Volume 12 No 1 Mei 2015
ISSN : 0216 - 7484
Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta Penanggung Jawab Dr. Etin Solihatin, M.Pd Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Pemimpin Redaksi Dra. Desfrina Sekretaris Redaksi Drs. Sri Kuswantono, M.Si Dewan Redaksi Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si Sekretariat Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd, Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna Terbit (Mei dan Oktober)
Alamat Redaksi Gedung LPM UNJ Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur Telp. 489 7658, Fax. 471 2063
Pengantar Redaksi
Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 12 No.1 Mei 2015. Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Pengabdian pada masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas Negeri Jakarta terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat di wilayah Jabodetabek. Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni. Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 12 No.1 Mei 2015 ini dapat diterbitkan. Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Redaksi
TRAINING OF TRAINER BAGI MAHASISWA KKN TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH KAIN DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Etin Solihatin1), Desfrina2), Adi Wijanarko3) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK
TOT pemanfaatan limbah kain menjadi aksesoris dalam rangka pemberdayaan masyarakat dilaksanakan di ruang perlengkapan yang berbatasan dengan LPM dilaksanakan pada tanggal 26 Juni 2015. Diikuti oleh 21 mahasiswa KKN yang akan melaksanakan KKN tanggal 27 Juli 2015 – 26 Agustus 2015. Hasil Pengabdian Masyarakat ini yaitu TOT merupakan sarana yang efektif untuk memberikan informasi, sekaligus mempraktekkan/melatih mereka memanfaatkan limbah kain menjadi asesoris yang baik dan bernilai ekonomis. Disamping itu tanggung jawab Perguruan Tinggi dalam Tri Dharma Perguruan tinggi dapat terealisasi dengan baik. Kata Kunci : Limbah kain, Pemberdayaan Masyarakat
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Dalam kegiatan KKN mahasiswa perlu dibekali dengan berbagai keterampilan, di luar keahlian/ilmu yang sesuai program studinya. Hal ini diharapkan agar kemampuan yang dimiliki mahasiswa KKN relatif “mumpuni”, sehingga mereka adaptif dan mampu mencari solusi, jika ditemukan masalah di lapangan (lokasi KKN). Namun program pembekalan mahasiswa KKN tidak diberi dana lagi oleh BOPTN. Untuk mengatasi kekurangan ini, maka beberapa program “Pengabdian Masyarakat Dosen” dihimbau agar ada yang difokuskan kepada mahasiswa, ada juga tetap langsung diberikan kepada masyarakat. Program “Pengabdian Masyarakat Dosen” difokuskan kepada mahasiswa, berupa melatih mahasiswa KKN, untuk selanjutnya mahasiswa wajib mengajar-kan kembali kepada masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat dalam hal ini ibu-ibu dan remaja
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
putri memiliki keahlian, sehingga budaya wirausaha dapat terwujud. Berdasarkan hasil survey di lokasi KKN banyak ditemukan limbah kain dari para penjahit yang berakhir di pembakaran sampah. Padahal kalau punya sedikit keahlian dan kemampuan limbah kain itu dapat dijadikan asesoris yang menghasilkan uang, sebagai sumber pendapatan tambahan. Untuk itu tim “Pengabdian Masyarakat Dosen”, ingin mengubah “sampah kain” menjadi “barang yang bermanfaat dan bernilai jual”. Dengan demikian perlu melatih mahasiswa melalui program TOT, diharapkan mahasiswa dapat mengajarkan kembali kepada masyarakat, di mana mahasiswa ditempatkan. B.
Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah dalam kegiatan ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana memanfaatkan limbah kain melalui training of trainer mahasiswa KKN dalam rangka pemberdayaan masyarakat?”.
3
C.
Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian Masyarakat ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa KKN mengenai pemanfaatan limbah kain untuk dijadikan asesoris yang bermanfaat dan bernilai ekonomis. 2. Memberi solusi dalam mengatasi limbah kain dari para penjahit, sehingga menjadi bahan baku produksi asesoris. 3. Melatih calon trainer (mahasiswa KKN) pembuatan asesoris dari bahan limbah kain. D.
Manfaat Kegiatan Adapun manfaat pengabdian masyarakat
yaitu : 1. Adanya peningkatan keterampilan mahasiswa di luar bidang keahlian (sesuai prodi), saat pelaksanaan KKN 2. Dengan pelatihan ini mengatasi masalah limbah kain di lokasi KKN menjadi barang ekonomis.
II. KAJIAN PUSTAKA A.
Asesoris dari Limbah Kain
Menurut Wasia Rusbani (1984:193) pelengkap busana berdasarkan fungsinya dibagi menjadi dua macam yaitu: pelengkap busana praktis dinamakan millineries dan pelengkap buana estetis yang dinamakan aksesoris. Millineries adalah pelengkap busana yang memiliki fungsi yaitu sebagai penambah keindahan dan fungsi lain yang berguna bagi si pemakai. Aksesoris adalah pelengkap busana yang berfungsi sebagai penambah keindahan si pemakai dalam berbusana. Aksesoris ada yang tergolong tradisional dan ada yang tergolong modern atau populer. Aksesoris yang tergolong modern yaitu yang dibuat dari bermacam-macam bahan, banyak terdapat di pasaran, dan pemakainya
4
dalam mengenakan tidak terikat waktu serta kesempatan. Bahan yang dipergunakan untuk membuat aksesoris pelengkap busana beraneka ragam, seperti kain, plastik, gelas, kerang, kulit, kayu dan lain sebagainya. Aksesoris dapat menghasilkan begitu banyak gaya yang membuat penampilan berbeda-beda, dan mem-berikan gaya yang istimewa meskipun dengan busana sederhana. Aksesoris secara otomatis akan menarik perhatian, sekaligus menciptakan penampilan yang memberi kesan menarik. Sebaiknya pemakaian aksesoris disesuaikan dengan bentuk badan dan busana yang dikenakan. Menurut Khairuddin (2002 : 4) keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat. Suatu keluarga terdiri atas sekumpulan orang yang hidup bersama untuk jangka waktu selama mungkin, jika mungkin untuk selamanya. Adapun peranan ibu rumah tangga dan para remaja di dalam keluarganya mempunyai kedudukan yang sangat penting. Ferber dan Birbaun dalam Totok Mardianto (2005: 90) mengatakan bahwa ibu rumah tangga dan para remaja adalah orang yang dapat berperan dalam membantu mengurus segala sesuatu dalam keluarga. Banyak ibu rumah tangga dan para remaja di pedesaan yang menganggap bahwa tugas utama seorang ibu membantu suami, mem-bimbing dan mengasuh anak. Padahal tugas dan tanggung jawab mereka sebenarnya bisa lebih dari itu. Mereka dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan secara terus menerus, dapat membantu meningkatkan pereko-nomian keluarga dengan berlatih dan berwirausaha tanpa meninggalkan peranannya sebagai ibu rumah tangga, dan para remaja yang baik. Para ibu rumah tangga dan para remaja putri inilah yang akan dijadikan sasaran atau peserta pelatihan oleh mahasiswa KKN yang sudah lulus pada “Pelatihan calon pelatih aksesoris dan limbah kain” di lokasi KKN.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
III.
METODE PELAKSANAAN
A.
Metode Pemecahan Masalah
Agar pelatihan calon pelatih (TOT) tentang pemanfaatan limbah kain dalam rangka pemberdayaan masyarakat berjalan dengan baik, harus melalui tahapan: 1. Memberikan “informasi penting” berkaitan dengan pembuatan asesoris dari limbah kain 2. Praktek pembuatan asesoris secara bersama-sama dan tetap didampingi instruktur (dosen) 3. Selama proses “praktek pembuatan asesoris” mahasiswa KKN boleh bertanya yang berkaitan dengan materi yang sedang dipraktekkan. 4. teknik “mengemas” hasil produksi asesoris, agar bagus dan mutu terjamin 5. Memberikan “informasi tentang teknik pemasaran (menjual produk)”. B. Kerangka Pemecahan Masalah Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan dalam rangka peme-cahan masalah “limbah kain” di lokasi KKN berdasarkan hasil survey awal, yaitu melalui pelatihan calon pelatih pembuat asesoris dari limbah kain, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Mengadakan koordinasi dengan pihak terkait yaitu pihak LPM dan mahasiswa KKN 2. Menyusun jadwal kegiatan pelatihan calon pelatih pembuat asesoris dari limbah kain 3. Menggandakan materi power point untuk peserta pelatihan 4. Melaksanakan program “pelatihan calon pelatih asesoris dari limbah kain”, mulai dari persiapan, pengumpulan bahan-bahan, praktek membuat, praktek mengemas, dan praktek memasarkan. 5. Melakukan evaluasi program dan penyusunan laporan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
C.
Khalayak Sasaran Khalayak sasaran yang dianggap strategis yaitu mahasiswa KKN untuk dilibatkan dalam pelatihan calon pelatih pembuat asesoris dari limbah kain. D.
Tempat dan Waktu Kegiatan Kegiatan pelatihan ini dilak-sanakan di Ruang Perlengkapan Universitas Negeri Jakarta yang berbatasan dengan LPM. Waktu kegiatan tanggal 26 Juni 2015, hari Jum’at, pukul 10.00 WIB sampai selesai.
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN
A.
Realisasi Pemecahan Masalah
Berdasarkan masalah sebagaimana yang diuraikan di atas, maka langkah pemecahan masalah dilaksanakan sebagai berikut : 1. Mengadakan koordinasi dengan pihakpihak terkait: a. Mengurus perizinan tempat (di ruang perlengkapan UNJ, yang berbatasan dengan ruang LPM) b. Narasumber TOT tentang pemanfaatan limbah kain dalam rangka pemberdayaan masyarakat dari Tim Pengabdian Masyarakat 2. Menyusun agenda atau susunan acara, sehingga ditetapkan pada hari Jum’at tanggal 26 Juni 2015, mulai pukul 10.00 WIB sampai selesai. B.
Sasaran Peserta yang mengikuti pelatihan TOT pemanfaatan limbah kain dalam rangka pemberdayaan masyarakat, sebanyak 21 mahasiswa yang akan mengikuti KKN tahap II yaitu tanggal 27 Juli 2017 – 26 Agustus 2015. C.
Keterkaitan Program pelatihan ini bersifat terpadu, maka banyak pihak yang terkait dalam kegiatan ini yaitu:
5
lengkapnya foto-foto kegiatan akan ditampilkan pada lampiran. 2. Terjadinya sikap positif terhadap limbah kain yang biasanya dibuang, ternyata dapat dijadikan asesoris yang bagus dan bernilai jual. 3. Meningkatkan kemampuan dan rasa senang terhadap “hal yang dianggap baru”, karena dipraktek-kan dan hasilnya boleh dibawa pulang.
Narasumber pelatihan dari Dosen Teknik, Prodi Tata Busana, dibantu oleh Dosen Fakultas Ilmu Sosial Program Studi PPKN. Sedangkan mahasiswa KKN yang direkrut dari berbagai kelompok, dengan lokasi KKN yang berbeda-beda. 3 orang mahasiswa PAUD, yang akan KKN di lokasi Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Lainnya dari kelompok KKN di Kecamatan Cinangka dengan 14 desa. D. Metode Untuk mensukseskan program TOT ini, metode yang digunakan adalah praktek dan partisipasi aktif dengan melalui tahapan: (1) pemberian informasi dengan power point dan print out yang dibagikan. Metode ini penting untuk menyampaikan informasi-informasi penting berkaitan dengan pemanfaatan limbah kain menjadi aksesoris, (2) tanya jawab yang dilaksanakan secara aktif oleh seluruh peserta, (3) praktek pembuatan asesoris dan limbah kain.
V. HASIL KEGIATAN A. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan dari TOT pemanfaatan limbah kain menjadi asesoris dalam rangka pemberdayaan masyarakat, diantaranya : 1. Mahasiswa peserta KKN dapat membuat asesoris dari pemanfaatan limbah kain, sehingga saat di lapangan nanti dapat mengajarkan kembali kepada ibu-ibu dan remaja putri. Untuk meningkatkan pen-dapatan mereka dengan memanfaat-kan limbah kain menjadi barang yang bernilai ekonomis. Saat KKN di lapangan mahasiswa TOT ini akan terus dipantau untuk ketuntasan program TOT ini. Dengan demikian keber-hasilannya dapat dievaluasi dengan baik. Saat TOT telah berhasil, maka dapat membuat asesoris dengan praktek langsung membuatnya. Lebih
6
B.
Hasil Evaluasi Hasil evaluasi dilakukan terhadap “produk” yang dibuat mahasiswa KKN. Disamping itu minat dan antusias peserta TOT, meskipun puasa mereka tetap semangat, dan meninginkan program dilanjutkan.
VI. KESIMPULAN Setelah dilakukan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini, melalui TOT dapat disimpulkan bahwa: TOT merupakan sarana yang efektif untuk memberikan informasi, sekaligus mempraktekan/melatih mereka memanfaatkan limbah kain menjadi asesoris dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Disamping itu tanggung jawab Perguruan Tinggi dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat terealisasi dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Budiman, Yoyok dan Kusumawardhani, Reni. 2002. Anda dan Gaya Busana. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hardiana, Iva. 2013. Terampil Membuat Asesoris. Jakarta: Gramedia Pustaka. Khairudin. 2002. Sosiologi Yogyakarta: Liberti
Keluarga.
Rusbani, Waria dan Soerjaatmadja, Rosmini. 1984. Pengetahuan Pakaian. Jakarta: Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR Asep Supriyana1), Gres Grasia Azmin2), Reni Nureriyani3), Aulia Rahmawati4) Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru SD di Wilayah Jakarta Timur dalam menggunakan ejaan yang disempurnakan dan kalimat efektif pada penulisan surat resmi. Berdasarkan hasil tes awal, peserta yang memiliki kemampuan menulis surat resmi dengan kriteria kejelasan isi surat sebanyak 70%, kejelasan urutan surat sebesar 65%, kelengkapan bagian-bagian surat sebesar 80%, penggunaan ejaan dan tanda baca sebesar 70.%, dan penggunaan kalimat efektif sebesar 75%. Kata Kunci : Surat Resmi, Ejaan yang Disempurnakan, Kalimat Efektif I. PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Selain itu bahasa juga merupakan sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi) ujaran yang bersifat arbiter. Dengan demikian, bahasa adalah alat komunikasi manusia yang menggunakan simbol-simbol yang bersifat arbriter. Ejaan sendiri menurut KBBI (1998) merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Ejaan ini merupakan hal yang sering terabaikan oleh pengguna bahasa. Padahal pada prinsipnya, seorang manusia ketika berjalan, tidak akan terjatuh karena gunung yang tinggi; ia akan jatuh karena kerikil kecil. Dengan demikian, EyD merupakan aspek yang sangat penting khususnya dalam penulisan surat resmi. Surat resmi ialah surat yang dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat resmi, baik yang ditulis dari perseorangan, instansi, lembaga, maupun organisasi. Surat menyurat sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kelembagaan. Oleh Karena itu, tata aturan yang benar diperlukan agar pesan yang ingin disampaikan melalui surat dapat sesuai dengan yang dipahami oleh penerima surat.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Sekolah merupakan lembaga pendidik yang selalu berkomunikasi dengan berbagai pihak seperti orang tua, dinas, sekolah lain, dan lain-lain. Untuk itu, di sekolah tersebut dibutuhkan SDM yang mampu menyusun surat resmi menggunakan EyD yang tepat. EyD tersebut terkait dengan pemakaian huruf, penulisan kata, kata serapan, tanda baca, maupun pemenggalan. Selain itu juga terkait dengan kalimat efektif dan tata persuratan. Observasi pada surat yang resmi yang beredar yang dikeluarkan oleh pihak sekolah, kami melihat masih ada kesalahan penggunaan EyD. Padahal surat merupakan media yang kerap dipakai jika sekolah ingin berkomunikasi dengan pihak lain. Permasalahan pada pengabdian ini terkait dengan kekurangpahaman guru-guru mengenai EyD dan kalimat efektif khususnya dalam persuratan dinas pada guru Sekolah Dasar. Adapun tujuan kegiatan ini untuk melatih guru SD di kota Jakarta Timur agar mampu menerapkan EyD dan kalimat efektif dalam penulisan surat resmi. A. Hakikat Surat Resmi Surat resmi ialah surat yang dipergunakan untuk kepentingan yang bersifat resmi, baik yang ditulis dari perseorangan, instansi, lembaga, maupun organisasi. Contohnya : surat undangan, surat pemberi-
7
tahuan, dan surat edaran. Ciri-ciri surat resmi, seperti berikut. 1) Menggunakan kepala surat jika yang mengeluarkannya adalah lembaga atau organisasi 2) Menggunakan nomor surat, lampiran, dan perihal 3) Menggunakan salam pembuka dan penutup yang lazim atau resmi, seperti: Assalamualikum, dengan hormat, hormat kami 4) Menggunakan bahasa dengan ragam resmi atau baku 5) Menggunakan cap/stempel jika berasal dari sebuah organisasi atau lembaga resmi 6) Penulisan surat mengikuti format surat tertentu (tidak bebas) B. Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan Bahasa tulisan sebagai sebagai salah satu bentuk wacana yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya mensyaratkan seorang penulis untuk menguasai kaidah-kaidah bahasa, khususnya penggunaan EYD. Karena dengan pengusaaan terhadap kaidah EYD, dapat dipastikan pesan informasi yang disampaikan dalam tulisannya dapat dengan mudah dipahami oleh pembacanya. Berkaitan dengan ini, Tarigan (1984: 21) menyatakan, “Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambanglambang grafik, yang menggambar-kan suatu bahasa yang dipahami seseorang, hingga orang lain memahami lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu". Surat resmi sebagai salah satu bentuk karya berbentuk tulisan tampaknya patut dicermati lebih jauh khususnya dalam kaitan penggunaan EYD yang terdapat didalamnya. Berbagai macam bentuk surat resmi diantaranya seperti surat lamaran, surat permohonan, surat perjanjian dan sebagainya, untuk memenuhi fungsi dan tujuannya sebagai alat komunikasi juga tidak terlepas dari unsur penggunaan EYD. Bahkan dalam surat resmi,
8
format penulisan surat pun juga menjadi salah satu tolok ukur yang penting. Surat resmi sebagai bentuk alat komunikasi pengganti dan menggunakan bahasa dalam bentuk tertulis harus tersajikan dengan jelas, disamping harus memperhatikan isinya dengan baik. Dan untuk memperoleh kejelasan dan kebaikan isi dari sebuah surat resmi, salah satunya perlu ditunjang oleh penguasaan terhadap penggunaan kaidah EYD yang baik pula. Dengan demikian, pihak pembaca atau penerima surat dapat dengan jelas pula memahami isi dan maksud dari surat tersebut. Di sisi lain, dalam kaitan penulisan surat resmi juga pada praktiknya seringkali didapati kesalahan, Kesalahan-kesalahan itu antara lain berupa susunan kalimat yang tidak lengkap dan berbelit, penggunaan tanda baca yang tidak perlu atau berlebihan, ejaan yang tidak sesuai dengan EYD, pemakaian istilah asing yang tidak perlu, tata bahasa yang tidak teratur, bahkan penggunaan bentuk atau model surat resmi yang tidak menentu. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk mengoptimalkan penulisan surat resmi yang memenuhi syarat dan kaidah bahasa, perlu dilakukan studi yang lebih mendalam tentang penggunaan EYD dalam surat resmi yang dibuat oleh siswa di sekolah pada saat mempelajari penulisan surat menyurat. Hal ini bertujuan untuk memperkecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi dalam penulisan surat resmi. Kesalahan berbahasa dan kesalahan penulisan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) semestinya harus dihindari dalam penulisan surat resmi. Dalam penulisan surat resmi, kesalahan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) biasanya meliputi kesalahan pemilihan kata, kesalahan pemakaian huruf kapital, kesalahan pemakaian tanda baca dan kesalahan kata/istilah. Upaya untuk mengoptimalkan penulisan surat resmi yang memenuhi syarat dan kaidah bahasa, perlu dilakukan studi yang lebih mendalam tentang penggunaan EYD dalam surat resmi. Hal ini bertujuan untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
memperkecil tingkat kesalahan yang mungkin terjadi dalam penulisan surat resmi. Dalam Buku Seri Penyuluhan I tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dinyatakan bahwa ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca) (Depdikbud, 1992 : 1). Pada praktiknya penggunaan kaidah ejaan dalam bahasa tulis sangatlah penting. Hal ini terkait dengan aspek kebakuan bahasa, termasuk untuk bahasa Indonesia. Karena jika tidak, maka pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional pun akan mengalami ketidakbakuan. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arifin (1993:10) menyatakan bahwa jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata diperhatikan dengan seksama, dan penataan penalaran ditaati dengan konsisten, pemakaian bahasa Indonesia dikatakan benar. Sebaliknya, jika kaidah-kaidah bahasa itu kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar/tidak baku. Jika ditinjau dari ruang lingkupnya, ejaan mencakup lima aspek yang diatur, yaitu 1) pemakaian huruf, 2) penulisan huruf, 3) penulisan kata, 4) penulisan unsur serapan, dan 5) pemakaian tanda baca. Dalam hal pemakaian huruf, hal ini membicarakan tentang bagian-bagian dasar dari suatu bahasa yang mencakup abjad, vokal, konsonan, suku kata, dan nama diri. Sedangkan dalam hal penulisan kata/kalimat dibicarakan tentang perubahan dan penggunaan huruf dalam tata tulis, seperti huruf kapital dan huruf miring. Untuk penulisan kata, inti yang dibicarakan adalah mencakup bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya, seperti kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata sandang, partikel, singkatan dan akronim, dan angka serta lambang bilangan. Dalam penulisan unsur serapan membicarakan aspek-aspek yang berkaitan dengan kaidah cara penulisan unsur serapan terutama kosa kata atau perbendaharaan kata yang berasal dari bahasa asing. Sedangkan pemakaian tanda baca membahas tentang teknik penerapan tanda baca dalam penulisan yang masing-masing mempunyai kaidah tersendiri, seperti tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (--), tanda elipsis (...),
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((...)), tanda petik ("..") dan tanda garis miring (/). C. Penggunaan Kalimat Efektif dalam Surat Resmi Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya seacara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadangkadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan ata yang dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. SebaliknYa, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu di munculkan. Beberapa ahli komposisi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat efektih adalah: 1) 2)
3) 4)
5)
6)
7) 8)
Kalimat yang benar dan jelas dan dengan mudah dipahami orang lain. Disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembacanya Pembaca memahami apa yang disampaikan Kalimat yang tepat mewakili gagasan atau perasaan penyampai pesan dan sanggup memberikan gambaran yang sama tepatnya pada pembaca atau pendengar. Kalimat yang disusun dengan sadar dan sengaja untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Jenis kalimat yang dapat memberikan efek tertentu dalam komunikasi. Efek yang dimaksudkan di sini adalah kejelasan informasi”. tidak menggunakan kata-kata mubazir, tetapi juga tidak kekurangan kata. menggunakan pengertian yang logis sejalan dengan nalar yang tepat”
9
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah.Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Kalimat efektif mempunyi beberapa ciri, yaitu kesatuan gagasan, kesejajaran (paralel), kehematan, penekanan, dan elogisan.
