Ad1992
Warta 'hmbuhan Obat Indonesia
64
IDENTIFIKASI HERBA PEGAGAN DENGAN POLA KERJA "REVERSEAPPROACH" SUTRISNO, R, B.*, MILIANTI,S. T.*
Abstrak Dalarn penelitianI ini telat bangkan ~. ... cara identifikasi bahan tanaman pegagan, Herba Centella asiatica (L) Urban, yang terdapat dalam campuran 10 macarn jamu yang beredar di pasaran. Adanya pegagan dalam rarnuan jarnu diketahui, karena narna sirnplisia tprenhmm+ tercantum pada GI etiket kernasannya. Analisis kualitatif dilak~ lkan secara mikroskopis .... as ark an pola kerja dan kromatografi lapis tipis .eraa Reverse Approach Tahap I dengan rnernc kornposisi cairan eluasi yang digunakan. ldentifikasi didasarkan atas kandungan flavon...l-l.. oida, sebab kelompok senyawa kimia inl: ,aelalu terdapat dalarn daun dan herba. Sari pegagan dibuat dari 200 mg herba pegagan dengan 2 ml metanol. Sari ramuan buatan sendiri dan jarnu yang -
-
-
O G U U L
I.
I
I - -
-
an, hinggla berat serbuk yang diteliti dibuat : diteliti setara dengan u,s rng nerDa pega!Jan. I- lasil kromatograrn herba pegagan menampakkan ernpat bercak dengan warna dan harga hRx, berlturut-turut: jingga hRx= 52-56; j-ingga hRx= 59C?. biru hRx= 127-134; dan jingga hRx= 136-154 u dibandingkan dengan larutan zat warna (hRx, meralh rnetil). Bercak biru berpendar ternyata rneruI bercak khas dari herba pegagan. Pada kromiatograrn jamu yang tidak rnuncul bercak biru, jika dlitarnbah dengan herba pegagan, bercak biru akan narnpak. Adanya herba pegagan dikonfirmasi A ,., u a l ~ sn y l analisis rnikroskopik. Ternayata kornposisi sirnplisia dalam jarnu sebagian besar tidak sesuai dengan yang tertera pada etiket kernasan. UC),
PEN UAHULUAN
simplisia dalam ramuan jamu umumKnya hanya sebagian saja yang dicantumkan pada OMPONEN
etiket kernasan. Sediaan jamu yang ada di pasaran mempunyai berbagai bentu k, antara lain bent uk siappakai atau siap-seduh, ma1upun ben~tukirtsta,nt yang diolah dari ekstrak. Pengembangan bentuk sediaan jamu ternyalta tidak sejalan dengan pengembangan teknik analisiis kualitatif dan kuantitatif terhadap komponen s#implisia maupun kandungan senyawa kimia dalam jamt.1 Untuk keperluan analisis, jamu dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu: a) Jamu godog berupa campuran simplisia yang diidentifikasi makroskopik, mikroskopik dan secara fisika-kimia; b) jamu berupa campuran serbuk yang diidentifikasi mikroskopik dan secara fisika-kimia; dan c) Jamu berupa ekstrak yang diidentifikasi secara fisika kimia. a) Analisis makroskopik dapat mengidentifiikasi 1520 macam simplisia utuh atau fragmt:n dalam ramuan jamu godog. b) Analisis mikroskopik jamu berbentuk serbuk yang terdiri dari 10-40 macam simplisia, memerlukan ketrampilan analisis kualitatif mikroskopik yang cukup. c) Analisis secara fisika-kimia, biasanya dilakukan dengan cara kromatografi lapis tipis (KLT) sesuai Materia Medika Indonesia (MMI). Pola kerj:a Reverse Approaclt
Pola I(Lerja Reverse Approaclt dilakukan. dalam 3 sanlpal tahap. Untuk keperluan analisis kualitatif, KLT dalam Tahap I sudah mencukupi. Analisis kuantitatif dilaksanakan pada Tahap 11, Tahap I11 dan Tahap IV, yaitu dengan mengisolasi dan mengeluA L)
