Cerita Febuari Cinta
vyv GUNTUR ABIMAYU
vyv
Terima kasih telah mau membaca Semoga kau terhibur
Terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan, orang tua, dan segenap orang di sekitarku yang baik secara langsung dan tak langsung telah membantuku dalam menyelesaikan karya ini. Dan spesial untuk my sweet friend A.M.L. and my school; Regina Pacis High School.
Salam kasih sang penulis
Guntur abimayu
vyv
Part 0
Pagi ini awal bulan febuari, bulan penuh cinta. Bima, ya itu namaku. Seorang remaja pria tulen yang sekarang duduk di bangku kelas XII, dulu namanya kelas dua SMA jurusan ilmu social. Ya maklum karena nilaiku mepat jadinya kandas sudah impian masuk ilmu alam tapi taka apa-apalah Tuhan punya rencana besar dibalik ini semua dan mungkin ini salah satu rencananya. Hingga kini aku telah mengarungi kehidupan selama tujuh belas tahun tampa pernah merasakan cinta hingga akhirnya terjadi suatu peristiwa yang mungkin akan merubah segalanya, ya suatu cerita di bulan februari cinta ini. Pagi ini semua berjalan seperti biasa. Rutinitas sekolahku yang boleh dikata membosankan namun ‘ingat sekolah itu penting, demi masa depanmu.’ Itu yang sering orang dewasa kepadaku. Diamali dengan renungan pagi, lalu berdoa bersama, diteruskan dengan tiga jam mata pelajaran dan akhirnya istirahat vyv
pertama. Ya, mugkin ini waktu yang paling dinanti saat sekolah. “tet..! tet..!” bunyi bel sekolah yang menandakan waktu istirahat. Semua murid mulai berhamburan kelur kelas. Aku masih terduduk sejenak menanti suasana sedikit sepi dan barulah aku berdiri hendak beranjak pergi. Baru selangakah ku berjalan, “ Bima e.. e.. “ suara lirih seorang wanita yang terdengar ragu-ragu memanggilku. Aku menoleh ke belakang. Ternyata Reni yang memanggilku tadi. ia terlihat tertunduk malu. Tubuhnya sedikit berayun-ayun kekiri-kekanan sambil tangannya berpegangan satu sama lain. Ia terlihat seperti gadis kecil yang dengan malu-malu kucing hendak meminta sesuatu pada ibunya. “ya” jawabku singakat. Ku perhatikan tingkahnya yang tidak biasanya itu. ‘hmn.. Reni manis juga ya, terlihat imut menggemaskan saat berpose seperti itu’ kataku dalam hati. “em.., ka ka kamu.. “ katanya terpatah patah. Aku hanya terdiam menanti kata darinya. Mataku memandang ke arah wajahnya sambil sedikit vyv
tersenyum mencoba mencairkan suasana sambil menanti lanjutan kata darinya.namun ia malah tertunduk kaku dan pipinya sedkit memerah. “ ada apa Ren?” tanyaku santai. “e.., ka, ka, kamu mau..”jawabnya yang masih terpatahpatah. Kepalanya kembali tertuduk dan sesekali mencuri pandang jauh ke belakangku. Ku lihat ke belakang di sana berdiri dua sahabatnya, Vina, dan Ina. Mereka pun langsung menunduk salah tingkah saat ku memandang. Lalu pandanganku kembali melihat Reni, kata darinya yang belum terselesaikan membuatku mati penasaran. Apa gerangan yang ingin ia sampaikan hingga ia begitu sulit mengatakannya. Apa ia ingin mengatakan I love U hingga begitu sulit mengatakannya. Jika itu benar akhirnya masa lajangku berakhir juga wakakaka… pikirku dalam hati. Tapi apa benar. Wanita secantik ia mau menjadi pacarku. Lihat saja poninya yang lucu, rambutnya yang hitam mengkilat, kulitnya yang kuning, tubuhnya yang seksi, senyumnya hmn.. lumayan manis juga. Siapa si yang gak mau jadi cowoknya. vyv
“anu, kamu mau… mau…” katanya pelan. Iya-iya ayo lanjutkan kataku dalam hati penuh harapan tuk menanti ia mengatakan maukah kau manjadi pacarku. “maukah kau datang ke ulang tahunku?” selesai sudah kalimatnya. ‘Tiut’ hancur sudah kayalku. “gi, gimana?”tanyanya lagi. “eh iya, iya kalau gak ada halangan aku pasti datang.” Kataku. Lalu Reni pun berlari kea rah dua sahabatnya itu. Terlihat walau hanya sepintas diwayahnya tergaris senyuman tipis, senyuman kemenangan. Yah aku pikir apa, ternyata cuma ajakan ke sweet seventin doang keluhku di hati sambil berjalan keluar kelas menuju kantin tuk mengobrol bersama teman-teman. Dan akhirnya hari itu pun berlalu begitu saja tampa hal yang special. **** Selang tiga hari setelah kejadian itu, undangan pun tersebar. Ya, amplop kecil berukuran tak lebih dari 4x6 centi meter itu vyv
menyebar rata ke seluruh teman yang ada di kelas. Dan akhirnya undangan itu sampai ke tanganku. Diserahkan langsung oleh Reni sambil berkata ” datang ya.” Dan diakhiri oleh senyum manisnya itu. Aku hanya menunduk mengiyakan. Ku buka dan k u lihat isinya; ‘Besok minggu tanggal 5 februari 2006 datang ya kawan-kawanku ke ulang tahunku ke tujuh belas. Lokasinya di rumah aku aja. Acaranya dimulai jam 6 sore. Ingat jangan terlambat ya.’ Dan doa pagi pun berlangsung mengawali segala aktivitas di sekolah hari itu. Tiba-tiba setelah doa berakhir guru bahsa inggris dan langsung menulis di papan pengumuman di pojok dekat pintu kelas bahwa tanggal 6 februari besok ulangan bahasa inggris bab terkhir. Melihat hal itu wajah Reni and the geng langsung kecewa. “yah.. Pak mbok ya jangan senin.” Kata Ina memelas. Namun ia tak berkata apa-apa dan vyv
langsung pergi meninggalkan kelas. Berganti Bu Monic yang akan mengulang pelajaran pagi itu. Serentak beberapa murid bersorak meluapkan kekecewaanya. “ada apa to?” tanya Bu Monic ke Vina yang kebetulan duduk di depan. “itu lo bu, Pak Kris, masa mau ulangan hari senin.” Jawab Vina. “ emang ada apa dengan hari senin?” “la kan hari minggunya ada acara ulang tahun Reni..” “ya ga papa kan, sabtunya belajar jadi minggu bisa pergi ke pestanya Reni” “yah ibu, tetep aja gak asik.” “udah-udah. Kemarin sampai dimana pembahasanya?” Dan kekecewaan itu pun terkubur dalam, bergantikan dengan pelajaran waktu itu. **** “uah…” aku yang baru saja menguap sambil mengusap-usap mataku, mencoba vyv
membukannya. Perlahan kelopak mataku mulai terbuka. Pandanganku yang kabur mula focus. Terlihat di dinding jarum jam menunjukan pukul enam sore. “emm..” tubuhku mengolet ke kanan dan ke kekiri layaknya cacing. “krettek-kretek” beberapa sendi pergelanganku mengeluarkan bunyi saat aku melakukan perenggangan itu. “o... sudah jam enam.” Kataku dalam hati. Tanganku meraba, mengambil selimut dan kembali ke alam tidur. “ h, Udah jam enam! Oh iya hari ini kan ulang tahunnya Reni.” Segera ku bergeges bangun dari kasur dan pergi menuju kamar mandi. Biur, biur, biur yang penting basah. Selesai sudah acara mandiku dengan begitu cepatnya. Sekarang ku lanjutkan dengan menggosok gigi tentunya. Lalu ku gunakan pakaianku, dan tentunya dengan sentuhan terakhir yakni parfum selesai sudah persiapanku kurang dari tiga puluh menit. Sekarang saatnya berangkat! Ku keluarkan sepeda motorku. Breng teng.. teng.. teng. Breng vyv
teng.. teng.. teng. Berulang kali aku kayuh tuas stater motorku namun tetap saja tidak mau menyala. “SiALL..! gimana si ni motor? Udah tau aku lagi buru-buru kok malah pake acara mogok segala.” Keluhku kesal. “Rasakan ini!” teriakku sambil mengayunkan kakiku sekuat kesalku. “Au…” teriakku lagi menahan sakit setelah itu. Aku tertatih-tatih menahan sakit melompatlompat di tempat mencoba menahan sakit di telapak kaki ini. Selang dua menit setelah itu rasa sakitnya mulai mereda. Begitu juga dengan emosiku. Sekarang aku mulai berpikir jernih, ku tarik tuas cucknya dan barulah motor itu mau menyala setelah aku menyetaternya. Dan aku pun berangkat. Ngeeng… aku yang mengendarai motor secepat yang aku bisa. Terlihat di depan lampu lalu lintas yang menyala kuning. Lalu ku pacu motorku lebih kencang demi mengejar lampu tersebut sebelum berubah menjadi merah. Iya semakin dekat, semakin dekat, hingga kurang lima meter di depan aku kan berhasil vyv
melaluinya. Namun lampu telah berubah menjadi merah. Ku lihat di depan ada seorang polisi yang sudah bersiaga layaknya elang kelaparan yang sedang mencari mangsa. Ia melihat tajam ke arahku. Criiittt… ku tekan kuat kedua remku. Dan akupun berhasil berhenti sesaat sebelum ban depan motorku melanggar marka garis didepan. Cuma terpaut dua inci. E tiba-tiba terjadi hal yang aneh! Motorku perlahan-lahan mulai berontak. Ia menyendatnyendat maju ke depan. Ku lihat wajah polisi itu tersenyum sinis ke arahku hingga aku merinding. Ku coba menahannya sekuat tenaga, namun ia tetep saja melonjak-lonjak. Perlahanlahan motorku terus mendorong maju. Dan “Prittt…” pluit panjang terdengar dari arah polisi itu. Aku pun langsung kagetnya minta ampun. Ku coba senyam-senyum ke arah polisi itu tapi ia tetap saja cemburut dengan wajah galaknya yang berhiaskan kumis tebalnya itu. Dan sekarang tangannya bergerak dengan tegas menyuruhku kembali ke belakang marka. vyv
Aku pun langsung lompat turun dari motorku. Ku dorong dari depan motorku. Dan teng teng teng, pertandingan sumo pun dimulai. Dari sudut merah sang penantang dengan bobot 63 kg,tinggi 167 cm. inilah… Bima! “wkakkaka.., terima kasih terima kasih” kataku. “dan sekarang dari sudut biru, juara bertahan kita dengan badan besinya dan mesin 110 cc, inilah Si MOtoR!!”, “ grengg..gerng..” suara mesin motor yang di gas. “ siap??? Mulai!” Akupun segera berlari ke depan. Motorpun tidak mau kalah, rodanya berputar kencang hingga mendorongnya maju ke depan. Dan beng! Terjadi body contack! Kedua tanganku memegang kuat setang motor, ototku berkontraksi, mencoba mendorongnya sekuat tenaga. Putaran rodanya pun tak kalah kuat mengimbangi tenagaku. Aku pun mulai terdorong ke belakang hingga hampir melewati garis. Polisi yang terlihat menjadi juri saat itu sudah mau saja mengatakan kalau aku yang kalah namun aku tak membiarkan begitu saja. Ku dorong lagi lebih vyv
kuat. Perlahan tapi pasti motor mulai mundur dan mundur ke belakang hingga akhirnya ia terdorong ke belakang garis. Spontan aku berteriak “ Yeahh.. aku menang!” teriakan sorak-sorai para penonton menyambut kemenangganku. Tapi entah kenapa sorak-sorai itu berubah menjadi suara klakson. “ dasar orang gila.” Terdengar dari salah satu pengendara motor yang baru saja melintas melewatiku. Barulah aku tersadar dari kayalan gilaku tadi. Terlihat orang-orang yang lalu-lalang di jalan tersebut sambil memandang aneh ke arahku. Malu sudah wajahku ini. Bergegas aku kembali menaiki motorku dan pergi dari sana sebelum aku tenggelam dalam kemaluanku. Akhirnya tiba juga aku di tempat tujua, rumah Reni. Terlihat sudah banyak mobil dan sepeda motor dipakirkan di sepanjang jalan. Perlahan-lahan ku berjalan sambil mencari tempat untuk memakirkan sepeda motorku. Ku amati satu persatu sepeda motor yang ada. Wah vyv
teman-temanku sudah pada datang ni, sialan aku ditingal sendiri, pikirku dalam hati. Di pojok paling ujung terlihat masih ada ruang untuk motorku ini parkir. Aku pun segera menuju kesana. Ku pakirkan motor ini dan “gdubak!” tiba-tiba motorku jatuh. “Sial! Sampe sejauh ini masih saja ni motor belum waras. Mana ada to motor gak di gas kok jalan sendiri… uhh… sebal, sebal, sebal…” keluhku di hati sambil mendirikan motornya. “gdubak!” suara motor yang kembali jatuh. “ hi hi hi..” terdengar suara tawa pelan seorang gadis dari belakang. Mendengar tawa itu hatiku semakin dongkol saja. Siapa si orang rese di belakangku ini, liat orang susah bukanya mbantu malah ngetawain. Pikirku kesal. Karena penasaran ingin melihat orang yang nyebelin itu segera wajahku berbalik melihat ke belakang. Dan, alangkah terkejutnya diriku. Entah peri dari mana yang berdiri di bekangku ini. Bau tubuhnya semerbak wangi membius hatiku. Kulitnya putih seputih seputih salju, bola matanya berkilau menyilaukan vyv
berlian, senyumnya manis memaniskan gula. Aku hanya diam tak tau harus berbuat apa. Ia berjalan mendekatiku. Oh my God! Mimpi apa aku semalam?? Jantungku berdetak kencang, kakiku terpaku, bibirku membeku. Dan sekarang ia tepat dihadapanku. Tangan kananya yang lembut itu bergerak maju mendekat kepadaku. Dan ia pun menarik tuas cuck motorku. Lalu setelah itu ia berjalan masuk ke dalam meninggalkanku seorang diri di luar. Sempurna sudah aku menjadi patung disana. Lama aku tak bergerak, tenggelam dalam silau keindahan karya Tuhan yang baru saja menghampiriku. Hingga “bima, kenapa gak masuk?” tanya ina yang baru saja turun dari mobilnya. “eh iya, ini baru mau masuk.” Jawabku sambil berjalan menghampirinya. Di dalam sudah banyak temanku yang sedang asik mengobrol sembari menyantap makanan kecil. Wah keliatannya aku sudah kelewatan setengah acara ni. Biar telat yang penting sudah datang.
