VII. RANCANGAN PROGRAM KEBERLANJUTAN KOMUNITAS KAMPUNG ADAT CIREUNDEU
7.1. Permasalahan yang Dihadapi Komunitas Adat Kampung Cireundeu Permasalahan yang dihadapi komunitas adat kampung Cireundeu sangat kompleks, dimulai dari masalah yang kasat mata seperti lokasi tempat pembuangan akhir sampah di lingkungan sekitar komunitas, mudahnya “akses” ke dalam wilayah dan ke dalam budaya komunitas sampai rendahnya produksi pertanian sehingga mengganggu usaha komunitas dan pemerintah menjaga ketahanan pangan komunitas. Masalah lain adalah perubahan yang terjadi dalam struktur sosial dan sistem nilai komunitas sehingga mengancam keberlanjutan komunitas.
7.2. Konsep dan Strategi Program Revitalisasi Komunitas Kampung Adat Cireundeu Merujuk pada teori evolusionisme yang dikemukakan pada bab terdahulu, perubahan sosial merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, karena perubahan sosial merupakan gerakan searah seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat primitif menuju masyarakat maju. Demikian pula pada komunitas adat kampung Cireundeu, akan mengalami perubahan. Baik perubahan yang terencana maupun perubahan yang tidak direncanakan. Secara evolusi, ciri-ciri dan struktur komunitas adat kampung Cireundeu akan berubah. Demikian halnya terjadi pada sistem nilai komunitas, akan menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Perubahan yang tidak direncanakan dianggap akan menimbulkan ekses negatif, selain itu perubahan tidak terencana akan sangat evolusioner sehingga mengakibatkan lambannya hasil-hasil yang diharapkan. Kebalikan dari itu, perubahan yang betul-betul terencana penting untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian perubahan bukan hal tabu untuk komunitas adat kampung Cireundeu, dengan catatan perubahan tersebut membawa kesejahteraan untuk komunitas tersebut. Hal lainnya adalah dengan perubahan terencana, komunitas adat Cireundeu bisa tetap mempertahankan eksistensinya sebagai satu
77
komunitas dengan tetap menjaga nilai-nilai kejujuran, memiliki pilihan serta menerima konsekuensi dari pilihannya. Termasuk konsekuensi bila misalnya komunitas adat kampung Cireundeu ini sampai pada titik perubahan bahwa komunitas ini bukan lagi sebuah komunitas adat. Dari hasil diskusi dan identifikasi masalah terhadap keberlanjutan komunitas kampung Adat Cireundeu di Kelurahan Leuwigajah, disusun alternatif tindakan yang dapat dilakukan sebagai program revitalisasi, berdasarkan temuan dan potensi komunitas. Strategi dilaksanakan pada tiga ruang kekuasaan berbeda. Pertama pada level Pemerintah sebagai
pengemban tugas pelayanan kepada
seluruh warganya seperti diamanatkan oleh undang-undang dan peraturanperaturan lain yang mengikat,
kedua pada level komunitas yang idealnya
merupakan aktor utama dalam pelaksanaan segala hal yang menyangkut seluruh kebutuhan dan kepentingannya sendiri dan yang ketiga pada gabungan level Pemerintah dan masyarakat, hal ini penting dilakukan karena pembangunan tidak akan berhasil dengan baik bila tidak ada kerjasama antara pihak pemerintah dan masyarakat, dimana masing-masing memiliki kepentingan yang harus saling mendukung.
7.3. Kegiatan di Ruang Pemerintah 7.3.1. Program Pemetaan Partisipatif Program ini dimaksudkan untuk memetakan seluruh permasalahan dan potensi komunitas kampung adat Cireundeu melalui inisiatif dan upaya komunitas itu sendiri serta peran aktif seluruh pemangku kepentingan. Sebagai tindakan awal, Pemetaan Partisipatif penting dilakukan karena output dari kegiatan ini bermanfaat untuk penentuan rencana aksi dan model tindakan yang akan dilakukan di masa datang. Peserta kegiatan adalah sesepuh serta seluruh anggota komunitas dan unsur Kelurahan Leuwigajah. Lokasi Pemetaan partisipatif adalah seluruh wilayah komunitas kampung adat Cireundeu. Pemetaan ini bisa dilakukan dua atau tiga tahun satu kali atau disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi terkini dari komunitas. Untuk pembiayaan berasal dari Pemerintah Kota Cimahi,
78
mengingat pemerintah sangat berkepentingan terhadap kehidupan seluruh warganya khususnya keberlanjutan komunitas kampung adat Cireundeu.
