0.055
10.3
0.069
2.066
0.143
15.2
0.038
2.448
0.093
9.9
0.013
2.887
0.036
3.9
0.023
1.894
0.043
12.2
0.015
2.092
0.031
8.8
Pada jalur dimana pengaruh dipancarkan ke RT non pertanian golongan atas di kota, terdapat dua jalur yang dilalui. Jalur pertama melewati TK non pertanian di kota dan jalur kedua melewati modal kemudian menuju TK non pertanian di kota. Jalur yang melewati modal dan menuju ke RT non pertanian golongan atas di kota berimplikasi bahwa pengembangan agroindustri kayu lapis tersebut bersifat padat modal dan dampaknya juga dinikmati oleh RT non pertanian golongan atas di kota sebagai penyedia modal. Gambar 21 menyajikan jalur-jalur dasar yang menghubungkan pengaruh yang dipancarkan dari agroindustri kayu lapis, barang dari kayu dan bambu. Jalur dasar yang melewati faktor produksi modal akan memberikan pengaruh langsung terhadap modal
201
sebesar 0.187,
TK non pertanian di kota sebagai perantara akan menerima pengaruh
sebesar 0.097, TK non pertanian di kota akan menerima pengaruh langsung sebesar 0.097 dan industri ringan akan menerima pengaruh langsung sebesar 0.163. Artinya pengembangan agroindustri kayu lapis, barang dari kayu dan bambu akan menghasilkan pengaruh peningkatan nilai tambah terhadap modal yang lebih besar dibandingkan nilai tambah yang diterima oleh faktor produksi tenaga kerja.
Industri Ringan 0.163
0.719
NP Rendah Kota
0.013
0.108
0.719
NP Rendah Kota
0.069
TK NP Kota 0.097
Agroindustri Kayu lapis
0.235
NP Atas Kota
0.023
0.041 TK NP Desa
0.671
NP Rendah Desa
Petani Luas
0.028
0.011
0.056
0.187 0.131
NP Rendah Desa
0.025
Modal 0.204
NP Rendah Kota
0.038
0,079 NP Atas Kota
0,015
Gambar 21. Jalur Dasar Agroindustri Kayu Lapis, Barang dari Kayu dan Bambu ke Rumah Tangga
202
(4) Agroindustri Bubur Kertas Jalur struktural pada agroindustri bubur kertas disajikan pada Tabel 29. Berdasarkan nilai pengaruh langsung terbesar, stimulus ekonomi yang diberikan ke agroindustri bubur kertas hanya dipancarkan ke RT non pertanian golongan rendah di desa dan di kota serta RT golongan atas di kota. Atau dengan kata lain pengaruh secara langsung pengembangan agroindustri bubur kertas kurang memancar ke RT di sektor pertanian (RT buruh tani, petani kecil dan petani luas). Namun demikian pengaruh global pengembangan agroindustri kayu lapis, barang dari kayu dan rotan terhadap rumah tangga menghasilkan nilai pengganda pendapatan rumah tangga seperti tercantum pada Tabel 9.
Tabel 29. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Bubur Kertas ke Rumah Tangga, Tahun 2003 Jalur Asal
Agroindustri Bubur Kertas
Jalur Tujuan (RT)
Pengaruh Global
Non pertanian gol rendah desa
0.488
Non pert gol rendah kota
Non pert gol atas di kota
0.856
0.322
Pengaruh Langsung
Pengganda Jalur
Pengaruh Total
Persentase Pengaruh Global (%)
Agroind bbr krts-TK NP desaRT NP rendah ds
0.012
1.576
0.018
3.8
Agroind bbr krts-ModalRT NP rendah ds Agroind bbr krts-TK NP kotaRT NP rendah kota Agroind bbr krts-ModalRT NP rendah kota Agroind bbr krts-Ind ringanTK NP kota-RT NP rendah kota Agroind bbr krts-Ind berat-TK NP kota-RT NP rendah kota Agroind bbr krts-ModalRT NP atas kota
0.018
2.147
0.039
8
0.029
1.984
0.057
6.7
0.028
2.366
0.067
7.9
0.014
2.805
0.039
4.5
0.011
2.879
0.03
3.6
0.011
2.015
0.022
6.9
Jalur Dasar
Pengaruh global terbesar diterima oleh RT non pertanian golongan rendah dikota sebesar 0.856 dengan melalui empat jalur dasar. Jalur pertama melewati TK non pertanian di kota dengan menghasilkan pengaruh langsung bagi rumah tangga
0.029, terbesar
diantara pengaruh langsung pada jalur yang lain. Jalur kedua melewati modal dengan pengaruh langsung sebesar 0.028. Jalur ketiga melewati industri ringan kemudian menuju TK non pertanian di kota dengan pengaruh langsung sebesar 0.014 dan jalur keempat
203
melewati industri berat dan menuju TK non pertanian di kota dengan pengaruh langsung sebesar 0.011. Dari keempat jalur tersebut pengganda jalur terbesar terdapat pada jalur yang melewati industri ringan sebagai perantara. Hal ini menunjukkan bahwa agroindustri bubur kertas memiliki keterkaitan yang kuat dengan industri berat yang memasok mesin atau alat-alat berat bagi proses produksinya. Gambar 22 menyajikan jalur-jalur dasar yang menghubungkan pengaruh yang berasal dari agroindustri bubur kertas ke rumah tangga.
