SITUS PUYANG MULIA SAKTI DI DESA PENANGGIRAN SEBAGAI MATERI PENGAYAAN PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI KELAS VII SMP NEGERI 2 UJAN MAS KABUPATEN MUARA ENIM Yenda Fera Mesta Putri,1 Aan Suriadi2 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Nilai-nilai sejarah apa saja yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran yang dapat dijadikan sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII SMP Negeri 2 Ujan Mas?”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui nilai-nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran.(2) Untuk mengetahui pemahaman guru terhadap nilai-nilai sejarah situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penaggiran sebagai materi penggayaan pembelajaran sejarah lokal di SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu melalui pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu model analisis data kualitatif yang analisis datanya dilakukan secara induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Situs Puyang Mulia Sakti adalah salah satu situs leluhur masyarakat desa Penanggiran, situs ini terletak di tebing Tapus kurang lebih 2 km dari pemukiman warga Desa Penanggiran Kecamatan Gunung Megang Kabupaten Muara Enim yang sangat penting dalam sejarah daerah. Adapun Nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti dapat diketahui dari cerita rakyat dan dokumen tentang situs Puyang Mulia Sakti. (2) Pemahaman guru IPS SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim terhadap nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti cukup baik. Nilai sejarah situs Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran dapat di jadikan materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII pada Standar Kompetisi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa. Kompetensi Dasar: 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia serta peninggalan-peninggalannya. (3) Dengan dijadikannya Situs Puyang Mulia Sakti sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII SMP Negeri 2 Ujan Mas, maka akan membantu siswa mengetahui sejarah lokal yang ada di daerahnya, sehingga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri siswa. Kata kunci: Situs Puyang Mulia Sakti, sejarah lokal
A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang (Sulo, 2005:263). Pendidikan senantiasa berkaitan dengan perilaku manusia. Dalam setiap proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik, maupun lingkungan sosial. Melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju kedewasaan, baik dewasa dari segi fisik, mental, emosional,
moral, intelektual maupun sosial. Harus diingat bahwa walaupun pendidikan dan pembelajaran adalah upaya untuk mengubah perilaku manusia, akan tetapi tidak semua perubahan perilaku manusia atau peserta didik mutlak sebagai akibat dari intervensi program pendidikan (Tim Pengembang MKDP, 2011:26). Jalur pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah pertama, menengah atas, dan pendidikan tinggi. Pendidikan menengah pertama yang lamanya tiga tahun sesudah pendidikan
1 Alumni 2
Prodi. Pend. Sejarah UPGRI Palembang Dosen Prodi. Pend. Sejarah UPGRI Palembang
130
dasar, pendidikan menengah pertama berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar (Sulo, 2005:264-265). Dari beberapa mata pelajaran yang diberikan pada pendidikan menengah pertama, salah satunya adalah mata pelajaran sejarah. Dengan belajar sejarah bisa mengajarkan pada siswa tentang nilainilai kejujuran, rasa tanggung jawab, rasa cinta pada sesama, saling menghargai, mau berjuang dan bekerja keras. Selain itu dengan belajar sejarah disekolah, kita bisa mengetahui identitas bangsa ataupun manusia Indonesia di masa lalu, diharapkan akan bisa dipetik nilai-nilai positif yang begitu kaya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2011:7). Sejarah sebagai ilmu pengetahuan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis sejarah, yaitu: a. Sejarah Lokal adalah suatu peristiwa yang terjadi hanya meliputi suatu daerah dan tidak menyebar kedaerah lainya. b. Sejarah Nasional adalah peristiwa yang terjadi mencangkup kawasan yang lebih luas dari sejarah lokal. c. sejarah dunia adalah suatu peristiwa yang terjadi bisa mempengaruhi perkembangan dunia internasional. Muara Enim adalah ibu kota kabupaten, nama itu berasal dari kata ‘Muahe Hening’, yang artinya muara sungai yang tenang karena di daerah ini terdapat sungai Enim yang bermuara ke sungai Lematang. Kabupaten Muara Enim dahulu bernama Kabupaten Liot, singkatan dari Lematang Ilir dan Ogan Tengah yang terbentuk berdasarkan Puak-Puak, yaitu Puak Penukal, Puak Rembang, Puak Belida, dan Puak Kelekar. Luas wilayah daerah ini lebih kurang 9.575 KM2, terdiri dari 18 kecamatan (8 kecamatan perwakilan) 258 Desa, letaknya di tengahtengah wilayah Propinsi Sumatra Selatan (Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat I Sumatra Selatan, 1995:21). Dari 258 Desa di antaranya adalah Desa Penanggiran Kecamatan Gunung
Megang, di Kabupaten Muara Enim banyak ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah, salah satunya di Desa Penanggiran terdapat sebuah situs yaitu situs Puyang Mulia Sakti yang memiliki kekayaan nilai sejarah, situs ini terletak di tebing Tapus kurang lebih 2 km dari pemukiman warga Desa Penanggiran. Masyarakat desa Penanggiran sampai saat ini masih menjaga tradisi leluhur masyarakat yaitu dengan melakukan ziarah ke makam Puyang Mulia Sakti dan keluarganya untuk memberikan doa serta menjaga kebersihan makam. Tetapi tidak hanya itu sebagian masyarakat atau penziarah yang datang untuk berdoa dan meminta pertolongan, sebab keberadaan makam Puyang Mulia Sakti dan keluarganya diyakini masyarakat sebagai makam yang sakral. Menurut (dokumen Abdu Halim 1995), Kurang lebih 1300 M di situs Puyang Mulia Sakti terjadi peristiwa sejarah, Puyang Mulia Sakti bersama istrinya memutuskan untuk menetap dan berdomisili sampai keanak cucu di tebing Tapus, sebelah Ulu Lubuk Pendam, yang sekarang sebagai lokasi pemakaman keluarga Puyang Mulia Sakti dengan sebutan Pemakaman Puyang Mule Jadi Desa Penanggiran. Sebelum Puyang Mulia Sakti bersama istrinya memutuskan untuk menetap dan berdomisili disana, banyak tanda-tanda yang mendorong agar Puyang Mulia Sakti bersama istrinya agar menetap dan berdomisili di tebing Tapus, tanda-tanda tersebut antara lain: a. Pada waktu mereka mandi, banyak ikan-ikan dan udang-udang menghampiri mereka. b. Benih beras yang dibuang sore kemarin, terlihat akan tumbuh. c. Dari atas tebing Tapus, diseberang sungai lematang terlihat dengan jelas hamparan rawa-rawa yang sangat cocok untuk dibuat persawahan. d. Hawannya terasa sangat sejuk dan berkesan.
