PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 1 NO.93 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh : MEVIA WINDA HAPSARI K7106031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 1 NO.93 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh MEVIA WINDA HAPSARI NIM: K7106031
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 1 NO. 93 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010” , oleh:
NAMA
: MEVIA WINDA HAPSARI
NIM
: K 7106031
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 2010
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Dra, Yulianti, M.Pd.
Drs. Samidi, M.Pd
NIP. 1954 1116 198203 2 002
NIP. 19511108 198803 1 001
HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul
PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN
DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 1 No.93 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010”, oleh:
NAMA
: MEVIA WINDA HAPSARI
NIM
: K 7106031
telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Sukarno, M.Pd
...............................
Sekretaris
: Drs. Usada, M.Pd
..............................
Anggota I
: Dra. Yulianti, M.Pd
...............................
Anggota II
: Drs. Samidi, M.Pd
................................
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universias sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001
ABSTRAK
Mevia Winda Hapsari, K7106031. PENINGKATAN PENGUASAAN BANGUN DATAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD ( Student Teams Achievement Division ) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PAJANG 1 NO. 93 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2010 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis penelitian PTK. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi atau pengamatan dan refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta dengan jumlah siswa 50 yang terdiri dari 28 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan meliputi wawancara, observasi, tes dan dokumentasi. Pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah diskriptif kualitatif. Data diolah sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan dan dikembangkan selama proses pembelajaran berlangsung. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan pada setiap siklus diakhiri dengan pelaksanaan tes sehingga dapat diketahui ada tidaknya peningkatan penguasaan bangun datar pada pelajaran Matematika. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang berupa hasil tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap bangun datar. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa adalah 52,5 , pada siklus I nilai rata-rata siswa 71,26 dan nilai ratarata yang diperoleh pada siklus II adalah 75,24. Sebelum dilaksanakan penelitian siswa yang memperoleh nilai 63 sebanyak 5 siswa (10%). Pada siklus I siswa yang memperoleh nilai 63 sebanyak 35 siswa (70%), dan pada siklus II siswa yang memperoleh nilai 63 sebanyak 43 siswa (86%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran Matematika dan dapat disarankan kepada guru untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap konsep matematika.
ABSTRACT
Mevia Winda Hapsari, K7106011. THE IMPROVEMENT OF PLAIN STRUCTURE THROUGH STAD (Student Teams Achievement Division) TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL IN THE FIFTH GRADE OF SD NEGERI PAJANG 1 NO. 93 SURAKARTA YEAR OF 2009/2010. A Minithesis. Surakarta: Teaching and Pedagogy Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. 2010. This research is aimed to improve the students‟ comprehension on plain structure through STAD type cooperative learning model on the fifth grader of SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta year of 2009/2010. Method used in this research is Class Action Research type. This research procedure consists of four steps, they are action planning, action implementation, observation or monitoring and reflection. Subject used in this research is the fifth grader of SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta, with 50 amount of students in which 28 male students and 22 female students existed. While the data collection technique conducted includes interview, observation, tests and documentation. In this research, the data analysis is descriptive qualitative. Data is processed since the implementation of learning action and developed during the learning process takes place. This research is conducted in two cycles and in each cycle is ended with the test implementation so that there can be known whether or not the improvement of plain concrete comprehension on mathematics achieved. The obtained data are quantitative and qualitative data, which are formulated in test, observation, interview and documentation results. Based on the results of this research, there can be concluded that the mathematic learning thorugh STAD type cooperative learning model can improve the students‟ comprehension on plain structure. On the prelimiary condition, the average mark of students is 52.5. In the first cycle, the average mark is of 71.26 and the average mark in second cycle is of 75.24. Before the implementation of this research, the students whose the mark of > 63 is of 5 students (10%). In the first cycle, students whose the mark of > 63 is of 30 students (70 %) . In the second cycle, students whose the mark of > 63 is of 43 students (86%). Based on the results of this research, it shows that the STAD type cooperative learning model can improve the plain concrete comprehension on the fifth grader of SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta, so that it can be used as one of mathematics learning method alternative and it can be suggested for the teacher to implement the STAD type cooperative learning model because it can improve the students‟ comprehension on mathematics concepts.
MOTTO
Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki. (Gandhi)
Aku adalah seorang guru : dari teladanku, orang lain belajar mengenai pntingnya kebulatan tekad, pengabdian, dan kerja keras.
Aku dalah seorang ahli matematika : memastikan bahwa aku dapat menyelesaikan setiap soal yang kuhadapi dengan penyelesaian yang benar. ( Amy Yerkes )
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang tersusun ini dipersembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus atas anugerah, berkat, dan penyertaanNya. Ayah dan ibuku tercinta, yang selalu mendoakan dan memberikan segala yang terbaik baik material maupun spiritual serta membuatku mengerti akan makna kehidupan. Patrick Subiyanto, atas ketulusan, pengertian, kesabaran dan motivasi yang tiada henti. Lunar Sabitku yang senantiasa memberikan dukungan. Sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Mahasiswa PGSD „06 FKIP UNS, almamater tercinta.
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terimakasih kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. 2. Drs.
Rusdianto Indianto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. 4. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. 5. Ibu Yulianti, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak Drs. Samidi, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat membantu dalam penulisan skripsi ini. 7. Semua Dosen Program Studi PGSD UNS yang membimbing dan mengarahkan penyelesaian penulisan skripsi ini. 8. Keluarga besar SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian. 9. Semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi yang tidak dapat disebut satu persatu. Semoga kebaikan dari semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari tuhan Yang Maa Esa.
Walaupun disadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan, namun diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pengetahuan dan dunia pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Surakarta, 2010
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .........................................................................................i HALAMAN PENGAJUAN ..............................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iv ABSTRAK .......................................................................................................v ABSTRACT.......................................................................................................vi MOTTO .........................................................................................................vii HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................viii KATA PENGANTAR ....................................................................................ix DAFTAR ISI ....................................................................................................x DAFTAR TABEL ...........................................................................................xi DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xii DAFTAR GRAFIK .......................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xiii BAB I PENDAHULAUN
BAB II
BAB III
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5 KAJIAN PUSTAKA A Tinjauan Pustaka ......................................................................... 1. Tinjauan tentang Penguasaan Bangun Datar ...................... 6 2. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika .................... 17 3. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif ........ 24 4. Tinjauan tentang Pembelajaran Kooperatif Tioe STAD ... 31 B Penelitian Yang Relevan ......................................................... 36 C Kerangka Berpikir .................................................................. 37 D Hipotesis ................................................................................. 38 METODE PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian 39 B. Bentuk dan Strategi Penelitian 41 C. Subyek Penelitian 41 D. Sumber Data 41 E. Teknik Pengumpulan Data
42
BAB IV
F. Validitas Data 42 G. Teknik Analisis Data 43 H. Indikator Kerja 43 I. Prosedur penelitian 44 HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……………………………………47 B. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………… 51 1. Siklus I ………………………………………….... . . …… 51 2. Siklus II …………………………………………. ……….. 59 C. Deskripsi Hasil Penelitian ……………………………………...66
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ………………………………………………………. 74 B. Implikasi ………………………………………………………. 74 C. Saran
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………..75
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional Tabel 2. Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Tabel 3. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD Tabel 4. Jadwal Penelitian Tindakan Kelas Tabel 5. Perolehan nilai latihan kelompok Tabel 6. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1 Tabel 7. Daftar Nilai Hasil Belajar dan Kemajuan Individu Siklus I Berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Tabel 8.
Skor Kelompok Siklus I Berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tabel 9.
Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-2
Tabel 10. Perolehan Nilai Latihan Kelompok Tabel 11. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1 Tabel 12. Daftar Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas V Siklus I dan Siklus II Tabel 13. Skor Kelompok Siklus II Tabel 14. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1 Tabel 15. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 1 sebelum Tindakan. Tabel 16. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 1 pada Siklus I Tabel 17. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I Siklus II. Tabel 18. Nilai Rata-rata Sebelum dan sesudah Tindakan
Tabel 19. Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir Gambar 2. Gambar Bagan Teknik Analisis Data: Model Interaktif Gambar 3. Gambar Bagan Strategi Penelitian
DAFTAR GRAFIK Grafik 1 Frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada pra siklus Grafik 2. Nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada siklus I Grafik 3. Nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada siklus II Grafik 4. Besar perbandingan antara hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II
DAFTAR LAMPIRAN
1. Jadual penelitian tindakan kelas. 2. Hasil
Wawancara
Dengan
Guru
Sebelum
Diterapkan
Pembelajaran dengan Metode STAD 3. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93 Surakarta Sebelum Diadakan Tindakan 4. Lembar Observasi Kinerja Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I 5. Lembar Kegiatan Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I 6. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93 Surakarta Pada Siklus I 7. Daftar Skor Kemajuan Individu Siklus I 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) SIKLUS I 9. Lembar Hasil Observasi Kinerja Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II 10. Lembar Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Pembelajaran Siklus II 11. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93 Surakarta Pada Siklus II 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 13. Skor Perkembangan Individu Siklus II 14. 15. Gambar Pembelajaran
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Salah satu ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain ialah matematika. Menurut Farida Ika Rahmadhani ”Matematika merupakan
ilmu
universal
yang
mendasari
perkembangan
teknologi
modern,mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.(http://blog.math.uny.ac.id /farida ikarahmadhan i/2009/12/22 /kontribusi -matematika- dalam -teknologi- informasi/ diunduh 20 September 2009).perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) khususnya SD disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis,analisis,sistematis,kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,tidak pasti dan kompetitif. Selain itu dimaksudkan pula mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,tabel,diagram dan media lain. Mata pelajaran matematika dianggap oleh sebagian orang sebagai mata pelajaran yang masih ditakuti dan dirasa sulit. Hal ini sejalan dengan pendapat Cockroft (Siti Ummu kultsum dalam http //matematika up : edu / indek. Php diunduh 20 September 2009) bahwa “ mathematics is a difficult subject both to
teach and learn.” Matematika bagi sebagian orang hanyalah rumus-rumus yang sukar yang harus dihafalkan untuk mengerjakan permasalahan matematika. Matematika merupakan ilmu yang mengikuti model spiral (Erman Suherman, 2003: 68-69). Dalam setiap memperkenalkan konsep dan bahan yang baru perlu memperhatikan konsep/ bahan yang dipelajari siswa sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajarinya dan sekaligus untuk mengingatkannya kembali. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0147/0da7ab8 6.dir/doc.pdf ( diunduh 25 September 2009). Sutriyono (2007:8), mengatakan bahwa pembelajaran matematika di tingkat Sekolah Dasar (SD), dipelajari rumus-rumus dan metode-metode penjumlahan,pengurangan,pembagian dan perkalian. Di sekolah menengah mereka mempelajari rumus-rumus yang lebih kompleks. Selanjutnya di perguruan tinggi mereka hanya memanfaatkan sebagian kecil matematika,hanya seperti mempelajari rumus-rumus rumit dan sukar untuk dihafal Akibatnya,muncul anggapan matematika itu sulit. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajari matematika sebagai sarana memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) kelas rendah, siswa dirasa belum mengalami kesulitan bahkan cenderung senang dengan matematika. Namun di kelas tinggi, siswa mulai mengalami kesulitan dalam pelajaran matematika. Salah satu materi yang diajarkan di kelas tinggi yang dirasa sulit bagi siswa adalah materi bangun datar. Materi bangun datar harus dikuasai oleh siswa karena materi bangun datar adalah materi dasar yang diperlukan siswa sebelum siswa mempelajari materi jaring-jaring bangun datar serta materi bangun ruang yang merupakan materi yang saling berkesinambungan. Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peran penting dalam pendidikan di Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika di SD masih banyak dijumpai kesulitan-kesulitan. Sehingga penguasaan siswa pada materi kurang. Hal ini berakibat prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah. Demikian pula yang terjadi di SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta, khususnya kelas V. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V , para siswa kurang menguasai materi bangun datar sehingga prestasi belajar matematika khususnya pada materi bangun datar rendah. Hal ini disebabkan antara lain : 1)
siswa belum menguasai materi bangun datar pada kelas sebelumnya , 2) cara mengajar yang dirasa siswa kurang menarik, karena guru hanya mengajar dengan metode ceramah 3) siswa kurang tertarik dengan pembelajaran matematika, khususnya materi bangun datar. Data yang diambil dari Standar Kompetensi 6.1 tentang pemahamani sifat-sifat bangun datar terlihat bahwa siswa yang telah mencapai kriteria KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) 63 sebanyak 10 siswa dari 50 siswa sehingga perlu diadakan peningkatan KKM melalui pembelajaran yang menarik. Menurut Degeng (Sugiyanto 2008: 5 ) daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal , pertama, oleh mata pelajaran itu sendiri, kedua, oleh cara mengajar guru. Oleh karena itu tugas professional guru adalah menjadikan pelajaran yang diajarkan menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna. Untuk menjadikan siswa tertarik pada suatu mata pelajaran, maka guru harus pandai-pandai mengelola kelas, dan menerapkan metode belajar yang sesuai dengan kondisi kelasnya. Suatu metode belajar yang sudah seringkali digunakan adalah diskusi kelompok kecil. Namun, metode diskusi kelompok kecil ini belum mampu meningkatkan prestasi belajar matematika. Hal ini disebabkan karena metode diskusi kelompok kecil yang digunakan masih bersifat tradisional yang masih didominasi oleh kelompok siswa pandai dan aktif sedangkan kelompok siswa kurang pandai dan tidak aktif cenderung memperoleh hasil diskusi serta nilai tanpa melakukan apa-apa dalam diskusi kelompok tersebut, sehingga siswa masih merasa kurang tertarik dengan matematika. Melihat kondisi ini penulis tertarik untuk dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dipilih karena model pembelajaran ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008:143). STAD merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Secara garis besar, langkah-langkah pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah peserta didik di dalam kelas dibentuk tim, masing-masing 4-5 anggota kelompok. Tiap tim menggunakan lembar kerja, dan kemudian tanya jawab atau diskusi untuk saling membantu. Secara periodik guru memantau perkembangan tim atau individu. Tim atau individu yang telah mencapai kriteria tertentu diberi penghargaan (Nurhadi, Yasin, dan Senduk:2003) Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengambil judul Peningkatan Penguasaan Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division ( STAD ) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division ) dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/ 2010 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Meningkatkan penguasaan bangun datar melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Achievement Division Team ) pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoretis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian yang sejenis serta dapat dijadikan bahan referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Manfaat praktis a. Bagi guru 1) Sebagai bahan perbaikan pembelajaran yang dikelolanya, sehingga proses dan hasil dari pembelajaran mengalami peningkatan. 2) Sebagai wahana meningkatnya profesionalitas guru. 3) Diperolehnya wawasan yang luas dalam mengembangkan materi bangun datar. b. Bagi peserta didik 1) Meningkatnya prestasi belajar. 2) Tumbuhnya rasa percaya diri peserta didik. c. Bagi sekolah 1) Meningkatnya mutu kualitas pembelajaran. 2) Berkembangnya ilmu pengetahuan sesuai dengan tuntutan zaman.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Penguasaan Bangun-bangun Datar
a. Pengertian Penguasaan Bangun-bangun Datar Penguasaan pembelajaran sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kemajuan prestasi belajar peserta didik. Penguasaan dalam bahasa Inggris berarti mastery . Dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi penguasaan
dimaksudkan
adalah
pendekatan
dalam
pembelajaran
yang
mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi. http://katakunci.com/indonesia/penguasaan-kamus.html diunduh 10 April 2010. Kurangnya penguasaan konsep, dalam hal ini bangun datar akan berdampak pada hasil atau prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Kurangnya penguasaan konsep suatu materi pelajaran merupakan dampak dari kurang tepatnya metode yang digunakan guru dalam penyampaian materi pelajaran. Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika adalah bangun datar. Bangun datar perlu dipelajari dalam matematika sebelum mempelajari bangun ruang, karena bangun datar adalah materi dasar sebelum siswa dapat mempelajari bangun ruang. Dalam bangun datar dipelajari tentang sifat-sifat bangun datar serta manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Bangun datar adalah bagian dari bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung (Imam Roji, 1997 : 17) dalam www.wikipedia.com diunduh 15 Oktober 2009 Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal (Julius
Hambali,
Siskandar,
dan
Mohamad
Rohmad,
1996:68)
dalam
www.wikipedia.com diunduh 15 Oktober 2010. Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa bangun datar merupakan bangun dua demensi yang hanya memiliki panjang dan lebar, yang dibatasi oleh garis lurus atau lengkung. b. Fase-fase Pembelajaran Bangun Datar Menurut Van Hiele ( Nyimas Aisyah 2007:4.9), fase-fase pembelajaran bangun datar adalah sebagai berikut : 1) Fase informasi Pada awal tingkat ini, guru dan siswa menggunakan tanya-jawab dan kegiatan tentang objek-objek yang dipelajari dalam tahap berpikir siswa. 2) Fase Orientasi Siswa menggali topik yang dipelajari melalui alat-alat yang dengan cermat telah disiapkan oleh guru.. 3) Fase Penjelasan Berdasarkan pengalaman sebelumnya, siswa menyatakan pandangan yang muncul mengenai struktur yang diobservasi. Di samping itu, untuk membantu siswa menggunakan bahasa yang tepat dan akurat, guru memberi bantua sesedikit mungkin. 4) Fase Orientasi Bebas Siswa menghadapi tugas-tugas yang lebih kompleks berupa tugas yang memerlukan banyak langkah, tugas yang dilengkapi dengan bamyak cara, dan tugas yang open-ended. 5) Fase Integrasi Siswa meninjau kembali dan meringkas apa yang telah dipelajari. Berdasarkan pendapat di atas, untuik mempelajari bangun datar perlu memperhatikan fase-fase pembelajaran bangun datar. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan guru, kelima fase pembelajaran itu dimulai dari fase informasi. Pada fase ini guru dan siswa saling bertanya jawab untruk mengetahui seberapa jauh tingkat kemampuan siswa. Kemudian pada fase orientasi, guru menyiapkan alat yang dapat membantu siswa menggali informasi mengenai topik yang akan dipelajari. Setelah fase orientasi, adalah fase penjelasan. Pada fase ini siswa menyatakan pandangannya mengenai bahan yang diobservasi. Kemudian guru memberikan latihan-latihan yang membutuhkan banyak cara pada fase orientasi bebas. Fase yang terakhir yaitu fase integras, pada fase ini siswa meringkas hal-hal yang telah dipelajari. Pada tahap ini pila siswa siap untuk mengulangi fase-fase pada tahap
sebelumnya. c. Jenis bangun datar dan sifat-sifatnya Bangun datar di kelas V SD terdiri atas persegi panjang, persegi, segitiga, trapesium, jajargenjang, belah ketupat, layang-layang, dan lingkaran (M. Khafid 2008 : 143). Uraian lebih lanjut tentang sifat-sifat bangun datar disarikan, sebagai berikut. 1)
Persegi panjang panjang mempunyai dua pasang sisi yang sama panjang dan 4 sudut yang sama besar, yaitu sudut siku-siku. Diagonalnya sama panjang dan saling memotong sama panjang sehingga membagi dua sama panjang.