II. METODE PELATIHAN A. Kerangka dan Realisasi Pemecahan Masalah Kegiatan P2M ini memecahkan masalah kekurangpahaman guru dan pegawai di sekolah dalam menyusun surat dinas berdasarkan tata cara penulisan surat dan penggunaan ejaan yang disempurnakan yang benar.Masalah mengenai kekurangpahaman guru dan karyawan di sekolah terhadap EyD dalam penyusunan surat dinas dipecahkan melalui rangkaian pelatihan mengenai EyD dan surat dinas. Pelatihan diselenggarakan selama 8 jam di Jakarta Timur. Pelatihan diselenggarakan pada tanggal 19 September 2015. B. Sasaran Sasaran yang dituju pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini ialah guruguru Sekolah Dasar serta karyawan di Sekolah Dasar khususnya yang bertugas di bidang administrasi sekolah. Jumlah peserta pelatihan yang ditargetkan adalah 20 orang.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Perencana pelatihan dilakukan dalam tiga tahap. Yaitu: Tahap pertama, tim berkoordinasi dengan beberapa kepala sekolah untuk menugaskan dua orang di sekolah yang dipimpinnya untuk mengikuti perltihan. Setelah berkoordinasi dengan beberapa kepala sekolah di dasar di wilayah Jakarta Timur, terkumpullah dua puluh orang peserta dari
10
sembilan sekolah dasar yang ada di wilayah Jakarta Timur, khususnya Kecamatan Klender. Daftar peserta terlampir (lampiran 1). Selain itu, tim juga memohon izin salah satu kepala sekolah dasar untuk meminjam salah satu ruangan kelas di SD yang bersangkutan untuk digunakan sebagai tempat kegiatan pelatihan, yaitu SD Negeri Klender 22, Jalan Buaran2, RT 05/13 No. 39, Duren Sawit Jakarta Timur. Tahap kedua, tim pun menentukan indikator dengan mengacu pada tujuan pelatihan, yaitu meningkatkan kemapuan guru sekolah dasar dalam penggunaan ejaan yang disempurnakan dan kalimat efektif pada penulisan surat resmi. Secara garis besar, indikator pelatihan dikelompokkan ke dalam dua kriteria, yaitu: a. Kemampuan menulis surat resmi, yang terdiri dari: 1) kejelasan isi surat (mudah dipahami dan jelas gagasan surat) 2) kejelasan urutan surat (pembukaan, isi, penutup) 3) kelengkapan bagian-bagian surat (kepala surat, tubuh surat, penutup surat) b. Penggunaan bahasa Indonesia dalam surat resmi, yang terdiri dari: 1) Penggunaan ejaan dan tanda baca 2) Penggunaan kalimat efektif Tahap ketiga, merancang materi pelatihan dalam bentuk bahan tayang (power point). Selain itu, tim pun menyiapkan materi pendukung berupa contoh surat resmi dan surat tidak resmi. Bahan tayang dan dan materi pendukung terlampir. B. Pelaksanaan Pelatihan Pelaksanaan pelatihan dilaksanakan selama satu hari, yaitu Sabtu, 19 September 2015. Pelaksanaan peltihana ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu: Tahap pertama, pelaksanaan tes awal. Tes ini dilakukan dalam bentuk tes unjuk kerja, yaitu semua peserta diminta untuk menuliskan kembali surat resmi yang pernah dibuat selama peserta bekerja sebagai guru sekolah dasar, dengan tujuan untuk menge-tahui kemampuan awal peserta menggunakan ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif dalam menulis surat resmi. Berdasarkan hasil pretes, dapat digambarkan kemampuan awal peserta sebelum mengikuti kegiatan pelatihan ini sebagai berikut. Dari keseluruhan peserta, peserta yang memiliki
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
kemampuan menulis surat resmi dengan kriteria kejelasan isi surat sebanyak 15%, kejelasan urutan surat sebanyak 10%, kelengkapan bagian-bagian surat sebanyak 10 %, penggunaan ejaan dan tanda baca sebanyak 20%, dan penggunaan kalimat efektif sebanyak 25%. Tahap kedua, tim melaksanakan pelatihan. Secara umum, materi pelatihan dibagi ke dalam dua jenis, yaitu (2) surat resmi dan (2) penggunakan ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif dalam penulisan surat resmi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode konvensional, yaitu paparan, diskusi, dan latihan menulis surat resmi. Materi diberikan pada pelatihan ini adalah konsep tentang surat resmi, dana penggunaan ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif dalam penyusunan surat resmi. (materi pelatihan terlampir). Pemapan materi pelatihan disampikan dengan menggunakan media infokus (bahan tayang terlampir) Tahap ketiga, tim melaksanakan tes akhir (postes) dalam bentuk unjuk kerja. Peserta diminta membuat surat resmi, dengan memberi pilihan jenis surat resmi kepada mereka. Jenis surat resmi yang dapat dipilih peserta adalah {1) surat undang rapat orang tua siswa, (2) surat tugas, dan (3) surat permohonan. Di antara pilihan tersebut, sebagian besar peserta memilih surat undangan 60%, sedangkan sisanya memilih surat tugas sebanyak 30% dan yang memilih surat permohonan hanya 10%. Tes akhir dilaksnakan dalam 30 menit. Berdasarkan hasil tes akhir, menunjukkan ada peningkatan jika dibandingkan dengan hasil tes awal. Setelah melalui latihan ini, kemampuan guru dalam menggunakan ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif meningkat, yaitu kemampuan guru menulis surat dengan kriteria kejelasan isi surat sebesar 70%, kejelasan urutan surat sebesar 65%, kelengkapan bagianbagian surat sebesar 80%, penggunaan ejaan dan tanda baca sebesar 70.%, dan penggunaan kalimat efektif sebesar 75%. C. Pembahasan Pelatihan ini menggunakan metode konvensional, yaitu paparan materi, diskusi, dan latihan. Walaupun menggunakan metode konvensional, perubahan kemampuan peserta pelatihan jika dibandingkan antara sebelum dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
setelah mengikuti latihan cukup berbeda, bahkan peningkatannya pun cukup tinggi. Hal disebabkan oleh latar belakang profesi peserta yaitu sebagai guru. Bagi guru, menulis surat bukan hal yang baru. Kekurang yang mereka miliki dlebih disebakan oleh belum pahamnya aspek-aspek atau bagaian-bagian yang harus ada dalam surat resmi. Selain itu, pemahaman terhadap bahasa yang digunakan guru sebelum mengikuti pelatihan masih kurang. Oleh karena itu, walaupun pelatihan ini menggunakan metode konvensional, perubahan yang terjadi setelah mengiluti pelatihan cukup signifikan. Penentuan indikator pelatihan didasarkan pada teori dalam penyusunan syrat dinas. Berdasarkan teori, kemampuan menulis surat resmi dapat diukur minimal dari lima kriteria, yaitu kejelasan isi surat, kejelasan urutan surat, kelengkapan bagian-bagian surat, penggunaan ejaan dan tanda baca, dan penggunaan kalimat efektif. Sebetulnya masih ada beberapa indikator yang dapat dijadikan sebagai kriteria kemampuan hmenulis surat resmi, tetapi kelima indikator dapat dijadikan sebagai standar minimal, karena sudah dapat mengukur kemampuan seseorang dalam menulis surat.
IV. KESIMPULAN Pelatihan penggunaan ejaan yang disempurnakan dan kalimat efektif pada penulisan surat resmi bagi guru sekolah dasar di wilayah jakarta timur ini cukup berhasil. Hal ini terlihat dari hasil tes kemampuan peserta dalam menulis surat resmi, sebelum (pretest) dan setelah pelatihan (posttest). Berdasarkan hasil tes awal, peserta yang memiliki kemampuan menulis surat resmi dengan kriteria kejelasan isi surat sebanyak 15%, kejelasan urutan surat sebanyak 10%, kelengkapan bagian-bagian surat sebanyak 10 %, penggunaan ejaan dan tanda baca sebanyak 20%, dan penggunaan kalimat efektif sebanyak 25%. Persentasi nilai dari masing-masing kriteria terebut meningkat setelah pelatihan dilaksanakan. Berdasarkan hasil tes akhir, kriteria kejelasan isi surat sebesar 70%, kejelasan urutan surat sebesar 65%, kelengkapan bagian-bagian surat sebesar 80%, penggunaan ejaan dan tanda baca sebesar 70.%, dan penggunaan kalimat efektif sebesar 75%. Perbandingan antara hasil tes awal dengan tes
11
akhir, dapat digambarkan dalam bentuk grafik berikut ini.
DAFTAR PUSTAKA Amran, Tasai dan Parera, J.D. 1995. Pintar Berbahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Arifin, Syamsir. 1987. Pedoman Penulisan Surat menyurat Indonesia. Padang: Angkasa Raya.
12
Ermanto
dan Emidar.2010.Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Padang:UNP Press.SS
Nurdin, Ade. 2005. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Sudarsa, dkk. 1992. Surat Menyurat dalam Bahasa indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PEMBERDAYAAN IBU-IBU PKK KELURAHAN RAWAMANGUN DALAM PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KERTAS MENJADI AKSESORIS DENGAN BASIS INDUSTRI KREATIF E. Lutfia Zahra1), Melly Prabawati2), Vera Utami GP3) Jurusan IKK Fakultas TeknikUniversitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilaksanakan oleh dosen. Tujuan pengabdian masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mengembangkan kreatifitas ibu-ibu PKK RW 02 dikelurahan Rawamangun. Jenis kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah pembelajaran tentang keterampilan pembuatan aksesoris dalam limbah kertas berupa kalung, gelang, bros, dan anting anting. Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk berwirausaha agar dapat menambah pemasukan ekonomi keluarga. Kata Kunci : Limbah kertas, Aksesoris, Ibu-ibu
I. PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa tidak dilihat dari seberapa banyak sumber daya alam yang dimiliki oleh negara tersebut, akan tetapi seberapa kreatif sumber daya manusia di negara tersebut dapat memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia. Di Indonesia sudah tidak diragukan lagi tentang pemanfaatan sumber daya alamnya, bahkan negara tetanggapun terkagum-kagum dengan sumber daya alam yang dimiliki negara kita ini. Namun seiring dengan hal tersebut, penggalan kalimat pertama pada latar belakang ini memang sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini. Kekayaan alam tidak diimbangi dengan kekayaan intelektual masyarakatnya untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat dan berdayaguna tinggi. Salah satu contoh di Jakarta. Kota yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perekonomian Indonesia dan juga disebut sebut sebagai miniature Indonesia karena hampir seluruh suku dan ras Indonesia tinggal di Jakarta. Dilihat dari padatnya penduduk di Jakarta, maka masalah berupa kemacetan tak
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
dapat dipungkiri lagi. Kemudian penduduk Jakarta yang setiap harinya memproduksi sampah dan tidak mengolahnya dengan baik berakibat pada sering terjadinya banjir di kota ini. Bukan hanya banjir, ketidak mampuan masyarakat Jakarta untuk mengolah sampah juga berakibat pada banyak nya penyakit yang diderit oleh masyarakat Jakarta yang tinggal dekat dengan tempat pembuangan sampah. Di sisi lain, kurangnya lapangan pekerjaan juga menjadi masalah yang belum terselesaikan di ibu kota Indonesia ini. Banyak masyarakat Jakarta yang memenuhi lampu merah dan juga pusat keramaian untuk mengamen dan mengemis. Mereka beralasan, sumber daya alam di Jakarta sangat sedikit yang bisa diolah. Namun mereka tetap bertahan di Jakarta dikarenakan sirkulasi uang di sini sngat cepat dan berharap lebih pada warga yang berpenghasilan lebih untuk berkenan memberikan itu ke mereka yang mengemis dan mengamen. Jika kita lihat lagi dari jumlah kepadatan penduduk dan luas daerah, memang tidak bisa
13
dipungkiri bahwa Jakarta tidak memiliki banyak lahan maupun sumber daya alam yang lebih untuk akhirnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakatnya. Sementara orang-orang di Jakarta menghasilkan 3 liter sampah setiap harinya (beritabumi.or.id) yang di kalikan dengan jumlah penduduk di kota ini. Bisa terlihat betapa banyaknya sampah yang dihasilkan, namun kurang maksimal dalam penanganannya dan hasilnya pencemaran lingkungan. Dari fenomena tersebutlah semua sampah itu sebagai sebuah peluang sebagai sebuah lapangan pekerjaan yang nantinya juga bisa menambah pendapatan setiap warga. Salah satu daerah percontohan dalam pengolahan sampah yaitu RW 02 yang terdiri dari beberapa RT dikelurahan rawamangun yang memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Pelatihan pembuatan aksesoris dari limbah kertas akan diadakan di Kelurahan Rawamangun Jakarta Timur. Daerah binaan ini juga pernah dilakukan pelatihan dengan tema yang berbeda yaitu pemanfaatan limbah tekstil hal ini juga sebagai wadah untuk pengaplikasian ilmu yang selama ini telah diterima dan dimiliki oleh mahasiswa. Selain itu, daerah binaan ini bisa menjadi sebuah objek dalam mengaplikasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sebagai tenaga pengajar dituntut untuk menciptakan kemandirian di masyarakat agar tujuan negara indonesia – memajukan kesejahteraan umum – bisa tercapai. Daerah binaan kegiatan pengabdian masyarakt ini akan dilaksanakan di Kelurahan Rawamangun yang akan melibatkan ibu-ibu PKK warga RW 02. Lingkungan masyarakat disana mempunyai permasalahn kebersihan dan sampah serta kurang adanya kesadaran masyarakat menjadi permasalahan utama. RW 02 Kelurahan Rawamangun Jl.Pemuda merupakan daerah tepat tinggal padat penduduk yang juga menjadi komplek pasar tradisonal dan banyak usaha foto copy karena dekat dengan lingkungan kampus. Dimana setiap hari terjadi proses perdagangan dan pembuangan kertas sisa yang tidak terpakai di dalamnya. Sehingga tak bisa dipungkiri lagi, sangat banyak sampah yang dihasilkan perharinya dan itu semua hanya dibuang sia sia ke tempat penampungan akhir sampah. Daerah ini juga termasuk dalam tepian sungai. Kemudian kesadaran para warga setempat terkait pendidikan anak anak juga masih kurang.
14
Sehingga banyak anak anak yang ikut berjualan dengan orang tuanya dan juga ada yang pergi mengamen untuk mencari nafkah. Adapun halnya dengan para ibu-ibu PKKnya, kebanyakan berprofesi sebagai pengangguran dan menghabiskan waktunya untuk hal hal yang kurang bermanfaat, oleh karena itu perlu adanya pelatihan keterampilan membuat aksesoris dari limbah kertas, dengan mengolah sampah agar bisa berkembang menjadi lapangan kerja bagi masyarakat setempat dimana aksesoris juga merupakan salah satu produk busana yang sedang berkembang pesat. Selain bisa menjadi lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat, kegiatan kami ini juga bertujuan untuk menjaga kebersihan lingkungan Jakarta agar terlihat bersih, rapih dan indah agar benar benar pantas menjadi ibu kota Indonesia dan menjadi miniature serta percontohan Indonesia secara keseluruhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aksesoris Dalam dunia busana, aksesori (atau aksesoris) adalah benda-benda yang dikenakan seseorang untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian. Bentuk aksesori bermacammacam dan banyak di antaranya terkait dengan peran gender pemakainya. Aksesori dalam bahasa Indonesia hampir selalu berarti fashion accessory dalam penggunaan dalam bahasa Inggris. Jenis aksesori bermacam - macam, seperti perhiasan (anting–anting atau giwang, kalung, gelang, bros), selendang, sabuk, suspender, dasi,syal, sarung tangan, tas, topi, arloji, kacamata, dan pin. Busana tradisional memiliki aksesori khas yang biasanya dikenakan sebagai perlambang tertentu, seperti destar, sindur, tusuk konde, kembang goyang, dan keris. Adapun contoh aksesoris berikut fungsinya : 1. Cincin (rings) Cincin merupakan perhiasan yang dipakai pada jari tangan 2. Gelang (bracelets)
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Gelang merupakan perhiasan yang dipakai pada bagian tangan atau kaki 3. Anting (earrings) Anting merupakan perhiasan yang dipasnag/dipakai pada bagian telinga. Anting dapat dibedakan ats giwang dan anting-anting. Giwang adalah hiasan telinga yang menempel langsung pada telinga, dan bila dipakai tidak bergerak, sedangkan anting-anting adalah hiasan telinga yang apabila dipakai dapat bergerak atau terayun-ayun. 4. Kalung (necklaces) Kalung merupakan perhiasan yang dipakai pada bagian leher. Ukurannya ada yang menempel pada leher (chocker), pendek (beads), sedang (chain), dan panjang (opera lenghth) 5. Jepit rambut/ikat rambut/hiasan kerudung Sebagai hiasan bagi kaum hawa baik yang memakai kerudung atau yang tidak memakai kerudung. Maka dari itu, aksesoris ini di buat semenarik mungkin dengan karakter dan teknik yang berbeda – beda. 6. Jam tangan atau arloji (watch) Jam tangan merupakan penunjuk waktu yang dipergunakan di pergelangan tangan manusia 7. Kacamata (glasses) Kacamata merupakan lensa tipis untuk mata guna menormalkan dan mempertajam penglihatan (ada yang berangka dan ada yang tidak). Sekarang selain menjadi alat bantu penglihatan, kacamata juga sudah menjadi pelengkap gaya serta menjadi alat bantu khusus untuk menikmati hiburan seperti kacamata khusus tiga dimensi. 8. Bando Bentuknya sederhana namun sangat berguna dan fashionist. Fungsi utama dari aksesoris ini sebenarnya adalah penyangga rambut. Namun karena keberagaman
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
bentuk, motif dan warnanya, maka bando pun punya nilai fashion sendiri. Cara pemakaian bando sangat mudah. Kita cukup memposisikan kedua ujung bando masing-masing pada bagian belakang telinga kita dan menggeser bando hingga mengangkat dan menahan rambut kita. Bando memberikan kesan casual dan simple. B. Limbah Kertas Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,cair atau padat. Berikut identifikasi limbah kertas : 1. Karakter Kertas bekas Beberapa jenis kertas bekas yang bisa didaur ulang. Namun pendauran ulang kertas hanya bisa dilakukan maksimal 4 6 kali, mengingat serat-serat kertas akan semakin pendek setelah diproses sehingga memengaruhi kekuatan dan ikatan serat dalam kertas. Kertas yang biasdidaur ulang sangat beragam, namun dikelompokkan dalam tiga kategori diantaranya: a. kertas buangan pabrik kertas, b. kertas limbah sebelum digunakan konsumen, c. kertas yang telah digunakan konsumen. 2. Jenis Kertas Bekas Jenis kertas sangat beragam, mulai dari kertas bergelombang ( dus), kertas bekas koran, kertas bekas majalah, kertas bekas buku telepon, dan kertas bekas kantor/rumah tangga.Pengolahan kertas daur ulang bisa dengan cara sangat sederhana, yaitu kertas hanya diubah bentuknya tanpa perlakuan fisika dan kimia. Misalnya kertas digunakan untuk dekorasi. Kertas diremas lalu btuk lipatan
15
lipatannya dibentuk sesuai selera. Pengolahan kertas secara fisika dan kimia adalah mengolah kertas menjadi bubur kembali, lalu dicetak sesuai dengan keperluannya, baik tipis ataupun tebal. Kertas yang dibuat ubur ini yang hanya bisa didaur ulang hingga 4 - 6 kali, karena serat - serat kertas akan terpotong oleh perlakuan fisika (dihancurkan). 3. Pengolahan Kertas Bekas Di Indonesia, penggunaan kertas daur ulang untuk bahan baku industri kertas telah banyak dilakukan. bahan baku yang paling banyak di gunakan adalah diperoleh dari kertas bekas kosong, majalah, dan kertas tulis. Produk kertas daur ulang berupa jenis kertas seperti kertas kemasan atau kertas untuk industri, kertas cetak dan kertas tulis, tissue dan cetakan untuk media massa. Dalam jumlah terbatas, kertas daur ulang dapat juga digunakan untuk media tanaman isolasi, box, produk kertas cetak (wadah telur, karton, baki makanan, dan pot tanaman). Kertas daur ulang ini memiliki beberapa keterbatasan. Produk yang dibuat dari proses ini tidak dapat digunkan untuk kemasan bahan kanan, karena kualitas kertasnya menurun dan dapat mudah terkontaminasi.Khusus untuk daur ulang kertas koran, diperlukan beberapa tambahan proses kimiawi untuk menghilangkan tinta yang ada pada kertas (de-ingking process). Proses ini menggunakan sabun untuk menghilangkan tinta. Tinta tersebut masih dapat dimanfaatkan untuk kondisi tanah (soil conditioner). kemudian untuk membuat kertas daur ulang yang baik dan dapat digunakan kembali sebagai bahan pembuat koran, dierlukan modifikasi campuran kertas yang terdiri dari atas campuran kertas koran bekas, majalah dan bubur kertas yang asli (virgin pulp) dari bahan baku awal.
16
C. Macam-Macam Contoh Aksesoris Dari Limbah Kertas 1. Kerajinan tangan dengan teknik gintir kertas Kerajinan tangan dari kertas gintir ini bedasarkan apa yang akan dibuat untuk variasi sesuai keinginan. Hal yang paling populer adalah membuat kupu-kupu, boneka kecil, miniatur orang bahkan ditangan professional kerajinan kertas gintir ini bisa menghasilkan banyak sekali jenis yang dibuat dengan tingkat kerumitan yang sangat tinggi. 2. Kerajinan tangan dari kertas dengan teknik gulung. Kerajinan tangan dari kertas dengan teknikgulung dapat bervariasi seperti membuat kupu-kupu , kalung kreasi dan sebagainya. 3. Kreasi membuat kalung dari kertas bekas. Kerajinan tangan dari kertas bekas kali ini membuat sebuah liontin atau kalung. Adapun Kerajinan dari kertas karton bekas atau kardus bekas. Bahan berjenis karton dan kardus ini akan mensharing tentang Kerajinan dari kertas karton bekas yang sering kita buang. Nah berikut salah contoh gambar kerajinan yang berasal dari bahan karton dan kardus bekas. Jenis Eksplorasi Kertas Koran Bekas 1. Pilin Teknik yang di gunakan adalah dengan memilin kertas koran bekas dan dirangkai menjadi sebuah benda fungsional, kemudian diberi warna yang sesuai. 2. Cetak
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Cetakan dibuat terlebih dahulu, dan bibentuk dengan menggunakan kertas yang sudah dalam bentuk cairan. 3. Tempel Teknik yang digunakan disini adalah tempel menempel kertas, agar, tanpa adanya teknik khusus. Mix Material, Material yang digunakan adalah kertas koran bekas dengan menggunakan resin dan pewarnaan hitam. D. Produk 1. Definisi & Klasifikasi Produk Produk adalah sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, pembelian, pemakaian, atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Lima Tingkatan Produk Menurut Kotler yaitu : Core benefit, yaitu manfaat dasar dari suatu produk yag ditawarkan kepada konsumen; Basic product, yaitu bentuk dasar dari suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indra; Expected product, yaitu serangkaian atribut-atribut produk dan kondisikondisi yang diharapkan oleh pembeli pada saat membeli suatu produk; Augmented product, yaitu sesuatu yang membedakan antara produk yang ditawarkan oleh badan usaha dengan produk yang ditawarkan oleh pesaing; Potential product, yaitu semua argumentasi dan perubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk dimasa datang. Menurut Kotler (2002,p.451), produk dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu: a. Berdasarkan wujudnya, produk dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok utama. Barang; barang merupakan produk yang berwujud fisik, sehingga bisa dilihat, diraba atau disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan, dan perlakuan fisik lainnya; Jasa, merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual (dikonsumsi pihak lain).
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
b. Berdasarkan aspek daya tahannya produk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Barang tidak tahan lama, adalah barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian; Barang tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya bisa bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun lebih). c. Berdasarkan tujuan konsumsi yaitu didasarkan pada siapa konsumennya dan untuk apa produk itu dikonsumsi, maka produk diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: Barang konsumsi, dan barang industri. Berbicara mengenai produk maka aspek yang perlu diperhatikan adalah kualitas produk. Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah “the totality of features and characteristics of a product or service that bears on its ability to satisfy given needs”, artinya keseluruhan ciri dan karakter-karakter dari sebuah produk atau jasa yang menunjukkan kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang tersirat. Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas produk dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Akan tetapi, suatu produk dengan penampilan terbaik atau bahkan dengan tampilan lebih baik bukanlah merupakan produk dengan kualitas tertinggi jika tampilannya bukanlah yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pasar. 2. Karakteristik Produk Menurut WH Mayall Dalam bukunya Principle In Design, WH Mayall menerangkan beberapa karak-
17
teristik suatu produk. Karakteristik tersebut yaitu : a. Hasil yang maksimal b. Biaya yang rendah c. Harga yang terjangkau oleh pembeli d. Bentuk yang beragam e. Penampilan yang menarik f. Kenyamanan dalam menggunakan g. Mudah memelihara h. Aman
III. MATERI DAN METODE A. Bahan dan Alat Pada dasarnya pembuatan aksesoris dari limbah kertas alat dan bahan yang di gunakan disesuaikan dengan desain aksesoris yang akan di buat. Adapun alat dan bahan pembuatan aksesoris dari limbah kertas: 1. Limbah kertas/ kardus/ karton/ kertas kado/ kertas daur ulang 2. Gunting 3. Alat tulis untuk membuat desain 4. Rantai kalung 5. Tang khusus aksesoris 6. Lem, Alat Lem Tembak dan Lilin
khalayak sasaran untuk memperkaya pengetahuan mereka. Setelah pengetahuan diberi khalayak sasaran mulai dipandu pengenalan alat dan bahan yang akan digunakan untuk teknik pemanfaatan limbah kertas, penerapan desain motif pada produk yang akan dibuat dan proses serta metode teknik pemanfaatan limbah kertas dari berbagai macam pemanfaatan limbah kertas untuk menjadi motif pada aksesoris pelengkap wanita. Adapun teknik dan langkah kerja yang di gunakan saat proses pembuatan aksesoris : 1. Langkah Kerja Pembuatan Asesoris dengan Teknik Gulung a) Potong kertas bekas dalam bentuk memanjang dengan lebar 2 cm b) Lipat bagian lebar kertas tersebut sebanyak 2 kali c) Mulailah menggulung lipatan kertas tersebut dibantu dengan memberi lem pada setiap ujung gulungan serta tarik dan tekan agar gintiran menempel rapi. Buatlah dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan desain yang diinginkan. d) Rekatkan antara satu bagian dengan satu bagian lainnya dengan menggunakan lem uhu atau lem gun, buat sesuai desain yang diinginkan. e) Setelah semua bagian disatukan, pasang rantai kalung untuk dijadikan kalung atau lem rangkaian gulung dengan peniti bros untuk dijadikan bros maupun satukan dengan kawat anting untuk dijadikan anting.
B. Khalayak Sasaran Yang Strategis Khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah sebanyak 20 orang Ibu-Ibu PKK di Kelurahan Rawamangun yang berumur di antara 30-45 tahun, dengan pertimbangan mereka adalah Ibu-Ibu yang masih produktif dan berminat untuk mengembangkan keterampilan. C. Metode Kegiatan Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan ini adalah pre-test dan post-test untuk mengetahui pengetahuan tentang teknik pemanfaatn limbah kertas, ceramah tentang desain produk, teknik pemanfaatan limbah kertas dan wirausaha serta bagaimana penerapan unsur dan prinsip desain pada suatu produk yang memiliki nilai keindahan, kepada
18
2.
