BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Persediaan
Pada
dasarnya persediaan
akan
mempermudah
atau
memperlancar
jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, Selanjutnya menyampaikannya kepada konsumen.
Persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi, antara lain berguna untuk :
1.
Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang
2.
Menghilangkan risiko barang yang rusak
3. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan 4.
Mencapai penggunaan mesin yang optimal
5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya bagi konsumen
. Persediaan merupakan bagian dari harta perusahaan dalam bentuk barang
yang ditujukan untuk dijual maupun untuk diproses lebih lanjut sebelum dijual. Pengertian persediaan di dalam beberapa kepustakaan umumnya mengemukakan definisi yang berbeda meski maksud yang terkandung di dalamr.ya hampir sama.
-. Ikatan Keuangan,
Akuntan
untuk
Indonesia
selanjutnya
melalui
disebut
Pernyataan
PSAK
No.
14
Standprt 2004
Akuntansi
paragraf 03
mendefinisikan persediaan sebagai berikut : Persediaan adalah aktiva yang :
*• a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal. b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan atau
c. Dalam
bentuk
bahan
atau
perlengkapan
(supplies)
untuk
digunakan dalam proses produksi atau pembenahan jasa. Menurut Al. Haryono Jusup (2001 ; 99) persediaan adalah "Elemen rang scwgat penting dalam peneniuan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran, maupun perusahaan dagang parted besar. "
Menurut Zaki Baridwan (2000 : 149) persediaan adalah -barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barangbarang yang akan dijual ",
Menurut Soemarso S.R (2002 : 384) persediaan adalah "
"hurang-
barang yang dimiliki penisahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya ".
Dari pengerlian persediaan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan barang yang dimiliki utituk dijual kembali dalam rangka kegialan usaha
normal, apakah itu merupakan jenis persediaan barang jadi, barang dalam proses
produksi atau bahan baku. Ketiga jenis persediaan tersebut berfungsi sebagai barang yang
nantinya
akan
digunakan
dalam
proses
produksi
ataupun
langsung
diperdagangkan tergantung dari jenis perusahaan yang bersangkutan.
Ketentuan suatu barang digolor.gkan sebagai persediaan adalah lergantung
pada tujuan perusahaan untuk mcmiliki atau memperlakukannya, sebab persediaan pada suatu perusahaan beium tentu sebagai persediaan pada perusahaan Iain. Misalnya, tanah dan bangunan pada perusahaan real estate adalah merupakan persediaan, sedangkan bagi perusahaan porkebunan itu merupakan aktiva letap.
Istilah persediaan pada umumnya dihubungkan dengan barang yang merupakan objek usaha pokok suatu perusahaan. Oleh karena itu, persediaan untuk
tiap-tiap
perusahaan
berbeda,
tergantung
kepada
jenis
perusahaan
yang
bersangkutan. Istilah persediaan menurut Zaki Baridwan, ..dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Untuk usaha dagang yaitu perusahaan yang membeli barang dan
menjualnya kembali tanpa mengadakan perubahan bentuk barang, dan dicatat dalam neraca dengan nama"persediaan barang".
2. Untuk perusahaan manufaktur yaitu perusahaan yang membeli bahan
dan mengubah bentuknya untuk dapat dijual., dimana persedia&nnya terdiri dari : Persdiaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
Dengan demikian, secara uniiim persediaan dapal diarlikan sebagai "barang-barang milik perusahaan yang tersedia untuk dijual, atau diolah dalam proses produksi, sehingga menjadi produkjadi yang siap untuk dijual".
Definisi ini memberikan pengertian yang lebih luas karena mencakup persediaan untuk perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. 1.
Jenis Persediaan
Menurut Zaki Baridwan, jenis persediaan dalam lerus-ihaan industri dapat dibedakan menjadi :
a.
Persediaan bahan baku dan Penolong
Bahan baku adalah " barang-harang yang akan menjadi hagian dari produk jadi yang dengan mudah dapat dukuti biayemya"Sztea% bahan
penolong adalah -barang-barang yang juga menjadi bagian dari produk jadi tetapijumjahnya relatifkecil atau sulit diikuti biayanya ". Bahan baku yang dipergunakan dapat diidentifikasikan dan merupakan bagian yang
integral dalam barang jadi. Bahan baku mi biasanya masih tersimpan digudang bahan baku. b.
Supplies Pabrik
Supplie pabrik
adalah
"barang-barang yang
mempimyai fungsi
melancarkan proses produksi ". Misalnya : oli mesin, bahan pembersih mesin.
c.
Persediaan barang dalam proses
"Merupakan
barang-barang yang scdnag dikerjakan (diproses) tetapi
pada tanggal ncraca barang-barang tadi belum selesai dikerjakan. untuk dapat dijual masih diperlukan pengerjaan lebih tanjut ".
Elemen dari barang dalam proses ini terdiri alas :biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Barang dalam proses ini biasanya terletak pada gedung pabrik (factory floor). d.
Persediaan barang j adi
-Merupakan barang-barang yang sudah selesai dikerjakan dalam proses produksi dan menunggu saat penjualannya". tersimpan di gudang barang jadi. 2.
Fungsi Persediaan
Fungsi persediaan dapat dibedakan menjadi : a.
Batch stock/Lot Size Inventory
Barang jadi ini biasanya
Yaitu persediaan yang timbul karena adanya pembelian atau pembuatan barang-barang dalam jumlah yang
lebih besar dari jumlah yang
dibutuhkan saat itu. Persediaan barang ini berfungsi untuk mendapat keuntungan dari potongan harga pada harga pembelian, penghematan biaya angkutan, dan efisiensi dalam pelaksanaan proses produksi. b.
Fluctuation Stock
Yaitu persediaan yang berfungsi untuk menghadapi flukiuasi pemiintaan konsumen yang tidak beraturan dan tidak dapat diramalkan. c.
Anticipation Stock
Yaitu persediaan yang berfungsi untuk menghadapi flukiuasi pemiintaan konsumen yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman yang terdapal dalam satu lahun dan untuk menghadapi pcnggunaan atau penjualan atau permintaan yang mcningkat. 3.
Macam-macam Biaya persediaan
Kelebihan atau kekurangan persediaan merupakan gcjala yang kurang baik
dimana kekurangan dapat berakibat-larinya pelanggan sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu,
manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada menjamin kelancaran proses produksi,
Dengan kaia lain, total cost yang bcrhubungan dcngan persediaan dapal minimal.
Perhitungan total cost dari persediaan secara keseluruhan rlipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk biaya dari persediaan seperti :
10
a.
