BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 55/I Sridadi, penulis melakukan penelitian tentang implementasi nilai kecerdasan spiritual dalam Kurikulum 2013 di kelas IV dengan melakukan pengamatan secara langsung, penulis juga melakukan wawancara terhadap kepala sekolah, guru kelas IV. Adapun hasil penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut. 4.1.1 Hasil Observasi Hasil penelitian tentang implementasi nilai kecerdasan spiritual dalam kurikulum 2013 di kelas IV SDN 55/I Sridadi terkait indikator nilai kecerdasan spiritual yang pertama yaitu memiliki integritas keimanan (berdoa, mengucapkan salam, bersyukur dan taat beribadah (sholat, puasa dan membaca alqur’an)). Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada tanggal 3,4,5,6,7 Agustus dan 20,21,22,23,24,26 Oktober 2015, pada saat bel masuk berbunyi para siswa berbaris rapi dua berbanjar di depan kelas. Ketua kelas menyiapkan barisan tersebut, kemudian guru memilih barisan yang paling rapi untuk memasuki kelas lebih dulu. Siswa memasuki kelas kelas dengan tertib sambil bersalaman dengan mencium tangan guru. Kegiatan tersebut juga diikuti oleh barisan selanjutnya. Sebelum memasuki kelas siswa juga sudah terbiasa untuk melepaskan sepatu, yang mana sepatu tersebut diletakkan dengan rapi pada rak sepatu yang terdapat di depan kelas. Kegiatan seperti ini dilakukan siswa secara rutin setiap hari.
45
Setelah memasuki kelas para siswa tampak sudah duduk rapi sambil melipat tangan di atas meja. Ketua kelas memberi aba-aba untuk berdoa dan mengucapkan salam. Sebelum berdoa siswa juga mengucapkan basmallah. Pada saat siswa berdoa terkadang terlihat beberapa siswa yang kurang tertib dalam berdoa. Siswa tersebut melihat kekiri kekanan, tidak menengadahkan tangan dengan baik dan berbisik-bisik kecil dengan sebangkunya. Dalam kegiatan sehari-hari di sekolah siswa tampak sudah terbiasa untuk mengucapakan salam ketika memasuki kelas ataupun ruangan lainnya seperti ruangan guru dan ruangan kepala sekolah. Pada saat proses pembelajaran selesai guru mengajak siswa untuk mengucapakan hamdallah secara bersama. Sebelum pulang siswa berdoa bersama-sama, pada kegiatan itu siswa terlihat lebih antusias dari pada berdoa sebelum belajar. Karena terlalu antusias ada beberapa siswa yang melagukan bacaan doa tersebut. Begitu juga pada saat mengucapkan salam. Setelah guru menjawab salam siswa, kemudian anak tampak saling mendahului untuk bersalaman dan mencium tangan guru. Kemudian masih terkait dengan indikator memiliki integritas keimanan yaitu uraian taat beribadah (sholat, puasa dan membaca alqur’an). Hasil pengamatan penulis pada setiap hari jumat pada tanggal 7,14 Agustus dan 23 Oktober tampak bahwa seluruh siswa kelas IV SDN 55/I Sridadi membaca yasin kemudian dilanjutkan dengan membaca surat pendek, kegiatan ini dilaksanakan di kelas masing-masing, guru juga memandu dan memimpin pada saat pembacaan yasin. Bagi siswa yang belum bisa membaca al-quran siswa membaca yasin dengan cara membaca huruf latinnya saja. Pada saat kegiatan tersebut berlangsung siswa terlihat khusuk dalam mengikuti kegiatan tersebut, hanya ada beberapa siswa yang masih kurang serius dalam mengikuti tersebut. Setelah penulis bertanya lebih lanjut ternyata anak tersebut belum begitu bisa membaca yasin.
46
Hasil penelitian tentang implementasi nilai kecerdasan spiritual dalam kurikulum 2013 di kelas IV SDN 55/I Sridadi terkait dengan indikator nilai kecerdasan spiritual yang selanjutnya yaitu berbuat baik (berinfak, membantu orang yang membutuhkan, menolong tanpa pamrih, meminta maaf apabila melakukan kesalahan, dan memaafkan kesalahan orang lain). Berdasarkan hasil pengamatan penulis pada setiap hari jumat pada tanggal 7,14 Agustus dan 23 Oktober 2015, bahwasannya dari pihak sekolah juga mengadakan kegiatan berinfak. Kegiatan infak tersebut dilakukan perkelas, yang mana setiap siswa memberikan sumbangan secara sukarela yang diberikan kepada bendahara kelas, kemudian bendahara kelas memberikan kepada guru kelas. Kemudian terkait dengan uraian membantu orang yang membutuhkan dan menolong tanpa pamrih. Dari pengamatan penulis pada saat proses pembelajaran di kelas terlihat siswa sering saling pinjam meminjam alat-alat tulis berupa pena, pensil dan sebagainya. Pada saat pembelajaran ada tugas dari untuk membawa alat peraga. Salah seorang siswa terlihat tidak membawa alat peraga tersebut, kemudian ada teman dari kelompok lain yang mau meminjamkan alat peraganya kepada teman yang tidak membawa alat peraga tersebut (hasil observasi pada tanggal 3,4,5,6,7 Agustus dan 21,22,23,24,26 Oktober 2015). Selanjutnya masih terkait dengan indikator berbuat baik yaitu mengenai uraian meminta maaf apabila melakukan kesalahan dan memaafkan kesalahan orang lain, berdasarkan hasil pengamatan penulis selama dilapangan bahwa penulis tidak ada menemukan ada anak yang berkelahi dengan temannya. Jadi selama dilapangan penulis tidak menemukan prilaku yang menunjukkan meminta maaf apabila melakukan kesalahan ataupun memaafkan kesalahan orang lain. (Hasil observasi pada tanggal 3,4,5,6,7 Agustus dan 21,22,23,24,26 Oktober 2015).