Langkah Kerja Pembuatan Asesoris dengan Teknik Gintir
Bahan dan Alat 1. Kertas bekas 2. 3. 4. 5.
Lem Uhu Gunting Penggaris Alat tulis
6. Rantai kalung/kawat/pita 7. Peniti bros 8. Peniti kecil 9. Tang 10. Lem Gun
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Cara Pembuatan : 1) Potong kertas bekas dalam bentuk segitiga siku dengan lebar 14 cm dan tinggi 1cm 2) Gulung perlahan dari bagian yang paling lebar (1cm) hingga ke ujung segitiga, lalu beri lem pada ujung segitiga tersebut dan rekatkan. 3) Untuk membuat kalung dan gelang, rangkai tiap gintiran kertas pada tiap-tiap peniti kecil lalu rangkai pada rantai kalung/gelang menggunakan lingkaran kawat. Bentuk sesuai desain yang diinginkan. 4) Untuk membuat bros, sama seperti langkah sebelumnya. Lalu rekatkan beberapa gintiran kertas sebagai penyangga pada peniti bros, kemudian kaitkan beberapa gintiran kertas menggunakan kawat lingkaran buatlah sesuai dengan desain yang diinginkan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Realisasi Kegiatan Pemanfaatan limbah kertas sebagai aksesoris yang dimana aksesoris merupakan segala sesuatu yang melekat pada seseorang guna memperindah suatu penampilan seseorang. Maka dari itu, pemanfaatan limbah kertas dalam bentuk aksesoris untuk meningkatkan kreativitas ibu-ibu PKK di Jl. Pemuda kelurahan Rawamangun. Kegiatan diadakan selama 2 kali pertemuan, yaitu hari jum’at 4 dan sabtu 5 Sepetmber 2015. Peserta yang hadir sebanyak 19 orang. Pada hari pertama, 4 September 2015 peserta diberikan materi tentang macam-macam alat dan bahan yang digunakan untuk mebuat aksesoris, dan teknik yang di gunakan dalam proses pembuatan aksesoris. Pada hari kedua, sabtu 5 september 2015 peserta sudah mempraktekkan dan penyelesaian teknik pembuatan aksesoris yang telah diberikan kepada peserta untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
diterapkan kedalam bentuk aksesoris yakni kalung, gelang, bros dan anting. Kemudian dilakukan penilaian dari hasil karya yang telah dikerjakan. Dalam proses pembuatan aksesoris dari limbah kertas terbagi menjadi empat kelompok dengan dua teknik gintir dan dua teknik gulung. B. Evaluasi Kegiatan Indikator keberhasilan dari kegiatan ini adalah: 1. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun mempunyai pengetahuan tentang macammacam teknik pemanfaatan limbah kertas. 2. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun mempunyai pengetahuan tentang alat, bahan dan teknik menghias kain yang diukur berdasarkan hasil pre-test dan posttest. 3. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun mempunyai kemampuan untuk membuat berbagai produk busana atau pelengkap busana lainnya yang menggunakan teknik pemanfaatan limbah kertas. 4. Ibu-ibu PKK di Kelurahan Rawamangun mempunyai kemampuan untuk produk kerajinan aksesoris dengan teknik pemanfaatan limbah kertas yang memiliki nilai jual dan estetis.
V. KESIMPULAN Pemanfaatan limbah kertas merupakan salah satu keterampilan yang cukup rumit, namun pemanfaatan limbah kertas yang dapat di buat menjadi aksesoris juga memiliki banyak peminat baik peminat untuk sekedar memiliki dan peminat yang juga ingin mempelajari teknik proses pengelolaan limbah kertas menjadi aksesoris tersebut. Maka berkaitan dengan fenomena fashion tersebut perlu adanya pengembangan keterampilan dan desain aksesoris yang sesuai dengan pemanfaatan limbah di sekitar lingkungan masyarakat yang mempunyai nilai fungsional bagi masyarakat khususnya kaum ibu-ibu yang belum memiliki
19
kemampuan tersebut tetapi semangat dan ingin mempelajarinya. Dengan program pelatihan yang berupaya mengembangkan kreativitas para ibuibu yang masih ingin menambah dan mempelajari keterampilan untuk pemanfaatan limbah kertas di sekitar lingkungan Jl. pemuda kelurahan rawamangun. Program Studi Tata Busana yang didalamnya mempelajari salah satu keterampilan desain akesoris yang akan diterapkan dan berbagi ilmu pada masyarakat khususnya ibu-ibu PKK Jl. Pemuda Kelurahan Rawamangun sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan keahlian kerja ibu-ibu PKK, maka dengan mudah memiliki pekerjaan dan mandiri untuk meningkatkan kreatifitas mereka
Djamadil AA. 1976. Ragam-Ragam Hias, Jilid I. Jakarta : PT. Karya Nusantara. Harper dan Row. 1987. Voque Sewing for The Home (2nd edition). New York: Publiscrs. Parennial Library Janice Willams, Lettering in Embroidery, London, 1982 Judi Brittain, Good House Keeping Step – by – Step Ency clopa, edia of Nedlecraft, London, 1982 Majalah Gadis. 1985. Tangan Terampil. Jakarta: Redaktur Majalah Gadis. Magazine, Wall Hanging Quilt, Japan, edisi 2003 Manisha. Creative Neck Designs. Delhi: Indica Manisha. Tabulous Fashion. Delhi: Indica
DAFTAR PUSTAKA Carlotte Kervin, The Classic Techniques, Nederland, 1974 Dewan Kerajinan Nasional, 1981. Sulaman. Jakarta : Museum Tekstil.
20
Sue Aiken, Applique Quilts, A Craftworid Book, Australia, 1998 Virginia Colton, Complete Nedlework, USA, 1992
Guide
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
to
PELATIHAN PRAKTIK MESIN CNC BAGI GURU-GURU SMK JAKARTA Agus Dudung1), Sugeng Priyanto2), Ahmad Lubi3) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK
Bagi para guru di DKI Jakarta menurut data sekolah dinas DKI Jakarta banyak guru guru muda di sekolah yang belum mendapatkan pelatihan mesin CNC padahal bagi guru produktif wajib mempunyai sertifikat mesin CNC, terutama guru yang mengajar mesin CNC. Untuk para guru muda yang belum mendapatkan sertifikasi mesin CNC, mengingat bekal pengetahuan dan keterampilan yang minim, rasanya sulit untuk mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan. Tujuan kegiatan pengambidian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan keterampilan mesin CNC dari dua aspek, yaitu aspek teknologi/teknik tentang mesin CNC, dan aspek pemeliharaan mesin CNC. Khalayak sasaran adalah para guru yang belum mendapatkan sertifikat permesinan dan yang betul-betul berminat dan mempunyai potensi untuk berkembang. Jumlah peserta yang aktif adalah 21 orang, sebagian besar berasal dari beberapa Sekolah Menengah Kejuruan di antaranya, SMKN 1 Bekasi, SMKN 5 Jakarta, SMK Karya Guna dan SMKN 26 Jakarta. Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil. Lebih dari 90% peserta menguasai teknik permesinan dengan baik. Untuk aspek manajemen perawatan mesin CNC, Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil Kata kunci : Pelatihan, Permesinan, CNC
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Bagi para guru di DKI Jakarta menurut data sekolah dinas DKI Jakarta banyak guruguru muda di sekolah yang belum mendapatkan pelatihan mesin CNC padahal bagi guru produktif wajib mempunyai sertifikat mesin CNC, terutama guru yang mengajar mesin CNC. Untuk para guru muda yang belum mendapatkan sertifikasi mesin CNC, mengingat bekal pengetahuan dan keterampilan yang minim, rasanya sulit untuk mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan. Karena jumlah guru muda yang belum mengajar atau belum dapat
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
jam mengajar. Oleh karena itu diperlukan uluran tangan dari pihak lain, misalnya Perguruan Tinggi lewat program pengambdian kepada masyarakat untuk dapat memecahkan masalah ini. Kondisi di atas perlu segera mendapat penanganan melalui pemberdayaan masyarakat terutama para calon guru. Dengan melihat kondisi para guru muda di sekolah, tidak memiliki bekal keterampilan yang dapat diandalkan sebagai guru. Maka salah satu bentuk keterampilan mesin CNC sebagai pengajar di SMK. Penguatan keterampilan ini
21
sangat diperlukan bagi guru-guru produktif yang mengajar teknik mesin di SMK. Permasalahan atau kendala yang dihadapi adalah para guru muda yang mengajar mesin produksi masih ada yang belum memiliki sertifikat tentang pengetahuan dan keterampilan tentang mesin CNC bagaimana mengoperasikan, membuat program mesin CNC. mendirikan atau mengelola bengkel mesin ? B. Mesin CNC Selama manusia bekerja, terlebih lagi jika bekerja dengan logam-logam, maka ia terus mencari cara-cara dan proses-proses untuk memperbaiki pekerjaan itu. Ada empat fase dalam perkembangan pekerjaan logam,yaitu : 1. Penggunaan kekuatan otot. 2. Pemanfaatan sumber kekuatan. 3. Peningkatan kemampuan dengan caracara kemudi (kendali). 4. Peningkatan kemampuan dengan penambahan kecerdasan. Sampai saat ini perkembangan telah berjalan mulai dari fase ketiga, dimana gerakan bagian-bagian mesintelah dilakukan dengan penomoran dan pengemudian nomor-nomor itu, dan perkembangan kea rah fase empat sudah mulai menyusul. Yang dimaksud dengan cara mengemudikan mesin adalah memberikan semua informasi kepada mesin untuk mampu menghasilakn produk atau hasil-hasil tertentu lainnya. Pada pekerjaan dengan mesin konvensional, informasi diberikan dengan memutar roda tangan atau mengubah sakelar. Operator atau juru mesin mengambil alih informasi itu dari gambar-gambar serta tabel-tabel dan memeriksa gerak perubahan mesin itu dengan pertolongan pembagian skala. Semakin majunya perkembangan teknologi semikonduktor, maka perkem-bangan sistem-sistem otomatis berkembang pesat. Sistem kendali dengan penomoran generasi
22
pertama dilakukan dengan tabung-tabung elektron, sehingga penggunaannya terbatas pada beberapa proses saja, dikarenakan tingginya biaya. Dengan penemuan semikonduktor, maka biaya bisa ditekan lebih rendah sehingga teknologi numerical control bisa dipakai juga dalam pembuatan produk yang tidak begitu rumit. Perkembangan berikutnya adalah cara-cara kendali dengan menggunakan rangkaian terpadu (Integrated Circuit/IC. Cara kendali ini dirancang dengan cara hard-wire logic (mengemudiakan dengan jalur/kawat tetap), disebabkan karena semua fungsi dalam jalur/ kawat. Program benda kerja mampu terbaca pada sebuah pita berlubang. Pada tahun 70-an dihasilkan kembali CNC yang pertama. Cara kendali dilakukan dengan komputer. Program benda kerja yang berisi informasi kendali itu mampu diubah dan disimpan. Cara kendali berbasis komputer itu tahun demi tahun berkembang pesat karena kemudahannya bagi pemakai. Dengan demikian, penggunaan CNC meningkat pesat. 1. Kelebihan mesin CNC Ada beberapa kendala yang dihadapi dan membatasi pekerjaan dengan meng-gunakan mesin konvensional, diantaranya yaitu : a. Untuk membuat suatu produk, sering dilakukan penyetelan-penyetelan yang memakan banyak waktu. b. Merealisir bentuk kontur gabungan hanya mungkin dengan pertolongan mal-mal khusus. c. Kualitas produk yang dihasilkan sangat tergantung pelayanan. d. Kualitas harus terus menerus diperiksa (cek ulang). Kendala-kendala yang dihadapi pada pengerjaan dengan menggunakan mesin konvensional tersebut mampu diatasi dengan menggunakan mesin CNC. Beberapa keuntungan yang diperoleh dari kelebihan yang dimiliki mesin CNC diantaranya : a. Penurunan biaya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Biaya upah yang tinggi dan rendahnya jam kerja produktif pertahun memaksa untuk melakukan otomasi. Karena tingginya harga pembelian dari mesin CNC, maka diperlukan tugas beregu dengan bergilir untuk melayani mesin itu. b. Perbaikan produksi. Pada mesin konvensional, jam kerja mesin yang digunakan sering hanya 20% - 30% untuk pemben-tukan produk itu. Sisa waktu yang sebanyak 80% itu digunakan dalam mengatur posisi, mengubah saklar, menukar peralatan, memasang benda kerja, membersihkan bram dan sebagainya. Penghematan waktu yang banyak mampu diperoleh dengan membaca gambarnya. Pada penggunaan mesin CNC hanya diperlukan satu kali, ialah pada waktu membuat programnya. Juga mengatur posisi pada mesin CNC mampu dilaksanakan dengan jauh lebih cepat. c. Perbaikan kualitas. Waktu proses produksi, kesalahankesalahan manusia dibatasi sampai suatu minimal dan karenanya menimbulkan kualitas produk yang konstan (amat sedikit yang mengalami kesalahan hingga harus diulang). d. Waktu perjalanan yang singkat. Dengan pengerjaan-pengerjaan yang terpadu mampu dimungkin-kan untuk membuat produk-produk yang kompleks dalam satu pemasangan saja. Selain itu pada mesin bubut dengan peralatan-peralatan gerak dan gesernya mampu melakukan pengerjaanpengerjaan frais atau sebaliknya, mesin frais mampu melakukan pengerjaanpengerjaan bubut (mengkorter dan mengfrais ulir-sekrup). e. Perluasan paket produksi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Peningkatan jumlah produksi yang amat banyak, tidak mungkin dilaksanakan tanpa mesin-mesin CNC, juga untuk bentuk produk-produk yang kompleks. Perbandingan harga antara mesin CNC dengan mesin konven-sional pada periode-periode awal dahulu mendekati 6 : 1, kini perbandingan itu kian kecil hingga sampai 2 : 1. adalah tidak tertutup kemungkinan bahwa suatu saat harga kedua jenis mesin itu akan sama saja. Mesin CNC mampu digunakan dalam setiap proses dimana jalan yang mampu di program harus dicatat bebas. Pada pertimbangan untuk pembelian sebuah mesin CNC kita terbentur pada bermacam-macam problema, apalagi bila kita baru membelinya untuk pertama kalinya. Disamping problema pemilihan mesinnya sendiri, masalah tenaga kerja (yang ada kemungkinan terkena ancaman) juga harus diperhatikan benar. Pada penggunaan mesin-mesin CNC kita mempunyai hubungan teknis produksi dengan aspek-aspek sebagai berikut : 1)
Metode produksi. Penggunaan mesin bubut CNC yang makin luas mampu disebabkan karena kecepatan produksinya yang tinggi, waktu gerak samping yang cepat dan derajat ketelitian yang amat tinggi. Hal ini mampu dicapai karena pertukaran piranti yang dilakukan secara otomatis. Keuntungan lainnya yakni kenyataan bahwa berbagai pengerjaan mampu dilakukan dengan satu kali penemuan benda kerja dan (sekaligus) pirantinya. Hal ini mampu mengulangi waktu proses dengan amat berarti.
23
2)
Produk (hasil benda kerja) Suatu peraturan umum yang berlaku dalam pengguna-an CNC adalah bahwa semakin bagian itu bertambah kompleks maka pengerjaan dengan CNC akan semakin meningkat manfaatnya. Yang dimaksud dengan kompleks (rumit) adalah banyaknya informasi ukuranukuran untuk benda kerja dalam bentuk-bentuk seperti alur, pembulatan, kemiringan, dan toleransinya. Karena ketelitian mesin CNC yang tinggi, maka untuk produk-produk dimana syarat-syarat ketelitian yang tinggi diperlukan mesin CNC amat cocok, bahkan bisa mereduksi biaya yang mahal. Pelaksanaan bentuk-bentuk yang kompleks dan pola-pola lubang yang rumit dengan mesinmesin konvensional memerlukan penggunaan copy serta berturutturut dan mengemal bor berulangulang. Biaya bekerja dengan mesin semacam itu bahkan bisa berlipatlipat bila disbanding-kan dengan menggunakan program CNC. Produk-produk dengan banyak langkah pengerjaan membutuhkan banyak macam perkakas. Pada mesin CNC berbagai piranti mampu ditukar secara otomatis, sehingga mengurangi waktu-waktu gesernya atau waktu penggantiannya. Dengan demikian waktu dalam proses produksi dengan menggunakan mesin CNC mampu lebih cepat dari pada menggunakan mesin manual, sehingga hasilnya mampu lebih efisien dan efektif.
2. Sistem pengendalian mesin CNC
24
Pengendalian mesin CNC dilakukan dengan menggunakan sistem komputer yang mampu diprogram dengan bahasa program yang ditentukan untuk mesin tersebut. Dengan itu dimungkinkan untuk mengendalikan program-program dan bila perlu langsung dikoreksi tanpa menggunakan sebuah pita berlubang. Pada cara kendali yang modern juga memungkinkan selama dalam memproduksi salah satu benda kerja, kita mampu memprogramkan benda kerja yang lain berikutnya dan dengan pertolongan grafik kita mampu pula memeriksa program itu. Dengan cara demikian kita mampu memperkecil waktu kerja mesin, hal ini tentunya sangat meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan mesin tersebut. B. Tujuan Kegiatan 1. Tujuan kegiatan pengambidian kepada masyarakat ini adalah untuk memberikan pelatihan keterampilan mesin CNC dari dua aspek, yaitu aspek teknologi/teknik tentang mesin CNC. Dalam aspek teknologi, peserta akan diberi pelatihan yang berkaitan dengan alat dan perlengkapan mesin bubut CNC, mengoprasikan mesin bubut CNC, membuat program mesin CNC. Pemeliharaan mesin CNC, dan Perbaikan mesin CNC, serta cara penangananya, berbagai teknik mesin bubut CNC yang praktis, latihan membuat barang-barang jadi, yang mempunyai nilai jual, dan masalah keselamatan kerja. 2. Dalam aspek manajemen, peserta akan diberi pelatihan tentang kiat-kiat atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam mendirikan usaha bengkel mesin bubut CNC, misalnya pemilihan bentuk usaha, lokasi usaha, cara memperoleh modal awal, pengadaan alat-alat dan perlengkapan mesin bubut CNC,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
pembelian bahan baku, pemasaran produk dan sebagainya. C. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran yang ditetapkan sejak semula adalah para guru yang belum mendapatkan sertifikat permesinan dan yang betul-betul berminat dan mempunyai potensi untuk berkembang. Pembatasan khalayak ini juga mengungat keterbatasan waktu dan biaya yang tersedia. Jumlah peserta yang aktif adalah 21 orang, sebagian besar berasal dari beberapa Sekolah Menengah Kejuruan di antaranya, SMKN 1 Bekasi, SMKN 5 Jakarta, SMK Karya Guna dan SMKN 26 Jakarta.
II. METODE Pada pelatihan ini direncanakan pelaksanaannya sebanyak 2 kali pertemuan, Masing masing pertemuan 8 jam pelajaran. Pada pertemuan pertama para peserta diberi teori tentang permesinan CNC dan pada pertemuan kedua para peserta melaksanakan praktik mesin CNC. Jenis materi pelatihan ini teori dan praktik, dengan komposisi 20% teori dan 80% praktik. Teori diberikan sebelum melakukan kegiatan praktek atau diintegrasikan selama praktek langsung oleh peserta pelatihan dan pada pertemuan terakhir diadakan evaluasi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
A. Keterkaitan Kegiatan yang dilaksanakan ini mempunyai keterkaitan dengan berbagai institusi terutama lembaga pendidikan atau sekolah menengah kejuruan (SMK). Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan keterampilan mesin bubut CNC, yang di ikuti oleh peserta diberbagai guru SMK, telah berhasil dilaksanakan walaupun tidak semua rencana berjalan seperti yang diharapkan. Jumlah peserta yang aktif adalah 21 orang, sebagian besar berasal dari beberapa Sekolah Menengah Kejuruan di antaranya, SMKN 1 Bekasi, SMKN 5 Jakarta, SMK Karya Guna dan SMKN 26 Jakarta.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan ini dilakukan terhadap beberapa unsur, diantaranya frekuensi kehadiran, keseriusan selama pelatihan, dan penguasaan materi baik aspek teknik maupun manajemen perawatan bengkel mesin CNC. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pelaksanaan kegiatan pengabdian ini berhasil dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari frekuensi kehadiran yang tinggi dan keseriusan (ketekunan) selama berlatih. Penguasaan teknik mesin CNC juga cukup baik lebih dari 85% peserta menguasai teknik yang baik dan benar, walaupun belum dapat dikatakan mahir. Dari pelatihan teknik mesin CNC yang telah dikuasai ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bekal untuk mengembangkan katerampilan lebih lanjut. Sebagaimana tujuan kegiatan untuk memberikan pelatihan keterampilan mesin CNC dari dua aspek, yaitu aspek teknologi/teknik tentang mesin CNC. Dalam aspek teknologi ini para guru peserta pelatihan, diberi pelatihan yang berkaitan dengan alat dan perlengkapan mesin bubut CNC, mengoperasikan mesin bubut CNC, membuat program mesin CNC. Pemeliharaan mesin CNC, dan Perbaikan mesin CNC, serta cara penangananya, dan berbagai teknik mesin
25
bubut CNC yang praktis, Dalam aspek manajemen, peserta akan diberi pelatihan tentang kiat-kiat atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pemeliharaan mesin bubut CNC. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat manfaat bagi para guru peserta pelatihana, hingga dapat meningkat-kan kualitas sumberdaya manusia, dari semula tidak terampil menjadi lebih terampil dan mempunyai keahlian menjadi-kan guru yang professional. Menjadikan para guru terampil bidang permesinan. Menjadikan guru yang berkualitas sesuai dengan bidangnya di permesinan. Membantu sekolah dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Sebagai upaya membantu pemerintah dalam mengatasi kekurangan guru ahli mesin CNC. A. Jadwal Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan keterampilan mesin bubut CNC, yang di ikuti oleh peserta diberbagai guru SMK, telah berhasil dilaksanakan walaupun tidak semua rencana berjalan seperti yang diharapkan. Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai pada : Tanggal : 28 – 29 Mei 2015 Jam : 800 sampai 1630 Tempat : Laboratorium Mesin CNC Jurusan Teknik Mesin FTUNJ. B. Pembahasan Berdasarkan hasil atau realisasi pelaksanaan kegiatan pelatihan, maka dapat dijelaskan berdasarkan dua faktor, yaitu faktor penunjang dan faktor penghambat. Faktor yang dapat dikatakan sebagai penunjang antara lain adalah minat peserta yang tinggi, tersedianya prasarana dan sarana yang cukup memadai, seperti tempat, bahan, dan alat-alat yang cukup. Selain itu kegiatan ini juga mendapat respons dan dukungan yang baik dari sekolah, hal ini dibuktikan dengan
26
kehadiran berbagai guru di sekolah menengah kejuruan. Adapun faktor penghambat yang utama adalah tingginya harga bahan-bahan dan peralatan untuk kegiatan saat ini, seperti besi, majun, hamplas dan sebaginya. Oleh karena itu kegiatan ini tidak dapat dilakukan secara optimal, dalam arti dapat menggunakan bahan yang banyak dan jangka waktu yang lebih lama, karena keterbatasan anggaran yang tersedia. Hambatan lain adalah dari segi waktu kegiatan di mana kita membagi waktu dengan penggunaan laboratorium mesin CNC, untuk praktek mahasiswa reguler. Namum demikian, secara keseluruhan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk pelatihan keterampilan mesin CNC, dan manajemen pemeliharaan ini cukup berarti dan mempunyai nilai tambah tersendiri bagi khalayak sasaran khususnya, dan Sekolah Menengah Kejuruan pada umumnya. C. Observasi Kegiatan Pada kegiatan ini diadakan observasi kegiatan terhadap peserta pelatihan dan evaluasi terhadap program pelatihan. Evaluasi terhadap peserta pelatihan dilalukan oleh anggota tim dengan membuktikan setiap peserta pelatihan telah mebuat program mesin CNC dan dipraktikan hasilnya menjadi benda kerja. Evaluasi program kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat ketercapian dari tujuan program kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah kegiatan pelatihan berlangsung. Evaluasi sebelum kegiatan dilaksanakan dengan cara diskusi sebelum pemaparan materi dan sebelum pelaksanaan praktik mesin CNC. Sedang evaluasi selama kegiatan berlangsung dilakukan dengan mengamati para peserta pelatihan. Setelah itu dilakukan evaluasi dengan cara para peserta pelatihan membuat program mesin cnc untuk di eksekusi dalam praktik mesin, dan hasilnya
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
melihat benda kerja hasil praktik para peserta pelatihan untuk melihat keberhasilan, ternyata cukup memuaskan. D. Hasil Kegiatan Berdasarkan hasil pelatihan didapat-kan suatu perubahan yang baik bagi para perserta guru guru SMK, yang sebelumnya tidak begitu paham tentang permesinan CNC. Sekarang memiliki kemampuan untuk mengajar permesinan CNC di Sekolah tempat mengajar. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mempunyai beberapa hasil sebagai berikut : 1. guru peserta pelatihan dapat meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dari semula tidak terampil menjadi lebih terampil dan mempunyai keahlian menjadikan guru yang professional. 2. guru terampil bidang permesinan CNC. 3. guru yang berkualitas sesuai dengan bidangnya di permesinan. E. Faktor Pendorong dan Penghambat Faktor pendorong kegiatan pelatihan ini adalah kesungguhan para peserta guru-guru SMK dan mendapatkan dukungan dari kepala sekolah SMK dan beberapa pihak terkait yang memprakasai kegiatan dan membantu menyediaan akomodasi untuk kelancaran pelatihan para guru SMK, serta izin yang di bantu oleh pihak yang berwenang dan prasarana yang di berikan jurusan teknik mesin FT UNJ dan LPM UNJ. Semuanya telah menjadikan kegiatan pengabdian ini berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, adapun faktor penghambat pelatihan ini ada beberapa sekolah yang belum punya lab. Mesin CNC, dan masih terbatasnya sarana lab. Praktik si sekolah masing masing peserta.