'Fakultas Farmasi, Universtas Pancasila. Jakarta
sidasi struktur molekul dari zat identitas. Pada Tahap I ini adanya zat identitas d iketahui cle-L--pada ngan pemunculannya sebagai bercak lnnas kromatogram. Makna dari rumus A + B = C ialah: A, B dan C adalah kromatogram KLT. A adalah simplisia yang diidentifikasi, B adalah blangko (ramuan yang tidak mengandung simplisia A) dan C adalah oampuran atau ra-muan lengkap. Jika teknik KLT tersebut baik, maka bercak pada kromatogram A, B dan C akan memenuhi rumus A + B = C, artinya bercak pada kromatogram A dan B semuanya akan muncul lagi pada kromatogram C. Penumpukan satu atau beberapa bercak tidak menjadi masalah. Bercak khas adalah bercak yang ada pada kromatogram A dan masih muncul pada kromatogram C sebab tidak ditutupi oleh bercak dari kromatogram B. Jika tidak diketemukan bercak khas, maka teknik ekstraksi dan teknik KLT perlu diubah hingga diperoleh minimal satu bercak khas. Contoh Pola Kerja Reverse Approach Tahap I. Misalkan komposisi ra jamu adal :ai berikut: Simplisia X: 25 % Simplisia Y: 20 % Sirnplisia Z: 20 % Simplisia P: 15 % Simplisia Q: 20 % Jika yang akan diidentifikasi adalah simplisia X, makaA=X, B = Y + Z + P + Q dan C = X + Y + Z + P + Q. Jika yang akan diidentifikasi adalah simplisia P, makaA=P, B = X + T + Z + Q dan C = X + Y + Z + P + Q, dan seterusnya. Teknik KLT didasarkan atas zat utama; zat utama pada kelima simplisia tersebut di atas tidak tentu sama, oleh sebab itu teknik KLT-nya juga belum tentu sama. Yang paling ideal iiilah jika 2:at
Vol. 1No. 2
.
65
Warta nmbuhan Obat Indonesia
utama sesuatu simplisia tidak terdapat pada keempat simplisia yang lain; misalnya simplisia X berisi alkaloida, sedangkan alkaloida tidak terdapat pada simplisia Y, Z, P dan Q. Jika KLT didasarkan pada kandungan alkaloida, maka bercak hanya akan muncul pada kromatogram A dan C, sedangkan pada B tidak tampak satu bercakpun. Dengan demikian setiap bercak pada kromatogram A akan berfungsi sebagai bercak khas dari simplisia X. Cara ekstraksi pemekatan sari dan jumlah yang di.tutulkan harus diatur sedemikian rupa sehin,gga kada r pada C sama dengan pada A dan B. Monografi dan gambar m l ~ r o s ~ o p i ksimplisia pegagan serta teknik KLT terdapat dalam MMI berdasarkan pada kandungan flavonoida-nya. Kandungan kimia: hidrokotilina (alkaloida), asiatikosid (glikosida), oksiasiatikosic isaponi in), minyak lemak dan minyak atsiri (PTO) Untuk keperluan analisis siecara KLT, dipergunakan zat yang terkanaung aalam herba pegagan. Data pustaka yang menyebutkan adanya alkaloida, glikosida dan saponin tidak dinyatakan secara kuantitatif, sedang untuk analisis kualitatif secara KLT perlu diketahui apakah zat tersebut cukup tPesar unti~k dianalisis secara KLT. Selanjutnya, kare~ la semua daun ini- akan dan herba berisi flavonoida, maka pen1elitian . didasarkan atas kandungan flavonoida, dan dilakukan menurut MMI dengan modifikasi seperlunya.
.. .
..
a . .
