18 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK SMP KELAS VII MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DAN MODEL PEMBELAJARAN PROBING PROMPTING DEVELOPING TEACHING MATERIALS FOR GRADE VII OF JUNIOR HIGH SCHOOL ON TRIANGLE AND RECTANGULAR TOPIC USING CONTEXTUAL APPROACH AND PROBING PROMPTING MODEL 1)
Kartina Purnamasari, 2)Himmawati Puji Lestari, M.Si 1)2) Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA UNY 1) Email:
[email protected], 2)
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII yang valid, praktis, dan efektif. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model pengembangan ADDIE. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar penilaian RPP dan LKS, angket respons siswa, angket respon guru, lembar observasi, dan tes hasil belajar. Kualitas perangkat pembelajaran adalah 1) RPP valid dengan skor 4,2 dengan kriteria baik, 2) LKS valid dengan skor 4,4 dengan kriteria sangat baik, 3)perangkat pembelajaran praktis berdasarkan skor angket respons siswa 3,5 dengan kriteria baik, berdasarkan skor angket respons guru 3,2 dengan kriteria baik, dan berdasarkan persentase hasil observasi 84,38 % dengan kriteria sangat baik, 4)perangkat pembelajaran efektif berdasarkan persentase ketuntasan siswa 80% dengan kriteria baik. Kata kunci: perangkat pembelajaran, pendekatan kontekstual, model pembelajaran probing prompting, segitiga dan segi empat Abstract The purpose of this research is to develop the teaching materials using contextual approach and probing prompting model on triangle and rectangular topic for grade VII of junior high school that valid, practical, and effective. This is development research with ADDIE model. The research instruments are assessment of lesson plans and student worksheets, questionnaire responses for students, questionnaire responses for teacher, observation sheets of the accomplished learning, and achievement test. The quality of teaching materials are (1) lesson plans are valid with score 4,2 with good criteria, (2) student worksheets are valid with score 4,4 with very good criteria, (3)teaching materials practical based on the score of questionnaire responses for students 3,5 with good criteria, practical based on the score of questionnaire responses for teacher 3,2 with good criteria, and practical based on the percentage of observation sheets 84,38 % with good criteria, 4) teaching materials effective based on the percentage completeness of achievement test 80% with good criteria. Keywords: teaching materials, contextual approach, probing prompting model, triangle and rectangular
PENDAHULUAN Keberadaan pendidikan sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa. Untuk memperoleh pendidikan yang maju, tinggi, dan berkembang
pendidikan nasional adalah untuk mencetak generasi bangsa yang beriman dan bertakwa, berbudi luhur, cerdas, dan kreatif. Dalam
mencapai
tujuan
pendidikan
perlu suatu perencanaan yang berhubungan
nasional itu diperlukan seperangkat kurikulum
dengan tujuan nasional pendidikan bagi bangsa
yang menunjang untuk diberikan kepada peserta
itu. Indonesia dalam Sistem Pendidikan Nasional
didik dalam tingkat satuan pendidikan masing-
Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa tujuan
masing seperti satuan pendidikan sekolah dasar,
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 19
satuan pendidikan sekolah menengah pertama, dan satuan pendidikan sekolah menengah atas.
Tabel 1. Daya Serap UN Matematika Tingkat SMP/MTs Tahun 2014/2015
Kurikulum sebagai jembatan untuk menuju tujuan pada setiap satuan pendidikan diuraikan atas beberapa mata pelajaran bagi sekolah. Salah satu mata pelajaran dari tingkat dasar sampai tingkat menengah adalah matematika.
dengan guru Matematika di SMP Negeri 2
Pendidikan matematika merupakan upaya untuk
meningkatkan
meningkatkan mengoptimalkan
daya
kecerdasan sikap
Selain itu, berdasarkan hasil wawancara
nalar
siswa,
terhadap kajian geometri masih kurang. Siswa
dan
mengalami kesulitan terkait dengan penggunaan
siswa,
positifnya.
Kretek, diperoleh informasi bahwa penguasaan
Untuk
rumus
dan
penyelesaian
permasalahan
mencapai hal tersebut, diperlukan tahap-tahap
Matematika. Beberapa siswa belum menguasai
yang dapat dilihat dalam indikator kompetensi
konsep sehingga masih adanya miskonsepsi pada
pembelajaran matematika. Satu tahap berkaitan
siswa. Siswa juga masih kebingungan untuk
dengan tahap berikutnya dan memiliki tujuan
menyelesaikan soal yang sedikit dimodifikasi
akhir yang harus dilengkapi dengan perencanaan
atau sedikit berbeda dari contoh yang diberikan.
dalam
Hal ini dikarenakan siswa masih berorientasi
pelaksanaannya
(Ali
Hamzah
dan
Muhlisrarini, 2014:57).
