PENGARUH PENAMBAHAN ADSORBEN TERHADAP KUALITAS GULA PALMA SIRUP BERBAHAN BAKU NIRA AREN (Kajian Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Adsorben yang Ditambahkan)
THE EFFECT OF ADSORBENTS TYPE AND CONCENTRATION OF PALM SUGAR SYRUP QUALITY FROM PALM SAP (Effect of Adsorbent’s Type and Concentration Which Enhanced)
Yanuanda Arifiandina 1), Susinggih Wijana, Arie Febrianto M 1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian FTP – Unibraw 2) Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Unibraw
Abstrak Gula aren dapat dibuat dalam bentuk sirup. Dalam pembuatannya, nira aren yang merupakan bahan baku biasanya dicampur dengan bahan tambahan, sehingga membuat gula sirup aren yang dihasilkan menjadi tidak enak. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pemakaian adsorben agar menghasilkan sirup yang lebih menarik dari segi warna, rasa ataupun aroma. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perlakuan terbaik dari jenis dan konsentrasi adsorben (karbon aktif, bentonit dan zeolit) pada skala laboratorium. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah RAK dengan dua factor yaitu pemakaian 3 jenis adsorben (karbon aktif, bentonit dan zeolit) dan konsentrasi masing-masing adsorben (1% ; 1,5% ; 2% ; 2,5% ; 3%). Sirup yang dihasilkan selanjutnya diuji secara fisik-kimia (kekentalan, kadar sukrosa, kadar abu) dan organoleptik (aroma, rasa, warna). Data yang dihasilkan dianalisa dengan menggunakan ANOVA dan Friedman. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan yang menghasilkan sirup nira aren dengan kualitas yang terbaik diantara yang lain yaitu pada sirup dengan perlakuan A3B5 yaitu penambahan Zeolit 3% dengan pemakaian 4,5 gram Zeolit terhadap 150 ml nira aren. Pada hasil uji fisik-kimia perlakuan A3B5 memiliki tingkat kekentalan 20,28 cPas ; kadar sukrosa 78,145% ; kadar abu 0,223%. Kata kunci: sirup gula aren, adsorben.
Abstract Palm sugar can be made in syrup. In it’s making, palm sap representing raw material is usually mixed with additional materials, so that make palm sugar syrup becoming not delicious. To overcome that matter, its required to use adsorbent for producing attractive syrup from colour, taste, or aroma aspect. Research is aimed at obtaining the best treatment from adsorbents (active carbon, bentonite, zeolite) type and concentration in the laboratory scale. Method of research is Group Random Plan (RAK) with two factor. The adsorbents type (active carbon, bentonite, zeolite) is the first factor. The adsorbents concentration becomes the second factor with five levels of 1% ; 1,5% ; 2% ; 2,5% ; 3%. The best treatment alternative is produced by zeolite 3% adsorbent concentration and product rate 0,9992. Result of research on palm sugar syrup from palm sap show that the viscosity 20,28 cPas ; sucrose 78,145% ; and ash 0,233%. Keywords : Palm sugar syrup, Adsorbent.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Kebutuhan konsumsi gula nasional terus meningkat dari tahun ke tahun karena perubahan kualitas hidup yang lebih baik yang setara dengan meningkatnya jumlah penduduk. Gula yang paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat yang digunakan untuk memberi rasa manis pada makanan atau minuman. Di Indonesia selain gula tebu juga dikenal gula merah (palm sugar) baik berbentuk padat maupun cair. Selain sebagai pemanis gula merah mengandung garam mineral serta kaya nutrisi yang bermanfaat untuk tubuh. Salah satu jenis gula palma yang banyak digunakan adalah gula aren (Sahroel, 2009). Menurut Sahroel (2009), nira aren adalah cairan yang diperoleh dari penyadapan bunga jantan pohon aren. Nira aren biasanya berwarna jernih agak keruh serta mengandung gula antara 10-15%. Rata-rata produksi nira aren ialah sebesar 10 liter nira/hari/pohon bahkan pada masa subur untuk beberapa jenis pohon aren (Aren Genjah) satu pohon perhari dapat menghasilkan nira aren sebesar 40 liter, jika dalam satu hektar tumbuh 200 pohon aren dan tiap hari disadap 100 pohon maka dalam satu hari dapat menghasilkan nira aren sebanyak 1000 liter/ha/hari. Salah satu sentra produksi gula aren terdapat di Pulau Bawean Kabupaten Gresik.
