1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juli 2016
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN CRITICAL THINKING DALAM PEMBELAJARAN READING COMPREHENSION DI KELAS III SEKOLAH DASAR DENGAN MENGGUNAKAN
MEMORY CARDS GAMES
Nurul Fajrin1, Winti Ananthia2, Titing Rohayati3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru
[email protected] ABSTRAK Artikel ini dilatarbelakangi oleh penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan berdasarkan permasalahan kemampuan critical reading dalam reading comprehension siswa sekolah dasar yang masih rendah. Selain itu, dalam proses membaca siswa masih menggunakan sistem menerjemahkan dari kamus. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai proses critical thinking menggunakan memory cards games dikelas III sekolah dasar. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Cintaasih 01 yang terdiri dari 33 siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas model Elliot. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga siklus. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi guru dan siswa, lembar catatan lapangan, lembar wawancara, lembar kerja siswa, lembar evaluasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses critical thinking dalam pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan memory cards games di kelas III sekolah dasar terbagi menjadi tahap pre reading, while reading, dan post reading. Proses critical thinking dalam pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan menggunakan memory cards games di kelas III sekolah dasar diperoleh melalui penilaian yang dilakukan pada proses pembelajaran. Penilaian proses dilakukan pada setiap tindakan dalam setiap siklus. Penilaian pada tindakan 1 dan 2 siswa mengerjakan soal evaluasi secara berkelompok dan pada tindakan 3 siswa mengerjakan evaluasi secara individu. Proses perkembangan critical thinking siswa dengan menggunakan memory cards games mengalami peningkatan pada siklus I 69,19. Siklus II 72,77 dan siklus III 77,77. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa memory cards games dapat meningkatkan kemampuan critical thinking siswa dalam pembelajaran reading comprehension di kelas III sekolah dasar. Kata kunci: Memory Cards games, Critical thinking, Reading Comprehension, Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, Penelitian Tindakan Kelas
1
Penulis Penulis Penanggung Jawab 3 Penulis penanggung Jawab 2
2 Nurul Fajrin1, Winti Ananthia2, Titing Rohayati3 Mengembangkan Kemampuan Critical Thinking Dalam Pembelajaran Reading Comprehension Di Kelas III Sekolah Dasar Dengan Menggunakan Memory Cards Games
DEVELOP CRITICAL THINKING IN LEARNING READING COMPREHENSIONFOR THE THIRD GRADE OF ELEMENTARYSCHOOL USED MEMORY CARDS GAMES ABSTRACT This articel is motivated by classroom action research based on lack of elementary students’ critical thinking ability in reading comprehension. Moreover, in the process of reading, the students still use dictionary-based translation system. Moreover, in the process of reading, the students still use dictionary-based translation system. Therefore, this research was conducted to obtain the exposure regarding critical thinking process by using memory card games in third grade of elementary school. The subjects of this research are third grade students at Cintaasih 01 Public Elementary School that consist of 33 students. This research uses Elliot’s classroom action research model, and was conducted in three cycles. The research instruments used in this research are teachers and students’ observation sheets, field notes sheet, interview sheet, students’ worksheet, evaluation and documentation sheet. The research findings show that the process of critical thinking in reading comprehension lesson using memory cards games in the third grade of elementary school was divided into pre-reading, while-reading, and post-reading phases. The process of critical thinking in reading comprehension lesson using memory cards games in the third grade of elementary can discribed by assessed in learning process. Assessment process did in every action phases in each cycle. Assessment on action phases 1 an 2 ask students to did the evaluation sheet in groups and on action phases 3 ask students to did the evaluation sheet in individually. The process of students’ critical thinking development by using memory card games in cycle I was 69,19, cycle II was 72,77 and cycle III was 77,77. Based on the aforementioned results, it can be seen that memory cards games can enhance the elementary students’ critical thinking ability in reading comprehension. Keywords: Memory Cards Games, Critical Thinking, Reading Comprehension, English Language Teaching in Indonesia, Classroom Action Research.
Bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional yang digunakan oleh beberapa negara dalam berkomunikasi (Brewster, Ellis & Girard, 2002). Fernandes dan Alsaeed (2014) menyatakan bahwa informasi-informasi, teknologi dan ilmu pengetahuan disajikan dengan menggunakan bahasa Inggris. Oleh karena itu, dengan berkembangnya arus globalisasi, pembelajaran bahasa Inggris perlu diajarkan kepada siswa agar siswa dapat bersaing dengan negara-negara lain. (Sensoy & Ozad, 2009).