2006 (SKL),
pada menghafal rumus, bukan memahami dan
Menurut Permendiknas Nomor 23 Tahun
memaknai proses pembelajaran Matematika.
tentang Standar ruang
khususnya
lingkup
SMP/MTs
Kompetensi
Lulusan
Selain itu, siswa yang masih kesulitan tidak
matematika
sekolah
bertanya kepada guru.
meliputi
aspek-aspek
Materi segitiga dan segi empat merupakan
bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran,
materi
statistika dan peluang. Geometri merupakan salah
selanjutnya, seperti materi bangun ruang sisi
satu kajian yang wajib dipelajari dan dikuasai
datar. Berdasarkan Standar Kompetensi pada
oleh siswa. Namun, penguasaan siswa terhadap
KTSP, kompetensi minimal yang harus dikuasai
materi geometri masih di bawah materi-materi
siswa
lain. Hal ini berdasarkan daya serap Ujian
geometri, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, ukuran
Nasional mata pelajaran Matematika pada tahun
dan pengukurannya”. Sayangnya, materi segitiga
2014/2015. Daya serap Ujian Nasional mata
dan segi empat masih dianggap sulit oleh siswa,
pelajaran Matematika pada tahun 2014/2015
padahal apabila penguasaan materi segitiga dan
untuk tingkat Kabupaten Bantul, Provinsi DIY,
segi empat masih kurang, siswa akan mengalami
dan Nasional disajikan pada Tabel 1 berikut.
kesulitan dalam mempelajari materi berikutnya.
dasar
adalah
untuk
mempelajari
“Memahami
materi
bangun-bangun
Maka dari itu, pembelajaran pada materi segitiga dan segi empat perlu menjadi perhatian agar siswa dapat memahami dan memperoleh makna dengan mengkonstruksi pengetahuan menurut
20 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
dirinya sendiri melalui pengalaman nyata dalam
memahami dan mengkonstruksi pengetahuannya
kehidupan sehari-hari.
sendiri melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan.
Siswa SMP yang rata-rata berusia 13
Dengan demikian, siswa masih belum terlibat
sampai 15 tahun dan siswa kelas tujuh berusia 12
aktif
dalam
proses
pembelajaran,
padahal
atau 13 tahun belum sepenuhnya bisa berpikir
menurut Nur (Jamil, 2012:22), seharusnya siswa
abstrak. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
dapat diberi “anak tangga” yang membawa siswa
Bell (1978:101) bahwa siswa kelas tujuh yang
ke pemahaman lebih tinggi dengan catatan siswa
berusia 12 atau 13 tahun beberapa diantaranya
sendiri yang harus “memanjat anak tangga”
masih pada tahap operasional konkret, beberapa
tersebut.
baru saja mencapai tahap operasional formal, dan
Berdasarkan uraian di atas, perencanaan
yang lain berada pada tahap transisi antara tahap
pembelajaran yang dituangkan dalam perangkat
operasional konkret dan tahap operasional formal.
pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi
Dapat dikatakan bahwa dalam proses berpikir
segitiga dan segi empat untuk SMP sangat
siswa sedang mengalami transisi dari penggunaan
penting untuk dibuat. Dengan adanya perangkat
operasi konkret menuju operasi formal. Oleh
pembelajaran yang dipersiapkan dengan baik,
karena itu, diperlukan strategi yang tepat dalam
pembelajaran akan berjalan efektif dan efisien
pembelajaran agar konsep matematika yang
sesuai dengan tujuan, lebih inovatif dan variatif
abstrak dapat dengan mudah dipahami sesuai
sehingga siswa bisa lebih aktif dalam suatu proses
dengan tingkat kemampuan berpikir siswa. Hal
pembelajaran. Tentunya, dengan menggunakan
ini dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi
pendekatan
siswa dalam membangun pengetahuan dan
variatif. Salah satu pendekatan yang ada adalah
keterampilan baru melalui fakta yang mereka
pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
alami dalam kehidupan. Selain itu, harus ada
merupakan konsep belajar yang membantu guru
upaya untuk memfasilitasi siswa berpikir dan
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
sehingga
membuat hubungan antara pengetahuan yang
siswa
termotivasi
dalam
belajar
dan
model
dengan
pembelajaran
penerapannya
yang
matematika dan lebih mudah memahami konsep
dimilikinya
dalam
dalam matematika.
