BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian dan Jenis-Jenis Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan asset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sangat sensitif bagi perkembangan financial perusahaan. Dalam akuntansi, persedian adalah harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses lebih lanjut dalam perusahaan manufaktur sehingga mempunyai nilai dan bentuk baru kemudian dipasarkan. Perusahaan dagang yang aktifitasnya adalah membeli dan menjualnya kembali, maka persediannya terdiri dari barang-barang dagangan yang mau dijual. Tapi bagi perusahaan industri manufaktur persediannya meliputi persedian bahan mentah langsung (direct material), persedian barang dalam proses (working in process), dan persediaan barang jadi (finished goods). Persedian pada perusahaan manufaktur melalui beberapa fase proses produksi secara terus-menerus melalui beberapa departemen sampai produk tersebut berada pada kondisi barang jadi yang siap dipasarkan. Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.1) menjelaskan bahwa pengertian persedian yaitu : ” Persediaan adalah aktiva : a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengadaan; atau
xvii
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalamproses produksi atau pemberian jasa,” Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) lebih ditegaskan lagi apa saja yang dapat dikategorikan sebagai persedian yaitu : ”Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali misalnya barang dagang dibeli pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persedian juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi”. Definisi di atas menjelaskan bahwa persediaan merupakan suatu aktiva milik perusahaan yang tujuannya untuk dijual tanpa mengadakan perubahan yang mendasar terhadap barang tersebut, baik berupa bentuk maupun manfaat dari barang tersebut. Definisi tersebut juga menyatakan bahwa persediaan diperoleh melalui proses produksi sampai menjadi barang yang siap untuk dijual ke pasar dengan kata lain barang yang dibeli diubah bentuknya terlebih dahulu. Kieso, Weygandt, Warfield (2002 : 443) menyatakan bahwa : ”Persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan/komsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”. Soemarso (2004 : 384) menyatakan bahwa: Persediaan barang dagang (merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali. Untuk perusahaan pabrik, termasuk dalam persediaan adalah barang-barang yang akan digunakan untuk proses produksi selanjutnya. Persediaan dalam perusahaan pabrik terdiri dari persediaan bahan baku, persediaan dalam proses dan persediaan barang jadi.
xviii
Dari uraian di atas diketahui bahwa jenis persediaan yang dimiliki perusahaan pabrik dapat digolongkan menjadi 3 bagian yaitu; 1. persediaan bahan baku (raw material inventory) 2. persediaan barang dalam proses (work in process inventory) 3. persediaan barang jadi (finished good inventory) Untuk memahami secara lebih jelas perbedaan dan keberadaan tiap-tiap jenis persediaan tersebut, maka dapat dilihat dari penggolongan persediaan seperti yang dikemukakan oleh K.Fed Skousen, Earl K.Stice dan James D.Stice (2001 : 514) Persediaan bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh untuk digunakan dalam proses produksi. Beberapa bahan baku yang diperoleh secara langsung dari sumber-sumber alam. Namun demikian, lebih sering lagi bahwa bahan baku diperoleh dari perusahaan lain yang merupakan produksi akhir dari pemasok tersebut. Sebagai contoh sederhana, kertas cetak merupakan produk akhir dari pabrik kertas, tetapi merupakan bahan baku bagi percetakan. Meskipun istilah bahan baku sangat digunakan secara luas untuk mencakup seluruh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi namun sebutan ini sering dibatasi untuk barang-barang yang secara fisik dimasukkan kedalam produk yang dihasilkan. Barang-barang dalam proses (good in process), dapat juga disebut pekerjaan dalam proses (work in process), barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum dapat dijual. Demikian juga barang jadi (finished good) merupakan produk yang telah diproduksi dan menunggu untuk dijual.