2)
Segitiga memiliki berbagai jenis, yaitu segitiga sama sisi, segitiga sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang, dan segitiga lancip. Segitiga memiliki 3 sudut dan 3 buah sisi.
3)
Trapesium memiliki sepasang sisi yang sejajar. Jumlah besar sudut yang berdekatan di antara sisi sejajar pada trapesium adalah 1800.
4)
Jajar Genjang memiliki sisi yang berhadapan sejajar sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar. Kedua diagonalnya saling membagi sama panjang.
5)
Belah ketupat memiliki empat sisi sama panjang, kedua diagonalnya merupakan sumbu simetri, sudut yang berhadapan sama besar, diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
6)
Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri, memiliki dua pasang sisi yang sama panjang, terdapat sepasang sudut yang berhadapan yang sama besar.
7)
Lingkaran memiliki sebuah titik pusat, memiliki garis tengah yang panjangnya dua kali jari-jari, banyak sumbu simetri lingkaran tidak terbatas. Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan macam-macam bangun datar di
antaranya persegi, persegi panjang. Belah ketupat, segitiga, lingkaran, jajar genjang dan layang-layang. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2004:18), materi bangun datar masuk
materi pelajaran kelas V pada semester II. Adapun Standar
Kompetensi materi ini adalah 6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antarbangun.sedangkan Kompetensi Datarnya adalah 6. 1 mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar. Adapun materi bangun datar kelas V adalah sebagai berikut: d. Sifat-sifat Bangun Datar Bangun datar masing-masing memiliki sifat serta ciri yang berbeda. Hal ini menjadikan orang lebih mudah mengenal bangun datar dari sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing bangun datar tersebut. Menurut Munawati Fitriyah ( 2007:126-135 ), sifat-sifat bangun datar adalah sebagai berikut : 1) Segitiga Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari 3 buah ruas garis yang berpotongan membentuk sudut. Ruas garis pada segitiga disebut sisi. Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180˚. Segitiga biasa dilambangkan dengan Δ. Berdasarkan sisi dan sudutnya, terdapat 4 jenis segitiga yaitu: a) Segitiga Sama Sisi
Sifat-sifat segitiga sama sisi : (1) Ketiga sisinya sama panjang, yaitu KL=LM=KM (2) Ketiga sudutnya sama besar, yaitu: < K = < L = < M = 60˚.
b) Segitiga Sama Kaki
Sifat-sifat segitiga sama kaki : (1) Mempunyai dua sisi sama panjang, pada gambar di atas QP = QR (2) Mempunyai dua sudut yang sama besar, pada gambar di samping
Segitiga Sama kaki lancip
(a) ∆GHJ adalah segitiga sama kaki lancip karena ketiga sudutnya lancip atau < 90˚ (b) < G = < H dan JG = JH : < G, < J,
(a) ∆ LMN adalah segitiga sama kaki tumpul. Karena salah satu sudutnya adalah sudut tumpul
(b)
c) Segitiga Siku-siku
Sifat-sifat segitiga siku-siku : (1) Mempunyai sisi tegak = AC, sisi datar =AB, dan sisi miring = BC (2) Mempunyai sudut siku-siku yaitu < A = 90˚
d) Segitiga Sembarang
Sifat-sifat segitiga sembarang : (1) Ketiga sisinya tidak sama panjang yaitu PR ≠ PQ ≠ PR (2) Ketiga sudutnya tidak sama besar, yaitu < P ≠ < Q ≠ < R. 2) Persegi Panjang
Persegi panjang merupakan bangun datar yang terbentu dari empat sisi. Sisi yang berhadapan sama panjang. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku.
Sifat-sifat bangun persegi panjang : a. b. c.
Mempunyai empat sisi terdiri atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang Mempunyai empat sudut berbentuk siku-siku/besarnya 90˚. Perhatikan gambar di bawah ini :
(a) (b) (c) (d)
AB = DC dan AB // DC AD = BC dan AD // BC
Jika persegi panjang dibagi menjadi dua menurut diagonalnya, maka akan terbentuk sepasang segitiga siku-siku yang sama dan sebangun. Seperti tampak pada gambar di bawah ini :
(a) BD =diagonal (b) Δ DAB = Δ DBC (c) < BDA = DBC
(a) AC = diagonal (b) < ABC = ACD (c) < CAD = ACB
Kedua diagonal saling memotong sama panjang. (a) AE = CE = DE = BE (b) Δ AEB = Δ DEC (c) Δ AED = Δ BEC 3) Persegi
Persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang disebut persegi. (a) AB = BC = CD = DA (b) Diagonal AC dan Bd membentuk 4 segitiga siku-siku yang sama dan sebangun. (c) ∆AEB = ∆BEC = ∆CED = ∆DEA adalah segitiga siku-siku sama kaki 4) Trapesium
Trapesium adalah bangun segiempat yang mempunyai sisi sejajar. Sifat bangun trapesium sesuai dengan jenisnya.
(a) Trapesium Sembarang
Trapesium sembarang ABCD (1) (2) (3)
AB // DC AD // BC, // artinya tidak sejajar. AD ≠ BC, ≠ artinya tidak sama
(b) Trapesium Siku-siku
Trapesium EFGH adalah Trapesium siku-siku. Trapesium siku-siku mempunyai 2 sudut siku-siku, yakni < E = < H = 90˚, dan EF // HG (c) Trapesium Sama Kaki
Trapesium KLMN adalah trapesium sama kaki. (1) (2) (3) (4)
Trapesium sama kaki mempunyai sepasang sisi sama panjang, dua pasang sudut sama besar, dan dua diagonal sama panjang. KL // NM KN= LM
(5)
KM = LN ( diagonal)
5) Jajar Genjang
Jajar genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan empat sudut yang tidak siku-siku. Sifat-sifat bangun jajar genjang : (a) Jajar genjang mempunyai 4 sisi, sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. (b) Mempunyai empat sudut, terdiri dari dua sudut lancip dan dua sudut tumpul
Jajar genjang ABCD (1) AB = DC dan AB // DC (2) AD = BC dan AD // BC (3) < A = < C dan < B = < D
(1) (2) (3) (4)
Jajar genjang ABCD AC dan BD adalah diagonal jajar genjang. E adalah titik potong kedua diagonal itu. AE = CE dan BE = DE
6) Lingkaran Lingkaran adalah kumpulan titik-titik yang berjarak sama dari satu titik. Satu titik itu disebut titik pusat.
Sifat- sifat lingkaran : (a) (b)
Jarak dari titik pusat ke sisi lingkaran dilambangkan dengan r (radial ) Garis lurus dari sisi limngkaran ke sisi lingkaran lain melalui titik pusat disebut garis tengah, dilambangkan dengan d ( diameter ) d = 2 r atau gais tengah = 2 x jari-jari.
Gambar di atas adalah lingkaran P diberi lambang O P (1) (2) (3) (4)
PA = r = radius = jari-jari lingkaran PA = PB = PC = jari- jari lingkaran BC = garis tengah = diameter lingkaran BC = d = 2 x r atau d = 2r.
7) Belah Ketupat
Sifat-sifat belah ketupat : (a) Segiempat yang keempat sisinya sama panjang.
(b) Kedua diagonalnya saling tegak lurus. (c) Setiap diagonal belah ketupat membentuk sepasang segitiga sama kaki yang sama dan sebangun. (d) Kedua diagonalnya yang berpotongan dapat membentuk 4 ∆ sikusiku yang sama dan sebangun.
Pada belah ketupat di atas : AB = BC = CD = DA (1) (2) (3) (4) (5)
Diagonal AC BD membentuk sudut 90˚ dan berpotongan di E. ∆ABC = ∆ADC dan ∆ DAB = ∆ DCB Pada diagonal AC , AE = EC Pada diagonal BE, BE = ED Dari perpotongan dua diagonal, ∆ AEB = ∆ BEC = ∆ CED = ∆ DEA. (6) Keempat segitiga itu adalah segitiga siku-siku. 8) Layang-layang
Sifat layang-layang : (a) Mempunyai dua pasang sisi sama panjang, sisi AB = sisi AD sisi BC = sisi CD (b) Mempunyai sepasang sudut sama besar Sudut ABC = sudut ADC
Layang-layang ini diberi nama layang-layang ABCD (1) (2) (3) (4) (5)
AB = BC dan AD = CD tapi AB =AD < BAD = < BCD AC ≠ BD AE = EC ∆ ABC dan ∆ ADC adalah segitiga sama kaki yang alasnya berimpit pada AC
2. Tinjauan tentang Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran Pada Umumnya Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh pada tingkat penguasaan suatu materi oleh siswa. Melalui guru dapat belajar dan mengerti materi pelajaran yang disampaikan. Oleh sebab itulah penjelasan dari guru sangat penting dan bermakna bagi siswa. Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang dipelajari.(www.wikipedia.com diunduh 8 oktober 2009) Sedangkan mengajar memiliki pengertian : · Upaya guru untuk “membangkitkan” yang berarti menyebabkan atau mendorong seseorang (siswa) belajar. (Rochman Nata Wijaya,1992) ·Menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjdinya proses belajar. (Hasibuan J.J,1992)
· Suatu usaha untuk membuat siswa belajar, yaitu usaha untuk terjadinya perubahan tingkah laku. (Gagne) (www.wikipedia.com diunduh 8 oktober 2009)
Pembelajaran menurut Corey ( Tim Penyusun SBM 2008:43) adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon dan terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subjek khusus dalam pendidikan. William H Burrton ( Tim Penyusun SBM 2008:44)
mengatakan
pembelajaran adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar. Dimyati dan Mudjiono ( Tim Penyusun SBM 2008: 45) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam design instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian pembelajaran di atas, bahwa pembelajaran adalah proses yang sengaja dikelola untuk mendorong peserta didik belajar secara aktif dan berinteraksi dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
b. Pengertian Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: μαθηματικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas (http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika. diunduh 20 Oktober 2009). James and James dalam kamus matematikanya dalam Russefendy (http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika. diunduh 20 Oktober 2009) mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenal bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnyadengan jumlah yang layaknya terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisi, dan geometri. Ruseffendi dalam Karso (1998:1.33) menyatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum, karena itulah metematika sering disebut ilmu deduktif. Menurut Kline dalam Karso (1998:1.34) menyatakan bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat disempurnakan karena dirinya sendiri, tetapi keberadaannya itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial ekonomi dan alam. Bourne dalam (http://www.smun4-ptk.sch.id .diunduh 15 September 2009) mengemukakan bahwa matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan menekankan pada knowing how artinya pembelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Menurut Menurut Jonson & Rising dalam Aji Apriyanto (http:// www. Ajiapriyanto .co.cc.html.) diunduh 15 September 2009) Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan pada unsur yang didefinisikan, aksioma, teori yang telah dibuktikan kebenarannya. Dengan kata lain matematika merupakan suatu bahasa yang dilukiskan dengan bilangan atau simbol tertentu yang didefinisikan dengan cermat dan jelas. Dalam pembahasan ini yang dimaksud matematika adalah salah satu ilmu dasar yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang memudahkan manusia berpikir dan memecahkan masalah kehidupan sehari-hari c. Pembelajaran Matematika Menurut Nyimas Aisyah (2007:1.4) Pembelajaran Matematika adalah proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan
(kelas/sekolah)
yang memungkinkan kegiatan siswa
belajar
matematika di sekolah. Menurut Bruner dalam Nyimas Aisyah (2007:21.5) Pembelajaran Matematika adalah pembelajaran mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Supaya dalam pembelajaran matematika dapat mencapai tujuan maka perlu memperhatikan teori belajar dalam pembelajaran matematika menurut para ahli. Menurut Brunner dalam Nyimas Aisyiah (2007:1.5) menyatakan, bahwa dalam belajar Matematika ada tiga tahapan yaitu : (1) Enaktif, (2) Ikonik, (3) Simbolik. 1) Enaktif Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat langsung dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. 2) Ikonik Tahap Ikonik yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengalaman yang dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imaginary), gambar atau diagram yang menggambarkan kegiatan konkret atau situasi konkret pada tahap Enaktif 3) Simbolik Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambanglambang objek tertentu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses yang dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang memungkinkan siswa mempelajari hubungan antara konsep-konsep dan struktur- struktur matematika. Pembelajaran matematika di SD pada dasarnya berawal dari konkrit ke abstrak dan dari sederhana ke kompleks. Dalam pembelajaran matematika salah satu upaya yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat terjadi proses saling membantu diantara anggota-anggota kelompok untuk memahami konsep-konsep matematika dan memecahkan masalah matematika dengan kelompoknya. Sedangkan penggunaan media dalam pembelajaran matematika sangat menunjang, karena dengan menggunakan media pembelajaran siswa lebih mudah memahami konsep matematika yang abstrak. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Depdiknas, 2003:8) menyatakan bahwa potensi siswa harus dapat dikembangkan secara optimal dan di dalam proses belajar matematika siswa dituntut untuk mampu; a) Melakukan kegiatan penelusuran pola dan hubungan; b) Mengembangkan kreatifitas dengan imajinasi, intuisi dan penemuannya; c) Melakukan kegiatan pemecahan masalah; d) Mengkomunikasikan pemikiran matematisnya kepada orang lain. Untuk mencapai kemampuan tersebut perlu dikembangkannya proses belajar matematika yang menyenangkan, memperhatikan keinginan siswa, membangun pengetahuan dari apa yang diketahui siswa, menciptakan suasana kelas yang mendukung kegiatan belajar, memberikan kegiatan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, memberikan kegiatan yang menantang, memberikan kegiatan yang memberi harapan keberhasilan, menghargai setiap pencapaian siswa (Depdiknas, 2003:5). Selain itu di dalam mempelajari matematika siswa memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda sehingga diperlukan usaha guru untuk: 1) menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga atau media pembelajaran yang menarik perhatian siswa; 2) memberikan kesempatan belajar matematika di berbagai tempat dan keadaan; 3)memberikan kesempatan menggunakan metematika untuk berbagai keperluan; 4) mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk memecahkan matematika baik di sekolah maupun di rumah; 5) menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni di dalam pengembangan matematika; 6) membantu siswa menilai sendiri kegiatan matematikanya. (Depdiknas, 2003:6) Berdasarkan pengertian di atas, untuk mempelajari matematika diperlukan peranan guru, kemampuan memilih metode pembelajaran yang tepat agar siswa merasa nyaman, dan mudah serta aktif dan senang belajar matematika.
