ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP PEREKONOMIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Linkage Analysis of The Agroindustry Sector on Economy In Lampung Province) Rendy Oktaliando, Agus Hudoyo, dan Achdiansyah Soelaiman Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145, e-mail:
[email protected] ABSTRACT This research aims to find out the forward linkage and backward linkage of agroindustry sector on economy in Lampung Province. This research used data from the industries of oil/fat, sugar, rubber and plastic, and coffee. The analysis method used in this research was Input-Output Analysis. The results showed that the forward linkage index of oil/fat industry, sugar industry, rubber and plastic goods industry, and coffee industry were 0.91; 1.15; 0.88; and 0.80. The average of the four values was 0.94. The backward linkage index of oil/fat industry, sugar industry, rubber and plastic goods industry, and coffee industry were 0.72; 0.91; 0.86; and 0.75 , with the average value was 0.81. The forward linkage index and backward linkage index of agroindustry sector were less than 1. It meant that agroindustry sector had low linkage with other sectors on economy in Lampung Province. Keywords : Agroindustry, Backward Linkage, Economy, Forward Linkage, Input-Output PENDAHULUAN Prioritas pembangunan di Indonesia diletakkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal tersebut didasarkan pada peranannya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, sumber pendapatan bagi jutaan petani yang tersebar di seluruh Indonesia, serta sebagai sumber penghasil devisa negara setelah sektor minyak dan gas. Pertanian mencakup beberapa subsektor, yaitu tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan (Djalil, 2012). Pengembangan sektor pertanian yang kuat dan tangguh perlu didukung oleh sektor industri. Industri pertanian yang disebut juga agroindustri memiliki peran yang cukup penting, yaitu meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian, sebagai penyedia lapangan kerja produktif, dan sebagai salah satu devisa negara. Peran sektor pertanian tidak hanya dilihat dari produk primer yang dihasilkan saja, melainkan harus dikaitkan dengan industri pengolahan dan pemasaran yang diciptakan dan perannya dalam menarik dan mendorong pembangunan khususnya di pedesaan. Sektor pertanian memiliki keterkaitan yang erat dengan industri pengolahan. Sektor pertanian berperan sebagai pemasok bahan baku bagi kegiatan industri pengolahan (Gustiawan, 2010).
Kegiatan industri pengolahan di Provinsi Lampung menjadi salah satu dari tiga sektor utama yang memberikan kontribusi besar dalam produk domestik regional bruto (PDRB) Provinsi Lampung. Besarnya kontribusi sektor industri dan pengolahan terhadap PDRB Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di Provinsi Lampung memiliki kontribusi yang besar dalam PDRB. Sektor industri pengolahan selama 2006-2010 terus meningkat. Hal ini dapat membuktikan bahwa Provinsi Lampung memiliki prospek pengembangan agroindustri yang cukup besar. Menurut Tarigan (2005), karena keterkaitan antarsektor yang begitu luas, perubahan pada salah satu sektor, misalnya outputnya meningkat atau menurun, akan memberi dampak pada sektor lainnya. Perubahan itu umumnya berasal dari berubahnya permintaan akhir dari salah satu sektor atau beberapa sektor sekaligus. Apabila permintaan akhir suatu sektor berubah, ini akan mengubah permintaannya (berupa input) dari berbagai sektor dan perubahan ini akan berlangsung dalam beberapa putaran.
