VII. STRATEGI PENGUATAN KELEMBAGAAN PRODUKSI DAN PEMASARAN 7. 1. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Rancangan sebuah program untuk mengembangkan usaha kerajinan anyaman di Desa Sawah Kulon memfokuskan pada empat hal yang perlu mendapat
perhatian.
Pertama,
pengembangan
usaha
dapat
mengatasi
kemiskinan yang dialami anggota kelompok. Kedua, strategi pemberdayaan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan para pengrajin anyaman. Ketiga, keberlanjutan
dari
program
yang
akan
dilaksanakan.
Keempat,
dapat
memberikan manfaat secara : ekonomi (meningkatkan pendapata kelompok pengrajin anyaman), sosial (adanya keberlanjutan usaha dan pengembangan jeringan serta mitra kerja), dan lingkungan (pelestarian lingkungan, karena bahan baku yang mengandalkan kekayaan alam). Program partisipatif yang disusun harus berbasis pada potensi yang dimiliki oleh pengrajin. Oleh karena itu diperlukan identifikasi kebutuhan dari para pengrajin anyaman. Usaha kerajinan anyaman yang diproduksi oleh 142 KK penduduk di Desa Sawah Kulon memang bukan merupakan produk uggulan bagi Kabupaten Purwakarta. Berbeda dengan usaha kerajian keramik dari tanah liat yang dilakukan oleh penduduk desa Sukatani (kawasan Plered) yang bisa menjadi produk unggulan bagi Kabupaten Purwakarta. Belajar dari keberhasilan industri keramik, maka pengrajin anyaman dapat maju dan berkembang dengan berbagai dukungan dari berbagai pihak. Selain faktor alam yang mendukung bagi tersedianya bahan baku, faktor manusia (skill) dan permodalan memegang peranan penting bagi perkembangan usaha ini. Berdasarkan tabel karakteristik anggota kelompok, usaha kerajinan anyaman yang dilakukan oleh semua anggota kelompok 52 persen adalah usaha sampingan sebagai mata pencaharian tambahan. Dari 52 persen tersebut adalah kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh (pekerja kasar seperti : Buruh bangunan, buruh tani), pedagang warungan, dan pekerja serabutan (apa saja yang bisa dikerjakan asal mendapat upah). Wanita sebagai pekerja dalam pembuatan kerajinan anyaman ini mencapai 69 KK.
Angka tersebut
menunjukkan terdapat pekerjaan sampingan, dan mata pencaharian utama dimana. Terdapat 5 KK adalah wanita sebagai pencari nafkah utama (janda). Aktifitas usaha kerajinan anyaman memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan melalui potensi yang dimilki oleh kelompok pengrajin maupun 102
lingkungan masyarakat sekitar. Berdasarkan potensi yang ada, maka untuk mengatasi permasalahan agar usaha kerajinan anyaman ini mengalami perkembangan, dirumuskan program untuk mengembangkan usaha kelompok pengrajin
anyaman
melalui
pengembangan
kelembagaan
produksi
dan
pemasaran. Karena permasalaha yang dihadapi kelompok pengrajin anyaman dimulai dari proses produksi (input) sampai pada pemasaran (output), maka pengkaji membagi dua program. Pertama, program penguatan kelembagaan produksi yang mencakup kegiatan untuk peningkatan keterampilan pengrajin, permodalan, penyediaan bahan baku, dan pendampingan untuk membantu proses produksi. Kedua, program penguatan kelembagaan pemasaran yang mencakup kegiatan promosi, kemitraan untuk pemasaran, dan pendampingan untuk membantu memperlancar proses pemasaran. Kedua program penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran dilakukan melalui kelompok pengrajin anyaman dengan mempertimbangkan kekuatan sosial dan modal sosial yang telah ada pada kelompok maupun pada masyarakat Desa Sawah Kulon. Kelompok pengrajin anyaman yang telah ada merupakan modal sosial yang telah ada, dibantu dengan kekuatan soaial yang telah mengakar pada masyarakat Desa Sawah Kulon. Dari kelembagaan
tipe
kelembagaan
maka
produksi
rancangan
dan
program
pemasaran yang
akan
pada dibuat
analisis harus
mempertimbangkan pada :1) Keahlian dan keterampilan tenaga kerja, 2) Permodalan, 3) Pemasaran agar produk dapat dipasarkan secara luas, 4) Kemitraan dengan bandar, koperasi, dan pasar desa, dan 5) Pendampingan yang dapat mengatasi kesulitan pengrajin apabila pengrajin mendapat kesulitan. Hasil wawancara, FGD, dan observasi yang dilakukan
pada tingkat
kelompok pengrajin dengan menggunakan Methode Participatory Assessment (MPA), maka dapat diidentifikasi bahwa prioritas kebutuhan dan permasalahan yang muncul adalah sebagai berikut : 1. Kualitas pengrajin yang rendah Untuk menghasilkan produk kerajinan anyaman yang dapat bersaing di pasaran dan menarik konsumen, maka diperlukan hasil produksi yang dapat memiliki kualitas memadai. Produk anyaman yang dihasilkan harus lebih inovativ yang didukung oleh daya kreasi dan imajinasi yang tinggi. Pemikiran inovativ perlu ditunjang oleh pendidikan, tingkat keterampilan, dan penggunaan alat
103
teknologi.