7.3.2. Advokasi Kebijakan Advokasi kebijakan merupakan upaya sistematis untuk melakukan perubahan kebijakan yang bisa dilakukan di ranah substansi, struktur aparatur atau pada kultur masyarakat. Dengan melihat hal tersebut maka advokasi kebijakan lebih merupakan kewajiban pemerintah mengingat pemerintah memiliki akses, fasilitas dan kekuasaan untuk melakukan hal tersebut. Manfaat dari advokasi kebijakan bisa menjadi penguat dalam segala gerak langkah revitalisasi komunitas kampung adat Cireundeu. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemerintah diharapkan tidak terpaku pada tata aturan yang kaku yang pada akhirnya membatasi kreatifitas SDM pelaksana kegiatan. Unsur-unsur yang terlibat adalah DPRD Kota Cimahi sebagai lembaga legislatif yang berwenang dalam penentuan kebijakan, Pemerintah kota Cimahi sebagai eksekutif pelaksana kebijakan dan yang tidak kalah penting adalah perhatian terhadap aspirasi seluruh anggota komunitas. Advokasi kebijakan diantaranya bisa dimulai pada tahap Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) tingkat kelurahan, tingkat kecamatan dan terakhir tingkat kota. Adapun waktunya dilaksanakan pada awal tahun untuk pelaksanaan tahun berikutnya.
7.3.3. Koordinasi Lintas Sektor Koordinasi lintas sektor merupakan bagian dari Program Pemetaan partisipatif. Kegiatan ini dimaksudkan agar tercapai sinergitas antar lembaga pemerintah, khususnya di level Pemerintah Kota Cimahi sehingga tidak terjadi tumpang tindih kegiatan. Karena banyak kasus, satu jenis kegiatan yang sama dilaksanakan oleh dinas/lembaga yang berbeda dengan banyak nama; hal tersebut mengakibatkan
pemborosan
masyarakat/komunitas
biaya
penerima
dan
kegiatan.
menimbulkan Koordinasi
kejenuhan dalam
pada
revitalisasi
komunitas kampung adat Cireundeu di Kota Cimahi dilakukan antara Badan Perencanaan Daerah sebagai arsitek pembangunan di daerah, Dinas Koperasi Perindustrian perdagangan Pertanian dan UKM sebagai Dinas yang selama ini
79
melakukan pembinaan dan pelaksana
kegiatan pembangunan di Cireundeu
khususnya bidang Ekonomi, Dinas Kesehatan yang menggawangi masalah kesehatan di kampung adat Cireundeu, serta Kelurahan Leuwigajah
sebagai
penguasa administratif wilayah kampung adat Cireundeu. Koordinasi bisa dilakukan secara formal melalui rapat koordinasi yang rutin dilaksanakan, misal setiap satu semester satu kali. Bentuk lainnya melalui koordinasi informal yang dilakukan secara sporadis dan insidental sesuai kebutuhan. Lokasi koordinasi di lingkungan kantor pemerintah Kota Cimahi atau tempat lain sesuai yang telah ditentukan serta pembiayaan yang sepenuhnya bersumber dari dana APBD Pemerintah Kota Cimahi.
7.3.4. Program Peningkatan Sumber Daya Aparatur dan Sumber Daya Komunitas Selama ini yang selalu menjadi kendala dan menjadi kambing hitam dalam gagalnya suatu program atau tidak tepatnya suatu kebijakan adalah rendahnya kualitas sumber daya aparatur pelaksananya, hal ini membawa pengaruh besar pada komunitas masyarakat yang didampinginya. Demikian pula pada pemberdayaan
komunitas
kampung
adat
Cireundeu,
banyak
program
pembangunan yang menjadi tidak berlanjut diantaranya disebabkan oleh poin ini. Walau di sisi lain ada program yang berjalan dengan baik, yang lebih dikarenakan oleh nilai-nilai kearifan lokal yang sebagian masih hidup dalam komunitas.
7.3.4.1. Kegiatan Studi Banding Dilakukan dengan mengunjungi komunitas adat di wilayah lain, baik di lingkup Propinsi Jawa Barat ataupun diluar Jawa Barat untuk melihat
dan
kemungkinan diaplikasikan pada komunitas kampung adat Cireundeu; bagaimana suatu komunitas adat dan pembangunannya dikelola sehingga kultur adat serta nilai-nilai lokal yang baik dan unik tetap terjaga. Lokasi studi banding bisa Kampung Naga di Tasikmalaya atau lainnya. Untuk wacana pengembangan wilayah komunitas kampung adat Cireundeu sebagai daerah tujuan wisata di Kota Cimahi, studi banding bisa di lakukan ke Kota Solo dimana salah satu wilayahnya memiliki Lembaga Desa Wisata dengan produk unggulannya berupa kain batik.
80
Peserta Studi Banding adalah unsur pemerintahan kota terkait dan tokoh serta sesepuh komunitas. Pembiayaan berasal dari dana APBD Pemerintah Kota Cimahi.
7.3.4.2. Kegiatan Pelatihan untuk Aparatur Pemerintah Kota Cimahi Dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM aparatur pemerintah dalam menangani komunitas kampung adat Cireundeu. Hasil akhir yang diharapkan adalah pemahaman aparat Pemerintah Kota Cimahi yang lebih baik terhadap komunitas dan budayanya, hal lain yang diharapkan berupa persamaan persepsi antara Pemerintah Kota dengan komunitas dimaksud. Peserta pelatihan adalah unsur pemerintah Kota Cimahi serta Lembaga Swadaya Masyarakat yang peduli terhadap komunitas kampung adat Cireundeu. Sumber dana berasal dari Pemerintah Kota, Pemerintah Pusat atau dari Organisasi Non Pemerintah. Pelatihan bisa dilaksanakan satu kali dalam satu tahun. Lokasi latihan di lingkungan Pemerintah Kota Cimahi atau tempat lain.
