1|Antologi UPI
Volume
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang wajib diikuti oleh setiap insan manusia. Manusia belajar dari waktu ke waktu untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Oleh karena itu pendidikan sangat berpengaruh dalam proses kehidupan manusia. Proses pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa dalam setiap pembelajaran yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan aspek yang penting, karena dapat dikatakan pembelajaran berhasil apabila siswa sudah mencapai aspek tersebut. Jika dipandang dari pendidikan sekarang, yang terlihat dari siswa hanyalah pengetahuan saja tanpa diimbangi dengan sikap dan keterampilannya. Contohnya bisa dilihat dari media yang kurang memadai serta kesiapan seorang pengajar yang masih menggunakan metode dan model mengajar kurikulum terdahulu. Untuk meminimalisir keadaan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah kebiasaan seorang pendidik dalam cara mengajar dan membiasakan siswa untuk senantiasa menggali pengetahuannya sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator dan siswa yang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, seorang pendidik haruslah cerdik memahami karakter siswa agar bahan ajar yang akan diberikan tidak hanya berupa pengetahuan saja, melainkan semua aspek yang diinginkan dapat tercapai. Hal ini bisa terwujud melalui salah satu pembelajaran yaitu dengan pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu materi pelajaran yang sangat penting di sekolah. Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang membelajarkan siswa untuk berkomunikasi dengan baik dan benar baik itu secara lisan maupun tertulis.
¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Mei 2016
Salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu keterampilan berbicara, dengan menguasai keterampilan berbicara dapat dikatakan bahwa siswa sudah mampu berkomunikasi dengan baik. Keterampilan berbicara ini harus dikuasi oleh siswa agar keterampilan berbahasa yang lain seperti menyimak, membaca, dan menulis mampu berkembang sejalan dengan keterampilan berbicara. Seluruh proses kegiatan di sekolah pastinya melibatkan keterampilan berbicara, oleh karena itu keterampilan berbicara ini sangat perlu dikuasi oleh siswa di sekolah dasar. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah sangat ditentukan dari penguasaan keterampilan berbicara. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara guru kelas IV, ternyata kondisi prestasi belajar siswa menurun dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya berbicara. Hal ini terjadi karena ketidakseriusan siswa dalam menangkap pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia dalam kemampuan berbicara yang dianggap jenuh dan membosankan. Hal ini disebabkan karena siswa tidak mempunyai rasa percaya diri dan adanya rasa malu dalam diri siswa untuk menyampaikan pendapat, ide, ataupun gagasannya kepada guru di hadapan teman-teman sekelasnya. Selanjutnya jika ditelaah melalui proses pembelajaran bahwa ketika siswa ditugaskan oleh guru untuk bercerita di depan kelas ada beberapa orang siswa yang masih gemetar bahkan ada juga siswa yang berkeringat dingin ketika berdiri di depan kelas. Hal ini berpengaruh pada pembentukan karakter siswa yang tidak kuat dalam menghadapi kondisi apapun, disini sudah jelas terlihat bahwa siswa
Destya Yuni Shara¹, Didin Syahruddin², Dede Margo³ Penerapan Model Role Playing Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Kelas IV Sekolah Dasar| 2 kurang menyukai pembelajaran bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan siswa tidak menyukai pelajaran bahasa Indonesia yaitu dalam penyampaian materi pelajaran guru tidak menggunakan model yang bervariasi dan guru jarang sekali menggunakan media yang dapat memicu keaktifan siswa. Sehingga siswa sering merasa bosan dan jenuh dalam proses pembelajaran. Selain itu juga bahan ajar dan pengelolaan dalam kelas kurang dipersiapkan oleh guru dapat menghambat pada proses pembelajaran. Peneliti mengemukakan solusi yang paling tepat adalah menggunakan model pembelajaran role playing yang berbasis multimedia. Menurut peneliti, dengan melakukan variasi model pembelajaran yang digabung dengan multimedia dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Penggunaan model role playing yang berbasis multimedia ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang terjadi di lapangan karena model role playing bertujuan untuk dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Model ini dapat melatih siswa untuk berbicara dengan cara yang menyenangkan. Model ini juga berfokus pada aspek multimedia yang disuguhkan berupa video yang tentunya siswa akan lebih termotivasi, dalam pembelajaran siswa berperan aktif. Salah satu keunggulan model role playing yang berbasis multimedia ini adalah siswa dapat ikut merasakan berbagai macam peristiwa secara langsung. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran berbicara melalui model role playing