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
Sementara itu, perangkat pembelajaran
masyarakat (Abdul Majid, 2014:180). Dalam
yang digunakan kurang dapat membantu siswa
pendekatan kontekstual, siswa diharapkan lebih
dalam mengkonstruksi pengetahuan menurut
mudah memahami materi yang diajarkan karena
mereka
membangun pengetahuan dan keterampilan baru
sendiri.
Sekolah
juga
hanya
menggunakan LKS yang dibeli dari penerbit yang
melalui
fakta
yang
berisikan ringkasan materi dan kumpulan soal.
kehidupan.
Hal ini kurang efektif digunakan dalam proses
pembelajaran
pembelajaran karena LKS yang baik adalah LKS
pembelajaran probing prompting. Menurut Siti
yang mampu memfasilitasi peserta didik untuk
Mutmainnah (2013, 39-40), pembelajaran dengan
Sedangkan yang
mereka
alami
dalam
salah
satu
model
adalah
model
ada
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 21
model probing prompting adalah pembelajaran
VII. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
dengan
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
cara
guru
menyajikan
serangkaian
pertanyaan yang sifatnya menuntun menggali
dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya
Desain Penelitian
dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Model pengembangan yang digunakan
Melalui model pembelajaran probing prompting, diharapkan siswa termotivasi dalam belajar matematika dan lebih mudah memahami konsep dalam matematika karena siswa ikut berpikir dan
permasalahan
nyata
di
kehidupan sehari-hari dan peran guru sebagai fasilitator dalam hal menggali dan menuntun jawaban siswa sangat cocok untuk siswa yang berada
pada
tahap
transisi
antara
tahap
operasional konkret dan tahap operasional formal. Selain itu, hal ini juga sesuai dengan pembahasan materi segitiga dan segi empat yang merupakan materi paling awal dan mendasar dalam kajian
Oleh karena itu, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS pendekatan
Development,
Implementation,
Evaluation) yang dikembangkan oleh Dick dan
1. Tahap Analisis (Analysis) Tahap analisis merupakan tahap awal dalam pengembangan ADDIE. Tahap analisis terdiri dari analisis kebutuhan, analisis kurikulum, dan analisis karakteristik siswa. a. Analisis kebutuhan Analisis kebutuhan dilakukan dengan tujuan menganalisis masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran matematika SMP kelas VII sehingga dibutuhkan pengembangan perangkat
geometri tingkat SMP.
dengan
Design,
Carry.
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Penyajian
adalah model pengembangan ADDIE (Analysis,
kontekstual
dan
model
pembelajaran probing prompting pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas VII yang memiliki kualifikasi valid, praktis, dan
pembelajaran berupa RPP dan LKS pada materi segitiga dan segi empat dengan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing prompting. b. Analisis kurikulum Pada tahap analisis kurikulum, peneliti menganalisis kurikulum yang digunakan dengan
efektif.
mengidentifikasi
standar
kompetensi
dan
kompetensi dasar yang berkaitan dengan materi METODE PENELITIAN
segitiga dan segi empat untuk menentukan
Jenis Penelitian
indikator pencapaian tujuan pembelajaran.
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
pengembangan yang bertujuan mengembangkan perangkat
pembelajaran
dengan
c. Analisis karakteristik siswa Analisis karakteristik siswa dilakukan
pendekatan
untuk mengidentifikasi karakteristik siswa yang
kontekstual dan model probing prompting pada
dijadikan subjek penelitian, meliputi tingkat
materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas
22 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
kemampuan, latar belakang pengetahuan, dan
perangkat pembelajaran bisa digunakan kembali
tingkat perkembangan kognitif siswa.
dalam proses pembelajaran.
2. Tahap Perancangan (Design) Pada tahap ini, dirancang perangkat
Subyek Penelitian
dikembangkan.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
Perangkat pembelajaran yang dikembangkan
kelas VIIB SMP N 2 Kretek. Banyak siswa dalam
adalah RPP dan LKS. Rancangan RPP meliputi:
kelas tersebut adalah 28 siswa.
pembelajaran
yang
menentukan
akan
komponen
RPP,
menentukan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dijabarkan, menguraikan indikator dan tujuan
pembelajaran
yang
akan
dicapai,
mengumpulkan berbagai bahan dan sumber
Jenis dan Sumber Data Terdapat dua macam data yang akan diperoleh dalam penelitian ini, kualitatif dan kuantitatif. 1. Data kualitataif
belajar, merancang proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah probing prompting dan memuat tujuh komponen utama pendekatan kontekstual, serta menentukan teknik penilaian. Rancangan
LKS
meliputi:
menyusun
peta
kebutuhan LKS, menentukan kerangka LKS yang
Data kualitatif merupakan data deskriptif selama proses pengembangan. Data kualitatif diperoleh dari masukan, tanggapan, kritik, saran, dan perbaikan dari pembimbing, dosen/validator, dan siswa. 2. Data kuantitatif
berisi judul dan sub judul, mengumpulkan berbagai referensi sumber belajar, dan membuat desain LKS.
