Volume 11 No 2 Oktober 2014
ISSN : 0216 - 7484
Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta Penanggung Jawab Dr. Etin Solihatin, M.Pd Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Pemimpin Redaksi Dra. Desfrina Sekretaris Redaksi Drs. Sri Kuswantono, M.Si Dewan Redaksi Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si Sekretariat Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd, Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna
Terbit (Mei dan Oktober)
Alamat Redaksi Gedung LPM UNJ Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur Telp. 489 7658, Fax. 471 2063
Pengantar Redaksi
Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 11 No.2 Oktober 2014. Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Pengabdian pada masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas Negeri Jakarta terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat di wilayah Jabodetabek. Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni. Ucapan terimakasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” volume 11 No.2 Oktober 2014 ini dapat diterbitkan. Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Redaksi
PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SESUAI KURIKULUM 2013 DIDAERAH LONGSOR KELURAHAN CIBADAK BOGOR Etin Solihatin1), Desfrina2), Adi Wijanarko3)
Jurusan Ilmu Sosial Politik, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Kegiatan Pengabdian Masyarakat tentang “Pelatihan pembuatan Perangkat Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013”, seiring dengan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa kurikulum 2013 harus terealisasi mulai bulan Juni 2014 disemua sekolah, termasuk sekolah didaerah longsor Cibadak-Bogor. Pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran diikuti oleh 18 peserta, hal ini dikarenakan kesibukan guru lain dalam kegiatan rutinitas. Produk akhirnya adalah adanya perangkat pembelajaran, dan pencerahan tentang pelaksanaan kurikulum 2013.Meskipun kondisi ruangan ada keterbatasan (tidak ada kursi dan listrik), namun antusias peserta tetap tinggi. Kata Kunci : Perangkat Pembelajaransesuai kurikulum 2013, pelatihan
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Kurikulum 2013 harus diikuti semua sekolah yang ada di Indonesia mulai bulan Juni 2014.Namun tidak semua sekolah yang ada siap melaksanakannya, termasuk sekolah yang terkena longsor di daerah Cibadak – Bogor. Perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 harus sudah tersedia. Namun demikian masih ada yang menggunakan RPP, alat evaluasi, LKS, bahan ajar yang mengikuti kurikulum lama.Untuk itu agar tidak ketinggalam, maka diadakan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 di daerah Cibadak. Sekolah yang terkena longsor dipindahkan ke Huntara (Hunian sementara), disamping itu ada juga kelas yang dititipkan kesekolah lain yang tidak terkena bencana. Alasan tim PKM mengambil lokasi di Cibadak agar ada sebagian dana pengabdian ini disumbangkan untuk sekolah. Hal ini dikarenakan siswa tidak memiliki meja dan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
kursi belajar, serta media pembelajaran disekolahnya. Namun karena dana pengabdian ini sedikit, maka tim hanya mampu memberi karpet alas duduk dan media pembelajaran lainnya. Disamping tetap memberi semangat untuk tetap melengkapi, dengan membuat perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013. B. Tujuan Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman bagi guru dan calon guru mengenai pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013. 2. Meningkatkan keterampilan bagi guru dan calon guru melalui pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013.
1
C. Manfaat Kegiatan Adapun manfaat pengabdian pada masyarakat yaitu : 1. Diharapkan agar guru dan calon guru memiliki pengetahuan tentang perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 2. Adanya peningkatan kualitas pembelajaran, dan keterampilan dalam pembuatan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013
II. KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 sudah dilaksanakan sejak tahun lalu, walaupun belum diimplementasikan diseluruh sekolah. Para guru khawatir apakah Presiden terpilih nanti akan tetap mempertahankan kurikulum 2013 atau menggantinya. Jika diganti, maka benarlah pameo “ganti menteri, ganti kurikulum” yang beredar dimasyarakat.Kini pengumuman menteri “Kabinet Kerja” sudah dilaksanakan hari minggu tanggal 26 Oktober 2014. Menurut Sulistyo “Penerapan Kurikulum bermasalah” (Media Indonesia, Kamis 17 Juli 2014) laporan itu menyebutkan belum semua guru dilatih.Padahal Kemendikbud selalu berjanji untuk melatih semua guru sebelum implementasi dimulai. Menurut Mendikbud Musliar Kasim dalam “Wamendikbud : Kurikulum 2013 menuntut siswa lebih aktif (Harian Pelita : Rabu 13 Agustus 2014) : ”Musliar mengakui masih ada sejumlah guru yang mengeluhkan kurikulum 2013, tetapi banyak dari mereka yang senang dan antusias terhadap kurikulum baru ini. Saya sudah berkunjung lebih dari seratus sekolah dan bertanya bagaimana kesannya, mereka bilang senang tidak perlu buat silabus, beban guru dalam mengajar berkurang”. Berdasarkan Koran Republika dengan judul “Kurikulum Baru belum dipahami” (Republika, Rabu 28 Mei 2014), diungkapkan 2
“di Kabupaten Sleman DI Yogyakarta masih banyak sekolah yang belum memahami kurikulum 2013”.Hal inipun ditemukan di NTB, menurut Kepala LPMP NTB “Diklat guru untuk percepatan implementasi Kurikulum 2013 masih terus dilaksanakan” (Republika, Rabu 28 Mei 2014). Masalah yang sama ditemukan didaerah longsor desa Cibadak – Bogor, bahwa Implementasi Kurikulum 2013 belum berjalan dengan baik. Berdasarkan surat kabar Media Indonesia dengan Judul “baru 20% Guru dilatih Kurikulum 2013’ (Media Indonesia, Sabtu 21 Juni 2014) diungkapkan “dari 1,39 juta guru sasaran penerapan kurikulum 2013, baru 283 ribu guru atau 20% yang sudah dilatih”. B. Penyusunan RPP RPP (Tayangan kurikulum 2013) dijabarkan dari silabus untuk mengerahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD (Kompetensi Dasar).Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.RPP disusun untuk setiap KD (kompetensi Dasar) yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan disatuan pendidikan. Adapun prinsip penyusunan RPP (kurikulum 2013) yaitu : 1. Memperhatikan perbedaan indi-vidu peserta didik 2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik 3. Mengembangkan budaya mem-baca dan menulis 4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut 5. Mengakomodasi pada keterkaitan dan keterpaduan KD (Kompetensi Dasar), keterkaitan dan keterpaduan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
6. Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 7. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi Komponen RPP (Standar Proses No. 65 tahun 2013) : 1. Identitas sekolah 2. Identitas mata pelajaran 3. Kelas/semester 4. Materi pokok 5. Alokasi waktu 6. Tujuan pembelajaran 7. Kompetensi dasar dan Indikator 8. Materi Pelajaran 9. Metode Pembelajaran 10. Media Pembelajaran 11. Sumber Belajar 12. Langkah-langkah Pembelajaran 13. Penilaian hasil pembelajaran C. Evaluasi Sampai saat ini, masih banyak guru yang merasa kesulitan untuk menerapkan kurikulum 2013.Pasalnya, format penilaian kurikulum 2013 berbeda jauh dengan format sebelumnya.Sebelumnya guru membuat laporan akademik dengan skala dalam bentuk angka.Pada kurikulum 2013 guru diharuskan membuat laporan deskriptif. Sejumlah guru merasa berat dengan sistem evaluasi, distribusi mata pelajaran untuk muatan lokal.Sebenarnya kekhawatiran guru itu tidak berlebihan, karena kurikulum 2013 dibuat untuk menjawab perubahan, supaya pendidikan lebih baik. Evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai. Dalam evaluasi selalu mengandung proses, dan proses tersebut harus tepat terhadap tujuan yang biasanya dinyatakan dalam bahasa prilaku. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 57 ayat (1) evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu Pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, Lembaga dan Program Pendidikan. Dalam kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English (2004 :186) evaluasi adalah “to find out, decide the amount or value” yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Suharsimi Arikunto dan Abdul Jabar (2008), evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utamanya evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Evaluasi dalam pembelajaran dilakukan secara continue, utuh, menyeluruh. Baik evaluasi proses maupun hasil. Alat evaluasi berupa tes dan non tes (Solihatin, 2014 : 209) Pelatihan guru yang sudah berlangsung juga tidak optimal, karena pelatihan hanya dilakukan 52 jam.Banyak guru belum memiliki kompetensi dalam menyusun instrument penilaian dengan baik.Sistem penilaian dalam kurikulum 2013 lebih rumit dari pada kurikulum sebelumnya. Penilaian autentik (berdasarkan tayangan kurikulum 2013)adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks “dunia nyata”, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil 3
akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Pelaksanaan penilaian autentik (tayangan kurikulum 2013), menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian dapat berupa : a. Tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli kehadapan siswa (handson penilaian); b. Tugas (tugas keterampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi); Format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya : portofolio, interview, daftar cek, presentasi dan debat).
III. METODE PELAKSANAAN A. Metode Pemecahan Masalah Agar pelatihan pembuatan perangkat pembelajran sesuai kurikulum 2013 berjalan dengan baik, harus melalui tahapan : 1. Memberikan informasi penting berkaitan dengan “Perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013” 2. Praktek pembuatan RPP, alat evaluasi, LKS, media pembelajaran 3. Tanya jawab untuk lebih memantapkan hal-hal yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 B. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran yang dianggap strategis (yang mau dan mampu), untuk dilibatkan dalam pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013, yaitu guru dan calon guru di Desa Cibadak, Kabupaten Bogor.
4
C. Tempat dan Waktu Kegiatan Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan disekolah yang ada di Huntara (Hunian sementara) desa Cibadak, yang belum memiliki kursi, maupun media lainnya.
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Realisasi pemecahan Masalah Berdasarkan kerangka masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka langkah pemecahan masalah dilaksanakan sebagai berikut : 1. Mengadakan koordinasi dengan pihakpihak terkait : a. Mengurus perizinan tempat b. Narasumber materi pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 pada guru dan calon guru, dari Tim Pengabdian Masyarakat 2. Menyusun agenda atau susunan acara B.
Sasaran Peserta yang mengikuti pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 sebanyak 18 orang didesa Cibadak Kabupaten Bogor – Jawa Barat. C. Metode Untuk mensukseskan program pelatihan ini, metode yang digunakan adalah partisipasi aktif dengan melalui tahapan : 1. Ceramah, metode ini penting untuk menyampaikan informasi penting berkaitan dengan “Pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sesuai kurikulum 2013 di daerah longsor Kelurahan Cibadak Bogor”, disertai print out bahan tayangan (power point) 2. Tanya jawab yang dilaksanakan secara aktif oleh seluruh peserta 3. Praktek pembuatan perangkat pembelajaran
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
V. HASIL KEGIATAN A. Hasil Kegiatan Hasil kegiatan “Pelatihan Pembuatan Perangkat Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013”, di desa Cibadak Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat diantaranya : 1. Meningkatnya pengetahuan peserta tentang “Pelatihan Pembuatan Perangkat Pembelajaran”, sehinggakelengkapan pembelajran dapat terpenuhi. 2. Terjadinya sikap positif dan semangat mengajar lagi, meskipun pernah terkena bencana longsor, dan beberapa guru tinggal di Huntara (Hunian Sementara). 3. Meningkatkan keterampilan dan rasa senang terhadap “hal yang dianggap baru, karena dipraktekan”. B. Hasil Evaluasi Evaluasi dilakukan terhadap contoh/praktek pembuatan perangkat pembelajaran.Disamping itu minat dan antusias peserta pelatihan, dan mereka meminta pelatihan dilanjutkan dan dilaksanakan didaerahnya untuk tahun selanjutnya. VI. KESIMPULAN Setelah dilakukan kegiatan pelatihan pada pengabdian masyarakat ini, dapat disimpulkan bahwa : Pelatihan Pembuatan Perangkat Pembelajaran sesuai kurikulum 2013 didaerah longsor Kelurahan Cibadak Bogor, merupakan sarana yang efektif untuk memberikan pencerahan, sekaligus melatih membuat perangkat pembelajaran. Disamping itu tugas Perguruan Tinggi untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat dapat terealisasi dengan baik.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
DAFTAR PUSTAKA [1] Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2008. Evaluasi Program Pendidikan PedomanTeoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, Jakarta : PT Bumi Aksara [2] Kurikulum 2013, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI [3] Solihatin, Etin. 2014. Strategi pembelajaran PPKN, Jakarta : PT Bumi Aksara. [4] Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 20013. Sistem Pendidikan Nasional. KAMUS [5] Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. 2004 KORAN [6] Kasim, Muslinar.2014. Wamendikbud : Kurikulum 2013 Menuntut Siswa Lebih Aktif, Jakarta : Harian Pelita, Rabu 13 Agustus 2014 [7] Sulistiyo. 2014. Penerapan Kurikulum Bermasalah, Jakarta : Media Indonesia, Kamis 17 Juli 2014 [8] 2014. Diklat Guru untuk Percepatan: Republika, Rabu 28 Mei 2014 Implementasi Kurikulum 2013 Masih Terus Dilaksanakan, Jakarta [9] 2014. Kurikulum baru Belum Dipahami, Jakarta : Republika, Rabu 28 Mei 2014 [20]14. Baru 20% Guru Dilatih Kurikulum 2013, Jakarta : Media Indonesia, Sabtu 21 Juni 2014.
5
PELATIHAN MENGELOLA KEUANGAN SEDERHANA BAGI PENGUSAHA KECIL DI DESA CIBADAK Corry yohana Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk Memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada individu/pengusaha kecil dilingkungan desa Cibadak tentang pengetahuan praktis dan sederhana mengenai mengelola keuangan sederhana sesui dengan prinsip dalam manajemen keuanganMetode penelitian yang digunakan adalah metode klasikal dengan pendekatan diskusi/tanya jawab dan bisnis game (simulasi) dengan maksud agar materi dapat diterima oleh peserta dengan baik. Bimbingan/konsultasi dilakukan baik melalui satu sesi pertemuan terakhir dengan peserta, telepon maupun melalui surat Hasil pelatihan menunjukan dengan adanya pelatihan ini para peserta memiliki pengetahuan dan wawasan sebagai pengusaha kecil yang terampil mengelola keungan dan juga mampu mencari peluang untuk menambah keuangan keluarga sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya agar menjadi lebih baik.Berdasarkan hasil pelatihan ini dapat disimpulkan peserta menginginkan pengetahuan
yang berkelanjutan. Sangat diharapkan memberikan pengetahuan dalam bentuk pelatihan yang rutin dan berkesinabungan. Kata Kunci: Pelatihan, mengelola keuangan sederhana
1.
PENDAHULUAN
A. AnalisisSituasi Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, padasaat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan disegala bidang. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah Indonesia bertujuaan untuk mensejajarkan dirinya dengan negara-negara lainnya di dunia. Berbagai pembangunan telah dan sedang terus dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia baik pembangunan fisik dan nonfisik.Demikian pula dengan system pemerintahan yang asalnya dekosentrasi telah berubah menjadi desentralisasi dengan otonomi daerahnya. Sejalan dengan dilaksanakannya otonomi daerah, bermunculanlah daerah-daerah baru yang merupakan pemekaran dari daerah asalnya. Sukamakmur yang merupakan pecahan dari Kecamatan Jonggol.
6
Kemajuan teknologi danp esatnya pembangunan mengakibatkan munculnya berbagai masalah, salah satunya adalah masalah konsumtip masyarakat Indonesia. Perlu upaya untuk merubah perlakuan masyarakat Indonesia yang konsumtip melalui mengelolah keuangan rumah tangga.Dengan menyadarkan pengelolah-an keuangan sederhana sesuai dengan prinsip dalam manajemen keungan yang efisien dan efektip diharapkan akan memberikan sumbangan terhadap perubahan pola hidup yang konsumtip kearah pengelolaan keungan yang lebih baik akan menyadarkan masyarakat untuk tidak mengkonsumsi seluruh pendapatan yang diterima artinya akan ada sisa pendapatan yang bias ditabung, dan akhirnya peningkatan tabungan masyarakat akan berpengaruh terhadap peningkatan investasi. Merencanakan keuntugan sejak dini wajib dilakukan setiap keluarga, ini berlaku baik buat
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
pasangan muda maupun pasangan yang sudah lama menikah. Membuat rencana yang baik akan membantu untuk menggunakan dan secara bijak sesuai tingkat keperluannya. Sasaran kegiatan ini adalah pengusaha kecil di kelurahan cibadak, Bogor- Jawa Barat. Kehidupan perekonomian pada masyarakat didesa cibadak berpenghasilan rendah tetapi ada juga berpenghasilan menengah. Di kecamatan sukamakmur ada wirausaha akan tetapi tidak berjalan. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan dalam pengelolaan keuangan rumah tangga, tidak terdapat pencatatan atas semua penerimaan, pengeluaran dan juga pengetahuan yang tidak memadai atas produk-produk keungan. Untuk itu kami memandang perlu untuk mengadakan pelatihan mengelola keuangan secara sederhana. B. Identifikasidan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah masyarakat agar tidak konsumtip? 2. Bagaimanakah masyarakat dapa tmemahami pentingnya peran ibu sebagai manajer keuangan keluarga? 3. Bagaimanakah pengusaha kecil dapat mengelola keuangan sederhana? 4. Bagaimanakah masyarakat dapat memanfaatkan peluang investasi untuk mendapatkan tambahan dana da lam pengelolaan keungan? Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka perumusan masalah dalam program pengabdian masyarakat ini adalah pelatihan mengelola keuangan sederhana bagi pengusaha kecil. C. Tujuan Tujuan dari dilakukannya kegiatan pengabdian ini adalah : 1. Memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada individu/pengusaha kecil dilingkungan desa Cibadak tentang Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
pengetahuan praktis dan sederhana mengenai mengelola keuangan sederhana sesui dengan prinsip dalam manajemen keuangan. 2. Memberikan bimbingan dan konsultasi terhadap pengetahuan sarana menabung yang produktif. 3. Memberikan pengetahuan dan semangat kewirausahaan, setelah sarana untuk berinvestasi melalui memiliki kesadaran menabung Adapun manfaat program iniadalah: 1. Pengusaha kecil dilingkungan desa Cibadak memiliki pengetahuan praktis dan sederhana mengenai pengelolaan keuangan sesuai dengan prinsip dengan manajemen keuangan sederhana. 2. Menumbuhkan semangat menabung pada masyarakat umumnya dan keluarga di desa Cibadak. 3. Menumbuhkan minat untuk berinves-tasi melalui semangat kewirausahaan, setelah memiliki kesadaran menabung.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Memahami manajemen cashflow/ aruskas Pengetahuaan manajemen keuangan dibutuhkan setiap lapisan masyarakat baik itu pengusaha kecil. Dengan pengetahuaan manajemen keuangan yang baik memungkinkan seseorang bisa mengalokasikan uangnya secara benar sehingga memungkinkan seseorang bisa menabung dan akhirnya punya keinginan berwira-usaha. Konsep utama tentang manajemen keuangan yang wajib diketahui oleh pengusaha kecil yaitu:Manajemen cashflow/aruskas dan Neraca Rugi/laba
1. Manajemen cashflow/aruskas Cashflow atau arus kas adalah aliran uang yang mengalir mulai dari kita mendapatkan uang tersebut, menyimpannya, mengembangkannya dan mengeluarkannya 7
dengan secara teratur, bijak dan disiplin. Pengetahuan akan cashflow wajib diketahui agar keuangan pengusaha kecil tidak akan kacau balau dan terpantau. 2. Manajemen Keuangan Pendapatan (income) adalah kegiatan yang bertujuan memasukkan uang/harta. Biasanya pendapatan dapat diperoleh dari dua aktifitas yaitu penghasilan dan investasi. Gaji diperoleh dari status kita sebagai pegawai/ karyawan/profesional/konsultan. Dalam sebuah keluarga gaji ini diperoleh oleh suami dan istri yang bekerja. Hasil investasi diperoleh dari aktifitas kita dalam mengembangkan uang/harta dalam berbagai cara, misalnya Deposito, Properti, Saham, hasil usaha, Reksadana, Obligasi dll. Seluruh pendapatan tersebut biasanya disimpan dalam bentuk tunai atau dibank/ATM. 3. Pengeluaran Pengeluaran berarti seluruh kegiatan yang mengakibatkan uang kita berkurang. Dari diagram bisa kita melihat banyak sekali kebutuhan akan pengeluaran keluarga. Sehingga bila tidak diatur dengan baik maka akan membuat keuangan keluarga menjadi berantakan dan bila sudah kronis dapat menuju ke jurang kehancuran. Secara umum sebuah keluarga memiliki beberapa pengeluaran seperti makan, transportasi, utilitas, hiburan, zakat, cicilan hutang, premi asuransi, kesehatan, maintenance rumah, mobil dan pajak PBB/ STNK. Kesalahan yang sering dilakukan oleh kebanyakan keluarga adalah hanya memakai uang yang berasal dari gaji yang terus menerus dihabiskan untuk menutupi pengeluarannya. Sangat sedikit dari keluarga yang mulai melakukan aktivitas-aktivitas investasi sebagai sumber pendapatan keluarga. Padahal bila melakukan investasi maka hasil investasi tersebut sudah dapat menutupi segala macam pengeluaran. Uraian diatas adalah sebuah kondisi ideal yang selayaknya dicapai oleh setiap keluarga. Bila keluarga hanya bergantung 8
dengan gaji saja maka sudah selayaknya sekarang mulai untuk sedikit demi sedikit menyisihkan uang untuk investasi.
B. Memahami catatan/laporan kekayaan dan Laba/Rugi 1. Catatan/laporan kekayaan Catatan/laporan kekayaan adalah sebuah laporan yang menyajikan posisi/kondisi daftar harta dan hutang keluarga pada periode tertentu. Tujuan akhir dari laporan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kekayaan keluarga. Coba anda hitung seluruh jumlah harta anda, setelah ditotal jumlahnya dinamakan kekayaan kotor. Bila kekayaan kotor tersebut dikurangi seluruh jumlah hutang maka akan diketahui berapa jumlah kekayaan bersih keluarga anda. 2. Laporan Laba/Rugi Mungkin kita tidak asing lagi dengan istilah laba/rugi, karena ini berhubungan erat dengan besarnya pemasukan dikurangi pengeluaran. Setelah memahami tentang catatan/laporan kekayaan keluarga, laporan berikutnya yang wajib diketahui adalah laporan laba/rugi. Ada dua komponen utama dalam menyusun laba/rugi, yaitu jumlah pemasukan dan jumlah pengeluaran dalam satu periode/bulan. Selanjutnya jumlah pendapatan dikurangi jumlah pengeluaran, bila jumlah pendapatan melebih jumlah pengeluaran berarti pada periode/bulan tersebut mendapat laba, namun bila jumlah pengeluaran lebih besar dari jumlah pemasukan berarti mengalami kerugian. 3. Anggaran pendapatan dan belanja keluarga. Dalam mempraktekan manajemen keuangan secara profesional Langkah awalnya adalah membuat anggaran pendapatan dan belanja keluarga. Misalnya tanggal 10 membayar SPP, tanggal 20 membayar rekening listrik, tanggal 30 menservice kendaraan. Semua ini menunjukan bahwa setiap keluarga sudah memiliki anggaran pendapatan dan belanja keluarga. Tetapi Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
mungkin tidak ditulis setiap awal bulan, dan tidak dicatat realisasinya. Oleh karena itu anggaran pendapatan dan belanja keluarga sangat penting diterapkan dalam manajemen keluarga karena beberapa manfaat yang dapat diperoleh, misalnya menentukan target pendapatan dan pengeluaran, mengetahui sejauh mana realisasi dari anggaran pendapan dan belanja keluarga, mengendalikan hasrat membelanjakan uang diluar yang dianggarkan sehingga mampu menekan kebocoran anggaran, meningkatkan semangat untuk memenuhi realisasi pendapatan, dan lain-lain.
III.
HASIL Kegiatan pelatihan mengelola keungan sederhana bagi pengusha kecil didesa Cibadak ini dilaksanakan di sekolahan SD Cibadak dengan narasumber dan dibantu oleh tim panitia. Peserta pelatihan seluruhnya 40 orang, terdiri dari pengusaha kecil. Pelaksanaan pelatihan tersebut berjalan lancar, hal ini dikarenakan partisipasi dan keterkaitan semua pihak terutama masyarakat setempat yang sekaligus sebagai peserta. Pelatihan ini ditekankan pada keberhasilan peserta dalam menyerap materi khususnya melalui sesi tanyajawab secara interaktif diantara para peserta juga narasumber. Selain itu diadakan sesi praktek oleh peserta secara berkelompok, diakhiri masukan dan arahan dari narasumber. Selain sesi praktek peserta juga diberikan angket evaluasi pelaksanaan pelatihan. Berdasarkan angket dapat diketahui sebagai berikut: a. Peserta dapat mengetahui secara praktis dan sederhana mengenai mengelola keuangan sederhana sesuai dengan prinsip
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
dalam manajemen keuangan. b. Peserta dapat memahami dan mengerti terhadap pengetahuan sarana menabung yang produktif. c. Peserta termotivasi untuk berwirausahaan, setelah sarana untuk berinvestasi melalui memiliki kesadar-an menabung
IV.
KESIMPULAN
Pelatihan memberikan pengetahuan dasar terhadap pengelolahan bagi pengusaha kecil. Dengan kegiatan ini diharapkan pengusaha kecil dapat mendapatkan pemahaman dari materi yang diberikan juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan seharihari terutama tentang pengelolahan keuangan yang baik. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para peserta memiliki pengetahuan dan wawasan sebagai pengusaha kecil yang terampil mengelola keungan dan juga mampu mencari peluang untuk menambah keuangan keluarga sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya agar menjadi lebih baik. Evaluasi yang diberikan menunjukan peserta menginginkan pengetahuan yang berkelanjutan. Sangat diharapkan memberikan pengetahuan dalam bentuk pelatihan yang rutin dan berkesinabungan.
DAFTAR PUSTAKA [1] [2]
[3]
Myfamily Accounting. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Myfamily Accounting. Membuat anggaran pendapatan dan belanja keluar Soemarso. Pengantar akutansi.2005
9
UPAYA MENINGKATKAN KEBUGARAN MELALUI SENAM TERAPI DI KOMPLEK MARINIR KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU KOTA DEPOK Sujarwo Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Kegiatan pengabdian masyarakat ini sebagai upaya untuk meningkatkan kebugaran dan memberikan pemahaman kepada masyarakat Kelurahan Rangkapan Jaya Baru pada umumnya dalam memanfaatkan latihan senam terapi sebagai salah satu latihan untuk kebugaran. Masyarakat bisa menentukan jumlah dan berapa lama latihan yang dapat meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuhnya. Masyarakat dapat memilih model latihan dengan baik sehingga tingkat kesehatan dan kebugara akan meningkat dengan baik. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertempat di Komplek Marinir Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok. Sedangkan peserta dalam-masyarakat di Komplek Marinir Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok.Berdasarkan hasil latihan kebugaran melalui senam terapi yang diikuti oleh masyarakat kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok, maka dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan yang diberikan sangat menarik minat peserta sehingga membuat para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan dan hasilnya juga baik. Berdasarkan hasil tes kebugaran yang di lakukan dan dikuti oleh 50 orang peserta, didapatkan beberapa point, diantaranya : Hasil test awal menunjukkan bahwa sebanyak 0 peserta atau 0% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran baik sekali, sebanyak 4 peserta atau 8% memiliki tingkat kebugaran baik, sebanyak 13 peserta atau 28% memiliki tingkat kebugaran cukup, sebanyak 31 peserta atau 62% memiliki tingkat kebugaran kurang, sebanyak 1 peserta atau 2%memiliki tingkat kebugaran kurang sekali. Rata-rata nilai hasil test awal sebesar 25,33 atau dengan hasil tingkat kebugaran kurang. Hasil test akhir menunjukkan bahwa sebanyak 2 peserta atau 4% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran baik sekali, sebanyak 20 peserta atau 40% memiliki tingkat kebugaran baik, sebanyak 19 peserta atau 38% memiliki tingkat kebugaran cukup, sebanyak 9 peserta atau 18% memiliki tingkat kebugaran kurang, sebanyak 0 peserta atau 0% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran kurang sekali. Rata-rata nilai hasil test akhir sebesar 32,33 atau dengan hasil tingkat kebugaran cukup. Berdasarkan hasil perhitungan selisih antara hasil test awal dan test akhir yang diberikan terdapat peningkatan kebugaran sebesar 7.00 point. Kata kunci: latihan Fisik, Kebugaran Jasmani Dan Senam Terapi
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Hidup sehat menjadi dambaan setiap orang, apalagi jika selalu sehat sampai lanjut usia. Walaupun harta seseorang banyak, bila
10
sakit-sakitan, kita tidak bisa menikmati kekayaan, apalagi jika tidak kecukupan harta dan selalu sakit-sakitan.Sekarang telah banyak diiklankan dan dijual makanan suplemen.Bagi orang yang berduit, kebanyakan tidak pelit
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
mengeluarkan uang untuk membeli ma kanan/ minu man sup lemen yan g diiklankan, walaupun kegunaannya belum tentu ada atau bahkan membahayakan bagi kesehatan. Salah satu makanan/ minuman yang gencar saat ini dii kla nka n adal a h maka na n ka ya a ka n s erat. Mak ana n/ minumannya mungkin bermanfaat bagi tubuh kita, namun karena cara mengkonsumsinya dengan menggunakan air dingin/es, manfaat yang akan diperoleh bisa terhapus oleh kerugian yang timbul akibat mengkonsumsi air dingin. Memang benar masalah umur adalah rahasia Tuhan, tetapi alangkah bahagianya jika kita sehat dan punya umur relatif panjang.Umur panjang tetapi sakit-sakitan, tentunya merepotkan kita maupun keluarga, disamping itu biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.Banyak contoh disekitar kita, orang yang sudah lemah, sakit-sakitan, tetapi belum dijemput oleh maut. Sebagai anggota masyarakat kebugaran seseorang bisa di lihat dari selesai atau tidaknya beban aktivitas yang dijalaninya. Aktifitas seorang sangat tergantung dengan kondisi kebugaran tubuhnya. Untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan, perlu ditingkatkan kegiatan aktifitas fisik yang memadai. Seiring dengan itu perlu dilakukan upaya untuk mengubah perilaku seseorang agar melakukan olahraga yang rutin dan dengan program yang tepat. Banyak orang yang belum melakukan olahraga yang tepat dan terprogram dengan baik. Sehingga kondisi tubuh mudah mengalami penurunan baik secara fisik maupun psikis bahkan timbulnya penyakit baik yang ringan maupun yang berat (menyerang organ bagian dalam). Sehubungan dengan hal tersebut di atas kami terpanggil untuk melakukan kegiatan latihan Senam Terapi pada anggota masyarakat Komplek Marinir Keluraham Rangkapan Jaya Baru Kota Depok. Dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kebugaran tubuhnya melalui latihan kebugaran dengan senam terapi.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Dengan kebugaran tubuh yang prima sehingga dapat meningkatkan kinerja seseorang. Karena dengan melakukan aktifitas fisik melaui latihan senam terapi yang benar akan meningkatkan kebugaran dan kesehatan sehingga sumberdaya manusia di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dapat di tingkatkan. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam kegiatan ini adalah: Upaya Meningkatkan Kebugaran Melalui Senam Terapi di Komplek Marinir Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok. C. Tujuan Kegiatan 1. Melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Sebagai Perwujudan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. 2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang latihan olahraga yang baik dan benar. 3. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam memilih program latihan untuk kebugaran, kesehatan dan pengobatan yang baik dan benar. D. Manfaat Kegiatan Dalam kegiatan latihan senam terapi, manfaat yang di dapat adalah : 1. Memberikan pemahaman kepada masyarakat Kelurahan Rangkapan Jaya Baru pada umumnya dalam memanfaatkan latihan senam terapi sebagai salah satu latihan untuk kebugaran. 2. Masyarakat Kelurahan Rangkapan Jaya Baru bisa menentukan jumlah dan berapa lama latihan yang dapat meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuhnya. 3. Masyarakat Kelurahan Rangkapan Jaya Baru dapat memilih model latihan dengan baik sehingga tingkat kesehatan dan kebugara akan meningkat dengan baik.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebugaran Kegiatan olahraga yang bersifat aerobik akan melatih sistem dalam tubuh yang mendukung metabolisme aerobik tersebut, yaitu sistem jantung-paru. Namun demikian sesungguhnya hal yang penting diperhatikan dalam merencanakan kegiatan berolahraga adalah memenuhi setidaknya 4 kriteria sbb: Ffrequency; frekuensi berolahraga, I - intensity; intensitas/beratnya latihan, T - type; jenis kegiatan olahraga, T - time/duration; lama waktu berolahraga. Kebugaran tubuh dapat dicapai jika olahraga yang dilakukan dapat mencapai sasaran berbagai komponen kebugaran. Misalnya, kebugaran jantung-paru dapat dicapai dengan latihan aerobik; suatu latihan yang melibatkan otot-otot besar (utamanya lengan dan tungkai) melakukan gerakan ritmis secara terus menerus. Selengkapnya regimen yang dianjurkan adalah F - 3 – 5 kali per minggu, I - memacu jantung mencapai target heart rate/denyut jantung latihan, T - berjalan, jogging, berlari, berenang, bersepeda, lompat tali, aerobic dance dsb, T - 20 – 60 menit (minimal 10 menit per sesi latihan). Satu temuan yang menguntung-kan bagi mereka yang sibuk adalah latihan aerobik untuk memelihara kebugaran jantung-paru tidak harus dilakukan sekaligus terus menerus selama 20 menit, karena latihan 2 x 10 menit per hari juga memperlihatkan manfaat yang serupa. Upaya pemeliharaan kebugaran otot dapat dicapai melalui kegiatan olahraga yang memberi beban pada kerja otot baik dengan cara latihan beban (resistance exercise) maupun berbagai jenis olahraga permainan seperti bola basket, bola voli, tenis, bulutangkis, bowling, sepakbola, dsb. Kebugaran otot dapat dicapai jika latihan dilakukan setidaknya 2 kali per minggu, dengan program latihan yang memberi pembebanan yang cukup pada sebagian besar otot tubuh sehingga otot menjadi kuat dan mampu mempertahankan kinerjanya untuk jangka waktu tertentu.
12
B. Hakikat latihan Tobing (2005) mengenalkan latihan fisik yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan yang baik artinya latihan terbagi menjadi 3 sesi yaitu pemanasan & peregangan selama 10-15 menit, latihan inti selama 20-60 menit,dan peregangan & pendinginan selama 5-10 menit. Latihan yang benar artinya memberikan latihan yang sesuai dengan tingkat kesehatan, tingkat aktivitas fisik dan tingkat kebugaran masing-masing individu yang dapat diketahui pada saat pemeriksaan pra latihan. Hal ini bertujuan agar masing-masing individu terjawab kebutuhannya yang berbeda dengan yang lain. Latihan yang terukur artinya mengukur jumlah detak jantung per menit untuk mengetahui intensitas latihan. Detak jantung per menit maksimum adalah 220 dikurangi usia. Satu hal yang tidak kalah penting adalah latihan yang teratur, bila : a). Olah raga dilakukan minimal 3-5 kali dalam seminggu selang sehari untuk mencapai hasil optimal. b) Kurang dari 3 kali dalam seminggu, hasil yang dicapai tidak optimal dan efek latihan tidak tercapai. c) 7 hari daam seminggu (setiap hari) tubuh tidak mempunyai cukup waktu untuk pemulihan fungsinya. dan berkesimabungan dari anak-anak sampai tua. Pada latihan peregangan, hal yang penting untuk diingat adalah setiap posisi harus dipertahankan selama 7–10 detik. Komponen kebugaran yang terakhir, yaitu komposisi tubuh dapat dicapai melalui keseimbangan keluar masuknya energi. Makanan merupakan komponen utama masukan energi. Sementara itu jumlah energi yang dikeluarkan tubuh sangat bergantung pada kegiatan jasmani, diantaranya adalah olahraga. Jika berbagai kegiatan olahraga tersebut memberi kontribusi yang tepat terhadap pengeluaran energi tubuh secara keseluruhan maka dapat dicapai komposisi tubuh yang optimal. Dalam kesempatan ini materi yang akan di bahas adalah latihan Senam Terapi Untuk Meningkatkan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Kebugaran Bagi Masyarakat Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Kota Depok. C. Hakikat Senam Terapi Prinsip kebugaran atau penyehatan bisa di lakukan dengan fisioterapi. Ditera dimaksudkan untuk mengembalikan kebugaran fungsi organ tubuh yang utama yaitu lambung, liver, jantung, ginjal dan paru-paru. Apabila ke lima organ tubuh itu kembali normal, maka kondisi kesehatan seorang akan kembali karena semua penyakit akan hilang dengan sendirinya. Dalam dunia kedokteran, dokter melakukan diagnosis atas dasar keluhan dan kelainan pasien. Yang diderita pasien sebenarnya adalah akibat atau muara dari sebab akibat kelemahan salah satu atau secara bersama organ-organ utama tersebut. Kalau tidak ditemukan penyebab penyakit yang lebih awal/ hulu lagi, maka pasien akan bergantung pada obat tensi atau gula darah seumur hidup dengan akibat jangka panjang pada organ lainnya. Manusia sebagai ciptaan Allah, tentu Allah juga memberikan petunjuk perawatannya agar badan tetap sehat. Petunjuk tersebut disampaikan melalui wahyu kepada utusanNya yang yang dikenal sebagai Rasulullah SAW. Orang yang sehat tidak sakit, sedangkan orang tidak sakit belum tentu sehat.Ilmu kesehatan mencakup ilmu kedokteran (kedokteran, gigi, kejiwaan), gizi, farmasi dan ketabiban.Ada tiga metode analisis terhadap pasien yang dapat dilakukan yaitu analisis diagnosis, laboratoris dan empiris. Dengan tatapan langsung, dan dengan peralatan sederhana seperti stetoskop, thermometer, alat pukul dan lain-lain, dokter dapat menentukan penyakit pasien sampai pada keyakinan ainal yakin. Dengan peralatan yang lebih canggih seperti MRI, Rontgen, kateter, echo, USG, analisis darah dan sebagainya dokter dapat menentuan penyakit pasien pada keyakinan
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
yang lebih tinggi yaitu keyakinan ilmul yakin, karena peran ilmu makin intensif. Metode fisioterapi, berarti ditera atau diseimbangkan kembali dari fungsi organ tubuh (kelima organ tubuh).Pantangan itu sangat penting karena menjadi sumber masalah bagi yang memantang apabila dilanggar. Betapapun hebatnya ramuan atau obat yang diberikan, selama pantangannya dilanggar tidak akan menyembuhkan, karena sumber masalah tidak dihentikan. Fisioterapi memiliki arah kesembuhan yang lambat namun ada kepastian terhadap suatu penyakit, yang mungkin dunia kedokteran sudah sampai batas tidak ada lagi jalan keluar untuk pengobatannya. Senam adalah kegiatan fisik yang di tujukan untuk meningkatkan kebugaran tubuh. Sehinngga bila tercapai derajat metabolisme organ tubuh berlangsung dengan baik dan sinergi, maka akan berakibat tubuh akan sehat. Senam terapi disusun sesuai dengan kebutuhan akan kebugaran tubuh seseorang. Gerakan yang di buat adalah bentuk gerakan peregangan statis dan dinamis dan aktifitas gerak yang bervariatif. Model latihan yang di berikan di desain langsung berhubungan dengan organ tubuh yang vital pada manusia. Adapun model latihan senam terapi tersebut bertujuan untuk untuk semua organ tubuh seperti paru-paru, liver, lambung, jantung, ginjal dan bero/peranakan. Jadi senam terapi adalah gerakangerakan senam yang di buat adalah bentuk gerakan peregangan statis dan dinamis dan aktifitas gerak yang bervariatif. Model latihan yang di berikan di desain langsung berhubungan dengan organ tubuh yang vital pada manusia. Adapun model latihan senam terapi tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan kembali dari kelima organ tubuh yaitu liver, jantung, paru-paru, ginjal dan lambung. D. Gerakan Senam Terapi Aturan Yang Berlaku Dalam Senam Terapi Ini: 1. Peserta diharuskan memakai pakaian
13
2. 3. 4.
5.
6.
olahraga Senam tidak dilakukan pada saat perut kosong atau kekenyangan. Pandangan harus selalu ke depan (jangan menunduk). Pernapasan melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut. Sebaiknya melakukan pernapasan perut, menarik nafas lewat hidung di keluarkan melalui mulut (tarik langsunghembuskan). Setiap gerakan di ulang 3 (tiga) kali, selama 30 detik (tiga puluh detik) atau 1/2 menit. Penderita penyakit tertentu, dianjurkan memperbanyak (di ulang lebih dari 3 kali) terapi pada organ yang bermasalah, misalnya orang yang livernya lemah, harus memperbanyak terapi nomor 4. Terapi ini boleh dilakukan tiap hari, bagi siapapun baik yang mempunyai tekanan darah tinggi atau tekanan darah rendah. Senam di lakukan 1 (satu) jam setelah makan.
Terapi 1 Untuk Seluruh Organ Tubuh Pelaksanaan: Lakukan gerakan berdiri sambil jinjit, jongkok jinjit.Selama jongkok maupun berdiri jinjit, tarik napas dari hidung, keluarkan dari mulut.Lakukan hitungan sebanyak 10 kali bernapas setiap gerakan (berdiri jinjit atau jongkok) jinjit.Jinjit (berdiri atau jongkok) diusahakan setinggi mungkin. Manfaat: Terapi ini sangat bemtanfaat untuk mengaktifkan kelima organ tubuh kita yaitu paru-paru, lambung, liver, jantung, ginjal.Jika dilakukan setiap hari. Insya Allah kita akan menjadi sehat. Terapi 2 Untuk Paru-Paru Pelaksanaan: Gerakan ini modifikasi dari gerakan takbir, belikat diusahakan sampai terasa beradu.Lakukan selama ½ menit atau kira-kira 10 kali hitungan.Turunkan tangan pelan-pelan, 14
sambil istirahat tarik napas panjang dari hidung, keluarkan dari mulut.Ulangi gerakan takbir sebanyak 3 kali. Manfaat : Untuk mengembalikan / menormalkan fungsi paru-paru.Bagi penderita paru-paru, gerakan ini sebaiknya dilakukan lebih dari 3 kali. Terapi 3 Untuk Lambung Pelaksanaan : Gerakan ini merupakan modifikasi dari gerakan ruku. Ruku selama ½ menit: (napas 10 hitungan). Diusahakan untuk bisa memegang lengan kaki, pandangan ke depan (jangan menunduk, karena akanmenjadi pusing). Setelah 10 kali hitungan, berdiri tegak dan tarik napas panjang beberapa kali.Lakukan minimal 3 kali di ulang. Manfaat : Bagi pasien yang bermasalah pada lambungnya, silahkan gerakan ini diperbanyak. Terapi 4 Untuk Liver Pelaksanaan : Modifikasi gerakan sujud, lebar kaki lurus pinggang, pantat jangan diangkat, letakkan tangan di depan, membungkuk dengan 30 kali hitungan sambil tarik napas dan buang, pandangan ke depan. Setelah selesai, istirahat, tarik napas panjang dari hidung dan keluarkan dari mulut.Lakukan gerakan sujud sebanyak 3 kali.Bagi orang yang berlambung tipis, gerakan ini sebaiknya dilakukan lebih dari 3 kali. Manfaat : Selain untuk memperbaiki kerja liver, gerakan ini baik untuk orang yang bermasalah pada liver dan paru-paru. Terapi 5 Untuk Jantung Pelaksanaan : Posisi seperti duduk diantara dua sujud, tetapi satu kaki ke depan (selonjor), tangan diletakkan di lutut, Tarik dan buang napas sambil tegak dan membungkuk, 30 kali hitungan. Pandangan ke depan. Istirahat, kemudian ganti kaki yang diselonjorkan. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Ulangi masing-masing kaki 3 kali, bergantian kaki kanan di depan telapak kaki kiri diduduki, kaki kiri di depan telapak kaki kanan diduduki. Manfaat : Gerakan ini selain untuk orang yang bermasalah pada jantungnya, baik untuk terapi hipertensi, kadar kolesterol tinggi, dan gula darah tinggi/ diabet, diabetes. Terapi 6 Untuk Ginjal Pelaksanaan : Telapak kaki dipertemukan sambil ditarik merapat ke arah badan selama kurang lebih 30 detik sampai kedua telapak kaki terasa hangat, kemudian didorong telapak kaki sedikit ke depan (kurang lebih 10 cm) telapak tangan masing-masi ng di kiri dan kanan dari telapak kaki yang di katupkan, saat membungkuk tarik napas dan hembuskan saat tegak, gerakan tegak dan membungkuk, 10 kali hitungan. Istirahat 10 detik dan ulangi lagi sebanyak 3 kali. Manfaat : Terapi ini baik untuk orang yang bermasalah pada ginjalnya, kolesterol, gula darah, tensi yang tinggi, penderita pengapuran, reumatik dan asam urat. Terapi 7 Untuk Bero/ Peranakan Pelaksanaan : Kaki bersila, lutut ditumpangkan ke lutut yang lain sehingga telapak kaki simetris (dilihat dari atas). Tangan diletakan di samping lutut, membungkuk dan tegak setiap napas (keluar dan menghirup) sebanyak 10 kali hitungan. Istirahat, ganti kaki lain yang ditumpangkan. Ulangi masing-masing 3 kali Manfaat : Terapi ini sangat bermanfaat untuk merep osisi dan mengembalikan bero dan peranakan kembali kepada posisi semula. Juga bermanfaat untuk terapi paru-paru
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Terapi 8 Untuk Liver Dan Ginjal Pelaksanaan : Posisi duduk, kaki dibuka, tangan ke depan, tegak dan membungkuk sambil tarik napas dan menghembuskan napas 10 kali hitungan, pandangan selalu ke depan. Istirahat,10 detik ulangi sampai 3 kali. Manfaat : Terapi ini sangat bermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada liver dan ginjalnya. Terapi 9 Untuk Paru-Paru Dan B ero/ Peranak an Pelaksanaan : Di awali posisi kaki di luruskan ke depan (selonjor) kemudian tarik kedua kaki dirapatkan lutut nempel di bawah dagu, kedua tangan melipat sehingga lutut beradu erat-erat, tarik napas panjang dari hidung dan keluarkan dari mulut, 10 kali hitungan kemudian di luruskan kembali. Istirahat selama 10 detik diulangi 3 kali. Manfaat : Terapi ini sangat bermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada paru-paru, bero dan peranakan. Terapi 10 Untuk Seluruh Organ Tubuh Pelaksanaan : Duduk diantara dua sujud, jari kaki kiri dan kanan di tekuk.Tarik napas dari hidung, keluarkan dari mulut, 30 kali.Istirahat 10 detik, ulangi masing-masing kaki, 3 kali. Manfaat : Terapi ini sangat bermanfaat untuk seluruh organ tubuh dengan mengembalikan fungsinya kembali seperti sedia kala. Terapi 11 Ginjal Dan Lambung Pelaksanaan : Kedua kaki selonjor agak dibuka lebar, tangan memegang salah satu lutut.Membungkuk tegak sambil menghembus dan menarik napas sebanyak 30 kali.Ulangi untuk masing-masing kaki sebanyak 3 kaki.
15
Manfaat : Terapi ini sangat b ermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada ginjal dan lambungnya. Terapi 12 Untuk Jantung Dan Paru-Paru Pelaksanaan : Duduk bersila, tumpangkan kaki di paha, membungkuk-tegak sambil menghem-buskan dan tarik napas sebanyak 30 kali hitungan.Ulangi untuk masing-masing tiga 3 kali. Manfaat : Terapi ini sangat b ermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada jantung dan paruparu. Terapi 13 Untuk Ginjal Dan Liver Pelaksanaan : Berdiri, kaki direnggangkan, tangan memegang satu kaki, hitung 30 kali hitungan.Istirahat, kemudian ulangi untuk masing-masing kaki 3 kali. Manfaat : Terapi ini sangat b ermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada ginjal dan livernya. Terapi 14 Untuk Lambung Dan Paru-Paru Pelaksanaan : Duduk, kaki selonjor selebar pinggul, sebelah tangan diletakkan di salah satu sisi (kin atau kanan) sedangkan satu tangan di julurkan ke belakang dengan siku di tekuk, pandangan melihat ke ujung jari tangan yang di julurkan dengan posisi pinggang tidak boleh berubah sambil menarik dan menghembuskan napas. Hitung 30 kali pemapasan.Istirahat, kemudian diulangi untuk masing-masing sisi 3 kali. Manfaat : Terapi ini sangat b ermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada lambung dan paru-paru. Untuk Jantung Dan Lambung Pelaksanaan : Seperti duduk di antara dua sujud, kaki
16
yang satu di tekuk jari kaki dan kaki yang satu di selonjorkan tangan di letakkan pada lutut dan sebelah lutut.Membungkuk dan tegak sambil menghembus dan menarik napas sebanyak 30 kali.Ulangi 3 kali dengan kaki bergantian. Manfaat : Terapi ini sangat bermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada jantung dan lambungnya. Terapi 16 Untuk Ginjal & Paru-Paru Pelaksanaan : Berdiri, kaki renggang, tangan satu ke bawah dan satu ke atas, pandangan ke tangan atas, sambil tank napas dan hidung, keluar dari mulut sebanyak 30 kali.Ulangi masingmasing kaki 3 kali. Manfaat : Terapi ini sangat bermanfaat baik untuk orang yang bermasalah pada ginjal dan paruparu. Terapi 17 Untuk Seluruh Organ Tubuh Terutama Jantung Pelaksanaan : Duduk, kedua kaki dilipat, kedua ujung kaki menancap ke lantai, pinggul diantara dua tumit.Membungkuk dan tegak sambil riienghembuskan dan menarik napas.Lakukan 30 kali pernapasan.Ulangi 3 kali. Perbedaan dengan terapi 3 (lambung) adalah terietak pada posisi pinggul diantara dua kaki. Pada terapi 3, pinggul merapat pada kedua kaki. Manfaat : Dengan menerapkan terapi Ar-Ridlo ini, Insya Allah 5 organ tubuh akanmenjadi aktif dan kita akan menjadi sehat serta perkasa.
III. MATERI DAN METODE A. Kerangka Pemecahan Masalah Kebugaran Jasmani adalah kemampuan untuk menyelesaikan tugas seharihari dengan tenaga dan kesiap siagaan, tanpa kelelahan yang berarti dan dengan energi yang relatif cukup untuk pencapaian pemenuhan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
waktu luang dan keadaan darurat yang tak terduga. Padahal kebugaran jasmani merupakan bagian dari kualitas hidup yang harus dimiliki setiap individu.Seberapa penting kebugaran jasmani tersebut bagi generasi suatu bangsa dapat kita teiusuri dari kepedulian para pemimpin suatu negara, yaitu ketika Presiden Amerika sangat gusar terhadap suatu laporan penelitian bahwa tingkat kebugaran generasi muda mereka tergolong dalam kategori rendah. Upaya untuk membangun kebugaran jasmani dipelopori oleh Presiden Soeharto melalui slogan "Mengolahragakan Masyarakat dan Memasyarakatkan Olahraga". Rendahnya tingkat kebugaran jasmani dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: • berkurangnya gerakan fisik, kemajuan teknologi yang sangat pesat, sehingga mengambil alih peran manusia, seluruh aktivitasnya telah digantikan oleh mesin, robot dan (computer). • rendahnya partisipasi terhadap kegiatan olahraga, karena terbatasnya lahan untuk bermain bagi anak. Lapanganlapangan dibangun untuk keperluan pusat perbelanjaan (malt) gedung perkantoran dan perumahan mewah. Seorang yang bugar ditandai dengan tubuhnya tidak mengandung banyak jaringan lemak, tulangnya kokoh dan padat, otot-otot yang kuat, dan memiliki persendian yang teguh serta sistem pernafasan berdaya tahan tinggi. Derajat kebugaran dapat menggambarkan seberapa baik penyesuaian fisik terhadap beban dan tugas fisik yang dilakukan dan seberapa cepat proses pulih asal dari kelelahannya. Semakin baik tingkat penyesuaian terhadap tugas fisik dan kecepatan pulih asainya, maka semakin baik pula tingkat kebugaran yang dimilikinya.Dengan demikian kita perlu membahas kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan kontribusi terhadap kebugaran jasmani, agar kita dapat mengukur, memonitor seberapa sering, seberapa berat, dan berapa lama, serta kecukupan dalam melakukan suatu kegiatan fisik, termasuk berolahraga untuk mencapai kebugaran.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Selain itu, para masyarakat juga harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam mengukur kondisi kebugaran. Kaitannya dengan masalah yang akan dipecahkan dalam kegiatan ini adalah langkah-langkah secara eksternal dengan analisis situasinya meliputi : a. Memohon ijin pada Pimpinan yang berwenang di lingkungan kelurahan rangkapan jaya baru kota Depok yaitu dengan memberikan surat pemberitahuan dan ijin kegiatan yang akan dilaksanakan di lingkungan kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok. b. Mengundang masyarakat di lingkungan komplek marinir kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok untuk hadir dalam kegiatan P2M c. Mengadakan pre-test tentang kebugaran d. Melakukan latihan senam terapi untuk peningkatan kebugaran e. Evaluasi program melalui test tentang kebugaran B. Realisasi Pemecahan Masalah Kegiatan yang dilakukan dalam melalui beberapa tahapan, yaitu : a. Menyampaikan surat undangan di lingkungan komplek marinir kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok b. Penyuluhan,yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang kebugaran bagi peserta, yaitu masyarakat di lingkungan komplek marinir kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok. c. Latihan senam terapi kepada seluruh peserta, yaitu dengan cara menunjukkan beberapa gerakan latihan kebugaran untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran peserta. d. Evaluasi, setelah diberikan latihan, diharapkan pengetahuan peserta tentang kebugaran meningkat yang diukur menggunakan pengukuran tensi meter.
17
C. Khalayak Sasaran Antara Yang Strategis Khalayak sasaran dalam kegiatan ini adalah masyarakat kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok yang tidak di batasi umur, dengan pertimbangan mereka adalah masih produktif.Pada pelaksanaannya, kegiatan ini bisa diikuti oleh lebih dari 50 orang peserta yang hadir.
D. Metode Penerapan Ipteks Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan latihan senam terapi dan tes kebugaran dengan berjalan sejauh 1,6 km. Hasil yang terbaik adalah dengan di tunjukkan melalui catatn waktu terbaik. Semakin baik catatan waktu yang di raih maka bisa di kategorikan kebugaran juga baik. Berikut ini adalah norma untuk tes kebugaran:
1. Norma Tes Kebugaran Untuk Laki-Laki Laki-laki Vo2 Max Umur (tahun)
Kategori Tingkat Kebugaran Jantung Paru Kurang sekali
Kurang
Cukup
Baik
Baik Sekali
20 – 29
25
25 – 33
25 – 33
43 – 52
53
30 – 39
23
23 – 30
31 - 34
39 – 48
49
40 – 49
20
29 – 20
27 - 35
36 – 44
45
50 – 59
18
18 – 24
25 – 33
34 – 42
43
60 – 69
16
16 - 22
25 - 30
31 - 40
41
2. Norma Tes Kebugaran Untuk Perempuan Perempuan Vo2 Max Umur (tahun)
Kategori Tingkat Kebugaran Jantung Paru Kurang sekali
Kurang
Baik
Baik Sekali
20 – 29
24
24 – 30
31 – 37
30 – 48
49
30 – 39
20
20 – 37
28 - 33
34 – 44
45
40 – 49
17
17 – 23
24 - 30
31 – 41
42
50 – 59
15
15 – 20
21 – 27
28 – 37
38
60 – 69
13
12 - 17
18 - 23
24 - 34
35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Lokasi Pelaksanaan Pengabdian Tempat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dilapangaan Komplek Marinir Kota Depok, Jawa Barat.
18
Cukup
Deskripsi Hasil Latihan Berdasarkan hasil latihan materi tentang latihan kebugaran dan senam yang diikuti oleh masyarakat kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok, maka dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan yang diberikan sangat Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
menarik minat peserta sehingga membuat para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan.
terdapat peningkatan kebugaran sebesar 7.00 point.
Output (Hasil) Pelatihan Output atau keluaran yang dihasilkan dari kegiatan ini diantaranya : Masyarakat kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok dapat mengetahui tentang latihan kebugaran Masyarakat kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok mempunyai pengetahuan tentang cara mengukur tentang kebugaran Masyarakat kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok mempunyai kemampuan untuk melakukan modelmodel latihan kebugaran Evaluasi Latihan Berdasarkan hasil tes kebugaran yang di lakukan dan dikuti oleh 50 orang peserta, didapatkan beberapa point, diantaranya : Hasil test awal menunjukkan bahwa sebanyak 0 peserta atau 0% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran baik sekali, sebanyak 4 peserta atau 8% memiliki tingkat kebugaran baik, sebanyak 13 peserta atau 28% memiliki tingkat kebugaran cukup, sebanyak 31 peserta atau 62% memiliki tingkat kebugaran kurang, sebanyak 1 peserta atau 2%memiliki tingkat kebugaran kurang sekali. Rata-rata nilai hasil test awal sebesar 25,33 atau dengan hasil tingkat kebugaran kurang.. Hasil test akhir menunjukkan bahwa sebanyak 2 peserta atau 4% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran baik sekali, sebanyak 20 peserta atau 40% memiliki tingkat kebugaran baik, sebanyak 19 peserta atau 38% memiliki tingkat kebugaran cukup, sebanyak 9 peserta atau 18% memiliki tingkat kebugaran kurang, sebanyak 0 peserta atau 0% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran kurang sekali. Rata-rata nilai hasil test akhir sebesar 32,33 atau dengan hasil tingkat kebugaran cukup.. Berdasarkan hasil perhitungan selisih antara hasil test awal dan test akhir yang diberikan
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kebugaran tubuh sering di abaikan karena kesibukan aktivitas sehari-hari. Untuk meningkatkan kondisi kebugaran, dengan menjaga keseimbangan antara pola makan dan pola hidup, dengan cara pola dan gaya hidup yang sehat dan baik maka kondisi kebugaran akan tetap terjaga. Faktor gaya hidup yang baik seperti mengkonsumsi makanan yang bergizi serta melakukan olah raga yang rutin dapat membantu seseorang dalam menjaga kebugaran. Hasil test akhir menunjukkan bahwa sebanyak 2 peserta atau 4% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran baik sekali, sebanyak 20 peserta atau 40% memiliki tingkat kebugaran baik, sebanyak 19 peserta atau 38% memiliki tingkat kebugaran cukup, sebanyak 9 peserta atau 18% memiliki tingkat kebugaran kurang, sebanyak 0 peserta atau 0% tidak ada yang memiliki tingkat kebugaran kurang sekali. Rata-rata nilai hasil test akhir sebesar 32,33 atau dengan hasil tingkat kebugaran cukup. Berdasarkan hasil perhitungan selisih antara hasil test awal dan test akhir yang diberikan terdapat peningkatan kebugaran sebesar 7.00 point. Saran Hal-hal yang dapat disarankan berdasarkan hasil kegiatan ini adalah Peserta harus meningkatkan kebugaran dengan cara pengaturan pola makan yang baik dan olah raga yang teratur. Bagi masyarakat terkait agar melakukan pengukuran secara berkala agar kinerja Masyarakat kelurahan rangkapan jaya baru Kota Depok dapat ditingkatkan DAFTAR PUSTAKA [1] Agita mundo, Move For Health. World Health Day 2002, WHO 2002 19
[2] American College of Sports Medicine. Position stand, the recommended quantity and quality of exercise for developing and maintaining cardiorespiratory and muscular fitness, and flexibility in healthy adults. Med Sci Spo Exerc: 6 (30), June 1998 [3] Koontz-Stuyvesant L. Yoga. diunduh dari http://www.yogamovement.com/pada tanggal 20 Maret 2006
20
[4] Pilates method. diunduh dari http://www.pilates-studio.com pada tanggal 20 Maret 2006 [5] The President's council on physical fitness and sports. Definitions: health,fitness,and physical activity. Diunduhdari [6] http://wwwfitness.gov/digestmar2000.htm pada tanggal 20 Maret 2006 [7] Wilmore JH, Costill DL. Physiology of sport and exercise, ed 3. Champaign, IL, Human Kinetics, 2004
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN MENYULAM PADA IBU-IBU DI DESA PABUARAN KECAMATAN SUKAMAKMUR KABUPATEN BOGOR Drs Sri Koeswantono W Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Desa Pabuaran yang terdapat di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor adalah salah satu desa yang masyarakatnya memiliki pendapatan yang masih rendah atau masyoritas masyarakatnya masih dalam kondisi miskin. Salah satu yang dilakukan untuk mengatasi masalah masyarakat tersebut yaitu melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Adapunkegiatan pemberdayaan yang dilakukan yaitu melalui pelatihan menyulam yang sesuai dengan kebutuhan masrakat tersebut.Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu pendekatan andragogi dengan metode ceramah, diskusi, dan praktek. Pelaksanaan kegiatan pelatihan menyulam di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor ini yaitu dilaksanakan pada 21 September 2014. Hasil dari kegiatan pelatihan ini yaitu meningkatnya kemampuan ibu-ibu di Desa Pabuaran dalam membuat sulaman yang dapat dimanfaatkan menjadi sumber mata pencaharian. Kata Kunci: Pemberdayaan, Pelatihan, Andragog I.
PENDAHULUAN
Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan ditandai oleh keterbelakangan dan pengangguran yang selanjutnya meningkat menjadi pemicu ketimpangan pendapatan dan kesenjangan antar golongan penduduk. Kesenjangan dan pelebaran jurang kaya miskin tidak mungkin untuk terus dibiarkan karena akan menimbulkan berbagai persoalan baik persoalan sosial maupun politik di masa yang akan datang. Banyak sekali faktor penyebab dari masalah kemiskinan yang terjadi pada masyarakat, diantaranya yaitu jumlah pengangguran yang tinggi diakibatkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbatas, tingkat pendidikan masyarakat yang masih sangat rendah, dan masyarakat yang tidak memiliki life skill guna menghasilkan karya yang mampu di jadikan sebuah usaha. Walaupun masyarakat memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan juga lapangan pekerjaan yang sedikit, apabila masayrakat memiliki life skill, maka masyarakat itu Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
mampu menciptakan usaha atau lapangan pekerjaan untuk dirinya dan orang lain. Salah satu desa yang masyarakatnya memiliki pendapatan yang masih rendah atau masyoritas masyarakatnya masih dalam kondisi miskin yaitu Desa Pabuaran yang terdapat di Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor. Desa Pabuaran terdiri dari tiga Dusun dengan Rukun Warga (RW) 8 dan 28 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk 11. 077 Jiwa dengan jumlah KK sebnyak 2560 KK. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pabuaran masih tergolong sangat rendah dengan jumlah lulusan SD/ MI sebanyak 6.481 orang, SMP sebanyak 250 orang, SMA sebanyak 150 orang, D3 sebanyak 4 orang, S1 sebanyak 2 orang, dan S2/S3 sebanyak 1 orang. Adapun pekerjaan masyarakat Desa Sukamakmur pada umumnya yaitu bekerja sebagai petani dengan jumlah 4570 orang. Tingkat pendidikan yang masih rendah dan juga pekerjaan utama sebagai petani, mengakibatkan tingkat pendapatan masyarakat di Desa Pabuaran masih di bawah rata-rata. 21
Sehingga tingkat kemiskinan di desa ini masih sangat tinggi. Diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut meskpun tingkat pendidikan masayrakat masih rendah. Salah satu yang dilakukan untuk mengatasi masalah masyarakat tersebut yaitu melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat kita yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh tim P2M ini dalam meningkatkan keberdayaan masyarakat khususnya pada ibu-ibu di Desa Pabuaran yaitu dengan memberikan kegiatan pelatihan. pelatihan yaitu memberikan, memperbaiki dan juga menambah kemampuan seseorang yang semata mata bertujuan untuk meningkatkan keahlian, sikap disiplin kerja, memperbaiki kekurangan dalam tingkat kompetensi yang ingin dicapai. Adapun kegiatan pelatihan yang diberikan kepada masyarakat Desa Pabuaran berupa pelatihan menyulam. Adanya kegiatan pelatihan menyulam ini diharapkan masyarakat mampu membuat sulaman yang menarik dan berkualitas sehingga dapat dijual kepada masyarakat luas.
II. KAJIAN TEORI A. Pelatihan Pelatihan menurut (1993) adalah suatu bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek dari pada teori. Kamus istilah manajemen yang ditulis oleh Soebagio (2002) mengartikan bahwa pelatihan adalah bimbingan yang diberikan oleh instruktur untuk meningkatkan 22
keterampilan dan pengetahuan melalui penyelesaian dan tugas latihan. Dalam buku Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Moekijat (1990) menyebutkan beberapa tujuan pelatihan sebagai berikut: a. Membantu mengembangkan ketrampilan para peserta, agar mereka nantinya dapat bekerja lebih efektif dan efisien nantinya. b. Membantu mengembangkan wawasan pengetahuan para peserta, agar mereka dapat bekerja lebih rasional dilapangan kerja yang akan mereka masuki nantinya. c. Serta mampu mengembangkan sikap para peserta, agar mereka dapat menciptakan kerjasama yang lebih baik dengan sesama. Chambers (1995) berpendapat bahwa pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people centred, participatory, empowering, and sustainable”. B. Pemberdayaan Pandangan tentang pemberdayaan masyarakat menururt Ife (1996: 59), antara lain sebagai berikut : a. Struktural, pemberdayaan merupakan upaya pembebasan, transformasi struktural secara fundamental, dan eliminasi struktural atau sistem yang operesif. b. Pluralis, pemberdayaan sebagai upaya meningkatkan daya sesorang atau sekelompok orang untuk dapat bersaing dengan kelompok lain dalam suatu ’rule of the game’ tertentu. c. Elitis, pemberdayaan sebagai upaya mempengaruhi elit, membentuk aliniasi dengan elit-elit tersebut, serta berusaha melakukan perubahan terhadap praktekpraktek dan struktur yang elitis.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
d. Post-Strukturalis, pemberdayaan merupakan upaya mengubah diskursus serta menghargai subyektivitas dalam pemahaman realitas sosial. Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat menurut Sulistiyani (2004) adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka secara bertahap masyarakat akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke waktu. Berikut tujuan pemberdayaan menurut Tjokowinoto dalam Christie S (2005: 16) yang dirumuskan dalam 3 (tiga) bidang yaitu ekonomi, politik, dan sosial budaya ; “Kegiatan pemberdayaan harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup segala aspek kehidupan masyarakat untuk membebaskan kelompok masyarakat dari dominasi kekuasan yang meliputi bidang ekonomi, politik, dan sosial budaya.
III. METODE PELAKSANAAN Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu pendekatan andragogi dimana peserta peltihan tidak hanya sebagai objek namun sebagai subjek pelatihan. Metode yang dipilih adalah metode ceramah, diskusi, dan praktek. Dengan digunakannya ketiga metode pembelajaran tersebut diharapkan proses pelatihan akan maksimal dan hasil dari pelatihan itu sendiri juga akan maksimal yaitu meningkatnya keberdayaan ibu-ibu dalam menyulam atau membuat sulaman.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan pelatihan menyulam di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor ini yaitu dilaksanakan pada 21 September 2014. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Pelaksanaan dari kegiatan ini juga di bantu oleh beberapa mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Jakarta yang berkoordinasi dengan Aparat Desa Paburan dan Penilik Pendidikan Luar Sekolah Kecamatan Sukamakmur. Pada proses pelaksanaan kegiatan pelatihan menyulam, pertama kegiatan dimulai dengan perkenalan tim pengabdian masyarakat yang di ketuai oleh Drs. Sri Koeswantono, W, M.Si, dan juga fasilitator yang akan menyampaikan materi pelatihan. Selanjutnya tim pelaksana kegiatan memberika ice breaking yang bertujuan mempererat dan memfokuskan pikiran peserta sebelum mengikuti kegiatan pelatihan. Kedua, fasilitator menjelaskan materi kepada peserta pelatihan, setelah menjelaskan secara teoritik, kemudian fasilitator mendemons-trasikan kepada peserta pelatihan bagaimana cara atau teknik menyulam. Setelah mendengarkan dan melihat demonstrasi dari fasilitator bagaimana menyulam, kemudian peserta pelatihan mempraktekkan sendiri menyulam dengan bahan-bahan atau alat-alat yang sudah disiapkan oleh tim pelaksana. Ketiga atau pada akhir kegiatan dari pelatihan ini, peserta diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan kepada fasilitator yang telah menjelaskan materi. Kesempatan untuk bertanya ini, tidak disiasiakan oleh para peserta, banyak sekali para peserta bertanya kepada fasilitator yang telah menyampaikan materi. Banyaknya pertanyaan yang disampaikan oleh para peserta dikarenakan antusiasnya peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan ini. Kegiatan tanya jawab ini juga dijadikan bahan evaluasi dari hasil kegiatan pelatihan yang telah dilaksanakan. Setelah selesainya proses tanya jawab, kemudian panitia acara menutup kegiatan dari pelatihan ini. Sebelum kegiatan penutup dilakukan, tim pelaksana, fasilitator, peserta pelatihan, dan aparat desa, bersepakat bahwa masalah rendahnya penghasilan masyarakat harus diatasi secara komprehensif. Aparat desa
23
harus memberikan berbagai macam program pemberdayaan bagi masyarakat melalui berbagai macam kegiatan pelatihan yang memang mampu meningkatkan keberdayaanmasyarakat-nya. Ketika masyarakat tersebut sudah mencapai pada satu titik dimana mereka berdaya, maka masyarakat dengan sendirinya mampu meningkatkan taraf hidupnya dengan menciptakan berbagai macam usaha kreatif, salah satunya penjualan hasil sulaman.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan di Desa Pabuaran, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor yaitu: 1. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat di Desa Pabuaran yang disebabkan oleh rendahnya life skill yang dimiliki dalam memanfaatkan segala potensi sumber daya alam yang tersedia. 2. Kurangnya inisiatif dari aparat desa dalam memberikan alternatif pemecahan masalah terkait rendahnya tingkatan pendapatan masyarakat yang terdapat di wilayahnya. 3. Tim pengabdian masyarakat, mahasiswa PPL Jursan PLS, dan juga aparat desa setempat berkolaborasi dalam mengadakan kegiatan pelatihan menyulam guna meningkatka life skill yang dmiliki oleh masyarakat. 4. Terdapat peningkatan kemampuan atau life skill masyarakat dalam menyulam.
Saran Berdasarkan kesimpulan maka disarankan kepada beberapa pihak diantaranya adalah:
24
1. Aparat Desa Pabuaran harus terus membantu masyarakat dalam mengatasi masalah rendahnya tingkat ekonomi masyarakatnya dengan menyediakan berbagai macam program pemberdayaan, salah satunya pelatihan menyulam yang telah diselenggarakan. 2. Masyarakat Desa Pabuaran harus secara aktif meningkatkan kapasitas diri dengan mengikuti berbagai macam program pemberdayaan. Sehingga berbagai manfaat akan dirasakan oleh masyarakat sendiri apabila secara konsisten aktif dalam mengikuti program-program pemberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA [1] A. A. Anwar Prabu Mangkunegara. 2006. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta: Refika Aditama. [2] Arif, Zainudin. 1986. Materi Pokok pengembangan Program Latihan, Modul 6-9. Jakarta: Karunika Universitas terbuka. [3] Atmodiwiryo, Soebagio. 2002. Manajemen Pelatihan. Jakarta: Ardadizya jaya. [4] Departemen Pendidikan Nasional Dirjen PLSP. 2002. Pengelola Program PLS Berbasis PKBM, Jawa barat : Balai Pengembangan Kegiatan Belajar. [5] Direktorat Pendidikan Masyarakat. 2010. Model-Model Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Provinsi Jawa Tengah. Jakarta: Direktorat PNFI. [6] Djojonegoro, Wardiman. 1999. Pengembangan Sumberdaya Manusia Melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Balai Pustaka. [7] Gomes, Faustino Cardoso. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. [8] Hadari, Nawawi. 1997. Managemen Sumber Daya Manusia : Untuk bisnis yang kooperatif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
[9]
Hasibuan. S.P. Malayu. 2001. Management Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara. [10] Masykur wiratmo, 1996. Pengantar Kewiraswastaan ,Yogyakarta : BPFE. [11] Moekijat. 1990. Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: CV. Mandar Maju. .
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
[11] Moekijat. 1993. Evaluasi Pelatihan dalam rangka Peningkatan Produktifitas. Bandung: Mandar Maju. [12] Usman, Sunyoto. 2008. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
25
WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PEMBELAJARAN YANG DIINDIVIDUALKAN BAGI GURU DALAM PELAYANAN PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI TK SAWITRI, KOMPLEK UNJ DUREN SAWIT Suprihatin Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini bertujuan untuk membekali guru dengan pengetahuan tentang bagaimana menyusun program pembelajaran yang diindividualkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus agar para guru bisa membelajarkan murid mereka sesuai dengan kemampuan yang dimiki oleh murid sehingga murid bisa belajar dengan mudah. Kegiatan ini dilaksanakan di TK Sawitri, Komplek UNJ, Duren Sawit yang diikuti oleh 5 orang guru dengan menggunakan metode workshop dimana para guru lebih banyak aktif melakukan kegiatan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa para guru sudah mampu menyesuaikan pola pembelajaran yang dilaksanakan dikelasnya yang terdiri dari peserta didik berkbutuhan khusus dan non berkebutuhan khusus.Pembelajaran berbeda bagi peserta didik berkebutuhan khusus dalam hal pendekatan, metode dan teknik yang lebih disesuaikan dengan sifat alami dari kelainan yang dimiliki oleh peserta didik. Kata Kunci : Anak berkebutuhan khusus, TK, pelayanan
I.
PENDAHULUAN
Taman Kanak-kanak Sawitri merupakan taman kanak-kanak yang berada di bawah naungan Dharma Wanita Universitas Negeri Jakarta. Saat ini, TK Sawitri dipimpin oleh istri mantan PR IV UNJ yaitu Ibu Umi Soeprijanto dan dibantu oleh seorang bendahara sekolah, petugas tata usaha dan dua orang petugas serabutan yang menjaga kebersihan dan keamanan sekolah Ada lima orang guru yang bertugas mengajar di TK Sawitri untuk empat kelas yang berbeda dengan jumlah murid lebih dari 30 secara keseluruhan. Diantara tiga puluh murid yang ada di TK Sawitri, lima orang murid diantaranya mengalami kebutuhan khusus antara lain satu orang dengan simptom autisme, satu orang dengan Down syndrome, satu orang dengan ADD/ADHD dan dua orang dengan gangguan emosi dan tingkah laku. Saat ini TK Sawitri sedang dalam proses menjadi sebuah taman kanak-kanak yang inklusif dengan diterimanya beberapa anak dengan kebutuhan khusus. Hal ini menunjukkan adanya kemauan dari pihak TK Sawitri untuk menyediakan tempat bagi anak
26
berkebutuhan khusus supaya mereka bisa bermain dan belajar bersama teman sebaya mereka yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Kegiatan bermain bersama bagi anakanak usia taman kanak-kanak merupakan dasar pengembangan kepribadian dan ketrampilan dasar yang akan mereka butuhkan di masa depan. Niat yang tulus dari pihak TK Sawitri untuk menjadi sebuah taman kanak-kanak yang inklusif belum dibarengi dengan ketersediaan tenaga pengajar yang paham tentang bagaimana membelajarkan peserta didik berkebutuhan khusus. Karena kekurangan pengetahuan untuk membelajarkan anak berkebutuhan khusus maka anak berkebutuhan khusus harus melalui pembelajaran yang sama dengan peserta didik lain yang tidak memiliki kebutuhan khusus. Berdasarkan kenyataan inilah maka dirasa perlu diadakan kegiatan berupa workshop untuk merancang pembelajaran yang diindividualkan bagi anak berkebutuhan khusus.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
II. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Inklusif Awal mula pendidikan inklusif adalah berasal dari pendidikan khusus. Pendidikan khusus adalah sistem pendidikan yang diperuntukkan bagi anak berkebutuhan khusus. Dalam perkembangannya sistem pendidikan ini mendapat respon yang berbedabeda. Pada beberapa negara, keberadaan pendidikan khusus merupakan pelengkap bagi terselenggaranya pendidikan secara umum tapi pada negara yang lain, penyelenggaraan pendidikan khusus terpisah total dari pendidikan secara umum. Menurut UNESCO (2005), inklusi adalah sebuah proses dalam menangani dan merespon keberagaman kebutuhan dari semua murid melalui peningkatan partisipasi dalam pembelajaran, budaya dan komunitas dan pengurangan pelarangan dalam dan dari pendidikan. Berdasarkan pengertian ini ada tuntutan bahwa sekolah diharapkan menyesuaikan kurikulum dan materi yang akan diberikan kepada setiap murid. Metode penyampaian, penilaian dan proses dalam menilaipun harus disesuaikan dengan perkembangan dan usia murid. Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang menghargai, menghormati dan menilai setiap anak, remaja dan keluarga mereka dan orang dewasa yang bekerja dengan mereka dengan cara yang sama (Booth, 2011). Setiap siapapun yang terlibat dalam pendidikan inklusif haruslah diperlakukan sama sesuai dengan jati diri yang dimiliki oleh masingmasing individu. Setiap perlakuan juga didasarkan atas kewajiban untuk saling menghormati dan menghargai sesama sebagai anggota komunitas. Penghargaan, penghormatan dan penilaian yang sama inilah merupakan inti dari pendidikan inklusif. Dari dua pengertian yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusif adalah pendidikan yang mengakui keberagaman yang akan menguntungkan semua pelaku pendidikan dengan menyediakan semua akses yang sama terhadap pendidikan. Keberagaman pada setiap individu pelaku pendidikan harus
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
dihormati dan dihargai fungsinya sebagai individu.
sesuai
dengan
A. Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus atau anak luar biasa adalah anak yang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya secara bermakna mengalami kelainan/penyimpangan/ hambatan baik secara fisik, mental intelektual, sosial dan emosional, sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Batasan tersebut juga mengandung arti bahwa jika seorang anak memiliki kelainan/ penyimpangan/hambatan namun tidak signifikan maka anak tersebut tidak termasuk anak berkebutuhan khusus sehingga mereka tidak memerlukan adanya pelayanan pendidikan khusus. Jika diklasifikasikan anak berkebutuhan khusus ada bermacam-macam tergantung dari sudut pandang yang digunakan seperti gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan intelektual, gangguan fisik, gangguan emosi dan tingkah laku, gangguan majemuk, gangguan komunikasi, kesulitan belajar, autisme dan atau ADHD, dan berbakat. Namun untuk kepentingan kegiatan pengabdian masyarakat ini hanya akan dibahas sesuai dengan jenis kelainan pada anak yang ada di TK Sawitri yaitu: gangguan intelektual, gangguan emosi dan tingkah laku, autisme, ADD/ADHD dan kemungkinan tentang keberadaan anak berbakat. B. Program Pembelajaran yang Diindividualkan Pendidikan inklusif sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya merupakan gerakan yang menuntut perubahan terhadap proses pembelajaran menuju ke arah yang lebih baik terutama bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Salah satu perubahan yang diinginkan dalam sistem pendidikan inklusif adalah adanya penyesuaian materi yang akan diberikan kepada peserta didik. Penyesuaian ini tentunya akan dapat dilakukan setelah adanya proses asesmen yang dilakukan oleh guru.
27
Berdasarkan hasil asesmen yang didapat, maka guru akan menyusun program pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. Program inilah yang disebut program pembelajaran yang diindividualkan yang merupakan salah satu bentuk perubahan pelayanan yang dituntut dalam pendidikan inklusif. Menurut sebuah dokumen dari kementrian pendidikan Canada (MoE Ontario, 2000) program pembelajaran yang diindividualkan adalah sebuah rencana tertulis yang menjelaskan tentang program pendidikan khusus dan/atau pelayanan yang dibutuhkan oleh murid tertentu.Program pembelajaran ini menjelaskan tentang tujuan pembelajaran yang dimodifikasi atau alternatif dari tujuan yang diberikan dalam kurikulum untuk mata pelajaran dan tingkatan yang disesuaikan, dan/atau berbagai tempat dan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu murid mencapai tujuan pembelajarannya. Berdasarkan pengertian tersebut, sebuah program pembelajaran yang diindividualkan menuntut adanya sebuah proses asesmen terhadap seorang murid atau adanya laporan awal dari seorang guru tentang apa yang dia pelajari dari seorang murid. Berdasarkan laporan tentang asumsi yang dibuat terhadap seorang murid, maka guru membuat program awal yang disesuaikan dengan keadaan murid supaya murid yang dimaksud bisa mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh kurikulum. Untuk mencapai tujuan pembelajaran itu guru juga harus mampu menentukan strategi dan layanan yang dibutuhkan supaya guru dan murid tidak menjadi stress dalam proses belajar mengajar. Guru juga harus mampu merujuk muridnya kepada orang yang lebih ahli jika dia sendiri belum mampu menangani hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan pendidikan khusus. Hal-hal inti yang seharusnya ada dalam program pembelajaran yang diindividualkan menurut sebuah dokumen dari kementrian pendidikan Canada untuk Provinsi British Columbia (2009) adalah: 28
1. Tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kebutuhan khusus murid 2. Pendekatan, strategi, metode dan teknik yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan 3. Pelayanan tambahan dan bagaimana pelayanan tersebut diberikan 4. Tanggung jawab masing-masing personal yang berkepentingan Hal-hal tersebut diatas dimaksudkan untuk memudahkan seorang guru dan tim yang tergabung dalam proses belajar mengajar supaya proses belajar mengajar berada dalam alur yang sesuai dengan keberadaan siswa. Tujuan dari program pembelajaran yang diindividualkan sendiri antara lain adalah yang pertama untuk membantu guru memonitor kemajuan dan perkembangan siswa dalam pembelajaran (MoE Province of BC, 2009). Dengan adanya program pembelajaran yang diindividualkan para guru akan bisa membandingkan kemajuan pembelajaran yang dilakukan oleh muridnya. Dan ketika muridnya mengalami kemunduran, guru juga bisa mengevaluasi program yang telah dibuatnya dan memperbaiki proses belajar mengajar yang akan dilakukan. Tujuan yang kedua adalah mengarahkan pelaksanaan pelayanan bantuan belajar didalam atau diluar ruang kelas yang sejalan dengan program pendidikan dan kebutuhan murid.Tujuan yang kedua ini tentunya menginginkan adanya arahan yang jelas bagi program bantuan belajar yang sesuai dengan kebutuhan murid.
III.
METODE Metode yang digunakan dalam kegiatan program pengabdian pada masyarakatini adalah workshop yang terdiri dari beberapa tahap kegiatan.Pada awalnya guru dibekali dengan pengetahuan yang berhubungan dengan program pembelajaran individual seperti pengertian, tujuan dan bagaimana merancangnya.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini telah dilaksanakan pada Hari Selasa, 05 Agustus 2014 di TK Sawitri, Komplek UNJ Duren Sawit, Jakarta Timur.Kegiatan ini dilaksanakan pada permulaan tahun pelajaran dengan maksud agar guru mendapatkan bekal yang memadahi untuk membelajarkan murid yang memiliki kebutuhan pelayanan pendidikan khusus. Dengan kegiatan ini guru diharapkan mampu melayani peserta didik berkebutuhan khusus sesuai dengan tingkat kekuatan, kelemahan dan kebutuhan yang dimiliki oleh masing-masing murid berkebutuhan khusus sehingga mereka mendapatkan keuntungan yang maksimal dari system persekolahan. Kegiatan ini diikuti oleh empat orang guru kelas, dua orang guru pendamping dan satu orang kepala sekolah.Semua peserta tidak mempunyai latar belakang Pendidikan Luar Biasa, tetapi sebagian memang memiliki latar belakang membelajarkan anak berkebutuhan khusus secara privat.Pada umumnya semua guru menerima murid berkebutuhan khusus di kelasnya dan berniat membelajarkan mereka sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki.Sedangkan peserta didik berkebutuhan khusus yang ada di sekolah ini berjumlah enam anak dengan kebutuhan khusus pendidikan yang berbeda-beda.Satu anak mengalami Down syndrome, tiga anak mempunyai gejala-gejala autisme, satu anak mempunyai rentang perhatian yang pendek dan satu anak memiliki kecenderungan menjadi anak yang mempunyai gangguan perilaku (tunalaras). Kegiatan ini dilaksanakan dalam beberapa tahap dimulai dengan penjelasan tentang program pembelajaran yang diindividualkan yang diperlukan oleh masingmasing peserta didik berkebutuhan khusus dan dilanjutkan dengan praktek langsung pada kelasnya masing-masing dihari-hari berikutnya. Diindividualkan maksudnya adalah bahwa pembelajaran yang mereka
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
butuhkan adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan masing-masing murid. Contohnya, peserta didik yang memiliki Down syndrome tidak akan belajar dengan mudah jika guru berceramah terusmenerus. Yang mereka butuhkan agar belajar dengan mudah adalah sesuatu yang konkrit atau nyata dengan melakukan kegiatan secara langsung. Kegiatan berikutnya adalah para guru diminta melakukan observasi terhadap para muridnya sendiri. Sebenarnya kegiatan mengamati murid-murid adalah kegiatan keseharian guru untuk mendapatkan informasi tentang apa yang sudah dicapai maupun apa yang belum dimiliki oleh murid. Kegiatan ini berlangsung dikelas masing-masing dan setelah murid-murid pulang, guru-guru berkumpul kembali di ruang administrasi untuk membagikan apa yang telah mereka dapatkan dari murid masing-masing. Setelah para guru berkumpul, maka kegiatan berikutnya yaitu sharing hasil pengamatan terhadap masing-masing murid. Semua guru tampak antusias menceritakan apa yang terjadi pada muridnya, seperti salah satu guru yang kebingungan dengan muridnya yang sering mengucapkan kata kotor. Biasanya ketika murid berkata kotor guru akan langsung menindaklanjuti agar perkataan kotor itu tidak diulangi lagi. Tetapi kenyataannya, perkataan kotor ini tidak hilang begitu saja terkadang masih berulang bahkan pada murid tertentu semakin menjadi. Bisa dikatakan bahwa pendekatan yang dilakukan oleh guru dan murid yang lain kurang tepat untuk anak tersebut. Ada salah satu guru yang menanyakan mengapa kata-kata baik tidak berulang pada muridnya. Jawabannya sebenarnya sangat mudah yaitu karena orang lain tidak pernah merespon dengan apapun ketika seorang anak mengatakan hal yang baik. Kita cenderung mengabaikan anak yang berkata baik dan menganggap mereka mengerti bahwa hal seperti itulah yang kita harapkan dari anak-anak. Tapi ketika mereka berkata kotor, kita langsung merespon
29
sehingga membentuk pemikiran anak bahwa untuk mendapatkan perhatian dari orang lain baik itu perhatian jelek atau baik mereka harus berbuat jelek. Pada saat hari sekolah berikutnya, hal ini dipraktekkan langsung oleh salah satu guru. Pada kegiatan olahraga, ada seorang murid yang berkata kotor dan murid yang lain langsung melaporkan kepada gurunya. Lalu guru mengatakan kepada murid yang lain untuk tidak merespon apapun terhadap perkataan jelek si murid, kita hanya merespon jika dia mengatakan hal-hal yang baik. Setelah guru mengatakan hal tersebut, beberapa saat kemudian murid yang berkata jelek tadi mengatakan ‘alhamdulillah’ meskipun sebenarnya dia tidak tahu arti kata tersebut karena dia sendiri bukanlah seorang muslim. Lalu guru langsung merespon dengan kata ‘bagus’. Salah seorang guru yang lain juga mengalami kesulitan dalam membelajarkan beberapa murid yang selalu membuat keramaian di kelas dengan saling menanggapi ocehan atau celotehan murid yang lain sehingga kelaspun kadang kurang terkontrol ketika mereka melakukan hal tersebut. Hal ini sangat merugikan bagi murid yang lain karena perilaku mereka akan mengganggu kemampuan konsentrasinya. Setelah berdiskusi beberapa lama antara guru dan pemateri, maka diambil kesimpulan untuk menempatkan kedua murid ini disamping kiri dan kanan guru.Penempatan ini dimaksudkan supaya kedua murid tidak saling berkontak mata dan fisik secara langsung. Jika mereka berkontak secara langsungpun guru akan bisa lebih mudah melakukan intervensi terhapad perilaku kedua murid. Pada saat guru mempraktekkan kesimpulan ini di kelasnya, terlihat sangat jelas bahwa kedua murid ini sudah mulai mengurangi kegiatan menanggapi ocehan satu sama lain sehingga suasana kelas menjadi lebih bersemangat untuk belajar tanpa memaksa murid lain bekerja lebih keras untuk memusatkan perhatian mereka terhadap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.
30
Guru yang muridnya memiliki Down syndrome juga mengalami kesulitan dalam bagaimana membelajarkannya. Selama ini guru membelajarkan murid tersebut sama seperti murid yang lain yang non berkebutuhan khusus. Dalam artian bahwa ketika menerangkan materi pelajaran, guru lebih sering berceramah meskipun kadang mereka juga membuat contoh pekerjaan yang harus dikerjakan oleh murid. Jika pemberian materi dilakukan dengan ceramah maka murid yang memiliki Down syndrome akan memproses informasi yang didapatkannya dengan sangat lambat karena memang itulah sifat dari kelainan yang dimilikinya. Untuk membantu murid ini, guru perlu menunjukkan gambar pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh guru supaya murid bisa mengerjakan tugas dengan instruksi yang lebih konkrit dari guru.Pekerjaan yang sudah diselesaikan oleh guru tersebutlah yang merupakan instruksi konkrit dari guru bagi peserta didik dengan gangguan intelektual (Down syndrome). Itulah beberapa hal yang merupakan hasil dari kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat dengan tema workshop program pembelajaran individual bagi guru. Kegiatan seperti ini sangatlah diperlukan oleh guru supaya mereka bisa membelajarkan muridnya sesuai dengan sifat kealamian dari kelainan yang dimiliki oleh murid. B. PEMBAHASAN Berdasarkan paparan hasil kegiatan pada bagian sebelumnya, maka bagian berikut ini akan membahas tentang hasil kegiatan dalam hubungannya dengan program pembelajaran yang diinvidualkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah umum. Program pembelajaran yang dimaksudkan dalam kegiatan ini adalah rencana yang kita buat untuk murid kita dan bagaimana rencana tersebut bisa sampai kepada murid kita yang memiliki kebutuhan khusus dengan mudah. Dalam program tersebut tentunya ada beberapa komponen yang sangat penting seperti; tujuan kita memberikan pembelajaran, pendekatan yang akan kita gunakan dan metode dalam Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
menyampaikan, sehingga komponen ini sangat penting dalam membelajarkan peserta didik berkebutuhan khusus. Seperti yang tergambar dengan jelas pada penamaan peserta didik disini yaitu bahwa mereka ‘berkebutuhan khusus’, yang artinya mereka memang memiliki kebutuhan khusus dalam pembelajaran. Kebutuhan khusus tersebut disebabkan karena keadaan fisik ataupun mental mereka yang menghambat mereka untuk belajar dengan mudah atau kemungkinan melancarkan proses mental mereka sehingga belajar menjadi sangat mudah. Kebutuhan khusus yang mereka perlukan adalah kebutuhan khusus dalam hal pendidikan dan pembelajaran agar materi yang mereka pelajari dapat mereka pahami dan aplikasikan dengan baik. Kebutuhan khusus yang bisa diberikan oleh guru antara lain pendekatan yang berbeda bagi anak-anak tertentu. Seperti pada hasil kegiatan ini, guru seharusnya mengabaikan kata-kata kotor yang kadang dimunculkan oleh seorang murid. Tujuan dari pengabaian ini adalah agar kata-kata kotor yang kadang dimunculkan oleh murid tidak diulangi lagi dan akan membentuk pola pikir yang baru pada murid tersebut bahwa jika dia mengeluarkan kata-kata kotor tidak akan mendapatkan respon apapun dari guru. Respon ini tentunya juga tidak boleh diberikan oleh murid yang lainnya sehingga ada konsistensi dan komitmen antara guru dengan murid bahwa kata kotor tidak akan mendapat respon. Pada anak dengan Down syndrome, ceramah saja tidak akan memudahkan mereka belajar karena semua informasi yang masuk ke dalam pikiran mereka tidak akan diproses dengan baik. Anak dengan Down syndrome lebih membutuhkan pembelajaran yang sifatnya konkrit dan mudah dipahami. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan oleh guru adalah dengan membuat contoh tugas yang sudah dikerjakan oleh guru sehingga murid tahu apa yang diharapkan oleh guru. Contoh hasil tugas yang dikerjakan oleh guru tersebut merupakan instruksi yang konkrit bagi murid
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
dengan Down syndrome sehingga mereka akan mudah mengerjakan tugas dari guru. Penempatan anak di dalam kelas juga merupakan salah satu contoh sederhana dalam membelajarkan anak berkebutuhan khusus secara individual. Biasanya murid akan menempati tempat duduk yang mereka anggap nyaman dan strategis. Namun terkadang nyaman dan strategis ini tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran. Nyaman dan strategis malah disalahgunakan untuk melakukan hal-hal tertentu yang sifatnya akan merugikan teman yang lain. Untuk mengantisipasi hal seperti ini guru bisa menempatkan murid-murid tertentu pada tempat yang dianggap strategis dan nyaman oleh guru untuk melakukan intervensi sehingga ketika terjadi sesuatu di kelas, guru akan dengan mudah mengatasi masalah yang muncul. Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa program pembelajaran yang diindividualkan bagi anak berkebutuhan khusus tidak harus semuanya secara khusus.Pada hal-hal tertentu saja yang memang sangat dibutuhkan oleh murid lah yang perlu perlakuan khusus oleh guru seperti pendekatan yang digunakan oleh guru, penempatan siswa dalam kelas dan instruksi yang nyata dari guru.
V.
KESIMPULAN Program pembelajaran yang diindividualkan memang merupakan suatu keharusan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang bersekolah di sekolah inklusif. Hal ini disebabkan karena kealamian sifat kelainan yang mereka miliki sehingga demi mendapatkan manfaat yang banyak dari adanya sistem persekolahan maka harus ada perbedaan dalam hal-hal tertentu seperti pendekatan, metode dan instruksi tugas yang digunakan oleh guru. Pembelajaran yang diindividualkan bagi peserta didik berkebutuhan khusus tidak harus dibedakan sepenuhnya dari peserta didik
31
non berkebutuhan khusus.Perbedaan tersebut bisa hanya pada bagian-bagian tertentu dalam komponen pembelajaran seperti program pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru pada beberapa murid berkebutuhan khusus di TK Sawitri. Beberapa murid memerlukan penempatan yang berjauhan selama proses belajar berlangsung sehingga mereka tidak mengganggu kelas sedangkan murid yang lain membutuhkan instruksi konkrit untuk mengerjakan tugas dari guru.
32
DAFTAR PUSTAKA [1] Booth, Tony (2011) The name of the rose: Inclusive values into action in teacher education. Prospects, 41, 303 – 318 [2] Ministry of Education, Ontario, Canada (2000) Individual Education Plans: Standards for Development, Program Planning and Implementation. Ontario [3] Ministry of Education, Province of British Colombia, Canada (2009) Individual Education Planning for Students with Special Needs: A Resource Guide for Teachers. British Colombia [4] Overton, Terry (2012) Assessing Learners with Special Needs: An Applied Approach (7th edn). Boston: Pearson [5] UNESCO (2005) Guidelines for Inclusion: Ensuring Access to Education for All. Paris: UNESCO
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
PENDAMPINGAN TERHADAP PENDIDIK PAUD DALAM RANGKA PENGEMBANGAN LEMBAGA PAUD INKLUSIF DI KECAMATAN CIOMAS BOGOR JAWA BARAT Winda Gunarti1), Siti Nuraini Purnamawati2) Jurusan PG PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Pada saat ini pendidikan inklusif sudah mulai diaplikasikan di Indonesia. Pengaplikasian ini dimulai dari jenjang pendidikan anak usia dini sampai ke jenjang sekolah menengah. Berbagai produk hukum dan deklarasi sudah ada bahkan pelaksanaannya juga sudah dilakukan. Namun belum semua tenaga kependidikan memiliki pengetahuan tentang hal ini, untuk itu diperlukan pemberdayaan terhadap mereka. Jurusan PG PAUD FIP UNJ terpanggil untuk melakukan pendampingan terhadap pendidik PAUD di Kecamatan Ciomas Kotamadya Bogor dalam rangka mengembangkan PAUD Inklusif. Kegiatan ini merupakan kegiatan lanjutan tahun lalu dimana Pendidik PAUD di Kecamatan Ciomas Kotamadya Bogor telah diberikan pembekalan pengetahuan tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang dilakukan melalui aktivitas seminar dan diskusi atau melalui Forum Group Discussion (FGD). Kegiatan ini memiliki tujuan untuk memberikan pendampingan pada pendidik PAUD untuk dapat melakukan proses identifikasi dan asesmen terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sebagai sebuah proses dalam mengembangkan PAUD Inklusif di Wilayah Kecamatan Ciomas Kotamadya Bogor Jawa Barat. Kata kunci :
pemberdayaan, inklusif, identifikasi, asesmen, pendampingan
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Berdasarkan hasil kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) yang telah dilakukan pada tahun 2013 yang lalu, ternyata Pemerintah Daerah Kecamatan Ciomas Bogor Jawa Barat dan Himpaudi Kecamatan Ciomas Bogor Jawa Barat, berkeinginan agar ada kegiatan lanjutan dari kelompok kami. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) di daerah tersebut yang menerima pendidikan baik di lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun di Taman KanakKanak (TK). Keberadaan anak-anak ini membuat para pedidik di lembaga pendidikan tersebut mengalami hambatan dalam membantu mengoptimalkan potensi anak-anak tersebut.Hal ini dikarenakan mereka belum memiliki pengetahuan bagaimana membelajar-kan mereka dalam lingkungan sekolah atau kelas yang
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
disatukan bersama dengan anak-anak regular (kelas inklusif). Hal yang penting ketika melakukan pendampingan terhadap pendidik PAUD adalah memberikan pemaha-man tentang Anak dengan Kebutuhan Pendidikan Khusus atau yang lebih dikenal dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Identifikasi dan Asesmen serta Program Pembelajaran Individual. Kegiatan tahun lalu mereka telah mendapatkan pemahaman tentang ABK, sehingga kegiatan tahun ini dilanjutkan dengan pemberian pemahaman tentang Identifikasi dan Asesmen terhadap ABK di lembaga masing-masing. Untuk itu sebagai bagian dari tanggung jawab kami sebagai akademisi dari Perguruan Tinggi, maka pada tahun ini kami melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (P2M) berupa workshop tentang Identifikasi dan Asesmen pada anak berkebutuhan khusus sebagai salah satu langkah untuk mengembangkan PAUD Inklusif. 33
B. Perumusan Masalah Bagaimana pendampingan pada pendidik PAUD di Kecamatan Ciomas Bogor Jawa Barat dalam rangka mengembangkan PAUD Inklusif ? C. Tujuan Kegiatan Kegiatan ini memiliki tujuan untuk memberdayakan pendidik di lembaga PAUD untuk mampu melakukan proses identifikasi dan asesmen perkembangan pada anak berkebutuhan khusus. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi lembaga PAUD yang akan menjadi lembaga PAUD Inklusif. D. Manfaat Kegiatan Kegiatan ini akan berdampak positif tidak hanya pada para pendidik di lembaga PAUD di lembaga-lembaga PAUD yang akan menjalankan prinsip Education for All, tetapi juga lembaga-lembaga ini telah merespek pada hak ABK dalam memperoleh pendidikan bersama dengan anak lainnya. Dampak positif lain adalah bagi orangtua yang memiliki ABK tidak akan mengalami kesulitan ketika harus menyekolahkan anak-anak mereka karena beberapa faktor seperti tidak tersedianya Sekolah Luar Biasa di daerahnya, karena mereka dapat memasukkan anak mereka di lembaga PAUD Inklusif. Bagi orangtua yang tidak memiliki ABK mereka akan mengembangkan sikap tepa saliro terhadap orangtua yang memiliki ABK. Bagi anak-anak yang bukan ABK hal ini akan menjadi pengembangan sikap dan emosional sehingga kelak mereka menjadi anak-anak yang memiliki sikap menghargai dan kerjasama antar mereka. Sebaliknya demikian pula dengan ABK, mereka akan memiliki sikap kemandirian dengan mencontoh anak-anak lain sesuai dengan kemampuan mereka.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Sumber Daya Manusia Dalam era globalisasi dimana semua negara akan berlomba bersaing maka bangsa Indonesia tidak dapat menghindar dari persaingan tersebut. Salah satu kekurangan dari 34
bangsa Indonesia adalah masih banyaknya Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih memiliki keterampilan yang terbatas.Hal ini yang membuat pemerintahan yang baru mencanangkan ekonomi kreatif untuk memacu pertumbuhan dan perkembangan negara kita. Untuk membantu perkem-bangan ABK ini maka salah satu SDM yang penting adalah para guru/pendidik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Mereka ikut bertanggung jawab dalam kemajuan ABK di Indonesia.Upaya untuk mengem-bangkan kompetensi para guru/pendidik PAUD telah dilakukan oleh baik oleh pemerintah daerah maupun oleh Perguruan Tinggi. Namun tidak semua manusia akan berkembang sama meskipun melalui suatu pengubahan yang sama. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari factor bawaan dan lingkungan dimana orang itu berada.Disamping itu minat dan niat dari tiap individu juga dapat menentukan perubahan dari individu itu sendiri. Para pendidik PAUD juga akan mengalami pengubahan dari kegiatan yang akan dilakukan. Namun pengubahan yang menuju pengembangannya akan berbeda antara satu dengan yang lain. Banyak factor yang menunjang pengembangan para pendidik PAUD seperti lingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan factor penerimaan terhadap ABK dari para pendidik PAUD itu sendiri.
B. Pembelajaran Bagi Orang Dewasa Pembelajaran bagi orang dewasa tidak terlepas dari unsur pendidikan. Dalam UUSPN No 2 Bab 1 Pasal 1.Berdasarkan pasal ini dapat terlihat bahwa mendidik dilakukan sebagai suatu usaha sadar. Ini berarti dalam mendidik seseorang harus mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan apa yang akan diberikannya. Kalau ditilik ada perbedaan dalam pembelajaran antara anak-anak dan orang dewasa.Dalam pembelajaran orang dewasa dimana mereka telah siap untuk belajar, para orang dewasa tidak lagi harus dipaksa. Orang dewasa mempunyai kecenderungan memiliki Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
orientasi belajar yang berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa seolah-olah merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa. C. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada Bab I pasal 1 ayat 3 dinyatakan bahwa: “Program pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi menumbuhkembangkan dan membina seluruh potensi anak sejak lahir sampai dengan usia anak 6 (enam) tahun sehingga terbentuk prilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya dalam rangka kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut.”. (hal.85.) Selanjutnya juga dinyatakan bahwa satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA). Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini pada Bab I Pendahuluan dinyatakan bahwa : “Penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan formal berbentuk Taman KanakKanak (TK)/Raudhatul Atfal (RA) dan bentuk lain yangsederajat, yang menggunakan program untuk anak usia 4 – 6 tahun. Sedangkan penyelenggaraan PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman Penitipan Anak (TPA) dan bentuk lain yang sederajat, yang menggunakan program untuk anak usia0 – <2 tahun, 2 – <4 tahun, 4 – 6 tahun dan Program Pengasuhan untuk anak usia0 - 6 tahun; Kelompok Bermain (KB) dan bentuk lain yang sederajat, menggunakan program untuk anak usia 2 – <4 tahun dan 4 – 6 tahun”.
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
Sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Kemendiknas melalui Direktorat PAUDNI tentang PAUD terpadu, maka diharapkan di Indonesia akan mulai dikembangkan PAUD Inklusif. Menurut Division for Early Childhood (DEC) and the National Association for the Education of Young Children (NAEYC) PAUD Inklusif adalah: “…Early childhood inclusion embodies the values, policies, and practices that support the right of every infant and young child and his or her family, regardless of ability, to participate in a broad range of activities and contexts as full members of families, communities, and society. The desired re sults of inclusive experiences for children with and without disabilities and their families include a sense of belonging and membership, positive social relationships and friendships, and development and learning to reach their full potential. The differing features of inclusion that can be used to identify high quality early childhood programs and services are access, participation, and supports”. Batasan ini memberikan pengertian bahwa PAUD Inklusif mendorong semua anak beserta keluarganya melalui nilai-nilai, kebijakan dan praktik agar mereka dapat berpartisipasi dalam keluarga dan masyarakat. Batasan ini memberikan tanda bahwa banyak keuntungan yang diperoleh apabila suatu lembaga PAUD menerima ABK.
D. Hakikat Identifikasi dan Asesmen Menurut ERIC identifikasi adalah “…Recognition of the attributes by which an individual, condition, thing, etc., can be classified”. Berdasarkan batasan ini identifikasi adalah menemukenali segala sesuatu berdasarkan kondisi, sesuatu dan sebagainya dari individu. Pada proses identifikasi maka dilakukanlah screening dengan menggunakan berbagai alat seperti raport perkembangan, laporan dari guru lain dan orang tua. Hal ini sebagai landasan untuk pengem-bangan asesmen. Menurut American Institute for Research, screening adalah “… conducted to identify or predict students who may be at risk for poor learning outcomes.”. Batasan ini menjelaskan bahwa screening atau penyaringan dilakukan untuk mengidentifikasi atau 35
meprediksi siswa yang kemungkinan memiliki lemah atau riskan dalam belajar.Jadi dapat dinyatakan bahwa identifikasi dilakukan kepada semua siswa untuk melihat manakah yang bermasalah dalam belajar. Proses selanjutnya adalah asesmen. Menurut Mercer (1983) asesmen adalah mengukur kemampuan anak sekarang yang meliputi kekuatan dan kelemahannya. Dalam proses asemen digunakan berbagai tes dan non tes. Tes biasanya menggunakan alat-alat yang telah distandarkan seperti tes intelegensi, tes bakat dan minat bahkan secara internasional. Untuk non tes biasanya guru dapat mengembangkan sendiri berdasarkan kurikulum atau standar perkembangan anak. Alat yang digunakan biasanya berupa pedoman observasi baik terstruktur maupun tidak terstruktur seperti catatan anekdot. Untuk usia dini alat yang digunakan untuk mengidentifikasi biasanya sama dengan yang digunakan untuk anak-anak tingkatan sekolah dasar (SD). Namun untuk pelaksanaannya yang agak berbeda. Untuk anak usia dini identifikasi bisa dilakukan oleh orangtua dan guru selain oleh bidang medis tertentu yang sesuai dengan apa yang dikeluhkan orangtua dan guru serta anak itu sendiri. Untuk AUD Indonesia standar perkembangan telah dikembangkan oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan.Permen nomor 58 tahun 2009 berisi tentang standar tingkat pencapaian perkem-bangan.
III.
MATERI DAN METODE
A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Dilakukan di Aula Kantor UPTP XXIX Kecamatan Ciomas Bogor Jawa Barat. B. Metode Kegiatan Kegiatan dilaksanakan dengan cara melakukan kegiatan workshop. Dalam kegiatan workshop peserta terlibat dengan membahas topik tentang pengembangan identifikasi dan asesmen bagi ABK yang ada di lembaga masing-masing. Untuk tahun mendatang diharapkan kegiatan yang sama akan dilakukan dengan topik pembelajaran bagi ABK di kelas dan dilakukan setiap satu bulan sekali agar pendidik PAUD dapat lebih mantap dalam melakukan pembelajaran bagi ABK di lembaga mereka. 36
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Program pemberdayaan ini dilakukan sejak awal Juni 2013.Langkah awal adalah pencarian data informal melalui wawancara dan diskusi dengan beberapa pendidik PAUD wilayah Bogor Jawa Barat. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi tersebut ternyata terdapat beberapa anak usia dini yang mengalami permasalahan dalam belajar dan beberapa dinyatakan sebagai ABK. Kegiatan ini adalah kegiatan lanjutan tahun 2013. Pemilihan waktu kegiatan workshop adalah hasil keputusan bersama antara pihak kami, pengawas PAUD tingkat kecamatan Ciomas, Bogor Jawa Barat, dan HIMPAUDI wilayah kecamatan Ciomas, Bogor, Jawa Barat. Hal ini dilakukan agar para pendidik PAUD dapat ikut serta dalam kegiatan ini. Antusiasme para pendidik PAUD lebih daripada yang di perkirakan, karena mereka menyadari bahwa ABK perlu dilayani sebagai bagian dari hak anak.Banyak pertanyaan yang dilontarkan seputar ABK, dan dari kegiatan pengembangan program pembelajaran bagi ABK masih perlu dilakukan kembali.Hal ini dikarenakan pengembangan program untuk ABK adalah hal yang baru bagi mereka. Selanjutnya pengurus HIMPAUDI meminta tim untuk melaksanakan kegiatan lanjutan agar pengem-bangan PAUD INKLUSIF dapat terbina dengan baik. Jika memungkinkan dapat dijadikan pilot project bagi UNJ. Hasil kegiatan di lapangan juga menyatakan bahwa pendampingan untuk pengembangan PAUD INKLUSIF sangat perlu dan harus dimotivasi. Hal ini tekait juga dengan adanya buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang dikeluarkan pada tahun 2012 oleh Direktorat PAUDNI. Dalam buku ini jelas tertulis “Setiap Satuan PAUD wajib berupaya menampung anak-anak berkebutuhan khusus sebatas kapasitas yang dimiliki dengan tetap menjamin hak-hak anak yang bersangkutan untuk bergaul dengan sesama peserta didik secara wajar serta terlindungi dari perlakuan diskriminatif, baik dari peserta didik lain, pendidik, maupun orang dewasa lainnya”(Kemendikbud, 2012 : h.11). Hal inilah yang harusnya menjadi pemacu semua lembaga PAUD di Kecamatan Ciomas Bogor Jawa Barat untuk mengembangkan dan Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
menjadikan lembaga mereka menjadi PAUD Inklusif. Sehingga ABK di daerah Bogor akan dapat berkembang optimal sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.
V. KESIMPULAN Hasil kegiatan ini berdampak sangat positif pada semua pihak. Informasi tentang identifikas dan asesmen perlu disosialisasikan secara menerus sehingga pengembangan PAUD Inklusif akan berjalan sesuai dengan baik. Metoda yang dilakukan ternyata sangat positif mengingat sebagian besar pendidik PAUD memiliki permasalahan yang hampir sama, sehingga dalam kegiatan terjadi sharing yang baik dan tepat.
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
DAFTAR PUSTAKA [1]
Early Childhood Inclusion April 2009, http://www.naeyc.org/files/naeyc/file/posi tions/DEC_NAEYC_EC_updatedKS.pd [2] ERIC http://eric.ed.gov/?ti=Identification Mercer, D, Cecil (1983) Students with Disability Learning, Charles E Merill Publishing, USA [3] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pendidikan Anak Usia Dini. http://pendidikan.kulonprogokab.go.id/ files/Permen-No-58-TH-2009.pdf [5] Universal Screening, Centre of response to Intervention at American Institute for Research, [6] http://www.rti4success.org/essentialcomponents-rti/universal-screening content/uploads/2014/08/PP-17-th-10-ttgpenyelenggaraan-pendidikan.pdf [7] Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak http://www.paudni.kemdikbud.go.id/wpcontent/uploads/2012 /08/
37
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK MELALUI PELATIHAN WIRAUSAHA PRODUK AKSESORIS BAGI IBU RUMAH TANGGA Shinta Doriza1),Vera Utami Gede Putri2) Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Kampus A UNJ Jalan Rawamangun Muka Jakarta Timur
[email protected])
[email protected])
ABSTRAK Aksesori khususnya fashion adalah merupakan produk yang dibuat sebagai pelengkap pakaian agar terlihat lebih menarik.Seperti, kalung, anting, gelang, bando dan jepit rambut.Aksesoris dapat dibuat dengan menggunakan beraneka ragam jenis material.Salah satunya material plastik. Pembuatan aksesoris dengan bahan plastik sangat mudah dibuat khususnya para ibu rumah tangga. Material plastik dapat diperoleh dengan memanfaatkan limbah botol plastik Pemanfaatan limbah botol air mineral bukanlah sekedar mencari keuntungan material saja melainkan sebagai bagian menjaga kelestarian lingkungan. Pelatihan ini diharapkan menjadikan para ibu rumah tangga mampu menjadi wirausahawan yang dapat membuat produk aksesoris dengan memanfaatkan limbah botol plastik.Hasil aksesoris tersebut dapat di jual oleh mereka untuk menambah income keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan meningkatkan peran serta perempuan dalam pembangunan. Kata Kunci: Limbah Botol Plastik, Aksesoris, Wirausaha Ibu Rumah tangga
I.
PENDAHULUAN
Penggunaan plastik di Indonesia tidak dibatasi. Plastik banyak digunakan untuk kebutuhan alat rumah tangga dan produksi, khususnya untuk kemasan makanan dan minuman. Sisa kemasan tersebut banyak dibuang begitu saja yang menyebabkan penumpukan limbah plastik semakin meningkat. Setiap pabrik menghasilkan rata-rata satu ton limbah plastik setiap minggunya di Jabodetabek. Jumlah tersebut akan terus bertambah, karena sifat dari pelastik antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan (Yayasan Bina Pembangunan, 1986).
38
Limbah botol plastik masih dianggap sebagai sampah yang kurang bermanfaat. Padahal limbah botol plastik dapat dimanfaatkan menjadi beraneka ragam bentuk barang yang berguna yang dapat mempercantik ruang atau si pemakainya. Selain itu, barang tersebut bisa dijual agar mampu memberikan penghasilan tambahan bagi si pembuat. Khususnya, pemanfaatan limbah botol air mineral bukanlah sekedar mencari keuntungan material saja melainkan sebagai bagian menjaga kelestarian lingkungan. Seperti, ibu-ibu di Gresik Jawa Timur, limbah botol air mineral bisa di sulap menjadi aneka souvenir cantik berkualitas serta mampu memberikan penghasilan tambahan bagi mereka (Berita 86, 2010). Salah satu upaya yang dilakukan oleh dunia fashion adalah membuat produkfashion
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
ramah lingkungan yang dikenal sebagai ecofashion. Menurut Sustainable Technology Education Project (STEP) label eco-fashion pantas diberikan kepada produk mode yang ramah lingkungan, peduli akan kesehatan konsumen. Penggunaaan limbah botol plastik dalam pembutan produk fashion merupakan salah fashion yang diproduksi dan diciptakan dengan mempertimbangkan lingkungan melalui penggunaan bahan daur ulang yang pada awalnya tidak langsung berhubungan dengan fashion (Milchop, diunduh 1 April 2014). Dimana botol plastik yang sebelumnya berguna sebagai botol untuk tempat air mineral, setelah air mineral tersebut habis di konsumsi maka botol plastik air mineral tersebut dapat dipergunakan sebagai material bagi aplikasi salah satu produk fashion yaitu aksesoris. Aksesoris merupakan pelengkap busana yang dapat mempermanis penampilan seseorang wanita. Produk aksesoris tersebut berupa anting, jepit rambut, kalung, dan bando.Pembuatan aksesoris dengan bahan plastik sangat mudah dibuat khususnya para ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan hasil aksesoris tersebut dapat di jual oleh mereka untuk menambah income keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga khususnya dan meningkatkan peran serta perempuan dalam pembangunan. Pelatihan ini merupakan program kewirausahaan yang dilakukan oleh Dosen UNJ dalam rangka Pengabdian pada Masyarakat. Pelatihan ini ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha. Khususnya para ibu rumah tangga di Kelurahan Cipinang Besar Utara. Melalui wirausaha produk aksesoris ini maka motivasi berwirausaha perempuan tersebut dapat meningkat untuk membiayai kehidupan keluarganya menuju keluarga sejahtera. Rumusan masalah dari kegiatan ini: Bagaimana membuat produk aksesoris dengan memanfaatkan limbah botol plastik yang dilakukan oleh para ibu rumah tangga agar mempu menjadi wirausaha sehingga dapat menambah penghasilan keluarga dan masyarakat?
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
Setelah selesai mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta mampu menjadi wirausahawan dengan membuat produk aksesoris dengan memanfaatkan limbah botol plastik yang berguna menambah penghasilan keluarga dan masyarakat.Harapan dari manfaat kegiatan ini adalah: a. Ibu rumah tangga yang mandiri, sehat dan berdaya guna di tengah masyarakat b. Mengembangkan jejaring kemitraan antara Lembaga Pengabdian Masyarakat UNJ dan Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga UNJ dengan Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemanfaat Limbah Botol Plastik Menurut kamus bahasa Indonesia pemanfaatan berasal dari kata manfaat. Manfaat adalah guna, faedah yang mendapat imbuhan pe dan akhiran an. Pemanfaatan adalah memanfaatkan barang yang sudah ada guna dijadikan produk lain sehingga meningkatkan daya guna produk. Limbah, menurut kamus bahasa Indonesia, limbah adalah sisa proses produksi. Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Istilah lain limbah adalah sampah. Limbah adalah sisa proses produksi (Yuwono dan Abdullah, 1994:262). Limbah juga merupakan suatu zat atau benda yang bersifat mencemari lingkungan dan tidak memiliki nilai ekonomis karena limbah tersebut dibuang (Abdurahman, 2008:102).Pada kota-kota besar di negara berkembang, limbah plastik merupakan permasalahan lama yang sering dihadapi terutama Indonesia.Hal ini dikarenakan tidak bisa hancur atau dapat hancur dengan memakan ratusan tahun.Limbah pun telah dinyatakan berbahaya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Konstribusi plastik terhadap pencemaran 39
lingkungan sangat besar termasuk juga terhadap pemanasan global. Zat-zat kimia yang terkandung dalam plastik dapat mencemari lingkungan sekitar saat proses penguraiannya dalam tanah. Salah satu penanganan terhadap limbah adalah memanfaatkan limbah tersebut sehingga memiliki nilai ekonomis.Khususnya, limbah plastik yang bagi para pelaku bisnis atau pengusaha (entrepreneur) dapat dijadikan sebagai peluang yang dapat dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan munculnya beberapa industri baik skala kecil atau besar untuk mendaur ulang plastik baik secara langsung diproduksi ulang menjadi produk baru atau benar-benar didaur ulang menjadi bahan baku. Sudah pasti ini akan membawa dampak positif bagi lingkungan, selain itu industri daur ulang plastik tentu akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Salah satunya limbah plastik botol. Menurut Baedowy, usaha daur ulang botol plastik ini sangat mudah dijalankan siapa saja dan bisa menyerap tenaga kerja dari masyarakat bawah. Proses daur ulang botol plastik dimulai dengan penyediaan bahan baku berupa botolbotol plastik bekas yang biasanya didapat dari lapak atau pengepul. Harga sampah botol plastik bervariasi antara Rp.5000, Rp.7000 hingga diatas Rp.7000 per kilogramnya tergantung jenis botol plastiknya. Limbah botol plastik ini digunakan untuk aksesoris pelengkap wanita. Limbah botol plastik dapat dikreasikan menjadi kerajinan tangan dalam bentuk beragam aksesoris. Dengan kata lain, limbah botol plastik tersebut tidak bisa disebut sebagai limbah atau sampah lagi. Pemanfaatan limbah botol air mineral bukanlah sekedar mencari keuntungan material saja melainkan sebagai bagian menjaga kelestarian lingkungan. Seperti, ibu-ibu di Gresik Jawa Timur, limbah botol air mineral bisa di sulap menjadi aneka souvenir cantik berkualitas serta mampu memberikan penghasilan tambahan bagi mereka (Berita 86). Limbah botol plastik yang digunakan dalam produk aksesoris ini botol jenis Polyethylene Terephthalate (PET) dan High 40
Density Polyethylene (HDPE). Hal ini dikarenakan jenis botol ini merupakan kemasan yang hanya bisa digunakan sekali pakai.Jika isi kemasan ini sudah habis maka kemasan tidak dapat di isi ulang.Dengan demikian kemasan tersebut menjadi limbah dan dapat digunakan untuk pembuatan produk aksesoris ini. B. Wirausaha Wirausaha adalah orang yang kreatif dan inovatif serta mampu mewujudkannya untuk peningkatan kesejahteraan diri, masyarakat, dan lingkungannya (Lupiyoadi, 2004). Wirausaha yang berhasil adalah wirausaha yang mampu bertahan dengan segala keterbatasannya, memanfaatkan, dan meningkatkannya untuk memasarkan peluang dengan baik serta terus menciptakan reputasi yang membuat perusahaan itu bisa berkembang. Karakteristik/sifat wirausaha menurut Sukardi (1991), sebagai berikut: 1. Sifat Instrumental; menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selalu memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungannya untuk mencapai tujuan pribadi dalam berusaha. 2. Sifat Prestatif; menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang dicapai sebelumnya. 3. Sifat Keluwesan Bergaul; menunjukkan bahwa wirausaha selalu berusaha untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia. 4. Sifat Kerja Keras; menunjukkan bahwa wirausaha selalu terlibat dalam situasi kerja, tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai. 5. Sifat Keyakinan Diri; menunjukkan bahwa wirausaha selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak bahkan memiliki kecendrungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi. 6. Sifat Pengambilan Resiko; menunjukkan bahwa wirausaha selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan berusaha. 7. Sifat Sewa Kendali; menunjukkan bahwa wirausaha dalam meng-hadapi berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi, batas-batas kemampuan dalam berusaha. 8. Sifat Inovatif; menunjukkan bahwa wirausaha selalu mendekati ber-bagai masalah dalam berusaha dengan cara-cara baru yang lebih bermanfaat. 9. Sifat Kemandirian; menunjukkan bahwa wirausaha selalu mengem-balikan perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi. Berdasarkan karakteristik/sifat wirausaha ada juga faktor-faktor yang dapat memotivasi seseorang menjadi wirausaha. Guna mengetahui faktor-faktor tersebut maka seseorang harus memahami terlebih dahulu apa sebenanrnya yang orang lain butuhkan. Namun demikian, faktor-faktor yang dapat memotivasi seseorang berbeda antara satu dengan lainnya. Berikut faktor-faktor yang dapat memotivasi seseorang menjadi wirausaha sebagai berikut (Lupiyoadi, 2004). 1. The foreign refugee; adanya peluang ekonomi di negara lain yang lebih menguntungkan mendorong orang untuk meninggalkan negaranya sendiri untuk berwirausaha disana. 2. The corporate refugee; adanya ketidakpuasan seorang pekerja dengan lingkungan perusahaannya. 3. The parental refugee; adanya individu yang telah memperoleh pendidikan dan pengalaman bisnis yang dibangun keluarganya sejak masih kanak-kanak. 4. The feminist refugee; adanya deskriminatif yang diperoleh oleh para wanita baik dalam sistem pendidikan, lingkungan perusahaan maupun masyarakat, guna membuktikan bahwa mereka mampu mendirikan perusahaan seorang diri. 5. The housewife refugee; adanya perubahan peran ibu rumah tangga karena telah
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
memiliki anak yang tidak balita lagi serta untuk membantu keuangan keluarganya. 6. The society refugee; adanya anggota masyarakat yang tidak setuju dengan kondisi lingkungan-nya biasanya akan mencoba menjalankan usaha yang tidak terikat dengan lingkungan yang ada. 7. The educational refugee; adanya kegagalan individu dalam studinya atau ketidak cocokan dengan sistem pendidikan yang ada telah membuat mereka terpacu untuk ber-wirausaha. C. Ibu Rumah Tangga Keluarga akan merupakan suatu unit terkecil dalam masyarakat yang bukan hanya berfungsi sosial budaya, tetapi juga berfungsi ekonomi. Keluarga merupakan wahana mencapai tujuan pembangunan. Hal ini menyebabkan keluarga perlu memper-siapkan diri dalam keterlibatannya sebagai agen pembangunan di sektor ekonomi produktif (Achir, 1994). Ibu rumah tangga merupakan salah satu dari anggota yang ada di sebuah rumah tangga. Keterlibatan ibu rumah tangga sebenarnya bukan merupakan sebagai tulang punggung keluarga, tetapi mereka berhak juga mendapatkan penghasilan tambahan selain penghasilan yang diperoleh dari kepala keluarga. Hal ini tidak terlepas dari salah satu peran ibu sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya (Wikipedia, 2010). Penghasilan yang diperoleh para ibu rumah tangga tidak di peroleh dengan tiba-tiba tetapi diperoleh setelah mereka memperoleh ketrampilan yang dapat menambah penghasilan keluarga. Salah satunya adalah ketrampilan membuat aksesoris dengan memanfaatkan limbah dari botol plastik. D. Produk Aksesoris Aksesori adalah benda-benda pelengkap busana yang berfungsi sebagai hiasan untuk menambah keindahan pemakainya (Triyanto, 2012, h.6). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), aksesori yaitu barang yang berfungsi sebagai pelengkap dan pemanis busana. Aksesori (atau aksesoris) adalah benda41
benda yang tidak lepas bahkan selalu dikenakan seseorang khususnya wanita untuk mendukung atau menjadi pengganti pakaian (Yuki, 2005). Aksesoris berasal dari bahasa perancis yaitu “accecories” yang mempunyai arti “pelengkap”, pengertian pelengkap disini adalah pelengkap busana. Pelengkap busana adalah kelompok benda-benda yang biasa dikenakan orang untuk melengkapi penampilannya atau melengkapi pakaian yang dikenakannya. Aksesoris yaitu benda-benda yang menambah keindahan bagi pemakai, seperti pita rambut, sirkam, bando, jepit hias, penjepit dasi, kancing manset, giwang, anting, kalung dan liontin, gelang tangan, gelang kaki, jam tangan, kaca mata, cincin, bros, mahkota. Pelengkap busana yang berfungsi menambah keserasian berbusana disebut aksesori/aksesoris (bahasa Inggris: accessory, jamak menjadi accessories). Aksesori khususnya fashion adalah merupakan produk yang dibuat sebagai pelengkap pakaian agar terlihat lebih menarik. Banyak sekali jenis aksesori fashion yang sangat bagus seperti tas tangan, topi, ikat pinggang, jam tangan, kacamata, pin, bando dan perhiasan (kalung, gelang, cincin dan anting-anting). Pemakaian aksesoris bisa memberikan kenyamanan membuat sebagian orang lebih nyaman selain itu juga bisa melengkapi pakaian yang kita kenakan.Bagi orang yang peduli dengan fashion pastinya membutuhkan pertimbangan dalam memilih perhiasan atau aksesoris untuk mendapatkan citarasa yang baik dan lebih berkesan.Selain itu, berdasarkan bentuknya maka aksesoris juga dikaitkan dengan peran gender bagi pemakainya. 1. Kalung Kalung merupakan salah satu aksesoris yang sering sekali digunakan oleh wanita serta dipakai melingkar dileher.Namun demikian, pada zaman sekarang ini banyak juga kaum lakilaki yang memakai kalung sebagai aksesoris. Kalung biasanya dibuat dengan berantai dan sebagian besar disertakan bersama liontin. Kalung juga bisa dibuat secara bervariasi dari batu, berlian, mutiara, kristal, kerang, kayu, dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. 42
2. Gelang Gelang adalah salah satu perhiasan yang digunakan pada pergelangan tangan.Gelang pada dasarnya dibuat dengan bahan-bahan berantai atau karet juga bisa disertai dengan manik-manik. Gelang juga bisa dibuat secara bervariasi dari batu, berlian, mutiara, kristal, kerang, kayu, dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. 3.
Anting Anting adalah perhiasan yang dipakai dengan cara ditindik di telinga. Istilah lain anting adalah giwang. Anting biasa dipakai oleh para wanita namun seiring berkembangnya zaman kini beberapa pria juga banyak yang memakai anting Bentuk anting harus disesuaikan dengan ukuran lingkarnya. Ukuran lingkarnya tidak lebih dari 0,5 cm. Jika diameternya yang terlalu besar, akan merepotkan. Anting bisa dibuat dari batu, berlian, mutiara, kristal, kayu, dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Sekarang banyak sekali modelmodel anting baru yang bisa disesuaikan dengan pakaian dan bahkan tidak jarang satu model hanya dimiliki oleh satu orang. 4.
Bando Bando merupakan hiasan yang diletakkan dikepala.Bando biasa dipergunakan untuk mempercantik rambut.Bando bermanfaat menahan rambut dari wajah atau mata. 5.
Jepit Rambut Sama halnya dengan bando, jepit rambut merupakan hiasan yang diletakkan dikepala.Jempit rambut biasa dipergunakan untuk mempercantik rambut.
III. BAHAN DAN METODE A. Spesifikasi Bahan Yang Dipakai 1. Bahan Utama Bahan utama yang digunakan adalah limbah botol plastik dan bahan utama untuk aksesoris.Limbah botol plastik yang digunakan dalam produk aksesoris ini botol jenis Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Polyethylene Terephthalate (PET) dan High Density Polyethylene (HDPE).Jenis botol ini hanya bisa digunakan sekali pakai, artinya jika isi kemasan ini sudah habis maka kemasan tidak dapat di isi ulang sehingga menjadi limbah dan dapat digunakan untuk pembuatan produk aksesoris ini. Karakteristik jenis botol plastik yang digunakan adalah botol plastik yang memiliki ketebalan lebih tebal daripada botol plastik khusus air mineral. Selain itu, botol plastik yang dipergunakan adalah botol plastik yang sudah ada warnanya (biru dan hijau). Hal ini dikarenakan untuk menghindari proses pewarnaan pada bahan utama. Bahan utama untuk aksesoris, antara lain : a) Bando untuk membuat bando dengan bahan plastik; b) Anting (pengait anting) untuk membuat anting, kait anting yang digunakan adalah yang cantol dengan bahan logam; c) Jepit rambut untuk membuat jepitan rambut; dan d) Rantai untuk kalung. Berikut gambar. 2. Bahan Penunjang Bahan penunjang yang digunakan, antara lain: kawat monel, pita grossgrain bermotif, kancing polong besar, kancing motif kecil, kain flanel, kain jala, dan jump ring. 3. Alat Kegiatan ini menggunakan peralatan. Kegunaan masing-masing peralatan tersebut. Pertama, Gunting untuk memotong dan merapihkan hasil potongan-potongan botol plastik.Kedua, Satu set tang yang terdiri dari,: a) Tang cucut dengan bentuk unjung lancip. Tang ini berguna untuk merangkai atau mengatupkan rantai, ring, atau paku cantol dan paku mati yang terbuka; b) Tang potong untuk memotong paku cantol dan paku mati; dan c) Tang plintir untuk melengkung-kan kawat atau paku cantol atau paku mati. Ketiga, Lem uhu untu menyatukan potonganpotongan botol plastik menjadi bentuk yang cantik dan unik. Terakhir keempat,
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
Paku payung untuk membuat lubang pada potongan botol plastik. B. Subyek Kegiatan Subyek kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga yang belum memiliki pekerjaan tetap di Rukun Warga 10 Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur. Jumlah peserta 20 (dua puluh) orang. Setiap peserta diberikan materi teori, materi praktek berikut bahan praktek, dan hadiah. Materi kegiatan meliputi teknik pembuatan 5 jenis aksesoris (bando, ris.anting, jepit rambut, gelang, dan kalung) dan pengenalan wirausaha aksesoris.Materi paktek yang diberikan sepeti bahan utama, bahan penunjang, dan peralatan. Seluruh materi praktek diberikan C. Metode Kegiatan Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu produk maka metode yang digunakan adalah Pertama, 30% teori berupa ceramah, disertai contoh-contoh dan diskusi kelompok. Kedua, 70% berupa demo dan praktek langsung berbagai macam barang produksi aksesoris (bando, jepit rambut, kalung, anting, gelang), dimana penjelasan langsung dari tim pelaksana pelatihan. D. Rancangan Pelaksanaan Program Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan. Tempat kegiatan dilakukan di Gedung Serbaguna Rukun Warga 10 Kelurahan Cipinang Besar Utara Jakarta Timur. Adapun Jadwal kegiatan sebagai berikut : No
Kegiatan 1
1. 2. 4. 5. 6.
Bulan ke2
3
Pembuatan proposal Pendataan peserta Persiapan Pelaksanaan Pembuatan Laporan
43
E. Perincian Prosedur Kerja 1. Teknik Pembuatan Langkah umum membuat produk adalah : a. Membersihkan botol; b. Membuat motif dari botol, dengan menggunakan beberapa teknik, yaitu teknik gunting, teknik sticker, teknik gambar, teknik panas, teknik panggan; c. Diselesaikan sesuai dengan jenis produknya sebagai berikut.
Anting Alat : 1. Gunting 2. Tang Kecil 3. Spidol Bahan : 1. Botol Plastik Aneka Warna 2. Kokot Anting 3. Ring aneka ukuran 4. Rantai 5. Kawat 6. Mute Aneka Warna
Kalung Alat : 1. 2. 3. 4. 5.
Gunting Lem UHU Paku pembolong Tang Kecil Spidol
Bahan : 1. Botol Plastik Aneka Warna 2. Rantai 3. Ring aneka ukuran Cara Membuat : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Buat pola hiasan pada lembaran botol plastik sesuai desain yang di inginkan. 3. Gunting sesuai pola tersebut. 4. Lakukan hal yang sama untuk beberapa bagian 5. Sisihkan semua pola yang telah di gunting. 6. Siapkan potongan botol plastik, lubangi sisinya dengan paku pembolong 7. Lakukan pelubangan potongan botol plastic sesuai desain yang di inginkan. 8. Sisihkan semua potongan yang telah di lubangi. 9. Ambil rantai lalu ambil ring ukuran sedang dan masukan pada ke dua ujung rantai 10. Ambil potongan botol plastic lalu masukan bagian yang berlubang tersebut dengan ring ukuran kecil (lakukan pada semua again botol plastic yang berlubang). 11. Untuk menyatukan potongan botol satu dengan yang lainya gunakan ring ukuran sedang. 12. Lakukan langkah terakhir sesuai desain yang telah di tentukan.
44
Cara Membuat : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Buat pola hiasan pada lembaran botol plastik sesuai desain yang di inginkan. 3. Gunting sesuai pola tersebut. 4. Lakukan hal yang sama untuk beberapa bagian 5. Sisihkan semua pola yang telah di gunting. 6. Siapkan potongan botol plastic. 7. Lubangi bagian atas potongan plastik lakukan pada setiap bagian. 8. Ambil mute dan kawat, masukan kawat kedalam mute, buat lilitan kawatspiral pada mute. 9. Ambil kokot anting, masukan ring ukuran besar lalu sambungkan dengan ring ukuran kecil. 10. Selanjutnya sambung dengan ring kecil lagi, lalu sambungkan dengan ring ukuran sedang, (lakukan sesuai desain). 11. Pada langkah terakhir masukan potongan plastic yang telah di lubangi pada ring terakhir. 12. Lalu sambungkan mute yang telah di lilitkan kawat spiral pada ring yang telah di tentukan sesuai desain. Lakukan langkah tersebut pada anting yang satunya. Gelang Alat : 1. Gunting 2. Tang Kecil 3. Spidol
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Bahan : 1. Botol Plastik Aneka Warna 2. Penjepit pita 3. Ring aneka ukuran 4. Lobster (pengait) Cara Membuat : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Buat pola hiasan pada lembaran botol plastik sesuai desain yang di inginkan. 3. Gunting sesuai pola tersebut. 4. Lakukan hal yang sama untuk beberapa bagian 5. Sisihkan semua pola yang telah di gunting. 6. Siapkan potongan botol plastik, satukan ujung lembaran potongan botol plastic dengan penjepit pita. 7. Masukan beberapa mute mute sesuai keinginan pada potongan botol plastic. 8. Lakukan langkah tersebut sesuai desain yang telah di tentukan. 9. Apabila sudah selesai, satukan ujung lembaran botol plastic dengan penjepit pita. 10. Setelah kedua sisi gelang telah selesai masukan ring kecil pada penjepit pita (lakukan di kedua sisi gelang). 11. Lalu setelah itu kaitkan pengait atau lobster pada salah satu sisi gelang dan sisi satunya lagi kaitkan dengan ring ukuran sedang. Bando Alat : 1. 2. 3. 4. 5.
Gunting Lem UHU Paku pembolong Tang Kecil Spidol
Bahan : 1. Botol Plastik Aneka Warna 2. Bando Warna- Warni 3. Pita Aneka Motif Dan Warna 4. Kancing Warna Warni 5. Kawat Nyamuk Plastik 6. Kain flanel
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
Cara Membuat : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Buat pola hiasan pada lembaran botol plastik sesuai desain yang di inginkan. 3. Gunting sesuai pola tersebut. 4. Lakukan hal yang sama untuk beberapa bagian 5. Buat pola serta gunting kawat nyamuk plastik sesuai dengan pola yang di inginkan. 6. Sisihkan semua pola yang telah di gunting. 7. Ambil bando plastic, rekatkan pita pada bando plastic menggunakan lem uhu. 8. Tandai bagian bando yang akan di hias dengan pola yang telah di buat sebelumnya. 9. Tempelkan potongan kecil kain flannel diatas bando yang telah di hias pitasebelumnya. 10. Ambil lem uhu tempelkan di atas potongan kain flanel lalu mulai menempel pola botol plastic yang telah di gunting perbagian satu persatu sesuai dengan desain yang di inginkan. Jepit Rambut Alat : 1. Gunting 2. Spidol 3. Lem UHU Bahan : 1. Botol Plastik Aneka Warna 2. Jepitan Buaya 3. Kancing Aneka Ukuran dan Warna 4. Kain Flanel 5. Kawat Nyamuk Plastik Cara Membuat : 1. Siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan. 2. Buat pola hiasan pada lembaran botol plastik sesuai desain yang di inginkan. 3. Gunting sesuai pola tersebut. 4. Lakukan hal yang sama untuk beberapa bagian 5. Sisihkan semua pola yang telah di gunting. 6. Siapkan potongan botol plastic. 7. Potong kain flanel sesuai pola jepitan buaya. 8. Ambil jepitan buaya lalu rekatkan kain flanel menggunakan lem uhu.
45
9. Lalu ambil lem uhu dan rekatkan satu persatu bagian potongan botol plastic di atas kain flannel. 10. Lalukan langkah diatas hingga terbentuk pola yang diinginkan. 11. Lalu pada bagian atas rekatkan potongan kawat nyamuk plastic lalu rekatkan juga kancing ukuran sedang dan kecil menggunakan lem uhu.
F. Evaluasi Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat kemajuan peserta selama proses kegiatan. Diakhir kegiatan disediakan 3 hadiah bagi (3) tiga peserta yang berhasil memperoleh nilai tertinggi berdasarkan kelima produk tersebut.
LEMBAR PENILAIAN PRODUK AKSESORIS DARI LIMBAH BOTOL PLASTIK PENGABDIAN PADA MASYARAKAT DI KELURAHAN CIPINANG BESAR NO
NAMA
PRODUK
PENILAIAN KREATIVITAS ESTETIKA
TOTAL
PERINGKAT
KERAPIHAN
1. BANDO 1. 2. KALUNG 1. 3. GELANG 1. 4. ANTING 1. 5. JEPITAN 1. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap produk yang terlah dibuat. Pertama, penilaian kreativitas. Kreativitas lebih ditekankan pada keterbatasan pemanfaatan limbah dan bahan pendukung yang digunakan sebagai model produk aksesoris yang dibuat Kedua, estetika. Estetika adalah satu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut keindahan. Estetika lebih dilihat pada keindahaan produk aksesoris yang dihasilkan. Ketiga, kerapihan. Kerapihan dilihat dari hasil produk khususnya terhadap hasil pemotongan limbah botol.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan dihadiri oleh ibu-ibu PKK RW.010. Kelurahan Cipinang Besar Utara, Sekretaris, dan wakil dari Lembaga Pengabdian Masyarakat UNJ (Ibu Marni Lestari). Adapun 46
acara kegiatan dilaksanakan selama 2 hari sebagai berikut. Pertama, pembukaan oleh Sekretaris RW.010 kemudian dilanjutkan laporan dari Ketua Kegiatan sekaligus penjelasan pelatihan dan pembagian bahan praktek dan contoh model produk. Kedua, kegiatan pelatihan. Berikut hasil dokumentasi kegiatan Hasil kegiatan berupa produk aksesoris dengan 1 (satu) model untuk bando, anting, jepit rambut, gelang, dan kalung. Model yang dipilih adalah model sederhana yang lebih mudah dibuat.
KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan ini menghasilkan beberapa produk aksesoris seperti bando, kalung, gelang, anting, serta jepit rambut. Produk ini merupakan hasil kreativitas ibu-ibu PKK RW. 010 Kelurahan Cipinang Besar Utara. Latihan ini diperlukan, untuk menghasilkan produk yang menghasilkan nilai ekonomis lebih baik.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Kegiatan ini telah memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang pembuatan produk dengan memanfaatkan limbah botol plastik menjadi produk yang lebih berguna. Dengan demikian, kegiatan ini akan dapat mengurangi volume sampah sekaligus meningkatkan penghasilan keluarga. Penghasilan keluarga meningkat maka keluarga dapat dikatakan sejahtera serta otomatis akan meningkatkan kesejahteraan negara. Keluarga yang menginginkan penghasilan keluarganya meningkat akan memilih kegiatan wirausaha. Dukungan dari lembaga pendidikan sangat diperlukan agar kegiatan wirausaha berkesinambungan khususnya ketrampilan dan teknologi tepat guna dalam memanfaatkan limbah botol plastik.
[2]
[3]
[4]
[5]
[6] DAFTAR PUSTAKA [1] ----Berita 86. 2010. Aneka Souvenir Cantik Dari Limbah Botol Air Mineral.
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
Diunduh dari http://www.berita86. com/2010/03/aneka-souvenir-cantikdari-limbah-botol.html -----Milchop. 2014. Diunduh dari http://www.milchop.com/info/fashiontrends-and-styles/apa-itu-eco-fashion/. Lupiyoadi, Rambat. 2004. Entrepreneurship from mindset to strategy, Edisi Kedua. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sukardi, Iman S. 1991. Intervensi terencana faktor-faktor lingkungan terhadap pembentukan sifat-sifat entrepreneur. Disertasi Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia. Jakarta. Wikipedia. 2010. Keluarga. Tersedia pada http://id.wikipedia.org/ wiki/Keluarga. Diakses pada 27 maret 2014 W.J.S. Poewardaminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 2. Jakarta: Departemen Pendidikan Indonesia, 2008.
47
PELATIHAN PEMBUATAN MINUMAN REMPAH SERBUK BAGI TUTOR DAN PENGELOLA PUSAT KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (PKBM) DI KECAMATAN KRAMAT JATI, JAKARTA
Alsuhendra1), Ridawati2) Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola dan tutor PKBM di Kecamatan Kramat Jati Jakarta dalam mengolah rempah asal Indonesia menjadi minuman bubuk. Kegiatan dilaksanakan di PAUD Permata Bunda Jakarta Timur dengan melibatkan 23 orang sasaran. Pada kegiatan ini digunakan metode penyuluhan interaktif dan demonstrasi. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan sasaran tentang rempah-rempah serta pengolahannya menjadi minuman bubuk. Sasaran juga tertarik untuk mengonsumsi dan memproduksi sendiri minuman rempah yang didemonstrasikan, yaitu minuman jahe bubuk, serta mau menyampaikan pengetahuan yang diperoleh kepada orang lain. Kata Kunci: rempah, jahe, minuman bubuk, tutor, PKBM
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal untuk melakasanakan pembelajaran berbagai macam pengetahuan dan keterampilanbagi masyarakat.Kegiatan pembelajaran di PKBM dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi masyarakat untuk dapat meningkatan kualitas dirinya dengan memanfaatan sarana dan prasarana yang ada dalam masyarakat. Di wilayah DKI Jakarta, jumlah PKBM yang masih aktif menyelenggarakan kegiatan pem-belajaran cukup banyak. Salah satu di antaranya adalah PKBM yang berada di Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur. Penyelenggaraan kegiatan pem-belajaran di setiap PKBM didukung oleh sejumlah tenaga tutor. Tutor merupakan tenaga pengajar di
48
PKBM yang berperan sebagai pembimbing, pelatih, atau pendidik warga belajar. Seorang tutor harus memiliki kemampuan atau keterampilan sesuai dengan yang dibutuhkan PKBM. Untuk meningkatkan kompetensinya, tutor dapat mengikuti sejumlah kegiatan pelatihan, baik yang diadakan oleh Suku Dinas Pendidikan Non Formal Informal (PNFI) atau lembaga lainnya. Biasanya seorang tutor akan dilatih tentang pembuatan silabus, RPP,atau sistem pembelajaran efektif. Tutor memiliki peran yang sangat penting dalam proses diseminasi ilmu pengetahuan dan teknologi kepada warga belajar, baik dalam bidang yang diajarkan maupun bidang lainnya. Karena berperan sebagai agen peubah, tutor sebenarnya dapat dimanfaatkan pula dalam proses transfer teknologi sederhana kepada warga belajar, terutama teknologi tepat guna yang dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari. Salah satu contoh teknologi sederhana yang
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
dapat ditransfer oleh tutor kepada warga belajar adalah teknologi pengolahan produk makanan atau minuman. Proses transfer teknologi oleh tutor kepada warga belajar dapat dilakukan apabila seorang tutor telah menguasai teknologi tersebut. Karena itu, penting bagi seorang tutor untuk mengikuti sejumlah pelatihan di luar bidang kependidikan, seperti pelatihan dalam bidang boga. Salah satu teknologi sederhana dalam bidang boga yang dapat ditransfer kepada para tutor dan pengelola PKBM di Kecamatan Kramat Jati adalah teknologi pengolahan rempah-rempah menjadi produk minuman bubuk. Minuman rempah bubuk merupakan jenis minuman yang disukai masyarakat karena selain memiliki rasa yang khas, minuman rempah juga mengandung senyawa atau komponen fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan dan kesegaran tubuh. Jenis rempah yang banyak digunakan sebagai bahan baku minuman adalah jahe. Umumnya masyarakat mengonsumsi minuman rempah yang dijual dalam kemasan dan diproduksi oleh produsen besar atau minuman rempah yang diproduksi oleh industri kecil menengah atau usaha rumah tangga. Permintaan masyarakat terhadap minuman rempah sangat tinggi mengingat minuman tersebut sangat praktis dan siap untuk dikonsumsi. Sebenarnya, teknologi pengolahan minuman rempah relatif sederhana dan dapat dilakukan oleh masyarakat dengan mudah. Namun, tidak semua masyarakat mampu mengolah rempah-rempah menjadi minuman karena adanya keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Hal yang sama juga dijumpai pada masyarakat yang menjadi tutor dan pengelola PKBM di Kecamatan Kramat Jati serta masyarakat yang ada di lingkungan PKBM. Melalui pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, diharapkan pengelola dan masyarakat yang ada di sekitar PKBM memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah minuman rempah bubuk, sehingga selanjutnya dapat digunakan sebagai salah satu alternatif sumber pendapatan.
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
B. Permasalahan Mitra Tutor dan pengelola PKBM Kecamatan Kramat Jati umumnya merupakan masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, terutama tutor dengan status swasta. Pendapatan tutor di PKBMberkisar antara Rp 300-350 ribu per bulan. Tutor atau pengelola yang berstatus pegawai negeri memiliki tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi, meskipun hanya sesuai standar pegawai negeri. Berdasarkan hal tersebut, maka beberapa masalah pada tutor dan pengelola PKBM di Kecamatan Kramat Jati adalah sebagai berikut : 1) Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat yang berperan sebagai tutor dan pengelola PKBM 2) Kurangnya upaya peningkatan pendapatan masyarakat pengelola dan tutor PKBM karena tidak adanya alternatif kegiatan bisnis yang dikembangkan oleh pengelola PKBM dengan melibatkan tutor dan pengelola 3) Terbatasnya tingkat pengetahuan dan penguasaan keterampilan tutor dan pengelola PKBM, khususnya dalam bidang boga 4) Terbatasnya modal masyarakat untuk mengembangkan teknologi pengolahan produk makanan atau minuman 5) Kurangnya inisiatif masyarakat dan pemerintah daerah untuk melakukan diversifikasi produk olahan makanan atau minuman. C. Solusi yang Ditawarkan Ada 3 solusi yang dilakukan pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini untuk memecahkan masalah tersebut, yaitu: 1. Peningkatan pengetahuan masyarakat pengelola dan tutir PKBM tentang manfaat rempah-rempah. 2. Peningkatan keterampilan masyarakat pengelola dan tutir PKBM dalam mengolah rempah asal Indonesia, khususnya jahe, menjadi produk minuman bubuk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 3. Pemberian motivasi kepada masyarakat pengelola dan tutir PKBM agar dapat membentuk dan mengembangkan unit bisnis di PKBM, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga. Untuk mewujudkan 3 solusi yang ditawarkan di atas, kegiatan berikut telah dilaksanakan 49
dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, yaitu: 1. Melakukan koordinasi dengan penilik, pengelola, dan tutor PKBM di Kecamatan Kramat Jati guna mendapatkan izin pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di tempat tersebut. 2. Melaksanakan kegiatan penyuluhan tentang berbagai manfaat dan bentuk olahan rempahrempah. 3. Melaksanakan transfer teknologi pengolahan rempah menjadi minuman bubuk yang memiliki nilai ekonomi tinggi melalui kegiatan praktik pembuatan produk. Sasaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah orang dewasa. Karena itu, pendekatan yang digunakan dalam melaksanakan seluruh kegiatan adalah pendekatan andragogi, yaitu pendekatan pembelajaran bagi orang dewasa. Metode yang sesuai untuk diterapkan adalah diskusi interaktif dan demonstrasi. D. Luaran Setelah mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam mengolah rempah-rempah menjadi produk minuman bubuk yang selanjutnya berdampak pada peningkatan taraf ekonomi dan kesejahteraannya.
II. MATERI DAN METODE A. Tempat dan Waktu Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di UNJ dari bulan Juni hingga Nopember 2014. Pelatihan pembuatan minuman jahe bubuk dilaksanakan di PAUD Permata Bunda Jakarta Timur pada tanggal 10 Agustus 2014. B. Khalayak Sasaran Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan sekitar 23 orang pengelola dan tutor PAUD Permata Bunda yang menjadi sasaran kegiatan.
50
C. Metode Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah penyuluhan interaktif dan demonstrasi. Langkah-langkah yang diambil dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada Gambar 1. Untuk mengetahui perubahan tingkat pengetahuan sasaran sebelum dan setelah mendapatkan penyuluhan serta penerimaan sasaran terhadap produk yang telah didemonstrasikan, maka dilakukan evaluasi dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada sasaran dalam bentuk angket. Identifikasi peserta/sasaran
Penyiapan narasumber
Pelaksanaan pelatihan
Evaluasi pelaksanaan pelatihan Gambar 1. Langkah-langkah Pelaksanaan Kegiatan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Pengetahuan Pengelola dan Tutor Sebelum penyuluhan diberikan, terlebih dahulu dilakukan penilaian tingkat pengetahuan sasaran tentang materi yang akan diberikan melalui pengisian instrumen pre-test. Penilaian dilakukan dengan menggunakan angket yang berisi 8 pertanyaan seputar materi. Setelah diberikan penyuluhan, kepada sasaran ditanyakan kembali 8 pertanyaan yang sama (post-test) guna mengetahui tingkat keterserapan materi peyuluhan oleh sasaran. Pembahasan terhadap data pre- dan post-test disajikan di bawah ini.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Persentase (%)
Rempah-rempah asli Indonesia dapat diolah menjadi bumbu masak, obat-obatan, kosmetik, atau makanan/minuman. Hal ini diakui oleh 91.3% sasaran pada waktu dilakukan pre-test yang menyatakan bahwa rempah-rempah, seperti jahe, tidak hanya digunakan sebagai bumbu saja. Setelah diberikan pemahaman tentang manfaat rempah, hasil penilaian pada saat post-test menunjukkan adanya peningkatan persentase sasaran yang dapat memberikan jawaban yang tepat bahwa rempah-rempah dapat digunakan untuk berbagai keperluan lain selain sebagai bumbu masak (Gambar 2). Jahe merupakan salah satu jenis rempah asli Indonesia yang banyak dimanfaatkan atau dikonsumsi setiap hari. Secara kimia jahe mengandung berbagai senyawa yang dapat memberikan manfaat bagi tubuh. Hampir semua sasaran (95.7%), baik pada saat pre- maupun post-test, menyatakan bahwa jahe yang sering dikonsumsi masyarakat Indonesia berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Gambar 2).
Gambar 2.
96.0 95.0 94.0 93.0 92.0 91.0 90.0 89.0
Pre-Test
Rempah hanya untuk bumbu 91.3
Meningkat kan daya tahan tubuh 95.7
Post-Test
95.7
95.7
Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat tentang Manfaat Rempah
Ketika ditanyakan kepada sasaran pada saat pre-test tentang jenis-jenis jahe yang dapat digunakan sebagai bahan baku minuman jahe bubuk, sebanyak 69.6% sasaran menyatakan bahwa minuman jahe bubuk dapat dibuat dari segala jenis jahe, termasuk jahe bubuk. Namun, setelah diberi penyuluhan tentang jenis bahan baku jahe yang dapat diolah menjadi minuman jahe bubuk, jawaban sasaran pada waktu dilakukan post-test memperlihatkan adanya peningkatan persentase sasaran yang dapat memberikan jawaban tepat, yaitu menjadi 91.3%. Ini menunjukkan bahwa pemberian penyuluhan dapat memperbaiki tingkat pengetahuan dan pemahaman sasaran tentang jenis jahe yang dapat diolah menjadi minuman bubuk. Minuman jahe, seperti wedang jahe, dapat diminum kapan saja tanpa adanya pembatasan waktu tertentu. Sebanyak 91.3% sasaran menyatakan ketika dilakukan pre-test bahwa minuman jahe bubuk tidak hanya dilakukan pada malam hari, tetapi juga pada pagi, siang atau sore hari. Pada saat post-test, persente sasaran yang memberikan jawaban bahwa jahe dapat diminum kapan saja menjadi meningkat, yaitu 100%. Memang, ketika penyuluhan telah disampaikan bahwa minuman jahe merupakan jenis minuman yang memberikan banyak manfaat dan dapat dikonsumsi setiap waktu.
Persentase (%)
1. Manfaat Rempah-Rempah
100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
Pre-Test
69.6
Hanya boleh diminum malam hari saja 91.3
Post-Test
91.3
100.0
2. Produk Minuman Jahe Bubuk Berbagai percobaan dan penelitian memperlihatkan bahwa jahe dapat diolah menjadi produk olahan, baik makanan atau minuman, seperti manisan jahe, pikel jahe, permen jahe, wedang jahe, bubuk jahe instan, dan lain-lain. Jenis jahe yang dapat diolah untuk berbagai jenis makanan dan minuman tersebut bermacam-macam, seperti jahe emprit, jahe merah, dan jahe gajah.
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
Gambar 3.
Dapat dibuat dari semua jenis jahe
Sebaran Sasaran berdasarkan Pengetahuan tentang Produk Minuman Jahe
3. Anjuran Mengonsumsi Minuman Jahe Selain dapat dibuat dari semua jenis jahe, minuman jahe juga dapat dibuat dengan 51
Persentase (%)
100.0 95.0 90.0 85.0 80.0 75.0
Pre-Test
Tidak boleh diminum oleh anakanak 91.3
Post-Test
95.7
95.7
Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat tentang Konsumsi Minuman Jahe
4. Kandungan Jahe Secara kimia jahe bukanlah bahan makanan yang mengandung zat gizi tinggi, seperti protein. Meskipun demikian, jahe mengandung 52
100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
Jahe kaya protein
Pre-Test
56.5
Jahe mengand ung antioksid an 82.6
Post-Test
73.9
100.0
Gambar 5. Sebaran Sasaran berdasarkan Pengetahuan tentang Kandungan Jahe Tidak boleh dicampur dengan bahan lain 82.6
Gambar 4.
komponen fungsional yang banyak manfaatnya bagi kesehatan. Berbagai senyawa volatil yang terdapat di dalam minyak atsiri dan oleoresin jahe berkhasiat dalam mencegah berbagai penyakit degeneratif, seperti jantung koroner. Hasil pengamatan pada saat pre-test menunjukkan bahwa persentase sasaran yang menyatakan jahe bukanlah sumber protein adalah sebanyak 56.5%, sedangkan setelah diberikan penyuluhan, persentase sasaran yang menyatakan hal sama meningkat menjadi 73.9% (Gambar 5.) Pada Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa penyuluhan juga dapat memberikan pemahaman kepada pengelola dan tutor bahwa jahe mengandung antioksidan, sehingga dapat mencegah penyakit jantung. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan persentase sasaran yang menyatakan hal demikian, yaitu 82.6% pada saat pre-test menjadi 100% pada saat post-test.
Persentase (%)
campuran bahan lain, seperti rempah-rempah, daun jeruk, kopi, teh, coklat, dan sebagainya. Menurut 82.6% sasaran pada saat pre-test, minuman jahe dapat dicampur dengan bahan lain karena dapat memberikan efek meningkatkan dari khasiat jahe. Peningkatan persentase sasaran yang menyatakan hal demikian semakin meningkat pada saat post-test, yaitu menjadi 95.7%. Menurut sasaran pada waktu penilaian post-test, pencampuran jahe dengan bahan lain dalam pengolahan minuman jahe, selain dapat meningkatkan cita rasa dari minuman jahe, juga dapat meningkatkan manfaat positif yang dapat diambil oleh tubuh. Sebagai contoh adalah pencampuran jahe dengan kayu manis dalam pembuatan minuman dapat memberikan manfaat yang baik bagi tubuh karena kayu manis juga mengandung komponen kimia yang bermanfaat bagi tubuh. Meskipun memiliki rasa pedas yang kuat, minuman jahe sebenarnya dapat dikonsumsi oleh siapa saja, baik anak-anak maupun orang tua. Sebagian besar sasaran menyatakan bahwa minuman jahe boleh diminum oleh anak-anak, baik pada saat pre-test maupun post-test. Ini menunjukkan bahwa para pengelola dan tutor PKBM yang menjadi sasaran pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah mengetahui tentang tidak adanya batasan bagi anak-anak dalam mengonsumsi minuman jahe.
B. Tingkat Pengetahuan tentang Minuman Jahe Bubuk Pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, jenis rempah yang diolah menjadi minuman bubuk adalah jahe emprit. Proses pembuatan minuman jahe dijelaskan dengan menggunakan metode demonstrasi yang didahului oleh penjelasan tentang prosedur pembuatannya. Minuman jahe bubuk yang dihasilkan selanjutnya diberikan kepada seluruh sasaran untuk dicicipi dan dinilai secara organoleptik. Kepada sasaran juga ditanyakan responnya Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
terhadap minuman jahe bubuk yang dihasilkan dengan menggunakan angket yang berisi 10 pertanyaan.Penjelasan untuk jawaban sasaran terhadap angket tersebut dapat dilihat berikut ini. a. Konsumsi dan Produksi Minuman Jahe Bubuk Ada 5 pertanyaan yang diajukan kepada para pengelola dan tutor PKBM berkaitan dengan konsumsi dan produksi minuman jahe bubuk. Respon dari sasaran terhadap kelima pertanyaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
95.7 100.0
87.0
90.0
73.9
78.3
Persentase (%)
80.0
65.2
70.0 60.0 50.0
34.8
40.0 30.0 20.0
26.1
21.7
13.0 4.3
10.0 0.0
Ya
Tidak
Gambar 6. Sebaran Sasaran berdasarkan Respon terhadap Pertanyaan tentang Konsumsi dan Produksi Minuman Jahe Bubuk
Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa sebanyak 87% sasaran pernah mengonsumsi minuman jahe bubuk dan hanya 13% yang belum pernah mengonsumsinya. Hal ini menunjukkan masih ada masyarakat yang tinggal di daerah ibukota Jakarta belum pernah mengonsumsi minuman jahe bubuk.Dari total 23 orang sasaran yang mengikuti pelatihan, sebanyak 95.7% di antaranya menyukai minuman jahe bubuk. Umumnya para pengelola dan tutor PKBM yang mengikuti pelatihan belum bernah membuat minuman rempah bubuk, termasuk jahe bubuk. Ini dapat dilihat dari jawaban sasaran yang menunjukkan hanya 26.1% saja di antara mereka yang pernah membuat minuman jahe bubuk, sedangkan sebagian besar lainnya (73.9%) belum pernah membuatnya. Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
Para pengelola dan tutor yang belum pernah membuat minuman jahe bubuk menyatakan bahwa proses pembuatan minuman bubuk, sebagaimana yang banyak dijual di pasar, relatif sulit. Keadaan ini menyebabkan para pengelola dan tutor PKBM lebih banyak membeli minuman jahe bubuk kemasan yang dijual di pasar karena lebih praktis. Selain dibuat dalam bentuk plain (tanpa campuran atau tambahan bahan lain), minuman jahe yang dijual di pasar sudah banyak yang dicampur atau dikombinasikan dengan rempah atau bahan lain, seperti kayu manis atau susu. Sebanyak 78.3% sasaran mengetahui adanya produk minuman jahe kombinasi tersebut, sedangkan sisanya (21.7%) tidak mengetahuinya. Sebagian (34.8%) di antara pengelola dan tutor yang mengetahui adanya minuman jahe kombinasi bahkan pernah membuat minuman jahe bubuk yang dicampur dengan bahan lain, meskipun campuran yang dimaksud adalah campuran minuman jahe komersial yang dibeli di pasar dengan bahan lain yang dimiliki di rumah. Dari data ini dapat diketahui bahwa para pengelola dan tutor sebenarnya pernah mencoba menciptakan variasi dari minuman jahe. 2. Tingkat Penerimaan Minuman Jahe Bubuk Minuman jahe bubuk yang dibuat pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah minuman jahe yang dikombinasi dengan rempah lain, yaitu sereh. Minuman tersebut dapat dikonsumsi langsung oleh para peserta pelatihan karena proses pengolahannya relatif cepat dan tidak sulit. Minuman yang dikonsumsi peserta selanjutnya dinilai sendiri oleh peserta secara indrawi atau berdasarkan tingkat penerimaan oleh organ tubuh.Ada 3 aspek yang dinilai dari minuman jahe bubuk, yaitu rasa, warna, dan aroma. Hasil penilaian peserta pelatihan, seperti disajikan pada Gambar 7, menunjukkan bahwa sebanyak 91.3% peserta menyukai rasa dari minuman jahe bubuk, sedangkan yang tidak menyukai adalah sebanyak 8.7%. Rasa dari minuman jahe bubuk disukai oleh 95.7% peserta 53
Persentase (%)
100.0
100.0
95.7
91.3
80.0 60.0 40.0 20.0
8.7
4.3
0.0
Menyukai rasa
Menyukai warna
Menyukai aroma
0.0
Ya
Tidak
Gambar 7. Sebaran Sasaran berdasarkan Tingkat Penerimaan terhadap Minuman Jahe Bubuk 3. Tindak Lanjut Setelah menyaksikan demonstrasi pembuatan minuman jahe bubuk serta mencicipi produk minuman jahe yang telah dibuat, kepada para peserta pelatihan ditanyakan 4 butir pertanyaan yang berkaitan dengan tindak lanjut dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Seluruh (100%) peserta menyatakan bahwa kegiatan pelatihan pembuatan minuman jahe bubuk akan ditindaklanjuti dengan keinginannya untuk membuat sendiri minuman jahe bubuk, setidaknya untuk kebutuhan keluarga. Adanya keinginan untuk membuat sendiri minuman jahe bubuk tersebut didasarkan pada mudahnya proses pembuatan minuman tersebut. Ini ditunjukkan oleh jawaban seluruh (100%) sasaran yang menyatakan proses pembuatan minuman jahe bubuk tidak sulit. Selain menilai rasa, warna, dan aroma minuman jahe bubul secara indrawi, para peserta pelatihan diminta pula untuk menilai kelayakan dari produk yang sudah dibuat untuk dijual di pasar. Data hasil penilaian peserta pelatihan menunjukkan bahwa seluruh (100%) peserta pelatihan menyatakan minuman yang dihasilkan sangat layak untuk dijual, bahkan dalam aspek tertentu, seperti aroma, minuman tersebut lebih 54
baik kualitasnya jika dibandingkan dengan minuman yang dijual di pasar. Peserta pelatihan yang terdiri dari pengelola dan tutor PKBM diharapkan dapat menjadi media untuk menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh pada pelatihan ini. Karena itu, kepada para peserta ditanyakan pula kesediaannya untuk dapat menyampaikan pengetahuan dan keterampilan cara pengolahan jahe bubuk kepada orang lain. Hampir semua (95.7%) menyatakan bersedia untuk menyampaikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh kepada orang lain, khususnya kepada peserta didik dan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Meskipun ada 4.3% sasaran lainnya yang belum bersedia menyampaikannya kepada orang lain, hal ini ternyata lebih disebabkan karena sasaran tersebut terlebih dahulu ingin mencoba membuatnya sendiri di rumah hingga menguasai keterampilan membuat minuman jahe bubuk tersebut secara lengkap. 100.0
100.0
100.0 95.7
100.0 90.0 80.0 70.0
Persentase (%)
dan hanya 4.3% peserta saja yang tidak menyukainya.Sementara itu, aroma dari minuman jahe bubuk disukai oleh seluruh (100%) peserta pelatihan, karena aroma minuman yang tercium oleh peserta adalah wangi khas jahe dengan kombinasi aroma sereh.
60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0
4.3 0.0
0.0
0.0
0.0 Mau membuat minuman jahe bubuk
Proses pembuatan minuman jahe sulit
Ya
Minuman jahe bubuk layak jual
Mau menyampaikan pengetahuan ke orang lain
Tidak
Gambar 8. Sebaran sasaran berdasarkan tindak lanjut yang dilakukan sasaran setelah mengikuti pelatihan Secara umum kegiatan pengabdian kepada masyaraka ini telah dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sasaran dalam mengolah rempah, khususnya jahe, menjadi minuman bubuk. Hal ini dapat dilihat dari hasil pre-test dan post-test serta respon sasaran setelah mengikuti pelatihan. Meskipun begitu, masih ada beberapa kendala yang dijumpai pada pelaksanaan kegiatan ini, di antaranya adalah: Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
1. Terbatasnya dana untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, sehingga jumlah bahan baku dan alat yang digunakan untuk pelatihan juga menjadi terbatas. Hal ini mengakibatkan kegiatan ini hanya dilakukan dalam bentuk demonstrasi dan bukan dalam bentuk praktik sendiri oleh setiap peserta. 2. Keterbatasan dana kegiatan juga berdampak pada terbatasnya jumlah peserta yang dibolehkan mengikuti kegiatan. 3. Belum ada proses monitoring terhadap perkembangan pengelola dan tutor yang menjadi peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai dilakukan.Hal ini disebabkan oleh tidak adanya alokasi dana dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini untuk proses monitoring pasca pelaksanaan kegiatan.
dan perubahan pada pengetahuan, sikap, dan keterampilan sasaran. b. Agar sasaran dari peserta pelatihan dapat mengembangkan hasil pelatihan menjadi sebuah usaha yang menguntungkan secara finansial, maka perlu dilakukan pembinaan lanjutan oleh UNJ dalam hal pengembangan wirausaha bagi sasaransasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang berminat untuk membangun sebuah wirausaha.
DAFTAR PUSTAKA [1] Guenther, E. 1949.The Essential Oils: Individual Essential Oils of The Plant Families Rutaceae and Labiatae(2nd ed.). Van Nostrand Company, Inc., Canada. [2] Hemani dan E. Mulyono. 1997.Pengolahan dan Penganekaragaman Hasil. Monograf Jahe No. 3, Balittro, Bogor.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan penyuluhan ini adalah: a. Kegiatan pelatihan pembuatan minuman rempah bubuk bagi pengelola dan tutor PKBM di Kramat Jati Jakarta Timur dapat meningkatkan pengetahuan sasaran dalam mengolah rempah menjadi minuman yang layak jual. b. Kegiatan pelatihan dapat mengubah sikap dan keterampilan sasaran dalam memanfaatkan rempah-rempah menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
[4] Nursal W., S. dan S. Wilda. 2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber officinale Roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Jurnal Biogenesis2(2): 64-66.
2. Saran Saran yang dapat diberikan dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan sasaran adalah: a. Perlu dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat secara bertahap dan berkelanjutan kepada sasaran yang sama, sehingga dapat diketahui perkembangan
[5] Prasetyo, S. dan A.S. Cantawinata. 2010. Pengaruh Temperatur, Rasio Bubuk Jahe Kering dengan Etanol, dan Ukuran Bubuk Jahe Kering terhadap Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Roscoe). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses,Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang,4-5 Agustus 2010.
Jurnal Sarwahita Vol 11 No. 2
[3] Khirzuddin, M. 1991. Karakteristik Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale Roscoe). Fateta IPB, Bogor.
55
PEMBERDAYAAN IBU-IBU DI BABAKAN MADANNG SENTUL DENGAN PELATIHAN MEMBUAT PRODUK JUMPUTAN Harsuyanti Lubis1), Revrina Sukma Agusti2), Dewi Suliyanthini3) Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) adalah salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi yang wajib dilaksanakan oleh setiap dosen. Pelaksanaan pengabdian yang berupa pelatihan pembuatan produk jumputan dikarenakan adanya kesenjangan antara penduduk perumahan dan para ibu-ibu yang bertempat tinggal di perkampungan Desa Cipambuan Babakan Madang Sentul yang mana pada umumnya para penduduk hanya bertani singkong dan buruh pengupas singkong. Pelatihan pembuatan produk jumputan pada kain kerudung dan baju kaos, memberikan motivasi dan kreativitas pada para ibu-ibu di Babakan Madang Sentul, panen singkong dan buruh singkong tidak setiap hari dilakukan, sehingga dalam waktu luangnya mereka dapat mengisi kegiatan kosong dengan membuat produk yang bermanfaat dan memberikan keteranpilan baru bagi para ibu-ibu, yang juga diharaapkan membuka peluang usaha dibidang lain.. Hasil yang diperoleh berupa produk jumputan berupa baju kaos bermotif pelangi dan kain jilbab bermotif pelangi dengan corak warna yang beragam, memberikan semangat dan motivasi para ibu-ibu lebih giat lagi berkreatifitas. . Key word : jumputan, kain pelangi I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi “Sentul City” berimage kan kompleks perumahan elite dengan bentuk rumah yang mewah besar indah dan tentunya harga jual tinggi, dengan penghuni yang sangat glamour. Namun ada hal yang dilupakan, perbatasan dengan kompleks perumahan elite ini terdapat perkampungan desa Babakan Madang Sentul yang penduduknya masih sangat sederhana, umumnya penduduk asli perkampungan sentul ini hanya bertani singkong dan buruh pengupas singkong. Dengan perebedaan kesenjangan sosial ini, timbul Gap atau kesenjangan perbedaan sosial ekonomi 56
kehidupan antara penduduk asli perkampungan Sentul dengan penduduk kompleks perumahan. Oleh karena itu kami tim Pengabdian pada Masyarakat ingin memberikan sentuhan keterampilan, pengetahuan agar para penduduk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang dapat dijadikan mereka sebagai penghasilan tambahan guna kelangsungan kehidupan penduduk Babakan Madang Sentul. Kebanyakan para ibu-ibu pendudukan Desa Cipambuan Babakan Madang Sentul City bekerja sebagai pengupas singkong, yang jika panen para penduduk mengupas dan membuat pakan, kemudian menjual hasil panen singkong
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
tersebut dengan dijual perkilo (Kg) hanya Rp. 1.000,- (seribu rupiah). Sebagian dari para penduduk hanya menjadi buruh kuli pengupas singkong, dimana upah buruh pengupas hanya Rp 250,- (Dua Ratus lima puluh Rupiah)/Kg. rata-rata para buruh mengupas dari jam 9.00 sampai jam 14.00 sebanyak 10kg singkong . Dari hasil analisa tersebut diatas, kami team pengabdian masyarakat Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Jakarta, merasa perlu dan terdorong unttuk memberikan pelatihan kepada para ibu-ibu untuk memberikan kegiatan diwaktu luangnya, sebagai penghasilan tambahan agar mendapatkan income tambahan diluar pekerjaan utamanya sebagai pengupas singkong Kegiatan membuat produk jumputan selain produk yang dihasilkan dapat digunakan sendiri juga keterampilan membuat jumputan ini dapat mereka lanjutkan untuk membuat produk lain dengan tambahan kreativitas dan kemandirian usaha. Proses pembuatan jumputan pun tidak begitu sulit untuk para ibu-ibu melakukannya, hanya dengan mengikat dengan kuat kain dengan tali rafia dan pewarnaan akan menghasilkan kain yang sebelumnya berwarna putih, setelah proses pencelupan dan membuka talinya, kain akan berwarna pelangi . Oleh karena itu Perumusan Pengabdian ini adalah : “Apakah dengan memberikan program pelatihan pembuatan produk jumputan dapat memberikan manfaat keterampilan, mengisi waktu luang dengan kegiatan positif dan memberikan tamabahan income bagi para ibu-ibu di Babakan Madang Sentul?” B. Keterkaitan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) merupakan salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan oleh
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
para dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pelaksanaan P2M ini dilakuukan oleh dosen IKK – FT – INJ bekerjasama dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) – UNJ. Yang mana dosen Tata Busana memiliki kemampauan memberikan pelatihan, bimbingan, pengetahuan dan keterampilan membuat produk jumputan. Warga desa Cipambuan Babakan Madang Sentul khususnya para ibu-ibu di Sentul sangat membutuhkan program-program pelatihan keterampilan yang bermanfaat dan menciptakan wirausaha, lapangan pekerjaan guna menambah penghasilan warga desa Cipambuan Babakan Madang Sentul. Keterkaitan ini sangatlah bermanfaat bagi warga Babakan Madang dan pengabdian Tri Dharma bagi dosen IKK-FT juga LPM – UNJ sebagai wadah yang menaungi, menyebarkan pengetahuan keterampilan, kegiatan Pengabdian pada Masyarakat
II. TINJUAN PUSTAKA Jumputan (tie-dye) adalah kain yang dibuat dengan teknik ikat celup atau seni mengikat dengan memberikan warna pada kain, dalam bahasa Afrika disebut dengan nama adire, sedangkan dalam bahasa India disebut dengan nama badhana dan dalam bahasa Jepang disebut shibori. Kata-kata itu telah digunakan selama berabad-abad untuk menggambarkan cara membuat desain pada kain yang disebut jumputan atau seni ubar ikat. Dalam proses ini kain dijumput pada beberapa bagian tertentu, diikat dengan tali karet, lalu dicelup dalam larutan zat warna kain. Kain akan menyerap zat warna kecuali bagian-bagian yang diikat. Dengan demikian terbentuklah pola-pola seperti yang diinginkan. Jumputan merupakan salah satu cara untuk mencegah terserapnya zat warna oleh
57
bagian-bagian yang diikat. Cara-cara lain untuk menghindari terserapnya zat warna adalah dengan menggunakan lilin, balok kayu, setiksetik jahitan, yang pada prinsipnya adalah bagian kain yang tertutupi tidak akan terkena zat warna. Setelah dicelup, tali-tali dibuka kemudian pada bagian tengah-tengah dari warnawarna putih bekas ikatan tali diberi warna dengan dicoletkan, maka terjadilah kain yang indah. Suatu ciri dari pada kain ini adalah bahwa batas antara warna dasar dan putih tidak merupakan suatu garis melainkan suatu garis yang menggelombang yang memiliki nilai seni yang tinggi dan indah sekali. Motif dengan teknik seni jumput ini berasal dari Timur Jauh, mungkin sejak 3000 tahun sebelum masehi. Orang Roma salah satu bangsa pertama yang mengimpor kain dari Timur, terpesona oleh cara mewarnai kain katun India dan kain sutera halus Cina. Meskipun teknik ikat tersebut tampaknya rumit, namun lambat laun teknik ikat ini digunakan juga du dua negara yang sangat berjauhan, yakni Cina dan Peru. Banyak ahli berpendapat bahwa seni ikat jumput ditemukan secara terpisah diberbagai belahan dunia. Di India, Cina, Jepang, Amerika Selatan dan Afrika, banyak orang desa yang masih mempunyai tempat khusus untuk teknik jumputan kain. Ditempat-tempat inilah para pembuat kain jumput berkumpul, dikelilingi bak-bak pencelupan Bak pencelupan ini bervariasi besarnya bergantung pada besar kecilnya kain jumput, dan berisi zat warna yang warna-warni cemerlang. Beberapa kain ikatan yang telah diikat dan dicelup dalam larutan zat warna kain, kemudian dibilas di dalam air sungai dan dibentangkan agar kering. Ada kain yang diikatkan dan dicelup
58
sampai delapan kali, tergantung pada rumitnya pola motif yang dikehendaki. Setelah dicelupkan kedalam larutan pewarna, dan dibuka ikatannya, maka akan didapatkan motif mawar berbelit
III.
MATERI DAN METODA Metoda kegiatan ini adalah berupa eksperimen, praktek langsung dengan pengarahan dan demonstrasi langsung yang dilakukan 4 kali pertemuan. Kegiatan ini meliputi : a. 30% pengetahuan berupa ceramah dan pemberian informasi tentang proses pembuatan sablon b. 70% berupa praktek langsung mempersilahkan para satpam mengerjakan keteranpilan ini dengan inovasinya sendiri. A. Materi Kegiatan Alat dan Bahan Jarum jahit dan benang nylon. Tali rafia Karet gelang Manik-manik, kelereng, uang logam, dll Sumpit, Paralon, dll. Gunting. Carter/pisau potong. Zat warna (wantek) bermacammacam warna. Kain katun warna putih (kain jilbab) 20 lembar Baju kaos katun warna putih 20 baju
Alat bantu dalam pembuatan kain jumputan: Sarung tangan plastik atau karet Kompor dan panci Pengaduk kayu Ember dan baskom. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
B. Teknik Pembuatan Motif Jumptan Jumputan merupakan salah satu teknik menghasilkan motif pada kain yang dicelup dengan mencegah terserapnya zat warna oleh bagian-bagian yang diikat. Bagian-bagian yang terkat tersebut akan menghasilkan suatu motif, teknik ikatan yang berbeda, akan menghasilkan motif yang berbeda pula. Berikut ini beberapa motif jumputan : 1. Motif ikatan mawar ; a. Cubitlah bagian kain. b. Ikat kuat dengan tali rafia atau karet c. Setelah dicelupkan kedalam larutan pewarna, dan dibuka ikatannya, maka akan didapatkan motif mawar 2. Motif ikatan mawar berbelit a. Cubitlah bagian kain putih. b. Ikat kuat dengan membelitkan tali sampai puncak kemudian lilitkan kembali sampai awal ikatan, ikat kuat c. Setelah dicelupkan kedalam larutan pewarna, dan dibuka ikatannya, maka akan didapatkan motif mawar berbelit
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan P2M yang dilakukan oleh para ibu-ibu di Sentul. Melalui kegiatan pembuatan produk jumputan di atas baju kaos dan kain katun jilbab yang bertempat di Madrasah/paud yang sudah lama tidak dimanfaatkan. Peserta kegiatan ini jumlah seluruhnya ada 15 orang, yang rata-rata sebagai ibu rumah tangga. Faktor kendala pada saat pelatihan ini adalah : faktor internal para ibu-ibu yang agak sulit mendapatkan ijin dari para suaminya untuk
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
keluar rumah. Sehingga pada saat pelatihan banyak para ibu yang sambil membawa anak balita, terlambat datang karena harus mengerjakan terlebih dahulu pekerjaan rumah, dan factor jarak antara rumah dengan lokasi pelatihan agak jauh. Dimana lokasi pelatihan dilakukan di pondok PAUD/Madrasah yang sudah tidak aktif lagi. Dan rumah tempat tinggal para ibu ada yang berjarak lebih dari 2km tanpa kendaraan. Sehingga saat pelatihan hari selanjutnya ada para ibu yang tidak bisa mengikuti kembali kegiatan ini. Motivasi dan semangat para peserta dan para juara lomba kami beri hadiah sebagai dorongan semangat atas keberhasilan mereka membuat produk dan meminta para peseserta untuk terus berkaraya dan terus membuat produk. Dimana hasil karya peserta dipakai sendiri oleh para ibu-ibu. Menurut komentar para ibu mereka amat senang dan menyukai program pelatihan ini, karena mendapatkan wawasan pengetahuan dan keterampilan. Kreativitas para ibu-ibu dengan semangat mencoba berbagai bentuk ikatan dan bermacam warna. Sehingga terbersit dalam semangat ibu-ibu untuk mencoba melakukan pembuatan produk jumputan ini sendiri pada kain putih yang telah usang yang mereka miliki sendiri dirumah. Kegiatan diatas jelas memberikan dampak positif bagi peserta dan memberikan lahan pekerjaan wirausaha sebagai income tambahan mereka. Hampir seluruh peserta menyambut gembira kegiatan ini, sehingga peserta semakin semangat dan termotivasi. Untuk sementara ini hasil kegiatan ini belum memberikan penghasilan tambahan bagi para ibu-ibu, paling tidak hasil kegiatan ini hanya baru memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat. Namun kami tim P2M telah memberikan modal pada ibuibu di Desa Cipambuan Babakan Madang
59
Sentul ini berupa kompor gas, tabung gas 3kg, panic besar 2 buah lengkap dengan pengaduknya. Bermacam macam warna zat warna wantek, tali raffia. Sehingga para ibuibu dapat melanjutkan sendiri membuat produk jumputan ini.
V. KESIMPULAN Kegiatan pelatihan jumputan kepada para ibu-ibu di Babakan Madang Sentul tercapai secara berkala, bertahap dan berkelanjutan, sesuai dengan tujuan program kegiatan memberikan keterampilan, pengetahuan mengenai proses pembuatan produk kain jumputan untuk mengisi waktu luang, memberikan semangat, motivasi kreativitas untuk berkarya sehingga berusaha dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang menghasilkan tambahan
60
penghasilan bagi para ibu-ibu di Babakan Madang Sentul. Pencapaian target secara berkala ini sewajarnya tercapai karena kondisi social ekonomi pengetahuan pendidikan para ibuibu yang masih minim terbelengu dengan karakter wanita dimasa lalu yang serba terbatas dengan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA [1] Agus Soeprapto. Pencelupan. Institut Teknologi Tekstil. Bandung. 2009 [2] Dewi Suliyanthini. RPKPS. Rencana Program Perkualiahan Semester. Mata Kuliah Pengetahuan Tekstil. 2013. IKK-FT-UNJ. [3] Dewi Suliyanthini. Seni Menghias Kain. Seri 1. Jumputan. Gramedia. Jakarta. 2012.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
PELATIHAN DASAR-DASAR CAD/CAM/CAE DAN SOFTWARE AUTOCAD UNTUK GURU-GURU SMK BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN DI WILAYAH KABUPATEN BEKASI
Ragil Sukarno1), I Wayan Sugita2), Eko Arif Syaefudin3) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
[email protected] ABSTRAK Di dunia industri, proses desain sebuah produk tidak lagi menggunakan cara-cara yang konvensional, akan tetapi menggunakan sebuah sarana komputer melalui sebuah software desain dan optimasi yang biasa disebut dengan istilah CAD/CAM/CAE. Namun, seiring dengan tantangan persaingan global yang sudah didepan mata, masih banyak guru-guru SMK terutama di wilayah Kecamatan Tarumajaya dan sekitarnya di Kabupaten Bekasi yang belum mumpuni dalam penguasaan teknologi informasi atau teknologi komputer di bidang desain dan analisa. Tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah untuk memberikan pengetahuan baru kepada guru teknik mesin di wilayah Kabupaten Bekasi, khususnya SMK di Tarumajaya dan sekitarnya melalui pengenalan teknologi CAD/CAM/CAE dan pelatihan AutoCAD, sehingga bisa menjadi alternatif proses desain dan perancangan produk dari metode konvensional ke metode komputerisasi. Metode yang digunakan pada pelatihan ini adalah melalui teori, praktek dan diskusi serta memberikan tugas kepada peserta agar langsung mempraktekan materi yang telah disampaikan. Materi yang diberikan dalam pelatihan adalah pengenalan dasar-dasar CAD/CAM/CAE dan menggambar objek 2 dimensi dan 3 dimensi dengan menggunakan software AutoCAD. Program pelatihan ini dapat diselenggarakan dengan baik dan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun serta mendapat sambutan yang sangat baik terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti pelatihan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu pelatihan berakhir. Terjadinya peningkatan pengetahuan tentang konsep perancangan produk melalui pengenalan dasar-dasar CAD/CAM/CAE dan peningkatan kemampuan dan motivasi dalam mendalami desain dengan software CAD, khususnya AutoCAD. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guru-guru SMK bidang keahlian teknik mesin di wilayah kabupaten Bekasi, Jawa Barat
Kata kunci : desain produk, CAD/CAM/CAD, AutoCAD 1. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Perkembangan teknologi informasi dan komputer sekarang ini berlangsung dengan sangat cepat. Hampir semua bidang pekerjaan dan kegiatan di sekitar kita selalu dihubungkan dengan sistem yang terhubung dengan teknologi infor-masi dan pemanfaatan komputer. Sehingga penguasaan aplikasiaplikasi komputer mutlak diperlukan bagi siapa saja yang ingin menyelesaikan bidang pekerjaan atau kegiatan dengan lebih mudah dan lebih cepat. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Bidang keahlian Teknik Mesin saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, terutama dalam bidang desain produk dan optimasi desain. Di dunia industri, proses desain sebuah produk tidak lagi menggunakan cara-cara yang konvensional, akan tetapi menggunakan sebuah sarana komputer melalui sebuah software desain dan optimasi yang biasa disebut dengan istilah CAD/CAM/ CAE. Perusahaan-perusahaan manufaktur multinasional seperti Astra, LG, Samsung, Panasonic telah mengaplikasikan teknologi
61
CAD/ CAM/CAE dalam seluruh proses desain di perusahaan mereka. Ini sangat diperlukan untuk mendapatkan desain yang cepat, sempurna dan mengurangi kecacatan desain. Penguasaan terhadap software ini akan sangat membantu para guru Teknik Mesin di SMK dalam menyampaikan sebuah materi didepan siswa secara lebih mudah dan interaktif. Sejalan dengan itu, penguasaan aplikasi software CAD/CAM/CAE menjadi sangat penting bagi siswa-siswa SMK terutama untuk menyambut persaingan global seiring dengan pemberlakuan AFTA (ASEAN Free Trade Area) pada tahun 2015. Kesiapan Indonesia harus diterjemahkan dari sisi hard skill (teknologi) atau Soft skill (Sumber Daya Manusia). Oleh karena itu dalam mempersiapkan lulusan SMK yang mampu bersaing di persaingan global dibutuhkan guru-guru yang mumpuni terhadap perkembangan teknologi terbaru. Namun, seiring dengan tantangan persaingan global yang sudah didepan mata, masih banyak guru-guru SMK terutama di wilayah Kecamatan Tarumajaya dan sekitarnya di Kabupaten Bekasi yang belum mumpuni dalam penguasaan teknologi informasi atau teknologi komputer di bidang desain dan analisa. Wilayah ini berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, namun sangat jauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Bekasi, sehingga dibutuhkan suatu suntikan ilmu pengetahuan baru untuk meningkatkan kualitas mereka. Dan berdasarkan masukan dari guru-guru di wilayah Tarumajaya, masih diperlukan adanya pelatihan-pelatihan bagi guru dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di wilayah tersebut. Peran perguruan tinggi dari sisi peningkatan sumber daya manusia bagi guru-guru teknik mesin sangat diperlukan, Pada pelatihan ini akan diperkenalkan Aplikasi Software CAD/ CAM/ CAE dan khususnya AutoCAD untuk guruguru di Sekolah Menengah Kejuruan, dan secara khusus pelatihan ini akan dilaksanakan di Kecamatan Tarumajaya Bekasi. 62
Program pelatihan ini, diharapkan akan meningkatkan kemampuan guru-guru di Sekolah Menengah Kejuruan di Kecamatan Tarumajaya Bekasi terhadap penguasaan aplikasi komputer di bidang desain Teknik Mesin, sehingga diharapkan juga bisa menghasilkan sebuah metode penyampaian pelajaran teknik mesin yang mudah dimengerti dan akan menjadi bekal bagi siswa untuk bersaing di dunia kerja setelah lulus nanti. B. Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan baru kepada guru teknik mesin di Kabupaten Bekasi, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan di Tarumajaya dan sekitarnya melalui pengenalan teknologi CAD/CAM/ CAE dan pelatihan Auto CAD. Sehingga bisa menjadi alternative proses desain dan perancangan produk dari metode konvensional ke metode komputerisasi. C. Metode Penerapan Iptek Metode yang digunakan pada program ini adalah teori, praktek dan diskusi. Teori diberikan dalam bentuk pengajaran didalam kelas. Sedangkan praktek akan dilakukan secara individu di dalam kelas dengan cara menyelesaikan beberapa latihan yang telah disiapkan oleh pengajar. Langkah-langkah kegiatan “Pelatihan Dasar-Dasar CAD/CAM/ CAE dan Software AutoCAD Untuk Guru-Guru SMK di Wilayah Kabupaten Bekasi” adalah sebagai berikut : 1. Nara sumber mempresentasikan tentang Dasar-Dasar CAD/CAM/CAE 2. Nara sumber mempresentasikan atau menjelaskan awal tentang materi AutoCAD 2 Dimensi dan AutoCAD 3 Dimensi 3. Nara sumber membimbing peserta mengoperasikan Auto CAD dan mengerjakan soal-soal latihan desain 2 dimensi dan 3 dimensi yang disediakan. 4. Melalui tanya jawab dan bimbingan, guru menanyakan tentang kesulitan-kesulitan dalam pengoperasian software AutoCAD dan nara sumber meresponnya. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
5. Guru secara mandiri di beri tugas untuk menyelesaikan beberapa soal dengan menggunakan software Auto CAD. 6. Nara sumber dan tim membantu guru yang masih kesulitan dalam mengerjakan tugas. 7. Beberapa guru mempresen-tasikan hasil kerja nyata
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-Dasar CAD/CAM/CAE CAD/CAM/CAE adalah kesatuan dari program kumputer dalam bidang teknik mesin yang secara khusus disiapkan untuk membantu dalam proses desain produk agar dihasilkan sebuah produk yang berkualitas bagus, bisa dilakukan dengan cepat dan untuk menghindari cacat produk sehingga akan dihasilkan penghematan biaya pada proses desain dan persiapan sebelum produksi massal. CAD atau Computer Aided Design adalah suatu perangkat lunak atau program computer yang digunakan untuk menggambar suatu produk atau bagian dari suatu produk berupa 2D maupun 3D. Banyak Software CAD yang telah digunakan, diantaranya adalah AutoCAD, Pro Engineering, CATIA, Inventor dan masih banyak yang lain. Tapi pada pelatihan ini, yang akan diperkenalkan adalah AutoCAD. CAM atau Computer Aided Manufacturing adalah sebuah sistem yang secara otomatis mampu menghasilkan produk atau benda kerja melalui penggunaan perangkat permesinan yang dikendalikan oleh komputer. Sedangkan CAE atau Computer Aided Engineering merupakan teknologi penghitungan karakteristik dari suatu produk atau bagian dari suatu produk dengan bantuan komputer. Dalam perencanaan atau perancangan suatu produk tidak cukup hanya dengan drawing atau gambar saja, tapi juga diperlukan untuk mengetahui karakteristik dari produk yang dirancang tersebut baik secara mekanika-statis, dinamis, maupun thermal, dan karakteristik lainnya yaitu dengan cara menganalisa produk rancangan tersebut. Sedangkan software CAE yang telah beredar
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
diantaranya adalah MSC Nastran, CATIA, ANSYS, dan lain-lain. Proses desain yang bisa dilakukan dengan menggunakan program komputer CAD/ CAM dan CAE adalah sebagai berikut : 1. CAD : Computer Aided Design Teknologi ini digunakan mendesain komponen atau produk.
untuk
Tampilan Proses Desain – CAD 2. CAM :
Computer Aided Manufacturing
Tampilan Proses Manufacturing – CAM 3. CAE : Computer Aided Engineering Simulasi
Tampilan Proses Analisis Desain – CAE Untuk mendesain sebuah produk mulai dari awal sampai menjadi produk jadi biasanya melalui tahapan sebagai berikut :
Proses Desain dan Pengembangan Produk
63
Dari gambar dibawah ini anda bisa melihat perbedaan tahapan proses pengembangan produk yang secara konvensional dan dengan memanfaatkan C4 (CAD/CAM/ CAE/CAT) melibatkan simulasi engineering. CAT (Computer Aided Testing) adalah metode testing produk dengan menggunakan software simulasi
dengan cepat karena dilengkapi fitur-fitur yg banyak dan menarik.
Bidang Gambar AutoCAD
Perbedaan Proses Pengembangan Produk Dengan dan tanpa CAD/ CAM/CAE dan CAT (Computer Aided Testing)
Point penting yang harus diperhatikan dalam simulasi engineering adalah 1. Indentifikasi masalah 2. Indentifikasi beban 3. Indentifikasi batas 4. Properties dari material 5. Analisis komponen 6. Opsi perbaikan atau pengem-bangan ide untuk pengembangan B. Desain AutoCAD 2 Dimensi CAD (Computer Aided Design) merupakan alat bantu untuk merancang gambar berbasis komputer. Sistem CAD banyak digunakan dibidang mesin, arsitektur, sipil, elektronika, bahkan periklanan. AutoCAD merupakan software CAD yang paling sederhana untuk belajar menggambar dua dimensi dan tiga dimensi. Salah satu program keluaran Autodesk Inc. dijadikan sebagai basic training dalam pengusaan CAD sehingga cocok bagi pemula. Keunggulan dari software ini memiliki antara lain keakuratan, detail dan ketelitian, yang pasti lebih baik daripada membuat gambar teknik secara manual, dan pengguna dapat memahami
Untuk membuat gambar konstruksi geometrik maupun komponen mesin diperlukan pengetahuan perintah-perintah meng-gambar yang ada di dalam software AutoCAD. Adapun perintah-perintah dasar yang paling banyak digunakan adalah sebagai berikut : L (line) E (erase) F (fillet)
: untuk membuat garis : untuk menghapus objek : untuk menghubungkan dua garis yang tidak sejajar Ex (extend) : untuk memanjangkan garis dengan batas garis yang lainnya Tr (trim) : untuk memotong garis Cp (copy) : untuk memperbanyak objek M (move) : untuk memindahkan objek O (offset) : memperbanyak garis dengan jarak yang ditentukan
Toolbar Draw
Toolbar Modify Dalam pelatihan AutoCAD 2 dimensi, para peserta diharapkan bisa menguasai materi dasar menggambar dan modifikasi gambar 2 dimensi. C. Desain AutoCAD 3 Dimensi
64
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Membuat gambar 3D bagi pemula akan terasa sulit dan tidak tahu dari mana akan memulai. Tetapi bila kita sebagai pemula sudah mahir di 2D itu bukan masalah, sekarang tinggal pemahaman gambar 3D, gambar 3D adalah gambar 2D yang di extrude (dibuat ada ketinggian), ketinggiannya akan terlihat apabila “WCS” di rubah menjadi “UCS”, selama posisi dalam keadaan “WCS” gambar 3Dnya tidak akan nampak, karena posisi “WCS” sama dengan anda melihat dari atas. Hal pertama yang harus dikuasai dalam menggambar 3 dimensi adalah kita harus mengetahui sudut pandang (view), mengatur koordinat (UCS), dan bidang gambar.
dilakukan dengan beberapa tahap misalkan, melakukan penggabungan (Union), pemotongan, interseksi, fillet dan yang lainya. Dan tool yang digunakan adalah sama dengan yang kita gunakan dalam modify object 2 dimensi seperti pada gambar 8. Operasi ini hanya berlaku untuk object solid. Dengan operasi modify ini kita dapat mengkombinasikan object-object standar menjadi bentuk yang lebih kompleks. Perintah-perintah yang termasuk pada operasi bolean ini dapat dilihat pada gambar berikut
Toolbar Modify 3 dimensi Tool View (Sudut Pandang) Dalam pelatihan AutoCAD D dimensi, para peserta diharapkan bisa menguasai materi dasar menggambar dan modifikasi gambar 2 dan 3 dimensi dari tugas yang telah disiapkan oleh tim narasumber atau pengajar.
