Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari 2011
31
PENGARUH JAJANAN SEKOLAH DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH USIA 6-12 TAHUN DI SDN TLANDUNG KECAMATAN BANYUATES KABUPATEN SAMPANG TAHUN 2014 EFFECT SNACKS SCHOOL CHILDREN WITH NUTRITIONAL STATUS OF SCHOOL AGE 6-12 YEARS IN DISTRICT BANYUATES SDN TLANDUNG SAMPANG 2014 Farit Muhfaridul Ihwan* Darsini** Ucik Indrawati*** *Mahasiswa S1 Keperawatan **Dosen S1 Keperawatan ***Dosen S1 Keperawatan ABSTRAK Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pada penyediaan nutrisi dengan kualitas yang baik dan benar dan kuantitas . Makanan dan makanan ringan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak-anak . Menteri Pemberdayaan mengatakan bahwa sekitar 6,7 juta anak usia sekolah atau 27,3 % dari semua anak usia sekolah di Indonesia menderita gizi buruk . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengaruh jajanan sekolah dengan status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun . Studi Desain yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional , data diambil dengan menggunakan kuesioner , Instrumen penelitian ini menggunakan wawancara yang telah diuji dengan uji validitas dan reliabilitas . Anak-anak sekolah di sekolah dasar dari Tlandung Banyuates Sampang Kabupaten adalah sebanyak 46 anak . Teknik sampling yang digunakan random sampling atau tanpa pandang bulu . Ada dua variabel penelitian ini ; Variabel bebas adalah pengaruh jajanan sekolah dan variabel dependen adalah status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun . Uji hipotesis yang digunakan adalah korelasi rank Spearman ( Rho ) . Hasil yang diperoleh adalah sebagian dari responden ( 58,7 % ) positif dipengaruhi oleh jajanan sekolah . mayoritas responden ( 58,7 % ) memiliki kurang gizi. Hasil analisis sekolah makanan ringan pengaruh dengan status gizi anak sekolah diperoleh nilai korelasi 0.440 dengan nilai probabilitas ( 0,002 ) standar secara signifikan lebih rendah dari 0,05 sehingga H1 diterima. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengaruh dari jajanan sekolah dari 46 responden dengan status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun di sekolah dasar kabupaten Tlandung Banyuates Sampang Kata kunci : makanan ringan Sekolah dan status gizi anak sekolah ABSTRACT Growth of optimal school age children depends on nutrition provision with good and true quality and quantity. Food and snacks that did not meet the requirements of health and nutrition would threaten the health of children. Empowerment minister said that about 6.7 million school age children or 27.3% of all school age children in Indonesia suffered from malnutrition. The purpose of this study was to identify influence relationship of school snacks with nutritional status of school children aged 6-12 years. The design study used was observational analytic with cross sectional approach, the data retrieved by using a questionnaire, The instrument of this study used interview that have been tested with validity and reliability test. School children at elementary school of Tlandung Banyuates Sampang Regency was as many as 46 children. The sampling technique used random sampling or indiscriminately. There were two variables of this study; Independent variable was the influence of school snacks and dependent variable was nutritional status of school children aged 6-12 years. The hypothesis test used was Spearman rank correlation (Rho). Result obtained was most of respondents (58.7%) positively was influenced by school snacks. the majority of respondents (58.7%) had less nutrition. Analysis result of school snacks influence with nutritional status of school children was obtained correlation value 0,440 with probability value (0,002) significantly lower standard of 0,05 or ( < ), then the hypothesis (Hi) was accepted. The conclusion of this study was any influence of school snacks from 46 respondents with nutritional status of school children aged 6-12 years at elementary school of Tlandung Banyuates district Sampang Regency. Keywords : School snacks and nutritional status of school children
Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari 2011
PENDAHULUAN Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena anak adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak dapat selalu dilaksanakan dengan benar dan menyimpang. Penyimpangan ini mengakibatkan gangguan pada organ-organ dan sistem tubuh anak. Dalam menanggulangi dan mencegah kurang gizi pada anak usia sekolah, maka ibu harus mengetahui dengan benar tentang bagaimana cara pemberian gizi yang tepat pada anak.. Sebagian besar jajanan anak khususnya di sekolah-sekolah dasar belum sepenuhnya memenuhi syarat higieni dan sanitasi, sehingga perlu terus diawasi dan diperbaiki. Demikian diungkapkan Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Jajanan berbahaya menjadi topik yang tak pernah selesai dibahas. Keamanan pangan menjadi salah satu hal yang sangat dikhawatirkan para orang tua. (Anonim, 2007). Menurut sampurno (2005), masalah keracunan makanan sudah menjadi langganan di Indonesia. Hampir setiap tahun kasus keracunan selalu ada. Dari seluruh kasus keracunan selalu ada, semua bersumber pada pengolahan makanan yang tidak higienis. Menteri pemberdayaan anak mengatakan sekitar 6,7 juta anak usia sekolah atau 27,3% dari seluruh anak usia sekolah di Indonesia menderita kurang gizi. Hal ini akibat kurang pengetahuan dan pengawasan orang tua terhadap apa yang dimakan anak usia sekolah. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, prevalensi anak yang kurus pada anak umur 6-12 tahun sebesar 12,2% yang terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Sedangkan prevalensi kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih tinggi yaitu sebesar 9,2% atau masih diatas 5,0%. Prevalensi anak yang pendek pada anak umur 6-12 tahun sebesar 35,6% yang terdiri dari 15,6% sangat pendek dan 20% pendek. Terdapat sebanyak 20 provinsi mempunyai prevalensi anak yang pendek diatas prevalensi nasional
32 Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara yang telah dilakukan di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang banyak anak yang suka makan jajan sembarangan disekolah tanpa diketahui orang tuanya dan itu sudah menjadi kebiasaan anakanak di sekolah. Wilayah tersebut menunjukan bahwa angka kejadian anak yang mengalami kekurangan gizi masih tegolong tinggi. Dari 10 anak didapatkan 7 anak yang kekurangan gizi. Hasil cakupan diatas dapat diketahui bahwa terjadinya kekurang gizi pada anak kemungkinan karena kurang terpenuhinya gizi yang sehat, yang disebabkan oleh jajanan yang tidak sehat. Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah kebiasaan makan. Anak usia sekolah mempunyai kebiasaan jajan. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian dari budaya dari keluarga. Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kurangnya konsumsi gizi yang seimbang dalam makanannya sehari-hari. Anak yang menderita kekurangan gizi akan mengakibatkan daya tangkapnya berkurang, penurunan konsentrasi belajar, pertumbuhan fisik tidak optimal cenderung postur tubuh anak pendek, anak tidak aktif bergerak, lemah daya tahan tubuhnya sehingga mudah terkena penyakit dan berpengaruh terhadap kapasitas kerja pada saat dewasa. Kondisi gizi yang tidak seimbang, baik kekurangan atau kelebihan gizi akan memengaruhi tumbuh kembang anak dan pengembangan potensinya. (Devi, N, 2012). Iswaranti (2007) mengemukakan, makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari pencemaran mikrobiologi dan tidak melebihi ambang batas zat kimia. Bila terjadi hal seperti itu, maka dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Tersedianya pangan dalam keluarga belum menjamin kebutuhan gizi seseorang sudah terpenuhi. Kecukupan gizi seseorang sepenuhnya tergantung pada apa yang dimakan. Status gizi anak dapat memberikan informasi penting tentang keadaan gizi anak pada saat sekarang atau masih lampau. Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan. Pengetahuan anak dapat diperoleh baik secara
Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari 2011
internal maupun eksternal. Untuk pengetahuan secara internal yaitu pengetahuan yang berasal dari dirinya sendiri berdasarkan pengalaman hidup sedangkan secara eksternal yaitu pengetahuan yang berasal dari orang lain sehingga pengetahuan anak tentang gizi bertambah. Pemilihan makanan jajanan merupakan hasil perubahan pada anak SD dan mengalami perubahan terus-menerus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tingkat budaya tersebut salah satu faktor yang mempengaruhi sikap pemilihan makanan jajanan adalah sikap dalam pemilihan makanan. Maka kami sebagai mahasiswa ingin membantu anak- anak sekolah dengan mengusulkan penelitian untuk memecahkan masalah di SDN Tlandung kecamatan Banyuates kabupaten Sampang. Salah satu sikap penting dan mendasar sebagai sebab timbulnya masalah gizi kurang adalah adanya sikap pemilihan makanan jajanan individu yang tidak sesuai dengan kaidah gizi, oleh karena itu upaya penyadaran akan gizi pada anak SD perlu ditingkatkan sehingga anak SD mengetahui makanan jajanan yang baik dan bergizi (Solihin, 2005) Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Pengaruh Jajanan Sekolah Dengan Status Gizi Anak Sekolah Usia 6-12 Tahun Di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang”. Tujuan penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu: Tujuan umum dan khusus. Tujuan Umum dalam penelitian ini adalah Mengidentifikasi hubungan pengaruh jajanan sekolah dengan status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah Mengidentifikasi jajanan sekolah usia 6-12 tahun di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang, Mengidentifikasi gizi anak sekolah usia 6-12 tahun di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang, Menganalisis pengaruh jajanan sekolah dengan status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah cross sectional yaitu penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat
33 bersamaan (sekali waktu) antara kedua variabel (Hidayat, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah Anak sekolah di SDN Tlandung kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang berjumlah 153 anak. Sampel dalam penelitian ini adalah Anak sekolah di SDN Tlandung kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang berjumlah 46 anak. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik Stratified Random Sampling atau sampling secara acak berstrata adalah proses memilih sampel berdasarkan srata atau kelompok dalam suatu populasi (sugiyono, 2011 Penelitian ini dilaksanakan mulai penyusunan proposal sampai dengan penyusunan laporan skripsi pada bulan Maret sampai Juni 2014. Pengambilan data pada bulan Juni- Juli 2014 Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner KPSP. Instrumen penelitian ini merupakan buatan sendiri dan mengadopsi dari buku. Kuesioner ini sudah di uji validitas dan reliabilitas. Data hasil semua soal sejumlah 20 valid dan reliable. Untuk mengetahui pengaruh jajanan sekolah dengan status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun dianalisis menggunakan Spearman’s Rank. Dengan menggunakan skala ukur ordinal dan nominal. HASIL PENELITIAN Status Gizi Anak Pengaruh Jajanan Sekolah F Positif 27 58,7 Negatif 19 41,3 Jumlah 46 100
Overweight
F (%) 2
Gizi Normal Jumlah
(%)
F
Gizi Kurang
(%)
F
(%)
4,3
14
30,4
11
23,9
0
0
3
6,5
16
34,8
2
4,3
17
37
⍴= 0,002
27
58,7 α=
0,05
Sumber : Data Primer, 2014 PEMBAHASAN A. Jajanan Sekolah Berdasarkan tabel 5.4 di atas menunjukan bahwa sebagian besar responden (58,7%) jajanan sekolah positif. Menurut Hertog dan Staveren (dalam Devi, 2004), perilaku makan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kebiasaan makan. Kebiasaan makan merupakan cara- cara
Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari 2011
individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang disadari pada latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Kebiasaan makan seseorang atau sekelompok masyarakat tidak dapat diubah melainkan bisa berubah. Menurut peneliti sebagian besar responden jajanan sekolah poisitif yaitu sebagian responden tersebut suka membeli jajanan di sekolah. Perilaku makan siswa tercermin dari kebiasaan makan termasuk juga kebiasaan jajanan siswa di sekolah. Kebiasaan makan dirumah masih bisa diawasi oleh keluarga atau orang tua, tetapi kebiasaan jajanan di sekolah sudah di luar pengawasan orang tua. Perilaku dan kebiasaan anak secara otomatis akan mengikuti kebiasaaan yang berlaku dan diterapkan dalam keluarga, salah satu contohnya adalah perilaku makan. Perilaku makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dan secara tidak langsung perilaku makan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar menjadi lebih baik. Faktor yang mempengaruhi jajanan anak sekolah dengan status gizi antara lain yaitu faktor usia anak, kelas anak dan pekerjaan orang tua. Faktor usia termasuk faktor yang mempengaruhi jajanan sekolah. Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa hampir setengah (37,0%) responden berusia 11-12 tahun. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat tahun terakhir, semakin tua semakin mengerti, semakin banyak informasi yang dijumpai dan banyak hal yang dikerjakan sehingga merubah pengetahuannya (Syaiful Azwar, 2003). Menurut peneliti hasil penelitian hampir setengah responden merupakan anakanak yang belum dewasa dan sesuai dengan teori diatas yaitu, hal ini disebabkan pengetahuan tentang makanan yang sehat dan usia yang masih anak- anak sehingga berfikirpun masih belum matang. semakin usia tua atau dewasa maka akan semakin mengerti tentang jajanan yang sehat. Usia sekolah anak-anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang disukainya tanpa berfikir tentang kesehatannya. Perkembangan kognitif anak pada usia pra sekolah dan usia sekolah sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada usia ini, siswa-siswi berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu faktor yang turut mempengaruhi perkembangan kognitif anak adalah makanan jajanan
34 Faktor yang terkait dengan jajanan sekolah yaitu faktor tingkatan kelas anak di (SD) sekolah dasar. Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukan bahwa hampir setengah (37,0%) responden kelas 1-2 SD. Menurut teori Notoadmodjo (2010), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap dan perilaku seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal. Menurut peneliti pendidikan SD adalah pendidikan sangat dasar yang diketahui bahwa rendahnya pendidikan akan mempengaruhi pola fikir anak. Pengetahuan mereka tentang mana jajanan yang baik dan yang tidak baik itu kurang, dan pada masa inilah mereka sangat menyukai jajan, baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Dan kesukaan anak pada makanan itu beraneka ragam. Biasanya anak lebih suka makan makanan yang bentuknya dan warna yang bagus, tetapi mereka tidak tau apakah makanan itu baik di konsumsi. Karakteristik anak kelas 1-2 SD yang berusia berkisar 6-9 tahun bisa menentukan makanan yang di sukai karena mereka sudah mengenal lingkungan. Untuk itu perlu pengawasan dari orang tua supaya tidak salah memilih makanan karena pengaruh lingkungan. Disini anak masih dalam tahap pertumbuhan sehingga kebutuhan gizinya harus tetap seimbang Faktor pekerjaan orang tua juga berkaitan dengan pengaruh jajanan sekolah. Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa hampir setengah (39,1%) responden pekerjaan orangtuanya adalah buruh. Teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007) bahwa dengan adanya pekerjaan seseorang akan memerlukan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sedangkan menurut Nursalam dan Pariani (2001) pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan keluarganya. Menurut peneliti pekerjaan orang tua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku anak dalam membeli jajanan sekolah. orang tua yang bekerja sebagai buruh atau petani akan lebih sering bertemu dan berinteraksi dengan sesama buruh atau petani lainnya, sehingga orangtua anak tersebut lebih sering bersosialisasi dan bertukar fikiran dengan buruh lainnya. Sedangkan buruh yang berpendidikan rendah
Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari 2011
tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi makanan yang baik untuk anak. B. Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden (58,7%) memiliki gizi yang kurang. Menurut Purnakarya (2010), kekurangan zat gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada masa remaja akan berdampak pada aktfitas siswa di sekolah antara lain, sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi disekolah (Elnovriza, 2008). Menurut peneliti, perilaku makan sangat berpengaruh terhadap status gizi anak dan secara tidak langsung perilaku makan yang baik akan meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar menjadi lebih baik. Faktor usia termasuk faktor yang mempengaruhi status gizi anak. Berdasarkan Tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa hampir setengah (37,0%) responden berusia 11-12 tahun. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat tahun terakhir, semakin tua semakin mengerti, semakin banyak informasi yang dijumpai dan banyak hal yang dikerjakan sehingga merubah pengetahuannya (Syaiful Azwar, 2003). Menurut peneliti hasil penelitian hampir setengah responden merupakan anakanak yang belum dewasa dan sesuai dengan teori diatas yaitu, hal ini disebabkan pengetahuan tentang makanan yang sehat dan usia yang masih anak- anak sehingga berfikirpun masih belum matang. semakin usia tua atau dewasa maka akan semakin mengerti tentang jajanan yang sehat. Faktor yang terkait dengan status gizi anak yaitu faktor tingkatan kelas anak di (SD) sekolah dasar. Berdasarkan tabel 5.2 di atas menunjukan bahwa hampir setengah (37,0%) responden kelas 1-2 SD. Menurut teori Notoadmodjo (2010), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap dan perilaku seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal. Menurut peneliti pendidikan SD adalah pendidikan sangat dasar yang diketahui bahwa rendahnya pendidikan akan mempengaruhi pola
35 fikir anak. Anak kelas 1 -2 SD belum mendapat pendidikan tentang makanan sehat atau informasi tentang makanan atau jajan yang sehat, sehingga orang tua maupun guru disekolah diharapkan lebih memperhatikan perilaku jajanan anak demi terwujudnya status gizi anak yang baik dan sehat. Faktor pekerjaan orang tua juga berkaitan dengan status gizi anak. Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa hampir setengah (39,1%) responden pekerjaan orangtuanya adalah buruh. Teori yang dikemukakan oleh Nursalam dan Pariani (2001) pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan untuk menunjang kehidupan keluarganya. Menurut peneliti pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan dan pengalaman orang tua dalam mendidik anak.. orang tua yang bekerja sebagai buruh atau petani akan lebih sering bertemu dan berinteraksi dengan sesama buruh atau petani lainnya, sehingga orangtua anak tersebut lebih sering bersosialisasi dan bertukar fikiran dengan buruh lainnya. Sedangkan buruh yang berpendidikan rendah tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gizi makanan yang baik untuk anak. C. Pengaruh Jajanan Anak Sekolah Dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun. Hasil analisis antara uji Statistik Spearman’s rho angka korelasi 0,440 dengan angka signifikan atau nilai probabilitas (0,002) lebih rendah standart signifikan 0,05 atau ( < ), dengan membanding rshitung dengan rstabel, maka didapat hasil rshitung (0,440) > rstabel (0,291) dikarenakan rshitung > rstabel yang berarti Ada Pengaruh Jajanan Sekolah Dengan Status Gizi Anak Sekolah Usia 6-12 Tahun di SDN Tlandung Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang.Makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi akan mengancam kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan berpengaruh pada status gizi (Devi, N, 2012). Menurut Purnakarya (2010), kekurangan zat gizi akan mengurangi kemampuan dan konsentrasi belajar siswa. Kekurangan zat gizi pada masa remaja akan berdampak pada aktfitas siswa di sekolah antara lain, sluggishness (lesu), mudah letih/lelah, hambatan pertumbuhan, kurang gizi pada masa dewasa, dan penurunan prestasi disekolah (Elnovriza, 2008). Menurut peneliti kebiasaan makan merupakan cara- cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang
Jurnal Keperawatan, Vol.1 No.1, Januari 2011
tersedia, yang disadari pada latar belakang sosial budaya tempat mereka hidup. Kebiasaan makan seseorang atau sekelompok masyarakat tidak dapat diubah melainkan bisa berubah. Usia masa anak sekolah dasar (SD) ini sangat menyukai jajan, baik di dalam sekolah maupun diluar sekolah. Dan kesukaan anak pada makanan itu beraneka ragam. Biasanya anak lebih suka makan- makanan yang bentuknya dan warna yang bagus, tetapi mereka tidak tau apakah makanan itu baik dikonsumsi atau tidak. Adapun salah satu faktor jajanan anak Sekolah Dasar adalah orang tua. Oleh karenanya disamping itu juga orang tua sangat berperan untuk memperhatikan anaknya supaya tidak membeli dan makan jajanan sembarangan SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Pengaruh Jajanan Anak Sekolah Dengan Status Gizi Anak Usia 6-12 Tahun. sebagai berikut : Jajanan sekolah anak di SDN Tlandung kecamatan Banyuates kabupaten Sampang menunjukan bahwa sebagian besar responden pengaruh jajanan sekolah positif , Status gizi anak usia 6-12 tahun di SDN Tlandung kecamatan Banyuates kabupaten Sampang menunjukan bahwa sebagian besar responden memiliki gizi yang kurang, Ada pengaruh jajanan sekolah dengan status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun di SDN Tlandung kecamatan Banyuates kabupaten Sampang. Saran Bagi Peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai pengaruh jajanan sekolah dengan status gizi anak sekolah usia 6-12 tahun yang lebih luas, menambah pengalaman yang lebih. Dan sebagai bahan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut. Bagi masyarakat/responden diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya mengetahui tentang jajanan sekolah yang baik dan yang tidak baik bagi status gizi anak. Dan bisa melaksanakan atau selalu mengawasi perilaku anak dalam membeli makanan atau jajanan. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan diharapkan bisa menjadi masukan bagi institusi yang terkait sehingga dapat digunakan dalam peningkatan pelayanan
36 kesehatan pada anak usia sekolah dan Penelitian ini dapat menambah bahan pustaka serta kajian dan dapat dikembangkan sebagai penelitian selanjutnya. KEPUSTAKAAN Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Depkes RI (2001). Tabel buku rujukan penilaian status gizi anak perempuan dan laki-laki menurut berat badan (BB/U). Jakarta. Hayati. (2009). Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta : EGC Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika Hidayat. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Khomsan, A. (2000). Teknik Pengukuran Pengetahuan. Diktat yang tidak dipubliksikan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Bandung : IPB. Moehji, S. (1982). Ilmu Gizi. Jakarta : Bhrata Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba medika Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.