KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT/IQ) ANAK KELAS IV DI SEKOLAH DASAR SWASTA MODEL AL-AZHAR MEDAN TAHUN 2015
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Diploma-III Ahli Madya Kebidanan
Oleh : SEMURNI ZEGA NIM 12/AB/040
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2015
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT/IQ) ANAK KELAS IV DI SEKOLAH DASAR SWASTA MODEL AL-AZHAR MEDAN TAHUN 2015
Oleh: SEMURNI ZEGA NIM 12/AB/040
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2015
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT/IQ) ANAK KELAS IV DI SEKOLAH DASAR SWASTA MODEL AL-AZHAR MEDAN TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
Oleh:
SEMURNI ZEGA 12/ AB/ 040
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA UTARA MEDAN 2015
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Semurni Zega Nim
: 12/AB/040
Judul : Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Inteligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) saya adalah benar data yang saya ambil dan belum pernah diolah atau dipublikasikan orang lain, kecuali sacara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila hal tersebut tidak benar, maka saya bersedia mengikuti ujian ulang (ujian utama saya batalkan) Yang membuat pernyataan
(
Semurni Zega
)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI Nama
: Semurni Zega
Nim
: 012/AB/040
Agama
: Kristen Protestan
Tempat/Tanggal Lahir
: Orahili, 06 Februari 1994
Jenis Kelamin
: Perempuan
Anak ke
: Pertama Dari 4 Bersaudara
Nama Saudara
: 1. Yaaman Syah Putra Zega 2. Yelni Trisnal Zega 3. Valencia Putri Zega
II. RIWAYAT KELUARGA Nama Ayah
: Sozanolo Zega
Pekerjaan
: Wiraswasta
Nama Ibu
: Serinawati Zendrato
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
III. RIWAYAT PENDIDIKAN Sekolah Dasar
: SDN 077276 Ombolata, Tahun 2006
Sekolah Menengah Pertama : SMP Swasta BNKP, Tahun 2009 Sekolah Menengah Atas
: SMA Negeri 3 Gunung Sitoli, Tahun 2012
Diploma
: D-III Kebidanan Stikes Sumatera Utara, Tahun 2015
ABSTRAK Pada saat ini Indonesia memiliki masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional 2013, menunjukkan prevalensi nasional anak 5-12 tahun adalah 30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek), Prevalensi kurus adalah 11,2%, (4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus). Serta prevalensi gemuk masih tinggi yaitu 18,8%, (10% gemuk dan obesitas 8,8%). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Rata-rata Intelligence Quotient orang Indonesia yaitu 89. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan. Jenis penelitian bersifat analitik, desain penelitian cross sectional. Populasinya siswa kelas IV di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan, dengan sampel 38 siswa. Berdasarkan hasil uji Pearson Chi-Square menunjukkan bahwa p=0,000 dan α=0,05 artinya ada hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) dimana mayoritas siswa berstatus gizi gemuk 24 siswa (63,2), minoritas berstatus gizi kurus 1 siswa (2,6%) dan berstatus gizi normal 13 siswa (34,2%). Sementara, mayoritas siswa yang memiliki skor Intelligence Quotient/IQ diatas normal 16 siswa (42,1%) dan minoritas memiliki skor Intelligence Quotient/IQ dibawah normal 8 siswa (21,1%). Sedangkan 14 siswa (36,8%) lainnya memiliki skor Intelligence Quotient/IQ normal. Untuk itu diharapkan kepada institusi Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan agar terus berpartisipasi dalam memberikan penyuluhan status gizi untuk meningkatkan status gizi siswa sehingga kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) siswa terus meningkat. Kata Kunci: Status Gizi, Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh karena berkat dan rahmat-Nya dan cinta-Nya penulis telah menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah “Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Inteligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015” Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Diploma pada Program Studi D-III Kebidanan STIKes Sumatera Utara. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Baik yang bersifat moril maupun materil sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti mengucapakan banyak terima kasih kepada : 1. Drs. Asman R. Karo-karo, MM selaku Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 2. Dr. H. Paul Sirait, SK, MM, M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 3. Ibu Evawani Martalena Silitonga SKM, M.Si selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 4. Bapak Donal Nababan SKM, M. Kes selaku Pembantu Ketua II Bidang Administrasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara.
i
5. Bapak Dian Fajariadi, S.Kep, Ners, M. Kep selaku Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. 6. Ibu Vera Christina Hulu, S. Psi, M.Kes Psikolog selaku Ka. Prodi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara dan selaku Penguji I Karya Tulis Ilmiah. 7. Ibu Serly Monika Sembiring, SST, M. Kes selaku Dosen Pembimbing yang selalu
sabar
dalam
membimbing
dan
mengarahkan
penulis
dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. 8. Ibu Noni Eriska Sipahutar, SST selaku Sekretaris Jurusan Prodi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara dan selaku Penguji II Karya Tulis Ilmiah. 9. Ibu Era Friska Munthe, SST selaku wali kelas Bidan A yang selama 3 tahun telah menjadi orang tua yang selalu memberikan kasih sayang, arahan, dukungan serta motivasi dan membimbing kami dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah. 10. Seluruh Staf dosen D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam mnyelesaikan Karya Tulis Ilmiah berupa ilmu pendidikan selama masa perkuliahan sehingga penulis dapat memperoleh ilmu yang berharga. 11. Ibu Meli Dolok Saribu, Am. Keb dan Ibu Lasmaria Sipayung, S. Kep selaku Ibu Asrama D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara
ii
yang telah membimbing dan mengarahkan serta memberi dukungan kepada penulis. 12. Ir. Erliza Dahliana, M.Si, selaku Kepala Sekolah dan seluruh guru serta staf di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan yang telah banyak membantu dn telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 13. Ibu Isabela Christina Sembiring, Amd, selaku kepala Perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang telah banyak membantu dalam hal peminjaman buku. 14. Bapak Beringin Jaya, S. Kom selaku Tata Usaha Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis dalam hal pengurusan surat. 15. Segala bentuk terima kasih tak terhingga dan teristimewa kepada Kedua Orang Tua tercinta, ayahanda Sozanolo Zega dan Ibunda Serinawati Zendrato yang telah senantiasa melimpahkan berjuta kasih sayang, motivasi dan doa serta dukungan yang telah diberikan baik moril maupun materil, inilah kado kecil dari anandaMu. 16. Adek-adek saya Yaaman Syah Putra Zega, Yelni Trisna Zega, Valencia Putri Zega, terimakasih atas motivasi dan dukungan yang terus diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 17. Teman-teman tersayangku Kamar Mandibularis Afrilia Fani Sembiring, Ayu Kiki Rizky, Epi Nurasni Nduru, Lanna Sari Pulungan, Fitri Handayani iii
Nasution, Yanti Gembira Sihombing yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 18. Teman-teman Kamar Orbital Arihta Saragih, Dayana Ziliwu, Dewi Sartika Murni Hia, Dwi Desmita Suryani, Frida Yana Dewi, Gita Andriani Siregar, Nurhayati Ginting, Mega Sari Arta Gultom, dan Rahmah yang telah ikut membantu dalam memberikan dukungan dalam penulisan Karya tulis Ilmiah ini.. 19. Sahabat-sahabat saya Priska Mulia Gulo, Tri Dian Magdalena, yang ikut memberikan banyak motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 20. Teman-teman satu bimbingan yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dan teman-teman Stambuk 2012 terimakasih atas kebersamaannya dalam canda, tawa, suka, duka dan juga semangat serta dukungan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. 21. Seorang yang istimewa My Dear Kornelius Zega, S.H yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan dan juga selalu mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Serangkaian rasa syukur dan ucapan terimakasih yang telah terucap, rasanya akan lebih sempurna lagi jika penulis kembali menyadarkan diri bahwasanya Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritikan dan saran guna memperbaiki di masa mendatang. iv
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan Berkat dan RahmatNya kepada kita semua dan mudah-mudahan ilmu yang selama ini penulis peroleh dapat menjadi amal bukti untuk Nusa, Bangsa dan Agama, Amin. Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Medan,
Juli 2015
Penulis
SEMURNI ZEGA 012/AB/040
v
DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ......................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1.1 Latar belakang .................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah............................................................................ 1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 2.1 Status Gizi .......................................................................................... 2.1.1 Pengertian Gizi ....................................................................... 2.1.2 Pengertian Status Gizi ............................................................ 2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi .................... 2.1.4 Penilaian status Gizi ............................................................... 2.1.5 Jenis Parameter Antropometri ................................................ 2.1.6 Klasifikasi Status Gizi ............................................................ 2.2 Anak Sekolah Dasar ........................................................................... 2.2.1 Pengertian Anak Sekolah Dasar ............................................ 2.2.2 Tugas-Tugas Perkembangan Anak Sekolah ........................... 2.2.3 Masalah Gizi Anak Sekolah ................................................... 2.2.4 Gizi Anak Sekolah ................................................................. 2.3 Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) ............................ 2.3.1 Pengertian Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) ........................................................................... 2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Intelektual............. 2.3.3 Teori Kecerdasan Intelektual ................................................. 2.3.4 Pengukuran Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) ............................................................................ 2.3.5 Jenis-Jenis Tes Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) ............................................................................ 2.3.6 Klasifikasi Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) ...................................................... 2.4 Hubungan Status Gizi Dangan Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) ....................................................................................... 2.5 Hipotesis ............................................................................................. vi
i vi viii ix x 1 1 6 6 7 8 8 8 9 10 11 14 16 19 20 21 24 26 26 27 28 29 31 32 32 33 35
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 36 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................... 36 3.2 Definisi Operasional ........................................................................... 37 3.3 Jenis Dan Desain Penelitian ............................................................... 37 3.3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 37 3.3.2 Desain Penelitian .................................................................... 38 3.4 Lokasi Penelitian Dan Waktu Penelitian ............................................ 38 3.4.1 Lokasi Penelitian .................................................................... 38 3.4.2 Waktu Penelitian .................................................................... 38 3.5 Populasi Dan Sampel ......................................................................... 38 3.5.1 Populasi .................................................................................. 38 3.5.2 Sampel .................................................................................... 39 3.6 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data .................................................... 39 3.6.1 Jenis Data ............................................................................... 39 3.6.2 Cara Pengumpulan Data ......................................................... 39 3.7 Aspek Pengukuran Data ..................................................................... 40 3.8 Pengelolaan Data Dan Analisa Data .................................................. 42 3.8.1 Pengelolaan Data .................................................................... 42 3.8.2 Analisa Data ........................................................................... 43 3.9 Jadwal Penelitian ................................................................................ 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 45 4.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 45 4.1.1 Data Geografi ......................................................................... 45 4.1.2 Data Demografi ...................................................................... 46 4.1.3 Distribusi Kategori Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin 46 4.1.4 Analisa Univariat .................................................................... 47 4.1.5 Analisa Bivariat ...................................................................... 48 4.2 Pembahasan ....................................................................................... 50 4.2.1 Status Gizi Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015............................................................. 50 4.2.2 Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 ............................................................................ 4.2.3 Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 .................................... BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 59 5.1 Kesimpulan......................................................................................... 59 5.2 Saran ................................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 36
