ARTIKEL ILMIAH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS IV C SD NEGERI NO 55/1 SRIDADI SKRIPSI
Oleh BETARIA SONATA NIM A1D113012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2017
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 1
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA KELAS IV C SD NEGERI NO 55/1 SRIDADI Diajukan Oleh: BETARIA SONATA NIM A1D113012 PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI ABSTRAK Sonata, B. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Think Pair and Share untuk Meningkatkan Kerjasama Siswa kelas IV C SD Negeri No. 55/1 Sridadi. Pembimbing 1. Drs, Arsil, M.Pd; Pembimbing II. Ahmad Hariandi, S.Pd.I, M. Ag; Kata Kunci: Model Think Pair and Share, dan Kerjasama. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan mental seorang anak yang nantinya diharapkan akan menjadi seorang manusia biasa yang mampu berinteraksi baik dengan lingkungannya, baik secara individu maupun secara makhluk sosial. Kurikulum 2013 ditujukan untuk membentuk karakter/sikap peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif yang menuntut siswa untuk dapat berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Salah satu unsur agar tujuan pembelajaran dapat tercapai adalah dengan adanya kerjasama. Bekerja sama akan membuat seseorang mampu melakukan sesuatu lebih banyak daripada ketika sendirian. Kerjasama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan langkah-langkah model think pair and share dalam meningkatkan kerjasama siswa di kelas IV C SD Negeri No. 55/1 Sridadi. Metode penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang membahas tentang Bagaimana keefektivitasan penerapan model think pair and share sehingga dalam Meningkatkan Kerjasama Siswa di Kelas IV C SD Negeri No. 55/1 Sridadi. Penerapan model pembelajaran TPS dengan langkah-langkah model pembelajaran think pair and share yaitu (1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; (2) Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru; (3) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; (4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; (5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah yang belum diungkapkan para siswa; (6) Guru dan siswa memberi kesimpulan; (7) Penutup. Pengumpulan data pada penelitian ini melalui Lembar observasi dan dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklusnya terdiri dari dua pertemuan. Pada setiap pertemuan akan dilakukan empat tahap yaitu perencanaan, FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 2
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian pada siklus I pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan kerjasama siswa dengan persentasi kerjasama siswa pada siklus I secara klasikal adalah 60,75%. Namun, untuk jumlah rata-rata nilai kerjasama siswa secara menyeluruh yang terjadi di siklus 1 yaitu sebesar 60,75% dengan kategori cukup (C). Hasil penelitian pada siklus II pertemuan 1 dan II mengalami peningkatan pada siklus ini dengan rata-rata nilai mencapai 78,25% dengan kategori baik (B). I PENDAHULUAN “Proses pembelajaran pada suatu pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik” (Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 pasal 19 tentang standar nasional pendidikan). Menurut Komara (2014:1) Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). “Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen” (Rusman, 2014:202). Kurikulum 2013 ditujukan untuk membentuk karakter/sikap peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran dilaksanakan secara kolaboratif yang menuntut siswa untuk dapat berinteraksi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan dari pembelajaran. Salah satu unsur agar tujuan pembelajaran dapat tercapai adalah dengan adanya kerjasama. Masalah kerjasama belajar merupakan masalah yang patut diperhatikan, sebab Bekerja sama akan membuat seseorang mampu melakukan sesuatu lebih banyak daripada ketika sendirian. Kerjasama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. “Kerjasama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan atau menggarap berbagai program yang bersifat prosfektif guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama” (Majid, 2009:157). Dari beberapa uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa kerjasama belajar siswa merupakan Kendala yang dialami oleh guru kelas yaitu siswa masih malu dan masih sulit untuk berkolaborasi antara sesama teman, siswa banyak yang bermain dan tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan di depan dan tidak banyak siswa yang saling mengeluarkan pendapat antar sesama teman di kelas. Berdasarkan dari uraian diatas, peneliti hendak menerapkan model pembelajaran think pair and share untuk meningkatkan kerjasama siswa. Menurut Lie (Mukhlas, 2014:17) model pembelajaran ini mempunyai kelebihan sebagai berikut: (1) meningkatkan partisipasi dalam pembelajaran (2) cocok digunakan untuk tugas yang sederhana (3) memberikan lebih kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok (4) interaksi antar pasangan lebih mudah (5) lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya. Berdasarkan point di atas tindakan yang peneliti ambil untuk mengatasi masalah kerjasama kelompok yaitu lebih mengacu pada point ke-1 dan point ke-4, meningkatkan partisipasi dalam pembelajaran dan interaksi antar pasangan lebih mudah dan karena itulah peneliti mengambil tindakan tersebut untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam proses pembelajaran berkelompok. Pada hakikatnya model ini dituntut untuk saling FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 3