BAHAN DAN CARA
Bahan Digunakan 10 (sepuluh) nlacam .- .ja:.mu yang mengandung pegagan (menurut etiket), 9 macam jamu menyebutkan komposisi yang lengkap pada etiketnya. Komposisi dari kesepuluh macam jamu tersebut tertera pada Lampiran 1. Dari sepuluh jamu yang diteliti, hanya 5 jamu diteliti menggunakan rumus A + B = C, sebab pada lima jamu tersebut kadar herba pegagannya cukup besar, yaitu antara 15-25% (Jamu A, B, C, D dan E). Jamu F tidak menyebutkan komposisi lengkap dan kadar herba pegagan hanya 53%. Keempat jamu lainnya, yaitu jamu G, H, I dan J terdiri dari lebih dari 5 simplisia dan kadar herba pegagan kurang dari 10%. 011eh karenis itu, terhadap j a nu-jamu ~ ini tidak diterayjkan rum1u s A + B =C. Ca-ra. Digunakan teknik KLT berdasarkan MMI, dengan memodifikasi komposisi cairan eluasi, karena cairan eluasi MMI memberikan bercak dengan hRx yang terlalu tinggi. Cairan eluasi, dengan komposisi semula etilasetat + etilmetilketon + asam format + air = 50 + 30 + 10 + 10 diubah menjadi 50 + 30 + 19 + 1; fase diam: silika gel G F m siap pakai (E. Merck); penampak bercak: larutan aluminium klorida 1%b/v dalam etanol(95%). Pembuatan sari pegagan Sejumlah 50 mg serbuk herba pegagan disari de-
ngan 2 mL metanol (dipanaskan di atas tangas air selama 2-5 menit), setelah dingin disaring, ampas dicuci dengan metanol secukupnya sampai diperoleh 2 mL sari. Ditutulkan sebanyak 20 uL, jumlah ini setara dengan 0,5 mg herba pegagan. Catatan: sari yang setara dengan 0,5 mg herba pegagan menghasilkan kromatogram yang masih menampakkan bercak ' ' Pembuatan sari jamu Beralt jamu yisng digunakan untuk membuat sari ditetapk:an berdaisarkan kadar herba pegagan dalam jamu, atgar. ..sari j;amu yang ditutulkan (0,2 uL) setara dengan leblh kurang 0,5 mg herba pegagan. Serbuk jamu yang telah ditimbang dicampur dengan sejumlah tertentu metanol, dipanaskan di atas tangas air selama 2-5 menit, setelah dingin disaring, ampas dicuci dengan metanol secukupnya sampai diperoleh filtrat dengan volume yang sama dengan metanol yang dipakai. Fntrat diuapkan sampai 2 mL dan ditutulkan sebanyak 20 uL. Berat jamu yang ditimt)ang dan metanol yang digunakan adalah sebagai berik:ut. Jamu A 500 mg Jamu B 400 mg Jamu C 500 mg Jamu D 500 mg Jamu E 667 mg Jamu P 1,82 g Jamu G 2 g Jamu H 1,67g Jamu 1 1,25 g Jamu J 1,25 g
+ 10 mL metanol + 8 mL metanol L metanol L metanol nL metanol nL metanol +40 m L metanol 33,4 mL metanol +25 mL metanol +25 m L metanol
+
Pembuatan sari blangko Berat serbuk blangko y, bang adalah berat jamu dikurangi berat herba pegagan. Serbuk blangko yang telah ditimbang dicampur dengan volume tertentu metanol, dipanaskan di atas tangas air selama 2-5 menit, disaring setelah dingin, ampas dicuci dengan metanol secukupnya sampai diperoleh filtrat dengan volume yang sama dengan metanol yang dipakai. Filtrat diua~kans a m ~ a i2 mL dan ditutulkan sebanyak 20 UL; Berat rahikan dan volume metanol yang digunakan untuk menyari adalah setjagai beri kut. Blangko racikan A 400 mg+ Blangko racikan B 300 mg Blangko racikan C 400 mg+ Blangko racikan D 400 mg+ Blangko racikan E 567 m g +