2. Jenis-Jenis Persediaan Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan perusahaan lain tergantung pada bidang kegiatan bisnisnya. Persediaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Persediaan barang dagangan (merchandise inventory)
xix
Barang yang ada digudang (goods on hand) dibeli oleh pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir untuk dijual kembali. Biasanya barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit dari kerangka, roda, gir, dan sebagainya serta dijual oleh pengecer sepeda adalah salah satu contoh. b. Persediaan manufaktur (manufacturing inventory) Persediaan gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri dari : 1) Persediaan bahan baku. Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh dengan cara lain (misalnya, dengan menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian dari suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan kadangkadang diklasifikasikan sebagai persediaan komponen suku cadang. 2) Persediaan barang dalam proses. Barang-barang yang membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses, juga disebut persediaan barang dalam proses, meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tersebut.
xx
3) Biaya persediaan barang jadi meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik yang berkaitan dengan manfaktur. 4) Persediaan perlengkapan manufaktur. Barang-barang seperti minyak pelumas untuk mesin-mesin, bahan pembersih, dan barang lainnya yang merupakan bagian yang kurang penting dari produk jadi. c. Persediaan rupa-rupa. Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan, dan pengiriman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum (selling or general expenses) ketika dibeli.
B. Biaya-Biaya Persediaan Masalah persediaan mempunyai pengaruh besar pada penentuan jumlah aktiva lancar dan total aktiva, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan, laba kotor atau laba bersih, taksiran pajak. Eksistensi persediaan menjadi suatu perkiraan yang membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya. Penilaian persediaan harus memperhitungkan biaya-biaya dimana harus dibedakan biaya-biaya yang mana saja yang harus dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang harus dibebankan untuk tahun berjalan.
xxi
Ikatan Akuntan Indonesia (2007 : 14.2) menyatakan bahwa ”biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi yang siap untuk dijual/dipakai”. Biaya persediaan sering dikaitkan atau diartikan sebagai harga pokok persediaan. 1. Biaya pembelian Biaya pembelian meliputi harga pembelian, bea masuk/pajak lainnya, biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian adalah : a) Biaya pemesanan, yaitu biaya-biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan pemesanan bahan. b) Diskon dagang, yaitu suatu potongan yang merupakan suatu cara untuk menentukan berapa sebenarnya harga yang harus dibayar oleh pembeli. c) Potongan pembelian, yaitu potongan yang diperoleh oleh pembeli apabila ia mampu membayar faktur terhutang atas pembelian tersebut sebelum masa potongan berakhir. d) Retur pembelian, timbul karena barang yang diterima rusak atau tidak sesuai dengan perjanjian ataupun mungkin karena adanya penyesuaian harga yang diperlukan. Total retur pembelian selama satu periode akan mengurangi pembelian perusahaan pada periode tersebut dan disajikan dalam laporan laba rugi.
xxii
e) Pajak Pertambahan Nilai (PPN), ditujukan bagi orang pribadi maupun badan yang menghasilkan/memproduksi barang, menyimpan barang dan ataupun menyerahkan jasa yang dilakukan dalam lingkungan perusahaan. PPN timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan memperdagangkan barang ataupun pemberian pelayanan jasa kepada konsumen. f) Biaya pengangkutan, yang terjadi dalam kaitannya dengan pembelian harus ditambahkan dalam ke dalam perhitungan biaya persediaan. Namun biaya ini sering dicatat dalam pos khusus seperti ongkos angkut yang dilaporkan sebagai sebagai tambahan harga pokok penjualan pada perusahaan dagang dan biaya bahan yang digunakan oleh perusahaan manufaktur. g) Biaya penyimpanan, yaitu biaya yang terjadi dalam rangka melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan sebelum diproduksi. 2. Biaya produksi Biaya produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk jadi dengan menggunakan fasilitas-fasilitas pabrik. Biaya produksi dibagi menjadi 3 (tiga) elemen yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. a) Biaya bahan baku Biaya bahan baku adalah keseluruhan biaya bahan baku yang secara langsung
digunakan
dalam
xxiii
proses
produksi
dan
merupakan
pengeluaran yang besar dalam memproduksi satu barang. Tidak semua bahan yang dipakai dalam pembuatan satu produk dapat disebut bahan baku, melainkan ada yang sebagai bahan penolong yang dikategorikan sebagai bagian dari biaya produksi tidak langsung. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dapat diperoleh melalui pembelian atau melalui pengolahan sendiri b) Biaya tenaga kerja langsung, merupakan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung bekerja dalam pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Sama halnya dengan biaya bahan baku, pada kenyataannya bahwa ada upah tenaga kerja yang ikut membantu terlaksananya kegiatan produksi tidak dapat digolongkan sebagai upah tenaga kerja langsung, oleh karena itu upah tenaga kerja dapat dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. c) Biaya overhead pabrik, merupakan semua biaya yang dikorbankan untuk proses produksi selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, beberapa istilah yang dipakai untuk biaya ini adalah beban pabrik (factory expense), overhead pabrikasi dan biaya produksi tidak langsung. Biaya ini meliputi : biaya bahan baku tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya lainnya. 3. Biaya lain-lain, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menempatkan persediaan barang jadi berada dalam kondisi dan tempat yang siap dijual atau dipakai misalnya dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk
xxiv
membebankan biaya overhead non produksi atau biaya perancangan produk untuk pelangan khusus sebagai biaya persediaan.