IV. KESIMPULAN Terdapat dua aspek materi pelatihan yang diberikan terhadap para guru SMK di Jakarta, yaitu aspek teknik keterampilan mesin CNC dan aspek manajemen perawatan mesin CNC. Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil. Lebih dari 90% peserta menguasai teknik permesinan dengan baik. Untuk aspek manajemen perawatan mesin CNC, Berdasarkan evaluasi yang telah dilaksanakan, dari aspek teknik, pelatihan ini dapat dikatakan cukup berhasil. Mengingat waktu kegiatan pengabdian yang terbatas, maka evaluasi terhadap aspek manajemen belum dilakukan. Namun demikian secara umum kegiatan pengabdian ini mendapat respons yang positif dari para guru peserta pelatihan khususnya, dan sekolah SMK pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA Dudung, Agus. Pemrograman Mesin Control Nemerik TU Bubut dan Milling, Bandung: CV. Bimedia Bakti Aksara, 2012. ________ Perancangan Produk, Bandung: PT Rosda Karya, 2012. Handbook, EMCO. CNC.Training Unit-2A, Austra: Maier & CO, 1996 Mattson, Mike . CNC Programming, Austria:Maier & CO, 2007 Shigley, Joseph Edward and Larry D. Mitchell, Perencanaan Teknik Mesin, diterjemahkan oleh Gandhi Harahap, cetakan kedua, Jakarta: Erlangga, 2011. Kiyokatsu, Suga. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Terjemahan: Sularso, cetakan ketujuh, Jakarta: Pradnya paramita, 1991. Widodo, CNC Membubut, Bandung: Angkasa, 2007.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
27
28
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS MICROSOFT POWER POINT UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MATEMATIKA DI MGMP KECAMATAN PULOGADUNG Swida Purwanto1), Suprakarti2), Sri Sudaryati3) Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK
Dalam dunia profesionalisme, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan verbal yang baik Namun jika proses pembelajaran hanya mengandalkan kemampuan verbal saja, maka akan muncul keterbatasan-keterbatasan. Perkembangan IPTEK ini seharusnya dapat dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan, salah satunya untuk memaksimalkan proses pembelajaran di dalam maupun diluar kelas melalui pembuatan media pembelajaran interaktif berbasis ICT (Information and Communication Technology). Sehingga, keterbatasan-keterbatasan yang dapat timbul dari proses pembelajaran yang hanya mengandalkan lisan saja dapat dihindari atau paling tidak dapat diminimalisir. Kegiatan pengabdi adalah memberikan pelatihan pembuatan media pembelajarn interaktif berbasis PowerPoint bagi guru-guru di Kecamatan Pulogadung. Kata Kunci : IPTEK, ICT, PowerPoint I. PENDAHULUAN A. Kondisi Objektif Dalam dunia pendidikan, professionalisme seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan verbal yang baik agar dapat mengomunikasikan informasi dan mentransfer ilmu yang disampaikan kepada peserta didiknya Namun jika proses pembelajaran hanya mengandalkan kemampuan verbal saja, maka akan muncul keterbatasan-keterbatasan.. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini tengah berkembang dengan pesat. Perkembangan IPTEK dimanfaatkan juga dalam dunia pendidikan, salah satunya untuk memaksimalkan proses pembela melalui pembuatan media pembelajaran interaktif
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
berbasis ICT (Information and Communication Technology) agar dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Manfaat media pembelajaran dikemukakan oleh Kemp dan Dayton (1985), yaitu : 1. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan 2. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik 3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif 4. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi 5. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan 6. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
29
7. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan 8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif. Kecamatan Pulo Gadung terletak antara 1060 49’ 35" Bujur Timur dan 060 10’ 37" Lintang Selatan, dengan luas wilayah 12,94 Km2. Secara administrasi Kec. Polugadung terdiri atas tujuh kelurahan, masingmasing kelurahan mempunyai luas yang sangat bervariasi. Kecamatan Pulo Gadung sebagai salah satu wilayah yang terletak di ibukota memiliki sekolah-sekolah yang sudah terstandarisasi. Setidaknya terdapat 8 SMP Negeri dan 30 SMP swasta serta 2 SMA Negeri, 12 SMA Swasta yang terdaftar pada data Kemdikbud. Sekolahsekolah tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai dalam mendukung kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu Universitas Negeri Jakarta (UNJ) sebagai institusi pendidikan tinggi diharapkan melalui pengabdian kepada masyarakat dapat berperan aktif dalam penyebarluasan IPTEK untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kecamatan Pulogadung yang salah satunya dilakukan melalui Pengembangan Media Belajar berbasis ICT. B.
Rumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi yang telah dipaparkan, maka masalah yang dapat diidentifikasi di sini adalah sebagai berikut: 1. Bentuk pelatihan ICT seperti apa yang tepat untuk memberdayakan IPTEK pada Sekolah Menengah di Kecamatan Pulogadung ? 2. Metode pelatihan apa yang dapat diterapkan dalam pelatihan ICT tersebut ? 3. Apakah pelatihan pengembangan media belajar ICT tersebut dapat bermanfaat bagi sekolah, guru dan siswa di kecamatan Pulogadung? C. Tujuan Kegiatan
30
Tujuan dari kegiatan ini adalah : 1. Meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, khususnya di tingkat sekolah menengah yang ada di Kecamatan Pulogadung melalui pemanfaatan ICT. 2. Mengembangkan potensi guru matematika sekolah menengah yang ada di Kecamatan Pulogadung agar lebih kreatif dan inovatif dalam menyediakan media pembelajaran berbasis ICT. D. Manfaat Kegiatan Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran dapat berjalan lebih kreatif, inovatif, efisien dan efektif. 2. Memotivasi semangat belajar peserta didik sekolah menengah di Kecamatan Pulogadung malalui kemudahan dalam akses sumber belajar yang interaktif. Mengoptimalkan fasilitas yang terdapat pada sekolah agar dapat digunakan untuk meningkatkan mutu sekolah-sekolah menengah yang ada di Kecamatan Pulogadung.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Berbasis ICT (Information and Communication Technology) Pendidikan berbasis ICT telah lama dimulai sejak tahun 1960an dengan pendidikan berbasis komputer. Seiring dengan perkembangan teori belajar, semula pemanfaatan komputer dalam pembelajaran menggunakan pendekatan teori behaviorisme. Komputer lebih banyak digunakan untuk melakukan drill and practice. Perkembangan selanjutnya dipengaruhi oleh teori belajar konstruktivisme, komputer dimanfaatkan untuk membantu siswa menemukan dan merumuskan penge-tahuannya melalui interaksi dan eksplorasi sumber-sumber belajar berbasis ICT Penggunaan ICT sebagai media pembelajaran dapat berbentuk file slide Power Point, gambar, animasi, video, audio,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
program CAI (computer aided instruction), program simulasi, dan lain-lain. Penggunaan media berbasis ICT memberikan beberapa keuntungan, antara lain memvisualisasikan konsep-konsep abstrak, mempermudah memahami materi-materi yang sulit, mensimulasikan proses yang sulit dilakukan secara manual menampilkan materi pembelajaran dalam berbagai format (multimedia) sehingga menjadi lebih menarik, dan terbaru (up to date) dari berbagai sumber, memungkinkan terjadinya interaksi antara pebelajar dan materi pembelajaran, mengakomodir perbedaan kecepatan dan gaya belajar siswa, mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan tenaga, mendukung perubahan peran guru ke arah yang positif sebagai fasilitator dan mediator, dari posisi semula sebagai satusatunya sumber pengetahuan, meningkatkan keterampilan individu penggunanya. Trend terhadap penggunaan teknologi multimedia pembelajaran sebagai basis pengajaran telah mengalami peningkatan (Sankey, 2005). Saat ini perubahan kurikulum yang mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam pengajaran sedang dilakukan di berbagai negara. Untuk itu, guru sebagai pengajar harus menguasai teknologi (Powers, 2005). Penggunaan metode representasi ganda yang berbasis komputer telah diperkenalkan sebagai suatu metode yang sangat baik untuk memudahkan suatu pengertian. B.
Media Pembelajaran dengan Power Point
Begitu banyak media pembelajaran yang bisa kita gunakan untuk mentransfer ilmu kepada anak didik kita. Mulai dari Media pembelajaran berbasis PowerPoint, Flash, maupun yang berbasis Web/Blog dan LMS (Learning Management System) seperti Moodle, ATutor, Drupal dan masih banyak lagi. Dari banyak media pembelajaran yang dapat digunakan, Media Ms PowerPoint memiliki kesederhanaan dalam pembuatannya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Model pembelajaran Ekspositori . yang memanfaatkan Media ajar Ms PowerPoint menjadi pilihan favorit para guru untuk menyampaikan pemahaman dan membangkitkan inspirasi siswa terhadap materi yang sedang disampaikan. Pemanfaatan Animasi seperti trigger, hyperlink, Macro dan fasilitasfasilitas Add on Ms PowerPoint seperti iSpringPro, PowerPlug, juga Mouse Mischief, dapat untuk membuat presentasi Ms Powerpoint menjadi Powerful. Disamping itu, penyampaian materi yang tersusun dalam menu-menu yang terstruktur, akan memudahkan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran Dalam menyusun Menu pada media ajar yang akan kita gunakan, dapat berisi 8 hal, yaitu Judul Media (Halaman depan), Standar Kompetensi-Kompetensi Dasar (SK-KD), Indikator dan Tujuan pembelajaran, Model pembelajaran, Materi (disesuaikan dengan Model pembelajaran yang digunakan), Evaluasi/Uji Komptetensi, Referensi, Penyusun.
III. MATERI DAN METODE A. Kerangka Penyelesaian Masalah Untuk meningkatkan kompetensi guruMatematika sekolah menengah di kecamatan Pulogadung dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif dapat dilakukan dengan melaksanakan pelatihan media pembelajaran interaktif guru-guru matematika sekolah menengah kecamatan Pulogadung. Teknik pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah dengan mengundang salah seorang guru matematika dari sekolah-sekolah menengah kecamatan Pulogadung untuk mengikuti pelatihan. Selanjutnya peserta pelatihan dapat menularkan keahlian yang diperoleh selama pelatihan kepada kawan-kawan guru sejawat di sekolah masing-masing. B.
Materi Penyelesaian Masalah
31
Pembahasan dijelaskan berupa :
Inti
dari
Materi
yang
1. Dasar-dasar Powerpoint, yang meliputi pembahasan tentang memulai slide baru, cara memasukkan teks, cara memasukkan file gambar, membuat tabel, membuat shapes (bentuk), membuat chart, cara membuat hyperlink, dan cara membuat slide master. 2. Membuat Media Pembelajaran Interaktif Berbasis PowerPoint, yang meliputi pembahasan tentang membuat tampilan muka, membuat menu pilihan, memasukkan konten, membuat soal latihan dan evaluasi interaktif menggunakan macro, menambahkan Hyperlink, membuat keyboard dan klik sembarang untuk pindah slide tidak aktif saat presentasi, dan membuat file slide show. 3. Pengembangan PowerPoint yang meliputi pembahasan tentang efek animasi, efek transisi, cara memasukkan file suara, cara memasukkan file video, dan merubah warna tombol saat di klik. C. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran dari kegiatan ini adalah guru SMP, SMA dan SMK yang ada di Kec.Pulogadung serta belum memanfaatkan ICT sebagai media pembelajaran. D. Metode Kegiatan Metode yang digunakan dalam menjalankan program pengabdian masyarakat ini adalah: ceramah, diskusi, demonstrasi dan praktek.
pembelajaran interaktif diikuti oleh 18 orang terdiri dari guru matematika jenjang SMP 8 orang, guru SMA dan SMK masing-masing 5 orang. Peserta pelatihan berasal dari 15 sekolah terdiri dari 6 sekolah SMP, 5 sekolah SMK dan 4 sekolah SMA. Hasil yang diperoleh guru-guru peserta pelatihan adalah kemampuan guru dalam membuat media pembelajaran interaktif matematika.
Hasil Survey Pengetahuan peserta Interaktif.
tentang
PowerPoint
Dari diagram tersebut nampak bahwa peserta pelatihan sebagian besar (72%) sudah mengetahui tentang Power Point.
Dari diagram terlihat bahwa penggunan power point di dalam pembelajaran di kelas merupakan suatu kebutuhan ( 89% ). Berdasarkan hasil angket peserta pelatihan yang dilakukan setelah mengikuti pelatihan, diperoleh informasi, yang disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan Kegiatan pelatihan kompetensi guru matematika sekolah menengah di kecamatan Pulogadung dalam mengembangkan media
32
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
menghambat kegiatan pelatihan. Factor-faktor tersebut diantaranya: •
Dari guru matematika yaitu merasa bahwa kegiatan pelatihan yang dilaksanakan adalah hal biasa yaitu hanya pemanfaatan power point seperti membuat teks penyajian/presentasi. Hal ini berdampak pada rendahnya animo guru untuk mengikuti kegiatan. Namun berdasarkan hasil angket sebelum pelatihan terlihat bahwa kegiatan pelatihan ini sangat dibutuhkan oleh peserta pelatihan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswanya.
•
Kurangnya dukungan dari kepala sekolah untuk mengutus guru matematika di sekolahnya mengikuti kegiatan pelatihan.
•
MGMP (Musyawarah Guru Mata pelajaran) bidang studi Matematika wilayah kec. Pulogadung kurang mendukung kegiatan pelatihan karena kebanyakan guru sudah tidak membutuhkan kegiatan pelatihan dalam rangka untuk memperoleh sertifikat untuk memenuhi syarat menjadi guru yang profesional.
Dari diagram di atas nampak bahwa semua peserta pelatihan merasakan manfaatnya setelah mengikuti kegiatan pelatihan media pembelajaran interaktif Peningkatan motivasi untuk menggunakan PowerPoint dalam pembelajaran yang dirasakan oleh peserta
Dari diagram tersebut nampak bahwa lebih dari 75% peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan terjadi peningkatan motivasi untuk menggunakan Powerpoint dalam pembelajaran matematika.
Sedangkan faktor-faktor yang mendukung kegiatan pelatihan ini diantaranya adalah semangat peserta pelatihan setelah mengetahui apa yang akan diperoleh setelah mengikuti pelatihan.
V. KESIMPULAN
Tingkat kepuasan peseta pelatihan ditunjukkan pada diagram sebanyak 94% peserta pelatihan puas, cukup puas dan sangat puas.
kuesioner sebelum dan sesudah kegiatan yang diikuti oleh lebih dari 75 % dari jumlah peserta yang diharapkan maka dapat disimpulkan pelatihan Media Pembelajaran Interaktif berbasis Power Point berhasil.
DAFTAR PUSTAKA B.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Kegiatan Pelatihan ini telah dapat berlangsung dengan baik, namun masih terdapat kekurangannya. Hal ini dikarenakan terdapat faktor-faktor yang dapat dikategorikan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
BTKP Provinsi NTB. (2012, Juli). PUSAT SUMBER BELAJAR BTKP. Dipetik Maret 2015, dari media pembelajaran ppt bahasa indonesia: persuasif:
33
http://btkp.dikpora.ntbprov.go.id/psb/index.php ?option=com_phocadownload&view= category&download=502:xbindo2persu asif&id=2:bhsindonesia&Itemid=6 Dikti.
(2012). Cara Membuat Presentasi Menggunakan Program Microsoft Powerpoint 2007. Dipetik Maret 2015, dari http://pjjpgsd.dikti.go.id/file.php/ blog/attachments/501/Bacaan_2.pdf.
Direktorat Pembinaan SMA. (2015). DAFTAR SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA). Dipetik Maret 2015, dari http://psma.kemdikbud.go.id/home/stat istik/daf_sma.php Elang,
K. (2009). Rancangan Pembelajaran Berbasis TIK.
Materi
Enterprise, J. (2007). Trik Cepat Menguasai MS Power Point 2007. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Diambil kembali dari Enterprise, J. 2007. Trik Cepat Menguasai MS Power Point 2007. PT Elex Media Komputindo. Jakarta Kemdikbud. (t.thn.). JUMLAH DATA SATUAN PENDIDIKAN (SEKOLAH) PER KABUPATEN/KOTA : KOTA
34
JAKARTA TIMUR. Dipetik April 2013, dari Data Referensi Kementrian Pendidikan & Kebudayaan: http://referensi.data.kemdikbud.go.id/in dex11.php?kode=016400&level=2 Kemp, J. &. (1985). Planning and Producing Instructional Media. New York: Harper and Row Publisher. Saptanningtyas, Y. (2012). Modul Pelatihan Peningkatan Profesionalitas GuruGuru Sekolah Dasar Di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Penguasaan. Dipetik Maret 2015, dari http://staff.uny.ac.id/sites/default/fil es/pengabdian/fitriana-yulisaptanningtyasspd-msi/ pengabdian.pdf. Diakses Senin, 27 Januari 2014. TELKOM Solution. (2015, Maret). Daftar Sekolah Aktif. Dipetik Maret 2015, dari SIAP Web Sekolah: http://siapsekolah.com/daftar-sekolah-aktif/? kpropinsi=202&kkota=202016& kjenjang=4&kstatus=2&search_list=1
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PEMBUATAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU GURU SMK SE-JAKARTA PUSAT Supria Wiganda Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Kegiatan pelatihan Pembuatan Artikel Ilmiah ini bertujuan untuk; Melatih guruguru terampil dalam membuat Artikel Ilmiah dan karya tulis ilmiah, serta melatih guru dapat melaksanakan kegiatan penulisan sebagai upaya dalam rangka pengembangan profesinya. Khlayak sasaran merupakan para guru-guru SMK baik negeri maupun swasta se jakarta Pusat. Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa materi pertemuan yang ada kaitannya dengan pembuatan artikel Ilmiah yang dilaksanakan pada bulan September 2015 bertempat di SMK Negeri 39 Cempaka Putih Jakarta Pusat. Pada Pertemuan tersebut diberikan secara umum tentang materi pembuatan Artikel ilmiah, teknik penulisan karya ilmiah serta teknik Presentasi, dan diakhiri dengan tugas pembuatan artikel ilmiah sesuai pedoman/ panduan yang telah diberikan dalam pelatihan. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dengan berbagai intitusi, yang antara lain unsur dinas pendidikan Kota Administratif Jakarta Pusat, pendidikan sekolah menengah kejuruan se wilayah jakarta pusat. Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat awal pelatihan, proses pelaksanaan pelatihan, dan diakhir kegiatan tes akhir, serta hasil pekerjaan dalam bentuk tugas membuat artikel ilmiah. Dari hasil selama pelatihan berlangsung memperlihatkan keantuiasan peserta sehingga berjalan secara hidup, dan dihasilkan produk artikel ilmiah dengan bervariasi judul, ini memperlihatkan keberhasilan pelatihan dengan baik. Kata kunci : Pelatihan, Artikel ilmiah, dan Guru SMK
I.
PENDAHULUAN
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
35
Pasca diberlakukannya PERMENPAN dan Reformasi Birokrasi no. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, maka setiap guru yang ingin menaikan pangkatnya diberlakukan untuk membuat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ( PKB) yang salah satunya membuat Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu Pemerintah secara resmi telah mencanangkan bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional. Pencanangan ini ditandai dengan undangundang Guru dan dosen yang dikeluarkan pada tahun 2005. Dengan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, karena guru sebagai agen pembelajaran merupakan ujung tombak peningkatan proses pembelajaran di dalam kelas yang akan berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sebuah sertifikat profesi guru yang diperoleh melalui uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan sebagai guru profesional. Sertifikasi guru juga merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru. Selain hal-hal tersebut di atas secara garis besar juga terdapat beberapa kelompok kekurangan yang terjadi yang menyebabkan guru tidak lulus sertifikasi yang antara lain adalah pada kelompok penelitian dan karya ilmiah serta karya lainnya seperti buku ajar yang disusun sendiri oleh guru. Dalam pelaksanaan PKB hampir tidak pernah guru meneliti bidang pekerjaannya sendiri. Selain itu juga keaktifan dalam mengikuti PKB juga berbagai kegiatan penelitian atau karya ilmiah dan sejenisnya yang sangat kurang .
36
Berdasarkan pada kenyataan di atas dirasa perlu kiranya memberikan pelatihan pada guru dalam kaitannya dengan Pembuatan Artikel Ilmiah yang merupakan bagian dari pengem-bangan profesi guru. Adapun rumusannya sebagai berikut: a. Apakah dengan mengikuti pelatihan guru dapat membuat Artikel Ilmiah ? b. Apakah dengan mengikuti pelatihan guru dapat membuat artikel ilmiah yang akan dipublikasikan dalam bentuk jurnal ? Adapun Tujuan kegiatan ini : Melatih Guru membuat artikel ilmiah yang baik dan Melatih Guru untuk dapat menyusun, mempublikasikan dalam jurnal sebagai salah satu bahan untuk kenaikan pangkatnya.
A. Hakekat Karya Tulis Ilmiah Karya tulis ilmiah adalah suatu karya tulis yang dibuat beracuan pada proses ilmiah. Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab empat pertanyaan berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu? Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan masalah umumya dikemukakan dalan bagian dengan judul Kerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori , atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya. Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode. Jawaban terhadap pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan atau Hasil Penelitian. Sementara itu paparan tentang makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau Pembahasan. Tentu saja sistematika karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati. Sistematika karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masarakat keilmuan dalam bidang terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi). Dalam suatu karya ilmiah yang mempunyai tingkat keformalan yang tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika penulisan lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti seperti Kesimpulan dan Rekomendasi (Saran-Saran) pada bagian akhir, atau Kata Pengantar pada bagian awal.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Banyak jurnal dan majalah meminta abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi, lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik memungkinkan pembaca mengenali isi dokumen lengkap secara secara cepat dan akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen sesuai dengan bidang minatnya, sehingga dokumen tersebut perlu dibaca lebih lanjut. Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata (dalam satu atau dua paragraf), menyatakan secara singkat tujuan dan lingkup penelitian/pengkajian, metode yang digunakan, rangkuman hasil, serta kesimpulan yang ditarik. B. Hakikat Artikel Ilmiah Hakikat Karya Ilmiah Suatu Karya Ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang tau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah, antara lain untuk menyampaikan gagasan, memenuhi tugas dalam studi, untuk mendiskusikan gagasan dalam suatu pertemuan, mengikuti perlombaan, serta untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan / hasil penelitian. Karya ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau memecahan masalah secara sistematis, disajikan secara objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku, serta didukung oleh fakta, teori, dan atau bukti-bukti empirik. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Karya ilmiah dapat berfungsi
37
sebagai rujukan, untuk meningkatkan wawasan, serta menyebarluaskan ilmu pengetahuan. Bagi penulis, menulis karya ilmiah bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan membaca dan menulis, berlatih mengintegrasikan berbagai gagasan dan menyajikannya secara sistematis, memperluas wawasan, serta memberi kepuasan intelektual, di samping menyumbang terhadap perluasan cakrawala ilmu pengetahuan.