131
Peneliti menemukan permasalahan dalam kegiatan pembelajaran sejarah lokal, yaitu pada siswa mata pelajaran sejarah (IPS Terpadu) kelas VII SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim, belum memanfaatkan sumber-sumber sejarah lokal didalam pembelajaran sejarah, sehingga pemahaman siswa terhadap sejarah daerahnya perlu ditingkatkan dengan cara memasukkan sejarah lokal sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah di kelas VII SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim, dengan memanfaatkan nilai sejarah situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran yang kaya dengan nilai sejarah.
gambar dari pada angka-angka (Satori, 2009:28). Teknik Pengumpulan Data Pengamatan Langsung atau Observasi Observasi atau pengamatan merupakan teknik pengumpulan data yang paling utama dalam penelitian kualitatif. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap subjek (partner penelitian) dimana sehari-hari mereka berada dan biasa melakukan aktivitasnya (Satori, 2009:90). Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejalagejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 2006:63). Jadi dapat disimpulkan bahwa observasi adalah pengamatan langsung di lapangan yang di lakukan peneliti untuk mengumpulkan data, selain Observasi berguna untuk mengumpulkan data, tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi dan merasakan suasana situasi sosial yang di teliti. Observasi dalam penelitian ini dilakukan di situs Puyang Mulia Sakti yang ada di Desa Penanggiran dan di SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim. Teknik Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan dialoq langsung dengan sumber data, dan dilakukan secara tak berstruktur, dimana responden mendapat kebebasan dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran, pandangan, dan perasaan secara natural (Satori, 2009:91). Menurut (Subagyo 2006:39), wawancara adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan, wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
B. METODE PENELITIAN Metode adalah suatu cara atau jalan untuk bertindak menuntut aturan tertentu. Dengan mengunakan metode maka peneliti dapat melakukan kegiatan secara lebih terarah sehingga dapat mencapai hasil yang lebih maksimal (Rustam, 202:17). Penelitian ini mengunakan rancangan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada qualiti atau hal yang terpenting dari suatu barang atau jasa. Hal terpenting dari suatu barang atau jasa berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang dapat dijadikan pelajaran bagi suatu pengembangan konsep teori (Satori, 2009:22). Menurut (Sutopo 2010:1), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis penomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara kelompok maupun individual. Penelitian ini mengunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena mampu mendeskripsikan suatu objek, fenomena, atau setting sosial terjewantah dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya data, fakta yang dihimpun berbentuk kata atau
132
peneliti untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan informan. Wawancara kepada para informan untuk mengetahui nilai sejarah yang ada pada situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran. Wawancara juga dilakukan kepada guru mata pelajaran sejarah untuk mengetahui pemahaman guru terhadap situs Puyang Mulia Sakti. Dengan demikian wawancara sangat di butuhkan dalam sebuah penelitian. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumen sebagai pelengkap dari pengunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2007:82). Dokumentasi adalah proses pembuktian yang di dasarkan atas jenis sumber apapun, baik yang bersifat tulisan, lisan gambaran atau arkeologis (Hugiono, 1987:33). Validitas Data Pengujian Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik trianggulasi data. (Sugiyono 2010:330) menjelaskan teknik trianggulasi data diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data. Peneliti mengunakan sumber yang berbeda-beda untuk mengetahui kebenaran permasalahan yang diteliti. Dalam pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu (Satori, 2009:94-95). Data yang dikatakan valid ketika hasil konfirmasi data yang berbeda menunjukan keterangan yang sama. Selain mengunakan trianggulasi data, penelitian ini juga mengunakan trianggulasi teknik, karena dalam pengumpulan data
peneliti mengunakan teknik yang berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda. Peneliti dalam pengumpulan data mengunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2010:373). Teknik Analisis Data Analisis adalah suatu upaya mengurai menjadi bagian-bagian, sehingga susunan / tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih ditangkap maknanya atau dengan lebih jerni dimengerti duduk perkaranya (Satori, 2009:97). Pada penelitian Kualitatif, analisis datanya dilakukan secara induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis (Sugiyono, 2010:335). Menurut (Sugiyono 2007:89), “Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain”. Berdasarkan pengertian diatas, maka teknik yang paling tepat untuk penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tenik analisis data kualitatif, data-data kualitatif yang diperoleh dari hasil tentang situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal kelas VII SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim dianalisis untuk memperoleh suatu gambaran tentang hasil penelitian yang talah dilakukan. Menurut (Miles dan Huberman, 1992 dalam Sutopo 2010:7-8) terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
133
Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul. a. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, mengolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. b. Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan lapangan). c. Penarikan kesimpulan merupakan hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.
diperlukan peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Penanggiran yang mengetahui tentang pokok judul skripsi dan informan dari SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim dipilih untuk mengetahui aktivitas belajar mata pelajaran sejarah lokal, serta pemahaman guru terhadap situs Puyang Mulia Sakti. b. Arsip dan dokumen yang relevan yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen pemangku adat Desa Penanggiran serta silabus mata pelajaran sejarah kelas VII Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim. C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sample Penelitian Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sample. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling dan snowballl sampling. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan teknik pengambilan sample purposive sampling artinya, teknik pengambilan sample sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2010:300). Dalam purposive sampling, peneliti memilih informannya berdasarkan pertimbangan, misalnya informan yang dipilih dianggap memiliki informasi berdasarkan permasalahan mendalam yang dibahas peneliti. Informan yang dipilih dalam penelitian ini adalah warga masyarakat yang ada di Desa Penanggiran dan guru mata pelajaran IPS (Terpadu) SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim yang di jadikan sasaran penelitian, terlebih dahulu dipilih sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
Gambaran Umum SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim SMP Negeri 2 Ujan Mas Didirikan pada tahun 1991 sekolah ini beralamat di jalan Lintas Palembang Desa Panang Jaya Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Muara Enim. SMP Negeri 2 Ujan Mas mempunyai Visi dan Misi. Adapun Visi SMP Negeri 2 Ujan Mas adalah “Berprestasi, Berbudaya Lingkungan Berdasarkan Imtaq “. Sedangkan Misi SMP Negeri 2 Ujan Mas adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa dapat berk embang optimal sesuai yang dimiliki. b. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada warga sekolah. c. Mendorong dan membantu siswa mengenali potensi dirinya sehingga dapat menjadi lebih optimal. d. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama islam dan budaya bangsa menjadi sumber kearifan bertindak.