kuantitatif
penyusunan perangkat, penyusunan instrumen perangkat,
penilaian
adalah
data
yang
digunakan untuk mendapatkan nilai kevalidan, dan
keefektifan
perangkat
pembelajaran. Data kuantitatif diperoleh dari hasil
Langkah-langkah pada tahap ini meliputi
penilaian
Data
kepraktisan,
3. Tahap Pengembangan (Development)
yaitu data
perangkat
pembelajaran, dan revisi.
penilaian dosen dan guru matematika, hasil observasi
keterlaksanaan
pembelajaran,
hasil
angket respons guru dan siswa, dan hasil tes hasil belajar.
4. Tahap Implementasi (Implementation) Pada
tahap
implementasi,
perangkat
pembelajaran diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
diimplementasikan,
Evaluasi berdasarkan pada saran atau masukan dari guru dan evaluasi saat uji coba dilakukan. perangkat
yang
digunakan
dalam
instrumen tes dan instrument non tes. perangkat
pembelajaran perlu dievaluasi agar lebih baik.
Selanjutnya
Instrumen
penelitian ini terdiri dari 2 macam, yaitu
5. Tahap Evaluasi (Evaluation) Setelah
Instrumen Penelitian
pembelajaran
direvisi
sesuai dengan evaluasi yang didapat, sehingga
1. Instrumen non tes a. Lembar penilaian kevalidan perangkat pembelajaran Lembar mengetahui
penilaian
kevalidan
digunakan dari
untuk
pengembangan
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 23
perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan
a. Analisis kevalidan Analisis
b. Angket respons siswa dan guru
mengukur
kepraktisan
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan dan digunakan dalam pembelajaran. penggunaan c. Lembar
observasi
langkah-langkah yang dilakukan. 1) Tabulasi data
keterlaksanaan
penilaian RPP dan LKS disajikan pada Tabel 9 berikut.
Lembar
kepraktisan
data hasil validasi oleh validator. Berikut adalah
Pedoman penilaian kevalidan pada lembar
pembelajaran
pembelajaran
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan idasarkan pada
Angket respons siswa dan guru digunakan untuk
kevalidan
observasi digunakan
perangkat
keterlaksanaan untuk
mengukur
pembelajaran
Tabel 2. Pedoman Penilaian Kevalidan Lembar Penilaian RPP dan LKS
yang
dihasilkan. 2. Instrumen tes Instrumen yang digunakan berupa tes hasil belajar dan digunakan untuk mengukur keefektifan
perangkat
pembelajaran
yang
2) Penghitungan skor rata-rata untuk setiap aspek
dihasilkan.
Data skor penilaian kevalidan RPP dan LKS yang telah ditabulasi, kemudian dilanjutkan
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dilakukan dalam
dengan menghitung skor rata-rata untuk setiap aspek. Rumus yang digunakan untuk menghitung
penelitian ini adalah sebagai berikut.
skor rata-rata tiap aspek adalah sebagai berikut
1. Analisis data kualitatif
̅=
Data kualitatif yang terdiri dari hasil wawancara, saran, masukan, serta komentar dianalisis secara deskriptif kualitatif, melalui tahapan pengumpulan data, pengorganisasian data, reduksi data, dan penarikan kesimpulan sebagai bahan revisi perangkat pembelajaran yang dihasilkan.
yang
×
∑
Keterangan: ̅ ∑
= rata-rata perolehan skor = jumlah skor yang diperoleh = banyaknya butir pernyataan
3) Pembandingan skor rata-rata untuk tiap aspek sesuai dengan keriteria yang ditentukan.
2. Analisis data kuantitatif Data
1
diperoleh
Pembandingan skor rata-rata tiap aspek dari
proses
pengembangan perangkat pembelajaran akan dianalisis secara deskriptif. Adapun analisis pada masing-masing aspek adalah sebagai berikut.
yang telah diperoleh, dinyatakan dalam bentuk nilai kualitatif. Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah konversi skala 5 seperti yang disajikan pada Tabel 3 (S. Eko Putro Widyoko, 2009: 242)
24 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
Tabel 3. Kriteria Penilaian Kualitas RPP dan LKS
observasi keterlaksanaan pembelajaran. Analisis lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran merujuk pada persentase rata-rata keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah disusun pada RPP. Berikut adalah langkah-langkah dalam
Keterangan:
menganalisis
= Mean ideal
kepraktisan
perangkat
pembelajaran.
