JURNAL Kasus Kecelakaan Putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, dalam Pemberitaan Harian Kompas (Analisis Wacana tentang Berita Kasus Kecelakaan Putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, pada Harian Kompas Periode Januari – Februari 2013)
Oleh: AULIA CITRA HAPSARI D0209010
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015
Kasus Kecelakaan Putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, dalam Pemberitaan Harian Kompas (Analisis Wacana tentang Berita Kasus Kecelakaan Putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa, pada Harian Kompas Periode Januari – Februari 2013)
Aulia Citra Hapsari Kandyawan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Traffic accident causing death case is not new and uncommon in everyday life. Yet another story if the perpetrator is someone extraordinary. Deadly accident in which two people were killed occurred in Jagorawi Toll road, Tuesday, January 1st, 2013, at around 5.45 AM. Accident involved M Rasyid Amrullah, the youngest son of Coordinating Minister for the Economy, Hatta Rajasa. Therefore, it is interesting to know “How case of Rasyid Rajasa is constructed in the Kompas Daily for the period of January – February 2013?” Kompas Daily news chosen as the research object because it is a neutral national daily newspaper. This research is conducted to determine how the case of Rasyid Rajasa is constructed by Kompas daily news for the period of January – February 2013. Data collection technique that researcher using is by clipping or collecting news texts and other information sources that reports the case of Rasyid Rajasa in Kompas daily for the period of January – February 2013. This study uses a model of discourse analysis technique Teun A. Van Dijk qualitative which emphasis on the meaning of the text. Although the model of Van Dijk has three dimensions, here the author only focus on texts analyzing only. Van Dijk discourse element has three components of discourse structure, namely: the macro structure, superstructure and microstructure. Then the data obtained will be analyzed textually through word choice, word placement, use or selection of language and elements contained in the table element Van Dijk discourse by referring to the table in order to obtain a conclusion. The conclusion of how Kompas daily constructs reality in the text of Rasyid Rajasa accident case is it delivers the news straightforwardly. The chronology of events ranging from accident to the proceeding delivered coherently. Data and information displayed complete enough to include statements from several speakers. Kompas daily takes more standpoint of the public rather than from
1
Rasyid’s side. Kompas daily presents the facts and tucking some minor without a provocative satire. Keywords: discourse analysis, Van Dijk, Rasyid Rajasa, Kompas Pendahuluan Manusia dalam kehidupannya tidak pernah lepas dari komunikasi. Sarah Trenholm dan Arthur Jensen mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui berbagai saluran. 1 Sekarang ini, proses penyampaian dan penerimaan pesan sangat penting, terutama
komunikasi
massa.
Komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. Maka dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa.2 Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan, dan sikap kepada komunikan yang beragam dan dalam jumlah banyak melalui media massa. Komunikasi massa berhubungan dengan khalayak luas atau masyarakat. Seorang komunikator media massa harus menyampaikan pesan kepada ribuan orang yang bersifat heterogen dengan latar belakang pendidikan, tingkat ekonomi, dan pemikiran yang berbeda pada waktu yang sama. Oleh karena itu seorang komunikator massa harus mahir menemukan metode yang tepat untuk menyampaikan pesan guna membina empati dengan jumlah terbanyak komunikannya. Jadi ada dua tugas komunikator dalam komunikasi massa, yaitu mengetahui apa yang ingin dikomunikasikan dan mengetahui bagaimana harus menyampaikan pesannya untuk melancarkan penetrasi kepada komunikan. Selain komunikator yang cerdas, dibutuhkan juga berita yang dapat menarik perhatian masyarakat luas. Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta yang punya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik perhatian pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.3 Dalam proses memahami berita, tentu harus memahami unsur dalam berita. Menurut Inung
1
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Grasindo, 2004, hal. 6. Elvinaro Ardianto, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004, hal. 3. 3 Asep S. M. Romli, Jurnalistik Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009, hal. 35. 2
2
Cahya, unsur dalam berita adalah who (siapa), what (apa), when (kapan), where (dimana), why (mengapa), dan how (bagaimana).4 Salah satu unsur berita seperti yang disebutkan diatas adalah siapa. Dapat juga disebut dengan istilah man makes news atau name makes news. Berita menjadi menarik jika subjeknya adalah seorang public figure, orang terkenal, baik artis maupun politisi. Selain itu diketahui juga istilah bad news makes good news. Dapat diartikan bahwa masyarakat, baik sadar maupun tidak, lebih tertarik dengan berita negatif daripada berita positif. Dengan demikian, berita negatif memiliki nilai berita yang lebih. Penjelasan psikologi evolusioner menyebutkan mengapa berita negatif memiliki nilai lebih dimulai dengan pengamatan empiris bahwa sistem tanggap manusia dan fungsi otak yang lebih rendah mengalami kesulitan membedakan antara rangsangan media dan rangsangan nyata. Mekanisme otak level bawah ini berfungsi pada tingkat bawah sadar membuat evaluasi dasar rangsangan perspektif, memusatkan perhatian pada rangsangan yang penting, dan memulai reaksi emosional dasar. Penelitian juga menemukan bahwa otak membedakan antara rangsangan negatif dan positif serta bereaksi lebih cepat dan lebih otomatis kepada rangsangan negatif yang juga diingat lebih baik. Ini mungkin memiliki penjelasan mengapa penting untuk cepat memusatkan perhatian, mengevaluasi, dan merespon cepat terhadap ancaman. Sementara reaksi untuk rangsangan negatif yang kuat adalah untuk menghindari, rangsangan negatif yang lebih rendah menyebabkan rasa ingin tahu dan mencari tahu lebih lanjut. Itulah mengapa berita negatif lebih popular daripada berita positif. 5 Kasus kecelakaan lalu lintas bukanlah hal yang baru dan luar biasa dalam kehidupan sehari-hari. Sejak tahun 2007-2011 jumlah kecelakaan lalu lintas terus bertambah. Kerugian yang dialami pun tidak hanya secara material, namun juga tidak jarang hingga menyebabkan kematian. Tercatat dari 108.696 kecelakaan
4 5
Inung Cahya, Menulis Berita di Media Massa, Yogyakarta, PT Citra Aji Parama, 2012, hal. 17. Roberts, S. Craig, Applied Evolutionary Psychology, New York, Oxford University Press, 2011.