C.
Sistem Pencatatan Persediaan Sistem pencatatan persediaan merupakan pengelolaan persediaan
melalui proses pencatatan sehingga data tentang persediaan dapat tersedia dengan benar. Adapun sistem pencatatan persediaan dapat digolongkan dengan dua cara, yaitu : 1. Sistem periodik Sistem periodik adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang harga pokok penjualannya ditentukan pada akhir periode akuntansi dengan melakukan koreksi atas catatan persediaan akhir, setelah dilakukan penghitungan fisik persediaan akhir.Dalam sistem periodik, perhitungan fisik aktual atas barangbarang yang ada ditangan diadakan pada akhir setiap periode akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Agar sistem periodik ini mudah dipahami, maka dapat dilihat berdasarkan ayat jurnal berikut ini : Rekening persediaan awal barang dagang adalah Rp 12.000.000,Dilakukan pembelian 360 unit dengan harga Rp 100.000,Dilakukan penjualan 350 unit dengan harga Rp 100.000,Sedangkan rekening persediaan akhir persediaan adalah Rp 21.000.000,− Persediaan awal Rekening persediaan menunjukkan barang yang ada dalam persediaan Rp. 12.000.000,-
xxv
− Ayat jurnal untuk mencatat pembelian Pembelian
36.000.000,Hutang dagang
36.000.000,-
− Ayat jurnal mencatat penjualan Piutang dagang
35.000.000,Penjualan
35.000.000,-
− Jurnal penyesuaian pada akhir periode Harga pokok penjualan
12.000.000,-
Persediaan
12.000.000,-
Harga pokok penjualan
36.000.000,-
Pembelian
36.000.000,-
Persediaan
27.000.000,Harga pokok penjualan
2.
27.000.000,-
Sistem Perpetual Sistem perpetual adalah suatu sistem akuntansi untuk persediaan yang
mencatat seluruh perubahan persediaan, baik penambahan maupun pengurangan persediaan dan biaya dari setiap transaksi pembelian dan penjualan pada saat terjadinya transaksi. Bila dihubungkan dengan pengawasan persediaan maka sistem pencatatan perpetual ini akan lebih baik dari sistem periodikal, karena
xxvi
dengan sistem ini setiap transaksi persediaan akan langsung berpengaruh pada perkiraan persediaan, sehingga jumlah persediaan dapat diketahui setiap saat baik jumlah kuantitas unit maupun total nilai dari setiap jenis persediaan ataupun setiap tingkat harga perolehan yang berbeda. Agar lebih mudah memahami sistem perpetual ini maka dapat dilihat melalui ayat jurnal sebagai berikut : − Persediaan awal Rekening persediaan menunjukkan barang yang ada dalam persediaan Rp. 12.000.000,-
− Ayat jurnal untuk mencatat pembelian Persediaan
36.000.000,Utang dagang
36.000.000,-
− Ayat jurnal untuk mencatat penjualan Piutang dagang
35.000.000,Penjualan
Harga pokok penjualan
35.000.000,21.000.000,-
Persediaan
21.000.000,-
xxvii
− Jurnal penyesuaian pada akhir periode Tidak diperlukan jurnal penyesuaian. Rekening persediaan menunjukkan saldo yang ada pada akhir periode yaitu Rp. 27.000.000,- (Rp. 12.000.000 + Rp. 36.000.000 – Rp. 21.000.000 )