dibandingkan dengan gula cetak, selain itu gula cair juga lebih praktis penggunaannya. Untuk mempertahankan aroma khas nira aren serta menghasilkan warna yang lebih jernih pada gula aren cair diperlukan adanya penambahan adsorben. Adsorpsi atau penyerapan adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap/adsorbat) pada permukaannya (Bobi, 2010). Pada penelitian ini proses adsorbsi sirup gula aren menggunakan beberapa jenis adsorben yaitu Karbon aktif, Bentonit dan Zeolit. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan jenis dan konsentrasi adsorben yang optimal terhadap kualitas gula palma sirup yang dihasilkan. Selain untuk mempertahankan aroma pada nira aren, adsorben juga dapat menghasilkan sirup gula aren yang berwarna jernih sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh adsorben terhadap kualitas (fisik, kimia dan organoleptik) sirup gula aren yang dihasilkan, serta mengetahui jenis dan konsentrasi adsorben (karbon aktif, bentonit dan zeolit) yang optimal dalam pembuatan sirup gula aren. METODE PENELITIAN
Permasalahan yang ada hingga saat ini adalah pengembangan potensi gula cair di Indonesia yang masih sangat minim. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya teknologi pengolahan gula aren cair, sehingga menyebabkan gula aren cair yang dihasilkan masih berwarna keruh dan cenderung gelap, hal tersebut menyebabkan gula cair sulit untuk berkembang dan diterima pasar karena warna gelap pada gula cair memberikan kesan komoditas kelas rendah. Dengan adanya sentuhan teknologi akan didapat produk standart dan memenuhi standarisasi produk (Dian, 2009). Sedangkan keunggulan dari gula cair/gula sirup pada aplikasi proses pembuatannya memiliki waktu yang lebih pendek
Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan sirup gula aren dalam penelitian ini berupa nira aren yang diperoleh dari Pulau Bawean, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik - Jawa Timur, serta bahan tambahan adsorben antara lain Karbon aktif, Bentonit dan Zeolit. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan sirup gula aren adalah kompor gas, pengaduk kayu, panci kapasitas 20 liter, gelas ukur, pemanas listrik, oven, kain saring, pH meter, kapas dan botol.
Metode Penelitian Rancangan percobaan yang dilakukan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah jenis adsorden yang digunakan yaitu zeolit, karbon aktif dan bentonit. Faktor kedua adalah konsentrasi yang ditentukan terdiri dari 5 level yaitu 1%, 1,5%, 2%, 2,5% dan 3%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Pengamatan yang dilakukan adalah uji Fisik-Kimia meliputi kekentalan, kadar abu dan sukrosa; sedangkan uji organoleptik meliputi aroma, warna dan rasa. Pemilihan alternatif terbaik pada uji organoleptik secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode indeks efektivitas (deGarmo et al., 1984), metode tersebut dilakukan dengan menganalisis data hasil uji kesukaan dan hasil pembobotan kriteria. Sedangkan uji fisikkimia secara kuantitatif menggunakan metode Multiple Atribut.
