Ruh (Spirit) Prabu Airlangga dalam Jatidiri UNAIR dan Jati Diri Bangsa Menuju Transformasi Budaya Pencerahan Timur Raya Dalam Spirit Empu Sutasoma Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa 1 Oleh: Guntur Bisowarno, S.Si., Apt Tulisan ini dibangun, ditemukan, dikembangkan, diperjuang-kan, dialirkan, diteteskan, dihembuskan dan dihadirkan dalam energi “entheosm” percakapan-percakapan bermakna dan berkualitas antara kita dengan Dr. H. Mohammad Adib, M.A. Sejak pertemuan pertama kita di Nongkojajar Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan bulan Desember tahun 2011, “Bromo Bertutur Arjuno, Festifal ARJUNO” hingga lahir tulisan ini di Bulan Oktober 2012, dalam rangka kegiatan kerjasama Unair dan LP3JATIM (Lembaga Pembudayaan Pancasila dan Pembangunan Jawa Timur), dalam Topik Awal : Dinamika Kehidupan Masyarakat Multikultural dan Kearifan Lokal di Kabupaten Lamongan Jatim, Eksporasi Kearifan dan Kebijaksanaan Prabu Airlangga, serta Karakter Airlangga sebagai Pemersatu Bangsa. Kemudiaan diganti dengan topik baru Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya: Kebhinnekaan, Etnisitas, Gaya Hidup dan Solidaritas Sosial Terbuka. Sungguh Karakter, Kepribadian, Temperamen, dan Identitas ruh~Spirit Api, Air, Udara, Tubuh banget!!!. Tulisan ini lahir, kita persembahkan dalam ruang, waktu, bentuk dan sifat dari momentum perjalanan Universitas Airlangga menemukan dan membangun Identitas Jati Diri Prabu Airlangga dan Identitas Jati Diri Universitas Airlangga, hingga Identitas Jati Diri Bangsa Indonesia, serta Identitas Jati Diri Warga Nusantara, Identitas dan Jati Diri Warga Pencerahan Timur Raya, di Era Modern Ini, di Era Fenomena Mendunia dan Mengglobal ini, yang justru Spirit Eyang Sutasomalah yang mampu menggambarkan Karakter, Kepribadian, Temperamen, dan Identitas ruh~Spirit Api, Air, Udara dan Tubuh sebagai Empat Unsur Utama sebagai Bahan Hidup Kehidupan yang memiliki Karakter, Pribadi, Temperamen dan Identitas, Jatidiri yang disebut Beliau dengan “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa”, dalam bahasa dan bahasan Jawa Timuran, “Ben Iko Ben Iku tetap satu juga adanya dharma kebenaran itu”. Tulisan ini diinspirasikan, diapresiasikan dan dikerjakan dalam lingkup energi, frekuensi, resonansi, fibrasi, ruang, waktu, sifat dan bentuk meditatif, di Alat Meditasi dan Penyembuhan Multidimensi, Kursi Bambu Wulung Limas Segi 8 di Desa Purwosari Kecamatan Purwosari dan Ranjang Bambu Wulung Limas Segi 8 di Desa Capang Semambung, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan Jatim. Kita menggunakan Titik Sembilan dari Limas Segi 8. Sembilan Ruh dalam Peradaban Teknologi Puncak, Teknologi Sembilan, Teknologi SINGO, Teknologi SiJI SoNGO, Teknologi yang mampu menata ulang dan mensinergiskan secara inovatif~kreatif~ bijaksana, 9 (sembilan) hawa Air 9 (sembilan) howo udara dari dan dalam lubang kedirian dan kualitas personal manusia dan kemanusiaan kita. Capaian dan tataran serta tatanan dalam Identitas, Kapasitas dan Kualitas “Ngaji Teles, Telesan”, kita sadar, bersedia dan mau untuk berkeringatkan sari rahsa perjuangan, bergetar~gemeletarkan di dalam darah merah~putih tulang raga daging untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas dan amanah agung Sang Pencipta. Tetap Teguh Santoso, bukan sekedar “Ngaji Garing” Menghafal dan Menghafal AyatAyat, atau hafalan teks “book thinking”, di ruang kolong laboratorium kampus dan lembaga, tanpa berani menempuh hutan belantara kehidupan, serta mengarungi mautnya samudera dunia kenyataan sesungguhnya, mampu men“sami’na wato’nakan, membumikan perintah-perintahNya dalam perbuatan seutuhnya. Wawasan 9 (sembilan) juga pernah kita rahsakan dalam howo~hawa “ruh~Api~Air, Udara dan Tubuh” pada pertapaan kedirian kita selama 9 (sembilan bulan, sepuluh hari) dari seorang “wanita”, “wani di tata” (berani di tata) dan “wani tapa brata (berani bertapa brata)”, sejak di alam gua garba sang ibunda, sekarang kita sadar berani untuk melanjutkan kedirian kita, diolah jiwa suksma ragakan di ranah alam kasunyatan, alam kenyataan oleh Sang Ibu Bhumi Pertiwi bersama 1
Diasampaikan dalam “Dialog Peradaban Lintas Agama dan Budaya: Kebhinnekaan, Etnisitas, Gaya Hidup dan Solidaritas Sosial Terbuka” dalam rangka kerjasama Unair dan LP3JATIM (Lembaga Pembudayaan Pancasila dan Pembangunan Jawa Timur.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 1
Sang Bapak Langit, Sang Dwiwarna, Sang Merah~Putih, bagaimana menundukkan Jiwa Rendah, Jiwanya sadar berani matang dewasa bertafakur sempurna untuk ber~Mujahadah, memanggul salib hidup dan kehidupannya, untuk diasah pada Batu Pengasah Kebenaran, Senjata Sang Resi Werdudara, Resi Brotoseno, “Pusaka Wungkal Kabeneran”, dengan bukti perjuangan nyata, satu kediriannya mampu mengangkat derajat 9 howo saudaranya yang lainnya, kita saling membantu untuk mengangkatnya bersama-sama menjalankan dan menuaikan Tugas Amanah dan Martabat Tanggung Jawab Universalnya, 9 saudaranya yang lainnya, sa~udara, 9 sesama manusianya yang lainnya, dalam sikap pengabdian dan penghambaan kepadaNya, menyayangi sesama yang tumbuh dan mencintai sesama yang hidup, di delapan penjuru mata air dan delapan penjuru mata angin, di titik ke sembilan pusat kediriannya melakukan Teknologi Puncak Kreatif Inovatif Bijaksana, Martabat Tanggung Jawab Universal tersebut, dengan sikap patuh seorang Patih Narotama dan dalam Spirit Eyang Sutasoma. Tulisan ini sangat sarat dengan kajian, bahasa dan bahasan, Sastra Aksara Kata, karena kita memang sadar, bersedia dan mau, untuk sungguh belajar dari para Begawan Sastrawan yang Hidup di masa lalu maupun di masa kini, Eyang Mpu Sutasoma, Eyang Mpu Tantular, Eyang Sosrokartono, Eyang Sunan Kalijaga, Eyang Suryomentaram, Eyang Jayabaya, Eyang Ronggowarsito, dan lain-lainnya, serta Maha Bajra Sadhi Musik~Mistik~Linguistik, Prof. Ida Wayan Oka Granoka, dalam tulisannya, Wit ning sabda – kamulaning dadi wong (mistis-kosmik, Rajah Kajang Masutasoma). Pada mulanya adalah kata. Kata mempengaruhi laut dengan pesan yang dikandung-nya, memperbanyak dirinya terus-menerus tiada henti. Kata menemukan cara menata ulang bahan-bahan kimia sampai mampu menangkap pusaran-pusaran kecil dalam sungai entropi dan menjadikannya hidup. Kata mengubah daratan di sebuah planet dari neraka meranggas menjadi firdaus menghijau. Akhirnya, sang kata bertumbuhtumbuh dan menjadi cukup cerdas untuk membangun sebuah mesin mirip bubur, yang disebut otak, yang dapat menemukan dan menyadari kata itu sendiri. (ekologis-biologis, Matt Ridley). Semoga, tulisan ini bisa diterima pada ranah manapun, atas peluang dan kesempatan sesungguhnya, untuk niat ingsun mengabdi pada Sang Pencipta, dan mengabdi berbhakti pada Sang Merah Putih, dan bersyukuri dan mensyukuri semua ilmu dan ngelmu para guru-guru dan dosen-dosen serta maha guru kita sekalian, hidup menghidupi jaman dan kehidupan, mengabadikan ruang, waktu, sifat dan bentuk demi kebaikan, kebenaran, kesucian, kemurnian dan demi perjalanan dan berlangsungnya hidup dan kehidupan adanya budaya kebudayaan adi luhur, sebagaimana para pendahulu agung nan luhur itu, atas Transformasi Budaya Nusantara ini, atas Martabat Tanggung Jawab Universal ini. I. Ruh Airlangga dalam Air (dalam Bahasa dan Bahasan Sastra Aksara Kata Air “Water” dan “Air” Udara) Kehadiran mereka, rasa ingin tahu mereka yang sungguh mendalam, jiwa penelitian mereka yang sungguh intuitif sejati, “acknowledge” mereka yang utuh, respek mereka atas air “water” yang luar biasa hebat dan ketulusan hati serta sikap sang penemu dan kawan rekannya yang mampu merasakan bahasa Air, dalam bahasa kata gambar, bahasa kata bentuk kristal Air, Water, dalam temuan teknologis mikroskopis fotografis dalam buku hebat “The Miracle of Water” (2008), sebagaimana yang ditemukan oleh Dr. Masaru Emoto dari Jepang. Tidak ada unsur di dalam alam, di jagat kedirian kita dan kedirian alam raya ini, yang sebijaksana, secerdas, sesehat, sesehat, semurni, seindah, sekomunikatif, seluwes, setoleransi yang begitu luas dan besar namun juga setegas sejelas sebening seperti unsur Air, adanya, lintas budaya, lintas wilayah geografis, lintas Negara, lintas agama, lintas kota, lintas bahasa, lintas situasi dan kondisi. Kemampuan menyerap dan menggambarkan energi-energi yang datang dan beresonansi dengannya, frekuensi yang lintas nada, lintas suara, lintas sastra, lintas aksara, lintas kata, yang direkamnya secara luar biasa dalam bentuk-bentuk kristal kristalnya, baik energi, frekuensi, resonansi, fibrasi yang buruk, negatif, jelek, sampai yang baik, bersih, bening, murni, indah, dan memiliki jiwa spirit yang tinggi. Air yang sistem sosial, sistem sikap hidupnya dan gaya hidupnya yang sedemikian terbuka, dewasa, matang dan arif bijaksana. Wawasan Karakter, Kepribadian, Temperamen dan Identias Air “Water” ini sangat senada dengan Wawasan Empu Sutasoma Tentang Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa. Mengapa Sutasoma?, Ida Wayan Granoka, dalam bukunya Reinkar-nasi Budaya, 2007, sangat cerdas dan bijaksana, mengungkapkan. Mengapa Sutasoma? Tanpa mengabaikan keluhuran karya sastra
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 2