berpartisispasi dalam berpendapat dan menunjukkan kerjasama kelompok yang aktif dalam proses pembelajaran. II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran 2.1.1 Pengertian model pembelajaran Model pembelajaran merupakan bentuk proses pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir pembelajaran yang digunakan oleh guru/pendidik dalam menyampaikan materi di dalam proses pembelajaran. Menurut Komara (2014:41) “Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran”. Sedangkan menurut Majid (2014:13) “Model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya”. Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran dengan langkah-langkah yang telah disusun rapi dan sistematis yang bertujuan agar dapat membentuk kerjasama siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. 2.1.2 Model pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan sutau kegiatan proses pembelajaran dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik, akan lebih dominan peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran karena dilakukan secara kelompok atau lebih dari satu orang. Menurut Rusman (2014:203) “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mewadahi bagaimana siswa dapat bekerja sama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. “Model belajar cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang membantu mahasiswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produtivitas, dan perolehan belajar” (Solihatin dan Raharjo, 2011:5). Menurut Lickona (2013:276) “proses belajar kooperatif adalah salah satu gerakan yang berkembang pesat dalam dunia pendidikan saat ini”. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model kooperatif adalah model yang dilakukan secara berkelompok yang menciptakan kerjasama kelompok sehingga dengan bekerjasama tujuan pembelajaran akan tercapai. 2.1.3 Karakteristik model pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran lainnya dan strategi-strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Menurut Rusman (2014:206) Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut: (1)Pembelajaran Secara Tim, Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim adalah tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. (2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Ada 3 fungsi manajemen kooperatif : (a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pemeblajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pemeblajaran yang sudah ditentukan (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif (c) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes. (3) Kemauan untuk Bekerja Sama, keberhasilan pembelajaran
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 4
kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama harus ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. (4) Keterampilan Bekerja Sama, kemampuan bekerja sama itu ditentukan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok.
Menurut Riyanto (2014:266) Ciri-ciri pembelajaran kooperatif (1) Kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, rendah. (2) Siswa dalam kelompok sehidup semati. (3) Siswa melihat semua anggota mempunyai tujuan yang sama. (4) Akan dievaluasi untuk semua. (5) Berbagi kepemimpinan dan keterampilan untuk bekerja bersama. (5) Diminta mempertanggungjawabkan individual materi yang ditangani.
Sedangkan Menurut Trianto (2009:23) Ciri-ciri pembelajaran kooperatif ialah sebagai berikut: (a) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya. (b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta belajar. (c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. (d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan belajar dapat tercapai.
Dari uraian di atas ciri-ciri model pembelajaran dapat disimpulkan bahwa ciriciri model pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran secara berkelompok, kemauan dan keterampilan dalam bekerjasama, rasional teoritis yang logis, dan lingkungan belajar sebagai tempat yang diperlukan dalam proses pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. 2.2 Model Pembelajaran Tipe Think Pair and Share 2.2.1 Pengertian model pembelajaran tipe think pair and share Model pembembelajaran kooperatif tipe think pair and share model pembelajaran yang tumbuh dari pembelajaran kooperatif dan waktu-tunggu. Menurut Al-Tabany (2014:130) “Strategi think pair and share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”. “Pendekatan ini merupakan cara yang efektif untuk mengubah pola diskusi dalam kelas, think pair and share memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi waktu lebih banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain” (Majid, 2014:191). Trianto (2010:81) mengemukakan bahwa “think pair share atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa”. Dari uraian pengertian model kooperatif tipe think pair and share peneliti menyimpulkan bahwa model kooperatif tipe think pair and share adalah salah satu model kooperatif yang diterapkan dengan berpasangan dengan teman di kelas untuk menciptakan sikap kerjasama yang baik dan aktif antar sesama teman lainnya dan membentuk interaksi dan pola diskusi yang baik dalam proses pembelajaran. 2.2.2 Langkah-langkah model pembelajaran tipe think pair and share Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share menurut Suhana dan Hanafiah (2009:46) Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model mengajar ini sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai; (b) Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru; (c) Peserta didik diminta berpasanagan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing; (d) Guru memimpin pleno kecil diskusi, setiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya; (e) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah yang belum diungkapkan para siswa; (f) Guru memberi kesimpulan; (g) Penutup.
Berikut adalah langkah-langkah model think pair and share menurut Majid (2104:191): 1) Tahap 1: Thinking
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 5
Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat. 2) Tahap 2: Pairing Guru meminta siswa agar berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikrikannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat berbagi jawaban jika telah diajukan suatu pertanyaan, atau berbagi ide jika suatu persoalan khusus telah diidentifikasi. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit. 3) Tahap 3: Sharing Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah merekan bicarakan dengan pasangan seluruh kelas.