D. Metode Penilaian Persediaan Penetapan metode atau prinsip-prinsip untuk menilai persediaan mempunyai pengaruh yang penting terhadap penjualan yang dilaporkan serta pengaruh terhadap posisi keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena persediaan merupakan aktiva lancar yang penting dan selalu berputar sehingga metode penilaian persediaan merupakan suatu faktor yang penting dalam menetapkan hasil dari kegiatan operasi dan kondisi keuangan perusahaan. Penilaian persediaan barang adalah nilai rupiah atas persediaan barang untuk tujuan pencatuman dalam neraca pada akhir tahun dan nilai yang akan dibebankan sebagai harga pokok yang dijual pada periode tahun buku berikutnya. Pengertian diatas mengandung arti bahwa nilai persediaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyusunan laporan keuangan baik dalam neraca mau pun dalam laporan laba rugi. Ada tiga metode penilaian persediaan yakni Metode harga pokok, metode taksiran, metode harga terendah antara harga pokok atau Harga Pasar (Lower of Cost or Market)
xxviii
1.
Metode Berdasarkan Harga Pokok Penentuan harga pokok persediaan sangat bergantung dari metode penilaian
yang dipakai yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan metode weighted average.
a. Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification) Dyckman, Dukes, Davis (2000 : 392) mengatakan bahwa, “Metode identifikasi biaya khusus mensyaratkan bahwa setiap barang yang disimpan harus ditandai secara khusus sehingga biaya per unitnya dapat diidentifikasi setiap waktu”. Jika barang yang terlibat berjumlah besar atau mahal atau hanya dalam jumlah kecil yang ditangani, mungkin bisa dilaksanakan penandaan atau penomoran setiap barang ketika dibeli atau diproses. Metode ini memungkinkan dilakukannya identifikasi biaya per unit khusus untuk setiap barang yang terjual pada tanggal penjualan dan tiap barang yang tetap ada di persediaan. Dengan demikian, metode identifikasi biaya khusus menghubungkan arus biaya secara langsung dengan arus biaya secara fisik. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga berbeda, maka identifikasi khusus akan menjadi lamban, membebani, dan memakan
xxix
biaya. Oleh karena itu, metode ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan dagang.
b. Metode penilaian FIFO Metode FIFO adalah penilaian persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk atau barang yang paling dahulu dibeli adalah yang paling pertama dikeluarkan. Hal yang perlu diperhatikan, bahwa yang dianggap masuk adalah harga perolehannya. 1). Dengan menggunakan metode pencatatan perpetual Tabel 2.1 Contoh Sistem Pencatatan Perpetual – Metode Penilaian FIFO
Tgl
Pembelian Cost/ Kwan unit Total
1-jan 14
1.000
50
50.000
15 21
500
42
600
39
500
62
31.000
700
50
35.000
300 200
50 42
15.000 8.400
21.000
25 28
Penjualan Cost/ Kwan unit Total
23.400
29 Sumber: Soemarso, (2004:408)
300
42
xxx
12.600
Sisa Cost/u Kwan nit 500 62 500 62 1.000 50
Total 31.000 31.000 50.000
300 300 500
50 50 42
15.000 15.000 21.000
300
42
12.600
300
42
12.600
600 600
39 39
23.400 23.400
Metode ini dianggap sebagai suatu pendekatan yang logis dan realistis mengenai arus biaya paralel dengan arus biaya fisik barangyang dijual. Persediaan akhir dilaporkan dengannilai menurut harga pokok yang paling baru dimana harga pokok tersebut amat dekat dengan nilai berjalan persediaan pada tanggal neraca. 1) Dengan menggunakan sistem pencatatan periodical Untuk mengilustrasikan aplikasi metode ini, diasumsikan data-data sebagai berikut: 1 jan Persediaan awal
500 unit
@Rp.62
Rp.31.000
14 jan Pembelian
1.000 unit
@Rp.50
Rp.50.000
21 jan Pembelian
500 unit
@Rp.42
Rp.21.000
28 jan Pembelian
600 unit
@Rp.39
Rp.23.400
Jumlah
2.600 unit
Rp.125.400
