BAB II TIJAUAN PUSTAKA
A. Tijauan Teoritis 1 . Pengukuran Kinerja a. Pengukuran Kinerja Pengertian kinerja menurut Mohammad Pabundu ( 2006 )”kinerja sebagai hasil – hasil fungsi pekerjaan / kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai factor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. Pengertian pengukuran kinerja menurut Nawawi (2006) “ pencatatan hasil yang dicapai dalam melaksanakan fungsi-fungsi khusus suatu pekerjaan atau kegiatan bekerja selama suatu periode tertentu”. Sementara itu, pengukuran kinerja menurut Mohamad Mahsun (2006) “ suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa ; kualitas barang dan jasa ( seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan ); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Universitas Sumatera Utara
b.
Persyaratan Sistem Pengukuran Kinerja Wahjudi prakarsa (1997) dalam Soiny Yuwono et.al (2002 : 29), mengemukakan bahwa sistem pengukuran kinerja yang efektif, paling tidak harus memiliki syarat – syarat sebagai berikut : 1) Didasarkan pada masing – masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan 2) Evaluasi atas berbagai aktivitas, menggunakan ukuran – ukuran kinerja yang custumer – validated 3) Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga menghasilkan penilaian yang komprehensif 4) Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah – masalah yang ada kemungkinan perbaikan. Persyaratan pengukuran kinerja tersebut berfokus kepada pelanggan hal tersebut diakui sangat penting karena jika pelanggan tidak puas dengan pelayanan atau produk perusahaan maka mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
c. Manfaat Pengukuran Kinerja Menurut Lynch dan Cross dalam Yuwono et al, 2007, manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: 1) Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh anggota/karyawan organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan, 2) Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari matarantai pelanggan dan pemasok internal, 3) Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste), 4) Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi, 5) Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi reward atas perilaku yang diharapkan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat pengukuran kinerja akan sangat penting bagi perusahaan. Melalui pegukuran kinerja perusahaan dapat membenahi kinerja melalui aspek keuangan maupun non keuangan. Dengan adanya pengukuran kinerja visi misi perusahaan akan terlihat jelas apakah selama ini masih sesuai dengan yang di harapkan atau tidak.
2. Balanced Scorecard Sebagai Sistem Pengukuran a. Pengertian Balanced Scorecard Balanced scorecard terdiri dari 2 kata : (1) kartu skor ( score ) dan (2) berimbang ( berimbang ). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan dapat dibanbandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan evaluasi atas kinerja personel yang bersangkutan.
Kata berimbang
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel di ukur secara berimbang dari dua aspek : keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern.
Pada awalnya , Balanced scorecard
diciptakan untuk mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengeukuran kinerja eksekutif pada aspek keuangan.
Selanjutnya Balanced scorecard
mengalami perkembangan inmplementasi tidsak hanya sebagai alat pengekur kinerja eksekutif , namun meluas sebagai pendekatan dalam penyusunan rencana strategi.
Universitas Sumatera Utara
Pada Tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG di USA yang dipimpn oleh David P. Norton mensponsori studi tentang “ Pengukuran kinerja dalam Organisasi Masa Depan “. Hasil studi tersebut diterbitkan dalam sebuah artikel berjudul “ Balanced scorecard – Measures That Drive “ menyimpulkan bahwa pengukuran kinerja esksekutif masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer, proses bisnis / intern, dan pembelajaran dan pertumbuhan. Pada awal tahun 2000 Balanced scorecard telah menjadi inti sistem manajemen strategik, tidak hanya bagian eksekutif, namun bagi seluruh personel perusahaan, terutama dalam perusahaan yang telah memanfaatkan secara intensif teknologi informasi dalam operasi bisnisnya. (Mulyadi 2001) Menurut Kaplan dan Norton (1996), BSC merupakan: … a set of measures that gives top managers a fast but comprehensive view of the business…includes financial measures that tell the results of actions already taken...complements the financial measures with operational measures on customer satisfaction, internal process, and the organizations innovation and improvement activities-operational measures that are the drivers of future financial performance
Luis dan Biromo (2007) mendefinisikan BSC sebagai “suatu alat manajemen kinerja (Performance Management Tool) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan non-finansial yang kesemuanya terjalin dalam hubungan sebab akibat”. Anonim (2005) mendefinisikan BSC sebagai ” sistem manajemen strategi dan pengukuran yang menghubungakan sasaran strategis kepada indikator
Universitas Sumatera Utara
yang komprehensif. Untuk itu diperjelas juga bahwa indikator yang digunakan harus merupakan kegiatan dan proses kegiatan inti lingkungan organisasi beroperasi”.