7.3.5. Program Penganggaran Pembiayaan secara Spesifik dari APBD Kota Cimahi untuk Pengembangan Komunitas Pembiayaan merupakan suatu hal yang pokok dalam perencanaan dan pelaksanaan suatu program atau kegiatan, tanpa anggaran biaya maka program tersebut akan sulit untuk diwujudkan. Dalam kaitannya dengan pengembangan komunitas kampung adat Cireundeu agar diusulkan dana khusus yang sifatnya fleksibel dan bisa digunakan untuk bermacam kegiatan atau kebutuhan komunitas. 7. 4. Kegiatan di Ruang Komunitas 7.4.1. Program Penguatan Budaya dan Sistem Nilai Adat Budaya dan sistim nilai adat komunitas kampung adat Cireundeu merupakan pokok persoalan/ pokok bahasan dalam penulisan kajian ini; juga menjadi titik perhatian dari Pemerintah Kota Cimahi. Dan seperti telah dijelaskan dalam bab-bab terdahulu bahwa dalam perjalanannya budaya dan sistem nilai adat tersebut mengalami degradasi. Maka sebagai salah satu solusinya dibutuhkan suatu penguatan agar budaya dan sistim nilai tersebut tetap sustain. Bentuk
81
penguatan dengan menghidupkan kembali upacara-upacara adat atau ritual-ritual yang sudah tidak dilaksanakan lagi, pelaksana dan peserta adalah anggota komunitas kampung adat Cireundeu, di dalamnya termasuk generasi muda dan anak-anak dengan tujuan pengenalan dan pelestarian. Adapun pelaksanaannya bertempat di Bale pertemuan dan di rumah Sesepuh atau tokoh adat setempat. Pembiayaan berasal dari komunitas sendiri dan waktu pelaksanaan satu kali dalam satu minggu.
7.4.2. Program Peningkatan Kesadaran akan Potensi Lokal yang Dimiliki Program ditujukan kepada sesepuh adat serta tokoh adat lainnya yang sudah ada, agar pemimpin mampu menggerakkan komunitas untuk meningkatkan kesadaran bahwa mereka memiliki potensi yang sebenarnya dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas. Bentuk kegiatannya bisa dengan pelatihan-pelatihan motivasi serta mengunjungi komunitas adat di wilayah lain dengan harapan wawasan mereka semakin terbuka. Pembiayaan bersumber dari dana swadaya atau LSM yang peduli terhadap komunitas adat. Lokasi kegiatan di wilayah komunitas Kampung Adat mereka sendiri.
7.4.3. Program Penguatan Lembaga Adat Adalah memperkuat lembaga adat komunitas kampung adat Cireundeu yang secara formal baru dibentuk, walau secara informal kelembagaan adat sudah ada seiring dengan keberadaan komunitas itu sendiri. Tujuannya agar lembaga adat bisa menjalankan fungsi-fungsinya secara lebih baik, titik berat program adalah mendukung orang-orang yang berada dalam lembaga adat agar memahami tugas atau kewajiban mereka sebagai garda depan dan representasi komunitasnya. Sumber pembiayaan berasal dari pemerintah dan pelaksana berasal dari LSM dengan pelaksanaan bisa sepanjang tahun karena program ini bisa diselenggarakan dengan model informal serta bertempat di Bale Adat dan lingkungan komunitas. Tugas pemerintah dalam
program ini adalah menyediakan dana, sarana dan
prasarana. Tugas LSM sebagai pendamping melakukan bonding strategi untuk meningkatkan hubungan antara pemimpin adat dengan komunitas.
82
7.4.4. Program Peningkatan Keterampilan Komunitas Kampung Adat Cireundeu Penguasaan keterampilan bagi setiap orang merupakan life skill dan menjadi bekal dalam memenuhi kebutuhan hidup, dengan asumsi bila seseorang sudah mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri maka orang tersebut akan memiliki posisi tawar yang lebih baik dalam aspek hidup lainnya. Penguasaan keterampilan yang dimaksudkan dalam konteks komunitas kampung adat Cireundeu adalah keterampilan yang memberikan nilai tambah secara ekonomi. Baik revitalisasi keterampilan lama maupun pemberian keterampilan baru yang sesuai dengan kondisi kekinian masyarakat. Pelaksana dan sumber dana bisa berasal dari Pemerintah Kota Cimahi dan atau kelompok masyarakat lain (LSM) yang konsern terhadap keberlanjutan komunitas kampung adat Cireundeu. Pemberian keterampilan bisa dilaksanakan setiap
satu tahun satu kali atau
tergantung kebutuhan. Lokasi peningkatan keterampilan bisa dilaksanakan di lingkungan Pemerintah Kota Cimahi, atau lokasi lain sesuai kebutuhan.