3
yang terjadi pada 2011, 31.195 nyawa melayang dan kerugian material yang diderita mencapai Rp 217.435.000,00.6 Pada Selasa 1 Januari 2013 sekitar pukul 05.45 WIB kecelakaan maut yang mengakibatkan dua orang tewas terjadi di dalam Tol Jagorawi, KM 3+350. Kecelakaan melibatkan mobil BMW B 272 HR berwarna hitam yang dikemudikan M Rasyid Amrullah, putra bungsu Menko Perekonomian Hatta Rajasa dengan Daihatsu Luxio hitam F 1622 CY. Peristiwa itu bermula ketika kedua mobil berada di jalur paling kanan. Mobil Luxio berada di depan, lalu tibatiba ditabrak mobil BMW hingga pintu samping mobil Luxio terbuka dan penumpang jatuh hingga kedua penumpang tewas. Korban tewas adalah Harun (57 tahun), pria beralamat Jalan Semangka 1 N0.99 Cibodas Sari, Tangerang dan M Raihan (14 bulan), bocah laki-laki, beralamat Kampung Ciaul RT 8/2 Mekarjaya, Kababungan, Sukabumi, Jawa Barat. Sementara korban luka ringan adalah Nung (30 tahun), perempuan beralamat Mekarjaya, Sukabumi, yang luka lecet pada wajah dan kaki. Moh Rifan, laki-laki luka pada kaki dan tangan lecet yang dirawat di RS Polri. Lalu, Supriyati (30 tahun), beralamat di Jalan Swadaya III No 8 Rawabuaya Jatinegara, Jakarta Timur.7 Hal yang tidak biasa dari kecelakaan diatas yang menyebabkan masyarakat ramai memperbincangkan adalah pelaku kecelakaan yang bukan orang biasa, M M Rasyid Amrullah, putra bungsu Menko Perekonomian Hatta Rajasa. Dan seperti yang diketahui masyarakat bahwa Hatta Rajasa merupakan besan dari orang nomor satu di Indonesia kala itu yaitu mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, masyarakat mencium adanya diskriminasi dalam kasus ini karena hingga saat ini Rasyid Rajasa tidak ditahan. Masyarakat
dapat
melihat
langsung,
bukan
hanya
tidak
ditahan,
penyelesaian kasusnya pun begitu cepat. Dalam kasus yang menghilangkan nyawa orang lain ini, ancaman hukuman Rasyid di atas lima tahun sehingga ia 6
Diakses dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=14 / 10 Februari 2013 7 vvn/CN34, Kronologi Kecelakaan Maut Putra Hatta Rajasa, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/02/139981/KronologiKecelakaan-Maut-Putra-Hatta-Rajasa, 2013, (diakses 11 Februari 2013)
4
seharusnya ditahan. Ini demi mempermudah proses hukum, memenuhi rasa keadilan di masyarakat sehingga tidak ada rasa diskriminatif. Melihat bahwa Hatta Rajasa adalah salah seorang pejabat tinggi negara dan dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia, maka penulis memilih untuk meneliti Harian Kompas. Harian Kompas merupakan salah satu surat kabar nasional yang dapat didistribusikan ke seluruh Indonesia. Pemberitaan mengenai kecelakaan yang menimpa Rayid Rajasa di berbagai macam media memiliki berbagai macam sudut pandang. Tergantung bagaimana penulis berita atau wartawan tersebut menyusun kasus Rasyid Rajasa ini menjadi suatu berita. Berbagai macam sudut pandang diambil untuk dapat menghasilkan berita yang paling menarik, dengan news value yang paling tinggi. Proses pengkonstruksian dalam media ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain pemilihan kata dan tata bahasa, penonjolan unsur yang dianggap paling menarik, dan pemilihan narasumber yang kompeten. Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana media Indonesia, disini harian Kompas memandang kasus Rasyid Rajasa ini dari sudut pandang media.
Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana berita kasus putra Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa dikonstruksikan dalam Harian Kompas periode Januari – Februari 2013?
Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communication, dan berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama disini diartikan sebagai sama makna. Definisi ringkas dari komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan yang diajukan Harold Lasswell yaitu Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect
5
atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana?.8 Mengingat bahwa setiap tindakan komunikasi senantiasa mengandung kepentingan, apalagi komunikasi melalui media massa, seperti surat kabar, maka layaklah jika dikatakan bahwa setiap tindakan komunikasi adalah suatu pembentukan wacana dari sang komunikator. Dalam pandangan komunikasi sebagai analisis wacana ini komunikasi dilakukan dalam rangka menciptakan “kenyataan lain” atau “kenyataan kedua” melalui pembentukan sebuah wacana sebagai pengganti dari realitas atau kenyataan pertama. Cara yang ditempuh dalam pembentukan wacana itu adalah proses yang disebut konstruksi realitas, sehingga realitas yang diwacanakan itu boleh kita sebut dengan realitas yang telah dikonstruksikan. 9
2. Pers dan Berita Pers mempunyai daya pengaruh yang hebat, baik terhadap individual maupun kelompok. Pers dapat mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan melalui dan terhadap tokoh-tokoh (formal maupun informal) masyarakat, di tingkat nasional maupun lokal. Sedangkan secara langsung pers dapat memberikan sejumlah pengetahuan, alternatif, dan sosial kontrol pada para pembacanya.10 Berita menurut Kusumaningrat adalah informasi aktual tentang faktafakta dan opini yang menarik perhatian orang..11 Sedangkan berita menurut Charnely adalah laporan yang hangat, padat, dan cermat, mengenai suatu kejadian, bukan kejadiannya itu sendiri.12 Jakoeb Oetama mendefinisikan berita sebagai laporan tentang kejadian yang aktual, bermakna, menarik. Setiap hari selalu lebih banyak kejadian daripada jumlah berita dalam media 8
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remadja Rosdakarya, 2005, hal. 62-65. 9 Hamad, Ibnu. “Komunikasi Sebagai Wacana”, Jurnal Mediator, Nomer 2, Vol 7, Desember 2006, hal. 263 10 Wina Armada, Wajah Hukum Pidana Pers, Jakarta, Pustaka Kartini, 1989, hal. 16. 11 Totok Djuroto, Teknik Mencari & Menulis Berita, Semarang, Dahara Prize, 2003, hal.6. 12 Mursito BM, Penulisan Jurnalistik: Konsep dan Teknik Penulisan Berita, Solo, SPIKOM, 1997, hal.37.
6
massa, termasuk dalam pers. Karena kejadian hanya menjadi berita setelah diangkat oleh wartawan, maka terjadilah proses seleksi. Surat kabar, melalui wartawan, memilih, atau melakukan seleksi, sejumlah kejadian.13
3. Hukum Menurut Van Kan hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat. Peraturan dalam menjalankan kehidupan diperlukan untuk melindungi kepentingan dengan tertib. Sedangkan Utrecht berpendapat bahwa hukum adalah himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah. Wiryono Kusumo mengemukakan bahwa hukum adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum adalah untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban dalam masyarakat. Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa hukum merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, dan juga mencakupi lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses (processes) yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.14
4. Jurnalisme Hukum Jurnalisme hukum (law journalism) adalah jurnalisme yang khusus mengupas semua persoalan-persoalan yang berkaitan dengan bidang hukum. Karena masalah hukum adalah sesuatu yang sangat luas, maka cakupan jurnalisme hukum ini memang sangat luas pula, tidak sekedar perkara saling 13
Jakob Oetama, Pers Indonesia Berkomunikasi Dalam Masyarakat Tidak Tulus, Jakarta, Penerbit Buku Kompas, 2001, hal.4. 14 Bernadus, Pengertian Hukum dan Tujuan Hukum, http://bernaduscarl.blogspot.com/, 2012, (diakses 10 September 2013).
7
gugat antara dua pihak, melaporkan persidangan kasus korupsi, memberitakan kasus pencemaran nama baik, melaporkan kejanggalan pengusutan, hingga persidangan kasus pembalakan kayu, tapi juga mengupas tata cara pemilihan hakim agung, perdebatan dan apa yang terjadi dibalik disahkannya sebuah rancangan undang-undang, masalah hukum yang muncul dari penerapan sebuah undang-undang dan sebagainya. Dengan demikian, pada akhirnya jurnalisme hukum memang menuntut wartawan hukum mengerti dan memahami istilah-istilah hukum. Menuntut wartawan hukum membaca dan memahami setiap undang-undang yang mempunyai hubungan dengan berita atau persoalan hukum yang ditulisnya, serta menuntut wartawan hukum untuk panjang akal: memiliki ide dan cara mendapatkan informasi dan menemui narasumber, sekali pun narasumber tersebut berada di balik jeruji penjara.
5. Sosiologi Hukum Manusia sebagai makhluk sosial memiliki naluri untuk selalu hidup bersama dengan orang lain. Naluri tersebut kemudian mengakibatkan munculnya hasrat yang kuat untuk dapat hidup teratur. Akan tetapi, apa yang dianggap teratur oleh seseorang belum tentu teratur pula bagi orang lain. Dengan adanya perbedaan sudut pandang tersebut, maka besar kemungkinan terjadinya bentrokan kepentingan di dalam masyarakat. Keadaan tersebut harus dicegah untuk mempertahankan integrasi dan integritas masyarakat. Proses terjadinya pola perilaku yang kemudian menjadi norma atau kaedah, dipelajari oleh sosiologi. Lama kelamaan, dengan adanya proses pengkhususan atau spesialisasi di dalam berbagai ilmu sosial, maka tumbuh pula suatu cabang sosiologi yang dinamakan sosiologi hukum. Sosiologi hukum yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya.15
15
Soerjono Soekanto, Mengenal Sosiologi Hukum, Bandung, Penerbit Alumni, 1982, hal. 10-11.