1)
Dalam karya ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu : 1) Struktur sajian Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut. 2) Komponen dan substansi Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak. 3) Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua. 4) Penggunaan bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku. Adapun jenis – jenis karya ilmiah, yaitu :
38
2)
3)
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat tersebut didukung data dan fakta empiris-objektif, baik berdasarkan penelitian langsung; observasi lapangan atau penelitian di laboratorium, atau studi kepustakaan. Skripsi menuntut kecer-matan metodologis hingga menggaransi ke arah sumbangan material berupa penemuan baru. Tesis adalah jenis karya ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Dalam penulisannya dituntut kemampuan dalam menggunakan istilah tehnis; dari istilah sampai tabel, dari abstrak sampai bibliografi. Artinya, kemampuan mandiri sekalipun dipandu dosen pembimbing menjadi hal sangat mendasar. Sekalipun pada dasarnya sama dengan skripsi, tesis lebih dalam, tajam, dan dilakukan mandiri. Disertasi ditulis berdasarkan penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi memuat penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
Dalam penulisan karya ilmiah ada 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1) Sikap ingin tahu. Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
2) Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan kekurangan-nya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya. 3) Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai. 4) Sikap objektif. Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi. 5) Sikap rela menghargai karya orang lain. Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain. 6) Sikap berani mempertahankan kebenaran. Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada. 7) Sikap menjangkau ke depan. Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya. Kesalahan dalam penulisan Karya Ilmiah Rata-rata kesalahan penulisan karya ilmiah yang menghambat penyelesaiannya adakan dikarenakan ‘tidak konsisten’ dalam penulisan. Bentuk ketidak konsisten itu menyangkut banyak hal, dapat berupa diksi, teknik mengutip, atau bahkan alur berpikir sendiri. Berbagai kendala yang jumpai dalam proses penulisan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut :
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
• salah mengerti audience atau pembaca tulisannya, • salah dalam menyusun struktur pelaporan, • salah dalam cara mengutip pendapat orang lain sehingga berkesan menjiplak (plagiat), • salah dalam menuliskan bagian Kesimpulan, • penggunaan Bahasa Indonesia yang belum baik dan benar, • tata cara penulisan “Daftar Pustaka” yang kurang tepat (tidak standar dan berkesan seenaknya sendiri), • tidak konsisten dalam format tampilan (font yang berubah-ubah, margin yang berubah-ubah). C. Hakekat Pengembangan Profesi Pekerjaan profeisonal dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori: yaitu Hard Profession dan Soft Profession. Suatu pekerjaan dapat dapat dikatagorikan sebagai Hard Profession apabila pekerjaan tersebut dapat didetailkan dalam perilaku dan langkahlangkah yang jelas dan yang relatif pasti. Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini adalah menghasilkan keluaran pendidikan yang dapat distandarisasikan. Artinya, kualifikasi lulusan jelas dan seragam di manapun pendidikan itu berlangsung. Dengan kulifikasi ini seseorang sudah mampu dan akan terus mampu melaksanakan tugas profesinya secara mandiri tanpa pendidikan lagi. Pekerjaan dokter dan pilot sebagai contohnya. Sebaliknya katagori Soft Profession adalah diperlukannya kadar seni dalam melasanakaan pekerjaan tersebut. Ciri pekerjaan tersebut tidak dapat dijabarkan secara detail dan pasti. Sebab, langkah-langkah dan tindakan yang harus diambil, sangat ditentukan oleh kondisi dan stuasi tertentu. Implikasi katagori Soft Profession tidak menuntut pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan dengan standar tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini
39
dari waktu ke waktu harus ditingkatkan agar dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, lembaga in – service training bagi Soft Profession amat penting. Profesi Guru termasuk dalam katagori Soft Profession . Sehingga dirasakan perlu atau secara rasonal dapat kiranya program sertifikasi guru ini dibenarkan. Karena dengan program sertifikasi ini akan membawa kepada mutu pendidikan yang lebih baik. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru. Tugas seorang guru dilihat dari profesi adalah : 1. Mendidik 2. Mengajar 3. Melatih
: Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. : Meneruskan dan mengembangkan iptek. : Mengembangkan keterampilan dan penerapannya.
Sementara tugas seorang guru sebagai tugas kemanusiaan adalah : 1) Menjadi orang tua kedua, 2) Transformasi diri, dan 3) Autoidentifikasi. Guru juga mengemban tugas kemasyarakatan yang antara lain: Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi WNI yang bermoral Pancasila, dan Mencerdaskan bangsa Indonesia Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan
40
agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni, pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan guru. Didalam undang-undang guru dan dosen dinyatakan ada empat kompetensi profesi guru yaitu : 1) Kompetensi Pedagogik, Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. 2) Kompetensi Kepribadian, Kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. 3) Kompetensi Profesional, kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dan 4) Kompetensi Sosial, Kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan masyarakat sekitar. Keempat komponen kompetensi guru ini dijabarkan ke dalam 10 kompetensi. Selain hal tersebut di atas kita juga mengenal 10 kompetensi guru yaitu : 1) Menguasai bahan pelajaran, 2) Mengelola PBM, 3) Mengelola Kelas, 4) Menggunakan media/sumber belajar, 5) Mengguasai landasan pendidikan, 6) Mengelola interaksi belajar mengajar, 7) Menilai prestasi siswa, 8) Mengenal layanan BK, 9) Mengenal Penyelenggaraan. Administrasi Sekolah, dan 10) Memahami prinsip-prinsip Penelitian Pendidkan. Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
II. METODE Pemecahan masalah tentang Peningkatan Layanan Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran di Sekolah dengan mengadakan pelaksanakan pelatihan Penulisan artikel ilmiah bagi guru- guru SMK dalam dua tahap, yaitu tahap pertama tentang pemberian materi teori secara keseluruhan dan tahapan berikutnya adalah latihan membuat artikel ilmiah sampai berhasil menjadi produk. A. Realita Pemecahan Masalah Sebagai realita pemecahan masalah seluruh para peserta pelatihan dapat menghasilkan karya dalam bentuk artikel ilmiah yang didasarkan dari Penelitian Tindakan Kelas dengan mengaplikasikan model/metode pembelajaran yang didapat pada pelatihan sehingga muncul hasil,berbagai variasi judul, yang dapat dilaksanakan di sekolah masing-masing. B.
Khalayak Sasaran Guru-guru yang akan mengusulkan naik pangkat atau sedang menyelesaikan program pendidikan di pendidikan tinggi sebagai contoh mahasiswa yang dalam hal ini adalah guru yang sedang membuat skripsi, Tesis maupun Disertasinya. C. Metode Penerapan Ipteks Pada pelatihan ini dilaksanakan sebanyak 6 pertemuan yang masing-masing selama 1,5 jam. Pada pertemuan pertama diberikan secara umum tentang penulisan Artikel Ilmiah. Pada pertemuan 2 sampai ke 5 latihan penerapan pembuatan Artikel ilmiah dan pertemuan ke 6 evaluasi. D. Keterkaitan Kegiatan yang dilaksanakan ini mempunyai keterkaitan dengan berbagai institusi, yang antara lain adalah institusi/dinas pendidikan pada umumnya dan pendidikan menengah, baik bidang sekolah menengah
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
kejuruan maupun umum di wilayah Jakarta Pusat. Evaluasi kegiatan dilakukan tidak saja di akhir dari program pelatihan juga selama proses dilakukan juga evaluasi pada peserta pelatihan. Jadi di awal program diberikan tes awal, di sepanjang pelatihan ada kuis tiap bahasan, dan diakhir program juga ada tes akhir. Serta juga hasil pekerjaan selama proses pelatihan juga dihimpun.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan Evaluasi kegiatan dilakukan tidak saja di akhir dari program pelatihan juga selama proses dilakukan juga evaluasi pada peserta pelatihan. Jadi di awal program diberikan tes awal, di sepanjang pelatihan ada kuis tiap bahasan, dan diakhir program juga ada tes akhir. Serta juga hasil pekerjaan selama proses pelatihan dalam bentuk proposal penelitian. Dari hasil observasi selanma pelatihan berlangsung memperlihatkan keseriusan dan keantusiasan peserta sehingga interaktif berjalan secara hidup dan produk Artikel yang dihasilkanpun sangat baik dan bervariatif. B. Pembahasan Berikut ini dipaparkan hasil kegiatan program pengabdian masyarakat untuk guruguru SMK se Jakarta Pusat: Pada kegiatan ini diadakan evaluasi terhadap peserta dan evaluasi terhadap program kegiatan. Evaluasi terhadap peserta dilakukan oleh anggota tim terhadap proses dan hasil yang dicapai secara obyektif. Sedangkan Evaluasi terhadap program kegiatan dilakukan oleh pelaksana untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah kegiatan pelatihan ini berlangsung. Evaluasi sebelum kegiatan dilaksanakan dengan cara diskusi dengan para anggota sebelum pelaksanakaan pemaparan materi; sedangkan evaluasi selama
41
kegiatan berlangsung dilakaukan dengan mengamati peserta peltihan. Dan setelah itu dilakukan evaluasi dengan cara membuat masing-masing artikel ilmiah yang akan diajukan oleh masing-masing guru. Atas dasar pengamatan selama pelaksanaan pelatihan berlangsung seluruh peserta sangat perhatian dan serius dalam membuat tugasnya serta adanya perubahan perilaku dalam berdiskusi yang cukup baik. Yang saat awal pertemuan belum terbuka wawasannya tentang pengetahuan karya tulis ilmiah, sekarang cukup memiliki kemampuan untuk menulis sebuah artikel ilmiah, hal ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang diadakan sudah cukup berhasil. Selain itu dapat terlihat dengan berbagai variasi judul artikel yang dihasilkan oleh para peserta, juga memperlihatkan bahwa kemampuan para peserta dalam memecahkan berbagai masalah di kelas melalui sebuah penelitiannya, sehingga memperlihatkan kemampuan atau keberhasilan yang sangat baik bagi peserta. C. Faktor Pendorong Dan Penghambat Adapun faktor pendorong dalam kegiatan ini adalah adanya kesungguhan dari seluruh peserta guru-guru SMK serta para Kepala Sekolah SMK masing yang telah memberikan izin dan tugas kepada gurugurunya. Juga Kepala Sekolah SMKN 39 Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan pelatihan serta membantu berbagai sarana prasarana dan akomodasi demi kelancaran pelaksanaan pelatihan penulisan artikel ilmiah di wilayah Jakarta pusat yang telah diberikan kepada pelaksana Pengabdian Masyarakat LPM Universitas Negeri Jakarta, sehingga berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun faktor penghambat dalam pelatihan ini dapat dikatakan tidak ada, kecuali faktor dana yang terbatas, sehingga jumlah peserta dibatasi, sarana prasara yang diberikan
42
kepada para peserta pelatihan juga kepada para pelatihan sangat terbatas pula.
IV. KESIMPULAN Sebagai kesimpulan dari hasil kegiatan pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah adalah sebagai berikut: 1. Para peserta mengetahui konsep dasar karya tulis ilmiah secara mendalam, sehingga memiliki kemampuan untuk membuat suatu karya tulis ilmiah dalam bentuk artikel jurnal. 2. Para peserta mendapat kemampuan dan wawasan karya tulis ilmiah secara prosedural. 3. Dengan adanya berbagai variasi judul dalam artikel ilmiah yang telah dibuat para peserta, mengindikasikan bahwa wawasan serta kemampuan mengenai karya tulis ilmiah dalam hal ini artikel ilmiah bagi peserta ternyata meningkat. 4. Hasil pelatihan dapat diaplikasikan secara jelas, dan juga dapat membantu/ mempercepat dalam penulisan karya ilmiah lain bagi guru-guru yang sedang membuat tesis maupun disertasinya.
DAFTAR PUSTAKA APA, 1983. Publication Manual of the American Psychological Association Third Edition. Washington DC: American Psychological Association. Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology: The Teaching LearningProcees. Chiocago: The Moody Bible Institute. Bloom,
Benyamin S. 1976. Human Characteristic and School Learning. New York: Mc Graw-Hill Book Company.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Depdikbud, Ditjen Pendidikan Dasar dan menengah. 1999. Penelitian Tindakan. Jakarta: Dikmenum.
Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta.
Hopkins, D. 1985. A Teacher”s. Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press.
Thorndike R.L & E.P. Hagen, 1977. Measurement and Evaluation in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Santoso, Singgih. 2007. Soal Jawab Statistik dengan SPSS dan Exel. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Wilkinson, David, 2000. The Researcher’s Toolkit The Complete Guide to Practioner Research. London: Routledge Falmer
Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis jalur Untyuk Riset bisnis Dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
43
44
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PENYULUHAN PENGENALAN BAHAYA MEROKOK, MINUMAN KERAS, DAN NARKOBA PADA SISWA TINGKAT SD-SMP KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN PURWAKARTA JAWA BARAT Eko Siswono1), Dwi Sukanti Lestari N2) Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK
Dalam rangka mempersiapkan generasi emas Indonesia Tahun 2045 penting bagi dunia pendidikan untuk melakukan perubahan cara atau pola pikir. Dunia Pendidikan tidak sekedar dimaknai dengan tranfer akademik (keilmuan) saja, tetapi juga dengan dilengkapi dengan karakter. Keseimbangan akademik dan karakter inilah yang penting dipersiapkan sejak sekarang atau sedini mungkin. Hal ini seperti disampaikan oleh Rektor IKIP PGRI Semarang dalam rangka diskusi ilmiah Tanggal 8 April 2013. Dalam kesempatan tersebut Rektor menekakan, perlunya keseimbangan penguasaan ilmu (akademik, keterampilan, dan karakter) merupakan faktor kunci menghasilkan sumberdaya manusia yang kompetitif. Proses pemeblajaran tidak cukup sekedar meningkatkan pengetahuan melalui core subjects melakinkan harus dilengkapi dengan kemampuan kritiskreatif, karakter kuat yang didukung pula dengan kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Agar lebih baik generasi mendatang sesuai dengan pernyataan tersebut, maka muthlak bahwa pendidikan karakter sedini mungkin perlu dipersiapkan, mengingat ancaman, hambatan dan gangguan di luar sekolah mengintai setiap saat, seperti bahaya merokok, minuman keras dan bahkan lebih buruk lagi yaitu bahaya masuknya narkoba di kalangan siswa sekolah dasar dan sekolah menengah. Khususnya narkoba hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Berdasarkan uraian di atas, maka dianggap perlu memperkenal-kan kepada siswa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sedini mungkin, tentang bahaya merokok, minuman keras dan narkoba. Sejalan dengan program pengabdian pada masyarakat dan dalam rangka berperan-serta untuk mencegah hal-hal negatif di luar sekolah, maka penting dilakukan upaya pencegahan tersebut melalui penyuluhan sehari yang diselenggarakan bulan Juli minggu keempat 2015, selama dua hari tentang :”Bahaya
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
45
Merokok, Minuman Keras, dan Narkoba pada Siswa Sekolah Dasar Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta Jawa Barat” Kata Kunci : Pengenalan Bahaya Merokok, Minuman Keras, Dan Narkoba I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Berdasarkan analisis situasi dan kajian pustaka, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa ada beberapa sekolah dasar di Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta perlu dilakukan penyuluhan sedini mungkin, mengingat letak geografis dari sebagian besar sekolah dasar di wilayah tersebut terletak dekat dengan jalan raya menuju ke Kota Subang. Dengan letak geografis seperti tersebut di atas, hal-hal yang terkait dengan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terhadap minuman keras dan bahaya narkoba di kalangan siswa-siswi sekolah dasar di sepanjang jalan tersebut. Sehubungan dengan pelaksanaan penyuluhan tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan, seperti di bawah ini agar dapat menangkal kekhawatiran - kekhawatiran tersebut. Rumusan yang dimaksud adalah : 1. Bagaimanakah meningkatkan pemahaman tentang kemungkinan ancaman bahaya merokok, minuman keras dan bahaya narkoba di kalangan siswa sekolah dasar di Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta ? 2. Bagaimanakah menumbuhkan kewaspadaan siswa sekolah dasar mengenai tantangan, hambatan dan gangguan terhadap bahaya merokok, minuman keras dan bahaya narkoba di Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta ? B. Fenomena Merokok Dalam kehidupan sehari-hari seringkali ditemui orang merokok di mana-mana, baik di kantor, pasar ataupun tempat umum lainnya atau bahkan di kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi
46
menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun (Smet, 1994). Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) menemukan, bahwa perilaku merokok diawali oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Smet (1994), bahwa mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling (meniru perilaku orang lain) menjadi salah satu determinan dalam memulai perilaku merokok (Sarafino, 1994). Oskamp (1984) menyatakan, bahwa setelah mencoba rokok pertama, seorang individu menjadi ketagihan merokok, dengan alasan-alasan seperti kebiasaan, menurunkan kecemasan, dan mendapatkan penerimaan. Graham (dalam Ogden, 2000) menyatakan bahwa efek positif dari merokok adalah menghasilkan efek mood yang positif dan membantu individu dalam menghadapi masalah yang sulit. Studi Mirnet (Tuakli dkk, 1990) juga menambahkan bahwa dari survei terhadap para perokok, dilaporkan bahwa orang tua dan saudara yang merokok, rasa bosan, stres dan kecemasan, perilaku teman sebaya merupakan faktor yang menyebabkan keterlanjutan perilaku merokok pada remaja. Jika dilihat data-data mengenai keterlibatan remaja dalam berbagai perilaku negatif, maka kita akan menemukan angkaangka yang mengejutkan dan mengkhawatirkan. Kelompok Smoking and Health memperkirakan sekitar enam ribu remaja mencoba rokok pertamanya setiap hari dan tiga ribu di antaranya menjadi perokok rutin (Stop, 2000). Perilaku merokok pada remaja umumnya semakin lama akan semakin meningkat sesuai dengan tahap perkembangannya yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas merokok, dan sering mengakibatkan mereka mengalami ketergantungan nikotin (Laventhal dan Cleary dalam Mc Gee, 2005). Efek dari merokok hanya meredakan kecemasan selama efek dari nikotin masih ada, malah ketergantungan nikotin dapat membuat seseorang menjadi tambah stres (Parrot, 2004). Indri Kemala Nasution : Perilaku Merokok Pada Remaja, 2007 USU Repository 2008
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
C. Bahaya Merokok Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20 batang perhari. Konsekuensi dari merokok antara lain meningkatnya kejadian infeksi saluran nafas bagian atas, batuk, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskular, kanker, mengganggu fertilitas, lahir kurang bulan, kematian maupun absen dari kerja atau sekolah. Anak atau kaum muda yang merokok, pertumbuha dan perkembangan parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut. Efek dari rokok atau tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan kepada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan,1979:33). Perokok pasif dapat meningkatkan resiko penyakit kanker, paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit: angina, asma dan alergi akibat asap rokok. D. Minuman Keras Minuman Keras adalah semacam minuman yang berbahaya dan membahayakan bagi orang yang meminumnya. Dalam sebuah hadist Nabi Muhammad SAWmelaknat khamr atau minuman keras yang memabukkan mencakup kepada sepuluh golongan : (1) yang memerasnya; (2) yang minta diperaskan; (3) yang meminumnya; (4) yang membawanya: (4) yang minta di antarkan; (5) yang menuangkannya; (6) yang menjualnya; (6) yang makan hasil penjualannya; (7) yang membelinya; (8) yang minta dibelikan” Demikian salah satu hadist riwaayat At Tirmidzi dan Ibnu Majah. Al Khamr secara bahasa atinya tertutup, yang diambil dari kosa kata khimar yang berarti kerudung (penutup kepala) dan kata khamr yang berarti minuman yang memabukkan atau minuman keras (miras). Demikianlah orang yang mengkonsumsi khamr menyebabkan akalnya tertutup sehingga tidak bisa mengingat dirinya atau mabuk. Rasulullah SAW menetapkan khamr (miras) tidak semata dari bahan untuk membuat
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
khamr (miras), tetapi lebih dari pengaruh yang ditimbulkan, yaitu memabukkan. Miras (minuman keras), apapun nama yang digunakan oleh manusia tetapi dapat membuat yang mengonsumsinya mabuk hilang akal, seperti ganja, arak, tuak dan sejenisnya, hukumnya adalah haram. Khamr didefenisikan oleh Raslullah SAW adalah sesuatu yang memabukkan yang dapat mengakibatkan hilngnya akal. Padahal akal adalah organ mulia anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengontrol gerak gerik anggota tubuh. Maka hukum Islam menegaskan meminum khamr baik sedikit apalagi banyak hukumnya adalah haram. Rasulullah SAW bersabda: “Minuman apapun kalau banyaknya itu memabukkan. Maka sedikitnyapun adalah haram.” (HR. Ahmad, Abu Daud, dan At Tirmidzi). E. Narkoba Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat-obatan berbahaya. Seperti ungkapan ‘api kecil adalah kawan dan jika menjadi besar adalah lawan’. Ini ungkapan yang sangat pas untuk menggambarkan tentang narkoba. Dalam dunia medis, narkoba bisa menjadi obat-obat yang berkhasiat untuk penyembuhan. Penggunaan narkoba dalam dunia medis adalah legal. Nah yang menjadi penyalahgunaan adalah ketika seseorang yang mengkonsumsi narkoba tanpa adanya pengawasan dari seorang ahli kesehatan atau dokter. Bila seseorang menggunakan narkoba tanpa adanya pengawasan dari dokter akan sangat membahayakan si pengguna karena umumnya narkoba mengandung zat-zat beracun yang bisa menyebabkan pengguna narkoba akan selalu ketergantungan atau kecanduan terhadap obat-obatan tersebut, merusak organorgan tubuh, mempengaruhi berkurangnya daya pikir seseorang atau membuat pikiran menjadi tidak rasional dan kerusakan otak secara permanen. Akibat yang lebih mengerikan lagi adalah berujung pada kematian. Dilihat dari segi penggunaannya, narkoba dibedakan menjadi 2 golongan. Yakni pengguna narkoba ‘jalanan’ (ilegal) dan penggunaan narkoba legal dalam dunia medis yang disalahgunakan. Dari penggolongan jenisnya, narkoba di bedakan menjadi 3
47
golongan besar yakni narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya. Ketiga jenis narkoba tersbut juga sering disebut dengan napza. Data dan fakta menunjukkan persentase tertinggi penguna narkoba adalah anak-anak sekolah dan anak-anak remaja. Sedangkan lokasi tempat mereka ‘menikmati’ barang haram tersebut umumnya di kos-kosan, clubclub malam, diskotik dsbnya. Mereka dijadikan sasaran empuk oleh para pengedar untuk mengeruk keuntungan dari penjualan barang haram tersebut. Tidak pada mereka saja, kalau kita menonton berita di tv banyak contoh kasus artis-artis yang terlibat dengan penggunaan narkoba. Bahkan ada yang tertangkap sampai 2 kali dalam kasus yang sama. Ini menunjukkan cengkeraman narkoba yang sangat hebat pada seseorang sehingga sulit untuk melepaskannya. Mengingat maraknya peredaran narkoba di Indonesia yang sepertinya hukum di Indonesia tidak membuat mereka (para pengedar atau bandar ) jera, selalu saja ada penyeledupan narkoba ke wilayah Indonesia. Ini menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai orang tua untuk mengawasi dan lebih mewaspadai anak-anak kita di dalam pergaulan. Awasi tingkah laku dan pola hidup anak-anak. Orangtua harus peka terhadap perubahan sikap anak-anak yang memang kalau mereka terlibat penggunaan narkoba akan terlihat dengan sangat jelas. Kita patut dan wajib menjaga dan melindungi mereka dari serangan hal semacam itu. Begitu mereka terjerumus, adalah masalah besar di kemudian hari. Namun bagaimana dengan kita yang tidak mengerti atau awam terhadap hal itu? Nah berikut di bawah ini ada buklet-buklet dalam bentuk file PDFyang dapat didownload secara gratis yang sangat berguna untuk kita mengetahui dan mengenali jenis-jenis narkoba, efek samping penggunaan narkoba baik jangka pendek maupun jangka panjang serta kesaksian-kesaksian para pengguna narkoba. F. Bahaya Narkoba Bagi Remaja atau Pelajar Penyalahgunaan narkotika dan obatobatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut,
48
dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirataratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar anak didik kita kapan saja. G. Tujuan Kegiatan Mengacu pada permasalahan yang diajukan, maka tujuan penyuluhan program pengabdian pada masyrakat antara lain : 1. Meningkatkan pemahaman terhadap siswa-siswi tingkat sekolah dasar mengenai kemungkinan ancaman bahaya merokok, minuman keras dan bahaya narkoba di Kecamaran Campaka, Kabupaten Purwakarta. 2. Menumbuhkan kewaspadaan siswasiswi sekolah dasar mengenai tantangan, hambatan dan gangguan terhadap bahaya merokok, minuman keras dan bahaya narkoba di Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta. Meningkatkan kemampuan untuk menangkal terhadap ancamanan, tantangan, hambatan dan gangguan bahaya merokok, minuman keras dan bahaya narkoba pada siswa-siswi sekolah dasar di Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta. H. Khayalak Sasaran Khalayak sasaran yang ditetapkan, bahwa sejak dini siswa-siswi SD dan SMP menjadi target utama untuk menangkal adanya ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan terhadap merokok, minuman keras, dan bahaya narkoba, sehingga diharapkan adanya penyuluhan ini semua ancaman, hambatan, tantangan dan gangguan terhadap merokon, minuman keras dan bahaya narkoba dapat dicegah. Minimal di lingkungan sekolah dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
keluarga peserta penyuluhan di Kecamatan Campaka Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
II. METODE KEGIATAN Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan adalah ceramah dengan pendekatan kasus yang sering terjadi di daerah perkotaan. Selain itu, menunjukkan beberapa kasus krusial dengan memaparkan gambar berupa foto-foto kasus. Harapannya dengan menunjukkan gambar foto tersebut, minimal memberikan efek tidak melakukan hal-hal negatif seperti dalam foto tersebut. Metode lain dengan bermain peran dan pertukaran pikiran dan tanya jawab, agar peserta penyuluhan dapat menyelami kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat. A. Agenda Kegiatan Kegiatan penyuluhan ini dilakukan selama 2 hari dengan perincian 1 hari di tingkat SD dan 1 hari di tingkat SMP atau setara dengan masing-masing sekolah 4 (empat) jam pelajaran efektif, tetapi jika kegiatan ini dalam waktu yang telah ditentukan belum tuntas dalam arti materi dan pemecahan masalahnya belum selesai, maka dilanjutkan pada hari di luar jam pelajaran.
III.