7.4.5. Program Pembinaan / Kaderisasi Generasi Muda Kampung Adat Cireundeu Kaderisasi secara alamiah sebenarnya selalu ada dalam setiap komunitas, tetapi tidak semua kaderisasi bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan proses pengkaderan ini gagal, di antaranya interaksi komunitas dengan budaya luar yang dianggap “lebih menjanjikan”. Imbasnya dapat dirasakan ketika generasi muda komunitas tidak lagi mengenal, memahami dan konsern terhadap budaya mereka sendiri. Pelaksana program adalah sesepuh atau tokoh Adat sedangkan peserta adalah kalangan generasi muda yang dikelompokkan sesuai usia. Pembiayaan berasal dari Pemerintah Daerah. Waktu pelaksanaan satu atau dua minggu satu kali.
83
7.4.6. Program Peningkatan Pemahaman Bersama dalam Mengatasi Konflik Dalam hubungan antara warga komunitas atau antara komunitas dengan lembaga adat sebenarnya sudah muncul potensi konflik yang diakibatkan faktor internal dan eksternal dalam komunitas. Maka untuk mengurangi potensi konflik dan atau mengurangi penajaman konflik yang sudah ada maka diperlukan program yang bisa mengakomodasi masalah tersebut. Program bisa dilaksanakan satu kali dalam enam bulan atau sesuai kebutuhan, bertempat di bale adat. Pelaksana kegiatan adalah profesional dalam penanganan konflik dengan peserta adalah kelompok warga komunitas yang mewakili generasi tua, keleompok sesepuh, tokoh masyarakat, generasi muda dan kalangan perempuan, dimana dalam interaksi antar kelompok tersebut rentan terjadi pertentangan. Bentuk kegiatan berupa sarasehan dan diskusi dengan sumber dana kegiatan berasal Pemerintah Kota Cimahi dan swasta.
7.4.7. Program Pelibatan Seluruh Strata Ekonomi dalam Komunitas dalam Kegiatan Bersama Sebagai akibat dari perubahan sosial yang terjadi dalam komunitas kampung adat Cireundeu muncul disparitas antara warga kaya dengan warga miskin yang cukup mencolok. Keseragaman sebagai item yang mencirikan sebuah komunitas hampir tidak terlihat lagi. Untuk mengatasinya dilaksanakan program yang melibatkan seluruh strata ekonomi dalam sebuah kegiatan bersama dengan harapan disparitas tersebut bisa dijembatani, juga diharapkan kegiatan ini bisa meningkatkan empati, semangat gotong royong serta bisa menularkan jiwa usaha antar anggota komunitas. Kegiatan bisa dilakukan satu kali dalam satu bulan atau sesuai kebutuhan, dilaksanakan dibale adat dan lingkungan komunitas. Pelaksana kegiatan adalah wirausaha dari dalam dan luar komunitas, dengan sasaran program adalah kepala keluarga dan atau pencari nafkah utama. Bentuk kegiatan diskusi, sarasehan, role playing, pemberian semacam zakat dari warga kaya kepada warga miskin untuk modal kegiatan usaha dan bisa mengadopsi kegiatankegiatan pemerintah yang sudah dilaksanakan dan melibatkan partisipasi masyarakat. Sumber pembiayaan dari pemerintah Kota Cimahi dan komunitas.
84
7.4.8. Program Revitalisasi “Etika Moral Pangan Berbasis Singkong” di Komunitas Adat Cireundeu. Singkong dalam komunitas adat Cireundeu tidak hanya sebagai bahan pangan semata, di dalamnya terkandung ide dan gagasan serta etika kemandirian dan etika pembebasan yang menjadi semangat dan ingin diwujudkan dalam kehidupan komunitas dengan memproduksi dan memberi makan komunitas “dari dalam” sistem komunitas sendiri. Beras adalah sesuatu yang mahal, sangat bernilai dan merupakan
wujud
dewi
padi,
sehingga
tidak
selayaknya
komunitas
menghamburkan beras. Karena itu muncul ide untuk mencari alternatif pengganti beras. Pada saat sekarang pemaknaan tersebut tidak bisa diserap secara utuh. Sebagian komunitas mengkonsumsi singkong hanya karena keluarga turun temurun menkonsumsi singkong, sebagian lainnya menganggap lebih pada upaya berhemat, karena harga beras lebih mahal. Dalam kaitan ini konsumsi singkong menjadi suatu kebanggaan, dideklarasikan sebagai sesuatu yang istimewa. Karena hal-hal tersebut maka diperlukan upaya untuk mengembalikan komunitas pada filosofi dan pemahaman sejarah ‘makan beras singkong’. Bentuk kegiatan berupa pelatihan pemahaman nilai-nilai budaya Cireundeu, yang dilaksanakan oleh komunitas dan difasilitasi oleh Pemerintah Kota Cimahi serta oleh afiliasi komunitas kampung adat Cireundeu di Cigugur Kuningan, Jawa Barat.
