BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Menurut IAI (2009:Butir 16.2) “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.” Menurut Mulyadi (2001 : 591) yang dimaksut dengan Aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Menurut Warren, dkk terjemahan Salemba Empat (2006 : 504) “Aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen.” Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, setiap caraa perolehan juga berbeda cara pencatatannya. Menurut Smith terjemahan Sirait (1997 : 443) aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara : 1. Pembelian berdasarkan kontrak pembayaran yang ditangguhkan, 2. Pembelian melalui lease modal,
3. 4. 5. 6.
Perolehan melalui penukaran aktiva nonmoneter, Perolehan melalui penerbitan sekuritas, Perolehan dengan membangun sendiri, Perolehan dari pemberian dan penemuan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 17.3) mengelompokkan metode penyusutan menurut kriteria sebagai berikut : 1. Berdasarkan waktu a. Metode garis lurus (stright-line method) b. Metode pembebanan 1) Metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method) 2) Metode saldo menurun/saldo menurun berganda (declining/double declining balance method) 2. berdasarkan penggunaan a. metode jam jasa (service hours method) b. metode jumlah unit produksi (productive-out put method) 3. berdasarkan kriteria lainnya a. methode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method) b. metode anuitas (anuuity method) c. sistem persediaan (inventory system) 2.1.2. Perputaran Aktiva Tetap Aktiva tetap merupakan bagian utama dari modal kerja yang memegang peranan cukup penting dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan dalam rangka memperoleh dana. Kebijakan terhadap pengelolaan aktiva tetap akan mempengaruhi laba bersih periode berjalan. Rasio yang dapat mengukur efisiensi pengelolaan aktiva tetap yaitu ratio tingkat perputaran aktiva tetap (FATO). Sawir (2003:16) menyatakan, “Ratio perputaran aktiva tetap mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan dalam rangka menghasilkan penjualan atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap.” Dengan melihat ratio ini kita bisa menilai
efisiensi dan efektivitas aktiva tetap dalam meningkatkan pendapatan. Menurut Stice, et al (2005:794), adapun rumus untuk menghitung perputaran aktiva tetap adalah sebagai berikut:
𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 = 2.2. Piutang
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
2.2.1. Pengertian Piutang Piutang merupakan bagian penerimaan perusahaan yang sangat penting yang timbul sebagai akibat dari adanya kebijaksanaan penjualan barang atau jasa dengan kredit, dimana debitur tidak memberikan suatu jaminan yang secara resmi. Menurut Gitosudarmo (2002:81) “Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.” Pos piutang yang terdapat dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara yang seefisien mungkin. 2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Piutang Perputaran piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit, sehingga didalam usaha pengendalian piutang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui kebijakan kredit yaitu harus memperhatikan tentang besarnya kebijaksanaan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil produksinya. Menurut
Riyanto (2002:85) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang. 1. Volume Penjualan Kredit Makin besar volume penjualan kredit yang dilakukan, makin besar pula investasi yang ditanamkan dalam piutang. Semakin besarnya volume penjualan kredit tiap tahunnya berarti perusahaan itu harus menyediakan investasi lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berarti makin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya. 2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayar penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada profitabilitasnya. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya. 3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Pembatasan kredit juga harus ditetapkan oleh perusahaan dalam memberikan kredit. Makin tinggi pembatasan kredit yang ditetapkan bagi masing-masing langganan, berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. 4. Kebijakan Dalam Mengumpulkan Piutang Kebijakan pengumpulan piutang oleh perusahaan dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Apabila perusahaan menerapkan kebijaksanaan pengumpulan piutang secara aktif, artinya perusahaan melakukan penagihan sendiri, maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Namun hal ini berbeda jika perusahaan menerapkan pengumpulan piutang secara pasif, maka investasi yang ditanamkan dalam piutang akan lebih besar. 5. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan Kebiasaan membayar ini menyangkut pemanfaatan discount period oleh pelanggan, artinya semakin langganan ini memanfaatkan discount period, semakin kecil investasi yang ditanamkan dalam piutang. 2.2.3. Variabel-variabel Penting Dalam Piutang Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa variabel penting tersebut akan dijelaskan dibawah ini. 1. Standar Kredit
Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan beberapa jumlah yang dapat diberikan. Standar kredit sangat berhubungan dengan angka kredit, menurut sundjaja dan Barlian (2006 : 239) angka kredit adalah “prosedur yang dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukur keseleruhan kemampuan si peminjam dalam membayar kredit, yaitu dengan pembobotan rata-rata data keuangan dan karakteristik”.