Grade “Gula Merah Cair” ABC Cream Syrup 635 ml “Rose” Marjan Boudoin 630 ml “Strawberry” Marjan Boudoin 630 ml “Frambozen” Rata-rata Sumber : Laily, dkk (2008)
71,413 72,783 71,09 68,436
Pada evaluasi kadar sukrosa yang terdapat pada Tabel 1, yang akan dijadikan acuan pada pembuatan sirup gula aren adalah sirup ABC Special Grade “Gula Merah Cair” 600 ml yang memiliki kadar sukrosa sebesar 77,644 %. Sedangkan menurut (Soedhono, 2010) penyebab kehilangan sukrosa pada gula dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut diantaranya karena zat kimia yaitu kondisi asam, kehilangan secara fisik dan kehilangan yang disebabkan oleh mikroba. Kekentalan
HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan Pendahuluan Percobaan pendahuluan adalah percobaan awal yang dilakukan sebelum penelitian yang dapat menunjang materi percobaan bertujuan untuk membandingkan antara sirup yang telah ada di pasaran terhadap sirup nira aren yang akan diteliti. Percobaan pendahuluan pada penelitian ini untuk melakukan evaluasi kadar sukrosa sirup nira aren terhadap sirup yang telah ada di pasaran. Evaluasi kadar sukrosa sirup yang ada di pasaran berkisar antara 49,25% sampai 77,644% dengan rata-rata 68,436%. Jenis sirup yang dievaluasi terdiri dari lima jenis (merk) dan hasil evaluasi kadar sukrosa tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kadar Sukrosa Berbagai Produk Sirup yang Beredar di Pasaran Merek
Volume
Indofood Squash Delight “Jeruk” ABC Special
650 ml
Kdr.Sukrosa (%) 49,25
600 ml
77,644
Hasil pengamatan menunjukkan besarnya rerata sirup gula aren yang dihasilkan antara 20,04 sampai 20,28 cPas. Pada hasil analisa ragam menunjukkan bahwa jenis dan konsentrasi adsorben memberikan pengaruh nyata terhadap kekentalan sirup gula aren yang dihasilkan. Hubungan antara pengaruh konsentrasi adsorben terhadap kekentalan sirup terdapat pada Gambar 1.
Gambar
1.
Pengaruh Konsentrasi Adsorden Terhadap Kekentalan Sirup Gula Aren
Keterangan : A1 (karbon aktif), A2 (bentonit), A3 (zeolit)
Regresi linier bertujuan untuk memprediksi adanya pengaruh variabel bebas X (penambahan adsorben) dengan variabel terikat Y (kekentalan). Pada grafik menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi adsorben yang ditambahkan, maka kekentalan pada sirup gula aren juga semakin meningkat. Pada gambar 1, diperoleh persamaan y = 0,1073x + 1,9433 dengan R2 = 0,9965 pada adsorben jenis zeolit. Persamaan y = 0,076x + 1,9653 dengan R2 = 0,9945 pada jenis adsorben bentonit. Persamaan y = 0,1207x + 1,9387 dengan R2 = 0,9779 pada jenis adsorben karbon aktif. Dengan demikian pada Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi pada penambahan adsoben memberikan pengaruh yang juga semakin meningkat pada kekentalan sirup gula aren yang dihasilkan. Nilai koefisien determinasi R2 yang dihasilkan juga menunjukkan bahwa model pada regresi linier mampu untuk meyakinkan hubungan penambahan adsorben terhadap kekentalan atau dapat dikatakan bahwa tingkat kepercayaan yang terjadi pada penambahan adsorben terhadap kekentalan pada model tersebut sebesar 99,65% pada penambahan jenis zeolit, 99, 45% untuk penambahan jenis bentonit dan 97,79% pada jenis penambahan karbon aktif. Pengaruh perbedaan jenis adsorben pada zeolit memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekentalan sirup gula aren, semakin tinggi konsentrasi zeolit 3% maka kekentalan sirup yang dihasilkan juga semakin tinggi. Peningkatan kekentalan tersebut dikarenakan besarnya konsentrasi adsorben menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, maka gesekan antar partikel semakin tinggi dan kekentalannya semakin tinggi pula. Sifat dehidrasi dari zeolit akan berpengaruh terhadap adsorbsinya, zeolit dapat melepaskan molekul air dari rongga permukaan dan akan efektif terinteraksi dengan molekul yang akan di adsorbsi. Jumlah molekul air sesuai dengan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila kristal zeolit tersebut dipanaskan, sehingga zeolit lebih efektif meningkatkan kekentalan dibandingkan karbon aktif dan bentonit (Suwardi, 2009).