HASIL KEGIATAN PENYULUHAN
Penyuluhan pada tingkat ini dilaksanakan di SDN 1 Campaka pada tanggal 15 Agustus 2015, pukul 09.00-13.00 WIB. Penyuluhan bertempat di Ruang kelas V-a dan V-b SDN 1 Campaka. Penyuluhan pada tingkat ini penulis laksanakan di SMPN 1 Campaka pada tanggal 22 Agustus 2015, pukul 09.00-13.00 WIB, yang bertempat di Ruang Laboratorium SMPN 1 Campaka. Kegiatan penyuluhan yang telah dilaksanakan di Desa Campaka, baik di SDN 1 Campaka, maupun di SMPN 1 Campaka ini tidak lepas dari beberapa kekurangan yang menjadi hambatan terkait proses kegiatan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
penyuluhan yang efektif dan maksimal. Pada penyuluhan di tingkat SD, terdapat kurang adanya koordinasi dengan pihak sekolah mengenai fasilitas speaker dan microphone. Selain itu, guru-guru sekolah yang semula akan turut hadir dalam kegiatan penyuluhan nampak hadir tidak sampai kegiatan penyuluhan itu selesai. Beda halnya dengan di SMP, para peserta cenderung pasif dan tidak peduli dengan pemaparan dari penyuluhan ini. A. Hasil Kegiatan Dengan adanya kegiatan penyuluhan akan bahaya merokok, minuman keras, dan narkoba bisa mencerdaskan dan memotivasi siswa-siswi, baik di tingkat SD maupun SMP bahwa ketiga aspek itu sangat berbahaya bagi mereka, baik fisik maupun non-fisik, baik skala saat ini mupun masa yang akan datang. Bahkan dengan adanya penyuluhan ini, tingkat perokok di bawah umur (tingkat SD dan SMP), bisa ditekan dan bahkan terus mengalami progress yang positif, yang mana tingkat perokok di tingkat SD dan SMP terus mengalami peningkatan, dan semakin berani untuk merokok di tempat umum. Dari hasil pengamatan selama mengikuti penyuluhan, bahwa banyak siswa yang kurang mengetahui jenis-jenis minuman keras dan jenis-jenis narkoba. Dengan metode yang diterapkan pada penyuluhan ini, diantaranya metode pemaparan kasus yang sering terjadi di masyarakat dan dengan pemutaran video dan gambar-gambar termasuk jenis minuman keras dan narkoba diperkenalkan kepada peserta penyuluhan. Setelah diperkenalkan jenis-jenis minuman keras dan narkoba banyak dari mereka yang bertanya tentang bahaya minuman keras dan narkoba tersebut. Berdasarkan pemaparan penyaji, maka sebagian besar mereka peserta yang mengikuti penyuluhan tersebut dapat memahami jenisjenis minuman keras dan narkoba serta bahaya yang mengancam dan mengintai pada siswasiswi di tingkat SD dan SMP tersebut diharapkan dapat dihindari dengan memahami bahaya tersebut. Ke depan, dari hasil
49
penyuluhan tersebut, diharapkan juga bahwa para orang tua siswa=siswi tingkat SD dan SMP harus memahami tentang hal ini, dengan maksud untuk mencegah kemungkinankemungkinan terjadi di lingkungan mereka. Hal ini mendapat sambutan dari pihak kepala desa setempat agar pelaksanaan tersebut dapat direalisasikan. Pemaparan materi diselingi dengan diskusi kelompok kecil dari peserta penyuluhan yang hasilnya diluar dugaan penyelenggara, yaitu bahwa pemaparan presentasi hasil diskusi mereka, menemukan titik temu antara peserta penyuluhan dengan penyelenggara terutama pada tingkat SMP. Titik temu yang dimaksudkan adalah presentasi hasil diskusi dari peserta memaparkan kasus-kasus yang berkenaan dengan penyalahgunaan minuman keras dan bahaya narkoba yang pada tahun terakhir ini banyak terjadi di kalangan remaja yang ada di Kabupaten Purwakarta, sehingga mereka sangat memahami faktor penyebab dan akibat yang ditimbulkan ketika barang haram terebut masuk di kalangan mereka. Hal ini merupakan suatu kemajuan tingkat pengetahuan peserta penyuluhan yang secara langsung maupun tidak langsung mengenai kalangan mereka, sehingga harapan dari penyelenggara penyuluhan diharapkan cepat tercapai untuk menghadapi ancaman, ganguan, tantangan dan hambatan dari masuknya minuman keras dan narkoba di kalangan mereka. B. Hasil Pembahasan Dalam pelaksanaan penyuluhan selama dua hari tersebut, berjalan sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya. Akan tetapi, tidak terlepas adanya pihak-pihak yang merupakan faktor pendukung dan juga pihakpihak yang merupakan faktor penghambat, antara lain seperti di bawah ini : C. Faktor Pendukung Faktor pendukung penyuluhan bahaya merokok, minuman keras, dan narkoba di tingkat SD dan SMP :
50
Antusiasme siswa/i, baik di tingkat SD dan SMP yang sangat bersahabat dan terbuka dengan kegiatan program yang dilakukan. Peserta penyuluhan yang banyak, bahkan memadatkan ruangan tempat penyuluhan. Hal ini membuktikan, bahwa peserta penyuluhan merasa perlu untuk mengetahui materi yang disajikan dalam penyuluhan tersebut. Dari tiga puluh peserta dari SD kelas tinggi ( kelas 4, 5, dan 6) serta dari SMP kelas 8 dan 9, seluruhan dapat mengikuti penyuluhan ini sesuai jadwal yang direncanakan. Khususnya peserta dari SMP tersebut, ketika dilakukan diskusi dengan pendekatan model penyajian gambar-gambar kasus yang dipaparkan oleh penyuluh, banyak dari mereka yang menanggapi dan memberikan pertanyaan, sehingga suasana dalam ruangan kelas menjadi lebih hidup. Pihak sekolah yang mau memfasilitasi dalam kegiatan penyuluhan, sehinggan kegiatan berjalan dengan komunikatif. Berdasarkan pengamatan ketika dilaksanakan penyuluhan ini, pihak kepala sekolah sebelumnya dilakukan pendekatan untuk mendapatkan persetujuan ketika hendak dilaksanakan penyuluhan tersebut. Hal ini dapat dibuktikan perijinan untuk penggunaan ruang kelas dan waktu yang dijadwalkan dapat diterima. Tetapi, pihak sekolah menyayangkan bahwa pelaksanakan penyuluhan ini hanya satu hari untuk tingkat SMP dan satu hari untuk tingkat SD, sehingga menurut pihak sekolah kurang waktunya. D. Faktor Penghambat Faktor penghambat penyuluhan bahaya merokok, minuman keras, dan narkoba di tingkat SD dan SMP :
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Pihak sekolah yang kurang mau berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan, seperti hadir dalam kegiatan penyuluhan, memberikan masukan kepada penyelenggara, atau dengan menghadirkan para guru dan orang tua siswa untuk berpartisipasi atas pelaksanaan program ini. Meskipun demikian, hasil yang dicapai dalam pelaksanaan penyuluhan dapat dikatakan berhasil. Siswa/i yang cenderung gaduh dan membuat kebisingan yang melebihi ambang batas membuat kami sulit menciptakan suasana yang kondusif. Terutama pada tingkat SD, ketika pelaksanaan diskusi atau tanya jawab setelah pemaparan dari penyelenggara banyak peserta yang kurang fokus dalam mengikuti program ini. Tetapi syukur alhamdulilah, berkat metoda atau cara untuk melerai situasi tersebut dapat dikendalikan dengan cara melakukan pendekatan kuis-kuis dengan diberikan hadiah bagi yang dapat menjawab pertanyaan dari penyuluh, sehingga suasana yang tadinya gaduh dapat dikendalikan dengan cara tersebut.
IV. KESIMPULAN Berdasarkan pengamatan dan pelaksanaan penyuluhan ini, dapat disimpulkan bahwa : Pelaksanaan penyuluhan mendapatkan respon positif bagi peserta penyuluhan. Hal ini terbukti antusiasme peserta penyuluhan bersemangat mengikuti agenda pemaparan dari penyaji. Disamping itu, dari orang tua peserta mengharapkan ada langkah selanjutnya setelah dilakukan penyuluhan ini, sehingga tidak putus dipertengahan jalan terutama dari pemerintah setempat untuk saling mengawasi tentang tingkat laku siswa-siswa terhadap ancaman, tantangan hambatan dan gangguan merokok minuman keras dan bahaya narkoba di lingkungan masyarakat dan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Aditama, Tjandra Yoga. 2001. Masalah Rokok dan Penggulangannya. YP IDI Ahsan, Abdillah. 2006. “Warta Demografi”, Profil Perokok dan Pengendalian Rokok di Indonesia, Tahun 36 No 3 2006 Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta. Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC Evania, Putri. 2011. Menguak Rahasia Otak Perempuan. Yogyakarta : Sinar Kejora Gunawan, Arif. 2011. Remaja permasalahannya. Yogyakarta: Hanggar Kreator
dan
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.Jakarta : Salemba Medika Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologis Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju Generasi Tanpa Merokok. Jakarta: CV. Seti-Aji Mu’tadin, Zainun. 2002. “Remaja Rokok”.(www.e-psikologi.com) diakses tanggal 7 Maret 2011
dan
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
51
Poltekkes, Depkes. 2010. Kesehatan Remaja, problem dan solusinya. Jakarta : Salemba Medika.
52
Satiti, A. 2009. Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Datamedia
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PEMBERDAYAAN IBU-IBU DI DESA PASAURAN KECAMATAN CINANGKA PROVINSI BANTEN DALAM MENGISI KEGIATAN PKK MEMBUAT PRODUK KERAJINAN YANG BERDAYA JUAL Dewi Suliyanthini Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) adalah salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi yang wajib dilaksanakan oleh setiap dosen. Pelaksanaan pengabdian yang berupa pemberdayaan ibu-ibu PKK di desa Pasauran kecamatan Cinangka Provinsi Banten, adalah kegiatan membuat produk kerajinan yang berdaya jual. produk kerajinan ini membuat alas tikar dari limbah bungkus kopi, membuat tas kantong dari limbah bingkus kopi, dan lain sebagainya. Diharapkan kegiatan ini dapat memberikan motivasi dan implikasi yang positif bagi kaum ibu-ibu PKK dan para remaja perempuan di desa Pasauran kecamatan Cinangka kabupaten Serang, Provinsi Banten. Kata Kunci : Produk Kerajinan dari limbah
I. PENDAHULUAN Provinsi Banten yang terletak kurang lebih 100KM dari kampus Universitas Negeri Jakarta, merupakan provinsi yang sedang dan baru akan membangun kembali daerahnya setelah mengalami banyak peristiwa dari gaya kepempipinan atasannya tempo dulu. Di Provinsi Banten terletak daerah kecamatan Cinangka kelurahan Desa Pasauran, yang mana ibu-ibu nya belum aktif melakukan kegiatan PKK di lingkungannya. Kebanyakan kaum ibuibu banyak waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Juga karena daerah provinsi ini baru akan sedang melakukan pembangunan kembali disektor perekonomian,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
maka program pelaksanaan pengabdian masyarakat Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat akan mengisi memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan penerapan IPTEKS kepada para ibu-ibu dan remaja di wilayah desa Pasauran Cinangka Banten Program Penerapan IPTEKS ini yaitu membuat produk kerajinan berupa alas tikar, tas kantong, dompet dari limbah bungkus kopi yang bermanfaat dan berdaya jual. Sehingga program ini dapat mengisi waktu luang yang positif bagi para ibu-ibu dan remaja di Pasauran Cinangka Banten dan diharapkan dapat
53
menghasilkan income tambahan dari produk kerajinan yang berdaya jual ini.
II. MATERI DAN METODE Pengertian Limbah adalah sampah hasil buangan suatu produksi, baik produksi skala kecil atau menengah. Limbah rumah tangga pun adalah limbah yang dikategorikan produksi kecil. Pada umumnya limbah ini memberikan dampak negative bagi kesehatan atau keindahan alam lingkungan. Namuan dengan penanganan dan penngolahan yang baik dan cermat limbah dapat didaur ulang menjadi produk yang bermanfaat. Limbah atau sampah digolongkan menjadi dua golongan yaitu : limbah organic seperti bekas sayur mayor arau sisa makanan, umumnya limbah organik jika di kubur dalam tanah dapat menyuburkan tanah menjadi gembur dan subur. Jenis limbah lainnya yaitu limbah an-organik, yaitu limbah dari bungkus plastic atau jenis lain yang agak sulit didaur ulang jika masyarakat pembuang limbah tidak mengetahui bagaimana cara mendaur ulang limbah an-organik ini menjadi barang bermanfaat. Umumnya liumbah memberikan dampak negative, seperti banjir, bau tak sedap, pemandangan yang tidak indah untuk dilihat, penyakit kulit dan pernapasan, dll. Limbah bungkus kopi merupakan limbah an-organik berupa plastic, kertas yang jika dibuang akan menimbulkan dampak tidak sehat bagi lingkungan sekitar seperti sarang nyamuk, serangga, menimbulkan banjir karena akan menghambat memampatkan kelancaran jalannya air buangan. Oleh karena itu limbah bungkus kopi tersebut akan kita daur ulang membuat produk yang lebih bermanfaat seperti alas tikar, tas kantong dan lain sebagainya. Adapun proses pembuatannya adalah sebagai berikut : - Mengumpulkan sebanyak - banyaknya bungkus kopi berbagai merk warna dan bentuk ukuran.
54
-
-
-
-
Memilah-milah limbah bungkus kopi sesuai dengan jenis corak dan warnanya. Menggunting sisi bagian atas dan sisi bawah bungkus kopi sehingga bungkus kopi hanya memiliki bagian sisi yang masih lengkap. Lakukan pekerjaan menggunting sisi ini untuk semua jenis limbah kopi, agar saat melipat dan menganyam dapat dengan mudah dan cepat. Setelah itu lipat bagian atas bawah kopi sampai berbentuk silinder dengan tebal berukuran kira-kira 1 cm. lakukan pekerjaan ini sampai memiliki lipatan silinder bungkus kopi sebanyakbanyaknya Setelah lipatan silinder bungkus kopi terkumpul banyak. Lakukan penganyaman, dengan cara saling silang menyilang dan tarik pada posisi ujung masing-masing sisi silinder lipatan bungkus kopi sehingga saling mengunci. Awal anyaman bungkus kopi memerlukan empat lipatan silinder bungkus kopi, selanjutnya saling menganyam diperlukan hanya 3 lipatan silinder bungkus kopi saja, demikian seterusnya sampai anyaman menjadi benda/barang produk yang diinginkan.
Berikut ini gambar skema poses pelipatan berbentuk silinder kopi
BUNGKUS KOPI 4
Lipat kedalam bagian sisi Atas dan bawah Bungkus kopi. Lipat yang rapih menjadi bagian kecil dengan lebar lipatan silinder kira-kira 1 cm
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
BUNGKUS KOPI
Kumpulkan sebanyak-banyaknya lipatan silinder ini dengan klasifikasi ukuran corak warna yang sesuai, agar menghasilkan motif yang indah. Setelah lipatan seilinder kecil terkumpul banyak lakukan penganyaman. Untuk awal pertama anyaman membutuhkan 4 lipatan silinder, dengan cara sebagai berikut :
terikat kuat oleh lipatan silinder bungkus kopi ke empat. Metoda yang digunakan dalam program pelatihan ini adalah metoda penerapan IPTEKS, melalui pendekatan terlebih dahulu pada masyarakat dan kaum ibu-ibu dan para remaja perempuan di desa Pasauran Cinangka Banten. Mendata pada kaum ibu dan menelusuri kegiatan keseharian kaum ibu di Psauran. Sehingga setelah di dapat data secara deskriptif, maka kegiatan P2M adalah dengan cara eksperimen, yaitu melakukan praktek langsung baik secara pengetahuan maupun tingkat keterampilan.
4 Bungkus kopi 1
2 1
3
Masukan 1 lipatan silinder bungkus kopi pada 1 lipatan bungkus kopi lain sehingga saling Menyilang satu sama lainnya. Ambil 1 bagian lain lipatan silinder bungkus kopi lagi. Dan masukan dalam bagian bungkus kopi 2 sehingga bungkus kopi 2 terikat oleh bagian lipatan silinder bungkus kopi 3.
3 2
1
Bagian terakhir sebagai penguat jaringkan lagi bagian lipatan silinder bungkus kopi ke empat agar lipatan bungkus kopi ke satu, dua dan tiga
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Untuk awal kali pembuatan anyaman limbah bungkus kopi memerlukan empat lipatan silinder bungkus kopi, selanjutnya anyaman hanya memerlukan tiga limbah bungkus kopi saja. Limbah bungkus kopi dapat dibuat menjadi produk alas tikar, dan tas kantong. Untuk tas kantong pembuatan sama seperti alas tikar. Hanya bagian sisi setelah ukuran untuk tas yang dikehendaki telah memenuhi keinginana panjang dan lebarnya, dilipat bagian sisinya ke sisi satunya. Penyambungan dilakukan hanya memerlukan stu saja lipatan limbah bungkus kopi, sehingga terbentuklah kantong tas limbah bungkus kopi yang unik dan indah. A. Tujuan kegiatan 1. Memberikan kegiatan positif bagi para ibu-ibu dan para remaja di Pasauran
55
Cinangka Banten dengan membuat produk kerajinan yang bermanfaat juga berdaya jual 2. Mengisi waktu luang dengan penerapan keterampilan dan pengetahuan IPTEKS dalam mengisi program PKK yang 3. Diharapkan setelah ibu-ibu dan para remaja diberikan kegiatan ini para kaun ibu dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan positif dan menghasilkan karya produk yang bermanfaat dan berdaya jual dari pengetahuan dan keterampilannya setelah melaksanakan klegiatan P2M IPTEKS ini. B. Khalayak sasaran Khalayak sasaran program penerapan IPTEKS Pengabdian pada Masyarakat periode tahun 2015 ini adalah para ibu dan remaja perempuan di desa Pasauran kecamatan Cinangka kabupaten Serang Provinsi Banten. Dengan melakukan kegiatan pengabdian di rumah kediaman sekertaris Lurah Pasauran, yaitu rumah bu Ade, yang dilakukan kegiatan pengabdian setiap hari selasa selama empat kali pertemuan.
C. Kendala Kendala yang dihadapi melaksanakan kegiatan P2M ini adalah :
saat
1. Awalnya sulit untuk mengumpulkan para ibu dan remaja karena mereka takut dengan kegiatan ini, namun setelah melakukan pendekatan perorangan maka pada akhirnya kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik, dan ibu-ibu antusias termotivasi untuk terus belajar dan berlatih. 2. Setelah semakin banyaknya para ibu dan remaja yang mengikuti kegiatan P2M pada pertemuan terakhir, mereka meminta untuk terus diadakan kegiatan ini, namun kami terkendala oleh waktu. Karena tingkat keterampilan para ibu dan remaja berbeda, maka hasil produk yang dihasilkan pun tidak semuanya bernilai baik.
56
Namun ada beberapa produk dari karya ibu dan remaja yang cukup baik, maka agar termotivasi team P2M memberikan semangat berupa doorproze pada karya produk yang baik. Yaitu juara1, 2 dan 3
III.
PEMBAHASAN
Kegiatan P2M membuat kerajianan dari limbah bungkus kopi berupa alas tikar dan tas kantong, hasil softskillnya bahwa para ibu dan 2 remaja sangat termotivasi dan terus berlatih agar lebih terampil dan cekatan. Selain itu para ibu dan remaja sangat antusias mencari limbah bungkus kopi untuk menjadi produk kerajinan. Hal ini jelas, bahwa dengan daur ulang limbah bungkus kopi menjadi produk yang bermanfaat mengisi waktu luang, waktu yang positif dan menjadikan produk yang bermanfaat, sehingga tidak ada lagi limbah an organik yang terlihat dilingkungan mereka. Dengan melaksanakan kegiatan pembuatan produk dari limbah bungkus kopi menjadi produk alas tikar dan tas kantong, maka hasil pengamatan bahwa para ibu-ibu dan remaja antusias memiliki motivasi tinggi untuk dapat bisa mengikuti dan mengerjakan pelatihan kegiatan P2M membuat produk dari limbah bungkus kopi ini, sehingga para ibu dan remaja dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif bermanfaat. Hasil kegiatan P2M membuat produk kerajinan limbah bungkus kopi belum sampai pada produk yang memiliki kompetensi9 berdaya jual, hal ini karena para ibu dan remaja baru melakukan kegiatan ini empat kali pertemuan saja. Perlu terus menerus melakukan keterampilan melipat menganyam dan merangkai limbah bungkus kopi ini secara terus menerus agar para ibu dan remaja lebih terampil lagi dan menghasilkan produk kerajinan yang lebih berkualitas Data kegiatan P2M meliputi : a. Data Kehadiran ibu-ibu dan remaja yang mengikuti kegiatan P2M Ipteks ini, yaitu ada 30 orang para ibu dan remaja, adapun nama-nama nya adalah sebagai berikut : No 1 2 3
Nama Bu Ade Bu Lilis Bu Misri
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Bu Heni Bu Yani Bu Yanti Bu Susi Bu Nani Bu Dedi Bu Yuyun Bu Ana Bu Agus Bu Dadan Gita Neneng Santi Sinta Susan Serra Khoeryatun Kunaenih Winda Bu Noneng Bu Mariam Bu Evi Bu Syamsiah Bu Siti Bu Nunung Laila Nurul
b. Kegiatan dilakukan pada setiap hari selasa selama satu bulan atau empat kali pertemuan, pukul 13,00 – 15.30 di rumah kediaman sekretaris Lurah desa Pasauran yaitu di rumah bu Ade. Kegiatan dimulai pada tanggal :
Berdasarkan rancangan evaluasi dan rumusan permasalahan, maka hasil kegiatan ini di deskriptifkan sebagai berikut : a. Dengan melaksanakan kegiatan pembuatan produk dari limbah bungkus kopi menjadi produk alas tikar dan tas kantong, maka hasil pengamatan bahwa para ibu-ibu dan remaja antusias memiliki motivasi tinggi untuk dapat bisa mengikuti dan mengerjakan pelatihan kegiatan P2M membuat produk dari limbah bungkus kopi ini, sehingga para ibu dan remaja dapat mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang positif bermanfaat. b. Hasil kegiatan P2M membuat produk kerajinan limbah bungkus kopi belum sampai pada produk yang memiliki kompetensi berdaya jual, hal ini karena para ibu dan remaja baru melakukan kegiatan ini empat kali pertemuan saja. Perlu terus menerus melakukan keterampilan melipat menganyam dan merangkai limbah bungkus kopi ini secara terus menerus agar para ibu dan remaja lebih terampil lagi dan menghasilkan produk kerajinan yang lebih berkualitas.
- Kegiatan pertama L 27 Juli 2015 - Kegiatan kedua pada tanggal 5 Agutus 2015 - Kegiatan ketiga pada tanggal 13 Agutusu 2015 - Kegiatan ke empat pada tanggal : 20 Agutus 2015 - Penutupan pemberian doorprize pada tanggal 26 Agustus 2015
IV.
HASIL KEGIATAN
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
57
58
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
PELATIHAN PEMBUATAN MIE DARI BAHAN DASAR TEPUNG MODIFIED CASAVA FLOUR (Mocaf) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN WAWASAN PENGETAHUAN DAN PELUANG USAHA BAGI IBU-IBU PKK DI DESA JAYA SAKTI MUARAGEMBONG KABUPATEN BEKASI I. Gusti Ayu Ngurah S Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Pengabdian ini mempunyai tujuan untuk memberikan pengetahuan dan pengajaran mengenai pembuatan tepung mocaf dan penggunaannya sebagai bahan dasar pengganti tepung terigu dalam pembuatan mie sehingga dapat membantu ibu-ibu di Desa Jaya Sakti dalam memenuhi kebutuhan mereka membuat mie dari tepung mocaf dengan harapan hasil produk dapat dijual sehingga dapat menambah income bagi keluarga mereka. Khalayak sasaran adalah Ibu-ibu PKK dan warga sekitar Desa Jaya Sakti. Pelatihan ini di laksanakan dalam satu kali pertemuan, Pertemuan dilakukan di rumah Kepala Desa Jaya Sakti Muaragembong Bekasi Pertemuan diawali dengan pembukaan kemudian memberikan materi dan praktek pembuatan tepung mocaf, dan pembuatan mie dari tepung mocaf. Untuk bahan dasar mie tepung mocaf digunakan yang telah siap pakai. Tepung Mocaf (Modified Cassava Flour), adalah produk tepung dari ubi kayu/singkong yang diperoses menggunakan prinsip memodifikasi sel ubi kayu dengan cara fermentasi. Mikroba yang tumbuh menyebabkan perubahan karakteristik pada tepung yang dihasilkan, yaitu naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarutkan. Mikroba juga menghasilkan asam-asam organic, terutama asam laktat yang akan terimbibisi dalam tepung, dan ketika tepung itu diolah akan menghasilkan aroma dan citra rasa khas, yang dapat menutupi aroma dan citra rasa ubi kayu yang cenderung tidak menyenangkan konsumen. Tekstur dan warna tepung mocaf ini lebih halus dan lebih putih dari tepung terigu. Untuk pengembangan lebih lanjut, maka tepung mocaf diaplikasikan untuk membuat mie, selain nilai jualnya lebih baik lagi karena menghasilkan produk yang lain dan langsung bisa di konsumsi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
59
Dari hasil kegiatan pengabdian ini terlihat antusias dari para peserta, karena mereka senang mendapatkan pengetahuan baru yang dapat mereka praktekkan di rumah masingmasing. Kata Kunci : tepung mocaf, mie
I. PENDAHULUAN Tepung Mocaf adalah tepung yang dihasilkan dari singkong atau ketela pohon, rekayasa modifikasi tepung cassava (singkong) dengan teknik fermentasi bertujuan menghasilkan tepung yang dapat meminimalkan sifat kurang suka. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat rendah protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung asam amino metionin. Selain umbi akar singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida.Umumnya daging umbi singkong berwarna putih atau kekuning – kuningan, untuk rasanya manis menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang pahit, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Tanaman singkong memiliki akar serabut dan pada akarnya ini biasanya terdapat bagian yang mengalami pembesaran bagian inilah yang merupakan tempat menyimpan cadangan makanan. Cadangan makanan yang disimpan sebagian besar berupa zat tepung oleh karena itu akar atau umbi singkong banyak di konsumsi bahkan di beberapa daerah dijadikan makanan pokok pengganti nasi. Singkong banyak digunakan pada berbagai macam penganan, mulai dari kripik, kudapan, sayuran hingga tape. Bahkan bisa juga dibuat tepung singkong yaitu tepung tapioka yang dapat digunakan untuk mengganti tepung gandum, tepung ini baik untuk pengidap alergi.