8
6. Konstruksivisme Konstruktivisme sendiri lahir dari adanya titik temu dari dua aliran sosiologi besar. Aliran sosiologi tersebut adalah aliran sosiologi pengetahuan (sociology of knowledge) dan sosiologi ilmu pengetahuan/sains (sociology of science). Max, Markheim dan Durkheim merupakan tokoh dibalik sosiologi pengetahuan, mereka menekankan pada peran saling memberi akibat dari faktor-faktor sosial dalam membentuk kepercayaan individu. Sedangkan Robert Merton (1973) menjadi penggagas dari sosiologi sains atau juga disebut sosiologi mertonian yang merupakan kajian sosial terhadap ilmu pengetahuan. Sosiologi sains bertolak pada bagaimana institusi ilmu terbentuk dan berusaha menjelaskan peran sosial yang diciptakan profesi ilmuan, dan sistem penghargaan yang mengarahkan aktivitas ilmiah, dan seterusnya.16 Kaum konstruktivisme memiliki asumsi mendasar, Sasa dalam bukunya menguraikan asumsi tersebut sebagai berikut, 1. Suatu kejadian tidak hadir begitu saja secara objektif, tapi diketahui/dipahami melalui pengalaman. 2. Realitas dipahami melalui kategori, kategori bahasa secara situasional yang tumbuh dari interaksi sosial di dalam suatu kelompok sosial pada saat dan tempat tertentu. 3. Bagaimana suatu realitas dapat dipahami, ditentukan oleh konversikonversi komunikasi yang dilakukan saat itu. Pemahaman terhadap realitas yang tersusun secara sosial membentuk banyak aspek penting lain dari kehidupan.17
7. Pendekatan Analisis Wacana Analisis wacana dan analisis wacana kritis merupakan salah satu metode penelitian kualitatif. Wacana sendiri berasal dari bahasa Latin discursus yang
16 17
Andre Kukla, Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Jendela, 2003, hal.11-13. Sasa Sendjaya, Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka, 1994, hal.325-326.
9
berarti lari kian kemari, yang diturunkan dari dis (berarti dari arah yang berbeda) dan curere (berarti lari). Wacana (discourse) dapat berarti :18 a. Komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi, ide-ide atau gagasan-gagasan, konversasi, atau percakapan. b. Komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu objek studi atau pokok telaah. c. Risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah; khotbah. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa wacana adalah pemakaian bahasa dalam komunikasi, baik disampaikan secara lisan (percakapan, ceramah, dll) maupun secara tertulis (bahasa yang dipakai dalam tulisan ilmiah, surat, dll). Alex Sobur memberikan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun non segmental bahasa.19 Sedangkan analisis wacana dirumuskan sebagai studi tentang struktur pesan dalam komunikasi. 20 Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh beberapa ahli, model Van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Analisis wacana kritis model van Dijk bukan hanya semata-mata mengalisis teks, tapi juga melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada dalam masyarakat, dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang membentuk dan berpengaruh terhadap teks yang dianalisis. Van Dijk menggambarkan wacana dalam tiga dimensi atau bangunan yaitu : teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis teks terdiri atas beberapa struktur/ tingkatan yang masingmasing bagian saling mendukung. Ada tiga tingkatan dalam analisis teks: struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
18
Sumarlan, Teori dan Praktek: Analisis Wacana, Surakarta, Pustaka Cakra, 2003, hal. 3. Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2004, hal.11. 20 ibid, hal. 48 19
10
Metodologi Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif-kualitatif dengan dasar penelitian mengunakan metode analisis wacana kritis Teun A. van Dijk. Data deskriptif adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran laporan penyajian. Oleh karena sifatnya berhubungan dengan kata-kata dan perilaku orang, maka pendeskripsian menjadi sangat penting untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih jelas atas masalah yang dibahas. Proses interpretasi dilakukan, yaitu menafsirkan data guna mengungkapkan makna-maknanya sebagai bagian dari analisis. Penelitian ini mengandalkan pemahaman interpretasi teks dan penafsiran oleh peneliti.
Sajian dan Analisis Data Pada bagian ini akan disajikan data-data yang telah didapatkan dan akan langsung dianalisis terkait permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Data didapat dari teks berita kasus kecelakaan Rasyid Rajasa yang dimuat Harian Kompas periode Januari – Februari 2013. 1. Teks berita “Dua Tewas dalam Kecelakaan di Tol Salah Satu Pengemudi Putra Hatta Rajasa” Tematik : Tema utama teks berita ini adalah kecelakaan yang menewaskan dua orang dan melibatkan putra Hatta Rajasa. Skematik : Penulis menjelaskan kejadian kecelakaan serta identitas pelaku dan korban. Kemudian penulis mengambil sudut pandang dari pihak pelaku, yaitu Rasyid Rajasa. Semantik : Elemen detil berisi tentang identitas pelaku dan korban, serta penjelasan dari pihak Rasyid. Elemen wacana praanggapan terdapat pada keterangan dari Kombes Rikwanto, Bima Arya Sugiarto, Dradjad Wibowo, dan Hatta Rajasa. Elemen maksud terdapat pada par. 8 dan 9 dimana penulis seakan mengarahkan pembaca bahwa Rasyid menghindari proses hukum dengan alasan sakit.