Asumsikan perhitungan persediaan fisik persediaan pada tanggal 30 januari menunjukan jumlah 600 unit yang ada didalam gudang. Maka harga pokok pesediaan akhir (menggunakan metode periodik) adalah: Pembelian Tgl 28 jan
600 unit
@Rp.39
Rp.23.400
Pembelian Tgl 21 jan
400 unit
@Rp.42
Rp.16.800
Jumlah
Rp.40.200
xxxi
Maka
harga pokok penjualan Rp.125.400 – Rp.40.200 = Rp.85.200
c. Metode penilaian LIFO Metode LIFO merupakan metode pencatatan persediaan yang berdasarkan pada anggapan bahwa barang-barang yang dibeli (masuk) akan lebih akhir dikeluarkan. Dengan demikian, persediaan yang ada pada suatu saat tertentu adalah terdiri atas barang-barang yang dibeli lebih awal karena barang-barang yang dibeli kemudian dinggap telah terjual. 1). Dengan menggunakan sistem pencatatan perpetual. Tabel 2.2 Contoh Sistem Pencatatan Perpetual – Metode Penilaian LIFO
TGL
Pembelian Kwan Cost/unit Total
1 jan 14 1000
50
50.000
15 21
1000 200 500
42
50 62
500 600
39
50.000 12.400
21.000
25 28
Penjualan Kwan Cost/unit Total
42
21.000
23.400
29
300
39
Sumber: Soemarso, (2004:412)
xxxii
11.700
Kwan 500 500 1000
Sisa Cost/unit 62 62 50
Total 31.000 31.000 50.000
300
62
18.600
300 500
62 42
18.600 21.000
300
62
18.6000
300 600
62 39
18.600 23.400
300 300
62 39
18.600 11.700
Sebagai catatan bahwa nilai-nilai yang dihasilkan dengan menggunakan sistem pencatatan perpetual, dari contoh diatas, diperoleh bahwa nilai persediaan akhir mrenurut sistem periodik adalah sebesar Rp.36.000 sedangkan menurut sistem perpetual hanya sebesar Rp. 30.300.
2). Dengan menggunakan sistem pencatatan periodical Untuk mengilustrasikan aplikasi metode ini, diasumsikan data-data sebagai berikut: 1 jan
Persediaan awal
500 unit
@Rp.62
Rp.31.000
14 jan Pembelian
1000 unit
@Rp.50
Rp.50.000
21 jan Pembelian
500 unit
@Rp.42
Rp.21.000
28 jan Pembelian
600 unit
@Rp.39
Rp.23.400
Jumlah
2.600 unit
Rp.125.400
Asumsikan perhitungan persediaan fisik persediaan pada tanggal 30 januari menunjukan jumlah 600 unit yang ada didalam gudang. Maka harga pokok pesediaan akhir adalah: Pembelian Tgl 28 jan
600 unit
@Rp.39
Rp.23.400
Pembelian Tgl 21 jan
300 unit
@Rp.42
Rp.12.600
Jumlah Maka
Rp.36.000 harga pokok penjualan Rp.125.400 – Rp.36.000 = Rp.89.400
xxxiii
d. Metode penialian Rata-Rata Tertimbang Pada metode Rata-rata tertimbang ini, penilaian persediaan didasarkan atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan, kemudian dikalikan dengan jumlah unit persediaan. 1). Dengan menggunakan sistem pencatatan perpetual
Tabel 2.3 Contoh Pencatatan Perpetual – Metode Rata-Rata Tertimbang
TGL
Pembelian Kwan Cost/unit Total
Penjualan Kwan Cost/unit Total
1 jan 14 1000
50
50.000
15 21
1.200 500
42
500 600
39
64.800
21.000
25 28
54
46,50
23.250
23.400
29 Sumber: Soemarso, (2004:414)
300
41,50
12.450
Sisa Kwan Cost/unit
Total
500
62
31.000
1.500
54
81.000
300
54
16.200
800
46,50
37.200
300
46,50
13.950
900
41,50
37.350
600
41,50
24.900
Pengaruh metode ini didukung sebagai suatu pendekatan yang realistis dan paralel dan arus fisik barang. Khususnya apabila barang-barang yang sama telah bercampur baur. Pengguna metode ini juga memberikan harga pokok yang sama untuk barang sama
xxxiv
yang memiliki kegunaan yang sama. Namun, keterbatasan metode rata-rata tertimbang ini adalah jika terjadi fluktuasi harga yang cukup tinggi sehingga harga pokok persediaan akhir tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya.
