Workshop Minishop Management
BAB I PENDAHULUAN Peluang Bisnis Eceran Perkembangan perekonomian Indonesia secara keseluruhan pasca krisis moneer menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, hal ini ditunjukkan oleh mulai maraknya berbagai bisnis-bisnis perdagangan di masyarakat. Dari yang bersifat hanya sebagai sambilan atau usaha kecil-kecilan sampai ke skala menengah dan besar. Dampak dari banyaknya karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja, pendsiun dini dan sebagainya telah memberikan pengaruh yang tidak sedikit terhadap perkembangan perdagangan di Indonesia. Berusaha bertahan hidup dengan mencoba memulai usaha sendiri telah memberikan alternatif sumber pendapatan yang cukup memberikan harapan. Sebagai contoh, usaha multi level marketing, atau menjadi pedagang eceran/pebisnis eceran dengan didirikannya warung atau toko-toko kelontong yang antara lain misalnya menjual barang-barang kebutuhan pokok Peluang dalam usaha bisnis eceran yang cukup menjanjikan ini diperkuat dengan data statistik yaitu bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) yang merupakan salah satu besaran perekonomian, pada tahun 1997 tercatat sebesar 624.337 triliun dengan kontribusi dari perdagangan eceran sebesar 83.453 triliun atau sebesar 13.37 persen (BPS, 1997). Kontribusi tersebut menempatkan sektor perdagangan diurutan kedua, setelah sektor industri, sebagai penyumbang terbesar terhadap PDB Indonesia. Dengan demikian untuk memanfaatkan peluang ini dibutuhkan berbagai hal yang dapat mendukung terlaksananya usha ini. Mempelajari berbagai aspek yang dapat mempengaruhi adalah salah satu diantaranya. Aspek yang perlu dipertimbangkan antara lain adalah aspek social, persaingan dan teknologi. Aspek social yang mempengaruhi bisnis eceran meliputi faktor-faktor (1) peningkatan dan penurunan jumlah populasi, (2) Perubahan komposisi umur, LePMA-LPBP
1
Workshop Minishop Management
(3) pergerakan atau mobilitas penduduk, (4) keinginan masyarakat perkotaan, (5) peningkatan kebutuhan akan hiburan atau kesenangan, serta (6) perubahan perilaku diantar asegmen konsumen. Faktor-faktor tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam manajemen bisnis eceran, terutama dalam penyusunan strategi dan operasional yang mencakup penentuan lokasi dan tata letak,bauran produk barang atau jasa yang ditawarkan, sifat pelayanan yang diberikan, rancangan, interior dan display produk, strategi pemasaran dan pembentukan citra terhadap usaha kita secara tepat. Sedangkan pada aspek persaingan yang perlu diperhatikan adalah mulai merambahnya usaha-usaha bisnis eceran milik negara lain yang masuk ke negara kita seperti Carrefour, Sogo, AmPm untuk pemenuhan kebutuhan seharihari atau Mc Donald, Kentucky Fried Chicken di bisnis makanan siap saji (fast food). Hal ini tidak dapat dihindari mengingat peluang dan potensi pasar yang memang potensial di negara berkembang seperti Indonesia. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus untuk para pebisnis eceran lokal, karena terkait langsung dengan keberhasilan dan kegagalan usahanya. Pada aspek teknologi yang perlu diperhatikan adalah kriteria pemilihan jenis teknologi yang tepat sesuai dengan skala, kondisi dan karakteristik bisnis eceran yang dijalankan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi yang meluncur cepat dan penerapannya di bisnis eceranpun relatif intensif. Dunia perdagangan dicoba untuk dibuat seefektif dan seefisien mungkin sehingga muncul jenis perdagangan tanpa tatap muka yang antara lain berbentuk perdagangan
melalui
media
telekomunikasi.
Perdagangan
jenis
ini
menggunakan peralatan elektronik sehingga muncul istilah-istilah seperti point of sales, home shopping, electronic business untuk lingkup aktivitas perdagangan dalam arti luas dan Electronic Commerce untuk lingkup perdagangan yang dilakukan secara elektronik termasuk Internet commerce dan perdagangan dengan Sistem Pertukaran Data Terstruktur secara Elektronik (Electronic Data Interchange) LePMA-LPBP
2
Workshop Minishop Management
Konsep Dasar Bisnis Eceran Definisi dasar dari bisnis eceran adalah semua kegiatan dan aktivitas bisnis yang ditujukan pada penjualan barang dan jasa secara langsung kepada pihak konsumen. Karenanya bisnis eceran adalah bagian dari sistem pendistribusian produk, sebagai jembatan antara pabrik atau manufaktur dan konsumen. Seorang pebisnis/pedagang eceran harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan dan keinginan dari konsumen. Seringkali diperlukan perubahan kebijakan
dan
strategi
dari
pihak
pedagang
untuk
mengantisipasi
perkembangan dan perubahan keinginan dan kebutuhan dari konsumen. Untuk itu berbagai informasi berkaitan dengan pesaing, informasi dari konsumen, informasi dari pemerintah, buku-buku dan laporan bisnis lainnya diperlukan dalam mengembangkan bisnis eceran. Konsep yang dapat mendukung suksesnya usaha seseorang dalam bisnis eceran yaitu menerapkan 6 prinsip, menjual barang yang tepat (the right item), dengan tempat yang tepat (in the right place), pada waktu yang tepat (at the right time), jumlah yang tepat/memadai(in the right quantity), dengan harga yang sesuai (at the right price), dan pelayanan yang memuaskan (with the right service). Suatu transaksi eceran merupakan kegiatan tukar-menukar barang antara dua pihak sehingga kedua pihak tersebut mendapat kepuasan. Pada awalnya transaksi dilakukan secara barter barang, namun perkembangan selanjutnya transaksi merupakan pertukaran antara uang dan barang. Klasifikasi eceran 1. Dilihat dari kepemilikannya, eceran dapat diklasifikasikan ke dalam :
LePMA-LPBP
3
Workshop Minishop Management
a. Independent retailers, biasanya usahanya masih skala kecil dengan satu toko. Operasional toko dilakukan secara individual, kekeluargaan atau perkawanan b. Chain store, beberapa toko dimiliki dan dikelola oleh pusat. Biasanya jenis produk yang dijual, layout dan pelayanan dari setiap toko seragam c.