11
Sintaksis : Bentuk koherensi terdapat pada par.3 dimana penulis menyebut Rasyid sebagai anak Hatta Rajasa yang dapat menambah nilai berita. Kata “namun” pada par.8 menjelaskan niatan Rasyid untuk mengikuti proses hukum walaupun prosesnya akan sedikit tersendat karena Rasyid masih dirawat. Leksikon : Kalimat “menemui keluarga korban” pada par.10 dirasa kurang tepat karena menurut KBBI, temu memiliki arti sua atau jumpa. Kata menemui dapat diganti dengan mengunjungi yang memiliki arti mendatangi untuk menjumpai, mengunjungi, melawat, dll. Stailistik : Majas personifikasi terdapat pada kalimat “mengikuti proses hukum” atau “menghadapi proses hukum”. Proses hukum bukan merupakan benda hidup yang seharusnya tidak dapat diikuti atau dihadapi. Ini berfungsi untuk menggambarkan bahwa proses hukum merupakan rangkaian peraturan yang harus dipatuhi sebagai akibat dari tindakan pelanggaran hukum.
2. Teks berita “Rasyid Amrullah Tersangka Kelalaian” Tematik : Teks berita ini mengangkat tema penetapan Rasyid Rajasa menjadi tersangka pada peristiwa kecelakaan yang menewaskan dua orang. Skematik : Penulis membagi teks berita ini dalam beberapa isu. Yang pertama penetapan Rasyid menjadi tersangka walaupun pemeriksaan belum selesai. Yang kedua, penulis menjelaskan alasan pemeriksaan yang belum tuntas. Kemudian disebutkan jumlah santunan dan perasaan keluarga korban. Semantik : Latar pada teks berita ini adalah penetapan Rasyid sebagai tersangka pada kasus kecelakaan yang menewaskan dua orang. Elemen detil berisi penjelasan Rikwanto mengenai penetapan Rasyid sebagai tersangka dan proses BAP. Elemen wacana praanggapan mengambil pendapat dari Kombes Rikwanto dan Eman, ayah salah satu korban meninggal. Elemen maksud terdapat pada par.5 dimana
Rikwanto
menyatakan
Rasyid
masih
dirawat.
Penulis
seolah
menyampaikan bahwa walaupun Rasyid dalam kondisi sakit tapi masih menjalani proses BAP. Sintaksis : Pada par.1 terdapat kalimat “Rasyid sudah menjalani pemeriksaan, tetapi belum tuntas karena tersangka harus menjalani perawatan dirumah sakit”.
12
Kalimat tersebut sudah menjelaskan sebab akibat tertundanya pemeriksaan Rasyid. Pada par.5 terdapat koherensi penjelas yang menyebutkan kondisi Rasyid tidak mungkin melanjutkan pemeriksaan. Pada par.7 terdapat pengulangan kata “juga” sehingga kalimatnya menjadi kurang efektif. Leksikon : Penulis memilih menggunakan kata “kelalaian” yang dalam KBBI berarti kurang hati-hati, tidak mengindahkan, lengah. Pemilihan kata sudah tepat, namun bagi pembaca yang tidak mengikuti berita ini dari awal menjadi kurang mengerti isi dari teks berita ini. Stailistik : Majas personifikasi terdapat pada par. 6 kalimat “… jiwanya terguncang…”. Jiwa yang sesungguhnya bukan benda hidup itu diibaratkan terguncang
atau
tergoyang
cepat-cepat,
terganggu
keseimbangan-
nya.
Perumpamaan ini dibuat untuk menggambarkan kondisi Rasyid yang tidak stabil akibat perasaan bersalah kepada keluarga korban kecelakaan.
3. Teks berita “Penyerahan Rasyid ke Polda Ditunda” Tematik : Tema utama teks berita ini adalah penundaan penyerahan Rasyid Rajasa ke Polda Metro Jaya. Terdapat pula penjelasan mengenai penyakit Rasyid pasca terjadinya kecelakaan. Skematik : Pertama, teks berita membahas jumpa pers yang digelar RSPP mengenai kondisi Rasyid. Beberapa dokter spesialis yang menangani Rasyid memberikan keterangan. Selanjutnya terdapat pernyataan Hatta Rajasa yang menyerahkan semua proses hukum kepada pihak berwajib. Terakhir dicantumkan juga tanggapan dari pihak Polda Metro Jaya mengenai penundaan ini. Semantik : Latar yang disampaikan adalah penundaan penyerahan Rasyid Rajasa ke Polda Metro Jaya karena kondisinya yang masih sakit. Elemen detil berisi penjelasan rinci dari dokter spesialis yang menangani Rasyid mengenai sakit yang dideritanya. Elemen wacana praanggapan melibatkan dokter spesialis yaitu Abdul Haris dan Endah Rona Wulan. Terdapat pula pernyataan dari Hatta Rajasa dan Kombes Rikwanto. Elemen maksud terdapat pada par.9 dimana pihak Rasyid sudah ingin menyerahkan Rasyid tetapi tidak diperbolehkan pihak RSPP.