Berdasarkan langkah-langkah dalam model pembelajaran think pair and share yang telah diuraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran think pair and share secara garis besar hampir sama. Hal ini oleh peneliti dijadikan sebagai acuan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair and share pada proses pembelajaran di kelas IV C. 2.2.3 Kelebihan dan kekurangan model think pair and share Dalam tahapan thinking, pairing dan sharing inilah, kecakapan siswa dalam berkomunikasi yang meliputi kecakapan mendengar, berbicara dan membaca maupun menuliskan gagasan atau pendapatnya ketika pembelajaran berlangsung akan terlihat. Lie (dalam Indarwati, 2014:17) menyatakan kelebihan dan kekurangan model think pair and share adalah sebagai berikut: (1) Kelebihan model think pair share a) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran b) Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana c) Memberikan lebih kesempatan untuk berkontribusi masing-masing anggota kelompok. d) Interaksi antar pasangan lebih mudah e) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya. (2) Kekurangan model think pair share a) lebih banyak kelompok yang akan melapor dan perlu dimonitor b) lebih sedikit ide yang muncul c) jika ada masalah tidak ada penengah
Beberapa kelebihan model think pair share menurut laura (dalam Erwidiya, 2014:6) “antara lain mudah diterapkan pada tingkat kemampuan berpikir dan dalam setiap kesempatan, diskusi dalam bentuk kelompok kecil sangat efektif untuk memudahkan siswa memahami materi dan memcahkan permasalahan”. Berdasarkan Pendapat tentang kelebihan dan kekurangan model kooperatif tipe think pair and share di atas peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari model think pair and share adalah penerapan yang tidak sulit dan dapat membentuk interaksi yang baik antar sesama teman serta siswa akan terbiasa berpartisipasi dalam mengeluarkan pendapat saat proses pembelajaran dan kekurangan pada model think pair and share adalah guru akan kesulitan dalam kontrol kondisi kelompok yang banyak pada saat proses pembelajaran. 2.3 Kerjasama 2.3.1 Pengertian kerjasama Menurut Feryanto dan Wismulyani (2010:59) “Kerjasama adalah kegiatan beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama”. Menurut Johnson (2014:164) “kesuksesan lebih mudah dicapai oleh para anggota kelompok yang bekerja sama dari pada kesuksesan yang diraih seseorang yang berusaha sendirian”. Menurut Majid (2009:157) “metode kerjasama ialah upaya saling membantu antara dua orang atau lebih, antara individu dengan kelompok dan antara kelompok FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 6
dengan kelompok lainnya dalam melaksanakan tugas atau menyelesaikan problema yang dihadapi dan atau menggarap berbagai program yang bersifat prosfektif guna mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan bersama”. Dari pengertian di atas jelas dikatakan bahwa kerjasama merupakan bentuk hubungan antara dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan memecahkan masalah untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini berarti dalam kerjasama, siswa yang lebih paham akan memiliki kesadaran untuk menjelaskan kepada teman yang belum paham. Tanpa adanya kerjasama tidak akan ada kesuksesan keluarga, organisasi, ataupun sekolah, khususnya tidak akan ada proses pembelajaran yang sukses disekolah 2.3.2 Karakteristik kerjasama Setiap kelompok tentu menginginkan kerjasama yang baik agar tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat terlaksanakan dengan baik. Sikap kerjasama yang baik dalam kelompok mempunyai ciri-ciri: (1) Mendengarkan dengan sopan ketika orang lain berbicara dan baru berbicara setelah orang lain selesai berbicara, (2) melakukan interupsi dengan sopan, (3) memperlakukan ide-ide orang lain dengan rasa hormat dan penghargaan, (4) merumuskan atau menangkap ide-ide orang lain dengan kata-kata sendiri dengan tepat lebih dahulu sebelum menyatakan ketidaksetujuannya, dan (5) mendorong setiap orang berpartisifasi dalam kelompoknya, merupakan keterampilan yang penting diajarkan kepada siswa seperti halnya kemampuan akademik. Keterampilan keterampilan tersebut bahkan sangat nyata diperlukan dalam kehidupan sehari-hari siswa baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Eggen dan Kauchak (dalam Desi, 2012:4).