Dalam pembelajaran bahasa Inggris terdapat empat aspek keterampilan yang dikembangkan yaitu mendengarkan (listening), membaca (reading), berbicara (speaking), dan menulis (writing). Salah satu keterampilan dalam berbahasa Inggris yaitu keterampilan membaca (reading). pembelajaran reading terdiri atas berbagai teknik, yaitu membaca nyaring (reading aloud), membaca dalam hati (silent reading), membaca mandiri (independent reading) dan membaca pemahaman atau reading comprehension (Suyanto, (2007).
3|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Reading comprehension atau membaca pemahaman yaitu sebuah kegiatan yang bertujuan dimana siswa tidak hanya dapat membaca sebuah bacaan akan tetapi siswa juga dapat memperoleh informasi dalam bacaan tersebut (Linse,2005). Kemampuan reading dan kemampuan critical thinking dapat dikembangkan secara bersama-sama dengan poses latihan dengan memberikan beberapa stimulus-stimulus agar kemampuan keduanya dapat terus berkembang dengan baik. proses critical thinking sama hal nya dengan keterampilan motorik, kedua hal tersebut harus memerlukan sebuah latihan karena pengaplikasian dari keduanya membutuhkan sebuah proses (Komalasari, 2011). Pembelajaran reading comprehension di sekolah, masih belum berjalan dengan efektif. Hal tersebut ditunjukkan dengan kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan cara yang konvensional. Selain itu, pembelajaran masih menggunakan sistem terjemahan dari kamus. Hal tersebut terjadi pada proses pembelajaran reading di Kelas III SD Cintaasih 01. Pada saat pembelajaran membaca vocabulary, siswa mencaritahu arti dari setiap kata dengan menggunakan sebuah kamus. Salah satu metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan critical thinking dalam pembelajaran reading comprehension yaitu memory cards games. Memory cards games membuat pembelajaran reading lebih bermakna dan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan memory yang baru dan strategi dalam memecahkan masalah (Eskritt & Lee, 2002). Memory card games merupakan permainan dengan menggunakan kartu dimana siswa diminta untuk memasangkan word cards and picture cards yang telah tersedia dengan benar (Pinter, 2006). Tujuan dari penggunaan memory cards games adalah
Juli 2016
untuk membuat siswa dapat mengembangkan kemampuan critical thinking siswa dengan mencocokkan gambar disertai alasan-alasan yang logis. Anak-anak pada usia sekolah dasar jika diklasifikasikan menurut cara berpikir Siswa sekolah dasar pada umumnya berusia 6-12 tahun, dalam usia tersebut tergolong pada tahap operasional konkrit Piaget (dalam Mooney, 2000; Cameron, 2001; Heo, Han, Koch & Aydin, 2001 dan Talat, Abro & Jamali, 2013) dan menurut Desmita, (2012) pada tahap operasional konkrit, siswa mampu berfikir dengan halhal yang ada hubungannya dengan suatu yang konkrit dan benar-benar nyata. Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru sebaiknya mempunyai keterampilan dalam memilih pendekatan pembelajaran agar kelas dapat terkondisikan dengan baik (Paul, 2003 dan Linse, 2005). Selain itu, guru juga dapat menggunakan beberapa strategi pembelajaran dan media yang menarik bagi siswa. Proses pembelajaran reading comprehension menggunakan memory cards games meliputi tahap pre reading, while reading, dan post reading. Pada tahap pre reading, guru melakukan apersepsi kemudian memperkenalkan target vocabulary kepada siswa dengan melakukan tanya jawab. Tahap while reading siswa melakukan permainan memory cards games. Tahap post reading siswa mengisi soal evaluasi yang diberikan oleh peneliti. Hasil belajar siswa berupa keterampilan writing. Brewster dkk (2002, hlm. 113), menyatakan bentuk praktik dari kegiatan membaca dapat mendukung keterampilan menulis. METODE Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian Tindakan Kelas (PTK). Elliot (1991) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk pembelajaran yang