berbasis multimedia di kelas IV SDN Cileunyi 05? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan belajar siswa kelas IV SDN Cileunyi 05 dalam pembelajaran berbicara melalui penerapan model role playing berbasis multimedia? Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. untuk menggambarkan bagaimana proses pembelajaran berbicara melalui model role playing berbasis multimedia di kelas IV SDN Cileunyi 05. 2. untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa kelas IV SDN Cileunyi 05 dalam pembelajaran berbicara melalui model role playing berbasis multimedia. Pada hakikatnya berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa dengan mengutarakan ide, gagasan atau pikiran yang dituangkan dalam berbahasa lisan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sunarsih (2012) menyebutkan bahwa berbicara merupakan cara seseorang menuangkan buah pikiran secara lisan melalui kalimat yang disusun secara utuh, lengkap, jelas dan komunikatif. Selanjutnya lebih dipertegas oleh Sudarminah (2008) yang mengemukakan berbicara merupakan suatu jenis keterampilan yang sangat penting untuk berkomunikasi secara lisan. Dalam pembelajaran berbicara, guru hendaknya menentukan tujuan dari pembelajaran berbicara yang akan dilaksanakan. Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar mampu menyampaikan pokok pikiran secara efektif. Abidin (2012) mengemukakan tujuan berbicara merupakan salah satu hal yang berkaitan erat dengan faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara seseorang. Beberapa faktor bahasa akan menjadi tujuan berbicara sebagai pusat acuan. Tujuan berbicara yang dimaksud yaitu:
3|Antologi UPI
Volume
informatif, rekreatif, persuasif dan argumentatif. Ketercapaian tujuan pembicaraan merupakan salah satu indikator terpenting dalam kegiatan berbicara. Abidin (2012) menyebutkan ada beberapa indikator yang baik dalam ketercapaian tujuan berbicara yaitu: pemahaman pendengaran, perhatian pendengar, cara pandang pendengar, perilaku pendengar. Pelaksaan pembelajaran berbicara akan berjalan dengan baik apabila seorang guru memahami benar-benar prinsip pembelajaran berbicara. Abidin (2012, hlm. 135) menjelaskan ada beberapa prinsip pembelajaran berbicara diantaranya yaitu: pembelajaran berbicara harus bertujan untuk membentuk kematangan psikologis anak, pembelajaran berbicara harus melibatkan anak secara langsung, pembelajaran berbicara harus dilakukan melalui pembelajaran yang interaktif, pembelajaran berbicara harus dilakukan sekaligus dengan membekali srategi berbicara, pembelajaran berbicara harus dilakukan seiring dengan pengukuran kemampuan berbicara secara tepat melalui praktek langsung, kemampuan berbicara anak hendaknya diukur dan dipantau oleh guru secara berkesinambungan, pembelajaran berbicara harus diperioritaskan untuk membentuk kemahiran berbicara atau membentuk siswa menjadi pembicara yang mahir dan kreatif. Pembelajaran berbicara yang baik adalah pembelajaran berbicara yang mampu mengolah berbagai macam ide yang sesuai dan dituangkan ke dalam tahapan berbicara. Tahapan tersebut meliputi tahapan prabicara, tahapan bicara, dan tahapan pascabicara Abidin (2012). Model role playing pada dasarnya adalah sebuah model pembelajaran yang menekankan siswa untuk bisa bermain peran atau mampu memainkan tokoh tertentu. Hal ini sejalan dengan pendapat ¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Mei 2016
Wijaya dkk (2012) yang mengemukakan bahwa role playing merupakan suatu model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu peserta didik menemukan jati diri di dunia sosial dan memecahkan suatu permasalahan secara berkelompok. Maksudnya, melalui bermain peran yang berbeda tentunya peserta didik akan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Multimedia merupakan gabungan beberapa unsur berupa teks, grafik, suara, video dan animasi yang menghasilkan presentasi atau petunjuk yang menakjubkan. Multimedia pun memiliki komunikasi interaktif atau saling keterkaitan yang tinggi. Sehingga dapat diaplikasikan bahwa unsur multimedia adalah suatu kombinasi data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan lebih menarik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sheels & Richey (dalam Warsita, 2008, hlm. 36) yang mengatakan “multimedia atau teknologi terpadu merupakan cara atau langkah