60
Usaha penganekaragaman pangan sangat penting artinya sebagai usaha untuk mengatasi masalah ketergantungan pada satu bahan pangan pokok saja. Misalnya dengan mengolah serealia dan umbi-umbian menjadi berbagai bentuk awetan yang mempunyai rasa khas dan tahan lama disimpan. Bentuk olahan tersebut berupa tepung, gaplek, tapai, keripik dan lainya. Hal ini sesuai dengan program pemerintah khususnya dalam mengatasi masalah kebutuhan bahan pangan, terutama non-beras. Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat (sumber energi). Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan) KOMPONEN KADAR
II.
Kalori
146,00 kal
Air Phosphor
62,50 gram 40,00 mg
Karbohidrat
34,00 gram
Kalsium
33,00 mg
Vitamin C
30,00 mg
Protein
1,20 gram
Besi
0,70 mg
Lemak
0,30 gram
Vitamin B1
0,06 mg
Berat dapat dimakan
75,00
BAHAN DAN METODE
A. Kerangka Pemecahan Masalah Mie sudah menjadi makanan yang popular di Indonesia. Pembuatan mie juga tidak terlalu sukar bisa dilakukan sendiri di rumahrumah. Mie yang dibuat dapat digunakan untuk resep bakso dan mie ayam, yang merupakan masakan amat popular di Indonesia Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini, peserta akan dipandu bagaimana cara membuat tepung mocaf dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
mie dari tepung mocaf, mulai dari mengenal bahan, alat dan cara membuatnya, perkenalan ini bertujuan agar ibu PKK yang masih pemula, karena disusun dengan langkah yang mudah dipahami. Serta dipilih jenis pembuatan mie yang sederhana dengan bahan tepung mocaf yang sudah siap pakai. Kebanyakan ibu-ibu di desa Jaya Sakti membuka warung kecil untuk tambahan pemasukan keluarga. Sehingga pengetahuan pembuatan mie dari tepug mocaf dapat membantu ibu-ibu memproduksi mie sendiri di rumah dan dapat menjualnya sebagai kuliner mie bakso dan mie ayam. Memberikan pelatihan bagi ibu-ibu PKK di Desa Jaya Sakti dengan cara pendekatan secara internal dan external . Secara internal adalah rangsangan yang datang dari dalam diri seorang seperti keinginan hasrat dan motivasi untuk maju. Sedangkan eksternal adalah rangsangan yang datangnya dari luar diri seseorang seperti ajakan untuk kegiatan pembuatan mie dari tepung mocaf. B. Reliasasi Pemecahan Masalah Reliasasi pemecahan masalah ini dilakukan dengan mengadakan pelatihan sehingga peserta dapat membuat mie dari mocaf sekaligus mampu membuat tepung mocaf untuk dijadikan bahan baku dalam pembuatan mie dan merancang harga jual dari produk yang dihasilkan. C. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran dalam pelatihan ini adalah sebanyak 20 orang dari sosial ekonomi rendah dan kader PKK Desa Jaya Sakti
D. Metode yang Digunakan Mengingat jenis kegiatan ini adalah praktek dan eksperimen maka metode yang digunakan adalah : 30 % teori berupa ceramah 70 % berupa demo dan praktek langsung tentang pembuatan tepung mocaf dan mie dari tepung mocaf dengan pengawasan dan penjelasan langsung dari Tim Pelaksana Pelatihan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Tepung Mocaf
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Kunci rahasia pembuatan terletak pada proses fermentasi yang menyebabkan tepung mocaf memiliki tekstur yang berbeda dengan tepung singkong biasa. Perbedaan tepung mocaf dengan tepung singkong dan tepung gaplek terletak pada proses pengolahannya. Tepung singkong atau tepung cassava dibuat dari singkong yang dikupas, dipotong-potong menjadi chips, dikeringkan, kemudian ditepungkan. Tepung gaplek dibuat dari singkong yang dibuat gaplek terlebih dahulu, kemudian ditepungkan. Sementara itu, tepung mocaf dibuat dibuat dengan cara singkong dipotong-potong menjadi chips, kemudian difermentasikan dahulu, dikeringkan, kemudian digiling. Karakteristik tepung singkong dan tepung gaplek hampir sama. Kedua tepung itu memiliki aroma khas singkong yaitu agak apek. Warna tepung singkong lebih putih dibandingkan tepung gaplek, tetapi tepung singkong memiliki aroma khas singkong lebih kuat. Tepung singkong dan tepung gaplek kurang disukai oleh masyarakat karena warnanya yang kurang putih dan aroma singkongnya yang begitu kuat. Sementara itu, tepung mocaf berwarna lebih putih, dan aroma khas singkong lebih sedikit. Tepung mocaf memiliki kandungan nutrisi yang berbeda dari tepung terigu. Perbedaan kandungan nutrisi yang mendasar adalah tepung mocaf tidak mengandung zat guleten-zat yang hanya ada pada terigu, yang menetukan kekenyalan makanan. Tepung mocaf berbahan baku singkong memiliki sedikit protein, tepung mocaf lebih kaya karbohidrat dan memiliki glasi yang lebih rendah dibandingkan tepung terigu. Dibandingkan dengan tepung singkong biasa tepung mocaf memiliki karakter derajat viskositas (daya rekat), kemampuan gelasi daya rehidrasi, dan kemudian melarut
yang lebih baik. Perbandingan komposisi tepung terigu versus tepung mocaf
kimiawi
NO
Komponen
Mocaf
Terigu
1 2 3 4 5 6
Kadar air Kadar protein Kadar abu Kadar pati Kadar serat Kadar lemak
6,9% 1,2% 0,4% 87,3% 3,4% 0,4%
12% 8-13% 1,3% 60-68% 2-2,5% 1,5-2%
Pada tepung mocaf dengan pengeringan yang optima, kadar air mencapai 6,9%, sedangkan pada tepung terigu mencapai 12%. Kadar air yang lebih rendah menyebakan tepung ini lebih tahan terhadap pertumbuhan jamur yang dapat menyebakan kerusakan
61
produk. Tepung mocaf memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan terigu. Saat ini teknik fermentasi yang digunakan untuk menghasilkan tepung mocaf umumnya menggunakan bakteri asam laktat dan enzimatis. Berbagai bakteri asam laktat telah diuji coba dan digunakan untuk memproduksi tepung mocaf. Bakteri ini aman untuk proses pengolahan pangan dan mampu menghasilkan produk tepung mocaf dengan kualitas yang cukup baik. Bakteri asam laktat memiliki kemampuan mengubah berbagai senyawa yang terdapat pada media menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga memberi flavor dan aroma yang lebih baik pada makanan (Marrug,1991). Bakteri ini memiliki pertumbuhan optimal pada suhu 30-370. Berikut ini cara pembuatan tepung mocaf : Persiapan Alat : 1. Timbangan Kap. 1000gr untuk menimbang bahan di bawah 1000 gr 2. Kompor gas/minyak tanah 3. Corong plastik untuk memasukkan air kelapa 4. Saringan 5. Panci stainless kap. 30 liter untuk mendidihkan/ merebus bahan. 6. Kertas Koran ukuran 7x7 cm, diginakan untuk menutup bola pada saat inkubasi 7. Botol untuk media padam saat inkubasi 8. Gelas ukur plastic kapasitas 1 liter, alat ukur volume 9. Sikat botol plastic untuk membersihkan botol 10. Karet gelang untuk mengikat Koran penutup botol 11. Pengaduk kayu untuk mengaduk air kelapa B. Prosedur Kerja Pengembangbiakan Bibit Acetobacter xylinum 1. Saring terlebih dahulu air kelapa, masukkan ke dalam panci ukuran 20 ltr. 2. Rebus sampai mendidih dengan menggunakan kompor atau tungku. Buang busa pada permukaan air kelapa selama proses perebusan. 3. Masukkan gula 200gr, ZA 60 gr,Cuka 90 ml. 4. Seterilkan corong dan gelas takar yang akan digunaka untuk menuangkan ke
62
dalam botol. Seterilisasi dengan cara merebus dalam air mendidih kurang lebih 10 menit. 5. Siapkan botol, Koran penutup botol, karet gelang yang sudah dijemur terlebih dahulu. 6. Tuangkan media air kelapa tersebut ke dalam botol dengan menggunakan gelas takar hingga kurang lebih 520 ml. 7. Kemudian, segera tutup botol tersebut dengan menggunakan Koran. Untuk mengencanngkannya gunakan karet gelang. Usahakan menutup botol denngan Koran jangan ada yang renggang atau tidak tertutup rapt karena jika mulut botol basah akan terkontaminasi. 8. Setelah dingin kira-kira 7 jam, tambahkan cairan bibit dan kultur murni kurang lebih 100 ml ke media dalam botol. Bibit Acetobacter yang digunakan adalah bibit yang berkualitas, umur tidak lebih dari 10 hari dan tidak terkontaminasi bakteri atau jamur lain. 9. Tutup kembali dengan Koran dan ikat dengan karet gelang. Selanjutnya simpanndalam ruangan yang tidak terkena matahari langsung tidak terkena goncangan, dan suhu ruang 28-320 C. Setelah diinkubasi selama 6 hari, bibit tersebut dapat digunakan untuk fermentasi bahan baku singkong yang telah dipotongpotong menjadi chips. Bibit yang akan digunakan disortasi terlebih dahulu. Gunakan bibit yang baik, tidak terkontaminasi. Kriteria bibit yang baik adalah terbentuknya lapisan tipis nata pada permukaan cairan, tidak terdapat jamur, umurnya tidak lebih dari 10 hari. C. Langkah Kerja Pembuatan Tepung Mocaf Setelah menyiapkan bibit Acetobacter xylinum sesuai dengan kebutuhan tingkat produksi yang direncanakan, langkah selanjutnya adalah menyiapkan alat dan bahan baku singkong. Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan antara lain: 1. Pisau untuk mengupas kulit singkong dan memotong singkong menjadi slice 2. Drum plastic 120 lt
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
3. Ember untuk menampung rajangan chips singkong atau menampung tepung 4. Gayung 5. Tampah/terpal untuk penjemuran 6. Mesin penepung untuk menggiling chips singkong yang telah kering 7. Timbangan 8. Mesin slicing/pemotong Bahan yang dibutuhkan adalah : 1. Singkong 2. Bibit Acetobacter xylinum 3. Air Proses Produksi Setelah alat dan bahan disiapkan, proses produksi tepung mocaf dapat dimulai, Alur pembuatan tepung mocaf adalah sebagai berikut: 1. Sortasi dan penimbangan Sebelum singkong diproses, sortasi terlebih dahulu dilakikan pemisahan singkong yang rusak dan tidak memenuhi setandar mutu, kemudian dilakukan penimbangan agar dapat diketahui berat kotor dan berat bersih sehingga total produk jadi dapat dianalisis dan dapat dihitung tingkat kegagalannya. 2. Pengupasan Pengupasan kulit singkong dapat dilakukan dengan menggunakan pisau. Singkong yang telah dikupas sebaiknya ditampung di dalam bak atau ember yang berisi air sehingga tidak menimbulkan warna kecokelatan sekaligus menghilangkan asan sianida (HCN). 3. Pencucian Setelah di kupas singkong di cuci dengan air bersih, Hindari penggunaan air yang mengandung kaporit atau terkontaminasi bahan kimia. Penggunaan air yang mengandung kaporit menyebabkan pertumbuhan bakteri fermentasi terhambat. 4. Slicing/chiping (pemotongan) Singkong yang telah dicuci bersih kemudian dipotong tipis-tipis berbentuk chips berukuran kurang lebih 0.2-0.3 cm. Pemotongan bisa dilakukan secara
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
manual dengan menggunakan pisau atau dengan menggunkan mesin slicing. 5. Fermentasi/Perendaman Proses fementasi chips singkong dilakukan dengan menggunaka drum plastic yang diisi air, kemudian dilarutkan bakteri Acetobacter cylinum 10-20 % dari volume chips dan air. Perendaman dilakukan sehingga seluruh chips tertutup air. Fermentasi dilakukan selama kurang lebih 2-3 hari (minimum 30 jam). 6. Pencucian Setelah proses fermentasi selesai dilakukan pencucian kembali untuk menghilangkan sifat asam pada chips singkong hingga tidak berasa dan tidak berbau. Kemudian chips ditiriskan dengan menggunakan penjemur yang terbuat dari anyaman bamboo/tampah, dengan plat seng dengan ukuran 120 cm x 60 cm, atau dapat menggunakan terpal. Penjemuran dengan menggunkan terpal lebih praktis, terutama jika hujan, sedangkan penjemuran dengan menggunakan nampan dan plat lebih cepat kering. 7. Pengeringan/Penjemuran Pengeringan bisa dilakukan dengan menggunakan energy matahari. Jika Panas matahari normal maka penjemuran dapat dilakukan minimal 3 hari. Penjemuran dengan menggunakan energy matahari ini diperlukan lahan yang datar, luas, lapang dan tidak terhalang oleh pepohonan. Jika kita menginginkan kapasitas produksi besar tetapi tidak bergantung pada pengeringan energy matahari, maka pengeringan bisa dilakukan dengan mesin pengering yang lebih cepat dan besar. 8. Penepungan Setelah chips benar-benar kering hingga mencapai kadar air maksimal 13%, selanjutnya dilakukan proses penggilingan dengan menggunakan mesin penepung. 9. Pengayakan Pengayakan dilakukan untuk menghasilkan tepung mocaf yang lembut. Pengayakan dapat dilakukan secara manual menggunakan saringan atau dengan menggunakan mesin sehingga
63
kapasitasnya lebih besar dan waktu yang digunkan lebih singkat dengan mesh 60100. Untuk mendapatkan tepung mocaf yang harus gunakan saringan/ayakan dengan kerapatan yang tinggi. Tepung yang halus menentukan mutu produk. 10. Pengemasan Seteleh singkong menjadi produk tepung, langkah selanjutnya adalah dikemas sesuai ukuran yang kita kehendaki. Jenis kemasan disesuaikan dengan pasar tujuan. Kemasan plastic umumnya digunakan untuk prooduk eceran, kemasan karung umunya ditujukan ke industry atau pedagang besar. Untuk menghasilkan produk tepung mocaf sesuai standar mutu yang diinginkan dan aman untuk dikonsumsi, proses produksi harus dikerjakan sesuai standar operasional yang tepat. Ketidak disiplinan dalam melaksanakan standar operasional yang ditetapkan dapat mengakibat-kan risiko penurunan kwalitas, biaya produksi yang meningkat, produk cacat atau bahaya keamanan pangan. Setiap elemen yang terlibat dlam proses produksi khususnya harus melaksanakan sesuai standar operasi yang ditetapkan. Mutu produk mocaf yang ingin dicapai adalah produk dengan karakteristik aroma tidak berbau singkong; warna putih; tidak terdapat kontaminasi berupa material fisik, bahan kimia; kadar air tidak melebihi standar, yaitu maksimal 13%; tidak berasa asam; tekstur lembut. Tidak tercapainya standar mutu yang ditetapkan mengakibatkan penurunan harga jual yang pada akhirnya menyebabkan penurunan laba atau bahkan kerugian. Sebagai contoh pengeringan yang tidak sempurna sehingga kadar air masih tinggi memiliki resiko terkontaminasi jamur. D. Pengertian Mie Mie adalah jenis makanan yang paling popular di negeri ini, dari anak-anak sampai orang dewasa sangat menyukainya. Mie juga salah satu jenis makanan yang popular di daratan Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut catatan tua yang merekam bahwa mie pertama kali dibuat saat jaman Dinasti Han di China sekitar 4000 tahun yang lalu dengan adanya penemuan mie tertua yang berumur 4000 tahun di daratan China pada tahun 2005.
64
Penemuan ini membuktikan bahwa penduduk China modern adalah yang pertama yang membuat mie. Mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan dan Negara-negara di Asia Tenggara bahkan meluas sampai ke benua Eropa. Menurut sejarah Mie mulai dikenal di Eropa setelah Marcopolo berkunjung ke China pada abad ke13 dan membawa oleh-oleh mie. Namun pada perkembangannya di Eropa Mie berubah menjadi Pasta. Dalam budaya China, mie adalah symbol kehidupan yang panjang, mie sering dsajikan pada acara ulang tahun dan saat tahun baru China sebagai lambang umur panjang. Di Jepang, mie dimasukkan kedalam tradisi upacara minum teh dan membuat mie dianggap sebagi seni tersendiri di Negara tersebut.Mie bahkan menjadi lebih penting di Jepang setelah Perang Dunia II, ketika kekurangan makanan hanya mie yang tersedia. E. Jenis Mie Ada beberapa jenis mie yang terkenaal di Asia, bentuknya bisa berbentuk tipis, pipih, tebal atau bulat, terbuat dari gandum atau beras, setiap jenis mie memiliki sejarah tersendiri dalam dunia kuliner di negaranya. 1. La Mian Mie Mie tertua yang pernah di temukan menyerupai mie Mie La Mian modern di China. La Mian secra harfiah berarti “mie tarik”. Mie ini dibuat secara manual dengan tangan dan berbahan dasar gandum. Caranya adonan diplintir dan ditarik samapi panjang yang kemudian dipotong tipis-tipis. Mie disajikan dengan soup dan kentang goreng. 2. Mie Ramen Orang menyebutnya mie kriting China dijual dalam kondisi kering dalam kemasan mie instan. Sangat cocok diolah sebagai mie goreng ataua mie kuah. 3. Chellophane noodles Kita mengenalnya dengan sebutan Suun. Suun dibuat dari campuran tepung kentang dan tepung kacang hijau. Mie jenis ini sangat lunak teksturnya cocok untuk olahan soup, sun goreng atau untuk isi pastel. Suun dijual dalam bentuk kering, untuk penggunaannya
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
4.
5.
6.
7.
rendam terlebih dahulu dalam air panas sampai lembut dan sun siapp diolah menjadi berbagai masakan. Mie Telur Terbuat dari tepung terigu jenis hard wheat dan diperkaya dengan telur. Biasanya dijual dalam kondisi kering berbentuk bulat maupun pipih. Hokkien Noodles Sering disebut denngan mie Hongkong. Bentuknya seperti mie telur bulat dan halus. Biasanya dibuat dalam bentuk basah dalam kemasan kedap udara. Mie ini sangat cocok utnuk dibuat mie rebus atau mie goreng Rice Stik Noodle Dikenal dengan sebutan Kwetiau. Mie ini dibuat dari tepung beras dan air. Dipasaran dapat kita jumpai dalam bentuk kering dan basah. Kwetiau dapat dibuat kuah dan goreng. Somen noodles Mie ini berasal dari Jepang, terbuat dari tepung gandum dan minyak. Teksturnya sangata lembut dan gurih. Dijual dalam bentuk kering rupanya menyerupai lidi dan sangat rapuh. Cocok untuk masakan Jepang yang berkuah.
8. Soba noodles Terkenal denga sebutan mie Jepang, bentuknya hamper sama dengan mie Somen namun warnanya keabu-abuan atau hijau tua ( mengandung sari the hijau). Dijual dalam bentuk kering, dihidangkan dalam bentuk mie kuah. 9. Rice Vermicelli Di kenal di Indonesia sebagai bihun. Bihun terbuat dari tepung beras, warnanya putih bersih dan teksturnya sangat lembut. Mie ini sangat mudah matang jadi tidak perlu direbus, direndam dengan air panas sudah cukup. Biasanya dijual dalam kemasan plastic cocok untuk isi soup daan bihun goreng. 10. Mie Shoa Sejenis mie asal China. Terbuat dari tepung beras, mie ini berwarna putih terang dan sangat mudah matang dapat digunakan di dalam soup atau sebagai makanan camilan sebagai miesoa goreng. 11. Wonton
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Dikenal dengan sebutan kulit pangsit. Dijual dalam bentuk basah dalam kemasan plastik. Biasanya diolah dengan beragam isi, baik itu di kukus maupun digoreng. F. Mie dari tepung Mocaf Pada kesempatan ini Singkong dapat dimanfaatkan menjadi beragam jenis makanan olahan. Diantaranya adalah untuk membuat mie. Singkong adalah salah satu tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia sebagai sumber karbohidrat, yang produksinya belum optimal karena kurang ekonomis. Karena itu perlu dikembangkan suatu produk pangan baru berbasis singkong untuk meningkatkan nilai ekonomis singkong sebagai salah satu alternative pengganti terigu dan upaya desirvikasi pangan. Mocaf adalah produk turunan dari singkong dengan prinsip modifikasi singkong secara fermentasi, produk turunan ini menyumbang sedikit protein sehingga diperlukan bahan sumber protein untuk meningkatkan kandungan protein pada mie. Produk mie yang terbuat dari tepung ini hasilnya sama dengan mie yang terbuat dari tepung terigu biasa. Hasil pembuatan mie ini dapat digunakan sebagai pelengkap pada mie bakso dan mie ayam dan juga dpat dibuat dengan berbagai resep lainnya Setelah pembuatan tepung mocaf, pelatihan dilanjutkan kepada proses aplikasi tepung mocaf kedalam pembuatan mie sebagai berikut : MIE Untuk 420 gram Bahan : 100 gr Tepung mocaf 100 gr Tepung terigu protein tinggi ¼ sdt Garam ¼ sdt CMC (pengikat dari pati2an) ¼ sdt Natrium karbonat (pengenyal mie dan melenturkan mie) 68 ml Air Secukupnya Minyak goreng Alat :
65
-
Markatto (alat pencetak dan pemotong mie) Baskom /wadah plastic Panci Kompor Ayakan Timbangan
Cara Membuat : Ø Campurkan tepung terigu protein tinggi, mocaf, garam, CMC, dan Natrium karbonat dalam wadah plastik. Ø Tambahkan air, aduk rata lalu gumpalkan. Ø Giling adonan dengan gilingan mie dari ukuran terbesar sampai ukuran no.2 tiap ukuran gilingan, digiling 2-3 kali sampai licin. Ø Potong-potong menggunakan gilingan mie. Ø Rebus dalam air mendidih hingga matang, lalu angkat kemudian lumuri minyak goreng, aduk rata dan mie siap untuk diolah. Tips Dalam Membuat Mie 1. Sebelum digiling, diamkan adonan selama 15 menit agar adonan tidak mudah putus (kenyal) Masukkan hasil mie yang telah digiling ke dalam plastik, agar warna tidak cepat berubah. 2. Ciri mie yang baik adalah kenyal, warna mie rata, tidak mudah lembek bila di rebus dan rasa mie yang lembut. 3. Cara-cara terbaik untuk mengawetkan mie yaitu dikukus, dikukus lalu digoreng, dijemur, dikukus lalu dijemur. 4. Perebusan Mie : Membuat mie dengan tepung terigu protein rendah memerlukan waktu perebusan yang lebih singkat dibandingkan dengan mie yang dibuat dengan menggunakan tepung terigu protein tinggi. Mie yang dibuat dengan tepung terigu berprotein rendah akan cepat lembek bila direbus agak lama. 5. Pemberian Natrium karbonat Apakah berbeda pemberian Natrium karbonat dalam pembuatan mie bila menggunakan tepung terigu protein rendah dengan yang berprotein tinggi? Jelas berbeda, pemberian Natrium karbonat akan lebih banyak pada tepung terigu berprotein rendah bila dibandingkan dengan tepung terigu berprotein tinggi. 6. Telur juga dapat ditambahkan ke dalam adonan mie sehingga citarasa mie menjadi
66
lebih gurih dan warnanya menjadi lebih kuning. 7. Tutup selalu adonan mie dengan plastik atau lap lembab supaya mie tidak kering dan putus saat digiling. Kandungan Gizi Kandungan gizi ideal 1 porsi karbohidarat = 175 kkal Kandungan gizi bahan : Tepung terigu = Berat bahan yang digunakan x 175 kkal Berat bahan 1 porsi = 100 x 175 kal = 700 kkal 25 Mocaf
= Berat bahan yang digunakan x 363 kkal
Berat bahan 1 porsi = 100 x 363 kal = 363 kkal + 100 Total kandungan gizi bahan = 1063 kkal Takaran saji ideal = 420 gram = 420 gram = 70 gram
IV. KESIMPULAN Setelah dilakukan pelatihan keterampilan pembuatan tepung mocaf serta pengaplikasiannya ke dalam pembuatan mie mocaf, maka peserta yang terdiri dari ibu-ibu dan remaja putri Desa Jaya Sakti memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membuat tepung mocaf dan mie mocaf. Pelatihan berjalan dengan lancar dan peserta antusias dalam mengikuti proses pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y. (1996). "Linamarin - The Toxic Compound of Cassava". Journal of Venomous Animals and Toxins (online) 2 (1), 612; ISSN 0104-7930 Faridah, Ani dkk. Patiseri Jilid 2 untuk SMK. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Tepung
Singkong Dalam: Paket Industri Pangan. Bogor : Pusat Pengembangan Teknologi Pangan. IPB,1989.