2. Persyaratan Kredit Adapun yang dimaksud dengan persyaratan kredit adalah kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali piutang dari para langganan atau disebut juga dengan syarat pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Persyaratan kredit meliputi tiga hal yaitu : potongan tunai, periode potongan tunai, dan periode kredit.” 3. Kebijakan Kredit dan Pengumpulan Piutang Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan sebelumnya. Kebijakan penagihan piutang menurut sundjaja dan Barlian (2007 : 252) adalah “sekumpulan prosedur penagihan suatu piutang dagang pada saat jatuh tempo.” a. Rasio Perputaran Piutang Rasio perputara piutang memberikan pandangan mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam
penagihannya. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal dapat digunakan secara efisien. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Munawir (2002 : 75) yaitu : Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah berarti ada over investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijaksanaan pemberian kredit. Maka menurut Syamsuddin (2000 : 49) tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 =
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑝𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
Rata-rata piutang diperoleh dengan cara sebagai berikut:
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 =
𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝑝𝑖𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 2
Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan model kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. 2.3. Persediaan 2.3.1. Pengertian
Menurut riyanto (2008 : 70), “Persedian merupakan elemen utama dari modal kerja yang berupa aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.” Menurut IAI (2009 : 14.2), Persediaan adalah aktiva: 1. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, 2. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, 3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut
Soemarso
(2002
:
384),
“Persediaan
barang
dagang
(merchandise inventory) adalah barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali.” Pada perusahaan dagang hanya ada satu jenis persediaan yaitu persediaan barang dagang (merchandise inventory) sedangkan pada perusahaan manufaktur terdapat 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku (row material), persediaan barang dalam proses (good in proces / work in proses) dan persediaan barang jadi (finished good). Sistem persediaan perpetual adalah metode buku dimana setiap barang yang masuk dan keluar langsung dicatat di pembukuan. Menurut Soemarso (2002 : 384), Sistem persediaan perpetual adalah Perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan barangnya jika menggunakan sistem ini. Akun persediaan akan selalu menunjukkan nilai persediaan pada setiap saat. Pencatatan secara perpetual memungkinkan perusahaan dapat langsung menentukan jumlah dan harga pokok persediaan yang dimilikinya tanpa harus menghitung persediaan fisik terlebih dahulu. Sistem persediaan
perpetual juga lebih akurat dibandingkan sistem periodik karena informasi mengenai persediaan dalam sistem perpetual selalu mencerminkan keadaan persediaan saat ini. Menurut Horngren et al. (1997 : 453-456), Sistem Persediaan Perpetual adalah perusahaan akan mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan barangnya. Jadi akun persediaan akan selalu menujukkan nilai persediaan pada setiap saat, pencatatan secara perpetual berguna untuk menyediakan laporan bulanan, kuartalan dimana perusahaan dapat langsung menentukan jumlah dan harga pokok persediaan yang dimilikinya tanpa harus menghitung persediaan fisik terlebih dahulu. Sistem persedian periodikal adalah dimana setiap barang yang masuk dan keluar tidak langsung dicatat di pembukuan, dilakuakan pencatatan pada akhir periode tergantung perusahaan menggunakan waktu berapa lama dimana untuk mengetahui persediaan akhir dilakukan inventarisasi atau stock opname pada akhir periode. Menurut Soemarso (2002 : 384), Sistem persediaan periodik adalah sistem pencatatan persediaan dimana perusahaan tidak selalu harus mencatat setiap mutasi yang terjadi pada persediaan yang dimilikinya jika menggunakan sehingga pada akhir periode,perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki pada saat itu. Jumlah persediaan tersebut akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga pokok persedaan pada akhir periode. Angka inilah yang akan masuk kedalam neraca. Angka ini juga digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan. Menurut Horngren et al. (1997 : 453-456), Sistem Persediaan Periodik adalah perusahaan tidak selalu