Tool View Isometric Perintah dasar menggambar Draw sama dengan 2 dimensi yaitu dengan menggunakan tool draw. Dan untuk membuat objek 3 dimensi, kita akan menggunakan tool sebagai berikut
Toolbar Objek 3 dimensi Dalam menggambar objek 3 dimensi,terkadang kita tidak bisa menggambarkan sekali jadi, tapi biasanya Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pelatihan ini dilak-sanakan dari pukul 08.00-17.00 WIB. Peserta kegiatan berjumlah 23 orang guru-guru SMK bidang teknik mesin di wilayah Kecamatan Tarumajaya dan sekitarnya Kabupaten Bekasi. Lokasi penyelenggaraan pelatihan adalah di SMK N 1 Tarumajaya, Kabupaten Bekasi. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dengan acara tatap muka dan praktek dalam pengenalan dasar-dasar CAD/CAM/CAE dan penggunaan software AutoCAD berjalan dengan baik dan lancar. Pertemuan tatap muka dengan metode ceramah dan demonstrasi dilanjutkan latihan atau praktek untuk membuat gambar 2 dimensi dan 3 dimensi dengan software AutoCAD. Pelaksanan kegiatan P2M ini dilakukan oleh beberapa tim narasumber atau pengajar 65
dengan pokok bahasan yang disampaikan mengenai: 1. Menjelaskan dasar-dasar CAD/ CAM/CAE Kegiatan yang diawali dengan ceramah dan demonstrasi ini kemudian dilanjutkan latihan dan tugas. Dari kegiatan latihan tampak bahwa sebagian besar guru memang belum memahami taknologi CAD/CAM/CAE. Namun selama pelaksanaan pelatihan dasar-dasar CAD/CAM/CAE, peserta dapat memahami dengan cepat dan sangat antusias menerima materi dari narasumber. dan diharapkan menjadi bekal bagi guru peserta pelatihan dalam memberikan bekal dan motivasi belajar kepada siswa. Pelatihan untuk pengenalan CAD/CAM/CAE ini selama 1,5 jam. 2. Penjelasan Materi dan Langkahlangkah pengoperasian AutoCAD 2 Dimensi Pelatihan AutoCAD 2 dimensi ini dilakukan selama 2,5 jam. Nara sumber memperkenalkan teknik menggambar dan contoh-contoh dalam menggambar CAD dalam 2 dimensi. 3. Penjelasan Materi dan Langkahlangkah pengoperasian AutoCAD 3 Dimensi Sama dengan pelatihan sebelumnya, pelatihan diawali dengan paparan materi dan contoh-contoh dari narasumber dan dilanjutkan pemberian latihan dan tugas kepada peserta. Dalam materi ketiga ini, kegiatan pelatihan berjalan lebih lama karena memang materi menggambar AutoCAD 3 dimensi ini membutuhkan dasar yang kuat dari 2 dimensi. Peserta membutuhkan pendampingan dan bimbingan yang sangat ekstra dari nara sumber dan tim karena mengalami kesulitan dalam mengerjakan contoh-contoh latihan dan tugas. Materi Auto CAD 3 dimensi ini dilaksanakan selama 4 jam. 66
4. Evaluasi hasil pengoperasian AutoCAD 2D dan 3D Berbagai pertanyaan diajukan secara antusias oleh para peserta dalam sesi tanya jawab dan dalam mengerjakan tugas. Secara garis besar inti dari pertanyaan para peserta adalah: 1. Bagaimana Aplikasi CAD/ CAM/CAE di industri dan apa kegunaanya bagi guru dan murid menguasai materi ini 2. Langkah-langkah pengoperasian software Auto CAD 2 dimensi 3. Langkah-langkah pengoperasian software AutoCAD 2 dimensi 4. Pengaturan tampilan atau view, penggantian koordinat (UCS), modify gambar, dan bagaimana cara mudah dalam menyelesai-kan tugas yang telah diberikan Dari hasil pemantauan selama pelaksanaan pelatihan ini perserta berpartisipasi sangat aktif. Ini ditunjukkan dengan aktifitas para peserta untuk bertanya dan meminta bimbingan kepada para narasumber bila menemui kesulitan. Para peserta juga menunjukkan kesungguhan, ini ditunjukkan oleh semua peserta yang mengerjakan semua latihan dan tugas yang diberikan oleh narasumber. Dalam pelatihan ini juga nampak semangat kerjasama dan hubungan sosial yang baik diantara paserta dan narasumber. Mereka saling membantu dan selalu bersemangat untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh narasumber. Kedisiplinan yang cukup baik dikalangan guru nampak dari ketepatan waktu pelaksanaan pelatihan, demikian pula keaktifan bertanyapun. Nampak dari banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada fasilitator, menunjukkan bahwa pelatihan ini merupakan sesuatu yang baru bagi guru SMK di wilayah Kabupaten Bekasi, khususnya Tarumajaya dan sekitarnya. . Hasil kegiatan pelatihan dalam pengabdian kepada masyarakat secara garis besar mencakup beberapa komponen sebagai berikut: 1. Keberhasilan pelatihan
target
jumlah
peserta
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
2. Ketercapaian tujuan pelatihan 3. Ketercapaian target materi yang telah direncanakan 4. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi Target peserta pelatihan seperti direncanakan sebelumnya adalah paling tidak 20 guru SMK di wilayah Kecamatan Tarumajaya, sesuai dengan kapasitas kelas dan efektifitas pelaksanaan pelatihan. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini diikuti oleh 23 orang peserta. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa target peserta tercapai 115%. Angka tersebut menunjukkan bahwa kegiatan P2M dilihat dari jumlah peserta yang mengikuti dapat dikatakan berhasil atau sukses. Ketercapaian tujuan pelatihan sudah baik . Ini dilihat dari hasil latihan para peserta yaitu kualitas penggunaan software AutoCAD yang telah dihasilkan dan penguasaan materi tentang CAD/CAM/ CAE. Maka dapat disimpulkan bahwa tujuan kegiatan ini dapat tercapai. Ketercapaian target materi pada kegiatan pelatihan dalam Pengabdian Kepada Masyarakat ini cukup baik, karena materi pelatihan telah dapat disampaikan secara keseluruhan. Materi pelatihan yang telah disampaikan adalah: Pengenalan dasar-dasar tentang CAD/ CAM/CAE yang meliputi kelebihan dan aplikasinya di industri Pengenalan menu-menu pada AutoCAD untuk pembuatan gambar Dua Dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). Proses menggambar komponen mesin baik Dua Dimensi (2D) maupun tiga dimensi (3D). Proses assembly komponen dan rendering sehingga mesin yang kita gambar akan nampak seperti mesin sebenarnya. Evaluasi hasil penguasaan CAD/ CAM/CAE dan Software AutoCAD 2D & 3D. Kemampuan peserta dilihat dari penguasaan materi masih kurang dikarenakan waktu yang singkat dalam penyampaian materi Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
dan kemampuan para peserta yang berbedabeda, Hal ini disebabkan jumlah materi yang banyak hanya disampaikan dalam waktu sehari sehingga tidak cukup waktu bagi para peserta untuk memahami dan mempraktekkan secara lengkap semua materi yang diberikan. Secara keseluruhan kegiatan pelatihan Dasar-Dasar CAD/CAM/CAE dan Software AutoCad ini dapat dikatakan berhasil. Manfaat yang diperoleh guru adalah dapat mengenal CAD/CAM/CAE dan aplikasinya serta dalam menggunakan software AutoCAD, sehingga akan membantu dalam proses pembelajaran nantinya.
IV. KESIMPULAN Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dijelaskan didepan, bisa diambil beberapa 1. Program pelatihan dapat diselenggarakan dengan baik dan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana kegiatan yang telah disusun. 2. Kegiatan ini mendapat sambutan sangat baik terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti pelatihan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu pelatihan berakhir. 3. Terjadinya peningkatan pengetahuan tentang konsep perancangan produk melalui pengenalan dasar-dasar CAD/ CAM/CAE dan peningkatan kemampuan dan motivasi dalam mendalami desain dengan software CAD, khususnya AutoCAD 4. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi guruguru SMK bidang keahlian teknik mesin di wilayah kabupaten Bekasi, Jawa Barat Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Kegiatan pelatihan ini perlu diselenggarakan secara berkelanjutan agar kemampuan dan ketrampilan guru dibidang perancangan khususnya CAD/CAM/CAE selalu meningkat dan ketrampilan dalam menggunakan
67
software AutoCAD atau software sejenis menjadi lebih baik. 2. Waktu pelaksanaan kegiatan pelatihan perlu ditambah agar tujuan kegiatan dapat tercapai sepenuhnya. 3. Setelah mengikuti pelatihan ini, diharapkan para guru peserta pelatihan dapat lebih mengembangkan dan melatih kemampuannya secara mandiri, agar kemampuannya selalu meningkat. Dan diharapkan guru mampu memberikan pelatihan serupa ke sesama guru yang belum mendapatkan pelatihan dan kepada siswa-siswa SMK tempat guru mengajar, agar membekali siswa dalam memasuki dunia kerja.
DAFTAR PUSTAKA
[2] Sugeng Kurniawan, Presentation 0f General Lecture in UNJ “C4 in the Working Job”, Research & Develompment, LG Electronics Indonesia, 2013 [3] Kunwoo Lee, Principles of CAD/ CAM/CAE, 2012 [4] AutoDesk, Tutorial AutoCAD 2010, 2010 [5] Suparno Sastra M, Professional 3d Modeling With Autocad + Cd, ELEX MEDIA,2013 [6] M Sholeh, Belajar Otodidak Autocad 2d & 3d , Informatika, 2011 [7] Teknik dan Latihan Modeling 3 Dimensi Kristen Kurland, 3D Tutorial AutoCAD 2007, 2007. [8] Panduan Berlatih : Modul Pelatihan AutoCAD 2006, www.igun. web.id
[1] Achmad Kholil, MODUL AUTOCAD 2D & 3D, Universitas Negeri Jakarta, 2009
68
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DI WILAYAH BABAKAN MADANG SENTUL MELALUI POGRAM PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK KERAJINAN DARI LIMBAH AN-ORGANIK Revrina Sukma Agusti1), Harsuyanti Lubis2), Dewi Suliyanthini3) Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) adalah salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi yang wajib dilaksanakan oleh setiap dosen. Melalui kegiatan ini pengabdian dilaksanakan guna memperkecil dampak negative atas berdirinya perumahan elite yang berbatasan dengan perkampungan sehingga menimbulkan perbedaan, GAP, kesenjangan social antara penduduk perumahan kompleks dengan penduduk pedesaan ber-ekonomi menengah kebawah. Dengan kegiatan pembuatan souvenir bagi para ibu dan remaja, diharapkan dapat mengisi wak tu luang yang menghasilkan manfaat dan bukti konkrit bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat perbatasan. Proses kegiatan dilakukan secara continue terus menerus selama 1 bulan, agar masyarakat memiliki motivasi dan semangat tinggi, hal ini dilakukan bersamaan dengan adanya kegiatan hari Kemerdekaan RI di Babakan Madang Sentul. Hasil kegiatan memberikan hasil manfaat tambahan bagi para remaja putus sekolah yaitu membuat kerajinan dari kain perca berupa asesoris bros, souvenir yang dihasilkan mereka jual ke toko dan masyarakat menerima pesanan souvenir untuk pernikahan. Dan hasil kegiatan ini memberikan wirausaha tambahan income bagi para ibu dan remaja di daerah Babakan Madang Sentul City. Kata Kunci : souvenir asesoris bros I.
PENDAHULUAN Penghasilan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga. Untuk memperoleh penghasilan, orang harus bekerja. Maka harus ada lapangan pekerjaan untuk menghasilkan pendapatan (income). Namun jumlah lapangan kerja tidak sebanding dengan jumlah perkembangan penduduk dan seringkali lapangan pekerjaaun hanya membutuhkan karyawan yang memiliki pendidikan atau ijasah keterampilan tertentu yang sesuai dengan Perusahaan atau Instansi tersebut. Oleh karena itu perlu difikirkan cara untuk Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
memperoleh penghasilan pendapatan agar keberlangsungan hidup manusia tidak selalu menggantungkan hidup pada orang lain atau ketergantungan hidup. Hal ini dirasakan pula oleh penduduk di desa Cipambuan Babakan Madang, yang mayoritas penduduknya hanya berpendidikan paling tinggi SMP atau Madrasah dan setarafnya. Sehingga agak sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di suatu perusahaan. Tidak jauh dari perkampungan ada konfeksi membuat pakaian jadi, namun yang hanya bias bekerja di konfeksi tersebut hanya mereka yang bias menjahit dan berpengalaman 69
serta memiliki ijasah setaraf. Hal ini pula yang menjadikan kesenjangan bagi para penduduk perkampungan Cipambuan Babakan Madang. Sebelum dilakukannya kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) ini, limbah kain-kain perca konfeksi tersebut dibuang begitu saja sehingga menjadikan timbunan sampah yang memngeluarkan aroma kuranng sedap juga menjadikan pemandangan tidak sedap dipandang mata serta menimbulkan sumbatan pada aliran air yang mengakibatkan banjir. Selain dibuang begitu saja sampah limbah konfeksi ini juga dibakar agar tidak terlalu banyak timbunan sampah, dan menghasilkan aroma pembakaran kain yng kurang sedap untuk di hirup. Pendekatan dimulai sejak tim pelaksana kegiatan mencium aroma pembakaran sampah disekitar lokasi konfeksi yang berbatasan dengan kompleks perumahan dan perkampungan. Lokasi Sentul Citty yang dikelilingi pegunungan yang seharusnya sejuk nyaman, agak terganggu dengan asap dan aroma pembakaran sampah limbah konfeksi. Dari bau aroma pembakaran sampah inilah kemudian kami, melacak keberadaan asal mula asap bau sampah ini. Kemudian kami mendapatkan penduduk yang sedang membakar kain-kain perca buangan konfeksi, yang katanya sampah tersebut terlalu menggunung. Sehingga kami tim pelaksana kegiatan memulai pendekatan ini secara kekeluargaan. Dimulai dari pertanyaan-pertanyaan kemengapaan mereka membakar, bagaimana tingkat perekonomian penduduk, apa pekerjaan penduduk, dan bagaimana keseharian para penduduk mengisi waktunya selama ini. Dengan penelusuran ke para penduduk di 70
Cipambuan Babakan Madang, kemudian survey pada warga penduduk Cipambuan sehingga terciptalah ide untuk menjadikan sampah buangan perca kain konfeksi menjadi produk yang memiliki nilai jual yaitu memberdayakan para kaum ibu dan remaja untuk memanfaatkan limbah kain perca untuk menjadi produk souvenir (bros) yang beraneka ragam corak motif dan modelnya sesuai dengan tingkat keterampilan peserta pelatihan dan tentunya memberikan manfaat serta nilai jual.
II. TEORI PENDEKATAN A. Limbah An-Organik Pengertian Limbah adalah sampah hasil buangan suatu produksi, baik produksi skala kecil atau menengah. Limbah rumah tangga pun adalah limbah yang dikategorikan produksi kecil. Pada umumnya limbah ini memberikan dampak negative bagi kesehatan atau keindahan alam lingkungan. Namuan dengan penanganan dan penngolahan yang baik dan cermat limbah dapat didaur ulang menjadi produk yang bermanfaat. Limbah atau sampah digolongkan menjadi dua golongan yaitu : limbah organic seperti bekas sayur mayor arau sisa makanan, umumnya limbah organic juka di kubur dalam tanah dapat menyuburkan tanah menjadi gembur dan subur. Jenis limbah lainnya yaitu limbah an-organik, yaitu limbah dari bungkus plastic atau jenis lain yang agak sulit didaur ulang jika masyarakat pembuang limbah tidak mengetahui bagaimana cara mendaur ulang limbah an organic ini menjadi barang bermanfaat. Umumnya liumbah memberikan dampak negative, seperti banjir, bau tak sedap, pemandangan yang tidak indah Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
untuk dilihat, penyakit kulit dan pernapasan, dll. Garmen, konfeksi atau produksi yang aktif selalu menghasilkan limbah anorganisk. Umumnya para produsen membuang limbah ini begitu saja sehingga dampak negative bagi penduduk sekitar garmen, konfeksi. Masyarakat umumnya membakar limbah ini karena terlalu penuh sampah yang menghalangi perkampungan. B. Proses Pembuatan Produk Proses pembuatan produk dimulai dari pemilihan kain perca yang digolongkan berdasarkan jenis karakteristik kain, yaitu kain bercorak bermotif, polos, tebal tipis mudah dijahit dan berdasarkan ukuran besar kecilnya kain perca. Bahan penunjang dalam proses pembuatan bros/souvenir ini yaitu: gunting, lem tembak, alat tembakan lem, peniti bros, kain keras, jarum jahit, manicmanik, kancing, renda, kapas/busa Setelah kain digolongkan berdasarkan corak motif dan tebal tipisnya, kemudian membuat pola. Model bros mawar.
III. METODE KEGIATAN Metoda kegiatan ini adalah berupa action research, yaitu metoda kegiatan yang dilakukan berdasasrkan siklus hasil pengerjaan tahap 1 akan dilanjutkan pada siklus tahap 2 dan selanjutnya dimana pada iklus 1 akan dievaluasi kekurangan hasil produk yang dihasilkan, sehinggga pada kegiatan siklus 2 dan selanjutnya akan lebih disempurkan kembali. Diharapkan pada siklus selanjutnya hasil kegiatan akan semakin baik dan baik lagi. Adapun kegiatan pembuatan bros ini dilakukan 6 siklus. Kegiatan ini meliputi :
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
c. 30% pengetahuan berupa ceramah dan pemberian informasi tentang dampak limbah dan proses daur ulangnya d. 70% berupa pemberian keterampilan dengan cara praktek langsung dan mendemokan secara langsung serta memberikan contoh-contoh produk juga buku pembuatan bros.
IV. PEMBAHASAN A. Rancangan Evaluasi Evaluasi 1. Kerapihan 2. Kekuatan 3. Kesesuaian warna 4. Ukuiran bentuk 5. Ketepatan jenis kain 6. Finishing hasil evaluasi tahap 1 dilanjutkan pada hari berikutnya dengan model yang sama, sehinga hasil pada siklus berikutnya akan diperoleh produk yang lebih baik. Apabila model 1 telah dibuat dengan baik maka berlanjut pada model 2. Dan selanjutntya seterusnya dilakukan secara terus menerus menghasilkan produk yang baik dan berdaya jual. Guna memberikan dorongan dan motivasi agar hasil produk yang dihasilkan lebih baik lagi maka peserta diberikan hadiah pada akhir siklus bagi pemenang 1, 2 dan 3 berdasarkan nilai evaluasi hasil produk yang peserta buat.
KESIMPULAN Pada ssat program pelatihan ini, bertepatan dengan hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga kami tim
71
P2M meminta ijin kepada wraga Desa dan Kelurahan setempat untuk mengisi waktu dan kesempatan ini agar kegiatan ini bertepatan dengan kemerdekaan Republik Indonesia Hasil evaluasi dari keindahan, keterampilan, kerapihan dan waktu pengerjaan membuat bros, para ibu ada yang beberapa terampil dan memiliki nilai jual tinggi. Seperti hal nya pada akhir kegiatan P2M. hasil produk yang dibuat ibu Aas, Ibu Mumum dan Rohman mendapatkan juara 1, 2 dan 3. Penialaian ini berdassarkan pada tinngkat keinddahan, kerapihan dan ide pengembangan desain motif bros yang mereka buat. Motivasi dan semangat para peserta dan para juara lomba kami beri hadiah sebagai dorongan semangat atas keberhasilan mereka membuat produk dan
72
meminta para peseserta untuk terus berkaraya dan terus membuat produk. Dimana hasil karya peserta ditampung di sebuah toko pakaian untuk dijual dan peserta pun menerima pesananan souvenir ucapan terimakasih pernikahan sebagai modal perputaran modal peserta. Kegiatan diatas jelas memberikan dampak positif bagi peserta dan memberikan lahan pekerjaan wirausaha bagi para ibu dan remaja sebagai income tambahan rumah tangga mereka. Hampir seluruh peserta menyambut gembira dengan hasil perolehan income tambahan ini, sehingga peserta semakin semangat dan termotivasi mendaurulang limbah konfeksi menjadi produk yang bermanfaat dan bernilai jual
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
PEMANFAATAN LIMBAH DAPUR SEGAR MENJADIBERBAGAI PRODUK KOMERSIAL BAGI IBU RUMAH TANGGA DI WILAYAH RAWAMANGUN Yati Setiati1), Nurlaila2)
Program Studi Tata Boga, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk mengaktifkan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Rawamangun, membekali pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan limbah dapur segar menjadi berbagai produk komersial. Dalam pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan ibu-ibu rumah tangga yang pada akhirnya dapat menambah pendapatankeluarga. Khalayak sasaran yang strategis yaitu ibu-ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan. Dengan kriteria latar belakang ekonomi mereka adalah menengah ke bawah. Dengan diajarkan keterampilan membuat manisan dari limbah dapur segar diharapkan dapat mengatasi pengeluaran keuangan keluarga. Pada pelaksanaannya, kegiatan ini diikuti oleh sekitar 35 orang peserta dari kelurahan Rawamangun Jakarta Timur. Kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan rawamangun diawali dengan pengurusan izin lokasi kepada Ketua Program Studi Tata Boga Universitas Negeri Jakarta, selanjutnya pendataan calon peserta yang terdiri dari Kader PKK dan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan persiapan pengabdian dilakukan pada hari Kamis tanggal 4 September 2014 yaitu berupa proses penyiapan limbah dapur segar. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi, praktek serta diskusi langsung kepada peserta yang diakhiri dengan dilakukan analisis terhadap hasil kegiatan pelatihan. Berdasarkan hasil pemberian materi dan pelatihan pembuatan manisan basah yakni manisan basah buah tomat, manisan basah kulit buah semangka, manisan basah buah melon, manisan basah buah pepaya, manisan basah belimbing wuluh dari limbah sari belimbing wuluh. Manisan kering yakni manisan kering kulit buah melon, manisan kering kulit buah tomat. Serta sirup belimbing wuluh, maka dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan yang diberikan sangat menarik minat peserta sehingga membuat para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Kata Kunci :
I.
Limbah Dapur Segar, Produk Komersial, Ibu Rumah Tangga di Wilayah Rawamangun
PENDAHULUAN
Jakarta Timur merupakan kota administrative dengan luas 187,75 km dengan populasi 2,693.896, yang terdiri dari 65 kelurahan, diantaranya kelurahan Rawamangun. Rawa-mangun terletak berbatasan dengan Kelurahan Kayu Putih di sebelah Selatan, Kelurahan Jati di sebelah Utara, Kelurahan Pisangan Lama di sebelahTimur, dan Kelurahan Utan Kayu di sebelah Barat. Peningkatan kualitas keluarga merupakan tanggungjawab setiap keluarga. Peran ibu rumahtangga besar sekali artinya terutama dalam mengelola sumber keluarga. Dalam Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
kehidupan sehari-harinya, ibu rumah tangga selalu menyiapkan hidangan untuk keluarganya. Memasak hidangan bahan pokok, lauk pauk hewani, sayuran dan kue-kue atau buah-buahan. Pekerjaan sehari-hari dalam rumah tangga seperti mengolah bahan makanan, menyisakan limbah sisa pengolahan dari bahan sumber protein hewani seperti ikan, ayam, udang dan sebagainya, juga dari bahan sayuran seperti tangkai bayam, kulit wortel, tangkai kangkung dan sebagainya. Limbah tersebut dinamakan limbah dapur segar. Limbah dapur bila dibiarkan begitu saja akan menyebabkan pencemaran lingkungan, mengeluarkan bau tidak sedap, memicu hewan pengerat seperti tikus, lalat, dan lain-lain serta 73
dapat menimbulkan penyakit pes dan lain-lain. Dari buah-buahan seperti kulit yang tidak terpakai atau terbuang. Limbah dapur adalah limbah yang berasal dari sisa bahan makanan yang akandiolah. Ada dua jenis limbah yaitu Limbah basah dan limbah kering. Limbah basah adalah limbah yang mudah membusuk seperti kulit pepaya, kulit semangka, kulit pisang dan lain-lain, Limbah tersebut dapat diolah berbagai produk makanan. Pengolahan aneka limbah dapur segar menjadi berbagai produk memberikan keuntungan tersendiri, selain memanfaatkan limbah segar, juga dapat dijadikan peluangusaha baru yang berpotensi penyerapan pangsa pasar yang cukup baik. Oleh karena itu, pembelajaran pembuatan berbagai produk dari limbah dapur segar sangat berguna menjadi produk komersial bagi ibu-ibu rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga. Hal ini sangat diharapkan untuk memberikan motivasi dan solusi dalam mengatasi permasalahan perekonomian keluarga dan masyarakat. Pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk mengaktifkan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Rawamangun, membekali pengetahuan dan keterampilan limbah dapur segar menjadi berbagai produk komersial. Dalampelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan ibu-ibu rumahtangga yang pada akhirnya dapat menambah pendapatan keluarga.
II. METODE PENELITIAN Berdasarkan kajian teoritis diketahui bahwa limbah dapur basah mengandung berbagai kandungan gizi yaitu karbohidrat, protein, amilum, vitamin, dan mineral.Jumlah limbah yang banyak pada setiap keluarga, perlu dilakukan penanganan limbah menjadi produk olahan yang bermanfaat untuk menambah penghasilan keluarga. Biasanya timbul masalah bagaimana menangani limbah dapur segar agar dapat dibuatproduk, dijual dengan harga murah tetapi menarik perhatian keluarga. Olehkarenaitu, untuk mengatasi masalah tersebut diberikan pengajaran tentang membuat manisan, dan lain-lain dari limbah dapur segar, selain itu keterampilan yang di dapat dapat dijadikan peluang usaha bagi ibuibu untuk menambah pendapatan keluarga. Kaitan dengan masalah yang akan dipecahkan dalam kegiatan ini adalah langkah74
langkah secara eksternal dengan situasi yang meliputi: e. Penyuluhan, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemanfaatan limbah dapur segar menjadi berbagai produk komersial bagi peserta, yaitu ibu rumah tangga di wilayah rawamangun. f. Pelatihan, yaitu dengan cara mendemonstrasikan dan menginstruksikan salah satu peserta dalam membuat beberapa resep manisanbasah, manisankeringdansirupdarilimbahdapurse gar untuk meningkatkan keterampilan dalam mengolah aneka variasi produk pemanfaatan limbah dapur segar. g. Evaluasi, setelah diberikan penyuluhan dan pelatihan, diharapkan pengetahuan peserta tentang manisanbasah, manisan kering dan sirup dari limbah dapur segar meningkat. Khalayak sasaran yang strategi syaitu ibuibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan. Dengan kriteria latar belakang ekonomi mereka adalah menengah kebawah dengan diajarkan keterampilan membuat manisan dari limbah dapur segar diharapkan dapat mengatasi pengeluaran keuangan keluarga.Pada pelaksanaannya, kegiatan ini diikuti oleh sekitar 35 orang peserta dari kelurahan Rawamangun Jakarta Timur. Hal ini dikarenakan kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pembelajaran yang cukup menarik bagi ibu-ibu lingkungan sekitar merupakan kegiatan yang dapat diteruskan sebagai penyuluhan yang dapat disampaikan untuk warga setempat termasuk pengetahuan dan keterampilan dalam membuat produk komersial dalam pemanfaatan limbah dapur segar seperti manisan basah, manisan kering dan sirup. Keterkaitan Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang dilaksanakan oleh dosen-dosen Universitas Negeri Jakarta. Pelaksanaan ini dilaksanakan di Kelurahan Rawamangunyang sebagian besar warganya tergolong ekonomi lemah dan ibu-ibu rumah tangganya tidak bekerja dan membutuhkan pelatihan agar dapat dimanfaatkan keluarga sebagai bahan untuk berwirausaha membuat manisan basah dan kering dari limbah dapur segar mereka sendiri. Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah ceramah tentang pemanfaatan limbah dapur segar menjadi berbagai produk komersial bagi di ibu rumah tangga di wilayah rawamangun, pemberian materi dan resepresep produk manisan dan sirup kepada khalayak sasaran untuk memperkaya pengetahuan mereka, serta pelatihan mengolah aneka produk pemanfaatan limbah dapur segar dengan mendemonstrasikan dan mempraktekan beberapa macam manisan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kajian teoritis bahwa limbah dapur baik limbah basah maupun limbah kering dapat diolah menjadi produk komersial yang dapat menambah penghasilan keluarga.limbah dapur mengandung berbagai kandungan gizi yaitu karbohidrat, protein, amilum, vitamin, dan mineral. Kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahan rawamangun diawali dengan pengurusan izin lokasi kepada Ketua Program Studi Tata Boga Universitas Negeri Jakarta, selanjutnya pendataan calon peserta yang terdiri dari Kader PKK dan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan persiapan pengabdian dilakukan pada hari Kamis tanggal 4 September 2014 yang diikutioleh 35 orang peserta yaitu berupa proses penyiapan limbah dapur. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi, praktek serta diskusi langsung kepada peserta yang diakhiri dengan dilakukan analisis terhadap hasil kegiatan pelatihan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diikuti oleh Ibu-Iburumah tangga yang tinggal di lingkungan kelurahan Rawamangun Jakarta Timur sehingga dapat mengetahui tentang limbah dapu rsegar dan meningkatkan keterampilan dalam pemanfaatan limbah dapur segar untuk dijadikan produk komersial seperti manisan basah, manisan kering dan sirup. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini pengetahuan dan keterampilan dapat menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil penyuluhan/pemberian materi tentang pemanfaatan limbah dapur segar sebagai produk komersial bagi ibu-ibu rawamangun dan pelatihan pembuatan manisan basah, manisan kering dan sirup yang diikuti oleh 35 orang peserta, maka dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan yang
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2
diberikan sangat menarik minat peserta sehingga membuat para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan.
IV. KESIMPULAN Kegiatan pelatihan pengabdian masyarakat telah dilakukan dan menunjukkan hasil terjadinya pening-katan keterampilan peserta dalam membuat aneka produk yang berasal dari limbah dapur. Berbagai teknik yang dilakukan dalam pembuatan aneka produk yang berasal dari limbah dapur yaitu teknik penggulaan. Teknik penggulaan adalah cara mengawetkan bahan/limbah segar dengan meng-gunakan gula. Produknya seperti sirup, manisan basah, manisan kering, selai, sari buah, dan lain-lain. Kegiatan pengabdian masyarakat di Kelurahanrawamangun diawali dengan pengurusan izin lokasi kepada Ketua Program Studi Tata Boga Universitas Negeri Jakarta, selanjutnya pendataan calon peserta yang terdiri dari Kader PKK dan ibu-iburumah tangga.Kegiatan persiapan pengabdian dilakukan pada hari Kamis tanggal 4 September 2014 yaituberupa proses penyiapan limbah dapur. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode ceramah, Tanya jawab dan demonstrasi, praktek serta diskusi langsung kepada peserta yang diakhiri dengan dilakukan analisis terhadap hasil kegiatan pelatihan. Berdasarkan hasil penyuluhan/ pemberian materi tentang pemanfaatan limbah dapur segar sebagai produk komersial bagi ibu-ibu rawamangun dan pelatihan pembuatan manisan basah, manisan kering dan sirup yang diikuti oleh 35 orang peserta, maka dapat disimpulkan bahwa materi pelatihan yang diberikan sangat menarik minat peserta sehingga membuat para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan. Dikarenakan kegiatan ini sangat bermanfaat, disarankan untuk melakukan kegiatan serupa secara berkala dan bekelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA [1] Tietze, Harald. 2002. Terapi Pepaya. Jakarta: Prestasi Pustaka Publishers. Cetakan pertama. [2] Deptan. Pentingnya tanaman pepaya bagi kesehatan. Koran Tempo
75
[3] Setiati Yati, RahayuSuci, Istiany Ari, ModulPengawetanMakanan. UNJ [4] SetiatiYati, Ridawati. 2013. RPKPS TeknologiPengolahanHewanidanNabati, UNJ.
76
[5] Sumartono. 1982. Bercocok Tanam Pisang. Jakarta : offset Bumirestu. [6] Winarno, DasarPengawetanMakanan, Jakarta.
Jurnal Sarwahita Volume 11 No. 2