Maka diperlukan sebuah kegiatan yang bertujuan meningkatkan
keterampilan para tenaga kerja pengrajin produksi anyaman. Peningkatan keterampilan dengan mengenal teknologi yang dapat membantu menghasilkan produk
kerajinan
meningkatkan
yang daya
dapat kreasi
bersaing yang
di
inovatif
pasaran. para
Pendidikan
pengrajin
untuk
anyaman,
keprofesionalan dalam menjalankan usaha, juga dalam penanaman pohon pandan (bahan baku) yang unggul. .Berdasarkan data identifikasi kelompok pengrajin dalam pemetaan sosial, diperoleh data 31 persen pengrajin berpendidikan rendah. Diantaranya tidak tamat SD 16 orang, tamat SD 82 orang, bahkan ada 1 0rang yang tidak pernah sekolah. Angka tersebut menunjukan bahwa tenaga kerja pengrajin anyaman tidak didukung oleh tingkat pendidikan yang tinggi. Tabel 18. Tingkat Pendidikan Pengrajin Anyaman di desa Sawah Kulon pada Bulan Juli Tahun 2006 NO. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) % 1. Belum sekolah 2. Tidak sekolah 1 0,007 3. Tidak tamat SD 16 0,113 4. Tamat SD 82 0,578 5. SLTP 38 0,267 6. SLTA 5 0,035 7. Akademi/Sarjana muda 8. Sarjana 9. S2 Jumlah 142 100 2. Lemahnya permodalan untuk mengembangkan usaha dan terbatasnya bahan baku Untuk dapat memproduksi kerajinan dalam jumlah yang banyak dan fariasi jenis serta model, diperlukan modal dana. Penggunaan modal adalah untuk bahan baku yang baik, upah bagi tenaga kerja, membantu proses produksi dan pemasaran, yang dapat mengembangkan usaha kerajinan anyaman. Pengelolaan keuangan dalam usaha kerajinan anyaman ini belum berjalan dengan baik. Bantuan permodalan apapun apabila tidak dimanajemen dengan baik tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Apalagi jika keterlibatan investor dalam pengembangan usaha kerajinan sangat diperlukan manajeman bisnis yang standar (ada pembukuan/administrasi keuangan yang lengkap). Oleh karenanya diperlukan pelatihan dalam hal pengelolaan keuangan. Selama ini penggadaan bahan baku yang dilakukan oleh 8 kelompok hanya mengandalkan tanaman pandan yang tumbuh di dusun mereka. Berbeda 104
dengan 4 kelompok lainnya (Cihuni, Pasawahan, dan Sukahaji) yang sudah dapat menjangkau sumber bahan baku dari tempat lain di luar desa dan kecamatan. Keempat kelompok ini dapat menjangkau bahan baku karena pernah mendapat bantuan dari program pemerintah (UP2K dan PPK). Alasan 8 kelompok lainnya dalam lemahnya mengakses sumber bahan baku adalah kekurangan modal. Bahan baku yang pernah ditawarkan memiliki harga yang tinggi yang sulit dijangkau oleh mereka. Jika hanya mengandalkan bahan baku pohon pandan yang tumbuh disekitar dusun mereka. Maka tingkat produksi akan tetap atau menurun, karena tingkat kesuburan tanah yang berkurang yang menunjang tumbuh baik pohon pandan. Pada permasalahan bahan baku yang mengandalkan tanaman pohon pandan yang ada di sekitar Desa Sawah Kulon, untuk tetap dapat menghasilkan daun
yang
berkualitas
bagus,
diperlukan
informasi
cara
penanaman.
Keterlibvatan dinas pertanian dapat membantu komunitas pengrajin dalam menghasilkan daun pandan yang bagus. Manjaga agar kesuburan tanah tidak rusak karena penanaman yang terus menerus dengan jenis tanaman yang sama. 3. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu proses yang menentukan dalam kerajinan anyaman. Mendatangkan keuntungan atau tidak sangat tergantung pada pemasaran. Dalam pemasaran dilakukan cara bagaimana menjangkau konsumen, dan mengetahui apa keinginan konsumen terhadap produk ini. Dalam era ekonomi terbuka yang menunjang pasar bebas, kemitraan dalam pemasaran diperlukan dimana mitra kerja dapat mempromosikan produk anyaman pada konsumen atau mitra lainnya. Pemasaran yang dilakukan oleh bandar selama ini tidak menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak. Tetapi jika dilakukan secara profesional, keuntungan yang diperolah kedua belah pihak dapat melebihi seperti sekarang. Melakukan kemitraan dengan koperasi dan pasar desa dalam hal permodalan, bahan baku, dan pemasaran dapat dilakukan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, produksi anyaman selalu dipasarkan melalui pasar desa dengan menitipkan pada pedagang yang telah dikenal. Pemasaran melalui koperasi juga pernah dilakukan di koperasi kecamatan, kantor KUA, dan dinas pendidikan. Apabila keterlibatan dengan koperasi menjadi melembaga, hal ini dapat menjadi kekuatan ekonomi lokal yang dapat mengembangkan usaha mereka.
105
4. Keterlibatan stakeholders Keterlibatan pemerintah diperlukan untuk mendukung usaha yang dilakukan kelompok pengrajin anyaman. Pemerintah bertanggung jawab terhadap usaha yang dilakukan warganya dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Demikian pula yang dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon perlu mendapat dukungan dari pemerintah. Keberpihakan pemerintah dapat berupa adanya program kegiatan dengan sasaran kelompok pengrajin anyaman. Bantuan permodalan melalui lembaga keuangan seperti koperasi. Dukungan dalam produksi berupa penyiapan bahan baku yang bagus, tenaga kerja yang terampil, pemasaran yang lancar, sehingga usaha ini dapat berkembang dan berkelanjutan. Kekuatan ekonomi lokal yang ada di Desa Sawah Kulon dapat dilibatkan dalam mengembangkan usaha kerajinan anyaman ini. Pasar desa, usaha ekonomi produktif, koperas merupakan potensi lokal yang dapat diandalkan untuk menunjang pengembangan usaha kerajinan anyaman. Adanya modal sosial dan kekuatan ekonomi loka jika disinergiskan dapat menjadi kekuatan untuk mengambangkan potensi kerajinan anyaman.
7.2. Analisis SWOT Identifikasi potensi dan permasalah dilakukan melalui FGD yang dilakukan bersama dengan para perwakilan kelompok pengrajin anyaman. Identifikasi dilakukan secara partisipasi aktif anggota FGD dengan menggunakan analisis SWOT (Strenght, Weakness. Opportunities, Threats) atas pendapat pengrajin terhadap usaha yang telah mereka lakukan selama ini. Terdapat 2 faktor dalam identifikasi potensi dan permasalahan. Faktor internal terdiri dari kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weakness), faktor eksternal terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Tabel berikut menyajikan matriks analisis SWOT terhadap identifikasi potensi dan permasalahan yang dilakukan melalui FGD dengan metoda Methode Participatory Assessment (MPA).
106
Tabel
a. b.
c. d. e.
19.