7.5. Kegiatan di Ruang Pemerintah dan Komunitas 7.5.1. Pembentukan Forum Diskusi. Dimaksudkan untuk memperbaiki komunikasi dan penyampaian aspirasi antara komunitas adat dengan pihak pemerintah, forum ini diharapkan menjadi suatu
wadah
yang
dapat
menaungi,
menampung,
menyalurkan,
dan
menghubungkan warga dengan berbagai sumber, sehingga kreatifitas dan aspirasi warga dapat disalurkan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan warga. Pelaksana adalah pemerintah dan komunitas kampung adat, forum diskusi dilaksanakan per triwulan atau tergantung kebutuhan. Sumber biaya dari pemerintah daerah, lokasi pelaksanaan bisa di lingkungan pemerintahan atau di bale adat.
85
7.5.2. Revitalisasi Budidaya Singkong dan Hasil Olahannya Singkong atau ubi kayu merupakan bahan pangan utama bagi sebagian besar anggota komunitas kampung adat Cireundeu. Karena konsumsi mayoritas anggota komunitas yang diluar beras seperti pada umumnya warga komunitas lain di sekitar lingkungannya, maka komunitas kampung adat Cireundeu dianggap unik. Tetapi menurut hasil kajian dari lembaga terkait di Kota Cimahi ternyata sebagian komunitas ini mengalami masalah gizi buruk, hal ini bisa dipahami mengingat singkong yang dikonsumsi adalah ampas dari singkong yang telah diambil patinya. Maka berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan upayaupaya untuk mensubstitusi atau merevitalisasi pola makan singkong agar kebutuhan gizi tetap terpenuhi, misalnya diupayakan ampas yang dikonsumsi difortifikasi dengan vitamin dan mineral yang dibutuhkan, seperti halnya tepung terigu yang diharuskan mendapat fortifikasi sebelum dipasarkan dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai tindak lanjut maka perlu dilakukan koordinasi dengan lembaga yang berwenang dan kapabel untuk melakukan hal tersebut. Masalah lain adalah produksi singkong yang terus menurun karena gangguan penyakit tanaman sehingga perlu upaya untuk mengatasi gangguan penyakit tanaman tersebut. Menurunnya produksi ini menurunkan ekspektasi sebagian anggota komunitas terutama kalangan sesepuh yang ingin memasarkan singkong dan produk olahannya secara global. Hal lainnya adalah upaya pemilihan teknologi sederhana untuk pengolahan singkong yang sudah disesuaikan dengan produktivitas lahan yang ada. Penyedia dana untuk kegiatan ini adalah Pemerintah kota Cimahi sedangkan pelaksananya adalah lembaga terkait seperti Lembaga Riset, Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian.
7.5.3. Program Konservasi Etika - Moral Pangan. Program ini dimaksudkan agar etika - moral pangan yang terkandung dalam singkong bisa dimaknai secara benar sesuai dengan filosofi yang muncul pada masa lalu, ketika leluhur komunitas memutuskan untuk menjadikan rasi sebagai bahan pangan utama komunitas. Sehingga warga komunitas pada masa
86
sekarang tidak mudah berpindah ke beras atau untuk warga yang masih mengkonsumsi rasi memiliki pemahaman yang benar mengapa yang bersangkutan tetap bertahan mengkonsumsi rasi. Konservasi etika-moral pangan singkong menjadi penting karena menjadi penanda komunitas kampung adat Cireundeu dan juga berkaitan dengan program pemerintah dalam diversifikasi pangan, sehingga tidak tergantung kepada beras yang semakin mahal, dimana kemahalan harga dan kelangkaannya bisa mengakibatkan gejolak politik, ekonomi dan sosial. Waktu pelaksanaan program sesuai kebutuhan- tidak terbatas, berlokasi di kebun singkong, tempat produksi rasi dan di rumah-rumah warga komunitas. Pelaksana kegiatan adalah sesepuh dan afiliasi komunitas di Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat ( komunitas adat Cireundeu berafiliasi dengan komunitas Cigugur karena awal sejarahnya sesepuh kampung adat Cireundeu melaksanakan “perjalanan” ke Cigugur dan menikah dengan salah satu warga Cigugur Kuningan). Sasaran kegiatan adalah ibu – ibu rumah tangga sebagai pilar utama keluarga dalam pendidikan dan konservasi etika-moral pangan. Sasaran program adalah seluruh warga komunitas sebagai aktor utama dalam konservasi, sedangkan pembiayaan berasal dari dalam komunitas.