Holding cost/carrying cost
Adalah biaya yang timbul karena perusahaan menyimpan persediaan, yang
terdiri atas biaya-biaya yang bcrvariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya-biayanya seperti : biaya modal, biaya keuangan, biaya asuransi persediaan, biaya penghitungan fisik, biaya pajak persediaan, biaya pencurian, perusakan dan Iain-lain. b.Ordering cost procurement cost
Adalah biaya yang berhubungan dengan pemesanan dan pengadaan bahan seperti : biaya ekspedisi dan pemrosesan pesanan, upah, biaya tclcpon, biaya
pengepakan dan penimbangan, biaya pengiriman ke gudang dan Iain-Iain. Pada umumnya, biaya pemesanan total per perode adalah sama dengan
jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang hams dikeluarkan setiap kali pesan. c.Stock- Out cost
Adalah biaya yang timbul akibat pcnisahaan kekumngan atau kchabisan persediaan , seperti : biaya ekspedisi, kehilangan penjualan, kchilangan
langganan, selisih harga, terganggunya operasi, tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya. Biaya ini sulit diperkurakan secara obyektif karena sering merupakan opportunity cost.
B. Sistem pencatatan persediaan
Dalam melakukan pencatatan jumlah persediaan, dapat dilakukan dengan dua sistem yaitu :
11
1.
Sistem Periodik (Periodic System)
Dalam sistem persediaan phisik , pencatatan persediaan dilakukan setiap akhir periode. Setiap pembelian barang dicatat dengan mendebet rekening pembelian
dan apabila terjadi transaksi penjualan akan dicatat dengan mergkredit rekening penjualan sebesar harga pokoknya.
Harga pokok barang yang dijual pada sistem ini. baru dapat diketahui pada akhir periode.
sedangkan selisih antara jumlah barang yang dibeli dan jumlah barang yang sisa
adalah jumlah barang yang terjual. Nilai barang yang dibeli dicatat sebagaimana terjadinya, dan baru timbul masalah pada waktu menentukan berapa nilai persediaan barang yang ada pada akhir periode.
Karena penilaian persediaan barang yang ada bermacam-macam mctode,
maka tentunya harga pokok barang yang dijual akan tergantung pada penilaian persediaan terhadap persediaan barang tersebut. Karena iidak ada catatan terhadap
mutasi barang, maka harga pokok penjualan baru dapat dihitung jika nilai persediaan barang akhir dilakukan dengan cara : Persediaan BB awal Rp XX
Pembelian (netto)
Rp XX
(+)
BB tersedia untuk di produksi Rp XX Persediaan BB akhir
Rp XX
(-)
Biaya bahan baku
Rp XX
Upah langsung
Rp XX
Biaya Over head pabrik
Rp XX (+)
12
Harga pokok produksi
Rp XX
Persediaan barangjadi awal
Rp XX (+)
Tersedia untuk dijual
Rp XX
Persediaan barang akhir
Rp XX
Harga pokokpenjualan
Rp XX
(-)
Oleh karena jtu agar persediaan akhir dan harga pokok penjualan (HPP) nampak dalam pembukuan, maka tiap-tiap akhir periode diadakan penyesuaian pembukuan (adjustment). Akuntansi dan pelaporan transaksi persediaan barang menurut sistem periodik :
•
Ayat jumal untuk mencatat pembelian bahan baku : Pembelian
XXX
Kas/Hutang
•
XXX
Ayat jumal untuk mencatat pemakaian bahan baku : Biaya bahan baku
XXX
Pembelian
•
XXX
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan barang: Kas/Piutang
XXX
Penjualan
•
XXX
Ayat jumal penyesuaian untuk mencatat persediaan akhir periode : Ikhtisar Rugi Laba
XXX
Pers.barang dagangan
XXX
13
Pers.barang dagangan XXX Ikhtisar Rugi Laba
XXX
Ayat jurnal penutup Persediaan
XXX
Harga pokok penjualan
XXX
Pembelian
XXX
Persediaan (awal)
XXX
Ada masalah yang timbul jika digunakan metode fisik, yaitu jika
diinginkan menyiisun laporan keuangan jangka pendek (interim), misalnya bulanan, karena diperlukan nilai persediaan baring, yang seperti diketahui bahwa harus melalui perhitungan fisik atas persediaan barang yang
bersangkutan. Jika barang yang dimiliki, jumlah dan jenisnya banyak, maka perhitungan fisik tersebut akan memakan waklu yang cukup lama, dan hal ini tentunya akan mengakibatkan laporan keuangan yang diperlukan juga terlambat. Di lain pihak dengan tidak diikutinva mutasi persediaan dalam buku
tertentu akan menjadikan sistem ini sangat
sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan.
Kebaikan pencatatan sistem fisik :
persediaan dinyatakan berdasarkan jumlah barang yang sebenarnya ada di perusahaan.
14
Sedang kelemahannya: •
banyak waktu yang tidak efisien untuk mengetahui persediaan akhir yang ada.
•
Informasi tentang persediaan pada seliap waktu tidak dapal diketahui secara tepat.
•
Pengawasan
terhadap
persediaan
tidak
d:ipat
dilakukan
melalui
pembukuan. 2.
Sistem perpetual (perpetual System)
Dalani sistem perpetual, pencatatan persediaan diiakukan secara terusmenerus untuk setiap transaksi pembelian, pcnjualan, ataupun untuk mutasi
persediaan lain seperti retur. Setiap pembclian barang dioatat dengan mendebit rekening persediaan dan apabila terjadi penjualan barang akan dicatat dengan mengkredit
rekening
persediaan
sebesar
barga
pokoknya.
Dan
karena
persediaan barang dapat diketahui berdasarkan catatan-catatan, tanpa melihat fisik barang, niaka sistem ini disebut juga "Book Inventory System".
Harga pokok barang yang dijual'pada sistem ini dapat langsung diketahui
dengan melihat harga pokok penjualan,karena pada setiap terjadi transaksi penjualan, perkiraan harga pokok penjualan di debet dengan harga sebesar pada harga pokok barang yang dijual tersebut.
Dengan kata lain, karena pengeluaran barang dicatat berdasarkan harga pokoknya (cost), maka dapatloh diketahui berapa besamya harga pokok penjualan pada setiap periode atau setiap saat.
15
Perhitungan atas
fisik
barang-baiang yam
ada
untuk
kemudian
dibandingkan dengan jumlah yang ada di dalam perkiraan persediaan tetap harus dilakukan. Jika terdapat selisih jumlah persediaan barang antara hasil perhitungan fisik dengan saldo menurut perkiraan persediaan, maka hams dicari sebab-sebab terjadi perbedaan. Apakah penyebab selisih tersebut karena hal-hal yang normal dalam arti susut atau rusak misalnya, ataukah akibat penyelewengan. Selisih yang terjadi akan dicatat dalam perkiraan selisih
persediaan barang.
Itulah sebabnya perkiraan harga pokok penjualan
menunjukkan jumlah harga pokok dari barang- oarang yang dijual saja,
sedangkan selisih persediaan tidak termasuk di dalam, t.Uapi dicatat di dalam perkiraan tersendiri. Tetapi pada sistem periodik selisih pcrsdiaan barang akan tercampur dalam harga pokok penjualan.