Matriks Analisis SWOT Terhadap Identifikasi Potensi dan Permasalahan yang Dihadapi Pengrajin Anyaman di Desa Sawah Kulon Kondisi Internal Strengths (Kekuatan) Weakness (kelemahan) Modal sosial : Kebersamaan, a. Keterampilan tidak berkembang gotong royong, kepercayaan. karena pendidikan yang rendah. Fleksibilitas waktu produksi dan b. Sistem kerja dan pengupahan pemasaran (tidak berdasar jam yang kurang memotifasi pengrajin kerja tapi ada target). untuk lebih berprsetasi . Keterampilan menganyam yang c. Keterbatasan modal. diperoleh secara turun temurun. d. Mencari dan mengolah bahan Daya dukung : Lahan, tenaga kerja, baku menjadi lebih baik. modal. e. Pemasaran yang tidak Usaha turun temurun yang telah berkembang dan terbatas. lama ditekuni pengrajin Kondisi Eksternal
Opportunities (Kesempatan) a. Adanya dukungan dari lingkungan masyarakat (tokoh masyarakat, pemerintah desa), dan memperluas dukungan dari instansi pemerintah daerah dan lembaga lainnya. b. Keberlanjutan program pemerintah yang pernah ada bagi kelompok yang pernah mendapat program bantuan, dan kemungkinan kelompok lainnya untuk memperoleh program bantuan lain. c. Pasar desa, koperasi di tingkat desa dan kecamatan, dan peran bandar sebagai alternatif pemasaran. d. Kerjasama dengan pengrajin lainmengembangkan usaha.
Threats (Ancaman) a. Persaingan dalam pemasaran dengan produk yang sama hasil produksi dari daerah lain. b. Akses terhadap informasi untuk pengembangan usaha yang terbatas. c. Kemampuan untuk membaca pasar yang lemah
Diagram analisis SWOT disusun pengkaji untuk dapat merumuskan faktor-faktor mana saja yang dapat dijadikan sebagai pendukung untuk keberlanjutan usaha pengrajin anyaman. Sedangkan untuk prioritas masalah dan kebutuhan yang telah dirumuskan melalui FGD, wawancara, pengamatan, dan MPA, dapat dilihat pada Tabel 20 analisis masalah serta gambar 9 tentang analisis pohon masalah.
107
Gambar 8.
Diagram Analisis SWOT Terhadap Identifikasi Potensi dan Permasalahan yang Dihadapi Pengrajin Anyaman di Desa Sawah Kulon Berbagai Peluang
1. Keterampilan yang diperoleh turun temurun dan kurang berkembang 2. Program pemerintah yang pernah ada sebagai awal dari dukungan pemerintah 3. Pasar desa, bandar, koperasi sebagai alternatif untuk mengatsi Kesulitan pemasaran 4. Kerjasama dengan kelompok lain dalam satu desa untuk mengatasi kekurangan modal dan bahan baku Intinya pada : Kualitas tenaga kerja pengrajin anyaman, dukungan stake holders, pemasaran, modal dan bahan baku.
1. Modal sosial yang ada pada masyarakat Desa Sawah Kulon dan pada kelompok pengrajin anyaman 2. Pengetahuan menganyam yang turun temurun 3. Daya dukung alam dan tenaga kerja 4. Program pemerintah yang pernah ada ditunjang oleh usaha pengrajin anyaman yang telah mengakar Intinya pada : kualitas tenaga kerja pengrajin anyaman, modal dan bahan baku, dan keterlibatan stakeholders.
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal 1. Persaingan dalam 1. Modal sosial sebagai pemasaran dan kesulitan kekuatan untuk mengatasi memahami selera kesulitan persaingan dalam konsumen yang tidak pemasaran ditunjang oleh 2. Daya dukung tenaga kerja profesionalisme dalam dikembangkan untuk dapat manajemen usaha mengolah daya dukung anyaman alam dan keprofesionalan 2. Daya dukung alam yang dalam pengembangan terbatas berpengaruh usaha anyaman terhadap penyediaan Intinya pada : Pemasaran, bahan baku modal dan bahan baku, kualitas 3. Kelemahan dalam tega kerja pengrajin mengakses informasi permodalan yang menyulitkan perolehan modal 4. Daya dukung tenaga kerja yang memiliki keterampilan terbatas Intinya pada : Pemasaran, modal dan bahan baku, kualitas tenaga kerja pengrajin Berbagai Ancaman 108
109
110
7. 3. Strategi Penguatan Kelembagaan Produksi dan Pemasaran Pengrajin Anyaman Kelembagaan produksi dan pemasaran anyaman ini merupakan sebuah aturan, norma, nilai, dan pola-pola hubungan interaksi baik yang terjadi secara horizontal maupun vertikal. Hubungan interaksi horizontal terjadi di dalam kelompok sesama pengrajin anyaman, sedangkan hubungan interaski yang vertikal terjadi antara pengrajin anyaman dengan stakehlders yang terlibat dalam pengembangan pengrajin anyaman. Penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran anyaman pada pengrajin anyaman ini dilakukan ketika pola hubungan yang bersifat horizontal dan vertikal berlangsung. Artinya semua aturan, norma, nilai, dan hubungan yang terjadi baik dalam kelompok pengrajin maupun dengan pihak luar adalah untuk memperkuat proses produksi dan pemasaran anyaman yang kedepannya dapat memberikan nilai ekonomi yang berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi pengrajin anyaman. Berdasarkan hasil analisis SWOT yang dilakukan dalam FGD antara pengkaji dengan pengrajin dan pihak yang terlibat lainnya akan dijadikan pedoman untuk membuat rancangan program pengembangan kelembagaan produksi dan anyaman. Adapun strategi yang digunakan adalah dengan : Pertama Strategi S-O (Strengths-Opportunities), artinya penyusunan rancangan program
dengan
melihat
kekuatan
dan
kesempatan
yang
pada
pada
kelembagaan produksi dan pemasaran yang selama ini dilakukan, serta pada potensi dan permasalahan. Kedua dengan melakukan Strategi W-T (WeaknessThreats), artinya penyusunan rancangan program dengan melihat kelemahan dan ancaman yang selama ini dijumpai pengrajin untuk dapat dieliminer sekecil mungkin. Maka langkah program pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran anyaman menitikberatkan pada : a. Adanya jumlah pengrajin anyaman yang banyak dengan keterampilan yang terbatas, namun dukungan dari pemerintah yang pernah ada dengan programnya
menjadi
peluang
untuk
dapat
mengambangkan
potensi
pengrajin. b. Dukungan stakeholders, potensi desa, masyarakat desa lainnya, dapat dijadikan modal untuk mendapatkan tanaman bahan baku, bantuan permodalan, dan perluasan pemasaran.