0.178
NP Rendah Kota
Industri Ringan
0.014
0.719
0.108
TK NP Kota
0.719
NP Rendah Kota
0.029
0.040 0.071 Agroindustri Bubur Kertas
0.208
0.719
NP Rendah Kota
0.011
Industri Berat
0.041 TK NP Desa
0,.71
0.187 0.131
NP Rendah Desa
NP Rendah Desa
0.012
0.018
Modal 0.204
NP Rendah Kota
0.028
0.079 NP Atas Kota
0.011
Gambar 22. Jalur Dasar Agroindustri Bubur kertas ke Rumah Tangga Dari jalur- jalur dasar yang dilalui, TK non pertanian di desa sebagai perantara menerima pengaruh langsung sebesar 0.017, TK non pertanian di kota menerima pengaruh langsung
204
sebesar 0.040, modal sebesar 0.140, industri ringan sebesar 0.178 dan industri berat menerima pengaruh langsung sebesar 0.208. (5) Agroindustri Karet Stimulus ekonomi pada agroindustri karet menghasilkan jalur struktural disajikan pada Tabel 30. Berbeda dengan agroindustri non makanan lain, pengaruh terbesar yang dipancarkan oleh agoindustri karet, selain terutama mengarah pada RT non pertanian, juga mengarah pada RT buruh tani. Hal ini tercermin dari pengaruh langsung yang diterima RT buruh tani sebesar 0.11 yang menunjukkan nilai pengaruh paling rendah dibandingkan dengan pengaruh yang berasal dari jalur dasar lainnya. Demikian pula dengan pengaruh global yang juga menunjukkan nilai
paling rendah. Artinya dibandingkan dengan
golongan rumah tangga non pertanian, dampak pengembangan agroindustri karet menghasilkan peningkatan pendapatan yang lebih rendah bagi golongan rumah tangga buruh tani. Tabel 30. Pengaruh Langsung, Pengaruh Total dan Pengaruh Global Agroindustri Karet ke Rumah Tangga, Tahun 2003 Jalur Asal
Jalur Tujuan (RT) Buruh tani Non pert gol rendah desa
Agroindustri Karet
Non pert gol atas desa Non pert gol rendah kota
Non pert gol atas kota
Pengaruh Global
0.182
0.565
0.193
1.05
0.388
Jalur Dasar Agroind karet-TK NP ds-RT buruh tani Agroind karet-TK NP ds-RT NP rendah ds Agroind karet-Modal-RT NP rendah ds Agroind karet-TK NP ds-RT NP atas ds Agroind karet-TK NP kotaRT NP rendah kota Agroind karet-Modal-RT NP rendah kota Agroind karet-TK NP kotaRT NP atas kota
Pengaruh Langsung
Pengganda Jalur
Pengaruh Total
Persentase Pengaruh Global (%)
0.011
1.481
0.016
8.6
0.097
1.583
0.154
27.2
0.016
2.153
0.034
5.9
0.025
1.43
0.035
18.2
0.245
1.981
0.485
46.1
0.024
2.365
0.057
5.5
0.08
1.812
0.145
37.4
Seperti halnya pada agroindustri yang lain, pengaruh global terbesar dipancarkan ke RT non pertanian golongan rendah di kota. Bahkan untuk golongan RT tersebut pengaruh
205
global yang dipancarkan sebesar 1.05 dengan melewati dua jalur dasar. Jalur pertama melewati TK non pertanian di kota dan jalur kedua melewati modal. Jalur yang melewati TK non pertanian di kota menghasilkan pengaruh langsung sebesar 0.245 sedangkan jalur yang melewati modal hanya menghasilkan pengaruh langsung sebesar 0.024. Namun demikian jalur yang melewati modal sebagai perantara, akan menghasilkan jalur pengganda terbesar. Hal ini berarti bahwa jalur yang melewati modal akan membentuk keterkaitan antara agroindustri karet dengan modal dan sektor-sektor lain (yang membentuk jalur sirkuit) lebih besar dibandingkan jalur yang melewati faktor produksi tenaga kerja. Pada jalur-jalur dasar tersebut, TK non pertanian di desa akan menerima pengaruh langsung sebesar 0.145, TK non pertanian sebesar 0.340 dan modal menerima pengaruh langsung sebesar 0.119 (Gambar 23). 0.719
Buruh Tani 0.011
TK NP Kota 0.671
0.235
NP Rendah Desa
NP At as Desa
0.097
0.025
0.145
0.719 Agroindustri Karet
0.340
NP Rendah Kota
0.045
TK NP Kota 0.253
0.119 0.131
NP Atas Kota
NP Rendah Desa
0.008
0.016 0.069
Modal 0.201
NP Rendah Kota
Gambar 23. Jalur Dasar Agroindustri Karet ke Rumah Tangga
0.024 0,038