47
Hasil penelitian tentang implementasi nilai kecerdasan spiritual dalam kurikulum 2013 di kelas VI SDN 55/I Sridadi yang terkait dengan indikator nilai kecerdasan spiritual yang selanjutnya yaitu menghormati orang lain (bersalaman, memperhatikan guru dalam proses pembelajaran, tidak membantah nasehat guru, berteman dengan siapa saja, mampu bekerja sama dengan teman). Berdasarkan hasil pengamatan penulis yang terkait dengan uraian bersalaman, hasil pengamatan ini hampir sama seperti pengamatan sebelumya yaitu pada saat bel masuk berbunyi para siswa berbaris rapi dua berbanjar di depan kelas. Ketua kelas menyiapkan barisan tersebut, kemudian guru memilih barisan yang paling rapi untuk memasuki kelas lebih dulu. Siswa memasuki kelas kelas dengan tertib sambil bersalaman dengan mencium tangan guru. Dalam kegiatan sehari-hari siswa di sekolah, siswa tidak hanya bersalaman dengan guru kelasnya saja akan tetapi juga menunjukkan rasa hormatnya dengan bersalaman dengan guru-guru yang lain (hasil observasi pada tanggal 3,4,5,6,7 Agustus dan 21,22,23,24,26 Oktober 2015). Kemudian hasil pengamatan selanjutnya yang terkait dengan uraian memperhatikan guru dalam proses pembelajaran, tidak membantah nasehat guru, berteman dengan siapa saja serta mampu bekerjasama. Hasil pengamatan penulis pada saat proses pembelajaran para siswa terlihat serius dalam memperhatikan guru pada saat proses pembelajaran. Para siswa terlihat antusias ketika guru menjelaskan cara membuat alat peraga yaitu membuat telepon sederhana yang terbuat dari kaleng dan guru juga mempraktekkan cara kerja dari alat peraga tersebut. Keantusiasan siswa ditandai dengan siswa memperhatikan tindakan, dan terlihat rasa penasaran dalam diri siswa tersebut. Setelah kegiatan tersebut guru membagi siswa menjadi enam kelompok secara heterogen, setelah guru membagi kelompok siswa terlihat langsung bergabung dengan teman kelompok
48
yang telah ditunjuk guru. Pada saat pembagian kelompok tidak ada terlihat siswa yang protes atau kurang senang dengan atas pembagian kelompok tersebut. Kelompok pertama dan ketiga terlihat siswa yang pintar saja yang mengerjakan tugas tersebut. Sementara yang lainnya terlihat kurang peduli dengan tugas yang diberikan guru. Kelompok kedua dan keenam terlihat membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya secara adil. Yang mana salah satunya ada yang membolongi kaleng, Sementara teman yang lainnya ada yang menggunting tali kemudian teman yang lainnya memberikan ide untuk membuat laporan dari kegitan yang dilakukan. Sementara dua kelompok lainnya pada saat mengerjakan tugas tampak asyik bertanya pada guru karena masih kurang mengerti dengan tugas yang diberikan. Pada saat siswa mengerjakan tugas guru juga tampak berkeliling untuk memantau pekerjaan siswanya. Setelah semua kelompok selesai membuat alat peraga tersebut guru memanggil perwakilan dari kelompok untuk menampilkan hasil dari kerja kelompok. Guru mengingatkan kepada siswa yang lainnya untuk memperhatikan penjelasan dari temannya. Pada saat perwakilan kelompok menjelaskan hasil dari tugas kelompok tersebut, siswa lainnya tampak kurang menghiraukan temannya yang sedang berbicara di depan kelas yang mana mereka tampak acuh tak acuh dan sibuk dengan urusan masing-masing. Hal yang sama juga terlihat pada hasil observasi selanjutnya, yang mana siswa juga tampak antusias dan memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga tidak protes apabila guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok untuk menyelesaikan tugas. Namun terkadang ada beberapa siswa yang mengobrol pada saat guru menjelaskan pelajaran, akan tetapi setelah diberi teguran siswa tersebut mulai kembali memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang diberi teguran
49