David (dalam Rekysika, 2015:16) “mengklasifikasikan empat elemen dasar dalam kerjasama, yaitu: adanya saling ketergantungan yang saling menguntungkan pada anak dalam melakukan usaha secara bersama-sama, adanya interaksi langsung diantara anak dalam satu kelompok, masing-masing anak memiliki tanggung jawab untuk bisa menguasai materi yang diajarkan, penggunaan kemampuan interpersonal dan kelompok kecil secara tepat, yang dimiliki oleh setiap anak”. Djamarah (2010:56) juga menyatakan “keakraban atau kesatuan kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain”. Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor yaitu: 1. Perasaan diterima atau disukai teman-teman 2. Tarikan kelompok 3. Teknik pengelompokan oleh guru 4. Partisifasi/keterlibatan dalam kelompok 5. Penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya Roestiyah (2012:16) juga menyatakan “dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai tujuan untuk bersama pula”. Murinah (2014:6) berpendapat kerjasama adalah saling mempengaruhi sebagai anggota kelompok, maka yang perlu dilakukan dalam bekerjasama adalah sebagai berikut: (1) Membangun dan membagi suatu tujuan yang lumrah; (2) Sumbangkan pemahaman tentang permasalahan: pertanyaan, wawasan, dan pemecahan; (3) Setiap anggota memperkuat yang lain untuk berbicara dan berpartisipasi dan menentukan kontribusi (sumbangan) mereka; (4) Bertanggung jawab terhadap yang lain; (5) Bergantung pada yang lain.
Berdasarkan beberapa pendapat yang menjelaskan mengenai ciri-ciri kerjasama dan kerja kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa indikator kerjasama kelompok siswa sebagai berikut: 1. Berpartisipasi aktif dalam kelompok. 2. Saling membantu sesama anggota dalam kelompok FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 7
3. Saling berinteraksi dan berkomunikasi antar anggota 4. Teknik pengelompokan oleh guru 5. Tanggung jawab dalam kelompok 2.3.3 Manfaat kerjasama siswa dalam proses pembelajaran “Dengan bekerja sama para anggota kelompok kecil akan mampu mengatasi berbagai rintangan, bertindak mandiri dengan penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok, mempercayai orang lain mengeluarkan pendapat, dan mengambil keputusan” (Johnson, 2014:164) . Roestiyah (2012:17) juga menyatakan keuntungan kerjasama dalam kelompok adalah: (1) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah; (2) Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah; (3) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi; (4) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajar; (5) Para siswa lebih aktif tergabung dalam pembelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisifasi dalam bediskusi; (6) Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai pendapat seseorang; hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
Menurut Edi dan Nurani (dalam Arifin dan Barnawi, 2015:167) Format diskusi kelompok memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Mengembangkan kemampuan berpikir dan komunikasi; 2. Meningkatkan disiplin 3. Meningkatkan motivasi belajar 4. Mengembangkan sikap saling membantu 5. Meningkatkan pemahaman Sedangkan Djamarah (2010:56) juga menyatakan tentang bekerjasama dalam kelompok bahwa: Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya mereka yang mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.
Dari uraian pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa ada banyak manfaat kerjasama siswa dalam proses pembelajaran yaitu siswa dapat saling menghargai pendapat antar sesama teman, dapat mengembangkan sikap kepemimpinanan dalam bekerjasama pada proses pembelajaran dan dapat membentuk persaingan yang sportif untuk mencapai prestasi belajar siswa yang lebih baik.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 8
2.4 Kerangka berpikir
TEORI PENDUKUNG Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 pasal 19 tentang standar nasional pendidikan: “Proses pembelajaran pada suatu pendidikan dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”
MASALAH 1. siswa masih malu dan masih sulit untuk berkolaborasi antara sesama teman 2. siswa banyak yang bermain dan tidak memperhatikan guru ketika menjelaskan di depan 3. tidak banyak siswa yang saling mengeluarkan pendapat antar sesama teman di kelas.
TINDAKAN Menggunakan model pembelajaran think pair share
Langkah-langkah 1) Tahap 1: Thinking 2) Tahap 2: Pairing 3) Tahap 3: Sharing
PENELITIAN RELEVAN 1. Desi (2012) dengan judul Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad Pada Materi Pesawat Sederhana di Kelas V SDN 13/ 1 Muara Bulian
2. Murinah (2014) dengan judul penelitian “peningkaan kerjasama dan hasil belajar ips pada materi kenampakan alam pada siswa kelas V SD Negeri Harjowinangun
3. Erwidiya, Dita (2014) dengan judul “Penerapan model think pair share untuk meningkatkan kerjasama siswa kelas IV B SD Negeri 11 Metro pusat.