7.5.4. Program Konservasi Kelembagaan Lokal Dimaksudkan agar kelembagaan lokal yang ada tidak termarjinalkan oleh kelembagaan baru yang pelan-pelan mulai menggantikan peran kelembagaan lokal lama. Kelembagaan sesepuh, kelembagaan bale dan kelembagaan gentong secara perlahan mulai kehilangan peran seiring perubahan yang terjadi dalam komunitas. Dengan demikian diperlukan konservasi dan pendampingan terhadap kelembagaan-kelembagaan dimaksud. Program dilaksanakan sepanjang waktu, sesuai kebutuhan dan tidak terbatas. Pelaksanaan di rumah-rumah warga dan bale adat, pelaksana adalah sesepuh dan afiliasi komunitas di Cigugur dengan sasaran program adalah kelembagaan- kelembagaan adat dimaksud. Bentuk kegiatan adalah diskusi dan best practice, sedangkan sumber pembiayaan berasal dari komunitas sendiri.
87
7.5.5
Pengembangan Desa Wisata Kampung Adat Cireundeu Dalam hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan (musrenbang)
tingkat kota diusulkan agar kampung adat Cireundeu menjadi desa wisata seperti halnya wilayah Punclut di Kota Bandung. Alasan lainnya adalah sebagai sarana peningkatan kesejahteraan ekonomi komunitas kampung adat Cireundeu. Pelaksana kegiatan adalah seluruh unsur masyarakat yang berkepentingan, program dilaksanakan dimulai dengan perbaikan dan pembangunan infrastruktur, sosialisasi, pelatihan dan penyediaan dana stimulan. Sedangkan penyandang dana adalah kelompok pengusaha serta Pemerintah Kota Cimahi. Tetapi untuk sampai kepada tujuan ini harus dipertimbangkan berbagai faktor misalnya kondisi alam, infrastuktur dan kesiapan komunitas dalam menerima perubahan yang dipastikan akan turut serta mengiringi munculnya desa wisata tersebut. Dengan demikian diperlukan riset dalam banyak sektor, utamanya untuk menjawab pertanyaan apakah keberdadaan desa wisata dimaksud akan semakin merubah kultur komunitas sehingga semakin hilang ciri sebagai sebuah komunitas adat ataukah akan menguatkan eksistensi kampung Cireundeu sebagai sebuah komunitas adat. Riset perlu dilakukan secepat mungkin agar bisa dicarikan alternatif lain untuk usaha peningkatan kesejahteraan komunitas tanpa menjadikannya sebagai desa wisata.
88 Tabel 10 Rancangan Program Revitalisasi Keberlanjutan untuk Komunitas Kampung Adat Cireundeu Program di Ruang Pemerintah NO NAMA PROGRAM
ALASAN PROGRAM
WAKTU TEMPAT PELAKSANAAN
PELAKSANA TARGET/SASARAN BAGAIMANA ANGGARAN PROGRAM DIJALANKAN
1
Pemetaan Partisipatif
1 kali dalam 5 tahun
Wilayah Kampung Adat Cireundeu
Komunitas, LSM Pendamping dan Pemerintah
2
Advokasi kebijakan
2 kali dalam 5 tahun
Kantor DPRD Kota Cimahi
DPRD Kota Cimahi dan Pemerintah Kota Cimahi
3
Koordinasi Lintas Sektor
Peningkatan Sumber Daya Aparatur dan Sumber Daya Komunitas
- 1 kali dalam 6 bulan - Sporadis sesuai kebutuhan 1 kali dalam 1 tahun
Kantor Pemerintah Kota Cimahi
4
Output pemetaan akan bermanfaat untuk penentuan rencana aksi dan model tindakan yang akan dilakukan dimasa datang - Kebijakan yang sudah ada yang dirasakan tidak relevan lagi untuk perkembangan komunitas. - Sebagai penguat dalam semua gerak langkah program revitalisasi kampung adat Cireundeu Agar tejadi sinergitas dan tidak terjadi tumpang tindih kegiatan Agar programprogram pengembangan masyarakat yang dilaksanakan bisa tepat guna dan tepat sasaran sesuai perencanaan yang telah ditentukan
Dinas/Instansi terkait pada Pemerintah Kota Cimahi Lembaga Pelatihan SDM profesional
-Kantor Pemerintah Kota Cimahi -Lembaga Pelatihan Profesional
Seluruh anggota komunitas
- wawancara - FGD
Pemerintah Kota Cimahi
- monev - Rapat-rapat pembahasan kebijakan
DPRD dan Pemerintah Daerah
Dinas/Instansi terkait pada Pemerintah Kota Cimahi
- Monev - Rapat-rapat teknis
Pemerintah Kota Cimahi
- Aparatur Pemerintah - Sesepuh - Tokoh komunitas Adat
- Diklat - Pelatihan Manajemen
Pemerintah Kota Cimahi
89 5
Study Banding
6
Pelatihan untuk Aparatur Pemerintah kota Cimahi
7
Penganggaran Pembiayaan secara Spesifik dari APBD Kota Cimahi untuk Pengembangan Komunitas adat kampung Cireundeu
Untuk melihat bagaimana suatu komunitas adat lain dan pembangunan didalam komunitas tersebut dikelola dengan benar sehingga kultur dan nilai-nilai lokal yang baik dan unik tetap terjaga Untuk meningkatkan pemahaman aparatur pemerintah terhadap komunitas adat dan budayanya
1 kali dalam 2 tahun
Desa/kampung/ komunitas adat lain di Indonesia