= (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal)
1) Angket respons siswa dan guru
= Simpangan Baku ideal
a) Tabulasi data hasil angket respons siswa dan
= (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal)
guru Data hasil angket respons siswa dan guru
= skor empiris Oleh karena skor maksimal ideal dalam penelitian ini adalah 5 dan skor minimal ideal adalah 1, maka berdasarkan Tabel 10 dapat diperoleh pedoman dalam menyatakan skor ratarata untuk tiap aspek menjadi data kualitatif.
ditabulasi
untuk
memudahkan
langkah
selanjutnya. Pedoman penilaian kepraktisan pada angket respons siswa dan guru disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pedoman Kepraktisan Angket Respons Siswa dan Guru
Pedoman pengubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor Tiap Aspek menjadi Data Kualitatif b) Penghitungan skor rata-rata untuk tiap aspek Data skor angket respon siswa dan guru yang telah ditabulasi, kemudian dilanjutkan 4) Penghitungan skor rata-rata total penilaian
dengan menghitung skor rata-rata untuk tiap aspek.
produk. 5) Membandingkan skor rata-rata total dengan kriteria penilaian kualitas RPP dan LKS pada
Rumus
yang
digunakan
untuk
menghitung skor rata-rata untuk tiap aspek adalah sebagai berikut.
Tabel 4.
̅=
1
×
∑
Berdasarkan analisis kevalidan di atas, perangkat
pembelajaran
yang
dihasilkan
dikatakan valid apabila skor rata-rata penilaian kevalidan
RPP
dan
LKS
masing-masing
∑
= rata-rata perolehan skor = jumlah skor yang diperoleh
c) Pembandingan skor rata-rata tiap aspek sesuai
b. Analisis kepraktisan kepraktisan
̅
= banyaknya butir pernyataan
memenuhi kriteria minimal baik.
Analisis
Keterangan:
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan didasarkan pada data angket respons siswa dan guru, serta lembar
dengan kriteria yang ditentukan. Skor rata-rata untuk tiap aspek yang telah diperoleh, dinyatakan dalam bentuk kualitatif.
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 25
Kriteria
penilaian
yang
digunakan
dalam
1
̅=
×
∑
× 100%
penelitian ini adalah konversi skala 5 seperti yang disajikan pada Tabel 6 (S. Eko Putro Widyoko,
Keterangan: ̅
2009: 242) Tabel 6. Kriteria Penilaian Kualitas Angket Respons Siswa dan Guru
= persentase skor rata-rata
∑
= jumlah nilai yang diperoleh = banyaknya butir
c) Membandingkan hasil penghitungan dengan kriteria penilaian keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Keterangan:
Adapun
kriteria
penilaian
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran seperti
= Mean ideal
disajikan pada Tabel 8 (Nana Sudjana,
= (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal)
2005:118)
adalah 1, maka berdasarkan Tabel 6 dapat
Tabel 8. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran No Rentang Nilai (%) Kriteria 1 Sangat Baik ≥ 90 2 Baik 80 ≤ < 90 3 Cukup 70 ≤ < 80 4 Kurang 60 ≤ < 70 5 Sangat Kurang < 60 Berdasarkan analisis kepraktisan
diperoleh pedoman dalam menyatakan skor rata-
perangkat
rata untuk tiap aspek menjadi data kualitatif.
pembelajaran
Pedoman pengubahan tersebut dapat dilihat pada
memenuhi kualifikasi praktis jika skor rata-rata
Tabel 7.
angket respons siswa dan guru memenuhi kriteria
Tabel 7. Pedoman Pengubahan Rata-rata Skor Tiap Aspek menjadi Data Kualitatif
minimal
= Simpangan Baku ideal = (Skor maksimal ideal+Skor minimal ideal) = skor empiris Oleh karena skor maksimal ideal dalam penelitian ini adalah 4 dan skor minimal ideal
pembelajaran
baik
yang
di
atas,
dihasilkan
dan
persentase
perangkat dikatakan
rata-rata
keterlaksanaan kegiatan pembelajaran memenuhi kriteria minimal baik. c. Analisis keefektifan Analisis
2) Lembar observasi keterlaksanaan
data
perangkat
pembelajaran yang dihasilkan didasarkan pada
pembelajaran a) Tabulasi
keefektifan
hasil tes hasil belajar siswa. Analisis tes hasil skor
hasil
observasi
pembelajaran dengan memberikan skor 1 untuk “Ya” dan 0 untuk “Tidak”. b) Melakukan penghitungan untuk mendapatkan persentase keterlaksanaan pembelajaran untuk semua pertemuan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
belajar siswa mengacu pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah sehingga nilai maksimal pada tes tersebut adalah 100 dengan KKM yang ditetapkan untuk mata pelajaran matematika adalah 75.