16
Tabel 1. Kontribusi sektor industri dan pengolahan terhadap pembentukan PDRB Provinsi Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 dalam persen (%) Lapangan Usaha Pertanian,Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangn dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah PDRB
2006 42,72 2,76 13,19 0,35 4,95 15,72 6,01 6,66 7,64 100,00
2007 42,55 2,52 13,24 0,36 4,92 15,50 6,12 7,23 7,54 100,00
2008 41,63 2,36 13,29 0,35 4,90 15,76 6,33 7,82 7,55 100,00
2009* 40,60 2,04 13,40 0,34 4,89 16,04 6,70 8,41 7,59 100,00
2010** 38,53 1,86 13,52 0,38 4,79 15,86 7,32 10,18 7,57 100,00
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2011 Keterangan : * : Angka Sementara ** : Angka Sangat Sementara
Pengembangan agroindustri di satu pihak meningkatkan permintaan input antara (intermediate input). Hal ini disebut dengan keterkaitan ke belakang (backward linkage). Di pihak lain, sektor agroindustri meningkatkan penawaran output untuk sektor-sektor lain, seperti perdagangan dan industri lainnya, di samping ada yang digunakan sendiri oleh agroindustri. Hal ini disebut keterkaitan ke depan (forward linkage). Kedua aspek ini dikenal sebagai efek keterkaitan antarindustri (interindustry linkage effect) yang mengarah ke belakang dan ke depan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keterkaitan sektor agroindustri terhadap perekonomian Provinsi Lampung. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Lampung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Provinsi Lampung memiliki prospek pengembangan agroindustri yang cukup besar untuk dikembangkan. Selain itu, agroindustri merupakan salah satu sektor yang memiliki kontribusi besar dalam perekonomian Lampung. Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret-April 2012. Metode Pengumpulan, Analisis Data
Pengolahan,
dan
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik Lampung, Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan Provinsi Lampung, instansi-
instansi terkait, dan sumber referensi lain yang relevan dengan penelitian ini. Dimisalkan sektor industri minyak/lemak adalah sektor i, sedangkan sektor perdagangan adalah sektor j. Pada model Tabel I-O, perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j (Xij) dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Secara sistematik dapat dituliskan (Miller dan Peter, 2009) sebagai berikut :
(1) Keterangan : Aij = Koefisien input atau juga disebut koefisien teknis. xi = Koefisien teknologi sektor j yang menggunakan input sektor i. Xj = Total input yang dibutuhkan sektor j. Matriks A sering disebut matriks koefisien input atau matriks teknologi. Selanjutnya dapat ditulis kembali dalam sistem persamaan sebagai berikut: a11 X1 +a12 X2+ ... + a1n Xn + F1 = X1 a21 X1 +a22 X2+ ... + a1n Xn + F2 = X2 an1 X1 +an2 X2+ ... + ann Xn + Fn = Xn …. (2) Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat dituliskan sebagai berikut : AX + F = X atau F= X – A X = ....(3) 17
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013 Keterangan : I = Matriks identitas berukuran n x n yang memuat angka satu pada diagonalnya dan nol pada sel lainnya. F = Permintaan akhir. X = Output (I - A) = Matriks Leontief. = Matriks Kebalikan Leontief Analisis input-output dapat digunakan untuk mengetahui ketekaitan ke belakang dan ke depan suatu sektor dengan sektor lain. Dua keterkaitan ini diukur dengan koefisien keterkaitan yang formula perhitungannya dapat dilihat pada dua persamaan berikut (Daryanto, 2010) : Keterkaitan ke belakang sektor j :
BLj =
(4)
Keterkaitan ke depan sektor j :
FLj =
(5)
Keterangan : BLj = Keterkaitan ke belakang sektor j. FLj = Keterkaitan ke depan sektor j. n = Banyak sektor matriks. Dengan kriteria : Nilai BLj/FLj > 1= keterkaitan tinggi Nilai BLj/FLj < 1 = keterkaitan rendah. HASIL DAN PEMBAHASAN Keterkaitan sektor industri minyak/lemak, industri gula, industri karet, dan industri penggilingan kopi yang terkait ke belakang dan ke depan dengan sektor lainnya dalam Tabel I-O Lampung 2000 dapat dilihat pada Tabel 4 sampai dengan Tabel 7 yang disajikan pada halaman lampiran. Industri minyak/lemak memiliki keterkaitan ke belakang dengan kelapa sawit, kopra, perdagangan, kelapa, jagung, dan lainnya. Keterkaitan ke belakang terbesar pada industri minyak/lemak dihasilkan oleh kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena industri minyak/lemak membutuhkan bahan baku kelapa sawit dalam memproduksi minyak sehingga menimbulkan keterkaitan ke belakang yang besar dengan kelapa sawit. Industri minyak/lemak memiliki keterkaitan ke depan