viii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel Tabel Tabel Tabel
2.6 3.1 3.2 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Klasifikasi kurang energi protein (KEP) Menurut Gomez .............. 18 Klasifikasi kurang energi protein (KEP) Menurut Jelliffe............... 19 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia .......................................................................... 19 Klasifikasi Menurut Cara World Health Organization (WHO) ............................................................................................ 20 Tabel IQ Stanford Binet ................................................................... 34 Tabel IQ Stanford Binet ................................................................... 40 Jadwal Penelitian.............................................................................. 43 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 ..................................................................................... 46 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 ..................... 47 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 .......................................................... 48 Tabulasi Silang Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 .......................................................... 48
ix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Lembar Persetujuan Menjadi Responden ........................................ Lampiran II Hasil Observasi Siswa Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 ..................................................................................... Lampiran III Data Umur siswa Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 ..................................................................................... Lampiran IV Skor Intelligence Quotient/IQ Siswa Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 .......................................................... Lampiran V Master Tabel .................................................................................... Format Pengajuan Judul Karya Tulis Ilmiah (KTI) Prodi D-III Kebidanan STIKESSU Medan Tahun 2014 ...................................................... Surat Izin Survey Pendahuluan dari Prodi D-III Kebidanan STIKESSU Medan Tahun 2015 ...................................................................................... Surat Balasan Survey Pendahuluan Dari Perguruan Al-Azhar Medan 2015 ........ Surat Izin Penelitian di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan dari Prodi D-III Kebidanan STIKESSU Medan Tahun 2015 ................. Surat Balasan Izin Penelitian dari Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan ..............................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Berdasarkan peringkat Human Development Index (HDI), pada tahun 2013
Indonesia berada pada urutan ke - 124 dari 187 negara, jauh dibawah negara ASEAN lainnya. Faktor - faktor yang menjadi penentu Human Development Index yang dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP) adalah pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiga faktor tersebut sangat berkaitan dengan status gizi masyarakat (UNDP, 2013) Pada saat ini, Indonesia memiliki masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan dan adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan (Almatsier, 2010). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun 2013, bahwa prevalensi nasional anak 5-12 tahun adalah 30,7% (12,3% sangat pendek dan 18,4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta (14,9%) dan tertinggi di Papua (34,5%). Sedangkan prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12 tahun adalah 11,2 persen, terdiri dari 4,0 persen sangat kurus dan 7,2 1
2
persen kurus. Prevalensi sangat kurus paling rendah di Bali (2.3%) dan paling tinggi di Nusa Tenggara Timur (7,8%). Serta prevalensi gemuk pada anak umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18,8 persen, terdiri dari gemuk 10, persen dan sangat gemuk (obesitas) 8,8 persen. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8,7%) dan tertinggi di DKI Jakarta (30,1%). Gizi adalah suatu proses organisme dalam menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. Gizi juga digunakan sebagai bahan pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Putra 2013). Gizi juga merupakan salah satu, penentu kualitas sumber daya manusia. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, baik itu sejak kita masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa hingga usia lanjut. Zat gizi juga merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses tumbuh kembang, khususnya anak. Guna meningkatkan kemampuan otak, kita perlu memahami hal-hal yang berkaitan dengan cara meningkatkan kemampuan otak melalui asupan gizi yang tepat (Putra 2013). Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat
3
gizi esensial. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi (Almatsier, 2010). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik atau lebih (Almatsier, 2010). Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan juga secara tidak langsung (Supriasa, 2001). Gizi yang adekuat memegang peranan yang penting selama usia sekolah untuk menjamin anak-anak tersebut mencapai potensi pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang penuh dan optimal (menurut Meyer, 1989 dalam Badriah 2014). Beberapa masalah gizi yang masih terjadi pada masa ini adalah anemia defisiensi besi, kurang gizi (undernutrition) dan karies gigi. Pada masa ini, berat badan sering menjadi masalah, memicu terjadinya peningkatan prevalensi obesitas dna munculnya ganggguan makanan (malnutrisi). Gizi yang adekuat terutama sarapan yang cukup berhubungan dengan peningkatan kinerja akademik disekolah dan menurunkan frekuensi ketidakhadiran siswa (Badriah, 2014). Pada anak-anak usia sekolah (6-12 tahun) laju dan kecepatan pertumbuhan relafit tetap, akan tetapi mengalami perkembangan yang luar biasa secara kognitif, emosional dan sosial. Kehidupan anak pada periode ini merupakan persiapan bagi kebutuhan-kebutuhan fisik dan emosional yang timbul akibat dorongan pertumbuhan remaja (adolescent) (Badriah, 2014). Banyak penelitian menunjukkan bahwa status gizi anak sekolah yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan yang baik dan tingkat kecerdasan yang baik
4
pula. Sebaliknya, status gizi yang buruk menghasilkan derajat kesehatan yang buruk, mudah terserang penyakit, tingkat kecerdasan yang kurang sehingga prestasi anak disekolah juga kurang (Devi, 2012). Kecerdasan intelektual (bahasa Inggris: Intelligence Quotient, disingkat IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. (Redmond, 2005). Kurang dari 50% dari pengusaha diseluruh dunia menggunakan tes Intelligence Quotient (IQ) sebagai sarana untuk mengevaluasikan calon pekerjaan. Terdapat variasi yang beragam diantara Negara. Diantaranya 55% Cina dan Spanyol, 30% India dan Perancis, 3% Amerika dan Jerman (Iskandar 2012). Negara-negara ASEAN memiliki rata-rata Intelligence Quotient (IQ) cukup tinggi. Singapura (103), Malaysia (92), Thailand (91), Indonesia (89), Filipina (86). Hal ini menunjukkan korelasi antara faktor genetik dan tingkat kemakmuran negara tersebut dibanding negara ASEAN lainnya. Indonesia mempunyai permasalahan yaitu dengan populasi yang besar dan kesenjangan antara pusat dan daerah menyebabkan secara rata-rata lebih rendah dari tiga negara ASEAN dan hanya lebih tinggi dari Filipina (Iskandar, 2012). Penelitian Primadiati pada tahun 2010 tentang Hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual di Sekolah Dasar Negeri Yosodipuro 104 Surakarta,
5
menyatakan status gizi berhubungan dengan tingkat kecerdasan intelektual atau anak. Primadiati juga mengungkapkan bahwa anak dengan status gizi normal, anak dengan status gizi rendah mempunyai skor Intelligence Quotient (IQ) 13 poin lebih rendah secara signifikan, sedangkan anak dengan gizi baik mempunyai skor Intelligence Quotient (IQ) 10 poin lebih tinggi namun tidak signifikan secara statistik. Status gizi merupakan faktor yang mempunyai hubungan paling kuatdengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak. Penelitian Kasiati pada tahun 2009 Berdasarkan pengujian dengan menggunakan korelasi Kendal thau didapatkan nilai r sebesar 0,717 dengan nilai p sebesar 0,000 (<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka dinyatakan terdapat hubungan positif antara Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelegensi Anak Sekolah Dasar Usia 8-12 Tahun di SD Tempurejo 1 Kecamatan Blora Kabupaten Blora. Seorang anak yang mengalami kekurangan gizi akan menurunkan tingkat intelektualnya sebesar 10-15 poin. Kekurangan gizi dapat menghambat kerja otak untuk mengadopsi dan menyerap ilmu pengetahuan yang masuk kedalam otak. Kebutuhan akan gizi sendiri merupakan hal yang tidak dapat ditawar lagi demi meningkatkan kecerdasan anak (Putra, 2010). Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di kota Medan, Sumatera Utara dan juga salah satu Sekolah Dasar yang unggul dikota medan dan terkenal dengan prestasi siswa-siswinya. Berdasarkan hasil survey awal di Sekolah Dasar Bertaraf Internasional Al-Azhar Medan didapatkan bahwa semua siswa selalu dibiasakan sarapan pagi sebelum berangkat
6
kesekolah dan juga diberi bekal makanan kesekolah. Namun, dari hasil pengamatan anak di Sekolah Dasar ini mempunyai latar belakang status gizi yang heterogen. Ada yang berstatus gizi cukup, status gizi lebih, dan ada juga status gizi kurang. Dari hasil pengamatan, terdapat 9 orang siswa kelas IV yang memiliki berat badan obesitas, dan 1 orang berbadan kurus. Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 ”.
1.2
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi perumusan masalah
adalah ”Bagaimanakah Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015”.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui “Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 ”. 1.3.2 Tujuan Khusus
7
1. Untuk mengetahui Status Gizi Anak Kelas IV Sekolah Dasar Swasta Model AlAzhar Medan 2015. 2. Untuk mengetahui Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015. 3. Untuk mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi D-III Kebidanan STIKESSU Sebagai bahan referensi dan sumber informasi ilmiah untuk penelitian berikutnya terkait tentang pengaruh status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ). 2. Bagi Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan Untuk menambah wawasan dan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan sekolah yang berhubungan dengan upaya peningkatan kecerdasan siswa dan untuk menambah wawasan siswa dalam meningkatkan kesadaran pentingnya pemenuhan gizi yang berpengaruh terhadap status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Status Gizi
2.1.1 Pengertian Gizi Secara etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa arab “ghidza”, yang berarti “makanan”. Menurut dialek Mesir, “ghidza” dibaca “ghizi”. Gizi adalah proses makhluk hidup menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti (penyerapan), absorpsi, transportasi, peyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan (Hasdianah, 2013). Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, serta mengatur prosesproses kehidupan dalam tubuh, Tetapi, sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas kerja. Oleh karena itu, di Indonesia yang sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor yang lain dianggap penting untuk memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas (Almatsier, 2010). Manuaba (1999), mengungkapkan bahwa makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat tenaga, zat pembangun,dan zat yang sesuai dengan kebutuhan gizi (Badriah, 2014).