13
Pernyataan itu seolah ingin menegaskan bahwa yang menghambat proses hukum bukan dari pihak Rasyid. Sintaksis : Pada par.3 penulis menyertakan identitas Hatta Rajasa sebagai Menko Perekonomian yang bisa menambah nilai berita. Koherensi sebab akibat terdapat pada par.9 yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya penundaan penyerahan Rasyid ke Polda adalah pihak RSPP yang belum mengijinkan Rasyid keluar dari RSPP karena kondisinya masih belum stabil. Leksikon : Terdapat kata “pasien” dalam par.1 yang digunakan untuk menegaskan kondisi Rasyid yang masih sakit dan dirawat. Penggunaan kata “menegaskan” pada par.8 digunakan untuk menekankan bahwa penyebab penundaan penyerahan Rasyid adalah pihak RSPP yang tidak mengijinkan dikarenakan kondisi Rasyid masih belum stabil. Stailistik : Saat mengutip pernyataan pada par.7 dan 8, penulis menggunakan kata menegaskan yang digunakan untuk menekankan makna atau ketegasan dibalik pernyataan yang dikutip tersebut. Pada par.10 terdapat majas personifikasi yang berbunyi “…RSPP melayangkan…” Dalam kalimat tersebut seolah bangunan RSPP yang mengirim surat, padahal hanya beberapa orang saja.
4. Teks berita “Rasyid Rajasa Sempat Pingsan” Tematik : Tema utama teks berita ini adalah Rasyid Rajasa yang menjalani proses BAP lanjutan setelah sempat tertunda. Disebutkan juga bahwa Rasyid sempat pingsan dan dibawa ke RS Polri. Skematik : Penulis menjelaskan kejadian pingsannya Rasyid saat proses BAP lanjutan. Pihak Polda juga menjelaskan mengenai pingsannya Rasyid dan alasan Rasyid harus dilarikan ke RS Polri. Penulis juga mendeskripsikan hadirnya Hatta Rajasa dan istrinya yang mendampingi Rasyid. Semantik : Latar teks berita ini adalah kejadian pingsannya Rasyid saat menjalani BAP lanjutan di Polda Metro Jaya karena kondisinya yang belum stabil. Elemen detil berisi penggambaran penulis mengenai detil kejadian yang didapat dari keterangan pihak yang terlibat serta pengamatan penulis sendiri. Elemen wacana praanggapan menyertakan pernyataan dari kuasa hukum Rasyid, Ajun
14
Kombes Sudarmanto, dan Hatta Rajasa. Elemen maksud pada par.10 mengisyaratkan bahwa pihak Rasyid yang ingin menjalani proses hukum secepatnya tetapi kondisi Rasyid belum stabil dan RSPP meminta waktu untuk perawatan pemulihan. Sintaksis : Koherensi pada par.2 yang menyertakan keterangan tambahan mengenai ambulan milik PT Jasa Raharja sebenarnya tidak diperlukan karena tidak mengubah inti berita. Pada par.6 menegaskan kondisi Rasyid yang masih belum sembuh total sehingga harus dilarikan ke rumah sakit. Menjaga keselamatan Rasyid demi kelancaran proses hukum juga merupakan tanggung jawab polisi. Leksikon : Pada par.9 penulis menggunakan kata “dibimbing” untuk menegaskan kondisi Rasyid yang belum pulih baik secara fisik maupun psikis sehingga masih membutuhkan bimbingan atau tuntunan. Stailistik : Majas tropen terlihat beberapa kali dalam teks ini, salah satunya pada par.1 yang berbunyi “Rasyid akhirnya dilarikan ke rumah sakit” yang berarti Rasyid dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulan. Penggunaan elemen grafis menggunakan foto yang menampilkan Rasyid, Hatta dan istri, dan seorang polisi wanita. Foto tersebut diambil saat Hatta dan istrinya mengantarkan Rasyid ke Polda Metro Jaya.
5. Teks berita “Rasyid Kembali Tidak Ditahan” Tematik : Tema yang diangkat adalah Rasyid Rajasa yang kembali tidak ditahan meski sudah ditetapkan sebagai tersangka. Rasyid hanya datang ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur untuk menyerahkan berkas tahap kedua. Penyidik Polda sudah melimpahkan berkas ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur. Skematik : Isi teks membahas mengenai Rasyid yang tidak ditahan meski sudah ditetapkan sebagai tersangka. Terdapat keterangan dari pihak kejaksaan yang telah menerima berkas kasus Rasyid. Disampaikan juga pertimbangan yang menyebabkan Rasyid tidak ditahan. Semantik : Latar teks ini adalah tidak ditahannya Rasyid meski sudah ditetapkan sebagai tersangka. Elemen detil berisi keterangan dari pihak kejaksaan
15
mengenai penyerahan berkas dari pihak Rasyid dan Polda. Elemen wacana praanggapan melibatkan pernyataan dari Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Timur, Andi Herman. Elemen maksud pada par.6 dimana penulis seolah ingin menegaskan apakah tidak ditahannya Rasyid karena mendapat keistimewaan sebagai anak menteri. Sintaksis : Pada par.1 penulis kembali menegaskan identitas Hatta Rajasa yang adalah seorang menteri. Pembaca diajak berspekulasi apakah tidak ditahannya Rasyid juga ada hubungannya dengan statusnya sebagai anak pejabat tinggi negara. Leksikon : Pada par.6 penulis memilih menggunakan kata “disinggung” yang cenderung memiliki makna negatif. Isu penangguhan penahanan Rasyid memang dipertanyakan karena jabatan ayahnya, Hatta Rajasa. Stailistik : Tidak terdapat elemen stailistik (retoris) dalam teks berita ini.