dengan restoran, makanan lainnya, pakan ternak, pengawetan makanan, dan lainnya. Keterkaitan ke depan terbesar pada industri minyak/lemak dihasilkan oleh restoran. Hal ini disebabkan karena produk industri minyak/lemak banyak digunakan sebagai input oleh restoran dalam menjalankan usahanya. Industri gula memiliki keterkaitan ke belakang dengan tebu, kelapa, perdagangan, angkutan darat, dan lainnya. Keterkaitan ke belakang terbesar pada industri gula dihasilkan oleh tebu. Hal ini disebabkan karena industri gula membutuhkan bahan baku tebu dalam memproduksi gula sehingga menimbulkan keterkaitan ke belakang yang besar dengan tebu. Industri gula memiliki keterkaitan ke depan dengan makanan lainnya, olahan makanan, buah dan sayur, restoran, dan lainnya. Keterkaitan ke depan terbesar pada industri gula dihasilkan oleh makanan lainnya. Hal ini disebabkan karena produk industri gula banyak digunakan sebagai input oleh sektor makanan lainnya dalam memproduksi produk olahannya. Industri barang karet dan plastik memiliki keterkaitan ke belakang dengan karet, industri barang karet dan plastik, perdagangan, angkutan darat, dan lainnya. Keterkaitan ke belakang terbesar pada industri barang karet dan plastik dihasilkan oleh karet. Hal ini disebabkan karena industri barang karet dan plastik membutuhkan bahan baku karet dalam memproduksi produknya sehingga menimbulkan keterkaitan ke belakang yang besar dengan karet. Industri barang karet dan plastik memiliki keterkaitan ke depan dengan barang karet dan plastik, bangunan, perdagangan, angkutan darat, dan lainnya. Keterkaitan ke depan terbesar pada industri barang karet dan plastik dihasilkan oleh industri barang karet dan plastik itu sendiri. Industri penggilingan kopi memiliki keterkaitan ke belakang dengan industri pengupasan biji kopi, perdagangan, jagung, dan lainnya. Keterkaitan ke belakang terbesar pada industri penggilingan kopi dihasilkan oleh industri pengupasan biji kopi. Hal ini disebabkan karena industri penggilingan kopi membutuhkan bahan baku dari industri pengupasan biji kopi dalam memproduksi produknya sehingga menimbulkan keterkaitan ke belakang yang besar dengan industri penggilingan kopi. Industri penggilingan kopi memiliki keterkaitan ke depan dengan industri penggilingan kopi, restoran, hotel, dan lainnya. Keterkaitan ke depan terbesar pada industri penggilingan kopi 18
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013
Melalui pengolahan Tabel I-O menggunakan software GRIM, indeks keterkaitan merupakan output yang bisa diperoleh. Indeks keterkaitan sektor industri minyak/lemak, industri gula, industri barang karet dan plastik serta industri penggilingan kopi yang diperoleh dari hasil pengolahan Tabel I-O Lampung 2000 dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Daryanto (2010), jika indeks keterkaitan suatu sektor ke depan atau ke belakang besarnya lebih dari satu, maka sektor tersebut memiliki keterkaitan ke depan atau ke belakang yang tinggi dengan sektor lain. Sebaliknya, jika indeks keterkaitan suatu sektor ke depan atau ke belakang besarnya kurang dari satu, maka sektor tersebut memiliki keterkaitan ke depan atau ke belakang yang rendah dengan sektor lain. Sektor industri minyak/lemak, industri gula, industri barang karet dan plastik, dan industri penggilingan kopi di Provinsi Lampung mempunyai rata-rata nilai indeks keterkaitan ke belakang sebesar 0,81. Berdasarkan kriteria keterkaitan menurut Daryanto (2010), nilai ini masih di bawah satu, artinya sektor-sektor tersebut memiliki keterkaitan ke belakang yang rendah dengan sektor-sektor ekonomi lainnya. Rata-rata nilai indeks keterkaitan ke depan sektor agroindustri sebesar 0,94. Indeks keterkaitan kurang dari satu menunjukkan bahwa sektor agroindustri mempunyai keterkaitan ke depan yang rendah dengan sektor-sektor lainnya. Tabel 2. Keterkaitan sektor industri minyak/lemak, industri gula dan industri barang karet dan plastik
Tabel 3. Klasifikasi keterkaitan sektor industri minyak/lemak, industri gula dan industri barang karet dan plastik Keterkaitan ke depan (forward linkages) Keterkaitan ke belakang
dihasilkan oleh industri pengggilingan kopi itu sendiri.