Sumber Data a. Informa adalah orang yang memberikan informasi atau keterangan yang
134
e. Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan komite sekolah dan seluruh warga sekolah. Kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Ujan Mas di mulai pada pagi hari pukul 07.00 – 13.00. lapangan sekolah selain digunakan untuk jam pelajaran olahraga juga digunakan untuk upacara bendera setiap hari senin. Di SMP Negeri 2 Ujan Mas setiap hari Sabtu diadakan senam pagi bersama. Pengunaan perpustakaan hanya pada jam istiraht bagi para siswa yang ingin membaca dan meminjam buku. Unit kesehatan sekolah UKS digunakan bagi siswa yang sakit. Selain kegiatan intakulikuler kegiatan ekstarakulikuler pun diperhatikan oleh pihak sekolah, setiap siswa di tawarkan untuk memilih kegiatan ekstrakulikuler yang diminati. Adapun kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan di SMP Negeri 2 Ujan Mas antara lain pramuka, paskibra, rohis dan olaraga. Kegiatan ekstrakulikuler dilaksanakan pada hari minggu di mulai pukul 08.00 – 12.00. Keadaan guru SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim tahun pelajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel I sebagai berikut: TABEL I KEADAAN GURU DAN PEGAWAI SMP NEGERI 2 UJAN MAS KABUPATEN MUARA ENIM Guru PNS Guru Bantu Jumlah Lk Pr Lk Pr Lk Pr 6 12 4 7 10 19 Pegawai PNS PTT Jumlah Lk Pr Lk Pr Lk Pr 1 2 2 3 3 5
guru bantu sedangkan untuk staf pegawai terdiri dari PNS dan PTT. SMP Negeri 2 Ujan Mas juga mempunyai fasilitas sekolah. Adapun fasilitas yang terdapat di SMP Negeri 2 Ujan Mas adalah sebagai berikut: 1) Lapangan Upacara: 1.900 m2 2) Lapangan Olaraga: 1. 700 m2 3) Ruang Kepala Sekolah: 1 buah 4) Ruang Kelas: 13 buah 5) Ruang Guru: 1 buah 6) Ruang Tata Usaha: 1 buah 7) Ruang Perpustakaan: 1 buah 8) Ruang Osis: 1 buah 9) Ruang Laboraturium : 1 buah 10) Ruang BK: 1 buah 11) Ruang UKS: 1 buah 12) Mushollah: 1 buah Pemeliharaan gedung dan pasilitas sekolah di SMP Negeri 2 Ujan Mas dilakukan dengan baik, sekolah setiap harinya dijaga dan dipelihara oleh penjaga sekolah yang tinggal di lingkungan sekolah tersebut. Dalam pengelolaan kelas, setiap kelas dibuat daftar piket yang selalu diawasi oleh guru piket. Setiap petugas piket mengerjakan tugas piketnya sebelum pelajaran dimulai dan mereka juga harus menyiapkan peralatan keperluan belajar yang diperlukan seperti spidol, penghapus dan lain-lain. Pembagian tugas piket ini memiliki tujuan tersendiri, yaitu selain untuk menjaga kerapian dan kebersihan kelas diharapkan juga dapat menumbuhkan rasa cinta dan tanggung jawab siswa terhadap sekolahnya. Adapun keadaan siswa SMP Negeri 2 Ujan Mas tahun pelajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: TABEL 2 KEADAAN SISWA SMP NEGERI 2 UJAN MAS KABUPATEN MUARA ENIM Kelas Lk Pr Jumlah Ruang belajar VII 74 80 154 4 VIII 76 78 154 5 IX 70 68 138 4
Sumber: Profil SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim
Keadaan staf pengajar SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim terdiri dari luluan S1 dan Diploma baik dari FKIP maupun jurusan lainnya. Staf pengajar di SMP Negeri 2 Ujan Mas terdiri dari PNS dan
135
Sumber: Profil SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim. Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa siswa kelas VII berjumlah 154 orang dengan 4 ruang belajar, siswa kelas VIII berjumlah 154 orang dengan 5 ruang belajar, dan siswa kelas IX berjumlah 138 orang dengan 4 ruang belajar.
sekarang. Dahulunya makam Puyang Mulia Sakti beserta keluarga hanya berupa tanah yang sedikit mengunung dan nisan dari kayu tanpa keterangan, tetapi sekarang makam Puyang Mulia Sakti beserta keluarganya sudah direnovasi dan sekarang sudah dibuatkan bangunan dengan batu bata yang telah di beri kramik dan beratap genteng (catatan observasi pada tanggal 16 April 2014). Makam Puyang Mulia Sakti adalah sebuah makam leluhur yang berada di Desa Penanggiran. Situs Puyang Mulia Sakti adalah sebuah situs yang sangat penting bagi sejarah desa Penanggiran, karena Puyang Mulia Sakti beserta istrinya adalah orang yang pertama datang kedaerah Tebing Tapus dan membuka daerah itu menjadi tempat pertanian dan mendirikan perkampungan yang sekarang diberi nama Desa Penanggiran. Sebelum Puyang Mulia Sakti beserta istrinya memutuskan untuk menetap dan berdomisilir di daerah itu, mereka adalah penduduk dari desa Karang Dale yang terletak di kawasan Pasma Ulu Lintang. Dan berpindah kedesa Embawang menyusul kakanya Marige Sakti. Karena kesalapahaman Puyang Mulia Sakti kepada kakaknya Marige Sakti sehingga akhirnya Puyang Mulia Sakti memutuskan untuk pergi meninggalkan dusun Embawang menyusuri ilir Sungai Enim. Dan sampailah mereka di muara Sungai Tapus. banyak tanda-tanda yang mendorong agar Puyang Mulia Sakti bersama istrinya agar menetap dan berdomisili di tebing Tapus, tanda-tanda tersebut antara lain: a. Pada waktu mereka mandi, banyak ikan-ikan dan udang-udang menghampiri mereka. b. Benih beras yang dibuang sore kemarin, terlihat akan tumbuh. c. Dari atas tebing Tapus, diseberang sungai lematang terlihat dengan jelas hamparan rawa-rawa yang sangat cocok untuk dibuat persawahan.
