Volume 11 No 1 Mei 2014
ISSN : 0216 - 7484
Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta Penanggung Jawab Dr. Etin Solihatin, M.Pd Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat
Pemimpin Redaksi Dra. Desfrina Sekretaris Redaksi Drs. Sri Kuswantono, M.Si
Dewan Redaksi Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si Sekretariat Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd, Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna Terbit (Mei dan Oktober) Alamat Redaksi Gedung LPM UNJ Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur Telp. 489 7658, Fax. 471 2063
Pengantar Redaksi Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 11 No.1 Mei 2014. Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Pengabdian pada masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas Negeri Jakarta terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat di wilayah Jabodetabek. Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni. Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” volume 11 No.1 Mei 2014 ini dapat diterbitkan. Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia. Redaksi
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU-GURU SE-JAKARTA TIMUR Supria Wiganda Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Kegiatan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk; Melatih guru-guru terampil dalam membuat karya tulis ilmiah dan melatih guru membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas serta, serta melatih guru dapat melaksanakan kegiatan penelitian sebagai upaya dalam pengembangan profesinya. Khlayak sasaran merupakan Kepala sekolah dan para guru-guru SMK baik negeri maupun swasta se jakarta Timur Pelatihan ini dilaksanakan dalam beberapa materi pertemuan yang ada kaitannya dengan peneltian tindakan kelas yaitu pedoman penulisan karya tulis ilmiah, prosedur penelitian PTK, Modelmodel pembelajaran serta teknik presentase .yang dilakasanakan pada tanggal 10 oktober 2014 bertempat di SMK negeri 50 Cipinang Jakarta Timur. Pada Pertemuan tersebut diberikan secara umum tentang meteri penulisan ilmiah, teknik dan prosedur Penelitian Tindakan Kelas serta teknik Presentasi, dan diakhiri dengan pembuatan proposal Penelitian Tindakan Kelas sampai pada siklus-siklusnya. Kegiatan ini dilaksanakan secara berkesinambungan dengan berbagai intitusi, yang antara lain unsur dinas pendidikan kota administratif jakarta timur, pendidikan menengah kejuruan se wilayah jakarta timur. Evaluasi kegiatan dilakukan pada saat awal pelatihan, proses pelaksanaan pelatihan, dan diakhir kegiatan tes akhir, serta hasil pekerjanan dalam bentuk proposal PTK. Dari hasil selama pelatihan berlangsung memperlihatkan keantusiasan peserta sehingga berjalan secara hidup, dan dihasilkan produk proposal PTK dengan bervariasi judul, ini memperlihatkan keberhasilan pelatihan dengan baik. Kata kunci: Peningkatan, PTK, dan Guru SMK 1)
PENDAHULUAN
Pemberlakuan PERMENPAN dan Reformasi Birokrasi no. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kriditnya, maka setiap guru yang ingin menaikan pangkatnya diberlakukan untuk membuat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang salah satunya membuat Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu Pemerintah secara resmi telah mencanangkan bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sebuah sertifikat profesi guru yang diperoleh melalui uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diberikan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan sebagai guru profesional. Sertifikasi guru juga merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru. Dalam pelaksanaan PKB hampir tidak pernahguru meneliti bidang pekerjaannya sendiri. Selain itu juga keaktifan dalam mengikuti PKB juga berbagai kegiatan
1
penelitian atau karya ilmiah dan sejenisnya yang sangat kurang. Berdasarkan pada kenyataan di atas dirasa perlu kiranya memberikan pelatihan pada guru dalam kaitannya dengan Penelitian Tindakan Kelas yang merupakan sebagai pengembangan profesi guru. Atas dasar tersebut diatas maka dapat dirumuskan Apakah dengan mengikuti pelatihan guru dapat membuat proposal penelitian tindakan kelas?, dan apakah dengan mengikuti pelatihan guru dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas? SedangkanTujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut:Melatih Guru membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas, merencanakanPenelitian Tindakan Kelas sebagai usaha pengembangan profesi,dan dapat melaksanakan PenelitianTindakan Kelas sebagai salah satu bahan untuk kenaikan pangkatnya. A. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas Perkembangan penelitian akhir-akhir ini sangat pesat melalui berbagai kajian permasalahan. Metode-metode, teori-teori ataupun hasil penelitian telah terakumulasi sehingga membentuk tradisi penelitian yang berbeda dengan yang selama ini dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. Jenis penelitian ini dapat dilakukan di dalam bidang pengembangan organisasi, manajemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajarmengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukakan mengenai hakikat PTK. 2
Pendapat yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart (1988), yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktikpraktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik -praktik tersebut. Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidi-kan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi- situasi (dan lembaga-lembaga) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Hardjodipuro, 1997). Dari pengalaman empat tahun ini ada variasi kepemimpinan kelompok PTK. Variasi pertama adalah guru inti/instruktur yang memimpin kelompok PTK, kegiatannya dititikberatkan pada pemberian contoh melakukan PTK yang baik. Variasi kedua adalah kepala sekolah yang memimpin kelompok PTK, kegiatannyadititikberatkan pada masalah manajemen. Pengalaman menunjukkan bahwa variasi kedua cenderung lebih efektif dari yang pertama. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, guru dapat menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, di samping guru melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalahmasalah aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti Sebagai paradigma sebuah penelitian tersendiri, PTK memiliki karakteristik yang relatif agak berbeda jika dibandingkan dengan jenis penelitian yang lain, misalnya penelitian naturalistik, eksperimen, survei, analisis isi, dan sebagainya. Jika dikaitkan dengan jenis penelitian yang lain PTK dapat dikategorikan sebagai jenis penelitian kualitatif dan eksperimen. PTK dikategorikan sebagai penelitian kualitatif karena pada saat data dianalisis digunakan pendekatan kualitatif, tanpa adanya perhitungan statistik. Dikatakan sebagai penelitian eksperirnen, karena penelitian ini diawali dengan perencanaan, adanya perlakuan terhadap subjek penelitian, dan adanya evaluasi terhadap hasil yang dicapai sesudah adanya perlakuan. Ditinjau dari karakteristiknya, PTK setidaknya memiliki karakteristik antara lain: (1) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam pembelajaran; (2) adanya kolaborasi dalam pelaksanaannya; (3) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (4) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktek instruksional; (5) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus. B. Hakekat Pengembangan Profesi Pekerjaan profeisonal dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori: yaitu Hard Profession dan Soft Profession. Suatu pekerjaan dapat dapat dikatagorikan sebagai Hard Profession apabila pekerjaan tersebut dapat didetailkan dalam perilaku dan langkahlangkah yang jelas dan yang relatif pasti. Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini adalah menghasilkan keluaran pendidikan yang dapat distandarisasikan. Artinya, kualifikasi lulusan jelas dan seragam di manapun pendidikan itu berlangsung. Dengan kulifikasi ini seseorang sudah mampu dan akan terus mampu melaksanakan tugas profesinya secara mandiri tanpa pendidikan lagi. Pekerjaan dokter dan pilot Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
sebagai contohnya. Sebaliknya katagori Soft Profession adalah diperlukannya kadar seni dalam melasanakaan pekerjaan tersebut. Ciri pekerjaan tersebut tidak dapat dijabarkan secara detail dan pasti. Sebab, langkah-langkah dan tindakan yang harus diambil, sangat ditentukan oleh kondisi dan stuasi tertentu. Implikasi katagori Soft Profession tidak menuntut pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan dengan standar tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waktu harus ditingkatkan agar dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, lembaga in – service training bagi Soft Profession amat penting. Profesi Guru termasuk dalam katagori Soft Profession . Sehingga dirasakan perlu atau secara rasonal dapat kiranya program sertifikasi guru ini dibenarkan. Karena dengan program sertifikasi ini akan membawa kepada mutu pendidikan yang lebih baik. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru. Tugas seorang guru dilihat dari profesi adalah : a) Mendidik: Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. b) Mengajar: Meneruskan dan mengembangkan iptek. c) Melatih: Mengembangkan keterampilan dan penerapannya. Sementara tugas seorang guru sebagai tugas kemanusiaan adalah: a)Menjadi orang tua kedua, b) Transformasi diri, dan c) Autoidentifikasi. Guru juga mengemban tugas kemasyarakatan yang antara lain: Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi WNI yang bermoral Pancasila, dan Mencerdaskan bangsa Indonesia Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis,
3
inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni, pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan guru. Didalam undang-undang guru dan dosen dinyatakan ada empat kompetensi profesi guru yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik, Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. 2. Kompetensi Kepribadian, Kemampuan kepribadian yang mantap,berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. 3. Kompetensi Profesional, Kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. dan 4. Kompetensi Sosial, Kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan masyarakat sekitar. Keempat komponen kompetensi guru ini dijabarkan ke dalam 10 kompetensi. Selain hal tersebut di atas kita juga mengenal 10 kompetensi guru yaitu: 1) Menguasai bahan pelajaran, 2) Mengelola PBM, 3) Mengelola Kelas, 4)Menggunakan media/sumber belajar, 5) Mengguasai landasan pendidikan, 6) Mengelola interaksi belajar mengajar, 7) Menilai prestasi siswa, 8) Mengenal layanan BK, 9) Mengenal Penyelenggaraan. Administrasi Sekolah, dan 10) Memahami prinsip-prinsip Penelitian Pendidikan. Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru. C. Hakekat Karya Tulis Ilmiah Karya tulis ilmiah adalah suatu karya tulis yang dibuat beracuan pada proses ilmiah. 4
Suatu karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium,artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya. Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk menjawab empat pertanyaan berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu? Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan masalah umumya dikemukakan dalan bagian dengan judul Kerangka Teoritis atau Teori atau Landasan Teori, atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya. Paparan mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode. Jawaban terhadap pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan atau Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Hasil Penelitian. Sementara itu paparan tentang makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau Pembahasan. Tentu saja sistematika karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati. Sistematika karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masarakat keilmuan dalam bidang terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi). Dalam suatu karya ilmiah yang mempunyai tingkat keformalan yang tinggi, seperti misalnya skripsi, sistematika penulisan lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering diminta dari mahasiswa, seperti seperti Kesimpulan dan Rekomendasi (SaranSaran) pada bagian akhir, atau Kata Pengantar pada bagian awal. Banyak jurnal dan majalah meminta abstrak, yakni rangkuman informasi yang ada dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi, lengkapnya. Abstrak yang ditulis secara baik memungkinkan pembaca mengenali isi dokumen lengkap secara secara cepat dan akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen sesuai dengan bidang minatnya, sehingga dokumen tersebut perlu dibaca lebih lanjut. Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata (dalam satu atau dua paragraf), menyatakan secara singkat tujuan dan lingkup penelitian/pengkajian, metode yang digunakan, rangkuman hasil, serta kesimpulan yang ditarik. II. METODOLOGI Pemecahan masalah tentang Peningkatan Layanan Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran di Sekolah dengan mengadakan pelaksanakan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas bagi guru- guru SMK dalam dua tahap, yaitu tahap pertama tentang pemberian materi teori secara keseluruhan dan tahapan berikutnya adalah latihan membuat proposal penelitian PTK sampai berhasil menjadi produk. Adapun peserta dalam pelatihan ini adalah Kepala Sekolah dan Guru-guru yang akan mengusulkan naik pangkat atau sedang menyelesaikan program pendidikan di pendidikan tinggi sebagai contoh mahasiswa Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
yang dalam hal ini adalah guru yang sedang membuat skripsi, Tesis maupun Disertasinya. Pelaksanaannya sebanyak 6 kali latihan/pertemuan yang masing-masing selama 1,5 jam. Pada pertemuan pertama diberikan secara umum tentang penelitian tindakan kelas. Pada pertemuan 2 sampai ke 5 latihan penerapan pembuatan proposal sampai pada penerapan siklus siklus penelitian dan pertemuan ke 6 evaluasi. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini yaitu antara lain : 1) Memudahkanguruyang masih berstatus mahasiswa dalammenyelesaikan tugas akhir di program pendidikan tinggi. 2) Mempercepat proses pembuatan Penelitian Tindakan Kelassebagaipengembangan profesi berkelanjutan bagi guru. 3) Guru mempunyai keterampilan dalam membuat Penelitian Tindakan Kelasberdasarkan pada pengembangan profesi guru.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi kegiatan dilakukan tidak saja di akhir dari program pelatihan juga selama proses dilakukan juga evaluasi pada peserta pelatihan. Jadi di awal program diberikan tes awal, di sepanjang pelatihan ada kuis tiap bahasan, dan diakhir program juga ada tes akhir. Serta juga hasil pekerjaan selama proses pelatihan dalam bentuk proposal penelitian. Dari hasil observasi selama pelatihan berlangasung memperlihatkan keseriusan dan keantusiasan peserta sehingga interaktif berjalan secara hidup dan produk proposal yang dihasilkanpun sangat baik dan berpariatif. Berikut ini dipaparkan hasil kegisatan program pengabdian masyarakat untuk guruguru SMK se jakarta Timur:Pada kegiatan ini diadakan evaluasi terhadap peserta dan evaluasi terhadap program kegiatan. Evaluasi terhadap peserta dilakukan oleh anggota tim terhadap proses dan hasil yang dicapai secara
5
obyektif. Sedangkan Evaluasi terhadap program kegiatan dilakukan oleh pelaksana untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah kegiatan pelatihan ini berlangsung. Evaluasi sebelum kegiatan dilakasanakan dengan cara diskusi dengan para anggota sebelum pelaksanakaan pemaparan materi; sedangkan evaluasi selama kegiatan berlangsung dilakaukan dengan mengamati peserta paltihan. Dan setelah itu di;akukan evaluasi dengan cara membuat masing-masing proposal PTK yang akan diajukan pada penelitian masing-masing. Atas dasar pengamatan selama pelaksanaan pelatihan berlangsung seluruh peserta sangat perhatian dan serius dalam membuat tugasnya serta adanya perubahan perilaku dalam berdiskusi yang cukup baik . Yang saat awal pertemuan belum terbuka wawasannya tentang pengetahuan PTK, sekarang cukup memiliki kemampuan untuk menulis sebuah proposal penelitian PTK , hal ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang diadakan sudah cukup berhasil. Selain itu dapat terlihat dengan berbagai variasi judul proposal yang dihasilkan oleh para peserta, juga memperlihatkan bahwa kemampuan para peserta dalam memecahkan berbagai masalah di kelas melalui sebuah penelitiannya, sehingga memperlihatkan kemampuan atau keberhasilan yang sangat baik bagi peserta.Adapun faktor pendorong dalam kegiatan ini adalah adanya kesungguhan dari seluruh peserta guru-guru SMK serta Kepala Sekolah SMK masing yang telah memberikan izin dan tugas kepada gurugurunya. Juga Kepala Sekolah SMKN 50 Jakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan pelatihan serta membantu berbagai sarana prasarana dan akomodasi demi kelancaran pelaksanaan pelatihan PTKdi wilayah Jakarta Timur yang telah diberikan kepada pelaksana Pengabdian Masyarakat LPM Universitas Negeri Jakarta, sehingga berjalan sesuai
6
dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun faktor penghambat dalam pelatihan ini dapat dikatakan tidak ada, kecuali faktor dana yang terbatas, sehingga jumlah peserta dibatasi, sarana prasara yang diberikan kepada para peserta pelatihan juga kepada para pelatihan sangat terbatas pula.
IV. KESIMPULAN Sebagai simpulan dari hasil kegiatan pelatihan Penelitian Tindakan Kelas kali ini adalah Para peserta mengetahui konsep dasar PTK secara mendalam, sehingga memiliki kemampuan untuk membuat suatu penelitian PTK dalam bentuk proposal, Dengan adanya berbagai variasi judul dalam proposal PTKyang telah dibuat para peserta, mengindikasikan bahwa wawasan serta kemampuan mengenai PTK bagi peserta ternyata meningkat, dan Hasil pelatihan dapat diaplikasikan secara jelas, dan juga dapat membantu/ mempercepat dalam penulisan karya ilmiah lain bagi guru-guru yang sedang membuat tesis maupun disertasinya. DAFTAR PUSTAKA [1] APA, 1983. Publication Manual of theAmerican Psychological AssociationThird Edition. Washington DC: American Psychological Association. [2] Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology: The Teaching LearningProcees. Chiocago: The Moody Bible Institute. [3] Bloom, Benyamin S. 1976. Human Characteristic and School Learning. New York: Mc Graw-Hill Book Company. [4] Hopkins, D. 1985. A Teacher”s. Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. [5] Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
[6] Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta. [7] Thorndike R.L & E.P. Hagen, 1977. Measurement and Evaluation in Psychology and Education. New York: John Wiley & Sons.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
[8] Wilkinson, David, 2000. The Researcher’s Toolkit The Complete Guide toPractioner Research. London: Routledge Falmer
7
PELATIHAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING SESUAI KURIKULUM 2013 PADA GURU DAN CALON GURU EtinSolihatin1), AdiWijanarko2)
[email protected] JurusanIlmuSosialPolitik, FakultasIlmuSosial, UniversitasNegeri Jakarta
ABSTRAK Setelah dilakukan kegiatan pelatihan model pembelajaran Problem Based Learning sesuai kurikulum 2013 merupakan sarana yang efektif dalam memberikan pencerahan, sekaligus melatih praktek pembelajaran. Disamping itu tugas Perguruan Tinggi untuk melaksanakan Tri Dharma yaitu pengabdian masyarakat dapat terelisasi dengan baik. Kata Kunci :Pembelajaran, Problem Based Learning
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Program Studi PPKN, Jurusan Ilmu Sosial Politik, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta mengemban amanah untuk merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Pada Masyarakat. Salah satui mplentasinya adalah melakukan Pelatihan Model Pembelajaran Problem Based Learning bagi guru dan calon guru. Problem Based Learning menurut Renzulli, Gentry danRies (2003:53) "Problem Based Learning is typically done in small discussion groups, where students must engage in inquiry and the teacher's role become on of facilitator or resource guide". Dalam Kurikulum 2013 pendekatan dengan Scientific, dengan model pembelajaran Problem Based Learning, Project Learning, Discovery Learning, dan model lain yang relevan. Namun sosialisasi pelaksanaan Kurikulum 2013 belum terlaksana dengan baik.Padahal Kurikulum 2013 harus sudah dilaksanakan mulai bulan Juli 2014.Sudah barang tentu banyak sekolahan yang belum siap melaksanakannya.Untuk itu kami dari Tim P2M Jurusan Ilmu Sosial Politik terpanggil untuk melaksanakan pengabdian 8
kepada masyarakat, agar mereka memahaminya dengan baik.Jangan sampai secara teori harus melaksanakan Kurikulum 2013, namun kenyataannya menggunakan kurikulum yang lama. Pada akhir kegiatandiharapkan guru dancalon guru memahiri model pembelajaran Problem Based Learning, yang sangat dianjurkan dalam Kurikulum 2013.Disamping itu dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya model pembelajaran Problem Based Learning, sehingga pembelajaran PKn lebih menantang dan menarik. Dengan demikian tantangan masa kini dan masa yang akan datang dapat diatasi oleh peserta didik dengan baik, karena mereka berlatih terus memecahkan berbagai permasalahan yang ada dan mencari alternatif solusi yang baik. Mengingat pentingnya kesadaran peningkatan skill tentang pembelajaran Problem Based Learning berbasis IPTEKS, maka kami berencana melakukan pelatihan model Pembelajaran Problem Based Learning dalam rangka mengaplikasikan kurikulum 2013 guna meningkatkan kemampuan guruguru dan calon guru dalam bidang pembelajaran.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
B.
TujuanKegiatan Kegiatan pengabdian masyarakat ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi guru mengenai model pembelajaran problem based learning. 2. Meningkatkan kemampuan (skill) kualitas pembelajaran melalui pelatihan model pembelajaran problem based learning. C. Manfaat Kegiatan Adapun manfaat kegiatan yaitu : 1. Diharapkan agar guru-guru memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang model pembelajaran problem based learning. 2. Adanya peningkatan kualitas pembelajaran, kemampuan (skill) dalam melaksanakan model pembelajaran problem based learning. II. KAJIAN TEORI A. Problem Based Learning Problem based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan menggunakan permasalahan dalam kehidupan nyata sebagai bahan untuk dipelajari dalam meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik. MenurutArends (2008:41) “Problem based learning adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran peserta didik masalah autentik, sehingga peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri”. Model inibercirikanmenggunakanmasalahkehidupann yatasebagaisesuatu yang harus dipelajari peserta didik untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep penting. Menurut Renzulli, Gentry danRies (2003:53) “Problem based learning is typically done in small discussion groups where students must engage in inquiry and the teacher’s role become on of facilitator or resource guide”. JadimenurutRenzuli, Gentry dan Reis dalam problem based learning peserta didik dikelompokkan menjadi kelompok kecil untuk melakukan suatu diskusi berhubungan dengan penemuan yang akan dilakukan. Guru berperan sebagai penyaji masalah, membantu menemukan masalah dan memberi fasilitas penemuan, yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri. 1. Tujuan Problem Based Learning Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan problem based learning yaitu memudahkan tercapainya kompetensi untuk memperoleh pengetahuan baru, terampil berkomunikasi, kerjasamatim, pemecahan masalah, tanggungjawab untuk belajar mandiri, berbagi informasi dan menghargai orang lain. Keterampilan dan sikap umum yang dihasilkan problem based learning menurut Wood (2003:328) BMJ volume 326, 8 Februari 2003 bmj.com yaitu : - Teamwork - Chairing a group - Listening - Recording - Cooperation - Respect for colleagues views - Critical evaluation of literature - Self directed learning and use of resources - Presentation skills 2. Langkah-langkahProblem BasedLearning Problem based learning terdiri dari lima tahapan utama. Kelima tahapan itu
9
dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja peserta didik. Tahapanproblem based menurutDepdiknas (2007:267):
learning
Tahapan PBL
TahapanTingkahLaku Guru
Tahap 1 Orientasi pesertadidik kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logis yang dibutuhkan, memotivasi peserta didik agar terlibat pada pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 Mengorganisasipe sertadidik untuk belajar
Guru membantu peserta didik mendefinisi-kan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanak aneksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya. Guru membantu peserta didik merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model serta membantu mereka berbagi tugas denga ntemannya Guru membantu peserta didik melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan merekadan proses-proses yang mereka gunakan.
3. Keuntungan dan Keterbatasan Problem Based Learning Keuntungan dan keterbatasan problem based learning menurut Akinoglu O dan Tandogen R.O. (2007: 71-81) dalam“The 10
Effects of Problem Based Active Learning in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning”, Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3, (1), 71-81. Keuntungan
Keterbatasan
1.
Pembelajaran berpusat kepada peseta didik, bukan berpusat pada guru
2.
Mengembangkan 2. Membutuhkan kontroldiri, banyak waktu mengajarkan membuat untuk peserta rencana perspektif, didik menghadapi realitadan menyelesaikan mengekspresikan emosi situasi pesertadidik. problematik ketika situasi ini Model ini pertama kali memungkinkan disajikan di kelas pesertadidik untuk
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1. Sulitbagi guru untuk mengubah gaya pengajarannya
melihat kejadian secara 3. Kelompok atau multidimensi dan individu boleh dengan perspektif yang jadi lebih dalam menyelesaikan pekerjaan lebih Mengembangkan dahulu atau keterampilan terlambat memecahkan masalah Mendorong pesertadidik untukbelajar material baru dan konsep ketika menyelesaikan masalah.
4. Pembelajaran ini membutuhkan banyak material dan penelitian
5. Sulit implementasikan metode ini di semuakelas. Mengembangkan Tidak berhasil keterampilan sosial dan baik menggunakomunikasi kan model ini pesertadidik dengan dengan memungkinkan mereka pesertadidik yang untuk belajar dan tidak dapat bekerja tim mengerti dengan Mengembangkan benar nilai atau keterampilan scope masalah berpikirtingkat dengan kontek tinggi/berpikir kritis sosial dan berpikir ilmiah 6. Sulit dalam Menggabungkan teori penilaiannya dan praktek
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
9.
Menggabungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru dan mengembangkan keterampilan mengambil keputusan dalam disiplin lingkungan yang spesifik
10. Dapat memotivasi pesertadidikdan guru 11. Pesertadidik memperoleh keterampilan manajemenwaktu, fokus pengumpulan data, persiapan laporan dan evaluasi 12. Membukacara untuk belajar sepanjang hayat.
guru-guru di ruang kelas SD Huntara Desa Cibadak, Kecamatan Bogor. Waktu kegiatan dilaksanakan setelah proposal ini disetujui.
IV. A.
PELAKSANAAN KEGIATAN Realisasi Pemecahan Masalah Berdasarkan kerangka masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka langkah pemecahan masalah dilaksanakan sebagai berikut: 1. Mengadakan koordinasi dengan pihakpihak terkait : a. Mengurus perizinan tempat b. Narasumber materi Model Pembelajaran Problem Based Learning sesuai Kurikulum 2013 pada guru dan calon guru, dari Tim Pengabdian Masyarakat. 2. Menyusun agenda atau susunan acara.
B. III.
METODE PELAKSANAAN
A.
Metode Pemecahan Masalah Untuk mensukseskan program pelatihan model pembelajaran problem based learning adalah melalui tahapan : Memberikan informasi penting berkaitan dengan problem based learning denganP ower Point. Praktek pelaksanaan dilakukan oleh guru-guru dan calon guru (sebagai peserta pelatihan) Tanya jawab untuk lebih memantapkan hal-hal yang berkaitan dengan model pembelajaran problem based learning B.
Khalayak Sasaran Khalayak sasaran yang dianggap strategis (yang mau dan mampu) untuk dilibatkan dalam pelatihan model pembelajaran problem based learning, yaitu guru-guru dan calon guru di Desa Cibadak, Kabupaten Bogor. C. Tempat dan Waktu Kegiatan Kegiatan pelatihan model pembelajaran problem based learning bagi Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Sasaran Peserta yang mengikuti pelatihan model pembelajaran Problem Based Learning bagi guru dan calon guru sebanyak 20 orang di desa Cibadak.
C.
Metode Untuk mensukseskan program pelatihan ini, metode yang digunakan adalah partisipasi aktif dengan melalui tahapan: (1) ceramah, metode ini penting untuk menyampaikan informasi penting berkaitan dengan “Model Pembelajaran Problem Based Learning Sesuai Kurikulum 2013”, disertai print out bahan tayangan (power point). (2) tanya jawab yang dilaksanakan secara aktif oleh seluruh peserta. (3) praktek pembelajaran dengan Model Problem Based Learning”.
V. HASIL KEGIATAN A. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan “Pelatihan Model Pembelajaran Problem Based Learning sesuai Kurikulum 2013”, di desa Cibadak diantaranya:
11
1. Meningkatkan pengetahuan peserta tentang “Model Pembelajaran Problem Based Learning Sesuai Kurikulum 2013, yang dapat melatih peserta didik untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. 2. Terjadinya sikap positif dan semangat mengajar lagi meskipun pernah kena bencana longsor, dan beberapa guru tinggal di Huntara (Hunian Sementara).
B.
Hasil Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap contoh praktek “Problem Based Learning”. Di samping itu minat dan antusias peserta agar pengabdian masyarakat terus dilaksanakan di daerahnya.
VI.
Amir, MT. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Bagaimana Pendidikan Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta: Kencana Prenada Media group. Izhak, Hasoubah Z. 2004. Developing Creative and Critical Thinking Skill (Cara Berpikir Kreatif dan Kritis), Bandung: Yayasan Nuansa Cendekia. Lepinski, C. 2005. Problem Based Learning: A New Approach to Teaching Training & Developing Employees, San Rafael CA: Merin Country Sheriff’s Office. Sevin, et. al. 2000. Foundation of Problem Based Learning. SRHE and Open University Press Imprint. General Editor Heather Eggins.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan kegiatan pelatihan pada pengabdian masyarakat ini, dapat disimpulkan bahwa : pelatihan Model Pembelajaran Problem Based Learning Sesuai Kurikulum 2013, merupakan sarana yang efektif untuk memberikan pencerahan, sekaligus melatih praktek pembelajaran. Di samping itu tugas Perguruan Tinggi untuk melaksanakan Tri Dharma, dapat terealisasi dengan baik.
12
DAFTAR PUSAKA
Sumber Internet: Hmelo-Silver,CE.2004. Problem Based Learning: What and How Do Student Learn? (on line) Education Psychology Review, vol. 16, 236-266. Tersedia di http://kanagowa.iti.cs.cmu.dey (15 September 2010).
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
PELATIHAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) BAGI GURU - GURU SE JAKARTA TIMUR Agus Dudung Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Tujuan Kegiatan ini adalah sebagai berikut:(1) meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. (2) Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. (3) Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. (4) Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. (5) Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat. (6)Menunjang pengembangan karir guru Khalayak Sasaran dalam kegiatan ini adalah guru-guru yang akan membuat pengembangan keprofesian berkelanjutan ( PKB) dalam rangka mengusulkan naik pangkat. Pada pelatihan ini direncanakan pelaksanaannya sebanyak 4 latihan pertemuan yang masing-masing selama 2 jam. Pada pertemuan pertama diberikan secara umum tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dalam rangka mengusulkan naik pangkat. Pada pertemuan 2 sampai ke 4 latihan penerapan pembuatan proposal karya ilmiah dan pertemuan terakhir program kegiatan di adakan evaluasi. Berdasarkan hasil pelatihan yang dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan. Antara lain: (a) guru dapat memperkaya pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). (b) guru dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan (c) guru dapat mempercepat proses pembuatan karya tulis ilmiah dalam pengembangan profesi bagi guru. (d) guuru menjadi punyai keterampilan dalam membuat karya tulis ilmiah berdasarkan pada pengembangan profesi guru. (e) guru dapat meningkatkan kualitas penulisan ilmiah sebagai bahan untuk mempersiapakan kenaikan pangkatnya. Kata kunci : Pengembangan keprofesian berkelanjutan
I. PENDAHULUAN 1. Analisis Situasi Dalam rangka meningkatkan propesional guru dan diberlakukannya PERMENPAN dan Reformasi Birokrasi no. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kriditnya, maka setiap guru yang ingin menaikan pangkatnya diberlakukan untuk membuat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Dalam hal ini beberapa Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
pertanyaan mendasar mungkin dapat kita ajukan seperti: (1) Apa yang dimaksud dengan profesi?; (2) Bagaimanakah guru profesional itu? Berkaitan dengan hal ini, karena guru sebagai suatu profesi maka dapatlah kita berasumsi bahwa guru seharusnya memiliki konsekuensi melakukan CPD (Continuous Professional Development) atau dalam istilah pemerintah Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
13
Pengembangan diri dalam PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) adalah upaya guru untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memilki kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan perkembangan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni. Kegiatan pengembangan diri meliputi: 1. Diklat Fungsional Diklat Fungsional adalah kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. 2. Kegiatan Kolektif Guru Kegiatan Kolektif guru adalah kegiatan guru dalam mengikuti kegiatan pertemuan ilmiah atau mengikuti kegiatan bersama yang dilakukan guru baik di sekolah maupun di luar sekolah (seperti IHT/KKG/MGMP, KKKS/ MKKS, dan asosiasi profesi guru) dan bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru yang bersangkutan. Kegiatan kolektif ini dapat berupa : a. lokakarya atau kegiatan bersama seperti IHT/KKG/MGMP,KKKS/ MKKS dan asosiasi profesi guru dalam menyusun perangkat kurikulum dan/atau pembelajaran; b. keikutsertaan dalam kegiatan ilmiah seperti seminar, koloqium, diskusi panel, dan kegiatan ilmiah lainnya baik sebagai pembahas maupun peserta;dankegiatan kolektif lain yang sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. Adapun contoh kegiatan pengembangan diri yang dapat dilakukan dalam diklat fungsional maupun kegiatan kolektif guru antara lain sebagai berikut: a. Penyusunan RPP, program kerja, perencanaan pendidikan, evaluasi, dansebagainya. b. Penyusunan kurikulum dan bahanajar. c. Pengembangan metode mengajar
14
d. Pelaksanaan penilaian proses dan hasil pembelajaran peserta didik. e. Pengembangan dan pemanfaatan teknologi informatika dan komputer (TIK) dalam pembelajaran. f. Inovasi proses pembelajaran g. Peningkatan kompetensi profesional dalam menghadapi tuntutan teori terkini. h. Penulisan publikasi ilmiah. i. Pengembangan karya inovatif. j. Peningkatan kemampuan untuk mempresentasikan hasil karya. Angka Kredit Kenaikan Jabatan Guru Terbaru, berlaku 1 Januari 2013. Aturan baru Angka Kredit bagi kenaikan Jabatan Guru ini akan berlaku efektif mulai tanggal 1 Januari 2013 dimana untuk kenaikan pangkat jabatan Fungsional Guru serendah-rendahnya Golongan III/b diwajibkan membuat Karya Inovatif berupa Penelitian, Karya Tulis Ilmiah, Alat Peraga, Modul, Buku, atau Karya Teknologi Pendidikan yang nilai angka kreditnya disesuaikan. Peraturan baru yang mengatur kenaikan pangkat jabatan fungsional guru (guru dan kepala sekolah) telah terbit ini dan ditetapkan berdasar: 1. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi 2. Birokrasi (PermenPANRB) No. 16 Tahun 2009 tanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 3. Peraturan Bersama Mendiknas dan Kepala BKN Nomor 03/V/PB/2010 4. dan Nomor 14 Tahun 2010 tanggal 6 Mei 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. 5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Perhatikan pada golongan berapa Bpk/Ibu saat ini : 1. III/a ke III/b wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
2.
3.
4.
dan kegiatan kolektif guru) yang besarnya 3 angka kredit. III/b ke III/c wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan kolektif guru) yang besarnya 3 angka kredit dan publikasiilmiah/karya inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya teknologi/seni) dengan 4 angka kredit. III/c ke III/d wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan kolektif guru) yang besarnya 3 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alat pelajaran, karya teknologi/seni) dengan 6 angka kredit. III/d ke IV/a wajib melaksanakan kegiatan pengembangan diri (pelatihan dan kegiatan kolektif guru) yang besarnya 4 angka kredit dan publikasi ilmiah/karya inovatif (karya tulis ilmiah, membuat alat peraga, alatpelajaran, karya teknologi/seni) dengan 8 angka kredit.Permasalahannya,mungkin di lapangan kita akan dihadapkan pada pertanyaan seperti ini: (1) Upaya apa yang dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya(2) bagaimana mengelola pening-katan profesionalisme guru di sekolah?
Selain itu Sertifikasi guru juga merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru. Selain hal-hal tersebut di atas secara garis besar juga terdapat beberapa kelompok kekurangan yang terjadi yang menyebabkan guru tidak lulus sertifikasi yang antara lain Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
adalah pada kelompok penelitian dan karya ilmiah serta karya lainnya seperti buku ajar yang disusun sendiri oleh guru. Dalam pelaksanaan PKB hampir tidak pernahguru meneliti bidang pekerjaannya sendiri. Selain itu juga keaktifan dalam mengikuti PKB juga berbagai kegiatan penelitian atau karya ilmiah dan sejenisnya yang sangat kurang . Berdasarkan pada kenyataan di atas dirasa perlu kiranya memberikan pelatihan pada guru dalam kaitannya dengan PKB yang merupakan sebagai pengembangan profesi guru. B.
Perumusan Masalah Berdasarkan analisis situasi tersebut diatas maka dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah dengan mengikuti pelatihan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) guru mampuh membuat karya ilmiah? 2. Apakah dengan mengikuti pelatihan guru terampil menulis karya ilmiah.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Secara etimologis, profesi berasal dari bahasa Inggris profession, bahasa latin profesus, yang berarti mampu atau ahli dalam suatu bentuk pekerjaan (Sanusi, 1991:18). Sedangkan menurut Cogan dalam Peter Jarwis, 1983: 21, disebutkan bahwa profesi adalah suatu keterampilan yang dalam prakteknya didasarkan atas suatu struktur teoritis tertentu dari beberapa bagian pelajaran atau ilmu pengetahuan. Selanjutnya, profesi disebut juga sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan latihan yang khusus, tujuannya untuk menyediakan pelayanan keterampilan atau advis terhadap yang orang lain dengan bayaran atau upah tertentu (Vollmer & Mills dalam Peter Jarvis, 1983: 21). Sedangkan secara etimologi profesi diartikan suatu pekerjaan yang memper-
15
syaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental yang dimaksudkan adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk perbuatan praktis Pemerintah secara resmi telah mencanangkan bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional. Pencanangan ini ditandai dengan undang-undang Guru dan dosen yang dikeluarkan pada tahun 2005. Harapkan pemerintah dapat meningkatkan kualitas pendidikan, karena guru sebagai pelaksana pada pembelajaran berperan penting dalam kpeningkatan proses pembelajaran di dalam kelas yang akan berujung pada peningkatan mutu pendidikan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sebuah sertifikat profesi guru yang diperoleh melalui uji sertifikasi. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan sebagai guru profesional. Pengertian dari Pengembangan Keprofesi-an Berkelanjutan (PKB) bagi guru merupakan perubahan secara sadar akan pengetahuan dan peningkatan kompetensi guru sepanjang kehidupan kerjanya dan dilaksanakan secara terus menerus untuk mewujudkan guru profesional, bermartabatdansejahtera. Ada dua macam tujuan dilaksanakannya pengembangan keprofesi-an berkelanjutan (PKB) bagi guru yaitu : 1. Tujuan Secara UmumPengembang-an Keprofesian Berkelanjutan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Melalui PKB guru diharapkan selalu meningkat kompetensinya, baik dalam penguasaan materi pembelajaran maupun metode yang tepat pada saat melakukan pembelajaran sehingga peserta didik memahami, menyenangi, berperan aktif dalam pembelajaran. Jika pelayanan terhadap peserta didik dapat dioptimalkan diharapkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan dapat meningkatkan mutu serta hasil 16
belajar yang pada akhirnya mutu pendidikan akan semakin baik. pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) adalah untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. 2. Tujuan secara khususPengembangan Keprofesian Berkelanjutan Tujuan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah sebagai berikut; a. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. b. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. c. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. d. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. e. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat. f. Menunjang pengembangan karir guru Secara khusus dilaksanakannya Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru adalah untuk memfasilitasi guru dalam mencapai standar kompetensi yang ditetapkan. memotivasi guru untuk tetap memiliki komitmen melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. Mengangkat citra, harkat, dan martabat profesi guru, rasa hormat dan kebanggaan sebagai guru yang profesional. 3. Jenis-jenis Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru: a. Pengembangan Diri yaitu usaha peningkatan kemampuan kompetensi guru itu sendiri dengan cara mengikuti Diklat fungsional, workshop-workshop
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
pendidikan, seminar tentang kependidikan, dan mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya, serta melakukan kegiatan kolektif guru lainnya. b. Publikasi Ilmiah yaitu dengan menyusun Karya ilmiah dan mempulikasikannya karya-karya ilmiah atas hasil penelitian maupun gagasan ilmu dibidangnya. Publikasi ilmiah dapat dilakukan dengan presentasi pada forum ilmiah. c. Karya Inovatif yaitu dengan melakukan kegiatan-kegiatan dalam upaya meningkatkan kompetensi keprofesiannya seperti: menemukan teknologi tepat guna dan membuat atau memodifikasi alat pelajaran dan alat peraga yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Sebelum melaksanakan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru, hal-hal yang dilakukan adalah dengan melakukan Evaluasi Diri (Evadir) dan dari hasil evadir maka kita dapat menentukan langkah dan jenis kegiatan selanjutnya sehingga Jenis pengembangan yang akan dipilih tepat sesuai yang diharapkan sehingga pencapaian kompetensi guru dapat tercapai. 4. Manfaat Pengembangan Keprofesi-an Berkelanjutan (PKB) Manfaat pengembangan keprofesian berkelanjutan yang terstruktur, sistematik dan memenuhi kebutuhan peningkatan keprofesian guru adalah sebagai berikut: a. Bagi Peserta Didik. Dengan adanya pelaksanaan PKB, maka peserta didik memperoleh jaminan pe-layanan dan pengalaman belajar yang efektif. b. Bagi Guru. Kepada guru dengan melaksanakan PKB (pengem-bangan keprofesian berkelanjutan) akan dapat memenuhi standar dan mengembangkan kompetensinya sehingga mampu Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
melaksanakan tugas-tugas utamanya secara efektif sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang. c. Bagi Sekolah/Madrasah akan mampu memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas bagi peserta didik. d. Orang tua/masyarakat memperoleh jaminan bahwa anak mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan pengalaman belajar yang efektif. e. Bagi Pemerinta, dengan adanya PKB akan memberikan jaminan kepada masyarakat tentang layanan pendidikan yang berkualitas dan profesional. 5. Sasaran Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Sasaran kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah semua guru pada satuan pendidikan yang berada di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan/atau Kementerian lain, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Demikian ulasan tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) mengenai tujuan, sasaran dan manfaatnya, yang ditulis berdasarkan buku 1 pedoman pengelolaan pengembangan keprofesian berkelanjutan: Pembinaan Pengembangan Profesi Guru yang diterbitkan oleh Pusat Pengembangan Profesi Pendidik, Badan pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012. Pekerjaan profeisonal dapat dikelompokkan ke dalam dua katagori: yaitu Hard Profession dan Soft Profession. Suatu pekerjaan dapat dapat dikatagorikan sebagai Hard Profession apabila pekerjaan tersebut dapat didetailkan dalam perilaku dan langkah-
17
langkah yang jelas dan yang relatif pasti. Pendidikan yang diperlukan bagi profesi ini adalah menghasilkan keluaran pendidikan yang dapat distandarisasikan. Artinya, kualifikasi lulusan jelas dan seragam di manapun pendidikan itu berlangsung. Dengan kulifikasi ini seseorang sudah mampu dan akan terus mampu melaksanakan tugas profesinya secara mandiri tanpa pendidikan lagi. Pekerjaan dokter dan pilot sebagai contohnya. Sebaliknya katagori Soft Profession adalah diperlukannya kadar seni dalam melasanakaan pekerjaan tersebut. Ciri pekerjaan tersebut tidak dapat dijabarkan secara detail dan pasti. Sebab, langkah-langkah dan tindakan yang harus diambil, sangat ditentukan oleh kondisi dan stuasi tertentu. Implikasi katagori Soft Profession tidak menuntut pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan dengan standar tertentu melainkan menuntut lulusan dibekali dengan kemampuan minimal. Kemampuan ini dari waktu ke waktu harus ditingkatkan agar dapat melaksanakan tugas pekerjaannya sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, lembaga in – service training bagi Soft Profession amat penting. Profesi Guru termasuk dalam katagori Soft Profession . Sehingga dirasakan perlu atau secara rasonal dapat kiranya program sertifikasi guru ini dibenarkan. Karena dengan program sertifikasi ini akan membawa kepada mutu pendidikan yang lebih baik. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru.Tugas seorang guru dilihat dari profesi adalah : a) Mendidik : Meneruskan dan mengem-bangkan nilai-nilai hidup. b) Mengajar : Meneruskan dan mengembangkan iptek. c) Melatih : Mengembangkan keterampilan dan penerapannya. Sementara tugas seorang guru sebagai tugas kemanusiaan adalah: a) Menjadi orang tua 18
kedua, b) Transformasi diri, dan c) Autoidentifikasi. Guru juga mengemban tugas kemasya-rakatan yang antara lain: Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi WNI yang bermoral Pancasila, dan Mencerdaskan bangsa Indonesia Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni, pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan guru. Didalam undang-undang guru dan dosen dinyatakan ada empat kompetensi profesi guru yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik, Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. 2. Kompetensi Kepribadian, Kemampuan kepribadian yang mantap,berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. 3. Kompetensi Profesional, Kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. dan 4. Kompetensi Sosial, Kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali dan masyarakat sekitar. Keempat komponen kompetensi guru ini dijabarkan ke dalam 10 kompetensi. Selain hal tersebut di atas kita juga mengenal 10 kompetensi guru yaitu: 1) Menguasai bahan pelajaran, 2) Mengelola PBM, 3) Mengelola Kelas, 4) Menggunakan media/sumber belajar, 5) Mengguasai landasan pendidikan, 6) Mengelola interaksi belajar mengajar, 7) Menilai prestasi siswa, 8) Mengenal layanan BK, 9) Mengenal Penyelenggaraan. Administrasi Sekolah, dan 10) Memahami prinsip-prinsip Penelitian Pendidikan. Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru.
III. METODE KEGIATAN A. Tujuan Kegiatan Adapun Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam peraturan perundangan yang berlaku. 2. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhi kebutuhan guru dalam perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk memfasilitasi proses pembelajaran peserta didik. 3. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional. 4. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru. 5. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyarakat. 6. Menunjang pengembangan karir guru B. Manfaat Kegiatan Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini yaitu antara lain: 1. Bagi Peserta Didik. Dengan adanya pelaksanaan PKB, maka peserta didik memperoleh jaminan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif. 2. Bagi Guru. Kepada guru dengan melaksanakan PKB (pengembangan keprofesian berkelanjutan) akan dapat memenuhi standar dan mengembangkan kompetensinya sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas utamanya secara efektif sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik untuk menghadapi kehidupan di masa datang.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
3. Bagi Sekolah/Madrasah akan mampu mem-berikan pelayanan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas bagi peserta didik. 4. Orang tua/masyarakat memperoleh jaminan bahwa anak mereka mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan pengalaman belajar yang efektif. 5. Bagi Pemerinta, dengan adanya PKB akan memberikan jaminan kepada masyarakat tentang layanan pendidikan yang berkualitas dan profesional. C. Khalayak Sasaran Guru-guru yang akan membuat pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dalam rangka mengusulkan naik pangkat D. Metode Penerapan Ipteks Pada pelatihan ini direncanakan pelaksanaannya sebanyak 4 latihan pertemuan yang masing-masing selama 2 jam. Pada pertemuan pertama diberikan secara umum tentang pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) dalam rangka mengusulkan naik pangkat Pada pertemuan 2 sampai ke 4 latihan penerapan pembuatan proposal karya ilmiah dan pertemuan terakhir program kegiatan di adakan evaluasi. E. Keterkaitan Kegiatan yang akan dilaksanakan ini mempunyai keterkaitan dengan berbagai institusi, yang antara lain adalah institusi/dinas pendidikan pada umumnya dan pendidikan menengah, baikbidang sekolah menengah kejuruan maupun umum di wilayah Jakarta Timur.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pelatihan 1. Evaluasi Umum Evaluasi secara umum dalam kegiatan dilakukan tidak saja di akhir dari program pelatihan juga selama proses dilakukan juga evaluasi pada peserta pelatihan. Jadi di awal program diberikan tes awal, di sepanjang pelatihan ada kuis tiap bahasan, dan diakhir program juga ada tes akhir. Serta juga hasil pekerjaan dalam bentuk karya ilmiah. Dari hasil observasi selama pelatihan berlangsung memperlihatkan keseriusan dan keantusiasan peserta sehingga interaktif berjalan secara hidup, dan produk yang dihasilkan pun baik dalam bentuk karya ilmiah singkat. 2. Pembahasan Kegiatan Hasil kegiatan pengabdian ke pada masyarakat dalam bentukPelatihan Pengembangan Kepofesian Berkelanjutan bagi guru-guru sangat bermanfaat. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan ini sbb: (a) guru dapat memperkaya pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). (b) Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan (c) Mempercepat proses pembuatan karya tulis ilmiah dalam pengembangan profesi bagi guru. (d) Guru mempunyai keterampilan dalam membuat karya tulis ilmiah berdasarkan pada pengembangan profesi guru. (e) Dapat meningkatkan kualitas penulisan ilmiah sebagai bahan untuk mempersiapakan kenaikan pangkatnya. 3. Observasi Kegiatan Pada kegiatan ini diadakan Observasi terhadap peserta dan evaluasi terhadap program kegiatan. Evaluasi terhadap peserta dilakukan oleh anggota tim dengan membuktikan setiap peserta telah membuat suatu karya ilmiahdalam proses dan hasil yang dicapai secara obyektif.
20
Evaluasi program kegiatan dilakukan oleh pelaksana untuk mengetahui tingkat ketercapaian tujuan kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan evaluasi dilaksanakan sebelum, selama, dan sesudah kegiatan pelatihan ini berlangsung. Evaluasi sebelum kegiatan dilaksanakan dengan cara diskusi sebelum pemaparan materi; sedangkan evaluasi selama kegiatan berlangsung dilakukan dengan mengamati peserta pelatihan. Setelah itu, dilakukan evaluasi dengan cara para peserta pelatihan membuat masingmasing bentuk pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam bentuk karya ilmiah, jurnal, makalah atau proposal penelitian tindakan kelas yang akan diajukan pada penelitiannya untuk melihat keberhasilan pelatihan. B. Hasil Kegiatan Berdasarkan hasil pelatihan didapatkan suatu perubahan yang baik bagi para peserta. Yang dahulu sebelumnya belum terbuka wawasannya mengenai pengembangan ke profesian berkelanjutan, sekarang memiliki kemampuan untuk membuat atau menulis sebuah karya ilmiah, jurnal, makalah atau proposal penelitian tindakan kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa pelatihan yang diadakan sudah berhasil. Kemudian dari karya ilmiah yang diajukan dan dibuat oleh para peserta pelatihan, mengindikasikan bahwa wawasan mengenai masalah-masalah di dalam proses pembelajaran yang sering mereka alami, sudah bisa di perbaiki menjadi sebuah karya ilmiah, jurnal dan hasil penelitian. Sehingga bisa dikatakan bahwa pelatihan pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) ini sudah berhasil dengan baik. C. Faktor Pendorong dan Penghambat Faktor pendorong kegiatan ini adalah kesungguhan peserta, kesungguhan dari para Kepala Sekolah, dan juga pihak terkait yang memprakarsai kegiatan dan membantu menyediaan akomodasi untuk kelancaran Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
pelatihan guru-guru, serta izin yang dibantu pihak yang berwenang, dan prasarana yang telah diberikan oleh LPM UNJ. Semuanya telah menjadikan kegiatan pengabdian ini berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Adapun faktor penghambat pelatihan ini dapat dikatakan tidak ada, hanya faktor dana yang terbatas, sehingga kegiatan ini hanya memberikan sarana yang terbatas pula, baik kepada peserta pelatihan maupun kepada pelatihnya sendiri.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pelatihan yang dilakukan, didapatkan beberapa kesim-pulan. Antara lain: (a) guru dapat memperkaya pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB). (b) guru dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan pengembangan keprofesian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan layanan pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan (c) guru dapat mempercepat proses pembuatan karya tulis ilmiah dalam pengembangan profesi bagi guru. (d) guuru menjadi punyai keterampilan dalam membuat karya tulis ilmiah berdasarkan pada pengembangan profesi guru. (e) guru dapat meningkatkan kualitas penulisan ilmiah sebagai bahan untuk mempersiapakan kenaikan pangkatnya.
perserta tersebut, ada baiknya pada pelatihan selanjutnya berlatih membuat tulisan ilmiah, membuat makalah, jurnal dan proposal mengenai PTK, 4. Dengan sarana, prasana dan pendanaan yang terbatas menyebabkan pada proses pelaksanaan pelatihan ini mengalami sedikit permasalah, namun secara keseluruhan proses pelatihan ini termasuk berhasil dan sukses.
DAFTAR PUSTAKA [1] APA, 1983. Publication Manual of the American Psychological Association Third Edition. Washington DC: American Psychological Association. [2] Barlow, Daniel Lenox. 1985. Educational Psychology: The Teaching LearningProcees. Chiocago: The Moody Bible Institute. [3] Hopkins, D. 1985. A Teacher”s. Guide to Classroom Research. Philadelphia: Open University Press. [4] Suwarsih Madya. 2006. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta. [5] Syarfrudin Nurdin, 2005, Guru profesional dan implementasi Kurikulum Quantum Teaching, Ciputat Jakarta
B. Saran Dalam Pelaksanaan pelatihan disarankan, antara lain: 1. Para peserta berkeinginan untuk pelatihan ini berlanjut ke penulisan jurnal ilmiah. 2. Para peserta mengharapkan bimbingan berkelanjutan dalam bentuk pembimbingan terstruktur dalam penulisan karya ilmiah oleh LPM UNJ. 3. Waktu pelatihan yang terbatas karena mencoba memenuhi kebutuhan
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
21
PELATIHAN PEMBUATAN SELAI LABU PARANG UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI KELUARGA BAGI RT 013/01 KELURAHAN PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Mariani Tata Boga, IKK, Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Dalam upaya pelatihan pembuatan selai labu parang untuk meningkatkan ekonomi keluarga bagi RT 013/01 kelurahan pasa rebo, Jakarta Timur. Dalam pelatihan ini peserta diberikan materi, pengetahuan serta dipraktekan cara membuat selai labu parang. Khalayak sasaran dari pengabdian ini adalah Ibu-ibu RT 013/01 Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Biaya pengabdian diperoleh dari biaya DIPA PNBP UNJ tahun anggaran 2014. Kegiatan pengabdian telah dilaksanakan pada bulan Agustus yang bertempat di Kelurahan Pasar Rebo yang dihadiri oleh 20 peserta. Setiap peserta pada awalnya diberikan penyuluhan serta manfaat buah labu parang serta membuat selai labu parang. Latihan ini bertujuan untuk melatih peserta dalam meningkatkan kreatifitasnya dan meningkatkan ekonomi keluarga dengan keterampilan yang didapat. Dari hasil evaluasi diperoleh hasil dan manfaat dari kegiatan pengabdian ini diantaranya adalah kemampuan ibu-ibu untuk membuat selai labu parang. Kata Kunci : Labu Parang, Ibu-ibu Kelurahan pasar Rebo I.
PENDAHULUAN Potensi sumber daya tumbuhan dan buah buahan yang ada di Indonesia merupakan suatu aset dengan nilai keunggulan komparatif dan sebagai modal dasar utama dalam upaya pemanfaatan dan pengembangannya untuk komoditi yang kompetitif. Sekian banyaknya komoditi yang ada salah satunya adalah buah labu parang. Labu parang (Cucurbita moschata) paling sering digunakan dalam masakan. Beragam jenis hidangan dapat dibuat dari buah ini, mulai dari kolak, sup, cake, hingga kue-kue basah seperti talam dan kue lumpur. Labu kuning yang dikenal dengan sebutan labu parang ini kaya akan vitamin dan mineralnya cukup tinggi, meliputi: betakaroten, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor, besi, kalium, dan natrium. Dari gizinya pun tidak mengecewakan, setiap 100 gr labu mengandung 34 kal, 1.1 protein, 0.3 lemak, 0.8 mineral, dan 45 mg kalsium. Pemilihan bahan dasar olahan menjadi salah satu indikator penting dalam 22
menciptakan prroduk yang berkualitas. Labu parang (Cucurbita Moschata) merupakan salah satu bahan yang dapat dijadikan suatu produk yaitu selai. Labu parang merupakan buah-buahan yang dapat kita jumpai dengan mudah. Nutrisi yang dikandungnya menjadikan labu parang berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh. Betakaroten yang dikandung labu kuning berperan mencegah serangan jantung. Sementara kandungan vitamin B1, C, dan seratnya berperan sebagai pencegah penyakit jantung dan stroke. Ibu-ibu RT 013/01 Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur ini pada umumnya masih memiliki sangat banyak waktu luang setelah mereka selesai mengerjakan tugastugas rutin rumah tangga. Keterampilan yang mereka miliki untuk mengkreatifitaskan sebuah bahan pangan sangatlah minim karena pengetahuan yang mereka miliki sangatlah sedikit. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan salah satu kegiatan tri dharma perguruan tinggi, penulis mengharapkan dapat memberikan solusi untuk membantu memberikan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
23
pembelajaran kepada masyarakat kkhususnya ibu-ibu RT 013/01 Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penulis bermaksud memberikan pembelajaran mengenai pembuatan selai labu parang. Oleh karena itu dengan mengikuti pelatihan pembuatan selai labu parang ini sangat berguna mengingat betapa pentingnya tubuh untuk mengkonsumsi makanan sehat, serta untuk menambah pengetahuan agar dapat meningkatkan ekonomi keluarga. Berdasarkan analisis situasi tersebut di atas, maka diidentifikasi dan dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pembelajaran pelatihan pembuatan selai labu parang untuk meningkatkan Ekonomi keluarga di RT 013/01 Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur dapat bermanfaat ? Tujuan yang diharapkan setelah pelatihan ini adalah warga RT 013/01 Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur, terutama ibu-ibu yaitu memiliki pengetahuan tentang membuat selai Labu Parang, memiliki pengetahuan cara mengolah dan menyajikan selai Labu Parang, memilki pengetahuan tentang packaging selai Labu Parang. Manfaat yang dapat di capai dari kegiatan ini adalah para ibu-ibu RT 013/01 Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur memiliki keterampilan dasar dalam pembuatan selai Labu Parang.
I.
MATERI DAN METODE Realisasi pemecahan masalah dilakukan dengan mengadakan pelatihan sehingga diharapakan peserta memiliki keterampilan dalam membuat aelai labu parang Pelatihan yang diberikan kepada IbuIbu PKK ini melalui beberapa tahapan, yaitu: Pemberian materi, Pelatihan, dan Evaluasi. Khalayak Sasaran adalah Ibu-ibu RT 013/01 kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Lokasi RT 013/01 Kelurahan Pasar
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Rebo, Jakarta Timur yang berada dekat dengan pusat kota Jakarta Timur memudahkan tim penerapan iptek dapat memantau hasil dari pembelajaran tersebut. Kegiatan ini merupakan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi, yaitu menyebar-luaskan pengetahuan dan keterampilan berupa kegiatan positif bagi khalayak masyarakat sekitar. Kegiatan ini merupakan salah satu daru tri dharma perguruan tinggi, yaitu menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan berupa kegiatan positif bagi khalayak masyarakat sekitar. Dalam kaitannya dengan startegi atau kerangka pemecahan masalah, maka yang menjadi khalayak strategis adalah sebanyak 20 orang peserta yaitu ibu-ibu RT 013/01 Keluraha Pasar Rebo, Jakarta Timur. (daftar hadir peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan dilampirkan). Metode yang digunakan mengingat jenis kegiatan ini adalah praktek dan eksperimen maka metode yang digunakan adalah : 30% teori berupa ceramah dan 70% berupa demo dan praktek langsung tentang pembuatan selai labu parang dengan pengawasan dan penjelasan langsung dari tim pelaksana pelatihan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profile Kelurahan Pasar Rebo Kelurahan Pasar Rebo adalah sebuah kelurahan di Jakarta Timur. Kelurahan ini memiliki kode pos 13770. Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 45.203 jiwa (Juli 2012) dan luas wilayah 2,37 Km2. B. Hasil Pelaksanaan Setelah megikuti pelatihan ini peserta memahami bahwa variasi dalam pembuatan selai dapat menggunakan buah labu parang sebagai bahan baku. Selain itu bahan baku yang digunakan membuat selai labu parang sangat terjangkau dan mudah didapat. Tergantung kemauan dari masyarakatnya itu sendiri untuk selalu mencoba dan membuat selai labu parang. 23
Dalam pelatihan ini, buah labu parang divariasikan menjadi sirup. Selain membuat selai tidak terlalu sulit, dapat pula dijadikan peluang bisnis yang cukup menjanjikan untuk menambah penghasilan masyarakat itu sendiri. Dalam membuat selai labu parang dibutuhkan ketelitian, kesabaran dan keluletan dalam membuatnya. Lokasi pelatihan diadakan di Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dengan jumlah peserta 20 orang yang berasal dari sosial ekonomi menengah dan rendah. Kegiatan awal dalam pelatihan ini adalah memberikan materi dan membuat selai labu parang. Selain tahap demi tahap di jelaskan dan dipraktekan. Instruktur pelatihan juga memberikan tips memilih buah labu parang yang dapat digunakan dan juga dalam pemilihan bahan lain serta menyiapkan alat-alat. Kemudian membuat selai labu parang.
ditunjang oleh ketersediannya tenaga ahli dan pelatih yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA Cara membuat selai pepaya dan nenas. Jakarta : Butsi. Dirjen Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kerja. Direktorat Bina Padat Karya dan Usaha Mandiri, 1983. Marmalade buah jeruk dan biji. Jakarta : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balitbang Pertanian, 1989. Lies Suprapti. 2005. Kuaci dan Manisan waluh. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Yudo Sudarto. 2000. Budidaya Waluh. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
III. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah dilakukan pelatihan keterampilan pelatihan pembuatan selai labu parang, maka peserta yang terdiri dari ibu-ibu RT 013/01 Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membuat seli labu parang. Pelatihan berjalan dengan lancar dan peserta antusias dan senang dalam mengikuti proses pelatihan. B. Saran Setelah melakukan kegiatan ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu diperlukannya kerjasama yang berkesinambungan antara pihak Kelurahan Pasar Rebo dengan lembaga pengabdian masyarakat untuk melakukan kegiatankegiatan pelatihan. Mengingat Kelurahan merupakan salah satu jembatan penghubung antara lembaga pengabdian masyarakat dengan warga sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga, akan tetapi belum 24
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
PELATIHAN PEMBUATAN MANISAN KULIT BUAH NAGA DI KELURAHAN KAMPUNG MAKASAR JAKARTA TIMUR Suci Rahayu Tata Boga, IKK, FT Universitas Negeri Jakarta Dalam upaya pelatihan pembuatan manisan kulit buah naga di kelurahan Kampung Makassar, Jakarta Timur. Dalam pelatihan ini peserta diberikan materi, pengetahuan serta dipraktekan cara membuat manisan kulit buah naga. Khalayak sasaran dari pengabdian ini adalah Ibu-ibu Kelurahan Kampung Makassar, Jakarta Timur. Biaya pengabdian diperoleh dari biaya DIPA PNBP UNJ tahun anggaran 2014. Kegiatan pengabdian telah dilaksanakan pada bulan Agustus yang bertempat di Kelurahan Kebon Pala yang dihadiri oleh 30 peserta. Setiap peserta pada awalnya diberikan penyuluhan serta manfaat kulit buah naga serta membuat manisan kulit buah naga. Latihan ini bertujuan untuk melatih peserta dalam meningkatkan kreatifitasnya dan meningkatkan ekonomi keluarga dengan keterampilan yang didapat. Dari hasil evaluasi diperoleh hasil dan manfaat dari kegiatan pengabdian ini diantaranya adalah kemampuan ibu-ibu untuk membuat manisan kulit buah naga. Kata Kunci : Buah Naga, Ibu-ibu Kelurahan Makasar I.
PENDAHULUAN Indonesia memiliki kekayaan sumber daya hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah dan juga potensi pertanian organik yang sangat besar. Luas lahan pertanian yang mencapai 50 Juta hektar memungkinkan berkembangnya berbagai produk organik ramah lingkungan yang mampu menjadikan keunggulan komparatif dengan negara lain, meskipun belum termanfaatkan secara maksimal. Salah satunya adalah buah naga, masyarakat di Indonesia sudah lebih mengenal buah naga. Berdasarkan hal tersebut, biasanya masyarakat hanya mengkonsumsi daging buah naga, dan membuang kulit nya, padahal kulit buah naga tersebut dapat menjadi variasi makanan baru untuk meningkatkan ekonomi Indonesia.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Kulit buah naga atau yang memiliki nama ilmiah Hylocereus Undotus ini memiliki banyak kandungan yang berguna bagi tubuh, maka dari itu tak jarang buah ini banyak diolah menjadi berbagai jenis olahan agar dapat dikonsumsi .Pelatihan pembuatan manisan kulit buah manggis sangat diharapkan di Kelurahan Kampung Makasar Jakarta Timur. Minimnya pengetahuan warga kelurahan kampung Makasar khususnya ibu-ibu dalam mengolah limbah kulit buah naga sehingga diperlukan adanya pelatihan ini. Kulit buah naga merupakan limbah dari buah naga yang biasanya dibuang begitu saja oleh masyarakat, tetapi sebenarnya kulit buah naga memiliki nilai ekonomis yang tinggi setelah diolah menjadi suatu produk olahan. Ditinjau dari segi ekonomi masyarakat Kelurahan Kampung Makasar
25
merupakan masyarakat dengan pendapatan ekonomi menengah ke bawah, dimana sebagian besar kepala keluarga bekerja sebagai buruh, sedangkan para istri adalah ibu rumah tangga yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Kampung Makasar umumnya masih memiliki sangat banyak waktu luang setelah mereka selesai mengerjakan tugastugas rutin rumah tangga. Sehingga untuk mengisi waktu luang itu ibu-ibu kampong Makasar bisa mengikti pelatihan pembuatan manisan kulit buah naga, untuk menambah keterampilan mereka dan meningkatakan perekonomian mereka dengan membuka usaha manisan kulit buah manggis. Khalayak sasaran yaitu 30 orang ibu warga Kelurahan Kampung Makasar. Berdasarkan analisis situasi tersebut di atas, maka diidentifikasi dan dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah pembelajaran pelatihan pembuatan manisan kulit buah naga untuk meningkatkan ekonomi keluarga di Kelurahan Kampung Makasar, Jakarta Timur dapat bermanfaat? Tujuan yang diharapkan setelah pelatihan ini adalah warga Kelurahan Kampung Makasar terutama ibu-ibu yaitu, memiliki pengetahuan tentang membuat manisan kulit buah naga., memiliki pengetahuan cara mengolah dan menyajikan manisan kulit buah naga., memilki pengetahuan tentang packaging manisan kulit buah naga. Manfaat yang dapat di capai dari kegiatan ini adalah para ibu-ibu kelurahan kampung Makasar memiliki keterampilan dasar dalam pembuatan manisan kulit buah naga.
26
I.
MATERI DAN METODE Realisasi pemecahan masalah dilakukan dengan mengadakan pelatihan sehingga diharapakan peserta memiliki keterampilan dalam membuat sirup bunga rosela. Pelatihan yang diberikan kepada IbuIbu PKK ini melalui beberapa tahapan, yaitu: Pemberian materi, Pelatihan, dan Evaluasi. Khalayak Sasaran adalah Ibu-ibu Kampung Makassar, Jakarta Timur. Lokasi kelurahan yang berada berdekatan dengan pusat kota Jakarta timur memudahkan tim penerapan iptek dapat memantau hasil dari pembelajaran tersebut. Kegiatan ini merupakan salah satu daru tri dharma perguruan tinggi, yaitu menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan berupa kegiatan positif bagi khalayak masyarakat sekitar. Dalam kaitannya dengan startegi atau kerangka pemecahan masalah, maka yang menjadi khalayak strategis adalah sebanyak 30 orang ibu-ibu Kampung Makssar Jakarta Timur. (daftar hadir peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan dilampirkan). Metode yang Digunakan Mengingat jenis kegiatan ini adalah praktek dan eksperimen maka metode yang digunakan adalah : 30% teori berupa ceramah dan 70% berupa demo dan praktek langsung tentang pembuatan selai labu parang dengan pengawasan dan penjelasan langsung dari tim pelaksana pelatihan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profile Kampung Makassar Kelurahan ini memiliki kode pos 13650.Kelurahan ini memiliki penduduk sebesar 37.226 jiwa (Desember 2008) dan luas wilayah 2,29 Km 22. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
C. Hasil Pelaksanaan Setelah megikuti pelatihan ini peserta memahami bahwa variasi dalam pembuatan manisan dapat digunakan limbah kulit buah naga sebagai bahan baku. Selain itu bahan baku yang digunakan membuat manisan kulit buah naga sangat terjangkau dan mudah didapat. Tergantung kemauan dari masyarakatnya itu sendiri untuk selalu mencoba dan membuat manisan kulit buah naga. Dalam pelatihan ini, kulit buah naga dimanfaatkan menjadi manisan. Selain membuat manisan tidak terlalu sulit, dapat pula dijadikan peluang bisnis yang cukup menjanjikan untuk menambah penghasilan masyarakat itu sendiri. Dalam membuat manisan kulit buah naga dibutuhkan ketelitian, kesabaran dan keuletan dalam membuatnya. Lokasi pelatihan diadakan di Kelurahan Kampung Makassar, Jakarta Timur. Dengan jumlah peserta 30 orang yang berasal dari sosial ekonomi menengah dan rendah. Kegiatan awal dalam pelatihan ini adalah memberikan materi dan membuat manisan kulit buah naga. Selain tahap demi tahap di jelaskan dan dipraktekan. Instruktur pelatihan juga memberikan tips memilih kulit buah naga yang dapat digunakan dan juga dalam pemilihan bahan lain serta menyiapkan alat-alat. Kemudian membuat manisan kulit buah naga. .
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
III. KESIMPULAN DAN SARAN C. Kesimpulan Setelah dilakukan pelatihan keterampilan pemanfaatan kulit buah naga untuk manisan, maka peserta yang terdiri dari ibu-ibu Kelurahan Kampung Makassar, memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membuat manisan kulit buah naga. Pelatihan berjalan dengan lancar dan peserta antusias dan senang dalam mengikuti proses pelatihan. D. Saran Setelah melakukan kegiatan ini, beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu diperlukannya kerjasama yang berkesinambungan antara pihak Kelurahan Kampung Makassar dengan lembaga pengabdian masyarakat untuk melakukan kegiatan-kegiatan pelatihan. Mengingat Kelurahan merupakan salah satu jembatan penghubung antara lembaga pengabdian masyarakat dengan warga sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan warga, akan tetapi belum ditunjang oleh ketersediannya tenaga ahli dan pelatih yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA Hardjadinata, Ir. Sinatra. Budi Daya Buah Naga Super Red secara Organik. Penebar Swadaya Depok. 2010 Muaris H. 2003. Manisan buah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fatah MA, Bachtiar Y. 2004. Membuat aneka manisan buah. Jakarta: AgroMedia Pustaka
27
PEMBERDAYAAN PARA SATPAM DI BUKIT AZ ZIKRA SENTUL DENGAN PELATIHAN MEMBUAT PRODUK SABLON
Dewi Suliyanthini Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Email :
[email protected]
ABSTRAK Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) adalah salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi yang wajib dilaksanakan oleh setiap dosen. Pelaksanaan pengabdian yang berupa pelatihan pada para Satpam dikarenakan adanya kesenjangan antara penduduk perumahan dan para satpam yang bertempat tinggal di perkampungan Desa Cipambuan Babakan Madang Sentul. Pelatihan pembuatan produk sablon pada baju kaos, dan produk sarung bantal menghasilkan motivasi dan kreativitas pada kaum para satpam, sehingga dalam waktu luangnya mereka dapat mengisi kegiatan kosong dengan membuat produk yang bermanfaat dan memberikan keteranpilan baru bagi para satpam selain sebagai penjaga keamanan perumahan. Hasil yang diperoleh berupa produk baju kaos bersablon yang bertuliskan desa Cipambuan Babakan Madang Sentul dengan loga desa bedug dipergunakan mereka untuk baju lomba sepak bola pertandingan antar desa.Produk sarung bantal diperguanakan untuk di rumah mereka masing-masing. Kata Kunci : Baju, kaos, Produk, sablon I.
PENDAHULUAN
Satpam merupakan tugas mulia yang dilakukan para kaum laki-laki untu menjaga kemanan dan ketertiban setempat. Umumnya para satpam bekerja selama 10 jam bergantian pagi atau malam (shift pagi/shift malam). Hasil wawancara penghasilan satpam perumahan dibawah standard upah minimum (UMR), rata-rata hanya Rp. 800.000 sampai Rp. 1.000.000,- per bulannya mereka dapatkan. Dilain pihak para bapak satpam biasanya tulang punggung keluarganya, dimana tempat tinggal mereka biasanya justru bukan diperumahan tersebut, tapi mereka tinggal di rumah perkampungan/pedesaan antara perbatasan perumahan dengan perkampungan. Sehingga terkadang timbul kesenjangan social diantara penduduk perumahan dengan penduduk perkampungan Hal ini dirasakan pula oleh para bapak-bapak satpam kompleks perumahan yang rata-rata bertempat tinggal di perbatasan desa Cipambuan Babakan Madang, Sentul. Kebanyakan para istri satpam pendudukan Desa Cipambuan Babakan Madang Sentul City bekerja sebagai pengupas singkong, yang jika panen para penduduk mengupas dan membuat pakan, kemudian 28
menjual hasil panen singkong tersebut dengan dijual perkilo (Kg) hanya Rp. 1.000,- (seribu rupiah). Sebagian dari para penduduk hanya menjadi buruh kuli pengupas singkong, dimana upah buruh pengupas hanya Rp 250,(Dua Ratus lima puluh Rupiah)/Kg. rata-rata para buruh mengupas dari jam 9.00 sampai jam 14.00 sebanyak 10kg singkong . Dari hasil analisa tersebut diatas, kami team pengabdian masyarakat Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Jakarta, merasa perlu dan terdorong unttuk memberikan pelatihan kepada para satpam untuk memberikan kegiatan diwaktu luangnya, sebagai penghasilan tambahan bagi para bapak-bapak satpam agar mendapatkan income tambahan diluar pekerjaan utamanya sebagai satpam. Kegiatan membuat produk sablon selain produk yang dihasilkan dapat digunakan sendiri juga keterampilan membuat sablon ini dapat mereka lanjutkan untuk membuat produk lain dengan tambahan kreativitas dan kemandirian usaha. Proses pembuatan sablon pun tidak begitu sulit untuk para kaum lakilaki melakukannya. Karena memang kegiatan pembuatan sablon ini umumnya dilakukan oleh kaum laki-laki.Oleh karena itu pengabdian masyarakat pembuatan produk Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
sablon ini kami lakukan sangat tepat sasaran bagi para kaum satpam guna mengisi waktu luang dan memberikan motivasi mencari tambahan diluar tugas pekerjaannya sebagai satpam kompleks perumahan.
c. Melakukan transfer motif dengan pencahayaan matahari pada jam 11 – 15.00 selama 1 menit atau lampu neoo TL 40watt selama 15 menit dengan cara seperti pada gambar berikut dibawah ini : matahari
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Materi sablon Sablon adalah istilah umum yang khalayak masyarakat lebih mengenalnya. Istilah sablon dalam dunia keilmuan yaitu Pencapan. Pencapan adalah proses pemberian motif di atas benda atau kain dengan cara mencetak melalui screen yang telah didesain motifnya, adapun proses pemberian warna dengan mengguankan zat pengental, zat warna dan zat penngikat, melalui penekanan dengan alat rakel. Teknik Pencapan dengan menggunakan kassa screen adalah proses pemberian motif diatas benda atau kain adalah proses pembeerian moti teknik cara lama. Namun diyakini bahwa teknik pencapan ini sangat mudah, dan banyak hasilnya serta kualaitas yang baik. Teknik pencapan biasanya dilakukan diatas kain baju, kaos guna memberilkan corak desain motif yang lebih menonjol. Teknik pencapan ini menggunakan kassa screen yang terbuat dari kain sutera polyester dengan pori-pori yang sangat halus agar transfer saring warna pada kain merata dan sempurna. Penekanan dengam menggunakan rakel yang bagian bawahnya adalah plat karet padat agar zat warna dan zat pengental dapat dengan sempurna dan mereata mewarnai permukaan kain yang di cap/ disablon. Teknik Sablon atau teknik Pencapan adalah : a. Membuat Motif diatas kertas transparant. b. Mentransfer motif tersebut diatas ke kassa screen. Dengan cara kassa screen diberi dahulu zat Hilex yang berwarna ungu atau biru sebagai zat film. Setelah zat tersebutu merata dan kering (saat mengoleskan Hilex pada screen yang telah dibersihkan sebelumnya jangan kena cahaya matahari dan lampu langsung karena lapisan film akan gagal saat proses transfer motif) Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
kaca motif bantalan hitam sebagai
kassa screen
media penghalang
yang telah dilapisi zat film
jika menggunakan lampu neon TL. Posisi lampu dibawah dan bantalan hitam di bagian paling atas. Dengan psosisi kaca tetap menghadap langsung pada sumber cahaya sebagai media mentraser motif dari motif dikertas ke kassa screen. d. Setelah proses pentrasferan motif selesai. Kassa screen dicuci dengan air mengalir agar sisi-sisi motif Nampak jelas tergambar. Kemudian keringkan. e. Setelah kassa screen selesai dilakukan pemindahan motif. Langkah selanjutnya proses penyablonan pada kain/kaos/ benda lain. Dengan cara membuat terlebih dahulu pasta cap yang berupa : zat warna, zat pengental, zat pengikat (binder) yang diaduk merata. Kekentelan pasta cap harus seusia tidak terlallu kental dan tidak terlalu encer. f.
Kemudian pada bagian belakang kassa screen tuangkan pasta cap dan dorong 2x dengan rakel. Seperti pada gambar dibawah ini
29
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Baju kaos Kassa screen RakelBaju Motif pada
Hidayat Giwo Hendra Norma Faisal Andi Dedi Dadan Guntur Samsul
Satpam Az Zikra Satpam Az zikra Satpam Sentul City Satpam Sentul Citty Satpam Sentul City Satpam Sentul City Satpam Sentul City Satpam Az Zikra Satpam Sentul City Satpam Sentul City
screen kaos
Setelah selesai proses penyablonan keringkan baju kaos dengan dijemur atau diangin-angin agar terjadi ikatan kimia antara zat pencapan dengan baju kaos. Setelah itu baju kaos siap digunakan. Selamat mencoba
Berikut ini disajikan dalam table jadwal kegiatan Pelatihan pembuatan Sablon di Babakan Madang Sentul City : No Kegiatan 1 2
III.
METODA
Metoda kegiatan ini adalah berupa eksperimen, praktek langsung dengan pengarahan dan demonstrasi langsung yang dilakukan 4 kali pertemuan. Kegiatan ini meliputi : a. 30% pengetahuan berupa ceramah dan pemberian informasi tentang proses pembuatan sablon b. 70% berupa praktek langsung mempersilahkan para satpam mengerjakan keterampilan ini dengan inovasinya sendiri.
IV. HASIL KEGIATAN Kegiatan P2M yang dilakukan oleh para bapak-bapak Satpam di Sentul. Melalui kegiatan pembuatan produk sablon di atas baju kaos dan sarung bantal yang bertempat di Madrasah/paud yang sudah lama tidak dimanfaatkanPeserta kegiatan ini jumlah seluruhnya ada 13 orang, yang disajikan dalam table berikut ini : Tabel nama peserta pelatihan souvenir di Babakan Madang Sentul : No 1 2 3 30
Nama Hudan Rukyat Nurdin
Keterangan Satpam Az Zikra Satpam Az Zikra Satpam Az Zikra
Sutvey pendahuluan
Pendekatan, Sosialisasi pada masyarakat setempat 3 Pembuatan Proposan Pengajuan P2M ke LPM 4 Pengarahan materi pembuatan sablon 5 Demonstrasi dan praktek langsung proses pembuatan motif – kassa screen 6 Menyablon pada sarung bantal 7 Menyablon pada baju kaos 11 Evaluasi dan analisa 12 Penutupan dan Lomba 13 Pelaporan
Tanggal/Bul an/tahun 12 Maret 2014 20 Maret 2014 21 Maret 2014 5 Agust 2014 15 Agut 2014
22 Agust 2014 30 Agust 2014 3 Sept 2014 6 Sept 2014 17 Oktober 2014
Faktor kendala pada ssat pelatihan ini adalah : terbenturnya waktu kegiatan dengan jadwal bekerja Dan istirahat para bapak satpam. Sehingga ada kalanya para satpam dapat shift malam dan siangnya istirahat, sehingga kegiatan ini kadang diikuti oleh para satpam dan terkadang diikuti oleh anak-anaknya, karena orang tua mereka istirahat dan bekerja shift malam. Telah diuraikan dalam factor kendala diatas.Bahwa waktu yang menjadi factor kendala para satpam untuk mengikuti kegiatan sablon ini, sehingga saat dilaksanakannya kegiatan pelatihan sablon hanya dilakukan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
empat kali saja yang terkadang hanya hadir 1 kali saja. Pada ssat program pelatihan ini, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga kami tim P2M meminta ijin kepada wraga Desa dan Kelurahan setempat untuk mengisi waktu dan kesempatan ini agar kegiatan ini bertepatan dengan kemerdekaan Republik Indonesia Motivasi dan semangat para peserta dan para juara lomba kami beri hadiah sebagai dorongan semangat atas keberhasilan mereka membuat produk dan meminta para peseserta untuk terus berkaraya dan terus membuat produk.Dimana hasil karya peserta dipakai sendiri oleh para bapak satpam.Baju kaos dipakai untuk lomba sepak bola, dan sarung bantal dipakai untuk di rumah. Kegiatan diatas jelas memberikan dampak positif bagi peserta dan memberikan lahan pekerjaan wirausaha sebagai income tambahan mereka.Hampir seluruh peserta menyambut gembira kegiatan ini, sehingga peserta semakin semangat dan termotivasi. V.
DAFTAR PUSTAKA [1]
Agus Soeprapto. Pencapan. Institut Teknologi Tekstil. Bandung. 2009 [2] Arifin Lubis. Teknik Pencapan Tekstil. Sekolah Tinggi Teknologi Tetkstil. Bandung. 2011. [3] Dewi Suliyanthini. RPKPS.Rencana Program Perkualiahan Semester. Mata Kuliah Pengetahuan Tekstil. 2013. IKK-FT-UNJ.
KESIMPULAN
Kegiatan pelatihan sablon kepada para satpam sesuai dengan tujuan program kegiatan, dimana para satpam menjadi memiliki keterampilan, pengetahuan mengenai proses pembuatan sablon. Yang mana produk kaos sablon yang dihasilkan dipakai untuk team sepak bola desa Cipambuan Sentul Citty.Dan produk sarung bantal digunakan untuk dirumah masing-masing.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
31
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA Sudarwanto1), Ibnu Hadi2) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dikuti oleh 22 orang guru sekolah dasar maupunpengasuh pondok pesantren yang ada di kecamatan Cibatu kabupaten garut Jawa Barat pada tanggal 20 September 2014. Alat peraga yang ditawarkan kepada peserta untuk dirancang, dibuat dan digunakan meliputi : Alat peraga pembelajaran matematika Kekekalan Luas, Alat peraga pembelajaran matematika Kekekalan Panjang, Alat peraga pembelajaran matematika Kekekalan Banyak, Alat peraga pembelajaran matematika untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan dan Alat peraga pembelajaran matematika untuk Pengukuran dalam Matematika. Kata Kunci : Alat peraga, Matematika, Sekolah Dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan guru merupakan salah satu penjabaran peran tanggung-jawab pemerintah, masyarakat dan organisasi profesi untuk mendorong guru mampu melaksanakan tugas dan fungsinya seoptimal mungkin. Adapun Tugas pokok dan fungsi seorang guru yaitu Bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam melaksanakan KBM, meliputi: Membuat kelengkapan mengajar dengan baik dan lengkap, Melaksanakan kegiatan pembelajaran, Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan, dan ujian., Melaksanakan analisis hasil ulangan harian, Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, Mengisi daftar nilai anak didik, Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan), kepada guru lain dalam proses pembelajaran, Membuat alat pelajaran/alat peraga, Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni, Mengikuti kegiatan pengembangan dan pemasyarakatan kurikulum, Melaksanakan tugas tertentu di sekolah, Mengadakan pengembangan program pembelajaran, Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar anak didik, Mengisi dan meneliti daftar hadir sebelum memulai pelajaran, Mengatur kebersihan ruang kelas dan sekitarnya, Mengumpul-kan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan pangkat. Tugas pokok dan fungsi guru ini
32
bersifat mengikat baik sebagai seorang guru maupun sebagai warga sekolah. Berkaitan dengan pembelajaran Matematika di tingkat pendidikan dasar, mayoritas guru masih menerapan metode mengajar dengan mengunakan metode ceramah dan menekankan aspek hapalan terhadap rumus-rumus matematika.kondisi ini menyebabkan munculnya anggapan di sebagian besar siswa bahwa mateatika merupakan pelajaran yang sulit, tidak menarik dan membosankan, sehingga siswa cenderung tidak termotivasi untuk belajar matematika. Pembelajaran Matematika yang menarik akan mengurangi tingkat ketidaktertarikan siswa akan matematika (Pujiati:2004, 2). Siswa yang tertarik belajar matematika maka akan termotivasi untuk belajar yang pada gilirannya prestasi belajarnyapun akan meningkat. Salah satu metode belajar yang saat ini diyakini oleh para ahli mampu meningkatkan ketertarikan siswa akan pelajaran matematika adalah metode belajar sambil bermain. Hal ini tidaklah aneh karena pada dasarnya anak-anak usia sekolah dasar adalah anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan bermain. Ketertarikan belajar matematika merupakan langkah awal munculnya minat dan motivasi belajar.Tujuan utama penggunaan alat peraga matematika adalah menimbulkan ketertarikan tersebut. Belajar sambil bermain memerlukan alat bantu peramainan yang berfungsi mengarahkan focus siswa untuk
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
mencapai tujuan belajar. Alat bantu ini perlu direncanakan oleh guru agar tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai dan dibuat dengan mengikuti prinsip aman, sehat dan manfaat. B. Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mendampingi guru dan pengasuh pondok pesantren di kecamatan Cibatu Kabupaten Garut merencanakan dan membuat alat peraga pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir matematis siswa sekolah dasar. II. KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, dan diagram dalam menjelaskan gagasan. Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menamakan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, dan geometri. “Matematika juga berfungsi mengem-bangkan kemampuan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain”, (Depdiknas, 2008: 134). Pembelajaran matematika adalah cara berpikir dan bernalar yang digunakan untuk memecahkan berbagai jenis persoalan dalam keseharian, sains, pemerintah, dan industri. Dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada kurikulum 2006 menyatakan tujuan pembelajaran matematika adalah: 1. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifatsifatnya, serta menggunakan dalam pemecahan masalah kehidupan seharihari. 2. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
3. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikan dalam pemecahan masalah sehari-hari. 4. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah sehari-hari. 5. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam peme-cahan masalah sehari-hari. a. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan. b. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, (Depdiknas, 2008: 235) 1. Alat Peraga Pembelajaran Matematika Alat peraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah media perlu dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga lebih lanjut. Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun perangkat keras. Berdasarkan fungsinya media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana.Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari.Alat peraga matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam matematika (Pudjiati, 2004:4). Manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa yaitu: a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pengajaran;
33
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar untuk setiap jam pelajaran; d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain (Sudjana & Rivai, 2002: 2) Penggunaan alat peraga dan media lainnya dalam pembelajaran matematika (khususnya dalam memberikan penanaman konsep) akan membawa hasil enam kali lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan pengajaran drill tanpa konsep (Sukayati dan Agus Suharjana: 2009,6). Semua benda yang digunakan sebagai alat dalam pembelajaran matematika disebut alat peraga matematika.alat peraga merupakan media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Fungsi utama alat peraga matematika adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep, agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari. Dengan melihat, meraba, dan memanipulasi alat peraga maka anak mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti konsep. B. Berpikir Matematis Secara umum, berpikir dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghubung-hubungkan (asosiasi) sesuatu dengan sesuatu yang lainnya untuk memecahkan suatu persoalan atau permasalahan. Hasil dari menghubunghubungkan ini antara lain: 1. Memecahkan masalah 2. Gagasan-gagasan 3. Ide-ide. Berpikir matematika hanyalah salah satu aspek pemikiran pada umumnya.Oleh karena itu, pertanyaan tentang berpikir matematis dapat meningkatkan pertanyaan-pertanyaan tentang semua jenis berpikir. Mekanisme proses berpikir matematis sama dengan proses kognisi pada umumnya, yaitu meliputi penterjemahan, mengintegrasikan, perencanaan, dan pelaksanaan. Dalam mekanisme proses berpikir matematis terdiri dari dua strategi 34
yaitu strategi penerjemahan langsung dan strategi model permasalahan. Andrew Noyes (2007) dalam bukunya yang berjudul “Rethinking School Mathematics “ menyatakan bahwa “Many children are trained to do mathematical calculations rather than being educated to think mathematically”. Dalam pembelajaran matematika, banyak siswa dilatih untuk melakukan perhitungan matematika dibandingkan dengan didik untuk berpikir matematis.Terdapat perbedaan antara “melakukan matematika” dengan “berpikir matematis”. Untuk memahami perbedaan keduanya, matematika bisa dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu: (1) posisi matematika, (2) aspek matematika, dan (3) jenis pengetahuan matematika.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini terkait dengan instansi bidang pendidikan dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional maupun Departemen Agama sebagai upaya meningkatkan sumberdaya manusia, dalam hal ini guru sekolah dasar dan pengasuh ponok pesantren di Kecamatan Cibatu Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat membantu mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar melalui penerapan metode pembelajaran yang menarik dan mampu menumbuhkembangkan kemampuan matematis siswa sehingga guru mampu menjadi guru yang professional dan tidak ketinggalan jaman. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dikuti oleh 22 orang guru sekolah dasar maupunpengasuh pondok pesantren yang ada di kecamatan Cibatu kabupaten garut Jawa Barat pada tanggal 20 September 2014. Berdasarkan dialog yang dilakukan sebelum kegiatan workshop dilakukan maka diperoleh informasi yang disampaikan oleh peserta dapat di kelompokkan sebagai berikut: 1. Sebagian besar (14 orang) peserta dalam mengajar masih bersifat induktif dan menggunakan metode ceramah, bahkan hampir sebagian besar guru tidak pernah menggunakan alat peraga pembelajaran. 2. Sebagian peserta menganggap buku pelajaran matematika sekolah dasar Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
sudah mencukupi untuk digunakan sebagai sumber belajar sedang sebagaian yang lain mengatakan bahwa sumber belajar yang ada masih sangat kurang dan kurang bervariasi, serta sebagian besar peserta tidak tahu cara mencari sumber belajar khususnya sumber belajar yang secara spesifik mengarah pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar yang menggunakan konsep kontekstual, menggunakan alat peraga dan berbasis pada aktifitas siswa secara mandiri. 3. Mayoritas peserta (18 orang) belum pernah menggunakan alat peraga pembelajaran dikarenakan kondisi lingkungan sekolah yang tidak mendukung serta berangapan bahwa untuk membuat alat peraga pembelajaran matematika yang dibutuhkan dirasa sulit dan mahal. 4. Sebagian Peserta/guru merasa bahwa kemampuan siswa untuk diajar lebih lanjut terbatas karena kurangnya daya dukung ekonomi keluarga. 5. Sebagian peserta mempunyai pekerjaan lain selain guru sehingga waktu yang tersisa untuk menyiapkan pembelajaran sudah tidak banyak lagi. Dari beberapa permasalahan yang disampaikan peserta di atas telah disampaikan beberapa alternatif pemecahan masalah yang disampikan oleh nara sumber sebagai berikut: 1. Metode ceramah memang diperlukan namun perlu diikuti dengan metode lain seperti metode penemuan maupun diskusi. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kejenuhan maupun menurunnya daya kritis siswa akibat cara belajar yang tunggal dan lebih banyak bertumpu pada ketrampilan dan aktifitas yang monoton dan melupakan unsur bermain pada diri anak. 2. Sumber belajar dapat dicari apabila guru menjalin komunikasi dengan pihak lain seperti MGMP ataupun memanfaatkan fasilitas internet untuk mencari sumber belajar yang ada di internet. Permasalahan penggunaan bahasa yang mayoritas sumber belajar yang ada di internet berbahasa inggris dapat diantisipasi dengan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
3.
4.
5.
memanfaatkan mailing list ataupun kamus online yang ada. Meningkatkan motivasi guru dalam mengajar dengan menggunakan metode maupun alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan konteks dan materi pembelajaran dapat dilakukan dengan cara memandang dan melaksanakan kegiatan mengajar sebagai bentuk prestasi diri dan ibadah/amanah yang merupakan tanggung jawab personal terhadap sumpah jabatan dan profesionalismenya. Sehingga filosofi bekerja semaksimal dan seprofesional mungkin selalu dipegang teguh setiap guru. Setiap siswa mempunyai potensi untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya dan tidak sepenuhnya tergantung pada kondisi ekonomi keluarganya. Potensi ini perlu didukung, difasilitasi dan didorong oleh guru dengan cara salah satunya adalah penyediaan berbagai sumber belajar yang diperlukan, untuk itu guru perlu kreatif dan berkemauan keras untuk memotivasi belajar siswa. Beban hidup yang tinggi memang menuntut pemenuhan kebutuhan yang tinggi pula sehingga wajar apabila seseorang mempunyai lebih dari satu profesi karena didorong oleh alasan kebutuhan ekonomi. Namun demikian profesi guru merupakan profesi yang amat mulai sehingga tidak begitu pas apabila profesi in hanya dihitung dari sisi finansial. Profesi guru memberi guru akses yang baik dan mudah kepada masyarakat sehingga guru yang cerdas akan mampu mengelola akses tersebut untuk meraih materi pendukung penunjang profesi. Dengan pengelolaan yang baik pekerjaan lain diluar profesinya sebagai guru akan dapat dilaksanakan dengan memanfaat-kan waktu yang efesien sehingga guru masih mempunyai cukup waktu untuk mengembangkan dirinya berkaitan dengan profesinya. Alternatif pemecahan masalah yang dihadapi guru seperti yang yang
35
disampaikanoleh nara sumber tersebut peserta diharapkan mampu melihat kembali jalan keluar lain yang mungkin dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahannya tersebut. Kegiatan selanjutnya adalah penyajian teori dan konsep alat peraga pembelajaran dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai berbagai macam jenis alat perga pembelajaran yang mungkin untuk di buat oleh guru beserta cakupan dan karakteristik materi pelajaran yang memungkin-kan pemanfaatan alat peraga pembelajaran tersebut.Pemanfaatan alat peraga pembelajaran diperlukan karena hal ini dimaksudkan agar siswa segera terlibat dalam proses artinya materi pelajaran matematika yang disampaikan oleh guru masih dapat dipahami atau bermakna bagi siswa. Selain daripada itu, diharapkan bahwa pemnafaatan alat peraga pembelajaran matematika akan membantu memecahkan soal-soal latihan dengan menggunakan lebih dari satu cara atau strategi serta melibatkan lebih dari satu aktifitas berpikir matematis. Sehingga siswa merasa tertarik dan sadar akan betapa kayanya cara dalam matematika dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Diharapkan akan timbul penghargaan siswa tentang peranan matematika dalam kehidupan dan dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan. Nara sumber mendemontrasikan pemanfaat alat peraga Pembelajaran Matematika yang selanjutnya coba ditawarkankepada guru untuk mempraktekkannya. Alat peraga yang digunakan tersebut mempunyai kemungkinan besar guru dapat membuatnya antara lain : a.
36
Alat peraga pembelajaran matematika Kekekalan Luas. Luas daerah persegi panjang, luas daerah bujursangkar, luas daerah segitiga, luas daerah trapesium, uraian a(b+c), uraian (x + a) (x + b), uraian (a+b)2, uraian a2 – b2, jumlah ukuran sudut dalam
b.
c.
d.
e.
f.
segitiga, jumlah ukuran sudut dalam segiempat tangram. Alat peraga pembelajaran matematika Kekekalan Panjang Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung, dan batang Cuisenaire. Alat peraga pembelajaran matematika Kekekalan Banyak Abacus biji (Romawi, Rusia dan Cina/Jepang) lidi, dan kartu nilai tempat Alat peraga pembelajaran matematika untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan Uang logam, dadu (bermata dan berwarna), bidang empat ( bermata dan berwarna) paku payung, kartu (domino dan bridge), bola berwarna Alat peraga pembelajaran matematika untuk Pengukuran dalam Matematika Meteran, busur derajat, roda meteran, jangka sorong (segmat), hypsometer, dan klinometer. Alat peraga pembelajaran matematika Bangun-bangun Geometri Macam-macam daerah segitiga, macam-macam daerah segiempat, pengubinan daerah segitiga, pengubinan daerah segiempat, pengubinan daerah lingkaran, pengubinan daerah pengubinan huruf abjad latin. Hasil dari pembuatan alat peraga dapat dibawa pulang peserta untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di kelasnya.
IV. KESIMPULAN Alat peraga pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode/teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan anak didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah dicita-citakan. Dalam Suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan Alat peraga pembelajaran.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dirasakan oleh peserta sebagai suatu kegiatan yang sangat bermanfaat dan memberikan informasi baru yang diharapkan mampu memberikan pencerahan dan bekal pengembangan profesi serta pengayaan pengatahuan yang berkaitan dengan metodologi pembelajaran bagi peserta.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
DAFTAR PUSTAKA [1] Pujiati., Dra., M.Pd. (2004). Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika SMP. PPPPTK Matematika. Yogyakarta. [2] Depdiknas. 2008a. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, Dirjen Mandikdasmen, Depdiknas. [3] Depdiknas. 2008b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 2 tahun 2008 Tentang Buku. Jakarta: Depdiknas. [4] Wijaya, Aryadi. 2012. Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu. [5] Sukayati dan Agus Suharjana, Pemanfaatan Alat Peraga Matematika Dalam Pembelajaran di SD, P4TK Matematika, Yogyakarata, 2009
37
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR Tri Murdiyanto1), Yudi Mahatma2) Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dikuti oleh 24 orang guru Sekolah Dasar yang ada di sekitar SMAN V Kabupaten Garut pada tanggal 20 Septemberr 2014. Alat Peraga yang ditawarkan kepada peserta untuk dirancang, dibuat dan digunakan antara lain: model bangun datar, model bangun ruang, model kerangka bangun ruang, model bangun ruang trasparan dan Model Kartu Pecahan Biasa-Persen. Kata kunci : Alat peraga matematika, Sekolah Dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Efektifitas proses belajar mengajar dapat dilihat dari ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sedangkan efesiensi dapat dilihat dari kualitas komunikasi antara guru dan siswa yang intensif, berkesinambungan dan tidak menimbulkan salah pengertian, khususnya tentang konsep/materi ajar. Azhar Arsyad (2003: 15) menyatakan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar, ada dua unsur yang sangat penting, yaitu metode mengajar, dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan metode mengajar tertentu akan mempengaruhi media ataupun alat peraga pemebelajaran yang digunakan. Alat pembelajaran merupakan alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan guru. Namun kenyataannya masalah penggunaan alat peraga pembelajaran ini masih sering diabaikan dengan berbagai alasan. Alasan yang sering muncul antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari alat peraga yang tepat, tidak tersedia biaya. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru telah membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran. Pembelajaran matematika yang memiliki tingkat kesulitan dan keabstrakan konsep yang lebih tinggi tentu memerlukan cara dan metode komunikasi yang berbeda dengan mata pelajaran lain. Ditinjau dari obyek 38
pembelajaran matematika yang abstrak tersebut maka diperlukan media maupun alat peraga khusus untuk menyampaikannya. Media yang dapat digunakan untuk menyampaika materi/ konsep matematika dapat berasal dari obyek yang sudah ada maupun media yang khusus dibuat untuk hal tersebut. Penggunaaan media maupun alat peraga secara kreatif akan memungkinkan siswa untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media pengajaran yang digunakan dapat berupa peralatan yang efektif yaitu alat peraga B. Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mendampingi guru merencanakan,membuat dan menggunakan alat peraga pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa sekolah dasar.
II. KAJIAN TEORI A. Proses Belajar Mengajar Proses belajar mengajar adalah proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh hubungan yang ada dalam proses itu sendiri, sehingga cara belajar siswa juga dipengaruhi oleh hubungannya dengan guru. Dalam beberapa kasus apabila hubungan antara guru dengan siswa terjalin dengan baik, maka siswa akan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
menyukai mata pelajaran yang disampaikan oleh guru tersebut. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku, ciri-ciri kegiatan yang disebut belajar yaitu : 1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (behavioral changes), baik aktual maupun potensial. 2. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3. Perubahan itu terjadi karena usaha. Adapun mengajar pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang bertujuan dalam arti bahwa kegiatan tersebut terikat oleh tujuan dan dilaksanakan untuk pencapaian tujuan serta terarah pada tujuan. Jadi mengajar dapat dikatakan berhasil apabila anak-anak belajar sebagai akibat usaha mengajar itu. Oleh karena itu dapat disampaikan bahwa pengertian mengajar adalah sebagai berikut: 1. Mengajar adalah usaha guru membimbing, mengarahkan atau mengorganisir belajar. Mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa agar ia dapat menerima, memahami, menaggapi, menghayati, memiliki, menguasai dan mengembangkannya. Jadi mengajar itu mempunyai tujuan antara lain agar siswa dapat memperoleh pengetahuan, kemudian dapat pula mengambangkan pengetahuan itu. 2. Mengajar adalah usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjadi interaksi antara siswa dan lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang disebut proses belajar, sehingga tercapai tujuan pelajaran yang telah ditentukan. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
3. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan pada anak. Mengajar adalah suatu aktifitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar Proses belajar mengajar adalah proses mengorganisasi tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian sehingga satu sama lain saling berhubungan dan saling berpengaruh sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri peserta didik seoptimal mungkin menuju terjadinya perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses belajar mengajar juga merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Benyamin S. Bloom dalam bukunya The Taxonomy of Education Objective-Cognitive Domain (Bloom et al, 1956) menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar akan dapat diperoleh kemampuan yang terdiri dari 3 aspek, yaitu: Aspek pengetahuan (Cognitive), b) Aspek sikap (Affective), c) Aspek ketrampilan (Psychomotor). B. Alat Peraga Pembelajaran Alat peraga pengajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikannya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa.Menurut E.T.Ruseffendi (1994:229) Alat peraga Matematika, yaitu benda atau alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep Matematika.Sedangkan menurut Aristo Rohadi (2003:10), Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata atau konkrit. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut media pembelajaran. (M. Basyiruddin, 2002:18). Dengan demikian Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk
39
menyampaikan pengetahuan, fakta, konsep prinsip kepada siswa agar lebih nyata. Manfaat dari penggunaan alat peraga dalam pengajaran Matematika, di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Dengan adanya alat peraga, anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran dengan gembira, sehingga minatnya dalam mempelajariMatematika semakin besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersilap positif terhadap pengajaran Matematika. 2. Dengan disajikannya konsep abstrak Matematika dalam bentuk konkret, maka siswa pada tingkat-tingkat yang lebih rendah akan lebih mudah memahami dan mengerti. 3. Alat peraga dapat membantu daya tilik ruang, karena tidak membayangkan bentuk-bentuk geometri terutama bentuk geometri ruang, sehingga dengan melalui gambar dan benda-benda nyatanya akan terbantu daya tiliknya sehingga lebih berhasil dalam belajarnya. C. Minat Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong manusia mencapai tujuan.Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu objek, cenderung memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek tersebut tidak menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki minat atas objek tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa senang seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat seseorang tersebut. Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (Winkel, 1984: 30).Adanya suatu ketertarikan yang sifatnya tetap di dalam diri subjek atau seseorang yang sedang mengalaminya atas suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadap bidang atau hal tersebut, sehingga seseorang mendalaminya. Minat adalah kesadaran seseorang, bahwa suatu objek, seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut -paut dengan dirinya (Witherington,1983: 135) Minat mampu memberikan dorongan kepada seseorang untuk berinteraksi dengan dunia luar 40
yang sekiranya menarik untuk diketahui, menjadikannya memiliki semangat tinggi untuk mengetahui sesuatu yang telah menarik hatinya. Minat bukanlah merupakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan. D. Motivasi Belajar Motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki oleh sisya yang bersangkutan ”(Djamarah S.B, dkk, 1995:70). Dengan demikian motivasi belajar adalah proses internal yang merupakan salah satu factor utama yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi/memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran. Peran motivasi dalam proses pembelajaran, akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dikuti oleh 24 orang guru Sekolah Dasar yang ada di sekitar SMAN V Kabupaten Garut pada tanggal 20 Septemberr 2014. Acara dimulai dengan paparan materi presentasi yang membicarakan alat peraga pembelajaran Matematika serta manfaatnya untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Sehabis presentasi diadakan acara Tanya jawab sekitar masalah actual yang dijumpai guru dilapangan yang berkaitan denga alat peraga pembelajaran Matematika. Permasalahan yang disampaikan oleh peserta dapat di kelompokkan sebagai berikut: a. Sebagian besar peserta dalam mengajar masih bersifat tradisional dan monoton yaitu ceramah jarang bahkan belum melakukan variasi pembelajaran dengan metode pemebelajaran yang lain bahkan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
b.
c.
d.
e.
hampir tidak pernah menggunakan media/ alat peraga pembelajaran. Sumber belajar yang ada masih kurang dan kurang bervariasi, serta sebagian besar peserta mengalami kesulitan mencari sumber belajar yang secara spesifik mengarah pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar dengan menggunakan konsep kontekstual, menggunakan alat peraga dan berbasis pada aktifitas siswa secara mandiri. Minat peserta menggunakan alat peraga pembelajaran matematika rendah, hal ini anggapan yang menghantui para guru bahwa membuat alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan topic dan karakteristik siswa sulit dan mahal. Peserta/guru merasa bahwa siswa yang diajar selama ini tidak menuunjukkan bahwa mereka memerlukan alat peraga pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar yang diperoleh siswa mereka cukup baik (di atas SKM) meskipun tidak disebutkan berapa nilai SKM tsb. Peserta belum merasa perlu menggunakan alat peraga pembelajaran matematika karena belum “disuruh” oleh sekolah.
Hasil diskusi antara peserta dan nara sumber tentang permasalahan yang disampaikan peserta berkaitan dengan alat peraga pembelajaran Matematika di atas ditemukan beberapa alternatif pemecahan yang dapat dirangkum sebagai berikut: Metode ceramah memang diperlukan namun apabila hal ini dilakukan secara terus menerus akan memunculkan kejenuhan siswa terhadap pelajaran matematika yang pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa secara keseluruhan. Oleh karena itu metode ceramah perlu diikuti dengan metode lain seperti penemuan dan diskusi agar motivasi dan mina belajar siswa meningkat. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kejenuhan maupun menurunnya daya kritis siswa akibat cara belajar yang tunggal dan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
lebih banyak bertumpu pada ketrampilan dan aktifitas yang monoton dan melupakan unsur bermain pada diri anak. Sumber belajar yang sesuai dengan topic dan karakteristik siswa dapat dibuat dan dicari apabila guru membangun jaringan komunikasi dengan pihak lain maupun memanfaatkan fasilitas internet untuk mencari sumber belajar yang ada di internet. Mekanisme pembuatan dan pencarian sumber belajar ini perlu dilakukan dan dipelihara sehingga guru tidak terjebak dalam kondisi yang tertutup dari perkembangan pengetahuan yang terjadi. Penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan konteks dan materi pembelajaran diikuti dengan pemanfaatan alat peraga pembelajaran akan menjadikan proses belajar mengajar hidup, menarik, dan interaktif sehingga beban guru untuk melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar seperti tuntutan kurikulum akan terbangun dengan sendirinya. Dengan demikian guru akan merasakan bahwa kelas yang diajarnya menjadi lebih dinamis dan kesan yang muncul di benak siswa bahwa guru matematika itu galak dan tidak menyenangkan akan diminimalisir. Guru perlu mempunyai kemampuan menyelenggarana proses belajar mengajar yang melibatkan partisipasi aktif siswa, sehingga guru mampu menangkap keinginan siswa akan berbagai kebutuhan belajar. Perlu disadari bahwa tidak mudah bagi seorang siswa untuk mengemukakan keinginannya secara langsung, untuk itu guru perlu menciptakan mekanisme komunikasi yang efektif dengan para siswanya.Kemampuan siswa hanya dapat dikembangkan apabila minat dan motivasinya tinggi serta didukung oleh ketersediaan berbagai sumber belajar yang diperlukan, untuk itu guru perlu kreatif, berwawasan luas dan berkemauan keras untuk mewujudkan prestasi belajar siswa. Sestelah paparan Hasil diskusi antara narasumber dan peserta maka kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilanjutkan dengan praktek pembuatan alat peraga pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta. Nara sumber didampingi mahasiswa menuntun, mengarahkan dan membantu peserta melakukan pekerjaannnya
41
Alat peraga matematika yang dibahas dan disampaikan cara penggunaannya merupakan alat peraga yang pada dasarnya guru dapat membuatnya sendiri yaitu: a. Model Bangun-Bangun Datar Alat peraga ini dapat digunakan dengan berbagai tujuan pembelajaran matematika sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi yang diinginkan dalam suatu pembelajaran. Penggunaan paling sederhana adalah pengenalan bentuk-bentuk dasar bangun datar geometri. Penggunaan yang lain adalah untuk mengenalkan unsur-unsur suatu bangun datar: sisi, titik, sudut, titik sudut, diagonal, untuk kelas yang lebih tinggi dengan penggunaan yang terbatas dapat pula dikenalkan dengan sudut dalam dan sudut luar, garis tinggi, dan lain-lain. Penggunaan yang selanjutnya adalah pengenalan sifat-sifat umum beberapa bangun datar geometri, terutama dalam kegiatan klasifikasi. Dalam hal ini, bangun datar di atas dapat dikelompokanke dalam tiga kelas: segitiga, segiempat dan lingkaran. Penggunaan dalam tingkat yang lebih tinggi adalah pengenalan sifat-sifat khusus beberapa bangun datar. Contohnya bahwa belah ketupat memiliki sifat antara lain: memiliki empat sisi yang sama panjang, memiliki 2 pasang sudut sama besar, memiliki dua pasang sisi yang sejajar memiliki sepasang diagonal yang saling tegak lurus, dan lain-lain. Siswa juga dapat dikenalkan dengan sifat keakraban di antara bangun-bangun datar tersebut. Misalnya, mengapa persegi atau bujur sangkar dapat disebut persegipanjang, mengapa jajaran genjang termasuk trapezium. b. Model Bangun Ruang Alat peraga ini lebih cocok untuk digunakan dalam menjelaskan mengenai bentuk-bentuk bangun ruang geometris sederhana.Mengenai sifat-sifat yang berhubungan dengan rusuk, titik sudut, sisi, dan lain-lain sebaiknya menggunakan bangun ruang transparan atau kerangka.Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk penggunaan dalam hal pembelajaran jumlah titik sudut, jumlah sudut, jumlah rusuk, jumlah sisi, luas permukaan, maupun volume bangun ruang. Bangun ruang tersebut dapat dikelompokan ke dalam dua jenis: prisma dan limas. Bangun-bangun prisma adalah balok, kubus, dan tabung, sedangkan bangun-bangun limas adalah kerucut dan limas. 42
c. Model Kerangka Bangun Ruang Alat peraga ini lebih cocok untuk digunakan dalam menjelaskan mengenai sifat-sifat yang berhubungan dengan rusuk, titik sudut, sisi, diagonal bidang dan diagonal ruang. Yaitu dalam menentukan jumlah titik sudut, jumlah sudut, jumlah rusuk, jumlah sisi, luas permukaan, maupun volume bangun juga digunakan dalam menjelaskan mengenai sifat-sifat rusukrusuk sejajar, sama panjang, saling tegak lurus, berpotongan d. Model Bangun Ruang Transparan Alat peraga ini lebih cocok untuk digunakan dalam menjelaskan mengenai sifat-sifat rusuk-rusuk sejajar, sama panjang, saling tegak lurus, berpotongan, dan lain-lain. Walaupun demikian tidak menutup kemungkinan untuk penggunaan dalam hal pembelajaran jumlah titik sudut, jumlah sudut, jumlah rusuk, jumlah sisi, luas permukaan, maupun volume bangun ruang. e. Model Kartu Pecahan Biasa-Persen Pola permainan kartu ini seperti permainan kartu domino. Yang berbeda adalah ”nilai” yang sama dimuat tiap kartu. Bila pada kartu domino, nilai tiap sisi kartu ditentukan oleh banyaknya dot (bulatan kecil), maka pada kartu ini, nilai tiap sisi ditentukan nilai bilangan yang dinyatakan dalam bentuk persen atau pecahan biasa.Sisi pecahan biasa harus disambung dengan sisi pecahan persen. Kedua sisi tersebut dapat disambung karena memuat bilangan yang sama
IV. KESIMPULAN Objek matematika adalah benda pikiran yang sifatnya abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindra, oleh karena itu wajar apabila matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa.Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu konsep/prinsip-prinsip matematika diperlukan alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berfikir abstrak. Guru perlu mengembangkan kemampuan merencanakan, membuat dan menggunakan alat peraga pembelajaran agar pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilaksanakannya berlangsung secara menarik dan mampu Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
[5]
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru SD/MI.
[6]
Piran Wiroatmojo & Sasono harjo. (2002). Media pembelajaran. Jakarta: LAN.
[7]
Rohadi, Aristo. 2003. Media Pembalajaran . Departemen Pendidikan Nasional.
Media Jakarta:
[8]
Slameto (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, Rineka Cipta , Jakarta
F. Sadiman. (2006). Media pendidikan: Pengertian, pengembangan danpemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
[9]
Usman, M. Basyiruddin dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran . Ciputat Pers :Jakarta.
melibatkan partsipasi aktif siswanya yang pada akhirnya prestasi siswa akan meningkat. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dirasakan oleh peserta sebagai suatu kegiatan yang sangat bermanfaat dan memberikan informasi baru yang diharapkan mampu memberikan pencerahan dan bekal kepada peserta sebagai guru mateamtika di masingmasing sekolah. Daftar Pustaka [1] Ahmad Rohani. (1997). instrusional edukatif. Rineka Cipta. [2] Arif
[3] Aristo
[4] Azhar
Rahardi. pembelajaran. Dikdasmen.
(2004). Media Jakarta:Dirjen
Arsyad. (2003). pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Media Raja
[10] Usman. Moh. Uzer. 2002. Menjadi Guru Profesional . PT. Remaja Rosdakarya :Jakarta. [11] Yusufhadi Miarso. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Pustekkom.
43
PELATIHAN SENI DAUR ULANG KERTAS UNTUK MENCIPTAKAN PELUANG USAHA BAGI ANAK JALANAN DI KECAMATAN DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR Durotul Yatimah Jurusan PLS, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta,
ABSTRAK Di kota besar seperti DKI Jakarta, dibangun berbagai gedung bertingkat, dengan segala fasilitas pendukungnya. Disi lain, banyak pula perumahan kumuh yang sangat memprihatinkan. Sebanyak 2/3 penduduk di perkampungan kumuh itu adalah anak-anak termasuk anak remaja. Seringkali dilihat di tempat-tempat keramaian, di perempatan lampu merah atau pun di terminal, anak-anak maupun remaja melakukan aktivitas jalanan. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan penghasilan, misalnya; mengamen, mengelap mobil, atau aktivitas lain yang pada intinya meminta belas kasihan orang untuk sekedar memberikan uang recehan. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah angkatan kerja yang tidak terserap dunia kerja mengalami peningkatan. Kondisi ini berimplikasi pada semakin bertambah nya jumlah angka pengangguran, jumlah angka anak jalanan dan bertmbah tingginya tingkat kriminalitas di berbagai kota di Indonesia. Melihat kondisi tersebut, maka dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyusun strategi penanggulangan melalui strategi pengembangan kemampuan hidup (life skill).Salah satu jalur pendidikan adalah Pendidikan Luar Sekolah. Metodelogi pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan pemberian teori dan praktek langsung. Hasil pelatihan menunjukan bahwa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ditampilkan peserta pada saat pos test, berbeda dengan hasil pre-test. Hal ini berarti bahwa pelatihan daur ulang kertas ini mampu menjadikan peserta trampil mempraktekan seni daur ulang kertas, dibandingkan sebelumnya yang tidak mengetahui apa-apa mengenai daur ulang kertas bahkan menganggap bahwa kertas bekas itu barang yang menyempitkan ruangan,menimbulkan udara kotor serta menjadi penyebab timbulnya penyakit.Setelah pelatihan, mereka mampu menunjukan bahwa hasil daur ulang kertas itu dapat membuka peluang usaha bagi mereka, mampu menjadikan mereka mandiri dan secara bertahap dapat menambah penghasilan mereka. Kata Kunci
: Daur ulang, kertas bekas, anak jalanan
PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk Jakarta sangat pesat, kondisi ini menjadikan munculnya perumahan kumuh yang sangat memprihatinkan. Sebanyak 2/3 penduduk di perkampungan kumuh itu adalah anak-anak termasuk anak remaja.Seiring dengan kondisi social ekonomi yang memprihatinkan, anak-anak itu umumnya rentan dengan permasalahan social misalnya menjadi anak jalanan. Jumlah anak jalanan di Kecamatan Duren Sawit relative lebih banyak dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya di Jakarta Timur Anak-anak jalanan umumnya rentan dengan perilaku menyimpang, menimbulkan berbagai masalah yang sulit untuk dipecahkan 44
dalam waktu singkat. Disisi lain, anak adalah pilar utama generasi bangsa. Oleh karena itu perlu segera dicarikan solusi yang tepat untuk penyelamatan hidup mereka.Dunia pendidikan harus mampu memberikan bekal keterampilan yang berguna untuk kehidupan mereka. Kementerian Pendidikan Nasional melalui jalur pendidikan luar sekolah berusaha meningkatkan pengetahuan, kepribadian dan keterampilan generasi muda tersebut,,sehingga manusia selalu mendapatkan hal-hal baru didalam kehidupannya. Peningkatan potensi kecakapan hidup tersebut ditujukan untuk meningkatkan berbagai potensi anak, sehingga mereka secara bertahap dapat hidup mandiri dan pada gilirannya mampu membangun
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
harkat dan martabat dirinya sebagai makhluk Tuhan. Permasalahannya tidak semua anak memahami arti penting daur ulang sampah sehingga menjadi barang yang bernilai tinggi secara social ekonomi.Mereka masih memandang sampah sebagai barang yang tidak berguna bahkan menjijikan.Pengabdian pada masyarakat ini, merupakan upaya untuk mengatasi kondisi sebagaimana disebutkan di atas.Kegiatan ini difasilitasi oleh Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta sebagai penyandang dana.
PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah pada pengabdian masyarakat ini adalah: Apakah pelatihan ketrampilan daur ulang sampah dapat menciptakan peluang usaha bagi anak-anak jalanan di Kecamatan Duren Sawit? Secara rinci rumusan masalah pada pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan daur ulang sampah ? 2. Apakah Pelatihan Daur Ulang sampah dapat meniciptakan peluang usaha bagi anak-anak jalanan di Kecamatan Duren Sawit?
LANDASAN TEORI Menurut Edwin B.Flippo yang dikutif oleh Malayu SP.Hasibuan (2006;70) pelatihan adalah “usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian seseorang (karyawan) untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Malayu SP.Hasibuan (2006;70) berdasarkan pendapat Andrew F.Sikula mengatakan bahwa “Pelatihan adalah proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan terorganisir, sehingga tenaga kerja belajar pengetahuan tehnik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan tertentu”. Menurut Peters, pelatihan dilakukan pada saat (1) ada beberapa model penampilan kerja yang khusus yang perlu dikembangkan, (2) Diperlukan praktek untuk mengembangkan penampilan kerja itu, (3) Upaya untuk Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
mencapai hal itu dilakukan secara mudah dan dapat dimengerti. Pelatihan diberikan dengan alas an karena adanya teknologi baru didalam pekerjaan, atau mungkin juga sebagai upaya pengenalan atau sosialisasi berbagai hal dalam organisasi pada para pegawai baru.. Pelatihan diberikan karena adanya jenis keterampilan hidup (life skills) yang dapat dilatihkan kepada anak-anak jalanan.Melalui pemberian latihan itu diharapkan anak-anak jalanan memiliki bekal keterampilan yang berguna sebagai bekal peluang usaha.
A. Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) Kecakapan hidup menurut Brolling (BPPLS,2008) adalah interaksi berbagaipengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki seseorang sehingga mereka mandiri. Brolling selanjutnya mengatakan (BPPLS,2008). Kecakapan hidup ini dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu : (1) Kecakapan hidup sehari-hari atau daily living skill (2) Kecakapan bidang pribadi dan social atau personal and social skill), (3) Kecakapan hidup bekerja (atay Occupational Skill) Kecakapan hidup menurut WHO (1987) adalah “berbagai kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya sehari-hari Secara efektif WHO membagi kecakapan hidup menjadi 5 kecakapan, yakni : 1) Kecakapan mengenai diri (self awareness) atau kecakapan pribadi (personal skill) 2) Kecakapan social (social skill) 3) Kecakapan berfikir (thinking skill) 4) Kecakapan akademik (academic skill). Sasaran life skill menurut Unesco (2007:25) adalah mereka yang tidak mendapatkan peluang mengikuti pendidikan, terutama anak-anak yang putus sekolah, serta remaja, pemuda,dan orang dewasa yang tidak memiliki keterampilan sama sekali. Sasaran pelatihan keterampilan seni daur ulang sampah adalah anak-anak jalanan.Apabila anak-anak jalanan telah memiliki keterampilan melakukan daur ulang kertas, tinggal melanjutkannya pada bagaimana melakukan
45
rintisan usaha. Merintis usaha berarti melakukan langkah memulai usaha secara mandiri, secara bertahap mereka diharapkan dapat memanfaatkan sarana yang ada untuk merintis usaha tersebut. B. Hakekat Anak Jalanan Anak jalanan merupakan anak yang umumnya sering berada di jalanan, baik di perempatan lampu merah maupun di tengah pusat keramaian kota lainnya, seperti di stasiun kereta api dan terminal, untuk mencari nafkah dengan cara mengamen, mengelap mobil, dan lain-lain. Sehubungan dengan itu, anak jalanan sering dicap sebagai pengganggu ketertiban umum. UU Perlindungan anak No.23 tahun 2003 menyatakan bahwa anak jalanan merupakan anak-anak yang berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga dan lingkungan masyarakat terdekat dan larut dalam kehidupan yang berpindahpindah di jalan raya. Dalam kehidupan keseharian, anak jalanan ini memiliki permasalahan sebagai berikut : 1. Masalah pribadi, yang berhubungan dengan situasi di rumah, pertemuan, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian social, tugas dan nilai-nilai. 2. Masalah khas remaja umumnya, yaitu pribadi yang belum mantap karena berada pada usia antara anak dan usia dewasa muda. Masalah-masalah itu misalnya : kemandirian, kesalah pahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orang tua. Seiring dengan sebutan remaja adalah pilar utama generasi bangsa di masa depan, maka menjadi sebuah kebutuhan yang tak terelakan untuk mencari solusi yang tepat demi penyelamatan hidup anak-anak jalanan agar mereka menjadi generasi muda harapan bangsa. C. Pelatihan Seni Daur Ulang Sampah Pelatihan seni daur ulang sampah adalah kegiatan mengolah sampah yang secara selintas tidak ada manfaatnya. Pelatihan Seni Daur Ulang Sampah ini dipilih atas pertimbangan bahwa anak-anak jalanan di Kelurahan Klender kebanyakan anak laki-laki 46
usia remaja. Memberikan pengetahuan dan keterampilan hidup berbentuk Seni Daur Ulang Sampah pada remaja, berarti turut mendukung suksesnya program pembinaanpemuda yang secara langsung atau tidak langsung turut pula mendorong suksesnya program pembinaan generasi muda. METODELOGI, HASIL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DAN PEMBAHASAN Metode pengabdian pada masyarakat ini adalah pemberian teori dan praktek langsung mengenai pengetahuan dan keterampilan hidup berbentuk Seni Daur Ulang Sampah. Hasil pre tes menunjukan bahwa mereka tidak tahu bahwa sampah apabila diolah dapat jadi barang berguna. Mereka memandang bahwa sampah itu tidak ada manfaatnya dan bahkan mengotori ruang dan menimbulkan udara/ aroma tidak nyaman.Mereka tidak tahu bagaimana membuat daur ulang sampah. Mereka menyadari pentingnya skill/ keterampilan untuk melakukan daur ulang sampah, sehingga benar-benar dapat memanfaatkan kembali sampah tersebut.Dan dapat menjadi sumber penghasilan. Setelah peserta selesai melakukan pelatihan khususnya setelah praktek keterampilan seni daur ulang sampah, kemudian dilakukan tes.Hasil tes menunjukan nilai yang cukup baik.Peserta pelatihan trampil mempraktekan seni daur ulang sampah.Mereka mampu menunjukan bahwa hasil daur ulang sampah itu mampu menjadi kompos yang berguna untuk tanaman.Keterampilan mereka dalam melakukan seni daur ulang sampah tersebut, mampu memberi nilai tambah untuk hidup mereka.Kompos yang dihasilkan dari daur ulang sampah mampu memnjadi benda yang bernilai ekonomi cukup tinggi, dan mampu menjadi sebuah peluang bisnis yang menjanjikan.Setelah melakukan daur ulang kertas tersebut, masyarakat pun mulai sadar bahwa kegiatan daur ulang sampah tersebut, telah turut mendukung kampanye “go green” yang saat ini sedang gencar digalakan oleh berbagai kalangan.Meski pun masih dalam tahap pemikiran yang sederhana, peserta pelatihan memahami bahwa “go green” itu dapat membuat bumi kita lebih “hijau” atau lebih bersih.Pelatihan keterampilan seni daur ulang sampah, menjadikan peserta lebih perduli terhadap lingkungan sekitar. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Melalui pelatihan ini, diharapkan masyarakat Klender, khususnya peserta pelatihan daur ulang sampah dapat meningkat skillnya dan sekaligus secara bertahap memiliki taraf kehidupan yang meningkat, secara social ekonomi. Nara sumber kegiatan ini adalah pelaksana kegiatan yang didampingi 1 orang instruktur dan 1 orang mahasiswa. Instruktur, mahasiswa pendamping, maupun para peserta pelatihan sangat bersemangat dalam seluruh kegiatan ini, baik dalam proses pembahasan materi, maupun dalam melakukan praktek keterampilan.
[7]
[8]
[9]
[10]
[11] DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
Albert Wijaya, 2008, Budaya Politik dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta. LP3ES Becker G.S. 2006. Human Capital, A theoritical and Empirical Analysis with Speccial reference to Education. Chicago, University of Chicago Press Benghart W, Frank, (2008), Educational Planning, The Mac Millan Company, New York. Coombs, P. (1968). The World Educational Crisis, New York: Oxford University Press. David E. Rye. (2005). Tolls for Executives: The Vest Pocket Entrepreneur. Terjemahan. Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey. Drucker, FF. (2006), Inovasi dan Kewirausahaan, Praktek dan Dasardasar, Jakarta, Erlangga.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
[12]
[13]
[14]
[15]
Hatton, Michael J, (1997), Lifelong learning; Policies, Practices, and Programs, APEC Publication, Canada. Kaple, SN; ( ); Change For Children; Ideas and Activities for Individualizing learning, Goodyear Publishing Compani, Inc. California. Kusumah, Inu Hardi dkk (2004); Quo Vadis Pendidikan Sepanjang Hayat dan dan Belajar Sepanjang Hayat, Makalah, PLS S2, UPI Bandung. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Nasional Sudjana, Djudju (2004); Manajemen program Pendidikan; Fallah Production, Bandung Sudjana, Djudju, (2004); Pendidikan Non Formal, Fallah Production, Bandung Trisnamansyah, S, (2007), Pendidikan Sekolah Dan Luar Sekolah. Dalam Natawidjaya, R., Sukmadinata, N.S., Ibrahim, R., Djohar, A (Penyunting). Rujukan Filsafat, Teori, dan Praksis Ilmu Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press ( Halaman 281-282).. Sriwahyuningsih, http//www.depsos. go.id/Balitbang/Puslitbang/2UKS/ executive, Desember 2008 Zaltman, G. (1972). Creating Social Change, Holt. New York.: Rinehart and Winston Inc.
47
PENDAMPINGAN TERHADAP IBU-IBU DAN REMAJA PUTERI PADA PELATIHAN PEMBUATAN HANTARAN PENGANTIN DI PKBM 01 KEMAYORAN JAKARTA PUSAT Karnadi Jurusan PLS, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Rendahnya penguasaan keterampilan hidup pada ibu-ibu dan remaja putri menyebabkan status sosial ekonomi mereka cukup memprihatinkan. Demikian pula para ibu dan remaja putri di PKBM 01 Kemayoran Jakarta Pusat, Diantara para Ibu, ada yang berpenghasilan tapi rendah, ada pula yang tidak berpenghasilan atau hanya mengandalkan penghasilan dari suami mereka Kondisi keprihatinan sosial ekonomi ini menuntut berbagai upaya yang harus dicari solusinya.Pengabdian pada masyarakat ini bersifat pendampingan. Pendampingan ialah proses saling hubungan dalam bentuk ikatan pertemanan antara pendamping instruktur (subjek 1) dengan komunitas ibu-ibu dan remaja putri (subjek 2) melalui dialog-kritis, pelatihan-pelatihan dan pendidikan berkelanjutan dalam rangka menggali dan pengelolaan sumber daya guna memecahkan persoalan kehidupan sosial ekonomi subyek yang didampingi. Program pendampingan mengenai keterampilan hantaran pengantin merupakan suatu program yang menekankan kepada kecakapan hidup warga belajar agar dapat meningkatkan penghasilan. Metodelogi pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan pemberian teori dan praktek langsung Hasil pendampingan menunjukan bahwa berbagai pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta dalam membuat hantaran pengantin berbeda antara sebelum pelatihan dan setelah pelatihan.Hal ini dibuktikan dengan hasil pre tes dan hasil pos tes.Hal ini berarti adanya manfaat dari pelatihan keterampilan hantaran pengantin ini.Pelatihan ini mampu menjadikan peserta berwawasan dan trampil mempraktekan pembuatan hantaran pengantin.Adapun sebelum pelatihan, peserta tidak memiliki wawasan bahwa kain itu dapat dilipat dan dibuat menjadi benda-benda yang lebih menarik apabila dibuat dalam bentuk dan lipatan sedemikian rupa. Setelah pelatihan, mereka mampu menunjukan bahwa hasil pelatihan yakni keterampilan mereka dalam membuat hantaran pengantin itu dapat membuka peluang usaha bagi mereka, mampu menjadikan mereka percaya diri dan secara bertahap dapat menambah penghasilan pada mereka. Kata Kunci :Keterampilan, ibu, remaja, peluang usaha
PENDAHULUAN Rendahnya sosial ekonomi masyarakat Indonesia memerlukan berbagai upaya serius dan intensif, yang memungkinkan masyarakat menjadi lebih aktif dan penuh inisiatif. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat, melalui perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Pengembangan potensi masyarakat dapat diwujudkan melalui kegiatan pendidikan yang berbasis kemasyarakatan, demi pengembangan potensi mereka, demi terpenuhinya kebutuhan mereka dan pemecahan permasalahan sosial ekonomi mereka. Pelaksanaan pendidikan luar sekolah ditujukan untuk memberikan pelayanan
48
pendidikan kepada masyarakat yang tidak terlayani pada jalur pendidikan sekolah. Salah satu kegiatan pendidikan luar sekolah untuk peningkatan kehidupan sosial ekonomi mereka adalah pelatihan keterampilan hidup atau life skill. Life skill atau kecakapan hidup adalah kemampuan yag mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang saling berinteraksi sebagai unsur penting untuk hidup lebih mandiri. Secara umum tujuan pendidikan dengan orientasi life skill yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan luar sekolah (PLS) adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap warga belajar dibidang tertentu sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berwirausaha yang dapat mendatangkan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
penghasilan yang layak guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Pelatihan keterampilan dapat memberikan pengetahuan untuk peningkatan kehidupan yang lebih berkualitas pada pesertanya. Salah satu pelatihan keterampilan itu adalah pelatihan pembuatan hantaran pengantin. Salah satu bentuk keterampilan hidup (life skills) adalah hantaran pengantin.Hantaran pengantin merupakan salah satu jenis keterampilan yang memanfaatkan kain-kain perca yang tidak terpakai lagi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi kemasan hantaran pengantin, keterampilan ini tidak menggunakan banyak modal atau uang. Pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) merupakan satuan program pendidikan luar sekolah yang dioperasionalkan secara komperehensif, fleksibel dan terbuka bagi seluruh kelompok usia. Umberto Sihombing menjelaskan bahwa program kegiatan di PKBM menyiapkan warga belajarnya menuju kemapanan secara ekonomi atau self sufficient economy.“Artinya tidak boleh menciptakan kegiatan hanya sekedar menghabiskan biaya, namun tidak dapat mengganti atau melipatkan gandakan biaya yang dikeluarkan tersebut, kegiatan harus diarahkan pada hal-hal yang bersifat produktif.Dana yang sangat kecil dapat memantapkan kehidupan seseorang apabila digunakan untuk mendukung kegiatan belajar yang mengarah pada mata pencaharian yang laku dijual. Salah satu PKBM yang mengadakan kegiatan keterampilan adalah PKBM 01 Kemayoran Jakarta Pusat. PKBM ini memberikan macam-macam keterampilan yang kemudian dapat menjadikan warga belajarnya produktif.Salah satu kegiatan keterampilan di PKBM 01 Kemayoran ini adalah program keterampilan hantaran pengantin. Jumlah warga belajar program keterampilan jenis hantaran pengantin di PKBM 01 Kemayoran ini berjumlah 20 orang yang terdiri dari 15 orang Ibu-Ibu rumah tangga dan 5 orang remaja putri. Masalahnya adalah pelatihan pembuatan hantaran pengantin ini seringkali mengalami kesulitan untuk dilaksanakan, karena masyarakat umumnya tidak menyadari pentingnya pelatihan pembuatan hantaran Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
pengantin sebagai media pemecahan kesulitan sosial ekonomi mereka. Diantara mereka ada yang berpenghasilan tapi rendah, ada pula yang tidak berpenghasilan atau hanya mengandalkan penghasilan dari suami mereka.Kondisi keprihatinan sosial ekonomi ini menuntut berbagai upaya yang harus dicari solusinya. Pendampingan ialah proses saling hubungan dalam bentuk ikatan pertemanan antara pendamping instruktur (subjek 1) dengan komunitas ibu-ibu dan remaja putri (subjek 2) melalui dialog-kritis, pelatihanpelatihan dan pendidikan berkelanjutan dalam rangka menggali dan pengelolaan sumber daya guna memecahkan persoalan kehidupan sosial ekonomi subyek yang didampingi. Program pendampingan melalui pelatihan keterampilan hantaran pengantin ini berada pada jalur pendidikan luar sekolah. Program pendampngan mengenai keterampilan hantaran pengantin merupakan suatu program yang menekankan kepada kecakapan hidup warga belajar agar dapat meningkatkan penghasilan. Melihat kenyataan di lapangan, baik itu pada masalah yang nampak maupun pada potensi-potensi yang dapat dimanfaatkan, dalam rangka peningkatan pendapatan ibu-ibu dan remaja putri, maka diperlukan adanya upaya pemecahan masalah dengan strategi penyelenggaraan pendampingan melalu pelatihan keterampilan hantaran pengantin. Kegiatan ini diharapkan dapat difasilitasi oleh Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta sebagai penyandang dana.
RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah pada pengabdian ini adalah “Apakah pendampingan melalui pelatihan pembuatan hantaran pengantin itu dapat menciptakan keterampilan hidup ibu-ibu dan remaja puteri di RW 01 Kemayoran ? Secara rinci rumusan masalah di atas, diuraikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Perencanaan Pelatihan pembuatan hantaran pengantin pada ibuibu dan remaja puteri di RW 01 Kemayoran ? 2. Bagaimana Pelaksanaan Pelatihan pembuatan hantaran pengantin pada ibuibu dan remaja puteri di RW 01 Kemayoran ?
49
3. Apakah Pelatihan pembuatan hantaran pengantin dapat meningkatkan kemampuan keterampilan hidup pada ibu-ibu dan remaja puteri di RW 01 Kemayoran?
LANDASAN TEORI 1.
Pendidikan Luar Sekolah dan Pendampingan Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia di dalam maupun diluar sekolah. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 istilah pendidikan formal, nonformal dan informal dipergunakan kembali. Dijelaskan bahwa pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Adapun pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu bentuk kegiatan Pendidikan Luar Sekolah adalah Pendampingan berasal dari kata “damping” yang berarti sejajar (tidak ada kata atasan atau bawahan). Pendamping adalah perorangan atau lembaga yang melakukan pendampingan, dimana antara kedua belah pihak (pendamping dan yang didampingi) terjadi kesetaraan, kemiteraan, kerjasama dan kebersamaan tampa ada batas golongan (kelas atau status sosial) yang tajam. Subejo dan Supriyanto (2004) menyebutkan bahwapemberdayaan masyarakat adalah upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam merencanakan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial”.Pemberdayaan masyarakat diantaranya dilaksanakan melalui program pendidikan kecakapan hidup. 2. Kecakapan hidup Kecakapan hidup menurut WHO (1987) adalah “berbagai kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya seharihari. Kecakapan hidup ini menurut Brolling
50
(BPPLS:2008) dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu : (1) Kecakapan hidup sehari-hari atau daily living skill (2) Kecakapan bidang pribadi dan sosial atau personal and sosial skill), (3) Kecakapan hidup bekerja atau Occupational Skill. Sasaran life skill adalah mereka yang tidak berpendidikan, terutama anak-anak yang putus sekolah, serta remaja, pemuda, dan orang dewasa yang tidak memiliki keterampilan sama sekali.
METODOLOGI, HASIL DAN PEMBAHASAN Metodelogi pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan pendampingan melalui pemberian teori dan praktek.Hasil pendampingan menunjukan bahwa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ditampilkan peserta pada saat pos test, berbeda dengan hasil pre-test. Alat untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan ini adalah dengan membandingkan kegiatan sebelum dan sesudah penyampaian materi pelatihan pembuatan hantaran pengantin. Pada pre-tes peserta ditanya secara lisan, dan diminta mempraktekan bagaimana membuat hantaran pengantin.Pada pre-tes peserta menjawab yang memper- lihatkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan mereka.Mereka menyebutkan belum pernah membuat hantaran pengantin.Tidak pernah terpikir caranya membuat hantaran pengantin itu. Pada pos-tes, peserta pelatihan umumnya menjawab dengan benar dan lengkap tentang pelaksanaan pembuatan hantaran pengantin.Para peserta juga cukup trampil memprak -tekan pembuatan hantaran pengantin itu. Peserta memperlihatkan skill mereka dalam memanfaatkan kain menjadi bentuk menyerupai binatang, dengan melipat dan mengkreasikannya sedemikian rupa sehingga tampak lucu dan bernilai seni. Hal ini sangat menarik dan menjadikan mereka memiliki skill yang dapat menjadi peluang usaha untuk bertambahnya pendapatan mereka.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
PEMBAHASAN Setelah melakukan pelatihan pembuatan hantaran pengantin dari kain, para ibu dan remaja putri di PKBM 01 Kemayoran di Jakarta Pusat menjadi sadar tentang pentingnya skill didalam hidup mereka.Pelatihan ini telah turut mendukung pemerintah untuk memberdayakan masyarakat. Pelatihan itu jua telah berguna untuk membangun kemandirian peserta. Hal ini sesuai dengan upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat. Para peserta merespon dan berpartisipasi aktif dan meminta instruktur untuk memonitornya. Peserta pelatihan memiliki ketrampilan, pengetahuan dan sikap mental percaya diri untuk merintis usaha melalui pelatihan hantaran tersebut. Pertimbangan pelatihan dilakukan di PKBM 01 Kemayoran ini karena banyak salon yang memungkinkan lebih tepat untuk menjual jasa pembuatan hantaran pengantin.Pelatihan di PKBM 01 Kemayoran di Jakarta Pusat ini, turut mendukung suksesnya pembinaandan pendampingan masyarakat. Usaha membuat hantaran pengantin dari kain ini dapat dilakukan dengan modal usaha kecil. Usaha ini dapat dilakukan oleh anggota satu keluarga dan warga sekitarnya. Dengan demikian usaha ini menyediakan lapangan kerja baru. Pada pelatihan ini juga dikenalkan berbagai alat-alat dan bahan serta contoh pembuatan hantaran pengantin yang akan dilakukan. Kepada peserta pelatihan, juga ditanamkan jiwa kewirausahaan, seperti tumbuhnya rasa percaya diri, berani mengambil resiko dalam mengembangkan pembuatan hantaran pengantin, sikap kepemimpinan, seperti mau menerima saran dari pihak lain, sikap inovatif pada berbagai proses pembuatan hantaran pengantin. Peserta pelatihan juga dibimbing untuk memiliki sejumlah keterampilan dan keahlian dibidang pembuatan hantaran pengantin seperti, teknik pemilihan bentuk yang akan dibuat apakah menyerupai binatang atau menyerupai bunga dan lain-lain. Sikap mental maupun kerja keras dalam membuat hantaran pengantin yang sabar, tekun dan cermat yang terjadi pada peserta pelatihan sebagaimana diuraikan di atas pada hakekatnya menjadi nilai utama yang diharapkan tumbuh pada diri peserta pelatihan. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
Melalui pelatihan ini, diharapkan peserta pelatihan dapat meningkat skillnya sebagai upaya untuk merintis usaha dan meningkatkan oendapatan mereka.Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta dan sekaligus secara bertahap peserta memiliki taraf kehidupan yang meningkat, khususnya secara sosial ekonomi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan hasil pendampingan yaitu bahwa hasil pelatihan ketrampilan melakukan praktek pembuatan hantaran pengantin ini benar-benar mampu memberikan wawasan pengetahuan,sikap yang efektif dan keterampilan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA [1] Dirjen PLSP. (2004). Menuju masyarakat yang cerdas, teampil, dan mandiri. Jakarta : Direktorat pendidikan Masyarakat. Depdiknas. [2] Edi Suharto, Membangun masyarakat, memberdayakan rakyat: kajian strategis pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial, Refika Aditama. Bandung. 2005 [3] Harry Hikmat. Strategi pemberdayaan masyarakat.Humaniora Utama Press.Bandung. 2006. [4] http :/www. Delivery.org.(pember-dayaan masyarakat dalam praktek) [5] Margono, S. (2000). Memantapkan posisi dan meningkatkan peran penyuluhan pembangunan dalam pembangunan. Dalam Proseding Seminar IPB Bogor: Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Pustaka Wira Usaha Muda. [6] Miles, M. B. A. Michael Huberman. (1992). Analisa Data Kualitatif, Buku Tentang Metode-metode Baru, Jakarta : PenerbitUniversitas Indonesia UI Press. [7] Moleong, Lexy J (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. [8] PemProv DKI Dikmenti sub Dinas PLS (2005) “Pedoman penyeleng- garaan PKBM di Provinsi DKI Jakarta. Jakarta.
51
[9]
Umberto Sihombing. (1999). “Pendidikan luar sekolah Kini dan masa depan”. Jakarta. [10] ..................................(2000). Pendidikan Luar Sekolah. Manajemen Strategi. Konsep, Kiat, dan Pelaksana. Jakarta [11] Ditjen PLS. (2003). “Standar Minimal Manajemen PKBM berbasis Masyarakat” Bandung. BPKB Jayagiri. [12] Sajogyo, Bunga Rampai Perekonomian Desa, Yayasan Obor Indonesia, 1982.
52
[13] Sumaryo.1991. Implementasi Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam Pemberdayaan Masyarakat. Disampaikan dalam Pelatihan Pengorganisasian Masyarakat dalam rangka Peningkatan Mutu Pengabdian pada Masyarakat, di IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 26 November 2005. [14] .......................(I996). Berbuat bersama, berperan setara. Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara. Jakarta.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
PEMBINAAN KEGIATAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI PELATIHAN EFFECTIVE BUDGETING SKILL BAGI MAHASISWA DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA RAWAMANGUN-JAKARTA TIMUR 1)
Mardi, 2)Tjuju Fatimah, 3)Santi Susanti, 4)Susi Indriani Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAKSI Kegiatan ini merupakan salah satu upaya untuk membantu perkembangan kegiatan kewirausahaan yang kondusif bagi mahasiswa di lingkungan kampus. Praktek kegiatan kewirausahaan sangat mendapatkan perhatian dari berbagai pihak , baik dari dalam ataupun dari luar kampus. Hal ini selaras dengan pengembangan wira usaha kreatif dalam menggerakkan perekonomian yang mandiri, Efek yang dirasakan adalah banyaknya sarana prestasi yang dapat dicapai oleh mahasiswa sebagai pemicu semangat dengan adanya berbagai lomba dengan hadiah menarik yang dapat diikuti. Walaupun hal ini hanya pemacu akan tetapi kegiatan – kegiatan tersebut merupakan pemupukan bibit wira usaha yang harus dikembangkan dan dibina dengan baik. Semua potensi yang telah ada tersebut butuh diarahkan untuk dapat berkembang dan tumbuh ekspansif dalam jangka panjang sehingga bisa berperan aktif dalam perekonomian secara riil, seperti tujuan yang diharapkan. Kendala yang ada pada mahasiswa pelaku wira usaha ini adalah sangat sedikit yang mempunyai visi & misi yang definitive secara jangka panjang terkait masa depan bisnisnya. Kebanyakan mereka hanya berorientasi jangka pendek dan melihat bagaimana nanti saja untuk perkembangan bisnis selanjutnya. Sehingga pada prakteknya, pengelolaan rencana masa depan baik dari sisi manajemen dan keuangan belum terkelola dengan baik. Pengarahan tentang perlunya visi dan misi yang jelas dan pengorganisasian rencana, pelaksanaan kegiatan , pengawasan, dan input balik secara berkesinambungan merupakan bagian aplikasi dari anggaran yang efektif. Pengetahuan akan hal ini akan sangat membantu mereka dalam mengelola bisnisnya menjadi besar dan sukses , bagaimana mulai dari MIMPI yang Jelas (Go Nasional dalam 3 tahun), mengorganisir dokumen (bukti pengeluaran dan bukti penerimaan), mengklasifikasikan ke dalam akun yang diperlukan, membuat projeksi strategi jangka pendek dan panjang, memprediksi biaya dan pendapatan berdasarkan strategi yang telah dibuat, dan melakukan control pencapaian atas leveling strategy (misal berdasarkan waktu pencapaian/ kualitas pelayanan). Kata Kunci : kewirausahaan, mahasiswa
PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Menciptakan usaha baru merupakan salah satu bentuk pilihan terbaik menuju kesuksesan hidup di masa depan. Berwirausaha tidak hanya menjanjikan prospek sukses bagi wirausahawan atau wirausawati yang bersangkutan, tetapi juga bagi keluarga, teman sekolah serta semua pihak yang terkait dan mempunyai hubungan dengan wirausaha tersebut. Dalam skala yang lebih besar lagi, hal ini dapat memberikan manfaat untuk perekonomian nasional dan perkembangan dunia usaha pada umumnya. Menumbuhkan sikap kewirausahaan harus dipupuk secara teratur bisa dalam 53
kondisi formal ataupun informal. Sebagai bagian dari civitas akademika di Indonesia, Universitas Negeri Jakarta juga berperan serta dalam menumbuhkan sikap kewirausahaan ini. Baik secara jalur formal yang terangkum dalam satuan mata pelajaran yang komprehensif dan juga dalam menumbuhkan situasi yang kondusif bagi iklim berwira usaha sejak dini. Dengan mengadakan berbagai kegiatan yang mendorong terciptanya wira usaha-wira usaha muda yang kreatif diantaranya adalah dengan adanya program PKM GT untuk para mahasiswa di lingkungan UNJ. Memulai usaha baru dapat dilakukan dengan cara mendirikan usaha baru oleh para
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
wirausaha baru dan bisa juga merupakan pengembangan usaha dari perusahaan atau wirausaha yang sudah menjalankan usahanya. Membentuk usaha baru pada saat ini tidak cukup hanya bermodalkan tekad kuat. Memang benar tanpa tekad yang kuat untuk memulai usaha baru maka tidak akan pernah berdiri usaha baru, tetapi tekad kuat hanyalah ’salah satu’ modal awal dalam membentuk usaha baru. Menjalankan usaha, baik yang baru mulai atau yang sudah berjalan, harus mempunyai perhitungan, karena keberhasilan usaha sejatinya juga merupakan hasil perhitungan rasional. Harus ada perhitungan untung-rugi, yang pada dasarnya merupakan selisih pendapatan dan biaya. Memulai usaha tidak bisa hanya memikirkan bagaimana cara memulai, tetapi juga merancang bagaimana proses tersebut akan dijalankan dan memikirkan kemungkinan kegagalan. Pembentukan dan pengembangan usaha dan wirausaha baru jaman sekarang perlu diredefinisi sehingga tidak hanya sekedar mencetak atau memulai usaha baru, tetapi harus terus diupayakan untuk bertumbuh. Bertumbuh dan berkembang merupakan sebuah proses yang terukur. Diperlukan langkah-langkah strategis untuk menumbuhkembangkan organisasi, perusahaan, produk, merek dan bahkan individu perorangan, termasuk membentuk usaha yang baru lagi. Dalam mencapai hal tersebut maka perlu adanya suatu rencana yang disusun secara sistematis, meliputi seluruh kegiatan usaha yang terukur sehingga dapat dipergunakan oleh para pelaku usaha untuk mengambil keputusan ataupun menilai kinerja atas usaha yang dijalankannya baik secara financial ataupun non financial. Hal semacam itu dinamakan penganggaran (budgeting), yang mencakup memprediksi semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian yang ada dalam perusahaan, (pemasaran, produksi, pembelanjaan, administrasi dan kegiatan yang berkaitan dengan sumberdaya manusia). Dengan melakukan penganggaran yang baik dan akurat maka kegiatan usaha yang dilakukan dapat terdeskripsikan, terkoordinasi dan terukur kinerjanya secara gamblang. Sehingga dirasa sangat perlu untuk memberikan edukasi bagaimana membuat penganggaran yang efektif (effective Budgeting skill) dalam aplikasi usaha yang akan ataupun 54
sudah berjalan bagi para mahasiswa di UNJ terutama yang berminat dalam bidang kewirausahaan. Pendekatan yang sangat aplikatif dan mudah dilakukan dalam membuat anggaran akan dilakukan sehingga pelaku usaha dengan latar belakang non ekonomi ataupun tidak berpendidikan tinggi dapat mengaplikasikannya (friendly user ) dalam kegiatan usaha mereka. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para mahasiswa makin terpacu untuk lebih kreatif , melihat ke depan dan mampu berstrategi dalam memajukan usahanya.
TINJAUAN PUSTAKA Untuk melukiskan anggaran dan proses penyusunan anggaran, maka sebagai contoh adalah jika kita ingin membangun suatu istana yang megah layaknyabagai suatu proyek pembangunan gedung berlantai tiga puluh. Maka untuk membangunistana tersebut diperlukan waktu tiga tahun. Istana tersebut akan dibangunberdasarkan cetak biru (blue print) dan berdasarkan rencana biaya yang dibuat oleharsitek. Setiap bulan dibuat anggaran biaya untuk pedoman dalam pelaksanaankegiatan pembangunan setiap bagian istana tersebut, sehingga keseluruhanpekerjaan istana tersebut dapat terlaksana sesuai dengan blue print yang telahdibuat dengan rencana biaya yang telah disusun sebelum proyek dilaksanakan. Mengelola suatu usaha dalam hal ini kegiatan kewirausahaan secara umum dapat dikatakan sama dengan hal tersebut di atas. Hanya dengan skop yang lebih sederhana, tapi pengelolaan usaha yang baik bukan hanya monopoli usaha besar. Bentuk usaha apapun jika dikelola dengan baik dan profesional akan tumbuh menjadi suatu entitas ekonomi yang solid dan dapat memberikan kemakmuran bagi pemilik dan lingkungannya. Dalam suatu periode yang ditetapkan ,misalnya lima sampai sepuluh tahun (lebih dari 1 tahun), manajemen puncak menetapkan kearah manaperusahaan akan dijalankan. Manajemen puncak menyusun semacam blue printtentang kondisi yang akan dicapai perusahaan dalam jangka panjang. Blue print iniberupa program jangka panjang yaitu pangsa pasar, produk dan teknologi produksi, keuangan, kepegawaian, citra perusahaan, sistem inforrnasi manajemen, budaya Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
perusahaan dan lain sebagainya. Manajemen mengalokasikan sumber daya yangada untuk setiap program yang disusunnya. Untuk menjamin terlaksananya programtersebut, manajemen menyusun anggaran yang berisi rencana kerja tahunan dantaksiran nilai sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana kerjatahunan dan taksiran nilai sumber daya yang diperlukan untuk pelaksanaan rencanakerja tersebut. Dalam proses penyusunan anggaran tersebut, ditunjuk manajer yangbertanggung jawab dalam pelaksanaan rencana kerja dan dialokasikan berbagaisumber daya yang diperlukan kepada manajer yang bersangkutan. Anggaran menjamin pelaksanaan rencana kerja dengan biaya yang sesuai dengan yang direncanakan dalam anggaran. Dengan demikian penyusunan anggaran dimaksudkan untuk memberikan jaminan pencapaian blue print tentang program jangka panjang, yang mencakup pangsa pasar, produk dan teknologi produksi,kepegawaian, keuangan, citra perusahaan, sistem informasi manajemen, budayaperusahaan dengan biaya sesuai dengan yang dianggarkan sebelumnya. Anggaran disusun oleh manajemen dalam kurun waktu 1 tahun membawa perusahaan ke kondisi tertentu yang diinginkan secara bertahap dengan pengalokasian sumber daya seoptimal mungkin. Dengan anggaran, pengelola (manajemen) mengarahkan jalannya perusahaan untuk mencapai tujuan dengan efektif dan efisien.Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantumanajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan danjuga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yangtelah ditetapkan. A. Hubungan Anggaran Dengan Akuntansi Statemen or the Accounting Principle Board, No.4, mendefenisikan akuntasi sebagai berikut : “Accounting is service acthivity. Its function is to provide quantitative information, primaly finance in nature, about economics entities that is intended to be useful in making economic decision in making reasoned choices among alternative cources of action".(Smith & Skousen ,1981:2) Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa, Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
fungsinya adalah menyediakan data kuntitatif, terutama yang mempunyai sifat keuangan, dari satuan usaha ekonomi yang digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam hal inilah alternativedari suatu keadaan. Untuk menyediakan data, maka setiap transaksi perlu digolong-golongkan, diringkas dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Dengan demikian jika dihubungkan dengan anggaran, data akuntansi merupakan salah satu sumber utama, hal ini disebabkan akuntansi menyediakan data historis dan actual yang bersifat keuangan yang memenuhi tujuan analisa dalam pengembangan rencana-rencana perusahaan. Selanjutnya penyesuaian anggaran harus disesuaikan dengan system akuntansi yang terdapat dalam perusahaan tersebut, terutama penggolongan transaksi-transaksi dalam perkiraan-perkiraan. Penggolongan transaksitransaksi dalam perkiraan-perkiraan untuk anggaran harus sama dengan yang ada pada laporan keuangan, dengan maksud agar dapat diperbandingkan sehingga dapat diketahui penyimpangan yang terjadi. Anggaran sebagai suatu alat, penggunaannya, modifikasinya serta pelaksanaannya sangat tergantung pada manusia-manusianya. Oleh sebab itulah maka kehadiran manajemen (manajer) mutlak diperlukan bagi perusahaan. Begitu pula halnya dengan perusahaan, perusahaan yang cenderung memandang kedepan, akan selalu memikirkan apa yang mungkin dilakukannya padamasa yang akan datang. Sehingga dalam pelaksanaannya, perusahaan-perusahaanini tinggal berpegangan pada semua rencana yang telah disusun sebelumnya. Dimana, bagaimana, mengapa, kapan, adalah pertanyaan-pertanyaan yang selalu mereka kembangkan dalam kegiatan sehari-hari. Kebijaksanaan manajemen dalam perencanaan harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan produk atau barang/jasa yang dihasilkan seperti: trend penjualan, harga produk, disertifikasi produk, kualitas produk, desain produk, style produk, identitas produk (trade mark, bungkusnya). Sedangkan faktor kedua yang perlu diperhatikan adalah pasar, dimana produk akan dijual. Berhasilnya suatu produk dipasarkan tergantung pada sifat produk itu sendiri, harga produk, dan kebijaksanaan dalam pemilihan metoda penjualan dan distribusi. Hal-hal yang 55
perlu diperhatikan antara lain: data tentang konsumen (pembeli), potensi pasar, kebiasaan membeli, sifat persaingan yang dihadapi. Setelah memperhitungkan factor produk dan pasar, juga perlu memperhitungkan cara mencapai pasar tersebut dengan membuat programdistribusi dengan memilih dan melatih para salesman, memilih saluran distribusi yang paling tepat, memilih media promosi dan advertensi, dan terakhir menentukan kebijaksanaan harga. Kemudian masuk ke faktor yang keempat yaitu dengan memperhitungkan yang berhubungan ke program produksi seperti: Bahan mentah dan bahan pembantu, buruh, lokasi pabrik, layout pabrik, kapasitas pabrik, dan proses produksi. Dengan mengadakan program penelitian dan pengembangan produk-produknya, merupakan pertumbuhan kehidupan perusahaan dalam usaha perusahaan tersebut. Program penelitian dan pengembangan suatu perusahaan ikut mempengaruhi rencana yang disusun oleh manajer perusahaan seperti: besarnya biaya yang diperlukan untuk program penelitian dan pengembangan, ada tidaknya korelasi antara kegiatan penelitian dengan tingkat penjualan, manfaat yang akan diperoleh dari program tersebut dan lain sebagainya. B. Keuntungan Pemakaian Anggaran Pemakaian anggaran di dalam perusahaan memberikan keuntungan-keuntungan sebagai berikut : 1. Penyusunan anggaran merupakan kekuatan manajemen dalam menyusun perencanaan, dimana manajemen melihat ke depan untuk menentukan tujuan perusahaan yang dinyatakan di dalam ukuran finansial. 2. Anggaran dapat digunakan alat koordinasi berbagai kegiatan perusahaan,misalnya koordinasi antara berbagai penjualan dengan kegiatan produksi. 3. Implementasi anggaran dapat menciptakan alat untuk pengawasan kegiatan perusahaan. Penyimpangan antara anggaran dengan realisasi dihitung dan dianalisa, dan manajemen dapat mengetahui adanya penyelewengan tersebut. 4. Berdasarkan teknik yang digunakan dalam anggaran, manajemen dapat memeriksa dengan seksama penggunaan 56
sumber ekonomi yang dimiliki perusahaan apakah dapat berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif). 5. Pemakaian anggaran mengakibatkan timbulnya suasana yang bersemangat untuk memperoleh laba, timbul kesadaran tentang pentingnya biaya sebelumdana disediakan. Tekanan anggaran bukan semata-mata menekan biaya, akan tetapi adalah memaksimalkan laba dalam jangka panjang, dan tambahan biayaakan dibenarkan apabila tambahan biaya tersebut diperkirakan dapat meningkatkan laba. 6. Pemakaian anggaran dapat mendorong dipakainya standar sebagai alat pengukur prestasi suatu bagian atau individu di dalam organisasi perusahaan. 7. Pemakaian anggaran dapat membantu manajemen di dalam pengambilan keputusan untuk memilih beberapa alternatif yang mungkin dilaksanakan. C. Keterbatasan Anggaran Disamping keuntungan-keuntungan dari pemakaian anggaran perlu diketahui pula adanya keterbatasan dari anggaran sebagai berikut: 1. Anggaran didasarkan pada estimasi atau proyeksi atas kegiatan yang akan datang, ketepatan dari estimasi sangat tergantung kepada pengalaman dan kemampuan dari estimator atau proyektor, ketidak tepatan anggaran berakibat tidak baik sebagai alat perencanaan, koordinasi, dan pengawasan dengan baik. 2. Anggaran harus selalu disesuaikan dengan perubahan kondisi dan asumsi. Anggaran disusun atas dasar kondisi dan asumsi yang mendasari penyusunan anggaran mengharuskan adanya revisi anggaran agar anggaran tersebut dapat digunakan sebagai alat manajemen. Perubahan kondisi atau asumsi misalnya dapat berupa: laju inflasi atau kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. 3. Anggaran dapat dipakai sebagai alat oleh manajemen hanya apabila semua pihak, terutama manajer-manajer perusahaan, secara terus-menerus dan terkoordinasi
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
berusaha dan bertanggung-jawab atas tercapainya tujuan yang telah ditentukan di dalam anggaran. 4. Semua pihak di dalam perusahaan perlu menyadari bahwa anggaran adalah alat untuk membantu manajemen, akan tetapi tidak dapat menggantikan fungsi manajemen dan "judgement" manajemen masih diperlukan atas dasar pengetahuan dan pengalamannya. D. Syarat-syarat Pokok dari Program Anggaran yang Berhasil Program anggaran akan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat pokok sebagai berikut: 1. Organisasi Perusahaan yang Sehat. Organisasi yang sehat adalah organisasi yang disusun berdasarkan system organisasi tertentu, dapat mengadakan pembagian tugas fungsional dengan jelas, dan menentukan garis wewenang dan tanggung jawab dengan tegas. 2. Sistem Akuntansi yang Memadai. Keberhasilan program anggaran harus didukung oleh sistem akuntansi yang memadai, meliputi: a. Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dengan realisasi yang akan dicatat oleh akuntansi, sehingga antara anggaran dengan realisasi dapat diperbandingkan. b. Pencatatan akuntansi terhadap transaksi akan memberikan informasi dari realisasi anggaran. c. Laporan yang disajikan dapat dibuat sesuai dengan penentuan tingkat pertanggungjawaban dari bagian atau individu di dalam perusahaan. 3. Penelitian dan Analisa Penelitian dan analisa diperlukan untuk menetapkan alat pengukur prestasi, yang dapat berupa standar atau taksiran, sehingga anggaran dapat dipakai dasar analisa untuk mengukur prestasi yang baik. 4. Dukungan dari Para Pelaksana Anggaran dapat berjalan baik apabila ada dukungan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
aktif dari para pelaksana dari tingkat alas maupun bawah, hal ini menyangkut hubungan antar manusia dalam melaksanakan kegiatan, oleh karena itu patokan yang dipakai mengukur prestasi dengan adil harus dimiliki. E. Proses Kegiatan yang tercakup dalam Budgeting: Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun budget. Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan taksiran-taksiran dalam rangka menyusun budget, Menyusun budget dan menyajikan secara teratur dan sistematis. Pengkoordinasian pelaksanaan budget Pengolahan dan penganalsisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan, dalam rangka mengadakan penilaian (evaluasi) terhadap kerja yang telah dilaksanakan serta menyusun kebijakan-kebijakan sebagai tindak lanjut (follow-up) dari kesimpulan-kesimpulan tersebut. Tugas penyusunan budget merupakan tanggung jawab dari pimpinan tertinggi perusahaan. Namun demikian tugas penyusunan budget selanjutnya dapat didelegasikan kepada bagian yang terkait pada perusahaan (tergantung struktur perusahaan). Berikut ini beberapa bagian yang dapat memperoleh pendelagasian penyusunan budget: 1. bagian administrasi (bagi perusahaan kecil) , karena seluruh data aktivitas perusahaan baik produksi, pemasaran maupun yang lainnya terkumpul pada bagian ini. 2. panitia budget (bagi perusahaan besar), terdiri dari pimpinan dan wakil masing-masing bagian terkait. Budget yang selesai disusun baik oleh bagian administrasi maupun panitia budget (tergantung organisasi perusahaan), disebut sebagai draft budget (rancangan budget), 57
sedangkan apabila rancangan tersebut telah diserahkan,disetujui dan disahkan oleh pimpinan teritnggi perusahaan disebut sebagai Budget yang definitif.
IDENTIFIKASI MASALAH
DAN
PERUMUSAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasikan ada dua masalah yang akan dibahas, yaitu: 1. Bagaimana membangun iklim kewirausahaan yang kondusif di lingkungan Universitas Negeri Jakarta ?. 2. Bagaimana membantu pengembangan usaha untuk meningkatkan daya saing ekonomi usaha para mahasiswa di UNJ dengan perencanaan keuangan (effective budgetting skill) yang baik?. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam program pengabdian pada masyarakat tersebut adalah ” Pembinaan Kegiatan Kewirausahaan melalui Pelatihan Effective Budgeting Skill bagi mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta , Rawamangun-Jakarta Timur”. Peserta yang akan hadir pada pelatihan ini direncanakan sebanyak 25 orang, yang berasal dari para mahasiswa yang sedang melakukan praktek kewirausahaan dan terdaftar dalam program pemberdayaan PKM GT. A. Tujuan dan Manfaat Tujuan Tujuan ”Pembinaan Kegiatan Kewirausahaan melalui Pelatihan Effective Budgeting Skill bagi mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun-Jakarta Timur” mencakup dua bagian seperti dijelaskan di bawah ini: 1. Memfasilitasi mahasiswa dengan lingkungan dan kemampuan pengelolaan keuangan dalam rangka menumbuh kembangkan sikap kewirausahaan. 2. Membantu pengembangan usaha bagi para pelaku usaha khususnya para mahasiswa yang melakukan kewirausahaan dalam segi perencanaan strategis jangka panjang yang komprehensif melalui pembuatan anggaran yang efektif. Sehingga daya 58
saing ekonomi para pelaku usaha di kampus menjadi lebih kreatif dan maju. B. Manfaat 1. Bagi Masyarakat Bagi warga masyarakat khusunya yang menjadi bagian usaha dari kelompok usaha yang dikelola oleh mahasiswa diharapkan dapat memberikan efek kontribusi dari segi keuangan, hal ini dikarenakan kegiatan usaha yang nantinya akan dijalankan para mahasiswa ini tentunya akan sangat berkembang karena sudah dibuat suatu mekanisme perhitungan yang akurat, visioner dan efisien. 2. Bagi Universitas Negeri Jakarta Program dan kegiatan ini merupakan wujud nyata dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian pada masyarakat melalui pelatihan sebagai upaya meningkatkan peran dan partisipasi bagi mahasiswa UNJ yang melakukan kegiatan usaha secara profesional dalam kehidupan bermasyarakat. Menumbuhkan semangat kemandirian dalam masyarakat dengan contoh nyata secara propfesional. B. Praktek Pelaksanaan di Lapangan Kerangka atau tahapan dalam Pembinaan Kegiatan Kewirausahaan melalui Pelatihan Effective Budgeting Skill bagi mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta, Rawamangun-Jakarta Timur” mencakup dua bagian sebagai berikut : 1. Analisis Kebutuhan Berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh tim pengabdian pada mahasiswadi program pelatihan ini, para peserta pelatihan memerlukan pelatihan ini dengan pertimbangan: a. Kurangnya pemahaman tentang bagaimana mengaplikasikan anggaran pada praktek di dunia usaha. b. Lebih mengandalkan pertimbangan yang terkadang tidak ilmiah dalam melakukan keputusan usaha sehingga data tidak akurat dan hasil belum maksimal.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
c. Kurangnya kemampuan keterampilan wirausaha dalam bentuk sikap dan perilaku wirausaha yang kreatif dan kritis. 2. Rancangan Instruksional Dalam menentukan rancangan instruksional ini telah dipertimbangkan beberapa aspek berikut, yaitu: a. Isi materi program pelatihan yang relevan dengan kebutuhan para peserta pelatihan. b. Latar belakang peserta pelatihan, misalnya latar belakang pendidikan yang tidak berasal dari jurusan ekonomi saja, pengalaman dalam berwira usaha, riwayat pelatihan yang pernah diikuti, usia dan sebagainya. c. Modul yang digunakan di pelatihan ini dibuat agar dapat membantu peserta untuk mengaplikasikan membuat budget/anggaran atas kegiatan wira usaha mahasiswa yang bersangkutan. 3. Tahap Pelaksanaan Dalam rangka pengembangan program pelatihan, tim pengabdian pada masyarakat telah berupaya mengembangkan pelatihan ini, baik dalam hal materi pelatihan, modul dan tanya jawab dalam bentuk yang relevan dengan perkembangan dunia usaha terkini sehingga diharapkan mampu membentuk sikap dan perilaku wirausaha yang kreatif dan inovatif. 4. Evaluasi Tim pengabdian pada masyarakat akan menyusun evaluasi terkait dengan pemahaman peserta terhadap materi pelatihan, pelaksanaan pelatihan secara keseluruhan untuk menampung kemungkinan dibutuhkannya pelatihan lanjutan dengan materi yang lain untuk melengkapi materi pelatihan yang sudah diberikan sebelumnya. 5. Khalayak Sasaran Peserta hadir pada pelatihan tersebut adalah 20 orang yang berasal dari Kelompok mahasiswa kewirausahaan yang tergabung dalam kelompok PKM GT di Universitas Negeri Jakarta dan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
mahasiswa yang menang dalam lomba wira usaha yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia tahun 2011.
METODE YANG DIGUNAKAN Metode yang digunakan pada program pelatihan ini diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemahaman kepada peserta pelatihan.Dalam pelatihan ini, metode yang digunakan adalah Metode Penjelasan Teori, berbagi pengalaman antar sesama peserta dan Tanya Jawab. Instruktur menyajikan presentasi berformat power point dan membagikan format contoh anggaran yang efektif yang dapat dijadikan contoh kepada peserta pelatihan dalam bentuk soft copy .
HASIL KEGIATAN
Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga bulan yang terdiri dari tahap persiapan dan tahap pelaksanaannya. Tahap persiapan menghabiskan waktu selama dua bulan dimulai dari penyusunan proposal, penyusunan hand out, pendaftaran peserta dan mempersiapkan keperluan lainnya. Sedangkan tahap pelaksanaan memerlukan waktu sehari penuh yang terdiri dari tiga sesi yang masing masing sesi selama dua jam (120 menit) dengan perincian pemberian materi selama 2 sessi dan workshop selama satu sessi. Adapun hasil kegiatan yang dapat kami laporkan adalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar pelaku wira usaha mahasiswa di lingkungan Universitas Negeri Jakarta belum mempunyai cita-cita yang definitif (cth. Omzet Rp 5 juta /bulan ,Go National in 5 years atau tujuan yang sangat jelas lainnya ) . 2. Strategi pengelolaan baik dari sisi manajemen dan aspek financial belum tertata dengan baik, artinya banyak yang hanya sambil jalan saja tanpa target yang jelas dan tanpa catatan keuangan yang memadai. 59
3. Bingung ingin memulai darimana dan bagaimana caranya. Berdasarkan keragaman pengetahuan dan fakta dari peserta tersebut maka pelatihan membuat anggaran yang efektif dilakukan dengan menggunakan contoh kasus dari peserta pelatihan sendiri. Dan melakukan bagi pengalaman dan tukar informasi dari seluruh peserta dengan fasilitator dari penyaji materi terjadi secara aktif dan antusias. Peserta diarahkan untuk mempunyai mimpi dan target yang jelas dari usaha yang dirintisnya, ingin jadi seperti apakah usahanya dalam jangka waktu tertentu di tahun mendatang. Hal ini untuk merangsang keberlangsungan usaha dan kemajuannya secara prospektif. Berdasarkan mimpi itu maka peserta diarahkan kembali membuat peta untuk menuju tujuan , baik secara rencana strategi dan perkiraan keuangan. Mereka diarahkan untuk membuat qualifikasi dari mimpi yang dibuat dengan mencari standar mutu yang relevan, men cek list semua sumber daya yang telah dimiliki, menginventarisir yang belum dimiliki, mentargetkan ketercapaian sumber daya yang dimiliki, dan membayangkan strategi mencapainya. Memetakan visi dan misi menjadi rencana jangka panjang dan jangka pendek , berdasarkan analisis qualifikasi sumber daya dan kekuatan yang dimiliki tadi. Membuat proyeksi keuangan dengan langsung merapikan penyusunan laporan keuangan mereka. Hal pertama adalah menginventarisir dokumen keuangan dan mengklasifikasikan pendapatan dan biaya menjadi 2 bagian yaitu yang secara tetap harus dilakukan dan untuk pendapatan dan biaya yang tidak rutin. Berdasarkan klasifikasi ini kita akan membuat budget/anggaran dasar yang akan diproyeksikan untuk memenuhi strategi jangka pendek dan jangka panjang yang akan dilakukan. Selain melibatkan peserta dalam melakukan langkah-langkah tersebut untuk memudahkan pemahaman maka penyaji 60
juga memberikan format contoh anggaran yang efektif yang dapat dicontoh oleh para mahasiwa pelaku wira usaha, mereka sangat antusias dan semangat untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat. Mereka juga diberi soft copy contoh tersebut untuk memudahkan mereka mengaplikasikan pembuatan anggaran yang efektif. Setelah mengikuti pelatihan ini maka kami sebagai tim pengabdian masyarakat menyimpulkan bahwa : 1. Mahasiswa menjadi lebih serius dalam mengelola bisnisnya dengan menciptakan target yang jelas bagi perkembangan usahanya secara bertahap. 2. Membantu kerapihan dalam penyusunan keuangan wira usaha yang telah dilakukan oleh para mahasiswa karena dalam proses membuat anggaran yang efektif diharuskan menginventarisir bukti dokumen pengeluaran , pemasukan dan mengklasifikasi ke dalam pos-pos keuangan. 3. Untuk para mahasiswa yang bukan berasal dari fakultas Ekonomi sedikit mengalami kesulitan pada aspek ini dikarenakan pemahaman akuntansi yang terbatas. 4. Membantu untuk mahasiswa untuk lebih mendalami bisnisnya dengan lebih profesional dengan menganalisa kekuatan, kelemahan , target, dan ancaman yang harus dikelola dalam lingup bisnisnya (analisa SWOT). 5. Membuat mereka semangat mengaplikasikan pembuatan anggaran yang efektif dengan adanya soft copy contoh anggaran efektif yang komprehensif untuk di contoh. a. Mahasiswa antusias menanyakan proses monitoring yang harus dilakukan setelah proses anggaran efektif telah dibuat, dan meminta program konsultasi atau bentuk follow up lain yang bisa dilakukan. b. Untuk mahasiswa yang tidak berasal dari fakultas ekonomi meminta untuk ada pelatihan yang menekankan juga aplikasi Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
pengelolaan keuangannya agar mereka lebih memahami dengan lebih jelas dan gamblang.
DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
Adisaputro, Gunawan, & Marwan Asri, Anggaran Perusahaan , penerbit edisi ke 3, BPFE Yogyakarta 1996 Bear, Colin & David Flanders, Introduction to Budgeting, Edisi ke 3, Nelson Thomson Learning, 2000 Darsono&Purwanti, Aggaran Perusahaan, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta 2009
[4] Heckert, J. Brooks. James D. Wilson. Controllership, The Ronald Press Company, NewYork. 1967. [5]
[6]
Kohler, Eric L. A Dictionary for Accountants, Third Editions. Englewood Clips, Prentice Hall Inc. New York. 1963.
[7]
Kotler, Philip, Marketing Management Analysis, Planning and Control, New Delhi, 1969.
[8]
Reeve, James , Carl S Warren & Jonathan E duchac, Principles of Accounting, Engage Learning, 2008
[9]
Sasongko, catur & Rumondang Safrida, Anggaran , edisi ke 3 Salemba Empat , Jakarta, 2011
[10] Sustini. A & Letifah lety, Bahan ajar anggaran , FE UNJ, Jakarta 2007 [11] Welsc, Glenn A. Budgeting: Profit Planning
Horngren, Charles T, George Foster & Srikant M Datar , Cost Accounting Managerial Emphasis, Edisi X, Prentice Hall, 2000
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 1
61