8
9
2.1.2 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik atau lebih (Almatsier, 2010). Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung dan juga secara tidak langsung (Supriasa, 2001). Pada dasarnya, konsumsi makanan bertujuan untuk mencapai status gizi optimal. Upaya penyediaan pangan agar tercapai status gizi optimal dapat dilakukan dengan mengkonsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral sesuai dengan angka kecukupan gizi dalam rangka proses metabolisme, transformasi dan interaksinya dengan zat lain demi tercapainya keseimbangan energi tubuh. Keseimbangan energi tubuh dapat dicapai melalui penggunaan zat gizi sesuai angka kecukupan yang telah dianjurkan. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan, kebugaran, membantu pertumbuhan anak, serta menungjang pertumbuhan fisik sehari-hari (Indra, 2013). Menurut Hasdianah (2013), Status gizi terbagi menjadi dua macam yaitu: 1. Status Gizi normal adalah keadaan tubuh yang mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunnaan gizi oleh tubuh (adequate). 2. Malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolute satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk: a. Under nutrition
:Kekurangan konsumsi pagan secara relative atau absolute untuk periode tertentu.
b. Spesific deficiency
:Kekurangan zat gizi tertentu, misalnya kekurangan
10
iodium, Fe, dll. c. Over Nutrition
:Kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.
d. Imbalance
:Keadaan disproporsi zatgizi, misalnya tinggi kolesterol Terjadi karena tidak seimbang LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein).
2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Menurut Soekirman (2000), Faktor - faktor yang mempengaruhi status gizi terdiri dari penyebab langsung dan tidak langsung. 1. Penyebab langsung, yaitu: a)
Asupan makanan
b) Penyakit infeksi yang mungkin diderita Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam akhirnya dapat menderita kurang gizi. Sebaliknya, anak yang mendapat makanan tidak cukup baik, daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah terserang infeksi, kurang nafsu makan, dan akhirnya berakibat kurang gizi. 2. Penyebab tidak langsung, yaitu: a)
Ketahanan pangan keluarga, yaitu kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutu gizinya. Ketahanan pangan keluarga mencakup ketersediaan pangan baik
11
dari hasil produksi sendiri maupun dari sumber lain atau pasar, harga pangan dan daya beli keluarga serta pengetahuan tentang gizi dan kesehatan. b) Pola pengasuhan anak, meliputi sikap dan perilaku ibu atau pengaruh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, menjaga kebersihan, member kasih sayang, dan sebagainya. c)
Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, yaitu akses dan keterjangkauan anak dan keluarga terhadap air bersih dan pelayanan kesehatan yang baik seperti imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, penimbangan anak, pendidikan kesehatan dan gizi serta sarana kesehatan yang baik. Semakin baik
2.1.4 Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi menurut Supariasa ( 2001 ), dibagi Atas : a.
Penilaian Status Gizi Secara Langsung Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat yaitu :
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Masing-masing penilaian akan dibahas sacara umum sebagai berikut : 1.Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
12
2.Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervisicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat ( rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda klinisklinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (signi) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. 3.Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. 4.Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan
13
struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of right blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. b.
Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagi berikut : 1.Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi. 2.Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. 3.Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah
14
makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. 2.1.4 Jenis Parameter Antropometri Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supriasa, 2001). Menurut Supriasa (2012), jenis parameter dapat diuraikan sebagai berikut: a. Umur Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi yang salah. Hasil pengukuran tinggi, badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Contoh Tahun usia penuh (Complete year) Umur:
7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun. 6 tahun 11 bulan, dihitung 6 tahun.
b. Berat badan Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun.
15
Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. c. Tinggi badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick), faktor umur dapat dikesampingkan. d. Lingkar lengan atas Lingkar Lengan Atas (LILA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk menentukan status gizi, karenan mudah dilakukan dan tidak memerlukan alatalat yang sulit diproleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan pilihan tunggal sebagai untuk indeks status gizi. e. Lingkar kepala Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus) dan kepala kecil (Mikrosefalus). f. Lingkar dada Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang
16
tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan samapai 5 bulan, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak balita. g. Jaringan lunak Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan, tetapi relative tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot dan lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita Kurangan Energi Protein (KEP). Antropometri jaringan data dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran gizi masyarakat. 2.1.6 Klasifikasi Status Gizi Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah World Health Organization-National Centre For Health Statistics (WHO-NCHS). Direktorat Bina Gizi masyarakat, Departemen Kesehatan (Depkes) dalam Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999 menggunakan baku rujukan World Health Organization-National Centre For Health Statistics (WHO-NCHS). Pada Loka Karya Antropometri tahun 1975 telah diperkenalkan baku Harvard. Berdasaran semi Loka Antropometri, Ciloto, 1991 telah direkomendasikan penggunaan baku rujukan World Health Organization-National Centre For Health Statistics (WHO-NCHS) (Gizi Indonesia, Vol. XV No. 2 tahun 1990).
17
Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan adanya batasan-batasan yang disebut ambang batas. Batasan ini disetiap negara relatif berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di negara tersebut,
berdasarkan hasil
penelitian empiris dan keadaan klinis (Supriasa 2001). Dibawah ini, akan diuraikan beberapa klasifikasi yang umum digunakan adalah sebagai berikut: a. Klasifikasi Gomez (1956) Baku yang digunakan oleh Gomez adalah baku rujukan Harvard. Indeks yang digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U). Sebagai baku patokan digunakan persentil 50. Gomez mengklasifikasikan status gizi atau kurang energi protein (KEP) yaitu normal,ringan,berat,sedang (Supariasa, 2001). Tabel 2.1 Klasifikasi kurang energi protein (KEP) Menurut Gomez Kategori (Derajat KEP) Stunting Kategori (tinggi menurut umur) 0=normal 0 >95% 1=ringan 1 95-90% 22=sedang 89-85% 33=berat
<85%
BB/U (%)*) Wasting (Berat menurut tinggi) ≥90% >90% 89-75% 90-80% 74-60% 80-70% <60%
<70%
Sumber : Gibsond Rosalind. S, 1990. Principles of Nutritional Assessment, Oxford University press New York. Hlm 255
b.Klasifikasi Jelliffe Indeks yang digunakan oleh Jellife adalah berat badan menurut umur. Pengkategoriannya adalah kategori I, II, III, dan IV. Untuk lebih jelasnya klasifikasi jelliffe dapt dilihat pada table (Supariasa, 2001).
18
Tabel 2.2 Klasifikasi kurang energi protein (KEP) Menurut Jelliffe
Sumber:
Solihin Pudjadi, 1996. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Ketiga.
Jakarta, hlm 100).
c.Klasifikasi Menurut Depkes RI (1999) Buku petunjuk teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) anak balita tahun 1999 klasifikasi status gizi dibagi menjadi 5 yaitu, Gizi lebih, gizi baik, gizi sedang, gizi kurang, dan gizi buruk. indeks yang digunakan adalahberat badan menurut umur (BB/U) (Supariasa, 2001). Tabel 2.3 Klasifikasi Status Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia Kategori
Cut of poin*)
Gizi lebih
>120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi baik
80 % -120 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi sedang
70 % -79,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi kurang
60 % -69,9 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Gizi buruk
< 60 % Median BB/U baku WHO-NCHS, 1983
Sumber
:Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1999
19
d.Klasifikasi Cara World Health Organization (WHO) Indeks yang digunakan adalah BB/TB, BB/U, dan TB/U. Standard yang digunakan adalah NCHS (National Centre For Health Statistics,USA)(Supariasa, 2002) . Tabel 2.4 Klasifikasi Menurut Cara World Health Organization (WHO) BB/TB Normal
BB/U Rendah
TB/U Rendah
Status Gizi Baik, pernah kurang
Normal
Normal
Normal
Baik
Normal
Tinggi
Tinggi
Jangkung, masih baik
Rendah
Rendah
Tinggi
Buruk
Rendah
Rendah
Normal
Buruk, kurang
Rendah
Normal
Tinggi
Kurang
Tinggi
Tinggi
Rendah
Lebih, Obesitas
Tinggi
Tinggi
Normal
Lebih, tidak obesitas
Tinggi
Normal
Rendah
Lebih, pernah kurang
Sumber: Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto, 1990
2.2
Anak Sekolah Dasar
2.2.1 Pengertian Anak sekolah dasar Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena
20
anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usia bertambah (Suprajitno, 2004). Anak usia sekolah atau dikenal dengan istilah Middle childhood adalah anakanak dalam rentang usia 6 sampai 11-12 tahun. Ciri khas pada masa ini adalah mereka mulai memperhatikan dunia luar. Minat anak untuk bermain dengan teman sebaya terlihat sangat besar dan anak mulai mengurangi ketergantungannya dengan orang tua. Orang tua sendiri mulai menyerahkan anaknya untuk hidup lama dengan orang dewasa lainnya, yaitu guru (Hawadi, 2004). Pada anak-anak usia sekolah (6-12 tahun) laju dan kecepatan pertumbuhan relafit tetap, akan tetapi mengalami perkembangan yang luar biasa secara kognitif, emosional dan sosial. Kehidupan anak pada periode ini merupakan persiapan bagi kebutuhan-kebutuhan fisik dan emosional yang timbul akibat dorongan pertumbuhan remaja (adolescent) (Badriah, 2014). Pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur-angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang kearah yang lebih konkret, rasional, dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar (Devi, 2012). 2.2.2 Tugas-Tugas Perkembangan Anak Sekolah Tugas perkembangan adalah tugas yang mucul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
21
bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas perkembangan anak sekolah atau pada masa kanak-kanak menurut Hurlock (1994), adalah: a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum. b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh. c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat. e. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan seharihari. g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata dan tingkatan nilai. h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembagalembaga. i. Mencapai kebebasan priibadi 2.2.3 Masalah Gizi Anak Sekolah Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahteraan seseorang, kelompok orang, atau masyarakat sebagai akibat adanya ketidakseimbangna antara
22
asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan pengaruh interaksi penyakit (infeksi) (Devi, 2012).
Menurut Devi (2012), ada beberapa masalah gizi yang dialami anak sekolah sebagai berikut: a.
Masalah Gizi kurang Gizi kurang pada anak dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan anak.