vyv
Bola mataku berputar menyapu sekilas pandang mencoba menemukan gadis tadi, namun tidak terlihat keberadaanya sama sekali di setiap sudut ruang yang ada. “bim, duduk sini.” Kata Pt sambil melambaikan tangannya menunjukan bangku kosong tepat di sebelah ia duduk. Dari sini tempat dudukku terlihat dengan jelas panggung dimana Reni yang sedang berulang tahun duduk bersama ayah dan ibunya. Terlihat di belakang Ina, sedang berbisik kepada Vina. Dan kemudian Vina berjalan menghampiri Reni dan berbisik kepadannya. Namun tetep saja gadis jelmaan peri itu tidak tampak dimanapun. Aku yang terus saja mencoba mencari sosoknya hingga aku tak memperhatikan sekelilingku. Pt yang entah berbicara apa, ku balas dengan menganggukan kepala. “ Ya mari kita keluarkan rotinya…” Kata mc sambil diikuti empat orang dari bawah yang mengangkat roti tarnya yang besar dengan warna dominan kuning dan merah muda. vyv
“ kepada saudari Reni yang pastinya sedang sangat berbahagia sekali ya?” kata si mc menggandeng Reni menuju tengah penggung. “iya.” Jawabnya singkat penuh semangat. Mereka sekarang sudah berdiri di belakang kuenya. Lalu lampu ruangan itu meredup. “para hadirin yang berbahagia marilah sejenak kita berdiri tuk memanjatkan doa kepada Tuhan kita atas rahmat dan syukur yang diberikan kepada Reni selama ini. Tangan Pt menepuk pundakku membuatku kembali ke dunia sekitar.aku terus saja mencari sosoknya hingga tak menyadari apa yang sedang terjadi. Aku kaget dan langsung berdiri seketika saat menyadari hanya diriku seorang diri yang msih duduk. Terlihat sosok Reni yang diterangi oleh cahaya lilin. Dirinya yang biasanya terlihat kekanak kanakan kal ini terlihat begitu dewasa dan anggun. Sosoknya yang dulu telah berubah. Tak lama lagi ia akan berubah sepenuhnya meninggalkan dirinya yang kecil menjadi
vyv
sosoknya yang sebenarnya, seorang wanita dewasa. “selamat ulang tahun, kami ucapkan. Semoga panjang umur, kam kam doaka…” lantunan lagu selamt ulang tahun yang dinyanyikan bersama-sama hingga lantunan terakhir yakni “ tiup lilinya, tiup lilinya, tiup lillinya sekarang juga.” Dan lilin pun ditiup oleh Reni dengan senyum tulus yang menghiasai wajahnya. Setelah itu lampu pun menyala bersamaan dengan sambutan tepuk tangan yang meriah dari segenap yang hadir. Mataku langsung terbuka. Terlihat, benarbernar terlihat! Seorang peri kecil yang sejak dari tadi terus aku cari. Sosoknya yang indah berada di kerumunan orang-orang di sebrang tempatku berdiri. Perlahan lahan aku berjalan. Bergeser dari satu tempat ke tempat yang lain tun mencoba mendekat padanya. Di sisi lain acara terus saja berjalan dengan semestinya tampa ada yang memperhatikan aku. “potong kuenya, potong kuenya…” mereka menyanyikan sair itu sambil vyv
mengiringi Reni memotong irisan pertama kuenya. “Reni, potongan yang pertama ini untuk siapa?” tanya mc sambil sedikit membungkukkan badannya. Reni hanya berjalan sambil membawa piring kecil yang terdapat potongan roti tadi di atasnya. Ia berjalan menuju mamanya dan ia berikan potongan roti tersebut kepadanya. Lalu potongan kedua diberikan kepada ayahnya, potongan ke tiga diberikan kepada kakaknya, hingga potongan ke empat ”ya seperti yang diakatakan di awal acara pada kesempatan yang berbahagia ini Reni akan melakukan sesuatu yang spesial. Semuanya serasa belm sempurna sebelum yang berulang tahun sweet seventin ini memberikan potongan keempat ini pada sang pujaan hati. Oleh karena itu Reni siapakah orang yang beruntung itu menjadi pujaan hatimu?” tanya panjang mc kepadanya. Spontan Robi yang berada diantara para penonton yang ada meneriakan nama “ Riki, riki, riki! “ dan yang lain ikut menerikan nama yang vyv
sama. “apakah itu benar Reni?” tanya mc. Riki yang mendengar hal tersebut langsung berteriak, “ wo dasar kuda!”, robi pun tak tinggal diam, ia membalas dengan berkata, “ wo kambing!”, “kuda!” ”kambing!” “kuda!” “kambing!” mereka terus saja saling mengolok. Dan “ha ha ha,” mc tertawa melihat apa yang terjadi. Lalu sambungnya, “wah ternyata Reni yang cantik ini popular ya, sampaisampai dua pria yang tampan itu berebut.” Reni hanya tertawa melihat kekonyolan mereka berdua. “ sudah, sudah mari kita kembali ke topik yang tadi. Hmn.. Reni siapaken nama orang yang beruntung itu?” tanyanya sambil menyodorkan mic ke arah Reni. Namun ia hanya tertunduk malu-malu untuk mengatakannya. Mulutnya hanya membuka kecil sambil menyuarakan sebuah nama yang sangat pelan sampai-sampai vyv
tak ada yang dapat mendengar dengan jelas walau sudah berbicara di depan mic. “ayo Ren, katakan!” teriak Vina. “wah keliatannya sahabatnya ini tau orang yang disukai Reni.” Kata mc sambil berjalan menghampirinya. Sambil menggandeng tangannya ia berkata “nona manis mari ke atas panggung. Namanya siapa?”. “vina” jawabnya singkat. “oke sekarang ladies and gentlemen, nona Vina akan membantu kita mengungkap takbir misteri ini. Apakah nona Vina ini tahu siapa orang yang selama ini Reni suka?” ia mengangguk, mengiyakan jawabnya. “oke karena Reni sulit mengatakannya bagaimana saudara hadirin kalau kita minta bantuan Vina untuk menjawabnya?” tanya mc. “ iya.” Jawab beberapa orang disana dengan semangatnya. “dan sekarang nona Vina, siapakah orang tersebut?” tanyanya penasaran. Namun ia tak menjawab. “oke mari kita hitung sampai tiga dan pada hitungan ke tiga Vina akan meneriakan namanya keras-keras, oke?” vyv
“satu.” “dua.” “tiga.” “Bima…!” teriak Vina. Spontan orang-orang pada menoleh ke arahku. Aku jadi binggung kenapa mereka melihat ke arahku semua. Beberapa laki-laki yang ada di sampingku langsung saja mendorongku keluar dari kerumunan. Dan masih ada dua orang lain yang menggandengku naik ke atas panggung hingga aku berada tepat di hadapan Reni. Reni hanya tertunduk diam menutupi wajahnya yang malu. Aku pun hanya bisa tertawa-tawa kecil bingung harus berbuat apa. Sambil menggaruk-garuk kepala aku coba berjalan mundur. Namun baru beberapa langkah ke belakang, aku menabrak sesuatu. Dan saat menoleh ke belakang terliahat dua orang yang menyeretku tadi menghalangi langkahku.
vyv
Aku kembali didorongnya ke depan. “halo Reni,” sapaku yang terdengar aneh mencoba tuk menghilangkan kekakuan. Reni membalas sapaku dengan senyumnya. Sekarang ia berjalan mendekatiku! Deg,deg! Jantungku berdetak lebih keras saat langkah pertama ia berjalan. Deg,deg! Kembali jangtungku berdetak lebih keras hingga deg-deg, deg-deg, deg-deg….! Jsntungku terpacu begitu kerasnya. Gemuruh suaranya terdengar jelak di telingaku hingga mengalahkan suara gaduh para penonton yang bersorak-sorak. Dan deg! Jantungku berhenti tepat saat Reni mencium bibirku. Semuanya serasa melambat. Pergerakan orang-orang yang ada di situ terlihat muali berhenti. “tek” suara detik jarum jam yang berhenti. Dan semuanya berhenti! Serasa waktu tak berjalan lagi hingga pandangku kembali ke depan. Meliahat wajah Reni yang tepat berda di depan wajahku dan liat bibirnya benar-benar menyentuh bibirku. Tapi bukan itu yang membuatku melihat ke depan. Ya, dibelakang Reni ia sedang berdiri. vyv
Tersembunyi di belakang kerumunan Wajahnya terlihat jelas dari ku berada.
itu.