Situs Puyang Mulia Sakti Situs adalah lokasi yang diduga memiliki peninggalan sejarah atau benda cagar budaya. Di Indonesia ada lokasi yang tidak mengandung benda cagar budaya tetapi juga disebut sebagai situs, karena dilokasi tersebut perna terjadi peristiwa sejarah yang sangat besar perananya bagi perjalanan sejarah bangsa, maupun sejarah daerah, sehingga lokasinya layak di tetapkan sebagai situs (Sedyawati, 2007:164). Situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran merupakan situs yang sangat pe nting dalam sejarah daerah Desa Penanggiran. Situs Puyang Mulia Sakti terletak di tebing Tapus kurang lebih 2 km dari pemukiman warga Desa Penanggiran. Jika dilihat dari lokasinya situs Puyang Mulia Sakti ini memang tidak begitu menarik karena situs ini berada di daerah perkebunan karet warga setempat, namun jika diamati di dalamnya terdapat makam leluhur yaitu Puyang Mulia Sakti beserta keluarganya. Di situs Puyang Mulia Sakti terdapat makam istri dan ke dua anaknya beserta adik dari istri Puyang Mulia Sakti. Menurut warga setempat adik dari istri Puyang Mulia Sakti yang bernama Malan meninggal bukan di Tebing Tapus melainkan meninggal di Cirebon. Kuburan yang ada di Tapus adalah berisi tikar dan bantalnya saja. Menurut warga setempat Puyang Mulia Sakti sudah memeluk agama islam, ini dapat dilihat dari makam Puyang Mulia Sakti yang sudah menghadap ke arah kiblat, sama halnya dengan penguburan masyarakat desa Penanggiran pada masa
136
d. Hawannya terasa sangat sejuk dan berkesan. Dan akhirnya Puyang Mulia Sakti bersama istrinya memutuskan untuk menetap dan berdomisili sampai keanak cucu di tebing Tapus, sebelah Ulu Lubuk Pendam, yang sekarang sebagai lokasi pemakaman keluarga Puyang Mulia Sakti dengan sebutan Pemakaman Puyang Mule Jadi Desa Penanggiran. Puyang Mulia Sakti dan istrinya dikaruniai 3 orang anak yaitu: 1) Anak tertua bernama Memegar 2) Anak kedua bernama Kemas Sri Pandan 3) Anak ketiga bernama Milin. Cerita asal usul nama dusun atau desa dapat diketahui melalui cerita dari masyarakat setempat. Menurut masyarakat desa Penanggiran, Penanggiran berasal dari kata Panang dan Giran. Kata Panang bersal dari Desa yang ada di Desa Embawang Kecamatan Tanjung Agung, orangnya bersal dari Panang Minggir di Muara Sungai Tapus, maka menjadi Penanggira (catatan wawancara no 7 dengan masyarakat desa Penanggiran pada tanggal 17 April 2014). Menurut mitos masyarakat Desa Penanggiran, jika banyak ikan lampam dan ikan lainya berlompat lompatan, kemudian diiringi oleh seekor buaya putih yang giginya telah ompong di muara sungai Tapus atau di muara sungai Enim Desa Penanggiran, maka jangan takut terhadap buaya putih tersebut ajaklah buaya putih tersebut berbicara maka buaya putih itu akan mengerti karena buaya putih adalah jelmaan dari Puyang Mulia Sakti (catatan wawancara No 8 dengan masyarakat desa Penanggiran pada tanggal 17 April 2014).
dunia ini tanpa adanya suatu nilai yang melekat didalamnya, jadi segala sesuatu ada nilainya. Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut: a). Menyenangkan (peasent); b). Berguna (useful); c). Memuaskan (satisfying); d). Menguntungkan (profitable); e). Menarik (interesting); f). Keyakinan (belief). Suatu peninggalan sejarah baik itu berbentuk bangunan atau berbentuk peristiwa mempunyai nilai sejarahnya masing-masing. Nilai tersebut dapat diketahui baik dari sumber tertulis seperti prasati, dari sumber benda seperti artefak, dan baik dari sumber lisan seperti keterangan langsung dari saksi sejarah. Ada beberapa aspek yang terkait dengan nilai sejarah, yaitu: (a) umur; (b) kaitannya dengan peristiwa penting dalam sejarah dan tokoh penting dalam sejarah. Nilai dari perisriwa penting yang terkait dengan situs ini berupa dokumen dan cerita rakyat. Dengan demikian nilai sejarah yang dimaksud disini adalah nilai sejarah yang terkandung di dalam situs Puyang Mulia Sakti yang ada di Desa Penanggiran. Nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti dapat diketahui dari peninggalan cerita rakyat dan dokumen peristiwa sejarah Puyang Mulia Sakti (catatan wawancara No 9 dengan Ketua Adat pada tanggal 17 April 2014). Menurut legendanya sekitar tahun 1300 M di kawasan Pasemah Ulu Lintang, terdapat sebuah desa namanya Karang Dale. Di desa Krang Dale ini terdapat sepasang suami istri, yang laki-laki bernama Batalani dan istri bernama Siti Aminah. Mereka mempunyai 12 orang anak yang masing-masing bernama: a. Puyang Guro b. Puyang Marige Sakti c. Puyang Ismail d. Puyang Maunang e. Puyang Remunang f. Puyang Keliwon g. Puyang Juare
Nilai Sejarah Situs Puyang Mulia Sakti Deni Wahyu Hidayat dan kawankawan, dalam (Ronald 2008:162) berpendapat bahwa nilai sejarah adalah sejauh mana sumber daya arkeologi itu dilatar belakangi oleh peristiwa sejarah yang di anggap penting. Menurut (Herimanto 2010:127), tidak ada yang diciptakan di
137
h. i. j. k.