Metode pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan matematika dapat merangsang siswa untuk akatif dan senang dalam mengikuti pelajaran matematika yang selama ini berkesan menakutkan dan membosankan. Sedangkan penggunaan media pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi pelajaran, khususnya matematika dapat menumbuh kembangkan keaktifan dan kreatifitas siswa selama mengikuti pelajaran. Pembelajaran yang selama ini berkesan monoton dan membosankan akan berubah menjadi pembelajaran yang menyenangkan. d. Tujuan Pembelajaran Matematika Tujuan umum pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu : 1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif. 2) Mempersiakan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola piker matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahian. 3) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. 4) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 5) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 6) Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 7) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah ( Depdiknas, 2006 ) Sedangkan tujuan khusus pembelajaran matematika di sekolah dasar ( SD ) adalah sebagai berikut : 1) Menumbuh kembangkan keterampilan berhitung ( menggunakan bilangan ) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari. 2) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika. 3) Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah LanjutanTingkat Pertama ( SLTP ) 4) Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin (Depdikbud, 1999:31)
Berdasarkan tujuan-tujuan di atas, menurut penulis tujuan matematika meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pembelajaran matematika adalah memberi bekal pada siswa agar dapat menggunakan ilmu yang didapat khususnya matematika untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan pengetahuan dasar matematika agar dapat berguna dan digunakan sebagai bekal belajar di tingkat lebih tinggi. Lebih lanjut, tujuan umum pembelajaran matematika adalah agar siswa memiliki sikap ulet, tekun, dan percaya diri saat menggunakan ilmu matematika dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa dapat mengaplikasikan tiap konsep yang dipelajari di sekolah untuk kehidupannya kelak.
Sedangkan
tujuan
khusus
pembelajaran
matematika
adalah
menumbuhkembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat dijadikan bekal untuk memepelajari matematika di tingkat yang lebih tinggi. e.
Fungsi Pembelajaran Matematika Fungsi
Matematika
adalah
untuk
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan simbol dan bilangan serta mengembangkan ketajaman penilaian yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari(Asep Jihad, 2008:153) (Depdikbud, 2004:35) menyebutkan bahwa pelajaran matematika mempunyai fungsi sebagai berikut: mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar penilaian secara rasional, cermat, jujur, logis, kritis, dan efektif; serta mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Menurut Cockroft yang dikutip Mulyono Abdurrahman (2003:253). Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena : (a) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (b) Semua bidang studi memerlukan Matematika yang sesuai, (c) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, (d) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (e) Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran, keruangan dan fungsi memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa fungsi pembelajaran matematika adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan, menggunakan matematika dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari
dan
dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, siswa diharapkan dapat berpikir cermat, kritis, efektif namun tetap logis.
3. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif a. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kooperatif kontruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vigotsky yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran Vigotsky yakni bahwa fase mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul pada percakapan atau kerjasama antara individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap dalam individu tersebut. Implikasi dari teori vigotsky dikehendakinya susunan kelas berbentuk kooperatif. Model Pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan model pengajaran langsung. Di samping model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar akademik, model pembelajaran kooperatif juga efektif untuk rnengembangkan keterampilan sosial siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik, dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Dalam banyak kasus, norma budaya anak muda sebenarnya tidak menyukai siswa siswa yang ingin menonjol secara akademis. Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini rnelalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama
lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam. Sementara itu, banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang dalam keterampilan sosial. Situasi ini dibuktikan dengan begitu sering pertikaian kecil antara individu dapat mengakibatkan tindak kekerasan atau betapa sering orang menyatakan ketidakpuasan pada saat diminta untuk bekerja dalarn situasi kooperatif Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan. Menurut Lundgren dalam (http://ipotes.wordpress.com) diunduh 20 September 2009, Keterampilan keterampilan kooperatif antara lain : Keterampilan kooperatif tingkat awal Meliputi: (a) menggunakan kesepakatan; (b) menghargai kontribusi; (c) mengambil giliran dan berbagi tugas; (d) berada dalam kelompok; (e) berada dalam tugas; (f) mendorong partisipasi; (g) mengundang orang lain untuk berbicara; (h) menyelesaikan tugas pada waktunya; dan (i) menghormati perbedaan individu. Keterampilan kooperatif tingkat menengah meliputi: (a) menunjukkan penghargaan dan simpati; (b) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima; (c) mendengarkan dengan aktif; (d) bertanya; (e) membuat ringkasan; (f) menafsirkan; (g) mengatur dan mengorganisir; (h) menerima, tanggung jawab; (i) mengurangi ketegangan Keterampilan kooperatif tingkat mahir meliputi: (a) mengelaborasi; (b) memeriksa dengan cermat; (c) menanyakan kebenaran; (d) menetapkan tujuan; (e) berkompromi Tingkah Laku mengajar ( Sintaks) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembeiajaran kooperatif, pelajaran di mulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentase hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha usaha kelompok maupun individu.
b. Unsur-unsur Dasar Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Lie (Sugiyanto, 2008:38) Unsur-unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa agar model pembelajaran kooperatif lebih efektif adalah sebagai berikut : 1) Saling ketergantungan positif Guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hal inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. 2) Interaksi tatap muka Interaksi tatap muka akan memaksa siswa untuk saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat melaksanakan percakapan. 3) Akuntabilitas individu Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Sedangkan nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual. 4) Keterampilan menjalin hubungan Keterampilan yang dapat menjalin hubungan sosial meliputi: tenggang rasa, sopan dengan teman, mengkritik ide bukan mengkritik teman, berpikir logis, mandiri, dan tidak mendominasi teman.
c. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai beberapa tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim (http://anwarhalil. blogspot. com diunduh 14 September 2009) adalah: 1) Untuk meningkatkan kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas akademik. 2) Memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama. 3) Mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Depdiknas dalam (http://ipotes.wordpress.com diunduh 14 September 2009) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan sebagai berikut: 1) Meningkatkan hasil akademik melalui kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu.
2) Memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai perbedaan latar belajar. Perbedaan itu antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3) Untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan ini meliputi keterampilan berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, menjelaskan ide atau pendapat, serta bekerja dalam kelompok. Beberapa pendapat di atas dapat dismpulkan bahwa tujuan utama dalam penerapan model kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar dalam bentuk kelompok dengan teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyatakan pendapatnya secara kelompok. d. Model-Model Pembelajaran Kooperatif Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang diterapkan (Isjoni, 2009:50) Model tersebut adalah: 1) Student Team Achievement Division (STAD) STAD adalah salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran. Menurut Sugiyanto ( 2008: 42) STAD merupakan metode yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode ini digunakan untuk mengajarkan materi informasi akademik baru kepada siswa baik melalui penyajian verbal maupun tertulis. Pada proses pembelajarannya, model kooperatif tipe STAD melalui lima langkah yaitu: a) penyajian materi b) kegiatan kelompok c) tes individual d) perhitungan skor perkembangan individu e) pemberian penghargaan kelompok (Slavin dalam Isjoni, 2009: 51) 2) Jigsaw Jigsaw merupakan teknik pembelajaran yang memungkinkan guru memperhatikan latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa dalam mengaktifkan skemata agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap siswa yang memungkinkan siswa mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupunketerampilan kelompok untuk belajar bersama. Arends dalam (http://ipotes.wordpress.com diunduh 18 September 2009) menyatakan langkah-langkah penerapan model kooperatif jigsaw, yaitu: a) membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang b) masingmasing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut kelompok ahli (expert group) c) kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut d) Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing (kelompok asal atau home teams), kemudian menjelaskan materi kepada anggota kelompoknya. 3) Group Investigation (GI) Pada model ini siswa dibagi dalam kelompok yang dibentuk berdasarkan pada perkawanan atau berdasarkan keterkaitan sebuah materi. Metode GI menuntut
siswa untuk
dapat
memiliki
kemampuan
yang baik
dalam
berkomunikasi maupun keterampilan proses memiliki kelmpok (group process skills). Pelaksanaan pembelajarannya yakni: siswa memilih subtopik yang akan dipelajari dan topik biasanya ditentukan oleh guru, selanjutnya siswa dan guru merencanakan tujuan, langkah-langkah belajar dan materi yang dipilih. Kemudian siswa belajar dengan berbagai sumber, setelah pembelajaran selesai siswa menganalisis, menyimpulkan, dan membuat kesimpulan untuk mempresentasikan hasil belajar mereka di depan kelas. 4)Rotating Trio Exchange Dalam model rotataing trio exchange kelas dibagi dalam kelompokkelompok yang terdiri dari tiga orang, kelas ditata sehingga setiap orang dapat melihat kelompok lainnya di kiri dan di kanannya, pada setiap trio diberikan pertanyaan yang sama utuk didiskusikan. Setelah selesai, diberi nomor untuk setiap anggota trio tersebut misalnya 1,2,3. Nomor 1 berpindah searah jarum jam, nomor 2 sebaliknya dan nomor 3 tetap barada di tempat. Kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan baru untuk didiskusikan pada setiap trio, tambahkan
sedikit tingkat kesulitan. Rotasikan kembali siswa seusai setiap pertanyaan yang telah disiapkan. 5)Group Resume Model ini dapat menjadikan interaksi antar siswa lebih baik. Penerapannya dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: a) kelas dibagi dalam kelompokkelompok, setiap kelompok terdiri dari 3-6 orang b) berikan penekanan bahwa mereka adalah kelompok yang bagus, baik bakat maupun kemampuannya di kelas c) biarkan kelompok-kelompok tersebut membuat kesimpulan yang di dalamnya terdapat data latar belakang pendidikan, pengetahuan isi kelas, pengalaman kerja, kedudukan, keterampilan, dan bakat d) setiap kelompok diminta untuk mempresentasikan kesimpulan kelompok mereka. e. Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran Kooperatif Menurut Anita Lie (2008:38) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) Pengelompokan Guru sering membagi siswa dalam beberapa kelompok secara homogen berdasarkan prestasi mereka dan juga secara heterogen. Hal ini dapat memudahkan guru untuk meningkatkan interaksi siswa dalam pembelajaran. 2) Semangat gotong royong Semangat gotong royong bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam melaksanakan kerjasama dengan siswa yang lain. Niat siswa dapat dibina melalui beberapa kegiatan yaitu melalui kesamaan kelompok, identitas kelompok, serta sapaan dan sorak kelompok. 3) Penataan ruang kelas Dalam penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip tertentu. Bangku ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa dapat melihat papan tulis atau guru dengan jelas, dapat melihat rekan kelompoknya dengan baik, dan berada pada jangkauan kelompoknya secara merata namun tidak mengganggu kelompok yang lain.
f. Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif Penilaian dalam pembelajaran kooperatif, siswa memperoleh nilai pribadi dan nilai kelompok. Siswa saling menolong dalam mempersiapkan diri untuk melaksanakan tes. Tetapi pada pelaksanaan tes mereka mengerjakan soal sendirisendiri dan memperoleh nilai pribadi. Nilai kelompok dapat diperoleh melalui
beberapa cara, yakni: 1) dapat diambil dari nilai siswa yang terendah dalam kelompok 2) diambil dari rata-rata nilai anggota semua kelompok, dari partisipasi setiap anggota.(Anita Lie, 2008:88) g. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Model Pembelajaran Konvensional Dalam
pembelajaran
konvensional
juga
dikenal
belajar
kelompok
(Sugiyanto, 2008:39). Namun ada beberapa perbedaan antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar konvensional, yaitu: Tabel1. Perbedaan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Kooperatif dan Kelompok Belajar Model Pembelajaran Konvensional Kelompok belajar model pembelajaran kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok
Kelompok belajar model pembelajaran konvensional Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok sedangkan yang lain hanya pasif saja Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok belajar biasanya heterogen dalam kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya Pimpinan kelompok dipilih secara Pimpinan kelompok sering ditentukan demokratis atau bergilir agar setiap oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk anggota kelompok mendapat memilih pemimpinnya dengan cara pengalaman masing-masing Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak dalam kerja gotong royong seperti diajarkan secara langsung kepemimpinan, berkomunikasi, dan mengelola konflik secara langsung Pada saat belajar kooperatif Pemantauan melalui observasi dan berlangsung, guru terus melakukan intervensi sering dilakukan guru pada saat pemantauan melalui observasi dan belajar kelompok sedang berlangsung melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama kelompok Penekanan tidak hanya pada Penekanan sering hanya pada penyelesaian
tugas
hubungan interpersonal
tetapi
juga terselesainya tugas
4. Tinjauan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin ( Slavin, 2008 : 143) merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan metode pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Sedangkan menurut Slavin ( 1982 ) as ". . . instructional methods in which students of all levels of performance work together in small groups toward a common goal." Journal article by Lawrence W. Sherman, Mary Thomas; Journal of Educational Research,Vol.79, 1986 (http://www. sciencedirect.com /science?) diunduh 12 April 2010. Menurut Slavin metode instruksional di mana siswa dengan berbagai kemampuan bekerja sama dalam kelompok kecil untuk mencapai hasil bersama. Menurut Isjoni (2010 : 52 ), pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut; a) Presentasi kelas. Materi pelajaran dipresentasikan oleh guru dengan menggunakan metode pembelajaran. Siswa mengikuti presentasi guru dengan seksama sebagai persiapan untuk mengikuti tes berikutnya. b) Kerja kelompok. Kelompok terdiri dari 4-5 orang. Dalam kegiatan kelompok ini, para siswa bersama-sama mendiskusikan masalah yang dihadapi, membandingkan jawaban, atau memperbaiki miskonsepsi. Kelompok diharapkan bekerja sama dengan sebaik-baiknya dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran, c) Tes. Setelah kegiatan presentasi guru dan kegiatan kelompok, siswa diberikan tes secara individual. Dalam menjawab tes, siswa tidak diperkenankan saling membantu, d) Peningkatan skor individu. Setiap anggota kelompok diharapkan mencapai skor tes yang tinggi karena skor ini akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan skor rata-rata kelompok, e) Penghargaan kolompok. Kelompok yang mencapai rata-rata skor tertinggi, diberikan penghargaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Lawrence W. Sherman dan Mary Thomas ( 1986 : 79 ) yang mengatakan bahwa :
The TGT and STAD use four-member groups in which each group reflects section of the available academic ability within the classroom, that is, teams are all academically heterogeneous. Representation of different racial/ ethnic groups and both sexes is also a relevant dimension for maintaining heterogeneity in the teams. "The function of these teams is to prepare members, through peer tutoring, for participation the next day in a learning-game-tournament by rehearsing subject matter presented earlier by the teacher.Journal article by Joe D. Nichols, School of Education, Neff Hall, Indiana/Purdue University at Ft. Wayne ; Journal of Educational Research,Vol.79, 1986 (http://www. sciencedirect.com /science?) diunduh 12 April 2010. Pendapat Lawrence dan Mary tersebut menyatakan bahwa dalam metode TGT dan STAD menggunakan empat anggota kelompok yang tiap-tiap kelompok mewakili campuran golongan dari kemampuan akademik yang ada di dalam kelas, yaitu kelompok dengan kemampuan akademik yang berbeda-beda. Kelompok yang mewakili perbedaan ras/etnis dan keduanya mempunyai bagian yang sangat relevan dalam memelihara keanekaragaman yang ada dalam kelompok. Manfaat kelompok adalah untuk mempersiapkan anggota, sampai belajar dengan teman sebaya, untuk berpartisipasi di kemudian hari pada kompetisi belajar dengan latihan bahan mata pelajaran yang disampaikan terlebih dulu oleh guru. Langkah-langkah penyekoran dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Isjoni (2010 : 53) adalah sebagai berikut : 1. Menetapkan skor dasar Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor-skor test individu yang lalu. 2. Menghitung skor test individu terkini Siswa memperoleh skor untuk test yang berkaitan dengan materi pokok terkini. 3. Menghitung skor perkembangan: siswa mendapat point Perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor test individu terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka dengan menggunakan skala. Skor perkembangan individu dalam tim dan ketentuan penghargaan dalam kelompok dapat dihitung dengan menggunakan tabel 2 dan tabel 3 berikut:
Tabel 2. Ketentuan Skor Perkembangan pada Evaluasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD No Keterangan 1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). Isjoni 2010 : 53
Skor 5 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
Tabel 3. Ketentuan penghargaan kelompok pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD Skor rata-rata tim Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Isjoni 2010 : 54
Penghargaan Tim baik Tim hebat Tim super
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu cara yang dipilih dan digunakan guru untuk memperbaiki pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki lima komponen tahapan utama, yaitu : penyajian materi, kerja kelompok, tes individu, penghitungan skor kelompok, dan pemberian penghargaan kelompok. Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan menarik bagi siswa, seperti halnya model pembelajaran koopertaif tipe STAD dapat memaksimalkan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi bangun datar sehingga prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Selain itu, pemilihan pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diterapkan dalam pembelajaran bangun datar karena STAD merupakan salah satu metode dalam pembelajaran kooperatif yang paling bsederhana. Sehingga metode ini cocok digunakan oleh guru yang baru pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif. a. Kekurangan dan Kelebihan Tipe STAD Keuntungan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk jangka pendek menurut Soewarso (1998:22) sebagai berikut : 1.