6. Teks berita “Rasyid Mendapat Dakwaan Kombinasi” Tematik : Tema utama teks berita ini adalah sidang perdana kasus kecelakaan Rasyid Rajasa. Agenda sidang adalah pembacaan dakwaan. Jaksa penuntut umum mengajukan dakwaan kombinasi karena menyebabkan korban luka hingga meninggal. Selain itu, hingga sidang berlangsung, penahanan Rasyid masih ditangguhkan. Skematik : Penulis menjelaskan jalannya sidang perdana tersebut. Dakwaan kombimasi yang didapat Rasyid juga dijabarkan oleh penulis. Isu lain yang diangkat yaitu penangguhan penahanan Rasyid. Jika sebelumnya kondisi Rasyid belum pulih, kali ini Rasyid dinilai kooperatif sehingga tidak perlu ditahan. Semantik : Latar teks ini adalah sidang perdana kasus kecelakaan Rasyid Rajasa. Pada sidang tersebut Rasyid mendapatkan dakwaan kombinasi. Elemen detil berisi tentang sedikit penjelasan kecelakaan yang terjadi dan juga detil pasalpasal yang menjadi dasar dakwaan Rasyid. Disebutkan pula keterangan dari pihak pengacara Rasyid tentang dakwaan tersebut. Selain itu penulis juga menuliskan agenda sidang selanjutnya yaitu pemeriksaan saksi. Disebutkan beberapa saksi yang akan dihadirkan dalam sidang berikutnya. Elemen wacana praanggapan
16
dalam teks ini melibatkan pernyataan dari jaksa penuntut umum, Emilwan Ridwan, pengacara Rasyid, Riri Purbasari Dewi, dan Humas Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Djaniko MH Girsang. Elemen maksud dapat dilihat dari par.11-13 dimana isu penangguhan penahanan Rasyid masih terus dipertanyakan. Sintaksis : Tidak terdapat elemen sintaksis dalam teks berita ini. Leksikon : Tidak terdapat elemen leksikon dalam teks berita ini. Stailistik : Penggunaan elemen grafis dalam teks ini menggunakan foto Rasyid saat menjalani sidang. Terlihat Rasyid sedikit menunduk dalam foto tersebut. Pada par.3 penulis menggunakan kata “menghantam” untuk menjelaskan bahwa tabrakan atau kecelakaan yang terjadi cukup keras sehingga menyebabkan korban tewas.
7. Teks berita “Saksi Dengar Rasyid Akui Bersalah dan Mengantuk” Tematik : Tema utama yang diangkat teks berita ini adalah sidang kedua kasus kecelakaan Rasyid Rajasa. Agenda sidang adalah pemeriksaan saksi. Saksi yang dihadirkan berjumlah lima orang. Skematik : Penulis membuka dengan menyampaikan kesimpulan sidang. Dilanjutkan dengan pernyataan Rasyid yang tidak sesuai dengan pertanyaan hakim maupun pernyataan saksi. Setelah itu penulis mengutip pernyataan dari saksi berikutnya yang menyatakan bahwa Rasyid mengakui kepada dirinya sedang mengantuk saat mengemudi. Rasyid menolak memberikan keterangan tentang hal tersebut. Kemudian penulis juga mengutip pernyataan dari saksi ketiga yang menyatakan mendengar Rasyid mengaku bersalah dan akan bertanggung jawab. Berita ditutup dengan informasi mengenai sidang lanjutan. Semantik : Latar pada teks berita ini adalah sidang kedua dari kasus kecelakaan Rasyid Rajasa dengan agenda mendengarkan keterangan lima saksi. Elemen detil dapat dilihat pada par.2 dimana penulis menambahkan detil peristiwa kecelakaan. Pada par.6, 8, 9, 10, dan 11 penulis mengutip pernyataan para saksi. Elemen wacana praanggapan melibatkan pernyataan dari para saksi yaitu Unggul Budi Raharja,
Rangga Ikra Nugraha, dan Inspektur Dua Sumadi. Selain itu
penulis juga mengutip Rasyid Rajasa dan
17
Ketua Majelis Hakim Suharjono.
Elemen maksud dapat dilihat pada par.6
dimana disebutkan saat dimintai
tanggapan, jawaban Rasyid tidak sesuai dengan keterangan saksi. Sangkalan dari Rasyid mengenai mengantuk saat mengemudi padahal tidak ada yang menyinggung hal tersebut justru menimbulkan kecurigaan bagi yang mendengar. Sintaksis : Pada par.5 berisi keterangan yang kurang relevan. Jika dihilangkan pun tidak akan mengganggu keseluruhan isi berita. Pada par.6, identitas Rasyid sebagai anak dari Hatta Rajasa menjadi kekuatan dalam teks berita ini sehingga hal tersebut diselipkan pada setiap teks berita. Leksikon : Tidak terdapat elemen leksikon dalam teks berita ini. Stailistik : Pada par.2 penulis menggunakan kata “menghantam” untuk menjelaskan bahwa tabrakan atau kecelakaan yang terjadi cukup keras sehingga menyebabkan korban tewas.