lainnya, seperti Ramayana, Arjunawiwaha, Bharatayuddha, Bhoma-kawya, dan jenis sastra lainnya yang tinggi kedudukannya. Ya, pastilah kita telah mengenal bahwa, raja pusaka sastra kakawin berbahasa Jawa Kuna yang satu ini memiliki nilai strategis bagi sejarah eksistensi bangsa Indonesia dan rahasia kebesaran bangsa-bangsa (global). Indonesia sejak zaman kemerdekaan 1945, adalah Negara demokratis yang berdiri di atas landasan filosofi Panca Sila dan mahawakya (slogan pemersatu bangsa) “Bhinneka Tunggal Ika”, yang dipetik (terinspirasikan) dari Kakawin Sutasoma. Gubahan Mpu Tantular itu tergolong jenis sastra yang merdeka dan “mahardhika” yang dilandasi toleransi keagamaan yang sangat besar. Senada, sehebat, secermat, sebijaksana, secerdas, selentur, selembut, sesejuk, seisis, sesegar, Bahasa dan Bahasan “Air~Udara~ Eter”, sebagaimana yang dihirup dan diperkenalkan kepada kita oleh Para Leluhur dan Pendahulu yang Agung. Nafas, Nufus, Tan Nafas adalah Benang Hidup, Eter adalah Energi Hidup Udara Hidup Para Dewa, Para Ruh Suci, Eter adalah Senyawa Unsur Oksigen O3, satu Unsur Oksigen yang lebih banyak ketimbang Senyawa Oksigen O2. Dan Dimana? Dan Mana Ada? Makhluk yang hidupnya bernafaskan udara oksigen, yang bisa tahan tak berudara dalam hitungan lebih dari 2 – 3 menit. Maka daya kekuatan yang luar biasa sesungguhnya sudah ada, apa adanya, dan semua sudah ada, ada di sana dan untuk itu mereka ada di sana, ada di balik proses penghayatan dan penyatuan kedirian kita dalam Unsur “Air dalam Udara” ini. Dengan kita semakin “Mengenal Air dan Mengenal Udara”, maka kita akan semakin mengenal diri kita, Kekuatan Spirit kita, Kekuatan Spirit Prabu Airlangga, Kekuatan ruh~Spirit Air Udara Airlangga, Kekuatan Spirit Identitas dan Jati Diri “Air dan Udara” dalam Identitas dan Jati Diri Prabu Airlangga. Maka Karakter dan Identitas Jati Diri Air dalam Sastra Aksara Kata “Nama” dan Sastra Aksara Kata “Asma” Air dalam Nama Airlangga, yang disandang oleh Prabu Airlangga, “tidak mungkin tidak”, sangat mempengaruhi Beliau dalam menghayati, dalam mengasah sikap dan karakter, kepribadian, temperamen, identitas, jati diri kedirian Beliau, dalam menemukan dan dalam mengasah tugas dan misi hidupnya Beliau, dalam “Membaca dan Menulis Kitab Kehidupannya” (Ucok, 2012). Sebagaimana dinyatakan oleh Eyang Dang Hyang Nirartha (Putra, Ida Bagus Rai, 2012), Putra Eyang Dang Hyang Asmaranatha (Pendeta Kerajaan Majapahit) dalam Lontar Gama Tirta Pawitra (49b51b) koleksi Gria Kemenuh Purnawati, “Agama itu, sebenarnya sudah ada di dalam diri, Tirtha adalah air, tetapi tidaklah air yang diminum dan yang dipakai mandi. Tidaklah air yang dipakai mandi. Tidaklah yang disungai atau dipancuran. Tidaklah air danau, tidaklah air laut, tidaklah air hujan, tidaklah air embun, tidaklah itu adanya. Sebenarnya adalah Tirthamretha, Air Ke-hidupan”. Dengan adanya kalimat di lontar tersebut, Sastra Aksara Kata Air pun, sudah terbukti dapat mengalami penemuan dan pemaknaan yang lebih dari yang selama ini kita kenal, menjadi jauh lebih luas, jauh lebih mendalam, jauh lebih berarti dan jauh lebih bermakna sejati, ketimbang kosa kata Air dan Udara dalam logika bahasa yang selama ini sudah mengisi otak logik matematik kaku kita, maka dalam aktivasi peningkatan kesadaran tinggi dan kode-kode kesadaran kosmik yang semakin meluas tersebut, serta dalam tataran~tatanan dari kode-kode frekuensi, resonansi dan fibrasi, arti dan makna Air yang sama tersebut, akan membimbing kita menuju Arti dan Makna Air, yang dalam bahasa dan bahasan Sastra Inggrisnya, adalah Udara, dalam bahasa Yunani adalah Spirit, ya Udara itu, ya Spirit itu, Ya Daya Hidup Ilahi itu, Ya ruh-Illahiah itu, yang dalam bahasa dan bahasan Jawa Kunonya, bisa menjadi Tirta Air Kehidupan tersebut. Kajian Nafas adalah Benang Hidup, oleh Ucok, 2012, dalam uraiannya. “Manusia adalah merupakan entitas pribadi yang hidup. Diawali dari sebuah sel hidup yang dibuahi, kemudian memecah diri dan hidup. Sel merupakan individu yang hidup. Sel yang merupakan individu yang hidup, dibuahi, membentuk jaringan yang dihidupi oleh nafas. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa nafas adalah benang hidup. Nafaslah yang menghubungkan badan (hidup), kepada yang Maha Hidup. Memberi makanan kepada bagian yang terkecil dari tubuh fisik yaitu DNA. Manusia bisa hidup tanpa makan dan minum untuk beberapa hari, tetapi tak bernafas untuk beberapa saat akan mengakibatkan rusaknya sel tubuh dan berikutnya mati. Pengendalian keluar masuknya nafas
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 3
adalah awal dari menuju ke – keadaan meditasi. Ditambahkan olehnya, meditasi juga merupakan cara bagaimana terbebas dari berbagai penyakit”. Ibu Dr Rubiana Soeboer almarhum, Doktoral lulusan Universitas Indonesia ini, dalam terjemahannya di Buku Sang Pembawa Cahaya, juga meneguhkan hal itu, “Penting sekali bagi siapapun yang ingin mencapai keseimbangan tubuh untuk berlatih bernafas dalam dalam secara teratur. Latihan bernafas adalah program yang mementingkan bernafas dan melakukan oksigenasi supaya oksigen dapat di masukkan ke dalam tubuh. Ditambah-kannya. Jadi, metodenya, adalah menggunakan perhatian, nafas, dan pilar cahaya (limas segi 8), serta latihan berputar (seperti tarian sufi). Kami akan menambahkan suatu skrip tambahan untuk metode ini. Oleh karena kamu adalah mahkluk-mahkluk elektronis yang mengubah frekuensi dengan cara yang sangat cepat, kami merekomendasikan agar kamu banyak minum air, air putih, murni atau air dari mata air. Air berfungsi sebagai pengatur arus atau konduktor. Air membuat sistemmu terbuka dan mengalir”. Sungguh Al quran pun tidak menyangkal dan malah meneguhkan daya kekuatan spiritual dan hidup kehidupan dari unsur yang di Sastra Aksara Kata namakan Air tersebut “Dan apakah orangorang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi dahulunya menyatu, kemudiaan Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?” (QS. Al-Anbiya 21:30) Meditasi dengan Nafas sebagai Benang Hidup, sungguh me-nentukan Kualitas Sumber Daya Manusianya, Nafas Mengandung Ruh, Daya Hidup, Daya Spirit, makanya sebagaimana asal kata “Spirit” dari Bahasa Yunani berarti Udara, ataupun Eter ataupun Oksigen dengan 2 lapis hingga 3 lapis ini, semuanya memiliki Kekuatan Hidup, Energi Hidup. Sehingga “Spirit” Air dan Udara di dalam Airlangga sudah menandakan dan mendanaskan pentingnya Udara, Oksigen hingga Eter dalam Hidup dan Kehidupan. Derajat Kesehatan dan Kecerdasan Spiritual sebagaimana yang di ajarkan oleh Para Pendahulu Agung, Para Leluhur Agung, Termasuk di dalamnya adalah ruh-Spirit Air dan Udara Prabu Airlangga terhadap anak cucunya, hingga bagaimana para mahasiswa dan alumni Universitas Airlangga, terutama Jurusan Departmen Antropologi, mau dan mampu mengkaji serta mengejawantahkan dalam peluang dan kesempatan hebat untuk program dan jalan meningkatkan derajat~kapasitas~kualitas karakter~pribadi~ tem-peramen~identitas kedirian hidup dan kehidupannya serta derajat kapasitas~kualitas personal profesi sebagai alumni UNAIR, juga para Alumni UNAIR secara umum, yang terus menerus menggali potensi ruh~Spirit dan Kedirian Prabu Airlangga, sebagaimana yang kita lakukan di sini, kini dan seterusnya ini. Sehingga bagaimana kita belajar mengasah dan mendewasakan, mencerdas-kan, mematangkan, Air dan Udara dalam diri kita, raga kita, untuk memiliki karakter, kepribadian, temperamen, identitas seperti Air, seperti Udara, seperti Spirit Berbhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa, yang merupakan Karakter, Kepribadian, Temperamen, Identitas, Manusia sebagai Co-CreatorNya, Perwakilan Tuhan di muka bumi, KhalifahNya, HambaNya, yang ber Air dan ber Udara ini. II. Ruh Airlangga dalam Air “DaLANG” Nang raGA, naGAra, neGAra. Bagaiman Air dan nafas Udara berperan penting dalam tubuh kita, jaringan kita, sel kita, maka ruh~Spirit Air Airlanggalah, ruh~Spirit Udara Airlanggalah, ruh~Spirit Nafas Airlanggalah yang akan menjadi Fundamental Hulu Gerak Gerakan Pergerakan KeberTUBUHan, Kedirian dan Kebangsaan hingga Kenegaraan kita, karena Air dan Udaralah yang frekuensinya sama dengan Spirit Wawasan Kenegaraan, Wawasan Kebangsaan, Wawasan Global, Epu Sutasoma, dalam BerBhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa. Kita akan memasuki Filsafat KeberTubuhan kita, sekaligus frekuensi, resonansi, fibrasi, gelombang energi ruh, cahaya, benang-benang energi ke nur cahayaan TUBUH, nur-Illahiah dalam, Nang Raga, Nagara, Negara BerTuhanan diri kita. Raga sebagai Perpustakaan Yang Hidup. Raga kita, Siti Lemah Bumi Kita, dalam bahasa dan bahasan Jawa Kuno, Sebagaimana yang disampaikan dalam buku Sang Pembawa Cahaya (Soeboer, Rubiana, 1992),”Bumi adalah Perpustakaan Hidup, karena kamu sekalian memiliki sebuah gambaran bagaimana sebuah perpustakaan itu, tempat informasi tersimpan dan tersedia. Kami menggunakan analogi ini karena kami berniat untuk membangkit-kan gambaran bahwa kemana saja kamu pergi, kamu selalu berada di dalam sebuah perpustakaan. Kamu hanya belum dapat memahami mengartikan
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 4
informasi tersebut atau mengenali apa yang ada di dalam perpustakaan tersebut. Sekarang, sebagaimana yang telah kami tunjukkan, Keluarga Cahaya telah datang ke planet ini untuk menerima energi dari para Perencana Asli. Energi ini akan menimbulkan perubahan genetik, mengaktifkan, dan menyatukan kembali benang-benang cahaya yang memuat kode, kode. Benang-benang ini akan membentuk sistem dua belas helisk (DNA kita) yang dapat mengaktifkan tubuh kita. Ini akan membuat manusia sangat berharga karena saat itu mereka siap digunakan untuk mengakses data yang disimpan di Bumi”. Lontaran visioner yang ditangkap oleh Ibu Rubiana Soeboer tersebut di sambut oleh Pak Ucok Khairuddin, dalam bahasa dan bahasan, buku-bukunya, “Bumi dengan segala perangkatnya adalah merupakan perpustakaan, dimana diharapkan manusia dapat belajar tentang konsep ciptaan dan yang menciptakan. Dalam menjalankan tugas belajar di alam yang luas ini, yang dimanapun kita berada, kita dalam ruang lingkup perpustakaan, hendaknya dapat memberdayakan apa yang ada dalam konteks keseimbang-an”. Sungguh tidak ada peristiwa yang kebetulan dengan lahirnya Buku Cahaya Kasih Menuju 12 Heliks, 2012 oleh Pak Ucok Khairuddin, menyatakan bahwa “Kolaborasi energi akan mem-bantu pengaktifan chip cahaya kasih yang berikutnya dapat di aktifkan sendiri, guna paling tidak untuk penyembuhan diri sendiri, langkah awal akibat aktifnya chip energi cahaya kasih adalah regenerasi sel dan pengaktifan DNA menuju 12 heliks, bukan 2 heliks sebagaimana yang dikenal oleh para ilmuwan dan banyak orang selama ini. Di mana setiap heliks (untaian) berfungsi sebagai penerima (receiver) dan pemancar (transmitter)”. Menindaklanjuti penemuan dan transfer ilmu pengetahuan dari para leluhur ini, Pak Ucok, menegaskan, “Selain manusia yang diharapkan dapat belajar dari keberadaan bumi beserta perangkat-nya, manusia juga sesungguhnya di bekali visi dan misi yang disebut sebagai tugas, guna dapat memberdayakan alam sekaligus memeliharanya dalam konteks keseimbangan. Oleh sebab itu, manusia hendaknya dapat menjaga, bahkan meningkat-kan kualitas hidup dan kehidupannya terkait fisik dan spiritnya. Hal ini menjadi penting, karena kehidupan spiritual manusia terkait erat dengan kesehatan fisiknya. Salah satu solusi guna meningkat-kan kualitas spirit dan fisik adalah “kampung spirit bambu”. Ditambahkan oleh Pak Ucok. Yang katanya (Einstein) bahwa: “setiap ruang yang berbeda akan menghasilkan energi yang berbeda”. Begitu pula materi yang membentuk ruang, juga mempengaruhi energi yang terbentuk. Pengetahuan ini, mendorong penulis untuk mencari tahu tentang apa itu piramid (** yang oleh Ibu Rubiana Soeboer, disebut Pilar Cahaya), yang sudah barang tentu dengan segala kesederhanaan Pak Ucok sebagai anak kampung yang hidup dan berkehidupan dengan keluarga yang sederhana pula. Didorong oleh pengalaman meditasi, Pak Ucok terus menerus mengembangkan kerucut baik bentuk, besar dan materinya. Akhirnya Pak Ucok menetapkan bahwa kerucut yang akan dikembangkan adalah kerucut bersegi delapan”. Maka Lahirlah Ranjang dan Kursi B.A.M.B.U Limas Segi 8, Ranjang dan Kursi Terapi dan Penyembuhan Multidimensi~ Multifungsi~Multisektor. Air, Udara dan Tubuh B.A.M.B.U di dalam B.A.M.B.U menciptakan Energi , Frekuensi, Resonansi, Firbrasi Ruang dan Raung Pembelajaran yang luar biasa jika ruh~Spirit Air Udara dan Tubuh B.A.M.B.U tersebut dirangkai dalam rangkaian dan kom-posisi bentuk, sifat, ruang dan waktu segi delapan. Sebagaimana istilah budaya leluhur Jawa Kuno, “Lahir Wakile Batin” maka lahirnya, batang Tubuh B.A.M.B.U. Deling Kuning, Pring Kuning, Pring-atan untuk Kendel Kendel Eling dan Kukuh Nang Ning Nungnya, mempertemukan Filsafat Keber Tubuhan Manusia dan KeberTubuhan B.A.M..B.U. Air menjuLANG GAgah, Air menjuLANG meGAh apa jika salah satunya yang luar biaa bukan mengarah pada SOSOK B.A.M..B.U.(Biji. Alam. Manusia, Budaya. Urip) itu sendiri. “B.A.M..B.U. telah hadir begitu lama pada peradaban manusia, tetapi potensi yang tergali baru 20 persen. B.A.M..B.U memang sederhana, tanpa hiasan ranting dan cabang, berdiri tegak dengan kesahajaan apa adanya. Tetapi dibalik kesahajaan apa adanya di sana semua ada. Bambulah barangkali tumbuhan yang memiliki unsur alam yang lengkap. Ia memiliki unsur api, tanah, angin, dan air, yang dapat di urai atau dipadu-padankan menjadi unsur yang amat bermanfaat bagi hidup