Tri Radiyati dan Agusto, W.M. Tepung tapioka. Subang : BPTTG Puslitbang Fisika Terapan – LIPI, 1990. Mengolah Singkong menjadi Tepung Mocaf, Bisnis Produk Alternatif Pengganti
Terigu, Emil Salim, Lily Publisher, 2011 Karuniasemesta.wordpress.com/2012/09/01/84 4/Epetani.deptan.go.id/budidaya/teknik -pengolahan-tepung-mocaf-2897 www.spi.or.id/?p=4731 http://www.apakabardunia.com/2011/09/jenisjenis-mie-dan-sejarahnya-sejak.html
PELATIHAN PEMBUATAN PERMEN DAN JELLY ANTANAN SEBAGAI SUPLEMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA INGAT BAGI SANTRI PENGHAFAL AL-QURAN DI PESANTREN SABILA CITEUREUP BOGOR Tarma1), Nurlaila A M2), Mulyati3 Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Pondok Pesantren Sabila yang berlokasi di Citeureup Kabupaten Bogor merupakan pondok pesantren untuk penghafal Al Qur’an. Menghafal merupakan salah satu aktivitas mental yang sangat memerlukan kondisi kesehatan yang baik. Menghafal Al Qur’an memiliki keutamaan dalam ajaran Islam. Untuk meningkatkan kemampuan hafalan, diperlukan asupan makanan yang dapat meningkatkan daya ingat, di antaranya ialah antanan. Atas dasar itu dilaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul “Pelatihan Pembuatan Permen dan Jelly Antanan Sebagai Suplemen untuk Meningkatkan Kemampuan Daya Ingat Bagi Santri Penghafal Al Qur’an di Pesantren Sabila Citeureup Bogor”. Kegiatan dari mulai persiapan, pelaskanaan dan evaluasi dilaksanakan selama tiga bulan terhitung mulai Juli s.d September 2015. Kegiatan dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 11 September 2015 bertempat di aula Pondok Pesantren Sabilia Citeurup Bogor, diikuti oleh 20 orang santri. Materi pelatihan mencakup pengenalan tanaman antanan, teori dan praktik membuat permen jelly antanan serta proses pengemasan permen jelly antanan. Hasil pelatihan diketahui bahwa peserta pelatiha menguasai materi pelatihan yang telah disampaikan. Kata Kunci : permen jelly antanan, daya ingat, penghafal Al Qur’an
I. PENDAHULUAN Bagi umat Islam, penghafal Al Qur’an memiliki keistimewaan. Rasulullah SAW bersabda: “Penghafal Al Qur’an akan datang pada hari kiamat , kemudian Al Qur’an akan berkata, ‘wahai Tuhanku pakaikanlah pakaian untuknya,’ Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karomah (kehormatan) Al Qur’an
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
kembali meminta, ‘Wahai Tuhanku tabahkanlah,’ Lalu orang itu dipakaikan jubah karomah. Kemudian Al Qur’an memohon lagi, ‘Wahai Tuhanku, ridailah dia,’ Allah SWT pun meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu, ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajatderajat surga). Allah SWT menambahkan bdari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat
67
dan kebaikan” (H.R. Baihaqi). Hadits lainnya menyebutkan bahwa: “Orang yang tidak mempunyai hafalan Al Qur’an sedikitpun adalah seperti rumah kumuh dan mau runtuh”. Berdasarkan dua hadist tersebut diketahui betapa mulianya para penghafal Al Qur’an. Pesantren Sabila yang berlokasi di Perum Griya Anggraini Blok C8 No. 15 Citeureup Kabupaten Bogor merupakan salah satu wahana bagi para penghafal Al Qur’an. Pesantren ini merupakan pesantren tahfidz, yaitu jenis pesantren yang menekankan pada penguasaan hafalan Al Qur’an oleh para santrinya. Di pesantren tersebut, para penghafal Al Qur’an adalah anak dan remaja yang seluruhnya anak yatim. Kegiatan menghafal Al Qur’an tidaklah mudah. Memerlukan upaya yang serius dan rutin. Diperlukan kerja keras dari santri dalam menghafal ayat demi ayat AL Qur’an. Hafalan pun harus dicek kebenaran dan ketepatan bacaannya melalui kegiatan tasmi Qur’an. Setiap hari dituntut untuk melakukan muroja’ah sebagai bentuk laporan kemajuan hafalan Al Qur’an yang telah dikuasainya. Menghafal quran membutuhkan kemampuan otak santri yang prima. Untuk mendapatkan kemampuan otak santri yang prima, diperlukan daya dukung yang ada di pesantren. Santri penghafal Al Qur’an perlu dijaga konsentrasinya, dikondisikan untuk selalu tenang dan khusyu, serta diperlukan asupan gizi yang baik. Pesantren Sabila merupakan pesantren yang belum lama berdiri. Masih terdapat kekurangan atau masalah yang harus dicari solusinya. Di antara permasalahan yang ada yaitu belum adanya asrama yang representatif, belum memiliki tenaga penyiapan makanan yang profesional untuk memastikan asupan gizi para santri, dan sebagainya. Untuk mengatasi belum optimalnya asupan gizi bagi para santri pengahfal Al Qur’an, perlu diupayakan suplemen makanan yang baik untuk perkembangan otak santri.
68
Banyak sekali jenis bahan makanan yang baik untuk meningkatkan daya ingat. Namun umumnya jenis bahan makanan atau makanan olahan untuk meningkatkan daya ingat harganya relatif mahal. Untuk itu, diperlukan upaya untuk membuat suplemen makanan untuk meningkatkan daya ingat tetapi dengan bahan baku yang mudah didapatkan serta harganya relatif murah. Di antara jenis bahan makanan yang baik untuk meningkatkan daya ingat adalah pegagan atau antanan yang dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan istilah Centella Asiatica. Pegagan merupakan tanaman liar yang biasa hidup di tanah pekarangan. Tanaman pegagan ini tingginya bisa mencapai 7-10 cm. Daun tanaman pegagan berbentuk bulat, batangnya bersifat lunak dan beruas, serta tumbuh menjalar hingga panjangnya bisa mencapai satu meter. Tanaman pegagan memiliki banyak kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan di antaranya triterpenoids, asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, dan beberapa macam vitamin yaitu A, B, E, C, K, serta mengandung nilai nutrisi yang membantu vitalitas tubuh dan berfungsi sedatif. Dari kandungan-kandungan yang dimiliki tersebut, pegagan dapat bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit TBC, reumatik, demam, susah kencing, wasir bisul, darah tinggi, liver, gangguan metabolik; mengurangi kepikunan bagi orang tua atau menambah memori otak Sudah banyak olahan antanan yang dijual di pasaran dalam bentuk teh maupun kapsul ekstrak antanan. Namun rasanya tidak terlalu enak dikonsumsi dalam teh kapsul. Terlebih lagi bagi santri penghafal Al Qur’an di Pesantren Sabila yang seluruhnya adalah usia SMP yang menyukai jenis makanan yang rasanya enak. Untuk itu, diperlukan pembuatan jenis makanan terbuat dari antanan yang enak dan disukai oleh anak usia SMP. Salah satu
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
jenis makanan yang disukai oleh anak usia SMP adalah makanan yang berbentuk jelly atau atau permen. Dalam pengabdian ini yang akan dibuat adalah jelly dan permen antanan. Selain diperlukan pembuatan produk, santri juga perlu diberikan keterampilan bagaimana membuat sendiri jelly dan permen antanan. Sehingga nantinya para santri dapat secara mandiri membuat jelly dan permen antanan juga untuk dikonsumni oleh mereka sendiri. Atas dasar itu, dipandang perlu untuk melakukan pelatihan pembuatan jelly dan permen antanan sebagai wujud kegiatan pengabdian masyarakat. Berdasarkan pada analisis situasi di atas, permasalahan yang terjadi di Pondok Pesantren Sabila yang dirumuskan yaitu belum adanya suplemen untuk meningkatkan kemampuan daya ingat para santri dalam menghafal Al Qur’an. Kemudian pertanyaan yang diajukan sebagai basis pengabdian masyarakat ini ialah: “Bagaimana dampak pelatihan pembuatan permen jelly antanan terhadap kemampuang mengingat hafalan Al Qur’an pada santri di Pondok Pesantren Sabila Citeureup Kabupaten Bogor”. Sasaran dari kegiatan Pelatihan Pembuatan Jelly dan Permen Antanan ini adalah 20 orang santri dan pengelola (khususnya bagian konsumsi) di Pesantren Sabila Citeureup Kabupaten Bogor. Adapun target yang hendak dicapai yaitu Santri dan pegelola Pesantren Sabila memiliki: 1) pengetahuan yang memadai tentang kandungan yang terdapat dalam tanaman antanan; 2) pengetahuan yang memadai tentang manfaat tanaman antanan untuk meningkatkan daya ingat; 3) keterampilan membuat permen jelly antanan, dimulai dari pemilihan dan penyiapan bahan, proses pembuatan dan penyajian; dan 4) keterampilan membuat kemasan untuk produk jelly dan permen antanan.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Setelah pelaksanaan Pelatihan Pembuatan Jelly dan Permen Antanan ini, luaran yang diharapkan yaitu: 1) produk permen dan jelly antanan yang siap saji dalam bentuk kemasan yang dapat disimpan dalam waktu maksimal dua minggu; dan 2) keterampilan santri dan pengelola dalam membuat permen dan jelly antanan.
II. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dengan tujuan: 1) meningkatkan pengetahuan kepada santri dan pengelola Pondok Pesantren Sabila tentang kandungan tanaman pegagan; 2) meningkatkan pengetahuan kepada santri dan pengelola Pondok Pesantren Sabila tentang manfaat tanaman pegagan bagi kesehatan; 3) meningkatkan keterampilan dalam membuat permen jelly antanan bagi santri dan pengelola Pondok Pesantren Sabila; dan 4) memberikan alternatif asupan makanan yang baik untuk meningkatkan daya ingat santri di Pondok Pesantren Sabila. Ada manfaat yang diharapkan diperoleh melalui kegiatan ini. Di antara manfaat yang dapat diperoleh yaitu: 1) meningkatnya pengetahuan santri dan pengelola tentang kandungan dan manfaat antanan sebagai penunjang kemampuan menghafal Al Qur’an; 2) meningkatnya keterampilan santri dan pengelola dalam membuat permen jelly antanan yang dapat digunakan sebagai suplemen makanan sebagai penunjang kemampuan menghafal Al Qur’an; dan 3) berpeluang dijadikan sebagai usaha sampingan dari Pondok Pesantren Sabila yang berpotensi mendapatkan keuntungan finansial.
69
Khalayak sasaran yang strategis dalam kegiatan Pelatihan Pembuatan Permen Jelly Antanan ini ialah seluruh santri di Pondok Pesantre Sabila Citeureup Kabupaten Bogor yang berjumlah 20 orang dengan rentangan usia 12-15 tahun. Selain santri, sasaran pelatihan ini juga termasuk pengelola dengan jumlah yang dilibatkan sebanyak 5 orang. Pondok Pesantren terletak di Perum Griya Anggraini Blok C8 No. 15 Citeureup Kabupaten Bogor. Untuk memecahkan masalah belum adanya suplemen makanan, maka metode pendekatan yang dipilih adalah dalam bentuk pelatihan. Metode ini dipilih santri memiliki keterampilan yang bisa diandalkan dan dapat membuat sendiri jelly dan permen antanan. Tahapan dan prosedur kerja yang akan dilaksanakan sebagai berikut. Pertama, penyusunan konsep pelatihan untuk mengidentifikasi: 1) standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil pelatihan; 2) materi pelatihan permen jelly antanan; 3) alokasi waktu pelatihan yang dibutuhkan; 4) metode pelatihan yang akan dilakukan; dan 5) sumber, media dan alat pelatihan yang akan digunakan. Kedua, ujicoba untuk memperoleh formula yang tepat untuk dilatihkan kepada santri di Pesantren Sabila dan prototype produk yang akan dihasilkan sekaligus sebagai contohcontoh dalam proses pelatihan. Ketiga, penyusunan media dan hand out untuk mendapatkan : 1) media pembelajaran yang akan digunakan dalam bentuk power point, media nyata (produk), foto, dsb; dan 2) hand out materi pelatihan yang akan diberikan kepada peserta. Keempat, persiapan pelaksanaan yang untuk : 1) menyiapkan bahan dan alat pelatihan; 2) terkoordinasikan dengan pihak pesantren untuk persiapan tempat,
70
peserta dan hal teknis lain yang dibutuhkan untuk pelatihan; 3) penggandaan hand out; dan 4) persiapan transportasi dan distribusi logistic pelatihan. Kelima, pelaksanaan pelatihan untuk memastikan bahwa: 1) peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami kandungan dalam tanaman antanan; 2) peserta dapat mengetahui manfaat tanaman antanan terutama untuk meningkatkan daya ingat; dan 3) peserta pelatihan dapat membuat jeli permen antanan. Keenam, evaluasi pelatihan untuk memperoleh informasi tentang kualitas proses dan hasil pelatihan. Kegiatan dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan September 2015.
III. PELAKSANAAN DAN HASIL KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul : “Pelatihan Pembuatan Permen dan Jelly Antanan Sebagai Suplemen Untuk Meningkatkan Kemampuan Daya Ingat Bagi Santri Penghafal Al-Quran di Pesantren Sabila Citeureup Bogor” dilakukan dalam beberapa tahapan dari mulai persiapan, pelaksanaan sampai evaluasi hasil pelatihan. Setiap tahapan pelaksanaan kegiatan pelatiha diuraikan sebagai berikut. A. Penyusunan Konsep Pelatihan Tahapan pertama yang dilakukan ialah penyusunan konsep pelatihan yang akan dilaksanakan. Hasil tahapan penyusunan konsep pelatihan sebagai berikut: Pertama, teridentifikasi standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil pelatihan sebagai berikut : 1) standar kompetensi yang mencakup: (a) memahami pemanfaatan tanaman antanan dalam bentuk permen jelly untuk meningkatka daya ingat, dan (b) membuat permen jelly antanan berbahan dasar antanan untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
meningkatkan kemampuan daya ingat; 2) kompetensi dasar yang mencakup: (a) memahami klasifikasi antanan; (b) memahami morfologi antanan, (c) memahami kandungan aktif pegagan, (d) memahami efek bilogi dan efek farmakologi pegagan, (e) memahami komponen pegagan yang berkhasiat dalam peningkatan regenerasi memori, (f) memahami penggunaan antanan di masyarakat, dan (g) membuat permen jelly antanan untk meningkatkan daya ingat; dan 3) indikator hasil pelatihan yang terdiri dari : (a) peserta pelatihan dapat menjelaskan klasifikasi antanan, (b) peserta pelatihan dapat menjelaskan morfologi antanan, (c) peserta pelatihan dapat menguraikan kandungan aktif pegagan, (d) peserta pelatihan dapat menjelaskan efek bilogi dan efek farmakologi pegagan, (e) peserta pelatihan dapat menjelaskan komponen pegagan yang berkhasiat dalam peningkatan regenerasi memori, (f) peserta pelatihan dapat menjelaskan penggunaan antanan di masyarakat, (g) peserta pelatihan dapat memproduksi permen jelly antanan untuk meningkatkan daya ingat, (h) teridentifikasi materi pelatihan permen jelly antanan. Kedua, mengidentifikasi materi pelatihan yang dibutuhkan untuk disampaikan kepada peserta pelatihan yaitu : a) pengenalan tanaman antanan / pegagan yang mencakup klasifikasi antanan, morfologi antanan, kandungan aktif pegagan, efek bilogi dan efek farmakologi pegagan, komponen
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
pegagan yang berkhasiat dalam peningkatan regenerasi memori, dan penggunaan antanan di masyarakat, dan b) cara membuat membuat permen jelly antanan yang mencakup materi persiapan alat dan bahan, proses produksi, dan pengemasan. Ketiga, mengidentifikasi alokasi waktu pelatihan yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil analisis diketahui alokasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pelatihan ini selama enam jam pelatihan, di mana setiap jam pelatihan terdiri dari 60 menit. Sehingga total waktu yang dibutuhkan selama 360 menit. Keempat, mengidentifikasi metode pelatihan yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil kajian, metode pelatihan yang tepat digunakan yaitu ceramah, tanya jawab, tutorial, dan praktik membuat permen jelly antanan. Kelima, mengidentifikasi sumber, media dan alat pelatihan yang akan digunakan. Berdasarkan hasil kajian, sumber belajar yang tepat digunakan ialah naras umber yang ahli di bidang tata boga, yaitu Dra. Nurlaila A. M., M.Kes dan Mulyati, S.Pd., M.Si. Media pembelajaran yang digunakan ialah slide presentasi berupa powerpoint dan produk permen jelly antanan (sampel). Alat pelatihan yang digunakan yaitu laptop, LCD Projector, alat dan bahan pembuatan permen jelly antanan. B. Uji Coba Sebelum dilaksanakan pelatihan, terlebih dahulu perlu dilakukan ujicoba pembuatan permen jelly antanan. Ujicoba dilakukan agar pada saat pelatihan tidak terjadi gagal produksi, serta dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi selama proses pembuatan permen jelly antanan. Ujicoba pembuatan juba bertujuan untuk mendapatkan sampel produk yang akan tunjukkan kepada peserta pelatihan. Selain itu, ujicoba juga digunakan sebagai bagian dari proses pembuatan media
71
pembelajaran berupa foto untuk setiap tahapan pembuatan permen jelly antanan. Kegiatan ujicoba dilakukan selama bulan Agustus 2015. Tahapan ujicoba yang dilakukan sebagai berikut : 1) tanaman antanan dicuci sampai bersih sehingga tidak ada kotoran; 2) potong tanaman antanan yang telah dicuci bersih menjadi bagian-bagian kecil. Pemotongan ini dilakukan agar tanaman mudah saat diblender; 3) lakukan penghalusan tanaman antanan dengan cara diblender, pastikan bahwa hasil blender benarbenar halus sehingga saripati dari antanan dapat keluar; 4) masukkan potongan tanaman antanan ke dalam blender, kemudian masukkan air, lalu blender sampai halus; 5) untuk mendapatkan ekstrak, pegagan yang telah dihaluskan kemudian diperas sampai keluar sari-sarinya, untuk ampasnya dibuang; 6) tahapan selanjutnya ialah memasukkan air sebanyak 300 ml, dan ekstrak pegagan sebanyak 200 ml ke dalam panic, kemudian masukkan gula 800 gram dan empat bungkus agar-agar. Masak dengan api sedang sambal diaduk-aduk sampai mendidih; 7) setelah mendidih, masukkan ke dalam cetakan yang telah disediakan, kemudian diamkan selama satu jam, Setelah satu jam, masukkan ke dalam freezer selama 1 jam; 8) potong-poong cetakan permen jelly antanan dengan ukuran 1 cm x 1 cm x 1 cm, kemudian jemur selama tiga hari di bawah terik matahari sampai keluar kristal-kristal gulanya; 9) setelah selesai proses penjemuran, permen jelly antanan telah jadi dan siap untu dikems sesuai dengan kemasan yang diinginkan, bisa
72
dalam bentuk kemasan plastic, toples atau jar; 10) Setelah permen jelly antanan jadi, tahapan selanjutnya ialah perancangan dan pembuatan kemasan permen jelly antanan. Untuk pembuatan langkah-langkah yang telah dilaksanakan diuraikan sebagai berikut. Pertama, proses desain label kemasan plastik. Untuk penjualan produk permen jelly antanan diperlukan kemasan yang menarik bagi konsumen. Maka dari ditu dibuat desain dengan bentuk dan kombinasi warna yang menarik bagi anak usia sekolah. Kedua, proses desain label kemasan jar. Kemasan jar juga dibuat sebagai variasi bentuk kemasan yang dapat digunakan oleh para santri. Gunakan desain label kemasan yang telah dicetak pada permen jelly antanan kemasan plastik dan jar. C. Penyusunan Media dan Hand Out Untuk mendukung efektivitas kegiatan pelatihan pembuatan permen jelly antanan, diperlukan media pembelajaran dan hand out yang akan dibagikan kepada peserta pelatihan. Media pembelajaran yang digunakan berupa slide power point, foto, produk permen jelly antanan, hand out untuk peserta pelatihan. Penyusunan media pembelajaran dan hand out dilakukan pada bulan Agustus 2015. Media pembelajaran dalam bentuk slide powerpoint terlampir.
D. Persiapan Pelaksanaan Agar kegiatan pelatihan berjalan dengan lancar, terlebih dahulu perlu dilakukan persiapan yang baik. Kegiatan persiapan dilakukan pada bulan Agustus dan awal September sebelum tanggal 11. Hal-hal yang dipersiapkan antara lain: (1) bahan dan alat pelatihan; (2) koordinasi dengan pihak pesantren untuk persiapan tempat, peserta dan hal teknis lain yang dibutuhkan untuk pelatihan; (3) penggandaan hand out materi pelatihan; (4) persiapan transportasi, dan (5) distribusi logistik pelatihan. E. Pelaksanaan Pelatihan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
Pelaksanaan kegiatan pelatihan dilakukan pada tanggal 11 September 2015 bertempat di Aula Prondok Pesantren Sabilia Citeureup Kabupaten Bogor. Pelatihan dimulai pada pukul 08.00 sampai dengan pukul 16.00 WIB. Acara pelatihan dimulai dengan sambutan pimpinan Ponpes Sabilia, sambutan ketua tim pengabdian masyarakat (Tarma, S.Pd., M.Pd) dan dilanjutkan dengan materi (teori) serta praktik pembuatan permen jelly antanan. Pelaksanaan kegiatan dihadiri oleh pimpinan dan pengasuh Ponpes Sabilia, 3 orang dosen pelaksana kegiatan, 20 orang santri sebagai peserta pelatihan. Kegiatan pelatihan berjalan lancer dan mencapai tujuan yang diharapkan. F. Evaluasi Pelatihan Untuk mengetahui dan meastikan bahwa kegiatan telah mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan adanya evaluasi. Evaluasi dilakulan berdasarkan kinerja yang ditunjukkan oleh peserta pelatihan serta pandangan peserta pelatihan tentang proses pelatihan yang telah dilaksanakan. Secara umum diketahui bahwa peserta pelatihan telah menguasai materi pelatihan. Berdasarkan pelaksanaan “Pelatihan Pembuatan Permen dan Jelly Antanan Sebagai Suplemen Untuk Meningkatkan Kemampuan Daya Ingat Bagi Santri Penghafal Al-Quran di Pesantren Sabila Citeureup Bogor” yang telah dilaksanakan pada tanggal 11 September 2015, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) peserta pelatihan dapat menjelaskan klasifikasi antanan; (2) Peserta pelatihan dapat menjelaskan morfologi antanan; (3) Peserta pelatihan dapat menguraikan kandungan aktif pegagan; (4) Peserta pelatihan dapat menjelaskan efek bilogi dan efek farmakologi pegagan; (5) Peserta pelatihan dapat menjelaskan komponen pegagan yang berkhasiat dalam peningkatan regenerasi memori; (6) Peserta pelatihan dapat menjelaskan penggunaan antanan di masyarakat; (7) Peserta pelatihan dapat memproduksi permen jelly antanan untuk meningkatkan daya ingat.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No 1
IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Setelah selesainya kegiatan pengabdian masyarakat berupa pelatihan pembuatan permen jelly antanan sebagai supplement untuk meningkatkan daya ingat bagi satri penghafal Al Quran di Pesantren Sabilia Citeureup Kabupaten Bogor, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu: 1. Kegiatan berjalan efektif dan efisien sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. 2. Setiap tahapan kegiatan dari mulai persiapan, pelaksanaan dan evaluasi berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. 3. Peserta pelatihan dapat menguasai sepenuhnya materi pelatihan yang telah diajarkan dan dilatihkan. 4. Pimpinan Ponpes Sabilia menanggapi positif pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dan mengharapkan kegiatan pelatihan selanjutnya. Berdasarkan proses yang dijalani selama kegiatan pengabdian masyarakat ini, ada beberapa hal yang perlu direkomendasikan, yaitu : 1. Bagi Pesantren Sabilia, diharapkan dapat mendayagunakan dan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan para santri dalam membuat permen jelly antanan setelah kegiatan pelatihan selesai. Serta dapat melakukan proses produksi baik untuk memenuhi kebutuhan para santri sendiri atau untuk dijual ke masyarakat luas. 2. Bagi LPM, diharapkan kegiatan pengabdian masyarakat terus dilaksanakan pada tahuntahun selanjutnya dengan biaya yang lebih besar agar lebih banyak manfaat yang dapat diberikan kepada masyarakat
73