Metode pembelajaran kooperatif membantu siswa mempelajari isi
materi pelajaran yang sedang dibahas. 2. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena dalam tes lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya. 3. Pembelajaran kooperatif menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. 4. Pembelajaran kooperatif menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya. 5. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. 6. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan. 7. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama. http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH35d7/8e2e4251.dir /doc.pdf. diunduh 6 Juni 2010. Sampai saat ini tipe STAD belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan. Menurut Lie (2002:22) bahwa alasan pengajar enggan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas yaitu : 1. Kekhawatiran bahwa akan terjadi kekacauan di kelas dan siswa tidak belajar jika mereka diterapkan dalam grup. 2. Banyak orang mempunyai kesan negatif mengenai kegiatan kerja sama atau belajar dalam kelompok. 3.
Banyak siswa tidak senang disuruh untuk kerja sama dengan yang lain.
4. Siswa yang tekun merasa harus bekerja melebihi siswa yang lain dalam grup mereka, sedangkan siswa yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan siswa yang lebih pandai. 5. Siswa yang tekun juga merasa timnya yang kurang mampu hanya menumpang saja pada hasil jerih payah mereka. Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan bertukar informasi.
Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai tujuan dengan baik b.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Matematika di SD Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari
lima komponen utama, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok (Isjoni 2010 : 51). Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur, yaitu sebagai berikut: 1) Pengajaran Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang direncanakan. 2) Pembukaan a) Katakanlah pada siswa apa yang akan dipelajari dan mengapa hal itu penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain. b) Guru menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk “menemukan” konsep atau merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut. c) Ulangi secara singkat keterampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak. 3) Pengembangan a) Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hafalan. c) Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan. d) Memberi penjelasan mengapa jawaban tersebut benar atau salah. e) Beralihlah pada konsep yang lain, jika siswa telah memahami pokok masalahnya. 4) Latihan Terbimbing a) Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan. b) Memanggil anak secara acak untuk mengerjakan atau menyelesaikan soal. Hal ini bertujuan agar semua siswa selalu siap mempersiapkan diri sebaik mungkin. c) Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.
5) Belajar Kelompok Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar jawaban yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan yang sedang diajarkan untuk mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.( www.wikipedia.com diunduh 12 Agustus 2009). Berdasarkan uraian di atas, bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu: penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor perkembangan, dan penghargaan kelompok. Setiap awal pembelajaran dengan model pembelajaran koopertif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran. Penekanan dalam penyajian materi pelajaran meliputi, pembukaan, pengembangan, latihan terbimbing, dan belajar kelompok.
B. Penelitian yang Relevan Karismawati,Indah.2009:78.Dalam
skripsi
yang
berjudul
Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Model Student Teams Achievement Division ( STAD ) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri Malang. Bahwa hasil dari penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa meningkat dengan pembelajaran kooperatif model STAD. Tugimin.2008:9. Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Materi Pelajaran Bangun Datar dengan metode STAD dan Alat Bantu Belajar MBDW ( Media Bangun Datar Warna-warni ) pada Peserta Didik Kelas V SD 1 Pulosaren, Kepil, Wonosobo Tahun 2008. Hasil dari penelitian ini adalah efektivitas pembelajaran tinggi, indikator kerja yang diharapkan dapat dipenuhi, rata-rata perolehan nilai dari siklus 1 dan siklus 2 berturut-turut mengalami peningkatan yaitu dari 81,58% meningkat menjadi 86, 32%, secara individual tinggal 1 orang anak yang belum tuntas, secara klasikal telah dinyatakan tuntas dengan indikator kerja 80%.
C. Kerangka Berpikir Pada kondisi awal, siswa belum memiliki penguasaan bangun datar yang rendah pada pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan cara mengajar yang konvensional dan apabila menggunakan metode diskusi, guru masih menerapkan diskusi kelompok konvensionaltradisional. Pemilihan metode yang tepat dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa akan tertarik sehingga dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada pembelajaran matematika. Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Belum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kelebihan tipe ini antara lain : membantu siswa mempelajari isi materi, Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu .
Penguasaan siswa terhadap konsep sifatsifat bangun datar rendah
Siklus I d Siklus II
Penguasaan siswa terhadap konsep sifatsifat bangun datar meningkat
Gambar bagan 1 Bagan kerangka berpikir
Diharapkan penguasaan siswa terhadap konsep sifat-sifat bangun datar meningkat
D. Hipotesis Berdasarkan uraian kerangka pemikiran, diajukan hipotesis sebagai berikut : Penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010 dapat meningkat jika pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD ).
BAB III METODE PENELITIAN A.
Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Lokasi yang digunakan untuk penelitian adalah SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta. Lokasi penelitian ini dipilih antara lain karena : a. Lokasi ini merupakan tempat peneliti dulu melakukan PPl sehingga sedikit banyak peneliti mengenal subyek penelitian. Hal ini memudahkan peneliti mengadakan penelitian. b. Tersedianya buku-buku yang relevan. 2. Waktu Penelitian Dalam penelitian ini waktu penelitian adalah dari bulan April 2010 Juni 2010. Bulan April adalah waktu peneliti mulai menulis proposal, mengadakan observasi, serta mengurus perizinan. Pada bulan April pertengahan, peneliti mulai melakukan penelitian sampai Mei awal. Mei akhir peneliti mulai menyusun laporan, dan di bulan Juni akhir peneliti selesai mengerjakan laporan.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Karena data yang akan diperoleh/dikumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di lapangan maka bentuk model yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK). 2. Strategi Penelitian Pada strategi penelitian ini langkah-langkah yang diambil adalah strategi tindakan kelas model siklus karena objek penelitian yang diteliti hanya satu sekolah. Adapun rancangan penelitiannya adalah sebagai berikut : a. b. c. d.
Perencanaan. Tindakan. Pengamatan Refleksi.
C. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Paiang 1 No.93 Surakarta sebanyak 50 siswa, yang terdiri dari 23 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Sedangkan obyeknya adalah penguasaan bangun datar siswa kelas V. Penguasaan bangun datar yang harus dikuasai siswa meliputi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang.
D.
Sumber Data
Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang prestasi belajar siswa pada materi sifat-sifat bangun datar. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri pajang 1 No. 93 Surakarta. 2. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran matematika dan aktivitas lain yang bertalian. 3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, angket wawancara siswa, dan buku penilaian.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan/observasi, wawancara, dan angket yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut: 1. Pengamatan/observasi Pengamatan / observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan belajar matematika siswa.
2. Wawancara Teknik pengumpulan data ini untuk menggali data terutama mengenai latar belakang, dan kondisi siswa dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
F.
Validitas Data
Untuk menjamin validitas data dan pertanggungjawaban dan dapat dijadikan dasar yang kuat untuk menarik kesimpulan , teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain validitas isi dan trianggulasi. 1. Validitas isi, sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila di dalam nya mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi dan isi pelajaran yang diberikan guru. Pada penelitian ini data yang diukur menggunakan validitas isi yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan penguasaan bangun datr siswa dengan materi yang diajarkan di kelas V, maka pada penyusunn dilakukan dengan cara memerinci kurikulum atau materi pelajaran. Oleh karena itu materi yang diajarkan tertera dalam kurikulum maka validitas isi ini sering disebut validitas kurikuler. 2. Trianggulasi Data ( sumber ) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda. Dengan teknik ini di harapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa. 3. Trianggulasi Metode. Jenis metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunalan teknik pengumpulan data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasi.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah model interaktif, untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan , dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, penyeleksian, dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif,representatif tabular, termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Penyimpulan data adalah prose pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisir tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas. Untuk memperjelas proses analisis interaktif digambarkan sebagai berikut:
Pengumpulan data
Sajian Data
Reduksi data
Penarikan Kesimpulan Gambar bagan 2
Bagan Teknik Analisis Data Sumber : H. B. Sutopo (2006: 120)
H. Indikator Kinerja Menurut Sarwiji Suwandi (2008:70), indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SDN
Pajang 1 Surakarta melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ). Indikator penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP matematika kelas V serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 63. Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan bangun datar siswa mencapai rata-rata kelas 63 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 mencapai 70 % . Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan bangun datar siswa mencapai rata-rata kelas 63 dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 63 mencapai 86 %.
I. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas ini direncanakan 2 siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai. Untuk memperoleh data tentang nilai matematika kelas V dilakukan observasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Melalui langkah-langkah tersebut akan dapat ditentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan pembelajaran matematika. Berdasarkan penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka didapat hasil refleksi awal. Dengan berpedoman pada refleksi awal tersebut, maka prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus. Adapun model penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut
Siklus Pelaksanaan PTK
Gambar Bagan 3: Riset Aksi Model John Elliot 1. Tahap Perencanaan a. Mengumpulkan data yang dikumpulkan melalui teknik observasi terhadap siswa saat pembelajaran dan pencatatan arsip. b.Menganalisis data. c.Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) d.Membuat lembar observasi 2. Tahap Pelaksanaan a.Pelaksanaan pembelajaran matematika sesuai rencana. b.Siswa belajar matematika baik secara perorangan maupun kelompok dengan bimbingan guru pada jam pelajaran. 3. Tahap Observasi a. Guru mengamati dan memonitor siswa dalam belajar b.Guru memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. c.Pada saat pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati siswa. d.Menilai hasil belajar siswa.
4.
Tahap Refleksi Pada tahap refleksi ini guru/peneliti mengadakan refleksi dan evaluasi.
Berdasarkan hasil refleksi ini dapat diketahui kelemahan dan kekurangan dalam kegiatan pembelajaran matematika. Sehingga dapat untuk menentukan tindakan kelas pada siklus berikutnya. Bila hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I belum menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar yang signifikan, perlu dilanjutkan dengan siklus II yang meliputi : tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Demikian juga untuk siklus berikutnya sampai penguasaan bangun datar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pajang 1 Surakarta 2009/2010 meningkat.
Tahun Pelajaran
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Latar Penelitian ini diadakan di SD Negeri Pajang I No. 93 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Saat ini SD Negeri Pajang I No. 93 merupakan kelompok sekolah inti di Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Selain itu, SD Negeri Pajang I No. 93 merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Surakarta. SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada tahun 2009/2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah, memiliki 10 guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 3 orang tenaga pengajar serta 2 karyawan yang masih Wiyata Bakti. Jumlah guru kelas 6 orang yang mengajar kelas I-VI, 1 guru Pendidikan Agama Islam, 1 guru Pendidikan Agama Katholik, 1 guru Penjaskes, 1 guru Bahasa Inggris, dan 2 guru tari. Selain itu juga terdapat guru pembimbing khusus (GPK) yang bertugas membimbing siswa berkebutuhan khusus. Hal ini sesuai dengan kualifikasi pendidikannya yaitu sarjana Pendidikan Luar Biasa (PLB). Di sekolah ini juga terdapat tenaga admininstrasi/tata usaha atau tenaga perpustakaan tersendiri. Semua personel telah melaksanakan tugasnya masingmasing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Jumlah seluruh siswa di SD Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta pada Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah 277 siswa yang terdiri dari 133 siswa laki-laki dan 144 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 42 siswa, kelas II sebanyak 42 siswa, kelas III sebanyak 46 siswa, kelas IV sebanyak 50 siswa, kelas V sebanyak 50 siswa dan kelas VI sebanyak 47 siswa. Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial serta ekonomi yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai karyawan swasta.
Pembelajaran yang dilaksanakan di SDN Pajang 1 No.93 Surakarta masih bersifat konvensional. Guru belum mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Pada umumnya, guru masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa terkesan
pasif atau DDCH (Duduk, Diam, Catat, Hafal). Selain itu, guru masih cenderung hanya melatih siswa untuk berpikir konvergen, yang hanya berpikir satu arah, yang benar atau satu jawaban paling tepat, atau satu pemecahan dari suatu permasalahan. Hal tersebut menyebabkan penguasaan siswa dalam mata pelajaran cenderung rendah khususnya pada mata pelajaran matematika kelas V pada pokok bahasan bangun datar yang sangat memerlukan kejelasan secara kongkrit. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka peneliti mangadakan penelitian di kelas V dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan penguasaan bangun datar siswa. B. Deskripsi Hasil Siklus I
Tindakan siklus 1 dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yaitu selama 2 kali pertemuan, yang dimulai pada 21 Mei 2010 – 28 Mei 2010. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, dilakukan pengamatan pada proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V. pelaksanaan ini dilakukan untuk mengetahui kesulitan pemahaman belajar siswa, serta untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika. Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
pencatatan
terhadap
proses
pembelajaran dan hasil belajar tersebut, diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta berjumlah 50 siswa. Sebagian besar siswa belum memahami dan menguasai sifat-sifat bangun datar. Hal ini dibuktikan dengan nilai tentang sifat-sifat bangun datar yang dikerjakan siswa sebagian besar kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) ≤ 63 yaitu sebanyak 5 siswa atau sebesar 10 %. Peneliti mengadakan konsultasi dengan guru kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta, mengenai alternatif pemecahan permasalahan. Hambatanhambatan atau permasalahan yang ada secepat mungkin dapat dipecahkan dan diatasi. Alternative pemecahan masalah ini dilakukan dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division) pada materi sifat-sifat bangun datar, agar penguasaan bangun datar siswa dapat meningkat. Dengan berpedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) 2006 kelas V tentang sifat-sifat bangun datar, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Memilih kompetensi dasar atau indicator yang sesuai dengan dengan sifatsifat bangun datar. Adapun alasan memilih kompetensi dasar atau indicator tersebut adalah : a) Kompetensi dasar / indicator tentang sifat-sifat bangun datar harus dikuasai siswa, karena hal tersebut untuk mempermudah penguasaan materi matematika yang lebih mendalam di kelas selanjutnya. b) Kompetensi dasar maupun indicator tentang sifat-sifat bangun datar tersebut dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. c) Pemilihan kompetensi dasar sifat-sifat bangun datar didasarkan pada kurikulum yang berlaku yaitu KTSP yang diterbitkan dari Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah oleh ketua BNSP, Jakarta 2006. Serta harapan masyarakat luas terhadap prestasi belajar matematika , karena mata pelajaran matematika salah satu mata pelajaran yang termasuk UASBN baik SD, SLTP, SLTA. 2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) berdasarkan indikator yang telah dipilih atau dibuat. ( Lampiran 1). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 2 kali pertemuan dan setiap pertemuan dengan waktu 2 jam pelajaran. 3) Menyiapkan pembelajaran untuk menanamkan konsep sifat-sifat bangun datar dalam pelaksanaan pembelajaran matematika kelas V.
b. Pelaksanaan Tindakan Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini, guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ).
