Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
iISSN : 2088 - 8872
THE CORRELATION BETWEEN THE COPING MECHANISM AND THE DESPAIR LEVEL AMONG CHRONIC KIDNEYFAILURE PATIENTS RECEIVING HAEMODIALYSIS TREATMENT IN THEHAEMODIALYSIS ROOM OF DR. SOERADJITIRTONEGORO CENTRAL PUBLICHOSPITAL IN KLATEN Gede Arta Pratama¹, Maryana²and Cornelia D YNekada3 ABSTRACT Background:Chronic kidney-failure is a chronic disease preventing kidneys from functioning properly. A therapy for chronic kidney-failure patients is haemodialysis. However, these patients will experience both physical and psychological problems. One of the psychological problems, among others, is despair, which requires them to solve their problems. Research Objective: This research aimed to identify the correlation between the despair level among chronic kidney-failure patients receiving haemodialysis treatment in the haemodialysis room of Dr. Soeradji Tirtonegoro Central Public Hospital in Klaten. Research Method: This study was conducted in the haemodialysis room of Dr. Soeradji Tirtonegoro Central Public Hospital in Klaten. It was a non-experimental quantitative research with a descriptive correlation design using a cross-sectional approach with 45 patients as the respondents. The sampling technique was a purposive sampling and the data were analyzed with the Spearman Rank test. Research Result: The coping mechanism of the majority of the respondents was the constructive coping, which was adopted by 91.1% of the respondents, and 88.9% of them experienced mild despair. The Spearman Rank statistical test yielded a p-value of 0.001 (< 0.05). Therefore, the alternative hypothesis was accepted with a r-value of 0.481. Conclusion: This research concluded that there was a fair-level correlation between the despair level among chronic kidney-failure patients receiving haemodialysis treatment in the haemodialysis room of Dr. Soeradji Tirtonegoro Central Public Hospital in Klaten. Keywords: Chronic kidney-failure, haemodialysis, coping mechanism, despair level 1
Student of the Nursing Undergraduate Study Program, Respati Yogyakarta University Nursing Department Lecturer of Health Ministry Health Polytechnics in Yogyakarta ᶾ Lecturer of the Nursing Undergraduate Study Program, Respati Yogyakarta University 2
34
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
iISSN : 2088 - 8872
HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN TINGKAT KEPUTUSASAANPADA PASIEN GAGAL GINJALKRONIS YANG DILAKUKAN HEMODIALISIS DIRUANG HEMODIALISIS RSUPDr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Gede Arta Pratama1, Maryana2, Cornelia D YNekada3 INTISARI Latar Belakang: Penyakit gagal ginjal kronis merupakan penyakit kronis yang menyebabkan fungsi ginjal tidak dapat bekerja dengan baik. Bagi penderita gagal ginjal kronis salah satu terapi yang dilakukan adalah hemodialisis. Pasien gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis akan mengalami masalah fisik dan psikologis. Masalah psikologis antara lain keputusasaan sehingga pasien harus mengatasi masalah yang dialaminya. Tujuan: Mengetahui hubungan mekanisme koping dengan tingkat keputusasaan pada pasien gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis di ruang hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Metode Penelitian: Penelitian ini dilaksanakan di ruang hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan jenis penelitian kuantitatif non eksperimen dengan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross sectional dengan responden berjumlah 45 pasien. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling dengan teknik analisa data menggunakan Spearman Rank. Hasil: Mekanisme Koping mayoritas menggunakan koping konstruktif yaitu 91,1%. Tingkat keputusasaan pasien mengalami keputusasaan ringan yaitu 88,9%. Hasil uji Statistik dengan menggunakan Spearman Rank diperoleh nilai dengan p-value = 0,001 (0,001<0,05) maka Ha diterima dengan nilai r sebesar -0,481. Kesimpulan: Ada hubungan mekanisme koping dengan tingkat keputusasaan pada pasien gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis di ruang hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dengan keeratan hubungan sedang. Kata Kunci :Gagal ginjal kronis, Hemodialisis, Mekanisme koping, Tingkat keputusasaan. 1
Mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3 Dosen Prodi S1 Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 2
35
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
iISSN : 2088 - 8872
PENDAHULUAN Ginjal merupakan organ tubuh yang
RSUP
Dr.