Klasifikasi
Rendah<1
Tinggi>1
Minyak/lemak Rendah<1
Barang karet dan plastik
Gula
Penggilingan kopi Tinggi>1
-
-
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2000
Tabel klasifikasi merupakan matriks yang berisi empat sel untuk menggolongkan pada posisi mana suatu sektor terkait ke belakang dan ke depan. Berdasarkan besarnya indeks keterkaitan sektor industri minyak/lemak, industri gula, industri barang karet dan plastik, dan industri penggilingan kopi yang dikaji pada Tabel 2, sektor-sektor ini kemudian dimasukkan ke dalam sel yang sesuai di tabel klasifikasi yang dapat dilihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa industri minyak/ lemak, industri barang karet dan plastik, dan industri penggilingan kopi masuk dalam golongan mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang rendah. Hal ini berarti ketiga sektor tersebut tidak tergantung pada sektor-sektor lainnya. Industri gula masuk dalam golongan yang mempunyai keterkaitan ke belakang yang rendah, namun mempunyai keterkaitan ke depan yang tinggi. Implikasinya pada sektor-sektor ini adalah mereka tergantung dengan sektor-sektor lainnya ke depan. KESIMPULAN
Industri Minyak/lemak
Koefisien keterkaitan Ke Ke belakang depan 0,72 0,91
Gula
0,91
1,15
Barang karet dan plastik
0,86
0,88
Penggilingan kopi
0,75
0,80
Rata-rata
0,81
0,94
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2000
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa sektor agroindustri yang diwakili oleh industri minyak/lemak, industri gula, industri barang karet dan plastik serta industri penggilingan kopi mempunyai rata-rata indeks keterkaitan ke belakang dan ke depan sebesar 0,81 dan 0,94. Besarnya kedua nilai tersebut di bawah satu, artinya sektor agroindustri mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan yang rendah dengan sektor lain dalam perekonomian Provinsi Lampung.
19
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013 DAFTAR PUSTAKA Daryanto, A. 2010. Analisis Input Output dan Social Accounting Matrix. IPB Press. Bogor. Djalil, A.M. 2012. Pertumbuhan Subsektor Perkebunan dan Dampaknya terhadap Perekonomian Provinsi Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Data Strategis BPS 2011. Badan Pusat Statistik Indonesia. Indonesia. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2000. Tabel dan Analisis Input Output Regional Provinsi Lampung. BPS Provinsi Lampung. Lampung.
______________. 2010. Lampung dalam Angka 2010. BPS Provinsi Lampung. Lampung. ______________ 2011. Lampung Dalam Angka 2011. BPS Provinsi Lampung. Lampung. ______________ 2011. Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Lampung dan Indikator Ekonomi Lainnya. BPS Provinsi Lampung. Lampung. Gustiawan, I. 2010. Dampak agroindustri jagung terhadap pengembangan wilayah Provinsi Lampung. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. Miller, R.E. dan Peter D.B. 2009. Input Output Analysis (Foundations and Extensions). Cambridge University Press. New York. Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara. Jakarta.