Pelaksanaan ini sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada siklus 1, yaitu dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan ( lampiran 6 ) 1) Pertemuan Pertama Pelajaran matematika adalah pada materi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang dengan indicator menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. Sebagai kegiatan awal kurang lebih 10 menit, guru mengkondisiksn siswa agar siap mengikuti pelajaran. Kegiatan awal diakhiri dengan penyajian cerita yang berkaitan dengan bangun datar agar siswa tertarik mengikuti pelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti, peneliti menyajikan materi tentang sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. Sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang termasuk bagian yang terpenting, oleh sebab itu konsep sifat-sifat bangun datar harus benarbenar dikuasai oleh siswa. Setelah dirasa siswa telah menguasai konsep bangun datar, peneliti membentuk kelompok sebanyak 10 kelompok, tiap kelompok beranggota 5 orang siswa. Tugas kelompok adalah saling membantu di antara anggota agar semua anggota kelompok dapat memahami materi bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. Tiap kelompok berdiskusi mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing kelompok dan membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa mengerjakan latihan soal secara, guru bersama siswa membahas tentang lembar kerja tiap-tiap kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada yang belum jelas. Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, siswa diminta mempelajari materi yang telah dipelajari serta materi yang akan dipelajari di rumah.
2) Pertemuan Kedua Pertemuan ke-2 materi matematika yang dipelajari sesuai dengan rencana adalah tentang trapesium dan jajar genjang.
Sebagai kegiatan awal, guru memotivasi siswa agar tertarik dengan materi yang akan disampaikan. Kemudian guru memberikan cerita yang berkaitan dengan materi bangun datar jajar genjang dan trapezium. Kemudian dilanjutkan inti pelajaran, yaitu guru menjelaskan sifat-sifat bangun datar jajar genjang dan trapesium. Peneliti kemudian membentuk kelompok sebanyak 10 kelompok, tiap kelompok beranggota 5 orang siswa. Tugas kelompok adalah saling membantu di antara anggota agar semua anggota kelompok dapat memahami materi bangun datar jajar genjang dan trapesium. Tiap kelompok berdiskusi mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing kelompok dan membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa mengerjakan latihan soal, guru bersama siswa membahas tentang lembar kerja tiap-tiap kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada yang belum jelas. Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, guru memberikan lembar soal yang harus dikerjakan secara individu. Pembelajaran diakhiri setelah siswa selesaj mengerjakan latihan individu.
c. Observasi Dalam tahap observasi dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ). Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, serta untuk mengetahui seberapa besar perubahan prestasi belajar siswa, partisipasi, kerjasama antar teman dalam pembelajaran setelah diadakan tindakan. Pengamatan ini tidak hanya ditujukan pada siswa dalam proses pembelajaran , tetapi juga observasi pada aspek tindakan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan. Observasi dalam siklus 1 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pertemuan 1
Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. Hasil Observasi : a) Kegiatan Siswa (lihat tabel 8 ) (1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 54 %. (2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 58 %. (3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 34 %. (4) Inisiatif siswa belum meningkat 46 %. (5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 58 %. b) Kegiatan Guru (1) Menyampaikan informasi secara jelas. (2) Menggunakan berbagai sumber belajar. (3) Waktu sesuai dengan perencanaan. (4) Penuh perhatian terhadap siswa. (5) Memotivasi individu dan kelompok. (6) Menggunakan multi media (7) Sudah melakukan penilaian proses belajar. (8) Melakukan penilaian hasil belajar. (9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
1. Pertemuan ke-2 Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar trapesium dan jajar genjang. Hasil Observasi : a) Kegiatan Siswa (1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 86 %. (2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 50 %. (3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 60 %. (4) Inisiatif siswa belum meningkat 60 %. (5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 60 %.
b) Kegiatan Guru (1) Menyampaikan informasi secara jelas. (2) Menggunakan berbagai sumber belajar. (3) Waktu sesuai dengan perencanaan. (4) Penuh perhatian terhadap siswa. (5) Memotivasi individu dan kelompok. (6) Menggunakan multi media (7) Sudah melakukan penilaian proses belajar. (8) Melakukan penilaian hasil belajar. (9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
d. Refleksi Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, selama proses pelaksanaan tindakan, materi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, persegi panjang, trapesium, dan jajar genjang mulai menunjukkan adanya peningkatan. 1) Pertemuan pertama Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus pertama pertemuan pertama, siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru sebanyak 27 anak, menjawab pertanyaan 29 anak, maupun berdiskusi dalam kelompok. Penguasaan siswa dalam materi bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang dalam diskusi kelompok mulai meningkat, sehingga nilai diskusi kelompok pada pertemuan pertama menunjukkan nilai latihan diskusi kelompok yang cukup bagus. Nilai latihan diskusi kelompok ini dijadikan indicator dalam latihan individu pada pertemuan kedua. Tabel 7. Perolehan nilai latihan kelompok Nomor absen anggota
Perolehan nilai latihan
kelompok
kelompok
The Winner
1-5
75
Boys and Girls Smart
6-10
70
Nama kelompok
The Rubbick
11-15
75
Meteor Garden
16-20
80
Bintang Kelas
21-25
85
Sponge Bob Square Pants
26-30
77,5
The Great Eksodia Great
31-35
75
Fresh Children
36-40
65
Star Five
41-45
75
Avatar King
46-50
60
Hasil pengamatan terhadap siswa menggunakan lembar observasi adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1 No.
Aspek yang Diamati
Jml siswa
Persentase
1.
Aktif memperhatikan penjelasan guru
27
54%
2.
Aktif menjawab pertanyaan
29
58%
3.
Rasa ingin tahu
17
34%
4.
Inisiatif
23
46%
5.
Aktif mengerjakan tugas-tugas
29
58%
2) Pertemuan kedua Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran pada siklus pertama pertemuan kedua, siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, menjawab pertanyaan, maupun berdiskusi dalam kelompok. Penguasaan siswa dalam materi bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang mulai meningkat, sehingga prestasi belajar pada pertemuan pertama menunjukkan perubahan berarti karena rata-rata kelas mencapai 73, 5.
Tabel 9. Daftar Nilai Hasil Belajar dan Kemajuan Individu
Siklus I
Berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Skor Pra Siklus
Siklus I
Kemajuan
1
75
90
20
2
50
70
3
40
4
Skor Pra Siklus
Siklus I
Kemajuan
26
50
65
20
20
27
40
55
10
55
5
28
50
75
20
60
65
10
29
45
60
10
5
60
80
20
30
60
70
20
6
60
75
20
31
45
50
20
7
50
65
20
32
50
65
20
8
60
85
30
33
45
55
20
9
50
65
30
34
60
70
20
10
50
65
20
35
50
60
20
11
50
75
30
36
40
50
20
12
60
80
20
37
60
75
20
13
50
60
30
38
50
60
20
14
50
65
20
39
45
50
5
15
40
55
10
40
60
80
20
16
45
55
20
41
45
60
10
17
60
75
10
42
75
90
10
18
35
50
30
43
60
60
20
19
50
60
20
44
50
60
20
20
45
65
30
45
65
80
30
21
50
60
30
46
45
60
20
22
60
80
20
47
35
50
10
23
45
55
10
48
65
85
30
24
80
90
30
49
60
85
20
No.
No.
Individu
Individu
25
45
30
65
50
60
30
80
Tabel 10. Skor Kelompok Siklus I Berdasarkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD No.
Nama Kelompok
Skor Kelompok
Penghargaan Kelompok
1
The Winner
18
Tim Baik
2 3 4 5
20 24 24 24
Tim Hebat Tim Hebat Tim Hebat Tim Hebat
24
Tim Hebat
28
Tim Super
8
Boys and Girls Smart The Rubbick Meteor Garden Bintang Kelas Sponge Bob Square Pants The Great Eksodia Great Fresh Children
28
Tim Super
9 10
Star Five Avatar King
20 22
Tim Baik Tim Hebat
6 7
Tabel 11. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-2
No.
Aspek yang Diamati
Jml siswa
Persentase
1.
Aktif memperhatikan penjelasan guru
43
86%
2.
Aktif menjawab pertanyaan
25
50%
3.
Rasa ingin tahu
30
60%
4.
Inisiatif
30
60%
5.
Aktif mengerjakan tugas-tugas
30
60%
Setelah selesai melaksanakan tindakan pada siklus 1 yang terdiri dari dua pertemuan, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, diperoleh hasil penguasaan bangun datar siswa meningkat meski belum signifikan.
Oleh sebab itu harus dilanjutkan pada siklus kudua dengan materi yang sama yaitu bangun datar. C. Deskripsi Hasil Siklus II Siklus II dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan yaitu tanggal 29 Mei -5 April 2010 Adapun tahapan kegiatan yang dilaksanakan meliputi :
a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan sudah ada peningkatan nilai, tetapi untuk penguasaan bangun datar masih kurang, terbukti nilai rata-rata belum tinggi. Oleh karena itu disusun rencana pelaksanaan pembelajaran seperti pada siklus I dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Langkah-langkah
penyusunan
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
berdasarkan materi yang sama, yaitu bangun datar. Pembelajaran direncanakan dalam dua kali pertemuan, setiap pertemuan 2 jam pelajaran.
b.
Tahap Pelaksanaan Tindakan Pertemuan ke-1 Kegiatan awal yang dilakukan adalah Tanya jawab tentang bangun datar.
Guru bertanya pada siswa tentang bangun datar yang dibentuk guru menggunakan kertas lipat warna-warni. Kegiatan ini dilakukan untuk mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan belajar. Setelah kegiatan awal dikira cukup, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan inti. Guru menyampaikan materi tentang bangun datar lingkaran dan belah ketupat
Peneliti membentuk kelompok sebanyak 10 kelompok baru yang berbeda dengan kelompok pada siklus pertama, tiap kelompok beranggota 5 orang siswa. Pembentukan kelompok baru ini berdasarkan perolehan nilai individu saat mengerjakan soal pada siklus pertama serta atas saran dari guru kelas V. Tugas kelompok adalah saling membantu di antara anggota agar semua anggota
kelompok dapat memahami materi bangun datar lingkaran dan belah ketupat. Tiap kelompok bertanya jawab serta berdiskusi mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing kelompok dan membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa mengerjakan latihan soal secara, guru bersama siswa membahas tentang lembar kerja tiap-tiap kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada yang belum jelas. Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, siswa diminta mempelajari materi yang telah dipelajari serta materi yang akan dipelajari di rumah.
Tabel 11. Perolehan Nilai Latihan Kelompok Nama kelompok Age Of Empire
Nomor absen anggota
Perolehan nilai latihan
kelompok
kelompok
22, 42, 27, 44, 23
Are You Smarter Than a 8, 25, 15, 49, 40
90 60
5th Grader? Eloquent Bullient
28, 29, 43, 47, 50
90
G-Five is Smart People
37, 48, 24, 12,6
80
Little Star
9,4,20 35, 7
100
Magic Blue Eyes Heart
17, 32, 38, 39, 46
100
The Legend Of Dragon
2,13, 3, 19, 33
85
The Strom Warrior
45, 34, 1, 31, 16
95
The star Blue
14, 36, 11, 21, 5
85
Universal Castle
18, 10, 30, 41, 26
75
Hasil pengamatan terhadap siswa menggunakan lembar observasi adalah sebagai berikut :
Tabel 12. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke-1 No. Aspek yang Diamati 1.
Aktif memperhatikan penjelasan
Jml siswa
Persentase
43
86%
guru 2.
Aktif menjawab pertanyaan
30
60%
3.
Rasa ingin tahu
25
50%
4.
Inisiatif
35
70%
5.
Aktif mengerjakan tugas-tugas
42
84%
Pertemuan ke-2 Pada pertemuan kedua sebagai kegiatan awal, guru memotivasi siswa agar tertarik dengan materi yang akan disampaikan. Kemudian guru memberikan pertanyan mengenai bangun datar yang harus dibentuk siswa dengan kertas lipat warna-warni. Selanjutnya adalah inti pelajaran, yaitu guru menjelaskan sifat-sifat bangun datar layang-layang. Peneliti meminta siswa bergabung dengan kelompok yang telah dibentuk pada pertemuan pertama, tiap kelompok beranggota 5 orang siswa. Tugas kelompok adalah saling membantu di antara anggota agar semua anggota kelompok dapat memahami materi bangun datar layang-layang. Tiap kelompok berdiskusi mengerjakan latihan soal dan mempresentasikan hasilnya di depan kelas, guru mengamati kerja masing-masing kelompok dan membimbing siswa yang belum memahami materi. Setelah siswa mengerjakan latihan soal, guru bersama siswa membahas tentang lembar kerja tiap-tiap kelompok. Kemudian guru bertanya pada siswa jika masih ada yang belum jelas. Sesudah siswa tidak ada yang bertanya, guru memberikan lembar soal yang harus dikerjakan secara individu. Pembelajaran diakhiri setelah siswa selesai mengerjakan latihan individu.
Tabel 13. Daftar Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas V Siklus I dan Siklus II
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Siklus I Siklus II 90 70 55 65 80 75 65 85 65 65 75 80 60 65 55 55 75 50 60 65 60 80 80 55 90
95 80 50 65 85 80 65 80 65 70 90 80 65 85 60 80 85 60 75 70 65 75 75 60 95
No. 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Siklus I 65 65 55 75 60 70 50 65 55 70 60 50 75 60 50 80 60 90 60 60 80 60 50 85 85
Siklus II 75 85 60 85 75 80 65 70 75 75 80 60 90 80 85 80 65 85 70 75 95 70 50 85 80
Tabel 14. Skor Kelompok Siklus II Nama kelompok Age Of Empire Are You Smarter Than a 5th Grader? Eloquent Bullient G-Five is Smart People Little Star
Skor 24 20 26 20 22
Predikat Tim Hebat Tim Hebat Tim Super Tim Hebat Tim Hebat
Magic Blue Eyes Heart The Legend Of Dragon The Strom Warrior The Star Blue Universal Castle
22 26 18 26 28
Tim Hebat Tim Super Tim Baik Tim Super Tim Super
Tabel 15. Rekapitulasi Pengamatan Terhadap Siswa Pertemuan ke1 No.
Aspek yang Diamati
Jml siswa
Persentase
1.
Aktif memperhatikan penjelasan guru
45
90%
2.
Aktif menjawab pertanyaan
40
80%
3.
Rasa ingin tahu
35
70%
4.
Inisiatif
42
84%
5.
Aktif mengerjakan tugas-tugas
46
92%
c. Observasi Dalam tahap observasi pada siklus kedua, dilaksanakan pemantauan terhadap
pelaksanaan
pembelajaran
menggunakan
pembelajaran
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ). Observasi
ini
dilakukan
untuk
memperoleh
data
tentang
pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, serta untuk mengetahui seberapa besar perubahan prestasi belajar siswa, partisipasi, kerjasama antar teman dalam pembelajaran setelah diadakan tindakan. Pengamatan ini tidak hanya ditujukan pada siswa dalam proses pembelajaran, tetapi juga observasi pada aspek tindakan peneliti dalam melaksanakan pembelajaran pada setiap pertemuan. Observasi dalam siklus 2 dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pertemuan ke-1 Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang. Hasil Observasi : a) Kegiatan Siswa (1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 86%.
(2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 60 %. (3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 50 %. (4) Inisiatif siswa belum meningkat 70 %. (5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 84 %. b) Kegiatan Guru (1) Menyampaikan informasi secara jelas. (2) Menggunakan berbagai sumber belajar. (3) Waktu sesuai dengan perencanaan. (4) Penuh perhatian terhadap siswa. (5) Memotivasi individu dan kelompok. (6) Menggunakan multi media (7) Sudah melakukan penilaian proses belajar. (8) Melakukan penilaian hasil belajar. (9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
2. Pertemuan ke-2 Indicator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang. Hasil Observasi : a) Kegiatan Siswa (1) Siswa aktif memperhatikan penjelasan guru 90 %. (2) Siswa aktif menjawab pertanyaan guru 80 %. (3) Rasa ingin tahu dan keberanian bertanya siswa meningkat 70 %. (4) Inisiatif siswa belum meningkat 84 %. (5) Siswa aktif mengerjakan tugas individu dan kelompok 92 %. b) Kegiatan Guru (1) Menyampaikan informasi secara jelas. (2) Menggunakan berbagai sumber belajar. (3) Waktu sesuai dengan perencanaan. (4) Penuh perhatian terhadap siswa. (5) Memotivasi individu dan kelompok. (6) Menggunakan multi media
(7) Sudah melakukan penilaian proses belajar. (8) Melakukan penilaian hasil belajar. (9) Sudah memberikan tindak lanjut pada siswa.
d. Refleksi Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut : Pertemuan ke-1 Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang. Media: Kertas lipat warna-warni Siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, dalam diskusi kelompok pun, siswa juga sudah mulai berani memberikan usulan atau inisiatif. Jika dilihat dari nilai ulangan harian sudah ada peningkatan dari 52,5 Menjadi 71,26. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai ≤ 63 sebanyak 45 siswa menjadi 15 siswa, dengan demikian hasil belajar menunjukkan peningkatan.