Dan dengan cepat semuanya bergerak kembali pada kecepatan yang normal. Reni pun segera menarik bibirnya dari ciumku. Dan spontan semua orang yang ada di situ menyoraki diri kami. Aku yang terus berusaha menangkap hadirnya kembali kehilangan wujudnya saat mc mnepuk pundakku. Ia menarikku hingga sosok tubuh Reni menghalangi pandanganku akan dirinya. “nah sudah kita saksikan bagaimana Reni mengungkapkan rasa cintanya kepada Bima, dan sekarang marilah kita dengarkan apa jawabanya.” Teriak mc sambil menggeret kami berdua dalam satu garis sejajar. “bima, apakah kau mencintai Reni?” tanyanya sambil memberikan mic kepadaku. Ha?! Apa yang harus ku jawab? Begitu gila, begitu mendadak, dan begitu tak tepat saatnya. Ku pandang Reni begitu dalam. Terlihat pipinya memerah menandakan malu saat ku pandang. Cantik, Reni memang cantik. Tapi… cinta soal vyv
hati dan aku tak bisa berbohong pada hatiku. Andai sejam lebih cepat hal ini terjadi, andai pertemuan denganya belum terjadi, mungkin aku bisa menerimanya sebagai cintaku yang pertama dan mengisi masa SMAku ini dengan kenangan cinta. Tapi hatiku ini telah dicurinya. Aku tak bisa membohongi rasa. Apa yang harus ku lakukan sekarang ini? Pikiranku yang gunda terus saja berpikir. Mencari cara terbaik tuk mengakhirinya. Lalu aku mulai bergerak. Ku pandangi semua orang yang ada di sana. Terlihat wajah kebahagiaan dari mereka. Terutama kedua orang tuanya yang berada di sana. Lalu sudah ku putuskan untuk melakukannya. Ku berjalan selangkah ke depan. Ku tarik nafasku panjang dan berputar kebelakang menghadap ke arah Reni. Semuanya terdiam saat meliahat apa yang ku lakukan. Diam, begitu senyap hingga tak ada satu suara pun yang terdengar. Lalu, suaraku pun keluar begitu jelas di ketenangan itu.
vyv
“Reni, cinta adalah sesuatu yang tumbuh dengan kasih sayang dan perhatian, ditambah dengan sedikit pengertian dan kepercayaa. Bukan suatu hal yang muncul begitu saja. Ia bukan bicara mengenai hasrat atau pun kepemilikan semata. Ia bukan suatu yang terlihat saja. Namun juga bicara mengenai keburukan yang aku belum nampak. Mungkin saat ini kau begitu menyukaiku namun ku tak ingin ada penyesalan diakhir cerita. Bukanya aku menolakmu tapi marilah kita berikan ia sedikit waktu untuk tumbuh hingga ia benar-benar bisa disebut cinta.” Setelah mendengar pekataanku tadi, Reni pun langsung memeluk erat tubuhku. Terliahat sekilas wajahnya yang kecewa, dimana matanya yang berbinar menahan setiap tetes air mata yang ingin keluar darinya. Sedih, ku tahu ia bersedih. Tapi apa boleh daya, ku tak ingin membuatnya hidup dalam kebohongan. Dan satu hal yang bisa ku lakukan saat itu hanyalah membalas pelukan hangatnya sambil berbisik “ maafkan aku.”
vyv
PART I
Siang itu, hari begitu panas, dan angin bertiup sangat kencang. Terlihat seorang pria muda dengan seragam putih abu-abunya yang mulai terlihat kusam termakan usia. Ia berdiri termenung di lorong depan kelasnya yang terletak di lantai dua. Matanya terus saja memandang kebawah. Memandangi seorang siswi yang sedang asik bercakap-cakap dengan kedua temanya. Wajahnya yang begitu cantik berhiaskan senyumnya yang manis telah mencuri hati pria itu. Hingga saat ini genaplah seminggu ia mengagumi keindahan gadis itu. Hampir setiap jam istirahat ia luangkan waktunya untuk menatap ke arah kelas gadis itu. Harapnya untuk dapat melihatnya walau hanya sekilas. Dan isritahat ini, “ hi bim “, suara Ira yang menyapaku, membangunkanku dari lamunan panjangku ini. “ eh ira ”, jawabku pendek. “ vyv
ngapain si kamu? Dari kemarin aku perhatikan isinya cuma melamun aja di sini.” tanyanya pensaran. ” eh enggak, gak ada apa-apa kok. Cuma enak aja di sini.” jawabku menepis pertanyaanya. ” hehe.. udah gak usah bohong, liat wajahmu aja aku sudah tahu. Kamu lagi jatuh cinta kan?!” tebakkan ira yang sangat tepat. Memang dari dulu ira yang telah menjadi sahabatku sejak kelas satu hingga kelas tiga SMA ini selalu tau apa yang sedang ku pikirkan. Beberapa kali ki coba membohonginya tetapi ira selalu tahu. ” sama anak kelas satu itu kan? Yang rambutnya panjang itu kan!” kata ira sambil menujuk ke arahnya. ” iya ” jawab ku sambil mengangguk kecil. ” namanya sapa ?” ”enggak tau” ”rumahnya dimana?” ”enggak tau juga” vyv
”nomer Hpnya?” ”enggak tau” ” enggak tau enggak tau! Emang apa yang loe tau?” ”dia manis” ”dasar lebay.. udah sana pentelengin aja dia! Tapi inget ya, takan ada hasil tampa perbuatan.” kata ira sambil meninggalkanku begitu saja. Setelah itu akupun kembali memandanginya. Namun pikirku terus saja terngiang-ngiang kata-kata ira tadi, Memang dalam sejarah panjang hidupnya, bima belum pernah pacaran. Cintanya selalu kandas tampa sempat ia lakukan apa-apa. Mau dimana lagi, memang orang tipe seperti bima ini paling sulit dapat cewek. Abis kerjanya Cuma berani memandangnya saja tampa berani berbuat sesuatu yang berarti. Tak terasa waktu istirahat pun telah usai. Bel sekolah telah berbunyi, dan semua siswa vyv
masuk ke kelas masing-masing melanjutkan aktivitas belajar-mengajar.
untuk
Esok harinya. Saat istirahat pertama yang berlangsung pukul sembilan lebih. Aku yang sedang berjalan berpapasan dengan ibu Ika. ” pagi bu ” sapaku. ” pagi bima” balasnya. Lalu aku melanjutkan langkahku. Belum sempat langkahku yang kedua ku injakan, bu ika pun memanggilku. ”bima kesini sebentar! ”. Mendengar panggilan itu, akupun berbalik dan berjalan mendekati bu ika. Sesampainya dihadapanya, bu ika menunduk dan memergoki celanaku yang robek bagian bawahnya. ” bima ini dijaut ya!” suruh bu ika. ”iya nanti sepulang sekolah saya jahit bu.” jawabku menepis katanya. ” sekarang saja! Di UKS ada benang sama jarum”, ”iya bu” balasku dengan pasrah. Setelah itu bu ika pergi meninggalkanku.’wah istirahat gini buat menjahit, sayang amat’ dalam batinku berbisik saat berjalan menuju UKS.
vyv
Lalu langkahku ku belokan ke kamar mandi yang berada dekat dengan UKS. Disana ku habiskan waktu istirahat ini yang tinggal sebentar. ”tet.. tet..” bel penanda istirahat berakhirpun berbunyi. Para siswa pun berjalan menuju kelasnya masing-masing. Sedangkan aku berjalan menuju ruang UKS. Disana ternyata bu ika telah menungguku. ”dari mana kamu?” tanyanya. ”dari kamar mandi bu” jawabku. Lalu aku duduk di atas bangku plastik yang ada di sana. Kemudian bu ika menyerahkan jarum dan benang kepadaku. Dan dimulailah acaraku jahit-menjahit. Satu-persatu sulamanku kulakukan dengan perlahan dan rapi. Sekilas ku lihat bu ika yang sedang asik menulis sana-sini tampa menghiraukan kehadiranku. Melihat hal itu, membuatku semakin lama menjahitnya. Itung-itung sekalian colut pelajaran sejarah yang teramat sangat membosankan yang saat ini sedang berlangsung di kelasku.
vyv
Setelah kira-kira dua puluh menit berlangsung, akhirnya selesai juga jahitanku pada sisi kiri celanaku. Dan akupun melajutkan menjahit sisi kanan celanaku yang juga dulu aku robek. Habisnya terlihat aneh kalau cuma satu sisi yang robek jadinya dulu aku robek juga sisi yang kanan ini. Baru berselang dua jaitan, terdengar suara rintihan kesakitandari luar. Lalu ku coba melihat keluar. Dari kejauhan terlihat tiga orang siswi dengan seragam olah raga berjalan menuju kearahku. Seorang yang berada di tengah berjalan terpatah-patah dibantu kedua temanya yang membopongnya di kedua sisi kanan dan kiri. Sesekali terdengar suara rintihan kesakitan dari mulutnya. Sesampainya di UKS, bu ika bergegas menghampiri mereka. Ditutunnya mereka menuju ruang kamar. Lalu dibaringkanya gadis itu di ranjang yang ada di ruangan itu. Sepatunya dilepas perlahan. Dioleskanya counterpain pada pergelangan kakinya yang terkilir. Melihat keadaannya yang mulai vyv
membaik, salah seorang dari mereka berdua berkata ” bu, kami permisi dahulu” ,” iya” jawab bu ika. Setelah mendengar jawaban itu bergegaslah mereka kembali ke lapangan. Selang beberapa waktu bu ika pun pergi entah kemana meninggalkan kami berdua di UKS. Ku coba menggeser bangkuku mendekati pintu ruangan itu. Ku lemparkan sekilas pandang ke arah gadis itu. Ku lihat ia sedang terbaring di ranjang. Ku pandangi dirinya mulai dari ujung kakinya hingga akupun tertegun kaku saat pandanganku sampai pada wajahnya. Ternyata ia adalah mi-mi, gadis idamanku selama ini. Tak ku sangka wajahnya terlihat begitu mulus bak bayi yang lagi lahir. Jantungku berdetak kencang dan semakin kencang saja saat matanya terbuka dan memandang ke arahku. ”deg, deg.. deg, deg..” sura detak jantungku yang begitu keras hingga terdengar oleh telingaku sendiri.
vyv
’oh Tuhan, mimpi apa aku semalam hingga aku bisa berjumpa bidadari secantik ia.’ Bisikku dalam hati. Dan sekarang kami saling berpandangan. Satu, dua, dan akupun langsung tertunduk malu. Wajahku mulai memerah. Ku tak tau lagi apa yang harus ku perbuat. Lalu ku coba lagi melihat ke arahnya dengan seluruh sisa keberanian yang ku punya. Ku lihat wajahnya dan ia tersenyum kepadaku. ’oh alangkah manisnya senyum itu’. Hatiku yang bergetar tak kuasa lagi menahan apa yang kurasa ini. Ku coba untuk membalas senyum itu dengan tersenyum kepadanya. Dan ia tersenyum lebih lebar saat melihatku tersenyum. Karena tak kuasa menahan rasa yang kurasakan. Entah bagaimana melukiskanya, rasa bahagia, bingung, malu semuanya bercampur menjadi satu membuatku serasa melayang dibuatnya namun aku tak kuasa menatapnya lebih lama lagi, dan akupun menundukan kepalaku lagi.
vyv
Aku benar-benar sudah tidak tahu apa yang mesti aku perbuat lagi. Pikiranku melayang tidak karuan. Tapi entah bagaimana aku teringat kejadia kemarin, bayangan ira dengan kalimat terkhirnya sebelum ia pergi meninggalkanku yang berbunyi ” ..takan ada hasil tampa perbuatan” membuatku ingin melakukan suatu hal, tapi apa itu akupun tak tahu. Yang ku tahu aku tak ingin membuang kesempatan ini. Aku tak ingin mengakhiri masa SMAku ini tampa kisah cinta. Aku yang sudah duduk di bangku kelas tiga ini akan segera lulus. Tinggal tiga bulan lagi ujian akhir akan dilangsungkan. Dan setelah itu berakhirlah masa SMAku yang katanya masa-masa yang paling indah dengan kisah kasih disekolah. Lama aku terdiam disana hingga ” kak, bisa tolong ambilkan itu.” suara yang lembut keluar dari mulutnya. Mendengar suara itu aku menjadi berani melihat ke arahnya. Ku lihat ia menunjuk ke arah counterpain yang berada di atas meja kecil di sampingku. ”ini?” tanyaku sambil memegang vyv
obat tersebut. mengangguk.