untuk menyampaikan bahan belajar memadukan beberapa jenis media yang diproses atau dikendalikan melalui komputer”. Dengan kata lain, komputer multimedia merupakan sebuah komputer yang dilengkapi dengan perangkat keras dan lunak sehingga memungkinkan data berupa teks, gambar, animasi, suara, dan video dapat dikelola dengan baik. Dalam mencapai proses pembelajaran yang bermakna perlu adanya stimulus yang baik yang dapat menarik siswa agar dapat memberikan respon yang berupa proses dan kemampuan hasil belajar yang baik. Model role playing berbasis multimedia merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa bermain peran dalam kegiatan berbicara interaktif. Bertemali dengan pengertian di atas, bahwa pengertian model role playing berbasis multimedia merupakan cara penguasaan bahan-bahan pelajaran
Destya Yuni Shara¹, Didin Syahruddin², Dede Margo³ Penerapan Model Role Playing Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Kelas IV Sekolah Dasar| 4 melalui pengembangan imajinatif dan penghayatan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati dengan menggunakan bantuan rangkaian gambar elektronis yang disertai unsur-unsur suara yang berupa video, berita, film dan lain sebagainya. Adapun langkah-langkah pembelajaran berbicara dengan menggunakan model role playing berbasis multimedia yaitu pada tahap prabicara guru menyiapkan media pembelajaran berupa video orang sedang bertelepon, LCD, laptop, dan speaker aktif, kemudian siswa mengamati video cara bertelepon dengan baik dan benar yang diputarkan guru dengan seksama, siswa menyimak dan memperhatikan video dengan seksama, selanjutnya siswa duduk berpasangan dan membuat skenario percakapan. Pada tahap berbicara, setiap kelompok bermain peran seperti yang ditayangkan dalam video di depan kelas secara bergantian. Pada tahap pascabicara, kelompok lain memberi komentar tentang peran dari anggota kelompok lain, kemudian guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Puspita (2011) dengan menggunakan metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara di Kelas V Sekolah telah menunjukan bahwa metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan berbicara aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran berbicara. Hasil yang serupa pun terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh oleh Djariyo, Mudzanatun, Enny Budi Wijaya (2012) dengan judul Penerapan Model Role Playing pada Mata Pelajaran IPA untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Wonokerto 1 Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukan bahwa model role playing untuk meningkatan
kemampuan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. METODE Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Cileunyi 05 dengan jumlah peserta didik 37 orang. Metode penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. PTK adalah metode penelitian tindakan kelas yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada dalam pembelajaran. Sanjaya (2013, hlm. 26) mengemukakan bahwa PTK diartikan “sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas dapat melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dikarenakan tujuan peneliti yaitu untuk memperbaiki masalah pembelajaran yang dalam hal ini masalah tersebut adalah rendahnya kemampuan peserta didik dalam berbicara. Alasan lain yang mendasari peneliti menggunakan metode penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan kemampuan berbicara tidak dapat dilaksanakan hanya dalam satu kali pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas yang mengharuskan adanya tindakan-tindakan yang cermat dan terencana. Desain penelitian yang digunakan adalah model Elliot. Dalam model ini, penelitian terdiri atas tiga tindakan dalam satu siklusnya. Pemilihan model Elliot sebagai desain penelitian dikarenakan model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti sangat kompleks dan tidak bisa dilaksanakan dalam satu tindakan. Oleh
5|Antologi UPI
Volume
karena itu, diperlukan beberapa tindakan untuk menyelesaikan pembelajaran dengan model role playing berbasis multimedia. Desain Elliot dilaksanakan sebanyak tiga siklus dan tiga tindakan pada setiap siklusnya. Penelitian ini dimulai dari perencanaan umum, pelaksanaan pembelajaran, analisis data, dan refleksi. Adapun analisis data yang dilakukan oleh peneliti disesuaikan dengan rumusan masalah penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, catatan lapangan, lembar kerja proses, dokumentasi, instrumen penilaian dan lembar wawancara. Indikator yang ingin dicapai dalam hal aktivitas pembelajaran adalah peserta didik mampu menggerjakan LKP membuat skenario percakapan bertelepon. Sedangkan indikator penilaian kemampuan membaca pemahaman dinilai berdasarkan kriteria penilaian dari vokalisasi, ekspresi dan pemeranan. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu kualitatif, kuantitatif dan triangulasi. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan melalui 3 siklus yang terdiri atas 3 tindakan untuk setiap siklusnya. Penelitian dimulai dari dengan kegiatan perencanaan berupa rencana pembelajaran, merancang teks yang akan digunakan, perencanaan media yang akan digunakan, dan segala sesuatu yang menunjang penelitian. Setelah menyusun perencanaan, peneliti melaksanakan penelitian dari siklus I yang dimulai dari tindakan 1 hingga tindakan ke 3. Peneliti melakukan analisis data dan refleksi untuk mengetahui hasil dari kegiatan penelitian yang sudah dilaksanakan dan untuk memonitoring kegiatan penelitian dalam beres pertindakan. Kegiatan refleksi juga dijadikan masukan untuk melaksanakan penelitian pada tindakannya selanjutnya sehingga menjadi lebih baik dari tindakan ¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Mei 2016
sebelumnya. Kegiatan penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan kemampuan berbicara kelas IV sekolah dasar. Siklus I Pada siklus I media yang digunakan dalam pembelajaran berupa video dengan teman sebaya. Pada siklus I, kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah membuat skenario percakapan bertelepon dengan teman sebaya selanjutnya peserta didik secara berpasangan bermain peran di depan kelas dengan menggunakan media telepon. Nilai rata-rata kemampuan berbicara yang diperoleh pada siklus I yaitu 54,95. Siklus II Pada siklus II media yang digunakan dalam pembelajaran berupa video orang yang lebih tua. Pada siklus II, kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah membuat skenario percakapan bertelepon dengan orang yang lebih tua selanjutnya peserta didik secara berpasangan bermain peran di depan kelas dengan menggunakan media telepon. Nilai ratarata kemampuan berbicara yang diperoleh pada siklus II yaitu 72,52. Siklus III Pada siklus III media yang digunakan dalam pembelajaran berupa video menyampaikan pesan. Pada siklus III, kegiatan yang dilakukan peserta didik adalah membuat skenario percakapan bertelepon dengan menyampaikan teks pesan pada teman kelompoknya selanjutnya peserta didik secara berkelompok bermain peran di depan kelas dengan menggunakan media telepon. Nilai rata-rata kemampuan berbicara yang diperoleh pada siklus III yaitu 79,95. Berdasarkan nilai yang diperoleh peserta didik pada siklus III maka dapat disimpulkan bahwa model role playing berbasis multimedia dapat meningkatkan kemampuan peserta didik
Destya Yuni Shara¹, Didin Syahruddin², Dede Margo³ Penerapan Model Role Playing Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Kelas IV Sekolah Dasar| 6 dalam berbicara. Dengan kata lain kemampuan berbicara peserta didik menjadi lebih meningkat. Pembahasan Pada umumnya kegiatan pembelajaran berbicara dengan menggunakan model role playing berbasis multimedia sudah berjalan dengan baik. Pada siklus I terdapat temuan-temuan penting yaitu dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan, saat memasuki proses kegiatan membuat teks percakapan bertelepon siswa masih kebingungan meskipun sama gurunya sudah dijelaskan cara-cara membuat teks percakapan bertelepon, hal ini dikarenakan saat diberikan penjelasan masih terdapat siswa yang gaduh dalam kelas sehingga materi yang dijelaskan guru tidak dipahami oleh siswa. Berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I, maka perlu adanya perbaikan guru dalam menggali pengetahuan siswa tentang materi pembelajaran, guru diharapkan dapat mendorong siswa untuk fokus dalam menyimak karena salah satu unsur yang harus diperhatikan dalam kegiatan menyimak adalah fokus dalam menyimak. Unsur yang harus diperhatikan untuk dapat menyimak dengan baik adalah fokus dan konsentrasi penyimak. Hal ini sesuai dengan pendapat Suhendar dan Supinah, (1994, hlm. 5) salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk dapat menyimak dengan baik adalah konsentrasi penyimak terhadap bahan simakan. Selain itu juga dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan benar-benar kondisi siswa, pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin, (2012, hlm. 135) bahwa “dalam pembelajaran berbicara harus melibatkan berbagai teknik pembelajaran yang tepat sesuai