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 5
dan kehidupan manusia, bahkan alam semesta raya”. (Potensi Bambu Untuk Peningkatan Kualitas Fisik dan Spiritual, Ucok, 2012). Dalam Kitab Wedhatama, Kitab Jawa Kuno, kita juga mengenal adanya 4 Sembah, Sembah Raga Sembah Nang Raga, Sembah Hati, Sembah Jiwa dan Sembah Rasa. Justru antara Sembah Raga dan Sembah Rasa sangatlah luar biasa hebatnya titik temu, titik energi, titik frekuensi, titik resonasni ruang raung pembelajar-annya, maka sejak dahulu Para Raja-Raja Nusantara ternyata sudah sampai pada titik Kesadaran Tinggi Kode-Kode Kesadaran DNA 12 Heliks dalam Raga dan Rahsanya, sehingga Jiwanya, Totalitas Pemikiran Akal, Hati dan Rasanya sudah Manunggaling Rasa, Manunggaling Raga, Manunggaling Kawula lan Gusti, Baguse Ati, Fastahibul Qoirot, berlombalomba menuju kebaikan, dan makom kualitas ngaji teles, berkeringat berdarah, bersimbah mujahadah, menundukkan jiwa rendahnya, menuju Identitas, Kapasitas, Kualitas, Karakter, Pribadi, Temperamen seperti sesembahannya, Tuhan Yang Maha Esa, seperti Sifat dan Karakter Gusti Pangeran-nya. Dan para wali memadukan Sastra Aksara Kata Gambar ini dalam Baju Takwa Jawanya, Eyang Sunan Kalijaga, bahwa spiritulitas dan religiusitas Jagad Para Dewa, bahwa menurut Ilmu Jawa Kuno, “rahasia ilmu Allah ada dalam dirimu”, sungguh mampu sinergis selaras serasi dengan spiritualitas dan religiusitas Jagad Para Nabi senada senafas dengan penemuan hebat Eyang Sayidina Ali, “Bertahun-tahun kucari Tuhanku kutemukan diriku, bertahun-tahun kucari diriku, ketemu Tuhanku”. Sefrekuensi dengan Transformasi Budaya Iman, Spiritualitas dan Religiusitas dalam Ajaran Konsili Vatikan II, Gereja Katolik, menyatakanm,”…i Luar Gereja Ada Kebenaran…”, juga dalam bukunya, Romo Boelaars, 2005, Indonesianisasi, Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia.” Yang di dalamnya tertuang dan ditorehkan tinta emas wawasan yang luhur dan agung, senada dengan ruh~Spirit Jiwa Suksma Eyang Mpu Sutasoma, Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa, “Dengan disokong soko guru Prinsip Katolik Umum Universal dan Pancasila tersebut, Pada kedua soko guru tersebut, Gereja Indonesia setempat perlu selanjutnya terus dibangun,”Kekatolikannya harus menyempurna-kan keindonesiaannya, dan keindonesiaannya harus menyem-purnakan kekatolikkannya.” Begitu juga dalam Tradisi KeKristenan dan KeKatolikan, Allah mengetahui “Apa yang Dia kerjakan sejak semula, Dia memutuskan dari permulaan untuk membentuk kehidupan orang-orang yang mengasihi Dia, serupa dengan kehidupan anak-Nya… kita melihat bentuk yang asli dan yang diharapkan dari kehidupan kita di dalam diri Yesus Kristus” (Roma 8:29). “Kita memandang pada Anak ini dan melihat tujuan semula Allah dalam segala sesuatu yang diciptakan” (Kolose 1:15). “Allah ingin kita bertumbuh, serupa dengan Kristus dalam segala hal” (Efesus 4, 15a). Maka semua referensi tetap mengarah bahwa Air dan Udara dalam Tubuh dan Raga kita, Air dan Udara dalam Raga Tubuh Sel, Raga Tubuh Inti Sel, Raga Tubuh DNA 12 Heliks kita memang ditujukan dan diarahkan menjadi bahan dan bagian utuh elemen pembentukan Karakter, Pribadi, Temperamen dan Identitas Kedirian kita, menyerupai Sang Pencipta kita, sifat-sifat dan Karakter, Pribadi, Temperamen, yang sudah tergambarkan dan merasuki para Nabi, Para Wali, Para Hamba, Para Aulia, Para Arif Bijaksana, Para Leluhur, dan Para Pendahulu Agung, Termasuk Para Pinandito dan Para Raja Nusantara, seperti Eyang Prabu Airlangga, yang diejawantahkan oleh Eyang Mpu Sutasoma, berupa mustika raja pustaka nasional “Bhinneka Tunggal Ika”yang ditulis oleh Mpu Tantular dari Kakawin Sutasoma dalam tata kebangsaan dan tata kenegaraan yang mengglobal, menuju penataan Semesta yang Lebih Baik. Secara umum meditasi adalah upaya merendahkan frekuensi seluruh aspek TUBUH guna melakukan penyelidikan ke dalam diri, oleh karena frekuensi spirit dan keIlahian serta keluhuran berada pada frekuensi zero, frekuensi nol, frekuensi dasar yang ada di alam gua garba, selama kita berada di ruang tapa rahim sang ibunda kita semua. Penyelidikan segala aspek diri kedirian ini, untuk menggali pemahaman akan sejatinya diri, yang terkait dengan siapa Pencipta dan mekanisme segala aktifitas yang meliputi hidup dan kehidupan serta penyelesaian akan tugas yang diembannya. Maka ruh~Spirit Air Udara Tubuh dalam Airlangga merupakan Kajian Literatur Spiritualitas Religiusitas sekaligus dapat ditempuh melalui Kajian Meditatif yang bisa sampai pada Penemuan Jati Diri Prabu Airlangga, Jati Diri Universitas Airlangga, yang merupakan Jati Diri Setiap Manusia dan Jati Diri Mahasiswa serta Alumni Universitas Airlangga, yang mau dan mampu melakukan Proses
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 6
Meditatif, Tafakur, Keheningan dan Perenungan Kajian Keilmuan dan Kengelmuan ruh~Spirit Air Udara Tubuh dalam diri kedirian Prabu Airlangga dan Diri Kedirian kita sendiri pada khususnya. Kita tambahkan materi Perjalanan Intuitif Meditatif di dalam ruang, waktu, bentuk, sifat kursi dan ranjang limas segi 8 yang mengarah pada penemuan-penemuan, kepingan demi kepingan, kode kode kesadaran yang tinggi bertebaran di jagat alam raya, jagat literatur, jagat pikiran dan perasaan kita, jagat TUBUH kita dan jagat jiwa kita. Wawasan tersebut ada di dalam Buku Sang Pembawa Cahaya (Soeboer, Rubiana, 1992). Mereka menjawab, ”Anda akan mengumpulkan kepingan-kepingan ini menjadi satu dengan menggunakan intuisi anda. Ini bukan merupakan proyek yang menggunakan pikiran logis. Dengan menggunakan intuisi anda, anda akan dibimbing dan diuji untuk melihat apakah anda dapat melakukan dan menyelesaikan proyek ini tanpa pikiran logis, mengetahui langkah-langkah yang akan dikerjakan selanjutnya. Ini akan menjadi latihan yang luar biasa bagi anda. Pekerjaan ini akan membuat anda memasuki tingkat kesadaran yang lebih tinggi, tatanan yang lebih tinggi, dan kepercayaan yang lebih tinggi. Bila telah selesai dan sangat berhasil, anda akan mengatakan,” Saya tidak tahu bagaimana saya melakukannya. Saya tidak memiliki gambaran sama sekali.” Hal ini senada dengan Tulisan Bab X, tentang perlunya mendefinisi ulang apa itu cerdas? Oleh Ida Wayan Oka Granoka. Hal ini perlu kita paparan di sini sebelum memasuki kajian selanjutnya, mengingat dimungkinkannya kawan-kawan atau rekan sepeneliti atau rekan-rekan intelektual, rekan-rekan penerjemah spiritual-religiusitas, rekan-rekan budayawan, rekan-rekan pengiat dan pekerja budaya, rekan-rekan pejuang merah putih, yang punya hasrat tinggi untuk mempertanyakan bagaimana metodologinya, serta dasar-dasar logikanya, sehingga kita bisa sampai pada paparan dan penemuanpenemuan kesadaran kesadaran tinggi, kode-kode informasi seperti itu, apakah dimungkinkan kita ber-dialog dengan para leluhur, apakah berdialog dengan para leluhur itu tidak dimungkinkannya untuk terjadi alih dan ahli teknologi, ahli dan alih ilmu pengetahuan, budaya dan peradabaan canggih dan tinggi, yang selaras dengan kehendak alam dan tidak keluar dari jalan Tuhan. Inilah kajian dan pertanyaan-pertanyaan mereka yang sungguh menantang, namun layak bagi mereka untuk menemukan hasil-hasil riset dan penelusuran kami, yang mampu menembus batas-batas kekakuan keilmuan dan filosofi yang menghalang-halangi diri kita mengenal keluhuran leluhur kita dan kehebatan spirit karakter kepribadian, temperamen, dan identitas mereka, dalam hubungannya dengan diri, alam, sesama dan Tuhan seru sekalian alam, sekaligus tidak ketinggalan mengikuti perkembangan kemajuan di bidang science ilmu pengetahuan dan percaturan dunia global. Sehingga kita menemukan kembali dasar kebangsaan dasar kenegaraan, dasar kenusantaraan kita, dasar Pencerahan Timur Raya kita, dasar yang ditemukan oleh Mpu Tantular, Mpu Sutasoma, Raja Sailendra Borobudur, Prabu Airlangga, Ir. Soekarno dan Muhammad Yamin sesungguhnya, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa, yang semakin utuh dalam ruh~Spirit Air, Udara dan Tubuh kita. III. Ruh Airlangga dalam Air “Jala Tunda” Gunung Arjuno Gunung Penanggungan. Program Pertama Air dan Per Mata Air. Jala itu Air, jadi Program Air Jangan Pernah di Tunda lagi. Sebagaimana yang disampaikan Tokoh Pemberdayaan Masyarakat Dunia yang hebat, Mr. Schumaker dalam bukunya Small Is Beautiful, “Jatuh bangunnya sebuah peradaban terletak pada penggunaan tanah dan lahan yang mereka miliki.” Senada dengan Prabu Airlangga menandaskan,”Jatuh bangunnya sebuah budaya dan peradaban terletak pada pengelolaan dan penggunaan air dan mata air yang mereka pelihara, jaga dan rawat dengan kepatuhan seorang Patih Narotama.” dalam Ziarah Spiritual Team Cahaya Kasih ke Petilasan Prabu Airlangga di Makam Patih Narotama dan Sumber Mata Air di Gunung Penanggungan Kaki Gunung Arjuno, Mata Air Jalatunda, Jangan diTunda Program Banyu Bayu Bambunya. Pada acara Pertemuan Para Pemimpin Muda Se-Asia Pasific yang ditanyakan oleh Media TV Nasional, SCTV, 2009. Satu Untuk Semua, menggambarkan bahwa Era Kepemimpinan Dunia Abad 21 terletak di Negara-Negara Asia, karena di Negara-Negara Asialah Kawasan Hutan, Kawasan Desa Kawasan Dusun, Kawasan Paru-Paru Dunia, dan Taman Sari Dunia Berada, Khususnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Khususnya Hutan Jawa, Khususnya Hutan Kaki Gunung Arjuno.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 7