Pemerintah Kota Cimahi
- Aparatur Pemerintah kota Cimahi - Tokoh Komunitas Adat - Sesepuh
- Perjalanan Dinas - Diskusi dengan Komunitas Adat yang dituju
Pemerintah Kota Cimahi
1 kali dalam 1 tahun
Kantor Pemerintah Kota Cimahi
- Pemerintah Kota - Tokoh Adat - LSM/Swasta
Aparatur Pemerintah Kota terkait
Pemerintah Kota Cimahi
Untuk mendukung pelaksanaan revitalisasi komunitas adat secara lebih spessfik sehingga pelaksanaan revitalisasi tidak terkendala masalah dana
Setiap tahun anggaran
- DPRD - Pemerintah kota Cimahi
- DPRD - Pemerintah kota Cimahi
APBD Kota Cimahi
- Pelatihan - Penayangan budaya Cireundeu dengan media audio visual - Diskusi dengan pakar budaya serta tokoh adat Cireundeu Mengusulkan dan menganggarkan dalam RAPBD Kota Cimahi
DPRD dan Pemerintah Kota Cimahi
90 Program di Ruang Komunitas 8
Penguatan Budaya dan sistem nilai adat
Karena budaya dan sistem nilai adat merupakan hal pokok dalam kehidupan komunitas kampung adat Cireundeu dan sedang menghadapi ancaman degradasi (pelunturan etika moral)
1 kali dalam 1 minggu dilaksanakan pertemuan
Bale adat
9
Peningkatan Kesadaran akan potensi lokal yang dimiliki
Untuk meningkatkan life skill dan untuk menggerakkan dan membuat komunitas memahami bahwa mereka memiliki potensi yang bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup Selama ini sesepuh sebagai pengambil keputusan adat hampir tidak dihiraukan lagi eksistensinya oleh warga setempat. Karena tidak dihiraukan maka lembaga adat tidak bisa lagi menjadi pengayom masyarakat setempat
-
- Bale Adat - Lokasi yang dituju
10
Penguatan Lembaga Adat (penguatan peran sesepuh)
-
1 kali dalam 1 bulan dilaksanakan pelatihan Waktu kunjungan sesuai kebutuhan
1 kali dalam 1 bulan diadakan pertemuan adat
- Bale adat - Lingkungan komunitas
- sesepuh adat - afiliasi komunitas adat Cireundeu yaitu komunitas adat Cigugur Kuningan Propinsi Jawa Barat - Sesepuh adat - Lembaga Pelatihan Motivasi
Kaum muda dan anak-anak kampung adat Cireundeu
- Menghidupkan kembali ritual untuk dijalankan sehari-hari - Kursus atau semacam pengajian
Komunitas Adat Cireundeu
- Seluruh warga komunitas adat Cireundeu - Perwakilan komunitas adat Cireundeu
- Pelatihan Motivasi - Kunjungan ke komunitas adat lain
Komunitas adat dan LSM
- LSM sebagai pendamping - Sesepuh kampung adat Cireundeu
Orang-orang yang berada dalam lembaga/kelembagaa n adat
- Diskusi dan Sarasehan - Pemberian stimulus untuk mengembalikan konsentrasi sesepuh dalam melestarikan adat
Pemerintah Kota Cimahi
91 11
Peningkatan Keterampilan Komunitas
Meningkatkan dan memberikan keterampilan praktis yang bisa digunakan untuk menambah penghasilan
2 kali dalam 1 tahun
- Wilayah Kampung adat Cireundeu - Lembaga Pelatihan Keterampilan
12
Pembinaan/kaderisas i generasi muda
1 kali dalam 1 minggu
- Bale Adat - Lingkungan Komunitas
- Sesepuh
13
Peningkatan Pemahaman Bersama dalam rangka Mengatasi Konflik Pelibatan seluruh strata ekonomi dalam komunitas dalam kegiatan bersama dalam bentuk wadah “usaha bersama”.
Agar generasi muda memahami dan peduli terhadap budaya komunitasnya sendiri Untuk mengurangi potensi konflik dan atau mengurangi penajaman konflik yang sudah ada - Untuk meningkatkan dan menumbuhkan empati, semangat kebersamaan dan gotong royong - Untuk menularkan jiwa wirausaha antara sesama warga komunitas
1 kali dalam 6 bulan
- Bale Adat
- Profesional
- Generasi Tua - Generasi Muda - Kaum Perempuan
- Dibentuk dan dievaluasi setiap saat
- Bale Adat - Lingkungan Komunitas
- Profesional sebagai pendamping kewirausahaa n - Anggota komunitas sebagai anggota usaha bersama - Pemerintah sebagai mediator
- Kepala rumah tangga
14
Lembaga Pelatihan Keterampilan
- Kaum perempuan/ibu warga komunitas - Remaja putus sekolah - Kepala rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan Generasi muda sesuai kelompok usia
- Pelatihan UEP - Pelatihan manajemen wirausaha
Pemerintah Kota Cimahi sebagai penyandang dana dan Swasta/LSM
- Diskusi - Pelibatan dalam kegiatan ritual komunitas - Sarasehan - Diskusi
Pemerintah Kota Cimahi
-
Diskusi Sarasehan Role playing Pemberian semacam zakat dari warga kaya untuk modal kegiatan usaha - Pembentukan organisasi usaha bersama
Pemerintah Kota Cimahi dan swasta/LSM Pemerintah Kota Cimahi menyediakan dana stimulan untuk berdirinya usaha bersama dan selanjutnya komunitas lokal yang menjalankan.