Puyang Sari Pati (Sapu Jagat)\ Puyang Merapi Sakti Puyang Karia Pita Sari Puyang Sunan Kalijaga Keramat Jati l. Puyang Mulia Sakti Seperti lazimnya orang-orang desa, yang rata-rata pekerjaannya sebagai petani, masing-masing keluarga atau rugok pastilah mempunyai sebuah tebat (kolam ikan). Demikian juga halnya dengan keluarga Batalani yang mempunyai sebuah tebat yang cukup besar dan dalam. Pada suatu hari, bertempat di Pasiban (berupa balai desa) telah diadakan musyawara desa yang dihadiri oleh Perwatin dan ketua-ketua adat beserta seluruh penduduk desa, musyawara desa tersebut memutuskan untuk mengadakan syukuran desa seperti biasa setiap tahun sehabis panen penduduk desa satu-persatu memanen tebat (kolam ikan) mereka masing-masing untuk persiapan syukuran tersebut. Demikian juga dengan keluaraga Batalani telah bersiap-siap memanen tebatnya, tapi sialnya terjadi perpecahan keluarga Batalani yang di sebabkan karena kesalapahaman dari Puyang Marige sakti yang merasa sakit hati kepada ke sebelas saaudaranya, karena pada saat pemanenan ikan di tebat (kolam ikan) Puyang Marige Sakti tidak di ikut sertakan atau di tunggu untuk memanen ikan dikarenakan pada waktu itu istri Puyang Marige Sakti sedang hamil tua. Melihat kelakuan saudarasaudaranya Puyang Marige sakti merasa sakit hati dan berkesimpulan untuk segera pergi meninggalkan Desa Karang Dale. Setelah ikan-ikan dikumpulkan dan kemudian dibagi rata, sesuai dari usul Puyang Mulia Sakti sebelumnya walaupun Marige Sakti tidak hadir namun pembagiannya tetap ada. Sesampainya Mulia Sakti di pondok kakanya Marige Sakti ternyata pondok tersebut telah kosong. Kejadian ini segera dilaporkan kepada kedua orang tuannya. Setahun kemudian, ternyata Marige Sakti tak kunjung pulang
dan akhirnya Mulia Sakti di tugaskan oleh kedua orang tuanya untuk mencari kakanya Marige Sakti. Jauh sudah Mulia Sakti meninggalkan Desa Karang Dale dan akhirnya Mulia Sakti bertemu dengan kakaknya Marige Sakti. Mereka saling berpelukan dengan berurai air mata. Sesampainya di pondok Marige sakti, Mulia Sakti menyampaikan permintaan maaf dari kesepuluh saudaranya dan menyampaikan pesan orang tuannya agar Marige Sakti pulang ke Desa Karang Dale, ternyata Marige Sakti bersediah memaafkan kesepuluh saudaranya tetapi untuk pulang ke Karang Dale Marige Sakti sangat berkeberatan karena telah terlanjur membangun tempat yang sekarang ia tempati sekarang menjadi desa Embawang. Mendengar pendirian Meraje Sakti yang sangat kuat Mulia Sakti mengusulkan bahwa ia akan turut bersama kakanya bahu membahu membangun tempat itu. Tapi sebelum Puyang Mulia Sakti menetap dan berdomisili di Embawang ia pulang terlebih dahulu ke desa Karang Dale untuk menyampaikan kepada kedua orang tuanya bahwa Merige Sakti bersama istrinya sudah ditemukan dan mereka sudah hidup menetap di Embawang serta mengajak istrinya untuk ikut menetap dan berdomisili di Embawang. Pada suatu hari Puyang Marige Sakti hendak memberi ikan kepada adiknya Mulia Sakti ikan tersebut dibungkus didalam daun pisang. Setelah ia tiba di pondok adiknya ternya Mulia Sakti tidak berada di pondoknya, yang ada hanya istrinya dalam keadaan tidur pulas, menurut adat istiadat tidak baik membangunkan seorang perempuan yang sedang tidur pulas. Oleh sebab itu bungkusan ikan tersebut digantungkan di atas pintu depan pondok agar mudah dilihat dan aman dari gangguan binatang buas. Sewaktu istri Puyang Mulia Sakti bangun dari tidurnya ia keluar masuk pondok lewat pintu belakang sehingga bungkusan ikan tersebut tidak diketahuinya.
138
Barulah setelah magrib, Puyang Mulia Sakti pulang dari sawah dilihatnya ada bungkusan yang tergantung didepan pintu pondoknya, setelah bungkusan itu dibuka ternyata bungkusan yang terlipat itu berisi ikan dalam keadaan membusuk dan sudah dipenuhi bibit ulat yang berasal dari lalat. Setelah melihat keadaan ikan yang telah membusuk tersebut Puyang Mulia Sakti merasa kecewa dan salah sangka terhadap kakaknya puyang Marige Sakti dikiranya bahwa kakanya memberikan ikan yang memang sudah membusuk. Dan akhirnya puyang Mulia Sakti mengambil keputusan untuk pergi merantau dan berpisah dengan kakaknya. Keesokan harinya Puyang Mulia Sakti bersama istrinya pergi meninggalkan desa Embawang mereka langsung milir mengikuti sungai Enim dengan mengunakan rakit, dengan tekad sebelum ada ikan lampam yang masuk bakul pada waktu mereka mencuci beras mereka tidak akan singgah-singgah (berhenti). Hal hasil saat mereka akan melewati muara sungai Tapus diwaktu istrinya mencuci beras, masuklah seekor ikan lampam kedalam bakul beras. Dengan sepontan beliau teringat akan tekadnya sewaktu akan berangkat tempo hari, beliau memutuskan untuk singgah dan bermalam ditempat itu. Ternyata banyak tanda-tanda yang mendorong agar Puyang Mulia Sakti bersama istrinya agar menetap dan berdomisili di tebing Tapus, tanda-tanda tersebut antara lain: a. Pada waktu mereka mandi, banyak ikan-ikan dan udang-udang menghampiri mereka. b. Benih beras yang dibuang sore kemarin, terlihat akan tumbuh. c. Dari atas tebing Tapus, diseberang sungai lematang terlihat dengan jelas hamparan rawa-rawa yang sangat cocok untuk dibuat persawahan. d. Hawannya terasa sangat sejuk dan berkesan. e. Dan sebagainya.