Bila berat badan anak dibawah normal, maka anak dikatakan kurus. Bila tinggi badan anak berada dibawah normal, maka anak dikatakan pendek. b.
Kurang Energi Kurang energi ditandai dengan badan lemah, tidak bersemangat tidak bisa
berkonsentrasi, dan kurus. Kurang gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Kondisi seperti ini tentu tidak boleh dibiarkan karena akan mengganggu kesehatan anak, termasuk menggangu kecerdasan yang akan menyulitkan anak untuk mencapai cita-citanya. c.
Kurang Protein Kekurangan protein ditandai dengan postur tubuh pendek, mudah sakit, dan
perkembangan mental terganggu. Kurang Energi Protein (KEP) pada awal kehidupan mempunyai efek negative sampai usia 8-9 tahun bahkan sampai usia 15 tahun terhadap nilai Inteligence Quotient (IQ) dan prestasi sekolah. d.
Kurang Lemak
23
Lemak merupakan salah satu penyumbang energi. Bila karbohidrat sebagai penyumbang energi utama mengandung empat kalori setiap gramnya, maka lemak mengandung sembilan kalori setiap gramnya.
e.
Kurang Vitamin A Kekurangan zat besi mikro, yaitu vitamin A juga merupakan masalah gizi
diIndonesia. Kekurangan vitamin juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kornea dan menyebabkan kebutaan. f.
Kurang Besi Kekurangan zat gizi mikro lain yaitu zat besi termasuk masalah gizi di
Indonesia. Jika kekurangan zat besi dialami oleh anak sekolah maka akan menyebabkan kekurangan darah (anemia), kekurangan kemampuan belajar dan kecerdasan, terhambat pembentukan zat kimia penunjang kerja otak, menurunnya daya ingat dan prestasi belajar.
g.
Kurang Iodium Jika anak sekolah mengalami kekurangan yodium dapat menyebabkan
terjadinya gondok dileher, gangguan pertumbuhan berupa tumbuh pendek, bisu, tuli, lumpuh, gangguan fungsi mental, lesu dan apatis dalam kehidupannya. Sedangkan efek negative pada perkembangan kognitif anak, yaitu tidak cerdas dan mengalami kesulitan dalam belajar.
24
h.
Kurang Seng Bila anak sekolah mengalami kekurangan seng, maka dapat menyebabkan
pertumbuhan tinggi badan terhambat (pendek), gangguan perkembangan kecerdasan anak (gangguan fungsi otak), terhambatnya pematangan seksual, mudah terkena infeksi, kehilangan nafsu makan. i.
Masalah gizi lebih Gaya hidup modern saat ini cenderung menyebabkan status gizi anak diatas
normal, sehingga anak menjadi gemuk atau obesitas. Hal ini disebabkan anak banyak makan, namun kurang beraktivitas sehingga energi yang masuk kedalam tubuh jauh lebih banyak daripada energi yang digunakan untuk aktivitas dan pertumbuhan. Kelebihan energi ini akan disimpan didalam tubuh dalam bentuk lemak.
2.2.4 Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Gizi yang dibutuhkan seorang anak adalah gizi yang seimbang, yaitu yang mengandung kadar karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Selain gizi, manusia membutuhkan makanan yang dapat menunjang kebutuhan otak. “Brain food” atau makanan otak merupakan elemen yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan sel-sel otak, memperbaiki fungsinya, serta meningkatkan daya ingat dan konsentrasi berpikir (Putra, 2013). Menurut Devi (2012), terdapat beberapa jenis gizi yang dibutuhkan anak sekolah adalah sebagai berikut:
25
a. Energi Pada usia enam tahun anak membutuhkan energi sebanyak 1.550 kalori per hari. Semakin bertambah usia, energi yang dibutuhkan semakin banyak. Energi adalah kemampuan melakukan usaha dan disebut juga tenaga. Orang yang energik adalah orang yang penuh tenaga sehingga dapat melakukan pekerjaan lebih banyak. b. Protein Kebutuhan protein anak usia 6-15 tahun mengalami kenaikan. Pada periode usia ini protein banyak digunakan untuk pertumbuhan sel baru, pemeliharaan jaringan dan mengganggu sel yang rusak termasuk sel otak, tulang otot, kemudian pembentukan komponen tubuh yang penting seperti enzim, hormon, sel darah merah. c. Asam Lemak omega 3 DHA (docosahexaenoic acid) merupakan asam lemak yang termasuk dalam asam lemak omega 3 telah diakui dapat membantu kecerdasan anak. DHA (docosahexaenoic acid) penting untuk membran saraf dan kerja neurotransmitter. Penelitian yang baru-baru ini dilakukan menunjukkn bahwa docosahexaenoic acid dapat menjadi kemampuan koqnitif usia lanjut. d. Yodium Yodium sangat kritis untuk perkembangan otak. Yodium adalah zat gizi mikro yang paling penting dalam mencegah gangguan otak yang dapat menimbulkan menurunnya kemampuan intelektual, melambatnya psikomotor dan menyebabkan keterbelakangan mental. e. Besi
26
Otak sensitive terhadap penurunan besi yang berasal dari diet. Beberapa area otak yang penting untuk kemampuan kognitif seperti korteks, hipokampus. Besi mempengaruhi mielinasi saraf, merupakan co-factor sejumlah enzim yang terlibat dalam sintesis neurotransmitter, termasuk hidroksilase tytophan (serotonin) dan hidroksilase tirosin (norepinefrin dan dopamine).
2.3
Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ)
2.3.1 Pengertian Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Kecerdasan adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan kemampuan belajar. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang
memuaskan
mengenai
kecerdasan.
Sternberg
dan
Slater
(1982)
mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif (Yanuarita, 2014). Kecerdasan intelektual (bahasa Inggris: Intelligence Quotient, disingkat IQ) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu.
27
Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes Inteligence Quotient (IQ). Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa Inteligence Quotient (IQ) merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia kronologis (Redmond, 2005). Terdapat beberapa cara untuk mendefinisikan kecerdasan. Dalam beberapa kasus, kecerdasan bisa termasuk kreativitas, kepribadian, watak, pengetahuan, atau kebijaksanaan, namun beberapa psikolog tak memasukkan hal-hal tadi dalam kerangka definisi kecerdasan. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif (Redmond, 2005). 2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Intelektual Secara garis besar, kecerdasan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1. Faktor Genetik Kecerdasan dapat diturunkan melalui gen-gen dalam kromosom. Oleh karena itu, tidak heran jika ayah-ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas pula (Boeree, 2003). 2. Faktor Gizi Gizi yang baik sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel otak, terutama pada saat hamil dan juga pada waktu bayi, dimana sel–sel otak sedang tumbuh dengan pesatnya. Kekurangan gizi pada saat pertumbuhan, bisa berakibat berkurangnya jumlah sel-sel otak dari jumlah yang normal. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi
28
kerja otak tersebut di kemudian hari. Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (1995), telah membuktikan bahwa status gizi anak mempunyai dampak positif terhadap inteligensinya. 3. Faktor Lingkungan Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kebutuhan mental bagi si anak. Kebutuhan mental meliputi kasih sayang, rasa aman, pengertian, perhatian, penghargaan serta rangsangan intelektual. Kekurangan rangsangan intelektual pada masa bayi dan balita dapat menyebabkan hambatan pada perkembangan kecerdasannya. Faktor lingkungan lain yang juga mempunyai efek positif terhadap kecerdasan anak antara lain: hubungan orang tua dan anak, tingkat pedidikan ibu, dan riwayat sosial-budaya (Wibowoet, 1995). Menurut Mc Wayne (2004), anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang rendah mempunyai risiko tertundanya perkembangan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan anak yang tumbuh dengan penghasilan orang tua yang tinggi. Sebagian besar peneliti setuju bahwa faktor genetik bukanlah penentu utama kecerdasan. Meskipun dukungan genetic mempengaruhi intelektual seseorang, namun pengaruh lingkungan dan kesempatan yang tersedia bagi anak juga dapat mengubah skor Inteligence Quotient (IQ) mereka secara signifikan (Santrock, 2007). Telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, bahwa anak-anak yang diberi suplemen gizi protein selama beberapa tahun, meskipun tingkat sosial ekonomi orang tuanya rendah, menunjukkan peningkatan kinerja dalam tes kecerdasan, dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak diberikan suplemen gizi protein (Neisseret, 1996).
29
2.2.3 Teori Kecerdasan Intelektual Beberapa teori intelektual, antara lain: 1. Teori Alfred Binet Alfred Binet (1857-1911) termasuk salah satu ahli psikologi yang mengatakan bahwa intelektual bersifat monogenetic, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum (g). Menurut Binet, inteligensi merupakan sisi tunggal dari karakteristik yang terus berkembang (Azwar 2004). 2. Teori Daya (Faculty Theories) Teori ini dipengaruhi oleh psikologi daya yang dikemukakan oleh Thorndike. Menurut Thordike bahwa dalam otak manusia terdapat daya-daya jiwa khusus. Teori ini menyeburkan bahwa “Intelektual adalah integrasi daya-daya jiwa yang khusus”. Oleh karena itu, pengukuran intelektual dilakukan dengan cara mengukur daya-daya jiwa khusus, misalnya: daya mengamati, daya memproduksi, daya berpikir, daya ingatan, daya fantasi, dan daya penalaran (Sunaryo, 2004). 3. Teori Faktor a. Two factor theories, dikembangkan oleh spearman, dengan menyelidiki dan mencari sifat hakekat intelektual mempergunakan teknik analisi factor,
yang
mengatakan
bahwa
kecakapan
intelektual
manusia
dimungkinkan karena adanya dua faktor, yaitu: 1. Faktor umum/kecakapan umum (general factor/general ability, dilambangkan dengan factor “g”).