Soeradji
Tirtonegoro
Klaten
mempunyai peranan penting untuk mengatur
didapatkan penderita gagal ginjal kronis di
keseimbangan air, konsentrasi garam dalam
Klaten pada tahun 2012 sebesar 38 pasien.
darah, keseimbangan asam-basa darah, serta
Selain itu, didapatkan pula jumlah tindakan
ekskresi bahan buangan dan kelebihan garam.
pada pasien hemodialisis dari bulan Juli
Jika fungsi ginjal tersebut mengalami ganggua
sampai September 2013 sekitar 3820 tindakan
maka akan mengakibatkan berbagai gangguan
dengan kriteria 344 tindakan untuk pasien
1
fungsi ginjal . Salah satu gangguan fungsi ginjal
adalah
gagal
yaitu
Pasien gagal ginjal kronis yang dilakukan
kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal
hemodialisis akan menimbulkan konsep diri
dan ditandai dengan uremia yaitu berupa urea
maladaptif. Konsep diri maladaptif yang
dan limbah nitrogen yang beredar di darah2.
ditimbulkan adalah keputuasaan yaitu kondisi
Penyebab utama gagal ginjal kronis adalah
subyektif dimana individu tidak ada cukup
diabetes,
energi untuk memobilisasi dirinya sendiri6.
hipertensi,
ginjal
kronis
rawat inap dan 3476 untuk pasien rawat jalan.
glomerulonefritis,
pielonefritis kronis3. Penderita yang mengalami
Masalah
gagal ginjal kronis dapat
diselesaikan oleh seorang individu maka perlu
menanggulangi
penyakit yang ada dengan dilakukan terapi
konsep
mekanisme
diri
koping
untuk
tersebut
harus
menyelesaikan
7
hemodialisis dengan mengeluarkan sisa-sisa
masalah tersebut . Menurut penelitian Wurara
metabolisme atau racun tertentu dari peredaran
(2013) mekanisme koping pasien gagal ginjal
darah manusia.
kronis yang dilakukan hemodialisis didapat
Menurut
estimasi
Badan
Kesehatan
45,8% responden melakukan koping adaptif
Dunia (WHO) di dunia lebih dari 500 juta
sedangkan
54,2%
responden
melakukan
8
orang mengalami penyakit gagal ginjal kronis
koping maladaptif . Dalam penelitian ini
yang 1,5 juta menjalani terapi cuci darah atau
peneliti ingin mengetahui tingkat keputusasaan
hemodialisis4. Di Indonesia sekitar 80.000 ribu
serta mekanisme koping yang dilakukan pada
pasien
melakukan
pasien gagal ginjal kronis yang dilakukan
hemodialisis atau cuci darah . Di Klaten
hemodialisis di ruang hemodialisis RSUP Dr.
penderita
Soeradji Tirtonegoro Klaten.
gangguan
ginjal 5
gagal
ginjal
kronis
cenderung
menjadi penyakit yang beresiko, menurut data
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian
Klaten9.
deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui
hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
hubungan antara mekanisme koping dengan
Klaten. Penelitian dilakukan pada tanggal 13-
tingkat keputusasaan pada pasien gagal ginjal
28 Februari 2014. Populasi dalam penelitian
kronis yang dilakukan hemodialisis di ruang
ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronis
hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
yang dilakukan hemodialisis yaitu 51 pasien
36
Penelitian
dilakukan
di
ruang
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
iISSN : 2088 - 8872
(rata-rata pasien gagal ginjal kronis yang
melakukan penelitian dengan
dilakukan hemodialisis setiap hari). Sampel
responden, kemudian peneliti dan asisten
adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk
memberikan
mewakili populasi dimana dalam penelitian ini
responden diberikan informed consent untuk
menggunakan teknik purposive sampling yaitu
mengatahui apakah pasien bersedia menjadi
teknik pengambilan sampel dengan kriteria
responden dan selanjutnya diberi tahu tentang
tertentu pada kriteria inklusi dan kriteria
cara pengisian kuisioner. Responden memilih
9
ekslusi dengan jumlah sampel 45 responden .
kuisioner
yang
mendatangi
sebelumnya
jawaban yang sudah tersedia pada kuisioner,
Pasien gagal ginjal kronis yang menjadi
peneliti dan asisten mengarahkan jawaban
sampel harus memenuhi kriteria inklusi yaitu
alternatif.