Kadar Sukrosa Sirup merupakan produk yang berasal dari sari buah yang kemudian ditambah gula, asam, dan bahan pengawet. Kandungan gula yang terdapat pada sirup berkisar antara 50% hingga 80% (Komariyah, 2005). Pada syarat mutu sirup berdasarkan SII 0153-77 menurut Haryoto (1998), persyaratan kadar gula minimum yaitu untuk Mutu I 65% dan Mutu II 55%, sedangkan pada sirup yang telah ada di pasaran yaitu sirup ABC Special Grade “Gula Merah Cair” memiliki kandungan sukrosa sebesar 77,644%. Hasil pengamatan menunjukkan hubungan pengaruh jenis dan konsentrasi adsorben terhadap sukrosa sirup gula aren terdapat pada Gambar 2.
Gambar
2.
Pengaruh konsentrasi adsorben terhadap kadar sukrosa sirup gula aren
Keterangan : A1 (karbon aktif), A2 (bentonit), A3 (zeolit) Grafik regresi linier pada Gambar 2 menunjukkan variable bebas X yaitu konsentrasi adsorben dengan variabel terikat Y merupakan kadar sukrosa sirup gula aren. Semakin tinggi penambahan konsentrasi adsorben maka semakin tinggi kadar sukrosa pada sirup gula aren. Pada grafik diperoleh persamaan y = 3,4037x + 68,043 dengan R2 = 0,9998 pada penambahan adsorben jenis bentonit, persamaan y = 2,6615x + 70,025 dengan R2 = 0,9874 pada penambahan adsorben jenis zeolit, dan persamaan y = 2,4446x + 70,681 dengan R2 = 0,9861 pada penambahan adsorben jenis karbon aktif. Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi adsorben maka semakin tinggi
kadar sukrosa yang diinginkan. Nilai koefisien determinasi R2 menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan pada model regresi linier mampu meyakinkan hubungan penambahan adsorben terhadap kadar sukrosa. Masing-masing tingkat kepercayaan yang dihasilkan pada model regresi yaitu 99,98% pada penambahan bentonit, 98,74% pada penambahan zeolit, dan 98,61% pada penambahan adsorben jenis karbon aktif. Pengaruh jenis adsorben pada jenis bentonit mempengaruhi terhadap peningkatan kadar sukrosa gula aren, semakin tinggi jenis adsorben bentonit 3% maka semakin tinggi kadar sukrosa pada sirup gula aren yang dihasilkan. Menurut Syuhada (2008), bentonit merupakan mineral monmorilonit 80% yang digunakan sebagai bahan pemucat warna pada proses pemurnian, katalis pada industri kimia, zat pemutih dan zat penyerap karena mempunyai sifat menghisap yang baik dan terdispersi dalam air. Menurut Lubis (2007), bentonit bersifat sedikit menyerap air dan jika didispersikan ke dalam air akan cepat mengendap atau tidak terbentuk suspensi. Sukrosa adalah oligosakarida yang mempunyai peran penting dalam pengolahan makanan dan banyak terdapat pada tebu, bit, siwalan dan kelapa kompyor. Untuk industriindustri makanan biasa digunakan sukrosa dalam bentuk kristal halus atau kasar dan dalam jumlah yang banyak dipergunakan dalam bentuk cairan sukrosa (sirup) (Winarno, 1995).