juga tampak tidak dongkol atau marah pada saat guru menasehatinya (hasil observasi pada tanggal 3,4,5,6,7 Agustus dan 20,21,22,23,24,26 Oktober 2015). 4.1.2 Hasil Wawancara Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan AY selaku guru kelas IV SDN 55/I sridadi terkait dengan uraian indikator nilai kecerdasan spiritual yang pertama yaitu memiliki integritas keimanan (berdoa, mengucapkan salam dan bersyukur). Beliau menyatakan bahwa anak-anak dibiasakan untuk berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Begitu juga dengan mengucapkan salam, siswa juga dibiasakan untuk selalu mengucapkan salam ketika selesai berdoa (sebelum dan sesudah belajar), memasuki kelas, memasuki ruangan guru serta memasuki ruangan lainnya. Guru juga melakukan pembisaan bersyukur dengan cara mengucapkan hamdallah setelah selesai pembelajaran (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015) Kemudian beliau juga menuturkan bahwa bagi siswa yang kurang tertib pada saat berdoa maka guru akan menyuruh siswa tersebut untuk berdoa sendirian di depan kelas. Begitu juga dengan apabila ada siswa yang tidak mengucapkan salam ketika memasuki kelas atau ruangan lainnya maka siswa tersebut disuruh keluar dan baru diperbolehkan masuk ketika sudah mengucapkan salam (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015) Lebih lanjut AY selaku guru kelas IV SDN 55/I sridadi juga menuturkan bahwa penerapan nilai kecerdasan spiritual di kelas IV B sudah baik, karena dibimbing memalui proses pembiasaan dan juga di dalam Kurikulum 2013 sifat afektif lebih diutamakan serta juga terdapat penilaian dari segi sikap. Dalam penilaian sikap tersebut juga ada penilaian tentang taat beribadah, berdoa, dan bersyukur (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015) Hal ini diperkuat dari pernyataan MY selaku kepala sekolah SDN 55/I Sridadi, beliau menuturkan bahwa tentang penerapan kecerdasan spiritual dilakukan dengan cara pembiasaan,
50
seperti ketika guru mengajarkan anak untuk berdoa dengan tertib maka guru juga mencontohkan bagaimana cara dan sikap berdoa yang baik itu. Lebih lanjut MY juga menuturkan bahwa prilaku siswa yang memiliki nilai kecerdasan spiritual sudah tampak karena sudah terlihat dari sifat keseharian siswa ketika berada di lingkungan sekolah, contohnya siswa terbiasa berdoa sebelum dan sesudah belajar, mengucapkan salam ketika akan memasuki ruangan dan siswa juga mencium tangan guru ketika bersalaman (hasil wawancara pada tanggal 19 Agustus 2015). Selanjutnya masih terkait dengan indikator kecerdasan spiritual yang pertama yaitu memiliki integritas keimanan dengan uraian taat beribadah (sholat, puasa dan membaca alqur’an). Hasil wawancara dengan AY selaku guru kelas IV SDN 55/I Sridadi yng terkait dengan uraian ini beliau menyatakan bahwa pelaksanaan yasinan diadakan rutin setiap hari jumat, kemudian dilanjutkan dengan membaca surat pendek secara bersama. Hal itu dimaksudkan membiasakan siswa untuk rutin dalam membaca al-quran khususnya surah yasin dan surah pendek. Kemudian terkait dengan sholat dan berpuasa guru hanya memberi pengarahan dan mengingatkan bagi siswa yang muslim untuk selalu menunaikan sholat lima waktu dan berpuasa (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015) Kemudian beliau juga menuturkan bahwa dalam memperingati tahun baru Islam sekolah juga mengirim perwakilan siswa untuk mengikuti lomba yang diadakan oleh dinas pendidikan seperti lomba adzan, hafalan surah pendek dan pidato. Peserta yang dikirim untuk mengikuti lomba tersebut dipilih oleh guru bidang studi agama. Akan tetapi lomba yang diikuti siswa pada tahun kemaren itu belum ada yang mendapat juara, dan untuk tahun ini dinas pendidikan tidak ada mengadakan lomba seperti tahun sebelumnya (hasil wawancara pada tanggal 4 November 2015).