karakteristik umum subyek penelitian pada
responden kemudian peneliti dan asisten
populasi target
dan populasi terjangkau.
mengumpulkan kembali kuisioner tersebut.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
Selanjutkan data yang kurang lengkap dari
pasien gagal ginjal kronis baik perempuan dan
responden dilihat di rekam medik.
laki-laki yang dilakukan hemodialisis di ruang
Setelah
kuisioner
diisi
oleh
Instrumen penelitian dalam penelitian ini
hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
berupa
Klaten yang rutin dilakukan hemodialisis
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
dalam seminggu, pasien yang berumur
17
memperoleh informasi dari responden yang
sampai 60 tahun serta pasien yang ditemani
digunakan untuk mengetahui pribadi seseorang
anggota keluarga saat hemodialisis. Kriteria
tentang hal-hal yang diketahuinya10. Dalam
ekslusi adalah adalah populasi diluar kriteria
penelitian ini terdapat dua kuisioner yaitu
inklusi. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
kuisioner mekanisme koping dan tingkat
adalah
saat
keputusasaan yang keduanya sudah dilakukan
hemodialisis dan pasien yang tidak bersedia
uji validitas dan reliabilitas. Variabel bebas
menjadi responden.
dikumpulkan melalui kuisioner mekanisme
pasien
Prosedur penelitian
yang
tidak
pengambilan
ini
adalah
hadir
data
pengumpulan
kuisioner
yaitu
berupa
sebuah
dalam
koping yang menggunakan kuisioner Coping
data
Skill Test yang terdiri dari 20 pertanyaan
dilakukan dengan cara membagikan kuisioner
favorable
kepada
sudah
menggunakan skala likert yaitu sangat sesuai
meminta izin dari rumah sakit yaitu bagian
(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS) dan sangat
Diklat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten
tidak sesuai (STS). Masing-masing diberikan
agar
Dalam
nilai 1 sampai 4 untuk pertanyaan favorable
pembagian kuisioner dibantu oleh asisten yang
terdiri dari 10 pertanyaan yaitu pada nomer 2,
sudah ditunjuk. Asisten juga sebelumnya
4, 7, 11, 12, 14, 16, 17, 18, 20 sedangkan
diberikan orientasi tentang cara pengisian
pertanyaan
kuisioner agar diimplementasikan dengan baik
pertanyaan yaitu pada nomer 1, 3, 5, 6, 8, 9,
ke pasien. Selanjutnya peneliti dan asisten
10, 13, 15, 19. Variabel terikat menggunakan
pasien
bisa
yang
dilakukan
sebelumnya
penelitian.
37
dan
unfavorable
unfavorable
terdiri
dengan
dari
10
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
iISSN : 2088 - 8872
kuisioner tingkat keputusasaan menggunakan
frekuesi
kuisioner BHS (Beck Hepelessness Scale)
menggunakan uji Spearman rank untuk data
yang terdiri dari 20 pertanyaan tentang konsep
ordianal dengan tidak berdistribusi normal10.
diri masa lalu, sekarang dan masa depan
Etika
dengan jawaban “ya” atau “tidak”. Masing-
mendapatkan izin dari RSUP Dr. Soeradji
masing diberikan nilai 0 dan 1 untuk
Tirtonegoro
pertanyaan gambaran diri yaitu nomer 1,2,3,4,
penelitian di ruang hemodialisis. Setelah
ideal diri yaitu nomer 5,6,7,8, harga diri yaitu
mendapatkan
nomer 9, 10, 11, 12, peran diri yaitu nomer 13,
menerapkan masalah etika yang terdiri dari
14, 15, 16 serta identitas diri nomer 17, 18, 19,
beneficience dan maleficience (manfaat dan
20.
kerugiannya), Pengolahan data terdiri dari editing,
sedangkan
penelitian
responden),
Klaten
izin
analisis
yang
bivariat
sebelumnya
untuk
melakukan
kemudian
peneliti
autonomy(kebebasan menjadi anonimity dan
confidentiality
coding dan tabulating. Analisis data terdiri
(kerahasiaan identitas responden) dan justice
dari dua
(keadilan)11.
yaitu
analisis
univariat
untuk
menyajikan data dalam bentuk distribusi
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum lokasi penelitian Rumah
Scanner, Instalasi Rahabilitasi Medik dan lain-
Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Soeradji
lain.
Tirtonegoro Klaten didirikan pada tanggal 20
Hemodialisis RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Desember
Soeradji
Klaten dengan jumlah mesin hemodialisis
Tirtonegoro Klaten merupakan Rumah Sakit
yaitu 18 mesin yang beroperasi setiap harinya.
Pendidikan dengan tipe B. RSUP Dr. Soeradji
Staf di Unit hemodialisis RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten berada di Jalan Dr. RT.
Tirtonegoro Klaten terdiri dari satu orang
Soeradji Tirtonegoro No. 1 Klaten, Jawa
dokter spesialis penyakit dalam dan sepuluh
Tengah. RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
orang
Klaten memiliki banyak bangsal mulai dari
Interaksi antara perawat, pasien dan keluarga
bangsal VVIP sampai bangsal kelas 3 serta
pasien sangat baik terutama dalam komukasi
unit
1927.
pendukung
Darurat,
RSUP
seperti
Instalasi
Dr.
Penelitian
perawat
ini
dilakukan
termasuk
kepala
di
Unit
ruang.
Instalasi
Rawat
dimana perawat membantu pasien maupun
Radiologi,
Unit
keluarga pasien selama melakukan terapi
Hemodialisis, Instalasi Laboratorium, Unit CT
hemodialisis.
ANALISIS UNIVARIAT Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik
hemodialisis di ruang hemodialisis RSUP Dr.
responden berdasarkan jenis kelamin, umur,
Soeradji Tirtonegoro Klaten tanggal 13-28
pendidikan, agama dan pekerjaan pada pasien
Februari 2014 (n= 45).
gagal
ginjal
kronis
yang
dilakukan
38
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
Tabel
2.Distribusi
frekuensi
Mekanisme
iISSN : 2088 - 8872
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada
Koping Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
Tanggal 13-28 Februari 2014 (n= 45)
Dilakukan Hemodialisis di Ruang Hemodialisis
Tabel
3.
Distribusi
Frekuensi
Tingkat
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten pada
Keputusasaan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang
Tanggal 13-28 Februari 2014 (n= 45)
Dilakukan Hemodialisis di Ruang Hemodialisis
39
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
hemodialisis di Ruang Hemodialisis RSUP Dr.
ANALISIS BIVARIAT Tabel
4.
Hubungan
Mekanisme
Koping
Soeradji Tirtonegoro Klaten pada Tanggal 13-
dengan Tingkat keputusasaan pada pasien gagal
Ginjal
Kronis
iISSN : 2088 - 8872
yang
28 Februari 2014 (n=45)
Dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
yaitu Beck Hepelessness Scale dimana untuk
ruang
Soeradji
mengukur tingkat keputusasaan individu yang
Tirtonegoro Klaten karakteristik responden
berumur lebih dari 17 tahun13. Berdasarkan
berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
tingkat pendidikan terbanyak adalah SD yaitu
berjenis kelamin laki-laki yaitu 28 pasien
19 pasien (42,2%). Hasil tersebut menunjukkan
(62,2%). Hipertensi merupakan salah satu
tingkat pendidikan yang masih rendah dapat
penyebab dapat timbulnya panyakit gagal ginjal
melakukan
kronis dan sering dialami oleh laki-laki. Selain
karena pasien memiliki keyakinan positif
itu gaya hidup yang tidak sehat
terhadap
hemodialisis
RSUP
Dr.
dapat
mekanisme
dirinya
koping
untuk
konstruktif
sembuh
dari
mengakibatkan gagal ginjal kronis seperti
penyakitnya. Karakteristik berdasarkan agama
terlalu keras dalam bekerja, kurang beristirahat
mayoritas beragama Islam yaitu 43 pasien
serta makan dan minum yang tidak teratur.
(95,6%). Hasil ini ditunjukkan dari keluarga
Menurut Jurnal Kardiologi Indonesia, gagal
pasien yang mayoritas menggunakan hijab saat
ginjal kronis dialami laki-laki merupakan faktor
menemani pasien untuk terapi hemodialisis.
resiko terjadinya gagal ginjal kronis dengan
Karakteristik berdasarkan tingkat pekerjaan
penyakit yang menyertai seperti hipertensi,
yaitu pasien terbanyak tidak bekerja sekitar 20
12
diabetes, dislipidemia serta faktor merokok .
pasien (44,4%). Hasil penelitian menunjukan
Karakteristik berdasarkan umur, sebagian
pasien gagal ginjal kronis yang dilakukan
besar berumur 41-60 tahun yaitu 25 pasien
hemodialisis akan mengalami kelelahan saat
(55,6%). Didukung oleh penelitian Forintos,
melakukan aktivitas atau pekerjaan yang
Judit, Sandor (2010) menyatakan bahwa pada
dilakukannya. Sesuai dengan teori2 salah satu
penelitian ini tentang
tanda dan gejala pada gagal ginjal kronis yaitu
mekanisme koping
dengan tingkat keputusasaan pasien gagal
cepat lelah dan lemah.
ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis
Karakteristik variabel, berdasarkan hasil
variabel terikat diuji dengan instrumen baku
penelitian di ruang hemodialisis RSUP Dr.
40
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
Soeradji
Tirtonegoro
mayoritas
dengan tingkat keputusasaan pasien gagal
melakukan mekanisme koping konstruktif yaitu
ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis di
41 pasien (91,1%). Hasil tersebut menunjukkan
ruang
bahwa ada berbagai faktor yang mempengaruhi
Tirtonegoro Klaten. Hasil keeratan hubungan
seperti dukungan yang diperoleh dari keluarga.
yaitu -0,481, yang artinya hubungan sedang
Menurut Mu’tadin (2002) dalam Indra (2012)
(0,40 – 0,599)16, sedangkan arah hubungan
salah
yaitu negatif menunjukkan jika semakin baik
satu
faktor
Klaten
iISSN : 2088 - 8872
yang
mempengaruhi
mekanisme koping adalah dukungan sosial dari
pasien
14
hemodialisis
gagal
RSUP
ginjal
Dr.
kronis
Soeradji
melakukan
keluarga dan teman . Dukungan keluarga akan
mekanisme koping maka tingkat keputusasaan
memberikan
akan rendah sebalinya jika semakin buruk
dapat
berupa
mendengarkan
keluhan dari pasien, menemani sebelum dan
pasien
sesudah hemodialisis serta mempersiapkan
mekanisme koping maka semakin berat tingkat
semua kebutuhan yang diinginkan oleh pasien.
keputusasaannya.
Variabel tingkat keputusasaan menunjukkan
menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu
mayoritas mengalami keputusasaan ringan
37 pasien (90,2%) melakukan mekanisme
yaitu 40 pasien (88,9%). Hasil tersebut
koping konstruktif dengan tingkat keputusasaan
menunjukkan
ringan.
tingkat
keputusasaan
ringan
gagal
Hasil
ginjal
kronis
Hasil
yang
melakukan
tabel
didapatkan
menunjukkan
positif yang dimiliki oleh pasien gagal ginjal
masalahnya dengan baik dan beradaptasi
kronis yang dilakukan hemodialisis dimana
terhadap lingkungan sekitar maka seseorang
dengan
dapat
tidak akan mengalami keputusasaan berat
menyembuhkan penyakit yang dialaminya.
sehingga meringankan beban pasien gagal
Sejalan dengan penelitian Nugrahaningtyas
ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis.
(2005) menyatakan faktor yang mempengaruhi
Sesuai dengan teori Potter dan Perry (2005)
pasien dalam menghilang keputusasaannya
menyatakan bahwa mekanisme koping yang
adalah yakin bahwa dirinya akan sembuh dari
membangun atau berorientasi pada tugas
akan
15
penyakitnya .
dapat
tersebut
kemungkinan disebabkan oleh faktor kayakinan
hemodialisis
seseorang
silang
mengatasi
dicirikan pasien menggunakan kognitifnya
Berdasarkan tabel bivariat, hasil p-value
untuk menyelesaikan tugas, dapat memenuhi
yaitu 0,001 (),001<0,05) maka Ha diterima
kebutuhan untuk menghilang masalah atau
artinya ada hubungan mekanisme koping
stressor yang dihadapi17.
KESIMPULAN Berdasarkan dari tujuan yang ada, maka dapat
beragama Islam yaitu 43 pasien (95,6%)
disimpulkan sebagai berikut: Sebagian besar
dengan pasien terbanyak tidak bekerja yaitu 20
berjenis kelamin laki-laki yaitu
28 pasien
pasien (44,4%). Mekanisme koping pasien
(62,2%) dengan usia 41-60 tahun yaitu 25
gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisis
pasien (55,6%). Pendidikan terbanyak adalah
di ruang hemodialisis RSUP Dr. Soeradji
SD yaitu 19 pasien (42,2%). Mayoritas
Tirtonegoro
41
Klaten
mayoritas
melakukan
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
iISSN : 2088 - 8872
mekanisme koping konstruktif yaitu 41 pasien
dalam melakukan mekanisme koping maka
(91,1%)
semakin
sedangkan
tingkat
keputusasaan
rendah
tingkat
keputusasaannya
mayoritas mengalami keputusasaan ringan
sebaliknya jika pasien gagal ginjal kronis tidak
yaitu
baik dalam melakukan mekanisme koping
40
pasien
(88,9%).
Keeratan
hubungannya yaitu sedang dengan arah negatif
maka
semakin
dimana jika pasien gagal ginjal kronis baik
dialaminya.
berat
keputusasaan
2011.
Statistika
yang
DAFTAR PUSTAKA 1. Pearce, EC. 2009. Anatomi dan Fisiologi
6.
untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia Pustaka
Sugiyono.
untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Utama.
7.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian
2. Nursalam dan Batticaca, FB. 2011. Asuhan
Suatu
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Rineka Cipta.
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
8.
Pendekatan
Hidayat,
A.Aziz.A.
Praktik.
Jakarta:
2011.
Metode
3. Price, SA. dan Wilson, LM. 2006.
Penelitian
Patofiosiologi (Konsep Klinis Proses-proses
Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.
Penyakit). Jakarta: EGC. 1.
9.
Keperawatan
dan
Teknik
Dewayani, R. 2007. Penyakit Jantung
Setiawan, T. dan Faradila, RT., 2012.
Koroner pada Chronic Renal Disease.
Mengenal
Jurnal Kardiologi Indonesia (hal. 387-
Cuci
Darah
(Hemodialisa).http://www.lkc.or.id.
395). http://www.google.com/gagalginjal
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.
kronis:pdf. Diakses pada tanggal 8 Juni
2. Suryanto.
2012.
Indonesia
80.000
Jalani
Penduduk
Cuci
http://www.antaranews.com//.
2014.
Darah.
10. Forintos, DP., Judit, S., Sandor, R. 2010.
Diakses
Adaptation of the Beck hopelessness Scale
pada tanggal 30 Oktober 2013.
in
3. NANDA International. 2012. Diagnosis
Hungary.http://www.ebscohost.com.
Diakses pada tanggal 18 Januari 2014.
Keperawatan (Definisi dan Klasifikasi)
11. Indra, SF. 2012. Perbedaan Mekanisme
2012-2014. Jakarta: EGC.
Koping Mahasiswa Baru FKM UI Reguler
4. Stuart, GW dan Sundeen, SJ. 2006. Buku
2011 yang Tinggal Bersama Orang Tua
Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta:
dengan yang Tidak Tinggal Bersama
EGC.
Orang Tua. http://lontar.ui.ac.id. Diakses
5. Wurara, YGV. 2013. Mekanisme Koping pada
Penyakit
Ginjal
Kronis
pada tanggal 30 Oktober 2013.
yang
12. Nugrahaningtyas,
D.
2005.
Tingkat
Menjalani Terapi Hemodialisis di Rumah
Hopelessness pada pasien Gagal Ginjal
Sakit
Kronis
Prof.
Dr.
R.D
Kandau
yang
Menjalani
Terapi
Manado.ejurnalkeperawatan.http://www.go
Hemodialisis di Instalasi Dialisis RS Dr.
ogle.com/mekanismekopingfiletype:pdf.
Sardjito Yogyakarta dan Faktor-faktor
Diakses 30 Oktober 2013.
yang
42
Mempengaruhi.
SkripsiS-1
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
Keperawatan tidak diterbitkan Program S1
Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. 13. Dahlan,
MS.
2008.
Statistik
untuk
Kedokteran dan kesehatan (Edisi 5). Jakarta: Salemba Medika. 14. Potter, PA dan Perry, AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Konsep, Proses dan
Praktik).
Jakarta:
EGC.
iISSN : 2088 - 8872
Vol. III Nomor 1 Maret 2016 – Jurnal Keperawatan Respat
iISSN : 2088 - 8872