”iya”
jawabnya
sambil
”aku bantu oleskan ya?” tawarku ”enggak usah, biar aku oles sendiri” balasnya dengan suara pelan. Tampa memperdulikan katanya tadi, akupun mulai mengoleskan krim tersebut ke pergelangan kakinya yang sakit. Ku coba mengurutnya secara perlahan, sesekali masih terdengar rintihan sakit dari mulutnya. ”gimana udah baikan?” tanyaku setelah selesai mengoleskan krim tersebut. ’ iya kak” jawabnya. Setelah itu ia mengangkat tangan kanannya dengan maksud berjabat tangan. Melihat hal itu akupun mengikuti gerak tanganya. Tangan kananku menyambut salaman hangat darinya. Lalu mulutnya berucap ” mi-mi” dan aku membalasnya dengan berucap ”bima”. Dan setelah perkenalan itu kami pun mulai berbincang-bincang mengenai banyak hal. Walau masih terkesan agak kaku tetapi suasana yang terbangun begitu hangat dengan vyv
sesekali diselangi canda-tawa. Dan akupun mulai terbiasa denganya. Hingga kedua temannya datang menjemputnya dan percakapan kami berakhir. Sebelum pergi ia sempatkan diri tersenyum kepadaku. Setelah itu segera ku selesaikan menjahitku dan kembali ke kelas karena bel jam pergantian pelajaran telah berbunyi. Di kelas aku tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian indah itu
vyv
PART II
Setelah kejadian di UKS itu, pintu gerbang hubungan kami serasa telah terbuka. Semuanya berjalan layaknya arus yang mengalir mengikuti alurnya sendiri. Setiap kali kami berpapasan kami saling menyapa. Terkadang kali kalau ada kesempatan kami pun mengobrol. Tanggal 12 ferbuari, H-2 menjelang falentine. Aku dan ira telah berjanji akan pergi bersama ke SGM, satu-satunya mall yang ada di kotaku, Solo the Spirit of Java. Namun ira belum juga kunjung tampak. Aku yang menunggu di depan gerbang sekolah sejak tadi sudah mulai bosan. Ku coba membuang kebosanan dengan memandangi awan yang ada di langit. “wah tumben cerah ini hari padahal beberapa hari ini hujan melulu.” Kataku dalam hati. “sory lama menunggu, soalnya tadi Pak Rudi lama banget mbagiin hasil ulangan kemarin.” Kata ira saat berjalan menghampiriku. “gimana hasil ulanganya?” spontan aku vyv
bertanya. “adadeh.., yuk brangkat!” katanya dengan semangat. “ni” kataku sambil mengenakan helm ke kepalanya. Dan kamipun langsung berangkat menuju SGM. Satu-satunya mall di kotaku ini. Sepanjang perjalanan aku menceritakan dengan antusias kejadian di UKS. Tempat yang menjadi titik awal perkenalanku dengan Mimi. Selang kurang dari tiga puluh menit akhirnya kami tiba di tempat tujuan kami. Ku pakirkan motorku di tempat biasa. Dan kamipun langsung berjalan memasuki mall. Kami menaiki elevator berjalan sebelum memasuki SGM. Perlahan tapi pasti elevator bergerak menuntun kami ke dalam mall tersebut. ”wau.. semuanya pink..!” kata ira yang memasuki mall terlabih dahulu. Aku yang berada di belakangnya segera menyusulnya. Pandangku mencoba menagkap seluruh isi mall saat itu. Mall yang sering kami datangi ini terlihat berbeda sekali dari biasanya. Lampu-lampu berkelap-kelip di sana sini. Rona cahayanya bewarna merah. Banyak ornamen-ornamen vyv
bertemakan valentine dimana-mana. Musiknya pun juga bernuansakan cinta. Entah bagaimana merek mendisain ulang mall ini tapi semuanya terlihat begitu mempesona memanjakan mata setiap pengunjung. Lalu mataku tertuju pada langit-lagitnya saat itu. Sebuah boneka cupit yang sangat besar menggantung disana. Didepanya terdapat boneka hati yang tak kalah besarnya. Dan terlihat sekan-akan cupit itu ingin memanah hati itu. ”wau disain yang sungguh artistik. ” kataku dalam hati. Sesampainya di ujung elevator, Ira langsung berlarian sambil menggandeng tanganku. Kamipun berlarian kemana-mana. Berpindah dari satu yempat ke tempat yang lain. Dari atu toko ke toko yang lain. Ku lihat ira begitu bersemangatnya, matanya berbinar-binar membuatku tenggelam dalam kebahagiaanya. Dan akhirnya kami terhenti di sebuah toko ’pink’. Toko yang berisi pernak-pernik valentine. vyv
Mulai dari coklat, hal yang wajib di hari valentine sampai pita berbentuk hati ada semuanya di situ. ”bagus enggak?” tanya ira saat mengenakan bandana bewarna merah berhiaskan hati di tengahnya. Akupun hanya mengangguk, mengiyakan. Lalu ira menggantinya dengan bandana yang lain dan kembali bertanya ” kalau yang ini?”, ”bagus juga” jawabku spontan. Lama kami berada di situ. Aku hanya terdiam memandang ira yang mencoba ini itu. Ira terlihat berbeda sekali. Tingkahnya begitu menggemaskan. Apalagi saat ia mencoba sesuatu dan menanyakan pendapatku sambil tersenyum manja. ”loh kok ndomblong?” tegur ira. ”enggak kok, lagi mikir aja”, ”mikirin mimi ya?” ”tau aja kamu. Kamu sendiri semangat amet si?” vyv
”ya iya dong.. bentar lagi kan valentine jadi ya mesti semangat!” kemudian ira kembali mencoba ini-itu lagi.
Sambil menunggu aku berdiri bersandar memandang ke lantai di bawah. Lalu kupandang lama cupit yang tergantung itu membuatku terpikir akan mimi. Gadis yang menjadi dambaan hatiku saat ini. Ku coba memandang keseliling dengan harap jumpa dirinya. Dan pandanganku tercuri oleh sesosok wanita dengan baju birunya yang sedang menaiki elevator. Potongan rambutnya, lekuk tubuhnya, tingkah liatnya, semuanya terlihat seperti Mimi. ”apakah ini namanya pucuk dicinta ulampun tiba?” tanyaku dalam hati. Tampa berpikir lagi, aku berlari ke arahnya. Mataku terus memandang dirinya yang berada di bagian mall yang lain yang membuatku harus memutari mall itu. Hingga gerombolan orang yang berjalan berlawanan vyv
arah dengan mimi menghalangi pandangku. Dan akupun kehilangan dia.
arah
Ku tak menyerah begitu saja. Sesampainya disana, ku berputar sambil terus mencari sosoknya yang lenyap. Banyak ku lihat wanita yang mengenakan pakaian biru disana. Ku hampiri mereka satu-persatu namun mimi tak kunjung kutemukan. Hal itu membuatku semakin putus asa. Hingga di ujung keputus asaanku aku melihat kembali sosoknya yang sedang berjalan memasuki toko disana. Ku langsung berlari menghampirinya hingga aku tepat berdiri di belakangnya. Dan ku panggil namanya ”mimi”. Setelah itu ia berpaling melihatku. Ku lihat wajahnya dan ’tet tot!’ bukan dia! Aku salah orang! Pupus sudah harapanku. Pucuk dicinta ulampun tiba berubah menjadi pucuk dicinta ulampun terbang.
vyv
”eh maap salah orang.” kataku tersipusipu malu. Lalu tampa ekspresi ia pergi begitu saja. Dengan penuh kekecewaan aku berjalan kembali ke tempat semula. Ku berdiri menertawai diriku sendiri mengingat hal tadi. ”wah kayaknya aku terkena fatamorgana cinta ni” kataku dalam hati. Baru beberapa detik, aku melihat lagi sosok mimi. Sekarang ia sedang berjalan bergandeng tangan dengan seorang pria. Lalu aku melihat tiga gadis yang sedang berjalan yang sosoknya berubah menjadi mimi juga. Ku lihat wanita lain yang sedang meminum tongjie juga berubah menjadi mimi. Terus dan terus begitu. Semua wanita yanga ku lihat berub sosoknya menjadi mimi. Hal ini membuatku semakin gila saja. Dan ditengah kebingungan itu muncul sosok yang ku kenal, ira! Ia berjalan menuju kearahku dengan membawa beberapa kantung plastik belanjaan. Wajahnya terlihat cemberut dan kesal saat memandangku. ” iiiihh..., kamu vyv
kemana aja si? Baru ditunggal sebentar malah ilang. ” grutu Ira sambil menyerahkan seluruh barang belanjaanya kepadaku. ” iya maap, abisnya tadi aku liat Mimi. ”balasku. ” Mimi! Mana?” ” Tadi, Disana.” ” Disana mana? Kok gak diajak ke sini?” “ enggak.” “ enggak gimana?” “ enggak jadi Mimi. Salah orang! Tadi aku kiraiin Mimi tapi setalah aku dekatin jadinya Momo, udah jelek, sadis lagi.” Kataku kesal teringat wajanya yang tampa ekspresi itu. Mendengar hal itu Ira langsung tertawa begitu saja. ” kok malah diketawain?! Gimana si Ira, temen lagi sedih kok malah diketawain.” Kataku dengan nada lemas. “ abinya hahaha..” jawab Ira yang terputus-putus akibat tawanya sendiri. “Mimi hahaha.. Jadi hahaha... MOMO! Hahawakakakaka... “ lanjut katanya dengan penekanan yang kuat saat berkata momo dan vyv