dengan kondisi siswa”. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Akan tetapi walaupun siswa kesulitan siswa tetap semangat dalam mengerjakan LKP dan mengikuti bimbingan guru sehingga dalam siklus I ini walaupun kemampuannya masih rendah, tetapi pada setiap tindakannya mengalami peningkatan. Selain proses belajar yang telah dipaparkan di atas kemampuan belajar siswa pun siklus I masih rendah, hal ini disebabkan oleh sebagian besar siswa belum mempunyai rasa percaya diri, dan siswa yang kurang tepat dalam melafalkan kata dan intonasi yang tidak terdengar. Sehingga siswa harus dibimbing atau dibantu dan guru senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi agar siswa terpacu untuk mampu berbicara di depan umum. Jangan sampai pembelajaran melatih kemampuan berbicara hanya terpaku pada teks dan di depan kelas, sehingga melupakan bahwa terpenting adalah berlatih agar siswa benar-benar mampu berbicara dengan performa yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin, (2012, hlm. 134) “Seharusnya guru memberikan bimbingan, pemodelan, dan strategi berbicara yang dibutuhkan siswa agar terampil berbicara”. Pada siklus II terdapat temuantemuan penting yaitu siswa mulai terbisa dengan pembelajaran yang dilakukan dan pada saat pengkondisian siswa sudah mengetahui apa yang harus mereka siapkan dan apa tugas yang harus mereka kerjakan, tetapi ada beberapa siswa yang belum bisa terkondisikan dengan baik dan masih ada siswa yang belum bisa bekerja sendiri. Selain itu juga sebagian kecil siswa belum bisa membuat teks percakan bertelepon dengan orang yang lebih tua, sehingga guru harus menjelaskan kembali cara membuat teks
7|Antologi UPI
Volume
percakapan bertelepon dengan orang yang lebih tua dengan menggunakan bahasa yang santun. Berdasarkan proses belajar siswa yang dilakukan siswa perlu adanya perbaikan strategi dalam meningkatkan proses belajar siswa. Guru diharapkan senantiasa mendorong siswa untuk fokus dalam materi yang disampaikan oleh gurunya. Guru harus terampil untuk bisa memotivasi siswa, memberikan arahan dan bimbingan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin, (2012, hlm. 136) “Guru harus selalu memberikan motivasi kepada siswa agar mau dan siap berbicara di dalam kelas”. Pada siklus II proses belajar siswa pun mulai mengalami peningkatan. Kemampuan belajar siswa pada siklus II masih rendah, hal ini disebabkan oleh sebagian kecil siswa kurang mempunyai rasa percaya diri, sehingga siswa harus dibimbing atau dibantu dan guru senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi agar siswa terpacu untuk mampu berbicara di depan umum. Jangan sampai pembelajaran melatih kemampuan berbicara hanya terpaku pada teks dan di depan kelas, sehingga merupakan bahwa terpenting adalah berlatih agar siswa benar-benar mampu berbicara dengan performa yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin, (2012, hlm. 134) “Seharusnya guru memberikan bimbingan, pemodelan, dan strategi berbicara yang dibutuhkan siswa agar terampil berbicara”. Pada siklus III terdapat pula temuantemuan penting yaitu siswa sudah terkondisi dengan baik, siswa pun semakin aktif dalam pembelajaran dan adanya karton refleksi hasil penampilan berbicara siswa masih sangat menarik perhatian siswa sehingga siswa menjadi senang, selain itu pada siklus 3 ini siswa sudah bisa membuat teks percakapan bertelepon dengan bahasa yang santun dan runtut.
¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Mei 2016
Pada siklus III proses belajar siswa pun mulai mengalami peningkatan dari yang sebelumnya hal ini disebabkan oleh siswa mulai terbiasa dengan pembelajaran yang dilakukan mereka pun mengerti tentang apa yang yang harus mereka kerjakan sehingga pada siklus III proses belajar siswa mengalami peningkatan. Kemampuan belajar siswa pada siklus III ini memuaskan, hal ini disebabkan oleh hampir seluruh siswa mempunyai rasa percaya diri, siswa sudah mampu melafalkan kata, intonasi dan vocal terdengar dengan jelas. Tetapi masih saja ada dua orang siswa yang masih kurang percaya diri, sehingga hal ini mempengaruhi penilaian performa siswa. Sudah pasti tugas guru memperbaiki dari kekurangan siswa yang belum bisa mencapai nilai yang optimal. Tetapi jika dilihat dari setiap tindakannya pada siklus III ini kemampuan belajar siswa mengalami peningkatan yang memuaskan dari yang sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari penilaian sebagai alat ukur untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam bertelepon, yang secara berkesinambungan dilakukan dari siklus I sampai dengan siklus III. Seperti pendapat Abidin, (2012, hlm. 135) “Kemampuan berbicara siswa hendaknya diukur dan dipantau oleh guru secara berkesinambungan”. Kemampuan pembelajaran berbicara berjalan dengan baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Adapun grafik peningkatan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran berbicara adalah sebagai berikut.
