SEBARAN ALAMI NYAWAI (Ficus variegata) DI GUNUNG SELOK CILACAP JAWA TENGAH (Natural distribution of Nyawai (Ficus variegata) in Gunung Selok Cilacap Central Java) Vivi Yuskianti dan Arif Setiawan Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliian Tanaman Hutan
ABSTRACT Succesfull tree improvement program of a species is depend on the avaliability of good base population. Providing good base population of nyawai (Ficus variegata) could be obtained through a series of exploration and collection of genetic material from several natural distributions in Indonesia. This study described an exploration of nyawai in its natural distributon in Southern Java i.e. Gunung Selok, Cilacap, Central Java. Several information on the existance, potential collected trees and types of the fruit found in the area, Gunung Selok, was obtained and discussed. Key words: nyawai, natural distribution, exploration, genetic material, fruit
ABSTRAK Keberhasilan program pemuliaan pohon tergantung dari ketersediaan populasi dasar yang berkualitas. Penyediaan populasi dasar nyawai (Ficus variegata) yang berkualitas dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan eksplorasi dan pengumpulan materi genetik dari beberapa sebaran alaminya di Indonesia. Studi ini menggambarkan eksplorasi nyawai di bagian selatan pulau Jawa yaitu di Gunung Selok, Cilacap, Jawa Tengah. Melalui studi ini beberapa informasi mengenai keberadaan, potensi dan tipe buah nyawai yang berada di Gunung Selok dapat diperoleh. Kata kunci: nyawai, sebaran alami, eksplorasi, materi genetik, buah
I. PENDAHULUAN Hutan tanaman merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan kayu dan juga menjadi salah satu upaya untuk menyelamatkan hutan hujan tropis (Kurinobu et al., 2005). Di Indonesia sendiri, diperkirakan terdapat 2,5 juta hektar hutan tanaman industri yang lebih dari 1 juta hektar merupakan hutan tanaman Acacia mangium (Arisman dan Haryanto, 2006). Spesies-species yang mempunyai pertumbuhan yang cepat (fast growing species) merupakan species yang banyak digunakan untuk hutan tanaman. Nyawai (Ficus variegata) merupakan salah satu spesies andalan baru Indonesia yang layak dikembangkan menjadi spesies hutan tanaman industri (Anonim, 2010). Species ini termasuk cepat tumbuh dengan daur hidup yang pendek dan diharapkan kurang dari 10 tahun, tanaman ini sudah dapat dimanfaatkan (Kaban, 2008). Ketersediaan populasi dasar (base population) yang berkualitas merupakan kunci dari keberhasilan kegiatan pemuliaan tanaman. Untuk itu diperlukan adanya koleksi materi genetik dari berbagai sebaran alam di Indonesia. Materi genetik berupa biji merupakan cara terbaik untuk menjamin keakuratan informasi individu pohon induknya. Kondisi ideal tersebut kadang tidak dapat terlaksana karena tidak ditemukannya biji. Sebagai alternatif, koleksi materi genetik dapat dilakukan dengan cara mengoleksi anakan yang ditemukan disekitar pohon induk. Tulisan ini menggambarkan pengambilan materi genetik nyawai di kawasan Selatan Pulau Jawa, khususnya yang berada di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Selok, Cilacap, Jawa Tengah. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui keberadaan dan potensi nyawai di sebaran alaminya serta jenis nyawai yang dapat ditemukan di Gunung Selok.
II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilakukan di Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Selok. TWA Gunung Selok termasuk dalam wilayah administrasi pemerintahan Desa Karangbenda, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011.