diakhirinya dengan tawanya yang semakin menjadi-jadi. “ udah ah, gak lucu.” Kataku sebal melihat tingkanya. Namun Ira masih saja tertewa tampa memperdulikan apa yang ku katakan. Melihat hal tersebut membuatku semakin BT saja. Wajahku menjadi kecut sambil berjalan meninggalkan Ira. “Bima tungguin!” panggil Ira yang semakin tertinggal jauh olehku. Aku pun tetap melanjutkan langkahku tampa memperdulikan panggilan itu. “ Bimaaa....! tungguin!” panggilnya lagi dengan suara yang lebih keras. Lalu aku berhenti, berbalik melihat Ira. Kudapati Ira masih saja tertawa. Melihat hal itu akupun kembali melanjutkan langkahku meninggalkan Ira. ” aah.., Bima tunggu!” katanya sambil berlari mengejarku. Nafas ira terengah-engah saat berhasil menyusulku. ” Sebentar Bim, perutku keras ni, hah... hah.. hah.. ” katanya menghentikan langkahku. Kamipun beristirahat sejenak. ” kemana lagi ni? ”tanyaku bosan. ”ke foodcore aja. Aus ni! Perut juga dah vyv
keroncongan. “ jawabnya. Lalu kami berjalan menuju tempat tersebut. Disana kami berputar mengelilingi foodcore sempai dua kali untuk mendapatkan tempat duduk. “ tumben penuh. Padahal valentine kan masih dua hari lagi. “ keluh Ira. “ yeee.. salah sendiri jam segini pergi ke mall.” Kata ku. “ loh salah dimananya?” tanyanya bingung. “coba liat aja tu, semuanya kaya kita kan. Semuanya masih pada pakai seragam sekolah. Pasti mereka juga sepulang sekolah langsung cabut ke sini.” Kataku menjelaskan ke Ira sambil menunjuk ke sekeliling yang dipenuhi oleh siswa-siswi dari berbagai SMU yang ada di kota Solo. “itu-itu!” kata Ira sambil berlari menduduki bangku yang baru saja ditinggalkan. Aku berjalan menyusulnya. Ku letakan barang belanjaan Ira di atas meja dan akupun duduk berhadapan dengan Ira. Dan kamipun mengobrol tentang banyak hal, mulai dari Valentine tahun ini dan tahun sebelumnya sampai hal yang gek penting seperti vyv
pakain orang-orang yang ada disana. Tidak lupa kami juga makan siang disana. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari telah menjelang sore dan “ Pulang yuk! Udah sore ni. ” ajak Ira. ” dah jam lima lebih to, gak kerasa ya.” Kataku sambil melihat jam yang ada di Hpku yang menunjukan pukul 05.13 pm. Kami pun segera beranjak meninggalkan tempat itu. Berjalan menuju ke tempat perkir. Saat menuruni elevator tiba-tiba saja Ira menggandeng tangan kiriku. Dipegangnya erat tanganku itu. Begitun hangat begitu lembut tanganya terasa dalam genggamanku. Aku tak mengerti kenapa ia berbuat demikian. Dan akupun tak tahu harus berbuat apa. Lalu ku pandang wajah Ira. Ia pun memandang ke arahku. Ku lihat mulutnya tersenyum manis kepadaku. Matanya menatap ke arahku. Bukan tatapan biasa, tatapan yang penuh makna yang tersembunyi di balik selaput retinanya. Serayak berkata, ” udah gak usah berpikir apa-apa. Anggap saja latihan nanti kalau vyv
jalan sama Mimi. Pasti kamu belum pernahkan digandeng cewek kaya gini, hahaha..” katanya pelan yang diakhiri dengan tawa kecilnnya. Lalu ia merapat kepadaku, kepalanya ia sandarkan di bahuku yang mambuat semuanya semakin romantis saja. Lidahku kaku, mulutku terdiam, ku tak tahu harus berkata apa. Kamipun hanya terdiam menikmati apa yang ada hingga ternggelam dalam hangatnya suasana. Sesampainya di parkiran, tak ada diantara kami yang berucap kata. Semuanya serasa bisu. Seakan tak ada lagi bahas yang dapat digunakan. Entah aku ataupun Ira tak ada yang berani bersuara. Saat pulang mengendari sepeda motor, suasana tak jauh berbeda. Ira masih saja terdiam. Ia yang mendekapku dari belakang memberikan kehangatan padaku di dinginya angin dikala senja. Suasaba disenja kota dimana mentari telah berada jauh di ufuk barat dan lampu kota yang mulai menyala memberi kesan tersendiri dalam perjalanku ini. vyv
Sampai juga akhirnya kami di depan rumah Ira. Sebuah gang sempit dengan pemukimanya yang padat di tengah kota serta halaman yang telah menghilang. Tak ada seorangpun disana kecuali kami berdua. ” udah sampai.” kataku setelah melihat Ira yang masih saja terdiam, mendekap padaku. Matanya terbuka dan ia turun dari sepeda motor. Lalu ku berikan barang belanjaanya yang masih tergantung di motorku serayak berkata ” ini.” saat menyerahlanya. ” eh Bima tunggu sebentar.” kata Ira yang mencegahku pulang. Ku lihat Ira mengeluarkan sesuatu dari kantung belanjaanya itu. Sebuah kado berbentuk hati bewarna merah yang berhiasan pita kecil diatasnya. ” ni.” katanya sambil menyerahkan kado itu padaku. ”loh valentine kan masih dua hari lagi?!” tanyaku heran. ” yee..! emang buat kamu? Dibaca tu!” ejeknya. ” mananya yang dibaca?” tanyaku bingung. Lalu ia bertingkah seakan-akan ingin membisikan sesuatu. Melihat tingkahnya itu akupun merespon dengan vyv
mendekatkan wajahku padanya. Dan tiba-tiba ’kiss’. Ira mencium pipi kiriku sambil berbisik ”for luck”. Aku jadi kaget dan terheran-heran. Setelah itu ia langsung masuk ke rumanya pergi meninggalkanku begitu saja. Lalu angin yang cukup kencang berhembus ke arahku membuat lembaran di atas kado yang ku pegang terbuka. Ku lihat selembar kertas bewarna merah muda dengan tinta emas yang bertuliskan : From Bima With love To Mimi Aku pun segera pulang ke rumah. Dalam perjalan aku begitu bahagia sampai-sampai tersenyum-sentum sendiri. dan pastinya aku sangat tidak sabar menunggu datangnya hari Valentain.
vyv
PART III
“Kring..., kring..., kring..!” suara alarm jamku berbunyi. Akupun segera bangkit dari tidurku. Sebenarnya aku masih sangat mengantuk . lihat saja mataku yang nengkat memerah ini. Semenjak hari itu, dimana Ira memberiku coklat yanga akan ku serahkan pada Mimi tepat pada hari valentine, iya hari ini, aku tidak pernah dapat tidur dengan nyenyak. ”Uaaahhh...” aku menguap lagi. Dengan mata yang berat ini aku mulai bangkit dari tidurku dan berjalan memasuki kamar mandi. ”brrr, biur-biur-biur...” segera ku selesaikan acara mandi pagi ini yang hrr.. dingin banget airnya. Setelah mandi ku lanjutkan dengan menggosok gigi sambil berkaca. Ku lihat wajah yang ada di cermin itu. Aku sedikit kaget melihat wajahku sendiri dengan kantung mata yang vyv
ghitam membengkak, matanya yang memerah. Wah pokoknya sudah seperti mayat hidup saja ni wajah pikirku dalam hati. Lalu mataku melirik ke arah kasur, kearah sebuah bantal kecil yang terletak di sudut kasur. Ku melirik lebih jauh lagi. Terlihat, iya terlihat kado berbentuk hati yang selama dua hari ini membuatku tak dapat tidur dengan nyenyak. ’ting!’ akupun tersenyum kegirangan sendiri sambil terus menyikat gigiku sampai benarbenar kuinclong, cling-cling. Selesai sikatan ku belas wajahku berulan ulang hingga ’ting’ wajahku bercahaya lagi. Tapi baru beberapa detik wajahku kembali seperti semula. Kantuk-akntuk di wajahku terlihat lagi. Sial-sial! Ku bilas lagi wajahku sampai kembali bersinar. Ku kenakan seragam SMUku, ku bawa tas sekolahku dan tidak lupa ku masukan kado istimewa itu ke dalam saku jaketku. Ku sarapan dengan sedikit nasi dan banyak-banyak kopi. ”hehehe ku kalahkan vyv
kantukku dengan kopi ini” kataku dalam hati sebelum meminum habis satu gelas besar ”glegek, glegek, glegek. Ah,” habis sudah satu gelas itu. Setelah itu aku segera berangkat menuju ke sekolah dengan sepeda motorku tercinta ini. Setibanya di seklah, ternyata hari masih terlalu pagi. Para tukang kebun masih asik menyapu halaman. Dan masih sedikit murid yang datang. Mereka terlihat begitu bersemangat. Hampir setiap siswa membawa kado istimewa yang entah tersimpan di tasnya ataupun terselip dalam saku pakaian mereka. “ wah valentine tahun ini bakalan ramai” pikirku dalam hati. Ku pakirkan motorku. Saat ku melepas helm, datang Nick dengan motor CBR merahnya. Ia adalah salah satu bintang di sekolahku. Walau dia seangkatan denganku, tetapi kami tak begitu akrab. Ya sekedar kenal saja. ” hai” sapanya dengan gayanya yang tetap stay cool. ”weh, sudah sedia karung belum? vyv
Buat bawa coklat tahun ini.” kataku sambil bercanda dan ia balas dengan tawa. ” yuk” ajaknya setelah merapikan rambutnya. Dan kamipun berjalan menuju kelas. Walau berbeda kelas dan berbeda jurusan namun kelas kami bersebalahan. Akupun berjalan di belakangnya. Ku perhatikan dia dengan seksama. Ku coba mencari apa si kelebihan yang ia punya sampaisampai banyak cewek yang nge-fans sama dia. Selain bodinya yang atletis, tubuhnya yang tinggi, wajanya yang tampan, otaknya yang brilian, dan juga jago basket. Selebihnya tak jauh beda dengan diriku ini. Hehehe.. dasar narsis ejekku dalam hati. Yah aku malah asik ngobrol sendiri dalam hati. ” nah sekarang liat aja tu! Semua cewek yang ada, matanya hanya tertuju padanya. Aku seakan-akan hanya menjadi seonggok batu krikil saat bersamanya.” kataku dalam hati saat kami berjalan bersama melewati lorong-lorong kelas. ”ih sebelnya ” keluhku dalam hati.