30
2. Faktor khusus/kecakapan khusus (special factor/ special ability, dilambangkan dengan factor “s”). Faktor “g” dan “s” tersebut, bekerja sama menjadi satu kesatuan. Kemampuan seseorang bertindak dalam setiap situasi sangan bergantung pada kemampuan umum (factor “g”) maupun kemampuan khusus (faktor “s”), yang memberi sumbangan pada setiap tingkah laku yang intelegensi. Pada tingkah laku yang berbeda, disfungsi factor “g” yang ditambah faktor “s” yang khusus untuk tingkah laku yang bersangkutan. b. Multiple factor theories, dikembangkan oleh Thornike, yang menyatakan bahwa “ Intelektual ada pertalian actual dan potensial yang khusus antara stimulus dan respon. Ada empat atribut inteligensi, yaitu: tingkatan, rentang, daerah, dan kecepatan (Sunaryo, 2004). 4. Primary Mental Abiility Theory Teori ini dikembangkan oleh Thurston, yang menyatakan bahwa intelektual tidak terdiri dari dua faktor maupun multifaktor, tetapi terdiri dari sejumlah kecakapan-kecakapan mental yang primer. Faktor primer dari intelektual adalah kemampuan verbal, kefasihan kata-kata, faktor bilangan, relasi ruang, faktor ingatan, kecepatan persepsi dan faktor induksi (Sunaryo, 2004). 5. Teori Struktur Intelek (Structure of intellect model)
31
Teori ini dikembangkan oleh Guilford, yang mengatakan bahwa intelektual memiliki tiga dimensi, yang masing-masing terdiri dari kecakapan intelek, yaitu: operasi, isi, produk. a. Dimensi isi atau materi kegiatan intektual (figuran/simbolis, semantik, dan behavioral). b. Dimensi operasi atau tindakan (kognitif, memori, berpikir divergen, berpikir konvergen, dan evaluasi). c. Dimensi produk (satuan, kelas, hubungan, sistem, transformasi, dan implikasi) 6. Teori Howard Gardnerd merumuskan teori intelektual ganda (multiple intelligence) yang didorong oleh pendapatnya bahwa pandangan dari sisi psikometri dan kognitif saja terlalu sempit untuk menggambarkan konsep inteligensi. Pendekatan teori gardner sangat berorientasi pada struktur inteligensi (Azwar 2004). 7. Teori Robert J. Sternberg Sebagaimana Garnerd, teori Sternberg berangat dari ketidakpuasan terhadap pendekatan koqnitif dan psikometri semata. Akan tetapi, Sternberg lebih menekankan teorinya pada kesatuan dari berbagai aspek intelektual sehingga teorinya lebih berorientasi pada proses (Menurut Sternberg dan Frensch, 1990 dalam Azwar 2004). 8. Teori Hierarkis
32
Teori ini dikembangkan oleh Vernon yang memadukan faktor umum (“g”) dan faktor spesifik (“s”) dan faktor (“c”) yang terletak diantara faktor “g” dan “s”. 2.3.4 Pengukuran Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Prinsip pengukuran inteligensi adalah membandingkan individu yang di tes dengan norma tertentu. Secara umum, yang dipakai sebagai norma adalah inteligensi kelompok sebaya (Sunaryo, 2004). Cara untuk mengetahui Inteligence Quotient (IQ) seseorang menurut Binet adalah dengan membandingkan antara umur kecerdasan (Mental Age=MA) dengan umur kalender (Chronological Age=CA) (Sunaryo, 2004). Beberapa kode etik yang harus diperhatikan dalam pengukuran Inteligence Quotient (IQ) antara lain dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab, Skor tes intelegensi
hanya
boleh
disampaikan
kepada
orang-orang
yang
mampu
menginterpretasikannya, Tes yang digunakan telah teruji tingkat validitas dan reliabilitasnya (Azwar, 2006). 2.3.4 Jenis-Jenis Tes Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Menurut Sunaryo (2004), tes inteligensi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu: a. Tes inteligensi individual, antara lain : Stanford-Binet Intelligence scale, Wechsler Bellevue Intelligence Scale (WBIS), Wechsler Intelligence scale For Scale (WAIS), Wechsler Preschool and Primary Scale Of Inteligence (WPPSI). b. Tes Inteligensi Kelompok, antara lain: Pintner Cunningham Primary test, The California Test Of Mental Maturity, The Henmon Nelson Test Mental Ability, Otis Lennon Mental Ability test dan Progressive matrices.
33
c. Tes Inteligensi dengan tindakan / perbuatan. 2.3.6 Klasifikasi Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi-rendahnya tingkat inteligensi adalah menerjemahkan hasil tes inteligensi kedalam angka yang dapat menjadi petunkuj mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relative terhadap suatu norma (Azwar, 2004). Menurut Ahmadi dan Sholeh (2005) klasifikasi tingkat Intelligence Quotient (IQ) adalah: Tabel 2.6 Tabel tingkat Intelligence Quotient IQ Stanford Binet Presentase
Mendekati genius atau genius Sangat cerdas
Intelligence Quotient (IQ) >140 130-139
Cerdas
120-129
6.00
Diatas Rata-Rata
110-119
13.00
Normal
90-109
60.00
Dibawah Rata-rata
80-89
3.00
Garis Batas (Bodoh)
70-79
6.00
Moron (Lemah Pikiran)
50-69
0.75
Ambisil, Idiot
49 kebawah
0.25
Klasifikasi
0.25 0.75
Sumber: Ahmadi dan Sholeh, 2005
2.4 Hubungan Status Gizi Dangan Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ)
34
Menurut Marthen Pali, kecerdasan merupakan keseluruhan kemampuan seseorang untuk berpikir dan bertindak secara terarah, serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Gardner menjelaskan bahwa ada tiga faktor pembentuk kecerdasan manusia, yaitu kemampuan menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, kemampuan menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang muncul dalam budaya seorang individu (Putra, 2013). Intelligence Quotient (IQ) adalah skor yang diperoleh dari tes intelegensi. Kecerdasan ini diatur oleh bagian korteks otak yang dpat memberikan kemampuan untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi (Primadiati, 2010). Berdasarkan penelitian Titik Indrawati, (2012) didapatkan bahwa status gizi siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Tunjung Sekar III Kota Malang, sebagian besar (77%) tergolong baik dan tingkat kecerdasan intelektual siswa sebagian besar (70%) tergolong normal. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual siswa (p value < α), hal ini menunjukkan semakin baik status gizi, maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasannya. Seorang anak yang terlahir dengan kekurangan protein akan mengakibatkan berkurangnya sel otak dan ukurannya. Berkurangnya sel otak (neuron) diakibatkan oleh terhambatnya sintesis protein ke otak. Anak yang lahir dalam keadaan kurang
35
protein akan memiliki Inteligence Quotient (IQ) yang rendah. Kemampuan otaknya, terutama yang berkaitan dengan daya ingat lebih rendah daripada seorang anak yang terlahir dengan protein yang cukup (Putra D. 2013). Penelitian selanjutnya dilakukan Rosita (2014), di Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang Panjang. Data penelitian didapatkan dengan mengukur antropometri berdasarkan indeks IMT/U dan TB/U dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota Padang Panjang. Rosita, Mengatakan bahwa gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas Sumber Daya Manusia. Status gizi yang baik akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya dapat meningkatkan kemampuan intelektual yang akan berdampak pada prestasi belajar di sekolah. Gizi yang dibutuhkan seorang anak adalah gizi yang seimbang, yaitu yang mengandung kadar karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Selain gizi, manusia membutuhkan makanan yang dapat menunjang kebutuhan otak. “Brain food” atau makanan otak merupakan elemen yang dibutuhkan untuk merangsang pertumbuhan sel-sel otak, memperbaiki fungsinya, serta meningkatkan daya ingat dan konsentrasi berpikir (Putra, 2013).
36
2.5
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian adalah suatu jawaban sementara dari pernyataan
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian (Ha) merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang menunjukkan adanya hubungan sementara antara variabel bebas dan variabel terikat. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha = Ada Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ).
BAB III METODE PENELITIAN 3.1
Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan teoritis dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep dari
penelitian Hubungan
Status
Gizi
Dengan
Tingkat
Kecerdasan
Intelektual
(Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 dapat dilihat pada bagan dibawah ini :
Variabel Independen
Variabel Dependen Tingkat Kecerdasan Intelektual
Status Gizi
(Intelligence Quotient/IQ)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Dari kerangka konsep diatas,dapat dilihat bahwa Variabel Indepeden (bebas) adalah Status Gizi dan Variabel Dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015.
37
38
3.2
Defenisi Operasional Definisi operasional adalah untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian
variable-variable diamati / diteliti batas (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan uraian diatas, maka defenisi operasional yang penulis rumuskan dalam penelitian ini adalah:
a. Status Gizi Status gizi adalah keadaan gizi siswa Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan yang dapat ukur menggunakan pengukuran antropometri yang meliputi: tinggi badan, berat badan, dan umur, lalu dibandingkan dengan tabel baku World Health Organization (WHO).
b. Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Tingkat
Kecerdasan
Intelektual
(Intelligence
Quotient/IQ)
merupakan
pengukuran kecerdasan yang dilakukan oleh lembaga Psikologi di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan yang berupa skor atau angka dan telah menjadi dokumentasi sekolah tersebut.
3.3
Jenis Dan Desain Penelitian
3.3.1 Jenis Penelitian Survey analitik adalah survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi (Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik yang dilakukan terhadap sekumpulan objek bertujuan untuk mengetahui Hubungan Status
39
Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015. 3.3.2 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian Cross Sectional, yaitu data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulan daam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan pada variabel independen yaitu Status Gizi dan variabel dependen yaitu Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ).
3.4
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.4.1 Lokasi penelitian Penelitian akan dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan, yang merupakan salah satu Sekolah Dasar yang ada di kota Medan, Sumatera Utara. yang terletak di Jalan Pintu Air IV No. 214, Kwala Bekala Padang Bulan, Medan Kecamatan Medan Johor Kabupaten Medan Kota.
3.4.2 Waktu Penelitian Rencana penelitian ini akan dilakukan pada bulan April sampai Juli 2015.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 3.5.1 Populasi Penelitiaan
40
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoantmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berada didalam kelas IV di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan, dengan jumlah keseluruhan siswa kelas IV sebanyak 38 orang. 3.5.2 Sampel Penelitian Sampel adalah objek yang diteliti atau dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel dan populasi yang digunakan oleh peneliti adalah System Totality Population dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang.
3.6 Jenis dan Cara Pengumpulan Data 3.6.1 Jenis Data a. Data Primer Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara observasi yaitu pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri terdiri dari pengukuran tinggi badan, berat badan, dan umur siswa kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model AlAzhar Medan 2015 b. Data Sekunder Dokumentasi Hasil test Intelligence Quotient (IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan yang telah dilakukan oleh psikolog di Perguruan Al-Azhar Medan. 3.6.2 Cara Pegumpulan Data
41
Metode yang digunakan dalam pengumpulan Data primer diperoleh dari responden dengan pengukuran antropometri yang terdiri dari: Berat Badan, Tinggi Badan, dan Umur. Data sekunder yaitu hasil test Intelligence Quotient (IQ) siswa yang diperoleh dari Dokumentasi Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan.