51
Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan MY selaku kepala sekolah SDN 55/I Sridadi, beliau menuturkan bahwa bahwa terkait tentang pengadaan membaca yasin dan ayat pendek itu merupakan kebijakan dari sekolah untuk menunjang penerapan kecerdasan spiritual kepada siswa. MY juga menuturkan bahwa kegiatan membaca yasin dan surat pendek ini dilaksanakan dari kelas III sampai dengan kelas VI sedangkan siswa kelas I dan II hanya membaca surah pendek saja. Kemudian mengenai kegiatan sholat sekolah tidak ada melaksanakan kegiatan sholat berjamaah, begitu juga dengan berpuasa baik guru bidang studi agama maupun guru kelas hanya memberi pemahaman saja kepada siswa bahwasannya bagi siswa yang muslim diwajibkan untuk menuanaikan sholat lima waktu dan berpuasa pada bulan ramadhan. (hasil wawancara pada tanggal 19 Agustus 2015). Selain itu MY juga menuturkan bahwa biasanya dalam memperingati tahun baru Islam dinas pendidikan mengadakan lomba seperti lomba adzan, hafalan surah pendek, lomba pidato dan lain-lain. Sekolah SDN 55 Sridadi biasanya juga mengirim perwakilan beberapa orang siswa untuk mengikuti lomba tersebut. Siswa yang mengikuti lomba tersebut juga dipilih oleh guru kelas dan guru bidang studi agama. Akan tetapi untuk tahun ini dinas pendidikan tidak ada mengadakan lomba tersebut, dan hasil lomba yang tahun kemaren siswa yang diikuti siswa belum ada yang mendapat juara (hasil wawancara pada tanggal 4 November 2015). Lebih lanjut hasil wawancara yang terkait dengan indikator kecerdasan spiritual yang kedua yaitu berbuat baik. Hasil wawancara dengan AY selaku guru kelas IV SDN 55/I Sridadi mengenai uraian berinfak, beliau menuturkan bahwa siswa juga dibiasakan untuk berinfak seikhlasnya pada setiap hari jumat. Kemudian jika ada temannya yang sakit atau tertimpa musibah maka guru juga membiasakan siswa untuk memberikan sumbangan seikhlasnya kepada teman yang tertimpa musibah itu. Hal ini dibiasakan dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa
52
peduli dan tolong-menolong terhadap orang yang membutuhkan (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015). Pernyataan di atas juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan MY selaku kepala sekolah SDN 55/I menuturkan bahwa sekolah setiap hari jumat juga mengadakan kegiatan berinfak secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak sekolah. Selain itu siswa juga dibiasakan untuk memberi sumbangan jika ada salah satu warga sekolah yang terkena musibah dengan tujuan untuk meringankan beban orang yang terkena musibah tersebut (hasil wawancara pada tanggal 19 Agustus 2015). Selanjutnya terkait dengan uraian membantu orang yang membutuhkan dan menolong tanpa pamrih. Berdasarkan hasil wawancara dengan AY selaku guru kelas SDN 55/I Sridadi terkait dengan uraian tersebut beliau menuturkan bahwa siswa dibiasakan untuk tidak pelit untuk meminjamkan alat tulis kepada teman yang lupa membawa alat tulisnya, hal itu merupakan salah satu contoh kegiatan secara tidak lansung untuk membantu teman yang membutuhkan dan menolong tanpa pamrih (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015). Berikut terkait dengan uraian meminta maaf apabila melakukan kesalahan dan memaafkan kesalahan orang lain. Hasil wawancara dengaan AY selaku guru kelas IV SDN 55/I Sridadi mengenai uraian tersebut menyatakan bahwa terkadang ada beberapa siswa yang berkelahi dengan temannya, namun setelah diberi nasehat dan pemahaman maka mereka bisa saling memaafkan (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015). Selanjutnya terkait dengan indikator kecerdasan spiritual yang ketiga yaitu menghormati orang lain. hasil wawancara dengan AY selaku guru kelas IV SDN 55/I Sridadi yang terkait dengan uraian bersalaman, beliau menuturkan bahwa siswa sudah terbiasa bersalaman sembari mencium tangan yang dapat dilihat ketika akan memasuki kelas, akan pulang sekolah serta
53
apabila bertemu dengan guru-guru ataupun orang yang lebih tua yang dikenal siswa (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015). Pernyataan di atas juga diperkuat dengan hasil wawancara dengan MY selaku kepala sekolah SDN 55/I Sridadi yang mana beliau menuturkan bahwa siswa selalu dibiaskan bersalaman sambil mencium tangan ketika bertemu dengan guru atau orang yang lebih tua (hasil wawancra pada tanggal 19 Agustus 2015). Selanjutnya hasil wawancara dengan AY selaku guru kelas IV SDN 55/I Sridadi mengenai uaraian memperhatikan guru dalam proses pembelajaran, tidak membantah nasehat guru, berteman dengan siapa saja serta mampu bekerjasama. Beliau menuturkan bahwa para siswa sudah bisa menghormati orang lain, itu ditandai dengan pada saat guru menjelaskan pembelajaran siswa memperhatikan dengan antusias. Namun terkadang juga ada siswa yang kurang serius dan ribut dalam belajar, akan tetapi setelah diberi teguran maka siswa tersebut kembali untuk memperhatikan penjelasan guru. Kemudian pada saat pembagian kelompok siswa juga tidak terlihat pilih-pilih teman. Siswa mampu bekerjasama dengan siapa saja tanpa ada protes seperti dalam pembagian kelompok belajar. Selain itu siswa juga mampu bekerjasama dalam mengerjakan tugas piket ataupun gontong royong yang biasa diadakan sekolah setiap dua minggu sekali (hasil wawancara pada tanggal 22 Oktober 2015). 4.1.3 Hasil Dokumentasi Penulis juga melakukan kajian dokumentasi terhadap penilaian sikap, terutama sikap spiritual siswa. Hasil dokumentasi penulis tentang penilaian sikap spiritual siswa rata-rata penilaian untuk sikap spritual siswa sudah baik (hasil kajian dokumentasi pada tanggal 27 Agustus 2015). 4.2 Pembahasan