b. Keunggulan balanced Scorecard Mulyadi (2001) menyatakan bahwa balanced scorecard sebagai inti manajeman strategis memliki beberapa keunggulan, yaitu : 1) Memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategis dalam membawa perusahaan menuju ke masa depanuntuk melipatgandakan kinerja keuangan perusahaan, personel perlu menempuh langkah – langkah strategic berupa pembangunan tiga macam modal (capital) : firm equity, organizational capital, menghasilkan total business yang koheren dan menghasilkan sasaran – sasaran strategic yang terukur. Balanced scorecard menuntut personel untuk merumuskan sasaran – sasaran yang bersifat strategic dalam tahap perencanaan strategic. 2) Menghasilkan total business plan yang komprehensif balanced scorecard merumusakan sasaran strategik, tidak hanya terbatas pada perspektif keuangan namun meluas ke perspektif customer, proses bisnis/ intern, pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan sasaran strategik ke perspektif non keuangan tersebut ( customer, proses bisnis / intern, pembelajaran dan pertumbuhan ) mengarahkan perhatian personel dan mengerahkan seluruh usaha ke pemacu sesungguhnya ( the real drivers ) kinerja keuangan.
Universitas Sumatera Utara
3) Menghasilkan total business paln yang koheren balanced scorecard dapat menghasilkan dua macam kekoherenan : a). Kekoherenan antara misi dan visi perusahaan dengan program dan rencana laba jangka pendek(anggaran). Tahap perumusan strategi menghasilkan dokumen penting berikut ini ; (1) pernyataan misi, visi, keyakinan dasar .(2) tujuan ( goals ), (3) strategi.
Dalam tahap
perencanaan strategic melalui strategi yang telah dipilih kemudian diterjemahkan tujuan
( goals ) ke sasaran sasaran stategik dalam
empat perspektif : keuangan, customer, proses bisnis / intern, pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam tahap penyusunan anggaran bagian program yang akan dilaksanakan dalam tahun tertentu kemudian dijabarkan dalam langkah – langkah tahunan beserta taksiran anggarannya. Dengan sistematika penerjemahan misi dan visi sampai
dengan
penyusunan
anggaran
akan
menghasilakan
kekoherenan antara misi dan visi perusahaan dengan program dan rencana laba jangka pendek b). Kekoherenan antara berbagai sasaran strategic yang dirumuskan dalam tahap perencanaan strategic. Disamping memperluas sasaran strategik, balanced scorecard juga memberikan rationale hubungan antara berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam perencanaan strategik.
Rationable yang pertama adalah bahwa keberadaan
perusahaan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada dua stakeholders utama ; investors dan customers. Untuk memuasi kedua
Universitas Sumatera Utara
stakeholders tersebut, perusahaan memerlukan modal ( capital ); human capital dan organizational capital. Human capital dibangun melalui pengembangan employee capability dam employee commitment. Human capital kemudian dimanfaatkan untuk membangun firm equity dengan mendesain dan memproduksi produk
dan
jasa yang
menghasilkan value terbaik bagi customer. Kekoheran berbagai sasaran strategic yang dihasilakan dalam perencanaan strategik dengan rerangka balance scorecard menjanjikan peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kinerja keuangan. 4) Menghasilkan sasaran strategis yang seimbang sasaran strategik harus diarahkan ke empat perspektif secara seimbang : (1) seimbang antara focus ke proses dan pembelajaran dan pertumbuhan serta (2) seimbang antara fokus ke intern perusahaan dan keluar perusahaan 5) Menghasilkan sasaran strategis yang terukur balanced scorecard menghasilkan sasaran – sasaran strategic yang ditentukan ukurannya untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran stetegik yang telah dirumuskan dan untuk mengukur factor yang memacu pencapaian sasaran strategic tersebut.
c. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard (BSC) 1). Perspektif-perspektif dalam Balanced Scorecard (BSC) Menurut Kaplan dan Norton (1996), dalam BSC pengukuran kinerja suatu perusahaan dikelompokan ke dalam 4 (empat) perspektif, yaitu perspektif
Universitas Sumatera Utara
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perpektif pembelajaran dan pertumbuhan a). Perspektif Keuangan Pelaksanaannya telah memberikan kontribusi bagi keuntungan perusahaan. Oleh karena itu, tujuan keuangan menjadi fokus tujuan dan ukuran ketiga perspektif lainnya. Dalam menentukan tujuan dan ukuran keuangan ini, perlu diidentifikasi posisi perusahaan saat ini. Menurut Kaplan dan Norton (1996) posisi perusahaan ada tiga, yaitu tahap pertumbuhan (Growth), tahap bertahan (Sustain) dan tahap menuai (Harvest). (1). Tahap Pertumbuhan (Growth) Perusahaan yang berada pada tahap awal pertumbuhan memiliki produk (barang atau jasa) yang bertumbuh secara signifikan, sehingga strategi dan pengukuran dalam perspektif keuangan yang dilakukan dapat difokuskan pada tingkat pertumbuhan penjualan di berbagai pangsa pasar sasaran dan pertumbuhan pendapatan. (2). Tahap Bertahan (Sustain) Perusahaan yang berada pada tahap bertahan memiliki produk (barang atau jasa) yang bertumbuh secara stabil, sehingga strategi dan pengukuran perspektif keuangan yang dilakukan dapat difokuskan
pada
peningkatan
pendapatan
operasional,
peningkatan tingkat pengendalian investasi (return on investment), peningkatan keuntungan bersih (net profit margin).
Universitas Sumatera Utara
(3). Tahap Menuai (Harvest) Pada tahap ini, perusahaan memiliki produk (barang atau jasa) yang bertumbuh secara lambat, sehingga strategi dan pengukuran dalam perspektif keuangan dapat difokuskan pada pengelolaan arus kas (cash flow management), nilai tambah ekonomis (economic value added), dan nilai tambah kas (cash flow added).
b). Perspektif Pelanggan Perspektif
pelanggan
memfokuskan
memperhatikan pelanggannya
agar
pada berhasil.
bagaimanaorganisasi Saat ini banyak
perusahaan yang mempunyai kebijakan korporat dengan memfokuskan kepada pelanggan. Untuk menjadi nomor satu, perusahaan harus memberikan nilai lebih bagi pelanggan. Kaplan dan Norton (1996) membagi pengukuran atas pelanggan ini menjadi 2 (dua), yaitu kelompok pengukuran pelanggan utama dan pengukuran di luar kelompok utama. Kelompok pengukuran pelanggan utama terdiri dari pangsa pasar, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan. (1). Pangsa Pasar Menggambarkan proporsi bisnis yang di jual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu.
Universitas Sumatera Utara
(2). Retensi Pelanggan Mengukur
suatu
tingkatan
di
mana
perusahaan
dapat
mempertahankan hubungan dengan pelanggan. (3). Akuisisi Pelanggan Mengukur dalam bentuk relatif atau absolut, keberhasilan perusahaan menarik atau memenangkan pelanggan atau bisnis baru. (4). Kepuasaan Pelanggan Menilai tingkat kepuasaan atas kinerja-kinerja tertentu dalam proporsi nilai. (5). Profitabilitas Pelanggan Mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari pelanggan atau segmen tertentu setelah menghitung berbagai pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Kelompok pengukuran di luar kelompok utama terdiri
dari
atribut produk/jasa, hubungan pelanggan, citra dan reputasi.