Dibandingkan dengan sistem periodik, maka sistem perpetual ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan barang, karcna
lebih memudahkan dalam penyusunan laporan keuangan serta dalam hal pengawasan barang-barang yang ada di gudang. Pada sistem ini dibuatkan
buku pembantu persediaan untuk masing-masing jenis persediaan barang yang
ada. Untuk itu jika dibandingkan dengan sistem periodik icniunya sistem perpetual ini memerlukan pekerjaan tambahan, sehingga membutuhkan tambalian biaya-biaya dalam pelaksanaannya.
Untuk menggambarkan proses pencatatan sistem perpetual ini, dapat dilihat dari ayat jurnal yang dibuat : •
Ayat jumal pembelian bahan baku:
16
Persediaan
XXX
Kas/Hutang
XXX
Ayat jurnal uiiluk mencahu pemakaian bahan baku : Biaya bahan baku
XXX+
Persediaan Bahan baku XXX
•
Ayat jurnal penjualan barang dan harga pokok barang yang dijual Kas/?iutang
XXX
Penjualan
XXX
Harga pokok penjualan XXX
Persediaan
•
XXX
Ayat jurnal retur penjualan dan harga pokoknya Retur penjualan
XXX
Piutang
XXX
Persediaan
XXX
HP Penjualan
XXX
Dari uraian di atas, terlihat bahwa sistem perpetual akan selalu mencatat
besarnya
harga
pokok
penjualan
pada
setiap
lerjadi
penjualan,sedangkan sistem periodik hanya mencatat besarnya harga pokok penjualan pada setiap akhir periode saja, yaitu melalui ayat jurnal penyesuaian (adjustment).
Untuk menentukan apakah barang itu sudah dicatat sebagai persediaan. dasar yang digunakan adalah hak pemilikan, sehingga perubahan
17
catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak pemilikan barang.
Kadang-kadang terdapat keadaan dimana sulit untuk menentukan hak pemilikan
barang
schingga
akan
dilcmui
adanya
penyimpangan-
penyimpangan sebagai berikut:
a. barang-barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Jika barang dikirim dengan syarat FOB shipping point, maka hak atas barang yang dikirim akan berpindah pada pembeli ketika barang-
barang tersebut diserahkan pada pihak pengangkut. Sedangkan jika syarat pengiriman FOB destination, berarti hak atas barang bam bsrpindah pada pembeli jika barang-barang yang dikirim sudah ditcrima oleh pembeli. Pada saat tersebut penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada waktu mer.girimkan barang-barang tersebut,
sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan
barangnya pada waktu barang tersebul ditenn^a oleh pembeli. Cara ini dapat diterima jika ada kesulitan di dalam menentukan tanggal penerimaam barang tersebut.
b. Barang-barang yang dipisahkan (Segregated Goods)
Jika terjadi kontrak penjualan barang dalam jumiah besar sehingga
pengirimannya tidak dapat dilakukan sekaligus.
Barang-barang yang
dipisahkan tersendiri dengan maksud untuk memcnuhi kontrak atau pesanan walaupun befum dikirim, haknya sudah berpindah pada pembeli.
Oleh karena itu pada tanggal neraca jika ada barang yang dipisahkan hams dikeluarkan dari persediaan penjual dan dicatat sebagai penjualan, begitu
18
pula pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya.
c.
Barang-barang konsinyasi (Consigment Goods)
Barang -barang yang dititipkan untuk dijualkan haknya masih tetap pada yang menitipkan barang sampai saat barang-barang tersebut
dijual. Pihak yang menerima titipan (consignee) tidak mempunyai hak atas barang-barang tersebut sehingga tidak mencatat barang tersebut sebagai persediaannya. Pada waktu menerima Iaporan, pihak yang menitipkan
(consignor) mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya. d.
penjualan angsuran (Installment sales)
Dalam penjualan angsuran, hak atas barang tctap pada penjual
sampai seluruh harga jualnya dilunasi. Penjual akan melaporkan barangbarang tcrsebui da I am persediaannya dikurangi dengan jumlah yang sudah
dibayar . pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya sejumlah yang sudah dibayarkannya. Apabila dianggap bahwa kemungkinan pembatalan penjualan tersebut adalah kecil, maka penjual dapat mengakuinya sebagai penjualan biasa yang diangsur dan pembeli dapat mecatat sebagai pembelian biasa yang pcmhayarannya diangsur.
C. Metode penilaian Persediaan
Seperti diketahui persediaan selalu mengalami pertambahan melalui pembelian dan berkurang karena adanya penjualan. Harga faktur dari tiap-tiap
19
pembelian tidaklah selalu sama sehingga jika pada akhir periode terdapat sejiimlah persediaan, maka untuk menentukan harga pokok persediaan dan harga pokok
penjualan dapat menggunakan beberapa metode penilaian sebagai berikut: 1.
Berdasarkan Harga Pokok (cost), yaitu : a.
Metode Identifikasi Khusus
Metode ini adalah metode yang paling tepat dalam pcnghitungan nilai
persediaan akhir, namun metode ini paling banyak memakan waktu karena sesuai dengan namanya di identifikasi khusus, maka seliap unit bahan baku harus diidentifikasi berapa harga pokok pembeliannya.
Metode identifikasi khusus didasarkan pada asumsi "bahwa arus
barang harus sama dengan arus biaya" (Soemarso SR 2002 : 159). Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sondiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui .
Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir. Mclodc ini dapat
digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatn persediaan dengan cara fisik maupun perpetual. Telapi karena cara
ini menimbulakan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang yang luas makajarang digunakan.
Untuk ilustrasi penerapan setiap metode penilaian, misalkan saja data persediaan suatu pemsahaan selama bulan januari 2005, sebagai berikut :
20
.
01 januari, persediaan
6000 SF @ Rp 8.500 = Rp
51.000.000
05 Januari, pembelian
6000 SF @ Rp 8.550 - Rp
51.300.000
10 januari, pembelian
5000 SF @ Rp S.600 - Rp
43.000.000
15 januari, pembelian
8000 SF @ Rp 8.650 = Rp
69.200,000
20 januari, pembelian
4000 SF @ Rp 8,650 = Rp
34.600.000
26 januari, pembelian
6000 SF @ Rp 8.700 - Rp
52.200.000
30 januari, pembelian
5000 SF (a). Rp 9.000 = Rp
45.000.000 (+)
Barang yang tersedia untuk dijual 40000 kg
Rp
346.300.000
Misalkan pada tanggal 31 januari, diadakan pemeriksaan terhadap sisa barang yang masih masih ada di gudang . setelah dirolling, kuantilas barang yang tersisa sebanyak 7.500 SF.
Untuk metode identifikasi khusus persediaan pada tanggal 31 Januari, sebanyak 7.500 SF itu terdapat dalam 3 pallet @ 2.500 SF.