vyv
Dan akhirnya kami tiba di depan kelasnya. Ia pun berjalan memasuki kelasnya tampa memperdulikan kehadiranku ini! Menyebalkan bukan?! Ku lihat sekilas, terlihat di atas mejanya sudah ada setumpuk coklat. Entah ada berapa banyak namun yang pasti lebih dari sepuluh kado. Sedangkan aku..tak ada sama sekali. Terlihat mejaku yang berdebu. ” oh sialnya hidupku ini.. hidup sebagai orang biasa, dengan kehidupanya yang serba biasa. Dan selama delapan belas tahun hidup di dunia ini tampa cinta. Tak ada coklat di hari valentine seperti tahun-tahun sebelumnya.” keluh sedihku dalam hati yang diikuti ekspresi berlebihan. Saat aku lagi mengeluh mataku melihat ke arah beberapa temanku di kelas. Ku lihat mereka sedang memandang ke arahku dengan tatapan heran dan bingung. ’tek’ akupun terdiam mematung sejenak. Dan akupun langsung berusaha bertingkah normal berjalan layaknya robot kaku menuju ke tempat dudukku. Ku letakan tasku di atas meja dan vyv
akupun duduk. Barulah pandangan aneh mereka dan semua kembali seperti semula seolah tak terjadi apa-apa. Pif.. lega rasanya sudah tidak ada yang memperhatikanku lagi. Perlahan aku keluarkan coklat yang ada di saku jaketku ini. Ku periksa keadaanya dan ternyata masih dalam kondisi baik-baik saja. Dengan sembunyi-sembunyi ku masukan ke dalam laci mejaku. Walau jarak antara saku jaketku dengan laci meja tak sampai sepuluh centi metar tapi karena sangat tegangnya takut diketahui orang lain jarak itu serasa melebar seratus kali lipat. Dan saat tanganku mulai berhasil masuk kedalam laci tiba-tiba ” hai!” sapa guntur dari belakang. Dan seketika itu juga coklat di genggamanku terlepas akibat kaget. Hal itu membuatku menjadi panik. Aku tak tahu apa yang terjadi dengan coklatku itu. Dan yang lebih sulitnya lagi aku tak berani melihat keadaan coklat itu. Kan malu kalu vyv
sampai ketahuan Guntur aku membawa coklat buat dikasih cewek gitu. ”hai juga hehehe” balaskku mencoba bersikap wajar tapi malah menimbulkan kecurigaan. Matanya yang tajam memandangku, senyumnya begitu penuh arti membuatku semakin salah tingkah saja. Dan sekarang wajanya semakin didekatkan ke wajahku membuatku semakin terpojok. Lalu mulutnya berucap ”hehehe.. aku tahu.. ”,” tau? Tau apa?” tanyaku cemas. ”hehehe.. aku tahu..” katanya berulang dengan nada yang lebih tinggi membuatku semakin grusah saja. ’benarkah ia tahu? Bagaimana ini? Kalau sampai ia tahu hancur sudah harga diriku ini’ batinku yang terus saja bertanya-tanya. Dan kini suaranya terdengar begitu keras di telingaku. ”hahaha.. aku tahu” lalu suaranya menurun, ia berbisik ” kamu mau menaruh coklat di mejamu sendiri kan ?! supaya orang lain berpikir kamu dapat coklar kan?” katanya sambil menaikan alisnya gitu. vyv
Belum sempat aku merespon kata dari Guntur, tiba-tiba saja terdengar suara gaduh dari luar kelas. Teman-temanku di kelas pada berhamburan keluar. Lalu terdengar suara sorak-sorak ” terima-terima-terima-...” yang terus dan terus bersautan. Karena penasaran aku dan juga Guntur segera lari ke luar. Di luar ternyata banyak sekali yang melihatnya. Aku coba mendesak ke depan mencari celah supaya bisa melihat apa yang sedang terjadi. Terlihat dari llantai dua tempatku berdiri ini seorang pria yang sedang bersujud dihadapan seorang wanita. Tanganya membawa boneka panda yang lucu dan wau! Ukuranya cukup besar. Boneka panda itu memegang sebuah bantal bewarna merah, berbentuk hati yang di tengahnya bertuliskan sebuah nama ”renny”. Yang ternyata nama dari gadis itu. “aduh kerenya..” kata Ina yang berdiri tepat di sampingku. ”iya keren banget” saut Vivi vyv
yang berada di belakangnya. ”itukan Yogi, anak kelas XI-s2” kata Ina. Dan bla.. bla.. bla.. mereka mengobrol begitu asiknya ala cewek gitu. Dengan wajah tersipu-sipu Renny menerima boneka panda itu. Dan serentak para siswa yang melihatnya bertepuk tangan, ada juga yang bersorak-sorak dan tak ketinggalan suara siulan yang melengling terdengar diantara kermaian itu. Aku yang melihatnya menjadi ikut terlarut dalam kebahagiaan dengan apa yang mereka rasakan. Dan aku rasa yang lain juga merasakan akan rasa yang ku rasa ini. Baru semenit berlangsung, terjadilah keramaian lagi. Kali ini bersumber di kantin sekolah. Ya apa lagi kalau bukan acara katakan cinta! Tapi kali ini beda, bukan boneka beruang besar yang ia bawa, melainkan setangkai mawar hitam dan sebuah kado yang terbungkus motif hati. Busyet! Di belakang prianya telah berdiri tiga pria lain yang mengenakan kostum hitam vyv
yang bergaya layaknya pemandu sorak dalam pertangingan akbar. Dan sekarang mereka bertiga mulai melancarkan aksinya. Mereka bertiga mulai berjalan mendekati sang target. Gerakan-gerakan tubuh serta tarian-tarian yang mereka lakukan dengan maconya seakan menyihir kalayak penyimak. Dan sampailah mereka di akhir aksinya. Satu-persatu dari mereka berbaris. Lalu sang depan berbalik berputar sambil membuka sayapnya lebar-lebar. Di tengahnya terdapat sulaman wol merah yang terajut menjadi untaian huruf ”I”. Sekarang giliran orang kedua yang melakukan aksi yang sama namun huruf ’love’ yang ada pada dirinya. Dan tibalah orang terakhir melanjutkan aksinya dengan kata ’you’ yang ia gunakan. Lalu mereka semua serentak berucap ” I... love.. you.., I love you!” Sekarang giliran sang pangeran ni maju melancarkan aksinya. vyv
” wahai engkau bidadari hatiku. Jumpa pertama dirimu, ku langsung jatuh sakit.” belum selesai satu bait puisi itu terbaca, orang di sekitar sana langsung saja bersorak ” Cieaa..” namun hal itu tak menurunkan semangatnya dan ia lanjutkan lagi aksinya. ”hatiku tak lagi tenang, Tidurku tak lagi nyenyak. Otakku tak hentinya pikirkan dirimu, nayangmu kian menghantui alamku.. Hingga ku bertanya, apakah yang ku rasa.. cinta? Kini ku tersujud di sini, memohon kesembuhan akan diriku.” lanjutnya ” sekarang ku bertanya, adakah cinta di hatimu kini? Jika memang ada, terimalah hatiku ini Jika tak ada, bawalah mawar ini pergi bersamamu.”
vyv
Wajah gadis itu merah berbinar. Ia terdiam sejenak. Lalu ia mulai melangkah mendekati pria itu. Tangan kanannya bergerak mendekati kado hati itu. Terlihat raut wajah pria itu menunjukan kebahagiaan. Namun tiba-tiba saja gerak tangan gadis itu terhenti. Dan mulai bergerak lagi mendekati mawar itu. Entah apa yang dipikirkan gadis itu? Dan sekarang senyum di wajah pria itu hilang berganti dengan kecemasan. Tanganya terus saja bergerak hingga sekarang mawar hitam itu telah ada di dalam genggamanya. Seketika itu juga wajah sang pria tertunduk kaku. Suasananya pun langsung berubah. Sunyi, hening, menyelimuti aksi itu. Hingga ”tek!” terdengar suara ranting putus yang menggema memecahkan keheningan itu.
vyv
Mendengar suara itu, pria yang tertunduk tadi mulai mengemadahkan kepalanya. Ia lihat gadis di depanya sedang tersenyum padanya. Bunga mawar hitam di tanganya telah patah. Lalu gadis itu berkata ” sekarang sakitmu telah sembuh” lalu ia buang bunga itu dan mengambil kado warna merah tersebut. Kesedihan disana segera berubah seratus delapan puluh derajat menjadi kebahagiaan. ”wah-wah gokil juga tu cewek ”pikirku.
Setelah melihat itu semua, aku kembali ke kelas. Walau dalam perjalanan aku mendengar beberapa kali ramai-ramai yang paling-paling aksi penembakan lagi, aku tetap melanjutkan langkahku kembali ke kelasku. Sesampainya di kelas, tanganku meraba ke dalam laci. Mencoba mendapatkan kadoku dan kumasukan ke dalam saku kanan jaketku. ”pif” hela nafasku panjang.
vyv
Aku jadi bingung bagaimana menyarahkan coklat ini kepada Mimi. Lalu aku berjalan keluar kelas menuju tempat biasa ku memandang Mimi. Sambil berdiri termenung menanti hadirnya pagi ini. Lama sudah aku termenung seorang diri disana hingga akhirnya ia datang juga. Dirinya berjalan melewari lorong kelas. Bajunya yang putih seputih kulitnya, rambutnya yang hitam sehitam bola matanya. Berayun gemulai seiring lankahnya. Aku segera turun dari tempatku di lantai dua mencoba mengikutinya dari belakang. Mencoba mencuri waktu yang tepat memberiakan kadoku ini. Langkah demi langkah menuntunku tuk terus semakin dekat denganya. Semakin dekat ku melangkah semakin kencang debar jantungku ini. ”deg-deg.. deg-deg..” debar jantungku yang terus terpacu. Semakin kencang dan terus bertambah kencang. Satu kali ku melangkah,
vyv
jantung ini serasa seratus kali berdetak lebih kencang. Hinga ”deg-deg-deg-deg!!” jantungku berdetak sangat, sangat kencang. Suaranya menggebu-gebu layaknya genderang perang yang ditabuh begitu kuanya tepat di samping telingaku ini. Hal itu membuat nafasku menjadi berat tak beraturan, dan keringan dingin pun mulai bercucuran membasahi sekujur tubuh ini seperti layaknya orang yang habis melakukan lari maraton saja. Saat tepat di belakangnya, mulutku kaku. Aku tak bisa berucap. Dan kekakuan itu mulai menjalar menggerogoti seluruh tubuh ini. Membuatku terdiam mematung tak bergerak. Hilang sudah semua keberanian dalam diriku ini. Ku coba menarik nafaas panjang sembari mengumpulkan sisa tenagaku tuk bergerak, berpaling menghadap dinding disamping kiriku ini.
vyv
Lalu ku mulai menenangkan diri. Ku atur nafasku lagi. Ku himpun sedikit demi sedikit keberanianku yang tercecer. Hingga ku rasa mentalku kembali siap tuk bertempur. Dan saat ku berbalik tuk malanjutkan aksiku, ha!! Mimi sudah lenyap! Mataku melirik kesana-kesini mencari sosoknya yang hilang. Ku berjalan melewati depan kelasnya. Dari balik jendela yang ada di pintu kelas itu ku dapati sosoknya yang sedang asik bercakapcakap dengan bebrapa temanya. Kecewa sudah diriku ini. Satu kesempatan dihari ini telah terlewatkan. Ku berjalan lemas tak bergairah kembali ke kelasku dan duduk termenung berharap akan datangnya kesempatan dikala waktu istirahat nanti.
”tet... tet... tet... ” terdengar suara panjang bel sekolah menandakan dimaulainya vyv
kegiatan belajar mengajar sekolah hari ini. Ya memang hari ini kegiatan di sekolah berjalan kurang efektif. Baik guru maupun siswa banyak yang melantur membahas soal cinta. Hingga jam menunjukan pukul 09.15. itu artinya waktu istirahat. Dan berarti saatnya aku berjuang lagi mencoba keberuntunganku ini. Ku tarik nafas panjang lalu ku hempaskan. Ku tarik nafas lebih panjang lalu ku hempaskan lagi sampai tiga kali ku mengulanginya tuk memantapkan diri tuk berhadapan dengan keindahan Mimi. Ku berjalan menyalinap keluarn kelas mencoba menghilangkan akan hadirku agar ku dapat berjalan seorang diri. Berjalan secepat mungkin dan senormal mungkin melewati kerumunan orang hingga ku tiba didepan ruang guru. Ku duduk disana memandang lurus ke arah kelas dimana Mimi berada. Menanti dan menanti, berharap dan terus berharap hanya itu yang aku bisa. vyv
Dan tiba-tiba ”Bima sedang apa duduk disini sendirian ?” tanya Bu Ika yang membuatku kaget. ”Eh Bu Ika. Gak lagi ngapa-ngapa kok.” jawabku singkat. ” kalau gitu mau gak bantuin Ibu?” tanyanya lembut. ”bantuin apa Bu ?”, ”ini, tolong bawakan buku ini ke kelas Xa” jawab bu Ika sambil menujuk setumpuk yang berada di atas meja kayu itu. ”beres Bu!” jawabku dengan semangat karena ku tahu Mimi berada didalam kelas tersebut. Aku pun segera bergegas mengangkat setumpuk buku itu dan berjalan menuju kelas Xa dengan riang gembira. Setelah melewati taman yang berada ditengah gedung sekolahku ini, tibalah aku di depan kelas Mimi. Ku buka pintunya dengan tangan kiriku karena di tangan kananku setumpuk buku yang ku bawa ini. Saat ku mulai melangkah masuk kelas itu, terdengar suara tawa. Suara yang tak asing lagi di telinga ini, iya suara tawa Mimi. Ku lihat Mimi sedang tertawa lepas. Tawa yang begitu murni,
vyv
begitu bahagia layaknya seorang bayi yang belum mengenal kebohongan dalam tawanya. Hatiku bergetar melihatnya. Sosok raut wajah yang tak mungkin bisa ku lupakan. Raut wajah Mimi yang begitu bahagia yang menenggelamkan aku juga dalam kebahagiaan yang ia rasa. Senyumnya itu, tawanya itu, wajahnya itu, begitu indah menjelma bak malaikat yang turun dengan cahaya surga yang menyertainya. Langkah berikut ku berjalan terlihat sosok laki yang begitu jauh dari dirinya. Yang juga sedang tertawa bersamanya. Hal ini membuatku gila. Hatiku begitu cemburunya melihat akan kenyataan ini. Membuat jantung terasa tersayat-sayat ribuan kali oleh pisau tertajam di muka bumi ini. Ku lanjutkan berjalan menuju meja guru yang tak jauh dari situ. Ku letakan buku itu diatasnya dan segera ku berbalik berjalan keluar. Keluar dari perih yang ku rasa.