Dengan penggunaan model pembelajaran think pair and share dapat meningkatkan kerjasama siswa Bagan 2.1 Kerangka Berpikir
2.5 Hipotesis Tindakan Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka berpikir hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran think pair and share diterapkan maka dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV C SD Negeri No.55/1 Sridadi. III. METODE PENELITIAN 3.1 Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini yaitu siswa kelas IV C SD Negeri No. 55/1 Sridadi Jumlah siswa pada kelas ini yaitu sebanyak 20 orang. Siswa laki-laki berjumlah 12 orang dan siswa perempuan berjumlah 8 orang. 3.2 Prosedur Penelitian Penelitian ini akan dilakukan secara bersiklus. Dimana setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
3.2.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan peneliti dan guru kolaborator akan melakukan kegiatan meliputi : 1. Guru dan peneliti menyiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikonsultasikan pada dosen pembimbing.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 9
2. Guru dan peneliti menyiapkan lembar kerja siswa, yang di konsultasikan pada dosen pembimbing. 3. Guru dan peneliti menyiapkan lembar observasi kerjasama siswa, yang kemudian akan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi. 3.2.2 Pelaksanaan Prosedur penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklusnya dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disiapkan. Sesuai dengan RPP pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka pada pelaksaannya disetiap pertemuan akan dilakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Kegiatan awal: Apersepsi dan Motivasi 2. Kegiatan Inti: (mengamati, menanya, mencoba, menalar, mengkomunikasikan” 3. Kegiatan Akhir 3.2.3 Observasi Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi kerjasama siswa meliputi beberapa indikator dan observasi yang dilakukan oleh guru pada penerapan model think pair and share meliputi langkah-langkah dari model think pair and share yang diambil dari teori. 3.2.4 Refleksi Pada tahap ini peneliti bersama guru mendiskusikan kondisi sebelum dan sesudah dilakukan tindakan, baik keberhasilan maupun kekurangannya untuk selanjutnya dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. Apabila pelaksanaan tindakan belum dapat meningkatkan kerjasama siswa maka dilakukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Berdasarkan refleksi inilah suatu perbaikan tindakan dapat ditentukan. 3.3 Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini adalah untuk mencari dan menemukan upaya guru dalam meningkatkan kerjasama siswa melalui model think pair and share. Analisis penelitian menggunakan analisis kuantitatif dan deskripstif kualitatif. Analisis kuantitatif berupa data hasil observasi disiplin belajar siswa, dengan menggunakan rumus: Persentase = Dengan rentang nilai: No Nilai keaktifan 1 85-100 2 70-84 3 55-69 4 40-54 5 <39
Tarif keberhasilan A (Sangat Baik) B (Baik) C (Cukup) D (Kurang) E (Sangat Kurang) Tabel 3.5 kriteria keberhasilan (sumber: Aries dan Hariyono (2012:95)) Sedangkan analisis deskriptif kualitatif berupa paparan atau penjelasan data hasil observasi keterlaksanaan langkah-langkah model pembelajaran think pair and share dalam pembelajaran yang akan dideskripsikan oleh peneliti sebagai hasil dari penelitian 3.4 Kriteria Keberhasilan Penelitian ini akan dikatakan berhasil apabila sudah mengalami peningkatan antara disiplin belajar siswa dari kondisi awal, setelah dilakukan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) sampai selesainya FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 10
tindakan. Adapun rincian keberhasilan penelitian adalah : Adanya Peningkatan disiplin belajar kelas IV C SDN 55/I Sridadi dimana lebih dari 75% atau sekitar 17 siswanya mendapatkan nilai lebih dari 70 maka dapat di katakan bahwa siswa tersebut sudah mengalami peningkatan disiplin saat proses pembelajaran berlangsung dengan indikator amatan yang sudah di jelaskan. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian siklus I sampai dengan siklus II terjadi peningkatan kerjasama siswa pada tiap siklusnya.Pada siklus I hasil observasi kerjasama siswa belum memenuhi kriteria keberhasilan. Pada pertemuan 1 belum semua langkahlangkah model pembelajaran think pair and share terlaksana dan proses pembelajaran juga masih berpusat pada guru sehingga menyebabkan siswa pasif selama pembelajaran dan bosan yang menyebabkan siswa lebih memilih keluar kelas tanpa izin kepada guru saat pembelajaran belum selesai, masih ada siswa yang ribut dalam kelas dan tidak memperhatikan penjelasan guru, mengerjakan tugas tetapi tidak sesuai petunjuk pengerjaan, dan masih ada siswa yang mengganggu kelompok lain. Namun, dengan dibaginya siswa kedalam beberapa kelompok kecil dalam proses pembelajaran, membuat siswa menjadi aktif dan mampu bekerja sama menyelesaikan tugas tepat waktu. Apabila siswa tidak dibagi kedalam kelompok dan hanya bekerja sendiri menyelesaikan tugas yang diberikan, siswa bermalas-malasan dalam mengerjakan tugas dan hanya mengandalkan contekan teman-temannya yang sudah selesai terlebih dahulu sehingga membuat mereka tidak aktif dalam proses pembelajaran dan tidak efektif serta efisien dalam memanfaatkan waktu belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2014:203) bahwa pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil dapat membuat mereka saling berinteraksi secara aktif dan saling bekerjasama menyelesaikan tugas yang diberikan guru, pembelajaran seperti ini disebut juga dengan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan pada pertemuan 2 terjadi perbedaan skenario dalam proses pembelajaran dimana tidak lagi guru yang menjadi pusat pembelajaran namun siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran dengan dilakukannya kegiatan praktek percobaan mengenai pembuatan kaca pembesar (lup) dari alat dan bahan yang sudah disediakan dan langkahlangkah model pembelajaran TPS sudah terlaksana semua. Dari hasil observasi tindakan dan kerjasama siswa pada pertemuan 2, ternyata kelemahan pada pertemuan 1 berkurang dengan adanya perubahan skenario tiap pertemuan dan langkah-langkah TPS juga sudah terlaksana. Pada pertemuan 2, siswa asyik melakukan percobaan bersama kelompoknya dan guru memberi kesempatan lebih kepada kelompok untuk bekerja sama melakukan percobaan sehingga membuat mereka berada dalam kelompok masingmasing dan siswa yang keluar kelas selama proses pembelajaran tanpa alasan yang jelas semakin berkurang. Apabila dalam proses pembelajaran guru tidak memberikan kebebasan maka akan membuat siswa merasa terkekang selama mengikuti proses pembelajaran dan dapat membuat mereka merasa jenuh sehingga menyebabkan mereka keluar masuk kelas saat pembelajaran sedang berlangsung. Kebebasan yang diberikan oleh guru merupakan kebebasan terbimbing, walaupun guru memberikan mereka kebebasan untuk melakukan percobaan namun masih tetap ada peran guru sebagai pembimbing dan pengawas dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Wiyani, 2013:161) bahwa memberikan kebebasan atau keleluasaan yang terkendali (kebebasan terbimbing) dapat membuat siswa tidak merasa terkekang saat belajar sehingga siswa masih tetap terkendali dalam melakukan tindakan-tindakan diluar batas. Siswa juga sudah perhatian dalam pembelajaran dan mendengarkan penjelasan dari guru. Semua langkah model FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 11
pembelajaran TPS juga sudah terlaksana salah satunya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan hasil diskusi, terlihat ketertiban siswa dalam menyampaikan hasil diskusi atau pendapatnya. Pada pertemuan 1 dan 2 terjadi peningkatan kerjasama siswa dari yang semula jumlah rata-rata nilai pada pertemuan 1 rata-rata kerjasama siswa 52,5% dan terjadi peningkatan di pertemuan II dimana ratarata kerjasama siswa65,25%. Dengan persentasi kerjasama siswapada siklus I secara klasikal adalah 60,75% . Namun, untuk jumlah rata-rata nilai kerjasama siswa secara menyeluruh yang terjadi di siklus 1 yaitu sebesar 60,75% dengan kategori cukup. Dari 20 siswa, ada 7 siswa dengan kategori baik. Sedangkan 7 siswa memiliki kerjasama siswa dengan kategori cukup, ada 5 siswa termasuk kategori kurang, serta 1 siswa yang memiliki kerjasama siswa dengan kategori sangat kurang. Hal ini dikarenakan masih ada kekurangan baik dari guru dalam menerapkan model pembelajaran maupun dari siswa itu sendiri. Karena itu, pada siklus II akan diadakan perbaikan tindakan guna mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan. Perubahan yang akan dilakukan pada siklus II yaitu memberikan motivasi kepada siswa sebelum belajar dimulai, menjelaskan tujuan dan materi pembelajaran, membagikelompok secara heterogen, menjelaskan tanggung jawab dalam kelompok, Saling membantu sesama anggota dalam kelompok , Mampu menyesuaikan diri dengan teman kelmpok dan Berpartisipasi aktif dalam kelompok. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II, telah mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada pertemuan 3, dengan diterapkannya rekomendasi tindakan-tindakan dari hasil evaluasi siklus 1 yaitu salah satunya guru memberikan motivasi kepada siswa agar terdorong untuk mengikuti dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran secara berkelompok dan langkah-langkah model pembelajaran think pair share yang sudah diterapkan membuat siswa ikut serta dalam mengerjakan dan menyelesaikan masalah dan tugas dalam pembelajaran berkelompok sehingga dapat membentuk kerjasama siswa yang baik antar sesama teman di kelas. Beberapa indikator yang mengalami peningkatan pada pertemuan 3 dengan diterapkannya perbaikan tindakan yang dilakukan tersebut yaitu siswa sudah berpartisipasi aktif dalam kelompok, siswa saling berinteraksi antar sesama anggota kelompok, beberapa siswa sudah ada yang aktif bertanya dalam proses pembelajaran secara berkelompok, beberapa siswa sudah terlihat Saling mengemukakan pendapat dalam pembelajaran berkelompok, dan setiap siswa memiliki tanggung jawab penuh dalam kelompok belajar. Hasil observasi pada pertemuan 3 jumlah nilai rata-rata kerjasama siswa mengalami peningkatan mencapai 76,25% dengan kategori baik. Pada pertemuan 4 dengan menerapkan tindakan yang sama namun dengan skenario pembelajaran yang berbeda yaitu melakukan pengamatan dan diskusi secara berkelompok serta guru lebih mengoptimalkan membimbing siswa untuk saling mengeluarkan pendapat dan aktif bertanya agar jalannya diskusi lancar dan saling bekerja sama dengan baik. Pada indikator aktif bertanya dan mengemukakan pendapat sesama anggota kelompok terlihat sudah meningkat dari pertemuan ke 3. Terlihat kerjasama siswa dalam belajar mengalami peningkatan dengan indikator yang sama seperti pada pertemuan 3. Dilihat dari hasil analisis observasi kerjasama siswa pada pertemuan 4 dengan jumlah nilai rata-rata kerjasama siswa mengalami peningkatan dari pertemuan ke 3 yaitu mencapai 80,00% dengan kategori kerjasama siswa sudah baik. Dan kesimpulan hasil observasi penerapan langkah-langkah model pembelajaran TPS dan kerjasama siswa dapat dikatakan bahwa kerjasama siswa mengalami peningkatan dengan diterapkannya model pembelajaran think pair share dan pada siklus ini kriteria keberhasilan sudah tercapai.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 12
Hasil observasi kerjasama siswa mengalami peningkatan pada siklus ini dengan rata-rata nilai mencapai 78,25% dengan kategori baik. Pada siklus ini terlihat, siswa sudah mulai kerjasama dalam belajar dilihat dari hasil analisis kerjasama siswa pada siklus II dengan jumlah siswa sebanyak 10 siswa memiliki kerjasama dalam belajar dengan kategori sangat baik dan 7 siswa memiliki kerjasama dalam belajar dengan kategori baik, 4 siswa yang memiliki kerjasama dalam belajar dengan kategori cukup, serta tidak ada lagi siswa yang termasuk kategori kurang dan sangat kurang. Dari hasil pelaksanaan tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus II, dapat disimpulkan bahwa kerjasama siswa mengalami peningkatan dengan diterapkannya model pembelajaraan yang lebih bervariatif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran TPS dan tidak hanya dengan menggunakan model pembelajaran yang konvensional saja serta adanya perbaikan tindakan-tindakan yang dilakukan guru dalam meningkatkan Kerjasama siswa. Apabila pembelajaran yang dilakukan tetap saja menggunakan model pembelajaran konvensional dan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran maka akan membuat siswa melakukan hal-hal negatif yang akan membuat kerjasama siswa menurun. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rusman (2013:209) bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kerja sama siswa dalam berdisiplin mengerjakan tugas yang yang diberikan secara berkelompok. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari langkah-langkah model pembelajaran Think Pair Share yang sudah diterapkan tersebut dapat dilihat bahwa hasil observasi kerjasama siswa pada siklus 1 sampai dengan siklus II terjadi peningkatan. Dengan nilai rata-rata observasi sebesar 60,75% pada siklus 1 dengan kategori Cukup (C), Dari 20 siswa, ada 7 siswa dengan kategori baik. Sedangkan 7 siswa memiliki kerjasama siswa dengan kategori cukup, ada 5 siswa termasuk kategori kurang, serta 1 siswa yang memiliki kerjasama siswa dengan kategori sangat kurang. Kemudian pada akhir siklus atau siklus II siswa mengalami peningkatan kerjasama siswa di kelas dengan nilai rata-rata observasi sebesar 78,25% termasuk kategori sudah membaik (B). Dengan rincian sebagai berikut, yaitu dengan jumlah siswa sebanyak 10 siswa memiliki kerjasama dalam belajar dengan kategori sangat baik dan 7 siswa memiliki kerjasama dalam belajar dengan kategori baik, 4 siswa yang memiliki kerjasama dalam belajar dengan kategori cukup, serta tidak ada lagi siswa yang termasuk kategori kurang dan sangat kurang dan sudah mencapai kriteria keberhasilan secara klasikal. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan kerjasama siswa. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diuraikan , maka peneliti menyarankan sebagai berikut: 1. Diharapkan guru kelas IV C SDN 55/1 Sridadi dapat menggunakan model pembelajaran Think Pair Share dalam pembelajaran sebagai alternatif model yang digunakan dalam proses mengajar agar siswa lebih aktif dan terarah dalam belajar. 2. Dengan menggunakan model pembelajaran TPS, diharapkan siswa dapat lebih membangun kerjasama terutama saat pembelajaran dengan penerapan langkahlangkah pembelajaran yang ada didalamnya. 3. Aspek-aspek yang diamati pada penelitian ini masih terbatas, diharapkan pada peneliti selanjutnya dapat memperluas aspek amatannya FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 13
DAFTAR PUSTAKA Al Tabany, T. I. B. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Dan Kontekstual: Konsep, Landasan, Implementasinya Pada Kurikulum 2013 (Kurikulum Temaatik Integrative/Tki. Jakarta: Kencana. Aries, E. F & Haryono, A. D. 2012. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Aplikasinya.Yogyakarta: Aditya Media Publishing. Arifin, M & Barnawi. 2015. Microteaching Teori Dan Praktik Pengajaran Yang Efektif & Kreatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Desi. 2012. Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Stad Pada Materi Pesawat Sederhana Di Kelas V Sdn 13/ 1 Muara Bulian. Dalam E-Bimbingan: Universitas Jambi Pgsd. Djamarah, S. B. Dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Indarwati, W. F. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Tps (Think Pair Share) Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas Ix Smp Penda Tawangmangu Pada Mata Pelajaran Ips Terpadu Tahun Ajaran 2009/2010 Https://Eprints.Uns.Ac.Id/7304/1/131860608201009291.Pdf. Diakses Tanggal 28 Juli 2016. Johnsons, B. E. 2014. Ctl (Contekstual Teaching And Learning) Menjadikan kegiatan Belajar dan Mengajar Menjadi Mengasyikkan Dan Bermakna. Bandung: Kaifa Komara, Endang. 2014. Belajar Dan Pembelajaran Interaktif.Bandung: Refika Aditama. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mukhlas, H.A.2015. Penerapan Model Koopertif Tipe Think Pair Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar siswa Pada Mata Pelajaran Komunikasi kelas Ix Administrasi perkantoran Di Smk N 4 Klaten Tahun Ajaran 2014/2015. Adp.Fkip.Uns.Ac.Id/Wp-Content/Uploads/.../Jurnal-Penelitian-Mukhlas.Pdf . Diakses Tanggal 28 Juli 2016. Nurnawati, Dkk. 2012. Peningkatan Kerjasama Siswa Smp Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Think Pair Share Http://Webcache.Googleusercontent.Com/Search?Q=Cache:Osr1wy9zu1ej:Jo urnal.Unnes.Ac.Id/Artikel_Sju/Upej/764+&Cd=3&Hl=Id&Ct=Clnk. Diakses tanggal 27 juli 2016. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013. 2013. Tentang Perubahan tas Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. http://sindikker.dikti.go.id/dok/PP/PP322013PerubahanPP19-2005SNP.pdf. Diakses tanggal 01 agustus 2016. Peryanto, A & Wismulyani, E. 2009. Buku Panduan Pendidik Ilmu Pengetahuan Sosial Untuk Sd Dan Mi. Surabaya: Jepe Press Media Utama Rekysika, S, N. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Melalui Kegiatan Kerja Kelompok Di Kelompok A Tk Negeri Trukan Siwates Kaligintung Temon Kulon Progo.. Eprints.Uny.Ac.Id/View/Subjects/Pssd=5fpgpaud.Html. Diakses Tanggal 27 Juli 2016 Riyanto, Yatim. 2014. Paradigma Baru Pembelajaran: sebagai referensi bagi guru/pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana. FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 14
Roestiyah, N. K. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Solihatin, E. Raharjo. 2011. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran Ips. Jakarta: Bumi Aksara. Suhana, C. & Hanafiah, N. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama. Tim Penyusun. 2008. Panduan Penulisan Proposal Dan Skripsi Hsil Penelitian Tindakan Kelas(PTK) Suplemen Panduan Penulisaan Skripsi Fkip Universits Jambi. Jambi. Universitas Jambi. Tim Penyusun. 2011. Panduan Penulisan Skripsi Universitas Jambi. Jambi. Universitas Jambi. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Bumi Aksara.
FKIP UNIVERSITAS JAMBI
Page | 15