Kadar Abu Kadar abu/mineral merupakan bagian berat mineral dari bahan yang didasarkan atas berat keringnya. Abu yaitu zat organik yang tidak menguap, sisa dari proses pembakaran atau hasil oksidasi (Wiryadi, 2007). Hubungan pengaruh jenis dan konsentrasi adsorben terhadap kadar abu sirup terdapat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi terhadap kadar abu sirup gula aren
adsorben
Keterangan : A1 (karbon aktif), A2 (bentonit), A3 (zeolit) Regresi linier diatas menunjukkan varibel bebas X yaitu konsentrasi penambahan adsorben dengan variabel terikat Y yaitu kadar abu pada sirup gula aren. Pada Gambar 3, diperoleh persamaan y = -0,1375x + 0,7929 dengan R2 = 0,9582 yaitu pada penambahan karbon aktif. Persamaan y = -0,1485x + 0,7587 dengan R2 = 0,9348 yaitu pada penambahan bentonit. Persamaan y = -0,1702x + 0,7043 dengan R2 = 0,9216. Pada Gambar 3, menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi adsorben maka semakin rendah kadar abu pada siru gula aren. Hal tersebut dikarenakan zeolit dapat melepaskan molekul air dari rongga permukaan dan akan efektif terinteraksi dengan molekul yang akan di adsorbsi. Jumlah molekul air sesuai dengan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila kristal zeolit tersebut dipanaskan (Suwardi, 2009). Kadar abu yang terdapat pada sirup menentukan terhadap kualitas, selain dapat menyebabkan warna sirup menjadi keruh kadar abu juga menentukan seberapa besar zat pengotor yang terdapat pada sirup. Semakin tinggi kadar abu, maka semakin rendah kualias sirup yang dihasilkan, sebaliknya semakin rendah kadar abu maka kualitas sirup semakin baik.
dilakukan secara subyektif maka hasil penilai yang diberikan oleh panelis memiliki nilai yang berbeda.
Uji Organoleptik Aroma Menurut Koesdarminta (2006), adsorben hanya dapat menyerap sedikit sukrosa, mineral terlarut, dan gula reduksi tetapi dapat menyerap makromolekul lain seperti protein, asam-asam organik yang banyak mengandung atom Ca, Fe, Mg dan Al yang merupakan zat pengotor. Rerata uji organoleptik terhadap aroma dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Skor Penilaian Panelis Terhadap Aroma Perlaku an Jenis
Konsentr asi %
Rerat a Skor
Nota si *)
Keterang an
Karbon Aktif
1
3,2
a
Netral
Karbon Aktif
1,5
3,4
ab
Netral
Karbon Aktif
2
3,2
ab
Netral
Karbon Aktif
2,5
3,6
ab
Karbon Aktif Bentonit Bentonit Bentonit Bentonit
3
3
a
1 1,5 2 2,5
3 3,4 3,2 3,6
a ab ab ab
Cenderun g menyukai Netral
Netral Netral Netral Cenderun g menyukai Bentonit 3 3,2 ab Netral Zeolit 1 4 ab Menyukai Zeolit 1,5 4 ab Menyukai Zeolit 2 4 ab Menyukai Zeolit 2,5 3,6 ab Cenderun g menyukai Zeolit 3 4 b Menyukai Keterangan : Nilai yang didampingi huruf yang berbeda menunjukkan adanya beda nyata Berdasarkan pada Tabel 2, diketahui bahwa rerata skor terendah terdapat pada rerata aroma dengan nilai 3 pada penambahan karbon aktif 3% dan bentonit 1%. Skor tertinggi memiliki nilai 4 terdapat pada penambahan zeolit 1%, zeolit 1,5%, zeolit 2% dan zeolit 3%. Karena penilaian
Rasa Nilai rerata pada skor penilaian organoleptik terhadap rasa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skor Penilaian Panelis Terhadap Rasa Perlaku an Jenis Karbon Aktif Karbon Aktif Karbon Aktif Karbon Aktif Karbon Aktif