Dan pada akhirnya Puyang Mulia Sakti bersama istrinya mengambil kesimpulan untuk menetap dan berdomisili sampai keanak cucu di tebing Tapus, sebelah ulu Lubuk Pendam, yang sekarang sebagai lokasi pemakaman keluarga Puyang Mulia Sakti. Pada suatu hari Puyang Marige Sakti hendak mengunjungi adiknya Puyang Mulia Sakti, dibawakanya sekehuntum bawang abang, beberapa batang lemang, dan sebakul ikan sepat. Sesampainya Puyang Marige Sakti di pondok adiknya Mulia Sakti ternyata pondok adiknya telah kosong tak ada apapun didalamnya. Marige Sakti mencari-cari adiknya dan dipingir sungai dilihatnya ada bekas orang membuat rakit. Tersimpul di dalam hati Puyang Marige Sakti bahwa adiknya Puyang Mulia Sakti beserta istrinya telah pergi mengikuti arus sungai dengan memakai rakit. Melihat kejadian itu Marige Sakti segera pulang kepondoknya dan menceritakan hal tersebut kepada istrinya. Mendengar hal tersebut istri Puyang Marige Sakti menganjurkan suaminya untuk segera mencari adiknya sampai ketemu. Pada suatu hati berangkatlah Marige Sakti bersama anaknya Malin Bujang mencari adiknya Mulia Sakti, dengan menyusuri aliran sungai dengan mengunakan rakit. Setelah berapa lama mereka menyusuri sungai-sungai, sampai akhirnya mereka kesungai Lematang dan disebelah kanan pingir sungai dilihatnya sebuah pangkalan dan mereka memutuskan untuk berhenti dan naik ke Tebing Tapus menyusuri jalan yang telah ada dan akhirnya mereka menemukan sebuah pondok yang besar ternyata pondok tersebut adalah rumah adiknya Mulia Sakti. Di lihatnya Puyang Mulia Sakti dan mereka saling berpelukan melepas kerinduan. Setelah beristirahat Puyang Marige Sakti menyampaikan maksudnya untuk mengajak adiknya pulang ke talang sawah (tempatnya di Embawang) tapi berhubung adiknya Mulia Sakti telah membangun di Tapus, maka
139
Puyang Mulia Sakti menolak ajakan kakaknya untuk pulang ke Embawang. Setelah kerinduan kakak beradik tersebut terasa telah lepas, maka Puyang Marige Sakti bersama anaknya Malin Bujang bermaksud hendak pulang ke muara Endilau (Embawang) dan berpesan kepada adiknya agar sering-sering datang ke Embawang, mendengar ucapak kakaknya Mulia Sakti berkata: apabila terlihat banyak ikan lampam dan ikan-ikan lainya melompat-lompat dan diiringi oleh seekor buaya putih yang giginya sudah ompong, itu berarti bahwa adikmu Mulia Sakti sedang berkunjung kesana dan buaya putih tersebut adalah jelmaan adikmu sendiri, maka itu jangan takut terhadap buaya putih tersebut dan ajaklah nuaya putih itu bicara maka dia akan mengerti (Dokumen bapak Abdul Halim tahun1995).
guru sejarah harus banyak membaca agar dapat menambah wawasan dalam mengajar. Dan pelaksanaan pembelajaran IPS di SMP Negeri 2 Ujan Mas berjalan sesuai kurikulum yang ada yang telah di tetapkan oleh Depdikbud Nasional ( catatan wawancara nomor 1 tanggal 15 April 2014). Untuk memahami materi pelajaran khususnya materi tentang Situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran, seorang guru sejarah harus banyak membaca dokumen-dokumen yang ada tentang situs Puyang Mulia Sakti dan banyak bertanya kepada masyarakat yang mengetahui dengan pasti tentang Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran (catatan wawancara nomor 2 tanggal 15 April 2014). Menurut Ida, untuk melakukan pengayaan pembelajaran sejarah lokal tentang situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran, harus ada kriteria pokok pemilihan materi pembelajaran adalah harus mengacu pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, dengan kata lain, materi pembelajaran yang akan dipilih oleh seorang guru selayaknya sesuai dan dapat menunjang pada pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang telah di tentukan oleh kurikulum yang ada. Setelah itu materi pembelajaran dapat di kembangkan dalam kegiatan pembelajaran. materi tentang situs Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran termasuk pada Standar Kompetisi (1) Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Standar Kompetensi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa Kompetensi Dasar: 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa islam di Indonesia serta peninggalan-peninggalanya.