Atas dasar identifikasi yang ada pada setiap pallet, misalkan 3 pallet itu terdiri atas:
2.500 SF dengan identifikasi Rp 9.000 per sf,
2.500 SF dengan identifikasi Rp 8.700 per sf, dan 2.500 SF dengan identifikasi Rp 8.650 per kg.
Daridata di atas, maka nilai persediaan akhir dapal dihitung sebagai berikut : 2.500 SF @ Rp 9.000 - Rp
22.500.000
2,500 SF@Rp 8.700 = Rp
21.750.000
2.500 SF @ Rp 8.650 - Rp 21 625..000 f+)
Jumlah
Rp 65.875.000
21
b.
Metode FIFO (First In Fisrt Out)
Menurut metode FIFO, barang yang lebih dulu masuk (dibeli)
dianggap yang lebih dulu keluar (dijual). Dengan demikian persediaan akhir dinilai menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk. Kalkulasi biaya bahan yang dikeluarkan dengan metode FIFO mengikuti prinsip bahwa bahan yang digunakan memikul biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk bahan tersebut. Metode ini beranggapan " bahwa bahan dikeluarkan mulai dari stock yang paling lama dan bahwa biaya unit-unit tersebut ketika dimasukkan dalam stock di gudang sama dengan baiya ketika dikeluarkan " Untuk menjelaskan penggunaan metode tersebut dapal digunakan contoh barang A sebagai berikut :
2004Januari
1 Persediaan 2.000 SF @ Rp 8.500 - Rp. 17.000.000 9 pembelian
3.000 SF (a) Rp 8.550 - Rp. 25.650.000
10 Pemakaian
4.000 sf
15 Pembelian 4.000 SF @ Rp 8.6^0 - Rp. 34.600.000 18 Pemakaian
.
24 Pembelian 7.000 SF @ Rp 8.600 = 16.000 sf
3.000 sf Rp. 60.200.000 Rp. 137.450.000 7.000 SF
•
Sistem Periodik
Setelah diadakan perhitungan fisik atas barang-barang yang ada di gudang pada tanggal 31 januari, menunjukkan jumlah 9.000 SF terdiri dari:
22
Pembelian
24 Januari, 7.000 SF @ Rp. 8.600 = Rp. 60.200.000
Pembelian
15 januari, 2.000 SF (a), Rp. 8,650 = Rp, 10.650.000
Jumlah
9.000 SF
Rp. 70.850.000
Sesudah diketahui jumlah persediaan akhir, maka harga biaya bahan bakunya dapat dihitung sebagai berikut :
Rp 17.000.000 + Rp 17.100.000 + Rp. 25.950.000 = Rp. 60.050.000
•
Sistem perpetual
Apabila digunakan metode perpetual, maka setiap jcnis peiscdiaan akan
dibualkan
kariu
persediaan yang
terdiri
dari
digunakan untuk mencatat mutasi perscdiaan.
bcberapa
kolom
yang
kartu persediaan barang
A dapat dilihat dalnni lampirnn I. Jacli dalam mekxic FIFO perscdiaan akhir nikunya dapat kita lihat pada kolom dan baris tcrakhir langgal 31 januari, yaitu :
2.000 SF @ Rp, 8.650 - Rp. 10.650.000 7.000 SF @ Rp. 8.600 = Rp. 60.200.000
9.000 SF
Rp. 70.850.000
Dengan demikian dalam metode FIFO, harga pokok barang yang dijual dan persediaan akhir yang dihitung dengan cara perpetual akan sama besamya dengan hasil perhitungan yang menggunakan cara fisik. Kelebihan dan kekurangan metode FIFO (1993:514) sebagai berikut :
meuurut kieso dkk
23
Kelebihan dari melode FIFO adalah :
1. Persediaan akhir dilaporkan dengan nilai r-enurut harga pokok yang paling baru.
2. Jumlah persediaan akhir akan terdiri dari pembelian yang paling baru.
3. Tidak mcmpcrkcnankan manipulasi laba, karena perusahaan tidak bebas untuk mengambil pos harga pokok tertentu. Sedang kekurangan dari metode FIFO adalah :
1. Harga pokok pcriodc berjalan tidak scsuai dengan pcndapaian periodc berjalan pada perhitungan laba rugi.
2. Harga pokok yang paling lama dibcbaiikim pada pcndapalan yang
lebih baru, yang dapat menyebabkan penyimpanga-i dalam harga pokok dan laba be-rsih perusahaan. e.
Metode UFO (Last in First Out)
Dengan metode ini harga pokok barang yang dijual, dihiiung dengan anggapan bahwa barang yang icrakhir masuk yang lebih dulu di
jual. Sehingga persediaan akhir.dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya. Melode LIFO merupakan kebalikan dari metode FIFO.
Pcnggunaan metode LIFO akan lebih jelas jika dilihat dalam perhitungan berikut yang datanya diambil dari contoh di atas.
24
a.
Sistcm periodik
Misalnya pada tanggal 31 januari 2004 diadakan perhilungan fisik terhadap barang-barang dalam gudang yang hasilnya menunjukkan jumlah pcrsediaan sebanyak 9.000 SF.
Harga pokok persediaan barang sebanyak 9.000 SF itu dihitung scbagai berikut :
Persediaan tanggal 1 januari 2.000 SF @ Rp. 8.500 = Rp, i 7.000.000 Pembelian tanggal 9 januari
3.000 SF (a] Rp. 8.550 - Rp. 25.650.000
Pembelian tanggal 15 januari 4.000 SF @ Rp. 8.050 -■ Rp. 34.600.000 Jumlah
9.000 SF
- Rp. 77.250.000
Biaya bahan bakunya adalah di hituiig sebagui berikul : Rp. 137.450.000
Rp.77.250.000
= Rp. 60.200.000
b.Sistcm Perpetual
Seperli halnya dalam niolodc FIFO, maka dalam include UFO ini
tiap-tiap barang dibuatkan kartu peisediaan. kartn persediaan barang A dapat dilihat dalam laiupiran 2.
Jadi dalam sistcm ini nilai persediaan akhir dapal dilihal pada baris terakhir sebesar:
2.000 SF @ RP.8.650 - Rp. 17.300.000 7-000 SF @ Rp. S.600= Rp. 60.200.000
9-000 SF
Rp. 77.500.000
Jadi pemakaian bahan baku dapat dilihat dalam rekening Biaya bahan baku yaitu sebesar:
25
Rp 25.650.000 + Rp 8.500.000 + Rp. 25.950.000 - Rp. 60.100.000
Berbeda dengan metode FIFO, maka dalam metode LIFO ini jumlah persediaan akhir nilainya menurut cara fisik tidak terlalu sama dengan menurut cara perpetual, Sclisih harga pokok kcclua metode tersebut
sebesar Rp.
50.000 yaitu sclisih antara Rp. 60.100.000 dan Rp.
