S
VISI DAN MISI RPJMD KABUPATEN BLORA TAHUN 2016 – 2021 A. Visi “Terwujudnya masyarakat Blora yang lebih sejahtera dan bermartabat” B. Misi 1. Mewujudkan pemerintahan yang efektif, bersih KKN, dan demokratis, melaksanakan reformasi birokrasi dalam rangka peningkatan layanan publik. 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan masyarakat dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya daerah yang ramah lingkungan dan berkesinambungan 3. Meningkatkan iklim kondusif dan kerjasama dengan pihak-pihak berkepentingan, serta menciptakan lapangan kerja dan pengembangan investasi 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, sosial dasar, pemberdayaan masyarakat dan lainnya, menerapkan iptek dan kearifan lokal 5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik 6. Mewujudkan dan mendorong tersusunnya kebijakan daerah yang berpihak pada masyarakat miskin (pro poor), pro job, pro growth, pro environment dan pro gender 7. Menegakkan supremasi hukum dan HAM
ii
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
SAMBUTA AN BUPATI BL LORA Assallamu’alaikum Wr.W Wb. Meng gawali sambutan saya pada pennerbitan Analisa Data Indeks Pemb bangunan Manusia Kabupaten Bloora Tahun 2015, saya selalu terbaayangi hal-hal yang g negatif. Karena, seolah-olah pemb bangunan yang kita laksanakan l secara mati-matian m sepertinnya tidak berdampaak sama sekali. Namun demikian, Pem merintah Kabupateen Blora selalu mencari m celah c IPM kita.. Menurut Saya, secara umum penyebab rendahnya capaian penyebab rendahnya IP PM kita karena massih banyak masyarakat kita yang berad da di kawasan hutaan, yang terisolir ddan akses jalannyaa masih sangat mem mperihatinkan. Makaa dari itu, Pemerinttah Kabupaten Blorra mulai tahun 2016 6 mencoba memprioritaskan menyeleesaikan permasalah h infrastruktur jalan n di kawasan hutan. Sayaa berharap, dengan tersedianya fasilitaas akses jalan di kawasan k hutan, roda perekonomian, akses kesehatan, dann pendidikan menjaadi lancar, dan k ketinggalan jauh dengan d desa yang laainnya. tidak Akhiirnya, Kepada Kepala Bappeda dan K Kepala BPS yang telah t mengkaji IPM,, Saya ucapkan terim ma kasih yang sedaalam-dalamnya. Wasssalamu’alaikum Wrr.Wb. B Blora, Septemb ber 2016 BUPATI BLO ORA
DJOKO NUGROHO
Analiisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
iii
iv
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BLORA
Assallamu’alaikum Wr. Wb.
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, Pemerintah Daerah Kabupaten Blora melalui Badan Perencanaan Pembangunan Derah, telah memperhatikan produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan pembangunan. Dampak pembangunan manusia dari tahun 2015, tercermin dalam kajian Analisa Data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Blora. Peningkatan IPM di Kabupaten Blora pada lima tahun terakhir dari sisi perencanaan dapat dikatakan cukup signifikan karena masih dibawah digit 1 point dengan prediksi RPJMD. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata pertumbuhan yang diharapkan RPJMD sebesar 0,73 setiap tahunya, relaisasi mencapai 0,90 setiap tahun. Ada paradigma yang perlu kita fahami bersama dalam membaca IPM, yakni dari sisi pertumbuhan IPM suatu daerah. Selama ini kita selalu memandang dari sisi peringkat saja. Paradigma ini mengedepankan karakteristik antara daerah yang satu dengan daerah lain yang sudah pasti perlu penanganan yang berbeda. Dengan demikian prioritas penanganan masalah tergantung permasalahan yang dihadapi oleh suatu daerah. Maka dari itu, hal yang realistis digunakan penilaian IPM daerah adalah pertumbuhan IPM, bukan peringkat IPM. Selanjutnya, dari kajian IPM ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh SKPD terkait sebagai dasar perencanaan kegiatan kerja yang diprioritaskan pada tahun-tahun mendatang. Kepada Kepala BPS Kabupaten Blora beserta jajarannya dan semua anggota Tim Penyusun kami ucapkan terima kasih atas peran aktif Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
v
dalam m penyusunan buku ini. Kaami menyadari sepenuhnya keku urangan dan kelem mahan masih selaalu ada, namun deemikian hasil publikasi ini hendakny ya bisa dimanfaattkan sebaik-baikny ya. Wasssallamu’alaikum Wr. W Wb.
Bloora, September 201 16 KEPALA BAP PPEDAKABUPAT TEN BLORA
Ir. SAMGAU UTAMA KARNAJ JAYA, MT P Pembina Tingkat I NIP. 119640817 199003 1 009
vi
Analiisa Data IPM Kab. Bloora Tahun 2015
DAFTAR ISI
SAMBUTAN BUPATI BLORA ...................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................. ix DAFTAR GAMBAR...................................................................... xiii BAB I ................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 11 2.1. Konsep dan Kerangka Berpikir .............................................. 11 2.2. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ........................... 16 2.2.1 Angka Harapan Hidup (e0) ...........................................18 2.2.2 Tingkat Pendidikan .......................................................18 2.2.3 Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) 21 2.2.4 Pencapaian dan Status Pembangunan Manusia (Shortfall) .....................................................................23 BAB III GAMBARAN UMUM ..................................................... 25 3.1. Kondisi Geografis .................................................................. 25 3.2 Kondisi Kependudukan .......................................................... 29 3.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk .................................29 3.2.2 Rasio Jenis Kelamin .....................................................31 3.2.3 Struktur Penduduk ........................................................33 3.3 Kondisi Pendidikan ................................................................ 38 3.4 Kondisi Kesehatan ................................................................. 45 3.5 Pendapatan Regional .............................................................. 49 3.5.1 Struktur Ekonomi .........................................................52 3.5.2 Perkembangan PDRB Per kapita ..................................59 3.6 Pengeluaran Konsumsi Perkapita ........................................... 62 3.7 Ketenagakerjaan ..................................................................... 64 3.7.1 Penduduk Usia Kerja ....................................................64 Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
vii
3.7.2 Angkatan Kerja .............................................................65 3.7.3 Bukan Angkatan Kerja .................................................67 3.7.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)......................................67 3.7.5 Penduduk yang Bekerja ................................................69 BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ....................... 79 4.1 Nilai Indeks Pembangunan Manusia ...................................... 79 4.2 Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia ............. 85 4.2 Langkah/Upaya untuk Meningkatkan IPM ............................ 90 4.3.1 Kebijakan Umum..........................................................90 4.3.2 Kebijakan Khusus atau Indikasi Rencana Program Prioritas ........................................................................92 4.3.3 Program Pembangunan .................................................98 BAB V PENUTUP ........................................................................ 113 5.1 Kesimpulan .......................................................................... 113 5.2 Rekomendasi ........................................................................ 114
viii
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang Digunakan Untuk Menghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) ..........................................................20 Tabel 3.1. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, Luas Wilayah, dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Blora .......................................................26 Tabel 3.2.
Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2015 ................................................................28
Tabel 3.3.
Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 ..............30
Tabel 3.4
Rasio Jenis Kelamin (RJK) dan Distribusi Penduduk Di Kabupaten Blora 2015 .........................31
Tabel. 3.5.
Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi 2015 ...................................................35
Tabel 3.6.
Penduduk Kabupaten Blora Dirinci Kelompok Umur, dan Jenis kelamin, Tahun 2015 ......................37
Tabel 3.7. Perubahan Jumlah Prasarana Pendidikan (Sekolah), Murid, dan Guru di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ...........................................................................39 Tabel 3.8. Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru Menurut Status Pengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ...........................................................................40 Tabel 3.9. Persentase Penduduk Usia 10 th ke atas Menurut Kemampuan Baca dan Tulis Jenis Kelamin di Kab.Blora Tahun 2015...............................................42 Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
ix
Tabel 3.10.
Persentase Penduduk 5 (lima) Tahun ke Atas Berdasarkan Tingkat Partisipasi Sekolah Tahun 2015 ...........................................................................43
Tabel 3.11.
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kab, Blora Tahun 2015..............................................43
Tabel 3.12.
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Blora Tahun 2014-2015 ..45
Tabel 3.13.
Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Kesehatan Sebulan Yang Lalu di Kabupaten Blora Tahun 2014-2015 .......................................................46
Tabel 3.14.
Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ..........................................47
Tabel 3.15.
PDRB Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2015............52
Tabel 3.16.
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2011 – 2015 ...............................................................54
Tabel 3.17.
Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ........................56
Tabel 3.18.
Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB Tahun 2014 – 2015 ...............................................58
Tabel 3.19.
Perkembangan PDRB Per Kapita Di Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2015 ..........................................60
Tabel 3.20.
Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2015 ....................................................63
x
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Tabel 3.21.
Persentase Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 - 2015 .............65
Tabel 3.22.
Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kelamin dan Kegiatannya Tahun 2014 - 2015 ........66
Tabel 3.23.
TPAK dan TPT menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ........................68
Tabel 3.24.
Persentase Penduduk berdasarkan jenis kegiatannya di tahun 2014 – 2015 .............................79
Tabel 3.25
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora Tahun 2015 ................70
Tabel 3.26.
Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ........................................................................71
Tabel 3.27.
Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ....................................................72
Tabel 3.28.
Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 ...74
Tabel 3.29.
Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2015 ...............................................................76
Tabel 4.1.
Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2014 – 2015 ..................................80
Tabel 4.2.
Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2014- 2015 .................................................................82
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
xi
Tabel 4.3.
Capaian dan Pertumbuhan IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya, 2014 - 2015 ....................84
Tabel. 4.4.
Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora tahun 2011 – 2015 dan Persentase Pertumbuhannya .89
xii
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
DAFTAR GAMBAR Gambar3.1.
Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015 ...............31
Gambar 3.2. Struktur Penduduk Kabupaten Blora 2015 ................34 Gambar 3.3
Piramida Penduduk Blora 2015 .................................36
Gambar 3.4. Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kab. Blora 2011-2015.............................49 Gambar 3.5. Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2015 ....................................................51 Gambar 3.6. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014 ....................................................61
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
xiii
xiv
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses jangka panjang yang menyangkut keterkaitan banyak faktor dalam mencapai pertumbuhan berkelanjutan (terus menerus). Idealnya, pembangunan memposisikan manusia sebagai titik sentral, sehingga mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kerangka pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah harus melakukan upaya peningkatkan kualitas penduduk sebagai sumber daya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan dengan sendirinya meningkat. Hal ini selain sesuai dengan Tujuan Nasional Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu “memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”, secara implisit juga mengandung makna pemberdayaan penduduk. Dengan demikian, pembangunan manusia merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam perjalanan usia sebuah bangsa, dalam hal ini bangsa Indonesia. Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
1
Pembangunan
manusia
didefinisikan
sebagai
proses
perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging people choice).Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat atau penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. IPM ini diperkenalkan oleh United Nations Development Program (UNDP) yang mengadopsi paradigma baru pembangunan yang disebut paradigma pembangunan manusia (PPM) yang berbeda dengan
paradigma
pembangunan
sebelumnya
yang
hanya
menekankan pada pertumbuhan ekonomi khususnya berdasarkan pendapatan perkapita. Sedangkan konsep paradigma pembangunan manusia dianggap sebagai suatu konsep yang lebih komprehensif karena
mampu
memperhitungkan
keberhasilan
pembangunan
manusia dari aspek nonekonomi dan dari aspek ekonomi. Dilandasi oleh kondisi yang seperti itu, Perserikatan BangsaBangsa dalam hal ini The United Nation Development Program (UNDP) merumuskan kriteria pembangunan, yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan sekaligus laju pertumbuhan ekonomi dalam bentuk Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sebagai pengganti tolok ukur Gross National Product(GNP), Social Development Index(SDI), dan Physical Quality Of Life Index (PQLI). Pada dasarnya HDI atau IPM 2
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
adalah
suatu
indeks
komposit
yang
diharapkan
mampu
mencerminkan kinerja pembangunan manusia sehingga dapat dibandingkan antar wilayah atau bahkan antar waktu. IPM merupakan ukuran atau indikator kemajuan suatu wilayah yang diukur dengan tiga faktor utama yaitu dari aspek kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan ekonomi.
Indikator ini
adalah
keberhasilan
merupakan
pembangunan
pengembangan
sebelumnya
alat
yang
hanya
ukur
mengukur
tingkat
perkembangan atau pertumbuhan ekonomi saja sedangkan faktor non ekonomi belum terjangkau. UNDP
adalah
pencetus
rumusan
indikator
kinerja
pembanguan suatu negara/daerah atau wilayah dengan menggunakan IPM atau HDI. Indikator ini direkomendasikan karena mengandung indikator dampak pembangunan tidak hanya indikator output saja, yaitu dimensi ketahanan hidup dari Angka Harapan Hidup (AHH), dimensi
pengetahuan
yang
diukur
dengan
Harapan
Lama
Sekolah/Expected Years Schooling (EYS) dan Rata-Rata Lama Sekolah/Mean Years Schooling (MYS) serta dimensi kualitas standar hidup yang diukur dengan pendapatan perkapita riil yang disesuaikan dengan Paritas Daya Beli. Pemerintah menggunakan indikator Indeks Pembangunan Manusia ini sebagai alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU) suatu daerah di samping indikator–indikator lainnya seperti luas wilayah, jumlah penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
3
(PDRB).
Namun, pada kenyataannya data IPM di Badan Pusat
Statistik (BPS) hanya tersedia sampai tingkat Kabupaten yang dihasilkan dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Tahunan. Sedangkan untuk angka sampai tingkat kecamatan tidak dapat disediakan, hal ini akan dapat dipenuhi apabila ada dukungan dari pemerintah daerah dan terlebih lagi sampai tingkat desa, dengan era otonomi daerah maka ketersediaan data ini sangat tergantung dari kebijakan daerah itu sendiri. Pembangunan manusia sampai pada tingkat kecamatan juga perlu dilakukan evaluasi mengingat pembangunan manusia pada tingkat kecamatan sangat bervariasi. Salah satu tolok ukur yang dapat digunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia pada tingkat kecamatan. 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan publikasi ini dimaksudkan dapat menjadi bahan referensi utama dalam pengambilan kebijakan khususnya upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya pembangunan, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan taqwa) sehingga berdampak positif pada peningkatan partisipasi pembangunan.
4
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Adapun secara khusus, tujuan penyusunan publikasi IPM Kabupaten Blora adalah sebagai berikut: 1. Sebagai pedoman bagi stakeholder dalam penyusunan kebijakan program dan kegiatan pembangunan manusia. 2. Sebagai bahan yang diharapkan membantu penyusunan kerangka pikir berfokuskan pembangunan manusia. 3. Sebagai bahan referensi dalam penentuan skala prioritas pembuatan kebijakan pembangunan daerah. 1.3 Ruang Lingkup Dengan harapan agar semua karakteristik populasi dapat terwakili pada kegiatan survei penyusun angka IPM ini, diambil sebanyak 76 blok sensus atau 2,5 persen blok sensus dari jumlah total blok sensus yang terdapat di wilayah Kabupaten Blora. Kemudian 76 blok sensus tersebut diproporsikan pada semua kecamatan
(16
kecamatan)
yang
termasuk
yang
akan
dalam
wilayah
administrasi Kabupaten Blora. Lingkup
penelitian
dihasilkan
pada
kegiatan/penelitian IPM ini adalah: 1. Menyajikan komponen utama IPM sebagai gambaran umum pencapaian hasil pembangunan manusia di Kabupaten Blora yang sesuai dengan perspektif UNDP.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
5
2. Menyajikan beberapa indikator yang mempengaruhi IPM antara lain indikator bidang kependudukan, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang ekonomi, dan ketenagakerjaan. 3. Melakukan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif terhadap potensi sumber daya manusia yang ada. 1.4 Metode Penelitian 1.4.1
Lokasi Penelitian Lokasi
penelitian
untuk
mendapatkan
Angka
Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) ini, dilakukan terhadap seluruh kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Blora. 1.4.2
Rancangan Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari tiga jenis, yaitu: kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel untuk pemilihan sub blok sensus dalam blok sensus (khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih besar dari 150 rumah tangga), dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam blok sensus/sub blok sensus terpilih. Rancangan sampel pada penelitian ini adalah rancangan sampel dua tahap. Prosedur penarikan sampel adalah sebagai berikut: •
Tahap pertama, dari master sampling frame blok sensus 76 blok sensus secara Proportional Probability to Size-Systematic (PPS-Sistematik) dengan size banyaknya rumahtangga. Untuk blok sensus yang muatan rumah tangganya lebih besar dari 150 6
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
perlu dipilih satu sub blok sensus secara PPS-Sistematik dengan size banyaknya rumah tangga. Pendaftaran rumah tangga atau listing dilakukan pada setiap blok sensus atau sub blok sensus terpilih. •
Tahap dua, memilih sebanyak 10 rumah tangga pada setiap blok sensus dan atau sub blok sensus terpilih secara sistematik lewat program. Jumlah rumah tangga yang terpilih pada penelitian ini sebanyak 760 rumah tangga
1.4.3
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan
dengan wawancara langsung antara pencacah dengan responden. Pertanyaan-pertanyaan
individu
dalam
kuesioner
diusahakan
bersumber dari individu yang bersangkutan, sedangkan keterangan tentang rumah tangga dapat dilakukan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga, suami atau isteri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui karakteristik yang ditanyakan. 1.4.4 Metode Pengolahan Data Setelah data dikumpulkan melalui wawancara dan dilakukan pemeriksaan secara manual terhadap kelengkapan, konsistensi isian, kualitas atau mutu data, kemudian dilakukan pengolahan atau entri data dengan menggunakan fasilitas komputer.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
7
Program aplikasi pengolahan entri data yang digunakan adalah program aplikasi pengolahan yang dikembangkan oleh Badan Pusat Statistik (inhouse softwares). Data-data yang telah dientri, kemudian dilakukan validasi data (raw-validation). Hal ini berguna untuk mengurangi
kesalahan
entri,
kesalahan
data
(data
error),
inkonsistensi isian, dan masalah cakupan data, sehingga data-data yang dihasilkan sangat kredibel, serta dapat dipertanggungjawabkan. Untuk menghitung Angka Harapan Hidup (e0) yang akan dipakai dalam
penghitungan
angka
indeks
IPM,
menggunakan
program/aplikasi software Mortpak. Untuk angka-angka yang akan digunakan dalam penghitungan Harapan Lama sekolah (EYS), Ratarata Lama Sekolah (MYS), Paritas Daya Beli dan data-data pendukung lainnya menggunakan program/aplikasi SPSS. 1.4.5 Metode Analisis Data Untuk menganalisis terhadap data-data hasil pengolahan di atas, dalam penelitian ini digunakan metode analisis statistik deskriptif. Metode ini berarti menyusun data ke dalam daftar-daftar atau jadwal, pembuatan grafik dan lain-lain serta pengolahan yang bersifat interpretasi data (Anto Dajan, 1986:4). 1.5
Sistematika Penulisan Buku “IPM Kabupaten Blora 2016” ini menyajikan informasi
tahun 2015 yang dapat dijadikan sebagai indikator tingkat keberhasilan atau kinerja daerah dalam bidang pembangunan manusia, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 8
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Bab I
Merupakan pendahuluan, menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II
Membahas indikator IPM yang berisi konsep dan kerangka berpikir serta pengukuran IPM.