Pemahaman Guru SMP Negeri 2 Ujan Mas Tentang Nilai Sejarah Yang Dimiliki Situs Puyang Mulia Sakti Di Desa Penanggiran Berbicara tentang mata pelajaran sejarah maka akan muncul kesan suatu pelajaran yang membosankan, mencatat buku sampai habis, mendengarkan guru bercerita dan segala bentuk kesan yang kurang menyenangkan, ditambah penampilan guru pada saat mengajar dengan penampilan seadanya dan belum mengunakan media pembelajaran yang bisa menarik perhatian para siswa serta materi sejarah yang luas menjadi sebab kurang menariknya pembelajaran sejarah, materi sejarah banyak terpokus pada peristiwa sejarah dalam buku ajar, sementara peristiwa-peristiwa sejarah disekitar anak didik kurang disinggung dan kurang memberikan pengaruh yang rill dalam meningkatkan kesadaran sejarah (Isjoni, 2007:6). Menurut Ida, dalam memahami materi pelajaran, seorang guru sejarah harus membuat ringkasan dan mempelajari ringkasan yang telah di buat dan seorang
140
Materi Pembelajaran: contoh peninggalan – peninggalan sejarah bercorak islam di berbagai daerah . Jadi materi tentang situs Puyang Mulia Sakti dapat dijadikan sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII, dan materi tentang situs Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran dapa di kembangan dalam proses pembelajaran karena materi situs Puyang Mulia Sakti merupakan bagian dari sejarah lokal yang harus di perkenalkan kepada siswa, sebagai upaya menumbuhkan rasa kecintaan siswa terhadap daerahnya sendiri (catatan wawancara no 3 tanggal 15 April 2014). Sebagai contoh ketika pembelajaran sejarah lokal mengenai materi tentang situs Puyang Mulia Sakti. Setiap siswa ditugaskan untuk membuat laporan hasil penelitian mengenai situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran. Dengan sendirinya siswa akan berusaha mencari informasi dengan tugas yang diberikan. Terlepas dari kesempurnaan hasil tugas yang diberikan kepada siswa, namun yang paling penting adalah siswa telah memperoleh pelajaran kecakapan hidup dan jiwa karena siswa telah berusaha mengali informasi menjadi sebuah hasil tugas (catatan wawancara no 4 tanggal 15 April 2014). Menurut Ida, Dari kegiatan pembelajaran tentang materi situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran saya mengharapkan, bagi saya sendiri yaitu menambah wawasan pengetahuan serta bisa melestarikan kebudayaan sendiri dan melestarikan sejarah daerah sebagai kebangaan. Dan bagi siswa saya mengharapkan, bisa menambah pengetahuan siswa tentang sejarah daerah mereka sendiri sebagai upaya menambahkan rasa kecintaan terhadap daerah. Dari hasil wawancara peneliti dengan guru IPS SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim dapat diketahui bahwa guru IPS SMP Negeri 2 Ujan Mas
sudah memahami tentang nilai sejarah situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran dan bisa menempatkan materi tentang situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII, serta dapat di kembangkan dalam proses pembelajaran sejarah lokal. Pembahasan Nilai Sejarah Situs Puyang Mulia Sakti Materi tentang situs Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran dapat di jadikan sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII pada Standar Kompetensi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa. Kompetensi Dasar : 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa islam di Indonesia serta peninggalan-peninggalanya. Materi Pembelajaran: contoh peninggalan – peninggalan sejarah bercorak islam di berbagai daerah. Hal ini karena situs Puyang Mulia Sakti memiliki nilai sejarah yang dapat diketahui dari cerita rakyat dan dokumen tentang situs Puyang Mulia Sakti. Adapun nilai-nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti adalah: Nilai kehidupan sosial dan ekonomi. Nilai kehidupan sosial Nilai kehidupan sosial yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti dapat diketahui dari dokumen tentang Puyang Mulia Sakti yaitu, Seperti lazimnya orang-orang desa, yang rata-rata pekerjaannya sebagai petani, masing-masing keluarga atau rugok pastilah mempunyai sebuah tebat (kolam ikan). Demikian juga halnya dengan keluarga Batalani yang mempunyai sebuah tebat yang cukup besar dan dalam. Pada suatu hari, bertempat di Pasiban (berupa balai desa) telah diadakan musyawara desa yang dihadiri oleh Perwatin dan ketua-ketua adat beserta seluruh penduduk desa, musyawara desa tersebut memutuskan untuk mengadakan syukuran desa seperti biasa
141
setiap tahun sehabis panen penduduk desa satu-persatu memanen tebat (kolam ikan) mereka masing-masing untuk persiapan syukuran tersebut. Jadi kehidupan sosial pada saat itu masih sangat terjalin dengan baik, serta mereka masih menjaga adat istiadat yang ada seperti, Pada suatu hari Puyang Marige Sakti hendak memberi ikan kepada adiknya Mulia Sakti ikan tersebut dibungkus didalam daun pisang. Setelah ia tiba di pondok adiknya ternyata Mulia Sakti tidak berada di pondoknya lagi, yang ada hanya istrinya dalam keadaan tidur pulas, menurut adat istiadat tidak baik membangunkan seorang perempuan yang sedang tidur pulas. Nilai Ekonomi Makam Puyang Mulia Sakti adalah makam leluhur yang berada di Desa Penanggiran. Situs Puyang Mulia Sakti adalah sebuah situs yang sangat penting bagi sejarah desa Penanggiran, karena Puyang Mulia Sakti beserta istrinya adalah orang yang pertama datang kedaerah Tebing Tapus dan membuka daerah itu menjadi tempat pertanian dan mendirikan perkampungan yang dahulunya hanyalah sebuah hutan dan perkampungan tersebut sekarang diberi nama Desa Penanggiran. Nama dusun atau desa dapat diketahui melalui cerita dari masyarakat setempat. Nama desa Penanggiran berasal dari kata Panang dan Giran. Kata Panang bersal dari Desa yang ada di Desa Embawang Kecamatan Tanjung Agung, orangnya berasal dari Panang Minggir di Muara Sungai Tapus maka menjadi Penanggira. Sebelum Puyang Mulia Sakti beserta istrinya memutuskan untuk menetap dan berdomisilir di daerah itu, mereka adalah penduduk dari desa Karang Dale yang terletak di kawasan Pasma Ulu Lintang. Dan berpindah kedesa Embawang menyusul kakanya Meraje sakti. Karena kesalapahaman Puyang Mulia Sakti kepada kakaknya Meraje Sakti sehingga akhirnya Puyang Mulia Sakti memutuskan untuk pergi meninggalkan dusun Embawang