Destya Yuni Shara¹, Didin Syahruddin², Dede Margo³ Penerapan Model Role Playing Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Kelas IV Sekolah Dasar| 8 Grafik 4.1
Peningkatan Rata-rata Kemampuan Berbicara Siswa 100 50 54.95
72.52
79.95
Siklus I
Siklus II
Siklus III
0
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa kemampuan peserta didik dalam pembelajaran berbicara mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini karena peserta didik sudah terbiasa dengan tugas yang harus dikerjakan. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya mengenai model role playing berbasis multimedia dalam pembelajaran berbicara, maka peneliti mengemukakan kesimpulan dan beberapa saran atas penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri Cileunyi 05. Kesimpulan ini juga menjadi jawaban atas rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini yaitu proses pembelajaran berbicara melalui model role playing berbasis multimedia menuntut peserta didik untuk berbicara secara aktif di depan kelas. Adapun yang menjadi indikator dalam penilaian proses dalam penelitian ini adalah banyaknya siswa dapat berbicara bahasa Indonesia dengan baik. Terdapat tiga aspek yang menjadi penilaian yaitu vokalisasi, ekspresi, dan pemeranan. Setelah melihat proses pembelajaran terlihat kenaikan kemampuan berbicara pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari peserta didik sudah mulai menikmati bermain peran di depan kelas, peserta didik juga mengalami peningkatan rasa
percaya diri di depan kelas, selain itu peserta didik sudah mulai nampak berani dalam menyampaikan ide, gagasan yang dimilikinya. Oleh karena itu, proses pembelajaran berbicara melalui model role playing berbasis multimedia dapat dikatakan efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara. Kemampuan berbicara melalui model role playing berbasis multimedia dalam penelitian ini mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siklus I jumlah rata-rata nilai siswa mencapai 54,95, kemudian pada siklus II jumlah rata-rata nilai siswa mencapai 72,52 dan pada siklus III jumlah rata-rata nilai siswa mencapai 79,95. Maka dari itu penelitian yang dilakukan dalam pembelajaran berbicara dengan menerapkan model role playing berbasis multimedia ini berhasil dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2011). Penelitian Pendidikan dalam Gamitan Pendidikan Dasar dan PAUD. Bandung: Rizqi. Abidin, Y. (2012a). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Abidin, Y. (2012b). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama. Aziez, Furqanul. (2015). Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Djariyo, Mudzanatun, & Enny, B. (2012). Penerapan Model Role Playing pada Mata Pelajaran IPA untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Wonokerto 1
9|Antologi UPI
Volume
Jawa Tengah. (Skripsi). FIP IKIP PGRI, Semarang Halidah, I. (2013). Perancangan Aplikasi Pembelajaran Berbasis Multimedia Untuk Anak Usia Dini. Computer assisted instruction (CAI), multimedia, educational learning.1 (2), hlm. 1-7 Puspita, Dewi. (2011). Penggunaan Metode Bermain Peran dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Sukahaji 02 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Sanjaya, Wina. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suhendar & Supinah, P. (1994) Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Bandung: PIONIR JAYA Sudarminah, S. (2008). Upaya Peningkatan Pembelajaran Berbicara Dengan Model Pembelajaran Gambar Seri Untuk Siswa Kelas VIII Smp Negeri 6 Semarang. Jurnal Lemlit,3(2), hlm. 46-52 Sunarsih, S. (2012). Pembelajaran Keterampilan Berbicara Model Kooperatif Teknik Mencari Pasangan Dan Teknik Kancing Gemerincing Pada Siswa Introver Dan Ekstrover Di Smp. Seloka: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia, 1 (1), hlm. 36-39 Warsita, Bambang. (2008). Teknolgi Pembelajaran Landasan & Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Wijaya, B. E. & dkk. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Role Playing pada Mata Pelajaran Ipa untuk
¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Mei 2016
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Semester I SDN Wonokerto 1 Karangtengah Demak Tahun Ajaran 2011/2012. Journal Indonesia, 2 (1), hlm. 1219