3.7
Aspek pengukuran Data
3.7.1 Status Gizi Pengukuran data variable independen (status gizi) yaitu dengan cara pengukuran antropometri dengan menimbang betat badan, tinggi badan dan umur. Setelah dilakukan pengukuran antropometri, dilakukan perbandingan terhadap standar baku World Health Organization (WHO), dengan menggunakan rumus perhitungan Z- skor. a. Rumus Perhitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah sebagai berikut: IMT =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔) 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑚)𝑥𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)
b. Rumus perhitungan Z-Skor adalah: Z − Skor =
Nilai individu subyek−Nilai Median Rujukan Nilai Simpangan Baku Rujukan
Jadi, dalam penelitian ini dikategorikan: a. Kurang
: Apabila >-2 SD
b. Normal
: Apabila -2 SD Sampai Dengan 1 SD
c. Lebih
: Apabila ≥1 SD
3.7.2 Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ)
42
Pengukuran data variable dependen (Kecerdasan Inteligensi) dengan cara mengobservasi hasil Test Intelligence Quotient (IQ) yang telah dilakukan oleh perguruan Al-Azhar Medan pada tahun 2015. Klasifikasi Intelligence Quotient (IQ) adalah: a. Intelligence Quotient (IQ) Dibawah normal
: Apabila <90
b. Intelligence Quotient (IQ) Normal
: Apabila 90-100
c. Intelligence Quotient (IQ) Diatas Normal
: Apabila ≥110
3.8 Pengolahan Data Analisa Data 3.8.1 Pengolahan Data Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data dapat dilakukan secara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing (Pemeriksaan Data) Editing adalah pemeriksaan data yang telah dikumpulan untuk menyesuaikan, pengecekan dan perbaikan terhadap apa yang seharusnya, baik pengisian kuesioner maupun terhadap ukuran-ukuran dan kejelasan yang harus dilakukan. 2. Coding Shett (Pemberian Kode) Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan serta memberikan kode pada jawaban-jawaban responden. 3. Data Entry (Masukkan Data)
43
Data Entry yaitu mengisi kolo-kolom atau kotak lembar kode sesuai denganawaban masing-masing pertanyaan. 4. Tabulating (Tabulasi) Tabulating yaitu membuat table-tabel data sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
3.8.2 Analisa Data 1. Univariat Dilakukan secara deskriptif dengan menggambarkan variable independen dan variable dependen secara deskriptif untuk mendapatkan nilai proporsi (modus) atau nilai rata-rata kelompok. 2. Bivariat Uji yang digunakan adalah uji Chi Kuadran atau disebut dengan uji Chi Square dapat dilakukan untuk mengestimasi atau mengevaluasikan frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil observasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan pada penelitian yang menggunakan data nominal. Uji Pearson Chi Square pada α = 0.05 (Indeks Kepercayaan=95%). Jika diperoleh hasil nilai p<0.05 maka hipotesa diterima karena ada hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan inteligensi anak sekolah dasar dan jika p>0.05 maka hipotesa ditolak karena tidak ada hubungan status gizi dengan tingkat
44
kecerdasan anak kelas IV sekolah dasar . Analisa menggunakan Software Statistical Package For The Social Sciences (SPSS).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1
Hasil Penelitian
4.1.1
Data Geografi Perguruan Al-Azhar Medan didirikan sebagai salah satu upaya Yayasan
Hajjah Rachmah Nasution dalam bidang sosial, pendidikan dan keagamaan. Berdirinya Yayasan Hajjah Rachmah Nasution tidak terlepas dari rasa syukur keluarga besar H. Abdul Manan Muis atas berhasilnya operasi jantung ibu Hajjah Rachmah Nasution. maka, keluarga besar mendirikan sebuah masjid dan perguruan yang berlokasi di Jalan Pintu Air IV Kwala Bekala Padang Bulan Medan. Saat ini Al-Azhar Medan menyelenggarakan jenjang pendidikan mulai dari Play Group/Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Luar Biasa, dengan lima program pembelajaran yaitu: program regular, plus, akselerasi, bilingual, unggulan internasional. Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar salah satu Sekolah Dasar yang ada di kota Medan, Sumatera Utara yang terletak di Jalan Pintu Air IV No. 214, Kwala Bekala Padang Bulan, Medan Kecamatan Medan Johor Kabupaten Medan Kota dengan luas wilayah 17.000 m2, dengan batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Barat Berbatasan Dengan Perguruan Induk Al-Azhar Medan 2. Sebelah Timur berbatasan Dengan Perumahan Penduduk 3. Sebelah Utara Berbatasan Dengan Perumahan Penduduk 4. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Jalan Qubah 45
46
4.1.2
Data Demografi Jumlah siswa di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan sebanyak 201
siswa dengan jumlah laki-laki sebanyak 82 siswa dan jumlah perempuan sebanyak 119 siswa yang terdiri dari kelas I (satu) sampai VI (enam). Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan di pimpin oleh Kepala Sekolah, 3 orang Wakil Kepala Sekolah, Guru Pengajar sebanyak 24 orang, 1 Supervisor, dan 1 Tata usaha. 4.1.3
Distribusi Kategori Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Hasil Penelitian distribusi kategori status gizi dengan tingkat kecerdasan
intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV berdasarkan umur dan jenis kelamin dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kategori Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 No.
Karakteristik
Frekuensi
Persentase (%)
1.
Umur Siswa 1. ≤9 Tahun
24
63,2
2. >9 Tahun
14
36,8
Jumlah
38
100
Tabel 4.1 (Lanjutan) No.
Karakteristik
2.
Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
47
1. Laki-Laki
18
47,4
2. Perempuan
20
52,6
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 38 siswa, mayoritas berumur ≤9 tahun sebanyak 24 siswa (63,2%), dan minoritas siswa berumur >9 tahun sebanyak 14 siswa (36,8%). Berdasarkan jenis kelamin, dari 38 siswa mayoritas perempuan sebanyak 20 siswa (52,6%) dan minoritas laki-laki sebanyak 18 siswa (47,4%). 4.1.4
Analisa Univariat Hasil Penelitian analisa univariat status gizi dengan tingkat kecerdasan
intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 No.
Status Gizi
1 2
Kurang Cukup
Frekuensi
Persentase (%)
1 13
2,6 34,2
48
3
Lebih
24
63,2
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 38 siswa, mayoritas berstatus gizi lebih 24 siswa (63,2) dan minoritas berstatus gizi kurang 1 siswa (2,6%). Sedangkan siswa yang berstatus gizi cukup terdapat sebanyak 13 siswa (34,2%). Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 No.
Intelligence Quotient/IQ
Frekuensi
Persentase (%)
1
Dibawah Normal
8
21,1
2
Normal
14
36,8
3
Diatas Normal
16
42,1
Jumlah
38
100
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 38 siswa, mayoritas memiliki skor Intelligence Quotient/IQ diatas normal sebanyak 16 siswa (42,1%) dan minoritas Dibawah normal sebanyak 8 siswa (21,1%). 4.1.5 Analisa Bivariat Hasil Penelitian analisa bivariat status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut: Tabel 4.4 Tabulasi Silang Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015
49
Status Gizi Kurang Cukup Lebih Total
Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Dibawah Diatas Normal Total Normal Normal F % F % F % F % 0 0 1 2,6 0 0 1 2,6 0 0 1 2,6 12 31,6 13 34,2 8 21,1 12 31,6 4 10,5 24 63,2 8 21,1 14 36,8 16 42,1 38 100
P
0,000
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa siswa yang berstatus gizi kurang 1 siswa (2,6%) dan mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Normal. Siswa yang berstatus gizi cukup sebanyak 13 siswa (34,2%), diantaranya 1 siswa (2,6%)
yang mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ)
normal dan 12 siswa (31,6%) lainnya mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) diatas normal. Sedangkan siswa yang berstatus gizi lebih terdapat sebanyak 24 siswa (63,2%), diantaranya 8 siswa (21,1%) yang mempunyai tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) dibawah normal dan 12 siswa (31,6%) yang mempunyai tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) normal, serta 4 siswa (10,5%) yang mempunyai tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) diatas normal. Hasil analisa yang didapatkan bahwa ada hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan. Analisa data analitik dengan menggunakan uji Pearson Chi-Square dengan hasil p=0,000 dan α=0,05 dimana p < α artinya Ho ditolak dan Ha diterima atau diidentifikasi bahwa ada hubungan status gizi dengan
50
tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Status Gizi Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 terhadap 38 siswa, menunjukkan bahwa mayoritas siswa berstatus gizi lebih 24 siswa (63,2%) dan minoritas adalah siswa yang berstatus gizi kurang 1 siswa (2,6%). Menurut Cohen (2010) dalam Primadiati (2010), kejadian obesitas berkaitan erat dengan fungsi kognitif secara umum dan kemampuan mengingat. Mekanisme yang mendasari hubungan antara obesitas dengan fungsi kognitif belum diketahui secara pasti dan kemungkinan besar melibatkan banyak etiologi yang saling berinteraksi satu sama lain. Namun demikian, diduga terdapat peranan dari mekanisme vaskular dan metabolik yang memperbesar terjadinya penuaan otak dini (premature brain aging). Menurut Ornes (2011) dalam Hartini (2012), obesitas dapat menyebabkan permasalahan lain seperti daya ingat, daya pikir dan juga daya analisis yang melemah. Terdapat bukti yang meyakinkan mengenai hubungan antara kegemukan dengan penurunan fungsi kognitif.