111
c. Melakukan kemitraan dengan potensi ekonomi lokal (koperasi. pasar desa, dan bandar) untuk mengembangkan usaha baik dalam bahan baku, permodalan, dan pemasaran. d. Perluasan cara pemasaran untuk lebih mengenalkan produk anyaman kepada khalayak umum sehingga diperlukan promosi atau ruang promosi bagi anyaman yang dapat menjangkau konsumen dari berbagai lapisan. e. Kelemahan dalam produksi dan pemasaran menjadikan ancaman dalam memasarkan hasil anyaman yang kalah bersaing dengan produk lain yang sejenis, sehingga diperlukan pendampingan dalam setiap tahapan yang akan membantu pengrajin apabila menghadapi permasalahan dalam setiap tahapan produksi dan pemasaran. f.
Dukungan pemerintah tetap diperlukan sebagai pihak yang bertanggung jawab atas setiap kesejahteraan warganya, maka kebijakan pemerintah diharapkan dapat berpihak pada pengrajin.
g. Keterlibatan pihak swasta maupun LSM juga diperlukan untuk advocacy terhadap pemerintah dan memperluas jangkauan produksi dan pemasaran dari anyaman. Rencana program pada pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran diharapkan untuk dapat memperkuat posisi tawar menawar (bargaining position) pengrajin. Adapun strategi yang dilakukan dengan mempertimbangkan 4P, yaitu Product (produk), Price (Harga), Promotion (Promosi), dan Place (Tempat/Distribusi). 1. Merencanakan tentang produk Berbagai jenis anyaman adalah produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jenis anyaman apakah yang paling banyak peminatnya. Merencanakan produk meliputi : keanekaragaman jenis anyaman (tikar, topi, sandal, dompet), model yang menarik, pelabelan, dan penampilan anyaman. 2. Merencanakan tentang harga Harga merupakan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk. Dalam menentukan harga anyaman, beberapa hal harus diperhatikan : daya beli konsumen tetap, permintaan terhadap anyaman selama ini, adanya pesaing dari anyaman lain, dan pengawasan terhadap harga yang berlangsung selama ini.
112
3. Merencanakan tentang promosi Lebih jauh promosi diharapkan bisa menjangkau periklanan, namun langkah yang sederhana adalah dengan mengikuti berbegai event pameran yang diadakan baik oleh pemerintah maupun swasta. 4. Merencanakan tentang tempat/distribusi Tempat atau distribusi anyaman secara luas merupakan serangkaian kegiatan yang saling bergantungan dari pemasaran anyaman ini. Tujuannya adalah untuk membuat kemudahan dan kenyamanan baik bagi pengrajin maupun konsumen dalam menyalurkan dan memperoleh anyaman. Dengan demikian arah rancangan program yang diangkat harus berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan kelompok pengrajin. Pengkaji mengarahkan bahwa rencana program yang dibuat dengan melihat pada analisis SWOT yang telah disepakati bersama. Maka rencana program berusaha mencari kegiatan yang dianggap dapat mengatasi permasalahan dengan merujuk pada strategi analisis SWOT dan strategi lain yang mendukung. Secara umum hasil FGD menyimpulkan bahwa upaya mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran pengrajin anyaman harus berangkat dari diri pengrajin. Kekuatan sosial dan modal sosial yang ada pada kelompok pengrajin dapat dijadikan kekuatan untuk mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran kerajian anyaman. Berdasarkan hasil analisis SWOT, wawancara, FGD, observasi, identifikasi potensi dan masalah, dipadukan strategi S-O (Strenghts-Opportunities) dan W-T (Weakness-Threats) maka rancangan program
pengembangan
disusun
menurut
prioritas
kebutuhan
dan
permasalahan yang muncul, yaitu : A. Peningkatan kualitas tenaga kerja pengrajin Pada pelaksanaan FGD di tingkat kelompok pengrajin anyaman, muncul pendapat bahwa keberhasilan adalam mengembangkan usaha sangat bertumpu pada kemampuan individu dan kelompok pengrajin anyaman. Kemampuan dalam menjalankan proses produksi dan pemasaran yang didukung oleh faktor internal dan eksternal setiap individu dalam kelompok. Dari hasil diskusi, muncul keinginan dari setiap anggota kelompok untuk dapat meningkatkan kualitas individu, yaitu dengan : 1. Pelatihan membuat tikar anyaman agar hasil produksi sesuai dengan strandarisasi, penggunaan teknologi agar hasil produksi berkualitas baik.
113
Pelatihan ini untuk memperkuat atau lebih meningkatkan keterampilan yang telah miliki secara turun temurun. 2. Memberikan pengetahuan untuk dapat mengakses sumber daya yang ada pada instansi pemerintah maupun lembagak ekonomi lainnya. Juga untuk dapat melakukan koordinasi dengan lembaga-lembaga tersebur. 3. Memahami pasar, sehingga tahu keinginan konsumen dan trend yang sedang digemari. 4. Melakukan latihan pengelaolaan usaha ekonomi lokal secara profesional melalui administrasi dan pembukuan yang lengkap. 5. Pengelolaan lahan pertanian agar kesuburan tanah tidak rusak ketika penanaman terus menerus dari pohon pandan. Kegiatan peningkatan kualitas tenaga kerja pengrajin anyaman tersebut diharapkan meningkatkan potensi dan kemampuan yang telah dimiliki oleh individu pengrajin. Karena individu pengrajin terdiri dari laki-laki dan perempuan baik yang memiliki pekerjaan lain maupun tidak, maka kegiatan peningkatan kualitas tenaga kerja harus memperhatikan waktu dan kesediaan anggota kelompok.