c). Perspektif Proses Bisnis Internal Analisis
proses
bisnis
internal
perusahaan
dilakuka n
dengan
menggunakan analisis rantai nilai. Di sini, manajemen mengidentifikasi proses bisnis internal kritis yang harus diunggulkan oleh perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan Kaplan dan Norton (1996), membagi proses bisnis nternal ke dalam 3 (tiga) proses bisnis utama, yaitu 1). Proses Inovasi Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Pengukuran yang digunakan untuk proses inovasi ini antara lain persentase penjualan produk baru, jumlah produk
baru
dibandingkan dengan
pesaing
atau
rencana,
kemampuan proses manufaktur, waktu yang diperlukan untuk memperoleh generasi produk berikutnya, waktu siklus, perolehan, titik impas waktu (break even time). 2). Proses Operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa. Pengukuran proses operasi dapat menggunakan pengukuran-pengukuran seperti: waktu, kualitas, dan biaya ditambah dengan
fleksibilitas dan karakteristik spesifik dari
produk/jasa yang menciptakan nilai untuk pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
3). Proses Pelayanan Purna Jual Proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Pengukuran yang digunakan dalam layanan purna jual sama ini dengan pengukuran pada proses operasi, yaitu: waktu, kualitas dan biaya.
d). Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Perspektif terakhir dalam BSC mengembangkan tujuan dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan di
dalam
perspektif
pembelajaran
dan
pertumbuhan
adalah
menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan ambisius dalam tiga perspektif lainnya tercapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif scorecard yang pertama. Kaplan dan Norton (1996) memiliki 3 (tiga) kategori utama dalam perspektif ini, yaitu kapabilitas pekerja, kapabilitas sistem informasi dan organization capital. 1). Kapabilitas Pekerja Pengukuran kapabilitas pekerja dilakukan dengan mengukur kepuasan pekerja, kesetiaan pekerja, dan produktivitas pekerja. Kepuasan pekerja merupakan penentu dari kedua pengukuran berikutnya. Pengukuran kepuasan pekerja dapat dilakukan dengan menggunakan angka indeks dengan skala tertentu. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
untuk kesetiaan pekerja dapat diukur lewat rasio perputaran pekerja, dan untuk produktivitas pekerja dapat menggunakan rasio pendapatan perusahaan per pekerja. 2). Kapabilitas Sistem Informasi Informasi merupakan suatu sarana penunjang untuk meningkatkan kemampuan pekerja. Dengan adanya informasi, maka pekerja dapat mengetahui perkembangan di dalam dan di luar perusahaan. Pengukuran kapabilitas sistem informasi dapat dilakukan dengan mengukur seberapa besar informasi yang tersedia dibandingkan dengan kebutuhan yang diantisipasikan. 3). Organization Capital Pekerja membutuhkan motivasi yang dapat membuatnya bekerja lebih giat dan mencapai hasil yang lebih baik. Pengukuran terhadap motivasi ini dapat dilakukan melalui penghitungan jumlah usulan yang diberikan dengan yang diimplementasikan, jumlah perbaikan, keselarasan antara individu dengan organisasi, dan kinerja kelompok/tim.