menyusuri ilir Sungai Enim. Dan sampailah mereka di muara Sungai Tapus. banyak tanda-tanda yang mendorong agar Puyang Mulia Sakti bersama istrinya agar menetap dan berdomisili di tebing Tapus, tanda-tanda tersebut antara lain: a. Pada waktu mereka mandi, banyak ikan-ikan dan udang-udang menghampiri mereka. b. Benih beras yang dibuang sore kemarin terlihat akan tumbuh. c. Dari atas tebing Tapus, diseberang sungai lematang terlihat dengan jelas hamparan rawa-rawa yang sangat cocok untuk dibuat persawahan. d. Hawannya terasa sangat sejuk dan berkesan. Dan akhirnya Puyang Mulia Sakti beserta istrinya memutuskan untuk menetap dan berdomisili sampai ke anak cucu di Tebing Tapus yang sekarang menjadi tempat pemakaman keluarga Puyang Mulia Sakti. Nilai- nilai sejarah yang dimiliki Situs Puyang Mulia Sakti dapat di jadikan materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal kelas VII pada Standar Kompetisi: 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa. Kompetensi Dasar: 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa islam di Indonesia serta peninggalan-peninggalanya. Pemahaman Guru SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim Tentang Situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran Pemahaman guru IPS SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim tentang nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran sudah cukup baik. Dan nilai sejarah situs Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran dapat di jadikan materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII pada Standar Kompetisi: 5. Memahami perkembangan masyarakat
142
sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa. Kompetensi Dasar: 5.2 mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa islam di Indonesia serta peninggalan-peninggalanya. Dengan mempelajari tentang nilai sejarah yang di miliki situs Puyang mulia Sakti dapat menambah pengetahuan siswa tentang sejarah daerah mereka sendiri sebagai upaya menambahkan rasa kecintaan siswa terhadap daerahnya sendiri. Untuk mewudujudkan hal di atas sebagi contoh, ketika pembelajaran sejarah lokal mengenai materi tentang situs Puyang Mulia Sakti. Setiap siswa ditugaskan untuk membuat laporan hasil penelitian mengenai situs Puyang Mulia Sakti di Desa Penanggiran. Dengan sendirinya siswa akan berusaha mencari informasi dengan tugas yang diberikan. Terlepas dari kesempurnaan hasil tugas yang diberikan kepada siswa, namun yang paling penting adalah siswa telah memperoleh pelajaran kecakapan hidup dan jiwa karena siswa telah berusaha mengali informasi menjadi sebuah hasil tugas. Dengan itu bisa menambah pengetahuan siswa tentang sejarah lokal, dan menumbuhkan rasa kecintaan siswa terhadap daerahnya. Dari kegiatan pembelajaran di atas dapat melepaskan yang selama ini menjadi pemahaman keliru mengenai pembelajaran sejarah yang dianggap penuh dengan hapalan dan mencatat. Meghapal dan mencatat suatu peristiwa sejarah memang sangat penting menuntut siswa hapal akan alur dari peristiwa sejarah lengak dengan nama tokoh dan tahunnya. Namun ada yang lebih utama yaitu pemahaman tentang kesejarahan yang baik.
Situs Puyang Mulia Sakti adalah salah satu situs leluhur masyarakat desa Penanggiran, situs ini terletak di tebing Tapus kurang lebih 2 km dari pemukiman warga desa Penanggiran Kecamatan Gunung Megang Kabupaten Muara Enim yang sangat penting dalam sejarah daerah. Adapun Nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti dapat diketahui dari cerita rakyat dan dokumen tentang situs Puyang Mulia Sakti. Pemahaman guru IPS SMP Negeri 2 Ujan Mas Kabupaten Muara Enim terhadap nilai sejarah yang dimiliki situs Puyang Mulia Sakti cukup baik. Nilai sejarah situs Puyang Mulia Sakti di desa Penanggiran dapat di jadikan materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII pada Standar Kompetisi : 5. Memahami perkembangan masyarakat sejak masa Hindu-Budha sampai masa kolonial Eropa. Kompetensi Dasar : 5.2 Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada masa Islam di Indonesia serta peninggalan-peninggalanya. Dengan dijadikannya Situs Puyang Mulia Sakti sebagai materi pengayaan pembelajaran sejarah lokal di kelas VII SMP Negeri 2 Ujan Mas, maka akan membantu siswa mengetahui sejarah lokal yang ada di daerahnya, sehingga dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dalam diri siswa. DAFTAR PUSTAKA Andrianus Arif. Ariesto Hadi Sutopo. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan Nvivo. Jakarta: kencana. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta Rineka Cipta. Badudu dan Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Tingkat 1 Sumatra Selatan-Indonesia. 1995. Lintas Sejarah Budaya Sumatra Selatan. Palembang: Dinas Pariwisata
D. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut:
143
Propinsi Daerah Tingkat 1 Sumatra Selatan-Indonesia. Direktorat Tinggalan Purbakala Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia No 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Hamzah. 2009. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang kreatif dan Efektif. Jakarta; Bumi Aksara. Herimanto, Winarno. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Isjoni. 2007. Pembelajaran Sejarah Pada Satuan Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Komariah Aan, Djam’ah Satori. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Roestiyah. 1994. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ronald Arya. 2008. Kekayaan dan Kelenturan Arsiktektur. Surakarta: Muhammadiah University Press. Sediawati Edy. 2007. Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Septianti, Eka. 2012. Situs Bukit Siguntang Sebagai Materi Pengayaan Pelajaran Sejarah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kecamatan Sungai Lilin. Skripsi S I (Belum Diterbitkan). Palembang: FKIP Universitas PGRI Palembang.
Subagyo Joko. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. ----------. 2010. Metode Penelitia Pendidikan (Pendidikan Kualitati, Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sulo la, Umar Tirtarahardja. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Susanti, Devi. 2013. Situs Puyang Depati Puteh di Desa Lembak Kabupaten Muara Enim dan Peranan Masyarakat Dalam Pelestarian Sejarah Serta Budaya Lokal Melalui tinjauan Antropologi. Skripsi S I (Belum Diterbitkan). Palembang: FKIP Universitas PGRI Palembang. Syaodih Nana, Ibrahim. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tamburaka, Rustam. 2002. Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat & Iftek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tim Pengembang MKDP. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tim. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Palembang: FKIP Universitas PGRI Palembang. Widja. I. Gde. 1991. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Angkasa.
144
145