Pertemuan ke-2 Indikator : menyebutkan sifat-sifat bangun datar layang-layang Media : kertas lipat warna-warni Pada pertemuan kedua, siswa sudah aktif memperhatikan penjelasan guru. Pihak guru sudah memberikan penjelasan dengan tepat, memotivasi dan mem,berikan penilaian. Nilai rata-rata 52,5 menjadi 71,24. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai < 63 sebanyak 45 siswa menjadi 15 siswa. Dengan demikian ada peningkatan penguasaan bangun datar yang dapat dilihat dari hasil nilai siswa. Dari penelitian ini, pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan bangun datr meningkat. Hasil ini dapat dilihat dari hasil nilai siswa yang mengalami peningkatan. Atas dasar tersebut, dan melihat hasil nilai bangun datar yang diperoleh pada tiap siklus, maka penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta meningkat. Namun guru harus tetap melaksanakan bimbingan belajar untuk perbaikan bagi siswa yang mendapat nilai
di bawah KKM dan memberikan pengayaan kepada siswa yang sudah mendapat nilai datas KKM.
D. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dapat ditemukan hal-hal sebagai berikut : 1.
Pembelajaran yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi bangun datar membuat siswa merasa senang, aktif dan mudah menguasai konsep bangun datar.
2.
Karena pembelajaran menyenangkan disertai dengan penggunaan alat peraga, siswa belajar sambil bermain dalam kelompok sehingga kehabisan waktu.
3.
Penguasaan siswa pada materi bangun datar yang diperoleh siswa setiap siklus setelsh pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu meningkat. Sedangkan perkembangan
penguasaan
bangun datar
siswa
yang
memperoleh nilai diatas 63 seperti yang tercantum dalam tabel frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 sebelum tindakan, sesudah tindakan Siklus I dan sesudah tindakan Siklus II . Tabel 16 . Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 1 sebelum Tindakan. No Interval nilai Frek (fi) Xi Fi* xi Prosentase (%) Kategori 1.
35-41
6
38
228
12
Amat Kurang
2.
42-48
10
45
450
20
Kurang Sekali
3.
49-55
15
52
780
30
Kurang
4.
56-62
14
58
812
28
Cukup
5.
63-69
2
66
132
4
Lebih dari Cukup
6.
70-76
2
73
146
4
Cukup Baik
7.
77-83
1
Jumlah
50
Rata-rata
=
80
80
2
2625
100
Baik
fi * xi = 2625 = 52,5 fi
50
Ketuntasan Klasikal = 5 *100% = 10% 50
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori amat kurang 6 siswa atau 12%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali sebanyak 10 siswa atau 20%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 15 siswa atau 30%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 14 siswa atau 28%. siswa yang memperoleh nilai dengan kategori lebih dari cukup sebanyak 12 siswa atau 24%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 2 orang, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik sebanyak 2 siswa atau 4%, dan siswa yang mendapat nilai dengan kategori cukup baik sebayak 1 siswa atau 2%. sebanyak 20 siswa atau 40%, sedangkan siswa yang mendapat nilai dengan kategori baik sekali sebanyak 0 siswa atau 0%. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥63 sebanyak 8 siswa atau 32%. Rata-rata nilai hasil tes sebelum tindakan adalah sebesar 52,5. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada pra siklus dapat ditunjukkan dengan grafik pada grafik 1 berikut ini :
Grafik 1. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada pra siklus.
Setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I dengan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran bangun datar diperoleh data hasil penilaian penguasaan bangun datar siswa Kelas V SD Negeri Pajang I seperti terlihat pada tabel 17.
Tabel 17. Data Frekuensi Nilai Penguasaan Bangun Datar Siswa Kelas V SD Negeri Pajang 1 pada Siklus I
N
Interval
Frek (fi)
Xi
Fi* xi
Prosentase
Kategori
o
nilai
1.
42-48
0
45
0
0
Kurang Sekali
2.
49-55
5
52
520
10
Kurang
3.
56-62
10
58
348
20
Cukup
4.
63-69
15
66
528
30
Lebih dari Cukup
5.
70-76
10
73
730
20
Cukup Baik
6.
77-83
6
80
480
12
Baik
(%)
7.
84-90
4
Jumlah
50
Rata-rata
=
87
957
8
3563
100
Amat Baik
fi * xi = 3563 = 71,26 fi
50
Ketuntasan Klasikal = 35 : 50 X 100 % = 70 %
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 5 siswa atau 10%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 10 siswa atau 20%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori lebih dari cukup sebanyak 15 atau 30%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik sebanyak 10 siswa atau 20%, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 6 siswa atau 12%, siswa yang memperoleh nilai amat baik sebanyak 4 siswa atau 8 %. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥63 sebanyak 35 siswa atau 70% . Rata-rata nilai hasil tes siklus I adalah sebesar 71,26. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada siklus I dapat ditunjukkan dengan grafik pada grafik 2 berikut ini.
Grafik 2. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada siklus I Untuk data nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I Siklus II. No
Interval
Frekuensi
Xi
Fi* xi
nilai
(fi)
1.
49-55
2
52
104
4
Kurang
2.
56-62
5
59
295
10
Cukup
3
63-69
7
66
462
14
Lebih dari Cukup
4.
70-76
13
73
949
26
Cukup Baik
5.
77-83
10
80
800
20
Baik
6.
84-90
10
87
870
20
Amat Baik
7.
91-97
3
94
282
6
Amat Baik Sekali
3762
100
(%)
50 =
Prosentase Kategori
fi * xi = 3563 = 75,24 fi
50
Ketuntasan Klasikal = 43 : 50 X 100 % = 86 %
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada Siklus I tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sekali atau 0%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang sebanyak 2 siswa atau 4%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup sebanyak 5 siswa atau 10%. Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori lebih dari cukup sebanyak 7 atau 14%, ssiswa yang memperoleh kategori cukup baik sebanyak 13 siswa atau 26%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik sebanyak 10 siswa atau 20%, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori amat baik sebanyak 10 siswa atau 20%, dan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
amat baik sekali sebanyak 3 siswa atau 6%. Jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥63 sebanyak 43 siswa atau 86% . Rata-rata nilai hasil tes siklus II adalah sebesar 75,24. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan pada Siklus II jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai ≥63 sebanyak 43 siswa atau 84% dan tinggal 7 siswa yang belum memperoleh nilai ≥63. Data tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik pada grafik 3:
Grafik 3. Data frekuensi nilai penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang I pada siklus II.
Tabel 19. Nilai Rata-rata Sebelum dan sesudah Tindakan No
1.
Sebelum
Sesudah
tindakan
Tindakan
52,5
Keterangan
I
II
71,26
75,24
Meningkat
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan yaitu pembelajaran biasa, siswa memperoleh nilai rata-rata kelas 52,5. Melihat kenyataan di lapangan, peneliti melakukan tindakan dengan menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD .Dengan penggunaan metode ini, siswa lebih senang menerima pelajaran serta
mudah menerima konsep-konsep bangun datar yang diberikan guru. Ternyata penguasaan bangun datar siswa yang dapat dilihat dari hasil nilai siswa meningkat yaitu rata-rata siklus I adalah 71,26. Tindakan selanjutnya yaitu siklus II, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta memakai alat peraga yang mudah didapat dan menyenangkan siswa, yaitu dengan menggunakan kertas lipat warnawarni. Dengan penggunaan alat peraga ini, siswa lebih senang menerima pelajaran serta mudah menerima konsep-konsep bangun datar yang diberikan guru. Ternyata penguasaan bangun datar siswa yang dapat dilihat dari hasil nilai siswa meningkat yaitu rata-rata siklus II adalah 75,54. Berdasarkan penghitungan nilai rata-rata kelas tiap siklus, peneliti merefleksikan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dilaksanakan pada materi bangun datar ternyata meningkat. Hal ini tampak jelas dengan adanya peningkatan-peningkatan nilai yang diperoleh siswa baik perorangan maupun klasikal pada setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel. Secara garis besar perbandingan antara hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II ditunjukkan pada grafik 4 berikut :
Grafik 4. Perbandingan antara hasil tes pra siklus, siklus I dan siklus II
Tabel 20. Perbandingan ketuntasan belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II
No
Ketuntasan
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
1.
Tuntas
5
10
35
70
43
86
2.
Tidak Tuntas
45
90
15
30
7
14
Dengan demikian, dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, penguasaan bangun datar siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 No. 93 Surakarta Tahun 2009/2010 meningkat.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ) dalam pembelajaran bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V SD Negeri Pajang 1 Surakarta. Peningkatan penguasaan bangun datar tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai atau hasil belajar siswa pada setiap siklusnya yaitu : Sebelum tindakan nilai rata- rata penguasaan bangun datar siswa 52,72 ,siklus I nilai rata-rata penguasaan bangun datar siswa 71,26 dan siklus II nilai rata-rata penguasaan bangun datar siswa 75,24. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebanyak 35 siswa atau 70%. Sedangkan pada siklus II sebanyak 43 siswa atau 86%. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 16%. Sedangkan peningkatan ketuntasan dari pra siklus sampai siklus II sebesar 76%. Dengan demikian secara klasikal, pembelajaran telah mencapai ketuntasan belajar.
B. Implikasi Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif untuk meningkatkan penguasaan bangun datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar. Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Pemanfaatan dan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diteruskan dan dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan materi bangun datar pada siswa kelas V Sekolah Dasar.
2. Adanya pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD harus dilaksanakan dengan sebaik mungkin supaya siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran sehingga penguasaan bangun datar siswa meningkat. 3. Guru harus terampil mengatasi kendala yang ada.
C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan penguasaan bangun datar, maka dapat disampaikan saran-saran: 1. Bagi sekolah Sebagai
bahan
masukan
bagi
sekolah
dalam
melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran matematika untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan hasil belajar menjadi meningkat lebih baik.. 2. Bagi Guru Guru dalam mengajar hendaknya harus melibatkan siswa secara aktif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD agar siswa merasa lebih dihargai dan diperhatikan sehingga akan meningkatkan perilaku belajar yang baik. Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi untuk mampu mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya. Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai fasilitator dan motivator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam melakukan proses belajar. 3. Bagi Siswa Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. 4. Bagi Orang Tua
Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak lebih lama tinggal dari pada di sekolah. Tanpa bantuan orang tua, apapun usaha guru tidak akan berhasil secara maksimal. Oleh karena itu bimbingan orang tua di rumah, masukan, informasi tentang kemajuan dan kekurangan anak tersebut, sangatlah diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak. Untuk itu kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang tua dan sekolah harus selalu dibina.
DAFTAR PUSTAKA
Aji Apriyanto dalam http//:www.ajiapriyanto.co.cc.html diunduh 20 Oktober 2010. Amir. 2007. Dasar-dasar Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: UNS Press Anita Lie. 2008. Cooperatif Learning.Jakarta: Pt Grasindo Anton Sukarno. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Press Anwar Holil. 2007. Pembelajaran Kooperatif. http://anwarholil.blogspot.com/2007/09/pendidikan-inovatif.html diakses tanggal 07 Oktober 2009 Asep Jihad.2008.Pengembangan Kurikulum Matematika.Yogyakarta: Multi Presindo Buchori,dkk. 2007. Gemar Belajar Matematika 5. Semarang: Aneka Ilmu Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sisdiknas 20/2003. Solo:Pendidikan Dasar. ___________. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta : Pendidikan Dasar. ___________. 2006. Kurikulum 2006. Jakarta : Pendidikan Dasar. Dirjen Dikti.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.2006.Jakarta:Dirjen Dikti Erman Suherman dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0147/0da7ab8 6.dir/doc.pdf diunduh 25 September 2009. Farida Ika Rahmadhani dalam http:// blog.math .uny.ac.id /faridaikarahmadhani/ 2009/12/22/kontribusi-matematika-dalam-teknologi-informasi/ diunduh 20 September 2009.
Hasibuan JJ dalam www.wikipedia.com diunduh 8 Oktober 2010. Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta. Indah Karismawati.2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Student Team Achievement Division ( STAD ) Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA 3 SMA Negeri Malang.Malang: UNM Imam Roji. 1997. Materi Penataran Guru Pemandu Matematika. Semarang: Proyek SD Jateng (www. Wikipedia.com diunduh 8 Oktober 2010 ) James dan James dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Matematika. diunduh 20 Oktober 2009.
Jonson dan Rising dalam (http://www.smun4-ptk.sch.id .diunduh 15 September 2009. Julius Hambali, Iskandar, dan Mohamad Rohmad. 1996. Materi Pokok Matematika Modul 1 – 9. Jakarta: Universitas Terbuka ( www.wikipedia.com diunduh 8 Oktober 2010. ) Karso.1998.Pendidikan Matematika 1.Jakarta:Depdikbud Proyek Peningkatan Mutu Guru Kelas SD Setara D II Kata Kunci dalam http://katakunci.com/indonesia/penguasaan-kamus.html diunduh 10 April 2010.
Mulyono Abdurahman.2003.Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus.Jakarta: Rineka Cipta Munawati Fitriyah.2007.Progresif Matematika Kelas V SD. Jakarta: M. Khafid. Matematika. 2008. Jakarta : Erlangga Nichols D. Joe, School of Education, Neff Hall, Indiana/Purdue University at Ft. Wayne ; Journal of Educational Research,Vol.79, 1986 (http://www. sciencedirect.com /science?) diunduh 12 April 2010. Nyimas Aisyah.2007.Pengembangan Pembelajaran Matematika.Jakarta:Dirjen Dikti
Nurhadi, Yasin B., dan Senduk GS. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang dalam www.wikipedia.com diunduh 10 September 2009 Tim.2007. Strategi Belajar Mengajar. Surakarta:UNS Tugimin.2008. Efektivitas Pembelajaran Materi Pelajaran Bangun Datar Dengan metode STAD dan alat bantu belajar MBDW pada Peserta Didik Kelas V SD 1 Pulosaren, Kepil, Wonosobo Tahun 2008. Sarwiji Suwandi.2008. Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Setyono dalam http://setyono.blogspot.com/2008/07/bab-i-pendahuluan_09.html diunduh 5 Maret 2010 Sherman W Lawrence , Mary Thomas; Journal of Educational Research,Vol.79, 1986 (http://www. sciencedirect.com /science?) diunduh 12 April 2010. Siti Ummu Kultsum dalam http//matematika.edu.php.Diunduh 15 September 2010 Slavin. 2008. Cooperative Learning Teori,Riset dan Praktik. Jakarta:Nusa Media Soewarso dalam http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH35d7/8e2e425 1.dir/doc.pdf. diunduh 6 Juni 2010 Sugiyanto,M.Si. 2008. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Sutriyono. Skripsi. Keefektifan model Pembelajaran Kooperatif STAD ( Student Teams Achievement Division) Terhadap Pemahaman Konsep Materi Pokok Bangun Datar Sisi Datar Siswa Kelas VIII SMP N 3 Dempet Tahun Pelajaran 2006/2007. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Standar Isi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk Tingkat SD dan MI. Jakarta: Depdiknas Rocman Nata Wijaya dalam www.wikipedia.com diunduh 15 Oktober 2010
Lampiran 1 Jadual Penelitian Tindakan Kelas
No
Kegiatan
1
Penyusunan proposal Seminar proposal Penyempurnaan proposal Persiapan Penelitian a. mengurus perizinan b. koordinasi dg Guru c. menyediakan peralatan d. memberi pelatihan e. mendiskusikan masalah teknik pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan a. penyiapan media pembelajaran b. penyusunan RPP dan pelaksanaan siklus I – II
2
2
c. penganalisisan data
3 4 5
d. diskusi membahas hasil analisis data e. revisi hasil analisis Penyusunan laporan Seminar untuk validasi hasil Penggandaan, penjilidan dan pengiriman laporan
April 2010 1 2 3 4
Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010 1 2 3 4 1-2 3-4 3 4
x x
x x x x
x x x x
x x x x
x x x x
x x
x
x
Lampiran 2 Hasil Wawancara Dengan Guru Sebelum Diterapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Peneliti
: “Selamat siang, Bu.”
