ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
ANGGOTA REDAKSI PELINDUNG Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi dan Multimedia Universitas Mercu Buana Yogyakarta (Dr. Heri Budianto, M.Si) PEMIMPIN REDAKSI Didik Haryadi Santoso, M.A SEKRETARIS REDAKSI Rosalia Prismarini Nurdiati, S.Sos MITRA BESTARI
Dr. Turnomo Raharjo (UNDIP) Dr. Heri Budianto M.Si (UMBY) Dr. Phil. Ana Nadya Abrar, M.E.S (UGM) ADMINISTRASI DAN SIRKULASI Kritina Andryani S.Sos., M.I.Kom Rani Dwi Lestari S.Sos., MA Likha Sari Anggreni, S.Sos., M.Soc.Sc Nita Andrianti S.IP, MA Kheyene Molekandella Boer, S.I.Kom, M.I.Kom ALAMAT REDAKSI Fakultas Ilmu Komuniasi dan Multimedia Universitas Mercu Buana Yogyakarta Jalan Jembatan Merah No. 84C Gejayan Yogyakarta 55283 Telpon (0274) 6498212 Fax (0274) 6498213 http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/ Email:
[email protected] Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia diterbitkan oleh Fakultas Ilmukomunikasi & Multimedia dan bagian Publikasi Ilmiah & HaKI Universitas Mercu Buana Yogyakarta, dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan hasil penelitian antara akademisi, alumni dan mahasiswa. Jurnal Literasi terbit dua kali setahun. Redaksi menerima naskah yang belum pernah dipublikasikan. Pedoman penulisan naskah untuk Jurnal Literasi tercantum pada bagian akhir jurnal ini. Surat-menyurat mengenai artikel yang akan diterbitkan, langganan, keagenan dll, dialamatkan langsung ke alamat redaksi.
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
i
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
JURNAL LITERASI ILMUKOMUNIKASI DAN MULTIMEDIA Universitas Mercu Buana Yogyakarta Sekretariat: Jalan Wates Km. 10 Yogyakarta, telpon (0274) 6498212 pesawat 144 email:
[email protected] web: www.mercubuana-yogya.ac.id KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil‟alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT kami ucapkan atas tersusunnya Jurnal Literasi edisi perdana atas kerjasama antara PUSKOMLIT (Pusat Studi Komunikasi & Literasi) FIKOMM UMBY dengan LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Penyusunan karya tulis ilmiah ini dilandasi dengan semangat untuk merintis wacana-wacana mengenai keilmuan komunikasi sekaligus membumikannya. Dengan diterbitkannya jurnal literasi ini, diharapkan dapat memperkuat kajian-kajian mengenai komunikasi serta dapat memberikan manfaat baik bagi akademisi, masyarakat maupun negara. Selain itu, kehadiran jurnal literasi ini diharapkan dapat memberikan perspektif dan cara pandang baru dalam membaca persoalan-persoalan komunikasi kontemporer. Ucapan terima kasih kami sampaikan pada LPPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta yang telah bekerjasama dalam menerbitkan Jurnal Literasi ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada segenap mitra bestari serta tim redaksi Jurnal Literasi atas kerjasamanya dalam upaya penerbitan jurnal literasi edisi perdana ini. Terakhir, kritik konstruktif dari pembaca kami perlukan guna perubahan kearah yang lebih baik. Selamat Membaca.
Salam, Pemimpin Redaksi Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
ii
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
DAFTAR ISI Anggota Redaksi ................................................................................................................. Kata Pengantar..................................................................................................................... Daftar Isi ..............................................................................................................................
ii iii iv
MENAKAR KUALITAS PUBLIC SPHERE DI TENGAH KUSUT SISTEM MEDIA INDONESIA Abdul Wahid ........................................................................................................................ 1 - 19 POLITIK PENCINTRAAN CALEG SELEBRITIS MENJELANG PEMILU 2014 Kristina Andryani ............................................................................................................... ..20-35 EKONOMI POLITIK MEDIA: STUDI KASUS KONGLOMERASI MEDIA PADA BAKRIE GROUP Likha Sari Anggreni................................................................................................................ 36 -45 MANAJEMEN MEREK DALAM INDUSTRI MINUMAN: TELAAH REBRANDING STARBUCKS DALAM MENGELOLA MEREK Kheyene Molekandella Boer ...............................................................................................
46-59
NEGARA DAN KOMUNIKASI INTERNASIONAL : STUDI PENYADAPAN AUSTRALIA TERHADAP INDONESIA DALAM PERSPEKTIF Niken Puspitasari .................................................................................................................
60-67
KEBIJAKAN REDAKSIONAL DALAM SELEKSI PEMBERITAHUAN TELEVISI : (Studi Deskriptif Kebijakan Pemimpin Redaksi Program Berita Lensa 44 Stasiun Televisi AdiTV Yogyakarta Nasrokha ..............................................................................................................................
68-85
KOMUNIKASI POLITIK DALAM PEMILIHAN PRESIDEN : STUDI ANALISIS WACANA KOMUNIKASI POLITIK JOKOWI DALAM NEW MEDIA PADA PILPRES 2014 Reza Firmansyah ................................................................................................................. 86-99
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
iii
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
MENAKAR KUALITAS PUBLIC SPHERE DI TENGAH BENANG KUSUT SISTEM MEDIA INDONESIA
Abdul Wahid Universitas Brawijaya Malang Email:
[email protected] Abstrak Idealisme dan independensi jurnalis seringkali terkikis akibat konglomerasi dan arah kebijakan redaksi yang mendukung pemilik media. Jurnalis sebagai observer tingkat pertama dapat membingkai realitas melalui pemilihan kata, angle, dan hal teknis lain sesuai cara kerja media pada umumnya. Kejelian ini tentu saja harus dibarengi dengan idealisme penerapan jurnalisme yang selalu menempatkan publik dalam setiap liputannya. Benang merah tulisan ini berfokus pada pembacaan terhadap kualitas public sphere ditengah silang sengkarut sistem media di Indonesia. Tulisan merupakan tulisan yang berdimensi kajian literatur melalui perspektif kritis dengan pendekatan kualitatif interpretif. Kerangka teori dalam tulisan ini menggunakan Niclas Luhmann tentang autopetic dan Jurgen Habermas tentang Public Sphere. Simpulan dari kajian literatur ini yaitu: Pertama, Kerumitan sistem media secara langsung berpengaruh pada kualitas informasi. Kedua, Konglomerasi dan afiliasi politik pemilik media secara langsung memengaruhi kinerja jurnalis untuk menghasilkan output kepada masyarakat. Selain penyempitan sudut pandang, masyarakat hanya akan disajikan wacana sesuai dengan siapa penguasa media. Ketiga, Kesalingterkaitan antara self-reference dan otherreference yang disampaikan Luhmann menjadi utopis jika melihat praktik yang dijalankan sistem media. Kaca Kunci : Public Sphere, Konglomerasi, Sistem Media Abstract Idealism and independence of journalists are often eroded as a result of the conglomeration and editorial policy direction that supports media owners. Journalists as an observer can frame the first level of reality through the choice of words, angle, and other technical issues in the way the media works. This foresight will be accompanied by the implementation of the ideals of journalism has always put the public in any coverage. The common thread in this paper focuses on readings on the quality of the public sphere amid the chaos cross media system in Indonesia. Writing a literature review writings dimension through a critical perspective with qualitative interpretive approach. The theoretical framework in this paper uses Niclas Luhmann about autopetic and Jurgen Habermas about the Public Sphere. The conclusions of this literature review are: First, the complexity of the media system directly affects the quality of information. Second, conglomeration and political affiliation of media owners directly affect the Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
1
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
performance of journalists to generate output to the public. In addition to narrowing the angle of view, the public discourse will only be presented in accordance with whom the media moguls. Third, the interconnections between self-reference and other-reference submitted Luhmann be utopian if see a practice run media system. Keywords: Public Sphere, Conglomerate, Media Systems observasi dari lapangan sering kali
Pendahuluan Menjadikan
massa
berbeda antara satu media dengan
men
media lain. Hal ini dikuatkan melalui
dapatkan informasi merupakan salah
berbagai penelitian yang menyebutkan
satu
dalam
media cenderung bias (Yugroho, Putri,
kehidupan masyarakat. Kemampuan
& Laksmi, 2012), tidak objektif dan
media memberikan beragam pilihan
cenderung partisan (Tomsa, 2007;
informasi, persebaran pesan secara
Munjani & Liddle, 2010). Contoh
luas dan serentak, serta sebagai ruang
paling sederhana adalah peristiwa
diskursus isu-isu publik menjadi salah
kongres PSSI pada Desember lalu
satu alasan mengapa media menjadi
yang disajikan dan dikemas berbeda di
penting di masyarakat. Media massa
TV One dan Metro TV. Perbedaan
bahkan
pesan
sebagai
salah
pilihan
media
satu
paling
dianggap
rujukan
logis
memiliki
ke
dalam
media
tersebut
mampuan berbicara mengenai aspek
membuktikan bahwa organisasi media
personalitas
miliki.
memiliki sistem sendiri. Penentuan
Menjadikan media sebagai rujukan ini
angle, pemilihan narasumber, tekanan
melahirkan berbagai fungsi bagaimana
intonasi, penentuan grafis, merupakan
media digunakan. Masyarakat dapat
sistem internal media sebagai salah
menggunakannya untuk sekedar tetap
satu
terhubung dengan isu yang diikuti
observasi realitas empiris. Realitas
(companionship),
pe
yang dihasilkan media merupakan
ristiwa yang terjadi (surveillance),
konstruksi dari pengetahuan observer
melakukan interpretasi terhadap isu-
terhadap objek. Sebagai hasilnya,
isu janggal, maupun sekedar mencari
media massa membentuk realitas lain
hiburan (Turow, 2009: 22). Berbagai
dan
realitas media yang dihasilkan dari
empirisnya.
yang
kita
mengetahui
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
proses
berbeda
operasionalisasi
dengan
dan
realitas
2
ISSN : 2356-3073
Dalam (2000)
Volume 1 No.1, Mei 2014
pandangan
sebagai
observasi,
Luhmann
Penyederhanaan ini memaksa sistem
sebuah
sistem
media harus melakukan kontingensi.
massa
dituntut
Namun demikian, sistem media dapat
media
membedakan
dirinya
(self
mengembangkan sub-sistem baru yang
reference) dan rujukan diluar dirinya
berguna untuk menangani lingkungan
(other reference). Media memiliki
secara efektif. Peran sistem media
kemampuan
pada
yang dapat mengatur dirinya sendiri
dirinya sendiri ketika membuat teks.
disebut Luhmann sebagai kemampuan
Realitas yang diproduksi sistem media
autopoietic.
selalu
memiliki empat ciri yaitu: kemampuan
untuk
sendiri
merujuk
berhubungan
operasionalisasi
dengan
internal
sistem
mengatur
Sistem
dirinya
autopoietic
sendiri
(self-
tersebut (Luhmann, 2000: 12). Lebih
organizing), mengacu pada dirinya
lanjut Luhmann menjelaskan, topik
sendiri (self-referential), tertutup, dan
tertentu
menghasilkan elemen dasar penyusun
yang
disampaikan
media
massa membutuhkan peran sentral dari komunikasi.
Media
massa
sistem itu sendiri.
mere
Meskipun sistem media dalam
presentasikan komunikasi dari entitas
pandangan
Luhmann
di luar dirinya (other reference). Oleh
autopoietic,
mampu
sebab itu, antara self reference dan
penyesuaian terhadap dirinya, namun
other reference secara terus menerus
hal ini tidak lantas menjadikan sistem
saling menjaga hubungan satu sama
media menjadi sederhana. Pengakuan
lain
terhadap other-reference oleh sistem
dalam
sistem
komunikasinya
sendiri.
Other
reference
meliputi
sistem
politik,
sistem
ekonomi,
bersifat membuat
media dalam menampilkan realitas (teks/informasi)
membuat
per
narasumber, serta berbagai hal yang
masalahan tentang bagaimana kualitas
menjadi pengaruh terhadap dirinya.
realitas itu sendiri. Tunduknya sistem
Selain itu, Luhmann mengakui
media pada rating dan tekanan politik
bahwa sebuah sistem tidak lebih
dari pemilik media misalnya, akan
kompleks dari lingkungannya (Ritzer,
membuat konstruksi realitas yang
2004: 243). Untuk itu, dia harus
dihasilkan sistem media menjadi bias.
mampu
kompleksitas
Jika demikian, media massa yang
lingkungan menjadi lebih sederhana.
diharapkan menjadi alat berjalannya
mereduksi
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
3
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
ruang publik akan bermasalah. Jika
program acara tertentu.
kualitas informasi yang keluar dari sistem
media
bias,
mungkin informasi
Terkait dengan faktor ekonomi
bagaimana
ini, Mosco (2009) secara spesifik
yang diterima
menyebut industri media melakukan
masyarakat dapat dijadikan sebagai
komodifikasi
acuan
rasional
Komodifikasi adalah sebuah proses
terhadap isu-isu sosial. Sebelum lebih
transformasi barang dan jasa yang
jauh, penulis akan memaparkan faktor
memiliki nilai jual. Misalnya, konflik
yang memiliki pengaruh signifikan
PSSI vs KPSI menjadi peristiwa yang
terhadap output media.
dapat dijual pada khalayak melalui
untuk
bertindak
dan
spasialisasi.
program acara Apakabar Indonesia di Determinasi pada output media:
TV One. Komodifikasi dilakukan
Sebuah Tinjauan Pustaka
media dalam beberapa hal sekaligus,
Secara garis besar, keberadaan media
massa
berbagai
dapat
hal.
dipengaruhi
Lingkungan
media
pada konten, khalayak, serta pekerja media itu sendiri. Ketika terdapat isu menarik
yang
memenuhi
unsur
sering kali menjadi salah satu faktor
kelayakan liputan, maka media akan
determinan yang memengaruhi output
menjadikannya salah satu isi yang
media. Pada dasarnya, konstruksi teks
akan
media yang kemudian menghasilkan
Tentu saja, konten yang disajikan
„realitas kedua‟ dipengaruhi pada tiga
media selalu memerhatikan demografi
hal; ekonomi,
khalayak yang disasar.
politik, dan pro
fesionalitas sistem media. Pertama,
ditampilkan
pada
khalayak.
Menariknya, komodifikasi akan
faktor ekonomi merupakan aspek yang
berpengaruh
dianggap paling determinan dalam
pemasang iklan. Artinya di sini, logika
rasionalitas
media.
ekonomi dalam system media bekerja.
Melalui motivasi ini, media sering kali
Jika konten yang dikemas dapat
difungsikan sebagai industri yang
sambutan hangat dari khalayak, maka
digunakan untuk mencari keuntungan
dipastikan
sebesar-besarnya.
mendapatkan
manajemen
Pada
prinsipnya,
langsung
acara
kepada
tersebut
akan
share
tinggi.
yang
dapat
rating
segala sesuatu yang bernilai jual akan
Langkah
dikemas sedemikian rupa melalui
ditebak adalah, para pengiklan akan
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
selanjutnya
4
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
langsung melirik acara dengan rating
mampu
share tinggi ini. Penentuan rating yang
terbuka antar publik figur. Melihat
dilakukan lembaga riset seperti AGB
kesuksesan acara tersebut, Metro TV
Nielsen
masih
membuat
program
acara
sejenis
menjadi acuan utama yang digunakan
bernama
Sarasehan
Anak
Negeri
media untuk menilai laku-tidaknya
beberapa saat setelahnya. Hal ini
program. Setidaknya, rating diyakini
sudah membuktikan bagaimana rating
menjadi dalam
sampai
sekarang
menghadirkan
perdebatan
faktor
determinan
utama
di media menjadi acuan utama dalam
sistem
ekonomi
media.
kebijakan pembuatan program baru di
Menurut Panjaitan & Iqbal (2006),
media.
rating dinilai dapat menggerakkan
Terkait
para pekerja media untuk langsung
komodifikasi
merubah konten demi mengejar rating
merupakan satu cara yang dilakukan
tinggi.
media untuk mengatasi ketebatasan
Tidak cukup sampai di sana, keberadaan
rating
dalam
industri
ruang
dengan di
dan
atas,
konsep spasialisasi
waktu
dalam
menyampaikan pesan (Mosco, 2009:
media penyiaran membawa dampak
14).
secara langsung pada duplikasi acara
merupakan sebuah cara penunjang
di media penyiaran lain. Logika
utama
sederhananya
sebuah
redaksi untuk melakukan joint venture,
program mendapatkan rating tinggi,
akuisisi, maupun bentuk kerjasama
maka
keuntungan
lain merupakan bentuk spasialisasi
besar dari iklan. Melihat penerimaan
media. Strategi spasial perusahaan ini
keuntungan melimpah, media lain
pada
akan melakukan duplikasi program
penguasaan
media
untuk mendapat kue iklan serupa.
sekelompok
orang
Jakarta Lawyers Club merupakan
Walaupun dipandang sebagai bentuk
salah
dialog
strategi internal sistem media yang
interaktif terhadap isu-isu sosial terkait
menguntungkan, konglomerasi di sisi
hukum
awal
lain meng akibatkan homogenitas
kemunculannya, acara ini mendapat
informasi. Berbagai saluran media
sambutan hangat dari khalayak karena
yang ada hanya akan menghasilkan
akan
satu
adalah,
jika
mendapat
format
di TV One.
acara
Pada
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
Dapat
dikatakan,
komodifikasi.
praktiknya
spasialisasi
Kebijakan
menimbulkan massa
pada
(konglomerasi).
5
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
informasi seragam sudut pandang. Kewajiban
media
menarik bahwa Metro TV menjadi
menyam
media yang memiliki pengaruh besar
paikan informasi pada khalayak sudah
dalam kemenangan Golkar di Pemilu
melekat sejak awal media hadir di
2004. Dukungan Metro TV diberikan
masyarakat. Media memiliki batasan
secara tidak langsung melalui kemasan
aspek profesionalitas sendiri sebagai
berita
kode etik yang harus dipegang untuk
programnya. Langkah ini diyakini
menyampaikan
pada
terkait secara langsung dengan pemilik
masyarakat. McQuail (2011: 254)
Metro TV, Surya Paloh waktu itu yang
meyakini,
ruang redaksi di media
menempati Dewan Penasihat partai
memiliki resistensi terhadap berbagai
berlambang beringin ini. Namun, sejak
ruang lain seperti sirkulasi, maupun
Surya Paloh pecah kongsi dengan
tekanan pemodal. Newsroom secara
Golkar setelah kalah dalam perebutan
ideal mampu menempatkan publik
kursi Ketua Golkar 2009 lalu, arah
sebagai subjek yang perlu mengetahui
pemberitaan Metro TV cenderung
berbagai
macam
peristiwa
secara
berubah.
seimbang
(Tim
LP3ES,
2006).
menyatakan mundur dari Golkar dan
Namun, keberadaan pemilik media
mendirikan Partai Nasdem, Metro TV
dianggap memiliki kekuatan besar
berganti arah terus mendukung setiap
dalam menentukan output atau konten
gerakan Nasdem. Bahkan, Metro TV
media. Dalam praktiknya, pemilik
sering kali melakukan kritik terbuka
media
penuh
terhadap setiap isu-isu negatif yang
terhadap kebijakan penting termasuk
melilit partai Golkar seperti kasus
penentuan agenda dan konten media.
Lapindo dan PT Asian Agri.
informasi
memiliki
kontrol
dan
alokasi
Setelah
waktu
Surya
dalam
Paloh
Faktor pemilik ini dianggap Barker
Di sisi lain, Partai Golkar tetap
(2002) (dalam Freedman, 2008: 122)
mendapat dukungan dari ANTV dan
menjadi
pengaruh
TV One, dua media yang ada di bawah
pembentuk konten media di samping
kendali keluarga Bakrie. Segala isu
dorongan
terkait Abu Rizal Bakrie (ARB) dan
salah
satu
pasar
dan
kebijakan
pemerintah. Melalui Tomsa
(2007)
Golkar penelitian
empiris,
menemukan
fakta
pandang
dikemas
melalui
berbeda
sudut dengan
menampilkan segala isu-isu positif.
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
6
ISSN : 2356-3073
Hal
ini
terkait
Volume 1 No.1, Mei 2014
langsung
dengan
the guard dog. Pers yang dimimpikan
keputusan Golkar menjadikan ARB
sebagai
sebagai calon presiden untuk pemilu
kepentingan publik menjadi penjaga
2014 mendatang. Sering kali dua
kepentingan
kelompok media penyiaran ini (Metro
menghidupinya.
TV & ANTV-TV One) melakukan
terdapat satu faktor yang memberikan
resistensi satu sama lain. Berbagai
perspektif lain sebagai counter pers
perspektif
dalam
yang dianggap sebagai guard-dog.
kali
Satu elemen ini menjadikan pers
mengemas
yang
digunakan
informasi
sering
media
kontrol
kelompok
yang demikian,
bersebrangan. Misalnya ketika isu
mendekati
lumpur Lapindo keluar sebagai output
mendapatkan informasi akurat dalam
media
kehidupan
tersebut,
maka
dipastikan
ideal
Namun
untuk
sebagai
demokratis.
tempat
Aspek
pemilihan angle, grafis, narasumber,
profesionalitas media merupakan satu
dan leksikon yang digunakan akan
catatan tersendiri yang sama-sama
berbeda. Metro TV akan melihat dari
hidup
sisi dampak lingkungan, kewajiban
himpitan riuh kepentingan ekonomi
Lapindo, keterkaitan Lapindo-Bakrie,
dan politik pemberitaan.
dan angle lain yang menyudutkan.
Pembahasan
Angle sebaliknya akan digunakan
Profesionalitas Media
ANTV-TV One dalam menilai isu tersebut.
berdampingan
di
tengah
Secara ideal, media diharapkan mampu
memberikan
informasi
Peristiwa di atas sudah cukup
berkualitas kepada masyarakat terkait
menjadi contoh tentang peran pemilik
masalah dan isu-isu sosial. Dengan
media di dalam sistem media secara
demikian, masyarakat mendapatkan
praktis. I Gusti Ngurah Putra (2010)
hak memperoleh informasi secara fair.
bahkan dengan sinis mengatakan, pers
Pilihan rasional untuk menghadapi
tak lagi bisa menjadi galak sebagai
masalah isu-isu publik tentu dapat
anjing penjaga (watch-dog) terhadap
ditelurkan dari sini. Untuk dapat
isu-isu
publik.
menakar kualitas informasi ini, media
media
dituntut bersikap professional. Aspek
terhadap ruang redaksi, perpektif pers
profesionalitas ini sebenarnya lebih
sebagai watch-dog bergeser menjadi
dekat dengan self-reference dalam
Melalui
yang
merugikan
kontrol
pemilik
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
7
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
sistem media. Bagaimanapun, aspek
dalam
profesionalitas
dima
kebenaran. Dalam Sembilan Elemen
nifestasikan dalam bentuk konkrit
Jurnalisme, Kovach & Rosenstiel
yang berdasar dan memiliki tujuan.
(2003)
Tujuan
dapat
kebenaran sebagai elemen pertama
digambarkan melalui tiga bentuk:
yang harus dipegang para jurnalis.
memenuhi
Ketika jurnalis disudutkan dengan
tentu
etis
harus
jurnalisme
kebenaran
publik,
media
adalah
menem
tentang
patkan
memenuhi penyediaan kepentingan
lemahnya
sosial dan isu-isu politik, dan sudut
kepentingan,
pandang
nguatkan konsep kebenaran melalui
„objektif‟
(Hanitzsch,
objektivitas
prinsip
Loffelholz & Mustamu, 2004). Tiga
pengejaran
prinsip ini harus selalu melekat pada
disiplin
tanggungjawab jurnalisme.
menerus.
Objektivitas memang
tidak
sepenuhnya, sepenuhnya
dalam
media
dapat
terlihat
tapi
juga
diabaikan.
jurnalis
akurasi
informasi
bias
dapat
me
informasi
verifikasi
Penekanan
dan
secara
akan
memiliki
& terus
keberadaan tingkat
nilai
tidak
kebenaran adalah kondisi mendasar
Walaupun
yang harus ada. Berita merupakan
terdapat perspektif pesimistis terhadap
output
penerapan objektivitas pemberitaan,
masyarakat untuk memelajari dan
setidaknya derajat objektivitas masih
terus berfikir tentang dunia di luar diri
terlihat
mereka. Untuk itu, kualitas informasi
jika
kita
membandingkan
media
yang
pemberitaan media yang dimiliki elit
yang
partai seperti Metro TV & TV One dan
verifikasi menjadi hal penting yang
media yang tidak terkait dengan partai
dapat
seperti
masyarakat
SCTV
Diferensiasi
&
KompasTV.
yang dipilih
masing-
berlandaskan
digunakan
diandalkan
keputusan.
pada
dan
dalam Kovach
disiplin
digunakan mengambil
&
Rosenstiel
masing sistem media ini merupakan
(2003: 39) menegaskan, kebenaran
salah
dapat
dapat menciptakan rasa aman dan
digunakan untuk melihat objektivitas
menjadi intisari dari sebuah berita.
media. Pertanyaan mendasar kedua
Ironisnya,
terkait dengan aspek profesionalitas
media
satu
ukuran
yang
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
standard
juga
harus
profesionalitas menghadapi
8
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
keberadaan aktor kepentingan lain.
melalui media tentu memiliki alasan
Aktor
relation,
logis.
(ormas),
menjadi salah satu sasaran tembak
menjadi
Rizal Malarangeng terhadap kasus
politik,
organisasi maupun
publik
masyarakat kelompok
lain
Bisa
ditebak,
pemain kunci di pusaran media.
yang
Meskipun
saudaranya tersebut.
aktor-aktor
tersebut
diindikasikan
dianggap sebagai lingkungan (other-
opini
pubik
membelit
dua
Celakanya, faktor ketokohan
reference) di luar media, masing-
(proximity)
masing
membawa
menjadi santapan empuk media untuk
kepentingan dan menjadikan media
dijadikan sumber utama. Berbagai
sebagai alat perpanjangan aktor-aktor
media
ini. Jadi, aktor-aktor ini menganggap
temuan tersebut tanpa memelajari
media
kepentingan tersembunyi di baliknya.
aktor
sebagai
tersebut
alat
ideologi
dan
kepentingan semata.
sibuk
Rizal
Malarangeng
memberitakan
hasil
Dalam sistem media seperti ini, media
Peran Rizal Malarangeng dalam
menjadi bagian dari corong elit untuk
kasus Tempo vs Malarangeng menjadi
kepentingan pribadi atau golongannya.
salah satu
contoh menarik dalam
Meskipun di saat yang sama, media
menggambarkan peran aktor politik
lain memberitakan secara objektif dan
dalam media. Audit independen yang
professional, namun keberadaan media
dilakukan Rizal Malarangeng untuk
yang tidak menerapkan objektivitas
membuktikan ketidakterlibatan Andi
media kian menambah keruh kualitas
& Choel Malarangeng menjadi daya
informasi yang diterima masyarakat
tarik di mata media. Hasil audit
melalui media. Di sini, publik sphere
tersebut banyak dikutip media secara
sebagai proses diskursus politik dan
langsung dan dijadikan sebagai salah
isu
satu berita di rubriknya. Langkah
terancam dengan aliran informasi yang
Rizal Malarangeng ini tentu dapat
bias.
sosial
secara
egaliter
akan
dilihat dari perspektif aktor politik yang memiliki beragam kepentingan tersembunyi.
Dia
memilih
membeberkan
hasil
temuannya
Media dan Publik Sphere Media dianggap sebagai bisnis yang
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
istimewa
karena
mampu 9
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
menghasilkan produk-produk kultural
informasi
(Storey, 2008). Lewat bahasa sebagai
mereka
kode interpretasi realitas, masyarakat
menafsirkan kode/pesan media. Ketika
diberikan gambaran tentang peristiwa
mendapatkan informasi melalui media,
tertentu tanpa harus hadir dalam
masyarakat secara langsung mampu
realitas
ini
menafsirkan dan memahami pesan
dengan
yang disampaikan media. Kesetaraan
kemampuan
pemahaman ini merupakan syarat
dapat
sesungguhnya. dijalankan
sempurna
Fungsi
media
lewat
teknologis
menyampaikan
yang dapat
dibutuhkan
jika
membaca
dan
pesan
terjadinya diskursus dalam publik
secara massif dan serentak pada
sphere. Kemunculan media secara
khalayak.
Pesan
media
bersamaan menggeser ranah publik
merupakan
hasil
dan
yang sebelumnya banyak dilakukan
interpretasi
observer
berdasarkan
dalam space publik seperti salon dan
dalam konstruksi
aturan dan kode tertentu yang ada
coffee shop.
dalam sistem media. Observasi ini
Gagasan tentang ruang publik
yang kemudian dianggap Luhman
dianggap
(2000: 8) sebagai makna ganda dalam
LP3ES:2006)
sebuah realitas (dual meaning of
terpenting
reality). Diferensiasi yang dihasilkan
demokrasi. Menurut Simarmata (2010:
sistem
hasil
125) Ruang publik (publik sphere)
observasi langsung pada realitas sosial
merupakan sebuah ruang yang bebas
empiris di lapangan.
dari tekanan kekuasaan negara dan
media
Ketika
merupakan
mengetahui
Blumer
(1939,
menjadi dalam
dalam unsur
kehidupan
peristiwa
ekonomi. Dalam Key concepts in
dari televisi, koran, majalah, film, dan
Communication and Cultural studies,
media lain, masyarakat tidak disajikan
John fiske (1994) mengidentifikasi
urutan peristiwa dari awal hingga
pengertian
akhir secara lengkap. Akan tetapi,
menggambarkan
masyarakat disajikan informasi dalam
dunia personal yang tertutup (close
bentuk
peristiwa.
world) dan ruang terbuka dalam
Informasi merupakan kode yang harus
pekerjaan, politik, media massa, serta
ada dalam sebuah pelaporan berita.
institusi lain secara lebih luas. Konsep
Masyarakat
dasar ruang publik ini didasarkan pada
pesan
tentang
dapat
mendapatkan
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
ini
sebagai
cara
pemisahan
antara
10
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
pemikiran Jurgen Habermas yang
praktik di lapangan, sistem media di
menekankan pada dialog egaliter tanpa
Indonesia meninggalkan banyak cela.
intervensi penguasa (Goode: 2005).
Sistem
Proses ini kemudian melahirkan opini
semakin
publik yang melibatkan masyarakat
permasalahannya.
media
Indonesia
bahkan
dengan
beragam
kusut
aktif dan rasional, dapat diakses seluruh masyarakat, serta penolakan
Benang Kusut dalam Sistem Media
intervensi penguasa (power). Dalam konteks
perkembangan
ekonomi,
dan
politik,
teknologi,
media
Kemunculan terknologi
dan
secara
inovasi bersamaan
menimbulkan manfaat dan masalah
memainkan peranan penting untuk
pada
menciptakan konsep masyarakat aktif
kepemilikan yang muncul pada sistem
dan rasional.
otoritarian
Melihat kode informasi yang
ranah
lain.
menumbuhkan
publik
media dianggap sebagai sarana paling
perkembangannya,
memungkinkan
menimbulkan
ruang
harapan
media ideal menjadi sarana diskusi
diberikan media kepada masyarakat,
pembentuk
Privatisasi
secara
terbuka.
Dalam
privatisasi
masalah
ini
tersendiri
publik. Namun demikian, peran sentral
ketika praktik konglomerasi media
media sebagai sarana ruang publik ini
tumbuh
tidak semudah yang dibayangkan.Jika
Sebagai sarana persebaran informasi,
mengacu pada konsep ranah publik di
sistem media dianggap belum mampu
atas,
menghadirkan kualitas informasi yang
media
harus
terlepas
dari
tanpa
batasan
golongan tertentu agar ruang publik
dibutuhkan
dapat berjalan. Sejak reformasi 1998
pengaruh
menandai kebebasan informasi, media
politik, maupun aspek profesionalitas
banyak dielu-elukan sebagai agen
menurunkan
informasi
permasalahan
rujukan
masyarakat.
masyarakat.
mengikat.
media,
baik
beberapa
Berbagai ekonomi,
aspek
yang selalu banyak
Regulasi pers (UU 40/1999) dan
diperbincangkan oleh para pengkaji
media penyiaran (UU 32/2002) seakan
media. Kajian ini seakan tidak pernah
memberikan legitimasi baru yang
habis seiring terus tumbuhnya industri
diharapkan dapat menghasilkan output
media di berbagai lini.
yang
berkualitas.
Namun
dalam
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
Secara sederhana, permasalahan 11
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
ini terus tumbuh dan membuat simpul
Grup terhadap Global TV, RCTI,
yang semakin rumit. Kerumitan ini
MNC TV, jaringan bulletin Sindonews
bukan
menjadi
5in-1; Para Grup yang memiliki Trans
permasalahan dalam sistem media,
TV, Trans 7, detik.com dan lain
tapi juga ranah publik sebagai lokus
sebagainya. Keberadaan konglomerasi
sasaran pesan media. Bagaimanapun,
media dianggap sebagai konsekuensi
permasalahan yang ada di dalam
logis
sistem media secara langsung akan
(Nugroho, Putri, & Laksmi, 2012: 45).
berpengaruh pada bagaimana tingkat
Tjipta Lesmana (Okezonenews.com,
informasi dan kualitas publik sphere
2012) memenilai konglomerasi tidak
dihasilkan. Secara mendasar, terdapat
dapat dibendung karena sudah menjadi
empat
fenomena global. Selain itu, praktik
semata-mata
simpul
permasalahan
yang
perkembangan
dunia
bisnis
dihadapi sistem media di Indonesia;
ini merupakan salah satu
konglomerasi media, profesionalitas
strategi
media, regulasi, dan kemunculan new
mengatasi berbagai keterbatasan dan
media. Keempat aspek ini tidak dapat
menciptakan
dipisahkan
lain.
(Mosco, 2009).
akan
Pada
berimbas secara langsung pada sisi
perusahaan
lain. Inilah mengapa permasalahan
efisiensi keuangan dengan melakukan
dalam sistem media telah menyimpul
distribusi isi media (content) ke
dan saling mengikat satu sama lain.
beberapa lini media lain di bawah satu
Permasalahan
satu di
sama satu
sisi
Konglomerasi diartikan sebagai penguasaan
sebuah
perusahaan
perusahaan
bentuk
media
efisiensi
keuangan
prinsipnya, bertujuan
untuk
sebuah melakukan
korporasi.
Dalam
praktiknya,
pengelolaan
informasi
dilakukan
terhadap usaha lain di berbagai lini
dalam satu ruang berita (newsroom)
(Turow, 2009). Dalam konteks media
seperti praktik spasialisasi Tempo Inti
massa, konglomerasi media diartikan
Media; dan MNC melalui in-house
sebagai
production untuk industri konten dan
penguasaan
sebuah
perusahaan terhadap beberapa media
5-in-1
massa di bawah payung satu korporasi
Berangkat
yang
konglomerasi media
membawahi.
Contoh
paling
sederhana adalah penguasaan MNC
dalam dari
harian prinsip
Sindo-nya. di
atas,
memiliki tiga
ancaman serius; memersempit agenda
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
12
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
masyarakat, homogenitas informasi,
memahami isu secara komprehensif
serta mengancam proses demokrasi.
agar informasi yang disampaikan pada
Konglomerasi media membuat satu
publik menjadi akurat. Publik dapat
kelompok kepemilikan mengendalikan
menilai
secara
objektif, atau mendekati objektif. Di
penuh
Walaupun
arus
informasi.
perkembangan
media
sini,
peristiwa
dari
wartawan
kacamata
harus
dibekali
semakin menjamur, informasi yang
pemahaman, pengetahuan, serta waktu
terdapat di Koran Tempo, Majalah
yang cukup untuk menyampaikan
Tempo, serta portal Tempo.co akan
seruluh peristiwa dalam satu liputan.
memiliki sudut pandang sama dalam
Eksploitasi wartawan dalam sistem
melihat satu peristiwa.
konglomerasi, kemalasan melakukan
Praktik
konglomerasi
tidak
verifikasi,
dan
ketidakpahaman
berdiri sendiri, tapi juga memengaruhi
wartawan dengan esensi peliputan
permasalahan lain, termasuk berimbas
menjadi masalah cukup krisial dalam
pada aspek profesionalitas wartawan.
sistem media. Kemalasan verifikasi
Instruksi Harie Tanoesudibyo pada
misalnya,
seluruh karyawan MNC Grup untuk
peliputan menjadi lemah. Akibatnya,
mendukung
wartawan
Nasdem aspek
setiap
langkah
merupakan
contoh
profesionalitas
Keberadaan
Partai kecil
wartawan.
membuat
hanya
akan
akurasi
dianggap
sebagai corong elit yang melemparkan isu
tertentu
ke
publik.
Tidak
dalam
sesederhana itu, sistem media hanya
menghadirkan output informasi pada
akan menghasilkan output dangkal
masyarakat menjadi penting. Jurnalis
tanpa analisis memadai. Akibatnya,
sebagai observer realitas menempati
sektor paling dirugikan adalah publik
hal krusial dalam sistem media. Hasil
yang
observasi jurnalis akan menentukan
tersebut. Bisa dipastikan, kualitas
kualitas informasi dan opini publik di
informasi yang dihasilkan wartawan
masyarakat.
dengan kompetensi seperti ini akan
Aspek
wartawan
akan
profesionalitas
bukan
semata dari pemilihan angle, tapi pada kompetensi
wartawan
output
media
menyesatkan dan membuat riuh opini publik.
melakukan
peliputan. Wartawan dituntut untuk
mengonsumsi
Selain
konglomerasi
dan
profesionalitas, permasalahan ketiga
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
13
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
dalam sistem media Indonesia adalah
dimanfaatkan industri media. Namun
terkait
dan
demikian, sejak digalakkan pada 2006
regulator. Kemerdekaan pers lewat
lalu, kebijakan digitalisasi industri
reformasi
penyiaran
keberadaan
regulasi
1998
bukan
berarti
televisi
indonesia
me
melanggengkan permasalahan terkait
munculkan masalah lain yang cukup
kebebasan pers. Justru kebebasan ini
serius. Masalah ini terkait pembagian
menimbulkan
baru
pengelolaan daerah siaran (mux) yang
paling
dikenal dengan multipleksing. Selain
terkait
permasalahan
regulasi.
Contoh
sederhana adalah penerapan siaran
dianggap
menyalahi
UU
32/2002
berjaringan di regulasi penyiaran UU
terkait frekwensi publik, kebijakan ini
32/2002 yang belum terealisasi. Sejak
juga dianggap akan menimbulkan
rencana awal diterapkan pada 2007,
politik penyiaran karena beberapa
siaran berjaringan hingga kini gagal
channel siaran diserahkan pada satu
dijalankan. Belum sampai penerapan
korporasi untuk mengelola.
siaran berjaringan tersebut, muncul
Dengan menguasai satu mux,
regulasi baru tentang televisi digital
lembaga penyiaran dapat menyewakan
yang
memunculkan
12 channel siaran kepada pihak lain.
tidak
kalah
permasalahan
kompleks.
Semangat
Alih-alih ditujukan untuk diversitas
diversitas informasi yang terkandung
penyiaran, multipleksing ini
akan
dalam UU 32/2002 ini mendorong
menumbuhkan
baru
pemerintah untuk melahirkan regulasi
pada monopoli siaran pada satu pihak.
baru tentang siaran digital. Melalui
Sehingga,
Peraturan Menteri Kominfo No. 05
penyiaran ini dimungkinkan akan
tahun 2012, pemerintah menetapkan
meneguhkan status quo. Di lain pihak,
pada 2012 lalu menjadi awal migrasi
geliat
siaran televisi analog menuju televisi
berkembang menumbuhkan semangat
digital. Kebijakan siaran digital ini
baru dalam terciptanya public sphere.
mendorong
perubahan
mendasar
Keberadaan
dalam
penyediaan
frekwensi.
hal
sebagai
permasalahan
transformasi
new
media
new
penantang
yang
media
terus
dianggap
serius
media
sudah
mapan.
Melalui digitalisasi penyiaran, kanal
konvensional
televisi menjadi begitu lebar dan dapat
Namun demikian, kemunculan new
menyediakan ratusan kanal yang dapat
media atau internet ini tidak semudah
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
yang
teknologi
14
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
yang dibayangkan para pengguna
teknologi
ini
internet (netizen).
menciptakan
yang jenis
kemudian baru
dari
Keberadaan internet lambat laun
jurnalisme, citizen journalism. Namun
akan menghancurkan peranan ruang
demikian, keberadaan internet juga
redaksi sebagai gatekeeper informasi.
membuat
New
banjir
media
memersempit
peran
masyarakat informasi.
mengalami Kemudahan
wartawan sebagai penentu agenda
pengunggahan segala jenis informasi
publik. Peran sentral wartawan dalam
ini menimbulkan masalah tersendiri.
memberikan
Kadar
informasi
pada
kualitas
informasi
menjadi
masyarakat seperti yang dilakukan
pertanyaan terbesar ketika informasi
pada media konvensional hanya tipis
hadir begitu mudah dan banyak hadir
berlaku di internet. Secara perlahan,
di ruang internet. Informasi tanpa
publik terus bergerilya memberikan
seleksi dari gatekeeper ini seringkali
berjuta informasi melalui berbagai
menimbulkan informasi palsu (hoax)
macam situs di internet. Melalui
dan
Twitter, Facebook, Youtube, Blogger,
pertarungan wacana dan propaganda.
serta ratusan situs lainnya, masyarakat
Menjawab permasalahan ini, Kovach
dapat berbagi informasi dengan mudah
dan Rosenstiel (2012)
tanpa adanya gatekeeper. Kasus Prita
menawarkan kembali beberapa elemen
Mulyasari vs RS Omni International,
kunci jurnalisme dalam perkembangan
pencurian
informasi di internet.
sandal
jepit,
hukuman
rawan
digunakan
sebagai
mencoba
User atau
nenek pengambil tiga buah kakao,
netizen dinilai masih memerlukan
merupakan contoh kasus yang dari
jurnalis untuk menunjang kualitas
lahir dari partisipasi netizen
informasi di internet ini. Artinya,
secara
langsung.
netizen
Dukungan
keterbukaan
teknologi atau aksesibilitas teknologi ini
membuat
mengunggah
mereka
(posting)
harus
tetap
melakukan
verifikasi informasi dari laporan para jurnalis.
dapat informasi
Kesimpulan
apapun yang diinginkan. Siapapun
Ideology is the final connotation of the
dapat menjadi jurnalis asal memiliki
totality of connotations of the sign or
akses
the context of signs. (Umberto Eco,
ke
internet.
Aksesibilitas
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
15
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
1971)
berpengaruh pada kualitas informasi. Media
merupakan
seluruh
masyarakat
diskursus
mengenai
sarana
melakukan segala
aspek
Konglomerasi pemilik
dan
media
afiliasi secara
politik langsung
memengaruhi kinerja jurnalis untuk
kehidupan mereka. Media mampu
menghasilkan
menyediakan ruang untuk bertukar
masyarakat. Selain penyempitan sudut
gagasan mengenai penyebab konflik
pandang,
agama, isu pemilihan umum, dan isu-
disajiakan wacana sesuai dengan siapa
isu sosial lainnya. Diskursus isu-isu
penguasa
sosial ini akan menguatkan ruang
merupakan
bentuk
publik yang bebas dari intervensi
keangkuhan
self-reference
kelompok
maupun
media. Kesalingterkaitan antara self-
negara. Namun demikian, teks media
reference dan other-reference yang
hasil observasi realitas empiris yang
disampaikan Luhmann menjadi utopis
dilakukan jurnalis di media merupakan
jika melihat praktik yang dijalankan
konstruksi
sistem
berkepentingan
yang
hanya
meng
output
masyarakat
media.
media.
kepada
hanya
akan
Konglomerasi lain
dari dalam
Ironisnya,
other-
gambarkan peristiwa tertentu. Lewat
reference di luar media seperti sistem
pemilihan kata (leksikon), sumber
politik, tidak menjadi referensi lain
berita, grafis, lead, maupun elemen
untuk memberikan pengaruh pada
penyusun
satu
sistem media yang lebih baik. Sistem
berbeda.
politik hanya menciptakan regulasi
peristiwa
kalimat dapat
lainnya, ditafsir
Barangkali kita dapat berangkat dari
yang
kutipan Umberto Eco di atas. Ideologi
memaksa. Pada regulasi digitalisasi
merupakan tujuan akhir dari segala
penyiaran
konotasi dari tanda dan konteksnya.
dimanfaatkan para pemodal untuk
Artinya, se-ideal dan professional
terus
apapun
media,
akan
frekwensi melalui sistem penyiaran
memiliki
maksud
ideologis
dipahami lewat
konstruksi teks medianya.
terkesan
terlalu
cepat
misalnya,
cela
meneruskan
multipleksing.
dan
ini
penguasaan
Jika
demikian,
penyiaran digital hanya merupakan
Terlepas dari sinisme para kritikus
media,
segala
kerumitan
sistem
media
secara
langsung
bentuk
referensi
baru
peneguh
dominasi kelas penguasa, sama seperti konglomerasi
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
yang
menghasilkan 16
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
informasi berbingkai serupa.
lain
sesuai
kode
profesionalitas
Selain itu, geliat new media
internal. Kejelian ini tentu saja harus
yang membawa semangat kebebasan
dibarengi dengan idealisme penerapan
informasi dan aksesibilitas tinggi juga
jurnalisme yang selalu menempatkan
tidak sepenuhnya solutif. Kebebasan
publik dalam setiap liputannya. Selain
user memberikan informasi dianggap
itu, meskipun sistem media Indonesia
justru semakin memberikan simpul
belum mampu menyediakan kualitas
baru dalam permasalahan kualitas
informasi
memadai
informasi,
publik,
other-reference
melengkapi
kerumitan
dalam
ruang harus
output yang dihasilkan sistem media
menciptakan pengaruh kuat terhadap
Indonesia. Kebebasan informasi dari
sistem media. Masyarakat tidak boleh
masyarakat tanpa peran gatekeeper
menyerah
membuat kualitas informasi tidak
realitas
sepenuhnya bersih. Namun demikian,
Masyarakat
kerumitaan sistem media di Indonesia
kepentingannya me lalui interaksi
ini bukan satu hal pokok yang harus
secara langsung sebagai pembaca,
disalahkan. Operasional internal dalam
pengkritik, maupun opinion leader
sistem media harus dijalankan sesuai
dalam mengisi space di media massa.
dengan aspek etika dan profesionalitas
menerima yang
begitu
diberikan
dapat
Bagaimanapun
saja media.
menegosiasikan
juga,
sistem
dalam sub sistem media itu sendiri.
autopoietic yang dijalankan media
Idealnya, keterkaitan antara sub-sistem
tidak dapat sepenuhnya diandalkan
di media seperti redaksi, sirkulasi,
menciptakan ruang publik. Sejauh
maupun pemodal tidak harus saling
sistem media mampu melihat other
mendominasi.
reference
Idealisme
dan
independensi
sebagai
menjalankan
rujukan
peliputan
dalam dan
jurnalis pun tak sepenuhnya terkikis
menjadikan publik sebagai acuan,
akibat
dengan
konglomerasi
dan
arah
sendirinya
media
kebijakan redaksi yang mendukung
menyediakan
pemilik
pada masyarakat. Sebaliknya, jika
observer
media.
Jurnalis
tingkat
membingkai
pertama
realitas
sebagai dapat melalui
pemilihan kata, angle, dan hal teknis
keberadaan
informasi
akan
sistem
berkualitas
media
hanya
mengacu pada internal mereka seperti tekanan
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
politik,
ekonomi,
dan 17
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
pelaporan praktis, maka dipastikan
Kebenaran
di
media
Informasi.
Jakarta:
hanya
akan
menyediakan
informasi bias, dangkal, dan tidak mencerdaskan
Banjir Yayasan
Pantau.
Selama
Luhmann, Niklas. 2000. The Reality of
sistem media berjalan, selama itu pula
The Mass Media. Cambridge:
publik dapat berdiskusi di media
Polity Press.
tersebut.
masyarakat.
Era
Pertanyaan
selanjutnya
McQuail
D.,
Windahl
S.
1993.
adalah, sejauh mana kualitas informasi
Communication Models for the
realitas yang disediakan media sebagai
study of mass communications.
acuan diskusi tersebut?
New
York:
Longman
Publishing. Mosco, Vincent. 2009. The Political
DAFTAR PUSTAKA Eco, Umberto. 1971. A Estrutura Ausente.
Sao
Economy of Communication (2nd edition). London: SAGE
Paolo:
Perspectiva.
Publikation.
Fiske, John. 1994. Key Concepts in
Nugroho, Y., Putri, DA., Laksmi, S.
Communication and Cultural
2012. Memetakan Lansekap
Studies
Industri Media Kontemporer di
(Second
Edition).
London: Routledge.
Indonesia
Freedman, Des. 2008, The Politics of Media
Policy.
Cambridge:
Polity Press.
(Edisi
Bahasa
Indonesia).
Laporan.
Bermedia,
Memberdayakan
Masyarakat:
Memahami
Goode, Luke. 2005. Jürgen Habermas
kebijakan dan tatakelola media
: democracy and the publik
di Indonesia melalui kacamata
sphere. London: Pluto Press.
hak
Hanitzsch,
Loffelholz,
Mustamu.
warga
negara.
Riset
kerjasama antara Centre for
2004. Agents of Peace: Publik
Innovation
Policy
Communication and Conflict
Governance
dan
Resolution in an Asian Setting.
Kantor
Jakarta: FES Indonesia
Tenggara, didanai oleh Ford
Kovach
B.,
Rosenstiel
T.
2012.
BLUR, Bagaimana Mengetahui Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
Regional
and HIVOS Asia
Foundation Jakarta: CIPG dan HIVOS. 18
ISSN : 2356-3073
Volume 1 No.1, Mei 2014
Panjaitan E.L., Iqbal T.M. 2006.
Jurnalisme Liputan 6 SCTV,
Matinya Rating Televisi, Ilusi
antara peristiwa dan ruang
Sebuah
publik. Jakarta: PT Pustaka
Netralitas.
Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
LP3ES
Putra, I Gusti N. 2010. Ketika Anjing Penjaga
Turow, Joseph. 2009. Media Today:
(Watchdog)
An
Dipelihara Para Juragan, Dari
Communication.
Lumpur Lapindo ke Lumpur
Routledge
Sidoarjo. Dalam Sulhan M. & Adiputra
W.
M.
to
Mass
NewYork:
Tomsa, Dirk. 2007. Party Politics and
(ed).
the
Media
in
Indonesia:
Demokrasi, Media Massa, dan
Creating a New Dual Identity
Industri. Yogyakarta: FISIPOL
for
UGM.
Southeast Asia: A Journal of
Simarmata, Salvatore. 2010. Televisi
Golkar.
International
Contemporary
and
Strategic
sebagai Ruang Publik dalam
Affairs, Volume 29, Number 1,
Politik
April 2007, pp. 77-96.
Demokrasi
Indonesia:
di
Mungkinkah?
Mujani S & Liddle R. William. 2010.
dalam Widodo, Yohanes (edt).
Personalities,
Quo
Masa
Voters. Journal of Democracy,
Depan Televisi dan Televisi
Volume 21, Number 2 April
Masa
2010, pp. 35-49.
Vadis
Televisi?
Depan.
Yogyakarta:
Universitas Atma Jaya.
dan
Kajian
Budaya
Party,
and
Lesmana, Tjipta. 2012. Konglomerasi
Storey, John. 2008. Cultural Studies
Media
tak
selalu
negatif.
Pop:
www.Techno.okezone.com, 16
Pengantar Komprehensif Teori
Oktober 2012. Diakses dari
dan
http://techno.okezone.com/read
Metode.
Bandung:
Jalasutra. Tim
Introduction
Redaksi
/2012/04/05/54/606539/konglo LP3ES.
2006.
Jurnal Literasi Ilmu Komunikasi dan Multimedia
merasi-media-tak-selalu-negatf
19