20
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013 Tabel 4. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan dengan industri minyak/lemak pada Tabel I-O Lampung 2000 Kode 12 31 55 11 2 58 32 59 56 63 47 62 30 8 54 53 45 57 49 67 18 50 69 17 21 66 44 61 27 60 43 48 51 39
Sektor Kelapa sawit Kopra Perdagangan Kelapa Jagung Angkutan darat Minyak dan lemak Angkutan air Restoran Bank dan lembaga Barang karet dan plastic Komunikasi Pengolahan makanan Tanaman bahan makanan Bangunan Listrik,gas Pupuk,pestisida Hotel Logam dasar Jasa kesehatan swasta Tanaman lainnya Industri mesin Jasa perbengkelan Tanaman perkebunan lainnya Kayu Jasa kesehatan pemerintah Industri kertas Jasa angkutan Penambangan Angkutan udara Bambu, kayu Barang mineral dan logam Alat angkut Industri makanan lainnya
Ke Belakang 341124 182636 46043 11712 5823 4104 1222 1032 923 809 436 378 319 289 270 261 163 140 134 120 119 112 97 82 46 16 13 13 11 11 10 8 7 5
%
Kode
57 31 8 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
56 39 38 30 66 32 45 29 28 57 19 20 37 23 55 36 67 68
Sektor Restoran Makanan lainnya Pakan ternak Pengawetan makanan Jasa kesehatan Minyak dan lemak Pupuk, pestisida Ikan dan udang Buah dan sayur Hotel Peternakan Unggas Pengupasan slain kopi Perikanan laut Perdagangan Penggilingan kopi Jasa kesehatan Jasa hiburan
Ke Depan 43788 38982 18346 7927 1849 1222 699 220 169 166 142 115 98 73 73 46 18 3
% 38 34 16 7 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2000
21
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013 Tabel 5. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan dengan industri gula pada Tabel I-O Lampung 2000 Kode 10 11 55 58 64 47 34 63 48 45 27 54 50 56 69 53 67 62 44 59 61 57 66 18 42 43 68
Sektor Tebu Kelapa Perdagangan Angkutan darat Persewaan bangunan Barang karet/plastic Gula Bank dan lembaga Barang mineral Pupuk, pestisida Penambangan Bangunan Mesin, alat listrik Restoran Jasa perbengkelan Listrik, gas Jasa kesehatan Komunikasi Kertas, barang kertas Angkutan air Jasa penunjang angkutan Hotel Jasa kesehatan Tanaman lainnya Industri tekstil, pakaian, dan kulit Industri bambu, kayu, dan rotan Jasa hiburan
Ke Belakang 274084 65026 52683 16303 8431 8123 7266 7033 6368 3935 3839 3443 2637 2141 1267 1169 1106 745 548 447 349 130 130 98 68 41 30
%
Kode
59 14 11 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
39 30 28 56 34 66 40 57 67 45 23 38 29 19 68
Sektor Makanan lainnya Olahan makanan Buah dan sayur Restoran Gula Jasa kesehatan Minuman n rokok Hotel Jasa kesehatan Pupuk, pestisida Perikanan laut Pakan ternak Ikan dan udang Peternakan Jasa hiburan
Ke Depan 37099 15481 13251 8148 7266 2856 818 774 438 208 140 77 65 3 1
% 43 18 15 9 8 3 1 1 1 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2000
22
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013 Tabel 6. Sektor yang memiliki keterkaitan dengan industri barang karet dan plastik pada Tabel I-O Lampung 2000 Kode 9 47 55 58 53 64 56 70 62 63 69 44 26 49 61 45 50 59 54 57 66 48 43 42 41 60 51 52