8 m L metan 01
+ 6 m L metan101
8 m L metan~ 01 fC mL metan 11.3 m L met
Pembua~ tan sari racikan Racikan adalah ramuan buatan sendiri dan komposisi simplisianya sesuai dengan yang tertera pada etiket kemasan jamu. Berat racikan yang ditimbang ditetapkan berdasarkan kadar herba pegagan agar setelah sari ditutulkan, pada titik penutulan terdapat 0,5 mg herba pegagan. Cara penyarian, pemekatan dan volume yang ditutulkan dilakukan s e ~ e r t iDada pembuatan sari blangko. Racikan A 500 mg Racikan B 400 me Racikan C 500 m i Racikan D 500 mg Racikan E 667 mg
+ 10 m L metanol + 8 mL metanol +10 m L metanol + 10 m L metanol + 13.3 r n metan01 ~
Warta Tumbuhan Obat Indonesia
66
Pembuatan sari jamu
+ pegagan
Pada jamu yang tidak berisi pegagan atau yang kadar pegagan sedemikian kecilnya sehingga jika dilakukan KLT, kromatogram tidak memberikan bercak biru sebagai bercak khas dari pegagan, maka pada sejumlah jamu tersebut ditambahkan 100 mg herba pegagan dan selanjutnya disari, dipekatkan dan ditutulkan sesuai cara terdahulu. Jamu A 400 mg + pegagan 100 mg + metan0110 mL Jamu B 300 mg + pegagan 100 mg + metanol8 mL Jamu C 400 mg + pegagan 100 mg + metan0110 mL Jamu D 400 mg + pegagan - - 100 mg + metanol1C begagan 1I Jamu E 51
April 1992
e. Pada kromatogram herba pegagan, bercak biru masih tampak jika sari yang ditutulkan setara dengan 0,5 mg herba pegagan. Untuk sari racikan dan sari jamu yang kadar herba pegagannya di atas batas minimum tersebut, secara teoritis bercak biru harus selalu tampak. Hal tersebut terbukti pada kromatogram racikan dan jamu D, sedang kromatogram jamu A, B, C dan E tidak memperlihatkan bercak khas warna biru, walaupun secara mikroskopik diketemukan fragmen khas herba pegagan. Ini menunjukkan bahwa kadar herba pegagan di dalam jamu tidak sesuai dengan yang tertera pada etiket. Bercak biru baru muncul setelah dilakukan uji tambah.
HAS
Bercak:khas d a.i~herba p egagan adalah ber,cak berpendar b iru inten:;if. Bercak ini tampak setelah lem-peng disemproc aengan pereaksi, dipanaskan, selama 10 menit, kemudian diamati di bawah sinar UV 366 nm. Untuk menghitung hR% di~ergunakanbaku pembanding zat warna merah metil (larutan 0,05% dalam etanol95%) yang ditutulkan sebanyak 10 uL. hRx bercak biru herbs pegagan lebih kurang 125-130. 1
-
Kromatogram Jamu A, B, C, D, E, masing-masing dibuat kromatogram dengan didampingi kromatogram 1) herba pegagan; 2) blangko; 3) racikan; 4) jamu yang diperiksa; 5) jamu yang diperiksa ditambah pegagan; dan 6) larutan merah metil. Hasil dapat dilihat pada gambar kromatogram No. 1, 2, 3, 4, dan 5. Gambar kromatobam No. 6 adalah kromatogram Jamu F, G, H, I, J. PEMBAIIASAN