60.050.000. selisih sebesar Rp.50.000 ini disebabkan karena perbedaan
harga pokok per SF dari barang yang dikeluarkan tanggal 10 dan 18 januari. Dalam cara fisik barang-barang yang dikeluarkan dinilai dengan harga pokok sebagai berikut :
Tanggal 10 januari 2.000 SF @ Rp.8.550 = Rp. 17.100.000 2.000 SF @ Rp.8.500 - Rp. 17.000.000 Rp. 34.100.000
Tanggal 18 januari 2.000 SF @ Rp. S.650 = Rp. 17.300.000 1.000 SF @ Rp. 8.500 - Rp
.8.500.000 Rp. 25.800.000
TOTAL
Rp. 59.900.000
Dalam cara perpetual :
Tanggal 10 januari 3.000 SF @ Rp. 8.550 = Rp. 25.650.000 1.000 SF @ Rp. 8.500 - Rp. 8.500.000 Rp. 34.150.000
Tanggal 18 januari 3.000 SF@Rp. 8.650 =
Total Selisih
Rp. 25.950,000
Rp. 60.100.000 Rp
200
26
Kelebihan dan kekurangan metode LIFO adalah sebagai berikut: Kelebihan dari metode LIFO adalah :
1. harga pokok yang paling baru dicocokkan dengan pendapatan akan memberikan laba masa berjalan lebih baik.
2. Menangguhkan pajak penghasilan selama tingkat harga naik dan kuantitas perscdiaan tidak menurun, karena barang yang paling akhir dibeli pada tingkat harga yang lcbih tinggi dicocokkan
terhadap pendapatan (dengan demikian m.^ningkatkan arus kas).
3. Laba bersih perusahaan masa depan tidak banyak dipengaruhi oleh penurunan harga.
Sedang kekurangan dari metode LIFO adalah : 1.
Laba perusahaan berkurang
2.
Persedkian mcnjadi (crlalu rendnh
.1.
Arus fisik jarang dipcrkirakan.
4. Likuidasi pcrsediaan dapat mcnyimpangkan laba bersih dun mengakibatkan pajak yang lebih linggi.
d. Metode Rata-rata (Average Weighted Method)
Metode ini berbeda dengan cara yang dijelaskan sebelumnya karena didasarkan atjis harga rata-rata dimana harga tersebul dipengaruhi oleh
jumlah barang yang diperoleh pada masing-masing harganya. Perhitungan harga
pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga
perolehan dengan kuantitasnya.
11
Dari datii di atas, perhitungan unuik persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah sebagai berikut: 1.
Sislem Pcriodik
Misalnya barang-barang yang ada dalam gudnag pada tanggal 31 januari 2004 dihitung berjumlah 300 kg, maka persediaan akhir dihitung sebagai
berikut Januari 1 Persediaan 2.000 SF @ Rp. 8.500 = Rp. 17.000.000 9 Pembelian 3.000 SF @ Rp. 8.550 = Rp. 25.650.000 15 pembelian 4.000 SF @ Rp. 8.650 = Rp. 34.600.000
24 Pembelian 7XKX)_SF @ Rp. 8.600 = Rp. 60.200.000 16.000 SF.
Rp. 137.450.000
Harga pokok rata-ratanya adalah : Rp. 137.450.000 ___
--, Rp s.591
per SF
16.000
Persediaan akhir 31 Januari 2004 adalah ; 9.000 SF @ Rp 8.591 -Rp 77.319.000
Biaya bahan bakunya adalah
: Rp 137.450.000 - Rp
77.319.000 = Rp. 60.331.000
2.Sistem Perpetual
Dalam metode ini , barang-barang yang dikeluarkan akan dibebani harga pokok pada akhir periode, karena harga pokok rata-rata baru dihitung pada
akhir periode, dan akibamya jumal untuk mencatat berkurangnya persediaan barang juga dibuat pada akhir periode.
28
Apabila harga pokok rata-rata dicatal setiap ada pengeluaran
barang, maka diperlukan untuk menghitung harga pokok rata-rata setiap kali terjadi pembelian barang, sehingga dalam satu pericde akan terdapat beberapa harga pokok rata-rata. Metode ini disebut melode rata-rata bergerak (Moving Average). Kartu persediaan barang A dapat dilihat pada lampiran 3
Harga pokok rata-rata per kg yang baru akan dihitung setiap kali
ada pembelian barang dan pengeluaran-pengeluaran barang berikutnya dihargai dengan harga pokok rata-rata tersebut sampai ada pembelian lagi. Dalam contoh di atas, pada tanggal 9 januari harga pokok rata-rata dihitung sebagai berikut : Rp 42.650.000 = Rp 8.530 5.000
Harga pokok rata-rata ini dipakai untuk menghitung harga pokok
pengeluaran barang tanggal lOjamiari. Pada tanggal 15 januari dilakukan pembelian barang sejumlah 400kg dengan harga Rp 116 /kg, maka harga pokok rata-rata yang baru yaitu :
Rp-57.000 ——-
= Rp 114
500
Tentunya harga pokok rata-rata per kg sebesar Rp 114 ini dipakai untuk menghitung harga pokok barang-barang yang dikeluarkan pada tanggal IS januari. Ketika dilakukan pembelian barang pada tanggal 24
29
januari, harga pokok rata-rala yang baru dihitung lagi dan begitu seterusnya.
Kelebihan dan kekurangan metode rata-rata adalah sebagai berikut: Kelebihan dari metode rata-rata adalah :
1.
Penerapannya sederhana, praktis dan obyektif.
2.
Dapat menstabilisasikan harga pokok apabila tcrdapat flukiuasi harga.
3.
Tidak terkena manipulasi laba.
Sedang kekurangannya adalah : 1.
Perlunya kalkulasi yang mendetail.
2.
Memakan waktu cukup lama imtuk memasukkan nilai pembelian (crakhir di dalam harga pokok rata-rata.
2,
Bcrdasarknn Metode Tnksiran a.
VIetode Laba Kotor (gross profit Method)
Metode ini didasarkan alas asumsi balnva (1) persediaan
awal ditambah pembelian adalah total barang y;mg dihitung, (2)
barang-barang yang belum terjual hams ad a di tangan, dan (3) jika penjualan dikurangi harga pokok,dikurangi dengan jumlah persediaan awal plus pembelian, hasilnya adalah persediaan akhir.
Dalam metode
laba kotor, pertama kali harus ditentukan
besamya persentase laba kotor. Persentase ini bisa didasarkan pada penjualan atau harga pokok penjualan. Biasanya persentase laba kotor ditentukan dengan menggunakan data tahun-tahun lalu. Sesudah
30
persentase laba kotor diketahui, kemudian dikalikan pada penjualan sehingga dapat ditentukan jumlah harga pokok penjualan.