vyv
Namun langkahku terhenti oleh sapanya, sapa lembut dari suara sang bidadari Mimi ” eh Bima sedang apa di sini?” ” i, ini nganterin buku yang disuruh Bu Ika” jawabku canggung. ”o..”sambungnya ” eh kenalkan ini Nicho” katanya sambil menoleh ke arahnya, pria tadi yang berdiri tak jauh darinya. Kamipun saling berjabat tangan. Hatiku semakin hancur saja. penan yang begitu pekat membuatku terasa sesak di hati ini. ” duluan ya” kataku sambil berjalan meninggalkan mereka tampa berani memalingakan wajah ke Mimi. Dalam kegundahan hati ini ku berjalan dan kini berlari sambila menahan ketakkuasaan suasana hati ini. Inikah yang namanya cemburu? Ku bertanya sendiri. Namun entah kenapa ku merasakan hal yang begitu aneh. Rasa yang tak dapat dijelaskan. Antara rasa kecewa, rasa bahagia, rasa sedih, rasa senang, rasa cemburu, rasa puas semuanya bercampur aduk, dioplos dan diblender jadi satu dalam hati ini.
vyv
Dalam pelarianku itu sampailah aku di depan lab fisika. Salah satu tempat yang jarang didatangi orang. Ku terduduk disana dan bersandar pada dinding sambil memandang cerahnya langit saat itu. Hatiku kosong begitu juga dengan pikiranku. Tubuh ini serasa telah mati. Ku tak melihat apa yang ku pandang, ku tak merasa apa yang ku sentuh, ku tak mencium apa yang ku hirup, dan ku tak mendengar apa yang bersuara. Jiwa ini telah meninggalkan raga. Hingga tak tersadar ku telah meneteskan air mata. Lama sudah aku terbaring tak berdaya hingga seberkas cahaya terlihat dalam gelapnya hati ini. Cahaya yang berasal dari bayang Mimi. Sosoknya yang tertawa bahagia tadi melintas kembali dalam anganku. Membangkitkan kembali diriku yang telah mati. Menyadarkan diriku yang telah gila hingga aku pun mulai mengerti arti sebuah cinta sejati. Cinta bukanlah soal memiliki , melainkan makna sebuah kebahagiaan yang mana ia rasakan bersama
vyv
yang ia cinta meskipun engkau bukan dirinya itu. Lalu aku usap air mataku dan berlari kembali ke kelas untuk menyongsong hari hari yang lebih bermakna.
vyv
Part IV
Sesanpainya di kelas, ku hanya terdiam melewati semua mata pelajaran yang masih tersisa. Hatiku masih penuh beban, sesak terasa memenuhi hati ini. Otak sudah tak bias berpikir apa. Sesampainya di rumah, aku langsung merebahkan tubuhku di kasur dan tertidur dengan lelapnya melepaskan semua beban yang ada. “krucuk-krucuk.. krucuk-krucuk..” suara dari dalam perutku yang membangukanku dari tedur. Maklum sejak kejadian di sekolah itu aku belum makan sama sekali. Terpaksa dieh aku bangun. Padahal sudah PW, posisi wanak. Ku berjalan menuju ruang makan. Melihat ada apa yang bisa dimakan di meja. Sambil mengelus-elus perutku dengan tangan kiri ini, tangan kananku membuka vyv
penutupnya. Dan bukanya makanan yang kun temukan, malahan selembar uang lima puluh ribu dan sepucuk surat yang bertuliskan ‘mama papa pergi dulu, makan malamnya beli sendiri aja di luar dan jangan lupa dikunci semuanya.’ Dan dibawahnya masuh terdapat tulisan lagi ‘nb : pulangnya jgn malam2 kan ga enak sama orang tua pacarnya.’ “krucuk-krucuk…. “ peritku kembali berdendang. “wado, keadaan darurat gini gak ada makanan padahal perut udah lapernya minta ampun” keluhku. Lalu ku berjalan mendekat ke kulkas. Ku acak-acak isinya. Ku cari sesuatu yang dapat ku makan. Dan kutemukan sebungkus agar-agar dibalik tumpukan botolbotol. Sluput-sluput, lumayan buat ganjal perut kataku sambil melahapnya. Setelah itu, ku ambil sebotol minuman dingin dan meminumnya. Ku kembali ke kamar, merebahkan badanku, dan mulai memejamkan mata. Belum ada lima menit, ‘krucuk-krucuk… krucukkrucuk…’ perutku kembali berbunyi. Sial sial sial! Teriakku dalam hati. Ternyata agar-agar tadi vyv
takdapat bertahan lama. Terpaksa aku harus mencari makan di luar. Aku segera merapikan penampilanku yang kusam seadanya saja. Tak perlu mandi yang penting ganti baju trus semprotkan perfume yang banya keseluruh tubuh. Dam selesai sudah aku bersolek. Ku kenakan jaketku sembari berjalan menganbil uang tadi di maja makan dan berangkatlah aku seorang diri mengarungi malam dengan sepeda motorku ini. Di tengah perjalanan pikiranku melayang membayangkan diriku menjadi seorang superstar. Turun dari limoku yagn puanjang dan berjalan diatas karpet merah menuju suatu restaurant yang teramat sangat mewah. Tidak lupa kilaulan lampu flah dari kamera-kamera yang terus mengambil gambarku. Dibawah pengawalan ketat dari para pengawalku, ribuan gadis mencoba menerobos masuk pagar betis yang dibuat mereka. Gadi-gadi it uterus saja memanggil namaku sambil berteriak histeris “ I
vyv
love You”, “aku cinta kamu” dan masih banyak lainya. Sambil berjalan masuk ku tiupkan ciuman ke krumunan wanita disebalah kananku dan mereka kegirangan sampai-sampai ada yang pingsan tak kuasa menahanya. Lalu ku kedipkan mataku ke yang sebelah kiri. Dan tak jauh berbeda dari kerumunan wanita disebelah kanan, banyak diantara mereka yang pingsan sehingga menyibukkan tim kesehatan. Tepat di depan pintu masuk restaurant aku berbalik tuk mengucapkan sepatah duapatah kata. Langsung saja mikrofone dari berbagai macam media entertainment disodorkan ke arahku. “em,em” suara awalku memulai pidato dan dilanjutkan “ terimakasih atas..” tiba-tiba terdengar suara lain “ krucukkrucuk… krucuk-krucuk… “ suara yang begitu keras terdengar yang diperjelas oleh mikrofone yang ada. Spontan semua orang tertawa terbahak-bahak. Wajahku memerah padam malu akan suara perutku itu. Dan “tiiiiinnnnnnnnn….!!” Suara bel kendaraan di vyv
depanku yang membangunkanku dari lamunan itu. Segera ku banting setir menghindari mobil yang ada di depanku itu. “ dasar orang gila! Sudah bosab hidup ya?!!” teiak soerang pria yang mengendarai mobil itu.“ maaf pak” teriakku sambil senyum-senyum salah tingkah tau salah. Perlahan tapi pasti sampailah aku di Solo Grand Mall. Ya seperti dugaanku, mall itu penuh sekali, sepertinya semua orang di solo dapat ditemukan disana. Tapi mau bagaimana lagi, sudah terlanjur basah. Perut juga dah kelewatan lapar. Jadi kupakirkan saja sepeda motorku dan mulai berjalan menerobos semua kerumunan yang ada hingga aku sampai di food core. Saat sedang menyantap makan yang ku pesan itu, tiba-tiba senandung musik melo diperdengarkan. Liriknya begitu puitis mengalunkan nada-nada cinta membuat pasangan-pasangan cinta yang ada disana semakin merapat saja. Namun berbeda dengan diriku yang sendiri ini. Musik itu menjadi belati dalam hatiku. Ia begitu tajam menyayat dinding vyv
jantungku. Ingatan akan kesediahan di sekolah itu kembali, kembali menghantuiku lagi. Hilang sudah nafsu makanku. Steak yang ada di hadapanku terus dan terus ku potong kecil-kecil tampa ada yang masuk kedalam kerongkonganku. Mataku memandang jauh tak melihat satupun yang ada didepanku. Hingga tak terasa air di mataku tak dapat dibendung lagi. ‘tes.. tes’ ia turun mencium pipi ini. Segera ku lap tetesan itu dengan kedua telapak tanganku. Ku berdiri meninggalkan makananku begitu saja dan berjalan menuju kamar kecil. Ku basuh mukaku berulang kali. Lalu saat aku keluat aku melihat sebuah pintu yang tak tertutup rapat. Dari celahnya seakan-akan keluar cahaya yang menarikku untuk masuk ke dalam. Sebuah pintu harapan walau yang tertulis di pintu itu, ‘tangga darurat’. Langkahku mendekat ke pintu itu, ku buka perlahan. Seiring dengan terbukanya pintu itu, cahaya dari dalam senakin terlihat menyilaukan mata. Hingga pintu itu terbuka lebar dan akupun vyv
berjalan memasuki sebaliknya.
ruang
yang
ada
di
Ku gunakan tangan kiriku tuk menghalau silaunya cahaya itu. Terlihat dari jauh seakanakan cahaya itu menelan ragaku hingga sosokku hilang beriringan dengan hilangnya cahaya itu saat pintu itu otomatis menutup kembali. Aku berada di ruang yang serba putih. Disana hanya ada sebuah tangga yang menjulang tinggi berputar-putar melingkar ke atas hingga ujungnya tak tampak. Ku naiki anak tangga itu satu oersatu hingga tibalah aku di anak tangga yang terakhir. Didepan ku menghalang sebuah pintu. Segara ku buka pintu itu dan ‘wuuusss…’ angina yang bertiup begitu kencang menghempas ke arahku. Ku berjalan keluar, sebuah tempat yang cukup redup. Iya tempat ini adalah atap Grand Mall. Ku berjalan berputar dan takjub akan apa yang ku lihat. Sebuah pemandangan kotaku dikala malam hari. Tempat yang begitu tinngi ini seakan membuatku dapat melihat seluruh isi kota. Lampu-lampu yang menyala memberi vyv
kesan indah tersendiri. Sungguh baru pertama kali aku melihat yang seperti ini. Ku berjalan ke tepi gedung tuk melihat lebih jelas keindahan itu. Terus dan terus ku pandangi keindahan itu serasa tak akan ada pernah kebosanan tuk menikmatinya. Saat sedang asik menikmatinya tiba-tiba saja telingaku mendengar suara seperti rintihan. Walau terdengar samar-samar tapi ku tahu aku tidak berhalusinasi. Ku coba mendengarkanya dengan seksama. Sekarang suara itu semakin terdengar seperti suara tangisan. Iya aku yakin suara itu suara tangisan, tangisan seorang wanita. Ku berjalan mencoba mencari sumber suara itu berasal. Luasnya tempat parkiran itu dan minimnya penerangan membuatku semakin sulit tuk mencarinya. Hingga pencarianku berakhir. Suara itu terdengar jelas berasal dari atas sana. Di atas sebuah bangun di sisi gedung yang lain yang juga terdapat tangga darurat di dalamnya.