Sektor Karet Karet dan plastik Perdagangan Angkutan darat Listrik, gas Persewaan bngunan Restoran Kegiatan yg tdk jls Komunikasi Bank dan lembaga Jasa perbengkelan Kertas, brg kertas Penambangan minyak/gas Logam dasar Jasa angkutan Pupuk, pestisida Mesin,alat listrik Angkutan air Bangunan Hotel Jasa kesehatan Barang mineral Bambu, kayu Tekstil, pakaian Pemintalan Angkutan udara Alat angkut Barang lainnya
Ke Belakang 174946 65845 12906 4617 1899 1677 1526 890 835 647 467 448 433 334 324 310 268 182 171 115 102 81 28 8 6 5 3 2
%
Kode
65 24 5 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
47 54 55 58 34 69 28 29 30 39 66 13 23 70 33 45 38 43 35 12 50 4 67 1 20 56 6 36 53 11 7 5 24 40 32 37 64 2 49 62 19 68 59 61 27 14 63 25 18 16 52 57 41 42 44
Sektor Karet dan plastik Bangunan Perdagangan Angkutan darat Gula Jasa perbengkelan Buah dan sayur Ikan dan udang Olahan makanan lain Makanan lain Jasa kesehatan Kopi Perikanan laut Kegiatan yg tdk jelas Penyosohan padi Pupuk, pestisida Pakan ternak Bambu, kayu Pengupasan kopi Kelapa sawit Mesin, alat listrik Sayuran Jasa kesehatan Padi Unggas dan hasil Restoran Nanas Penggilingan kopi Listrik, gas Kelapa Buah-buahan lain Pisang Perikanan laut Minuman dan rokok Minyak dan lemak Pengupasan selian kopi Persewaan bangunan Jagung Logam dasar Komunikasi Peternakan Jasa hiburan Angkutan air Jasa angkutan Penambangan Cengkeh Bank dan lembaga Udang Tanaman lain Lada Industri brg lain Hotel Pemintalan Tekstil, pakaian Kertas, barang kertas
Ke Depan 65845 42792 16233 9055 8123 5884 3178 2777 2708 2267 1951 1861 1694 1680 1450 1422 1372 1364 1278 1167 1030 901 866 790 762 758 734 723 718 598 519 469 451 444 436 414 341 328 283 186 170 146 145 139 101 84 84 70 42 25 21 21 15 13 13
% 35 23 9 5 4 3 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Sumber : BPS Provinsi Lampung, 2000
23
JIIA, VOLUME 1 No. 1, JANUARI 2013 Tabel 7. Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan dengan industri penggilingan kopi pada Tabel I-O Lampung 2000 Kode
Sektor
35 55 2 36 13
Industri pengupasan biji kopi Perdagangan Jagung Industri penggilingan kopi Kopi
58 64
Angkutan darat Persewaan bangunan dan jasa Perusahaan Industri barang karet dan plastik Listrik, gas, dan air minum Restoran Komunikasi Jasa penunjang angkutan Jasa perbengkelan, perorangan dan rumahtangga Bank dan lembaga keuangan lainnya Industri makanan lainnya Industri kertas, barang kertas dan karton Industri minyak dan lemak Industri bambu, kayu, dan rotan Jasa kesehatan / pendidikan / jasa swasta lainnya Industri barang mineral bukan logam Hotel Industri logam dasar dan barang logam Industri pupuk, pestisida, dan kimia Angkutan air Kayu Industri barang lainnya Jasa kesehatan / pendidikan / jasa pemerintah lainnya Industri tekstil, pakaian, dan kulit Industri mesin, alat / perlengkapan listrik Industri alat angkut dan perbaikannya
47 53 56 62 61 69 63 39 44 32 43 67 48 57 49 45 59 21 52 66 42 50 51
Ke Belakang 66269 16745 15921 12274 7719
%
Kode
53 14 13 10 6
36 56 57 40 66
1618
1
23
839
1
723 581 224 153 145
1 0 0 0 0
131
0
124 109
0 0
99 46
0 0
35
0
19
0
18 13
0 0
12
0
11 11 10 6
0 0 0 0
6
0
4
0
4
0
3
0
Sektor Industri Penggilingan Kopi Restoran Hotel Industri Minuman dan Rokok Jasa kesehatan/pendidikan/jasa pemerintah lainnya Perikanan Laut
Ke Depan 12274 7739 564 292 45 37
% 59 37 3 1 0 0
Sumber: BPS Provinsi Lampung, 2000
24