Franchises, merupakan kontrak kerjasama antara perusahaan induk (franchisor) dan independet businessperson (franchisee). Pihak franchisee mengikuti aturan dan kebijakan yang telah digariskan oleh perusahaan induk dimana mereka berhak menggunakan nama dan menjual produk serta jasa franchisor. Untuk itu pihak franchisee membayar fee dan sekian persen keuntungan kepada franchisor. Ada tiga jenis perjanjian franchisee untuk bisnis eceran : (1)
Manufacturer-retailer program, pihak franchisor sekaligus manufaktur. Contohnya perusahaan perminyakan dan manufaktur mobil yang mendistribusikan produknya melalui sistem eceran yang mereka miliki.
(2)
Wholesaler-retailer
program,
pihak
franchisor
bertindak
sebagai
wholesaler (3)
Trademark/trade name license program. Pihak franchisor bertindak sebagai induk yang memiliki trade name dan standarisasi operasional untuk franchisee unitnya. Jasa pelayanan seperti McDonald’s, Kentucky Fried Chicken adalah contoh dari kategori ini.
2. Dilihat dari jenis pelayanannya, eceran diklasifikasikan ke dalam : a.
Full Service Stores. Dalam kategori ini pihak pengecer menyediakan berbagai jasa mulai pembayaran secara kredit, pengiriman langsung, pembungkusan, instalasi, perbaikan dan berbagai jenis layanan jasa lainnya. Contohnya adalah Departement store. Cara ini dilakukan untuk
LePMA-LPBP
4
Workshop Minishop Management
dapat bersaing dengan kompetitor lain termasuk ke dalamnya adalah pemberian potongan harga dan pricing. b.
Limited Service Store. Jenis ini biasanya ditemukan untuk produk atau barang yang membutuhkan bantuan dari pelayan toko, terutama bila konsumen ingin mencoba produk atau barang yang akan dibelinya. Contohnya adalah pakaian pria atau wanita, sepatu, asesoris, otomotif dan meubel.
c.
Self service store. Bentuk layanan dimana konsumen dapat memilih produknya secara langsung. Untuk memudahkan konsumen mencari barang yang dibutuhkannya pengelola memasang display klasifikasi barang yang mudah dilihat konsumen. Kadang disediakan beberapa pelayan toko yang membantu konsumen mencari barang dicarinya.
3. Dilihat dari tipe produk yang dijual a.
Departement store, merupakan eceran yang menjual berbagai jenis produk. Secara umum produk yang dijual departemen store terbagi menjadi 3 tipe yaitu : kebutuhan wanita, pria dan anak-anak, kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan umum.
b.
Discount
store,
hampir
mirip
dengan
departemen
store
namun
dikhususkan menjual barang-barang bermerk dengan harga miring. c.
Supermarket, seringkali disebut departement store for food, karena menjual makanan dan minuman. Pada perkembangan selanjutnya supermarket juga banyak menjual kebutuhan sehari-hari lainnya.
d.
Speciality and Single-Line Stores, eceran yang mengkhususkan menjual barang-barang dengan spesifikasi khusus, seperti barang-barang kulit, pemoles mobil, cuci-cetak film dan lain-lain. Karena kekhususannya hanya konsumen dengan kebutuhan khusus pula yang datang untuk membeli barang-barang tersebut.
LePMA-LPBP
5
Workshop Minishop Management
Dalam eceran tradisional, pedagang dan konsumen saling bertemu di suatu tempat atau toko, namun sejalan dengan perkembangan zaman, kini dikenal beberapa metode menjual barang secara eceran, diantaranya : a.