26 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
Adapun
langkah-langkah
dalam
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
menganalisis keefektifan perangkat pembelajaran
Kevalidan perangkat pembelajaran yang
adalah sebagai berikut.
dikembangkan ini dapat diketahui dari penilaian
1) Memberikan skor pada setiap butir jawaban
oleh dua validator, yaitu 1 dosen jurusan
yang diperoleh siswa berdasarkan rubric
Pendidikan Matematika FMIPA UNY dan 1
penilaian yang telah dibuat
dosen Pendidikan Matematika FKIP UAD.
2) Menjumlahkan skor yang diperoleh siswa
Rekapitulasi penilaian perangkat pembelajaran
3) Menentukan nilai yang diperoleh masing-
yang berupa RPP dapat dilihat pada Tabel 10 dan
masing siswa.
rekapitulasi penilaian perangkat pembelajaran
4) Mengkategorikan hasil tes hasil belajar siswa berdasarkan KKM yang ditetapkan di sekolah
yang berupa LKS dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 10. Rekapitulasi Penilaian RPP
yang bersangkutan, yaitu 75. 5) Melakukan tabulasi data hasil tes hasil belajar siswa 6) Menghitung persentase ketuntasan tes hasil belajar siswa dengan menggunakan rumus: =
ℎ
× 100
7) Mengkonversi hasil persentase ketuntasan belajar
klasikal
menjadi
nilai
kualitatif
berdasarkan kriteria penilaian skala 5 menurut S. Eko Putro Widoyoko (2009: 242) seperti
Tabel 11. Rekapitulasi Penilaian LKS
pada Tabel 9. Tabel 9. Kriteria Ketuntasan Hasil Tes Hasil Belajar Siswa Persentase Klasifikasi Ketuntasan Sangat Baik > 80 Baik 60 < ≤ 80 Cukup 40 < ≤ 60 Kurang Baik 20 < ≤ 40 Sangat Kurang ≤ 20 Berdasarkan analisis keefektifan perangkat
pembelajaran
pembelajaran
yang
di
atas,
dihasilkan
perangkat
Berdasarkan
penilaian
pada
RPP
dikatakan
diperoleh skor rata-rata 4,2 dari skor maksimal 5
memenuhi kualifikasi efektif jika persentase
dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa
ketuntasan hasil tes hasil belajar siswa memenuhi
RPP yang dikembangkan telah sesuai dengan
kriteria minimal baik.
prinsip
pengembangan
RPP
seperti
yang
tercantum pada BSNP tahun 2007. Selain itu, RPP secara teknis telah memenuhi syarat minimal
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 27
komponen RPP dan sesuai dengan pedoman
informasi
penyusunan
model
pertanyaan, adanya kegiatan penemuan konsep
pembelajaran probing prompting, yaitu adanya
oleh siswa, adanya masyarakat belajar, adanya
situasi baru yang diberikan kepada siswa,
pemodelan dalam konteks kehidupan sehari-hari,
diberikannya
untuk
adanya umpan balik terkait materi yang baru saja
merumuskan jawaban terkait situasi baru yang
dipelajari, dan adanya authentic assessment
diberikan, adanya persoalan
melalui
kepada
RPP
menggunakan
kesempatan
siswa
berpikir
untuk
yang diajukan
terus
menggali
dan
pengetahuan
aktivitas-aktivitas
siswa
dalam
melalui
proses
pembelajaran (Masnur Muslich, 2007:43).
pengetahuannya, adanya kesempatan berpikir
Meskipun mendapatkan kriteria sangat
untuk merumuskan jawaban, adanya interaksi
baik, syarat konstruksi memperoleh skor paling
tanya jawab untuk menggali dan menuntun siswa,
rendah dibandingkan dengan aspek lain, yaitu 4,1
dan adanya pertanyaan akhir untuk memastikan
dari skor maksimal 5 dengan kriteria baik.
