IK
“
Yakin Jadi Bangsa Terhormat
Nomor
7
April - Juni 2014
Praktik K-13 yang Utuh dan Runut di halaman 3...
Siswa MI Rakit Detektor Banjir di hlm 7...
Saya sangat yakin dengan melihat anak-anak ini, kita bisa menjadi negara terhormat. Mereka memang keturunan orang hebat. Kakek moyang mereka membuat tiga keajaiban dunia.Yaitu, membuat rumah besar dengan 17 ribu pulau, menyatukan ratusan etnis, dan menciptakan bahasa nasional. Anak-anak ini dapat meneruskan keajaiban-keajaiban tadi, asalkan mereka mendapat pelayanan (pendidikan) yang baik.” Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Wahyuddin Zarkasyi pada unjuk karya (showcase) keberhasilan di Bandung (28/4). Showcase itu terdiri atas rangkaian acara pameran pendidikan dasar, simulasi pembelajaran, dan talk show
praktik yang baik dalam pendidikan dasar. Semua kab/kota mitra USAID PRIORITAS menunjukkan dampak program melalui simulasi pembelajaran, talk show, dan pameran Siswa Mts al-Mukhtariyyah Bandung Barat praktik yang baik. peragakan peluncuran roket air karyanya. Showcase Jabar juga pembelajaran dengan bahasa menjadi sumber Sunda, Indonesia, dan Inggris. inspirasi bagi pemangku Setelah karya selesai dibuat, kepentingan pendidikan dasar. Wahyuddin menyatakan salut siswa mendaulat Wahyuddin dan segenap tamu VIP untuk terhadap siswa SDN 2 mencoba mengoperasikan Rajamandalakulon, Cipatat, Bandung Barat, dan siswa SMPN pembangkit listrik karya siswa tersebut. 5 Cimahi. Mereka penuh Siswa SMP memperagakan percaya diri memperagakan proses pembuatan mobil proses belajar kelas dunia. bertenaga angin. Mereka Siswa SD memperagakan berdiskusi dan bekerja sama proses pembuatan pembangkit mewujudkan gagasan itu serta listrik sederhana dari bahanberkomunikasi dalam bahasa bahan daur ulang. Mereka juga Indonesia dan Inggris. [Ds] fasih menjelaskan proses
Kompatibel dengan K-13
Buku Besar Zhafira di halaman 8...
Roda M ete dan Ban r gku Baca di ha laman 9 ...
Pembelajaran Aktif UPI Bandung di hlm 11...
Program USAID PRIORITAS sangat sesuai dengan kurikulum 2013 (K13) yang mengintegrasi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dalam proses pembelajaran. Demikian dikatakan oleh Dr Ir Bastari MA, kepala Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan, BPSDMP-PMP Kemdikbud, pada showcase Jabar (28/4). Tantangannya, menurut Bastari, adalah kiat percepatan dan pengimbasan program ke sekitar 145 ribu SD dan 33 ribu SMP yang harus ditingkatkan standarnya. ”Maka, kami berkepentingan mendorong diseminasi program USAID PRIORITAS,” ujar Bastari. Rohmat Mulyana, Kasubdit Kelembagaan Direktorat Pendidikan
L HL AS - BER AMA
Madrasah, Kemenag, menyebut dampak program USAID PRIORITAS di madrasah terbilang signifikan. ”Sejak program USAID sebelumnya, DBE, madrasah telah menunjukkan peningkatan mutu yang sangat berarti. Kini program USAID PRIORITAS juga telah menunjukkan manfaat siginifikan bagi kemajuan madrasah,” jelasnya. Rohmat merasa senang dengan meningkatnya kepercayaan diri para guru madrasah dalam memandu pembelajaran aktif. ”Kewajiban kita kemudian adalah memelihara sustainabilitas program ini,” pesannya. “Kami jamin sustainabiiltas dengan diseminasi,” timpal Agustina Piryanti, Kadisdik Bandung Barat. [Ds]
Inisiatif Mutasi Iing Syam Arifin, bupati Ciamis, mengatakan sangat terbantu dengan program USAID PRIORITAS dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan tata kelola pendidikan. ”Khususnya dalam hal penataan dan pemerataan guru, kami di Ciamis merasa telah berhasil,” kata Iing. ”Kini di Ciamis terjadi mutasi guru secara bottom up atas inisiatif dan permintaan guru itu sendiri,” tambahnya. Iing menjelaskan, tumbuhnya keasadaran ini tidak terlepas dari kekompakan segenap stakeholder pendidikan di Ciamis yang berhasil meyakinkan guru-guru bahwa penataan dan pemerataan pendidik merupakan kebutuhan dan kepentingan guru sendiri. ”Di sini saya lebih senang dan tenang karena mengajar mata pelajaran yang saya ampu dan saya kuasasi,” kata Yulianah, guru terdampak PPG yang kini mengajar di SMPN 2 Cikoneng, Ciamis. [Ds]
Showcase Jabar Di Luar Kotak Lokakarya keberhasilan (showcase) USAID PRIORITAS di Jawa Barat berlangsung dalam bentuk pameran, talk show, dan diskusi kebijakan. Talk show memadukan aspek paparan dampak program, sambutansambutan, dan testimoni secara terintegrasi. Maka, tidak ada pidato sambutan formal dan panjang yang menjemukan. ”Showcase berjalan sangat baik. Stan pameran mencerminkan kemajuan sekolah mitra. Format acara
Showcase
dalam bentuk talk show sungguh menarik luar biasa,” ujar Stuart Weston, direktur USAID PRIORITAS. ”Dua pemandu talk show memberikan pengantar, membuka kontribusi spontan, dari audiens, dan tidak membiarkan pidato panjang membosankan,” tambahnya. Stuart hadir bersama Feiny Sentosa, wakil direktur USAID PRIORITAS yang mewakili pimpinan nasional USAID PRIORITAS. Dari kalangan pemerintah pusat hadir Bastari, Kepala Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan, BPSDMP-PMP Kemdikbud, dan
Rochmat Mulyana, Kasubdit Kelembagaan Direktorat Pendidikan Madrasah, Kemenag. Dari kalangan kepala daerah, hadir Iing Syam Arifin, bupati Ciamis. ”Talk show mengalir lancar dan bersambung antara satu narasumber dengan narasumber selanjutnya. Interaksi antara audiens dan narasumber VIP juga menarik. Interaksi itu membuat talk show lebih hidup,” ujar Feiny. Tampaknya, semua melihat showcase Jabar ini sebagai kreativitas di luar kotak. ”Semua ini pasti telah direncanakan matang,” pungkas Feiny. [Ds]
Siswa hingga Bupati Ungkap Testimoni catatan bahan evaluasi bersama guru yang disupervisi,” papar Eti. Hal senada disampaikan M. Ishak Saefulloh, kepala MTsN Wanayasa, Ciamis. Selain supervisi kelas, Ishak menekankan terobosan dan perubahan yang ia sebut terinspirasi USAID PRIORITAS. ”Kami melakukan perubahan penting di madrasah. Di antaranya, membentuk tim pengembang madrasah,” paparnya. Nunu Nugraha, ketua Komite SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi, mengaku USAID telah membuat peranan komite sekolah menjadi sangat penting. ”Dulu komite itu hanya tukang stempel. Kini atas binaan USAID, justru komite berperan sangat besar,” jelasnya. Pemerintah pusat dan daerah, Disdikbud dan Kemenag, sangat Dari kalangan LPTK, Kepala mendukung kelancaran showcase di Jawa Barat. Ini menandakan komitmen tinggi pemerintah terhadap program USAID PRIORITAS. LPM UPI Bandung Prof Soemarto menaruh apresiasi Demikian dikatakan oleh Erna Irnawati, Koordinator USAID tinggi terhadap USAID PRIORITAS Jawa Barat. Bagi Erna, dukungan pemerintah terhadap PRIORITAS. ”Kemitraan USAID showcase ini merupakan kelanjutan langsung dari dukungan kuat dan UPI merupakan investasi terhadap program. “Pemerintah daerah merasa memiliki dan Dari atas ke bawah: penting guna menyediakan bertanggung jawa atas keberhasilan program,” ujar Erna. Talk show dengan