a. Teknik . - KLT mengacu pada MMI dengan memodifikasl komposisi cairan eluasi. Dengan cairan eluasi ini pada kromatogram herba pegagan tampak 3 bercak, yaitu 2 bercak jingga dan 1 bercak biru. Bercak biru yang berpendar kuat dan dengan hRx 125-130 ternyata merupakan bercak khas bagi pegagan. b. Pada analisis kualitatif mikroskopik fragmen khas dari herba pegagan adalah rambut penutup yang ujungnya membengkok. Fragmen khas ini diketemukan pada semua jamu yang diteliti. c. Simplisia yang namamya tertera pada etiket, tetapi secara mikroskopik tidak diketemukan, adalah: " Orthosiphonis Folium pada Jamu A " Sericocalycis Folium pada Jamu B d. Simplisia yang namanya tidak teletera pada etiket, tetapi dapat diidentifi kasi seciara mikroskopik adalah: Parkiae Semen pada Jhlllu -, -, C, D dan E " Curcumae Rhizoma pada Jam6 A, B, C -A
a. Analisis kua~litatifmi'kroskopilc dan KL'r sebaiknya dilakukan blersamaarI agar h.asilnya d apat saling memperkual b. Kadar simplisla yang tertera paaa etlKet tidak selalu dapat dipercaya. Beberapa jarnu yang pads etiket mencantumkan 15-25 % herba pegagan, ternyata kromatogram menunjukkan kadar kurang dari 12,5%. c. Pada etiket jamu A, B, dan C tidak disebutkan adanya temulawak, tetapi secara mikroskopik dan KLT dapat ditunjukkan adanya temulawak. d. Rumus A + B = C berlaku untuk semua kromatogram racikan. e. Dari 5 jamu yang dibuat racikan, hanya jamu D yang memperlihatkan kromatogram sama dengan racikan. Ini menunjukkan bahwa komposisi jamu A, B, C dan E tidak sesuai dengan yang tertera pada etiket. SARAN .! .-.. 1. - >. Perlu dilakukan isolas~ lernauap zal IoenuLas nt;rba pegagan, yaitu zat yang memperlihatkan pendaran biru kuat pada kromatogram dan hRx 125-130 menurut prosedur KLT vane dipakai.
LR PUSTAKA
I. Obat Trad isional, Jilic1 1, 1. Departemen Kesenaran KAnalisis Jakarta, 1987. 2. Division of Medicinal Plant Research & Development, Department of Medical Sciences, Ministry of Public Health Thailand. Specification of 11 kinds of Crude Drugs for the Preparation of Standard of ASEAN Herbal Medicine, Bangkok, Thailand, 1990. 3. Stahl, E. Analisis Obat Secara Kromatografi Lapis Tipis, ITB, Bandung, 1985. , 4. Sutrisno R. B. Analisis JamI U Fakultas Farmasi U niversitas Pancasila, Jakarta, 1986. 5.--------. Reverse Approach, Fakultas 1Farmasi UIliversitas Pancasila, Jakarta, 1986. 6.--------. Pereaksi Kromatografi Lapis Tipis, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta, 1986. 7. Wagner, H., Bladt, S. & Zgainski, E.M. Plant Drug Analysis, Springer-Verlag, Berlin, 1984.
Vol. 1 No. 2
8. Jamu H
LAMPIRAN 1.
Centellae Herba 6% Foeniculi Fructus 8% Alyxiae Cortex 12% Coptici Fmctus 4% Parkiae Semen 10% Menthae arvens.Herba 6% Symploci Cortex 8% Curcumae Rhizoma 12% Boesenbergiae Rhizoma 8% Woodfordiae Flos et Fr 4% Zingib. zerumbeti Rhiz 4% Orthosiphonis Folium 6% Stachytarph. ind. Folium 12%
KOMPOSISI JAMU YANG DITELITI
1.3amu A Centellae Herba Orthosiphonis Folium Blumeae Folium Andrographidis Herba Sesbaniae Semen
20% 15% 20% 15% 30%
2. Jamu B Centellae Herba Allii sativi Bulbus Orthosiphonis Folium Phyllantlii Herba SericocalycisFolium
25% 20% 30% 15% 10%
9. Jamu I Centellae Herba Plantago Folium Glycyrrhizae Radix Cardamomi Fructus Zingiberis mi---Thymi Herba Cubebae Fruct Caryophylli Fo Stachytarph. inu. rul. Foeniculi Fmctus Parkiae Semen Alyxiae Cortex Eucalypti Fructus Curcumae Rhizoma