54
Berdasarkan fenomena yang penulis temukan di SDN 55/I Sridadi mengenai implementasi nilai kecerdasan spiritual dalam kurikulum 2013 di kelas IV diterapkan melalui proses pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Uraian yang pertama yang terkait dengan taat beribadah (sholat, puasa dan membaca alquran). Seperti yang kita ketahui menurut KBBI ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjahui laranganNya. SDN 55/I Sridadi khusunya di kelas IV, sekolah ini mengadakan kegiatan ibadah yang berupa ucapan yaitu membaca alqur’an (yasin dan surah pendek). Kegiatan ini diadakan dengan maksud untuk membiasakan siswa rutin dalam membaca al-quran khususnya surah yasin dan menguasai hafalan surah pendek. Kegiatan ini juga dapat menunjang penerapan nilai kecerdasan spiritual kepada siswa. Pelaksaan kegiatan ini yaitu setiap hari jumat. Pada saat kegiatan ini berlangsung sebagian besar siswa terlihat khusuk dan tertib dalam mengikuti kegiatan tersebut, hanya ada beberapa siswa yang masih kurang serius dalam mengikuti kegiatan tersebut. Setelah penulis bertanya lebih lanjut ternyata siswa tersebut belum begitu bisa membaca al-quran. Bagi siswa yang belum bisa membaca al-quran tersebut mereka membaca yasin dengan cara membaca huruf latin yang terdapat pada surah yasin. Para siswa juga senang mengikuti kegiatan membaca yasin dan surah pendek ini karena selain untuk menambah hafalan untuk surah pendek mereka menyukai kegiatan tersebut karena semakin lama kegiatan tersebut berlangsung maka semakin berkurang waktu mereka untuk belajar. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam surah Az-Zariyat ayat 56 yang berbunyi:
ون ِ ِ َ ْ ُ ُد
55
ُ ْ َ َ َو َ ا َ ْ ِ ْ ت ا ْ ِن َوا ِس إ
Yang artinya bahwa “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. Penjelasan diatas juga sesuai dengan pendapat Hendrik seperti yang dikutip Masaong (2012:9-10) yang mana ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya ibadah dibagi menjadi empat yaitu pertama adalah ibadah yang berupa pekerjaan seperti sholat, puasa dan haji. Kedua yaitu ibadah yang berupa ucapan seperti membaca alqur’an. Ketiga ialah ibadah berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya seperti mengurus jenazah. Kemudian yang keempat yaitu ibadah yang sifatnya menggugurkan hak seperti membebaskan hutang orang lain. Berikutnya terkait dengan uraian nilai kecerdasan spiritual tentang berdoa. Kegiatan berdoa ini juga sudah dibiasakan di kelas IV SDN 55/I Sridadi. Guru selalu membiasakan siswa untuk selalu berdoa sebelum sesudah belajar. Sebelum berdoa siswa terlebih dahulu juga mengucapkan basmallah. Pada saat berdoa siswa sudah melaksanakan dengan tertib. Namun terkadang masih ada beberapa siswa yang kurang serius dalam berdoa. Tindakan yang diambil guru untuk mengatasi kendala tersebut dilakukan dengan cara menyuruh siswa yang bermainmain dalam berdoa untuk berdoa sendirian di depan kelas. Berdoa sebelum dan sesudah belajar merupakan kebiasaan yang dilakukan siswa. Membaca doa diyakini sebagai bentuk kepedulian akan kepercayaan kepada Tuhan yang bertujuan agar diberi kelancaran dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut penulis tindakan dari guru tersebut sudah bagus karena itu merupakan hukuman yang bersifat mendidik. Pada saat berdoa guru juga sudah mencontohkan cara berdoa yang baik yaitu sebelum berdoa mengucapkan basmallah, mengangkat kedua telapak tangan, setelah selesai berdoa mengusap muka dengan telapak tangan, dalam berdoa juga harus tertib, serius dan khusuk dengan tujuan agar doa yang diucapkan dikabulkan oleh Allah SWT.
56
Penjelasan di atas juga sesuai dengan pendapat Hendrik seperti yang dikutip Masaong (2012:9-10) yang mana pada hakikatnya doa adalah harapan, permintaan, dan pujian kepada Tuhan (Allah SWT). Sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Anas ra, menurut Nabi Muhammad Saw doa adalah ibadah karena: 1) Mematuhi perintah Allah SWT, yakni sebagaimana Firman-Nya dalam QS Al-Mu’min ayat 60 yang berbunyi:
ْ ُ َ ْ ِ َ ْ ََو َ َل ُ َر ﱡ ُ ا ْد ُ ِ أ yang artinya “dan Tuhan-mu berfirman,berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu”. 2) Doa merupakan cermin menghambakan diri kepada Allah SWT. 3) Pengakuan, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak, sehingga Dialah yang dapat mengabulkan dan mewujudkan segala keinginan kita. Selanjutnya terkait dengan uraian mengucapkan salam. Di kelas IV SDN 55/I Sridadi, guru juga tampak membiasakan siswa untuk mengucapkan salam. Hal ini dapat dilihat ketika selesai berdoa. siswa mengucapkan salam ketika selesai berdoa (sebelum dan sesudah belajar), setelah siswa megucapkan salam kemudian guru tampak juga menjawab salam dari siswa. Kemudian siswa juga terbiasa mengucapkan salam ketika memasuki kelas, ruangan guru, ruangan kepala sekolah dan perpustakaan. Akan tetapi terkadang ada siswa yang tidak mengucapkan salam ketika memasuki kelas ataupun ruangan guru. Terkait dengan hal ini maka guru mengambil tindakan dengan tidak mengizinkan siswa itu masuk, dan dizinkan masuk setelah ia mengucapkan salam. Menurut penulis tindakan yang dilakukan guru tersebut sangat baik karena akan membuat siswa jera dan akan membiasakan siswa untuk selalu mengucapkan dan menjawab salam. 57
Pernyataan diatas juga sesuai dengan pendapat Hendrik seperti yang dikutip Masaong (2012:9-10) yang mana seperti yang kita ketahui assalamu’alaikum artinya menyampaikan pesan damai, rasa hormat dan doa. Al-qur’an juga menegaskan bahwa selain berdoa, mengucapkan salam juga adalah penghormatan. Hal tersebut juga tertera tertera dalam Al-Quran surah An-Nisa ayat 86 yang berbunyi: Waidzaa huyyitum bitahiyyatinfahayyuu biahsanaminhaa-aurudduha innallaaha kaana’alaa kulli syainhasiib yang artinya “Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu”. Ayat di atas menjelaskan bahwa jika ada yang mengucapkan salam, maka jawablah dengan seimbang dan akan lebih baik lagi jika dilebihkan, misalkan jika ada yang mengucapkan “assalamu’alaikum” maka setidaknya minimal dijawab “wa’alaikumsalam”. Akan tetapi lebih baik lagi jika dijawab “wa’alaikusalam warahmatullahi wabarakatuh”. Karena semakin lengkap ucapan salam, maka semakin baik dan semakin besar pahalanya. Lebih lanjut terkait dengan uraian nilai kecerdasan spiritual yang berikutnya yaitu bersyukur. Kegiatan bersyukur ini juga sudah dibiasakan di kelas IV SDN 55/I Sridadi, kegiatan itu dapat dilihat ketika setelah selesai proses pembelajaran. Setelah proses pembelajaran berakhir tampak
guru
mengajak
semua
siswa
untuk
mengucapakan
hamdallah
atau
alhamdulillahirrabil’alamin secara bersama. Beberapa orang siswa juga menuturkan bahwa mereka juga terbiasa bersyukur atau mengucapkan hamdallah, seperti ketika ia mendapat nilai tinggi, mendapat ranking, mendapat juara, serta apabila mendapatkan hadiah. Hal ini adalah salah suatu bentuk pembiasaan kecil yang bermakna, karena guru telah membiasakan siswa
58
untuk bersyukur secara lisan kepada sang Pencipta. Dengan begitu diharapkan siswa agar dapat selalu bersyukur atas nikmat dan karunia yang selalu dilimpahkan Allah SWT. Penjelasan di atas juga sejalandengan pendapat Hendrik seperti yang dikutip Masaong (2012:9-10) yang mana bersyukur artinya ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT atas nikmat yang kita terima. Dengan bersyukur hati kita akan merasa damai Karena kita tidak lagi khawatir terhadap apa yang ada pada diri kita. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk bersyukur, diantaranya yaitu: 1) Bersyukur dengan hati nurani. Kata hati biasanya selalu benar dan jujur. Untuk itu orang yang bersyukur dengan hati nuraninya sebenarnya tidak akan pernah mengingkari banyaknya nikmat Allah. Dengan kata hati sebenarnya kita mampu menyadari seluruh nikmat yang kita peroleh dari Allah. 2) Bersyukur dengan lisan. Ungkapan yang paling baik untuk mengungkapkan syukur kepada Allah adalah dengan mengucapkan hamdallah. 3) Bersyukur dengan perbuatan. Bersyukur dengan perbuatan ini biasanya dilakukan oleh anggota tubuh. Tubuh yang diberikan Allah kepada kita hendaknya dipergunakan untuk hal-hal yang baik. Hal ini juga sesuai dengan firman Allah dalam al-qu’an surah Ibrahim ayat 7 yang berbunyi:
َ َ ِد ٌد
َ ِ رْ ُ! ْم إِن َ َذا#َ $َ ْن%ِ َ ْم َ& َو$ُ رْ ُ! ْم ِز َد$َ َ ْن%ِ َ ْم$ُ ( َوإِ ْذ َ!)َذ َن َر
yang mana artinya: “Dan ingatlah ketika Tuhan-mu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat”. Ayat tersebut menjelaskan kepada kita bahwa pentingnya bersyukur kepada Allah karena jika kita bersyukur maka Allah akan menambah
59
nikmatnya kepada kita dan begitu sebaliknya jika kita mengingkari nikmat yang telah Allah berikan kepada kita maka sesungguhnya azab Allah sangatlah pedih. Lebih lanjut terkait dengan indikator nilai kecerdasan spiritual yang berikutnya yaitu berbuat baik. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual akan termotivasi untuk menegakkan nilai-nilai moral yang baik sesuai dengan keyakinan agamanya dan akan menjahui segala kemungkinan yang dapat merusak kepribadiannya sebagai manusia yang beragama. Berinfak adalah salah satu contoh dari berbuat baik. Kegiatan berinfak ini juga telah diselenggarakan di SDN 55/I Sridadi. Kegiatan ini dilakukan disetiap kelas pada hari jumat. Begitu juga di kelas IV, pada saat berinfak tampak semua siswa memberikan infak atau sumbangan secara sukarela yang diberikan kepada bendahara kelas kemudian setelah itu uang yang terkumpul diberikan kepada wali kelas. Kemudian jika ada salah satu warga sekolah yang terkena musibah, siswa juga mengumpulkan sumbangan seikhlasnya dengan tujuan agar sumbangan yang diberikan dapat meringankan beban orang yang terkena musibah tersebut. Dalam memberikan infak atau sumbangan ini siswa memberikan dengan ikhlas dan tidak ada unsur paksaan dari pihak sekolah. Menurut penulis kegiatan berinfak ini sangat bagus karena pihak sekolah membiasakan siswanya untuk peduli terhadap orang membutuhkan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hendrik seperti yang dikutip Masaong (2012:9-10) yang mana berinfak adalah memberikan sebagian harta benda yang kita miliki di jalan yang diridhoi Allah SWT. Berinfak juga perbuatan yang mulia yang diperintahkan oleh Nya untuk senantiasa dilaksanakan oleh hamba Allah. Hal ini juga ditegaskan dalam QS Ali-Imran ayat 92 yang berbunyi: Lantanaaluulbirra hattatunfiquu mimmaa tuhibbuuna wamaa tunfiquu minsyain fainnallaaha bihii’aliim
60
yang artinya “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui”. Berinfak juga memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu mendekatkan diri kepada Allah, melatih kepedulian sosial bagi pemberi infak, dapat ikut meringankan beban orang lain yang kesusahan, serta dapat membangun sarana ibadah dan sarana sosial lainnya. Selanjutnya mengenai uraian tentang menolong orang yang membutuhkan dan menolong tanpa pamrih. Siswa-siswi kelas IV SDN 55/I Sridadi juga terbiasa untuk menolong teman yang membutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari contoh kecil yang bermakna seperti pada saat proses pembelajaran berlangsung siswa terlihat sering pinjam meminjam alat-alat tulis berupa pena, pensil dan sebagainya. Mereka terlihat tidak sungkan atau pelit untuk meminjamkan dan berbagi dengan sesama temannya. Beberapa siswa juga menuturkan bahwa dalam menolong atau membantu teman ia tidak ada meminta imbalan. Mereka menolong atau membantu temannya dengan ikhlas. Menurut penulis kegiatan menolong tersebut sudah bagus karena siswa terbiasa untuk peduli terhadap sesama. Karena hakekat menolong itu sendiri adalah membantu teman atau orang yang mengalami kesulitan dengan tujuan untuk meringankan beban atau penderitaan orang tersebut. Selain itu agama Islam juga mengajarkan kita untuk dapat menolong orang yang membutuhkan, seperti yang tertera dalam QS Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi: Wata’awanuu ‘alalbirri waattaqwa. yang artinya “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa”. Kemudian lebih lanjut mengenai uarai nilai kecerdasan spiritual yang selanjutnya yaitu meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain. Begitu juga fenomena yang terjadi di kelas
61
IV SDN 55/I Sridadi, jika ada siswa yang berkelahi atau bermasalah dengan temannya maka setelah dinesehati dan diberi pengarahan maka mereka bisa untuk saling memaafkan. Beberapa orang siswa juga menuturkan bahwa terkadang mereka juga ada berselisih paham atau berkelahi dengan temannya, namun setelah itu mereka mampu untuk meminta maaf dan memaafkan kesalahan masing-masing. Hal ini juga termasuk pembiasaan yang baik karena meminta maaf atau memaafkan kesalahan orang memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu dengan meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain akan mengubah permusuhan menjadi hubungan baik, dengan meminta maaf atau memaafkan kesalahan oang lain juga dapat mempererat tali persaudaraan dan persahabatan, serta dapat menjauhi kita dari sifat dendam. Meminta maaf atau memaafkan kesalahan orang lain adalah hal yang sudah biasa terjadi dalam kehidupan. Menurut penulis Kita sebagai makhluk sosial yang mengharuskan untuk melakukan interaksi dengan manusia lainnya, dalam berinteraksi tentu saja terjadi beberapa permasalahan yang menjadikan orang memiliki perasaan marah terhadap orang lain. Situasi merupakan hal yang wajar terjadi di dalam kehidupan kita sehari-hari. Perbedaan sifat dan karakter merupakan salah satu sumber terjadinya permasalahan antara kita dengan orang lain. pada akhirnya perasaan marah kita menyulut permusuhan terhadap orang lain dan bahkan menimbulkan pertengkaran. Sesungguhnya tanpa kita sadari ada banyak sekali hal yang kita capai dengan kata maaf. Dengan meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain berarti kita membuka pintu perdamaian serta menyambung tali persaudaraan. Dengan meminta maaf atau memaafkan juga dapat menutup jalan permusuhan dan pertengkaran sehingga hidup akan menjadi damai dan tentram. Lebih lanjut mengenai nilai kecerdasan spiritual yang selanjutnya yaitu menghormati orang lain. Menghormati orang lain adalah salah satu sikap yang harus ditanamkan dalam diri
62