Kawasan Hutan-Dusun-Desa, tergantung Rakyat Hutan-Dusun-Desa, tergantung Pemerintah Daerah, Muspika dan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Pendidikannya. Keputusan Anda hari ini, Keputusan Para Tokoh Agama, Keputusan Para Tokoh Masyarakat, Keputusan Tokoh Pendidikan, Keputusan Tokoh Pemerintahan, Keputusan Muspika hari ini, Keputusan Kamituwo, Keputusan Kepala Desa, Keputusan Lurah, Keputusan Camat, Keputusan Bupati dan wakilnya, hingga Keputusan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur sangatlah menentukan Masa Depan abad 21 di bumi Purwosari di bumi Martopuro, di bumi Kabupaten Pasuruan, dan di bumi Propinsi Jawa Timur ini. Masa depan anda ada di tangan Anda, bagaimana Perlakuan anda terhadap Tanaman ini, terhadap Pohon, terhadap Tanah, terhadap Hutan, terhadap Mata Air, terhadap Sungai-Sungai, terhadap Air, terhadap Gunung-Gunung, Khususnya Gunung Arjuno, Gunung Semeru, Gunung Bromo, di seputaran Kawasan Kabupaten Pasuruan ini, desa dan dusun Purwosari Martopuro ini. Masa depan Anda ada di desa-dusun Anda, sebab kota-kota besar di seluruh Kabupaten Pasuruan dan di seluruh Propinsi Jawa Timur ini, tergantung Air dan Sumber Mata air, Tergantung Udara dan Paru-Paru Hutan dan Paru-Paru Pohon desa-desa dan dusun-dusun Anda, tergantung semua hasil bumi dan pertanian, peternakan dan perikanan desa-desa-dan dusun dusun Anda, Sudah waktunya, bangun dari tidurnya, bangun dari kemalasannya, bangun dari konfliknya, bangun dari rasa mindernya, bangun harga dirinya, bangun keyakinannya, bersatu padu, gotong royong, bekerja sama dengan bukti sama-sama bekerja di bidangnya masing-masing, membangun desa, mem-bangun mata air (Gerakan Penghijauan Perlindungan Mata Air) membangun pertanian desa, kehutanan desa, perkebunan desa, peternakan desa, perikanan desa. Penghijauan Hutan dan Desa-Dusun kita, Penghijauan Sumber-Sumber Kehidupan dan Perdagangan kita. Tangisan Ibu Bumi dan Tangisan Bapak Langit, Sebuah Transfer Komunikasi Intuisi~ Kecerdasan Spiritual Manusia Sastra Budaya Canggih. Sejak Almarhum Eyang Cokro dan Kedua Gurunya Almarhum Eyang Heru Cokro dan Almarhum Eyang Sutaji, ketiga Eyang Tersebut sudah berulang kali mendengar ratapan, tangisan, jeritan Ibu Bumi dan Bapak Langit, melalui Kewaskitaan Spiritual Kasepuhannya yang mendalam dan Ketajam Mata Batin Beliau Bertiga, Mata Hati Pengabdian dan Pengorbanannya Buat Indonesia dan Bagi Anak-Anak Cucu-Cucu Putrowayahnya. Beliau Bertiga sudah berulang-ulang mendapat pesan dan isyarat Alam tentang berita kehilangan dari Ibu Bumi dan Bapak Langit, kabar Kehilangan Anak-Anak Mereka. Di dalam Bahasa Jawa, Anak itu Petetan, Petetan itu anak, Petetan juga berarti Tanaman. Dengan adanya Kehilangan begitu Banyak Jutaan hingga Milyaran bahkan Trilyunan Anak2 Ibu Bumi dan Bapak Langit ini. Berapa Banyak Juta Hektor Hutan ditebangi dan digunduli di seluruh Permukaan Badan Ibu Bumi ini, Maka bencana kemarahan mereka sungguh sudah tak tertahankan. Isu fiksi~ilmiah tentang bencana besar-besar tanggal 12 bulan 12 tahun 2012, ramalan suku Maya Inca di Meksiko itu, bisa jadi bukan isu ancaman fiksi belaka, Jika prinsip Energi Tak Dapat Dimusnahkan Tak Dapat Di Ciptakan. Energi yang diTerima sama dengan Energi Yang diLepaskan. Hukum Sapu Denda Alam berjalan, Hukum Tabur Tuai Pasti Terjadi, Hukum Karma Pasti Datang. Jalan satu-satunya hanya mengurangi besarnya bencana, atau mencegah bencana dan atau melakukan apa yang di amanahkan Bapak Langit dan Ibu Bumi, semoga di Kaki Gunung Arjuno, Di seluruh Indonesia, Di seluruh Nusantara, Program Banyu Bambu Bayu, semoga Bencana-Bencana itu tidak lah sampai parah, sedikit menelan korban Jiwa, dhus masih mampu mengatasi kebangkitan Pasca Bencananya, baik Manusia maupun Alamnya. Jalan satu-satunya hanya mengembalikan Petetan, Tanaman, Pepohonan, Anak2 Ibu Bumi dan Bapak Langit Ini. Secara Serentak Terorganisir, Tertata, Rapi, Aman, Damai, Tenteram dan Bahagia. Maka menjadi sebuah kelayakan dan kepantasan jika Universitas Airlangga, menjadi salah satu Pimpinan Pasukan di Garda terdepan, pada Gerak Gerakan dan Pergerakan Penghijauan Perlindungan Mata Air, ini Program “Banyu” Air dalam Bayu “Udara” Budaya Sastra Aksara Kata Suara Nada ”Excellence With Morality” dalam Program Banyu Program Air di Jalatunda, di Gunung Arjuno, di Jawa Timur. Akan aneh kedengarannya jika Program Air di Jawa Timur Pasukan Civitas
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 8
Akademika Airlangga tidak ikut terlibat, Aneh rahsanya jika ruh-Spirit Air Udara Tubuh semakin terkuak dan Jatidiri Air dalam Kedirian Manusia Airlangga masa lalu dan masa kini serta masa depan tak bergetar dan tak terpanggil jiwa keAirannya, dengan situasi kekeringan air dimana-mana di Jawa Timur ini dan Kehilangan Pepohonan di hutan belantara Jawa Timur ini. Serta kekerasan, kemiskinan, kebodohan dan kejahatan yang semakin merajarela ini. Semoga tulisan ini bisa menjadi komunikasi budaya air dan peran serta aktif civitas akademika yang sesungguhnya dalam ruh~Spirit Air Udara Tubuh Budaya Sastra Aksara Kata Suara Nada ”Excellence With Morality” atas penemuan Jatidiri Airlangga dalam seluruh civitas Airlangga adanya. Di Program Banyu Air, Program B.A.M..B.U. dan Bayu Budaya Air di Gunung Arjuno, Bromo, Tengger, Semeru, di Jawa Timur dan di Nusantara. Sebagai pengejawantahan Kajian Jatidiri Universitas Airlangga, Jatidiri bangsa dan Materi Topik Perjalanan Luar Biasa di Bumi Lamongan ini. Suwun. IV. Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Air Udara Tubuh “Banyu Mas” Kedirian Khalifah Co-Creator. Sebagaimana ekspresi dan dari penjabaran nada suara jiwanya Mas Tejo, Komisi Hak Asuh dan Hak Asasi Anak-Anak Jalanan di Kota Malang, yang menyampaikan kepada kita, bahwa jumlah anak-anak jalanan di kota-kota dihampir 27 propinsi hingga 33 propinsi yang terutama di 24 propinsi di Indonesia meningkat secara tajam, setiap tahunnya. Bagaimana Banyu Mas Manusia Kholifah dan Co-Creaternya Allah Sang Maha Hidup ini bisa keleleran, jam tanyang dan getayangnya seperti itu?. Bagaimana ruh~Spirit Air Udara Tubuh, Banyu Mas, Air Manusia ini, sungguh menjadi tantangan jaman dan persoalan pemasalahan nyata atas terobosan teknologi jaman masa kini dan masa depan, seperti yang dikokohkan oleh Budayawan Besar Dunia John Nasbit, “bahwa Penemuan-Penemuan Teknologi Canggih Masa Depan, Bukan pada Penemuan Teknis Teknologi, semua itu hanya turunan dan pengembangan Teknologi-Teknologi sebelumnya, namun sungguh justru terletak pada Pemahaman, Pengertian Siapa Sesungguhnya Diri Manusia itu.” Dalam hal ini Kita Spiritual Being Human Being inilah, yang merupakan Co-Creaternya Sang Penciptalah sesung-guhnya Sumber dan Sosok Teknologi Canggih Hebat masa Kini dan Masa Depan. Maka jalan intuitif, jalan meditasi, jalan tafakur jalan evaluasi jalan syukur peluang untuk kembali kita menemukan kebenaran, kesucian dan kemurnian dari ruh~Spirit Air Udara Tubuh “Banyu Mas” dalam diri kita. Dampak dari seluruh rangkaian meditasi adalah kesadaran (pencerahan, hingga Pencerahan Timur Raya). Kesadaran yang akan menggiring kita memahami dan memaknai akan tugas yang diemban kita sebagai co created Tuhan, tandas Pak Ucok (2012). MEDITASI yang Beliau pahami ”ME” adalah “ME-MAHAMI”, “DI” adalah “DIAM”, “TA”, adalah “Tafakur”, “Si”, adalah “Siap” MEMAHAMI Tujuan Meditasi “Banyu Mas”. Tujuan utama meditasi adalah menyelidik ke dalam diri. Menyelidik untuk memahami “AKU”nya “AKU”. Bagian terdalam dan terkecil dari keberadaan kita, dan itulah DNA, yang dapat diakses dengan upaya merendahkan frekuensi seluruh sel tubuh kita. Upaya inilah yang disebut meditasi. Dengan meditasi kita dapat menguak tabir informasi apa tujuan kita diciptakan, tugas apa yang kita embank, dan bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk dapat menyelesaikan apa yang menjadi tugas kita, tugas “Banyu Mas” ini. Oleh sebab itu, dengan meditasi, pulang untuk bersatu, menjadi bukan hak yang sulit, Tambah Pak Ucok (2012) DIAM, adalah syarat utama meditasi. Diam diartikan tidak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. DIAM untuk merenung adalah jalan menuju penyadaran akan makna sebuah kehidupan yang terus berputar tak pernah berhenti mencari terminal yang namanya kedamaian. Biarkan DIAM se sekali menguasai pikiran kita agar kita diberi pemahaman akan tujuan hidup. TAFAKUR adalah tunduk, menundukkan diri untuk menyadari bahwa kita adalah sesuatu yang harus tunduk sebelum ditundukkan. TAFAKUR dalam kesenyapan yang hening akan membawa kita pada kesadaran, bahwa banyak hal-hal baik, hal-hal bermanfaat, bukan saja bagi kita tetapi bagi kehidupan, yang belum sempat kita lakukan. Memang adakalanya kita lupa bahwa kita sedang diperjalankan untuk dibelajarkan, menuju pembelajaran akan majkna dari sebuah kehidupan. TAFAKUR adalah evaluasi dan rasa syukur. Dengan tafakur kita akan terus menerus bersyukur dengan apa yang telah diberikan kepada kita. Kita akan berterima kasih kepada jantung kita dan
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 9