Bab III
Menguraikan gambaran umum meliputi kondisi geografis, kondisi
kependudukan,
kondisi
pendidikan,
kondisi
kesehatan, pendapatan regional, pengeluaran konsumsi per kapita, dan ketenagakerjaan. Bab IV Berisi IPM yang membahas nilai IPM Blora, evaluasi capaian IPM, analisis manajemen IPM, dan langkah/upaya meningkatkan IPM. Bab V
Merupakanpenutup yang berisi tentang kesimpulan dari uraian pada bab-bab sebelumnya dan rekomendasi yang diberikan sebagai upaya untuk peningkatan IPM di masa yang akan datang.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
9
10
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
2.1.
Konsep dan Kerangka Berpikir Untuk
mengetahui
perkembangan
tingkat
kehidupan
masyarakat disuatu wilayah dalam suatu periode waktu, bidang kehidupan yang perlu dipantau meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik yang berkaitan dengan kelangsungan hidup secara individu (kebutuhan dasar seperti kesehatan), tumbuh kembang (seperti pendidikan), partisipasi (ketenagakerjaan) maupun yang berkaitan dengan wilayah seperti kependudukan, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan suatu alat ukur yang dapat dibanding secara vertikal antar waktu, dan secara horisontal antar daerah. Alat ukur perkembangan sosial (social development) biasa disebut dengan indikator sosial yaitu suatu nilai statistik yang dapat memberikan gambaran tentang besaran permasalahan yang menjadi fokus perhatian. Pengukuran dapat dilakukan secara obyektif dan subyektif, yang secara teknis pengukuran alat ukur disebut dengan indikator obyek dan indikator subyek. Pengukuran secara obyek berarti melihat permasalahan dengan sudut pandang yang sama berdasarkan definisi baku yang disepakati, sebaliknya pengukuran secara subyek (persepsi) melihat permasalahan dengan sudut Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
11
pandang yang mungkin berbeda antar individu bergantung dari harapan dan aspirasi. Indikator sosial berarti alat ukur yang digunakan untuk melihat perkembangan kehidupan masyarakat dari berbagai aspek. Salah satu indikator sosial adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diterjemahkan dari Human Development Index (HDI). IPM merupakan alat ukur yang mengukur pencapaian pembangunan yang dicapai oleh suatu wilayah. Secara konsep pembangunan manusia yang diajukan oleh UNDP maknanya adalah untuk melihat keterlibatan/partisipasi aktif penduduk dalam pembangunan sejak perumusan dan penentuan kebijakan hingga evaluasi. Sehingga disebut sebagai pembangunan yang berpusat pada penduduk (People Centered Development): oleh, dari, dan untuk penduduk. Sebagai suatu indikator komposit yang menggambarkan pencapaian dalam hal: kelangsungan hidup, pengetahuan, dan daya beli. Secara umum indikator tersebut bermanfaat sebagai alat advokasi terhadap perumus dan penentu kebijakan di setiap wilayah khususnya berkaitan dengan kebijakan publik yang dipilih dan ditetapkan. IPM merupakan alat ukur yang dapat digunakan dalam melihat upaya dan kinerja pembangunan manusia di suatu wilayah (UNDP, 1990). Dalam hal ini IPM pada tahun tertentu merupakan gambaran dari upaya pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun sebelumnya. Hal ini dapat berarti upaya pembangunan dalam suatu 12
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
periode dapat diukur dan ditunjukkan oleh besarnya nilai IPM pada awal periode tersebut. IPM juga merupakan ukuran melihat dampak kinerja pembangunan wilayah yang mempunyai dimensi sangat luas karena memperlihatkan kualitas penduduk suatu wilayah dalam hal kelangsungan hidup, intelektualitas dan standar hidup layak. Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan UNDP yang dirilis tahun 2010 dan direvisi tahun 2011 untuk menyusun IPM ada perubahan metodologi, walaupun tiga indikator yang ada sebagian masih dipertahankan, yaitu: a.
Angka Harapan Hidup (AHH) atau life expectation at age 0 (eº).
b. Harapan Lama Sekolah (HLS) penduduk usia 7 tahun ke atas atau Expected Years of Schooling (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) atauMean Years of Schooling (MYS) penduduk usia 25 tahun ke atas. c.
Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) yang merupakan ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan Indeks Harga Konsumen (inflasi/deflasi). Indikator pertama mengukur “umur panjang dan sehat”. HLS
dan RLS mengukur “pengetahuan dan ketrampilan”, sedangkan PPP mengukur “kemampuan dalam mengakses sumber daya beli ekonomi dalam arti luas”.
Ketiga indikator tersebut digunakan sebagai
komponen perhitungan dan penyusunan IPM.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
13
Komponen IPM ini merupakan nilai komposit dari beberapa variabel, tidak dapat untuk menilai variabel yang memberikan pengaruh terbesar terhadap nilai komposit tersebut. Oleh sebab itu diperlukan analisis untuk melihat variabel yang memberikan pengaruh terhadap kualitas pembangunan manusia yang disebut Analisis Situasi Pembangunan Manusia. Analisis ini mengkaji besaran-besaran nilai variabel yang tersusun dalam IPM untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan yang dapat digunakan dalam menentukan skala prioritas dan intervensi programprogram pembangunan yang sangat penting dan diutamakan. Indeks Pembangunan Manusia lebih sesuai untuk mengukur upaya pemberdayaan penduduk dibandingkan dengan alat ukur lainnya seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) atau PDRB perkapita. Hal ini dikarenakan IMH hanya mengukur kualitas fisik penduduk, sedangkan PDRB perkapita hanya memberikan gambaran tentang kapasitas suatu wilayah. Perbedaan lainnya adalah dalam pemilihan variabel yang digunakan sebagai proksi dari pendapatan. Perubahan indikator dari PDRB perkapita menjadi PPP dikarenakan PDRB perkapita tidak menggambarkan secara riil daya beli dari masyarakat. Meskipun PDRB mengukur produksi yang dihasilkan suatu daerah karena tingginya integrasi ekonomi antar wilayah maka tidak ada jaminan sebagian besar produksi yang dihasilkan akan didistribusikan dalam masyarakat daerah tersebut. Oleh karena itu pengeluaran per kapita 14
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
yang dihimpun dalam Susenas merupakan pendekatan dari daya beli masyarakat lokal yang lebih baik. Secara umum dapat dikatakan bahwa IPM adalah variabel tak bebas yang bersifat state, yaitu sebuah variabel yang perubahannya berlangsung lambat dan akan meningkat/menurun sedikit demi sedikit sebagai respon terhadap perubahan berbagai kondisi fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.
Indeks Pembangunan Manusia
dapat digunakan untuk mengukur dampak akhir dari program pembangunan yang telah diimplementasikan pada keseluruhan penduduk,
sedangkan
program
pembangunan
biasanya
diimplementasikan pada kelompok sasaran tertentu. Angka
IPM
berkisar
antara
0
–
100
yang
dapat
memperlihatkan jarak yang harus ditempuh untuk mencapai angka maksimum (shortfall).
Angka ini dapat diperbandingkan antar
daerah yang berarti tantangan bagi semua daerah untuk menemukan cara memperkecil/mengurangi nilai shortfall-nya. Analisis Situasi adalah metode yang sering digunakan dalam mendiskripsikan potret atau profil suatu wilayah baik secara komprehensif maupun secara sektoral berdasarkan data terakhir yang ada.
Analisis
situasi
pembangunan
manusia
suatu
wilayah
merupakan gambaran tentang keadaan pembangunan manusia yang meliputi pencapaian kesejahteraan dan kualitas fisik sumber daya manusia, tetapi juga gambaran yang berkaitan dengan berbagai aspek sosial dari penduduk.
Dengan adanya gambaran ini pengambil
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
15
keputusan dan perumus kebijakan akan dapat bekerja lebih mendasar dan terarah sehingga akan mempermudah dalam penentuan skala prioritas. 2.2.
Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia Seperti telah dikemukakan sebelumnya berdasarkan rumusan
yang dikeluarkan UNDP, IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup waktu lahir (e0); tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara harapan lama sekolah (EYS) dan rata-rata lama sekolah (MYS); dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP rupiah). Sebelum menghitung IPM, masingmasing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Lebih lanjut komponen harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah digabung menjadi satu sebagai indikator pendidikan. Dalam publikasi ini angka
indeks dikalikan 100 untuk
mempermudah penafsiran. IPM merupakan rata-rata ukur dari ketiga komponen tersebut diatas :
= × × Dimana: Ikesehatan : Indeks Harapan Hidup Ipengetahuan : Indeks Pendidikan, dan Idaya beli : Indeks Pendapatan. 16
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Umur DIMENSI
INDIKATOR
Standar
Panjang
Pendidikan
dan Sehat
Hidup Layak
Harapan
Harapan
Rata-rata
Pengeluaran
Hidup
Lama
Lama
Riil per
Saat Lahir
Sekolah
Sekolah
Kapita yang
(e0)
(EYS)
(MYS)
disesuaikan
DIMENSI INDEKS
Indeks
Indeks Harapan Hidup
Indeks Pendidikan
Pendapatan
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh berbagai cara menetapkan nilai maksimum dan minimum. Sebagai ilustrasi, jika tujuannya hanya sekadar membandingkan kinerja kabupaten dalam satu tahun tertentu maka nilai tertinggi dan terendah pada tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan minimum Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
17
(nilai ekstrim). Metode pemilihan ini tidak memungkinkan perbandingan antar waktu, karena batas maksimum dan minimum dapat berubah menurut waktu. 2.2.1
Angka Harapan Hidup (e0) Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan
indikator harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth / e0). Variabel e0 diharapkan mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat’ suatu masyarakat. Sebenarnya, angka morbiditas akan lebih valid untuk mengukur hidup sehat, namun demikian, karena data morbiditas yang dapat dipercaya masih sulit diperoleh, maka variabel tersebut tidak digunakan dalam studi penghitungan IPM ini. Angka Harapan Hidup (e0) dihitung dengan bantuan program Mortpak, sebagai inputnya adalah data Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH) dari wanita pernah kawin berumur 15-49 tahun yang diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian/survei (SUSENAS) yang mencakup satu kabupaten pada 76 blok sensus
terpilih dengan jumlah rumahtangga terpilih
sebanyak 760 rumah tangga. Untuk penghitungan angka ini sudah diperhitungkan dengan proyeksi penduduk dan indikator-indikator yang dihasilkan dari Sensus Penduduk tahun 2010. 2.2.2
Tingkat Pendidikan Dalam publikasi ini, komponen tingkat pendidikan diukur
dari dua indikator (Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah). Kedua indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan 18
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
tingkat
pengetahuan
dan
ketrampilan
penduduk.
Semakin
tinggiharapan lama sekolah dan makin lama mengikuti pendidikan sekolah diharapkan akan makin meningkat kualitas masyarakat dalam penguasaan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan yang dimiliki. Harapan lama sekolah diperoleh dari penghitungan partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur (EYS). Lamanyasekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentudi masa mendatang. Kemungkinan anak tersebut akan tetap bersekolah pada umur-umur berikutnya sama dengan rasio penduduk yang bersekolah per jumlah penduduk untuk umur yang sama saat ini.Kondisi iniuntuk mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap anak. Rata-Rata Lama Sekolah (MYS) dilakukan dengan cara penghitungan tidak langsung terhadap penduduk yang berumur 25 tahun ke atas, dengan asumsi bahwa penduduk berumur 25 tahun ke atas telah menyelesaikan proses pendidikannya. Langkah pertama adalah memberikan bobot variabel “Pendidikan yang ditamatkan“ atau jenjang pendidikan sebagaimana disajikan pada tabel 2.1. Langkah selanjutnya menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai bobotnya. Secara sederhana prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
19
௧
ܻܵܧ௧
ܧ௧ = ௧ ܲ ୀ
Di mana:
ݐܻܽܵܧ ݅ݐܧ ܲ݅ݐ ݅
Harapan Lama Sekolah pada umur a di tahun t Partisipasi sekolah penduduk usia i pada tahun t Populasi penduduk usia i yang bersekolah pada tahun t Usia (a, a + 1, ..., n)
Tabel 2.1. Jenjang Pendidikan dan Tahun Konversi Yang Digunakan UntukMenghitung Rata-rata Lama Sekolah (MYS) Jenjang Pendidikan
Tahun Konversi
(1)
(2)
1.
Tidak/belum pernah sekolah
0
2.
Tamat SD
6
3.
Tamat SLTP
9
4.
Tamat SLTA/SMU
12
5.
Tamat D1
13
6.
Tamat D2
14
7.
Tamat D3/Akademi
15
8.
Tamat D4/Sarjana
16
9.
Tamat Magister (S2/S3)
18
20
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
= Dimana: MYS fi Si i
∑ × ∑
: Rata-rata Lama Sekolah : frekuensi penduduk berumur 25 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan i, : tahun konversi masing-masing jenjang pendidikan i, : jenjang pendidikan ( = 1,2,…..,9).
Selanjutnya Indikator Pendidikan (Ipengetahuan) dihitung dengan rumus: =
2.2.3
× − maksimum − minimum
Paritas Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) Paritas daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP)
dihitung dengan metode yang juga digunakan oleh International Comparison Project (ICP) dalam menstandardisasi PDB untuk perbandingan antar-negara. Perhitungan menggunakan metode baru didasarkan pada harga 27 komoditas pada metode lama. Komposisi komoditas terdiri atas 66 komoditas makanan dan 30 komoditas non makanan. Dengan dimasukkannya variabel PPP yang dapat digunakan untuk menghitung “paritas daya beli” maka IPM lebih “lengkap” dalam merefleksikan taraf pembangunan manusia dibandingkan IMH atau PQLI. Karena IMH yang tinggi hanya merefleksikan kondisi suatu masyarakat yang memiliki peluang hidup
panjang
(dan
sehat)
serta
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
tingkat
pendidikan
(dan 21
keterampilan) yang memadai. UNDP melihat kondisi seperti itu belum memberikan gambaran yang ideal. Menurut UNDP, masyarakat ideal selain harus memenuhi kondisi tersebut juga harus mempunyai daya beli (purchasing power). Pemenuhan kebutuhan hidup seperti itulah yang dicoba diukur dengan PPP. Tahapan untuk menghitung PPP adalah sebagai berikut : 1. Menghitung angka rata-rata pengeluaran perkapita beserta kuantitasnya untuk setiap wilayah dengan menggunakan data Susenas
Modul
Konsumsi
yang
mencakup
pengeluaran
konsumsi 96 komoditas PPP. 2. Menghitung kuantitas komoditas perumahan dari data Susenas. 3. Menghitung nilai pengeluaran riil agar nilai tersebut dapat dibandingkan antar waktu. Cara penghitungannya ialah dengan membagi rata-rata pengeluaran dengan IHK pada masing-masing wilayah, dengan tahun dasar 2012. 4. Menghitung PPP (Unit), semacam faktor pengali untuk menghitung pengaruh perbedaan harga antar wilayah. Prosedur ini menggunakan kaidah matrik dengan data dasar yang digunakan adalah kuantum dan harga dari 96 komoditi standar Kabupaten Blora. 5. Menghitung nilai PPP dalam rupiahdengan rumus: Daya beli yang disesuaikan = Y 22
: pengeluaran perkapita Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
PPP
: paritas daya beli ∑ೕ ሺ,ೕሻ ሺ,ೕሻ ೕ ሺೖ,ೕሻ ሺ,ೕሻ
Dimana : = ∑
ܲሺ,ሻ
: harga per unit komoditi j yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten i ܲሺ,ሻ : harga per unit komoditi j di Jakarta Selatan ܳሺ,ሻ : volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di provinsi/ kabupaten 6.
Selanjutnya menghitung Indeks Daya Beli !" #$ =
%& '!" #$( )%&(!" #$ ) %&'!" #$ೌೖೞ ( )%&'!" #$ (
Daya beli minimum merupakan garis kemiskinan terendah kabupaten tahun 2010 (data empiris) yaitu di Tolikara-Papua. Daya beli
maksimum
diproyeksikan
merupakan
hingga
2025
nilai (akhir
tertinggi
kabupaten
RPJPN)
yang
yaitu
perkiraan
Pembangunan
Manusia
pengeluaran per kapita Jakarta Selatan tahun 2025. 2.2.4
Pencapaian
dan
Status
(Shortfall) Pencapaian pembangunan manusia dapat dilihat dari dua segi. Pertama, kenaikan IPM secara absolut yang diukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan. Angka tersebut mengukur rasio pencapaian kesenjangan jarak yang “sudah ditempuh” dengan yang “harus ditempuh” untuk mencapai kondisi yang ideal (IPM = 100). Semakin tinggi angka shortfall, semakin cepat kenaikan IPM. Cara penghitungan “shortfall” dinyatakan dengan rumus : Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
23
= Dimana: IPM(t) : IPM(t+n) : IPM(ref) : Kedua,
(*) − () × 100 100 − ()
IPM tahun (t) IPM tahun (t+n) IPM acuan (biasanya IPM ideal) adalah
meningkatnya
status
pembangunan
manusia
berdasarkan klasifikasi berikut : Nilai IPM < 50
Status Pembangunan Manusia *) Rendah
50 ≤ IPM < 66
Menengah Bawah
66 ≤ IPM < 80
Menengah Atas
≥ 80
Tinggi
*) modifikasi terhadap klasifikasi UNDP, dengan memecahklasifikasi menengah
24
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1.
Kondisi Geografis Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Jawa Tengah dengan luas wilayah 182.058,797 Ha atau 1.820,59 km2. Secara geografis Kabupaten Blora terletak diantara 1110 16’ – 1110 338’ Bujur Timur dan 60 528’ – 70 248’ Lintang Selatan. Sedangkan secara topografi, Kabupaten Blora terletak pada ketinggian antara 25 – 500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Blora diapit oleh jajaran pegunungan Kendeng Utara dan pegunungan Kendeng Selatan. Susunan tanah di Kabupaten ini terdiri dari atas 56 persen tanah gromosol, 39 persen mediteran dan 5 persen aluvial. Posisi Kabupaten Blora terletak pada bagian utara Pulau Jawa dan di bagian timur wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan batas-batas sebagai berikut : •
Sebelah Barat:Kab. Grobogan, Provinsi Jawa Tengah
•
Sebelah Utara:Kab. Rembang, Kab. Pati, Prov. Jawa Tengah
•
Sebelah Timur: Kab. Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur
•
Sebelah Selatan:Kab. Ngawi, Provinsi Jawa Timur
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
25
Tabel 3.1. Jarak Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten, LuasWilayah, dan Banyaknya Desa/Kelurahan di Kabupaten Blora
Kecamatan
1. Jati
(1)
Jarak ke Ibukota Kab. (km) (2)
Banyaknya Luas Wil. (Km2)
Desa
Kelurah -an
Jumlah
(3)
(4)
(5)
(6)
43
183,620
2. Randublatung
29
211,131
16
2
18
3. Kradenan
38
109,508
10
0
10
4. Kedungtuban
43
106,858
17
0
17
5. Cepu
34
49,145
11
6
17
6. Sambong
28
88,750
10
0
10
7. Jiken
13
168,167
11
0
11
8. Bogorejo
17
49,805
14
0
14
9. Jepon
8
107,724
24
1
25
10. Blora
-
79,786
16
12
28
11. Banjarejo
12
103,522
20
0
20
12. Tunjungan
9
101,815
15
0
15
13. Japah
21
103,052
18
0
18
14. Ngawen
12
100,982
27
2
29
15. Kunduran
24
127,983
25
1
26
16. Todanan
40
128,739
25
0
25
1.820,588
271
24
295
Jumlah
12
0
12
Sumber : Kabupaten Blora dalam Angka 2016 26
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Secara administratif, Kabupaten Blora terbagi menjadi 16 kecamatan, 271 desa, dan 24 kelurahan. Dengan kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Randublatung yaitu seluas 211,131 km2 dan kecamatan yang terkecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cepu yaitu seluas 49,145 km2. Jarak terjauh dari ibukota kabupaten ke ibukota kecamatan adalah Kecamatan Jati yang terletak di bagianbarat dayaKabupaten Blora (43 km) dan Kecamatan Kedungtuban yang terletak di bagiantenggaraKabupaten Blora (43 km). Melihat data penggunaan lahan di Kabupaten Blora di tahun 2015 dapat dibagai dalam dua bagian besar yaitu 74,73 persen digunakan bukan untuk lahan sawah dan hanya 25,27 persen digunakan untuk lahan sawah. Dari lahan sawah 16,25 persennya adalah lahan sawah tadah hujan, sedangkan untuk irigasi teknis dan setengah teknis hanya mencapai 4,62 persen sedangkan untuk irigasi sederhana 2,26 persen, irigasi desa atau non PU 0,90 persen dan sisanya 1,24 persen adalah irigasi P2AT. Luas lahan bukan sawah sekitar 90.417 Ha adalah hutan atau mencapai 49,66 persen dari luas wilayah yang ada. Hal ini dapat menggambarkan pola kehidupan masyarakatnya yang sebagain besar mengandalkan potensi ini. Bangunan dan pekarangan mencapai 9,34 persen, tegal/kebun 14,38 persen, dan sisanya adalah waduk, kebun, pertambangan, dan lain-lain. Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
27
Tabel 3.2. Luas Penggunaan Tanah/Lahan di Kabupaten Blora Tahun 2015 Jenis Penggunaan (1)
A. LAHAN SAWAH 1. Irigasi Teknis
Luas (Ha) (2)
45,993
Persen (3)
25,27
7.449
4,09
967
0,53
3. Irigasi Sederhana
4.114
2,26
4. Irigasi Desa / Non PU
1.640
0,90
29.586
16,25
2.256
1,24
136.066
74,73
1. Bangunan dan Pekarangan
17.004
9,34
2. Tegal / Kebun
26.188
14,38
57
0,03
90.417
49,66
4
0,00
22
0,01
2.374
1,30
182,059
100,00
2. Irigasi Setengah Teknis
5. Tadah Hujan 6. P2AT B. BUKAN LAHAN SAWAH
3. Waduk 4. Hutan 5. Perkebunan 6. Pertambangan 6. Lain-lain Jumlah
Sumber : Kabupaten Blora Dalam Angka 2016
28
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
3.2
Kondisi Kependudukan Penduduk suatu daerah mempunyai ciri karakteristik sendiri-
sendiri tergantung dari berbagai faktor seprti kondisi geografis, topografi, sumber pengahasilan utama dan sebagainya. Demikian pula
untuk
Kabupaten
Blora
kondisi
penduduknya
banyak
dipengaruhi oleh adanya letak geografis di mana terletak di ujung timur provinsi Jawa Tengah, mempunyai kawasan hutan dan masih sebagian besar mengandalkan pertanian. Maka dapat dibayangkan bila penduduk yang ada relatif tidak mudah bergerak (statis), menerima apa adanya karena ketergantungan musim. 3.2.1
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Sesuai hasil proyeksi, penduduk Kabupaten Blora kondisi
tahun2015 tercatat 852.108 jiwa dengan jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Kota Blora sebesar 93.918 jiwa, kedua di kecamatan Randublatung mencapai 75.655 jiwa dan ketiga terdapat di kecamatan Cepu sebanyak
73.548 jiwa.
Sedangkan untuk
penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Bogorejo hanya mencapai 24.043 jiwa, terkecil kedua terdapat di Kecamatan Sambong 25.475 jiwa dan ketiga terdapat di Kecamatan Japah hanya mencapai 34.280 jiwa.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
29
Tabel 3.3. Penduduk Kabupaten Blora dirinci menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin, Tahun 2015 Sex
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Jati
22,645
23,410
46,055
96.73
Randublatung
37,265
38,390
75,655
97.07
Kradenan
19,784
19,949
39,733
99.17
Kedungtuban
27,427
28,142
55,569
97.46
Cepu
36,173
37,375
73,548
96.78
Sambong
12,536
12,939
25,475
96.89
Jiken
19,148
19,630
38,778
97.54
Bogorejo
11,822
12,221
24,043
96.74
Jepon
30,192
31,021
61,213
97.33
Kota Blora
46,034
47,884
93,918
96.14
Banjarejo
28,897
29,508
58,405
97.93
Tunjungan
22,879
23,650
46,529
96.74
Japah
16,799
17,481
34,280
96.10
Ngawen
28,450
28,898
57,348
98.45
Kunduran
31,192
32,244
63,436
96.74
Todanan
28,168
29,955
58,123
94.03
419,411
432,697
852,108
96.93
Kabupaten
Ratio
Sumber : BPS Kabupaten Blora, Proyeksi
30
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Gambar 3.1.Jumlah Penduduk Kabupaten Blora Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2015
3.2.2
TODANAN
KUNDURAN
NGAWEN
JAPAH
BANJAREJO
TUNJUNGAN
KOTA BLORA
JEPON
JIKEN
Laki-laki
BOGOREJO
SAMBONG
CEPU
KEDUNGTUBAN
KRADENAN
RANDUBLATUNG
JATI
60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0
Perempuan
Rasio Jenis Kelamin Dari Tabel 3.4.menunjukkan bahwa di Kabupaten Blora
rasio jenis kelamin (sex ratio) mencapai 96,93 persen yang berarti penduduk perempuan secara total masih lebih banyak dibanding dengan laki-lakinya di mana pada 100 wanita terdapat 97 laki-laki. Tabel 3.4 Rasio Jenis Kelamin (RJK) dan Distribusi Penduduk Di Kabupaten Blora 2015 Kecamatan RJK Distribusi Jati
(1)
Randublatung
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
(2)
96,73 97,07
(3)
5,40 8,88
31
Kecamatan
RJK
Distribusi
Kradenan
99,17
4,66
Kedungtuban
97,46
6,52
Cepu
96,78
8,63
Sambong
96,89
2,99
Jiken
97,54
4,55
Bogorejo
96,74
2,82
Jepon
97,33
7,18
Kota Blora
96,14
11,02
Banjarejo
97,93
6,85
Tunjungan
96,74
5,46
Japah
96,10
4,02
Ngawen
98,45
6,73
Kunduran
96,74
7,44
Todanan
94,03
6,82
Kabupaten Blora
96,93
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora Untuk rasio jenis kelamin tertinggi terdapat di Kecamatan Kradenan mencapai 99,17 persen sementara yang terkecil terdapat di Kecamatan Todanan hanya mencapai 94,03 persen.
Hal ini
menunjukkan bahwa untuk program peningkatan Sumber Daya Manusia di dua kecamatan tersebut harus dibedakan, di mana di Kecamatan
32
Kradenan
sebaiknya
program
yang
berimbang
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
menyentuh laki-laki maupun perempuan sementara untuk kecamatan Todanan program yang cenderung ke kaum perempuan. 3.2.3
Struktur Penduduk Struktur penduduk di Kabupaten Blora bila dibagi dalam 3
(tiga) kelompok besar dari hasil proyeksi sementara
dapat
digambarkan untuk usia produktif usia 15 – 64 tahun mencapai 68,25 persen, usia muda 22,77 persen dan usia tua 8,98 persen. Hal ini menggambarkan
bahwa
rasio
ketergantungan
penduduk
di
Kabupaten Blora masih relatif tinggi, yaitu sekitar46,52. Bila dilihat berdasarkan kelompok umur maka sumbangan tertinggi terdapat di kelompok umur 0 – 4 tahun dan 35 – 39 tahun masing-masing sebesar 7,66 persen. Secara umum, kelompok umur di bagian bawah (0 s.d. 19 tahun) dan di bagian pertengahan (35 s.d. 49 tahun) relatif lebih dominan di banding kelompok lainnya. Sementara itu kelompok umur dengan sumbangan jumlah penduduk rendah terdapat di kelompok umur usia tua (65 tahun ke atas). Hal ini menggambarkan bahwa jumlah kelahiran saat ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
33
Gambar 3.2. Strruktur Penduduk k Kabupaten Blo ora 2015
8..98%
22.77% Usia Muda M Usia Prroduktif Usia Tu ua
68.25 5%
Usia muda dan d usia tua menncapai 31,75 perrsen. Dengan demiikian, angka ketergantungan pada tahun 2015 reelatif stagnan diban ndingkan tahun sebelumnya.Upaaya peningkatan pendapatan masy yarakat
tetap
d dapat
diupayakaan
dengan
jalaan
memacu
prod duktivitas utaman nya pada pendudduk yang berad da pada usia prod duktif (15 s.d. 64 4 tahun). Jika uppaya ini berhasil, peningkatan kesejjahteraan masyarrakat dapat dihaarapan untuk terrwujud lebih cepaat.
34
Analiisa Data IPM Kab. Bloora Tahun 2015
Tabel. 3.5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Hasil Proyeksi 2015 Urutan
Kelompok Umur
Persentase Jumlah Penduduk
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+
7.66 7.60 7.51 7.62 7.03 6.65 7.27 7.66 7.62 7.50 7.04 5.82 4.01 2.88 2.32 3.77
Berdasarkan proyeksi penduduk menunjukkan adanya sebaran penduduk per kelompok umur. Untuk 0 – 4 tahun dan 35 39 merupakan penduduk terbanyak. Ini menunjukkan bahwa perlu ada perhatian terhadap program keluarga berencana. Mengingat beberapa tahun sebelumnya, kelompok umur ini bukanlah jumlah yang terbesar. Selanjutnya pada kelompok umur pertengahan (35-39, 40-44, dan 45-49 tahun)memiliki komposisi yang lumayan gemuk. Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
35
Hal ini mengindikasik kan bahwa jumlahh kelahairan yang g pada tahunn sebelumnya sudah mulai mennurun, akhir-akh hir ini justru tahun meng galami kenaikan. k Kabupaten Blo ora 2015 Gambar 3.3 Piramida Penduduk
75+ 70 - 74 65 - 69 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 5-9 0-4 40000
36
30000
20 0000
10000
0
10000
20000
3 30000
40000
Analiisa Data IPM Kab. Bloora Tahun 2015
Tabel 3.6. Penduduk Kabupaten Blora Dirinci KelompokUmur, dan Jenis kelamin, Tahun 2015 Kelompok Umur
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1) 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+
(2) 32.112 31.894 31.510 31.974 29.500 27.889 30.488 32.127 31.978 31.476 29.530 24.430 16.837 12.093 9.742 15.831
(3) 33.130 32.901 32.508 32.987 30.433 28.773 31.454 33.142 32.993 32.473 30.467 25.204 17.374 12.476 10.050 16.332
(4) 65.242 64.795 64.018 64.961 59.933 56.662 61.942 65.269 64.971 63.949 59.997 49.634 34.211 24.569 19.792 32.163
Total
419.411
432.697
852.108
Sumber : BPS Kabupaten Blora Keadaan yang demikian mencerminkan bahwa tingkat kelahiran untuk 5 tahun ke belakang sedikit mengalami peningkatan dibandingkan periode lima tahun sebelumnya.
Dengan melihat
formasi kelompok umur ini maka perencanaan pengembangan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
37
pendidikan dan kesehatan bisa mempertimbangkan perubahan kohor yang ada. 3.3
Kondisi Pendidikan Kondisi pendidikan di Kabupaten Blora dilihat dari data
kependidikan yang ada menunjukkan adanya tren penurunan jumlah siswa SD sedangkan untuk tingkat SLTP ke atas ada kecenderungan meningkat. Dari data pendidikan Tahun 2015 untuk tingkat SD/MI secara umum tercatat berkurangnya persentase jumlah prasarana gedung sekolah sebanyak 5,38 persen. Sementara dari sisi murid ada penurunan sekitar 2,25 persen dibanding dengan tahun 2014. Demikian juga dari sisi jumlah guru/pengajar tercatat ada penurunan sebesar 3,17 persen. Penurunan jumlah murid dan guru ini terjadi di tingkat SD masing-masing sebanyak 3,18 persen dan 4,14 persen. Sebaliknya untuk tingkat MI terjadi peningkatan gurid dan guru masing-masing sebesar 3,80 persen dan 5,94 persen. Permasalahan penurunan jumlah siswa ini perlu dikaji lagi lebih mendalam apa karena benar-benar jumlah siswanya menurun ataukah untuk wilayah perbatasan lebih suka sekolah diluar Blora ataukah masih banyak yang tidak masuk sekolah karena berbagai alasan.
38
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Tabel 3.7. Perubahan Jumlah Prasarana Pendidikan (Sekolah), Murid, dan Guru di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 Jenis
Persentase Prasarana
Murid
Guru
(2)
(3)
(4)
(1) 1. Pendidikan Dasar A. SD/MI
-2,25
-3,17
-5,38
- SD
-3,18
-4,14
-3,89
- MI
5,80
5,94
-11,37
B. SLTP/MTs
3,65
-0,48
-3,48
- SLTP
4,82
3,24
0,64
- MTs
1,85
-10,79
-10,62
10,96
7,62
5,48
8,20
6,74
5,96
25,00
15,74
2,41
2. Pendidikan Menengah SMU/SMK/MA - SMU/SMK - MA
Peningkatan
jumlah
murid
terjadi
di
tingkat
SLTP/MTssebanyak 3,65 persen yang disumbang oleh peningkatan jumlah murid di SLTP sebanyak 4,82 persen dan untuk MTs sebanyak 1,85 persen. Secara absolut peningkatan murid di tingkat SLTP/sedarajat sebanyak 195 orang atau bila dikonversi ke kelas rata-rata 30 siswa berarti ada peningkatan jumlah kelas hampir Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
39
mencapai 6 kelas yang tersebar diseluruh Kabupaten Blora baik sekolah swasta maupun negeri. Tabel 3.8.Banyaknya Sekolah, Murid, dan Guru Menurut StatusPengelolaannya di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 Tingkat
Sekolah
Murid
Guru
Pendidikan
2014
2015
2014
2015
2014
2015
(1) 1. Pendidikan Dasar
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
A. SD/MI
666
651 85.817 83.099
6.266
5.929
- SD
597
578 77.540 74.330
5.496
5.282
- MI
69
8.769
730
647
B. SLTP/MTs
137
142 40.778 40.583
2.960
2.857
- SLTP
83
87 29.966 30.938
1.877
1.889
- MTs
54
55 10.812
9.645
1.083
968
73
81 26.388 28.398
2.153
2.271
- SMU/SMK
61
66 23.808 25.412
1.862
1.793
- MA
12
15
2.580
2.986
291
293
7
8
3.496
3.364
411
419
73
8.277
2. Pendidikan Menengah SMU/SMK/MA
3. Pendidikan Tinggi Dipl./Univ + *)
Peningkatan jumlah prasarana sekolah di tingkat SLTP/MTs di tahun 2015 sebesar3,65 persen, disumbang oleh adanya penambahan sekolahsebanyak 4,82 persen SLTP dan 1,85 persen MTs.
40
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Data tingkat pendidikan menengah baik itu SMU/SMK dan MA tahun 2015tercatat jumlah infrastrukturnya sebanyak 81 prasarana, meningkat 8 unit dibandingkan tahun sebelumnya. Seiring dengan penambahan tersebut, jumlah murid dan guru juga mengalami peningkatan yang cukup banyak. Dari data tercatat bahwa secara umum jumlah murid SMU/SMK/MA bertambah 10,96 persen, sementara jumlah guru bertambah sebesar 7,62 persen. Untuk tingkat pendidikan tinggi jumlah perguruan tinggi yang ada di tahun 2015 menjadi 8 buah dibandingkan tahun 2014 yang 7 buah. Peningkatan ini juga diikuti oleh bertambahnya jumlah mahasiswa dan dosen di Kabupaten Blora. Tingkat melek huruf di Kabupaten Blora di tahun 2015 menjadi 88,20 persen dimana melek huruf kaum laki-laki sebesar 93,03 persen, dan untuk perempuan angka melek hurufnya lebih kecil lagi yaitu hanya 83,60 persen. Angka melek huruf dapat dijadikan sebagai indikator tingkat pendidikan penduduk suatu wilayah, karena dengan kemampuan tersebut
seseorang
dapat
mempelajari
dan
menyerap
ilmu
pengetahuan. Seseorang dikatakan melek huruf apabila memiliki kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan atau lainnya. Kemampuan membaca saja atau kemampuan menulis saja belum memenuhi syarat untuk dikatakan melek huruf. Jumlah buta huruf secara total masih banyak terjadi di kaum perempuan sebanyak 16,40 persen sementara untuk kaum laki-laki Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
41
hanya 6,97 persen.
Hal ini tidak terlepas
dengan budaya di
kabupaten Blora dimana pencari nafkah utama adalah kaum laki-laki sehingga pendidikan di tingkat keluarga lebih diutamakan kaum lakilaki dibanding dengan perempuan. Tabel 3.9.Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Kemampuan Baca dan Tulis Jenis Kelamin di Kab.Blora Tahun 2015 Kemampuan
Laki-
Perem
Laki-
Perem
Baca Tulis
Laki
puan
Laki
puan
(1) Bisa
(2) 93,03
(3) 83,60
(4) 88,20
(5) 51,48
(6) 48,52
(7) 100,00
Tidak
6,97
16,40
11,80
28,85
71,15
100,00
Jumlah
100,00
100,00
100,00
48,81
51,19
100,00
Jumlah
Jumlah
Sumber : BPS Kabupaten Blora. Dilihat dari data aktivitas sekolah untuk penduduk 5 (lima) tahun ke atas dapat dijelaskan bahwa di tahun 2015 jumlah penduduk yang masih sekolah sebesar 20,55 persen.Bila dibanding tahun sebelumnya mengalami sedikit penurunan.Peningkatan justru terjadi pada kelompok penduduk yang yang tidak/belum pernah sekolah. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kecenderungan untuk menunda usia sekolah pertama (sekolah dasar). Namun demikian, pernyataan ini harus diteliti lebih lanjut kemungkinan-kemungkinan penyebab yang
lainnya.
Secara
umumkesadaran
penduduk
untuk
menyekolahkan anaknya masih relatif tinggi, sama dengan tahuntahun sebelumnya. 42
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Tabel 3.10. Persentase Penduduk 5 (lima) Tahun ke Atas Menurut Tingkat Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Jenis Kegiatan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
(2) 8,35
(3) 17,38
(4) 12,98
Masih sekolah
21,82
19,34
20,55
Tidak bersekolah lagi
69,83
63,28
66,47
(1) Tidak/belum pernah sekolah
Sumber : BPS Kabupaten Blora Dari ketersediaan data di atas maka dapat dilihat persebaran penduduk yang belum bersekolah, masih sekolah dan tidak bersekolah lagi dan bila dianalisis lebih lanjut dapat diketahui penyebab tidak /belum sekolahnya disebabkan oleh faktor apa saja. Pada tahun 2015 proporsi penduduk yang tidak/belumtamat SD mencapai 22,33 persen dan yang lulus SD mempunyai proporsi tertinggi yaitu 38,40 persen. Sedangkan yang terkecil proporsinya adalah lulusan DI/II/III yaitu sebesar 1,07 persen. Tabel 3.11. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kab. Blora Tahun 2015 Tingkat pendidikan
L
P
L+P
(1)
(2)
(3)
(4)
Tdk/blm tamat SD Paket A/B/C SD/MI
23,53 1,32 35.76
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
21.06 1,24 41.19
22.33 1,28 38.40 43
Tingkat pendidikan SLTP SMA/MA SMK DI/II/III DIV/S1/S2 Jumlah
L 21.24 9.17 5.12 1,04 2.83 100,0
P 19.25 9.00 4.32 1,11 2.82 100,0
L+P 20.27 9.09 4.73 1,07 2.83 100,0
Untuk penduduk yang tamat SD atau kurang masih cukup banyak, yaitu lebih dari 60 persen penduduk. Masih banyaknya proporsi penduduk di bawah SD ini juga berpengaruh sekali terhadap kemampuan yang mereka miliki untuk dapat mendapatkan penghidupan atau jenis pekerjaan yang layak yang sekaligus berdampak terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum. Bila dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok tingkat pendidikan dan jenis kelamin maka proporsi penduduk dibawah SD mencapai 62,01 persen dimana perempuan mencapai 63,49 persen dan laki-laki mencapai 60,61 persen.
Penduduk tingkat SD
menyumbang paling banyak yaitu sebesar 38,40 persen dimana lakilaki 35,76 persen dan perempuan 41,19 persen. Tingkat sekolah menengah menyumbang 34,09 persen dimana laki-laki menyumbang 35,53 persen sedangkan perempuan mencapai 32,57 persen.
Untuk tingkat pendidikan tinggi di
Kabupaten Blora masih relatif sedikit hanya mencapai 3,90 persen dimana laki-laki 3,87 persen dan perempuan 3,93 persen.
44
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Tabel 3.12. Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Tingkat Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Blora Tahun 2014-2015 Jenis Pendidikan
APK
APM
2014
2015
2014
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
SD/MI
111,33
103,68
96,20
94,65
SLTP/MTs
97,27
87,78
85,75
70,51
SLTA/SMK/MA
79,83
99,87
66,21
63,31
PT
9,17
7,13
6,20
6,21
(1)
Bila menengok dari sisi APM, maka penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah di SD sebesar 96,20 persen. Sementara itu untuk APM tingkat SLTP sebesar 85,75 persen. Pada tingkatan SLTA sebesar 66,21persen, yang artinya penduduk usia 16-18 tahun yang sedang sekolah di tingkatan SLTA sebanyak 66 orang dari 100 penduduk berumur 16-18 tahun. 3.4
Kondisi Kesehatan Pembangunan kesehatan diarahkan pada peningkatan kualitas :
(a) sumber daya manusia; (b) kehidupan dan usia harapan hidup manusia; (c) kesejahteraan keluarga dan masyarakat; serta (d) kesadaran
masyarakat
akan
pentingnya
pola
hidup
sehat.
Peningkatan kualitas penduduk secara fisik dapat dilihat dari derajat kesehatan penduduk dan status kesehatan penduduk. Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
45
Kesehatan merupakan faktor penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung keberhasilan bidang-bidang lain. Karena dapat digunakan dalam menilai suatu keberhasilan program kesehatan
yang
pernah/sedang
dilakukan
seperti
program
kebijaksanaan penyebaran pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat di seluruh pelosok. Status kesehatan masyarakat/penduduk, salah satunya dapat diukur dari angka morbiditas(kesakitan). Angka morbiditas dapat diartikan sebagai persentase banyaknya penduduk yang mengeluh sakit sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Terhadap jumlah penduduk keseluruhan, yang memiliki keluhan kesehatan,
baik
yang
mengganggu
aktivitas
maupun
tidak,mencapai35,62 persen.Sementara angka morbiditas untuk Kabupaten Blora pada tahun 2015 mencapai 18,84 persen. Tabel 3.13. Persentase Penduduk Dirinci Menurut Keluhan Kesehatan Sebulan yang Lalu di Kabupaten Blora Tahun 2014-2015 Keluhan Kesehatan
Banyaknya 2014
2015
(1)
(2)
(3)
Ya
30,66
35,62
Tidak
69,34
64,38
Jumlah
100,00
100,00
Sumber : BPS Kab.Blora 46
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Dilihat dari jumlah hari sakit, di tahun 2015 sekitar 56,86 persen dari seluruh penderita sakit mengalami sakit selama kurang dari 4 hari disusul yang mengalami sakit selama 4 - 7 hari sebanyak 32,98 persen. Sementara itu untuk yang lebih dari 22 hari mencapai 5,75 persen. Mereka ini biasanya dialami oleh penderita stroke, atau penyakit tua atau komplikasi. Untuk yang mengalami keluhan antara 8 – 14 hari mencapai 2,51 persen dan terendah keluhan selama 15 – 21 hari hanya mencapai 1,90 persen. Tabel 3.14. Persentase Penduduk yang Menderita Sakit Selama Sebulan Menurut Jumlah Hari Sakit di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 Jumlah Hari Sakit
Tahun 2014
2015
(1)
(2)
(3)
<4
60,88
56,86
4–7
27,78
32,98
8 – 14
5,53
2,51
15 – 21
1,94
1,90
22 +
3,86
5,75
Total
100,00
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora Berubahnya pola jumlah hari sakit penduduk dapat disebabkan karena adanya perubahan pola pikir masyarakat untuk segera berobat baik diobati sendiri maupun berobat jalan, baik pengobatan modernketenaga medis maupun pengobatan tradisional. Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
47
Jika diamati perubahan persentase pada masing-masing kelompok jumlah hari sakit, terjadi perbedaan tren pada kelompok jumlah hari sakit 22 hari ke atas. Kelompok tersebut secara persentase justru meningkat dibanding tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa jenis penyakit yang dikeluhkan oleh penduduk relatif berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Untuk keluhan hari sakit yang berhari-hari hingga lebih dari minggu , biasanya mengalami sakit kronis. Kondisi persalinan di Kabupaten Blora di tahun 2015 menggambarkan penolong persalinan terakhir lebih dari separuh (sekitar 70,05 persen) proses kelahiran ditolong oleh bidan, disusul dokter sebanyak 21,63 persen dan terakhir tenaga lainnya sebanyak 8,32
persen.Kondisi
ini
tidak
berbeda
dengan
tahun-tahun
sebelumnya di mana peran tenaga kesehatan (dalam hal ini bidan dan dokter) merupakan penolong utama proses kelahiran. Kesadaran masyarakat akan pentingnya proses kelahiran yang sehat sudah dimiliki oleh sebagian besar penduduk Kabupaten Blora. Disamping itu adanya bidan di setiap kecamatan bahkan sampai tingkat desa merupakan upaya untuk mendekatkan tenaga kesehatan terhadap masyarakat terutama masyarakat pedesaan, sehingga kebutuhan akan pertolongan kesehatan seperti proses kelahiran bisa ditangani oleh tenaga kesehatan. Di tahun 2015 persentase penolong kelahiran balita oleh bidan meningkat sebesar 7,86persen dibanding dengan tahun 2014. 48
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Sem mentara
itu
pen nolong
diban ndingkan tahun 2014.
kelahirann
doktermenurun n9,5
persen
Sedangkaan untuk penolo ong kelahiran
tenag ga lainnya menun njukkan penurunann. Ga ambar 3.4. Perseentase Balita men nurut Penolong Persalinan P Terakhir di Kab. Bloora 2011-2015 100%
6.33
8.05
6.68 8
8.32
5 5.28
78.31
78.8
55 79.5
70.05
77.27
15.36
13.15
77 13.7
21.63
17.45
80% 60% 40% 20% 0%
2011
2012
2013 3
2014
Dokter
Bidan
Lainnya
20 015
yarakat dalam hal h kesehatan Perkembangaan perilaku masy sudaah sewajarnya dipelihara dan dikem mbangkan agar ang gka kematian bayi dan angka kematian ibu mellahirkan bisa dirreduksi atau urangi, selain itu u peran desa siaga dan prog gram-program diku pemb berdayaan masy yarakat semakin didekatkan, diigiatkan dan dikem mbangkan. 3.5
Pendapatan Regional K Blora dalam 5 (lima) taahun terakhir Perekonomian Kabupaten
yang g secara umum menunjukkan arah yang positif. Pad da tahun 2015 Analiisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
49
mengalami pertumbuhan sebesar 4,87 persen,lebih tinggi dibanding tahun 2014 yang sebesar4,43 persen. Perbaikan perekonomian yang telah menghasilkan
angka yang positif ini menunjukkan bahwa
perekonomian di Kabupaten Blora dalam era otonomi ini dari tahun ke tahun akan semakin membaik sehingga kemampuan daya beli masyarakat juga semakin meningkat. Selain itu barang dan jasa juga mudah tersedia dipasaran yang selanjutnya lapangan kerja juga semakin terbuka. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi regional Kabupaten Blora dapat diketahui pada nilai yang tercermin dari besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari tahun ke tahun baik menurut harga berlaku maupun menurut harga konstan. Pada tahun 2015 besaran PDRB menurut harga berlaku di Kabupaten Blora secara agregat adalah sebesar 14.339.267juta rupiah yang menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai sebesar 13.053.572juta rupiah sehingga terjadi kenaikan sebesar 9,85 persen. Pertumbuhan ekonomi sebesar 9,85 persen ini sebenarnya belum mencerminkan pertumbuhan yang sebenarnya karena masih terpengaruh adanya faktor kenaikan harga. Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang lebih mendekati dengan keadaan yang sebenarnya dapat dilihat pada pertumbuhan atas dasar harga konstan, yaitu mencapai 4,87 persen.
50
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Gambar 3.5. Persentase Pertumbuhan PDRB Kabupaten Blora Tahun 2011-2015 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 -
4.26
10.60
2011
4.84
9.49
2012
5.10
4.43
10.49
11.04
2013
2014
Berlaku
4.87
9.85
2015
Konstan
Dilihat secara umum, kinerja sektor-sektor ekonomi dari waktu ke waktu terlihat masih sangat fluktuatif. Pertumbuhan suatu sektor pada suatu waktu tertentu bisa sangat rendah, tapi di lain waktu bisa tumbuh sangat tinggi. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, mengingat konsistensi kinerja suatu sektor memegang peran yang sangat penting sebagai salah satu bahan pertimbangan masuknya modal dari luar.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
51
Tabel 3.15. PDRB Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2015
Tahun
(1)
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Minyak Bumi Nilai (juta Rp) (2)
% Pertumbuhan (3)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Tanpa Minyak Bumi Nilai (juta Rp) (4)
% Pertumbuhan (5)
2011
9.717.743
10,60
9.160.112
4,26
2012
10.639.752
9,49
9.603.310
4,84
2013
11.756.252
10,49
10.093.016
5,10
2014
13.053.572
11,04
10.540.217
4,43
2015
14.339.267
9,85
11.053.744
4,87
3.5.1
Struktur Ekonomi Dalam periode waktu lima tahun terakhir, sektor pertanian
dansektor perdagangan masih merupakan andalan terbesar bagi Kabupaten Blora. Selain itu juga sektor perbankan dan keuangan, yang mana hal ini dapat dilihat dari indeks distribusi PDRB. Namun sumbangan sektor ini relatif menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya. Dari distribusi antar sektor terlihat bahwa sektor pertanian dan perdagangan selama lima tahun terakhir secara umum memperlihatkan penurunan peranan dari waktu ke waktu terhadap total PDRB. Penurunan peranan sektor pertanian adalah wajar mengingat lahan pertanian yang semakin terbatas dan juga kebijakan 52
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
pemerintah Kabupaten Blora yang giat meningkatkan sektor-sektor diluar sektor pertanian. Sebaliknya, sektor industri pengolahan, jasa perusahaan, jasa pendidikan, dan jasa kesehatan mengalami peningkatan peran. Sektor yang mengalami kenaikan terbesar dalam sumbangan PDRB 2015 adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikananyang pada tahun 2014 memberikan sumbangan 27,80 persen mengalami kenaikan menjadi 28,00persen. Diketahui bersama bahwa share/sumbangan sektor pertanian untuk Kabupaten Blora masih sangat dominan dari tahun ke tahun. Sehingga jika produksi pertanian mengalami kenaikan secara signifikan maka dimungkinkan besaran PDRB juga akan mengalami kenaikan. Demikian juga apabila produksi sektor pertanian mengalami
penurunan
maka
besaran
PDRB
mempunyai
kecenderungan untuk turun. Struktur ekonomi suatu wilayah umumnya tidak akan berubah dalam rentang waktu yang singkat. Apalagi pada beberapa wilayah yang sudah mapan, perubahan struktur ekonomi secara drastis hanya terjadi bila ada suatu perubahan luar biasa yang terjadi, seperti: adanya penanaman modal secara besar-besaran pada suatu sektor tertentu, eksploitasi sumber daya alam yang baru, atau perubahan dalam mengimplementasikan teknologi baru.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
53
Tabel 3.16. Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Blora Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 2011 – 2015 Sektor/Lapangan Usaha
2011
2012
2013
2014
2015
(1) Pertanian, Kehutanan, dan 1 Perikanan Pertambangan dan 2 Penggalian 3 Industri Pengolahan 4 Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan 5 Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi Perdagangan Besar dan 7 Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan 8 Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan 9 Makan Minum 10 Informasi dan Komunikasi 11 Jasa Keuangan dan Asuansi 12 Real Estate 13 Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, 14 Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan 16 Sosial 17 Jasa Lainnya Total Sumber: BPS Kabupaten Blora
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
29.71
29.65
29.93
27.80
28.00
15.14
14.12
13.80
14.47
14.08
9.81 0.07
10.15 0.07
10.27 0.07
11.47 0.06
11.01 0.06
0.05
0.05
0.04
0.04
0.04
3.94
4.16
4.11
4.26
4.40
17.69
17.13
16.88
16.44
16.55
2.57
2.58
2.60
2.75
2.84
3.47
3.43
3.30
3.41
3.52
1.17 3.06 1.35 0.26
1.17 3.21 1.33 0.27
1.13 3.20 1.32 0.29
1.10 3.22 1.37 0.29
1.09 3.33 1.40 0.31
3.91
3.99
3.90
3.76
3.83
4.81
5.80
6.18
6.43
6.37
0.81
0.89
0.90
0.95
0.99
54
2.17 2.01 2.07 2.15 2.17 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Struktur ekonomi suatu wilayah mencerminkan besarnya peran nilai tambah suatu sektor dalam pembentukan PDRB, atau dengan kata lain struktur ekonomi adalah pemetaan potensi ekonomi suatu daerah menurut sektor. Dengan mengetahui struktur ekonomi dapat diketahui apakah ekonomi suatu daerah didominasi oleh kelompok sektor primer, sekunder, atau tersier. Selain paling dominannya sektor pertanian dalam struktur ekonomi Kabupaten Blora, terlihat pula beberapa sektor lain yang memiliki andil cukup besar. Sektor-sektor tersebut adalahsektor perdagangan besar dan eceran, sektorpertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan. Dari tabel tersebut juga dapat kita ketahui bahwa sektor yang perannya paling kecil adalah sektor pengadaan air, pengelolaan sampah limbah dan daur ulang. Peran sektor ini terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2015 belum pernah mencapai satu persen. Rendahnya peran sektor ini lebih banyak disebabkan oleh jumlah produksi yang relatif stagnan dibanding sektor-sektor yang lain dan pertumbuhan sektor ini yang relatif lambat. Dari tabel di atas juga terlihat sektor-sektor yang mengalami pengurangan distribusi. Pengurangan ini hanya berpengaruh terhadap peran sektor terhadap total PDRB dimana secara fisik alamiah tetap melakukan pertumbuhan tetapi jumlah pertumbuhannya atau sumbangannya lebih kecil dibanding dengan tahun sebelumnya. Hal
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
55
ini biasanya terjadi pada produk dimana pasar telah jenuh maka perkembangan produksi tidak secepat pada waktu booming. Selain ada kelompok sektor dominan disajikan pula kelompok sektor produktif, yaitu sektor yang relatif masih dapat ditingkatkan outputnya karena masih potensial. Secara umum distribusi sektor produktif di tahun 2015 meningkat kecuali pada sektor informasi dan komukasi dan sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan wajib sosial. Tabel 3.17. Distribusi Persentase Sektor Produktif PDRB di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 HargaBerlaku
Sektor/ Lapangan Usaha
2014
2015
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuansi Real Estate
56
HargaKonstan 2014
2015
Perubahan
(5)
(6)
(7)
0.06
0.06
0.00
0.08
0.08
-0.01
0.04
0.04
0.00
0.05
0.05
0.00
4.26
4.40
0.15
4.20
4.28
0.08
2.75
2.84
0.09
3.12
3.19
0.07
3.41
3.52
0.11
3.71
3.78
0.07
1.10
1.09
-0.01
1.49
1.53
0.04
3.22
3.33
0.11
3.13
3.17
0.04
1.37
1.40
0.03
1.56
1.59
0.02
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
HargaBerlaku
Sektor/ Lapangan Usaha
2014
2015
Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
HargaKonstan 2014
2015
Perubahan
(5)
(6)
(7)
Jasa Perusahaan
0.29
0.31
0.02
0.31
0.32
0.01
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3.76
3.83
0.07
3.70
3.72
0.02
Jasa Pendidikan
6.43
6.37
-0.06
5.96
5.98
0.02
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0.95
0.99
0.03
0.94
0.96
0.02
Jasa Lainnya
2.15
2.17
0.02
2.33
2.30
-0.03
JUMLAH
29.82
30.36
0.54
30.61
30.95
0.34
Sumber : PDRB Kabupaten Blora 2015 Selain terbagi dalam 17 kategori, PDRB juga bisa dikelompokkan berdasarkan output atau input terjadinya proses produksi. Pengelompokan ini dibedakan menjadi: 1. Kelompok Primer, mencakup sektor pertanian, kehutanan perikanan dan pertambangan/penggalian. 2. Kelompok sekunder, mencakup sektor industri pengolahan, pengadaan listrik/gas dan pengadaan air bersih, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, serta bangunan/konstruksi. 3. Kelompok tersier, mencakup sektor perdagangan besar dan eceran, penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan asuransi,
real
estate,
jasa
perusahaan,
administrasi
pemerintahan, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan jasa lainnya. Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
57
Data PDRB lima tahun terakhir (2011-2015) menunjukkan adanya pergeseran kontribusi, dimanaperan kelompok primer yang pada awalnya terlihat sangat mendominasi secara bertahap bergeser ke kelompok tersier dan sekunder. Pada tahun 2015 peran kelompok primer dan tersier mendominasi dengan sharemasing-masing sebesar 42,08 persen dan42,41 persen. Adapun kelompok sekunder memberi andil sebesar 15,51persen dari total PDRB. Tabel 3.18. Distribusi Persentase Kelompok Sektor PDRB Tahun 2014 – 2015 Sektor/ Lapangan Usaha
Harga Berlaku 2014
2015
(1)
(2)
(3)
1.
Kelompok primer
42,27
42,08
2.
Kelompoksek under
15,84
3.
Kelompok tersier
41,89
Jumlah
100,00 100,00
Peruba han
Harga Konstan
Perub ahan
2014
2015
(5)
(6)
-0,20
40,36
40,56
0,20
15,51
-0,32
15,31
14,73
-0,57
42,41
0,52
44,33
44,70
0,38
(4)
(7)
100,00 100,00
Dari ketiga kelompok pada tabel 3.18 terlihat bahwa jika dibandingkan antara tahun 2015 terhadap tahun 2014, terutama menurut harga konstan, terjadi perubahan andil pada PDRB. Pada kelompok kelompok primer terjadi peningkatan andilsebesar 0,20 persen untuk harga konstan, walaupun menurut harga berlaku justru 58
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
turun dengan persentase yang sama pula. Demikian pula untuk kelompok tersier, baik menurut harga berlaku maupun harga konstan, mengalami kenaikan masing-masing sebesar 0,52 persen dan 0,38 persen. Sebaliknya untuk kelompok sekunder mengalami penurunan sebesar 0,32 persen menurut harga berlaku dan 0,57 persen menurut harga konstan. 3.5.2
Perkembangan PDRB Per kapita PDRB per kapita dihitung dengan dua standar harga yang
berbeda, yaitu PDRB perkapita atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menggambarkan besarnya rata-rata produktivitas yang dihasilkan pada suatu waktu tertentu.Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan menggambarkan produktivitas penduduk apabila diukur dengan standar harga tahun 2010. Meskipun belum dapat mencerminkan tingkat pemerataan, pendapatan perkapita yang dalam hal ini digambarkan oleh PDRB perkapita dapat dijadikan salah satu tolok ukur untuk melihat keberhasilan
pembangunan
perekonomian,
khususnya
tingkat
kemakmuran penduduk pada suatu wilayah secara makro. Tidak hanya keberhasilan pembangunan dari sisi aspek pertumbuhan perekonomian suatu wilayah saja akan tetapi lebih jauh dapat dilihat juga tingkat besarnya PDRB/pendapatan perkapita khususnya pendapatan perkapita menurut harga berlaku.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
59
Kenaikan harga barang dan jasa serta naiknya output dari berbagai barang dan jasa dari beberapa sektor ekonomi telah meningkatkan pendapatan perkapita, Pendapatan/PDRB perkapita atas dasar harga berlaku selama ini selalu menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 3.19.Perkembangan PDRB Per Kapita Di Kabupaten Blora Tahun 2011 - 2015 Harga Berlaku Tahun (1)
Harga Konstan 2010
Nilai (Rp)
Pertumbuh an (%)
Nilai (Rp)
Pertumbuh an (%)
(2)
(3)
(4)
(5)
2011
13.657.546,24
11.27
12.726.114,81
3,68
2012
14.660.698,30
7.35
13.266.060,58
4,24
2013
16.078.902,49
9.67
13.904.971,18
4,82
2014
17.842.461,35
10.97
14.446.015,34
3,89
2015
19.251.692,26
7.90
15.151.903,43
4,89
Ratarata
9,43
4,30
Sumber : Pendapatan Regional Kabupaten Blora Tahun 2015 Seperti ditunjukkan pada tabel 3.19 dan gambar 3.6, untuk tahun 2015 PDRB perkapita Kabupaten Blora mencapai sebesar 19.251.692rupiah. Sementara pada tahun sebelumnya 17.842.461 rupiah
sebesar
atau naik sebesar 7,90persen. Dibandingkan
dengan dua tahun sebelumnya, persentase pertumbuhan PDRB per kapita tahun 2015 tersebut masih kalah tinggi. Namun, menurut harga konstan, persentase pertumbuhannya justru lebih tinggi dari 60
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
dua tahun sebelumnya, meskipun dengan angka yang tidak signifikan. Gambar 3.6. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Blora Tahun 2010 – 2014. 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 2011
2012 Berlaku
2013
2014
2015
Konstan
Rata-rata pertumbuhan PDRB per Kapita di Kabupaten Blora selama lima tahun terakhir (2011 - 2015) sebesar 9,43 persen atas dasar harga berlaku dan 4,30 persen atas dasar harga konstan 2010. Perbedaan perkembangan yang mencolok berdasarkan dua standar harga tersebut menunjukkan bahwa meskipun secara nominal perkembangan PDRB perkapita sangat pesat, namun secara riil tidak demikian. Hal ini justru menunjukan bahwa perbedaan perkembangan itu lebih disebabkan oleh pengaruh perubahan harga dari produk barang dan jasa yang cukup besar, baik di pasar domestik maupun luar negeri (ekspor). Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
61
3.6
Pengeluaran Konsumsi Perkapita Sejalan dengan PDRB yang mengalami pertumbuhan,
indikator ekonomi makro lain yaitu konsumsi rumah tangga masyarakat juga menunjukkan hal yang sama. Hasil survei sosial ekonomi nasional (susenas) tahun 2007 - 2015 menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Blora dari tahun ke tahun semakin meningkat. Keadaan ini dapat dilihat pada tabel 3.21.
Peningkatan
konsumsi makanan tahun 2009 – 2013 relatif rendah, tidak melebihi 10 persen. Tahun 2012 merupakan peningkatan terendah dalam delapan tahun terakhir, yaitu 4,10 persen. Untuk tahun 2014 meningkat sebesar 38,95 persen, lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selanjutnya, di tahun 2015 tercatat peningkatan tetapi dengan persentase yang lebih kecil, yakni hanya 9,90 persen. Pada
tahun
2015
konsumsi
non
makanan
mencapai
3.229.680rupiah, menurun 2,40 persen dibandingkan tahun 2014 yang sebesar 3.309.132 rupiah. Penurunan ini merupakan satusatunya yang terjadi sejak tahun 2007. Sejak tahun 2007, pertumbuhan nilai konsumsi rumah tangga kelompok non-makanan selalu mencapai angka di atas 10 persen. Namun demikian, terjadinya perubahan nilai konsumsi ini membuat kondisi di Kabupaten Blora masih jauh dari angka perbandingan ideal dari konsumsi masyarakat yang lebih maju. Sebab konsumsi untuk non-makanan yang mencakup pengeluaran untuk kebutuhan sandang, papan, kesehatan, pendidikan, dan 62
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
keperluan lain seperti untuk upacara dan pesta, tentunya akan lebih besar lagi proporsinya apabila kondisi ekonomi dan sosial masyarakat semakin maju. Tabel 3.20. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun 2007 – 2015 Konsumsi Rumah Tangga
(6)
Pertumbuhan (%) (7)
16,22
2.349.323
21,18
1.134.784
13,94
2.763.626
17,64
8,92
1.279.763
12,78
3.053.934
10,50
1.901.379
7,17
1.435.254
12,15
3.336.633
9,26
2011
2.026.490
6,58
1.667.587
15,12
3.694.077
10,27
2012
2.109.640
4,10
1.948.693
16,86
4.058.333
9,86
2013
2.258.490
7,06
2.561.820
31,46
4.820.310
18,78
2014
3.138.252
38,95
3.309.132
29,17
6.447.384
33,75
2015
3.448.980
9,90
3.229.680
-2,40
6.678.660
3,59
(1)
(2)
Pertumbuhan (%) (3)
2007
1.353.377
25,10
995.946
2008
1.628.842
20,35
2009
1.774.171
2010
Tahun Makanan (juta Rp.)
Non Makanan (juta Rp.) (4)
Pertumbuhan (%) (5)
Total (juta Rp.)
Sumber : Susenas dan data diolah
Pada tahun 2015, proporsi pengeluaran non makanan justrulebih kecil dibandingkan pengeluaran makanan. Berbeda pada dua tahun sebelumnya, di mana proporsi konsumsi non makanan mencapai Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
63
lebih dari 50 persen, masing-masing 53, 15 persen pada tahun 2013 dan 51,33 persen pada tahun 2014. Sementara pada tahun 2015 proporsi konsumsi non-makanan hanya mencapai 48,36 persen. 3.7
Ketenagakerjaan Masalah ketenagakerjaan sesungguhnya mencakup aspek
ekonomi dan juga aspek sosial, Terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai sehingga penambahan angkatan kerja yang terjadi, akan terserap merupakan salah satu sasaran pembangunan selama ini, Dengan demikian penduduk akan memperoleh manfaat langsung dari pembangunan, Banyaknya angkatan kerja yang tidak terserap dalam lapangan kerja akibat peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan peningkatan jumlah lapangan kerja akan menjadi masalah dalam pembangunan, Jika masalah pengangguran tidak mendapatkan perhatian yang serius akan menimbulkan masalah sosial dalam kehidupan masyarakat, 3.7.1
Penduduk Usia Kerja Penduduk Usia Kerja yang dimaksud disini adalah penduduk
yang masuk usia kerja yang disesuaikan dengan International Labour Organitations (ILO) yaitu berusia 15 tahun keatas, Penduduk usia kerja di Kabupaten Blora tercatat 657.158 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sekitar 319.150 jiwa (48,57%) dan penduduk perempuan sekitar 338.008 jiwa (51,43%), Jumlah penduduk usia 64
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
kerja laki-laki tercatat lebih kecil daripada penduduk usia kerja perempuan dengan rasio 94,42 yang berarti dari 100 orang perempuan terdapat 94 orang laki-laki. Tabel 3.21. Persentase Penduduk Usia Kerja 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 - 2015 Jenis Kelamin
2014
2015
Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
Laki-laki
316.295
319.150
317.723
Perempuan
335.073
338.008
336.541
Jumlah
651.368
657.158
654.263
Sumber : BPS Kabupaten Blora Berdasarkan
jenis
kegiatannya,
penduduk
usia
kerja
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: angkatan kerja (bekerja, mencari pekerjaan); dan bukan angkatan kerja (sekolah, mengurus rumah tangga, dan kegiatan lainnya). 3.7.2
Angkatan Kerja Angkatan kerja pada tahun 2015
menunjukan adanya
perubahan proporsi pekerja wanita dan laki-laki, dimana untuk pekerja perempuan meningkat lebih tinggi dibandingkan lakilaki.Hal ini menunjukkan potensi perempuan untuk ikut bekerja semakin besar. Dari data yang ada hasil survei angkatan kerja 2015 menunjukkan potensi tenaga kerja mencapai 70,77 persen dimana
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
65
67,45 persen sudah bekerja baik formal maupun informal dan sebanyak 3,31 sedang mencari pekerjaan. Tabel 3.22. Persentase Penduduk Usia Kerja menurutJenis Kelamin dan Kegiatannya Tahun 2014 - 2015 Jenis Kegiatan (1)
Tahun 2014
2015
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
Angkatan Kerja
68,50
70,77
69,63
Bekerja
65,56
67,45
66,51
Mencari Pekerjaan
2,94
3,31
3,13
Bukan Angkatan Kerja
31,50
29,23
30,37
5,47
6,02
5,74
21,03
17,96
19,50
5,00
5,26
5,13
100,00
100,00
100,00
Sekolah Mengurus Rumahtangga Lainnya Usia Kerja Sumber : BPS Kabupaten Blora
Secara rata-rata dalam dua tahun terakhir terdapat 3,13 persen penduduk di kabupaten Blora mencari pekerjaan.
Dalam
mencari pekerjaan termasuk disini adalah kelompok penduduk usia kerja yang sudah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan, penduduk yang sudah diterima bekerja tetapi belum mulai bekerja serta penduduk dengan kegiatan mengurus rumah tangga maupun lainnya
66
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
sambil mencari pekerjaan yang dilakukan secara akfif baik dicarikan maupun mencari sendiri. 3.7.3
Bukan Angkatan Kerja Data bukan angkatan kerja tahun 2015 di Kabupaten Blora
mencapai 29,23 persen yang tersebar dalam kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya atau tidak melakukan kegiatan apapun yang biasanya sakit atau sudah lansia.
Penduduk yang
bersekolah mencapai 6,02 persen relatif lebih banyak dibanding tahun 2014 yang mencapai 5,47 persen.Sementara itu, penduduk yang mengurus rumah tangga mencapai 17,96 persen dan lainnya 5,26 persen. 3.7.4
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja untuk kelompok umur 15
tahun keatas di
tahun 2015 di Kabupaten Blora secara total
mencapai 71,09 persen,lebih tinggi dibandingkantahun 2014yang sudah mencapai 68,50 persen. Berdasarkan jenis kelamin di tahun 2015TPAK penduduk laki-laki jauh lebih besar daripada TPAK penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 84,32 persen untuk penduduk laki-laki dan hanya 57,97 persen penduduk perempuan. Rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan dikarenakan adanya faktor budaya dimana perempuan masih lebih dominan berperan sebagai ibu rumah tangga dibanding dengan Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
67
kegiatan membantu mencari nafkah.
Pada tahun 2015 kegiatan
perempuan yang masuk angkatan kerja mencapai 57,54 persen relatif meningkat dibanding dengan tahun 2014 yang mencapai 52,54 persen. Tabel 3.23. TPAK dan TPT menurut Jenis KelaminDi Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 TPAK
TPT
Jenis Kelamin
2014
2015
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Laki-Laki
85,41
84,32
4,32
5,41
Perempuan
52,54
57,97
4,26
3,67
Total
68,50
71,09
4,30
5,22
Sumber : BPS Kabupaten Blora Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kabupaten Blora Pada tahun 2015 tercatat sebesar 5,22 persen, relatif naik dibanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar4,30 persen.
Hal ini
menunjukkan semakin menurunnya kesempatan kerja di Kabupaten Blora. Bila dilihat dari sisi gender, terlihat bahwa pada penduduk laki-laki mengalami penambahantingkat penggangguran. Berbeda pada penduduk perempuan, penganggurannya justru menurun. Peningkatan angka TPT ini mengindikasikan bahwa baik di sektor sektor formal maupun informal tingkat penyerapan pekerjanya relatif menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
68
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
3.7.5
Penduduk yang Bekerja Tabel. 3.24. Persentase Penduduk berdasarkan jenis kegiatannya di tahun 2014 – 2015
Jenis
Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
2014
2015
2014
2015
(2)
(3)
(4)
(5)
Bekerja
81,72
79,75
50,30
55,84
Mencari pekerjaan
3,69
4,56
2,24
2,13
Sekolah
5,70
6,99
5,25
5,09
Mengurus RT
3,94
3,99
37,17
31,72
Lainnya
4,64
5,30
5,04
5,22
100,00
100,00
100,00
100,00
(1)
Total
Berdasarkan kegiatan yang terbanyak selama seminggu yang lalu penduduk di Kabupaten Blora untuk kelompok umur lebih dari 15 tahun keatas untuk penduduk bekerja secara total hanya mencapai sekitar 65,56 persen, sekolah 5,47 persen mengurus rumah tangga 21,03 persen dan lainnya hanya mencapai 5,00 persen.
Menurut Golongan Umur Produktivitas pekerja secara alami dipengaruhi oleh usia itu sendiri maka dari itu untuk keperluan analisis dan perencanaan pekerja bisa dikelompokkan menjadi tiga golongan/kelompok umur Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
69
yaitu: penduduk usia muda (15 – 24 tahun); penduduk usia prima (25 – 54 tahun); dan penduduk usia tua (55 tahun keatas), Dari data yang ada di tahun 2015 pekerja Blora 67,24 persen pada kelompok usia prima atau produktif sedangkan 22,72 persen di kelompok tua serta 10,04 persen di kelompok usia muda. Berdasarkan jenis kelamin komposisi pekerja berdasarkan kelompok usia mempunyai pola yang sama yaitu terbanyak di usia prima, peringkat kedua di usia tua dan terendah terdapat di kelompok usia muda. Pola ini sangat terkait erat dengan pola sosioekonomi masyarakat Blora dimana di usia muda sebagian besar masih bersekolah atau belum bertanggungjawab secara penuh terhadap keluarga. Tabel 3.25 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Di Kabupaten Blora Tahun 2015 Umur
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
15 – 24
9,90
10,23
10,04
25 – 54
67,30
67,16
67,24
55 +
22,80
22,62
22,72
Jumlah
100,00
100,00
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
70
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Mayoritas penduduk bekerja di tahun 2015adalah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang ditamatkan adalah SD ke bawah yaitu tercatat sekitar 60,53 persen relatif naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 58,23 persen.
Untuk
tingkat pendidikan SLTP sederajat tercatat sekitar 16,50persen, lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 15,52persen. Untuk pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA sederajat menurun dari 19,37 persen menjadi 16,93 persen. Untuk tenaga kerja dengan pendidikan sarjana juga sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya yaitu dari 6,88 persen di tahun 2014 menurun menjadi 6,04persen di tahun 2015. Tabel 3.26. Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 Jenjang Pendidikan
2014
2015
L
P
Jumlah
L
P
Jumlah
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
SD Ke Bawah
53,91
64,84
58,23
58,16
63,72
60,53
SLTP
18,20
11,41
15,52
16,81
16,09
16,50
SLTA
21,37
16,31
19,37
19,75
13,12
16,93
6,52
7,45
6,88
5,28
7,07
6,04
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
(1)
Diploma/Univ. Jumlah
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
71
Bila dikaji dari pekerja berdasarkan jenis kelamin dan tingkat pendidikannya dapat digambarkan pekerja perempuan dengan klasifikasi SD ke bawah relatif lebih besar dibanding dengan lakilaki. Hal ini menunjukkan bahwa sumberdaya pekerja perempuan di kabupaten Blora secara rata-rata masih SD ke bawah.
Hal ini
menjadi perhatian kita semua untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan kemampuan melalui program-program pendidikan ketrampilan dan pendidikan luar sekolah. Hal lain adalah faktor masih adanya pengarusutamaan gender secara kultural, yaitu perempuan bekerja di ranah domestik. Menurut Lapangan Usaha Penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha di Kabupaten Blora tahun 2015 dapat dilihat pada tabel 3.28. Sektor pertanian menempati persentase terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja, yaitu tercatat sekitar 51,05 persen dan mengalami kenaikan bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Tabel 3.27. Persentase Penduduk Bekerja menurut Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Blora Tahun 2014 - 2015 Lapangan Usaha (1)
Tahun 2014
2015
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
43,97
51,05
47,07
Pertambangan & Penggalian
1,26
1,41
1,58
Industri
4,46
4,08
4,45
Pertanian
72
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lapangan Usaha (1)
Tahun 2014
2015
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
Listrik, gas & air
0,06
0,15
0,24
Konstruksi
5,31
7,49
7,10
19,93
20,26
21,92
Angkutan & Komunikasi
3,91
1,87
2,67
Lembaga Keuangan
1,75
1,24
1,30
19,36
12,46
13,70
100,00
100,00
100,00
Perdagangan
Jasa Jumlah
Selain sektor pertanian, beberapa sektor lainnya juga mengalami kenaikan adalah sektor konstruksi, perdagangan, pertambangan dan penggalian, serta listrik, gas, dan air.
Menurut Status Pekerjaan Pekerja di Kabupaten Blora pada tahun 2015 bila dilihat dari status pekerjaannya, sebagian besar pekerja memiliki status berusaha dibantu pekerja tidak tetap atau buruh tidak dibayar, status pekerja tak dibayar, dan status buruh/karyawan/pegawai. Pekerja dengan ketiga status di atas menyusun 77,16 persendari semua pekerja di Kabupaten Blora. Masih tingginya angka pekerja berusaha dibantu buruh tidak dibayar dan pekerja dengan status pekerja tak dibayar ini Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
73
dikarenakan sebagain besar penduduk di Kabupaten Blora masih bekerja dengan basis rumah tangga.
Untuk pekerja bebas dan
berusaha dibantu pekerja dibayar masing-masing menyumbang 9,30 dan 2,19 persen. Berdasarkan status pekerjaan, penduduk yang bekerja dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu sebagai pekerja informal dan pekerja formal.Secara kasar pekerja informal terdiri dari penduduk yang bekerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap dan pekerja tidak dibayar serta pekerja bebas, sedangkan pekerja formal terdiri dari penduduk yang berusaha dibantu buruh tetap, pekerja dibayar atau karyawan.
Di
tahun 2015 terdapat gambaran bahwa pekerja sektor informal masih sangat mendominasi sistem ketenagakerjaan yaitu menyumbang sebanyak 74,35 persen sedangkan sektor formal hanya menyumbang 25,65 persen. Tabel 3.28. Persentase Penduduk Bekerja menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Blora Tahun 2014 – 2015 Status Pekerjaan (1) Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar
74
Tahun 2014
2015
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
17,93
11,36
14,65
23,69
28,12
25,91
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Status Pekerjaan
Tahun 2014
2015
Rata-rata
(2)
(3)
(4)
Pekerja tak dibayar
20,64
25,57
23,11
Pekerja bebas
12,41
9,30
10,86
INFORMAL
74,67
74,35
74,51
2,50
2,19
2,35
Buruh/karyawan/pegawai
22,83
23,47
23,15
FORMAL
25,33
25,65
25,50
100,00
100,00
(1)
Berusaha dibantu buruh tetap/dibayar
Jumlah
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora Fenomena ini menggambarkan bahwa nilai tambah yang dihasilkan relatif lebih kecil dibanding dengan daerah-daerah yang lebih banyak pekerja dibidang formalnya.
Hal ini dikarenakan
adanya struktur upah dibidang informal tidak setinggi dibidang formal, sistem produktivitas sangat tergantung musim, pekerja yang berkecimpung disektor informal rata-rata dengan pendidikan yang relatif rendah.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
75
Menurut Jam Kerja Dari keseluruhan penduduk yang bekerja di Kabupaten Blora tahun 2015tercatat sekitar 57,60 persen penduduk yang bekerja diatas 35 jam ke atas dalam seminggu. Angka ini menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 55,22 persen. Untuk penduduk yang bekerja dibawah 35 jam kerja pada tahun 2015mencapai nilai 42,40 persen, pekerja ini banyak terjadi pada pekerja yang tidak dibayar, atau pekerja yang tidak tetap dimana dalam satu minggu hanya bekerja tidak penuh tetapi hanya beberapa hari saja. Tabel 3.29. Persentase Penduduk Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja Seminggu di Kabupaten Blora Tahun 2013 – 2015 Tahun
Jam Kerja
2013
2014
2015
(1)
(2)
(3)
(4)
< 35 Jam
49,23
44,78
42,40
35 Jam +
50,77
55,22
57,60
Jumlah
100,00
100,00
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Blora
76
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa sistem ketenagakerjaan di Kabupaten Blora masih banyak pekerja yang tidak dibayar dan pekerja bebas yang ditunjukkan dengan masih banyaknya pekerja yang bekerja dibawah jam kerja normal.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
77
78
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
BAB IV INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
4.1
Nilai Indeks Pembangunan Manusia Data terakhir yang dipublikasi oleh BPS Provinsi Jawa Tengah
yang memuat kondisi IPM dari berbagai daerah terutama se Eks Karesidenan Pati adalah data Tahun 2014 – 2015. Nilai IPM Kabupaten Blora di tahun 2014 dan 2015 mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tabel 4.1. disajikan nilai IPM Kabupaten Blora dan sekitarnya,dan secara peringkat mengalami penurunan, yaitu dari peringkat 28menjadi 29 dari seluruh kabupaten/kota se Jawa Tengah. Akan tetapi nilai tersebut jika dibandingkan secara terbatas hanya untuk Kabupaten se eksKaresidenan Pati dan Kab. Grobogan, posisi Kabupaten Blora berada pada posisi paling bawah. Nilai IPM Kabupaten Blora juga masih berada dibawah jika dibandingkan dengan nilai IPM Jawa Tengah. Bila dibandingkan dengan Kabupaten tetangga sebelah utara seperti Kabupaten Rembang yang berada diurutan ke 20 ditahun 2015, yang berarti 9 poin lebih tinggi dibanding Kabupaten Blora yang menduduki urutan ke 29. Hal ini menunjukkan bahwa program pembangunan manusia di Kabupaten Blora dari tahun ke tahun belum
mengalami
lonjakan
seperti
yang
diharapkan
jika
dibandingkan dengan kabupaten tetangga. Untuk itu program loncatan atau trobosan pencapaian nilai IPM yang lebih tinggi Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
79
dibanding dengan daerah-daerah lainnya sangat diperlukan dengan strategi pembangunan SDM yang efektif dan tepat guna. Tabel 4.1. Nilai IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2014 – 2015 Nilai IPM 2014
Peringkat
Nilai IPM 2015
Peringkat
(1) Kab. Grobogan Kab. Blora Kab.Rembang Kab. Pati Kab. Kudus Kab. Jepara
(2) 67,77 65,84 67,40 66,99 72,00 69,61
(3) 19 28 20 22 9 15
(4) 68,05 66,22 68,18 68,51 72,72 70,02
(5) 21 29 20 19 9 15
Jawa Tengah
68,78
13
69,49
12
Kabupaten
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Angka harapan hidup Kabupaten Blora bila dibandingkan dengan Kabupaten sekitar menunjukkan posisi terendah, walaupun sudah mencapai 73,85, sementara Kabupaten Kudus merupakan yang tertinggi se eks karesidenan Pati, yang mencapai 76,41. Sedangkan untuk Kabupaten Rembang dan Grobogan masing-masing 74,22 dan 74,27. Harapan
lama
sekolah
di
Kabupaten
Blora
tahun
2014mencapai 11,91 tahun. Dibandingkan dengan daerah sekitarnya masih lebih baik daripada Kabupaten Pati, namun lebih rendah dari kabupaten-kabupaten yang lain. Kabupaten Kudus merupakan 80
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
kabupaten yang tertinggi untuk nilai harapan lama sekolah yang mencapai 13,14 tahun atau setara lulusan SLTA.
Angka ini
merupakan tugas berat kita semua bisa mengejar nilai harapan lama sekolah dibanding dengan kabupaten lainnya. Hal ini tidak hanya faktor Pemerintah saja tetapi dari peran serta masyarakat untuk merubah pola pikir arti pentingnya pendidikan bagi mereka. Rata-rata lama sekolah mempunyai peran yang sangat berkaitan dengan angka melek hurufnya. Penyelesaian masalah di dua bidang ini sangat berkaitan erat sehingga tidak boleh terpisahkan. Tahun 2015 di Kabupaten Blora baru mencapai 6,04 tahun sedangkan untuk Kabupaten Grobogan, Rembang, Pati , Kudus dan Jepara masing-masing 6,33 tahun; 6,92 tahun; 6,71 tahun; 7,84 tahun dan 7,31 tahun. Rendahnya nilai bidang pendidikan yaitu harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah mengindikasikan bahwa pembangunan di bidang pendidikan di Kabupaten Blora harus lebih ditingkatkan, salah satunya adalah pendidikan dasar 9 tahun. Usaha mengejar kemajuan ini merupakan tugas berat Pemerintah Daerah. Keterlibatan elemen masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan permasalahan dasar pembentukan nilai IPM ini. Upaya peningkatan rata-rata lama sekolah dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan menjadi prioritas bagi pembangunan di bidang pendidikan. Tidak kalah pentingnya juga adalah peningkatan kesadaran masyarakat untuk bisa merubah pola pikir bahwa tidak Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
81
sekolahpun bisa makan, hidup seperti ini pun bisa, namun harus diubah menjadi hidup sukses perlu pintar dan cerdas. Pengeluaran perkapita yang disesuaikan di tahun 2015 tercatat sebesar 8.568 ribu rupiah lebih rendah dari Kabupaten sekitarnya yang telah mencapai diatas 9.000 ribu rupiah.Pengeluaran perkapita Kabupaten Blora lebih rendah dibanding dengan kabupaten lain karena dipengaruhi oleh harga-harga barang konsumsi seharihari yang lebih rendah dibanding dengan kabupaten lain karena berbagai faktor seperti sebagai wilayah sentra bahan makanan, beberapa industri pengolahan dan masih banyak lagi. Tabel 4.2. Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya Tahun 2014- 2015 Tahun / Kabupaten
E0 (tahun)
EYS (tahun)
MYS (tahun)
PPP (000 Rp,)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
2014 Kab. Grobogan
74,07
12.24
6,86
9,303
Kab. Blora
73,84
11.75
6,55
8,568
Kab. Rembang
74,19
11.46
7,30
9,013
Kab. Pati
75,43
11.24
7,04
9,106
Kab. Kudus
76,40
12.58
8,49
10,102
Kab. Jepara
75,64
12.25
7,70
9,195
Kab. Grobogan
74,27
12,25
6,33
9.457
Kab. Blora
73,85
11,91
6,04
8.699
Kab. Rembang
74,22
12,02
6,92
9.122
Kab. Pati
75,63
11,79
6,71
9.380
2015
82
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Tahun / Kabupaten
E0 (tahun)
EYS (tahun)
MYS (tahun)
PPP (000 Rp,)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Kab. Kudus
76,41
13,14
7,84
10.203
Kab. Jepara
75,65
12,27
7,31
9.504
Kondisi ekonomi dan tingkat kemampuan ekonomi yang tinggi akan berpengaruh pada kondisi ketenagakerjaan. Terbukanya lapangan kerja akan mengurangi pengangguran. Lapangan pekerjaan yang ada memberikan balas jasa terhadap pekerja atau karyawan, sehingga pekerja dengan balas jasa tadi mempunyai kemampuan untuk membeli atau memiliki daya beli. Dengan adanya ke empat faktor penentu IPM ini maka secara komulatif nilai IPM Kabupaten Blora tahun 2015 mencapai 66,22. Nilai inipaling rendah dibanding dengan Kabupaten Grobogan 68,05, Kabupaten Rembang 68,18, Kabupaten Pati 68,51, Kudus 72,72 dan Jepara 70,02. DiProvinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora menduduki urutan ke 29 sementara untuk Kabupaten Grobogan urutan ke 21, Rembang urutan ke 20, Pati urutan ke 19, Kudus dan Jepara masingmasing urutan ke 9 dan 15. Angkapertumbuhan
aritmatik
merefleksikan
“prestasi”
pencapaian, semakin tinggi prestasi angka pertumbuhannya, semakin tinggi prestasi pencapaiannya. Sebagai ilustrasi, Kabupaten Blora di tahun 2015ini memiliki nilai pertumbuhan sebesar 0,57. Ini Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
83
merupakan yang terendah kedua setelah Kabupaten Grobogan. Ini menunjukkan bahwa pembangunan sumber daya manusia di Kabupaten Blora lebih baik daripada di Kabupaten Grobogan. Walaupun ada daerah yang mengalami kenaikan IPM yang sama, tetapi angka pertumbuhan untuk masing-masing daerah belum tentu sama. Hal ini terjadi karena pengaruh dari IPM sebelumnya, secara logis meningkatkan angka IPM lebih sukar bagi wilayah yang memiliki IPM lebih tinggi. Maka prestasi pencapaian untuk kenaikan yang sama sepantasnya lebih tinggi nilainya bagi wilayah yang memiliki IPM lebih tinggi. Hal itulah yang tercermin dari angka pertumbuhan. Tabel 4.3.Capaian dan Pertumbuhan IPM Kabupaten Blora dan Kabupaten Sekitarnya, 2014 - 2015 Kabupaten
IPM
Pertumbuhan Aritmatik
2014
2015
Grobogan
(2) 67,77
(3) 68,05
(4) 0,41
Blora
65,84
66,22
0,57
Rembang
67,40
68,18
1,16
Pati
66,99
68,51
2,28
Kudus
72,00
72,72
1,00
Jepara
69,61
70,02
0,58
Jawa Tengah
68,78
69,49
1,04
(1)
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
84
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Nilai pertumbuhan IPMKabupaten Blora dibanding dengan nilai Provinsi Jawa Tengah di Tahun 2015juga lebih rendah. Hal ini membuktikan bahwa program pembangunan sumber daya manusia secara rata-rata provinsi masih lebih baik.
IPM Provinsi Jawa
Tengah sudah mencapai 69,49 sedangkan IPM Kabupaten Blora baru mencapai 66,22.
Hal ini mengindikasikan adanya beberapa
komponen penentu IPM Kabupaten Blora masih tertinggal dari kabupaten lainnya. Untuk itu kerja keras dan efektivitas program pembangunan sangat dibutuhkan agar bisa memacu pencapaian dalam mengejar kemajuan yang sudah dicapai daerah lain. 4.2
Analisis Manajemen Indeks Pembangunan Manusia Dari hasil tabulasi beberapa komponen penyusun pembentuk
Indeks Pembangunan Manusia
di Kabupaten Blora Tahun 2015
tidak jauh berbeda dibanding dengan tahun 2014.Kondisi ini dapat dilihat
dalam
bentuk
tabel
maupun
grafik
sehingga
akan
mempermudah proses pembacaan dan analisisnya. Pengkajian Indeks Pembangunan Manusia akan mencakup tiga unsur penting pembentuk nilai IPM. Maksud dan tujuannya adalah menunjukkan adanya indikator out put dari suatu proses kegiatan pembangunan yang diterapkan di suatu wilayah. Mengacu
rekomendasiUNDP
untuk
mengukur
tingkat
pemenuhan ketiga unsur di atas, UNDP menyusun suatu indeks komposit berdasarkan pada tiga indikator. Ketiga indikator yang dimaksud adalah Angka Harapan Hidup (AHH); Harapan Lama Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
85
Sekolah penduduk dewasa (EYS); Rata-rata Lama Sekolah (MYS); dan Purchasing Power Parity (PPP) atau ukuran pendapatan yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli. Menurut UNDP upaya ke arah “perluasan pilihan” hanya mungkin dapat direalisasikan jika penduduk paling tidak memiliki peluang berumur panjang dan sehat, pengetahuan ketrampilan yang memadai dan peluang untuk merealisasikan pengetahuan yang dimiliki dalam kegiatan yang produktif (misalnya dapat bekerja dan memperoleh uang sehingga memiliki daya beli). Dengan kata lain. tingkat pemenuhan ketiga unsur tersebut sudah dapat merefleksikan secara minimal tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah. Angka Harapan Hidup (AHH) yang mengalami peningkatan dari 73,84 tahun pada tahun 2014 menjadi 73,85 tahun pada tahun 2015
menunjukkan
bahwa
pengaruh
program
pembangunan
kesehatan seperti penambahan prasarana dan sarana penunjang kesehatan dapat dirasakan meskipun dalam tempo yang relatif lama. Hal ini dikarenakan faktor pola hidup masyarakat lebih dominan dibanding dengan pelayanan kesehatan yang bersifat sementara dan hanya menyentuh masyarakat yang mempunyai keluhan. Sedangkan untuk masyarakat yang berpotensi penyakit karena tidak mempunyai keluhan maka tidak datang ke tempat pelayanan kesehatan. Dampak jangka panjang yang nantinya akan berdampak positif terhadap angka harapan hidup adalah kegiatan yang berawal mulai dari kesehatan ibu dan anak, yaitu perawatan wanita usia subur, ibu 86
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
hamil, sampai balita sangat berpengaruh terhadap meningkatnya angka harapan hidup ini. Gejala ini dapat dilihat dari perubahan pola piramida
penduduk
di
Kabupaten
Blora
yang
berkembang
menyerupai botol tidak seperti periode tahun 1990 yang masih menggambarkan seperti piramida lancip dimana usia muda akan banyak berkurang di usia tuanya. Indikator kedua dan ketiga dari IPM yaitu Harapan Lama Sekolah (EYS) dan Rata-rata Lama Sekolah (MYS) yang merupakan komponen indeks pendidikan. Kedua indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan dan ketrampilan penduduk. Harapan Lama Sekolah (EYS) sebagai komponen IPM yang cukup penting. Konsep EYS didefinisikan sebagai ”rata-rata harapan lama sekolah untuk penduduk di susatu wilayah”. Angka ini menggambarkan harapan lama sekolah untuk penduduk berumur 7 tahun ke atas. Angka ini berhubungan erat dengan partisipasi sekolah penduduk menurut kelompok umur. Sehingga erat kaitannya dengan program wajib belajar 9 tahun. Namun masih ada kelemahannya, karena belum mencakup anak sekolah yang masuk SD pada usia 5 atau 6 tahun. Data yang ada tahun 2014 menunjukan EYS Kabupaten Blora 11,75 tahun dan pada tahun 2015 sedikit mengalami peningkatan menjadi 11,91 tahun. Faktor yang menjadi kendala kurang cepatnya peningkatan ini karena beberapa faktor. Luasnya wilayah menjadikan Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
87
kendala jarak tempuh ke fasilitas sekolah di luar fasilitas transportasi yang masih belum mendukung. Fasilitas sekolah yang ada juga belum menyebar dan mengakomodasi kendala yang ada. Selain harapan lama sekolah, indikator pendidikan lain yang digunakan dalam penghitungan IPM adalah rata-rata lama sekolah (MYS). Indikator ini memberikan gambaran tentang rata-rata waktu yang dijalani penduduk dalam kegiatan pembelajaran secara formal. Populasi yang digunakan UNDP dalam menghitung MYS dibatasi pada penduduk berusia 25 tahun ke atas. Batasan itu diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 25 tahun masih dalam proses sekolah sehingga belum layak ditanyakan MYS nya. Rata-rata lama sekolah penduduk Kabupaten Blora tahun 2015 sebesar 6,04 tahun.Hal ini berarti belum banyak perubahan yang menunjukkan bahwa masyarakat Blora tingkat pendidikannya tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya yang sebesar 6,02 tahun, yaitu masih setaraf tingkat SD. Bila angka ini dikonversikan ke jenjang pendidikan maka dapat dikatakan secara rata-rata penduduk Kabupaten Blora sudah menduduki kelas 6 SD/MI. Untuk mendalami penyebab rendahnya angka lama sekolah ini perlu dilihat banyak faktor seperti faktor komposisi umur suatu daerah. Semakin banyak komposisi umur tuanya maka penanganan yang dilakukan harus berbeda dengan komposisi penduduk yang banyak di kaum muda atau balitanya. Selain itu juga perlu dilihat 88
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
faktor budaya masyarakat setempat dimana pendidikan bukan merupakan faktor utama mencapai kebahagian atau kesejahteraan. Pada kondisi seperti ini, penanganan penyediaan fasilitas pendidikan tidak efektif diterapkan. Paritas daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP) memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat dalam mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Semakin meningkat pendidikan seseorang diharapkan paritas daya belinya semakin meningkat pula. Namun, hubungan ini tidak selalu benar terutama bila tingkat pendapatan masih lebih rendah dari tingkat kenaikan harga secara umum atau adanya pengaruh inflasi. Tabel. 4.4. Konsumsi Rumah Tangga di Kabupaten Blora Tahun 2011 – 2015 dan Persentase Pertumbuhannya. Konsumsi Rumah Tangga Tahun
Makanan (juta Rp.)
Pertumbuhan (%)
Non Makanan (juta Rp.)
Pertumbuhan (%)
Total (juta Rp.)
[5]
[6]
[3]
[4]
Pertumbuhan (%)
[1]
[2]
2011
1.901.379
7,17
1.435.254
12,15
3.336.633
9,26
2012
2.026.490
6,58
1.667.587
15,12
3.694.077
10,27
2013
2.109.640
4,10
1.948.693
16,86
4.058.333
9,86
2014
2.258.490
7,06
2.561.820
31,46
4.820.310
18,78
2015
3.138.252
38,95
3.309.132
29,17
6.447.384
33,75
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
[7]
89
Penduduk dengan tingkat pendapatan yang sama belum tentu mempunyai paritas daya beli yang sama bila tempat tinggalnya berbeda. Misalkan sama-sama berpendapatan satu juta rupiah sebulan,yang satu tinggal di Kabupaten Blora yang satu tinggal di Kabupatenselain Blora maka paritas daya belinya berbeda. Itulah sebabnya dalam penghitungan PPP dilakukan beberapa tahapan. 4.2
Langkah/Upaya untuk Meningkatkan IPM Langkah-langkah/upaya yang akan dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Blora untuk meningkatkan nilai IPM telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Daerah Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Blora tahun 2011 - 2015 adalah sebagai berikut: 4.3.1
Kebijakan Umum Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Blora dalam kurun
waktu 5 tahun terbagi menjadi tiga tahapan pembangunan, yaitu tahap penyelarasan (2011), tahap peningkatan kualitas pelayanan publik (2012-2013), dan tahap perwujudan masyarakat Blora yang sejahtera. A. Tahap Penyelarasan (2011) Tahap ini merupakan tahap penyesuaian program-program yang telah disusun dengan visi dan misi pembangunan jangka menengah Kabupaten Blora tahun 2011-2015 serta percepatan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Kebijakan prioritas 90
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
pembangunan pada tahap penyelarasan pembangunan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pelayanan kesehatan 2. Peningkatan wajib belajar pendidikan dasar 3. Reformasi birokrasi 4. Peningkatan jalan potensial ekonomi 5. Peningkatan potensi ekonomi lokal B. Tahap Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik (2012 – 2013) Tahap ini merupakan tahap peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat khususnya di bidang pelayanan publik agar terwujud percepatan kesejahteraan masyarakat Blora. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap peningkatan kualitas pelayanan publik adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan 2. Peningkatan pendidikan terjangkau sampai tingkat SLTA 3. Pemerataan pembangunan infrastruktur 4. Peningkatan penyediaan tempat distribusi barang dan jasa 5. Peningkatan pengelolaan sumberdaya alam C. Tahap perwujudan masyarakat Blora sejahtera (2014-2015) Pada
tahap
ini
lebih
menekankan
pada
peningkatan
kemampuan masyarakat Blora dalam upaya memiliki daya saing serta kesiapan pengelolaan hasil-hasil produksi pertanian dan
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
91
sumberdaya alam. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap perwujudan masyarakat Blora sejahtera adalah sebagai berikut: 1. Penguatan pengelolaan potensi ekonomi lokal 2. Peningkatan ketrampilan dan kewirausahaan 3. Peningkatan kualitas pelayanan public 4.3.2
Kebijakan Khusus atau Indikasi Rencana Program Prioritas
A. Pendidikan Murah dan Bermutu sampai ke
Jenjang
Pendidikan Menengah Dengan program dan kegiatan prioritas sebagai berikut: 1. Program PAUD a. Pembangunan gedung sekolah b. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini 2. Program pendidikan Dasar a. Pemberian Biaya Operasional Sekolah kepada siswa SD dan SMP b. Pembinaan minat, bakat dan kreativitas siswa 3. Program Pendidikan Menengah a. Penyediaan Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) b. Penyediaan beasiswa bagi keluarga tidak mampu c. Pembinaan minat bakat dan prestasi siswa tingkat SMA
92
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
B. Pelayanan Kesehatan Dasar 1. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak a. Penyuluhan kesehatan bagi Ibu hamil dari keluarga kurang mampu b. Perawatan secara berkala bagi Ibu hamil bagl keluarga kurang mampu c. Pertolongan persalinan bagi Ibu dari keluarga kurang mampu. 2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat a. Pelayanan kesehatan dasar gratis di puskesmas b. Pelayanan kesehatan rujukan bagi penduduk miskin sampai kelas III di Badan Rumah Sakit RS. Dr. Soetijono Blora dan RS. Dr. R. Soeprapto Cepu. 3. Program perbaikan gizi masyarakat a. Pemberian tambahan makanan dan vitamin b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A dan kekurangan zat gizi mikro lainnya c. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. 4. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular a. Penyemprotan/fogging sarang nyamuk Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
93
b. Pelayanan pencegahan dan penanggulangan penyakit menular c. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik 5. Program Standarisasi pelayanan kesehatan a. Penyusunan standar pelayanan kesehatan b. Penyusunan standar analisis belanja pelayanan kesehatan 6. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya a. Peningkatan puskesmas menjadi puskesmas rawat inap C. Perbaikan dan Pembangunan Infrastruktur sampai ke Pedesaan. 1. Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Jalan dan Jembatan a. Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan b. Rehabilitasi/pemeliharaan jembatan 2. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-gorong a. Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong 3. Program Pembangunan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya a. Pembangunan jaringan irigasi b. Pembangunan embung 4. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan a. Pembangunan jalan dan jembatan perdesaan 94
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
b. Pembangunan sarana dan prasarana air bersih perdesaaan D. Peningkatan Produktivitas Pertanian dan Pemasaran hasil Pertanian. 1. Program peningkatan produksi pertanian a. Penyuluhan peningkatan produksi pertanian b. Penyediaan sarana produksi pertanian c. Pengembangan bibit unggul pertanian 2. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan a. Pembangunan sarana dan Prasarana Pembibitan Ternak b. Pembibitan dan Perawatan Ternak c. Pengembangan Agribisnis Peternakan 3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani a. Penyuluhan dan pendampingan petani dan pelaku agrobisnis. 4. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan a. Penyuluhan distribusi pemasaran atas hasil produksi pertanian/perkebunan masyarakat E. Penciptaan Iklim Investasi dan Lapangan Kerja bagi masyarakat 1. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi a. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi 2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi a. Pengembangan sistem informasi penanaman modal Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
95
b. Penyederhanaan prosedur perijinan dan peningkatan pelayanan penanaman modal F. Peningkatan
perekonomian
lokal
dengan
mendorong
UMKM dan pasar tradisional. 1. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil Menengah a. Pengembangan klaster bisnis b. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah c. Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro, kecil, dan menengah 2. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah a. Fasilitasi bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya b. Pembinaan industri kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industri 3. Program Penataan Struktur Industri a. Penyediaan sarana maupun prasarana klaster industri 4. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri a. Pengembangan pasar dan dan distribusi barang/produk b. Rehabilitasi/pemeliharaan pasar daerah G. Perwujudan Reformasi Birokrasi 1. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Kepala Daerah 96
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
a. Pelaksanaan pengawasan internal secara berkala b. Tindak lanjut hasil temuan pengawasan 2. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah a. Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan daerah 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur a. Pendidikan dan pelatihan fungsional bagi PNS Daerah 4. Program Penataan Administrasi Kependudukan a. Peningkatan pelayanan publik dalam bidang kependudukan H. Perlindungan Terhadap Kelestarian Alam 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan 2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup a. Pemantauan kualitas lingkungan b. Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan I.
Perwujudan Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia dan Kebebasan Berpendapat 1. Program Pendidikan Politik Masyarakat
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
97
a. Penyuluhan Kepada Masyarakat b. Koordinasi forum-forum diskusi politik
4.3.3
Program Pembangunan Untuk dapat mewujudkan dari visi dan misi Bupati Periode
2010 – 2015 maka dari rencana strategis pembangunan dijabarkan dalam suatu program di bagi sesuai urusan masing-masing SKPD, di Kabupaten Blora dengan rincian sebagai berikut: Adapun
program-program
pembangunan
dalam
rangka
peningkatan Sumber Daya Manusia di Kabupaten Blora dibedakan dalam 2 (dua) jenis program, yaitu: A. Pelayanan Urusan Wajib 1. Pendidikan a. Program pendidikan anak usia dini b. Program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun c. Program pendidikan menengah d. Program pendidikan non formal e. Program pendidikan luar biasa f. Program
peningkatan
mutu
pendidik
dan
tenaga
kependidikan g. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan 2. Kesehatan a. Program obat dan perbekalan kesehatan b. Program Upaya Kesehatan Masyarakat 98
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
c. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak d. Program perbaikan gizi masyarakat e. Program
promosi
kesehatan
dan
pemberdayaan
masyarakat f. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita g. Program pengembangan lingkungan sehat h. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit i. Program standarisasi pelayanan kesehatan j. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin k. Program kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan l. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana
Puskesmas/Puskesmas
Pembantu
dan
Jaringannya m. Program Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit n. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit. 3. Pekerjaan Umum a. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan b. Program Pembangunan saluran drainase/gorong-gorong c. Program Pembangunan turap/talud/brojong d. Program rehabilitasi/pemeliharaan Jalan dan Jembatan e. Program rehabilitasi/pemeliharaan talud/bronjong f. Program inspeksi kondisi Jalan dan Jembatan g. Program tanggap darurat Jalan dan Jembatan Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
99
h. Program Pembangunan sistem informasi/data base jalan dan jembatan i. Program
peningkatan
sarana
dan
prasarana
kebinamargaan, j. Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa dan jaringan pengairan lainnya k. Program penyediaan dan pengolahan air baku l. Program pengembangan, pengelolaan dan konversi sungai, danau dan sumber daya air lainnya m. Program pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah n. Program pengendalian banjir o. Program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh p. Program pembangunan infrastruktur perdesaaan. 4. Perumahan Rakyat a. Program pengembangan perumahan b. Program lingkungan sehat c. Program pemberdayaan komunitas perumahan d. Program perbaikan perumahan akibat bencana alam/sosial e. Program pengelolaan areal pemakaman. 5. Penataan Ruang a. Program
Pengembangan
Kinerja
Pengelolaan
Persampahan b. Program perencanaan tata ruang 100
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
c. Program Pemanfaatan Ruang d. Program pengendalian pemanfaatan ruang e. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH). 6. Perencanaan Pembangunan a. Program Pengembangan Data/Informasi b. Program kerjasama pembangunan c. Program Pengembangan Wilayah Perbatasan d. Program Perencanaan Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh e. Program Perencanaan Pengembangan Kota - Kota Menengah dan Besar f. Program
Peningkatan
Kapasitas
Kelembagaan
Perencanaan Pembangunan Daerah g. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi h. Program Perencanaan Sosial dan Budaya i. Program Perencanaan Pembangunan Daerah j. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam k. Program
perencanaan
pembangunan
daerah
rawan
bencana 7. Perhubungan a. Program
Pembangunan
Prasarana
dan
Fasilitas
Perhubungan b. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
101
c. Program peningkatan pelayanan angkutan d. Program peningkatan dan pengamanan lalu lintas e. Program peningkatan kelaikan pengoperasian kendaraan bermotor. 8. Lingkungan hidup a. Program
Pengendalian
Pencemaran
dan
Perusakan
Lingkungan danProgram Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam. b. Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam c. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi SDA dan LH d. Program Peningkatan Pengendalian Polusi e. Program
Pengembangan
Ekowisata
Dan
Jasa
Lingkungan. 9. Pertanahan a. Program pembangunan sistem pendaftaran tanah b. Program penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah c. Program penyelesaian konflik-konflik pertanahan 10. Kependudukan Dan Pencatatan Sipil a. Program Penataan Administrasi Kependudukan. 11. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak a. Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Anak dan Perempuan 102
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
b. Program
Penguatan
Kelembagaan
Pengarusutamaan
Gender dan Anak c. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan d. Program Peningkatan Peran Serta Dan Kesertaan Gender Dalam Pembangunan e. Program
Penguatan
Kelembagaan
Pengarustamaan
Gender Dan Anak. 12. Keluarga Berencana Dan Keluarga Sejahtera a. Program Keluarga Berencana b. Program kesehatan reproduksi remaja c. Program pelayanan kontrasepsi d. Program pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB/KR yang mandiri e. Program promosi kesehatan ibu, bayi, dan anak melalui kelompok kegiatan di masyarakat f. Program pengembangan pusat pelayanan informasi dan konseling KRR g. Program peningkatan penanggulangan narkoba, PMS termasuk HIV/AIDS h. Program
pengembangan
bahan
informasi
tentang
pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak i. Program
pengembangan
model
operasional
BKB-
Posyandu-PADU
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
103
j. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga 13. Sosial a. Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Lainnya b. Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial c. Program Pembinaan Panti Asuhan / Panti Jompo, d. Program Pembinaan Eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya) e. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial 14. Ketenagakerjaan a. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja b. Program Peningkatan Kesempatan Kerja c. Program
Perlindungan
Pengembangan
Lembaga
Ketenagakerjaan 15. Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah a. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang Kondusif b. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah
104
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
c. Program Pengembangan Sistem Pendukung Bagi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah d. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi 16. Penanaman Modal a. Program Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi b. Program peningkatan iklim investasi dan realisasi Investasi c. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana Dan Prasarana Daerah 17. Kebudayaan a. Program Pengembangan Nilai Budaya b. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya c. Program Pengelolaan Keragaman Budaya d. Program
Pengembangan
Kerjasama
Pengelolaan
Kekayaan Budaya. 18. Kepemudaan Dan Olah Raga a. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Pemuda b. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan c. Program
Peningkatan
Upaya
Penumbuhaan
Kewirausahaan dan Kecakapan Hidup Pemuda d. Program Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba e. Program Peningkatan Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah raga f. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
105
g. Program Pengembangan Kebijakan Manajemen Olah Raga. 19. Kesatuan Bangsa Dan Politik Dalam Negeri a. Program pendidikan politik masyarakat b. Program pengembangan wawasan kebangsaan c. Program Pemeliharaan Kamtramtibmas Dan Pencegahan Tindak Kriminal d. Program
Kemitraan
Pengembangan
Wawasan
Kebangsaan e. Program Pemberdayaan Masyarakat Untuk Menjaga Ketertiban Dan Keamanan f. Program
peningkatan
keamanan
dan
kenyamanan
lingkungan g. Program
peningkatan
pemberantasan
penyakit
masyarakat (pekat) h. Program pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam i. Program Peningkatan Kesiagaan Dan Pencegahan Bahaya Kebakaran 20. Otonomi
Daerah,
Pemerintahan
Umum,
Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan Persandian a. Program
peningkatan
kapasitas
lembaga
Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah
106
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
b. Program
peningkatan
pelayanan
kedinasan
kepala
daerah/wakil kepala daerah c. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah d. Program
Pembinaan
Dan
Fasilitasi
Pengelolaan
Fasilitasi
Pengelolaan
Keuangan Kabupaten/Kota e. Program
Pembinaan
Dan
Keuangan Desa f. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan KDH g. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan h. Program optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi i. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah j. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan k. Program Pendidikan Kedinasan l. Program peningkatan kapasitas sumberdaya aparatur m. Program Pembinaan dan Pengembangan Aparatur daerah n. Program Kelembagaan Perangkat Daerah o. Program Ketatalaksanaan Perangkat Daerah p. Program Pendayagunaan Aparatur Daerah q. Program Koordinasi Bidang Administrasi Pembangunan r. Program Pelayanan d an Perijinan Terpadu s. Program Koordinasi Terpadu Bidang Perekonomian Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
107
t. Program Koordinasi Bidang Tata Pemerintahan u. Program Koordinasi Bidang Pemerintahan Desa v. Program Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat w. Program Koordinasi Bidang Kehumasan x. Program Penyelenggaraan Keprotokolan Daerah y. Program Sandi Dan Telekomunikasi z. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada Kecamatan aa. Program Koordinasi Dan Pelayanan Pada Kelurahan 21. Ketahanan Pangan a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan 22. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa a. Program
Peningkatan
Keberdayaan
Masyarakat
Perdesaan b. Program peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun desa c. Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintah desa d. Program peningkatan peran perempuan di perdesaan e. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan 23. Statistik a. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah 24. Kearsipan a. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan b. Program penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
108
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
c. Program pemeliharaan rutin/berkala sarana dan prasarana kearsipan d. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi 25. Komunikasi Dan Informatika a. Program Pengembangan komunikasi, informasi dan media massa b. Program pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi c. Fasilitasi peningkatan SDM bidang komunikasi dan Informasi d. Kerjasama informasi dan media massa e. program penguatan kelembagaan dalam pengelolaan komunikasi dan informasi daerah f. Program peningkatan kapasitas SDM aparatur pada SKPD yang menangani urusan bidang komunikasi dan informasi di daerah g. Program peningkatan tata laksana komunikasi dan informatika daerah 26. Perpustakaan a. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan b. Program Penyelamatan dan Pelestarian Koleksi Pustaka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
109
B. Pelayanan Urusan Pilihan 1. Pertanian a. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani b. Program
peningkatan
pemasaran
hasil
produksi
pertanian/perkebunan c. Program
peningkatan
penerapan
teknologi
pertanian/perkebunan d. Program Pemberdayaan Penyuluh Lapangan e. Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan f. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak g. Peningkatan Produksi Hasil Peternakan h. Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan i. Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan j. Program pengembangan jaringan irigasi k. Program Pengembangan pertanian organik l. Program peningkatan kapasitas kelembagaan petani m. Program penyediaan sarana produksi pertanian n. Program pencegahan dan penanggulangan hama dan penyakit pertanian/perkebunan 2. Kehutanan a. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan b. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan c. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan
110
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
d. Program pengembangan Sistem Informasi Geografi Kehutanan e. Program Pemanfaatan Kawasan Hutan Industri f. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan g. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan h. Program Perencanaan Dan Pengembangan Hutan i. Program Pelayanan Publik Urusan Kehutanan j. Program Pengendalian Kebakaran Hutan 3. Energi dan sumber daya mineral a. Program
pembinaan
dan
pengawasan
bidang
pertambangan b. Program pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang berpotensi merusak lingkungan c. Program peningkatan pelayanan usaha pertambangan d. Program peningkatan regulasi energi sumber daya dan mineral e. Program
pembinaan
dan
pengembangan
bidang
ketenagalistrikan f. Program pengelolaan dan pengembangan potensi dan teknologi geologi 4. Pariwisata a. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata b. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata c. Program Pengembangan Kemitraan 5. Perikanan Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
111
a. Program pengembangan budidaya perikanan b. Program pengembangan perikanan tangkap c. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan d. Program Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Produksi Perikanan 6. Perdagangan a. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan b. Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor c. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri d. Program Pembinaan Pedagang Kakilima Dan Asongan 7. Perindustrian a. Program Peningkatan Kapasitas Iptek Sistem Produksi b. Program Pengembangan Industri Kecil Dan Menengah c. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri d. Program Penataan Struktur Industri e. Program Pengembangan Sentra-Sentra Industri Potensial 8. Transmigrasi a. Progam Pengembangan Wilayah Transmigrasi b. Program Transmigrasi Regional
112
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
BAB V PENUTUP
5.1
Kesimpulan
a. Nilai IPM Kabupaten Blora di Tahun 2015 mencapai 66,22 lebih tinggi dibandingtahun sebelumnya yang hanya mencapai 65,84. b. Peringkat
nilai
IPM
pada
tahun
2015mengalami
perubahanperingkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dari 28 menjadi 29. Selain itu, shortfall-nya menurun dibanding tahun sebelumnya. c. Kabupaten Blora dengan angka harapan lama sekolah sebesar 11,75, yang lebih baik dari Kabupaten Pati. Sedangkan untuk rata-rata lama sekolah, Kabupaten Blora menempati yang terendah dibandingkan kabupaten sekitar. d. Paritas Daya Beli Kabupaten Blora yang sebesar 8,7 juta, masih merupakan yang terendah dibandingkan kabupaten sekitar. e. Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Blora yang sudah mencapai 73,84 tahun, ternyata juga masih menempati yang terendah di banding Kabupaten sekitarnya.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
113
5.2
Rekomendasi
a. Peningkatan program pembangunan yang berhubungan dengan pembangunan sumber daya manusia sebaiknya memperhatikan faktor penyebab masih rendahnya nilai IPM yang dicapai seperti upaya peningkatan angka rata-rata lama sekolah, peningkatan mutu kesehatan dan peningkatan daya beli masyarakat setempat. b. Karena permasalahan masing-masing wilayah berbeda, maka dalam rangka peningkatan nilai IPM diperlukan program kegiatan atau proyek peningkatan kualitas hidup manusia yang bersesuaian dengan akar masalah yang mempengaruhinya. c. Angka harapan hidup yang sudah baik, namun masih menduduki tempat terendah dibandingkan kabupaten sekitarnya, hendaknya membuat program kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan mutu hidup atau mutu kesehatan masyarakatnya seperti peningkatan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan dan penyuluhan pola hidup bersih dan sehat. d. Rata-rata lama sekolah yang masih rendah, hendaknya dilakukan dengan lebih gencar jenis kegiatan pengentasan wajib belajar tanpa memandang usia. Selain itu penyuluhan kesadaran kepada masyarakat tentang arti pentingnya pendidikan. Dan tidak kalah pentingnya program penggalakan gerakan orang tua asuh atau program bantuan melanjutkan sekolah sampai tingkat SLTP bahkan jenjang pendidikan formal yang lebih tinggi lagi.
114
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
e. Untuk paritas pendapatan yang masih rendah sangat terkait dengan kesempatan kerja masyarakat, sumber daya yang dimiliki, akses ekonomi yang memadai dan faktor-faktor lain yang menunjang peningkatan roda perekonomian masyarakat. f.
Program prioritas dan pemilihan program yang tepat dapat dilakukan agar bisa mendongkrak nilai IPM melebihi upaya yang dilakukan oleh kabupaten lain.
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
115
116
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lampiran 1 Nama Ibukota Kecamatan Banyaknya Rukun Warga, Rukun Tetangga, dan Dusun di Kabupaten Blora. Tahun 2015
Kecamatan
Ibukota Kecamatan
Rukun Warga
Rukun Tetangga
Dusun
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. Jati 2. Randublatung 3. Kradenan 4. Kedungtuban 5. Cepu 6. Sambong 7. Jiken 8. Bogorejo 9. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran 16. Todanan
Doplang Randublatung Mendenrejo Ngraho Cepu Pojokwatu Jiken Bogorejo Jepon Blora Banjarejo Tunjungan Japah Ngawen Sambiroto Todanan
Jumlah
-
94 91 51 64 87 40 61 45 88 157 75 64 45 75 95 74
319 399 214 410 422 176 257 193 432 556 400 311 218 369 445 341
97 102 50 35 68 30 39 45 89 157 72 55 39 81 91 75
1.206
5.462
1.125
Sumber : BPS Kabupaten Blora
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
117
Lampiran 2 Banyaknya Sarana Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan
Rumah Sakit
Puskes mas
PUSTU
Balai Pengobatan
Rumah Bersali n
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
01. Jati 02. Randublatung 03. Kradenan 04. Kedungtuban 05. Cepu 06. Sambong 07. Jiken 08. Bogorejo 09. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran 16. Todanan
1 2 -
2 2 1 2 3 1 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2
3 6 3 3 2 2 3 3 4 5 3 3 4 4 4 5
2 8 2 5 2 1 1 -
1 -
Jumlah
3
26
57
21
1
Sumber : Blora Dalam Angka
118
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lampiran 3 Banyaknya Dokter, Perawat, Bidan dan Tenaga Kesehatan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan
Dokter Umu Spesialis m
Perawat Bidan Gigi
Umum
Gigi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
01. Jati 02. Randublatung 03. Kradenan 04. Kedungtuban 05. Cepu 06. Sambong 07. Jiken 08. Bogorejo 09. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran
-
2 4 2 3 5 2 1 2 2 3 2 1 1 2 3
2 1 1 1 1 2 1 1 -
14 20 8 10 15 5 7 10 11 15 7 4 5 10 9
1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1
13 34 13 25 28 16 15 15 34 29 22 15 23 40 28
16. Todanan
-
2
-
13
1
39
Jumlah
-
37
10
163
16
389
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
119
Lampiran 4 Angka Kematian Ibu, Bayi dan Balita di Kabupaten Blora, Tahun 2015 Kecamatan (1) 01. Jati 02. Randublatung 03. Kradenan 04. Kedungtuban 05. Cepu 06. Sambong 07. Jiken 08. Bogorejo 09. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran 16. Todanan Jumlah Sumber: Blora Dalam Angka
120
Angka Kematian Ibu (2) 2 1 2 3 1 1 3 1 1 15
Bayi (3) 6 26 9 8 13 9 2 5 10 11 12 16 4 17 8 13 169
Balita (4) 2 3 2 1 2 2 1 1 2 5 2 3 26
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lampiran 5 Banyaknya Sekolah Menurut Kecamatandan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan (1) 01. Jati
TK/RA (2)
28 50 03. Kradenan 38 04. Kedungtuban 57 05. Cepu 50 06. Sambong 15 07. Jiken 17 08. Bogorejo 14 09. Jepon 44 10. Blora 69 11. Banjarejo 26 12. Tunjungan 28 13. Japah 24 14. Ngawen 49 15. Kunduran 48 16. Todanan 50 Jumlah 607 Sumber : Blora Dalam Angka 02. Randublatung
SD/ MI (3)
SLTP/ MTs (4)
SMU/SMK/ MA (5)
AK/P T (6)
38 63 38 66 47 27 31 26 47 69 50 35 31 50 54 62 734
10 20 7 15 22 4 7 5 7 20 12 8 5 17 15 19 193
4 8 2 4 15 1 3 1 12 3 8 4 3 3 71
3 4 1 8
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
121
Lampiran 6 Banyaknya Murid Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2015
Kecamatan
TK/RA
SD/ MI
SLTP/ MTs
SMU/SMK/ MA
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
4.551 7.907 3.760 5.292 7.777 2.501 3.331 1.835 5.606 9.736 5.680 4.662 3.224 5.694 6.124 5.419 83.099
1.864 3.919 1.421 2.759 4.370 1.266 1.569 1.146 1.889 6.351 2.071 1.931 1.188 3.147 2.977 2.715 40.583
556 3.051 349 1.430 5.618 52 484 33 633 6.790 297 4.846 99 1.847 1.145 1.168 28.398
01. Jati 02. Randublatung 03. Kradenan 04. Kedungtuban 05. Cepu 06. Sambong 07. Jiken 08. Bogorejo 09. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran 16. Todanan
918 1.878 876 1.710 2.568 653 568 331 1.396 3.000 1.056 875 803 1.407 1.340 1.128 Jumlah 20.507 Sumber : Blora Dalam Angka
122
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lampiran 7 Banyaknya Guru Menurut Kecamatan dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Blora Tahun 2015 Kecamatan
TK/RA
SD/ MI
SLTP/ MTs
SMU/SMK/ MA
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
01. Jati
47
302
133
96
02. Randublatung
88
530
263
188
03. Kradenan
40
266
110
43
04. Kedungtuban
92
421
215
49
133
458
357
578
06. Sambong
34
203
76
13
07. Jiken
28
253
104
66
08. Bogorejo
18
191
70
12
09. Jepon
102
393
122
43
10. Blora
05. Cepu
210
669
391
479
11. Banjarejo
71
360
160
37
12. Tunjungan
73
324
146
309
13. Japah
52
289
81
11
14. Ngawen
71
393
227
162
15. Kunduran
55
393
217
94
65 1.179
484 5.929
185 2.857
91 2.271
16. Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
123
Lampiran 8 Banyaknya Kelompok Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2015
Kecamatan (1) 01. Jati 02. Randublatung 03. Kradenan 04. Kedungtuban 05. Cepu 06. Sambong 07. Jiken 08. Bogorejo 09. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran 16. Todanan Jumlah Sumber : Blora Dalam Angka
124
Kelompok Belajar ( Study Group) Paket A (2)
Paket B (3)
Usaha (4)
1
-
0
1
1
0
1
1
0
1
-
0
1
2
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
2
2
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
17
16
0
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lampiran 9
Banyaknya Warga Belajar Menurut Kecamatan di Kabupaten Blora, Tahun 2015 Warga Belajar
Kecamatan (1) 01. Jati 02. Randublatung 03. Kradenan 04. Kedungtuban 05. Cepu 06. Sambong 07. Jiken 08. Bogorejo 09. Jepon 10. Blora 11. Banjarejo 12. Tunjungan 13. Japah 14. Ngawen 15. Kunduran 16. Todanan Jumlah
Paket A (2) 20 0 20 0 0 0 0 20 30 0 38 40 0 0 0 0 168
Paket B (3) 70 0 74 72 0 50 25 53 106 119 25 45 100 50 25 29 843
Tutor Usaha (4) 0
A
B (5)
0
0
Sumber : Blora Dalam Angka
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
125
Lampiran 10 Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota
E0 (tahun)
EYS (tahun)
(1) JAWA TENGAH
(2) 73,96
(3) 12,38
Cilacap
73,00
Banyumas
MYS (tahun)
7,03
(5) 9.930
12,28
6,58
9.351
73,12
12,57
7,31
10.104
Purbalingga
72,81
11,78
6,85
8.938
Banjarnegara
73,59
11,39
6,17
7.930
Kebumen
72,77
12,49
7,04
8.008
Purworejo
74,03
13,04
7,65
9.305
Wonosobo
71,02
11,43
6,11
9.736
Magelang
73,27
12,14
7,19
8.182
Boyolali
75,63
12,13
7,1
11.806
Klaten
76,55
12,84
8,16
11.178
Sukoharjo
77,46
13,42
8,5
10.416
Wonogiri
75,86
12,42
6,39
8.417
Karanganyar
77,11
13,27
8,48
10.486
Sragen
75,41
12,21
6,86
11.434
Grobogan
74,27
12,25
6,33
9.457
Blora
73,85
11,91
6,04
8.699
Rembang
74,22
12,02
6,92
9.122
126
(4)
PPP (000 Rp)
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lampiran 10 (Lanjutan) Komponen Indeks Pembangunan Manusia Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015 Provinsi/ Kabupaten/Kota (1)
E0 (tahun)
EYS (tahun)
Pati Kudus
(2) 75,63 76,41
(3) 11,79 13,14
Jepara
75,65
Demak
MYS (tahun)
6,71 7,84
(5) 9.380 10.203
12,27
7,31
9.504
75,21
12,43
7,45
9.118
Semarang
75,52
12,82
7,33
10.778
Temanggung
75,35
11,89
6,52
8.369
Kendal
74,15
12,41
6,64
10.419
Batang
74,42
11,09
6,41
8.244
Pekalongan
73,35
12,00
6,55
9.208
Pemalang
72,77
11,86
6,04
7.177
Tegal
70,9
12,00
6,30
8.367
Brebes
68,2
11,34
5,88
8.898
Kota Magelang
76,58
13,10
10,28
10.793
Kota Surakarta
77,00
14,14
10,36
13.604
Kota Salatiga
76,83
14,97
9,81
14.600
Kota Semarang
77,2
14,33
10,20
13.589
Kota Pekalongan
74,11
12,59
8,28
11.253
Kota Tegal
74,12
12,46
8,27
11.748
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
(4)
PPP (000 Rp)
127
Lampiran 11 Capaian Indeks Pembangunan Manusia dan Peringkatnya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2014 - 2015
2014
2015
2014
2015
(1) JAWA TENGAH
(2) 68.78
(3) 69.49
(4)
(5)
Pertumbuhan 2014 – 2015 (6)
13
12
1.04
Cilacap
67.25
67.77
21
22
0.78
Banyumas
69.25
69.89
16
16
0.93
Purbalingga
66.23
67.03
26
27
1.21
Banjarnegara
63.15
64.73
33
33
2.50
Kebumen
65.67
66.87
29
28
1.84
Purworejo
70.12
70.37
14
14
0.35
Wonosobo
65.20
65.70
30
30
0.76
Magelang
66.35
67.13
25
25
1.18
Boyolali
70.34
71.74
13
12
1.98
Klaten
73.19
73.81
7
7
0.84
Sukoharjo
73.76
74.53
6
5
1.04
Wonogiri
66.77
67.76
24
23
1.49
Karanganyar
73.89
74.26
5
6
0.50
Sragen
70.52
71.10
12
13
0.82
Grobogan
67.77
68.05
19
21
0.41
Blora
65.84
66.22
28
29
0.57
Rembang
67.40
68.18
20
20
1.16
Provinsi/ Kabupaten/Kota
128
Capaian IPM
Peringkat IPM
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Lampiran 11 (Lanjutan) Capaian Indeks Pembangunan Manusia dan Peringkatnya Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2014 - 2015
2014
2015
2014
2015
(2) 66.99
(3) 68.51
(4)
(5)
Pertumbuhan 2014 – 2015 (6)
22
19
2.28
72.00
72.72
9
9
1.00
Jepara
69.61
70.02
15
15
0.58
Demak
68.95
69.75
17
17
1.15
Semarang
71.65
71.89
10
11
0.32
Temanggung
65.97
67.07
27
26
1.66
Kendal
68.46
69.57
18
18
1.62
Batang
64.07
65.46
32
31
2.17
Pekalongan
66.98
67.40
23
24
0.63
Pemalang
62.35
63.70
35
34
2.17
Tegal
64.10
65.04
31
32
1.47
Brebes
62.55
63.18
34
35
1.02
Kota Magelang
75.79
76.39
4
4
0.79
Kota Surakarta
79.34
80.14
2
3
1.01
Kota Salatiga
79.98
80.96
1
1
1.22
Kota Semarang
79.24
80.23
3
2
1.26
Kota Pekalongan
71.53
72.69
11
10
1.62
Kota Tegal
72.20
72.96
8
8
1.06
Provinsi/ Kabupaten/Kota (1) Pati Kudus
Capaian IPM
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015
Peringkat IPM
129
130
Analisa Data IPM Kab. Blora Tahun 2015