Mail order. Dengan cara ini, konsumen cukup memesan barang kepada pebisnis eceran melalui surat, untuk kemudian pebisnis eceran mengirim barang yang dipesan konsumen tadi. Dari sisi konsumen dengan cara ini mereka dapat menghemat waktu, selain itu konsumen dapat memesan barang di tempat yang sangat jauh. Sedangkan dari sisi pebisnis eceran keuntungan dari sistem ini adalah dapat meningkatkan jumlah konsumen, tidak terbatas wilayah tertentu saja. Selain itu pebisnis eceran dapat bekerja sama dengan pihak lain untuk menjual barangnya ke konsumen. Perkembangan internet ikut meningkatkan penjualan barang melalui mailorder ini, dengan memanfaatkan kartu kredit untuk memudahkan sistem pembayarannya.
b.
Telephone selling. Konsep dasarnya adalah telemarketing, dimana konsumen tinggal menghubungi pebisnis eceran untuk memesan barang yang dibutuhkannya, untuk kemudian pebisnis eceran mengirimkan barang yang dipesan konsumen tadi. Cara ini biasanya hanya efektif untuk cakupan wilayah tertentu.
c.
Household contact adalah penjualan eceran dengan cara dari pintu ke pintu, atau penjualan secara berkeliling dari rumah ke rumah. Beberapa barang ada yang cocok dijual dengan cara ini, diantaranya penjualan buku-buku atau ensiklopedia, kosmetik atau penghisap debu.
d.
Automated Merchandising (Vending Machine) adalah pembelian barang dengan cara memasukkan koin ke dalam mesin. Biasanya vanding machine ini digunakan untuk gula-gula, makanan atau minuman ringan
e.
Catalog Showroom, adalah cara penjualan dimana pebisnis eceran hanya memperlihatkan katalog dari barang-barang yang dijualnya. Biasanya
LePMA-LPBP
6
Workshop Minishop Management
katalog tersebut menawarkan berbagai macam barang berkualitas dengan harga miring. f.
Boutiqe.Butik termasuk ke dalam independent shop atau suatu departement dalam toko besar yang menjual produk khusus, dimana butik tersebut menempati area tertentu dalam toko dengan penampilan, dekorasi dan suasana yang berbeda. Pada saat sekarang butik tidak hanya terbatas pada barang-barang seperti baju atau aksesorisnya namun banyak pula butik yang mengkhususkan pada hobi-hobi tertentu, misalnya butik tennis yang menjual berbagai macam barang yang ada hubungannya dengan tennis.
g.
Warehouse, biasanya barang yang ditawarkan adalah makanan atau furniture retailing dengan pelayanan yang sangat minimal. Biasanya menempati lokasi yang tidak begitu besar dan menyerupai gudang
h.
Hypermarket. Jenis ini merupakan kombinasi dari discount store dan supermarket, dimana barang yang dijual ditempatkan pada rak-rak yang tinggi.
Setelah memperhatikan jenis atau klasifikasi eceran di atas maka selanjutnya kita dapat menentukan bagaimana kita dapat memulai untuk membuka bisnis eceran, dalam lingkup pengertian yang lebih sempit dan sederhana yaitu toko. Pada dasarnya jika kita sudah mendapatkan gambaran yang jelas tentang bagaimana memulai usaha ini maka secara umum masa persiapan dan pelaksanaan perdana pengelolaan toko tersebut akan mencapai proses 3 tahun. Pada tahun pertama kegiatan akan terfokus pada usaha-usaha yang bersifat persiapan awal antara lain menuangkan konsep maupun ide-ide yang ada. Selanjutnya akan memakan waktu 6 bulan untuk mengembangkan konsep maupun ide-ide tersebut dan menata segala sesuatunya, 6 bulan kemudian adalah waktu untuk mencari lokasi yang dianggap paling tepat dan strategis, pembelian barang-barang untuk dijual, pembelian barang yang bersifat khusus LePMA-LPBP
7
Workshop Minishop Management
berupa alat bantu operasional pengelolaan toko misalnya cash register dan sebagainya, rekrutmen pegawai dan seterusnya. Di negara-negara maju yang memiliki 4 musim, umumnya para pebisnis eceran membagi tahun ke dalam dua musim pembelian (two buying seasons). Musim semi (dilanjutkan musim panas) terjadi pada bulan Februari sampai Juli dan musim gugur (dilanjutkan musim dingin) erjadi pada bulan Agustus sampai Januari. Sebagai perbandingan untuk kita yang tidak memiliki musim-musim tersebut, maka saat yang dianggap tepat untuk memulai bisnis adalah pada saat awal dari kedua jenis musim tersebut yaitu dapat terjadi di bulan Februari atau Agustus. Bagi pebisnis eceran yang telah memasuki pasar ekspor maka informasi di aas dapat dijadikan pertimbangan tesendiri untk penentuan waktu yang paling tepat seorang pebisnis eceran menjual barangnya ke mancanegara. Berikut ini adalah ilustrasi umum mengenai pengaturan waktu atau semacam jadual aktivitas sederhana untuk memulai bisnis eceran.
LePMA-LPBP
8
Workshop Minishop Management
The Basics of retail
Merchandising
Buying
Personnel
Sales Management
Using Computer Technology
Customer Service
Start planning (perencanaan) Tahun Pertama
Opening day (mulai usaha) Tahun Kedua
Where you want to go (arah perkembangan usaha)
Gambar 1. Retail Timeline
LePMA-LPBP
9