siswa. Menghormati orang lain juga merupakan salah satu upaya untuk menghormati diri sendiri, karena bagaimana orang lain mau menghormati kita jika kita tidak mau menghormati orang lain. Salah satu bentuk menghargai orang lain yaitu dengan bersalaman. Bagi siswa kelas IV SDN 55/I Sridadi kegiatan bersalaman ini sudah dibiasakan. Sebelum proses pembelajaran dimulai, setelah bel tanda masuk berbunyi siswa tampak berbaris di depan kelas. Kemudian bagi barisan yang paling rapi maka akan disuruh masuk duluan. Sebelum memasuki kelas siswa bersalaman sambil mencium tangan guru, kegiatan ini juga diikuti oleh barisan yang berikutnya. Selain itu siswa tampak juga terbiasa bersalaman ketika akan pulang sekolah. Penjelasan dari beberapa siswa juga mengatakan bahwa jika ia bertemu guru atau orang yang lebih tua mereka juga bersalaman sambil mencium tangan. Menurut penulis pembiasaan bersalaman ini sangat baik diterapkan kepada siswa khususnya siswa sekolah dasar. Pada hakekatnya bersalaman merupakan untuk menunjukkan rasa hormat dan juga salah satu bentuk cara kita untuk menunjukkan kesopanan terutama kepada orang tua dan guru. Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Hendrik seperti yang dikutip Masaong (2012:910) yang mana kegiatan bersalaman selain untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang yang yang kita salami, dengan bersalaman juga akan mendapatkan pahala yang besar. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw yang diriwatkan HR. Thibrani yang artinya “sesungguhnya seorang muslim itu jika bertemu saudaranya kemudian bersalaman oleh kedua-duanya, maka gugurlah dosa-dosa mereka sebagaimana berguguran daun-daun dari pohon yang kering ditiup angin kencang, melainkan kedua-duanya diampuni semua dosa mereka meskipun banyak seperti buih di lautan”. Jelas bahwa hadist tersebut menjelaskan bahwa dengan kita bersalaman maka Allah
63
akan memberikan pahala yang besar yaitu hilangnya dosa-dosa meskipun dosa tersebut senayak buih di lautan. Kemudian memperhatikan guru dalam proses pembelajaran juga termasuk prilaku menghormati orang lain. Siswa kelas IV SDN 55/I Sridadi juga tampak selalu dibiasakan untuk selalu dan terbiasa memperhatikan guru dalam pembelajaran. Saat proses pembelajaran berlangsung siswa juga terlihat antusias dan semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Terkadang ada yang kurang serius atau ribut saat proses pembelajaran maka guru segera memberi teguran atau nasehat agar mereka tetap fokus dan kosentrasi mengikuti proses pembelajaran. Siswa yang mendapat teguran atau nasehat dari guru juga tampak tidak membantah atau dongkol. Mampu bekerja sama dan berteman dengan siapa saja juga termasuk salah satu cara menghormati orang lain. Begitu juga di kelas IV SDN 55/I Sridadi, ketika proses pembelajaran berlangsung terkadang guru menginstruksikan siswanya untuk menyelesaikan tugas secara berkelompok. Pembagian kelompok pun juga ditunjuk oleh guru, setelah guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok secara acak maka terlihat siswa langsung bergerak dan berkumpul dengan teman kelompoknya. Siswa juga terlihat tidak ada yang protes mengenai teman kelompok yang telah ditunjuk oleh guru. Pada saat mengerjakan tugas kelompok siswa juga sudah mampu untuk memberikan saran atau masukan demi menyelesaikan tugas yang telah diberikan guru. Begitu juga dengan kegiatan lainnya, siswa juga sudah mampu bekerja sama pada saat mengerjakan tugas piket. Pada saat siswa piket, mereka tampak membagi-bagi tugas dalam membersihkan kelas seperti bagi siswa perempuan menyapu kelas kemudian bagi siswa laki-laki menyiram tanaman dan menghapus papan tulis. Mereka tampak bekerjasama dan saling tolong menolong. Kegiatan bekerjasama ini juga terlihat ketika adanya kegiatan gontong royong
64
yang dilaksakan sekolah. Kemudian dalam pergaulan sehari-hari siswa di sekolah, mereka tampak tidak ada pilih pilih dalam berteman. Semua siswa tampak bisa membaur dan saling berinteraksi secara baik dengan satu sama lainnya. Kegiatan siswa tersebut juga sudah mencerminkan prilaku kerjasama yang baik, karena pada dasarnya kerjasama adalah sebuah interaksi atau hubungan seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu serta kerjasama juga merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Salah satunya dalam kegiatan sehari-hari di sekolah seperti dalam proses pembelajaran atau kegiatan lainnya. Dengan bekerjasama juga memberikan banyak manfaat diantaranya yaitu mempercepat selesainya pekerjaan, pekerjaan yang berat terasa ringan, dapat saling bertukar pikiran serta dapat menghemat tenaga kerja karena dikerjakan secara bersama-sama. Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi nilai kecerdasan spiritual dalam kurikulum 2013 diterapkan melalui proses pembiasaan sehari-hari di sekolah. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Wahab dan Umiarso (2010:202-211) yyang menyatakan bahwa salah satu cara menerapkan nilai kecerdasan spiritual kepada peserta didik yaitu menumbuhkan kebiasaan sehari-hari. Kebiasaan ini sebaiknya dijadikan praktik ritin secara otomatis menghubungkan manusia dengan Allah.menumbuhkan kecedasan spiritual dapat dilakuukan dengan cara bahwa semua yang terjadi disetiap napas, gerakan dan kejadian bermakna dan bernilai.
65