d. Tolak Ukur Kinerja dalam Balanced Scorecard (BSC) Menurut Kaplan dan Norton (1996) berbagai ukuran kinerja yang digunakan pada masing-masing perspektif antara lain pengukuran kinerja pada perspektif keuangan, pengukuran kinerja pada perspektif pelanggan, pengukuran kinerja
Universitas Sumatera Utara
pada perspektif proses bisnis internal dan pengukuran kinerja pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. 1). Pengukuran Kinerja pada Perspektif Keuangan Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif keuangan adalah pertumbuhan pendapatan, Return On Investment (ROI) dan Net Profit Margin. a) Pertumbuhan pendapatan Ukuran ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan dari penjualan bersih yang diperoleh dari tahun ke tahun. b) Return on Investment (ROI) ROI =
Laba Bersih Setelah Pajak x 100% Rata-rata Total Aktiva
Ukuran ini digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya. Nilai persentase ROI yang semakin tinggi menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin baik. c) Net Profit Margin Net Profit Margin =
Laba Bersih Setelah Pajak
x 100%
Penjualan Ukuran ini digunakan untuk menggambarkan kesuksesan dari suatu operasi
perusahaan
dan
ukuran
ini
biasa
digunakan
untuk
memproyeksikan profitabilitas dalam suatu rencana bisnis. Semakin tinggi nilai persentase laba bersih dibandingkan dengan penjualan bersih, menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.
Universitas Sumatera Utara
2). Pengukuran Kinerja pada Perspektif Pelanggan Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif pelanggan adalah jumlah pelanggan perusahaan, rata-rata laba per pelanggan dan beban operasi per pelanggan. a) Jumlah Pelanggan Perusahaan Ukuran ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan jumlah pelanggan perusahaan dari tahun ke tahun. b) Rata-rata Laba per Pelanggan Rata-rata Laba per Pelanggan =
Laba Bersih
x 100%
Total Pelanggan Ukuran ini mencerminkan rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan dalam melayani seorang pelanggan. c) Beban Operasi per Pelanggan Beban Operasi per Pelanggan =
Beban Operasi
x 100%
Total Pelanggan Ukuran ini digunakan untuk mengetahui rata-rata beban operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melayani seorang pelanggan.
3). Pengukuran Kinerja pada Perspektif Proses Bisnis Internal Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif proses bisnis internal adalah terpenuhinya sertifikat internasional, margin laba operasional, rasio beban operasi terhadap pendapatan dan jumlah kunjungan bisnis ke pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
a) Terpenuhinya Sertifikat Internasional Terpenuhinya akreditasi dari lembaga penilai internasional merupakan ukuran kinerja yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
usaha
memenuhi
produk
berkualitas
yang
berstandar
internasional. b) Margin Laba Operasional Margin Laba Operasional =
Laba Operasi
x 100%
Penjualan Bersih Ukuran ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi biaya dalam proses operasi. c) Rasio Beban Operasi Terhadap Pendapatan Rasio Beban Operasi Terhadap Pendapatan = Beban Operasi
x 100%
Pendapatan Ukuran ini untuk mengetahui efisiensi beban-beban operasi perusahaan sehubungan dengan proses operasi perusahaan. d) Jumlah Kunjungan Bisnis ke Pelanggan Ukuran
ini
untuk
mengetahui
konsistensi
perusahaan
dalam
memelihara dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan melalui kegiatan kunjungan bisnis ke pelanggan.
4). Pengukuran Kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dan
Universitas Sumatera Utara
pengembangan, rasio beban pelatihan dan pengembangan karyawan terhadap laba operasi, organization capital dan kepuasan karyawan, tingkat perputaran karyawan dan produktivitas karyawan. a) Jumlah Karyawan yang Mengikuti Pelatihan dan Pengembangan Ukuran ini digunakan untuk mengetahui konsistensi perusahaan dalam memberikan kesempatan bagi para karyawan untuk mengembangkan pengetahuan dan keahliannya. b) Rasio Beban Pelatihan dan Pengembangan Karyawan Terhadap Laba Operasi Rasio Beban Pelatihan dan Pengembangan =
Beban Pelatihan Pengembangan x 100% Laba Operasi