Untuk
mengatsi
keterbatasan
waktu
dan
kesibukann
dalam
pekerjaanlain perlu dilakukan (1) Pelatihan dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil,
(2)
Penggunaan
media
penyampai
yang
mudah
dipahami,
(3)
Meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki, dan (4) Memahami keterbatasan yang ada pada pengrajin. B. Bantuan permodalan Kesulitan dalam mengakses lembaga keuangan yang dialami kelompok pengrajin adalah karena persyaratan yang tidak bisa dipenuhi oleh pengrajin. Selama ini permodalan yang dilakukan dengan meminjam kepada anggota kelompok. Bantuan permodalan lebih menekankan kepada peranan instansi pemerintah dalam memberikan dukungan dana bagi kelompok pengrajin anyaman di Desa Sawah Kulon. Apabila kelompok pengrajin dapat menjangkau lembaga keuangan selain bantuan dari pemerintah, maka kekhawatiran pengrajin bisa terjadi. Macet dalam pengembalian pinjaman kepada lembaga keuangan adalah kekhawatiran pengrajin. Harapan kelompok pengrajin
kepada pemerintah dalam bantuan
permodalan dengan keyakinan adanya flesibilitas dalam proses pengembalian. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam bantuan permodalan adalah :
114
1. Bantuan permodalan melalui program yang masuk ke desa pengrajin anyaman. 2. Bantuan permodalan diprioritaskan untuk pengembangan usaha dalam hal bahan baku, bantuan upah, dan biaya pemasaran. C. Work Shop Work shop merupakan bagian dari promosi untuk memasarkan kerajinan anyaman hasil produksi Desa Sawah Kulon. Keberadaan work shop pada tingkat kabupaten dan kecamatan dengan pertimbangan : 1) Pada tingkat Kabupaten work shop dapat mengakomodir seluruh produksi kerajinan yang dihasilkan oleh penduduk Kabupaten Purwakata. Tidak hanya kerajinan anyaman dari Desa Sawah Kulon, tetapi dari seluruh wilayah Purwakarta. 2) Pada tingkat Kecamatan work shop dapat menampilkan hasil produksi pada tingkat kecamatan. Berasarkan hasil FGD antara dinas instansi (Koperasi dan UKM, Perindag, Pertanian, dan Sosial dan PM), aparat Desa dan Kecamatan, dengan kelompok pengrajin anhaman, work shop adalah kegiatan yang dipandang sebagai wujud tanggung jawab pemerintah daerah dalam mempromosikan hasil produksi kerajinan penduduk kabupaten Purwakarta. Seperti penuturan Drs. H. Dadang
Rhomdoni
selaku
Kabag
TU
pada
Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan. Ide work shop dapat dipahami sebagai bagian dari promosi bagi produk asli Kabupaten Purwakarta untuk dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Tetapi ide ini harus didukung oleh kualitas hasil produksi yang memadai, permodalan yang kuat, kontinuitas produk, yang tentunya berhubungan dengan tenaga kerja, bahan baku, dan yang lainnya. Oke work shop menjadi tanggung jawab kami sebagai leadingsector, tetapi instansi lainnya seperti Koperasi dan UKM, Pertanian, Sosial dan PM, harus bisa memperkuat terciptanya sebuah produk yang dapat diungulkan yang competitive dan comparative. Dalam jangka waktu dekat, mungkin tahun 2007, akan diusahan program work shop akan kami ajukan sebagai kegiatan aspiratif bottom-up dari pebgrajin anyaman di Desa Sawah Kulon. Tong PU jeung Binamarga wae nu boga work shop teh nya? Urang ge bisa gagah saeutik (Jangan PU dan Binamarga saja yang punya work shop ya? Kita juga bisa sedikit gagah). Ungkapan tersebut didukung oleh Dra. Heni Herlina sebagai kepala Dinas Koperasi dan UKM pada kesempatan lain ketika dikunjungi oleh pengkaji. Boleh juga ide work shop bagi para pengrajin kecil di Kabupaten Purwakarta. Selama ini kan promosi dilakukan kalau ada pameran saja, dan itu paling setahun hanya satu dua kali. Dinas Koprasi mungkin dapat membantu pada segi permodalan untuk usaha kecil
115
menengah, dan membengun kemitran dengan koperasi lain yang lebih besar untuk membantu pemasaran. Pada dasarnya kegiatan work shop adalah untuk promosi dan pemasaran produksi kerajinan. Secara umum kegiatan yang dilakukan dalam work shop adalah : 1. Memperkenalkan dan mempromosikan produk kerajinan anyaman yang ada di Desa Sawah Kulon, baik pada tingkat kabupaten maupun propinsi. 2. Melakukan atau mengikuti kegiatan pameran yang diselenggrakan pada berbagai tingkatan. 3. Berkoordinasi dengan koperasi melakukan pemasaran yang lebih luas tidak terbatas pada kabupaten Purwakarta saja. D. Kemitraan (koperasi, pasar desa) Menurut Soemarjan (1997) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama (2002), kemitraan usaha adalah kerjasama antara dua pihak dengan hak dan kewajiban yang setara dan saling menguntungkan. Kemitraan yang dilakukan dalam pengembangan kelembagaan pemasaran kerajinan anyaman adalah antara kelompok pengrajin anyaman dengan koperasi dan pasar desa. Pada kegiatan pengembangan kelembagaan pemasaran kerajinan anyaman ini posisi kelompok pengrajin dengan koperasi dan pasar desa adalah sama. Posisi tawar menawar dan (bargaining position) adalah sama. Kemitraan partisipatif menjadi sebuah kebutuhan diperlukan kesadran semual pelaku dalam kemitraan untuk saling berbagi kelebihan dan menutupi kekurangan dalam konteks pemasaran. Hal ini sangat tepat untuk diterapkan pada pola hubungan yang terjadi pada kelompok pengrajin anyaman. Kemitraan partisipati menurut Js. Herman dan Eriyanto (2001) lebih menekankan pada bentuk hubungan bisnis yang masing-masing pelakunya memiliki komitment tinggi untuk membangun kondisi perekonomian masyarakat yang berbasis pada kepedulian untuk membantu sesama pelaku ekonomi guna mencapai derajat ekonomi yang lebih baik. Ekonomi kerakyatan menurut pendapat Sumodiningrat (1998) lebih kepada system
perekonomian
yang
mendukung/berpihak
kepada
rakyat.