mencatat mutasi yang terjadi pada persediaan yang dimilikinya. Akibatnya, pada akhir periode perusahaan harus melakukan perhitungan secara fisik untuk mengetahui jumlah persediaan yang dimiliki pada saat itu. Jumlah persediaan tersebut akan dikalikan dengan unit biaya untuk mendapatkan harga pokok persediaan pada akhir periode. Angka inilah yang akan masuk ke dalam neraca. Angka ini juga yang digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan. Sistem periodik disebut juga sistem fisisk, karena sistem ini tergantung pada hasil perhitungan persediaan secara fisik pada setiap akhir periode. Sistem ini biasanya digunakan untuk mencatat persediaan yang nilainya tidak tinggi, karena dari segi biaya mungkin tidak begitu menguntungkan untuk mempunyai catatan untuk setiap mutasi dari barang yang rendah nilainya.
2.3.2. Perputaran persediaan Menurut Munawir (2002 : 77) “Perputaran persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan
yang
dimiliki
oleh
Perusahaan.”
Perputaran
persediaan
menunjukkan berapa kali persediaan dijual dan diganti dalam waktu satu periode. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan. Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai berikut : 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan membagi jumlah persediaan akhir tahun dan awal tahun dengan dua. Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Melalui tingkat perputaran persediaan maka kita dapat menghitung hari rata-rata barang disimpan digudang yaitu dengan membagi hari dalam satu tahun dengan tingkat perputaran persediaan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛 =
360 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛
Hari rata-rata barang disimpan digudang akan bermanfaat untuk menilai efisiensi dari persediaan. 2.4. Profitabilitas Profitabilitas merupakan bagaimana kemampuan perusahaan menggunakan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk menghsilkan laba selama periode tertentu. Tingkat profitabilitas dapat diketahui dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 222), rasio profititabilas adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas ini dibagi atas tiga jenis yaitu: a. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan, antara lain net profit margin (NPM), operating profit margin (OPM), gross profit margin (GPM), b. Rasio profitabilitas dalam kaitanya dengan investasi, antara lain return on assets (ROA), return on investment (ROI), c. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan ekuitas, antara lain return on equity (ROE), return on common stock equity, earnings per share, dividend per share, bookvalue per share, price to earnings ratio, dan dividend yield.
Return on asset merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuangan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Kita dapat menilai apakah perusahaan telah efisien dalam menggunakan aktivanya dalam kegiatan opersional untuk menghasilkan keuntungan dengan mengetahhui ROA perusahaan tersebut. Rumus untuk menghitung ROA menurut Van Horne dan Wachowicz (2005 : 222) adalah :
𝑅𝑂𝐴 =
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Rumus lain yang dapat digunakan untuk menghitung ROA adalah persamaaan DuPont. Persamaan DoPont menurut Bringham dan Houston (2006 : 14) adalah : 𝑅𝑂𝐴 = 𝑚𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Semakin tinggi nilai ROA maka perusahaan tersebut makin baik. 2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah ada, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain terletak pada periode waktu data yang digunakan, defenisi operasional penelitian dan objek penelitian. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
3.
4.