seluruh organ tubuh kita yang menjalankan kita hidup, bersyukur atas BANYU MAS kita. Kita akan selalu merasakan rasa, dan menutup pintu pintu rasa yang menjadikan kita tidak pandai berterima kasih. Pandai berterima kasih pada sesama adalah awal kebijakan untuk pandai berterima kasih kepada pemberi Hidup dan Kehidupan. SIAP adalah penyerahan total, menjadikan seluruh hidup dan kehidupan adalah milikNya. Semua persoalan yang tidak mampu kita pecahkan menjadi persoalan Allah. Menyadari secara total bahwa dibalik apa yang kita lakukan adalah atas kehendak ALLAH semata. Dan kita harus siap menjalankan apa yang menjadi tugas kita, terlepas suka atau tidak suka. Maka disimpulkan oleh Beliau, “Rasamu itu adalah hartamu, tugasmu itu adalah kebahagiaanmu, pekerjaanmu itu adalah kegembiraanmu”. Semoga pemahaman Derajat Kualitas Kapasitas Banyu Mas dalam ruh~Spirit Air Udara Tubuh “Banyu Mas” Airlangga yang MEDITATif ini, membuka cakrawala kesadaran kita, dan bisa mengurangi jumlah anak-anak jalanan di jalanan seluruh Indonesia, seluruh nusantara dan seluruh bumi ini. V. Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Air Udara Tubuh MERPATI PUTIH * Unair Unit Kegiatan Kemahasiswaan Unair. Mahasiswa Pencak Silat Betako MERPATI PUTIH Unair, sejak 1988 – 1996, sampai sekarang. 1. Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening, Mencari Tepatnya Tindakan dengan Keheningan. 2. Manunggaling Endahing Roso Pikiran Ati Tumuju Ing Pangeran Udhinen Tatanan Ingkang Hinggil Hutomo Hagung. Menyatu utuh dalam Keindahan Rasa Pikiran Hati Menuju Tuhan Sang Pencipta sampai pada Tatanan dan Tataran yang Utama dan yang Agung. 3. Deling Kuning Kendel Eling Kandel Elinge Kukuh Nang Ning Nung. Berani dan Ingat Tebal Ingatnya Teguh Tenang Hening dan sungguh mampu merenung, bermeditasi, bersemedi, bertafakur sejati. Sebagaimana Satriya Pendekar Silat~Silaturahmi MERPATI PUTIH, rahasia energi dan kedahsyatan ilmu dan laku tindakannya sesuai kehendak alam dan Allah, adalah nafas. Pak Ucok sebagai Penulis Buku Meditasi, menyampaikan “….dalam berbagai upaya penulis menuju keadaan meditasi, adakalanya seolah penulis tak bernafas, akan tetapi sesungguhnya tetap bernafas bukan melalui hidung atau mulut, akan tetapi melalui kulit. Inilah nafas yang murni. Nafas yang udaranya telah tersaring oleh jaringan kulit. Sungguh aliran nafas sangat penting dalam menuju meditasi”. Maka dengan dasar-dasar olah senam pernafasan dan wawasan leluhur ilmu dan ngelmu MERPATI PUTIH di atas, sangat dimungkin oleh kita memahami imajinasi kreatif inovatif intuitif Prof. Ida Wayan Oka Granoka, Dr. Rubiana Soeboer Almarhum, Pak Ucok dan kawan-kawan lainnya, yang memang memasuki ranah perjalanan “pemburuan” jati diri, gaya hidup, sistem sosial, sistem hidup dan kehidupan yang berbasis ruh~Spirit Air Udara dan Tubuh, di semesta jagad yang sama. Maka mencari ruh~Spirit Air Udara Tubuh Airlangga dalam Nafas, dalam Aliran Nafas Hidup dan Kehidupan Merupakan Jalan Meditatif, sekaligus melalui Jalan Latihan Senam Pernafasan Nafas, Ilmu Ngelmu MERPATI PUTIH, nyata Penerapan Kesadaran demi Kesadaran, ruh~Spirit Air Udara Tubuh Airlangga dalam Nafas Udara dan Air, kembali di buktikan melalui Jalur Merpati Putih Unair dan Meditasi Pak Ucok. Dampak dari MEDITASI, Keheningan dari seluruh rangkaian meditasi dan keheningan adalah kesadaran (pencerahan). Kesadaran yang akan menggiring kita memahami an memaknai akan tugas yang diemban oleh setiap manusia, setiap anak cucu Prabu Airlangga, setiap manusia sivitas akademika, Universitas Airlangga Surabaya, sebagai Co Creatornya Tuhan, Khalifahnya Tuhan. Menjadi Menuju Tujuan Manusia Sesungguhnya menjadi Bijaksana, yang terbimbing ucapan, pikiran dan perbuatannya sesuai dengan kehendak alam. Dalam Ke~Excellence with Morality-annya, KeMasterannya di bidang Profesi Panggilan Hidupnya, Perjuang dan Pekerjaannya, Keahlian Personalnya dan Derajat Kapasitas Kualitas Kediriannya, setiap Manusia Sivitas Universitas Airlangga Surabaya, bisa menemukan landasan Excellence with Morality dalam ruh~Spirit Air Udara Eter Tubuh Prabu Airlangga dan Kedirian kita, dalam Totalitas Akal~Hati dan Rasanya, sebagai sebagai Co Creatornya Tuhan.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 10
VI. Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Air Udara Tubuh, Air “Manu” Manuhara Manunggaling Hara, Manusia Sastra “Aksara” Budaya Canggih. *Riset tentang Manuskrip Eyang Heru Cokro Harjuno 2003 dan Manohara Borobudur Study Centre 2011. Budaya dan Peradaban Langit sudah ada di Bhumi Pertiwi ini, sudah ada di AIR danau yang BENING, AIR telaga yang bermandikan BINTANG-REMBULAN, Menjadi Gerak, Gerakan~ Pergerakan “Rajawali Menggapai Rembulan”, Rajanya Para Wali Menggapai Rembulan dan Ternyata sudah ada di diri, “Tirta” kediriannya sendiri di “Tirta” Bhumi Pertiwinya sendiri. Semesta Langit dan Galaksi Angkasa Raya, sudah ada, sudah ONO di AIR sungai yang berkilau, di AIR di tengah-tengah samudera raya yang JERNIH BENING dan berkaca-kaca. Teknologi Langit sesungguh-nya sudah membumi di AIR Bumi dan menyatu dengan Budaya dan Peradaban AIR, Mahasurga Bumi, sebagaimana Eyang Sudono yang menemukan Kebenaran, Kesucian dan Kemurnian Air Telaga Borobudur, SemBORO Bumi DUR, sudah ONO, sudah ADA, Gusti Ono, Ono Gusti, Sosok Eyang Dewi Manuhara, Dewi “Dedikan Kawitane”, Manunggaling Hara. Manusia adalah Spiritual Being, yang sekaligus Human Being, Energi – Frekuensi – Bentuk – Ruang – Sifat dan Waktu dari Energi – Frekuensi Teknologi Budaya Langit, Budaya dan Peradaban Cahaya sudah menyatu, Manunggaling Hara, Manunggaling Rasa di dalam Kedirian AIR manapun, terlebih AIR yang BENING~BENAR~ MURNI~BERSIH~SUCI, AIR yang MenjuLANG GAgah seperti B.A.M.B.U itu sendiri, yang mampu Menjernihkan Air, Membeningkan Air, Mengorganikkan Air, Membersihkan Air, Menyediakan Air, Memberikan Air, Menyucikan Air dengan DELING KUNINGnya (Kendel Kandel Elingnya Marang Gusti Baguse Ati, Sejatinya B.A.M.B.U itu sendiri, dalam KUKUH dan KUat dalam Ning Hening, Meditasi TeNANG, heNING, mereNUNG, dalam Kesejatian, dalam Jati Dirinya, Karakter, Kepribadian, Temperamen dan Identitas Pring, Bambu, Deling itu sendiri). Maka nampak hubungan kuat antara Budaya dan Peradaban Air Sailendra, Candi Borobudur, Budaya Air Jalatunda, Airlangga, Budaya Hasta Brata di Kaki Gunung Arjuno, Eyang Harjuno Menerima Wahyu Kepemimpian Hasta Brata atau Kala Cakra Harjuno di Kebon Pring Indero Kilo, dan Budaya Hasta Borobudur. Namun sama dengan sosok Sastrawan dan Budayawan, Eyang Sosrokartono, Joko Pring dan Mandor Klungsu (dalam bahasa dan bahasan Jawa Kuno, Klungsu itu artinya Biji, Lembaga, Semen) yang menempuh Jalan Sastra yang kita menemukan peneguhannya di dalam tulisan seperti ini, “bahwa sudah waktunya semua manusia layak menyadari bahwa dunia sastra lah yang mampu mempunyai banyak manfaat dan merupakan makanan bagi ruh dan pemikiran bangsa. Sastra adalah pendidik terbesar bagi pancaindera (Inderaloka kita, panca air kita, karena indera artinya juga air, alat acknowledgement kita yang sangat luar biasa, yang sangat canggih dan layak dikenali, diasah dan digunatugaskan secara optimal potensi kreatif inovatif bijaksananya) adalah pendidik terbesar bagi pancaindera dan perasaan bangsa (Alman-faluthi, Mustafa Luthfi dan Asy-Syarif,Hasan, 1920), tambahnya “Sesungguhnya goresan pena penyair mempunyai pengaruh besar dan tempat di hati para pembacanya. Semua itu dikarenakan dasarnya adalah alam. Tulisannya juga mempunyai tempat yang sangat tinggi di dalam ilmu bahasa, terutama cara penyampaian-nya. Tulisannya mampu menyentuh perasaan, budi pekerti, adapt-istiadat, dan mengisahkan kejadian yang sebenarnya. Jenis tulisan seperti itu tidak mudah dicerna kecuali oleh mereka yang memiliki perasaan yang tulus, intuitif dan kecerdasan yang dinamis. Ia membutuhkan keahlian tersendiri. Maka menemukan dan membangun ruh~Spirit Air Udara Tubuh Airlangga dalam perjuangan penemuan dan pengupayakan Jatidiri sesungguhnya, kita bisa memahami maksud almarhum Eyang Heru Cokro Harjuno, menuliskan bahwa Manusia Nusantara, Manusia Arjuno, Manusia Airlangga Masa Depan, haruslah menuju dan menjadi Manusia Sastra “Aksara” Budaya Canggih, karena penjelasan Ida Wayan Oka Granoka, dalam tulisannya, 2000, Taksu dan Ekspresi Bali, Seni Hidup Menyong-song Masa Depan Surgawinya, “Apabila suatu pakem Ilmu Linguistik memandang, “Sastra adalah Mahkotanya Bahasa”, maka suatu pandangan (paradigma “ilmu Bali”) yang cerdas, arif dan kreaktif diharapkan dapat membangun citra: “Aksara adalah Mahkotanya Kebudayaan” itu sendiri”.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 11
Maka mengertilah kita Program Garba Datunya, Maha Bajra Sandhi, Group Musik Mistik Linguistiknya, Prof Ida Wayan Oka Granoka, yang bertemakan Menuju Puncak Kemegahan, sebagai Manusia Sastra “Akara” Budaya Canggih, maka sebagaimana Eyang Prabu Airlangga, manusia yang mengenal Jatidirinya, pasti juga mengenal Sastra Aksara Kata Kedirian dan Sastra Aksara Mahkota Kata Kebudayaannya. Sungguh luar biasa hebat kalimat Sastra Aksara Katanya Beliau, untuk Pengantar Program Garba Datu, Menuju Puncak Kemegahan (Senada dengan Sastra Aksara Kata AIR MenjuLANG meGAh, AIRLANGGA B.A.M.B.U itu sendiri). “Pada awal dari kalpa, gagasan penyebab pertama seperti yang dilakukannya sepanjang sebelumnya dan memantulkan alam semesta: pada setiap akhir dari masa yang tak terkira lamanya, penciptaan kembali pada prakrti, sebagai penyebab awal, dan pada awal kalpa berikutnya memunculkannya kembali. Guna pemenuh-an dari kebutuhan penciptaan yang tak terbatas, timbullah ledakan atom awal dari kekuatan sakti (energi), nada (suara), mahamaya (pengobjektifan) dan vycma (ether). Getaran suara yang transcendental dan yang tak terhancurkan (a-ksara) itu dikenal sebagai Sabda Brahman, Suara Tertinggi, atau Nada”. Maka kini pahamlah kita, bahwa penelusuran ruh~Spirit Air Udara Tubuh Airlangga dan jatidiri dalam Manusia Sastra Aksara Budaya Canggih menemukan Sang Sabda dalam diri kita sendiri, Sang Air Kehidupan dalam diri kita sendiri, menemukan Airlangga nya Airlangga di dalam diri kita sendiri. VII. Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Air Udara Tubuh, Air BATIK~KITAB Satriyo Pring. Air MenjuLANG GAgah dan meGAh adalah B.A.M.B.U itu sendiri, UNAIR Spirit Prabu Airlangga, juga UNAIR Spirit Bambu hingga UNAIR menjadi salah satu Penggagas~ Pejuang~Penggerak Budaya dan Pekerja Budaya NUSANTARA SPIRIT B.A.M.B.U dan B.A.M.B.U SPIRIT NUSANTARA. Mas Ferry Joyo Sentoso, Pendiri Padepokan ALAM BATIK, yang jika di Balik Sastra Aksara Katanya Menjadi KITAB MAJA, sungguh mengalami kemajuan besar-besar sejak BATIK~KITAB TALI SUKSMO-nya membangun frekuensi, resonansi, fibrasi dalam materi Doa Hening di Candi Borobudur, 21 Juni 2012, seiring dengan kelahiran Hasta Borobudur IX, sejak 7 tahun Beliau menggeluti BATIK, baru menyadari bahwa ketika Sastra Aksara Kata Mahkota Mandita, milik leluhur itu dibalik membacanya seperti membaca Al Quran, maka memunculkan kedahsyatan dan keluarbiasaan, Sastra Aksara Katanya menjadi KITAB. Bersamaan dengan hal tersebut tak lama kemudian, dalam lahir kelahirannya penemuan Intuitif Kreatif Inovastif Bijaksana tersebut, Beliau juga melahirkan BATIK~KITAB WAHYU TIRTO RAHAYU, BATIK~KITAB SATRIYO PRING, BATIK~ KITAB DARU PUSPITO TUNJUNG DRAJAT, yang semuanya di inspirasikan oleh dialog keheningan dan meditatif dengan Eyang Prabu Airlangga. Kepekaannya terbangun terasah teraktifkan oleh Aktivasi Chip Cahaya Kasih Menuju 12 Heliks oleh Pak Ucok, di bulan mei 2012, dan berkembang pesat setelah hijab selubung cahaya Candi Borobudur dibuka 21 Juni 21012 dan pinesti cahaya Candi Borobudur di mohonkan, 3 Juli 2012. Dialog dengan Eyang Prabu Airlangga semakin sering Beliau lakukan. Dimensi BATIK~KITAB ALAM BATIKnya maju pesat menuju Multidimensi BATIK~ KITAB ALAM BATIK yang sesungguhnya. Eyang Prabu Airlangga telah mengasahnya mendesign BATIK dan motif BATIK~KITAB SATRIYO PRING, Pejuang PRING yang luar biasa, perpaduan UNSUR B.A.M.B.U, AIR, UDARA, BIJI dan MANDALA nampak di motifnya. Semoga paparan ini bisa membuktikan bahwa Eyang Prabu Airlangga, sesungguhnya adalah Energi Spirit ruh~Spirit Air Udara Tubuh, yang mampu di akses ilmu budaya dan peradabannya, frekuensi yang masih terbuka bagi anak cucu, putra wayah yang bening, jernih, jiwanya. Sebagaimana Kitab Kebijaksanaan Salomo, berkata “ruh~Kebijaksanaan akan masuk dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, dari satu jiwa yang suci ke jiwa yang suci selanjutnya.” Sungguh fakta yang menarik dan sungguh paparan kemajuan budaya yang menantang, sungguh transformasi budaya nusantara yang sangat menggairahkan, melalui BATIK JAWA TIMUR BATIK GUNUNG ARJUNO, BATIK Airlangga yang sangat terbuka untuk di kaji dan diriset lebih