Ukuran ini digunakan untuk mengukur kontribusi atas pelatihan dan pengembangan karyawan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap laba operasi. c) Organization Capital dan Kepuasan Karyawan Ukuran ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam meningkatkan organization capital dan menciptakan kepuasan karyawan d) Tingkat Perputaran Karyawan Tingkat Perputaran Karyawan =
Jumlah Pekerja yang Keluar Jumlah Seluruh Karyawan
Universitas Sumatera Utara
Ukuran ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mempertahankan karyawannya. e) Produktivitas Karyawan Produktivitas Karyawan =
Pendapatan Total Karyawan
Ukuran ini digunakan untuk mengukur kemampuan karyawan dalam menghasilkan pendapatan bagi perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Diana R Gultom (2009) menganalisis Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Perumusan masalah adalah : 1. bagaimana prestasi perusahaan dimata para pemegang saham? (perspektif keuangan), 2. bagaimana pandangan para pelanggan terhadap perusahaan? (perspektif pelanggan), 3. apa yang menjadi keunggulan perusahaan? (perspektif proses bisnis internal), 4. apa
perusahaan
harus
terus-menerus
melakukan
perbaikan
dan
menciptakan nilai secara berkesinambungan? (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan). Metode analisis data adalah analisis data. Hasil penelitian adalah kinerja PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dilihat dari empat perspektif balanced scorecard belum berimbang karena keempat perspektif belum bersama-sama menunjukan kinerjanya yang bagus. Sonya Fransiskus Simatupang (2004) menganalisis pengukuran kinerja Pengukur an Kinerja Perusahaan Dengan Balanced Scorecard Studi Kasus Pada PT. Jasa Raharja (Persero) Medan.. Perumusan masalah adalah bagaimana kinerja perusahaan jika diukur dengan menggunakan pendekatan Balanced Scorecard? Metode analisis data adalah metode deskriptif. Hasil penelitian adalah:
Universitas Sumatera Utara
1. Perusahaan sudah menerapkan pendekatan Balanced Scorecard dalam mengukur kinerjanya, kinerjanya hanya diukur berdasarkan aspek keuangan, 2. Kinerja perusahaan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukan hasil yang semakin baik, 3. Pada perspektif proses bisnis internal, penulis menyimpulkan bahwa upaya perusahaan pada proses inovasi melalui peningkatan jumlah sertifikat internasional yang diraih dan konsistensi kunjungan bisnis yang dilakukan perusahaan ke pelanggan menunjukan perbaikan kinerja perusahaan yang semakin baik, 4. Proses inovasi dan proses kunjungan ke pelanggan merupakan upaya perusahaan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No
Penulis
Judul Penelitian
Hasil
1
Dina R Goltom (2009)
Pengukuran
Dengan menggunakan
Kinerja
indicator
Perusahaan
keempat
perspektif
dapat
Dengan Balanced Scorecard
Studi
melihat perkembangan
Kasus Pada PT. kinerja karyawan yang Perkebunan
semakin
Nusantara
III berguna (Persero) Medan.
baik
dan untuk
perusahaan. Dengan menggunakan
Universitas Sumatera Utara
2
Sonya Fransiskus Simatupang
Pengukuran
keempat
perspektif
(2004)
Kinerja
balanced
scorecard
Perusahaan
dapat
Dengan Balanced Scorecard
Studi
dilihat
bagaimana perkembangan perusahaan yang tidak
Kasus Pada PT. di
Jasa
ukur
melalui
Raharja keuangan saja namun
(Persero) Medan.
keseluruhan.
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data-data tersebut akan digunakan untuk pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan
perspektif-perspektif
dalam
balanced
scorecard
sehingga
kesimpulan dan saran dapat diperoleh. Kesimpulan dan saran tersebut dituangkan di dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi. Berdasarkan uraian sebelumnya maka dibuat kerangka konseptual sebagai
PT BPR Pijer Podi Kekelengen Sibolangit
Pengukuran kinerja 1. Perspektif keuangan 2. Perspektif pelanggan 3. Perspektif proses bisnis internal 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
Kondisi perusahaan di ukur dari financial dan non financial.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Dari kerangka konseptual di atas penulis mencoba untuk menguraikan bagaimana penerapan pengukuran kinerja Perusahaan bila di ukur dengan metode Balanced Scorecard. Dengan melakukan pengukuran ini akan terlihat bagaimana kinerja perusahaan secara keseluruhan apakah mengalami peningkatan kinerja yang baik atau sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara