Volume 12 No.2 Oktober 2015
ISSN : 0216 - 7484
Pembina Prof. Dr. H. Djaali Rektor Universitas Negeri Jakarta Penanggung Jawab Dr. Etin Solihatin, M.Pd Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Pemimpin Redaksi Dra. Desfrina Sekretaris Redaksi Drs. Sri Kuswantono, M.Si Dewan Redaksi Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd, Dr. Corry Yohana, MM Dr. Agus Dudung, M.Pd, Sujarwo, M.Pd, Dr. Eko Siswono, M.Si Sekretariat Sugimin, S.Pd, Marni Lestari, S.Pd, Marhasan, S.Pd, Rita Aryani, S.Pd, Wiwik Endang S, S.Pd, Adi Wijanarko, S.Kom, Nurlaila, Ayi Sutisna Terbit (Mei dan Oktober)
Alamat Redaksi Gedung LPM UNJ Komplek Kampus A UNJ Rawamangun Jakarta Timur Telp. 489 7658, Fax. 471 2063
Pengantar Redaksi
Puji syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, menyambut penerbitan Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 12 No.2 Oktober 2015. Kehadiran Jurnal ini merupakan publikasi dari hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan oleh dosen di lingkungan Universitas Negeri Jakarta. Pengabdian pada masyarakat ini sebagai perwujudan kepedulian civitas akademik Universitas Negeri Jakarta terhadap pembangunan atau pemberdayaan masyarakat. Bentuk dari kegiatannya berupa penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam wujud alih ilmu pengetahuan tekhnologi dan seni. Ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh penulis artikel yang telah menyumbangkan artikelnya sehingga Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyarakat “Sarwahita” Volume 12 No.2 Oktober 2015 ini dapat diterbitkan. Semoga apa yang telah dikerjakan dan dituangkan dalam jurnal ini dapat menjadi sumbangsih untuk mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Redaksi
TRAINING OF TRAINERS (TOT) KETRAMPILAN UNTUK DIDESEMINASIKAN SEBAGAI ALTERNATIF MENAMBAH PENGHASILAN IBU-IBU RUMAH TANGGA Eko Tri Rahardjo Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Pelaksanaan KKN di perdesaan, memberi peluang bagi masyarakat untuk memperoleh ketrampilan dalam rangka menambah penghasilan. Dengan adanya mahasiswa KKN memberi ketrampilan, maka masyarakat akan berpeluang mendapatkan ketrampilan secara gratis yang pada akhirnya dapat memperoleh peluang mecari penghasilan tambahan. Namun demikian tidak semua mahasiswa peserta KKN mempunyai ketrampilan yang dapat diberikan ke masyarakat berupa ketrampilan yang menghasilkan “sesuatu yang dapat dijual”. Oleh karena itu kegiatan ini memberi bekal kepada mahasiswa calon peserta KKN untuk menjadi trainers di tempat mereka ber KKN nanti. Melalui pelatihan TOT bagi mahasiswa calon peserta KKN UNJ yang dideseminasikan kepada para ibu-ibu di lokasi KKN maka diharapkan diperoleh alternatif menambah penghasilan, dengan mengikuti pelatihan tanpa mereka harus mengeluarkan biaya. Kata Kunci : TOT, KKN, mahasiswa
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Pendidikan dan hidup layak merupakan hak seluruh bangsa Indonesia, pendidikan dapat dijangkau melalui proses pembelajaran, dan pembelajaran tidak dibatasi oleh waktu dan usia. Belajar dan pembelajaran berlangsung sepanjang hayat sejauh hal itu diperlukan. Manusia belajar sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan pembelajaran yang mencakup belajar afeksi, belajar kognisi dan belajar ketrampilan semua membawa manfaat sesuai dengan porsinya. Masing-masing tujuan pembelajaran tersebut akan memberikan kontribusi kepada kehidupan individu sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya. Di kehidupan sekitar kita, tidak semua anggota masyarakat dapat menempuh pendidikan sampai jenjang tinggi. Terdapat sekelompok masyarakat yang hidup dengan bekal pendidikan minimum. Hal ini disebabkan karena banyak hal yang antara lain ketiadaan biaya, waktu dan lainnya yang intinya adalah pada ketiadaan kesempatan. Kondisi seperti ini juga terjadi di banyak tempat di lokasi KKN mahasiswa UNJ, dimana terdapat sekelompok masyarakat dengan ijasah relatif rendah. Masyarakat ini sukar untuk Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
meningkatkan pendidikan dan ketrampilanya yang dapat meningkatkan penghasilan dan taraf hidup mereka. Bekal ijasah yang rendah dan ketiadaan biaya serta kurangnya kemampuan atau ketrampilan, berakibat mengurangi kesempatan untuk maju dan menjadi salah satu kendala kemajuan kehidupan ekonomi mereka. Sehubungan dengan hal di atas maka diperlukan suatu upaya yang secara riil dapat dilakukan dan berdampak langsung terhadap kemampuan mereka dalam meningkatkan kehidupan perekonomiannya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan memberikan ketrampilan tambahan dan memberikan hasil yang nyata, cepat dan langsung dapat dimanfaatkan dan dirasakan hasilnya Di lain pihak dengan pelaksanaan KKN di perdesaan, memberi peluang bagi masyarakat untuk memperoleh ketrampilan dalam rangka menambah penghasilan. Dengan adanya mahasiswa KKN memberi ketrampilan, maka masyarakat akan berpeluang mendapatkan ketrampilan secara gratis yang pada akhirnya dapat memperoleh peluang mecari penghasilan tambahan. Namun demikian tidak semua mahasiswa peserta KKN mempunyai ketrampilan yang dapat diberikan ke masyarakat 1
berupa ketrampilan yang menghasilkan “sesuatu yang dapat dijual”. Oleh karena itu kegiatan ini memberi bekal kepada mahasiswa calon peserta KKN untuk menjadi trainers di tempat mereka ber KKN nanti. B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan analisis situasi yang telah diuraikan, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut: a. Banyak masyarakat di lokasi KKN yang taraf perekonomianya relatif rendah. b. Di masyarakat yang jenjang pendidikannya rendah sukar meningkatkan ketrampilan dan pendapatanya. c. Masyarakat di lokasi KKN banyak yang mengalami kendala dalam meningkatkan jenjang pendidikan karena alasan ekonomi dan kesempatan. d. Diperlukan ketrampilan tambahan untuk mendapatkan peluang meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan. e. Perekonomian yang terbatas ini membatasi masyarakat dalam memperoleh pendidikan dan ketrampilan. f. Diperlukan upaya untuk memberikan ketrampilan tanpa mereka harus berhenti bekerja atau mencari nafkah dan tanpa mengeluarkan biaya. g. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pemberdayaan mahasiswa KKN sebagai instruktur yang telah dibekali berbagai ketrampilan. h. Untuk menjadi instruktur maka mahasiswa calon peserta KKN diberi pelatihan sebagai instruktur melalui kegiatan TOT ketrampilan. 2. Rumusan Masalah Dari berbagai permasalahan yang dapat diidentifikasi, maka masalah yang dirumuskan dalam program ini adalah: melalui pelatihan TOT bagi mahasiswa calon peserta KKN UNJ yang dideseminasikan kepada para ibu-ibu di lokasi KKN maka diharapkan diperoleh alternatif menambah penghasilan. tanpa mereka harus mengeluarkan biaya, sehingga diperoleh peluang mendapatkan penghasilan tambahan. 2
B. Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. memberikan ketrampilan tambahan membuat berbagai barang kerajinan dengan bahan yang murah dan mudah didapatkan. 2. memberikan peluang meningkatkan pendapatan dengan berbagi pengalaman dengan instruktur sekaligus sebagai pengrajin. 3. menumbuhkan rasa percaya diri kepada para mahasiswa calon peserta KKN. 4. meningkatkan sinergi dan kinerja, dengan kegiatan ini para peserta bKKN diharapkan menjadi lebih intens dalam komunikasi dengan masyarakat di lokasi KKN. C. Manfaat Kegiatan 1. Memberikan ketrampilan tambahan bagi mahasiswa 2. Memberi ketrampilan tambahan bagi ibu-ibu di lokasi KKN 3. Memberikan peluang meningkatkan pendapatan. 4. Menumbuhkan rasa percaya diri mahasiswa calon peserta KKN 5. Meningkatkan sinergi dan kinerja. 6. Menambah suksesnya pelaksanaan KKN UNJ 7. Menambah nama baik UNJ di masyarakat lokasi KKN
II. KAJIAN PUSTAKA A. Ketrampilan dan Pendapatan Pendapatan yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah penghasilan yang didapat seseorang dari hasil bekerja atau mengasilkan produk tertentu. Menurut Safir Senduk (2000), penghasilan seseorang dipengaruhi oleh faktorfaktor : pendidikan, pekerjaan, umur, harta, tempat tinggal, keberuntungan, bakat, kerjakeras, koneksi dan diskriminasi. 1. Pendidikan, orang yang berpendidikan tinggi cenderung menghasilkan banyak uang, hal ini menyebabkan orang Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
cenderung menganggap bahwa orang akan berpenghasilan tinggi setelah menempuh pendidikan tinggi. Namun demikian yang benar adalah bahwa pendidikan bisa membantu seseorang untuk memperoleh penghasilan tinggi. Namun demikian terdapat potensi bahwa orang berpendidikan tinggi berpeluang lebih besar karena umumnya memiliki wawasan yang lebih luas. Pekerjaan, orang yang pekerjaanya menggunakan pikiran biasanya lebih banyak menghasilkan uang dibandingkan dengan orang yang pekerjaanya menggunakan tenaga. Umur, orang yang berumur lebih tua biasanya mendapatkan penghasilan lebih tinggi dibandingkan yang usianya lebih muda karena faktor pengalaman dan lama bekerja. Harta, kaitan harta dengan penghasilan ialah bahwa seseorang bisa saja memiliki investasi sehingga dapat menambah penghasilan selain dari upah. Tempat tinggal, standar gaji dan upah serta biaya hidup dapat memengaruhi perbedaan penghasilan walaupun dalam pekerjaan dan level yang sama tetapi beda tempat tinggal, misalnya beda kota atau di kota dengan kota lain yang beda peraturan. Keberuntungan, faktor ini tidak dapat diprediksi tetapi tetap menjadi variabel yang dipertimbangkan, misalnya fluktuasi perusahaan menentukan bonus karyawan. Bakat, bakat menentukan mutu pekerjaan sehingga dapat memengaruhi penghasilan seseorang. Kerja Keras, kerja keras merupakan salah satu faktor yang menentukan produktifitas, selain dari promosi jabatan. Koneksi, koneksi dapat menentukan penghasilan. Misalnya dengan koneksi mendapatkan penghasilan sampingan atau mendapat tambahan pekerjaan yang menghasilkan uang.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
10. Diskriminasi, diskriminasi ini dapat menyangkut gender atau kesukuan. Misalnya pria dan wanita bekerja dalam level yang sama tetapi pria digaji lebih tinggi, sama-sama sebagai konsultan tetapi konsultan asing digaji lebih tinggi. Sehubungan dengan uraian di atas maka yang dapat diupayakan untuk meningkatkan penghasilan pada masyarakat sebagai orang yang berpendidikan rendah, dan berharta tidak banyak, serta tempat tinggal yang kurang kondusif untuk mencari tabahan, caranya adalah dengan mengoptimalkan keberuntungan, bakat, kerjakeras, dan melalui koneksi yang legal. Mengoptimalkan keberuntungan dapat dilakukan dengan memberikan bekal ketrampilan sehingga memperoleh peluang lebih banyak, sedangkan bakat adalah diupayakan mengoptimalkan bakat dengan memberikan berbagai macam ketrampilan sehingga dimungkinkan untuk dipilih sampai akhirnya muncul salah satu bakat yang terpendam dan dapat dioptimumkan, kerja keras dapat diupayakan melalui etos kerja yang meningkat. Adapun koneksi yang legal maksudnya adalah memberikan perhatian khusus dengan memilih secara sengaja kepada mereka yang benar-benar membutuhkan untuk diberikan peluang yang lebih besar. B. Metode Pembelajaran Ketrampilan Dalam proses pembelajaran, banyak sekali metode dan media yang dapat dipergunakan. Menurut Edgar Dale proses pembelajaran dengan cara mengalami sendiri akan mempunyai dampak yang lebih baik dibandingkan dengan apabila sekedar mendengarkan. Pada gambar di bawah ini ditunjukan tentang efektifitas pengalaman belajar. Bagian paling atas dari kerucut ini adalah bagian yang paling sempit memberikan kontribusi pengalaman belajar, sedangkan bagian paling bawah menunjukan pengalaman belajar yang hasilnya paling luas. (Edgar Dale dalam Oemar Hamalik, 1982).
3
Lambang kata
Lambang visual
gambar Rekaman, radio,
televisi pameran Karya wisata
demonstrasi Pengalaman dramatis Pengalaman tiruan yang diatur Pengalaman yang bertujuan
Gambar 1.
Diagram efektifitas pengalaman belajar (Edgar Dale dalam Oemar Hamalik, 1976)
Berdasarkan pada gambar di atas terlihat bahwa pembelajaran ketrampilan akan baik jika diberikan secara langsung melibatkan aktivitas peserta. Sementara itu penyerapan informasi sehingga menjadi suatu hasil belajar juga mengalami suatu proses belajar. Proses belajar dikatakan baik apabila peserta mampu PENIRUAN
PENGGUNAAN
KETEPATAN
PERANGKAIAN
NATURALISASI
Meniru gerak yang diamati atau diajarkan
Menggunakan konsep untuk melakukan gerak
Melakukan gerak dengan teliti dan benar
Merangkaikan berbagai gerakan secara berkesinambungan
Melakukan gerak secara wajar dan efisien
Untuk selanjutnya menurut Aida Idris (1982 / 1983) seseorang akan lebih berhasil belajar bila yang dipelajarinya itu bertalian dengan apa yang diperlukannya dalam kehidupan sehari-hari, yang berarti bahwa ia mengetahui secara jelas tujuan belajarnya. Agar tercapai keberhasilan belajarnya, faktor minat pun harus diperhitungkan. Minat seseorang terhadap apa yang dipelajarinya merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi belajarnya. Karena ia menaruh minat terhadap apa yang dipelajarinya itu maka akan timbul padanya kegairahan belajar, sehingga ia giat belajar. Oleh karena minat itu perlu ditimbulkan, dan minat 4
mengungkapkan kembali atau melakukan kembali apa yang telah diajarkanya. Dalam hal ini maka suatu hasil yang berupa produk merupakan manifestasi dari hasil pengung-kapan kembali apa yang dipelajari sebelumnya. Dalam revisi teori Bloom tentang tujuan pembelajaran, Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl membuat taksonomi pembelajaran meliputi mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. Berdasarkan taksonomi di atas, apabila seseorang diberi pelajaran tertentu maka hasil akhirnya adalah menciptakan atau mempunyai suatu kreasi atau kemampuan mencipta sesuatu. Dalam hal ketrampilan membuat produk maka dapat dikategorikan sebagai pengetahuan faktual yang nyata tampak, dapat dilihat, dipegang dan dirasakan, sehingga hasil akhir dari bahan mentah dapat dicipta menjadi sesuatu yang bernilai lebih tinggi. Dari uraian ini jika kita memandang belajar melalui jalur ranah psikomotor, maka menurut Dave (1967) proses belajar dapat berjalan melalui langkah sebagai berikut:
belajar itu timbul apabila terdapat hubungan antara orang yang belajar dan yang dipelajarinya. Berdasarkan uraian di atas, berarti bahwa pada seseorang itu harus ada berbagai kemampuan sehubungan apa yang dipelajarinya, seperti menghargai, memahami, menikmati, dan menggunakan apa yang dipelajarinya itu. Menurut Dale (dalam Oemar Hamalik, 1976) pengalaman langsung atau keterlibatan langsung akan mempengaruhi memori dalam pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut secara teoritis metode pembelajaran langsung mempunyai konstribusi yang baik dalam proses pembelajaran. Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
III. MATERI DAN METODE A. Metode Pemecahan Masalah Kegiatan terdiri dari 90 % praktik dan sisanya berbagi pengalaman tentang cara mendapatkan bahan, prosesing dan peluang pemasaranya. Sesi satu display beberapa contoh barang kerajinan yang sudah dibuat dan akan dibuat.
Sesi kedua demonstrasi pembuatan dan langsung praktik dengan bahan yang disediakan. Peserta diminta mencoba mempraktekan yang diajarkan dan meneruskan jika belum jadi, atau bagi yang sudah jadi atau bisa membuat diminta untuk mengembangkan model lain.
Kegiatan ini direncanakan meliputi 3 sesi dengan jadwal sebagai berikut: Sessi ke 1. 2. 3.
Materi Kegiatan
Nara Sumber
Membuat gelang dan asesories Pengrajin dengan bahan manik-manik. Membuat gelang dengan manik- Pengrajin manik berkawat. Membuat gelang dengan macam- Pengrajin macam kombinasi.
Waktu 1 x pertemuan 1 x pertemuan 1 x pertemuan
Jadwal kegiatan di atas dapat lakukan perubahan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta. B. Realisasi Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dilakukan dalambentuk pelatihan pengenalan bahan, pembuatan berbagai barang kerajinan, penggalian ide inovatif, dengan memancing ide dari para peserta untuk memanfaatkan bahan sederhana dengan cara berpikir sederhana namun kreatif. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan akan memberikan ketrampilan yang dapat dimanfaatkan untuk mencari tambahan pendapatan. Kegiatan ini bermanfaat bagi peserta untuk memperoleh materi pembuatan berbagai barang kerajinan. Dengan pelatihan ini peserta mendapat manfaat contoh dan ide pembuatan berbagai kerajinan, sehingga diharapkan mereka dapat mengembangkan inspirasinya untuk membuat sendiri, menjadi inovatif dan memanfaatkanya untuk mencari tambahan pendapatan setelah ikut pelatihan ini. Pelatihan ini sifatnya pemberian motivasi bahwa dengan sedikit kreativitas, inovasi, dan kemauan, seseorang dapat membantu dirinya sendiri mendapatkan pendapatan lebih, dengan cara membuat berbagai kerajinan hasil kreatifitasnya. Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Manfaat seperti tersebut di atas berlaku bagi mahasiswa sebagai calon trainers maupun bagi masyarakat sebagai peserta training dan pemangguna atau pemanfaat langsung ketrampilan yang diberikan. C. Khalayak Sasaran Sasaran dalam kegiatan ini adalah mahasiswa calon peserta KKN Universitas Negeri Jakarta ditargetkan 15 orang peserta. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari kerja di luar jam kuliah atau pada saat istirahat. Instruktur diambil dari para pengrajin yang telah berpengalaman dalam pembuatan dan pemasaranya. D. Waktu dan Tempat Kegiatan Kegiatan dimulai dengan penyusunan proposal pada bulan Februari 2015 dan direncanakan selesai sebelum bulan Agustus 2015, tepatnya sebelum para mahasiswa diberangkatkan ke lokasi KKN. tempat direncanakan di Gedung LPM - UNJ dengan maksud supaya para mahasiswa tidak meninggalkan tempat tugas dan tidak usah mengeluarkan biaya transportasi.
5
Jadwal kegiatan disusun sebagai berikut: BULAN NO
KEGIATAN FEB
1 2 3 4
Penyusunan Proposal Pengajuan Proposal Kegiatan Pelatihan Penyusunan Laporan
MAR
MEI
JULI
AGUS T
XX X XXX XXXX XXX X
XXX
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan telah dilaksanakan dengan lancar pada hari Jum’at, tanggal 25 Mei 2015, jam 13.00 – 15.30 di LPM UNJ. Kegiatan diikuti oleh 35 orang mahasiswa. Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh Ketua Tim yang menyatakan tentang maksud dan tujuan dari kegiatan ini. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan Ketua LPM sekaligus membuka kegiatan. Untuk selanjutnya pelaksanaan dipandu oleh tiga orang instruktur yaitu: 1. Ibu Budi Astuti 2. Ibu Pirmantiningsih 3. Ibu Ria Peserta dibagi menjadi tiga kelompok, masingmasing kelompok dipandu oleh satu instruktur. Peserta dibagikan bahan, kemudian diberi pejelasan tentang: 1. Nama bahan, jenis bahan, masingmasing harganya dan tempat pembelianya. 2. Contoh bentuk-bentuk yang sudah jadi dan variasinya serta kemungkinan pengembangan ide-ide yang dapat dilakukan. 3. Harga jual, kemasan dan pangsanya, seperti untuk dijual eceran, dijual di konter khusus, untuk souvenkir hajatan seperti pernikahan, sunatan dsb. Selanjutnya peserta diajarkan membuat kerajinan dengan langsung praktik, bagi mahasiswa yang telah selesai langsung diajarkan membuat kerajianan lainya. Bagi mahasiswa yang telah selesai diberikan tambahan bahan 6
untuk praktik pengembangan di rumah masingmasing. Pada bagian akhir kegiatan dilakukan evaluasi terhadap kerapihan hasil kerja dan dibenahi serta diberi petunjuk melakukan pembetulanya. Hasil pekerjaan peserta dibawa, menjadi milik peserta pelatihan. Bahkan beberapa peserta minta dibawakan lagi bahanbahan untuk dibawa selain bahan yang telah diberikan. Kegiatan ditutup dengan memberikan pesan bahwa ketrampilan yang diberikan selain untuk dipakai/dimanfaatkan sendiri, juga agar dipergunakan untuk diajarkan kepada orang lain terutama di lokasi KKN. B. Hasil Hasil yang didapat dari pelatihan ini adalah semua peserta dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tentu saja dengan kecepatan dan kerapihan yang berbeda-beda. Akan tetapi seluruh peserta dapat menyelesaikan ketiga tugasnya dengan tuntas. Dilihat dari minat, peserta antusias mengikuti. Indikatornya adalah semua peserta megikuti kegiatan sampai acara selesai, tidak ada yang meninggalkan tempat di tengah acara. Bahkan peserta menginginkan diadakan lagi kegiatan serupa untuk ketrampilan yang berbeda. Dari hasil testimoni, peserta merasa bahwa kegiatan ini bermanfaat, dapat diteruskan, dan diperlukan baik untuk keperluan diri peserta ataupun untuk persiapan kkn. Peserta menghendaki agar di lokasi KKN dapat menularkan ketrampilan kepada masyarakat tempat mereka bertugas. Bahkan ada peserta yang sudah menyatakan akan mulai membuat dengan cara menyicil untuk souvenir hajatan. Kendala yang dirasa oleh peserta adalah ketersediaan waktu untuk ikut pelatihan, beberapa orang digantikan oleh temanya karena sedang ada kuliah atau kegiatan lainya. Akan tetapi mereka yang tidak bisa ikut kegiatan umumnya merasa menyesal karena kegiatanya dirasakan mereka sangat menarik dan bermanfaat.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan Dengan dilaksanakanya kegiatan ini peserta memiliki ketrampilan yang bermanfaat untuk dirinya dan untuk masyarakat yang dibinanya. Pelaksana kegiatan juga berharap agar mendapat kesempatan untuk menyeleng-garakan kegiatan sejenis yang lebih bervariasi dan dengan jumlah peserta yang lebih banyak. Peserta merasakan manfaat dan menginginkan untuk mengembangkan diri serta berharap ada pelatihan lain yang sejenis sebagai kelanjutanya. Diharapkan pelatihan ini memberikan dampak terciptanya entrepreneur di kalangan peserta dan di kalangan masyarakat binaan. Target minimal adalah para peserta dapat menjadi instruktur yang mampu menularkan ketrampilan ke warga atau masyarakat di lokasi KKN.
Aida Idris, 1983, Cara-cara Belajar yang Efisien, dalam Materi Dasar Program Bimbingan dan Konseling untuk Perguruan Tinggi; Psikologi Belajar, Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.
B. Saran LPM UNJ memberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan sejenis dan perlu diwujudkanya ketrampilan yang rutin antara lain dengan mendirikan pusat wirausaha. Atau pusat pelatihan ketrampilan. Semoga kegiatan ini memberi manfaat bagi pengembangan KKN dan masyarakat mandiri. Tuhan memberkati.
Amir Hamzah, Sulaeman, 1970, Media AudioVisual untuk Pengajaran, Penerangan dan Penyuluhan, P.T. Gramedia, Jakarta. Arsyad, Azhar, 2002, Media Pembelajaran, Rajafindo Persada, Jakarta. Dale, E., Audiovisual Method in Teaching (Third Edition), The Dryden Press, Holt, Renehart and Winson, Inc, New York. Maman Achdiat, dkk.,1980, Teori Belajar Mengajar dan Aplikasinya dalam Program Belajar Mengajar, Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Oemar Hamalik, 1982, Media Pendidikan, Alumni, Bandung, http://www.perencanakeuangan.com/files/Faktor Penghasilan.html diambil tanggal 4/30/2012 jam 11:26
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
7
8
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN PEMBUATAN CASE GADGET CHEMISTRY STYLE YANG UNIK DAN KREATIF DALAM RANGKA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MAHASISWA JURUSAN KIMIA FMIPA UNJ Irma Ratna Kartika1), Fera Kurniadewi1), Muktiningsih Nurjayadi3), Yuli Rahmawati4) Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta,
ABSTRAK Kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan IPTEKS telah dilakukan di Jurusan Kimia FMIPA UNJ yang dihadiri oleh mahasiswa Jurusan Kimia sebagai tenaga potensial, dengan jumlah total peserta sebanyak 40 orang. Perumusan masalah utama pada kegiatan ini adalah: Bagaimana upaya konkrit untuk melatih keterampilan mahasiswa mendesain berbagai case gadget Chemistry Style dengan berbagai design unik dan kreatif yang terbuat dari resin sebagai upaya mengaplikasikan pengetahuan Kimia? Tujuan dari kegiatan ini adalah: (1) Menambah dan mengembangkan wawasan pengetahuan Kimia para mahasiswa Jurusan Kimia tentang aplikasi resin; (2) Meningkatkan keterampilan kreatif mahasiswa dalam mendesain berbagai case gadget Chemistry Style dengan berbagai design unik dan kreatif yang terbuat dari resin. Program pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan manfaat: (1) Untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ tentang resin dan aplikasinya dengan berbagai design unik dan kreatif untuk case gadget Chemistry Style; (2) Semua mahasiswa dapat mengembangkan kegiatannya menjadi lebih terprogram dan bernilai ekonomis; (3) Keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti program ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan pada akhirnya dapat menambah penghasilan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik, karena: (1) Mahasiswa mengikuti setiap tahapan kegiatan yang diselenggarakan dari awal sampai akhir dengan sungguh-sungguh; (2) Mahasiswa aktif bertanya pada setiap tahap yang tidak dimengerti; (3) Mahasiswa berkeinginan untuk mengembangkan keterampilan yang diperoleh pada skala komersial yang bertujuan meningkatkan penghasilan; (5) Ketua Jurusan dan BEMJ Jurusan Kimia yang telah memberikan dukungan sehingga terwujudnya kegiatan dengan memberikan kemudahan dalam perizinan, himbauan pada mahasiswa dan penyebaran undangan. Kata Kunci : Case Gadget, Chemistry Style, Resin, IPTEKS, unik dan kreatif, Kimia
I. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang informasi dan komunikasi, telah membuat masyarakat mengenal Imu Pengetahuan Alam lebih cepat, yang salah satunya adalah melalui penggunaan gadget yang berupa laptop, komputer tablet, dan ponsel. Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Indonesia menempati urutan teratas di dunia dalam penggunaan ponsel pintar atau smartphone dengan waktu pemakaian rata-rata 181 menit per hari (Okezone, 2014). Sehingga, permintaan konsumen terhadap case gadgetakan meningkat, karena dengan case, gadget akan terlindungi dari guncangan dan mempermudah 9
untuk dibawa. Case gadgetdapat berupa tas laptop, case tablet maupun case ponsel. Seiring dengan perkembangannya, case gadget pun saat ini memiliki banyak variasi model dan design. Tetapi variasi model dan design case gadget yang saat ini ada di pasaran baru sebatas variasi pada warna dan design yang cenderung menggunakan tokoh kartun maupun animasi. Oleh karena itu, perlu adanya suatu inovasi yang unik dan kreatif dalam pembuatan model dan design tas laptop, case tablet, maupun case ponsel. Menginovasikan case gadget Chemistry Style dengan berbagai design menggunakan resin merupakan langkah strategis dalam memasarkanproduk case gadget yang unik dan kreatif. Case gadget yang khusus diperuntukkan bagi pelajar dan mahasiswa ini dibuat sebagai upaya mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan Kimiakepada masyarakat, khususnya mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ. Berdasarkan kondisi ini, perlu diupayakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mendorong mahasiswa Jurusan Kimia untuk mengaplikasikan pengetahuan dan wawasan Kimia kepada masyarakat. Tujuan lainnya adalah untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam hal mendesain berbagai case gadget Chemistry Styledengan berbagai design unik dan kreatif yang terbuat dari resin, yang kemudian berguna untuk menambah penghasilan mereka bila dikembangkan dalam skala komersial.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Case Gadget Case gadget Chemistry Style terbuat dari bahan kain perca danbentuknya persegi panjang menyerupai bentuk gadget (laptop, tablet, dan ponsel) dengan berbagai design unik dan kreatif. Berbagai design unik dan kreatif tersebut di tempelkan ke case gadgetmenggunakan lem. Sementara, untuk tas laptop dibuat dengan tambahan resleting dan pegangan tangan untuk memudahkan membawa laptop. Sedangkan untuk case tablet dan case handphone dibuat variasi model soft case dan flip case. Prospek pengembangan usaha case gadget Chemistry Styledikaji berdasarkan pada analisa 10
SWOT (Strength, Weakness, Threat) sebagai berikut :
Opportunity,
1. Kekuatan (Strength) yang meliputi perkembangan teknologi yang canggih yang memudahkan setiap orang memiliki gadget; jumlah pelajar dan mahasiswa yang memiliki gadget cukup banyak di Indonesia; gadget perlu untuk dibuat tempat penyimpanannya atau sering disebut case gadget; variasi bentuk dan design yang memiliki keunikan tersendiri yang tidak didapatkan pada designcase gadget lainnya. 2. Kelemahan (Weakness) antara lain skala produksi yang masih relatif sedikit.Hal ini dapat diatasi jika adanya modal yang cukup besar. Peluang (Opportunity) antara lain pelajar dan mahasiswa di Indonesia menggunakan gadget untuk kebutuhan informasi dan komunikasi; case gadget banyak diminati oleh kalangan pelajar dan mahasiswa untuk memudahkan membawa gadget; pemasaran dapat dilakukan melalui online shop dan sosial media agar semua orang mudah untuk mengaksesnya. Ancaman (Threat) antara lain design produk yang rawan untuk diduplikasi/dibajak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab serta munculnya usaha-usaha sejenis yang menggunakan design yang sama dan memproduksi dalam skala besar. Berdasarkan uraian kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) diatas, perlu disusun strategi untuk prospek pengembangan usaha case gadgetChemistry Styleagar lebih baik. Adpun strategi yang digunakan ialah dengan menggunakan kekuatan (strength) yang dimiliki untuk mengatasi kelemahan (weakness) dan ancaman (threat) yang ada. Ancaman dapat diatasi dengan caramembuat hak paten dari produk case gadget Chemistry Style. Berdasarkan uraian analisa SWOT diatas dapat diprediksi bahwa pengembangan usaha ini akan mendapat sambutan yang baik serta memiliki prospek usaha yang baik pula.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
B. Resin Resin adalah senyawa polimer rantai karbon. Polymer berasal dari kata –poly (banyak) dan –mer (ikatan). Senyawa polimer rantai karbon dapat didefinisikan sebagai senyawa yang mempunyai banyak ikatan rantai karbon. Resin merupakan bahan pelapis, perekat dan material komposit seperti yang menggunakan serat karbon, serta pembuat fiberglass (meskipun polyester, vinyl ester, dan resin thermosetting lainnya juga digunakan untuk plastik yang diperkuat kaca). Resin berwujud cairan kental seperti lem, berkelir hitam atau bening, menyerupai minyak goreng, tetapi agak kental. Ada banyak jenis resin, diantaranya adalah: Natural Oil, Alkyd, Nitro Cellulose, Polyester, Melamine, Acrylic, Epoxy, Polyurethane, Silicone, Fluorocarbon, Venyl, Cellolosic, dan lain-lain. Resin atau epoksi terdiri dari monomer atau polimer rantai pendek dengan kelompok epoksida di kedua ujung. Epoksi bersifat adhesi dan tahan panas, sifat mekanik, dan sifat isolasi listrik. Resin paling umum yang dihasilkan adalah berasal dari reaksi antara epiklorohidrin, bisphenol-A dan monomer polyamine, misalnya triethylenetetramine (Teta). Ketika semua senyawa dicampur bersama, kelompok amina (NH) bereaksi dengan kelompok epoksida untuk membentuk ikatan kovalen menghasilkan polimer sangat silang, kaku dan kuat. Proses polimerisasi disebut "curing", dan dapat dikontrol melalui suhu, pilihan senyawa resin, dan rasio konsentrasi senyawanya; dan lamanya reaksi. Resin berfungsi untuk mengeraskan semua bahan yang akan dicampur. Resin biasanya digunakan sebagai bahan dasar dalam membuat kerajinan, dan gantungan. Resin jenis butek lebih banyak digunakan untuk pembuatan aksesoris, disamping harganya murah, resin ini dapat dengan mudah dibeli di toko-toko kimia. Resin untuk bahan aksesoris fiberglass, umumnya menggunakan resin bening atau resin butek. Resin bening, biasanya digunakan untuk bentuk yang menonjolkan kebeningannya, seperti untuk aksesoris visor, kap lampu dan lain lain sebagai pengganti mika, namun penggunaan resin bening yang ada di pasaran untuk Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
pengganti mika, masih belum menghasilkan kualitas yang memuaskan. Cairan katalis biasanya berwarna bening dan berbau agak menyengat. Cairan ini berfungsi untuk mempercepat proses pengerasan adonan fiber. Semakin banyak katalis maka akan semakin cepat adonan mengeras tetapi hasilnya kurang bagus. Katalis dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit. Penggunaan katalis 1% dari resin dalam kondisi dingin. Namun, jika cuaca panas, katalis yang digunakan hanya 0.8% dari resin. Cairan ini jika mengenai kulit akan terasa panas, seperti cairan air aki. Kalsium karbonat yang berbentuk bubuk putih yang menyerupai terigu ini berfungsi sebagai pengental adonan fiberglass.Semakin banyak campuran kalsium karbonat pada adonan, maka hasil fiberglass akan menjadi lebih tebal dan berat. Bahan ini dapat diganti dengan talc, tetapi warna talc agak lebih gelap. C. Kerajinan Tangan Dari Resin Langkah-langkah dalam membuat desain antara lain dengan: 1. Membuat visualisasi produk dengan gambar melalui komputer. Melakukan pembuatan pola melalui komputer yang kemudian dituangkan dalam gambar desain. Hal ini bertujuan memvisualisasikan desain prosuk yang akan dibuat dan mempermudah dalam pencetakan. 2. Membuat cetakan fiberglass sesuai ukuran gambar. Gambar produk yang telah dibuat kemudian digunakan untuk menciptakan cetakan fiberglass dengan ukuran tertentu. Cetakan ini dibuat dari bahan fiberglassuntuk mempermudah pembentukan. 3. Finising desain cetakan fiberglass. Finising dilakukan untuk melihat keakuratan ukuran dan kesesuaian bentuk cetakan dengan model gambar. Adapun, proses pencetakan dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: 1. Menyiapkan alat-alat berupa gelas air mineral atau baskom atau ember, pengaduk (bisa sumpit atau sendok plastik), dan sarung tangan. 11
2. Menuang resin, katalis dan talc kedalam gelas air mineral dengan perbandingan campuran Resin : Katalis = 1 liter : 10cc (0,01 L), sedangkan resin ditambah talc kira-kira perbandingan 1:1. Untuk mengetahui apakah resin dan katalisnya sudah benar-benar tercampur, maka ketika campuran diaduk, resin dan katalis akan terasa lebih sukar diaduk atau sudah lebih lengket. Bila katalis terlalu banyak dicampurkan pada resin, pada saat sudah kering, resin akan menjadi retakretak. Bila katalis terlalu sedikit sedikit dicampurkan pada resin, resin akansulituntukmongering. 3. Penambahan air secukupnya untuk menjaga agar bahan baku tidak mudah mengeras. 4. Penambahan pigmen sesuai warna yang dikehendaki dan diaduk-aduk sampai merata. 5. Penuangan bahan baku kedalam cetakan dan menunggu hingga mengering dan keras. Sebelum cetakan digunakan, terlebih dahulu diolesi dengan minyak goreng agar resin yang sudah kering mudah dilepas dari cetakan. 6. Mengeluarkan fiberglass dari cetakan. 7. Untuk pemberian hiasan, resin yang sudah diaduk dan tercampur dengan katalis, dimasukkan kedalam cetakan (yang sudah diolesi minyak goreng) hanya setengah cetakan terlebih dahulu. Resin ditunggu sampai agak mengering, lalu hiasan dimasukkan. Hiasan dapat berbentuk potongan kecil kertas warna, daun dan bunga atau foto, uang recehan pecahan 100, 200, atau 50 rupiah, bubuk atau pasir warna. Hiasan dijaga agar tidak ikut mengapung diatas campuran resin dan katalis.
III. METODE PELAKSANAAN Tahap Pendahuluan meliputi pengumpulan data mengenai karakteristik mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ, jenis dan merek gadget yang dimiliki oleh mahasiswa, case gadget yang selama ini digunakan oleh mahasiswa, mengadakan koordinasi dengan Ketua Jurusan dan Ketua BEMJ dalam hal penyesuaian waktu dengan kelompok sasaran.
12
Persiapan antara lain penyusunan rencana kerja yang meliputi persiapan penyuluhan, penyusunan materi penyuluhan, persiapan alat dan zat untuk resin, serta mengatur waktu dan tempat kegiatan penyuluhan. Pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan dalam satu kali pertemuan, yaitu pada hari Senin, 5 Oktober 2015 pukul 08.00 – 12.00 WIB, bertempat di Ruang 1.6 – 1.7 Gedung FMIPA UNJ dengan jumlah peserta sebanyak 40 orang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peserta memberikan tanggapan yang positif dan antusias pada kegiatan ini. Peserta banyak mengajukan pertanyaan karena keingintahuan lebih lanjut peserta mengenai informasi yang telah disampaikan. Beberapa pertanyaan dari peserta antara lain: a. Jenis resin yang digunakan, b. Komposisi dan perbandingan campuran resin : katalis : talc, c. Penggunaan bahan pengganti katalis dan talc, d. Kemudahan mendapatkan bahan (resin, katalis dan talc), e. Harga bahan yang digunakan (resin, katalis dan talc), f. Penyimpanan dan daya tahan produk yang dihasilkan, g. Keamanan produk untuk digunakan oleh semua umur (anak-anak, remaja, dewasa, dan manula), h. Fungsi produk yang dihasilkan. Tim pelaksana juga mengadakan wawancara kepada peserta kegiatan tentang program kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mengetahui kebermanfaatan kegiatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta kegiatan, program pelatihan ini dianggap sangat bermanfaat karena: a. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ dapat menambah dan memperluas wawasan pengetahuan mereka tentang teknologi tepat guna bidang kimia terapan yang sederhana.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
b. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ dapat menambah keterampilan. c. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ merasa terpacu untuk menghasilkan produk yang unik dan menarik dan dapat dikembangkan dalam skala komersil. Mahasiswa Jurusan Kimia FMIPA UNJ yakin bahwa keterampilan yang diperoleh setelah mengikuti kegiatan ini dapat diterapkan dan dimanfaatkan langsung setelah mengikuti kegiatan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan pada akhirnya dapat menjadi sumber penghasilan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat terlaksana dengan baik, karena: a. Peserta mengikuti setiap tahapan kegiatan yang diselenggarakan dari awal sampai akhir dengan sungguh-sungguh, b. Peserta aktif bertanya pada setiap tahap yang tidak dimengerti, c. Peserta berkeinginan untuk mengembangkan keterampilan yang diperoleh pada skala komersial yang bertujuan meningkatkan penghasilan, d. Ketua Jurusan dan BEMJ Jurusan Kimia memberikan dukungan sehingga terwujudnya kegiatan dengan memberikan kemudahan dalam perizinan, himbauan pada mahasiswa dan penyebaran undangan.
V. KESIMPULAN
d. Peserta perlu diberikan penyuluhan lanjutan tentang pembuatan kemasan produk yang menarik bagi konsumen, e. Peserta perlu diberikan penyuluhan lanjutan tentang cara penyimpanan produk yang telah dibuat agar tahan lama, f. Peserta perlu diberikan penyuluhan lanjutan tentang strategi pemasaran produk yang telah dibuat kepada masyarakat, g. Peserta perlu diberikan penyuluhan lanjutan tentang analisis usaha yang akurat untuk melihat prospek usaha yang akan dilakukan dan disesuaikan dengan kondisi saat ini.
DAFTAR PUSTAKA Hightower, R. and Gradecki, J. D. 2003. Mastering Resin. Indiana: Wiley Publishing Inc. Kelompok Kerja Pengembangan Sumber Daya Manusia, 1996. Profil Teknologi Padat Karya. May, C. A. 1988. Epoxy Resin: Chemistry and Technology. Second Edition. New York: Marcel Dekker Inc. Sanggarang, D. L. 2004. Membuat Kerajinan Berbahan Fiberglass. Jakarta: Kawan Pustaka. E. Sutrisno, C. I., 1998. Metode dan Bentuk Pengabdian Masyarakat. IKIP Jakarta.
Kesimpulan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah: a. Peserta kegiatan telah mampu membuat design dan membuat Case Gadget Chemistry Style yang unik dan kreatif, b. Peserta memberikan tanggapan yang positif dan antusias pada kegiatan ini. c. Untuk mengetahui kesungguhan peserta dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selepas mengikuti kegiatan, maka perlu adanya pembinaan yang berkelanjutan dan kontinue,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
13
14
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN PENGOLAHAN TEMPE MENJADI MINUMAN DAN TEPUNG TEMPE PADA TUTOR PAUD DI KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR Alsuhendra1), Ridawati2) Jurusan IKK Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola dan tutor PAUD di Kecamatan Makasar Jakarta Timur tentang pengolahan tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe. Kegiatan dilaksanakan di PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar Jakarta Timur dengan melibatkan 23 orang sasaran. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah penyuluhan interaktif antara narasumber dengan sasaran serta demonstrasi pengolahan tempe. Dari pelaksanaan kegiatan ini diketahui terjadi peningkatan pengetahuan sasaran tentang tempe dan produk olahannya, yaitu minuman sari tempe serta tepung tempe. Para pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati juga menyatakan tertarik untuk mengonsumsi dan memproduksi sendiri minuman sari tempe dan tepung tempe karena dipahami bahwa minuman tempe dan tepung tempe memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan. Kata Kunci : tempe, minuman sari tempe, tepung tempe, tutor, PAUD
I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Salah satu bentuk lembaga pendidikan non formal yang banyak dikembangkan di Indonesia adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat telah menjadi tempat pem-belajaran berbagai macam pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat, sehingga keberadaan PKBM dirasakan masyarakat telah menjadi alternatif sumber pembelajaran, khususnya bagi masyarakat putus sekolah atau dengan tingkat ekonomi lemah. Berbagai PKBM telah dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat (swasta), di antaranya terdapat di Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Jenis kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada PKBM di Kecamatan Makasar cukup beragam, termasuk kegiatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Data pada tahun 2015 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 45 lembaga PAUD negeri dan swasta di wilayah tersebut dengan jumlah guru sebanyak 205 orang serta total murid 2088 orang. Kegiatan pembelajaran di PAUD harus dilakukan dengan prinsip menyenangkan dan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dapat memelihara potensi anak, baik fisik maupun mental. Tutor memegang peran penting dalam mendidik anak karena tutor berperan sebagai pembimbing, pelatih, atau pendidik anak-anak.Untuk itu, tutor yang bertugas sebagai pelaksana kegiatan pem-belajaran harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang handal agar dapat mendidik anak-anak dengan baik dan sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan seorang tutor dapat dilakukan melalui pendidikan lanjut pada strata yang lebih tinggi, atau melalui sejumlah kegiatan pelatihan, baik yang diadakan oleh Suku Dinas Pendidikan Non Formal Informal (PNFI) atau lembaga lainnya. Salah satu pengetahuan dan keteram-pilan yang perlu dimiliki oleh tutor adalah pengetahuan dan keterampilan tentang makanan yang harus dikonsumsi oleh seorang anak usia dini. Hal ini didasarkan pada pentingnya memberikan makanan yang baik dan bergizi kepada anak usia dini agar anak-anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat dan memiliki kecerdasan tinggi. Pelatihan bagi tutor tentang pengolahan makanan yang baik penting dilakukan. Dengan pelatihan tersebut, tutor dapat menyebarluaskan 15
pengetahuan dan keterampilan pengolahan makanan tersebut kepada anak-anak dan orang tua.Dalam hal ini, tutor adalah agen peubah dan agen pentransfer pengetahuan bagi masyarakat. Berbagai bentuk pengolahan makanan dengan menggunakan teknologi tepat guna dapat disampaikan kepada para tutor, khususnya tutor yang mengajar pada PAUD di Kecamatan Makasar. Di antara teknologi tepat guna tersebut adalah pengolahan tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe. Tempe merupakan salah satu jenis makanan yang mengandung gizi tinggi, karena kaya akan protein, vitamin, dan mineral. Meskipun memiliki kandungan gizi yang tinggi, tidak semua anak-anak menyukai tempe sebagai lauk. Oleh karena itu, pengolahan tempe menjadi minuman sari tempe diharapkan dapat meningkatkan kesukaan anak-anak terhadap tempe olahan dengan kandungan gizi yang juga tinggi. Minuman sari tempe dianggap sebagai produk diversifikasi pangan berbasis tempe.Sebagaimana tempe, minuman sari tempe memiliki kandungan gizi yang tinggi, bahkan dapat digunakan pula sebagai minuman antidiare. Selain dijadikan minuman, tempe juga dapat diolah menjadi tepung yang selanjutnya diaplikasikan sebagai bahan untuk membuat berbagai produk olahan pangan. Proses pembuatan tepung tempe juga sederhana, sehingga dapat dilakukan dengan mudah oleh tutor dan masyarakat lainnya. Pelatihan yang akan diberikan kepada tutor PAUD di Kecamatan Makasar ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tutor, tetapi juga diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan alternatif bagi tutor dan masyarakat sekitar. Dalam hal ini, tutor dan masyarakat dapat mengolah minuman sari tempe dan produk tempe lainnya, seperti tepung tempe menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi dan layak untuk dipasarkan. B. Permasalahan Mitra Lembaga penyelenggara kegiatan PAUD di Kecamatan Makasar Jakarta Timur perlu diberdayakan sebagai agen peubah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan 16
masyarakat dalam berbagai bidang.Pelaku utama yang berperan sebagai agen peubah pada lembaga PAUD adalah tutor. Tutor umumnya berasal dari masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, terutama tutor dengan status swasta. Selain memiliki pendapatan yang rendah, tutor juga kurang mengusai berbagai keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak usia dini, seperti keterampilan dalam mengolah makanan. Secara umum, permasalahan yang dijumpai pada tutor PAUD di Kecamatan Makasar adalah: 1) Rendahnya tingkat pendapatan dan status ekonomi tutor 2) Kurangnya kegiatan pelatihan bagi tutor dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengolah makanan 3) Kurangnya upaya untuk meningkatkan pendapatan tutor karena tidak adanya alternatif kegiatan bisnis yang dikembangkan oleh pengelola PKBM dengan melibatkan tutor sebagai pelaku bisnis 4) Terbatasnya tingkat pengetahuan dan keterampilan tutor dalam mengolah makanan yang berperan penting dalam mendukung tumbuh kembang anak usia dini 5) Kurangnya inisiatif tutor dan masyarakat dalam melakukan diversifikasi produk olahan makanan atau minuman. C. Solusi yang Ditawarkan Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh tutor dan masyarakat lainnya di Kecamatan Makasar Jakarta Timur adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pengetahuan tutor PAUD dan masyarakat di Kecamatan Makasar tentang manfaat tempe dan hasil olahannya. 2. Peningkatan keterampilan tutor PAUD dan masyarakat di Kecamatan Makasar dalam mengolah tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe yang memiliki nilai ekonomi tinggi. 3. Pemberian motivasi kepada tutor PAUD dan masyarakat di Kecamatan Makasar agar dapat membentuk dan mengemJurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
bangkan unit bisnis di PKBM, sehingga dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi keluarga. D. Luaran Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah : 1. Meningkatnya kualitas pengetahuan dan keterampilan tutor PAUD dan masyarakat di Kecamatan Makasar. 2. Meningkatnya partisipasi dan motivasi masyarakat dalam melakukan pengolah-an tempe menjadi minuman sari tempe dan tepung tempe yang berkhasiat bagi kesehatan anak usia dini.
II. MATERI DAN METODE A. Tempat dan Waktu Rencana, pelaksanaan, dan pembuatan laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di UNJ dari bulan Juni hingga Nopember 2015, sedangkan kegiatan pelatihan pembuatan minuman dan tepung tempe dilaksanakan di Balai RW 5 PAUD Kuntum Melati Jl. Usman Harun Kampung Makasar Jakarta Timur pada tanggal 29 September 2015. B. Khalayak Sasaran Kegiatan ini dilakukan dengan melibatkan sekitar 23 orang pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati yang menjadi sasaran kegiatan. C. Metode Peningkatan pengetahuan dan keterampilan sasaran dilakukan dengan metode penyuluhan interaktif dan demonstrasi pengolahan produk tempe. Dari pelaksanaan kegiatan ini terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan sasaran tentang tempe serta produk minuman dan tepung tempe. Langkah-langkah yang diambil dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah: 1. Mengidentifikasi calon pengelola dan tutor PAUD yang akan dijadikan peserta. 2. Menyiapkan narasumber yang memberikan informasi dan pengetahuan tentang
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
3.
4. 5. 6.
tempe dan produk olahannya, yaitu minuman sari tempe dan tepung tempe. Menyiapkan instruktur untuk melatih sasaran dalam membuat minuman sari tempe dan tepung tempe. Mengundang sasaran untuk mengikuti kegiatan pelatihan. Melaksanakan kegiatan pelatihan. Mengevaluasi pengetahuan dan motivasi sasaran tentang tempe dan produk minuman sari tempe serta tepung tempe. Evaluasi dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis kepada para sasaran. Salah satu aspek yang sangat menentukan keberhasilan evaluasi adalah rancangan evaluasi yang dikembangkan sebagai instrumen pengukuran keberhasilan dan pencapaian tujuan. Instrumen yang digunakan adalah angket yang berisi sejumlah pertanyaan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Pengetahuan Pengelola dan Tutor Penyuluhan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam kegiatan ini, penyuluhan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar Jakarta Timur tentang tempe dan produk olahannya. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dasar pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati tentang tempe dan produk olahannya, sebelum penyuluhan diberikan, terlebih dahulu dilakukan penilaian tingkat pengetahuan sasaran melalui pengisian instrumen pre-test. Instrumen tersebut berisi 8 pertanyaan tentang materi dan harus dijawab oleh sasaran dengan jujur. Selanjutnya, untuk mengetahui efektivitas dari penyuluhan, setelah diberikan penyuluhan, kepada sasaran ditanyakan kembali 8 pertanyaan yang sama (post-test) guna mengetahui tingkat keterserapan materi peyuluhan oleh sasaran. Hasil dan pembahasan terhadap data pre- dan post-test disajikan di bawah ini.
17
18
Persentase (%)
100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
Tempe kaya protein
Pre-Test
90.9
Tempe sebaiknya tidak digoreng 40.9
Post-Test
100.0
100.0
Gambar 3. Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat tentang Kandungan dan Cara Pengolahan Tempe
Selain jumlah protein yang tinggi, kualitas protein pada tempe juga tinggi karena protein tempe mudah dicerna oleh enzim protease yang ada dalam tubuh. Baik pada pre-test maupun post-test, persentase sasaran yang memberikan jawaban benar terhadap pernyataan bahwa protein tempe memiliki kualitas yang sama dengan daging meskipun harganya murah adalah sama, yaitu 95.5% (Gambar 4). Karena memiliki kualitas protein yang tinggi, maka tempe dapat diberikan kepada bayi dan anak-anak, meskipun tempe ditumbuhi oleh kapang Rizhopus oryzae sp. Sebanyak 77.3% sasaran menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut sebelum diberikan penyuluhan (pretest). Setelah mendapatkan penyuluhan, persentase sasaran yang menyetujui pernyataan bahwa tempe cocok untuk bayi dan anak-anak meningkat menjadi 95.5%. Hal ini memperlihatkan adanya pengaruh dari penyuluhan dalam meningkatkan pengetahuan sasaran tentang kandungan dan mutu gizi dari tempe, sehingga terjadi peningkatan persentase sasaran yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar. Persentase (%)
1. Kandungan dan Cara Pengolahan Tempe Tempe termasuk jenis makanan yang memiliki kualitas gizi baik, khususnya protein. Karena mengalami proses fermentasi, kedele yang menyusun tempe mengandung protein dengan daya cerna yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein kedelai. Di dalam instrumen pre-test dan post-test dinyatakan bahwa tempe merupakan jenis bahan makanan yang kaya akan protein. Pada saat pretest, sebanyak90.9% sasaran menyetujui pernyataan tersebut dan terdapat 9.1% sasaran yang tidak setuju. Namun, setelah diberi penyuluhan, seluruh sasaran ternyata telah mengetahui bahwa tempe adalah makanan yang kaya akan protein. Hal ini dapat dilihat dari hasil post-test bahwa 100% sasaran menyatakan tempe kaya akan protein (Gambar 3). Meskipun ditumbuhi oleh kapang Rizhopus oryzae sp., tempe adalah makanan yang aman dikonsumsi meskipun dalam keadaan mentah atau tidak mengalami proses pengolahan. Sebelum ditambah kapang, kedelai terlebih dahulu agar jaringan kedelai menjadi lunak dan basah sehingga mudah ditumbuhi oleh kapang. Oleh sebab itu, tempe sebenarnya adalah makanan yang siap konsumsi, meskipun tidak mengalami pengolahan. Penggorengan tempe dapat menurunkan jumlah dan mutu zat gizi yang ada dalam tempe. Karena itu, tempe sebaiknya mendapatkan proses pengolahan yang minimal, terutama pengolahan panas, seperti digoreng. Pada kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, sebelum penyuluhan dilakukan, terlebih dahulu ditanyakan kepada sasaran apakah tempe sebaiknya digoreng agar kapang yang berwarna putih pada tempe mati. Sekitar Jahe merupakan salah satu jenis rempah asli Indonesia yang banyak dimanfaatkan 40.9% sasaran menyatakan tempe sebaiknya tidak digoreng agar zat gizi yang diperoleh lebih optimal. Setelah diberi penyuluhan, persentase sasaran yang menjawab tempe sebaiknya tidak digoreng meningkat menjadi 100%. Ini menunjukkan bahwa seluruh sasaran dapat memahami informasi yang disampaikan oleh narasumber, bahwa tempe lebih baik tidak digoren (Gambar 3).
100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
Pre-Test
Tempe cocok untuk bayi dan anak 77.3
Protein tempe berkualitas tinggi 95.5
Post-Test
95.5
95.5
Gambar 4. Sebaran Sasaran berdasarkan Pendapat tentang Kualitas Tempe dan Kecocokan Tempe bagi Bayi dan Anak-anak
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Persentase (%)
Minuman sari tempe adalah minuman yang dibuat menggunakan bahan baku tempe dengan cara mengambil sari dari tempe menggunakan air panas. Cara pembuatan minuman sari tempe sebenarnya sangat sederhana, tetapi tidak semua orang dapat membuat minuman tersebut. Pada saat pre-test, sebanyak 77,3% sasaran mengetahui bahwa sari tempe dapat dibuat dengan menggunakan air panas. Persentase tersebut menjadi meningkat pada saat post-test, yaitu 90,9%. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyaknya sasaran yang mengerti cara pembuatan minuman sari tempe setelah mendapatkan penyuluhan dari narasumber.
95.0 90.0 85.0 80.0 75.0 70.0
Pre-Test Post-Test
Sari tempe Ampas sari dibuat tempe masih dengan air berguna mendidih 77.3 77.3 90.9
90.9
Gambar 5. Sebaran Sasaran berdasarkan Pengetahuan tentang Pembuatan Sari Tempe dari Air Mendidih dan Ampas Tempe
Sari tempe dibuat dari hasil pemisahan sari tempe dengan hancuran tempe menggunakan air panas. Ampas hasil pemisah-an sari tempe dengan hancuran tempe sebenarnya masih mengandung gizi dan serat makanan yang bermanfaat bagi kesehatan. Jadi, ampas tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk pangan, seperti kue basah. Meskipun mengandung banyak gizi, tidak semua sasaran mengetahui bahwa ampas pembuatan sari tempe masih dapat digunakan sebagai bahan baku produk olahan lainnya. Berdasarkan hasil survei pada saat pre-test diketahui bahwa persentase sasaran yang menyatakan ampas sari tempe masih berguna adalah sebanyak 77,3%. Persentase tersebut Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
meningkat menjadi 90,9% pada saat post-test karena sasaran mendapatkan pengetahuan tentang kandungan gizi ampas sari tempe pada saat penyuluhan. Tepung tempe merupakan salah satu bentuk produk awet dari tempe. Pengubahan tempe basah menjadi bentuk tepung dapat meningkatkan variasi olahan dari tempe karena tepung tempe dapat digunakan sebagai tambahan atau bahan baku untuk pembuatan berbagai produk olahan. Tepung tempe dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan kue basah atau kue kering dengan tingkat penerimaan yang baik. Kue yang dibuat dari tepung tempe juga mengandung gizi yang tinggi. Ketika ditanyakan kepada sasaran tentang penggunaan tepung tempe sebagai bahan baku pembuatan kue, pada saat pre-test, sebanyak 81,8% sasaran menyatakan tepung tempe cocok dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kue. Persentase tersebut meningkat menjadi 100% pada saat post-test. Ini menunjukkan bahwa seluruh sasaran dapat memahami kegunaan tepung tempe dalam pengolahan makanan, sebagaimana disampaikan oleh narasumber pada waktu penyuluhan.
Persentase (%)
2. Produk Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe
100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
Pre-Test
Tepung tempe cocok untuk kue 81.8
Serat tempe baik bagi kesehatan 90.9
Post-Test
100.0
90.9
Gambar 6. Sebaran Sasaran berdasarkan Pengetahuan tentang Penggunaan Tepung Tempe untuk Kue dan Manfaat Serat Tempe bagi Kesehatan
Selain mengandung protein, tempe juga kaya akan serat. Kandungan serat tepung tempe adalah sekitar 1,4 g/100 g (Astuti, 1982). Serat makanan merupakan komponen dari tanaman, termasuk di dalam tepung tempe, yang tidak dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia, karena manusia tidak memiliki enzim untuk mencerna serat tersebut. Serat makanan memiliki banyak manfaat bagi ksehatan, antara lain dapat 19
B.
Tingkat Pengetahuan tentang Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe
Proses pembuatan minuman sari tempe dan tepung tempe pada kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dijelaskan oleh sejumlah mahasiswa yang dilibatkan pada kegiatan ini dalam bentuk demonstrasi. Penjelasan tentang proses pembuatan produk diberikan oleh mahasiswa bersamaan dengan demonstrasi pembuatan produk. Minuman sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan dari kegiatan demonstrasi selanjutnya disajikan kepada seluruh sasaran untuk dicicipi dan dinilai secara inderawi. Untuk mengetahui respon sasaran terhadap minuman sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan, maka kepada sasarn diberikan angket yang berisi 10 pertanyaan seputar minuman sari tempe dan tepung tempe. Hasil penilaian inderawi dari sasaran tersebut dijelaskan di bawah ini. 1.
Konsumsi dan Produksi Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe
Tempe merupakan makanan sumber protein berkualitas tinggi yang mudah didapat dan murah harganya. Karena itu, tidak heran jika tempe dikonsumsi oleh hampir semua kelompok masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang lanjut usia. Sebagian besar sasaran (85,7%) menyatakan mengonsumsi tempe setiap hari, baik untuk diri sendiri maupun keluarga (Gambar 7). Alasan sasaran mengonsumsi tempe setiap hari adalah karena bergizi dan harganya murah.
20
Persentase (%)
menurunkan kadar kolesterol darah, mencegah konstipasi, menyehatkan usus besar sehingga terhindar dari penyakit kanker usus besar, divertikulosis, dan lain-lain. Pengetahuan sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini tentang manfaat serat bagi kesehatan dapat dinyatakan baik karena dari hasil survei dapat diketahui bahwa persentase sasaran yang menyatakan serat bermanfaat bagi kesehatan termasuk tinggi. Baik pada saat pre-test maupun post-test, persentase sasaran yang menyatakan serat tempe baik bagi kesehatan adalah sama, yaitu 90,9%.
100.0 50.0
85.7
95.2
14.3 4.8
100.0
0.0
100.0 100.0
0.0
0.0
0.0
Ya
Tidak
Gambar 7. Sebaran Sasaran berdasarkan Konsumsi dan Produksi Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe
Tempe yang dikonsumsi sasaran biasanya diolah menjadi lauk dengan cara digoreng atau dibacem. Hanya sekitar 4,8% sasaran yang pernah mengolah tempe menjadi kue atau menjadikan tempe sebagai bahan baku pembuatan kue. Sisanya, yaitu 95,2%, tidak pernah membuat kue dengan menggunakan tempe sebagai bahan baku. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan sasaran tentang pengolahan tempe menjadi produk olahan. Pembuatan minuman sari tempe sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi sederhana. Karena kurangnya pengetahuan sasaran tentang cara pembuatan minuman sari tempe, maka pada saat survei dilakukan dapat diketahui bahwa tidak seorangpun (0%) yang pernah membuat minuman sari tempe. Bahkan, semua (100%) sasaran tidak tahu cara membuat minuman sari tempe tersebut dan tidak pernah pula membuat tepung dari tempe (Gambar 8). Semua pengelola dan tutor PAUD yang mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menyatakan bahwa mereka baru mengetahui adanya produk minuman sari tempe dan tepung tempe ketika mengikuti kegiatan pelatihan ini. Mereka juga menyatakan bahwa mereka tidak pernah membayangkan adanya produk minuman dari tempe karena tempe merupakan produk olahan hasil fermentasi kedelai oleh kapang. 2.
Tingkat Penerimaan Minuman Sari Tempe dan Tepung Tempe
Minuman sari tempe dan tepumg tempe merupakan produk olahan tempe yang memiliki Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Persentase (%)
100.0
95.2
95.2
100.0 50.0 0.0
4.8
4.8
0.0 Menyukai Menyukai Menyukai rasa warna aroma Ya
Tidak
Gambar 8. Sebaran Sasaran berdasarkan Tingkat Penerimaan terhadap Minuman Sari Tempe
Tingkat penerimaan tepung tempe tidak didasarkan pada penerimaan sasaran terhadap produk olahan tepung tempe, tetapi berdasarkan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
penerimaan terhadap produk olahan tepung tempe. Pada pelatihan ini, tepung tempe diolah menjadi produk bola biskuit coklat (biscuit truffle), yaitu kue yang dibuat dari bahan hancuran biskuit, susu kental manis, tepung tempe kasar, dan meses. Hasil survei menunjukkan bahwa semua sasaran (100%) menyukai rasa, warna, dan aroma dari produk bola biskuit coklat tempe yang dihasilkan (Gambar 9). Tidak satupun sasaran yang tidak menyukai produk olahan tersebut. Dari data ini dapat diketahui bahwa penambahan tepung tempe pada pengolahan produk pangan dapat diterima oleh masyarakat. 100.0 Persentase (%)
banyak manfaat, sebagai bahan baku untuk pembuatan produk olahan pangan lainnya ataupun manfaat bagi tubuh ketika dikonsumsi. Agar dapat diterima oleh para peserta pelatihan kegiatan ini, maka minuman sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan harus dinilai secara inderawi atau berdasarkan tingkat penerimaan oleh organ tubuh. Terdapat 3 aspek penilaian yang dilakukan sasaran terhadap minuman sari tempe dan produk olahan tepung tempe, yaitu rasa, warna, dan aroma. Hasil penilaian inderawi terhadap minuman sari tempe oleh peserta pelatihan menunjukkan bahwa semua (100%) sasaran menyukai minuman sari tempe (Gambar 9). Ini menunjukkan bahwa sasaran tidak terpengaruh oleh rasa tempe sebagai bahan baku minuman sari tempe yang sedikit langu, karena pada proses pembuatan minuman sari tempe ditambahkan gula dan perisa yang dapat menutupi rasa asal dari tempe. Selain rasa, warna dari minuman sari tempe juga disukai oleh hampir semua peserta pelatihan. Sebanyak 95,2% sasaran menyukai warna minuman sari tempe, dan hanya 4,8% sasaran yang tidak menyukai warnanya. Hal yang sama juga dijumpai pada aroma minuman sari tempe. Sebagaimana penerimaan terhadap warna, sebanyak 95,2% sasaran juga menyukai aroma minuman sari tempe dan sisanya sebanyak 4,8% saja yang tidak menyukainya (Gambar 8).
100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
100.0
0.0
0.0
100.0
0.0
Menyukai Menyukai Menyukai rasa warna aroma Ya
Tidak
Gambar 9. Sebaran Sasaran berdasarkan Tingkat Penerimaan terhadap Bola Biskuit Coklat Tempe
3. Tindak Lanjut Pada saat kegiatan pelatihan dan demonstrasi pembuatan produk minuman sari tempe, tepung tempe, dan produk bola biskuit coklat tempe selesai dilaksanakan, kepada para peserta pelatihan diberikan 3 pertanyaan yang berkaitan dengan tindak lanjut dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Sekitar 95,2% sasaran menyatakan bahwa produk olahan tempe merupakan produk yang dapat diberikan kepada anak-anak dan orang dewasa, sehingga mereka akan menindaklanjuti dengan keinginannya untuk membuat sendiri produk olahan tersebut, minimal untuk diberikan kepada anggota keluarga. Proses pembuatan produk olahan tempe dinyatakan oleh 76,2% sasaran tidak sulit karena menggunakan teknologi sederhana yang bisa dilakukan di rumah. Walaupun masih ada sasaran yang menyatakan proses pembuatan produk olahan tempe sulit (23,8%), tetapi para 21
Persentase (%)
sasaran tersebut yakin bisa membuat produkproduk tersebut di rumah. Para peserta pelatihan diminta pula untuk menilai kelayakan dari produk yang sudah dibuat untuk dijual di pasar. Hasil survei menunjukkan bahwa semua (100%) sasaran pelatihan menyatakan produk olahan tempe, yaitu minuman sari tempe dan tepung tempe yang dihasilkan sangat layak untuk dijual. 100.0
95.2 100.0 80.0 60.0 40.0 20.0 0.0
76.2 4.8
23.8 0.0
Mau Proses Produk dari membuat pembuatan tempe layak produk dari produk dari jual tempe tempe sulit Ya
Tidak
Gambar 10. Sebaran Sasaran berdasarkan Tindak Lanjut yang Dilakukan Sasaran setelah Mengikuti Pelatihan
C. Kendala yang Dihadapi Ada beberapa kendala yang masih dijumpai pada pelaksanaan kegiatan ini, yaitu: 1. Terbatasnya jumlah peserta yang dapat mengikuti kegiatan ini karena dana untuk penyediaan bahan baku dan peralatan yang digunakan pada pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini juga terbatas.Sebagai akibatnya, kegiatan ini hanya dilakukan dalam bentuk demonstrasi dan bukan dalam bentuk praktik sendiri oleh setiap peserta. 2. Tidak ada monitoring terhadap perkembangan penguasaan keterampilan serta praktik pembuatan produk olahan tempe oleh peserta pelatihan setelah kegiatan pengabdian kepada masyarakat selesai dilakukan. 3. Belum adanya nota kesepakatan yang bersifat berkelanjutan (MoU) dengan PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar Jakarta Timur, sehingga tidak ada kepastian untuk berlanjutnya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini di tempat yang sama pada tahun mendatang. 22
IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan penyuluhan ini adalah: a. Kegiatan penyuluhan dan demonstrasi pembuatan minuman sari tempe, tepung tempe, dan produk olahan tepung tempe bagi pengelola dan tutor PAUD Kuntum Melati Kampung Makasar Jakarta Timur dapat meningkatkan pengetahuan sasaran dalam mengolah tempe menjadi produk olahan yang layak jual. b. Motivasi dan semangat peserta untuk mengikuti kegiatan pelatihan dapat dinyatakan tinggi yang ditunjukkan oleh tidak adanya peserta yang meninggalkan kegiatan hingga kegiatan berakhir. c. Kegiatan penyuluhan dan demonstrasi ini dapat mengubah sikap dan keterampilan sasaran dalam mengolah tempe menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Prasetyo, S., dan A.S. Cantawinata. 2010. Pengaruh Temperatur, Rasio Bubuk Jahe Kering dengan Etanol, dan Ukuran Bubuk Jahe Kering terhadap Ekstraksi Oleoresin Jahe (Zingiber officinale, Roscoe). Seminar Rekayasa Kimia dan Proses, Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang, 4-5 Agustus 2010. Albertine, A, A. Darda, R. Inaryani, BN. Kusuma, dan M. Arsyad. 2008. Tepung Tempe sebagai Sumber Protein Nabati yang Ekonomis. http://repository. ipb.ac.id/handle/123456789/33708 Kasmidjo, R.B., 1990. Tempe. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. p. 1- 95. Susanti, I., 1992. Mempelajari Pembuatan Minuman Padat Gizi dari Tempe. IPB, Bogor.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN MENYUSUN RENCANA USAHA (BUSINESS PLAN) BAGI PENGUSAHA KECIL DI DESA BANTAR WARU
Corry yohana Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Tujuan dari pengabdian masyarakat ini adalah untuk Memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada individu/pengusaha kecil dilingkungan desaBantarwaru untuk dapat menyusun perencanaan dan pengelolaan usaha bagi usaha yang telah dijalankan. Metode penelitian yang digunaka adalah metode klasikal dengan pendekatan diskusi/tanya jawab dan bisnis game (simulasi) dengan maksud agar materi dapat diterima oleh peserta dengan baik. Bimbingan/konsultasi dilakukan baik melalui satu sesi pertemuan terakhir dengan peserta, telpon maupun melalui surat Hasil pelatihan menunjukan dengan adanya pelatihan ini para peserta memiliki pengetahuan dan keterampiilan praktis mengenai PembuatanRencana Usaha(Busines Plan) dan termotivasi untuk membuuat dan menggunakannya dalam usaha mereka Berdasarkan hasil pelatihan ini dapat disimpulkan peserta menginginkan pengetahuan yang berkelanjutan. Sangat diharapkan memberikan pengetahuan dalam bentuk pelatihan yang rutin dan berkesinabungan. Kata Kunci : Pelatihan, Rencana Usaha I. PENDAHULUAN Sebagai salah satu negara berkembang, Indonesia saat ini sedang giat melakukan pembangunan disegala bidang dengan tujuan mensejajarkan diri dengan negara-negara lainnya di dunia. Salah satu bentuk kontribusi perguruan tinggi dalam pembangunan tercermin pada tujuan pendidikan tinggi itu sendiri yaitu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).. Penguasaan IPTEK bertujuan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Mengacu pada statuta dan renstra Universitas Negeri Jakarta serta kebijakan pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang ditetapkan DP3M Dikti maka secara gradual dilakukan perubahan pendekatan PKM dari Community Service menjadi Community Development. Terutama dalam bidang usaha yang dilakukan masyarakat. . Masyarakat dengan taraf ekonomi menengah kebawah dan pendidikan yang terbatas memiliki keterbatasan dalam mengelola atau pun memanfaatkan secara optimum segala potensi alam yang melimpah yang berada di Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan oleh masyarakat dan minimnya keinginan masyarakat untuk meningkatkan kondisi perekonomian yang terbatas. Desa Bantarwaru merupakan salah satu desa yang memiliki potensi tanaman melinjo yang melimpah. Melimpahnya potensi tersebut, sayangnya tidak diiringi dengan pemanfaatannya secara optimal. Masyarakat Desa Bantarwaru umumnya hanya menjual melinjo untuk sayuran dan emping melinjo Saat ini, universitas memegang peranan fundamental dalam membuat dan mengembangkan orientasi ekonomi berwirausaha sebagai institusi yang menyediakan sumber ilmu pengetahuan yang baru. Universitas diharapkan dapat menjadi solusi untuk kebutuhan sosial dan industry karena universitas secara stratejik dapat menentukan sasaran untuk mendapatkan keuntungan dari investasi dalam bisnis dengan membangun jaringan bisnis, kemitraan dengan perusahaan atau dengan menciptakan perusahaan baru melalui kewirausahaan di dalam akademik. Salah satu upaya yang dapat diberikan oleh 23
universitas adalah dengan memberikan keterampilan membuat rencana kerja tertulis dan resmi guna menjalankan perusahaan (Business plan) bagi wirausahawan di desa Bantarwaru. Rencana bisnis sangat berguna untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen, atribut produk yang paling diinginkan dan memastikan rencana perusahaan di berbagai aspek seperti produksi, distribusi, penentuan harga dan pemasaran.Jika ada kendala dalam memulai usaha, rencana bisnis sangat berguna untuk memeriksa kembali tujuan dan sumber daya yang dimiliki unit usaha sehingga dapat mengatasi masalah tersebut. Lebih dari itu rencana usaha yang tertulis merupakan legitimasi dari sebuah usaha yang akan didirikan. Rencana usaha yang baik, membuat investor atau rekanan meyakini potensi usaha tersebut sehingga tertarik untuk bekerja sama. A. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut : 1. Membuka usaha tidak mungkin tanpa ada rencana sebelumnya 2. Keenggganan menulis rencana usaha 3. Kegagalan bisnis karena keterbatasan pengalaman mengelola usaha 4. Banyak benturan bisnis yang terjadi pada usaha yang dijalankan tanpa perencanaan Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka perumusan masalah dalam program pengabdian masyarakat ini adalah Bagaimana membuat perencanaan usaha (Business plan) dan pengelolaan usaha. B.
Tujuan
Tujuan dari dilakukannya kegiatan pengabdian ini adalah : 1. Membekali pengusaha emping agar memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya perencanaan dan pengelolaan usaha yang tepat. 2. Dapat menyusun perencanaan dan pengelolaan usaha bagi usaha yang telah dijalankan.
24
C. Manfaat Adapun manfaat program ini adalah : 1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya perencanaan dan pengelolaan usaha 2. Memberikan pengetahuan tentang penyusunan Business plan 3. Sebagai forum untuk bertukar pengetahuan
II. TINJAUAN PUSTAKA Berwirausaha tidak cukup hanya berbekal keyakinan, namun diiperlukan perencanaan usaha (business plan). Menjalankan usaha khususnya usaha baru tidak mungkin tanpa ada rencana sebelumnya. Rencana harus ada betapa pun sederhananya secara tertulis. Perencanaan yang tidak tertulis pasti sudah ada dalam pikiran, yaitu suatu rekayasa secara sederhana tentang jawaban dari berbagai pertanyaan antara lain, usaha apa yang akan dibuka, mengapa memilih usaha tersebut, dimana lokasinya, siapa konsumennya, darimana sumber modal, dsb. Cara wirausaha baru seperti ini cenderung melaksanakan kegiatan trial and error atau cobacoba. Seandainya gagal mereka akan beralih ke usaha yang lain. Model seperti ini banyak dijumpai dalam masyarakat bisnis kita. Suatu rencana kerja yang dibuat tertulis dan resmi guna menjalankan perusahaan (business plan) merupakan perangkat tepat untuk memegang kendali perusahaan dan menjaga agar fokus usaha perusahaan tidak menyimpang. Minimal harus ada catatan-catatan tertentu secara tertulis yang akan diikuti dalam pelaksanaannya. Misalnya menyangkut orang atau personalia yang akan diberi tugas untuk menjalankan usaha, modal yang akan digunakan, dan sebagainya. Memulai suatu usaha baru tidak tepat kiranya jika langsung dalam bentuk usaha besar.Memang ada pengusaha yang langsung membuka usaha besar tanpa mempunyai pengalaman lebih dulu. Akibatnya jika usaha besar ini mengalami benturan-benturan bisnis maka akan timbul kepanikan bagi pemiliknya sendiri dan perusahaan semacam ini gampang jatuh/ mengalami kegagalan. Memulai wirausaha Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dalam bentuk usaha kecil akan memberikan pengalaman demi pengalaman dalam pengelolaanusahanya. Berdasarkan pengalaman setiap tahun dan data yang terkumpul dianalisis maka dengan mudah perusahaan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar. Untuk membangun jiwa kewirausahaan yang mampu membuat perencanaan bisnis (business plan) yang baik dan kemudian mampu membuat usaha yang layak dan menguntungkan atau dengan kata lain produktif dan profitable maka diperlukan adanya upaya nyata, misalnya pelatihan kewirausahaan. Pelatihan kewira-usahaan yang dilaksanakan dalam rangka pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk menjadi seorang wirausahawan. Peluang usaha adalah suatu bidang kebutuhan pembeli dimana seorang wirausaha dapat mengelola usaha di bidang tersebut secara menguntungkan. Membaca peluang pasar merupakan hal yang esensial bagi seorang wirausahawan. Kelihaian membaca peluang pasar tidak hanya dilakukan untuk memulai suatu usaha, namun keahlian dalam membaca peluang usaha ini juga harus dimiliki saat ingin mengembangkan usaha, melakukan segmentasi pasar, maupun pada saat melakukan perluasan usaha. Hal-hal yang bisa dilakukan untuk menangkap peluang usaha sebagai berikut : 1. Melihat Membaca peluang pasar dimaksudkan adalah melihat apa yang menjadi masalah dari fenomena-fenomena yang ada disekitar, yang kemudian dicari celah agar dapat menembus peluang di dalam celah-celah kecil tersebut. 2. Mendengar Bagaimana mengetahui secara langsung tentang kebenaran masalah yang terjadi di pasar.Mendengar disini juga memiliki tujuan agar mengenal lebih dekat dengan konsumen, sehingga masalah yang didapatkan lebih tepat sasaran. 3. Membaca Setelah melihat dan mendengar mengenai masalah yang terjadi, kemudian semuanya dibaca perlahan tentang apa yang telah dilihat dan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
didengar. Usaha yang akan dijalani tidak akan sukses apabila hanya terpatok pada teori. 4. Menulis Setelah melihat, mendengar, dan membaca, maka perlu untuk menuangkan semua analisis yang telah diambil yang akan menjadi tolok ukur atau pegangan dalam mengaplikasikannya. Business plan merupakan sarana sistematis dalam mempertajam ide bisnis. Dengan bantuan business plan, ide-ide bisnis akan lebih terencana dan sistematis. Melalui pendekatan-pendekatan standar business plan, akan diketahui siapa saja pasar atau konsumen potensial, bagaimana proses pemasarannya, serta bagaimana proses operasional dari bisnis yang sedang dijalani. Pada perencanaan finansial, akan diketahui bagaimana pemasukan dan pengeluaran yang paling optimal. Dengan bantuan komputer, akan dapat disimulasikan posisi pos-pos keuangan yang dapat menghasil-kan profit yang tinggi bagi bisnis. Selain itu, tentu saja akan diketahui juga pos-pos bisnis mana saja yang tidak memberikan keuntungan dan bahkan bisa menjadi beban bisnis. Membuat business plan sangatlah penting bagi setiap pengusaha, tapi bila ini pertama kali membuatnya tentu kamu akan menemui beberapa kesulitan. Para pemilik bisnis akan beargumen tentang seberapa panjang business plan itu harus dibuat, namun biasanya satu halaman business plan bisa mengcover semua kebutuhan untuk memulai bisnis. Berikut adalah langkah mudah untuk menulis business plan :
1.
Pembukaan Pembukaan pada plan / rencana bisnis. Jelaskan siapa yang menulis, kapan dan untuk tujuan apa. 2.
Rangkuman Berikan kisi-kisi dari rencana/plan bisnis Anda.Tuliskan bagian ini terakhir setelah semua bagian dibuat. 3.
Strategic Overview Tuliskan apa yang menjadi tujuan utama, dan kegiatan utama dari rencana bisnisnya. Apa tujuan jangka panjang, strategi kunci dan tujuan akhir. 25
4.
Status Saat Ini Rangkum apa yang sudah dicapai, performa keuangan, penjualan dan teknis sampai saat ini. Perkenalkan siapa saja yang terlibat dalam bisnis ini. 5.
Penawaran Produk atau Jasa Jelaskan secara singkat apa yang membuat produk Anda beda dengan yang lain. Apa yang membuatnya special? 6.
Target Pasar Tunjukkan siapa saja target pasar yang akan disasar. Berikan profil pelanggan, segmen, trend dan juga kompetisi dibisnis ini. 7.
Strategi Marketing dan Penjualan Bagaimana Anda akan menjual produk ini? Bagaimana akan bersaing dengan pesaing dibidang yang sama ? Berapa biaya marketingnya ? dan sebagainya. 8.
Teknologi Berikan segala hal yang berkaitan degan teknologi dan penelitian di usaha Anda. 9.
Operasional Bagaimana operasional akan di handel, bagaimana menjalankannya, berapa biaya dan sumber daya yang dibutuhkan. 10. Proyeksi Keuangan Berikan tabel sederhana tentang proyeksi keuangannya. 11. Kebutuhan Pendanaan Berapa tambahan pendanaan yang Anda butuhkan. 12. Implemetasi Berikan timeline pengerjaan, dan aksi yang dibutuhkan agar rencana berjalan. 13. Kesimpulan Berikan alasan mengapa bisnis ini akan sukses, dan mengapa perlu didukung Format business plan tidaklah baku. Format business plan biasanya bergantung pada siapa yang akan membaca business plan. Mungkin ada pihak yang mengharuskan bagian exit strategy, mungkin ada juga yang menginginkan bagian tambahan seperti analisis regulasi. Penyusunan business plan sangat bergantung pada mengapa business plan dibuat dan siapa yang akan 26
menggunakannya. Misalnya, business plan yang bersifat non-profit bisa saja fokus membahas misi organisasi. Business plan dengan tujuan mendapatkan pendanaan bank mungkin lebih melihat seperti apa rencana keuangan bisnis, apakah dapat melunasi hutang, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melunasi hutang. Jika business plan ditujukan untuk investor, isinya bisa saja lebih berfokus pada penawaran investasi, target pasar, dan exit strategy. Business plan disusun dengan jangka waktu 3-5 tahun ke depan. Karena bertujuan untuk menjadi patokan perusahaan mencapai sasaran sekaligus mendapatkan pendanaan, business plan harus dilengkapi data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data dapat berasal dari sumber eksternal, atau internal.Sumber eksternal mengacu pada data pihak luar yang relevan dengan usaha dan disediakan oleh pihak yang memiliki reputasi. Sementara sumber internal mengacu pada data hasil pengamatan yang kita lakukan. Perencanaan usaha merupakan suatu dokumen yang menyatakan keyakinan akan kemampuan sebuah bisnis untuk menjual barang atau jasa dengan menghasilkan keuntungan yang memuaskan dan menarik bagi penyandang dana. Perencanaan usaha akan membuat kita dapat melihat dengan jelas apakah usaha yang dijalankan nanti memiliki prospek keberhasilan yang tinggi dan juga harus bisa menyakinkan orang lain tidak akan merugi bila melakukan kerjasama. Perencanaan usaha juga harus didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan adanya barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut, sehingga perencanaan usaha harus berbasis pada permintaan pasar. Ada beberapa alasan penting mengapa pengelola usaha harus menyusun perencanaan usaha, antara lain : 1.
Untuk dipakai sebagai alat pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha sehari-hari. Perencanaan usaha yang telah disusun dengan baik akan memudahkan para pelaksana untuk mengetahui apakah tindakan mereka menyimpang atau sesuai dengan rencana.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
2.
Dengan adanya perencanaan usaha yang disusun (tentunya sebelum suatu kegiatan dilakukan) dengan cermat dapatlah dipilih dan ditetapkan kegiatankegiatan mana yang diperlukan dan mana yang tidak Dengan adanya perencanaan usaha, maka segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan teratur sesuai dengan tahap-tahap yang semestinya.
Untuk mendapatkan pembiayaan dari Lembaga Pemberi Pinjaman {To obtain theinstitution financing) Dengan adanya perencanaan usaha yang jelas akan memudahkan untuk mencari bantuan kerjasama dari berbagai pihak karena didalam perencanaan usaha menunjukkan aspek keuangan, dan aspek pemasaran yang mana hal tersebut akan memudahkan pengelola usaha mendapat dukungan berupa pinjaman melalui lembaga pemberi pinjaman.
3.
Untuk mendapatkan dana investasi (To obtain investment funds) Perencanaan usaha yang jelas juga memungkinkan kita untuk mendapatkan pinjaman melalui pihak-pihak lain yang potensial yang akan mendukung pemenuhan investasi usaha kita.
4.
Untuk mengatur dengan siapa bekerjasama {To arrange strategic alliances) Mengatur dan membentuk kerjasama dengan perusahaan-perusahaan lain yang sudah ada dan saling menguntungkan misalnya dari para produsen yang dapat diharapkan memasok barang buat perusahaan anda.
5.
Untuk mendapatkan kontrak besar {To large contracts) Perencanaan yang baik menarit minat perusahaan-perusahaan yang lebih besar memberi pekerjaan atau kontrak yang dapat dikerjakan oleh perusahaan anda
6.
Untuk menarik tenaga kerja inti {To attract key employes) Perencanaan yang baik mengundang orang-orang tertentu yang potensial atau
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
mempunyai keahlian untuk bergabung bekerja sama dengan anda. Mungkin saja anda memerlukan orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk menduduki posisi kunci dalam perusahaan anda namun anda harus berhati-hati menerima orangorang tertentu yang dapat pula menjerumuskan perusahaan anda yang baru berdiri. 7.
Untuk memotivasi dan fokus (To motivate and focus your management team) Perencanaaan yang baik menjamin adanya perhatian yang fokus pada tujuan dari berbagai personil yang ada dalam perusahaan. Sebab sebuah perusahaan akan bertumbuh makin lama makin komplek sehingga perencanaan usaha akan menjadi komponen yang sangat penting bagi setiap orang untuk tetap berpijak pada arah yang benar.
Sebuah perencanaan usaha paling tidak mempunyai tiga tujuan utama yakni: 1. Sebagai Rencana Aksi (Action Plan) Sebuah perencanaan usaha akan membantu untuk bergerak dan mengambil tindakan bisnis. Kita mungkin sudah lama memikirkan untuk memulai sebuah usaha, tetapi prosesnya mungkin tampak seperti sesuatu yang 'menakutkan' dan terlalu kompleks. Sebuah rencana usaha akan membantu untuk memilah-milah proses dimaksud menjadi bagian-bagian kecil yang lebih jelas. Dengan demikian sebuah masalah bisnis yang besar dapat dilihat sebagai sebuah urutan masalah-masalah kecil. Dan dengan memecahkan masalah masalah kecil dimaksud, otomatis masalah besar tersebut juga akan dapat terpecahkan. Jadi menulis sebuah perencanaan usaha akan membantu dalam mengambil tindakan bisnis dengan membagi masalah besar ke dalam masalah-masalah kecil yang tidak terlalu rumit. 2. Sebagai Peta Jalan (Road Map) Seketika memulai sebuah usaha, perencanaan usaha akan menjadi alat yang sangat berguna agar usaha tetap pada arah yang diinginkan. Dalam kegiatan bisnis sehari-hari yang hiruk-pikuk, sangat mudah bagi seseorang untuk kehilangan arah usaha untuk mencapai 27
tujuan yang ingin dicapai. Sebuah rencana bisnis membantu untuk tetap fokus dalam arah yang diinginkan untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan. Juga perencanaan usaha akan membantu pihak lain untuk memahami visi usaha yang akan dijalankan, termasuk supplier, pekerja, mitra bisnis, teman dan keluarga. 3. Sebagai Alat Penjualan (Sales Tool) Mungkin yang paling penting adalah bahwa sebuah perencanaan usaha merupakan sebuah alat bantu penjualan (Sales Tool), sehingga sebuah perencanaan usaha merupakan alat yang bisa dipergunakan untuk meyakinkan investor untuk menempatkan investasinya di usaha tersebut. Sebuah perencanaan usaha yang ditulis dengan baik akan mendekatkan pengelola usaha dengan pihak-pihak yang melihat bahwa ide bisnis yang ditawarkan akan juga menguntungkan mereka.
III. PEMBAHASAN DAN HASIL Kegiatan Pelatihan Kewirausahaan dan Pembuatan Busines Plan bagi pengusaha kecil di Desa Bantar Waru Kecamatan Cinangka Kabupaten Serang dilaksanakan di Rumah Pak Lurah dengan nara sumber dan dibantu oleh tim panitia mahasiswa KKN Peserta pelatihan seluruhnya 30 orang, terdiri dari pengusaha kecil. Pelaksanaan pelatihan tersebut berjalan lancar, hal ini dikarenakan partisipasi dan keterkaitan semua pihak terutama masyarakat setempat yang sekaligus sebagai peserta. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Rabu, 19 Agustus 2015 pukul 13,00-17.00 WIB. Pelatihan ini ditekankan pada keberhasilan peserta dalam menyerap materi khususnya melalui sesi Tanya-jawab secara interaktif diantara para peserta juga narasumber.Selain itu diadakan sesi praktek oleh peserta secara berkelompok, diakhiri masukan dan arahan dari narasumber.Selain sesi praktek peserta juga diberikan angket evaluasi pelaksanaan pelatihan. Berdasarkan angket dapat diketahui sebagai berikut:
28
1. Peserta dapat mengetahui secarapraktis dan sederhana mengenai Pembuatan Busines Plan sederhana 2. Peserta dapat memahami dan mengerti terhadap pengetahuan Pembuatan Busines Plan 3. Peserta termotivasi untuk pelatihan wirausaha dan Pembuatan Busines Plan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pelatihan memberikan pengetahuan dasar terhadap Pembuatan Busines Plan bagi pengusaha kecil. Dengan kegiatan ini diharapkan pengusaha kecil dapat mendapatkan pemahaman dari materi yang diberikan juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para peserta memiliki pengetahuan dan wawasan sebagai pengusaha kecil yang terampil mengelola Pembuatan Busines Plandan juga mampu mencari peluang untuk menambah keuangan keluarga sebagai bekal untuk meningkatkan taraf hidupnya agar menjadi lebih baik. Evaluasi yang diberikan menunjukan peserta menginginkan pengetahuan yang berkelanjutan. Sangat diharapkan memberikan pengetahuan dalam bentuk pelatihan yang rutin dan berkesinabungan. B. Saran 1. Peserta diharapkan dapat menerapkan Pembuatan Busines Plan 2. Kegiatan ini harus dikembangkan sebagai wujud pengabdian kepada masyarakatdalam rangka peningkatan kualitas masyarakat pada umumnya dan pengusaha kecil pada khususnya. 3. Diharapkan kedepan jumlah dana yang dianggarkan untukkegiatan pengabdian kepada masyarakat bisa ditingkatkan jumlahnya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
DAFTAR PUSTAKA Firmansyah,T.., “Pengangguran Terdidik Bertambah.”,http://www.republika.co.id/ berita/koran/halaman-1/14/11/06/neltsapengangguran-terdidik-bertambah, diakses pada 15 Maret 2015. Modul
Seri Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UMKM Republik Indonesia.
Pedoman Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) 2013, http://dikti.go.id/ mahasiswa bidang-minat-bakat-dan atau-
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
keorganisasian/program-mahasiswawirausaha-pmw/,diakses pada tanggal 27 Maret 2015. Titik Purwinarti. 2012. Model Rencana Usaha Bagi Wirausaha Pemula Kecil dan Menengah Yildirim, N., Askun, O. B., “Entrepreneurship Intentions of Public Universitiesin Turkey: Going Beyond Education and Research?” 8th International Strategic Management Conference, Procedia – Social and Behavioral Science, 2012
29
30
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PENDAMPINGAN GURU SMPLB DALAM MEMANFAATKAN KULIT JAGUNG SEBAGAI MEDIA KREASIKHAS KOTA GARUT Mudjiati Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Garut merupakan merupakan salah satu wilayah yang memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah selain dari komoditas padi dan tembakaunya, Garut juga penghasil komoditas jagung yang sangat potensial.Sehingga banyak juga menghasilkan kulit jagung yang sangat memungkinkan untuk dijadikan cinderamata seperti bunga, aksesoris, dan penghias beragam peralatan rumah tangga seperti tempat tisu, toples, keranjang, dan sebagainya.Dengan begitu, tercipta karya seni yang ramah lingkungan, green craft atau eco craft, yang sangat potensial dalam menunjang pariwisata Garut apabila dikembangkan dengan baik. Seiring dengan perkembangan industri kreatif, Universitas Negeri Jakarta saat ini memberikan kontribusinya dalam kegiatan P2M di Kota Garut oleh siswa/i dan guru-guru SMPLB B dan C untuk memberikan media pembelajaran kreatif dalam pemanfaatan limbah kulit jagung menjadi produk seni yang bernilai jual tinggi. Pemanfaatan kuli jagung tersebut dikenal dengan Kelobot Art dengan teknik merangkai, koase, dan menganyam. Dengan demikian, harapan pengabdian kepada masyarakat ini dapat ikut berpartisipasi memberdayakan peningkatan Sumber Daya Manusiadibidang pendidikanmelalui sosialisasi pengetahuan dan keterampilan pembuatan kreasi kulit jagung khas Garut (Kelobot Art) dengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam.Metode yang digunakan adalah metode presentasi, tanya jawab, metode demonstrasi dan praktek. Kata Kunci : Desa, Klobot Art, teknik merangkai, kolase, dan menganyam I.
PENDAHULUAN
Garut merupakan salah satu penghasil komoditas kulit jagung yang besar di wilayah Jawa Barat. Sebagai daerah yang kaya akan kekayaan alamnya, salah satunya jagung. Tanaman jagung biasa hanya digunakan jagungnya saja, namun kulit jagung juga bisa dimanfaatkan sebagai media kreasi yang menghasilkan karya unik serta memiliki nilai yang tinggi.Kreasi dari kulit jagung merupakan pembelajaran kriya dalam mata pembelajaran seni rupa. Salah satu kerajinan khas dari Garut adalah kriya kulit jagung yang di buat berbagai jenis bunga.Namun kerajinan tersebut hanya diketahui beberapa masyarakat saja, tanpa eksplorasi lebih yang dapat menjadi lahan industri kreatif sehingga kerajinan tersebut kini tidak dikembangkan di daerahnya. Melalui kegiatan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
P2M yang dilakukan oleh Universitas Negeri Jakarta ini akan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan melalui pendampingan guruguru dan siswa/i SMPLB B dan C Kota Garut dalam membuat Kelobot Art menjadi berbagai jenis produk berdaya guna dan bernilai seni. Media pembelajaran Kelobot Art ini, selain memberikan siswa/i juga guru-guru SMPLB B dan C Kota Garut keterampilan dalam membuat produk seni kriya berbahan dasar kelobot jagung, juga dapat memberikan pembelajaran seni berkarakter kepada siswa/i dengan memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan melalui pemanfaatan limbah kelobot jagung menjadi produk atau benda yang memiliki nilai guna. Dengan pemanfaatan limbah kelobot jagung tersebut, tanpa disadari siswa/i telah berperan aktif meminimalisir limbah kelobot jagung yang merupakan salah satu 31
limbah yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Disinilah sikap kepedulian yang mulai sejak dini ditanamkan pada masing-masing peserta didik. Bukan hanya itu, dengan adanya pembelajaran seni kriya Kelobot Art akan menanamkan jiwaentrepreneur,yang tangguhdan mandiri, sehingga adanya pembelajaran Kelobot Art ini akan menjadi suatu ilmu kewirausahaan yang dapat diaplikasikan/implementasikan ke depannya. Kelobot jagung dapat dengan mudah diperoleh dikarenakan kulit jagung (kelobot) merupakan varietas tumbuhan yang tidak termasuk varietas tanaman semusim yanghasil panennya hanya dapat dipanen satu musim atau satu tahun musim panen saja.
II. METODE Khalayak sasaran antara yang strategis dalam pengabdian masyarakat ini adalah guruguru SMPLB Garut yang terdiri dari 12 SMPLB B dan C atau tuna grahita dan tuna rungu, diutamakan siswa-siswi kelas VIII dan kelas IX SMP dengan beberapa guru yang mendampinginya dan memiliki minat dalam bidang pembuatan karya seni kriya (kreasi bunga) dengan kulit jagung. Pendampingan keterampilan terhadap guruguru SMPLB Garut yang terdiri dari 12 SMPLB B dan C atau tuna grahita dan tuna rungu ini dilakukan dalam dua tahap, meliputi: (1) Mempresentasikan objek-objek nyata dalam bentuk video, power point, dan karya seni hasil dari limbah kulit jagung. (2) Menjelaskan sistematika pembuatan karya seni kriya dari kulit jagung. Kemampuan penalaran dalam studi penciptaan karya seni rupa meliputi: (1) adanya objek yang diciptakan, (2) adanya subjek pembuat karya seni, (3) Pertemuan antara subjek dan objek seni. Oleh karena itu, ketiganya harus selalu ada dalam proses penciptaan karya seni dan penelitian ilmiah. Apabila antara keduanya yakni subjek dan objek seni tidak ada, maka aktivitas penelitian ilmiah atau aktivitas penciptaan karya seni (seni kriya dari limbah kulit jagung) tidak ada.
32
Metode yang digunakan adalah: 1) Metode presentasi, digunakan untuk menyampaikan materi yang berupa teori pembuatan kreasi bunga dari kulit jagung dalam bentuk ppt dan video tutorial. 2) Metode tanya jawab, digunakan untuk memberikan kesempatan bagi peserla yang belum jelas dalam pemahamannya. 3) Metode demonstrasi; digunakan untuk memperagakan teknik membuat berbagai bentuk dan jenis bunga. 4) Metode Latihan/Praktek, digunakan untuk latihan/praktek membuat kreasi bunga dari kulit jagung (Klobot Art) berupa berbagai jenis bunga mawar, bunga aster, bunga sedap malam, kembang sepatu, membuat hiasan buku harian, dan sebagainya 5) Metode diskusi, digunakan pada waktu setelah dilakukan evaluasi hasil praktek peserta pelatihan. Ada dua tahap evaluasi yang akan dilakukan dalam pelatihan pengabdian ini, yaitu: 1. Evaluasi pada akhir pelatihan, yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan keterampilan peserta, dengan menilai hasil praktek adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: A = 85% - 100% B = 70% - 84% C = 60% - 69% D = 0% - 59%
= = = =
sangat baik baik cukup kurang
2. Evaluasi pada akhir pelatihan, untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh tim pengabdian. Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat berupa pelatihan keterampilan, melalui 3 tahap yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun rincian kegiatan yang dilaksanakan yaitu: 1. Tahap Persiapan; a. Perizinan b. Persiapan materi petunjuk praktek.
,bahan,
alat,
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
2. Tahap Pelaksanaan a. Pertemuan I : Pembukaan dan penyampaian materi teori dan praktek. b. Pertemuan II : Praktek membuat klobot art untuk membuat berbagai jenis bunga,danhiasan pada buku harian, membuat bingkai foto dari kuli jagung, tempat pensil, dan sebagainya. c. Pertemuan III : Penyelesaian dilanjutkan evaluasi hasil dan penutupan. Dalam rangka memecahkan masalah yang sudah diidentifikasi pada uraian di atas maka metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan oleh tim pengabdian adalah berbentuk penyampaian informasi dan pelatihan. Adapun materinya terdiri dari teori dan praklek. Materi tersebut secara garis besar dirinci sebagai berikut : 1. Bahan dan Alat a. Kulit Jagung b. Pewarna Tekstil: Warna hijau, kuning, orange, merah muda, merah, dan lainlain. c. Pewarna Alam: kulit secang (memberi warna merah), kunyit (memberi warna kuning), dan daun mangga (memberi warna hijau). d. Gunting dan satu gulung batang kawat lunak (1 meter) dipotong menjadi 10 cm atau batang lidi. e. Klorotif f. Lem Tembak dan lem kayu g. Kompor Listrik h. Polyfoam dan benang 2. Tahap pengerjaan bunga mawardengan kulit jagung a. Membuat desain pola makhota bunga mawar. b. Mencetak pola mahkota bunga mawar. c. Menggunting kelobot jagung dengan mengikuti pola bentuk makhota yang dibuat. d. Merapikan bagian sisi paling bawah dari kulit jagung. Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
e. Melipat menjadi dua bentuk pola yang sudah dibentuk sebelumnya. f. Melipat dengan arah vertikal kemudian gunting untuk mendapat bentuk yang sama. g. Gulung dari bagian ujung kelobot yang telah digunting,hingga mendapatkan pola bentuk radial/spiral h. Ambil satu batang kawat. Untuk menempelkan bentuk radial kelopak, pada batang kawat. i. Kemudian tempelkan dengan menggunakan lem tembak. j. Menempelkan pola mahkota bungasatu persatu mulai dari kelipatan ganjil yang paling kecil (3,5, dan7). k. Lapisi bagian kawat/lidi dengan klorotif. l. Tempelkan pola daun yang sudah jadi pada bagian batang kawat/lidi, kemudian lapisi kembali dengan klorotif. Kegiatan ini merupakan program P2M Universitas Negeri Jakarta yang dalam pelaksanaannya membutuhkan keterkaitan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat dan ini memiliki keterkaitan dengan peningkatan sumber daya manusia khususnya pada guru-guru SMPLB Garut yang terdiri dari 12 SMPLB B dan C atau tuna grahita dan tuna rungu serta pemberdayaan keterampilan untuk mencapai SDM (Sumber Daya Manusia) yang kreatif, inovatif dalam bidang pendidikan yang bertolak ukur pada pendidikan seni khususnya seni rupa dalam rangka ikut meningkatkan diri dan untuk berwirausaha di bidang pembuatan Kelobot Art menjadi produk bernilai jual tinggi.
III. PEMBAHASAN DAN HASIL A. Pembahasan 1. Mengkaji hasil yang dicapai oleh para peserta yaitu 75% berhasil dengan kriteria baik, maksudnya pemahaman peserta tentang pengertian tujuan dan teknik sudah baik, dan dari aspek teknik penyelesaian, keindahan dan kecepatan juga baik. Sedangkan hasil 25% dari peserta yang memperoleh kriteria cukup, siswa-siswi SMPLB B dan C pada umumnya aspek 33
kecepatan dan kerapihan belum dapat melakukannya dengan baik, artinya 25% dari peserta tersebut kerjanya harus membutuhkan bimbingan yang lebih khusus dan belum dapat membuat Klobot Art dengan rapi dan proporsi. 2. Pelaksanaan kegiatan ini, tim pengabdian tidak banyak mengalami hambatan yang, berarti. Hal ini disebabkan penyelenggaraan ini dilakukan pada pertemuan rutin antara tim pengabdi dengan pihak komponen sekolah SMPLB B dan C kOTA Garut. Selain itu, peserta merasa membutuhkan pengetahuan dan keterampilan membuat kreasi Klobot Art dengan teknik merangkai, kolase, dan anyam, untuk menciptakan ruang kelas, mading sekolah, maupun ruang kantor agar lebih indah dengan adanya karya seni dari kulit jagung. Hal ini ditunjukkan jumlah peserta yang konsisten sesuai dengan kesepakatan yaitu 24 orang untuk dua sekolah.Respon semua pihak sekolah seperti Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, maupun para guru SMPLB B dan C juga sangat menunjang baik penyiapan fasilitas tempat, Tetapi ada sedikit kendala yang menghambat jalannya pelaksanaan ini, antara lain waktu yang terbatas, sehingga siswa/i maupun guru tidak bisa menyelesaikan hasil karya mereka dalam waktu sehari dan dilanjutkan dihari berikutnya. 3. Faktor pendorong yang mempengaruhi kelancaran pclaksanaan kegiatan ini adalah keinginan peserta untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Selain itu, Kepala Sekolah maupun Wakil Kepala Sekolah SMPLB B dan C Kota Garut juga ikut sebagai peserta pelatihan sehingga memacu peserta yang lain untuk lebih semangat dan aktif. 4. Relevansi kegiatan ini dapat memperkenalkan dan menambah pengetahuan dan keterampilan peserta didik maupun para pendidik SMPLB B dan C di Kota Garut untuk lebih kreatif dan inovatif membuat media pembelajaran yang menyenangkan juga bermakna. Bagi tim pengabdian 34
masyarakat merupakan penerapan langsung dari materi-materi mata kuliah yang dipelajarinya, sehingga dapat rnendharmabaktikan kemampuan sesuai dengan perkembangan zaman. 5. Tindak lanjut kegiatan ini diharapkan para siswa/i maupun guru-guru SMPLB B dan C Kota Garut memperoleh dasar pengetahuan dan keterampilan membuat kreasi dengan teknik merangkai, kolase dan anyam, dapat sering berlatih dan rnenekuninya yang memungkinkan dapat sebagai bekal untuk usaha di bidang jasa membuat kreasi Klobot Art dengan teknik merangkai, kolase, dan anyam. Selain itu dapat menyampaikan dan disebarluaskan kepada siswa/i maupun guru-guru yang belum mendapat kesempatan mengikuti pelatihan membuat kreasi bunga dari kulit jagung (Klobot Art) khas Garut dengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam. B. Hasil Hasil pengabdian kepada masyarakat dijabarkan dalam 3 aspek, yakni: kehadiran peserta, partisipasi dan kesungguhan peserta serta hasil praktek/latihan. 1. Kehadiran peserta Sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah guru-guru SMPLB Garut yang terdiri dari 12 SMPLB B dan C atau tuna grahita dan tuna rungu.Pada pelaksanaan kegiatan jumlah peserta yang hadir sesuai dengan kesepakatan yaitu 24peserta.Selama 3 hari pertemuan kehadiran 100% atau tidak ada yang absen. 2. Partisipasi dan kesungguhan peserta Paritisipasi dan kesungguhan peserta dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari kesungguhan peserta dalam mengikuti kegiatan, demonstrasi maupun melakukan praktek. Hal ini didukung dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta untuk praktek dan membawa pulang hasil tersebut kemudian mengadakan pameran yang dilakukan pihak sekolah di Mall Ramayana Kota Garut.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
3. Hasil pelatihan keterampilan membuat kreasi bunga, bingkai foto, dan sebagainya dengan teknik rangkai, kolase, dan anyam. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan dan pemantauan {TOT (Monitoring)}yang telah dilaksanakan diperoleh hasil : a. Peserta pelatihan sangat antusias saat diberikan materi teori baik berupa video atau ppt, bahan, alat-alat yang digunakan untuk membuat Klobot Art dengan teknik rangkai,kolase, dan anyam. Halini terlihat dari, diskusi antara tim pengabdi dengan peserta. dan hasil karya Klobot Art yang dibuat para guru maupun siswa/i SMPLB Garut. b. Praktek yang dilakukan adalah membuat kreasi bunga dari kulit jagung berupa bunga mawar, bunga aster, bingkai photo, hiasan buku harian dengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam. Para siswa/i yang didampingi oleh masing-masing guru, yang mana sesuai dengan waktu yang telah disepakati peserta, dapat menyelesaikan membuat Klobot Artdengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam dimana penerapannya pada kreasi bunga, mading sekolah, vas bunga, bingkai foto, dan hiasan buku harian .
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat menunjukkan bahwa siswa/i dan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
guru-guru SMPLB B dan C Kota Garut peserta pelatihan tentang pengetahuan dan keterampilan membuat kreasi kulit jagung (Klobot Art) dengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam melalui metode presentasi, tanya jawab, demonstrasi oleh tim pengabdian, maka para peserta dapat mengenal dan memahami materi pelatihan. Selain itu, baik siswa/i maupun para guru SMPLB B dan C Kota Garut melalui metode latihan / praktek dapat membuat / mempraktekkan membuat berbagai kreasi Klobot Art berupa kreasi jenis bunga, vas, bross, hiasan buku harian, bingkai foto, dan sebagainya dengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam dengan hasil 75% peserta berhasil dengan kriteria baik dan 25% peserta berhasil dengan kriteria cukup. B. Saran Saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil kegiatan adalah kepada guru-guru SMPLB B dan C Kota Garut sebagai Tim Pendidik anak-anak berkebutuhan (tuna grahita atau tuna rungu) diwilayah Garut agar menyampaikan dan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh kepada masyarakat sekitarnya dengan pelatihan membuat Klobot Art (kreasi kulit jagung) berupa pengembangan produk yang berbeda dari yang dibibimbing oleh Tim Pengabdi seperti membuat dompet, tas, dan lain sebagainya dengan teknik yang sama yaitu merangkai, kolase, dan menganyam. Kemudian, hendaknya pelatihan tersebut dapatlah sebagai dasar pengetahuan dan keterampilan, yang selanjutnya dapat ditekuni dan dikembangkan menjadi salah satu altenatif untuk membuka usaha dengan berwirausaha.
35
36
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA MELAKUKAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DENGAN BANTUAN SOFTWARE GEOGEBRA DI WILAYAH TANGERANG SELATAN Anton Noornia1), Aris Hadiyan W2), Ibnu Hadi3) Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Kurikulum 2013 (Kurtilas) telah dicanakan dan bahkan diterapkan. Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan di Kurtilas merupakan sesuatu yang relatif baru bagi guru, perlu pembiasaan dalam menerapkannya. Pelatihan yang diberikan pemerintah untuk penguasaan Kurtilas sangat terbatas waktunya, untuk itu guru perlu dilatih bagaimana mengembangkan diri untuk bisa menerapkan Kurtilas dengan baik, pengetahuan mengenai pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) haruslah dikuasai siswa, sebagai alat pengembangan diri. Di samping itu perlunya penguasaan dan bantuan Teknologi, Komunikasi dan Informasi amatlah penting dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, khsusnya Geometri. Oleh karena itu, perlu dikenalkan kepada para guru beragam softesre yang dapat membantu dan memaksimalkan pembelajaran di dalam kelas. Kata Kunci : Kurtilas, PTK, software pembelajaran
I.
PENDAHULUAN
Penerapan Kurikulum 2013 (Kurtilas) di tingkat sekolah dasar hingga menengah atas memang dihentikan sementara, karena perbaikan dan persiapan di sana- sini perlu dilakukan oleh pemerintah agar penerapannya kembali kelak dapat berlangsung secara sempurna. Walaupun demikian, penghentian dan perbaikan yang dilakukan itu sebenarnya sebatas tehnik evaluasi yang memang masih dirasakan sulit. Sedangkan penerapan pendekatan pembelajaran saintifik sebenarnya sebaiknya tetap dilakukan guru. Karena pendekatan tersebut, khususnya untuk pembelajaran matematika, sangat tepat diterapkan. Masalah yang muncul kemudian, ketika pendekatan pembelajaran saintifik diterapkan adalah guru belum terbiasa melakukannya. Mengembangkan bahan observasi atau media pendukung untuk melaksanakan pembelajaran sangatlah sulit dicari dan jarang tersedia, terutama untuk materi matematika di tingkat SMA. Tuntutan materi yang cenderung abstrak menyulitkan guru mencari bahan yang dapat dijadikan jembatan untuk mengembangkan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
model-model antara untuk sampai pada konsep matematika yang dipelajari. Buku yang disediakan pemerintah juga belum sepenuhnya sempurna mempersiapkan tahapan-tahapan itu. Masalah lain yang banyak dialami guru adalah bahwa sekarang ini jarang sekali pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah untuk menambah wawasan dan pengetahuan guru, padahal guru di lapangan sangat membutuhkan pelayanan tersebut. Pelatihan kurtilas yang berlangsung singkat dan tidak berkesinambungan tidak cukup memenuhi rasa haus guru akan kesempatan memeroleh pengetahuan. Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) ini, kami sebagai pendidik memiliki keinginan dan merasa bertanggung jawab untuk membantu dan melatih guru-guru sekolah menengah atas untuk meningkatkan kemampuan menerapkan pembelajaran matematika sesuai tuntutan Kurtilas. Melalui penjaringan pendapat pada pertemuan pelaksanaan Open House FMIPA 2015 lalu, beberapa guru meminta UNJ, dalam hal ini Jurusan Matematika, untuk memberikan pelatihan 37
menerapkan Kurtilas dengan berbantuan software pendukung. Disepakati kemudian akan dilakukan pelatihan menerapkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) untuk Mengembangkan Pembelajaran Matematika dengan Berbantuan Software GeoGebra. Kegiatan ini dirancang untuk guru-guru SMA mengantisipasi penerapan Kurtilas di wilayah Tangerang Selatan. A. Rumusan Masalah Bagaimanakah mengembangkan kemampuan guru matematika melakukan penelitian tindakan kelas dengan bantuan software geogebra di Wilayah Tangerang Selatan? B. Tujuan Kegiatan Tujuan dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini antara lain : 1. Meningkatkan mutu pembelajaran matematika. 2. Membantu guru SMA membuat dan menerapkan software matematika dalam pembelajaran matematika melalui PTK. 3. Menumbuhkan motivasi guru untuk membuat penelitian, khususnya dalam mempersiapkan diri menerapkan Kurtilas.
Perkembangan zaman dan tuntutan akan kemampuan yang harus dimiliki bangsa Indonesia agar bisa sejajar dengan bangsa lain dalam hal berpikir dan mengembangkan pengetahuan dan teknologi, menuntut adanya perubahan paradigm pembelajaran di sekolah yang kelak dampaknya akan memengaruhi bagaimana insan Indonesia bersikap, bertingkah laku dan berpikir. Kurtilas yang pembelajar dalam rangka memperoleh pengetahuannya menuntut siswa untuk bersikap dan berpikir ilmiah. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific Instruction Approach) yaitu tahapan dalam pembelajaran yang meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau infor-masi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Pendekatan ilmiah pembelajaran tersebut disajikan berikut ini:
C. Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan akan bermanfaat bagi beberapa pihak : 1. Bagi guru, mereka akan lebih profesional dalam kegiatan belajar mengajar dengan dimilikinya kemampuan menggunakan teknnologi informasi dan kemampuan meneliti menggunakan jenis penelitian tindakan. 2. Bagi siswa, mereka lebih termotivasi dan senang belajar matematik sehingga diharapkan kemampuannya akan meningkat.
II. TINJAUAN PUSTAKA Penerapan Kurikulum 2013 (Kurtilas) adalah keniscayaan yang memang harus dilakukan dalam proses pembelajaran di sekolah. 38
Gambar 1. Tahapan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
1. Mengamati Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. 2. Menanya Menanya adalah bentuk keingintahuan siswa denganmengajukan pertanyaan atas apa yang diamatinya. Siswa bertanya atas apa yang diobservasinya mendorong sikap kritis yang Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dibutuhkan dalam memahami pengetahuan. Mendorong siswanya untuk bertanya terhadap hasil apa yang diobserasinya adalah kecakapan yang diharapkan. 3. Menalar Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing. Esensi menalar adalah upaya memahami apa yang sedang dipikirkan. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Bentuk menalar lainya adalah termasuk di dalamnya adalah menganalogi dan mencari hubungan antar fenomena. 4. Mencoba Agar memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. 5. Membuat Jejaring Dasar dari pelaksanaan tahap ini adalah pembelajaran kolaboratif yang merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama. GeoGebra GeoGebra adalah software matematika dinamis yang menggabungkan geometri, aljabar, dan kalkulus. Software ini dikembangkan untuk proses belajar mengajar matematika di sekolah oleh Markus Hohenwarter di Universitas Florida Atlantic. Di satu sisi, GeoGebra adalah sistem geometri dinamik. Anda dapat melakukan konstruksi dengan titik, vektor, ruas garis, garis, Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
irisan kerucut, begitu juga dengan fungsi, dan mengubah hasil konstruksi selanjutnya. Di sisi lain, persamaan dan koordinat dapat dimasukan secara langsung. Jadi, GeoGebra memiliki kemampuan menangani varibel-peubah untuk angka, vektor, titik, menemukan turunan dan integral dari suatu fungsi, dan menawarkan perintah-perintah seperti Akar atau Nilai Ekstrim. Hal-hal yang dapat kita ajarkan melalui pembelajaran menggunakan geogebra antara lain diantaranya; (1) Bisa mengajarkan langkahlangkah dalam melukis dalam geometri Euclid, seperti bagaimana cara melukis lingkaran luar segitiga, bagaimana cara melukis garis kuasa pada lingkaran, (2) Kita bisa mengajarkan konsep-konsep dalam geometri, aljabar, maupun kalkulus melalui pola-pola yang terjadi sehingga dapat melatih pola pikir deduktif, (3) Kita bisa menanamkan konsep abstrak sehingga mampu membayangkan dan mendeskripsikan konsep abstrak tersebut. Interface dari geogebra ini terdiri atas menu file, toolbar, algebra view, graphics view, dan spreadsheet view. Berikut interface dari GeoGebra:
Gambar 2. Interface GeoGebra
Penelitian Tindakan Kelas Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari Penelitian Tindakan (Action Research) ini. Definisi penelitian tindakan yang sangat singkat telah dirumuskan oleh Helsey sebagai berikut: ”Penelitian tindakan adalah bentuk intervensi skala kecil dalam Hal berfungsinya dunia nyata ini, dan memeriksa dengan cermat apakah intervensi itu efektif atau tidak” (Iksan,1994:17). Lebih lanjut dalam perkembangan Kemmis & Taggart mendefinisikan penelitian tindakan sebagai berikut :
39
“Action research is a form of collective selfinquiry undertaken by participants ini socilal situations in order to improve the rationality and justice of their own social or educational practices as well as their understanding of these practices and the situations in which these practices are carried out. Groups of the participants can be teachers, students, principals, parents, and other community members,-any group with a shared concern. The approach is only action research when it is collaborative, though it is important to realize that the action research of group is achieved through the critically examined action of individual group members” (Kemmis and Mc Taggart, 1988:5). Di dalam definisi tersebut terdapat prinsip dilakukan oleh para peserta, yakni para pelaku program (praktis) yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan patisipatoris. Ini berarti bahwa penelitian tindakan mesti melibatkan pelaku kegiatan program, seperti guru, murid, kepala sekolah, dan sebagainya. Kemmis dan Mc Taggart mengidentifikasi adanya 17 butir kunci yang mencirikan penelitian tindakan dalam dunia pendidikan, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : 1. Penelitian tindakan adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pelak-sanaan suatu program dengan jalan melakukan suatu perubahan (intervensi) dan belajar dari pengalaman dalam perubahan yang dilakukan. 2. Penelitian tindakan adalah penelitian partisipatori, yakni penelitian yang melibatkan para pelaksana program yang bekerja ke arah perbaikan cara-cara kerja mereka. 3. Penelitian tindakan dilaksanakan melalui self-reflecive spiral, yakni spiral siklus yang berulang yang meliputi: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan sistematik terhadap tindakan (observing), refleksi (reflecting), dan perencanaan kembali (replanning), dan demikian seterusnya seperti berikut.
40
Gambar 3. Siklus dalam Classroom Action Research
4. Penelitian tindakan menumbuhkan para partisipan dan para kolaborator menjadi komunitas yang kritis ke dalam diri sendiri self-critical communities melalui pengalaman mereka pada semua tahap penelitian tindakan. Mereka menjadi kritis terhadap apa yang mereka kerjakan dan termotivasi untuk meningkatkan efektivitas kerja melalui langkah-langkah penelitian tindakan. 5. Penelitian tindakan merupakan proses belajar yang sistematik, di mana para partisipan bertindak dengan cermat. Penelitian tindakan adalah proses penggunaan critical intelligence untuk menginformasikan tindakan yang mereka kerjakan.
III. MATERI DAN METODE Sesuai dengan tujuan pusat pengabdian masyarakat dalam latar belakang di atas, maka Universitas Negeri Jakarta sebagai salah satu institusi perguruan tinggi melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam menyebarluaskan IPTEKS sebagai produk yang telah diteliti dan dimanfaatkan untuk mencapai sasaran tersebut. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian yang telah dilakukan di sini adalah kegiatan yang menyebarluaskan hasil penelitian tentang pengembangan penelitian kualitatif PTK dengan bentuk pembelajaran yang memanfaatkan ICT (Information Communication and Technology) berupa pembelajaran meng-gunakan GeoGebra. Ini dilakukan bagi guru agar mereka terampil menggunakan media ajar sekaligus melaksanakan implementasi Kurtilas, maka mereka berksempatan mengembangkan mengajarnya melalui pelaksanaan penelitian PTK. Salah satu upaya agar guru siap menerapkan Kurtilas, dimana proses pembelajarannya dapat memanfaatkan media, seperti software Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
GeoGebra. Penyebarluasan teknologi dan pemanfaatan ICT sebagai sarana media ajar yang mempermudah belajar materi matematika seperti Geometri perlu dilakukan. Sedangkan tehnik menerapkannya yang terbaik dal;am proses pembelajaran, guru dapat menguji coba pembelajarannya melalui penelitian PTK. Hasil penelitian ini akan memberi gambaran pada guru bagaimana software GeoGebra diteraplkan secara baik dan benaar dalam rangka menerapkan Kurtilas. Melalui pelatihan ini, diharapkan penguasaan software pembelajaran dengan menerapkan penelitian PTK akan dapat diperoleh proses pembelajaran sesuai Kurtilas yang efektif. Selanjutnya direalisasikan kegiatan dimulai dengan kegiatan pendahuluan yang berupa pengumpulan data mengenai kemampuan guru di Wilayah Tanggerang Selatan yang belum mampu menggunakan komputer dan mengenal software pembelajaran GeoGebra. Serta guru yang berminat mengembangkan kemampuannya dalam penelitian dan berniat melakukan penelitian, seperti PTK. Pelaksanaan Pelatihan diseleng-garakan dalam satu kali pertemuan pada Sabtu, 15 Agustus 2014, dari pukul 08.00 - 15.00 WIB, bertempat di Gedung P2PKG SMAN 11 Tanggerang Selatan. Sasaran kegiatan sekaligus peserta kegiatan adalah sebanyak 17 orang guru di tingkat SMA. Evaluasi dilakukan berupa kegiatan pengisisan angkat yang kemudian dianalisis prosesnya untuk memeroleh hasil dan efektivitas pelatihan. Metode yang digunakan pada program kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah pembekalan teori dan praktek. Teori dan praktek diberikan dalam bentuk pelatihan oleh nara sumber (dosen) yang didampingi beberapa dosen. Pelatihan yang diberikan pada kegiatan ini adalah mengembangkan proposal dan penelitian tindakan kelas dan pelatihan menggunakan software GeoGebra sesuai materi matematika SMA dan cara mengajarkannya untuk siswa.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik dan peserta tampak antusias mengikuti pelatihan. Ini terlihat dari keseriusan dalam memptraktekan apa yang dipelajari dan proses tanya jawab yang intens selama pelatihan sering terjadi. Pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini memberikan pengaruh dan manfaat terhadap peserta peserta program, hal ini terlihat dari hasil quisioner sebelum dan setelah pelaksanaan serta wawancara sebagai berikut : 1. Sebelum kegiatan ketika ditanyakan apakah guru terbiasa melaksanakan pembelajaran mengguankan ICT hanya 23% peserta yang menggunakan media pembelajaran berbasis ICT untuk pembelajaran di kelas. PAdahal jika ditanya seberapa besar manfaat ICT peda pembelajaran mereka yang menjawab sangat berpengaruh sebesar lebih dari 50%. Setelah mengikuti program ini peningkatkan motivasi peserta untuk menggunakan media pembelajaran berbasis ICT untuk pembelajaran di kelas sebesar 100%.
Gambar 5. Peserta Pengguna ICT dalam Pembelajaran
2. Peserta ditanya apakah mereka mengenal software GeoGebra sebagai sebuah software yang membantu dalam pembelajaran matematika? Jawabannya mengejutkan, lebih dari 50 % mengatakan tahu dan pernah menerima pelatihan .
Gambar 5. Pengetahuan Peserta Mengenai Software GeoGebra
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
41
Tetapi ketika kepada mereka ditanyakan apakah mereka menerapkannya dalam pelaksanaan pembelajaran? Hanya 5% saja guru yang menerapkannya
Gambar 6. Peserta Menerapkan Software GeoGebra di Kelas
Setelah pelatihan, pertanyaan seberapa besar minat mereka untuk memanfaatkan Software GeoGebra dalam pembelajaran atau administrasi pendidikan? Hampir seluruh peserta merasakan motivasi yang besar bahkan sangat besar untuk memanfaatkannya. Sebagai bentuk keinginan untuk menerapkan apa yang telah dipelajari, ditanyakan kepada peserta, apakah mereka berminat melakukan PTK untuk mengembangkan bentuk pembelajaran yang menerapkan penggunaan ICT, sebagai bentuk pengembangan professional guru, 100% peserta menyebutkan keinginan yang sangat besar untuk melaksakannya.
Gambar 7. Motivasi Peserta menerapkan hasil Pelatihan
Demikian hasil sukses diperoleh setelah pelatihan.
dan
baik
Geogebra Di Wilayah Tangerang Selatan,” bertujuan menambah dan memperluas wawasan pengetahuan guru SMA di Tanggerang Selatan dalam meningkatkan keterampilan guru di Tanggerang Selatan dalam melakukan penelitian menggunakan PTK pada materi Geometri yang menerapkan software GeoGebra, sebagai usaha pengembangan penerapan Kurtilas. 2. Peserta kegiatan, dengan segala keterbatasan, telah memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk membuat sendiri media pembelajaran dengan menggunakan software GeoGebra. Selain itu, peserta kegiatan cukup antusias dalam pelaksanaan pelatihan. B. Saran 1. Perlunya pembinaan berlanjutan dan kontinu sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana peserta menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selepas mengikuti kegiatan, dan bagaimana selanjutnya mereka harus mengembangkan dan mendesiminasikan pengetahuannya kepada guru lain. 2. Perlunya diadakan kegiatan pelatihan lanjutan tentang penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan dengan metode pengajaran dan penyelesaian masalah pengajaran di kelas, terutama materi geometrid melalui pengembangan PTK. 3. Perlunya diadakan kegiatan lanjutan berupa seminar nasional atau yang lebih luas untuk menjadi sarana menampung karya-karya guru hasil pengembangan professional dan pedagogisnya, bekerja sama antara MGMP, Dinas Pendidikan Daerah dan Perguruan Tinggi.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Kesimpulan Kesimpulan dari pelaksanaan pelatihan keterampilan ini adalah :
Anderson, Din S. & Biddle, Bruce J. (1991). Knowledge for Policy : Improving Education through Research. London: The Palmer Press.
1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan judul “Mengembangkan Kemampuan Guru Matematika Melakukan Penelitian Tindakan Kelas Dengan Bantuan Software 42
Carr, Wilfred & Kemmis, Stephen (1986). Becoming Critical : Education, Knowledge, and Action Research. Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Deakin University (1990). The Action Research Reader. Geelong, Victoria: Deakin University.
Kemmis, Stephen & Mc Taggart, Robin (1988). The Action Research Planner. Geelong Victoria: Deakin University.
Hasan, M. Zaini (1994). Pengertian dan Disain Penelitian Tindakan. Disajikan pada Lokakaryua Penelitian Tindakan di IKIP PGRI Malang. 12 Nopember 1994.
McNiff, Jean. Jack Whitehead(2002). Action Research: Principles and Practice. 2nd Edition. London: Routledge&Palmer.
Hopkins, David (1993). Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham, Philadelphia: Open University Press. http://www.ziddu.com/download/17260989/mast ergeogebra.zip.html http://www.ziddu.com/download/6638498/introd uctiontogeogebra.zip.html http://www.ziddu.com/download/6607669/manu algeogebra.zip.html Iksan Wasesa (1994). Wawasan dan Konsep Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan. Makalah untuk Lokakarya Pelatihan Penelitian Tindakan di IKIP Yogyakarta.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
McTaggart, Robin (1991). Action Research: A Short Modern History. Geelong, Victoria: Deakin University. Padilla, M., Cronin, L., & Twiest, M. (1985). The development and validation of the test of basic process skills. Paper presented at the annual meeting of the National Association for Research in Science Teaching, French Lick, IN. Winter, Richard (1989). Learning from Experience: Principles and Practice in Action Research. London: The Palmer Press.
43
44
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
WORKSHOP PENELITIAN TINDAKAN KELAS SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU SEKOLAH DASAR DESA KUBANG BAROS - RANCA SANGGAL KECAMATAN CINANGKA – KABUPATEN SERANG – PROVINSI BANTEN E. Surachman Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK
Melalui pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru dapat melakukan penelitian terhadap interaksi dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, efektifitas penggunaan metode dan media pembelajaran. Di samping itu gurujuga secara refektif dapat menganalisis dan mendiagnosis apa yang telah dilakukan di kelas dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah tindakan-tindakan yang direncakan, dilaksanakan, dan di evaluasi. Dengan demikian diperoleh umpan balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, dapat dibuktikan suatu teori belajar mengajar untuk diterapkan dengan baik di kelas yang ditekuni. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi di kelasnya, melalui PTK pendidik dapat mengadaptasikan teori lain untuk kepentingan proses dan atau produk belajar yang lebih efektif, optimal, fungsional. Dari sisi kebijakan dalam bidang pendidikan, pemahaman dan kemampuan guru mengenai penelitian tindakan kelas, sangat penting terutama terkait sertifikasi guru dan kenaikan golongan. Di sinilah kemudian, perlu dilakukan pengabdian masyarakat, dalam hal ini masyarakat persekolahan dalam mengembangkan penelitian tindakan kelas. Kata Kunci : PTK, Guru I. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Peningkatan kualitas proses maupun hasil pembelajaran merupakan konsekuensi logis dari perkembangan dinamika pendidikan dan tugas kependidikan masa kini. Dalam hal ini guru dituntut melakukan pemutakhiran pendekatan, strategi, metode, serta teknik pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses serta hasil pendidikan dan pembelajaran. Salah satu upaya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran tersebut, hendaknya dilakukan dengan paradigma pemikiran research-actionimprovement (RAI), yang bersifat bottom-up, realistik-pragmatik yang diawali dengan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
diagnosis masalah secara nyata yang dialami oleh para guru di lapangan, kemudian diakhiri dengan sebuah upaya perbaikan (improvement). Upaya perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran, menuntut adanya inisiatif dan keinginan dari dalam diri para guru untuk mau melakukan upaya perbaikan. Upaya perbaikan dimulai ketikan guru secara individual maupun kelompok melakukan refleksi terhadap setiap kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan, sebagai suatu bentuk diagnosis terhadap permasalahan pembelajaran. Dari sinilah kemudian filosofi penelitian tindakan kelas yang diperuntukkan untuk meningkatkan profesionalitas guru dimulai. 45
Dalam rangka inovasi kegiatan pembelajaran, Penelitian Tindakan Kelas kemudian dipandang sebagai bentuk penelitian peningkatan kualitas pembelajaran yang tepat karena selain sebagai peneliti, guru juga bertindak sebagai pelaksana proses kegiatan pembelajaran, sehingga tahu betul permasalahan yang dihadapi dan kondisi yang ingin dicapai. Jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalitas pendidik dalam proses pembelajaran di kelas. Bahkan McNiff (1992:1) memandang penelitian ini sebagai bentuk penelitian reflektif yang dapat dilakukan oleh pendidik sendiri, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, dan pengembangan keahlian dalam melakukan kegaiatan pembelajaran. Dalam PTK, guru dapat melihat dan menganlisis sendiri praktik pembelajaran atau bersamaan dengan guru lain.Melalui pelaksanaan PTK guru dapat melakukan penelitian terhadap interaksi dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, efektifitas penggunaan metode dan media pembelajaran. Di samping itu gurujuga secara refektif dapat menganalisis dan mendiagnosis apa yang telah dilakukan di kelas dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif. Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian muncul pertanyaan apakah praktik-praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki efektivitas yang tinggi. Jika dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan bahwa praktik-praktik pembelajaran tertentu seperti: pemberian pekerjaan rumah kepada siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang siswa untuk berpikir dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara tentatif tindakan tertentu untuk memperbaiki keadaan tersebut melalui penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh para guru. Sebagai contoh, jika 46
pendidik menghadapi persoalan rendahnya minat baca siswa, sehingga kondisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan kurikuler. Dengan penelitian tindakan kelas dapat dicoba berbagai tindakan yang berupa program pembelajaran tertentu, seperti mencoba ceritacerita lokal, menggunakan buku yang memiliki cerita lucu, dan sebagainya. Berdasarkan program pembelajaran yang dirancang sebagai bentuk PTK akhirnya guru dapat memperbaiki persoalan rendahnya minat baca siswanya. Sebaliknya jika sebenarnya siswa telah memiliki minat baca yang tinggi, akan tetapi tidak dapat memanfaatkan bahan bacaan secara tepat, guru juga dapat melakukan PTK untuk mencari dan memilih secara tepat terhadap kesalahan siswa dalam memanfaatkan bahan bacaan yang kurang fungsional. Namun demikian, antusiasme guru masih kurang optimal dalam mengembangkan PTK, karena keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman penelitian.Di samping itu, keterbatasan pengetahuan dan pemahaman mengenai penelitian tindakan kelas menyebabkan hasil-hasil pelaksanaan penelitian yang terlaksana masih kurang optimal.Kebanyakan hasil penelitian tindakan masih rancu dengan penelitian dengan analisis statistik.Dari sisi kebijakan dalam bidang pendidikan, pemahaman dan kemampuan guru mengenai penelitian tindakan kelas, sangat penting terutama terkait sertifikasi guru dan kenaikan golongan.Di sinilah kemudian, perlu dilakukan pengabdian masyarakat, dalam hal ini masyarakat persekolahan dalam mengembang-kan penelitian tindakan kelas. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang dapat dijadikan titik fokus utama kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sebagai berikut : “Bagaimana meningkatkan profesionalitas guruguru Sekolah Dasar di Desa Kubang Baros dan Ranca Sanggal melalui work shop penelitian tindakan kelas “? C. Tujuan Kegiatan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan kegiatan pengabdian ini adalah untuk Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
memberikan pemahaman dan pengalaman langsung kepada guru-guru guru Sekolah Dasar Desa Kubang Baros dan Ranca Sanggal – Kecamatan Cinangka – Kabupaten Serang – Propinsi Banten, dalam membuat proposal dan melakasanakan penelitian tindakan kelas. Selain itu, secara tentatif, juga ingin mengetahui dan menganalisis masalah utama yang dihadapi guru Sekolah Dasar Ranca Sanggal, dalam melaksanakan dan mengembangkan PTK;mengidentifikasi dan menganalisis seberapa tinggipemahaman (kompetensi) guru guru dalam mengembangkan PTK di sekolah; dan mengetahui peningkatan kualitas belajar melalui refleksi penelitian tindakan kelas. D. Manfaat Kegiatan Dari kegiatan pengabdian inimanfaat utama yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi berbagai pihak, terutama guruguru Sekolah Dasar desa Ranca Sanggal dalam hal peningkatan pemahaman (kompetensi)dan pengalaman melakukan penelitian tindakan kelas. Di samping itu, bagi pihak -pihak terkait (pemerhati pendidikan, Perguruan Tinggi, dan Pemerintah/Kemendikbud), kegiatan pengabdian ini diharapkan sebagai upaya mengetahui implementasi PTK dan persoalannya di sekolah, untuk kemudian dijadikan bahan evaluasi program pendidikan.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsepsi Profesionalitas Guru Secara ekplisit PP No. 74 Tahun 2008 pasal 2 menyebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut maka seorang guru dituntut untuk memiliki komptensi yang memadai untuk dapat disebut sebagai seorang yang profesional. Suatu pekerjaan profesional menurut Moh. Ali (Kunandar, 2007: 47) memerlukan persyaratan khusus, yakni (1) menuntut adanya keterampilan berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam; (2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dengan bidang profesinya; (3) menuntut adanya tingkat pendidikan yang memadai; (4) adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya; (5) memungkinkan sejalan dengan dinamika kehidupan. Selain itu, Moh. Uzer Usman (2005:85) menambahkan bahwa pekerjaan profesional dituntut: (1) memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya; (2) memiliki klien/obyek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya; (3) diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.Guru profesional adalah guru yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yang kuat. Guru profesional harus memiliki kualifikasi kompetensi yang memadai: kompetensi intelektual, sosial, spiritual, pribadi dan moral (Mohamad Surya, 2003:28). H.A.R Tilaar (1999:205) menegaskan bahwa guru profesional abad 21 harus memiliki: 1. Kepribadian yang matang dan berkembang (mature and developing personality). 2. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat. Melalui dua hal ini seorang guru profesional akan menginspirasi anak didiknya dengan ilmu dan teknologi. Guru profesional semestinya ia adalah 'ilmuwan' yang dibentuk menjadi pendidik. 3. Menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat dan potensi peserta didik. Oleh karena itu seorang guru profesional sudah sepatutnya menguasai keterampilan metodologis membelajarkan siswa. Karakteristik ini yang membedakan profesi guru dari profesi lainnya. Jika karakteristik ini tidak secara sungguh-sungguh dikuasai, maka siapa saja dapat menjadi 'guru' seperti yang terjadi sekarang ini. Akibatnya profesi guru akan kehilangan 'bargaining position'.
47
4. Pengembangan profesi yang berkesinambungan, yang dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan profesi guru. Materi pendidikan dan pelatihan dimaksud, secara khusus harus berkaitan dengan peningkatan mompetensi pedagogik, akademik, kepribadian, dan sosial.
2.
3. B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas atau Class Action Researchsekarang marak dibicarakan oleh dunia pendidikan bahkan cenderung menjadi prasyarat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru untuk melaksanakannya. PTK dikenalkan pertama orang Amerika bernama Kurt Lewin (ahli psikologi sosial) pada tahun 1946 yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. Bobot keilmiahannya masih menjadi perdebatan dikarenakan PTK di Indonesia mulai dikenalkan sejak 1980-an. PTK sebenarnya bisa diterapkan dalam lingkup manajemen, perbaikan organisasi, kesehatan, pengembangan organisasi, dan bidang pendidikan secara praktis di dalam kelas atau skala mikro. Dalam skala makro PTK di bidang pendidikan bisa diterapkan untuk suatu institusi maupun dalam bentuk tindakan melalui kebijakan. Suharsimi (2007:2) menyatakan penelitian tindakan kelas memuat tiga pengertian yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian berarti suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat. Tindakan berarti suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Menurut Aqib (2007:13), ada beberapa alasan mengapa PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesionalisme guru antara lain karena : 1. PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Para guru menjadi 48
4.
5.
reflektif dan kritis terhadap apa yang sudah dilakukan bersama siswanya PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional, guru bukian sekedar praktisi yang puas atas yang dilakukan namun juga sebagai peneliti di bidangnya Melalui PTK guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya dalam tahap-tahap berdasar masalah aktual dan faktual. Pelaksanaan PTK bisa dilakukan terintegrasi dalam proses pembelajaran yang tidak mengganggu tugas pokok guru PTK membuat guru lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya.
Adapun tujuan PTK antara lain: (1) meningkatkan mutu, isi, masukan, proses dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah; (2) membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas; (3) meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan; (4) menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable); (5) meningkatkan keterampilan pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK dan; (6) meningkatkan kerjasama profesional di antara pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK. Bidang kajian PTK meliputi: (a) masalah belajar siswa sekolah seperti kesalahan pembelajaran dan miskonsepsi; (b) desain dan strategi pembelajaran terkait pengelolaan dan prosedur pembelajaran, implementasi dan inovasi metode atau model pembelajaran dan interaksi pembelajaran dalam kelas; (c) alat bantu, media dan sumber belajar, temanya masalah penggunaan media, perpustakaan, dan sumber-sumber belajar di dalam/luar kelas; (d) sistem evaluasi, temanya evaluasi awal dan hasil pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
berbasis kompetensi; (e) masalah kurikulum, temanya masalah implementasi KBK, interaksi guru-siswa, siswa-bahan ajar dan lingkungan pembelajaran. Sedangkan luaran umum yang diharapkan dihasilkan dan PTK adalah sebuah peningkatan dan perbaikan (improvement and therapy), antara lain: (a) peningkatan atau perbaikan terhadap kinerja belajar siswa di sekolah; (b) peningkatan atau perbaikan terhadap mutu proses pembelajaran di kelas; (c) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya; (d) peningkatan atau perbaikan terhadap kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa; (e) peningkatan atau perbaikan terhadap masalah pendidikan anak di sekolah; (f) peningkatan dan perbaikan terhadap kualitas penerapan KBK dan kompetensi siswa di sekolah. PTK sebenarnya bagian dari tugas dan tanggung jawab guru terhadap kinerja pembelajaran di dalam kelasnya. Meskipun menggunakan kaidah penelitian ilmiah PTK berbeda dengan penelitian formal akademik pada umumnya.Karakteristik PTK antara lain: (a) didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam instruksional (aktual dan faktual); (b) adanya kolaborasi dalam pelaksanaan (partisipasi); (c) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi; (d) bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional; (e) dilaksanakan dalam beberapa siklus. Menurut Hopkins (dalam Wiriatmadja, 2007; Yunus, 2009), ada 6 (enam) prinsip dalam PTK sebagai berikut : (1) Apapun metode PTK yang diterapkannya sebaiknya tidak mengganggu komitmennya sebagai pengajar (tugas utamanya mengajar). (2) Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. (3) Metodologi yang digunakan harus reliable, sehingga memungkinkan guru mengidentifikasi serta merumuskan hipotesis secara meyakinkan, mengemJurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
(4)
(5)
(6)
bangkan strategi yang dapat aplicable, serta memperoleh data yang dapat digunakan untuk menjawab hipotesis yang dikemukakannya. Masalah yang diusahakan pemecahannya adalah yang cukup merisaukan, dan bertolak dari tanggung jawab profesional. Dalam menyelenggarakan PTK, guru harus selalu bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap proses dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaannya. Pelaksanaan PTK sejauh mungkin menggunakan class room excerding perpsective, permasalahan selain dilihat dalam konteks kelas atau mata pelajaran tertentu, juga perspektif misi sekolah secara keseluruhan.
C. Penelitian Tindakan dan Pengembangan Profesionalitas Guru Tugas guru adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah melalui beragam kebijakan berupaya mendukung profesionalisme guru. Selain guru mampu melaksanakan pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Guru masa kini sebagai pendidik profesional (dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik) dituntut melakukan peningkatan professional secara terus menerus.Di era kurikulum yang mengalami pergeseran atau perubahan ini penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran membutuhkan guru yang terampil dan kreatif termasuk harus mampu menulis sebuah karya tulisan yang ditunjang dengan penelitian terkait dengan penggunaan berbagai macam strategi atau metode pembelajaran dan kinerja pembelajaran serta dampaknya bagi peserta didiknya. Membentuk keterampilan guru yang demikian, guru harus mampu melakukan penelitian tindakan kelas, hasilnya bisa diwujudkan menjadi suatu bentuk karya tulis ilmiah. Hasil penenlitin tindakan kelas bisa disajikan dalam forum ilmiah bersama bersama dengan guru-guru yang lain sehingga bisa berbagi ilmu dan pengalaman. Masalah yang 49
diangkat dalam penelitian bisa bervariasi sesuai konteks dan kondisi masing-masing tergantung dari permasalahan yang terjadi di dalam kelas yang diajarnya. Misalnya guru bisa meneliti mengenai penerapan berbagai strategi atau metode dan atau model pembelajaran, penggunaan media, teknik pembelajaran, model evaluasi, dan efeknya terhadap proses pembelajaran dan dampak lain seperti hasil belajar kepada peserta didik. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh peneliti yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan melakukan tindakan tertentu.Penelitian biasanya dilakukan dalam dua siklus dengan setiap siklus bisa terdiri dari beberapa tindakan.Masingmasing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.Ada banyak model dalam melaksanakan PTK yang bisa diikuti. Dengan melakukan suatu penelitian tindakan kelas, seorang guru memperoleh pemahaman tentang apa yang harus dilakukan, merefleksi diri untuk memahami dan menghayati nilai pendidikan dan pembelajarannya sendiri, dapat bekerja secara kontekstual, dan mengerti atau memahami kondisi anak atau peserta didiknya. Inisiatif penelitian seharusnya banyak datang dari para guru karena gurulah yang faham mengenai kondisi siswanya berawal dari motivasi diri untuk perbaikan mutu pembelajaran sifatnya pragmatis dan alamiah. Dalam melaksanakan guru bisa bermitra dengan peneliti, guru sekolah lain antar jenjang dan jenis pendidikan dalam rumpun ataupun bidang studi yang sama. Kebutuhan kemitraan yang sehat dan produktif, dikembangkan atas prinsip kesetaraan di antara pihak terkait sudah sangat mendesak sebagai kebutuhan bersama. Khususnya kemitraan antara LPTK dan sekolah adalah sesuatu yang penting, lebih-lebih lagi dalam era otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan. Penelitianpun hendaknya dikelola berdasarkan atas dasar kemitraan yang sehat (kolaboratif), sehingga kedua belah pihak dapat memetik manfaat secara timbal balik. 50
III. METODE PELAKSANAAN A. Metode Pemecahan Masalah Metode pemecahan masalah dalam kegiatan pengabdian ini berupa cooperative inquiry. Dalam praktiknya cooperative inquiry ini dilakukan melalui workshop yang akan mendatangkan narasumber dari pakar penelitian tindakan kelas dan peserta guru-guru Sekolah Dasar Desa Kubang Baros dan Ranca Sanggal. Dalam workshop ini akan disampaikan pembahasan materi mengenai pengembangan substansi penelitian tindakan kelas. Bentuk kegiatan ini lebih menyerupai bentuk ToT (traine of trainer) sebagai berikut: 1) Pelatihan, metode ini dimaksudkan untuk menyajikan materi tentang landasan dan rasional PTK dan analisis masalah pembelajaran. 2) Tanya jawab, untuk memberikan kesempatan bertanya kepada peserta pelatihan terhadap materi terkait analisis masalah pembelajaran. 3) Pelatihan dan supervisi penyusunan proposal penelitian tindakan kelas 4) Tugas, dimaksudkan untuk megetahui sejauhmana hasil pelatihan ini dapat dipahami oleh peserta, dan diujudkan dalam proposal sesuai kondisi dan hasil analisis masalah pembelajaran. 5) Diskusi, untuk membahas rencana tindaklanjut penyebarluasan dan implementasi di sekolah masing-masing. 6) Monitoring dan pendampingan. B. Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah yang dirancang dalam kegiatan PPM dalam bentuk pelaksanaan kegiatan workshop ini adalah : 1) Penjelasan konsep tentang Penelitian Tindakan Kelas baik dasar filosofisnya maupun opersionalnya, kemudian dilanjutkan dengan latihan menemukan akar masalah sesuai kondisi sekolah. 2) Latihan menyusun proposal Penelitian Tindakan Kelas oleh guru guru, dibawah bimbingan instruktur/narasumber. 3) Latihan praktik pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas oleh guru guru. Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
C. Khalayak Sasaran Khalayak sasaran yang terlibat dalam kegiatan pengabdian ini adalah guru-guru Sekolah Dasar Desa Kubang Baros dan Ranca Sanggal – Kecamatan Cinangka – Kabupaten Serang – Provinsi Banten. Tim P2M akan membimbing sejumlah guru yang potensial yang menjadi peserta workshop untuk dilatih cara menganalisis masalah pembelajaran, merancang dan merealisasikan ke dalam proposal tindakan kelas, dan bagaimana strategi untuk mengimplementasikan dalam proses pembelajaran. Dalam perkembangannya Pelaksanaan workhop/pelatihan akan langsung dilaksanakan oleh tim P2M, selanjutnya para guru yang telah mendapatkan pelatihan diharapkan dapat menyebarluaskan hasil pelatihannya kepada guru-guru yang lainnya di luar gugus. D. Tempat dan Waktu Kegiatan Tempat yang digunakan adalah Ruang Aula Sekolah Dasar Negeri Kubang Baros – Kecamatan Cinangka – Kabupaten Serang – Provinsi Banten.Adapun jadwalkegiatan pengabdian dengan topik; “Work shop penelitian tindakan kelas sebagai upaya pengembangan profesionalitas guru sekolah dasar – desa Ranca Sanggal dan Kubang Baros, Kecamatan Cinangka – Kabupaten Serang – Banten”, akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Januari 2015. E. 1.
Materi Workshop Penelitian Tindakan a. Konsep Dasar Penelitian Tindakan Penelitian tindakan adalah penelitian tentang, untuk dan oleh kelompok sasaran bersama peneliti, dengan memanfaatkan interaksi,partisipasi, dan kolaborasi bersama dengan kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata untuk mendeteksi dan memecahkan masalah dalam rangka mengembangkan kemampuan kelompok sasaran. Dalam praktek, penelitian tindakan menggabungkan antara tindakan bermakna dengan prosedur penelitian untuk memecahkan suatu masalah secara ilmiah. Peneliti dan kelompok sasaran
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
secara sadar dan bersama sama merumuskan suatu tindakan atau intervensi yangcermat untuk memperbaiki situasi yang dinginkan. 2. Bentuk Bentuk Penelitian Tindakan. Participatory Action Research. Sebuah strategi transformasi sosial yang menekankan keterlibatan kelompok sasaran agar pada mereka tumbuh rasa turut memiliki, dan rasa turut bertanggung jawab terhadap program kerja, serta pelaksaan kerja, menganalisis permasalahan yang ada, serta secara proaktifturut mem-bangun solusi atas permasalahan yang ada. Dalam hal ini suatu rekayasa perubahan sosial; direncanakan, dilaksanakan, diamati, dan dievaluasi/ refleksi untuk menghasilkan suatumodel perubahan yang ideal.
Critikal Action Research. Penelitian tindakan yang yang dilakukan oleh kelompok yang secarakolektif mengkritisi masalah praksis, dengan penekanan pada komitmen untuk bertindak memperbaiki situasi. Kelompok peneliti masuk dan bergabung dengan kelompok sasaran,untuk mengetahui lebih jauh berbagai hal yang menjadi fokus penelitian, sambil melaksanakan tindakan yang telah direncanakan.
Institusional Action Research. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk meningkatkan kualitas kerja, serta produktivitas sebuah organisasi. Biasanya dilakukan bersama konsultan yang memliki keakhlian didalam melakukan tindakan perubahan, dalam rangka menigkatkan kinerja organisasi.
Classroom Action Research. Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas atau sekolah dengan melibatkan siswa di tempat ia mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan proses dan hasil pembelajaran.
51
3.
Karakteristik Penelitian Tindakan. a. On the job problem oriented. Masalah yang diteliti adalah masalah nyata yang berada dalam lingkup kewenangan/tanggunjawab kerja peneliti. Contoh : Classroom based action research, yaitu penelitian guru yang berfokus pada masalah yang ada di kelas/sekolah, dan ditandai oleh pendekatan interpretivisme, karena gurulah yang paling tahu masalah kelas/ sekolah. b. Problem solving oriented. Penelitian yang secara langsung diarahkan untuk dapat mengatasi suatu permasalahan tertentu. Penelitian tindakan kelas yang dimaksudkan untuk mengatasi ketiadaan media pembelajaran atau sumber belajar.
Misalnya :
c. Improvement oriented. Penelitian tindakan yang; - berorientasi pada peningkatan kualitas. - harus menghasilkan produk perubahan. Misalnya
52
:
Tindakan meningkatkan kualitas berbagai komponen sumber daya sekolah, dalam rangka meningkatkan kualitasmaupun kuantitas lulusan ( output ).
observing, dan reflecting, yang pada dasarnya menunjukkanalur pemikiran terhadap efektifitas suatu tindakan. f. Participatory ( collaborative ). Penelitian tindakan yang dilakukan dalam kerjasama dengan pihak lain, untuk melalukan setiap langkah penelitian . Jenis penelitian ini memiliki ciri; - dipengaruhi prinsip cricalisme (kebenaran/ realita itu bersifat relative) sehingga pendekatan terhadap masalah harus participatory, untuk memperoleh data/ informasi yang valid. - tidak mempersoalkan masalah pengambilan populasi/sampelseperti pada penelitian empiris. - tidak menggeneralisasi temuan/hasil penelitian, tetapi menawarkansaran pemecahan masalah.
F. Penelitian Tindakan Kelas. 1. Latar Belakang Penelitian Tindakan Kelas. a. Sebagai pengajar tugas pokok guru meliputi; - merencanakan proses pembelajaran. - melaksanakan proses pembelajaran. - mengevaluasi proses pembelajaran. b. Sebagai manajer guru harus mampu mengantisipasi berbagaipermasalahan yang bisa muncul dari; - raw input /siswa (bakat, minat, motivasi, dsb) - instrumental input (methode, media, sumber belajar, dsb.) - environmental input (kondisi lingkungan fisik/sosial budaya)
d. Multiple data collection. Penelitian tindakan yang menggunakan berbagai koleksi data untuk mendapatkan informasi yang akurat, dimana data diperoleh melalui berbagai cara seperti; observasi, wawancara, questionair, angket, dan sebagainya.
Untuk mampu mengantisipasi berbagai permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran guru dituntut untuk; - mampu mengidentifikasi permasalahan. - menganalisis permasalahan - menentukan solusi atas permasalahan.
e. Cyclis action. Penelitian tindakan yang dilakukan melalui urutan urutan; planning,action,
2. Prinsip prinsip Penelitian Tindakan Kelas. a. Tidak boleh mengganggu pelaksanaan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
b.
c.
d.
e.
tugas. - komitmen terhadap profesionalitas sebagai guru. - memperhatikan keterlaksanaan kurikulum. - selalu mengacu pada perencanaan penelitian. Proses penelitian tidak mengambil waktu berlebihan, sehingga tidak menggganggu proses pembelajaran. Metode yang digunakan harus bersifat reliabel (handal) sehingga guru dapat mengidentifikasi masalah, serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Masalah yang diteliti harus berupa masalah yang berada didalam tanggung jawab profesionalnya, agar memiliki komitmen yang tinggi terhadap pemecahannya. Dalam PTK guru harus konsisten terhadap prosedur serta etika yang berkaitan dengan bidang tugasnya. Misalnya : - penelitian mendapat persetujuan dari atasan. - di sosialisasikan kepada teman sejawat. - di lakukan sesuai dengan kaidah kajian ilmiah.
f.
PTK menggunakan perspektif kelas, artinya : -
hanya dilakukan dalam proses pembelajaran. bersifat spesifik dan kontekstual. hasilnya hanya berlaku untuk kelas yang bersangkutan. hasilnya tidak bisa digeneralisir.
3. Tujuan dan manfaat PTK a. Tujuan PTK. - memperbaiki/meningkatkan kualitas proses pembelajaran. - meningkatkan hasil proses pembelajaran. - meningkatkan layanan profesionalitas guru. b. Manfaat PTK. - inovasi proses pembelajaran.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
-
peningkatan kompetensi pedagogik guru. perbaikan/peningkatan kualitas pembelajaran peningkatan hasil belajar siswa.
4. Prosedur Kolaborasi Pelaksanaan PTK. a. Masalah penelitian diidentifikasi dan dirumuskan secara kolaborasi dengan kelompok sasaran. b. Semua yang terlibat dalam kolaborasi merupakan anggotapenuh dari tim peneliti. c. Peneliti berperan sebagai aktor utama, sementara kolaborator terlibat dalam pengumpulan data, cross chek, dan refleksi sebelum dan sesudah pembelajaran. d. Teman sejawat yang berperan sebagai mitra peneliti, sekaligusdilibatkan dalam penyusunan laporan. 5. Penentuan Masalah PTK. Penentuan masalah PTK dilakukan melalui; a. Identifikasi masalah. Menentukan karakteristik masalah yang relevan dengan pembelajaran, serta memungkinkan untuk diteliti. b. Masalah bersifat riil dan on the job problem oriented. - benar benar berada di bawah kewenangan guru. - muncul dari hasil pengamatan guru itu sendiri. c. Masalah yang akan diteliti harus problematik. Artinya masalah itu perlu diselesaikan, dan memungkinkan untuk dapat diselesaikan. d. Hasil pemecahan masalah harus memberi manfaat yang jelas/nyata bagi kepentingan pembelajaran. e. Dengan memperhatikan berbagai sumber daya (biaya, kemampuan intelektual, waktu, dukungan birokrasi) masalah harus memungkinkan untuk diteliti. f. Penyebab munculnya masalah dapat dianalisis.
53
Misalnya melalui; - penyebaran angket. - mewawancarai siswa. - melakukan observasi.
e. dukungan pimpinan & teman sejawat. 3.
Persiapan Tindakan. a. menyusun skenario tindakan yang akan dilakukan. b. mempersiapkan sarana pendukung. c. mempersiapkan instrumen perekam data. d. melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.
4.
Pelaksanaan Tindakan a. dimaksudkan untuk mengatasi masalah. b. kelas dikondisikan sebagai komunitas belajar normal. c. hindari adanya kelompok kontrol dan treatment.
5.
Observasi dan interpretasi. - mengamati tindakan untuk mengatasi masalah. - menganilisis data/informasi yang telah dikumpulkan. - observasi akan memberi manfaat jika diikuti diskusi balikan. - Diskusi balikan akan bermanfaat jika; - dilakukan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi. - dilakukan dalam suasana mutually. - bertolak dari rekaman data. - diinterpretasikan bersama. - mengacu pada sasaran yang ingin dicapai.
6. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas PTK mencakup empat tahap yaitu; - perencanaan (planning) - tindakan (acting) - pengamatan (observing) - refleksi (reflecting). C. Sistematika Laporan PTK 1. Perencanaan ( Planning ) Tahap ini ditempuh melalui langkah sebagai berikut;
langkah
a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan. Hipotesis tindakan merupakan rencana tindakan yang diprediksiakan mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi. Untuk menyusun hipotesis tindakan, guru dapat : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
melakukan kajian teori. mengkaji penelitian yang relevan. diskusi dengan teman sejawat. mengkaji saran/pendapat pakar. merefleksi pengalaman sendiri. menyusun kerangka berpikir
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskanhipotesis tindakan : a) rumuskan alternatif tindakan berdasarkan kajian b) kaji relevansi setiap alternatif dengan tujuan & teknis. c) pilih alternatif tindakan yang memiliki peluang besar untukdapat mengatasi permasalahan. 3. Analisis Kelayakan Hipotesis Tindakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelayakanhipotesis tindakan : a. intensitas dukungan dan komitmen guru. b. kemampuan siswa (fisik, psikis, sosial budaya, dsb) c. fasilitas dan sarana pendukung. d. iklim belajar di dalam kelas. 54
D. Analisis dan Refleksi Reflecting adalah kegiatan mengkaji secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana belajar, dan guru, sebagai hasil daritindakan yang telah dilakukan. Pada tahap ini guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan ; mengapa, bagaimana,dan sejauh mana tindakan/intervensi telahmenghasilkan solusi yang signifikan atas permasalahan yang dihadapi.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Untuk memperoleh diperlukan;
jawaban
akurat
- kolaborasi dengan teman sejawat, untuk memperoleh masukan. - learning logs (catatan reflektif dan kritis).
IV. PEMBAHASAN DAN HASIL A. Tahapan Kegiatan Kegiatan workshop bagi guru guru Sekolah Dasar Negeri Desa Kubang Baros dan Ranca Sanggal pada tanggal 31 Januari 2015, bertempat di Sekolah Dasar Negeri Kubang Baros Kecamatan Cinangka – Serang – Banten, dilaksanakan sesuai dengan jadual yang tertera pada tabel 2 di bawah ini. 1.
Penjelasan Konsep PTK Melalui ceramah bervariasi, materi Penelitian Tindakan Kelas dijelaskan kepada guru guru, dengan bantuan media visual berupa tayangan power point. Di samping itu untuk memudahkan penguasaan materi, kepada guru guru juga diberikan hard copy power point materi PTK yang dijelaskan. 2.
Diskusi Materi PTK Peserta workshop diberi kesempatan untuk bertanya atau berpendapat tentang berbagai hal yang terkait dengan materi Penelitian Tindakan Kelas, baik mengenai teori maupun tentang hal hal teknis dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. 3.
Bimbingan Pemilihan Judul Penjelasan verbal melalui ceramah dan tanya tawab, serta secara visualmelalui tayangan power point saja tentang PTK kepada guru guru peserta workshop dianggap belum cukup. Untuk sekedar membuat judul atau topic PTK saja, mereka masih kebingungan.Karena itu secara individual, mereka diberi kesempatan untuk konsultasi tentang perumusan judul PTK yang telah mereka pilih. Secara individual guru guru merumuskan judul atau topik PTK, kemudian secara bergantian mereka mengkonsultasikan judul/ topik tersebut kepada instruktur, untuk
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
memperoleh petunjuk atau masukan mengenai judul/topik PTK yang benar. 4.
Latihan Penyusunan Proposal PTK. Latihan penyusunan proposal dilakukan secara berkelompok. Tiap kelompok terdiri atas 4 orang guru peserta workshop. Kerja kelompok ini dilakukan agar mereka bisa berdiskusi, saling memberi dan menerima pendapat sebagai masukan.Tiap kelompok ditugaskan untuk membuat satu proposal penelitian tindakan kelas. Karena keterbatasan waktu, hasil kerja kelompok berupa proposal PTK dibawa oleh instruktur untuk dikoreksi. Setelah dikoreksi oleh instruktur, seminggu kemudian, proposal dikembalikan kepada masing masing kelompok untuk ditindak lanjuti B. 1.
Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor Pendukung Faktor yang mendukung kegiatan workshop Penelitian Tindakan Kelas bagi guru guru SDN Kubang Baros dan SDN Ranca Sanggal ialah motivasi guru guru untuk mengikuti kegiatan secara sungguh sungguh dengan antusiasme yang tinggi. Mereka mengikuti kegiatan mulai dari penjelasan konsep PTK sampai mereka latihan menyusun proposal PTK. 2.
Faktor Penghambat Hambatan yang dialami oleh guru guru ialah bahwa sebagaian besar dari mereka tidak memiliki computer (lap top), dan juga tidak mengusai penggunaan computer. Penyusunan proposal dilakukan secara manual dan ditulis tangan. Hal ini dirasakan sangat penghambat, karena mereka tidak bisa bekerja cepat.
DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal. 2007. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. Brookfield, S.D. 1990. The Skillful Teacher : On Technique, Trust, and Responsiveness in the Classroom. San Fransisco : JosseyBass
55
Killen, Roy. 1998. Effective Teaching Strategies. Katoomba NSW: Social Science Press
Surya, Mohammad. 2003. Percikan Perjuangan Guru. Semarang: CV Aneka Ilmu.
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tilaar,
M. Yunus, 2009. Penelitian Tindakan Kelas. (online), (http:m.yunus.com, diakses tanggal 16 Maret 2011) Suharsimi Arikunto., Suhardjono., Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
56
H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang: Penerbit Tera Indonesia.
Usman, Moh. Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Wiriatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
PELATIHAN PEMBUATAN ES KRIM SEHAT UNTUK BALITA BAGI KADER POSYANDU DI KELURAHAN DUREN SAWIT JAKARTA TIMUR Ridawati1), Alsuhendra2) Jurusan IKK, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK
Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara membekukan dan mencampur bahan baku secara bersama-sama. Bahan yang digunakan adalah kombinasi susu dengan bahan tambahan seperti gula dan madu atau tanpa bahan perasa dan warna, dan stabilizer. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu tentang mengolah es krim dan produk olahannya seperti milkshake menjadi salah satu minuman sehat yang disukai oleh anak-anak. Kegiatan ini dilaksanakan di TK Ruhul Islam Kelurahan Duren Sawit, dengan melibatkan 20 orang peserta. Hasil dari pelaksanaan pengabdian ini terjadi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader posyandu tentang es krim sehat dan produk olahannya seperti milkshake. Kata Kunci : Eskrim, posyandu
I. PENDAHULUAN Kecamatan Duren Sawit merupakan salah satu kecamatan di Wilayah Jakarta Timur yang terletak pada jantung kota Jakarta Timur. Kecamatan Duren Sawit pada awalnya merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di dalam wilayah Kecamatan Jatinegara, yaitu kelurahan Duren Sawit. Dikarenakan wilayah cakupannya yang sangat luas dan dilakukannya pemekaran daerah kota maka pada tahun 1990-an dibentuk Kecamatan Duren Sawit. Kecamatan Duren Sawit yang terdiri dari 7 kelurahan diantaranya Kelurahan Duren Sawit. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Cakung di sebelah utara, Kecamatan Jatinegara di sebelah barat, Kecamatan Bekasi Barat di sebelah timur, dan KecamatanMakasar di sebelah selatan. Kecamatan Duren Sawit dibagi menjadi tujuh kelurahan yaitu Kelurahan Pondok Bambu, Duren Sawit, Pondok Kelapa, Pondok Kopi, Malaka Jaya, Malaka Sari dan Kelurahan Klender Klender. Kecamatan Duren Sawit terdiri dari 95 Rukun Warga dan 1.103 Rukun Tetangga dengan luas wilayah 22,8 km2, merupakan kecamatan yang memiliki ukuran luas urutan nomor tiga terbesar di Jakarta Timur, setelah Kecamatan Cipayung dan Pulo Gadung. Wilayah dengan jumlah KK 82.164 dan jumlah penduduk 346.197 total jiwa serta jumlah
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
penduduk miskin sebanyak 4.590 jiwa. (Sumber : Kantor Statistik Jakarta Timur bulan Desember 2000 dalam Suku Dinas Kebersihan Jakarta Timur 2002). Sebagian besar penduduk Kecamatan Duren Sawit adalah pendatang, sedangkan sebagian kecilnya adalah penduduk asli yang keberadaannya mulai tergeser. Pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) juga menyebabkan semakin tergusurnya penduduk asli Kecamatan Duren Sawit, khususnya penduduk yang tinggal di sekitar BKT tersebut. Es krim merupakan salah satu produk olahan susu yang digemari masyarakat Indonesia khususnya anak-anak. Es krim memiliki rasa yang lezat, manis, dan nikmat apalagi jika dihidangkan saat cuaca sedang panas. Terutama anak-anak yang selalu dapat mendapatkan produk es krim di sekitar tempat tinggal mereka, sehingga beberapa orangtua khawatir akan kebiasaan anak-anak untuk mengkonsumsi es krim yang dapat diperoleh dengan mudah tersebut. Salah satu hal yang dikhawatirkan adalah produk kurang higienis dan bahan-bahan pembuat es krim yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bahan yang aman untuk dikonsumsi. Es krim dapat diolah lebih lanjut menjadi produk minuman seperti Milkshake. Milkshake menjadi salah satu jenis minuman yang sangat disukai. Selain memberikan rasa yang segar dan 57
enak, juga manfaatnya untuk kesehatan. Milkshake adalah minuman yang dibuat dari campuran susu cair es krim, buah, pemanis, sirup buah atau saus cokelat, disajikan dingin dengan topping whipped cream. Cara pembuatan menggunakan shaker (sejenis gelas berpenutup, kemudian semua bahan dimasukkan dalam shaker dan dikocok agar semua bahan tercampur) atau di blender. Dibandingkan dengan jenis minuman ringan lainnya seperti soda, milkshake memang mengandung beberapa komponen yang memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. seperti protein, serat, vitamin dan mineral. Es krim dan susu menjadi bahan utama dari milkshake, dan seperti yang diketahui susu mengandung protein yang baik untuk kesehatan. Bagi orang yang kurang menyukai aroma susu, mungkin milkshake bisa menjadi pilihan untuk menggantikannya. Konsumsi segelas susu perhari membantu kesehatan tulang secara optimal. Buah yang digunakan dalam pembuatan milkshake memberi sumbangan terhadap kebutuhan serat harian. Jumlah serat pada milkshake bergantung dari jenis dan jumlah buah yang digunakan. Serat berfungsi menjaga kesehatan saluran cerna dan memberikan rasa kenyang lebih lama. Sumber vitamin dan mineral pada milkshake berasal dari buah yang digunakan. Biasanya vitamin yang terdapat dari milkshake antara lain bitamin A, Vitamin C, vitamin E, kalsium, mangan, kalium. Buah yang digunakan dalam pembuatan milkshake adalah buah dapat memberikan rasa manis yang alami, sehingga tidak perlu lagi menambahkan gula, sirup buah, atau pemanis lainnya. Susu dan es krim yang digunakan adalah es krim dengan rasa yang sesuai dengan buah yang digunakan. Penambahan topping pada milkshake sebaiknya berupa irisan buah/ cokelat, sukade atau manisan buah lainnya. B.
Permasalahan Mitra Pergantian pimpinan, terpuruknya nilai tukar rupiah yang melanda Indonesia berdampak terhadap gizi anak-anak, meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Terjadinya peningkatan penyebaran penyakit infeksi turut mempengaruhi keadaan gizi penderita serta turut mempengaruhi aktivitas kegiatan masyarakat. 58
Berdasarkan latar belakang diatas, dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1.
2.
Bagaimanakah cara mengolah es krim dan produk olahannya seperti milkshake menjadi salah satu minuman sehat yang disukai oleh anak-anak ? Bagaimanakah cara meningkatkan pengetahuan masyarakan akan pentingnya protein sebagai salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak dan balita ?
Salah satu dharma perguruan tinggi adalah pengabdian pada masyarakat, hal ini mengisyaratkan bahwa tugas perguruan tinggi antara lain adalah melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan seoptimal mungkin. Program pengabdian pada masyarakat dilaksanakan dengan cara memanfaatkan dan menerapkan hasil penelitian maupun hasil pendidikan perguruan tinggi. Pengabdian pada masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat. Program pengabdian pada masyarakat dilaksanakan dengan menganut asas kelembagaan, asas ilmu amaliah, dan amal ilmiah, asas kerjasama, asas kesinambungan, serta asas edukatif dan pengembangan. Khalayak sasaran kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah masyarakat di luar kampus yang merupakan mitra kerja perguruan tinggi untuk menerapkan Ipteks dalam rangka menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Es Krim Es krim adalah sebuah makanan beku dibuat dari produk susu seperti krim (atau sejenisnya), digabungkan dengan perasa dan pemanis. Campuran ini didinginkan dengan mengaduk sambil mengurangi suhunya untuk mencegah pembentukan kristal es besar. Tradisionalnya, suhu dikurangi dengan menaruh campuran es krim ke sebuah wadah dimasukkan ke dalam campuran es pecah dan garam. Garam membuat air cair dapat berada di bawah titik
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
beku air murni, membuat wadah tersebut mendapat sentuhan merata dengan air dan es tersebut. Meskipun istilah es krim sering digunakan untuk menunjuk ke "dessert" beku dan makanan ringan, tapi sebenarnya digunakan unuk menunjuk ke "dessert" beku dan makanan ringan yang terdiri dari lemak susu. Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, membatasi penggunaan istilah tersebut berdasarkan kuantitas dari bahan dasar makanan tersebut Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara membekukan dan mencampur bahan baku secara bersama-sama. Bahan yang digunakan adalah kombinasi susu dengan bahan tambahan seperti gula dan madu atau tanpa bahan perasa dan warna , dan stabilizer, bahan campuran es krim disebut ice cream mix dengan pencampuran bahan yang tepat dan pengolahan yang benar maka dapat dihasilkan es krim dengan kualitas baik. Nilai gizi es krim sangat tergantung pada nilai gizi bahan baku yang digunakan, untuk membuat es krim yang memiliki kualitas tinggi bahan bakunya perlu diketahui dengan pasti, dengan menggunakan susu sebagai bahan utama pembuatan es krim maka es krim memiliki sumbangan terbesar nilai gizinya. Dibalik kelembutan dan rasa manisnya, es krim terbukti memiliki beberapa fakta gizi yang tidak terduga, keunggulan es krim yang didukung oleh bahanutamanya yaitu susu tanpa lemak dan lemak susu maka es krim hampir sempurna dengan kandungan gizi yang lengkap. Banyak tersedia bahan es krim yang mudah dalam pembuatannya, yaitu es krim instan, dengan adanya es krim yang mudah dan praktis konsumsi es krim di Indonesia mulai meningkat secara sering dengan adanya es krim instan yang pemuatannya tidak memerlukan ahli khusus dan dapat dibuat di rumah. Pembuatan es krim menggunakan bahan tambahan yaitu bahan pengembang dan bahan penstabil. Untuk bahan pengembang dapat digunakan baking powder (sodium bikarbonat) yang merupakan bahan pengembang dan dipakai untuk meningkatkan volume dan memperingan tekstur bahan makanan antara lain es krim. Fungsi lain bahan pengembang jika ditambahan dengan adonan es Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
krim karena sodium bikarbonat bereaksi dengan asam juga digunakan sebagai obat untuk menetralkan asam lambung berlebihan. Bahan penstabil (stabilizer) merupakan bahan aditif yang ditambahkan dalam jumlah kecil untuk mempertahankan emulsi sekaligus memperbaiki kelembutan produk es krim, mencegah pembentukan kristal es yang besar pada es krim, memberikan keseragaman produk, memberikan ketahanan agar tidak meleleh atau mencair dan memperbaiki sifat produk. Es krim yang diperoleh dengan penambahan bahan penstabil menjadi menjadi lebih halus dan lembut. Tekstur lembut es krim juga dapat diperoleh melalui proses pembekuan cepat yang akan menghasilkan kristal es berukuran kecil dan halus serta tekstur es krim lembut. Pembuatan es krim mempunyai prinsip yaitu dapat membentuk rongga udara pada ice cream mix, sehingga diperoleh pengembangan volume es krim agar menjadikan es krim lebih ringan dan tidak padat serta mempunyai tekstur yang lembut, oleh karena itu es krim merupakan produk olahan susu yang disukai masyarakat. B. Milk Shake Bahan dasar milkshake hampir sama dengan smoothie, yaitu buah, sayuran, sirup gula, susu tawar cair atau kental, dan potongan es batu. Bahan milkshake yang membedakannya dengan smoothie adalah susu dan es krim yang selalu melengkapi setiap penampilan milkshake. Proses pembuatan milkshake. Ada dua cara membuat milkshake, yaitu diblender dan juga dengan menggunakan shaker. Masukkan sari buah, sirup gula, susu tawar cair, potongan es batu ke dalam tabung shaker. Kocok hingga semua bahan tercampur rata. Tuang milkshake ke dalam gelas, dan sajikan bersama es krim sebagai topping di atas milkshake. Anda juga bisa mencampur es krim bersama bahan ke dalam tabung shaker sebagai variasi sajian milkshake. C. Protein Status gizi pada anak menentukan pembangunan nasioanal karena anak merupakan generasi yang akan melanjutkan pembangunan ini. Kalau status gizi anak tidak baik, ini akan berpengaruh terhadap kondisi fisik dan 59
psikologis pada anak tersebut. Masalah gizi pada anak sering seperti masalah gizi buruk (marasmus maupun kwasiorkor), gizi kurang (kekurangan zat mikro maupun makro) maupun gizi lebih (obesitas) merupakan masalah nasional yang memerlukan penganganan secara terpadu oleh seluruh unsur masyarakat. Salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan pada masa pertumbuhan seorang anak adalah protein. Protein memiliki fungsi :
histidin (arginin dan histidin esensial untuk bayi, tetapi tidak bagi orang dewasa). 2) Asam amino semi esensial, meliputi: glisin, serin, sistin, dan tirosin. 3) Asam amino non esensial (dapat disintesis oleh tubuh), meliputi: alanin, prolin, serin, sistein, tirosin, asparagin, glutamin, asam aspartat, dan asam glutamate.
Pertumbuhan jaringan baru Metabolisme untuk energi Metabolisme ke dalam zat-zat vital dalam fungsi tubuh Enzim-enzim yang esensial bagi fungsi tubuh yang normal Hormon-hormon tertentu
Di dalam tubuh protein memainkan peranan penting sebagai zat pembangun tubuh, zat pengatur di dalam tubuh, dan sebagai sumber energi. Sebagai zat pembangun, protein berperan membentuk jaringan baru, misalnya membentuk janin pada masa kehamilan atau jaringan baru pada proses pertumbuhan anak. Protein juga penting untuk memelihara jaringan yang telah ada atau mengganti bagian-bagian yang aus atau rusak. Fungsi protein sebagai sumber energi tidak begitu utama dibandingkan dengan karbohidrat dan lemak. Dalam keadaan normal, tubuh lebih menggunakan protein sebagai zat pembangun dan pengatur daripada sebagai sumber energi. Namun, apabila tubuh sedang kekurangan energi, maka protein ini terpaksa dipakai sebagai sumber energi. Untuk setiap gram protein dapat dihasilkan energi sekitar 4 Kal/g, atau setara dengan kandungan energi karbohidrat. Secara lebih rinci peranan utama protein di dalam tubuh dapat diringkaskan menjadi 6, yaitu untuk :
Protein dapat digolongkan sebagai protein yaitu golongan yang termasuk protein-protein yang pada hidrolisis menghasilkan hanya asam amino atau derivatnya. Contohnya albumin, globulin, glutelin, protein yang larut dalam alkohol, albuminoid dan protamin. Selain protein sederhana, ada juga protein gabungan, seperti nucleoprotein, glikoprotein dan fosfoprotein. Nukleoprotein, adalah gabungan dari satu atau lebih molekul protein dengan asam nukleat. Glikoprotein, gabungan dari molekul protein dan zat yang mengandung gugusan karbohidrat selain asam nukleat, misalnya mucin, Fosfoprotein, gabungan molekul protein dengan zat yang mengandung fosfor selain asam nukleat atau lesitin, misalnya kasein. Protein terdiri dari asam-asam amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial merupakan asam amino yang tidak dihasilkan oleh tubuh, sehingga harus dikonsumsi dari bahan makanan, sedangkan asam amino non esensial dapat dihasilkan dalam proses metabolism di dalam tubuh manusia. Asam amino terdiri atas gugusan amino yang mengandung amonia dan gugusan karbonhidrogen yang dibangun dengan kombinasi asam-asam lemak. Tiga (3) kelompok, yaitu : 1) Asam amino esensial (tidak dapat disintesis oleh tubuh), meliputi: valin, arginin, leusin, isoleusin, fenilalanin, triptofan, metionin, lisin, treonin, dan 60
1. pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan 2. pembentukan senyawa tubuh yang esensial, seperti enzim, hormon, hemoglobin, neurotransmitter (misalnya serotonin), dan senyawa yang terlibat dalam pembekuan darah 3. pengaturan/regulasi keseimbangan air 4. mempertahankan netralitas tubuh melalui fungsinya sebagai senyawa penyangga (buffer) 5. membentuk antibodi 6. transfer zat gizi Pemecahan atau hidrolisis protein akan menghasilkan asam-asam amino penyusunnya.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Proses hidrolisa dapat dilakukan antara lain menggunakan larutan HCl atau H2SO4 6-8 N selama 12-48 jam. Hidrolisis protein dengan asam akan menghasilkan asam-asam amino yang memiliki sifat optis aktif yang tetap (bentuk L) seperti terdapatnya di alam. Hidrolisis dapat pula dilakukan dengan menggunakan alkali, misalnya BaOH. Jika unsur-unsur protein murni dianalisis, maka komposisi unsur-unsur penyusun yang umum dijumpai adalah C (50-55%), O (20-25%), N (15-18%), H (5-7%), S (0.4-2.5%), serta P, Fe, dan Cu dalam jumlah sedikit. Di alam umumnya terdapat 20 jenis asam amino (bahkan untuk protein tertentu dapat 25 jenis), sehingga jenis protein yang dapat dibentuk dari ratusan atau bahkan ribuan unit asam-asam amino berbeda-beda secara matematis adalah tak terhingga. Protein dapat dikelompokkan berdasar-kan beberapa kriteria. Berdasarkan sumbernya protein dapat dibagi menjadi dua, yaitu protein asal tanaman (protein nabati) dan protein asal hewan (protein hewani). Sumber utama dari protein nabati adalah kacang-kacangan, sedangkan protein hewani banyak ditemukan pada telur, ikan, daging, dan susu. Setidaknya ada 10 jenis protein jika dikelompokkan menurut perannya dalam makhluk hidup. Berbagai jenis protein tersebut adalah sebagai berikut : 1) Protein di dalam plasma darah, cairan limfa, dan cairan tubuh lain. Protein ini berperan sebagai bahan yang mengatur tekanan osmosis cairan tubuh. Protein ini juga dapat bertindak sebagai penyangga atau buffer, sehingga dapat menjaga kestabilan pH cairan tubuh. Peran lain dari protein dalam kelompok ini adalah sebagai pembawa asam amino yang perlu dipindahkan dari satu organ ke organ yang lain. Beberapa protein yang larut dalam serum cairan tubuh adalah enzim, sedangkan yang lain berperan sebagai senyawa antibodi yang melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme penyebab penyakit dan benda asing lain. 2) Protein kontraksi. Protein ini terdapat dalam jaringan otot dan sel kontraksi hewan tingkat rendah. Contoh protein di dalam otot adalah aktin yang dalam Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
keadaan konstraksi akan terikat dengan protein myosin menjadi aktomyosin. 3) Protein pernafasan. Protein ini berperan mengangkut oksigen dari organ pernafasan ke jaringan yang memer-lukan oksigen, seperti hemoglobin. 4) Enzim. Enzim merupakan senyawa yang terbuat dari protein untuk mempercepat (mengkatalisis) reaksi-reaksi metabolisme dalam makhluk hidrup. Beberapa enzim memerlukan bahan lain non protein dengan berat molekul rendah untuk mengkatalisis reaksi, seperti vitamin dan mineral. 5) Hormon. Hormon merupakan jenis protein yang diproduksi oleh kelenjarkelenjar endoktrin dan kemudian diangkut oleh darah ke organ tubuh. 6) Protein cadangan. Jaringan hewan dan tanaman memiliki protein tertentu yang disimpan sebagai cadangan makanan pada lembaga, biji, janin yang baru dilahirkan, telur, atau susu. 7) Protein inti sel. Protein inti sel atau nukleoprotein adalah jenis protein yang berperan penting dalam proses pewarisan sifat-sifat keturunan yang terdapat dalam kromosom. 8) Protein musin dan mukoid. Musin dan mukoid adalah kelompok protein sangat kental yang menyusun cairan tubuh. Protein ini dapat ditemukan dalam saliva, cairan pencernaan, pankreas dan usus, cairan kental pada persendian, cairan tali pusar dan organ-organ lain yang memiliki kekentalan serupa. Umumnya protein ini merupakan gabungan antara protein dan polisakarida. 9) Kolagen. Kolagen adalah kelompok protein dalam jaringan pengikat, misalnya dalam tulang, tulang rawan, urat ligamen otot, dan kulit. Kolagen tidak ditemukan dalam tanaman. 10) Keratin. Keratin bersifat tidak larut dalam air dan sulit dihidrolisis, misalnya dalam rambut, tanduk, kulit, terapak kaki hewan, dan kuku. Protein ini tidak terdapat dalam tanaman. Di samping berdasarkan peranannya dalam tubuh, protein dapat pula diklasifikasikan menurut sifat fisik dan kimia, khususnya berdasarkan kelarutannya. Secara umum, jenis protein sederhana yang diklasifikasikan berdasarkan kelarutannya adalah sebagai berikut :
61
1. Albumin, yaitu protein yang dapat larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah albumin telur, albumin serum darah, dan laktalbumin dalam susu. 2. Globulin, yaitu protein yang tidak larut dalam air, larut dalam larutan garam encer, mengendap dalam larutan garam dengan konsentrasi tinggi (salting out), dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya adalah miosinogen dalam otot, ovalbumin dalam kuning telur, dan legumin dalam kacangkacangan. 3. Prolamin (Gliadin), yaitu protein yang larut dalam etanol 70 – 80%, tetapi tidak larut dalam air, larutan garam ataupun etanol absolut/murni. Contohnya adalah gliadin dalam gandum, zein dalam jagung, dan hordain dalam barley. 4. Glutelin, yaitu protein yang tidak larut dalam pelarut netral, larutan garam atau etanol, tetapi dapat larut dalam larutan alkali atau asam encer. Contohnya adalah glutelin dalam gandum dan orizenin dalam beras. 5. Histon, yaitu protein yang larut dalam air dan larutan garam, tidak larut dalam amonia encer, tetapi histon yang terkoagulasi oleh panas dapat larut dalam larutan asam encer. Contohnya adalah globin dalam hemoglobin. 6. Protamin, yaitu protein yang larut dalam etanol 70-80%, tidak larut dalam air dan etanol absolut, serta tidak terkoagulasi oleh panas. Protein ini kaya akan asam amino arginin. Contohnya adalah salmin dalam ikan salmon, klupein dalam ikan herring, dan scrombin dalam ikan mackerel. Pengelompokkan protein berdasarkan kelarutannya dianggap cukup baik, tetapi masih terdapat beberapa kelemahan. Sebagai contoh adalah globulin, pada awalnya diartikan sebagai protein yang dapat diendapkan (salted-out) oleh larutan 50% amonium sulfat dan dikelompokkan sebagai protein yang tak dapat larut dalam air, tetapi banyak jenis globulin serum darah yang ditunjukkan dengan cara elektroforesis, dapat larut dalam air. Karena itu, lebih praktis mengelompokkan jenis-jenis protein sederhana menjadi protein yang larut dan yang tidak larut, tanpa mengkaitkannya lagi dengan cara pengelompokkan yang lebih terperinci.
62
III. MATERI DAN METODE Dalam kegiatan ini dilakukan proses diskusi dan pelatihan pengolahan es krim dan milkshake. Pelatihan terdiri dari beberapa tahapan yaitu : a) Melakukan inventarisasi berbagai kegiatan yang telah dilakukan Posyandu terkait dengan Kesehatan dan Gizi b) Melakukan pelatihan pengolahan es krim dan milkshake c) Melakukan praktek pembuatan milkshake dari es krim dan produk olahan susu. Mengingat jenis kegiatan ini adalah praktek dan pelatihan maka metode yang digunakan adalah :
30 % teori berupa ceramah dan diskusi kelompok 70 % berupa demonstrasi dan praktek langsung pengolahan pembuatan milkshae dan variasinya.
Tim Pelaksana : Universitas Negeri Jakarta (UNJ) adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi yang berada di pusat kota Jakarta. UNJ menyelenggarakan bidang kependidikan dan non kependidikan. Salah satu Fakultas yang menyelenggarakan bidang kependidikan dan non kependidikan di UNJ adalah Fakultas Teknik. Program Studi Tata Boga merupakan salah satu program studi yang dimiliki oleh Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga (IKK). Jurusan IKK merupakan pengembangan dari Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (Home Economic) yang telah ada di Indonesia sejak tahun 1960 dan berada dibawah FKIP Universitas Indonesia menurut SK Dirjen DIKTI Depdikbud RI No. 112/Dikti/Kep/1984 tanggal 4 September 1984. Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), yang merupakan program studi setingkat sarjana (S1), memiliki 3 bidang keahlian khusus, yaitu Tata Boga, Tata Busana dan Tata Rias. Berdasarkan SK DIKTI No.269/DIKTI/ Kep/2000 pasal 6 ayat 4, Program Studi PKK berubah menjadi Jurusan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Ilmu Kesejahteraan Keluarga (IKK) dan menggunakan Kurikulum Nasional sesuai SK MenDikBud RI No.017/U/ 1995. Peningkatan kualitas merupakan hal yang harus terus-menerus dilakukan pada sumberdaya manusia, baik bagi staf pengajar/dosen maupun staf administrasi. Beberapa bentuk upaya peningkatan kualitas tersebut adalah pengiriman dosen untuk studi lanjut pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, short course, pelatihan, workshop, seminar ilmiah dan profesi skala nasional dan internasional, magang profesi, serta pengiriman staf administrasi untuk mengikuti pelatihan, workshop, atau magang profesi. Berbagai kegiatan pengabdian pada masyarakat telah dilakukan oleh staf pengajar program studi tata boga. Pada saat ini Program Studi Tata Boga memiliki 11 orang staf pengajar tetap dengan berbagai tingkat pendidikan dan keahlian. Dari jumlah demikian, sekitar 21.1% staf pengajar memiliki jabatan akademik sebagai Lektor Kepala, 52.6% sebagai Lektor, dan 26.3% lainnya sebagai asisten ahli. Usia sebagian besar (68.4%) staf pengajar berada antara 35 hingga 50 tahun, dan 21.1% memiliki usia di bawah 35 tahun. Hanya 15.8% staf pengajar yang berusia di atas 50 tahun. Dari komposisi ini dapat dilihat bahwa sebagian besar staf pengajar masih berusia muda, yaitu usia yang potensial untuk menampilkan kinerja secara optimal.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Minuman sehat merupakan salah satu produk olahan yang banyak digemari oleh masyarakat. Minuman sehat sering disebut juga sebagai minuman fungsional yaitu minuman yang mengandung fungsi-fungsi tambahan karena kandungan unsur penyusunnya. Salah satu minuman sehat yang disukai oleh masyarakat dari berbagai tingkat usia adalah minuman yang diolah dari susu dan produk olahannya seperti susu evaporasi, susu pasteurisasi, susu kental manis, susu asam, yoghurt dan susu bubuk. Minuman sehat yang diolah dari susu banyak mengandung protein.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Protein merupakan zat gizi yang sangat diperlukan tubuh, karena di samping berperan penting dalam pembentukan dan penggantian sel, protein juga dapat menjadi sumber energi bagi tubuh. Sebagai zat pembangun, protein menjadi bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Khususnya pada masa pertumbuhan, proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran, sehingga pelatihan pengolahan makanan yang mengandung protein tinggi penting dilakukan, terutama pelatihan makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat, khususnya anak-anak. Produk olahan minuman yang terbuat dari susu dikenal dengan sebutan milkshake. Milkshake diolah dari susu dengan tambahan bahan lainnya seperti buah-buahan, sayuran, susu tawar cair, sirup gula (atau gula pasir), dan juga es batu. Karakteristik dari milkshake adalah susu dan es krim yang selalu lebih dominan dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya. Pelatihan pembuatan milkshake ini ditujukan untuk memperkenalkan variasi produk olahan minuman lain kepada masyarakat yang memiliki nilai gizi yang tinggi yaitu mengandung protein dan dapat dikonsumsi sebagai minuman kesehatan. Peserta pelatihan sebelumnya diminta untuk mengisi angket yang berisi pertanyaan seputar pengetahuan peserta tentang es krim, protein, sumber-sumber protein, fungsi dan peranan protein sebagai zat gizi. Angket ini merupakan evaluasi awal yang dilakukan sebelum materi pelatihan diberikan. Selanjutnya setelah pelatihan dilaksanakan, pengisiaan angket yang sama di ulang kembali oleh peserta. Angket kedua merupakan angket untuk evaluasi akhir dari kegiatan pemberian materi berupa penyuluhan oleh tim pengabdian pada masyarakat. Penyebaran angket dan pengambilan data untuk evaluasi kegiatan penyuluhan dan pemberian materi berupa pengetahuan, sangat penting dulakukan karena peserta pelatihan adalah khalayak sasaran strategis yang diharapkan dapat menyampaikan dan menyebarluaskan pengetahuannya tentang protein sebagai sumber zat gizi.
63
Persentase pengetahuan peserta tentang es krim jika dibandingkan dengan sebelum penyuluhan menunjukkan terjadi sedikit peningkatan. Sebanyak 87% peserta menyebutkan bahwa es krim merupakan salah satu produk olahan susu. Susu yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan es krim tidak hanya susu sapi. Selain itu, susu juga merupakan bahan dasar untuk produk olahan susu, seperti susu kental manis, susu bubuk, susu skim, es krim, keju, yoghurt dan susu fermentasi. Susu kedelai merupakan ekstrak kedelai yang berbentuk seperti susu dan sering juga disebut sebagai susu kedelai. Susu kedelai dapat jiga digunakan sebagai bahan baku pembuatan es krim. Terjadi peningkatan pengetahuan masyarakat (hingga 87%) yang menyatakan bahwa walaupun susu kedelai sering disebut dengan istilah susu, tetapi nilai gizi susu kedelai tidak sama dengan susu sapi. Kualitas protein susu sapi masih lebih baik dari pada susu kedelai. Sebagai salah satu sumber protein, es krim tidak hanya dapat dikonsumsi langsung, tetapi juga digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan minuman. Minuman yang menggunakan es krim sebagai salah satu bahan bakunya adalah milkshake. Pada awalnya hanya 62% peserta yang mengetahui bahwa milkshake adalah produk olahan es krim. Setelah penyuluhan terjadi peningkatan persentase peserta yang menjawab benar bahwa milkshake adalah produk olahan es krim yang menyehatkan. Analisis pertanyaan angket no.1, no.4 dan no.8 (Gambar 1) % jawab benar pre test % jawab benar post test
Gambar 1. Persentase Peningkatan Pengetahuan Peserta tentang Es Krim dan Milkshake
64
Pengetahuan peserta tentang susu sebagai salah satu sumber protein dan protein penting sebagai zat untuk pertumbuhan sebelum dan setelah penyuluhan terlihat tidak berbeda (Butir pertanyaan no. 2 dan no.5). Tetapi pengetahuan bahwa protein dapat meningkatkan daya tahan tubuh terjadi peningkatan persentase peserta yang menjawab dengan benar yaitu dari 73.9% menjadi 87% (Butir pertanyaan no.3, Gambar 2). Susu sebagian besar digunakan sebagai produk pangan, dipandang dari segi gizi, susu merupakan makanan yang hampir sempurna dan merupakan makanan alamiah bagi binatang menyusui yang baru lahir (Buckle et al. 1985). Susu merupakan bahan makanan yang sangat baik bermanfaat untuk kesehatan manusia, karena susu mengandung zat yang sangat diperlukan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Susu adalah suatu emulsi lemak dalam air, serta larutan berbagai senyawa mineral. Nilai gizi yang terdapat dalam susu sangat tinggi, karena mengandung zat-zat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan garam-garam mineral. Selain itu, susu juga mudah dicerna dan diserap oleh tubuh, hal ini menjadikan susu sebagai bahan pangan andalan dalam meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat (Winarno, 1992). % jawab benar pre test
% jawab benar post test
Gambar 2. Persentase Pengetahuan Peserta tentang Manfaat Susu
Selain susu sapi, susu kedelai merupakan salah satu minuman suplemen (tambahan) yang dianjurkan diminum sesuai kebutuhan. Sebagai minuman tambahan, artinya susu kedelai bukan merupakan obat, tetapi bisa menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat sehingga tidak mudah terserang penyakit. Pada prinsipnya terdapat dua bentuk susu kedelai, yaitu susu kedelai cair dan susu kedelai bubuk. Bentuk cair jauh lebih Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
banyak dibuat dan diperdagangkan. Susu kedelai dapat disajikan dalam bentuk murni, artinya tanpa penambahan gula dan cita rasa baru. Dapat juga ditambah gula atau flavor (essen/cita rasa) seperti moka, pandan, vanili, coklat, dan strawberry. Susu kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi terutama bagi mereka yang alergi susu sapi, yaitu yang tidak memiliki atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak mampu mencerna laktosa dalam susu sapi. Susu kedelai mampu menggantikan susu sapi karena protein susu kedelai mempunyai susunan asam amino hampir mirip dengan susu sapi. Komposisi asam amino metionin dan sistein dalam protein susu kedelai lebih sedikit daripada susu sapi. Akan tetapi, karena kandungan asam amino lisin yang cukup tinggi, maka susu kedelai dapat meningkatkan nilai gizi protein dari serealia. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung fosfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1992). Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran, pada masa kehamilan proteinlah yang membentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein juga mengganti-kan jaringan tubuh yang rusak dan yang perlu di rombak. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada (Winarno, 1992). Peningkatan persentase pengetahuan peserta tentang kualitas susu segar meningkat hingga 87% (Butir pertanyaan no. 7, Gambar 3). Susu segar adalah air susu hasil pemerahan yang tidak dikurangi atau ditambahkan bahan apapun yang diperoleh dari pemerahan sapi yang sehat. Susu merupakan bahan minuman yang sesuai untuk Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
kebutuhan hewan dan manusia karena mengandung zat gizi dengan perbandingan yang optimal, mudah dicerna dan tidak ada sisa yang terbuang. Susu segar mudah sekali mengalami kerusakan karena cemaran mikroba. Dalam suhu ruang, susu hanya bertahan maksimal empat jam setelah pemerahan. Kerusakan juga bisa terjadi karena proses pemerahan tidak bersih dan wadah yang tercemar. Sehingga setelah susu diperah dari sapi perah, harus segera dilakukan penanganan dan proses pengolahan susu. Untuk memperpanjang daya simpannya, susu segar segera dipasteurisasi dan disimpan pada suhu dibawah 10oC. Pada suhu tersebut mikroba pembusuk tidak dapat tumbuh dan berkembang. Terjadi peningkatan pengetahuan peserta tentang kualitas susu segar dan pengaruh proses pengolahan terhadap kualitas susu segar. Proses pengolahan akan memperpanjang umur simpan susu dan menjaga kesegaran serta kualitas susu. Beberapa proses pengolahan susu segar yang dapat dilakukan adalah proses pasteurisasi. Pada industri susu, susu segar ada yang diolah menjadi susu evaporasi, susu bubuk, susu kental manis susu sterilisasi dan susu fermentasi. Proses pengolahan susu akan memperpanjang umur simpan susu. Berbagai jenis produk susu olahan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan produk minuman. Salah satu minuman yang diolah dengan menggunakan es krim adalah milkshake.
% jawab benar pre test
% jawab benar post test
Gambar 3. Persentase Pengetahuan Kualitas Susu dan Pengaruh Proses pengolahan
Es krim adalah buih setengah beku yang mengandung lemak teremulsi dan udara. Sel-sel udara yang ada berperan untuk memberikan
65
tekstur lembut pada es krim tersebut. Tanpa udara, emulsi beku tersebut akan menjadi terlalu dingin dan terlalu berlemak. Sebaliknya, jika kandungan udara dalam es krim terlalu banyak akan terasa lebih cair dan lebih hangat sehingga kurang enak. Lemak susu terlalu rendah, akan membuat es lebih besar dan teksturnya lebih kasar serta terasa lebih dingin. Untuk menjaga kualitas es krim agar tetap baik, maka es krim sebaiknya disimpan pada suhu beku (<10oC). Terjadi peningkatan pengetahuan peserta tentang proses penyimpanan es krim dari 34.8% menjadi 60.9%. Setelah pelatihan peserta dapat melakukan proses pengolahan es krim menjadi berbagai jenis milkshake, seperti milkshake susu kedelai, milkshake mangga, milkshake cokelat dan sebagainya. Peserta pelatihan dan anak balitanya sangat menyukai produk olahan es krim tersebut.
Penyimp anan es krim, % jawab benar pre…
Penyimp anan es krim, % jawab benar post…
V. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilaksanakan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini kader Posyandu sebagai salah satu sasaran awal penerapan IPTEK di Kelurahan Duren Sawit, Kecamatan Duren Sawit dapat melakukan pembuatan es krim sehat bagi balita dalam bentuk minuman milkshake susu kedelai, milkshake mangga, milkshake cokelat. Sebagai khalayak sasaran yang strategis kader Posyandu diharapkan dapat menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan mereka pada masyarakat sekitarnya. Kader posyandu dan masyarakat di sekitarnya dapat membuat milkshake sebagai minuman sehat dan bergizi bagi balita, serta memanfaatkan peluang usaha untuk menggantikan produk minuman kurang sehat yang banyak beredar dimasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Marshall, R. T., and W. S. Arbuckle. 1996. Pages 59, 151–185, 263–267, 319 in Ice Cream. 5th ed. International Thomson Publ., New York. Marshall, R.T., H.D Goff and R.W. Hartel.2003. Ice Cream. Sixth Edition. Kluwer Academic. Planum Publisher. New York. McBride, R.L and H.J.H..1990. Psychological Basis of Sensory Evaluation. Elsiver Science Publisher Ltd. New York
Gambar 4. Persentase Pengetahuan Kualitas Susu dan Pengaruh Proses pengolahan
Muse, MR., dan W. Kartel, 2004. Ice Cream Structure Elements that Affect Melting Rate and Hardness. ADSA. J.Dairy Sci. 87:1-10. Diakses 18 September 2 Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
66
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KADER POSYANDU DALAM MENGIDENTFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Murni Winarsih Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta
[email protected]
ABSTRAK Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberdayakan kemampuan kader posyandu dalam mengidentifikasi ABK di kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan. Latar belakang dilakukannya kegiatan ini adalah adanya permasalahan yang dihadapi oleh para kader posyandu dalam menjalan tugasnya yaitu belum memahami karakteristik anak berkebutuhan khusus yang ada disekitar lingkungan posyandu. Keterbatasan yang dimiliki para kader posyandu dalam menjalankan perannya, dikarenakan kurangnya pemahaman dan keterampilan dalam mengidentifikasi ABK berdasarkan karakteristiknya. Sasaran dalam kegiatan pengabdian ini adalah kader posyandu Cempaka yang berada di Kelurahan Kayuringin Jaya Kecamatan Bekasi Selatan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pelatihan terbimbing dengan menggunakan ceramah dan simulasi didukung dengan materi yang bersifat teori dan praktik. Hasil dari kegiatan ini adalah keterampilan kader posyandu Cempaka dalam mengidentifikasi ABK. Kata Kunci : Posyandu, ABK, Kader
I. PENDAHULUAN Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi saat ini, tidak terlepas dampak yang ditimbulkan akibat perkembangan tersebut. Dampak positif dan negatif terhadap kehidupan manusia dalam arus teknologi sekarang ini tidak bias dihindari. Salah satunya adalah semakin bertambahnya anak berkebutuhan khusus (ABK) yang ada di sekitar masyarakat. Hal ini dipicu oleh adanya berbagai penyebab yaitu karena faktor genetik, patologik, obat-obatan yang berdosis tinggi dan pola makan yang serba instan dan banyak mengandung bahan pengawet. Terlahirnya anak dengan kondisi yang memiliki hambatan atau berkelainan tersebut, sebenarnya dapat dihindari dan dicegah oleh setiap orangtua dan keluarga, apabila orangtua dan keluarga memiliki pengetahuan tentang bagaimana mendeteksi dan mengidentifikasi terjadinya anak berkebutuhan khusus. Namun karena minimnya pengetahuan dan ketidakpedulian terhadap dampak dari faktor genetik, patologik, obat-obatan yang berdosis tinggi dan pola makan yang serba instan dan Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
banyak mengandung bahan pengawet tersebut maka semakin hari jumlah ABK bertambah banyak. Posyandu merupakan salah satu tempat bagi para orangtua dan keluarga untuk memberikan informasi yang tepat terkait dengan penyebab terjadinya ABK, penyebab dan cara mencegahnya. Posyandu adalah pos pelayanan terpadu yang berada ditingkat terbawah dalam lingkungan masyarakat yang ada disetiap rukun warga (RW). Selama ini kegiatan yang ada di posyandu adalah melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap ibu dan balita, memberikan penyuluhan gizi dan imunisasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan setempat (puskesmas) dan para kader posyandu yang turut membantu. Posyandu Cempaka merupakan salah satu posyandu yang ada di wilayah kelurahan Kayungin Jaya yaitu berada di RW 022. Kegiatan-kegiatan yang ada di posyandu Cempaka selama ini sama seperti posyandu lainnya yaitu melakukan penimbangan terhadap balita, memberikan makanan sehat dan memberikan imunisasi. Hingga saat ini di posyandu Cempaka belum pernah ada 67
pemberdayaan kader posyandu dalam melakukan identifikasi anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan kebutuhan dan keinginan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kader posyandu Cempaka inilah maka melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat Universitas Negeri Jakarta akan dilakukan kegiatan “ Pemberdayaan Kader Posyandu Cempaka Dalam Mengidentifikasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan”. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada kader-kader posyandu Cempaka dalam melakukan identifikasi terhadap ABK, dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki para kader posyandu diharapkan dapat mengurangi terjadinya kelainan dan mencegah bertambahnya jumlah ABK di lingkungan masyarakat kelurahan Kayuringin Jaya. Sehingga fungsi dan peran posyandu sebagai pos pelayanan terpadu kepada masyarakat dapat dioptimalkan.
II. MATERI DAN METODE Dalam melakukan kegiatan ini para kader posyandu diberikan materi terkait dengan mengenal ABK, jenis-jenis ABK dan karakteristiknya, dan cara mengidentfikasi ABK dengan instrumen sederhana, sedangkan metode yang digunakan adalah metode ceramah dan simulasi, yaitu sebelumnya para kader posyandu diberikan teori tentang ke ABK an, kemudian diberikan simulasi terkait identifikasi ABK. Pada tahap awal kader posyandu dibimbing oleh instruktur, hingga beberapa kali dan setelah mereka memahami yang diajarkan, kader posyandu diberikan kesempatan untuk berpraktek melakukan identifikasi dengan cara simulasi antar kader dan pada akhirnya mereka dapat memahami cara melakukan identifikasi terhadap ABK. III.
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN
Kegiatan Pemberdayaan Kader Posyandu Dalam Mengidentifikasi ABK dilaksanakan 68
dalam bentuk pelatihan sehari yang melibatkan para kader posyandu Cempaka, dengan instruktur yang berpengalaman dalam bidang ke PLB an. Pelatihan pengidentifikasi untuk kader posyandu ini berjalan dengan lancar dan peserta sangat antusias dikarenakan sebelumnya para kader posyandu belum pernah mengikuti kegiatan seperti ini dan mereka sangat berkeinginan untuk diadakan secara berkesinambungan dan terprogram bagi semua kader yang lain termasuk yang berada di luar posyandu. Para kader posyandu dalam mengikuti kegiatan sangat serius dan selama 1 hari para peserta pelatihan tetap mengikuti semua materi yang diberikan tanpa meninggalkan sesi yang ada. Dengan penuh semangat para kader posyandu mensimulasikan apa yang diajarkan oleh instruktur diantara sesama kader posyandu lainnya .Setelah mengikuti pelatihan selama 1 hari kader posyandu berharap pelatihan-pelatihan seperti ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dan terprogram secara rutin bagi semua ibu-ibu kader lainnya yang belum mengikuti dan diperluas sasarannya. Kader posyandu Cempaka bertugas satu bulan sekali dalam melaksanakan penimbangan batita dan balita serta penyuluhan kepada ibu hamil bekerjasama dengan PUSKESMAS setempat yang ada disekitar RW.022, di wilayah Kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan. Selama ini para kader posyandu belum memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam rmengenali anak-anak berkebutuhan khusus serta belum mampu untuk melakukan identifikasi terhadap ABK. Kader posyandu selama ini hanya memahami batita dan balita normal berdasarkan pengamatan fisiknya saja, tanpa memperhatikan karakteristik lainnya dari anak tersebut. Untuk itu dengan kesadaran para kader posyandu bersedia mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pengabdian masyarakat LPM UNJ selama 1 hari melalui kegiatan dengan Tema Pemberdayaan Kader Posyandu Cempaka Dalam Mengidentifikasi ABK di Kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan. Melalui pelatihan ini para kader dibekali teori tentang mengenal ABK, jenis-jenis ABK beserta karakteristiknya, Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
penyebab terjadinya ABK dan cara mengidentifikasi ABK dengan menggunakan instrument sederhana. Materi yang disajikan selama 1 hari dikemas sedemikian rupa sehingga tidak membosankan bagi para peserta. Instruktur yang merupakan dosen PLB FIP UNJ begitu menguasai materi yang dilatihkan dan membuat para peserta pelatihan semakin bersemangat, dengan diselingi lagu-lagu yang dinyanyikan dalam bahasa isyarat membuat peserta semakin antusias mengikuti pelatihan. Dalam proses pelaksanaan kegiatan peserta diminta untuk saling men simulasikan materi yang sudah diperoleh dengan sesama kader posyandu lainnya, dan pada akhir kegiatan instruktun melakukan evaluasi dengan penekanan pada pemahaman peserta yaitu bagaimana cara melakukan identfifikasi terhadap ABK berdasarkan karakteristik yang dimilikinya. Berdasarkan hasil evaluasi, pemahaman kader posyandu terhadap materi pelatihan yang diberikan relatif baik. Hal ini dibuktikan oleh kemampuan mereka dalam menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan oleh nara sumber. Diharapkan setelah mengikuti kegiatan ini para kader posyandu Cempaka semakin bersemangat dalam menjalankan visi dan misinya sebagai perpanjangan tangan pemerintah dalam melakukan penyuluhan kesehatan dan penimbangan kepada batita, balita serta ibu hamil juga kepada anak berkebutuhan khusus yang ada disekitar posyandu tersebut.
IV. KESIMPULAN Hasil dari kegiatan ini berdampak positif pada kedua belah pihak yaitu tim LPM UNJ dengan pihak posyandu Cempaka yang berada di kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan. Permintaan untuk melanjutkan kegiatan ini secara berkesinambungan, menunjukkan kebermanfaatan kegiatan ini bagi mereka khususnya para kader posyandu Cempaka yang selama ini menjalankan tugasnya dalam memberikan penyuluhan dan penimbangan batita dan balita serta ibu hamil. Disamping membuat mereka semakin mampu melakukan aktifitas yang terkait Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
dengan anak pada umumnya juga akhirnya mereka lebih memperhatikan lagi terhadap anak berkebutuhan khusus. Sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan mengidentifikasi ABK disekitar wilayah kelurahan Kayuringin Jaya Bekasi Selatan. Selain itu kegiatan ini juga sebagai langkah awal dan terobosan dalam membuat memajukan anak bangsa sedini mungkin melalui kejelian dan kepedulian para kader posyandu dalam melakukan tugas-tugasnya. Sehingga kedepan peran posyandu lebih maksimal dan menjadi lembaga yang sangat dibutuhkan bagi masyarakat yang ada disekitar . Diharapkan LPM UNJ dapat lebih menjangkau semua lembaga yang ada di masyarakat dan di kemudian hari semakin menunjukkan darma baktinya kepada masyarakat yang membutuhkan. Kebermanfaatan yang diperoleh melalui kegiatan program pengabdian masyarakat akan meningkatkan kepedulian LPM Universitas Negeri Jakarta terhadap masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman Mulyono, Sosialisasi Pendidikan Inklusi Bagi Sekolah Dasar di DKI Jakarta, 2011, PLB UNJ Jakarta Depdagri. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Tentang Revitalisasi, 1999, Jakarta Depdagri Direktorat Pendidikan Luar Biasa ,Pedoman Pendidikan Terpadu/Inklusi Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus,2003, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, Jakarta Depkes RI. Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010, Depkes RI Jakarta Effendy, N., Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, 1998, EGC Jakarta Posyandu Muninjaya, A., A., G. 2004. Manajemen Kesehatan, EGC,Jakarta
69
70
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGGUNAKAN SOFTWARE R SEBAGAI SOLUSI UNTUK MENINGKATKAN INOVASI PEMBELAJARAN BAGI GURU-GURU MATEMATIKA SMA DAN SMK DI JAKARTA TIMUR Widyanti Rahayu1), Siti Rohmah Rohimah2) Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Jakarta
ABSTRAK Kondisi yang dialami oleh banyak guru matematika antara lain yaitu kurangnya inovasi dalam pembelajaran matematika. Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.untuk menjamin keterlaksanaan tugasnya secara professional. Untuk meningkatkan kompetensi guru-guru khususnya guru-guru di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan perlu diberikan pelatihan-pelatihan software yang menunjang tugas utamanya sebagai pendidik. Salah satu software yang berguna untuk pembelajaran matematika diantaranya Software R. Software R dapat digunakan untuk menjelaskan banyak topik dalam matematika antara lain: masalah aritmatika, geometri, maupun aljabar. Sofware R juga dapat digunakan guru untuk membantu evaluasi pembelajaran maupun untuk mengolah data penelitian. Melalui pelatihan software R bertujuan agar guru mampu berinovasi untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas mengajar matematika guruguru di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta Timur. Feedback dari kegiatan pelatihan yang diselenggarakan, peserta memberikan respon positif terhadap pelatihan tentang Software R. Kata kunci : Pelatihan, Software R, Inovasi Pembelajaran, Guru I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika masih menjadi pelajaran yang cukup ditakuti oleh siswa SMK. Hal ini terlihat dari hasil UN para siswa, nilai matematika termasuk mata pelajaran yang nilainya lebih kecil dibandingkan dengan nilai untuk mata pelajaran lainnya. Dalam mengajarkan Matematika bagi siswa SMK perlu bantuan media visual karena Matematika adalah pelajaran yang abstrak. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003, Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri No. 24 tahun 2007 yang mengharuskan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran di sekolah. Banyak sarana TIK yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran, misal kalkulator, komputer dan softwarenya, dan internet.Software-software yang berguna untuk pembelajaran matematika diantaranya R, MAPLE, MATLAB, GEOGEBRA, dan SPSS. Software R dapat digunakan untuk menjelaskan banyak topik dalam matematika baik masalah aritmatika, geometri, maupun aljabar. Misalnya penyelesaian sistim persamaan
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
linier, jumlah deret, persamaan kuadrat dan sekaligus menampilkan grafiknya dari berbagai sudut pandang. Sehingga apabila guru dan siswa menguasai software R maka keabstrakan pelajaran matematika dapat dikurangi sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsepkonsep matematika yang diajarkan guru. Pusat pelatihan hanya difokuskan pada gugus wilayah I Jakarta Timur. Tempat gugus tersebut mengadakan musyawarah bertempat di pusat rayon yang berlokasi SMKN 26 Jakarta Timur. Pada umumnya guru-guru matematika sering mendiskusikan permasalahan yang terkait dengan kegiatan pembelajaran matematika. wadah ini sangat bagus sebagai tempat curahan hati para guru dalam menyelesaikan masalah yang muncul. Adapun yang menjadi perhatian kita adalah terkait dengan kurangnya inovasi dalam pembelajara matematika. Mengingat tugas guru sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan formal. Selain itu untuk menjamin keterlaksanaan tugasnya yang utama tersebut, 71
guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk meningkatkan kompetensi guru-guru khususnya guru-guru di Sekolah Menengah Atas perlu diberikan pelatihan-pelatihan yang menunjang tugas utamanya sebagai pendidik. Dengan memberikan pelatihan software R diharapkan akan meningkatkan kemampuan dan kreativitas mengajar matematika guru-guru di Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan di Jakarta Timur. Pada kenyataannya, banyak guru di SMK di Jakarta Timur menginginkan pengetahuan tentang inovasi terbaru dalam pembelajarannnya. Banyak guru yang ingin mengintegrasikan antara matematika dengan komputer. Hal ini memiliki tujuan agar siswa tertarik untuk belajar matematika dengan menyenangkan. Pada kenyataannya banyak guru yang memiliki keterbatasan penguasaan software. Padahal mereka yakin dengan pembelajaran matematika berbasis computer dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman matematika dengan mudah dan mampu meningkatkan kreativitas bagi siswanya. Selain itu, paradigma mereka selalu berpikir bahwa matematika dianggap pelajaran yang sulit untuk dipelajari, sehingga banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika. Biasanya guru cenderung untuk menciptakan suasana pembelajaran yang konvensional yang hanya mengajarkan konsep dan rumus-rumus matematika. Hal ini membuat suasana belajar siswa tidak bergairah dan membosankan. Sementara, siswa sekarang ini sangat menyukai berinteraksi dengan komputer, sehingga guru harus meningkatkan kemampuannya dalam mengajar dengan menambahkan penggunaan software dalam membantu mengajar konsep, rumus, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran di kelas yang disertai penggunaan software yang terintegrasi dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan minat belajar matematika dan meningkatkan kreativitas siswa. Universitas Negeri Jakarta sebagai salah satu Perguruan Tinggi di DKI Jakarta memiliki tanggungjawab untuk membantu melaksanakan program pemerintah dalam mengembangkan 72
inovasi pembelajaran di sekolah. Sebagai bentuk pelaksanaan salah satu misi UNJ yaitu mengembangkan berbagai bentuk pengabdian kepada masyarakat di bidang ilmu, teknologi, dan seni yang berdaya guna dan berhasil guna, jurusan matematika bermaksud mengadakan suatu kegiatan pelatihan bagi guru SMA dan SMK di Jakarta Timur. Pelatihan tersebut dimaksudnya untuk memberi pengetahuan dan pengalaman praktek tentang Sofware R. Pelatihan khususnya diadakan untuk Guru SMA dan SMK di lingkungan dinas pendidikan Jakarta Timur dengan pertimbangan: (1) Penting sekali bagi guru SMK mengenal software R yang tidak berbayar untuk membantu mengembangkan kompetensi guru (2) Jakarta Timur dipilih karena lokasi terdekat dari UNJ, sehingga dari tempat yang terdekat pelatihan akan mudah dilaksanakan untuk pertama kalinya. B. Perumusan Masalah Banyak siswa SMA dan SMK yang memiliki kesulitan dalam menyelesaiakan persoalan matematika di sekolah. Hal ini mendorong guru untuk senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran matematika. Selain itu, zaman sekarang ini adalah zaman yang canggih dan melek teknologi, sehingga pembelajaran yang yang konvensional membuat anak tidak tertantang bahkan tidak tertarik untuk belajar. Banyak guru yang memiliki keterbatasan penguasaan software. Padahal dengan berbantuan software dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar matematika. Selain itu, banyak guru yang tidak mengenal software yang free seperti R dan mereka juga tidak menyadari bahwa software sangat bermanfaat dalam pelajaran matematika bahkan sangat mudah dipelajari. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut maka guru perlu melakukan inovasi dalam pembelajaran matematika. Banyak inovasi yang bisa dilkukan jika guru telah menguasai software R. Melalui Pemanfaatan software R sebagai bahan untuk simulasi dalam pembelajaran matematika, sehingga siswa Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
merasa termotivasi belajar matematika. Selain itu, dengan R guru dapat meningkatkan kualitasnya dalam melakukan penelitian untuk kepentingan evaluasi siswa maupun untuk kepentingan kenaikan pangkat. Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah, yaitu: 1. Apakah peserta pelatihan memahami materi yang disampaikan tentang Software R? 2. Bagaimana aktivitas peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan pelatihan Software R? C. Tujuan Kegiatan pengabdian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan bagi peserta pelatihan tentang Software R dan manfaatnya bagi guru. 2. Memberikan solusi bagi peserta pelatihan agar mau menerapkan dalam pembelajarannya di kelas, sehingga guru mampu mengatasi kesulitan dalam pembelajaran matematika di sekolah. Selain itu, peserta pelatihan diberikan keterampilan untuk mengevaluasi pembelajaran dan mampu meneliti menggunakan software R. D. Manfaat Program pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada: 1. Memberikan solusi secara tidak langsung kepada siswa, karena setelah pelatihan ini diharapkan guru mau menerapakan dalam pembelajarannya di kelas, sehingga guru mampu mengatasi kesulitan dalam pembelajaran matematika. 2. Meningkatkan kompetensi guru karena melalui software R dapat digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran dan membantu mengolah data penelitian. 3. Meningkatkan kualitas sekolah, karena melalui pelatihan ini dapat Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
meningkatkan kompetensi bagi guru matematika yang ada di lingkungan Jakarta Timur.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengenalan Bahasa R Bahasa R merupakan versi sumber terbuka (open-source) dari bahasa pemrograman S (Azola dan Harrel, 2006). Versi komersial yang berbasis bahasa S adalah S plus. Bahasa R memiliki kemampuan yang tidak kalah dangan paket-paket program pengolahan data komersial bahkan dalam beberapa hal kemampuannya lebih baik. Perbandingan R khususnya terhadap SAS dibahas secara rinci oleh Azola dan Harrel (2006). Bahasa R mendapat sambutan yang baik dari kalangan statistikawan di seluruh dunia, sayangnya di Indonesia belum banyak dikenal. B. Cara Kerja Bahasa R Verzani (2002) mengemukakan bahwa keuntungan-keuntungan yang diperoleh bila menggunakan bahasa R untuk pengolahan data dan statistik antara lain: R dapat diakses gratis dan dapat dijalankan pada berbagai sistem operasi (UNIX, Windows, Macintosh), sintaksnya mudah dipelajari dan memiliki banyak sekali fungsi-fungsi statistik terpasang. Disamping keuntungan tersebut Verzani (2002) juga mengumukakan kelemahan utama bahasa R adalah tidak adanya dukungan komersial. Azola dan Harrel (2006) memberikan perbandingan rinci atas kemampuan bahasa R terhadap program komersial SAS. S-Plus sebagai “kembaran” komersial dari bahasa R memiliki antar muka yang lebih baik, tetapi berjalan sedikit labih lambat dari pada R. Sofware R merupakan sebuah paket dan sekaligus bahasa pemrograman untuk analisis data dan grafik. R merupakan bahasa pemrograman tingkat tinggi (hight level programming). R dapat digunakan secara interaktif sehingga hasil perhitungan segera dapat dilihat, tetapi apabila perhitungannya kompleks maka perintah-perintah R ditulis lebih dahulu dalam text editor, kemudian dipanggil dengan fungsi source. Program R dapat di akses gratis di internet di http://www.r-project.org/.
73
dan sebagaimana halnya program open source, R dirancang secara voluntary oleh ahli-ahli statistik dan pemrograman di seluruh dunia, sehingga perkembangannya sangat pesat, Versi R terakhir ketika tulisan ini dibuat adalah 2.4.1. R juga dilengkapi dengan package (add-in) yang memberikan kemampuan tambahan, misalnya perhitungan teknik-teknik statistik yang canggih,interface dan lain-lain. Packages ini juga dapat diakses gratis. Secara periodik muncul package- package baru yang menarik yang dapat dipilih sesuai kebutuhan. Semua package ini dapat diperoleh gratis di http://cran.r-project.org/. C. Skema Kerja Bahasa R Setelah R terinstal pada komputer maka dapat diakses melalui shortcut atau menu start. Prompt default “>” mengindikasikan bahwa R menunggu perintah yang diberikan, baik berupa fungsi maupun objek lain. R merupakan suatu bahasa berorientasi objek, artinya bahwa variabel, data, fungsi, hasil dan sebagainya, disimpan dalam memori aktif komputer dalam bentuk objek dan mempunyai sebuah nama. Pengguna dapat mengenakan aksi terhadap objek-objek tersebut melalui suatu operator (aritmatika, logika, dan perbandingan) dan fungsi (functions). Fungsi itu sendiri juga merupakan suatu objek. Penamaan terhadap objek bersifat case sensitive (membedakan huruf besar dan huruf kecil). Jadi X dan x merupakan objek yang berbeda. Argumen suatu fungsi dalam R juga merupakan suatu objek (“data”, formula, expresi, dan sebagainya). Beberapa fungsi menyediakan nilai default dari argumennya, nilai ini dapat diubah oleh penggunanya dengan options tertentu. Beberapa fungsi tidak membutuhkan nilai argumen dalam menjalankan perintahnya, hal ini dapat terjadi karena ada dua kemungkinan 1) semua argumennya mempunyai nilai default (karenanya dapat diubah dengan options). Jadi dalam mengeksekusi fungsi tersebut tidak perlu memasukkan nilai argumen, karena fungsi akan menggunakan nilai default sebagai nilai
74
argumen. 2) tidak ada argumen yang didefinisikan sebelumnya pada fungsi tersebut. Objek-objek R (termasuk fungsi) dikemas dalam bentuk add-ins yang oleh R disebut dengan package. Pada saat R dipanggil pertama kali, maka ada tujuh package yang dipanggil dan disimpan dalam memori aktif. Semua aksi pada R dilakukan dengan memanipulasi objek yang tersimpan pada memori aktif komputer: tanpa menggunakan file temporary. Pengguna mengeksekusi fungsi, yang mana nilai argumen akan menentukan hasilnya (dapat juga berupa suatu grafik). Hasil eksekusi ini diperagakan secara langsung pada layar, disimpan pada sebuah objek yang dapat diberi nama tertentu, atau ditulis pada disk (khusunya grafik). Oleh karena hasil itu sendiri merupakan sebuah objek, maka objek ini dapat merupakan nilai argumen (data) bagi fungsi lain untuk selanjutnya dieksekusi. Sofware R bekerja berdasarkan jenis struktur datanya. Struktur data paling sederhana adalah vector. Vektor dibuat dengan fungsi c, hasilnya disimpan dalam suatu objek. Selain itu fungsi read.table digunakan untuk membaca data dalam format ascii (txt, dat). Fungsi ini tersedia pada package base. D. Tampilan Grafik Dengan R Sofware R menyediakan kemampuan yang kaya untuk visualisasi grafik (Rossiter, 2006). Tersedia dua sistem grafik: sistem base (terdapat dalam package graphics, yang dipanggil secara default ketika memulai R) dan sistem trellis (tersedia dalam package lattice). Disamping kedua sistem tersebut, terdapat berbagai package tambahan yang memperkaya kemampuan grafik R, antara lain:misc3d (berbagai plot 3 dimensi), rgl (sistem device untuk visualisasi grafik 3 dimensi), scatter plot 3d (scatter plot 3 dimensi) dan beberapa package lain yang tidak ditujukan khusus untuk grafik seperti tseries, menyediakan kamampuan untuk menampilkan grafik-grafik deret waktu.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
III. MATERI DAN METODE A. Kerangka Penyelesaian Masalah Merujuk kepada rumusan masalah yang telah teridentifikasi sebelumnya yaitu Apakah peserta pelatihan memahami materi yang disampaikan tentang Software R? Serta bagaimana keadaan peserta pelatihan dalam mengikuti kegiatan pelatihan Software R? Untuk menjawab pertanyaan ini maka perlu analisis lebih mendalam situasi di Sekolah. Berikut ini situasi yang mungkin dijumpai di sekolah tingkat SMA dan SMK di Jakarta Timur: 1) Belum mengenal dan memahami software yang open source. 2) Masih kesulitan dalam mengevaluasi secara mudah menggunakan sofware yang free terkait dengan evaluasi pembelajaran maupun mengolah data penelitian. Dibatasi oleh constraint waktu pelaksanaan kegiatan P2M yang hanya satu hari, dan mempertimbangkan tingkat kesulitan dalam memahami Software R serta keterbatasan skill ICT yang dimiliki oleh para peserta maka solusi yang tim pengabdi tawarkan adalah dengan memberikan kegiatan pelatihan khusus materi yang diperlukan saja yaitu konsep vektor, matriks, dan analisis data sederhana yang meliputi analisis deskriptif, analisis regresi, dan uji t. B. Khalayak Sasaran Sasaran utama kegiatan ini adalah guru matematika SMA dan SMK di wilayah I Jakarta Timur. Terdapat total 26 undangan yang dikirimkan ke sekolah-sekolah yang terdapat di lingkungan SMA dan SMK di wilayah I Jakarta Timur. C. Materi Penerapan IPTEK Metode yang digunakan pada program ini adalah teori, praktek, dan diskusi. Teori diberikan dalam bentuk pembelajaran di kelas. Praktek dilaksanakan masing-masing di dalam kelas dengan menyelesaikan latihan yang telas disiapkan oleh pengajar. Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
Langkah-langkah kegiatan Pelatihan Software R untuk guru SMA dan SMK wilayah I Jakarta Timur adalah sebagai berikut: 1. Menyebarkan angket kepada peserta sebelum kegiatan pelatihan. 2. Nara sumber mempresentasikan tentang pentingnya penguasaan sofware R bagi guru matematika di sekolah SMK dan SMA. 3. Memberikan materi tentang vektor, matriks, dan analisis data. 4. Melalui diskusi, peserta menanyakan tentang kesulitan-kesulitan dalam membuat program-program di Software R. 5. Peserta secara mandiri diberi tugas untuk menjalankan program dengan kasus-kasus yang berbeda. 6. Nara sumber dan tim membantu peserta yang masih kesulitan dalam mengerjakan tugas mandiri. 7. Beberapa guru mempresentasikan hasil kerjanya. Menyebarkan angket kepada peserta sesudah kegiatan pelatihan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan P2M dilaksanakan dengan acara tatap muka dan praktek pembuatan program. Kegiatan pelatihan utamanya menjelaskan mengenai praktik membuat program vektor, matriks, dan analisis data berjalan baik dan lancar. Pertemuan tatap muka dengan metode ceramah dan diskusi, dilanjutkan dengan latihan/praktek membuat program dengan kasus-kasus yang berbeda yang sering ditemui dalam pembelajaran maupun penelitian di kelas. Kegiatan dilaksanakan sehari yaitu pada hari Rabu 7 Oktober 2015 di Laboratorium Matematika UNJ Gedung Dewi Sartika Lantai 5 pukul 08.30-13.30. Peserta yang hadir berjumlah 18 orang. Program pengabdian pada masyarakat berupa pelatihan Sofware R yang terdiri dari materi vektor, matriks, dan analisis data sudah
75
dilaksanakan. Kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan, sehingga kompetensi yang dimiliki guru meningkat. Guru akan lebih semangat untuk mengembangkan profesinya diantaranya melakukan inovasi pembelajaran menggunakan Software R dan melakukan penelitian untuk melakukan evaluasi pembelajaran maupun untuk kebutuhan pangkat. Hasil pelatihan ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih menarik. A. Aktivitas Peserta Pelatihan Keaktifan peserta pelatihan dinilai melalui indikator kesungguhan, aktif bertanya, kedisiplinan, dan kerja sama. Hampir 75% peserta pelatihan aktif bertanya, bersungguhsungguh dalam mengikuti pelatihan, disiplin dalam mengikuti kegiatan pelatihan, kerjasama yang baik antara para peserta dengan tim pengabdi. Kedisiplinan dari peserta pelatihan juga terbukti dari ketepatan waktu kehadiran, tertib mengikuti materi pelatihan, serta disiplin menunggu pulang setelah selesai seluruh rangkain acara pelatihan. Selain itu, peserta pelatihan juga memiliki semangat yang tinggi untuk mengetahui dan belajar Software R yang cukup tinggi, terlihat dari banyaknya pertanyaan pada saat sesi tanya jawab. Selain itu, tampak dari peserta pelatihan serius mengerjakan latihan yang diberikan. B. Daftar Peserta Pelatihan Peserta yang menghadiri undangan pelatihan total berjumlah 18 orang guru SMK dan SMA di wilayah 1 Jakarta Timur. Dilihat dari sisi perwakilan sekolah, terdapat 11 sekolah swasta dan sisanya perwakilan dari sekolah negeri. C. Hasil Survey/Feedback Peserta Survey dilakukan terhadap peserta pelatihan sebelum dan setelah kegiatan pelatihan. Berikut adalah hasil surveynya. 1. Sebelum pelatihan a. Frekuensi penggunaan software dalam pembelajaran atau penelitian: Berdasarkan hasil survey diketahui bahwa mayoritas responden hanya
76
menggunakan software 1 atau 2 kali dalam pembelajaran atau penelitian. b. Jenis penelitian yang sudah dilakukan: Ketika ditanyakan jenis penelitian apa yang sudah pernah dilakukan oleh responden, mayoritas menjawab penelitian PTK (10 orang), kualitatif (5 orang), kuantitatif (3 orang), dan 1 orang lainnya. c. Jenis software yg digunakan dalam penelitian atau pembelajaran: Jenis software yang digunakan dalam penelitian adalah mayoritas menggunakan excel (12 orang), SPSS (6 orang), sisanya belum pernah. Software R belum pernah digunakan oleh peserta pelatihan sebelumnya. 2. Sesudah pelatihan Berdasarkan angket yang diberikan pada peserta pelatihan setelah memperoleh pelatihan, diperoleh hasil yang sangat antusias dan umpan balik yang positif terhadap manfaat yang diterima. Hal ini terbukti dari jawaban mereka yang menjawab 100 persen mau menggunakan Software R dalam pembelajaran atau penelitian. Selain itu, peserta pelatihan menjawab 100 persen bahwa mereka akan menggunakan Software R untuk mengevaluasi hasil pembelajaran siswa. Peserta pelatihan juga menjawab 100 persen bahwa pelatihan software R sangat bermanfaat bagi mereka. Selain itu kesan, kritik, dan saran yang diberikan peserta pelatihan adalah sebagai berikut: a. Terhadap materi pelatihan : symbolsimbol supaya lebih jelas, contohcontoh ditambah, diberi simulasi, diberi warna-warna, dan ditambah interpretasi yang lebih detail. b. Instruktur : sudah cukup bagus dan komunikatif c. Acara : waktu ditambah, dapat dilanjutkan di lain waktu
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Faktor-faktor yang mendukung kegiatan pengabdian ini terlaksana diantaranya: 1. Rekan mitra, guru-guru SMK dan SMA di wilayah I Jakarta Timur sangat kooperatif dalam membantu terlaksananya acara khususnya kehadiran ke tempat pelatihan tepat waktu dan tertib dalam proses pelaksanaan pelatihan. 2. Undangan tersebar dengan baik dan respon dalam menanggapi undangan cukup baik. 3. Bantuan asisten mahasiswa yang diperbantukan sebagai asisten pengabdi sangat mendukung. 4. Kebutuhan tentang penggunaanSoftware R tepat sasaran Tim pengabdi menemukan sejumlah kendala teknis selama perjalanan awal persiapan hingga terlaksananya pengabdian. Namun kendala utama yang dihadapi adalah pendanaan yang diterima terlalu minim untuk dapat lebih kreatif/bermanfaat selama kegiatan pengabdian. Selain itu, kurangnya kreatifitas tim pengabdi dalam mencari sumber dana mandiri.
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Topik kegiatan pengabdian cukup tepat sasaran dan sesuai kebutuhan. 2. Respon dari perwakilan sekolah cukup baik, dan berpotensi untuk ditindak lanjuti.
Jurnal Sarwahita Volume 12 No. 2
B. Saran 1. Waktu pelaksanaan pelatihan untuk topik pelatihan Software R setidaknya full day training 2. Diperlukan follow up terhadap peserta yang memiliki motivasi besar untuk belajar, salah satunya melakukan workshop lanjutan khususnya penggunaan Software R untuk analisis data lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA Maindonald, J.H. (2001). Using R for Data Analysis and Graphics An Introduction. Australian National University. http://mirror.aarnet.edu.au/pu b/CRAN. Owen, W.J. (2006). The R Guide. Department of Mathematics and Computer Science, University of Richmond. http://www.mathc.richmond.edu/~wowe n/TheRGuide.pdf. http://rianprestasi.blogspot.com/2011/04/modulsoftware-r.html Suhartono. 2008. Analisis Data Statistik dengan R. http://bahasa r.blogspot.com/2008/12/ manipulasi-data-dan-grafikmenggunakan.html
77