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 12
lanjut dan diikuti oleh semua elemen civitas akademika Universitas Airlangga, apalagi Beliau ternyata umurnya masih belia, baru berumur antara 30 – 40 tahun adanya. VIII. Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Api Udara Air Tubuh, Air Kepemimpinan Hasta Brata, Hasta Borobudur, Kala Cakra Harjuno. Unsur Air sebagai multidimensi untuk wawasan, energi dan multidimensi untuk resiko di dalam Ilmu ~ Ngelmu, I Ching dan Hasta Brata, Kala Cakra Harjuno dan Hasta Borobudur, sekaligus menguatkan Posisi wawasan, energi dan multidimensi dari Unsur Angin~Udara~Bayu sebagai Posisi Rahmat Anugerah, bagaimana Jalan Utama Angin 8 Penjuru, menjadi Jalan Angin Menembus, Jalan Angin Menembus, Jalan Penuh Rahmat, merupakan Jalan Selamat hingga Jalan Berhasil dan Beruntung di Dunia Akherat, Perniagaan Sejati Manusia Co-CreaterNya dengan Tuhan, KhalifahNya dengan Tuhan, dalam Martabat Tanggung Jawab Universal, sambil melakukan upaya mengupayakan Kualitas Hidup Menghidupi dan Kehidupan, Membaca dan Menulis Kitab Kehidupannya, menuju dan menjadi Manusia Bijaksana, Manusia Spiritual Being sekaligus Human Being ini, juga mengembangkan dan melakukan Tugas Amanahnya melangsungkan Peri Hidup, Menghidupi dan Kehidupan yang lestari, harmonis, selaras serasi dengan kehendak alam, menyatu terbimbing pikiran, ucapan dan perbuatannya sesuai dengan kehendak alam dan kehendak Sang Pencipta. Manusia sejak dahulu kala sudah menyadari betapa pentingnya peranan Air. Begitu berlimpah, begitu aneh perilakunya, begitu luar biasa dan begitu pentingnya air sehingga zat ini selalu membangkitkan rasa heran bercampur kagum, serta menggundang rasa ingin tahu yang mendalam (khas jiwa ilmuwan, peneliti, budayawan, penampak laku jalan spiritual dan para pejuang hidup dan kehidupan, serta pejuang bambu spirit nusantara dan nusantara spirit bambu). (Definisi Jiwa menurut kita adalah Totalitas Pemikiran Akal, Hati dan Rahsa kita). Manusia sendiri sebagai kantong air merupakan Kajian yang sungguh mengagumkan dan luar biasa. Maka wajarlah bisa muncul Sastra Bahasa dan Bahasan Manusia Airlangga dan Airlangga Manusia. Air telah membentuk peradaban manusia. Lihat saja pada jaman batu (Neolitikum), ketika manusia mulai belajar bercocok tanam dan menghuni lembah di sekitar empat sungai besar di dunia yang saling terpisah dengan jarak yang cukup berjauhan, yaitu Sungai Nil di Mesir, Sungai Eufrat Tigris di Mesopotania (Irak), Sungai Hindus di India dan Sungai Kuning di China. Keempat sungai besar inilah yang telah melahirkan peradaban besar di dunia, terutama dalam kaitannya dengan peradaban di bidang keairan. Bangsa mesir kuno dengan keterampilan teknik hidroliknya yang primitive telah memanfaatkan banjir sungai Nil secara menguntungkan. Terutama, tanggul dan waduk yang mereka bangun telah membantu mereka dalam menghemat air dan meningkatkan hasil panen. Senada dengan teknik hidrolik pengairan dan pertanian SUBAK di bali, peninggalan raja Udaya, ayahanda Prabu Airlangga, semestinya di sekitaran daerah mata air di Trawas Jalatunda, oleh Universitas Airlangga di kaji dan dikembangkan pertanian dan pengairan system teknik hidrolik yang sama. Bangsa mesir memiliki waduk terbesar yang dibangun 2500 tahun sebelum masehi dan merupakan salah satu keajaiban dunia. Begitu pula dengan Peradaban Mesopotania (Irak). Jelas tidak dapat dilepaskan dari banjir sungai Eufrat dan Tigris yang sering datang secara tiba-tiba, sebagaimana banjir di Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten-Kabupaten Rawan Banjir di Jawa Timur ini, apa peran dan saran para cendikiawan lulusan dan civitas akademika Universitas Airlangga dalam hal ini? Orang Mesopotania juga tidak hanya memikirkan pengendalian banjir dan pengelolaan pengairan untuk pertanian (irigasi). Tetapi juga pengadaan air di kota untuk konsumsi rumah tangga dan pembuatan jalan air untuk keperluan perhubungan. Salah satu peradaban besar dari bangsa Mesopotania, 750 tahun Sebelum Masehi, adalah sebuah talang besar untuk mengalirkan sungai ke padang gurun sehingga menjadi subur. Peradaban lain adalah Peradaban Hwang Ho (Sungai Kuning) di China Utara yang juga di bentuk oleh Budaya Air. Peradaban yang berkembang di sepanjang sungai Kuning di warnai oleh Karakter Sungai Kuning yang cepat berubah-ubah. Setiap tahunnya, selama beberapa bulan sungai tersebut tidak dapat dilayari, selain karena membeku juga karena tersumbat oleh es terapung di bagian hilirnya. Salah satu system terusan zaman purba yang paling luas dan rumit juga
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 13
dikembangkan oleh bangsa China. Terusan Agung itu melintas dari Beijing ke Hangchow di Sungai Tsientang dengan panjang lebih dari 1.600 km. Demikian pula di Nusantara, Budaya Sailendra abad VII ( yang merupakan leluhur Empu Sendok, dasar-dasar Kerajaan di Jawa Timur, termasuk Kerajaan Prabu Airlangga), dengan bangunan Borobudurnya, tidak lepas dari teknologi pengelolaan air sungai. Bukti menunjukkkan bahwa Borobudur dibangun dari batu-batu diambil dari sungai Progo. Sungai Bogowonto yang berasal dari letusan Gunung Merapi maupun gunung-gunung di Jawa Tengah. Sungai atau lebih tepat air telah membentuk Budaya Dinasti Syailendra. Untuk mendukung riset ini, kita bersama Team Cahaya Kasih Aktivasi 12 Helisk DNA, juga telah melakukan penelusuran Budaya Air Dinasti Sailendra memang terbukti benar adanya baik di Candi Borobudur, Candi Selo Griyo, maupun Candi Boko, dekat Candi Prambanan, Solo Jawa Tengah. Dalam kisah Ramayana ada suatu peristiwa yang tidak bisa dilupakan, bahkan merupakan puncak kisah Ramayana itu sendiri. Kisah itu adalah ketika Prabu Ramawijaya setelah perang selesai memanggil Raden Gunawan Wibisana untuk selain dinobatkan menjadi raja baru di Alengka atau Negara Singgelapura juga di beri perintah untuk menjunjung tinggi HASTA BRATA (Delapan Watak Kepemimpinan). Pemberian amanah Hasta Brata ini disaksikan oleh Dewi Sinta, Raden Lesmana, Prabu Sugriwa, Raden Anoman, Raden Anggada, dan Semar. Kepemimpinan berwatak Air, Tirta, Banyu, Her, Toya, Warih, serta Kepemimpinan berwatak Udara (Angin) adalah salah keduanya, sungguh luar biasa Pertemuan Banyu Tuk Pitu(lungan) Pertemuan Tujuan dan Maksud Luhur Menggali Keluhuran dan Nilai-Nilai Kepemimpinan dan Watak Prabu Airlangga untuk Masa Kini dan Masa Depan Identitas dan Jati Diri Karakter Manusia Civitas Akademika Universitas Airlangga Surabaya dan Banyu Tuk Sanga (Sembilan Teknologi Peradaban Manusia Sastra Budaya Canggih yang lahir dalam Kajian dan Telaah Air Air Air Identitas dan Jati Diri Prabu Airlangga ini). Napak tilas riset budaya dan kebudayaan sistem teknik hidrolik, masyarakat hidrolik sistem dari seluruh dunia, borobudur, bali dan gunung arjuno, ternyata menemukan titik temunya, titik frekuensi, titik resonansi, titik fibrasi, ruang dan waktu, bentuk dan sifatnya dalam materi pendidikan dan pelatihan kurikulum Hasta Brata atau Kala Cakra Harjuno dan I Ching, yang kita padusatukankan, sinergis inovatif kreatifkan menjadi Alat Budaya dan Kebudayaan, Alat Kepemimpinan Masa Kini dan Masa Depan, Kartu Anasir 8 X 8 Unsur Kepemimpinan Menjadi 64 Kartu Hasta Borobudur 9. Ruh~Spirit Api Air Udara Tubuh dalam Hasta Borobudur lahir sepanjang selama semenjak terjadinya perjalanan kajian dan wawasan budaya dan kebudayaan, Gerak Gerakan Pergerakan Pekerja Budaya dan Penggiat Budaya dalam Doa Hening Semesta, berlandaskan berdasarkan informasi Prof. Damardjati atas Surat Wasiat dan Saran Wangsit dan Amanah dari Eyang Sosrokartono, Sang Joko Pring, Sang Mandor Klungsu yang wafat tahun 1976 dan di buka surat wasiatnya setelah 20 tahun kemudian, tahun 1996, yang baru terealisasi tgl 21 Juni 2012, untuk menggali dan mengakses “Rahasia di balik Candi Borobudur untuk Nusantara Masa Depan”. Dengan seluruh perwakilan elemen masyarakat di dalam maupun di luar negeri, sebanyak 21 manusia perwakilan, jumlah yang tidak direncanakan dan dipersiapkan sebanyak 21 orang, serta pada waktu dan jam yang sama, pukul 21 malam tanggal 21 06 20 12, dalam Jaringan Doa Hening Semesta, seluruh Jawa, Nusantara dan Belahan Bumi manapun, yang sedang melakukan aktivitas yang sama, dengan Niat Ingsun, membuka selubung hijab Kemurnian Energi Spirit Frekuensi Peradaban Luhur di balik Candi Borobudur, Candi Borobudur sebagai Poros Jawadwipa dan Nusantara, dalam menemukan Kekuatan Kemurnian dan Kesejatian Martabat Tanggung Jawab Universal, pada 21 Juni 2012, di lanjutkan Doa Kepastian Pinestinya Pinesti dalam Korelasi dan Sinkronasi dengan Peradaban Sailendra Sailendranya di dalam Peradaban Luhur di Candi Borobudur, pada 3 Juli 2012, dan di lanjutkan Perjalanan Menyambungkan dan Mensinergikan Petunjuk Petunjuknya dari Semesta untuk akses Materi Cahaya Multicahaya dalam Bahasa dan Bahasan Aksara Mahkota Mandita, Gerakan Trasformasi Budaya Nusantara dan Revolusi Spiritual menggunakan Kekuatan Aksara, bertepatan dengan Hari Aksara Internasional, tgl 8 September 2012, akhirnya kita memiliki kesempatan dan berdialog dengan media Chanelling dengan Leluhur dan diberi kesadaran bahwa kita semua sudah memiliki Potensi Chip Cahaya Kasih, DNA Multidimensi, yang memiliki
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 14