bahwa
indikator
Menurut Hendro Darmoji dan Jenny R.E. Kaligis
Mutmainnah,
(1992:41-46), syarat konstruksi berkaitan dengan
2013:39-40). Meski telah mencapai kriteria baik,
penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata,
hanya aspek identitas mata pelajaran dan kegiatan
tingkat kesukaran dan kejelasan kalimat yang
pembelajaran yang mencapai kriteria sangat baik,
harus tepat guna sehingga dapat dimengerti oleh
sehingga aspek lainnya masih sangat perlu untuk
siswa. Hal ini berarti bahwa penggunaan bahasa,
ditingkatkan. Berbagai saran dan masukan yang
susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran dan
diberikan penilai terkait aspek-aspek tersebut
kejelasan pada LKS yang dikembangkan tidak
telah digunakan untuk merevisi RPP sehingga
sebaik aspek-aspek lainnya. Selain itu, dari aspek
diperoleh RPP yang lebih baik dan layak
materi juga masih dalam kriteria baik dengan skor
digunakan dalam pembelajaran.
4,2 dari skor maksimal 5. Hal ini berarti bahwa
siswa
pencapaian
telah
menguasai
kompetensi
(Siti
Sementara itu, berdasarkan penilaian pada
aspek materi belum sebaik aspek-aspek yang
LKS diperoleh skor rata-rata 4,4 dari skor
mendapat kriteria sangat baik. Oleh karena itu,
maksimal 5 dengan kriteria sangat baik. Hal ini
berbagai saran dan masukan terkait syarat
menunjukkan bahwa LKS yang dikembangkan
konstruksi dan aspek materi serta aspek lain yang
telah memenuhi syarat pengembangan LKS yang
diberikan penilai telah digunakan sebagai bahan
baik (Hendro Darmojo & Jenny R.E. Kaligis,
revisi untuk memperoleh LKS yang lebih baik.
1992:
41-46).
Selain
yang
Kepraktisan dari perangkat pembelajaran
dikembangkan juga telah memenuhi syarat untuk
yang dikembangkan ini dapat diketahui dari hasil
bisa
proses
angket respons siswa dan guru sebagai pengguna
komponen-
perangkat pembelajaran. Selain itu, kepraktisan
komponen utama dari pendekatan kontekstual,
perangkat pembelajaran yang dikembangkan juga
yaitu adanya kegiatan untuk memfasilitasi siswa
dapat dilihat dari hasil observasi keterlaksanaan
dalam mengkonstruksi pengetahuan menurut
pembelajaran.
dirinya sendiri, adanya dorongan untuk menggali
respon siswa dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.
memfasilitasi
pembelajaran
sesuai
itu,
siswa
LKS
dalam
dengan
Rekapitulasi
penilaian
angket
28 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
Tabel 12. Rekapitulasi Penilaian Angket Respon Siswa
Berdasarkan respons yang diberikan oleh siswa diperoleh skor rata-rata 3,5 dari skor maksimal 4 dengan kriteria sangat baik. Hal ini berarti bahwa perangkat yang dikembangkan membantu,
memudahkan,
dan
memberikan
manfaat kepada siswa dalam memahami materi Berdasarkan perolehan nilai angket respon siswa,
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan mendapatkan kriteria sangat baik dengan rata-rata perolehan skor 3.5 dari skor maksimal 4. Jadi, perangkat pembelajaran praktis
segitiga dan segi empat. Proses pembelajaran yang disajikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan menuntun serta LKS yang
disajikan
dengan
aktivitas-aktivitasnya
dapat memfasilitasi siswa dengan baik. Berdasarkan hasil respons yang diberikan
untuk digunakan. Rekapitulasi penilaian angket respon guru
guru diperoleh skor 3,2 dari skor maksimal 4 dengan kriteria baik. Hal ini berarti bahwa 1)
dapat dilihat pada Tabel 13 berikut. Tabel 13. Rekapitulasi penilaian angket respon
materi tersampaikan kepada siswa dengan baik, 2) penyajian RPP jelas dan runtut, serta langkah-
guru
langkah
pembelajaran
yang
ditempuh
bisa
melibatkan keaktifan siswa, dan 3) LKS bisa memfasilitasi siswa dalam memperoleh makna dari Berdasarkan perolehan nilai angket respon guru,
perangkat
pembelajaran
yang
pembelajaran
yang
telah
dilakukan.
Sementara itu, hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran
memperoleh
persentase
84,38
dikembangkan mendapatkan kriteria baik dengan
dengan kriteria baik. Hal ini berarti bahwa
rata-rata perolehan skor 3,2 dari skor maksimal 4.
kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan
Jadi, perangkat pembelajaran praktis untuk
dengan
digunakan.
direncanakan.