paparan singkat; calon guru yang kredibel, Termasuk dalam menyiapkan pameran, dukungan pemerintah Sebagai penjaga stan pameran, siswa inovatif, dan kreatif bagi SDN 1 Sindangsari Ciamis menjelaskan sangat kuat. Pameran meliputi dua puluh stan sekolah perwakilan kepada Bupati Ciamis mengenai tiga daerah mitra kohor satu (Bandung Barat, Cimahi, dan Ciamis), pendidikan dasar yang kandungan lsitrik dalam zat cair; dua LPTK mitra (UPI dan UIN), tiga daerah DBE (Karawang, Bogor, berkualitas,” tegasnya. Pembangkit listrik ternyata bekerja; Mengenai testimoni Bupati, dan Sukabumi), dan stan disdikbud provinsi. Merakit mobil bertenaga angin; lihat testimoni Bupati Ciamis “Saya senang dengan muatan mayoritas pajangan. Banyak karya Testimoni siswa MTsN Wanayasa; siswa yang baik dan gambar-gambar kegiatan sekolah,” kata Stuart. Iing Syam Arifin di halaman Testimoni kepala SDN Maroko; Karya siswa, alat peraga, RPP, media “Tidak terlalu banyak dekorasi yang tidak relevan,” tambahnya. [Ds] satu. [Ds] ”Saya senang belajar di MTsN Wanayasa. Kami bekerja sama dalam kelompok atau berpasangan. Kami juga berdiskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Karya kami dipajang di dinding kelas”. Demikian yang disampaikan Ayu Nursobah Zahrotul H., siswa MTsN Wanayasa, Banjarsari, Ciamis, pada showcase Jabar (28/4). Ia memberikan testimoni tentang proses belajar di madrasahnya. ”Kami diajak bereksperimen, berdiskusi, dan mempresentasikannya,” kata Ayu. Yusuf, kepala Kemenag
Ciamis, mengonfirmasi testimoni siswa tersebut. ”Kepala madrasah mengalami peningkatan kapasitas manajerial yang signifikan. Guru tampak inovatif dan kreatif menciptakan proses belajar aktif dan siswa terdorong untuk kreatif dengan penuh percaya diri,” tutur Yusuf. Di sisi lain, Eti Suhaeti, kepala SDN Maroko Cihampelas, Bandung Barat, membuktikan manfaat supervisi kelas sebagaimana hasil pelatihan. ”Saya melihat suasana belajar di kelas, RPP, lembar kerja, alat peraga, kegiatan siswa, karya siswa, perhatian guru, dan membuat
Pameran SD/MI hingga UPI/UIN
belajar, dan ragam inovasi dipamerkan.
7
2
Modul Dua, Praktik K-13 yang Utuh dan Runut “Pelatihan ini memberikan gambaran yang utuh dan proses yang runut mengenai implementasi kurikulum 2013. Skenario pembelajaran bertahap yang melibatkan siswa secara individu, berpasangan, berkelompok, dan klasikal benar-benar memberikan contoh praktis implementasi kurikulum 2013 yang efektif”. Hal itu dikatakan Marjuki dari Balai Diklat Kemenag Jawa Barat saat mengikuti pelatihan untuk fasilitator daerah (ToT) tingkat Jawa Barat (27/5-1/6). Pelatihan ini diikuti oleh tenaga pendidik (guru, kepala sekolah, pengawas, widyaiswara, dan dosen) perwakilan dari tiga daerah mitra PRIORITAS (Cimahi, Bandung Barat, dan Ciamis), UPI, UIN, LPMP, Disdik Jabar, dan Kemenag Jabar.
Pelatihan yang dipusatkan di Hotel Permata Garden, Bandung, itu mempersiapkan para fasilitator kabupaten/kota yang akan melatih dan mendampingi sekolah mitra dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. ”Kami memberikan keterampilan praktis kepada peserta dalam menerapkan pendekatan saintifik, penilaian autentik, mengembangkan budaya baca, dan manajamen sekolah yang mendukung keberhasilan pembelajaran,” kata Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat. Mastur Burhanuddin, widyaiswara BPPTK-PU Disdikbud Jabar yang terlibat langsung dalam pelatihan, menyampaikan apresiasinya. Menurut dia, pelatihan ini
memperkuat implementasi kurikulum 2013. ”Pelatihan ini langsung menyentuh roh kurikulum 2013, yakni praktik pembelajaran saintifik di ruang belajar. Ini sangat membantu kami yang sejauh ini kami belum masuk ke dalam roh kurikulum baru tersebut. Terus terang kami masih bergerak di bagian ’luar’ kurikulum 2013,” paparnya. Lebih jauh, Marjuki menilai pelatihan itu penting dalam membantu madrasah saat menerapkan kurikulum 2013. Widiyaiswara yang akrab disapa Pak Kiki tersebut juga mengapresiasi pola penilaian autentik. ”Penilaian autentik merupakan bagian penting dari implementasi kurikulum 2013,” ucapnya. [Ds]
Sesi-sesi TOT Modul 2 di kelas SD/MI dan SMP/MTs
Praktik Pembelajaran yang Menginspirasi “Bagi kami, praktik mengajar ini merupakan semacam ajang ujicoba rancangan pembelajaran,” ujar Asep Faizal Fitri, MTsN Sukasari Cimahi. Peserta melakukan praktik mengajar di SDN Utama Mandiri 1, SDN Cibabat Mandiri 2, SDN Mandiri 5, SMPN 2, dan MTsN Sukasari Cimahi (30/5). "Semua wajib praktik mengajar untuk mendapatkan pengalaman baru dalam mengimplementasikan
pembelajaran yang berhasil dalam implementasi Kurikulum 2013,” kata Sukiman, Spesialis Pelatihan Guru USAID PRIORITAS. Sepanjang sesi-sesi pelatiahan, peserta dilatih merancang pendekatan saintifik, penilaian autentik, dan mengembangkan budaya baca dalam pembelajaran. Pada praktik mengajar ini, guru dan dosen berkolaborasi dalam praktik mengajar. Selepas
praktik, peserta mengevaluasi kegiatan praktik. Mereka menimbang apa yang berhasil dan hal-hal perlu diperbaiki lebih lanjut. Para peserta pelatihan juga memanfaatkan catatan refleksi siswa sebagai feedback atas skenario pembelajaran. Komentar singkat, spontan, dan lugas dari para siswa itu menjadi sumber inspirasi tersendiri bagi para tenaga pendidik untuk menempa diri. [Ds]
Manajemen yang Kondusif bagi Pembelajaran ”Kita punya harapan besar untuk pendidikan. Sebab, peserta yang hadir di sini adalah para pendidik terbaik yang memiliki cita-cita luhur untuk generasi penerus bangsa. Tidak sedikit orang menyalahkan sistem pendidikan atas keadaan generasi muda yang memprihatinkan. Padahal, kita sudah berada pada jalan yang benar mengelola sekolah dengan manajemen yang mendukung pembelajaran berkualitas”. Kalimat tersebut disampaikan Dedi Sutardi,
sekretaris Disdikbud Jawa Barat, saat membuka pelatihan untuk pelatih (ToT) tingkat Jawa Barat (27/5). Dedi juga menekankan pentingnya interaksi aktif antara kepala sekolah, guru, dan murid. ”Interaksi ini bisa menemukenali dan mengembangkan potensi anak. Rasanya, kita sudah melakukan yang benar,” tegas Dedi. Selain aspek pembelajaran, peserta mendapatkan materi manajemen sekolah. Materinya berfokus pada kepemimpinan
dalam pembelajaran, pengelolaan program budaya baca, dan menyusun anggaran sekolah berbasis pembelajaran. Materi ini untuk memfasilitasi sekolah dalam mengembangkan manajemen yang mendukung keberhasilan pembelajaran. ”Kasek, guru, dan komite sekolah dapat bekerja sama dalam manajemen yang mendukung keberhasilan pembelajaran,” tegas Handoko Widagdo, spesialis pengembangan sekolah USAID PRIORITAS. [Ds]
April - Juni 2014
3
Rangkaian praktik pembelajaran TOT Modul 2 di SDN Utama Mandiri 1, SDN Cibabat Mandiri 2, SDN Mandiri 5, SMPN 2, dan MTsN Sukasari Kota Cimahi
Kabar Daerah ‘ Kuningan Lebih Siap Jalankan K-13
Asep Taufik Rohman (kanan), didampingi Samsuni, memberikan pengantar pelatihan.
“Pendampin gan mengawal penerapan hasil pelatihan a gar optimal.” Asep Taufi k Rohman Kadisdikpo ra Kuningan
Hasan Bisri (kanan), Komisi D DPRD dan Rochim Sutisna (kiri), Kadisdik, tampak dalam lokakarya penyamaan persepsi PPG Kab. Bekasi (10/6)
“Rasio guru-siswa Tasik terlalu 'mewah' (1:17 di jenjang SD dan 1:13 di jenjang SMP). PPG harus berdasar kesamaan persepsi, kesepakatan bersama, dan kerjasama kompak segenap pihak.” Jalaluddin Kabid Dikmen Disdik Tasikmalaya
Guru-guru di Kuningan yang mengikuti pelatihan guru dalam program USAID PRIORITAS tentu dapat memandu pembelajaran aktif. Kepala sekolah dan komite sekolah juga lebih siap menjalankan manajemen berbasis sekolah (MBS) yang transparan dan akuntabel. Dengan demikian, sekolah lebih siap menerapkan kurikulum 2013 (K-13). Hal ini ditegaskan Asep Taufik Rohman, kepala Disdikpora Kab. Kuningan, saat membuka pelatihan MBS di SDN 3 Lengkong (4/6). Asep juga yakin tata kelola yang baik dapat mendukung kualitas belajar yang baik.
Sekolah yang transparan dan akuntabel dapat mendukung proses pembelajaran yang baik. ”Proses pembelajaran siswa di dalam kelas lebih berkualitas,” tuturnya. Kadisdik menambahkan, pelatihan akan ditindaklanjuti dengan pendampingan terhadap sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS. ”Pendampingan mengawal penerapan hasil pelatihan agar optimal. Didampingi fasda, guru dan kepala sekolah juga dapat terbantu dalam menerapkan hasil pelatihan,” papar Taufik. Samsuni, kepala SDN 3 Lengkong, menyatakan bahwa kegiatan tersebut sangat
membantu pihaknya dalam mengelola sekolah. ”Ini merupakan awal dari proses perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan sekolah,” jelasnya. Samsuni yakin sentuhan USAID pada aspek pembelajaran dan manajemen sangat berarti bagi sekolah. '”Kepala sekolah, komite, dan guru diharapkan bersinergi untuk membangun kemajuan sekolah,” jelasnya. Kadisdik Taufik juga menjelaskan, selain fokus di pelatihan tingkat sekolah, USAID PRIORITAS membantu Kuningan pada tingkat daerah. Salah satunya, kata Taufik, adalah penataan dan pemerataan guru (PPG). [Asb]
Pernah Gagal, Bekasi Kini Yakin PPG Berhasil Guru yang dipindah dari Tambun Selatan minta balik lagi dengan berbagai dalih. Rupanya perlu ada perubahan mindset di kalangan guru. Orang tua juga cenderung memaksakan anaknya di sekolah-sekolah gemuk sehingga terjadi penumpukan siswa di Tambun Selatan. Perubahan mindset juga diperlukan di kalangan orangtua siswa. Itulah apa yang ditegaskan Rohim Sutisna, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, pada lokakarya penyamaan persepsi tentang penataan dan pemerataan guru (PPG) USAID
PRIORITAS di Kabupaten Bekasi (10/6). Rohim berharap agar USAID PRIORITAS bisa membantu Bekasi untuk mengatasi masalah distribusi guru lewat PPG. Harapan ini dikuatkan oleh Hasan Bisri dari Komisi D DPRD Kab. Bekasi. Dia mengatakan, USAID PRIORITAS diharapkan dapat membantu Bekasi dalam mengatasi distribusi guru untuk menjamin mutu pendidikan yang baik. Bisri menilai penerbitan Perda PPG sangat mendesak. ”Tanpa perda itu, saya tidak terlalu yakin PPG akan berjalan
efektif,” tegasnya. Kabid SMP Disdik Bekasi Ruminta mengaku mutasi guru di Bekasi gagal karena kurang terencana, kurang terkonsep, dan kurang sosialisasi. ”Dengan dukungan USAID PRIORITAS, saya yakin Bekasi dapat menerapkan PPG secara terprogram yang diawali dengan pemetaan,” ujar Ruminta. Keyakinan tersebut didukung Muhammad Dahim, ketua Dewan Pendidikan Kab. Bekasi. Dahim menyatakan apresiasi dan dukungannya terhadap rencana pemerataan dan penataan guru. [Ds]
Guru di Tasik, Berlebih tapi Belum Tertata Guru belum tertata dengan baik sehingga mutu pembelajaran belum memenuhi harapan ideal. Penataan guru hendaknya menjadi komitmen seluruh pihak pemangku kepentingan pendidikan dan tidak terhambat oleh kepentingan individu atau politik tertentu. Hal itu diungkapkan Abdul Kodir, Sekretaris Daerah Kab. Tasikmalaya, pada lokakarya penyamaan persepsi mengenai penataan dan pemerataan guru (PPG) di Tasikmalaya (13/6).
Lokakarya diikuti para pejabat dinas pendidikan, Kemenag, BKD, DPRD, bappeda, dewan pendidikan, PGRI, dan UPTD. ”Atas nama pemerintah Bekasi, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada USAID. Kita bekerjasama meningkatkan mutu pendidikan melalui program USAID PRIORITAS,” kata Abdul Kodir. Ia menyebut program USAID PRIORITAS ditunggu-tunggu demi mutu pendidikan. ”Kami
ingin anak-cucu yang aktif, kreatif, dan inovatif. Ini perlu biaya besar, sangat mahal. Maka, bantuan USAID PRIORITAS sangat berarti bagi masyarakat Tasik,” tuturnya. Pada kesempatan yang sama, H Jalaluddin, Kabid Dikmen, menyampaikan bahwa sejak terbit SKB Lima Menteri, pihaknya telah mencoba melakukan PPG. Tetapi, ia mengaku sudah ”lelah” karena sulit berjalan dan banyak hambatan ”kemanusiaan”. [Ds]
7
4
Bupati Cirebon: Sebaran Guru Perlu Penataan Pemerintah Kabupaten Cirebon menyadari sebaran guru masih belum tertata dan belum merata. Upaya menata guru pernah digagas, tapi belum ditemukan model dan cara tepat untuk daerah Cirebon. Karena itu, dukungan USAID PRIORITAS sangat dibutuhkan untuk menata guru demi meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten tersebut. Inilah yang diutarakan Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi Sastra pada lokakarya penyamaan persepsi mengenai penataan dan pemerataan guru (PPG) di Cirebon (11/6). ”Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada USAID atas bantuannya dalam meningkatkan mutu pendidikan lewat program USAID PRIORITAS. Khususnya, PPG” tegas bupati. Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Erus Rusmana yakin program USAID PRIORITAS merupakan anugrah bagi Cirebon. Ia menyatakan siap memaksimalkan implementasi program USAID PRIORITAS bagi kemajuan masyarakat Cirebon, termasuk program PPG.
”PPG merupakan sesuatu yang bersifat sensitif secara psikologis, geografis, dan sosiologis. Dukungan USAID sangat kami butuhkan,” kata Rusmana. Supadi Priyatna dari BKPPD (Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah) menambahkan PPG merupakan bagian penting dari pembenahan pegawai secara umum. ”Ini harus diawali dengan pemetaan yang akurat. Untuk itu, dibutuhkan komitmen dan keberanian yang kuat sambil memperhatikan berbagai faktor,” ujarnya. H Safari M., staf ahli bupati, menjelaskan indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Cirebon belum baik. Ia menduga, salah satu penyebabnya ialah aspek guru yang belum tertata baik. ”Semoga PPG menjadi salah satu langkah strategis untuk peningkatan kualitas pendidikan sebagaimana tercermin pada IPM,” tegas Safari. Namun, ia segera menegaskan bahwa sebenarnya masalah utama Cirebon adalah kekurangan guru. ”PPG kiranya bisa menjadi solusi agar tenaga pengajar yang terbatas ini bisa bekerja secara
efektif dan efisien,” harapnya. Rudianto, pengurus PGRI, menyambut baik PPG karena terkait dengan kenyamanan guru dalam menunaikan profesinya. Terutama memenuhi haknya terkait jam mengajar. ”Dengan PPG, kami berharap tidak lagi mengemis jam mengajar ke sekolah-sekolah lain,” tuturnya. Mengenai pentingnya PPG, H Kasta, pengurus dewan pendidikan, menyebut banyak sekolah di daerah terpencil yang kekurangan guru. Ia berharap PPG mampu menjadi solusi. ”Namun, dalam rekrutmen guru, kita harus berani menolak titipan,” tegasnya. Masalah guru juga terjadi di lingkungan madrasah. Mushofa, perwakilan Kemenag, mengungkapkan banyak guru agama yang terpaksa mengajar bidang umum. ”Kami mohon pemerintah juga menata guruguru madrasah,” pintanya. Atas ke Bawah: Erna Irnawati, Koordinator Bupati Sunjaya (kanan) meminta model dan cara tepat PPG; USAID PRIORITAS Jawa Barat, Safari yakin guru yang belum mengatakan bahwa Perber 5 tertata dengan baik merupakan Menteri mengatur Bupati penyebab rendahnya IPM; bertanggung jawab atas PPG. Erna (kiri) mendukung Cirebon “Kami mendukung Cirebon memenuhi amanat kebijakan memenuhi amanat kebijakan nasional tentang PPG. tersebut,” ujar Erna. [Ds]
Tata Guru,Timbang Domisili dan Kualifikasi Penataan guru seyogianya mempertimbangkan domisili guru, latar belakang pendidikan guru, dan berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan. Segenap stakeholder pendidikan, yaitu disdik, Kemenag, DPRD, bappeda, PGRI, dewan pendidikan, dan BKD, hendaknya berkerja sama menyukseskan PPG. Itulah pesan Hj Utje Ch. Hamid Suganda, bupati Kuningan, sebagaimana disampaikan oleh Asep Taufik Rahman, Kadisdik, pada lokakarya penyamaan persepsi PPG di Kuningan (12/6). Taufik menyampaikan, secara kuantitas Kuningan mengalami kelebihan guru sekitar 2.700
orang, tapi secara kualitas (kompetensi, kualifikasi, link-andmatch, dan sebaran) Kuningan mengalami kekurangan guru. ”Untuk itu, Kuningan butuh program PPG,” tegasnya. Ia juga berpesan agar guru yang kelak terdampak PPG dapat memahami bahwa PPG pada akhirnya dilakukan demi kebaikan dan kemaslahatan guru itu sendiri. ”Makanya, bupati berpesan bahwa PPG harus mempertimbangkan domisili, kualifikasi, dan berorientasi pada peningkatan mutu,” kata Taufik. ”Kualitas itu sebenarnya nomor dua. Yang penting kecukupan dan kemerataan dulu,” lanjutnya. Sementara itu, Kepala BKD
Uca Somantri mengimbau para pemangku kepentingan untuk solid dalam melaksanakan PPG agar tidak ada efek samping kekecewaan di pihak yang terdampak PPG. Uca mengatakan bahwa daerah pedesaan yang terpencil perlu mendapat perhatian bersama agar tidak mengalami kekurangan guru. ”USAID PRIORITAS diharapkan membantu pelaksanaan PPG secara rapi dan tidak berefek samping. Dengan begitu, sebaran guru merata hingga ke daerah terpencil,” tuturnya. [Ds]
Atas: Asep Taufik Rahman menyampaikan pesan Bupati Hj. Utje Ch. Hamid Suganda ihwal pemetaan guru; Bawah: Uca Soemantri mengimbau para
pemangku kepentingan untuk solid dalam melaksanakan PPG.
April - Juni 2014
5
Ciamis Diseminasi Semua Madrasah
Momen-momen pelatihan di MTsN Cijeunjing, Ciamis (11-13/6)
“Diseminasi itu sepatutnya menggunakan dana APBD agar tidak membebani sekolah. Sesuai instruksi Bupati, kami siapkan dana APBD untuk diseminasi program USAID PRIORITAS.” Tatang Kepala Disdikbud Ciamis
Seluruh guru madrasah, baik PNS maupun non-PNS, berkesempatan mengikuti pelatihan USAID PRIORITAS. Model pelatihan guru USAID PRIORITAS adalah yang terbaik. Inilah pesan pokok yang disampaikan Yusup Umar, kepala Kemenag Ciamis saat mengawali kegiatan diseminasi pembelajaran kontekstual di MTs Negeri Cijeungjing (1113/6). Pelatihan itu diikuti 60 guru dan kepala sekolah dari delapan MTs di KKM MTsN Cijeungjing dan MTsN Ciamis. ”Nggak apa-apa diseminasi saat ini gotong royong. Tahun
depan kita gunakan dana DIPA (daftar isian pelaksanaan anggaran),” janji Yusup. ”Bagi guru, pelatihan ini jelas meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi siswa, proses belajar jadi aktif dan menyenangkan,” kata Saeful Uyun, kepala MTsN Cijeungjing. Gunawan, kepala MTsN Ciamis, menimpali, ”Pelatihan ini berdampak positif terhadap proses belajar. Materi pelatihan memuat model-model pembelajaran yang lebih aplikatif sesuai dengan napas kurikulum 2013”. Selanjutnya untuk program
pendampingan, Kemenag akan melatih lagi beberapa guru yang menjadi peserta terbaik pelatihan ini dalam bentuk ToT. Tujuannya, membantu fasda yang jumlahnya sangat terbatas. Dengan demikian, Kemenag berharap agar program diseminasi berjalan sesuai target. Sebagaimana diungkap Yusuf Umar di muka, Kemenag Ciamis menargetkan seluruh guru madrasah bisa mengikuti program pelatihan USAID PRIORITAS. Untuk kepentingan ini, Kemenag juga tengah merintis kerjasama langsung dengan Disdik.[Mir]
Diseminasi Gencar Teguhkan K-13 Sementara banyak program yang bersifat parsial, program USAID PRIORITAS bersifat utuh dan menyeluruh meliputi tiga komponen. Program ini juga sangat mendukung pelaksanaan kurikulum 2013. Karena itu, penyebarluasan praktik yang baik USAID PRIORITAS menjadi keharusan bagi Kabupaten Sukabumi. Diseminasi wajib dilakukan secara gencar. Hal ini ditegaskan Maman Abdurrahman, kepala Dinas
Pendidikan Kab. Sukabumi, pada lokakarya perencanaan diseminasi program USAID PRIORITAS di Sukabumi (20/6). H Nahji dari dewan pendidikan menambahkan bahwa SPM (standar pelayanan minimal) harus tercapai pada 2014. Ia menegaskan perlunya mendorong PSM (peran serta masyarakat) dengan menyasar CSR (corporate social responsibility) guna mendukung kemajuan sekolah. ”Dalam hal ini, kita perlu
mendorong penerbitan perbup,” kata Nahji. Empan Apandi, pengawas sekolah, menyampaikan bahwa saat ini para guru sedang sibuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Ia yakin dalam hal ini PRIORITAS relevan. ”Untuk menguatkan kapasitas para guru dalam implementasi K-13, seyogianya program USAID PRIORITAS didiseminasikan untuk menjangkau lebih banyak sekolah,” urainya. [Ds]
Diseminasi Perkuat Kualitas SDM secara Merata Maman Abdurrahman (kiri), Kadisdik, berbincang serius dengan Ilyas, DPRD, pada lokakarya perencanaan diseminasi Kab. Sukabumi (20/6)
“Saya mengapresiasi inisiatif sekolah/madrasah yang telah menggunakan dana mandiri ratusan juta. Tapi, kami tetap siapkan dana APBD yang lebih besar untuk diseminasi program USAID PRIORITAS.” Helmi Budiman Wakil Bupati Garut
Semua sekolah perlu mendapatkan manfaat program USAID PRIORITAS. Maka, perlu segera dirancang strategi penyebarluasan program USAID PRIORITAS ke sekolah nonmitra. Ini sejalan dengan instruksi Bu Wali yang pada kesempatan showcase Februari lalu menegaskan perlunya diseminasi program USAID PRIORITAS. Demikian dikatakan oleh Eddy Junaedi, kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, dalam lokakarya perencanaan diseminasi program USAID PRIORITAS (23/6). Mardi, perwakilan BKD, mendorong segenap pihak
untuk berkomitmen menyebarkan praktik yang baik pendidikan dasar. Mardi melihat peluang utama Cimahi adalah SDM. ”Program USAID PRIORITAS perlu disebarkan ke semua sekolah agar mutu guru merata dan akses pendidikan dasar yang berkualitas juga merata,” ujarnya. Dasep, koordinator pengawas, menyampaikan bahwa pendekatan dan paket pelatihan USAID PRIORITAS sangat khas dan mengaktifkan peserta. Menurut dia, para guru yang telah dilatih dua tahun program USAID PRIROITAS di Cimahi mengalami kemajuan
dalam mengajar. ”Karena itu, program USAID PRIORITAS perlu disebarkan ke sekolah lain di Cimahi. Diseminasi akan berdampak semua sekolah mengalami kemajuan,” tegas Dasep. Hilda Hidayati, kepala SMPN 3 Cimahi, mengaitkannya dengan K-13. Ia yakin dengan diseminasi semua guru siap melaksanakan kurikulum 2013. Deden, staf Bappeda, menyarankan para pengawas dan kepala sekolah untuk menyusun perencanaan diseminasi yang matang. ”Untuk pendanaan, kita perlu mencari celah-celah dan bappeda siap mendukung,” janjinya. [Ds]
7
6
Siswa Atasi Masalah Alam dengan Karya Televisi kerap memberitakan bencana banjir yang melanda banyak tempat di belahan dunia. Bencana ini mengakibatkan korban jiwa dan kerugian materi yang tidak sedikit. Berita ini menginspirasi dan menggugah siswa kelas IV MI Asih Putera Cimahi untuk mencari solusi. muncullah ide menciptakan sebuah alat yang mampu memberi peringatan dini guna meminimalisasi kerugian akibat banjir. Dengan menggunakan alat dan bahan sederhana yang ada di sekitar lingkungan, para siswa berhasil menciptakan Alat Detektor Banjir (ADB).
Proses belajar menempuh metode Problem Based Learning dan prinsip pembelajaran PGBU (Pikir-Gambar-Buat-Uji) yang biasa diterapkan pada Pendidikan Teknologi Dasar (PTD). Sebagai guru, Seno M. Daud mengawali pembelajaran mengajak siswa menonton televisi mengenai berita banjir. Berita itu menyajikan masalah yang menantang siswa berPIKIR memahami masalah, berdiskusi mengidentifikasi sebanyak mungkin alternatif pemecahannya, dan kemudian menentukan alat yang perlu dibuat.
BAGAN ALIR
ALAT DETEKTOR BANJIR Ì Ė Ĭ Ė I Ė ĢÈ 1. BANJIR melanda banyak tempat 2. MERUGIKAN (tanaman, hewan, harta benda & nyawa warga) 3. BERBAHAYA (Datang tiba-tiba; malam hari) a. Warga sering lalai b. Warga sedang tertidur lelap
PIKIR: BAGAIMANA cara mengurangi kerugian akibat banjir ALAT apa yang mampu MENDETEKSI banjir? a. Warga diingatkan (dikagetkan) b. Warga dibangunkan dengan suara
GAMBAR:
UJI
BUAT
Kedua, diajak memvisualisasi pikiran dengan membuat GAMBAR rancangan alat. Siswa mengembangkan imajinasinya membuat gambar. Ketiga, siswa bekerjasama mem-BUAT karya menggunakan alat dan bahan sederhana. Alat dan bahan itu meliputi karet gelang, botol bekas air mineral, baterai, kabel, sterofoam, lidi, dan potongan kayu bekas. Model ADB karya kelompok itu kemudian kemudian di-UJI. Ini dilakukan dengan cara ujicoba ADB sehingga terbukti menghasilkan suara alarm peringatan dini banjir. Azifa dan Hanif, siswa MI Asih Putera, Praktik pembelajaran ini sedang merangkai ADB dengan alat dan bahan sederhana (atas) dan berhasil membuktikan bahwa sedang menguji-coba ADB dengan model dan pendekatan menuangkan air ibaratkan pembelajaran yang tepat banjir (bawah). ternyata bermakna ganda. Pertama, ia membuat pembelajaran tematik integratif lebih efektif. Kedua, ia dapat melahirkan gagasan dan karya inovatif yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Ketiga, tentu saja proses pembelajaran ini membuat siswa asyik belajar dan, lebih dari itu, siswa merasa senang dan bangga dengan karya. Seno M. Daud MI Asih Putera Cimahi
Fair dan Sportif, Penilaian Autentik oleh Siswa Saat belajar cipta puisi, siswa diberi kesempatan bekerja kelompok. Mereka melakukan semacam brainstorming curah inspirasi mengenai topik-topik puisi yang menarik. Kelompok yang tampak kurang hidup saya dekati dengan pertanyaan stimulan. Setelah tampak mempunyai bahan yang cukup hasil diskusi kelompok, siswa bekerja secara individual mencipta puisi. Saya bebaskan siswa mencari tempat dan suasana kondusif di sekitar sekolah sesuai mood masingmasing. Saya perhatikan satu demi satu siswa yang tengah
asyik mencipta karya. Berhasil mencipta puisi, siswa kembali ke kelompoknya. Setiap anggota kelompok membacakan puisi karyanya di depan teman sekelompok. Sementara teman-temannya memberikan penilaian dengan mengisi rubrik penilaian. Usai penampilan, angka penilaian direkapitulasi. Aspek penilaian meliputi penulisan dan pembacaan puisi. Nilai akhir merupakan perpaduan antara nilai penulisan dan pembacaan. Hasil penilaian diumumkan. Siswa tampak puas dengan penilaian diri dan menerima
penilaian sebayanya. Penilaian seperti ini ternyata efektif. Kuncinya, intruksi yang jelas dan rubrik yang jelas juga. Siswa ternyata tertantang untuk bertanggung jawab dengan penilaiannya. Siswa cenderung jujur dan mampu mengukur diri. Siswa juga sportif menilai temannya. Inilah praktik self assessment sebagaimana dimaksud oleh Atas ke Bawah: Douglas Brown. Self assessment Siswa kelas 8E SMPN 1 Tengahtani Kab. Cirebon sedang menulis puisi; bisa menjadi solusi atas keluhan, Rusman Koko sedang membacakan “K-13 adalah beban bagi guru, puisi sambil dinilai oleh teman satu terutama penilaian.” kelompoknya; Rudianto Siswa sedang merekap nilai untuk SMPN 1 Tengahtani Cirebon
April - Juni 2014
7
menentukan nilai akhir untuk aspek menulis puisi dan membaca puisi.
Asyik Belajar Kenampakan Alam dan Buatan Saya mengawali pembelajaran IPS di kelas V dengan tanya jawab tentang alam Indonesia. Siswa tampak berebut menjawab dan berkomentar. Perbincangan itu kemudian mengerucut pada tujuan pembelajaran. Dalam rangka eksplorasi, siswa mengamati peta untuk mengenali macam kenampakan alam dan buatan. Siswa diberi kesempatan untuk menyebutkan dan menuliskan ragam kenampakan yang ada pada peta. Dalam rangka elaborasi, siswa dibagi menjadi enam kelompok berdasarkan ragam kenampakan alam dan buatan (pegunungan, gunung, sungai, teluk, tanjung, dan danau). 1 Sepasang siswa merujuk buku sumber untuk memahami ragam Setiap siswa menuliskan kenampakan; minimal dua nama ragam 2 Kelompok aktif bekerjasama mengidentifikasi ragam kenampa- kenampakan alam atau buatan sesuai dengan kelompoknya kan alam sesuai nama kelompok; 3 Memajang hasil kerja kelompok pada kertas warna. yang telah direvisi sesuai feedback. Siswa berdiskusi dan
1
2
3
meluruskan kesalahan menempelkan hasilnya pada pemahaman, memberikan kertas plano. Setiap kelompok bergantian mengadakan kunjung penguatan, dan penyimpulan. Saat menutup proses belajar, kerja untuk memberikan saya melakukan penilaian dan penilaian pada kelompok yang refleksi terhadap kegiatan yang lainnya dengan menulis pada sudah dilaksanakan. Saya juga kertas post-it. memberikan umpan balik Setiap kelompok bergilir terhadap proses dan hasil mempresentasikan hasil pembelajaran. Untuk kerjanya yang telah diberikan pengembangan lebih lanjut, saya komentar oleh kelompok lain. memberi pekerjaan rumah (PR). Setiap kelompok menempelkan hasil kerjanya pada papan Wiwin Carwinah pajangan. Dalam rangka konfirmasi, kami bertanya jawab tentang halhal yang belum diketahui siswa. Kami juga bertanya Mendampingi kelompok yang mengalami kesulitan jawab untuk SDN 1 Sindangsari, Banjarsari, Ciamis
Buku Besar Zhafira Buat Mitch Kirby Terkesan ”Excellent. Perencanaan dan praktik pembelajaran sangat baik,” ucap Mitch Kirby, senior education specialist USAID Washington, menilai proses pembelajaran kelas awal di Kota Cimahi. Ia berkunjung untuk menyaksikan proses pembelajaran di dua sekolah mitra USAID PRIORITAS, SDN Utama Mandiri 1 dan SDN Utama 6 Kota Cimahi. Ia juga bertemu dengan sejumlah dosen UPI untuk membicarakan program USAID PRIORITAS di UPI, khususnya mengenai pembelajaran membaca di kelas awal (18/6). Proses pembelajaran di kelas 3 SDN Utama Mandiri 1 menggunakan sebuah big book yang merupakan karya cipta 1 Kusmayati perlihatkan buku besar Zhafira, salah seorang siswa ke kelompok siswa: kelas tersebut. Didampingi 2 Siswa membaca dan menuliskan deskripsi buah-buahan yang terdapat Lynne Hill, teaching and learning specialist USAID PRIORITAS, pada buku besar; 3 Zhafira berfoto dengan Mitch Kirby, Mimy Santika, USAID Indonesia,
dan Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, Mitch Kirby mengapresiasi big book karya siswa tersebut dan mengamati secara saksama proses pembelajaran. Kusmayati membuka halaman demi halaman buku besar karya Zhafira dan menunjukkannya ke setiap kelompok siswa. Ia minta kelas bersama-sama menyebutkan gambar buah dan membaca tulisan yang tertera di setiap halaman. Pada giliran berikutnya, penyebutan dan pembacaan itu dilakukan oleh kelompok dan kemudian individu. Mitch tersenyum puas dengan keaktifan dan antusiasme siswa mengikuti proses belajar. Setelah menyatakan salut dan memuji para guru SDN Utama Mandiri 1 dan SDN Utama 6 Kota Cimahi, Mitch berpesan bahwa para guru harus terus meningkatkan
budaya baca. ”Siswa didorong untuk mampu membaca dan memahami apa yang dibaca,” kata Mitch. Ia juga berpesan hendaknya guru mengidentifikasi tingkat kemampuan setiap siswa dalam membaca. ”Mana di antara siswa yang kuat, sedang, atau lemah dalam kemampuan membaca. Siswa dengan kemampuan berbeda perlu mendapat perlakuan yang berbeda pula,” tegasnya. Ia menyampaikan nilai penting kemampuan membaca sebagai fondasi kinerja akademik. ”Dengan fondasi membaca yang kuat, siswa dapat menguasai mata pelajaran lain dengan baik,” ujarnya. ”Lanjutkan praktik-praktik yang baik dan tingkatkan bagian-bagian yang perlu ditingkatkan,” pungkasnya. [Ds]
Kabid Dikdas, Kepala, dan Komite.
7
8
Cipta Roda Meter Sederhana untuk Mengukur Jarak Dalam rangka apersepsi, Nuni Fitria Rosa, guru matematika SMPN 1 Cipatat, Bandung Barat, bertanya kepada siswa mengenai rumus keliling lingkaran. ”Rumus keliling lingkaran adalah v x diameter,” jawab Rika. Nuni kemudian menjelaskan tujuan belajar kali ini adalah menerapkan rumus tersebut dalam kehidupan sehari-hari. ”Apakah ada di antara kalian yang pernah mengukur jarak dari rumah ke sekolah?” ”Saya belum pernah mengukurnya secara langsung, Bu. Tapi, saya pernah ikut sepeda motor Ayah. Saat berangkat, saya catat angka yang tertera di spidometer. Begitu tiba di sekolah, saya lihat kembali angkanya dan dikurangi angka berangkat,” kata Candra. Rika punya pengalaman lain tentang mengukur jarak. ”Saya pernah melihat orang mendorong-dorong alat seperti mainan anak di jalan raya,” ujarnya. Nuni kemudian menjelaskan bahwa sepeda motor itu bisa menjadi alat modern untuk mengukur jarak. Sementara alat yang didorong-dorong itu merupakan rodameter. ”Sekarang coba kalian buat rodameter sederhana ya,” kata Nuni. Candra dan Rika kemudian menunjukkan bahan-bahan
untuk melaksanakan perintah Nuni. Bahan-bahan itu meliputi gunting, jangka, penggaris, kardus, lakban, dan lain-lain. Candra menggunakan jangka untuk membentuk kardus menjadi lingkaran roda dengan diameter 35 cm. ”Jari-jarinya 17,5 cm karena jari-jari itu setengah dari diameter,” kata Rika. Dua lingkaran kardus itu digabungkan dengan lakban. Roda lalu diberi tangkai dengan kayu hingga titik as sehingga roda bisa berputar. Roda dan tangkai kayunya dibalut kertas hias sehingga tampak menarik. Pada roda-meter sederhana itu ditulis ukuran diameter, jari-jari, dan rumus keliling lingkaran. Roda-meter dilengkapi dengan alat bunyi yang berbunyi setiap satu kali putaran roda. Alat bunyi terbuat dari plastik pegas yang menempel di roda dan menimbulkan gesekan bunyi ketika tergesek oleh tangkai roda. ”Ini, Bu, rodameternya sudah jadi,” kata Candra. ”Nah, Rika, alat yang kamu bilang didorongdorong di jalan itu modernnya. Ini alat sederhananya,” kata Nuni. ”Kamu bisa membuatnya dengan menggunakan bahanbahan sederhana,” tambah Nuni. Nuni kemudian minta Candra dan Rika menunjukkan
cara kerja alat ciptaan mereka itu. Candra dan Rika kemudian mengatakan bahwa mereka akan mencoba mengukur jarak dari rumah ke sekolah. ”Untuk menggunakan rodameter, tempatkan roda pada titik start. Setiap satu putaran, roda akan berbunyi,” kata Candra yang kemudian menjalankan roda itu. Setiap berunyi tanda lengkap satu putaran, Rika menghitung angka dalam bahasa Inggris. Setelah selesai pengukuran, Candra menjelaskan bahwa rodameter itu berbunyi tiga kali. Karena diameter roda adalah 35 cm, kelilingnya adalah v x diameter = 22/7 x 35 cm = 110 cm (1,1 m). Jarak dari rumah ke sekolah jumlah putaran kali keliling rodameter, yakni 3 x 1,1 m = 3,3 m. Rika kemudian mengulangi semua penjelasan Candra mengenai penggunaan rodameter itu dalam bahasa Inggris. Secara fasih dalam bahasa Inggris, Rika menjelaskan tata cara pengukuran, proses penghitungan dengan rumusrumus matematikanya, hingga ketemu hasilnya berupa jarak rumah-sekolah. ”So, the distance from house to school is three rounds multiply 1,1 m. It is equal 3,3 meters,” ujar Rika. Wakil Bupati dan hadirin pun riuh memberi aplaus rasa bangga. (Ds)
Bangku Baca Tumbuhkan Budaya Baca Ide ini bermula dari kerisauan Cucum Suminar, kepala SDN Utama Mandiri 1 Kota Cimahi. Waktu istirahat, siswa berlarilari ke sana kemari. Ia lantas terpikir untuk mendorong siswa memanfaatkan waktu istirahat secara produktif. Cucum bicara kepada orang tua dan komite. Mereka sepakat berinfak dan sekolah menyisihkan dana BOS. Dibuatlah sejumlah tempat duduk di berbagai sudut sekolah, di bawah pepohonan rindang. Di
teras sekolah disiapkan sejumlah meja ibarat sudut baca, menjajakan sejumlah buku cerita. Siswa melahap sejumlah buku. Mereka bolak-balik ke sudut baca ganti buku. Ada yang selesai baca 1-4 buku per hari. Kebiasaan mengobrol dan kejarkejaran waktu istirahat berubah menjadi kegiatan membaca dan bercerita hasil bacaan. Jenuh dengan mata pelajaran di kelas, siswa menemukan kompensasi di bangku baca.
Tanpa dijadwal, spontan, rileks, santai, tidak formal, namun tetap akademik. Minat baca siswa pun tumbuh signifikan. Buku baru diburu. Kini sekolah kewalahan memenuhi gairah membaca siswa karena koleksi buku cerita yang terbatas. Cucum mendekati komite untuk menambah koleksi buku cerita. Sebab, dana BOS tak bisa digunakan untuk membeli buku cerita, tapi untuk penyediaan buku-buku sumber K-13. [Ds]
April - Juni 2014
9
Candra dan Rika menjelaskan spesifikasi roda-meter buatannya. Mereka memperagakan cara kerjanya. Rika menjelaskan dalam Bhs. Inggris. Wabup memberi applaus bangga.
Taryana, SDN Sarimukti Cipatat Kab. Bandung Barat
PAKEM, Siswa Bangun Sendiri Pengetahuan
Alat peraga sederhana pergerakan bumi, bulan, dan matahari.
Suasana belajar tanpa PAKEM.
Selama ini proses pembelajaran belum optimal karena dua hal. Pertama, proses belajar masih bersifat informatif. Pebelajar tidak aktif membangun sendiri pengetahuan. Kedua, proses belajar masih berpusat pada pembelajar. PAKEM merupakan pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
Tahap eksplorasi
subjek belajar. Sebagai fasda, saya mencoba menerapkan PAKEM terlebih dahulu agar, ketika memfasilitasi pelatihan dan mendampingi sekolah mitra, saya sudah punya pengalaman untuk berbagi. Proses PAKEM menggunakan alat peraga hasil karya saya sendiri. Siswa belajar IPA tentang pergerakan bumi, bulan,
Tahap elaborasi
dan matahari. Siswa lebih termotivasi untuk ikut terlibat dalam tahap-tahap kegiatan. Tahapannya meliputi eksplorasi, elaborasi, konfirmasi, dan evaluasi. Sebagai dampak, sekolah saya mengalami perubahan penting meski bukan sekolah mitra USAID. Guru lain pun tertarik. []
Tahap konfirmasi
Tahap evaluasi
Ani Suparti, SMPN 2 Sumber Kabupaten Cirebon
Sejarah Kolonialisme Tumbuhkan Nasionalisme Proses belajar mengenai kolonialisme berlangsung dalam dua pertemuan dengan metode jigsaw. Pada pertemuan pertama, setiap kelompok berdiskusi tentang: Proses masuk bangsa Eropa ke Indonesia dengan peta. Tujuan Portugis dan Spanyol ke Indonesia. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Portugis. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Spanyol. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Inggris. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap VOC Dari atas ke bawah: (Belanda). Siswa sedang bekerja kelompok dalam tim ahli. Salah seorang siswa sedang mempraktikkan hasil diskusi di kelompok asal. Beberapa siswa sedang meref leksi proses pembelajaran jigsaw.
ÍŎ Ĉ
n ilaia pen soal, l a o s ti toh lipu an, Con tes me i jawab n. c a kun penilai r o sk dan
Ĭ ŎMÕ BAGAIMANA PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MASYARAKAT, KEBUDAYAAN, DAN PEMERINTAHAN PADA MASA KOLONIAL PORTUGIS?
Setelah diskusi, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Siswa memajang produk diskusi di dinding kelas. Siswa menilai kelompok lain dari hasil pengamatan pelaksanaan diskusi dan presentasi. Pada pertemuan kedua, setiap kelompok asal mendiskusikan salah satu pilihan pembahasan diskusi di kelompok ahli tentang: A. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Portugis. B. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Spanyol. C. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan
pemerintahan pada masa kolonial Inggris. D. Perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa kolonial Belanda. E. Program trias politika dan pengaruhnya bagi Indonesia. Siswa lalu berdiskusi dalam kelompok ahli. Hasil diskusi dipresentasikan di kelompok asal masing-masing. Siswa memajang hasil kerja di dinding kelas. Penilaian kemudian dilakukan dengan teknik penilaian tes dan nontes dalam bentuk tes uraian serta penilaian unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja sesuai dengan proses diskusi dan presentasi. []
ĤMR MNMŌ Kehidupan masyarakat pada masa Portugis tidak banyak mendapat pengaruh Portugis, karena kesombongan Portugis pada masyarakat sehingga tidak menerima Portugis dengan baik. Dalam bidang kebudayaan Portugis meninggalkan ajaran agama Katholik bagi masyarakat. Nama-nama masyarakat Ambon juga terpengaruh, misalnya de Fretest dll. Benda-benda peninggalan meliputi meriammeriam terkenal seperti Nyai Setomi di Solo, Si Jagur di Jakarta, Ki Amuk di Banten
ĘŎNŎPCSkor 4
7
10
Perkuliahan di UPI Bandung Pembelajaran Aktif Kapita Selekta Matematika Setelah diskusi kelompok, mahasiswa melakukan karya kunjung (10 menit). Salah satu wakil setiap kelompok menjelaskan hasil diskusinya ke kelompok lain. Di sini terjadi ”jual-beli’ gagasan yang menarik. Salah satu kelompok lantas menjelaskan hasil diskusinya di hadapan seluruh kelompok. Pada sesi pleno ini pun mahasiswa tampak aktif bertukar pikiran. Mengakhiri kegiatan satu, Luas Daerah Segiempat mahasiswa bersama dosen Mahasiswa dikelompokkan lantas menyimpulkan hasil menjadi sembilan kelompok. diskusi. Setiap kelompok beranggota Pada kegiatan dua (50 empat sampai lima mahasiswa. menit), saya menjelaskan skema Pembelajaran dibagi menjadi dua kegiatan. Setiap kelompok kecil kegiatan utama. Kegiatan satu bertugas menentukan luas menghitung luas daerah persegi daerah trapesium, jajar genjang, panjang. Kegiatan dua belah ketupat, dan layang-layang. menghitung luas daerah Setiap orang dalam kelompok trapesium, jajar genjang, belah punya keahlian masing-masing. ketupat, dan layang-layang. Dalam kelompok yang Mengawali kegiatan satu (40 anggotanya lebih dari empat menit), saya menjelaskan proses orang, berarti ada dua orang kegiatan satu. Mahasiswa yang mempunyai keahlian sama. berdiskusi secara kelompok Sembilan kelompok kecil tentang cara menentukan luas dibagi menjadi empat kelompok daerah persegi panjang yang sisiahli, yaitu kelompok ahli sisinya berukuran a dan b satuan trapesium, kelompok ahli jajar panjang (waktu 25 menit). genjang, kelompok ahli belah Setelah 10 menit berlalu, ketupat, dan kelompok ahli tidak ada gagasan yang muncul layang-layang. dari mahasiswa. Saya dekati Sesuai dengan kelompok mahasiswa dengan bertanya keahlian, setiap kelompok jawab mengingatkan kembali berdiskusi tentang topik masingtentang aksioma luas. Diskusi masing. Diskusi kelompok kelompok pun menjadi lebih dilakukan dengan menggunakan hidup. hasil kegiatan satu, yaitu luas daerah persegi panjang. Saya dan dua observer berkelilin g melihat perkemb angan diskusi setiap kelompo k ahli. Setelah Karya-kunjung, salah seorang wakil kelompok tengah selesai menjelaskan hasil diskusinya kepada kelompok lain. Adakalanya mahasiswa menemui jalan buntu dalam proses belajar matematika. Saat berpikir bersama dalam kelompok pun, tak jarang mahasiswa mengalami kebuntuan. Saya mencoba membantu mahasiswa memecahkan kebuntuan dengan intervensi tanya jawab dan pelibatan mereka dalam game.
diskusi dalam tiap kelompok ahli, setiap orang kembali ke kelompok kecil asal. Di sini ia menjelaskan hasil diskusi dalam kelompok ahli ke anggota kelompoknya. Setelah selesai menjelaskan, mahasiswa dan saya bersamasama menyimpulkan hasil kegiatan dua. Pada akhir kegiatan dua, sebagai latihan, saya melempar masalah untuk didiskusikan. Bunyi bahan diskusinya, ”Jika diketahui segitiga tumpul, buatlah jajar genjang yang luas daerahnya dua kali luas segitiga yang diketahui! Ada berapa jajar genjang yang dapat dibuat?”
Kelompok sedang mendiskusikan luas daerah persegipanjang
Seorang observer sedang mengamati diskusi kelompok. Ada dua orang dosen dari Etiopia yang sedang magang selama satu semester.
Pemusatan Data Tunggal Berikut salah satu aktivitas pada pembelajaran mengenai materi ukuran pemusatan data tunggal. Dosen meminta seluruh mahasiswa menuliskan nomor sepatu masingmasing pada secarik kertas. Secara acak, tujuh mahasiswa tampil di depan kelas dengan membawa kertas yang bertuliskan nomor sepatunya. Dosen meminta mahasiswa untuk menentukan ratarata, median, dan modus dari data nomor sepatu tersebut. Dosen meminta salah seorang mahasiswa untuk bergabung ke depan kelas sehingga banyaknya data menjadi genap. Kemudian dosen meminta kembali untuk menghitung ratarata, median, dan modus data yang baru (ini dimaksudkan untuk menghitung median dari data genap dan menunjukan bahwa modus tidak tunggal). Asep Syarif Hidayat Dosen Matematika UPI Bandung
April - Juni 2014
11
Dosen mengamati dan memberikan petunjuk kepada salah satu kelompok.
Kelompok ahli sedang berdiskusi.
Berbagi hasil karya kunjung.
Ukuran pemusatan data tunggal.
Tata Sebaran Guru demi Efisiensi
1 2
3 1 Sumarno, Mark Heyward, dan Wahyuddin Zarkasyi menyampaikan prasarannya dalam diskusi kebijakan PPG. 2 Agustina Piryanti, Eddy Junaedi, dan Anto Risyanto berbagi pengalaman implementasi PPG di daerah masing-masing. 3 Didi Ruswandi usulkan rotasi serempak.
“Masalah guru di daerah 3T (terpencil, terdepan, dan terluar) memang cukup pelik. Kami tertarik dengan gagasan mobile teacher dari USAID PRIORITAS.” Wahyuddin Zarkasyi Kepala Disdikbud Jabar
“Melalui langkah-langkah sosialisasi, penyamaan persepsi, dan pemahaman masalah, akhirnya justeru banyak guru berinisiatif menata diri.” Anto Risyanto Disdikbud Ciamis
Daerah kabupaten/kota mitra USAID PRIORITAS di Jawa Barat menghadapi masalah kekurangan dan kelebihan ketersediaan guru. Untuk mengatasinya, ada sejumlah jalan keluar yang bisa ditempuh melalui program penataan dan pemerataan guru (PPG). Kepala daerah dan semua jajarannya dituntut mengeluarkan kebijakan strategis PPG yang mencakup peraturan daerah dan tahaptahap implementasinya. Hal itu dikatakan Mark Heyward, advisor of governance and management USAID PRIORITAS, dalam diskusi Kebijakan Tingkat Provinsi Jawa Barat mengenai kebijakan penataan dan pemerataan guru (20/5). Diskusi kebijakan ini melibatkan para stakeholder pendidikan dari tujuh daerah kab/kota mitra USAID PRIORITAS, yaitu Cimahi, Bandung Barat, Ciamis, Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Tasikmalaya. Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jabar, menjelaskan bahwa forum ini dimaksudkan untuk diskusi kebijakan PPG. Diskusi diawali dengan berbagi pengalaman dari tiga daerah (Cimahi, Bandung Barat, dan Ciamis) yang sudah lebih dahulu menjalankan program PPG. Pelajaran dari tiga daerah tersebut kemudian
dibahas untuk dilihat potensi penyebarannya ke kab/kota lain. ”Kami sudah menempuh sejumlah strategi guna menata dan memeratakan guru di Jawa Yusuf Barat,” tegas Wahyuddin Zarkasyi, kepala Dinas Pendidikan Jabar. Ia menjelaskan, selain meningkatkan keterjangkauan, kesetaraan, dan sertifikasi, Jabar sejak 2005 telah mengangkat 6.000 GBDT (guru bantu daerah terpencil). ”Masalah guru di daerah 3T (terpencil, terdepan, dan terluar) memang cukup pelik. Kami tertarik dengan gagasan mobile teacher dari USAID PRIORITAS,” ujarnya. Ia melihat bahwa mobile teacher lebih relevan untuk daerah 3T daripada kebijakan merger sekolah kecil karena terkendala masalah jarak tempuh dan medan terjal bagi siswa. Kabid Mutendik Disdikbud Ciamis Anto Risyanto menambahkan, memang ada kecenderungan sebagian guru menolak terkena dampak penataan. ”Tapi, melalui langkahlangkah sosialisasi, penyamaan persepsi, dan pemahaman masalah, akhirnya justru banyak guru yang berinisiatif menata diri,” ujar Anto. Hal ini dikuatkan oleh Kepala Disdikpora Bandung Barat Agustina Piryanti dan Kepala Disdikpora Cimahi Eddy Junaedi. ”Seperti Ciamis, kami mengacu pada sejumlah kriteria
Serapan Dana Diseminasi
Peserta Diseminasi
Oktober 2012-Maret 2014 Jumlah Dana (Mandiri)
Jumlah Dana (APBD)
Total
dan panduan untuk menata guru seperti senioritas, prestasi, kualifikasi, dan faktor geografis,” ujar Agustina. ”Cimahi dan Bandung Barat bahkan sudah bersepakat untuk melakukan 'transfer' guru bila diperlukan, sejalan dengan program PPG,” tambah Eddy. Di tengah diskusi, Didi Ruswandi dari Dewan Pendidikan Ciamis mengusulkan rotasi serempak. ”Guru-guru bisa berotasi secara bersamaan di desa atau kecamatan tertentu sehingga guru dan siswa mendapatkan suasana baru,” Nur Msuludin jelasnya. ”Rotasi serempak juga dapat menghilangkan kesan 'merasa dibuang' di kalangan guru yang dirotasi,” lanjutnya. Sumarno, Kabid Program Direktorat P2TK Kemendikbud, menaruh apresiasi pada program PPG USAID PRIORITAS. ”Model ini sejalan dengan SKB Lima Menteri,” kata Sumarno. “Model PPG menjadi model tingkat nasional sehingga bisa menjadi benchmark bagi daerah lain,” tuturnya. Mark juga menegaskan, pada tingkat implementasi, dinas pendidikan dan Kemenag setiap daerah perlu membentuk tim teknis PPG yang melibatkan segenap stakeholder pendidikan. Tujuan pokok PPG adalah efisiensi dan efektivitas tenaga guru dan peningkatan mutu proses pembelajaran. [Ds]
Oktober 2012-Maret 2014
No.
Daerah
Jumlah Dana USAID PRIORITAS
1
Indramayu
87,050,000
165,000,000
252,050,000
27,501,000
2
Kota Bogor
132,120,000
350,000,000
482,120,000
3
Karawang
5,000,000
363,800,000
4
Sukabumi
52,780,000
5
Garut
6
Subang
7
No.
Daerah Mitra
1
Indramayu
555
176
2
Kota Bogor
1,041
425
38,515,000
3
Karawang
1,477
818
390,800,000
68,925,000
4
Sukabumi
616
150
226,800,000
279,580,000
29,206,000
5
Garut
366
146
166,300,000
0
166,300,000
45,000,000
6
Subang
193
85
12,045,000
0
12,045,000
11,250,000
7
Cimahi
101
76
Kota Cimahi
118,000,000
0
118,000,000
2,500,000
8
KBB
92
30
Total
573,295,000 1,105,600,000 1,700,895,000 222,897,000
9
Ciamis
60
16
12
Jumlah Peserta Diseminasi
Jumlah Sekolah Diseminasi