Contoh penggunaan metode laba bruto adalah sebagai berikut : Persediaan awal
Rp 100.000
Pembelian (netto)
Rp 400.000
Penjualan (netto)
Rp 300.000
(a) Misalnya laba bruto sebesar 25 % dari penjualan, maka : Penjualan
- 100%
Laba bruto
= 25 %
HPP
= 75 %
Persediaan barang akhii periode dihitung sebagai berikut : Persediaan awal
Rp 100.000
Pembelian (Netto)
Rp 400.000
Barang yang lersedian untuk dijual
Ro 500.000
Penjualan
Rp 300.000
Laba bruto (25%xRp 300.000)
Rp
75.000 <+)
Taksiran Harga pokok Penjualan
Rp 225.000 (-1
Taksiran nilai persediaan akhir
Rp 275.000
(b) Misalnya laba bruto sebesar 40%dari HPP maka : Harga pokok Penjualan
= 100 %
Laba bruto
-
Penjualan
= 140%
40 %
Persediaan barang akhir periode dihilmig sebagai berikut :
31
Persediaan awal
Rp 100.000
Pembelian (Netto)
Rp 400.000
Barang yang tersedian untuk dijual
Rp 500.000
Penjualan
Rp 300.000
Laba bruto
(40/140x100 %x Rp 300.000) Rp 85.710
Taksiran HPP
Rp 214.290
Taksiran nilai persediaan akhir
Rp 285.710
Kelebihan dari metode laba kotor yaitu :
1. Dapat digimakan sebagai laporan interim oleh para auditor dimana
hanya dibutuhkan estimasi/perkiraan untuk persediaan perusuhaan. 2. Dapat digimakan manakala persediaan atau calatan perscdiaan hilang. Sedang kekurangan dari metode laba kotor adalah :
1. Hanya berupa perkiraan, akibatnya perhitungan secrra fisik hams
dilakukan setiap tahun unluk memastikan perscdiaan tersebut benarbenar ada di tangan.
2. Metode ini menggunakan persentase masa Ialu dalam menentukan laba kotor.
3. Hams berhati-hati dalam menerapkan laba kotor kelorr.pok. b). Metode Eceran (Retail Method)
Metode harga eceran biasanya digimakan dalam toko-toko yang menjual bermacanvmacam barang secara eceran, termasuk toko serba ada . Dalam
32
perusahaan seperti itu biasanya digunakan metode flsik untuk pencatatan persediaan karena metode buku akan menimbulkan banyak pekerjaan.
Dalam metode harga eceran persentase harga pokok yang dihitung merupakan
persentase
harga
pokok
periode
yang
bersangkutan.
Untuk
menghihmg jumlah persediaan akhir pertama kali dihitung persentase harga
pokok yaitu perbandingan barang-barang yang tersedia untak dijual dengan harga pokok dan harga jual. Kemudian barang yang tersedia untuk dijual (dengaii harga
jual) dikurangi jumlah penjualan akan menunjukkan perscdiaan akhir mcnurut harga jual. Persediaan akhir dengan harga pokok dihitung dengan mengalikan persentase harga pokok dengan persediaan akhir mcnurut harga jual.
Contoh persdiaan akhir dengan menggunakan metode eceran. Harga Eceran
Harga pokok
Persediaan barang awal
Rp
] 00.000
Rp 60.000
Pembelian (netto)
Rp 1.100.000
Rp 780.000
Barang yang etrsedia untuk dijual Rp 1.200.000
Rp 840.000
Penjualan
Rp'1.040.000
Persediaan barang akhir
Rp
160.000
Persentase harga pokok: Rp 840.000 x 100% -70%
Rp 1.200.000
Persediaan barang akhir dengan harga pokok : 70 % x Rp 160.000 = Rp 112.000 Kelebihan dari metode ece/an :
1. saldo persediaan dapat diperkirakan tanpa perhitungan fisik.
2. Dapat
dijadikan
sebagai
alat
kontrol
karena
penyimpangan
terhadap
perhitungan fisik pada kahir tahun harus dijelaskan.
3. Mempercepat perhitungan persediaan fisik pada akhir tahun. Sedang kekurangan dari metode eceran adalah:
1. Lebih dapat diterima jika masing-masing unit pcrsediaannya cukup bcrarti. 2.
Sangat sutit dalam menentukan harga pokok penjualan.
3. Metode Penilaian Persediaan selain Harga Pokok a). Metode harga pokok atau harga pasar yang lebih rendah
Metode ini didasarkan atas asamsi bahwa untuk menentukan nilai pasar yang ditetapkan dari persediaan tersebut, yang mungkin berupa biaya pengganti,
nilai bersih yang dapat direalisasikan, atau nilai bersih yang dapat direalisasikan
dikurangi dengan margin laba normal. Setelah nilai pasar yang ditetapkan ditentukan, bandingkan dengan harga pokok untuk mendapatkan yang terendah antara harga pokok atau harga pasar.
Penerapan dari metode yang terendah antara harga pokok atau harga pasar
adalah pada masing-masing barang, golongan, atau total persediaan. Sebagai gambaran dapat dilihat pada contoh sebagai berikut :
34
Yang terendah dari harga pokok atau harga pasar menu rut :
Jenis barang
harga Pokok
Harga pasar
Setiap barang Kategori Utama
( Rp )
Kel
( Rp )
( Rp )
( Kp )
Total Persediaan
( Rp )
I:
A
50.000
45.000
45.000
B
45.000
52.000
45,000
95.000
97.000
C
105.000
110.000
105.000
D
70.000
60.000
60.000
175.000
170.000
95.000
Kel II :
Jumlah
270.000
Nilai Persediaan
170.000
207.000
267.000
255.000
265.000
267.000
Dari perhitungan di atas nnmpak bahwa penerapan untuk setiap masing-
masing barang akan menghasilkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan cara penerapan yang lain. Sedangkan penerapan untuk masing-masing kelompok atau total
persediaan menghasilkan nilai yang mendekali keadaan, karena penurunan harga salah satu jenis barang akan diimbangi dengan kenaikan harga barang yang lain.
35
D. Perbandingan antara Metode FIFO, LIFO dan Rata-rata
Apabila ketigga metode tersebut diperbandingkan, maka ni!,i persediaan d,n
harga pokok penjualan yang.dihasilkan berbeda. Akibat dari berbedanya persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah berbedanya laba bersih, total ak.iva maup.m total modal. Laba bersih tertmggi akan diperoleh apabila pe.usahaan menggunakan metode FIFO, sedangkan laba bersih terendah akan dihasilkan oleh metode UFO.
Metode FIFO akan mengakibatkan nilai persediaan dalam neraca dicantumkan dengan harga sekarang, sedangkan metode LIFO akan dicanlumkan den.an harga mu.a-
mula yang biasanya tidak pemah berubah, sedangkan metode ra.a-rata hasilnya mendekati metode FIFO. Penggunaan metode LIFO dalam keadaan harga -harga naik
akan menghasilkan k.naikan laba bruto dan dalam keadaan harga -harga ,Urun akan berakiba, penurunan .aba bru.o. Sebaliknya dalan, keadaan harga-harg, naik, metode LIFO akan menghasilkan penurunan laba brulo dan dalan! keadaan harga-harga turun akan berakibat kenaikan .aba bruto. Laba bruto yang diperoleh dengan can, rata-rata akan memberikan hasil yang mendekati metode FIFO.