4 Nurul Fajrin1, Winti Ananthia2, Titing Rohayati3 Mengembangkan Kemampuan Critical Thinking Dalam Pembelajaran Reading Comprehension Di Kelas III Sekolah Dasar Dengan Menggunakan Memory Cards Games professional yang harus dikembangkan pada masa depan, karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan perbaikan sehingga didalamnya terdapat beberapa refleksi. Desain penelitian yang digunakan yaitu Model Desain PTK yang dikembangkan oleh John Elliot. Tahapan yang dikemukan Elliot (1991) yakni dimulai dengan mengidentifikasi masalah melalui pengamatan dan observasi proses pembelajaran, kemudian menganalisis masalah yang ditemukan dan membuat perencanaan umum. Perencanaan ini meliputi meminta perizinan kepada kepala sekolah untuk melakukan penelitian, melakukan konsultasi dengan guru kelas, menyusun perencanaan pembelajaran dan menyusun instrumen penelitian. Perencanaan pada siklus II, disusun atau direvisi berdasarkan refleksi dari hasil pelaksanaan dari siklus I. Begitu pula dengan siklus III, perencanaan umum disusun atau direvisi berdasarkan refleksi dari hasil pelaksanaan siklus II. Setelah tahap prencanaan, Kemudian tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan tindakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun. Selanjutnya mengumpulkan data dan menganalisisnya kemudian melakukan refleksi dengan mengidentifikasi beberapa hambatan dn kesulitan yang ditemukan dalam proses pembelajaran untuk dijadikan refleksi agar meminimalisir kegagalan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan terhadap siswa kelas III SD Negeri Cintaasih 01 yang berjumlah 33 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Peneliti memilih SD Negeri Cintaasih 01 sebagai subjek penelitian karena sekolah ini memiliki permasalahan pembelajaran bahasa Inggris, dalam proses membaca siswa masih menggunakan sistem menerjemahkan dari kamus. Selain itu, pengembangan critical thinking siswa pada mata pelajaran bahasa Inggris masih belum banyak diajarkan.
Definisi operasional yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan meliputi memory cards games digunakan sebagai games yang digunakan dalam pembelajaran reading comprehension untuk meningkatkan kemampuan critical thinking siswa dengan aspek mengidentifikasi. Dalam penelitian ini siswa mengidentifikasi gambar dengan cara mencocokkan gambar yang berhubungan kemudian menuliskan alasan yang logis mengenai keterhubungan dari gambar tersebut. Pembelajaran reading comprehension dalam penelitian ini adalah kegiatan membaca vocabulary yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pemahaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini di awali dengan perencanaan yaitu mempersiapkan berbagai perangkat pembelajaran dan perangkat penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran, dan berbagai instrumen penelitian. Pelaksanaan siklus I terbagi ke dalam tiga tindakan. Tema pada siklus I yaitu Jobs. Peneliti menggunakan media cards untuk memperkenalkan vocabulary kepada siswa. Cards tersebut . berukuran 14 x 11 cm dengan gambar yang ditempelkan pada kardus bekas Target kosakata yang ditargetkan untuk dikuasai siswa yakni 6 kosakata utama dan 8 kosakata tambahan. Tindakan 1 kegiatan yang dilakukan yakni siswa melaksanakan memory cards games secara berkelompok, kemudian dievaluasi dengan menugaskan siswa mengisi lembar kerja evaluasi secara berkelompok. Tindakan 2 sama seperti tindakan sebelumnya yaitu bermain memory cards games secara berkelompok dan mengisi soal evaluasi secara berkelompok. Sedangkan tindakan 3 siswa melakukan memory cards games secara klasikal dan menugaskan siswa mengisi lembar kerja evaluasi secara individu.
5|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Hasil temuan yang ada pada siklus I didapatkan dari analisis berdasarkan instrumen penelitian yang digunakan yaitu, catatan lapangan, lembar observasi dan lembar wawancara. Hasil temuan tersebut yaitu hanya terdapat beberapa siswa yang dapat merespon greeting dari peneliti dan belum ada siswa yang dapat menjawab saat peneliti menanyakan kabar dalam bahasa Inggris. Apersepsi yang dilakukan oleh peneliti dengan menanyakan cita-cita yang diinginkan dan menanyakan pekerjaan dari orangtua siswa. Pada saat guru memberikan instruksi dalam bahasa Inggris, siswa tidak langsung memahami instruksi tersebut karena di dalam proses pembelajaran, siswa dan guru kurang melakukan pembiasaan