Konsentr asi % 1
Rerat a Skor 4
Nota si *)
Keterang an
ab
Menyukai
1,5
3,6
ab
2
3,4
a
Cenderun g menyukai Netral
2,5
4,2
ab
Menyukai
3
3,6
ab
Cenderun g menyukai Bentonit 1 3,8 ab Cenderun g menyukai Bentonit 1,5 4,2 ab Menyukai Bentonit 2 4,4 b Menyukai Bentonit 2,5 3,8 ab Cenderun g menyukai Bentonit 3 3,8 ab Cenderun g menyukai Zeolit 1 3,8 ab Cenderun g menyukai Zeolit 1,5 3,6 ab Cenderun g menyukai Zeolit 2 4,2 ab Menyukai Zeolit 2,5 3,8 ab Cenderun g menyukai Zeolit 3 4,4 b Menyukai Keterangan : Nilai rerata yang didampingi huruf yang berbeda menunjukkan adanya beda nyata Berdasarkan Tabel 3, nilai skor rerata terendah memiliki nilai 3,4 yaitu terdapat pada penambahan karbon aktif 2%, sedangkan nilai
rerata teringgi memiliki nilai 4,4 yaitu pada penambahan bentonit 2% dan penambahan zeolit 3%. Menurut Sukaharja (2010), Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Warna
skor rerata warna tertinggi yaitu dengan nilai 4 yang terdapat pada penambahan bentonit 2,5%, penambahan bentonit 3%, dan penambahan zeolit 3%. Skor terendah 3 diberi keterangan netral dan skor tertinggi 4 diberi keterangan menyukai. Menurut Fechter, et al. (2001), zat warna meliputi zat yang aslinya berwarna (Chlorophyll, xanthophylls, caroten, anthocyanin), aslinya tidak berwarna (polyphenol, senyawa amino). Disamping itu ada pula zat warna yang terbentuk dalam proses (karamel dan pemecahan gula).
Nilai rerata skor pada uji organoleptik warna dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Skor Penilaian Panelis Terhadap Warna Perlaku an Jenis Karbon Aktif Karbon Aktif Karbon Aktif Karbon Aktif Karbon Aktif
Konsentr asi % 1
Rerat a Skor 3,4
Nota si *)
Keterang an
a
Netral
1,5
3
a
Netral
2
3,2
a
Netral
2,5
3,4
a
Netral
Pemilihan Perlakuan Terbaik Pemilihan alternatif terbaik pada uji fisikkimia menggunakan metode multiple atribut dipilih berdasarkan nilai L1, L2 dan Lmaks yang tertinggi terdapat pada perlakuan A3B5 yaitu pada penambahan zeolit 3%, sedangkan pada uji organoleptik menggunakan metode Indeks Efektifitas. Hasil data tingkat kepentingan uji organoleptik terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Data Tingkat Kepentingan Uji Organoleptik 3
3,6
a
Cenderun g menyukai Bentonit 1 3 a Netral Bentonit 1,5 3,2 a Netral Bentonit 2 3,6 a Cenderun g menyukai Bentonit 2,5 4 a Menyukai Bentonit 3 4 a Menyukai Zeolit 1 3,4 a Netral Zeolit 1,5 3,2 a Netral Zeolit 2 3,2 a Netral Zeolit 2,5 3,6 a Cenderun g menyukai Zeolit 3 4 a Menyukai Keterangan : Nilai rerata dengan notasi yang sama menunjukkan tidak beda nyata Berdasarkan pada Tabel 4, skor rerata terendah pada warna memiliki nilai 3 yang terdapat pada penambahan adsorben karbon aktif 1,5% dan penambahan bentonit 1%, sedangkan
Panelis 1 2 3 4 5 Total Bobot
Aroma 1 1 1 1 1 5 0,167
Rasa 3 3 3 2 3 14 0,467
Warna 2 2 2 3 2 11 0,366
Total 6 6 6 6 6 30 1
Berdasarkan Tabel 5, pemberian bobot berdasarkan pada uji aroma, rasa dan warna. Pada uji aroma memiliki total 5 dengan bobot 0,167. Pada uji rasa memiliki nilai total 14 dengan bobot 0,467. Pada warna memiliki nilai total 11 dengan bobot 0,366. Dengan demikian diperoleh pemilihan pertama pada uji rasa dengan bobot 0,467. Pada nilai produk tertinggi uji organoleptik terdapat pada A3B5 (zeolit 3%) dengan nilai NP 1,000. Berdasarkan hasil analisis parameter Kimia dan Organoleptik