Perbedaan laba bruto ini disebabkan karena dalam metode FIFO harga pokok
persediaan yang dibebankan sebagai harga pokok penjualan adalah harga pokok barang yang dibeli mu.a-mula, sehingga dalam keadaan harga-harga naik, harga nokok penjualan
jumlahnya kecil karena terdiri dari harga mula-mula. Sedangkan dalam metode Lifo, harga pokok barang yang dibebankan sebagai harga pokok penjualan adalah harga pokok pembelian yang terakhir, sehingga daiam keadaan harga-harga naik, harga pokok persediaan yang dibebankan dalam harga pokok penjualan terdin dan harga -harga
36
pokok terakhir yang lebih tinggi. Dalam keadaan harga-har$;a turun akibatnya adalah kebalikan dari keadaan harga-harga naik.
Metode rata-raia akan memberikan hasil yang mendekati melode FIFO,
karma biasanya pembelian barang dalam saui periode itu jumlahnya beberapa kali lebih banyak dari persediaan awalnya, sehingga harga ruta-rata persediaan akhirnya sangal
dipengaruhi dengan harga-harga sekarang. Seperti dalam FIFO, harga-harga sekarang mempengaruhi nilai persediaan akhimya.
E. Kartu Persediaan (Stock card)
Dalam metode perpetual, setiap jenis barang dibuatkan suatu Catalan lersendiri
yang disebut dengan kartu stock atau kartu persediaan yang merupakan kartu tambahan untuk bahan-bahan yang berisi infomiasi mengenai berapa jumlah barang serta kapan
diterimanya suatu barang, kapan dan berapa jumlah yang dikeluarkan serta berapa sisa yang tersedia.. Kumpuian kartu stock untuk semua jenis barang yang ada, disebut buku
stock atau buku tambahan persediaan (Inventory subsidiary ledger). Bi-ku stock, seperti halnya dengan buku iutang maupun buku hutang, merupakan buku tambahan atau buku pembantu, yang dalam halini untuk mengetahui pcrkiruan persediaan barang dagangan,.
Seperti halnya dengan buku tambahan yang lain, kart stock dipergunakan untuk mencatat penambahan, pengurangan, dan saldo akhir (juga lerdapat kolom ralat/adjust ) dari persediaan.
Setiap transaksi pembelian bahun baku harus dicatat, baik di kartu stock maupun di perkiraan persediaan di buku besar. Apabila dipergunakan buku pembelian,
maka setiap transaksi pembelian persediaan di catat di kartu stock, scmentara total dari
37
kolom yang disediakan untuk pembelian tersebut, yang dalam hal ini kolomnya akan disebut dengan : persediaan bahan baku, dicatat kepcrkiraan Persediaan bahan baku di buku besar. Demikian halnya apabila terjadi pengurangan, yang scbagian besar
disebabkan oleh karena adanya penjualan. Harga pokok dari setiap transaksi penjualan hams dicatat baik di kartu stock maupun diperkirakan persediaan bahan baku di buku besar.
F.
Pelaporan Persediaan
Salah satu manfaat dari diadakannya pencatatan akuniansi persediaan adalah menghasilkan Iaporan yang berguna bagi para pengambil kepulusan, mudah dipahami dan disediakan tepat pada wqiklunya.
Hal ini yang dimaksudkan adalah agar informasi persediaan diikhtisarkan menurut langgungjawao dan diukur tcrhadap sasaran yang telah ditclapkan icrlcbih
dahulu. Data persediaan biasanya berjumlah banyak, sehingga ad;i baiknya unluk membuat ikhtisar informasi dan dalam kebanyakan hal menggimakan cara pelaporan yang hanya melaporkan penyimpangannya saja, yang kadang juga biasa menyisipkan table persediaan itu sendiri.
Beberapa contoh dari sekian banyak Iaporan keuangan untuk persediaan diantaranya : 1.
Ikhtisar persediaan menurut kategori bahan.
2.
Iaporan analisa nilai persediaan.
3. Laporan khusus tentang barang yang tinggi nilai perunitnya. 4. Laporan tentang kelebihan atau kekurangan persediaan.
Dalam PSAK No. 14 (1999:147), dijelaskan pula bahwa laporan keuangan mengenai persediaan hams mengungkapkan :
38
a.
Kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam
pengukuran persediaan,
tennasuk rumus biaya yang dipakai.
b.
Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai
tercatat menunit
klasifikasi yang sesuai bagi perusahaan. c.
Jumlah tercatat persediaan yang dicatat sebesar nilai realisasi bersih.
d.
Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai penghasilan selama periode.
e.
Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan.
f.
Niiai tcvcalat perscdiaan yang tlipenmtukkan sebagai juminan kewajiban.
Fakta-fakta yang teiah dicatat akan menjadi kurang bcrguna unluk mengambil
keputusan apabila tidak
dilaporkan secara memadai, sehingga laporan tersebm perlu
didukung oleh ikhtisar laporan ataupun Catalan laporan kcnangan sepcrti misalnya nilai kebijakan akuntansi yang dipakai atau nilai perscdiaan yang menjadi jaminan kewajiban. G.Penentuan Nilai dan jumlah Perscdiaan I.
penentuan nilai persediaan
Penenluan niali perscdiaan sangat berpengaruh terhadap kegiatan perusahaan.
Apabila penilaian yang diberikan lerhadap perusahaan tidak benar, maka akan berakibat tidak benar pula terhadap rugi laba alau neraca perusahaan.
Kesulitan dalam menentukan harga pokok persediaan adalah apabila selama suatu
periode barang yang sama diperoleh deugan beberapa harga yang berbeda. Maka daripada itu, perlu ditentukan harga mana yang akan dipergunakan untuk menentukan harga pokok persediaan yang ada.
3(J
Mengingat pentingnya nilai persediaan, Ikaian Akuntan Indonesia melalui PSAK
No. 14 paragraf 05 telah menentukan cara penilaian persediaan sebagai bcrikut : " Persediaan harus diukur PSAK No. 14 paragraf 05 telah menentukan cara penilaian persediaan sebagai berikut : " Persediaan harm diukur berdasarhan Maya atau nilai reali.asi bersih, mana yang Iebih rendah (The Lower of Cost and Net Rea'iable Value) ". 2.penentuan Jumlah persediaan
Di dalam penentuan jumlah persediaan akhir dan harga pokok dari barang yang
terpakai atau terjual, maka pertama-tama perlu diidentifikasikan barang-barang mana saja yang sudah di pakai atau dijual. Masalah ini tidak lerlepas dari metode pencatatan yang digunakan yaitu system periodic atau system perpetual.
Dalam system persediaan perpetual, pembelian dan penjualan barang dicatat
langsung dlaam perkiraan persediaan pada saat hal itu terjadi. Tidak ada perkiraan pembelian yang digunakan karena pembelian di debct langsung kc persediaan. Perkiraan
harga pokok penjualan digunakan untuk mengakumulasikan pengcluaran dari perscdiaan. Saldo di dalam perkiraan persediaan pada akhir tahun harus mcnccrminkan jumlah persediaan akhir.