51
Hal ini sejalan dengan penelitian Hartini (2012), menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara berat badan lebih dengan penurunan fungsi memori jangka pendek pada anak umur 8-12 tahun sehingga dapat disimpulkan semakin lebih berat badan pada anak maka makin rendah fungsi memori jangka pendeknya dengan ρ=0,001. semakin lama seseorang menderita keadaan obesitas akan semakin buruk pula status memori mereka. Tetapi peneliti ini juga mengungkapkan bahwa tidak semua anak obesitas mengalami perburukan fungsi kognitif mereka. Karena masih ada faktor lain yang turut berperan dalam fungsi kognitif seseorang baik faktor eksternal (stimulasi) dan faktor internal yaitu faktor intelegensi dan strategi tiap-tiap anak dalam mempelajari sesuatu atau memasukkan informasi ke dalam memori (encoding). Menurut asumsi peneliti, dari hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berstatus gizi lebih (>2 Standar Deviasi) yaitu sebanyak 24 orang. Faktor faktor yang menyebabkan kegemukan adalah berat badan lahir yang dimana diturunkan oleh kedua orang tua. Orang tua yang memiliki berat badan lebih cenderung memiliki anak dengan berat lebih juga. Hal ini sejalan dengan pendapat Aditya (2011), yang menyimpulkan bahwa seorang anak yang memiliki ayah dan ibu yang obesitas akan mengalami resiko yang tinggi menderita obesitas. Faktor penyebab lainnya adalah kurangnya pengetahuan orang tua. Tidak jarang orang tua berasumsi bahwa makanan mahal seperti fried chicken, cheese burger, pizza bagus diberikan untuk anak. Fast food dan junk food memiliki kadar kolesterol yang tinggi yang menimbulkan berbagai penyakit seperti kegemukan.
52
Penelitian Aditya (2011) menunjukkan bahwa anak gemuk sebagian besar suka ngemil (87,5%), frekuensi konsumsi sayur sebagian besar 1-3 kali per minggu(45%), frekuensi konsumsi buah sebagian besar 1-3 kali per minggu (55%), frekuensi konsumsi softdrink1-3 kali per minggu (42,5%), frekuensi konsumsi fast food 4-6 kali per minggu (45%), dan frekuensi mengonsumsi makanan berlemak 4-6 kali per minggu (67,5%). Menurut asumsi peneliti, status gizi anak sekolah yang baik akan menghasilkan derajat kesehatan yang baik dan tingkat kecerdasan yang baik. Sebaliknya, status gizi yang buruk akan menghasilkan derajat kesehatan yang buruk dan tingkat kecerdasan yang kurang. Gizi anak sekolah harus tetap diperhatikan, karna gizi yang baik dan buruk yang dialami seorang anak sekolah merupakan pilihan dalam menentukan kesehatan dan kecerdasan mereka. Terbentuknya sumber daya yang sehat, cerdas dan produktif ditentukan oleh beberapa faktor. salah satu yang sangan esensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi. Hal ini disebabkan, karena makanan yang mengandung nutrisi dan gizi yang cukup akan sangat bermanfaat untuk pertumbuhan otak. Tidak semua makanan yang dikonsumsi meskipun mahal harganya memberikan efek yang baik terhadap otak. Ada makanan yang hanya baik untuk tubuh dan tidak memberikan efek yang baik terhadap otak. Jadi, gizi yang dibutuhkan seseorang maupun anak sekolah adalah gizi yang seimbang antara kadar karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin sehingga daya ingat dan konsentrasi berpikir menjadi lebih meningkat.
53
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kasiati (2009) berdasarkan pengujian dengan menggunakan korelasi Kendal thau didapatkan nilai r sebesar 0,717 dengan nilai p sebesar 0,000 (<0,05). Berdasarkan hal tersebut maka dinyatakan terdapat hubungan positif antara Status Gizi dengan Tingkat Kecerdasan Intelegensi Anak Sekolah Dasar Usia 8-12 Tahun di SD Tempurejo 1 Kecamatan Blora Kabupaten Blora. 4.2.2 Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 terhadap 38 siswa, mayoritas siswa memiliki kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) diatas normal sebanyak 16 siswa (42,1%) dan minoritas siswa memiliki tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) normal sebanyak 14 siswa (36,8%). Menurut Yanuarita (2014) gizi adalah salah satu faktor pendukung kecerdasan, sebaiknya diberikan sejak anak masih dalam kandungan. Terlebih lagi pada masa kritis pertumbuhan otak yang terjadi sejak kehamilan trimester ketiga sampai dengan 18 bulan sesudah bayi lahir. Salah satu zat gizi yang penting bagi pertumbuhan otak protein dan sumber energi. Hal ini sejalan dengan penelitian Primadiati pada (2010) tentang Hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual di Sekolah Dasar Negeri Yosodipuro 104 Surakarta,
menyatakan status gizi berhubungan dengan tingkat kecerdasan
intelektual atau anak dengan nilai p=0,001. Dibandingkan anak dengan status gizi
54
normal, anak dengan status gizi rendah mempunyai skor Intelligence Quotient (IQ) 13 poin lebih rendah secara signifikan, sedangkan anak dengan gizi baik mempunyai skor Intelligence Quotient (IQ) 10 poin lebih tinggi namun tidak signifikan secara statistik. Status gizi merupakan faktor yang mempunyai hubungan paling kuat dengan tingkat kecerdasan intelektual anak. Menurut Asumsi peneliti berdasarkan hasil observasi yang didapatkan bahwa sebagian besar siswa di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan memiliki kecerdasan intelektual diatas normal. Hal ini terjadi karena siswa di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan adalah rata-rata siswa yang berprestasi. Seringnya member stimulus pada otak dengan cara belajar, dapat meningkatkan daya ingat dan membuat siswa semakin cerdas. Peningkatan kecerdasan terjadi ketika otak terus diberi stimulus atau terus dilatih dan juga didukung dengan gizi yang seimbang. Hal ini dapat merangsang pertumbuhan otak, memperbaiki fungsinya serta meningkatkan daya ingat. Kecerdasan setiap siswa berbeda-beda tergantung lingkungan dan motivasi yang ada dalam dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Putra (2013), mengungkapkan bahwa perkembangan kecerdasan selalu bersamaan dengan seberapa sering kita memberikan stimulus terhadap otak dalam rangka menumbuhkan kecerdasannya. Perkembangan kecerdasan
tergantung
kepada
setiap
individu
yang
bersangkutan
dalam
memanfaatkan potensi dirinya. Sebagaimana dikatakan Gardner, kecerdasan tidak bermatatunggal, setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda.
55
Perbedaan ini kemungkinan seseorang untuk mengembangkan kecerdasannya sesuai dengan karakter bawaannya. Menurut Virgia (2012), Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kecerdasan adalah otak. Sementara itu, faktor penting dalam proses pertumbuhan termasuk otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara langsung dapat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan
otak. Dikatakan bahwa bila seorang anak menderita
kekurangan gizi berat pada masa pertumbuhan otak cepat pertama maka akan terjadi pengurangan sel otak sebanyak 15-20%. 2.4.3 Hubungan
Status
Gizi
Dengan
Tingkat
Kecerdasan
Intelektual
(Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh responden bahwa jumlah siswa yang berstatus gizi kurang 1 siswa (2,6%) dan mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Normal. Siswa yang berstatus gizi cukup sebanyak 13 siswa (34,2%), diantaranya 1 siswa (2,6%) yang mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) normal dan 12 (31,6%) siswa lainnya mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) diatas normal. Sedangkan siswa yang berstatus gizi lebih terdapat sebanyak 24 siswa (63,2%), diantaranya 8 siswa (21,1%) yang mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) dibawah normal dan 12 siswa (31,6%) yang mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence
56
Quotient/IQ) normal, serta 4 siswa (10,5%) yang mempunyai kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) diatas normal. Menurut Putra (2010), seorang anak yang terlahir dengan kekurangan protein akan mengakibatkan berkurangnya sel otak (neuron) diakibatkan oleh terhambatnya sintesis protein keotak. Anak yang lahir dalam keadaan kurang protein akan memiliki Intelligence Quotient/IQ yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Siswa yang memiliki kecerdasan diatas normal sebanyak 13 siswa berstatus gizi cukup sebanyak 12 siswa. Hal ini terbukti bahwa status gizi baik menghasilkan kecerdasan yang baik. Status gizi berpengaruh terhadap konsumsi makanan dengan menu yang seimbang seorang siswa. Berdasarkan observasi peneliti di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan, bahwa siswa selalu dibiasakan sarapan pagi dirumah dan diberikan bekal makanan kesekolah. Sarapan pagi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan glukosa didalam otak anak yang membantu meningkatkan kemampuan berpikir anak. Sekolah juga memiliki satu kantin yang sangat bersih dan jenis jajanan yang terdapat disana terjamin kebersihannya. Hal ini sejalan dengan penelitian Michael Murphy, dari Harvard Medical School bahwa anak-anak yang memiliki kebiasaan sarapan pagi ternyata memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang jarang atau tidak pernah sarapan pagi (Ramadhy, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Indrawati, (2012) bahwa status gizi siswa sebagian besar (77%) tergolong baik dan tingkat kecerdasan intelektual
57
siswa sebagian besar (70%) tergolong normal. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual siswa (p value < α), hal ini menunjukkan semakin baik status gizi, maka semakin tinggi pula tingkat kecerdasannya. Sehingga dari hasil penelitian diharapkan orang tua membiasakan anak untuk mengkonsumsi makanan bergizi yang sebanding dengan kebutuhan energi yang digunakan untuk aktivitas anak setiap harinya, serta mendampingi dan berkomunikasi secara aktif kepada anak demi mendukung perkembangan kecerdasan anak. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji Pearson Chi-Square dengan hasil p=0,000 dan α=0,05 dimana p < α artinya Ho ditolak dan Ha diterima atau di identifikasi bahwa ada hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015. Menurut asumsi peneliti terjadi kesenjangan antara teori dengan hasil penelitian. Putra (2013), mengungkapkan bahwa kekurangan gizi akan menurunkan tingkat intelektualnya sebesar 10-15 poin. Namun, dari hasil penelitian didapatkan 1 siswa yang berstatus gizi kurang namun memiliki tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) yang normal. Hal yang sama juga terjadi pada siswa yang berstatus gizi lebih yaitu 24 orang yang mempunyai tingkat kecerdasan yang berbedabeda, diantaranya 8 siswa memiliki tingkat kecerdasan intelektual dibawah normal, 12 siswa mempunyai tingkat kecerdasan intelektual normal dan 4 siswa lainnya mempunyai tingkat kecerdasan intelektual diatas normal. Hal tersebut dapat
58
disimpulkan bahwa ada faktor lain yang cukup berpengaruh dalam kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) siswa yaitu keturunan, dan lingkungan (sekolah). Namun, faktor gizilah yang memberi pengaruh besar terhadap kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ). Jadi, apabila seseorang terus belajar dan terus mengasah kemampuannya, maka kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pernyataan Primadiati (2010) bahwa status gizi bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kecerdasan intelektual. Namun, status gizi menjadi faktor yang berhubungan paling kuat dengan skor Intelligence Quotient/IQ anak. Hal ini juga telah dibuktikan dalam beberapa penelitian, bahwa anak-anak yang diberi suplemen gizi protein selama beberapa tahun, meskipun status sosial-ekonomi orang tuanya rendah, menunjukkan peningkatan kinerja dalam tes kecerdasan, dibandingkan dengan kelompok anak yang tidak diberikan suplemen gizi protein. Berdasarkan karakteristik umur yang paling banyak adalah ≤9 tahun yaitu 24 siswa dan 12 orang diantaranya berstatus gizi gemuk 11 siswa lainnya berstatus gizi normal dan 1 siswa berstatus gizi kurus Sedangkan kecerdasan intelektual 24 siswa yang berumur ≤9 tahun tersebut yaitu 16 siswa memiliki kecerdasan intelektual diatas normal, 4 siswa memiliki kecerdasan intelektual normal dan 3 siswa lainnya memiliki kecerdasan intelektual dibawah normal. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 20 siswa diantaranya 11 siswa berstatus gizi gemuk dan 9 orang lainnya berstatus gizi normal. Sedangkan kecerdasan intelektual 20 siswa yang
59
perempuan tersebut yaitu 11 siswa memiliki kecerdasan intelektual diatas normal, 9 siswa memiliki kecerdasan intelektual normal.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti hubungan status gizi dengan
tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Anak Kelas IV Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari 38 siswa, mayoritas berstatus gizi lebih 24 siswa (63,2) dan minoritas berstatus gizi kurang 1 siswa (2,6%). Dari 38 siswa, mayoritas memiliki skor Intelligence Quotient/IQ diatas normal sebanyak 16 siswa (42,1%) dan minoritas Dibawah normal sebanyak 8 siswa (21,1%). Hasil analisa data uji Pearson Chi-Square menunjukkan nilai p=0,000 dan α=0,05 dimana p < α artinya Ho ditolak dan Ha diterima atau diidentifikasi bahwa ada hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) Di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015. 2. Status gizi memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) siswa, akan tetapi bukan merupakan faktor satu-satunya. Herediter (orang tua) dan lingkungan (sekolah) merupakan
faktor
lain
penentu
Quotient/IQ). 3.