2). Dengan menggunakan sistem pencatatan periodical Untuk mengilustrasikan aplikasi metode ini, diasumsikan data sebagai berikut: 1 jan Persediaan awal
500 unit
@Rp.62
Rp.31.000
14 jan Pembelian
1000 unit
@Rp.50
Rp.50.000
21 jan Pembelian
500 unit
@Rp.42
Rp.21.000
28 jan Pembelian
600 unit
@Rp.12
Rp.23.400
Jumlah
2.600 unit
Rp.125.400
Harga pokok rata-rata tertimbang Rp125.400 : Rp 2.600 unit = Rp 48,23 per unit perhitungan fisik persediaan pada tanggal 30 Januari menunjukan jumlah 600 unit yang ada didalam gudang maka harga pokok persediaan akhir (menggunakan sistem periodik) adalah = 600 unit x Rp 48,23 per unit = Rp.28.939
xxxv
2.
Metode Taksiran Selain metode harga pokok untuk menilai persediaan yang akhir, kita juga
dapat menggunakan metode taksiran dalam menilai persediaan akhir yang ada pada perusahaan. Metode taksiran ini terbagi menjadi dua, yaitu : a. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method) Metode laba kotor (gross profit method) didasarkan pada suatu hubungan yang diasumsikan antara laba kotor dan penjualan. Untuk menetapkan harga pokok penjualan disini digunakan suatu persentase laba kotor, kemudian harga pokok penjualan dikurangkan dari harga pokok barang yang tersedia dijual untuk mendapatkan suatu saldo persediaan.
b. Metode Eceran (Retail Method) Metode eceran (retail method) biasanya digunakan oleh toko serba ada. Metode ini memungkinkan dilakukannya kalkulasi jumlah persediaan tanpa memerlukan waktu dan biaya inventarisasi fisik atau menyelenggarakan catatan persediaan perpetual yang terperinci. 1) Hitung persentase harga pokok yaitu perbandingan barang-barang yang tersedia untuk dijual dari harga pokok(biaya) dibandingkan dengan harga jual (eceran)
xxxvi
2) Kemudian barang yang tersedia untuk dijual dengan harga jual(eceran) dikurangi dengan jumlah penjualan akan menujukkan persediaan akhir menurut harga jual (eceran) 3) Persediaan akhir dengan harga pokok dihitung dengan mengalikan persentase harga pokok dengan persediaan akhir menurut harga jual (eceran) Untuk memudahkan pengertian yang dikemukakan diatas, berikut diberikan contoh perhitungan dari penggunaan metode eceran ini : Biaya
Eceran
1 Juni
Persediaan
Rp 428.300
Rp 670.500
1-30 Juni
Pembelian (bersih)
Rp 608.500
Rp 949.500
1-30 Juni
Penjualan (bersih)
Rp1.140.000
Dari data diatas untuk menghitung estimasi biaya persediaan barang dagangan per 30 juni dengan metode eceran :
Harga Pokok Persediaan barang dagang, 1 Juni Pembelian (bersih) Barang yang tersedia untuk dijual Rasio biaya terhadap harga eceran : Rp 1.036.800 = 64%
xxxvii
Rp 428.300
Eceran Rp 670.500
608.500+
949.500+
Rp 1.036.800
Rp1.620.000
Rp 1.620.000 Penjualan (bersih)
Rp1.140.000
Persediaan barang dagangan, 30 Juni , pada eceran
Rp 480.000
Persediaan barang dagangan, 30 Juni, pada estimasi biaya (480.000x64%)
3.