sistem perpustakaan, sistem informasi dan ilmu~ pengetahuan yang disematkan dalam symbol bunga teratai di kepala kita, bunga teratai melambangkan kedirian yang selalu di atas air, di atas persoalan dan di atas masalah air hidup dan kehidupan tidak pernah larut dan tetap memberikan bunga dan keharuman keindahannya di atas air, di kolam atau di danau, sungai, sawah lumpur yang kotor sekalipun, maka kita semua masing-masing memegang Amanah Teratai Sailendra, Amanah Ruh Borobudur, Amanah Ruh Airlangga, Amanah Ruh Peradaban Air, Amanah Ruh Kepemimpinan Air, yang memang layak diujilantak-kan, diuji ejawantahkan, digosok di batu karang hidup dan kehidupan, dimurnikan di dalam air laut kerasnya samudera jam jaman, det detak detik jantung nit need meneed niat keinginan atas selesainya Amanah dan Martabat Tanggung Jawab Universal sebagai WakilNya, Co-CreaterNya di muka bhumi ini, KhalifahNya di Bhumi Nusantara ini. IX. Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Api Air Tubuh Pencerahan Timur Raya (dari ruh~Spirit Api Merdeka menuju ruh~Spirit Api Mahardika, dari ruh~Spirit Api Renaisans ke ruh~Spirit Api Prabhasant) Bambu Spirit Nusantara dan Nusantara Spirit Bambu, bagaimana manusia Airlangga, Manusia Nusantara Menghebatkan Bambu, dan Bambu Menghebatkan Manusia Airlangga, Bambu menghebatkan Manusia Nusantara, maka memperjuangkan kebutuhan dan peran serta Bambu ini sungguh membutuhkan Spirit Api yang di dalam ruh~Spirit Api Merdeka menuju ruh~Spirit Api Mahardika, dari ruh~Spirit Api Renaisans ke ruh~Spirit Api Prabhasant , Spirit Air dan Spirit Udara, Spirit Tubuh dalam Jangka Pendek– Jangka Menengah dan Jangka Panjang, misalnya bagimana bambu dan pengrajin dari Sleman, Bali dan Malang, menghebatkan Sleman, Bali dan Malang dan Nusantara dengan Bambu, juga Bambu Spirit Borobudur dan Borobudur Spirit Bambu, Gunung Arjuno Spirit Bambu dan Bambu Spirit Gunung Arjuno, Bali Spirit Bambu dan Bambu Spirit Bali, Airlangga Spirit Bambu dan Bambu Spirit Airlangga, Unair Spirit Bambu dan Bambu Spirit Unair (Excellence with Morality) Senada dalam pengertian Makna dan Hakikat Jatidiri, dalam buku Excellence with Morality. “Konsep dan pengertian tentang jati diri disadari berada dalam posisi multi-interpretable (interpretasi ganda). Tentu setiap ilmuwan akan memberikan pengertian yang berbeda-beda. Dalam kesempatan ini jati diri diberi pengertian sebagai cerminan “roh Tuhan” (nur-Illahi), yang ada di dalam hati atau diri manusia. Karena jatidiri manusia dianggap sebagai cerminan roh-Tuhan maka tentu jatidiri manusia akan memiliki sifat, bentuk, ruang, waktu, karakter dan kepribadian yang baik, mulia dan sempurna, jika hati manusia bersedia menjadi terbuka dan bersih. Jatidiri manusia memiliki dua fungsi imperative (bersifat memenuhi subyeknya) yaitu memerintah subyeknya berbuat yang baik dan benar, sekaligus melarang subyeknya untuk berbuat tidak baik dan tidak benar. Kedudukan jatidiri manusia adalah paling dalam dari hati atau diri manusia, yang dilingkupi lapisan luarnya seperti (i) lapisan karakter, (ii) lapisan kepribadian, (iii) lapisan temperamen dan (iv)lapisan identitas. Dari jatidiri tersebut lalu dipancarkan sifat dan kualitas diri menuju karakter, kepribadian, temperamen dan identitas. Dari jatidiri manusia tersebut akan memancar sifat dan kualitas yang dapat merasuk atau meresapi religiusitas dan spiritulitas, moralitas, dan eksistensi manusia lainnya termasuk meresapi nilai ilmu pengetahuan dan teknologi. Istilah jatidiri (bahasa Jawa Kuno) yang terdiri dari dua kata yaitu jati berarti yang sesungguhnya merupakan realitas dan diri berartti tubuh manusia. Jatidiri bermakna sebagai tubuh manusia yang sesungguhnya. Istilah jatidiri telah digunakan oleh Prabu Airlangga pada abad ke 11 Masehi (Sloka Pertma dari Kitab Arjunowiwaha karangan Mpu Kanwa). Beliau menyatakan bahwa manusia yang terbaik adalah manusia yang memiliki jatidiri. Adanya lima alinea di atas dari petikan materi luar biasa di Buku Unair Excellence with Morality, menghantar kita pada wawasan senada, perburuan seorang Ida Wayan Granoka, dalam Buku Memori Bajra Sandhi, Perburuan ke Pranajiwa, 1998. yang tulis menulisnya dipersembahkan kepada mereka yang telah ikhlas dan sepenuh hati (las carya) mengabdi kepada KebenaranKesucian-Keindahan dan Sang Pemersatu juga Kehadapan “Pemburu” di seluruh jagat.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 15
“Kondisi jaman sangat menantang jiwa seorang Ida Wayan Granoka, dan tak dapat membiarkan apabila para pengemong budaya tetap menjaga dan menjunung tinggi suportivitas, BALI sebagai sebuah jatidiri: dalam dimensi hidup tiga wisesa, satyam, siwam, sundaram (kebenaran, kesucian, keindahan), dengan toleransi puncak (bhinneka tunggal ika tanhana dharma mangruwa, berbeda itu, satu itu, tak ada kebenaran mendua), dan symbol sucinya aksara Bali luih suksma, angebek ring buwana agung muang alit (aksara Bali sangat menyukma memenuhi ruang semesta jagat raya dan jagat kecil). Eksperimentasi ini pun tergerak kea rah mekaran ranah baru pakem anyar, Imen-Imen Pulina Bali yang diharapkan cukup representative menuangkan abstraksi pemikiran yang menyeluruh serta membuat manusia lebih berbudaya (holistic). Itulah isi renungan kerja seni ini sebagai permasalahan baru yang mengemuka dalam ikut memberi makna pada pembinaan yang urgensinya sangat relan dengan strategi dan daya pemertahanan budaya integral yang adhi-luhung”. Maka Beliau sungguh menginspirasikan kita dengan penawaran hebat, Paradigma “Titik Balik” PaBali. Dengan pencanangan paradigma “titik balik” PaBali – memandang dunia dari perspektif Bali masa depan Mahasurgawi – program mahkota mendorong intensitas penciptaan mandala-mandala pembaharuan yang dapat dikelompokkan atas tiga kategori desa-pulau-negeri : 1. Desa adistana, Permata desa “adistana”, desa yang terlahir kembali (BigVision), merepresentasikan kekuatan cipta adikodrati, membuka wacana baru dialog global: Adistana versus Adikuasa, dialog puncak zama, menuju persahabatan supradunia. 2. Pulau Mahasurgabumi. Matahari baru yang terbit dari pelupuk timur negeri (senada dengan lagu hymne Airlangga, yang dikumandangkan oleh para wisudawan, dan puncak-puncak acara civitas akademika Unair) Prabhaswara Timur Raya (PsTR), memunculkan model refilosofi kebudayaan, proses-proses berpikir histories dari positivism eke konstruksivisme, sisi terang konvergensi dari semua-semuanya. Dekontruksi ilmiah (tesis), humaniora (antitesis), hermeniutik (sintesis), paradigma holografis pencarain bahasa menuju sempurna. Pembalikan arah supremasi Barat dari Renaisans ke Prabhasant (Prabaswarajnana Santasmerti, Pencerahan Timur Raya). “Ruh Kampus” yang terberkati dalam persenyawaannya pada mahligai teratai universiter di Pulau Surga Bali, senada seirama sefrekuensi dengan semangat Hymne Airlangga kita semua. 3. Negeri Revolusi Moral. Pencitraan emas mahkota tujuh abad “Bhinneka Tunggal Ika “ Indonesia Merdeka Mahardika (IMM). Yakni sesuatu yang harus dicapai oleh bangsa ini, ruh~Spirit Api Merdeka menuju ruh~Spirit Api Mahardika, dari ruh~Spirit Api Renaisans ke ruh~Spirit Api Prabhasant. Pasca merdeka semestinya mahardika, bermartabat (senada dengan Piagam Martabat Tanggung Jawab Universal di Candi Borobudur, 21 Juni 2012) dan berjiwa mulia (senada dengan Penyematan Bunga Teratai di Candi Selo Griyo, 8 September 2012, Hari Aksara Internasional dan di Candi Borobudur pada tanggal yang sama). Jiwa adalah pusat moral, Revolusi moralitas negeri merefleksikan semangat posterior sinkretisme yang agung. Membuka lembaran baru peradaban masa depan, titian intan permata negeri untuk generasi anyar, pakem anyar, cara baru, pembaharuan jaman Abad -21. Sekarang! Dalam Pemburuan Jiwa Buana-nya, Prof Ida Wayan Oka Granoka, sampai juga pada Mahakarya Bukunya, Reinkarnasi Budaya, 2007 dalam Program Mahkota Garbha Dhatu Swambhu Lingga Kundalini Menuju Puncak Kemegahannya, 2000-2020. merupakan Manifestasi dari Dorongan Kuat untuk Bereinkarnasi di dalam Tubuh Kebudayaan yang Berbhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangruwa. Sebagai persembahan memuliakan desa, pulau, negeri dan jagat guru. Menuju Titik Balik, Pa-Bali memandang dunia dari perspektif Bali masa depan, Mahasurgawi. Desa, dijadikan kota satelit suci tempat pengembangan Budaya Adicita, Adistana, Menuju persahabatan supradunia, AM-Bajra Bumi Mahasamaya. Upaya-upaya seperti di atas dimaksudkan menjalin hubungan kerja sama sinergi tinggi (jejaring kerja budaya, penggiat budaya dan pekerja budaya) menyatukan visi kemurnian dan pembaharuan Prabaswarajnana. Suatu Era Kebangkitan Timur Raya, yang mengemban misi “KASIH” dan “PENYELAMATAN ATAS DUNIA”. Nimittani nganurunarupa manusia, tan sangkeng bhawacakra tan winidhing titaha pituwi sapa hetuka, sih kwing hyang karunangku ring bhawana, kita turun menjadi manusia bukan karena perputaran penjelmaan bukan karena dititah oleh kodrat
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 16
apalagi (tidak) karena kutuk, kasihku kepada dewa-dewa dan sayangku kepada dunia (“Mustika Raja Pustaka”, Sutasoma). …… Sebuah hulu sedang bergerak menuju pusar, Sang Dewi bergerak kearah Purusha, Fisika ke Metafisika, Linguistik ke Metalinguistik. …… X. Definisi Ulang “Apa Arti Cerdas” sebagai Kumparan Persahabatan Untuk Materi Hebat Unair Kita, Excellence With Morality, Mutiara Jatidiri Universitas Airlangga & Identitas Kebangsaan. Paparan ini sepenuhnya disampaikan oleh Tulisan Prof Ida Wayan Oka Granoka dalam bukunya, Reinkarnasi Budaya, 2007. Apa esensi pemikiran kecerdasan dan mahkota kesadaran itu? Menurut hemat saya, MAHKOTA KESADARAN – di dalam bahasa Weda Puja disebut Mahkota Mandita (lihat petikan underline style di atas!) – merupakan representasi puncak dari seluruh kapasitas kemampuan kompetensi sinergi pemikiran-kecerdasan-kesadaran manusia. Dengan demikian ia adalah realitas kesadaran tinggi itu. Brahmana atau pendeta mempresentasikan kesadaran puncak itu. (Bukankah Prabu Airlangga, pada akhirnya juga seorang Pertapan, seorang Pendeta dari Kaum Satriya dan Kaum Brahman) Di dalam format “bahasa bijaksana: saptajadma–saptasamadhi” ada disebutkan tujuh stadium (keaspekan) kesadaran manusia: Manusia Satu adalah “Nada/Musik” yaitu getaran nada penciptaan abadi (nada itulah jiwa dan jiwa itulah musik, kecerdasan yang paling purba, intuitif-pribadi); Manusia Dua adalah “Sastra/Tarian Ilmu” yaitu getaran kesadaran yang menari-nari di atas jurang menembus kegelapan meluas dan semakin mendalam dan meninggi (dengan repertoar tumbuhnya kecerdasan linguistic dan matematik, metamood-metakognisi); Manusia Tiga sampai Lima adalah bentuk kasih sayang dalam lingkungan sesame manusia, antar insane dan makhluk hidup, menuju kesemestaan dan kemurnian kasihnya (purity-genuineness); Manusia Enam realisasi jati diri (self-realization) dan akhirnya Manusia Tujuh “pemerdekaan” Jiwa Mahardika (supreme-liberation). Betapa Mahkota Kecerdasan dan atau Kesadaran Tinggi itu berfungsi memberi perlindungan pengutamaan terhadap penutrisian jiwa-jiwa kreatif pemerdekaaan, yang sadar akan “Diri”, sadar akan “Pembebasan