60
kecerdasan
intelektual
(Intelligence
61
5.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memberikan
beberapa saran kepada beberapa pihak antara lain: 1. Bagi Institusi D-III Kebidanan STIKESSU Diharapkan bagi institusi untuk menambah bahan referensi dan sumber informasi ilmiah untuk penelitian berikutnya serta berpatisipasi dalam memberikan informasi tentang status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) kepada masyarakat. 2. Bagi Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan Diharapkan kepada sekolah agar terus memberikan informasi berupa penyuluhan yang berkaitan tentang menu gizi seimbang kepada siswa agar status gizi menjadi lebih baik sehingga kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) siswa terus meningkat. Serta berpartisipasi dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa agar memperhatikan menu makanan yang seimbang bagi seorang siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Pramudita., 2011. Faktor-Faktor Resiko Yang Mengalami Obesitas Di Sekolah Dasar Bogor. Skripsi. Bogor. Institut Pertanian Bogor . Ahmadi., Abu dan Munawar Sholeh., 2005. Psikologi Perkembangan. Rineka Cipta: Jakarta. Almatsier., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Azwar, Saifuddin., 2004. Psikologi Inteligensi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Badriah., Dewi, Laelatul., 2014. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Refika Aditama: Bandung. Boeree, George, C., 2003. Intelligence and IQ.Shippensburg University in website http://webspace.ship.edu/cgboer/intelligence.html. Diakses 23 Februari 2015 Candra., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC: jakarta Depkes, RI., 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Direktorat Bina Gizi: Jakarta. Devi, Nirmala., 2012. Gizi Anak Sekolah. EGC: Jakarta. Dokumentasi Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan 2015. Hartini, Sri., Biyanti, Dwi, Winarsih., 2012. Analisis Pengaruh Berat Badan Lebih Terhadap Penurunan Fungsi Memori Jangka Pendek Padaanak Umur 8 – 12 Tahun Di Sekolah Dasar Cahaya Nur Kabupaten Kudus. STIKES Cendekia Utama Kudus. Hasdianah., Sandu, Siyoto.,Yuly, Peristyowati., 2013. Gizi Pemanfaatan Gizi Diet dan Obesitas. Nuha Medika: Yogyakarta. Indra., Dewi dan Yettik Wulandari., 2013. Prinsip–Prinsip Dasar Ahli Gizi. Dunia Cerdas: Jakarta Timur. Indrawati, Titik., Anis, Ansyori., Anik, Purwati., 2012. Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient-IQ) Siswa Kelas V Di SD Negeri Tunjung Sekar III Kota Malang Tahun Pelajaran 2011/2012. Politeknik Kesehatan RS. dr. Soepraoen. 62
63
Iskandar., 2012. Test IQ. e-Diagnostics: Jakarta Kasiati., 2009. Hubungan Antara Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelegensi Anak Sekolah Dasar Usia 8 – 12 Tahun SD Negeri Tempurejo I Kecamatan Blora Kabupaten Blora. Skripsi. Semarang. Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang. Kementerian, Kesehatan, Republik, Indonesia., 2013. Riset kesehatan Dasar (RISKESDAS). http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/TabelRiskesdas2013.pdf. Diakses pada 25 Januari 2015. Neisser, Boodoo., Bouchard, Jr, T.J., Boykin, A.W., Brody, N., Ceci, S.J.,Halpern, D.F., 1996.Intelligence: Knowns and Unknowns. http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.134.1282&rep=r ep1&type=pdf. Diakses 20 Februari 2015. Notoatmodjo, Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Putra, Darma., 2013. Rahasia Membuat Otak Super. Laksana: Yogyakarta. Primadiati, Sari., 2010. Hubungan Status Gizi Dengan Tingkat Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient-IQ) Pada Anak Usia Sekolah Dasar Ditinjau Dari Status Sosial-Ekonomi Orang Tua Dan Tingkat Pendidikan Ibu. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Ramadhy,
Sulfan.,
Dadi,
Permadi.,
2009.
Bagaimana
Mengembangkan
Kecerdasan. PT Sarana Panca Karya Nusa: Bandung Redmond., 2005. Encarta Reference Librari Premium. Microsoft Encarta: Washington. Soekirman., 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
64
Sunaryo., 2004. Psikologi Untuk keperawatan. EGC: Jakarta. Supriasa., Bachyar, Bakri., Ibnu, Fajar., 2001. Penilaian Status Gizi. EGC: Jakarta. UNDP., 2013. Analysis of the Impact of Trade on Human Development. http://hdr.undp.org/en/media/HDR_2013_EN_Complete.pdf. Diakses, 22 maret, 2015. Virgia, Sakti., 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Otak Pada Anak. Fakultas keperawatan. Universitas Gunadarma. Wibowo, Kusno, Rihati., 1995. Media Gizi Keluarga. http://isisonline.litbang.depkes.go.id/otomasi/index.php?p=show_detail&id. 20 Maret 2015. Yanuarita, Andri., 2014. Rahasia Otak dan Kecerdasan Anak. Teranova Books: Yogyakarta.
LAMPIRAN I LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT/IQ) ANAK KELAS IV DI SEKOLAH DASAR SWASTA MODEL AL-AZHAR MEDAN TAHUN 2015 OLEH: SEMURNI ZEGA Saya adalah mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah utuk mengetahui hubungan status gizi dengan tingkat kecerdasan intelektual (Intelligence Quotient/IQ) anak kelas IV di Sekolah Dasar Swasta Model Al-Azhar Medan Tahun 2015. Saya mengharapkan saudara bersedia mengikuti kegiatan observasi yang akan dilakukan. Hasil yang akan didapat digunakan untuk pengembangan ilmu Kebidanan dan tidak akan digunakan untuk maksud lain. Terimakasih atas partisipasi saudara dalam penelitian ini Responden (
Peneliti )
(
65
)
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
LAMPIRAN VII HASIL SOFTWARE STATISTICAL PACKAGE FOR THE SOCIAL SCIENCES (SPSS) HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KECERDASAN INTELEKTUAL (INTELLIGENCE QUOTIENT/IQ)
Umur Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8-9 Tahun
24
63.2
63.2
63.2
10-11 tahun
14
36.8
36.8
100.0
Total
38
100.0
100.0
Sex Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
laki-Laki
18
47.4
47.4
47.4
Perempuan
20
52.6
52.6
100.0
Total
38
100.0
100.0
78
79
Gizi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Kurang
1
2.6
2.6
2.6
Cukup
13
34.2
34.2
36.8
Lebih
24
63.2
63.2
100.0
Total
38
100.0
100.0
Statistics
IQ Frequency Valid
Dibawah Normal
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
21.1
21.1
21.1
Normal
14
36.8
36.8
57.9
Diatas Normal
16
42.1
42.1
100.0
Total
38
100.0
100.0
Case Processing Summary Cases
80
Valid N Gizi * IQ
Missing
Percent 38
100.0%
N
Total
Percent 0
N
Percent
.0%
38
100.0%
Gizi * IQ Crosstabulation IQ Dibawah Normal Gizi
Kurang
Cukup
Lebih
Count
Diatas Normal
Normal
Dibawah Normal
0
1
0
1
% within Gizi
.0%
100.0%
.0%
100.0%
% within IQ
.0%
7.1%
.0%
2.6%
% of Total
.0%
2.6%
.0%
2.6%
0
1
12
13
% within Gizi
.0%
7.7%
92.3%
100.0%
% within IQ
.0%
7.1%
75.0%
34.2%
% of Total
.0%
2.6%
31.6%
34.2%
8
12
4
24
33.3%
50.0%
16.7%
100.0%
100.0%
85.7%
25.0%
63.2%
21.1%
31.6%
10.5%
63.2%
8
14
16
38
Count
Count % within Gizi % within IQ % of Total
Total
Total
Count
81
% within Gizi % within IQ
21.1%
36.8%
42.1%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
21.1%
36.8%
42.1%
100.0%
% of Total
Chi-Square Tests
Value Pearson Chi-Square
Asymp. Sig. (2sided)
df
21.766(a)
4
.000
Likelihood Ratio
24.971
4
.000
Linear-by-Linear Association
11.700
1
.001
N of Valid Cases
38
a 5 cells (55.6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .21.
82
83
84
85
86
87
88