menggunakan bahasa Inggris. Sehingga pada saat pelaksanaannya siswa mengalami kesulitan dalam memahami instruksi yang diberikan oleeh peneliti, selain itu siswa juga banyak bertanya mengenai arti dari instruksi tersebut sehingga pembelajaran menjadi kurang terkondisikan. Ketika siswa belum memahami instruksi dalam bahasa Inggris peneliti melakukan pengulangan dan menggunakan gestur serta demonstrasi dalam memberikan instruksi. Pada saat siswa masih belum mengerti instruksi yang diberikan oleh guru, peneliti menggunakan bahasa Indonesia. Jika siswa merespon dengan menggunakan bahasa Indonesia maka peneeliti melakukan recasting. Temuan selanjutnya yaitu siswa belum pernah melakukan kegiatan bermain memory cards games sebelumnya, sehingga beberapa siswa masih kebingungan dalam melakukan kegiatan mencocokkan kartu. Selanjutnya siswa mengalami permasalahan saat melakukan kegiatan berkelompok, beberapa siswa mendominasi dalam kelompok, dan ada pula siswa yang tidak ingin bergabung ke dalam kelompok, sehingga peneliti mengalami sedikit
Juli 2016
kerepotan. Selain itu, siswa masih sulit untuk dikondisikan, sehingga guru membuat sebuah peraturan yang dapat membuat siswa menjadi lebih mudah untuk dikondisikan. Temuan selanjutnya adalah menejemen waktu yang masih melebihi alokasi waktu yang ditentukan. Sehingga peneliti harus mampu memilih kegiatan yang akan dilaksanakan. Temuan lainnya siswa sangat menyukai kegiatan apersepsi yaitu ketika peneliti memperkenalkan target vocabulary dengan menggunakan gambar. Selain itu, siswa sangat antusias ketika memainkan permainan memory cards games, hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran dan dapat dilihat pula dari hasil wawancara guru kepada siswa Penilaian proses belajar siswa diperoleh dari worksheet dan lembar evaluasi siswa.Pada tindakan 1, diperoleh rerata nilai proses sebesar 63,63; dan tindakan 2, sebesar 74,24 dan tindakan 3 sebesar 69,69. Dari data tersebut diperoleh rerata siklus I sebesar 69,19. Dan terdapat 13 siswa yang sudah mencapai KKM. Pelaksanaan siklus II merupakan perbaikan dan refleksi dari pelaksanaan penelitian pada siklus I. Tema pada siklus II yaitu sports. Media pembelajaran yang digunakan masih sama dengan siklus I yaitu cards. Ukurannya pun masih sama dengan cards yang ada pada siklus I. Pola pembelajaran pada siklus II masih sama dengan pola atau kegiatan pembelajaran yang ada pada siklus I.Berdasarkan catatan lapangan, lembar observasi, dan wawancara, peneliti menemukan beberapa temuan, yaitu sebagai berikut. Temuan pada siklus II yaitu meliputi sebagian siswa sudah memahami merespon salam dalam bahasa Inggris atau greetings dan sudah ada beberapa siswa yang menjawab saat peneliti bertanya menganai kabar siswa. Hal ini apat terjadi
6 Nurul Fajrin1, Winti Ananthia2, Titing Rohayati3 Mengembangkan Kemampuan Critical Thinking Dalam Pembelajaran Reading Comprehension Di Kelas III Sekolah Dasar Dengan Menggunakan Memory Cards Games karena peneliti melakukan latihan dan pembiasaan pada saat proses pembelajaran. Selain itu, siswa sudah mulai memahami instruksi sederhana dan berulang dalam bahasa Inggris yang disampaikan oleh peneliti. Akan tetapi, peneliti masih perlu melakukan pengulangan dan mendemonstrasikan instruksi kepada siswa. agar siswa lebih meemahami instruksi yang diberikan oleh peneliti. Temuan berikutnya, dalam menjawab pertanyaan guru, siswa masih sering menggunakan bahasa Indonesia sehingga peneliti melakukan recasting Siswa masih merasa kesulitan oleh karena itu siswa masih membutuhkan bimbingan dalam menggunakan bahasa Inggris. Selanjutnya, siswa sudah mulai menunjukkan kedisiplinan saat belajar, hal ini dikarenakan penggunaan rules yang ada di dalam kelas. Ketika beberapa siswa sulit dikondisikan peneliti memberikan signal dengan mengatakan lagu “Where is your respect.” Ataupun dengan sebuah gesture. Seperti siklus I siswa sangat menyukai kegiatan apersepsi yaitu ketika peneliti memperkenalkan vocabulary kepada siswa. Ditambah lagi dengan adanya nyanyian siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Penilaian proses belajar siswa diperoleh dari worksheet dan soal evaluasi. Pada tindakan 1, diperoleh rerata nilai proses sebesar 75. Pada tindakan 2 sebesar 61,36. Sedangkan pada tindakan 3 sebesar 77,27. Berdasarkan data tersebut, diperoleh rerata nilai proses belajar pada siklus II yaitu 72,77 dan terdapat 19 siswa telah mencapai nilai KKM. Data tersebut menunjukkan bahwa perkembangan critical thinking siswa mengalami peningkatan. Pelaksanaann pembelajaran pada siklus III masih sama dengan siklus I dan II. Kegiatan pembelajaran pada siklus III dilakukan berdasarkan refleksi yang ada pada siklus sebelumnya. Tema yang digunakan pada siklus III yaitu Seasons