3. Jamu C Centellae Herba 20% Graptophylli Folium 20% Desmodii triquetri Folium 20% Colei atropurpurei Folium 20% Abri Folium 20%
4. Jamu D Centellae Herba Foeniculi Fmctus Kaempferiae Rhizoma Alyxiae Cortex Curcumae Rhizoma
20% 15% 25%
15% 25%
10. Jamu J
5. Jamu E Centellae Herba Orthosiphonis Folium Phyllanthi Herba Curc. domest. Rhizoma Sonchi Folium
Centellae Herba Zingib. zerumb. Rhiz. Parkiae Semen Coptici Fmctus Rhei Radix Woodford. Flos et Fr. Eucalypti Fructus Phyllanthi Herba Curcumae Rhizoma Curc. domest. Rhizoma Foeniculi Fructus Languatis Rhizoma Alyxiae Cortex
15% 30% 10% 20% 25%
6. Jamu F Centellae Herba Curcumae Rhizoma Zingiberis Rhizoma Baeckeae Folium Croton tiglii Semen Bahan lain ad
5,5% 22,5% 9% 5,596 0,75% 100%
8% 12% 12% 4% 8% 8% 8% 4% 8% 8% 8% 4% 8%
Catatan:
7. Jamu G Centellae herba Parkiae Semen Boesenbergiae Rhizoma Zingilreris Rhizoma Alyxiae Cortex Alstoniae Cortex Coriandri Fructus Nigellae sativae Semen Coptici Fructus Jasmini pubesc. Folium Curc. domest. Rhizoma Foeniculi Fmctus
67
Warta Tbmbuhan Obat Indonesia
komposisi berdasarkan pada data yang tertera pada etiket. 5% 15% 10% 10% 10% 10% 5% 5% 5% 5% 5% 10%
f
PEMBE-AN Makalah mengenai Cabe Jatva yang telah disajikan dalam Seminar Itzmbuhan Obat Indonesia &-2 k 9-9Jai 992 akan Wkan 4 Wzrta ~tuntnrhartO m fndunesia
Vol.1No. 3, Juli 1992
68
Warta 'Jhmbuhan Obat Indonesia
April 1992
I
Kromatogram 3: Jamu C
Kromatogram 1: Jamu A Kelernngan: P = Herba Pegagan; 1= Blangko; 2 = Racikan; 3 = Jamu A; 4 = Jamu A+Pegagn; Z = Zat warna; b = Biru; j = Jingga; kc = Kuning coklat; tn = Merah; u = Ungu; '-- j = bercak berpendar kuat * = bercak khas; : KLT: Fase diam: Silicagel GF254; Cairan eluasi: campuran etilasetat +etilmetilketon +asam format +air=50:30:19:1; Penampak bercaklarutan 1% AIC13 dalam metanol.
Ketemngnn: P = Herba regagan; 1 = Blangko; 2 = Racikan; 3 =Jamu C; 4 = Jamu C+Pegagan; Z = Zat warna; b = Biru; j = Jingga; k = Kuning; kc = Kuning coklat; m = Merah; = bercak berpendar kuat u = Ungu; * = bercak khas; r: KLT: Fase diam: Silicagel GF254; Cairan eluasi: campuran etilasetat +etilmetilketon +asam format +air=50:30:19:1; Penampak bercak:Larutan 1% AIC13 dalam metanol.
:;I
-
-
_J
Kromatogram 2: Jamu B
Kromatogram 4: Jamu D
Kelernngnn: P = Herba Pegagan; 1= Blangko; 2 = Raci~an; 3 = Jamu B; 4 = Jamu B + Pegagan; Z = Zat warna; b = Biru; j = Jingga; k = Kuning; kc = Kuning coklat; m = Merah; u = Ungu; * = bercak khas; = bercak berpendar kuat KLT: Fase diam: Silicagel GFz4; Cairan eluasi: campuran etilasetat +etilmetilketon +asam format +air =50:30:19:1; Penampak bercak:Larutan 1% AICI3 dalam metanol.
Kelernngnn: P = Herba Pegagan; 1= Blangko; 2 = Kaclican; 3 = Janlu D; 4 = Jamu D Pegagan; Z = Zat warna; b = Biru; j = Jingga; k = Kuning; kc = Kuning coklat; m = Merah; - I: = bercak berpendar kuat u = Ungu; * = bercak khas; KLT: Fase diam: Silicagl GF254; Cairan eluasi: canrpuran etilasetat +etil~lletilketon+asan> format +air=50:30:19:1; Penampak bercak:Larutan 1% AIC13dalan1metanol.
:I;
+
<