VISI PERBAIKAN KOTA VS REGULASI
OLEH : IWAN KURNIAWAN KABID PELAYANAN 1 BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Forum Regulasi 2I Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta Jumat, 28 Oktober 2016 I Jakarta Convention Center
VISI JAKARTA
AMAN, NYAMAN, BERKELANJUTAN, SEJAJAR KOTA-KOTA BESAR DUNIA,
DIHUNI MASYARAKAT SEJAHTERA
PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG GUNA TERWUJUDNYA VISI, MISI, DAN TUJUAN PENATAAN RUANG, DITETAPKAN KEBIJAKAN PERATURAN ZONASI MELIPUTI : KETENTUAN KEGIATAN DAN PENGGUNAAN RUANG KETENTUAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG 1. koefisien dasar bangunan maksimum (KDB); 2. koefisien lantai bangunan maksimum (KLB); 3. ketinggian bangunan maksimum ; 4. koefisien dasar hijau minimum (KDH); dan 5. koefisien tapak besmen maksimum (KTB) KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMUM KETENTUAN LAIN YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENGENDALIKAN PEMANFAATAN RUANG DI KAWASAN CAGAR BUDAYA, KAWASAN RAWAN BENCANA, KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN, DAN KAWASAN LAINNYA SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
Perda Prov. DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 Pasal 194 -196
SEKILAS MENGENAI BADAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
Solusi Perizinan Warga Jakarta
365 hari Mendobrak Sistem Pelayanan Perizinan Publik
PTSP Melakukan Berbagai Pembenahan Internal Restrukturisasi Organisasi Internal Communication Website
Perbaikan Internal Business Process
Simplikasi Proses Perizinan
Real Time Tracking
Pendelegasian Wewenang
Standarisasi Pelayanan
Pelayanan.jakarta.go.id pelayanan jakarta-ptspdkijakarta
@layananjakarta
PERIZINAN PEMBANGUNAN
ALUR PROSES PELAYANAN PERIZINAN DI BPTSP & 5 KANTOR PTSP WALIKOTA LUAS TANAH >5000
HAK ATAS TANAH KONSULTASI BKPRD KONSULTASI GPA
KELAS A > 8 LT KELAS B < 8 LT
KELAS A > 8 LT (NRT) KELAS B < 8 LT (NRT)
IPPT *
KRK
GPA
SLF
IPPL *
UKUR
IZIN LINGK.
IMB
LUAS TANAH >5000
KRK TRACE PEMATOKAN
IPAL DEWATERING PLB & KMRL
KELAS A > 8 LT (NRT) KELAS B < 8 LT (NRT)
ALUR PROSES PELAYANAN PERIZINAN IMB DI TINGKAT BPTSP
PROSES IMB
1 SEKRETARIAT TABG KONSULTASI (TEKNIS + ADM)
6
PERSETUJUAN TEKNIS IMB
2
4
3
5
KONSULTASI TABG
SK IMB
MAKSIMAL 2 KALI
20 HARI
7
ALUR PROSES PELAYANAN PERIZINAN SLF DI TINGKAT BPTSP
5
3 REKOMENDASI DINAS DAMKAR (REKOM. KESELAMATAN KEBAKARAN SLF-1)
1
REKOMTEK
4 PERSETUJUAN (TEKNIS + ADM)
SLF
2
REKOMENDASI HASIL PEMERIKSAAN DINAS TENAGA KERJA (BEJANA TEKAN, GONDOLA, ALAT ANGKUT, LIFT, PENANGKAL PETIR DAN LISTRIK) REKOMENDASI DINAS PENATAAN KOTA
PENYELESAIAN KEWAJIBAN*
FORMATPERHITUNGAN INTENSITAS BANGUNAN (KDB, KLB, KDH, KTB, KB) http://bit.ly/2ac3gH8
PEDOMAN GAMBAR PERENCANAAN ARSITEKTUR (GPA) http://tinyurl.com/PedomanGPA PELAYANAN KONSULTANSI PERIZINAN BANGUNAN http://bit/ly29UvSnk Telp : 0813-1951-8998 Email :
[email protected] GLOSSARY TENTANG ISTILAH TEKNIS PEMBANGUNAN DAN KETATARUANGAN http://pelayanan.jakarta.go.id/download/publikasi APLIKASI HITUNG ESTIMASI RETRIBUSI IMB KELAS A www.4share.com/mobile/AHNkTAz5ba/QRET-alpha.html
FORMAT PERHITUNGAN OTTV http://greenbuilding.jakarta.go.id/
• INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG • JARAK BEBAS BANGUNAN
REGULASI
• GREEN BUILDING
Urban density
sirkulasi
Kualitas ruang
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDB?
KDB
KDB
Luas Lantai Dasar Luas Lahan
Luas Lantai Dasar
Luas Lahan
persentase PERBANDINGAN antara LUAS SELURUH LANTAI DASAR BANGUNAN GEDUNG dan LUAS LAHAN PERPETAKAN ATAU LAHAN PERENCANAAN yang dikuasai sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, RDTR dan Peraturan Zonasi. (Perda 1 Tahun 2014)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDB
Ketentuan KDB
No
Tinggi Dinding
Pengatapan
Perhitungan
1.
t ≤ 1.20 m (proyeksi)
100%
50% x Luas Bidang Ybs *
2. t > 1.20 m 100% 100% x Luas Bidang Ybs 3. t ≤ 1.20 m (proyeksi) 100% 50% x Luas Bidang Ybs * 4. t ≤ 1.20 m (proyeksi) 0% Tidak Dihitung 5. t ≤ 1.20 m (proyeksi) 100% 50% x Luas Bidang Ybs * 6. t > 1.20 0% Tidak Dihitung * asalkan luasnya < 10% dari batasan KDB, selebihnya dihitng 100% luas RAMP sirkulasi kendaraan dan TANGGA TERBUKA menuju keatas dihitung 50% apabila tidak melebihi 10% dari batasan KDB yang ditetapkan dan selebihnya dihitung 100%.
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDB
Tidak dihitung KDB SELASAR Penghubung 1 lantai Lebar 3m Beratap Tidak berdinding
BANGUNAN PENUNJANG pos keamanan, bangunan ATM, gardu listrik, tangki air, kilang minyak, tangki penyimpanan, ruang me, ruang pembuangan sampah, PKL pada bangunan (tidak permanen tidak berdinding) dan Terpisah dari bangunan utama
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Rumus perhitungan
KDB
KDB
1. Bangunan untuk kegiatan rumah (Sangat Kecil/Kecil/Sedang/Besar) : 𝐾𝐷𝐵 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 × 100% 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛
2. Bangunan bukan kegiatan rumah : Rumus Persentasi Proyeksi :
𝐾𝐷𝐵 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑡. 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖) × 100% 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐾𝐷𝐵
Rumus Perhitungan KDB jika Persentasi Proyeksi tidak lebih dari 10% : 𝐾𝐷𝐵 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 + 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖) − (50% 𝑥 𝐿𝑡. 𝑃𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖 × 100% 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛
Rumus Perhitungan KDB jika Persentasi Proyeksi lebih dari 10% : 𝐾𝐷𝐵 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐷𝑎𝑠𝑎𝑟 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 + 𝑝𝑟𝑜𝑦𝑒𝑘𝑠𝑖) − (10% 𝑥50% 𝑥 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠𝑎𝑛 𝐾𝐷𝐵 × 100% 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Contoh perhitungan KDB
KDB
CONTOH I. Luas Total Proyeksi = 30 m2 Presentase Proyeksi : = Total Proyeksi : Batasan KDB = 30 m2 / 400 m2 = 7,5 % (Proyeksi < 10% Batasan KDB)
Perhitungan Luas KDB: = Total Luas Lantai Dasar - (Proyeksi X 50%) = 200 – (30 x 50%) = 200 – 15 = 185 m2 KDB = 185 m2 x 100% = 18.50 % 1000 m2
CONTOH II. Luas Total Proyeksi = 60 m2 Lantai Dasar Proyeksi
Presentase Proyeksi : Proyeksi
= Total Proyeksi : Batasan KDB = 60 m2 / 400 m2 = 15 % (Proyeksi > 10% Batasan KDB)
Perhitungan Luas KDB:
Data Lahan : Lahan Perencanaan = 1000 m2 KDB = 40% Luas Batasan KDB = 400 m2 Luas Lantai Dasar = 200 m2
= Total Luas Lantai Dasar - (10% X 50% X Batasan KDB) = 200 – (10% x 50% x 400 ) = 200 – 20 = 180 m2
KDB = 180 m2 x 100 % = 18.00 % 1000 m2
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN (KLB)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KLB?
KLB
KLB
Seluruh Lantai Bangunan Lahan
Luas Seluruh Lantai Bangunan
Luas Lahan
angka persentase perbandingan antara LUAS SELURUH LANTAI BANGUNAN gedung dengan LUAS LAHAN PERPETAKAN ATAU LAHAN PERENCANAAN yang dikuasai sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi. (Perda 1 Tahun 2014)
Dihitung 100% Dihitung 100%
Ruang M/E Ruang instalasi air Tangga, Mushola Ruang tunggu sopir Ruang PKL
≤ 20% dari luas lantai bangunan tidak dihitung KLB selebihnya dihitung dalam KLB 100%
PARKIR
Toko Warung Lobby TK SD
KLB
SP/ME
Apartemen Kantor Hotel
FASILITAS
FUNGSI UTAMA
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Parkir beserta sirkulasinya
≤ 50% dari luas KLB tidak dihitung KLB, dan kelebihan batasan 50% dihitung sebagai KLB100%;
Perhitungan KLB
≤ 10% dari setiap luas lantai bangunan dihitung 50% KLB dan kelebihan dihitung sebagai KLB 100%
* Dengan ketentuan khusus
Gardu listrik Tangki penyimpanan Kilang minyak / gas Tangki Air Pos Jaga
Tidak dihitung KLB
koridor atau jembatan penghubung antar bangunan yang digunakan pejalan kaki dan tidak dipergunakan untuk kegiatan lain
Tidak dihitung KLB
LANTAI EVAKUASI BENCANA
Balkon didalam struktur massa bangunan
TPS
KLB
BANGUNAN LAYANG
Balkon menjorok keluar
TERPISAH DARI BANGUNAN
BALKON *
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
bangunan di atas 24 lantai yang menyediakan lantai evakuasi bencana satu lantai / lebih dan tidak dimanfaatkan untuk kegiatan lain
Tidak dihitung KLB
Perhitungan KLB
Bukan bangunan pelengkap dari bangunan utama
Luas lantai bangunan boleh mencapai 150% dari luas total lantai yang telah ditetapkan pada RDTR dan Peraturan Zonasi
BANGUNAN KHUSUS PARKIR
BANGUNAN KHUSUS PARKIR
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KLB
Prasarana parkir perpindahan moda (PARK AND RIDE), terintegrasi dengan angkutan umum massal, dan bukan bangunan pelengkap dari bangunan utama
Luas lantai bangunan mencapai 200% dari luas total lantai yang telah ditetapkan pada RDTR dan Peraturan Zonasi
Perhitungan KLB
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
Balkon
KLB
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KLB
c
b
b Tinggi atap
a
c f
No
e
f
g
h
Lebar lantai (Eg / fh)
Tinggi dinding
d
Lebar lantai
Akses dari dalam bangunan
1.
Tinggi Dinding (m)
Pengatapan
Perhitungan
t ≤ 1.20 pada min. 3 sisinya
100%
Tidak Dihitung
0% 100% 0% 100% 0% 100% 0%
Tidak Dihitung 100% x Luas Bidang Ybs Tidak Dihitung 50% x Luas Bidang Ybs * Tidak Dihitung 100% x Luas Bidang Ybs Tidak Dihitung
Memiliki akses/ 2. L ≤ 1.20 Tidak Memiliki akses 3. t > 1.20 4. 5. t ≤ 1.20 pada min. 3 sisinya 6. Memiliki akses/ L > 1.20 Tidak Memiliki akses 7. t > 1.20 8. * asalkan luasnya < 10% dari luas abcd, kelebihannya dihitung 100% ** jarak lantai balkon ke atap maksimal 5m
Ketentuan balkon
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG a
KLB
b Tinggi atap
e
f Tinggi dinding
d
g
c Lebar lantai
No
Lebar lantai (Ef / gc)
Akses dari dalam bangunan
Tinggi Dinding (m)
Pengatapan
Perhitungan
t ≤ 1.20 pada 1-2 sisinya
100%
50% x Luas Bidang Ybs *
0% 2. L ≤ 1.20 3. 100% t > 1.20 4. 0% 5. 100% t ≤ 1.20 pada 1-2 Memiliki akses/ sisinya 6. 0% L > 1.20 Tidak Memiliki 7. 100% akses t > 1.20 8. 0% * asalkan luasnya < 10% dari dari luas abcd, kelebihannya dihitung 100%
Tidak Dihitung 100% x Luas Bidang Ybs Tidak Dihitung 50% x Luas Bidang Ybs * Tidak Dihitung 100% x Luas Bidang Ybs Tidak Dihitung
1.
Memiliki akses/ Tidak Memiliki akses
** jarak lantai balkon ke atap maksimal 5m
Ketentuan balkon
KOEFISIEN TAPAK BASEMEN (KTB)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KTB? Luas Lantai Basement = 50 m2
KTB
KTB
Luas Lantai Basement Luas Lahan
Luas Lahan Perencanaan = 100 m2
angka persentase berdasarkan perbandingan antara luas tapak basemen dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. (Perda 1 Tahun 2014)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KTB
Jarak dinding terluar basemen paling kurang 3 m (tiga meter) dari GSJ, pengaman saluran dan/atau kaveling; Basemen 2 atau lapis kedua yang berada di bawah permukaan tanah diperkenankan paling besar 75 % B1 Batasan Mengikuti Peraturan Zonasi
B2 – dst batasan 75% dari luas lahan
Penggunaan basemen yang berada di bawah prasarana umum dan RTH harus mendapatkan persetujuan Gubernur setelah mendapat pertimbangan dari BKPRD
Ketentuan KTB
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KTB
Ketentuan
KTB
pada sub zona R.1, R.2, R.3, R.4, R.5 , R.6 dan R.9 dengan KTB paling tinggi sama dengan KDB yang telah ditetapkan dalam RDTR dan PZ, dan hanya digunakan sebagai fungsi penunjang hunian. Besaran KTB untuk kegiatan Rusun dan Rusun Umum menggunakan ketentuan khusus PSL sangat padat ≤60% ,PSL padat ≤ 55%, Kurang padat ≤ 50%, Tidak padat ≤ 45% dan subzona KDB rendah ≤40%
Sub blok yang besar KTB nya tidak ditentukan dalam RDTR dan Peraturan Zonasi, besaran KTB ≤ KDB yang telah ditetapkan RDTR dan Peraturann Zonasi -Rapergub Tata Bangunan
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDH
KDH ? adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan atau penghijauan dan luas lahan perpetakan atau lahan perencanaan yang dikuasai sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi. Perda no. 1 Tahun 2014
NILAI KDH = LUAS BIDANG TANAH YANG DIHITUNG KDH LUAS LAHAN PERENCANAAN (LUAS ABCD)
X 100%
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDH
SISTEM SIRKULASI UDARA (paru-paru kota);
PENYERAP AIR HUJAN;
PENGATUR IKLIM MIKRO
PENYEDIA HABITAT SATWA;
SEBAGAI PENEDUH;
PENYERAP POLUTAN;
PRODUSEN OKSIGEN;
PENAHAN ANGIN.
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDH
Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan Koefisien Dasar Hijau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 613 ayat (1) huruf e, KDH sesuai yang ditetapkan dalam RDTR dan PZ kecuali perkerasan di permukaan tanah yang dipergunakan sebagai jalan, prasarana parkir dan plaza. Perda no. 1 Tahun 2014 Pasal 615 ayat (5)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDH
Intensitas pemanfaatan ruang berdasarkan KDH sebagaimana dimaskud pada ayat (5), permukaan basement 1 lapis pertama yang diturunkan paling kurang 3m dibawah permukaan tanah yang dimanfaatkan sebagai resapan air dan RTH diperhitungkan sebagai KDH. Perda no. 1 Tahun 2014 Pasal 615 ayat (6)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KDH
PROYEKSI
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
AKSES MOBIL DAMKAR
KDH?
KDH
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
DAPAT DIPERHITUNGKAN KDH JIKA : Mempunyai fungsi resapan dan harus Dapat ditumbuhi oleh rumput. Tidak dimanfaatkan, dipergunakan, dan/atau bagian dari jalur sirkulasi internal untuk kegiatan operasional dan servis. Dikhususkan Hanya Untuk Akses Pemadam Kebakaran, tidak di manfaatkan untuk kegiatan yang lain, termasuk parkir kendaraan Maksimal 50% Dari Batasan KDH Yang Ditetapkan dengan ketentuan sisa luas KDH yang bukan digunakan sebagai akses kebakaran, tidak kurang dari 10% luas lahan perencanaan. Memberikan tanda antara jalur khusus pemadam kebakaran dengan area KDH lain.
Hard Standing Mobil Pemadam Kebakaran Tidak Dihitung KDH.
KDH
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG DIHITUNG SEBAGAI KDH BIDANG TANAH TANPA PERKERASAN UNTUK HIJAU TAMAN DAN RESAPAN AIR BIDANG TANAH DGN BIDANG ATAS BASEMENT SATU DITURUNKAN ≥ 3 M STEPPING STONES PEJALAN KAKI DALAM TAMAN (LANDSCAPING) JALUR PEMADAM KEBAKARAN SESUAI KETENTUAN
TIDAK DIHITUNG SEBAGAI KDH BANGUNAN BIDANG TANAH DGN BIDANG ATAS BASEMENT SATU DITURUNKAN < 3 M BIDANG TANAH TERKENA RENCANA JALAN JALAN KELUAR-MASUK KENDARAAN PLAZA / PARKIR KENDARAAN HARD STANDING MOBIL PEMADAM KEBAKARAN KOLAM RENANG
KDH
KETINGGIAN BANGUNAN (KB)
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KB
KETINGGIAN BANGUNAN (KB) KB dikelompokkan menjadi: a. Bangunan rendah =1–4 lantai; b. Bangunan sedang = 5 - 8 lantai;
c. Bangunan tinggi = > 8 lantai.
adalah jumlah keseluruhan lantai bangunan dengan memperhatikan ketentuan tinggi ruang setiap lantai bangunan dan ketinggian peil lantai dasar.
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KB
Batas KETINGGIAN BANGUNAN?
1. MASSA BANGUNAN Ketentuan ini berlaku pada massa bangunan dengan batas tertinggi elemen struktur, yakni bubungan atap tertinggi, ataupun dinding parapet dan mencakup elemen estetis/fasade bangunan yang ada.
2. ELEMEN UTILITAS Ketentuan ini berlaku apabila terdapat jaringan peralatan utilitas (penangkal petir, menara telekomunikasi, peralatan MEP) pada area atap bangunan maupun menempel pada bangunan.
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KB
A. Jarak vertikal dari permukaan lantai dasar ke lantai 2 paling besar 10 m dan jarak vertikal lantai-lantai selanjutnya paling besar 5 m B. Dalam hal jarak vertikal dari lantai penuh berikutnya lebih dari 5 m maka ruangan tersebut dianggap sebagai 2 lantai (perhitungan hanya terhadap jarak bebas bangunan); Tidak berlaku untuk bangunan tempat ibadah, gedung pertemuan, gedung pertunjukan, gedung sekolah, bangunan monumental yang memiliki nilai arsitektur spesifik.
C. Tinggi peil lantai dasar suatu lantai bangunan gedung diperkenankan mencapai maksimal 1,20 m mengikuti rata-rata jalan, dengan tetap memperhatikan keserasian lingkungan.
B
A C
Ketentuan KETINGGIAN BANGUNAN ?
INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG
KB
MEZZANINE a. Jika luasnya kurang dari 50 % dari luas lantainya tidak dihitung sebagai lantai penuh; b. Jika luasnya melebihi 50 % dari luas lantainya, dianggap sebagai lantai penuh.
JARAK BEBAS BANGUNAN
JARAK BEBAS BANGUNAN
SIRKULASI UDARA DAN PENCAHAYAAN
BENCANA KEBAKARAN
RERUNTUHAN BANGUNAN
JARAK BEBAS BANGUNAN
JARAK ANTAR BANGUNAN GEDUNG
JARAK ANTARA BANGUNAN DENGAN BATAS-BATAS PERSIL
DIPENGARUHI OLEH :
JARAK BEBAS BANGUNAN
A. KETINGGIAN BANGUNAN B. JENIS BIDANG DINDING BANGUNAN Rumus :
(Y)n = (3,5 + n/2)m Ket : n : Jumlah lapis y : jarak bebas (m)
DINDING TERBUKA
DINDING TERTUTUP
DINDING MASIF
KETENTUAN JARAK BEBAS 1
DINDING TERBUKA
JARAK BEBAS BANGUNAN 4
Jalan
2
DINDING MASIF/TERTUTUP
DINDING TERBUKA
5
3
DINDING MASIF/TERTUTUP
KETENTUAN JARAK BEBAS 6
JARAK BEBAS BANGUNAN 9
7
10
8
ARKADE? Perda no. 1 Tahun 2014
adalah angka ruang publik yang terbentuk oleh struktur bangunan (atap,, dinding, kolom) digunakan sebagai jalur sirkulasi pejalan kaki untk membentk karakteristik arsitektur lingkungan.
KETENTUAN JARAK BEBAS
11
SECONDARY SKIN FASADE
JARAK BEBAS BANGUNAN
KETENTUAN JARAK BEBAS
JARAK BEBAS BANGUNAN Jika Tapak Lahan yang dapat dibangun ≤ 36 m2 Dapat dikecualikan untuk jarak bebas samping dan belakang dan maksimal 3 lantai, kecuali pada kawasan tertata.
JARAK BEBAS SAMPING
JARAK BEBAS BELAKANG (*
paling kurang 2 m (kecuali pada lahan perencanaan dengan lebar sampai 7 m
paling kurang 2 m x 1/3 lebar lahan perencanaan kecuali pada kegiatan rumah flat paling kurang 2 m
RUMAH SANGAT KECIL, KECIL, SEDANG, BESAR & RUMAH FLAT
(* Rapergub Tata Bangunan
BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERGUB NO. 38 TAHUN 2012
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) MASALAH : KEKURANGAN LUASAN KDH
GEDUNG DI DAERAH CAWANG (JAKTIM)
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) FOTO SURVEY KONDISI 13 OKTOBER 2016
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) GAMBAR KONDISI LAPANGAN TGL 13 OKTOBER 2016
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF) FOTO SURVEY KONDISI 18 OKTOBER 2016 (SETELAH DISESUAIKAN)
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
FOTO SURVEY KONDISI 18 OKTOBER 2016 (SETELAH DISESUAIKAN)
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
GEDUNG DI JL. JENDERAL SUDIRMAN (JAKSEL)
MASALAH : KELEBIHAN NILAI KLB (±400M2)
GEDUNG DI SETIABUDI (JAKSEL)
MASALAH : KEKURANGAN LUASAN KDH (±7%)
KAWASAN SCBD SUDIRMAN
MASALAH : PELAMPAUAN KLB (±9.000M2)
CONTOH KASUS KETIDAKSESUAIAN PELAKSANAAN DENGAN IZIN YANG TERBIT TERKAIT DENGAN PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI (SLF)
GEDUNG DI JL. THAMRIN (JAKPUS)
MASALAH : KELEBIHAN NILAI KDB (±300M2)
GEDUNG DI KELAPAGADING (JAKUT)
MASALAH : KELEBIHAN KLB (±2.400M2)
KAWASAN ISKANDARSYAH (JAKSEL)
MASALAH : KELEBIHAN KLB (±1.200M2)