kedua dengan
perbandingan 40% dan 60% diperoleh pemilihan alternatif terbaik berdasarkan nilai tertinggi 0,9992 terdapat pada A3B5 yaitu pada penambahan Zeolit 3%. Pemilihan alternatif terbaik dengan perbandingan kimia 40% dan organoleptik 60% adalah persentase yang paling optimal pada penelitian dimana jika terdapat kekurangan/kelemahan pada uji kimia, maka dengan adanya parameter secara organoleptik diharapkan dapat mengurangi kelemahan yang terdapat pada kualitas kimia tersebut. Penggunaan zeolit selain karena ketersediaannya yang mudah didapat juga harga zeolit lebih murah dibandingkan karbon aktif dan bentonit.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan telah diperoleh kesimpulan bahwa : penambahan adsorben berpengaruh terhadap peningkatan kekentalan, peningkatan kadar sukrosa dan penurunan kadar abu pada sirup gula aren. Perlakuan yang menghasilkan sirup nira aren dengan kualitas yang terbaik diantara yang lain yaitu pada penambahan zeolit 3%. Pada hasil uji fisik-kimia penambahan zeolit 3% memiliki tingkat kekentalan 20,28 cPas ; kadar sukrosa 78,145% ; kadar abu 0,223%. Sedangkan pada hasil uji organoleptik masing-masing memiliki skor untuk aroma 4 (menyukai) ; rasa 4,4 (menyukai) dan warna 4 (menyukai).
DAFTAR PUSTAKA Asmoro, L.C., A.F. Mulyadi dan S. Kumalaningsih. 2013. Karakteristik Organoleptik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ikan Teri Nasi (Stolephorus spp.). FTP UB. Malang Binta, D., Wijana, S., Mulyadi, AF. 2013. Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Kadar Lignin Dan Selulosa Pulp (Kulit Buah Dan Pelepah Nipah) Menggunakan Biodegradator EM 4. Jurnal Industria 2(1): 75-83.
Bobi,
Maki.2010. Teknik Kimia(Adsorpsi). http://id.wikipedia.org/wiki/adsorpsi. Tanggal akses 26 Oktober 2010.
DeGarmo, E.P. Sullivan, Bontadelli, James A., Ellin M. 1999. Engineering Economy. Prehallindo. Jakarta. Dian, Kusumanto. 2011. Mengolah Nira Menjadi Gula Cair Bermutu Tinggi. Kebun aren.blogspot.com. Tanggal Akses 11 Maret 2011. Fechter, W.L., Kitching, S.M., Rajh, M., Reimann, R.H., Ahmed, F.E., Jensen, C.R.C., Schom, P.M and Walthew, D.C. 2001. Direct Production of White Sugar and Whitestrap Molasses by Applying Membrane and Ion Exchange Technology In a Cane Sugar Mill. Journal Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technology. Vol 24: 100107. Haryoto. 1998. SII 0153-77 Sirup Jambu Biji. Kanisius. Yogyakarta. Koesdarminta. 2006. Pengaruh Penambahan Kadar Bleaching Earth Jabar Terhadap Pengurangan Kadar Abu dan Zat Warna pada Tetes Tebu. Universitas Katholik Parahyangan. Bandung. Komariyah, Nurul. 2005. Analisis Kandungan Zat Pewarna Sintetis pada Berbagai Macam Merk Sirup. Biologi UMM. Malang. Laily, dkk. 2008. Evaluasi Kadar Sukrosa Berbagai Sirup di Pasar. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Universitas Brawijaya Malang. Malang. Lubis, S. 2007. Preparasi Bentonit Terpilar Alumina dari Bentonit Alam dan Pemanfaatannya Sebagai Katalis pada Reaksi Dehidrasi Ethanol, 1-Propanol. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol.6 No.2, hal.77-81,2007.ISSN 14125064..