Media pembelajaran yang digunakan masih sama seperti siklus sebelumnya yaitu dengan menggunakan cards. Siswa menunjukan banyak peningkatan pada siklus III. Berdasarkan pada hasil wawancara, catatan lapangan, dan lembar observasi peneliti menemukan beberapa temuan. Temuan positif yang ditemukan pada siklus I dan II masih tetap dipertahankan pada siklus III, dan terdapat beberapa peningkatan dalam siklus III Yakni, kemampuan siswa dalam menjawab greetings dan menjawab jika ditanyakan kabar dalam bahasa Inggris sudah meningkat dan lebih baik dari siklus sebelumnya, siswa juga sudah lebih memahami instruksi yang diberikan oleh peneliti. Selain itu, siswa lebih mudah untuk dikondisikan. Penilaian proses belajar siswa zdiperoleh dari worksheet dan soal evaluasi. Pada tindakan 1, diperoleh rerata nilai proses sebesar 73,48 dan pada tindakan 2 sebesar 64,39. Sedangkan pada tindakan 3 sebesar 95,45. Berdasarkan data tersebut, diperoleh rerata nilai proses belajar pada siklus III yaitu 77,77. Terdapat 24 siswa telah mencapai nilai KKM terdapat 19 siswa telah mencapai target KKM Berdasarkan peroleh rerata nilai proses pada tindakan 1 dan 2, maka penilaian proses belajar siswa pada siklus III mengalami peningkatan meskipun tidak terlalu signifikan.. Bahasa Inggris bukan merupakan bahasa resmi yang digunakan di Indonesia. Oleh karena itu, hal tersebut dapat menjadi sebuah tantangan untuk peneliti saat menerapkan classroom language. Classroom language merupakan bahasa yang digunakan di dalam kelas untuk berkomunikasi (Scott dan Ytreberg, 2003). Dalam mengajarkan pembelajaran bahasa Inggris, bahasa Inggris digunakan sebagai bahasa utama, penggunaan bahasa Inggris dilakukan dengan semaksimal mungkin (Moon, 2003; Phillips, 2008 & Slattery dan Willis, 2009). Menggunakan classroom
7|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
language dengan sederhana dan berulangulang dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris siswa secara tidak sadar (Moon, 2003). Akan tetapi pada pelaksanaannya, siswa sering kali mengalami kesulitan dalam memahami instruksi yang diberikan guru dalam bahasa Inggris. Sehingga dibutuhkan sebuah pengulangan dalam penerapannya. Pengulangan dapat mebuat siswa menjadi nyaman dalam belajar (Slattery dan Willis, 2009), meningkatkan daya ingat siswa (Pinter, 2006). Ketika guru mengucapkan greeting, sebagian besar siswa masih tidak mengerti dan terlihat kebingungan. Guru pun kembali mengulangi greeting dengan cara menggunakan gesture dengan memberitahukan kepada siswa “If I say good morning, you should reply with good morning ma’am”. Hal ini sejalan dengan pendapat Halliwell, (1994), dan Cook dan Meadow, (2006) bahwa dalam memberikan sebuah instruksi guru dapat menggunakan gesture. Setelah guru menggunakan gesture ada sebagian siswa yang menjawab dengan benar dan masih ada pula siswa yang terlihat kebingungan sehingga guru memutuskan untuk menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Slattery dan Willis, (2009) yang menyatakan bahwa bahasa ibu dapat digunakan untuk memudahkan guru jika siswa tidak mengerti dengan apa yang guru ucapkan. Pada pertemuan selanjutnya, guru selalu menggunakan greeting, greeting tersebut dilakukan oleh guru secara berulang-ulang. Hal ini dilakukan oleh guru karena menurut Moon, (2003) menggunakan classroom language secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa siswa tanpa disadari siswa. Setelah guru membiasakan menggunakan greeting selama satu siklus, pada siklus selanjutnya siswa sudah terbiasa untuk menjawab greeting yang diberikan oleh guru.
Juli 2016
Selanjutnya ketika pemberian instruksi yang diberikan peneliti menggunakan bahasa Inggris. Agar siswa mengerti instruksi yang diberikan peneliti, peneliti menerapkan prinsip pemberian instruksi seperti yang dikemukan oleh Bradshaw (2005) 4 prinsip tersebut yakni concise (singkat), clear (jelas), completed (lengkap), dan checked (dicek kembali). Pada saat guru melakukan checked atau mengecek pemahaman siswa, terdapat sebagian siswa yang masih tidak mengerti dengan instruksi yang diucapkan oleh guru. Guru kemudian menambahkan gesture dan demonstrasi. Sejalan dengan pendapat Scott dan Ytreberg (2003) yang menyatakan bahwa gesture dapat dilakukan oleh guru untuk memperjelas maksud dari pernyataan guru. Rubin (dalam Roth, 2001) menambahkan bahwa gesture dapat digunakan juga untuk membantu siswa ketika siswa mencoba untuk berbicara bahasa yang sulit siswa ucapkan. Dengan menggunakan gesture dan pola kegiatan pembelajaran masih sama seperti siklus I membuat siswa menjadi lebih memahami terhadap apa yang diucapkan guru. Ketika melakukan tanya jawab siswa masih banyak menggunakan bahasa Indonesia sehingga guru melakukan recasting. Hal ini sejalan dengan pendapat Ferreire, dkk. (2007) dan Slattery dan Willis, (2009) bahwa ketika siswa menjawab dengan menggunakan bahasa Ibu, guru dapat melakukan recasting. Pada Siklus I sebagian siswa masih belum disiplin dalam mengikuti pembelajaran, dan masih sulit untuk dikondisikan hal tersebut disebabkan karena karkateristik siswa sekolah dasar yang mempunyai attention span yang singkat (Reily, 1997; Scott & Ytreberg, 2003; Linse, 2004; Sukarno, 2008; Slattery & Willis, 2009). Hal tersebut dapat terjadi karena perhatian young learners hanya dapat bertahan beberapa menit saja. Oleh
8 Nurul Fajrin1, Winti Ananthia2, Titing Rohayati3 Mengembangkan Kemampuan Critical Thinking Dalam Pembelajaran Reading Comprehension Di Kelas III Sekolah Dasar Dengan Menggunakan Memory Cards Games karena itu peneliti menggunakan sebuah signal yang digunakan untuk mendapatkan perhatian siswa ( Paul, 2003; Linse, 2004 & Stelma & Stelma, 2010). namun siswa belum dapat dikondisikan dengan baik, sebagian siswa masih sulit dikondisikan sehingga peneliti membutuhkan sebuah rules. Rules juga membuat suasana pembelajaran menjadi lebih aman (Scott & Ytreberg, 2003). Proses perkembangan critical thinking pada penilitian ini terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pre reading, while reading, dan post reading. Pada tahap pre reading, peneliti melakukan kegiatan apersepsi dengan bernyanyi dan memperkenalkan vocabulary. menyenangan, yakni dengan melakukan tanya jawab dan bernyanyi. Hal tersebut peneliti lakukan karena menurut Brewster, Ellis dan Girard (2002) menyatakan bahwa siswa sekolah dasar menyukai kegiatan bernyayi. Pada siklus I kegiatan yang dilakukan oleh peneliti hanya memperkenalkan vocabulary saja. Akan tetapi Pada siklus II dan III, peneliti menggunakan nyanyian “good morning” dan “open banana”. Pada tahap while reading, peneliti memperkenalkan vocabulary. Pengenalan vocabulary ini bertujuan untuk penunjang dalam permainan memory cards games. guru memperkenalkan target vocabulary dengan menggunakan media. Hal ini sejalan dengan pendapat wright, (1996) dan Muslich, (2011) yang menyatakan bahwa media berfungsi untuk membangkitkan motivasi dan memusatkan perhatian. Pada siklus I dan II, tahap while reading meliputi kegiatan bermain memory cards games secara berkelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Parsonson, (2011) dan Geldard dan Geldard, (2012) yang menyatakan bahwa young learners menyukai aktivitas secara berkelompok. Akan tetapi pada siklus III, siswa bermain memory cards games secara klasikal yaitu bermain dengan