92 15
Revitalisasi “etika moral pangan berbasis Singkong” di komunitas adat Cireundeu.
Singkong pada saat sekarang tidak lagi dianggap sebagai bahan pangan utama komunitas adat Cireundeu (jumlah warga yang mengkonsumsi singkong berkurang) Semakin banyak warga komunitas adat Cireundeu yang mengkonsumsi beras sebagai bahan pokok. Terjadi kepura-puraan secara moral seolaholah sebagian besar warga komunitas Adat Cireundeu masih menghargai singkong sebagai bahan pangan utama, padahal kenyataannya mereka tidak mengutamakan singkong sebagai bahan pangan utama. Moralitas seperti ini memperlemah ketahanan pangan dan keanekaragaman pangan komunitas setempat .
Sesuai kebutuhan
- Rumahrumah warga komunitas - Bale adat
- Sesepuh - Afiliasi komunitas di Cigugur. (Kab. Kuningan Jawa Barat). Afiliasi terbentuk karena pada sejarah awalnya sesepuh kampung Adat Cireundeu mengembara ke Cigugur dan menikah dengan warga Cigugur.
- Ibu rumah tangga sebagai sasaran utama yang dilibatkan dalam pelaksanaan upaya revitalisasi etika moral pangan berbasis singkong. - Keluargakeluarga warga komunitas
- Gerakan moral kembali ke singkong/rasi - Penyelenggaraan Festival singkong yang diinisiasi dan dilaksanakan oleh kalangan komunitas adat sendiri.
Komunitas adat dengan didampingi oleh pendamping sukarela dari LSM
93 Program Gabungan di Ruang Pemerintah dan Komunitas 16 Pembentukan Forum Diskusi
Untuk perbaikan komunikasi dan sarana penyampaian aspirasi
1 kali dalam 3 bulan atau sesuai kebutuhan
Revitalisasi 17 Budidaya singkong dan hasil olahnya
Karena singkong merupakan bahan pangan utama komunitas adat Cireundeu serta menjadi ikon kebanggaan komunitas
Sesuai kebutuhan
18 Konservasi Etika/moral pangan singkong
- Agar etika/moral pangan yang terkandung dalam singkong bisa dimaknai dengan benar oleh seluruh anggota komunitas - Singkong sebagai basis pangan lokal
Sesuai kebutuhan
- Bale Adat - Lingkungan Pemerintah Kota Cimahi - Kebun singkong di wilayah komunitas - Tempat produksi rasi - Rumah penduduk - Kebun singkong di wilayah komunitas - Tempat produksi rasi - Rumah penduduk
- Pemerintah - Komunitas Kampung Adat cireundeu - Dinas Pertanian - Dinas Kesehatan - Tim PenggerakPembinaan Kesejahteraa n Keluarga (TP_PKK) - Sesepuh - Afiliasi komunitas di Cigugur
Aspirasi warga dan kepentingan pemerintah dalam kaitan revitalisasi komunitas adat Tanaman singkong dan hasil olahannya
Seluruh anggota komunitas
- Diskusi
Pemerintah Kota Cimahi
- Penyuluhan pertanian - Fortifikasi zatzat gizi agar rasi menjadi layak konsumsi
Pemerintah Kota Cimahi
- Diskusi - Best practices
Komunitas Adat
94 19
Konservasi kelembagaan lokal
20 Pengembangan desa Wisata kampung adat Cireundeu
- Agar kelembagaan lokal tidak termarjinalkan oleh kelembagaan atau tata aturan baru - Sebagai Pendampingan terhadap lembaga tradisi “gentong”
Sesuai kebutuhan
- Rumahrumah warga komunitas - Bale adat
- Sesepuh - Afiliasi komunitas di Cigugur
- Kelembagaan pangan - Kelembagaan sesepuh
- Diskusi - Best practices
Komunitas Adat
Mengakomodasi keinginan komunitas dan Pemerintah kota Cimahi yang dimaksudkan sebagai sarana peningkatan kesejahteraan ekonomi komunitas Adat Cireundeu
Sesuai kebutuhan
- Wilayah kampung adat Cireundeu
- Tokoh adat - Kalangan usaha - Unsur komunitas - Pemerintah Kota Cimahi
- Seluruh unsur masyarakat yang berkepentingan
- Pembangunan infrastruktur - Sosialisasi di dalam dan kepada pihak luar yang berkepentingan - Pelatihan - Penyediaan dana stimulan
- Kalangan Pengusaha - Pemerintah Kota