Kesimpulan Kesimpulan dari bagaimana Harian Kompas mengkonstruksi realitas dalam teks berita kasus kecelakaan Rasyid Rajasa adalah Kompas menyampaikan berita dengan lugas. Kronologis peristiwa mulai dari kecelakaan hingga jalannya persidangan disampaikan secara runtut. Data dan informasi yang ditampilkan cukup lengkap dengan menyertakan beberapa narasumber. Beberapa kali pembaca diajak untuk bersimpati kepada keluarga korban dengan menyampaikan kondisi dan kesedihan keluarga korban tewas. Pembaca juga diperlihatkan bahwa pihak Rasyid sangat menyesal dan bertanggung jawab dengan memberikan santunan kepada keluarga korban tewas dan luka-luka. Dengan mengambil simpati pembaca bagi kedua pihak dapat dilihat bahwa Kompas bersikap cukup netral dalam pemberitaan kasus ini pada saat itu. Isu berikutnya mengenai proses pemeriksaan dan penangguhan penahanan Rasyid. Pihak Rasyid memilih untuk lebih banyak bungkam ketika disinggung mengenai hal ini. Hal tersebut menyebabkan Kompas mencari informasi dari pihak kepolisian yang
menyatakan beberapa alasan penahanan Rasyid
ditangguhkan. Kompas mengajak pembaca untuk ikut berspekulasi mengenai hal tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan pemilihan kata yang digunakan penulis.
18
Rasyid akhirnya ditetapkan sebagai tersangka, dan kemudian sebagai terdakwa. Namun demikian Rasyid tetap tidak ditahan. Beberapa kali Kompas menggunakan pemilihan kata yang menyindir atau menyinggung halus mengenai fakta bahwa Rasyid adalah putra dari Hatta Rajasa. Pembaca diajak berfikir lebih jauh mengenai fakta tersebut tanpa diungkapkan terlalu jelas. Masyarakat banyak yang berspekulasi bahwa Rasyid mendapat keistimewaan hukum karena statusnya sebagai anak pejabat tinggi negara. Kompas lebih banyak mengambil sudut pandang dari masyarakat daripada dari pihak Rasyid. Harian Kompas menyajikan fakta dan menyelipkan beberapa sindiran kecil tanpa bersifat provokatif.
Saran 1. Bagi mahasiswa Meneliti atau mengkonstruksi teks berita dengan menggunakan analisis wacana metode Van Dijk sangat detil dan menarik. Setiap kata dan kalimat yang ada diteliti, dicari maksud tersembunyinya, mengupas bagaimana penulis memandang realitas tersebut. Beberapa kalimat tidak dapat dimasukkan dalam elemen analisis. Maksudnya, tidak semua kalimat bisa dianalisis. Untuk meneliti suatu teks sebaiknya dilihat terlebih dahulu jenis teks dan analisis apa yang akan dipakai untuk bisa mendapat hasil maksimal. 2. Bagi peneliti Penulis menyadari penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk bisa mendapatkan hasil yang mendalam, harus dilakukan penelitian lain selain melalui penelitian dalam teks saja. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan mampu menggunakan metode yang lebih mendalam untuk dapat meningkatkan kualitas penelitian bidang ilmu komunikasi. 3. Bagi media massa Media massa sebagai salah satu sumber berita dan informasi bagi mayarakat sebaiknya tidak melupakan etika pers baik dalam meliput maupun menyampaikan berita. Diharapkan media massa selalu bersikap netral dan dapat memberikan berita dan informasi yang lebih bermutu bagi masyarakat di segala kalangan usia.
19
Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro, (2004), Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung, Simbiosa Rekatama Media. Cahya, Inung S., (2012), Menulis Berita di Media Massa, Yogyakarta, PT Citra Aji Parama. Craig, Robert S., (2011), Applied Evolutionary Psychology, New York, Oxford University Press. Hamad, Ibnu. (2006), “Komunikasi Sebagai Wacana”, Jurnal Mediator, Nomer 2, Vol 7, Desember. Kukla, Andre, (2003), Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu, Yogyakarta, Jendela. Mulyana, Deddy, (2005), Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remadja Rosdakarya. Mursito BM, (1999), Penulisan Jurnalistik, Konsep dan Teknik Penulisan Berita, Solo, Spikom. Romli, Asep S. M., (2009), Jurnalistik Praktis, Bandung, Remaja Rosdakarya. Sendjaya, Sasa, (1994), Teori Komunikasi, Jakarta, Universitas Terbuka. Sobur, Alex, (2004), Analisis Teks Media, Bandung, Remaja Rosdakarya. vvn/CN34, Kronologi Kecelakaan Maut Putra Hatta Rajasa, http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/01/02/13998 1/Kronologi-Kecelakaan-Maut-Putra-Hatta-Rajasa, 2013, (diakses 11 Februari 2013). Wiryanto, (2004), Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Grasindo.
20