B. Bahan dan Alat Bahan dan perlengkapan yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi perlengkapan lapangan seperti Global Position System (GPS), kompas, teropong, alat pengunduh buah, plastik sampel benih, cat dan kuas, alat tulis dan kantong benih C. Tahapan Kegiatan Penelitian Berbagai tahapan kegiatan perlu dilakukan dalam upaya pengumpulan benih nyawai. Kegiatan tersebut meliputi persiapan sebelum berangkat ke lapangan, selama di lapangan dan juga setelah dari lapangan. 1. Sebelum ke lapangan, upaya yang dilakukan meliputi studi literatur dan kontak personal ke KSDA Jawa Tengah, khususnya polisi hutan area TWA Gunung Selok untuk mengetahui secara detil kondisi lapangan. Upaya ini perlu dilakukan untuk mengetahui sebaran alam, musim berbunga dan berbuah serta jenis transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai kawasan Gunung Selok. 2. Selama di lapangan, dilakukan upaya pemilihan tegakan nyawai yang akan di ambil buahnya. Karena nyawai yang ada di Gunung Selok tidak berada dalam area yang terpisah jauh dan juga tidak dibatasi oleh berbagai penghalang alami seperti jurang atau gunung, maka pemilihan individu pohon dilakukan berdasarkan jarak antar pohon. Jarak antar pohon yang diambil adalah sekitar 100 m (The Centre of Plant Conservation, 1991). Jarak ini dilakukan untuk mencegah terambilnya individu pohon yang masih berkerabat dekat dan meminimalkan kemungkinan terjadinya inbreeding. 3. Individu pohon yang akan dikoleksi benihnya berada dalam kondisi yang sehat, tidak terserang penyakit dan berbuah. Pengambilan buah untuk setiap individu pohon dilakukan dengan cara memetik langsung dari pohon apabila jarak buahnya tidak terlalu jauh, memanjat dan menggunduh dengan menggunakan alat unduh ataupun juga mengumpulkan buah yang jatuh disekitar pohon. Setiap individu pohon tersebut kemudian di tandai dengan menggunakan cat sesuai dengan nomor pohonnya. Sedangkan buah yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam plastik label dan ditandai dengan menggunakan spidol sesuai dengan identitas pohon.
4. Kegiatan selanjutnya adalah pengambilan informasi tambahan mengenai individu pohon yang terpilih. Informasi yang dikumpulkan meliputi posisi tegakan dengan menggunakan GPS, kondisi tegakan seperti tinggi dan area bebas cabang dan jenis buah nyawai yang diperoleh (merah atau hijau). 5. Buah yang terkumpul dari satu individu pohon induk kemudian dimasukkan ke dalam kantong benih dan diberi label untuk menjaga identitas buahnya.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Tempat Tumbuh TWA Gunung Selok mempunyai tipe iklim C berdasarkan Schmidt dan Fergusson dengan hawa sedang sampai agak panas. Suhu harian berkisar antara 18o-28oC, kelembaban rata-rata 30% sedangkan curah hujan rata-rata 546 mm/tahun (Tim Teknis Balai KSDA Jawa Tengah, 2010). Topografi TWA Gunung Selok adalah perbukitan dan pantai. Pada beberapa tempat di bagin timur, selatan dan barat topografi agak curam sampai dengan curam, kelerengan 20%-60% dan ketinggian 0-120 m di atas permukaan laut (Anonim, 2007). Potensi flora TWA Gunung Selok mempunyai hutan dengan jenis-jenis seperti Akasia (Acacia auriculiformis), Sonokeling (Dalbergia latifolia), Arang-arang (Diospyros sp.) dan Mahoni (Swietenia mahagoni) (Tim Teknis Balai KSDA Jawa Tengah, 2010). B. Tegakan Pohon Pada area TWA Gunung Selok seluas 116,19 hektar berhasil dikoleksi buah nyawai yang lebih dikenal dengan nama Gondang (Cilacap, Pulau Jawa) dengan jumlah 13 pohon induk. Ke-tiga belas pohon nyawai tersebut berada pada ketinggian 94,2 m sampai dengan 119 m diatas permukaan laut (dpl). Pohon yang sudah berbuah umumnya berukuran besar dengan diameter 96 cm sampai dengan 283 cm denganTinggi Bebas Cabang (TBC) untuk tiap pohon bervariasi dari 5-10 m (Tabel 1).
Tabel 1. Kondisi tempat tumbuh dan karakteristik pohon induk nyawai yang berhasil dikoleksi buahnya.
No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kondisi Tempat Tumbuh Koordinat Tempat tumbuh S E (dpl) 07 41.157’ 07 41.165’ 07 41.181’ 07 41.152’ 07 41.145’ 07 41.153’ 07 41.156’ 07 41.158’ 07 41.168’ 07 41.159’ 07 41.161’ 07 41.153 07 41.119’
109 10.323’ 109 10.323’ 109 10.332’ 109 10.307’ 109 10.307’ 109 10.305’ 109 10.305’ 109 10.291’ 109 10.354 109 10.291 109 10.305’ 109 10.313’ 109 10.390’
116 94.2 107 115 115 105 114 110 119 109 118 119 110
Total Tinggi (m) 13 16 12 15 12 16 17 18 21 20 15 12 14
Karakteristik pohon Tinggi Diameter Bebas Jenis batang Cabang Buah (cm) (m) 7 283 Merah 10 210 Hijau 8 120 Hijau 3 115 Merah 4 114 Hijau 5 122 Merah 6 117 Merah 10 112 Merah 9 116 Merah 9 145 Merah 6 118 Merah 5 123 Merah 7 96 Merah
ID Pohon Cil 1 Cil 2 Cil 3 Cil 4 Cil 5 Cil 6 Cil 7 Cil 8 Cil 9 Cil 10 Cil 11 Cil 12 Cil 13
C. Musim Bunga dan Buah Nyawai umumnya berbuah sepanjang tahun tetapi pada masingmasing daerah masa berbunga dan berbuah berbeda. Di TWA Gunung Selok masa berbunga nyawai pada bulan April sampai dengan Mei. Proses pembentukan buah dari masa berbunga umumnya mencapai 2 (dua) bulan yaitu dari bulan Juni sampai dengan Juli, sehingga diperkirakan pada bulan Agustus sampai dengan September merupakan masa panen buah. Produksi buah terbanyak dapat ditemui pada akhir Agustus dan awal September (Dedi Rusyanto, 13 Oktober 2011, Pers. comm). D. Buah Nyawai Koleksi materi genetik nyawai dilakukan dengan cara mengoleksi buah. Buah nyawai berbentuk bulat berukuran diameter lebih kurang 1-3 cm tergantung pohonnya. Keberadaan buah tidak berada pada ujung-ujung ranting seperti buah umumnya. Buah nyawai berada melekat pada bagian batangnya. Umumnya buah dapat ditemui pada bagian tengah bawah batang. Tidak ada jarak tertentu antara jarak batang dan permukaan tanah yang akan menjadi jarak minimal tumbuhnya buah di batang. Buah dapat ditemukan pada hanya jarak lebih kurang 30 cm dari permukaan tanah sampai dengan ke bagian batang teratas.
Eksplorasi nyawai di TWA Gunung Selok menemukan 2 jenis nyawai yaitu nyawai hijau dan nyawai merah. Perbedaan jenis nyawai tersebut diperlihatkan pada warna buah yang dihasilkan. Nyawai merah mempunyai buah berwarna merah (Gambar 1) sedangkan nyawai hijau mempunyai buah berwarna hijau. Berdasarkan parameter pengamatan tinggi bebas cabang, bentuk batang, dan percabangan (Tabel 1), umumnya nyawai yang buahnya berwarna hijau mempunyai bentuk pohon yang relatif lebih bagus dari nyawai yang buahnya berwarna merah.
Gambar 1. Nyawai yang mempunyai buah berwarna merah. Pengamatan kemudian dicoba dilakukan pada bagian batang ke dua jenis nyawai. Dugaan semula apabila buah nyawai berwarna merah maka kulit dalam batangnya juga akan berwarna merah sedangkan apabila buah nyawai berwarna hijau maka kulit dalam batang nyawai juga akan berwarna hijau. Dugaan tersebut tidak terlalu tepat karena fakta menunjukkan bahwa nyawai merah tidak selalu mempunyai kulit dalam batang berwarna merah, tetapi ditemukan juga kulit dalam batang nyawai merah berwarna putih kehijauan seperti pada nyawai hijau. Kondisi ini cukup menyulitkan untuk menduga jenis nyawai berdasarkan warna kulit dalam batangnya. E. Predator alami Buah yang sudah masak ditandai dengan bentuk buah bulat sempurna, bagian kulitnya berwarna merah merata untuk nyawai merah ataupun hijau tua untuk nyawai hijau, serta ditandai dengan bagian daging buahnya yang lunak. Buah nyawai masak ini merupakan makanan alami bagi beberapa hewan seperti monyet,
tupai, codot dan kelelawar (Gambar 2). (Dedi Rusyanto, 13 Oktober 2011, Pers. comm). Hewan-hewan ini diduga menjadi salah satu agen penyebaran nyawai di alam.
Gambar 2. Kotoran monyet yang ditemukan di atas permukaan daun. Pada kotoran monyet tersebut ditemukan adanya biji nyawai. F. Ekstraksi buah dan penyimpanan benih Ekstraksi buah dilakukan dengan cara membelah buah nyawai (Gambar 3A). Bagian dalam buah yang mengandung biji kemudian di kerok menggunakan ujung sendok teh di dalam wadah yang berisi air bersih (Gambar 3B). Biji kemudian disaring menggunakan saringan santan dan kembali dicuci menggunakan air bersih. Biji yang sudah bersih kemudian ditiriskan dan dijemur sampai kering. Biji nyawai bersih dikemas di dalam plastik klip dan diberi dilabel untuk setiap individu pohon induk. Penyimpanan biji dilakukan di lemari DCS atau kulkas dengan suhu ± 4-5 0C.
A
B
Gambar 3. Proses ekstraksi buah nyawai. A. Pembelahan buah, B. Pengambilan biji yang berada di bagian dalam buah nyawai.
IV. KESIMPULAN 1. Ada 13 pohon induk nyawai yang berhasil dikoleksi buahnya di TWA Gunung Selok, Cilacap, Jawa Tengah. 2. Di TWA Gunung Selok, masa berbunga nyawai terjadi pada bulan April sampai dengan Mei sedangkan masa panen buah berlangsung dari bulan Agustus sampai dengan September. 3. Berdasarkan perbedaan warna buah yang dihasilkan dari tiap pohon ditemukan adanya dua jenis nyawai yaitu nyawai merah dan nyawai hijau. 4. Beberapa hewan seperti monyet, tupai, codot dan kelelawar diduga menjadi salah satu agen penyebaran nyawai di alam.
V. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dedi Rusyanto dari Balai KSDA Jawa Tengah atas bantuannya dalam pengambilan materi genetik nyawai di TWA Gunung Selok.
VI. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Rancangan teknis pengkayaan hutan konservasi GNRHL/Gerhan Tahun 2007 di Taman Wisata Alam Gunung Selok. Departemen Kehutanan, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan and Konservasi Alam, Balai Konservasi Sumber Daya Alam jawa Tengah. 15 hlm. Anonim. 2010. Rencana Penelitian Integratif (RPI) 2010-2014, Pemuliaan Tanaman Hutan. Departemen Kehutanan, hlm 371419. Cossalter, C., and Pye-Smith, C. 2003. Fast-wood forestry, myths and realities. Center for International Forestry Research. Indonesia, 50 hlm. Kaban, M.S. 2008. Sambutan Menteri Kehutanan pada acara penanaman serentak seratus juta pohon dalam rangka peringatan
seratus tahun kebngkitan nasional di seluruh Indonesia tanggal 28 Nopember 2008. http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/4951 Kurinobu, S., Chigira, O., Matsune, K., Nakamura, K. and Na’iem, M. 2005. Current progress of study om the quantification of increase in stand productivity of sengon plantation (Paraserianthes falcataria) through genetic improvement. In Ide Y, Nakamura K (eds) Enhancement of CO2 sink and wood production through genetic improvement of tropical fast growing tree species on Proceedings of the International Workshop on GHG Sink/Source Control Technology through Conservation and Efficient Management of Terrestrial Ecosystem, Tokyo, Japan. The Centre for Plant Conservation . 1991. Genetic sampling guidelines for conservation, collection of endangered plant. In D.A. Falk and K.E. Holsinger (eds) Genetic and Conservation of Rare Plant. Oxford University Press, New York. Tim Teknis Balai KSDA Jawa Tengah. 2010. Buku Informasi 34 Kawasan Konservasi Balai KSDA Jawa Tengah. Balai KSDA Jawa Tengah. 56 hlm.