semua siswa. Siswa bermain memory cards games dengan mencocokkan picture card dan picture card. Siswa diminta untuk mencocokkan gambar yang saling berhubungan. Memory cards games digunakan sebagai pengantar siswa dalam mengembangkan critical thinking siswa. Tahap \selanjutnya yaitu post reading. siswa diminta untuk mengerjakan worksheet baik secara berkelompok ataupun secara individu. Pada tindakan 1 dan 2 siswa mengerjakan worksheet secara berkelompok. Akan tetapi pada tindakan 3 siswa mengerjakan worksheet atau soal evaluasi secara individu. Soal evaluasi yang ada pada siklus I, II dan III berpola sama. Siswa diminta untuk mencoccokkan gambar dan memberikan alasan yang logis mengenai keterhubungan dari kedua gambar tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Dewey (dalam Fisher, 2009) menyatakan bahwa critical thinking adalah kemampuan sesorang untuk dapat memberikan alasan-alasan atau bukti dari sebuah informasi. Berdasarkan serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan, perkembangan critical thinking siswa terlihat dari kemampuan siswa dalam mengidentifikasi jawaban dari soal yang diberikan oleh peneliti. Proses perkembangan critical thinking siswa dapat digambarkan sebagai berikut:
9|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Nilai Siswa
Nilai Proses Perkembangan Critical Thinking 80 78 76 74 72 70 68 66 64
77.77
72.22 69.19
Siklus I Siklus II Siklus III
Diagram tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I, rerata nilai siswa mengisi soal evaluais sebesar 69,19. Pada siklus II, rerata nilai siswa mengisi soal evaluasi mengalami peningkatan yaitu sebesar 72,22. Pada tindakan III, rerata nilai siswa mengisi soal evaluasi terjadi peningkatan sebesar 77,77. Selain itu jumlah siswa yang mencapai nilai KKM semakin bertambah. Pada siklus I siswa yang mencapai nilai KKM berjumlah 13 siswa, pada siklus II adalah 19 siswa, dan pada siklus III siswa yang mencapai nilai KKM berjumlah 24 siswa. Target penelitian ini adalah 70% jumlah siswa mencapai nilai KKM. Jumlah 70% dari 33 siswa adalah 23 siswa. Hasil menunjukkan bahwa 24 siswa mencapai nilai KKM sehingga target penelitian telah tercapai pada siklus II nilai seluruh siswa telah mencapai KKM, namun nilai hasil siswa belum mencapai KKM sehingga penelitian tetap dilanjutkan karena belum memenuhi target penelitian, pada siklus III, nilai seluruh siswa telah mencapai KKM. Dan target penelitian telah tercapai. Proses perkembangan critical thinking siswa pada siklus I, dalam mengerjakan soal evaluasi masih banyak siswa yang kurang memahami instruksi
Juli 2016
pengerjaan soal yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan bahasa Inggris, sehingga siswa seringkali bertanya dan meminta guru untuk menggunakan bahasa Indonesia. diharapkan oleh peneliti. Selain itu, pada siklus I sebagian jawaban dari siswa masih dikatakan kurang logis. Contohnya ketika siswa mencocokkan dua buah gambar antara penyanyi dan pemain gitar sebagian besar siswa menjawab bahwa penyanyi dan pemain gitar dapat berpasangan, agar lagu yang dinyanyikan menjadi lebih indah. Proses perkembangan critical thinking siswa pada siklus II masih sama seperti pada siklus I dalam mengerjakan soal evaluasi terdapat beberapa siswa yang kurang memahami instruksi pengerjaan soal yang disampaikan oleh guru. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang sulit untuk dikondisikan. Selain itu, pada siklus II terdapat beberapa jawaban siswa yang masih kurang logis. Contohnya ketika siswa memberikan alasan mengenai kecocokkan antara gambar wasit dan pemain bola siswa menjawab jika tidak ada seorang wasit maka seluruh pemain akan ribut. Sedangkan pada siklus III, sebagian besar siswa sudah mengerti dengan instruksi yang diberikan guru termasuk instruksi dalam mengerjakan soal evaluasi, selain itu siswa juga lebih mudah dikondisikan dari siklus sebelumnya. Selain itu, sebagian siswa dapat memberikan alasan mengenai keterhubungan gambar dengan logis. Contohnya ketika siswa memberikan alasan mengenai kecocokkan antara gambar musim dingin dan gambar boneka salju sebagian besar siswa menjawab bahwa jika musim dingin semua daratan dipenuhi salju sehingg banyak siswa yang bemain boneka salju. KESIMPULAN Proses pembelajaran reading comprehension untuk meningkatkan
10 Nurul Fajrin1, Winti Ananthia2, Titing Rohayati3 Mengembangkan Kemampuan Critical Thinking Dalam Pembelajaran Reading Comprehension Di Kelas III Sekolah Dasar Dengan Menggunakan Memory Cards Games critical thinking dengan menggunakan memory cards games di kelas III sekolah dasar terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pre reading, while reading, dan post reading. Pada tahap pre reading, siswa awal dan meningkatkan motivasi belajar siswa diberikan apersepsi dengan bernyanyi dan melakukan tanya jawab. Hal ini bertujuan agar siswa menjadi termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada tahap while reading, siswa melakukan permainan memory cards games dengan mencocokkan picture card dan picture card. Memory cards games digunakan sebagai pengantar siswa dalam mengembangkan critical thinking siswa. Pada tahap post reading, siswa mengisi worksheet yang diberikan oleh guru. Proses perkembangan critical thinking siswa tejadi pada tahap post reading, dimana siswa diminta untuk mencoccokkan gambar dan memberikan alasan yang logis mengenai keterhubungan dari kedua gambar tersebut. REFERENSI Bradshaw (2005) Giving great instruction. Journal of English teaching professional. 