Nama dan Tahunn penelitian Dewi Tarigan (2008)
Judul Penelitian
Pengaruh Pengelolaan Aktiva Tetap dalam menguatkan Profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Meiliza K Pengaruh Sebayang Perputaran (2010) Piutang dan Persediaan terhadap Profitabilitas pada Industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI Delima U Pengaruh Lumbantoruan Perputaran (2010) Aktiva Tetap dan Perputaran Persediaan terhadap tingkat Profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Ridha Hutami Pengaruh (2010) Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan
Variabel • •
• • •
• • •
• • •
Hasil Penelitian
Pengeloaan Aktiva Tetap Profitabilitas
Terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat pengelolaan aktiva tetap terhadap profitabilitas.
Perputaran Piutang Perputaran Persediaan Profitabilitas
Perputaran Piutang dan persediaan berpengaruh terhadap Profitabilitas
Pereputaran Aktiva Tetap Perputaran Persediaan Profitabilitas
Perputaran Aktiva Tetap dan Perputaran Persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap Profitablitas
Perputaran Piutang Perputaran Persediaan Rentabilitas
Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan mempunyai
terhadap Rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Sumber : diolah penulis, 2012
ekonomis
pengaruh yang signifikan terhadap Rentabilitas ekonomis.
1. Tarigan (2008) dengan judul penelitian “Pengaruh pengelolaan Aktiva tetap dalam menguatkan profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”. Hal penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran aktiva tetap terhadap profitabilitas (ROA). 2. Sebayang (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap profitabilitas pada industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan tingkat perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan tingkat perputaran piutang dan persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 3. Lumbantoruan (2010) dengan judul penelitian “Pengaruh perputaran aktiva tetap dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perputaran aktiva tetap secara parsial tidak
mempengaruhi profitabilitas. Sedangkan tingkat perputaran persediaan secara parsial tidak mempengaruhi profitabilitas. Secara simultan tingkat perputaran aktiva tetap dan perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap profitabilitas. 4. Hutami (2010) dengan judul penelitian “ Pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomis pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang tidak berpengaruh Secara simultan terhadap rentabilitas ekonomi. Sedangkan perputaran persediaan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomis. Secara simultan tingkat perputaran piutrang dan persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomis. 2.6. Kerangka konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang pentinng yang telah diketahui pada suatu masa tertentu. kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Berdasarkan uraian teoritis dan pendahuluan terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut : Perputaran Aktiva tetap (X1) Perputaran piutang (X2) Perputaran Persediaan (X3)
ROA (Y)
Piutang, persediaan dan aktiva tetap merupakan bagian dari modal kerja yang memiliki peranan penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Semakin cepat persediaan bertukar yaitu tingkat perputaran persediaan (inventory turnover) tersebut makin tinggi maka mengindikasikan tingginya tingkat penjualan perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan meningkatkan laba bersih dari perusahaan itu sendiri. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang tertanam pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai. Dengan demikian, semakin meningkat perputaran piutang semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Begitu juga dengan aktiva tetap, semakin tinggi tingkat perputaran aktiva tetap mengindikasikan semakin efisien dan efektif pengelolaan aktiva tetap tersebut yang pada akhirnya juga meningkatkan laba perusahaan. Hal ini menunjukkan bahawa perputaran piutang, persedaan dan aktiva tetap berpengaruh terhadap profitabilitas. 2.7. Hipotesis penelitian Hipotesis menurut Erlina (2007 : 41), “Menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris.” Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
H1 :
Perputaran Aktiva Tetap secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.
H2 :
Perputaran Piutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.
H3 : Perputaran Persediaan secara parsial berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. H4 : Perputaran Aktiva Tetap, Piutang dan Persediaan secara simultan tidak berpengaruh terhadap ROA pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan metode asosiatif dengan hubungan kausal, karena tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan sebab akibat dalam bentuk pengaruh antar variabel melalui pengujian hipotesis. Menurut Sugiyono (2006:11) penelitian asosiatif adalah “penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala”. 3.2. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 3.2.1. Identifikasi Variabel Penelitian