Dengan
penjabaran
atas,
Rekapitulasi hasil observasi dapat dilihat
baik
di
sesuai
dengan
RPP
apa
demikian, dan
LKS
yang sesuai yang
pada Tabel 14.
dikembangkan praktis digunakan dalam proses
Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Observasi
pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan yang
diungkapkan Van den Akker (Rochmad, 2012:70) bahwa perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika adanya nilai guna dan disukai dalam kondisi normal. Berdasarkan hasil uji coba lapangan, perangkat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan model pembelajaran probing
prompting
yang
dihasilkan
telah
Pengembangan Perangkat Pembelajaran .... (Kartina Purnamasari) 29
memenuhi kualifikasi efektif. Secara umum,
kriteria baik serta RPP dan LKS praktis
persentase ketuntasan siswa dalam tes yang
menurut angket respon siswa dengan skor 3.5
dilakukan pada akhir pertemuan adalah 80%
dari skor maksimal 4 dan kriteria sangat baik.
dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa
perangkat
pembelajaran
yang
dikembangkan dapat memfasilitasi siswa sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Ketercapaian hasil belajar menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran
sehingga
produk
3. RPP dan LKS efektif menurut nilai tes hasil belajar dengan presentase ketuntasan 80% dan kriteria baik. Saran 1. Perangkat pembelajaran
berupa RPP dan
yang
LKS yang dikembangkan memiliki kriteria
dikembangkan dapat dikatakan efektif. Hal ini
valid, praktis, dan efektif. Oleh karena itu,
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
bagi
Trisniawati (2013) bahwa pembelajaran dengan
pengembangan
pendekatan kontekstual efektif dan penelitian
serupa sesuai dengan prosedur yang sama
yang dilakukan oleh Yuriska, dkk (2014) bahwa
dengan prosedur yang digunakan dalam
pembelajaran dengan probing prompting efektif.
penelitian ini dengan pokok bahasan dan
peneliti
lain
dapat
perangkat
melakukan pembelajaran
pendekatan yang lain. 2. Perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS SIMPULAN DAN SARAN
dengan pendekatan kontekstual dan model
Simpulan
pembelajaran probing prompting pada materi
Berdasarkan perangkat
hasil
pembelajaran
pengembangan
dengan
pendekatan
kontekstual dan model pembelajaran probing prompting untuk SMP kelas VII menggunakan model ADDIE, diperoleh perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS. RPP dan LKS yagn dikembangkan memiliki kualitas sebagai berikut: 1. RPP yang dikembangkan valid menurut hasil penilaian oleh dosen ahli dengan skor 4.2 dari skor maksimal 5 dan kriteria baik. LKS yang dikembangkan valid menurut hasil penilaian oleh dosen ahli dengan skor 4.4 dari skor maksimal 5 dan kriteria sangat baik. 2. RPP dan LKS yang dikembangkan praktis menurut hasil observasi dengan presentase 84.38% dan kriteria baik. Selain itu, RPP dan LKS praktis menurut angket respon guru dengan skor 3.2 dari skor maksimal 4 dan
Segitiga dan Segi Empat yang dikembangkan ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan ini perlu direvisi
lagi
pembelajaran
agar yang
dihasilkan
perangkat
benar-benar
dapat
memfasilitasi kebutuhan belajar siswa sesuai dengan perubahan zaman.
30 Jurnal Pendidikan Matematika Vol 6 No 1 Tahun 2017
DAFTAR PUSTAKA Abdul Majid. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ali
Hamzah dan Muhlisrarini. (2014). Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Bell, Frederick H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). USA: Wm. C. Company Publisher. Badan Standar Nasional Pendidikan (2014). Daya Serap Mata Pelajaran Tahun 2014. Jakarta: BSNP. Hendro Darmodjo & Jenny R. E. Kaligis. (1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jamil
Suprihatiningrum. (2012). Pembelajaran. Teori dan Yogyakarta: Ar-Rus Media
Strategi Aplikasi.
Masnur Muslich. (2011). KTSP. Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Mukhid, Abdul. 2009. Bertanya atau Menjadi Keledai. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Nana Sudjana. (2005) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Ratna Wilis Dahar. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. Rochmad. (2012). Desain Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. Jurnal FMIPA UNNES (Volume 3 Nomor 1). Hlm. 68-71. Sitti
Mutmainnah, dkk. Penerapan Teknik Pembelajaran Probing Prompting untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Bawana tengah. Jurnal Pendidikan Fisika tadulako (Volume 2 Nomor 01). Hlm. 3940.
S. Eko Putro Widoyoko. (2009). Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional