Workshop Kesehatan Mendukung Fesyankes
Pengelolaan Lingkungan yang Akreditasi di
LAM-PTKES Akreditasi Prodi Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNAIR UNAIR NEWS – Beberapa waktu lalu, pengurus Prodi Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNAIR menerima kunjungan tim Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PTKES). Agenda kedatangan tim tersebut adalah untuk melakukan visitasi. Acara visitasi berlangsung selama tiga hari, terhitung sejak 5-7 Juli 2017. Tim visitasi melakukan assessment lapangan untuk memastikan apakah borang yang diserahkan oleh pihak Prodi Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNAIR sudah sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan. Ketua Program Studi Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FK UNAIR Dr. Andrianto, SpJP (K) mengungkapkan, dari 25 prodi di FK, Prodi Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular ini yang pertama kali diakreditasi oleh LAM-PTKES. “Karena dianggap memiliki visi misi yang cukup kuat, maka prodi Kardiologi menjadi prodi yang pertama untuk akreditasi LAM-PTKES. Sementara beberapa prodi lain sedang menyusul,” ungkapnya. Secara struktural, tugas departemen berbeda dengan prodi. Departemen bertugas menaungi pengembangan ilmu sejenis, sementara prodi menyelenggarakan proses pendidikan di bidang keilmuan tertentu. “Untuk beberapa tahun terakhir, akreditasi lebih mengacu pada akreditasi program studi, bukan departemen. Jika program studi
telah terakreditasi dan mutunya baik, maka otomatis nama fakultas juga ikut baik,” tambahnya. Menurutnya, persiapan menuju assessment terbilang cukup berat. Terlebih lagi, Dr. Andrianto sebagai Ketua Program Studi (KPS) hanya punya waktu 1,5 tahun untuk mempersiapkan segala keperluan akreditasi. Proses assessment ini melalui beberapa tahap. Pertama, proses diskusi terhadap apa yang ditulis di borang tentang visi misi dan juga dukungan terhadap apa yang sudah dilakukan. Kedua, wawancara terhadap alumni, mahasiswa, dan dosen. Alumni yang datang berasal dari Bojonegoro, Mojokerto, Sidoarjo, dan Surabaya. “Semua pertanyaan mengarah pada transparansi dan kesesuaian antara apa yang ditulis dalam borang dengan kenyataan di lapangan,” ungkapnya. Selain penilaian mengenai fasilitas pembelajaran di rumah sakit pendidikan RS Dr. Soetomo dan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA), tim akreditasi dari LAM-PTKES juga melakukan penilaian terhadap publikasi jurnal, sistem keuangan serta pembukuan, rencana anggaran kegiatan, penilaian terhadap fasilitas IT yang ada seperti IT Support, jaringan di prodi, dan rumah sakit, e-library, dan penilaian yang lain. “Diharapkan melalui akreditasi ini, kami dapat menjaga mutu dan standar yang ada, serta disiplin mendokumentasikan apapun yang sudah kita kerjakan. Hal ini harus menjadi budaya sehingga ke depannya dengan kepatuhan pada standar-standar yang ada, mutu kita dapat terjaga dari segala aspek, mulai dari mahasiswa, dosen, sarana prasarana, hingga sistem keuangan,” ungkapnya. LAM-PTKES Seperti diamanatkan Undang-undang, LAM-PTKES adalah lembaga akreditasi eksternal untuk perguruan tinggi kesehatan yang berwenang untuk mengakreditasi lembaga institusi pendidikan.
Ini merupakan suatu legalitas penyelenggaraan dari suatu institusi. Dalam penyelenggaraan akreditasi, LAM-PTKES memiliki sejumlah kode etik atau prosedur tertentu. Antara lain saat pembimbingan tidak diperkenankan bertemu dengan fasilitator, sehingga proses bimbingan dilakukan dalam jaringan (online). Selanjutnya, institusi terkait diberi kesempatan untuk memperbaiki dan menyempurnakan borang dalam kurun waktu 90 hari kerja. Setelah borang dianggap layak, selanjutnya tim asesor akan terjun ke lapangan untuk mendokumentasikan seluruh data yang dilaporkan dengan kenyataannya di lapangan. Demikian pula ketika assessment lapangan dilakukan. Mereka memiliki kode etik yang spesifik yaitu tidak memiliki konflik kepentingan dengan institusi terkait. “Termasuk diantaranya tim asesor bukan merupakan alumnus dari institusi yang akan di-assessment. Untuk itu mengapa Audit LAM-PTKES terkesan lebih ketat dari pada audit internal lainnya. Namun hasilnya lebih bisa dipercaya dari audit-audit eksternal lainnya,” ungkapnya. Kepatuhan yang dibentuk melalui akreditasi ini sebenarnya menguntungkan prodi itu sendiri. Dimana inovasi yang dikembangkan dari laporan-laporan yang disetorkan pada pihak asesor akan mempermudah akreditasi di tahun-tahun berikutnya. “Prodi Kardiologi sudah membuat aplikasi untuk mengelompokkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan, sehingga dapat mempermudah dalam menyusun dokumen-dokumen yang diperlukan untuk keperluan akreditasi,” jelasnya. Selain audit eksternal, Prodi Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskular juga menjalani audit internal oleh Airlangga Integrated Management System (AIMS). Audit internal ini dilakukan setiap tahun dengan cara memasukkan data-data sesuai dengan standar yang ditentukan secara online. Selanjutnya,
data tersebut akan diverifikasi oleh Badan Penjaminan Mutu (BPM) UNAIR. Kemudian, dilakukan langkah assessment ke prodi yang telah diverifikasi. “Dilihat dari proses assessment dan pengamatan dari dokumendokumen yang sudah dipresentasikan, tim asesor LAM-PTKES mengatakan bahwa semuanya sudah baik dan dilihat dari komentar-komentarnya juga insya Allah mendapatkan akreditasi A. Semoga saja,” tuturnya. Penulis : Sefya Hayu Editor : Binti Q. Masruroh
Lima Prodi Akreditasi ASIIN
Bersiap Menuju Internasional
UNAIR NEWS – Universitas Airlangga sedang menyiapkan lima prodi jenjang S-1 menuju akreditasi internasional ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programs in Engineering, Informatics/Computer Science, the Natural Sciences and Mathematics). Lima prodi itu adalah S-1 Kimia, S-1 Biologi, S-1 Fisika, S-1 Matematika, dan S-1 Pendidikan Apoteker. Untuk mempersiapkan visitasi yang rencananya akan dilakukan pada November 2017 nanti, Badan Penjaminan Mutu (BPM) UNAIR mendatangkan narasumber Dr. Iring Wasser, Managing Director of ASIIN. “Sebetulnya sesuai kontrak rencana, visitasi dilakukan Maret 2018. Tapi mereka menawarkan untuk dimajukan. Karena berdasarkan penilaian mereka, UNAIR sudah siap untuk
divisitasi Nopember 2017. Tapi bergantung kesiapan prodi,” ujar Helmy Yusuf, S.Si., M.Sc., Ph.D., Ketua Panitia Akreditasi ASIIN UNAIR. Persiapan dalam rangka akreditasi itu diikuti oleh pimpinan maupun staf dari masing-masing prodi yang akan dilakukan akreditasi. Helmy mengatakan, pada April lalu masing-masing prodi telah mengirim dokumen kurikulum yang digunakan sebagai penilaian awal akreditasi. Urgensi Akreditasi ASIIN Akreditasi ASIIN diperlukan untuk memastikan bawa lulusan yang dihasilkan UNAIR diakui dunia. Sebab saat ini tren yang muncul adalah dengan memiliki akreditasi ASIIN, lulusan bisa diterima tanpa diragukan, baik yang akan melanjutkan studi maupun yang akan berkarir di level internasional. Visitasi pada Nopember nanti akan dilakukan oleh 12 orang asesor dari Jerman. Sementara itu, selain persiapan akreditasi ASIIN, akreditasi lain di UNAIR juga sedang berjalan. Seperti persiapan akreditasi The Alliance on Business Education and Scholarship st
for Tomorrow, a 21 century organization (ABEST21) dan ASEAN University Networking-Quality Assessment (AUN-QA). “Bidang sains ada akreditasi ASIIN dari Jerman, bidang sosial ekonomi ada akreditasi ABEST21 dari Jepang. Yang sudah teraktreditasi A kita proyeksikan untuk tersertifikasi AUN. Kalau sudah AUN, kita coba untuk akreditasi internasional,” tambah Helmy. Sementara itu Dr., Riesta Primaharinastiti, S.Si, MSi., Apt. Wakil Dekan I Fakultas Farmasi mengatakan, saat ini ia dan tim sedang menyiapkan beberapa hal menuju akreditasi ASIIN. Seperti Self Assessment Report (SAR), modul handbook, staf handbook, maupun konten dan tampilan website. “Harapan kami ada support dari universitas terutama terkait dengan sistem monitoring matakuliah, sehingga mengurangi hal-
hal yang harus dikerjakan sendiri-sendiri oleh prodi. Support dalam hal fasilitas maupun kecanggihan atau kebaruan website. Agar nantinya kalau sudah terakreditasi ASIIN, sangat mendukung program internasionalisasi sekaligus mendukung UNAIR menuju 500 dunia,” ujar Riesta. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor
: Nuri Hermawan
Satu Lagi Jurnal UNAIR Terakreditasi Nasional UNAIR NEWS – Jurnal Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease (IJTID) yang dikelola oleh Lembaga Penyakit Tropis (LPT) Universitas Airlangga terakreditasi nasional pada 30 Mei lalu. Jumlah ini menambah daftar jumlah jurnal di UNAIR yang terakreditasi nasional. Dengan demikian, jumlah jurnal di UNAIR yang terakreditasi nasional adalah sejumlah sembilan buah jurnal. Ditemui UNAIR NEWS Selasa (6/6), Ketua Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) UNAIR Dr. Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes mengatakan, jurnal IJTID telah melalui review dewan juri dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi RI sejak 31 Maret. Komponen penilaian itu meliputi format penulisan, kualitas substansi artikel, keajekan terbit, tata bahasa, dan masih banyak poin penilaian lain. Pada mulanya, sejak didirikan tahun 2010, IJTID bertujuan mewadahi hasil riset peneliti-peneliti di ITD agar memiliki wadah untuk melakukan publikasi. Yanti menuturkan, sejak awal
terbit IJTID telah menggunakan Open Journal System (OJS). Padahal, lembaga jurnal nasional baru ‘hijrah’ menuju OJS pada 1 April 2016 lalu. Dengan terakreditasi jurnal ini, Yanti berharap IJTID bisa menjadi alternatif pilihan bagi sivitas akademika UNAIR maupun universitas lain di Indonesia sebagai untuk mendiseminasi karya-karya mereka. Sesuai dengan komitmen awal, menurut Yanti yang juga selaku chief editor IJTID, jurnal ini terus berproses menuju jurnal terindeks internasional, seperti Scopus maupun Thomson. Setelah terakreditasi nasional, bukan berarti beban tanggungjawab telah selesai. Konsistensi harus bisa ditunjukkan dengan mempertahankan akreditasi setiap lima tahun sekali. Sebab, kata Yanti, beberapa jurnal mengalami penurunan akreditasi karena beberapa sebab. Seperti sebaran penulis yang kurang meluas, kebaruan topik artikel, maupun keajekan untuk terbit tepat waktu. Yanti menuturkan, IJTID disupport oleh ahli penyakit infeksi di seluruh dunia, baik peneliti maupun pengajar internasional. Artinya, dukungan jejaring IJTID terbilang banyak. Dengan diakuinya jurnal IJTID, Yanti berharap agar para pengelola jurnal di lingkungan UNAIR turut serta mendorong jurnal-jurnal di UNAIR menuju akreditasi nasional dan internasional. Sebab, PPJPI adalah unit kerja yang membantu memberi akses, informasi, maupun fasilitas kepada unit terkait yang menjadi pengelola jurnal. “Kami ini supporting unit, karena otoritas tetap berada pada masing-masing pengelola jurnal yang ada di fakultas, dengan memberi pelatihan, pendampingan, sosialisasi pengembangan jurnal, info terkait review, dan lain sebagainya. Sehingga harus ada komitmen dari pengelola jurnal,” imbuh Yanti. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh
Editor
: Defrina Sukma S.
Kimia UNAIR, Dari Akreditasi Internasional hingga Penguatan Karakter UNAIR NEWS – Program studi (prodi) Kimia merupakan salah satu program studi di Universitas Airlangga yang tidak diragukan lagi kiprahnya. Prodi yang berdiri sejak tahun 1982 ini, sudah mengantongi sertifikasi ASEAN University Network Quality Assesment (AUN – QA). Hal itu menjadikan prodi yang berada dalam lingkungan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UNAIR ini sudah teruji secara internasional. Ditemui di ruang kerjanya, Dr. Purkan. M.Si., selaku Ketua Prodi Kimia mengatakan bahwa prodi yang dipimpinnya tersebut mengusung jargon “Based on academic with excellence morality”. Melalui jargon tersebut mahasiswa tidak hanya diberikan pengajaran mengenai akademik yang berkompeten, namun juga dilengkapi dengan pembangunan karakter supaya menjadi lulusan yang unggul. Ia juga menjelaskan bahwa selain itu prodi Kimia juga unggul dalam bidang akademik dan riset. “Kimia itu ilmu yang bersifat dasar dalam ilmu sains. Nah sains ini mendasari berbagai macam aplikasi, baik itu di industri, kesehahatan, dan pertanian,” tutur Purkan. “Kurikulum di prodi Kimia UNAIR, bersifat lentur mengikuti perkembangan zaman dan tidak lapuk. Karena selalu update dalam waktu yang reguler, menyesuaikan yang ada dan bisa diserap oleh pangsa kerja. Oleh karena itu, ketika kita menyusun kurikulum selalu melibatkan para stake holder, diantaranya
pengguna dari lulusan kimia (perusahaan maupun instansi), alumni, dan para ilmuwan dari perguruan tinggi yg lain serta para SDM yang ada di prodi Kimia,” tambah Purkan. Purkan juga menjelaskan bahwa prodi Kimia memiliki mahasiswa yang unggul dalam bidang akademik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya prestasi yang diraih mahasiswa prodi Kimia dalam gelaran PIMNAS ke-9 lalu dan juga beberapa olimpiade sains baik nasional maupun internasional. Dalam prodi tersebut juga didukung oleh tenaga pengajar yang professional dan sudah banyak berkiprah di bidangnya. Purkan menambahkan prodi Kimia juga dilengkapi dengan fasilitas laboratorium dan instrumen yang canggih untuk menunjang kemampuan mahasiswa dalam meneliti maupun menganalisis sistem kimia. Di prodi Kimia, tak jarang mahaisiswa dilibatkan dalam penelitian dosen untuk mengasah pengetahuan dan juga daya inovasi agar tercipta penelitian – penelitian yang baru. Sesuai tracer yang sering dilakukan oleh pihak prodi Kimia, 75% lulusan Prodi Kimia bekerja di wilayah industri dan peneliti, sisanya banyak bekerja sebagai akademisi seperti dosen maupun guru. Banyak dari alumni prodi Kimia yang sudah berkarir menjadi dosen maupun peneliti di beberapa negara. “Kita menyiapkan lulusan dengan kemampuan mengerti konsep kimia dan mengembangkan konsep kimia. Sehingga nanti ketika ia terjun ke industri, ia bisa mengembangkan kemampuan akademik sehingga ia akan bersifat adaptable,” tutur purkan Prodi Kimia UNAIR juga terus mengembangkan kapasistas dan mutu pendidikan guna meningkatkan tidak hanya hardskill, namun juga softskill mahasiswa sehingga bisa menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya. “Bagi calon mahasiswa dan orang tua, tidak perlu khawatir untuk menyekolahkan anaknya di prodi Kimia karena kita memberikan bekal kepada mahasiswa itu excellence based academic with morality, jadi anak disini selain akademiknya
kita junjung setinggi tingganya tapi juga diajari pembentukan karakter yang bagus. Kuliah di UNAIR selain meskipun berlatar belakang umum tapi disini juga tempat membekali karakter,” tandas Purkan (*) Penulis : Faridah Hari Editor: Nuri Hermawan
UNAIR Siapkan Prodi Menuju Akreditasi Internasional UNAIR NEWS – Selain di tingkat regional (AUN-QA), UNAIR memiliki rencana untuk meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan lembaga akreditasi internasional. Bila penilaian oleh para asesor AUN-QA bisa menjangkau seluruh prodi, maka akreditasi di tingkat internasional dilakukan oleh lembagalembaga tertentu yang memiliki ruang lingkup yang sama dengan prodi terkait. “Seperti ASIIN (Accreditation Agency for Degree Programs in Engineering, Informatics/Computer Science, the Natural Sciences and Mathematics). ASIIN itu untuk worldwide, walaupun dia berposisi di Jerman, dia lebih pada teknik, tapi juga bisa natural sciences, seperti matematika. Ada juga yang AACSB (The Association to Advance Collegiate Schools of Business) accreditation yang lebih kepada bisnis. Jadi, tergantung program studi karena tidak semuanya bisa diakreditasi oleh satu badan,” terang Ketua Badan Penjaminan Mutu Universitas Airlangga Prof. Bambang Sektiari Lukiswanto, drh., DEA. Nantinya, BPM bekerjasama dengan prodi-prodi untuk mencari badan akreditasi yang tepat dan sesuai untuk melakukan penilaian.
Terkait dengan visitasi, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan itu belum bisa memberikan kepastian waktu. Menurutnya, setiap badan akreditasi memiliki proses yang bervariasi antara satu sama lain. “Jadi, ada yang kita harus menjadi member dulu, mengikuti workshop mereka. Setelah mengikuti workshop ada pendampingan, menyusun self-assessment report, setelah itu Self Assessment Report (SAR) kita komunikasikan. Setelah komunikasi, apakah mereka memandang layak untuk diteruskan ke komite, kita ikuti proses itu. Tapi intinya, yang kita tekankan pada tahun 2017 ada prodi yang bisa divisit oleh badan akreditasi internasional,” tegas Ketua BPM. Selain itu, soal prodi mana saja yang akan dinilai oleh badan akreditasi internasional juga masih dalam pertimbangan. Namun, ia mendorong prodi-prodi yang sudah terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi dan internasional oleh AUN-QA untuk segera
tersertifikasi mencari badan
akreditasi internasional yang sesuai dan bisa menilai prodi yang bersangkutan. Terkait dengan standar penilaian, Ketua BPM mengatakan, standar yang ditetapkan antara AUN-QA dengan badan akreditasi internasional tak jauh berbeda. Pada prinsipnya, mereka akan menilai tujuan dan proses pembelajaran seperti hasil pembelajaran yang diharapkan (expected learning outcomes). “Sebetulnya yang penting adalah kita melaksanakan sebaik mungkin proses pendidikan kita. Kemudian kita mencari badan akreditasi internasional yang bisa meng-assess prodi tersebut. Kalau sudah seperti itu, kita menyesuaikan standar yang mereka tetapkan. Kita sesuaikan apakah kita bisa memenuhi standar mereka atau tidak,” tuturnya. Selain pelaksanaan proses pendidikan yang optimal, akreditasi internasional juga merupakan salah satu target UNAIR untuk meningkatkan kualitas sesuai standar prodi-prodi di perguruan
tinggi terkemuka di dunia. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
3 Prodi di UNAIR Siap Akreditasi Tingkat ASEAN UNAIR NEWS – Berbagai upaya terus digalakkan oleh Universitas Airlangga untuk mencapai target menuju 500 kampus kelas dunia di tahun 2020. Salah satunya yakni dengan meningkatkan jumlah Program Studi (Prodi) yang mendapatkan akreditasi. Kali ini tim akreditasi ASEAN University Network (AUN) siap untuk menilai perkembangan tiga prodi di UNAIR. Tiga prodi yang diakreditasi yaitu Manajemen, Ilmu Kesehatan Masyarakat, dan Sastra Inggris. Akreditasi tingkat ASEAN tersebut akan berlangsung selama tiga hari, mulai tanggal 20 hingga 22 Desember 2016. Acara pembukaan yang dilangsungkan di Ruang 301 Gedung Kahuripan, pada Selasa (20/12) dihadiri oleh Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA. bersama jajaran pejabat di lingkungan kantor manajemen dan fakultas di lingkungan UNAIR. Di hadapan para asesor, Prof. Nasih menyatakan bahwa akreditasi AUN ini menjadi sebuah kehormatan besar bagi UNAIR. Pasalnya, tidak semua perguruan tinggi memiliki kesempatan untuk dinilai oleh AUN. Guru Besar FEB UNAIR tersebut juga menambahkan bahwa hingga saat ini, ada enam prodi tingkat S1 di UNAIR yang telah diakreditasi oleh AUN. Keenam prodi tersebut yakni Pendidikan Dokter, Ilmu Hukum, Pendidikan Dokter Hewan, Pendidikan
Apoteker, Biologi, dan Kimia. “UNAIR telah merencanakan bahwa nantinya lebih banyak program S1 yang akan diakreditasi oleh AUN. Sehingga lebih banyak prodi yang akan diakui secara internasional di kawasan ASEAN,” jelas Prof. Nasih. “Dengan ini saya harap nantinya akan membawa beberapa dampak terutama untuk peringkat UNAIR di tingkat internasional,” imbuhnya. Ditemui seusai acara pembukaan, salah satu asesor dari University of Santo Tomas Filipina Dr. Patricia Empeleo mengungkapkan, kali ini pihaknya sangat memberikan apresiasi dengan berlangsungnya akreditasi AUN di UNAIR. “UNAIR telah menyiapkan dengan baik untuk penilaian AUN ini, dan selamat atas pencapaiannya selama ini. UNAIR sudah berada di langkah yang tepat,” ungkapnya. Hal
senada
diungkapkan
oleh
salah
satu
asesor
dari
Srinakharinwirot University Thailand Prof. Dr. Kunyada Anuwong. Baginya, UNAIR telah memiliki berbagai keunggulan, utamanya dalam nilai berbagai akreditasi yang telah dilakukan UNAIR selama ini. “Saya melihat kalau UNAIR sudah dapat nilai tinggi dalam penilaian MBA QA. Tidak banyak universitas yang saya lihat di dunia ini punya nilai yang tinggi,” jelasnya. Mewakili prodi yang diakreditasi, Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR Corie Indria Prasasti, S.KM., M.Kes, mengungkapkan, dengan adanya akreditasi AUN ini prodi yang dipimpinnya tersebut bisa terus berkembang lebih baik. Baginya, dengan peningkatan kualitas prodi, hal itu akan berdampak pada kualitas mahasiswa dan lulusan yang akan terjun di dunia kerja. Disinggung mengenai target skor yang didapat, Corie pun optimis bisa mencapai angka yang baik. “Semoga bisa dapat skor 5, atau mendekati itu,” pungkasnya. (*)
Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Tiga Prodi di Akreditasi A
Vokasi
Raih
UNAIR NEWS – Sebanyak tiga program studi di Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga, berhasil meraih akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT). Berdasarkan laman resmi BAN-PT, akreditasi itu berlaku hingga tanggal 24 November 2021. Ketiga prodi yang baru saja meraih akreditasi A adalah D-3 Pariwisata, D-3 Teknisi Perpustakaan, dan D-3 Manajemen Perhotelan. Status tersebut meningkat setelah sebelumnya meraih akreditas B pada tiga prodi. Hal itu diungkapkan oleh Dekan Fakultas Vokasi Dr. Widi Hidayat, S.E., M.Si., Ak, ketika ditemui, Rabu (7/12). “Mereka naik akreditasi semua karena sebelumnya B. Untuk sampai A, kita di Fakultas Vokasi berusaha keras. Kita banyak belajar dari mereka yang sudah diakreditasi,” tutur Widi. Widi menjelaskan, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan para dosen UNAIR yang berpengalaman di ranah akreditasi prodi. Dalam proses komunikasi, pihak Vokasi meminta saran demi peningkatan kualitas prodi ke depan. Selain itu, ia sempat meminta para dosen tersebut untuk melakukan simulasi proses akreditasi. “Istilahnya, kalau ujian gitu, kita ada bimbingan untuk melakukan tes. Jadi, teman-teman dari fakultas atau prodi lain itu sangat sangat membantu,” ujar Dekan Fakultas Vokasi.
Ia mengaku, persiapan untuk menghadapi proses akreditasi memakan waktu tiga bulan. Dalam rentang waktu tiga bulan itu, ia menyiapkan segala keperluan, termasuk simulasi secara intensif. Terkait dengan prodi-prodi lainnya di Vokasi, pakar dalam buku “100 Pakar UNAIR” itu menghendaki agar setiap prodi melakukan benchmarking. “Cari benchmark yang sesuai. Misalnya, prodi Fisioterapi melakukan benchmark ke Avans Hodge School di Belanda, karena di sana sangat maju. Intinya, kita belajar dari orang lain,” imbuhnya seraya mengakhiri. (*) Penulis : Defrina Sukma S Editor : Binti Q. Masruroh
Gebyar Akreditasi Tandai RS UNAIR Raih Akreditasi Paripurna UNAIR NEWS – Acara Gebyar Akreditasi dan Open House Airlangga Health Science Institute (AHSI), menjadi penanda atas capaian akreditasi paripurna yang berhasil diraih oleh Rumah Sakit Universitas Airlangga (RS UNAIR). Akreditasi paripurna sendiri merupakan bentuk pengakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada manajemen rumah sakit, karena telah memenuhi standar yang ditetapkan. Acara yang dilaksanakan di Aula Lantai 7 Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI), pada Selasa (15/11), dihadiri oleh Dirjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Kementerian Riset dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristek Dikti), Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Ketua Eksekutif Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Nasional, Direktur RS UNAIR, jajaran petinggi UNAIR, jajaran pemerintah, dan tenaga medis. Pada sambutan pembuka, Direktur RS UNAIR, Prof. DR. Dr. Nasronudin SpPD-KTI., menjelaskan bahwa langkahnya menuju akreditasi paripurna tidaklah mudah. Ia menjelaskan bahwa sebelumnya, mulanya RS UNAIR terus berupaya memperbaiki sistem pelayanan hingga manajemen RS UNAIR. Tidak tanggung-tanggung, Prof. Nasron juga menuturkan bahwa ia dan tim kerap menginap di RS UNAIR untuk kesempurnaan akreditasi. “Untuk mencapai akreditasi paripurna ini, bukan kerja biasa, tapi bekerja luar biasa,” tegasnya yang diiringi tepuk tangan hadirin. Guru Besar FK UNAIR tersebut juga menjelaskan bahwa RS UNAIR telah mendapat respon nasional dengan beralihnya tipe rumah sakit tipe C ke tipe B. Selain itu, kini rumah sakit yang mulai beroperasi pada tahun 2011 tersebut sedang proses visitasi akreditasi untuk mendapat pengakuan sebagai Rumah Sakit Pendidikan (RSP). Rektor UNAIR Prof. Dr. Moh. Nasih, SE., MT., Ak., CMA turut hadir dalam acara ini. Dalam sambutannya ia mengatakan, RSUA menjadi RSP pertama di Indonesia. “Dari awal UNAIR sudah berkomitmen untuk RSP. Kini tinggal selangkah. Kita melayani kesehatan juga menyediakan dokter yang profesional, dan menyediakan dokter yang bisa mengabdi ke seluruh indonesia. Tentu kita juga kerjasama dengan FK. RSUA menjadi RSP pertama di Indonesia. Inilah kenapa Gebyar menjadi salah satu caranya,” ujar Prof Nasih. Hadir sebagai salah satu pembicara inti, Dirjen Sumber Daya IPTEK Dikti Prof. Ali Gufron Mukti., M.Sc., Ph.D., sangat mengapresiasi RS UNAIR yang telah berkembang dalam waktu singkat. Ia juga menambahkan bahwa RS UNAIR telah mendapatkan
akreditasi paripurna bintang lima. “Di Indonesia yang mendapat akreditasi tersebut masih UNAIR dan UGM,” paparnya. Apresiasi selanjutnya yang diberikan Prof. Ali Gufron yakni atas meningkatnya tipe RS UNAIR dari C ke B. Selain itu, ia juga mendukung langkah RSUA agar bisa menjadi RSP. Di akhir pemaparannya, Guru Besar UGM tersebut berharap bahwa antar PTN haruslah bersinergi dan saling belajar bersama. “Kami ingin PTN dengan rumah sakitnya punya unggulan-unggulan. Silakan saling belajar, insya Allah kami dukung. Ingat masingmasing rumah sakit di PTN tidak saling bersaing tapi punya skema penelitian dan masing-masing punya unggulan,” jelasnya mengakhiri. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Defrina Sukma Satiti
Dua Jurnal Sukses Akreditasi DOAJ
Raih
UNAIR NEWS – Kabar menggembirakan datang dari perkembangan jurnal di lingkungan Universitas Airlangga (UNAIR). Pasalnya, Dental Journal dari Fakultas Kedokteran Gigi dan Indonesian Journal of Tropical and Infectious Disease (IJTID) dari Institute of Tropical Disease (ITD) memperoleh akreditasi dari Directory of Open Access Journals (DOAJ). Dental Journal memperoleh akreditasi pada 8 Juli, sedangkan IJTID pada 30 September. “Ada 3 kategori lembaga pengindeks reputasi jurnal di dunia.
Yang paling rendah sementara Scopus tinggi,” ujar Dr. ketua Ketua Pusat (PPJI) UNAIR.
Google Scholar, DOAJ pada tingkatan sedang, dan ISI Thomson pengindeks bereputasi Prihartini Widiyanti, drg., M.Kes., selaku Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah
Dengan dua jurnal terindeks DOAJ, UNAIR telah satu langkah lebih maju untuk menuju jurnal terindeks Scopus dan ISI Thomson. Saat ini, UNAIR memiliki sejumlah delapan jurnal terindeks nasional, namun belum memiliki jurnal yang terindeks Scopus. “Indeksing di DOAJ merupakan tahapan satu step lebih maju menuju Scopus, karena persyaratan Scopus harus terindeks sedang dulu,” tambah perempuan yang akrab disapa Yanti tersebut. Ada 52 kriteria yang digunakan DOAJ untuk melakukan penilaian akreditasi. Beberapa diantaranya yaitu keterbacaan website, apakah jurnal tersebut tergolong user friendly atau tidak, dan sistem open journal system (OJS) yang memungkinkan orang dari seluruh dunia bisa mengakses. Sebab, per 1 April 2016, tidak ada akreditasi yang dilakukan secara offline. Semua akreditasi berbasis online. Dengan akreditasi tadi, PPJPI termotivasi untuk terus secara ketat dan intensif memberikan dukungan kepada perkembangan jurnal kampus. “Kalau sudah internasional, mari kita bawa ke Scopus. Keinginan kami itu,” tambahnya. Sejauh ini, PPJPI telah mendampingi tiga jurnal UNAIR untuk masuk akreditasi internasional. Ketiga jurnal tersebut yaitu Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin (BIKKK): Periodical of Dermatology and Venereology dari Fakultas Kedokteran, Global Strategi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dan Mozaik Humaniora dari Fakultas Ilmu Budaya. Waspada Jurnal Predator
Dosen juga mesti waspada dengan pengiriman jurnal mereka. Sebab, ada jurnal predator yang tidak diakui namun tidak semua orang mengetahui hal ini. Jurnal-jurnal predator biasanya didirikan untuk mengambil keuntungan bagi para pengelola jurnal. Biasanya, mereka akan meminta sejumlah uang agar naskah bisa dipublikasikan. Proses review jurnal juga tidak memakan waktu yang lama. Jika normalnya sebuah jurnal bisa selesai di-review dalam 1-2 bulan, jurnal predator dapat melakukan review dalam hitungan minggu. Selain itu, dalam satu tahun, jurnal predator dapat menerbitkan puluhan volume hingga issue. “Ini memunculkan kecurigaan bahwa tidak ada proses review. Sudah ada piranti untuk mengecek itu. Di Scholarly Open Access, kita bisa melakukan pengecekan. Itu yang kami gunakan sebagai verifikator,” imbuhnya. (*) Penulis: Binti Quryatul Editor: Rio F. Rachman