Rp 307.200
Metode Harga Terendah antara Harga Pokok atau Harga Pasar (Lower of Cost or Market) Dalam metode ini kita akan memilih mana yang lebih rendah diantara
harga pokok dan harga pasar. Penggunaan metode ini didasarkan atas pertimbangan prinsip hati-hati (konservatif), yang artinya segera mengakui kerugian bila kerugian tersebut diketahui akan terjadi. Aturan dari yang terendah antara harga pokok atau harga pasar (Kieso dan Weygandt, 2002 : 573) adalah : “Persediaan dinilai pada yang terendah antara harga pokok atau harga pasar, dengan harga pasar dibatasi tidak lebih dari nilai bersih yang dapat direalisasikan atau tidak kurang dari nilai bersih yang dapat direalisasikan dikurangi margin laba normal”.
E Penyajian Persediaan dalam Laporan Keuangan Persediaan biasanya disajikan dalam Laporan Harga Pokok Penjualan perusahaan yang merupakan bahagian dari Laporan Laba Rugi periode berjalan. Di dalam neraca, persediaan dilaporkan pada seksi Aktiva Lancar,
xxxviii
diletakkan setelah atau di bawah piutang. Penggunaan metode penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan baik metode harga pokok (FIFO, LIFO, Rata-rata tertimbang), metode taksiran maupun LCM harus dicantumkan. Rincian dari keterangan penggunaan metode ini dapat ungkapkan dalam kurung dari neraca atau dalam catatan kaki atas laporan keuangan perusahaan. Perubahan metode kalkulasi biaya persediaan untuk alasan yang masuk akal harus diungkapkan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya perubahan. Contoh penyajian persediaan dalam laporan keuangan dapat dilihat sebagai berikut : Aktiva Aktiva lancar: Kas
Rp 750.000
Piutang usaha
Rp 250.000
Dikurangi: Penyisihan piutang ragu-ragu Piutang bersih
Rp (50.000) Rp
200.000
Persediaan barang dagang
Rp 1.050.000
Perlengkapan
Rp
Total Aktiva lancar
500.000+
Rp 2.500.000
xxxix
F. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Gambar:2.4 Tinjauan Peneliti Terdahulu No 1.
2.
3.
Nama Peneliti Windu AT (2006)
Teknik Hasil Penelitian Analisis Data Analisa Metode Metode Penyajian laporan keuangan Penilaian deskriptif laba-rugi perusahaan telah sesuai Persediaan dengan standar akuntansi Material pada keuangan yang berlaku umum. PT.PLN (Persero) Will SU . Rumia Akuntansi Metode Telah sesuai dengan PSAK Rugun Persediaan Pada deskriptif dan no.14, dalam hal pencatatan, Octavia PT.Daya Agung komperatif penilaian persediaan, penyajian (2005) Cabang Medan persediaan dalam laporan keuangan perusahaan. Penilaian persediaan dengan harga pokok terhadap persediaan dilakukan dengan metode FIFO yaitu persediaan yang masuk pertama maka persediaan tersebut yang akan keluar pertama juga ddengan pengukuran yang dipakai adalah harga beli dalam menentukan persediaan Ibin Analisis Metode Persediaan yang digunakan H,Askan Penerapan deskriptif perusahaan metode FIFO yang (2007) Akuntansi telah sesuai dengan standar Persediaan pada akuntansi dimana barang yang pertama dibeli akan dijual PT.Cakra Compact terlebih dahulu sehingga yang Aluminiun tertinggal adalah persediaan Industries akhir yang dibeli kemudian. Medan Sumber: Penulis, 2011 Judul Penelitian
xl