38, 23-24.. Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D. (2002). The primary english teacher’s guide. London: Penguin English. Cameron, L. (2001). Teaching language to young learners. United kingdom: Cambridge University Press. Cook, W. S., & Meadow, G. S. (2006). The role of gesture in learning: do children use their hands to. Desmita (2012). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Elliot, Jhon. (1991). Action research for educational change. Philaddelphia: Open University Press Eskritt, M. & Lee, K. (2002). External symbol and memory. Remember where you last saw the card: children’s production of external symbols as a memory aid. 38(2), hlm. 254-266. Eskritt, M. & Lee, K. (2002). External symbol and memory. Remember where you last saw the card: children’s production of external symbols as a memory aid. 38(2), hlm. 254-266. Ferreire, A, Mrore, J, & Mellish, C. (2007). A study of feedback strategies inforeign language classrooms and tutorials with implications for intelligent computer assisted language learning systems. International journal of artificial intelegence in education. 17 389-422. Fisher, A. (2009). Berpikir kritis: sebuah pengantar. Jakarta: Erlangga. Geldard, K. & Geldard, D. (2013). Menangani anak dalam kelompok. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halliwell, S. (1994). Teaching English in the primary classroom. New York: Longman Publishing. Heo, J. Han, S. Koch, C. & Aydin, H. (2011). Piaget’s egocentrism and language learning: language learning: language egocentrism (LE) and language differentiation (LD). Journal of Language teaching and research. 2 (4), 733 739.
11 | A n t o l o g i U P I
Volume
Komalasari, K. (2011). Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi. Bandung: Refika Aditama. Linse, C.T. (2004). On their best behavior. English Teaching Professional. 32, 23 25. Linse, Caroline T. (2005). PracticalEnglish language teaching: young learners. New York: McGraw-Hill. Moon, J. (2002). Children learning English Oxford: MacMillan Heinemann. Mooney, C.G. (2000). Theories of childhood. Manchester: Redleaf Press. Muslich, M. (2011). Melaksanakan penelitian tindakan kelas itu mudah. Jakarta: Bumi aksara. Parsonson, B. S. (2012). Evidence-based classroom behaviour management strategies. Weaving Educational Threads. Weaving Educational Practise, 13(1), 16–23. Paul, D. (2003). Teaching English to children in Asia. Hongkong: Pearson Longman. Pinter, A. (2006). Teaching young language learners. New York: Oxford University Press. Reilly, V. & Ward, S.M. (1997). Very young learners. New York: Oxford University Press. Roth, M. (2001). Gestures : Their role in teaching and learning. Review of educational research. 71 (3), 365 392.
Edisi No.
Juli 2016
Scott, Wendy A. & Ytreberg, Lisbeth H. 2003. Teaching English to children. New York: Longman Group. Sensoy, S. & Ozad, (2009). Teachers attitude toward using activities while teaching English to young learners. Eurasian journal of educational research. 37 174 178. Slattery, M, & Willis, Jane. (2009). English for primary teachers. New York: Oxford University Press. Stelma, J. & Stelma, Z. (2010). Foreign language teachers organizing learning during their first year of teaching young learners. Language learning journal. 38(2), 193 207 Suyanto, K. (2007). English for young learners. Jakarta: Bumi Aksara. Sukarno, (2008). Teaching English to young learners and factors to consider in designing the materials. Journal ekonomi dan pendidikan. 5(1). 57-71. Talat, E, Abro, A, Jamali, M. (2013). Analysis of cognitive development of learners at concrete operational stage in Pakistan. Interdisciplinary. Journal is contemporary research business. 5(3), 35-52. Wright, A. (1996). 1000+ pictures for teachers to copy. China: Addison Wesley Longman.