Apabila catatan persediaan diselenggarakan menurut system persediaan periodic, perkiraan.persediaan akan tetap sama dan perkiraan pembelian di debet. Harga pokok
penjualan ditentukan pada akhir periode dengan menggunakan kalkulasi berikut : Persediaan awal + pembelian - persediaan akhir. Persediaan akhir dipastikan dengan
perhitungan secara phisik. Ayat penutup mendebet persediaan akhir dan mengkredit persediaan awal.
40
Apabila system periodic digunakan, maka pcrsediaan akhiniya dilakukan dengan
metode perhitungan
persediaan phisik sekali
selahun.
Akan tetapi,
kebanyakan
perusahaan lebih memerlukan informasi saat ini mengenai tir.gkat persediaannya, guna
melindungi terhadap kehabisan stock atau pembeli yang berlebihan dan untuk membantu dalam penyiapan data keuangan bulanan atau triwulan. Khusus unUik system periodic
tidak dirancang untuk mengikuti alur suatu barang, maka perhitungan phisik nuttlak hams dilakukan.
Scdangkan
beberapa
tingkat
optimum
pcrscdiaan
yang
hams dijaga
perusahaan dapat dikctahui dengan system perencanaan kebutulian pcrsediaan dan penentuan jumlah pesanan ckonomis.
Apakah perusahaan menyelenggarakan system persediaan peipetual dalam
kuantitas dan nilai uang, dalam kuantitas saja. atau sama sekat. tidak mempunyai caiman persediaan peipetual, perhitungan fisik persediaan dapat diaadakan setahun sekali. Tanpa memperhatikan jenis catatan persediaan yang digunakan atau seberapa terorganisasi
dengan baik prosedur pencatatan pembelian dan permintaan., bahaya kehilangan dan kesalahan tetap ada. Pemborosan, kerusakan, pencurian, pemasukan yang tidak benar. lalai untuk ir.encatat permintaan, dan semua kemungkinan-kemungkinim scnipa yang dapat mengakibatkan catatan persediaan berbeda dengan persediaan yang ada di tangan.
Ini memerlukan
pemeriksaan periodic atas catatan persediaan dengan perhitungan,
penimbangan-dan pengukuran yang sebenamya. Perhitungan ini dibandingkan dengan catatan persediaan yang terinci.
Persediaan fisik hams diadakan dekat dengan akhir iahun fiscal perusahaan
sehingga- kuantitas persediaan saat itu terscdia untuk penyusunan laporan akuntansi tahunan. Akan tetapi, karena ini lidak selalu memungkinkan, persediaan fisik yang
41
dilakukan di dalam jangka dua atau tiga bulan sebelum akhir tahun sukup mcmadai, jika Catalan persediaan yang mendetail diselenggarakar dengan tingkat kelayakan tepat. I.
Penentuan Harga Pokok persediaan
Dasar utama yang digunakan dalam akuntansi persediaan adalah harga pokok
(cost) yang dirumuskan sebagai harga yang dibayar atau yang dipertimbangkan untuk memperoleh suatu aktiva. Dalam hubungannya dengan persediaan, harga pokok adalah
jumlah semua pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dnegan perolehan, penyiapan dan penempatan persediaan tersebut agar dapat dijual. Perumusan harga pokok lersebut sulit dijalankan dalam praktek, sehingga
biasanya terjadi penyimpangan-penyimpangan dimana harga pokok terdiri dari harga faktur ditambah baiya angkut, sedang biaya-biaya yang lain diperlakukan scbagai biaya waktu yang dibebankan pada periode yang bersangkutan.
Nilai persediaan barang dagangan ditentukan oleh g-ibungan dua factor yaitu kuantitas dan harga pokok. Kuantitas persediaan dapat lebih cepat diperoleh melalui perhitungan secara fisik, Harga pokok persediaan merupakan harga untuk memperoleh persediaan tersebut.
Kesulitan dalam menetapkan harga pekok persediaan adalah apabila selama suatu
periode, barang yang sama diperoleh dengan beberapa harga yang berbeda. Apabila demikian halnya, maka' perlu ditentukan harga mana yang akan dipcrgunakan untuk menetapkan harga pokok persediaan yang ada. I.
Harga Pokok Penjualan
Dalam perusahaan dagang, yang dimaksud dengan harga pokok penjualan
adalah saldo awal persediaan ditambah harga perolehan barang-barang yang dibeli lalu
42
dikurangi jumlah persediaan akhir. Un.uk perusahaan industri, harga pokok penjualan diperoleh dengan menambahkan harga pokok barang yang diproduksi pada saldo awal barang jadi, kemudian dikurangi dengan saldo akhir persediaan barang jadi. Harga pokok barang yang diproduksi meliputi biaya bahan langsung yang dipakai, upah langsung, serta biaya produks, tidak langsung, dengan memperhitungkan saldo awal dan saldo akhir barang dalam proses pengolahan.
Sistom pencatatan persediaan yang dilakukan oleh suatu pcrusahaan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam penemuan harjja pokok. Persediaan akhir yang dilaporkan terlaiu kecil mempunyai pengaruh terhadap pelaporan harga pokok
penjualan yang terlaiu besar. Begitu juga sebaliknya, persediaan yang dilaporkan terla.u
besar akan mempunyai pengaruh terhadap pelaporan harga pokok penjualan yang terlalu rendah. Oleh karena ,,u perlu dilakuakan system peneatatan persed.aan yang sesuai un.uk mendapatkan perh.tungan harga pokok penjualan yang lepat.
Dengan system peneatatan persediaan perpetual, harga pokok penjualan dihitung
setiap kali terjadi penjualan, sedangkan dalam system pencata.an persediaan periodic,
harga pokok penjualan dihi.ung sccara periodic, sete.ah diadaknn perhitungan secara ilsik terhadap barang dagangan yang ada. Dengan demikain dalam system perpetual, harga
pokok penjuaian dapat diketahui setiap waktu dan un.uk itu diperlukan perhitungan secara fisik lerlebih dahulu,. Walaupun demikian. un.uk menghasilkan sis.cm yang baik,
selalu dianjurkan agar perhi.ungan secara berkala tadi tc.ap dilakukan paling tidak sekali dalam setahun.
Hasil dari perhitungan fisik ini kemudian dibandingkan dengan kuamuas barang yang ada menuru, kartu stock. Setiap perbedaan yang ada perlu dicari sebab-sebabnya.
43
Jika memang terjadi perbedaan, kartu stock harus disesuaikan dengan hasil perhilungan secara fisik.
Dalam menetapkan harga pokok persediaan, secara toknis, tidak ada perbeda< aan apakah perusahaan menggunakan sistem periodik alau sistem perpetual. Perbedaannya terletak pada kapan pcnelapan tadi dilakukan. Kalau dalam sistem periodik, penetapan
harga pokok dilakukan secara berkala, sementara dalam sistem perpetual, penetapan hargapokok dilakukan setiap kali terjadi pemakaian.