vyv
Ku coba berjalan mundur beberapa langkah tuk melihat siapa gerangan yang ada di atas sana. Namun yang kudapati hanya sesosok bayangan yang duduk di atas sana. Isak tangisnya yang tersendat-sendat membuat iba hatiku ini. Ku panjat tembok itu dengan perlahan tampa menimbulkan suara karena ku takmau mengagetkanya. Ku berjalan perlahan-lahan dan duduk tepar di sampingnya. Ku perhatikan dirinya masih saja duduk tertunduk dengan posisi kaki yang ditakuk ke atas lalu kepalanya ditumpangkan di atas kedua lututnya dan tanganya merangkul menutupi wajahnya. Isak tangisnya terus saja terdengar. Ku rasa ia tenggelam begitu dalam, dalam kesedihannya iru sampai-sampai ia tak menyadari keberadaanku. Ku rasakan angina di sana begitu kencangnya maka dari itu ku lepaskan jaketku dan kuselimutkan ke tubuhnya itu. Ia tak bereaksi apapun. Ku duduk merapat mencoba menghalau angin yang bertiup kencang diatas sana. Lalu ku vyv
mulai berkata sambil memandang kerlap-kerlip bintang di langit “ gelap pastikan datang seiring malam menjelang, dan esok mentarikan bersinar memberi kehangatan, sebab kita takan bisa menikmati indahnya sang surya terbit jikalu malam tak pernah ada.” Setelah mendengar perkataan itu, tangisnya mulai mereda hingga tersisa nafasnya yang terengah-engah akibat kelelahan. Dan kulanjutkan perkataanku “Begitu juga dalam kehidupan ini, suatu saat kita tertawa bahagia dan disaat yang lain kita menangis sedih. Semuanya itu berputar saling melengkapi jadi janganlah kau terlalu bersedih sebab esok hari kebahagiaan akan datang kembali.” Perlahan ia mulai bergerak. Merebahkan tubuhnya kearahku hingga kepalanya berada di atas pangkuanku. Lama aku memandangi wajahnya yang tertutup rambutnya itu hingga membuatnku penasaran siapa gadis ini, bagaimana wajahnya, dan apa yang membuatnya begitu bersedih. Dan akhirnya kuberanikan diri tuk menyisir rambutnya,
vyv
menyingkurkan rambut yang menghalangi wajah itu. Aku terkejut! Kager bukan main, tak mungkin! Ia, ia adalah… adalah ….Mimi! iya Mimi sang pujaan hatiku. Begitu sempitkah dunia ini? Beruntungkah aku? Apakah ini yang dinamakan takdir? Beribu pertanyaan muncul dibenakku. Dan satu hal yang bisa ku katakana “terimakasih Tuhan” kataku sambil tersenyum memandang wajahnya yang tertidur lelap dalam pangkuanku.
vyv
Part V
Silalau. Itu yang pertama kali ku rasakan. Pelahan-lahan mataku mulai terbuka. Penglihatanku masih kabur memandang sekeliling oleh cahaya sinar mentari pagi yang memantul memasuki ruang bertembok kaca ini. Ku geleng-gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri. Lalu ku coba menggerakan tubuhku dengan perlahan mencoba menghilangkan pegal akibat tidur di lantai. Namun gerakanku terhenti saat melihat Mimi yang masih tidur di pangkuanku ini. Tidurnya begitu pulas, wajahnya terlihat polos layaknya sang bayi yang terlelap tidur. Bibirku tersenyum puas merasakan kebahagiaan situasi yang sedang terjadi ini. Sesekali ia bergerak membenarkan posisi tidurnya mencari kenyamanan dengan lebih mencengkram hangat ke tubuhku ini. Diam, hanya itu yang berani ku lakukan sambil menikmati setiap detiknya yang berlalu dengan begitu indahnya hingga ia pun mulai vyv
terbangun. Kelopak matanya dengan bulu-bulu mata lentik itu mulai terbuka. “pagi” sapaku lembut. “em.. pagi” balasnya pelan sambil tersenyum. Lalu ia kembali terpejam. Selang semenit, barulah ia mulai benar terbangun. Ia angkat kepalanya dari pangkuanku. Lalu ia duduk di depanku sambil menyisir rambutnya dengan jari jemarinya mencoba merapikan rambut itu. Kepalanya bergerak bersamaan dengan bola matanya memandang sekitar. “dimana ini?” tanyanya. “masih di SGM” jawabku. “ha! Jadi semalaman kita tidur disini?” tanyanya dengan sedikit heran. “iya” jawabku singkat. “hehehe..” ia tertawa kecil, geli mengetahui apa yang terjadi. Lalu tangan kanannya masuk ke saku celananya, mengambil hp dari dalam. Terlihat beberapa miss call dalam phone booknya yang tak terjawab karena mungkin hpnya di silence. Lalu Mimi pun menelepon balik. “mama?”, “ Mimi kemana aja kamu?tau gak semua orang bingung mencari kamu kemana-mana.”,”iya mah, maap, soalnya kemarin keasikan main vyv
sampe lupa kabari rumah. Ya udah ya mah sekarang kan dah kasi kabar jadi gak usah cemas lagi.” Dan kemudian telepon itu langsung ditutupnya. Kembali Mimi melihat ke arahku. “Bima, makasi ya atas semalam. Jadi gak enak ni smpe nemenim aku tidur da sgm.” Katanya katanya sambil mengembalikan jaketku yang berada di pangkuannya. “eh gak, gak papa kok.”jawabku. lalu “ ini dipakai kamu aja.” Lanjutku sambil kembali memakaikan jaketku ke pundaknya. Setelah itu kami berjalan keluar dari ruangan itu. Masih terlihat jelas kunci pintu yang aku rusak semalam. Hehehe, aku tertawa geli sendiri mengingat hal gila semalam yang ku lakukan. Tak pernah terbayangkan menghabiskan malam bersama Mimi seperti ini bahkan didalam mimpi sekalipun. Sambil berjalan turun dari lantai teratas gedung itu, sekali-sekali ku curi pandang ke wajahnya. Wajahnya sekarang sudah nampak normal dari pada semalam. Lalu ku coba membuka pembicaraan. “ Mimi,” , “ha?” vyv
tanyanya sambil memandang ke wajahku dan akupun malah jadi grogi dibuatnya. “kita kaya pasangan kawin lari aja ya.” Kataku mencoba mencairkan suasana. “hahaha… iya ya, tapi kalau iya aku gak akan mau tidur di gudang mall. Mendingan juga di hotel, ada kasur empuknya sama kamar mandi.”,”hahaha.. iya ya, tenang aja deh. Besok, pelarian kedua kita, kita pilih da hotel berbintang aja, kita lari ke new York, paris, yunani aja. Biar romantic gitu.”,”hahaha, bisa aja kamu.” Disela-sela pembicaraan yang berlangsung itu, kami yang berjalan beriringan tak sengaja tangan kami saling bersentuhan. Aku jadi sedikit aneh karena itu tapi, saat aku melihat ke arahnya, ia hanya tersenyum manis kepadaku. Aku pun jadi berani memasukkan tanganku ke dalam telapak tangannya dan kami pun bergandengan tangan dimana jari-jari kami saling berseling menggenggam erat satu sama lain. Lalu ku coba menggali lebih dalam lagi. “ eh Mimi, emang kemarin ada apa si? Sampai vyv
kamu sebegitunya..” tanyaku. Tapi kali ini tak ada kata yang keluar dari mulutnya. Wajahnya sedikit menunduk. Walau tak terlihat jelas namun ku tahu ia bersedih. Ku tarik kuat genggaman kami hingga ia berdiri di hadapnku. Ku angkat dagunya dan aku pun tersenyum sambil berkata “ lupakan ya, sekarang tak usah dipikirkan dulu.” Setelah itu ku berjalan merapat kepadanya dan ku peluk ia. Perlahan ia pun memeluk erat diriku. Beberapa saat kemudian, ia mulai tenang. Barulah aku berani mengajaknya jalan lagi, “turun yuk!” ia mengangguk, pertanda setuju akan ajakanku. Ia memeluk erat tangan kananku dan kepalanya ia sandarkan pada pundakku. Kami pun berjalan menuruni jalan mobil yang meilngkar hingga sampai di lantai dasar. Dan ku antar ia sampai di depan rumahnya dengan sepeda motorku. *** Beberapa hari berlalu setelah kejadian itu, aku tak mendengar kabar sama sekali mengenai vyv
Mimi. Di sekolah pun kami jarang bertemu. Kalau pun bertemu tidak ada kesempatan untuk mengobrol. Bahkan untuk bertatap muka pun sulit. Seakan ia memang mencoba tuk menghindar dariku. Hingga tibalah hari white day. Hari dimana seseorang akan memberikan jawaban balasan dari valentine day. Ku mendapat pesan untuk bertemu dengan Mimi sepulang sekolah di depan perpustakaan. Katanya mau mengembalikan jaket yang ia bawa pada saat di SGM. Dan tibalah waktu yang sudah dijanjikan. Aku berdiri di depan perpustakaan sambil memandang orang yang lalu lalang. Hatiku yang berdetak tak menentu menanti akan hadirnya. Menit demi menit terus berlalu, namun ia tak kunjung datang juga hingga suasana sekolah telah menjadi sepi. Aku duduk bersandar dengan penuh kekecewaan. Menyangka ia tak akan datang padaku. Lalu aku mulai beranjak dari tempatku duduk. Berjalan menuruni tangga dengan kepala vyv
yang tertunduk sedih. Dan “ eh Bima, maap ya terlambat. Pasti dah nunggu lama. Oh iya ni jaketnya, makasih atas semuanya dan semoga kau bahagia.” Katanya sambil mengedipkan satu matanya, lalu ia melanjutkan katanya “ dah dulu ya, udah ditungguin ni.” Dan ia pun pergi meniggalkanku begitu saja tampa sempat ku berkata apa-apa. Setelah itu aku hanya bisa terduduk diam di atas salah satu anak tangga yang ada. Ku peluk erat jaket tersebut seakan- akan tak ingin melepas kepergiannya. Harum tubuhnya masih melekat kaut di jaket tersebut. “jadi itu orang yang mendapatkan cintamu?” tanya lembut Reni yang tiba-tiba saja sudah duduk di belakangku tampa aku sadari. Aku pun menoleh ke belakang. Dan hanya bisa tersenyum kesedihan tuk menjawab pertanyaan Reni tersebut. Dan saat itu juga terjatuh sebah kotak kecil yang terselip di jaket tersebut. Ku pungut kotak tersebut dan ku buka tutupnya. Terdapat selembar surat dan sepotong coklat putih yang bertuliskan ‘friend vyv
for ever’ dia atasnya. Ku buka perlahan surat tersebut . di dalamnya terdapat sebuah kalimat yang berisi; “ Thn’x qu ya.. atas semuanya. dan Cory juga karena aq ga isa balas sayangmu ke aq karena aku da sayang orang lain Sekali lagi cory ya…” Setelah membaca semua itu, aku tak bisa berkata apa-apa. Nafasku sesak. Jantungku berdetak sangat sangat lambat dan mungkin tak berdetak lagi. Hati ini terasa sesak terpenuhi sesuatu hal yang semuanya ku rasakan ini tak mungkin terungkapkan oleh segala bahasa di jagad raya ini. Dan hanya tetesan air mata yang keluar dari mataku. “kamu gak papa?” tanya Reni mencemaskan keadaanku. Mulutku sudah beku hingga tak bisa membalas kata-kata darinya. “semuanya telah berakhir.” Lanjut kata Reni sambil menepuk pundakku dari belakang. Lalu vyv
aku menarik nafas panjang. Menahanya sebenta di perut dan barulah aku hempaskan kuat keluar. Lalu aku berdiri, berpaling menghadap Reni sambil berkata, “ bukan, ini baru dimulai.” Dan akupun berjalan meninggalkan dirinya seorang diri. Setelah aku hilang dari pandangannya, Reni menemukan sebuah buku yang tertinggal di tempatku duduk tadi. Ia pungut buku tersebut. Lalu ia berlari mengejarku. Namun sesampainya di persimpangan jalan diriku sudah benar-benar lenyap. Ia genggam buku itu kuat-kuat. Di sela-sela jarinya yang lentik terbaca sebuah tulisan di buku itu yang bertuliskan ; “Play boy Begin”. Dan begitulah sebuah cerita bermulai dari akhir sebuah cerita yang lain.
Tamat, my be… vyv