Diri”, dan sadar akan tujuan tertinggi, penyatuan tertinggi, Yang Maha, untuk suatu “Pembebasan Semesta”. Pemikiran-pemikiran teoritis evolusioner telah mem-berikan konklusinya bahwa “manusia” adalah MAHKOTA, puncak skema evolusioner dari seluruh keberadaaan ini. Akal budi mahkotanya manusia (Einstein), sastra mahkotanya bahasa (Linguistik), aksara mahkotanya budaya (Granoka). Sekelompok teoritikus kepeloporan intelektual Gardner – yang pada tahun-tahun terakhir ini jumlahnya semakin banyak – memberi pendefinisian ulang “apa arti cerdas” itu. Mereka sampai pada kesimpulan-kesimpulan serupa, bahwa konsep-konsep lama tentang IQ hanya berkisar di kecakapan linguistik dan matematik yang sempit, dan bahwa keberhasilan meraih angka tinggi pada tes IQ paling-paling hanya menjadi ramalan sukses di kelas atau sebagai professor, tetapi semakin lama semakin melenceng seriring dengan jalur kehidupan yang semakin berbeda dari dunia akademik. Ahli-ahli psikologi ini telah menganut pandangan kecerdasan yang lebih luas, berusaha menemukan kembali dalam kerangka apa yang dibutuhkan manusia untuk meraih sukses dalam hidup dan kehidupannya. Dan jalur penelitian tersebut menuntun kembali pada pemahaman betapa pentingnya “kecerdasan” pribadi” atau kecerdasan emosional. Terutama kecerdasan pribadi menghasilkan pikiran intuitif dan akal sehat. Nah, karena itulah Mahkota Kesadaran perlu ditegakkan berdiri agung di atas menata kebudayaan universitas. Dengan demikian Unud, sekarang Unair, universitas perintis di pulau misteri dewata ini, di pulau gunung arjuno, Jawa Timur ini, menjadi lebih beradat sekaligus bermartabat di mata dunia seiring dengan jalur hidup dan kehidupan yang menganut pandangan kecerdasan yang lebih bijaksana, kecerdasan yang lebih luas dan tidak melenceng, dengan kehendak alam dan kehendak Sang Pencipta. XI. Bahasa (dalam Bahasan) Menuju Sempurna
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 17
Kembali Prof Ida Wayan Oka Granoka, menohok tepat di jantung kesadaran utama kita, esensi pengkajian ruh~Spirit Api Udara Tubuh Airlangga dan Jati Diri Universitas Airlangga dan Identitas Kebangsaan ini, sungguh merupakan persoalan bahasa dan bahasan yang menuju kepada tujuan semua disiplin kedirian ini dilakukan dan dilangsungkan. Sebagaimana yang beliau tuliskan, merupakan Usaha Memunculkan Kembali Situs Purba Bahasa Intuitif Mistis Musik Linguistik untuk Pencapaian Ultima Sempurna, sebuah pendekatan Holistik Transformatif Ekologis Bahasa (dalam bahasa dan bahasaan Ibu Dr. Rubiana Soeboer adalah Bahasa dan Bahasan Sistem Cahaya, Sistem Informasi Keluarga Cahaya, dalam bahasa dan bahasan Pak Ucok, adalah menuju Aktivasi Chip Cahata Kasih, DNA 12 Heliks) XII. Kesimpulan Maka dalam upaya-upaya intergral, sinergi kebenaran-kesucian-kemurnian sejati ini, selalin kita mampu menemukan benang merah, seni budaya, kesehatan dan pendidikan, kita juga mampu menemukan benang merah, antara nilai dan makna geografis, ekologis, filosofis, strategis, taktis, teknis hingga bisnis, teknologis sesungguhnya. Maka kajian dan telaah diatas alangkah baik dan bijaksananya jika dibumikan diwujudkan dalam beberapa Program dan Projek Mahkota Utama Mandita : 1. Gerak Gerakan Pergerakan Kajian Jatidiri dan Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Api Air Tubuh Pencerahan Timur Raya, dalam ruang dan raung waktu Transformasi Budaya Nusantara, peran sejati Civitas Akademika Universitas Airlangga bersama Universitas Udayana Denpasar Bali dalam Gerak Gerakan Pergerakan Kajian Reinkarnasi dan Transformasi Budaya Maha Bajra Sandi Musik Mistik Linguistik. 2. Gerak Gerakan Pergerakan Penghijauan Perlindungan Mata Air, Pertama Air dan Permata Air, bisa juga dalam wilayah geografis bertahap, Permata Arjuno, Permata Bromo, Permata Semeru, dll. 3. Gerak Gerakan Pergerakan Program Banyu Bambu Bayu, dalam Budaya Air Mandala Borobudur, Budaya Air Mandala Bali, Budaya Air Mandala Madura, Budyaa Air Mandala Arjuno. Dalam Bambu Spirit Nusantara dan Nusantara Spirit Bambu, melalui Pembentukan dan Fasilitator Budaya Air dan Budaya Bambu Airlangga. 4. Gerak Gerakan Pergerakan Program RUBAH TABAH Rumah Budaya Herbal dan Taman Budaya Herbal Nusantara, Budaya Budaya Herbal Airlangga, dan Jalatunda dalam Ruh Airlangga dalam ruh~Spirit Api Air Tubuh Pencerahan Timur Raya. Demikian Tulisan Ini Selesai dikerjakan, sangat membutuh-kan masukan dan penambahan, melengkapi, menyempurnakan sebagai persembahan karya budaya dan kebudayaan demi Almamater Unair, Bangsa dan Negara, Nusantara dan Alam Semesta Raya, suwun Purwosari, 4 Oktober 2012 XIII. Daftar Pustaka Almanfaluthi, Mustafa Luthfi dan Asy-Syarif,Hasan, 1920. Rembulan Merah, Idola Qta, Yogyakarta. Marciniak, Barbara, 1992. Terjemahan, Rubiana Soeboer, Sang Pembawa Cahaya, Pengajaran dari Pleiadian, Jakarta. Rosen, David, 1996. The Tao of Jung, The Way of Integrity, Penguin Group, USA. Ida Wayan Oka, 1997. Memori Bajra Sandhi, Perburuan Ke Prana Jiwa, Perburuan Seorang Ida Wayan Granoka, Denpasar Bali. Ida Wayan Oka, 2000. “Taksu dan Ekspresi Bali, Seni Hidup Menyongsong Masa Depan Surgawinya, Majalah Sundaram”, No 002, Jurnal Bajra Sandi Estetika~Eksploratik~Religius. Gitosardjono. S.S, 2005. Sistem Manajemen Pendidikan Berdasarkan Falsafah Air Jernih, PT. Tema Baru, Jakarta. Boelaars, Huub J.W.M, 2005, Indonesianisasi, Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia, Kanisius, Yogyakarta. Ida Wayan Oka, 2007. Reinkarnasi Budaya. Pa-Bali, Titik Balik Memandang dunia Perpektif Bali Masa Depan, Denpasar: Mabhakti Gourdrian T. dan C.Hooykaas.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 18
Warren, Rick, 2007. The Purpose Driven Life, Kehidupan Digerakkan oleh Tujuan, Gandum Mas, Jawa Timur. Sujana, I Nyoman Naya, 2010. Excellence with Morality. Mutiara Jatidiri Universitas Airlangga & Identitas Kebangsaan, Bayu Media, Malang. Putra, Ida Bagus Rai, 2012. Parama Dharma Dharmayatra, Dang Hyang Nirartha, Dharmopadesa. Khairuddin, Ucok, 2012. Membaca dan Menulis Kita Kehidupan, Team Cahaya Kasih Aktivasi 12 Heliks, Jakarta. Khairuddin, Ucok, 2012. Meditasi, Kontemplasi atau Konsentrasi, Team Cahaya Kasih Aktivasi 12 Heliks, Jakarta. Khairuddin, Ucok, 2012. Kampung Spirit Bambu, Tempat Pelatihan Sehat Fisik Cerdas Spiritual Menuju Berfikir, Berucap dan Berbuat Sesuai dengan Kehendak Alam. Team Cahaya Kasih Aktivasi 12 Heliks, Jakarta. Khairuddin, Ucok, 2012, Cahaya Kasih Menuju DNA 12 Heliks, Team Cahaya Kasih Aktivasi 12 Heliks, Jakarta. XIV. Biodata Penulis Guntur Bisowarno, S.Si., Apt 1. Alumni Fakultas Farmasi – Apoteker Universitas Airlangga Thn 1996. Angkatan 88, Aktivis Lintas Ilmu~Lintas Kampus ~Lintas Agama~Lintas Bidang Aktivitas selama 8 tahun, Hidup dan Menghidupi Kawah Candradimuka Kampus Universitas Airlangga di tahun-tahun istimewa tersebut. Kharisma kampus Universitas Airlangga dalam alam perjuangan dan kebangkitan reformasi bangsa dilanjutkan dengan sadar oleh pelakunya sendiri sampai hari ini dan disarankan oleh salah satu “wanita sastra” pimpinan perguruan tinggi di jajaran rektorat Universitas Widya Mandala pada saat itu, untuk menerapkan pola pendampingan dan pendidikan kemahasiswaan yang ada di Kampus Unair, dengan menjadi Dosen Farmasi Jurusan Biologi Farmasi, di Fakultas Farmasi Universitas Widya Mandala, dengan mendampingi mahasiswa yang ada di seluruh fakultas dan himpunan mahasiswa jurusan di kampus tersebut, baik formal maupun informal dalam Pola Penerapan Pendampingan Seluruh Aktivis Mahasiswa Lintas Ilmu~Lintas Fakultas~Lintas Profesi~Lintas Kampus~Lintas Budaya~Lintas Bahasa ~Lintas Agama~Lintas Negara~Lintas Aktivitas selama 5 tahun sepuluh bulan dari Agustus Tahun 1996 – Juni Tahun 2003, Gerak Gerakan Pergerakan Kharisma, Mengasah Nurani-Memurnikan Aksi-Menggali Kasih Multidimensi ~ Multifungsi~ Multi Chemistry dalam Komposisi Persenyawaan Hidup, Mandala Hidup dan Kehidupan, “Synchronicity is the acausal principle behind a meaningful coincidence” (Jung. C. G. Forword to The I Ching, p.xxvii.) 2. Penyembuh dan Terapis Multidimensi, dengan Sentuhan Jari NaLaRa “Nata Lakune Rahsa” Master Keahlian Kualitas Kedirian ~ Kualitas Personal Alat Perjuangan Kedirian dan Keseharian Hidup dan Kehidupan, Tahun 2003- sekarang. 3. Ketua Yayasan Tani Nasional Indonesia, JAMU “Bejane Ketemu”. Tanpa Bambu Tidak Ada Air, Tanpa Air Tidak Ada Pertanian, Tak Ada Herbal, Tak Ada Jamu, Tak Ada Kehutanan, Tak Ada Perkebunan, Tak Ada Peternakan, Tak Ada Perikanan, Tak Ada Budaya, Tak Ada Peradaban, maka maraklah Kekerasan-Kelaparan-Kebodohan menjadi Merajalela, Gerak Gerakan Pergerakan PERTAMA AIR, PER MATA AIR. Jus Wortel SEHAT MATAKU PER MATA. (www.indocreativemywapblog. com), Tahun 2009 – sekarang. 4. Ketua RUBAH (Rumah Budaya Herbal) TABAH (Taman Budaya Herbal) NUSANTARA. Budaya adalah Penjaga Hidup dan Kehidupan. Budaya Borobudur adalah Budaya Air, Mandala Taman Sari Dunia dan Mandala Taman Sari Borobudur, serta Mandala Taman Sari Arjuno, BromoTengger, Semeru adalah Mandala Taman Sari Jawa Timur. (www.indocreative-mywapblog.com), tahun 2012 – sekarang. 5. Penggagas, Pejuang dan Penggerak Budaya dan Pekerja Budaya PIAGAM BOROBUDUR, Dignity of Universal Responsibility, Martabat Tanggung Jawab Universal, menuju Transformasi Budaya Nusantara, Pencerahan Timur Raya, 21 Juni 2012 – sekarang.
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 19
6. Penemu alat budaya dan kebudayaan, alat pembentukan ilmu dan ngelmu karakter, alat Kepemimpinan Masa Kini dan Masa Depan, HASTA BOROBUDUR IX, 21 Juni 2012 – Guntur Bisowarno facebookers - sekarang. 7. Ketua Litbang Pengembangan Spirit Filosofi dan Produk Batik Pewarna Karakter Alami Padepokan ALAM BATIK Pasuruan. BATIK~ KITAB * Risalah Budaya Adi Luhur. BATIK~KITAB SATRIYO PRING – BATIK~KITAB WAHYU TIRTO RAHAYU – BATIK~KITAB TALI SUKSMO –3 Juli 2012, Guntur Bisowarno facebookers – sekarang. 8. Kepala Produsen Kursi –Ranjang Bambu Penyembuhan Multidimensi Limas Segi 8 dalam Program KAMPUNG SPIRIT BAMBU, Selamat, Teguh Santoso, Sehat~Rejeki~Ilmu (SRI), Bambu Berhasil~Beruntung. Tempat Pelatihan Sehat Cerdas Spiritual Menuju BERFIKIR, BERUCAP dan BERBUAT sesuai dengan kehendak alam, 20 September 2012 – sekarang. 9. Pejuang, Aktivis, Penggerak Budaya dan Pekerja Budaya Nusantara Spirit Bambu dan Bambu Spirit Nusantara, Program dan Projek yang Menandaskan Fundamental Hulu mampu Memimpin Fundamental Hilir, dan Fundamental Hilir menjadi lebih bijaksana, sinergis selaras serasi harmonis dengan Fundamental Hulu, 20 September 2012 – sekarang. ***
http://madib.blog.unair.ac.id/philosophy/ruh-spirit-prabu-airlangga/ 20