Pada
dasasrnya tujuan utama dari kemitraan partisipatif dan ekonomi kerakyatan adalah
keuntungan
dari
sistem
perekonomian
yang
berjalan
akan
menguntungkan rakyat kecil.
116
Koperasi mitra sejahtera adalah koperasi bagi PNS yang ada di lngkungan pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta. Sebagai wujud kepedulian kepada masyarakat Desa Sawah Kulon, maka koperasi ini akan bermitra dengan kelompok pengrajin anyaman dalam memasarkan produk kerajinan anyaman. Dari hasil FGD yang dilakukan, ketua koperasi mitra sejahtera, Drs. H. Endang Koeswara, Msi, menuturkan bahwa : Potensi kerajinan anyaman ini perlu dikembangkan. Koperasi ini akan membantu memasarkan hasil produksi kepada pegawai di lingkungan pemerintah daerah sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab untuk mengembangkan kekayaan lokal. Siapa tau nantinya bisa mendatangkan PAD jika berkembang dengan pesat. Cara pemasaran bisa bekerja sama dengan work shop nantinya. Kira-kira kerajinan berbentuk apa yang dapat diberikan pada PNS pemda pada waktu hari lebaran, ulang tahun kabupaten, ulang tahun kemerdekaan, cinderamata untuk tamu luar, dan lain-lain yang dapat merangsang para pengrajin untuk terus berproduksi yang diiringi dengan perbaikan kualitas. Di Purwakarta ini desa yang memiliki potensi kerajinan anyaman tidak hanya di Sawah kulon Pasawahan saja, tetapi di Kecamatan lain pun masih ada, jadi potensial untuk dikembangkan. Apalagi jika para kelompok oengrajin ini dapat bekerjasama dengan mereka, tentunya dibantu dinas Indag dan koperasi. Tujuan dari kemitraan dengan koperasi dan pasar desa dalam pengembangan kelembagaan pemasaran adalah agar setiap hasil produksi kerajina anyaman ada tempat untuk mamasarkan yang mudah dijangkau oleh konsumen. Selain itu agar tidak terjadi penumpukan hasil produksi, maka perputaran hasil produksi dapat berjalan dengan cepat. Poole (2000) dalam Sukoco (2006) menyatakan prinsip yang dibutuhkan dalam kemitraan terutama kemitraan dalam masyarakat (six action principles in the community partnerships models), antara lain : 1. Membangun agenda masyarakat : pihak-pihak yang akan diajak bermitra 2. Menetapkan srutktur kemitraan masyarakat : untuk mengimplementasikan agenda kerja masyarakat 3. Menganalisis : efektif atau tidak, menguntungkan atau merugikan 4. Pemilikan masyarakat : Memberi informasi kepada pihak yang bermitra sehingga ada kepemilikan terhadap program 5. Teknologi : Untuk keragaan usaha diperlukan penggunaan teknologi 6. Pengayoman : Perlunya komitmen, dukungan, evaluasi dalam kemitraan. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan dalam kemitraan dengan koperasi maupun pasar desa adalah : 117
1. Koperasi dan pasar desa dapat membantu dalam pemasaran hasil produksi. 2. Bantuan permodalan dan penyediaan bahan baku dapat dilakukan melalui koperasi. 3. Membantu melakukan promosi melalui pameran-pameran pada berbagai tingkatan agar mengikutsertakan produk anyaman ini. Keberadaan pasar desa sebagai potensi desa diharapkan dapat menjadi akses bagi masyarakat lokal untuk menjual hasil produksi home industry maupun hasil bumi/pertanian, termasuk bagi kelompok pengrajin anyaman. Selain itu diharapkan keberadaan pasar desa dapat menciptakan lapangan kerja sektor informal untuk mengurangi tingkat pengangguran pada masyarakat lokal. E. Pendampingan Dalam proses produksi dan pemasaran yang dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman, diperlukan orang luar yang dapat membantu mereka untuk dapat mengembangkan usaha kerajinan anyaman. Pengkaji menganjurkan adanya pendampingan yang akan mendampingi para kelompok pengrajin dalam menjalankan usahanya. Pendamping akan membantu para pengrajin dalam menghadapi
kesulitan
selama
proses
produksi
dan
pemasaran.
Pada
pelaksanaannya pendamping dapat berperan sebagai mediator, fasilitator, bagi kelompok pengrajin anyaman.
Pendampingan ini dapat berperan dalam
penguatan kelompok pengrajin anyaman. Pembentukan kelompok sehingga pembagian kerja dapat terorganisir untuk menunjang pengembangan usaha kerajinan anyaman. Pembangunan berbasiskan masyarakat sangat memeerlukan adanya kehadiran orang atau kelompok yang mampu menekan berbagai sumber dan potensi masyarakat, yang dimaksud oleh pakar pembanguan adalah pendamping masyarakat. Pendampingan merupakan suatu adopsi dari konsep LSM dalam melakukan pemberdayaan masyarakat yang belum pernah tersentuh oleh program pembangunan. Kartjono (2000) berpendapat pendampingan masyarakat adalah suatu strategi pengembangan (cara untuk mencapai tujuan) dimana hubungan antara pendamping dengan yang didampingi adalah hubunganb dialogis (saling belajar)
diantara dua subjek. Ife (1995) pakar pembangtuan
masyarakat, juga mengedepankan peran pendamping dalam memberdayakan masyarakat, seperti dikemukakan : Community work trends to be about doing a lot of things at once, and in any single actifity or project a community worker is a likely to be feeling several of these roles, and will move between one and another all the time. (Ife, 1995: h. 202) 118
(Proses pendampingan masyarakat cenderung mengandung arti melakukan banyak hal dalam satu waktu, dan dalam setian aktifitas atau proyek, seorang pendamping kemungkinan dituntut untuk mengisi beberapa dari peran-peran tersebut, dan sepanjang waktu akan berpindah dari satu peran ke mperan yang lainnya) Pendampingan yang dapat dilakukan dalam mendampingi kelompok pengrajin anyaman meliputi peran : 1. Fasilitator Pendampingan pada kelompok pengrajin anyaman memiliki tanggung jawab untuk membantu pengrajin menjadi mampu menangani berbagai tekanan dalam usaha mengembangkan usaha kerajinan anyaman. Setiap perubahan ke arah perkembangan yang terjadi dikarenakan adanya usaha dari kelompok pengrajin sendiri. Pendampingan tidak
hanya memfasilitasi, tetapi mampu
memungkinkan pengrajin anyaman untuk dapat melakukan perubahan yang telah disepakati bersama. 2. Broker Peran sebagai broker mencakup menghubungkan komunitas pengrajin anyaman dengan akses sumber daya yang dapat mengembangkan usaha mereka. 3. Mediator Peran mediator diperlukan pada kelompok pengrajin terutama pada saat terjadi perbedaan yang mencolok yang mengarah peda terjadinya konflik. Artinya pendamping dapat melakukan fungsi untuk menjembatani antara anggota kelompok pengrajin dengan sistem lingkungan yang menghambat bagi pengembangan
usaha
anyaman.
Mediator
dapat
melakukan
negosiasi,
pendamaian, resolusi konflik. Dalam mediasi upaya yang dilakuakn adalah solusi menang menang (win win solution). 4. Pembela Pembelaan atau advokasi lebih menekankan pada hal yang bersentuhan dengan kebijakan dan politik. Dalam mengembangkan usaha kelompok pengrajin anyaman, seorang pendamping dapat mempengaruhi sebuah kebijakan pemerintah agar berpihak kepada kepentingan kelompok pengrajin anyaman. 5. Pelindung Tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang pendamping adalah untuk kepentingan pengrajin anyaman. Sehingga karena adanya tanggung jawab terhadap komunitas, maka harus didukung oleh hukum.
119
Kegiatan pendampingan telah dilakukan oleh Dinas yang mengikuti FGD, yaitu Dinas Koperasi dan UKM, dan Dinas Sosial dan PM. Pada Dinas koperasi, pendamping di tingkat kecamatan memiliki tanggung jawab untuk mendampingi kegiatan koperasi pada tingkat desa. Sedangkan pada Dinas Sosial dan PM, pendamping
ada
pada
kegiatan
PPK.
Pendampingan
untuk
kegiatan
pengembangan usaha kerajinan anyaman ini menitik beratkan pada tugas untuk mendampingi para kelompok pengrajin anyaman pada setiap proses produksi dan distribusi pemasaran. Untuk menghemat tenaga, waktu dan materi, maka pendamipingan bagi kelompok pengrajin anyaman dapat dilakukan oleh petugas pendamping yang telah ada. Pendamping dalam pemasaran merupakan salah satu orang yang memiliki tanggung jawab untuk mencari sentra-sentra pemasaran bagi produksi hasil anyaman. Pada pelaksanaannya pendamping dapat berperan sebagai mediator, fasilitator, bagi kelompok pengrajin anyaman. Pendampingan ini dapat berperan dalam penguatan kelompok pengrajin anyaman. Pembentukan kelompok sehingga pembagian kerja dapat terorganisir untuk menunjang pengembangan usaha kerajinan anyaman. Tugas pendamping atau kegiatan pendampingan adalah : 1. Membantu penguatan pada kelompok agar tetap berusaha dengan kelompok. 2. Mendampingi proses produksi dari penyediaan bahan baku, tenaga kerja, menjangkau akses permodalan, dan melakukan kemitraan dengan lembaga ekonomi lokal dan yang lainnya. 3. Membantu dan mendampingi proses pemasaran baik melalui bandar, koperasi, atau pasar desa. 4. Mendamping proses promosi baik melalui work shop atau promosi dalam bentuk lain seperti pameran. 5. Membantu dan mendampingi pengrajin dalam pengolahan untuk penanaman bahan baku yang baik. Pada Tabel 21 kerangka kerja logis dapat dilihat secara terperinci tentang rancangan penyusunan program pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran. Dengan memperhatikan permasalhan yang dirasakan oleh setiap kelompok pengrajin anyaman, maka
disusun tartegi untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dari strategi dibuatlah program yang berlanjut pada berbagai kegiatan untuk mendukung sebuah program.
120
121
Pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran bertumpu pada pengembangan kapasitas kelembagaan tersebut untuk mencapai tujuan penguatan kelembagaan produksi dan pemasaran. Kapasitas kelembagaan produksi dan pemasaran pada pengrajin anyaman dapat dilihat dari 5 aspek (Syahyuti, 2003), yaitu : 1. Strategi kepemimpinan (strategic leadership). Memahami pola kepemimpinan yang selama ini dilakukan oleh kelompok pengrajin anyaman. 2. Perencanaan program (Program planning). Bagaimana proses perencanaan yang dijalankan dalam manajemen produksi dan pemasaran pada kelompok pengrajin anyaman. Hal ini dapat dilihat dari mulai penanaman bahan baku, penggunaan lahan, sampai pada bagaimana produk anyaman ini sampai pada konsumen. 3. Manajemen dan pelaksanaan (management and execution). Bagaimana pengaturann dan pengelolaan usaha yang selama ini dilakukan. Berdasar pada konsep bisnis atau kekeluargaan. Selama melakukan proses produksi dan pemasaran pertimbangan seperti apa yang diterapkan. 4. Alokasi sumber daya (resource allocation). Bagaimana penyediaan dan penyebaran sumber daya yang dimiliki oleh baik oleh anggota maupun kelompok pada setiap kelompok pengrajin. 5. Hubungan dengan pihak luar, artinya pihak mana saja yang telah terlibat pengembangan usaha kerajinan anyaman ini. Strategi pengembangan usaha kelompok pengrajin anyaman diperlukan agar dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi kelompok pengrajin anyaman. Kinerja dari strategi pengembangan kelembagaan produksi dan pemasaran
yang disusun adalah dengan memperhatikan 3 aspek (Syahyuti,
2003) : 1. Efektifitas : Keefektifitasan kelembagaan dalam mencapai tujuan. Hal ini berhubungan dengan pola kepemimpinan dan manajemen dalam setiap proses produksi dan pemasaran kerajinan anyaman. 2. Efisiensi : Dalam penggunaan sumber daya alam agar tidak habis dengan tetap menjaga kesuburan tanan agar dapat menghasilkan bahan baku yang konstan, atau jika mengalami pengurangan pun tidak terlalu sugnificant. Keefisiensienan ini dengan memperhatikan faktor alam atau lingkungan, todak mencemari dan merusak lingkungan.
122
3. Keberlanjutan : Untuk mencapai keberlanjutan usaha kerajinan anyaman ini, maka harus diperhatikan bahwa : a. Kebutuhan pengembangan kerajinan anyaman ini dirasakan oleh seluruh kelompok pengrajin, b. Kegiatan pembuatan kerajinan anyaman ini merupakan kegiatan yang sudah mengakar pada komunitas, dan c. Adanya dukungan seperti tenaga kerja, keterampilan, dan sumbae alam. Rancangan program yang disusun adalah untuk mengembangkan kelembagaan produksi dan pemasaran yang telah dilakukan oleh kelmpok pengrajin anyaman. Entry point program tersebut adalah melalui kelompok pengrajin, jadi ada aspek memberdayakan kelompok pengrajin. Hal tersebut sesuai dengan asas dalam pengembangan masyarakat yang salah satunya adalah pemberdayaan. Dalam merangrang keberdayaan kelompok pengrajin anyaman diperluikan strategi yang dapat menyelesaikan permasalahan pada kelompok
pengrajin
anyaman.
Strategi
yang
akan
dilakukan
dalam
memberdayakan kelompok pengrajin anyaman ini adalah : 1. Keberpihakan. Upaya pengembangan kelembagaan yang akan dilakukan harus terarah, dan
ditujukan
kepada
yang
memerlukan,
dirancang
unutk
mengatasi
permasalahan, dan sesuai dengan kebutuhan. Artinya semua usaha yang dilkukan mencerminkan keberpihakan pada kepentingan dan kebutuhan kelompok pengrajin anyaman. 2. Partisipasi Program yang ditujukan untuk mengembangkan usaha kelompok pengrajin anyaman ini harus mengikutsertakan kelompok tersebut. Sebanyak mungkin anggota kelompok dari setiap kelompok pengrajin dilibatkan dalam penyusunan maupun pelaksanaan program untuk pengembangan usaha pengrajin ini. 3. Kelompok Pendekatan yang paling efektif adalah dengan pendekatan kelompok. Melalui 12 kelompok pengrajin yang sudah ada setiap informasi dapat menyebar diantara anggota kelompok. 4. Sesuai dengan potensi lokal Agar program dapat didukung oleh seluruh komunitas dan seluruh anggota kelompok pengrajin, maka disesuaikan dengan potensi dan sumber daya yang tersedia di lingkungan komunitas. Dengan telah tersedianya dukungan
123
sumber daya dan potensi yang dimiliki, diharapkan proses pengembangan dapat mudah dilakukan. 5. Keterpaduan Artinya program pengembangan masyarakat dilakukan secara sinergis baik antara unit instansi maupun lintas sektoral dan lintas pelaku antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. 6. Keberlanjutan Pengembangan masyarakat yang dilakukan berkesinambungan secara terus menerus, tidak sesaat. Oleh karena itu, program pengembangan yang dilakukan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan komunitas dan mengakar pada komunitas. Usaha kerajinan anyaman merupakan kekuatan ekonom lokal, maka dalam pengembangan usaha ekonoli lokal tersebut diperlukan dukungan dari komponen lembaga lainnya. Haeruman Js dan Eyiranto dalam Kemitraan Dalam Ekonomi
Lokal
mengemukakan
4
lembaga
yang
dapat
mendukung
berkembangnya sebuah usaha ekonomi lokal, yaitu lembaga usaha produksi, lembaga disribusi, lembaga pembiayaan usaha/keuangan, dan lembaga keswadayaan masyarakat. Dalam kaitannya dengan usaha kerajian anyaman dalam kajian ini, maka dukungan dari 4 lembaga tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut : 1. Lembaga Usaha Produksi Lembaga Usaha produksi didukung oleh parameter teknologi, bahan baku, dan sumber daya manusia.
Teknologi yang digunakan dalam proses
produksi kerajinan anyaman dapat membantu mempercepat proses produksi. Pada sisi lain dapat mengurangi jumlah tenaga kerja produksi tetapi dapat diserap pada tahapan lain jika produksi dapat melebihi seperti biasa. Seperti pengepakan,
pemberian
label/merk,
pengecatan,
dan
lain-lain.
Untuk
mendapatkan bahan baku yang berkualitas baik perlu mendapat dukungan dari segala sektor, menjaga kesuburan tanah, pencegahan dari hama tanaman, tenaga kerja yang terampil atau menjangkau akses dimana bahan baku yang berkualitas baik tersedia. Faktor sumber daya menusia menjadi sangat penting karena manusia (dalam hal ini pengrajin) adalah pelaku utama dalam proses produks, tanpa manusia semua proses tidak akan ada yang melakukan.
124
2. Lembaga Distribusi/Pemasaran Keberlanjutan kelembagaan produksi adalah dengan kelembagaan pemasaran, dimana hasil produksi ada yang memerlukan atau menggunakan melaui jalur pemasaran. Infrastruktur dan sarana pemasaran sebagai media/alat yang membantu terjadinya sebuah pemasaran. Untuk lebih berkembang usaha sampai melewati batas sektoral, maka kemitraan diperlukan sebagai pendukung dari mekanisme produksi maupun pemasaran. 3. Lembaga Pembiayaan Usaha/Keuangan Akses terhadap lembaga keuangan yang sangat mungkin dapat dimanfaatkan oleh kelompok pengrajin anyaman berupa lembaga perbankan, kredit, lembaga keswadayaan masyarakat, dan lembaga kemitraan. Lembaga keuangan tersebut akan dapat dimanfaatkan oleh kelompok pengrajin anyaman apabila mendapat dukungan dari pemerintah dengan kebijakan yang berpihak pada kelompok pengrajin dalam mengakses lembaga keuangan tersebut. 4. Lembaga Keswadayaan Dalam lembaga keswadayaan dituntut adanya peran serta masyarakat di luar komunitas kelompok pengrajin anyaman. Sebagai satu kekuatan ekonomi lokal yang dapat mengembangkan tidak hanya kelompok pengrajin anyaman, tetapi seluruh masyarakat di sekitar pengrajin.
125