Guru
: ”Ya, selamat siang. Ada yang mau dibantu?”
Peneliti
: Maaf Bu saya mengganggu, saya ingin mengetahui beberapa informasi tentang seluk-beluk pembelajaran di kelas V.”
Guru
: “ O ya, silakan saja.”
Peneliti
: “Baik Bu, terima kasih sebelumnya karena sudah bersedia meluangkan waktu.”
Guru
: “Ya, mbak tidak apa-apa. Kebetulan saya juga baru tidak ada kerjaan”
Peneliti
: “Berapa jumlah siswa di kelas V ini, Bu”
Guru
: “Di kelas V ini jumlah siswanya banyak mbak, jadi kurang ideal memang. Ada 50 siswa diantaranya 17 laki-laki dan 23 perempuan.”
Peneliti
: “Lalu bagaimana dengan pembelajarannya terutama pada matematika mengenai sifat-sifat bangun datar selama ini, apakah pernah dibut kelompok-kelompok?”
Guru
: “Kalau waktu pembelajaran Matematika ya seperti biasa mbak. Saya terangkan materinya lalu siswa mengerjakan LKS atau soal yang ada dalam buku paket tetapi terkadang juga ada diskusi kelompok kalau menemui soal-soal yang sulit saya suruh diskusi dengan teman sebangkunya.”
Peneliti
: “Dengan pembelajaran yang demikian, bagaimana dengan pemahaman siswa, Bu? Apakah mereka sudah meenguasai konsepkonsep yang telah diajarkan?”
Guru
: “Ada yang sudah, tetapi sebagian belum dapat menguasai materi yang diajarkan karena mereka asyik mengobrol dengan teman dan tidak memperhatikan guru saat pelajaran.”
Peneliti
: “Lalu dalam pembelajaran yang ibu laksanakan selama ini apakah sudah ada interaksi antara guru dengan siswa dan juga siswa dengan siswa?”
Guru
: “Dalam pembelajaran Matematika selama ini sudah ada interaksi antara saya sebagai guru dengan siswa karena terkadang di tengahtengah pembelajaran saya melakukan tanyajawab kepada siswa. Kalau interaksi antara siswa dengan siswa terutama pada pembelajaran Matematika jarang terjadi, hanya kalau ada soal-soal yang sulit saja saya suruh diskusi itu saja dengan teman sebangku.”
Peneliti
: “Dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan, bagaimanakah dengan nilai yang diperoleh siswa, Bu?Apakah sebagian besar siswa memperoleh hasil yang baik?”
Guru
: “ Ya ada yang baik tetapi sebagian juga masih ada yang jelek karena perhatian mereka terhadap pelajaran terutama Matematika pada sifat-sifat bangun datar rendah.”
Peneliti
: “O, begitu. Terima kasih atas informasi-informasi yang ibu berikan. Hal
ini
memberikan masukan bagi
saya
untuk
melaksanakan pembelajaran Matematika nantinya.” Guru
: “Ya, mbak. Sama-sama. Saya juga berharap anda dapat memperbaiki pembelajaran yang saya lakukan selama ini sehingga siswa dapat mencapai hasil yang maksimal.”
Peneliti
: “Baik, Bu. Saya akan berusaha namun saya juga memohon kerjasama dengan ibu sebagai guru kelas di sini agar pembelajaran tetap berjalan dengan baik.”
Guru
: “Saya pasti akan membantu selama saya mampu yang penting siswa-siswa saya nantinya mampu menguasai konsep-konsep yang diajarkan dalam pelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi lebih bermakna.”
Peneliti
: “Itulah yang saya harapkan juga. Sekali lagi terima kasih atas waktunya.”
Guru
: “Ya, sama-sama.”
Lampiran 3. Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93 Surakarta Sebelum Diadakan Tindakan. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
NIS 2427 2428 2429 2430 2431 2432 2433 2434 2435 2436 2437 2438 2439 2440 2441 2442 2443 2444 2445 2446 2447 2448 2449 2450 2451 2452 2453 2454 2455 2456 2457 2458 2459 2460 2461
Pra Siklus 75 50 40 60 60 60 50 60 50 50 50 60 50 50 40 45 60 35 50 45 50 60 60 45 80 45 50 40 50 45 60 45 50 45 60
Keterangan Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidsak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas
36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2462 2463 2464 2465 2466 2467 2468 2469 2470 2471 2472 2473 2474 2475 2476 RATA-RATA
50 40 60 50 45 60 45 75 60 50 65 45 35 65 60 52,5
Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
Lampiran 4
Pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran Bangun Datar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siklus I Pertemuan I
No 1.
Variabel Persiapan guru memulai
Skor
Presentase (%)
Kategori
Kriteria
2
50
C
Cukup
1
25
D
Kurang
2
50
B
Cukup
kegiatan pembelajaran 2.
Kemampuan guru mengelola kelas
3.
Kemampuan mengelola waktu pembelajaran
4.
Memberikan apersepsi
2
50
B
Cukup
5.
Menyampaikan materi
2
50
B
Cukup
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
2
50
C
Cukup
4
100
A
Sangat
(eksplorasi) 6.
Kemampuan guru memberikan pertanyaan
7.
Diskusi dan penjelasan Konsep
8.
Perhatian guru terhadap Siswa
9.
Pengembangan aplikasi
10. Kemampuan menutup Pelajaran Jumlah rata-rata
baik 24
60
C
Cukup
Lampiran 5 Pengamatan terhadap Guru dalam pembelajaran bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II siklus I
No 1.
Variabel Persiapan guru
Skor
Presentase (%)
Kategori
Kriteria
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
4
100
A
Sangat
memulai kegiatan pembelajaran 2.
Kemampuan guru mengelola kelas
3.
Kemampuan mengelola waktu pembelajaran
4.
Memberikan apersepsi
baik 5.
Menyampaikan materi
4
100
A
(eksplorasi) 6.
Kemampuan guru
Sangat baik
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
3
75
B
Baik
4
100
A
Sangat
memberikan pertanyaan 7.
Diskusi dan penjelasan Konsep
8.
Perhatian guru terhadap Siswa
9.
Pengembangan aplikasi
10. Kemampuan menutup Pelajaran Jumlah rata-rata
baik 33
82,5
B
Baik
Lampiran 6.
Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93 Surakarta Pada Siklus I.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NIS 2427 2428 2429 2430 2431 2432 2433 2434 2435 2436 2437 2438 2439 2440 2441 2442 2443 2444 2445 2446 2447 2448 2449 2450 2451 2452 2453 2454 2455 2456 2457 2458
Nilai 90 70 55 65 80 75 65 85 65 65 75 80 60 65 55 55 75 50 60 65 60 80 80 55 90 65 65 55 75 60 70 50
Keterangan Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2459 2460 2461 2462 2463 2464 2465 2466 2467 2468 2469 2470 2471 2472 2473 2474 2475 2476 RATA-RATA
65 55 70 60 50 75 60 50 80 60 90 60 60 80 60 50 85 85 71,26
Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Lampiran 7 Penghargaan Kelompok siklus I
No. Nama Kelompok 1 The Winner Boys and Girls 2 Smart 3 The Rubbick 4 Meteor Garden 5 Bintang Kelas Sponge Bob Square 6 Pants The Great Eksodia 7 Great 8 Fresh Children 9 Star Five 10 Avatar King
No Absen Anggota 1-5
Skor Kelompok 18
Penghargaan Kelompok Tim Baik
6 - 10 11 - 15 16 - 20 21 - 25
20 24 24 24
Tim Hebat Tim Hebat Tim Hebat Tim Hebat
26 - 30
24
Tim Hebat
31 - 35 36 - 40 41 - 45 46 - 50
28 28 20 22
Tim Super Tim Super Tim Baik Tim Hebat
Lampiran 8
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP SIKLUS I
Nama Sekolah Kelas / Semester
: SD N Pajang 1 No. 93 Surakarta : V / II
Mata pelajaran
: Matematika
Waktu
: 2 x 35 menit
Hari, Tanggal
:
I. Standar Kompetensi : 6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan hubungan antar bangun.
II. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.
III. Indikator 6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah ketupat, layang-layang.
IV. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang . 2. Melalui contoh-contoh, siswa dapat menggambar bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium dan jajar genjang. 3. Melalui penugasan, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, dan jajar genjang. V.Dampak Pengiring Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun datar.
Pertemuan Pertama ( 2 X 35 Menit ) VI. Materi Pelajaran A. Segitiga Segitiga adalah bangun datar yang terbentuk dari 3 buah ruas garis yang berpotongan membentuk sudut. Ruas garis pada segitiga disebut sisi. Jumlah ketiga sudut segitiga adalah 180˚. Segitiga biasa dilambangkan dengan Δ. Berdasarkan sisi dan sudutnya, terdapat 4 jenis segitiga yaitu: 1. Segitiga Sama Sisi
Sifat-sifat segitiga sama sisi : a.
Ketiga sisinya sama panjang, yaitu KL=LM=KM
b.
Ketiga sudutnya sama besar, yaitu: < K = < L = < M = 60˚.
2. Segitiga Sama Kaki
Sifat-sifat segitiga sama kaki : a. Mempunyai dua sisi sama panjang, pada gambar di atas
QP = QR b. Mempunyai dua sudut yang sama besar, pada gambar di samping
(a) ∆GHJ adalah segitiga sama kaki lancip karena ketiga sudutnya lancip atau < 90˚ (c) < G = < H dan JG = JH : < G, < J,
(2) Segitiga Sama Kaki Tumpul
(a) ∆ LMN adalah segitiga sama kaki tumpul. Karena salah satu sudutnya adalah sudut tumpul (b)
Sifat-sifat segitiga siku-siku : (3) Mempunyai sisi tegak = AC, sisi datar =AB, dan sisi miring = BC (4) Mempunyai sudut siku-siku yaitu < A = 90˚ 4. Segitiga Sembarang
Sifat-sifat segitiga sembarang : (3) Ketiga sisinya tidak sama panjang yaitu PR ≠ PQ ≠ PR (4) Ketiga sudutnya tidak sama besar, yaitu < P ≠ < Q ≠ < R B. Persegi Panjang
Persegi panjang merupakan bangun datar yang terbentu dari empat sisi. Sisi yang berhadapan sama panjang. Keempat sudutnya berbentuk siku-siku. Sifat-sifat bangun persegi panjang : 1. Mempunyai empat sisi terdiri atas 2 sisi panjang dan 2 sisi lebar Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang 2. Mempunyai empat sudut berbentuk siku-siku/besarnya 90˚. Perhatikan gambar di bawah ini :
(e) AB = DC dan AB // DC (f) AD = BC dan AD // BC (g)
B=
C=
BC ; BC
D = 90 DC ; DA
AB
Jika persegi panjang dibagi menjadi dua menurut diagonalnya, maka akan terbentuk sepasang segitiga siku-siku yang sama dan sebangun. Seperti tampak pada gambar di bawah ini :
(d) BD =diagonal (e) Δ DAB = Δ DBC (f) < BDA =
DBC
(d) AC = diagonal (e) < ABC =
ACD
(f) < CAD =
ACB
Kedua diagonal saling memotong sama panjang. (d) AE = CE = DE = BE (e) Δ AEB = Δ DEC (f) Δ AED = Δ BEC
C. Persegi
Persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang disebut persegi. (d) AB = BC = CD = DA (e) Diagonal AC dan Bd membentuk 4 segitiga siku-siku yang sama dan sebangun. (f) ∆AEB = ∆BEC = ∆CED = ∆DEA adalah segitiga siku-siku sama kaki D.
Trapesium
Trapesium adalah bangun segiempat yang mempunyai sisi sejajar. Sifat bangun trapesium sesuai dengan jenisnya.
1. Trapesium Sembarang
Trapesium sembarang ABCD (1) AB // DC (2) AD // BC, // artinya tidak sejajar. (3) AD ≠ BC, ≠ artinya tidak sama
2. Trapesium Siku-siku
Trapesium EFGH adalah Trapesium siku-siku. Trapesium siku-siku mempunyai 2 sudut siku-siku, yakni < E = < H = 90˚, dan EF // HG 3.
Trapesium Sama Kaki
Trapesium KLMN adalah trapesium sama kaki. (6) Trapesium sama kaki mempunyai sepasang sisi sama panjang, dua pasang sudut sama besar, dan dua diagonal sama panjang. (7) KL // NM
(8) KN= LM (9)
E. Jajar Genjang
Jajar genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi sejajar dan empat sudut yang tidak siku-siku. Sifat-sifat bangun jajar genjang : (c) Jajar genjang mempunyai 4 sisi, sisi yang berhadapan sama panjang dan sejajar. (d) Mempunyai empat sudut, terdiri dari dua sudut lancip dan dua sudut tumpul
Jajar genjang ABCD (4) AB = DC dan AB // DC (5) AD = BC dan AD // BC (6) < A = < C dan < B = < D
a.
Jajar genjang ABCD
b. AC dan BD adalah diagonal jajar genjang. c. E adalah titik potong kedua diagonal itu. d. AE = CE dan BE = DE
VII. Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Pertama A. Kegiatan Awal (10 ‘) 1. Berdoa dan presensi 2. Guru mengkondisikan kelas. 3. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun datar. 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara sederhana. 5. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 6. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll ) B. Kegiatan Inti (40’) 1. Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru, kegiatannya antara lain : a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat umum bangun datar. b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi, dan persegi panjang.
c. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami materi. 2) Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain : a. Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan dipelajari bersama anggota kelompok. b. Siswa berdiskusi mengenai materi bangu datar segitiga, persegi, dan persegi panjang. c. Guru
berperan
sebagai
motivator
dan
fasilitator
dalam
ke
untuk
membimbing diskusi siswa. d. Salah
satu
perwakilan
kelompok
maju
depan
mempresentasikan hasil diskusi. C. Kegiatan Akhir ( 20 ‘ ) 1. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pembelajaran. Pertemuan Kedua A. Kegiatan Awal ( 10 ‘ ) 1. Berdoa dan presensi 2. Guru mengkondisikan kelas. 3. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun datar. 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara sederhana. 5. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 6. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll ) B. Kegiatan Inti ( 40 ‘ )
1.Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru, kegiatannya antara lain : a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat umum bangun datar. b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar trapesium dan jajar genjang. c. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami materi. 2.Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain : a.
Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan dipelajari bersama anggota kelompok.
b.
Siswa berdiskusi mengenai materi bangun datar trapesium dan jajar genjang.
c. Guru
berperan
sebagai
motivator
dan
fasilitator
dalam
ke
untuk
membimbing diskusi siswa. d. Salah
satu
perwakilan
kelompok
maju
depan
mempresentasikan hasil diskusi. 3) Tahap tes individu, kegiatan yang dilakukan antara lain : a. Guru membagikan soal tes individu mengenai materi yang telah dibahas. b. Siswa mengerjakan soal tes dengan kemampuan sendiri. 4) Tahap penghitungan skor perkembangan individu. a. Guru
menilai
hasil
tes
individu
lalu
menghitung
skor
perkembangan individu berdasarkan nilai hasil evaluasi pra siklus. b. Guru melakukan penghitungan skor kelompok dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. C. Kegiatan akhir ( 20 ‘) 1. Tahap pemberian penghargaan kelompok.
Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang kemudian dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. 2. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pelajaran.
VIII. Metode, Media, dan Sumber belajar A. Metode 1. Tanya jawab 2. Diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD B. Media a. Gambar bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium dan jajar genjang. b. Lembar hasil kerja kelompok. C. Sumber Belajar 1. Silabus BNSP Kelas V Sekolah Dasar 2. Buku Progresif V 3. Buku Matematika V SD, M. Khafid, halaman , Jakarta: Erlangga.
IX. Evaluasi i.
Prosedur
: Tes dan non tes
ii.