Mulyadi, A.F. Dewi, I.A., Deoranto, P., Pemanfaatan Kulit Buah Nipah Untuk Pembuatan Briket
Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian 14(1): 65-72. 2013.
Sahroel. 2009. Aren Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki.enau. Tanggal akses 10 November 2009.
Mulyadi, A.F., Dewi, I.A., dan Deoranto, P. 2013. Pemanfaatan Kulit Buah Nipah untuk Pembuatan Briket Bioarang sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 65-72 Pemanfaatan Kulit Buah Nipah [Mulyadi dkk].
Soedhono. 2010. Kehilangan Gula Sukrosa pada Proses Pembuatan Gula Tebu. http://www.blogspot.com/glukosa. Tanggal akses 8 November 2010.
Mulyadi, A. F., Maligan, J. M., Wignyanto, W., & Hermansyah, R. (2014). Organoleptic Characteristics of Natural Flavour Powder From Waste of Swimming Blue Crabs (Portunus pelagicus) Processing: Study on Dextrin Concentration and Drying Temperature. Jurnal Teknologi Pertanian, 14(3). Mulyadi, A. F., Dewi, I. A., & Deoranto, P. (2013). Pemanfaatan Kulit Buah Nipah Untuk Pembuatan Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian, 14(1), 65-72. Mulyadi, A. F., Wijana, S., & Wahyudi, A. S. (2013, December). Optimization of Nicotine Extraction In Tobacco Leaf (Nicotiana tabacum L.):(Study: Comparison of Ether and Petroleum Ether). In The International Conference on Chemical Engineering UNPAR 2013. Mulyadi, A. F., Wijana, S., Dewi, I. A., & Putri, W. I. (2014). Organoleptic Characteristics of Dry Noodle Products from Yellow Sweet Potato (Ipomoea batatas): Study on Adding Eggs and CMC. Jurnal Teknologi Pertanian, 15(1). Pratama, S. B.,Wijana, S., dan Febrianto, A. 2013. Studi pembuatan sirup Tamarillo (Kajian Perbandingan Buah dan Konsentrasi Gula. Jurnal Industria, Vol 1 (3). Tama, J. B., & Mulyadi, A. F. (2014). Studi Pembuatan Bubuk Pewarna Alami Dari Daun Suji (Pleomele Angustifolia Ne Br.). Kajian Konsentrasi Maltodekstrin Dan Mgco3. Jurnal Industria, 3(2).
Sukaharja, Reza. 2010. Sekilas Mengenai Bentonit. www.wordpress.com/bentonit. Tanggal akses 8 November 2009. Suryati, A.H. dan S.H. Wuri. 1986. Kandungan Pemanis dan Minuman Ringan Indonesia dari Risalah Seminar Bahan Tambahan Kimia. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suwardi. 2009. Penetapan Kualitas Mineral Zeolit dan Prospeknya di Bidang pertanian. www.suwardiabstrak.blogspot.com. Tanggal akses 6 Juli 2011. Syuhada, Wijaya, Rachmat, Jayatin, dan Rohman, S. 2008. Modifikasi Bentonit (Clay) Menjadi Organoclay dengan Penambahan Surfaktan. Jurnal Nanosains dan Nanoteknologi Vol.2 No. 1, Februari 2009. ISSN 1979-0880. Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wiryadi, Rizky. 2010. Penentuan Kadar Abu pada Sirup buah. http://www.blogspot.com/ kadar abu. Tanggal akses 28 Oktober 2010.