Teknik
: Tertulis dan perbuatan
iii.
Bentuk
: Uraian
iv.
Alat Tes
: Soal tes, Kunci jawaban, dan prosedur penilaian.
Kriteria Penilaian Tes Individu : Nilai Akhir =jawaban benar X Nilai Tertinggi = 100
Kriteria penghitungan Skor Perkembangan Individu No Keterangan 1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). Isjoni 2010 : 53 Ketentuan penghargaan kelompok pada STAD Skor rata-rata tim Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Isjoni 2010 : 54
Skor 5 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
model pembelajaran kooperatif tipe Penghargaan Tim baik Tim hebat Tim super
Lampiran 9 Pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran bangun datar melalui model Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II Siklus II No
Variabel
Skor
Presentase (%)
Kategori
Kriteria
1.
Kedisiplinan siswa
4
100
A
Sangat baik
2.
Kesiapan siswa menerima
4
100
A
Sangat baik
Pelajaran 3.
Keaktifan siswa
4
100
A
Sangat baik
4.
Kemampuan siswa
4
100
A
Sangat baik
3
75
B
Baik
4
100
A
Sangat baik
3
75
B
Baik
26
92,8
A
Sangat Baik
melakukan diskusi 5.
Kemampuan siswa menjawab pertanyaan
6.
Keadaan siswa dengan lingkungan belajar
7.
Kemampuan siswa mengerjakan tes Jumlah rata-rata
Lampiran 10 Pengamatan terhadap Guru dalam penguasaan bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II siklus II No 1.
Variabel Persiapan guru memulai
Skor
Presentase (%)
Kategori
Kriteria
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
kegiatan pembelajaran 2.
Kemampuan guru mengelola kelas
3.
Kemampuan mengelola waktu pembelajaran
4.
Memberikan apersepsi
4
100
A
Sangat baik
5.
Menyampaikan materi
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
(eksplorasi) 6.
Kemampuan guru memberikan pertanyaan
7.
Diskusi dan penjelasan Konsep
8.
Perhatian guru terhadap Siswa
9.
Pengembangan aplikasi
4
100
A
Sangat baik
10.
Kemampuan menutup
4
100
A
Sangat baik
40
100
A
Sangat Baik
Pelajaran Jumlah rata-rata
Lampiran 11 Daftar Nilai Matematika Siswa Kelas V SDN Pajang 1 No. 93 Surakarta Pada Siklus II.
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
NIS 2427 2428 2429 2430 2431 2432 2433 2434 2435 2436 2437 2438 2439 2440 2441 2442 2443 2444 2445 2446 2447 2448 2449 2450 2451 2452 2453 2454 2455 2456 2457 2458
Nilai 95 80 50 65 85 80 65 80 65 70 90 80 65 85 60 80 85 60 75 70 65 75 75 60 95 75 85 60 85 75 80 65
Keterangan Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2459 2460 2461 2462 2463 2464 2465 2466 2467 2468 2469 2470 2471 2472 2473 2474 2475 2476 RATA-RATA
70 75 75 80 60 90 80 85 80 65 85 70 75 95 70 50 85 80 75,26
Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas Tuntas Tuntas
Lampiran 12
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RPP SIKLUS II
Nama Sekolah Kelas / Semester
: SD N Pajang 1 No. 93 Surakarta : V / II
Mata pelajaran
: Matematika
Waktu
: 2 x 35 menit
Hari, Tanggal
:
I. Standar Kompetensi : 6. Memahami sifat-sifat bangun datar dan hubungan antar bangun.
II. Kompetensi Dasar 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar.
III. Indikator 6.1.1 Menyebutkan sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang, persegi, trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah ketupat, layang-layang.
IV. Tujuan Pembelajaran 1. Melalui tanya jawab, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang. 2. Melalui contoh-contoh, siswa dapat menggambar bangun datar lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang. 3. Melalui penugasan, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat bangun datar lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang. V. Dampak Pengiring Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan bangun datar.
Pertemuan Pertama ( 2 X 35 Menit ) A. Materi Pelajaran 1. Lingkaran
Lingkaran adalah kumpulan titik-titik yang berjarak sama dari satu titik. Satu titik itu disebut titik pusat.
Sifat- sifat lingkaran : ( a ) Jarak dari titik pusat ke sisi lingkaran dilambangkan dengan r ( radial ) ( b ) Garis lurus dari sisi limngkaran ke sisi lingkaran lain melalui titik pusat disebut garis tengah, dilambangkan dengan d ( diameter ) d = 2 r atau gais tengah = 2 x jari-jari.
Gambar di atas adalah lingkaran P diberi lambang O P ( 1 ) PA = r = radius = jari-jari lingkaran ( 2 ) PA = PB = PC = jari- jari lingkaran ( 3 ) BC = garis tengah = diameter lingkaran ( 4 ) BC = d = 2 x r atau d = 2r.
7) Belah Ketupat
Sifat-sifat belah ketupat : ( a) Segiempat yang keempat sisinya sama panjang. ( b ) Kedua diagonalnya saling tegak lurus. ( c ) Setiap diagonal belah ketupat membentuk sepasang segitiga sama kaki yang sama dan sebangun. ( d ) Kedua diagonalnya yang berpotongan dapat membentuk 4 ∆ sikusiku yang sama dan sebangun.
Pada belah ketupat di atas : AB = BC = CD = DA (1) Diagonal AC
BD membentuk sudut 90˚ dan berpotongan di E.
(2) ∆ABC = ∆ADC dan ∆ DAB = ∆ DCB ( 3) Pada diagonal AC , AE = EC ( 4) Pada diagonal BE, BE = ED ( 5) Dari perpotongan dua diagonal, ∆ AEB = ∆ BEC = ∆ CED = ∆ DEA. ( 6) Keempat segitiga itu adalah segitiga siku-siku.
8) Layang-layang
Sifat layang-layang : (a) Mempunyai dua pasang sisi sama panjang, sisi AB = sisi AD sisi BC = sisi CD (b) Mempunyai sepasang sudut sama besar Sudut ABC = sudut ADC
Layang-layang ini diberi nama layang-layang ABCD (1) AB = BC dan AD = CD tapi AB =AD (2) < BAD = < BCD (3) AC BD (4) AE = EC (5) ∆ ABC dan ∆ ADC adalah segitiga sama kaki yang alasnya berimpit pada AC
B. Langkah-langkah Kegiatan Pertemuan Pertama D. Kegiatan Awal (10 ‘)
4. Berdoa dan presensi 5. Guru mengkondisikan kelas. 6. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun datar. 7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara sederhana. 8. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 9. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll ) E. Kegiatan Inti (40’) 1.Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru, kegiatannya antara lain : a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat umum bangun datar. b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar lingkaran dengan media kertas lipat warna-warni. c. Guru membagikan kertas lipat pada siswa agar siswa dapat mengetahui lebih jelas tentang sifat-sifat bangun datar melalui kertas lipat yang mereka bentuk menjadi berbagai macam bangun datar. d. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami materi. 2.Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain : c. Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan dipelajari bersama anggota kelompok. d. Siswa berdiskusi mengenai materi bangu datar lingkaran. e. Guru
berperan
sebagai
membimbing diskusi siswa.
motivator
dan
fasilitator
dalam
f. Salah
satu
perwakilan
kelompok
maju
ke
depan
untuk
mempresentasikan hasil diskusi. F. Kegiatan Akhir ( 20 ‘ ) 1. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pembelajaran. Pertemuan Kedua D. Kegiatan Awal ( 10 ‘ ) 1. Berdoa dan presensi 2. Guru mengkondisikan kelas. 3. Apersepsi dilakukan dengan cerita yang berkaitan dengan bangun datar. 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara sederhana. 5. Guru mengaitkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. 6. Guru membagi 50 siswa menjadi 10 kelompok secara heterogen ( campuran menurut prestasi, jenis kelamin, dll ) E. Kegiatan Inti ( 40 ‘ ) 1.Tahap penyajian materi yang disajikan secara klasikal oleh guru, kegiatannya antara lain : a. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai sifat-sifat umum bangun datar. b. Guru menerangkan tentang materi sifat-sifat bangun datar belah ketupat dan layang-layang dengan media kertas lipat warna-warni. c. Siswa bersama guru membentuk kertas lipat menjadi belah ketupat dan layang-layang. d. Guru membagikan lembar materi yang akan digunakan siswa untuk saling bertanya jawab dan saling bekerja sama menyampaikan materi bagi siswa dalam anggota kelompok yang belum memahami materi.
2.Tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain : e.
Setiap siswa diberi lembar materi sebagai bahan yang akan dipelajari bersama anggota kelompok.
f.
Siswa berdiskusi mengenai materi bangun datar belah ketupat dan layang-layang.
g. Guru
berperan
sebagai
motivator
dan
fasilitator
dalam
ke
untuk
membimbing diskusi siswa. h. Salah
satu
perwakilan
kelompok
maju
depan
mempresentasikan hasil diskusi. 5) Tahap tes individu, kegiatan yang dilakukan antara lain : a. Guru membagikan soal tes individu mengenai materi yang telah dibahas. b. Siswa mengerjakan soal tes dengan kemampuan sendiri. 6) Tahap penghitungan skor perkembangan individu. a. Guru
menilai
hasil
tes
individu
lalu
menghitung
skor
perkembangan individu berdasarkan nilai hasil evaluasi siklus I. b. Guru melakukan penghitungan skor kelompok dengan cara menjumlahkan masing-masing skor perkembangan individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. F. Kegiatan akhir ( 20 ‘) 1. Tahap pemberian penghargaan kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata yang kemudian dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super. 2. Guru memberiksn refleksi materi dengan mengaitkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Guru memberikan pemantapan materi dan menutup pelajaran. C. Metode, Media, dan Sumber belajar D. Metode 1. Tanya jawab 2. Diskusi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
E. Media a. Gambar bangun datar lingkaran, belah ketupat, dan layang-layang. b. Kertas lipat warna-warni. c. Lembar hasil kerja kelompok. F. Sumber Belajar 1. Silabus BNSP Kelas V Sekolah Dasar 2. Buku Progresif V 3. Buku Matematika V SD, M. Khafid, halaman , Jakarta: Erlangga.
X. Evaluasi A.
Prosedur : Tes dan non tes
B.
Teknik
: Tertulis dan perbuatan
C.
Bentuk
: Uraian
D.
Alat Tes
: Soal tes, Kunci jawaban, dan prosedur penilaian.
Kriteria Penilaian Tes Individu : Nilai Akhir =jawaban benar X Nilai Tertinggi = 100
Kriteria penghitungan Skor Perkembangan Individu No Keterangan 1 lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 2 10 poin sampai 1 poin di bawah skor dasar 3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar. 4 Lebih dari 10 poin di atas skor dasar. 5 Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal). Isjoni 2010 : 53 Ketentuan penghargaan kelompok pada STAD Skor rata-rata tim Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Kelompok dengan skor rata-rata 25 poin Isjoni 2010 : 54
Skor 5 poin 10 poin 20 poin 30 poin 30 poin
model pembelajaran kooperatif tipe Penghargaan Tim baik Tim hebat Tim super
Lampiran 13 Skor Perkembangan Individu I
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
NIS 2427 2428 2429 2430 2431 2432 2433 2434 2435 2436 2437 2438 2439 2440 2441 2442 2443 2444 2445 2446 2447 2448 2449 2450 2451 2452 2453 2454 2455 2456 2457 2458 2459 2460
Pra Siklus Siklus I 75 90 50 70 40 55 60 65 60 80 60 75 50 65 60 85 50 65 50 65 50 75 60 80 50 60 50 65 40 55 45 55 60 75 35 50 50 60 45 65 50 60 60 80 60 80 45 55 80 90 45 65 50 65 40 55 50 75 45 60 60 70 45 50 50 65 45 55
Skor Kemajuan Individu I 30 30 30 20 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 20 30 30 20 30 20 30 30 20 20 30 30 30 30 30 20 20 30 20
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2461 2462 2463 2464 2465 2466 2467 2468 2469 2470 2471 2472 2473 2474 2475 2476
60 50 40 60 50 45 60 45 75 60 50 65 45 35 65 60
70 60 50 75 60 50 80 60 90 60 60 80 60 50 85 85
20 20 20 20 20 20 30 30 30 20 20 30 30 30 30 30
Lampiran 14 Tabel Skor Perkembangan Individu II
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
NIS 2427 2428 2429 2430 2431 2432 2433 2434 2435 2436 2437 2438 2439 2440 2441 2442 2443 2444 2445 2446 2447 2448 2449 2450 2451 2452 2453 2454 2455 2456 2457 2458 2459 2460
Siklus Siklus I II 90 95 70 80 55 50 65 65 80 85 75 80 65 65 85 80 65 65 65 70 75 90 80 80 60 65 65 85 55 60 55 80 75 85 50 60 60 75 65 70 60 65 80 75 80 75 55 60 90 95 65 75 65 85 55 60 75 85 60 75 70 80 50 65 65 70 55 75
Skor Kemajuan Individu II 20 30 10 20 20 20 20 20 20 20 30 20 20 30 20 30 20 20 30 20 20 30 30 20 20 20 30 20 20 30 20 30 30 30
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
2461 2462 2463 2464 2465 2466 2467 2468 2469 2470 2471 2472 2473 2474 2475 2476
70 60 50 75 60 50 80 60 90 60 60 80 60 50 85 85
75 80 60 90 80 85 80 65 85 70 75 95 70 50 85 80
20 30 20 30 30 30 20 20 10 20 30 30 30 20 20 10
Lampiran 15 Penghargaan Kelompok siklus II Nama kelompok Age Of Empire
Anggota Kelompok Alisa sekar, Alifian, Annas, Eka, Novita S
Are You Smarter Adelia, argi, Etiza, Than a 5th Grader? Nabila, Alfira Eloquent Bullient Agung K, Anisa D, Ferry, Nimas, Bimo G-Five is Smart Adnan, Arum, People Ihzayesya, Olivera, Tri U Little Star Berta, Alfarian, Immanuella, Reyvaldo, Amelia Magic Blue Eyes Erlangga, Aga, Muh Heart Ihza, Kesumadewi, Rista The Legend Of Hanida, Varent, Dragon Gilang, Khadija, Satria The Strom Warrior Muh Riza, Judith, Lutfan, Sandra, Muh Affan The Star Blue Novia Eksi, Theo, Denny, Muh Anton, Yudha Universal Castle Rosavino, David, Rafaella, Mahendra, Satriya
Skor 24
Predikat Tim Hebat
20 Tim Hebat 26 Tim Super 20 Tim Hebat 22 Tim Hebat 22 Tim Hebat 26 Tim Super 18 Tim Baik 26 Tim Super 28 Tim Super
Lampiran 16 Pengamatan terhadap siswa selama mengikuti pembelajaran bangun datar melalui model Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II Siklus II No
Variabel
Skor
Presentase (%)
Kategori
Kriteria
1.
Kedisiplinan siswa
4
100
A
Sangat baik
2.
Kesiapan siswa menerima
4
100
A
Sangat baik
Pelajaran 3.
Keaktifan siswa
4
100
A
Sangat baik
4.
Kemampuan siswa
4
100
A
Sangat baik
3
75
B
Baik
4
100
A
Sangat baik
3
75
B
Baik
26
92,8
A
Sangat Baik
melakukan diskusi 5.
Kemampuan siswa menjawab pertanyaan
6.
Keadaan siswa dengan lingkungan belajar
7.
Kemampuan siswa mengerjakan tes Jumlah rata-rata
Lampiran 17
Pengamatan terhadap Guru dalam penguasaan bangun datar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pertemuan II siklus II No 1.
Variabel Persiapan guru memulai
Skor
Presentase (%)
Kategori
Kriteria
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
kegiatan pembelajaran 2.
Kemampuan guru mengelola kelas
3.
Kemampuan mengelola waktu pembelajaran
4.
Memberikan apersepsi
4
100
A
Sangat baik
5.
Menyampaikan materi
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
4
100
A
Sangat baik
(eksplorasi) 6.
Kemampuan guru memberikan pertanyaan
7.
Diskusi dan penjelasan Konsep
8.
Perhatian guru terhadap Siswa
9.
Pengembangan aplikasi
4
100
A
Sangat baik
10.
Kemampuan menutup
4
100
A
Sangat baik
40
100
A
Sangat Baik
Pelajaran Jumlah rata-rata